rancangan undang-undang republik … ruu sbpb hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup....

52
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN … TENTANG SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilakukan pembangunan di segala bidang salah satunya pembangunan di bidang pertanian; b. bahwa sistem pembangunan berkelanjutan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan di bidang pertanian melalui sistem budi daya pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan; c. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan zaman dan kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan; Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A, dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN. BAB I KETENTUAN UMUM

Upload: others

Post on 29-Jan-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan nasional,

yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilakukan

pembangunan di segala bidang salah satunya

pembangunan di bidang pertanian;

b. bahwa sistem pembangunan berkelanjutan perlu

ditumbuhkembangkan dalam pembangunan di bidang

pertanian melalui sistem budi daya pertanian untuk

mencapai kedaulatan pangan dengan memperhatikan

daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi perubahan

iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju,

efisien, tangguh, dan berkelanjutan;

c. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman masih terdapat kekurangan

dan belum dapat menampung perkembangan zaman dan

kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu diganti;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

membentuk Undang-Undang tentang Sistem Budi Daya

Pertanian Berkelanjutan;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A, dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat

(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDI DAYA

PERTANIAN BERKELANJUTAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Page 2: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber

daya alam hayati dalam memproduksi komoditas pertanian guna

memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan berkesinambungan

dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan

bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk

menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu

agroekosistem.

3. Tanaman adalah sumber daya alam nabati yang dibudidayakan mencakup

tanaman semusim dan tahunan.

4. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu

lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang

mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan

hidrologi, baik yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh

manusia.

5. Sumber Daya Genetik adalah material genetik yang berasal dari tumbuhan,

hewan, atau jasad renik yang mengandung unit yang berfungsi sebagai

pembawa sifat keturunan, baik yang mempunyai nilai nyata maupun

potensial.

6. Pemuliaan adalah kegiatan dalam memelihara tumbuhan atau hewan

untuk menjaga kemurnian galur, ras, atau varietas sekaligus memperbaiki

produksi atau kualitasnya.

7. Benih Tanaman adalah Tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk

memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan Tanaman.

8. Benih Hewan adalah bahan reproduksi hewan yang dapat berupa semen,

sperma, ova, telur tertunas, dan embrio.

9. Bibit Hewan adalah hewan yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan

serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.

10. Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Varietas, adalah sekelompok

Tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk

Tanaman, pertumbuhan Tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi

karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan

dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang

menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

11. Sertifikasi adalah serangkaian pemeriksaan dan/atau pengujian dalam

rangka penerbitan sertifikat.

12. Pelindungan Pertanian adalah segala upaya untuk mencegah kerugian

pada budi daya Pertanian yang diakibatkan oleh organisme pengganggu

tumbuhan dan penyakit hewan.

13. Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua organisme yang dapat

merusak, mengganggu kehidupan, atau mengakibatkan kematian

tumbuhan.

14. Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap Tanaman, Organisme

Pengganggu Tumbuhan, penyakit hewan, dan benda lain yang

menyebabkan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan dan

penyakit hewan.

Page 3: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

15. Sarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang dapat dipakai

sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan untuk budi daya Pertanian.

16. Prasarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang menjadi

penunjang utama dan pendukung budi daya Pertanian.

17. Pupuk adalah bahan kimia anorganik dan/atau organik, bahan alami

dan/atau sintetis, organisme dan/atau yang telah melalui proses rekayasa,

untuk menyediakan unsur hara bagi Tanaman baik secara langsung

maupun tidak langsung.

18. Usaha Budi Daya Pertanian adalah semua kegiatan untuk menghasilkan

produk dan/atau menyediakan jasa yang berkaitan dengan budi daya

Pertanian.

19. Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta

keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang Tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan.

20. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

21. Pelaku Usaha adalah Setiap Orang yang melakukan usaha Prasarana Budi

Daya Pertanian, Sarana Budi Daya Pertanian, budi daya Pertanian, panen,

pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil Pertanian, serta jasa

penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum Republik

Indonesia.

22. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh

Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

23. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

24. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang Pertanian.

Pasal 2

Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas:

a. kebermanfaatan;

b. keberlanjutan;

c. kedaulatan;

d. keterpaduan;

e. kebersamaan;

f. kemandirian;

g. keterbukaan;

h. efisiensi berkeadilan;

i. kearifan lokal;

j. kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

k. pelindungan negara.

Pasal 3

Penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan bertujuan untuk:

a. meningkatkan dan memperluas penganekaragaman hasil Pertanian, guna

memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, industri dalam

negeri, dan memperbesar ekspor;

b. meningkatkan pendapatan dan taraf hidup Petani; dan

Page 4: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

c. mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan

kesempatan kerja.

Pasal 4

Pengaturan penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

meliputi:

a. perencanaan budi daya Pertanian;

b. tata ruang dan tata guna Lahan budi daya Pertanian;

c. penggunaan Lahan;

d. perbenihan dan perbibitan;

e. penanaman;

f. pengeluaran dan pemasukan Tanaman, benih, bibit, dan hewan;

g. pemanfaatan air;

h. pelindungan dan pemeliharaan Pertanian;

i. panen dan pascapanen;

j. Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya Pertanian;

k. Usaha Budi Daya Pertanian;

l. pembinaan dan pengawasan;

m. penelitian dan pengembangan;

n. pengembangan sumber daya manusia;

o. sistem informasi; dan

p. peran serta masyarakat.

BAB II

PERENCANAAN BUDI DAYA PERTANIAN

Pasal 5

(1) Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian

Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diselenggarakan

perencanaan budi daya Pertanian.

(2) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional,

perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan pembangunan

sektoral.

(3) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk merancang pembangunan dan pengembangan Pertanian

secara berkelanjutan.

(4) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya dengan melibatkan masyarakat.

(5) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

(6) Perencanaan budi daya Pertanian ditetapkan dalam rencana pembangunan

jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan rencana

tahunan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

meliputi aspek:

a. sumber daya manusia;

Page 5: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

b. sumber daya alam;

c. sarana dan prasarana;

d. sasaran produksi;

e. kawasan budi daya Pertanian;

f. pembiayaan, penjaminan, dan penanaman modal;

g. identifikasi persoalan pasar;

h. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

i. pengindentifikasian komoditas unggulan nasional dan lokal; dan

j. produksi budi daya Pertanian tertentu berdasarkan kepentingan

nasional.

(2) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

harus memperhatikan:

a. pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi;

b. daya dukung sumber daya alam, iklim, dan lingkungan;

c. rencana pembangunan nasional dan daerah;

d. rencana tata ruang;

e. pertumbuhan ekonomi dan produktivitas;

f. kebutuhan Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya

Pertanian;

g. kebutuhan teknis, ekonomis, dan kelembagaan;

h. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

i. kepentingan masyarakat; dan

j. kelestarian lingkungan hidup.

(3) Aspek perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu

kesatuan yang utuh.

Pasal 7

(1) Perencanaan budi daya Pertanian tingkat nasional sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (5) dilakukan dengan memperhatikan rencana

pembangunan nasional serta kebutuhan dan usulan provinsi.

(2) Perencanaan budi daya Pertanian tingkat provinsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (5) dilakukan dengan memperhatikan rencana

pembangunan provinsi serta kebutuhan dan usulan kabupaten/kota.

(3) Perencanaan budi daya Pertanian tingkat kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) dilakukan dengan memperhatikan

rencana pembangunan provinsi dan kabupaten/kota serta usulan

masyarakat.

Pasal 8

(1) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

diwujudkan dalam bentuk rencana budi daya Pertanian.

(2) Rencana budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. rencana budi daya Pertanian nasional yang ditetapkan oleh Menteri;

b. rencana budi daya Pertanian provinsi yang ditetapkan oleh gubernur;

dan

c. rencana budi daya Pertanian kabupaten/kota yang ditetapkan oleh

bupati/wali kota.

Pasal 9

Page 6: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

(1) Rencana budi daya Pertanian nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 ayat (2) huruf a menjadi pedoman untuk menyusun perencanaan

Pertanian provinsi.

(2) Rencana budi daya Pertanian provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 ayat (2) huruf b menjadi pedoman untuk menyusun perencanaan

Pertanian kabupaten/kota.

(3) Rencana budi daya Pertanian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c menjadi pedoman untuk pengembangan budi

daya Pertanian setempat.

(4) Rencana budi daya Pertanian nasional, rencana budi daya Pertanian

provinsi, dan rencana budi daya Pertanian kabupaten/kota menjadi

pedoman bagi Pelaku Usaha dalam pengembangan budi daya Pertanian.

