radiograf sefalometri
TRANSCRIPT
Radiograf sefalometri
Radiograf sephalometri diperkenalkan secara terpisah oleh Broadbent dan Hofrath pada tahun
1931. Film, sandaran kepala dan tabung target radiograf harus memiliki hubungan tertentu
dan konstan. Kepala ditahan dengan rod telinga dan dianggap bahwa sumbu transmeatal
tegak lurus bidang midsagital kepala. Variasi ringan pada posisi kepala kurang berperan
penting untuk radiograf lateral sephalometri, tetapi pada radiograf postero-anterior (PA),
variasi posisi kepala sangat mengganggu pengukuran asimetri.
Pada radiograf lateral skull, bidang bidsagital kepala ditahan pada jarak tertentu dengan film,
sehingga struktur pada bidang tersebut membesar dalam jumlah yang tidak rata, yang
memungkinkan besar pengukuran linear dibandingkan dengan standard dari pembesaran yang
berbeda. Pengukuran angular antar titik seluruhnya terletak pada satu bidang yang sejajar
terhadap bidang film, akan terganggu sesuai hukum perspektif dan harus diinterpretasi
dengan hati-hati. Kesulitan tersebut dapat dihilangkan dengan analisa tiga dimensi, tetapi
sangat terbatas manfaatnya sebagai landmark yang dapat diidentifikasi dengan baik pada dua
gambar radiograf yang terpisah (misal lateral skull dan PA).
Kesulitan utama yang pasti dialami pada analisa sephalometri adalah identifikasi landmark
anatomi dan membuat definisi yang memungkinkan landmark ditentukan letaknya dengan
tepat. Di sini, diperlukan kompromi karena sulit untuk menentukan ketepatan dan kebenaran
letak landmark. Keadaan ini dapat dilihat pada definisi berikut ini. Walaupun Broadbent
menekankan bahwa gambar radiograf PA serta lateral skull harus dibuat , hanya sedikit
ortodontist yang memenuhi anjuran tersebut. sebagian karena hanya sedikit landmark yang
jelas pada radiograf PA dan pengukuran cenderung kurang tepat karena ada variasi kecil pada
posisi kepala. Selain itu, variasi skeletal dan gigi di bidang sagital biasanya lebih penting bagi
ortodontist daripada pengukuran transversal di mana penyimpangan hubungan rahang
biasanya terkompensasi oleh inklinasi gigi-gigi.
Pembicaraan berikut ini ditekankan pada analisa radiolograf lateral skull.
ANATOMI PADA RADIOGRAF SEPHALOMETRI
Untuk mempelajari radiograf sephalometri, tidak perlu dibuat gambar dan mempelajari
tengkorak kering manusia. Tanda timah dapat dipasang pada berbagai landmark untuk
membantu identifikasi radiograf. Tahap pertama dalam mempelajari film adalah
membedakan daerah-daerah utama kepala-kalvarium, tulang wajah dan dasar kranial. Ada
berbagai daerah berongga udara yang dapat ditemukan; sel udara mastoid, dan sinus spenoid,
etmoid, frontal serta maksilaris. Setelah daerah tersebut ditemukan dapat dilakukan
pemeriksaan daerah fungsional secara terperinci.
Kalvarium
Walaupun pengukuran kalvarium merupakan subjek pada beberapa bidang antropologi,
pengukuran ini tidak dapat digunakan pada ortodonti karena tulang wajah berbeda dengan
kalvarium. Beberapa ortodontist tidak memasukkan outline kalvarium pada radiograf karena
pancaran sinar X dapat dikolimasi, untuk mengurangi radiasi yang diterima pasien, dan dapat
digunakan film lebih kecil serta tidak begitu mahal.
Kranial base
Walaupun anatomi kranial base rumit, struktur dan hubungannya berperan penting pada
analisa sephalometri: kedua rahang saling berhubungan sehingga variasi ukurarn dan bentuk
dapat mempengaruhi hubungan rahang; dan karena bagian depan lebih stabil setelah
sinkondrosis speno-etmoidal bergabung pada umur 6 tahun, keadaan ini dapat digunakan
untuk dasar penelitian pertumbuhan wajah pada seri radiograf anak.
