publikasi input output buku 2

86
Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Proses perencanaan pembangunan daerah dipengaruhi oleh dua kondisi, pertama, tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya. Kedua, kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan. Dalam kerangka menentukan kebijakan dan program pembangunan regional dan sektoral diperlukan adanya pereneanaan pembangunan yang komprehensif, yang di dalamnya tercakup rencana pengembangan sektor-sektor potensial yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi regional di masing-masing daerah. Perekonomian daerah merupakan ekonomi yang lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian negara, dimana pertumbuhan ekonomi daerah memungkinkan peningkatan mobilitas tenaga kerja maupun modal menjadi bagian penting bagi terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan daerah. Sementara, dalam suatu perencanaan pembangunan ekonomi diperlukan penentuan prioritas kegiatan diantara sektor- sektor perekonomian. Pada dasarnya masing-masing sektor

Upload: fikron-washly-arifuddin

Post on 23-Jul-2015

689 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Publikasi Input Output Buku 2

Bab I.

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Proses perencanaan pembangunan daerah dipengaruhi oleh

dua kondisi, pertama, tekanan yang berasal dari lingkungan dalam

negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah

dalam proses pembangunan perekonomiannya. Kedua, kenyataan

bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh

setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah

mengalami pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan

daerah lain mengalami penurunan.

Dalam kerangka menentukan kebijakan dan program

pembangunan regional dan sektoral diperlukan adanya

pereneanaan pembangunan yang komprehensif, yang di dalamnya

tercakup rencana pengembangan sektor-sektor potensial yang

disesuaikan dengan kondisi dan potensi regional di masing-masing

daerah.

Perekonomian daerah merupakan ekonomi yang lebih

terbuka dibandingkan dengan perekonomian negara, dimana

pertumbuhan ekonomi daerah memungkinkan peningkatan

mobilitas tenaga kerja maupun modal menjadi bagian penting bagi

terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan daerah.

Sementara, dalam suatu perencanaan pembangunan

ekonomi diperlukan penentuan prioritas kegiatan diantara sektor-

sektor perekonomian. Pada dasarnya masing-masing sektor

Page 2: Publikasi Input Output Buku 2

tersebut tidak berdiri sendiri namun saling memiliki keterkaitan.

Kemajuan suatu sektor tidak akan terlepas dari dukungan yang

diberikan oleh sektor-sektor lainnya sehingga sebenarnya

keterkaitan antar sektor ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan

seluruh sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian.

Dengan melihat keterkaitan antar sektor dan memperhatikan

efisiensi dan efektifitas yang hendak dicapai dalam pembangunan

maka sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi dengan banyak

sektor pada dasarnya merupakan sektor yang perlu mendapatkan

perhatian lebih. Hal ini karena jika sektor utama yang mendapatkan

perhatian lebih tersebut mengalami pertumbuhan maka sektor

yang terkait dengannya akan mengalami pertumbuhan juga.

Kota Bekasi yang merupakan sister city dari ibukota Republik

Indonesia, DKI Jakarta, merupakan serambi Jawa Barat baik secara

geografis maupun ekonomi. Letaknya yang langsung bersebelahan

dengan ibukota Negara membuatnya memiliki nilai dan fungsi

strategis tersendiri.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi propinsi Jawa Barat, manajemen

pembangunan ekonomi Kota Bekasi perlu mendapat perhatian

khusus agar tercipta pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJP D) Kota Bekasi Tahun 2005-2025, salah satu arah, tahapan

dan prioritas pembangunan Kota Bekasi adalah meningkatnya

perekonomian berbasis potensi jasa dan perdangan yang berdaya

saing. Untuk mengkaji hal tersebut lebih baik dan terintegralistik,

diperlukan suatu alat yang mampu menganalisis dampak dan

keterkaitan antarsektor dalam perekonomian.Untuk menganalisis

dampak perekonomian suatu daerah atau nasional dan melihat

Page 3: Publikasi Input Output Buku 2

hubungan & keterkaitan antarsektor perekonomian biasanya

digunakan tabel inputoutput atau yang lebih lengkap menggunakan

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).

Di dalam Tabel I-O, akan terlihat secara gamblang

keterkaitan antar satu sektor dengan sektor lainnya. Output suatu

sektor akan terlihat jelas digunakan untuk apa saja. Sebagai

contoh, output sektor industri makanan sebagian ada yang

digunakan sebagai input antara oleh sektor yang lain, lainnya

digunakan sebagai final demand, baik untuk konsumsi, maupun

untuk ekspor. Proporsi penggunaan output industri makanan ini

akan tergambar di dalam Tabel I-O.

Pada umumnya, karakteristik model input-output adalah: (1)

bersifat statis tergantung pada ketersediaan tabel input-output, (2)

sektor ekonomi lebih rinci (disaggregate), (3) model tidak

dipengaruhi harga, (4) tidak ada kendala penawaran (demand

driven model), (5) permintaan input antara dan primer

menggunakan fungsi Leontief, (6) koefisien input tetap (fixed input

coefficients), hal ini berarti tidak ada perubahan teknologi dalam

proses produksinya, (7) merupakan statistik deskriptif, dan (8)

digunakan untuk analisis dampak (West, 1995; Brodjonegoro,

1997; West dan Jackson, 1998; Rey, 2002).

Dari karakteristik tersebut, ada beberapa keterbatasan dari

tabel input-output yaitu: (1) data hanya tersedia untuk tahun

tertentu berdasarkan tabel input-output yang dipublikasikan, (2)

analisisnya bersifat statis, (3) sulit melakukan prediksi table input-

output pada masa yang akan datang, dan (4) tidak ada pengaruh

harga (pendekatan penyesuaian output/Marshallian adjustment).

Dengan keterbatasan yang ada, khususnya dalam menduga atau

Page 4: Publikasi Input Output Buku 2

memperbaharui tebel input-output munculah berbagai metode

pendugaan tabel input-output yang bersifat non-survei.

Tabel I-O juga berguna sebagai petunjuk mengenai sektor-

sektor yang berpengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi

serta sektor sektor yang peka terhadap pertumbuhan

perekonomian. Selain itu, Tabel I-O juga dapat dimanfaatkan untuk

menganalisis perubahan harga.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, adalah instansi

pemerintah mempunyai misi untuk menjadi pelopor data statistic

terpercaya untuk semua. Untuk memenuhi misi tersebut, BPS Kota

Bekasi terus berusaha untuk menyediakan data statistik yang

berkualitas, dalam arti lengkap, akurat, mutakhir,

bersinambungan, dan relevan bagi pemerintah dan pengguna data

lainnya. Tabel Input Output merupakan salah satu data yang

disusun oleh BPS Kota Bekasi untuk keperluan perencanaan

pembangunan daerah.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun tabel Input

Output Kota Bekasi Tahun 2009 beserta model analisisnya yang

dapat dipakai sebagai kerangka dasar dalam perencanaan ekonomi

makro di Kota bekasi. Dengan disusunnya Tabel I-O Kota Bekasi

akan diperoleh gambaran tentang transaksi antar berbagai sektor

ekonomi di Kota Bekasi sebagai evaluasi dan perencanaan

pembangunan ekonomi di Kota Bekasi. sedangkan sasarannya

adalah tersedianya data makro yang dapat digunakan untuk :

Page 5: Publikasi Input Output Buku 2

a. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap

output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan

penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor ekonomi.

b. Untuk menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.

c. untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan

barang dan jasa, terutama dalam analisis terhadap

kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

d. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat

pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari

perubahan harga input terhadap output.

e. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling

dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor

yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi.

1.3. Cakupan Penelitian

Tabel Input Output Kota Bekasi disajikan dalam dua buku.

Buku pertama berisi Tabel Input Output 40 sektor dan 9 sektor,

yang terdiri dari harga pembeli dan harga produsen. Buku kedua

berisi konsep dan metodologi penghitungan Tabel Input Output

beserta analisis Tabel Input Outputnya. dilengkapi dengan Tabel-

tabel analisisnya. Penyajian ini dilakukan terpisah mengingat

analisis yang dilakukan pada buku dua bersifat khusus, sedangkan

Tabel Input-Output itu sendiri dapat digunakan untuk banyak

analisis. Data yang disajikan adalah kondisi perekonomian Kota

Bekasi Tahun 2009.

Tabel Input Output ini dibangun berdasarkan data survey

dan data sekunder yang diambil dari dinas/instansi terkait. Dalam

Page 6: Publikasi Input Output Buku 2

penyusunan table input output ini juga dilakukan beberapa asumsi

untuk memenuhi syarat cukup dan perlu pembentukan suatu table

input output.

Page 7: Publikasi Input Output Buku 2

Bab II.

Metodologi

2.1 Metode Penyusunan

Tabel I-O merupakan kegiatan yang komplikasi terutama

dalam penggunaan data dari berbagai sumber, sehingga diperlukan

langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut

merupakan suatu rangkaian antara yang satu dengan yang lainnya.

