pucat

40
PUCAT Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ibunya ke RS YARSI dengan keluhan pucat sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai dngan perut yang terlihat membuncit, pertumbuhan badan lambat dan nafsu makan menurun. Pasien sudah beberapa kali dibawa berobat ke puskesmas tapi belum ada perbaikan. Pada pemeriksaan fisik terdapat facies cooley, konjungtiva pucat, sklera ikterik. Pada pemeriksaan abdomen: hepar 3cm dibawah arcus costarium dan 4cm di bawah prosesus xipoideus, limpa schuffner II. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7g/dl, hematokrit 23 vol%, sedian apus darah tepi mikrositer hipoktromik, anisopoikilositosis dan adanya sel target. Pada hasil analisis Hb, anak tersebut didiagnosis menderita thalessemia β. Orangtua disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah dan konsultasi genetik. 1 PUCAT

Upload: wira-sari

Post on 16-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pucat

TRANSCRIPT

Page 1: PUCAT

PUCAT

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ibunya ke RS YARSI dengan

keluhan pucat sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai dngan perut yang terlihat membuncit,

pertumbuhan badan lambat dan nafsu makan menurun. Pasien sudah beberapa kali dibawa

berobat ke puskesmas tapi belum ada perbaikan. Pada pemeriksaan fisik terdapat facies

cooley, konjungtiva pucat, sklera ikterik. Pada pemeriksaan abdomen: hepar 3cm dibawah

arcus costarium dan 4cm di bawah prosesus xipoideus, limpa schuffner II. Pada pemeriksaan

laboratorium didapatkan Hb 7g/dl, hematokrit 23 vol%, sedian apus darah tepi mikrositer

hipoktromik, anisopoikilositosis dan adanya sel target. Pada hasil analisis Hb, anak

tersebut didiagnosis menderita thalessemia β. Orangtua disarankan untuk melakukan

pemeriksaan darah dan konsultasi genetik.

1 PUCAT

Page 2: PUCAT

SASARAN BELAJAR

1. LI1.Mampu memahami dan menjelaskan Hemeglobin

2. LI2.Mampu memahami dan menjelaskan Thalessemia

2.1 Definisi Thalessemia

2.2 Epidemiologi Thalessemia

2.3 Etiologi Thalessemia

2.4 Klasifikasi Thalessemia

2.5 Patofisiologi Thalessemia

2.6 Manifestasi Thalessemia

2.7 Diagnosis dan Diagnosis banding Thalessemia

2.8 Pemeriksaan penunjang Thalessemia

2.9 Penatalaksanaan Thalessemia

3. LI3.Mampu memahami dan menjelaskan konsultasi genetik

2 PUCAT

Page 3: PUCAT

LI1.Mampu memahami dan menjelaskan Hemeglobin

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)

terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah

merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan

(Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat

diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas

pembawa oksigen pada darah.

Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut

berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat

gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein.

Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan

warna darah merah karena Fe ini.

Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah

tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes

RI dalam Widayanti, 2008).

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4

subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu

polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara

kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin (Shinta, 2005).

Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah

(Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100

ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai

hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara

setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal

berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Tabel 1. Batas Kadar Hemoglobin

3 PUCAT

Page 4: PUCAT

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/ dl)

Anak 6 bulan – 6 tahun 11 gr/ dl

Anak 6 tahun – 14 tahun 12 gr/ dl

Pria Dewasa 13 gr/ dl

Ibu Hamil 11 gr/ dl

Wanita Dewasa 12 gr/ dl

Sumber : WHO dalam arisman 2002

Struktur Hemoglobin (Hb)

Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang

menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang

mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan

globin, globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein

mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari.

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang

terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen.

Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat

molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi

64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara

keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen.

Guna Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari

tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas

oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam

hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh

untuk dipakai sebagai bahan bakar.

4 PUCAT

Page 5: PUCAT

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-

paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak,

dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari

normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).

Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi

akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan

hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi

hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk

dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim

pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis

hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 %

berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam

hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi

sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil

namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen

menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan

senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting

dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul

berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan

kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan

penurunan prestasi belajar (WHO dalam Zarianis, 2006).

Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah

minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap

individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia

kekurangan besi (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

5 PUCAT

Page 6: PUCAT

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah

lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih

dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-

1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk

keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin,

sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara

25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi

fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk

besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme

besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan

pengeluaran (Zarianis, 2006).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20481/4/Chapter%20II.pdf

Hemoglobin adalah protein respiratori yang telah diidentifikasi pada tahun 1862 oleh Felix

Seyler. Beliau menemukan spektrum warna hemoglobin dan membuktikan bahwa warna ini

adalah yang memberikan warna pada darah. Protein yang terdapat dalam sel darah merah ini

bertanggungjawab menjalankan fungsi utama mengangkut oksigen ke jaringan dan membawa

karbon dioksida kembali ke paru. Komponen utama hemoglobin adalah heme dan globin.

Hemoglobin yang normal pada dewasa adalah hemoglobin A yang terdiri dari empat

kelompok heme dan empat rantai polipeptida dengan jumlah keseluruhan 547 asam amino.