Garis tengah kranial base terbagi menjadi bagian depan dan belakang yang bertemu pada fosa
pituitari. Bagian belakang kranial base membentuk dasar osiput dan bagian belakang dasar
spenoid yang bergabung pada sinkondrosis speno-ospital, pusat pertumbuhan tulang rawan
yang penting sekurang-kurangnya sampai pertumbuhan tulang rawan yang penting sekurang-
kurangnya sampai pertengahan masa remaja. Pertumbuhan pada pusat ini akan menggeser
struktur kranial ke depan, ke hubungan dengan tulang wajah atas ke depan dan superior
terhadap tulang yang membentuk dasar bagian tengah dosa kranial, yang berhubungan
dengan sendi temporo mandibula.
Kranial base bagian depan meliputi bagian depan dasar spenoid dan etmoid, yang bergabung
pada sinkondrosis spneo-etmoidal. Seperti disebut di atas, sinkondrosis bergabung pada umur
6 tahun dan struktur garis tengah pada daerah ini hanya sedikit berubah. Daerah stabil meluas
dari fosa pituitari (sella tursika) di sepanjang planum spenoidalis dari bidang kribriform
etmoid. Bidang kribriform etmoid bukan merupakan tanda prominen pada sebagian besar
radiograf, tetapi dengan pengalaman tanda tersebut dapar diidentifikasitanpa kesukaran.
Tanda ini jangan dikacaukan dengan atap orbit atau struktur bilateral.
Bagian depan kranial base berakhir pada foramen saekum tetapi struktur ini tidak
teridentifikasi pada radiograf sehingga digunakan titik nasion sephalometri. Daerah ini
terletak pada ujung depan suture frontonasal bukan pada kranial base.
Definisi landmark
Nasion (N). Titik tengah pada batas depan suture frontonasal. Permukaan depan tulang nasal
harus diidentifikasi terlebih dahulu. Daerah ini tipis dan bila daerah terlalu besar teradiasi,
akan sulit dilihat. Garis suture dengan tulang frontal, dapat dilihat. Bula tidak ada garis suture
yang terlihat, kedalaman konkavitas pada profil antara tulang frontal dan nasal dapat terlihat,
walaupun tidak selalu sama dengan ujung suture frontonasal.
Sella (S). Titik tengah proyeksi fosa pituitari, sella tursika. Bagian depan dan belakang
prosesus klinoid, serta outline fosa harus ditrasing. Pusat ditentukan secara visual atau dengan
mengukur titik tengah berdiameter terbesar. Titik ini merupakan salah satu titik sephalometri
yang paling jelas.
Basion (Ba). Terletak pada tepi depan foramen magnum, menunjukkan batas belakang garis
tengah kranial base. Outline tulang dasar-osipital (basi-osiput) harus digambar dan basion
ditandai pada daerah puncaknya. Karena bayangan struktur bilateral yang padat, basion
mungkin sulit diidentifikasi. Outline basi-osiput harus berbentuk baji dan tampaknya
melengkung, mungkin karena bayangan kontur depan condyle osipital. Alat untuk membantu
menentukan lerak basion adalah ujunf prosesus odontoid dari sumbu (vertebrata servikal 2)
yabg harus terletak beberapa mm tepat di bawahnya. Tetapi, titik ini tidak selalu konstan.
Artikularis (Ar). Bukan anatomi landmark tetapi titik proyeksi radiograf. Terletak pada derah
dimana tepi belakang leher condyle mandibula melewati kontur bawah basi-osiput. Titik ini
kadang-kadang digunakan, untuk pengganti basion, sebagai batas belakang kranial base;
tetapi manfaatnya sendiri adalah sebagai tanda posisi sendi mandibula terhadap kranial base.
Bila outline mandibula tidak bertemu, titik tengahnya harus ditentukan. Biasanya artikularis
dapat diidentifikasi dengan mudah sehingga dapat teradiograf dengan baik.
Tulang wajah.
Kerumitan anatomis tulang wajah atas sulit diinterpretasikan pada radiograf lateral skull.
Dasar nasal dapat dilihat dengan mudah dan permukaan oral palatum keras, biasanya tetapi
tidak selalu, dapat terlihat jelas. Tulang nasal belakang sulit diidentifikasi bila menutupi
geraham besar yang belum bererupsi. Karena strukturnya halus, tulang nasal depan juga
sangat sulit ditentukan letaknya dan sangat mudah dikacaukan dengan tulang rawan nasal.
Inferior dari tulang nasal. Inferior dari tlang nasal depan terdapat profil presesus alveolar
maksila yang cekung.
