rancangan undang-undang republik indonesia nomor … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum...

21
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang menjamin kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menjalankan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa Kejaksaaan Republik Indonesia termasuk salah satu badan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. bahwa ketentuan mengenai Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia; Mengingat: 1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401); 4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik

Upload: others

Post on 21-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR... TAHUN...

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004

TENTANG

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

negara hukum yang menjamin kekuasaan kehakiman

yang merdeka untuk menjalankan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

b. bahwa Kejaksaaan Republik Indonesia termasuk salah

satu badan yang fungsinya berkaitan dengan

kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. bahwa ketentuan mengenai Kejaksaan Republik

Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan

kehidupan ketatanegaraan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia;

Mengingat: 1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik

Page 2: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

2

Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4401), diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-

undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.

2. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-

Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan

penetapan hakim.

3. Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan

perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan

permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang

pengadilan.

4. Jabatan Fungsional Jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian

teknis dalam organisasi kejaksaan yang karena fungsinya

memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah

Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Judul BAB II SUSUNAN KEJAKSAAN Bagian Pertama Umum diubah

sehingga berbunyi sebagai berikut:

Page 3: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

3

BAB II

SUSUNAN KEJAKSAAN

Bagian Kesatu

Umum

3. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa bertindak

untuk dan atas nama negara serta bertanggung jawab menurut

saluran hierarki.

(3) Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa, Jaksa melakukan penuntutan berdasarkan alat bukti yang sah.

(4) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa bertindak

berdasarkan hukum dengan mempertimbangkan norma-norma

keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta harus menggali dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam

masyarakat, serta menjaga kehormatan dan martabat profesinya.

(5) Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

Jaksa yang diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan,

pemeriksaan, penggeledahan, penangkapan, dan penahanan

terhadap Jaksa yang bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin

Jaksa Agung.

4. Di antara Pasal 8 dan Pasal 9, disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 8A

yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8A

(1) Perekrutan dan penempatan Jaksa dilakukan secara transparan,

profesional, dan akuntabel dengan melibatkan Komisi Kejaksaan.

(2) Tata cara perekrutan dan penempatan Jaksa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Jaksa Agung.

5. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9

(1) Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Jaksa adalah:

a. aparatur sipil negara yang lulus pendidikan dan pelatihan

pembentukan Jaksa;

b. berijazah paling rendah sarjana hukum;

c. berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling

tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun;

d. sehat jasmani dan rohani; dan

e. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

Page 4: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

4

(2) Dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pembentukan

Jaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Kejaksaan

membentuk suatu lembaga pendidikan khusus.

(3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,

serta pembentukan lembaga pendidikan khusus Jaksa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Jaksa

Agung.

6. Ketentuan Pasal 14 ayat (1) diubah sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 14

(1) Jaksa yang diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya,

dengan sendirinya diberhentikan sebagai aparatur sipil negara.

(2) Sebelum diberhentikan dengan tidak hormat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Jaksa yang bersangkutan dapat diberhentikan

sementara dari jabatannya oleh Jaksa Agung.

(3) Setelah seorang Jaksa diberhentikan sementara dari jabatan

fungsionalnya berlaku pula ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2) tentang kesempatan untuk membela diri.

7. Ketentuan Pasal 15 ayat (2) diubah sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 15

(1) Apabila terdapat perintah penangkapan yang diikuti dengan

penahanan terhadap seorang Jaksa, dengan sendirinya jaksa yang

bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Jaksa

Agung.

(2) Dalam hal Jaksa dituntut di muka pengadilan dalam perkara pidana

tanpa ditahan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Jaksa

diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Jaksa Agung.

8. Ketentuan Pasal 19 ayat (2) diubah sehingga Pasal 19 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 19

(1) Jaksa Agung adalah pejabat negara.

(2) Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

mendengar pertimbangan DPR.

(3) Jaksa Agung memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan

sesudahnya dapat dipilih kembali.

9. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 20

Untuk diangkat menjadi Jaksa Agung harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. warga negara Indonesia;

Page 5: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

5

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling tinggi

65 (enam puluh lima) tahun pada saat pengangkatan;

e. tidak pernah dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

f. tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat

melakukan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa;

g. mempunyai pengalaman di bidang hukum sekurang-kurangnya

15 (lima belas) tahun; dan

h. berijasah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum.

10. Ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c diubah sehingga Pasal 22 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 22

(1) Jaksa Agung diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:

a. meninggal dunia;

b. permintaan sendiri;

c. sakit jasmani atau rohani selama 3 (tiga) bulan secara terus-

menerus;

d. berakhir masa jabatannya; atau

e. tidak lagi memenuhi salah satu syarat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21.

(2) Pemberhentian dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

11. Di antara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 22A

yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22A

Jaksa Agung diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya karena:

a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

b. melakukan perbuatan tercela;

c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya terus-

menerus selama 3 (tiga) bulan; atau

d. melanggar sumpah atau janji jabatan.

12. Judul BAB III TUGAS DAN WEWENANG Bagian Pertama Umum diubah

sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG

Bagian Kesatu

Umum

13. Setelah Bagian Kelima dalam Bab II ditambahkan 1 (satu) bagian yaitu

Bagian Keenam, yakni sebagai berikut:

Page 6: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

6

Bagian Keenam

Sekretariat Jenderal

Pasal 29A

(1) Kejaksaan Agung dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh

seorang Sekretaris Jenderal.

(2) Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh

pejabat aparatur sipil negara.

(3) Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden atas usul Jaksa Agung.

Pasal 29B

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas memberikan dukungan

administratif dan teknis operasional kepada Kejaksaan Agung.

(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, tanggung jawab, dan

tata kerja Sekretariat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal

29A diatur dengan Peraturan Presiden berdasarkan usul Jaksa Agung.

14. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 30

(1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. melakukan prapenuntutan dan penuntutan;

b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana

bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas

bersyarat;

d. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana

tertentu berdasarkan undang-undang; dan

e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang

dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

(2) Untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tidak dilakukan terhadap tersangka;

b. dilakukan terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya,

dan/atau dapat meresahkan masyarakat, dan/atau yang dapat

membahayakan keselamatan negara;

c. diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah selesainya

proses hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan di bidang hukum acara pidana; dan

d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik.

(3) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa

khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan

untuk dan atas nama negara atau Pemerintah.

Page 7: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

7

(4) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut

menyelenggarakan kegiatan:

a. pengawasan peredaran barang cetakan;

b. pengawasan aliran kepercayaan yang membahayakan masyarakat

dan negara; dan

c. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.

15. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35

(1) Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang:

a. menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan

keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan;

b. mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh

undang-undang;

c. melakukan gelar perkara;

d. mengesampingkan perkara demi kepentingan umum dengan

pertimbangan DPR.

e. mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah

Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara;

f. dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah

Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;

g. mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena

keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan

perundang-undangan; dan

h. meminta surat penetapan kepada Badan Pemeriksa Keuangan

bahwa telah terjadi kerugian negara terhadap suatu kasus yang

sedang dilakukan penyelidikan dan penyidikan atau penuntutan,

kecuali untuk kasus penyuapan yang tertangkap tangan.

(2) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

meliputi:

a. kondisi yang menghambat kelangsungan pemerintahan; dan

b. kondisi yang mengancam ketertiban umum dan kepentingan

nasional.

16. Di antara BAB III dan BAB IV disisipkan 3 (tiga) bab, yakni BAB IIIA

KOMISI KEJAKSAAN, BAB IIIB LARANGAN, dan BAB IIIC KETENTUAN

PIDANA, yang berbunyi sebagai berikut:

BAB IIIA

KOMISI KEJAKSAAN

Pasal 37A

(1) Komisi Kejaksaan berkedudukan di ibukota negara Republik

Indonesia.

Page 8: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

8

(2) Komisi Kejaksaan dapat mengangkat penghubung di daerah sesuai

dengan kebutuhan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan, dan tata

kerja penghubung Komisi Kejaksaan di daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Komisi Kejaksaan.

Pasal 37B

(1) Komisi Kejaksaan mempunyai 7 (tujuh) orang anggota.

(2) Keanggotaan Komisi Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. 2 (dua) orang mantan Jaksa;

b. 2 (dua) orang praktisi hukum;

c. 2 (dua) orang akademisi hukum; dan

d. 1 (satu) orang tokoh masyarakat.

Pasal 37C

(1) Komisi Kejaksaan dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin

oleh seorang Sekretaris Jenderal.

(2) Sekretaris Jenderal dijabat oleh aparatur sipil negara.

(3) Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat

dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Komisi Kejaksaan.

(4) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas memberikan dukungan

administratif dan teknis operasional kepada Komisi Kejaksaan.

