px fisik tgas klpk respirasi

Download Px Fisik Tgas Klpk Respirasi

If you can't read please download the document

Upload: icha-chaphedech-hildantra

Post on 16-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KMB

TRANSCRIPT

PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM RESPIRASI

Pengkajian Kemampuan Bernafas

Frekuensi Pernafasan

Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12 s.d 18 kali permenit (Brunner, 2000). Bradipnea, atau pernapasan lambat berkaitan dengan penurunan tekanan intra kranial, cedera otak, dan takar lajak obat, sedangakan takipnea adalah pernapasan cepat, umumnya tanpak pada pasien pneumonia, edema pulmonal, asidosis metabolik, septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.

Frekuensi napas normal tergantung umur :

a. Usia baru lahir sekitar 35 50 x/menit

b. Usia < 2 tahun 25 35 x/menit

c. Usia 2-12 tahun 18 26 x/menit

d. Dewasa 16 20 x/menit.

e. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit

f. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit

g. Apnea : Bila tidak bernapas .

Volume Paru

Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama beberapa berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam bagian ang lebih kecil, karena ini menunjukan unit dasar.

a. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar pada tiap pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria muda normal.

b. Volume cadangan inspirasi (VCI) menunjukkan jumlah udara dimana seseorang dapat dengan sekuat-kuatnya menghirup udara setelah inspirasi tidal normal. VC1 biasanya kira-kira 3.000 MI.

c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang dapat dengan sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal normal. VCE biasanya kira-kira 1. 100 MI.

d. Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat. Volume ini dapat diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan yang lain dapat diukur secara langsung.

Kapasitas Paru

Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur sebagai kombinasi volume sebelumnya.

a. Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi (dihirup) sengan kuat bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama dengan VT ditambah VCI dan kurang lebih 3.500 ml.

b. Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah j umlah sisa udara pada akhir ekspirasi normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih 2.300 ml.

c. Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan kuat diekspirasi setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT, dan VCE. Volume ini kurang lebih 4.600 ml pada pria normal.

d. Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat diekspansi dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang lebih 5.800 ml.

Desiran otot pektoralis adalah adanya volume keras yang terdengar melalui stetoskop bila pasien berbisik. Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan ada, yang harus ada juga adalah (1) terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli, atau (2) alveoli dimana udara telah digantikan oleh cairan.

Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan gesekan.

Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan napas kecil yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi. Crackles terjadi padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Crackles keras dapat terdengar pada edema pulmonalis dan pada pasien sekarat. Seringkali crackles keras dapat terdengar tanpa stetoskop karena ini terjadi padajalan napas besar.

Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Dispnea mendadak pada individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam rongga pleura). Pada pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea mendadak menunjukkan adanya embolisme pulmonal.

c.Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak, mungkin ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit obstruktif paru menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat penyempitan jalan napas atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau benda asing.

d.Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain. Bila mengi terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi mengi terjadi pada inspirasi dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan tertahannya sekresi.Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal, pnemonia perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari ronki. Bila bunyi abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi tersebut lebih sebagai ronki daripada friction rub.

Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Respirasi

Persiapan

Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik system pernapasan adalah sebagai berikut:

Siapkan peralatan, seperti baju periksa, selimut, stetoskop, senter, pena, penggaris, sarung tangan (tambahan), masker (tambahan).Cuci tangan Jelaskan prosedur kepada pasienAnjurkan klien menanggalkan baju sanpai pinggang dan menggantinya dengan baju periksaPastikan ruang pemeriksa memiliki cukup penerangan dan hangat, serta bebas dari gangguan lingkungan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan prosedur pemeriksaan adalah:

Jaga privasi pasienPemeriksaan harus terorganisasi dengan baek untuk menghemat tenaga klien.Lakukan universal precaution karena mungkin klien batuk dan bersin selama pemeriksaan

Langkah Langkah Pemeriksaan

Pengkajian Awal

Lakukan pengkajian cepat tentang klien untuk menentukan kemampuan klien berpartisipasi dalam pemeriksaanInspeksi penampilan umum secara keseluruhan dan posisi klien. Beri perhatian khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah dan ekspresinya, bibir, otot-otot yang digunakan, serta gerakan dadadalam tiga bagian torak( anterior, posterior dan lateral)

