rabu, 23 februari 2011 | media indonesia …...jenderal iagi adig suwandi ketika dihubungi, kemarin....

1
JAJANG SUMANTRI P RODUSEN kendaraan di dalam negeri bisa tersenyum cerah. Pasal- nya penjualan mobil sepanjang Januari 2011 menca- pai 73.849 unit atau meningkat 39,7% (21.018 unit) ketimbang periode serupa di tahun lalu. Tren positif tersebut diharapkan dapat berlanjut demi mencapai target penjualan di kisaran 800 ribu unit sepanjang tahun ini. “Bila pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 6%, suku bunga tidak naik tinggi, nilai tukar rupiah stabil dan kondisi sosial politik nasional terkendali, tar- get penjualan di kisaran 800 ribu unit bisa tercapai,” ujar Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto kepada Me- dia Indonesia, kemarin. Menurutnya, tren positif itu merupakan kelanjutan dari ting- ginya permintaan kendaraan sejak kuartal empat 2010. “Tren tiga bulan terakhir tahun lalu sudah menunjukkan kenaikan yang signikan. Pen- capaian pertumbuhan hingga hampir 40% ini merupakan kelanjutan dari tingginya per- mintaan di akhir 2010,” ujarnya. Pada 2010, penjualan otomotif mencapai 764.710 unit. Menurut Jongkie, beberapa merek dari agen tunggal peme- gang merek (ATPM) lama masih mendominasi penjualan. Domi- nasi beberapa merek Jepang, ujarnya, masih kuat karena su- dah mengakar di masyarakat. Namun, merek lain juga mengalami pertumbuhan cu- kup bagus. “Justru dengan banyaknya pilihan yang sesuai anggaran, daya beli dari kon- sumen nasional juga sampai ke semua merek,” kata dia. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), dari total pen- jualan per Januari, lima merek di bawah naungan PT Astra Internasional Tbk menguasai 57% pangsa pasar dengan total penjualan 42.361 unit, atau naik dari setahun lalu 31.074 unit. “Ini awal yang baik. Kami menargetkan pertumbuhan minimal 5% untuk penjualan sepanjang 2011 ini,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Astra Yulian Warman. Menurutnya, salah satu pen- dorong kenaikan adalah pen- jualan kendaraan niaga ringan (light commercial vehicle/LCV) seiring dengan pertumbu- han investasi di sektor perke- bunan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur. “Itu mencerminkan geliat ekonomi nasional di daerah karena bila penjualan kendaraan LCV tinggi, asumsi kita sektor perkebunan, pertambangan, dan infrastruktur juga tumbuh. Dampaknya, pengusaha di sek- tor ini akan melirik kendaraan jenis lain, mulai dari kendaraan keluarga serbaguna (multipurpose vehicle/MPV) atau kendaraan sport (sport utility vehicle/SUV),” tuturnya. Waspada Meski secara nasional pen- jualan mobil tumbuh signikan, terdapat potensi penurunan penjualan di beberapa provinsi yang sudah menaikkan bea ba- lik nama (BBN) mobil baru. “Kita masih kumpulkan data penjualan per provinsi. Ada kekhawatiran dari ATPM akan terjadi penurunan penjualan di provinsi tertentu yang sudah menaikkan BBN mobil baru dari kisaran 10% ke 15%,” Jongkie Menurutnya, penerapan BBN tersebut sebenarnya tidak akan terlalu efektif mendongkrak pe- nerimaan daerah karena masih ada peluang dari pembeli untuk tetap bisa menghindari nya. Malah, ada kemungkinan hal itu menyebabkan penjualan mobil nasional terpusat di provinsi yang tidak menaikkan BBN. Misalnya, jelas Jongkie, Pe- merintah Daerah Jawa Timur sudah menerapkan BBN dari 10% ke 15% untuk mobil baru. Bisa saja warga Surabaya mem- beli di Jakarta yang BBN-nya masih 10%, kemudian mobil dibawa ke Surabaya. Setelah beberapa bulan, ia dapat mengganti pelat nomor sehingga hanya terkena pajak 1% dari nilai kendaraan. Hal senada dikemukakan Yulian yang mengatakan semula kalangan produsen sempat pesi- mistis dengan angka penjualan kendaraan. Pasalnya, ada berba- gai tantangan mulai dari