Rantai polipeptida ini mempunyai dua rantai alfa dan dua rantai beta. Setiap rantai ini akan

mengikat satu kelompok heme. Satu rantai alfa terbentuk daripada 141 asam amino manakala

satu rantai beta pula terbentuk daripada 146 asam amino. (Turgeon, 2005)

Sintesis heme

Heme disintesis dalam serangkaian langkah yang melibatkan kompleks enzim dalam

mitokondria dan dalam sitosol sel (Gambar 1). Langkah pertama dalam sintesis heme terjadi

dalam mitokondria, dengan suksinil KoA kondensasi dan glisin oleh ALA sintase untuk

membentuk 5-aminolevulic acid (ALA). Molekul ini diangkut ke sitosol mana serangkaian

reaksi menghasilkan struktur cincin yang disebut coproporphyrinogen III. Molekul ini

kembali ke mitokondria di mana reaksi Selain menghasilkan protoporhyrin IX.

6 PUCAT

Page 7: PUCAT

Para ferrochelatase enzim

memasukkan besi ke dalam struktur

cincin protoporfirin IX untuk

memproduksi heme. Gila produksi heme menghasilkan berbagai anemi. Kekurangan zat besi,

menyebabkan dunia yang paling umum anemia, mengganggu sintesis heme sehingga

menghasilkan anemia. Sejumlah obat dan racun secara langsung menghambat produksi heme

dengan mengganggu enzim yang terlibat dalam biosintesis heme. Timbal umumnya

menghasilkan anemia yang substansial oleh sintesis heme menghambat, terutama pada anak.

7 PUCAT

Biosintesis heme

Gambar 1 Biosintesis Heme.

Para sythesis heme adalah proses kompleks yang

melibatkan beberapa langkah enzimatik. Proses ini

dimulai di mitokondria dengan kondensasi dari

suksinil-CoA dan glisin untuk membentuk 5-

aminolevulinic asam. Serangkaian langkah-

langkah dalam sitoplasma menghasilkan

coproporphrynogen III, yang kembali memasuki

mitokondria. Langkah-langkah enzimatik akhir

memproduksi heme.

Page 8: PUCAT

Sintesa globin ini telah dimulai pada awal kehidupan masa embrio di dalam kandungan

sampai dengan 8 minggu kehamilan dan hingga akhir kehamilan. Organ yang bertanggung

jawab pada periode ini adalah hati, limpa, dan sumsum tulang.

Karena rantai globin merupakan suatu protein maka sintesisnya dikendalikan oleh gen

tertentu. Ada 2 kelompok gen yang bertanggung jawab dalam proses pengaturannya, yaitu

kluster gen globin-α yang terletak pada lengan pendek autosom 16 (16 p 13.3) dan kluster

gen globin-β yang terletak pada lengan pendek autosom 11 (11 p 15.4). Kluster gen globin-α

secara berurutan mulai dari 5’ sampai 3’ yaitu gen 5’-2-1-α2-α1-α2-α1-1-

3’.Sebaliknya kluster gen globin-β terdiri dari gen 5’--G-A- β-δ-β-3’.

Tipe Hb :

1. Hb gower 1 = 22

2. Hb gower 2 = a22

3. Hb Portland = 22

4. Hb F = a22

5. Hb A = a2b2

6. Hb A2 = a2d2

Hemoglobin manusia normal pada orang dewasa terdiri dari 2 rantai alfa (α) dan 2 rantai

beta (β) yaitu HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi HbA2 (α2δ2 = 2,5%) dan sisanya HbF

(α22) kira-kira 0,5%. Normal rantai mengandung 141 asam amino, rantai ß yang normal 146

asam amino. Rantai d bervariasi oleh 10 aa; rantai g oleh 39 aa dibandingkan dengan rantai ß.

LI2. Mampu memahami dan menjelaskan Thalessemia

2.1 Definisi Thalessemia

Thalessemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah

mudah rusak atau umumnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya

penderita thalessemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan

8 PUCAT

50

30

10

6 18 30 6 18 30 42prenatal age (wks)

% of to ta lg lobinsynthesis

birth

postnata l age (w ks)

Page 9: PUCAT

lemas,sukar tidur,nafsu makan hilang,dan infeksi berulang. Thalessemia α dimana terjadi

penurunan sintesis rantai alfa, sedangkan thalessemia β dimana terjadi penurunan sintesis

rantai beta.

Thalessemia terjadi akibat ketidak mampuan sumsum tulang membentuk protein yang

dibutuhkan untuk memproduksi hemeglobin sebagaimana mestinya. Hemeglobin merupakan

protein kaya zat besi yang berada didalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting

untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh yang membutuhkan sebagai

energi. Apabila produksi hemeglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang

dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat dipenuhi, sehingga fungsi tubuh pun

terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Thalessemia adalah

sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan

salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemeglobin.

Thalessemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini merupakan penyakit

kelainan pembentukan sel darah merah.

(mirbrokers.com/data/NewsletterEdisi64Thalasemia15.10.20101.pdf)

2.2 Epidemiologi Thalessemia

Daerah Penyebaran Thalassemia/Sabuk Thalassemia

Thalessemia beta dilihat dari distribusi geografinya maka thalessemia beta banyak

dijumpai di mediterania, Timur tengah, India/Pakistan, dan asia. Italia 10%, Yunani 5-10%,

Cina 2%, India 1-5%, Negro 1% Asia tenggara 5%. Jika dilukiskan dalam peta dunia seolah-

olah membentuk sebuah sabuk ( thalessemia belt), dimana indonesia masuk didalamnya.

