rancangan undang - undang tent ang konservasi...

24
RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA JAKARTA, 1989

Upload: others

Post on 21-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

RANCANGAN UNDANG - UNDANG

TENT ANG

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI

DAN EKOSISTEMNYA

JAKARTA, 1989

Page 2: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

NOMOR: TAHUN

TENTANG

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

Menimbang

Mengingat

DEN GAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa sumber daya alam hayati Indonesia adalah karunia Tuhan Yang

Maha Esa dan oleh karena itu perlu dimanfaatkan secara lestari, selaras,

serasi, dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada

khususnya dan umat manusia pada umumnya;

b. bahwa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya pada dasarnya sating

tergantung antara satu dengan yang lainnya dan sating mempengaruhi

sehingga kepunahan salah satu unsur akan berakibat terganggunya eko­

sistem;

c. bahwa penibangunan pada hakekatnya adalah usaha pemanfaatan sumber

daya alam termasuk sumber daya alam hayati, dan ditujukan bagi kese­

jahteraan umat manusia;

d. bahwa untuk menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat

berlangsung dengan cara sebaik-baiknya, maka diperlukan langkah-lang­

kah konservasi sehingga sumber daya alam hayati dan ekosistemnya da­

pat selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta

melekat dengan pembangunan itu sendiri;

e. bahwa sehubungan dengan hal-hal di atas., dipandang perlu menetapkan

ketentuan mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem­

nya dalam suatu Undang-undang.

I. Pasal 5 ayat (1 ), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 33 Undang-undang Dasar

1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2823);

1

Page 3: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Menetapkan

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982

Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Ne­

gara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA:

MEMUTUSKAN:

Dengan mencabut:

1. Dierenbeschermings Ordonnantie 1931 Staatsblad 1931 Nomor 134; 2. Jacht Ordonnantie 1931Staatsblad1931Nomor133;

3. Jacht Ordonnantie Java en Madoera 1940 Staatsblad 1939 Nomor 733.

4. Natuurbeschermings Ordonnantie 1941 Staatsblad 1941 Nomor 167;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG KON SER VASI

SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya

alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa), yang bersama dengan unsur

bukan hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem;

2. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur da­

lam alam baik hayati maupun bukan hayati yang saling tergantung dan pengaruh mem­

pengaruhi;

3. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati baik yang hidup di darat maupun

di air;

4. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup baik di darat, di air maupun

di udara;

5. Tumbuhan liar dan satwa liar adalah semua jenis sumber daya alam hayati yang hidup baik

di darat, di air maupun di udara, kecuali ikan dan ternak baik yang masih hidup b~bas

dihabitatnya maupun tidak;

6. Habitat adalah lingkungan dimana tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang se­

cara alami.

2

Page 4: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 2

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya

kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Pasal 3

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewa­

jiban Pemerintah serta masyarakat.

Pasal 4

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;

b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;

c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

BAB II PERLINDUNGAN SISTEM PENYANGGA KEHIDUPAN

Pasal 5

Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan bukan

hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan mahluk.

Pasal 6

Kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologi

yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

umat manusia pada umumnya.

Pasal 7

(1) Untuk mewujudkan tujuan sebagaijnana dimaksud dalam pasal 6, Pemerintah:

a. menetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidup-

an;

b. menetapkan pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;

c. mengatur cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.

(2) Pelaksanaan lebih lanjut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 8

( 1) Setiap pemegang hak atas tanah di dalam wilayah sistem penyangga kehidupan wajib men­

jaga kelangsungan fungsi perlindungan dari wilayah tersebut.

3

Page 5: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

(2) Dalam rangka pelaksanaan kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pemerintah

melakukan tindakan penertiban terhadap penguasaan dan pengelolaan tanah yang terletak

dalam wilayah perlindungan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.

(3) Tindakan penertiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa penertiban penggunaan

tanah dan pembatalan hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang­

an yang berlaku.

