rahasia - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel sdj yaitu: sawah,...

346
i LAPORAN PENELITIAN STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017 (STUDI MULTISENTER FILARIASIS) DI KABUPATEN ENREKANG (Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik) PENYUSUN: SITTI CHADIJAH, DKK NO. APKESI : 20160417724 BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (LITBANG P2B2) DONGGALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 RAHASIA

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

i

LAPORAN PENELITIAN

STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017

(STUDI MULTISENTER FILARIASIS) DI KABUPATEN ENREKANG

(Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik)

PENYUSUN:

SITTI CHADIJAH, DKK

NO. APKESI : 20160417724

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN

PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (LITBANG P2B2) DONGGALA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2017

RAHASIA

Page 2: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

ii

SK PENELITIAN

Page 3: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

iii

Page 4: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

iv

Page 5: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

v

Page 6: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

vi

Page 7: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

vii

DAFTAR SUSUNAN TIM PENELITI

No. Nama Kedudukan Dalam Tim

1. Muh. Faozan, S.K.M., M.P.H. PJT Provinsi

2. Sitti Chadijah, S.K.M., M.Si. PJT Kabupaten

3. Rosmini, S.K.M., M.Sc. Peneliti

4. Ahmad Erlan, S.K.M., M.P.H. Peneliti

5. Yusran Udin, S.K.M., M.Kes. Peneliti

6. Malonda Maksud, S.K.M. Peneliti

7. drh. Intan Tolistiawaty Peneliti

8. Hasrida Mustafa, S.Si Peneliti

9. Nurul Hidayah, S.Si Peneliti

10. Dr. H. Munir Salham, M.A. Peneliti

11. Renny Muhitar, S.Sos. Peneliti

12. Nelfita Peneliti

13. Trijuni Wijatmiko Teknisi

14. Nova Kartika, S.K.M. Teknisi

15. Olviana Teknisi

16. Reny Anggareni Teknisi

17. Halimuddin, S.Sos. Administrasi

Sumber Dana : DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala 2017

Page 8: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

viii

COPY DOKUMEN PERSETUJUAN ETIK

Page 9: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

ix

LEMBAR PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG

JUDUL PENELITIAN

STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2017

(STUDI MULTISENTER FILARIASIS) DI KABUPATEN ENREKANG

(Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik)

Donggala, Desember 2017

Page 10: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas hidayah dan

rahmat-Nya sehingga laporan penelitian yang berjudul “Studi Evaluasi Eliminasi Filariasis

di Kabupaten Enrekang (Daerah Endemis Brugia Malayi Non-Zoonotik)” selesai tepat

pada waktunya. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten

Enrekang yang telah dinyatakan lulus TAS-3 tahun 2016. Laporan ini disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban secara administrasi dan merupakan penyampaian secara tertulis dari

hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

dalam pelaksanaan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang dan daerah lainnya yang

mempunyai karakteristik geografis yang hampir sama dengan daerah penelitian.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala atas

kesempatan, izin dan segala dukungan yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini. Kami

juga mengucapkan terimakasih kepada tim reviewer yang telah memberikan masukan serta

bimbingan atas pelaksanaan penelitian ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada seluruh anggota tim penelitian, pengarah dan PJO provinsi Sulaewesi Selatan dan

Kabupaten Enrekang, pengelola filariasis baik tingkat provinsi maupun kabupaten terkhusus

untuk Bapak Makkaraus dan Bapak Supriadi, Kepala Puskesmas Buntu Batu, Kepala

Puskesmas Sumbang, Kepala Desa Buntu Bantu, Kepala Desa Buntu Barana, para kader dan

masyarakat atas dukungan dan bantuan yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Akhirnya, penulis sangat berterimakasih kepada teman-teman yang telah membantu

memberikan bahan acuan maupun diskusi dalam penyusunan laporan ini. Penulis memberikan

penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka yang membantu secara langsung maupun

tidak langsung selama mempersiapkan maupun penyusunan laporan ini. Saran dan masukan

yang membangun juga sangat diharapkan untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam program eliminasi

filariasis di Kabupaten Enrekang khususnya dan dikabupaten lain di Indonesia pada

umumnya.

Donggala, November 2017

PJT Kabupaten,

Sitti Chadijah, S.K.M., M.Si.

Page 11: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xi

ABSTRAK

Kabupaten Enrekang telah dinyatakan lulus TAS-3 pada tahun 2016, bahkan telahmenerima sertifikat daerah bebas kaki gajah oleh kementerian kesehatan pada tahun 2017.Studi ini bertujuan untuk mengetahui secara menyeluruh berbagai aspek yang terkait dengankeberhasilan Kabupaten Enrekang dalam melaksanakan TAS tahap ketiga dalam rangkamenuju eliminasi filariasis.

Studi Cross sectional dilakukan untuk mengetahui berbagai aspek yang mendukungkeberhasilan pelaksanaan TAS-3 di Kabupaten Enrekang. Kegiatan meliputi wawancaramendalam (indept interview), survei darah jari (SDJ), stool survey, deteksi DNA Brugiamalayi, survei KAP, survei nyamuk, dan survei lingkungan. Indept interview dilakukan padatingkat provinsi, kabupaten, puskesmas hingga kelurahan/desa sedangkan kegiatan SDJ,stool survey, deteksi DNA Brugia malayi, survei KAP, survei nyamuk, dan survei lingkungandi lakukan di dua lokasi yang merupakan daerah sentinel yaitu Desa Potokullin, Kecamatanbuntu Batu dan Desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 620 masyarakat yang diperiksa tidak adayang menunjukkan gejala klinis fiariasis dan hasil pemeriksaan darah seluruhnya negatif. Dari158 anak Sekolah Dasar yang diambil sampel tinja hasilnya dua anak positif (1,26%)kecacingan, 20 anak diambil sampel darah untuk diperiksa deteksi DNA Brugia malayihasilnya negatif. Masyarakat diwawancara KAP sebanyak 632 orang menunjukkanpengetahun , sikap dan perilaku cukup baik terkait filariasis. Indep interview menunjukkanadanya perhatian penting berbagai pihak terhadap pelaksanaan eliminasi filariasis diKabupaten Enrakng. Nyamuk tertangkap sebanyak 1.801 nyamuk dari genus Mansonia,Culex, Aedes, Anopheles, dan Armigeres. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan Culexvishnui positif mengandung DNA Brugia malayi. Lingkungan habitat nyamuk yangditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mataair, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu.

Pelaksanaan program dalam rangka eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekangmendapat dukungan dari segala aspek baik pemerintah pusat maupun daerah. Monitoring danevaluasi pelaksanaan program oleh pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan terusdigalakkan agar dapat mempertahankan sertifikat eliminasi filariasis yang sudah diterima dariKementerian Kesehatan, dan dapat memperoleh sertifikat bebas kaki gajah dari WHO.

Kata Kunci: Transmission Assesment Survey (TAS), Survei Darah Jari, Stool Survei, Brugiamalayi, POPM, Culex vishnui, Kabupaten Enrekang

Page 12: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xii

ABSTRACT

Enrekang Regency has been declared pass TAS-3 in 2016, and even has received thecertificate of Elephantiasis free from Ministry of Health in 2017. This study aimed tothoroughly identify various aspects related to the succes of Enrekang Regency inimplementing the third TAS in order to elimination of filariasis.

A cross-sectional study was conducted to examine the various aspects that support thesuccessful implementation of TAS-3 in Enrekang Regency. The study was done by indepth interview,finger blood survey, stool survey, DNA Brugia malayi detection, KAP-survey, entomoligicalsurvey, and also environmental survey. The indepth interview was conducted on provincial,regency, primary health care, and village level. The blood survey, stool survey, DNA Brugiamalayi detection, KAP-survey, entomoligical survey, and also environmental survey wereconducted in two sentinel areas, i.e Potokullin Village, Buntu Batu District, and ParombeanVillage, Curio District, Enrekang Regency.

The results showed that there was no filariasis symptoms from 620 examined people,and all blood survey were negatif filariasis. From 158 school children stool surveyed, therewas two (1,26%) samples positive soil transmitted helminths. From those samples werecollected 20 for whole blood samples for DNA Brugia malayi detection, and the results werenegative. People who surveyed for KAP were 632 samples. They showed a quite good of theknowledge, attitude, and practise about filariasis. The indepth interview showed there wereimportant atention from various sectors in implementation of filariasis elimination in EnekangRegency. There was 1.801 mosquitoes collected from the entomological survey. They werefrom genus Mansonia, Culex, Aedes, Anopheles, and Armigeres. PCR result showed thatCulex vishnui was positive DNA of Brugia malayi. The breeding place habitat of mosquitoeswere found surrounding the blood survey sample settlement, ie: paddy-field, pond, the spring,a long side river, the puddle, and also bamboo grove.

The programm implementation to filariasis elimination in Enrekang Regency hassupported from all aspects, both of central and local government. Monitoring and evaluationof programm implementation by local government, especially Health Office has to beencouraged continously to maintain the filariasis elimination certificate from Ministry ofHealth, and can obtain the elephantiasis free from WHO.

Key word: Transmission Assesment Survey (TAS), Finger blood survey, Stool Survey, Brugiamalayi, POPM, Culex vishnui, Enrekang Regency

Page 13: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF

STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI KABUPATEN ENREKANG

(Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik)

Sitti Chadijah, Muh. Faozan, Munir, Malonda Maksud ,Intan Tolistiawaty, Rosmini,Yusran Udin, Nurul Hidayah, Hasrida,Ahmad Erlan, Nelfita, Trijuni Wijatmiko,

Nova Kartika,Reni Anggraini,Olivia

Indonesia adalah salah satu dari 53 negara di dunia yang merupakan negara endemis

filariasis, dan satu-satunya negara di dunia dengan ditemukannya tiga spesies cacing filaria

pada manusia yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Kabupaten/kota

yang melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM), pada tahun ketiga

dilakukan evaluasi yang berupa pre-survei dengan melaksanakan survei darah jari guna

mengetahui ada tidaknya mikrofilaria dalam darah. Selanjutnya setelah lima tahun POPM

dilakukan evaluasi dengan survei kajian penularan TAS-1 (Transmission Assesment Survey)

dengan menggunakan rapid diagnostic test/RDT.

Tahun 2011 Kabupaten Enrekang telah menyelesaikan POPM sebanyak lima putaran,

dan dinyatakan telah lulus TAS-3, karena tidak ditemukan lagi anak SD yang positif Brugia

malayi. Keberhasilan pelaksananaan TAS-3 di Kabupaten Enrekang tidak terlepas dari peran

serta lintas sektor mulai dari tingkat provinsi, kabupaten dan desa. Guna mengetahui berbagai

aspek terkait dengan keberhasilan Kabupaten Enrekang melaksanakan POPM lima putaran

dan dinyatakan lulus TAS-3 dalam rangka menuju eliminasi filariasis, maka dilakukan studi

evaluasi eliminasi filariasis di kabupaten Enrekang. Kegiatan ini serentak dilakukan di 24

kabupaten (18 kabupaten endemis Brugia malayi dan 6 kabupaten endemis Wuchereria

bancrofti) di Indonesia yang telah melaksanakan pre-TAS dan TAS.

Kegiatan di kabupaten Enrekang dilakukan di Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu

dan Desa Parombean, Kecamatan curio, pada Bulan Februari – November 2017. Kegiatan

meliputi wawancara mendalam (indept interview), survei darah jari, stool survey, deteksi

DNA Brugia malayi, survei KAP (Knowledge, Actitute, Practise)/wawancara pengetahuan,

sikap, dan perilaku. survei nyamuk, dan survei lingkungan. Indept interview dilakukan pada

tingkat provinsi, kabupaten, puskesmas hingga kelurahan/desa, sedangkan kegiatan survei

darah jari, stool survey, deteksi DNA Brugia malayi, survei KAP, survei nyamuk, dan survei

lingkungan di lakukan di dua lokasi yang merupakan daerah sentinel/spot survei.

Page 14: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xiv

Indept interview dilakukan terhadap 34 informan pengambil kebijakan di Dinas

Kesehatan, dan lintas sektor baik pada tingkat provinsi, kabupaten, dan desa, termasuk toga,

toma, kader dan penderita. Hasilnya menunjukkan adanya perhatian penting terhadap

pelaksanaan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang. Tidak ada disharmoni kebijakan

pusat dan daerah. Sumber daya manusia masih dianggap bermasalah karena masih kurang

dari segi kuantitas, dengan kompetensi yang belum sesuai. Anggaran dan sarpras sudah

mencukupi serta adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

POPM di daerah. Dukungan dari lintas sektor juga menjadi salah satu penguatan untuk

menuju Kabupaten Enrekang eliminasi filariasis.

Wawancara KAP, pemeriksaan klinis dan survei darah jari dilakukan terhadap

masyarakat di dua desa terpilih usia ≥ 5 tahun. Hasil wawancara terhadap 632 masyarakat

menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang mendukung eliminasi

filariasis dalam hal pengobatan adalah mengetahui akibat yang ditimbulkan jika tidak

mengkomsumsi obat filariasis, mengetahui efek samping obat filariasis, dan cara mencari

pengobatan yaitu ke petugas kesehatan. Adapun dalam hal pencegahan selain minum obat

juga menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu bila tidur pada malam hari

atau memakai pakaian lengan/celana panjang pada saat keluar rumah. Hal yang perlu

diwaspadai adalah masih ada penduduk yang tidak mengikuti program POPM yang nantinya

dikhawatirkan dapat menjadi sumber penularan.

Dari total 632 masyarakat yang di wawancara KAP, sebanyak 620 orang bersedia

untuk diperiksa secara klinis dan diambil darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak

ditemukan gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah seluruhnya negatif.

Stool survey dilakukan terhadap anak SD kelas 2 dan 3 di enam SD di kabupaten

Enrekang yaitu MIS Maliba, SDK Bala Batu, SDN 35 Sangtempe, SDN 148 Pamolongan,

SDN 133 Pewa, dan SDN 106 Penyurak. Dari 158 anak SD yang diambil sampel tinja

hasilnya 2 anak positif (1,26%) kecacingan, dengan jenis cacing Trichuris trichura dan

Enterobius vermicularis. Deteksi DNA Brugia malayi dilakukan terhadap 20 anak SD sebagai

sampel, hasil pemeriksaan deteksi DNA Brugia malayi seluruhnya negatif.

Penangkapan nyamuk dilakukan dengan metode modifikasi human landing collection

dalam kelambu, hasilnya tertangkap sebanyak 1.801 nyamuk dari genus Mansonia, Culex,

Aedes, Anopheles, dan Armigeres. Seluruh nyamuk tertangkap dikirim ke Badan Litbangkes

untuk diperiksa dengan PCR. Hasilnya menunjukkan bahwa ditemukan nyamuk dengan

spesies Culex vishnui positif DNA Brugia malayi.

Page 15: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xv

Survei lingkungan habitat dilaksanakan untuk mengetahui tempat perindukan nyamuk

di lokasi penelitian. Hasil menunjukkan bahwa terdapat empat tipe lingkungan habitat yang

ditemukan di Desa Potokullin, yaitu: mata air, tepi sungai, sawah, genangan air, kolam, dan

rumpun bambu, sedangkan di Desa Parombean ditemukan enam tipe lingkungan habitat,

yaitu: sawah, mata air, tepi sungai, genangan air, kolam, dan rumpun bambu.

Harapan agar Kabupaten enrekang bisa memperoleh sertifikat bebas kaki gajah dari

WHO, maka disarankan untuk :

1. Melakukan penyuluhan yang terencana dan kontinyu untuk menumbuhkan pemahaman

tentang bahaya filariasis dan melaporkan ke petugas kesehatan jika menemukan

seseorang dengan gejala-gejala awal pembengkakan di kaki atau di tangan.

2. Mengintensifkan penyuluhan ke masyarakat agar menggunakan kelambu saat tidur atau

menggunakan baju lengan pangang/celana panjang saat keluar rumah, untuk menghindari

kontak dengan gigitan nyamuk.

3. Memanfaatkan atau memaksimalkan sumber informasi terkait filariasis selain dari

petugas kesehatan dan guru, juga melalui pengumuman dari tempat ibadah (masjid).

4. Surveilans untuk monitoring dan evaluasi terhadap penularan filariasis dapat dilakukan

dengan memantau lokasi-lokasi yang penduduknya tidak mengikuti program POPM, dan

penatalaksanaan perawatan bagi penderita kronis kaki gajah.

5. Melanjutkan pemberian obat cacing kepada anak sekolah dan anak-anak usia sekolah

yang ada di masyarakat.

6. Melakukan survei entomologi untuk mengetahui kepadatan dan perilaku nyamuk untuk

mengantisipasi keberadaan vektor di lokasi penelitian.

7. Mengintensifkan kerja sama lintas sektor yang sudah berjalaan dengan baik.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,

PPK, kader kesehatan yang dapat menjadi jembatan yang efektif antara petugas kesehatan

dan masyarakat.

Page 16: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xvi

DAFTAR ISI

SK PENELITIAN...................................................................................................................... ii

DAFTAR SUSUNAN TIM PENELITI .................................................................................. vii

COPY DOKUMEN PERSETUJUAN ETIK .........................................................................viii

LEMBAR PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG ............................................ ix

KATA PENGANTAR............................................................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................................................... xi

ABSTRACT ............................................................................................................................ xii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................................................xviii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

Latar Belakang....................................................................................................................... 1

Dasar Pemikiran..................................................................................................................... 2

Tujuan .................................................................................................................................... 4

Manfaat .................................................................................................................................. 4

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................................................. 6

Kerangka Konsep................................................................................................................... 6

Jenis Studi .............................................................................................................................. 8

Populasi, Sampel, dan Lokasi ................................................................................................ 8

Bahan dan Cara Pengumpulan Data .................................................................................... 16

Alur Kegiatan....................................................................................................................... 23

Definisi Operasional ............................................................................................................ 26

Manajemen dan Analisis Data ............................................................................................. 26

BAB III.................................................................................................................................... 28

Page 17: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xvii

HASIL PENELITIAN............................................................................................................. 28

Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................................................... 28

Gambaran Umum Pengendalian Filariasis di Daerah Penelitian......................................... 28

Gambaran Jumlah dan Karakteristik Subyek Penelitian/Sampel ....................................... 31

Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Filariasis....................................................... 35

Gambaran Sikap Responden Tentang Filariasis .................................................................. 37

Gambaran Perilaku Responden Tentang Filariasis. ............................................................. 39

Perilaku responden tentang filariasis dapat diihat pada Tabel 6 berikut ini. ....................... 39

Gambaran Status Endemisitas Daerah Penelitian................................................................ 42

Gambaran Status Infeksi Kecacingan .................................................................................. 44

Gambaran Deteksi Gen Brugia malayi................................................................................ 45

Gambaran Hasil Survei Vektor............................................................................................ 45

Gambaran Hasil Wawancara Mendalam ............................................................................. 48

BAB IV.................................................................................................................................. 110

PEMBAHASAN ................................................................................................................... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 130

Kesimpulan ........................................................................................................................ 130

Saran .................................................................................................................................. 131

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................ 132

LAMPIRAN .......................................................................................................................... 136

Page 18: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Cakupan Pengobatan Massal di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan................. 30

Tabel 2. Jumlah Responden/Subyek Penelitian/Sampel Berdasarkan Jenis Data/Informasi .. 31

Tabel 3. Karakteristik Responden Survei KAP di Kabupaten Enrekang Tahun 2017............ 32

Tabel 4. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab dan Gejala Filariasis di Kabupaten..... 35

Tabel 5. Sikap Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Enrekang tahun 2017................ 37

Tabel 6. Perilaku Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Enrekang tahun 2017 ........... 39

Tabel 7. Angka Mikrofilaria dan Kasus Kaki Gajah (Elefantiasis) Kabupaten Enrekang...... 42

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Klinis di Kabupaten ............... 43

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Mikroskop Survei Darah Jari 43

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden yang Positif Kecacingan di Kabupaten .......... 44

Tabel 11. Jumlah Anak SD Hasil Pemeriksaan Gen Brugia malayi Kabupaten ..................... 45

Tabel 12. Jumlah Nyamuk yang Berhasil Ditangkap Dalam Dua Periode Penangkapan ....... 46

Tabel 13. Jumlah Nyamuk yang Tertangkap dan Hasil Pemeriksaan PCR di Kabupaten ...... 46

Page 19: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Studi Eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2017 ................... 6

Gambar 2. Alur kegiatan Penelitian Multi center Filariasis tahun 2017 ................................. 25

Gambar 3. Plotting rumah responden di Desa Parombean, Kecamatan Buntu Barana, ......... 34

Gambar 4. Plotting rumah responden di Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu, .............. 35

Gambar 5. Ploting Lingkungan Potokullin.............................................................................. 47

Gambar 6. Ploting Lingkungan Parombean ............................................................................ 48

Page 20: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto kegiatan KAP.................................................................................... 136

Lampiran 2. Foto-foto Kegiatan Pemeriksaan Klinis dan SDJ ............................................. 136

Lampiran 3. Foto-foto kegiatan Stool dan Gen Bm .............................................................. 137

Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan Survei Entomologi............................................................. 137

Lampiran 5. Foto-foto Kegiatan Survei Lingkungan ............................................................ 138

Lampiran 6. Foto-foto Kegiatan Indept Interview ................................................................ 139

Page 21: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 1997, filariasis yang

dikategorikan sebagai neglected diseases (penyakit yang terabaikan) menjadi masalah

kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia.1 Indonesia adalah salah satu dari 53

negara di dunia yang merupakan negara endemis filariasis, dan satu-satunya negara di

dunia dengan ditemukannya tiga spesies cacing filaria pada manusia yaitu: Wuchereria

bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.2

Tahun 2000 WHO mendeklarasikan global eliminasi filariasis pada tahun 2020.

Di Indonesia program eliminasi filariasis telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI

pada tanggal 8 April 2002 di Sumatera Selatan. Sejak pencanangan tersebut, Menteri

Kesehatan mengeluarkan Keputusan Nomor: 157/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yaitu Penatalaksanaan Kasus

Kronis Filariasis. Tahun 2005 dikeluarkan Keputusan Nomor: 1582/Menkes/SK/XI/2005

tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah).2

Sampai akhir tahun 2016, dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, terdapat 236

kabupaten/ kota endemis filariasis. Dari 236 kabupaten/kota yang endemis filariasis

tersebut, 55 kabupaten/kota telah melakukan pemberian obat pencegahan massal

filariasis (POPM) selama 5 tahun berturut-turut (5 putaran). Sisanya sebanyak 181

kabupaten/kota akan melaksanakan POPM sampai dengan tahun 2020, dengan jumlah

penduduk sebesar 76 juta jiwa.

Kabupaten/kota yang melaksanakan POPM, pada tahun ketiga dilakukan evaluasi

yang berupa pre-survei dengan melaksanakan survei darah jari guna mengetahui ada

tidaknya mikrofilaria dalam darah. Selanjutnya setelah 5 tahun POPM dilakukan evaluasi

dengan survei kajian penularan (Transmission Assesment Survey)-1/TAS-1 dengan

menggunakan rapid diagnostic test/RDT.1 RDT yang digunakan adalah brugia rapid testTM

untuk parasit Brugia malayi dan/atau Brugia timori,1,2,3,4 dan immunochromatographic

test (ICT) untuk parasit Wuchereria bancrofti. Brugia rapid test digunakan untuk

mendiagnosis ada tidaknya antibodi B. malayi/B. timori, sedangkan ICT untuk

mendiagnosis ada tidaknya antigen W. bancrofti. Dari hasil TAS-1 tsb akan diketahui

apakah di kabupaten/kota tersebut masih terjadi penularan filariasis atau masih

Page 22: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

2

dikategorikan sebagai daerah endemis. Terhadap daerah yang masih terjadi penularan

filariasis akan dilakukan POPM ulang selama 2 putaran (2 tahun).5,6,7 Untuk hasil TAS-1

dengan nilai di bawah nilai cut-off maka kabupaten/kota tersebut dinyatakan lulus TAS.

Selama 2 tahun setelah dinyatakan lulus, kabupaten/kota melaksanakan surveilans

filariasis. Setelah 2 tahun masa surveilans, dilakukan evaluasi (TAS-2). Dua tahun

kemudian dilakukan lagi evaluasi (TAS-3). Jika dalam 2 periode masa surveilans dapat

dilalui dengan status lulus TAS, maka kabupaten/kota tsb disertifikasi dengan status

filariasis telah tereliminasi. Dari status terakhir per tahun 2015, terdapat 29 kabupaten/kota

yang telah lulus TAS dan 22 kabupaten/kota gagal TAS baik TAS-1, TAS-2 atau TAS-3.

Pada tahun 2015, Menteri Kesehatan mencanangkan Bulan Eliminasi Kaki Gajah

(Belkaga). Sebelumnya pada tahun 2014,7 Menkes mengeluarkan Permenkes No. 94 Tahun

2014 tentang Penanggulangan Filariasis. Dengan berlakunya Permenkes ini, maka

Kepmenkes No. 1582/2005 dan Kepmenkes No. 893/2007 dinyatakan tidak berlaku. Bagi

kabupaten/kota yang gagal TAS menimbulkan kendala karena harus mengulangi POPM.

Tahun 2011 Kabupaten Enrekang telah menyelesaikan POMP sebanyak lima putaran, dan

dinyatakan telah lulus TAS-3. Rekomendasi TAS-3 menyatakan Kabupaten Enrekang

tidak terdapat penularan filariasis dan lulus TAS, dengan tetap melaksanakan surveilans,

pengendalian vektor terpadu, dan tata laksana kasus kronis serta melengkapi data

dukungan untuk tahap verifikasi WHO.8

Dalam pelaksanaan POPM terdapat kendala bagi kabupaten/kota karena besarnya

sumber daya yang diperlukan (biaya operasional dan dukungan SDM). Adanya masalah

dan kendala tersebut di atas, perlu dilaksanakan suatu studi yang menyeluruh guna

mengetahui berbagai aspek terkait dengan kegagalan/keberhasilan suatu kabupaten/kota

dalam melaksanakan eliminasi filariasis. Studi yang dilaksanakan meliputi aspek

pemberian pengobatan pencegah massal, manajemen pengendalian (surveilans: tools dan

metode, promosi, penanganan penderita), lingkungan (fisik, biologis: vektor dan reservoir),

dan perilaku masyarakat.

Dasar Pemikiran

Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan kabupaten/kota untuk lulus TAS.

Salah satu adalah cakupan POPM yang belum mencapai target yang ditentukan. Dari hasil

Page 23: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

3

kajian yang dilakukan Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes RI; persentase

cakupan pengobatan massal pada tahun 2009 mencapai 59,48. Persentase cakupan ini

masih jauh di bawah target yang ditetapkan WHO (minimal 65 dari total populasi atau 85

dari total sasaran).9 Rendahnya cakupan POPM antara lain terbatasnya sumber daya yang

tersedia, tingginya biaya operasional kegiatan POPM, dan penolakan masyarakat dengan

adanya reaksi pengobatan seperti demam, mual, muntah, pusing, sakit sendi dan badan.9,10

Namun kegagalan TAS tidak hanya dari aspek manajemen POPM dan metode surveilans

yang diterapkan. Aspek lain yang terkait dengan lingkungan (masih adanya reservoar dan

vektor penyakit), perilaku masyarakat, faktor sosial ekonomi masyarakat yang masih

rendah, dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kabupaten/kota terkait dengan

pengendalian filariasis; yang perlu diketahui secara lebih mendalam dan komprehensif.

Salah satu keberhasilan POPM di Kabupaten Alor adalah meningkatnya KAP

(Knowledge, Attitudes, and Practice) penduduk. Semula 54 penduduk yang mendengar

dan mengetahui filariasis, menjadi 89 penduduk yang tahu filariasis setelah dilaksanakan

sosialisasi. Meningkatnya KAP penduduk tentang POPM filariasis berdampak dengan

meningkatnya cakupan penduduk yang makan obat sebesar 80.11 Studi yang dilaksanakan

oleh Sekar Tuti dkk pada tahun 2006 di Pulau Alor menunjukkan bahwa selama 5 tahun

POPM di 9 desa, mf rate turun dari 2,1 --3 menjadi 0.12 Demikian juga hasil studi yang

dilakukan oleh Clare Huppatz pada 5 negara di Pasifik menemukan bahwa pelaksanaan

POPM selama 5 tahun berturut-turut dapat menurunkan antigenaemia di bawah 1.13 Di

India filariasis endemik di 17 negara bagian dan 6 union territories dengan 553 juta

penduduk berisiko terinfeksi filariasis. Umumnya India endemis W. bancrofti, hanya 2

yang endemis B. malayi yaitu di negara bagian Kerala, Tamil Nadu, Andhra Pradesh,

Orissa, Madhya Pradesh, Assam dan Benggala Barat. Pada tahun 2007, dari 250 kabupaten

endemik, cakupan pengobatan massal adalah 82 dari 518 juta penduduk, dan setahun

kemudian meningkat menjadi 85,92. Meningkatnya angka cakupan pengobatan massal

dikarenakan kampanye pengendalian dan pencegahan filariasis yang merupakan

Kebijakan Kesehatan Nasional Tahun 2000 dalam upaya eliminasi filariasis tahun 2015.14

Secara fenomenal, Tiongkok berhasil melaksanakan eliminasi filariasis pada tahun 2006

dengan menggunakan fortifikasi garam dapur dengan DEC. Keberhasilan program

eliminasi filariasis tersebut karena merupakan program prioritas di 864 kabupaten/kota,

sebagai upaya yang berkelanjutan sejak tahun 1949, adanya kerja sama yang erat antar

Page 24: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

4

instansi yang terkait, partisipasi aktif masyarakat di wilayah endemis, dan tingginya

intensitas kampanye pengendalian dan pencegahan.15 Keberhasilan Tiongkok ini dapat

dijadikan contoh atas adanya partisipasi aktif masyarakat dan kampanye pengendalian dan

pencegahan filariasis.

Dari pengalaman Tiongkok dan hasil keempat studi tersebut di atas, tampak bahwa

keberhasilan pelaksanaan eliminasi filariasis terjadi jika adanya kebijakan pemerintah

daerah untuk menjadikan eliminasi filariasis sebagai program prioritas, adanya kontinuitas

POPM, dan promosi kesehatan yang intensif. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana dengan

Indonesia? Dimana letak kegagalan dan keberhasilan kabupaten/kota dalam pelaksanaan

eliminasi filariasis yang telah berlangsung sejak tahun 2002. Faktor kegagalan dan

keberhasilan inilah yang akan dicari dalam studi ini dengan melibatkan berbagai

unit/instansi yang berada di lingkup Badan Litbangkes.

Tujuan

Tujuan Umum

Diketahui dan dianalisis program eliminasi filariasis di kabupaten/kota yang telah

melaksanakan POPM.

Tujuan Khusus

2.2.1. Diketahui dan dianalisis kegagalan dan keberhasilan eliminasi filariasis dari hasil

analisis aspek epidemiologi (host, agent, lingkungan).

2.2.2. Diketahuinya dan dianalisis kegagalan dan keberhasilan eliminasi filariasis dari hasil

analisis aspek manajemen.

2.2.3. Didapatkannya masukan yang signifikan untuk perbaikan eliminasi filariasis di

Indonesia.

Manfaat

Hasil studi diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan dalam hal pengembangan

model eliminasi filariasis yang dapat diterapkan oleh pelaksana program dalam

penanggulangan filariasis. Untuk melaksanakan program penanggulangan filariasis, telah

ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan

Page 25: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

5

Filariasis. Dalam Permenkes tersebut, penyelenggaraan penanggulangan filariasis

dilaksanakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, dan Pemerintah

Daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat. Penanggulangan filariasis dilaksanakan

dengan empat pokok kegiatan yaitu (1) surveilans kesehatan (penemuan penderita, survei

data dasar prevalensi mikrofilaria, survei evaluasi prevalensi mikrofilaria, dan survei

evaluasi penularan); (2) penanganan penderita; (3) pengendalian faktor risiko melalui

pemberian obat pencegah massal (POPM); dan (4) komunikasi, informasi, dan edukasi.

Page 26: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

6

BAB II METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Studi Eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2017

POPM-- Cakupan-- Kesesuaian Pelaksanaan

dengan Prosedur-- Kepatuhan Masyarakat

Minum Obat

Manajemen Pengendalian-- Surveilans-- Penanganan penderita-- Pengendalian faktorrisiko-- Promosi/KIE-- SDM-- Rasio Pembiayaan-- Kebijakan dan Dukungan

Pemkab/Pemkot.

Vektor-- Spesies-- Infectivity rate-- Jenis TempatPerindukan

Reservoir– Spesies– Microfilaremia rate- Jarak Habitat dariPemukiman

Penduduk

KeberhasilanEliminasiFilariasis

Perilaku

Masyarakat

-- Pengetahuan

-- Sikap

-- Kebiasaan

Lingkungan Fisik

-- Tipe Wilayah

-- Kondisi Pemukiman

Metoda TAS-- Penentuan

Subyek-- TeknikDiagnosis-- PenentuanBatas

Cut-Off

Page 27: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

7

Keterangan Diagram

1. Keberhasilan kabupaten/kota dalam eliminasi filariasis didasari oleh lulus tidaknya

saat dilakukan evaluasi (TAS). Pelaksanaan TAS dilakukan setelah POPM dilakukan

selama 5 putaran (5 tahun) berturut-turut tanpa terputus. Pernyataan lulus TAS jika

jumlah sampel anak usia sekolah (kelas 1 dan 2 atau berumur 6-7 tahun) yang

diperiksa antibodi/antigen lebih rendah dari nilai cut-off kritis yang ditetapkan (= 18).

Sedangkan yang gagal TAS adalah sebaliknya (di atas nilai cut-off kritis yang

ditetapkan).

2. Untuk menuju tercapainya eliminasi filariasis, secara garis besar ada 6 faktor yang

perlu dilakukan pengamatan dan pelaksanaan. Ke enam faktor tersebut adalah

reservoir, vektor, lingkungan fisik, pemberian obat pencegah, perilaku masyarakat,

dan manajemen pengendalian.

3. Jika digunakan model pendekatan berdasarkan teori H.L Blum, keberhasilan eliminasi

dipengaruhi atas faktor lingkungan, perilaku, pelayanan, dan genetik. Enam faktor

dalam diagram kerangka konsep dapat dikelompokkan sebagai faktor lingkungan

(vektor, reservoar, lingkungan fisik), perilaku (perilaku masyarakat), pelayanan

(pemberian obat pencegah dan manajemen pengendalian), sedangkan faktor genetik

kontribusinya kecil dan dapat diabaikan.

Waktu, Tempat/Lokasi, Pelaksana dan Penanggung Jawab, dan Sumber Biaya.

Waktu: Studi dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan dimulai dari bulan Februari sampai

dengan November 2017.

Tempat/Lokasi: Studi adalah Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan Desa

Parombean, Kecamatan Buntu Barana Kabupaten Enrekang yang merupakan wilayah

endemis B. malayi non-zoonotic. Pemilihan lokasi kabupaten berdasarkan hasil TAS-3

yang dilaksanakan Subdit P2 Filariasis tahun 2016. Hasil TAS 3 kabupaten Enrekang

adalah dari seluruh anak SD/MI kelas 1 dan 2 yang diperiksa berjumlh 1.610 siswa dengan

hasil semuanya negatif. Sehingga pemilihan desa berdasarkan kriterai desa sentinel atau

spot.

Page 28: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

8

Pelaksana dan Penanggung Jawab adalah Balai Litbang P2B2 Donggala yang

merupakan satuan kerja yang berada di bawah Badan Litbangkes.

Sumber Biaya studi berasal dari dana APBN pada DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala

tahun 2017.

Selain bersumber dari DIPA satuan kerja Balai Litbang P2B2 Donggala , salah satu

kegiatan yaitu pelaksanaan TAS-1 di Kabupaten Donggala bersumber dari DIPA Ditjen

P2P, Kemenkes RI tahun 2016. Untuk kegiatan TAS ini pelaksana adalah Subdit P2

Filariasis dan Kecacingan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis,

Ditjen P2P.

Jenis StudiJenis studi adalah potong lintang (cross sectional).

Populasi, Sampel, dan Lokasi.

Transmission Assesment Survey (TAS).

Transmission Assessment Survey (TAS) atau Survei Kajian Penularan adalah salah

satu langkah penentuan evaluasi keberhasilan POPM untuk menuju eliminasi filariasis.

Merupakan survei potong lintang mengumpulkan data pada waktu yang ditetapkan. Disain

survei tergantung pada jenis parasit dan vektor, rasio angka partisipasi masuk sekolah,

besaran populasi anak usia 6-7 tahun atau kelas 1 dan 2, dan jumlah sekolah atau daerah

pencacahan. Tujuan dari TAS ini adalah untuk mengukur apakah di daerah tersebut pasca

POPM dapat mempertahankan prevalensi infeksi di tingkatan yang aman, dalam

pengertian tidak terjadi lagi penularan baru meskipun POPM telah dihentikan.

Populasi: anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) kelas 1 dan 2 di Kabupaten

Enrekang.

Sampel: Pemilihan sampel dilakukan secara klaster dengan menggunakan survey sample

builder (SSB).16 SSB adalah suatu perangkat yang dirancang untuk membantu

pelaksanaan TAS. Program SSB digunakan untuk mengotomatisasi perhitungan guna

menentukan strategi survei yang tepat. Dibuat dengan disain survei yang fleksibel agar

sesuai dengan situasi lokal yang tergantung dengan tingkat sekolah dasar, ukuran populasi,

Page 29: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

9

jumlah sekolah atau daerah pencacahan, dan siswa yang dipilih. Dalam SSB tersebut sudah

diperhitungkan tingkat absensi 15 . Dari seluruh SD/MI di kabupaten/kota dipilih secara

random (acak) sebanyak 30 SD/MI sesuai dengan standar yang telah ditentukan WHO.

Dalam daftar random pada SSB mencantumkan juga 5 SD/MI cadangan yang bisa

diikutsertakan dalam survey berdasarkan urutan yang dipilih. Total sampel antara 1.524-

1.552 anak. Dari setiap SD/MI tersebut diambil sampel anak-anak kelas 1 dan 2 untuk

diambil darah jari guna mengetahui antibodi/antigen dengan rapid diagnostic test. Untuk

subyek yang positif antibodi (lemah), pengambilan dilakukan satu kali lagi.

Kriteria Sampel

Inklusi: anak SD/MI kelas 1 dan 2.

Eksklusi: anak SD/MI kelas 1 dan 2 yang sakit.

Lokasi: Lokasi pada SD/MI yang terpilih sebagai sampel (30 SD/MI) di setiap kabupaten.

Survei Darah Jari (SDJ)

SDJ yaitu pengambilan darah jari untuk mengetahui ada tidaknya mikrofilaria di dalam

darah. Spesimen darah dilihat dengan mikroskop. Waktu pengambilan malam hari untuk

daerah endemis Brugia malayi dan Wuchereria bancrofti.

Populasi: masyarakat di Desa Potokullin dan Desa Parombean.

Sampel: Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus estimasi satu proporsi dengan

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dari Stanley Lemeshow

et.al (1997):

n=[Z21-2. P(1-P)]/d2

Ket. n = jumlah sampel. Z21-2 = 1,960 (tingkat kepercayaan 95 ). P=0,28. d = 0,05.

Catatan: Kegiatan TAS ini dilaksanakan oleh tim dari Subdit P2 Filariasis dan Kecacingan, DirektoratPencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonosis, Ditjen P2P pada tahun 2016.

Page 30: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

10

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel setiap desa/kelurahan adalah:

n = 1,96x1,96x0,28(1-0,28)/0,05 x 0,05 = 309,78 orang, dibulatkan menjadi 310 orang

(minimal).

Jumlah 310 orang terdapat pada l.k. 70--100 rumah tangga (1 rumah tangga 4,5 orang) per

lokasi. Total sampel untuk setiap kabupaten adalah 620 orang di 2 desa pada kecamatan

yang berbeda. Subyek yang diambil darah adalah penduduk yang berusia 5 tahun ke atas,

termasuk anak SD/MI yang positif antibodi/antigen dan 10 yang negatif antibodi/antigen.

Kriteria Sampel:

Inklusi: penduduk usia 5 tahun ke atas, terutama anak-anak kelas 1 dan 2 SD/MI yang

positif hasil test antibodi/antigen. Saat pelaksanaan penelitian anak-anak tersebut sudah

menduduki bangku kelas 2 dan 3.

Eksklusi: penduduk yang sakit kronis (TBC, kusta), dan gangguan jiwa.

Lokasi: adalah Desa Potokullin dan Desa Parombean.

Stool Survey (StS)

StS yaitu pemeriksaan tinja pada anak-anak SD/MI. Tujuannya adalah untuk mengetahui

apakah kemungkinan adanya reaksi silang brugia rapid diagnostic test yang positif

dengan kejadian infeksi kecacingan perut. Pemeriksaan tinja dilakukan dengan

pemeriksaan langsung. Kegiatan StS ini dilakukan pada daerah yang endemis B. malayi.

Populasi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 di Kabupaten Enrekang.

Sampel: Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus estimasi satu proporsi dengan

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dari Stanley Lemeshow

et.al (1997):

n=[Z21-2. P(1-P)]/d2

Ket. n = jumlah sampel. Z21-2 = 1,645 (tingkat kepercayaan 90 ). d = 0,05.

Page 31: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

11

Prevalensi kecacingan adalah 18 sehingga P = 0,18.

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel setiap kabupaten adalah antara 146 –

178 anak; dengan N = 1.464 – 1.783 anak. Lihat tabel 1c “Besar Sampel Dalam

Penelitian Kesehatan” – Stanley Lemeshow, dkk.

Subyek yang diambil faeces adalah anak SD/MI yang positif dan negatif antibodi/antigen.

Kriteria Sampel:

Inklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang positif dan negatif test antibodi/antigen.

Eksklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang sakit (diare).

Teknik pengambilan sampel:

Pada setiap lokasi diambil sampel sebanyak 150 anak SD kelas 1 dan 2 dengan cara

sebagai berikut:

1. Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD yang positif (hanya pada satu SD), maka SD

dimana ada anak yang positif tadi diambil sebanyak 150 anak SD kelas 1 dan 2. Jika

sampel masih kurang maka diambil pada SD yang berdekatan dengan SD sebelumnya

tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel TAS tahun 2016, jika masih kurang juga maka

diambil dari SD yang berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut

menjadi sampel TAS tahun 2016, dst.

2. Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD yang positif (pada 2 SD), maka pada kedua SD

tersebut diambil sebanyak 150 anak SD kelas 1 dan 2. Jika sampel masih kurang maka

diambil pada SD yang berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut

menjadi sampel TAS tahun 2016, jika masih kurang juga maka diambil dari SD yang

berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel TAS tahun

2016, dst.

3. Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD semua negative, maka sampel anak SD diambil

pada SD yang menjadi sampel TAS tahun 2016 dan paling berdekatan dengan lokasi

penelitian. Jika sampel masih kurang maka diambil pada SD yang berdekatan dengan

SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel TAS tahun 2016, jika masih

kurang juga maka diambil dari SD yang berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD

tersebut ikut menjadi sampel TAS tahun 2016, dst.

Page 32: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

12

Lokasi:

Untuk kabupaten Enrekang ditetapkan enam SDN/MI dengan jumlah sasaran (target)

sebanyak 160 anak. Di Kecamatan Curio dilakukan di empat SD, sedangkan di Kecamatan

Buntu Batu di 2 SD. MIS Maliba dengan jumlah sasaran (target) sebanyak delapan siswa,

SDK Bala Batu dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 20 siswa, SDN 35 Sangtempe

dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 16 siswa, SDN 148 Pamolongan dengan jumlah

sasaran (target) sebanyak 38 siswa, SDN 133 Pewa dengan jumlah sasaran (target)

sebanyak 54 siswa dan SDN 106 Penyurak dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 35

siswa, sebagai lokasi tempat pengumpulan sampel StS.

Deteksi DNA Brugia malayi

Deteksi DNA Brugia malayi adalah pemeriksaan ada tidaknya jejak keberadaan fragmen

mikrofilaria Brugia malayi di dalam darah. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan

teknik polymerase chain reaction (PCR). Kegiatan deteksi DNA B. malayi ini dilakukan

pada daerah yang endemis B. malayi.

Populasi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 di Kabupaten Enrekang.

Sampel: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang positif/negatif hasil tes antibodi. Jumlah sampel

15-20 per kabupaten. Subyek diambil darah jari sebanyak 150—200 µl, dimasukkan ke

tabung microtainer dan sebagian diteteskan ke kertas Whattman filter. Darah yang ada di

tabung microtainer dan kertas Whattman filter akan diperiksa dengan metode polymerase

chain reaction (PCR).

Kriteria Sampel:

Inklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang positif/negatif hasil tes antibodi.

Eksklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang tidak datang/hadir di sekolah karena sakit atau

ijin ada keperluan lainnya.

Teknik pengambilan sampel:

Pada setiap lokasi diambil sampel sebanyak 20 anak SD kelas 2 dan 3 dengan cara sebagai

berikut:

Page 33: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

13

Semua sampel anak SD yang positif hasil TAS 2016 diambil sebagai sampel, jika jumlah

sampel positif tidak sampai 20 maka untuk memenuhi minimal sampel 20 ditambah

dengan sampel anak SD yang negatif pada TAS 2016. Sampel negatif ini bisa diambil pada

salah satu SD yang ada anak yang positif sampai terpenuhi minimal sampel. Cara

pengambilannya dengan purposive sampling.

Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD semua negatif maka sampel anak SD sebanyak 20

buah diambil mengikuti lokasi pengambilan sampel stools.

Lokasi: SDK Bala Batu, dan SDN 133 Pewa.

KAP Survey Filariasis

KAP survey filariasis yaitu survei untuk mengetahui aspek pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat terkait dengan program eliminasi filariasis (penyebab penyakit,

pengobatan, dan pencegahan).

Populasi: masyarakat di di desa Potokullin dan desa Parombean.

Sampel: Jumlah sampel sebanyak 310 orang yang berusia 5 tahun ke atas pada 70—100

rumah tangga. Total sampel 620 orang per kabupaten. Subyek diwawancarai dengan

kuesioner terstruktur yang telah dikembangkan oleh WHO.

Kriteria Sampel:

Inklusi: penduduk usia 5 tahun ke atas.

Eksklusi: penduduk yang kesulitan dalam berkomunikasi (tuna wicara dan tuna rungu), dan

lansia dementia.

Teknik pengambilan sampel:

Pada setiap lokasi diambil sampel sebanyak minimal 310 responden. Responden pertama

dipilih dengan kriteria adalah rumah anak positif SDJ dari hasil TAS maka rumah pertama

yang terpilih dimulai dari rumah anak/penderita tersebut. Sampel rumah tangga berikutnya

diambil yang paling dekat dengan rumah pertama dan seterusnya sampai mendapatkan 310

responden yang akan dilakukan pengambilan darah jari.

Page 34: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

14

Untuk menentukan titik global positioning system (GPS) rumah responden tinggal

dilakukan plotting mulai dari rumah pertama sampai seluruh rumah tempat tinggal calon

responden.

Lokasi: di desa Potokullin dan desa Parombean.

Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Wawancara mendalam ditujukan kepada informan yang terdiri atas para pejabat lintas

program dan sektor di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa; serta penderita

klinis kronis filariasis.

Kriteria Sampel:

a. Para pejabat lintas program dan sektor

Inklusi: Para pejabat lintas program dan sektor di provinsi/kabupaten/kecamatan/desa yang

berada di bawah kordinasi deputi kesejahteraan rakyat.

Eksklusi: Para pejabat lintas program dan sektor di provinsi/kabupaten/kecamatan/desa

yang berada di bawah kordinasi deputi kesejahteraan rakyat yang tidak terkait dengan

program pengendalian penyakit menular.

Untuk wawancara mendalam, jumlah informan berkisar 4—10 orang.

Lokasi: ibukota provinsi Sulawesi Selatan/kabupaten Enrekang/kecamatan Curio dan

Buntu Batu/desa Potokullin dan Parombean yang menjadi lokasi studi.

b. Penderita klinis filariasis:

Inklusi: penderita klinis filariasis dengan ekstremitas (kaki/tangan) yang membesar dalam

stadium I—IV.

Eksklusi: penderita klinis filariasis yang tidak menunjukkan pembesaran ekstremitas.

Untuk wawancara mendalam, jumlah informan adalah dua orang/penderita.

Lokasi: Desa Potokullin adalah desa/kelurahan yang didiami oleh penderita elephantiasis

Page 35: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

15

Survei Vektor (Nyamuk).

Survei vektor (nyamuk) dilakukan untuk melihat spesies nyamuk yang mengandung larva

L1, L2 dan L3. Pelaksanaannya 2 kali, dengan selang waktu 1 bulan, pada 6 titik/lokasi di

Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang selama 2 malam berturut-turut. Dimulai sore

hari pukul 17.00 sampai esok hari pukul 06.00. Metode yang digunakan adalah modifikasi

human landing collection dalam kelambu.

Selain survei vektor, juga dilakukan survei habitat vektor. Dalam survei ini dilakukan

pengamatan dan pencatatan habitat vektor filariasis yang meliputi type breeding site,

pengamatan flora dan fauna (naungan dan kepadatan flora), kondisi ekologi (tanaman air,

lumut, ganggang), dan keberadaan hewan air predator, jarak dari rumah penduduk,

penggunaan lahan, dan total larva yang ditemukan per spesies. Untuk mengetahui lokasi

habitat vektor dilakukan plotting sehingga akan diperoleh titik global positioning system

(GPS) habitat vektor tersebut.

Kriteria Sampel:

Inklusi: Titik lokasi tempat penangkapan dengan kondisi ekologi yang mendukung

keberadaan vektor (ada kobakan air yang tergenang, kelompok tumbuhan yang hidup di

air, semak belukar, hutan sekunder atau tersier).

Eksklusi: Titik lokasi tempat penangkapan dengan kondisi ekologi yang tidak

menunjukkan keberadaan vektor.

Lokasi: Lokasi adalah Dusun Buntu Lenta, Desa Potokullin. dan Dusun Liba, Desa

Parombean.

Survei Lingkungan

Survei lingkungan adalah pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan lingkungan

biologis vektor dan reservoar pada daerah tempat pelaksanaan studi. Untuk survei

lingkungan biologis reservoir hanya dilakukan di daerah endemis B. malayi zoonotic.

Sampel: Untuk lingkungan biologis vektor, jumlah sampel sebanyak 70—100 bangunan

rumah di tempat pelaksanaan SDJ. Sedangkan untuk lingkungan biologis reservoar adalah

hutan dan/atau kebun yang berada di sekitar daerah tempat pelaksanaan studi.

Page 36: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

16

Kriteria Sampel:

Lingkungan biologis vektor.

Inklusi: Lingkungan bangunan rumah responden yang terpilih dalam survei KAP.

Eksklusi: Lingkungan bangunan umum (sekolah, kantor, gedung pertemuan, pos

keamanan, rumah kosong, masjid/mushalla/gereja/pura).

Lokasi: Lingkungan rumah penduduk tempat pelaksanaan SDJ pada 2 desa/kelurahan di

setiap kabupaten.

Lingkungan biologis reservoar (pada daerah endemis B. malayi zoonotic).

Inklusi: Hutan dan/atau kebun (karet, sawit) yang dapat diakses (minimal ada jalan

setapak).

Eksklusi: Hutan primer dan /atau kebun (karet, sawit) terlantar.

Untuk mengetahui kondisi lingkungan biologis vektor/reservoir dilakukan plotting

sehingga akan diperoleh titik global positioning system (GPS) lingkungan di sekitar

bangunan rumah responden/hutan atau kebun.

Bahan dan Cara Pengumpulan Data

Transmission Assesment Survey (TAS).

a. Tim TAS terdiri atas (1) pengawas utama yaitu petugas yang sudah menerima

pelatihan TAS dan atau memiliki pengalaman mengikuti survei TAS sebagai

supervisor; (2) kordinator lapangan yang bertugas melakukan kordinasi dengan

pihak sekolah dan melakukan penyuluhan kesehatan; (3) pendaftar yaitu petugas

yang mencatat dan mendaftar anak-anak yang dipilih sebagai sampel untuk diambil

darahnya; (4) pengambil darah yaitu petugas yang akan mengambil sampel darah; (5)

pembaca hasil tes yaitu petugas yang khusus memonitor dan membaca hasil tes cepat

antibodi/antigen termasuk memonitor waktu (pengelola timer).

b. Di lokasi kegiatan (sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah), pengawas utama akan

memberi penjelasan singkat kepada kepala sekolah dan guru-guru tentang maksud dan

tujuan pemeriksaan TAS. Selanjutnya didiskusikan tempat terbaik untuk pengambilan

darah, sebaiknya di ruangan terpisah untuk mencegah murid merasa takut melihat

proses pengambilan darah.

Page 37: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

17

c. Kordinator lapangan memberi penjelasan singkat kepada murid (subyek penelitian)

tentang maksud dan tujuan pemeriksaan. Penjelasan tersebut mengenai risiko

terhadap subyek penelitian, meskipun kegiatan ini merupakan bagian dari suatu

kegiatan rutin program filariasis. Risiko yang dihadapi adalah risiko minimal yang

dapat menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan. Jarang sekali terjadi infeksi

atau perdarahan kecuali pada beberapa individu tertentu. Dari hal ini subyek akan

memperoleh manfaat karena bagi subyek yang hasil pengujiannya positif akan diberi

pemeriksaan dan tindakan pengobatan lanjutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Tim TAS menyiapkan meja yang berpermukaan rata untuk mengatur alat yang

dibutuhkan dan membaca hasil-hasil tes. Anggota tim yang telah ditentukan sebagai

pengambil darah dan pembaca tes siap di posisi masing-masing.

e. Pendaftar mengisi data demografis (nama, jenis kelamin, umur, alamat) untuk setiap

murid yang terpilih sebagai subyek penelitian di formulir yang telah disediakan.

Pendaftar memasukkan setiap data dari murid yang menolak atau tidak mendapat ijin

dan menuliskan jumlah murid yang absen dalam formulir serta mengisikan nama

subyek dan nomor kode spesimen pada formulir.

f. Pengambil darah menuliskan nama dan nomor kode spesimen pada perangkat kit

diagnostik yang digunakan. Lakukan pengambilan darah jari pada subyek sebanyak

35 μl.

g. Hasil yang diperoleh berupa jumlah anak/murid SD/MI yang positif dan negatif

diinformasikan ke Tim Pelaksana Riset Filariasis. Data dan informasi anak/murid

SD/MI positif antibodi/antigen yang disampaikan adalah: nama SD/MI, nama anak,

umur, alamat (dusun/RT, desa/kelurahan, kecamatan), dan nama orang tua/wali.

Survei Darah Jari (SDJ) dan Survei KAP-Lingkungan (SKAP-L).

a. Tim SDJ dan SKAP-L terdiri atas (1) pemeriksa gejala klinis yaitu peneliti yang akan

melakukan anamnesa kepada subyek penelitian terkait dengan gejala klinis yang

dirasakan saat ini atau yang pernah dirasakan subyek setahun terakhir, pemeriksa gejala

klinis juga merangkap sebagai ketua tim; (2) pewawancara yaitu peneliti yang

bertugas melakukan wawancara dari rumah ke rumah kepada subyek penelitian dengan

Page 38: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

18

menggunakan kuesioner terstruktur; (3) pencatat lokasi GPS yaitu peneliti yang

bertugas melakukan plotting rumah calon responden; (4) pendaftar yaitu pembantu

peneliti yang mencatat dan mendaftar subyek penelitian yang dipilih sebagai sampel

untuk diambil darahnya; (5) pengambil darah yaitu peneliti yang mengambil sampel

darah; (6) pemroses spesimen yaitu peneliti yang memproses spesimen sejak spesimen

diteteskan pada slaid sampai diperiksa; (7) pemberi bahan kontak yaitu pembantu

peneliti yang membagikan bahan kontak kepada subyek penelitian yang telah selesai

diambil darah jari dan wawancara.

b. Tim melakukan plotting pada bangunan rumah calon responden, lingkungan rumah

calon responden, dan habitat vektor.

c. Tim KAP melakukan wawancara ke masing-masing rumah responden yang dilakukan

pada siang hari. Pemilihan rumah responden dilakukan dengan dimulai dari rumah

penderita (positif antibodi atau positif mikrofilaria atau kronis elefantiasis) sebagai titik

pusat. Selanjutnya dipilih rumah yang berdekatan di sekeliling rumah penderita secara

melingkar atau secara zig-zag disesuaikan dengan posisi letak antar rumah.

d. Tim mengisi formulir identitas rumah tangga yang berisikan nama-nama anggota rumah

tangga dan informed concent. Untuk pengisian formulir ini, dapat ditanyakan kepada

kepala rumah tangga atau salah seorang anggota rumah tangga yang berusia dewasa.

Informed concent ini diberikan kepada responden/subyek penelitian untuk dibawa ke

tempat pengambilan darah jari sebagai bukti bahwa rumah tangga tersebut telah

dilakukan wawancara.

e. Wawancara dilakukan pada responden yang berusia di atas 5 tahun ke atas. Proses

wawancara berlangsung antara 15—20 menit.

f. Sebelum melakukan wawancara, pewawancara akan menyodorkan formulir

persetujuan setelah penjelasan (PSP) kepada responden/subyek penelitian untuk

dibaca dan ditandatangani responden jika responden setuju. Jika responden tidak dapat

atau kesulitan membaca, pewawancara akan membacakan PSP.

g. Setelah selesai wawancara ke seluruh subyek penelitian (responden), tim melakukan

persiapan tempat/posko untuk pengambilan darah jari.

h. Di tempat pengambilan darah/posko; tim menyiapkan tempat yang cukup lapang. Di

tempat pengambilan darah hendaknya disediakan kursi secukupnya untuk subyek duduk

menunggu giliran serta minimal 4 buah meja untuk menaruh berbagai peralatan

Page 39: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

19

pengambil darah dan bahan-bahan. Disiapkan satu tempat/ruangan khusus untuk

pemeriksaan klinis.

i. Subyek penelitian (responden) yang telah datang di tempat pengambilan darah,

mendaftar ke meja petugas pendaftar dengan menyerahkan informed concent. Petugas

pendaftar akan mendaftar subyek penelitian pada formulir yang disediakan.

j. Subyek penelitian (responden) beralih ke tempat pemeriksaan klinis. Oleh ketua tim,

sebagai pemeriksa gejala klinis, diberikan penjelasan singkat kepada subyek penelitian

tentang maksud dan tujuan pemeriksaan. Penjelasan tersebut mengenai risiko terhadap

subyek penelitian. Risiko yang dihadapi adalah risiko minimal yang dapat

menyebabkan ketidaknyamanan (rasa sakit pada ujung jari) namun jarang sekali terjadi

infeksi atau perdarahan kecuali pada beberapa individu tertentu. Dari hal ini subyek

akan memperoleh manfaat karena bagi subyek yang hasil pengujiannya positif akan

dilakukan pemeriksaan dan tindakan pengobatan lanjutan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Pemeriksa gejala klinis akan melakukan anamnesa kepada subyek penelitian.

Gejala klinis yang ditemukan dan yang pernah dirasakan subyek penelitian dalam

setahun terakhir dicatat dalam formulir yang telah disiapkan.

k. Selanjutnya subyek penelitian akan diambil darah jari sebanyak 60 μl untuk sediaan

apus tebal oleh petugas pengambil darah. Pengambilan darah jari dimulai pada pukul

21.00. Sediaan darah yang ada pada kaca slaid akan diproses oleh pemroses spesimen

sampai sedian darah diperiksa dan disimpan pada kotak slaid.

l. Setelah selesai diambil darah jari, subyek penelitian beralih ke meja petugas pemberi

bahan kontak. Petugas pemberi bahan kontak akan memberikan bahan kontak kepada

subyek. Subyek menandatangani tanda terima bahan kontak.

m. Proses pengambilan darah jari selesai, subyek kembali ke tempat tinggal.

n. Proses pewarnaan sediaan darah dan pemeriksaan dilakukan oleh tim. Bagi subyek

penelitian yang hasil pemeriksaan darah jarinya positif, dirujuk ke Puskesmas untuk

diberikan pengobatan dengan DEC dan albendazol sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

o. Hasil pemeriksaan slaid yang positif dan 10 dari slaid yang negatif dikirim ke Tim

Teknis (Laboratorium Parasitologi, Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar

Kesehatan) untuk dilakukan pemeriksaan silang (cross check).

Page 40: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

20

p. Data hasil pemeriksaan klinis, pemeriksaan sediaan darah, dan wawancara dientri oleh

tim.

Stool Survey (StS)

a. Tim StS terdiri atas (1) ketua tim yaitu peneliti yang memimpin pelaksanaan kegiatan;

(2) pengumpul dan pemeriksa spesimen yaitu peneliti yang akan mengampulkan dan

memeriksa spesimen tinja; (3) pendaftar yaitu pembantu peneliti yang mencatat,

mendaftar dan memberikan bahan kontak kepada subyek penelitian (anak-anak) yang

dipilih sebagai sampel untuk menyerahkan tinjanya; (4) penghubung adalah pembantu

peneliti yang melakukan kordinasi dengan pihak sekolah dan melakukan penyuluhan

kesehatan kepada subyek penelitian.

b. Sehari sebelum pengumpulan spesimen, ketua tim memberikan penjelasan singkat

kepada kepala sekolah dan guru-guru tentang maksud dan tujuan survei. Selanjutnya

pendaftar melakukan pendaftaran dan pencatatan nama murid SD/MI yang terpilih

sebagai sampel yang akan menyerahkan spesimen tinja. Proses selanjutnya adalah

membagikan pot tinja tempat spesimen tinja disertai keterangan cara pengambilan,

pengemasan, dan waktu penyerahan. Saat pembagian pot, kepada murid SD/MI

dijelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan spesimen tinja dan manfaat yang diterima

dari kegiatan yang dilakukan. Informed concent diberikan ke murid untuk

ditandatangani oleh orang tua murid/wali murid.

c. Hari kedua; murid SD/MI yang terpilih sebagai sampel menyerahkan pot yang telah

terisi spesimen tinja kepada tim.

d. Setelah pemeriksaan klinis subyek penelitian menerima bahan kontak dari pendaftar.

Subyek menandatangani tanda terima bahan kontak.

e. Pemeriksaan spesimen tinja dilakukan langsung di lapangan. Bagi subyek penelitian

yang hasil pemeriksaan tinja positif, dirujuk ke Puskesmas untuk diberikan pengobatan

dengan albendazol sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Hasil pemeriksaan spesimen tinja yang positif dikirim ke Tim Teknis (Laboratorium

Parasitologi, Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan) untuk dilakukan

pemeriksaan silang (cross check).

Page 41: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

21

Deteksi DNA Brugia malayi

a. Tim Deteksi DNA Brugia malayi (DDB) terdiri atas (1) pengambil darah yaitu

peneliti yang akan mengambil sampel darah jari murid SD/MI yang positif/negatif

antibodi brugia; (2) pendaftar yaitu peneliti yang mencatat, mendaftar dan memberikan

bahan kontak kepada subyek studi (anak-anak) yang dipilih sebagai sampel.

b. Tim DDB akan mendatangi SD/MI tempat anak-anak yang positif/negatif antibodi.

c. Sebelum pengumpulan spesimen, tim memberikan penjelasan singkat kepada kepala

sekolah dan guru-guru tentang maksud dan tujuan pengambilan darah pada siang hari.

Selanjutnya petugas pendaftar melakukan pendaftaran dan pencatatan nama murid

SD/MI yang terpilih sebagai sampel.

d. Subyek studi diambil darah jari sebanyak 200 µl dimasukkan ke tabung microtainer

dan sebagian diteteskan ke kertas Whattman filter. Darah yang ada di tabung vacutainer

dan kertas Whattman akan diperiksa dengan metode polymerase chain reaction (PCR).

e. Spesimen darah tersebut dikirim ke Laboratorium Nasional Badan Litbangkes di

Jakarta.

Wawancara Mendalam (Depth Interview)

a. Tim Wawancara Mendalam terdiri atas (1) pewawancara, dan (2) pencatat (notulis).

b. Tim Wawancara akan mendatangi informan di tempat masing-masing.

c. Sebelum pelaksanaan wawancara mendalam, pewawancara memberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan wawancara mendalam. Informan diminta untuk membaca

dan menandatangani PSP.

Survei Vektor (Nyamuk).

a. Tim Survei Vektor (Nyamuk) berjumlah 4 (empat) orang dan dibantu tenaga lokal

sebanyak 9 (sembilan) orang. Salah seorang dari empat peneliti tersebut menjadi ketua

tim/ kordinator.

b. Sehari sebelum pelaksanaan survei, ketua tim/kordinator mendatangi lokasi

penangkapan vektor untuk menentukan lokasi penangkapan vektor serta melakukan

kordinasi dengan aparat desa/kelurahan setempat.

c. Kelambu dipasang pada 6 titik/tempat di 3 rumah. Setiap rumah dipasang 2 kelambu

yaitu di dalam dan luar rumah.

Page 42: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

22

d. Kelambu yang dipasang terdiri atas 2 kelambu yaitu kelambu luar yang tempat

masuknya terbuka dan kelambu dalam yang lebih kecil dari kelambu luar. Umpan

manusia berada di kelambu dalam.

e. Setiap 10 menit seorang peneliti dibantu tenaga lokal menangkap nyamuk yang

hinggap, baik yang di kelambu luar atau pun dalam.

f. Nyamuk yang terkumpul dibawa ke posko/tempat pemeriksaan untuk dilakukan

identifikasi. Hasil identifikasi nyamuk dicatat dalam form yang telah disiapkan.

g. Penangkapan nyamuk dilakukan mulai pukul 18.00 sore sampai pukul 06.00 pagi

berikutnya (12 jam).

h. Dua sampai empat spesies yang tertangkap dan diperkirakan sebagai vektor potensial

dikirim ke Laboratorium Entomologi Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat untuk

diperiksa dengan teknik PCR guna menentukan besarnya infectivity rate vector.

Pemeriksaan dilakukan secara pooling berdasarkan spesies dan lokasi. Untuk efisiensi

pemeriksaan PCR maka hanya nyamuk betina parous yang akan diperiksa keberadaan

larva cacing filaria.