Walaupun tidak ada landmark yang berhubungan dengannya, sinus maksilaris mudah
diidentifikasi dan berfungsi sebagai pedoman struktur lain. Fisur pterigomandibula terletak di
belakang, dipisahkan oleh dinding belakang maksila yang tipis. Titik inferior dari fisur, di
mana pterigoid plate spenoid berartikulasi dengan maksila, dapat membantu menunjukkan
letak tulang nasal belakang yang terletak tepat di bawahnya. Biasanya prosesus zigomatik
maksila terlihat di atas bagian depan sinus. Tepi lateral dan inferior orbit dapat dideteksi
dengan pemeriksaan yang teliti. Daerah ini sering juga salah ditrasing.
Meatus akustikus eksterna sulit ditemukan. Rod telinga dari sephalostat kadang digunakan
oleh beberapa dokter untuk menendai letak struktur ini tetapi tindakan ini seringkali tidak
tepat karena rod dipasang hanya pada saluran kartilagenous dan dapat terjadi beberapa
pergerakan kepala. Tetapi tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak keliru
dengan meatus akustikus interna, yang kadang-kadang terlihat jelas di bagian luar. Pada
umumnya, tepi atas meatus eksterna terletak setinggi permukaan atas condyle mandibula,
walaupun keadaan ini juga sering sulit dilihat. Ketidakpastian letak meatus akustikus eksterna
merupakan alasan mengapa harus digunakan bidang Frankfort sebagai garis pedoman.
Tepi inferior dan belakang mandibula terlihat dengan jelas. Bila daerah ini tidak tertutup,
kedua sisinya harus ditrasing. Outline simpisis dapat digambar dengan mudah. Karena
terbayang pada struktur kranial base, kepala condyle sulit ditrasing dan kecuali pada gambar
dengan mulut terbuka, panjang mandibula sampai kepala condyle tidak dapat diukur dengan
tepat.
Walaupun outline keseluruhan gigi-gigi dapat dilihat dengan mudah, tetapi karena struktur
saling menutupi, sulit untuk melihat outline dengan tepat. Umumnya, gigi insisivus atas dan
bawah yang paling menonjol, ditrasing. Terutama bila insisivus tidak teratur, sulit untuk
memastikan hal ini walaupun sumbu panjang insisivus dapat digambar dengan baik. Sama
seperti, outline molar yang tidak dapat ditentukan dengan baik, dan hanya diperoleh
gambaran umum dari posisi anteroposterior dan tinggi bidang oklusal.
Definisi landmark
Perhatikan: definisi menggunakan ‘tertinggi’ atau ‘terandah’ mengharuskan radiograf
diorentasikan sedemikian rupa sehingga bidang Frankfort horisontal.
Anterior Nasal Spine (ANS). Titik pada sayap depan nasal. Tinggi vertikal dapat ditentukan
cukup tepat tetapi lokasi antroposterior sulit: ujung sayap tipis dan mungkin tertutup tulang
rawan nasal yang hampir memiliki radiopasitas sama.
Harvold menganjurkan penggunaan titik pada kontur sayap bawah dan atas dengan ketebalan
3 mm. Cara ini lebih tepat daripada ANS tradisional tetapi tetap sulit ditentukan letaknya
karena tepi bawah dan atas sayap tidak selalu terlihat jelas.
Gonion (Go). Titik inferior paling belakang pada sudut mandibula. Ditentukan letaknya
dengan menggambar tangen sudur mandibula melalui menton serta artikularis. Gonion
terletak pada bidang bagi sudut yang dibentuk oleh kedua tangen yang memotong outline
mandibula. Titik ini dapat digunakan untuk menggambar bidang mandibula dan sudut gonial.
Bila outline kedua sisi tidak sama, outline ‘rata-rata’ harus ditentukan dan dilakukan
konstruksi berdasar outline ini.
Gnation (Gn). Titik inferior paling depan pada tulang simpisis mandibula. Terletak pada
bidang bagi sudut antara garis wajah (NPog) dan bidang mandibula (melalui menton dan
tangen dari sudut mandibula) memotong outline simpisis.
Incision Inferius (II). Ujung mahkota dari insisivus bawah yang paling menonjol.
Incision Superius (IS). Ujung mahkota insisivus atas yang paling menonjol.
Infradentalis (Id). Titik tertinggi pada crest alveolar di labial insisivus bawah yang paling
menonjol.
Menton (Me). Titik terendah pada simpisis mandibula.
Orbitalis (Or). Titik paling inferior pada tepi orbit. Orbit kiri harus digunakan dan beberapa
ortodontist menggunakan pointer radiopak, atau marker pada kulit sebelum dilakukan
pembuatan radiograf, untuk menunjukkan letak daerah ini. Bila hal ini tidak dilakukan dan
terlihat dua tepi orbitalis, harus ditentukan titik tengahnya. Orbitalis sulit ditentukan letaknya
dengan tepat.