Pasal 10

(1) Petani memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jenis Tanaman dan

hewan serta pembudidayaannya.

(2) Dalam menerapkan kebebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Petani memprioritaskan perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 dan mengembangkan budi daya Tanaman pokok

lainnya.

(3) Pemerintah Pusat berkewajiban memfasilitasi kegiatan budi daya Tanaman

pokok lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai pangan

alternatif sesuai potensi lokal.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Pemerintah sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 11

Dalam hal Petani menentukan pilihan jenis Tanaman dan hewan serta

pembudidayaannya sesuai dengan perencanaan budi daya Pertanian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban menjamin

pelaksanaannya.

BAB III

TATA RUANG DAN TATA GUNA LAHAN BUDI DAYA PERTANIAN

Pasal 12

(1) Pemanfaatan Lahan untuk keperluan budi daya Pertanian disesuaikan

dengan ketentuan tata ruang dan tata guna Lahan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tata ruang dan tata guna Lahan untuk keperluan budi daya Pertanian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai kawasan dan

penatagunaan Lahan dalam rencana tata ruang untuk subsektor Tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

(3) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

dengan memperhatikan kesesuaian dan kemampuan Lahan dan

pelestarian lingkungan hidup, khususnya konservasi tanah dan air.

Pasal 13

Page 7: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

(1) Pemanfaatan Lahan untuk keperluan budi daya Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dilakukan dengan pendekatan

pengelolaan agroekosistem berdasarkan prinsip Pertanian konservasi.

(2) Pertanian konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan

untuk melindungi, memulihkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi

Lahan guna peningkatan produktivitas Pertanian yang berkelanjutan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pertanian konservasi diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban menetapkan kawasan budi daya Pertanian dalam rencana

tata ruang.

(2) Perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahan

peruntukan kawasan budi daya Pertanian untuk kepentingan umum

dilakukan dengan tidak mengganggu rencana produksi budi daya

Pertanian secara nasional dan didasarkan pada kajian lingkungan hidup

strategis.

Pasal 15

(1) Pemerintah Pusat menetapkan luas maksimum Lahan untuk Usaha Budi

Daya Pertanian.

(2) Setiap perubahan jenis Tanaman dan hewan pada Usaha Budi Daya

Pertanian di atas tanah yang dikuasai negara harus memperoleh

persetujuan Pemerintah Pusat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan luas maksimum Lahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perubahan jenis Tanaman dan

hewan pada Usaha Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 16

(1) Pengembangan budi daya Pertanian dilakukan secara terpadu dengan

pendekatan kawasan pengembangan budi daya Pertanian.

(2) Kawasan pengembangan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan secara terintegrasi dari lokasi budi daya, pengolahan

hasil, pemasaran, penelitian dan pengembangan, serta sumber daya

manusia.

(3) Kawasan pengembangan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) harus terhubung secara fungsional yang membentuk kawasan

pengembangan budi daya Pertanian kabupaten/kota, provinsi, dan

nasional.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan pengembangan budi daya

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Pasal 17

(1) Pemerintah Pusat berkewajiban menetapkan kawasan budi daya Pertanian

bagi pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal di provinsi

atau kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari

Pemerintah Daerah.

Page 8: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

(2) Pemerintah Pusat memfasilitasi kawasan budi daya Pertanian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sehingga menjadi satu kesatuan fungsional.

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

berkewajiban mendukung pengembangan kawasan budi daya Pertanian

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, anggaran pendapatan

dan belanja daerah, serta sumber pembiayaan lainnya yang sah.

BAB IV

PENGGUNAAN LAHAN

Pasal 18

(1) Lahan budi daya Pertanian terdiri atas Lahan terbuka dan Lahan tertutup

yang menggunakan tanah dan/atau media tanam lainnya.

(2) Lahan budi daya Pertanian berupa Lahan terbuka wajib dilindungi,

dipelihara, dipulihkan, serta ditingkatkan fungsinya oleh Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, dan/atau Petani.

(3) Ketentuan mengenai pelindungan, pemeliharaan, pemulihan, serta

peningkatan fungsi Lahan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 19

(1) Setiap Orang dilarang mengalihfungsikan Lahan yang sudah ditetapkan

sebagai Lahan budi daya Pertanian.

(2) Dalam hal untuk kepentingan umum, Lahan budi daya Pertanian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dialihfungsikan dan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengalihfungsian Lahan budi daya Pertanian untuk kepentingan umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan dengan

syarat:

a. dilakukan kajian strategis;

b. disusun rencana alih fungsi lahan;

c. dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik; dan

d. disediakan Lahan pengganti terhadap Lahan budi daya Pertanian.

(4) Alih fungsi Lahan budi daya Pertanian untuk kepentingan umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan pada Lahan Pertanian

yang telah memiliki jaringan pengairan lengkap.

Pasal 20

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban memberikan insentif kepada Petani yang mampu

mempertahankan Lahan budi daya Pertanian.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. keringanan pajak bumi dan bangunan;

b. pengembangan infrastruktur Pertanian;

c. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul;

d. kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;

e. penyediaan Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya

Pertanian;

f. jaminan penerbitan sertipikat bidang tanah pertanian pangan melalui

pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik;

Page 9: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

g. penyediaan bantuan modal/kredit usaha dan

bimbingan/pendampingan Usaha Budi Daya Pertanian; dan/atau

h. penghargaan bagi Petani berprestasi tinggi.

(3) Setiap Orang yang memiliki atau memegang hak usaha atas Lahan budi

daya Pertanian dilarang menelantarkan Lahan budi daya Pertanian.

Pasal 21

(1) Setiap Orang yang menggunakan Lahan dalam luasan tertentu untuk

kepentingan budi daya Pertanian wajib mengikuti tata cara yang dapat

mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

mempertahankan dan mengembangkan Lahan untuk kepentingan budi

daya Pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dengan mempertimbangkan:

a. jenis Tanaman;

b. populasi hewan ternak;

c. ketersediaan Lahan yang sesuai secara agroklimat;

d. modal;

e. kapasitas unit pengolahan;

f. tingkat kepadatan penduduk;

g. pola pengembangan usaha;

h. kondisi geografis;

i. perkembangan teknologi; dan

j. pemanfaatan Lahan berdasarkan fungsi ruang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang.

(3) Penetapan batasan luasan penggunaan Lahan oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan rencana jangka panjang

terkait pengadaan, peruntukan, serta penyediaan Lahan budi daya

Pertanian dan cadangan Lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan

Pertanian.

Pasal 22

Dalam hal penggunaan Lahan dalam luasan tertentu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) dilakukan oleh Pelaku Usaha di atas Lahan hak ulayat,

Pelaku Usaha wajib melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat

pemegang hak ulayat untuk memperoleh persetujuan.

Pasal 23

(1) Setiap Orang yang menggunakan Lahan dan/atau media tanam lainnya

untuk keperluan budi daya Pertanian wajib mengikuti tata cara yang dapat

mencegah timbulnya pencemaran lingkungan.

(2) Penggunaan Lahan dan/atau media tanam lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan daya

dukung Lahan berdasarkan pewilayahan komoditas Pertanian dan

karakter wilayah Pertanian tertentu.

Pasal 24

Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Lahan dan/atau media tanam

lainnya, dan tata cara yang dapat mencegah timbulnya kerusakan dan

Page 10: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

pencemaran lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan

Pasal 23 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB V

PERBENIHAN DAN PERBIBITAN

Pasal 25

Pemerolehan Benih Tanaman atau Bibit Hewan bermutu dapat dilakukan

melalui kegiatan penemuan dan/atau perakitan Varietas atau galur unggul

dan/atau introduksi.

Pasal 26

(1) Penemuan dan/atau perakitan Varietas atau galur unggul sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan melalui pemuliaan.

(2) Pemuliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh

Setiap Orang.

Pasal 27

(1) Pencarian dan pengumpulan Sumber Daya Genetik untuk Pemuliaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Setiap Orang yang melakukan kegiatan pencarian dan pengumpulan

Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki

izin, kecuali Petani kecil.

(3) Petani kecil yang melakukan pencarian dan pengumpulan Sumber Daya

Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melaporkan kepada

Pemerintah Daerah untuk selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah

Pusat.

(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

melakukan pelestarian Sumber Daya Genetik bersama masyarakat.