Langkah pertama, yang dilakukan dalam penyajian Tabel

I-O adalah menyusun klasifikasi sektor. Seluruh kegiatan ekonomi

di Jawa Barat dikelompokkan ke dalam sektor-sektor yang

mempunyai kesamaan dalam produk yang dihasilkan atau

kesamaan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Pertimbangan

lain adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai peran menonjol dan

sangat penting di Jawa Barat dipisahkan sebagai satu sektor

tersendiri. Hal ini bertujuan agar dapat diketahui sampai seberapa

jauh peranannya dalam keterkaitannya dengan sektor lain.

Langkah kedua, adalah pengumpulan data/informasi dari

berbagai sumber, setidak-tidaknya harus cukup memadai untuk

menyusun struktur input dari masing-masing sektor sesuai dengan

klasifikasi. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan teknik

semi survei (semi survey technique), yaitu dengan cara sebagai

berikut :

a. Memanfaatkan semaksimal mungkin data struktur input sektoral

yang telah tersedia. Hasil Sensus Ekonomi, Survei Industri,

Survei Struktur Ongkos Produksi Pertanian dan sebagainya

dimanfaatkan untuk keperluan ini.

Page 8: Publikasi Input Output Buku 2

b. Memanfaatkan data sekunder yang tersedia di berbagai instansi

baik pemerintah maupun swasta.

c. Survei Khusus Input-Output (SKIO) dalam rangka melengkapi

data struktur input.

Langkah ketiga, adalah pengolahan data dan penyusunan

Tabel I-O yang akan dilakukan dengan cara kombinasi antara

pengolahan manual dan komputer, sehingga pada akhirnya

terbentuk secara lengkap matriks Input-Outputnya. Proses

pengolahan dengan cara rekonsiliasi antar sektor-sektor dilakukan

berulang-ulang atau yang dikenal dengan putaran atau cycle,

sehingga akhirnya terdapat keseimbangan antara sektor kolom dan

sektor baris. Langkah ini merupakan pengecekan terhadap

konsistensi data dan proses rekonsiliasi kolom dan baris.

Langkah keempat pembuatan tabel-tabel analisis. Tahap-

tahap kegiatan penyusunan Tabel I-O Jawa Barat Tahun 2000

secara lengkap dapat diikuti pada diagram alir yang dimuat

dalam lampiran-I.

2.2 Rencana Tabel

Dalam rangkaian kegiatan penyusunan Tabel I-O, akan

dipublikasikan sejumlah tabel pokok, termasuk tabel analisis. Tabel-

tabel pokok dan tabel analisis dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1. Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli dan Harga

Produsen

Transaksi antar sektor ekonomi yang dinyatakan dalam

satuan moneter (juta rupiah) dapat diukur dalam dua cara, yaitu

atas dasar Harga Produsen dan atas dasar Harga Pembeli. Letak

Page 9: Publikasi Input Output Buku 2

perbedaan antara kedua jenis tabel tersebut adalah karena adanya

margin distribusi yang terdiri dari margin perdagangan dan biaya

pengangkutan. Transaksi harga produsen merupakan transaksi

yang dinilai menurut harga produsen atau harga yang diterima

produsen, belum termasuk keuntungan pedagang dalam

mendistribusikan barang dan biaya pengangkutan. Berbeda dengan

harga podusen, transaksi harga pembeli merupakan harga di

tingkat yang dibayar konsumen. Di dalam harga pembeli sudah

termasuk keuntungan pedagang dan biaya transpor dari produsen

ke konsumen.

Dalam tabel atas dasar harga pembeli, margin perdagangan

dan biaya pengangkutan tergabung dalam nilai input sektor yang

membeli. Sebaliknya dalam tabel yang dinyatakan atas dasar

harga produsen, semua unsur margin perdagangan dan biaya

pengangkutan dipisahkan dari nilai inputnya dan diperlakukan

sebagai input dari sektor perdagangan dan pengangkutan bagi

masing-masing sektor yang membeli.

Dalam kenyataannya, penyusun-an Tabel I-O lebih mudah

dilakukan dengan transaksi harga pembeli, namun tabel ini

mempunyai kegunaan yang terbatas. Tabel atas dasar harga

produsen lebih banyak dibutuhkan karena keunggulannya untuk

keperluan analisis. Di samping itu, tabel atas dasar produsen

diharapkan dapat memberikan kestabilan pada koefisien input

karena hal tersebut tidak dapat dipenuhi dari tabel atas dasar

harga pembeli.

Page 10: Publikasi Input Output Buku 2

2.2.2 Koefisien Input

Koefisien input akan menggambarkan struktur biaya (Cost

Structure) dari masing-masing sektor, baik yang tergolong ke

dalam biaya antara maupun biaya primer (nilai tambah).

Tabel koefisien input dibaca secara vertikal yaitu masing-

masing kolom demi kolom. Koefisien memperlihatkan jumlah unit

produk berbagai sektor lain yang digunakan sebagai input dalam

memproduksi satu unit output sektor tertentu.

Koefisien input tersebut masing-masing dihitung dari tabel

transaksi (tabel dasar) dengan cara sebagai berikut:

Xj = Output domestik sektor j :

Xij = banyaknya output sektor i yang akan digunakan

sebagai input oleh sektor j untuk menghasilkan

output sebesar Xj ;

Vhj = besarnya nilai tambah sektor ke j, komponen h.

Sedangkan koefisien tabel/ koefisien input adalah;

aij = koefisien input antara yang berasal dari sektor i

terhadap output sektor j.

vhj = koefisien nilai tambah sektor j komponen h

terhadap output sektor j

Untuk mendapatkan koefisien input antara dan koefisien

input primer diperoleh dengan rumus:

aij = Xij/Xj; (i, j = 1, 2, ..., n)

vhj = Vhj/Xj; (j = 1, 2, …, n; h = 201,202,...,204)

dimana :

201 = upah dan gaji

Page 11: Publikasi Input Output Buku 2

202 = surplus usaha

203 = penyusutan , dan

204 = pajak tak langsung neto

2.2.3 Matriks Kebalikan (Inverse Matrix)

Matriks kebalikan tabel I-O merupakan kerangka dasar

untuk berbagai analisis ekonomi. Pada prinsipnya matriks ini

merupakan suatu fungsi yang menghubungkan permintaan akhir

dengan tingkat produksi. Oleh karena itu, matriks kebalikan ini

dapat dipakai untuk menghitung pengaruh perubahan permintaan

akhir terhadap berbagai sektor dalam perekonomian. Misalnya jika

ditentukan atau ditargetkan jumlah konsumsi atau ekspor suatu

sektor maka dengan menggunakan matriks ini dapat dihitung

jumlah output semua sektor lain untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi atau ekspor tersebut.

Ada dua jenis matriks kebalikan yang ditampilkan dalam

Tabel I-O. Pertama: adalah matriks kebalikan dengan impor

diperlakukan sebagai Exogenous Variabel (bebas dari yang

lain). Notasi matriks kebalikan dengan Impor diperlakukan sebagai

Exogenous Variable adalah (I-Ad)-1 yang diturunkan dari impor

secara non-kompetitif. Kedua: adalah impor yang dianggap

sebagai Endogenous Variabel, artinya impor setiap sektor

dianggap proporsional terhadap tingkat penggunaan dari sektor

yang bersangkutan. Notasi matriks kebalikan ini adalah (I-A)-1,

yang diturunkan dari tabel transaksi dengan perlakuan impor

secara kompetitif.

Page 12: Publikasi Input Output Buku 2

Dua fungsi persamaan yang menggunakan metriks kebalikan

tersebut adalah:

X = (I-A)-1(F-M) dan X = (I-Ad)-1Fd

dimana:

X = matriks output;

I = matriks identitas;

A = matriks koefisien input total;

Ad = matriks koefisien input domestik;

F = matriks permintaan akhir total;

Fd = matriks permintaan akhir domestik;

M = matriks impor.

Dengan demikian maka apabila permintaan akhir seperti

konsumsi, investasi ataupun ekspor diketahui atau ditargetkan

pada suatu tingkat tertentu, maka output sektor yang diperlukan

akan dapat dihitung.

Lebih lanjut, suatu hubungan antara permintaan akhir

(konsumsi, investasi, ekspor) dengan nilai tambah sektoral juga

dapat dibuat dengan menggunakan model persamaan matriks:

dimana:

V = matriks nilai tambah;

B = matriks diagonal koefi-sien nilai tambah;

X = matriks output;

V = BX

Page 13: Publikasi Input Output Buku 2

Dari X = (I-Ad)-1Fd maka persamaan di atas dapat disubstitusikan

menjadi:

V = B(I-Ad)-1Fd

Dari persamaan ini, apabila permintaan akhir ditargetkan pada

jumlah tertentu, maka pengaruhnya terhadap nilai tambah dapat

dihitung.

