rancangan keputusan bupati … · web view- 58 - pasal 24 (1) izin pengelolaan dan pengusahaan...

287
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2004 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa sesuai Arah Kebijakan Umum APBD serta strategi dan prioritas APBD yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perlu menyusun Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004; b.bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Anggaran 2004 perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ; 2.Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran

Upload: buikhuong

Post on 31-Jul-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 1 TAHUN 2004

T E N T A N G

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa sesuai Arah Kebijakan Umum APBD serta strategi dan prioritas APBD yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perlu menyusun Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004;

b. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Anggaran 2004 perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3560);

- 1 -

- 2 -

3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Inedonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

7. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

- 3 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung Jawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4029);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

- 4 -

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Keuangan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

19. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nmor 04 Tahun 1999 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004.

- 5 -

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2004 sebagai berikut :

1. PENDAPATAN Rp. 173.770.811.810,-2. BELANJA Rp. 198.249.999.990,-

Surplus/ Defisit Rp. 24.479.188.180,-

3. PEMBIAYAANa. Penerimaan Rp. 26.229.188.180,-b. Pengeluaran Rp. 1.750.000.000,-

Rp. 24.479.188.180,-

Pasal 2

Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang terdiri dari :1. Lampiran I : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.2. Lampiran II : Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.3. Lampiran III : Daftar Rekapitulasi APBD menurut Bidang

Pemerintahan dan Unit.4. Lampiran IV : Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan

Jabatan.5. Lampiran V : Daftar Piutang Daerah.6. Lampiran VI : Daftar Pinjaman Daerah.7. Lampiran VII : Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah.8. Lampiran VIII : Daftar Aktiva Tetap Daerah; dan9. Lampiran IX : Daftar Dana Cadangan

- 6 -

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Pasal 4

Sebagai landasan operasional pelaksanaan, Bupati menetapkan Keputusan tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal 5

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2004.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 31 Januari 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 1 TAHUN 2004

T E N T A N G

PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : bahwa pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004, perlu menetapkan Keputusan Bupati Kotawaringin Barat tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3560);

- 7 -- 8 -

3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Inedonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

7. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

- 9 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung Jawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4029);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

- 10 -

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 1 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah;

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Keuangan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

20. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nmor 04 Tahun 1999 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004.

- 11 -

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2004 sebagai berikut :

1. PENDAPATANa. Pendapatan Asli Daerah Rp. 15.195.426.810,-b. Dana Perimbangan Pusat Rp. 153.710.385.000,-

c. Dana Perimbangan dan Propinsi Rp.. 0,-d. Lain-lain Pendapatan yang sah Rp. 4.865.000.000,-

Rp. 173.770.811.810,-

2.. BELANJAAPARATUR DAERAHa. Belanja Administrasi Umum Rp. 55.326.758.550,-b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Rp 5.589.109.000,-c. Belanja Modal Rp. 10.659.470.200,-

Rp. 71.770.811.810,-

PELAYANAN PUBLIKa. Belanja Administrasi Umum Rp. 54.813.165.440,-b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Rp 19.205.204.500,-c. Belanja Modal Rp. 42.687.060.000,-

Rp. 116.705.429.940,-

BELANJA BAGI HASIL DAN BANTUAN KEUANGAN Rp. 7.926.232.300,-BELANJA TIDAK TERSANGKA Rp. 2.000.000.000,-Surplus (Defisit) Rp.(24.479.188.180,-)

3. PEMBIAYAANa. Penerimaan Rp. 26.229.188.180,-b. Pengeluaran Rp. 1.750.000.000,-

Rp. 24.479.188.180,-

- 12 -

Pasal 2

Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dirinci lebih lanjut pada Lampiran Keputusan ini

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan mempunyai daya surut sejak tanggal 1 Januari 2004.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 03 Pebruari 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 2 TAHUN 2004

T E N T A N G

PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan telah berakhirnya Tahun Anggaran 2003 perlu dilakukan perhitungan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

b. bahwa hasil Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3560);

- 13 -

- 14 -

3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Inedonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

7. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

- 15 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung Jawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4029);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

- 16 -

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 1 Tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2003 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Keuangan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata

Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

21. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nmor 04 Tahun 1999 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004.

- 17 -

Pasal 1

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2003 sebagai berikut :

a. Pendapatan Rp. 178.832.255.722,13b. Belanja Rp. 167.386.727.500,92

Surplus / Defisit Rp. 11.445.528.221,21

c. Pembiayaan- Penerimaan Rp. 26.536.413.517,75- Pengeluaran Rp. 2.037.727.609,00

Surplus / Defisit Rp. 24.498.685.908,75

d. Urusan Kas dan Perhitungan- Penerimaan Rp. 6.413.903.882,00- Pengeluaran Rp. 6.413.786.065,00

Surplus / Defisit Rp. 117.817,00

Sisa Kas Rp.35.944.331.946,96

Pasal 2

(1) Selisih Anggaran dengan Realisasi Pendapatan sejumlah Rp. 20.964.501.195,13 dengan rincian sebagai berikut :

a. Anggaran Pendapatan setelah perubahan Rp. 157.867.754.527,00b. Realiasasi Rp. 178.832.255.722,13

Selisih lebih / (kurang) Rp. 20.964.501.195,13

(2) Selisih Anggaran dengan Realisasi Belanja sejumlah Rp. 15.900.448.644,08 dengan rincian sebagai berikut :

a. Anggaran Pendapatan setelah perubahan Rp. 183.287.176.145,00b. Realiasasi Rp. 167.386.727.500,92

Selisih lebih / (kurang) Rp. 15.900.448.644,08

(3) Selisih Anggaran dengan Realisasi Belanja sejumlah Rp. 11.445.528.221,21 dengan rincian sebagai berikut :

a. Surplus / defisit setelah perubahan Rp.(25.419.421.618,00)b. Realiasasi Rp. 36.864.949.839,21

Selisih lebih / (kurang) Rp. 11.445.528.221,21

- 18 -

(4) Selisih Anggaran dengan Realisasi Pembiayaan sejumlah Rp. (59.093.334,25) dengan rincian sebagai berikut :a. Penerimaan

1. Setelah perubahan Rp.26.595.506.852,002. Realiasasi Rp.26.536.431.517,75Selisih lebih / (kurang) Rp.(59.093.334,25)

b. Pengeluaran1. Setelah perubahan Rp.1.176.085.234,002. Realiasasi Rp.2.037.727.609,00Selisih lebih / (kurang) Rp.(861.642.375,00)

Pasal 3

(1) Berdasarkan Perhitungan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, posisi Keuangan pada tanggal 31 Desember Tahun 2003 yang dituangkan dalam Neraca Daerah sebagai berikut :a. Jumlah Aset Rp. 247.699.815.070,96b. Jumlah Utang Rp. 117.817,00c. Jumlah Ekuitas Dana Rp. 247.699.697.253,96

(2) Berdasarkan Perhitungan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, saldo Kas Daerah pada tanggal 31 Desember Tahun 2003 yang dituangkan dalam Laporan Aliran Kas sejumlah Rp. 35.944.331.946,96 dengan rincian sebagai berikut :a. Saldo Kas 1 Januari 2003 Rp. 25.384.747.265,75b. Jumlah Penerimaan Kas Rp.186.397.825.856,13

Rp.211.782.573.121,88c. Jumlah Pengeluaran Kas

Rp.175.838.241.174,92 d. Saldo Kas 31 Desember 2003 Rp.

35.944.331.946,96

Pasal 4

Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dijelaskan lebih lanjut dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yaitu :1. Lampiran I : Laporan Perhitungan APBD.2. Lampiran II : Nota Perhitungan APBD.3. Lampiran III : Laporan Aliran Kas. 4. Lampiran IV : Neraca Daerah

- 19 -

Pasal 5

Lampiran-lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Pasal 6

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 27 April 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 27 April 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 2, SERI : A.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 5 TAHUN 2004

T E N T A N G

PENJABARAN PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2003

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : bahwa pelaksanaan ketentuan Pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003, perlu menetapkan Keputusan Bupati Kotawaringin Barat tentang Penjabaran Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3560);

- 20 -- 21 -

3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Inedonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

7. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

- 22 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung Jawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4029);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

- 23 -

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 1 Tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2003 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Keuangan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

21. Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 3 Tahun 2003 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003.

22. Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2003 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PENJABARAN PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2003.

- 24 -

Pasal 1

Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2003 terdiri dari :

1. Pendapatana. Anggaran Setelah Perubahan Rp. 157.867.754.527,00b. Berlebih / ( Berkurang ) Rp. 20.964.501.195,13

Jumlah Realisasi Pendapatan Rp. 178.832.255.722,13

2. Belanjaa. Anggaran Setelah Perubahan Rp. 183.287.176.145,00b. Berlebih / ( Berkurang ) Rp. 15.900.488.644,08

Jumlah Realisasai Pendapatan Rp. 167.386.727.500,92Surplus Rp. 11.445.528.221,21

3. Pembiayaana. Penerimaan

1) Anggaran Setelah Perubahan Rp. 1.176.085.234,002) Berlebih / ( Berkurang ) Rp. 861.642.375,00

Jumlah Realisasi Penerimaan Rp. 26.536.413.517,75

b. Pengeluaran1) Anggaran Setelah Perubahan Rp. 1.176.085.234,002) Berlebih / ( Berkurang ) Rp. 861.642.375,00

Jumlah Realisasi Pengeluaran Rp. 2.037.727.609,00

Jumlah Realisasi Pembiayaan Rp. 24.498.685.908,75

Pasal 2

Penjabaran Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dirinci lebih lanjut pada Lampiran Keputusan ini.

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 24 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

- 25 -

Pasal 6

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal 1 Januari 2004.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 28 April 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 4 TAHUN 2004

T E N T A N G

PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka memenuhi prinsip managemen pengelolaan keuangan daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan dipandang perlu dilakukan perubahan;

b. bahwa, berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

- 26 -

- 27 -

3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) ;

4. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk

Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D);

- 28 -

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 perubahan pertama atas Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2002 Nomor : 23 Seri : D );

13. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2003 Nomor 2003 Nomor : 4, Seri : C).

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2003 Nomor 4, Seri : C) diubah sebagai berikut :

A. Ketentuan Pasal 44 ayat (1), (2), (3) diubah dan ditambah (1) ayat, sehingga keseluruhan Pasal 44 ayat (1), (2), (3) dan (4) berbunyi sebagai berikut :

- 29 -

Pasal 44

(1) Seluruh penerimaan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah Penerimaan Daerah yang disetor sepenuhnya ke Kas Daerah, melalui Pemegang Kas RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.

(2) Komponen penerimaan RSUD sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :

a. Jasa Sarana dan Prasarana; b. Jasa Medik;c. Jasa Perawatan;d. Jasa Anasthesi.

(3) Penerimaan Jasa Medik sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, penggunaan/ pembagiannya diatur sebagai berikut :

a. 65 % (enam puluh lima per seratus) untuk jasa medis.

b. 25 % (dua puluh lima per seratus) untuk Non Medis dan para medis sebagai subsidi.

c. 10 % (sepuluh per seratus) dikelola langsung oleh Direktur Rumah sakit Umum Daerah Sultan Imanudin dipergunakan untuk menunjang tugas pelayanan kesehatan pada RSUD meliputi :

1. Kegiatan Operasional RSUD baik didalam mampu diluar gedung sarana pelayanan kesehatan.

2. Pembinaan Sumber daya Manusia dan tunjangan perangkat lainnya.

(4) Teknis pengambilan bagian Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Iamnuddin Pangkalan Bun sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini diatur sesuai ketentuan yang berlaku.

- 30 -

B. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) dirubah dan ditambah 1 (satu) ayat, sehingga keseluruhan Pasal 45 ayat (1), ayat (2) dan (3) berbunyi sebagai berikut :

Pasal 45

(1) Seluruh penerimaan Puskesmas disetor langsung ke Kas Daerah melalui Pemegang Kas Dinas Kesehatan.

(2) Dari penerimaan Puskesmas sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini 50 % (lima perseratus) merupakan bagian Puskesmas yang digunakan untuk menunjang kelancaran tugas Pelayanan Kesehatan yang meliputi :

1. Kegiatan operasional Puskesmas baik di dalam maupun di luar gedung sarana pelayanan Puskesmas termasuk rawat kunjungan dan pembinaan kesehatan kepada masyarakat.

2. Pembinaan sumber daya manusia.

3. Pemeliharaan dan pengadaan bahan penunjang baik berupa bahan administrasi kantor maupun obat-obatan, reagensia, bahan habis pakai dan lain-lain.

(3) Tehnis pengambilan bagian Puskesmas sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini diatur sesuai ketentuan yang berlaku.

- 31 -

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 12 Mei 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 1, SERI : C.

BUPATI KOTAWARINGIN BARATKEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 6 TAHUN 2004

T E N T A N G

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa, dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, maka dipandang perlu menetapkan Perubahan Keputusan Bupati Nomor 12 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. bahwa, untuk maksud sebagaimana huruf a diatas, perlu

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

- 32 -

- 33 -

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3209) ;

3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3495) ;

4. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048) ;

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839) ;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3258);

- 34 -

8. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran RI Nomor 4139);

10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D )

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 15 seri : D) sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 23 Seri D) dan diubah untuk kedua kali dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor : 6 Seri : D );

13. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor : 4, Seri : C).

- 35 -

14. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003

Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor : 1, Seri : C).

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Bupati Nomor 12 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2003 Nomor 5, Seri : C) diubah sebagai berikut :

A. Ketentuan BAB III Pasal 3 tetap, Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3) diubah dan Pasal 5 diubah menjadi 3 ayat, sehingga keseluruhan BAB III Pasal 3, 4 dan 5 berbunyi sebagai berikut :

BAB III

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN SERTA PENGAMBILAN BAGIAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SULTAN IMANUDIN DAN PUSKESMAS

Pasal 3

(1)Pembayaran Retribusi harus dilunasi sekaligus.- 36 -

(2)Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3)Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD/ SKRDKBT dan atau dokumen lain yang dipersamakan.