Posterior Nasal Spine (PNS). Ujung sayap nasal belakang biasanya dapat dilihat kecuali bila
tertutup molar yang tidak bererupsi. Outline palatum menunjukkan tinggi vertikalnya dan
memungkinkan bidang maksila digambar. Garis melalui titik paling inferior pada fisur
petrigomaksila, tegak lurus terhadap bidang maksila, menunjukkan lokasi anteroposterior
PNS.
Pogonion (Pog). Titik paling depan dari tulang dagu.
Titik A (A). Juga disebut subspinalis, merupakan titikr terdalam pada profil maksila antara
anterior nasal spine dan crest alveolar. Sulit ditentukan letaknya bila profil maksila tidak
terlihat jelas, mungkin terdapat tulang sayap tipis yang meluas ke bawah pada garis tengah
dari sayap depan nasal, atau tertutup bayangan pipi. Titik a digunakan untuk menentukan
batas depan dasar maksila tetapi tidak selalu tepat karena tulang pada daerah ini mengalami
remodeling dengan adanya pergerakan gigi, jauh berbeda dengan kesulitan untuk menentukan
letak titik terebut. Tetapi walaupun sulit, titik A tetap digunakan karena tidak ada cara lain
yang lebih memuaskan.
Titik B (B). Juga disebut supramentalis, merupakan titik mandibula yang berhubungan
dengan titik A pada maksila; tetapi lebih tepat. Merupakan titik terdapat pada kecengkungan
profil mandibula antara titik dagu dan crest alveolar. Bila lekukan manbibula tidak terlalu
besar, tinggi vertikal titik B sulit ditentukan, tetapi kurang begitu berpengaruh karena titik ini
digunakan untuk mengukur hubungan anteroposterior rahang.
Porion (Po). Titik tertinggi pada tulang eksternal akoustik meatus. Bila terlihat pada kedua
sisi, maka harus ditentukan rata-ratanya. Seperti telah disebut di atas, porion kadang-kadang
sulit ditentukan letaknya. Pedoman pada keadaan ini adalah bahwa tepi atas meatis akustikus
eksterna harus setinggi permukaan artikulasi condyle mandibula, walaupun keadaan ini juga
sulit dilihat.
Prostion (Pr). Titik terendah pada crest alveolar di labial insisivus pertama atas yang paling
menonjol.
Garis dan bidang pedoman
Pengukuran sephalometri akan dibicarakan bersama analisa, tetapi bidang pedoman yang
sering digunakan (atau lebih tepat, garis karena kita bekerja dengan garisdua dimensi) akan
dibicarakan di sini. Ada sejumlah besar garis pedoman pada kepala yang dibicarakan pada
literatur antropologi, tetapi hanya beberapa yang memliki peranan ortodonti yang penting
yang dibicarakan di sini.
Garis wajah (atau bidang). Nasion-Pogonion. Menunjukkan susunan umum profil wajah.
Bidang Frankfort. Porion-Orbitalis. Bidang ini disebut horisontal bila kepala pada posisi
pstural bebas. Pada kenyataannya, terdapat variasi individual. Keadaan tersebut bersama
dengan ketidaktepatan titik ujung dan kenyataan bahwa titik tidak berhubungan dengan
struktur anatomi tunggal, berarti bahwa tidak ada halangan serius untuk menggunakannya
sebagai struktur pedoman.
Bidang mandibula (Mn). Ada berbagai garis yang digunakan untuk menunjukkan susunan
tubuh mandibula, tetapi hanya sedikit perbedaan yang ada. Cara termudah adalah dengan
menentukan letak garis dari menton, tangen terhadap tepi bawah mandibula pada sudut. Garis
Go-Gn juga dapat digunakan tetapi membutuhkan konstruksi dari kedua titik tersebut.
Bidang maksila (Mx). Garis melalui sayap depan dan belakang nasal, yang menunjukkan
susunan palatum. Bila sayap depan nasal melengkung ke atas di atas tinggi dasar nasal, lebih
baik untuk menggambar bidang maksila melalui PNS sejajar dasar nasal.
Bidang oklusal. Ada berbagai definisi yang diperkenalkan. Bidang ini dapat ditunjukkan oleh
garis yang melewati oklusi cuspmesial molar tetap yang paling depan dan setengah antara
ujung insisivus pertama atas dan bawah. Lebih baik digunakan garis oklusi molar dan
premolar. Bidang ini dikenal sebagai bidang oklusal fungsional (FOP)
Analisa sephalometri praktis
Trasing
Radiograf berkualitas baik merupakan keharusan untuk mendapat pengukuran yang tepat.