(5) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, tanggung jawab, dan

tata kerja Sekretariat Jenderal diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 37D

Komisi Kejaksaan mempunyai wewenang:

a. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku Jaksa;

b. menetapkan kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa bersama-

sama dengan Kejaksaan Agung; dan

c. menjaga dan menegakkan pelaksanaan kode etik dan/atau pedoman

perilaku Jaksa.

Pasal 37E

(1) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku Jaksa, Komisi Kejaksaan berpedoman pada

kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa.

(2) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku Jaksa, Komisi Kejaksaan mempunyai tugas:

a. mengawasi proses rekrutmen dan penempatan Jaksa;

b. melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku

Jaksa;

c. menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran

kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa;

Page 9: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

9

d. melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan

dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa

secara tertutup;

e. memutuskan benar-tidaknya laporan dugaan pelanggaran kode

etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa; dan

f. mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang

perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang

merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat Jaksa.

(3) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komisi Kejaksaan

juga mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan

kesejahteraan Jaksa.

(4) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku Jaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Komisi Kejaksaan dapat meminta bantuan kepada aparat penegak

hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan

dalam hal adanya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman

perilaku Jaksa oleh Jaksa.

(5) Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi

Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Dalam hal dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku

Jaksa dinyatakan terbukti, Komisi Kejaksaan mengusulkan

penjatuhan sanksi kepada Kejaksaan Agung terhadap Jaksa yang

diduga melakukan pelanggaran.

(7) Kejaksaan Agung menjatuhkan sanksi terhadap Jaksa yang

melakukan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku Jaksa

yang diusulkan oleh Komisi Kejaksaan dalam waktu paling lama 60

(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal usulan diterima.

Pasal 37F

(1) Dalam hal Kejaksaan Agung belum menjatuhkan sanksi dalam

jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (7) maka

maka usulan Komisi Kejaksaan berlaku secara otomatis dan wajib

dilaksanakan oleh Kejaksaan Agung.

(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara Komisi Kejaksaan dan

Kejaksaan Agung mengenai usulan Komisi Kejaksaan tentang

penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (6),

dilakukan pemeriksaan bersama antara Komisi Kejaksaan dan

Kejaksaan Agung terhadap Jaksa yang bersangkutan.

(3) Dalam hal Kejaksaan Agung dan Komisi Kejaksaan dalam jangka

waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (7) tidak

mencapai kata sepakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka

usulan Komisi Kejaksaan sepanjang memenuhi ketentuan dalam

Pasal 37E ayat (6), berlaku secara otomatis dan wajib dilaksanakan

oleh Kejaksaan Agung.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur bersama oleh Komisi Kejaksaan dan Kejaksaan

Agung.

Page 10: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

10

Pasal 37G

(1) Pengambilan keputusan Komisi Kejaksaan dilakukan secara

musyawarah untuk mencapai mufakat.

(2) Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah tidak tercapai,

pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak.

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sah apabila

rapat dihadiri oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota Komisi

Kejaksaan.

Pasal 37H

(1) Untuk dapat diangkat menjadi anggota Komisi Kejaksaan, seorang

calon harus memenuhi syarat:

a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. setia pada Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling

tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat proses pemilihan;

e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain yang relevan dan/atau

mempunyai pengalaman di bidang hukum paling singkat 10

(sepuluh) tahun;

f. berkomitmen untuk memperbaiki sistem peradilan di Indonesia;

g. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;

h. memiliki kemampuan jasmani dan rohani;

i. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakuka tindak pidana

kejahatan; dan

j. melaporkan harta kekayaan.

(2) Presiden membentuk panitia seleksi pemilihan anggota Komisi

Kejaksaan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah menerima

surat pemberitahuan dari pimpinan Komisi Kejaksaan.

(3) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas

unsur Pemerintah, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota

masyarakat.

(4) Panitia seleksi mempunyai tugas:

a. mengumumkan pendaftaran penerimaan calon anggota Komisi

Kejaksaan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;

b. melakukan pendaftaran dan seleksi administrasi serta seleksi

kualitas dan integritas calon anggota Komisi Kejaksaan dalam

jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak pengumuman

pendaftaran berakhir; dan

c. menentukan dan menyampaikan calon anggota Komisi Kejaksaan

sebanyak 14 (empat belas) calon dengan memperhatikan

komposisi anggota Komisi Kejaksaan dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari.

(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

panitia seleksi bekerja secara akuntabel dan transparan dengan

mengikutsertakan partisipasi masyarakat.

