radar surabaya kamis, 13 oktober 2016 halaman 16 … · fatayat untuk bergabung. di mana kami juga...

1
layouter: edy sunagyardjo HALAMAN 16 RADAR SURABAYA l KAMIS, 13 OKTOBER 2016 PEMERINTAH Provinsi Jawa Timur terus berupaya da- lam meningkatkan pengemba- ngan UMKM. Setiap tahunnya, pemerintah provinsi khususnya Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur menarget- kan ada sebanyak 1250 wira- usaha baru. Dan saat ini, untuk UMKM yang sudah memiliki kemampuan ekspor ada se- banyak 3476 UMKM. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur I Made Su- kartha mengatakan ada tiga masalah utama yang harus menjadi perhatian dalam rang- ka pengembangan UMKM. Yang pertama adalah masalah produksi, kedua adalah masa- lah pembiayaan, dan yang keti- ga adalah masalah pasar. “Untuk Jawa Timur sendiri, berdasarkan jumlah yang pa- ling besar adalah usaha mikro. Ada sebanyak 6,5 juta atau 95,58 persen. Lalu yang kedua adalah usaha kecil ada seba- nyak 261 ribu atau 3,8 persen,” kata I Made Sukarta. Sedangkan usaha sisanya, lanjut I Made Sukarta baru usaha kelas menangah seba- nyak 30 ribu atau 0,57 persen. Sedangkan yang fokus di- tangani oleh pemprov adalah usaha kecil. “Untuk mikro ditangani ka- bupaten kota, dan usaha mene- ngah ditangani pemerintah pu- sat,” kata Made. Menurut pria lulusan Teknik Sipil ITS ini, pekerjaan rumah Jawa Timur dalam menyiapkan UMKM di era persaingan global ini memang cukup berat. Na- mun bukan berarti tidak mung- kin, sebab sudah terbukti, seja- tinya para pengusaha UMKM di Surabaya memiliki kemam- puan untuk memproduksi pro- duk berkualitas ekspor. Dinkop Kembangkan UMKM Berorientasi Ekspor DI bidang koperasi, Dinkop dan UMKM juga memiliki inovasi tersendiri. Salah sa- tunya adalah dengan men- dorong adanya koperasi wani- ta. Yaitu gabungan dari pe- ngusaha wanita UMKM di kampung-kampung. Dikatakan Made, mereka mendapatkan bantuan Rp 25 juta hingga Rp 50 juta untuk usaha. Tidak hanya itu, dari 2010 ada sebanyak 8506 kope- rasi wanita yang sudah ber- hasil di bentuk. “Selain itu, kami juga men- dorong membetuk koperasi syariah. Dimana koperasi ini menggandeng Muslimat dan Fatayat untuk bergabung. Di- mana kami juga sisipkan ten- tang pendidikan usaha yang tidak menyalahi syariat aga- ma. Dan tenyata minat dan atensinya positif,” kata Made. Total, sampai 2015, jumlah koperasi syariah ini sudah mencapai 2307 koperasi. Bu- kan hanya berusaha, melalui koperasi syariah ini, Dinkop dan UMKM juga memberikan bimtek. Dan juga mendatang- kan praktisi-praktisi usaha syariah untuk berbagi dengan para anggota koperasi. “Kami berharap ke depan di Jawa Timur lebih banyak pe- ngusaha-pengusaha UMKM dan juga koperasi yang ter- bentuk. Dengan kekuatan itu, maka Jawa Timur bisa meng- hadapi tantangan global tan- pa kekhawatiran,” pungkas Made. (ima/rud) Berdasarkan data yang di- miliki Dinkop dan UMKM, saat ini setidaknya ada sebanyak 3.476 UMK yang sudah bisa eks- por. Serta ada sebanyak 1.330 UMK perintis ekspor dan 70.000 yang ada dalam incubator. “Kita terus dorong dengan melakukan banyak program untuk mendorong UMKM kita supaya bisa merambah pasar global,” imbuh Made. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan UMKM yang memiliki kualitas ekspor, Din- kop dan UMKM terus melaku- kan langkah-langkah dalam mengatasi tiga problem di pe- ngembangkan UMKM. Pertama untuk sektor produksi, menurut Made, pihaknya dan tim di sek- tor ini memilih untuk membe- nahi sektor primer yaitu mem- perbaiki kualitas bahan pro- duksi atau room material. “Kami berupaya untuk men- jadikan material bahan pro- duksi yang mereka jual memi- liki edit value sehingga memi- liki nilai lebih. Misalnya untuk petani, biasanya petani suka menjual hasil panen padi me- reka dalam bentuk gabah. Pa- dahal, kalau diolah sedikit me- reka bisa dapat harga jual lebih mahal,” kata pria kelahiran 23 Januari 1959 ini. Namun kendalanya mereka kadang tidak memiliki cukup alat untuk mengolah gabah itu. Maka Dinkop dan UMKM mem- berikan bantuan berupa geo membrane yang seperti terpal portable yang bisa dipakai un- tuk menjemur gabah. Sehingga menimal petani bisa menjaul produk gabah kering. Dimana nilainya juga lebih tinggi. Begitu juga dengan produk lain, seperti penghasil pisang, dari pada dijual dalam bentuk pisang, Dinkop dan UMKM memberikan bantuan alat su- paya pengusaha bisa mengolah menjadi keripik, dan aneka ola- han pisang yang lain. “Selain itu, masih dalam pro- ses produksi, kami juga mem- berikan pengusaha UMKM di Surabaya untuk mendapatkan legalitas HAKI dan juga serti- fikasi. Ini menjadi jaminan pro- duk mereka punya kualitas lebih,” ujar Made. Selama 2015, ada sebanyak 1000 pengusaha UMKM yang sudah menerima fasilitas merek HAKI dari Dinkop dan UMKM. Selain itu, mereka juga diberi pelatihan bagaimana menggu- nakan teknologi dalam produksi. Berikutnya adalah dari segi pembiayaan. Made mengata- kan, Dinkop dan UMKM me- nyediakan fasilitas dana ber- gulir dalam membantu penam- bahan modal pengusaha kecil. Program ini sudah dilakukan sejak tahun 2008. “Program dana bergulir ini bunganya rendah, mulai dari 4 persen. Sejak diberlakukan ta- hun 2008, dari total dana Rp 300 miliar yang digulirkan saat ini sudah menjadi Rp 800 mi- liar,” tegasnya. Sedangkan untuk 2016 ini Pemprov Jatim juga melun- curkan akses loan agreement. Nilainya sampai Rp 400 miliar untuk Koperasi dan UMKM. Dan terakhir untuk sektor pa- sar, Dinkop dan UMKM menga- ku sudah memberikan banyak fasilitas mempertemukan pe- ngusaha dengan pasar. Dikata- kan pria asli Denpasar ini, pihaknya sering mengikutkan UMKM Jatim untuk ikut pame- ran. Mulai dari skala regional, nasional, hingga internasional. “Kami juga punya koneksi dengan 26 kantor perwakilan da- gang untuk bekerjsama. Dimana mereka adalah market intellingt kami yang juga memapping ke- butuhan apa di daerah tersebut yang bisa dipasarkan UMKM Jatim sebagai pasar dengan membenuhi kebutuhan ter- sebut,” imbuh pria yang menun- taskan pendidikan S2 nya di Pe- rancis ini. (ima/rud) Dorong Bentuk Koperasi Wanita dan Koperasi Syariah SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA. PRODUK UNGGULAN: Pengusaha Tenun Ikat dari Lamongan memperagakan cara membuat tenun di Jatim Fair Grand City. Produk tenun Ikat dari Lamongan ini merupakan salah satu produk UMKM yang di ekspor ke Timur Tengah, sampai 200 kodi per bulan.