9 PUCAT

Page 10: PUCAT

Thalessemia alfa sering dijumpai di asia tenggara, lenih sering dari thalessemia. ( Bakta, I

made hematologi klinik ringkas)

2.3 Etiologi Thalessemia

Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara

genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta

yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan.

Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk

hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa

sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih

mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang

pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi

pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah

gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat

thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari

ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat

thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan.

Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia)

dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya

mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit

ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang

tuanya. (http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=15:bagaimana-mencegah-penyakit-thalassemia-pada-

keturunan-kita&catid=4:artikel&Itemid=7

a. Thalassemia β

Pada thalassemia β lesi genetic sangat beragam, tetapi sebagian besar berupa “point

mutation”. Mutasi terjadi pada kompleks gen sendiri., atau pada region promoters atau

region enhancer. Bentuk mutasi tertentu khas dijumpai pada masyarakat tertentu sehingga

memudahkan diagnosis prenatal.Akibat kelainan genetic ini maka sistesis rantai beta terhenti

atau berkurang. Jika sintesis terhenti atau berkurang. Jika sintesis ini terhenti sama sekali

disebut varian β0, apabila masih ada sintesis rantai beta maka disebut varian β+.

b. Thalassemia α

10 PUCAT

Page 11: PUCAT

Pada dasarnya etiologi Thalasemia α sama seperti Thalassemia β, tetapi yang mengalami

penurunan sintesis adalah rantai α. Jika sintesis terhenti atau berkurang. Jika sintesis ini

terhenti sama sekali disebut varian α0, apabila masih ada sintesis rantai alfa maka disebut

varian α+. (mirbrokers.com/data/NewsletterEdisi64Thalasemia15.10.20101.pdf)

2.4 Klasifikasi Thalessemia

Berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi menjadi

thalassemia alpha (hilang rantai alpha) dan thalassemia beta (hilang rantai beta). Sementara

itu, hilangnya rantai asam amino bisa secara tunggal (thalassemia minor/trait/heterozigot)

maupun ganda (thalassemia mayor/homozigot).

Thalassemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin

rantai alpha yang ada. Thalassemia alpha dibagi menjadi :

1. Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini mungkin

tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan

berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).

2. Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin

hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak

pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).

3. Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat

bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai

dengan perbesaran limpa (splenomegali).

4. Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha). Thalassemia tipe ini

merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi

ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang

diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha thalassemia mayor mengalami

anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis),

perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami

keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

Thalassemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada.

Thalassemia beta dibagi menjadi :

11 PUCAT

Page 12: PUCAT

1. Beta Thalassemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan

satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang

ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).

2. Thalassemia Intermedia. Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi

masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami

anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.

3. Thalassemia Major (Cooley’s Anemia). Pada kondisi ini kedua gen mengalami

mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala

muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.

Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia

mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga

hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan

menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun

kematian. Oleh karena itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang

sering dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.

(http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=15:bagaimana-mencegah-penyakit-thalassemia-pada-

keturunan-kita&catid=4:artikel&Itemid=7

Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :

1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit

yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.Akibatnya, penderita

kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah

merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan

memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita thalasemia mayor

akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala

anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan

facies cooley. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk

ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk

mengatasi kekurangan hemoglobin. Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan

perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi

darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia

mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus

12 PUCAT

Page 13: PUCAT

dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat

penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.

2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu

hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul.Walau thalasemia minor tak

bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah.

Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan

ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak

menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada

sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan

transfusi darah di sepanjang hidupnya.

(mirbrokers.com/data/NewsletterEdisi64Thalasemia15.10.20101.pdf)

2.5 Patofisiologi Thalessemia

Pada thalassemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai

globin satu atau lebih rantai globin. Penurunan secara bermakna kecepatan sintesis salah satu

jenis rantai globin ( rantai-β ,atau rantai-α) menyebabkan sintesis rantai globin tidak

seimbang. Bila pada keadaan normal rantai globin yang disintesis seimbang antara rantai α

dan rantai β , yakni berupa α2β2 maka pada thalassemia-β0, dimana tidak disintesis sama

sekali rantai β, maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai α yang berlebihan (α4).

Sedangkan pada thalassemia-α0, dimana tidak disintesis sama sekali rantai α, maka rantai

globin yang diproduksi berupa rantai β yang berlebihan (β4).

1. Patofisiologi Thalassemia-β

Pada thalasemmia-β, dimana terdapat penurunan produksi rantai β, terjadi produksi

berlebihan rantai α. Produksi rantai globin ã, dimana pasca kelahiran masih tetap diproduksi

rantai globin α2ã2 (HbF), tidak mencukupi untuk mengkompensasi defisiensi α2β2 (HbA). Hal

ini menunjukan bahwa produksi rantai globin β dan rantai globin ã tidak pernah dapat

mencukupi untuk mengikat rantai α yang berlebihan. Rantai α yang berlebihan ini merupakan

cirri khas pada patogenesisi thalassemia-β.