(4)SKRD/ SKRDKBT dan atau dokumen lain yang dipersamakan disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Pasal 4

(1)Seluruh penerimaan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah Penerimaan Daerah yang disetor sepenuhnya ke Kas Daerah melalui Pemegang Kas RSUD Sultan Imanuddin

(2)Komponen penerimaan RSUD sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari : a. Jasa sarana dan prasaranab. Jasa medisc. Jasa perawatd. Jasa Anasthesi

(3)Penerimaan jasa medis sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, penggunaan/ pembagiannya diatur sebagai berikut :

a. 65 % (enam puluh lima perseratus) untuk jasa medis

b. 25 % (dua puluh lima perseratus) untuk non medis dan para medis sebagai subsidi.

c. 10 % (sepuluh perseratus) dikelola langsung oleh Direktur RSUD Sultan Imanudin dipergunakan untuk menunjang tugas pelayanan kesehatan pada RSUD meliputi :

- 37 -

1. Kegiatan operasional RSUD bisa didalam maupun diluar gedung sarana pelayanan kesehatan.

2. Pembinaan sumber daya manusia dan tunjangan perangkat lainnya.

(4)Tehnis pengambilan bagian Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini, yaitu Kepala RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun mengajukan permohonan kepada Bupati Kotawaringin Barat Cq. Kepala Bagian Keuangan untuk penerbitan SKO pada bulan berikutnya.

Pasal 5

(1)Seluruh penerimaan Puskesmas disetor langsung ke Kas Daerah melalui Pemegang Kas Dinas Kesehatan.

(2)Dari penerimaan Puskesmas sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini 50 % (lima puluh perseratus) merupakan bagian Puskesmas yang digunakan untuk menunjang kelancaran tugas pelayanan kesehatan yang meliputi :1. Kegiatan operasional Puskesmas baik di dalam maupun di

luar gedung sarana pelayanan Puskesmas termasuk rawat kunjungan dan pembinaan kesehatan kepada masyarakat;

2. Pembinaan sumber daya.3. Pemeliharaan dan pengadaan bahan penunjang baik berupa

bahan administrasi kantor maupun obat-obatan, reagensia, bahan habis pakai dan lain-lain.

(3)Tehnis pengambilan bagian Puskesmas sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, yaitu Kepala Puskesmas mengajukan permohonan melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat kepada Bupati Kotawaringin Barat Cq. Kepala Bagian Keuangan untuk penerbitan SKO pada bulan berikutnya.

- 38 -

B. Ketentuan Pasal 6 dan 7 tetap sedangkan Pasal 8 diubah sehingga keseluruhan Pasal berbunyi sebagai berikut :

Pasal 8

Segala ketentuan yang bertentangan dan/ atau tidak sesuai dengan Keputusan ini, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal II

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAKDiundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 3, SERI : C.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 5 TAHUN 2004

T E N T A N G

RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAANSARANG BURUNG WALET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa besarnya minat masyarakat untuk mengelola dan mengusahakan sarang burung walet serta untuk menumbuh kembangkan perekonomian daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat, perlu dilakukan pengaturan bagi pengelolaan dan pengusahaan sarang burung;

b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah, maka dimungkinkan pemungutan Objek Retribusi baru selain limitatif yang ditentukan sepanjang memenuhi kriteria sesuai peraturan yang berlaku;

c. bahwa pengenaan pemungutan Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung berdasarkan kajian telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan layak ditetapkan sebagai Retribusi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung

- 39 -

- 40 -

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820);

2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

4. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

5. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

6. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

7. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Nomor 3839);

8. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

- 41 -

9. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Baru (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3542);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3804);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 1999 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

- 42 -

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 14, Seri : D );

22. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 15,

Seri : D ), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 19, Seri : D ), dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah 2002 Nomor 6, Seri : D ).

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET.

- 43 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah;

5. Dinas Kehutanan adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung adalah Izin yang diberikan oleh Bupati kepada setiap orang atau Badan untuk dapat melakukan kegiatan di bidang pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan sejenisnya;

7. Pengelolaan Sarang Burung adalah rangkaian pembinaan habitat alami dan diluar habitat alami pengendalian burung walet dan sejenisnya di habitat alami;

8. Pengusahaan sarang Burung adalah kegiatan pengambilan sarang burung walet dan sejenisnya di habitat alami dan di luar habitat alami;

- 44 -

9. Sarang Burung adalah sarang burung walet dan sejenisnya yang dapat diperdagangkan dengan cara dan dalam bentuk apapun;

10. Burung Walet dan sejenisnya adalah satwa liar yang termasuk Marga Collocalia yaitu burung walet dan burung sejenis walet yang digunakan/ dimanfaatkan sarangnya;

11. Tempat pemeliharaan sarang burung adalah rumah-rumah, bangunan dan tempat lain yang dipergunakan untuk pemeliharaan sarang burung;

12. Pengambilan sarang burung adalah serangkaian kegiatan mengambil sarang hasil milik sendiri dan dimanfaatkan hasilnya untuk menunjang kehidupan manusia;

13. Habitat Alami Burung Walet dan sejenisnya adalah lingkungan tempat burung walet dan sejenisnya hidup dan berkembang secara alami;

14. Diluar Habitat Alami Burung Walet dan sejenisnya adalah lingkungan tempat burung walet dan sejenisnya hidup dan berkembang yang diusahakan dan dibudi dayakan;

15. Lokasi adalah suatu kawasan tempat tertentu dimana terdapat sarang burung walet dan sejenisnya baik pada habitat alami maupun di luar habitat alami;

16. Penemu Goa Sarang Burung Walet dan sejenisnya adalah seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh masyarakat sekitar sebagai penemu goa sarang burung walet dan sejenisnya;

17. Kawasan Konservasi adalah kawasan yang dilindungi atau dilestarikan;

18. Kawasan Hutan Negara adalah kawasan hutan lindung, hutan produksi, kawasan pelestarian alam ;

- 45 -

19. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, atau Organisasi Masa, Organisasi Sosial Publik atau yang sejenisLembaga, Bentuk Usaha Tetap dan Bentuk Badan lainnya;

20. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas sarana atau kegiatan pemanfaatan ruang, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;

21. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu;

22. Surat Pemberitahuan Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran yang terutang menurut Peraturan Retribusi;

23. Perhitungan Retibusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh Wajib Retibusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi;

24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

- 46 -

25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah Retribusi Daerah yang telah ditetapkan;

26. Surat Ketetapan Retibusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutama atau tidak seharusnya terutang;

27. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan;

28. Surat Setoran Retribusi yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati;

29. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama retribusi yang tercantum pada STRD, SKRDKB atau

SKRDKBT yang belum kadaluwarsa dan retribusi lainnya yang masih terutang;

30. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

31. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

- 47 -

32. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

33. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan Penyidikan;

34. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Peraturan Daerah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan kepastian hukum dalam rangka pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung diwilayah Kabupaten Kotawaringin Barat.

(2) Tujuan pemberian izin adalah :

a. Memberikan dasar hukum bagi pelaksanaan pemungutan Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung;

b. Memberikan dasar hukum untuk Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung agar iklim usaha berjalan dengan baik, lancar, tertib dan aman, memberikan kenyamanan berusaha serta mencegah persaingan tidak sehat;

- 48 -

c. Memberikan dasar hukum untuk Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung agar menjadi salah satu Sumber pendapatan Asli Daerah (PAD);

d. Memberikan dasar hukum bagi pembinaan dan pengawasan Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung, guna menjaga kelestarian lingkungan hidup, kelestarian habitat dan populasi burung walet atau sejenisnya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

BAB III

NAMA, SUBJEK DAN OBJEK RETRIBUSI

Pasal 3

(1) Dengan nama Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung, dipungut Retribusi bagi setiap orang atau badan yang mendapatkan pelayanan Izin Pengelolaan dan Pengusahaan sarang Burung.

(2) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh surat Izin Pengelolaan dan Pengusahan Sarang Burung.

(3) Objek Retribusi adalah kegiatan pemberian Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung walet dan sejenisnya.

- 49 -

BAB IV

GOLONGAN RETRIBUSI DAN WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 4

(1) Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung termasuk golongan Retribusi Perizinan Tertentu.

(2) Retribusi yang terhutang di pungut di wilayah Daerah.

BAB V

PRINSIP YANG DIANUT DALAMPENETAPAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 5

Prinsip yang dianut dalam penetapan tarif Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung didasarkan pada kemampuan ekonomi masyarakat, aspek keadilan dan dampak lingkungan.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 6

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi dibedakan berdasarkan jenis lokasi sarang burung.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung ditetapkan sebagai berikut :

Tarif Retribusi

No. Lokasi Sarang Burung Izin Baru Daftar Ulang Setiap 1 (satu) Tahun

1. Di Habitat Alami Rp.500.000,- Rp. 450.000,-2. Di Luar Habitat Alami Rp.250.000,- Rp. 250.000,-

- 50 -

BAB VII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANGDAN SURAT PEMBERITAHUAN TERUTANG

Pasal 7

(1) Masa retribusi adalah selama izin usaha yang bersangkutan masih berlaku dan untuk kepentingan pembinaan, pengendalian dan pengawasan wajib dilakukan daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.

(2) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diajukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum berakhir masa berlakunya izin.

(3) Retribusi terutang pada saat diberikannya Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung.

Pasal 8

(1) Setiap Wajib Retribusi, wajib mengisi SPTRD.

(2) SPTRD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian serta pengembalian SPTRD ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 9

(1) Penetapan Retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD.

(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana mestinya, maka diterbitkan SKRD karena jabatan.

- 51 -

(3) Bentuk, isi SKRD sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 10

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap sehingga menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRD tambahan.

BAB VIII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 11

(1) Pembayaran Retribusi disetorkan ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD, SKRD Jabatan dan SKRD Tambahan.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan Retribusi harus disetorkan ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(3) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan dengan menerbitkan STRD.

Pasal 12

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/ lunas.

(2) Tata cara pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diatur dalam Keputusan Bupati.

- 52 -

BAB IX

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 13

(1) Pengeluaran surat teguran/ peringatan/ surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/ peringatan/ surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB X

TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANANDAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 14

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.

- 53 -

BAB XI

LOKASI SARANG BURUNG DAN PENGUSAHAANNYA

Pasal 15

(1) Lokasi sarang burung berada di :a. Habitat alami;b. Diluar habitat alami.

(2) Lokasi Sarang burung yang berada di habitat alami meliputi :a. Kawasan hutan negara;b. Kawasan konservasi;c. Goa alam dan atau diluar kawasan yang tidak dibebani hak

milik perorangan atau adat.

(3) Lokasi Sarang burung yang berada diluar habitat alami meliputi :- Bangunan, Rumah/ gedung yang sesuai dengan Tata Ruang

Wilayah Kabupaten (RTRW).

BAB XII

KETENTUAN PEMBERIAN IZIN

Pasal 16

(1) Sarang burung yang berada dihabitat alami dan diluar habitat alami dapat dikelola dan diusahakan atas izin tertulis dari Bupati yang berlaku selama 5 (lima) tahun dan wajib didaftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali .

(2) Dalam memberikan izin Bupati menetapkan persyaratan-persyaratan.

(3) Izin usaha sarang burung tidak dapat dipindah tangankan kecuali dengan izin Bupati.

- 54 -

(4) Bentuk dan isi surat izin sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 17

Untuk mendapatkan izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) orang/ badan mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Dinas Kehutanan dengan melampirkan persyaratan :

a. Proposal pengelolaan dan pengusahaan sarang burung;

b. Rekomendasi dari Dinas Kehutanan yang didasarkan atas hasil pemeriksaan lapangan di lokasi pengelolaan dan pengusahaan sarang burung yang dituangkan dalam berita acara hasil pemeriksaan;

c. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan mengusahakan sarang burung mentaati persyaratan teknis dari Dinas Kehutanan;

d. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan sanggup mengelola kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. Pengelolaan dan pengusahaan sarang burung diluar habitat alami harus dilengkapi Izin Gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), SITU dan Rekomendasi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL, UKL, SPL);

f. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan.

- 55 -

BAB XIII

PENOLAKAN DAN PEMBERIAN IZIN

Pasal 18

(1) Bupati dapat menolak permohonan Izin apabila tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Dalam hal penolakan harus disertai alasan penolakan.

(3) Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya surat permohonan izin secara lengkap harus ada jawaban ditolak atau diterima .

BAB XIV

KETENTUAN KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 19

(1) Setiap pemegang izin mempunyai kewajiban :

a. Menjaga kebersihan, ketertiban, keamanan dan kesehatan serta keindahan lingkungan ;

b. Menyediakan alat pemadam kebakaran dan obat-obatan (PPPK);

c. Mentaati semua ketentuan yang berlaku dan petunjuk/ instruksi dari Pejabat yang berwenang;

d. Memenuhi perjanjian kerja, keselamatan kerja dan jaminan sosial bagi karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. Membuat pembukuan keuangan atas usahanya;- 56 -

(2) Selain kewajiban sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini, setiap pemegang izin wajib menyediakan tempat untuk membuat/

mengolah kembali limbah/ kotoran sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pasal 20

(1) Penemu sarang burung dihabitat alami wajib melaporkan penemuannya kepada Bupati dengan disertai surat keterangan dari Kepala kelurahan/ Desa yang diketahui oleh Camat setempat untuk dibuatkan surat pengesahan atas penemuannya.

(2) Penemu sarang burung sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diberikan prioritas untuk mengelola dan mengusahakan sarang burung.

(3) Penemu sarang burung dapat bekerjasama atau menyerahkan pengelolaan dan pengusahaannya kepada pihak lain.

(4) Penyerahan hak pengelolaan dan pengusahaan sarang burung dari penemu kepada pihak lain harus mendapat persetujuan Bupati.

Pasal 21

Setiap orang atau badan dilarang :

a. Melakukan kegiatan usaha pengelolaan dan pengusahaan sarang burung tanpa izin tertulis dari Bupati;

b. Memperluas atau menambah tempat usaha tanpa izin Bupati;

c. Menjalankan usahanya tidak sesuai dengan izin yang diberikan;

d. Menjalankan usaha yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan atau gangguan keamanan, kenyamanan/ ketenangan masyarakat sekitarnya;

- 57 -

e. Membuang limbah/ kotoran burung yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan;

f. Membangun/ memanfaatkan rumah atau gedung untuk tempat pengelolaan dan pengusahaan sarang burung di perkotaan dan ditempat padat pemukiman penduduk dan atau ditempat-tempat lain yang bertentangan dengan ketentuan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat.

BAB XV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 22

(1) Bupati melalui Dinas Kehutanan melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan dan pengusahaan sarang burung.

(2) Bupati melalui Dinas Kehutanan melakukan pengawasan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung.

BAB XVI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 23

(1) Perusahaan diberi peringatan tertulis apabila :

a. Melanggar ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1) dan ayat (3)

b. Tidak melakukan kewajiban dan larangan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Daerah ini.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan oleh Tim teknis yang ditunjuk.