Inspeksi Torak

Atur posisi klienMulai pemeriksaan dengan klien pada posisi duduk serta semua pakaian dibuka sampai pinggangHitung pernapasan selama satu menit penuhSaat menghitung pernapasan, observasi juga laju pernapasan, ritme dan kedalaman siklus pernapasanObservasi pergerakan dada pada tiga bagian torakLaporkan bahwa pernapasan tenang, simetris dan tanpa usahaSebelum dilanjutkan pada langkah berikutnya, minta klien untuk menarik napas dalam dan observasi keterlibatan ototInspeksi warna kulitLaporkan apakah warna kulit dada ( anterior, posterior dan lateral) konsisten dengan warna tubuh bagian tubuh lainnya

Inspeksi konfigurasi dadaLakukan pengukuran diameter anteriorposterior dan transversal dada. Pada orang dewasa normal akan didapatkan hasil 1 : 2 bagianTentukan kesemitrisan dada dan inspeksi struktur skeletalPemeriksa berdiri dibelakang klien dan gambarkan garis imajiner sepanjang batas superior scapula dari akromion kanan sampai akromion kiri. Garis ini harus tegak lurus dengan garis vertebra.

Palpasi Torak Posterior

Palpasi secara dangkal bagian posterior torakKaji besar otot pada daerah tepat dibawah kulitPalpasi dada dengan cara teratur menggunakan telapak tangan

Harus diingat untuk mengkaji juga daerah superior scapula, sampai dengan tulang iga (kosta) ke-12, dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis mid-aksila pada kedua sisi

Palpasi dan hitung jumlah tulang kosta dan sela interkosta (intercostals space-ICS)Minta klien untuk fleksi leher, maka prosesus spinal servikal ke-7 akan terlihatBila pemeriksa memindahkan tangan sedikit kekiri dan kekanan dari prosesus, pemeriksa akan akna merasakan tulang kosta pertamaHitung tulang kosta serta ICS tetapi tangan pemeriksa tetap dekat pada garis vertebra.Palpasi tiap-tiap prosesus spinalis dengan gerakan kea rah bawahObservasi bahwa jari tangan pemeriksa akan turun membentuk garis lurus. Bila tidak lurus dapat menunjukkan adanya skoliosisPalpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi paruLetakkan tangan setingkat dengan kosta ke-8 sampai ke-10 . letakkan kedua ibu jari dekat dengan vertebra dan tekan kulit secara lembut di antara kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan punggung klienMinta lah klien untuk menarik napas dalam. Pemeriksa seharusnya merasakan tekanan yang sama di kedua tangan dan tangan pemeriksa bergerak menjauhi garis vertebra.Palpasi untuk menilai Tactile Fremitus

Fremitus adalah fibrasi yang dirasakan diluar dinding dada saat klien bicara. Vibrasi paling besar dirasakan pada daerah saluran napas yang berdiameter besar (trakea) dan hamper tidak ada pada daerah alveoli paru-paru.

Gunakan daerah sendi metakarpofalangeal atau permukaan luar dari tangan pada saat memeriksaMintalah klien utuk mengulangi kata ninety-nine atau tujuh piluh tujuh

Perkusi Torak Posterior

Visualisasikan penunjuk daerah torakSebelum melakukan perkusi, visualisasikan garis horizontal , garis vertical, tingkat diafragma dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi lobus paruAtus posisi klienBantu klien membungkuk sedikit ke depan dan melebrakan bahuPerkusi daerah paruMulailah perkusi pada daerah apeks paru kiri dan bergerak ke apeks paru kananGerakan kedalam setiap ICS dengan cara sistematik. Perkusi sampai ke tulang kosta yang paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai ke garis mid-aksila kiri dan kanan.

Perhatian: jangan melakukan perkusi di atas vertebra , scapula atau tulang kosta, karena perkusi di atas tulang akan terdengar suara datar. Pada orang yang sehat, perkusi pada daerah paru akan menghasilkan suara resonan.

Perkusi untuk mementukan pergerakan atau ekskursi diafragmaMulai dengan melakukan perkusi pada ICS ke-7 ke arah bawah sepanjang garis scapula sampai batas diafragma. Terdengar suara resonan yang akan berubah menjadi dullnessBeri tanda pada kulitMintalah klien untuk menarik napas dalam dan menahannyaPerkusi kembali kearah bawah dari kulit yang bertanda sampai terdengar lagi suara dullnessBeri tanda lagi pada kulit yang kedua kalinyaAnjurkan klien untuk menarik napas secara normal beberapa kali Sekarang minta lah klien untuk bernapas normal dan keluarkan napas sebayak-banyaknya kemudian minta klien untuk menahan napasPerkusi kearah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan, beri tanda dan ajnurkan klien bernapas secara normal . pemeriksa akan mendapatkan tiga tanda pada kulit sepanjang garis scapulaUlangi prosedur pada sisi lain

Jarak antara tanda ke-2 dan ke-3 dapat berkisar antara 3-6 cm pada orang dewasa sehat.