BAB Ill

PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA

Pasal 9

Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan konservasi

yang ditentukan dalam Undang-undang ini.

Pasal 10

(1) Tumbuhan dan satwa digolongkan kedalam jenis:

a. tumbuhan dan satwa yang dilindungi;

b. tumbuhan dan satwa yang tidak dilindungi.

(2) Jenis satwa yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam ayat ( l) digolongkan dalam:

a. satwa dalam bahaya kepunahan;

b. satwa yang populasinya jarang.

(3) Penentuan jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi serta kriteria golongan satwa sebagai­

mana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 11

( 1) Upaya pengawetan tumbuhan dan satwa dilakukan di dalam dan di luar habitat.

(2) Pengawetan tumbuhan dan satwa di dalam habitat dilakukan dengan menjaga agar populasi

semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seim bang di habitatnya.

(3) Pengawetan tumbuhan dan satwa di luar habitat dilakukan dengan menjaga dan mengem­

bangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa oleh lembaga-lembaga yang ditentukan dalam

Undang-undang ini.

Pasal 12

( 1) Setiap orang dilarang untuk :

a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memelihara, mengangkut dan mempemiaga­

kan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup

atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

4

Page 6: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

(2) Setiap orang dilarang untuk: a. menangkap, mefukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan

memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup atau mati;

b. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di

dalam atau di luar Indonesia;

c. memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa

yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian~bagian satwa tersebut atau

mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar

Indonesia;

d. mengambil, merusak, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan· atau sarang

satwa yang dilindungi.

Pasal 13

(1) Pengecualian dari larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 hanya dapat dilakukan

untuk keperluan ilmu pengetahuan dan atau penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa yang -

bersangkutan.

(2) Termasuk dalam penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemberian

atau penukaran satwa kepada pihak lain di luar negeri yang disetujui Pemerintah.

(3) Pengecualian dari larangan menangkap, melukai, dan membunuh satwa yang dilindungi dapat

pula dilakukan dalam hal oleh karena sesuatu sebab satwa yang dilindungi membahayakan ke­

hidupan manusia.

(4) Pelaksanaan lebih lanjut m.engenai ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

(1) Apabila terjadi pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, maka

tumbuhan dan satwa tersebut dirampas oleh Negara.

(2) Tumbuhan dan satwa yang dilindungi atau bagian-bagiannya yang dirampas untuk Negara

dikembalikan ke habitatnya atau diserahkan kepada lembaga-lembaga yang bergerak di bidang

pelestarian tumbuhan dan satwa, kecuali apabila keadaannya sudah tidak memungkinkan

sehingga dinilai lebih baik dimusnahkan.

Pasal 15

(1) Pengawetan tumbuhan dan satwa yang dilindungi hanya dapat dilakukan dalam bentuk

pemeliharaan atau pengembangbiakkan oleh lembaga-lembaga yang dibentuk untuk itu. '

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan dan pembentukan lembaga sebagaimana dimak-

sud dalam ayat ( 1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

5

Page 7: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 16

Pemasukan tumbuhan dan satwa liar dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV

PEMANF AA TAN SECARA LEST ARI SUMBER DAY A ALAM HAY ATI

DAN EKOSISTEMNY A

Pasal 17

Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilaksanakan dengan mem­

perhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, keragaman jenis sumber daya alam yang bersang­

kutan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 18

(1) Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati yang berupa tumbuhan dan satwa liar

dapat dilaksanakan dalam bentuk:

a. pemeliharaan untuk kesenangan;

b. pengkajian, penelitian dan pengembangan;

c. perburuan;

d. penangkaran;

e. peragaan; dan

f. perdagangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 19

(l) Perburuan satwa liar hanya dapat dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan

populasi satwa yang bersangkutan dengan habitatnya dan hanya dapat dilakukan dengan izin

berburu.

(2) Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai perburuan termasuk alat perlengkapan dan

pungutan yang dikenakan untuk itu diatur dengan Peraturan Pemerintah.

