ragam kelainan plasenta dan tali pusat (1)

13
RAGAM KELAINAN PLASENTA DAN TALI PUSAT PLASENTA 1. Plasenta Previa Artinya, plasenta menutupi jalan lahir. Seharusnya posisi plasenta ada di atas atau tepatnya di sisi atas lapisan Nitabuch/Desidua (selaput lendir rahim). Plasenta previa terjadi karena plasenta tidak mau menempel di Nitabuch, lokasi bekas plasenta sebelumnya (kakaknya), bekas operasi, bekas terkena infeksi, atau pernah hamil kembar. "Dengan bahasa lain, plasenta menyukai dinding rahim yang masih mulus." Gangguan ini bisa diketahui lewat USG sejak usia kandungan 17 minggu, walaupun sebenarnya ada kemungkinan letaknya berubah. Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta bisa saja kembali ke posisi yang seharusnya. Bukan karena plasentanya berpindah, tapi pembesaran rahimlah yang membuat plasenta semakin tertarik ke atas. Sebaliknya, jika sampai usia kehamilan 36 minggu posisi plasenta masih tetap menutup jalan lahir, maka saat hari persalinan tiba, dokter akan melakukan tindakan sesar. Ini dilakukan demi keselamatan ibu maupun bayi. Hanya saja, bagi ibu hamil yang telah terdeteksi mengalami plasenta previa disarankan tidak melakukan hubungan intim selama kehamilan, selain juga jangan terlalu capek, dan jika terjadi perdarahan harus segera ke dokter. 2. Plasenta Lengket

Upload: christin-kirei-andolo

Post on 12-Dec-2014

141 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

RAGAM KELAINAN PLASENTA DAN TALI PUSAT

PLASENTA

1.         Plasenta Previa

Artinya, plasenta menutupi jalan lahir. Seharusnya posisi plasenta ada di atas atau

tepatnya di sisi atas lapisan Nitabuch/Desidua (selaput lendir rahim). Plasenta previa terjadi

karena plasenta tidak mau menempel di Nitabuch, lokasi bekas plasenta sebelumnya (kakaknya),

bekas operasi, bekas terkena infeksi, atau pernah hamil kembar. "Dengan bahasa lain, plasenta

menyukai dinding rahim yang masih mulus."

Gangguan ini bisa diketahui lewat USG sejak usia kandungan 17 minggu, walaupun

sebenarnya ada kemungkinan letaknya berubah. Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta

bisa saja kembali ke posisi yang seharusnya. Bukan karena plasentanya berpindah, tapi

pembesaran rahimlah yang membuat plasenta semakin tertarik ke atas. Sebaliknya, jika sampai

usia kehamilan 36 minggu posisi plasenta masih tetap menutup jalan lahir, maka saat hari

persalinan tiba, dokter akan melakukan tindakan sesar. Ini dilakukan demi keselamatan ibu

maupun bayi.

Hanya saja, bagi ibu hamil yang telah terdeteksi mengalami plasenta previa disarankan

tidak melakukan hubungan intim selama kehamilan, selain juga jangan terlalu capek, dan jika

terjadi perdarahan harus segera ke dokter.

2.         Plasenta Lengket

Ini adalah kasus yang cukup gawat karena bisa menyebabkan perdarahan yang berakhir

dengan pengangkatan rahim. Pada keadaan ini, trofoblas atau jaringan-jaringan plasenta yang

berfungsi mengangkut makanan dan oksigen untuk bayi tidak pada posisi seharusnya atau

menempel dan berada di lapisan Nitabuch, tapi malah menembus lapisan Nitabuch hingga ke

otot rahim.

Kasus plasenta lengket dibedakan menjadi tiga, yaitu plasenta pakreta, plasenta inkreta,

dan plasenta perkreta. Untuk kasus plasenta perkreta jaringan atau pipa pembuluh darah plasenta

sampai menembus ke usus. Tembusnya jaringan atau pipa-pipa pembuluh darah tersebut keluar

Nitabuch bisa disebabkan banyak hal, yaitu ibu punya anak lebih dari lima (plasenta tidak mau

Page 2: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

berada di lapisan dinding rahim yang sudah rusak), sering dikuret, sering infeksi, sering

keguguran, bekas sesar, pernah plasenta previa, atau pernah melakukan operasi miom.