Page 11: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

11

(6) Dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari sejak menerima calon

dari panitia seleksi, Presiden mengajukan 14 (empat belas) calon

anggota Komisi Kejaksaan kepada DPR.

(7) DPR wajib memilih dan menetapkan 7 (tujuh) calon anggota dalam

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima usul

dari Presiden.

(8) Calon terpilih disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden

paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya

pemilihan untuk disahkan oleh Presiden.

(9) Presiden wajib menetapkan calon terpilih paling lama 15 (lima belas)

hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat Pimpinan DPR.

Pasal 37I

(1) Anggota Komisi Kejaksaan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun

dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan.

(2) Pimpinan Komisi Kejaksaan memberitahukan mengenai berakhirnya

masa jabatan Komisi Kejaksaan kepada Presiden paling lambat 1

(satu) tahun sebelum habis masa jabatan.

(3) Dalam hal terjadi kekosongan keanggotaan Komisi Kejaksaan,

Presiden mengajukan calon anggota pengganti sebanyak 2 (dua) kali

dari jumlah keanggotaan yang kosong kepada DPR.

(4) Calon anggota pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diajukan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak terjadi

kekosongan.

(5) Calon anggota pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

berasal dari calon yang diajukan Presiden yang tidak terpilih oleh

DPR berdasarkan urutan.

(6) Anggota Komisi Kejaksaan yang menggantikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) melanjutkan sisa masa jabatan anggota

Komisi Kejaksaan yang digantikannya.

BAB IIIB

LARANGAN

Pasal 37J

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Jaksa dilarang:

a. menangani perkara yang ada kaitannya dengan kepentingan pribadi

atau keluarga, pekerjaan, partai, finansial, atau mempunyai nilai

ekonomis secara langsung atau tidak langsung;

b. bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;

c. membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan

penegakan hukum;

d. menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan

pribadi dan/atau pihak lain;

e. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;

f. menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan

penekanan secara fisik dan/atau psikis; dan

Page 12: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

12

g. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta

menyuruh keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah

dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya.

(2) Jaksa yang melakukan pelanggaran atas larangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, dikenai sanksi

administratif berupa pembebasan dari tugas-tugas Jaksa paling

singkat 1 (satu) tahun.

(3) Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Jaksa yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, juga dikenai sanksi pidana

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 37K

Jaksa dilarang melakukan:

a. penyidikan;

b. penangkapan;

c. penahanan;

d. penuntutan;

e. pengajuan kasasi atas putusan bebas; dan/atau

f. upaya hukum peninjauan kembali;

tanpa alasan berdasarkan undang-undang, atau karena kekeliruan

mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya.

BAB IIIC

KETENTUAN PIDANA

Pasal 37L

Jaksa yang menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk

kepentingan pribadi dan/atau pihak lain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37J ayat (1) huruf d dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp250.000.000,00

(dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 37M

Jaksa yang merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37J ayat (1) huruf e dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00

(lima puluh juta) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima

puluh juta rupiah).

Pasal 37N

Jaksa yang menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan

penekanan secara fisik dan/atau psikis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37J ayat (1) huruf f dipidana dengan pidana penjara paling singkat

1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau pidana

denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta) dan paling

banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Page 13: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

13

Pasal 37O

Jaksa yang meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan

serta menyuruh keluarganya untuk meminta dan/atau menerima hadiah

dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37J ayat (1) huruf g dipidana dengan pidana

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00

(lima puluh juta) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima

puluh juta rupiah).

Pasal 37P

Jaksa yang melakukan penyidikan, penangkapan, penahanan,

penuntutan, pengajuan kasasi atas putusan bebas dan/atau melakukan

peninjauan kembali tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau

karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37K dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun

dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta)

dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

rupiah).

17. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38

(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa

alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan

mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak

menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

(2) Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti kerugian,

rehabilitasi, dan pembebanan ganti kerugian diatur dalam undang-

undang.

18. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 39

Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana yang diatur dalam:

a. Qanun sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh; dan

b. Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan Daerah Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001

tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4884);

Page 14: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

14

sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang hukum acara

pidana.

Pasal 39A

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling

lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal II

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

disahkan di Jakarta

pada tanggal…

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR...

