rabu, 19 oktober 2011 kecukupan nutrisi tentukan perilaku … filesoal susu atau daging. “masih...

1
pada ZUBAIDAH HANUM Kecukupan Nutrisi Tentukan Perilaku Anak Anak Indonesia Alami Kekurangan Zat Besi dan Zink Ia pun sempat memperlihat- kan foto Alifah Ahmad Mau- lana, siswa SDN Gadel II Sura- baya, yang beberapa waktu lalu menjadi buah bibir di berbagai media massa karena menying- kap praktik sontek massal saat ujian nasional di sekolahnya. Menurut Soedjatmiko, Alif merupakan representasi gene- rasi muda yang memperoleh nutrisi yang cukup. Peran keluarga Jika merujuk pada hasil sur- vei riset kesehatan dasar 2010, prevalensi gizi buruk di Indo- nesia turun dari 5,4% pada 2007 menjadi 4,9% pada 2010. Meski demikian, angka itu belum menunjukkan perbaikan yang signikan sehingga perlu dilan- jutkan dengan upaya mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi untuk men- dukung pertumbuhan optimal, N EGARA masih mengabaikan per- soalan nutrisi bagi anak. Padahal, ke- cukupan nutrisi akan menen- tukan wajah bangsa ke depan karena berkorelasi dengan perilaku anak. Di sinilah peran krusial bidan sebagai salah satu juru medis menjadi penting dalam mengarahkan ibu dan calon ibu. Demikian benang merah yang mengemuka dalam simposium nasional bertema Nutrisi untuk tumbuh kembang, deteksi dini, dan intervensi penyimpangan tumbuh kembang sebagai salah satu kegiatan Rapat Kerja Nasional ke-5 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Kota Solo, Jawa Tengah, pekan lalu. “Harap diperhatikan, kualitas generasi penerus tergantung kualitas tumbuh kembang anak, terutama batita (di bawah tiga tahun),” sebut dokter spe- sialis anak yang juga pemerhati kesehatan dan tumbuh kem- bang anak, Soedjatmiko. Untuk itu, lanjut Soedjatmiko, penyimpangan tumbuh kem- bang anak harus dideteksi sejak berada di janin hingga berumur tiga tahun agar dapat segera diperbaiki. “Sebab, bila deteksi terlam- bat, penanganan pun terlambat dan penyimpangan akan sukar diperbaiki,” ucap Ketua Divisi Tumbuh Kembang-Pediatri So- sial Departemen Kesehatan Anak FKUI di RSCM itu. Dampak buruk penyimpang- an tumbuh kembang anak da- pat dilihat dari beberapa kasus. Dalam jangka pendek, anak akan lambat menerima dan memproses informasi, sulit me- musatkan perhatian, hiperaktif, memiliki gangguan pengenda- lian emosi, gangguan memori, serta lambat beradaptasi de- ngan lingkungan. Jika berlangsung terus-me- nerus, sambungnya, hal itu akan menyebabkan rendahnya kecerdasan anak, minimnya prestasi, tidak terampil dalam memecahkan masalah, dan gangguan perilaku. “Sering terjadinya kasus tawuran pela- jar merupakan salah satu bukti dampak penyimpangan tum- buh kembang,” imbuhnya. melalui nutrisi yang lengkap dan seimbang. “Selain pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang, dua kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang opti- mal adalah kasih sayang dari keluarga atau lingkungan dan stimulasi. Di titik inilah peran keluarga dan bidan menjadi penting,” terang Soedjatmiko. Survei independen yang di- lakukan Frisian Flag Indonesia (FFI) menunjukkan, pada tahun pertama, orangtua akan fokus pada pertumbuhan sik anak. Adapun saat anak menginjak usia lebih dari satu tahun, orang- tua akan fokus pada perkem- bangan kecerdasan anak. Untuk mengetahui perkem- bangan seorang anak, tentu- nya tenaga kesehatan (bidan) yang terlibat harus menguasai metode screening tumbuh kem- bang balita. Oleh karena itu, sejak 2003 FFI secara berkesi- nambungan telah berpartisipa- si dalam forum edukasi bidan untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan bidan. Ketua Umum Pengurus Pusat IBI Harni Koesno mengatakan, ada sekitar 200 ribu bidan di Indonesia dan sebanyak 101.576 di antaranya anggota IBI. “Masih diperlukan partisi- pasi dari sektor swasta untuk bermitra dengan tenaga kese- hatan seperti kami untuk terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya gizi pada anak. Ibu Soedjatmiko Pemerhati kesehatan dan tumbuh kembang anak Bila deteksi terlambat, penanganan pun terlambat dan penyimpangan akan sukar diperbaiki.” sehat, anak sehat, bangsa juga akan sehat,” tegasnya. Dalam merespons hal ini, Trade Marketing Director FFI Hendro Harijogi Poedjono me- nilai masalah gizi bukan hanya soal susu atau daging. “Masih banyak yang lainnya. Bisa apa saja. Sayangnya, persoalan ke- cukupan gizi belum jadi priori- tas di negeri ini. Ambil contoh, konsumsi susu kita yang sangat rendah,” ujar Hendro. FFI atau Susu Bendera telah eksis di Indonesia selama ham- pir 90 tahun. Karena itulah pihaknya memahami harapan orangtua agar si kecil dapat tumbuh sehat dan optimal. “Salah satunya dengan pengem- bangan kapasitas bidan melalui sosialisasi aplikasi Childhood pada telepon seluler untuk memantau tumbuh kembang anak,” tandasnya. (H-1) [email protected] 12 K ESEHAT AN RABU, 19 OKTOBER 2011 INFO Materi Pendidikan