puisi pablo neruda

6
SEEKOR ANJING TELAH MATI Anjingku telah mati, kukubur dia di kebun di sebelah mesin tua penuh karat Suatu saat aku pun akan menemaninya di sana tapi saat ini biar dia bersama mantel kusutnya tabiat buruknya, dan hidungnya yang beringus dan aku, si gila dunia yang tidak meyakini apapun yang dijanjikan surga di angkasa pada tiap yang berbelas kasih Aku percaya, di surga para anjing dimana anjingku akan menunggu kehadiranku meriakkan hembusan serupa goyang ekor persahabatannya aku yakin, aku tak akan pernah menginjakkan kaki di sana Ah, aku takkan mengobral kesedihan di tanah ini karena telah kehilangan seorang sahabat yang tidak pernah kehilangan martabat persahabatannya untukku, persis seperti landak yang mempertahankan kerajaannya persahatan sebiji bintang, jauh terpencil tanpa sautan hadir keintiman, tanpa dilebih-lebihkan Sama sekali dia tak pernah melompat ke atas pakaianku dan menularkan kudisnya ke seluruh tubuhhku dia juga sama sekali tak pernah menggosok-gosok ke lututku layaknya anjing-anjing yang lain yang doyan bercinta tidak, anjingku hanya menatapku lurus hanya memberi perhatian yang kubutuhkan perhatian yang wajib hadir untuk membuat orang yang tak berguna sepertiku mengerti bahwa menjadi seekor anjing telah membuang-buang waktunya Dengan mata yang lebih jernih daripada milikku dia akan tetap menatapku dengan raut muka tertentu yang hanya dia perlihatkan padaku semua hal manisnya dan kehidupan kusutnya selalu berada di dekatku tak pernah menyusahkanku dan tak pernah meminta apapun

Upload: ilham-akbar

Post on 14-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ini adalah puisi-puisi pablo neruda

TRANSCRIPT

Page 1: Puisi Pablo Neruda

SEEKOR ANJING TELAH MATI

Anjingku telah mati, kukubur dia di kebundi sebelah mesin tua penuh karat

Suatu saat aku pun akan menemaninya di sanatapi saat ini biar dia bersama mantel kusutnyatabiat buruknya, dan hidungnya yang beringusdan aku, si gila dunia yang tidak meyakiniapapun yang dijanjikan surga di angkasa padatiap yang berbelas kasihAku percaya, di surga para anjingdimana anjingku akan menunggu kehadirankumeriakkan hembusan serupa goyang ekor persahabatannyaaku yakin, aku tak akan pernah menginjakkan kaki di sana

Ah, aku takkan mengobral kesedihan di tanah inikarena telah kehilangan seorang sahabatyang tidak pernah kehilangan martabatpersahabatannya untukku, persis seperti landakyang mempertahankan kerajaannyapersahatan sebiji bintang, jauh terpenciltanpa sautan hadir keintiman, tanpa dilebih-lebihkan

Sama sekali dia tak pernah melompat ke atas pakaiankudan menularkan kudisnya ke seluruh tubuhhkudia juga sama sekali tak pernah menggosok-gosok ke lututkulayaknya anjing-anjing yang lain yang doyan bercintatidak, anjingku hanya menatapku lurushanya memberi perhatian yang kubutuhkanperhatian yang wajib hadiruntuk membuat orang yang tak berguna sepertiku mengertibahwa menjadi seekor anjing telah membuang-buang waktunya

Dengan mata yang lebih jernih daripada milikkudia akan tetap menatapkudengan raut muka tertentu yang hanya dia perlihatkan padakusemua hal manisnya dan kehidupan kusutnyaselalu berada di dekatkutak pernah menyusahkanku dan tak pernah meminta apapun

Ah pada ekornya, berapa kali aku termakan cemburusaat berjalan bersama di bibir pantaidi sepi musim dingin Isla nigrasaat burung-burung musim itu memenuhi angkasadan rambutku morat-marit dipermainkan dahsyat gelombang angin

Page 2: Puisi Pablo Neruda

anjing pengembaraku itu akan mendengus-dengusdengan ekornya yang keemasan berdiri tegaklanggsung menantang semburan muka samudera

Riang, riang, riangseperti satu-satunya anjing yang tahu mengecam kebahagiaantidak ada kata perpisahan untuk anjingku yang telah matidan kami, segera atau tidak kapanpun pernah berbaringsebelah menyebelah

Jadi sekarang dia telah mati dan aku menguburkannyadan hanya itu, hanya untuk itu dia hadir

(Pablo Neruda)

SONETA II

Kasihku, berapa banyak jalan harus kutempuh untuk mendapatkan ciuman,berapa kali aku tersesat kesepian sebelum menemukanmu!Kereta kini melaju menembus hujan tanpa diriku.Di Taltal musim semi belum kunjung tiba.

Tapi aku dan engkau, kasihku, kita bersama-sama,bersama dari pakaian hingga tulang,bersama di musim gugur, di air kita, di pinggul,hingga akhirnya hanya engkau, hanya daku, kita berdua.

Bayangkan betapa semua bebatuan itu diangkut sungai,mengalir dari mulut sungai Boroa;bayangkan, betapa bebatuan itu dipisahkan oleh kereta dan bangsa

Kita harus saling mencinta,sementara yang lainnya semua kacau, laki-laki maupun perempuan,dan bumi yang menghidupkan bunya anyelir.