Anatomi landmark tidak boleh ditandai pada film dan umumnya, dilakukan trasing dan
pengukuran. Outline harus digambar dengan pensil yang tajam, keras (6H) pada kertas trasing
berkualitas baik atau kertas gambar asetat. Trasing dilakukan pada screen horisontal , dengna
penerangan yang baik serta dengan bagian tepi ditutup kertas hitam atau karton membentuk
lubang yang cukup besar untuk radiograf. Ruang harus dalam keadaan gelap karena sinar
mempengaruhi penerangan, atau pantulan sinar dari screen, mengurangi kontras radiograf dan
menyebabkan beberapa landmark sulit diidentifikasi. Radiograf diletakkan dengan bidang
Frankfort sejajar bagian atas screen dan kertas trasing dicekatkan dengan klip atau adhesif
tape. Outline skeletal dasar ditrasing dan landmark ditentukan. Bila struktur bilateral tidak
saling menimpa dengan baik, keduanya harus ditrasing dan dibuat daris pertengahan di antara
keduanya. Pengukuran dilakukan dari ‘struktur rata-rata’ tersebut. Outline jaringan lunak
lidah dan profil wajah juga harus ditrasing tetapi pada penyinaran langsung mungkin struktur
tersebut belum terletak pada posisi istirahat atau habitual. Gigi-gigi sulit ditrasing dan
beberapa ortodontist menggunakan stensil untuk menggambar outlinenya. Tindakan ini
memberi hasil estetik yang memuaskan tetapi memberi bayangan yang keliru tentang
ketepatan letak outline serta menghilangkan kemungkinan adanya variasi bentuk gigi. Tetapi,
asalkan resorpsi akar dan variasi sudut mehkota-akar tidak diabaikan, faktor terpenting adalah
sumbu panjang gigi dan posisi inisial edge atau permukaan oklusan yang menunjukkan
ketepatan hasil pengukuran.
Interpretasi pengukuran sephalometri
Bila diambil tersendiri, hasil pengukuran sephalometr tidak memberi keterangan yang
diperlukan. Untuk menentukan apakah hasil terdapat pada batas normal, harus diketahui
beberapa nilai pengukuran rata-rata dan variasi yang biasa terjadi. Jadi terlihat adanya
kesulitan pada kelompok kontrol atau populasi kontrol. Tidak mungkin untuk mengetahui
tipe data ini untuk setiap lokasi dan pada umumnya, data yang dipublikasi pada literaturlah
yang digunakan. Data ini dapat berasal dari kelompok rasial yang sama seperti pasien dan
haris diinterpretasikan dengan hati-hati, serta kurang berperan penting, asalkan batasnya
jangan dilampaui.
Pengukuran besar/ ukuran
Ukuran struktur tertentu atau daerah anatomi bervariasi sesuai umur dan menurut besar
individu. Pengukuran ini sangat terbatas pada pemeriksaan klonis karena selai problem
pertambahan umur, efek variasi pada besar salah satu struktur dapat dikompensasi atau
diperbesar dengan variasi struktur lain, misalnya mandibula dengan panjang normal mungkin
dikompensasi dengan kranial base dan maksila yang besar, sehingga profil normal.
Pengukuran hubungan struktur
Faktor lain yang lebih penting untuk dokter gigi adalah pengukuran hubungan wajah atau
dentofasial dan pada umumnya, perubahan ini tidak terlalu besar sejalan dengan pertambahan
umur. Faktor ini penting karena perawatan harus direncanakan untuk anak dan perkiraan
perubahan wajah kurang dapat dipastikan. Pengukuran yang stabil menghasilkan dasar yang
lebih baik untuk menentukan rencana perawatan. Sebagian besar pengukuran pola ini,
angular dan dokter gigi harus menyadari bahwa cara yang digunakan mungkin salah: nilai
pengukuran angular dapat dipengaruhi faktor-faktor lain selain yang diinginkan, dan dapat
berubah dengan pertambahan umur. Sudut ANB yang digunakan untuk menunjukkan
hubungan sagital rahang menggambarkan letak titik ini. Variasi posisi nasion mempengaruhi
besar sudut dan memberi bayangan yang keliru tentang hubungan anteroposterior rahang.
