rancangan pemasaran sosial2

7
RANCANGAN PEMASARAN SOSIAL SUAMI IDAMAN dan IBU BIJAK TURUT SERTA MENURUNKAN KEMATIAN IBU DAN BAYI DI KABUPATEN BOGOR I. PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI KABUPATEN BOGOR Lebih dari 50% penduduk Bogor adalah perempuan, dari total 4.200.000 penduduk 2.500.000 diantaranya adalah perempuan. Adapun perempuan usia subur berjumlah sekitar 1.295.733, dengan demikian 52 % dari jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Bogor, berada pada kesiapan untuk melalui proses penting dalam struktur dan daur kehidupan kodrati yakni kehamilan dan persalinan. Proses menjadi seorang ibu. Berbicara tentang hal terkait, kondisi Kabupaten Bogor masih sangat memprihatinkan. Ditunjukkannya dengan data terakhir di tahun 2006 bahwa terdapat 86.060 kelahiran, namun 179 bayi diantaranya lahir mati, dan 65 ibunya juga meninggal saat melahirkan. Dari jumlah kelahiran tersebut, yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya sejumlah 50,4 %, persalinan dengan pendampingan tenaga kesehatan dengan dukun beranak sebanyak 7,4 % dan 19,8 % masih ditolong oleh dukun beranak sedangkan 22,4% merupakan persalinan yang tidak terdata. Keberadaan bidan yang berjumlah 536 orang. Jumlah tersebut masih sangat kurang, karena belum seluruh desa memiliki bidan dan belum seluruh bidan yang ada tinggal di desa tempatnya bertugas. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak berimbangnya jumlah bidan dan dukun beranak. Jumlah dukun beranak di kab Bogor mencapai angka 3040, data ini menunjukan angka kurang lebih 7-10 dukun beranak per desa. Sehingga kian memperkecil kesempatan masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan maternal segera. 1

Upload: siti-wahyudini-kosasih

Post on 01-Jul-2015

73 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rancangan Pemasaran Sosial2

RANCANGAN PEMASARAN SOSIAL

SUAMI IDAMAN dan IBU BIJAKTURUT SERTA MENURUNKAN KEMATIAN IBU DAN BAYI DI KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI KABUPATEN BOGOR

Lebih dari 50% penduduk Bogor adalah perempuan, dari total

4.200.000 penduduk 2.500.000 diantaranya adalah perempuan. Adapun

perempuan usia subur berjumlah sekitar 1.295.733, dengan demikian 52

% dari jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Bogor, berada pada

kesiapan untuk melalui proses penting dalam struktur dan daur kehidupan

kodrati yakni kehamilan dan persalinan. Proses menjadi seorang ibu.

Berbicara tentang hal terkait, kondisi Kabupaten Bogor masih

sangat memprihatinkan. Ditunjukkannya dengan data terakhir di tahun

2006 bahwa terdapat 86.060 kelahiran, namun 179 bayi diantaranya lahir

mati, dan 65 ibunya juga meninggal saat melahirkan. Dari jumlah

kelahiran tersebut, yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya sejumlah

50,4 %, persalinan dengan pendampingan tenaga kesehatan dengan

dukun beranak sebanyak 7,4 % dan 19,8 % masih ditolong oleh dukun

beranak sedangkan 22,4% merupakan persalinan yang tidak terdata.

Keberadaan bidan yang berjumlah 536 orang. Jumlah tersebut

masih sangat kurang, karena belum seluruh desa memiliki bidan dan

belum seluruh bidan yang ada tinggal di desa tempatnya bertugas.

Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak berimbangnya jumlah bidan dan

dukun beranak. Jumlah dukun beranak di kab Bogor mencapai angka

3040, data ini menunjukan angka kurang lebih 7-10 dukun beranak per

desa. Sehingga kian memperkecil kesempatan masyarakat untuk

mendapat layanan kesehatan maternal segera.