(5) Pelestarian Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

memperhatikan wilayah dan kondisi geografis sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin, pelaporan, pencarian,

pengumpulan, dan pelestarian Sumber Daya Genetik sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Pasal 28

(1) Introduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan dalam

bentuk Benih Tanaman, Benih Hewan, Bibit Hewan, dan/atau materi

induk untuk Pemuliaan.

(2) Introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan apabila

Benih Tanaman, Benih Hewan, Bibit Hewan, dan/atau materi induk belum

ada di wilayah negara Republik Indonesia.

(3) Introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dilakukan oleh

Pemerintah atau Setiap Orang wajib memiliki izin.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai introduksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 29

Page 11: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

(1) Pemerintah Pusat melakukan pelepasan terhadap:

a. Varietas unggul;

b. galur; dan

c. Varietas introduksi,

sebelum diedarkan kecuali hasil Pemuliaan oleh Petani kecil dalam negeri.

(2) Varietas hasil Pemuliaan Petani kecil dalam negeri dilaporkan kepada

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

(3) Varietas hasil Pemuliaan Petani kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

hanya dapat diedarkan secara terbatas dalam 1 (satu) wilayah

kabupaten/kota.

(4) Setiap Orang dilarang mengedarkan Varietas hasil Pemuliaan atau

introduksi yang belum dilepas.

(5) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pelepasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 30

(1) Benih Tanaman dari Varietas hasil Pemuliaan atau introduksi yang telah

dilepas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) merupakan benih

unggul.

(2) Benih unggul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi

standar mutu, disertifikasi, dan diberi label.

(3) Dalam hal standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum

ditetapkan, Menteri menetapkan persyaratan teknis minimal.

(4) Setiap Orang dilarang mengedarkan benih unggul yang tidak sesuai dengan

standar mutu, tidak bersertifikat, dan/atau tidak berlabel.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar mutu, sertifikasi, dan pelabelan

benih unggul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 31

(1) Pengadaan benih unggul diperoleh dari produksi dalam negeri dan/atau

pemasukan dari luar negeri.

(2) Pengadaan benih unggul dari produksi dalam negeri sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Petani, Pelaku Usaha,

dan/atau Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya.

Pasal 32

(1) Pengadaan benih unggul melalui pemasukan dari luar negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dilakukan setelah mendapat izin dari

Menteri.

(2) Pengeluaran benih unggul dari wilayah negara Republik Indonesia dapat

dilakukan oleh instansi Pemerintah, Petani, atau Pelaku Usaha

berdasarkan izin.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin pemasukan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan izin pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 33

Page 12: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Setiap Orang yang mengedarkan Benih Tanaman, Benih Hewan, dan/atau Bibit

Hewan hasil rekayasa genetik mengikuti ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 34

Setiap Orang dilarang:

a. mengadakan, mengedarkan, dan/atau menanam Benih Tanaman;

dan/atau

b. mengadakan, mengedarkan, dan/atau memelihara Benih Hewan atau Bibit

Hewan,

yang merugikan masyarakat, budi daya Pertanian, sumber daya alam lainnya,

dan/atau lingkungan hidup.

Pasal 35

Varietas yang dapat diberi pelindungan meliputi Varietas dari jenis atau spesies

Tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama.

Pasal 36

Varietas yang penggunaannya bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, ketertiban umum, kesusilaan, norma agama, kesehatan, dan

kelestarian lingkungan hidup tidak dapat diberi pelindungan Varietas.

Pasal 37

(1) Pemegang hak pelindungan Varietas yaitu Setiap Orang atau pihak lain

yang menerima lebih lanjut hak pelindungan Varietas dari pemegang hak

pelindungan sebelumnya.

(2) Pemegang hak pelindungan Varietas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memiliki hak untuk menggunakan dan memberikan persetujuan kepada

Setiap Orang untuk menggunakan Varietas berupa Benih Tanaman dan

hasil panen yang digunakan untuk propagasi.

Pasal 38

Jika hak pelindungan Varietas diberikan kepada Setiap Orang yang tidak

berhak, Setiap Orang yang berhak dapat menuntut hak pelindungan Varietas

ke pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39

Pelindungan Varietas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sampai dengan

Pasal 38 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BAB VI

PENANAMAN

Pasal 40

(1) Penanaman merupakan kegiatan menanam Benih Tanaman pada Lahan

atau media tanam lainnya.

(2) Penanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan

tepat pola tanam, tepat Benih Tanaman, tepat cara, tepat sarana dan

prasarana, serta tepat waktu.

Page 13: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 41

(1) Tepat pola tanam, tepat Benih Tanaman, tepat cara, tepat sarana dan

prasarana, serta tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat

(2) dilakukan dengan manajemen tanam.

(2) Manajemen tanam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kalender tanam;

b. pola pemupukan;

c. pola pengairan; dan

d. perbenihan.

(3) Pemerintah Pusat menetapkan manajemen tanam sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dengan memperhatikan kearifan lokal.

Pasal 42

Ketentuan lebih lanjut mengenai penanaman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 40 dan manajemen tanam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 diatur

dengan Peraturan Menteri.

BAB VII

PENGELUARAN DAN PEMASUKAN

TANAMAN, BENIH, BIBIT, DAN HEWAN

Pasal 43

Pengeluaran Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan, Bibit Hewan, dan hewan

dari wilayah Republik Indonesia oleh Setiap Orang dapat dilakukan jika

keperluan dalam negeri telah terpenuhi dengan memperoleh izin dari Menteri.

Pasal 44

(1) Pemasukan Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan, dan Bibit Hewan

dari luar negeri dapat dilakukan untuk:

a. meningkatkan mutu dan keragaman genetik;

b. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau

c. memenuhi keperluan di dalam negeri.

(2) Pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi standar

mutu.

(3) Setiap Orang yang melakukan pemasukan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memperoleh izin dari Menteri.

Pasal 45

(1) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan terhadap pengeluaran dan

pemasukan Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan, Bibit Hewan, dan

hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dan Pasal 44.

(2) Pengeluaran dan pemasukan Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan,

Bibit Hewan, dan hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dan Pasal

44 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 46

(1) Setiap Orang dilarang memasukkan dan/atau mengeluarkan Tanaman,

Benih Tanaman, Benih Hewan, Bibit Hewan, dan hewan yang terancam

Page 14: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

punah dan/atau yang dapat merugikan kepentingan nasional ke dan/atau

dari wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan,

Bibit Hewan, dan hewan yang terancam punah dan/atau yang dapat

merugikan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

PEMANFAATAN AIR

Pasal 47

(1) Pemanfaatan air untuk budi daya Pertanian memperhatikan baku mutu air

sesuai dengan peruntukannya.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

mengatur pemanfaatan air untuk budi daya Pertanian.

(3) Dalam mengatur pemanfaatan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban:

a. mengupayakan ketersediaan air dengan mempertimbangkan kondisi

hidroklimatologi, hidrologi, dan hidrogeologi;

b. menetapkan prioritas penggunaan air untuk kegiatan budi daya

Pertanian setelah kebutuhan pokok manusia sehari-hari terpenuhi;

dan

c. menetapkan rencana alokasi dan mengatur pembagian air sesuai

rencana alokasi yang ditetapkan untuk kegiatan budi daya Pertanian.

(4) Pengaturan pemanfaatan air untuk budi daya Pertanian sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB IX

PELINDUNGAN DAN PEMELIHARAAN PERTANIAN

Bagian Kesatu

Pelindungan Pertanian

Pasal 48

(1) Pelindungan Pertanian dilaksanakan dengan sistem pengelolaan hama

terpadu serta penanganan dampak perubahan iklim.

(2) Pelaksanaan Pelindungan Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

dengan kewenangannya, Petani, Pelaku Usaha, dan masyarakat.

Pasal 49

Pelindungan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, dilaksanakan

melalui kegiatan:

Page 15: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

a. pencegahan masuknya Organisme Penggangggu Tumbuhan dan penyakit

hewan dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, serta

tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik

Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan dan penyakit hewan; dan

c. penanganan dampak perubahan iklim.

Pasal 50

(1) Setiap Orang dilarang menggunakan Sarana Budi Daya Pertanian,

Prasarana Budi Daya Pertanian, dan/atau cara yang dapat mengganggu

kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia serta

menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam dan/atau

lingkungan hidup, dalam pelaksanaan Pelindungan Pertanian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sarana, prasarana, dan/atau

cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Pasal 51

(1) Setiap Orang yang memiliki atau menguasai Tanaman atau hewan harus

melaporkan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan

penyakit hewan kepada pejabat yang berwenang dan yang bersangkutan

harus mengendalikannya.