Survei Lingkungan

a. Survei Lingkungan Biologis Vektor dilakukan pada saat survey KAP oleh 1 orang

peneliti. Sedangkan Survei Lingkungan Biologis Reservoar dilakukan hanya pada

daerah endemis B. malayi zoonotic

b. Salah seorang peneliti pada saat survey KAP akan melakukan survei lingkungan

biologis vektor di lokasi pengumpulan data KAP. Selain membawa form pencatatan,

perlengkapan lain yang digunakan adalah kamera pada telepon genggam atau gadget

guna merekam situasi dan kondisi yang ditemukan, serta HP yang telah diinstall dengan

program GPS.

Untuk Survei Lingkungan Biologis Reservoar peralatan yang dibawa sama dengan

peralatan survei lingkungan biologis vektor. Lokasi survei adalah hutan yang terdapat di

sekitar desa/lokasi penelitian, maksimal berjarak 3 km dari kelompok pemukiman

terluar.

Page 43: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

23

Alur KegiatanBerikut di bawah ini alur kegiatan penelitian.

TRANSMISSION ASESSMENT SURVEY

(dilakukan pada tahun 2016)

Populasi Sampel

Murid SD/MI kelas 1 & 2 per kab/kota

Klaster/Sekolah

30--40 SD/MI di setiap kab/kotayang lulus/gagal TAS.

Rapid Diagnostic Test (RDT)Brugia Rapid Test/ICT

Hasil RDT semua neg

Pilih lokasi: daerahsentinel dan/ataudaerah spot.

Hasil RDT ada yg pos

DUA desa/kelurahan yang terpilih

Pilih lokasi: RDTpositif terbanyakdan/atau keberadaanreservoar (kucing,anjing, lutung/monyet) bagi daerahendemis B. malayi.

Kabupaten/Kota MasaSurveilans (Pasca LulusTAS-1/TAS-2)

Kabupaten/Kota PascaPOPM (5 -- 7 thn)

Daerah B. malayi:

Pemilihan lokasi Stool Survey dan Deteksi DNA B. malayi

Page 44: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

24

DUA desa/kelurahan yang terpilih

Survei Darah Jari

Bm = 20.00—02.00

Wb = 21.00—24.00

Jumlah sampel = 620org, usia 5 thn >

Positif

Negatif

Pengobatan

KAP Survei:Jumlah responden =620 org, usia 5 thn >

Survei Vektor:Mansonia, Culex,Aedes, Anopheles.

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

PemeriksaanPCR

Positif

Negatif

Datakuantitatif dankualita-tif diolahdandianalisis

Survei Reservoar(pada daerah endemisB. malayi):Pengambilan sampeldarah kucing, anjing,dan primata (lutung,monyet) sebanyak 100ekor.

Positif

Negatif

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

Survei Lingkungan:

Lingkungan di seputardesa/kelurahan.

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

Wawancara Mendalam (IndepthInterview): Responden adalah (1)pejabat lintas program/sektor tingkatprovinsi/kabupaten/kecamatan/desa,(2) penderita elephantiasis (jumlahresponden 2—5 orang/kabupaten).

Data kualitatifdiolah dandianalisis

Identifikasi Status Antibodi IgG B.malayi: Jumlah responden 124 orangyang juga sebagai responden surveidarah jari. Darah diambil sebanyak l.k 3cc dari vena responden.

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

Page 45: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

25

Keterangan: = dilaksanakan oleh Subdit Filariasis dan Kecacingan, Dit.

P2TVZ.

Gambar 2. Alur kegiatan Penelitian Multi center Filariasis tahun 2017

Penjelasan diagram

1. Secara garis besar ada 5 faktor utama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis, yaitu

sumber daya manusia yang kapasitas dan kapabilitas terkait filariasis cukup baik

Daerah B. malayi:

Pemilihan lokasi Stool Survey dan Deteksi DNA B. malayi

Catatan: tahun 2017 saat penelitian dilaksanakan, anak-anak kelas 1 dan 2 SD/MI tersebut telahduduk di kelas 2 dan 3.

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

Daerah B. malayi:

Pemilihan lokasi Stool Survey dan Deteksi DNA B. malayi

Dari 30--40 SD/MI yang dilakukan TAS, pilih:SD/MI yg murid kelas 1 dan 2-nya (saat puldat sudah duduk dikelas 2 dan 3), ada dan banyak yg positif. Minimal 4 SD/MI.Jika kab/kota tsb tidak ada hasil TAS positif, pilih: SD/MIpada daerah sentinel dan/atau daerah spot atau SD/MI yangberdekatan dengan daerah sentinel dan/atau daerah spot;yang terkena sampel TAS. Minimal 4 SD/MI.

Stool Survey:

Sampel 150—170 anak SD/MI kelas 1 dan 2 (10%dari total anak yang menjadi sampel TAS) untuksetiap kabupaten, diutamakan anak-anak yangpositif TAS dan sisanya anak-anak yang negatif TAS.

Positif Negatif

Deteksi DNA B. malayi

Jumlah sampel = 15—20.

Data kuantitatifdiolah dandianalisis

Pengobatan

Page 46: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

26

kompetensinya; sistem logistik yang memadai; pelaksanaan promosi kesehatan yang

tepat sasaran, melibatkan lintas sektor dan upaya kesehatan sekolah yang kontinu dan

terencana; adanya kebijakan dan peraturan yang mendukung kegiatan eliminasi; dan

tersedianya anggaran operasional yang memadai.

2. Kegiatan eliminasi filariasis ditujukan ke segenap masyarakat yang berdomisili di

kabupaten/kota.

3. Dalam studi ini sasaran penelitian (subyek studi) adalah anak SD/MI, tokoh masyarakat,

anggota masyarakat termasuk orang tua anak SD/MI, lingkungan, vektor dan reservoar

penyakit.

4. Pada diagram di atas, tampak tergambar urutan tahapan pelaksanaan studi yang dimulai

dari TAS, pemeriksaan hasil SDJ secara mikroskopis, stool survey, wawancara ke stake

holder dan masyarakat, survei lingkungan, penangkapan vektor, dan pemeriksaan

reservoar.

Definisi Operasional1. Kabupaten/Kota Gagal TAS adalah kabupaten/kota yang dalam pelaksanaan TAS

tidak lulus TAS baik TAS-1, TAS-2 dan TAS-3 dikarenakan dari jumlah sampel anak

SD/MI kelas 1 dan 2 yang positif antibodi/antigen di atas nilai cut off yang ditetapkan.

2. Kabupaten/Kota Lulus TAS adalah kabupaten/kota yang dalam pelaksanaan TAS

lulus TAS baik TAS-1, TAS-2 dan TAS-3 dikarenakan dari jumlah sampel anak

SD/MI kelas 1 dan 2 yang positif antibodi/antigen di bawah nilai cut off yang

ditetapkan.

3. Sentinel area adalah wilayah (desa/kelurahan) yang terpilih pada saat survei pemetaan

sebelum pelaksanaan POPM.

4. Spot area adalah wilayah (desa/kelurahan) yang dicurigai masih terjadinya penularan

filariasis (cakupan POPM rendah, faktor epidemiologi mendukung).

Manajemen dan Analisis Data1. Manajemen Data

Data dan informasi yang diperoleh diedit, coding dan dientri langsung di lapangan dengan

program yang telah disiapkan. Entri data dilakukan oleh tim pengumpul data. Selanjutnya

data dikirim via internet atau secara langsung dengan menyimpan dalam flash disk.

Page 47: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

27

2. Analisis Data

Data kuantitatif yang sudah bersih akan dilakukan analisis secara deskriptif dan bivariat.

Data kualitatif dari hasil wawancara mendalam akan dilakukan pengkajian untuk diperoleh

kesimpulan di setiap variabel yang dikaji.

Page 48: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

28

BAB III

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kebupaten Enrekang merupakan satu diatara 23 Kabupaten / kota di Sulawesi

Selatan yang diapit pada sebelah timur gunung Latimojong dan sebelah barat terdapat

bentangan Sungai Saddang . Secara geografis Kabupaten Enrekang terletang antara

3014’36” – 3020’0” Lintang Selatan dan antara 119040’53” - 1200633” Bujur Timur17.

Adapun batas wilayah Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Toraja

Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidenreng Rappang

Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang

Luas Wilayah Kabupaten Enrekang adalah 1.786,01 km2 atau sebesar 2,83% dari

luas Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Enrekag terbagi menjadi 12 Kecamatan dan 129

Desa/Kelurhan. Luas kecamatan wilayah penelitian adalah Kecamatan Buntu Batu (126.65

km2) dan kecamatan Curio (178.51 km2).17

Wilayah ini juga terkenal dengan sebutan “ MASSENRENGPULU” yang

bermakna wilayah yang terletak di lereng pegunungan. Hal ini memeng tepat sebab pada

kenyataan potografi Kabupaten Enrekang sekitar 85% merupakan medan yang

bergelombang, berbukit sampai curam dan hanya sekitar 15% yang merupakan medan

berombak sampai landai. Sedangkan ketinggian daerah dari permukaan laut bervariasi

antara 47 meter sampai 3.329 meter di atas permukaan laut.17 Curah hujan di Kabupaten

Enrekang pada tahun 2016 yaitu antara 1.671 sampai 4.972 mm/tahun. Curah hujan

tertinggi terjadi pada Bulan November yaitu 4.972 mm3.17

Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Enrekang adalah: dua rumah sakit,

13 puskesmas, 69 puskemas pembantu, 57 poskesdes, dan 301 posyandu. Adapun jumlah

kader kesehatan sebanyak 1.520 orang.18, 19

Gambaran Umum Pengendalian Filariasis di Daerah Penelitian

Pada tanggal 26 Januari – 15 Juni 2006 oleh Subdit Fiariasis dan Schistosomiasis

bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan

Page 49: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

29

Kabupaten Enrekang telah mengadakan survei darah jadi (SDC atau survei data dasar

prefalensi mikro filaria) pada dua kecamtan di Kabupaten Enrekang, yaitu Kecamatan

Baraka dan Kecamatan Curio, dengan hasil sebagai berikut :

Desa Potokkulin, Kecamatan Baraka dengan jumlah yang diperiksa 185

sampel, dengan mf-rate 1.08%. Kepadatan parasit 75 mikroliter dengan

spesies Brugia malayi.

Desa Parombean, Kecamatan Curio dengan jumah diperiksa 205 sampel, mf-

rate 0.98%. Kepadatan parasit 50 mikroliter dengan spesies Brugia malayi.

Berdasarkan hasil di atas maka di tetapkan Kabupaten Enrekang sebagai Persiapan

MDA. Sebelum pelaksanaan MDA (POPM) tahun 2006 dilakukan serangkaian persiapan

penanggulangan filariasis yang di tuangkan dalam rencana/tahapan kegiatan Kabupaten

Enrekang menuju eliminasi filaria 2008.8

Sejak akhir 2007 sampai tahun 2011 telah diadakan pengobatan massal selama lima

tahun berturut-turut dengan maksud menghilangkan parasit filariasis untuk mengeliminasi

kasus filariasis di Kabupaten Enrekang dengan cakupan pengobatan rata-rata 90-92%.

Penderita kronis filaria yang ditemukan sesuai hasil survei sejak 2006-2009

sebanyak 19 orang, dengan rincian 3 orang dari Desa Potokullin, 3 orang dari Desa

Sumbang, dan 13 orang dari Desa Buntu Batu.

Tahun 2012 dimulainya survei evaluasi penularan filariasis pada anak sekolah

(transvisi assisment survey atau TAS ) pada 40 sekolah dasar dan sederajat dengan jumlah

sampel 1.548 jiwa dan ditemukan satu positif yaitu di SDN No. 78 Belalang. Hasil

rekomendasi dan tindak lanjut dari TAS I (2012) adalah lulus dengan tetap melaksanakan

surveilans, pengendalian vektor terpadu, dan tata laksana kasus kronis serta melengkapi

data persiapan TAS II. Tahun 2014 diadakan TAS II pada 39 sekolah dasar dan sederajat

dengan jumlah sampel 1.558 jiwa dan ditemukan 17 positif yang terdiri dari sampel 5

positif jelas, dan 12 positif tidak jelas. adalah lulus dengan tetap melaksanakan surveilans,

pengendalian vektor terpadu, dan tata laksana kasus kronis serta melengkapi data persiapan

TAS III.

TAS III dilakukan pada tahun 2016 pada 51 sekolah dasar dan sederajat dengan

jumlah sampel 1.532 jiwa dan tidak ditemukan sampel-positif. Rekomendasi TAS III

dinyatakan Kabupaten Enrekang tidak terdapat penularan filariasis dan lulus TAS, dengan

Page 50: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

30

tetap melaksanakan surveilans, pengendalian vektor terpadu, dan tata laksana kasus kronis

serta melengkapi data dukungan untuk tahap verifikasi WHO.

Untuk menilai adanya penularan prevalensi mikrofilaria sesudah kegiatan POPM

Filariasis (2006-2011) maka diadakan survei evaluasi prevalensi mikrofila dengan

melakukan Survei Dara Jari (SDJ) pada tahun 2009 atau tahun ke-3 POPM yang dikenal

dengan SDJ II dilaksanakan di Desa Potokullin dan Desa Parombean mengikuti SDJ I.

Tahun 2011 dilaksanakan SDJ III dengan lokasi pelaksanaan di Desa Benteng Alla dan

Desa Benteng Alla Utara, Kecamatan Baroko, Desa Makajang Kecamatan Maiwa, Desa

Parombeang Kecamatan Curio, Desa Potokullin Kecamatan Buntu Batu, Desa Tirowali

Kecamatan Baraka, Desa Buntu Mondong Kecamatan Butu Batu. Bulan Juni tahun 2012,

SDJ IV dilaksanakan di Desa Parombeang Kecamatan Curio, Desa Potokullin Kecamatan

Buntu Batu, Desa Buntu Mondong Kecamatan Buntu Batu, Desa Liba Kecamatan

Sumbang, Keurahan Tuara Kecaatan Enrekang, dan salah Kecamatan Maiwa. SDJ V tahun

2013 dilaksanakan di Desa Parombeang Kecamatan Curio, Desa Potok Kulin Kecamtan

Buntu Batu8.

Berikut Tabel 1. yang menggambarkan cakupan pengobatan massal selama lima

tahun berturut-turut.

Tabel 1. Cakupan Pengobatan Massal di Kabupaten Enrekang, Sulawesi SelatanTahun 2007—2011

No Tahun

Jumlah Persentase

Penduduk(P)

Sasaran

(S)

MakanObat(MO)

S/P MO/S MO/P

1 2007 178.312 171.491 162.658 96,2 94,8 91,1

2 2008 214.472 170.507 177.435 82,7 100 82,7

3 2009 213.337 170.507 147.241 79,9 86,4 69,0

4 2010 - 176.740 154.873 - 87,6 -

5 2011 - 244.003 162.958 - 66,7 -

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Page 51: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

31

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa cakupan pengobatan massal di Kabupaten

Enrekang sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 berfluktuasi.8 Cakupan tertinggi pada tahun

2007 (91,1%) dan terendah tahun 2009 (69,0%). Cakupan pengobatan massal merupakan

salah satu indikator pelaksanaan evaluasi filariasis di suatu kabupaten dimana angka

cakupan minum obat > 65% setiap tahunnya selama lima tahun berturut-turut.

Gambaran Jumlah dan Karakteristik Subyek Penelitian/Sampel

Pada Tabel 2 disajikan jumlah responden/subyek penelitian/sampel yang

dikumpulkan dalam studi ini.

Tabel 2. Jumlah Responden/Subyek Penelitian/Sampel Berdasarkan Jenis Data/Informasiyang Dikumpulkan Kabupaten Enrekang Tahun 2017.

NoJenis

Data/Informasi

Jumlah Res/SP/Sampel Keterangan

1 TAS * 1.610Subyek Penelitian (SP) adalah anak SD kelas1 dan 2 (thn 2016)

2 Survei KAP 633Di desa Potokullin 321 sampel dan DesaParombean 312 sampel

3 Pemeriksaan Klinis 620Di desa Potokullin 310 sampel dan DesaParombean 310 sampel

4 Survei Darah Jari 620Di desa Potokullin 310 sampel dan DesaParombean 310 sampel

5 Stool Survey158

SP sama dengan subyek penelitian pada TAS(saat puldat anak duduk di kelas 2 dan 3 (thn2017) dilakukan di enam sekolah dasar

6 Deteksi Gen Bm 20SP sama dengan SP TAS (saat puldat anakduduk di kelas 2 dan 3 (thn 2017)

7. Studi Kualitatif 34

Informan adalah Pengambil kebijakan diBapedda, Dinkes, dan lintas sektor baik padatingkat Provinsi maupun kabupaten serta toga,toma, kader dan penderita

* = Pengumpulan data dilakukan oleh Ditjen P2 pada tahun 2016.

Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden dari masing-masing

kegiatan tidak sama. Responden KAP, SDJ dan Pemeriksaan Klinis seyogyanya sama,

namun dalam kenyataan di lapangan jumlah responden KAP lebih banyak dibandingkan

dengan responden SDJ atau pemeriksaan klinis. Hal ini dikarenakan tidak seluruh

masyarakat yang diwawancara datang saat pengambilan darah pada malam hari.

Sedangkan pada sampel TAS dan stool survey tidak sama karena tidak seluruh sampel

Page 52: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

32

TAS dijadikan sampel stool survey. Sampel stool survey merupakan anak SD yang terpilih

yaitu SD ditemukannya penderita TAS positif dan beberapa SD lainnya sehingga

mencukupi sampel minimal (150-160) anak kelas 2 dan 3 tahun 2017.

Pada Tabel 3 di bawah ini menyajikan karakterisitik responden/subyek penelitian di

kabupaten Donggala tahun 2017

Tabel 3. Karakteristik Responden Survei KAP di Kabupaten Enrekang Tahun 2017

KarakteristikDesa Potokullin

(N=321)Desa Parombean

(N=312) Jumlah

Jenis kelamin N % N % N %Laki-laki 150 46,7 161 51,6 311 49,1

Perempuan 171 53,3 151 48,4 322 50,9Jumlah 321 100,0 312 100,0 633 100,0

Kelompok Umur< 15 tahun 109 34,0 111 35,6 220 34,8

15-24 tahun 37 11,5 41 13,1 78 12,325-34 tahun 59 18,4 46 14,7 105 16,635-44 tahun 37 11,5 44 14,1 81 12,845-54 tahun 44 13,7 32 10,3 76 12,055-64 tahun 19 5,9 18 5,8 37 5,8>= 65 tahun 16 5,0 20 6,4 36 5,7

Jumlah 321 100,0 312 100,0 633 100,0Status kawinBelum Kawin 151 47,0 172 55,1 323 51,0

Kawin 153 47,7 131 42,0 284 44,9Cerai Hidup 6 1,9 2 0,6 8 1,3Cerai Mati 11 3,4 7 2,2 18 2,8

Jumlah 321 100,0 312 100,0 633 100,0Tingkat pendidikanTidak pernah sekolah 11 4,0 16 6,2 27 5,1

Tidak tamat SD 62 22,6 72 27,9 134 25,2Tamat SD/MI 102 37,2 64 24,8 166 31,2

Tamat SLTP/MTs 48 17,5 52 20,2 100 18,8Tamat SLTA/MA 36 13,1 37 14,3 73 13,7Tamat D1/D2/D3 6 2,2 7 2,7 13 2,4Tamat Perguruan

Tinggi9 3,3 10 3,9 19 3,6

Jumlah 274 100,0 258 100,0 532 100,0Pekerjaan Utama

Page 53: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

33

Tidak bekerja 14 5,1 14 9,5 28 5,3Sekolah 70 25,5 82 29,3 152 28,6

Ibu Rumah Tangga 77 28,1 55 20,5 132 24,8PNS/TNI/POLRI 3 1,1 4 5,7 7 1,3

Wiraswasta/Pedagang 0 0,0 1 0,4 1 0,2Pelayanan Jasa 1 0,4 0 0,0 1 0,2

Petani 100 36,5 93 36,0 193 36,3Nelayan 1 0,4 0 0,0 1 0,2Lainnya 8 2,9 9 3,5 17 3,2Jumlah 274 100,0 258 100,0 532 100,0

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa karekteristik responden berdasarkan jenis

kelamin di Kabupaten Enrekang lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan desa, terlihat responden laki-laki lebih banyak di Desa Parombean daripada di

Desa Potokullin. Berdasarkan kelompok umur, terlihat responden terbanyak dari golongan

umur <15 tahun, hal ini sama baik di Desa Potokullin maupun di Desa Parombean.

Sedangkan responden tersedikit berada di kelompok umur >=65 tahun untuk di Desa

Potokullin, dan kelompok umur 55-64 tahun di Desa Parombean.

Berdasarkan status kawin, menunjukkan responden terbanyak di Desa Potokullin

adalah belum kawin, sedangkan di Desa Parombean dengan status kawin. Tingkat

pendidikan menunjukkan responden terbanyak di Desa Potokullin adalah Tamat SD/MI,

sedangkan di Desa Parombean adalah tidak tamat SD/MI. Adapun Tingkat pendidikan

terendah di kedua desa adalah tamat D1/D2/D3. Pekerjaan utama terbanyak responden

adalah petani baik di Desa Potokullin maupun di Desa Parombean.

Rumah tangga responden yang di wawancara dipetakan, berikut ditampilkan hasil

plotting rumah responden berdasarkan penentuan titik geo-spasial.

Page 54: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

34

Gambar 3. Plotting rumah responden di Desa Parombean, Kecamatan Buntu Barana,Kabupaten Enrekang tahun 2017

Pada gambar diatas diketahui bahwa jumlah rumah responden yang di plotting di

Desa Parombean yaitu sebanyak 79 rumah tangga. Secara geografis lokasi merupakan

pengunungan dengan ketinggian 570-2.149 diatas permukaan laut.

Dari Gambar 2 diketahui bahwa jumlah rumah responden yang di plotting di Desa

Potokullin sebanyak 108 rumah tangga. Secara geografis Desa ini merupakan daerah

pengunungan dengan ketinggian lebih dari 1.000 diatas permukaan laut.

Page 55: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

35

Gambar 4. Plotting rumah responden di Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu,Kabupaten Enrekang tahun 2017

Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Filariasis

Dalam studi ini dilakukan wawancara kepada responden yang akan dilakukan

pemeriksaan klinis dan diambil darah jari. Tabel 4 di bawah ini menampilkan jumlah

responden yang mengetahui penyebab kaki gajah (elephantiasis)/filariasis.

Tabel 4. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab dan Gejala Filariasis di KabupatenEnrekang tahun 2017

PENGETAHUAN

DesaPotokullin(N=321)

DesaParombean

(N=312)Jumlah

N % N % N %Penyebab Filariasis

a. Penyakit yang disebabkan olehcacing

7 3,3 42 20,9 49 11,9

b. Penyakit yang ditularkan olehnyamuk

87 41,0 65 32,3 152 36,8

c. Penyakit keturunan 0 0,0 1 0,5 1 0,2d. Lainnya 9 4,2 21 10,4 30 7,3

Akibat terkena penyakit filariasis

Page 56: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

36

a. Menyebabkan kaki atau tanganmembesar

97 45,8 110 54,7 207 50,1

b. Tidak menimbulkan gejala danakibat pada tubuh

1 0,5 0 0,0 1 0,2

c. Menyebabkan demam & tubuhlemah/sakit-sakit

2 0,9 16 8,0 18 4,4

d. Menimbulkan pembengkakanpada lipat paha/ketiak

0 0,0 2 1,0 2 0,5

e. buah dada/skrotum 1 0,5 3 1,5 4 1,0f. Lainnya, sebutkan 8 3,8 18 9,0 26 6,3

Apakah ada dari antara sanak famili/tetangga [NAMA] yang pernah mengalamidemam berulang disertai pembengkakan kelenjar pada lipat paha

a. Ada 19 9,0 6 3,0 25 6,1b. Tidak ada 193 91,0 195 97,0 388 93,9Total 212 100,0 201 100,0 413 100,0

Mencari pengobatana. Petugas kesehatan 14 73,7 3 50,0 17 68,0b. Pengobatan tradisional 0 0,0 1 16,7 1 4,0c. Lainnya 1 5,3 0 0,0 1 60,0

Pengetahuan tentang pengobatan pencegahan penyakit kaki gajah (filariasis)untuk semua penduduk di desa ini

Ya, mengetahui 156 73,6 189 94,0 345 83,5Tidak mengetahui 51 24,1 12 6,0 63 15,3Lupa 5 2,4 0 0,0 5 1,2Total 212 100,0 201 100,0 413 100,0

Sumber informasi pengobatan pencegahan penyakit kaki gajah (filariasis) untuksemua penduduk di desa ini

a. Petugas kesehatan/Guru 95 60,9 90 47,6 185 59,2b. Teman/tetangga/sanak

keluarga22 14,1 51 27,0 73 21,2

c. Membaca papan pengumumandi balai desa

0 0,0 5 2,6 5 1,4

d. Membaca dariselebaran/suratkabar

1 0,6 4 2,1 5 1,4

e. Mendengar pengumuman daritempat ibadah

42 26,9 91 48,1 133 38,6

f. Mendengar dari radio/televise 3 1,9 2 1,1 5 1,4g. Lainnya 14 9,0 11 5,8 25 7,2

Dari tabel diatas tampak bahwa baik di Desa Potokullin maupun Desa Parombean

responden paling banyak menjawab bahwa filariasis disebabkan oleh nyamuk, dan masih

ada yang menjawab bahwa penyakit filariasis merupakan penyakit keturunan. Sekitar 50%

Page 57: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

37

responden di Desa Potokullin dan Desa Parombean menjawab bahwa akibat terkena

filariasis adalah menyebabkan kaki atau tangan membesar.

hampir semua responden di Desa Potokullin dan Desa Parombean menyatakan

bahwa tidak ada dari antara sanak famili/tetangga yang pernah mengalami demam

berulang disertai pembengkakan kelenjar pada lipat paha. Pencarian pengobatan terbanyak

sudah dilakukan di petugas kesehatan di dua lokasi penelitian.

Hampir semua responden sudah mengetahui tentang pengobatan pencegahan

penyakit kaki gajah (filariasis) untuk semua penduduk baik di Desa Potokullin maupun di

Desa Parombean. Di Desa Potokullin hampir setengah responden menyatakan bahwa

sumber informasi pengobatan pencegahan penyakit kaki gajah (filariasis) untuk semua

penduduk di diperoleh dari petugas kesehatan/guru, sedangkan di Desa Parombean

informasi tersebut didapatkan dari mendengar pengumuman dari tempat ibadah.

Gambaran Sikap Responden Tentang Filariasis

Tabel berikut menampilkan sikap responden tentang filariasis.

Tabel 5. Sikap Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Enrekang tahun 2017

SIKAPDesa Potokullin

(N=310)Desa Parombean

(N=320)Jumlah

N % N % n %Penyakit filariasis dapatdicegah dengan tidakminum obat filariasis

Setuju 26 12,3 49 24,4 75 18,2Ragu-ragu

53 25,0 44 21,9 97 23,5

Tidaksetuju

133 62,7 108 53,7 241 58,4

Penyakit filariasis dapatdicegah dengan hanyatidur menggunakankelambu

Setuju 61 28,8 74 36,8 135 32,7Ragu-ragu

47 22,2 43 21,4 90 21,8

Tidaksetuju

104 49,1 84 41,8 188 45,5

Jika minum obatfilariasis harus adapemberitahuan terlebihdahulu

Setuju 168 79,2 176 87,6 344 90,9Ragu-ragu

34 16,0 20 10,0 54 13,1

Tidaksetuju

10 4,7 5 2,5 15 3,6

Minum obat filariasisakan ada efeksampingnya

Setuju 86 40,6 110 54,7 196 47,5Ragu-ragu

70 33,0 43 21,4 113 27,4

Page 58: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

38

Tidaksetuju

56 26,4 48 23,9 104 25,2

Jika tidak minum obatfilariasis yakin tidakakan tertular

Setuju 58 27,4 51 25,4 109 26,4Ragu-ragu

77 36,3 48 23,9 125 30,3

Tidaksetuju

77 36,3 102 50,7 179 43,3

Jika minum obatfilariasis akanmenyebabkankaki/tanganmembengkak

Setuju 11 5,2 15 7,5 26 6,3Ragu-ragu

44 20,8 36 17,9 80 19,4

Tidaksetuju

157 74,1 150 74,6 307 74,3

Minum obat filariasiskarena disuruhorangtua/keluarga/kepaladesa/tokohmasyarakat/kaderkesehatan desa

Setuju 64 30,2 76 37,8 140 33,9Ragu-ragu

46 21,7 28 13,9 74 17,9

Tidaksetuju 102 48,1 97 48,3 199 48,2

Minum obat filariasiskarena segan kepadakepala desa/tokohmasyarakat/kaderkesehatan desa

Setuju 24 11,3 24 11,9 48 11,6Ragu-ragu

52 24,5 32 15,9 84 20,3

Tidaksetuju

136 64,2 145 72,1 281 68,0

Minum obat filariasiskita akan sehat

Setuju 173 81,6 171 85,1 344 83,3Ragu-ragu

34 16,0 24 11,9 58 14,0

Tidaksetuju

5 2,4 6 3,0 11 2,7

Minum obat filariasiskarena kesadaran sendiri

Setuju 179 84,4 185 92,0 364 88,1Ragu-ragu

28 13,2 15 7,5 43 10,4

Tidaksetuju

5 2,4 1 0,5 6 1,5

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh sikap responden terhadap

pernyataan yang negatif dijawab tidak setuju seperti pada pernyataan penyakit filariasis

dapat dicegah dengan tidak minum obat filariasis, penyakit filariasis dapat dicegah dengan

hanya tidur menggunakan kelambu, jika minum obat filariasis akan menyebabkan

kaki/tangan membengkak, minum obat filariasis karena disuruh orangtua/keluarga/kepala

desa/tokoh masyarakat/kader kesehatan desa dan pernyataan minum obat filariasis karena

segan kepada kepala desa/tokoh masyarakat/kader kesehatan desa, kecuali untuk

pernyataan jika tidak minum obat filariasis yakin tidak akan tertular. Untuk pernyataan

Page 59: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

39

tersebut, diantara 212 responden terdapat masing-masing 77 (36,3%) responden yang

menjawab tidak setuju dan ragu-ragu dan sisanya 27,4% menyatakan setuju.

Sebaliknya sikap responden terhadap pernyataan yang positif dijawab setuju yaitu

pada pernyataan jika minum obat filariasis harus ada pemberitahuan terlebih dahulu,

pernyataan minum obat filariasis akan ada efek sampingnya, pernyataan minum obat

filariasis kita akan sehat dan pernyataan minum obat filariasis karena kesadaran sendiri.

Gambaran Perilaku Responden Tentang Filariasis.

Perilaku responden tentang filariasis dapat diihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Perilaku Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Enrekang tahun 2017

PERILAKUDesa

Potokullin(N=310)

Desa Parombean(N=320)

JUMLAH

N % n % n %Pernah ikut pengobatan pencegahan penyakit kaki gajah (filariasis) secara massalke segenap penduduk desa?a. Pernah 210 65,4 234 75,0 444 70,1

Macam obat yang diberikan petugasa. 1 macam 13 6,2 5 2,1 18 4,1b. 2 macam 23 11,0 26 11,1 49 11,0c. 3 macam 165 78,6 184 78,6 349 78,6d. 4 macam 8 3,8 8 3,4 16 3,6e. >4 macam 1 0,5 11 4,7 12 2,7

Meminum obata. Ya, diminum semua 199 94,8 231 98,7 430 96,8b. Ya, tidak diminumsemua 7 3,3 2 0,9 9 2,0c. Tidak minum obat 4 1,9 1 0,4 5 1,1

Cara minum obata. Diminum di hadapanpetugas 15 7,3 38 16,3 53 12,1b. Diminum di hadapankader 0 0,0 12 5,2 12 2,7

Page 60: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

40

c. Diminum di hadapanperangkat desa 0 0,0 10 4,3 10 2,3d. Diminum sendiri dirumah 191 92,7 173 74,2 364 82,9

Kapan diminum obatnyaa. Pagi 26 12,6 34 14,6 60 13,7b. Siang 12 5,8 51 21,9 63 14,4c. Sore 13 6,3 27 11,6 40 9,1d. Malam 155 75,2 121 51,9 276 62,9

Alasan tidak minum seluruh obata. Lupa 1 25,0 0 0,0 1 20,0b. Sibuk bekerja 1 25,0 0 0,0 1 20,0c. Lainnya 2 50,0 1 100,0 3 60,0

Efek samping setelah minum obata. Pusing/sakit kepala 28 13,6 70 30,0 98 22,3b. Panas/demam 1 0,5 0 0,0 1 0,2c. Badan sakit/nyeri/linu 6 2,9 6 2,6 12 2,7d. Perut mulas/sakit 3 1,5 11 4,7 14 3,2e. Muntah 1 0,5 12 5,2 13 3,0f. Jantung berdebar-debar 1 0,5 0 0,0 1 0,2g. Mengantuk 51 24,8 79 33,9 130 29,6h. Lainnya 25 12,1 13 5,6 38 70,4

Ada cacing yang keluar setelah minum obata. Ada 34 16,5 19 8,2 53 12,1b. Tidak ada 170 82,5 209 89,7 379 86,3c. Tidak tahu 2 1,0 5 2,1 7 1,6

Alasan tidak ikut pengobatan massala. Malas 5 4,3 2 2,5 7 3,6b. Pernah mendengar jikaminum obat malah jadisakit 1 0,9 0 0,0 1 0,5c. Tidak tahu faedah /manfaat sebenarnya 6 5,2 0 0,0 6 3,1d. Merasa sehat 4 3,5 2 2,5 6 3,1e. Lainnya 99 86,1 76 96,2 175 90,2

Page 61: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

41

Pemberitahuan sebelum pengobatan filariasisYa 256 79,8 300 96,2 556 87,8

Cara menghindari gigitan nyamuk bila tidur di malam haria. Malam tidur pakaikelambu 255 79,4 291 93,3 546 86,3b. Memakai obat gosokanti nyamuk 5 1,6 6 1,9 11 1,7c. Menggunakan obatnyamuk bakar 46 14,3 75 24,0 121 19,1d. Menyemprot kamartidur dengan obat nyamuksemprot 1 0,3 11 3,5 12 1,9e. Lainnya 83 25,9 32 10,3 115 18,2

Cara menghindari gigitan nyamuk bila keluar rumah malam haria. Memakai obat gosokanti nyamuk atau minyaksereh 20 6,2 26 8,3 46 7,3b. Menggunakan bajulengan panjang dan celanapanjang 121 37,7 222 71,2 343 54,2c. Membakar sampahsehingga menimbulkansampah 1 0,3 4 1,3 5 0,8d. Lainnya 56 17,4 67 21,5 123 19,4

Sebagian besar responden pernah mengikuti pengobatan massal pencegahan

penyakit filariasis, dengan jenis obat yang diberikan paling dominan sebanyak tiga (3)

macam obat. Terdapat ambiguitas dalam jawaban mengenai macam obat yang diberikan,

karena beberapa responden tidak mengetahui apa perbedaan definisi antara “jenis/macam”

dengan “jumlah”. Hampir semua responden meminum obat hingga habis, hanya sebagian

kecil saja yang meminum sebagian/tidak meminum obat sama sekali. Responden tidak

meminum seluruh obat karena lupa, sibuk, dan paling banyak karena alasan lainnya

(malas, bosan, ada efek samping). Lebih dari setengah dari responden meminum sendiri

obatnya di rumah pada malam hari sesuai dengan anjuran dari petugas kesehatan.

Page 62: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

42

Selain rasa kantuk dan pusing/sakit kepala, lebih dari setengah responden

merasakan efek samping lainnya setelah meminum obat pencegahan filariasis, akan tetapi

hanya sedikit saja yang keluar cacing setelah meminum obat, sebagian besar tidak terdapat

cacing yang keluar setelah meminum obat. Meskipun hampir semua responden

menyatakan bahwa telah ada pemberitahuan sebelumnya mengenai pelaksanaan

pengobatan massal, namun beberapa responden tidak mengikuti pengobatan massal

dikarenakan malas, tidak tahu manfaatnya, dan hampir semua karena alasan lainnya (tidak

berada di lokasi pada waktu pengobatan, dan lain-lain).

Penggunaan kelambu menjadi alternatif yang paling sering digunakan responden

untuk menghindari gigitan nyamuk ketika tidur di malam hari, sedangkan untuk

menghindari gigitan nyamuk di luar rumah pada malam hari, setengah dari jumlah

responden memilih menggunakan lengan panjang dan celana panjang dibandingkan

menggunakan repelen, beberapa juga menggunakan alternatif lainnya, seperti

menggunakan sarung, memilih untuk tidak keluar rumah, dan lain-lain.

Gambaran Status Endemisitas Daerah Penelitian

Pelaksanaan pengumpulan data untuk pengambilan darah dilakukan pada malam

hari. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, wilayah penelitian merupakan daerah endemis

filariasis. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Enrekang atau pun data dari Ditjen P2P, berikut Tabel 7 yang memberikan gambaran

endemisitas pada kabupaten Enrekang.

Tabel 7. Angka Mikrofilaria dan Kasus Kaki Gajah (Elefantiasis) KabupatenEnrekang

tahun 2017.No Indikator Jumlah Keterangan

1 Microfilaria Rate 0 tidak ada slide positif

2 Kasus Kronis Elefantiasis 3 penderita tersebar di dua desa

Dari Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa angka mikrofilaria rate pemeriksaan darah

malam hari 0%, karena dari total sampel darah yang diperiksa sebanyak 620 slide tidak ada

ditemukan microfilaria pada sediaan darahnya. Jumlah kasus kronis yang dilaporakan di

Page 63: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

43

Kabupaten Enrekang sebanyak 3 kasus yang tersebar di dua desa di Kabupaten Enrekang

yaitu di Desa Potokullin (dua orang), dan Desa Benteng Alla (satu orang).

Pada tabel 8 di bawah ini menampilkan hasil pemeriksaan klinis saat pelaksanaan

pengambilan darah.

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Klinis di KabupatenEnrekang Tahun 2017

No Gejala Klinis Jumlah Persentase

1 Demam filaria 0 0

2 Kasus Kronis Elefantiasis 0 0

3 Retrograde Limphangitis 0 0

4 Lymphadenitis 0 0

5 Early Lymphodema 0 0

6 Filarial Abscess 0 0

7 Elefantiasis 0 0

8 Hydro-cele 0 0

9 Tidak ada gejala klinis 620 100

Dari Tabel 8 tersebut di atas, menunjukkan bahwa dari total sampel diperiksa 620

orang tidak ada yang menunjukkan gejala klinis filariasis baik demam filaria, kasus kronis

elefantiasis, Retrograde Limphangitis, Lymphadenitis, Early Lymphodema, Filarial

Abscess, Elefantiasis, ataupun Hydro-cele.

Pada tabel 9 di bawah ini menunjukkan hasil pemeriksaan mikroskop untuk

mendeteksi adanya mikrofilaria dari Survei Darah Jari (SDJ) pada masyarakat di Desa

Potokullin dan Desa Parombean.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Mikroskop Survei DarahJari di Kabupaten Enrekang Tahun 2017

No Kel/DesaHasil

JumlahPositif Mf Negatif Mf

1 Desa Potokullin 0 310 310

2 Desa Parombean 0 310 310

Jumlah 0 620 620

Page 64: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

44

Dari Tabel 9 tersebut diatas menunjukkan bahwa dari semua penduduk yang

diperiksa darahnya dengan total sampel diperiksa 620 orang tidak ada satupun yang

menunjukkan hasil positif (mf-rate 0%).

Gambaran Status Infeksi Kecacingan

Pelaksanaan pengumpulan data untuk pengambilan tinja (stool) dilakukan di MIS

Maliba, SDK Bala Batu, SDN 35 Sangtempe, SDN 148 Pamolongan, SDN 133 Pewa, dan

SDN 106 Penyurak pada anak-anak yang duduk di bangku kelas 2 dan 3. Tabel 10 di

bawah ini menunjukkan hasil dari responden yang diperiksa tinja.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden yang Positif Kecacingan di KabupatenEnrekang Tahun 2017

NoSekolah Dasar/

MadrasahIbtidaiyah

JumlahSampel

Hasil

PositifAl

Positif TtPositifAd/Na

PositifCacing

Lainnya

1 MIS Maliba 8 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%)

2 SDK Bala Batu 18 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

3SDN 35Sangtempe

15 0(0%) 0(0%) 0(0%) 1 (6.67 %)

4SDN 148Pamolongan

34 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%)

5 SDN 133 Pewa 48 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%)

6SDN 106Penyurak

35 0(0%) 1 (2.85%) 0(0%) 0 (0%)

Jumlah 158 0(0%) 1 (0.63%) 0(0%) 1 (0.63 %)

Keterangan: Al = Ascaris lumbricoides; Tt = Trichuris trichiura; Ad/Na = Ancylostomaduodenale/Necator Americanus.

Dari Tabel 10 tersebut di atas, ditemukan dua siswa positif kecacingan atau 1,26 %

dari 158 sampel. Jumlah siswa positif ditemukan masing-masing satu siswa di SDN 35

Sangtempe dan di SDN 106 Penyurak, sedangkan empat sekolah dasar lainnya tidak

Page 65: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

45

ditemukan adanya positif kecacingan. Tidak ditemukannya positif kecacingan, dikarenakan

siswa – siswa aktif meminum obat cacing setiap tahun satu kali yang merupakan program

dari puskesmas. Adapun jenis cacing yang ditemukan yakni Trichuris trichura (0.63%)

dan Enterobius vermicularis (0.63 %)

Gambaran Deteksi Gen Brugia malayi

Untuk melihat apakah anak SD yang telah dilakukan TAS, meski hasilnya positif

atau negatif, terdapat fragmen dari B. malayi; maka dilakukan pengambilan darah jari pada

anak-anak SD yang juga menjadi subyek penelitian untuk stool survey. Spesimen yang

diperiksa menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).

Tabel di bawah ini menggambarkan hasil pemeriksaan gen Bm.

Tabel 11. Jumlah Anak SD Hasil Pemeriksaan Gen Brugia malayi KabupatenEnrekang Tahun 2017

No SD/MIHasil

Positif Negatif

1 SDK Bala Batu 0 10

2 SDN 133 Pewa 0 10

Jumlah 20

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa 10 siswa dari SDK Bala Batu dan 10 siswa

SDN 133 Pewa tidak ditemukan fragmen dari B. malayi.

Gambaran Hasil Survei Vektor

Pelaksanaan penangkapan vektor dilakukan dua malam berturut-turut, selama dua

kali penankapan dengan rentang waktu satu bulan di tempat yang sama dengan tempat

penangkapan pertama. Pada tabel bawah ini menunjukkan hasil penangkapan vektor

‘terduga’ filariasis.

Hasil survei entomologi sebanyak dua kali penangkapan di Desa Potokulin,

Kecamatan Buntu Batu menunjukan bahwa ada empat genus nyamuk yang tertangkap

dengan spesies dominan masing-masing per genus, yaitu Cx. quinquefasciatus, An.

barbumbrosus, Ae. flavipennis, dan Ar. subalbatus. Sedangkan di Dusun Liba, Desa

Page 66: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

46

Parombean, Kecamatan Curio dalam periode yang sama menunjukan bahwa ada lima

genus yang tertangkap dengan spesies dominan setiap genus adalah Ma. uniformis, Cx.

vishnui, An. barbirostris, Ae. albopictus, dan Ar. subalbatus. Rekapitulasi jumlah nyamuk

yang tertangkap di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 12. Jumlah Nyamuk yang Berhasil Ditangkap Dalam Dua Periode PenangkapanKabupaten Enrekang Tahun 2017

No Desa Jenis nyamuk Jumlah(ekor) Keterangan

1 Desa Potokullin

Mansonia -Culex 778 Cx. quinquefasciatus (640 ekor)Anopheles 4 An. barbumbrosus ( 3 ekor)Aedes 1 Ae. FlavipennisArmigeres 9 Ar. subablbatus ( 7 ekor)

2 Desa Parombean

Mansonia 1 Ma. UniformisCulex 732 Cx. vishnui (533 ekor)Anopheles 136 An.barbirostris (95 ekor)Aedes 5 Ae. albopictus (4 ekor)Armigeres 135 Ar. subalbatus (133 ekor)

Dari Tabel 12 tampak bahwa yang paling banyak tertangkap di Desa Potokulin

adalah genus Culex (778 ekor) dan yang paling sedikit adalah genus Aedes (1 ekor).

Spesies yang paling dominan adalah Cx. quinquefasciatus (640 ekor). Hasil penangkapan

di Desa Parombean memperlihatkan bahwa yang paling banyak tertangkap adalah nyamuk

Culex (732 ekor) dan yang paling sedikit adalah Mansonia (1 ekor). Spesiesyang paling

dominan di Desa Parombean adalah Cx. vishnui (533 ekor). Tabel 13 di bawah ini,

menggambarkan hasil pemeriksaan PCR pada nyamuk yang tertangkap.

Tabel 13. Jumlah Nyamuk yang Tertangkap dan Hasil Pemeriksaan PCR di KabupatenEnrekang Tahun 2017

No Jenis nyamuk

Hasil PemeriksaanJumlahnyamuk yangtertangkap

Mengandunglarva filariasis

TidakMengandungLarvaFilariasis

1 Mansonia 1 Ya2 Culex 1.511 Ya3 Anopheles 140 Ya4 Aedes 6 Ya5 Armigeres 144 YaTotal 1.801

Page 67: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

47

Dari tabel diatas tampak bahwa seluruh nyamuk yang tertangkap (1.801 nyamuk)

ditemukan nyamuk Culex positif mengandung larva filariasis. Adapun jenis nyamuk yang

ditemukan positif adalah Culex vishnui.

Gambaran Hasil Survei Lingkungan

Survei lingkungan di Desa Potokullin menemukan delapan habitat potensial

nyamuk yang terdistribusi dalam empat tipe habitat, yaitu tepi sungai (1 titik), genangan

air (2 titik), kolam (3 titik), dan rumpun bambu (2 titik). Sebaran habitat di Desa Potokullin

dapat dilihat dari hasil plotting penetapan titik geo-spasial habitat vektor di bawah ini.

Gambar 5. Ploting Lingkungan Potokullin

Page 68: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

48

Gambar 6. Ploting Lingkungan Parombean

Sebaran habitat di Desa Parombean dari hasil plotting penetapan titik geo-spasial

habitat vektor .Survei lingkungan di Desa Parombean menemukan 17 habitat potensial

nyamuk yang terdistribusi dalam enam tipe habitat, yaitu: mata air (1 titik), tepi sungai (1

titik), sawah (7 titik), genangan air (3 titik), kolam (4 titik), dan rumpun bambu (1 titik).

Gambaran Hasil Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten, lintas sektor, desa

hingga penderita.

Level Provinsi

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Pengelola Program filariasis

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tengah, hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

No Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

1. Pengelola 1)Informasi tentang Bagaimana Ditanggapi secara Ditindaklanjuti

Page 69: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

49

FilariasisDinasKesehatanProvinsiSulawesiSelatan.Bapak.Makkaraus,SK.M M.Kes

transla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes

implementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes

positif setiapkebijakan secaranasional, termasukperaturan MenteriKesehatan R.INomor 94, tahun2014 tentangpenanggulanganfilariasis, kemudianditindaklanjuti yangsifatnya himbauanke kabupaten, danwajib dilaksanakan,maksudnya keDinas Kesehatanjuga

untuk diketahuidan dilaksanakan ke masingmasing daerah

2).Informasitentang duku nganpemerintah daerah/bupati/ walikota ,keterlibatan sektornon kesehatan,bentuk dukung anatau hambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah daerahterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Jelas pemerintahdaerah tetapmemberi dukunganyang positifmeskipun tidakdalam bentukPergub (PeraturanGubernur) atauPerbu (PeraturanBupati), tetapidalam bentukdukungan moriildalam hal iniPemerintah daerahshare atasperaturan Menterikesehatan itu dandisertakan ataudiikutkan lintassektoral

Responpemerintahdaerahmenerimaprogrameliminasifilariasis

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakan

Tidak adadisharmoni, karenaprogram eliminasifilariasis sudahjalan, responspemerintah daerahsaling share,berarti tidak ada

Tidak adapenolakan

Page 70: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

50

menghambatkegiatan pelaksanaaneliminasifilariasis? jika adaperatur an apa?Apa yang sudah dilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

penolakan, tentangperaturankemenkes,demikian jugaBAPPEDA (BadanPerencanaanPembangunanDaerah) dikabupaten yangpenting intenssosialisasi, hasilnyaadanya persamaanbahasa antaraPemda dan Dinkeskabupaten. Setelahitu BAPPEDAmenyiapkananggaran danmelibatkanPemdanya, karenaitu sudah diaturdalam anggarankabupaten (DAK).

ASPEK SDM

4)Informasikecukupan jumlah,jenis, kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya

Jelasnya, sumerdaya tenagakesehatan tidakcukup, kami butuhtenaga SDM yangsesuai pendidikandankompotensinya.Cara mengatasinyakerja sama tim,semua teman-temanmerespons, sayamengucapkanterima kasih, kuncisuksesnya ada padakalian

SDM tidakcukup untukmemaksimalkanpelaksanaaneliminasifilariasis

Aspek Anggaran

5)Informasi tentangke cukupan

Bagaimanaanggaran pelak

Mengenai aggaranyang tersedia awal

Bantuan danaAPBD

Page 71: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

51

anggaran dansumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

sanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO(luar dan dalamnegeri)

eliminasi filariasiskurang lebih 300juta, denganharapan dapatterjangkau danaitu, sampai ketingkat desa. Danaanggaran APBDyang sifatnyainsidentil,.diefekifkan danditindaklanjuti yangbekerja untukkegiatan itu.Bantuan lain dariWHO mulai tahun2013 sampaidengan tahun 2016( 3 tahun berturut-turut), semuakabupaten,sedangkan danaoperasional POPMdiambil dari BOKdan dana APBD,legitimasinyaBAPPEDA danDPRD kabupaten.

dimaksimalkan

6) Gambarandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah kendala,solusi yang sudahdilakukan danrekomenda sipenyelesaiannya

Jelaskandisharmoni tatakelolaperencanaan anggaran pusat dadaerah, apakendala? Apasolusi yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan ?

Setahu saya tidakada, karenasemuanya lancar-lamcar sajalah,kalaupun danaDAK dari pusat(APBN) padadasarnya belummencukupi, biayapemberianpengobatan massalbersumber danadari BOKPuskesmas (APBD)yang pentingprogram berjalan

Penggunaananggaraneliminasifilariasis sesuaikebutuhan

Page 72: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

52

dengan baik.Berapa besar danaBOK? Tidak jelas,karena pemegangoperasional sudahtidak ingat lagi,demikian jugabantuan SDM daritenaga kesehatanPuskesmas.

7) Gambarankesesuaian menuDAK dengankebutuh an daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasipenyelesaian nya

Apakah menuDAK anggar anpusat dan daerahsudah sesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Bantuan yang sayatahu, termasukanggaran filariasis,mulai dirintis tahun2007 bantuanWHO , walaupunsangat terbatas atautidak sesuaijumlahnya, namunkegiatannya tetapberjalan. kalau dariprovinsi hanyabantuan obat-obatan,didistribusikan kekabupaten. Solusiyang sudahdilakukan bantuandari BAPPEDAdalammengalokasikananggaran kesehatanumumnya,termasukdidalamnyafilariasis.BAPPEDA hanyamengakomodirsesuai permintaan,yah dia ituakomodatif tidakada aksinya?Contoh, kenapaanggaran

Jumlah anggaran kegiataneliminasifilariasis tidaksesuai kebutuhan

Page 73: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

53

kesehatan tidak adalagi, seperti diEnrekang, ya,kenapa hilang iniatau kenapa tidakada usulan danafilariasis, menurutteman-teman sudahselesai programnya,itulah bentukperhatiannyamereka.

Sarana danPrasaranaKesehatan

8)Informasi standarfasili tas kesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi untukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Sarana yangdisiapkan di tingkatprovinsi hanyaobat-obatan, itupunnanti tahun 2014,2015 dan 2016,sebelumnyalangsung kekabupaten,dilanjutkan kePuskesmas, daritahun 2007 sampai2013, karenabanyak obat masaberlakunya selesai,dan belumterdistribusi kekabupaten,kebijakan punberubah, mulaitahun 2014 obat-obatan dari pusatlangsung keprovinsi. Kondisisarana untukmenunjangpelaksanaaneliminasi, termasukpemeriksaan/analisis SDJ,

Tambahan obatfilariasis dankenderaanoperasional

Page 74: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

54

melalui Laboranmasing-masingPuskesmas,meskipun jumlahperalatan kurangmemadai, hasilnyadan analisis slidedi kirim keprovinsi.

9)Informasi kendalayang dihadapidalam hal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan dan rekomendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Setahu saya,kendala yang seringdihadapi mengenaidana operasionalpemberian obatmassal, kurangmemenuhi jumlahobat-obatan yangdiharapkan. danbiasanya terlambatditerima di dinaskesehatankabupaten.Solusinyasebaiknyaketepatan waktusesuai jadwalkegiatan dilapangan.

Dana operasional POPMbelummencukupi

KerjasamaLintas Sektor

10)Informasitentang optimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

Koordinasi lintassektor dan lintasprogram, sangatmembantu dalampelaksanaaneliminasi filariasis,hambatankerjasama antarlintas sektoral,sering dihadapi dilapangan,contohnya, Pernahsaya hukum,perusahaan

Sangatmembantupercepataneliminasifilariasis

Page 75: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

55

Soroako di LuwukTimur, karena tidakmendapatkanrespons, padahalada yang positifsatu keluarga,mereka tidakpercaya obat ini,mereka keliling cariobat ke Makassarsampai keSurabaya, tidakdapat, kemudiandatang memintaobat ke Puskesmas,merekamenonjolkansebagai perusahaanelite, tersedia obatpaten, ternyataakhirnya terimajuga obat cacing,harganya murah.Beginilah teman-teman bekerja dilapangan, merekabekerja dalam satutim, sekalipunkurang memilikikeahlian SDM nya,awalnya tidakmengertijangankan itudokterpun masihada juga tidakmengerti filariasis.

11)Informasitentang sektor yangmelakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itu

ApakahPuskesmas melakukan kerjasamadengan sektor nonkesehatan dalameliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jika ada

Ya, ada, hanyasebataspendampingan danobat-obatan

Bantuan tenagadan danapendampigan

Page 76: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

56

dibentuk dan tidak

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

. Bantuan berupaobat-obatan, ataubantuan pemberianmateri jikadiundang dalampelatihan.kaderkesehatan, Laboran,yang dilaksanakanDinas KesehatanProvinsi SulawesiSelatan.

Obat danpelatihan teknistenaga kesehatan

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

2. Kepala DinasKesehatanProvinsiSulawesiSelatanBapak. DR.dr.Rahmat Latief

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes.

Semua kebijakandari KementerianKesehatan,direspons denganpositif, karenakebijakan ituberlaku secaranasional, dan harusditindaklanjutiditingkat provinsi

Sudahdilaksanakan

2).Informasitentang duku nganpemerintah daerah/bupati/walikota ,keterlibatan sektornon kesehatan,bentuk dukung anatau hambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah daerahterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Dukunganpemerintah daerahadalah melakukankoordinasi sampaitingkat kabupatendan koordinasiantar instasionalyang terkait,jelasnya kegiatanprogram filariasisbersinergi antarsektoral.

Koordinasiberjalan lancar

Page 77: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

57

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakanmenghambatkegiatan pelaksanaaneliminasifilariasis? jika adaperatur an apa?Apa yang sudah dilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Semua aturanberjalan bersinergiantara peraturanpusat dan peraturandaeha

Peraturan salingmendukung

4)Informasikecukupan jumlah,jenis, kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya

Jelasnya, jumlahSDM yang ada dantersebar kekabupatendirasakan belum

cukup ?

Masih kurang

Bagaimanamengatasinya

Aspek Anggaran

5)Informasi tentangke cukupananggaran dansumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) atau

Untuk anggaranAPBD Semuaberakses data yangdihasilkan,merupakan database, begitu jugadalammerencanakan

Dimasukkan diprogram untukmemudahkanmengakses

Page 78: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

58

bantuan NGO(luar dan dalamnegeri)

sesuatu program,harus sesuaidengan anggaranyang berbasis dataada RPJD, adaRPJM dan adaRPJP.

6)Gambarandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah kendala,solusi yang sudahdilakukan danrekomenda sipenyelesaiannya

Jelaskandisharmoni tatakelolaperencanaan anggaran pusat dadaerah, apakendala? Apasolusi yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan ?

7)Gambarankesesuaian menuDAK dengankebutuh an daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasipenyelesaian nya

Apakah menuDAK anggar anpusat dan daerahsudah sesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Sarana danPrasaranaKesehatan

8)Informasi standarfasili tas kesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi untukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Mengenai saranadan prasaranaterkait denganpelaksanaaneliminasi filariasis,pada prinsipnyasudah tersediasesuai dengankebutuhan, baikdalam bentuksarana fisik, seperti

Semua saranakesehatanmenjadi centralkegiataneliminasifilariasis

Page 79: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

59

rumah sakit,Puskesmas danPustu, Polindes danPoskesdes, tersebardi tiap kabupaten,terutama di daerahendemik filariasis,kondisi saranapelayanankesehatan yangdimaksud,didukung olehtenaga medis(dokter, bidan danperawat) peralatanmedis modern danobat-obatanlainnya, tentunyamasing-masingsarana itu telahdisiapkan obatkhusus untuk obatfilariasis. Mengenaikecukupannyatergantungpermintaan (database) teknis daridinas kesehatan,dalam hal inikabupatenEnrekang.

9)Informasi kendalayang dihadapidalam hal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan dan rekomendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Sebenarnyakendalanya tetapada, tetapisemuanya bisateratasi, palingutama itu faktorgeografis daerah.

Kendala dapatteratasi

KerjasamaLintas Sektor

10)Informasitentang optimalisasikoordinasi antar

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintas

Ya, harus adakerjasama timterpadu, karena

Ada kerjasamayang baik antarlintas sektoral

Page 80: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

60

lintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

program? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

kesehatan ituholistik, makanyaseluruhkementerian di luarkesehatan harusterlibat. itulahyang merupakangerakan masyarakatsehat. Salah satudiantara provinsiyang dapatsertifikat untukkesehatan diIndonesia, SulawesiSelatan.

dan program

11)Informasitentang sektor yangmelakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

ApakahPuskesmas melakukan kerjasamadengan sektor nonkesehatan dalameliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jika adadan tidak

Terlepas daribentuk kerjasamadengan sektor nonkesehatan tentangeliminasi filariasis,saya berikan contohkasus sesuai tugasyang seringdihadapi dilapangan, Contoh.kasus bermasalahdi Asrama Haji, adacalon jamaahmemaksakan untukterbang. Sayabertanggung jawabdi bidangkesehatan, inikeputusan sayatidak boleh terbang,sisa pilot apakahbisa terbang atautidak, jawabannyasama tidak bisa,Saya penanggungjawab penerbangan,karena begituterbang, izinterbangnya dicabut,Sekali lagi

Ketegasan dandisiplin

Page 81: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

61

keputusan sayatidak layak terbang,kok Bapak tidakada kompromi,bagaimana maukompromi, cucidarah tiap hari, iniorang penting,semua orangpeting, di mata sayadokter dan pasienharus berlaku.Sudah tahuberbahaya masihmau terbang, apabedanya kalaubapak Saya suruhminum Baygon,berani enggak, apabedanya ini....sampai mintagubernur danmenteri untukdiizinkan terbang,kacau balau,begitulah kira-kiraapa yang sayakerjakan sebagaikepala dinaskesehatan provinsisulawesi selatan.

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

3) Kasi P2MDinasKesehatanProvinsiSulawesiSelatan,

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasi

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukung

Kalau daerahendemik diSulawesi Selatanyaitu kabupatenEnrekang, yangtercatat di

Ditemukan 2wilayahendemikfilariasis

Page 82: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

62

dr.Hj.NurulAmin, M.Kes

penyelesaian untukpihak kemenkes.

dan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes.

kecamatan BuntuBatu dankecamatan BuntuBarana, dan satulagi di kabupatenPangkajenneKepulauan(Pangkep) berarti,sisa 2 daerah.Faktor pendukunguntuk membiayaiprogram,persedurenyapenyampaian keBappeda langsungdilokasikan dana,mudah-mudahanBappeda, dapatmemberi bantuan?Kita kan ada eventuntuk eliminasi ditingkat provinsidalam kegiatanpelatihan, faktorkendalanya tidakboleh tidak adajuga, seperti obat-obatan yangterlambat diterimadi dinas kesehatankabupaten.Solusinya kalaubisa obat-obatanfilariasis sesuaidata, jumlah danjadwal distribusnya

2).Informasitentang duku nganpemerintah daerah,bupati/walikota,keterlibatan sektornon kesehatan,bentuk dukung anatau hambatan yang

Bagaimanadukungan pemerintah daerahterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukung

Kalau dukunganpemerintah daerahsoal dana, rata-ratakabupaten/ kotakurang mendukung,programnya P2,kalau tidakdihandel dengan

Komitmendukunganpemerintahdaerah

Page 83: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

63

dimaksud dan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

baik, programeliminasi tidak bisaberjalan lancar.Bisa menjadihambatan dalampelaksanaankegiatan eliminasifilaria. Solusi yangdiinginkan perludbangun komitmenbaru denganpemerintah pusat,hasilnya diteruskanke daerah, sayasadari rata-ratapemegang programdi daerah , terutamaPuskesmas, masihminim programterkait eliminasifilariasis.

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakanmenghambatkegiatan pelaksanaaneliminasifilariasis? jika adaperatur an apa?Apa yang sudah dilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Kebijakanpemerintah daerahdan peraturankemenkes sudahsesuai denganperaturan yang ada,bagi daerah yangmengerti kebijakaneliminasi filariasis,tentu mendapatdukungan yangpositif, karenapelaksanaankebijakan itu lebihbanyak fisik, politisbanget, dalambentuk dana masihterbatas padaalokasi tertentukesehatanumumnya,solusinya untungada dana BOKterpadu dengan

Peraturankemenkesmenjadi acuanpercepataneliminasifilariasis

Page 84: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

64

P2M, dan pengelolaprogram yangbanyak membantudalam pelaksanaaneliminasi filariasis.

Aspek SDM

4)Informasikecukupan jumlah,jenis, kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya.

Memangmasalahnya klasiktentang SDM, kalauketerbatasan SDM,numpang programlain, termasuktenaga yang dipakaiuntuk menambahjumlah SDM.Solusinya kalau adakegiatan filariasis,bergabung, merekasaling membantu,dan tidak adamasalah yangmasalah kalau tidakada lagi pasien.

Butuh tambahanSDM

Aspek Anggaran5)Informasi tentangke cukupananggaran dansumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO(luar dan dalamnegeri)

Ya, kalau anggaranitu tidak cukup,Saya nambah jadikita atur tercantoldalam dana APBD,manfaatnya bagus,jadi kalau kita maumainkan harus adakomunikasi bentukpertemuan,mengharapkansupervisi, kalauBOK Pusesmasjalanlah, temukankasus merekamainkan lagiiramanya filariasis,masuk dana APBD,kalau tidak

Butuh tambahananggaran

Page 85: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

65

didampingiperioritasmasalahnya,mereka juga bisajalan.

6)Gambarandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah kendala,solusi yang sudahdilakukan danrekomenda sipenyelesaiannya

Jelaskandisharmoni tatakelolaperencanaan anggaran pusat dadaerah, apakendala? Apasolusi yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan ?

PengalokasianAnggaran Dananya,secara umum danafilariasis jelas ada,paling mereka tahu,kalau anggaranfilariasis hanyadaerah-daerahfokus sajalah, yangpentng ada skalaperioritas

Anggaran danapada daerahpokus filariasis

7)Gambarankesesuaian menuDA degankebutuhan daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasipenyelesaian nya

Apakah menuDAK anggar anpusat dan daerahsudah sesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Sebenarnyainformasi ini bagussekali, dalam haltehnisnya samadinas kesehatan,selain itu,bagaimanaketerlibataninstansi lain semuadinas memberikansuporting.lintassektoral yangterkait, salah saatuindikasi penunjangpembangunantentunyamasyarakat harussehat, khusus2018, kita lihatkebijakan Gubernurbaru.dan masukandinas terkait. pastikami dariBAPPEDA akanmemperhatikanmasalah itu.Solusinya, memberi

Disesuaikankebutuhanoperasionaleliminasi

Page 86: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

66

dukungan sesuaiusulan dari Dinkes,biasanya data tidaknyambung yangmasuk keBAPPEDA.

Sarana danPrasara

Kesehatan8)Informasi standarfasili tas kesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi untukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

9)Informasi kendalayang dihadapidalam hal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan dan rekomendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

KerjasamaLintas Sektor

10)Informasitentang optimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

Ya, koordinasinyaada pertemuanminimal 1 kalilintas` sektoral,kalau ada kegiatansesuai kebutuhanmisalnya pelatihanfilariasis, biasanyadisinggung jugapoint2 terentu yangberkaitan denganfilariasis, begitujuga lintas program,kalau kaki gajahmereka kenal, kalaufilariasis mungkin

Kerjasamalintas sektor danprogramdiadakan

Page 87: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

67

tidak tahu.Solusinya yangsudah dilakukankalau ada kasusmisalnya, temuanitu negatif mestiada dukungan,selanjutnya lintasprogram nantidibantu yangterkait dengananggaran ,termasuk biayayang tidak terdanai,yang tidak tertulisdalamnomenklatur.

11)Informasitentang sektor yangmelakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

ApakahPuskesmas melakukan kerjasamadengan sektor nonkesehatan dalameliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jika adadan tidak

Selama ini adakebijakankerjasama danbantuan dengansektor nonkesehatan, palingjuga dari Unhas(mahasiswanya),melakukanSurveilansnyatentang penyakitfilariasis.Alasannya karenasekarang ini dimana-manaditemukanpenderita kronis,kenapa baru adatemuan seperti itu,karena sosialisasimulai aktif mencariturun ke lapangan,ditemukan adapasien yang baru,setelah dilakukanpemeriksaan darah.Solusi yangdiinginkan setelah

Menerimabantuan darisektor nankesehatan

Page 88: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

68

eliminasi filariasispenyakit ini tidakmuncul lagi?Karena itu kitamengbackup terusdanmenindaklanjutikalau ada temuanyang baru,termasuk kalau adapublikasi dari luar,yang kena dinaskesehatan. Olehkarena itu perlu adaperubahan danpemikiran barudalam menanganieliminasi filariasis.

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis.