Upload: others

Post on 11-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RADAR SURABAYA KAMIS, 13 OKTOBER 2016 HALAMAN 16 … · Fatayat untuk bergabung. Di mana kami juga sisipkan ten tang pendidikan usaha yang tidak menyalahi syariat aga ma. Dan tenyata

layouter: edy sunagyardjo

HALAMAN 16RADAR SURABAYA l KAMIS, 13 OKTOBER 2016

PEMERINTAH Pro vinsi Jawa Timur terus ber u paya da­lam meningkatkan pe ngem ba­ngan UMKM. Setiap ta hunnya, pemerintah provinsi khu susnya Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur me nar get­kan ada sebanyak 1250 wi ra­usaha baru. Dan saat ini, untuk UMKM yang sudah me miliki kemampuan ekspor ada se­banyak 3476 UMKM.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur I Made Su­kartha mengatakan ada tiga ma salah utama yang harus men jadi perhatian dalam rang­ka pengembangan UMKM. Yang pertama adalah masalah pro duksi, kedua adalah ma sa­lah pembiayaan, dan yang ke ti­ga adalah masalah pasar.

“Untuk Jawa Timur sendiri, ber dasarkan jumlah yang pa­ling besar adalah usaha mikro. Ada sebanyak 6,5 juta atau 95,58 persen. Lalu yang kedua ada lah usaha kecil ada seba­nyak 261 ribu atau 3,8 persen,” kata I Made Sukarta.

Sedangkan usaha sisanya, lan jut I Made Sukarta baru usa ha kelas menangah seba­nyak 30 ribu atau 0,57 persen. Se dangkan yang fokus di­tangani oleh pemprov adalah usa ha kecil.

“Untuk mikro ditangani ka­bupaten kota, dan usaha me ne­ngah ditangani pemerintah pu­sat,” kata Made.

Menurut pria lulusan Teknik Sipil ITS ini, pekerjaan rumah Ja wa Timur dalam menyiapkan UMKM di era persaingan global ini memang cukup berat. Na­mun bukan berarti tidak mun g­kin, sebab sudah terbukti, se ja­tinya para pengusaha UMKM di Surabaya memiliki kemam­puan untuk memproduksi pro­duk berkualitas ekspor.

Dinkop Kembangkan UMKM Berorientasi Ekspor

DI bidang koperasi, Dinkop dan UMKM juga memiliki ino vasi tersendiri. Salah sa­tunya adalah dengan men­dorong adanya koperasi wa ni­ta. Yaitu gabungan dari pe­ngu saha wanita UMKM di kampung­kampung.

Dikatakan Made, mereka men dapatkan bantuan Rp 25 juta hingga Rp 50 juta untuk usaha. Tidak hanya itu, dari 2010 ada sebanyak 8506 kope­rasi wanita yang sudah ber­hasil di bentuk.

“Selain itu, kami juga men­dorong membetuk koperasi syariah. Dimana koperasi ini meng gandeng Muslimat dan Fatayat untuk bergabung. Di­mana kami juga sisipkan ten­tang pendidikan usaha yang

ti dak menyalahi syariat aga­ma. Dan tenyata minat dan atensinya positif,” kata Made.

Total, sampai 2015, jumlah ko perasi syariah ini sudah men capai 2307 koperasi. Bu­kan hanya berusaha, melalui koperasi syariah ini, Dinkop dan UMKM juga memberikan bim tek. Dan juga menda tang­kan praktisi­praktisi usaha sya riah untuk berbagi dengan para anggota koperasi.

“Kami berharap ke depan di Jawa Timur lebih banyak pe­ng u saha­pengusaha UMKM dan juga koperasi yang ter­ben tuk. Dengan kekuatan itu, ma ka Jawa Timur bisa meng­ha dapi tantangan global tan­pa kekhawatiran,” pungkas Ma de. (ima/rud)

Berdasarkan data yang di­miliki Dinkop dan UMKM, saat ini setidaknya ada sebanyak 3.476 UMK yang sudah bisa eks­por. Serta ada sebanyak 1.330 UMK perintis ekspor dan 70.000 yang ada dalam incu bator.

“Kita terus dorong dengan me lakukan banyak program untuk mendorong UMKM kita supaya bisa merambah pasar global,” imbuh Made.