Rantai α yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnya, akan

berpresipitasi pada precursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor

dalam darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan gangguan pematangan precursor eritroid

13 PUCAT

Page 14: PUCAT

dan eritripoiesis yang tidak aktif (inefektif), sehingga umur r=eritrosit menjadi lebh pendek.

Akibatnya timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong (drive)

profiferasi eritroid yang terus menerus (intens) dalam sumsum tulang yang inefektif, sehngga

terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas skeletal dan

berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme. Anemia kemudian akan ditimbulkan lagi

(exacerbated) dengan adanya hemodilusi akibat adanya hubungan langsung (shunting) darah

akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh adanya spenomegali. Pada limpa yang

membesar makin banyak sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian akan

dihancurkan oleh system fagosit. Hyperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan

absobsi dan muatan besi. Tranfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan besi.

Hal ini akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ, yang

diikuti kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian bila besi ini tidak segera dikeluarkan.

2. Patofisiologi thalassemia-α

Patofisiologi thalassemia-α umumnya sama dengan yang dijumpai pada thalassemia-β kecuali

beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T) rantai globin-α. Hilangnya gen

globin-α tunggal (-α/αα atau αTα/αα) tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan thalasemia-

2a-α homozigot (-α/-α) atau thalassemia-1a-α heterozigot (αα/--) member fenotip seperti

thalasemia-β carrier. Kehilahan 3 dari 4 gen globin-α member fenotip tingkat penyakit berat

menengah (moderat), yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia-α0

homozigot (-/-) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb-Bart’s hydrops syndrome .

Kelainan dasar thalassemia-α dengan thalassemia-β, yakni ketidakseimbangan sintesis

rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis thalassemia ini.

a. Pertama karena rantai-αdimiliki bersama oleh hemoglobin fetus

ataupun dewasa (tidak seperti pada thalassemia-β), maka thalassemia-α

bermanifestasi pada masa fetus.

b. Kedua sifat-sifat yang ditimbulkan akibat produksi secara berlebihan

rantai globin-ã dan –β yang disebabkan oleh defek produksi rantai

globin-α sangat berbeda dibandingkan dengan akibat produksi

berlebihan rantai-α pada thalassemia-β. Bila kelebihan rantai-α tersebut

menyebabkan presipitasi pada prekursel erotrosit, maka thalassemia-α

menimbukaln tetramer yang larut (soluble). Yakni ã4,Hb Bart’s dan

14 PUCAT

Page 15: PUCAT

Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah

berkurangnya sintesis HbA dan eritroipoeisis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel

eritrosit . Sedangkan sekunder ialah krena defisiensi asam folat, bertambahnya volume

palsma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem

retikuloendotelial dalam limpa dan hati. Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi

DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.Molekul

globin terdiri atas sepasang rantai-a dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis Hb. Pada

orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari

2 rantai-a dan 2 rantai-b = a2b2), Hb F(< 2% = a2g2) dan HbA2 (< 3% = a2d2). Kelainan

produksi dapat terjadi pada ranta-a (a-thalassemia), rantai-b (b-thalassemia), rantai-g (g-

thalassemia), rantai-d (d-thalassemia), maupun kombinasi kelainan rantai-d dan rantai-b (bd-

thalassemia). Pada thalassemia-b, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan

pembentukan a2b2 (Hb A); kelebihan rantai-a akan berikatan dengan rantai-g yang secara

kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran

eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis).

2.6 Manifestasi Thalessemia

Secara klinis thalassemia dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai beratnya

gejala klinis, major, intermedia dan minor atau trait (carrier; pembawa sifat). Batas antara

tingkatan tersebut sering tidak jelas.

Mayoritas kasus yang terjadi bersifat homozigot. Thalassemia homozigot sendiri

dapat dikenal dengan beberapa nama, seperti Anemia Cooley, Thalassemia Beta Major,

Anemia Mediteranean. Gejala klinis dapat berupa muka mongoloid (facies cooley),

pertumbuhan badan kurang sempurna (pendek), pembesaran hati dan limpa

(splenohepatomegali), perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum tulang

berupa deformitas dan faktor spontan, terutama pada kasus yang tidak atau kurang

mendapat tranfusi darah. Deformitas tulang disamping mengakibatkan muka

mongoloid, dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang frontal dan zigomatik

serta maksila. Pertumbuhan gizi biasanya buruk. Sering disertai retraksi tulang rahang.

Sinusitis (terutama maksilaris) sering kambuh, akibat kurang lancarnya drainase

pertumbuhan intelektual dan berbicara biasanya tidak terganggu. IQ kurang baik apabila

tidak mendapat tranfusi darah secara teratur dan cukup menaikkan kadar Hb.

15 PUCAT

Page 16: PUCAT

Anemia biasanya berat dan biasanya mulai muncul gejalanya pada usia beberapa

bulan serta menjadi jelas pada usia 2 tahun. Ikterus jarang terjadi dan bila ada biasanya

ringan. Thalassemia-β0 homozigot pada umumnya memerlukan tranfusi secara reguler,

tetapi ada kalanya berlangsung ringan dan memberikan gambaran klinis seperti

thalassemia intermedia. Insiden thalassemia-β yang terjadi diantara orang kulit hitam atau

negro (thalassemia-β2) pada umumnya berlangsung ringan.