Permintaan akhir juga dapat dihubungkan secara kuantitatif

dengan besarnya tenaga kerja yang dapat diserap pada masing-

masing sektor, yaitu dengan menggunakan model persamaan

matriks:

L = l X atau L = l (I-Ad)-1Fd

dimana:

L = Matriks Tenaga Kerja Sektoral

l = Matriks Diagonal Koefisien Tenaga Kerja (TK).

2.2.4 Analisis Lainnya

Untuk menyusun kebijakan kerangka pembangunan

perekonomian makro sektoral, berbagai analisis dapat diturunkan

dari Tabel I-O. Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan data

I-O, walaupun dengan data yang terbatas, maka penyusunan Tabel

I-O dapat dilakukan. Birokrasi yang memahami manfaat Tabel I-O

selalu mendorong agar tabel tersebut dipublikasikan yang akan

isektor Output

isektor NTB)

ij(V tambah nilaiKoefisien =

Page 14: Publikasi Input Output Buku 2

iSektor Output

iSektor Kerja Tenaga Kerja TenagaKoefisien =

banyak dimanfaatkan oleh pemerintah, termasuk pemerintah

daerah.

Ada dua analisis lainnya yang dianggap cukup penting dalam

kaitannya dengan perencanaan ekonomi sektoral yaitu:

a. Analisis Keterkaitan

Dari Tabel I-O terdapat 2 jenis keterkaitan, yaitu keterkaitan

kebelakang (backward linkage ratio) dan keterkaitan

kedepan (foreward linkage ratio).

Keterkaitan kebelakang untuk suatu sektor adalah:

Keterkaitan kedepan untuk suatu sektor adalah:

, yang merupakan koefisien input.

j

ij

ijX

xk =

,yang merupakan koefisien alokasi output.

Keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan, sangat

diperlukan dalam perencanaan pembangunan, baik di pusat

maupun di daerah. Pengaruh peningkatan suatu sektor akan

terlihat pada sektor-sektor yang mensupply atau menyediakan

bahan baku sebagai inputnya. Seberapa besar dampaknya

terhadap sektor-sektor yang mensupply tadi disebut sebagai

keterkaitan ke belakang.

Industri pemintalan benang yang dikembangkan di suatu

daerah akan mendorong meningkatnya produksi kapas,

sehingga pertanian kapas perlu pula menjadi perhatian

pemerintah. Hal tersebut karena produksi kapas akan

j

ij

ijX

xa =

Page 15: Publikasi Input Output Buku 2

nnnjn2n1

iniji2i1

2n2j2221

1n1j1211

b...b...bb

..........

..........

..........

b...b...bb

..........

..........

..........

b...b...bb

b...b...bb

mensupply industri pemintalan benang yang akan digunakan

sebagai bahan baku atas input.

Sebaliknya keterkaitan ke depan, merupakan dorongan oleh

suatu sektor terhadap penggunaan outputnya oleh sektor lain.

Industri pemintalan benang yang diprioritas di atas, akan

mendorong pertumbuhan sektor/ industri tekstil, karena benang

akan digunakan/diminta (demand) oleh industri tekstil.

Bertambahnya permintaan benang oleh industri tekstil tersebut

ditunjukkan dalam bentuk rasio.

Baik keterkaitan ke belakang mampu keterkaitan ke depan

dijelaskan lebih rinci melalui Daya Penyebaran dan Derajat

Kepekaan.

b. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan

Daya penyebaran (power of dispersion) dan derajat

kepekaan (degree of sensitivity), merupakan analisis

lanjutan yaitu dengan menggunakan matriks kebalikan (I-

Ad)-1. Apabila (I-Ad)-1 setiap selnya diilustrasikan dalam

bentuk matriks, maka dapat dilihat sebagai berikut ini:

Page 16: Publikasi Input Output Buku 2

maka daya penyebaran sektor j adalah ∑n

i

ijb , sedangkan

derajat kepekaan sektor ke i adalah ∑n

j

ijb .

Selanjutnya indeks daya penyebaran (αj) dan indeks

derajat kepekaan (βi) dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑∑

∑=α

i

ij

j

n

i

ij

j

bn

1

b

dan

∑∑

∑=β

j

ij

i

n

i

ij

i

bn

1

b

.

Dari rumus ini dapat diartikan jika αj dari sektor j tersebut

relatif tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya (>1), maka

berarti pengaruh permintaan produk sektor j terhadap

pertumbuhan sektor-sektor lainnya juga tinggi, dan sebaliknya.

Selanjutnya jika βi dari sektor i relatif tinggi (>1) dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya, maka berarti permintaan produk

sektor lain sangat berpengaruh pada petumbuhan sektor-i.

Untuk melihat transaksi antar sektor atau komoditi digunakan

kerangka Tabel Input Output yaitu merupakan uraian statistik

dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi

Page 17: Publikasi Input Output Buku 2

barang dan jasa serta keterkaitan antar sektor ekonomi suau

wilayah dalam suatu waktu tertentu.

Tabel 1.1.

Kerangka Umum Tabel Input Output Kota Bekasi 1999

Sektor Produksi

180

Permintaan Akhir

600 700

1 . 76 301 302 303 304 305 309 310 409 509

Input

antara

1

.

76

190

Impor 200

Input

Primer

201

202

203

204

205

209

Jumlah

Input 210

a. Kuadran I

Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu

transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi.

Isian sepanjang baris pada kuadran ini memperlihatkan alokasi

Output

Input

Page 18: Publikasi Input Output Buku 2

output suatu sektor ekonomi yang digunakan sebagai input oleh

sektor lainnya dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan

isian-isian sepanjang kolom nya memperlihatkan penggunaan

input oleh suatu yang berasal dari sektor lainnya dan disebut

sebagai input antara. Dalam analisis menggunakan model I-O ,

Kuadran I memiliki peranan penting karena kuadran inilah yang

menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan

proses produksinya.

b. Kuadran II

Isian sel-sel pada kuadran II ada dua jenis, yaitu (a) transaksi

permintaan akhir dan (b) komponen penyediaan pada masing-

masing sektor produksi. Permintaan akhir terdiri dari enam

komponen yaitu pengeluaran konsumsi rumahtangga (301),

Konsumsi Pemerintah (302), Pembentukan modal tetap bruto

(303), Perubahan stok (304), Ekspor barang (305), dan Ekspor jasa

(306). Jumlah permintaan (310) merupakan jumlah permintaan

antara (180) ditambah dengan permintaan akhir (309). Sedangkan

jumlah penyediaan (700) terdiri dari produksi dalam negeri atau

output domestik (600), barang dan jasa yang berasal dari impor

(409). dan margin perdagangan dan biaya pengangkutan (509).

Barang dan jasa impor dirinci atas impor barang dagangan (401),

oajak penjualan impor (402), bea masuk (403), dan impor jasa

(404). Margin perdagangan dan biaya pengangkutan terdiri dari

margin perdagangan besar (501), margin perdagangan eceran

(502) dan biaya pengangkutan (503). Dengan demikian isian

sepanjang baris pada kuadran II memperlihatkan komposisi

permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi dan bagaimana

komposisi penyediaanya. Sedangkan isian sepanjang kolom

Page 19: Publikasi Input Output Buku 2

menunjukkan distribusi masing-masing komponen permintaan akhir

dan penyediaan menurut sektor.

c. Kuadran III

Isian di kuadran II terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto atau

input primer. Nilai tambah bruto (209) terdiri dari upah dan gaji

(201), Surplus usaha (202), penyusutan (203), pajak tak langsung

(204), dan subsidi (205). Isian sepanjang baris pada kuadran II

menunjukkan distribusi penciptaan masing-masing komponennilai

tambah bruto menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom

menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah bruto oleh

masing-masing sektor ,menurut komponennya. Dalam banyak

analisis, nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh masing-masing

sektor pada umumnya dikonversikan ke produk domestik bruto.

Untuk keperluan ini maka nilai tambah bruto sektor perdagangan

terlebih dahulu harus ditambah dengan pajak penjualan impor (402

dan bea masuk (403). Disamping melalui nilai tambah bruto,

produk domestik bruto dapat juga diturunkan dari permintaan

akhir, yaitu jumlah seluruh permintaan akhir (309) dikurangi

dengan impor barang (401) dan impor jasa (404).

2.3. Konsep dan definisi

2.3.1. Definisi Umum

Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan-

kegiatan ekonomi dalam suatu negara atau region dapat dilihat

Page 20: Publikasi Input Output Buku 2

melalui neraca ekonominya. Sedangkan penyajiannya dapat dibuat

dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Dalam bab ini akan diuraikan konsep dan definisi yang

digunakan untuk menghitung pendapatan regional. Perhitungan

pendapatan regional adalah bentuk perhitungan yang memberikan

gambaran menyeluruh mengenai produk barang dan jasa yang

ditimbulkan dan digunakan dalam kegiatan ekonomi selama satu

periode tertentu, biasanya 1(satu) tahun.