Walaupun keadaan ini tidak sering terjadi, penting untuk mengenal kemungkinan ini. Pada
umumnya, besar sudut ANB berubah sedikit dengan bertambahnya umur dan merupakan
alasan mengapa rencana perawatan dapat dibuat dengan berdasar pola skeletal semula,
bahkan pada anak. Tetapi pada beberapa kasus, perubahan cukup besar pada hubungan
anteroposterior rahang memang terjadi dan dapat menimbulkan perubahan oklusi yang tidak
diperkirakan.
Sifat yang tidak terduga dan tidak nyata dari beberapa pengukuran sephalometri telah pernah
disebut di atas. Hal ini berarti bahwa bila telah diperoleh hasil pengukuran, penting untuk
tidak terlalu mempercayainya. Terutama bila dilakukan analisa yang menyeluruh. Dokter gigi
yang bijaksana akan menggunakan pengukuran-pengukuran kecil yang masuk akal, yang
hanya sedikit berubah dengan bertambahnya umur. Penting untuk menyadari bayas normal
variasi pada pengukuran dan cara kompensasi variasi komponen wajah atau pengaruh dari
variasi komponen lain. Bila digunakan dengan baik, analisa sephalometri sangat membantu
untuk diagnosa ortodonti dan menentukan rencana perawatan. Nilai ‘normal’ yang diberikan
di sini merupakan duplikat dari yang dipublikasikan pada literatur untuk bangsa caucasia.
Batas variasi normal memang bermacam-macam tetapi nilai tersebut konsisten dengan
hubungan wajah dan oklusal yang harmonis asalkan pengukuran yang berbeda pada satu
individu sebanding dengan individu lain. Pada beberapa keadaan, semua pengukuran masih
dalam batas normal tetapi darai terkombinasi sedemikian rupa sehingga diperoleh malreaksi
skeletal atau oklusal; dan sebaliknya, dapat ditemukan kasus di mana besar pengukuran di
luar normal yang terkompensasi oleh variasi lain. Pengukuran yang diberikan di sini tidak
banyak bercariasi baik menurut jenis kelamin, umur sehingga dapat dianggap nilai normal.
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan:
Hubungan skeletal pada bidang sagital
Hubungan dasar gigi anteroposterior
Mungkin pengukuran hubungan anteroposterior rahang yang paling mudah dan sering
digunakan adalah sudut SNA, SNB, dan perbedaan di antara keduanya, ANB. Sudut SNA
merupakan ukuran prognatism (atau proyeksi maksila terhadap kranial base) sedang SNB
mengukur prognatism mandibula. Jadi, ANB mengukur pola skeletal yang diklasifikasi
menurut:
Pola Skeletal Besar ANB
Kelas I 2-4 derajat
Kelas II Lebih dari 4 derajat
Kelas III Kurang dari 2 derajat
Sudah sering disebut bahwa variasi posisi nasion dapat mempengaruhi besar sudut. Besar
sudur SNA juga terpengaruh dan bila jauh berbeda dari besar normal (82 derajat), besar ANB
harus diinterpretasi dengan hati- hati. Beberapa ahli menganjurkan bahwa bila SNA lebih
besar dari normal, besar ANB normal harus diperkecil
NO Pengukuran Normal Kasus ini
Rata-rata dan Ambang
1 SNA 82o 3 76
2 SNB 790 3 69
3 ANB 3o 1 7
4 AB/ bidang
oklusal fungsional
(AB/FOP)
90o 5 101
5 Sudut bidang
maksila-
27o 5 27
mandibula (MM)
6 Bidang insisivus
atas maksila
(I/Mx)
108o 5 108
7 Bidang insisivus
bawah mandibula
(I/Mn)
92o 5 101
8 Sudut inter-
insisivus (I/I)
133o 5 124
9 Bibir atas ke
bidang estetik
0 mm 10 -7
10 Bibir bawah ke
bidang estetik
0 mm -4
11 Ujung insisivus
bawah ke A-Pog
0 mm 2 mm 0
Keterangan: sudut SNA dan SNB di bawah rata-rata. Sudut ANB menunjukkan pola skeletal
klas II, walaupun penurunan besar sudut SNA menunjukkan bahwa kasus ini harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Tetapi pola skeletal klas III dibuktikan dengan sudut
AB/FOP. Tinggi bagian bawah wajah normal seperti terlihat dari sudut MM dan rasio tinggi
wajah 100%. Insisivus atas memiliki inklinasi rata-rata tetapi terdapat proklinasi kompensasi
insisivus bawah sehingga insisal edge bawah terletak pada garis A-Pog dengan retrusi wajah
bagian bawah tetapi dengan dagu yang terbentuk cukup baik, bibir terletak di belakang garis
estetik.