- 58 -

Pasal 24

(1) Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung yang bersangkutan dibekukan apabila tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud Pasal 23 (2) Peraturan Daerah ini.

(2) Selama izin yang bersangkutan dibekukan pengusaha tersebut dilarang untuk melakukan kegiatan usahanya.

(3) Jangka waktu pembekuan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin.

(4) Pembekuan izin dilakukan oleh Bupati.

(5) Izin yang dibekukan dapat diberlakukan lagi apabila pengusaha yang bersangkutan telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 25

Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung dapat dicabut apabila :a. Pengusaha yang bersangkutan tidak mentaati ketentuan Pasal 24

ayat (2) Peraturan Daerah ini;

b. Pengusaha yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) Peraturan Daerah ini;

c. Pengusaha yang bersangkutan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang memuat sanksi pencabutan izin;

d. Pengusaha yang bersangkutan dinyatakan pailit.

e. Atas permintaan pengusahan yang bersangkutan.- 59 -

BAB XVII

SANKSI PIDANA

Pasal 26

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 25 huruf a serta tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XVIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 27

(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena kewajibannya mempunyai wewenang :

a. Memperhatikan surat tugas setiap melakukan kegiatan penyidikan.

b. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

c. Mempelajari laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

- 60 -

d. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian.

e. Menyuruh berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

f. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

g. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat atau benda.

h. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka.

i. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

j. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

k. Mengadakan penghentian penyidikan.

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Pejabat Penyidik sebagimana dimaksud ayat (1) membuat Berita Acara setiap tindakan tentang :a. Pemeriksaan Tersangka ;

b. Pemasukan Rumah ;

c. Penggeledahan rumah / tempat-tempat tertutup ;

d. Penyitaan benda / barang bukti ;

e. Pemeriksaan surat ;

f. Pemeriksaan saksi ;

g. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

- 61 -

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Pengadilan Negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 29

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

- 62 -

Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 2, SERI : C.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 13 TAHUN 2004

T E N T A N G

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAANSARANG BURUNG WALET

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet, yang diundangkan pada tanggal 12 Mei 2004 dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2004 Nomor : 2 Seri : C, dipandang perlu menetapkan petunjuk pelaksanaannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kotawaringin Barat.

- 63 -

- 64 -

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820);

2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

4. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

5. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

6. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

7. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Nomor 3839);

8. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

- 65 -

9. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Baru (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3542);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3804);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 1999 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

- 66 -

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat Nomor 03 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Gangguan (Lembaran Daerah Tk.II Kotawaringin Barat Nomor : 02 Tahun 1999, Seri : C );

22. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat Nomor 05 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ((Lembaran Daerah Tk.II Kotawaringin Barat Tahun 1999 Nomor : 04, Seri : C );

23. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi

Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 14, Seri : D );

24. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 15, Seri : D ), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 19, Seri : D ), dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah 2002 Nomor 6, Seri : D );

25. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet ( Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor : 2 Seri : C).

- 67 -

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Dinas Kehutanan adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat;

7. Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Daerah adalah Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

- 68 -

8. Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

9. Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung adalah Izin yang diberikan oleh Bupati kepada setiap orang atau Badan untuk dapat melakukan kegiatan di bidang pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan sejenisnya;

10. Pengelolaan Sarang Burung adalah rangkaian pembinaan habitat alami dan diluar habitat alami pengendalian burung walet dan sejenisnya di habitat alami;

11. Pengusahaan sarang Burung adalah kegiatan pengambilan sarang burung walet dan sejenisnya di habitat alami dan di luar habitat alami;

12. Sarang Burung adalah sarang burung walet dan sejenisnya yang dapat diperdagangkan dengan cara dan dalam bentuk apapun;

13. Burung Walet dan sejenisnya adalah satwa liar yang termasuk Marga Collocalia yaitu burung walet dan burung sejenis walet yang digunakan/ dimanfaatkan sarangnya;

14. Tempat pemeliharaan sarang burung adalah rumah-rumah, bangunan dan tempat lain yang dipergunakan untuk pemeliharaan sarang burung;

15. Pengambilan sarang burung adalah serangkaian kegiatan mengambil sarang hasil milik sendiri dan dimanfaatkan hasilnya untuk menunjang kehidupan manusia;

16. Habitat Alami Burung Walet dan sejenisnya adalah lingkungan tempat burung walet dan sejenisnya hidup dan berkembang secara alami;

- 69 -

17. Diluar Habitat Alami Burung Walet dan sejenisnya adalah lingkungan tempat burung walet dan sejenisnya hidup dan berkembang yang diusahakan dan dibudi dayakan;

18. Lokasi adalah suatu kawasan tempat tertentu dimana terdapat sarang burung walet dan sejenisnya baik pada habitat alami maupun di luar habitat alami;

19. Penemu Goa Sarang Burung Walet dan sejenisnya adalah seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh masyarakat sekitar sebagai penemu goa sarang burung walet dan sejenisnya;

20. Kawasan Konservasi adalah kawasan yang dilindungi atau dilestarikan;

21. Kawasan Hutan Negara adalah kawasan hutan lindung, hutan produksi, kawasan pelestarian alam ;

22. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, atau Organisasi Masa, Organisasi Sosial

Publik atau yang sejenis Lembaga, Bentuk Usaha Tetap dan Bentuk Badan lainnya;

23. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas sarana atau kegiatan pemanfaatan ruang, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;

- 70 -

24. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu;

25. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran yang terutang menurut Peraturan Retribusi;

26. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh Wajib Retibusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi;

27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah Retribusi Daerah yang telah ditetapkan;

29. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit

retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutama atau tidak seharusnya terutang;

30. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan;

- 71 -

31. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati;

32. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama retribusi yang tercantum pada STRD, SKRDKB atau SKRDKBT yang belum kadaluwarsa dan retribusi lainnya yang masih terutang;

33. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

34. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

BAB II

SUBJEK DAN OBJEK RETRIBUSI

Pasal 2

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung.

(2) Objek Retribusi adalah kegiatan pemberian Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung walet dan sejenisnya.

- 72 -

BAB III

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 3

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi dibedakan berdasarkan jenis lokasi sarang burung.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung ditetapkan sebagai berikut :

No. Lokasi Sarang Burung

Tarif Retribusi

Izin Baru Daftar Ulang Setiap 1 (satu) Tahun

1. Di Habitat Alami Rp.500.000,- Rp. 450.000,-2. Di Luar Habitat Alami Rp.250.000,- Rp. 250.000,-

BAB IV

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN

Pasal 4

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.

(2) Tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur sebagai berikut :

a. Pembayaran Retribusi menggunakan formulir Surat Setoran Retribusi Daerah yang disingkat (SSRD) yaitu dokumen yang

disamakan dengan SPTRD dan SKRD yang disiapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah, bentuk SSRD sebagaimana terlampir;

- 73 -

b. SSRD sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a pasal ini sebelum diserahkan kepada Dinas Kehutanan terlebih dulu di perporasi di Dinas Pendapatan Daerah;

c. Dinas Kehutanan menyerahkan formulir Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) kepada Wajib Retribusi untuk diisi besarnya Retribusi;

d. Dinas Kehutanan dan atau Pejabat yang ditunjuk melakukan pengecekan serta pemeriksaan lapangan terhadap Objek Retribusi;

e. Setelah ditetapkan, Wajib Retribusi membayar ke Kas Daerah melalui pemegang Kas Dinas Kehutanan;

BAB V

KETENTUAN PEMBERIAN IZIN

Pasal 5

(1) Sarang burung yang berada dihabitat alami dan diluar habitat alami dapat dikelola dan diusahakan atas izin tertulis dari Bupati yang berlaku selama 5 (lima) tahun dan wajib didaftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali .

(2) Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung tidak dapat dipindah tangankan kecuali dengan izin Bupati.

(3) Bentuk dan isi surat izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagaimana terlampir.

Pasal 6

(1) Untuk mendapatkan izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), orang /

badan mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Dinas Kehutanan dengan melampirkan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

- 74 -

a. Proposal pengelolaan dan pengusahaan sarang burung;

b. Rekomendasi dari Dinas Kehutanan yang didasarkan atas hasil pemeriksaan lapangan di lokasi pengelolaan dan pengusahaan sarang burung yang dituangkan dalam berita acara hasil pemeriksaan;

c. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan mengusahakan sarang burung mentaati persyaratan teknis dari Dinas Kehutanan;

d. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan sanggup mengelola kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. Pengelolaan dan pengusahaan sarang burung diluar habitat alami harus dilengkapi Izin Gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), SITU dan Rekomendasi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL / UKL / SPL);

f. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan.

(2) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan sebagaimana terlampir.

BAB VI

TEMPAT PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

Pasal 7

(1) Lokasi/ tempat yang dapat diberi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet dan atau sejenisnya yang berada di habitat alami meliputi :

- 75 -

a. Kawasan Hutan Negara;b. Kawasan Konservasi;c. Goa alam dan atau diluar kawasan yang tidak dibebani hak

milik perorangan atau adat.

(2) Lokasi/ tempat Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet dan atau sejenisnya diluar ketentuan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini dapat diberikan Izin dengan ketentuan :

a. Bangunan, Rumah/ Gedung diluar wilayah Perkotaan dan ditempat padat pemukiman penduduk yang letaknya berada dengan jarak paling sedikit 100 m dari batas tanah milik orang lain termasuk fasilitas umum, baik dari sebelah kanan, kiri, muka, belakang atau dari sebelah Utara, Timur, Selatan, Barat (gambar terlampir);

b. Tempat-tempat tertentu atau tempat-tempat lain yang ditetapkan dalam ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Kotawaringin Barat.

BAB VII

L A R A N G A N

Pasal 8

Dilarang membangun/ memanfaatkan Bangunan, Rumah/ Gedung untuk tempat Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet dan atau sejenisnya :

a. Di Wilayah Perkotaan;

b. Ditempat padat pemukiman penduduk yang letaknya kurang dari radius 100 m sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Keputusan ini;

- 76 -

c. Ditempat-tempat lain yang bertentangan dengan ketentuan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 9

(1) Bupati melalui Dinas Kehutanan melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan dan pengusahaan sarang burung.

(2) Bupati melalui Dinas Kehutanan melakukan pengawasan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung.

Pasal 10

Bila dipandang perlu Pemerintah Daerah dapat membentuk Tim terpadu yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB IX

S A N K S I

Pasal 11

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Keputusan ini dikenakan sanksi sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet.

- 77 -

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, akan diatur kemudian oleh Bupati.

Pasal 13

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 10 September 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAKDiundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 11 September 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 7, SERI : C.

- 78 -

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARATNOMOR : 13 TAHUN 2004.

TANGGAL : 10 SEPTEMBER 2004.

TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

A. Bentuk formulir : SURAT SETORAN RETRIBUSI DAERAH.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAHJl. Sutan Syahrir No. 41 Telp. (0532) 21412 Pangkalan Bun

SURAT SETORAN RETRIBUSI DAERAH(SSRD)

PERDA Nomor 5 Tahun 2004

NOMOR :

Nama :Nama Perusahaan :A l a m a t :

:Jenis retribusi yang dipungut :

:Jumlah/ besarnya :Tanggal/ Bulan/ Tahun :Penyetoran :Disetorkan pada :

Pangkalan Bun, ........................ Diterima oleh Pemegang Kas Telah dibukukanPada tgl...... untuk disetorkan Kasir PenerimaanKe Kas Daerah pada tgl. ..............

_____________ ____________________ ______________NIP. NIP.

Lembaran : 1. Untuk wajib retribusi2. Untuk Kas Dinas Kehutanan3. Untuk Dispenda4. Untuk Kas Daerah

- 79 -

B. Bentuk Surat Permohonan.

Nomor :Lampiran : 1 (satu) expl.Perihal : Permohonan/ Perpanjangan Izin K e p a d a

Pengelolaan dan PengusahaanSarang Burung Walet. Yth. Bupati Kotawaringin Barat

Up. Kadis. KehutananKab. Ktw. Barat.di- PANGKALAN BUN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. N a m a :2. Alamat :3. Pekerjaan :4. Kebangsaan :

Dengan ini mengajukan Izin Pengelolaan dan Pengusahaan sarang burung Walet di : ...................... dengan luas / ukuran ...................................................................................................................................................

Sebagai bahan pertimbangan dilampirkan persyaratan-persyaratan sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2004.

Demikian surat permohonan ini diajukan atas perhatian dan perkenannya diucapkan terima kasih.

Pangkalan Bun,

Pemohon,Materai

Rp. 6.000,-

(....................................)Nama jelas

- 80 -C. Bentuk Surat Izin.

BUPATI KOTAWARINGIN BARATJalan Sutan Syahrir No. 2 Telepon No. 21010 Fax. 2100

PANGKALAN BUN 74112

IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAANSARANG BURUNG WALET

Dasar : 1. Undang-undang RI No. 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan;

2. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah;3. Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang RI

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Rretribusi Daerah;4. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Retribusi Izin pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor : 2, Seri : C);

5. Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet.

Diberikan kepada :N a m a :A l a m a t :Lokasi Sarang Burung di :……………………. luas / ukuran ……………………………Masa berlaku : ………………………… s/d…………………………………Dengan ketentuan sebagai berikut :1. Pemegang Izin mentaati segala ketentuan peraturan perundnag-undangan yang berlaku2. Izin diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan didaftar ulang setiap 1 (satu) tahun

sekali dengan dileges pada bagian belakang izin ini oleh Dinas Kehutanan.3. Izin tidak dapat dipindahtangankan, kecuali atas Izin tertulis dari Bupati.4. Izin dapat dicabut oleh kepala daerah apabila pemegang izin melanggar ketentuan yang

berlaku.5. Pelanggaran terhadap ketentuan point 1 s/d 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal

BUPATI KOATAWARINGIN BARAT,

Ir. H. ABDUL RAZAKTembusan :1. Kepala Dinas Pendapatan Daerah.2.

- 81 -

D. Denah Lokasi Pengelolaan Sarang Burung Walet.

Utara

| ||| 100 M||

100 M 100 M

....................................……….. ...........................................…………

||

|||||

Selatan

Keterangan :

1. 100 M jarak bangunan walet dengan batas/ tanah orang lain/ fasilitas umum

2. Bangunan/ rumah/ gedung pengelolaan sarang burung walet.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

2

NOMOR 6 TAHUN 2004

TENTANG

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk memberikan jaminan teknis bagi Kendaraan Bermotor terhadap keselamatan orang dan atau barang, kelestarian lingkungan serta ketertiban dan kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan perlu dilakukan pengaturan tentang pengujian kendaraan bermotor, sehingga Kendaraan Bermotor dapat memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas perlu, membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820);

2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480);

- 82 -

- 83 -

4. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di jalan ( Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3528);

8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi ( Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530);

9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara 3952 );

10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara 4139);

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pemeriksaan Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor di Jalan;

- 84 -

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D) ;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor : 15 Seri : D), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor : 19 Seri : D) dan diubah untuk kedua kali dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor : 6 Seri : D).