Level Kabupaten

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Kepala Seksi P2P Dinas

Kesehatan Kabupaten Enrekang, hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

No Informan Informasi YangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

ASPEKKomitmen/Kebijakan

1. Kepala DinasKabupatenEnrekangBpk.dr.MarwanAhmadGanoko, Sp.Pk

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan apa

Pada dasarnyakebijak an ituditindaklanjuti ditingkat kabupatendengan kegiatanPOPM, dimulaitahun 2014,ditemukan 17positif reaksi obat,dan tahun 2016hasilnya negatif

DilaksanakanPOPM didaerahendemik filariasis

Page 89: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

69

rekomendasi untukkemkes

2).Informasitentang duku nganpemerintah daerah/bupati/walikota,keterlibatan sektornon kesehatan,bentuk dukung anatau hambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah daerahterhad ap kebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Tidak ada masalah,karena mendapatdukungan positifdari pemerintahkecamat an, danmemberi contohminum obat dalamupacara bulanan.

Semuamendukung

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakanmenghambatkegiatan pelaksanaan eliminasifilariasis? jika adaperatur an apa? Apayang sudah dilakukan? Solusi apayang diinginkan

Tidak ada policygap antaraperaturan pusat dandaerah

bersinergis

Aspek SDM

4)Informasikecukupan jumlah,jenis, kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yang berhubungan dengankegiatan eliminasifilariasis? jika tidakcukup, bagaimana

Memang diakuijumlah SDM didaerah tidakmencukupi, dancara mengatasinyadilaku kan pelatihantenaga kesehatan,tenaga analisislaboran, dan dibantuoleh tenaga

jumlah tenagakesehatan, dantenaga laboran,TIDAKCUKUP

Page 90: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

70

mengatasinya kesehatan di Puskesmas/Pustu/Polindes/Poskesdes,pelatihan tenagasurailans, bahkantiap dusun 1 tenagakesehatan dalammelakukanpengawasan, terutama keluarga ataurumah tangga yangterinfeksi filariasis

Aspek Anggaran

5)Informasi tentangke cukupananggaran dansumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO (luardan dalam negeri)

Dana pelaksanaanPOPM dari danaAPBD didukung idana BOKPuskesmas,dibuatkan programterpadu sepertinJKM, melaluiprogramkelambunisa si,tahun 2014

Sumberanggaran dariAPBD danBOK

6)Gambarandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah kendala,solusi yang sudahdilakukan danrekomenda sipenyelesaiannya

Jelaskandisharmoni tatakelola perencanaanang garan pusat dadaerah, apakendala? Apasolusi yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan ?

Tata kelolaperencana ananggaran , dimasukkan dalam danaangg garanglondongan dinaskesehatan, melaluibantuan dari danaAPBD tertulis diBAPPEDA

Tata kelolaanggaransesuaiketentuan SOP(standaroperasional)

7)Gambarankesesuaian menuDAK dengankebutuh an daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi

Apakah menu DAKanggar an pusat dandaerah sudahsesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusi

Tidak ada jawaban

Page 91: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

71

penyelesaian nya apa yangdiinginkan

Sarana danPrasaranaKesehatan

8)Informasi standarfasili tas kesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi untukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis,kecukupan)

Disediakan diPuskesmas/Pustu/Poskesdes, termasuk obatfilaria, dantransportasi (motordan mobil) untukmendukungkegiatanoperasional POPM,SDJ dan TAS

JUMLAHsaranakesehatan dantenaga kesehatan

9)Informasi kendalayang dihadapidalam hal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan dan rekomendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apa solusiyang sudah dilakukan? Solusi apayang diinginkandari kemenkes?

Tidak ada, karenatiap kasus penyakityang ditemukanlangsung dilaporkandari Puskesmas, kekabupa ten,diteruskan keprovinsi, kecualipeng adaan obatsering tidakmencukupi , tetapisemuanya bisateratasi dengankerja keras petugaskesehat an

JUMLAHfasilitaskesehatandipakai untukmendukungpelaksanaaneliminasifilaria sis

Solusi yagdilinginkan

Untuk mengatasi kekurangan tenagakesehatan, perlu adatambahan danpengangkatan bidanPTT

TAMBAHAN

tenagakesehatan

Kerjasama LintasSektor

10)Informasitentang optimalisasikoordinasi antar

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintas

Proses koordinasilintas sektoral danlintas program ber

Dibentuk timkerja (POKJA)

Page 92: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

72

lintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

program? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jika adadan tidak

jalan lancar, karenadibentuk dalam satutim kerja (Pokja)dan salingmembantu dalampelaksanaan POPMdan SDJ

11)Informasitentang sektor yangmelakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

Apakah Puskesmasme lakukankerjasama dengansektor nonkesehatan dalameliminasi filariasis?jelaskan alasannya,jika ada dan tidak

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

Aspek Komitmen/Kebijakan

2. Kepala Kasi P2DinasKesehatanKabupatenEnrekang,Bapak.Bachtiar, S.Km

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasi untukkemkes.

Pada prinsipnyasetiap ada kebijakanelimina si dari pusatdan provinsi kamidukung danditindaklanjutidalam mempercepatproses eliminasifilariasis

kebija kandari pemerintah daerahdan dinaskesehatan

DILAKSANAKAN

Faktor Pendukung Kegiatan POPMdan SDJ ddukungoleh lintas sektoraldan lintas program,

Page 93: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

73

tomas/ toga, kaderPosyandu dan ibuPKK

Faktor penghambat

2).Informasitentang duku nganpemeri ntah daerah/bupati/walikota,keterlibatan sektornon kesehatan,bentuk dukung anatau hambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah daerahterhad ap kebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Intinya pemerintahdaerah kabupatensampai pemerintahkecamatan dandesa, mendukungpelaksa naan POPMdan SDJ

DUKUNGAN

pemda dansektor nonkesehatan

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakanmenghambatkegiatan pelaksanaan eliminasifilariasis? jika adaperatur an apa? Apayang sudah dilakukan? Solusi apayang diinginkan

Samasekali tidakada yangbertentanganperaturan itu,karena belum adajuga terbit peraturanbupati (perbu) jadiPermen kes yangmenjadi rujukandalam melaksanakan eliminasifilariasis, solusiyang dilaksanakanmeng aktifkansemua tenagakesehatan terlibatdalam kegiatanPOPM, SDJ danTAS

Belum dibuatperaturanbupati(PERBU)

4)Informasikecukupan jumlah,jenis, kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDM

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yang berhubungan dengan

Merekaberkomitmenpercepataneliminasi filariasis,meskipun jumlahSDM kurang, tetapi

Jumlah SDMmasih kurang

Page 94: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

74

sektor nonkesehatan

kegiatan eliminasifilariasis? jika tidakcukup, bagaimanamengatasinya

mereka terlibatkegiatan eliminasidalam tim kerja(Pokja)

Bagaimanamengatasinya

Dibentuk satu timkerja dari lintassektoral dan lintasprogram

Aspek Anggaran5)Informasi tentangke cukupananggaran dansumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO (luardan dalam negeri)

6)Gambarandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah kendala,solusi yang sudahdilakukan danrekomenda sipenyelesaiannya

Jelaskandisharmoni tatakelola perencanaanang garan pusat dadaerah, apakendala? Apasolusi yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan ?

7)Gambarankesesuaian menuDAK dengankebutuh an daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasipenyelesaian nya

Apakah menu DAKanggar an pusat dandaerah sudahsesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Sarana danPrasaranaKesehatan

Page 95: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

75

8)Informasi standarfasili tas kesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi untukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Semua fasilitaskeseha tandilengkapi dengansarana obat dantrans portasi,bekerja secaraprofesional dalammemberi pelayananwarga desa, kondisipada waktu POPMjumlah tenagakesehat an masihkurang

Pelayananmaksimal,sesuai jumlahtenagaKESEHATAN

9)Informasi kendalayang dihadapidalam hal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan dan rekomendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apa solusiyang sudah dilakukan? Solusi apayang diinginkandari kemenkes?

Faktor geografis ,lokasi terpencar,menyulitkanpetugas kesehatanbekerja maksimaldan meng unjungiwarga, terutamamalam hari ,terlambat menerimainfo, sulit dijangkaudengan kenderaanmobil

WILAYAHtempat tinggalwargaterpencar dansalingberjauhan

Kerjasama LintasSektor

10)Informasitentang optimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaimana proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jika adadan tidak

Koordinasi lintasprogram lebih cepatdilakukan daripadalintas sektoral,karena perlupenjelasan atausosialisasi lebihawal agarterkoordinasi sesuaiSOP

TERKOORDINIR dansallingbekerjasama

11)Informasitentang sektor yangmelakukankerjasama dalampelaksanaan

Apakah Puskesmasme lakukankerjasama dengansektor nonkesehatan dalam

Kerjasama nonkeseha tan sepertimedia lokal, oraridan radio FM

KERJASAMAdalam perencanaan percepatan eliminasifilariasis

Page 96: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

76

eliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

eliminasi filariasis?jelaskan alasannya,jika ada dan tidak

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

Aspek Komitmen/Kebijakan

3. PemegangProgramFilariasis DinasKesehatanKabupatenEnrekang Bpk.Supriyadi

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasi untukkemkes.

Sebagai pemegangprogram filariasissaya berupayamempercepat proseseliminasi filariasisdi KabupatenEnrekang danberkomitmenmelaksanakansetiap ada kebijakandari KementerianKesehatan danDinas KesehatanProvinsi SulawesiSelatan

Dilaksanakanmempercepatproseseliminasi

2).Informasitentang duku nganpemerintah daerah/bupati/walikota ,keterlibatan sektornon kesehatan,bentuk dukung anatau hambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad ap kebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Tidak ada masalah,karena tetapmendapat dukunganpositif, danmemberi contoh

Dukunganpositif

Page 97: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

77

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakanmenghambatkegiatan pelaksanaan eliminasifilariasis? jika adaperatur an apa? Apayang sudah dilakukan? Solusi apayang diinginkan

Tidak ada gapterkait peraturanpusat dan daerah,keduanya bersinergidalam pelaksananprogram

Salingmendukung

Aspek SDM

4)Informasikecukupan jumlah,jenis, kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yang berhubungan dengankegiatan eliminasifilariasis? jika tidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Memang diakuijumlah SDM tidakcukup, dan caramengatasinyadilakukan pelatihankepada tenagakesehatan, tenagaanalisis dan dibantuoleh tenaga diPuskesmas/Pustu/Polindes.Pelatihan tenagasurvelns, bahaknatiap dusundisiapkan tenagakesehatan, danmelakukanpengaasan secararutine, terutamakeluarga atau rumahtangga yangterinfeksi filariasis

tambahanSDM,khususnyatenagaoperasio nallapangan

Aspek Anggaran5)Informasi tentangke cukupananggaran dan

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasi

Terlaksananyaprogram eliminasifilariasis, karena

Melibatkansemua unsur

Page 98: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

78

sumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

filaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO (luardan dalam negeri)

melibatkan unsurtenaga kesehatantermasuk kaderPosyandu, kaderPKK dan perangkatdesa, dalam satu timkerja.

6)Gambarandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah kendala,solusi yang sudahdilakukan danrekomenda sipenyelesaiannya

Jelaskandisharmoni tatakelola perencanaanang garan pusat dadaerah, apakendala? Apasolusi yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan ?

Danapelaksanaannyadipakai dari BOKPuskesmas untukoperasional POPM,dan dibuatkanprogram terpaduseperti JKM, antaralain programkelambunisasi,tahun 2014.

T.7)Jelaskandisharmoni tatakelola perencanaananggaran pusat dandaerah, apakendala? apa solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan?

operasionaleliminasi daridana BOK(danapendamping)

7)Gambarankesesuaian menuDAK dengankebutuh an daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasipenyelesaian nya

Apakah menu DAKanggar an pusat dandaerah sudahsesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

dimasukkan dalamanggaran Dinkessecara glondongandan menjadianggaran pokoktertulis diBAPPEDA,

dimasukkandalam dana APBD

bantuan danaglondongandariBAPPEDA

Sarana danPrasara

Kesehatan8)Informasi standar Bagaimana sarana Di tiap kecamatan Bantuan obat

Page 99: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

79

fasili tas kesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasi untukpenyelesaiannya

dan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

ada Puskesmas danPustu, di tingkatdesa ada Polindesdan Poskesdes, tiapsarana tersebutdisiapkan obatfilariasis, seperti,Abendazone, danobat filariasislainnya. Jelasnyasemua kebutuhanobat terkaiteliminasi filariasisdisiapkan di saranakesehatan, dengantenaga kesehatanyang siaga

filariasisditanganipuskesmas

9)Informasi kendalayang dihadapidalam hal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan dan rekomendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apa solusiyang sudah dilakukan? Solusi apayang diinginkandari kemenkes?

Tidak ada, karenasaat ada kasusdilaporkan keprovinsi,kendalanya adakecuali pengdanaanyang tidakmencukupi, tetapikerjakeras tenagakesehatan,semuanya bisateratasi.

Semuaberjalan lancar

Kerjasama LintasSektor

10)Informasitentang optimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jika adadan tidak

proses koordinasilintas sektor danlintas programberjalan lancar,kendalanya tidakada, solusinyakerjasama danmembentuk timkerja denganmelibatkan sektoryang terkait danprogram.

Koordinasiprogram

Page 100: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

80

11)Informasitentang sektor yangmelakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

Apakah Puskesmasme lakukankerjasama dengansektor nonkesehatan dalameliminasi filariasis?jelaskan alasannya,jika ada dan tidak

Program eliminasifilariasis terlaksanadengan lancar,karena melibatkansektor nonkesehatan yangterkait, seperti,dinas pendidikan(melibatkan gurudan muridnya),DPRD danBAPPEDA,penyusunananggaran APBD,Infokom melaluipromosinya,kementerian agamadengan jurudakwanya (tidakboleh diabaikan timmuballignya),organisasi PKK ditingkat kecamatandan desa.

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis.

Level Lintas sektor

Informan terdiri dari Bappeda provinsi Sulawesi Tengah dan Bappeda Kabupaten

Enrekang, Dinas Pendidikan, DPRD, hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

Aspek Anggaran1. Ketua

BAPPEDAProvinsiSulawesiSelatan

5)Informasi tentangke cukupananggaran dansumber anggaranpelak sanaan

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumber

Bappeda hanyasebagai perencanaawal dalammenetapkanekonomi Sulawesi

Penetapananggaraneliminasifilariasis

Page 101: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

81

(diwakiliBidangPemerintahan, sosial danbudaya)Bapak. Dr. M.Rahmat AlimBachri, M.SI

eliminasi filaria anggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO(luar dan dalamnegeri)

Selatan dalamkaitan denganpenyakit kaki gajahkebijakan propinsisulsel dalampenanggulanganpenyakit ini,dimasukkan dalamRPJM, secaratehnis masuk dalamdinas kesehatan.

7)Gambarankesesuaian menuDA degankebutuhan daerah,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasipenyelesaian nya

Apakah menuDAK anggar anpusat dan daerahsudah sesuai? Apakendala yangdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Sebenarnyainformasi ini bagussekali, dalam haltehnisnya samadinas kesehatan,selain itu,bagaimanaketerlibataninstansi lain semuadinas memberikansuporting.lintassektoral yangterkait, salah saatuindikasi penunjangpembangunantentunyamasyarakat harussehat, khusus2018, kita lihatkebijakan Gubernurbaru.dan masukandinas terkait. pastikami dariBAPPEDA akanmemperhatikanmasalah itu.Solusinya, memberidukungan sesuaiusulan dari Dinkes,biasanya data tidaknyambung yangmasuk keBAPPEDA.

Kesesuaiananggaran pusatdan daerah

Page 102: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

82

Informan informasi yangdiharapkan

pokok bahasan/pertanyaan

fakta lapangan indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

2. KetuaBAPPEDAKabupatenEnrekang,Bapak.DR.Baba, M.SI

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasi untukkemkes.

Kebijakan nasionaltentu ada peraturandari kementeriankesehatan (Nomor94, tahun 2014),tidak ada masalah,karena dariperaturan itumenjadi rujukankami untukdimasukkan dalamanggaran danaAPBD, kami jugabutuh data daridinas kesehatanyang terkait denganpelaksanaaneliminasi filariasis.Saya selaku ketuaBAPPEDA,menyatakanwelcome untukmemberi bantuanoperasionalpelaksanaaneliminasi filariasisdi KabupatenEnrekang.

Permenkesmenjadi rujukan

Aspek Anggaran5)Informasi tentangke cukupananggaran dansumber anggaranpelak sanaaneliminasi filaria

Bagaimanaanggaran pelaksanaan eliminasifilaria, kecukupandan sumberanggaran (pusatmelalui DAK,APBD) ataubantuan NGO(luar & dalam

Dimasukkan dalampagu anggaran sektorkesehatan, dalambentuk danaglondongan, dalamhal ini DinasKesehatan KabupatenEnrekang

Bantuan dana dalambentuk fisik dan nonfisik, dan dibuatkan

Disediakan danaoperasional

Page 103: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

83

negri) skala prioritas(minimal 20%),meskipun anggaranterbatas (kurangmemadai), karenamerangkum semuasektoral, danbiasanya ada revisianggaran tiap tahunbaik program jangkapendek maupunprogram jangkamenengah sesuaikebutuhan.

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

3. Kepala DinasPendidikanKabupatenEnrekang,Bapak.Jumurdin,SP.d.MP.d

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasi untukkemkes.

Kebijakan eliminasifilariasis padaprinsipnya kamimendukung,dengan melibatkansemua sekolahdalam wilayahkerja dinaspendidikan diKabupatenEnrekang,diteruskan ke dinaspendidikan tingkatkecamatan.Hambatannyabiasanya informasikomunikasi yangsering terlambatditerima di daerahyang wilayahnyamasih terpencil,solusinya adalahmenginstruksikankesiapan sekolahuntuk membantukegiatan programpemberian obat

Melibatkanguru dan muriddi sekolah

Page 104: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

84

massal, termasukmurid-muridsekolah. Bantuansudah dilakukansejak program inidimulakan dari2007-2011, dansosialisasi kesekolah-sekolahsemua jenjangpendidikan dari SD,SMP, dan SMA.

KerjasamaLintas Sektoral

10)Informasitentang optimalisasiantar lintas sektordan lintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak.

Koordinasi antaradinas pendidikandengan dinaskesehatan padaprinsipnya berjalanlancar, sampai ketingkat kecamatan,guru dan UKS,kendalanya tidakada, karena tujuanyang dicapaiprogram eliminasifilariasis untukkepentingankesehatan murid-murid di sekolahagar terhindar daripenyakit ini, Solusiyang dilakukanmemberi informasikepada guru danmurid melaluisosialisasi daritenaga kesehatan.sekaligus terlibatdalam POPM,contoh, tahun 2011-2015, dilakukanPOPM semuasekolah yangmenjadi fokus

Sosialisasifilariasis disekolah

Page 105: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

85

endemik filariasis

12)Informasitentang ben tukkerjasama dalam pelaksanaan eliminasifilariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis.

Bentuk kerjasamadengan dinaskesehatan,melibatkan guru-guru dan muridsemua jenjangsekolah (SD,SMP,dan SMA) dalamkegiatan sosialisasidan pemberian obatmassal untukmurid-murid, sertamelakukanpengawasan bagimuridnya pascapemberianobat.oleh gurumasing-masingsekolah.

Obatnya diminum

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

4. Ketua DPRDKabupatenEnrekangBapak. ArfanRenggong

1)Informasi tentangtransla si kebijakaneliminasi fila ria dikecamatan, solusiyang sdh dilakukandan rekomendasipenyelesaian untukpihak kemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasi untukkemkes.

Respon dari DPRDtentang kebijakanpusat terkaiteliminasi filariasis,sangat mendukung,dan menyatakankesediaan untukmengaplikasikanPermenkestersebut.TugasDPRD dapatmembantusuksesnya eliminasifilariasis diKabupatenEnrekang,sekaligus keinginanuntuk memperolehinformasi yang

anggata DPRDmendukung

Page 106: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

86

kongkrit programeliminasi yangsudah dilaksanakandi daerah endemik..

2).Informasitentang duku nganpemerintah kecamatan, keterlibatansektor nonkesehatan, bentukdukung an atauhambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya ?apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

DPRD punyakemampuanregulasi untukmenentukankebijakan danhimbauan kepadapemerintah daerahmemberi bantuankepada pelaksanateknis dinaskesehatan, bentukdukungan ini bisamenjadi contohuntuk kabupatenlainnya, Mengapa ?karena .masyarakatEnrekang dapatmenerimaperubahan,termasuk dalampenyusunananggaran terkaitdengan programkesehatan secarakeseluruhan.

Skala prioritasprogram

3)Informasi adanyapolicy gap antarkementerian atauantara permenkesdengan perda,perbub atau SE

Jelaskan apakahada dishar moniperaturan antar kementerian atauperaturan kemkesdengan peraturandaerah yangdirasakanmenghambatkegiatan pelaksanaaneliminasifilariasis? jika adaperatur an apa?

Sesuai apa yngdisepakati bersamaoleh anggotaDPRD, dan apapunbentuknya terkaitkesejahteraankesehatanmasyarakat,harapan kami untukdinas kesehatanakan kami tantangprogram apa yangdilaksanakan bagikepentingan

Tanggungjawab komisi 3DPRD menjadipen damping

Page 107: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

87

Apa yang sudah dilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

masyarakat,khususnya komisi 3harus tetapmemberikandorongan apalagimengenai penyakitfilariasis ini, sekalilagi DPRD akantetap memberidukungan,termasuk jugabantuan anggarankenderaanoperasional.

KoordinasiLintas Sektoral

10)Informasitentang optimalisasiantar lintas sektordan lintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak.

Proses koordinasitidak boleh putus,kalau Ketua DPRDyang berbicara danmengatakanmendukung, , makakami anggotakomisi 3,berkomitmenuntukmendampingi,karen persoalan inimenyangkut lintassektoral, sehat ituada prosedurnyajangan sampai adaprogram yg tidaknyambung jauhlebih susahmempertahankandaripadamendapatkan,seperti sertifikasieliminasi filariasis.

Koordinasi berkelanjutan

Level Puskesmas

Page 108: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

88

Infoman terdiri dari kepala puskesmas, dokter, analis dan pengelola program filariasis di

Puskesmas Buntu Batu dan Sumbang, hasil wawancara sebagai berikut:

No Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

1. KepalaPuskesmasBuntu Batu,Bpk. H.GustiZakaria,S.Kep, Ns

1)Informasitentang transla sikebijakaneliminasi fila riadi kecamatan,solusi yang sdhdilakukan danrekomendasipenyelesaianuntuk pihakkemenkes

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes

Semua kebijakannasional (PermenkesNo.94/2017) padaprinsipnya kamidukung dan ditindaklanjuti di Puskesmas,demikian juga kebijakan dari dinas kesehatan kabu. Enrekang

Kebijakan pusatdan dinas kesehatan ditindaklanjuti

Solusi yang sudahdilakuka

Sejak ada himbauandari DinkesKabupaten Enrekang,sejak itu kami mulaibekerja bersamadengan tim diPuskesmas, dilaksanakan tahun 2006 kegiatan survaelans darikemenkes Jakarta, ditemukan ada satu orgpenderita di Potokullinbelakangan Saya tahuternyata TKW dariMalaysia, namanyaIbu. Hijriah. Surveyendemis danpemberian obat massal bulan nopember s/ddesember 2006, pelaoran pebruari 2007dengan melibatkankepala wilayah kecam

Survey endemisfilariasis danpemberian obatmassal

Page 109: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

89

atan dan kaurnya/muspidanya.

2).Informasitentang duku nganpemerintahkecamat an,keterlibatansektor nonkesehatan, bentukdukung an atauhambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya? apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Dukungan pemerintahkecamatan sangat positif, langsung dipraktikan minum obat dalamupacara seremonial dilapangan di depan kantor desa (lupa namadesanya) obat yang dimaksud, seperti, DEC,Vit.B6, lupa obat lainnya. Dilakukan selama5 tahun, s/d tahun2011, sesudah itudilakukan evauasi, dilanjutkan pengambilan sampel darah,tahun 2012 s/d 2015,ternyata tidak ada ygpositif, dilanjutkanTAS 1 dan TAS 2,diketahui tidak adalagi penderi ta yangpositif.

minum obatfilariasis secaramassal

Faktorpenghambat

Hambatannya pastiada, kondisi geografis/desa yang terpencil/sulit dijangkau denganroda dua (motor) danmobil, jalan setapakditembus dengan jalankaki atau naik kuda,obat sering terlambattiba di tempat, jumlahtenaga kesehatan danpendamping belummemadai

Kondisi geografis, sarana jalandan transportasi

Faktor pendukung Alhamdulillah, mendapat dukungan dari Pakcamat dan kaurnya,kepala desa dan apara

Pak. Camat dankaurnya

Page 110: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

90

nya, tomas/toga, kadePosyandu dan IbuPKK guru danmuridnya, danpembagian kelam bu

Solusi yangdilakukan dandiinginakn

Mengundang danmenghadirkan dalamacara pembeian obatmassal, Pak. Camat/muspika/kaur, kepaladesa/aparatnya, kepala SD dan petugaskesehatan

Berpartisipasiacara POPM

3)Informasikecukupanjumlah, jenis,kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya.

Tenaga SDM, khusustenaga kesehatan Puskesmas/Pustu/Polindesa/Poskesdes, jumlah, jenis, kompotensipada umumnya tidakcukup, tetapi merekaberkomitmen menyusukseskan programpercepatan eliminasidaerah endemik filariasis. Untuk mencukupiSDM itu, merekadibantu tenaga nonkesehatan, ibu PKK,kader Posyandu, dantomas/toga.

Tenaga SDMkurang, dibantuSDM dari nonkesehatan

Bagaimana caramengatasi nya

Diundang melalui pemberitahuan dari masjidberkumpul di lapangdengan membawa airmasing-masing, dibagikan obatnya, langsungPak. Camat memulaiminum dan secaraserenta diikuti pesertaupacara lainnya.Untuk murid-murid

Serentak minumobat.

Page 111: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

91

dibagikan di sekolahnya, tetap dalam pengawasan gurunya.Selain itu disiapkantempat khusus menerima obat filariasis disarana kesehatan, dantiap dusun ditunjuksatu orang penanggung jawab.

4)Informasitentang keterlibatanmasyarakat dalameliminasifilariasis, caramobiisasimasyarakat, peranmasing-masingstakeholder

Bagaimanapemberdayaanmasyarakat dalamelimina si filaria,bagaimana peranPosyandu, kaderkesehat an , PKK,dan perangkatdesa

Memberdayakanmasyarakat daritomas/kader/ibu PKK,khusus Toga melaluiceramah dan pesan-pesannya di masjid.Sebelum merekadiberdayakan diberipengetahuan tentangfilariasis, obat danpencegahannya, sertamembantu petugaskalau ada wargamengalami reaksipositif pasca minumobat, diantar olehkader Posyandu kePuskesmas.

Melibatkanmereka dalamkegiatan

eliminasi

5)Informasitentang kecukupan anggarandan sumberanggaran pelaksanaan eliminasifilaria

Bagaimankecukupan anggaran pelaksanaaneliminasi filariasisatau ada kahbantuan LSM(luar dan dalamnegeri)

Informasi yang diterima dari teman-temanpada waktu pelaksanaan kegiatan eliminasi,dana pendukung kegiatan itu belum memadai jumlahnya,untuk mencukupinyadiambil daridanaBOK, dan tenagakesehatan yangmelakukan pengawasan tetap dibiayaidari BOK Puskesmas

Biaya eliminasimasih kurang

Page 112: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

92

6)Informasistandar fasili taskesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasiuntukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Fasilitas alat dan tenaga laboran pada waktupengabilan sampeldarah tidak memadaibaik jumlahnya maupun tenaga analisisnyasekarang ada 5 laboran, 1 analisis, mobil 2unit, motor 6 unit,kondisi masing-masing layak pakai,mikroskop 2 unit,kondisi layak pakai,tenaga kesehat an 91orang (PNS. 18 dantenaga honrer 72 obat-obatan tersedia dancukup melayani pasienberobat.

transportasi,mikroskop layakdipakai, tenagakesehat danobat-obat ancukup

7)Informasikendala yangdihadapi dalamhal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan danreko mendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Sebenarnya kendalayang terkait tugaspokok pemberianlayanan kurang,mereka berkomitmenmemberi pelayananmaksimal dari masingmasing programsekarang kami mempersiapkan agritasinyadan ditekankan program dalam bentukSOP dan peraturanlainnya

Tugas program,sesuai SOP danperaturan lain

nya.

Bagaimanamengatasinya

Semua bentuk layananmasing-masing program berjalan denganbaik, disediakan ruangtunggu pasien, sampaipasien selesai mengambil obat, Lansia danbayi diantar olehpetugas khusus diruang tunggu Saya ber

Pasien ter

layani.

Page 113: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

93

upayamemaksimalkanlayanan kepada pasienmempromosikannfilariasis, karenamasih banyak yangbelum tahu filariasisitu

Solusi yangdiharapkan

Tahun 2017, caramengatasi kendaladengan membarikantanggung jawab sepenuhnya program, 1orang , 1 dusun 1bidang, jumlah dusun23, bertanggung jawabmelakukan pendataanmendeteksi dini kasuspenyakit di masyarakat, mereka harustahu, bida Poskesdesjuga harus tahufilariasis.

Tanggung jawab

program

8)Informasitentangoptimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

Terkait sektor lainboleh dikata, semuanya dilibatkan dalamkegiatan lokakaryamini yang dilaksanakan satu kali tiap 3bulan, menyampaikanmasalah keseha tan,termasuk filariasis danjuga dalam upacarasesuai jadwal, koordinasinya berjalanlancar, bahkan pak.Camat langsung kelapangan wilayahendemik.

Berjalan lancar

9)Informasitentang sektoryang melakukan

ApakahPuskesmas melakukan kerjasama

Memang pernah adakelompok pencintaalam latimojong

pengobatanmassal danpengabdian

Page 114: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

94

kerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

dengan sektor nonkesehatan dalameliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jikaada dan tidak

melakukan pengobatan massal, tugasnyamobilisasi wargabuntu batu, teknismedisnya sama petugas kesehatanPuskesmas. Demikianjuga kerjasamakegiatn pengabdianmasyara kat dariuniversitas pare-pare

masyarakat

10)Informasitentang ben tukkerjasama dalampe laksanaaneliminasi filariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

Kerjasama dengan nonsektor kesehatanumumnya sebagaitenaga pendamping ,melibatkan aparatdesa dan kecamatanmengunjungi wargadalam pengambilansampel darah malamhari.

Kerjasamadalam bentukpendampingandengan tenagakesehatan

2. TenagaLaboratorium danAnalisisPuskesmasSumbang,Bapak.Jhohamsah

1)Informasitentang translasikebijakaneliminasi fila riadi kecamatan,solusi yang sdhdilakukan danrekomendasipenyelesaianuntuk pihakkemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes.

Begitu ada komandodari pemerintahdaerah dan dinaskesehatan, langsungdiaplikasikan padawaktu pemberian obatmassal sampai ketingkat desa/dusun

Aplikasi kebijakan dari pemerintah daerahdan dinaskesehatandilaksanakan

Faktorpenghambat

Jelas ada, karenamasih ada kebijakanitu belum diaplikasikan maksimal, masihada warga desa takutdiambil darahnya padamalam hari, takutminum obatnya, ada

warga desa takutdiambildarahnya padamalam hari

Page 115: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

95

warga dibangunkansementara tidur,berjalan malam haripernah ketemu ular

Solusi danrekomendasi

Didahului penyuluhandan sosialisasi program , begitu jugapengambilan sampeldarah malamnya (jam22.00) untuk memuahkan pekerjaan danharus selesai semua,tiap desa dibagi 1 timatau 2 tim, denganberanggotakan 10orang

Dibentuk 1 timberanggotakan10 orang

2).Informasitentang duku nganpemerintahkecamat an,keterlibatansektor nonkesehatan, bentukdukung an atauhambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya? apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Himbauan pemerintahdaerah ke kecamatandiimplementasikanlangsung karenamendapat dukungandari Pak. Camat,muspika, tokoh masyarakat, tokoh agama,khusunya muballigyang banyak membantu dalam berdakwah tentangkesehatan

MendapatdukunganPak.camat/muspika/dantokohmasyarakat

Faktor pendukung Pak. Camat langsungmemberi contohminum obat dankepala desa

Faktorpenghambat

Letak dan kondisigeografis/lingkungqndan finasial tenagavolunturir

3)Informasikecukupanjumlah, jenis,

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,

Kalau itu dari awalkami kekuranganSDM dan masih ada

SDM belummemadai skill

Page 116: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

96

kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya.

yang belum memilikiskill yang terkaitdengan kesehatan,termasuk tenagamikroskopis

dan keahliannya

Bagaimanamengatsinya

SDM perlu ditingkatkan skillnya melaluipelatihan, terutamatenaga mikroskopis,kalau perlu yangmemiliki basickesehatan, agar pelatihan yang diikutiberjenjang, pengangkatan tenaga bidandan perawat (PTT)

Ditingkatkanmelalui pelatihan

4)Informasitentang keterlibatanmasyarakat dalameliminasifilariasis, caramobiisasimasyarakat, peranmasing-masingstakeholder

Bagaimanapemberdayaanmasyarakat dalamelimina si filaria,bagaimana peranPosyandu, kaderkesehat an , PKK,dan perangkatdesa

Selama dilakukanpengambilan sampeldarah, kami memerlukan bantuan dari kaderkesehatan, PKK danperangkat desa

Ada bantuandari kader kesehatan, PKK danaparat desa

5)Informasitentang kecukupan anggarandan sumberanggaran pelaksanaan eliminasifilaria

Bagaimanakecukupan anggaran pelaksanaaneliminasi filariasisatau ada kahbantuan LSM(luar dan dalamnegeri)

Kami membutuhkandana yang dapat membiayai tenaga operasional dalam pengambilan sampel darah,karena biasanya timSDJ sampai 2 kali kelapangan pra pelaksanaan pemberian obatmassal, denganharapan ada bantuanpemda dari dana

Bantuan danamelaluianggaran APBD

Page 117: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

97

APBD, harusnyaditambah lagi, karenatidak menutupkemungkinan munculkasus baru, otomatisprogram SDJ harusjalan dan butuhfinasial tenaga lapangan

6)Informasistandar fasili taskesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasiuntukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Tahun 1999-2009,tidak ada layananlaboran, karena belummemiliki ruangan,tahun 2011 ruanglaboran sudah ada,jumlah peralatannya 3unit mikroskop, 2 unitrusak. Selain itusarana Puskesmas, 1unit, berfungsi rawatnginap, Pustu 8 desa,polindes 7 unit dan 1Poskesdes

PuskesmasBuntu Batu,berfungsi rawatnginap

7)Informasikendala yangdihadapi dalamhal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan danreko mendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Tempat yang layakuntuk pemeriksaansampel darah

Solusi yangdiharapkan

Model layanan olehtenaga laboran untukpengambilan sampeldarah dan analisinyadibutuhkan kenderaanmotor dan Puskesmaskeliling

Belum memilikimobilPuskesmaskeliling

8)Informasitentangoptimalisasi

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintas

Koordinasinya solid,didukung oleh dinkeskabupaten, kader dan

Ada dukungandari pemda danlintas sektor/

Page 118: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

98

koordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

program? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

tenaga kesehatan,kepala desa/kepaladusun/RK/RW

lintas program

9)Informasitentang sektoryang melakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

ApakahPuskesmas melakukan kerjasamadengan sektor nonkesehatan dalameliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jikaada dan tidak

Setahu saya, ada beberapa jerjasamadengan sektor nonkesehatan, merekasebagai pendamping,seperti aparat desa ,karena pengambilansampel darah malamhari, butuh aparat desamengunjungi rumahwarga desa

Ada kerjasamadengan sektornon kesehatan

10)Informasitentang ben tukkerjasama dalampe laksanaaneliminasi filariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

Bentuk kerjasama tdkada bentuk finasial,hanya dilibatkandalam tim terpadudalam pelaksanaaneliminasi filariasis,karena tenaga kesehatan jumlahnya kurang ,perlu dukungan dankerjasama aparatkecamatan dan desa

Kerjasamadalam timterpadu

3. KepalaPuskesmasSumbang,KecamatanCurio,Bpk. Sainal,SKM

1)Informasitentang transla sikebijakaneliminasi fila riadi kecamatan,solusi yang sdhdilakukan danrekomendasipenyelesaianuntuk pihakkemenkes.

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasi

Setiap ada kebijakandinas kesehatan terkaitdengan eliminasifilariasis Saya selakuKepala Puskesmaslangsungmenindaklanjutibersama denganpengelola programfilariasis.

dilaksanakan

Page 119: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

99

untuk kemkes.2).Informasitentang duku nganpemerintahkecamat an,keterlibatansektor nonkesehatan, bentukdukung an atauhambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya? apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Dukungan pak. Camatbersama Kaurnyacukup positif terhadapkebijakan eliminasifilariasis, dan Pak.Camatmenindaklanjutikebijakan itu ketingkat desa (kepaladesa) denganmelibatkan aparatnyasampai ke tingkatdusun.

Pak.Camatnyamendukung

3)Informasikecukupanjumlah, jenis,kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya.

Jumlah SDM yang adasekarang ini bertugasdi Puskesmas, Pustu,Polindes danPoskesdes, bolehdikatakan belummemenuhi jumlahyang diharapkan,Tenaga kesehatan 16berstatus PNS, 1tenaga dokter dan 80berstatus magang(sukarela) bertugas diPuskesmas dan Pustu.

SDM masih

kurang

4)Informasitentang keterlibatanmasyarakat dalameliminasifilariasis, caramobiisasimasyarakat, peranmasing-masingstakeholder

Bagaimanapemberdayaanmasyarakat dalamelimina si filaria,bagaimana peranPosyandu, kaderkesehat an , PKK,dan perangkatdesa

Waktu dilakukanpemberian obat massaldan pengambilansampel darah, semuastackeholder terlibatke-2 kegiatan tersebut,mulai pak.Camat danMuspidanya, dankaurnya, kepala desadan aparatnya sampaikepala dusun, dantokoh-tokohmasyarakat, terutamatokoh agama banyakterlibat dalam

Pemberian obat

Massal men

Dapat dukung

An positif

Page 120: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

100

menyuseskan programini. Selain itu,membantumengumumkan/memberitahukan warga desadi masjid tentangkedatangan petugaskesehatan untukmengunjungi rumahwarga mengambilsampel darah, jugamenyampaikanmelalui ceramah dankhutbah jumat,menyinggung tentangkesehatan padaumumnya.

5)Informasitentang kecukupan anggarandan sumberanggaran pelaksanaan eliminasifilaria

Bagaimanakecukupan anggaran pelaksanaaneliminasi filariasisatau ada kahbantuan LSM(luar dan dalamnegeri)

Karena Saya belummenjabat KepalaPuskesmas, padawaktu dilakukanpemberian obat massaldan pengambilansampel darah, Sayahanya dapat info daripengelola filariasisdan tenaga Puskesmasyang terlibat padawaktu itu, katanyaanggaran pelaksanaanfilariasis dicukup-cukupkan, karenadana operasional ke-2kegiatan itu banyakdibantu dari danaBOK Puskesmas.

Anggaran

Operasional

Dibantu dana

BOK Puskesmas

6)Informasistandar fasili taskesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasiuntuk

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukup

Kondisi dankecukupan distribusiobat, pada umumnyadapat terpenuhi dalammenunjangpelaksanaan eliminasifilariasis, untuktransportasi memang

cukup

Page 121: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

101

penyelesaiannya an) menjadi hambatankarena kenderaanwaktu itu terbatas,roda 2 (motor) danroda 4 (mobil).Kegiatan POPMJumlah mobil 4 unit,motor 28 unit (sesuaijumlah Posyandu 28unit, masing-masing 1unit) Kegiatan SDJ,jumlah mobil dipakai1 unit, motor 5 unit

7)Informasikendala yangdihadapi dalamhal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan danreko mendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Kendala utama letakgeografis, jarak antaradesa yang satu dengandesa lainnyaberjauhan,memerlukan waktuyang lama, dan masihada desa yang harusdijangkau denganjalan kaki, licin padamusim hujan

Faktor geografis

8)Informasitentangoptimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

Koordinasi lintassektor berjalan denganbaik, dengandukungan sektor ditingkat kecamatan,demikian juga dari 17program semuanyadilibatkan dalamkegiatan POPM danSDJ

lancar

9)Informasitentang sektoryang melakukankerjasama dalampelaksanaaneliminasi filariasisdan proseskerjasama itu

ApakahPuskesmas melakukan kerjasamadengan sektor nonkesehatan dalameliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jika

Kerjasama tetap ada,terutama sektor yangterkait, seperti dinaspendidikan (guru danmurid), tetapi hal-halteknis medisdikerjakan oleh tenagakesehatan, karenakebutuhan dan tenaga

Tim kerja

(Pokja)

Page 122: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

102

dibentuk ada dan tidak cukup memadai untukberkomitmen danbertanggung jawabdalam operasional,misalnya POPM danSDJ.

10)Informasitentang ben tukkerjasama dalampe laksanaaneliminasi filariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis.

Bentuk kerjasamayang dilakukanmelibatkan sektor nonkesehatan, sepertiguru dan murid, dalampengambilan sampeldarah, danstakeholder lainnya,aparat kecamatan dandesa, mendampingipetugas kesehatankunjungan ke rumahwarga. Selain itubantuan sarana fisikdari kepala desa BuntuBarana, membangunwadah “BolaMalagata” (rumahsehat) yang sementaraprosespenyelesaiannya, darimedis lokal atauORARI, tidak terlibatkeikutsertaan dalamkegiatan eliminasifilariasis.

terlibat

Informan Informasi YangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

4. DokterPuskesmasSumbang,KecamatanCuriodr.Reny

1)Informasitentang transla sikebijakaneliminasi fila riadi kecamatan,solusi yang sdhdilakukan dan

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)

Setiap ada kebijakanperlu ditindaklanjuti,karena terkait denganpenyakit, sepertipenyakit filariasis

ditindaklanjuti

Page 123: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

103

rekomendasipenyelesaianuntuk pihakkemenkes

Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes

2).Informasitentang duku nganpemerintahkecamat an,keterlibatansektor nonkesehatan, bentukdukung an atauhambatan yangdimaksud

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad apkebijakaneliminasi pemerintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya? apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

Dukungan pemerintahterkait penyakitfilariasis sangatmembantu meresponsdaerah endemikfilariasis di KabupatenEnrekang, karenakalau tidak ditakutkanpenyakit itu dapatmenyebar kepadaorang sehat danwilayah lainnya.

Dukunganoperasional

Aspek SDM3)Informasikecukupanjumlah, jenis,kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya.

Karena Saya barubertugas, otomatisdalam melancarkantugas Saya diPuskesmas, sangatdibutuhkan SDM yangmemiliki kompotensidan komitmen dalammemberi pelayanankepada masyarakat,dan bekerjasama yangbaik dalammenjalanakn tugasmasing-masing, sesuaiSOP di Puskesmas.

SDM dankompotensimasih kurang

4)Informasitentang keterlibatanmasyarakat dalameliminasi

Bagaimanapemberdayaanmasyarakat dalamelimina si filaria,bagaimana peran

Saya yakin kalausemua warga desadiberdayakan dalammemberantas suatupenyakit, melibatkan

Semuanya terlibat

Page 124: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

104

filariasis, caramobiisasimasyarakat, peranmasing-masingstakeholder

Posyandu, kaderkesehat an , PKK,dan perangkatdesa

kader kesehatanPosyandu, Ibu-IbuPKK, dan perangkatdesa di masing-masingdesa, otomatismasyarakat itu sehat

Aspek Anggaran5)Informasitentang kecukupan anggarandan sumberanggaran pelaksanaan eliminasifilaria

Bagaimankecukupan anggaran pelaksanaaneliminasi filariasisatau ada kahbantuan LSM(luar dan dalamnegeri)

Saya tidak tahumengenai besarnyaanggaran, karena barubertugas di PuskesmasSumbang.

Tidak jelas

Sarana DanPrasarana

6)Informasistandar fasili taskesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasiuntukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Kondisi sarana danprasarana cukupmenggembirakan baikdi Puskesmas atauPustu maupun diPoskesdes, kecualisarana transportasiyang dibutuhkanmelayani emergencymobil ambulans yangperlu disediakansegera.

Saranakesehatan cukup

7)Informasikendala yangdihadapi dalamhal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan danreko mendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Kendala yang utamabiasanya masalahjarak antara desadengan tempatfasilitas kesehatan.

Faktor jarak

KerjasamaLintas Sektoral

Page 125: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

105

8)Informasitentangoptimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

Koordinasi lintassektor diupayakanbersinergis, demikianjuga antar program,karena tidak menutupkemungkinan bisasaling kerjasama kalauprogram itumengalami kegagalan,sehingga butuhbantuan denganprogram lainnya

Terkoordinirdengan baik

10)Informasitentang ben tukkerjasama dalampe laksanaaneliminasi filariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

kalau ada palingmereka support secarapositif, seperti LSM,tetapi untuk bantuanfiansialkemungkinannya sulitdi peroleh.

Dukungan moriil

Informan Informasi yangDiharapkan

Pokok Bahasan/Pertanyaan

Fakta Lapangan Indikator

AspekKomitmen/Kebijakan

5. PemegangProgramFilariasisPuskesmasSubang,KecamatanCurio.Ibu.Musdalifa

1)Informasitentang transla sikebijakaneliminasi fila riadi kecamatan,solusi yang sdhdilakukan danrekomendasipenyelesaianuntuk pihakkemenkes

Bagaimanaimplementasikebijakan dinaskesehatan dalameliminasi filariasis(faktor pendukungdan penghambat)Jika ada apapenyebabnya,solusi yang sudahdilakukan dan aparekomendasiuntuk kemkes

Selama saya bertugassebagai pengelolaprogram filariasis,setiap ada kebijakandari dinas kesehatanbaik provinsi maupundaerah, diteruskan kePuskesmas, lalu kepengelola program.

dilaksanakan

2).Informasitentang duku nganpemerintahkecamat an,keterlibatansektor non

Bagaimanadukungan pemerintah kecamatanterhad apkebijakaneliminasi pe

Setahu saya kalau adapertemuan biasanyadihadirkan Pak. CamatKepala Desa dan Kepaladusun, karena kegiatanini melibatkanmasyarakat sampai ke

Pertemuanformal daninformal

Page 126: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

106

kesehatan, bentukdukung an atauhambatan yangdimaksud

merintah pusat?(faktor pendukungdan pengham bat)apa penyebabnya? apa yang sudahdilakukan? Solusiapa yangdiinginkan

tingkat desa, sepertiwaktu pemberian obatmassal dan pengambilansampel darah. Kegiatanini dapat memudahkansaling koordinasi danjuga sangat membantukami kalau tenagakesehatan mulai bekerjake desa/dusun, karenabutuh pendampinanuntuk menghubungiwarganya.

Aspek SDM3)Informasikecukupanjumlah, jenis,kompetensi,komitmen SDMdan kesediaanbantuan SDMsektor nonkesehatan

Bagaimanakecukupan SDM,jumlah, jenis,kompo tensi,komitmen yangber hubungandengan kegiataneliminasifilariasis? jikatidak cukup,bagaimanamengatasinya.

Jumlah SDM waktuprogram ini dimulaitahun 2006, danrealisasinya tahun2007, memang tidakcukup dari segi jumlahtenaga kesehatan, dankompotensinya, tetapimereka kerjanya solid,sehingga kesulitan dilapangan teratasi

Tidak cukup

4)Informasitentang keterlibatanmasyarakat dalameliminasifilariasis, caramobiisasimasyarakat, peranmasing-masingstakeholder

Bagaimanapemberdayaanmasyarakat dalamelimina si filaria,bagaimana peranPosyandu, kaderkesehat an , PKK,dan perangkatdesa

Kader Posyanducukup banyakbantuannya ke petugaskesehatan, karenamereka itu tiap bulanmudah berkomunikasidengan ibu-ibu yangberkunjung kePosyandu, dan padasaat ada kegiatanseperti ini mereka jugayang memberiinformasi kalau adapemberian obatfilariasis ataupengambilan sampeldarah, demikian jugaibu PKK banyak

Dibantu kaderPosyandu danibu PKK

Page 127: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

107

terlibat membantupetugas kesehatanuntuk kunjungan kerumah warga, karenamereka punya jaringandasawisma tiap desa.

Aspek Anggaran

5)Informasitentang kecukupan anggarandan sumberanggaran pelaksanaan eliminasifilaria

Bagaimankecukupan anggaran pelaksanaaneliminasi filariasisatau ada kahbantuan LSM(luar dan dalamnegeri)

Kalau mengenaianggaran dirasakanmemang tidak cukup,tetapi bukan itumenjadi pokok, karenaSaya dan teman-temanprogram lainnya bisamelakukan pekerjaandengan dana yangminim, karenatanggung jawabbersama, sehinggaprogram eliminasifilariasis dapatberjalan sesuaiharapan kami semua

Tidak cukupmem biayaioperasionalPOPM

Sarana DanPrasaranaKesehatan

6)Informasistandar fasili taskesehatan,kendala, solusiyang sudahdilakukan danrekomendasiuntukpenyelesaiannya

Bagaimana saranadan prasara (obat,sarana transportasi) dalammenunjangpelaksanaaneliminasi filariasis(kondis, kecukupan)

Biasanya yang banyakdirasakan kesulitanteman-temantransportasi ataukenderaan mobiluntukmendistribusikan obatfilariasis kepadawarga desa, termasukyang tidak sempathadir di kantor desa,karena seharianmereka harus antri,diatur per dusun, Yapakai motorpribadilah, waktu itusaya baru juga

Obat cukup,transporttasikurang

Page 128: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

108

mengendarai motor,takut-takut jugajangan sampaikecelakaan di jalan,apalagi waktu hujan.

7)Informasikendala yangdihadapi dalamhal fasilitaskesehatan, solusiyang sudahdilakukan danreko mendasipenyelesainnya

Apa kendala yangdihadapi, apasolusi yang sudahdi lakukan? Solusiapa yangdiinginkan darikemenkes?

Kendala yang utamamasalah waktu seringtidak tepat merekaberkumpul kalaudiundang melaluipengumuman dimasjid, karena merekaada yang ke kebun danada anaknya yangmasih bayi, susahuntuk ditinggalkan dirumah. Kendala lainwaktu sampel darahdiambil apalagi malamhari, masih baguskalau dusun yangdidatangi itu adapenerangan lampunya,belum kalau hujan,licin dan jalan setapak.

waktu dan lokasieliminasi

KerjasamaLintas Sektoral

8)Informasitentangoptimalisasikoordinasi antarlintas sektor danlintas program,kendala, solusiyang sudah dilakukan danrekomendasipenyelesaiannya

Bagaiman proseskoordina si lintassektor dan lintasprogram? Apakendala ygdihadapi? Solusiyang sudahdilakukan? Jikaada dan tidak

Koordinasi lintassektor dan lintasprogram berjalansesuai denganperencanaan danjadwal yang disepekatibersama dalam rapat.

Sesuai jadwaldan rencana

9)Informasitentang sektoryang melakukankerjasama dalampelaksanaan

ApakahPuskesmas melakukan kerjasamadengan sektor nonkesehatan dalam

Tidak ada jawaban

Page 129: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

109

eliminasi filariasisdan proseskerjasama itudibentuk

eliminasifilariasis? jelaskanalasannya, jikaada dan tidak

10)Informasitentang ben tukkerjasama dalampe laksanaaneliminasi filariasis

Jelaskan bentukkerjasama sektornon kesehatandalam eliminasifilariasis

Selama sayamengelola program inibelum ada terlibatsektor non kesehatanseperti LSM, kecualisekolah yang menjaditempat pemberian obatmassal (terlibat gurudan murid).

Sekolah, gurudan muridterlibat

Page 130: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

110

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Survei KAP

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Pengetahuan adalah informasi atau

maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.21 Studi menunjukkan bahwa

pengetahuan responden tentang filariasis maupun program pengobatan massal filariasis

sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengetahui adanya pengobatan massal di Kabupaten Enrekang.

Hal yang disama ditemukan di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi, yang

menemukan adanya hubungan bermakna antara sosialisasi POPM dengan kepatuhan

minum obat filariasis pada saat pelaksanaan POPM.22 Berkaitan dengan pengetahuan

responden tentang tanda-tanda jika terkena filariasis sebagian besar responden

menyatakan adanya pembesaran kaki/tangan. Pemahaman seperti ini berkaitan dengan

fakta bahwa yang umumnya mereka temukan adalah penderita dengan pembengkakan pada

kaki. Sama halnya dengan yang dilaporkan di Kabupaten Mamuju Utara.23

Pengetahuan masyarakat tentang pengobatan cukup baik dan obat filariasis dapat

diperoleh dari petugas kesehatan, namun masih ada sebagian kecil responden yang

menyebutkan bahwa obat filriasis dapat diperoleh dari warung/toko obat. Informai

diperoleh dari petugas kesehatan/guru. Hasil ini sama dengan hasil penelitian di Kabupaten

Mamuju Utara dan Kabupaten Pekalongan.23,24 Bila dikaitkan dengan tingkat pendidikan

responden, maka rendahnya pengetahuan responden dipengaruhi pula dengan tingkat

pendidikan responden, karena paling banyak responden hanya tamat SD/MI.

Perilaku menurut Notoadmojo (2003) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia

baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.25 Menurut

Notoatmodjo (1997) sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dan seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek, sedangkan menurut Bimo Walgito (2001) merupakan

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg,

Page 131: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

111

yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk

membuat respon atau berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.26 Sikap dan perilaku

para penderita yang positif microfilaria merupakan faktor penting untuk diketahui dan

diidentifikasi agar pengobatan massal dapat berjalan dengan baik.27 Sikap positif

masyarakat terkait pencegahan dan pemberantasan filariasis harus didukung pula dengan

perilaku yang positif, upaya pencegahan yang dilakukan berupa penggunaan kelambu, anti

nyamuk serta bersedia minum obat bila ada pembagian oleh petugas kesehatan, seperti

penelitian di Pekalongan dan Belitung Timur. 24,28 Sikap masyarakat minum obat karena

kesadaran sendiri sangat baik, dan ditunjang pula dengan adanya pemberitahuan terlebih

dahulu sebelum pembagian obat massal dilakukan, sehingga hasil maksimal yang

diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

Perilaku masyarakat ikut serta dalam kegiatan pengobatan massal di Kabupaten

Enrekang sangat baik, dimana sebagian besar responden ikut berpartisipasi dan angka

partisipasi minum seluruh obat yang diberikan juga sangat tinggi meskipun lebih banyak

minum di rumah dan bukan di hadapan petugas karena lebih banyak diminum pada malam

hari. Hal ini dikarenakan untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan akibat minum

obat tersebut. Umumnya masyarakat merasakan efek samping berupa mengantuk dan

pusnig/sakit kepala, bahkan ada sebagian kecil responden yang melaporkan keluarnya

cacing dari anus saat buang air besar. Efek samping merupakan efek yang dirasakan

masyarakat paska mengkonsumsi obat filarisisis. Efek samping yang dirasakan dapat

berupa pusing, sakit kepala, mual, diare dan efek samping lainnya. Gejala ini menunjukkan

bahwa obat yang dikonsumsi bekerja membunuh cacing yang ada di dalam tubuh. Efek

samping ini merupakan salah satu penyebab ada beberapa responden yang menolak untuk

minum obat yang dibagikan sama seperti penelitian di Pekalongan.24 Perasaan yang tidak

menyenangkan yang dirasakan masyarakat setelah mengkonsumsi obat mengakibatkan

mereka tidak mau lagi minum obat di tahun berikutnya demikian halnya yang terjadi di

kabupaten Belitung, sebagian masyarakat tidak bersedia mengkonsumsi obat karena

mengalami efek samping demam sehingga takut untuk mengkonsumsi obat tersebut.28

Perilaku responden untuk menghindari gigitan nyamuk pada malam hari di luar

rumah paling banyak dengan menggunakan kelambu. Hal ini merupakan cara yang paling

umum dilakukan masyarakat terutama di pedesaan agar tidak tergigit nyamuk. Kelambu

juga merupakan cara pencegahan yang paling banyak dipergunakan di Kabupaten Parigi

Page 132: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

112

Moutong29 di India.30 Sedangkan untuk menghindari gigitan nyamuk di luar rumah pada

malam harri umumnya masyarakat menggunakan baju dan celana panjang. Hal ini juga

didukung dengan kondisi cuaca di dua lokasi penelitian, yang merupakan daerah

pengunungan dengan cuaca dingin, yang mengharuskan masyarakat menggunakan baju

lengan/celana panjang untuk menghangatkan tubuh.

Sosialisasi filariasis di daerah yang akan mendapatkan obat massal sangatlah

penting dilakukan terhadap seluruh lapisan masyarakat. Setiap orang di daerah tersebut

harus sudah memahami “apa dan mengapa” kejadian ikutan pasca POPM baik pimpinan

daerah, DPR, media massa, guru, orang penting/panutan di masyarakat dan tentunya

petugas dan kader yang akan membantu proses pembagian obat nantinya.31 Peningkatan

komunikasi antara petugas kesehatan dan masyarakat perlu dilakukan,32 agar tidak terjadi

keresahan dimasyarakat apabila mengalami efek samping setelah mengkonsumsi obat

filariasis.

2. Pemeriksaan Klinis Filariasis.

Cacing filaria hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan

kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala

akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di

daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain. Gejala kronis terjadi akibat

penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan

menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel.9 Gejala klinis yang

paling parah dari penyakit bentuk kronik umumnya tampak pada orang dewasa dan lebih

sering pada laki-laki daripada wanita.33 Berdasarkan data dari Dinas Kabupaten Donggala

jumlah kasus kronis filariasis yang dilaporkan sampai tahun 2010 sudah sebanyak 11

kasus.

Beberapa orang tidak memperlihatkan manifestasi gejala klinis yang nyata, kadang-

kadang memang tidak ada gejala klinis, penderita tampak sehat tetapi pada kenyataannnya

mempunyai kerusakan limfatik yang tersembunyi dan kerusakan ginjal. Bentuk

asimtomatik dari infeksi ini paling sering mempunyai karakteristik dengan adanya ribuan

sampai jutaan mikrofilaria dan cacing dewasa yang berlokasi pada sistem limfatik.33

Deteksi awal kemungkinan terinfeksi cacing filaria dilakukan terhadap seluruh masyarakat

yang akan diambil sediaan darah malam hari baik yang menunjukkan maupun tidak

Page 133: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

113

menunjukkan gejala klinis filariasis. Hal ini dilakukan untuk menjaring masyarakat baik

dengan atau tanpa manifestasi gejala klinis yang nyata.

Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa tidak ada masyarakat yang

menunjukkan gejala klinis filariasis. Untuk memastikan bahwa masyarakat yang tidak

menunjukkan gejala klinis tidak terinfeksi filariasis maka dilakukan pemeriksaan darah jari

malam hari.

3. Survei Darah Jari.

Setiap masyarakat yang diperiksa dilakukan pengambilan darah jari pada malam

hari. Survei pada malam hari dilakukan karena sifat noktuna cacing filaria, yatu aktif di

darah tepi pada malam hari. Pemeriksaan darah filariasis yang dilakukan terhadap 360

responden di dua lokasi penelitian menunujukan bahwa tidak ditemukan mikrofilaria

dalam darah. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi lagi penularan filariasis di kedua lokasi

penelitian. Hasil yang sama didapatkan pula di Kabupaten Mamuju Utara.34 Hal ini

dimungkinkan karena Kabupaten Enrekang telah melaksanakan POPM selama lima tahun

dan dinyatakan sudah lulus dari penyakit kaki gajah pada saat pelaksanaan TAS-3.35

4. Stool Survey.

Hasil pengambilan tinja diperoleh dua sampel positif dari total 158 sampel. Adapun

jenis cacing yang ditemukan yakni Trichuris trichura (0.63%) dan Enterobius vermicularis

(0.63 %). Infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) menurut WHO disebabkan oleh tiga

jenis cacing, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (hook worm) dan

cacing cambuk (Trichuris trichiura).36 Jumlah orang di dunia yang terinfeksi cacing

cambuk (Trichuris trichiura) diperkirakan sekitar 604-795 juta jiwa. Bersama dengan

cacing gelang dan cacing tambang, cacing cambuk menimbulkan penyakit kecacingan

yang tersebar luas di dunia. Cacing cambuk hidup di usus besar dan telurnya dikeluarkan

bersama dengan feses. Apabila seseorang buang air besar di sembarang tempat, misalnya

di kebun, ladang, pekarangan rumah, maka telur akan tersimpan di tanah. Telur dapat

menjadi matang di tanah dan berubah menjadi fase infektif. Infeksi cacing cambuk terjadi

karena tidak sengaja tertelan telur cacing, misalnya tidak mencuci tangan sebelum makan,

Page 134: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

114

atau mengkonsumsi buah yang tidak dicuci dan dikupas, atau sayuran yang tidak dimasak

dengan benar. Infeksi cacing cambuk memiliki gejala yang bervariasi. Pada penderita

infeksi ringan, biasanya tidak menunjukkan gejala. Pada infeksi berat, gejala dapat berupa

sakit pada saat buang air besar, dengan feses bercampur lendir, air, dan darah. Pada

beberapa penderita juga dapat terjadi kerusakan anus (rectal prolapse). Infeksi cacing

cambuk dapat disembuhkan dengan obat cacing.37 Telur cacing ini akan tumbuh optimal

pada tanah dengan suhu optimal ± 300C.38

Jenis cacing lain yang ditemukan adalah Enterobius vermicularis yang termasuk

cacing non-STH. Penularan cacing ini dapat terjadi mulut, pernapasan, dan retrofeksi.

Hewan seperti anjing dan kucing dapat menjadi sumber penularan karena telur cacing

dapat menempel pada bulu dan dapat tertelan atau terhirup oleh manusia yang sering

berinteraksi dengan hewan tersebut.39 Gejala yang terlihat ketika anak terinfeksi cacing ini

adalah pantat gatal akibat induk cacing keluar dari lubang anus (biasanya pada malam hari)

dan meletakkan telurnya di daerah perianal (sekitar anus).40

Rendahnya infeksi kecacingan pada anak sd di Kabupaten Enrekang disebabkan

karena anak –anak SD tersebut rajin meminum obat cacing setahun sekali yang diberikan

oleh Puskesmas. Penelitian Cholifah menujukkan terdapat hubungan yang signifikan antara

frekuensi minum obat cacing dengan kejadian kecacingan Oxyuris vermicularis pada siswa

kelas 2 di SD I dan SD II Setrokalangan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Dalam mencegah

penyakit kecacingan pada anak SD diperlukan frekuensi minum obat secara ritun.41

Adapun infeksi yang terjadi pada 2 anak SD mungkin disebabkan karena pola

kegiatan atau bermain anak – anak yang banyak kontak dengan tanah, didukung sanitasi

dan hygiene serta ketahanan imunitas anak yang lemah.39 Infeksi kecacingan yang

menyerang anak –anak sangat berkaitan dengan kebersihan diri dan lingkungan seperti

penggunaan alas kaki. Larva cacing dapat menembus kulit dan masuk ke dalam aliran

darah, termakan makanan yang terkontaminasi larva atau telur cacing, Buang air besar

disembarang tempat, dan kebiasaan mencuci tangan setelah melakukan aktifitas.42

5. Deteksi Gen Bm

Hasil pemeriksaan Gen Brugia Malayi (Gen BM) di Kabupaten enrekang

ditemukan bahwa semua sampel darah tidak mengandung DNA Brugia Malayi. Tidak

Page 135: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

115

ditemukannya gen BM dalam dalam sedian darah mengartikan bahwa anak –anak tersebut

tidak pernah terpapar atau terinfeksi Brugia Malayi dan ditunjang hasil pemeriksaan TAS

sebelumnya anak – anak tersebut negatif mikrofilaria. Seperti pada penelitian Santoso

bahwa seluruh penderita yang dinyatakan positif mikrofilaria hasil pemeriksaan

mikroskopis juga positif untuk hasil PCR artinya dalam darahnya mengandung Gen Brugia

malayi ataupun Brugia timori43. Akan tetapi ada sedikit perbedaan pada penelitian Pratiwi

dkk yang menemukan hasil negatif sebanyak 163 sampel dan satu positif mikrofilaria pada

pemeriksaan giemsa sedangkan pada waktu pemeriksaan Gen menggunakan metode PCR

ditemukan empat positif dan 160 negatif. Hal ini terjadi karena metode PCR mempunyai

sensitivitas dan sensitifitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk mendiagnosis filariasis

secara dini karena mendeteksi gen dari Brugia. Sedangkan dalam pemeriksaan giemsa

hanya dapat mendeteksi jika ada mikrofilaria dalam darah.44

6. Survei Vektor.

Penularan filariasis sangat erat kaitannya dengan keberadaan nyamuk vektor. Ada

23 spesies nyamuk di Indonesia dari genus Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia dan

Armigeres yang diketahui sebagai vektor filariasis.45,46 Diantara spesies tersebut ada yang

ditemukan dalam penelitian ini yaitu An. barbirostris, Cx. quinquefasciatus, Ma.

uniformis, dan Ar. subalbatus, sehingga keberadaan nyamuk ini perlu diwaspadai.