Seks masih Sempit SELAMA ini pendidikan seks yang selalu dibahas hanya dari sudut medis semata telah membuat masalah kehamilan di luar nikah pada kalangan muda luput dari perhatian. Padahal menurut Direktur Program International Planned Parenthood Federation (IPPF) untuk kawasan Asia Tenggara, Alejandra Trossero, masalah seks itu luas lingkupnya bahkan mencakup kualitas hidup masyarakat. Ia mengatakan, di negara-negara berkembang, minimnya pendidikan seks dan reproduksi justru dapat menurunkan kualitas hidup penduduknya. Sebagai ilustrasi, perempuan yang hamil di luar nikah umumnya dipaksa keluarga untuk menikah dengan persepsi akan memperbaiki hidup setelah- nya. Padahal, lanjut Alejandra, menikah belum tentu menjadi jalan keluar terbaik. Akibatnya, jumlah wanita yang harus menanggung malu dan beban mental terus bertambah akibat minimnya pendidikan soal seks.(ED/S-5) SEBAGIAN besar anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia ternyata kurang mendapatkan asupan makanan yang me- ngandung zat besi dan zat zink (zinc) sesuai dengan kebu- tuhan minimalnya. Itulah hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terhadap 661 anak di lima sekolah dasar negeri di Jakarta Timur. Hasilnya, 85% anak hanya mendapatkan asupan zat besi sebesar 80% dari angka rekomendasi harian. Sebanyak 98,6% anak juga diketahui mendapat asupan zat zink sebesar 80% dari standar rekomendasi minimal harian. Berkaca dari hal itu, tidaklah aneh jika sebagian anak-anak Indonesia kedapatan kekurangan zat besi di dalam tubuh- nya. Padahal, menurut staf ahli dari Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Saptawati Bardosono, anak usia pertumbuhan 6-12 tahun harus dibiasakan mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Pasalnya, kekurangan gizi seimbang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sik, melemahnya daya tahan tubuh dan kemampuan otak. Saptawati mengatakan, anak-anak dengan jumlah kon- sumsi zat besi di bawah kebutuhan cenderung mengalami anemia yang dapat mengakibatkan sulit konsentrasi, mudah lelah, dan tampak lesu. Serius Bagi anak-anak yang kekurangan zink, lanjutnya, dapat menderita gangguan dalam pertumbuhan. “Dampak yang didapat dari kekurangan zat besi dan zink sangat serius. Maka, fenomena ini pun harus disetop karena anak usia sekolah dasar merupakan usia emas kedua bagi anak untuk tumbuh,” ujarnya, kemarin, di Jakarta. Ia menjelaskan, kandungan zat besi pada makanan banyak terdapat pada daging merah, sayuran hijau, kacang-kacang- an, serta makan yang telah difortikasi (diberi tambahan vitamin dan mineral). Adapun zink dapat diperoleh dengan mengonsumsi daging, keju, telur, unggas, sayuran hijau, dan makanan yang difortikasi. Masalahnya, berdasarkan survei bagian gizi FKUI, kon- sumsi daging dan ikan pada anak-anak sekolah hanya 10%–16% dari porsi makan sehari-hari. Merespons hal itu, Regina Karim, Health Marketing Director PT Danone Dairy Indonesia, mengatakan, ancam- an kekurangan zat besi dan zink pada anak-anak begitu mencemaskan. Oleh karena itu, pihaknya turut berkontri- busi membantu memenuhi kekurangan mikronutrien yang dialami banyak anak Indonesia melalui produk terbarunya, Milkuat Tiger, yang dikemas di dalam botol. Ini merupakan salah satu produk andalan sebagai suple- men penambah gizi anak. Sebab, menurut Regina, Milkuat menyediakan 15% dari jumlah asupan harian zat besi dan zink yang direkomendasikan. (Tlc/S-6) Perlu Kesadaran Bahaya Osteoporosis OSTEOPOROSIS telah menjadi isu global yang menghan- tui para lanjut usia (lansia). Ada sekitar 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia. Data Kementerian Keseha- tan Indonesia menyebutkan pada 2005, sebanyak 18,4 juta lansia di Tanah Air atau sekitar 19,7% dari populasi terkena osteoporosis. “Satu di antara tiga wanita di atas 50 tahun di dunia rentan terkena osteoporosis. Bagi kaum pria, satu di antara lima orang,” ungkap spesialis bedah tulang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Errol Hutagalung dalam sebuah diskusi di Jakarta, pekan lalu. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia diprediksi terus bertambah sejalan dengan naiknya usia harapan hidup. Menurut Errol, wanita lebih rentan terkena penya- kit ini karena dampak menopause. Karena itu, ia berharap masyarakat sadar bahaya penyakit ini dengan ikut memper- hatikan kesehatan tulang dan menjalankan langkah-langkah pencegahan. Apalagi, osteoporosis belum menjadi prioritas pemerintah. (*) PEMENANG UTAMA: Harian Umum Media Indonesia meraih juara pertama untuk kategori media cetak dalam lomba penulisan karya tulis Kiwi-Zespri dengan artikel Vitamin C Kiwi Lebih Efektif Diserap Tubuh. Posisi utama untuk kategori media online diraih kompas.com. DOK. ZESPRI INTERNASIONAL Masalah gizi bukan soal susu dan daging. Sayangnya, kecukupan gizi belum menjadi prioritas di negeri ini. ANTARA/M RISYAL HIDAYAT