Kenyataan-kenyataan seperti itulah yang menempatkan Kab Bogor

sebagai daerah dengan urutan tertinggi dalam AKI (angka Kematian Ibu)

dan AKB (Angka Kematian Bayi) di Jawa Barat.

B. ANALISIS PERILAKU

1. Perilaku SekarangTerdapat kesenjangan antara perilaku sekarang dibandingkan dengan

perilaku ideal, dimana;

1

Page 2: Rancangan Pemasaran Sosial2

Para ibu hamil yang seharusnya melakukan persalinan dengan ditolong

oleh tenaga kesehatan (sebagai perilaku ideal), akan tetapi kenyataannya

(perilaku sekarang) adalah:

Kebiasaan melahirkan di rumah oleh dukun beranak.

Meski menabung untuk melahirkan, akan tetapi waktu melahirkan

tabungan tersebut diambil untuk melahirkan di dukun beranak.

Melakukan ”sawaka” setelah hamil 7 bulan, yaitu kebiasaan

memberikan makanan/uang ke dukun beranak sebagai tanda pengikat

untuk ditolong persalinannya.

Baru melakukan persalinan di tenaga kesehatan apabila dukun beranak

tidak sanggup menolong persalinan.

Sementara itu para suami yang seharusnya (perilaku ideal)

mengantar istrinya untuk melahirkan di tenaga kesehatan pada

kenyataannya (perilaku sekarang) :

Bahkan menganjurkan istri melahirkan di dukun beranak.

Baru mengantar istrinya melahirkan di bidan, apabila persalinannya

berisiko.

Tidak mempersiapkan biaya khusus untuk persalinan.

Tidak mempersiapkan secara khusus sarana angkutan ketika istrinya

akan melahirkan.

2. Perilaku yang dimungkinkan (perilaku layak):

Dari analisis perilaku ideal dan perilaku sekarang tersebut di atas, dapat

dikemukakan perilaku yang dimungkinkan (perilaku layak), yang

merupakan perilaku antara untuk menuju ke perilaku ideal, sebagai

berikut:

Bagi para ibu hamil: Menemui dan mengenali tenaga kesehatan yang

terampil; Melakukan perawatan kehamilan kepada tenaga kesehatan

minimal 4 kali selama kehamilan; Mematuhi semua nasehat yang diberikan

oleh tenaga kesehatan; Merencanakan persalinan dengan tenaga

kesehatan terampil; dan mempersiapkan tabungan untuk biaya persalinan.

Bagi para suami: Mencari informasi tentang biaya persalinan ke tenaga

kesehatan, Mencari informasi tentang tanda-tanda bahaya dan risiko

persalinan; Membuat keputusan agar istri melahirkan di tenaga kesehatan

terampil

3. Faktor penghambat,

2

Page 3: Rancangan Pemasaran Sosial2

Beberapa hal yang ditemukenali sebagai faktor penghambat sehingga

para ibu tidak/kurang mempunyai akses terhadap perawatan/ palayanan

kesehatan yang aman dan memuaskan, adalah sebagai berikut;

Bagi ibu hamil:

Adanya tradisi ”sawaka”, yaitu kebiasaan untuk memberi sesuatu

kepada dukun beranak, dengan maksud agar dukun beranak nanti

memberi pertolongan kepada ibu hamil pada waktu bersalin.

Adanya cemoohan dari masyarakat jika melahirkan normal ditolong oleh

bidan.

Dukun beranak memberikan jampi doa saat melakukan pertolongan

persalinan.

Dukun beranak mau dipanggil kerumah.

Biaya tidak ditarif/ditentukan dan bisa dicicil/diganti dengan bahan

makanan.

Bagi para suami:

Tidak ada sosialisasi khusus tentang kehamilan dan kelahiran untuk para

suami, apalagi tentang kehamilan dan persalinan yang beresiko tinggi.

Tidak ada keinginan dan kesadaran untuk mengantar melahirkan di

bidan selama ada dukun beranak.

Adanya budaya yang kuat untuk bersalin di dukun beranak karena sudah

dilakukan secara turun temurun.