penaikan BBN di beberapa provinsi, pajak progresif kepemilikan kendaraan hingga rencana pembatasan kon- sumsi BBM bersubsidi. “Kita masih mewaspadai faktor-faktor tersebut karena memang secara produksi, jum- lah (target penjualan) tersebut juga tercakup di dalamnya limpahan pesanan dari inden pelanggan pada Desember 2010,” jelasnya. (E-3) [email protected] 18 RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan per- tumbuhan aset 24,16% dari Rp318,447 triliun pada 2009 menjadi Rp395,396 triliun di 2010. Ini menunjukkan produk- tivitas dan protabilitas yang melonjak di 2010. “Dengan optimisme dan eks- pansi yang meyakinkan di sek- tor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), ke depan BRI akan menjadi leader di industri perbankan,” ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir melalui siaran persnya, kemarin. Berdasarkan data Bank Indo- nesia, hingga Desember 2010 BRI menguasai 13,14% pangsa pasar aset perbankan yang mencapai Rp3.009 triliun. Padahal, pada kuartal III 2010, aset BRI hanya Rp321 triliun. Jadi, sejak 2006 asetnya melonjak Rp240,396 triliun dari Rp155 triliun. Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali menambahkan, ekspansi jaringan unit kerja serta teknologi informasi men- jadi kunci pertumbuhan aset. Saat ini BRI merupakan bank dengan jaringan terbesar dan terluas. “Sampai ke pelosok desa dan semua realtime on- line.” Laba Permata Sementara itu dalam siaran persnya, PT Bank Permata Tbk melaporkan pertumbuhan laba bersih konsolidasi dan teraudit sebesar 108% di 2010, yakni dari Rp480 miliar di 2009 menjadi Rp997 miliar. Kenaikan laba bersih ini ditopang pertumbuh- an pendapatan operasional 56% (yoy). “Hasil ini menggarisbawahi kekuatan model perbankan kami dan mencerminkan komitmen untuk terus tumbuh dan mendukung perekonomian nasional,” ujar Direktur Utama Bank Permata David Fletcher, kemarin. Dia menambahkan, penda- patan operasional yang naik 56% (yoy) di 2010 menjadi Rp1,07 triliun dibarengi kenaik- an pendapatan bunga bersih 19% (yoy) menjadi Rp3,28 triliun. Adapun untuk kredit, Bank Permata membukukan pertumbuhan 27% (yoy) men- jadi Rp52,8 triliun. Ini diim- bangi penurunan rasio kredit bermasalah menjadi 0,7% dari sebelumnya 1,5%. Sementara di sisi dana pihak ketiga, hingga akhir 2010 ter- catat tumbuh 29% (yoy) menjadi Rp57,7 triliun. Dari jumlah itu, giro dan tabungan naik masing- masing 31% dan 28% menjadi Rp13,8 triliun dan Rp12 triliun. “Deposito juga meningkat 29% menjadi Rp31,9 triliun. Dengan demikian, komposisi dana mu- rah mencapai 45% dari total simpanan,” katanya. Dengan kinerja tersebut, total aset Bank Permata di 2010 men- capai Rp73,8 triliun atau naik 31% dari 2009. Sementara rasio kecukupan modal meningkat menjadi 15,1%. (*/AW/E-5) PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pendo) berencana melakukan pemeringkatan usaha kecil dan menengah (UKM) bersama Bank Indonesia (BI). Hal itu ditujukan untuk mempermu- dah UKM dalam mengakses pembiayaan perbankan. “Ke depan akan ada rat- ing (peringkat) debitur untuk UKM,” ungkap Presiden Direk- tur Pefindo Ronald T Andi Kasim di Jakarta, kemarin. Menurutnya, Pendo bersama BI sedang menyelesaikan model yang akan dipakai dalam pe- meringkatan UKM. Model dan metodologinya akan diadaptasi dari Malaysia dan Singapura. Menurut rencana, penyusunan model akan selesai tahun ini dan pemeringkatan bisa mulai dilakukan pada 2012. Ronald menyebutkan, pe- meringkatan akan dilakukan Pefindo hanya kepada UKM yang memiliki laporan keuang- annya teraudit oleh akuntan publik. Dia mengakui kesulit- annya adalah UKM terkadang tidak memiliki laporan keuang- an, apalagi laporan keuangan yang sudah diaudit. Untuk itu, mulai hari ini (Rabu, 23/2), Pefindo akan melakukan