(2) Dalam hal serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan atau penyakit

hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. eksplosi; atau

b. Organisme Pengganggu Tumbuhan atau penyakit hewan yang belum

pernah ada,

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban menanggulangi bersama masyarakat.

Pasal 52

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

dapat melakukan atau memerintahkan:

a. Eradikasi Tanaman, dan/atau benda lain; atau

b. depopulasi hewan, yang menyebabkan tersebarnya penyakit hewan.

(2) Dalam hal Organisme Pengganggu Tumbuhan atau penyakit hewan

dianggap sangat berbahaya, mengancam keselamatan Tanaman dan

hewan secara meluas, dilakukan Eradikasi atau depopulasi.

Pasal 53

Pemilik Tanaman dan hewan yang Tanaman, hewan, dan/atau benda lainnya

tidak terserang Organisme Pengganggu Tumbuhan dan penyakit hewan tetapi

harus dimusnahkan dalam rangka Eradikasi atau depopulasi diberi

kompensasi.

Pasal 54

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelindungan Pertanian sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 53 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 16: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Bagian Kedua

Pemeliharaan Pertanian

Pasal 55

(1) Pemeliharaan Pertanian bertujuan untuk:

a. menciptakan kondisi pertumbuhan dan produktivitas Pertanian yang

optimal;

b. menjaga kelestarian lingkungan; dan

c. mencegah timbulnya kerugian pihak lain dan/atau kepentingan

umum.

(2) Setiap Orang dilarang menggunakan Sarana Budi Daya Pertanian,

Prasarana Budi Daya Pertanian, dan/atau cara yang mengganggu

kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia serta

menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam dan/atau

lingkungan hidup, dalam melakukan pemeliharaan Pertanian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeliharaan Pertanian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB X

PANEN DAN PASCAPANEN

Bagian Kesatu

Panen

Pasal 56

(1) Panen merupakan kegiatan memungut hasil budi daya Pertanian yang

ditujukan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan menekan

kehilangan dan kerusakan hasil.

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), panen

dilaksanakan secara tepat waktu, tepat keadaan, tepat cara, dan tepat

sarana dan prasarana.

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya,

Petani, Pelaku Usaha, dan masyarakat berkewajiban untuk mewujudkan

tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Setiap Orang yang melakukan panen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib mencegah rusaknya sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta

timbulnya kerugian bagi masyarakat.

Pasal 57

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib

berupaya untuk meringankan beban Petani kecil yang mengalami gagal panen

yang tidak ditanggung oleh asuransi Pertanian sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pascapanen

Pasal 58

Pascapanen merupakan kegiatan penanganan hasil panen yang ditujukan

untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu, menekan tingkat

Page 17: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

kehilangan dan/atau kerusakan, memperpanjang daya simpan, dan

meningkatkan daya guna serta nilai tambah hasil budi daya Pertanian.

Pasal 59

(1) Hasil budi daya Pertanian yang dipasarkan harus memenuhi standar

mutu.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

membina dan memfasilitasi pemenuhan standar mutu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya,

mengawasi mutu hasil budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Pasal 60

(1) Pemerintah Pusat menetapkan standar unit pengolahan, alat transportasi,

dan unit penyimpanan hasil budi daya Pertanian.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

melakukan akreditasi atas kelayakan unit pengolahan, alat transportasi,

dan unit penyimpanan hasil budi daya Pertanian, sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

melakukan pengawasan terhadap unit pengolahan, alat transportasi, dan

unit penyimpanan hasil budi daya Pertanian.

Pasal 61

Pemerintah Pusat menetapkan tata cara pengawasan atas mutu unit

pengolahan, alat transportasi, dan unit penyimpanan hasil budi daya Pertanian.

Pasal 62

Ketentuan lebih lanjut mengenai pascapanen sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 58 sampai dengan Pasal 61 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 63

(1) Pemerintah Pusat menetapkan harga dasar hasil budi daya Pertanian

strategis nasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penetapan harga

dasar hasil budi daya Pertanian strategis nasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 64

(1) Untuk melindungi hasil budi daya Pertanian, Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban menyerap

kelebihan hasil budi daya Pertanian strategis nasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyerapan kelebihan budi daya

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Page 18: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

BAB XI

SARANA BUDI DAYA PERTANIAN DAN PRASARANA BUDI DAYA PERTANIAN

Bagian Kesatu

Sarana Budi Daya Pertanian

Pasal 65

(1) Sarana Budi Daya Pertanian terdiri atas:

a. Benih Tanaman dan Benih Hewan atau Bibit Hewan;

b. Pupuk;

c. pestisida;

d. pakan; dan

e. alat dan mesin Pertanian.

(2) Sarana Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal

dari dalam negeri atau luar negeri.

(3) Sarana Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikembangkan dengan teknologi yang memperhatikan kondisi iklim,

kondisi Lahan, dan ramah lingkungan.

Pasal 66

(1) Sarana Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat

(1) harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.

(2) Untuk memenuhi standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Sarana Budi Daya Pertanian wajib dilakukan sertifikasi.

(3) Dalam hal standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum

ditetapkan, Menteri menetapkan persyaratan teknis minimal.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikecualikan

untuk Sarana Budi Daya Pertanian produksi lokal atau Petani kecil yang

diedarkan secara terbatas dalam satu kabupaten/kota.

(5) Setiap Orang dilarang mengedarkan Sarana Budi Daya Pertanian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf a, huruf d, dan huruf

e yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 67

(1) Sarana Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat

(1) huruf a sampai dengan huruf d dapat merupakan atau mengandung

hasil rekayasa genetik.

(2) Setiap Orang yang mengedarkan Sarana Budi Daya Pertanian yang

merupakan atau mengandung hasil rekayasa genetik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), peredarannya mengikuti ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang keamanan hayati.

Pasal 68

(1) Sarana Budi Daya Pertanian yang diedarkan wajib diberi label, kecuali

Sarana Budi Daya Pertanian produksi lokal atau Petani kecil yang

diedarkan secara terbatas dalam satu kabupaten/kota.

(2) Pemberian label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 69

Page 19: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan dan

kemampuannya dapat mendanai Sarana Budi Daya Pertanian untuk Petani

kecil sesuai dengan program:

a. pengentasan kemiskinan;

b. kedaulatan pangan;

c. pemberantasan narkoba; dan/atau

d. penanggulangan terorisme

(2) Untuk Sarana Budi Daya Pertanian dalam bentuk Pupuk, Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat

memberikan subsidi yang diperuntukkan bagi Petani kecil.

Pasal 70

(1) Pemerintah Pusat berkewajiban menyediakan bank genetik, cadangan

Benih Tanaman dan Benih Hewan atau Bibit Hewan, serta cadangan Pupuk

nasional.

(2) Pemerintah Pusat dalam menyediakan bank genetik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan masyarakat.

(3) Cadangan Benih Tanaman dan Benih Hewan atau Bibit Hewan serta

cadangan Pupuk nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

digunakan untuk keadaan darurat, bencana alam, atau bencana sosial.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bank genetik, cadangan Benih Hewan

atau Bibit Hewan, serta cadangan Pupuk nasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 71

(1) Pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf b

pengadaannya dilakukan melalui produksi dalam negeri dan/atau

pemasukan dari luar negeri.

(2) Pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diedarkan wajib

terdaftar.

(3) Pupuk yang terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus

memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, dan diberi label.

Pasal 72

(1) Pupuk yang diproduksi oleh Petani kecil dikecualikan dari pendaftaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2).

(2) Pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diedarkan dalam

1 (satu) wilayah kabupaten/kota.

Pasal 73

Setiap Orang dilarang mengedarkan Pupuk yang tidak terdaftar dan/atau tidak

berlabel.

Pasal 74

Ketentuan mengenai pengadaan dan peredaran Pupuk sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 75

Pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf c merupakan

semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dapat

dipergunakan untuk:

Page 20: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

a. memberantas atau mencegah:

1. hama dan penyakit yang merusak Tanaman atau hasil Pertanian;

2. hama luar pada hewan piaraan dan ternak;

3. hama air;

4. binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam

alat pengangkutan; dan

5. binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau

binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada Tanaman,

tanah, atau air;

b. memberantas rerumputan dan/atau Tanaman yang tidak diinginkan;

c. mematikan dan mencegah pertumbuhan bagian Tanaman yang tidak

diinginkan; dan

d. mengatur atau merangsang pertumbuhan Tanaman atau bagian Tanaman

yang tidak termasuk Pupuk.