6

Page 8: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

BABY

KAWASAN SU AKA ALAM

Pasal 20

Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan

satwa beserta ekosistemnya.

Pasal 21

Kawasan suaka alam terdiri dari:

a. Cagar Alam yaitu kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan tum buhan, satwa dan eko­

sistemnya atau ekosistem tertentu yang perkembangannya diserahkan kepada alam.

b. Suaka Margasatwa yaitu kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keragaman

dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pem­

binaan terhadap habitatnya.

Pasal 22

Pengelolaan kawasan suaka alam dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai upaya pengawetan sumber

daya alam hayati.

Pasal 23

(1) Dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidik­

an, penelitian dan pengembangan, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.

(2) Dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan ilmu pengetahuan,

pendidikan, penelitian dan pengembangan, wisata terbatas dan kegiatan lainnya yang menun­

jang budidaya.

(3) Bentuk kegiatan yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Peme­

rintah.

Pasal 24

(I) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan

kawasan suaka alam.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kegiatan pem binaan habitat

untuk kepentingan satwa di dalam suaka marga satwa.

(3) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam serta menambah

jenis tumbuhan dan jenis satwa lain.

7

Page 9: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 25

Ketentuan-ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi penetapan dan pemanfaatan suatu wilayah

sebagai kawasan suaka alam beserta penetapan wilayah yang berbatasan dengannya sebagai daerah

penyangga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 26

(1) Dalam rangka kerjasama konservasi internasional khususnya dalam rangka kegiatan sebagai­

mana ditnaksud dalam Pasal 23, kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya dapat di­

tetapkan sebagai Cagar Biosfer.

(2) Syarat-syarat dan penentuan suatu kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya se­

bagai cagar biosfer diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI

KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Pasal 27

Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di­

perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan kera­

gaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pasal 28

( 1) Kawasan Pelestarian Alam dapat berupa:

a. Taman Nasional, yaitu kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistim zonasi,

terdiri dari zona inti dan zona atau zona-zona lain yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu

pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan rekreasi;

b. Taman Hutan Raya, yait1:1, kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan

asli, ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya, pariwisata dan rekreasi;

c. Taman Wisata Alam, yaitu kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk

pariwisata dan rekreasi alam.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu wilayah sebagai kawasan pelestarian alam

dan pemanfaatannya beserta penetapan wilayah yang berbatasan dengannya sebagai daerah

penyangga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

8

Page 10: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 29

(1) Pemanfaatan taman-taman untuk berbagai kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

dilakukan dengan tetap memperhatikan fungsi pokok taman sebagai kawasan pe]estarian

alam.

(2) Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 ), da]am zona

inti taman nasional hanya dapat dilakukan kegiatan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Pasal 30

( 1) Di dalam zona inti taman nasional setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengaki­

batkan atau dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti dalam arti mengu­

rangi a tau menghilangkan populasi a tau jenis sumber day a alam hayati yang terdapat di dalam­

nya.

(2) Di zona lain taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam setiap orang dilarang

melakukan kegiatan yang bertentangan dengan fungsi taman tersebut.

Pasal 31

(1) Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam diJakukan oleh Pe­

merintah.

(2) Di dalam zona pengembangan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam, Pe­

merintah dapat memberikan izin-izin usaha pemanfaatan dan pengembangan sarana kepari­

wisataan dengan mengikutsertakan masyarakat. (3) Pengusahaan kegiatan wisata alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

PasaJ 32

DaJam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan keles­

tarian sumber daya alam hayati, Pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan dan me­

nutup taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata a]am sebagian atau seluruhnya untuk

selama waktu tertentu.