Pada thalassemia intermedia dan minor sesuai dengan arti katanya didapatkan

variasi luas mengenai jenis gejala klinis. Thalassemia intermedia fenotipik adalah

thalassemia major tanpa adanya kerusakan gen. Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala

lebih ringan daripada thalassemia major. Pada thalassemia intermedia umumnya tidak

terjadi splenomegali. Anemia ringan, bila ada disebabkan oleh masa hidup eritrosit yang

memendek.

Pada thalassemia trait umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas. Hanya di

dapat kelainan pada eritrosit dan atau hanya sebagian dari gejala yang didapat pada kasus

homozigot.

Gambaran klinis penyakit thalassemia-β HbE menyerupai thalassemia major Hb

dalam hal ini terdiri dari HbE, HbF dan apabila ada HbA1 dalam jumlah yang sedikit.

(Kosasih, 2001)

Thalessemia major mulai menunjukkan gejala anemia pada masa bayi (kadang-

kadang pada umur 3 bulan) pada waktu sintesis rantai-β menggantikan sintesis rantai-1.

Anak semakin pucat dan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga makin nyata

tampak kecil, fragil. Lama-kelamaan perut membuncit karena splenomegali. Karena itu

setiap anak dengan pucat (terutama bila anemia berat), fragil, mungkin juga ditemukan

PEM I maka dia harus dicurigai menderita thalassemia, mengingat Indonesia adalah

daerah sindrom thalassemia. Pada pengamatan lebih dekat tampak muka mongoloid

dengan hipertolerisme, nasal bridge pesek, pada anak yang agak besar gigi maju ke

depan (rodent like mouth) akibat maksila yang lebih menonjol, bibir atas agak terangkat.

Splenomegali makin nyata dengan makin bertambahnya umur. Hepatomegali umumnya

ada, pasca splenektomi. Hepatomegali selalu ada dan progresif. Limfadenopati jarang

terjadi.

16 PUCAT

Page 17: PUCAT

-Facies Mongoloid- -Splenohepatomegali

Pada masa remaja terjadi keterlambatan menarche dan pertumbuhan alat kelamin

sekunder, keterlambatan fungsi reproduksi. Dapat pula terjadi fraktur patologik, ulkus

kronik ditungkai bawah seperti pada anemia hemolitik kronik yang lain sebagai akibat

dari ekspansi eritropoesis. Terjadi distorsi tulang-tulang muka sehingga dahi menonjol,

rahang atas maju ke depan, pertumbuhan gigi tidak teratur.

(Sunarto, 2000)

Hemosiderosis makin nyata pada dekade kedua

kehidupan terutama pada penderita yang sering mendapat

tranfusi (sampai > 100 kali) dan tidak mendapat iron

chelating agent untuk mengeluarkan timbunan besi tubuh.

Pada Rontgen tulang kepala tampak gambaran “hair on end”

korteks tipis bahkan tak tampak, diploe tampak seperti garis-

garis tegak lurus pada lengkung tengkorak seperti gambaran singkat. (Kosasih, 2001)

2.7 Diagnosis dan Thalessemia

Diagnosis thalassemia dapat berdasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut: 1. Anamnesis

a. Anemia sejak masa bayi, biasanya tampak setelah umur 6 bulan. Pertumbuhan kurang, perut buncit, aktifitas fisik kurang.

b. Dari anamaesis keluarga sering terungkap adanya anggota keluarga dengan gambaran penyakit serupa.

2. Pemeriksaan Fisika. Anak tampak anemia (konjungtiva pucat), fragil dengan ekstrimitas kecil-kecil,

perut membuncit.b. Facies mongoloid, hipertelorismus, rodent like appearance.c. Splenomegali, mungkin juga hepatomegali.

17 PUCAT

Page 18: PUCAT

Diagnosis Banding

Thalassemia harus dibedakan dari bentuk anemia hipokromik mikrositer yang lain, seperti anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik dan anemia sideroblastik.

(mirbrokers.com/data/NewsletterEdisi64Thalasemia15.10.20101.pdf)

2.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan Laboratorium1. Darah tepi

Hb rendah dapat mencapai 2-3 gr % Gambaran morfologi eritrosit: mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis

berat dengan makrovaloositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.

18 PUCAT

Page 19: PUCAT

Normoblas di daerah tepi terutama jenis asidofil (perhatikan normoblas adalah sel darah merah yang masih berinti sehingga ikut terhitung pada perhitungan lukosit dengan bilik hitung adalah AL lebih tinggi dari pada sebenarnya).

Retikulosit meninggi2. Susunan Tulang (tidak menentukan diagnosis)

Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil. Granula Fe (dengan pengecatan Prussian Blue) meningkat.

3. Pemeriksaan Khusus HbF meninggi: 20-90% Hb total (alkali denaturasi). Elektroforesis Hb untuk menunjukkan hemoglobinopati yang lain maupun

mengukur kadar HbF. Pemeriksaan pedigree untuk memastikan diagnosis: kedua orang tua pasien

thalassemia mayor merupakan trait (carier) dengan HbA2 meninggi (> 3,5 dari Hb total).

4. Pemeriksaan Lain Fragilitas eritrosit terhadap larutan NaCl menurun.

b. Pemeriksaan Molekuler Terdapat ketidakseimbangan produksi rantai polipeptida globin (fenotif).

c. Pemeriksaan Röntgen Foto Rö tulang kepala menunjukkan gambaran hair on end kortex menipis,

diploe melebar dengan traberkula tegak lurus pada korteks. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang menunjukkan perluasan sumsum

tulang ® trabekula tampak jelas.