Pasal 76

(1) Pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 pengadaannya dilakukan

melalui produksi dalam negeri dan/atau pemasukan dari luar negeri.

(2) Pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diedarkan wajib

terdaftar.

(3) Pestisida yang terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, dan diberi label.

(4) Pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang digunakan harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Pasal 77

(1) Setiap Orang dilarang mengedarkan dan/atau menggunakan Pestisida

yang tidak terdaftar, membahayakan kesehatan masyarakat dan

kelestarian lingkungan, dan/atau tidak berlabel.

(2) Pestisida yang dilarang peredaran dan/atau penggunaannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib dimusnahkan oleh Setiap Orang yang

menguasai pestisida.

(3) Dalam hal Setiap Orang yang menguasai pestisida sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak diketahui keberadaannya, pemerintah berkewajiban

melakukan pemusnahan.

Pasal 78

(1) Produsen dan/atau distributor alat dan mesin Pertanian wajib melakukan

sosialisasi mengenai tata cara penggunaan, keselamatan, pemeliharaan,

dan perbaikan alat dan mesin Pertanian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 65 ayat (1) huruf e.

(2) Alat dan mesin Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diuji

terlebih dahulu sebelum diedarkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 79

Setiap Orang yang melakukan produksi, pengadaan, pengedaran, dan

penggunaan Sarana Budi Daya Pertanian wajib:

a. memenuhi standar keselamatan dalam proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan penggunaannya dengan memperhatikan kearifan lokal

masyarakat setempat; dan

Page 21: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

b. memperhatikan Sistem Budi Daya Pertanian, daya dukung sumber daya

alam, dan fungsi lingkungan.

Pasal 80

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban menyediakan Sarana Budi Daya Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 65 secara tepat waktu, tepat mutu, tepat jenis, tepat

jumlah, tepat lokasi, dan tepat harga bagi Petani.

Pasal 81

Ketentuan lebih lanjut mengenai Sarana Budi Daya Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 65 sampai dengan Pasal 80 diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Bagian Kedua

Prasarana Budi Daya Pertanian

Pasal 82

(1) Prasarana Budi Daya Pertanian meliputi:

a. Lahan;

b. jaringan irigasi dan/atau drainase;

c. jalan penghubung;

d. tenaga listrik dan jaringannya sampai ke lokasi pascapanen;

e. gudang;

f. rumah atau penaung Tanaman;

g. gudang berpendingin; dan

h. bangsal penanganan pascapanen,

yang memenuhi persyaratan teknis.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban menyediakan, mengelola, dan/atau memelihara Prasarana

Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf

c, dan huruf d, secara terintegrasi dan terencana.

(3) Selain Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha juga dapat

menyediakan, mengelola, dan/atau memelihara Prasarana Budi Daya

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4) Petani dan Pelaku Usaha berkewajiban memelihara Prasarana Budi Daya

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 83

Penyediaan, pengelolaan, dan/atau pemeliharaan Prasarana Budi Daya

Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XII

USAHA BUDI DAYA PERTANIAN

Pasal 84

(1) Setiap Orang dapat melakukan Usaha Budi Daya Pertanian.

(2) Usaha Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bersumber dari modal dalam negeri dan modal asing sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 22: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

(3) Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja

sama secara terpadu dengan Petani dalam melakukan Usaha Budi Daya

Pertanian.

(4) Dalam melakukan Usaha Budi Daya Pertanian, Setiap Orang dapat

melakukan diversifikasi budi daya Pertanian dengan tetap

memprioritaskan usaha pokok.

Pasal 85

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

membina dan mengarahkan kerja sama secara terpadu dalam melakukan

Usaha Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan

prinsip saling memperkuat dan menguntungkan yang dibuat dalam bentuk

perjanjian secara tertulis.

Pasal 86

(1) Setiap Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1) yang

melakukan Usaha Budi Daya Pertanian di atas skala tertentu wajib

memiliki izin.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

dilarang memberikan izin Usaha Budi Daya Pertanian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) di atas tanah hak ulayat masyarakat hukum adat.

(3) Ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan

dalam hal telah dicapai persetujuan antara masyarakat hukum adat dan

Pelaku Usaha.

Pasal 87

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan permodalan Usaha Budi Daya

Pertanian yang diprioritaskan pada Petani kecil.

(2) Pemberian fasilitas pembiayaan dan permodalan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. pinjaman modal untuk memiliki dan/atau memperluas kepemilikan

Lahan budi daya Pertanian;

b. pemberian bantuan penguatan modal bagi Petani;

c. pemberian subsidi bunga kredit program dan/atau imbal jasa

penjaminan; dan/atau

d. pemanfaatan dana tanggung jawab sosial serta dana program

kemitraan dan bina lingkungan dari badan usaha.

Pasal 88

(1) Setiap Orang yang memanfaatkan jasa atau Sarana Budi Daya Pertanian

dan Prasarana Budi Daya Pertanian yang disediakan oleh Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat

dikenai pungutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(2) Pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan kepada

Petani kecil.

Pasal 89

Page 23: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Dalam melakukan Usaha Budi Daya Pertanian, Setiap Orang dilarang

melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 90

Ketentuan lebih lanjut mengenai permodalan, diversifikasi, perizinan, dan

pungutan Usaha Budi Daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84

sampai dengan Pasal 88 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 91

(1) Pembinaan budi daya Pertanian dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui

pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan diseminasi informasi.

(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diarahkan untuk

meningkatkan produksi, mutu, nilai tambah hasil budi daya Pertanian, dan

efisiensi penggunaan Lahan serta Sarana Budi Daya Pertanian.

(5) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), didasarkan pada

pemenuhan kebutuhan dalam negeri, keunggulan komparatif, dan

permintaan pasar komoditas Pertanian.

Pasal 92

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

mendorong dan mengarahkan peran serta Petani dan Pelaku Usaha atau

pemangku kepentingan dalam pembinaan budi daya Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 91.

Pasal 93

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan budi daya Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 91 dan Pasal 92 diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 94

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

memberikan insentif kepada Petani pemula dan Petani yang melakukan

budi daya Pertanian dan meningkatkan produksi dan produktivitas hasil

Pertanian.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 95

(1) Pengawasan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan dilakukan untuk

menjamin Sarana Budi Daya Pertanian, Prasarana Budi Daya Pertanian,

Page 24: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

dan/atau produk Pertanian sesuai dengan standar mutu yang telah

ditetapkan serta menanggulangi berbagai dampak negatif yang merugikan

masyarakat luas dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Pengawasan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang oleh Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dengan

melibatkan peran serta masyarakat.

Pasal 96

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilakukan melalui:

a. pelaporan dari Pelaku Usaha mengenai kegiatan usahanya; dan/atau

b. pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil budi daya

Pertanian.

(2) Dalam keadaan tertentu pengawasan dapat dilakukan melalui

pemeriksaan terhadap proses dan hasil budi daya Pertanian.

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan

informasi publik yang diumumkan dan dapat diakses secara terbuka oleh

masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian laporan dengan

pelaksanaan di lapangan.

Pasal 97

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 95 dan Pasal 96 diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB XIV

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 98

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

menyelenggarakan penelitian dan pengembangan budi daya Pertanian.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

membina dan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan

penelitian dan pengembangan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

(3) Penelitian dan pengembangan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan di dalam atau di luar negeri.

(4) Penelitian dan pengembangan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dilakukan dengan mengutamakan penelitian dan

pengembangan di dalam negeri.

(5) Penelitian dan pengembangan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 99

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

memberikan penghargaan kepada penemu teknologi tepat guna serta

penemu teori dan metode ilmiah baru di bidang budi daya Pertanian.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 25: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

BAB XV

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 100

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

menyelenggarakan pengembangan sumber daya manusia di bidang budi

daya Pertanian.

(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

aparatur, Pelaku Usaha, Petani, dan masyarakat.

Pasal 101

(1) Dalam penyelenggaraan pengembangan sumber daya manusia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (1) diselenggarakan

penyuluhan Pertanian.

(2) Penyuluhan Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan oleh:

a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya; dan

b. Pelaku Usaha.

(3) Penyelenggaraan penyuluhan Pertanian dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVI

SISTEM INFORMASI

Pasal 102

(1) Sistem informasi Pertanian mencakup pengumpulan, pengolahan,

penganalisisan, penyimpanan, penyajian, serta penyebaran data Sistem

Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

berkewajiban membangun, menyusun, dan mengembangkan sistem

informasi Pertanian yang terintegrasi.