BAB VII PENYIDIKAN

Pasal 33

( 1) Selain pejabat penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, juga pejabat pegawai negeri sipil

tertentu dilingkungan Departemen yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi

pembinaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, diberi wewenang khusus

sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Norn or 8 Tahun 1981 tentang

9

Page 11: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang konservasi sum­

ber daya alam hayati dan ekosistemnya.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) berwenang untuk:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tin­

dak pidana dibidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dibidang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

c. memeriksa tanda pengenal orang yang berada dalam kawasan konservasi;

d. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

e. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan dengan peristiwa

tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem-nya;

f. membuat dan menandatangani Berita Acara;

g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pi­

dana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

h. meminta petunjuk dan bantuan penyidik kepada penyidik POLRI.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan melaporkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan

Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB VIII

PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 34

(I) Dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Peme­

rintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang tersebut kepada Pemerintah Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyerahan sebagian urusan di bidang pelaksanaan kon­

servasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (I)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BABIX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 35

(I) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 24 dan

pasal 30 ayat (I) dipidana dengan pidana penjara paling lama I 0 (sepuluh) tahun dan atau

denda paling banyak 100 (seratus) juta rupiah.

IO

Page 12: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

(2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 12 di­

pidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak 5

(lima) juta rupiah.

(3) Barangsiapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan dalam Pasal 1 2 ini dipidana kurungan

paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) juta rupiah.

Pasal 36

(1) Perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2) adalah ke­

jahatan.

(2) Perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) adalah pelanggaran.

BABX

KETENTUAN PERALlllAN

Pasal 37

Hutan suaka alam dan hutan wisata yang telah ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya Undang-undang ini tetap sebagai kawa­

san suaka alam dan kawasan hutan wisata berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 38 Dengan berlakunya Undang-undang ini semua ketentuan peraturan pe1aksanaan di bidang kon­

servasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang telah ada tetap berlaku sepanjang belum

ditetapkan atau tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.

BABXI

KETENTUANPENUTUP

Pasal 39

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

11

Page 13: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini de­

ngan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di J a k a r t a

pada tanggal

MENTERI SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

MOERDIONO

Disahkan di J a k a r t a

pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA T AHUN NOMOR:

12

Page 14: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

PENJELASAN UMUM

NOMOR: TAHUN

TENTANG

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI

DAN EKOSISTEMNY A

Bangsa Indonesia dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kekayaan yang berupa sumber daya

alam yang berlimpah baik di darat, di perairan maupun di udara yang merupakan modal dasar bagi

usaha pembangunan nasional disegala bidang.

Modal dasar sumber daya alam tersebut harus dimanfaatkan secara optimal bagi kescjahteraan

masyarakat dan mutu kehidupan manusia menurut cara yang menjamin keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan baik antara manusia dengan Tuhan penciptanya antara manusia dengan masya­

rakat maupun antara manusia dengan ekosistemnya.

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari sumber daya

alam dan terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa batu-batuan dan kcindahan pe­

mandangan alam dan lain sebagainya yang masing-masing mempunyai fungsi dan manfaat, sebagai

unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat diganti begitu saja dengan je­

nis yang lain. Karena sifatnya yang tak dapat diganti dan peranannya bagi kehidupan manusia,

maka upaya konservasi sumbe.r daya alam hayati dan ekosistemnya adalah menjadi kcwajiban

mutlak dari tiap generasi dimanapun berada dan pada zaman kapanpun.

Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya erat kaitannya dengan ter­

capainya tiga sasaran pokok konservasi yaitu:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologi yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi

kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga ke­

hidupan);

2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sum ber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya, sehing­

ga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan

pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejah­

teraan (pengawetan sumber plasma nutfah).

3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati, sehingga terjamin kelesta­

riannya. Akibat sampingan penetrapan ilmu dan teknologi yang kurang bijaksana, belum har­

monisnya penggunaan tanah dan belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal telah

mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi dan penurunan potensi sumber daya

alam hayati.

13

Page 15: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Oleh karena sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan,

maka upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan kewajiban ber­

sama Pemerintah dan seluruh masyarakat, dan untuk menjamin penyelenggaraannya perlu diatur

dengan Undang-undang.