2.3.2. Konsep Domestik Dan Regional

Dalam konsep pendapatan hanya digunakan konsep

“domestik” yang berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh

berbagai kegiatan ekonomi disuatu wilayah atau region

Kabupaten/Kota dengan tidak memperhatikan siapa pemilik faktor

produksinya. Pengertian " region " disini dapat diartikan sebagai

Provinsi atau Kabupaten/Kota dan daerah administrasi yang lebih

rendah. Dengan kata lain PDRB dapat menunjukkan kemampuan

ekonomi suatu daerah dalam menghimpun pendapatan/balas jasa

kepada faktor produksi yang ikut dalam proses di daerah tersebut

tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi.

2.3.3. Produk Domestik Dan Produk Regional

Jika seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi di

wilayah domestik dengan tidak memperhatikan faktor produksinya

berasal, apakah dari luar region atau dimiliki oleh penduduk yang

Page 21: Publikasi Input Output Buku 2

berasal dari region tersebut, maka merupakan produk domestik

region yang bersangkutan.

Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi

tersebut merupakan pendapatan domestik. Wilayah domestik

suatu region meliputi wilayah yang berada di dalam batas geografis

region tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa terdapat sebagian faktor

produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu region

berasal dari region lain dan sebaliknya ada faktor produksi yang

dimiliki region tersebut turut dalam proses produksi di region lain.

Hal ini menyebabkan nilai produk domestik di suatu region tidak

sama dengan pendapatan yang diterima penduduk region tersebut.

Adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini

(termasuk dari/ke luar negeri) yang umumnya berupa upah gaji,

bunga, deviden dan keuntungan, menimbulkan perbedaan antara

produk domestik dan produk regional. Produk regional adalah

produk domestik ditambah pendapatan dari luar region dikurangi

pendapatan yang dibayarkan ke luar region tersebut. Jadi produk

regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi

yang dimiliki oleh penduduk suatu region tanpa memperhatikan

dimana terjadinya proses produksi.

2.3.4. Penduduk

Penduduk suatu region adalah individu atau rumahtangga

yang bertempat tinggal tetap di wilayah domestik region tersebut,

kecuali :

Page 22: Publikasi Input Output Buku 2

(1).Awak kapal laut dan pesawat udara luar negeri dan luar

region yang kapalnya masuk dok atau singgah di region

tersebut.

(2). Pegawai badan internasional/nasional yang bukan

penduduk daerah tersebut untuk melakukan misi selama

kurang dari enam bulan.

(3). Pengusaha asing dan pengusaha region lainnya yang

berada didaerah tersebut kurang dari enam bulan,

pegawai perusahaan asing dan pegawai perusahaan

region lainnya yang berada di domestik region tersebut

kurang dari enam bulan.

(4). Pekerja musiman yang bekerja dan bertempat tinggal di

domestik region tersebut dan tujuannya hanya sebagai

pekerja musiman. Anggota diplomatik dan konsulat yang

ditempatkan di domestik region tersebut.

(5). Wisatawan asing dan wisatawan domestik region lain

yang tinggal di domestik region tersebut kurang dari

enam bulan dan bertujuan untuk bertamasya atau

berlibur, berobat, beribadah, kunjungan keluarga,

pertandingan olah raga nasional atau internasional,

konferensi atau pertemuan rapat lainnya dan kunjungan

dalam rangka belajar atau melakukan penelitian.

Orang-orang yang tersebut di atas dianggap sebagai

penduduk dari negara atau region dimana dia tinggal. Data

penduduk yang digunakan dalam penghitungan PDRB adalah data

penduduk terbaru berdasarkan hasil Registrasi Penduduk dan

Angka Proyeksi Penduduk Kabupaten Ciamis.

Page 23: Publikasi Input Output Buku 2

2.3.5. Barang Dan Jasa

Barang dan jasa diproduksi untuk dikonsumsi, barang adalah

produksi yang berbentuk fisik sedangkan jasa adalah produksi

yang tidak berbentuk fisik. Barang dan jasa diproduksi melalui

suatu proses produksi atas peran serta faktor produksi yang terdiri

dari tanah, tenaga kerja, modal dan wiraswasta.

Proses produksi didefinisikan sebagai suatu proses yang

menciptakan atau menambah nilai kegunaan atau manfaat baru

(secara umum disebut nilai tambah).

Pada dasarnya barang dan jasa digunakan sebagai bahan

dan alat, baik yang digunakan oleh rumahtangga maupun

produsen. Disebut sebagai bahan, apabila habis sekali pakai dalam

proses produksi dan disebut sebagai alat, apabila dapat dipakai

berkali-kali dalam proses produksi.

Seluruh jasa pada umumnya habis sekali pakai dalam proses

produksi maupun konsumsi. Barang yang diproduksi/digunakan

dapat dibedakan antara barang tahan lama dan barang tidak tahan

lama.

Barang dan jasa menurut penggunaannya dibedakan sebagai

berikut :

(1). Barang dan jasa untuk permintaan antara yaitu barang

dan jasa yang digunakan sebagai biaya antara di dalam

proses produksi.

(2). Barang dan jasa untuk permintaan akhir yaitu barang

dan jasa yang digunakan untuk permintaan akhir, antara

lain digunakan sebagai barang konsumsi, barang modal

dan ekspor.

Page 24: Publikasi Input Output Buku 2

2.3.6. Penilaian

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen dinilai atas

dasar harga produsen. Harga produsen adalah suatu tingkat harga

yang diterima oleh produsen yang terjadi pada transaksi

pertama.Harga produsen meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan

oleh produsen untuk memproduksi barang dan jasa termasuk

keuntungan normal dan pajak tidak langsung neto. Harga produsen

tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan,

karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan merupakan

output dari kegiatan perdagangan, penyaluran dan pengangkutan

yang menghubungkan produsen dengan konsumen.

Untuk pemakai/konsumen, barang dan jasa yang digunakan

dinilai atas dasar harga pembeli yakni harga barang dan jasa

sampai di tempat pembeli. Harga pembeli ini termasuk margin

perdagangan dan biaya pengangkutan yang dilakukan oleh pihak

lain dan tidak termasuk biaya pengangkutan yang dilakukan oleh

pembeli. Produksi yang berbentuk jasa, harga produsen sama

dengan harga pembeli karena jasa diproduksi dan langsung di

konsumsi pada saat yang sama.

2.3.7. Output

Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh

unit-unit dalam satu periode waktu tertentu. Output meliputi:

Page 25: Publikasi Input Output Buku 2

(1). Barang dan jasa yang diproduksi untuk tujuan

dijual. Barang dan jasa yang diproduksi selama satu

periode sebagian dijual pada periode yang sama dan

sebagian dikonsumsi sendiri atau diberikan kepada

pegawainya. Sisanya merupakan stok produsen dalam

bentuk barang jadi atau setengah jadi.

Barang setengah jadi meliputi barang yang ada dalam

proses pembuatan atau perakitan. Barang setengah jadi

sektor konstruksi termasuk dalam output barang jadi

sektor tersebut dan langsung dimasukkan sebagai

pembentukan modal tetap bruto.

Pertambahan nilai dari kayu dan tanaman yang tumbuh,

tidak termasuk dalam perhitungan output karena belum

dianggap sebagai komoditi. Output dari sektor yang

memproduksi barang untuk dipasarkan selama satu

periode tertentu, tidak sama dengan penerimaan

penjualan pada periode tersebut. Barang yang siap dijual

pada satu periode sebagian diperoleh dari stok periode

sebelumnya. Sebaliknya, jika barang yang diproduksi pada

periode tersebut tidak seluruhnya terjual pada periode

yang sama maka sebagian merupakan stok untuk dijual

pada periode selanjutnya.

(2). Barang sisa dan produk ikutan. Barang sisa dan produk

ikutan adalah barang yang dihasilkan bersama-sama

dengan produksi utama misalnya jerami padi, klobot

jagung, sisa guntingan kaleng, plastik dan sebagainya.

(3). Margin penjualan barang bekas. Barang bekas adalah

barang yang telah digunakan sebagai konsumsi. Untuk

penjualan barang modal bekas, nilai yang dimasukkan ke

Page 26: Publikasi Input Output Buku 2

dalam penghitungan output adalah selisih nilai penjualan

dengan nilai buku barang tersebut. Yang dimaksud

dengan nilai buku adalah nilai barang tersebut setelah

disusutkan.

(4). Margin perdagangan dan biaya lainnya dalam pemindahan

hak atas tanah, hak usaha, hak sewa, hak paten dan

sebagainya

(5). Bunga yang termasuk dalam nilai penjualan secara

kredit.