sosialisasi kepada UKM dan Kementerian Ko- perasi dan UKM. Pendo juga telah melakukan sosialisasi kepada akuntan publik melalui Ikatan Akuntan Indonesia agar memberikan biaya audit murah kepada UKM. “Masa mengaudit laporan keuangan UKM biayanya disa- makan kayak perusahaan yang labanya triliunan. Kita sudah bi- lang ke akuntan publik agar kita bersama-sama bantu UKM kita menjadi besar,” ujar Ronald. Ia menambahkan, peme- ringkatan UKM ditujukan agar bank mudah mengakses in- formasi terkait dengan risiko sektor tersebut. Perbankan bisa mengakses rating UKM dengan biaya tidak sampai Rp1,5 juta per tahun. Dalam menanggapi hal ini, Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Jos Luhukay mengatakan peme- ringkatan UKM akan mem- bantu perbankan dalam mem- berikan layanan kepada UKM. Namun, ia meminta biaya pemeringkatan UKM jangan dibebankan kepada UKM. “Ongkos besar sekali buat perusahaan kalau dia UKM sama juga perusahaan kecil,” ujarnya. (*/E-5) KEKHAWATIRAN masyarakat bahwa Indonesia akan kekurangan stok gula ditampik Ikatan Ahli Gula Indonesia (IAGI). Soalnya, stok gula saat ini masih sekitar 800 ribu ton, sedangkan kebutuhan gula nasional paling tinggi 250 ribu ton per bulan. “Kalau melihat tingkat ke- butuhan tersebut, kebutuhan gula nasional sebetulnya sudah bisa tertutupi hingga April atau ketika masuk musim giling berikutnya,” tutur Sekretaris Jenderal IAGI Adig Suwandi ketika dihubungi, kemarin. Menurutnya, kebijakan im- por gula dinilai belum perlu dilakukan. Selain stok masih mencukupi, harga gula dunia masih tinggi, yaitu di kisaran US$700-US$800 per metrik ton. Selain itu, telah ada sedikitnya enam pabrik gula (PG) di Lam- pung dan Sumatra Selatan yang memasuki masa giling. “Kalau memang sudah cukup seharusnya tidak perlu impor. Kalau pun impor, itu hanya untuk buffer stock,” ujarnya. Seperti diberitakan sebelum- nya, Kementerian Perdagangan memberikan izin impor gula kristal putih dengan total 450 ribu ton. Izin itu diberikan kepada PTPN IX (70 ribu ton), PTPN X (90 ribu ton), PTPN XI (90 ribu ton), PT Rajawali Nu- santara Indonesia (50 ribu ton), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (90 ribu ton), dan Perum Bulog (60 ribu ton). Hal senada diungkap Ketua Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Faruk Bakrie. Ia yakin pabrik- pabrik gula di Tanah Air masih bisa menutupi kebutuhan gula nasional hingga memasuki musim giling pada April 2011. Bahkan, AGI mempertanyakan kebijakan impor gula peme- rintah. Ia khawatir kebijakan memaksakan impor itu justru menjatuhkan harga gula di tingkat petani. “Kalau di dalam negeri banjir gula, harga dipastikan hancur dan petani akan marah dan tidak menanam tebu,” ujarnya. Lebih baik, imbuhnya, pe- merintah segera membuat regulasi harga untuk mencegah beredarnya gula rafinasi ke pasar gula konsumsi. Sebab per tahunnya, pabrik gula ranasi memproduksi 2,2 juta ton. “Padahal kebutuhan gula ranasi untuk industri makan- an, minum an, dan lainnya hanya 1,6 juta ton per tahun,” pungkasnya. (HA/E-5) Salah satu pendorongnya adalah pertumbuhan sektor perkebunan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur. Pefindo-BI Gagas Peringkat UKM Impor Gula Perlu Ditinjau Ulang Penjualan Mobil Bergairah Sasar Posisi Pemimpin Pasar Aset BRI Tumbuh Pesat SIAP GILING: Pekerja memeriksa tebu saat menunggu giliran giling di Pabrik Gula Krebet Baru, beberapa waktu lalu. MINYAK MURAH: Ketua PKK DKI Jakarta Tatiek Fauzi Bowo (kanan) bersama Managing Director Sinar Mas G Sulistiyanto (kedua dari kanan) melayani pembeli minyak goreng murah saat bazar di Kelapa Gading, Jakarta, kemarin. Untuk bazar ini Sinar Mas mengalokasikan 5.000 liter minyak goreng seharga Rp8.500/liter. MI/BAGUS SURYO ANTARA/ UJANG ZAELANI