Kembalikan klien pada posisi duduk yang nyaman

Auskultasi torak Posterior

Visualisasi landmark daerah torakSebelum auskultasi torak posterior dilakukan, visualisasikan landmark daerah tersebut seperti sebelum perkusiAuskultasi trakeaDengan menggunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma stetoskop sejalan dengan bernapasnya klien secara berlahan-lahan dengan mulut terbukaMulailah pada garis vertebra servikalis dan turun ke dawah sampai totakalis. Di sini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea dan suara yang terdengar adalah bronchial.

Auskultasi bronkusPindahlah stetoskop ke kiri dan kanan garis vertebra setinggi T-3 sampai T-5. Bronkus kiri dan kanan tepat berada pada posisi ini, dan suara yang terdengar adalah bronkovesikulerAuskultasi paru-paruAuskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada perkusi paru-paruMulai auskultasi pada bagian apeks paru kiri dan lanjutkan seperti pola perkusi. Pemeriksa akan mendengar suara vesikuler.Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus inspirasi dan ekspirasi. Bila terdengar adanya suara napas tambahan, maka catat lokasi, kualitas, lama dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.

Palpasi Torak Anterior

Atur posisi klien, biasanya pada posisi supine untuk palpasi torak anterior. Akan tetapi beberapa ahli menyukai posisi dudukTentukan lokasi landmark daerah torak anteriorTentukan lokasi suprasternal notch dengan jari tangan. Palpasi turun ke bawah dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada angle of Louis

Palpasi secara lateral dan temukan tulang kosta ke-2 pada ICS ke-2

Hitung tulang kosta yang terdekat dengan batas sternum

Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat didawah kulit

Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernapasanLetakkan tangan pada dinding anterior dada tepat dibawah batas kosta dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternumTekan kulit diantara ibu jari seperti saat melakukan palpasi dinding posteriorMintalah klien untuk menarik napas dalam. Observasi pergerakan ibu jari dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa. Jarak antara ibu jari seharusnya melebar secara merata dan tekananya juga sama.Palpasi untuk mengetahui tactile fremitus pada dinding anterior dada

Perkusi Torak Anterior

Visualisasikan landmark daerah torak anteriorSebelum melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasikan garis vertical dan horizontal. Identifikasi lokasi diafragma dan lobus paruPerkusi daerah paru dengan pola yang teraturMulailah perkusi pada daerah apeks dan dilanjutkan sampai setinggi diafragma, kemudian perkusi sampa ke garis mid-aksila pada masing-masing sisi. Hindari perkusi pada atas sternum, klavikula, tulang kosta dan jantungPastikan jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada ICS sejajar dengan tulang kostaJika pada klien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah klien untuk memindahkan payudaranya kesamping (mengatur posisi) selama prosedur ini. Perkusi diatas jaringan payudara pada wanita akan menghasilkan suara Dull

Auskultasi Torak Anterior

Visualisasikan petunjuk torak anteriorAuskultasi diatas trakeaSuara akan terdengar dibagian atas dari jugularis (suprasternal) notchSuara yang terdengar adalah bronchial Auskultasi diatas bronkus kiri dan kanan. Daerah ini terdapat pada batas sternum sebelah kiri dan kanan ICS ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah bronkovesikulerAuskultasi paru-paruDengarkan suara vesikuler , biasanya pada daerah parenkim paru paruSekarang dengarkan bunyi napas tambahan. Suara ini mendahului inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernapasanBila pemeriksa mendengar suara napas tambahan, maka catat lokasi, kualitas dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan

Pengkajian Diagnostik Fungsi Pernafasan

Uji Fungsi Pulmonal

Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efisien. Pemeriksaan ventilasi dasar dilakukan dengan menggunakan spirometer dan alat pencatat sementara khen bernapas melalui masker mulut (mouthpiece) yang dihubungkan dengan selang penghubung. Pengukuran yanc, dilakukan mencakup volume tidal (Vt), volume reserve inspirasi (IRV), volume residual (VR), dan volume ekspirasi yang dipaksa selama 1 detik (FEV1).