- 85 -

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah;

5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan Peraturan Per Undang-Undangan yang berlaku;

- 86 -

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut UPTD – PKB adalah sebagai unsur pelaksana Dinas yang melakukan sebagian tugas operasional tertentu di lapangan;

8. Pengujian adalah setiap tenaga penguji yang dinyatakan memenuhi kualifikasi teknis tertentu dan diberi Sertifikat serta tanda kualifikasi teknis sesuai dengan jenjang kualifikasi;

9. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan

menguji dan / atau memeriksa bagian – bagian Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan dan Kendaraan Khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan;

10. Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan yang digerakan oleh Peralatan Teknis yang berada pada Kendaraan itu termasuk Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan yang dirangkai dengan Kendaraan Bermotor;

11. Kendaraan Wajib Uji adalah setiap kendaraan yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku Wajib Diujikan untuk menentukan kelaikan jalan yaitu Mobil Penumpang Umum, Mobil Bus, Mobil Barang, Kendaraan Khusus serta Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan yang dioperasikan di jalan;

12. Kendaraan Umum adalah setiap Kendaraan Bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dan dipungut bayaran;

13. Mobil Penumpang adalah setiap Kendaraan Bermotor yang dilengkapi kurang dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

- 87 -

14. Mobil Bus adalah setiap Kendaraan Bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

15. Mobil Barang adalah setiap Kendaraan Bermotor selain Mobil Penumpang dan Mobil Bus;

16. Kendaraan Khusus adalan Kendaraan Bermotor selain dari Kendaraan Bermotor untuk penumpang dan Kendaraan Bermotor untuk barang dan penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus;

17. Kereta Gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor;

18. Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan penariknya;

19. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan Kendaraan Bermotor;

20. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Uji Berkala adalah pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan dan Kendaraan Khusus;

21. Buku Uji Berkala adalah tanda lulus uji, berkala berbentuk buku yang berisi data dan legitimasi wajib pengujian setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan atau Kendaraan Khusus;

- 88 -

22. Tanda Uji adalah bukti suatu kendaraan telah diuji dengan hasil baik, berupa lempengan plat alumunium atau plat kaleng yang ditempelkan pada plat nomor atau rangka kendaraan;

23. Bengkel Umum adalah Bengkel Umum yang berfungsi untuk merawat dan memperbaiki Kendaraan Bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan;

24. Laik Jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan;

25. Nilai Teknis adalah hasil penilaian terhadap komponen – komponen kendaraan dalam satuan prosentase;

26. Bak Muatan adalah rumah-rumah yang dirancang untuk tempat barang yang dipasangkan pada landasan Kendaraan Bermotor;

27. Uji Ulang adalah pemeriksaan ulang kendaraan yang sebelumnya dinyatakan tidak lulus uji;

28. JBB adalah Jumlah Berat yang diperbolehkan berat maksimum kendaraan berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya;

29. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma,Kongsi, Koperasi, Yayasan, atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk Badan Lainnya;

30. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

- 89 -

31. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat;

32. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai Kendaraan Bermotor yang menurut Peraturan Perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi di wilayah Kerja Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat;

33. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pengujian Kendaraan Bermotor;

34. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah dan selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk mendaftarkan objek retribusi;

35. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya retribusi yang terhutang;

36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang ditetapkan;

37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terhutang atau denda;

- 90 -

38. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan dan atau sanksi Administrasi berupa bunga dan atau denda;

39. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi;

40. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya

dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

41. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan Penyidikan;

42. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI PENGUJIAN

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor.

- 91 -

Pasal 3

Objek Retribusi adalah pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor yang meliputi :a. Mobil Penumpang Umum.b. Mobil Bus.c. Mobil Barang.d. Kendaraan Khusus.e. Kereta Gandengan.f. Kereta Tempelan.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pengujian Kendaraan Bermotor.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa Pengujian Kendaraan Bermotor didasarkan atas frekuensi Pengujian Kendaraan Bermotor.

- 92 -

BAB V

PRINSIF DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

(1) Prinsif dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi biaya pemeriksaan untuk memeriksa emisi gas buang, untuk memeriksa lampu – lampu serta kelengkapan dan peralatan

lainnya, pengetokan nomor Uji dan Segel serta jasa ketata usahaan berupa formulir Surat Pendaftran Objek Retribusi Daerah (SPORD) dan Buku Uji.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi dibedakan berdasarkan jenis Kendaraan Bermotor.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditetapkan sebagai berikut :

- 93 -

a. Mobil Penumpang Umum.

1.

2.

Roda TigaSanksi denda keterlambatan

Roda EmpatSanksi denda keterlambatan

Rp.Rp.

Rp.Rp.

15.000 ,- 4.000 ,- / bulan

20.000 ,- 6.000 ,- / bulan

b. Mobil Bus

1.

2.

Bus kecil kapasitas tempat duduk 9 sampai dengan 19 seatSanksi denda keterlambatan

Bus Sedang kapasitas tempat duduk 20 sampai dengan 30 seat.Sanksi denda keterlambatan

Rp.Rp.

Rp.Rp.

25.000 ,- 6.500 ,- / bulan

30.000 ,- 7.000 ,- / bulan

3. Bus Besar kapasitas tempat duduk 31 seat keatasSanksi denda keterlambatan

Rp.Rp.

35.000 ,- 8.000 ,- / bulan

c. Mobil Barang

1.

2.

3.

4.

JBB sampai dengan 4000 Kg.Sanksi denda keterlambatan

JBB 4001 sampai dengan 7000 Kg.Sanksi denda keterlambatan

JBB 7001 sampai dengan 14.000 Kg.Sanksi denda keterlambatan

JBB 14.001 Kg ke atas.Sanksi denda keterlambatan

Rp.Rp.

Rp.Rp.

Rp.Rp.

Rp.Rp.

20.000 ,- 6.000 ,- / bulan

25.000 ,- 6.500 ,- / bulan

30.000 ,-10.000 ,- / bulan

35.000 ,-12.000 ,- / bulan

- 95 -

d.

e.

f.

Kereta Gandengan atau Tempelan Sanksi denda keterlambatan

Kendaraan Khusus Sanksi denda keterlambatan

Uji Asap (smok tes ter)

Rp.Rp.

Rp.Rp.

Rp.

40.000 ,-15.000 ,- / bulan

45.000 ,-17.000 ,- / bulan

15.000 ,-

(3) Besarnya tarif Retribusi Jasa Ketatausahaan sebagai berikut :

a.b.c.d.e.

Formulir pendaftaran Pembuatan atau Penggantian Buku Uji Plat Uji Tanda Uji Baru Tanda Uji Lanjutan

Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.

2.500 ,-10.000 ,- 5.000 ,-15.000 ,- 5.000 ,-

(4) Besarnya Tarif Retribusi Pengujian untuk Penghapusan Kendaraan Bermotor sebagai berikut :

a. Sepeda Motorb. Mobil Penumpangc. Mobil Busd. Mobil Barange. Kereta Gandengan atau Tempelanf. Kendaraan Khususg. Alat Berat

Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.

20.000 ,- 25.000 ,- 20.000 ,- 30.000 ,- 30.000 ,- 35.000 ,-100.000 ,-

(5) Besarnya Tarif Retribusi Pengujian Ulang Kendaraan Bermotor ditetapkan sebagai berikut :

a. Mobil Penumpang Umumb. Mobil Busc. Mobil Barangd. Kendaraan Gandengan atau Tempelane. Kendaraan Khusus

Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.

20.000 ,-20.000 ,-20.000 ,-25.000 ,-25.000 ,-

- 95 -

Pasal 9

Hasil Penerimaan Retribusi sebagaimana Pasal 8 seluruhnya disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 X 24 jam.

BAB VII

PERSYARATAN

Pasal 10

(1) Setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Bus, Mobil Barang, Kendaraan Khusus, Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan serta Kendaraan Umum yang dioperasikan di jalan wajib dilakukan Uji Berkala.

(2) Uji Berkala sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dilaksanakan di UPTD/ Dinas Perhubungan – PKB, dan ditempat lain yang ditentukan yang dilakukan oleh Tenaga

Penguji yang memiliki Kualifikasi Teknis tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Bupati berkewajiban mengadakan atau mengikutkan Pendidikan dan Latihan guna pemenuhan kebutuhan Tenaga Penguji.

(4) Presedur dan persyaratan Uji Berkala :

a. Pemohon pendaftaran Uji Berkala untuk pertama kali selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

b. Permohonan pendaftaran Uji Berkala :1. Mengisi formulir pendaftaran.2. Menyerahkan foto copy STNK yang masih berlaku.

- 96 -

3. Menyerahkan foto copy Jati Diri KTP / SIM yang masih berlaku.

4. Menyerahkan Buku Uji bagi Kendaraan yang pernah diuji.5. Memiliki bukti pembayaran biaya Uji yang syah.6. Membawa kendaraan ke UPTD pelaksana pengujian

berkala / Kantor Dinas Perhubungan atau ditempat lain yang ditentukan.

c. Bagi kendaraan dari luar daerah yang mengajukan uji berkala ( Uji pertama atau perpanjangan ) kecuali poin b juga melampirkan surat keterangan numpang uji / mutasi uji dari Dinas Perhubungan asal domisili kendaraan

(5) Permohonan pengujian berikutnya diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum habis masa berlakunya tanda hasil Uji di Buku Uji.

(6) Sebagai Tanda Bukti Pendaftaran diberikan Surat Keterangan (Kwitansi Tanda Lunas) Pelaksanaan Pengujian Berkala / Uji pertama dan dilengkapi dengan tanda samping.

(7) Tanda samping untuk Mobil Bus, Mobil Barang dan Kendaraan Khusus sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini sekurang–kurangnya memuat keterangan mengenai :

a. Berat Kosong Kendaraan ;

b. Jumlah Berat yang Diperbolehkan dan Jumlah Berat yang Diijinkan untuk Kendaraan Bermotor Tunggal ;

c. Jumlah Berat yang Diperbolehkan, Jumlah Berat Kombinasi yang Diperbolehkan, Jumlah Berat yang Diijinkan, dan Jumlah Berat Kombinasi yang Diijinkan untuk Kendaraan Bermotor yang dirangkaikan dengan Kereta Tempelan atau Kereta Gandengan ;

d. Daya Angkut Orang dan Barang ;

e. Masa Berlaku Uji Kendaraan ;

- 97 -

f. Kelas Jalan yang terendah yang boleh dilalui ;

(8) Tanda samping untuk Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini sekurang – kurangnya memuat keterangan mengenai :

a. Berat Kosong Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan ;

b. Jumlah Berat yang Diperbolehkan dan Jumlah Berat yang Diijinkan ;

c. Daya Angkut Barang ;

d. Masa berlaku Surat dan Tanda Uji ;

e. Kelas jalan terendah yang boleh dilalui ;

Pasal 11

Kendaraan Bermotor yang tidak dikenakan kewajiban Uji Berkala dan merupakan pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Daerah ini adalah :

a. Kendaraan bermotor untuk TNI dan POLRI ;

b. Kendaraan Bermotor yang ada dalam persediaan pedagang atau untuk dipamerkan ;

c. Kendaraan Bermotor yang menggunakan Tanda Nomor Korps Diplomatik (CC, CD) ;

d. Kendaraan Bermotor yang tidak digunakan / dioperasikan karena di segel / disita oleh Negara ;

e. Kendaraan Bermotor yang berada di bengkel – bengkel untuk perbaikan ;

f. Sepeda Motor dan Mobil Penumpang;

- 98 -

Pasal 12

Sebagai Bukti Lulus Uji Berkala, Kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Daerah ini diberikan Tanda Bukti Lulus Uji berupa Buku dan Tanda Uji Berkala yang berlaku di seluruh Wilayah Indonesia.

Pasal 13

Bukti Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi atau dicabut karena :

a. Sudah habis masa berlakunya dan tidak melakukan pengujian kembali ;

b. Melakukan perubahan atau mengganti sebagian atau seluruhnya atas Buku Uji dan Tanda Uji sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

c. Kendaraan Bermotor menjadi tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan lagi, baik disebabkan karena dilakukan perubahan teknis, kecelakaan maupun hal – hal lain yang dapat merubah Spesifikasi Teknisnya sehingga tidak sesuai dengan data yang ada pada Buku Uji Kendaraan yang bersangkutan ;

Pasal 14

(1) Apabila suatu kendaraan dinyatakan tidak lulus uji, penguji wajib memberitahukan secara tertulis kepada pemilik / pemegang kendaraan yang tidak lulus uji sekurang – kurangnya meliputi :

a Perbaikan yang harus dilakukan ;

b. Waktu dan tempat untuk dilakukan pengujian ulang ;

- 99 -

(2) Dalam hal perbaikan yang harus dilakukan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diberikan batas waktu selama-lamanya 14 (empat belas) hari dan tidak dianggap sebagai Pemohon Baru serta tidak dipungut biaya uji.

(3) Apabila hasil pengujian sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ternyata tetap tidak lulus uji, Pemilik atau Pemegang Kendaraan tidak diberi kesempatan uji ulang kembali dan untuk pengujian berikutnya diperlakukan sebagai pemohon baru.

Pasal 15

(1) Apabila Pemilik/Pemegang kendaraan tidak menyetujui keputusan penguji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Daerah ini dapat mengajukan permohonan keberatan secara tertulis kepada Pimpinan Petugas Penguji atau Kepala Dinas Perhubungan.

(2) Pimpinan Petugas Pengujian atau Kepala Dinas Perhubungan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari harus memberitahukan jawaban diterima atau ditolaknya permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini setelah mendengar keterangan dari Penguji.

(3) Apabila permohonan keberatan diterima, Pimpinan Petugas Penguji atau Kepala Dinas segera memerintahkan kepada Penguji lainnya untuk melakukan uji ulang dan tidak dikenakan biaya uji lagi.

(4) Apabila permohonan keberatan ditolak dan/atau setelah dilakukan uji ulang sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ternyata tetap dinyatakan tidak lulus uji, maka pemilik/pemegang kendaraan tidak dapat mengajukan permohonan keberatan lagi.