(6). Imputasi biaya atas pelayanan bank dan lembaga

keuangan lainnya. Imputasi biaya atas pelayanan

(imputed service charge) bank dan lembaga keuangan

lainnya adalah merupakan selisih bunga yang diterima

dikurangi bunga yang dibayar.

(7). Sewa untuk gedung, peralatan dan barang-barang

lainnya. Imputasi sewa untuk bangunan tempat tinggal

milik sendiri termasuk di dalam perincian ini. Sewa

tanah pertanian dan tanah untuk penggunaan lainnya

tidak termasuk dalam perincian ini tetapi dipisah sebagai

bagian dari pendapatan atas kepemilikan (properti

income) memisahkan antara sewa tanah dengan sewa

bangunan yang pembayarannya tergabung, ditentukan

sewa yang mempunyai proporsi paling besar.

(8). Barang dan jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri.

Barang dan jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri

meliputi barang dan jasa untuk konsumsi dan

pembentukan modal.

Page 27: Publikasi Input Output Buku 2

2.3.8. Biaya Antara

Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa

yang digunakan di dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama

adalah barang yang mempunyai perkiraan umur penggunaan

kurang dari satu tahun. Kenyataannya muncul masalah dalam

membedakan biaya antara dengan balas jasa pegawai,

pengeluaran konsumsi rumahtangga dan pembentukan modal tetap

bruto.

Contohnya, suatu perusahaan mencatat barang dan jasa yang

diberikan kepada pegawai sebagai biaya antara, seharusnya

pengeluaran ini dimasukkan ke dalam balas jasa pegawai.

Pengeluaran pegawai untuk barang dan jasa sebagai suatu

kewajiban berdasarkan perjanjian kerja, diperlakukan sebagai biaya

antara.

Contohnya, pembelian peralatan kerja buruh-buruh tambang

seperti lampu dan bahan peledak atau peralatan kerja buruh tani

atas dasar suatu kontrak.

2.3.9. Nilai Tambah

Nilai tambah bruto merupakan produk dari proses produksi

yang terdiri dari komponen :

(a). Upah dan gaji

(b). Penyusutan barang modal tetap,

(c). Pajak tidak langsung neto.

(d). Surplus

Page 28: Publikasi Input Output Buku 2

Jika penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka

diperoleh nilai tambah neto. Nilai tambah bruto merupakan output

dikurangi dengan biaya antara.

2.4. Asumsi dan Keterbatasan

Dalam suatu model input output yang bersifat terbuka dan

statis, transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel I-

O harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu :

a. Asumsi homogenitas, yang mensyaratkan bahwa tiap sektor

memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input

tunggal dan bahwa tidak ada substitusi otomatis antara

berbagai sektor.

b. Asumsi proporsionalitas, yang mensyarakan bahwa dalam

proses produksi, hubungan antara input dnegan output

merupakan fungsi linier yaitu tiap jenis input yang diserap oleh

sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan

atau penurunan output sektor tersebut.

c. Asumsi adivitas, yaitu asumsi yang menyebutkan bahwa efek

total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh

masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti di luar sistem

input output semua pengaruh dari luar diabaikan.

Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut, tabel input output

memiliki keterbatasan antara lain : karena rasio input-output tetap

konstan sepanjang periode analisis, produsen tidak dapat

menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses

produksi. Hubungan yang tetap ini berarti menunjukkan bahwa

apabila input suatu setor diduakalipatkan maka outputnya akan dua

kali juga. Asumsi semacam ini menolak adanya pengaruh perubahan

teknologi ataupaun produktivitas yang berarti perubahan kuantitas

Page 29: Publikasi Input Output Buku 2

dan harga input sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga

output.

Itulah sebabnya mengapa tabel input-output hanya dapat

digunakan dalam perencanaan pembangunan tidak lebih dari 3-5

tahun karena dalam kurun waktu tersebut, telah banyak terjadi

perubahan dalam proses produksi. Walaupun mengandung

keterbatasan, model I-O tetap merupakan alat analisis ekonomi

yang lengkap dan komprhensip.

2.5. Jenis-jenis Tabel Transaksi

Tabel I-O terdiri dari 4 (empat) kuadran. Tiga kuadran pertama

merupakan tabel dasar yang dalam sistem input output dikenal

sebagai tabel transaksi. Dengan demikian, tabel transaksi adalah

tabel yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan

jasa antar sektor-sektr ekonomi. Tabel transaksi atau tabel dasar

ini dapat digunakan untuk melakukan analisis deskriptif seperti

analisis struktur perekonomian regional, nilai tambah sektoral, pola

distribusi barang dan jasa, struktur konsumsi dan pembentukan

modal tetap bruto, struktur ekspor dan impor dan sebagainya.

Tabel transaksi yang biasa disajikan dalam tabel I-O terdiri atas

transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi atas dasar harga

produsen, transaksti total dan transaksi domestik.

Berikut ini adalah keterangan dari jenis tabel transaksi dalam

tabel input output :

1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli

Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel

transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan

jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga

Page 30: Publikasi Input Output Buku 2

pembeli. Artinya dalam tabel transaksi ini unsur margin

perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung

dalam nilai input bagi sektor yang membelinya. Dalam

penyusunan tabel I-O biasanya tabel transaksi yang pertama

kali disusun adalah tabel transaksi atas dasar harga pembeli.

2. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen

Tabel transaksi atas dasar harga produsen adalah tabel

transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan

jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga

produsen. Artinya dalam tabel transaksi ini unsur margin

perdagangan dan biaya pengangkutan telah dipisahkan

sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan

pengangkutan. Dengan mengeluarkan unsur margin

perdagangan dan biaya pengankutan dari tabel transaksi

atas dasar harga pembeli diperoleh tabel transaksi atas

dasar harga produsen.

3. Transaksi Total

Tabel transaksi total adalah tabel transaksi yang

menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa,

baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor

antar sektor ekonomi. Artinya dalam tabel transaksi ini nilai

transaksi input antara (kuadran I) antar sektor ekonomi

mencakup transaksi barang dan jasa produksi dalam negeri

dan impor. Pada tabel transaksi ini tergambar informasi

mengenai nilai impor menurut sektor ekonomi yang

ditujukan yang ditujukan vektor kolom di kuadran II

(kuadran permintaan akhir). Penyajian tabel transaksi total

pada dasarnya sama dengan penyajian tabel transaksi baik

atas dasar harga pembeli maupun atas dasar harga

produsen.

Page 31: Publikasi Input Output Buku 2

4. Transaksi Domestik

Tabel transaksi domestik adalah tabel transaksi yang

menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa

antar sektor ekonomi yang hanya berasal dari produksi

dalam negeri. Tabel transaksi ini diperoleh dengan

memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal

dari impor baik transaksi antara maupun permintaan akhir

dari tabel transaksi total. Jumlah impor masing-masing

kolom disajikan sebagai vektor baris tersendiri. Data pada

vektor baris ini sekaligus menunjukkan rincian barang dan

jasa menurut sektor yang menggunakan barang dan jasa

tersebut. Penyajian tabel I-O dengan memunculkan impor

sebagai vektor baris disebut juga sebagai tabel I-O dengan

perlakuan impor tidak bersaing (non-competitive import

model).

Page 32: Publikasi Input Output Buku 2
Page 33: Publikasi Input Output Buku 2

Bab III.

Klasifikasi Sektor

dan Sumber Data

Penyusunan klasifikasi sektor merupakan kerangka dasar

dalam penyajian penyusunan Tabel I-O dan sangat berpengaruh

dalam menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya. Klasifikasi

sektor bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang

sangat beraneka ragam kedalam satuan-satuan produksi yang

sedapat mungkin menghasilkan output yang homogen.

Kriteria yang diperhatikan dalam mengelompokkan kegiatan

ekonomi menjadi sektor-sektor adalah:

1. Satuan-satuan kegiatan ekonomi dikelompokkan menurut

kesamaan dalam susunan inputnya, sekalipun penggunaan

outputnya dapat berbeda. Sebaliknya kegiatan ekonomi yang

menghasilkan output dengan penggunaan yang sama, tetapi

susunan inputnya berlainan, maka kegiatan-kegiatan tersebut

tidak dapat dikelompokkan kedalam satu sektor. Cara

pengelompokan ini disebut sebagai Pengelompokan

Horizontal.

2. Satuan-satuan kegiatan ekonomi yang menghasilkan beberapa

macam barang dan jasa, sekalipun jumlah output masing-

masing jenis barang dan jasa dapat berubah-ubah dalam

proporsi yang sama, dapat dikelompokkan dalam satu sektor.

Hal ini terjadi pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan

Page 34: Publikasi Input Output Buku 2

menurut tahap-tahap yang berurutan dalam proses produksi,

seperti pembersihan kapas, pembuatan benang tenun,

pertenunan, pencelupan dan pencetakan tekstil. Cara

pengelompokan ini disebut Pengelompokan Vertikal.