(3) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

digunakan untuk keperluan:

a. perencanaan

b. pemantauan dan evaluasi;

c. pengelolaan pasokan dan permintaan produk Pertanian; dan

d. pertimbangan penanaman modal.

(4) Kewajiban Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh pusat data dan informasi.

(5) Pusat data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

berkewajiban melakukan pemutakhiran data dan informasi Sistem Budi

Daya Pertanian Berkelanjutan secara akurat dan dapat diakses oleh

masyarakat.

(6) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat diakses

dengan mudah dan cepat oleh Pelaku Usaha dan masyarakat.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi diatur dengan Peraturan

Menteri.

Page 26: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 103

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

menjamin kerahasiaan data dan informasi Sistem Budi Daya Pertanian

Berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 104

(1) Penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan dilaksanakan

dengan melibatkan peran serta masyarakat.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dalam hal:

a. perencanaan budi daya Pertanian;

b. tata ruang dan tata guna Lahan budi daya Pertanian;

c. penggunaan Lahan;

d. perbenihan dan perbibitan;

e. penanaman;

f. pengeluaran dan pemasukan Tanaman, Benih Tanaman, Benih

Hewan, Bibit Hewan, dan hewan;

g. pemanfaatan air;

h. pelindungan dan pemeliharaan Pertanian;

i. panen dan pascapanen;

j. Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya Pertanian;

k. Usaha Budi Daya Pertanian;

l. pembinaan dan pengawasan;

m. penelitian dan pengembangan;

n. pengembangan sumber daya manusia;

o. sistem informasi; dan

p. peran serta masyarakat.

(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

dilakukan dalam bentuk pemberian usulan, tanggapan, pengajuan

keberatan, saran perbaikan, dan/atau bantuan.

Pasal 105

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1) dapat

dilakukan Setiap Orang.

Pasal 106

Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 104 dan Pasal 105 diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB XVIII

PENYIDIKAN

Pasal 107

(1) Selain pejabat kepolisian negara Republik Indonesia, pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

budi daya Pertanian diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk

melakukan penyidikan dalam tindak pidana di bidang budi daya Pertanian

Page 27: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang budi daya Pertanian;

b. melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk didengar dan

diperiksa sebagai tersangka atau sebagai saksi dalam tindak pidana

di bidang budi daya Pertanian;

c. melakukan penggeledahan dan penyitaan terhadap barang bukti

tindak pidana di bidang budi daya Pertanian;

d. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum

sehubungan dengan tindak pidana di bidang budi daya Pertanian;

e. membuat dan menandatangani berita acara; dan

f. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana di bidang budi daya Pertanian.

(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.

(4) Dalam hal pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian

negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat

penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.

(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB XIX

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 108 (1) Sanksi administratif dikenakan kepada:

a. Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 20 ayat (3), Pasal 28 ayat (3), Pasal 43 ayat (1), Pasal 44 ayat (2), Pasal 44 ayat (3), Pasal 66 ayat (2), Pasal 71 ayat (3), Pasal 76 ayat (3),

dan Pasal 79;

b. Petani dan/atau Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2), Pasal 18 ayat (2), Pasal

32 ayat (1), dan Pasal 32 ayat (2); dan

c. Produsen dan/atau distributor yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (1). (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. teguran tertulis;

b. denda administratif; c. penghentian sementara kegiatan usaha;

d. penarikan produk dari peredaran;

e. pencabutan izin; dan/atau f. penutupan usaha.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi dan besarnya

denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Page 28: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

BAB XX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 109 Setiap Orang yang mengalihfungsikan Lahan yang sudah ditetapkan sebagai

Lahan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 110 Setiap Orang yang menggunakan Lahan dalam luasan tertentu untuk

kepentingan budi daya Pertanian yang tidak mengikuti tata cara yang dapat

mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)

tahun dan pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).

Pasal 111

Pelaku Usaha yang menggunakan Lahan hak ulayat yang tidak melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat pemegang hak ulayat untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 112

Setiap Orang yang menggunakan Lahan dan/atau media tanam lainnya untuk

keperluan budi daya Pertanian yang tidak mengikuti tata cara yang dapat

mencegah timbulnya pencemaran lingkungan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun

dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 113

Setiap Orang yang melakukan kegiatan pencarian dan pengumpulan Sumber Daya Genetik tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 114

Setiap Orang yang mengedarkan Varietas hasil Pemuliaan atau introduksi yang belum dilepas oleh Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 115 Setiap Orang yang mengedarkan benih unggul yang tidak sesuai dengan standar mutu, tidak bersertifikat, dan/atau tidak berlabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 116 (1) Setiap Orang yang mengadakan, mengedarkan, dan/atau menanam Benih

Tanaman yang merugikan masyarakat, budi daya Pertanian, sumber daya alam lainnya, dan/atau lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam

Page 29: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 34 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang mengadakan, mengedarkan, dan/atau memelihara Benih Hewan atau Bibit Hewan yang merugikan masyarakat, budi daya Pertanian, sumber daya alam lainnya, dan/atau lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 117 Setiap Orang yang memasukkan dan/atau mengeluarkan Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan, Bibit Hewan, dan hewan yang terancam punah dan/atau yang dapat merugikan kepentingan nasional ke dan/atau dari wilayah negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 118

Setiap Orang yang menggunakan Sarana Budi Daya Pertanian, Prasarana Budi

Daya Pertanian, dan/atau cara yang dapat mengganggu kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia serta menimbulkan gangguan dan

kerusakan sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup dalam pelaksanaan

Pelindungan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling

banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 119

Setiap Orang yang menggunakan Sarana Budi Daya Pertanian, Prasarana Budi Daya Pertanian dan/atau cara yang mengganggu kesehatan dan/atau

mengancam keselamatan manusia serta menimbulkan gangguan dan

kerusakan sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup, dalam melakukan pemeliharaan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 120 Setiap Orang yang tidak mencegah rusaknya sumber daya alam dan lingkungan

hidup, serta timbulnya kerugian bagi masyarakat dalam melakukan panen

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 121

Setiap Orang yang mengedarkan Sarana Budi Daya Pertanian yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 66 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)

tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 122

Setiap Orang yang mengedarkan Pupuk yang tidak terdaftar dan/atau tidak

berlabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 123

Page 30: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Setiap Orang yang mengedarkan dan/atau menggunakan pestisida yang tidak

terdaftar, membahayakan kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan, dan/atau tidak berlabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 124 Setiap Orang yang tidak memusnahkan pestisida yang dilarang peredaran

dan/atau penggunaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 125

Setiap Orang yang melakukan Usaha Budi Daya Pertanian di atas skala tertentu

yang tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 126

Pejabat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang memberikan izin Usaha

Budi Daya Pertanian di atas tanah hak ulayat masyarakat hukum adat tanpa

ada persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dan ayat (3)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 127

(1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 sampai

dengan Pasal 125 dilakukan oleh korporasi, selain pengurusnya dipidana

berdasarkan Pasal 109 sampai dengan Pasal 125 korporasinya dipidana

dengan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 sampai

dengan Pasal 125 dilakukan oleh pejabat sebagai orang yang diperintahkan

atau orang yang karena jabatannya memiliki kewenangan di bidang

Pertanian, dipidana dengan pidana sebagaimana ancaman pidana dalam

Undang-Undang ini ditambah 1/3 (sepertiga).

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 128

(1) Izin yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap

berlaku sampai izin berlakunya habis.

(2) Permohonan izin yang diajukan sebelum berlakunya Undang-Undang ini

dan belum dikeluarkan izinnya tetap diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebelumnya.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 129

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-

undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor

Page 31: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3478), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 130

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3478), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 131

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 3

(tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 132

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal ...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...

Page 32: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,
Page 33: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR…TAHUN ....

TENTANG

SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN

I. UMUM

Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan beranekaragam

sumber daya alam hayati yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan.

Oleh karena itu, hal tersebut perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari,

selaras, serasi, dan seimbang bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat. Sistem pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan nasional secara menyeluruh

dan terpadu. Salah satunya adalah pembangunan nasional yang diarahkan

untuk meningkatkan sebesar-besarnya kesejahteraan Petani. Dengan kata lain,

Pertanian yang maju, efisien, dan tangguh mempunyai peranan penting dalam

pencapaian tujuan pembangunan nasional, yaitu terciptanya masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan sebagai bagian dari Pertanian

pada hakikatnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam

memproduksi komoditas Pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara

lebih baik dan berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan

hidup. Oleh karena itu, sejalan dengan peningkatan kualitas sumber daya

manusia untuk mewujudkan Pertanian maju, efisien, dan tangguh, Sistem Budi

Daya Pertanian Berkelanjutan dikembangkan dengan berasaskan

kebermanfaatan, keberlanjutan, kedaulatan, keterpaduan, kebersamaan,

kemandirian, keterbukaan, efisiensi berkeadilan, kearifan lokal, kelestarian

fungsi lingkungan hidup, dan pelindungan negara.