Pemeriksaan fungsi paru biasanya dilakukan di laboratorium fungsi pulmonar. Perawat mempersiapkan klien dengan menjelaskan prosedur. Sebuah klip hidung mencegah klien menghirup udara atau mengeluarkan udara melalui hidung. Klien bernapas melalui sebuah masker mulut yang dihubungkan ke spirometer, yang berfungsi untuk mengukur volume paru. Klien diminta pada waktu-waktu tertentu untuk menghirup udara atau mengeluarkan sebanyak mungkin udara. Kerja sama klien sangat penting untuk memastikan hasil yang akurat.

Kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate [PEFR]) adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjaclinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar. Pengukuran ini sangat berkorelasi dan sama dengan FEV, (Walsh, 1992). Meter aliran ekspirasi puncak merupakan alat yang dipegang tangan sehingga memungkinkan klien asma mengikuti sejauh mina jalan napas terbuka. Informasi tentang kecepatan aliran ekspirasi puncak merupakan data pengkajian esensial untuk klien asma.

Analisa Gas Darah (Arteri, Vena, PCO2, Po2, PH)

Pengukuran gas darah arteri dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi paru untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen, tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida, dan saturasi oksihemoglobin. Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapileralveolar dan keadekuatan oksigenasi jaringan

Oksintetri. Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri kutaneus (Prosedur 44-1). Saturasi oksigen (0, sat) adalah persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keun- tungan pengukuran oksimetri transkutaneus meliputi pengukura dilakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoleh (Whitney, 1990). Oksimetri tidak menimbulkan nyeri, jika dibandingkan dengan pungsi arteri. Klien yang mencyalami kelainan perfusi/ventilasi, seperti pneumonia, emfisema, bronkitis kronik, asma, embolisms pulmonar, gagal jantung kongestif merupakan kandidat ideal untukmenggunakan oksmetri nadi (Ahrens dan Rutherford, 1993).

Oksimetri yang paling umum digunakan adalah oksimeter nadi. Tips oksimeter ini melaporkan amplitude nadi dengan data saturasi oksigen. Perawat biasanya mengikatkan sensor noninvasif ke jari tangan, jari ari kaki, atauhidung klien yang inemantau saturasi oksigen darah. Nasal probe (alas untuk menyelidiki kedalaman) direkomendasi untuk kondisi perfusi darah yang sangat rendah. Aliran darah di dalam arteri ethmoid anterior septum nasal tetap lebih besar daripada aliran darah ke jari-jari dalam kondisi aliran terganuou (Ahrens dan Rutherford, 1993). Pemantauan saturasi oksigen yang kontinu bermanfaat dalam pengkajian gangguan tidur, toleransi terhadap latihan fisik, penyapihan dari ventilasi mekanis, dan penurunan sementara saturasi oksigen. Keakuratan nilai oksimetri nadi secara langsung berhubungan dengan perfusi di daerah probe. Pengukuran oksimetri pada klien yang memiliki perfusi jaringan yang disebabkan syok, hipotermia, atau penyakit vaskular perifer mungkin tidak dapat dipercaya. Keakuratan oksi-metri nadi kurang dari 90 mm Hg. Data hasil pengukuran oksimetri memiliki sedikit nilai klinis. Tren saat ini memberikan informasi terbaik tentang status oksigenasi klien.

Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan set darah putih per mm3 darah. Perawat memperoleh contoh darah vena dengan menggunakan pungsi vena. Nilai normal untuk hitung darah lengkap bervariasi menurut usia dan jenis kelamin.

Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam set darah merah (eritrosit). Defisiensi set darah merah akan menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut oksigen ke jaringan lebih sedikit.

Apabila jumlah set darah merah meningkat, misalnya polisitemia pada kondisi paru kronis dan kondisi jantung sianosis, kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat. Namun, peningkatan jumlah set darah merah akan meningkatkan kekentalan (viskositas) darah dan risiko klien terbentuknya trombus.

Pemeriksaan Radiografi Dada

Pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoskopi, dan pemindaian paru digunakan untuk memvisuali- sasi struktur sistem pernapasan.