- 100 -

BAB VIII

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN KENDARAAN

Pasal 16

(1) Untuk memelihara kondisi teknis kendaraan bermotor agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan.

(2) Perawatan dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dapat dilaksanakan oleh bengkel umum yang telah memiliki Rekomendasi dari Dinas Perhubungan.

BAB IX

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 17

Retribusi dipungut di Wilayah Daerah tempat Pengujian Kendaraan Bermotor dilaksanakan.

BAB X

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 18

Masa Retribusi Uji Berkala Kendaraan Bermotor dilakukan satu kali untuk selama 6 (enam) bulan.

Pasal 19

Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

- 101 -

BAB XI

SURAT PENDAFTARAN

Pasal 20

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPTRD.

(2) SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPTRD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.

BAB XII

PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 21

(1) Berdasarkan SPTRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang ditetapkan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDLB.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.

- 102 -

BAB XIII

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 22

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 23

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat – lambatnya 15 ( lima belas ) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRD

BAB XV

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 24

(1) Retribusi berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang disamakan, SKRDKBT, STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah Retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib Retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara ( BUPLN ).

- 103 -

(2) Penagihan Retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XVI

KEBERATAN

Pasal 25

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran Ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dapat dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

- 104 -

Pasal 26

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana yang dimaksud ayat (1) Pasal ini telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.

BAB XVII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 27

(1) Kelebihan pembayaran Retribusi, wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan permohonan pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

- 105 -

(4) Apabila wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan dan seterusnya memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

Pasal 28

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan alamat wajib Retribusi.

b. Masa Retribusi.

c. Besarnya kelebihan pembayaran.

d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara langsung atau melalui Pos Tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman Pos Tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

- 106 -

Pasal 29

(1) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan dengan penerbitan surat perintah membayar kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang Retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 30

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dengan memperhatikan kemampuan wajib Retribusi antara lain untuk mengangsur.

(3) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini antara lain diberikan kepada wajib Retribusi khusus bagi korban bencana atau kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati.

- 107 -

BAB XIX

KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 31

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutang Retribusi, kecuali apabila wajib Retribusi melakukan tindakan pidana di bidang Retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak berlaku apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran/ Peringatan, atau

b. Ada pengakuan utang Retribusi dari wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XX

PENGAWASAN

Pasal 32

Pengawasan terhadap pemegang Buku Uji Berkala dilakukan oleh Pejabat Kepolisian Negara dan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah dalam hal Dinas Perhubungan dengan mengadakan koordinasi dengan Instansi terkait lainnya.

- 108 -

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 33

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda setinggi – tingginya Rp. 3.000.000 ,- (tiga juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XXII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 34

(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena kewajibannya mempunyai wewenang :

a. Memperhatikan surat tugas setiap melakukan kegiatan penyidikan.

b. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

c. Mempelajari laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

- 109 -

d. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian.

e. Menyuruh berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

f. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

g. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat atau benda.

h. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka.

i. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

j. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

k. Mengadakan penghentian penyidikan.

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Pejabat Penyidik sebagimana dimaksud ayat (1) membuat Berita Acara setiap tindakan tentang :

a. Pemeriksaan Tersangka ;

b. Pemasukan Rumah ;

c. Penggeledahan rumah / tempat-tempat tertutup ;

d. Penyitaan benda / barang bukti ;

e. Pemeriksaan surat ;

f. Pemeriksaan saksi ;

g. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

- 110 -

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Pengadilan Negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XXIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 36

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

- 111 -

Pasal 37

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 12 Mei 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 3, SERI : C.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 10 TAHUN 2004

T E N T A N G

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 6 Tahun 2004 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, perlu menetapkan petunjuk pelaksanaannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Mengingat : 1. Undang–Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820);

2. Undang–Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

- 112 -- 113 -

3. Undang–Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480);

4. Undang–Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara 4048);

5. Undang–Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Undang–Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemarintah RI Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3528);

8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahaun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomr 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530);

9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara 3952);

10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara 4139);

- 114 -

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pemeriksaan Persyaratan Teknis dan Laik Jalan kendaraan Bermotor di Jalan;

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1993 tentang pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Produser Penyusunan Produk Hukum Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 15 Seri : D) sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 19 Seri : D) dan diubah untuk kedua kali dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahu 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor : 6 Seri : D);

- 115 -

20. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringi Barat Nomor 6 Tahun 2004 tentang Retribusi Pengujian Kendaran Bermotor (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor : 3 Seri : C);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat

4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yamg berlaku;

- 116 -

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut UPTD – PKB adalah sebagai unsur pelaksana Dinas yang melakukan sebagian tugas operasional tertentu dilapangan;

7. Penguji adalah setiap tenaga penguji yang dinyatakan memenuhi kualifikasi teknis tertentu dan diberi Sertifikat serta tanda kualifikasi sesuai dengan jenjang Kualifikasi;

8. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan /atau memeriksa bagian – bagian Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kerata Tempelan dan Kendaraan Khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan;

9. Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan yang digerakan oleh Peralatan Teknis yang berada pada Kendaraan itu termasuk Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan yang dirangkai dengan Kendaraan Bermotor

10. Kendaraan Wajib Uji adalah setiap kendaraan yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku Wajib Diujikan untuk menentukan kelaikan jalan yaitu Mobil Penumpang Umum, Mobil Bus, Mobil Barang, Kendaraan Khusus serta

Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan yang dioperasikan dijalan;

11. Kendaraan Umum adalah setiap Kendaraan Bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dan dipungut bayaran;

12. Mobil Penumpang adalah setiap Kendaraan Bermotor yang dilengkapi kurang dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

- 117 -

13. Mobil Bus adalah setiap Kendaraan Bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

14. Mobil Barang adalah setiap Kendaraan Bermotor selain Mobil Penumpang dan Mobil Bus;

15. Mobil Barang adalah setiap Kendaraan Bermotor selain Mobil Penumpang dan Mobil Bus;

16. Kendaraan Khusus adalah Kendaraan Bermotor selain dari Kendaraan Bermotor untuk penumpang dan kendaraan Bermotor untuk barang dan penggunanya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus;

17. Kereta Gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor;

18. Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan penariknya;

19. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon

pengemudi yang sedang belajar mengemudikan Kendaraan Bermotor;

20. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Uji Berkala adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan dan Kendaraan Khusus;

- 118 -

21. Buku Uji Berkala adalah tanda lulus uji, Buku Uji Berkala berbentuk buku yang berisi data dan legitimasi bagi setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan atau Kendaraan Khusus;

22. Tanda Uji adalah bukti suatu kendaraan telah diuji dengan hasil baik, berupa lempengan plat aluminium atau plat kaleng yang ditempelkan pada plat nomor atau rangka kendaraan;

23. Bengkel Umum adalah Bengkel Umum yang berfungsi untuk merawat dan memperbaiki Kendaraan Bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan;

24. Laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan;

25. Nilai teknis adalah hasil penilaian terhadap komponen – komponen kendaraan dalam satuan prosentase;

26. Bak Muatan adalah rumah-rumah yang dirancang untuk tempat barang yang dipasangkan pada landasan Kendaraan Bermotor;

27. Uji Ulang adalah pemeriksaan ulang kendaraan yang sebelumnya dinyatakan tidak lulus uji;

28. JBB adalah Jumlah Berat yang diperbolehkan berat maksimum kendaraan berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya;

29. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasai, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk Badan Lainnya;

- 119 -

30. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

31. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat;

32. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai Kendaraan Bermotor yang menurut Peraturan Perundang Undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi di wilayah Kerja Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat;

33. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pengujian Kendaraan Bermotor;

34. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah dan selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk mendaftaran objek retribusi;

35. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya retribusi yang terhutang;

36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayaran Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang ditetapkan;

- 120 -

37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terhutang atau denda;

38. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;

39. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atas pungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi;

BAB II

OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Obyek Retribusi adalah pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor yang meliputi : Mobil Penumpang Umum, Mobil Bus, Mobil Barang, Kendaraan Khusus, Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan.

Pasal 3

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor.

- 121 -

BAB III

PRINSIF DAN SASARAN DALAM PENETAPANSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 4

(1) Prinsif dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi biaya pemeriksaan untuk memeriksa Emisi Gas Buang, untuk memeriksa lampu-lampu serta kelengkapan dan peralatan lainnya, pengetokan Nomor Uji dan Segel serta jasa ketatausahaan berupa formulir Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah (SPORD) dan Buku Uji.

BAB IV

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 5

(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi dibedakan berdasarkan jenis Kendaraan Bermotor.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditetapkan sebagai berikut :

- 122 -

a. Mobil Penumpang Umum.

1.

2.

Roda TigaSanksi denda keterlambatan

Roda EmpatSanksi denda keterlambatan

Rp.Rp.

Rp.Rp.

15.000 ,- 4.000 ,- / bulan

20.000 ,- 6.000 ,- / bulan

b. Mobil Bus

1.

2.

3.

Bus kecil kapasitas tempat duduk 9 sampai dengan 19 seatSanksi denda keterlambatan

Bus Sedang kapasitas tempat duduk 20 sampai dengan 30 seat.Sanksi denda keterlambatan

Bus Besar kapasitas tempat duduk 31 seat keatasSanksi denda keterlambatan

Rp.Rp.

Rp.Rp.

Rp.Rp.

25.000 ,- 6.500 ,- / bulan

30.000 ,- 7.000 ,- / bulan

35.000 ,- 8.000 ,- / bulan

c. Mobil Barang

1.

2.

3.

JBB sampai dengan 4000 Kg.Sanksi denda keterlambatan

JBB 4001 sampai dengan 7000 Kg.Sanksi denda keterlambatan

JBB 7001 sampai dengan 14.000 Kg.Sanksi denda keterlambatan

JBB 14.001 Kg ke atas.

Rp.Rp.

Rp.Rp.

Rp.Rp.

20.000 ,- 6.000 ,- / bulan

25.000 ,- 6.500 ,- / bulan

30.000 ,-10.000 ,- / bulan

4. Sanksi denda keterlambatan Rp.Rp.

35.000 ,-12.000 ,- / bulan

- 123 -

d.

e.

f.

Kereta Gandengan atau Tempelan Sanksi denda keterlambatan

Kendaraan Khusus Sanksi denda keterlambatan

Uji Asap (smok tes ter)

Rp.Rp.

Rp.Rp.

Rp.

40.000 ,-15.000 ,- / bulan

45.000 ,-17.000 ,- / bulan

15.000 ,-

(3) Besarnya tarif Retribusi Jasa Ketatausahaan sebagai berikut :

a.b.c.d.e.

Formulir pendaftaran Pembuatan atau Penggantian Buku Uji Plat Uji Tanda Uji Baru Tanda Uji Lanjutan

Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.

2.500 ,-10.000 ,- 5.000 ,-15.000 ,- 5.000 ,-

(4) Besarnya Tarif Retribusi Pengujian untuk Penghapusan Kendaraan Bermotor sebagai berikut :

a. Sepeda Motorb. Mobil Penumpangc. Mobil Busd. Mobil Barange. Kereta Gandengan atau Tempelanf. Kendaraan Khususg. Alat Berat

Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.

20.000 ,- 25.000 ,- 20.000 ,- 30.000 ,- 30.000 ,- 35.000 ,-100.000 ,-

(5) Besarnya Tarif Retribusi Pengujian Ulang Kendaraan Bermotor ditetapkan sebagai berikut :

a. Mobil Penumpang Umumb. Mobil Busc. Mobil Barangd. Kendaraan Gandengan atau Tempelane. Kendaraan Khusus

Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.

20.000 ,-20.000 ,-20.000 ,-25.000 ,-25.000 ,-

- 124 -

BAB VI

P E R S Y A R A T A N

Pasal 6

(1) Setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Bus, Mobil Barang, Kendaraan Khusus, Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan serta Kendaraan Umum yang dioperasikan di jalan wajib dilakukan Uji Berkala.

(2) Uji Berkala sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dilaksanakan di UPTD/ Dinas Perhubungan – PKB, dan ditempat lain yang ditentukan yang dilakukan oleh Tenaga Penguji yang memiliki Kualifikasi Teknis tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Bupati berkewajiban mengadakan atau mengikutkan Pendidikan dan Latihan guna pemenuhan kebutuhan Tenaga Penguji.

(4) Presedur dan persyaratan Uji Berkala :

a. Pemohon pendaftaran Uji Berkala untuk pertama kali selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

b. Permohonan pendaftaran Uji Berkala :1. Mengisi formulir pendaftaran.2. Menyerahkan foto copy STNK yang masih berlaku.3. Menyerahkan foto copy Jati Diri KTP / SIM yang masih

berlaku.4. Menyerahkan Buku Uji bagi Kendaraan yang pernah diuji.5. Memiliki bukti pembayaran biaya Uji yang syah.6. Membawa kendaraan ke UPTD pelaksana pengujian

berkala / Kantor Dinas Perhubungan atau ditempat lain yang ditentukan.

- 124 -

c. Bagi kendaraan dari luar daerah yang mengajukan uji berkala ( Uji pertama atau perpanjangan ) kecuali poin b juga melampirkan surat keterangan numpang uji / mutasi uji dari Dinas Perhubungan asal domisili kendaraan

(5) Permohonan pengujian berikutnya diajukan paling lambat 14

(empat belas) hari sebelum habis masa berlakunya tanda hasil Uji di Buku Uji.

(6) Sebagai Tanda Bukti Pendaftaran diberikan Surat Keterangan (Kwitansi Tanda Lunas) Pelaksanaan Pengujian Berkala / Uji pertama dan dilengkapi dengan tanda samping.