Dalam pada itu, kita menghadapi kenyataan bahwa hingga saat ini peraturan perundang­

undangan yang mengatur konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang bersifat

nasional belum ada. Peraturan perundang-undangan warisan jaman penjajahan beranekaragam coraknya, sehingga

tidak sesuai lagi dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan bangsa Indonesia.

Perubahan-perubahan yang menyangkut aspek-aspek pemerintahan, perkembangan kependu­

dukan dan ilmu pengetahuan, serta tuntutan keberhasilan pembangunan pada saat ini menghen­

daki peraturan perundang-undangan di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem­

nya yang bersifat nasional yang sesuai dengan aspirasi bangsa Indonesia.

Begitu juga pengelolaan kawasan Pelestarian Alam dalam bentuk Taman Nasional, Taman

Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, yang menyatukan fungsi perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan jenis dan ekosistem, dan fungsi pelestarian. Pemanfaatan sumber daya

alam hayati merupakan perkembangan baru dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati

belum diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada.

Sedangkan peraturan perundang-undangan yang bersifat nasional yang ada kaitannya dengan

sumber daya alam hayati seperti: Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan-keten­

tuan Pokok Kehutanan, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan

Pokok Lingkungan Hidup dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan belum

mengatur materi konservasi alam secara lengkap dan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum

untuk pengaturan lebih lanjut mengenai bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem­

nya.

Undang-undang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang bersifat nasional

dan menyeluruh sangat diperlukan sebagai dasar hukum dalam upaya konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya khususnya yang menyangkut perlindungan, pengawetan plasma nutfah,

keanekaragaman jenis, gejala dan keunikan alam agar dapat menjamin pengembangan ilmu pe­

ngetahuan dan teknologi, penangkaran, pemuliaan, wisata alam dan budidaya bagi kescjahteraan

manusia.

Undang-undang ini memberikan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dalam penyeleng­

garaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sedangkan pelaksanaannya dise­

rahkan kepada Peraturan Pemerintah.

14

Page 16: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Anglea 1. Cukup jelas.

Anglea 2. Cukup jelas.

~gka 3. Cukup jelas. Angka 4. Cukup jelas. Anglea 5 Ikan dan ternak tidak termasuk didalam pengertian satwa liar, namun demikian

termasuk didalam pengertian satwa.

Angka 6. Cukup jelas.

Pasal 2 Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan

hidup yang saling mempengaruhi. Sumber daya alam hayati merupakan unsur ekosistem yang

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan ma­

nusia, namun demikian keseimbangan ekosistem harus tetap terjamin.

Pasal 3

Sumber daya alam dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyara­

kat dan mutu kehidupan manusia, oleh karena itu merupakan tanggung jawab dan kewajiban

masyarakat sendiri untuk berperan serta dalam konservasi sumber daya alam hayati dan eko­sistemnya.

Pasal 4

Strategi konservasi mempunyai 3 (tiga) usaha atau kegiatan pokok, yaitu:

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.

Kehidupan merupakan suatu proses yang berkait satu sama lain dan saling mempengaruhi.

Proses yang terjadi di alam atau ekologi ini bila terputus akan mempengaruhi kehidupan,

karena itu agar manusia tidak dihadapkan pada perubahan yang tidak diduga yang akan mem­

pengaruhi kemampuan pemanfaatan sumber daya alam hayati, maka proses ekologi yang mengandung kehidupan itu perlu dijaga dan dilindungi.

Perlindungan sistem penyangga kehidupan ini meliputi usaha-usaha dan tindakan-tindakan

yang berkaitan dengan perlindungan mata air, tebing, tepian sungai, danau, dan jurang;

pemeliharaan fungsi hidrologis hutan; perlindungan pantai; pengelolaan daerah aliran sungai;

perlindungan terhadap gejala keunikan dan keindahan alam; dan lain-lain.