Dominansi spesies merupakan salah satu aspek penting syarat nyamuk menjadi

vektor penyakit disamping rentang umur yang panjang serta sifat antrofofilik.47 Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa di Desa Potokulin nyamuk yang paling dominan adalah

Cx. quinquefasciatus, sedangkan di Desa Parombean yang paling dominan adalah Cx.

vishnui. Dominansi Cx. quinquefasciatus di Desa Potokulin perlu diwaspadai

keberadaannya, mengingat nyamuk ini termasuk sebagai vektor filariasis bankrofti di

perkotaan.48,49

Cx. vishnui meskipun belum pernah dilaporkan sebagai vektor filariasis di tempat

lain, namun keberadaannya perlu diwaspadai, karena dominansinya menunjukan bahwa

nyamuk ini potensial untuk menjadi vektor filariasis. Selain Cx. vishnui nyamuk yang perlu

diperhatikan di Desa Parombean adalah An. barbirostris. Meskipun bukan yang dominan,

Page 136: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

116

namun An. barbirostris yang tertangkap relatif banyak. An. barbirostris telah dikonfirmasi

sebagai vektor filariasis di Sulawesi.50

7. Survei Lingkungan

Habitat potensial nyamuk yang ditemukan sekitar rumah penduduk yaitu tepi

sungai, genangan air, kolam, rumpun bambu, mata air, sawah. Habitat jentik Cx.

quinquefasciatus adalah air permukaan yang kotor dengan polutan tinggi yang terdapat

pada kobakan/pembuangan limbah, sumur, dan saluran air.45,48 Habitat Cx. vishnui tidak

berbeda jauh dengan nyamuk Culex dan Anopheles pada umumnya, yaitu di temukan pada

air permukaan seperti saluran irigasi, kolam, kubangan, dan lain sebagainya.49

8. Wawancara Mendalam (Studi Kualitatif)

Analisis Mendalam Hasil Penelitian

Level Provinsi

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Pengelola Program filariasis

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tengah, hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

a. Implementasi Kebijakan

Di provinsi Sulawesi Selatan, penerapan kebijakan tidak mengalami hambatan, dan

semuanya berjalan dengan baik, karena setiap ada kebijakan berupa peraturan dari

kementerian kesehatan, diteruskan sampai ke dinas kesehatan masing-masing kabupaten,

terutama daerah endemik filariasis. Dukungan dari pemerintah daerah bagi kegiatan

eliminasii filariasis di daerah Enrekang, sektor kesehatan tidak bekerja sendiri, karena

mendapat dukungan juga dari sektor lainnya. Bentuk dukungannya berupa motivasi dan

moril oleh pemerintah daerah dan pejabat instansional lainnya, seperti, mendistribusikan

obat filariasis kepada masyarakat, dibantu oleh pemerintah daerah di tingkat kabupaten,

kecamatan dan desa. Karena adanya keinginan pemerintah daerah dan jajarannya kasus

filariasis di daerah endemik sudah tidak ada lagi. Di Provinsi Sulawesi Selatan, semua

aturan eliminasi filariasis berjalan bersinergis antara peraturan pusat dan daerah.

Page 137: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

117

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sehubungan dengan SDM di Provinsi Sulawesi Selatan, berkaitan dengan eliminasi

filariasis jumlah SDM yang ada dan ketersebaran di kabupaten dirasakan belum

mencukupi. SDM harus memiliki ilmu dan menguasai bidangnya. Untuk itu, untuk

mengatasi kendala karena tugas tenaga kesehatan cukup berat, ditambah SDMnya belum

memadai, sekalipun ada bantuan dari lintas sektor dan lintas program, maka dibentuklah

tim terpadu untuk kelancaran distribusi obat-obatan filariasis.

c. Pemberdayaan Masyarakat dan Kerjasama Lintas Sektor

Di Provinsi Sulawesi Selatan, dinas kesehatan tetap melakukan kerjasama dengan sektor

non kesehatan, terkait pelaksanaan eliminasi filariasis, seperti, perencanaan anggaran

APBD kesehatan oleh BAPPEDA, Dinas Pendidikan, pemerintah daerah sampai

pemerintah kecematan, dan beberapa medis lokal di Sulawesi Selatan. Di Provinsi

Sulawesi Selatan, dukungan lintas sektor yang penting adalah dibuatnya Surat Edaran

kepada semua lintas sektoral, Camat dan Kepala Puskesmas/Pustu se-Kabupaten Enrekang

dicontohkan dukungan bupati minum obat dalam upacara lapangan, termasuk Muspida,

dan diikuti peserta upacara lainnya. Pemberdayaan masyarakat lain yang dilakukan di

Provinsi Sulawesi Selatan adalah melakukan pelatihan kader, dalam satu tahun ada 1-2 kali

ada pelatihan. Kader bertugas mengunjungi, memberi obat dan mengawasi minum obat.

Selain itu dinkes juga melatih tenaga mikroskopis, kalau mereka sudah terlatih, hasil

pengambilan sampel darah, tidak perlu lagi dikirim slidenya ke provinsi, jadi mereka

berkemampuan untuk menganalisisnya.

Di Provinsi Sulawesi Selatan, selama ini ada kebijakan kerjasama dan bantuan dengan

sektor non kesehatan, antara lain dengan Unhas (mahasiswanya) yaitu melakukan

Surveilansnya tentang penyakit filariasis. Menurut informan, alasannya karena sekarang ini

banyak ditemukan penderita kronis. Dengan aktifnya sosialisasi ke masyarakat, maka

terdapat temuan penderita kronis, mereka juga menemukan pasien yang baru. Setelah itu

mereka menghimbau penderita untuk melakukan pemeriksaan darah. Selain itu di sulsel

juga membentuk tim kerja yang terdiri dari kader posyandu, kader PKK dan perangkat

desa.

Page 138: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

118

d. Anggaran

Di Provinsi Sulawesi Selatan, anggaran APBD berakses dari data yang dihasilkan,

merupakan data base, begitu juga dalam merencanakan sesuatu program, harus sesuai

dengan anggaran yang berbasis data ada RPJD, RPJM dan RPJP. Mekanisme mengenai

tata kelola anggaran, pada dasarnya tidak ada disharmoni, karena semua berdasarkan yang

direncanakan. Semua itu dapat dilihat dari rencana kesehatan dasar, lalu dimasukkan ke

DPRD. Selain itu di Provinsi Sulawesi Selatan, kegiatan penemuan kasus di puskesmas

dapat menggunakan dana BOK. Untuk pembiayaan filariasis memang hanya fokus pada

daerah-daerah tertenu yang merupakan daerah endemis filariasis, sehingga yang utama

adalah membuat skala prioritas dari kegiatan eliminasi filariasis. Sejak tahun 2013-2016

untuk semua kabupaten ada bantuan lain dari WHO (3 tahun berturut-turut), semua

kabupaten, sedangkan dana operasional POPM diambil dari BOK dan dana APBD,

legitimasinya BAPPEDA dan DPRD kabupaten.

e. Sarana Prasarana

Berkaitan dengan obat dan alkes, di Provinsi Sulawesi Selatan, peralatan medis modern

dan obat-obatan lainnya telah disiapkan obat khusus untuk obat filariasis. Mengenai

kecukupannya tergantung permintaan (data base) teknis dari dinas kesehatan, dalam hal ini

kabupaten Enrekang. Selama ini kendala yang sering dihadapi mengenai dana operasional

pemberian obat massal, kurang memenuhi jumlah obat-obatan yang diharapkan dan

biasanya terlambat diterima di dinas kesehatan kabupaten.

Di Provinsi Sulawesi Selatan, sarana dan prasarana terkait dengan pelaksanaan eliminasi

filariasis, pada prinsipnya sudah tersedia sesuai dengan kebutuhan, baik dalam bentuk

sarana fisik, seperti rumah sakit, Puskesmas dan Pustu, Polindes dan Poskesdes, tersebar di

tiap kabupaten, terutama di daerah endemik filariasis, kondisi sarana pelayanan

Level Kabupaten

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Kepala Seksi P2P, Pengelola

Program filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang, hasil wawancara mendalam

sebagai berikut:

a. Implementasi Kebijakan

Page 139: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

119

Kebijakan pemerintah provinsi diteruskan ke tingkat kecamatan, selanjutnya ditindak

lanjuti di tingkat Puskesmas. Mereka berkomitmen untuk menyukseskan program eliminasi

sesuai kemampun dan sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini tenaga kesehatan dan

biaya operasional. Implementasinya tahun 2006, dimulainya POPM dan SDJ, dievaluasi

tahun 2014, hasil pemeriksaan sampel darah dinyatakan positif 17 siswa, kemudian

diperiksa ulang hasilnya negatif. Keberhasilan ini dicapai adanya dukungan positif dari

pemerintah daerah, dan kerjasama lintas sektoral dan program. Dukungan pemda tidak

terbatas di tingkat kabupaten, tetapi juga di tingkat kecamatan dan desa. Selain itu,

melibatkan tokoh masyarakat, kader Posyandu dan kader PKK. dalam satu kesatuan unit

kerja. Hambatan yang fundamental dan dirasakan di lapangan antara lain: 1) jumlah tenaga

medis yang tidak berimbang dengan luasnya wilayah yang harus di elliminasi, 2) masih

ada diantara warga desa tidak mau minum obat filariasis, 3) masih ada lintas sektoral yang

terkait belum sepenuhnya memahami program filariasis. Untuk meminimilisasi hambatan

itu, menggiatkan promosi eliminasi berupa brosur, leaflet dan foto sosok penderita kaki

gajah, membetuk tim kerja terdiri dari Dinkes kabupaten, Puskesmas/Pustu di kecamatan,

dan lintas sektoral terkait, termasuk lintas non kesehatan.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

Informan sepakat mengatakan bahwa jumlah SDM, kompotensi dan bidang keilmuannya,

diakui belum terpenuhi, sesuai keinginan dan harapan. Banyak SDM yang diberdayakan

dari sektor terkait, tenaga honorer/magang, tokoh masyarakat, kader posyandu dan kader

PKK, serta sektor non kesehatan lainnya. Keterlibatan SDM di luar tenaga kesehatan,

sebagai pendamping, sebagai motivator, sebagai pengawas dan pengontrol pasca minum

obat filariasis.

c. Anggaran

Pada umumnya informan mengatakan bahwa sumber anggaran dari APBD digelondongkan

ke dinas kesehatan program prioritas kesehatan, diatur sesuai ketentuan dan kebutuhan

program yang tidak bertentangan dengan dana pusat (DAK). Besaran dana yang disediakan

itu tidak mampu membiayai program eliminasi filariasis secara keseluruhan termasuk

biaya operasional POPM, TAS, dan SDJ. Solusinya adalah dana BOK Puskesmas

Page 140: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

120

digunakan membiyai tenaga SDM yang terlibat dalam tim kerja, dan kebutuhan

operasional program di Puskesmas.

d. Sarana Prasarana

Hasil wawancara informan menunjukkan bahwa program eliminasi filariasis di kabupaten

Enrekang, sejak dimulainya eliminasi filariasis banyak tantangan dan kendalanya, 1)

sarana kesehatan terbatasnya daya dukung operasional, untuk menjangkau wilayah

endemik, seperti kenderaan roda dua/motor dan roda empat/mobil. 2) tenaga SDM

mikroskopis untuk analisis sampel darah hasil SDJ masih kurang dan peralatannya banyak

rusak. 3) sarana kesehatan belum memadai secara fisik, ditandai tenaga SDM kurang

sesuai bidang dan keilmuannya. Keberlanjutan program eliminasi secara bertahap dimana

sarana dan prasarana kesehatan mulai nampak tanda-tanda keberhasilan yang signifikn

dengan tersedianya rumah sakit, Puskesmas/Pustu, Polindes dan Poskesdes, dilengkapai

dengan peralatan medis dan tenaga medis profesional (dokter, perawat dan bidan). Selain

itu, keterlibat kader Posyandu dan kader PKK dalam mendukung keberhasilan eliminasi

filariasis baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat desa/dusun.

e. Kerjasama lintas sektor dan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut informan keberhasilan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang, dintandai

adanya 1) Koordinasi lintas sektor dengan melibatkan secara struktural dan fungsional

tenaga SDM dalam satu tim kerja terpadu. 2) Keterlibatan lintas sektor dan non kesehatan,

karena wilayah endemik filariasis cukup luas, secara geografis (fakktor alam) dengan

tantangannya cukup berat, 3) Lintas sektor non kesehatan ,pemerintah kecamatan dan

desa/ dusun, banyak mem bantu petugas kesehatan, kegiatan POPM, TAS, dan SDJ.

Bentuk keterlibatan dari dinas pendidikan, dengan sasaran sekolah (murid dan guru) untuk

pengambilan sampel darah, pendekatan religi (ceramah masjid) dari kementerian agama,

promosi dari Infokom. Kader Posyandu dan Ibu PKK yang terakomodir dalam satu tim

kerja, sehingga petugas kesehatan sangat terbantukan dalam menjalankan tugas-tugasnya,

baik preventif, kuratif (pengobatan penderita) dan pemberian obat filariasis, maupun

rehabilitatif bagi pasien yang perlu ditangani secara medis pasca minum obat filariasis, dan

penyakit lainnya yang terkait dengan nyamuk.

Page 141: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

121

Level Lintas sektor

Informan terdiri dari Bappeda provinsi Sulawesi Tengah dan Bappeda Kabupaten

Enrekang, Dinas Pendidikan, DPRD, hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

Aspek Komitmen/Kebijakan

Untuk lintas sektor khususnya ditemukan jawaban informan terkait program prioritas.

Kesehatan sesungguhnya menjadi salah satu program prioritaas dari BAPPEDA baik

provinsi maupun kabupaten sebab masalah kesehatan tertuang dalam RPJMD, walaupun

khusus tentang filariasis tidak disebutkan. DPRD mempunyai kemampuan regulasi untuk

menentukan kebijakan dan himbauan kepada pemerintah daerah untuk memberikan

bantuan kepada pelaksana teknis yaitu, dinas kesehatan. Apapun bentuknya, jika terkait

kesejahteraan kesehatan masyarakat, maka kami harus tetap memberikan dorongan

apalagi mengenai penyakit filariasis ini

Dukungan pemerintah daerah

Adapun dukungan pemerintah daerah terhadap kebijakan kesehatan menurut infoman

adalah berupa anggaran. Anggaran ini berasal dari pusat turun ke daerah. APBD juga

disipakan untuk itu. Tetapi ini masih bersifat umum ke masalah kesehatan, belum

mengkhusus ke Eliminasi Filariasis.

Menurut para informan tidak ada disharmoni peraturan tentang Eliminasi Filaria. Selama

ini program hanya mengacu pada Undang-Undang Kesehatan dari pusat. Peraturan daerah

atau sejenisnya belum ada.

Anggaran

Terkait masalah anggaran di Bappeda di tingkat provinsi hanya sebagai perencana awal

dalam menetapkan ekonomi Sulawesi Selatan, sedangkan kaitan dengan penyakit kaki

gajah kebijakan provinsi Sulawesi Selatan dalam penanggulangan penyakit ini,

dimasukkan dalam RPJM yang secara tehnis masuk dalam dinas kesehatan. Dana

dikucurkan secara “gelondongan” melalui APBD. Dialokasikan secara umum untuk

kesehatan. Di provinsi ditemukan bahwa anggaran untuk itu sangat kecil, hanya 20% dari

total anggaran berdasarkan skala prioritas.

Page 142: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

122

Di kabupaten ditemukan jawaban bahwa ada dana DAK dan BOK yang bisa dialokasikan

untuk itu karena terkait masalah Operasional Kesehatan.

Menurut informan tidak ada disharmoni tata kelola anggaran pusat dengan daerah. Selama

ini di BAPPEDA provinsi tidak menemukan kendala. BAPPEDA kabupaten juga

memberikan jawaban yang serupa bahwa pemerintah pusat selama ini memberikan

dukungan dana dan informasi. Selain itu ada pula dukungan dana dari daerah.

Sarana dan Prasarana

Mengenai sarana dan pra-sarana penunjang Program Eliminasi Filariasis, baik BAPPEDA

provinsi maupun BAPPEDA kabupaten, keduanya mengatakan bahwa masalah ini bisa

dikonfirmasikan ke Dinas Kesehatan. Sebab masalah operasional instansi terkaitlah yang

lebih tahu permasalahannya. Oleh karena permasalahan operasional adanya di instansi

terkait, sehingga disarankan agar kendala yang dihadapi berkenaan dengan keterbatasan

sarana dan prasana Eliminasi Filaria bisa dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan. Pihak

Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang mengatakan bahwa masih dibutuhkan

pembangunan sarana dan pra-sarana serta pengadaan peralatan untuk bidang kesehatan.

Koordinasi linats sektor dan lintas program

Proses koordinasi tidak boleh putus, pihak DPRD berkomitmen untuk mendampingi,

karena persoalan ini menyangkut lintas sektoral, sehat itu ada prosedurnya jangan sampai

ada program yg tidak nyambung. Jauh lebih susah mempertahankan daripada mendapatkan

sesuatu, seperti sertifikasi eliminasi filariasis.

Koordinasi antara dinas pendidikan dengan dinas kesehatan pada prinsipnya berjalan

lancar, sampai ke tingkat kecamatan, guru dan UKS, kendalanya tidak ada, karena tujuan

yang dicapai program eliminasi filariasis untuk kepentingan kesehatan murid-murid di

sekolah agar terhindar dari penyakit ini.

Kerjasama dengan non kesehatan

Dinas Kesehatan melakukan kerja sama dengan non kesehatan misalnya dengan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan. Kerjasama dengan non kesehatan melibatkan pula

masyarakat desa, Kepala Desa, dan PKK.

Kerjasama dengan non kesehatan seperti yang disebutkan di atas dilaksanakan dalam

bentuk sosialisasi kepada anak sekolah dan guru terkait adanya pengobatan massal,

Page 143: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

123

bagaimana mensuskeskan program tersebut dengan cara menginstruksikan kesiapan

sekolah untuk membantu kegiatan program pemberian obat massal, termasuk murid-murid

sekolah. Bantuan sudah dilakukan sejak program ini dimulakan dari 2007-2011, dan

sosialisasi ke sekolah-sekolah semua jenjang pendidikan dari SD, SMP, dan SMA.

Informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang dan aparat desa dan

tokoh masyarakat menyatakan, bahwa PKK dan kader mengambil peran penting dalam

kegiatan POPM. Diperoleh informasi bahwa PKK dan kader melakukan kerja sama lintas

sektor dengan Dinas kesehatan dengan melakukan pembinaan-pembinaan terhadap ibu-ibu

PKK dan kader yang ada di desa-desa. Khusus untuk kegiatan Eliminasi Filariasis lalu,

PKK dan kader turut membantu dalam pembagian obat. Memberikan penyuluhan dan

sosialisasi terkait masalah Filariasis. Selain itu juga mengajak masyarakat untuk minum

obat bersama. Tim penggerak PKK dibantu oleh kader, biasanya mengumpulkan

masyarakat di Balai Desa melalui kegiatan POSYANDU untuk melaksanakan Penyuluhan

atau sosialisasi. Setelah itu barulah kemudian obat dibagikan dan diminum bersama.

Level Puskesmas

Infoman terdiri dari kepala puskesmas, dokter, analis dan pengelola program filariasis di

Puskesmas Sumbang dan Buntu Batu, hasil wawancara sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara informan di tingkat kecamatan, pada umumnya menyatakan

bahwa kebijakan dari pusat, provinsi dan kabupaten, mutlak/harus dilaksanakan di tingkat

kecamatan, dan menjadi tanggung jawab Puskesmas. Selain itu, melibatkan lintas sektor

dan program yaitu, kepala wilayah kecamatan, Muspika, kades dan aparatnya. Tanpa ada

upaya keterlibatan mereka itu, jelas program eliminasi dapat mengalami kegagalan atau

tidak berhasil mengeliminasi penyakit filariasis.

Kendala 1) Masih ada warga desa takut diambil darahnya, takut minum obatnya, dan

warga dibangunkan saat istirahat dimalam hari, sehingga dapat menimbulkan resistensi 2)

Surat edaran dari pemda dan dinkes, sering terlambat diterima pelaksana eliminasi,

berdampak pada koordinasi tim Pokja dalam melaksakan tugas-tugasnya, terutama kalau

kebijakan itu harus diteruskan ke desa, karena jarak antara Puskesmas dan desa

memerlukan waktu yang cukup lama, belum kalau tiba di desa kebetulan Pak desanya ke

kebun atau kadernya tidak ada di tempat. Untuk meminimilisasi kendala yang dimaksud,

Solusinya 1) Sosialisasi program ke warga desa terkait kegiatan POPM dan SDJ,

Page 144: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

124

dimaksudkan agar memudahkan tim Pokja bekerja secara maksimal, dan tepat waktu, 2)

Tiap desa dibagi atas satu atau dua tim yang beranggotakan 10 orang, 3) Menyiapkan

sarana dan prasarana yang ada di tingkat kecamatan yaitu Puskesmas satu unit, Puskesmas

Pembantu Tiga unit, Polindes enam unit, Poskesdes tujuh unit, tiap desa terdiri dari satu

bidan, dan 165 kader, 4) Melakukan pertemuan rutin tim Pokja terpadu, dari lintas sektor

dan program, serta non kesehatan. Musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan

kasus-kasus filriasis atau temuan baru yang menjadi hambatan dalam melaksanakan

eliminasi filariasis.

Dari uraian-uraian tersebut baik faktor pendukung maupun faktor hambatan, menunjukkan

bahwa di satu sisi ada harapan dan keinginan para pengambil kebijakan agar eliminasi

filariasis dapat tuntas sebelum tahun 2020, artinya tidak ada lagi warga desa yang tertular

filariasis. Namun, Di sisi lain masih ditemukan jumlah SDM yang tidak seimbang dengan

luasnya wilayah kerja Puskesmas, jumlah dana yang mendukung kegiatan eliminasi

filariasis tidak sesuai dengan peruntukkan POPM dan SDJ, demikian juga peralatan

laboratorium dan tenaga analisisnya.

Level Desa

Informan terdiri dari aparat desa, aparat dusun, kader, dan tokoh masyarakat, hasil

wawancara mendalam sebagai berikt:

pernyataan oleh para tokoh masyarakat bahwa pengetahuan mereka tentang kaki gajah

atau “Aje Maloppo” (dalam bahasa duri), pada umumnya informan mengetahui adanya

penyakit kaki gajah yang dapat menular melalui semua jenis nyamuk. Menurut mereka

penyakit ini dapat menular ke orang sehat, lewat gigitan nyamuk penderita. Tindakan

preventif dan kuratif yang harus di lakukan adalah minum obat filariasis karena dapat

berakibat kecacatan atau kelumpuhan, bahkan kematian.

Upaya meminimilisasi terjadinya endemik filariasis, semua informan menyatakan

bahwa pernah teribat dalam kegiatan pencegahan dan pengobatan. Tugas mereka adalah 1)

Sebagai pedamping tenaga kesehatan, kegiatan POPM, TAS-1, TAS-2 dan TAS-3. 2)

Memobilisasi warga desa di kantor desa, untuk menerima dan meminum obat baik

langsung (warga desa yang bawa air minum) maupun tidak langsung (bagi warga yang

Page 145: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

125

masih ragu-ragu ). 3) Mendampingi petugas kesehatan dalam pengambilan sampel darah,

karena diperlukan komunikasi antar warga agar mereka tidak ragu- ragu lagi diambil

sampel darahnya, apalagi waktu yang ditetapkan malam hari (dari jam 21.00 sampai

selesai).

Di samping itu memudahkan kontrol petugas kesehatan bagi warga desa yang berhalangan

hadir waktu pengambilan obat, maka kesempatan ini dimanfaatkan oleh petugas dan tenaga

pendamping mendistribusikan obat filariasis kepada warga, sekaligus memberi

pengawasan untuk diminum obat itu, berarti tidak ada satupun diantara warga desa yang

tidak minum obat filarasis.

Tindakan preventif, kuratif dan rehabilitatif program filariasis dapat berjalan dengan

lancar dan terselesaikan dengan maksimal, karena tim kerja yang dibentuk di tingkat

kecamatan dan tingkat desa, bekerja dengan solid, sehingga program POPM, SDJ, TAS 1

sampai dengan TAS 3, berjalan lancar, di evaluasi keberhasilan eliminasi filariasis.

Namun, tidak menutup kemungkinan beberapa hambatan yang dialami oleh petugas

kesehatan dan pendamping (tim kerja) selama berlangsungnya porgram dari tahun 2006

berakhir 2015, antara lain: 1) Faktor geogarfis atau kondisi alam yang sering kurang

kondusif, di mana ditemukan ada beberapa dusun yang terpencil di atas bukit, jalur menuju

ke sana, hanya bisa dilalui dengan jalan kaki, licin pada musim penghujan, 2) Keraguan

terhadap obat yang diminum itu, karena ada efek samping setelah meminumnya, seperti

pusing, rasa mual dan diare, 3) Jumlah SDM tidak seimbang dengan luasnya wilayah yang

harus dijangkau dengan waktu yang sangat terbatas. 4) Masih ada peralatan laboraratorium

yang tidak layak pakai untuk analisis darah, hasilnya dikirim ke provinsi. Implementasi

TAS-2 dan TAS-3, dengan adanya tenaga analisis di Puskesmas, berarti analisis sampel

darah lebih cepat dan produktif.

Keberhasilan pelaksanaan eliminasi filariasis karena dukungan pemerintah desa, dalam hal

ini kepala desa, bersama kaurnya dan aparat lainnya. Dukungan bukan bentuk material,

tetapi dalam bentuk SDM, dan motivasi kepada warga desa agar mereka mau minum obat

filariasis, termasuk merehabilitasi penderita pasca minum obat. Ke Puskemas/ Pustu.

Selain itu, sikap masyarakat semula ragu-ragu atau kurang yakin manfaat obat filariasis,

resinstensi terhadap obat yang baru, termasuk obat filariasis. Tetapi setelah mereka

meminumnya dan merasakan manfaatnya terhadap kesehatan individu justru sikap mereka

berubah menerima obat itu. Oleh karena itu, nilai-nilai dan tradisi yang masih percaya

Page 146: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

126

terhadap pengobatan ke dukun secara sadar berubah perilakunya beralih pada pegobatan

medis dengan jenis obat yang telah disediakan oleh pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kader Posyandu, menunjukkan bahwa: 1)

Pengetahuan mereka tentang penyakit kaki gajah, pada umumnya mereka tahu penyakit

kaki gajah, disebut juga penyakit “aje maloppo” merupakan salah satu penyakit yang

vektornya dari nyamuk Penyakit ini berbahaya dan menular, kalau tidak segera minum

obat filariasis dapat menyebabkan cacat, kelumpuhan, dan kematian. 2) Mereka tahu

bahwa desa mereka merupakan desa endemik filariasis. Untuk mengeliminasi kedua desa

itu, maka tokoh masyarakat (kepala desa, tokoh agama, dan aparat desa) terlibat secara

langsung dalam kegiatan pengobatan (kuratif) yaitu: a) mendampingi petugas kesehatan

dari Puskesmas Buntu Batu dan Puskesmas Sumbang melakukan pengobatan kepada

warga desa. Kegiatan ini ditandai awal pengobatan filariasis dan pengambilan sampel

darah tahun 2006 dan pelaporan tahun 2007, b) Mendistribusikan obat filariasis bersama

dengan petugas kesehatan, baik yang terkoordinir dengan cara mengundang warga hadir di

kantor desa, melalui antrian tiap dusun secara bergiliran, maupun dengan cara

mengunjungi warga desa ke rumah yang berhalang ada hadir di kantor desa. c) Merujuk

pasien atau penderita pasca minum obat filariasis ke Puskesmas/Pustu yang terdekat karena

adanya efek samping yang dirasakan oleh warga desa seperti, pusing, mual atau diare,

Hambatan yang terkait dengan perilaku pengobatan dan pengambilan sampel darah,

diantara informan ada yang menjawab bahwa: a) tidak ada hambatan selama dilakukan

pengobat an massal, dan pengambilan sampel darah, karena adanya dukungan kepala desa,

kaurnya, dan aparat desa, kader kesehatan Posyandu, dan kader PKK. b) ada juga diantara

informan mengatakan ada hambatan, terutama warga desa yang takut dengan efek samping

tentang obat filariasis, menyebabkan ragu-ragu minum obat atau rasa ketakutan obat

filariasis dapar berefek sampingan dan munculnya penyakit lainnya. Keraguan dapat

dibenarkan, karena minum obat filariasis menganggap ada reaksinya. Kondisi seperti ini

masih ada warga yang kurang pengetahuan dan pemahaman mengenai obat medis, menjadi

penyabab hambatan bagi petugas kesehatan untuk menghauskan minum obat.

Cara mengatasinya adalah: a) Melakukan promosi dan pendidikan kesehatan terus

menerus, intensitasnya harus ditambah, sehingga warga desa dapat menambah keyakinan

mereka bahwa obat yang diminum itu untuk kepentingan dan kebutuhan mereka dalam

mencegah menularnya filariasis. b) Mengambil tidakan segera jika ada diantara penderita

Page 147: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

127

yang berimbas pada reaksi positif pasca minum obat. c) Kerjasama tim yang solid antara

petugas kesehatan dan pemerintah desa dan aparatnya.

Praktik dan upaya yang dilakukan oleh tim kerja (kader Posyandu) untuk mampu

melaksanakan tugas dan beben kerja yang dipercayakan kepada mereka, maka perlu

dibekali pengetahuan tentang penyakit filariasis, melalui pelatihan atau magang pendidikan

kesehatan. Jawaban informan mengatakan bahwa mereka pernah mengikuti pelatihan yang

berkaitan dengan jenis penyakit dan penyebabnya, terutama penyakit filariasis, jenis

penularnya, jenis obatnya, cara minum dan cara merujuknya. Pelatihan ini diberikan oleh

petugas kesehatan, pra tindakan dan pasca tindakan (evaluasinya).

Selain kegiatan yang diuraikan di atas, keberhasilan suatu program harus didukung oleh

semua unit analisis, termasuk memberdayakan kader posyandu dan kader PKK. Kedua

kader tersebut, banyak terlibat kontak langsung ibu-ibu pengguna Posyandu. Kesempatan

inilah mereka dapat memanfaatkan melakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan,

pekaranagan rumah, dan perindukan nyamuk disekitar rumah dan pekarangannya.

Kegiatan ini ditandai keterlibatan warga desa mendukung petugas kesehatan, kader

kesehatan untuk mensuseskan program eliminasi filariasis. Ini berarti keberhasilan

eliminasi filariasis ditandai oleh beberapa hal, yaitu, 1) Memberdayakan semua unit

kegiatan dan kerjasama antara warga, petugas kesehatan, kader Posyandu dan kader PKK,

2) Dukungan kepala desa setempat, kaurnya dan aparatnya. 3) Respon dan daya dukung

maksimal selama program eliminasi filarisis dilakasanakan di wilayah endemik, meskipun

dana atau biaya kegiatan tidak memadai, SDM, tenaga Laboratorium (tenaga analisis) dan

peralatannya. 4) Sikap menerima program filariasis oleh warga desa yang ditandai dengan

bersedia minum obat, dan diambil sampel darahnya, serta nilai-nilai dan tradisi budaya

yang tidak bertentangan secara sosial dan kultural, karena cakupannya untuk kesehatan

individu keluarga dan warga desa itu sendiri.

Level penderita

Infoman terdiri dari dua orang penderita kronis di Desa Potokullin, hasil

wawancara sebagai berikut:

Informan dalam penelitian ini adalah seorang ibu penderita kronis filariasis stadium 3 dan

seorang bapak penderita kronis stadium 4. Penderita kronis ini msing-masing diperkirakan

berusia 20 tahun dan 65 tahun.

Page 148: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

128

Dalam menelusuri riwayat penderita kaki gajah di Desa Potokullin, ditemukan dua

penderita yang sampai sekarang masih berstatus pasien, satu berasal dari TKW Malaysia,

dan satu masih berstatus pelajar. Riwayat keduanya berbeda awal mula tertular filariasis,

sebagaimana dikemukakan ke 2 informan sebagai berikut:

Menurut pengakuan informan Ibu. Hijriyah, bahwa penyakit kaki gajah yang selama ini

diketahuinya berada pada stadiium 4. Mula diketahuinya ada gejala bengkak di kaki waktu

kerja di perusahaan triplex malaysia, setelah itu terasa nyeri di kaki sebelah kiri waktu tiba

di rumah. Besoknya baru periksa ke dokter perusahaan dan diberi obat nyeri, tetapi tidak

ada perubahan, kaki masih tetap bengkak.

Tiga tahun kemudian balik ke Indonesia, dan kembali kampung untuk melakukan

pengobatan lanjutan. Saya baru tahu kalau penyakit saya ini, masuk dalam kamus penyakit

kaki gajah. Penyebabnya gigitan nyamuk. Informasi ini dari sumber adik saya yang bekerja

di Timor Timur. Sejak itu saya rajin berobat baik di rumah sakit Enrekang maupun

Makassar. Tindakan kuratif dan minum obat filariasis secara bertahap kaki sebelah kirim

mulai ada tanda-tanda penyembuhan, kaki sudah tidak membesar, rasa nyeri juga sudah

hilang, sehingga saya mulai satar bekerja sebagai petani.

Penyembuhan kaki gajah saya ini cukup lama juga prosesnya (saya sdh lupa berapa tahun),

jelasnya saya mendapat dukungan keluarga begitu besar memotivasi saya agar ke luar dari

penderitaan seperti ini. Demikian juga bantuan pemerintah daerah kabupaten, kecamatan

dan desa untuk membantu saya dan dukungannya luar biasa. Saya berjanji kepada mereka

untuk bersedia menjadi tenaga volunturir (relawan) kalau diperlukan, termasuk menjadi

kader Posyandu.

Informan ke 2, beda riwayatnya dengan informan 1, karena awal mulanya tidak tahu ada

bengkak. Pembengkakan di kaki ditemukan ibunya waktu tidur. Kata ibunya masih umur 3

bulan. Informan baru merasakan ada rasa nyeri di kaki sebelah kiri waktu berusia 7 tahun

(sekolah SD), karena ada gejala demam dan panas, dan tidak ke sekolah. Ibunya membawa

berobat ke Puskesmas, bahkan sampai sekarang masih tetap berobat, namun, tamat SMP

lanjut ke SMA, ternyata kaki saya sampai sekarang ini, belum juga ada perubahan,

akhirnya saya memutuskan tidak sekolah (drop out).

Bantuan dan perhatian keluarga, khususnya Ibu saya, cukup besar agar saya cepat sembuh,

demikian juga teman-teman bermain dan guru di sekolah, namun langkah kaki ini sampai

Page 149: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

129

sekarang tetap membesar, walaupun saya merasakan tidak mempengaruhi aktivitas tiap

hari, seperti bermain bola, kerja di kebun, naik motor, Cara-cara merawatnya saya tidak

tahu, karena ibuku sendiri yang banyak merawatnya. Bantuan dan perhatian pemerintah

cukup besar juga, dan waktu ada POPM saya disuruh minum obatnya dan ibuku yang

memberikan dan mengontrol obatnya sampai obat itu selesai di minum, dengan harapan

kaki saya berubah menjadi kecil.

Kasus informan ke-2, bila dicermati secara mendalam, riwayat penderita mulai dari awal

sampai sekarang belum juga ada perubahan pada kaki sebelah kirinya, maka dapat

dikategorikan salah satu “original case” dan perlu kajian pengobatan atau pemeriksaan

laboratorium yang berlanjut.

Keterbatasan Hasil Penelitian

1. Recall minum obat filariasis pada saat pelaksanaan POPM yang bias, karena

pelaksanaan POPM sudah lama dibandingkan dengan waktu wawancara.

2. Tidak semua yang diwawancarai, bersedia diambil darahnya pada kegiatan SDJ.

3. Kros Cek sampel tinja bukan dari slide yang diperiksa di lapangan.

4. Penangkapan nyamuk selang satu bulan yang tidak terwakili musim, sehingga

berpengaruh pada jumlah tengkapan nyamuk.

5. Kegiatan pemeriksaan gen BM hanya mennagkap jejak keberadaan brugia (antigen

cacing) bukan keberadaan cacing.

6. Wawancara mendalam mengikuti jadwal dari informan.

Page 150: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Keberhasilan pelaksanaa TAS-3 di Kabupaten Enrekang dinilai dari aspek

epidemiologi yaitu : pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sudah baik dalam

hal pencegahan dan pengobatan filariasis, tidak ditemukan lagi penderita positf

mikrofilaria baik pada saat survei darah jari pada masyarakat maupun pada

pemeriksaan gen Brugia malayi pada anak sekolah, sedangkan lingkungan perlu

diwaspadai karena beberapa habitat yang ditemukan di sekitar rumah penduduk

merupakan habitat potensial dari nyamuk Culex seperti nyamuk Culex visnui yang

dalam penelitian ini ditemukan positif mengandung DNA B.malayi melalui

pemeriksaan PCR.

2. Sumber daya masyarakat yang terbatas dapat dimaksimalkan oleh pemerintah daerah

khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang dengan membentuk tim pokja yang

terdiri dari berbagai unsur masyarakat, yaitu: tim kesehatan, aparat desa, PKK, kader.

3. Keterbatasan anggaran untuk pelaksanaan program eliminasi filariasis dapat

dimaksimalkan dengan menggunakan dana BOK.

4. Peran serta sektor kesehatan yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan

Dinas Kesehatan kabupaten Enrekang merupakan pemeran utama dalam suksesnya

pelaksanaan TAS-3 di Kabupaten Enrekang. Adapun peran serta lintas sektor terkait

yang mempunyai kontribusi yang cukup besar yaitu, Dinas Pendidikan Kabupaten

Enrekang dalam memberikan arahan terkait pelaksanaan TAS kepada guru dan anak

sekolah, dan pemerintah daerah setempat (bupati, aparatur daerah, camat) yang

memberikan contoh meminum obat filariasis pada saat upacara di lapangan, serta

Kepala desa, PKK, dan kader yang berpartisipasi aktif pada saat pembagian obat

filariasis dan pelaksanaan SDJ. Sedangkan sektor lainnya yang belum memberikan

kontribusi yang maksimal yaitu Bappeda baik di tingkat provinsi maupun kabupaten

karena belum ada anggaran khusus terkait filariasis, masih merupakan pagu anggaran

sektor kesehatan sehingga penggunaan anggaran untuk filariasis (kegiatan POPM

dan SDJ) belum jelas berapa jumlahnya setelah sampai ke Dinas Kesehatan

Kabpaten Enrekang.

Page 151: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

131

Saran

1. Melakukan penyuluhan yang terencana dan kontinyu untuk menumbuhkan

pemahaman tentang bahaya filariasis dan melaporkan ke petugas kesehatan jika

menemukan seseorang dengan gejala-gejala awal pembengkakan di kaki atau di

tangan.

2. Mengintensifkan penyuluhan ke masyarakat agar menggunakan kelambu saat tidur

atau menggunakan baju lengan pangang/celana panjang saat keluar rumah, untuk

menghindari kontak dengan gigitan nyamuk.

3. Memanfaatkan atau memaksimalkan sumber informasi terkait filariasis selain dari

petugas kesehatan dan guru, juga melalui pengumuman dari tempat ibadah (masjid).

4. Surveilans untuk monitoring dan evaluasi terhadap penularan filariasis dapat

dilakukan dengan memantau lokasi-lokasi yang penduduknya tidak mengikuti

program POPM, dan penatalaksanaan perawatan bagi penderita kronis kaki gajah.

5. Melanjutkan pemberian obat cacing kepada anak sekolah dan anak-anak usia sekolah

yang ada di masyarakat.

6. Melakukan survei entomologi untuk mengetahui kepadatan dan perilaku nyamuk

untuk mengantisipasi keberadaan vektor di lokasi penelitian.

7. Mengintensifkan kerja sama lintas sektor yang sudah berjalaan dengan baik.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh

adat, PPK, kader kesehatan yang dapat menjadi jembatan yang efektif antara petugas

kesehatan dan masyarakat.

Page 152: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

132

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. World Health Organization. Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis

(A Manual for Elimination Programmes). Prancis; 2011.

2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Program Eliminasi Filariasis Di Indonesia.

Jakarta: Sub Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM

& PLP; 2012.

3. Rahmah N, Taniawati S, Shenoy RK, et al. Specificity and sensitivity of a rapid

dipstick test (Brugia Rapid) in the detection of Brugia malayi infection. Trans R Soc

Trop Med Hyg. 2001;95(6):601-604. doi:10.1016/S0035-9203(01)90091-4.

4. Noordin R, Aziz RAA, Ravindran B. Homologs of the Brugia malayi diagnostic

antigen BmR1 are present in other filarial parasites but induce different humoral

immune responses. Filaria J. 2004;3(1):10. doi:10.1186/1475-2883-3-10.

5. Subdit Filariasis dan Kecacingan. Data Endemisitas Filariasis Di Indonesia Sampai

Dengan Bulan Juli 2014. Jakarta: Ditjen P2 PL, Kementerian Kesehatan RI; 2014.

6. Subdit Filariasis dan Kecacingan. Rencana Pre TAS Kabupaten/Kota. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI; 2012.

7. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 94/2014 Tentang

Penanggulangan Filariasis. Jakarta; 2015.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Penanggulangan Filariasis Di

Kabupaten Enrekang. Makassar; 2017.

9. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Filariasis di Indonesia. Bul Jendela

Epidemiol. 2010;1:1-8.

10. Anorital, Indiarto AH, Marleta R, Sugianto. Laporan Kajian Pengaruh Upaya

Pengobatan Massal Filariasis Terhadap Pengendalian Penyakit Kecacingan.

Jakarta; 2014.

11. Supali T. Keberhasilan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Alor, Nusa

Tenggara Timur. Bul Jendela Epidemiol. 2010;1:20-23.

12. Tuti S, Sismadi P, Ekowatiningsih R, Manumpil P. Situasi filariasis di pulau alor

pada tahun 2006. Bul Penelit Sist Kesehat. 2010;13(1):69-76.

13. Huppatz C, Capuano C, Palmer K, Kelly PM, Durrheim DN. Lessons from the

Pacific programme to eliminate lymphatic filariasis: a case study of 5 countries.

Page 153: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

133

BMC Infect Dis. 2009;9(1):92. doi:10.1186/1471-2334-9-92.

14. Sabesan S, Vanamail P, Raju K, Jambulingam P. Lymphatic Filariasis in India:

Epidemiology and Control Measures. J Postgrad Med. 2010;56:232-238.

15. De-jian S, Xu-li D, Ji-hui D. The history of the elimination of lymphatic filariasis in

China. Infect Dis Poverty. 2013;2(1):30. doi:10.1186/2049-9957-2-30.

16. WHO. Slides on training in monitoring and epidemiological assessment mass drug

administration for eliminatiion filariasis.

17. Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang. Kabupaten Enrekang Dalam Angka

Tahun 2017.; 2017.

18. Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang. Kecamatan Buntu Batu Dalam Angka

Tahun 2017.; 2017.

19. Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang. Kecamatan Curio Dalam Angka

tahun2017.; 2017.

20. Subdit Filariasis dan Kecacingan. Hasil Cakupan Pengobatan Massal Di Kabupaten

Enrekang.; 2012.

21. duniabaca.com. Definisi Pengetahuan Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pengetahuan.

22. Ambarita, Lasbudi , Taviv, Julian, Sitorus Hotnida, Pallepi, R.Irpan K. KAKI

GAJAH DAN PROGRAM PENGOBATAN MASSAL DI KECAMATAN

PEMAYUNG KABUPATEN. Media Litbangkes. 2014;24:191-198.

23. Nurjana MA, Chadijah S, Veridiana NN, Anastasia H. Situasi Filariasis Setelah

Pengobatan Massal Tahun Ketiga di Kabupaten Mamuju Utara. J Ekol Kesehat.

2017;16(2):93-103.

24. Purnomo I, Supriyono, Hidayati S. Pengaruh Faktor Pengetahuan dan Petugas

Kesehatan terhadap Konsumsi Obat Kaki Gajah (Filariasis) di Kelurahan Bligo

Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

http://www.unikal.ac.id/Journal/index.php/lppm/article/viewFile/347/280.

25. Darmayunita. Konsep Perilaku Kesehatan.

26. Zakapedia. Pengertian Sikap: Apa itu Sikap? | Pengertian Ahli.

27. Anorital, Marleta Dewi R. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Filariasis

Malayi selama Pelaksanaan Pengobatan di Kabupaten Tabalong Kalsel. Media

Penelit dan Pengemb Kesehat. 2004;14(4):42-50.

Page 154: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

134

28. Santoso, Saikhu A, Taviv Y, Yuliani R., Mayasari R, Supardi. Kepatuhan

Masyarakat terhadap Pengobatan Massal Filariasis di kabupaten Belitung Timur

tahun 2008. Bul Penelit Kesehat. 2008;38(4):192-204.

29. Garjito TA, Jastal, Rosmini, Anastasia H, Srikandi Y, Labatjo Y. Filariasis dan

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penularannya di Desa Pangku-Tolole,

Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi-Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. J

Vektora. 2013;5(2):54-65.

30. Mukhopadhyay AK, Patnaik SK, Babu PS, Rao KNMB. Knowledge on Lymphatic

Filariasis and Mass Drug Administration ( MDA ) Programme in Filaria Endemic

Districts of Andhra Pradesh , India. J Vector Borne Dis. 2008;45:73-75.

31. Purwantyastuti. Filariasis di Indonesia: Pemberian Obat Massal Pencegahan

(POMP) Filariasis. Bul Jendela Epidemiol. 2010;1:15-19.

32. Arjadi F. Eliminasi Filariasis Limfatika Berbasis Masyarakat. J Humanis.

2008;1(2):93-99.

33. Sawitri DH, Subekti DT. Dinamika Filariasis di indonesia. In: Lokakarya Nasional

Penyakit Zoonosis. Bogor: Kementerian Peternakan Republik Indonesia; 2005:242-

250.

http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/6099/59

69.

34. Chadijah S. Survei Filariasis di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. J Vektor

Penyakit. 2012;6(1):1-6.

35. Elytha F. Transmission Assessment Survey Sebagai Salah Satu Langkah Peneltuan

eliminasi Filariasis. J Kesehat Masy Andalas. 2014;8(2):84-91.

36. CDC. CDC - Ascariasis - Disease.; 2016.

37. CDC. CDC - Trichuriasis.; 2016.

38. Hairani B, Juhairiyah. Infeksi Cacing Usus Pada Anak Sekolah SDN 1 Manurung

Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Tahun 2014.

spirakel. 2015;7(1):38-44.

39. Nasir M, Haslinda L AE. Gambaran Infestasi Ascaris lumbricoides dan Trichuris

trichura Pada Murid Kelas I, II, dan III SD Negeri 45 Di Lingkungan Pembuatan

Batu Bata Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. J Online Mhs Bid Kedokt.

2014;1(2):1-12.

Page 155: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

135

40. Syahrir S, Aswandi. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada

Siswa SDN Inpres No.1 Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Higiene.

2016;21:41-48.

41. N C. Promosi kesehatan dalam pemberian minum obat cacing dan Kejadian

kecacingan oxyuris vermicularis. JIKK. 2016;7(1):24-29.

42. Juariah S, Irawan MP, Mellysa R IK. Pemeriksaan, Pengobatan, dan Penyuluhan

Kebersihan Diri untuk Mencegah dan Mengobati Kecacingan Pada Anak Usia

Sekolah Guna Meningkatkan Konsentrasi Belajar Pada Anak. J Pengabdi Masy.

2017;1(1):32-36.

43. Santoso NS. Spesies Mikrofilaria Pada penderita Kronis Filariasis secara

Mikroskopis dan Polymerace Chain Reaction (PCR) di Kabupaten Jabung Timur.

Media Litbangkes. 2015;25(4):249-256.

44. Pratiwi R, Chairul A, Mgs Irsan S T. Sensitivitas dan Spesifisitas Metode

Polymerase Chain Reaction Pada Pemeriksaan Brugia Malayi Di Desa Sungai

Rengit Murni Kabupaten Banyuasin. Maj Kedokt Sriwijaya. 2013;1:41-51.

45. Ramadhani T, Wahyudi BF. Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk di Daerah

Endemis Filariasis Limfatik , Kota Pekalongan. J Vektor Penyakit. 2015;9(1):1-8.

46. Arsin AA. Epidemiologi Filariasis Di Indonesia. Makassar: Masagena Press; 2016.

47. Munif A, Sudomo M, Soekirno. Bionomi Anopheles Spp di Daerah Endemis

Malaria di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Bul Penelit Kesehat.

2007;35(2):57-80.

48. Grech M, Sartor P, Estallo E, Ludueña-almeida F, Almirón W. Characterisation of

Culex quinquefasciatus ( Diptera : Culicidae ) larval habitats at ground level and

temporal fluctuations of larval abundance in Córdoba , Argentina. Mem Inst

Oswaldo Cruz. 2013;108(September):772-777. doi:10.1590/0074-

0276108062013014.

49. Jose S, Monte D, Jose S, Monte D. Larval Mosquito Fauna ( Diptera : Culicidae ) of

Salikneta. Philipp J Sci. 2015;144(June):51-60.

50. Chadijah S, Veridiana NN, Risti R, Jastal J. Gambaran Penularan Filariasis di

Provinsi Sulawesi Barat. Bul Penelit Kesehat. 2014;42:101-107.

Page 156: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

136

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto kegiatan KAP

Lampiran 2. Foto-foto Kegiatan Pemeriksaan Klinis dan SDJ

Page 157: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

137

Lampiran 3. Foto-foto kegiatan Stool dan Gen Bm

Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan Survei Entomologi

Page 158: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

138

Lampiran 5. Foto-foto Kegiatan Survei Lingkungan

Page 159: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

139

Lampiran 6. Foto-foto Kegiatan Indept Interview

Page 160: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

LAPORAN PENELITIAN

STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI INDONESIA

TAHUN 2017 (STUDI MULTISENTER FILARIASIS)

DI KABUPATEN DONGGALA

(Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik)

PENYUSUN:

MADE AGUS NURJANA, dkk

(APKESI NO. 20160347714)

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN

PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (LITBANG P2B2) DONGGALA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2017

RAHASIA

i

Page 161: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

SK PENELITIAN

ii

Page 162: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

iii

Page 163: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

iv

Page 164: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

v

Page 165: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

vi

Page 166: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DAFTAR SUSUNAN TIM PENELITI

No. Nama Kedudukan Dalam Tim

1. Muh. Faozan, S.K.M., M.P.H PJT Provinsi

2. Made Agus Nurjana, SKM, M.Epid PJT Kabupaten

3. Junus Widjaja, S.K.M., M.Sc Peneliti

4. Hayani Anastasia, SKM, M.P.H Peneliti

5. Anis Nurwidayati, S.Si., M.Sc Peneliti

6. Mujiyanto, S.Si, M.P.H Peneliti

7. Ningsi, S.Sos., M.Si Peneliti

8. Resmiwaty, S.Sos., M.Si Peneliti

9. Murni, S.Si Peneliti

10. Phytisia Pamela Frederika Sumolang, S.Si Peneliti

11. Ade Kurniawan, S.K.M Peneliti

12. Sardin, S.Sos Peneliti

13. Yuyun Srikandi, S.Si Teknisi

14. Risti Teknisi

15. Irawati Teknisi

16. Rezkia Teknisi

17. Andi Tenriangka, S.Sos. Administrasi

Sumber Dana : DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala 2017

vii

Page 167: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DOKUMEN PERSETUJUAN ETIK

viii

Page 168: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

LEMBAR PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG

JUDUL PENELITIAN

STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI INDONESIA

TAHUN 2017 (STUDI MULTISENTER FILARIASIS)

DI KABUPATEN DONGGALA

(Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik)

Donggala, Desember 2017

ix

Page 169: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan

penelitian kami yang berjudul “Studi Evaluasi Eliminasi Filariasis di Indonesia

Tahun 2017 (Studi Multisenter Filariasis) di Kabupaten Donggala (Daerah

Endemis Brugia Malayi Non-Zoonotik)” tepat pada waktunya. Penelitian ini

merupakan penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala yang telah

melakukan TAS-1 awal tahun 2017. Laporan ini disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban secara administrasi dan merupakan penyampaian secara

tertulis dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan eliminasi filariasis di

Kabupaten Donggala dan daerah lainnya yang mempunyai karakteristik geografis

yang hampir sama dengan daerah penelitian.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai Litbang P2B2

Donggala atas kesempatan, izin dan segala dukungan yang diberikan dalam

pelaksanaan penelitian ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada tim

reviewer yang telah memberikan masukan serta bimbingan atas pelaksanaan

penelitian ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh

anggota tim penelitian, Pengarah dan PJO Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah dan

Kabupaten Donggala, pengelola filariasis baik tingkat provinsi maupun

kabupaten, petugas puskesmas Daonggala dan Sabang di Kabupaten Donggala,

Kepala Kelurahan Kabonga Kecil, Kepala Desa Sabang, para kader dan

masyarakat atas dukungan dan bantuan yang diberikan dalam pelaksanaan

penelitian ini.

Akhirnya, penulis sangat berterimakasih kepada teman-teman yang telah

membantu memberikan bahan acuan maupun diskusi dalam penyusunan laporan

ini. Penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka yang

membantu secara langsung maupun tidak langsung selama mempersiapkan

maupun penyusunan laporan ini. Saran dan masukan yang membangun juga

sangat diharapkan untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya.

x

Page 170: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam

program eliminasi filariasis di Kabupaten Donggala khususnya dan dikabupaten

lain di Indonesia pada umumnya.

Donggala, Desember 2017

PJT Kabupaten Donggala,

Made Agus Nurjana, S.K.M., M.Epid

xi

Page 171: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

ABSTRAK

Pada awal tahun 2017, Kabupaten Donggala telah melaksanakan TAS-1 dengan menggunakan rapid diagnostic test/RDT (brugia rapid testTM ) dan hasil evaluasi menunjukkan Kabupaten Donggala dinyatakan lulus TAS tahap pertama. Keberhasilan pelaksananaan TAS-1 di kabupaten Donggala tidak terlepas dari peran serta aspek terkait di Kabupaten Donggala, oleh karena itu perlu dilaksanakan suatu studi yang menyeluruh guna mengetahui berbagai aspek terkait dengan keberhasilan Kabupaten Donggala dalam melaksanakan TAS tahap pertama dalam rangka menuju eliminasi filariasis.

Studi Cross sectional dilakukan untuk mengetahui berbagai aspek yang mendukung keberhasilan pelaksanaan TAS-1 di Kabupaten Donggala. Kegiatan meliputi wawancara mendalam (indept interview), survei darah jari, stool survey, deteksi DNA Brugia malayi, survei KAP, survei nyamuk, dan survei lingkungan. Indept interview dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten, puskesmas hingga kelurahan/desa sedangkan kegiatan survei darah jari, stool survey, deteksi DNA Brugia malayi, survei KAP, survei nyamuk, dan survei lingkungan di lakukan di dua lokasi yang merupakan daerah ditemukan penderta positif TAS-1 yaitu Kelurahan kabonga Kecil, Kec. Banawa dan Desa Sabang, Kec. Dampelas Kabupaten Donggala.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 638 masyarakat yang diperiksa tidak ada yang menunjukkan gejala klinis fiariasis dan hasil pemeriksaan darah seluruhnya negatif. Dari 153 anak Sekolah Dasar yang diambil sampel tinja hasilnya 45 anak positif (29,41%) kecacingan, 20 anak diambil sampel darah untuk diperiksa deteksi DNA Brugia malayi hasilnya negatif. Masyarakat diwawancara KAP sebanyak 659 orang menunjukkan pengetahun masih rendah, sikap dan perilaku cukup baik terkait filariasis. Indep interview menunjukkan adanya perhatian penting terhadap pelaksanaan eliminasi filariasis di Kabupaten Donggala. Nyamuk tertangkap sebanyak 2978 ekor dari genus mansonia, culex, aedes, anopheles, armigeres, uranotaenia, coquilettidia dan aedomvia, hasil pemeriksaan PCR menunjukkan seluruh nyamuk negatif Brugia malayi. Lingkungan habitat nyamuk yaitu: lubang pohon, kolam, sawah, barang bekas, bekas galian tambang, sungai, saluran air, genangan air, rawa, tambak, lubang galian, mata air, perahu, penampungan air, ban bekas, sumur, batok kelapa, dan kaleng bekas.

Pelaksanaan program dalam rangka eliminasi filariasis di kabupaten Donggala mendapat dukungan dari segala aspek baik pemerintah pusat maupun daerah. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program oleh pemerintah daerah harus terus digalakkan agar evaluasi TAS tahap kedua dan ketiga juga berhasil lulus sehingga target tahun 2020 Kabupaten Donggala mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis dari Kementerian Kesehatan dapat tercapai.

Kata Kunci: Transmission Assesment Survey (TAS), Brugia malayi, POPM, Stool

Survey, Survei vektor, Survei KAP, Kabupaten Donggala

xii

Page 172: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

ABSTRACT

Beggining of 2017, Donggala District has implemented TAS-1 using rapid diagnostic test / RDT (brugia rapid testTM) and the evaluation results show that Donggala District passed the first TAS stage. The successful implementation of TAS-1 in Donggala regency is inseparable from the role of related aspects in Donggala District, therefore it is necessary to conduct a comprehensive study in order to know various aspects related to the success of Donggala District in implementing the first TAS in order to eliminate filariasis.

Cross-sectional study was conducted to find out various aspects that support the successful implementation of TAS-1 in Donggala District. Activities include indepth interviews, finger blood surveys, stool surveys, Brugia malayi DNA detections, KAP surveys, mosquito surveys, and environmental surveys. Indept interviews were conducted at provincial, district, puskesmas and village level, while finger blood survey, stool survey, Brugia malayi DNA detection, KAP survey, mosquitoes survey, and environmental survey were conducted in two locations that were found to be positive TAS- 1 ie Village kabonga Kecil, Kec. Banawa and Sabang Village, Kec. Dampelas Donggala District.

The results showed that of 638 people examined there was no clinical evidence of fiariasis and the blood test results were entirely negative. Of the 153 primary school children taken by stool samples, the result was 45 positive children (29.41%) of worms, 20 children taken blood samples for examination of Brugia malayi DNA detection. The people interviewed by KAP as many as 659 people showed low knowledge, good attitude and behavior related to filariasis. Indep interview shows an important concern for the implementation of filariasis elimination in Donggala District. Mosquitoes caught as many as 2978 of the genus of mansonia, culex, aedes, anopheles, armigeres, uranotaenia, coquilettidia and aedomvia, PCR examination results show all negative mosquito Brugia malayi. The mosquito habitat environment is: tree hole, pond, rice field, scrap, excavation of mine, river, drainage, puddles, swamps, ponds, pits, springs, boats, water tanks,wells, coconut shells, and used tins.

Implementation of the program in the framework of elimination filariasis in Donggala district get support from all aspects of both central and local government. Monitoring and evaluation of program implementation by the local government should be encouraged so that the second and third stage TAS evaluation will also succeed so that the 2020 target of Donggala District obtained certificate of filariasis elimination from the Ministry of Health can be achieved. Keywords: Transmission Assessment Survey (TAS), Brugia malayi, POPM, Stool survey, vektor survey, KAP survey, Donggala District

xiii

Page 173: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

RINGKASAN EKSEKUTIF

STUDI EVALUASI ELIMINASI FILARIASIS DI INDONESIA

TAHUN 2017 (STUDI MULTISENTER FILARIASIS)

DI KABUPATEN DONGGALA

(Daerah Endemis Brugia malayi Non-Zoonotik)

Made Agus Nurjana, Muh. Faozan, Junus Widjaja, Hayani Anastasia, Anis Nurwidayati, Mujiyanto, Ningsi, Resmiwaty, Murni, Phytisia Pamela FS, Ade Kurniawan, Sardin, Yuyun Srikandi, Risti, Irawati, Rezkia, Andi Tenriangka,

Hamdi, Dayat, Nurhayati, Sukardi, Mila

Indonesia adalah salah satu dari 53 negara di dunia yang merupakan

negara endemis filariasis, dan satu-satunya negara di dunia dengan ditemukannya

tiga spesies cacing filaria pada manusia yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia

malayi dan Brugia timori. Kabupaten/kota yang melaksanakan POPM, pada tahun

ketiga dilakukan evaluasi yang berupa pre-survei dengan melaksanakan survei

darah jari guna mengetahui ada tidaknya mikrofilaria dalam darah. Selanjutnya

setelah 5 tahun POPM dilakukan evaluasi dengan survei kajian penularan

(Transmission Assesment Survey)-1/TAS-1 dengan menggunakan rapid

diagnostic test/RDT.

Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah endemis Brugia malayi

yang telah melaksanakan pengobatan massal sejak tahun 2011 – 2015 dan awal

tahun 2017 telah melaksanakan TAS-1 dengan menggunakan rapid diagnostic

test/RDT (brugia rapid testTM). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat dua

anak SD positif, namun angka ini masih dibawah cut-off sehingga Kabupaten

Donggala dinyatakan lulus TAS tahap pertama. Keberhasilan pelaksananaan TAS-

1 di kabupaten Donggala tidak terlepas dari peran serta seluruh aspek terkait di

Kabupaten Donggala. Guna mengetahui berbagai aspek terkait dengan

keberhasilan Kabupaten Donggala dalam melaksanakan TAS tahap pertama

dalam rangka menuju eliminasi filariasis dilakukan studi evaluasi eliminasi

filariasis di kabupaten Donggala. Kegiatan ini serentak dilakukan di 24 kabupaten

(18 kabupaten endemis Brugia malayi dan 6 kabupaten endemis Wuchereria

bancrofti) di Indonesia yang telah melaksanakan pre-TAS dan TAS.

xiv

Page 174: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kegiatan di kabupaten Donggala dilakukan di Kelurahan Kabonga Kecil,

Kec. Banawa dan Desa Sabang, Kec. Dampelas pada bulan Februari – November

2017. Kegiatan meliputi wawancara mendalam (indept interview), survei darah

jari, stool survey, deteksi DNA Brugia malayi, survei Knowledge, Attitudes, and

Practice (KAP), survei nyamuk, dan survei lingkungan. Indept interview

dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten, puskesmas hingga kelurahan/desa

sedangkan kegiatan survei darah jari, stool survey, deteksi DNA Brugia malayi,

survei KAP, survei nyamuk, dan survei lingkungan di lakukan di dua lokasi yang

merupakan daerah ditemukan penderita positif TAS-1 yaitu Kelurahan kabonga

Kecil dan Desa Sabang.

Indept interview dilakukan terhadap 30 informan pengambil kebijakan di

Bapedda, Dinas Kesehatan, dan lintas sektor baik pada tingkat provinsi maupun

kabupaten serta puskesmas, toga, toma, kader dan penderita. Hasilnya

menunjukkan adanya perhatian penting terhadap pelaksanaan eliminasi filariasis

di Kabupaten Donggala. Tidak ada disharmoni kebijakan pusat dan daerah,

sumber daya manusia dianggap sudah mencukupi dengan kompotesi yang sudah

bagus meskipun sering terjadi rolling jabatan, anggaran dan sarpras mencukupi

serta adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

POPM di daerah.

Wawancara KAP, pemeriksaan klinis dan survei darah jari dilakukan

terhadap masyarakat di dua desa terpilih usia ≥ 5 tahun, hasil wawancara terhadap

659 masyarakat (Kel. Kabonga Kecil 334 individu/86 RT dan Desa Sabang 325

individu/80 RT) menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai

penyebab, gejala dan pelaksanaan program POPM filariasis masih sangat rendah,

informasi terkait pelaksanaan POPM filariasis paling banyak diperoleh dari

petugas kesehatan/guru. Sikap responden cukup baik terkait minum obat atas

kesadaran sendiri dan untuk kesehatan. Perilaku keikutsertaan dalam program

POPM cukup tinggi, dan sebagian besar meminum seluruh obat yang diberikan.

Beberapa responden tidak meminum obat karena takut dengan efek samping obat.

Efek samping minum obat yang umum dirasakan yaitu pusing/sakit kepala dan

perut mulas serta sebagian kecil melaporkan ada keluar cacing setelah minum

obat. Perilaku mencegah gigitan nyamuk pada malam hari yang paling banyak

xv

Page 175: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dilakukan masyarakat yaitu menggunakan obat anti nyamuk bakar dan

menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang serta kaos kaki di luar

rumah. Dari total 659 masyarakat yang di wawancara KAP, sebanyak 638 orang

(Kel. Kabonga Kecil 322 individu dan Desa Sabang 316 individu) bersedia untuk

diperiksa dan diambil darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tidak

ditemukan gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah seluruhnya negatif.

Stool survey dilakukan terhadap anak SD kelas 2 dan 3 di lima SD di

kabupaten Donggala yaitu SDN 3 Dampelas, SDN 22 Dampelas, SDN 28

Dampelas, SDN 24 Banawa, dan SDN 12 Banawa. SDN 28 Dampelas dan SDN

24 Banawa merupakan SD yang ditemukan anak masing-masing satu orang positif

pada TAS-1. Dari 153 anak SD yang diambil sampel tinja hasilnya 45 anak positif

(29,41%) kecacingan, beberapa diantaranya terinfeksi lebih dari satu spesies

cacing usus. Deteksi DNA Brugia malayi dilakukan terhadap anak SD yang

positif TAS-1 ditambah dengan anak SD lainnya sehingga mencukupi sampel

sebanyak 20 anak, hasil pemeriksaan deteksi DNA Brugia malayi seluruhnya

negatif.

Penangkapan nyamuk dilaksanakan dengan metode modifikasi human

landing collection dalam kelambu, hasilnya nyamuk tertangkap sebanyak 2978

ekor dari genus mansonia, culex, aedes, anopheles, armigeres, uranotaenia,

coquilettidia dan aedomvia. Seluruh nyamuk tertangkap dikirim ke Badan

Litbangkes untuk diperiksa dengan PCR, hasilnya menunjukkan bahwa seluruh

nyamuk negatif Brugia malayi. Survei lingkungan habitat dilaksanakan untuk

mengetahui tempat perindukan nyamuk di lokasi penelitian. Hasil menunjukkan

bahwa terdapat 12 tipe lingkungan habitat yang ditemukan di Desa Sabang, yaitu:

tambak, rawa, mata air, bekas galian tambang, tepi sungai, sawah, genangan air,

kolam, lubang galian, lubang pohon, barang bekas, dan saluran air. Sedangkan di

Kelurahan Kabonga Kecil ditemukan sembilan tipe lingkungan habitat, yaitu:

genangan air, kolam, perahu, kaleng bekas, saluran air, penampungan airr, ban

bekas batok kelapa dan sumur.

Pelaksanaan program dalam rangka eliminasi filariasis di kabupaten

Donggala mendapat dukungan dari segala aspek baik pemerintah pusat maupun

daerah. Kebijakan pemerintah, ketersediaan SDM, sarana dan prasarana serta

xvi

Page 176: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dukungan anggaran turut mensukseskan pelaksanaan TAS tahap pertama di

Kabupaten Donggala.

Harapan agar Kabupaten Donggala bisa memperoleh sertifikat eliminasi

filariasis, maka disarankan untuk :

1. Program eliminasi filariasis menjadi salah satu program prioritas di kabupaten

yang didukung dengan peraturan daerah, penganggaran, pemenuhan SDM

dan sarana prasarana yang memadai

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang filariasis melalui penyuluhan

yang terencana dan kontinyu oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan

3. Tatalaksana penderita kronis terus dilakukan khususnya cara merawat

kaki/tangan yang bengkak

4. Pemberian obat cacing kepada anak sekolah dan anak-anak usia sekolah yang

ada di masyarakat rutin dilakukan minimal setahun sekali.