Secara konkret, penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian

Berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas

penganekaragaman hasil Pertanian, guna memenuhi kebutuhan pangan,

sandang, papan, kesehatan, industri dalam negeri, dan memperbesar ekspor,

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup Petani, serta mendorong perluasan

dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya melibatkan masyarakat dalam

menyusun rencana pengembangan budi daya Pertanian yang merupakan

bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional, perencanaan

pembangunan daerah, dan perencanaan pembangunan sektoral. Perencanaan

menjadi penting dilakukan untuk merancang pembangunan dan

pengembangan Pertanian secara berkelanjutan.

Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan pada prinsipnya merupakan

paradigma pengelolaan Pertanian yang mengintegrasikan empat elemen, yaitu

Page 34: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

aspek lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi sehingga manfaat Pertanian

dapat dinikmati dalam waktu yang lama. Sistem Budi Daya Pertanian

Berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem,

mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim, serta kelestarian lingkungan guna

mewujudkan sistem Pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan.

Penyelenggaraan budi daya Pertanian dapat diselenggarakan melalui

ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi dengan mempertimbangkan

perubahan iklim yang tidak terlepas dalam kerangka sistem agribisnis secara

menyeluruh, yaitu dari tahap penggunaan Lahan dan/atau media tanam

lainnya, perbenihan, penanaman, pengeluaran dan pemasukan Benih

Tanaman, dan Benih Hewan atau Bibit Hewan, hewan, pemanfaatan air,

pelindungan dan pemeliharaan Pertanian, panen, hingga pascapanen.

Keberhasilan pembangunan Pertanian melalui penyelenggaraan budi daya

Pertanian juga tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung dengan

ketersediaan Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya Pertanian.

Adapun pemanfaatan Lahan untuk keperluan budi daya Pertanian,

disesuaikan dengan ketentuan tata ruang dan tata guna Lahan, yang dilakukan

dengan memperhatikan kesesuaian dan kemampuan Lahan maupun

pelestarian lingkungan hidup, khususnya konservasi tanah dan air.

Pelaksanaan penyelenggaraan budi daya Pertanian harus dilakukan secara

efektif dan efisien. Oleh karena itu, pembinaan sangat penting dan merupakan

kewajiban dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya. Selain pembinaan, dalam pelaksanaan budi daya Pertanian

juga dilakukan pengawasan untuk menjamin Sarana Budi Daya Pertanian,

Prasarana Budi Daya Pertanian, dan/atau hasil Pertanian sesuai dengan

standar mutu yang telah ditetapkan serta menanggulangi berbagai dampak

negatif yang merugikan masyarakat luas dan kelestarian fungsi lingkungan

hidup. Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan budi daya Pertanian

sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang yang dapat dilakukan dalam bentuk

pemberian usulan, tanggapan, pengajuan keberatan, saran perbaikan,

dan/atau bantuan.

Secara umum materi muatan dalam Undang-Undang ini meliputi

perencanaan budi daya Pertanian, tata ruang dan tata guna Lahan budi daya

Pertanian, penggunaan Lahan, perbenihan dan perbibitan, penanaman,

pengeluaran dan pemasukan Tanaman, benih, bibit, dan hewan, pemanfaatan

air, pelindungan dan pemeliharaan Pertanian, panen dan pascapanen, Sarana

Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya Pertanian, Usaha Budi Daya

Pertanian, pembinaan dan pengawasan, penelitian dan pengembangan,

pengembangan sumber daya manusia, sistem informasi, dan peran serta

masyarakat, serta sanksi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Page 35: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan "asas kebermanfaatan" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "asas keberlanjutan" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan "asas kedaulatan" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilaksanakan dengan menjunjung tinggi hak dan kebebasan

Petani untuk mengembangkan diri.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas

sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

Huruf e

Yang dimaksud dengan "asas kebersamaan" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya, Pelaku

Usaha, dan masyarakat.

Huruf f

Yang dimaksud dengan "asas kemandirian" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilaksanakan secara independen dengan mengutamakan

kemampuan sumber daya dalam negeri.

Huruf g

Yang dimaksud dengan "asas keterbukaan" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilakukan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan

didukung dengan pelayanan informasi yang dapat diakses oleh

Pelaku Usaha budi daya Pertanian dan masyarakat.

Huruf h

Yang dimaksud dengan "asas efisiensi berkeadilan" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

dilaksanakan secara tepat guna untuk menciptakan manfaat

sebesar-besarnya dari sumber daya dan memberikan peluang

Page 36: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

serta kesempatan yang sama secara proporsional kepada semua

warga negara sesuai dengan kemampuannya.

Huruf i

Yang dimaksud dengan "asas kearifan lokal" adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

mempertimbangkan karakteristik wilayah, sosial, ekonomi, dan

budaya serta nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan

masyarakat setempat.

Huruf j

Yang dimaksud dengan "asas kelestarian fungsi lingkungan

hidup" adalah bahwa penyelenggaraan Sistem Budi Daya

Pertanian Berkelanjutan menggunakan sarana, prasarana, tata

cara, dan teknologi yang tidak mengganggu fungsi lingkungan

hidup, baik secara biologis, mekanis, geologis, maupun kimiawi.

Huruf k

Yang dimaksud dengan “asas pelindungan negara” adalah bahwa

penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan

mendapatkan pelindungan dari negara.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pengembangan budi daya Pertanian secara berkelanjutan

dilakukan dengan pola, cara, dan budaya Pertanian.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “melibatkan masyarakat” adalah

mengikutsertakan Petani dan Pelaku Usaha, akademisi dan

pakar, serta pemangku kepentingan budi daya Pertanian.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 6

Ayat (1)

Page 37: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “budi daya Pertanian tertentu”

adalah budi daya Pertanian yang mempunyai nilai strategis,

misalnya padi, jagung, kedelai.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Page 38: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Yang dimaksud dengan “kebutuhan teknis” adalah

kebutuhan akan adanya pengembangan aspek teknis yang

harus dilakukan, seperti penerapan teknologi baru,

introduksi Varietas baru, perubahan pola tanam,

pengembangan agroekosistem, penetapan pola produksi,

dan perubahan penanganan pascapanen.

Yang dimaksud dengan “kebutuhan ekonomis” adalah

kebutuhan akan adanya pengembangan aspek ekonomi

yang harus dilakukan, seperti introduksi lembaga keuangan

mikro, pengembangan sistem penjaminan, dan

pengembangan sistem informasi pasar.

Yang dimaksud dengan “kebutuhan kelembagaan” adalah

kebutuhan akan adanya pengembangan aspek kelembagaan

yang harus dilakukan seperti penumbuhkembangan

kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, dan kemitraan.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pada prinsipnya Petani bebas menentukan pilihan jenis Tanaman

dan hewan yang akan dibudidayakan. Namun, kebebasan

tersebut harus memprioritaskan perencanaan budi daya

Pertanian karena Petani sudah dilibatkan dalam perencanaan

budi daya Pertanian.

Tanaman pokok lainnya antara lain sagu, ubi, dan porang.

Ayat (3)

Page 39: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Prinsip pertanian konservasi antara lain gangguan tanah

minimum, penutupan tanah permanen dengan sisa Tanaman

dan mulsa hidup, serta rotasi Tanaman dan tumpang sari.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Persetujuan perubahan jenis Tanaman dan hewan pada Usaha

Budi Daya Pertanian yang dimaksud dalam ayat ini, tidak berlaku

bagi Petani kecil.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Media tanam lainnya antara lain air, agar-agar, merang, serbuk

gergaji, sabut kelapa, arang, dan sekam.

Ayat (2)

Peningkatan fungsi pada Lahan ditujukan untuk budi daya

Pertanian dan bukan untuk alih fungsi lainnya.

Page 40: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “jaringan pengairan lengkap” adalah satu

kesatuan bangunan dan saluran untuk mengatur air irigasi yang

mencakup penyediaan, pengambilan, dan pembagian yang

dilengkapi dengan bangunan ukur di seluruh bangunan

pembaginya.