1/3 derajat dan sebaliknya bila SNA lebih kecil dari normal. Jadi dengan sudut SNA 85
derajat, ANB antara 1`-3 derajat menunjukkan pola skeletal klas I. Tetapi keadaan ini tidak
selalu diperoleh karena ukuran SNA dipengaruhi variasi posisi sella yang tidak
mempengaruhi klasifikasi skeletal.
Metode lain untuk memeriksa pola skeletal yang bermanfaat untuk menguji metode ANB
adalah mengukur sudut posterosuperior antara garis A-B dan bidang oklusal fungsional. Pada
wajah seimbang, sudut harus sebesar 85-95 derajat. Idealnya, orientasi AB harus diukur
terhadap bidang horisontal dengan kepala pada posisi postural bebeas, tetapi cara membuat
radiograf sephalometri normal, menghalangi pengukuran ini.
Kesulitan yang biasa timbul pada pengukuran adalah bahwa titik A sulit ditentukan letaknya
dan B dipengaruhi oleh remodeling alveolar yang berhubungan dengan pergerakan ortodonti
gigi. Walaupun ada cara lain yang lebih memuaskan.
Hubungan Dento-Skeletal
Hubungan gigi-gigi terhadap dasar skeletal berperan penting pada oklusi. Angulasi insisivus
atas terhadap bidang maksila (108o ± 5o) dan insisivus bawah terhadap bidang mandibula
(92o±5o dimana sudut rata-rata MM 27o) serta sudut interinsisivus (133o±10o) harus dicatat.
Bersama sudut MM, besar sudut-sudut dijumlahkan sampai 360o sehingga variasi pada salah
satu diantaranya disertai dengan perubahan pada satu atau beberapa sudut lain. Pada
kenyataannya, terdapat kecenderungan hubungan resiprokal antara sudut MM dan sudut
insisivius bawah sehingga sudut MM lebih besar atau kecil dari normal, maka sudut insisivus
bawah akan 1 derajat lebih kecil atau besar pula. Jadi, sebelum memutuskan apakah insisivus
bawah terdapat pada inklinasi normal terhadap bidang mandibula, besar sudut MM sudah
harus dipertimbangkan.
Hubungan anteroposterior gigi-gigi terhadap dasar skeletal juga berperan pernting. Ada
berbagai garis pedoman yang diperkenalkan dan yang paling sering digunakan untuk tujuan
ini adalah garis dari titik A ke pogonion (A-Pog). Pada oklusi normal dengan wajah
seimbang, insisal edge bawah terletak di dekat garis. Garis ini juga bermanfaat sebagai
pedoman dasar untuk memonitor perubahan pada posisi insisivus bawah selama perawatan.
Hubungan apek insisivus terhadap prosesus alveolar merupakan faktor lain yang harus
dipertimbangkan pada rencana perawatan. Karena kurvatur lengkung gigi, radiograf lateral
skull tidak menghasilkan gambar yang jelas dari seluruh daerah ini. Tetapi bila akar gigi-gigi
tampak menekan labial atau lingual krotikal plate, pergerakan apikal ke arah ini merupakan
kontraindikasi. Gigi-gigi bergerak lebih mudah pada tulang kanselus dan bila akan berkontak
dengan kortikal plate, akar cenderung terepsorsi. Prosesus alveolar teremodering bila terjadi
pergerakan gigi tetapi jumlahnya pada daerah apikal, terbatas. Kesulitan utama timbul bila
diperlukan intrusi insisivus bawah dan apeknya berkontak dengan kortek lingual mandibula.
Kecuali bila gigi dapat bergerak dengan mudah, usaha intrusi tidak bermanfaat. Hubungan
apek insisivus terhadap kortikal plate sangat penting bila gigi-gigi digerakkan bodily dengan
pesawat cekat tetapi harus diingat bahwa bila gigi miring karena pesawat lepas, apek
bergerak ke arah berlawanan dari mahkota dan dapat teresorpsi bila dipaksa bergerak dari
kortikal plate.
Profil wajah
Profil jaringan lunak wajah tentu saja diperiksa secara klinis walaupun akan lebih bermanfaat
untuk memeriksa dengan radiograf lateral skull. Posisi gigi-gigi juga mempengaruhi posisi
bibir dan harus dipertimbangkan bila posisi insisivus ingin diperbaiki; bila insisivus atas
diretraksi, bibir atas dan bawah jatuh walaupun dengan tekanan otot yang ringan sekalipun.