(7) Tanda samping untuk Mobil Bus, Mobil Barang dan Kendaraan Khusus sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini sekurang–kurangnya memuat keterangan mengenai :

a. Berat Kosong Kendaraan ;

b. Jumlah Berat yang Diperbolehkan dan Jumlah Berat yang Diijinkan untuk Kendaraan Bermotor Tunggal ;

c. Jumlah Berat yang Diperbolehkan, Jumlah Berat Kombinasi yang Diperbolehkan, Jumlah Berat yang Diijinkan, dan Jumlah Berat Kombinasi yang Diijinkan untuk Kendaraan Bermotor yang dirangkaikan dengan Kereta Tempelan atau Kereta Gandengan ;

d. Daya Angkut Orang dan Barang ;

e. Masa Berlaku Uji Kendaraan ;

f. Kelas Jalan yang terendah yang boleh dilalui ;

(8) Tanda samping untuk Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini sekurang – kurangnya memuat keterangan mengenai :

- 126 -

a. Berat Kosong Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan ;

b. Jumlah Berat yang Diperbolehkan dan Jumlah Berat yang Diijinkan ;

c. Daya Angkut Barang ;

d. Masa berlaku Surat dan Tanda Uji ;

e. Kelas jalan terendah yang boleh dilalui ;

Pasal 7

Kendaraan Bermotor yang tidak dikenakan kewajiban Uji Berkala adalah :

a. Kendaraan bermotor untuk TNI dan POLRI ;

b. Kendaraan Bermotor yang ada dalam persediaan pedagang atau untuk dipamerkan ;

c. Kendaraan Bermotor yang menggunakan Tanda Nomor Korps Diplomatik (CC, CD) ;

d. Kendaraan Bermotor yang tidak digunakan / dioperasikan karena di segel / disita oleh Negara ;

e. Kendaraan Bermotor yang berada di bengkel – bengkel untuk perbaikan;

f. Sepeda Motor dan Mobil Penumpang;

Pasal 8

Sebagai Bukti Lulus Uji Berkala diberikan Tanda Bukti Lulus Uji berupa Buku dan Tanda Uji Berkala yang berlaku di seluruh Wilayah Indonesia.

- 127 -

Pasal 9

Bukti Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud Pasal 8 Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi atau dicabut apabila :

a. Sudah habis masa berlakunya dan tidak melakukan pengujian kembali ;

b. Melakukan perubahan atau mengganti sebagian atau seluruhnya atas Buku Uji dan Tanda Uji sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

c. Kendaraan Bermotor menjadi tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan lagi, baik disebabkan karena dilakukan perubahan teknis, kecelakaan maupun hal – hal lain yang dapat merubah Spesifikasi Teknisnya sehingga tidak sesuai dengan data yang ada pada Buku Uji Kendaraan yang bersangkutan ;

Pasal 10

(1) Apabila suatu kendaraan dinyatakan tidak lulus uji, penguji wajib memberitahukan secara tertulis kepada pemilik / pemegang kendaraan yang tidak lulus uji sekurang – kurangnya meliputi :

a Perbaikan yang harus dilakukan ;

b. Waktu dan tempat untuk dilakukan pengujian ulang ;

(2) Dalam hal perbaikan yang harus dilakukan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diberikan batas waktu selama-lamanya 14 (empat belas) hari dan tidak dianggap sebagai Pemohon Baru serta tidak dipungut biaya uji.

(3) Apabila hasil pengujian sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ternyata tetap tidak lulus uji, Pemilik atau Pemegang Kendaraan tidak diberi kesempatan uji ulang kembali dan untuk pengujian berikutnya diperlakukan sebagai pemohon baru.

- 128 -

Pasal 11

(1) Apabila Pemilik/ Pemegang kendaraan tidak menyetujui keputusan penguji dapat mengajukan permohonan keberatan

secara tertulis kepada Pimpinan Petugas Penguji atau Kepala Dinas Perhubungan.

(2) Pimpinan Petugas Pengujian atau Kepala Dinas Perhubungan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari harus memberitahukan jawaban diterima atau ditolaknya permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini setelah mendengar keterangan dari Penguji.

(3) Apabila permohonan keberatan diterima, Pimpinan Petugas Penguji atau Kepala Dinas segera memerintahkan kepada Penguji lainnya untuk melakukan uji ulang dan tidak dikenakan biaya uji lagi.

(4) Apabila permohonan keberatan ditolak dan/atau setelah

dilakukan uji ulang sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ternyata tetap dinyatakan tidak lulus uji, maka pemilik/pemegang kendaraan tidak dapat mengajukan permohonan keberatan lagi.

BAB VI

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN KENDARAAN

Pasal 12

(1) Untuk memelihara kondisi teknis kendaraan bermotor agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan.

(2) Perawatan dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dapat dilaksanakan oleh Bengkel Umum yang telah memiliki Rekomendasi dari Dinas Perhubungan.

- 129 -

BAB VII

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN

Pasal 13

(1) Pembayaran Retribusi harus dilunasi sekaligus.

(2) Pembayaran Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor malalui Petugas Pemungut yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Perhubungan dan disetor kepada Pemegang Kas Dinas Perhubungan dalam waktu 1 x 24 Jam.

(3) Retribusi yang diterima oleh Pemegang Kas Dinas Perhubungan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini disetor langsung seluruhnya ke Kas Daerah (Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah Cabang Pangkalan Bun) dalam waktu 1 x 24 Jam.

(4) Petugas Pemungut dan Pemegang Kas Dinas Perhubungan dilarang menggunakan uang yang diterimanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk apapun.

(5) Petugas Pemungut dan Pemegang Kas sebagaimana dimaksud ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) pasal ini yang lalai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD/STRD/ SKRDKBT dan/atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Retribusi terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD/STRD/SKRDKBT dan atau dokumen lain yang dipersamakan.

- 130 -

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD/STRD/SKRDKBT dan atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dan disediakan oleh Kepala Dinas Perhubungan.

BAB VIII

WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 15

(1) Menunjuk, menugaskan dan memberi wewenang kepada Kepala Dinas Perhubungan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

(2) Kepala Dinas Perhubungan mempunyai tugas dan Tanggung Jawab :

1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan proses administrasi Pengujian Kendaraan Bermotor.

2. Melakukan upaya pembinaan, pengaturan, penertiban dan pengawasan atas kegiatan Pengujian Kendaraan Bermotor.

3. Memproses dan menyelesaikan administrasi Pengujian Kendaraan Bermotor.

4. Melakukan pendataan dan tehnik operasional pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor.

5. Melakukan pungutan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sesuai ketentuan yang berlaku.

- 131 -

BAB IX

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 16

(1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor dilakukan oleh Kepala Dinas Perhubungan.

(2) Dalam rangka untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor serta Realisasi Penerimaan Retribusi, Kepala Dinas Perhubungan berkewajiban melaporkan pelaksanaan kegiatannya kepada Bupati setiap bulan dan setiap akhir Tahun Anggaran dengan tembusan Dinas Pendapatan Daerah.

- 132 -

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 17 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 17 Juli 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 6, SERI : C.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 7 TAHUN 2004

T E N T A N G

PAJAK HIBURAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah, Maka Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pajak Hiburan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi saat ini, maka karena itu perlu ditinjau kembali unutk disesuaikan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Hiburan;

Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;

- 133 -- 134 -

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138) ;

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 170 Tahun 1993 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;

9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah ;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Tehnik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-Produk Hukum Daerah ;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Produk-Produk Hukum Daerah ;

12. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah ;

- 135 -

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah ;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D ) ;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 15 Seri D ), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 19 Seri : D ), dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor : 6 : Seri : D ) ;

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATE KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK HIBURAN.

- 136 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati berserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah :

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat ;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah;

5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

6. Hiburan adalah semua Jenis Pertunjukan, Permainan, Permainan Ketangkasan dan / atau Keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga ;

7. Pajak Hiburan adalah Pajak yang dipungut atas penyelenggaraan Hiburan;

8. Penyelenggara Hiburan adalah Orang atau Badan dengan nama dan bentuk apapun yang menyelenggarakan hiburan baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya ;

- 137 -

9. Penonton atau Pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu Hiburan untuk melihat dan atau mendengar atau menikmati atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Penyelenggara Hiburan, kecuali penyelenggara, karyawan, artis dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas pengawasan ;

10.Tanda masuk adalah suatu tanda atau alat yang syah dengan nama dan bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton menggunakan atau menikmati hiburan ;

11.Surat Pemberitahuan Pajak Daerah selanjutnya disingkat SPTPD, adalah Surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan / atau pembayaran pajak yang terutang menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah ;

12.Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang beserta kewajiban perpajakan lainnya ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati ;

13.Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pokok Wajib Pajak dan kewajiban perpajakan lainnya yang wajib dibayar oleh Wajib Pajak ;

14.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang harus di bayar ;

15.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan ;

- 138 -

16.Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak, karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang ;

17.Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak ;

18.Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda ;

19.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban terhadap Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

20.Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan;

21.Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

- 139 -

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBJEK PAJAKDAN WAJIB PAJAK

Pasal 2

Dengan nama Pajak Hiburan, dipungut pajak atas setiap penyelenggraan hiburan.

Pasal 3

(1) Objek Pajak Hiburan adalah Penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

(2) Hiburan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini meliputi :

a. Pertunjukan Film.b. Pertunjukan Kesenian dan sejenisnya.c. Pertunjukan/Pergelaran musik dan tari.d. Diskotik, Karaoke dan Club malam.e. Permainan Billyard.f. Permainan Ketangkasan sejenisnya.g. Panti Pijat.

h. Mandi Uap.i. Pertandingan Olah Raga.j. Persewaan peralatan wisata.k. tempat wisata dan sejenisnya.l. Tempat Pemandian/berenang dan tempat pemancingan.m. Persewaan VCD/LD, Play Station dan sejenisnya.n. Fitness Centre.o. kegiatan-kegiatan hiburan lainnya.

(3) Tidak termasuk Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran seperti hiburan yang diselengarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan kegiatan keagamaan yang bersifat pembinaan.

- 140 -

Pasal 4

(1) Subjek Pajak adalah Orang pribadi atau Badan yang menonton, dan/atau menikmati hiburan.

(2) Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan hiburan.

BAB III

DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK

Pasal 5

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati hiburan.

Pasal 6

(1) Basarnya tarif pajak untuk setiap jenis hiburan adalah

a. Untuk jenis pertunjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana film di Bioskop ditetapkan :

1. Golongan A II Utama sebesar 25 % (dua puluh lima persen).

2. Golongan A II sebesar 22 % 9dua puluh dua persen).3. Golongan A I sebesar 20 % (dua puluh persen).4. Golongan B II sebesar 18 % (delapan belas persen).5. Golongan B I sebesar 16 % (enam belas persen).6. Golongan C sebesar 10 % (sepuluh persen).7. Golongan D sebesar 8 % (delapan persen).8. Jenis keliling sebesar 10 % (sepuluh persen).

- 141 -

b. Untuk pertunjukan kesenian anatara lain Kesenian Tradisional, Pertunjukan Sirkus, Pameran Kesenian, Pameran Busana, Kontes Kecantikan dan sejenisnya sebesar 5 % (lima Persen).

c. Untuk pertunjukan/ pagelaran musik dan tari ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

d. Untuk Diskotik, Kraoke dan Klub Malam ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).

e. Untuk Permainan Billyard ditetapkan sebesar 15 % (lima belas persen).

f. Untuk permainan ketangkasan dan permainan anak-anak dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

g. Untuk Panti Pijat ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).

h. untuk mandi Uap dan sejenisnya ditetapkan sebesar 15 % (lima belas persen).

i. Untuk pertandingan Olah raga ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

J. Untuk persewaan alat wisata, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10 (sepuluh persen).

k. Untuk tempa wisata, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

l. Untuk tempat pemandian/ berenang dan temapt pemancingan ikan ditetapkan sebesar 10 & (sepuluh persen).

m. Untuk Penyewaan Video Rental, VCD, LD dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

- 142 -

n. Untuk Fitness Centre ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen)

o. Untuk Kegiatan hiburan-hiburan lainnya ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).

BAB IV

WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK

Pasal 7

(1) Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.

(2) Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dimaksud Pasal 6 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud pasal 5.

BAB V

MASA PAJAK, KEWENANGAN, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

Pasal 8

(1) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulanTakwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Bupati atau Pajabat lain yang diberi kewenangan.

(2) Yang diberikan kewenangan sebagaimana yang disebutkan pada ayat (1) Pasal ini adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah.

Pasal 9

Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan hiburan.

- 143 -

Pasal 10

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.

(3) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus disampaikan kepada Bupati atau Pajabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.

BAB VI

TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK

Pasal 11

(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1), Bupati menetapkan Pajak Terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)

(2) Apabila AKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima dikenakan Sanksi Administrasi berupa bunge sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

- 144 -

Pasal 12

(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri pajak yang terutang.

(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah terutangnya pajak, paling lama 6 (enam) bulan Bupati dapat menerbitkan :a. SKPDKBb. SKPDKBTc. SKPDN

(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a Pasal ini diterbitkan : a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain

pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak.

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya pajak.

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk

jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sajak saat terutangnya pajak.

- 145 -

(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b Pasal ini diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan panambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 100 % (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(5) SKPDN sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c Pasal ini diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

(6) Apabila kewajiaban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a dan b Pasal ini tidak dipenuhi atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan.

(7) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (4) Pasal ini tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

BAB VII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 13

(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang telah ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, daan SKPD.

- 146 -

(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajaka harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 X 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini dilakukan dengan menggunakan SSPD.

Pasal 14

(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas;

(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;

(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang telah belum atau kurang dibayar;

(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pambayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dengan dikenakan bunga 2 % sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar;

(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) Pasal ini, ditetapkan oleh Bupati;

Pasal 15

(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberika tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam Buku Penerimaan;

- 147 -

(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan Buku Penerimaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati;

BAB VIII

TATA CARA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 16

(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang;

(3) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dikeluarkab oleh Pejabat yang ditunjuk;

Pasal 17

(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa;

(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis;

Pasal 18

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 1 X 24 jam setelah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melakukan penyitaan;

- 148 -

Pasal 19

Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum melunasi utang pajaknya, setelah 10 (sepuluh) hari sejak tanggal palaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara;

Pasal 20

Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang , Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak;

Pasal 21

Bentuk, jenis dan isi formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati;

BAB IX

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK

Pasal 22

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak;

(2) Tata Cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati;

- 149 -

BAB X

PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 23

(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat : a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau

STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung atau kekeliruan dalam penerapan Peraturaan Perundang-undangan Perpajakan Daerah;

b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar;

c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak , kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;

(3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud padaa ayat (2) diterima, sudah harus memberikan Keputusan;

(4) Apabial setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, Bupati atau Pejabat tidak memberikan Keputusan, permohonan, pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan;

- 150 -

BAB XI

KEBERATAN ATAU BANDING

Pasal 24

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang titunjuk atas suatu : a. SKPD b. SKPDKBc. SKPDKBTd. SKPDLBe. SKPDN

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak , kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;

(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini sudah memberikan Keputusan;

(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, Bupati atau Pejabat tidak memberikan Keputusan, permohonan dianggap dikabulkan;

(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak;

Pasal 25

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan Keberatan;

- 151 -

(2) Pengajuan Banding sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak menunda kewajiban membyar pajak;

Pasal 26

Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 atau banding sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebilhab pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan;

BAB XII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 24

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Kepala Daerah atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutka sekurang-kurangnya : a. Nama dan alamat Wajib Pajak. b. Masa Pajak.c. Besarnya kelebihan pajak.d. Alasan yang jelas.