Pasal 20

Ayat (1)

Pemberian insentif dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat berupa kemudahan

dalam memperoleh akses informasi Pertanian, kemudahan dalam

memperoleh Benih Tanaman, Benih Hewan, dan Bibit Hewan,

serta keringanan dalam membayar pajak terhadap Lahan budi

daya Pertanian.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “luasan tertentu” adalah luasan Lahan

yang dalam pembukaan dan pengolahan untuk budidaya

Pertanian harus memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 22

Persetujuan antara masyarakat hukum adat dengan Pelaku Usaha

dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis.

Page 41: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “Petani kecil” adalah Petani yang sehari-

hari bekerja di sektor Pertanian yang penghasilannya hanya

cukup untuk memenuhi keperluan hidupnya sehari-hari.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Sumber Daya Genetik mempunyai peran sangat mendasar dan

merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya sehingga

menjadi kewajiban Pemerintah bersama masyarakat untuk

melestarikan dan memanfaatkannya.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 28 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “materi induk” adalah Tanaman atau

bagiannya digunakan sebagai bahan Pemuliaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 29

Ayat (1)

Page 42: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Yang dimaksud dengan “pelepasan oleh Pemerintah Pusat”

adalah pernyataan diakuinya suatu hasil Pemuliaan menjadi Varietas unggul dan dapat disebarluaskan setelah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

Ayat (2) Pelaporan oleh Petani kecil dalam negeri merupakan

penyederhanaan dan kemudahan dalam mekanisme perizinan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 30 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “label” adalah keterangan tertulis yang

diberikan pada Benih Tanaman atau Benih Tanaman yang sudah

dikemas yang akan diedarkan dan memuat antara lain tempat asal Benih Tanaman, jenis dan Varietas Tanaman, kelas Benih

Tanaman, dan akhir masa edar Benih Tanaman.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Benih unggul yang pengadaannya melalui pemasukan dari luar

negeri setelah melalui proses pelepasan oleh Pemerintah Pusat.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Page 43: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Ayat (1)

Merugikan kepentingan nasional antara lain untuk menghindari

serangan dan ancaman bioterorisme serta biopiracy.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Page 44: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “eksplosi” adalah serangan

Organisme Pengganggu Tumbuhan, hama, dan penyakit

hewan secara cepat dan mendadak.

Huruf b

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Kegiatan pascapanen meliputi antara lain pembersihan, pencucian,

penyortiran, pengelasan, pengeringan, pengupasan, pembekuan,

perajangan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan

transportasi hasil produksi budi daya Pertanian.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Ayat (1)

Dalam upaya merumuskan suatu standar unit pengolahan, alat

transportasi, dan unit penyimpanan hasil budi daya Pertanian,

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya dapat mengumpulkan semua pihak yang

berkepentingan terhadap standar tersebut. Pihak yang dapat

dipertimbangkan ikut serta dalam rapat konsensus standar

adalah wakil dari instansi Pemerintah, Dewan Standardisasi

Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, produsen,

pemakai atau konsumen, tenaga peneliti, perguruan tinggi, dan

lain-lain.

Page 45: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Ayat (1)

Dalam upaya menetapkan harga dasar hasil budi daya Pertanian,

Pemerintah Pusat perlu mempertimbangkan pendapat

masyarakat produsen melalui studi atau survei, tanpa

mengabaikan kepentingan masyarakat konsumen. Penetapan

harga dasar akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta

kepentingan produsen dan konsumen hasil budi daya Pertanian

yang bersangkutan serta memperhatikan perjanjian

internasional. Hasil budi daya Pertanian tertentu adalah hasil

budidaya Pertanian yang menyangkut kepentingan masyarakat

luas, baik produsen maupun konsumen, misalnya padi, gula, dan

daging.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “alat dan mesin” adalah peralatan

yang dioperasikan dengan motor penggerak ataupun tanpa

motor penggerak untuk kegiatan budi daya Pertanian seperti

traktor, robot, alat kontrol, sprayer, fertigasi, fumigator,

komputer, alat irigasi, dan mesin pengolah pakan.

Page 46: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Sarana Budi Daya Pertanian yang dikembangkan dengan

teknologi ditujukan untuk meningkatkan produksi dan taraf

kesejahteraan Petani.

Pasal 66

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Sarana Budi Daya Pertanian yang diproduksi lokal atau Petani

kecil antara lain parang, cangkul, garu/alat bajak tradisional.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penetapan standar mutu Pupuk salah satunya memperhatikan

kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Pasal 72

Cukup jelas.

Page 47: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud jalan penghubung adalah jalan usaha tani

yang menghubungkan dari lokasi budi daya sampai ke lokasi

pascapanen dan ke pasar.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Page 48: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-

undangan” adalah peraturan perundang-undangan di bidang

perkebunan, hortikultura, dan Tanaman pangan.

Ayat (3)

Kerja sama terpadu antara Petani dan Pelaku Usaha dilakukan

melalui pola kooperatif, yaitu dikelola dan dikerjakan secara

bersama-sama.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “usaha pokok” adalah jenis usaha yang

disebutkan dalam surat izin usaha atau surat tanda daftar

usaha. Seperti, integrasi antara usaha perkebunan kelapa sawit

dengan usaha budi daya sapi dengan tetap memprioritaskan

usaha perkebunan kelapa sawit yang perizinan awalnya untuk

kelapa sawit.

Diversifikasi budi daya Pertanian antara lain, mina padi, sawit

sapi, dan unggas ikan.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “skala usaha tertentu” adalah batasan

atau persentase yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat kepada

Pelaku Usaha dalam melakukan Usaha Budi Daya Pertanian

tertentu.

Page 49: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 87

Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Pasal 89

Cukup jelas.

Pasal 90

Cukup jelas.

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas.

Pasal 93

Cukup jelas.

Pasal 94

Ayat (1)

Yang dimaksud “Petani pemula” adalah Petani yang baru

memulai Usaha Budi Daya Pertanian dengan permodalan,

teknologi, dan/atau Lahan yang terbatas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 95

Cukup jelas.

Pasal 96

Cukup jelas.

Pasal 97

Cukup jelas.

Pasal 98

Ayat (1)

Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan budi daya

Pertanian diarahkan untuk kepentingan masyarakat melalui

penyuluh Pertanian.

Page 50: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penelitian dan pengembangan budi daya Pertanian yang

dilakukan di dalam negeri dan di luar negeri dengan tidak

membahayakan kesehatan manusia, merusak keanekaragaman

hayati, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 99

Cukup jelas.

Pasal 100

Ayat (1)

Pengembangan sumber daya manusia di bidang budi daya

pertanian dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan serta

mendorong dan membina masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 101

Cukup jelas.

Pasal 102

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Pusat data dan informasi paling sedikit menyampaikan data dan

informasi mengenai Varietas Tanaman, letak dan luas wilayah,

kawasan, dan unit Usaha Budi Daya Pertanian, permintaan

pasar, peluang dan tantangan pasar, perkiraan produksi,

perkiraan harga, perkiraan pasokan, perkiraan musim tanam dan

musim panen, prakiraan iklim, Organisme Pengganggu

Tumbuhan serta hama dan penyakit hewan, ketersediaan

Prasarana Budi Daya Pertanian, dan ketersediaan Sarana Budi

Daya Pertanian.

Page 51: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 103

Cukup jelas.

Pasal 104

Cukup jelas.

Pasal 105

Cukup jelas.

Pasal 106

Cukup jelas.

Pasal 107

Cukup jelas.

Pasal 108

Cukup jelas.

Pasal 109

Cukup jelas.

Pasal 110

Cukup jelas.

Pasal 111

Cukup jelas.

Pasal 112

Cukup jelas.

Pasal 113

Cukup jelas.

Pasal 114

Cukup jelas.

Pasal 115

Cukup jelas.

Pasal 116

Cukup jelas.

Page 52: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK … RUU SBPB hasil...dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,

Pasal 117

Cukup jelas.

Pasal 118

Cukup jelas.

Pasal 119

Cukup jelas.

Pasal 120

Cukup jelas.

Pasal 121

Cukup jelas.

Pasal 122

Cukup jelas.

Pasal 123

Cukup jelas.

Pasal 124

Cukup jelas.

Pasal 125

Cukup jelas.

Pasal 126

Cukup jelas.

Pasal 127

Cukup jelas.

Pasal 128

Cukup jelas.

Pasal 129

Cukup jelas.

Pasal 130

Cukup jelas.

Pasal 131

Cukup jelas.

Pasal 132

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...