Oleh sebab itu, dalam rangka me ningkatkan UMKM yang me miliki kualitas ekspor, Din­kop dan UMKM terus mela ku­kan langkah­langkah dalam me ngatasi tiga problem di pe­ngembangkan UMKM. Pertama untuk sektor produksi, menurut Made, pihaknya dan tim di sek­tor ini memilih untuk membe­na hi sektor primer yaitu mem­

per baiki kualitas bahan pro­duksi atau room material.

“Kami berupaya untuk men­jadikan material bahan pro­duksi yang mereka jual me mi­liki edit value sehingga me mi­liki nilai lebih. Misalnya untuk pe tani, biasanya petani suka men jual hasil panen padi me­reka dalam bentuk gabah. Pa­dahal, kalau diolah sedikit me­reka bisa dapat harga jual lebih mahal,” kata pria kelahiran 23 Januari 1959 ini.

Namun kendalanya mereka ka dang tidak memiliki cukup alat untuk mengolah gabah itu. Maka Dinkop dan UMKM mem­berikan bantuan berupa geo membrane yang seperti terpal portable yang bisa dipakai un­tuk menjemur gabah. Sehingga menimal petani bisa menjaul

produk gabah kering. Dimana nilainya juga lebih tinggi.

Begitu juga dengan produk lain, seperti penghasil pisang, dari pada dijual dalam bentuk pi sang, Dinkop dan UMKM mem berikan bantuan alat su­pa ya pengusaha bisa mengolah menjadi keripik, dan aneka ola­han pisang yang lain.

“Selain itu, masih dalam pro­ses produksi, kami juga mem­berikan pengusaha UMKM di Surabaya untuk men dapatkan legalitas HAKI dan juga ser ti­fikasi. Ini menjadi jaminan pro­duk mereka punya kualitas lebih,” ujar Made.

Selama 2015, ada sebanyak 1000 pengusaha UMKM yang sudah menerima fasilitas merek HAKI dari Dinkop dan UMKM. Selain itu, mereka juga di beri

pelatihan bagaimana meng gu­nakan teknologi dalam produksi.

Berikutnya adalah dari segi pem biayaan. Made mengata­kan, Dinkop dan UMKM me­nye diakan fasilitas dana ber­gulir dalam membantu pe nam­bahan modal pengusaha kecil. Program ini sudah dilakukan sejak tahun 2008.

“Program dana bergulir ini bu nganya rendah, mulai dari 4 persen. Sejak diberlakukan ta­hun 2008, dari total dana Rp 300 miliar yang digulirkan saat ini sudah menjadi Rp 800 mi­liar,” tegasnya.

Sedangkan untuk 2016 ini Pemprov Jatim juga melun­curkan akses loan agreement. Nilainya sampai Rp 400 miliar untuk Koperasi dan UMKM.

Dan terakhir untuk sektor pa­sar, Dinkop dan UMKM me nga­ku sudah memberikan banyak fasilitas mempertemukan pe­ngusaha dengan pasar. Dika ta­kan pria asli Denpasar ini, pihaknya sering mengikutkan UMKM Jatim untuk ikut pa me­ran. Mulai dari skala regional, nasional, hingga internasional.

“Kami juga punya koneksi dengan 26 kantor perwakilan da­gang untuk bekerjsama. Di mana mereka adalah market inte llingt kami yang juga me ma pping ke­butuhan apa di dae rah tersebut yang bisa di pa sar kan UMKM Jatim sebagai pa sar dengan mem benuhi ke bu tuhan ter­sebut,” imbuh pria yang me nun­taskan pendidikan S2 nya di Pe­rancis ini. (ima/rud)

Dorong Bentuk Koperasi Wanita dan Koperasi Syariah

SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA.

PRODUK UNGGULAN: Pengusaha Tenun Ikat dari Lamongan memperagakan cara membuat tenun di Jatim Fair Grand City. Produk tenun Ikat dari Lamongan ini merupakan salah satu produk UMKM yang di ekspor ke Timur Tengah, sampai 200 kodi per bulan.