(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini sudah memberikan Keputusan;

(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini sudah memberikan Keputusan;

(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, Bupati atau Pejabat tidak memberikan Keputusan, permohonan dianggap dikabulkan;

- 152 -

(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak;

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Bupati atau pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.

Pasal 28

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahan bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagaimana bukti pembayaran.

BAB XIII

K A D A L U W A R S A

Pasal 29

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa selama melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindakan pidana di bidang Perpajakan Daerah;

(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tertangguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguran dan surat paksa atau;

b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung;

- 153 -

BAB XIV

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 30

(1) Pelaksana Peraturan Daerah ini adalah Dinas Pendapatan Daerah;

(2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.

BAB XV

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 31

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan danmeneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak Pidana dibidang Perpajakan Daerah agar keterangan atua laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana Perpajakan Daerah tersebut;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak Pidana dibidang Perpajakan Daerah;

g. Menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan sedang memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

- 155 -

BAB XVI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 32

(1) Wajib Pajak yang karena kealpannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah, diancam Pidana Kurungan paling lam 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 2.500.000,- ( dua juta lima ratus ribu rupiah).

(2) Wajib Pajak dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan

keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)

(3) Tidak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pajak Hiburan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 1999 Nomor 04 Seri : A) dinyatakan tidak berlaku lagi.

- 156 -

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 1, SERI : B.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 9 TAHUN 2004

T E N T A N G

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2004

TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pajak Hiburan , maka dipandang perlu untuk ditetapkan peraturan pelaksanaannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kotawaringin Barat;

Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;

- 157 -- 158 -

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah Propinsi, sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138) ;

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 170 Tahun 1993 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;

9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah ;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Tehnik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-Produk Hukum Daerah ;

- 159 -

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Produk-Produk Hukum Daerah ;

12. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah ;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah ;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D ) ;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 15 Seri D ), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 19 Seri : D ), dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor : 6 : Seri : D ) ;

- 160 -

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pajak Hiburan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2004 Nomor : 1 Seri : B)

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK HIBURAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati berserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah :

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat ;

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

5. Hiburan adalah semua Jenis Pertunjukan, Permainan, Permainan Ketangkasan dan / atau Keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga ;

6. Pajak Hiburan adalah Pajak yang dipungut atas penyelenggaraan Hiburan;

- 161 -

7. Penyelenggara Hiburan adalah Orang atau Badan dengan nama dan bentuk apapun yang menyelenggarakan hiburan baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya ;

8. Penonton atau Pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu Hiburan untuk melihat dan atau mendengar atau menikmati atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Penyelenggara Hiburan, kecuali penyelenggara, karyawan, artis dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas pengawasan ;

9. Tanda masuk adalah suatu tanda atau alat yang syah dengan nama dan bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton menggunakan atau menikmati hiburan ;

10. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah selanjutnya disingkat SPTPD, adalah Surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan / atau pembayaran pajak yang terutang menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah ;

11. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang beserta kewajiban perpajakan lainnya ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati ;

12. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pokok Wajib Pajak dan kewajiban perpajakan lainnya yang wajib dibayar oleh Wajib Pajak ;

13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang harus di bayar ;

- 162 -

14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan ;

15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak, karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang ;

16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak ;

17. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda ;

BAB II

OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK

Pasal 2

Objek Pajak Hiburan adalah Penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran, yang meliputi :a. Pertunjukan Film.

b. Pertunjukan Kesenian dan sejenisnya.c. Pertunjukan / Pegelaran Musik dan Tari.d. Diskotik, Karaoke dan Club Malam.e. Permainan Billyard.f. Permainan Ketangkasan dan sejenisnya.g. Panti Pijat.h. Mandi Uap.i. Pertandingan Olah Raga.

- 163 -

j. Persewaan Peralatan Wisata.k. Tempat Wisata dan sejenisnya.l. Tempat Pemandian/berenang dan Tempat Pemancingan.m. Persewaan VCD/LD, Play Station dan sejenisnya.n. Fitness Centre.o. Kegiatan-kegiatan hiburan lainnya.

Pasal 3

(1) Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menonton, dan / atau menikmati hiburan;

(2) Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan hiburan.

BAB III

CARA PERHITUNGAN PAJAK

Pasal 4

Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud Pasal 6 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2004.

Pasal 5

Pajak Terutang dalam masa Pajak terjadi pada saat Penyelenggaraan Hiburan.

- 164 -

BAB IV

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK

Pasal 6

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) .

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disampaikan paling lambat :a. 15 (lima belas ) hari setelah berakhirnya masa pajak.

b. 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Tahun Pajak untuk SPTPD Tahunan.

(3) SPTPD dimaksud ayat (1) Pasal ini sekurang-kurangnya memuat :a. Nama dan Alamat Wajib Pajak yang Menyelenggarakan

Hiburan.

b. Jenis Hiburan yang diselenggarakan.

c. Besarnya Harga Tanda Masuk atau pembayaran untuk menonton dan / atau menikmati hiburan.

d. Wilayah / tempat penyelenggaraan hiburan.

BAB V

PENETAPAN PAJAK

Pasal 7

(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) Keputusan ini, Kepala Dinas Pendapatan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) ;

- 165 -

(2) Apabila SKPD sebagaimana ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan Sanksi Administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua Persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ;

(3) Dalam hal SPTPD tidak disampaikan sebagaimana mestinya, maka diterbitkan SKPD secara jabatan.

Pasal 8

Wajib Pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) Keputusan ini digunakan untuk Menghitung, Memperhitungkan dan Menetapkan Sendiri Pajak Yang Terutang.

BAB VI

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 9

(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD;

(2) Apabila Pembayaran Pajak dilakukan selain ditempat dimaksud ayat (1) Pasal ini, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 X 24 jam atau menurut waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah ;

(3) Pembayaran Pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ;

(4) Setiap Pembayaran Pajak diberikan Tanda Bukti Pembayaran.

- 166 -

BAB VII

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 10

Apabila pada tanggal jatuh tempo, Wajib Pajak belum melunasi Pajak Terutang, maka dilaksanakan penagihan yang diawali dengan Pemberian Surat Teguran, Surat Peringatan, atau Surat lain yang sejenis.

Pasal 11

Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.

BAB VIII

TANDA MASUK/ TANDA PEMBAYARAN

Pasal 12

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan hiburan harus menyedian Tanda Masuk atau Tanda Pembayaran;

(2) Tanda Masuk atau Tanda Pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, disediakan oleh Penyelenggara Hiburan yang bersangkutan atau oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

(3) Tanda Masuk atau Tanda Pembayaran yang disediakan oleh Penyelenggara Hiburan sebelum digunakan/ dijual harus diperporasi di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

- 167 -

(4) Tanda Masuk atau Tanda Pembayaran yang disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat dapat diminta oleh Penyelenggara Hiburan dengan mengajukan permohonan dan mengganti biaya cetak;

(5) Pembayaran penggantian biaya cetak Tanda Masuk atau Tanda Pembayaran yang disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (4) Pasal ini disetorkan ke Kas Daerah melalui Pemegang Kas Dinas Pendapatan Daerah dan diberikan tanda bukti pembayaran sesuai dengan jumlah pembayaran yang telah ditetapkan.

(6) Pemegang Kas Dinas Pendapatan Daerah secepatnya menyetor hasil pungutan sebagaimana dimaksud ayat (5) Pasal ini ke Kas Daerah paling lama 1 x 24 jam.

(7) Bentuk dan isi Tanda Masuk atau Tanda Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pasal ini sebagaimana terlampir.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pajak Hiburan dinyatakan tidak berlaku lagi.

- 168 -

Pasal 14

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 14 Juli 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 1, SERI : B.

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARATNOMOR : 9 TAHUN 2004TANGGAL : 13 JULI 2004.

TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK HIBURAN.

BENTUK DAN ISI KARCIS

PEMKAB. KOTAWARINGIN BARATD I S P E N D A

KARCIS TANDA MASUK

::::::

PEMKAB. KOTAWARINGIN BARATDINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS TANDA MASUK

PERDA NO. 7 TAHUN 2004Rp. ………….., (………………………………)

Kode : KTM.Seri : ………. No. ………….

Berlaku untuk 1 (satu) orang

:::::::::

PERDA NO. 7 TAHUN 2004Rp. …………..,-

(………………………………)Kode : KTM.Seri : ………. No. ………….

Berlaku untuk 1 (satu) orang

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 8 TAHUN 2004

T E N T A N G

PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2000

TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum di pandang perlu dilakukan perubahan untuk disesuaikan dengan perkembangan keadaan;

b. bahwa, berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI, Tahun 1959 Nomor: 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820);

2. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3186) ;

- 170 -

- 171 -

3. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2576) ;

4 Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3978);

5. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839);

7. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3848) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3258);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

- 172 -

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 02, Seri : B ).

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum ( Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 02, Seri : B ), diubah sebagai berikut :

A. Pasal 8 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 8

Besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :

1. Kendaraan roda 2 (dua) dan sepeda motor dan atau sejenisnya …………. Rp. 500,-

2. Kendaraan roda 3 (tiga) dan roda 4 (empat) Jeep, Sedan, Kijang, Pick Up, mobil penumpang umum dan atausejenisnya………………………….. Rp. 1.000,-

- 173 -

3. Kendaraan roda 6 (enam) atau lebih, Truck, Bus dan atau sejenisnya……… Rp. 1.500,-

B. Pasal 9 dihapus.

C. Pasal 10 diubah menjadi Pasal 9 baru dan Pasal 11 sampai dengan Pasal 21, diubah menjadi Pasal 10 baru dan seterusnya.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 12 Mei 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 4, SERI : C.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 7 TAHUN 2004

T E N T A N G

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM, SEBAGAIMANA

DIUBAH DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa, dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, maka Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum sudah tidak sesuai lagi dan perlu diganti dengan Keputusan Bupati yang baru;

b. bahwa, untuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

- 174 -

- 175 -

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI, Tahun 1959 Nomor: 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3186);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2576);

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3978);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048) ;

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3848);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3258);

- 176 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3529);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 02, Seri : B), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Kotawaringin Barat Nomor 8 Tahun 2004 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor : 4, Seri : C).

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2004.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

- 177 -

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat ;

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan yang digerakan oleh Peralatan Teknis yang berada pada Kendaraan itu termasuk Kereta gandengan atau Kereta tempelan yang dirangkai dengan Kendaraan Bermotor;

7. Tempat Parkir adalah tempat yang berada di Tepi Jalan Umum Tertentu dan telah ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai tempat parkir kendaraan bermotor;

8. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;

9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotongan Retribusi;

10.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

- 178 -

BAB II

OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 2

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di Tepi Jalan Umum.

(2) Tempat Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat.

Pasal 3

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tempat parkir di tepi jalan umum atau tempat lain yang digunakan untuk parkir.

BAB III

BESARNYA TARIF

Pasal 4

Besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :

1. Kendaraan roda 2 (dua) dan sepeda motor dan atau sejenisnya …………. Rp. 500,-

2. Kendaraan roda 3 (tiga) dan roda 4 (empat) Jeep, Sedan, Kijang, Pick Up, mobil penumpang umum dan atausejenisnya………………………….. Rp. 1.000,-

3. Kendaraan roda 6 (enam) atau lebih, Truck, Bus dan atau sejenisnya……… Rp. 1.500,-

- 179 -

BAB IV

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 5

(1) Pemungutan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum dapat diborongkan.

(2) Tata cara borongan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum diatur dengan Keputusan Bupati.

(3) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan atau menggunakan karcis.

(4) Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan atau Karcis sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

(5) Khusus Bentuk dan isi karcis sebagaimana terlampir.

BAB V

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 6

(1) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka dan atau 50 % (lima puluh perseratus) dari jumlah Retribusi yang diborongkan.

(2) Pembayaran atas Retribusi disetorkan ke Kas Daerah melalui Pemegang Kas Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat.

- 180 -

BAB VI

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 7

Menugaskan dan memberi wewenang serta tanggung jawab kepada Dinas Perhubungan untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 8 Tahun 2004.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum dinyatakan tidak berlaku lagi.

- 181 -

Pasal 9

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

Diundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 14 Juli 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 4, SERI : C.

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARATNOMOR : 7 TAHUN 2004TANGGAL : 13 JULI 2004.TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM, SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2004

BENTUK DAN ISI KARCIS

1. Kendaraan Roda 2 (dua) dan sepeda Motor dan atau sejenisnya.

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D ARETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAHRETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERDA NO. 4 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 8 TAHUN 2004

Rp. 500,-(Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 2 (dua) dan sejenisnyaKode : KR – 2.No. Seri : ………………….

::::::::

PERDA NO. 4 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 8 TAHUN 2004

Rp. 500,-(Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 2 (dua) dan sejenisnyaKode : KR – 2.No. Seri : ………………….

2. Kendaraan Roda 3 (tiga) dan roda 4 (empat) Jeep, Sedan, Kijang, Pick Up, mobil penumpang umum dan atau sejenisnya

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D ARETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAHRETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERDA NO. 4 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 8 TAHUN 2004

Rp. 1.000,-(Seribu Rupiah)

Kendaraan Roda 3 dan 4.Kode : KR – 3 / 4.No. Seri : ………………….

::::::::

PERDA NO. 4 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 8 TAHUN 2004

Rp. 1.000,-(Seribu Rupiah)

Kendaraan Roda 3 dan 4.Kode : KR – 3 / 4.No. Seri : ………………….

- 182 -- 183 -

3.. Kendaraan roda 6 (enam) atau lebih, Truck, Bus dan atau sejenisnya

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERDA NO. 4 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 8 TAHUN 2004

Rp. 1.500,-(Seribu Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 6 Kode : KR – 6No. Seri : ………………….

::::::::

PERDA NO. 4 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 8 TAHUN 2004

Rp. 1.500,-(Seribu Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 6. Kode : KR – 6.No. Seri : ………………….