Dalam rangka pengelompokan satuan kegiatan ekonomi

dalam Tabel I-O, klasifikasi lapangan usaha yang tersusun

berdasarkan ISIC (International Standard of Industrial Classification

for All Economic Activities) telah dimanfaatkan dalam menyusun

klasifikasi sektor untuk Tabel I-O Jawa Barat. Klasifikasi tersebut

juga dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi jenis barang dan

jasa yang merupakan produk utama (characteristic product) dari

sektor-sektor.

Tabel I-O Kota Bekasi 2000, sebagian besar menggunakan

dua konsep satuan ekonomi, yaitu atas dasar satuan kelompok

komoditi dan atas dasar satuan aktivitas. Oleh karena itu

pengukuran output sektoral yang didasarkan pada satuan aktivitas,

sebenarnya terdiri dari satu atau sekelompok komoditi atau

aktivitas jenis.

Untuk sektor pertanian dan pertambangan, karena pangkal

tolak penyusunan klasifikasi lapangan usaha terutama didasarkan

pada konsep satuan kelompok komoditi, maka dalam garis

besarnya susunan klasifikasi sektor tersebut adalah identik dengan

klasifikasi komoditi. Untuk sektor-sektor industri pengolahan,

pemilihan mengenai jenis barang yang dicakup dalam suatu sektor

bersumber pada laporan statistik perusahaan-perusahaan industri,

yang mengelompokkan berdasarkan atas konsep satuan aktivitas.

Untuk sektor-sektor lainnya, kecuali sektor pemerintahan,

dasar pengelompokkan komoditi yang digunakan sesuai dengan

kegiatan sektor yang bersangkutan seperti pada sektor-sektor

Page 35: Publikasi Input Output Buku 2

bangunan, perdagangan, pengangkutan dan sebagainya. Sektor

pemerintahan dasarnya adalah konsep satuan kelembagaan.

Untuk barang-barang ekspor dan impor sekalipun klasifikasi yang

tersedia disusun untuk keperluan penyusunan Tabel I-O akan

digunakan konversi Harmonise System dengan HS/I-O, sebagai

jembatannya.

Klasifikasi sektor tidak saja mempermudah proses

penyusunan Tabel I-O, tetapi juga berguna untuk tujuan-tujuan

analisis, sebab dampak suatu sektor terhadap perkembangan

ekonomi regional atau sebaliknya, tidak akan dapat diketahui kalau

sektor tersebut tidak berdiri sendiri dalam klasifikasinya. Di

samping itu, melalui klasifikasi sektor dapat dipelajari jenis-jenis

barang, skala prioritas, peranannya, teknologi pembuatan dan

kegunaannya. Bahkan klasifikasi yang lebih rinci akan

memungkinkan pengenalan anatomi fisik yang lebih mendalam.

Konversi dari suatu sistem ke sistem yang lainnya, kebanyakan

juga menggunakan klasifikasi.

Dalam Tabel I-O Kota Bekasi 2009, beberapa kriteria dasar

penyusunan klasifikasi sektor, yaitu lengkap, jelas dan tanggap.

Lengkap; artinya dapat mencakup seluruh komoditi/kegiatan yang

ada di Kota Bekasi, baik yang menyangkut produksi regional

maupun impor dari luar regional. Jelas artinya; tidak ada penafsiran

ganda ataupun keraguan terhadap ruang lingkup dan cakupan

komoditi pada masing-masing sektor. Tanggap maksudnya; dapat

dijadikan alat yang komprehensip bagi para perencana/ pembuat

keputusan, khususnya untuk komoditi-komoditi yang dianggap

kunci/unggulan di Jawa Barat.

Page 36: Publikasi Input Output Buku 2

3.1 Pertanian, Peternakan, Kehu-tanan dan Perikanan

Kegiatan pertanian, peternakan, perikanan terdiri dari

sektor 01 sampai dengan sektor 04. Untuk lebih rinci, ruang

lingkup dan sumber datanya diuraikan sebagai berikut;

3.1.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Kegiatan yang dilakukan di sektor-sektor ini meliputi

pengolahan lahan untuk bercocok tanam, memelihara ternak

dan unggas, pemotongan hewan, penebangan kayu,

pengambilan hasil hutan lainnya, perburuan serta usaha

memelihara dan menangkap berbagai jenis ikan. Termasuk

pula dalam sektor ini kegiatan pengolahan yang dilakukan

secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan-

peralatan tradisional.

Komoditi-komoditi yang dihasilkan dari usaha-usaha

becocok tanam baik yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh

perkebunan besar antara lain: padi, jagung, ketela pohon,

umbi-umbian lainnya, kacang tanah, kedelei, kacang-kacangan,

sayur-sayuran, buah-buahan, karet, tebu, kelapa, kopi, dan

rempah-rempah. Hasil-hasil dari usaha peternakan antara lain:

anak dan pertambahan berat ternak yang dipelihara seperti

sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, dan hasil-hasil

peternakan seperti telur, susu, bulu dan kotoran hewan. Hasil-

hasil dari kehutanan antara lain: semua jenis kayu tebangan,

tanaman hasil penghijauan dan hasil hutan lainnya seperti

damar, rotan dan kemuju, termasuk juga kayu/bambu dari

kebun. Hasil dari perburuan seperti: daging, kulit dan

sebagainya. Hasil-hasil dari perikanan berupa semua jenis ikan

Page 37: Publikasi Input Output Buku 2

yang ditangkap di laut, sawah, kolam, keramba, tambak dan

tempat-tempat perairan umum lainnya.

Khusus untuk kegiatan pengolahan sederhana meliputi

penumbukan padi, pembuatan gaplek, dan sagu, kopra, minyak

nabati rakyat, gula merah, pengupasan dan pembersihan kopi,

pengirisan tembakau serta penggaraman dan pengeringan

ikan. Tidak termasuk dalam kegiatan sektor pertanian,

melainkan masuk dalam sektor industri.

3.1.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data produksi padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat,

kacang tanah dan kedelei diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Kota Bekasi yang berkerja sama dengan Dinas Perekonomian

Rakyat Kota Bekasi. Data sayur-sayuran dan buah-buahan

diperoleh dari Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi. Data

produksi beras tumbuk dihitung berdasarkan persentase yang

diperoleh dari survei susut pasca panen padi. Survei tersebut

selain mengumpulkan data susut padi/gabah sesudah panenan,

termasuk juga data penumbukan padi.

Tanaman perkebunan dibedakan atas tanaman

perkebunan besar dan tanaman perkebunan rakyat. Data

produksi tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat

diperoleh dari Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi.

Produksi peternakan menurut konsep adalah pertambahan

hewan dan hasil-hasil peternakan. Pertambahan hewan

meliputi anak dan pembesarannya yang diasumsikan sama

dengan pemotongan, ditambah selisih populasi (akhir tahun–

awal tahun) dan ekspor neto hewan hidup. Data pemotongan

Page 38: Publikasi Input Output Buku 2

populasi dan keluar masuk hewan diperoleh dari Dinas

Perekonomian Rakyat Kota Bekasi, termasuk juga hasil-hasil

peternakan berupa telur dan susu murni.

Data harga yang digunakan untuk menilai produksi

pertanian diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bekasi.

Jenis data tersebut antara lain harga perdagangan besar, harga

eceran, harga produsen, harga ekspor impor. Yang diperlukan

untuk menilai produksi adalah harga produsen, yaitu tingkat

harga yang tidak termasuk margin perdagangan dan biaya

pengangkutan. Dari survei khusus yang dilakukan BPS,

diperoleh besarnya margin perdagangan, biaya transportasi

termasuk persentase barang-barang yang diperdagangkan

(marketed surplus).

Dalam menghitung produksi kegiatan pertanian terdapat 3

jenis produksi; yaitu produksi utama, produksi ikutan dan

sampingan. Produksi utama adalah hasil yang paling banyak

dalam kuantitas, nilai atau terpenting dibandingkan dengan

hasil lainnya. Produksi ikutan adalah hasil yang selalu terbentuk

secara otomatis dengan produksi utama, sedangkan produksi

sampingan adalah hasil-hasil selain produksi utama dan ikutan.

Nilai produksi atau output merupakan perkalian kuantitas pada

produksi dengan harga produsen. Nilai produksi ikutan dan

sampingan merupakan bagian dari output suatu sektor dan

pada umumnya dihitung berdasarkan persentase tertentu

terhadap produksi utama. Sebagai contoh, gabah merupakan

produksi utama dan merang produksi ikutannya. Nilai merang

dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai gabah.

Persentase mengenai produksi ikutan dan sampingan diperoleh

dari survei khusus.

Page 39: Publikasi Input Output Buku 2

Susunan input yang terdiri dari input antara dan input

primer dihitung berdasarkan hasil berbagai survei, antara lain

Survei Pertanian dan Survei Khusus Input-Output (SKIO).