Pemeriksaan sinar-X dada. Pemeriksaan sinar-X dada terdiri dari radiografi thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapangan paru untuk mendeteksi adanya cairan (mis. seperti yang terjadi pada pneumonia), massy (mis. kanker paru), fraktur (mis. fraktur klavikula dan tulang iga), dan proses-proses abnormal lain (mis. tuberkulosis). Biasanya suatu film lateral dan PA (posterior-anterior) dilakukan untuk mem-visualisasi lapangan paru secara adekuat.

Prosedur Endosekopi

Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.

a. Bronkoskopi diagnostik bertujuan :

1. Untuk memeriksa jaringan dan mengumpulksn sekret.

2.Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses proses patologi dan untuk mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan diagnosis (dengan forsep biopsi, kuretase, sikat biopsi).

3. Menentukan apakah suatu tumor dapat direseksi atau tidak melalui tindakan bedah.

4. Mendiagnosa tempat perdarahan (sumber hemoptisis)

b. Bronkoskopi terapeutik bertujuan:

1. Mengangkat benda asing dari pohon trakeobronkial.

2. Mengangkat sekresi yang menyumbat pohon trakeabronkial, ketika pasien tidak dapat membersihkannya.

3. Memberikan pengobatan pascaoperatif pada atelektase.

4. Menghancurkan dan mengeksisi lesi

Komplikasi bronkoskop mencakup: reaksi terhadap anestesi lokal, infeksi, aspirasi, bronkospasme, hipoksemia pneumotoraks, perdarahan dan perfusi.

Pemeriksaan Sputum

Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisms yang berkembang dalam sputum. Suatu sputum kultur dan sensitivitas sputum (C dan S) mengidentifikasi mikroorganisme tertentu dan resistansi serta sensitivitasnya terhadap obat. Spesimen sputum juga dapat diambi I untuk mengidentifikasi adanya tuberkel basilus (TB), sputum untuk basilus cepat-asam (sputum for acid-fast bacillus [AFB]). Spesimen AFB diperoleh riga hari berturut-turut pada awal pagi hari. Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker paru abnormal dengan tipe set. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengumpulan spesimen riga hari berturut-turut pada awal pagi hari.

Perawat harus memastikan spesimen sputum yang mengandung lendir dari bagian dalam bronkus dan bukan saliva. Carat warna, konsistensi, jumlah, dan bau sputum dan dokumentasi tanggal dan waktu spesimen dikirim ke laboratorium khusus untuk dianalisis.

Torasentesis

Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk biopsi. Prosedur dilakukan dengan teknik aseptik dengan meng-gunakan anestesi lokal. Klien biasanya ducluk tegak dengan thoraks anterior yang ditopang bantal atau dengan meja di etas tempat tidur.

Sakit tidaknya prosedur ini tergantung pada toleransi klien terhadap nyeri. Perawat dapat mengurangi rasa cemas klien dengan menjelaskan prosedur dan mengatakan kepada klien apa yang akan terjadi seat prosedur dilakukan. Klien harus memahami pentingnya menahan napas sesuai instruksi dan untuk tidak batuk selama dilakukan prosedur. Gerakan mendadak dapat menyebabkan pungsi paru jarum torasentesis. Klien diinstruksikan untuk memberi tabu dokter sebelum batuk atau bersin sehingga jarum dapat ditarik.

Setelah prosedur, perawat memantau klien untuk melihat adanya tanda-tanda pneumothoraks; sesak napas mendadak, deviasi trakea, desaturasi oksigen, dan an-sietas. Terjadinya pneumothoraks setelah pelaksanaan torasentesis merupakan suatu situasi kedaruratan. Tipe pneumotoraks ini dikenal sebagai tension pneumotoraks dan tipe ini dapat menyebabkan henti kardiopulmonar jika tidak ditangam segera.

Biopsi Pleura

Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan pleuroskopi, yang merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang dimasukka kedalam spasium pleural. Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau pewarnaan jaringan untuk mengidentifikasi tuberkulosis atau fungiProsedur diagnostik Radioisotop (pemindaian paru)Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan pemindaianinhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru, suplai vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.

Prosedur Diagnostik Radioisotop (Pemindaian Paru)

Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian computed tomografi (CT). Pemindaian CT mengombinasikan sinar-X dan teknologi komputer. Cahaya sinar-X melalui suatu bagian atau bidang thoraks dari sudut-sudut yang berbeda dan kompu-ter menghitung absorpsi jaringan dan memperlihatkan hasil cetakan dan gambar pemindaian jaringan, yang memperhatikan densitas (kepadatan) berbagai struktur intrathorak. Sebuah pemindaian CT dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan. Identifikasi tipe Jaringan harus dilakukan dengan biopsi.