Namun jangan panik, kasus ini bisa dideteksi sejak dini dengan USG berwarna, baik yang

2 dimensi maupun 4 dimensi. Namun demikian, dokter tetap tidak bisa mengubahnya. Jadi, USG

hanya berguna sebagai alat pemantau. Jika semakin parah, ibu terpaksa dioperasi dan diangkat

rahimnya. "Jika tidak, ibu akan mengalami perdarahan yang sangat hebat yang bisa

menyebabkan kematian ibu dan jabang bayi." Sekalipun demikian, akan diusahakan untuk

melakukan operasi setelah janin berusia 38 minggu.

3.         Tumor Plasenta

Yang dimaksud adalah jika pada plasenta terdapat benjolan. Menurut Judi, tumor yang

ganas bisa merusak dan menembus Nitabuch, lalu berkembang hingga ke bagian luarnya. Untuk

menghilangkannya, kandungan ibu bisa-bisa harus diangkat. Sayangnya, hingga saat ini belum

diketahui penyebab munculnya tumor pada plasenta. Begitu pula, belum ditemukan obat yang

bisa menghalaunya, kecuali dilakukan operasi berbarengan saat melahirkan. Sekalipun begitu,

tumor plasenta bisa dideteksi sejak usia kandungan 18 minggu dengan USG dua dimensi.

Bila tumornya besar/ganas tentu saja berdampak bukan cuma pada ibu, tapi juga pada si

bayi. Misalnya, terjadi perdarahan, gangguan aliran darah ke bayi, atau penyebaran keganasan.

Persalinannya bisa ditunggu sampai cukup bulan, juga bisa lewat jalan lahir normal. Bila

tumor tersebut menghalangi jalan lahir atau terjadi gawat janin akibat gangguan aliran darah,

persalinan dilakukan lewat operasi sesar.

4.         Plasenta Kembar atau Bilobata

Kasus plasenta kembar bisa menyebabkan perdarahan kala ibu memenjalani persalinan.

Pasalnya, dokter/bidan yang menangani biasanya tidak mengira ibu memiliki dua plasenta,

sehingga setelah plasenta pertama keluar menyusul kelahiran bayi, plasenta satunya dibiarkan

tertinggal di dalam. Inilah yang menyebabkan terjadinya perdarahan, infeksi, dan ukuran rahim

tetap besar sekalipun telah lewat 40 hari.

Fungsi si kembar ini sama dengan plasenta umumnya, yaitu menyuplai makanan ke bayi.

Penyebabnya sendiri hingga saat ini tidak ada yang tahu. Namun, ibu tetap bisa melahirkan

secara normal jika letak kedua plasentanya di atas.

Page 3: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

Sekalipun bisa dideteksi dengan USG, baik dokter atau bidan yang menolong persalinan

harus meneliti bentuk plasenta ibu. Jika di situ ditemukan selaput ketuban, baik ada atau tidak

ada pembuluh darah yang putus, berarti semuanya oke. Namun jika sebaliknya, kemungkinan

ada kembaran plasenta yang masih tertinggal di dalam.

B.       TALI PUSAT

1.         Di Luar Ukuran Normal

Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran biasanya

ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat terpendek yang

pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang pernah ditemui sekitar

300 cm.

Tali pusat terlalu pendek atau  terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap pemberian

makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek atau terlalu panjang

dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. "Pada saat persalinan, janin yang sudah turun ke

jalan lahir biasanya naik lagi karena tertahan tali pusat ini. Tiap kali janin akan turun, tali pusat

semakin kuat menahan. Ini biasanya terlihat selama proses persalinan, dengan tidak terjadinya

kemajuan pada penurunan janin. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi terlepasnya plasenta

sebelum janin lahir

      Tali Pusat Pendek

Kasus ini sekalipun tidak terlalu berat, belum bisa terdeteksi oleh alat canggih manan pun.

Penyebabnya, kata Judi, tali pusat di dalam rahim melilit-lilit, sehingga sangat tidak mungkin

untuk diukur dari luar.