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA …...Jenderal IAGI Adig Suwandi ketika dihubungi, kemarin. Menurutnya, kebijakan im-por gula dinilai belum perlu dilakukan. Selain stok masih

JAJANG SUMANTRI

PRODUSEN kendaraan di dalam negeri bisa tersenyum cerah. Pasal-nya penjualan mobil

sepanjang Januari 2011 menca-pai 73.849 unit atau meningkat 39,7% (21.018 unit) ketimbang periode serupa di tahun lalu. Tren positif tersebut diharapkan dapat berlanjut demi mencapai target penjualan di kisaran 800 ribu unit sepanjang tahun ini.

“Bila pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 6%, suku bunga tidak naik tinggi, nilai tukar rupiah stabil dan kondisi sosial politik nasional terkendali, tar-get penjualan di kisaran 800 ribu unit bisa tercapai,” ujar Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto kepada Me-dia Indonesia, kemarin.

Menurutnya, tren positif itu merupakan kelanjutan dari ting-ginya permintaan kendaraan sejak kuartal empat 2010.

“Tren tiga bulan terakhir tahun lalu sudah menunjukkan kenaikan yang signifi kan. Pen-capaian pertumbuhan hingga hampir 40% ini merupakan kelanjutan dari tingginya per-mintaan di akhir 2010,” ujarnya. Pada 2010, penjualan otomotif mencapai 764.710 unit.

Menurut Jongkie, beberapa merek dari agen tunggal peme-gang merek (ATPM) lama masih mendominasi penjualan. Domi-nasi beberapa merek Jepang, ujarnya, masih kuat karena su-dah mengakar di masyarakat.

Namun, merek lain juga mengalami pertumbuhan cu-kup bagus. “Justru dengan banyaknya pilihan yang sesuai

anggaran, daya beli dari kon-sumen nasional juga sampai ke semua merek,” kata dia.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), dari total pen-jualan per Januari, lima merek di bawah naungan PT Astra Internasional Tbk menguasai 57% pangsa pasar dengan total penjualan 42.361 unit, atau naik dari setahun lalu 31.074 unit.

“Ini awal yang baik. Kami menargetkan pertumbuhan minimal 5% untuk penjualan sepanjang 2011 ini,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Astra Yulian Warman.

Menurutnya, salah satu pen-dorong kenaikan adalah pen-jualan kendaraan niaga ringan (light commercial vehicle/LCV) seiring dengan pertumbu-han investasi di sektor perke-

bunan, pertambangan, dan pembangun an infrastruktur.

“Itu mencerminkan geliat ekonomi nasional di daerah karena bila penjualan kendaraan LCV tinggi, asumsi kita sektor perkebunan, pertambangan, dan infrastruktur juga tumbuh. Dampaknya, pengusaha di sek-tor ini akan melirik kendaraan jenis lain, mulai dari kendaraan keluarga serbaguna (multipurpose

vehicle/MPV) atau kendaraan sport (sport utility vehicle/SUV),” tuturnya.

WaspadaMeski secara nasional pen-

jualan mobil tumbuh signifi kan, terdapat potensi penurunan penjualan di beberapa provinsi yang sudah menaikkan bea ba-lik nama (BBN) mobil baru.

“Kita masih kumpulkan data penjualan per provinsi. Ada kekhawatiran dari ATPM akan terjadi penurunan penjualan di provinsi tertentu yang sudah menaikkan BBN mobil baru dari kisaran 10% ke 15%,” Jongkie

Menurutnya, penerapan BBN tersebut sebenarnya tidak akan terlalu efektif mendongkrak pe-nerimaan daerah karena masih ada peluang dari pembeli untuk tetap bisa menghindari nya. Malah, ada kemungkinan hal itu menyebabkan penjualan mobil nasional terpusat di provinsi yang tidak menaikkan BBN.

Misalnya, jelas Jongkie, Pe-merintah Daerah Jawa Timur sudah menerapkan BBN dari 10% ke 15% untuk mobil baru. Bisa saja warga Surabaya mem-beli di Jakarta yang BBN-nya masih 10%, kemudian mobil dibawa ke Surabaya.

Setelah beberapa bulan, ia dapat mengganti pelat nomor sehingga hanya terkena pajak 1% dari nilai kendaraan.

Hal senada dikemukakan Yulian yang mengatakan semula kalangan produsen sempat pesi-mistis dengan angka penjualan kendaraan. Pasalnya, ada berba-gai tantangan mulai dari penaikan BBN di beberapa provinsi, pajak progresif kepemilikan kendaraan hingga rencana pembatasan kon-sumsi BBM bersubsidi.