5. Survei entomologi untuk mengantisipasi keberadaan vektor terus dilakukan.

6. Meningkatkan peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, PPK,

kader kesehatan dalam kegiatan eliminasi filariasis.

7. Mengintensifkan kerja sama lintas sektor yang sudah berjalan dengan baik.

8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program oleh pemerintah daerah secara

berkala, agar evaluasi TAS tahap kedua dan ketiga juga berhasil, sehingga

target tahun 2020 Kabupaten Donggala mendapatkan sertifikat eliminasi

filariasis dari Kementerian Kesehatan dapat tercapai.

xvii

Page 177: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DAFTAR ISI

SK PENELITIAN ................................................................................................... ii

DAFTAR SUSUNAN TIM PENELITI ................................................................ vii

DOKUMEN PERSETUJUAN ETIK ................................................................... viii

LEMBAR PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG .......................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

ABSTRAK ............................................................................................................ xii

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................... xiv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xviii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xx

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1

Dasar Pemikiran .................................................................................................. 3

Tujuan .................................................................................................................. 4

Manfaat ................................................................................................................ 5

BAB II METODE PENELITIAN .......................................................................... 6

Kerangka Konsep ................................................................................................ 6

Waktu, Tempat/Lokasi, Pelaksana & Penanggung Jawab, dan Sumber Biaya. .. 7

Jenis Studi ............................................................................................................ 8

Populasi, Sampel, dan Lokasi .............................................................................. 8

Bahan dan Cara Pengumpulan Data .................................................................. 17

Alur Kegiatan .................................................................................................... 24

Definisi Operasional .......................................................................................... 27

xviii

Page 178: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Manajemen dan Analisis Data ........................................................................... 27

BAB III HASIL .................................................................................................... 29

Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................................. 29

Gambaran Umum Pengendalian Filariasis di Daerah Penelitian ...................... 32

Gambaran Jumlah & Karakteristik Subyek Penelitian/Sampel ........................ 34

Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Filariasis .................................... 38

Gambaran Sikap Responden Tentang Filariasis ................................................ 41

Gambaran Perilaku Responden Tentang Filariasis. .......................................... 42

Gambaran Status Endemisitas Daerah Penelitian.............................................. 45

Gambaran Status Infeksi Kecacingan ................................................................ 47

Gambaran Deteksi Gen Brugia malayi ............................................................. 48

Gambaran Hasil Survei Vektor ......................................................................... 49

Gambaran Hasil Survei Lingkungan ................................................................. 50

Gambaran Hasil Wawancara Mendalam ........................................................... 53

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 151

Kesimpulan ...................................................................................................... 151

Saran ................................................................................................................ 152

DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 153

LAMPIRAN ........................................................................................................ 159

xix

Page 179: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas wilayah menurut kecamatan Kabupaten Donggala tahun 2016 ..... 30

Tabel 2. Kondisi Topografi berdasarkan luas wilayah Kabupaten Donggala ...... 32

Tabel 3. Cakupan Pengobatan Massal (menyeluruh) di Kabupaten Donggala tahun 2011 – 2015 ........................................................................................................... 33

Tabel 4. Jumlah Responden/Subyek Penelitian/Sampel Berdasarkan Jenis Data/Informasi Yang Dikumpulkan Kabupaten Donggala Tahun 2017. ............. 34

Tabel 5. Karakteristik Responden Survei KAP di Kabupaten Donggala Tahun 2017 ....................................................................................................................... 35

Tabel 6. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab dan Gejala Filariasis di Kabupaten Donggala tahun 2017 .......................................................................... 39

Tabel 7. Pengetahuan Responden Tentang Pengobatan Filariasis di Kabupaten Donggala tahun 2017 ............................................................................................ 40

Tabel 8. Sikap Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Donggala tahun 2017 ............................................................................................................................... 41

Tabel 9. Perilaku Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Donggala tahun 2017 ....................................................................................................................... 43

Tabel 10. Angka Mikrofilaria dan Kasus Kaki Gajah (Elefantiasis) Kabupaten Donggala tahun 2017. ........................................................................................... 45

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Klinis di Kabupaten Donggala Tahun 2017 ........................................................................................... 46

Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Mikroskop Survei Darah Jari di Kabupaten Donggala Tahun 2017 ................................................... 46

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Positif Kecacingan di Kabupaten Donggala Tahun 2017 ........................................................................................... 47

Tabel 14. Jumlah Anak SD Hasil Pemeriksaan Gen Brugia malayi Kabupaten Donggala tahun 2017 ............................................................................................ 49

Tabel 15. Jumlah Nyamuk yang Berhasil Ditangkap Dalam Dua Periode Penangkapan di Kabupaten Donggala Tahun 2017 .............................................. 49

Tabel 16. Hasil Pemeriksaan PCR pada nyamuk yang Tertangkap Kabupaten Donggala Tahun 2017 ........................................................................................... 50

xx

Page 180: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 17. Tempat perindukan nyamuk di Kelurahan kabonga Kecil Kabupaten Donggala tahun 2017 ............................................................................................ 51

Tabel 18. Tempat perindukan nyamuk di Desa Sabang, Kabupaten Donggala tahun 2017 ............................................................................................................. 53

xxi

Page 181: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Studi Eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2017 . 6

Gambar 2. Alur kegiatan Penelitian Multisenter Filariasis tahun 2017 ................ 26

Gambar 3. Peta batas administrasi Kabupaten Donggala ..................................... 29

Gambar 4. Plotting rumah responden di Kelurahan Kabonga Kecil, Kec. Banawa, Kabupaten Donggala tahun 2017 .......................................................................... 37

Gambar 5. Plotting rumah responden di Desa Sabang Kec. Dampelas, Kabupaten Donggala tahun 2017 ............................................................................................ 38

Gambar 6. hasil plotting penetapan titik geo-spasial habitat vektor di Kel. Kabonga Kecil ....................................................................................................... 51

Gambar 7. hasil plotting penetapan titik geo-spasial habitat vektor di Desa Sabang ............................................................................................................................... 52

xxii

Page 182: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto kegiatan KAP.................................................................. 159

Lampiran 2. Foto-foto Kegiatan Pemeriksaan Klinis dan SDJ ........................... 159

Lampiran 3. Foto-foto kegiatan Stool dan Gen Bm ............................................ 160

Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan Survei Entomologi .......................................... 161

Lampiran 5. Foto-foto Kegiatan Survei Lingkungan .......................................... 162

Lampiran 6. Foto-foto Kegiatan Indept Interview .............................................. 163

xxiii

Page 183: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Dalam resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 1997, filariasis yang

dikategorikan sebagai neglected diseases (penyakit yang terabaikan) menjadi

masalah kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia.1 Indonesia adalah salah

satu dari 53 negara di dunia yang merupakan negara endemis filariasis, dan satu-

satunya negara di dunia dengan ditemukannya tiga spesies cacing filaria pada

manusia yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.2

Tahun 2000 WHO mendeklarasikan global eliminasi filariasis pada tahun

2020. Di Indonesia program eliminasi filariasis telah dicanangkan oleh Menteri

Kesehatan RI pada tanggal 8 April 2002 di Sumatera Selatan. Sejak pencanangan

tersebut, Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Nomor:

157/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

kabupaten/kota yaitu Penatalaksanaan Kasus Kronis Filariasis. Tahun 2005

dikeluarkan Keputusan Nomor: 1582/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman

Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah).2

Sampai akhir tahun 2016, dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, terdapat

236 kabupaten/ kota endemis filariasis. Dari 236 kabupaten/kota yang endemis

filariasis tersebut, 55 kabupaten/kota telah melakukan Pemberian Obat

Pencegahan Massal filariasis (POPM) selama lima tahun berturut-turut (lima

putaran). Sisanya sebanyak 181 kabupaten/kota akan melaksanakan POPM

sampai dengan tahun 2020, dengan jumlah penduduk sebesar 76 juta jiwa.

Kabupaten/kota yang melaksanakan POPM, pada tahun ketiga dilakukan

evaluasi yang berupa pre-survei dengan melaksanakan survei darah jari guna

mengetahui ada tidaknya mikrofilaria dalam darah. Selanjutnya setelah lima tahun

POPM dilakukan evaluasi dengan survei kajian penularan (Transmission

Assesment Survey)-1/TAS-1 dengan menggunakan rapid diagnostic test/RDT.1

RDT yang digunakan adalah Brugia rapid testTM untuk parasit Brugia malayi

dan/atau Brugia timori,1,2,3,4 dan immunochromatographic test (ICT) untuk

parasit Wuchereria bancrofti. Brugia rapid test digunakan untuk mendiagnosis

ada tidaknya antibodi B. malayi/B. timori, sedangkan ICT untuk mendiagnosis ada

tidaknya antigen W. bancrofti. Dari hasil TAS-1 tersebut akan diketahui apakah

1

Page 184: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

di kabupaten/kota tersebut masih terjadi penularan filariasis atau masih

dikategorikan sebagai daerah endemis. Terhadap daerah yang masih terjadi

penularan filariasis akan dilakukan POPM ulang selama dua putaran (dua

tahun).5,6,7 Untuk hasil TAS-1 dengan nilai di bawah nilai cut-off maka

kabupaten/kota tersebut dinyatakan lulus TAS. Selama dua tahun setelah

dinyatakan lulus, kabupaten/kota melaksanakan surveilans filariasis. Setelah dua

tahun masa surveilans, dilakukan evaluasi (TAS-2). Dua tahun kemudian

dilakukan lagi evaluasi (TAS-3). Jika dalam dua periode masa surveilans dapat

dilalui dengan status lulus TAS, maka kabupaten/kota tersebut disertifikasi

dengan status filariasis telah tereliminasi. Dari status terakhir per tahun 2015,

terdapat 29 kabupaten/kota yang telah lulus TAS dan 22 kabupaten/kota gagal

TAS baik TAS-1, TAS-2 atau TAS-3.

Pada tahun 2015, Menteri Kesehatan mencanangkan Bulan Eliminasi Kaki

Gajah (Belkaga). Sebelumnya pada tahun 2014,7 Menkes mengeluarkan

Permenkes No. 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis. Dengan

berlakunya Permenkes ini, maka Kepmenkes No. 1582/2005 dan Kepmenkes No.

893/2007 dinyatakan tidak berlaku. Bagi kabupaten/kota yang gagal TAS

menimbulkan kendala karena harus mengulangi POPM. Tahun 2015 Kabupaten

Donggala telah menyelesaikan POPM sebanyak lima putaran dengan cakupan

pengobatan massal setiap tahunnya > 65%.8 Awal tahun 2017 dilakukan TAS

pada 55 Sekolah Dasar (SD) kelas 1 dan 2 di Kabupaten Donggala, hasilnya

menunjukkan bahwa ditemukan dua anak positif namun angka ini masih dibawah

cut-off sehingga Kabupaten Donggala dinyatakan lulus TAS tahap pertama.

Dalam pelaksanaan POPM terdapat kendala bagi kabupaten/kota karena

besarnya sumber daya yang diperlukan (biaya operasional dan dukungan SDM).

Adanya masalah dan kendala tersebut di atas, perlu dilaksanakan suatu studi yang

menyeluruh guna mengetahui berbagai aspek terkait dengan

kegagalan/keberhasilan suatu kabupaten/kota dalam melaksanakan eliminasi

filariasis. Studi yang dilaksanakan meliputi aspek pemberian pengobatan

pencegah massal, manajemen pengendalian (surveilans: tools dan metode,

promosi, penanganan penderita), lingkungan (fisik, biologis: vektor dan

reservoir), dan perilaku masyarakat.

2

Page 185: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Dasar Pemikiran

Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan kabupaten/kota untuk lulus

TAS. Salah satu adalah cakupan POPM yang belum mencapai target yang

ditentukan. Dari hasil kajian yang dilakukan Pusat Data dan Surveilans

Epidemiologi, Kemenkes RI; persentase cakupan pengobatan massal pada tahun

2009 mencapai 59,48. Persentase cakupan ini masih jauh di bawah target yang

ditetapkan WHO (minimal 65 dari total populasi atau 85 dari total sasaran).9

Rendahnya cakupan POPM antara lain terbatasnya sumber daya yang tersedia,

tingginya biaya operasional kegiatan POPM, dan penolakan masyarakat dengan

adanya reaksi pengobatan seperti demam, mual, muntah, pusing, sakit sendi dan

badan.9,10 Namun kegagalan TAS tidak hanya dari aspek manajemen POPM dan

metode surveilans yang diterapkan. Aspek lain yang terkait dengan lingkungan

(masih adanya reservoar dan vektor penyakit), perilaku masyarakat, faktor sosial

ekonomi masyarakat yang masih rendah, dan kebijakan yang diterapkan oleh

pemerintah kabupaten/kota terkait dengan pengendalian filariasis; yang perlu

diketahui secara lebih mendalam dan komprehensif.

Salah satu keberhasilan POPM di Kabupaten Alor adalah meningkatnya

KAP (Knowledge, Attitudes, and Practice) penduduk. Semula 54% penduduk

yang mendengar dan mengetahui filariasis, menjadi 89% penduduk yang tahu

filariasis setelah dilaksanakan sosialisasi. Meningkatnya KAP penduduk tentang

POPM filariasis berdampak dengan meningkatnya cakupan penduduk yang makan

obat sebesar 80%.11 Studi yang dilaksanakan oleh Sekar Tuti dkk pada tahun

2006 di Pulau Alor menunjukkan bahwa selama lima tahun POPM di sembilan

desa, mf-rate turun dari 2,1% - 3% menjadi 0%.12 Demikian juga hasil studi yang

dilakukan oleh Clare Huppatz pada lima negara di Pasifik menemukan bahwa

pelaksanaan POPM selama lima tahun berturut-turut dapat menurunkan

antigenaemia di bawah 1%.13 Di India filariasis endemik di 17 negara bagian dan

enam union territories dengan 553 juta penduduk berisiko terinfeksi filariasis.

Umumnya India endemis W. bancrofti, hanya 2% yang endemis B. malayi yaitu

di negara bagian Kerala, Tamil Nadu, Andhra Pradesh, Orissa, Madhya Pradesh,

Assam dan Benggala Barat. Pada tahun 2007, dari 250 kabupaten endemik,

cakupan pengobatan massal adalah 82% dari 518 juta penduduk, dan setahun

3

Page 186: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kemudian meningkat menjadi 85,92%. Meningkatnya angka cakupan pengobatan

massal dikarenakan kampanye pengendalian dan pencegahan filariasis yang

merupakan Kebijakan Kesehatan Nasional Tahun 2000 dalam upaya eliminasi

filariasis tahun 2015.14 Secara fenomenal, Tiongkok berhasil melaksanakan

eliminasi filariasis pada tahun 2006 dengan menggunakan fortifikasi garam dapur

dengan DEC. Keberhasilan program eliminasi filariasis tersebut karena

merupakan program prioritas di 864 kabupaten/kota, sebagai upaya yang

berkelanjutan sejak tahun 1949, adanya kerja sama yang erat antar instansi yang

terkait, partisipasi aktif masyarakat di wilayah endemis, dan tingginya intensitas

kampanye pengendalian dan pencegahan.15 Keberhasilan Tiongkok ini dapat

dijadikan contoh atas adanya partisipasi aktif masyarakat dan kampanye

pengendalian dan pencegahan filariasis.

Dari pengalaman Tiongkok dan hasil keempat studi tersebut di atas,

tampak bahwa keberhasilan pelaksanaan eliminasi filariasis terjadi jika adanya

kebijakan pemerintah daerah untuk menjadikan eliminasi filariasis sebagai

program prioritas, adanya kontinuitas POPM, dan promosi kesehatan yang

intensif. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana dengan Indonesia? Dimana letak

kegagalan dan keberhasilan kabupaten/kota dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

yang telah berlangsung sejak tahun 2002. Faktor kegagalan dan keberhasilan

inilah yang akan dicari dalam studi ini dengan melibatkan berbagai unit/instansi

yang berada di lingkup Badan Litbangkes.

Tujuan

Tujuan Umum

Diketahui dan dianalisis program eliminasi filariasis di kabupaten/kota yang telah

melaksanakan POPM.

Tujuan Khusus

2.2.1. Diketahui dan dianalisis kegagalan dan keberhasilan eliminasi filariasis

dari hasil analisis aspek epidemiologi (host, agent, lingkungan).

2.2.2. Diketahuinya dan dianalisis kegagalan dan keberhasilan eliminasi filariasis

dari hasil analisis aspek manajemen.

4

Page 187: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

2.2.3. Didapatkannya masukan yang signifikan untuk perbaikan eliminasi

filariasis di Indonesia.

Manfaat

Hasil studi diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan dalam hal

pengembangan model eliminasi filariasis yang dapat diterapkan oleh pelaksana

program dalam penanggulangan filariasis. Untuk melaksanakan program

penanggulangan filariasis, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis. Dalam Permenkes tersebut,

penyelenggaraan penanggulangan filariasis dilaksanakan oleh Pemerintah, dalam

hal ini Kementerian Kesehatan, dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran

serta masyarakat. Penanggulangan filariasis dilaksanakan dengan empat pokok

kegiatan yaitu (1) surveilans kesehatan (penemuan penderita, survei data dasar

prevalensi mikrofilaria, survei evaluasi prevalensi mikrofilaria, dan survei

evaluasi penularan); (2) penanganan penderita; (3) pengendalian faktor risiko

melalui pemberian obat pencegah massal (POPM); dan (4) komunikasi, informasi,

dan edukasi.

5

Page 188: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

BAB II METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Studi Eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2017

POPM

-- Cakupan

-- Kesesuaian Pelaksanaan

dengan Prosedur

-- Kepatuhan Masyarakat

Minum Obat

Manajemen Pengendalian

-- Surveilans

-- Penanganan penderita

-- Pengendalian faktor risiko

-- Promosi/KIE

-- SDM

Vektor

-- Spesies

-- Infectivity rate

-- Jenis Tempat Perindukan

Reservoir

– Spesies

– Microfilaremia rate

- Jarak Habitat dari

Pemukiman

Keberhasilan Eliminasi Filariasis

Perilaku Masyarakat

-- Pengetahuan

-- Sikap

-- Kebiasaan

Lingkungan Fisik

-- Tipe Wilayah

-- Kondisi Pemukiman

Metoda TAS

-- Penentuan

Subyek

-- Teknik Diagnosis

-- Penentuan Batas

Cut-Off

6

Page 189: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Keterangan Diagram

1. Keberhasilan kabupaten/kota dalam eliminasi filariasis didasari oleh lulus

tidaknya saat dilakukan evaluasi (TAS). Pelaksanaan TAS dilakukan setelah

POPM dilakukan selama lima putaran (lima tahun) berturut-turut tanpa

terputus. Pernyataan lulus TAS jika jumlah sampel anak usia sekolah (kelas 1

dan 2 atau berumur 6-7 tahun) yang diperiksa antibodi/antigen lebih rendah

dari nilai cut-off kritis yang ditetapkan (= 18). Sedangkan yang gagal TAS

adalah sebaliknya (di atas nilai cut-off kritis yang ditetapkan).

2. Untuk menuju tercapainya eliminasi filariasis, secara garis besar ada enam

faktor yang perlu dilakukan pengamatan dan pelaksanaan. Ke enam faktor

tersebut adalah reservoir, vektor, lingkungan fisik, pemberian obat pencegah,

perilaku masyarakat, dan manajemen pengendalian.

3. Jika digunakan model pendekatan berdasarkan teori H.L Blum, keberhasilan

eliminasi dipengaruhi atas faktor lingkungan, perilaku, pelayanan, dan

genetik. Enam faktor dalam diagram kerangka konsep dapat dikelompokkan

sebagai faktor lingkungan (vektor, reservoar, lingkungan fisik), perilaku

(perilaku masyarakat), pelayanan (pemberian obat pencegah dan manajemen

pengendalian), sedangkan faktor genetik kontribusinya kecil dan dapat

diabaikan.

Waktu, Tempat/Lokasi, Pelaksana & Penanggung Jawab, dan Sumber

Biaya.

Waktu: Studi dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan dimulai dari bulan

Februari sampai dengan November 2017.

Tempat/Lokasi: Studi dilaksanakan di Kelurahan Kabonga Kecil, Kec. Banawa

dan Desa Sabang, Kec. Dampelas Kabupaten Donggala yang merupakan wilayah

endemis B. malayi non-zoonotic

Pemilihan lokasi kabupaten berdasarkan hasil TAS-1 yang dilaksanakan Subdit

P2 Filariasis awal tahun 2017. Hasil TAS-1 Kabupaten Donggala adalah dari

seluruh anak SD kelas 1 dan 2 yang diperiksa dua anak positif antibodi B. malayi

yang berdomisili di Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang. Adanya hasil

7

Page 190: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

positif tersebut, maka kriteria inklusi lokasi studi ditentukan berdasarkan lokasi

tempat domisili kasus positif TAS-1

Pelaksana dan Penanggung Jawab adalah Balai Litbang P2B2 Donggala yang

merupakan satuan kerja yang berada di bawah Badan Litbangkes.

Sumber Biaya studi berasal dari dana APBN pada DIPA Balai Litbang P2B2

Donggala tahun 2017. Selain bersumber dari DIPA satuan kerja Balai Litbang

P2B2 Donggala, salah satu kegiatan yaitu pelaksanaan TAS-1 di Kabupaten

Donggala bersumber dari DIPA Ditjen P2P, Kemenkes RI tahun 2016. Untuk

kegiatan TAS ini pelaksana adalah Subdit P2 Filariasis dan Kecacingan,

Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis, Ditjen P2P.

Jenis Studi Jenis studi adalah potong lintang (cross sectional).

Populasi, Sampel, dan Lokasi.

Transmission Assesment Survey (TAS).

Transmission Assessment Survey (TAS) atau Survei Kajian Penularan adalah

salah satu langkah penentuan evaluasi keberhasilan POPM untuk menuju

eliminasi filariasis. Merupakan survei potong lintang mengumpulkan data pada

waktu yang ditetapkan. Disain survei tergantung pada jenis parasit dan vektor,

rasio angka partisipasi masuk sekolah, besaran populasi anak usia 6-7 tahun atau

kelas 1 dan 2, dan jumlah sekolah atau daerah pencacahan. Tujuan dari TAS ini

adalah untuk mengukur apakah di daerah tersebut pasca POPM dapat

mempertahankan prevalensi infeksi di tingkatan yang aman, dalam pengertian

tidak terjadi lagi penularan baru meskipun POPM telah dihentikan.

Populasi: anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) kelas 1 dan 2 di

Kabupaten Donggala

Sampel: Pemilihan sampel dilakukan secara klaster dengan menggunakan survey

sample builder (SSB).16 SSB adalah suatu perangkat yang dirancang untuk

membantu pelaksanaan TAS. Program SSB digunakan untuk mengotomatisasi

perhitungan guna menentukan strategi survei yang tepat. Dibuat dengan disain

8

Page 191: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

survei yang fleksibel agar sesuai dengan situasi lokal yang tergantung dengan

tingkat sekolah dasar, ukuran populasi, jumlah sekolah atau daerah pencacahan,

dan siswa yang dipilih. Dalam SSB tersebut sudah diperhitungkan tingkat absensi

15%. Dari seluruh SD/MI di kabupaten/kota dipilih secara random (acak)

sebanyak 30 SD/MI sesuai dengan standar yang telah ditentukan WHO. Dalam

daftar random pada SSB mencantumkan juga lima SD/MI cadangan yang bisa

diikutsertakan dalam survey berdasarkan urutan yang dipilih. Total sampel antara

1.524-1.552 anak. Dari setiap SD/MI tersebut diambil sampel anak-anak kelas 1

dan 2 untuk diambil darah jari guna mengetahui antibodi/antigen dengan rapid

diagnostic test. Untuk subyek yang positif antibodi (lemah), pengambilan

dilakukan satu kali lagi.

Kriteria Sampel

Inklusi: anak SD/MI kelas 1 dan 2.

Eksklusi: anak SD/MI kelas 1 dan 2 yang sakit.

Lokasi: Lokasi pada SD/MI yang terpilih sebagai sampel (30 SD/MI) di setiap

kabupaten.

Survei Darah Jari (SDJ)

SDJ yaitu pengambilan darah jari untuk mengetahui ada tidaknya mikrofilaria di

dalam darah. Spesimen darah dilihat dengan mikroskop. Waktu pengambilan

malam hari untuk daerah endemis Brugia malayi dan Wuchereria bancrofti.

Populasi: masyarakat di Kelurahan Kabonga Kecil, Kec. Banawa dan Desa

Sabang, Kec. Dampelas Kabupaten Donggala

Sampel: Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus estimasi satu proporsi dengan

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dari Stanley

Lemeshow et.al (1997):17

Catatan: Kegiatan TAS ini dilaksanakan oleh tim dari Subdit P2 Filariasis dan Kecacingan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonosis, Ditjen P2P pada awal tahun 2017.

9

Page 192: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

n=[Z2 1 -α2. P(1-P)]/d2

Ket. n = jumlah sampel. Z2 1 -α2 = 1,960 (tingkat kepercayaan 95 ). P=0,28. d =

0,05.

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel setiap desa/kelurahan adalah:

n = 1,96x1,96x0,28(1-0,28)/0,05 x 0,05 = 309,78 orang, dibulatkan menjadi 310

orang (minimal).

Jumlah 310 orang terdapat pada l.k. 70--100 rumah tangga (satu rumah tangga 4,5

orang) per lokasi. Total sampel untuk setiap kabupaten adalah 620 orang di dua

desa pada kecamatan yang berbeda. Subyek yang diambil darah adalah penduduk

yang berusia lima tahun ke atas, termasuk anak SD/MI yang positif

antibodi/antigen dan 10 yang negatif antibodi/antigen.

Kriteria Sampel:

Inklusi: penduduk usia lima tahun ke atas, terutama anak-anak kelas 1 dan 2

SD/MI yang positif hasil test antibodi/antigen. Saat pelaksanaan penelitian anak-

anak tersebut sudah menduduki bangku kelas 2 dan 3.

Eksklusi: penduduk yang sakit kronis (TBC, kusta), dan gangguan jiwa.

Lokasi: adalah Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang

Stool Survey (StS)

StS yaitu pemeriksaan tinja pada anak-anak SD/MI. Tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah kemungkinan adanya reaksi silang brugia rapid diagnostic

test yang positif dengan kejadian infeksi kecacingan perut. Pemeriksaan tinja

dilakukan dengan pemeriksaan langsung. Kegiatan StS ini dilakukan pada daerah

yang endemis B. malayi.

Populasi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 di Kabupaten Donggala

10

Page 193: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Sampel: Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus estimasi satu proporsi dengan

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dari Stanley

Lemeshow et.al (1997):17

n=[Z2 1 -α2. P(1-P)]/d2

Ket. n = jumlah sampel. Z2 1 -α2 = 1,645 (tingkat kepercayaan 90 ). d = 0,05.

Prevalensi kecacingan adalah 18 sehingga P = 0,18.

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel setiap kabupaten adalah antara

146 – 178 anak; dengan N = 1.464 – 1.783 anak.

Subyek yang diambil faeces adalah anak SD/MI yang positif dan negatif

antibodi/antigen.

Kriteria Sampel:

Inklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang positif dan negatif test antibodi/antigen.

Eksklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang sakit (diare).

Teknik pengambilan sampel:

Pada setiap lokasi diambil sampel sebanyak 150 anak SD kelas 1 dan 2 dengan

cara sebagai berikut:

1. Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD yang positif (hanya pada satu SD),

maka SD dimana ada anak yang positif tadi diambil sebanyak 150 anak SD

kelas 1 dan 2. Jika sampel masih kurang maka diambil pada SD yang

berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel

TAS tahun 2016, jika masih kurang juga maka diambil dari SD yang

berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel

TAS tahun 2016, dst.

2. Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD yang positif (pada 2 SD), maka pada

kedua SD tersebut diambil sebanyak 150 anak SD kelas 1 dan 2. Jika sampel

masih kurang maka diambil pada SD yang berdekatan dengan SD

11

Page 194: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel TAS tahun 2016, jika

masih kurang juga maka diambil dari SD yang berdekatan dengan SD

sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi sampel TAS tahun 2016, dst.

3. Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD semua negative, maka sampel anak

SD diambil pada SD yang menjadi sampel TAS tahun 2016 dan paling

berdekatan dengan lokasi penelitian. Jika sampel masih kurang maka diambil

pada SD yang berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut

menjadi sampel TAS tahun 2016, jika masih kurang juga maka diambil dari

SD yang berdekatan dengan SD sebelumnya tetapi SD tersebut ikut menjadi

sampel TAS tahun 2016, dst.

Lokasi:

Untuk Kabupaten Donggala ditetapkan SDN 24 Banawa dengan jumlah sasaran

(target) sebanyak 18 anak; SDN 12 dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 61

anak; SDN 22 Dampelas dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 36 anak; SDN

28 Dampelas dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 33 anak; dan SDN 3

Dampelas dengan jumlah sasaran (target) sebanyak 30 anak; sebagai lokasi

pengumpulan sampel stool.

Deteksi DNA Brugia malayi

Deteksi DNA Brugia malayi adalah pemeriksaan ada tidaknya jejak keberadaan

fragmen mikrofilaria Brugia malayi di dalam darah. Pemeriksaan dilakukan

dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR). Kegiatan deteksi

DNA B. malayi ini dilakukan pada daerah yang endemis B. malayi.

Populasi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 di Kabupaten Donggala

Sampel: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang positif/negatif hasil tes antibodi. Jumlah

sampel 15-20 per kabupaten. Subyek diambil darah jari sebanyak 150—200 µl,

dimasukkan ke tabung microtainer dan sebagian diteteskan ke kertas Whattman

filter. Darah yang ada di tabung microtainer dan kertas Whattman filter akan

diperiksa dengan metode polymerase chain reaction (PCR).

12

Page 195: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kriteria Sampel:

Inklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang positif/negatif hasil tes antibodi.

Eksklusi: anak SD/MI kelas 2 dan 3 yang tidak datang/hadir di sekolah karena

sakit atau ijin ada keperluan lainnya.

Teknik pengambilan sampel:

Pada setiap lokasi diambil sampel sebanyak 20 anak SD kelas 2 dan 3 dengan cara

sebagai berikut:

Semua sampel anak SD yang positif hasil TAS 2016 diambil sebagai sampel, jika

jumlah sampel positif tidak sampai 20 maka untuk memenuhi minimal sampel 20

ditambah dengan sampel anak SD yang negatif pada TAS 2016. Sampel negatif

ini bisa diambil pada salah satu SD yang ada anak yang positif sampai terpenuhi

minimal sampel. Cara pengambilannya dengan purposive sampling.

Jika hasil TAS ditemukan ada anak SD semua negatif maka sampel anak SD

sebanyak 20 buah diambil mengikuti lokasi pengambilan sampel stools.

Lokasi: SDN 24 Banawa dan SDN 28 Dampelas

KAP Survey Filariasis

KAP survey filariasis yaitu survei untuk mengetahui aspek pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat terkait dengan program eliminasi filariasis (penyebab

penyakit, pengobatan, dan pencegahan).

Populasi: masyarakat di Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang

Sampel: Jumlah sampel sebanyak 310 orang yang berusia lima tahun ke atas pada

70—100 rumah tangga. Total sampel 620 orang per kabupaten. Subyek

diwawancarai dengan kuesioner terstruktur yang telah dikembangkan oleh WHO.

Kriteria Sampel:

Inklusi: penduduk usia lima tahun ke atas.

13

Page 196: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Eksklusi: penduduk yang kesulitan dalam berkomunikasi (tuna wicara dan tuna

rungu), dan lansia dementia.

Teknik pengambilan sampel:

Pada setiap lokasi diambil sampel sebanyak minimal 310 responden. Responden

pertama dipilih dengan kriteria adalah rumah anak positif SDJ dari hasil TAS

maka rumah pertama yang terpilih dimulai dari rumah anak/penderita tersebut.

Sampel rumah tangga berikutnya diambil yang paling dekat dengan rumah

pertama dan seterusnya sampai mendapatkan 310 responden yang akan dilakukan

pengambilan darah jari.

Untuk menentukan titik global positioning system (GPS) rumah responden

tinggal, dilakukan plotting mulai dari rumah pertama sampai seluruh rumah

tempat tinggal calon responden.

Lokasi: Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang

Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Wawancara mendalam ditujukan kepada informan yang terdiri atas para pejabat

lintas program dan sektor di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa;

serta penderita klinis kronis filariasis.

Kriteria Sampel:

a. Para pejabat lintas program dan sektor

Inklusi: Para pejabat lintas program dan sektor di

provinsi/kabupaten/kecamatan/desa yang berada di bawah kordinasi deputi

kesejahteraan rakyat.

Eksklusi: Para pejabat lintas program dan sektor di

provinsi/kabupaten/kecamatan/desa yang berada di bawah kordinasi deputi

kesejahteraan rakyat yang tidak terkait dengan program pengendalian penyakit

menular.

Untuk wawancara mendalam, jumlah informan berkisar 4—10 orang.

14

Page 197: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Lokasi: Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kecamatan Banawa dan Dampelas,

Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang yang menjadi lokasi studi.

b. Penderita klinis filariasis:

Inklusi: penderita klinis filariasis dengan ekstremitas (kaki/tangan) yang

membesar dalam stadium I—IV.

Eksklusi: penderita klinis filariasis yang tidak menunjukkan pembesaran

ekstremitas.

Untuk wawancara mendalam, jumlah informan adalah dua orang/penderita.

Lokasi: Kelurahan Loli dan Desa Talaga adalah desa/kelurahan yang didiami oleh

penderita elephantiasis

Survei Vektor (Nyamuk).

Survei vektor (nyamuk) dilakukan untuk melihat spesies nyamuk yang

mengandung larva L1, L2 dan L3. Pelaksanaannya dua kali, dengan selang waktu

satu bulan, pada enam titik/lokasi di Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang

selama dua malam berturut-turut. Dimulai sore hari pukul 17.00 sampai esok hari

pukul 06.00 waktu setempat. Metode yang digunakan adalah modifikasi human

landing collection dalam kelambu.

Selain survei vektor, juga dilakukan survei habitat vektor. Dalam survei ini

dilakukan pengamatan dan pencatatan habitat vektor filariasis yang meliputi type

breeding site. Untuk mengetahui lokasi habitat vektor dilakukan plotting

sehingga akan diperoleh titik global positioning system (GPS) habitat vektor

tersebut.

Kriteria Sampel:

Inklusi: Titik lokasi tempat penangkapan dengan kondisi ekologi yang

mendukung keberadaan vektor (ada kobakan air yang tergenang, kelompok

tumbuhan yang hidup di air, semak belukar, hutan sekunder atau tersier).

15

Page 198: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Eksklusi: Titik lokasi tempat penangkapan dengan kondisi ekologi yang tidak

menunjukkan keberadaan vektor.

Lokasi: Lokasi adalah Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang

Survei Lingkungan

Survei lingkungan adalah pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan

lingkungan biologis vektor dan reservoar pada daerah tempat pelaksanaan studi.

Untuk survei lingkungan biologis reservoir hanya dilakukan di daerah endemis B.

malayi zoonotic.

Sampel: Untuk lingkungan biologis vektor, jumlah sampel sebanyak 70—100

bangunan rumah di tempat pelaksanaan SDJ. Sedangkan untuk lingkungan

biologis reservoar adalah hutan dan/atau kebun yang berada di sekitar daerah

tempat pelaksanaan studi.

Kriteria Sampel:

Lingkungan biologis vektor.

Inklusi: Lingkungan bangunan rumah responden yang terpilih dalam survei KAP.

Eksklusi: Lingkungan bangunan umum (sekolah, kantor, gedung pertemuan, pos

keamanan, rumah kosong, masjid/mushalla/gereja/pura).

Lokasi: Lingkungan rumah penduduk tempat pelaksanaan SDJ pada dua

desa/kelurahan di setiap kabupaten.

Lingkungan biologis reservoar (pada daerah endemis B. malayi zoonotic).

Inklusi: Hutan dan/atau kebun (karet, sawit) yang dapat diakses (minimal ada

jalan setapak).

Eksklusi: Hutan primer dan /atau kebun (karet, sawit) terlantar.

Untuk mengetahui kondisi lingkungan biologis vektor/reservoir dilakukan plotting

sehingga akan diperoleh titik global positioning system (GPS) lingkungan di

sekitar bangunan rumah responden/hutan atau kebun.

16

Page 199: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Bahan dan Cara Pengumpulan Data

Transmission Assesment Survey (TAS).

a. Tim TAS terdiri atas (1) pengawas utama yaitu petugas yang sudah

menerima pelatihan TAS dan atau memiliki pengalaman mengikuti survei

TAS sebagai supervisor; (2) kordinator lapangan yang bertugas melakukan

kordinasi dengan pihak sekolah dan melakukan penyuluhan kesehatan; (3)

pendaftar yaitu petugas yang mencatat dan mendaftar anak-anak yang dipilih

sebagai sampel untuk diambil darahnya; (4) pengambil darah yaitu petugas

yang akan mengambil sampel darah; (5) pembaca hasil tes yaitu petugas

yang khusus memonitor dan membaca hasil tes cepat antibodi/antigen

termasuk memonitor waktu (pengelola timer).

b. Di lokasi kegiatan (sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah), pengawas utama akan

memberi penjelasan singkat kepada kepala sekolah dan guru-guru tentang

maksud dan tujuan pemeriksaan TAS. Selanjutnya didiskusikan tempat

terbaik untuk pengambilan darah, sebaiknya di ruangan terpisah untuk

mencegah murid merasa takut melihat proses pengambilan darah.

c. Kordinator lapangan memberi penjelasan singkat kepada murid (subyek

penelitian) tentang maksud dan tujuan pemeriksaan. Penjelasan tersebut

mengenai risiko terhadap subyek penelitian, meskipun kegiatan ini

merupakan bagian dari suatu kegiatan rutin program filariasis. Risiko yang

dihadapi adalah risiko minimal yang dapat menyebabkan kecemasan dan

ketidaknyamanan. Jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan kecuali pada

beberapa individu tertentu. Dari hal ini subyek akan memperoleh manfaat

karena bagi subyek yang hasil pengujiannya positif akan diberi pemeriksaan

dan tindakan pengobatan lanjutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Tim TAS menyiapkan meja yang berpermukaan rata untuk mengatur alat

yang dibutuhkan dan membaca hasil-hasil tes. Anggota tim yang telah

ditentukan sebagai pengambil darah dan pembaca tes siap di posisi masing-

masing.

e. Pendaftar mengisi data demografis (nama, jenis kelamin, umur, alamat) untuk

setiap murid yang terpilih sebagai subyek penelitian di formulir yang telah

disediakan. Pendaftar memasukkan setiap data dari murid yang menolak atau

17

Page 200: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

tidak mendapat ijin dan menuliskan jumlah murid yang absen dalam formulir

serta mengisikan nama subyek dan nomor kode spesimen pada formulir.

f. Pengambil darah menuliskan nama dan nomor kode spesimen pada perangkat

kit diagnostik yang digunakan. Lakukan pengambilan darah jari pada subyek

sebanyak 35 μl.

g. Hasil yang diperoleh berupa jumlah anak/murid SD/MI yang positif dan

negatif diinformasikan ke Tim Pelaksana Riset Filariasis. Data dan informasi

anak/murid SD/MI positif antibodi/antigen yang disampaikan adalah: nama

SD/MI, nama anak, umur, alamat (dusun/RT, desa/kelurahan, kecamatan),

dan nama orang tua/wali.

Survei Darah Jari (SDJ) dan Survei KAP-Lingkungan (SKAP-L).

a. Tim SDJ dan SKAP-L terdiri atas (1) pemeriksa gejala klinis yaitu peneliti

yang akan melakukan anamnesa kepada subyek penelitian terkait dengan gejala

klinis yang dirasakan saat ini atau yang pernah dirasakan subyek setahun

terakhir, pemeriksa gejala klinis juga merangkap sebagai ketua tim; (2)

pewawancara yaitu peneliti yang bertugas melakukan wawancara dari rumah

ke rumah kepada subyek penelitian dengan menggunakan kuesioner

terstruktur; (3) pencatat lokasi GPS yaitu peneliti yang bertugas melakukan

plotting rumah calon responden; (4) pendaftar yaitu pembantu peneliti yang

mencatat dan mendaftar subyek penelitian yang dipilih sebagai sampel untuk

diambil darahnya; (5) pengambil darah yaitu peneliti yang mengambil

sampel darah; (6) pemroses spesimen yaitu peneliti yang memproses

spesimen sejak spesimen diteteskan pada slaid sampai diperiksa; (7) pemberi

bahan kontak yaitu pembantu peneliti yang membagikan bahan kontak

kepada subyek penelitian yang telah selesai diambil darah jari dan wawancara.

b. Tim melakukan plotting pada bangunan rumah calon responden, lingkungan

rumah calon responden, dan habitat vektor.

c. Tim KAP melakukan wawancara ke masing-masing rumah responden yang

dilakukan pada siang hari. Pemilihan rumah responden dilakukan dengan

dimulai dari rumah penderita (positif antibodi atau positif mikrofilaria atau

kronis elefantiasis) sebagai titik pusat. Selanjutnya dipilih rumah yang

18

Page 201: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

berdekatan di sekeliling rumah penderita secara melingkar atau secara zig-zag

disesuaikan dengan posisi letak antar rumah.

d. Tim mengisi formulir identitas rumah tangga yang berisikan nama-nama

anggota rumah tangga dan informed concent. Untuk pengisian formulir ini,

dapat ditanyakan kepada kepala rumah tangga atau salah seorang anggota

rumah tangga yang berusia dewasa. Informed concent ini diberikan kepada

responden/subyek penelitian untuk dibawa ke tempat pengambilan darah jari

sebagai bukti bahwa rumah tangga tersebut telah dilakukan wawancara.

e. Wawancara dilakukan pada responden yang berusia di atas lima tahun ke atas.

Proses wawancara berlangsung antara 15—20 menit.

f. Sebelum melakukan wawancara, pewawancara akan menyerahkan formulir

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) kepada responden/subyek penelitian

untuk dibaca dan ditandatangani responden jika responden setuju. Jika

responden tidak dapat atau kesulitan membaca, pewawancara akan

membacakan PSP.

g. Setelah selesai wawancara ke seluruh subyek penelitian (responden), tim

melakukan persiapan tempat/posko untuk pengambilan darah jari.

h. Di tempat pengambilan darah/posko; tim menyiapkan tempat yang cukup

lapang. Di tempat pengambilan darah hendaknya disediakan kursi secukupnya

untuk subyek duduk menunggu giliran serta minimal empat buah meja untuk

menaruh berbagai peralatan pengambil darah dan bahan-bahan. Disiapkan satu

tempat/ruangan khusus untuk pemeriksaan klinis.

i. Subyek penelitian (responden) yang telah datang di tempat pengambilan darah,

mendaftar ke meja petugas pendaftar dengan menyerahkan informed concent.

Petugas pendaftar akan mendaftar subyek penelitian pada formulir yang

disediakan.

j. Subyek penelitian (responden) beralih ke tempat pemeriksaan klinis. Oleh

ketua tim, sebagai pemeriksa gejala klinis, diberikan penjelasan singkat kepada

subyek penelitian tentang maksud dan tujuan pemeriksaan. Penjelasan tersebut

mengenai risiko terhadap subyek penelitian. Risiko yang dihadapi adalah risiko

minimal yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan (rasa sakit pada ujung

jari) namun jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan kecuali pada beberapa

19

Page 202: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

individu tertentu. Dari hal ini subyek akan memperoleh manfaat karena bagi

subyek yang hasil pengujiannya positif akan dilakukan pemeriksaan dan

tindakan pengobatan lanjutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksa

gejala klinis akan melakukan anamnesa kepada subyek penelitian. Gejala

klinis yang ditemukan dan yang pernah dirasakan subyek penelitian dalam

setahun terakhir dicatat dalam formulir yang telah disiapkan.

k. Selanjutnya subyek penelitian akan diambil darah jari sebanyak 60 μl untuk

sediaan apus tebal oleh petugas pengambil darah. Pengambilan darah jari

dimulai pada pukul 21.00 waktu setempat. Sediaan darah yang ada pada kaca

slide akan diproses oleh pemroses spesimen sampai sedian darah diperiksa dan

disimpan pada kotak slide.

l. Setelah selesai diambil darah jari, subyek penelitian beralih ke meja petugas

pemberi bahan kontak. Petugas pemberi bahan kontak akan memberikan bahan

kontak kepada subyek. Subyek menandatangani tanda terima bahan kontak.

m. Proses pengambilan darah jari selesai, subyek kembali ke tempat tinggal.

n. Proses pewarnaan sediaan darah dan pemeriksaan dilakukan oleh tim. Bagi

subyek penelitian yang hasil pemeriksaan darah jarinya positif, dirujuk ke

Puskesmas untuk diberikan pengobatan dengan DEC dan albendazol sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

o. Hasil pemeriksaan slide yang positif dan 10 dari slide yang negatif dikirim ke

Tim Teknis (Laboratorium Parasitologi, Puslitbang Biomedis dan Teknologi

Dasar Kesehatan) untuk dilakukan pemeriksaan silang (cross check).

p. Data hasil pemeriksaan klinis, pemeriksaan sediaan darah, dan wawancara

dientri oleh tim.

Stool Survey (StS)

a. Tim StS terdiri atas (1) ketua tim yaitu peneliti yang memimpin pelaksanaan

kegiatan; (2) pengumpul dan pemeriksa spesimen yaitu peneliti yang akan

mengampulkan dan memeriksa spesimen tinja; (3) pendaftar yaitu pembantu

peneliti yang mencatat, mendaftar dan memberikan bahan kontak kepada

subyek penelitian (anak-anak) yang dipilih sebagai sampel untuk menyerahkan

tinjanya; (4) penghubung adalah pembantu peneliti yang melakukan kordinasi

20

Page 203: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dengan pihak sekolah dan melakukan penyuluhan kesehatan kepada subyek

penelitian.

b. Sehari sebelum pengumpulan spesimen, ketua tim memberikan penjelasan

singkat kepada kepala sekolah dan guru-guru tentang maksud dan tujuan

survei. Selanjutnya pendaftar melakukan pendaftaran dan pencatatan nama

murid SD/MI yang terpilih sebagai sampel yang akan menyerahkan spesimen

tinja. Proses selanjutnya adalah membagikan pot tinja tempat spesimen tinja

disertai keterangan cara pengambilan, pengemasan, dan waktu penyerahan.

Saat pembagian pot, kepada murid SD/MI dijelaskan maksud dan tujuan

pemeriksaan spesimen tinja dan manfaat yang diterima dari kegiatan yang

dilakukan. Informed concent diberikan ke murid untuk ditandatangani oleh

orang tua murid/wali murid.

c. Hari kedua; murid SD/MI yang terpilih sebagai sampel menyerahkan pot yang

telah terisi spesimen tinja kepada tim.

d. Setelah pemeriksaan klinis subyek penelitian menerima bahan kontak dari

pendaftar. Subyek menandatangani tanda terima bahan kontak.

e. Pemeriksaan spesimen tinja dilakukan langsung di lapangan. Bagi subyek

penelitian yang hasil pemeriksaan tinja positif, dirujuk ke Puskesmas untuk

diberikan pengobatan dengan albendazol sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

f. Hasil pemeriksaan spesimen tinja yang positif dikirim ke Tim Teknis

(Laboratorium Parasitologi, Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar

Kesehatan) untuk dilakukan pemeriksaan silang (cross check).

Deteksi DNA Brugia malayi

a. Tim Deteksi DNA Brugia malayi (DDB) terdiri atas (1) pengambil darah

yaitu peneliti yang akan mengambil sampel darah jari murid SD/MI yang

positif/negatif antibodi brugia; (2) pendaftar yaitu peneliti yang mencatat,

mendaftar dan memberikan bahan kontak kepada subyek studi (anak-anak)

yang dipilih sebagai sampel.

b. Tim DDB akan mendatangi SD/MI tempat anak-anak yang positif/negatif

antibodi.

21

Page 204: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

c. Sebelum pengumpulan spesimen, tim memberikan penjelasan singkat kepada

kepala sekolah dan guru-guru tentang maksud dan tujuan pengambilan darah

pada siang hari. Selanjutnya petugas pendaftar melakukan pendaftaran dan

pencatatan nama murid SD/MI yang terpilih sebagai sampel.

d. Subyek studi diambil darah jari sebanyak 200 µl dimasukkan ke tabung

microtainer dan sebagian diteteskan ke kertas Whattman filter. Darah yang ada

di tabung vacutainer dan kertas Whattman akan diperiksa dengan metode

polymerase chain reaction (PCR).

e. Spesimen darah tersebut dikirim ke Laboratorium Nasional Badan Litbangkes

di Jakarta.

Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

a. Tim Wawancara Mendalam terdiri atas (1) pewawancara, dan (2) pencatat

(notulis).

b. Tim Wawancara akan mendatangi informan di tempat masing-masing.

c. Sebelum pelaksanaan wawancara mendalam, pewawancara memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan wawancara mendalam. Informan

diminta untuk membaca dan menandatangani PSP.

Survei Vektor (Nyamuk).

a. Tim Survei Vektor (Nyamuk) berjumlah 4 (empat) orang dan dibantu tenaga

lokal sebanyak 9 (sembilan) orang. Salah seorang dari empat peneliti tersebut

menjadi ketua tim/ kordinator.

b. Sehari sebelum pelaksanaan survei, ketua tim/kordinator mendatangi lokasi

penangkapan vektor untuk menentukan lokasi penangkapan vektor serta

melakukan kordinasi dengan aparat desa/kelurahan setempat.

c. Kelambu dipasang pada enam titik/tempat di tiga rumah. Setiap rumah

dipasang dua kelambu yaitu di dalam dan luar rumah.

d. Kelambu yang dipasang terdiri atas dua kelambu yaitu kelambu luar yang

tempat masuknya terbuka dan kelambu dalam yang lebih kecil dari kelambu

luar. Umpan manusia berada di kelambu dalam.

22

Page 205: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

e. Setiap 10 menit seorang peneliti dibantu tenaga lokal menangkap nyamuk yang

hinggap, baik yang di kelambu luar atau pun dalam.

f. Nyamuk yang terkumpul dibawa ke posko/tempat pemeriksaan untuk

dilakukan identifikasi. Hasil identifikasi nyamuk dicatat dalam form yang telah

disiapkan.

g. Penangkapan nyamuk dilakukan mulai pukul 18.00 sore sampai pukul 06.00

pagi berikutnya (12 jam).

h. Dua sampai empat spesies yang tertangkap dan diperkirakan sebagai vektor

potensial dikirim ke Laboratorium Entomologi Puslitbang Upaya Kesehatan

Masyarakat untuk diperiksa dengan teknik PCR guna menentukan besarnya

infectivity rate vector. Pemeriksaan dilakukan secara pooling berdasarkan

spesies dan lokasi. Untuk efisiensi pemeriksaan PCR maka hanya nyamuk

betina parous yang akan diperiksa keberadaan larva cacing filaria.

Survei Lingkungan

a. Survei Lingkungan Biologis Vektor dilakukan pada saat survey KAP oleh satu

orang peneliti. Sedangkan Survei Lingkungan Biologis Reservoar dilakukan

hanya pada daerah endemis B. malayi zoonotic

b. Salah seorang peneliti pada saat survey KAP akan melakukan survei

lingkungan biologis vektor di lokasi pengumpulan data KAP. Selain membawa

form pencatatan, perlengkapan lain yang digunakan adalah kamera pada

telepon genggam atau gadget guna merekam situasi dan kondisi yang

ditemukan, serta HP yang telah diinstall dengan program GPS.

Untuk Survei Lingkungan Biologis Reservoar peralatan yang dibawa sama

dengan peralatan survei lingkungan biologis vektor. Lokasi survei adalah hutan

yang terdapat di sekitar desa/lokasi penelitian, maksimal berjarak tiga km dari

kelompok pemukiman terluar.

23

Page 206: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Alur Kegiatan

Berikut di bawah ini alur kegiatan penelitian.

TRANSMISSION ASESSMENT SURVEY

Populasi Sampel

Murid SD/MI kelas 1 & 2 per kab/kota

Klaster/Sekolah

30--40 SD/MI di setiap kab/kota

Rapid Diagnostic Test (RDT)

Hasil RDT semua neg

Pilih lokasi: daerah sentinel dan/atau daerah spot.

Hasil RDT ada yg pos

DUA desa/kelurahan yang terpilih

Pilih lokasi: RDT positif terbanyak dan/atau keberadaan reservoar (kucing, anjing, lutung/ monyet) bagi daerah endemis B. malayi.

Kabupaten/Kota Masa Surveilans (Pasca Lulus TAS-1/TAS-2)

Kabupaten/Kota Pasca POPM (5 -- 7 thn)

Daerah B. malayi:

Pemilihan lokasi Stool Survey dan Deteksi DNA B. malayi

24

Page 207: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DUA desa/kelurahan yang terpilih

Survei Darah Jari

Bm = 20.00—02.00

Wb = 21.00—24.00

Positif

Negatif

Pengobatan

KAP Survei:

Jumlah responden =

Survei Vektor: Mansonia, Culex, Aedes, Anopheles.

Data kuantitatif diolah dan dianalisis

Data kuantitatif diolah dan dianalisis

Pemeriksaan PCR

Positif

Negatif

Data kuantitatif dan kualita-tif diolah dan dianalisis

Survei Reservoar (pada daerah endemis B. malayi): Pengambilan sampel darah kucing, anjing, dan primata (lutung, monyet) sebanyak 100

k

Positif

Negatif

Data kuantitatif diolah dan dianalisis

Survei Lingkungan:

Lingkungan di seputar d /k l h

Data kuantitatif diolah dan dianalisis

Wawancara Mendalam (Indepth Interview): Responden adalah (1) pejabat lintas program/sektor tingkat provinsi/kabupaten/kecamatan/desa, (2) penderita elephantiasis (jumlah responden 2—5 orang/kabupaten).

Data kualitatif diolah dan dianalisis

Identifikasi Status Antibodi IgG B. malayi: Jumlah responden 124 orang yang juga sebagai responden survei darah jari. Darah diambil sebanyak l.k 3 cc dari vena responden.

Data kuantitatif diolah dan dianalisis 25

Page 208: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Keterangan: = dilaksanakan oleh Subdit Filariasis dan

Kecacingan, Dit. P2TVZ.

Gambar 2. Alur kegiatan Penelitian Multisenter Filariasis tahun 2017

Penjelasan diagram

1. Secara garis besar ada lima faktor utama dalam pelaksanaan eliminasi

filariasis, yaitu sumber daya manusia yang kapasitas dan kapabilitas terkait

filariasis cukup baik kompetensinya; sistem logistik yang memadai;

Daerah B. malayi:

P ilih l k i St l S d D t k i DNA B l i

Catatan: tahun 2017 saat penelitian dilaksanakan, anak-anak kelas 1 dan 2 SD/MI tersebut telah duduk di kelas 2 dan 3.

Data kuantitatif diolah dan dianalisis

Daerah B. malayi:

Pemilihan lokasi Stool Survey dan Deteksi DNA B. malayi

Dari 30--40 SD/MI yang dilakukan TAS, pilih:

SD/MI yg murid kelas 1 dan 2-nya (saat puldat sudah duduk di kelas 2 dan 3), ada dan banyak yg positif. Minimal 4 SD/MI. Jika kab/kota tsb tidak ada hasil TAS positif, pilih: SD/MI pada daerah sentinel dan/atau daerah spot atau SD/MI yang berdekatan dengan daerah sentinel dan/atau daerah spot;

Stool Survey:

Sampel 150—170 anak SD/MI kelas 1 dan 2 (10% dari total anak yang menjadi sampel TAS) untuk setiap kabupaten, diutamakan anak-anak yang positif TAS dan sisanya anak-anak yang negatif TAS.

Positif

Negatif

Deteksi DNA B. malayi

Data kuantitatif diolah dan dianalisis

Pengobatan

26

Page 209: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

pelaksanaan promosi kesehatan yang tepat sasaran, melibatkan lintas sektor

dan upaya kesehatan sekolah yang kontinu dan terencana; adanya kebijakan

dan peraturan yang mendukung kegiatan eliminasi; dan tersedianya anggaran

operasional yang memadai.

2. Kegiatan eliminasi filariasis ditujukan ke segenap masyarakat yang berdomisili

di kabupaten/kota.

3. Dalam studi ini sasaran penelitian (subyek studi) adalah anak SD/MI, tokoh

masyarakat, anggota masyarakat termasuk orang tua anak SD/MI, lingkungan,

vektor dan reservoar penyakit.

4. Pada diagram di atas, tampak tergambar urutan tahapan pelaksanaan studi

yang dimulai dari TAS, pemeriksaan hasil SDJ secara mikroskopis, stool

survey, wawancara ke stake holder dan masyarakat, survei lingkungan,

penangkapan vektor, dan pemeriksaan reservoar.

Definisi Operasional 1. Kabupaten/Kota Gagal TAS adalah kabupaten/kota yang dalam pelaksanaan

TAS tidak lulus TAS baik TAS-1, TAS-2 dan TAS-3 dikarenakan dari jumlah

sampel anak SD/MI kelas 1 dan 2 yang positif antibodi/antigen di atas nilai

cut off yang ditetapkan.

2. Kabupaten/Kota Lulus TAS adalah kabupaten/kota yang dalam pelaksanaan

TAS lulus TAS baik TAS-1, TAS-2 dan TAS-3 dikarenakan dari jumlah

sampel anak SD/MI kelas 1 dan 2 yang positif antibodi/antigen di bawah nilai

cut off yang ditetapkan.

3. Sentinel area adalah wilayah (desa/kelurahan) yang terpilih pada saat survei

pemetaan sebelum pelaksanaan POPM.

4. Spot area adalah wilayah (desa/kelurahan) yang dicurigai masih terjadinya

penularan filariasis (cakupan POPM rendah, faktor epidemiologi

mendukung).

Manajemen dan Analisis Data

1. Manajemen Data

Data dan informasi yang diperoleh diedit, coding dan dientri langsung di lapangan

27

Page 210: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dengan program yang telah disiapkan. Entri data dilakukan oleh tim pengumpul

data. Selanjutnya data dikirim via internet atau secara langsung dengan

menyimpan dalam flash disk.

2. Analisis Data

Data kuantitatif yang sudah bersih akan dilakukan analisis secara deskriptif dan

bivariat. Data kualitatif dari hasil wawancara mendalam akan dilakukan

pengkajian untuk diperoleh kesimpulan di setiap variabel yang dikaji.

28

Page 211: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

BAB III HASIL

Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian dilaksananakan di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi

Tengah. Secara geografis, Kabupaten Donggala terletak antara 0o,30” Lintang

Utara dan 2o,20” Lintang Selatan serta 119o,45”-121o,45” Bujur Timur dengan

batas wilayah sebagai berikut:18

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli

2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Sigi, Kota Palu dan wilayah

Provinsi Sulawesi Barat

3. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi

Moutong

4. Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Makassar dan wilayah Provinsi

Sulawesi Barat

Gambar 3. Peta batas administrasi Kabupaten Donggala

Kabupaten Donggala sebelum adanya pemekaran kabupaten sesuai dengan

Undang-undang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Sigi,

29

Page 212: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

mempunyai luas 10.471,71 Km2 yang terbagi atas 30 Kecamatan dengan 302

Desa dan 9 Kelurahan. Dengan terbentuknya Kabupaten Sigi, maka Kabupaten

Donggala pada saat ini memiliki wilayah seluas 527.569 Ha (5.275,69 Km²)18

atau 8,53 dari luas Provinsi Sulawesi Tengah (61.841,29 km2).19 Jumlah

penduduk sebesar 293.742 jiwa yang terbagi menjadi 16 Kecamatan, 158 Desa

dan 9 Kelurahan, dimana Kecamatan Rio Pakava merupakan kecamatan terluas

(872,16 Km²) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah

Kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 Km² (Tabel 1).18

Tabel 1. Luas wilayah menurut kecamatan Kabupaten Donggala tahun 2016

No. Kecamatan Luas

(km2)

Persentase Jumlah

Desa/Kel

1 Rio Pakava 872,16 16,53 14

2 Pinembani 402,61 7,63 9

3 Banawa 99,04 1,88 14

4 Banawa Selatan 430,67 8,16 19

5 Banawa Tengah 74,64 1,41 8

6 Labuan 126,01 2,39 7

7 Tanantovea 302,64 5,74 10

8 Sindue 177,20 3,36 13

9 Sindue

Tombusabora 211,55 4,01 6

10 Sindue Tobata 211,92 4,02 6

11 Sirenja 286,94 5,44 13

12 Balaesang 348,97 6,61 13

13 Damsol 732,76 13,89 8

14 Sojol 705,41 13,37 13

15 Sojol Utara 139,07 2,64 9

16 Balaesang Tanjung 228,18 4,32 5

Luas Kabupaten Donggala 5.275,69 100,0 167

30

Page 213: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio kultur, potensi sumber daya dan

infrastruktur Kabupaten Donggala dapat dipetakan sebagai berikut:20

- Pantai Barat, meliputi Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, Sindue

Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung,

Damsol, Sojol dan Sojol Utara yang merupakan daerah pantai dengan potensi

yang menonjol adalah perikanan, pertambangan, peternakan dan

perdagangan. Wilayah ini memiliki potensi tambang yang cukup besar

khususnya galian C dan emas.

- Banawa, meliputi kecamatan Banawa, Banawa Tengah, Banawa Selatan,

Pinembani dan Rio Pakava yang merupakan daerah yang relatif subur.

Khusus Kecamatan Banawa sebagai ibukota Kabupaten Donggala,

infrastrukturnya sudah mulai tertata dengan baik sehingga dapat menunjang

kegiatan pemerintah dan masyarakat. Potensi pariwisata juga sudah mulai

ditata. Bagian terbesar dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan

dan perikanan.

Kondisi Topografi Kabupaten Donggala cukup beragam, mulai dari

dataran yang rendah, dataran yang berbukit hingga pengunungan. Dataran rendah

tersebar di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala yang berhadapan langsung

dengan Selat Makassar dimana sebagian besar berada di wilayah Pantai Barat.

Wilayah perbukitan dan pegunungan sebagian besar berada pada wilayah

perbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dengan ketinggian yang bervariasi

mulai dari ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut hingga mencapai

ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut. Secara lebih terperinci

dapat dilihat pada tabel 2 berikut.18

31

Page 214: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 2. Kondisi Topografi berdasarkan luas wilayah Kabupaten Donggala

No.

Rentang

tingkat

kemiringan

Kondisi Luas wilayah

(Ha) Persentase ( )

1 0 -3o Datar 123.094 23,33

2 3 -15o Landai sampai

berombak 12.506 2,37

3 15 -40o Berombak sampai

bergelombang 95.075 18,02

4 >40o Bergelombang

sampai berbukit 296.894 56,28

Total 527.569 100

Kepadatan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2016 menurut kecamatan

tidak merata dengan jumlah penduduk sebesar 293.742 jiwa dan luas wilayah

5.275,69 Km sehingga diperoleh rata-rata angka kepadatan penduduk sebesar 55,7

jiwa per km. Ditinjau dari kepadatan penduduk, Kecamatan Banawa adalah

terpadat (337,8 jiwa per Km) disusul Kecamatan Banawa Tengah (143 jiwa per

km). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah

merupakan wilayah ibu kota Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk

terbesar 44.129 jiwa namun tidak dengan luas wilayah yang terbesar (173,68 km)

dan merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan perdagangan. Sedangkan

Kecamatan Pinembani merupakan wilayah kerja di Kabupaten Donggala dengan

jumlah penduduk yang terkecil sebesar 6.750 jiwa dengan luas wilayah terbesar

ke-5 (402,61 km) dengan kepadatan penduduk 16,8 jiwa per km di wilayah

Kabupaten Donggala pada tahun 2016.18 Fasilitas kesehatan terdiri dari 1 rumah

sakit umum pemeritah, 18 puskesmas, 67 puskesmas pembantu 109 poskesdes,

447 posyandu dengan 1.850 kader kesehatan.

Gambaran Umum Pengendalian Filariasis di Daerah Penelitian

Pengendalian filariasis di Kabupaten Donggala dimulai pada tahun 2011

dengan diberlakukannya program pemberian obat pencegahan secara massal ke

32

Page 215: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

seluruh penduduk yang berdomisili di Kabupaten Donggala. Pemberian obat

pencegah filariasis secara massal ini dikarenakan Kabupaten Donggala

dikategorikan sebagai wilayah endemis filariasis dengan ditemukannya 11 kasus

elephantiasis (kaki gajah) pada tahun 2010 dan hasil survei darah jari yang

dilakukan di Desa Kantewu (saat ini masuk wilayah Kab. Sigi) angka microfilaria

rate > 1% .

Cakupan pengobatan massal selama lima tahun berturut-turut (2011-2015)

dapat dilihat pada tabel 3. Saat dilakukan Transmission Assesment Survey (TAS)

masih ditemukan anak SD kelas 1 dan 2 yang positif pemeriksaan dengan RDT (2

dari 1.701 sampel).

Tabel 3. Cakupan Pengobatan Massal (menyeluruh) di Kabupaten Donggala tahun

2011 – 2015

No Tahun

Jumlah Persentase

Penduduk

(P)

Sasaran

(S)

Makan Obat

(MO) S/P MO/S MO/P

1 2011 277.922 246.646 202.123 88,7 81,9 72,7

2 2012 273.643 271.000 255.844 99,0 94,4 93,5

3 2013 280.867 252.464 218.030 89,9 86,4 77,6

4 2014 274.577 238.502 223.882 86,9 93,9 81,5

5 2015 276.379 246.341 225.921 89,1 91,7 81,7

TAS, 2 positif dari 1.701 sampel

Pada Tabel 3, menunjukkan bahwa cakupan pengobatan massal di

Kabupaten Donggala sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 berfluktuasi. Rata-rata

penduduk minum obat 225.148 orang. Cakupan tertinggi pada tahun 2012

(93,5%) dan terendah tahun 2013 (77,6%) dengan rata-rata cakupan POPM

pertahun 81,4%. Cakupan pengobatan massal merupakan salah satu indikator

pelaksanaan evaluasi filariasis di suatu kabupaten dimana angka cakupan minum

obat > 65% setiap tahunnya selama lima tahun berturut-turut. Hasil pre-TAS juga

menunjukkan prevalensi 0%, sehingga pada awal tahun 2017 dilakukan TAS

terhadap 1.701 siswa SD yang tersebar di 55 SD di Kabupaten Donggala. Hasil

33

Page 216: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

survei TAS tersebut di temukan 2 anak positif (0,12%) yaitu satu anak di SDN 24

Banawa dan satu anak di SDN 28 Dampelas.