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya terdiri dari unsur-unsur phisik (hayati dan bu­

kan hayati) maupun bukan phisik. Semua unsur ini sating berkait dan pengaruh mempenga-

15

Page 17: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

ruhi, dan punahnya salah satu unsur tidak dapat diganti dengan unsur yang lain. Berhubung

dengan itu usaha dan tindakan konservasi juga meliputi penjagaan agar unsur-unsur tersebut

tidak punah dengan tujuan agar masing-masing unsur dapat berfungsi dalam alam dan agar

mereka masing-masing siap untuk sewaktu-waktu dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.

3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati.

Usaha pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati pada hakekatnya merupakan usaha

pembatasan/pengendalian dalam pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga peman­

faatan tersebut dapat dilakukan secara terns menerus dimasa mendatang, dengan tetap men­

jaga keseimbangan ekosistemnya.

Pasal 5

Unsur hayati adalah mahluk hidup yang terdiri dari manusia, tumbuhan, satwa, dan jasad renik.

Unsur bukan hayati terdiri dari matahari, air, udara, dan zat hara (mineral).

Hubungan antara unsur hayati dan bukan hayati harus berlangsung dalam keadaan seimbang sesuai dengan kebutuhan yang optimal, sehingga sistem penyangga kehidupan perlu dilindungi.

Pasal 6

Cukupjelas

Lihat pula penjelasan Pasal 4.

Pasal 7

Ayat (1)

Cara pelaksanaan perlindungan sistem penyangga kehidupan adalah dengan menetapkan suatu

wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan dan kemudian mengatur pemanfaatan wilayah

tersebut sehingga fungsi perlindungannya tetap terjamin.

Wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan ini meliputi antara lain hutan lindung, daerah

aliran sungai, areal tepi sungai, daerah pantai, terumbu karang, jurang, areal berpolusi berat.

Pemanfaatan areal atau wilayah tersebut tetap ada pada yang berhak atau pemiliknya, tetapi pe­

manfaatan itu harus mematuhi ketentuan yang ditetapkan Pemerintah.

Ayat (2)

Dalam Peraturan Pemerintah ini perlu diperhatikan kepentingan pemilik/pemegang hak yang ber­

sangkutan.

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas

16

Page 18: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Penertiban tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang pertanahan.

Pasal 9 Yang dimaksud dengan pengawetan disini adalah usaha untuk menjaga agar tidak punah.

Kawasan konservasi yang dimaksud adalah kawasan-kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

alam.

Pengawetan di luar kawasan meliputi pengaturan mengenai pembatasan tindakan-tindakan yang

dapat dilakukan terhadap tumbuhan dan satwa seperti diatur dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal

16 Undang-undang ini.

Kawasan Konservasi yang ditentukan dalam Undang-undang ini maksudnya adalah jenis kawasan

tertentu yang ditunjuk untuk itu.

Pasal 10

Ayat (1)

Dalam rangka mengawetkan jenis, maka ditetapkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilin­

dungi menurut Undang-undang ini.

Penetapan ini dapat diubah sewaktu-waktu tergantung dari tingkat keperluannya yang ditentukan oleh tingkat bahaya kepunahan yang mengancam jenis yang bersangkutan.

Ayat (2)

Jenis satwa yang dilindungi perlu digolongkan lebih lanjut dalam jenis satwa yang dilindungi

karena berada dalam keadaan bahaya dan jenis satwa yang dilindungi karena memang populasi­

nya jarang.

Ayat (3)

Cukupjelas

Pasal 11

Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2)

Cukupjelas

Ayat (3)

Cukup jelas

17

Page 19: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 12

Ayat (1).

Cukupjelas

Ayat (2).

Cukup Jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Membahayakan disini berarti tidak hanya mengancam jiwa manusia melainkan juga menim bulkan

gangguan atau keresahan terhadap ketentraman hidup manusia, atau kerugian materi seperti

misalnya rusaknya lahan atau tanaman atau hasil pertanian.