“Kita masih mewaspadai faktor-faktor tersebut karena memang secara produksi, jum-lah (target penjualan) tersebut juga tercakup di dalamnya limpahan pesanan dari inden pelanggan pada Desember 2010,” jelasnya. (E-3)

[email protected]

18 RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan per-tumbuhan aset 24,16% dari Rp318,447 triliun pada 2009 menjadi Rp395,396 triliun di 2010. Ini menunjukkan produk-tivitas dan profi tabilitas yang melonjak di 2010.

“Dengan optimisme dan eks-pansi yang meyakinkan di sek-tor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), ke depan BRI akan menjadi leader di industri perbankan,” ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir melalui siaran persnya, kemarin.

Berdasarkan data Bank Indo-nesia, hingga Desember 2010 BRI menguasai 13,14% pangsa pasar aset perbankan yang mencapai

Rp3.009 triliun. Padahal, pada kuartal III 2010, aset BRI hanya Rp321 triliun. Jadi, sejak 2006 asetnya melonjak Rp240,396 triliun dari Rp155 triliun.

Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali menambahkan, ekspansi jaringan unit kerja serta teknologi informasi men-jadi kunci pertumbuhan aset. Saat ini BRI merupakan bank dengan jaringan terbesar dan terluas. “Sampai ke pelosok desa dan semua realtime on-line.”

Laba Permata Sementara itu dalam siaran

persnya, PT Bank Permata Tbk melaporkan pertumbuhan laba bersih konsolidasi dan teraudit sebesar 108% di 2010, yakni dari Rp480 miliar di 2009 menjadi Rp997 miliar. Kenaikan laba bersih ini ditopang pertumbuh-an pendapatan operasional 56% (yoy).

“Hasil ini menggarisbawahi kekuatan model perbankan kami dan mencerminkan komitmen untuk terus tumbuh

dan mendukung perekonomian nasional,” ujar Direktur Utama Bank Permata David Fletcher, kemarin.

Dia menambahkan, penda-patan operasional yang naik 56% (yoy) di 2010 menjadi Rp1,07 triliun dibarengi kenaik-an pendapatan bunga bersih 19% (yoy) menjadi Rp3,28 triliun. Adapun untuk kredit, Bank Permata membukukan pertumbuhan 27% (yoy) men-jadi Rp52,8 triliun. Ini diim-bangi penurunan rasio kredit

bermasalah menjadi 0,7% dari sebelumnya 1,5%.

Sementara di sisi dana pihak ketiga, hingga akhir 2010 ter-catat tumbuh 29% (yoy) menjadi Rp57,7 triliun. Dari jumlah itu, giro dan tabungan naik masing-masing 31% dan 28% menjadi Rp13,8 triliun dan Rp12 triliun. “Deposito juga meningkat 29% menjadi Rp31,9 triliun. De ngan demikian, komposisi dana mu-rah mencapai 45% dari total simpanan,” katanya.

Dengan kinerja tersebut, total aset Bank Permata di 2010 men-capai Rp73,8 triliun atau naik 31% dari 2009. Sementara rasio kecukupan modal meningkat menjadi 15,1%. (*/AW/E-5)

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefi ndo) berencana melakukan pemeringkatan usaha kecil dan menengah (UKM) bersama Bank Indonesia (BI). Hal itu ditujukan untuk mempermu-dah UKM dalam mengakses pembiayaan perbankan.

“Ke depan akan ada rat-ing (peringkat) debitur untuk UKM,” ungkap Presiden Direk-tur Pefindo Ronald T Andi Kasim di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, Pefi ndo bersama BI sedang menyelesaikan model yang akan dipakai dalam pe-meringkatan UKM. Model dan metodologinya akan diadaptasi dari Malaysia dan Singapura. Menurut rencana, penyusunan model akan selesai tahun ini dan peme ringkatan bisa mulai dilakukan pada 2012.

Ronald menyebutkan, pe-meringkatan akan dilakukan Pefindo hanya kepada UKM yang memiliki laporan keuang-annya teraudit oleh akuntan publik. Dia mengakui kesulit-annya adalah UKM terkadang tidak memiliki laporan keuang-an, apalagi laporan keuangan yang sudah diaudit.

Untuk itu, mulai hari ini (Rabu, 23/2), Pefindo akan melakukan sosialisasi kepada

UKM dan Kementerian Ko-perasi dan UKM. Pefi ndo juga telah melakukan sosialisasi kepada akuntan publik melalui Ikatan Akuntan Indonesia agar memberikan biaya audit murah kepada UKM.