Gambaran Jumlah & Karakteristik Subyek Penelitian/Sampel

Pada Tabel 4 disajikan jumlah responden/subyek penelitian/sampel yang

dikumpulkan dalam studi ini.

Tabel 4. Jumlah Responden/Subyek Penelitian/Sampel Berdasarkan Jenis

Data/Informasi Yang Dikumpulkan Kabupaten Donggala Tahun 2017.

No Jenis

Data/Informasi

Jumlah Res/

SP/Sampel Keterangan

1 TAS * 1.701 Subyek Penelitian (SP) adalah anak SD

kelas 1 dan 2 (awal tahun 2017)

2 Survei KAP 659 Kel. Kabonga Kecil 334 individu (86 RT)

dan Desa Sabang 325 individu (80 RT)

3 Pemeriksaan

Klinis 638

Kel. Kabonga Kecil 322 individu dan

Desa Sabang 316 individu

4 Survei Darah Jari 638

Kel. Kabonga Kecil 322 individu dan

Desa Sabang 316 individu, hasil

NEGATIF (0% )

5 Stool Survey 153

SP sama dengan subyek penelitian pada

TAS (saat puldat anak duduk di kelas 2

dan 3 (tahun 2017), hasil 45 siswa

POSITIF (29,41% )

6 Deteksi Gen Bm 20

SP sama dengan SP TAS (saat puldat

anak duduk di kelas 2 dan 3 (tahun 2017)

(SD positif TAS-1)

7 Studi Kualitatif 30

Informan adalah Pengambil kebijakan di

Bapedda, Dinkes, dan lintas sektor baik

pada tingkat Provinsi maupun kabupaten

serta toga, toma, kader dan penderita

* = Pengumpulan data dilakukan oleh Ditjen P2 pada awal tahun 2017.

34

Page 217: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Pada tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden dari masing-

masing kegiatan tidak sama. Responden KAP, SDJ dan Pemeriksaan Klinis

seyogyanya sama, namun dalam kenyataan di lapangan jumlah responden KAP

lebih banyak dibandingkan dengan responden SDJ atau pemeriksaan klinis. Hal

ini dikarenakan tidak seluruh masyarakat yang diwawancara datang saat

pengambilan darah pada malam hari. Sedangkan pada sampel TAS dan stool

survey tidak sama karena tidak seluruh sampel TAS dijadikan sampel stool

survey. Sampel stool survey merupakan anak SD yang terpilih yaitu SD

ditemukannya penderita TAS positif dan beberapa SD lainnya sehingga

mencukupi sampel minimal (150-160) anak kelas 2 dan 3 tahun 2017.

Pada Tabel 5 di bawah ini, menyajikan karakterisitik responden/subyek

penelitian di kabupaten Donggala tahun 2017.

Tabel 5. Karakteristik Responden Survei KAP di Kabupaten Donggala Tahun

2017

Karakteristik

Kel. Kabonga Kecil

(n=334)

Desa Sabang

(325)

Jumlah

(n=659)

n % n % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 148 44,3 155 47,7 303 46,0

Perempuan 186 55,7 170 52,3 356 54,0

Kelompok Umur

5 - 14 TAHUN 89 26,6 120 36,9 209 31,7

15-24 TAHUN 65 19,4 47 14,5 112 17,0

25-34 TAHUN 45 13,5 39 12,0 84 12,7

35-44 TAHUN 56 16,8 53 16,3 109 16,5

45-54 TAHUN 36 10,8 26 8,0 62 9,4

55-64 TAHUN 22 6,6 21 6,5 43 6,5

>= 65 TAHUN 21 6,3 19 5,8 40 6,1

Status kawin

Belum Kawin 159 47,6 160 49,2 319 48,4

Kawin 152 45,5 153 47,1 305 46,3

35

Page 218: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Cerai Hidup 11 3,3 4 1,2 15 2,3

Cerai Mati 12 3,6 8 2,5 20 3,0

Tingkat pendidikan (n=291) (n=274)

Tidak pernah sekolah 3 1,0 10 3,6 13 2,3

Tidak tamat SD 27 9,3 57 20,8 84 14,9

Tamat SD/MI 81 27,8 128 46,7 209 37,0

Tamat SLTP/MTs 56 19,2 54 19,7 110 19,5

Tamat SLTA/MA 103 35,4 19 6,9 122 21,6

Tamat D1/D2/D3 5 1,7 1 ,4 6 1,1

Tamat Perguruan

Tinggi 16 5,5 5 1,8 21 3,7

Pekerjaan Utama

Tidak bekerja 26 8,9 19 6,9 45 8,0

Sekolah 72 24,7 89 32,5 161 28,5

Ibu Rumah Tangga 81 27,8 81 29,6 162 28,7

PNS/TNI/POLRI 15 5,2 1 ,4 16 2,8

Pegawai BUMN 1 ,3 1 ,4 2 0,4

Pegawai Swasta 14 4,8 6 2,2 20 3,5

Wiraswasta/Pedagang 51 17,5 10 3,6 61 10,8

Pelayanan Jasa 4 1,4 0 0,0 4 0,7

Petani 2 ,7 59 21,5 61 10,8

Nelayan 6 2,1 4 1,5 10 1,8

Lainnya 19 6,5 4 1,5 23 4,1

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang

diwawancara sebanyak 659 orang yang terdiri dari 334 responden di Kelurahan

Kabonga Kecil dan 325 responden di Desa Sabang. Berdasarkan karakteristik,

responden paling banyak jenis kelamin laki-laki baik di Kelurahan Kabonga Kecil

(55,7%) maupun di Desa Sabang (52,3%). Usia 5 - 14 tahun juga merupakan

responden yang paling banyak di kedua lokasi (48,4%), dengan tingkat

pendidikan paling banyak tamat SD/MI (37%). Pekerjaan utama responden di

36

Page 219: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kelurahan Kabonga Kecil paling banyak ibu rumah tangga (27,8%) sedangkan di

Desa Sabang paling banyak sekolah (32,5%).

Lokasi rumah tangga responden yang di wawancara dipetakan, berikut

ditampilkan hasil plotting rumah responden berdasarkan penentuan titik geo-

spasial.

Gambar 4. Plotting rumah responden di Kelurahan Kabonga Kecil, Kec. Banawa,

Kabupaten Donggala tahun 2017

Pada gambar diatas diketahui bahwa jumlah rumah responden yang di

plotting yaitu sebanyak 86 rumah tangga. Secara geografis lokasi merupakan

pinggir laut dan lereng gunung. Rumah tersebar sepanjang jalan poros Palu –

Mamuju.

37

Page 220: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Gambar 5. Plotting rumah responden di Desa Sabang Kec. Dampelas, Kabupaten

Donggala tahun 2017

Dari gambar 4, diketahui bahwa jumlah rumah responden yang di plotting

di Desa Sabang sebanyak 80 Rumah Tangga yang tersebar di sepanjang jalan

trans Toli Toli – Palu. Secara geografis Desa Sabang merupakan daerah pinggir

pantai.

Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Filariasis

Dalam studi ini dilakukan wawancara kepada responden yang akan

dilakukan pemeriksaan klinis dan diambil darah jari. Tabel 6 di bawah ini

menampilkan jumlah responden yang mengetahui penyebab kaki gajah

(elephantiasis)/filariasis.

Dari tabel 6 diketahui bahwa responden paling banyak mengetahui

penyebab filariasis adalah nyamuk (14,4%) dan hanya sebagian kecil yang

mengetahui bahwa penyebab filarisis adalah cacing (2,2%). Masyarakat paling

banyak mengetahui bahwa akibat yang ditimbulkan bila menderita filariasis

adalah kaki atau tangan membesar (28,9%).

38

Page 221: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 6. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab dan Gejala Filariasis di

Kabupaten Donggala tahun 2017

Pengetahuan

Kel. Kabonga

Kecil (n=245)

Desa Sabang

(N=205) Jumlah

n % n % n %

Penyebab filariasis

a. Cacing 3 1,2 7 3,4 10 2,2

b. Nyamuk 26 10,6 39 19,0 65 14,4

c. Penyakit keturunan 1 0,4 2 1,0 3 0,7

d. Gangguan makhluk halus 0 0,0 0 0,0 0 0,0

e. Melanggar pantangan 0 0,0 0 0,0 0 0,0

f. Lainnya 10 4,1 4 2,0 14 3,1

Gejala filariasis

a. Kaki atau tangan membesar 81 33,1 49 23,9 130 28,9

b. Tidak menimbulkan gejala dan

akibat pada tubuh 1 0,4 0 0,0 1 0,2

c. Demam & tubuh lemah/sakit-sakit 1 0,4 2 1,0 3 0,7

d. Pembengkakan pada lipat

paha/ketiak 2 0,8 1 0,5 3 0,7

e. Pembengkakan buah dada/skrotum 0 0,0 1 0,5 1 0,2

f. Lainnya, sebutkan 4 1,6 8 3,9 12 2,7

Pada tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui

bahwa ada pengobatan filariasis untuk semua umur di lokasi survey (66%). Dalam

hal pencarian pengobatan sanak famili yang menunjukkan gejala filariasis,

masyarakat lebih banyak mencari pengobatan di petugas kesehatan (53,8%), dan

informasi perihal pengobatan pencegahan filariasis paling banyak diperoleh dari

petugas kesehatan atau guru (82,2%).

39

Page 222: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 7. Pengetahuan Responden Tentang Pengobatan Filariasis di Kabupaten

Donggala tahun 2017

Pengetahuan

Kel. Kabonga

Kecil (n=245)

Desa Sabang

(N=205) Jumlah

n % n % n %

Mengetahui pengobatan massal

Ya, mengetahui 26 10,6 125 61,0 151 33,6

Tidak mengetahui 218 89,0 79 38,5 297 66,0

Lupa 1 0,4 1 0,5 2 0,4

Apakah ada dari antara sanak

famili/tetangga [NAMA] yang pernah

mengalami demam berulang disertai

pembengkakan kelenjar pada lipat paha

8 3,3 31 15,1 39 8,7

Mencari pengobatan (n=8) (N=31)

a. Petugas kesehatan 4 50,0 17 54,8 21 53,8

b. Dukun 8 100,0 31 100,0 39 100,0

c. Beli obat sendiri/beli di warung 0 0,0 1 3,2 1 2,6

d. Pengobatan tradisional 1 12,5 0 0,0 1 2,6

e. Lainnya 4 50,0 7 22,6 11 28,2

Sumber informasi pengobatan (n=26) (N=125)

a. Petugas kesehatan/Guru 20 76,9 105 84,0 125 82,8

b. Teman/tetangga/sanak keluarga 4 15,4 7 5,6 11 7,3

c. Membaca papan pengumuman di

balai desa 0 0,0 2 1,6 2 1,3

d. Membaca dari selebaran/suratkabar 0 0,0 0 0,0 0 0,0

e. Mendengar pengumuman dari

tempat ibadah 0 0,0 1 ,8 1 0,7

f. Mendengar dari radio/televisi 0 0,0 0 0,0 0 0,0

g. Lainnya 2 7,7 6 4,8 8 5,3

40

Page 223: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Gambaran Sikap Responden Tentang Filariasis Pada tabel 8 menunjukkan sikap responden tentang filariasis. Sikap

responden setuju untuk beberapa item pertanyaan sikap diantaranya yaitu Penyakit

filariasis dapat dicegah dengan hanya tidur menggunakan kelambu (38,2%), Jika

minum obat filariasis harus ada pemberitahuan terlebih dahulu (65,6%), Minum

obat filariasis karena disuruh orangtua/keluarga/kepala desa/tokoh

masyarakat/kader kesehatan desa (34,2%), minum obat filariasis kita akan sehat

(74%) dan Minum obat filariasis karena kesadaran sendiri (68,7%).

Responden paling banyak ragu-ragu untuk beberapa item pertanyaan

antara lain Penyakit filariasis dapat dicegah dengan tidak minum obat filariasis

(38,7%), Minum obat filariasis akan ada efek sampingnya (43,1%), Jika tidak

minum obat filariasis yakin tidak akan tertular (41,1%), dan Jika minum obat

filariasis akan menyebabkan kaki/tangan membengkak (44,7%).

Sikap responden paling banyak tidak setuju untuk item pertanyaan Minum obat

filariasis karena segan kepada kepala desa/tokoh masyarakat/kader kesehatan desa

(38,7%).

Tabel 8. Sikap Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Donggala tahun 2017

SIKAP Kel. Kabonga Kecil (n=245)

Desa Sabang (N=205) Jumlah

n % n % n % Penyakit filariasis dapat dicegah dengan tidak minum obat filariasis

Setuju 55 22,4 48 23,4 103 22,9 Ragu-ragu 114 46,5 60 29,3 174 38,7

Tidak setuju 76 31,0 97 47,3 173 38,4

Penyakit filariasis dapat dicegah dengan hanya tidur menggunakan kelambu

Setuju 68 27,8 104 50,7 172 38,2 Ragu-ragu 120 49,0 51 24,9 171 38,0

Tidak setuju 57 23,3 50 24,4 107 23,8

Jika minum obat filariasis harus ada pemberitahuan terlebih dahulu

Setuju 138 56,3 157 76,6 295 65,6 Ragu-ragu 102 41,6 30 14,6 132 29,3

Tidak setuju 5 2,0 18 8,8 23 5,1

Minum obat filariasis akan ada efek sampingnya

Setuju 63 25,7 43 21,0 106 23,6 Ragu-ragu 131 53,5 63 30,7 194 43,1

41

Page 224: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tidak setuju 51 20,8 99 48,3 150 33,3

Jika tidak minum obat filariasis yakin tidak akan tertular

Setuju 70 28,6 67 32,7 137 30,4 Ragu-ragu 123 50,2 62 30,2 185 41,1

Tidak setuju 52 21,2 76 37,1 128 28,4

Jika minum obat filariasis akan menyebabkan kaki/tangan membengkak

Setuju 17 6,9 32 15,6 49 10,9 Ragu-ragu 138 56,3 63 30,7 201 44,7

Tidak setuju 90 36,7 110 53,7 200 44,4

Minum obat filariasis karena disuruh orangtua/keluarga/kepala desa/tokoh masyarakat/kader kesehatan desa

Setuju 61 24,9 93 45,4 154 34,2 Ragu-ragu 113 46,1 41 20,0 154 34,2

Tidak setuju 71 29,0 71 34,6 142 31,6

Minum obat filariasis karena segan kepada kepala desa/tokoh masyarakat/kader kesehatan desa

Setuju 55 22,4 74 36,1 129 28,7 Ragu-ragu 104 42,4 43 21,0 147 32,7

Tidak setuju 86 35,1 88 42,9 174 38,7

Minum obat filariasis kita akan sehat

Setuju 162 66,1 171 83,4 333 74,0 Ragu-ragu 81 33,1 33 16,1 114 25,3

Tidak setuju 2 0,8 1 0,5 3 0,7

Minum obat filariasis karena kesadaran sendiri

Setuju 158 64,5 151 73,7 309 68,7 Ragu-ragu 83 33,9 36 17,6 119 26,4

Tidak setuju 4 1,6 18 8,8 22 4,9

Gambaran Perilaku Responden Tentang Filariasis.

Perilaku responden tentang filariasis dapat diihat pada tabel 9 berikut ini.

42

Page 225: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 9. Perilaku Responden Tentang Filariasis di Kabupaten Donggala tahun

2017

Perilaku Kel. Kabonga

Kecil Desa Sabang Jumlah n % n % n %

n=334 n=325

Pernah ikut pengobatan pencegahan filariasis secara massal 26 7,8 258 79,4 284 63,1

Jumlah macam obat yang diberikan petugas (n=26) (n=258) a. 1 macam 2 7,7 11 4,3 13 4,6

b. 2 macam 6 23,1 54 20,9 60 21,1 c. 3 macam 11 42,3 148 57,4 159 56,0 d. 4 macam 3 11,5 13 5,0 16 5,6 e. >4 macam 0 0,0 2 0,8 2 0,7 Meminum semua obat a. Ya, diminum semua 14 53,8 196 76,0 210 73,9 b. Ya, tidak diminum semua 2 7,7 27 10,5 29 10,2 c. Tidak minum obat 10 38,5 35 13,6 45 15,8 Cara minum obat (n=16) (n223)

a. Diminum di hadapan petugas/guru 1 6,3 5 2,2 6 2,5 b. Diminum di hadapan kader kesehatan 1 6,3 1 0,4 2 0,8 c. Diminum sendiri di rumah 14 87,5 217 97,3 231 96,7 Waktu obat diminum a. Pagi 5 31,3 54 24,2 59 24,7 b. Siang 3 18,8 25 11,2 28 11,7 c. Sore 2 12,5 19 8,5 21 8,8 c. Malam 6 37,5 125 56,1 131 54,8 Reaksi pengobatan a. Pusing/sakit kepala 1 6,3 9 4,0 10 4,2 b. Panas/demam 0 0,0 0 0,0 0 0,0 c. Badan sakit/nyeri/linu 0 0,0 2 0,9 2 0,8 d. Perut mulas/sakit 2 12,5 8 3,6 10 4,2 e. Muntah 1 6,3 0 0,0 1 0,4 f. Nafas sesak 0 0,0 0 0,0 0 0,0 g. Jantung berdebar-debar 0 0,0 0 0,0 0 0,0 h. Mengantuk 0 0,0 1 0,4 1 0,4 i. Lainnya 1 6,3 5 2,2 6 2,5 Setelah minum obat ada cacing yang keluar dari mulut atau keluar sewaktu buang air besar a. Ada 0 0,0 6 2,7 6 2,5 b. Tidak ada 16 100,0 204 91,5 220 92,1 c. Tidak tahu 0 0,0 13 5,8 13 5,4

43

Page 226: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Alasan obat tidak diminum/tidak minum obat semuany

(n=10) (n=35)

a. Lupa 0 0,0 6 17,1 6 13,3 b. Sibuk bekerja 0 0,0 0 0,0 0 0,0 c. Takut efek samping obat 1 10,0 10 28,6 11 24,4 d. Lainnya 9 90,0 20 57,1 29 64,4 Alasan tidak ikut/ tidak mau ikut/ tidak minum obat pencegah filariasis (n=318) (n=102)

a. Malas (kurang berminat) 1 ,3 3 2,9 4 1,0 b. Pernah mendengar, jika minum obat malah jadi sakit 4 1,3 0 0,0 4 1,0 c. Tidak tahu faedah/manfaat sebenarnya 4 1,3 2 2,0 6 1,4 d. Merasa sehat, jadi tidak perlu minum obat 3 0,9 1 1,0 4 1,0 e. Lainnya 267 84,0 94 92,2 361 86,0 Pemberitahuan sebelum pengobatan pencegahan penyakit kaki gajah (filariasis) secara massal

(n=334) (n=325)

Ya 21 6,3 157 48,3 178 27,0 Tidak 313 93,7 168 51,7 481 73,0 Dilakukan di dalam rumah untuk menghindari gigitan nyamuk pada waktu malam hari

a. Malam tidur pakai kelambu 85 25,4 278 85,5 363 55,1 b. Memakai obat gosok anti nyamuk 32 9,6 2 ,6 34 5,2 c. Menggunakan obat nyamuk bakar 163 48,8 223 68,6 386 58,6 d. Menyemprot kamar tidur dengan obat nyamuk semprot 50 15,0 15 4,6 65 9,9 e. Lainnya 48 14,4 9 2,8 57 8,6 Dilakukan di luar rumah untuk menghindari gigitan nyamuk pada waktu malam hari

a. Memakai obat gosok anti nyamuk atau minyak sereh 33 9,9 45 13,8 78 11,8 b. Menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang s serta kaus kaki 67 20,1 63 19,4 130 19,7 c. Membakar sampah sehingga menimbulkan asap 3 0,9 19 5,8 22 3,3 d. Lainnya 5 1,5 9 2,8 14 2,1

Hampir sebagian besar masyarakat di Kabupaten Donggala pernah

mengikuti pengobatan filariasis secara massal (63,1%). Jumlah macam obat yang

diberikan petugas kesehatan paling banyak tiga macam (56%). Dari seluruh

masyarakat yang pernah mengikuti pengobatan sebagian besar masyarakat

(73,9%) meminum seluruh obat yang diberikan dan paling banyak diminum

sendiri di rumah (96,7%) pada malam hari (54,8%).

Efek samping minum obat lebih banyak dirasakan masyarakat di Desa

Sabang dibandingkan Kel. Kabonga kecil. efek samping minum obat yang

44

Page 227: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dirasakan berupa perut mulas/sakit serta pusing/sakit kepala (4,2%). Terdapat

2,5% responden yang mengalami cacing keluar dari mulut atau sewaktu buang air

besar setelah minum obat. Terdapat masyarakat yang tidak minum obat karena

alasan lupa (13,3%) maupun takut efek samping (24,4%).

Terdapat masyarakat yang tidak ikut/tidak mau ikut/tidak minum obat

karena kurangnya informasi terkait manfaat minum obat tersebut. Hal ini karena

73% masyarakat tidak mengetahui akan ada pengobatan massal filariasis.

Tindakan pencegahan masyarakat yang dilakukan masyarakat pada malam hari di

dalam rumah paling banyak menggunakan obat nyamuk bakar (58,6%) sedangkan

pencegahan di luar rumah dengan menggunakan baju lengan panjang dan celana

panjang serta kaos kaki. (19,7%).

Gambaran Status Endemisitas Daerah Penelitian Pelaksanaan pengumpulan data untuk pengambilan darah dilakukan pada

malam hari. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, wilayah penelitian merupakan

daerah endemis filariasis berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Donggala atau pun data dari Ditjen P2P. Berikut Tabel 10

yang memberikan gambaran endemisitas pada kabupaten Donggala.

Tabel 10. Angka Mikrofilaria dan Kasus Kaki Gajah (Elefantiasis) Kabupaten

Donggala tahun 2017.

No Indikator Persentase/Jumlah Keterangan

1 Microfilaria rate 0 tidak ada slide positif

2 Kasus Kronis Elefantiasis 11 penderita

tersebar di beberapa

desa di Kabupaten

Donggala

Dari Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa angka microfilaria rate

pemeriksaan darah malam hari 0%, karena dari total sampel darah yang diperiksa

sebanyak 638 slide tidak ada ditemukan microfilaria pada sediaan darahnya.

Jumlah kasus kronis yang dilaporkan di Kabupaten Donggala sebanyak 11 kasus

yang tersebar di beberapa daerah di Kabupaten Donggala yaitu di Desa Lalundu

45

Page 228: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

(3 orang), Desa Lumbu Tarombo (2 orang), Desa Loli Oge (1 orang), Desa

Batusuya ( 1 orang), dan Desa Sabang (4 orang).

Pada tabel 11 di bawah ini menampilkan hasil pemeriksaan klinis saat

pelaksanaan pengambilan darah. Dari Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari

total sampel diperiksa 638 orang tidak ada yang menunjukkan gejala klinis

filariasis baik demam filaria, kasus kronis elefantiasis, Retrograde Limphangitis,

Lymphadenitis, Early Lymphodema, Filarial Abscess, Elefantiasis , ataupun

Hydro-cele.

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Klinis di Kabupaten

Donggala Tahun 2017

No Gejala Klinis Jumlah Persentase

1 Demam filaria 0 0

2 Kasus Kronis Elefantiasis 0 0

3 Retrograde Limphangitis 0 0

4 Lymphadenitis 0 0

5 Early Lymphodema 0 0

6 Filarial Abscess 0 0

7 Elefantiasis 0 0

8 Hydro-cele 0 0

9 Tidak ada gejala klinis 638 100

Pada tabel 12 di bawah ini menunjukkan hasil pemeriksaan mikroskop

untuk mendeteksi adanya mikrofilaria dari Survei Darah Jari (SDJ) pada

masyarakat di Kelurahan Kabonga Kecil dan Desa Sabang.

Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Mikroskop Survei

Darah Jari di Kabupaten Donggala Tahun 2017

No Kel/Desa Hasil

Jumlah Positif Mf Negatif Mf

1 Kelurahan Kabonga Kecil 0 322 322

2 Desa Sabang 0 316 316

Jumlah 0 638 638

46

Page 229: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Dari Tabel 12 tersebut diatas menunjukkan bahwa dari seluruh masyarakat

yang diperiksa darah di Kel. Kabonga kecil (322 orang) dan di Desa Sabang (316

orang) dengan total sampel diperiksa 638 orang tidak ada satupun yang

menunjukkan hasil positif (Mf-rate 0%).

Gambaran Status Infeksi Kecacingan

Pelaksanaan pengumpulan data untuk pengambilan tinja (stool) dilakukan

di SDN 3 Dampelas (Desa Talaga), SDN 22 Dampelas (Desa Pani’i), SDN 28

Dampelas (Desa Sabang), SDN 24 Banawa (Kel. Kabonga Kecil) dan SDN 12

Banawa (Kel. Boneoge) pada anak-anak yang duduk di bangku kelas 2 dan 3.

Tabel 13 di bawah ini menunjukkan hasil dari responden yang diperiksa tinja.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Positif Kecacingan di Kabupaten

Donggala Tahun 2017

SD Jumlah sampel

Hasil

Cg (%) Cc (% ) Ct (%) Cg dan

Cc (%) Cg dan Ct (%)

Cc dan Ct (%)

Cl (%)

Ct dan Cl (%)

Cc, Ct dan Cl (%)

Cg, Ct dan Cl (%)

SDN 3 Dampelas 25 1

(4)

SDN 22 Dampelas 28 1

(3,57) 2

(7,14) 3

(10,71) 1 (3,57)

1 (3,57) 1

(3,57)

SDN 28 Dampelas 30 1

(3,33) 1 (3,33) 1

(3,33)

SDN 24 Banawa 16 1

(6,25)

SDN 12 Banawa 54

7 (12,96

)

9 (16,67) 14

(25,93) 1 (1,85)

Total 153 8 (5,23)

12 (7,84)

5 (3,27)

14 (9,15)

1 (0,65)

1 (0,65)

1 (0,65)

1 (0,65)

1 (0,65)

1 (0,65)

Keterangan: Cg= Cacing gelang (Ascaris lumbricoides); Cc = Cacing cambuk (Trichuris trichiura); Ct = Cacing tambang (Ancylostoma duodenale / Necator americanus); Cl= Cacing lain (Enterobius vermicularis)

Dari Tabel 13 di atas, ditemukan sebanyak 45 siswa sampel positif

kecacingan (Soil Transmitted Helminth) atau 29,41% dari 153 sampel. Proporsi

infeksi kecacingan yang paling banyak ditemukan adalah infeksi gabungan cacing

gelang (Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) yaitu

sebanyak 14 siswa positif (9,15%). Infeksi cacing cambuk ditemukan sebanyak 12

47

Page 230: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

siswa (7,84%) dari 153 siswa yang diperiksa. Infeksi cacing gelang merupakan

ketiga terbesar yang ditemukan pada penelitian ini, yaitu delapan siswa (5,23%).

Infeksi cacing tambang Ancylostoma duodenale / Necator americanus ditemukan

sebanyak lima siswa positif (3,27%).

Pada penelitian ini ditemukan satu siswa positif infeksi gabungan cacing

gelang dan cacing tambang (0,65%). Infeksi cacing cambuk dan cacing tambang

ditemukan sebanyak satu siswa positif (0,65%). Infeksi cacing lain, yaitu cacing

kremi (Enterobius vermicularis) ditemukan sebanyak satu siswa yang positif.

Infeksi gabungan antara cacing tambang dan cacing kremi ditemukan pada satu

siswa (0,65%). Pada penelitian ini juga ditemukan dua siswa yang terinfeksi dari

tiga jenis cacing. Satu siswa terinfeksi cacing cambuk, cacing tambang, dan

cacing kremi (0,65%). Satu siswa lainnya terinfeksi dengan cacing gelang, cacing

cambuk, dan cacing kremi (0,65%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi kecacingan paling banyak

ditemukan pada siswa SD 12 Banawa. Pada SD tersebut ditemukan 31 siswa

sampel positif (20,26%) infeksi Soil Transmitted Helminth (STH), dari spesies

cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk, dan infeksi gabungan antara

beberapa jenis cacing. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya infeksi cacing

kremi dan infeksi gabungan antara STH dan cacing kremi pada SDN 12 Banawa.

Gambaran Deteksi Gen Brugia malayi Untuk melihat apakah anak SD yang telah dilakukan TAS, meski hasilnya

positif atau negatif, terdapat fragmen dari B. malayi; maka dilakukan pengambilan

darah jari pada anak-anak SD yang juga menjadi subyek penelitian untuk stool

survey. Spesimen yang diperiksa menggunakan metode polymerase Chain

Reaction (PCR).

48

Page 231: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 14 di bawah ini menggambarkan hasil pemeriksaan Gen Bm.

Tabel 14. Jumlah Anak SD Hasil Pemeriksaan Gen Brugia malayi Kabupaten

Donggala tahun 2017

No SD/MI Hasil

Positif Negatif

1 SDN 28 Dampelas 0 10

2 SDN 24 Banawa 0 10

Jumlah 0 20

Dari Tabel 14 menunjukkan bahwa 10 siswa dari SDN 28 Dampelas dan

10 siswa SDN 24 Banawa tidak ditemukan fragmen dari B. malayi.

Gambaran Hasil Survei Vektor

Pelaksanaan penangkapan vektor dilakukan selama dua malam berturut-

turut, selama dua kali penangkapan dengan rentang waktu satu bulan di tempat

yang sama dengan tempat penangkapan pertama. Pada tabel bawah ini

menunjukkan hasil penangkapan vektor ‘terduga’ filariasis

Tabel 15. Jumlah Nyamuk yang Berhasil Ditangkap Dalam Dua Periode

Penangkapan di Kabupaten Donggala Tahun 2017

Kel/Desa Jenis Vektor Jumlah (nyamuk) Keterangan

Kel. Kabonga Kecil

Mansonia 1 Ma. Uniformis (1 nyamuk) Culex 831 Cx. quinquefasciatus (814 nyamuk) Aedes 74 Ae. aegypti (69 nyamuk) Armigeres 2 Ar. subalbatus (2 nyamuk)

Desa Sabang

Mansonia 69 Ma. diver (64 nyamuk) Culex 1.965 Cx. vishnui (1.444 nyamuk) Anopheles 27 An. barbirostris (25 nyamuk) Aedes 9 Ae. albopictus (6 nyamuk) Armigeres 7 Ar. subalbatus (5 nyamuk) Uranotaenia 2 Ur. lateralis (1 nyamuk), Ur.

rampae (1 nyamuk) Coquilettidia 1 Cq. crassipes (1 nyamuk) Aedomyia 1 Ad. catastica (1 nyamuk)

Total 2.989

49

Page 232: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Dari Tabel 15 tampak bahwa total nyamuk yang tertangkap yaitu 2.989

nyamuk, yang paling banyak tertangkap adalah dari genus Culex. Spesies yang

dominan tertangkap di kelurahan Kabonga Kecil adalah Cx. quinquefasciatus,

sedangkan di Desa Sabang adalah Cx. vishnui. Selama periode penangkapan di

kelurahan Kabonga Kecil ditemukan empat genus yaitu: Aedes, Culex,

Armigeres, dan Mansonia. Genus nyamuk yang tertangkap di desa Sabang lebih

bervariasi, ditemukan delapan genus yaitu: Aedes, Anopheles, Armigeres, Culex,

Mansonia, Aedomyia, Uranotaenia, dan Coquillettidia.

Tabel 16 di bawah ini, menggambarkan hasil pemeriksaan PCR pada

nyamuk yang tertangkap. Dari seluruh nyamuk yang tertangkap (2.989 ekor) tidak

yang mengandung larva filariasis.

Tabel 16. Hasil Pemeriksaan PCR pada nyamuk yang Tertangkap Kabupaten

Donggala Tahun 2017

No Jenis Nyamuk

Hasil Pemeriksaan

Larva-1 Larva-2 Larva-3

(infektif)

Tidak

Mengandung

Larva Filariasis

1 Mansonia 0 0 0 70

2 Culex 0 0 0 2.796

3 Anopheles 0 0 0 27

4 Aedes 0 0 0 83

5 Armigeres 0 0 0 9

6 Uranotaenia 0 0 0 2

7 Coquilettidia 0 0 0 1

8 Aedomyia 0 0 0 1

Total 0 0 0 2.989

Gambaran Hasil Survei Lingkungan Gambar di bawah ini hasil plotting penetapan titik geo-spasial habitat

vektor di Kel. Kabonga Kecil dan Desa Sabang

50

Page 233: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Gambar 6. hasil plotting penetapan titik geo-spasial habitat vektor di Kel.

Kabonga Kecil

Kondisi lingkungan di Kel. Kabonga Kecil merupakan daerah pinggir

pantai dan perbukitan. Pengamatan lingkungan dimulai dari rumah penderita

positif TAS-1 di daerah tersebut. (Gambar 6) Tempat perindukan nyamuk yang di

plotting sebanyak 30 titik dari 9 tipe lingkungan habitat, yaitu: genangan air,

kolam, perahu, kaleng bekas, saluran air, penampungan airr, ban bekas batok

kelapa dan sumur. Tempat perindukan nyamuk yang paling banyak ditemukan di

Kelurahan Kabonga kecil yaitu genangan air (36,7%). Distribusi tempat

perindukan dapat diihat pada Tabel 17. Sekitar rumah anak SD penderita positif

TAS-1 (radius 100 m) ditemukan perindukan nyamuk berupa saluran air, batok

kelapa, genangan air yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk

tersangka filariasis.

Tabel 17. Tempat perindukan nyamuk di Kelurahan kabonga Kecil Kabupaten

Donggala tahun 2017

No. Tempat perindukan Jumlah Persentase (%)

1 Genangan air 11 36,7

2 Kolam 3 10,0

3 Perahu 4 13,3

51

Page 234: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Gambar 7. hasil plotting penetapan titik geo-spasial habitat vektor di Desa Sabang

Kondisi lingkungan di Desa Sabang hampir sama dengan di Kelurahan Kabonga Kecil yaitu merupakan daerah pinggir pantai dan perbukitan. Pengamatan lingkungan dimulai dari rumah penderita positif TAS-1 di daerah tersebut. Tempat perindukan yang di plotting sebanyak 36 titik dari 12 tipe lingkungan habitat, yaitu: tambak, rawa, mata air, bekas galian tambang, tepi sungai, sawah, genangan air, kolam,lubang galian, lubang pohon, barang bekas, dan saluran air. (Gambar 7) Tempat perindukan nyamuk yang paling banyak ditemukan sama dengan yang ditemukan di Kelurahan kabonga Kecil yaitu genangan air (30,6%). Distribusi tempat perindukan di Desa Sabang dapat dilihat pada tabel 18. Sekitar rumah anak SD penderita positif TAS-1 (radius 100 m) ditemukan perindukan nyamuk berupa saluran air, rawa-rawa, bekas galian tambang yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk tersangka filariasis.

4 Kaleng bekas 1 3,3

5 Saluran air 1 3,3

6 Penampungan Air 2 6,7

7 Ban bekas 5 16,7

8 Batok kelapa 2 6,7

9 Sumur 1 3,3

Jumlah 30 100,0

52

Page 235: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Tabel 18. Tempat perindukan nyamuk di Desa Sabang, Kabupaten Donggala

tahun 2017

Gambaran Hasil Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten, lintas sektor,

desa hingga penderita.

LEVEL PROVINSI

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Kepala Seksi

P2P, Pengelola Program filariasis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tengah,

matriks hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

No. Tempat perindukan Jumlah Persentase (%)

1 Tambak 3 8,3

2 Rawa 4 11,1

3 Mata air 1 2,8

4 Bekas galian tambang 1 2,8

5 Tepi sungai 4 11,1

6 Sawah 2 5,6

7 Genangan air 11 30,6

8 Kolam 1 2,8

9 Lubang galian 1 2,8

10 Lubang pohon 1 2,8

11 Barang bekas 2 5,6

12 Saluran air 5 13,9

Jumlah 36 100,0

53

Page 236: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 30 September 2017

Pkl. 16.40Sd 17.15

4. Pewawancara Resmiwaty. S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan dr. Ansyahari Arsyad

6. Jabatan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Hal-hal yang mendukung, mulai dari kotmitmen, harus ada kotmitmen. Itu dukungan moral yang paling utama menurut saya. Kotmitmen. Mulai dari provinsi. Bapak Gubernur termasuk juga jajarannya, Kepala Dinasnya, kemudian kabupaten juga begitu. Sampai di pemerintah desa. Karena pada ujung-ujungnya nanti itu kita melibatkan masyarakat. Nah, itu .Jadi, harus ada komitmen dulu. Selain kotmitmen pendukung lainnya adalah dana. Di Dinas Kesehatan ada juga dana itu. Nanti ini ujung-ujungnya kemasyarakat. Jadi ada proses di situ. Jadi mulai dari pada hitungan di dalam perencanaan, kemudian tadi perencanaan ada dulu regulasinya. Regulasi saya sebut tadi, menurut saya tentu sumber daya manusianya ini harus tahu. Kemudian pendanaan, kemudian sarana dan prasarana lainnya. Itu dukungan karena kita mau ke desa. Menghambat sebenarnya ini, yang saya nilai adalah daerah.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

54

Page 237: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kendala utama kita karena jauh. Berarti itu hambatan yang paling utama. Siapasih yang nggak mau hidup sehat? Kalau kita kasih tahu begini begitu mau mereka. Cuma itu hambatan utama geografi. Kemudian hambatan kedua yaitu masalah penyakit ini sendiri. Kalau orang yang sakit filaria, dia merasa tidak sakit. Coba tanya orang yang sakit filaria, padahal kita sudah melihatnya begitu siksanya. Kalau komitmen ini tidak ada, gagal nanti kita. Harus kotmitmen. Nah sebabnya dari kotmitmen itulah kita perlu harus memberitahu, harus menyakinkan pemerintah daerah kalau ini salah satu masalah di Sulawesi Tengah. Bahkan bukan hanya di Sulawesi Tengah. Ini di Indonesia. Di Sulawesi Tengah semua yang endemic kasusnya ada, tapi endemic langsung hilang. Jadi perlu kotmitmen mulai dari Bapak Gubernur sampai sarana dan prasarana.

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Sudah jadi program nasional, mulai dari Bapak Presiden mengeluarkan sampai ke bawah. Berarti itu sudah disertai dengan dukungan-dukungan tadi itu, sampe ke bawah.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada, karena diatur oleh satu koridor tertentu. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

55

Page 238: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimana mengatasinya.

Cuman jumlahnya ini yang agak, kalau SDM pengetahuan saya cukup. Cuma jumlahnya. Dalam hal ini begini. Jumlah maksud saya, di situ untu kitu bias, tapi kali inikan sampai ke daerah-daerah pelosok itu, tidak cukup kalau kita bandingkan itu. Nah, ini halnya di Jawa. Jadi umpama standar kita 10 orang di sini dengan 10 di Jawa tidak sama. Karena daerah di Jawa dengan motor 3 jam selesai. Saya mengangkat juga sumber daya manusia. Kenapa SDM? Ya bermasalah, karna geografinya. Misalnya begini. Kita mengobati, pengobatan missal ini ada tenaga kerja. Ini bagaimana yang di gunung, harus ada juga tenaga yang ke sana. Kalau di Jawakan tinggal kumpul saja. Dalam setengah jam sudah kumpul semua. Kalau di sini nda. Jadi saya bilang jumlah kita di sini dengan di Jawa tidak boleh sama. Itu baru bias. Itu pandangan saya tentang daerah kita. Belum lagi di sebrang, harus pakai perahu, pulau-pulau. Nah, nanti ke Banggai, ke Boul. Nah inikan ada 6 kabupaten ini yang kita harus... Kalau kompetensinya saya tidak ragu. Cuma dari segi jumlah untuk menjangkau.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Kepala desa, kader, PKK dilibatkan Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan Cukup. Kalau cukupnya dalam hal ini tentang obatnya ya. Informasi tentang kecukupan

56

Page 239: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Kalau yang tidak cukup itu tenaganya. Kalau mau bilang distribusi obat, cukup. Cuma kader-kader, tapi terpenuhi Bu. Walaupun kurang kita maksimalkan. Ke daerah-daerah yang tadi, tidak cukup. Tapi bisa diini, sudah upaya maksimal. Alokasi DAK sebenarnya ada menu, kecuali dana desa untuk operasionalnya ada kepala ADD. Tergantung kepada itu ada menunya juga. Kalau dana program, ada. Tapi dikatakan tadi itu ada menu-menu khusus. Sumber dana dari pusat, dari daerah, Sumber lain ada tapi tidak merata di semua daerah. Donggala ada.

anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Pengelolaan anggaranya tidak ada masalah. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dana alokasi khusus diusulkan oleh kabupaten kota, itu direncanakan dan dipergunakan kabupaten kota. Kalau saya menjawab begitu mungkin kurang, karena aturan sekarang itu provinsi, dan itu bukan di provinsi. Itu untuk program pembinaan untuk alat dan lain-lain. Itu di kabupaten semua. Kalau saran perlu ditingkatkan untuk yang masih bermasalah tadi itu. Pemahaman masyarakat tetap, harus sosialisasinya perlu ditingkatkan. Bukan obat atau apa tadi itu, tapi pengetahuannya masyarakat. Kalau untuk Dinas Kesehatan itu, sudah ada. Itu tidak ada masalah. Yang perlu ditingkatkan itu untuk sosialisasi kepada masyarakat.

Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

57

Page 240: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Masih banyak sarana-sarana penunjang. Misalnya laboratotium yang masih perlu ditambah. Jumlahnya. Standar masih kurang, belum memenuhi.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Karena standar kita yang saya sebut tadi itu. Standar kalau di Jawa dengan kita itu mungkin standarnya di sana sudah cukup. Tapi kita di sini bagamaina untuk menjangkau. Jadi standar manusianya, jumlahnya, dalam hal ini kuantitas saya rasa tidak ada masalah untuk SDMnya. Kuantitasnya barang kali perlu. Saran saya mungkin untuk menambah anggaran, penambahan di masing-masing daerah. Kemudian yang kedua itu harus ada penambahan anggaran untuk sosialisasi.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas sektor paling Cuma untuk para pemerintah, pemerintah yang dikasih keputusannya, Camatnya, Kepala Desa.Dinas Agama, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, karena ini menyangkut anak-anak, paling tidak ikut membantu. Lintas program di kesehatan, misalkan sekarang kita terpadu. Yang terpadunya itu terutama di divisi itu, penyakit yang terabaikan.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Sampai toma,toga, karena mereka penentu. LSM.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Sosialisasi Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

58

Page 241: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 10 September 2017

Pkl. 09.30Sd 11.00

4. Pewawancara Resmiwaty. S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Bapak dr. Amin

6. Jabatan Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Keberhasilan program ini tergantung 3 faktor: ada dukungan dari pemerintah mulai dari pusat sampai ke bawah, kemudian ketersediaan tenaga oleh instansi Dinas Kesehatan, kemudian peran serta masyarakat. Penghambat: Di cakupan, kadang tidak memenuhi. Kemungkinan peran serta masyarakat. Bisa juga ada penolakan karen efek samping. Atau kabar burung yang beredar. Rekomendasi. Kalau kita mau mengelimanasi tadi itu ya kita percaya dulu. Usulan saya ini sepertinya program ini berubah-ubah. Ketika pertama datang kita tidak mengenal apa yang namanya TAS.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa

Ada dukungan. Karena memang dari pertama ini kita sudah minta komitmen dari DPR, dari Dinas Kesehatan, dari BAPPEDA. Ya mungkin BAPPEDA dengan Dinas Kesehatan in, melambangkan ini eksekutif, DPR ini sudah berpadu untuk

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan,

59

Page 242: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

mendukung ini. Tadi membagi peran itu. Apa tadi untuk logistik, untuk penyiapan tenaga, dan untuk operasional. Sebetulnya dipanggil 3 orang ini untuk memastikan. Karena 3 komponen itu sangat dibutuhkan waktu melaksanakan pendistribusian obat. Jadi karena kalau kita lihat pemerintah daerah itu dalam hal ini perannya.

bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturan antar kementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada disharmoni. Kalau sinkron sih sudah. Karena ada juga dari Peraturan Mentri Dalam Negeri itu. Permendagri nomor berapa, saya lupa. Tahun 2015 kemarin itu. Kalau dari kementrian itu kan BELKAGA. Ada namanya mencoba me... Dulu ini kan tidak ada ketentuan. Mau bulan berapa aja, orang silahkan pilih. Silahkan, mau bulan Januari, mau Februari, Maret. Tetapi dengan adanya BELKAGA ini, diharapkan kita semua ini di bulan-bulan yang sama untuk seluruh Indonesia. Dan bulan yang dipilih itu Oktober. BELKAGA.

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jika tidak cukup, bagaimana mengatasinya.

SDM itu kan hanya membagi-bagi obat sebetulnya. Tidakmungkin ini tim-tim yang harusnya mengatasi keresahan warga soal efek samping tadi. Itu tadi dianjurkan ada yang namanya tim ahli pengobatan filariasis. Kemudian ada komite ahli pengobatan filariasis. Melibatkan unsur-unsur ini. yang secara formil harusnya dibentuk, dan di sini larinya kalau ada efek-efek samping itu. Tapi kami selama ini menggunakan fasilitas layanan yang ada. Ada PUSKESMAS, bertanggung jawab dokter di sana dan adarumah sakit. Karena itu tetap menggunakan hirarki itu. Kalau ada apa-apa, kita pertama ke PUSKESMAS dulu. Ada dokter di sana. Kalau ini tidak tertangani, baru naik ke rumah sakit kabupaten yang ada.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

60

Page 243: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Kan modelnya ini kami siap melayani. Tapi kalau yang mau dilayani ini tidak merespon, model kerja sama itu yang kita minta lebih ke arah penggerakan sasaran atau pengerakan massa. Atau paling tidak jangan menyebar opini yang melemahkan program ini. Ya artinya hal-hal negatif barangkali atau yang muncul-muncul di media sosial itu, siapa tahu ada... kalau ini kan nda ada ya. Kalau yang difaksin itu kadang-kadang haram atau apa. Kalau ini sih ada lebih ke arah efek samping ini yang sering dibesar-besarkan bahwa obat ini jatuh, dimakan ayam, ayamnya mati.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasi masyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

APBN. APBD, RTI. Di tahun pertama ini kita ingatkan memang bahwa ini kita hanya bantu tahun pertama. Tahun depan kekuatan daerah sudah. Dan tidak boleh tidak dilakukan ini, karena ini 5 tahun baru dihitung 1 siklus. Selama ini sih tidak masalah kalau tahun kedua dan seterusnya.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tata kelola perencanaan anggaran pusat dan daerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Karena tidak akan saling mengganggu ini kan? Pusat kan? Punya jalur sendiri APBN. ABPD juga punya jalur sendiri. Saya kira tidak ada yang saling. Rumus-rumus keuangan saya kira sama. Dan sudah ditanda tangani oleh pusat, tidak mungkin lagi doubel ditanggung oleh daerah. Biasanya itu kalau ada perbedaan di unit cost, APBN. Membuat tinggi, daerah rendah, atau sebaliknya. Itu yang biasa pusat tanggung. Kita berusaha samakan ini untuk tidak menjadi ada yang tidak puas menggunakan jalur di pembiayaan ini. Saran:Ssaya kira kalau pusat sih kita sudah sependapat ya karena mereka masukkan di Program Prioritas Nasional. Artinya ada masalah dengan anggaran dia akan, ini tidak

Gambaran disharmoni tata kelola perencanaan anggaran pusat dan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

61

Page 244: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

akan bergeser. Ya kita harapkan juga daerah seperti itu. Saya kira dengan model itu, kita bisa pakai. Kalau itu diganggu-ganggu pasti, ada kegiatan yang hilang. Dan itu mengancam eliminasi tidak akan tercapai. Waktu kita singkat. 2020. Di teori itu harus eliminasi. Bagaimana kalau tidak ada TAS mungkin benar 2020. Kita mulai tahun lalu, tahun 2020 selesai. Itu tidak boleh gagal. Harussetiap tahun harus bagus.

8. Apakah menu DAK anggaran pusat dan daerah sudah sesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Adanya di Kabupaten. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan eliminasi filariasis (kondisi, kecukupan)

Kalau logistik kan kitapastikan ini ada logistik. Biasanya itu yang sarana-sarana.Kalau dulu sih kita buatkan sampai ke kartu pengobatan. Sekarang kan banyak sudahyang tidak kebagian itu. Diharapkan pemerintah daerah. Kartu pengobatan itu. Standar dalam pembuatan sediaan, saya kira kan mereka tetap ada semacam...kursus singkat itu untuk melakukan pengambilan. Selama ini sih bukan masalah, yang saya tahu. Tapi yang dipersoalkan ini hasil. Rata-rata ini spot cek maupun sentinel, saya tidak pernah dengar ada problem, selalu sudah kecil hasilnya. Kualitas saya kira yang lebih tahu itu orang pusat, apakah ada yang tidak pas selama digunakan.

Informasi standar fasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Karena tidak ada pemeriksaan-pemeriksaan, nda sama seperti penyakit lain ya, yang kadang harus periksa lab. Periksa organ ya, tidak melakukan hal-hal yang seperti itu.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan

62

Page 245: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kalau ada kasus, tidak akan terlaporkan sebenarnya ini. Apakah benar kita duga ini efek samping, mungkin harus dibuktikan dulu barang kali. Kadarnya dalam darah seperti apa? Kemudian...memang intinya ini, kalau tim ahli pengobatan filariasis ini bekerja, baru sudah mulai akan kelihatan ini. Tapi rata-rata untuk efek samping, susah dilacak efek samping. Karena dia setelah pulang ke rumah, ya siapa yang mau pigi tanya-tanya lagi, kecuali kalau dia pro-aktif melaporkan ini. Harusnya ada rasa baru itu muncul, baru kita bisa menindak lanjuti. Tapi tidak ada anjuran-anjuran bahwa harus periksa ini.Misalnya ini kalau kayak kemarin itu pengobatan-pengobatan program lain, macam TB kemarin itu kan ada lap-lap yang harus kita pantau terus. Kalau ini, tidak serumit itu. Sepertinya sih sederhana ini. Untuk sementara bukan itu problem kami. Problem kami di cakupan karena itu juga perlu jadi standar. Tetapi kalau mereka mengalami jadi alasan itu efek samping, harusnya ini kita telusuri kembali. Bahwa tim ini harus bekerja lebih. Tapi kami minta sebetulnya kalau ada temuan-temuan di pusat itu, saya kira diinikan dengan kami, karena saya pikir pasti sama dengan kondisi yang ada di wilayah kami. Ada keracunan kah? Atau ada efek samping yang, ODnya seperti apa? Supaya kita juga mewaspadai.

rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas sektor itu ya kita lakukan ini, mulai dari sosialisasinya. Kemudian kita harapkan juga penggerakkan massanya itu lintas sektor. Ya sektor swasta ini yang sebetulnya kita harapkan juga ada semacam CSRnya itu. Ada kelebihan-kelebihan sedikit bisa digunakan untuk mem-back up kawan-

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

63

Page 246: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kawan, kalau dianggap kurang. Kalau sosialisasi ini kan seperti tidak ada rumusnya, setiap saat harus tetap dijalankan. Lintas Program: Dari Promkes dengan kesehatan lingkungan. (Sebentar Pak Idham) Jadi...promosi ini yang menyuarakan, memberitahu ke semua pihak bahwa ada yang namanya eliminasi filariasis. Kenapa..., penyakit ini apa..., caranya seperti apa.., harus minum obat sampai 5 tahun. Informasi dari Promkes. Tetapi kalau Kesling kita harapkan dia perbaikan lingkungan, sehingga sarana-sarana...vektor nyamuk itu bisa diminimalisir. Dengan ke arah sana, 2 program ini kita minta. Kemudian dari farmasi kami juga minta kalau memang ada efek samping obat ini, bantu kami menjelaskan yang sesungguhnya ini, karena mereka yang meneliti ini. Keluhan-keluhan efek samping ini yang selalu jadi alasan kawan-kawan dari kabupaten kalau kami cari tahu kenapa ini cakupannya seperti ini. Hanya, ada minum, terus mual-mual, terus pusing-pusing. Ya... kami anggap itu efek samping. Apakah itu efek samping beneran atau psikologis saja ya kita minta itu dijelaskan dari kawan-kawan dari farmasi. Ya seperti itu lintas program kita.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Utamanya ini penggerakan masyarakat. Kalau hanya kesehatan pasti tidak mampu. Jadi instansi yang berkaitan dengan itu, misalnya: BPMD, kamudian... jadi kami sebelum sosialisasi itu sudah menyurat ke sana, bahwa libatkan instansi terkait yang bisa membantu kita untuk menggerakkan massa. Dari PKK ada, kemudian...ada juga dari sekolah-sekolah. Kita mengingatkan kepada guru-guru untuk membantu sosialisasi

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non Pertemuan-pertemuan di sana ini. Jadi formilnya seperti Informasi tentang bentuk kerjasama

64

Page 247: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kesehatan dalam eliminasi filariasis itu.Kita ini, nanti kita minta mereka melanjutkan secara berjenjang. Jadi kalau kami sudah bikin kabupaten, kita harap kabupaten juga melanjutkan ini di tingkat kecamatan. PUSKESMAS juga bikin sendiri untuk wilayah kerjanya nanti. Sehingga kita menghadirkan Kepala Desa, jadi penguasa-penguasa wilayah juga kita libatkan itu. Termasuk pemilihan kader kami minta itu kepala desa yang menentukan, siapa yang bisa menjadi kader, karena kami tidak kenal siapa masyarakatnya ya di sana. Nanti kalau untuk melatih, baru kami yang turun. Jadi kalau di sana itu PUSKESMAS kami berikan otoritas untuk pelatihan kader itu.

dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 29 Agustus 2017

Pkl. 10.00Sd 10.30

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Ibu Andi Cerra Fanti

6. Jabatan Kepala Seksi P2M Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam Ada beberapa kendala.Terutamakan pada saat saya masuk itu awalnya, saya harus melihat cakupan POPM yang tahun

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi

65

Page 248: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

lalu.Ada beberapa daerah yang cakupannya itu tidak mencapai target yang sudah ditentukan. Itu sekitar 85 untuk sasaran dan 65 untuk populasi utuh. Kesulitan pertama itu komitmen daerah sebenarnya. Komitmen daerah kabupaten-kota. Walaupun dia sudah dicanangkan oleh Bupatinya, tapi kadang komitmen daerah itu tidak sampai kepadakan ini maunya langsung ke masyarakat. Dukungan: Kalau Pak Camatnya care, itu malah hamper sampai 90 beberapa tempat, karena kita tidak bisa mengeneralisasi 90 malah kita ditunggu-tunggu untuk dating minumobat. Saran: boleh nda batas minum obatnya itu dipanjangin? Kemarinkan sampai, akhirnya sampai Januari juga masih mencari itu, kami masih kasih perjalanan untuk dikasih di Oktober. Tapi hanya itu sih itu hanya satu kabupaten. Apakah itu memungkinkan seperti itu? Itu saran saya. Karena kan kita harusnya bulan dia efektifkan bulan Oktober.

yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Bupati, Walikota, terlibat juga disini. Terutama kalau pas pencanagan. Kemarin malah. Pak Bupatinya sendiri yang pergihadir. Kalau Walikota nda ada, kadang. Kalau dukungannya kita harapkan kehadirannya itu sudah dalam bentuk dukungan. Tapi kalau dukungan itu tadi, ada beberapa kabupaten yang sudah menyiapkan dana,tapi walaupun dana untuk petugasnya kan terbatas, petugasnya untuk memonitoring itu POPM.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat

Peraturan daerah belum ada. Hanya semacam Surat Keputusan saja. SK, untu kpelaksanaan eliminasi. Tapi tidak menghambat.

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

66

Page 249: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Jumlahnya saja kurang, apalagi jenisnya. Jadi kami mengoptimalkan apa yang ada. Tentu kita juga tidak bisa pasrah dengan begitu. Jadi mengoptimalkan. Jadi kalau ada misalnya ada perawat honor di situ, di PUSKESMAS. Ada yang mengabdi,itu kami push untuk ikut memenuhi jumlah kader. Jadi dioptimalkan karena sangat susah untuk merekrut orang baru kan...

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Makanya untuk kader juga kan, kader yang kita gunakan itu biasanya dia merangkap sebagai kader POSYANDU. Jadi kita tidak membentuk kader baru, tapi kader yang sudah ada di desa. Biasanya kita minta kader kesehatan yang sudah ada. Apakah terserah dia di POSYANDU atau tidak. Supaya agak lebih memudahkan menemui masyarakat. Iya.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Tidak cukup tapi merasa sudah terbantukan. Walaupun sebenarnya kebutuhan kader kayak dalam satu desa itu harus lima. Tapi karena ada efisiensi, jumlah kadernya harus dikurangi. Apalagi untuk tahun ini, ada pengurangan jumlah kader.Sumber anggaran APBN. APBD juga ada. NGO tidak ada.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat

Tidak ada. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusa

67

Page 250: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

t dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Boleh saya usul. Kalau DAK ini masukkanlah. Karena sekarang kandanade konsentrasi juga sudah mulai sangat terbatas. Jadi minta tolong, terutama BHP, Bahan Habis Pakai-nya program P2 ini bias dimasukan di dalam jukdikdas. Dan dibunyikan, dengan jelas. Misalnya kalau filariasi situkan pakai kala uuntuk SDJ harus pakai micro pipet. Biasanya kita kan dapatnya cumin RDTnya saja, micro pipetnya tidak dapat. Biasa itu jadi kendala. Jadi tulislah di DAK itu bias untuk beli micro pipet untuk filariasis, untuk SDJ filariasis.

Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Terbatas saja mungkin. Filariasis in apalagi pada saat POPM itu biasanya kita harus turun langsung. Filariasis ini selalu pinjam kendaran saudaranya. Tapi sudahlah, yang penting untu koperasional POPMnya sudah ada, terutama untuk kader. Pengadaan komputer. Pak Hamdi itu dia pakai milik sendiri.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Pengadaan komputer dan alat penunjang lainnya. Tambahan dana untuk Kader.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala

Lintas Sektor:PKK, ada BPMPD, Badan Pemberdayaan Masyarakat. Terus Pak Camat, Ibu Camat.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan

68

Page 251: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas Program: Di P2 tentu kita saling mengingatkan, apalagi kami ada sisto di sini. Jadi kerjasamanya, tapi juga kemarin kami sudah mencoba untuk lintas program dengan Kesehatan Ibu Dan Anak. KIA. Kesehatan Ibu dan Anak, untuk bias mencapai sasaran lebih banyak lagi.

lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Kalau untuk filariasis, terutama untuk POPM itu kader.Iya. Makanya bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat, kader, karena kaderlah yang membantu kami dilapangan.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Ada sosialisasi di kecamatan. Terus di PUSKESMAS ini saya bilang pusat punya peran yang sangat besar. Jadi seperti POPM sendiri itu, ada disediakan transport untuk kader.Untuk transport. POPM.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 29 Agustus 2017

Pkl. 10.45Sd 11.15

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Pak Hamdi

6. Jabatan Pemegang Program Filariasis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan Pendukung ada dari sosialisai dan pelaksanaannya. Jadi Informasi tentang translasi

69

Page 252: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

setiap tahun mengadakan sosialisasi supaya pihak Pemda sendiri bias menjemput bola. Bisa menjemput apa kegiatan kita laksanakan ini mereka mengerti, sehingga ada juga dukungan dana dari Pemda sendiri. Dukungan dana dari pusatpun ada. Penghambat: ketika survey darah jari, kita laksanakan pada malam hari dan mengumpulkan masyarakat itu sangat susah. Karena masyarakat dari lading lalu istirahat. Kita ganggu untuk menyuruh datang. Kadang kita sudah door to door, disitu dengan melibatkan petugas kabupaten maupun di PUSKESMAS, karena mereka lebih dipercakan disitu sebagai tenaga kesehatan.

kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Ada dukungan dana dari Pemda. Tingkat kabupaten ada, bahkan dari provinsi juga ada terlibat di POPM.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

70

Page 253: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

SDM cukup, kompetensinya sudah bagus. Namun ada kendala biasa pengelola yang sudah dilatih dilantik menjadi esalon 4 dari fungsional menjadi struktural. Sehingga begitu mau dilakukan pelaksanaan seperti survey, saya harus on thejob, training lagi mereka. Tapi saya kasih harapan orang kabupaten, tolong juga pelatihan tingkat PUSKESMAS. Itupun ada kabupaten pernah melaksanakan.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Kita gunakan kader membawai 20 sampai 30 KK di pedoman seperti itu. Ada POS untuk minum obat. PMO. Disitu disarankan kepada masyarakat untuk minum obat. Kepada masyarakat sasaran. Dia harus minum di tempat. Toma, toga terlibat pada saat POPM.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Setahu saya cukup. Asal ada pendanaan karena kemarin kabupaten Buol, pengobatan kedua, saya tidak tahu ada pemangkasan atau tidak, sehingga mereka mengharapkan dana BOK, maka cakupannya kemarin agak rendah. Tapi saya pacuh bagaimana cara agar cakupannya cukup. Karena masih ada sebagian kader belum dibayarkan. Tapi Alhamdulillah 2017 ini semua dari yang 13 kabupaten ada 9 yang endemis 6 yang akan melaksanakan pengobatan itu semua dapat dana. Sumber anggaran: APBN, APBD.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

71

Page 254: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Sudah cukup. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Keterbatasan ketersediaan alat belum memenuhi standar WHO.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Seperti saya mau melakukan survey evaluasi. Kalau saya menggunakan alat standar dari WHO alatnya semu acanggih. Kalau bisa, orang dari pusat mengadakan 1 unit computer. Karena kendala saya disitu. Karena selama ini saya gunakan komputer saya sendiri. Untuk pengelola filariasis, pengolahan data.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas Sektor: Dinas Pendidikan, untuk pelsanaan survey TAS nanti karena sistem basis sekolah yang dipakai SPS 6-7 tahun,karena di Indonesia 75 anak itu sekolah, makanya kita ambil sampel dari anak sekolah jadi keterlibatan dinas pendidikan terlibat disini. Lintas Program: Promkes, dengan surveylens-nya.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Kader, toma dan toga.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

72

Page 255: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Keterlibatannya di POPM. Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

LEVEL KABUPATEN

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Kepala Seksi P2P, Pengelola Program filariasis Dinas Kesehatan

Kabupaten Donggala, matriks hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 28 Agustus 2017

Pkl. 11.00 Sd 11.30

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan H. Muzakir

6. Jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk

Saya kira hambatan yang kami hadapi ini yang pertama itu terkait pengganggaran rutin dari DAU. Sebagamana kita ketahui bahwa ada urutan prioritas Dinas Kesehatan untuk melaksanakan program-program yang strategis. Ini diurus beragam kualitas karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan Dinas Kesehatan. Banyaknya program yang kita

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

73

Page 256: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kemkes) lakukan.Kemudian yang kedua,adalah tenaga analis kita ditingkat pengelola PUSKESMAS juga kurang. Ada analis. Dan berikutnya, tenaga pengelola program filariasis itu sendiri di PUSKESMAS masih ada yang belum kita lakukan, katakanlah pelatihan untuk pengelola program filariasis ini. Dukungan anggaran. Saran saya secara berstruktur ini teman-teman yang dari dinas provinsi itu lebih banyak lagi melakukan bimbingan teknik kita di tingkat kabupaten. Karena beberapa kegiatan itu mungkin tidak terlalu intensef dilakukan pembinaan. Tapi bukan tida kya, tapi lebih dioptimalkan. Karena saking banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi maupun daerah, sehingga perlu ada singkronisasi, antara aparatur yang ada di provinsi maupun di daerah. Demikian juga dari hasil kajian dan penelitian, paling tidak kami mendapatkan hasil itu, untuk bahan perencanaan pengambilan keputusan yang ada di tingkat kabupaten. Itu mungkina... saran kami. Kemudian yang beberapa kewenangan-kewenangan yang mungkin secara aturan tidak bisa kami lakukan, itu juga perlu mendapatkan dukungan dari teman-teman di pemerintah maupun provinsi.

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Saya kira tidak ada satu pun program yang tidak didukung. Karna semua terbungkus dalam Visi-misi Bupati Donggala. Minimal Donggala itu menjadi masyarakat yang sehat kedepan.Regulasi yang ada kita sangat-sangat mendukung. Terkait dengan Peraturan Daerah tentang kesehatan daerah. Kemudian pengalokasian dana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah itu, kita hamper mencapai 10 .

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau

Kalau Peraturan Pemerintah, ada beberapa PP yang ada, saya tidak hafal persis. Termasuk juga terkait dengan

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes

74

Page 257: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

pemberantasan penyakit menular di dalamnya. Lalu peraturan daerah sementara dalam proses Peraturan Daerah tentang kesehatan daerah. Disitu banyak menceritakan tentang kebijakan-kebijaka napa yang dilakukan oleh pemerintah daerah, termasuk didalamnya adalah beberapa sub-program, termasuk filariasis. Kemudian yang kedua terkait dengan kebijakan penggangaran dan ketersedian sarana dan prasarana perbekalan kesehatan lainnya. Tidak akan tumpang-tindih.

dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Secara kuantitas itu cukup, tapi dari segi kualitas khusus untuk penangganaan langsung terhadap program filariasis ini yang perlu kita melaksanakan pendidikan non formal kepada mereka secara berkelanjutan dan rutin.Pegawai kita yang dari PUSKESMAS itu,kita tidak berharap dia berkerja di PUSKESMAS terus menerus selama 5 tahun atau 7 tahun. Bisa ada terjadi perpindahan, apakah itu permintaan sendiri atau dipindahkan. Di sini, dengan demikian masih perlu ada interfensi pendidikan non formal.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Kalau itu sudah bahan yang sudah sering digunakan. Apa lagi ketu atim pengerak PKK kita ini, sangat aktif beliau itu turun ke lapangan.Bahkan kecamatan sampai di desa, untuk melaksanakan program-program yang menjadi emban di PKK.Termasuk di dalam itu adalah masalah kesehatan. Juga demikian masalah POSYANDU pelayanaan dasar yang ada disana. Dan bahkan kedepaan ini kami akan merencanakan kader-kader POSPINDO BTN. Nah itu wajib semua desa harus ada.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

75

Page 258: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Yang selama ini APBD ada, kemudian APBN juga mungkindari iya USAID yang dari luar

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Ini sebenarnya perlu pengaturan dalam hal ini, dari pemerintah pusat. Jadi tata kelola penggangaran itu harusnya profesional. Kalau itu memang menjadi satu program pokok dari pemerintah pusat. Sehingga berbicara tata kelola anggaran ini tidak hanya melihat filariasis, tetapi bagaimana program pemberantasan penyakit menular ini, tidak terpisah dengan pemberantasan penyakit menular. Walaupun disana berpisah Dirjen, walaupun berpisah diri. Tetapikan harusnya terkoneksi baik itu mereka itu di sana. Coba kita lihat model penggaranan yang dari pusat. Antara P2 filariasis dengan program yang lain,itu pasti ada ketimpangan. Menggambarkan menurut saya disana itu mungkin, tidak terkodinir secara optimal. Seharusnya ini dengan menurunkan pola pelaksanaan keuangan mungkin dengan jukdis-jukdisnya terkoneksi. Sehingga kami daerah bisa menindaklanjuti. Kebijakan-kebijakan itu.Bisa saja di dalam berupa penganggaran juga yang ada di tingkat kabupaten.

Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Kalau DAK itukan dia punya menu. Artinya punya menu dan sudah besar. DAK itu boleh dikata, anggaran yang bertuan. Sehingga kita tidak keluar dari menu. Untuk pemberatasan penyakit menular itu,kayanya DAK tidak ada. Itu. Sehingga kami tidak bias masuk ke sana.

Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

76

Page 259: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Kalau sarana penunjang seperti Lab itu, tenaga analis, belum semua ada di PUSKESMAS. Kemudian RDT itu waktu filariasis, tidak ada untuk di sini. Semua itu dari pusat. SDJnya juga belum.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Jadi harapannya kalau bisa, kemarin kita kan baru beberapa saja ya. Kita harapkan Dinas ada screening, jadi harapannya ada survey data SDJ pada malam hari itu. Kan beberapa yang kita perhatikan masih ada beberapa kantong yang belum.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas Sektor: Pendidikan, BAPPEDA, PU, Sosial, BKKBN, PKK, Dinas Lingkungan itu.Itu yang sering melakuka nkoordinasi. Yang banyak-bayak terkait dengan pemberdayaan masyarakat. Termasuk ini pemberdayaan masyarakat. Lintas Program: Promkes, Kesehatan Lingkungan, Dan Farmasi.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

PKK, Kader. Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Memobilisasi masyarakat. Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

77

Page 260: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 23 Agustus 2017

Pkl.15.45Sd16.30

4. Pewawancara Resmiwaty. S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Ibu Nur

6. Jabatan Kepala Bidang P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Penghambat tidak ada. Dukungan bagus semua. Dukungan dari pusat anggaran, obat, alat, bagus.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dukungan dari kecamatan, desa, masyarakat, bagus. Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau

Tidak ada. Saran: Peraturan Bupati bagusnya dibuat, hanya sekarang

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes

78

Page 261: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

kalau kita buat Perbup waktunya lama. Mungkin seandainya mulai dari awal, pada saat POPM itu kita buat Perbup itu sangat bagus. Atau paling tidak nantinya mungkin dari kepala dinas untuk SK, Surat Keputusan Kepala Dinas untuk ke PUSKESMAS.

dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Dari segi jumlah minim. Kompetensi: masih banyak yang belum dilatih. Dan itu memang ketersediaa ntenaga di PUSKESMAS sampai rangkap-rangkap berapa itu program. Jadi memang tidak efektif, nda maksimal. Hanya Karena kemauan bekerja, makanya pekerjaan bias terselesaikan. Walaupun sebenarnya masih tidak secara maksimal. Mengatasinya menggunakan tenaga honorer.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Penyampaian dalam kegiatan Posyandu, melibatkan kader, PKK,memanggil masyarakat di masjid-masjid oleh Toga.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Sumber anggaran: APBN, APBD, USAID (RTI). Anggaran kita sesuaikan dengan alokasi kegiatan.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

79

Page 262: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Ada dana DAK. Ada dana DAK fisik, non-fisik. Tapi untuk eliminasi filarial belum ada.

Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Belum cukup. Ada yang rusak ada yang masih baik. Masih perlu dikalibrasi setiap tahun. Ada yang tidak dikalibrasi karena kurang anggaran. Untuk pemeriksaan Lab analis dengan sarananya belum ada.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Peralatan dan tenaga kurang akhirnya pasien harus dirujuk ke Puskesmas terdeka. Saran: Semua masih dalam upaya pengadaan. Hanya kalau RDT untuk kegiatan pemeriksaan filariasis itu. Jika memungkinkan kita sarankan, bagi daerah yang tidak termasuk random, pemeriksaan,sebaiknya kita lakukan pemeriksaan. Karena ini untuk melakukan, meneka jumlah.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang

Lintas Sektor: Dikjar, BLHD, Sekolah-sekolah, BAPPEDA, PKK. Lintas Program: Promkes, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Pelayanan Kesehatan.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan

80

Page 263: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

diinginkan? rekomendasi penyelesaiannya. 12. Apakah dinas kesehatan melakukan

kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

PKK, Sekolah-sekolah, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, Kader.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Toma, Toga untuk penggerakan masyarakat, monilisasi massa. Kader untuk POPM, Pendataan.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 23 Agustus 2017

Pkl. 10.00Sd 10.45

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos.,M.Hum. dantim

5. Informan Pak Sukardi

6. Jabatan Kepala Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Penghambat di lapangan: Kesadaran dalam minum obat. Diharapkan minum obat di depannya kita, ada juga yang dibawa pulang karena alasan belum makan. Ada juga yang menolak, tidak mau minum obat dengan alasan efek sampingnya seperti pusing, mual, muntah. Pendukung: Dalam megumpulkan massa, cepat. Karena melibatkan POSYANDU, PUSKESMAS, PUSTU. Melibatkan

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

81

Page 264: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Camat, Lurah, Kepala Desa. Toma dan toga. Saran: Masyarakat yang belum menjadi sasaran supaya di-screening. Disiapkan alat-alatnya.

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dukungan mereka sangat bagus. Kita bersurat ke stakeholder tembusan ke Lurah, Camat, Kepala Desa. Pada saat munum obat mereka datang untuk memotivasi warga. Mereka minum obat di depan warga agar mereka yakin bahwa obat ini aman.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Ada buku panduan tapi tidak ada gap dengan peraturan kementrian. Saran: Sebaiknya ada Perda. Tapi menyusun Perda ini lama dan tidak bisa khusus ke filariasis karena terlalu banyak penyakit.

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Jumlah tenaga masih kurang. Keahlianmasih kurang. Meskipun tenaga yang ada seperti SKM, perawat, dan lain-lain. Peningkatan tetap masih perlu pelatihan dan refreshing karena ilmu berkembang terus. Komitmen bagus karena mereka terlibat di semua kegiatan dari awal sampai kegiatan terakhir.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan,

POSYANDU ada kader dilibatkan, dihonor melalui dana desa. PKK membantu mensosialisasikan POPM di kegiatan POSYANDU. PoSYANDU menyentuh masyarakat yang

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis

82

Page 265: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

PKK, perangkat desa, dll lokasinya jauh. Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Sumber anggaran BAPPEDA, APBD, RTI. Anggaran bagus. Selama diusulkan selalu diikutkan pertemuan dengan BAPPEDA dan diberi kebijakan.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dana DAK atau DAU tidak ada khusus untuk filariasis. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Sekarang ini sudah mulai dipenuhi. Kita punya PUSKESMAS induk, PUSKESMAS pendukung. Ada Pustu, POLINDES, POSYANDU. Baru separuh yang terakreditasi.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

83

Page 266: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Semua lintas sektor hadir untuk kegiatan filariasis. BLHD, Pendidikan/Dikjar, BAPPEDA.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK. Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Memanggil masyarakat di masjid. PKK mengajak ibu-ibu dalam kegiatan POSYANDU, POSPIN.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 23 Agustus 2017

Pkl.09.30 Sd10.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos.,M.Hum dan tim.

5. Informan Ibu Mila

6. Jabatan Pemegang program filariasis

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

84

Page 267: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Bagaimana translasi kebijakan pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Laporan keuangannya lambat karena lambatnya dari PUSKESMAS. Karena daerah terpencilkan jadi susah. Kadernya susah juga mengirim laporannya. Lintas sektornya, kepala desa, camat. Kita biasa kampanyekan, biasa...mmm...mengumumkan di mesjid. Saran kayaknya tidak ada.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dukungannya mereka dalam bentuk partisipasi dalam penyampaian program filariasis inikan. Ikut serta dalam kegiatan.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Kalau SDMnya sih kurang memadaikan, karena itu yang daerah-daerah terpincil itu biasakan dananya tidak terselesaikan. Kalau pembagian obat itu kan, itu mengalami hambatan karena kurangnya kader. Karena di setiap desa.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

85

Page 268: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Masyarakat umum kan sudah dia masuk dari kader.Kalau masyarakat desa, paling kadesnya. Masyarakat sekedar diberikan obat saja.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Kalau kemarin sih anggarannya itu saya merasa kurang cukup. Merekakan menambahkan kader-kader filariasis kan biasanya ditambah. Jadi untuk uang kader yang memang khusus untuk kader filariasis, dibagikan lagi ke kader yang bukan kader filariasis. Kalau di APBD sih ya kurang. Ya survey kayak yang turun ikut perjalanan itu ikut, pembagian obat.Bantuan dana dari RTI.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Saran anggaran mungkin perlu ditambah 30 .

Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Informasi tentang ini, tidak sampai ke Pemegang Program. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilaria

Peralatan kesehatannya masih kurang. Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah

86

Page 269: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

sis (kondisi, kecukupan) dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Kalau obat cukup. Kemarin itu obatny aada 3 macam: paracetamol. Kemarin harusnya setiap yang minum obat harus antibiotic satu. Kemarin tidak dibagikan karena kekurangan itu.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas sektor: Camat, kepala desa. Lintas Program: Promkes, Kesling.Saran: Kerja sama dengan lintas program perlu diperlancar.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Masyarakat umumkan sudah dia masuk dari kaderitu. Guru juga terlibat.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Kader: Ikut membagikan obat. Guru: Melibatkan murid-muridnya.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

LEVEL LINTAS SEKTOR

Informan terdiri dari Bappeda provinsi Sulawesi Tengah dan Bappeda Kabupaten Donggala, BLHD, PKK dan Dinas

Pendidikan matriks hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

87

Page 270: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 22 Agustus 2017

Pkl.10.30 Sd 11.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum.

5. Informan Ibu Elwiyah

6. Jabatan Kepala Sub-Bidang Sosial-Budaya BAPPEDA Provinsi

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Apakaheliminasifilariasismenjadiprior

itas program di daerahini? Jikaya, mengapa? Jikatidak, apasebabnya? Apa yang menjadiprioritas di daerahini?

Saya kira jadi prioritas yang utama karena filariasis itu memang kita lagi hehe...genjot-genjotnya ini sisto... Karena itu memang termuat di RPJMD kita penyakit menular dan tidak menular ada programnya.

Informasitentangprioritas program di Bappeda

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Koordinasinya paling ada...tapi kalau dukungan soal anggaran, justru anggaran dari sana turun ke daerah Kalau saya pikir tidak ada hambatan dari... ini... kita kan selalu berpikir bagaimana supaya masyarakat kita sehat semua. Saya kira kedepan itu bagaimana supaya koordinasinya kami dari BAPPEDA bagaimana mengkoordinasikan antara bidang kesehatan, Dinas Kesehatan dengan BAPPEDA dan SKPD terkait.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di

Tidak ada... kitakan masih pakai undang-undang kesehatan

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

88

Page 271: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria.

Kalau itu barangkali ibu tanyakan ke Dinas Kesehatan kan mereka langsung pengobatannya yang apanya semua sih. Ada penyuluhan-penyuluhan sebelum pengobatankan... Ada penyuluhan supaya masyarakat lain tida kterkena. Saya kira ini juga bagus ini...di Promkes dari sisi pemberdayannyakan. Perilaku hidup bersih sehat masyarakat

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

5. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

kalau kita BAPPEDA...semua bidang kesehatan yang terkait dengan bidang kesehatan dikoordinasikan. Jadi tidak fokus spesifik. Glondongan bilang ini khusus sisto, a’a’...pada saat diminta Pak Gub umpamanya minta ee..segera rapat terkait sisto, segera rapat terkait rapat bidang kesehatan AKI AKB, kami rapat karena kami memang menganggarkan tapi tidak ditentukan bilang ini khusus filariasis. Tapi...kalau di SKPD terkait itu memang ada penanggung jawab khusus penyakit menular tidak menular. tidak sampai. 1 saja barangkali tidak sampai hehehe...tapi kan dipenuhi ke SKPD teknisnya. Jadi mereka fokusnya ke situ.APBD. ada dari BAPPENAS itu terkait prioritas kesehatan

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filariasis

89

Page 272: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

6. Jelaskan disharmoni

tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala ? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Saya kira kalau kita di BAPPEDA tidak ada masalah karenakan memang kunci kami Iya....perlu sih dukungan anggaran dari pusat untuk eliminasi...filariasis...

Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

7. Apakah menu DAK sudahsesuaidengankebutuhandaerah? Jelaskan disharmoni kesesuaian menu DAKdengananggaranpusat dandaerah? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Kalau DAK untuk di kita tidak ada. Tapi menu DAK itu khusus untuk rumah sakit. Adanya di rumah sakit. Saya kira selama ini sesuai dengan usulan-usulaneee... rumah sakit. Sudah dipenuhi.

Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

8. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Itu Dinas Kesehatan

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

9. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Iya saya kira masih perlu sarana, pra-sarana, alat-alat juga kan. Alat-alat kesehatan.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

10. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang

SKPD terkait dilibatkan Kalau lintas program itu PMD, Pemberdayaan Perempuan, itu ada. Terkait dengan bidang kesehatan. Di Pemberdayaan Perempuan itukan kesehatan dasar yang digenjot di sana.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi

90

Page 273: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

diinginkan? Anak, ibu dan anak, reproduksi penyelesaiannya. 11. Apakah dinas kesehatan melakukan

kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Kalau dari non-kesehatan, saya piker kalau kita di sini...PU, Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

12. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Kaitan dengan jalankan akses untuk penyebaran bagaimana supaya kita bias melihat semua daerah untuk, saya kira jalan yang paling utama. Kita lihat sekarang daerah-daerah hamper semua sudah diperbaiki

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 23 Agustus 2017

Pkl.13.00Sd 14.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum.

5. Informan Ibu Kus

6. Jabatan Kepala Sub-Bidang Sosial-Budaya BAPPEDA Kabupaten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Apakaheliminasifilariasismenjadiprior

itas program di daerahini? Jikaya, mengapa? Jikatidak, apasebabnya? Apa yang menjadiprioritas di daerahini?

Untuk prioritas itu kita mengacu di 9 prioritas daerah. Salah satunya kesehatan. Yang pertama memang sesuai visi, misi bupati. Bupati ini memang konsen dia di desa. Disambungkan dengan program Jokowi membangun dari desa. Jadi itu memang pertama yang dibenahi itu pemerintahan desa dengan permasalahannya di bawah. Kemudian SDM itu

Informasitentangprioritas program di Bappeda

91

Page 274: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

adalah pendidikan dasar dan kesehatan dasar dan rujukan. Itu prioritas ketiga. Kesehatan masuk di prioritas ketiga. Saya kira kalau memang di Jamkesda itu. Saya kira itu masuk kan dia tidak pilih-pilih penyakit. Yang penting tidak ada jaminan dari BPJS, dia sakit. Kita jamin. Bahkan kita itu yang menjadi kesembuhan Dinas Kesehatan adalah bagaimana membiayai ketika orang berobat lanjut. Tim pendampingnya. Yang kalau di Jamkesmas itu tidak ditanggung. Di BPJS tidak ditanggung. Itu kendala sebenarnya. Ketika ingin memperbaiki pelayanan kesehatan, pendampingnya orang miskin. Kita daerah, pendamping-pendamping ini kita biayai transportasinya, jaminan hidupnya. Sama juga apa ini, gizi buruk. Gizi buruk ini kalau ada kejadian. Biasa yang siap direhab anak-anak ini. Kalau tidak, pulang mereka. Jadi tidak tuntas pengobatan. Jadi itu juga, dibiayai juga. Konsennya kita di situ. Kalau kemarin 2011 sampai2016. BAPPEDA juga yang pengobatan, pemberian obat massal.

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dukungan dalam APBD. Teralokasi di APBD. Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa

Tidak ada. Peraturan Bupati belum. Hanya peraturan dari pusat.

Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

92

Page 275: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

yang diinginkan? ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria.

Tokoh-tokoh masyarakat, Camat, PKK ujung tombak karena dia punya kader. PKK..kecamatan, mesjid, tokoh agama, tokohmasyarakat. Kadang-kadangjugainikalau di program-program desa. Gitu-gitujuga di bahas, disampaikan. Majelistaklim.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

5. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

kalau kita BAPPEDA...semua bidang kesehatan yang terkait dengan bidang kesehatan dikoordinasikan. Jadi tidak fokus spesifik. Glondongan bilang ini khusus sisto, a’a’...pada saat diminta Pak Gub umpamanya minta ee..segera rapat terkait sisto, segera rapat terkait rapat bidang kesehatan AKI AKB, kami rapat karena kami memang menganggarkan tapi tidak ditentukan bilang ini khusus filariasis. Tapi...kalau di SKPD terkait itu memang ada penanggung jawab khusus penyakit menular tidak menular. tidak sampai. 1 saja barangkali tidak sampai hehehe...tapi kan dipenuhi ke SKPD teknisnya. Jadi mereka fokusnya ke situ.APBD. ada dari BAPPENAS itu terkait prioritas kesehatan

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filariasis

6. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala ? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada disharmoni. Ada dukungan dana dan informasi dari pusat. Dana diberikan secara gelondongan.Ada juga dukungan anggaran dari daerah. Menggerakkan semua tingka tpemerintah desa, kecamatan.

Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

93

Page 276: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

7. Apakah menu DAK sudahsesuaidengankebutuhandaerah? Jelaskan disharmoni kesesuaian menu DAKdengananggaranpusat dandaerah? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Kalau DAK diakann dan yebut kegiatan program. DAK bicara fisik, non-fisik, tapi non-fisik itu banyak.

Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

8. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Dinas Kesehatan lebih tahu Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

9. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Dinas Kesehatan lebih tahu Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

10. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas sektor: Kominfo, pemutaran film, gambar-gambar. Cerita-cerita, liflet. PKK dengan kecamatan, dengan desa. Yang jelas desa yang terdampak itu jelas diberi peran action itu. SKPD.BPMPD, Anak sekolah, BLHD dengan Lingkungan tempat vektornya. Lintas program:Kesling, Promkes, ada semua.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

11. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Desa-desa. Kepala desa, PKK. Itu kalau lomba desa kan. Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

94

Page 277: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

12. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Cuma pameran, masyarakat yang diundang itu. Tokoh masyarakat, sosialisasi. Kadang-kadang itu ibu-ibu, kalau PKK memang dia lebih banyak tapi kadang bapaknya ikut juga. Itu diberikan pemahaman macam-macam tentang kesehatan.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 23 Agustus 2017

Pkl. 11.00 Sd 11.30

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos.,M.Hum. dan tim.

5. Informan Ibu Rosmawati

6. Jabatan Dikjar (Kepala Sub-Bidang Sosial-Budaya) Kabupaten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN BAHAN DISKUSI HASIL YANG DIHARAPKAN ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran sekolah, guru, UKS dll

“Tidak Merokok” disosialisasikan ke sekolah-sekolah melalui UKS. Guru Olah Raga dan Guru Bombingan Konselingdiberi tugas sesuai tugasnya. Organisasi siswa. Kalau SMP, OSIS. Mereka sering melakukan lomba kebersihan ruang, kebersihan lingkungan.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

95

Page 278: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

2. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor (dinkes) dan lintas program (seluruhsekolah)? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Menjaga kesehatan lingkungan sekolah itu, antara guru, kepala sekolah bekerjasama dengan komite sekolah. Ada sekolah-sekolah tertentu menjadi target. Seperti SD dengan SMP.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

3. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Ada kerja sama tetapi khusus filariasis belum ada. Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

4. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Ada kerja sama tetapi khusus filariasis belum ada. Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESITENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl.28 Agustus 2017

Pkl. 14.45 Sd 15.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum.

5. Informan Ibu Indotang Lasman Kassa

6. Jabatan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

96

Page 279: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Kalau sekarang inikan kita terlibat masalah pembinaan. Pembinaan kita yang lakukan saat ini di.. baik mulai dari tingkat desa sampai di tingkat kecamatan. Jadi pembinaan maksudnya, kita turunkan kita punya pengurus-pengurus yang ada di kabupaten-kabupaten. Pengurus PKK kabupaten untuk melakukan pembinaan-pembinaan langsung kepada terutama dulu ketua tim penggerak PKKnya dulu kita temui, kemudian ketua tim penggerakan PKKnya yang menjembantani kita dengan masyarakat yang ada di pedesaan yang dia dipimpin.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

2. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Di PKK ada Pokja-pokja. POPM kemarin bukan cumin petugas kesehatan yang turun pembagian obat. Semua PKK dilibatkan. Peyuluhan-penyuluhan, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, untuk turun ke desa-desa menfasilitasi, mensosialisasikan kepada masyarakat, tentang penyakit ini. Kemudian bekerjasama juga untuk bagaimana masyarakat bias meminum obat bersama-sama. SKPD biasa juga dilibatkan.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

3. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Biasa kumpul di Balai Desa, POSYANDU, Kantor Desa untuk membantu sosialisasi. Membagikan obat kerja sama dengan Kader.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

LEVEL PUSKESMAS

Infoman terdiri dari kepala puskesmas, dokter, analis dan pengelola program filariasis di Puskesmas Donggala dan Sabang,

matriks hasil wawancara sebagai berikut:

97

Page 280: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 28 Agustus 2017

Pkl. 12.00Sd 12.30

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Dr. Rizal

6. Jabatan Kepala Puskesmas Kabupten Donggala

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Penghambat: yang berarti nda ada sebenarnya. Hanya kalau sisi-sisi normatifnya kegiatan semacam ini,sebenarnya jujur kami katakana ada beberapa keluhan. Hanya tidak etis kalau kami bahasakan. Karena kitakan tidak mungkin bekerja kalau hanya untuk uang. Cuman persoalan sekarang, kalau bicara masalah yang berarti nda. Kalau kendala, nda. Cuman memang ada keluhan karena system badgetingnya. Saya juga kebingungan, kog penggangaran terlalu rendah. Pendukung: lintas sektoral sangat mendukung. Lintas program sangat mendukung. Karena bagaimana pun untuk kepentingan masyarakat umum, pasti kami saling mendukung. Baik dari sisi SDMnya maupun dari sisi finansialnya. Karena dibuktikan dengan suksesnya kegiatan ini. Saran: Kalau bisa unit cost untuk tenaga yang turun ini, dinaikkan. Melihat bahwa mereka bekerja harus disamakan dengan lembur. Lembur kan kalau standar biaya umum itu

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

98

Page 281: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

beda, itu aja sebenarnya. 2. Bagaimana dukunganpemerintah

daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Sangat mendukung. Kalau untuk filaria, mereka sangat mendukung. Mulai dari Bupati, Camat, sampai Kepala Desa, Lurah, sangat mendukung. Tokoh masyarakat juga sangat mendukung. Karena yang memobilisasi masyarakatkan rata-rata pemerintahan desa.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

PERTANYAAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Dari segi kompetensi dan dari segi jumlah cukup. Jadi kualitas, kuantitas, dia cukup.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Selama ini jalan, normative sifatnya karena rutin. Setiap bulan kita laksanakan. Hanya kendalanya 1 aja.A... tidak semua POS itu tidak memenuhi standar kecukupan ketenagaan kader.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

99

Page 282: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

PERTANYAAN HASIL YANG DIHARAPKAN 6. Bagaimana anggaran pelaksanaan

eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

APBN, APBD. JKN. LSM (PERTAMINA). Ada beberapa kegiatan yang didanai dari dana desa tapi kelurahan tidak punya dana. Tapi kami hati-hati juga dalam pengalokasiannya harussesuai aturan karena bahaya kalau diaudit. Misalnya bantuan transportasi kader tidak bisa diberikan karena tidak ada dalam aturan.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Saran: Dana APBN dan APBD perlu diupgrade. Sesuaikan dengan tempat tinggal. Bukan tempat bekerja. Untuk Kader juga ditambah.

Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada masalah. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

PERTANYAAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Logistik sangat memadai. Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Sarana sebenarnya kalau logistic sudah cukup. Kalau transportasi lebih berbicara dengan itu transport petugas. Sudah itu yang kita dapatkan.Sudah include itu dengan uang makannya, uang transportnya.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

100

Page 283: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Kan biasanya pengelola filariasis, pengelola laboratorium, inikan harus terlibat semua. Petugas desa. Jadi biasanya sebelum turun, kita lakukan koordinasi dulu bersama-sama dengan dinas, lintas sektoral. Lintas Program juga.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Seperti kader, dalam pendistribusian obat dan minum obat bersama pada saat itu. Camat juga biasanya kita dijadikan sebagai contoh. Pada saat minum pertama, untuk memotivasi/meyakinkan masyarakat bahwa saya pejabat pun minum lho. Bersama-sama. Dalam pendistribusian, memobilisasi masyarakat itu mereka kami dilibatkan semua. Dengan pendataan sasaran. Masyarakat dilibatkan.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Biasa penyuluhan. Penyuluhan kitakumpul di PUSKESMAS sini atau kita turun ke desa. Penyuluhan kelompok ata uindividu, biasa kita lakukan. Makanya bidan desa pada saat mendata mereka sudah melakuka npenyuluhan individu, maupun kelompok. Terus untuk advokasi kita biasanya undang semua Kepala Desa da nkadernya, beserta orang tua, apa namanya kalau di desa? Desa siaga dulu? Forum Kesehatan Desa. Masing-masing FKDnya kita undang.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 24 Agustus 2017

Pkl.09.30Sd 10.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.sos., M.Hum. dan tim.

101

Page 284: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

5. Informan Pak Nengah

6. Jabatan Kepala PUSKESMAS Desa Sabang

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Memperlancar itu semua pihak, yang terkait lintas sektoral disini kerjasama semu aitu. Camat, desa. Apa semua. Kan disini juga sebelum itu, sebelum melakasanakan kegiatan itu. Membentuk tim kader di masing-masing desa.Nanti kader itu kita bekali tentang pengetahuannya dia, untuk pemahaman tentang filariasis, tentang pemberia nobatnya kan kita serahkan sama kader begitu. Kendala jarak, karena kita ada jarak jauh satu dua tempat.Transmigran. Saran:Transportasi pada pemerintah daerah harus membangun untuk tetap kesinambungan perbaikan jalan, supaya apapun kita berikan pelayanan kepada masyarakat. Tidak ada hambatan seperti itu. Yang kedua, program inikan dilaksanakan per 5 tahun sekali. Jadi diberikan sama kader itu, honornya dalam bekerja itu kalau bisa ditingkatkan.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dukungannya besar. Antusias sekali kalau ada kegiatan-kegiatan seperti ini. Apalagi yang namanya pengobatan massal. Ditambah lagi gratis. Untuk kepentingan masyarakat.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau

Tidak ada. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes

102

Page 285: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Jumlah: Sudah cukup. Memadai. Masalah tenaga. Di sini untuk pengangkatan PNS tidak ada, kebanyakan yang honor masuk. Makanya kadang-kadang perawat pensiun, tidak ada penggantinya. Tapi sudah cukuplah. Kompetensi:Pengetahuan tentang khusus filariasis itu, setiap tahun ada terus pelatihan-pelatihan. Komitmen:Petugas dengan kader, petugasnya bagus. Kita berikan tanggung jawab, mau dia bekerja. Sampai tuntas itu dia punya pelaksanaan dan pemberian obat.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Kalau masyarakat umum itu dimasing-masing desa itu kita libatkan. Yang pertama kepala desa. Kedua itu aparat-aparat desanya. Yang selanjutnya tokoh-tokoh masyarakat, seperti untuk menyampaikan itu kalau tidak, Bali sama pemangku. Kalau Islam, imam dimasjid situ. Kalau Kristen digereja. Tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat itu, tetap dilibatkan untuk menginformasikan masalah-masalah ini. Karena masyarakat kita kan berjauhan.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan

Kalau anggaran saya nda terlalu masuk ke dalam. Anggaran saya nda tahu persis anggarannya bagaimana. Karena

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran

103

Page 286: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

meskipun saya lama di sini, saya nda terlalu itu dengan programnya mereka. Yang tahu masalah anggaran ini terutama yang punya program. Dia melaporkan kepada pimpinannya.

pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak tahu. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

.Tidak tahu. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Sudah memadai. Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Nanti tanya pemegang program. Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah

Lintas sektor:Pertanian untuk memelihara pekarangan, supaya tertata baik. Pariwisata memperbaiki tata kelola wisatanya. Supaya tidak mencemari.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang

104

Page 287: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas program. Untuk di PUSKESMA disini ada pemegang program masing-masing tetap kita kordinasikan. Macam TB Paru yang mirip, bagian gizi. Karena pada programnya. Di sini ada Promkes, untuk menyampaikan kepada masyarakat.

sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Masing-masing tokoh agama melibatkan pemuka agamanya. Tokoh masyarakat juga dilibatkan.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Mengajak masyarakat ikut serta dalam sosialisasi dan POPM.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 26 Agustus 2017

Pkl. 12.30Sd 13.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Pak Ayudin

6. Jabatan Analis PUSKESMAS Kelurahan Kabonga Kecil

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa

Hambatan: Pelatihan itu belum pernah ada khsus untuk filariasi. Mikroskopis dan untuk slide ada. Tapi khusus untuk yang filariasi. Dukungan dari pemerintah daerah.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi

105

Page 288: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Dukungan ada. Karena setiap kegiatan itu kalau dilaporkan kepada ke Camat,selalu ada antisipasi kelurahan. Mohon dibantu saja pelaksanaannya ini. Dukungan moril.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Kalau kita melihat SDM mungkin sudah ada, cuman kalau kompotensinya belum mencapai. Kita kan yang adakan cuman tamatan SMA saja, minimal kandari D3.Tenaga sudah cukup. Kompetensinya ditambah.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Peran sertanya cukup bagus selama ini. Karena kalau pas kita turun ke sana. Keadaannya di desa, Ketua RT, RW, ikut menggerakan masyarakat untuk ikut dalam kegiatan tersebut. Pengambilan darah apa dan sebagainya.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran

106

Page 289: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

masing stakeholder

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 6. Bagaimana anggaran pelaksanaan

eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Sudah cukup. Artinya ketika proses pengambilan darah bisa lebih banyak. Jika ditambahkan anggarannya tentu lebih baik lagi.Kalau bantuan-bantuan dari WHO belum tau persis. Mungkin pengelolanya yang tahu persis kalau itu.

Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

- Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

- Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Sebenarnya sudah cukup, ada slide juga. Mikroskop,alat-alat Lab juga ada. Cuman kelemahan kita belum pernah dilatih secara khusus. Itu saja. Lab-nya belum tahu memenuhi standar atau belum karena yang lain yang menilai. Mikroskopis sudah di-issued.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Sudah cukup. Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

107

Page 290: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas Sektor: di pendidikan kita biasa turun di sekolah-sekolah, kita adakan penyuluhan Lintas Program: malaria dengan gizi juga ada. Malaria karena sama-sama dengan nyamuk, gizi dari bagian makanan.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Kader, aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Kalau kader kita kerjasama untuk mengajak masyarakat untuk datang pengambilan sampel ketempat yang sudah kita tentukan, untuk mendengar penyuluhan tokoh agama dengan tokoh masyarakat sama juga, betul-betul dilaksanakan

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 24 Agustus 2017

Pkl. 14.00Sd 14.30

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum. dan tim.

5. Informan Ibu Masrifah

6. Jabatan Analis PUSKESMAS Desa Sabang

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

108

Page 291: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Hambatan: Tidak ada. Dukungan: Kerja sama dengan aparat desa. Paling penting, masyarakat dan kader penderita juga.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Mendukung sekali, karena kemauan dari aparat desanya ingin masyarakatnya untuk sehat, dan terhindar dari penularan-penularan kemasyarakat lain

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang.diinginkan?

Tidak ada. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup,

Cukup, kalau petugasnya mungkin masih perlu pelatihan, karna bukan besiknya kita disitukan kita bukan analisis, kita cuman perawat saja.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

109

Page 292: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

bagaimanamengatasinya. 5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat

dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Dilibatkan, mengajak mereka untuk mencegah terjadinya penularan dengan cara membersihkan tempat tinggalnya terutama dalam lingkungan rumah. Selembaran atau dengan penyuluhan kesehatan, tidak juga tiap tahun, paling setahun sekali.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

- Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

- Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

- Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Kalau alat-alatnya sudah cukup, gedungnya juga sudah bagus, cumin kendaran saja banyak yang kurang, karna kita banyak dilapangan, kendaran yang perlu itu motor operasional karna kalau motor itu kita fungsikan untuk

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

110

Page 293: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dilapangan, untuk menjangkau daerah-daerah yang terpencil 10. Apa kendala yang dihadapi? Apa

Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Gedungnya lama diperbaiki, karnakan kita mau fungsikan sebagai kantor.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas Sektor: di pendidikan kita biasa turun disekolah-sekolah, kita adakan penyuluhan Lintas Program: malaria dengan gizi juga ada. Malaria karena sama-sama dengan nyamuk, gizi dari bagian makanan.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Kader, aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Kalau kader kita kerjasama untuk mengajak masyarakat untuk dating pengambilan sampel ketempat yang sudah kita tentukan, untuk mendengar penyuluhan tokoh agama dengan tokoh masyarakat sama juga, betul-betul dilaksanakan

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 26 Agustus 2017

Pkl. 14.30Sd 15.00

4. Pewawancara Mujianto dan tim.

111

Page 294: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

5. Informan Pak Jhony

6. Jabatan Pemegang program filariasisPUSKESMAS Kelurahan Kabonga Kecil

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Penghambat: Kalau kebijakan tidak ada. Karena sudah ada, mungkin pembiayaannya itu saja, biasanya kita agak kurang.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Di kecamatan, biasanya diwakili dari Lurah. Laurahnya ini, atau dari RT, RWnya itu. Itu yang ikut waktu pengobatan. Kecamatan, biasanya di pengobatan awal saja yang kita canangkan di situ biasanya Pak Camat hadir. Camat dengan Kader, dengan Lurah, Kepala Desa, diharuskan minum. Kalau nda bisa minum, nda bisa keluar ruangan. Tidak bisa. Itu aturannya Pak Camat.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan, bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM

112

Page 295: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah,

jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Pemegang program merangkap. 1 orang biasanya memegang 4 sampai 5 program. Jadi tidak fokus. Bingung. Setiap hari ada tamu. Mau ikut kegiatan tiap-tiap program juga susah membagi waktunya karena terlalu banyak. Kalau di POS tenaga yang kurang. Pembinaan dan pelatihan juga kurang. Dana tidak ada karena dibebankan kepada yang bersangkutan.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

POSYANDU: Sosialisasi pemutaran film, memperlihatkan gambar-gambar filaria, Pamplet, dan lain-lain. Kader: Pembagian obat di POS-POS yang sudah ditentukan. PKK: sasaran ibu-ibu. Perangkat desa: Toma, toga.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Anggaran sedang-sedang, meskipun belum cukup sekali. Informasi tentang kecukupan anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang

Kurang tahu. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

113

Page 296: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

diinginkan? SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Obat cukup. Kendaraan yang ada di PUSKESMAS digunakan untuk ditribusi obat ke desa-desa.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Dana yang kurang. Tinggal dicukup-cukupkan. Jadi kalau bisa ditambah.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Lintas Sektor: Dinas Pendidikan, Departemen Agama (Toma), Dinas Sosial. Dinas Pertanian. Pokoknya biar tidak ada sangkut pautnya biasa kita undang semua. Biar semuanya bisa. Lintas program Promkes menyampaikan terlebih dahulu pada saat sosialisasi.

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Biasanya sekali turun masyarakat diberi brosur untuk semua program. Agar mereka tahu. Dari kecamatan memerintahkan Pak Lurah, Kepala Desanya ikut beserta stafnya. Biasanya kalau pengobatan begitu saja.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Membagikan brosur, mengundang Camat, Lurah, Kepala Desa.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

114

Page 297: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

1. Provinsi SULAWESI TENGAH

2. Kabupaten DONGGALA

3. Waktu Pelaksanaan Tgl. 24 Agustus 2017

Pkl. 13.30Sd 14.00

4. Pewawancara Resmiwaty, S.Sos., M.Hum dan tim.

5. Informan Pak Komang

6. Jabatan Pemegang program filariasis PUSKESMAS Desa Sabang

ASPEK KOMITMEN/KEBIJAKAN

PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Bagaimana translasi kebijakan

pemerintah pusat/provinsi dalam eliminasi filarisis (Faktor pendukung dan penghambat) (jika ada apa penyebabnya, solusi yang sudah dilakukan dan apa rekomendasi untuk kemkes)

Pendukung: Kalau prosesnya, saya kira berjalan baik. Karena kemarin kita sebelum kegiatan eliminasi yang saya cerita tahun lalu pelaksanaan itu memang kita koordinasi dulu, kasih...supaya di kabupaten sana baru lanjut kemari. Disini juga kita ada lintas sektoral, pelatihan kader, pembagian obat. Yang menghambat itu penderita kronis, kadang tidak mau ditemui. Saran:kita harus cari orang terdekat kalau memang penderita, untuk bisa ketemu langsung itu. Kan memang pakai kekuatan atau power kita untuk ketemu, memang susah tembusnya. Harus orang dekatnya yang kita ajak.

Informasi tentang translasi kebijakan eliminasi filaria di kabupaten, Solusi yang sudah dilakukan dan Rekomendasi penyelesaiannya untuk pihak kemenkes

2. Bagaimana dukunganpemerintah daerah terhadap kebijakan eliminasi pemerintah pusat/provinsi? (Faktor pendukung dan penghambat) apa

Yang mendukung, tentunya kita dari instansi yang ada, terus pemerintah terkait, lintas sektor dari camat, pemerintah desa,kader, betul-betul berfungsi... dengan baik di pengobatan.

Informasi tentang dukunganpemerintah daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor non kesehatan,

115

Page 298: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

penyebabnya? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

bentuk dukungan atau hambatan yang dimaksud

3. Jelaskan apakah ada disharmoni peraturanantarkementerian, atau peraturan kemkes dengan peraturan di daerah yang dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan eliminasi filariasis? Jika ada peraturan apa? Apa yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Informasi adanya policy gap antar kementerian atau antara permenkes dengan perda, perbup atau SE.

ASPEK SDM PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

4. Bagaimana kecukupan SDM jumlah, jenis, kompetensi, komitmen yang berhubungan dengan kegiatan eliminasi filariasis? Jikatidakcukup, bagaimanamengatasinya.

Jumlahnya cukup. Karena dipelaksanaan itu juga, kalau dari PUSKESMAS kita tidak butuh banyak tenaga. Yang kita butuhkan kader, waktu pelaksanaan. Kompetensi:kalau untuk pengobatan saya kira cukup. Kalau untuk kegiatan lain seperti pemeriksaan lain. Memang kami tidak punya analis murni. Waktu kita harus mengadakan pemeriksaan tiba-tiba. Ya sekedarnya saja lah. Kami disini butuh analis, Farmasi, Dokter.

Informasi kecukupan jumlah, jenis, kompetensi, komitmen SDM dan ketersediaan bantuan SDM sektor non kesehatan

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam eliminasi filaria. Bagaimana peran posyandu, kader kesehatan, PKK, perangkat desa, dll

Kalau PKK, perangkat desa karena kepala dusun kan termasuk perangkat desa. Kepala desa menyampaikan bahwa kegiatan seperti biasanya. Akhirnya dilimpahkan kemasing-masing dusun untuk bertanggungjawab. PKK kan membawahi kader.

Informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam eliminasi filariasis Cara mobilisasimasyarakat, peran masing stakeholder

ASPEK ANGGARAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Bagaimana anggaran pelaksanaan Karena untuk filariasis ada dana itu jika ada pengobatan. Informasi tentang kecukupan

116

Page 299: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

eliminasi filaria, kecukupan dan sumber anggaran (pusat melalui DAK), APBD, atau bantuan NGO (luar dan dalam negeri)

Memediasi karena ada dana untuk pertemuan, pembagian obat, kan seperti itu. Kalau untuk dana program, kebetulan filariasis ini kan tidak berkegiatan setiap saat.Jad dana program itu ada ketentuannya. Kalau untuk dana untuk eliminasi kemarin. Tapi dirasa cukup.

anggaran dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi filaria

7. Jelaskan disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, apa kendala? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

Tidak ada. Gambaran disharmoni tatakelolaperencanaananggaranpusat dandaerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

8. Apakah menu DAK anggaranpusat dandaerahsudahsesuai? apa kendala yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

.Masalah anggaran tidak ada kendala. Gambaran kesesuaian menu DAK dengan kebutuhan daerah, kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

9. Bagaimana saranadanprasaranadalam menunjangpelaksanaaneliminasifilariasis (kondisi, kecukupan)

Kalau sarana pra-sarana untuk saat ini, yang perlu di laboratorium itu, kami punya mikroskop 1, sudah mulai kabur. Dan kelengkapan lainnya yang ada di Laboratorium.

Informasi standarfasilitas kesehtan kendala, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi untuk rekomendasi penyelesaiannya

10. Apa kendala yang dihadapi? Apa Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan dari kemenkes?

Tidak ada. Bantuan kendaraan tahun lalu masih baru. Berupa AMBULANCE.

Informasi kendala yang dihadapi dalam hal fasilitas kesehtan, Solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya

KERJASAMA LINTAS SEKTOR PERTANYAAN HASIL LAPANGAN HASIL YANG DIHARAPKAN

11. Bagaimana proses koordinasi lintas sektor dan lintas program? apa kendala

Lintas sektor saya kira banyak. Hampir semua. Pak camatnya, Dikjar, POLSEK, KUA. Karena mereka juga

Informasi tentang optimalisasi koordinasi antara lintas sektor dan

117

Page 300: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

yang dihadapi? Solusi yang sudah dilakukan? Solusi apa yang diinginkan?

butuh. Lintas Program: Imunisasi. CAPEN. Hampir semua, kalau lintas Program. Tidak ada kendala.

lintas program, kendala, solusi yang sudah dilakukan dan rekomendasi penyelesaiannya.

12. Apakah dinas kesehatan melakukan kerjasama dengan sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis? Jelaskan alasannya jika ada dan tidak

Tokoh masyarakat, tokoh adat, kepala-kepala dusun, karena mereka yang punya masyarakat, dia, mereka terlibat didalamnya.

Informasi tentang sektor yang melakukan kerja sama dalam pelaksanaan eliminasi malaria dan proses kerjasama itu dibentuk

13. Jelaskan bentuk kerjasama sektor non kesehatan dalam eliminasi filariasis

Untuk memobilisasi masyarakat untuk pergi kepengobatan, penyampaian-penyampaian, koordinasi, bahkan mereka ada yang mengawasi. Kalau ada pasca pengobatan, biasanya ada efek samping apa semua. Bisa kepala dusun dulu. Sossialisasi di Balai Desa. Ada juga didatangi ke rumah yang tidak datang di Balai Desa.

Informasi tentang bentuk kerjasama dalam pelaksanaan eliminasi filariasis

118

Page 301: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

BAB IV PEMBAHASAN

1. Survei Knowladge, Attitudes and Practice (KAP)

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Pengetahuan adalah

informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.21 Studi

menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang filariasis maupun program

pengobatan massal filariasis masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil

pengumpulan data menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak

mengetahui adanya pengobatan massal di Kabupaten Donggala (66%).

Masyarakat yang kurang pengetahuan menghambat pelaksanaan program

eliminasi filariasis. Penelitian di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan

menemukan bahwa masyarakat mempercayai penyebab kaki gajah karena

menginjak daerah terlarang,22 sedangkan di India karena menginjak air yang

kotor.23 Berkaitan dengan pengetahuan responden tentang tanda-tanda jika terkena

filariasis sebagian besar responden menyatakan adanya pembesaran kaki/tangan.

Pemahaman seperti ini berkaitan dengan fakta bahwa yang umumnya mereka

temukan adalah penderita dengan pembengkakan pada kaki atau tangan. Sama

halnya dengan yang dilaporkan di Kabupaten Morowali,24 Parigi Moutong25 dan

Mamuju Utara.26

Pengetahuan masyarakat tentang pengobatan cukup baik, dimana lebih

dari setengah responden mengetahui bahwa obat filariasis dapat diperoleh dari

petugas kesehatan, namun masih ada sebagian kecil responden yang menyebutkan

bahwa obat filariasis dapat diperoleh dari warung/toko obat. Informasi diperoleh

dari petugas kesehatan/guru. Hasil ini sama dengan hasil penelitian di Kabupaten

Mamuju Utara.26 Bila dikaitkan dengan tingkat pendidikan responden, maka

rendahnya pengetahuan responden dipengaruhi pula dengan tingkat pendidikan

responden, karena paling banyak responden hanya tamat SD/MI (37%).

Perilaku menurut Notoadmojo (2003) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

119

Page 302: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

luar.27 Menurut Notoatmodjo (1997) sikap adalah reaksi atau respons yang masih

tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, sedangkan menurut

Bimo Walgito (2001) merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan

tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau

berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.28 Sikap dan perilaku para

penderita yang positif microfilaria merupakan faktor penting untuk diketahui dan

diidentifikasi agar pengobatan massal dapat berjalan dengan baik.22 Sikap positif

masyarakat terkait pencegahan dan pemberantasan filariasis harus didukung pula

dengan perilaku yang positif, upaya pencegahan yang dilakukan berupa

penggunaan kelambu, anti nyamuk serta bersedia minum obat bila ada pembagian

oleh petugas kesehatan, seperti penelitian di Pekalongan.29 Sikap masyarakat

minum obat karena kesadaran sendiri sangat baik, namun masih perlu pula

peranan pemerintah dalam hal pemberitahuan terlebih dahulu sebelum pembagian

obat massal dilakukan.

Perilaku masyarakat ikut serta dalam kegiatan pengobatan massal di

Kabupaten Donggala sangat baik, dimana sebagian besar responden ikut

berpartisipasi dan angka partisipasi minum seluruh obat yang diberikan juga

sangat tinggi meskipun lebih banyak minum di rumah dan bukan di hadapa

petugas karena lebih banyak diminum pada malam hari. Hal ini dikarenakan untuk

menghindari efek samping yang ditimbulkan akibat minum obat tersebut.

Umumnya masyarakat merasakan efek samping berupa pusing/sakit kepala dan

mulas bahkan ada sebagian kecil responden yang melaporkan terdapat cacing

keluar dari anus saat buang air besar (2,5%). Efek samping merupakan efek yang

dirasakan masyarakat pasca mengkonsumsi obat filarisisis. Efek samping yang

dirasakan dapat berupa pusing, sakit kepala, mual, diare dan efek samping

lainnya. Gejala ini menunjukkan bahwa obat yang dikonsumsi bekerja membunuh

cacing yang ada di dalam tubuh. Efek samping ini merupakan salah satu penyebab

ada beberapa responden yang menolak untuk minum obat yang dibagikan sama

seperti penelitian di Pekalongan.30 Perasaan yang tidak menyenangkan yang

dirasakan masyarakat setelah mengkonsumsi obat mengakibatkan mereka tidak

mau lagi minum obat di tahun berikutnya demikian halnya yang terjadi di

120

Page 303: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kabupaten Belitung, sebagian masyarakat tidak bersedia mengkonsumsi obat

karena mengalami efek samping demam sehingga takut untuk mengkonsumsi obat

tersebut.29

Perilaku responden untuk menghindari gigitan nyamuk pada malam hari

paling banyak dengan menggunakan obat anti nyamuk bakar. Hal ini merupakan

cara yang paling umum dilakukan masyarakat agar tidak tergigit nyamuk.

Penggunaan anti nyamuk bakar sudah dilakukan masyarakat sejak lama, dan

hanya sebagian kecil yang menggunakan kelambu. Kelambu juga merupakan cara

pencegahan yang paling banyak dipergunakan di Kabupaten Parigi Moutong25

demikian halnya di India.31 Sedangkan untuk menghindari gigitan nyamuk pada

siang hari umumnya masyarakat menggunakan baju dan celana panjang.

Sosialisasi filariasis di daerah yang akan mendapatkan obat massal

sangatlah penting dilakukan terhadap seluruh lapisan masyarakat. Setiap orang di

daerah tersebut harus sudah memahami “apa dan mengapa” kejadian ikutan pasca

POPM baik pimpinan daerah, DPR, media massa, guru, orang penting/panutan di

masyarakat dan tentunya petugas dan kader yang akan membantu proses

pembagian obat nantinya.32 Peningkatan komunikasi antara petugas kesehatan dan

masyarakat perlu dilakukan,33 agar tidak terjadi keresahan dimasyarakat apabila

mengalami efek samping setelah mengkonsumsi obat filariasis. perlu ditingkatkan

2. Pemeriksaan Klinis Filariasis.

Cacing filaria hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga

menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala

akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening

(adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di

daerah lain. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di

daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti

kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel.9 Gejala klinis yang paling parah dari

penyakit bentuk kronik umumnya tampak pada orang dewasa dan lebih sering

pada laki-laki daripada wanita.34 Berdasarkan data dari Dinas Kabupaten

Donggala jumlah kasus kronis filariasis yang dilaporkan sampai tahun 2010 sudah

sebanyak 11 kasus. Kasus ini tersebar di beberapa desa di kabupaten Donggala.

121

Page 304: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Beberapa orang tidak memperlihatkan manifestasi gejala klinis yang nyata,

kadang-kadang memang tidak ada gejala klinis, penderita tampak sehat tetapi

pada kenyataannnya mempunyai kerusakan limfatik yang tersembunyi dan

kerusakan ginjal.34 Bentuk asimtomatik dari infeksi ini paling sering mempunyai

karakteristik dengan adanya ribuan sampai jutaan mikrofilaria dan cacing dewasa

yang berlokasi pada sistem limfatik.34 Deteksi awal kemungkinan terinfeksi

cacing filaria dilakukan terhadap seluruh masyarakat yang akan diambil sediaan

darah malam hari baik yang menunjukkan maupun tidak menunjukkan gejala

klinis filariasis. Hal ini dilakukan untuk menjaring masyarakat baik dengan atau

tanpa manifestasi gejala klinis yang nyata.

Pada daerah endemik, manifestasi akut dan kronik dari filariasis cenderung

berkembang lebih sering dan cepat pada orang baru daripada populasi lokal yang

telah terus menerus terekspose infeksi.34 Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan

bahwa tidak ada masyarakat yang menunjukkan gejala klinis filariasis hal ini

dimungkinkan karena umumnya masyarakat yang tinggal di Kel. Kabonga Kecil

dan Desa Sabang merupakan penduduk asli yang telah menetap di daerah tersebut

bertahun tahun. Untuk memastikan bahwa masyarakat yang tidak menunjukkan

gejala klinis tidak terinfeksi filariasis maka dilakukan pemeriksaan darah jari

malam hari.

3. Survei Darah Jari.

Setiap masyarakat yang diperiksa dilakukan pengambilan darah jari pada

malam hari. Survei pada malam hari dilakukan karena sifat noktuna cacing filaria,

yatu aktif di darah tepi pada malam hari.

Hasil pemeriksaan darah jari masyarakat tidak ditemukan sampel darah

yang mengandung mikrofilaria. Hasil ini sama dengan penelitian di Kecamatan

Long Ikis evaluasi epidemiologi menunjukkan dari jumlah sediaan darah diperiksa

2.026 slide tidak ditemukan mikrofilaria (Mf-rate 0%).34 Studi lainnya pada

beberapa daerah dengan lama pengobatan massal berbeda juga menunjukkan

bahwa seluruh desa sentinel dari empat Kabupaten angka microfilaria rate 0%.35

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan single dosis dengan kombinasi dua

macam obat yaitu Albendazole dengan DEC atau Albendazole dengan invermetrin

122

Page 305: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

adalah 99% efektif mengeliminasi filariasis dalam darah selama setahun penuh

selama pengobatan.34 Berbeda dengan hasil penelitian di Kabupaten Mamuju

Utara dan Batanghari yang telah melakukan pengobatan selama tiga tahun

berturut-turut, masih ditemukan penderita positif microfilaria (Mf-rate >1%).26,36

4. Stool Survey.

Pada penelitian ini sampel positif kecacingan ditemukan pada semua SD

yang diperiksa (lima SD). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemungkinan

sebagian besar siswa SD tidak minum obat cacing. Bila dikaitkan dengan data

minum obat cacing pada anak sekolah ternyata hanya sebagian kecil yag minu

obat cacing tahun 2017.

Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) merupakan jenis cacing yang dapat

menyebabkan penyakit bersumber makanan (food borne diseases). Apabila

defekasi dilakukan di sembarang tempat, maka telur cacing Ascaris lumbricoides

yang keluar bersama tinja penderita dapat tersebar secara luas di willayah

tersebut. Penularan dapat terjadi baik melalui angin maupun lalat yang menempel

pada feses, kemudian hinggap pada makanan. Cakupan rumah tangga ber-Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kabupaten Donggala 56,4% masih dibawah

target renstra 2016 (67%).20

Jumlah siswa positif paling banyak ditemukan di SD 12 Banawa (Kelurahan

Boneoge), yaitu 31 positif dari 54 siswa yang disurvei. Hal tersebut dapat

dimungkinkan terkait dengan lokasi Kelurahan Boneoge yang berada di tepi

pantai, yang memungkinkan anak – anak di wilayah tersebut Buang Air Besar

(BAB) di pasir dekat pantai, bukan di jamban yang higienis. Perilaku Buang Air

Besar Sembarangan (BABS) tersebut menyebabkan penyebaran telur cacing terus

berlangsung. Pada penelitian ini juga ditemukan satu SD yang tidak tersedia air

bersih di kamar mandi sekolah karena terletak di ketinggian, yaitu SDN 24

Banawa. Setiap siswa dan guru sekolah tersebut membawa jerigen berisi air dari

rumah masing – masing untuk kebutuhan buang air pada jam sekolah.

Jumlah sampel positif terbanyak kedua ditemukan di SDN 22 Dampelas

Desa Pani’i Kecamatan Sabang, yaitu 9 positif dari 28 siswa yang diperiksa.

Kondisi geografis wilayah tersebut berupa dataran rendah yang sebagian besar

123

Page 306: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

digunakan sebagai lahan persawahan. Aktivitas atau kegiatan anak – anak di lahan

persawahan tanpa menggunakan pelindung kaki memungkinkan ditemukannya

banyak anak positif tekur cacing tambang di Desa Pani’i.

Infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) menurut WHO disebabkan oleh

tiga jenis cacing, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang

(hook worm) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Menurut WHO,

diperkirakan sekitar 807-1.221 juta orang terinfeksi oleh cacing gelang (Ascaris

lumbricoides). Cacing gelang hidup di usus manusia dan telurnya dikeluarkan

bersama dengan feses. Apabila seseorang buang air besar di sembarang tempat,

misalnya di kebun, ladang, pekarangan rumah, maka telur akan tersimpan di

tanah. Telur dapat menjadi matang di tanah dan berubah menjadi fase infektif.

Infeksi cacing gelang terjadi karena tidak sengaja tertelan telur cacing, misalnya

tidak mencuci tangan sebelum makan, atau mengkonsumsi buah yang tidak dicuci

dan dikupas, atau sayuran yang tidak dimasak dengan benar. Gejala kecacingan

biasanya tidak terlalu jelas, akan tetapi yang paling sering adalah sakit perut.

Infeksi cacing gelang yang berat dapat menyebabkan penyumbatan usus dan

gangguan pertumbuhan pada anak – anak. Gejala lain yang dapat muncul adalah

batuk disebabkan perpindahan cacing dalam tubuh melalui paru-paru. Ascariasis

dapat disembuhkan dengan pemberian obat cacing.37,38

Diperkirakan sebanyak 576-740 juta orang di dunia terinfeksi oleh cacing

tambang. Pada awalnya cacing tambang ditemukan tersebar di Amerika Serikat,

khususnya di wilayah tenggara. Dengan peningkatan kondisi ekonomi dan

perbaikan lingkungan berhasil dengan sangat baik mereduksi infeksi cacing

tambang. Cacing tambang hidup di dalam usus halus manusia. Telur cacing

tambang dikeluarkan bersama feses pada saat buang air besar. Telur cacing

tambang akan menjadi matang di tanah dan menetas menjadi larva infektif. Larva

infektif ini akan menginfeksi manusia dengan cara menembus kulit. Infeksi cacing

tambang paling banyak terjadi pada saat seseorang berjalan tanpa menggunakan

alas kaki di tanah yang mengandung larva infektif. Penularan juga dapat terjadi

melalui makanan, yaitu secara tidak sengaja menelan larva cacing tambang. Pada

umumnya infeksi cacing tambang tidak menunjukkan gejala, hanya beberapa yang

mengalami sakit perut, terutama pada orang yang baru pertama terinfeksi. Efek

124

Page 307: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

paling serius dari infeksi cacing tambang adalah kehilangan darah yang dapat

menyebabkan anemia dan kehilangan protein. Infeksi cacing tambang dapat

disembuhkan dengan obat cacing. 38,39

Jumlah orang di dunia yang terinfeksi cacing cambuk (Trichuris trichiura)

diperkirakan sekitar 604-795 juta jiwa. Bersama dengan cacing gelang dan cacing

tambang, cacing cambuk menimbulkan penyakit kecacingan yang tersebar luas di

dunia. Cacing cambuk hidup di usus besar dan telurnya dikeluarkan bersama

dengan feses. Apabila seseorang buang air besar di sembarang tempat, misalnya di

kebun, ladang, pekarangan rumah, maka telur akan tersimpan di tanah. Telur

dapat menjadi matang di tanah dan berubah menjadi fase infektif. Infeksi cacing

cambuk terjadi karena tidak sengaja tertelan telur cacing, misalnya tidak mencuci

tangan sebelum makan, atau mengkonsumsi buah yang tidak dicuci dan dikupas,

atau sayuran yang tidak dimasak dengan benar. Infeksi cacing cambuk memiliki

gejala yang bervariasi. Pada penderita infeksi ringan, biasanya tidak menunjukkan

gejala. Pada infeksi berat, gejala dapat berupa sakit pada saat buang air besar,

dengan feses bercampur lendir, air, dan darah. Pada beberapa penderita juga dapat

terjadi kerusakan anus (rectal prolapse). Infeksi cacing cambuk dapat

disembuhkan dengan obat cacing.40

Penyakit kecacingan di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%.

Prevalensi kecacingan di wilayah-wilayah tertentu dengan sanitasi yang buruk

dapat mencapai 80%. Hasil survei kecacingan di Provinsi Sulawesi Selatan tahun

2013 pada anak SD menunjukkan prevalensi Ascaris 78,5%, Trichuris 63,9% dan

cacing tambang 1,4%. Survei kecacingan pada anak SD di Sulawesi Tengah tahun

2013 menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides 19,7% dan T.

trichiura 1,5%. Beberapa hasil penelitian menunjukkan kecacingan lebih banyak

menyerang pada anak-anak SD/Madrasah Ibthidayah (MI) dikarenakan aktivitas

mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Pencemaran tanah

merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah kepada manusia

melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing lalu masuk ke mulut

melalui makanan.41,42

125

Page 308: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Infeksi kecacingan STH pada umumnya terkait dengan kondisi sosial,

ekonomi, lingkungan seperti kurangnya akses terhadap air bersih, tempat tinggal

yang terlalu padat, serta kurangnya sarana Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang

bersih dan higienis. Faktor lain yang juga berperan yaitu letak geografis yang

berada di iklim tropis dan garis lintang yang rendah.4 Pada penelitian ini

ditemukan infeksi gabungan cacing gelang (Ascaris) dan cacing cambuk

(Trichuris) ditemukan pada anak SD di Desa Tuare. Menurut beberapa penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi cacing Ascaris sering ditemukan

bersama dengan cacing Trichuris, karena kedua cacing ini memiliki karakter

epidemiologi yang sama, baik mengenai jenis tanah maupun suhu optimum untuk

berkembang menjadi telur infektif di dalam tanah.43

Penelitian terdahulu menyebutkan berbagai faktor risiko penularan infeksi

STH, yaitu lingkungan, tanah, iklim, perilaku, status gizi, dan sosial ekonomi.

Infeksi cacing STH biasanya terjadi di lingkungan yang kumuh, baik di daerah

kota maupun pinggiran kota.Infeksi cacing tambang banyak terjadi di pedesaan

yang sebagian besar masyarakatnya beraktivitas di bidang pertanian. Faktor tanah

berperan penting dalam penularan infeksi cacing STH. Telur cacing berkembang

menjadi infektif pada suhu optimal ± 30°C. Sifat tanah liat dan kelembaban tinggi

sangat sesuai untuk telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura.

Cacing tambang lebih membutuhkan jenis tanah yang gembur dan berpasir untuk

berkembang menjadi larva infektif. Faktor iklim juga berpengaruh, yaitu

penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura lebih banyak ditemukan

di daerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk

Necatoramericanus dan Ancylostomaduodenale penyebaran ini paling banyak di

daerah panas dan lembab. Lingkungan yang paling cocok sebagai habitat dengan

suhu dan kelembaban yang tinggi terutama di daerah perkebunan dan

pertambangan.44,45

Faktor lain yang berperan dalam penularan infeksi cacing STH adalah

perilaku. Perilaku mempengaruhi penularan infeksi cacing STH yang ditularkan

lewat tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya

jari-jari tangan mereka dimasukkan kedalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci

tangan. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa sebagian besar anak SD di

126

Page 309: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kedua lokasi penelitian tidak memotong kuku secara rutin, terlihat dari kuku jari

tangan yang panjang dan hitam. Faktor sosial ekonomi berkaitan dengan sanitasi,

yaitu sanitasi yang buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang masih rendah.

Sanitasi juga mempengaruhi penularan infeksi cacing STH. Sanitasi yang buruk

meningkatkan risiko penularan infeksi cacing STH. 46–50

Infeksi STH dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, gangguan nutrisi,

dan gangguan kognitif terutama pada anak – anak.4 Penelitian pada anak SD di

Medan menunjukkan adanya hubungan terbalik antara tingkat kecerdasan anak

dengan derajat infeksi kecacingan pada anak – anak. Semakin tinggi derajat

infeksi kecacingan, maka kondisi anak menjadi kurang sehat sehingga kurang

optimal dalam menyerap pelajaran. Hal tersebut diduga berkaitan dengan kadar

hemoglobin dan status gizi anak yang menderita kecacingan. Penelitian lain juga

menyebutkan bahwa kecacingan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, terkait

dengan adanya kejadian anemia atau malnutrisi akibat infeksi cacing yang

ditularkan melalui tanah.43,51–53

5. Deteksi Gen Bm

Pemeriksaan Gen Brugia malayi (Gen BM) di Kabupaten Donggala

dilakukan di dua sekolah dasar termasuk dua anak yang dinyatakan positif pada

TAS-1. Dari hasil pemeriksaan dinyatakan bahwa semua sampel darah tidak

mengandung DNA Brugia Malayi. Dua anak yang sebelumnya dinyatakan positif

juga tidak ditemukan lagi jejak cacing filaria. Ditemukan perbedaan hasil ini

dikarenakan pada Brugia rapid yang dideteksi adalah antibodi yang terbentuk

karena adanya cacing filaria. Antibodi tersebut bertahan lama meskipun telah

minum obat dan cacing dalam tubuh telah mati. Sedangkan gen BM mendeteksi

adanya antigen (protein dari cacing), bila sudah tidak ada lagi cacing dalam tubuh

kemungkinan protein cacing tidak dapat terdeteksi lagi sehingga hasil deteksi Gen

BM seluruhnya negatif.

Pada penelitian Santoso bahwa seluruh penderita yang dinyatakan positif

mikrofilaria hasil pemeriksaan mikroskopis juga positif untuk hasil PCR artinya

dalam darahnya mengandung Gen Brugia malayi ataupun Brugia timori.54 Akan

tetapi ada sedikit perbedaan pada penelitian Pratiwi, dkk ditemukan hasil negatif

127

Page 310: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

sebanyak 163 sampel dan satu positif mikrofilaria pada pemeriksaan giemsa

sedangkan pada waktu pemeriksaan Gen menggunakan metode PCR ditemukan

empat Positif dan 160 negatif.55 Hal ini terjadi karena metode PCR mempunyai

sensitivitas dan sensitifitas yang tinggi dimana dapat digunakan untuk

mendiagnosis filariasis secara dini karena mendeteksi gen dari Brugia. Sedangkan

dalam pemeriksaan giemsa hanya bisa mendeteksi jika ada mikrofilaria dalam

darah.3

6. Survei Vektor.

Dari hasil survey entomologi, An. Barbirostris merupakan spesies

Anopheles yang dominan ditemukan di desa Sabang. Seperti diketahui bahwa An.

Barbirostris merupakan vector filariasis penular B. malayi di Sulawesi Tengah

dan beberapa wilayah di provinsi lainnya di Sulawesi. Selain An. barbirostris,

spesies yang sebelumnya dikonfirmasi sebagai vector filariasis yang banyak

ditemukan di desa Sabang adalah Ma.dives. Salah satu spesies dari genus

Mansonia ini merupakan vektor di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan sebagian

Sulawesi. Nyamuk dari genus Culex paling melimpah ditemukan di Desa Sabang,

yaitu Cx. Vishnui akan tetapi spesies ini belum pernah terkonfirmasi sebagai

vector filariasis di Indonesia. Genus Anopheles hanya ditemukan di Desa Sabang,

sedangkan Culex ditemukan pada kedua lokasi survey. Selain Culex, genus

Armigeres juga ditemukan pada kedua lokasi survei. Salah satu spesies Armigeres

yaitu Ar. Subalbatus telah dikonfirmasi sebagai pembawa W. bancrofti di Papua.7

Cx. Quinquefasciatus merupakan spesies dominan ditemukan di Kelurahan

Kabonga Kecil. Seperti diketahui sejak lama bahwa Cx. Quinquefasciatus

merupakan vector filariasis di Indonesia. Selain dominansi spesies, umur relative

nyamuk juga merupakan salah satu penentu suatu spesies nyamuk menjadi

vector.56 Nyamuk dapat menjadi vektor filariasis, jika umur nyamuk cukup lama

sehingga parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya di dalam tubuh nyamuk.

Semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinan untuk menjadi

penular atau vektor. Misalnya, waktu untuk perkembangan filaria W. bancrofti

stadium L1 menjadi L3 berkisar antara 10 sampai 14 hari. Pada nyamuk An.

vagus, prakiraan lamanya pertumbuhan W. bancrofti adalah 12 hari. Selain itu

128

Page 311: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

nyamuk harus mempunyai umur relatif lebih panjang 20 dari masa inkubasi

ekstrinsik. Masa inkubasi ekstrinsik filariasis W. bancrofti adalah 6 – 12 hari

sedangkan filariasis B. malayi paling cepat 6 – 6,5 hari, dan filariasis B. timori 7 –

20 10 hari.56 Hasil pembedahan dilatasi nyamuk selama penelitian didapatkan

nyamuk dengan dilatasi lima, namun jumlahnya sangat sedikit. Nyamuk yang

dibedah rata-rata masih nulliparous. Semakin tinggi parousitas nyamuk, maka

semakin tinggi pula potensi penularan.57

Pada kegiatan ini ditemukan pula nyamuk Aedes aktif pada malam hari,

hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku nyamuk yang umumnya

ditemukan di siang hari kini ditemukan pula aktif menggigit pada malam hari.

Sama halnya dengan yang ditemukan ditempat lain.56 Perlu diwawaspadai karena

jumlah nyamuk Aedes yang tertangkap banyak khususnya di Kel. Kabonga Kecil

meningat nyamuk ini sudah dikonfirmasi sebagai vektor DBD.

Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan bahwa tidak ditemukan nyamuk

yang mengandung DNA Brugia malayi, hal ini menunjukkan bahwa sudah tidak

ada lagi penularan di darah tersebut. Tidak ditemukannya larva microfilaria dalam

tubuh nyamuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kemampuan nyamuk

untuk menghisap darah terbatas, sehingga peluang larva mikrofilaria yang ikut

terhisap kecil.57 Faktor lain yang mempengaruhi tidak ditemukannya larva

microfilaria dalam tubuh nyamuk yaitu kepadatan larva mikrofilaria dalam tubuh

manusia rendah sehingga transmisi mikrofilaria ke tubuh nyamuk tidak terjadi.

Menurut Sumarni dan Soeyoko (1998), diperlukan sekitar 1-3 mf/mm³ kepadatan

mikrofilaria dalam darah manusia agar transmisi dapat terjadi secara optimal.57

7. Survei Lingkungan

Survei lingkungan dilakukan untuk mengetahui tempat perindukan

nyamuk yang potesial di sekitar pemukiman penduduk. Jenis habitat

perkembangbiakan nyamuk di desa Sabang lebih bervariasi dibandingkan di

kelurahan Kabonga Kecil. Keragaman nyamuk dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan spesifik habitat tempat perkembangbiakan. Di kelurahan Kabonga

Kecil banyak ditemukan Culex terutama Cx. Quinquefasciatus karena berdasarkan

hasil survey lingkungan banyak tempat perkembangbiakan berupa saluran air

129

Page 312: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

limbah rumah tangga yang merupakan habitat utama nyamuk Culex. Disamping

itu banyak pula ditemukan nyamuk Aedes pada perahu-perahu di pinggir laut dan

ban bekas. Hal ini perlu diwaspadai karena Aedes merupakan vektor DBD. Pada

Desa Sabang yang merupakan pinggir pantai banyak ditemukan tambak dan rawa-

rawa yang merupakan habitat potensial nyamuk Anopheles.

8. Wawancara Mendalam (Studi Kualitatif)

LEVEL PROVINSI

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Kepala Seksi

P2P, Pengelola Program filariasis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tengah,

hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

Implementasi Kebijakan

Menurut informan yang penting dalam keberhasilan program ini adalah

komitmen dari pemerintah, baik dari pusat maupun dari daerah yang didukung

oleh ketersediaan dana. Oleh karena program ini tujuannya adalah untuk

menyehatkan masyarakat, maka dari itu keterlibatan masyarakat menjadi utama.

Keterlibatan ini tidak saja pada waktu Sosialisasi, Pemberian Obat Pencegahan

Massal, tetapi juga pada pengambilan sampel untuk Survey Darah Jari. Sedangkan

hal yang dianggap menghambat adalah partisipasi masyarakat dan pengetahuan

masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat jadi terbatas, mengingat masih

banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah-l daerah terpencil yang sulit

dijangkau.

Pada umumnya informan mengatakan bahwa pemerintah daerah

memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program ini, tidak hanya dalam hal

pemberian dana tetapi juga keterlibatan mereka dalam program ini. Meskipun

dana pemda yang diberikan masih terbatas namun cukup membantu dalam

pelaksanaan program. Keterlibatan instansi terkait juga merupakan bukti bahwa

pemerintah daerah mendukung. Pada umumnya informan mengatakan bahwa

tidak ada disharmoni peraturan namun peraturan yang ada justru mendukung

pelaksanaan program ini. Peraturan Daerah mengenai Eliminasi Filariasis juga

belum ada. Berbeda dengan di Kabupaten Mamuju Utara yang telah menerbitkan

130

Page 313: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

peraturan daerah terkait pelaksanaan program eliminasi filariasis di Kabupaten

Mamuju Utara.26

Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada umumnya informan mengatakan bahwa SDM yang dilibatkan dalam

program ini dianggap masih kurang baik dari segi jumlah maupun kompetensi.

Oleh sebab itu masih perlu tambahan tenaga terutama yang turun hingga ke

daerah-daerah terpencil dan tenaga yang sudah direkrut masih perludiberikan

pelatihan-pelatihan mengenai Filariasis. Tenaga SDM yang dibutuhkan cukup

banyak mengingat kondisi geografis Sulawesi Tengah yang sebagian wilayahnya

sulit dijangkau, perlu menurunkan tenaga SDM yang kompeten. Tenaga yang

dibutuhkan untuk Eliminasi filariasis ini bukan saja kader tetapi juga perlu

dibentuk komite ahli pengobatan yang bertugas merubah paradigma masyarakat

mengenai efek samping obat.

Pemberdayaan Masyarakat

Sebagian besar informan mengatakan bahwa masyarakat dilibatkan dalam

program ini melalui kader, yang turun langsung bersentuhan dengan mereka.

Kader yang direkrut adalah kader yang sudah ada sebelumnya bertugas di

program lain, seperti: POSYANDU dan lain-lain. Kader bertugas mengajak dan

mengawasi masyarakat agar minum obat di tempat yang telah ditentukan

sebelumnya. Selain itu juga dilibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK yang

juga harus minum obat ditempat sebagai contoh nyata, agar masyarakat tidak

ragu.

Anggaran

Pada umumnya informan menyatakan bahwa sebenarnya anggaran

eliminasi filariasis ini belumlah cukup. Hanya saja mereka yang bertugas mampu

memaksimalkan dana yang ada sehingga segala jenis kebutuhan bisa terpenuhi.

Terutama untuk biaya kader. Untuk wilayah sulawesi Tengah sumber anggaran

diperoleh dari APBN, APBD, dan bantuan dari RTI. Semua informan menyatakan

bahwa tidak ada disharmoni tata kelola anggaran. Masing-masing sudah

131

Page 314: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

menjalankan fungsi dan perannya. Dan semua berjalan dengan baik di koridornya

masing-masing.

Sebagian informan mengatakan bahwa menu DAK adanya di kabupaten

bukan di provinsi. Sedangkan informan yang lainnya mengatakan bahwa menu

DAK hendaknya diperjelas alokasinya dan bisa ditujukan untuk mebeli peralatan

pelengkap untuk filaria ini. Kemudian informan yang lain mengatakan bahwa

dana di menu DAK ini sudah memenuhi kebutuhan daerah.

Sarana Prasarana

Pada umumnya informan menyatakan bahwa sarana dan sarana yang

digunakan untuk program eliminasi filariasis masih belum memenuhi standar,baik

standar nasional maupun standar WHO. Akan tetapi keterbatasan ini masih bisa

diatasi dengan memaksimalkan yang ada. Selain itu untuk mengatasi peralatan

yang kurang, digunakanlah peralatan dari program lain yang ada dan terkadang

pula menggunakan milik pribadi.

Pada umumnya informan mengatakan bahwa peralatan yang digunakan

untuk mendukung program ini belumlah cukup, baik dari segi jumlah maupun

kualitas. Peralatan yang dimaksud bukan saja berupa alat untuk SDJ dan lainnya,

tetapi juga untuk mengolah data. Selama ini komputer untuk keperluan itu belum

ada jadi menggunakan inventaris pribadi. Kemudian agar bisa mendapatkan hasil

yang lebih akurat, sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk SDJ dan lainya,

berstandar WHO.

Koordinasi Lintas sektor dan lintas program

Semua informan mengatakan bahwa dalam program eliminasi filariasis ini

melibatkan kerja sama di berbagai sektor pemerintahan, seperti Dinas Pendidikan

untuk data anak-anak sekolah, BPMD, dan PKK. Namun hal ini disayangkan

sebab hanya melibatkan sektor pemerintahan saja, sedangkan sektor swasta tidak.

Padahal di perusahaan-perusahaan besar biasanya menyiapkan dana untuk

keperluan penelitian. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk membantu daerah-daerah

yang masih kekurangan dana. Kemudian program-program yang ada di bidang

132

Page 315: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

kesehatan keseluruhannya dilibatkan secara terpadu, terutama pemberantasan

penyakit menular, Promkes, P2, KIA, dan Farmasi.

Pada umumnya informan mengatakan bahwa program eliminasi filariasis

ini juga melibatkan tenaga-tenaga dari non kesehatan, seperti: kader, tokoh agama,

tokoh masyarakat, BPMD, dan LSM. Mereka dilibatkan untuk membantu tennaga

medis dalam mengerahkan masyarakat untuk ikut terlibat dalam program ini. Pada

umumnya informan mengatakan bahwa dari non kesehatan juga dilibatkan dalam

program eliminasi filariasis, terutama pada kegiatan sosialisasi POPM. Di

kegiatan ini diharapkan kehadiran Kepala Desa, tokoh agam, tokoh masyarakat,

dan kader untuk membantu.

LEVEL KABUPATEN

Informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kabid P2P, Kepala Seksi

P2P, Pengelola Program filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala, hasil

wawancara mendalam sebagai berikut:

Implementasi Kebijakan

Informan memberikan jawaban yang beragam untuk masalah hambatan

dan dukungan ini. Ada yang mengatakan tidak ada hambatan, ada pula yang

mengatakan bahwa ada hambatan. Hambatan yang dirasakan pertama adalah

faktor geografis, di mana ada beberapa wilayah yang jaraknya sangat jauh dari

Ibukota kabupaten sehingga penyampaian laporan-laporan sering terlambat.

Kedua adalah kesadaran masyarakat itu sendiri dalam minum obat. Mereka ada

yang bisa dipantau meminum obatnya, ada pula yang tidak. Dan yang ketiga

adalah hambatan dalam pengalokasian anggaran terutama di daerah masih sangat

terbatas. Sementara itu program ini bisa berjalan dengan lancar sebab

mendapatkan dukungan dari pusat dan daerah.

Dukungan pemerintah daerah dalam kegiatan eliminasi filariasis ini

nampak dalam hal keikutsertaan mereka dalam kegiatan. Mulai dari Lurah,

Camat, hingga Kepala Desa terlibat tidak saja di sosialisasi tetapi juga mereka

menunjukkan secara langsung kepada warga dengan minum obat di depan

mereka, agar warga termotivasi dan tidak ragu meminumnya. Dukungan ini juga

133

Page 316: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

nampak dalam pengalokasian anggaran dan regulasi yang diberlakukan khususnya

di Kabupaten Donggala.

Pada umumnya informan menyatakan bahwa tidak ada disharmoni

peraturan antar kementrian dan daerah dalam hal eliminasi filariasis. Program

dijalankan berdasarkan atas Peraturan Pemerintah dan buku pedoman yang sudah

ada. Sedangkan Peraturan Daerah tentang Pemberantasan Penyakit, masih

sementara dalam proses penyusunan. Semua peraturan ini diharapkan nantinya

dapat menjadi dasar berpijak bagi pengambilan keputusan dalam menangani

masalah penyakit, termasuk Filariasis.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada umumnya infoman menyatakan bahwa SDM yang terlibat dalam

kegiatan ini masih kurang memadai. Baik dari segi jumlah maupun kompetensi.

Mereka masih perlu terus dilatih dan diberikan pendidikan non formal agar

mampu menyesuaikan keilmuannya dengan perkembangan jaman. Tenaga yang

ada terpaksa harus merangkap tugas dan melibatkan tenaga honorer untuk

menutupi kekurangan. Meskipun demikian komitmen mereka sangat baik dalam

bekerja, sehingga pekerjaan bisa terselesaikan.

Pemberdayaan Masyarakat

Informan menyatakan bahwa masyarakat yang dilibatkan dalam program

eliminasi filariasis ini adalah kader, PKK, dan Kepala Desa. Mereka ditugaskan

mengerahkan warga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sedangkan warga

masyarakat menjadi sasaran pemberian obat.

Anggaran

Informan menyatakan bahwa sumber anggaran untuk program eliminasi

filariasis ini adalah APBD, APBD, BAPPEDA, dan sumbangan dari USAID

dalam hal ini RTI. Anggaran yang dikucurkan sebenarnya dianggap masih belum

cukup. Namun pelaksanaannya di lapangan masih mampu dialokasikan untuk

semua rangkaian kegiatan. Tiga informan menyatakan bahwa tidak ada

disharmoni tata kelola perencanaan anggaran pusat dengan daerah. Salah satu

134

Page 317: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

informan menyarankan agar anggaran untuk filariasis hendaknya dinaikkan

sebesar 30%. Sementara itu salah satu informan lainnya menyatakan bahwa

disharmoni tata kelola anggaran pusat dengan daerah nampak dalam hal

penganggaran beberapa kegiatan. Di antaranya P2 dengan Filaria, sangat

menunjukkan ketimpangan. Oleh sebab itu sebaiknya koordinasinya bisa lebih

proporsional.

Pada umumnya informan mengatakan bahwa dana pada menu DAK sudah

dialokasikan untuk keperluan-keperluan tertentu, seperti: fisik dan non-fisik dan

ini sudah ada aturannya. Sedangkan Program Filariasis tidak masuk dalam menu

DAK untuk dianggarkan. Mungkin karena itulah sehingga dana DAK ini belum

sampai ke Pemegang Program Filariasis.

Sarana Prasarana

Pada umumnya informan mengatakan bahwa sarana dan prasarana

penunjang untuk eliminasi filariasis belum memadai. Mulai dari laboratorium,

tenaga analis, dan peralatan untuk Puskesmas sehingga masih perlu penambahan.

Informan menyatakan bahwa sarana dan pra sarana penunjang untuk Program

Eliminasi Filariasis masih belum memadai. Masih ada kekurangan obat, RDT, dan

yang lainnya. Meskipun sarana dan prasarana yang sudah ada sebelumnya juga

digunakan untuk membantu program ini, namun masih dianggap belum memadai.

Dua informan menyarankan agar dilakukan screening untuk wilayah-wilayah

yang belum dilakukan survey (SDJ) selama ini. Hal ini dirasa penting mengingat

tujuan program ini adalah untuk mengeliminasi jumlah penderita.

Koordinasi lintas sektor lintas program

Semua informan menyatakan bahwa ada kerja sama lintas sektor dan lintas

program dalam Eliminasi filariasis. Lintas sektor melibatkan Dikjar, BLHD,

BAPPEDA, PKK, dan Pemberdayaan Masyarakat. Sedangkan lintas program

melibatkan Promkes, Kesling, Farmasi, dan Pelayanan Kesehatan. Menurut para

informan kerja sama dengan non kesehatan pada program ini ialah dengan

melibatkan Kader, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, PKK, Guru, dan Sekolah-

sekolah

135

Page 318: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

LEVEL LINTAS SEKTOR

Informan terdiri dari Bappeda provinsi Sulawesi Tengah dan Bappeda

Kabupaten Donggala, BLHD, PKK dan Dinas Pendidikan hasil wawancara

mendalam sebagai berikut:

Prioritas program

Untuk lintas sektor khususnya ditemukan jawaban informan terkait

program prioritas. Kesehatan sesungguhnya menjadi salah satu program prioritas

dari BAPPEDA baik provinsi maupun kabupaten sebab masalah kesehatan

tertuang dalam RPJMD khususnya mengenai penyakit menular dan penyakit tidak

menular. Sedangkan di kabupaten kesehatan masuk dalam 9 prioritas daerah. Hal

ini didukung oleh Visi Misi Bupati dan Program Jokowi Membangun Dari Desa,

tetapi khusus tentang filariasis tidak disebutkan.

Dukungan pemerintah daerah

Adapun dukungan pemerintah daerah terhadap kebijakan kesehatan

menurut infoman adalah berupa anggaran. Anggaran ini berasal dari pusat turun

ke daerah. APBD juga disiapkan untuk itu, tetapi ini masih bersifat umum ke

masalah kesehatan, belum mengkhusus ke Eliminasi Filariasis.

Menurut para informan tidak ada disharmoni peraturan tentang Eliminasi Filaria.

Selama ini program hanya mengacuh pada Undang-Undang Kesehatan dari pusat.

Peraturan daerah atau sejenisnya belum ada.

Pemberdayaan masyarakat

Menurut Ibu Elwiyah masalah detail mengenai pemberdayaan masyarakat

dalam Eliminasi Filariasis adanya di Dinas Kesehatan, sebab mereka yang turun

langsung ke lapangan. Lebih lanjut menurut beliau bahwa Program ini sepertinya

bersentuhan dengan penyuluhan sebelum pengobatan. Kemudian ada promosi

kesehatan yang disampaikan ke masyarakat. Setelah ditelusuri di Kabupaten, dari

BAPPEDA mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat terlaksana melalui

136

Page 319: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Camat, PKK, dan tokoh-tokoh masyarakat. Informasi mengenai Program ini

disimpaikan oleh kader dan tokoh-tokoh tersebut melalui kegiatan-kegiatan

lainnya di desa.

Anggaran

Terkait masalah anggaran di BAPPEDA baik provinsi maupun kabupaten,

dikucurkan secara “gelondongan” melalui APBD. Dialokasikan secara umum

untuk kesehatan. Khusus mengenai Filariasis tidak disebutkan. Di SKPD ada yang

mengatur tentang Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular. Di provinsi

ditemukan bahwa anggaran untuk itu sangat kecil. Hanya 0,0...% dari total

anggaran. Menurut Ibu Elwiyah dana ini sebenarnya sangat kecil.

Di kabupaten ditemukan jawaban bahwa ada dana DAK dan BOK yang

bisa dialokasikan untuk itu karena terkait masalah Operasional Kesehatan.

Kabupaten Donggala pada saat TAS lalu berkesempatan memperoleh bantuan dari

USAID. Menurut informan tidak ada disharmoni tata kelola anggaran pusat

dengan daerah. Selama ini di BAPPEDA provinsi tidak menemukan kendala. Ibu

Elwiyah hanya menyarankan agar dana dari pusat untuk Eliminasi Filariasis bisa

dinaikkan. BAPPEDA kabupaten juga memberikan jawaban yang serupa bahwa

pemerintah pusat selama ini memberikan dukungan dana dan informasi. Selain itu

ada pula dukungan dana dari daerah. Dana DAK di Provinsi tidak ada, sedangkan

di Kabupaten oleh Ibu Kus dikatakan bahwa Dana DAK dialokasikan untuk fisik

dan non-fisik, tidak menyebutkan langsung ke kegiatan program.

Sarana dan Prasarana

Mengenai sarana dan pra-sarana penunjang Program Eliminasi Filariasis,

baik BAPPEDA provinsi maupun BAPPEDA kabupaten, keduanya mengatakan

bahwa masalah ini bisa dikonfirmasikan ke Dinas Kesehatan. Sebab masalah

operasional instansi terkaitlah yang lebih tahu permasalahannya. Oleh karena

permasalahan operasional adanya di instansi terkait maka dari itu Ibu Kus

menyarankan agar kendala yang dihadapi berkenaan dengan keterbatasan sarana

dan prasana Eliminasi Filaria bisa dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.

137

Page 320: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Sedangkan Ibu Elwiyah mengatakan bahwa masih dibutuhkan pembangunan

sarana dan pra-sarana serta pengadaan peralatan untuk bidang kesehatan.

Koordinasi lintas sektor dan lintas program

Koordinasi lintas sektor menurut Ibu Elwiyah ialah dengan melibatkan

SKPD terkait. Sedangkan lintas program diikut sertakan pula beberapa program

lainnya untuk mendukung program Eliminasi Filariasis. Seperti PMD,

pemberdayaan perempuan, Kesehatan Ibu dan Anak, Reproduksi, dan program-

program kesehatan lainnya. Kemudian menurut Ibu Kus di kabupaten melibatkan

sektor Kominfo untuk pemutaran film-film, cerita-cerita, liflet tentang kaki gajah.

Selain itu juga melibatkan PKK, SKPD, BPMPD, Sekolah, dan BLHD.

Sedangkan lintas program melibatkan Kesling, Promkes, dan prgram kesehatan

lainnya.

Dinas Kesehatan melakukan kerja sama dengan non kesehatan melalui PU.

Demikian menurut Ibu Elwiyah. Sedangkan menurut Ibu Kus kerja sama dengan

non kesehatan ialah melibatkan masyarakat desa, Kepala Desa, dan PKK. Kerja

sama dengan non kesehatan seperti yang disebutkan di atas dilaksanakan dalam

bentuk pembangunan jalan untuk menunjang akses masyarakat ke lembaga-

lembaga kesehatan hingga ke daerah-daerah terpencil. Berbeda dengan pendapat

Ibu Elwiyah, Ibu Kus menyatakan bahwa kerja sama dengan non kesehatan

dilaksanakan melalui pemeran dan sosialisasi. Di kegiatan ini diberikan

pemahaman mengenai kesehatan.

Program Eliminasi Filariasis ini juga melibatkan sektor lain seperti BLHD

dan PKK. Dinas Pendidikan juga sebenarnya ikut dilibatkan. Hanya saja pada saat

wawancara informasi mengenai eliminasi filariasis ini tidak didapatkan sebab

informan yang diwawancarai mengatakan bahwa dirinya baru dilatik menduduki

jabatan sebagai Kepala Sub-bidang Sosial-Budaya selama 8 bulan. Sementara

yang menduduki jabatan sebelumnya tidak diperkenankan untuk diwawancarai

sebab dianggap itu bukan wewenang bersangkutan.

Dari BLHD ditemukan informasi bahwa kerja sama lintas sektor dengan

Dinas Kesehatan dalam Program Eliminasi Filariasis melalui kegiatan

pembersihan lingkungan. Pembersihan lingkungan ini dilakukan oleh BLHD

138

Page 321: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

secara rutin oleh Tim Pasukan Merah pada hari-hari tertentu dan juga melibatkan

masyarakat sekitar, pada hari Jumat pagi. Kegiatan ini disebut “Jumat Bersih”.

Baik Pasukan merah maupun Jumat Bersih merupakan rangkaian kerja sama

dengan lintas sektor, sebab mereka berperan dalam membersihkan lingkungan

termasuk pemberantasan sarang nyamuk. Informasi ini diperoleh dari Ibu

Zulkaidah (Staf Kesekretariatan BLHD).

Dari PKK didapatkan informasi bahwa PKK melakukan kerja sama lintas

sektor dengan Dinas kesehatan dengan melakukan pembinaan-pembinaan

terhadap ibu-ibu PKK yang ada di desa-desa. Khusus untuk kegiatan Eliminasi

Filariasis lalu, PKK turut membantu dalam pembagian obat. Memberikan

penyuluhan dan sosialisasi terkait masalah Filariasis. Selain itu juga mengajak

masyarakat untuk minum obat bersama. Tim penggerak PKK dibantu oleh kader,

biasanya mengumpulkan masyarakat di Balai Desa melalui kegiatan POSYANDU

untuk melaksanakan Penyuluhan atau sosialisasi. Setelah itu barulah kemudian

obat dibagikan dan diminum bersama. Informasi ini diperoleh dari Ibu Indotang

Lasman Kassa (Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Donggala).

LEVEL PUSKESMAS

Infoman terdiri dari kepala puskesmas, dokter, analis dan pengelola

program filariasis di Puskesmas Donggala dan Sabang, hasil wawancara sebagai

berikut:

Implementasi Kebijakan

Pada umumnya informan mengatakan bahwa tidak ada hambatan yang

berarti dalam pelaksanaan program eliminasi filariasis ini. Hanya ada beberapa hal

yang masih perlu diperhatikan seperti dalam hal pembiayaan, dianggap masih

kurang. Kemudian Pelatihan mengenai Filariasis belum pernah diberikan untuk

para kader dan petugas kesehatan yang bertugas di lapangan. Sementara hal-hal

yang lainnya dianggap lancar, tidak ada hambatan. Justru berbagai pihak malah

sangat mendukung jalannnya program ini.

Para informan juga menyatakan bahwa pemerintah daerah sangat

mendukung terlaksananya kegiatan ini. Semua pihak yang terlibat bisa bekerja

139

Page 322: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

dengan baik. Ditambah lagi dengan dukungan dari berbagai pihak di desa. Hal ini

memungkinkan sebab pemerintah setempat selalu berkeinginan agar kualitas

kesehatan masyarakatnya bisa meningkat. Semua informan di tingkat Puskesmas

menyatakan bahwa tidak ada disharmoni peraturan antar kementrian dan peraturan

lainnya yang menghambat pelaksanaan eliminasi filariasis.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Berkaitan dengan kecukupan SDM pada saat pelaksanaan eliminasi

filariasis, informan di tingkat Puskesmas di Desa Sabang semua mengatakan

bahwa SDM cukup. Demikian pula dengan pendapat dr. Rizal selaku kepala

Puskesmas Kabupaten Donggala. Tetapi setelah hal ini dikonfirmasikan dengan

Pak Jhony sebagai pemegang program di Puskesmas Donggala, yang

bersangkutan mengatakan bahwa SDM sangat tidak cukup. Tenaga yang ada di

Puskesmas tersebut harus merangkap-rangkap jabatan. Dia sendiri saat ini

memenag 5 program. Demikian pula dengan rekan-rekannya. Ada yang

memegang 3 program, 4 program dan seterusnya. dr. Meysye selaku dokter di

Puskesmas Donggala juga mengatakan hal yang serupa, bahwa perbandingan

petugas dengan masyarakat belum berimbang dalam segi pelayanan. Jadi masih

perlu ditambah. Sementara itu pada umumnya informan mengeluhkan bahwa

kekurangan ada di kompetensi para tenaga tersebut. Ada yang belum PNS,

kemampuan analis, pembinaan dan pelatihan, pendidikannya ada yang hanya

sampai SMA dan D3.

Pemberdayaan Masyarakat

Pada umumnya informan mengatakan bahwa masyarakat yang dilibatkan

dalam kegiatan ini ini adalahkepala desa, PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama,

dan aparat-aparat desa lainnya. Mereka turun sampai ke pelosok-pelosok. Juga

Kader, Ketua RT, RW. Mereka dilibatkan dalam hal menggerakkan masyarakat

agar ikut dalam program ini.Turut membagikan selebaran serta hadir pada

pelaksanaan penyuluhan.

140

Page 323: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Anggaran

Masalah anggaran untuk eliminasi filaria di tingkat Puskesmas ditemukan

jawaban yang beragam. Kepala Puskesmas dan analis Desa Sabang tidak tahu

mengenai anggaran. Demikian pula dengan dokter di Puskesmas Donggala.

Kemudian, Pemegang Program Filariasis di Puskesmas Desa Sabang, Analis dan

Kepala Puskesmas Donggala mengatakan bahwa anggaran sudah cukup.

Sedangkan pemegang program di Puskesmas Donggala menyatakan bahwa

anggaran kegiatan ini masih belum memadai. Kepala Puskesmas Donggala

menguraikan bahwa sumber-sumber dana dari program ini adalah APBN, APBD,

JKN,dan LSM (PERTAMINA).

Pada umumnya informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa tidak

ada disharmoni tata kelola perencanaan anggaran pusat dan daerah dalam

halEliminasi Filariasis. dr. Rizal selaku Kepala Puskesmas Donggala memberikan

saran agar dana APBN dan APBD perlu ditingkatkan. Agar biaya perjalanan dinas

diukur berdasarkan tempat bekerja. Bukan yang lainnya. Demikian pula biaya

untuk kader supaya ditingkatkan. Pada umumnya informan tidak mengetahui

informasi megenai kesesuaian menu DAK anggaran pusat dan daerah. Kecuali dr.

Rizal yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah dalam

kegiatan eliminasi filaria.

Sarana dan Prasarana

Menurut Pak Nengah sarana dan pra-sarana penunjang eliminasi filariasis

dianggap sudah memadai. Sedangkan Pak Komang dan Pak Ayudin menyatakan

bahwa yang dibutuhkan adalah kelengkapan laboratorium untuk pemeriksaan

filariasis. Selain itu, Ibu Masrifah,Pak Jhony, dan dr. Meysye mengatakan bahwa

yang dibutuhkan adalah kendaraan operasional untuk mejangkau daerah-daerah

terpencil. dr. Rizal sepakat dengan Pak Nengah bahwa logistik untuk filariasis

sudah memadai. Pada dasarnya yang menjadi kendala dalam kegiatan eliminasi

filariasis ini tidak ada. Akan tetapi masih ada beberapa hal yang perlu dilengkapi

demi untuk kelancaran jalannya program. Seperti yang dikemukakan olehIbu

Masrifah bahwa hendaknya ada penambahan sarana dan pra-sarana. Pak Jhony

141

Page 324: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

juga meminta agar dana ditambahkansebab dana yang ada selama ini sangat

terbatas. Jadi dicukup-cukupkan untuk bisa memenuhi semua kebutuhan kegiatan.

Koordinasi Lintas sektor dan Lintas Program

Koordinasi lintas sektor dan lintas program berjalan dengan baik dalam

program eliminasi filariasis. Hal ini nampak dalam pernyataan para informan

bahwa kerja sama lintas sektor yaitu dengan melibatkan Sektor Pertanian,

Priwisata, Camat, Dikjar, POLSEK, KUA, dan Dinas Sosial. Sedangkan lintas

program yang dilibatkan ialah program-program lain yang ada di Puskesmas.

Seperti: TB, Paru, Gizi, Imunisasi, CAPEN, Malaria, dan Promkes.

Sektor Pertanian dilibatkan untuk melihat bagaimana masyarakat

mengelola pekarangan sekitar tempat tinggalnya. Pariwisata dilibatkan untuk

memperbaiki tata kelola wisatanya. Demikian pernyataan Pak Nengah. Kemudian

menurut Pak Komang hampir semuasektor dilibatkan sebab mereka semua juga

butuh dengan program ini. Pak Jhony menyatakan pendapat serupa. Beliau

menyatakan bahwa pada waktu kegiatan sosialisasi eliminasi filariasis semua

sektor diundang, meskipun tidak ada sangkut-pautnya agar semua orang bisa tahu

mengenai penyakit ini. Pak Jhony dan Pak Ayudin juga mengatakan bahwa

sekolah-sekolah dilibatkan sebab melibatkan siswa-siswanya. Ibu Masrifah, Pak

Ayudin, dan dr. Meysye mengatakan bahwa Malaria dilibatkan dalam program ini

sebab sama-sama vektornya nyamuk. Sedangkan prgram yang lain juga dilibatkan

sebab penyakit filariasis juga berkaitan dengan gizi, imunisasi dan lainnya.

Menurut para informan kerja sama Dinas Kesehatan dengan non kesehatan

dalam eliminasi filariasis ialah dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat

(tokoh adat), kepala dusun, kader, Camat, dan Lurah. Sektor non kesehatan dalam

eliminasi filariasis ialah dilibatkan dalam hal mengajak masyarakat ikut serta

dalam sosialisasi dan POPM.Kader dilibatkan dalam membantu pengambilan

sampel, pendataan, dan membagikan brosur. Masyarakat juga ada yang dilibatkan

dalam kegiatan-kegiatan tersebut membantu kader, bahkan ada yang terlibat

hingga ke pengawasan.

142

Page 325: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

LEVEL DESA

Informan terdiri dari Aparat desa, kader, tokoh agama, tokoh adat Kel.

Kabonga Kecil dan Desa Sabang. Pada umumnya informan kader, staf kantor

desa/kelurahan, dan tokoh masyarakat adalah penduduk setempat. Hanya Pak Ali

Bustamin sang tokoh agama yang bukan merupakan penduduk asli Desa Sabang.

Karena semua informan kader, staf, dan tokoh masyarakat adalah penduduk asli

maka mereka belum pernah pindah bertempat tinggal ke daerah lain. Yang bukan

penduduk asli hanyalah PakAli Bustamin. Ia berasal dari Desa Sioyong.

Pada umumnya informan mengetahui istilah lokal penyakit filariasis ini,

yaitu “tiba” atau “na tiba”. Istilah penyakit ini sama dengan di Kabupaten Parigi

Moutong,25 namun di Kabupaten Morowali menyebutnya “kambang karu”.24

Hanya Pak Ali Bustamin yang seorang pendatang, tidak mengetahui istilah lokal

penyakit ini. Pada umumnya informan mengatakan bahwa tempat tinggal mereka

(Desa Sabang dan Kelurahan Kabonga Kecil) bukanlah daerah endemis penyakit

filariasis. Sebab belum ada penderita yang ditemukan Hanya Pak Ali Bustamin

yang mengatakan bahwa Desa Sabang adalah daerah endemis. Semua informan

menyatakan bahwa penyakit filariasis ini adalah penyakit menular. Semua

informan juga menyatakan bahwa penyakit filariasis ini bisa disembuhkan. Semua

informan menyatakan bahwa penyakit filariasis ini adalah penyakit berbahaya

sebab bisa menimbulkan pembengkakan di bagian-bagian tubuh tertentu, bisa

cacat, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Semua informan mengatakan bahwa penyebab penyakit filariasis ini

adalah nyamuk. Menurut pengakuan para informan, DesaSabang dan Kelurahan

Kabonga Kecil adalah daerah yang pernah mendapatkan pengobatan massal.

Informan Kader, Staf Kantor Desa/Kelurahan, dan Tokoh Agama setempat,

semuanya terlibat dalam pelaksanaan pengobatan massal. Hanya Pak Ali

Bustamin dan Ibu Irawati yang tidak terlibat. Mereka berdua hanya menjadi

sasaran pengobatan saja. Informan yang terlibat dalam pengobatan massal

bertugas membagikan obat ke masyarakat. Sedangkan informan yang menjadi

sasaran pengobatan hanya diberikan obat saja. Tetapi ada pula informan yang

diberi obat untuk dibagi-bagikan lagi kepada tetangga dan keluarga.

143

Page 326: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Informan dalam peneltian ini mengatakan bahwa pengobatan massal di

wilayah tempat tinggal mereka, dilaksanakan pada sekitar tahun 2011 hingga

2015. Pelaksananya adalah kader dan petugas kesehatan dari Posyandu dan

Puskesmas. Informan yang terlibat pada pengobatan massal adalah Ibu Wiwin dan

Ibu Dawiah. Keduanya adalah kader filariasis di lokasinya masing-masing dan

bertugas membagikan obat ke masyarakat. Kemudian Pak Hasyim sebagai tokoh

masyarakat juga terlibat dalam mengerahkan massa untuk pengobatan. Sedangkan

Pak Guslam (KAUR kantor Desa Sabang), Pak Ali Bustamin (Tokoh Agama),

dan Ibu Irawati (Staf Kantor Kelurahan) mengaku tidak ikut terlibat dalam

menggerakkan masyarakat. Tetapi mereka hanya menjadi sasaran pengobatan

sekaligus membawa pulang beberapa bungkus obat untuk dibagikan ke tetangga

dan keluarga.

Menurut para informan dalam membagikan obat mereka tidak mengalami

kendala yang berarti. Informan yang pernah mendapatkan pelatihan tentang

filariasis hanyalah kader. Sedangkan yang lainnya hanya sekedar penyampaian

bahwa akan ada kegiatan pembagian obat pencegahan penyakit filariasis. Dan

mereka diminta ikut serta dalam kegiatan tersebut. Informan kader mengatakan

bahwa mereka terlibat dalam kegiatan eliminasi filariasis ini. Keterlibatan mereka

dalam hal pengerahan massa dan membagikan obat. Pak Guslam, Pak Ali

Bustamin, Ibu Irawati, dan Pak Hasyim menyatakan bahwa pemerintah setempat

sangat mendukung pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis ini. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya informasi yang disebarkan baik melalui sosialisasi,

maupun denganspanduk, tempat ibadah, Posyandu, dan dengan cara door to door.

Para kader mengatakan bahwa pemerintah setempat sangat mendukung

terlaksananya Program Eliminasi Filariasis ini. Mereka ikut serta dalam

menggerakkan masyarakat dan minum obat di depan warga. Sedangkan tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan staf kantor desa/kelurahan menyatakan bahwa

mereka tidak menemukan hambatan yang berarti di lapangan ketika ikut serta

dalam kegiatan ini. Para kader juga menyatakan hal yang sama bahwa mereka

tidak menemukan hambatan yang berarti di lapangan ketika ikut serta dalam

kegiatan ini. Pada dasarnya warga tidak menolak program ini. Justru mereka

senang jika ada program serupa dilaksanakan di wilayah mereka. Hanya saja

144

Page 327: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

sepertinya mereka masih keliru dalam menanggapinya. Demikian jawaban dari

Pak Guslam, Pak Ali Bustamin, Ibu Irawati, dan Pak Hasim. Pada umumnya

informan mengatakan bahwa tidak ada nilai-nilai adat yang bertentangan dengan

pengobatan ini. Menurut pengakuan Pak Hasyim, sebenarnya dulu ada. Tetapi

seiring berjalannya waktu, nilai-nilai tersebut sudah tidak ada lagi.

LEVEL PENDERITA

Infoman terdiri dari penderita kronis dan penderta posiif TAS-1 di Kel.

Kabonga Kecil dan Desa Sabang. Informan dalam penelitian ini adalah dua orang

siswa Sekolah Dasar yang positif pemeriksaan TAS-1, satu laki-laki dan satu

perempuan. Dan juga penderita yang sudah kronis memasuki stadium 3, seorang

bapak dan seorang penderita kronis yang tergolong stadium 6 seorang ibu.

Penderita kronis ini masing-masing diperkirakan berusia 60 tahun. Ketiga

informan penderita dalam penelitian ini baik yang masih positif maupun yang

sudah kronis adalah penduduk asli , hanya satu orang yang merupakan pendatang

yakni Nurfadilah memiliki keturunan dari Bone Sulawesi Selatan yang diwariskan

dari Bapaknya, sementara ibunya berasal dari daerah Balaesang, Pantai Barat.

Oleh karena ketiga informan adalah penduduk asli, maka mereka belum pernah

pindah tinggal ke tempat lain. Mereka hanya sesekali pergi untuk bersilaturrahmi

dengan keluarga atau berkunjung ke tempat lain selamabeberapa hari. Hanya

Nurfadilah yang sebelumnya tinggal berpindah-pindah mengikuti ayahnya yang

bekerja sebagai TNI.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibunya, ditemukan jawaban bahwa

Nurfadilah lahir di Kota Palu kemudian pindah ke Poso, lalu pindah ke Kabonga

Tengah, kemudian ke Kabonga Kecil. Pada saat penelitian ini dilakukan yang

bersangkutan telah pindah ke Kota Palu kembali. Informan Rezki dan Nurfadilah

diketahui positif menderita penyakit filariasis ketika di sekolah mereka ada

pemeriksaan darah (Survey Darah Jari). Pada waktu itu mereka masih Kelas 1.

Pada saat penelitian ini dilakukan mereka sudah duduk di kelas 2 sekolah dasar.

Rezki sekolah di SD Desa Sabang dan Nurfadilah sekolah di SD Desa Kabonga

Kecil. Sedangkan Pak Yamin. Diketahui menderita penyakit filariasis pada usia

sekitar 30 tahun dan Ibu Sarina mengalami gejala panas-dingin sejak tahun 2011

145

Page 328: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

lalu. Data ini diketahui melalui hasil wawancara. Akan tetapi hasil wawancara ini

(khusus penderita kronis) belum pasti kebenarannya, mengingat daya ingat

informan sudah mulai mengalami kepikunan.

Gejala awal yang dialami penderita positif Rezki dan Nurfadilah adalah

demam. Hanya saja keluarga mengira bahwa demam ini hanyalah demam biasa,

seperti yang sering menyerang anak-anak. Sedangkan Pak Yamin gejala awal

dirasakan adalah panas-dingin yang datang silih-berganti. Kondisi panas-dingin

ini datang berbarengan dengan kekurangan nafsu makan. Kaki mulai mengalami

pembengkakan. Menurut beliau mungkin penyakit ini datang sebab kebiasaan

beliau sejak kecil bermain bola, becek, dan lain sebagainya. Dengan kondisi

badan yang tidak bersih dibiarkan begitu saja hanya dibersihkan sekedarnya dan

tidak terlalu dipedulikan hingga menjadi gatal dan bengkak. Ibu Sarina juga

mengalami gejala yang sama dengan Pak Yamin yaitu badan terasa panas

(napane)-dingin (nalene). Menurut Ibu Sarina sebenarnya panas-dingin ini hanya

datang sesekali. Jika panas ini datang, maka muncul lagi penyakit ini, kemudian

kaki juga mengalami pembengkakan dan memerah. Beliau merasa nyeri luar biasa

di bagian kaki dan seluruh badan, hingga yang bersangkutan sulit tidur.

Menurut pengakuan informan, Rezki mulai merasakan gejala penyakit ini

ketika sering bermain di muara sungai. Nurfadilah mulai merasakan di usia 2

tahunan. Pak Yamin mulai merasakan diusia 30 tahunan. Dan Ibu Sarina mulai

merasakan pada tahun 2011 lalu. Jawaban informan ini (terutama yang kronis)

juga masih meragukan mengingat usia mereka yang sudah mulai mengalami

kepikunan. Ketika penyakit ini dirasakan mulai menyerang tubuh penderita,

khusus Rezki dibawa oleh ayahnya “ditiup” (berobat tradisional) pada seorang

dukun di seberang kampung. Sedangkan Nurfadilah diberi obat “Paracetamol”

oleh ibunya yang diperoleh dari Puskesmas. kemudian Pak Yamin dan Ibu Sarina

minum obat panas yang dibeli di kios dekat rumah.

Pada awal gejala penyakit ini datang yakni demam, Rezki dan Nurfadilah

masih berstatus sebagai murid SD. Sedangkan Pak Yamin bekerja sebagai petani

Nilam. Sementara Ibu Sarinah berjualan ikan dan nasi kuning di pagi hingga siang

hari. Kemudian di malam hari Ibu Sarina berjualan pisang goreng. Pada waktu itu

Rezki dan Nurfadilah sudah bersekolah selama 2 tahun di sekolah dasar.

146

Page 329: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Sedangkan Pak Yamin sudah menjalani aktivitasnya sebagai petani Nilam selama

40 tahun. Dan Ibu Sarinah sudah berjualan selama 40 tahunan pula. Pada

umumnya informan tahu mengenai penyakit ini, hanya Nurfadilah saja yang tidak

mengetahui dengan pasti apa istilah lokal dari penyakit ini. Hal ini dimungkinkan

sebab yang bersangkutan adalah pendatang, bukan penduduk asli desa tersebut.

Istilah lokal untuk penyakit filariasis ini adalah “tiba” atau “natiba”.

Penerjemahan penyakit ini oleh masing-masing informan berbeda. Ada yang

mengatakan penyakit ini karena keteguran ada pula yang mengatakan bahwa

penyakit ini adalah penyakit biasa. Orang tua Rezki yang menganggap penyakit

ini sebagai penyakit “keteguran”, karena itu sang anak dibawa “ditiup” (berobat)

ke dukun di seberang kampung.

Pada umumnya informan mengatakan bahwa penyebab dari penyakit

filariasis ini adalah nyamuk. Mereka menemukan informasi ini dari beragam

sumber. Ada dari orang lain dan ada pula dari internet. Pak Yamin menyatakan

bahwa penyakit ini bisa disembuhkan dengan cara diobati. Sedangkan informan

lainnya hanya berharap semoga penyakit yang mereka dan keluarga mereka derita

ini bisa disembuhkan. Pada umumnya informan menyatakan bahwa penyakit

filariasis ini berbahaya. Ibunya Nurfadilah mengatakan bahwa penyakit ini

berbahaya sebab bisa mengakibatkan kaki membesar dan cacat. Pada umumnya

informan juga mengatakan bahwa penyakit ini menular. Penularannya dibawa

oleh nyamuk. Pada umumnya informan juga mengatakan bahwa penyakit ini bisa

mematikan. Semua informan tahun cara pencegahan penyakit ini. Informasi

tentang penyakit ini diperoleh dari sumber yang beragam oleh setiap informan.

Rezki mengetahui dari pemeriksaan darah disekolah. Pak Yamin memperoleh

informasi dari orang-orang di sekitarnya. Ibunya Nurfadilah dapat informasi dari

internet. Dan Ibu Sarina diberitahukan oleh dokter.

Tindakan pencegahan terhadap penyakit filaria ini, jawaban para informan

juga beragam. Ibunya Rezki mengatakan bahwa orang yang memiliki golongan

darah yang sama dengan penderita, akan lebih berpotensi tertular. Oleh karena itu

sebaiknya menghindari bersentuhan langsung dengan penderita, terutama

makanannya. Pak Yamin mengatakan agar terhindar dari penyakit ini sebaiknya

menghindari gigitan nyamuk. Kemudian ibunya Nurfadilah mengatakan bahwa

147

Page 330: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

lingkungan harus bersih. Dan Ibu Sarina menyatakan bahwa diupayakan agar

lingkungan sekitar tidak ada nyamuk.

Semua infoman penderita baik yang masih positif maupun yang sudah

kronis mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan pengobatan dari

petugas kesehatan. Rezki dan Nurfadilah pernah dijanjikan akan ditindak lanjuti

tetapi hingga penelitian ini dilakukan, belum juga terlaksana. Informan penderita

yang masih positif belum mengalami hambatan sama sekali dalam beraktivitas.

Pak Yamin pun yang sudah digolongkan dalam stadium 3 masih mampu bekerja

seperti biasa. Hanya saja waktunya yang sudah mulai berkurang. Sedangkan Ibu

Sarinah yang sudah memasuki stadium 6 sudah tidak mampu lagi berjualan

seperti dulu. Infoman penderita positif masih beraktivitas seperti biasa. Hanya Pak

Yamin yang mulai mengurangi waktu bekerja di luar rumah. Dan Ibu Sarinah

yang mengalami hambatan luar biasa. Tidak mampu lagi berjualan, bahkan

aktivitas lain pun harus dibantu oleh orang lain.

Pada umumnya informan bersedia jika diminta oleh petugas Puskesmas

untuk mengajak masyarakat minum obat pencegahan filariasis. Semua informan

penderita mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan informasi dari

petugas kesehatan mengenai cara-cara perawatan pembengkakan penyakit kaki

gajah. Informasi ini sedikit berbeda dengan pengakuan dari puskesmas setempat

bahwa mereka pernah memberikan pelatihan cara merawat kaki yang sudah

membengkak pada kasus kronis. Informan penderita dalam penelitian ini yang

mengalami pembengkakan parah hanyalah Ibu Sarinah. Sementara informan yang

lain belum. Pak Yamin mengalami pembengkakan tetapi belum terlalu nampak

jelas. Ibu Sarinah sering menusuk-nusuk kakinya yang bengkak menggunakan

peniti. Terlebih dahulu diikat baru kemudian ditusuk. Keluarlah air dari bekas

tusukan tadi. Setelah itu Ibu Sarinah akan merasa kakinya jadi agak ringan.

Kadang pula kaki dikompres dengan menggunakan Daun Maranindi (istilah

setempat). Daun ini jika ditempelkan di kaki yang bengkak, akan terasa dingin.

148

Page 331: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Keterbatasan Hasil Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian ini yaitu :

1. Recall bias pada wawancara PSP karena mempertanyakan kegiatan yang

sudah lampau (2011-2015) terkait pelaksanaan POPM filariasis di Kabupaten

Donggala, namun hal ini diminimalisir dengan pelatihan tenaga pewawancara

dan penekanan pada kegiatan tahun 2011-2015 yang lalu.

2. Tidak seluruh masyarakat yang di wawancara bersedia untuk di periksa klinis

dan pemeriksaan darah, hal ini diantisipasi dengan mewawancarai lebih

banyak responden sehingga mencukupi sampel minimal yang diabil darah

yaitu 310 orang/desa.

3. Pemeriksaan klinis seharusnya dilakukan oleh dokter, namun karena

keterbatasan dokter di puskesmas maka pemeriksaan klinis dilakukan oleh

tenaga perawat senior yang sebelumnya telah dibekali informasi tentang

gejala klinis filariasis yang akan diperiksakan kepada seluruh masyarakat

yang akan diambil sediaan darah.

4. Indept interview terhadap pejabat daerah/informan yang sibuk memerlukan

kunjungan berulang beberapa kali, namun dapat dilakukan dengan membuat

janji waktu dan tempat akan dilakukan wawancara meskipun dihari libur.

5. Pemeriksaan Gen BM hanya menangkap jejak keberadaan brugia (protein

yang dihasilkan cacing), saat pemeriksaan bisa terjadi protein sudah tidak ada

lagi sehingga hasil pemeriksaan negatif meskipun saat pemeriksaan dengan

Brugia rapid (antibodi) terbaca positif. Bukan mendeteksi keberadaan cacing

saat pengambilan darah.

6. Cross check terhadap sampel tinja di pusat merupakan slide baru dari sampel

tinja yang dikirim, bukan slide yang diperiksa dilapangan oleh tim pengumpul

data sehingga kemungkinan ditemukan hasil yang berbeda antara tim

lapangan dan pusat dapat berbeda. Hasil yang dipergunakan adalah hasil

cross check dari pusat.

7. Penangkapan nyamuk sebanyak dua kali, selang satu bulan tidak mewakili

musim di daerah penelitian, sehingga berpengaruh terhadap keragaman

spesies dan jumlah nyamuk tertangkap di lokasi penelitian

149

Page 332: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

8. Pengambilan darah seyogyanya dilakukan oleh analis, namun tidak semua

Puskesmas memiliki tenaga analisis, sehingga di salah satu lokasi penelitian

pengambilan darah dilakukan oleh tenaga penanggungjawab laboratorium

yang sebelumnya telah dilatih cara pengambilan darah jari dan vena untuk

Gen BM

150

Page 333: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keberhasilan pelaksanaan TAS tahap pertama di Kabupaten Donggala didukung

oleh:

1. Aspek Epidemiologi (Agent, Host dan Lingkungan)

a. Tidak ditemukan masyarakat dengan gejala klinis filariasis dan hasil

pemeriksaan darah seluruhnya negatif mikrofilaria

b. Sikap dan Perilaku masyarakat mendukung pelaksanaan program eliminasi

filariasis meskipun pengetahuannya masih rendah.

c. Nyamuk tertangkap tidak mengandung larva B. malayi berdasarkan

pemeriksaan PCR, meskipun masih ditemukan tempat perindukan nyamuk

potensial.

2. Aspek Manajemen

a. Implementasi kebijakan pusat sejalan dengan daerah, meskipun belum ada

peraturan daerah yang mengatur mengenai eliminasi filariasis di

Kabupaten Donggala

b. SDM kesehatan berperan aktif dalam kegiatan eliminasi filariasis,

meskipun jumlah maupun kompetensinya masih kurang.

c. Masyarakat (kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK) turut dilibatkan

dalam POPM filariasis dengan cara mengerahkan warganya untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan contoh minum obat langsung agar

masyarakat tidak ragu.

d. Memaksimalkan anggaran yang berasal dari APBD, APBN, BAPPEDA

dan sumbangan dari USAID (RTI) untuk kegiatan eliminasi filariasis,

meskipun anggarannya masih dianggap kurang.

e. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, meskipun jumlah dan

kwalitasnya masih kurang.

f. Terdapat keterlibatan lintas sektor (Dinas Pendidikan untuk data anak-

anak sekolah, BLHD, BAPPEDA, PKK, dan Pemberdayaan Masyarakat),

lintas program (Promkes, Kesling, Farmasi, KIA dan Pelayanan

151

Page 334: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kesehatan) dan non kesehatan (kader, tokoh agama, tokoh masyarakat,

BPMD, dan LSM)

g. Sektor kesehatan baik tingkat provinsi maupun kabupaten memegang

peranan penting dalam program eliminasi filariasis serta menggerakkan

sektor-sektor terkait lainnya.

h. Program kesehatan menjadi salah satu program prioritas dari BAPPEDA

baik provinsi maupun kabupaten, meskipun tidak secara spesifik menyebut

program eliminasi filariasis

Saran

Harapan agar Kabupaten Donggala bisa memperoleh sertifikat eliminasi

filariasis, maka disarankan untuk :

9. Program eliminasi filariasis menjadi salah satu program prioritas di kabupaten

yang didukung dengan peraturan daerah, penganggaran, pemenuhan SDM

dan sarana prasarana yang memadai

10. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang filariasis melalui penyuluhan

yang terencana dan kontinyu oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan

11. Tatalaksana penderita kronis terus dilakukan khususnya cara merawat

kaki/tangan yang bengkak

12. Pemberian obat cacing kepada anak sekolah dan anak-anak usia sekolah yang

ada di masyarakat rutin dilakukan minimal setahun sekali.

13. Survei entomologi untuk mengantisipasi keberadaan vektor terus dilakukan.

14. Meningkatkan peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, PPK,

kader kesehatan dalam kegiatan eliminasi filariasis.

15. Mengintensifkan kerja sama lintas sektor yang sudah berjalan dengan baik.

16. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program oleh pemerintah daerah secara

berkala, agar evaluasi TAS tahap kedua dan ketiga juga berhasil, sehingga

target tahun 2020 Kabupaten Donggala mendapatkan sertifikat eliminasi

filariasis dari Kementerian Kesehatan dapat tercapai.

152

Page 335: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. World Health Organization. Global Programme to Eliminate Lymphatic

Filariasis (A Manual for Elimination Programmes). Prancis; 2011.

2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Program Eliminasi Filariasis Di

Indonesia. Jakarta: Sub Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis,

Direktorat P2B2, Ditjen PPM & PLP; 2012.

3. Rahmah N, Taniawati S, Shenoy RK, et al. Specificity and sensitivity of a

rapid dipstick test (Brugia Rapid) in the detection of Brugia malayi

infection. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2001;95(6):601-604.

doi:10.1016/S0035-9203(01)90091-4.

4. Noordin R, Aziz RAA, Ravindran B. Homologs of the Brugia malayi

diagnostic antigen BmR1 are present in other filarial parasites but induce

different humoral immune responses. Filaria J. 2004;3(1):10.

doi:10.1186/1475-2883-3-10.

5. Subdit Filariasis dan Kecacingan. Data Endemisitas Filariasis Di

Indonesia Sampai Dengan Bulan Juli 2014. Jakarta: Ditjen P2 PL,

Kementerian Kesehatan RI; 2014.

6. Subdit Filariasis dan Kecacingan. Rencana Pre TAS Kabupaten/Kota.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.

7. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 94/2014

Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta; 2015.

8. Dinkes Kabupaten Donggala. Laporan Pelaksanaan POPM Filariasis

2012-2015 Kabupaten Donggala. Donggala; 2016.

9. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Filariasis di Indonesia. Bul

Jendela Epidemiol. 2010;1:1-8.

10. Anorital, Indiarto AH, Marleta R, Sugianto. Laporan Kajian Pengaruh

Upaya Pengobatan Massal Filariasis Terhadap Pengendalian Penyakit

Kecacingan. Jakarta; 2014.

11. Supali T. Keberhasilan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Alor,

Nusa Tenggara Timur. Bul Jendela Epidemiol. 2010;1:20-23.

12. Tuti S, Sismadi P, Ekowatiningsih R, Manumpil P. Situasi filariasis di

153

Page 336: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

pulau alor pada tahun 2006. Bul Penelit Sist Kesehat. 2010;13(1):69-76.

13. Huppatz C, Capuano C, Palmer K, Kelly PM, Durrheim DN. Lessons from

the Pacific programme to eliminate lymphatic filariasis: a case study of 5

countries. BMC Infect Dis. 2009;9(1):92. doi:10.1186/1471-2334-9-92.

14. Sabesan S, Vanamail P, Raju K, Jambulingam P. Lymphatic Filariasis in

India: Epidemiology and Control Measures. J Postgrad Med. 2010;56:232-

238.

15. De-jian S, Xu-li D, Ji-hui D. The history of the elimination of lymphatic

filariasis in China. Infect Dis Poverty. 2013;2(1):30. doi:10.1186/2049-

9957-2-30.

16. WHO. Slides on training in monitoring and epidemiological assessment

mass drug administration for eliminatiion filariasis. 2015.

http://www.who.int/lymphatic_filariasis/resources/TAS_training_materials/

en/. Accessed November 1, 2017.

17. Lemeshow S, Hosmer Jr DW, Klar J, Lwanga SK. Adequacy of Sample

Size in Health Studies. England: John Wiley & Sons Ltd.; 1993.

18. Badan Pusat Statistik. Data Statistik kabupaten Donggala. 2017.

www.donggalakab.bps.go.id. Accessed October 31, 2017.

19. Badan Pusat Statistik. Data Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2017.

www.sulteng.bps.go.id. Accessed October 31, 2017.

20. Dinkes Kabupaten Donggala. Profil Kesehatan Kabupaten Donggala

Tahun 2016. Donggala; 2016.

21. duniabaca.com. Definisi Pengetahuan Serta Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Pengetahuan. 2015. http://duniabaca.com/definisi-

pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.html.

Accessed November 29, 2017.

22. Anorital, Marleta Dewi R. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita

Filariasis Malayi selama Pelaksanaan Pengobatan di Kabupaten Tabalong

Kalsel. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2004;14(4):42-50.

23. Nujum ZT, Amma KR LI, Haran JC, Vijayakumar K, Prabhakaran ST,

Noushad SA. Need for a differential criteria to stop mass drug

administration , based on an epidemiological perspective of lymphatic

154

Page 337: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

filariasis in Thiruvananthapuram , Kerala , I ndia. Asian Pacific J Trop Dis.

2014;4(Suppl 1):S186-S193. doi:10.1016/S2222-1808(14)60437-0.

24. Nurjana MA, Ningsi, Puryadi, et al. Prevalensi dan Pengetahuan, Sikap,

Perilaku Masyarakat terhadap Filariasis di Wilayah Kabupaten Morowali,

Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2009. J Vektor Penyakit. 2010;4(1):30-44.

25. Garjito TA, Jastal, Rosmini, Anastasia H, Srikandi Y, Labatjo Y. Filariasis

dan Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penularannya di Desa

Pangku-Tolole, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi-Moutong,

Provinsi Sulawesi Tengah. J Vektora. 2013;5(2):54-65.

26. Nurjana MA, Chadijah S, Veridiana NN, Anastasia H. Situasi Filariasis

Setelah Pengobatan Massal Tahun Ketiga di Kabupaten Mamuju Utara. J

Ekol Kesehat. 2017;16(2):93-103.

27. Darmayunita. Konsep Perilaku Kesehatan. 2012.

https://manyundarma.wordpress.com/2012/01/05/konsep-perilaku-

kesehatan-menurut-prof-dr-soekidjo-notoatmodjo-2003/. Accessed

December 5, 2015.

28. Zakapedia. Pengertian Sikap: Apa itu Sikap? | Pengertian Ahli. 2015.

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-sikap-apa-itu-

sikap.html#. Accessed December 5, 2015.

29. Santoso, Saikhu A, Taviv Y, Yuliani R., Mayasari R, Supardi. Kepatuhan

Masyarakat terhadap Pengobatan Massal Filariasis di kabupaten Belitung

Timur tahun 2008. Bul Penelit Kesehat. 2008;38(4):192-204.

30. Purnomo I, Supriyono, Hidayati S. Pengaruh Faktor Pengetahuan dan

Petugas Kesehatan terhadap Konsumsi Obat Kaki Gajah (Filariasis) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article. Accessed December

29, 2016.

31. Mukhopadhyay AK, Patnaik SK, Babu PS, Rao KNMB. Knowledge on

Lymphatic Filariasis and Mass Drug Administration ( MDA ) Programme

in Filaria Endemic Districts of Andhra Pradesh , India. J Vector Borne Dis.

2008;45:73-75.

32. Purwantyastuti. Filariasis di Indonesia: Pemberian Obat Massal

155

Page 338: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Pencegahan (POMP) Filariasis. Bul Jendela Epidemiol. 2010;1:15-19.

33. Arjadi F. Eliminasi Filariasis Limfatika Berbasis Masyarakat. J Humanis.

2008;1(2):93-99.

34. Haryuningtyas S. D, Subekti DT. Dinamika Filariasis di Indonesia. In:

Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Bogor: Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan; 2005:242-250.

35. Ompusunggu SM, Tuti S, Hasugian AR. Endemisitas Filariasis dengan

Lama Pegobatan Massal Berbeda. Maj Kedokt Indones. 2008;58(11):413-

420.

36. Yahya, Santoso. Studi Endemisitas Filariasis di Wilayah Kecamatan

Pemayung, Kabupaten Batanghari Pasca Pengobatan Massal Tahap II. Bul

Penelit Kesehat. 2013;41(1):18-25.

37. CDC. CDC - Ascariasis - Disease.; 2016.

38. Pullan RL, Smith JL, Jasrasaria R, Brooker SJ. Global numbers of infection

and disease burden of soil transmitted helminth infections in 2010. Parasit

Vectors. 2014;7(1):37. doi:10.1186/1756-3305-7-37.

39. CDC. CDC - Hookworm.; 2016.

40. CDC. CDC - Trichuriasis.; 2016.

41. Ibrahim IA. Status Kecacingan Soil Transmitted Helminh (STH) dalam

Pemantauan Kejadian Anemia padda Murid SD Inpres Bakung Samata

Kabupaten GowaTahun 2013. J Kesehat. 2014;7(1).

42. Chadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN. Hubungan Pengetahuan,

Perilaku dan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kecacingan pada Anak

Sekolah Dasar di Kota Palu. Media Penelit dan Pengemb Kesehat.

2014;24(1 Mar):50-56.

43. Samad. Hubungan Infestasi dengan Pencemaran Tanah oleh Telur Ccaing

Yang Ditularkan Melalui Tanah dan Perlaku Anak Sekolah Dasar di

kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. 2009.

44. Leni Marlina SKN, Prof. Dr. dr. Soeyoko, DTM&H. S. Hubungan Faktor

Lingkungan dan Status Gizi dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted

Helmints pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Seluma Timur

Kabupaten Seluma Bengkulu. 2013.

156

Page 339: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

45. Faridan K, Marlinae L, Audhah N Al. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1

Kota Banjarbaru. J Buski. 2013;4(3).

46. Albonico M, Ramsan M, Wright V, et al. Soil-transmitted nematode

infections and mebendazole treatment in Mafia Island schoolchildren. Ann

Trop Med Parasitol. 2002;96(7):717-726.

doi:10.1179/000349802125001942.

47. Halpenny CM, Paller C, Koski KG, et al. Regional, Household and

Individual Factors that Influence Soil Transmitted Helminth Reinfection

Dynamics in Preschool Children from Rural Indigenous Panamá. Brooker

S, ed. PLoS Negl Trop Dis. 2013;7(2):e2070.

doi:10.1371/journal.pntd.0002070.

48. SALI L, Abdullah AZ, SURIAH. Faktor Risiko Infestasi Soil Transmitted

Helminths pada Anak Usia Sekolah. 2013.

49. Siregar M. Kejadian Infeksi Cacing Dan Gambaran Kepemilikan Jamban

Serta Kepemilikan Air Bersih Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Yayasan

Nanda Dian Nusantara2011. 2015.

50. Strunz EC, Addiss DG, Stocks ME, Ogden S, Utzinger J, Freeman MC.

Water, Sanitation, Hygiene, and Soil-Transmitted Helminth Infection: A

Systematic Review and Meta-Analysis. PLoS Med. 2014;11(3).

doi:10.1371/journal.pmed.1001620.

51. Samudar N, Hadju V, Jafar N. Hubungan Infeksi Kecacingan dengan Status

Hemoglobin pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013. 2013.

52. Samosir P, Ratnawati R. Pengaruh Derajat Infeksi Cacing terhadap Tingkat

Kecerdasan Anak (Studi Kasus terhadap Siswa SD Negeri 067775

Kotamadya Medan). J IPTEK. 2015;1(1):7-12.

53. Ali MA, Sugiyanto Z, Suharyo S. Hubungan Infeksi Helminthiasis dengan

Kadar Hemoglobin (Hb) pada Siswa SD Gedongbina Remaja Kota

Semarang 2011. VISIKES. 2012;11(2).

54. Santoso, Suryaningtyas NH. Spesies Mikrofilaria Pada penderita Kronis

Filariasis secara Mikroskopis dan Polymerace Chain Reaction (PCR) di

157

Page 340: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Kabupaten Jabung Timur. Media Litbangkes. 2015;25(4):249-256.

55. Pratiwi R, Chairul A, Mgs Irsan S, Theodorus. Sensitivitas dan Spesifisitas

Metode Polymerase Chain Reaction Pada Pemeriksaan Brugia Malayi Di

Desa Sungai Rengit Murni Kabupaten Banyuasin. Maj Kedokt Sriwij.

2013;1:41-51.

56. Ramadhani T, Wahyudi BF. Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk di

Daerah Endemis Filariasis Limfatik , Kota Pekalongan. J Vektor Penyakit.

2015;9(1):1-8.

57. Portunasari WD, Kusmintarsih ES, Riwidiharso E. Survei Nyamuk Culex

spp. sebagai Vektor Filariasis di Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong,

Kabupaten Tasikmalaya. Biosfera. 2017;33(3):142.

doi:10.20884/1.mib.2016.33.3.361.

158

Page 341: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto kegiatan KAP

Lampiran 2. Foto-foto Kegiatan Pemeriksaan Klinis dan SDJ

159

Page 342: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Lampiran 3. Foto-foto kegiatan Stool dan Gen Bm

160

Page 343: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan Survei Entomologi

161

Page 344: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Lampiran 5. Foto-foto Kegiatan Survei Lingkungan

162

Page 345: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

Lampiran 6. Foto-foto Kegiatan Indept Interview

163

Page 346: RAHASIA - kemkes.go.id...ditemukan di sekitar rumah penduduk yang menjadi sampel SDJ yaitu: sawah, kolam, mata air, tepi sungai, genangan air, dan rumpun bambu. Pelaksanaan program

164