Upload: trinhanh

Post on 30-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

pada

ZUBAIDAH HANUM

Kecukupan NutrisiTentukan Perilaku Anak

Anak Indonesia Alami Kekurangan Zat Besi dan Zink

Ia pun sempat memperlihat-kan foto Alifah Ahmad Mau-lana, siswa SDN Gadel II Sura-baya, yang beberapa waktu lalu menjadi buah bibir di berbagai media massa karena menying-kap praktik sontek massal saat ujian nasional di sekolahnya.

Menurut Soedjatmiko, Alif merupakan representasi gene-rasi muda yang memperoleh nutrisi yang cukup.

Peran keluargaJika merujuk pada hasil sur-

vei riset kesehatan dasar 2010, prevalensi gizi buruk di Indo-nesia turun dari 5,4% pada 2007 menjadi 4,9% pada 2010. Meski demikian, angka itu belum menunjukkan perbaikan yang signifi kan sehingga perlu dilan-jutkan dengan upaya mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi untuk men-dukung pertumbuhan optimal,

NE G A R A m a s i h mengabaikan per-soalan nutrisi bagi anak. Padahal, ke-

cukupan nutrisi akan menen-tukan wajah bangsa ke depan karena berkorelasi dengan perilaku anak. Di sinilah peran krusial bidan sebagai salah satu juru medis menjadi penting dalam mengarahkan ibu dan calon ibu.

Demikian benang merah yang mengemuka dalam simposium nasional bertema Nutrisi untuk tumbuh kembang, deteksi dini, dan intervensi penyimpangan tumbuh kembang sebagai salah satu kegiatan Rapat Kerja Nasional ke-5 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Kota Solo, Jawa Tengah, pekan lalu.

“Harap diperhatikan, kualitas generasi penerus tergantung kualitas tumbuh kembang anak, terutama batita (di bawah tiga tahun),” sebut dokter spe-sialis anak yang juga pemerhati kesehatan dan tumbuh kem-bang anak, Soedjatmiko.

Untuk itu, lanjut Soedjatmiko, penyimpangan tumbuh kem-bang anak harus dideteksi sejak berada di janin hingga berumur tiga tahun agar dapat segera diperbaiki.