(Pablo Neruda)

DONGENG PUTRI DUYUNG DAN PEMABUK

Semua laki-laki itu berada di dalam ruangansaat dia masuk bertelanjangMereka semua telah mabuk: mereka mulai menyibakbaru-baru ini dia muncul dari bibir sungai tanpa tahu apapunSeekor putri duyung yang tersesat jalan

Page 3: Puisi Pablo Neruda

Dari kilatan tubuhnya celaan segera meluapkecabulan basah kuyup di payudaranya yang keemasania tidak mengenal airmata jadi ia tak pernah mengusap air mataia tidak mengenal pakaian dia tak memilikinyamereka menyelimutinya dengan sumbat-sumbat gabus hangusdan puntung-puntung rokokdigelindingkan beriring derai tawa di lantai kedai

Dia sama sekali tidak berbicara, karena dia tak mengenal katamatanya adalah warna cinta yang asing dinginbibirnya bergerak, sunyi, dalam cahaya batu karangdan tiba-tiba dia pergi keluar melalui pintu di sanamasuk ke dalam sungai yang menyucikannyabersinar seperti pualam di musim hujantanpa menoleh dia terus berenangberenang keketiadaan, menuju maut

(Pablo Neruda)

KUTU ITU BEGITU MENARIK PERHATIAN

Kutu itu begitu menarik perhatianmaka kubiarkan ia menggigitku berjam-jammereka begitu sempurna, purba, sanskritmesin yang setuju untuk tidak pernah memohon terlebih dahulu

Mereka tidak menggigit untuk makanmereka hanya menggigit sebagailompatanmereka bak penari-penari ruang angkasa denganakrobat-akrobat halus sebuah sirkus paling lembut nan dalamkubiarkan mereka mencongklang di kulitmerembeskan semua rahasia perasaannyamenghibur diri sendiri dengan darahku

Ah, seseorang harusnya mengenalkannya padakuaku ingin mengenalnya lebih intimaku ingin mengetahui apa yang dipercayainya

(Pablo Neruda)

KUCANDUI MULUTMU, SUARAMU, RAMBUTMU

jangan pernah pergi jauh, meski hanya untuk seharijangan pernah pergi jauh, meski hanya untuk seharikarena, karena aku tak tahu bagaimana mengucapkannya:sehari adalah waktu yang begitu lama

Page 4: Puisi Pablo Neruda

dan aku akan menunggumu di stasiun yang melompong iniketika kereta-kereta tak lagi singgah disini, tertidur

jangan tinggalkan aku, meski hanya satu jam, karenasejak itu, tetes-tetes kecil kesedihan akan berpacu bersamaasap yang mengembara mencari rumah terseret hanyutdalam diriku, mencekik hatiku yang sekarat

ah, barangkali siluetmu tak pernah larut di pantaibarangkali kelopak matamu tidak pernah berdenyardi bentang jarak yang hampajangan pernah tinggalkan aku sedetikpun sayangkarena jika terjadi, kau akan terlanjur begitu jauh

aku akan mengembara, melantur di seluruh penjuru bumibertanya-tanya apakah kau akan kembali?apakah kau akan meninggalkanku disini meregang mati?

(Pablo Neruda)

TAWAMU

ambil saja nafas ini dariku, jika kamu memohon,ambil juga udara ini, tapijangann ambil dariku tawamu

jangan ambil mawarkembang tombak yang kau tusukkan lalu kau cerabuthingga tiba-tiba air meluap-luap bahagia tanpa hentigelombang tiban yang melahirkan perak dalam dirimu

perjuanganku sungguh kasar dan aku kembalidengan mata lelahsejak mula melihat dunia yang tak berubahtapi ketika tawamu lahirtawa itu melontar ke angkasa dan segera mencarikudan membuka seluruh pintu-pintu hidupku

sayangku, dalam masa paling gelaptawamu hadir, dan tiba-tibalihatlah darahku luntur mengotori batu-batu jalantertawa, karena tawamu digenggamankuakan menjelma serupa pedang yang baru ditempa

di bahu laut musim gugurtawamu pasti menegakkan bebuih jeram

Page 5: Puisi Pablo Neruda

dan di musim semi, sayangkutawamu seperti bunga yang kutunggu-tunggubunga biru, mawar yang menggema di seantero penjuru

tawa yang tersangkut di malampada hari, pada bulan,tawa yang berpantul-pantul di jalan-jalan di pulau initawa pada bocah ceroboh yang mencintaimutawa berkelebat saat aku memejam dan membuka matatawa ketika langkahku maju, ketika langkahku surutmengingkari tarikan nafas, udara, sinar, semi, tapijangan pernah ambil tawamuatau aku akan binasa

(Pablo Neruda)

TERSESAT DI HUTAN

Tersesat du hutan, kupatahkan reranting gelap dahanyang meruapkan bisikan-bisikan di bibirku yang dahagamungkin itu suara tangisan hujanpecah genta atau hati yang terajam kelam

Sesuatu yang terindera berasal dari langkah yang jauhdalam dan rahasia, tersembunyi di dalam bumiseperti teriakan yang teredam oleh gunungan musim guguroleh lembab dan kibas setengah terbuka kegelapan dedaunterbangun dari mimpi hutan disana, kabutbernyanyi di bawah lidahku, menghanyut wewangianmeruyap naik di alam bawah sadarku

Saat telah kutinggalkan di belakang, tiba-tiba akar-akarmenangis padaku, tanah yang telah hilang bersama masa kanak-kanakkudan aku berhenti, terluka oleh harum pengembaraan

(Pablo Neruda)