4. Faktor motivasi / faktor pendukung :

Selain itu juga dijumpai hal-hal yang merupakan faktor motivasi dan

pendukung untuk dilakukannya perilaku yang layak, sebagai berikut:

Bagi ibu hamil: Ada keinginan untuk melahirkan dengan aman, sehat dan

selamat; dan melahirkan di bidan mendapat obat dan vitamin serta

suntikan sehat untuk ibu dan bayinya

Bagi para suami: Suami telah mengenali Bidan;dan adanya keinginan agar

istri dan anaknya lahir lancar, selamat dan sehat

C. TUJUAN

Mendorong/ memotivasi semua ibu hamil agar melakukan persalinan

dengan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil (bidan).

Mendorong/ memotivasi para suami mengantar istri melahirkan di

tenaga kesehatan.

3

Page 4: Rancangan Pemasaran Sosial2

D. PENGEMBANGAN STRATEGI

1. Pemilahan (segmentasi) sasaran

1. Kelompok sasaran primer: Ibu hamil

2. Kelompok sasaran sekunder: Suami

2. Strategi Produk:

Mengembangkan branding untuk program ini, yaitu :

1. “Ibu Bijak”, yaitu ibu hamil yang:

Memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan minimal 4

kali selama kehamilan;

Memiliki tabungan bersalin (tabulin);

Mencari informasi tentang persalinan;

Melakukan imunisasi TT; dan

Merencanakan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan.

Pesan-pesan tersebut akan dikemas dalam media radio spot dan

poster.

2. “Suami Idaman” bagi suami, yaitu suami yang:

Membantu ibu menemu kenali tenaga kesehatan terampil;

Mencari informasi tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan;

Menyiapkan dana persalinan ke tenaga kesehatan terampil.

Mencari informasi tentang tanda-tanda bahaya dan risiko

persalinan;

Siap mengantarkan istrinya melahirkan di tenaga kesehatan.

Pesan-pesan tersebut akan dikemas dalam bentuk flyer atau leaflet.

E. STRATEGI PROMOSI

1. Daerah Intervensi.

Berdasarkan data kebutuhan Kabupaten Bogor, daerah intervensi akan

diutamakan di wilayah Bogor bagian barat, sebagai daerah kantong

kematian ibu dan bayi. Pertimbangan pilihan atas daerah ini

disebabkan karena:

Masih tingginya angka kematian ibu dan anak

Tingginya angka persalinan oleh dukun beranak

Relatif tertinggal dibandingkan wilayah lainnya, terutama faktor

pendidikan

4

Page 5: Rancangan Pemasaran Sosial2

Masih banyak kantong-kantong kemiskinan, akibat letak

geografisnya yang sulit di jangkau.

Memiliki kekuatan budaya lokal, sehingga sulit terimbas informasi/

inovasi baru

.

2. Paduan media (media mix)

Kegiatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Kabupaten Bogor ini

menggunakan paduan berbagai media (media mix) :

Above the Line: Serial 2 radio spot .

Below the Line: poster Ibu Bijak Bersalin di Bidan, leaflet Suami

Idaman.

3. Strategi Distribusi:

Iklan layanan masyarakat dalam bentuk radio spot di tiga

radio komersil yang jangkauannya meliputi Kabupaten Bogor,

disiarkan selama 6 bulan, 5 kali dalam sehari.

Leaflet, penyebarannya di pusat-pusat keramaian yaitu Puskesmas dan

Pasar.

Poster:

1. Penyebaran poster dan leaflet melalui kegiatan yang terintegrasi

dengan kegiatan masyarakat, misalnya pada saat posyandu

maupun rakor kecamatan.

2. Penempatan poster-poster di tempat-tempat strategis

F. RENCANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantuan akan dilakukan secara menyeluruh dan berkala dengan

menggunakan beberapa indikator. Penilaian hasil kegiatan akan dilakukan

dengan melihat seberapa besar pencapaian program terhadap tujuan,

menggunakan beberapa metode seperti focused group discussion maupun

mini workshop.

5