Ayat (4)

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut antara lain diatur cara-cara mengatasi bahaya, cara mela­

kukan penangkapan hidup-hidup, penggiringan dan pemindahan satwa yang bersangkutan. Se­

dangkan pemusnahan hanya dilaksanakan kalau cara lain ternyata tidak memberi hasil efektif.

Pasal 14 Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2)

Pada dasarnya satwa yang dilindungi harus dipertahankan agar tetap berada dihabitatnya.

Oleh karena itu satwa tersebut yang dirampas untuk Negara pertama-tama diusahakan untuk di­

kembalikan kehabitatnya. Kalau hal itu tidak mungkin, maka satwa tersebut diserahkan kepada

lembaga yang bergerak di bidang konservasi satwa. Apabila keadaannya sudah tidak memungkin­

kan, maka lebih baik dimusnahkan. Lembaga yang dimaksud ayat ini dapat berupa lembaga

Pemerintah maupun swasta, misalnya Kebun Binatang, Kebun Botani, Musium Biologi, Herbari­um, dan sebagainya.

Pasal 15

Ayat (1)

Lembaga dimaksud dalam Pasal ini adalah lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. Ayat (2)

Cukup jelas.

18

Page 20: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 16

Pemasukan jenis tumbuhan dan satwa liar ke dalam wilayah Republik Indonesia perlu diatur

untuk mencegah terjadinya polusi genetik dan menjaga kemantapan ekosistem yang ada guna

pemanfaatan optimal bagi bangsa Indonesia. Dalam pengaturan ini termasuk tum buhan dan satwa

yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

Pasal 17

Cukupjelas

Pasal 18

Ayat (1)

a. pemeliharaan untuk kesenangan tumbuhan dan satwa liar hanya terbatas pada tumbuhan dan

satwa liar yang tidak dilindungi.

b. pengkajian, penelitian dan pengembangan tumbuhan dan satwa liar adalah untuk mengetahui

kelangsungan potensi, daya dukung, keragaman jenis tumbuhan dan satwa liar tersebut agar

dimanfaatkan secara berkesinambungan.

c. perburuan meliputi semua upaya untuk menguasai satwa liar tertentu, baik untuk tujuan

olah raga, rekreasi dan tujuan komersial.

d. penangkaran tumbuhan dan satwa liar merupakan permulaan bagi usaha budidaya.

e. peragaan tumbuhan dan satwa liar berupa penyajian pertunjukan, koleksi tumbuhan dan

satwa liar, kontes dan lain-lain.

f. perdagangan tumbuhan dan satwa liar dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undang­

an yang berlaku.

Ayat (2)

Cukupjelas

Pasal 19

Ayat (1)

Unsur pemeliharaan keseimbangan populasi satwa dan habitatnya harus selalu menjadi pertim­

bangan pokok dalam perburuan satwa.

Ayat (2)

Perburuan disini meliputi segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kegiatan berburu dan

pengurusannya, antara lain tata cara dan syarat pemberian izin berburu, penetapan satwa yang

diburu, tempat berburu, waktu berburu, cara dan peralatan berburu, jumlah pungutan dan tata

cara pemungutannya dan lain-lain.

19

Page 21: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

~ I I I I

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukupjelas

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1)

Fungsi ilmu pengetahuan clan pendidikan dilaksanakan melalui penelitian atau observasi di dalam cagar alam.

Fungsi penunjang budidaya dapat dilaksanakan dalam bentuk penggunaan plasma nutfah yang

terdapat dalam cagar alam yang bersangkutan untuk keperluan budidaya dan penangkaran.

Ayat (2)

Fungsi ilmu pengetahuan dan pendidikan dilaksanakan melalui penelitian atau observasi di dalam

suaka margasatwa.