Page 15: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

15

RANCANGAN

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004

TENTANG

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang

menjamin kesetaraan hak warga negara di hadapan hukum (equality before the

law). Dalam rangka menjamin tercapainya prinsip-prinsip negara hukum

maka dilakukan penataan kekuasaan kehakiman sehingga terciptanya

kekuasaan kehakiman yang merdeka dan penegakkan hukum yang

berorientasi pada kepastian hukum dan keadilan. Salah satu pilar dalam

sistem penegakkan hukum adalah lembaga yang berwenang melakukan

penuntutan dalam hal ini adalah kejaksaan.

Sejalan dengan dinamika dan tuntutan masyarakat terhadap

peningkatan kinerja lembaga kejaksaan maka perlu dilakukan perubahan

Undang-undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia tersebut dimaksudkan

untuk lebih memantapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik

Indonesia sebagai lembaga negara yang dapat menjalankan fungsi secara

bebas dari pengaruh dan tekanan pihak manapun. Selain itu melalui

perubahan ini mendorong profesionalisme lembaga kejaksaan dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk

lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan

kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan

korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan

kembali terhadap Kejaksaan. Pokok-pokok perubahan antara lain meliputi,

penegasan lembaga kejaksaan untuk kembali pada fungsi dasarnya yaitu

melakukan penuntutan, penentuan kriteria dan persyaratan Jaksa Agung, dan

penguatan sistem pendukung khususnya aspek administrasi dan

penganggaran sehingga pelaksanaan tugas-tugas institusi kejaksaan dapat

optimal.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Page 16: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

16

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Pasal 8

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 8A

Cukup jelas.

Angka 5

Pasal 9

Cukup jelas.

Angka 6

Pasal 14

Cukup jelas.

Angka 7

Pasal 15

Cukup jelas.

Angka 8

Pasal 19

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 20

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 22

Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 22A

Cukup jelas.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Pasal 29A

Cukup jelas.

Page 17: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

17

Pasal 29B

Cukup jelas.

Angka 14

Pasal 30

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan prapenuntutan adalah

tindakan jaksa untuk memantau perkembangan

penyidikan setelah menerima pem-beritahuan

dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari

atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil

penyidikan yang diterima dari penyidik serta

memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik

untuk dapat menentukan apakah berkas perkara

tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap

penuntutan.

Huruf b

Dalam melaksanakan putusan pengadilan dan

penetapan hakim, kejaksaan memperhatikan nilai-

nilai hukum yang hidup dalam masyarakat dan peri

kemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa

mengesampingkan ketegasan dalam bersikap dan ber-

tindak.

Melaksanakan putusan pengadilan termasuk juga

melaksana-kan tugas dan wewenang mengendalikan

pelaksanaan hukuman mati dan putusan pengadilan

terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita

untuk selanjutnya dijual lelang.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “keputusan lepas bersyarat”

adalah keputusan yang dikeluarkan oleh menteri yang

tugas dan tanggung jawabnya di bidang

pemasyarakatan.

Huruf d

Kewenangan penyelidikan dan penyidikan dalam

ketentuan ini adalah kewenangan sebagaimana diatur

misalnya dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Page 18: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

18

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Tugas dan wewenang kejaksaan dalam ayat ini bersifat

preventif dan/atau edukatif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “turut menyelenggarakan“ adalah

mencakup kegiatan-kegiatan bersifat membantu, turut

serta, dan bekerja sama.

Dalam turut menyelenggarakan tersebut, kejaksaan

senantiasa memperhatikan koordinasi dengan instansi

terkait.

Angka 15

Pasal 35

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Gelar perkara harus dilakukan di Kejaksaan Agung untuk

perkara pidana yang melibatkan pejabat publik, pejabat

negara, atau perkara pidana yang menarik perhatian

umum.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Page 19: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

19

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 37A

Cukup jelas.

Pasal 37B

Cukup jelas.

Pasal 37C

Cukup jelas.

Pasal 37D

Cukup jelas.

Pasal 37E

Cukup jelas.

Pasal 37F

Cukup jelas.

Pasal 37G

Cukup jelas.

Pasal 37H

Cukup jelas.

Pasal 37I

Cukup jelas.

Pasal 37J

Cukup jelas.

Pasal 37K

Cukup jelas.

Pasal 37L

Cukup jelas.

Pasal 37M

Page 20: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

20

Cukup jelas.

Pasal 37N

Cukup jelas.

Pasal 37O

Cukup jelas.

Pasal 37P

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 38

Cukup Jelas.

Angka 18

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 39A

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR…

Page 21: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … · 2012-11-09 · undangan di bidang hukum acara pidana; dan d. memperhatikan prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik

21