Prosedur Biopsi Paru

Ada 3 biopsi paru non bedah dengan angka kesakitan yang rendah yaitu:

a. Penyikatan bronkial trankateter prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi paru dan untuk identifikasi organisme patogenik, metode ini hanya menyagkut pemasukan kateter melalui membrane transkrikotiroid dengan pungsi jarum, setelah prosedur ini pasien diinstruksikan untuk menekankan jari atau ibu jari diatas tempat pungsi ketika batuk untuk menghambat kebocoran udara kedalam jaringan sekitarnya.

b.Biopsi jarum perkutan aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang memberikan spesimen jaringan untuk pemeriksaan histologi.

c.Biopsi paru tranbronkial menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan dengan bronkoskop serat optik. Biopsi diindikasikan ketika diduga lesi paru dan pemeriksaan sputum rutin, serta pencucian bronkoskop menunjukkan hasil negatif. Anestesi diberikan sebelum prosedur. Kulit tempat biopsi dibersihkan dan dianestesi dan dibuat insisi kecil. Jarum biopsi dimasukkan melalui insisi kedalam pleura dengan pasien menahan napas saat midekspirasi.

Biopsi Nodus Limfe

Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui nodus limpe dan untuk menegakkan diagnosa atau prognosis pada penyakit seperti penyakit hodgkin, sarkoidosis, penyakit jamur, tuberkulosis dan karsinoma. Mediastinoskopi pemeriksaan endoskopi mediastinum untuk mengeksplorasi dan biopsi nodus limpe mediastinum yang mengaliri paru-paru. Biopsi dilakukan melalui insisi suprasternal.Mediastinotomi anterior insisi dibuat pada kartilago kosta kedua atau ketiga. Mediastinum dieksplorasi, dan biopsi dilakukan pada nodus limpe yang ditemukan. Drainase selang dada akan dibutuhkan setelah prosedur. Diagnmosis ini sangat bermanfaat untuk menentukan apakah Lesi pulmonal dapat direseksi.

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN

Nama:

Nim:

Nama OP:

NO

Langkah Pemeriksaan

Dilakukan

Tidak Dilakukan

1.

Inspeksi Torak

Observasi pernafasan meliputi laju pernafasan (respiratory rate-RR), irama dan kedalamanInspeksi warna kulitInspeksi konfigurasi dada, ratio AP:TInspeksi struktur skeletal

2.

Palpasi Torak Posterior

Palpasi dangkal torak posteriorPalpasi dan hitung tulang kosta dan ICSPalpasi prosesus spinosusPalpasi ekspansi pernapasanPalpasi tractile fremitus

3.

Perkusi Torak Posterior

Visualisasikan penunjuk daerah torak (landmark)Perkusi dearah paru-paruPerkusi ekskursi diafragma

4.

Auskultasi Torak Posterior

Auskultasi TrakeaAuskultasi BronkusAuskultasi Paru ( bunyi napas)

5.

Palpasi Torak Anterior

Visualisasikan Landmark Torak anteriorPalpasi ekspansi pernapasanPalpasi tractil fremitus

6.

Perkusi Torak Anterior

Perkusi daerah paru-paru

7.

Auskultasi Torak Anterior

Auskultasi TrakeaAuskultasi BronkusAuskultasi paru ( bunyi napas)

Sumber : Kozier, B., G., dan Oliveri, R., 1996

DAFTAR PUSTAKA

Anam (2009). Pemeriksaan Frekwensi Pernafasan http://anam56.blogspot.com/2009/01/d.html. diakses tanggal 27 September 2011 pukul 11 : 22 am

Potter and Perry (2006). Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Priharjo, Robert (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Putra, Ardyan Pradana (2011). Pengkajian Sistem Pernafasan. http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/04/pengkajian-sistem-pernafasan.html diakses tanggal 27 September 2011 pukul 11 : 19 am)

Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika

Somantri Irman (2002). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gnagguan Sistem Pernapasan, Edisi 2. Jakarta, Salemba Medika

TUGAS KELOMPOK

PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM RESPIRASI

Di Susun Oleh : KLPK

ABDUL KARIM

ARI SUSIANI

DASUKI

SUPRIYADI

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2012