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 9 TAHUN 2004

T E N T A N G

PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2000

TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir ( Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 07, Seri : B) di pandang perlu dilakukan perubahan untuk disesuaikan dengan perkembangan keadaan;

b. bahwa, berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI, Tahun 1959 Nomor: 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820);

2. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3186) ;

- 184 -- 185 -

3. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2576) ;

4 Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3978);

5. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839);

7. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3848) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3258);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

- 186 -

11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir ( Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 07, Seri : B ).

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir ( Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 07, Seri : B ), diubah sebagai berikut :

A. Pasal 8 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 8

(1)Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan Jenis Tempat Parkir yang disediakan dan Jenis Kendaraan Bermotor.

- 187 -

(2)Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan sebagai berikut :

No JENIS KENDARAAN

BERMOTOR

JENIS TEMPAT PARKIR

Pelataran Taman Gedung

1.

2.

3.

Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) dan atau sejenisnya.

Kendaraan Bermotor Roda 3 (tiga), Roda 4 (empat) Jeep, Sedan, Pick Up, Mobil Penumpang dan atau sejenisnya.

Kendaraan Bermotor Roda 6 (enam) atau lebih (Bus, Truck dan atau sejenisnya.

Rp.1.000,-/ sekali parkir

Rp.1.500,-/ sekali parkir

Rp.2.000,-/ sekali parkir

Rp.1.000,-/ sekali parkir

Rp.1.500,-/ sekali parkir

Rp.2.000,-/ sekali parkir

Rp.500,-/ Jam

Rp.1.000,-/ Jam

Rp.1.500,-/ Jam.

B. Pasal 9 dihapus.

C. Pasal 10 lama diubah menjadi Pasal 9 baru dan Pasal 11 lama sampai dengan Pasal 16, diubah menjadi Pasal 10 baru dan seterusnya.

- 188 -

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAKDiundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 12 Mei 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 5, SERI : C.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 8 TAHUN 2004

T E N T A N G

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR, SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa, dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir, maka Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir sudah tidak sesuai lagi dan perlu diganti dengan Keputusan Bupati yang baru;

b. bahwa, untuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

- 189 -

- 190 -

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI, Tahun 1959 Nomor: 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3186);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2576);

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3978);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048) ;

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3848);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3258);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

- 191 -

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan bentuk Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 07, Seri : B), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 9 Tahun 2004 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor : 5, Seri : C).

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2004.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat ;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ;

- 192 -

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat ;

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Retribusi Tempat Khusus Parkir yang selanjutnya dapat disebut pembayaran atas penyediaan fasilitas tempat khusus parkir yang dikelola oleh Pemerintah Daerah;

7. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

8. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah Surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi dan Bendaharawan Khusus Penerima untuk melakukan pembayaran/ penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah;

9. Surat Tagihan Retribusi Dearah yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau benda.

BAB II

OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 2

Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas Tempat Khusus Parkir Kendaraan Bermotor yang dikelola / dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

- 193 -

Pasal 3

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan fasilitas Tempat Khusus Parkir Kendaraan Bermotor.

BAB III

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 4

(1) Tarif Retribusi dogolongkan berdasarkan Jenis Tempat Parkir yang disediakan dan Jenis Kendaraan Bermotor.

(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan sebagai berikut :

No JENIS KENDARAAN BERMOTOR

JENIS TEMPAT PARKIR

Pelataran Taman Gedung

1.

2.

3.

Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) dan atau sejenisnya.

Kendaraan Bermotor Roda 3 (tiga), Roda 4 (empat) Jeep, Sedan, Pick Up, Mobil Penumpang dan atau sejenisnya.

Kendaraan Bermotor Roda 6 (enam) atau lebih (Bus, Truck dan atau sejenisnya.

Rp.1.000,-/ sekali parkir

Rp.1.500,-/ sekali parkir

Rp.2.000,-/ sekali parkir

Rp.1.000,-/ sekali parkir

Rp.1.500,-/ sekali parkir

Rp.2.000,-/ sekali parkir

Rp.500,-/ Jam

Rp.1.000,-/ Jam

Rp.1.500,-/ Jam.

- 194 -

BAB IV

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 5

(1) Pemungutan Retribusi Parkir dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan karcis yang sah, pada saat Wajib Retribusi memanfaatkan Tempat Parkir Khusus.

(3) Bentuk, isi dan ciri-ciri karcis sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini di Tetapkan sebagaimana terlampir.

(4) Karcis sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) Pasal ini disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

BAB V

TATA CARA PENYETORAN

Pasal 6

(1) Penyetoran Retribusi yang diborongkan sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Hasil pungutan Retribusi merupakan penerimaan Daerah dan seluruhnya disetorkan ke Kas Daerah melalui Pemegang Kas Dinas Perhubungan Kabupaten Kotawaringin Barat.

- 195 -

BAB VI

PARKIR SWASTA

Pasal 7

(1) Bagi pihak swasta yang memiliki lokasi/ areal untuk tempat khusus parkir dan atau memanfaatkan areal dimaksud sebagai tempat parkir dengan memungut retribusi atau uang jasa parkir,

untuk pelaksanaannya harus memperoleh izin tertulis dari Bupati melalui Kepala Dinas Perhubungan .

(2) Bentuk dan isi blanko izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Dinas Perhubungan.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir dinyatakan tidak berlaku lagi.

- 196 -

Pasal 9

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAKDiundangkan di Pangkalan BunPada tanggal 14 Juli 2004.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENKOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Drs. H. SUDJONONIP. 530 001 251

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARATTAHUN 2004 NOMOR : 5, SERI : C.

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARATNOMOR : 8 TAHUN 2004TANGGAL : 13 JULI 2004.TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR, SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2004

BENTUK DAN ISI KARCIS

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

A. Kendaraan Roda 2 (dua) dan sepeda Motor dan atau sejenisnya.

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Pelataran / Taman )

::::::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR( Pelataran / Taman )

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 joPERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah)

Sepeda Motor dan sejenisnyaKode : KBR – 2 – PT. No. Seri : ………………….

:::::::::::

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah)

Sepeda Motor dan sejenisnyaKode : KBR – 2 – PT.No. Seri : ………………….

- 197 -

- 198 -

B. Kendaraan Roda 2 (dua) da.n atau sejenisnya Parkir di Gedung..

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Gedung )

::::::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGINBARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Gedung )PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo

PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 500,- (Lima Ratus Rupiah)

Sepeda Motor dan sejenisnyaKode : KBR – 2 – G. No. Seri : ………………….

:::::::::

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 500,- (Lima Ratus Rupiah)

Sepeda Motor dan sejenisnyaKode : KBR – 2 – G.No. Seri : ………………….

C. Kendaraan Bermotor Roda 3 (tiga) dan 4 (empat) Parkir di Pelataran dan Taman.

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Pelataran / Taman )

::::::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Pelataran / Taman )

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 joPERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.500,- (Seribu Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 3 (tiga) dan 4 (empat)Kode : KBR – 3 – 4 – PT. No. Seri : ………………….

::::::::::

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.500,- (Seribu Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 3 (tiga) dan 4 (empat)Kode : KBR – 3 – 4 – PT.No. Seri : ………………….

- 199 -

D.Kendaraan Roda 3 (tiga) dan 4 (empat) Parkir di Gedung..

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR ( Gedung )

::::::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Gedung )

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah)

Kendaraan Roda 3 (tiga) dan 4 (empat)Kode : KBR – 3 – 4 – G. No. Seri : ………………….

:::::::::

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah)

Kendaraan Roda 3 (tiga) dan 4 (empat)Kode : KBR – 3 – 4 – G.No. Seri : ………………….

E. Kendaraan Bermotor Roda 6 (enam) atau lebih Parkir di Pelataran dan Taman.

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Pelataran / Taman )

::::::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Pelataran / Taman )

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 2.000,- (Dua Ribu Rupiah)

Kendaraan Roda 6 (enam) atau lebihKode : KBR – 6 – PT. No. Seri : ………………….

::::::::

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 2.000,- (Dua Ribu Rupiah)

Kendaraan Roda 6 (enam) atau lebihKode : KBR – 6 – PT.No. Seri : ………………….

- 200 -

F. Kendaraan Roda 6 (enam) atau lebih Parkir di Gedung..

PEM. KAB. KOTAWARINGIN BARAT

D I S P E N D A

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR ( Gedung )

::::::::::

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KARCIS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

( Gedung )

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.500,- (Seribu Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 6 (enam) atau lebihKode : KBR – 6 – G. No. Seri : ………………….

:::::::::::

PERDA NO. 12 TAHUN 2000 jo PERDA NO. 9 TAHUN 2004

Rp. 1.500,- (Seribu Lima Ratus Rupiah)

Kendaraan Roda 6 (enam) atau lebihKode : KBR – 6 – G.No. Seri : ………………….

Ditetapkan di Pangkalan BunPada tanggal 13 Juli 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 10 TAHUN 2004

T E N T A N G

PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : a. bahwa dengan adanya kebijakan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang bersifat strategis/ penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan daerah yang ditetapkan/ terjadi kebutuhan mendesak, maka Arah dan Kebijakan Umum APBD serta strategi dan prioritas APBD Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2004;

b. bahwa sehubungan dengan hal pada huruf a, perlu dilakukan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Anggaran 2004 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3560);

- 201-- 202 -

3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Inedonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

7. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

- 203 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung Jawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4029);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

- 204 -

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Keuangan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

19. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nmor 04 Tahun 1999 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PERUBAHAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004.

- 205 -

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2004 sebagai berikut :

1. PENDAPATANa. Semula Rp. 173.770.811.810,-b. Bertambah Rp. 3.243.417.567,-Jumlah Pendapatan setelah perubahanRp.177.014.229.377,-

2. BELANJAa. Semula Rp. 198.249.999.990,-b. Bertambah Rp. 13.820.085.891,-Jumlah Pendapatan setelah perubahanRp.212.070.085.881,-Defisit setelah perubahan Rp.35.055.856.504,-

3. PEMBIAYAANa. Penerimaan

1) Semula Rp. 26.229.188.180,-2) Bertambah Rp. 10.576.786.141,-Jumlah penerimaan setelah perubahan Rp.

36.805.974.321,-

b. Pengeluaran1) Semula Rp. 1.750.000.000,-2) Bertambah Rp. 117.817,-Jumlah Pengeluaran setelah perubahan Rp.

1.750.117.817,-

Jumlah (surpuls) pembiayaan setelah Perubahan Rp.35.055.856.504,-

Pasal 2

Uraian lebih lanjut Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang terdiri dari :1. Lampiran I : Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah.

-

- 206 -

2. Lampiran II : Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Lampiran III : Daftar Rekapitulasi APBD menurut Bidang Pemerintahan dan Unit.

4. Lampiran IV : Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan Jabatan.

5. Lampiran V : Daftar Piutang Daerah.6. Lampiran VI : Daftar Pinjaman Daerah.7. Lampiran VII : Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah.8. Lampiran VIII : Daftar Aktiva Tetap Daerah; dan9. Lampiran IX : Daftar Dana Cadangan

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Pasal 4

Sebagai landasan operasional pelaksanaan, Bupati menetapkan Keputusan tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal 5

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2004.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 12 Agustus 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 11 TAHUN 2004

T E N T A N G

PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Menimbang : bahwa pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004, perlu menetapkan Keputusan Bupati Kotawaringin Barat tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3560);

- 207 -- 208 -

3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Inedonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

7. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

- 209 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung Jawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4029);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

- 210 -

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 1 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah;

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Keuangan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

20. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nmor 04 Tahun 1999 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2004.

- 211 -

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2004 sebagai berikut :

1. PENDAPATANa. Semula Rp. 173.770.811.810,-b. Bertambah Rp. 3.243.417.567,-Jumlah pendapatan Setelah Perubahan Rp. 177.014.229.377,-

2.. BELANJAa. Semula Rp. 198.249.999.990,-b. Bertambah Rp 13.820.085.891,-Jumlah Belanja Setelah Perubahan Rp. 212.070.085.881,-

Defisit Setelah Perubahan Rp. 35.055.856.504,-

3. PEMBIAYAANa. Penerimaan

1). Semula Rp. 26.229.188.180,-2). Bertambah Rp. 10.576.786.141,-Jumlah Penerimaan Setelah Perubahan Rp. 36.805.974.321,-

b. Pengeluaran1). Semula Rp. 1.750.000.000,-2). Bertambah Rp. 117.817,-Jumlah Pengeluaran Setelah Perubahan Rp. 1.750.117.817,-

Jumlah (surplus) Pembiayaan Setelah Perubahan Rp. 35.055.856.504,-

- 212 -

Pasal 2

Penjabaran Perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dirinci lebih lanjut pada Lampiran Keputusan ini

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 13 Agustus 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd

Ir. H. ABDUL RAZAK

DAFTAR ISI

No PERDA T E N T A N G HALAMANNomor Tahun

1. 1 2004 - Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004.

- Keputusan Bupati Nomor 1 Tahun 2004 Penjabaran APBD T.A. 2004.

1 – 6

7 – 12

2. 2 2004 - Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2003.

- Keputusan Bupati No.5 Tahun 2004 tentang Penjabaran Perhitungan APBD T.A. 2003.

13 – 19

20 – 25

3. 4 2004 - Perubahan Pertama Perda Kab. Kobar No. 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan

- Keputusan Bupati Nomor 6 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Bupati No. 12 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.

26 – 31

32 – 38

4. 5 2004 - Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet.

- Keputusan Bupati No. 13 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda No. 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet.

39 – 62

63 – 81

5. 6 2004 - Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

- Keputusan Bupati No. 10 Tahun 2004 Petunjuk Pelaksana Perda Kab. Kobar No. 6 Tahun 2004 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

82 – 111

112 – 132

iii

6. 7 2004 - Pajak Hiburan.

- Keputusan Bupati No. 9 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksana Perda Kab.

133 – 156

157 – 169

Kobar No. 7 Tahun 2004 tentang Pajak Hiburan.

7. 8 2004 - Perubahan Pertama Atas perda Kab. Kobar No. 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum.

- Keputusan Bupati No. 7 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksana Perda Kab. Kobar No. 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, sebagaimana diubah dengan Perda Kab. Kobar No. 8 Tahun 2004.

170 – 173

174 – 183

8. 9 2004 - Perubahan Pertama Atas perda Kab. Kobar No. 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir.

- Keputusan Bupati No. 8 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksana Perda Kab. Kobar No. 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir, sebagaimana diubah dengan Perda Kab. Kobar No. 9 Tahun 2004.

184 – 188

189 – 200

9. 10 2004 - Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004.

- Keputusan Bupati Nomor 11 Tahun 2004 tentang Penjabaran Perubahan APBD T.A. 2004.

201 – 206

207 – 212