Dengan adanya pertumbuhan, hidung dan dagu makin menonjol dan mempengaruhi seluruh
karakter wajah: gigi-gigi yang tampak menonjol pada anak terlihat kurang begitu menonjol
pada orang dewasa.
Metode pemeriksaan profil wajah bagian bawah paling sederhana adalah dengan
menghubungakan bibir atas dan bawah dengan garis yang digambar tangensial terhadap
hidung dan dagu (‘garis estetik Rickett’). Pada orang dewasa bibir harus terletak di belakang
garis dan pada anak sebelum masa pubertas, agar hidung dan dagu dapat bertumbuh, harus
terletak pada garis ini. seperti pada seluruh pengukuran sephalometri, garis ini hanya
merupakan pedoman dengan berbagai variasi yang konsisten dari penampilan yang baik.
Dokter gigi juga harus memeriksa penampilan wajah selain dari segi profil. Sebagai pedoman
dasar, posisi bibir yang lebih ke depan atau belakang garis ‘estetik’ kurang baik dan bila
mungkin, harus direncanakan untuk mengubah posisi insisivus agar memperbaiki dan tentu
saja tidak memperburuk, profil bibr.
Analisa sephalometri Khusus
Cara di atas, dengan menggunakan hasil dari sejumlah kecil pengukuran sephalometri untuk
memperkuat hasil pemeriksaan klinis, merupakan cara yang dianjurkan. Ada beberapa analisa
sephalometri lain yang diperkenalkan, beberapa diantaranya sangat berlebihan. Asalkan
dokter gigi mengetahui relevansi dengan keterbatasan pengukuran ini, mengenal variasi
normal, dan mengakui bahwa analisa ini membantu dalam memperkuat hasil pemeriksaan
klinis, maka mungkin cara yang digunakan tidak menimbulkan masalah. Tetapi, makin rumit
analisa, makin besar risiko hilangnya realitas. Rencana perawatan jangan dibuat hanya
berdasar manipulasi pengukuran sephalometri saja. Nilai rata-rata sebagai tujuan perawatan,
tidak menjamin stabilitas, efisiensi fungsional atau estetik. Rencana perawatan harus dibuat
oleh dokter gigi pada saat memeriksa pasien dengan menggunakan semua hasil pemeriksaan
yang telah diperoleh.
Analisa down
Ditemukan pada tahun 1948 dan merupakan analisa sephalometri yang paling terkenal. Nilai
normal berdasar pada pengukuran 20 anak laki-laki dan wanita (rata-rata berumur 14,5tahun)
dengan oklusi sempurna dan wajah harmonis. Bidang Frankfort digunakan sebagai dasar
untuk beberapa pengukuran.
Hubungan skeletal dievaluasi dengan pengukuran berikut ini:
1. Facial angle (dibentuk dari pemotongan N-Pog dan bidang Frankfort). Menunjukkan
hubungan mandibula terhadap kranium. Sudut yang kecil menunjukkan retrognati
atau resesif bagian bawah wajah sedang sudut yang besar menunjukkan prognati atau
protrusi bagian atas wajah.
2. Angle of convexity (dibentuk oleh pemotongan N-A dan A-Pog) merupakan pengukur
hubungan anteroposterior rahang. Pola skeletal klas II terdapat pada batas atas sedang
pola skeletal klas III pada batas bawah/
3. Orientasi garis A-B (relatif terhadap bidang wajah N-Pog) merupakan pengukur pola
skeletal yang lain. Nilai negatif yang besar menunjukkan pola skeletal klas III
4. Sudut bidang Frankfort-mandibula merupakan pengukur tinggi depan ruang
intermaksilaris.
5. Sumbu Y (garis S-Gn). Dagu cenderung bertumbuh ke arah sumbu Y sehingga
dianggap dapat menunjukkan apakah ingin diperoleh pola pertimbuhan horisontal
atau vertikal mandibula.
6. Cant dari bidang oklusal. Membesar bila sudut FM besar dan mengecil bila sudut
kecil.
Gambar analisa down untuk Alex M
N
O
Pengukuran Normal Down Kasus Ini
Rata-rata dan Ambang
1 Facial Angle 88o 82-95 83
2 Angle of convexity 0o -8,5 - 10 21
3 AB/facial plane -5o -9 - 0 19
4 FM 22o 17-28 32
5 Sumbu Y 60o 53-66 63
6 Cant bidang oklusal 9o 1-14 24
7 I/bidang mandibula 91o 81-97 102
8 I/bidang oklusal 105o 93,5-110 126
9 Sudut inter-insisivus 135o 130-150 118
10 I/A-Pog 3 mm 1-5 9