(Standart Pelayanan Medis Operasional RSUP Dr. Sardjito, 2000)

2.9 Penatalaksanaan

Pemberian transfusi darah dan kombinasi dengan terapi agen pengikat (chelatig agen)

yang efektif akan mampu merubah gambaran anak Thalasemia β yang berat, tentu diperlukan

biaya yang mahal.

19 PUCAT

Page 20: PUCAT

1. Transfusi sel darah merah

Pemberian transfusi sel darah merah yang teratur, mengurangi komplikasi yang anemia

dan eriteropoesis yang baik efektif membantu pertumbuhan dan perkembangan selama

masa anak-anak dan memperpanjang ketahanan hidup pada thalasemia mayor.

Keputusan untuk memulai program transfusi didasarkan pada kadar hemoglobin < 6 g/dL

dalam interval 1 bulan selama 3 bulan berturut-turut, yang berhubungan dengan

pertumbuhan yang terganggu,pembesaran limpa atau ekspansi sumsum tulang.

Penentuan berbasis molekular dari Thalasemia β yang berat jarang dapat memperkirakan

kebutuhan transfusi yang teratur. Sebelum melakukan transfusi pertama, status besi dan

folat pasien harus diukur, vaksin hepatitis B diberikan dan fenotip sel darah merah secara

lengkap ditentukan, sehingga alloimunisasi yang timbul cepat dideteksi.

Regimen yang dilakukan untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin sebelum

transfusi tidak melebihi dari 9,5 g/dL telah menunjukan berupa penurunan kebutuhan

tnrasfusi dan memperbaiki kontrol bebas besi tubuh, dibandingkan dengan regiman

transfusi dimana hemoglobin lebih dari 11g/dL. Regimen secara individual pada tiap-tiap

pasien perlu diketahui. Konsentrasi hemoglobin sebelum transfusi, volume darah yang

diberikan dan besarnya limpa perlu dicatat pada setiap kunjungan untuk mendeteksi

perkembangan hiperspleenisme.

2. Splenektomi

Dahulu, sebagian besar pasien dengan Thalasemia β mengalami pembesaran limpayang

bemakna dan peningkatan kebutuhan sel darah merah setiap tahunnya pada dekade

pertama kehidupan. Meskipun hiperspleenisme bisia dihindari dengan transfusi lebih

awal dan teratur,. Namun banyak pasien yang perlu melakukan spleenoktomi.

Splenoktomi dapat meurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30% pada pasien yang

indeks transfusinya melebihi 200ml/kg/tahuhn. Karena adanya resiko

infeksi ,splenoktomi sebaiknya ditunda sampai usia 5 tahun. Sedikitnya 2-3 minggu

sebelum dilakukan splenoktomi, pasien sebaiknya diberikan Vaksin pneumococcal dan

Heamophlus influenzae type B dan sehari setelah dioperasi diberi penisilin profilaksis.

Jika terjadi alergi, penisilin dapat diganti dengan eritromisin

3. Kelebihan Besi (Terapi Desferioksamin)

20 PUCAT

Page 21: PUCAT

Kelebihan besi merupakan konsekuensi yang paling penting dan transfusi pada pasien

Thalasemia β. Terapi pengikat besi dengan desferioksamin merupakan pemecah dari

masalah kelebihan besi akibat transfusi tersebut. Absorpsi desferioksamin secara oral

buruk. Ekskresi besi setelah pemberian jangka pendek desferioksamin secara

intramuskular, intravena, dan seubkutan pertama kali dilaporkan tahun 1960, meberikan

respon yang sangat baik terhadap kelebihan besi.

Seorang anak sedang menggunakan desferal

4. Transplantasi Sumsum Tulang(TST)

Keberhasilan transplantasi allogenik pada pasien thalasemia, membebaskan pasien dari

transfusi kronis namun tidak menghilangkan kebutuhan terapi pengikat besi pada semua

kasus. Dengan kata lain TST dapat memberikan kesembuhan secara permanen pada

thalasemia. (Bakta, I Made. Hematologi Klinik Ringkas)

PrognosisTanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada

umur, 2-6 tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan

tranfusi saja penderita dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan

meninggal karena hemosiderosis, sedangkan dengan tranfusi dan iron chelating agent

penderita dapat mencapai usia dewasa meskipun kematangan fungsi reproduksi tetap

terlambat. (Sunarto, 2000)

LI3. Mampu memahami dan menjelasakan konsultasi genetik

Istilah konseling genetika pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Sheldon Redd (1947)

dari Dight Institute for Human Genetics, University of Minnesota. Konseling genetika dapat

21 PUCAT

Page 22: PUCAT

diartikan sebagai “memberi informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah

genetik yang ada dalam keluarganya”.

Pada prinsipnya sebelum dilakukan konseling genetika dibutuhkan seorang konselor.

