pura pura di gianyar

Upload: sinde-laras

Post on 16-Jul-2015

374 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama

: Made Adhi Martha Dinata

Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro NIM : 1015061001

Pura-Pura yang terdapat di Kabupaten Gianyar : 1. Pura Masceti Pura Masceti berstatus Pura Kahyangan Jagat, kerap didatangi oleh umat dari sejebag jagat Bali. Pura Masceti yang terletak di tepian pantai Desa Medahan-Keramas, Blahbatuh, Gianyar, kerap menjadi tempat mencari keheningan jiwa. Pura suci yang berusia tua yang juga merupakan kisah tapak tilas Dhang Hyang Dwijendra ini ramai dikunjungi di saat hari suci umat Hindu. Pada bagian jeroan (Utama Mandala) di Pura Masceti terdapat beberapa pelinggih. Di antaranya Meru Tumpang Lima merupakan pelinggih Ida Batara Masceti sebagai pelinggih utama. Yang dipuja dalam hal ini adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Sri. Meru Tumpang Lima ini berdampingan dengan Meru Tumpang Tiga pelinggih Batara Ulun Suwi, dan bagian selatan merupakan pemujaan Batara Segara, kemudian pelinggih Sedahan Penyarikan, Sedahan Dasar atau Pertiwi. Sebagai rasa syukur para petani terhadap berkah yang telah dilimpahkan Ida Batara Masceti, setiap Anggarkasih Kulantir dilaksanakan upacara Ngusaba Tipat. Selain itu juga digelar upacara ngaturan berem setiap Anggarkasih Julungwangi. 2. Pura Pusering Jagat Bertanyalah di mana pusat dunia kepada warga Desa Pejeng, Gianyar, maka dengan cekatan mereka akan mengatakan bahwa di Pura Pusering Jagatlah tempatnya. Bagi mereka di Pura Pusering Jagatlah awal mula kehidupan dan peradaban dunia. Keyakinan itu kemungkinan besar karena Pusering Jagat memang berarti pusat semesta. Di pura ini terdapat arca-arca yang menunjukkan bahwa pura ini adalah tempat pemujaan Siwa seperti arca Ganesha (putra Siwa), Durga (sakti Siwa), juga arca-arca Bhairawa. Ada juga arca berbentuk kelamin laki-laki (purusa) dan perempuan (pradana). Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Pradana ini adalah ciptaan Tuhan yang pertama. Purusa adalah benih-benih kejiwaan, sedangkan Pradana benih-benih kebendaan. Pertemuan Purusa dan Pradana inilah melahirkan kehidupan dan harmoni.

3. Pura Tirtha EmpulPura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Mengenai nama pura ini kemungkinan besar diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul seperti yang telah disebutkan diatas. Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah.

Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring.Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.

4. Pura Kebo EdanPura Kebo Edan adalah salah satu pura sebagai bukti bahwa ajaran Hindu Tantrayana berkembang di Bali. Ajaran Tantrayana ini berasal dari pengaruh dari Kerajaan Kediri Jawa Timur pada abad ke-13 Masehi saat Raja Kerta Nagara bertahta. Raja ini menganut agama Hindu Tantrayana. Raja Kertanegara ini kekuasaannya sampai ke Bali. Raja Kertanegara mengangkat wakilnya di Bali bernama Kebo Parud. Saat itu keagamaan Hindu di Bali mendapatkan juga pengaruh Hindu Tantrayana. Salah satu bentuk pengaruh itu adalah adanya Pura Kebo Edan di Desa Pejeng Kecamatan Tampaksiring. Di Lingkungan Pura Kebo Edan ini terdapat sebuah Arca Ciwa dalam bentuk Bhairawa menari, yang tingginya 360 cm. Bentuk Arca ini menari di atas mayat dengan hiasan ular, mukanya memakai kedok dan kemaluannya seperti bergoyang.

5. Pura SelukatPura Selukat terletak di Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar, sekitar 15 Km dari Denpasar. Pura ini merupakan tempat bagi masyarakat Bali untuk memohon air suci untuk pembersihan. Fungsi utama Pura Selukat adalah sebagai media untuk memohon tirtha pangelukatan pada Tuhan untuk menyucikan kehidupannya di bumi ini. Tuhan sebagai dewanya tirtha pangelukatan adalah Ganesa. Fungsi Ganesa adalah sebagai Wighnaghna Dewa atau Wighneswara dan Winayaka Dewa. Tuhan dipuja sebagai Wighnaghna Dewa adalah untuk mendapatkan keyakinan dalam melawan halangan hidup yang berasal dari luar diri manusia. Dengan memuja Batara Gana diyakini kehidupan di bumi ini akan terlindungi dari berbagai serangan dari luar diri manusia. Sedangkan tirtha pebersihan untuk melawan gangguan hidup yang berasal dari dalam diri. Tirtha pebersihan simbol kekuatan Dewa Siwa. Dalam mitologi Hindu Dewa Siwa adalah ayah dari Dewa Ganesha. Ini menggambarkan bahwa musuh yang berada dalam diri manusia itu jauh lebih kuat daripada musuh yang berada dari luar diri.