Fungsi penunjang budidaya dapat dilaksanakan dalam bentuk penggunaan plasma nutfah yang

terdapat dalam suaka margasatwa yang bersangkutan untuk keperluan budidaya dan penangkar­an. Yang dimaksud dengan wisata terbatas adalah suatu kegiatan untuk mengunjungi, melihat dan

menikmati keindahan alam di suaka margasatwa dengan persyaratan tertentu.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Pembinaan terhadap keutuhan suaka alam dalam arti mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas

areal dan menambah jenis tumbuhan dan bukan asli yang dimasukkan ke dalam kawasan suaka alam.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Jenis tumbuhan dan jenis satwa lain dimaksud adalah jenis tumbuhan dan jenis satwa yang ter­

dapat di luar kawasan.

20

Page 22: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 25

Daerah penyangga ini dapat terdiri dari kawasan hutan dan dapat pula berupa tanah negara bebas

maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan kawasan suaka

alam. Pengelolaan atas daerah penyangga tetap berada ditangan yang berhak, sedangkan cara­

cara pengelolaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerin­

tah.

Pasal 26

Ayat (1)

Cagar Biosf er adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan a tau eko­

sistem yang telah mengalami degradasi yang seluruh unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan

bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.

Adanya Cagar Biosfer dimaksudkan sebagai tempat penelitian dan pendidikan mengamati dan

mengevaluasi perubahan-perubahan yang terjadi pada kawasan yang bersangkutan.

Dengan ditentukannya suatu kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya sebagai cagar

biosfer, maka kawasan yang bersangkutan menjadi bagian dari pada jaringan konservasi interna­

sional.

Namun begitu, kewenangan penentuan kegiatan penelitian atau pendidikan di dalam cagar bios­

fer sepenuhnya berada ditangan Pemerintah.

Untuk itu syarat-syarat penetapan kawasan suaka alam dan kawasan tertentu Jainnya menjadi

cagar biosfer perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah. Begitu pula penetapannya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Wilayah Taman Nasional, dan Taman Wisata Alam meliputi areal daratan dan perairan.

Ayat (2)

Dalam Peraturan Pemerintah diatur juga syarat-syarat penetapan suatu wilayah menjadi Taman

Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Daerah penyangga adalah wilayah yang berada diluar kawasan pelestarian alam dapat terdiri

dari kawasan hutan dan dapat pula berupa tanah negara bebas maupun tanah yang dibebani

hak, yang diperlukan untuk dan mampu menjaga keutuhan kawasan pelestarian alam. Pengelo­

laan atas daerah penyangga tetap ada ditangan yang berhak, sedangkan cara-cara pengelolaan

harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 25.

21

Page 23: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 29

Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2)

Fungsi ilmu pengetahuan dan pendidikan dilaksanakan melalui penelitian atau observasi di dalam

zona inti taman nasional.

Pasal 30

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan mengurangi a tau menghilangkan zona inti taman nasional adalah segala

perbuatan yang akan membawa perubahan terhadap keadaan tanahnya, tumbuhan dan satwa

dan dengan demikian akan membahayakan keadaan zona inti taman nasional. Untuk kepenting­

an ilmu pengetahuan dan pendidikan dimungkinkan diadakan kegiatan secara terbatas dalam zona

inti taman nasional.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 31

Ayat (1)

Dalam rangka pengelolaan dapat juga dibangun sarana-sarana kepariwisataan.

Ayat (2)

Pelaksanaan ketentuan ini dilakukan berdasarkan aturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (2).

Dalam pelaksanaannya Pemerintah dapat pula menetapkan pungutan yang diperlukan untuk

menunjang usaha pelestarian. Pungutan serupa itu juga diatur dalam Peraturan Pemerintah se­

bagaimana dimaksud di atas.

Ayat (3)

Cukupjelas

Pasal 32

Penutupan tersebut dilakukan untuk memulihkan keadaan kepada potensi semula, misalnya un­

tuk memulihkan keadaan akibat kebakaran, kerusakan yang sangat membahayakan kelestarian,

dan lain-lain.

22

Page 24: RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENT ANG KONSERVASI …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190807-093337-7457.pdf · rancangan undang-undang nomor: tahun tentang konservasi sumber

Pasal 33

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 35

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

T AMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

23