“Masa mengaudit laporan keuangan UKM biayanya disa-makan kayak perusahaan yang labanya triliunan. Kita sudah bi-lang ke akuntan publik agar kita bersama-sama bantu UKM kita menjadi besar,” ujar Ro nald.

Ia menambahkan, peme-ringkatan UKM ditujukan agar bank mudah mengakses in-formasi terkait dengan risiko sektor tersebut. Perbankan bisa mengakses rating UKM dengan biaya tidak sampai Rp1,5 juta per tahun.

Dalam menanggapi hal ini, Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Jos Luhukay mengatakan peme-ringkatan UKM akan mem-bantu perbankan dalam mem-berikan layanan kepada UKM. Namun, ia meminta biaya pemeringkat an UKM jangan dibebankan kepada UKM. “Ongkos besar sekali buat perusahaan kalau dia UKM sama juga perusahaan kecil,” ujarnya. (*/E-5)

KEKHAWATIRAN masyarakat b a h w a I n d o n e s i a a k a n kekurang an stok gula ditampik Ikatan Ahli Gula Indonesia (IAGI). Soalnya, stok gula saat ini masih sekitar 800 ribu ton, sedangkan kebutuhan gula nasional paling tinggi 250 ribu ton per bulan.

“Kalau melihat tingkat ke-butuhan tersebut, kebutuhan gula nasional sebetulnya sudah bisa tertutupi hingga April atau ketika masuk musim giling berikutnya,” tutur Sekretaris Jenderal IAGI Adig Suwandi ketika dihubungi, kemarin.

Menurutnya, kebijakan im-por gula dinilai belum perlu dilakukan. Selain stok masih mencukupi, harga gula dunia masih tinggi, yaitu di kisaran US$700-US$800 per metrik ton. Selain itu, telah ada sedikitnya enam pabrik gula (PG) di Lam-pung dan Sumatra Selatan yang memasuki masa giling.

“Kalau memang sudah cukup seharusnya tidak perlu impor. Kalau pun impor, itu hanya untuk buffer stock,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelum-nya, Kementerian Perdagangan memberikan izin impor gula kristal putih dengan total 450 ribu ton. Izin itu diberikan

kepada PTPN IX (70 ribu ton), PTPN X (90 ribu ton), PTPN XI (90 ribu ton), PT Rajawali Nu-santara Indonesia (50 ribu ton), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (90 ribu ton), dan Perum Bulog (60 ribu ton).

Hal senada diungkap Ketua Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Faruk Bakrie. Ia yakin pabrik-pabrik gula di Tanah Air masih bisa menutupi kebutuhan gula nasional hingga memasuki musim giling pada April 2011. Bahkan, AGI mempertanyakan kebijakan impor gula peme-rintah. Ia khawatir kebijakan memaksakan impor itu justru menjatuhkan harga gula di tingkat petani.

“Kalau di dalam negeri banjir gula, harga dipastikan hancur dan petani akan marah dan tidak menanam tebu,” ujarnya.

Lebih baik, imbuhnya, pe-merintah segera membuat regulasi harga untuk mencegah beredarnya gula rafinasi ke pasar gula konsumsi. Sebab per tahunnya, pabrik gula rafi nasi memproduksi 2,2 juta ton. “Padahal kebutuhan gula rafi nasi untuk industri makan-an, minum an, dan lainnya hanya 1,6 juta ton per tahun,” pungkasnya. (HA/E-5)

Salah satu pendorongnya adalah pertumbuhan sektor perkebunan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur.

Pefi ndo-BI Gagas Peringkat UKM

Impor Gula Perlu Ditinjau UlangPenjualan Mobil Bergairah

Sasar Posisi Pemimpin Pasar Aset BRI Tumbuh Pesat

SIAP GILING: Pekerja memeriksa tebu saat menunggu giliran giling di Pabrik Gula Krebet Baru, beberapa waktu lalu.

MINYAK MURAH: Ketua PKK DKI Jakarta Tatiek Fauzi Bowo (kanan) bersama Managing Director Sinar Mas G Sulistiyanto (kedua dari kanan) melayani pembeli minyak goreng murah saat bazar di Kelapa Gading, Jakarta, kemarin. Untuk bazar ini Sinar Mas mengalokasikan 5.000 liter minyak goreng seharga Rp8.500/liter.

MI/BAGUS SURYO

ANTARA/ UJANG ZAELANI