3.2 Pertambangan dan Penggalian

Kegiatan pertambangan dan penggalian di dalam Tabel I-O

terdapat di sektor 5. Kota Bekasi sebenarnya tidak memiliki

usaha pertambangan dan penggalian, namun sesuai prinsip

Tabel I-O yang menganut perekonomian tertutup, maka sektor

ini timbul karena input yang digunakan berasal dari sektor

pertambangan dan penggalian.

3.2.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Pertambangan dan penggalian, mencakup seluruh

kegiatan usaha penambangan, penggalian dan penggaraman

rakyat. Pada dasarnya kegiatan usaha sektor ini dimaksudkan

untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral

dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang

terdapat dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan

pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan

nilai guna dari barang tambang dan galian tersebut sehingga

memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut,

dijual pada pihak lain, ataupun di ekspor ke luar negeri. Barang

tambang yang diperoleh dari dalam bumi antara lain: batu

bara, pasir besi, bijih; timah, nikel, tembaga, bauksit, mangan,

emas, dan perak, minyak bumi, gas bumi, jodium, belerang

dan posfor. Barang-barang galian antara lain; batu, pasir pasir,

kapur, tanah liat, kaolin dan garam. Kegiatan ini tidak

Page 40: Publikasi Input Output Buku 2

mencakup usaha pengilangan gas bumi menjadi gas alam cair

(Liquid Natural Gas, LNG), karena kegiatan pengolahan

tersebut dimasukkan di sektor industri pengolahan.

Untuk pengolahan lanjutan seperti pemecahan, peleburan

dan pemurnian dari barang tambang dan galian, serta

penelitian, penyiapan sarana pertambangan dan pemurnian air

minum tidak dimasukkan dalam sektor ini.

3.2.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data penggunaan input yang berasal dari sektor

pertambangan dan penggalian berasal dari survey industry

tahunan dan SKIO 2009.

Data harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bekasi

yang melakkukan Survei Harga Konsumen dan Survei Harga

Produsen.

3.3 Industri Pengolahan

Kegiatan Industri Pengolahan meliputi sektor 6 sampai

dengan 14. Klasifikasi industri pengolahan ini ditampilkan lebih

rinci; agar dapat terlihat struktur input dan peranannya

terhadap sektor lain di Kota Bekasi.

3.3.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan

produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa.

Proses produksi dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi

atupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat

Page 41: Publikasi Input Output Buku 2

sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan

oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan

atau perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya menunjang

sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan dan

pemeliharaan mesin-mesin, kapal, kereta api, dan pesawat

terbang juga termasuk dalam sektor ini. Yang dimaksud

dengan perbaikan disini adalah perbaikan barang modal yang

dilakukan oleh perusahaan sendiri atau oleh pihak lain. Tetapi

perbaikan mesin-mesin milik rumahtangga dan kendaraan

bermotor tidak dicakup dalam sektor ini, melainkan dalam

sektor jasa-jasa.

3.3.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data yang digunakan dalam penghitungan output dan

penyusunan struktur input sektor industri pengolahan

didasarkan pada hasil Survei Tahunan Industri Besar/Sedang,

dan Survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga.

Penghitungan output dan penyusunan struktur input dibedakan

atas industri besar/sedang di satu pihak; dan industri kecil dan

kerajinan rumahtangga dipihak lain. Untuk komoditi yang

mempunyai klasifikasi industri yang sama, baik output maupun

inputnya dikelompokkan menjadi 1 sektor sesuai dengan

klasifikasi I-O 2009 Kota Bekasi.

Penyusunan output persektor industri besar dan sedang

dilakukan dengan cara mengidentifikasikan jenis-jenis produksi

yang kemudian dipindahkan keluar (transfer out) dan

dipindahkan kedalam (transfer in) sesuai sektor masing-

masing. Jika suatu industri mempunyai produksi yang

karakteristiknya berbeda dengan industri itu, maka produksi

Page 42: Publikasi Input Output Buku 2

tersebut dipindahkan ke industri lain yang sama

karakteristiknya dengan produksi itu. Dengan demikian bagi

industri yang outputnya dipindahkan, maka susunan inputnya

pun harus dipindahkan mengikuti outputnya.

Data output industri kecil dan kerajinan rumahtangga tahun

2009 diperoleh dari hasil estimasi berdasarkan Survei Khusus

Input Output di Kota Bekasi dan laporan dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi.

3.4 Listrik Gas dan Air Minum

Kegiatan Listrik, Gas dan air Minum terdiri dari sektor 15

sampai dengan 16. Uraian lebih rinci mengenai kegiatannya

adalah sebagai berikut;

3.4.1 Ruang Lingkup dan Metode Estimasi

Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi

tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non

PLN. Termasuk pula tenaga listrik yang bersumber dari

produksi sampingan perusahaan-perusahaan perkebunan,

pertambangan, industri dan sektor lain., kecuali yang

dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Yang

dimaksud dengan produksi listrik adalah jumlah kwh tenaga

listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik yang

terjual, digunakan sendiri, dan susut dalam transmisi/distribusi.

Sektor air minum mencakup kegiatan pembersihan,

pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air

Page 43: Publikasi Input Output Buku 2

bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke

rumahtangga maupun ke sektor lain sebagai konsumen.

3.4.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data yang digunakan dalam perkiraan output dan susunan

input diperoleh dari Survei Khusus Input Output (SKIO) dan

survei tahunan yang meliputi listrik PLN, listrik non PLN, dan

PDAM .

3.5 Bangunan

Kegiatan sektor Bangunan/ Konstruksi adalah sektor 17.

Ruang lingkup, metode estimasi dan sumber data diuraikan

sebagai berikut;

3.5.1 Ruang Lingkup dan Metode Estimasi

Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang

dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang

melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain maupun

kontraktor khusus yaitu unit usaha dan individu yang

melakukan kegiatan pembangunan untuk dipakai sendiri seperti

misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumahtangga dan

unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

Konstruksi mencakup kegiatan pembuatan, pembangunan,

pemasangan dan perbaikan berat maupun ringan seperti

bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, pekerjaan

umum untuk pertanian, jalan, jembatan dan pelabuhan,

bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi

serta bangunan lainnya.

Page 44: Publikasi Input Output Buku 2

Bangunan tempat tinggal mencakup rumah dan gedung

atau bangunan fisik lainnya yang digunakan untuk tempat

tinggal oleh rumahtangga. Bangunan bukan tempat tinggal

meliputi: hotel, sekolah, rumah sakit, pusat pertokoan,

perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau pabrik,

gudang, bangunan tempat pemeliharaan hewan ternak dan

unggas, tempat ibadah, gedung kesenian dan olahraga serta

bangunan bukan tempat tinggal lainnya. Pekerjaan umum

untuk pertanian meliputi pembuatan kolam pemeliharaan ikan,

bagan/pencetakan tanah sawah, pembukaan hutan, irigasi dan

sejenisnya.

Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan

diantaranya mencakup pembuatan sarana jalan dan jembatan

untuk angkutan jalan raya maupun kereta api, pelabuhan laut

dan udara, dermaga, landasan pesawat terbang, tempat parkir,

trotoar dan sejenisnya. Bangunan dan instalasi listrik, gas, air

minum dan komunikasi diantaranya adalah instalasi transmisi

dan distribusi listrik, gas, air minum dan jaringan komunikasi.

Bangunan yang digolongkan bangunan lainnya beberapa

diantaranya adalah taman kota, terowongan, waduk, banjir

kanal, sanitasi, lapangan olahraga, dan tempat rekreasi serta

bangunan sipil lainnya termasuk peningkatan mutu tanah

melalui pengeringan.

Konsep output sektor bangunan adalah nilai pekerjaan

yang telah dilakukan selama tahun 2009, tanpa melihat apakah

bangunan tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum pada

tahun tersebut. Nilai instalasi listrik, pengatur udara (AC)

instalasi air dan barang-barang lain yang telah dipasang

sebelum bangunan tersebut ditempati/digunakan, dicakup pula

Page 45: Publikasi Input Output Buku 2

di dalam output bangunan. Akan tetapi nilai tanah tempat

berdiri bangunan tidak termasuk ke dalam nilai bangunan.

3.5.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Perkiraan output sektor bangunan didasarkan pada

pendekatan arus barang (Commodity Flow Approach) yaitu

suatu metode pendugaan output berdasarkan input yang

diperoleh dari sektor lain. Seperti diketahui bahwa input dapat

dibedakan atas dua macam yaitu input antara dan primer yang

jumlahnya sama dengan output. Input antara sektor ini berupa

bahan bangunan maupun bukan bahan bangunan misalnya

biaya pemasangan dan biaya administrasi atau bahan-bahan

lainnya.

Untuk pendugaan input antara, dapat dibedakan dua

sumber yaitu untuk input yang di impor dan input dari produksi

dalam negeri. Sumber data yang digunakan adalah Statistik

Impor, Statistik Industri Besar dan Sedang, Statistik

Pertambangan dan Statistik Pertanian yang diperoleh dari BPS.