“Sebab, bila deteksi terlam-bat, penanganan pun terlambat dan penyimpangan akan sukar diperbaiki,” ucap Ketua Divisi Tumbuh Kembang-Pediatri So-sial Departemen Kesehatan Anak FKUI di RSCM itu.

Dampak buruk penyimpang-an tumbuh kembang anak da-pat dilihat dari beberapa kasus. Dalam jangka pendek, anak akan lambat menerima dan memproses informasi, sulit me-musatkan perhatian, hiperaktif, memiliki gangguan pengenda-lian emosi, gangguan memori, serta lambat beradaptasi de-ngan lingkungan.

Jika berlangsung terus-me-nerus, sambungnya, hal itu akan menyebabkan rendahnya kecerdasan anak, minimnya prestasi, tidak terampil dalam memecahkan masalah, dan gangguan perilaku. “Sering terjadinya kasus tawuran pela-jar merupakan salah satu bukti dampak penyimpangan tum-buh kembang,” imbuhnya.

melalui nutrisi yang lengkap dan seimbang.

“Selain pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang, dua kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang opti-mal adalah kasih sayang dari keluarga atau lingkungan dan stimulasi. Di titik inilah peran keluarga dan bidan menjadi penting,” terang Soedjatmiko.

Survei independen yang di-lakukan Frisian Flag Indonesia (FFI) menunjukkan, pada tahun pertama, orangtua akan fokus

pada pertumbuhan fi sik anak. Adapun saat anak menginjak usia lebih dari satu tahun, orang-tua akan fokus pada perkem-bangan kecerdasan anak.

Untuk mengetahui perkem-bangan seorang anak, tentu-nya tenaga kesehatan (bidan) yang terlibat harus menguasai metode screening tumbuh kem-bang balita. Oleh karena itu, sejak 2003 FFI secara berkesi-nambungan telah berpartisipa-si dalam forum edukasi bidan untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan bidan.

Ketua Umum Pengurus Pusat IBI Harni Koesno mengatakan, ada sekitar 200 ribu bidan di Indonesia dan sebanyak 101.576 di antaranya anggota IBI. “Masih diperlukan partisi-pasi dari sektor swasta untuk bermitra dengan tenaga kese-hatan seperti kami untuk terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya gizi pada anak. Ibu

SoedjatmikoPemerhati kesehatan dan tumbuh kembang anak

Bila deteksi terlambat,

penanganan pun terlambat dan penyimpangan akan sukar diperbaiki.”

sehat, anak sehat, bangsa juga akan sehat,” tegasnya.

Dalam merespons hal ini, Trade Marketing Director FFI Hendro Harijogi Poedjono me-nilai masalah gizi bukan hanya soal susu atau daging. “Masih banyak yang lainnya. Bisa apa saja. Sayangnya, persoalan ke-cukupan gizi belum jadi priori-tas di negeri ini. Ambil contoh, konsumsi susu kita yang sangat rendah,” ujar Hendro.

FFI atau Susu Bendera telah eksis di Indonesia selama ham-pir 90 tahun. Karena itulah pihaknya memahami harapan orangtua agar si kecil dapat tumbuh sehat dan optimal. “Salah satunya dengan pengem-bangan kapasitas bidan melalui sosialisasi aplikasi Childhood pada telepon seluler untuk memantau tumbuh kembang anak,” tandasnya. (H-1)

[email protected]

12 KESEHATAN RABU, 19 OKTOBER 2011

INFO

Materi Pendidikan Seks masih Sempit SELAMA ini pendidikan seks yang selalu dibahas hanya dari sudut medis semata telah membuat masalah kehamilan di luar nikah pada kalangan muda luput dari perhatian.

Padahal menurut Direktur Program International Planned Parenthood Federation (IPPF) untuk kawasan Asia Tenggara, Alejandra Trossero, masalah seks itu luas lingkupnya bahkan mencakup kualitas hidup masyarakat.

Ia mengatakan, di negara-negara berkembang, minimnya pendidikan seks dan reproduksi justru dapat menurunkan kualitas hidup penduduknya. Sebagai ilustrasi, perempuan yang hamil di luar nikah umumnya dipaksa keluarga untuk menikah dengan persepsi akan memperbaiki hidup setelah-nya.

Padahal, lanjut Alejandra, menikah belum tentu menjadi jalan keluar terbaik. Akibatnya, jumlah wanita yang harus menanggung malu dan beban mental terus bertambah akibat minimnya pendidikan soal seks.(ED/S-5)

SEBAGIAN besar anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia ternyata kurang mendapatkan asupan makanan yang me-ngandung zat besi dan zat zink (zinc) sesuai dengan kebu-tuhan minimalnya.