Panjang tali pusat, normalnya 50-60 cm. Bila di bawah 40 cm berarti pendek. Nah, jika kasusnya

seperti ini, mau tidak mau proses persalinan harus dilakukan dengan cara sesar karena bayi tidak

akan bisa mencapai jalan lahir. Kecuali kalau tali pusatnya berada di bawah, si bayi bisa

dilahirkan normal. "Bila plasenta berada di atas dan bayi dipaksa keluar lewat jalan lahir, maka

rahim bisa ikut tertarik atau inversio uteri." Di Indonesia kasus ini cukup banyak ditemukan.

      Tali Pusat Panjang

Sebaliknya, tali pusat dikatakan panjang jika lebih dari 60 cm. Ukuran ini tidak perlu terlalu

dikhawatirkan karena persalinan bisa dilakukan secara normal. Bahaya baru terjadi jika tali pusat

yang panjang itu melilit leher janin.

Page 4: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

Kasus seperti ini untungnya bisa dideteksi dengan alat USG dua dimensi. Lagi pula, belum tentu

lilitan itu berlangsung hingga waktu persalinan tiba, karena janin di dalam rahim selalu bergerak,

sehingga ada kemungkinan ia terlepas dari lilitan. Hanya saja, setelah itu masih ada

kemungkinan ia akan terlilit lagi.

2.         Kelainan Insersi

Insersi adalah tempat masukan (muara) yang menempel ke plasenta. Normalnya, insersi

tali pusat di plasenta terletak di tengah. Tetapi dalam keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat

yang letaknya di tepi plasenta (plasenta battledore) dan insersi tali pusat letaknya jauh di luar

plasenta, yaitu di daerah membran (insersi velamentosa).

       Insersi tali pusat Battledore

Pada kasus ini tali pusat terhubung ke paling pinggir plasenta seperti bet tenis meja.  Insersi yang

terletak di tepi plasenta tidak berpengaruh buruk pada janin sebab pada umumnya dalam hal

pemberian makanan dan oksigen ke janin tidak berpengaruh. Kondisi ini tidak bermasalah

kecuali sambungannya rapuh.

       Insersi tali pusat Velamentous

Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah

umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak

berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan

aktif di kala tiga persalinan.

Insersi velamentosa bisa berbahaya bila terjadi vasa previa, jika ketuban pecah, dan pembuluh

darah tersebut ikut pecah yang berarti pula terjadi perdarahan dari janin. Gejala klinis vasa previa

adalah ketuban pecah diikuti perdarahan, dan terjadi gawat janin. Kematian janin pada pecahnya

vasa previa mencapai 60-70%. "Kematian pada janin ini disebabkan perdarahan yang berasal

dari janin dan keterlambatan mengetahui bahwa perdarahan berasal dari vasa previa. Umumnya

bila pada pemeriksaan dijumpai adanya vasa previa, kehamilan diakhiri dengan bedah sesar

sebelum terjadi pecahnya selaput ketuban

3.         Kelainan Diameter

Yang dimaksud diameter tali pusat adalah ukuran besar tali pusat. Tak dapat dipastikan

berapa sebenarnya ukuran normal karena pada setiap bayi berbeda-beda. Lagi pula lebar

Page 5: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

diameter ini tidak dapat dipatok dengan ukuran sentimeter, karena belum ada metode khusus

untuk mengukur diameter tali pusat. Umumnya besar diameter sesuai dengan perkembangan bayi

"Contoh, bila bayinya besar, tentu diameter tali pusatnya besar. Sedangkan bila janin kecil,

dengan sendirinya diameter tali pusatnya sesuai ukuran tubuhnya. Yang menjadi problem, bila

diameter tali pusatnya dianggap kekecilan untuk ukuran janin karena dapat berpengaruh pada

penyaluran oksigen dan darah." Pada janin dengan perkembangan yang terhambat biasanya

diameter tali pusatnya juga kecil.

Metode khusus untuk mengetahui apakah aliran darah tali pusat cukup atau kurang adalah

dengan cara pemeriksaan dopler aliran darah tali pusat. Bila aliran darah tali pusat terhambat,

bisa menimbulkan gangguan perkembangan pada janin.

4.         Terlilit Tali Pusat

Lilitan tali pusat umumnya terjadi sebelum kehamilan cukup besar. Paling sering pada

trimester kedua dimana bayi masih bisa bergerak dengan aktif dan leluasa. Bahkan terkadang

melakukan gerakan ekstrem seperti bersalto. Bila tali pusatnya panjang, kemungkinan dapat

terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat ini bisa terjadi di leher, di bahu atau di lengan dan tidak

selalu berakibat buruk.

Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan pada umumnya tidak menimbulkan

masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin

mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan

menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya,

suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang

mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.

Namun jika lilitan tali pusat terjadi berkali-kali, sementara tali pusatnya tidak panjang, ini

yang bisa berdampak buruk pada bayi. Sebab saat bayi turun ke bawah, tali pusat bisa

menahannya untuk turun. "Umumnya dokter langsung memutuskan untuk sesar."

Lilitan tali pusat pada leher sangat riskan, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. "Dapat

diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan

makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin."

Page 6: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

Meski lilitan tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, dokter dapat saja

membiarkan sampai proses persalinan tiba. "Karena lilitan tali pusat tidak bisa dilepas. Yang

dilakukan dokter adalah memantau dan memberitahu si ibu."

Lilitan tali pusat di leher sekalipun tak harus berujung pada sesar. "Tapi proses persalinan

dipantau  ketat. Dalam persalinan kala satu, observasi denyut jantung dengan alat kardiotokografi

sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi gangguan pola denyut jantung janin."

Bila pola denyut jantung terganggu, persalinan diakhiri dengan bedah sesar. Karena jika dipaksa

lahir dengan normal, bisa berdampak buruk pada janin.

Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :

       Usia kehamilan

Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat

secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali

pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak

dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami

kekurangan oksigen.

       Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.

       Panjangnya tali pusat

Dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap

bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak

berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat

tidak terhambat.

Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :

Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

       Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala

atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.

       Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk

memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.

       Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat

dipastikan adanya lilitan tali pusat.

Page 7: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

       Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai

dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi

rahim.

5.         Berbenjol – Benjol

Lazimnya, tali pusat seperti selang yang licin dan mulus. Tapi adakalanya ditemui tali

pusat yang berbenjol-benjol dengan banyak simpul atau sedikit terpuntir. Umumnya disebabkan

gerakan janin yang begitu aktif sehingga terjadi simpulan yang berulang kali.

Bila simpul-simpul ini masih membentuk rongga tak akan jadi masalah sebab pasokan

oksigen dan nutrisi masih dapat diterima janin. Yang jadi masalah, apabila simpul-simpul ini

sedemikian eratnya sehingga menutup sama sekali pembuluh darah, maka dapat berdampak pada

kematian janin dalam rahim. Kejadian ini sangat jarang karena umumnya gerakan bayi yang

berpindah terus justru bisa membuka simpul-simpul pada tali pusat.

6.         Lama Waktu Terlepasnya Tali Pusat

Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah

dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini

dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam

waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang

masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas

sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau

bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda

infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang

berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi

tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :

Page 8: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

      Timbulnya infeksi pada tali pusat disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi

syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah

dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.

      Cara perawatan tali pusat

Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat

puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.

      Kelembaban tali pusat

Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.

Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.

      Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus

Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi

syarat kebersihan.

7.         Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )

Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum

penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau

asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat

pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,

berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat

mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin

yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu

KesehatanAnak,1985)

Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram

positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran

pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan

menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.

8.         Pembuluh Darah Dalam Tali Pusat Kurang

Normalnya, tali pusat memiliki tiga pembuluh darah; dua pembuluh darah arteri dan satu

pembuluh darah vena. Nah, kalau salah satunya tidak ada, maka janin kemungkinan mengalami

Page 9: Ragam Kelainan Plasenta Dan Tali Pusat (1)

kelainan kromosom. Hal ini akan mengakibatkan bayi yang dilahirkan mengalami kelainan pula,

seperti retardasi mental, Sindroma Down, hingga jantung bocor.

9.         Tumor Tali Pusat

Tumor pada tali pusat sering berkaitan dengan kelainan bawaan (kromosom) pada janin.

Bila bayi ditemukan cacat berat, sebaiknya bayi tersebut dilahirkan secepatnya.

Sekalipun begitu benjolan pada tali pusat yang merupakan tumor biasanya sudah bisa

dideteksi sejak dini lewat USG.

http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/05/ragam-kelainan-plasenta-dan-tali-pusat.html