Konselor ini tidak harus seorang dokter, tetapi dapat juga berupa perawat, bidan, psikolog,

bahkan pekerja sosial (Simon and Pardes, 1977). Yang terpenting seorang konselor sudah

terlatih dan sangat menguasai tentang thalassemia. Seorang konselor harus dapat

menyampaikan informasi seputar thalassemia. Informasi itu menyangkut 3 hal pokok, yaitu:

1. Tentang penyakit thalassemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan

masalah-masalah yang akan dihadapi oleh seorang penderita thalassemia major.

2. Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh klien dan

membiarkan mereka membuat keputusan sendiri sehubungan dengan tindakan yang

dilakukan.

3. Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan dengan

baik dan lancar.

Secara umum sasaran dari seorang konselor genetika adalah pasangan pranikah,

terutama yang berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi menderita

thalassemia. Kepada pasangan tersebut perlu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

hematologis (full blood count) terlebih dahulu sebelum menikah. Hal tersebut untuk

memastikan apakah mereka mengemban cacat genetik thalassemia.

Apabila hanya salah satu yang mengemban risk factor dari thalassemia relatif rendah.

Namun, apabila keduanya carrier, perlu dikonfirmasikan apabila mereka tetap menutuskan

untuk melangsungkan pernikahan, maka persentase keturunan yang akan menderita

thalassemia major adalah sebesar 25%. Keputusan yang diambil sangat bergantung kedua

pasangan tersebut.

Konseling genetik secara khusus juga ditujukan untuk pasangan yang beresiko tinggi,

baik yang terjaring pada pemeriksaan premarital maupun pasangan yang telah memiliki anak

dengan kasus thalassemia sebelumnya. Kepada mereka perlu diberitahukan bahwa telah ada

teknologi yang dapat membantu mengetahui apakah janin yang dikandung menderita

thalassemia ataupun tidak, yang dikenal dengan nama diagnosis prenatal.

Perlu diinformasikan pula mengenai prosedur diagnosis, tingkat kesalahan diagnosis,

biaya serta kemungkinan abortus akibat pengambilan sample. Dengan demikian, klien dapat

mempertimbangkan untung-ruginya sebelum mengambil keputusan. (Blumberg et.al, 1975)

Kesuksesan konseling genetik sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial

budaya kedua pasangan. Berdasarkan pengalaman negara yang meniliki prevalensi tinggi

22 PUCAT

Page 23: PUCAT

kasus thalassemia, seperti Sisilia, Cyprus, dan Italia, program konseling genetik dan

diagnosis prenatal dapat menurunkan insedensi dari kasus Thalassemia hingga mencapai 80%

dalam 10 tahun terakhir. (Cao dan Rosatelli, 1988)

Mayoritas pasangan yang beresiko tinggi untuk melahirkan anak dengan kasus

thalassemia, biasanya tetap memutuskan untuk menikah. Namun, mereka lebih memilih

untuk tidak memiliki keturunan. Hal tersebut tentunya berlawanan dengan masyarakat kita.

Hal tersebut dikarenakan paradigma masyarakat yang cenderung mencap menikah adalah

untuk memperoleh keturunan.(Ganie, 2005)

1. Diagnosis Prenatal

Diagnosis prenatal (PND) pada thalassemia pertama kali berhasil dilakukan oleh Nathan dan Kan (1974) dengan menggunakan darah fetal (Nathan et.al, 1979). Tujuan dari diagnosis prenatal adalah untuk mengetahui sedini mungkin apakah janin yang dikandung mendeita thalassemia major. PND terutama ditujukan pada janin pasangan baru yang keduanya sama-sama pembawa sifat thalassemia serta pada pasangan yang telah memiliki anak dengan kasus thalassemia sebelumnya.Pada kasus thalassemia, PND dapat dilakukan pada usia 6-8 minggu kehamilan dengan menggunakan sample villi chorialis. Proses PND pertama-tama dilakukan dengan mengambil sample dari DNA kedua pasangan. Hal ini dapat dilakukan pra ataupun pasca kehamilan. Setelah 6-8 minggu kehamilan dapat dilakukan pengambilan sample jaringan villi choralis janin serta dilakukan pemeriksaan molekular sesuai dengan mutan yang diemban oleh kedua orang tuanya (Old et.al, 1990). Setidaknya harus ada 2 teknik berbeda yang dilakukan pada PND, Agar hasil PND lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. PND juga harus dilakukan secepat mungkin (dalam waktu kurang dari 1 minggu) agar tidak menjadi beban psikologis kedua orang tua selama menunggu hasil untuk pengambilan keputusan. (Ganie, 2005)

2. Carrier testing

Carrier testing merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang menyimpan gen yangmembawa kelainan genetik. Metode yang digunakan untuk melaksanakan tes tersebutadalah uji darah sederhana untuk melihat kadar enzim terkait kelainan genetik tertentu,atau dengan mengecek DNA, apakah mengandung kelainan tertentu.

3. Preimplantasi diagnosis

Preimplantasi diagnosis merupakan uji yang melibatkan pembuahan in vitro untuk mengetahui kadar kelainan genetik embrio preimplantasi. Biasanya seorang wanita yang akan melakukan uji akan diberi obat tertentu untuk merangsang produksi sel telur berlebihan. Sel telur akan diambil dan diletakkan di cawan untuk dibuahi oleh sperma donor. Setelah pembuahan maka sel embrio yang terbentuk akan dianalisa terkait dengan kelainan genetik.