Itulah hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terhadap 661 anak di lima sekolah dasar negeri di Jakarta Timur. Hasilnya, 85% anak hanya mendapatkan asupan zat besi sebesar 80% dari angka rekomendasi harian. Sebanyak 98,6% anak juga diketahui mendapat asupan zat zink sebesar 80% dari standar rekomendasi minimal harian.

Berkaca dari hal itu, tidaklah aneh jika sebagian anak-anak Indonesia kedapatan kekurangan zat besi di dalam tubuh-nya. Padahal, menurut staf ahli dari Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Saptawati Bardosono, anak usia pertumbuhan 6-12 tahun harus dibiasakan mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang.

Pasalnya, kekurangan gizi seimbang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fi sik, melemahnya daya tahan tubuh dan kemampuan otak.

Saptawati mengatakan, anak-anak dengan jumlah kon-sumsi zat besi di bawah kebutuhan cenderung mengalami anemia yang dapat mengakibatkan sulit konsentrasi, mudah lelah, dan tampak lesu.

SeriusBagi anak-anak yang kekurangan zink, lanjutnya, dapat

menderita gangguan dalam pertumbuhan. “Dampak yang didapat dari kekurangan zat besi dan zink sangat serius. Maka, fenomena ini pun harus disetop karena anak usia sekolah dasar merupakan usia emas kedua bagi anak untuk tumbuh,” ujarnya, kemarin, di Jakarta.

Ia menjelaskan, kandungan zat besi pada makanan banyak terdapat pada daging merah, sayuran hijau, kacang-kacang-an, serta makan yang telah difortifi kasi (diberi tambahan vitamin dan mineral). Adapun zink dapat diperoleh dengan mengonsumsi daging, keju, telur, unggas, sayuran hijau, dan makanan yang difortikasi.

Masalahnya, berdasarkan survei bagian gizi FKUI, kon-sumsi daging dan ikan pada anak-anak sekolah hanya 10%–16% dari porsi makan sehari-hari.

Merespons hal itu, Regina Karim, Health Marketing Director PT Danone Dairy Indonesia, mengatakan, ancam-an kekurangan zat besi dan zink pada anak-anak begitu mencemaskan. Oleh karena itu, pihaknya turut berkontri-busi membantu memenuhi kekurangan mikronutrien yang dialami banyak anak Indonesia melalui produk terbarunya, Milkuat Tiger, yang dikemas di dalam botol.

Ini merupakan salah satu produk andalan sebagai suple-men penambah gizi anak. Sebab, menurut Regina, Milkuat menyediakan 15% dari jumlah asupan harian zat besi dan zink yang direkomendasikan. (Tlc/S-6)

Perlu Kesadaran Bahaya Osteoporosis

OSTEOPOROSIS telah menjadi isu global yang menghan-tui para lanjut usia (lansia). Ada sekitar 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia. Data Kementerian Keseha-tan Indonesia menyebutkan pada 2005, sebanyak 18,4 juta lansia di Tanah Air atau sekitar 19,7% dari populasi terkena osteoporosis.

“Satu di antara tiga wanita di atas 50 tahun di dunia rentan terkena osteoporosis. Bagi kaum pria, satu di antara lima orang,” ungkap spesialis bedah tulang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Errol Hutagalung dalam sebuah diskusi di Jakarta, pekan lalu.

Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia diprediksi terus bertambah sejalan dengan naiknya usia harapan hidup. Menurut Errol, wanita lebih rentan terkena penya-kit ini karena dampak menopause. Karena itu, ia berharap masyarakat sadar bahaya penyakit ini dengan ikut memper-hatikan kesehatan tulang dan menjalankan langkah-langkah pencegahan. Apalagi, osteoporosis belum menjadi prioritas pemerintah. (*)

PEMENANG UTAMA: Harian Umum Media Indonesia meraih juara pertama untuk kategori media cetak dalam lomba penulisan karya tulis Kiwi-Zespri dengan artikel Vitamin C Kiwi Lebih Efektif Diserap Tubuh. Posisi utama untuk kategori media online diraih kompas.com.

DOK. ZESPRI INTERNASIONAL

Masalah gizi bukan soal susu dan daging. Sayangnya, kecukupan gizi belum menjadi prioritas di negeri ini.

ANTARA/M RISYAL HIDAYAT