23 PUCAT

Page 24: PUCAT

4. Newborn screening

Newnborn screening merupakan pemeriksaan bayi pada masa kelahiran baru.Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan genetik, endokrinologi, metabolik, dan hematologi. Diharapkan dari pemeriksaan ini dapat ditentukan prognosis ke depannya,sehingga perawatan (treatment) yang berkenaan dapat diupayakan.

5. Predictive testing

Predictive testing merupakan tes yang digunakan untuk menguji apabila seseorangmenderita kelainan genetik dengan melihat riwayat genetik keluarga sebelumnya. Tes ini dilakukan setelah kelahiran, dan biasa juga disebut sebagai presymptomatic testing.

Apabila hasil diagnosis menunjukkan adanya kelainan genetik maka konselor dapat menyarankan pilihan-pilihan berikut:

a. Agar tidak memiliki anak

Keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan keputusan yang berat bagi orang tua,karena memiliki anak merupakan dambaan bagi setiap orangtua. Oleh karena itu konselor harus menerangkan secara terperinci mengenai indikasi tidak memiliki anak,termasuk di antaranya kemungkinan untuk terpapar kelainan genetik, sehingga orang tuadapat mempertimbangkan keputusan tersebut.

b. Mengadopsi

Apabila pilihan untuk tidak memiliki anak tidak dapat diterima oleh orang tua, salah satu jalan keluarnya berupa pilihan untuk mengadopsi anak. Anak yang diadopsi dapat merupakan anak saudara sendiri (keponakan) atau anak orang lain yang tidak memiliki hubungan darah. Dalam hal ini mengadopsi anak saudara sendiri memiliki risiko kelainan genetik lebih besar daripada mengadopsi anak orang lain yang tidak memiliki hubungan darah. Konselor harus mengetahui terlebih dahulu pedigree keluarga tersebut,dan memprediksi apakah di antara saudara-saudara terdapat (kemungkinan) menderita kelainan genetik, dengan demikian keluarga dapat mengambil keputusan yang terbaik menurutnya.

c. Kehamilan dengan donor sperma atau ovum

Kehamilan dengan donor sperma atau ovum merupakan salah satu solusi, di mana sel sperma dan sel telur dipertemukan di luar rahim. Dalam hal ini akan diperiksa apakah sel sperma atau sel ovum yang mengandung kelainan genetik. Sel yang mengandungkelainan genetik akan digantikan dengan sel dari donor, sehingga tetap terjadi pembuahan dan diharapkan anak yang dilahirkan dapat hidup sehat dengan risiko terpapar kelainan genetika yang minim.

d. Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi

Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi merupakan solusi yang dapat diambil untuk orangtua yang telah memiliki anak sebelumnya namun menderita kelainan genetik, sehingga

24 PUCAT

Page 25: PUCAT

dengan demikian kehadiran anak berikutnya yang diprediksi bakal menderita kelainan genetik dapat dihindari.

e. Tindakan operasi

Tindakan operasi dapat diterapkan untuk kelainan genetik tertentu seperti spina bifida atau congenital diaphragmatic hernia (suatu kondisi di mana terdapat lubang pada diafragma sehingga membuat paru menjadi tidak berkembang). Pilihan ini dapat dilakukan pada masa sebelum kelahiran. Namun kebanyakan penyakit genetik tidak dapat diobati dengan tindakan operasi.

f. Menterminasi kehamilan

Terminasi kehamilan/ aborsi merupakan solusi yang paling memberatkan bagi orangtua,terlebih bagi orangtua muda yang belum mempunyai anak sebelumnya. Konselor harus mampu menjelaskan dengan baik dan mudah dimengerti oleh orangtua mengenai indikasi dan kontraindikasi medis pelaksanaan aborsi. Konselor juga harus memahami aspek etis yang menyertainya serta melakukan pendekatan holistik. Dengan demikian orangtua tersebut dapat berpikir jernih dalam mengambil keputusan yang terbaik.

g. Membiarkan anak lahir

Orangtua juga dapat ditawarkan pilihan untuk meneruskan kehamilannya, dengan risiko bahwa anak yang dilahirkan menderita kelainan genetik dan umurnya hanya sebentar.Pilihan ini memungkinkan orangtua untuk melihat anaknya sebelum meninggal walaupun hanya sesaat. Namun pilihan apapun yang disarankan oleh konselor harus didiskusikan dulu dengan pasien, dalam artian bahwa pasien diberikan kebebasan untuk berpikir jernih danmemilih keputusan apa yang harus diambil. Konselor wajib memberikan semua informasi, termasuk baik-buruk mengenai tindakan yang dapat diambil tanpa ada kesan menutup-nutupi.

Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.

25 PUCAT

Page 26: PUCAT

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made.2007.Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta:EGC

Ganong,williamF.2008.Cairan tubuh yang beredar,dalam ajar fisiologi kedokteran.Jakarta:

EGC

Permono,bambang.IDG ugrasena 2010.Hemeglobin abnormal,dalam buku ajar hematologi

onkologi. Jakarta:IDAI

mirbrokers.com/data/NewsletterEdisi64Thalasemia15.10.20101.pdf

About thalassemia. Sarawak Thalassaemia Society. 2000. www.thalassaemia.cdc.net .

http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=15:bagaimana-mencegah-penyakit-thalassemia-pada-

keturunan-kita&catid=4:artikel&Itemid=7

26 PUCAT