Selanjutnya biaya administrasi, input primer dan distribusi jenis

output bangunan didasarkan pada Survei Khusus Input-Output

(SKIO) sektor konstruksi 2009 serta dari Tabel Input-Output

Jawa Barat tahun 2003 Tabel Input-Output Indonesia 2005.

3.6 Perdagangan, Restoran, dan Perhotelan

Kegiatan perdagangan, restoran dan perhotelan dalam

klasifikasi Tabel I-O Jawa Barat terdiri dari sektor 18

sampai dengan 20

Page 46: Publikasi Input Output Buku 2

3.6.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari

produsen dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa

merubah bentuk barang tersebut. Termasuk juga kegiatan

pengumpulan barang dari pelabuhan impor dan dipasarkan

kepada konsumen. Usaha perdagangan besar, pada umumnya

melayani pedagang (besar dan kecil), perusahaan yang akan

memproduksi barang serta konsumen bukan rumahtangga

lainnya. Perdagangan eceran, pada umumnya melayani

konsumen rumahtangga. Barang-barang yang diperdagangkan

meliputi produksi dalam negeri maupun impor, kecuali barang

tidak bergerak seperti tanah, sumber-sumber alam dan

bangunan. kegiatan yang dilakukan oleh broker, makelar,

komisioner, agen dan sejenisnya sepanjang masih bersifat

perdagangan termasuk pula disini.

Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan

dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung ditempat

penjualan; meliputi restoran, bar, warung makan, usaha-usaha

jasa boga dan sejenisnya. Penyediaan makanan dan minuman

yang bersifat menunjang usaha utama tidak dimasukkan

sebagai kegiatan restoran, misalnya kegiatan penyediaan

makanan dan minuman pada perhotelan, pada angkutan

penumpang dengan kapal laut, dan pesawat udara.

Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi

untuk umum berupa tempat penginapan untuk jangka waktu

relatif singkat. Pengusahaan bungalow, villa, flat, dan tempat

peristirahatan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan atau

Page 47: Publikasi Input Output Buku 2

instansi untuk para anggota dan pegawainya, tidak termasuk

dalam kegiatan ini.

3.6.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Sumber data untuk penyusunan struktur input

perdagangan adalah hasil Survei Khusus Input Output (SKIO)

yang dilaksanakan di Kota Bekasi. Sedangkan sumber data

perhotelan adalah dari Buku Statistik Tingkat Penghunian

Kamar Hotel yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Data

rata-rata tarif per malam-kamar dan struktur inputnya

diperoleh dari hasil SKIO 2009.

Output perdagangan besar dan eceran masing-masing

dihitung berdasarkan pendekatan arus barang (comodity flow

approach), yaitu dengan menjumlahkan margin perdagangan

yang timbul dari seluruh barang yang diperdagangkan di dalam

negeri. Barang-barang yang diperdagangkan berasal dari sektor

pertanian, industri, pertambangan & penggalian dan yang

berasal dari impor. Rasio margin perdagangan besar dan

eceran, baik terhadap nilai produksi masing-masing sektor

maupun terhadap nilai impor, diperoleh dari rasio margin Tabel

I-O Indonesia 2005. Output restoran dihitung berdasarkan

konsumsi rumahtangga diluar rumah yang diperoleh dari hasil

Susenas 2009, sedangkan output perhotelan bersumber dari

hasil perkalian antara jumlah malam kamar dengan rata-rata

tarif per malam kamar.

Struktur input perdagangan, restoran dan perhotelan,

masing-masing diperoleh dari perkalian antara koefisien input

dari SKIO dengan nilai outputnya.

Page 48: Publikasi Input Output Buku 2

3.7 Pengangkutan dan Komunikasi

Kegiatan pengangkutan dan komunikasi meliputi kode baris

dan kolom 21 sampai dengan 24. Secara rinci ruang lingkup

dan definisi adalah sebagai berikut;

3.7.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Usaha ini meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang

angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya

mengangkut barang dan penumpang dari satu tempat ke

tempat lainnya atas dasar suatu pembayaran. Sektor-sektor ini

terdiri dari angkutan kereta api; angkutan jalan raya untuk

penumpang seperti bus, taksi, becak, dan dokar maupun

angkutan barang seperti truk dan pedati; angkutan laut seperti

pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran lokal dan

pelayaran rakyat; serta angkutan udara. Semua jenis angkutan

tersebut digunakan untuk mengangkut penumpang dan

barang. Jasa penunjang angkutan dan pergudangan umumnya

bertujuan membantu dan memperlancar kegiatan angkutan,

terdiri dari jasa-jasa terminal, pelabuhan bongkar muat,

keagenan, ekspedisi, jalan tol, pergudangan dan jasa

pergudangan lainnya. Sewa menyewa alat-alat angkutan baik

dengan atau tanpa pengemudi termasuk pula dalam kegiatan

ini. Angkutan penyeberangan yang dioperasikan oleh Perumka

dimasukkan dalam sektor angkutan air. Kegiatan komunikasi

meliputi usaha jasa pos dan giro seperti kegiatan pengiriman

surat, paket, wesel dan sebagainya, telegram dan sebagainya.

Page 49: Publikasi Input Output Buku 2

3.7.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data yang digunakan untuk penyusunan output dan input

angkutan kereta api diperoleh dari ikhtisar laporan keuangan

PT. Kereta Api Indonesia di Stasiun Bekasi dan Kranji yang

berupa jumlah kilometer penumpang dan ton barang sebagai

alokatornya. Output dan struktur input angkutan jalan raya

disusun dengan menggunakan data statistik kendaraan

bermotor dari Dinas Perhubungan Kota Bekasi dan hasil

pengolahan SKIO. Data yang digunakan untuk penyusunan

output dan struktur input komunikasi diperoleh dari laporan

tahunan dan ihtisar rugi/laba PT Pos Indonesia dan PT Telkom.

Output angkutan kereta api diperoleh dari penjumlahan

pendapatan dari angkutan barang dan penumpang, bea stasiun

dan pendapatan lainnya. Output angkutan jalan raya diperoleh

dari perkalian antara jumlah kendaraan menurut jenisnya

dengan masing-masing rata-rata output per kendaraan. Output

jasa penunjang angkutan bersumber dari perkalian antara

masing-masing indikator produksi seperti : jumlah kendaraan,

kapal, pesawat yang dilayani dengan tarif atau rata-rata biaya

yang dikeluarkan masing-masing angkutan. Sedangkan output

jalan tol adalah total pendapatan dari karcis jalan tol dan

jembatan tol.

Struktur input untuk angkutan kereta api, angkutan udara

dan komunikasi diolah dari data laporan tahunan masing-

masing perusahaan. Angkutan jalan raya, angkutan laut serta

jasa penunjang angkutan didasarkan atas koefisien input SKIO

2009 dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang

beroperasi dalam bidang yang bersangkutan.

Page 50: Publikasi Input Output Buku 2

3.8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Kegiatan bank dan lembaga keuangan lainnya meliputi

sektor 25 sampai 29, sedangkan ruang lingkupnya diuraikan

sebagai berikut;

3.8.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Kegiatan bank dan lembaga keuangan lainnya meliputi:

1. Usaha jasa perbankan dan moneter seperti bank sentral, bank

umum, bank pembangunan, bank devisa, bank tabungan, dan

Badan Perekreditan Rakyat (BPR) baik yang dikelola oleh

pemerintah maupun swasta. Kegiatan ini mencakup antara lain

penerimaan dan pemberian pinjaman, penyertaan modal usaha

pemberian jaminan bank, pembelian dan penjualan surat-surat

berharga, jasa penyimpanan barang berharga dan sebagainya.

2. Usaha jasa keuangan lainnya seperti lumbung desa, koperasi

simpan pinjam, pedagang valuta asing serta jasa pasar modal.

3. Usaha jasa asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi bukan

jiwa; termasuk asuransi sosial yang dikelola oleh Perum

TASPEN, Perum ASABRI, Perum ASTEK, dan sejenisnya.

4. Usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut

bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti

perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil.

5. Usaha jasa perusahaan seperti pengacara, notaris, akuntan,

arsitektur, konsultan teknik, konsultan pajak, jasa pengadaan

Page 51: Publikasi Input Output Buku 2

tenaga kerja, pengolahan data, periklanan, pemetaan, riset, dan

pemasaran, sewa menyewa mesin dan peralatan dan

sebagainya.

Output dari jasa perbankan meliputi penerimaan provisi

dan komisi, penerimaan neto transaksi devisa, pendapatan

operasional lainnya, serta imputasi jasa pelayanan bank.

Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih antara

penjualan dengan pembelian mata uang, sedangkan output

asuransi merupakan selisih antara penerimaan premi dan klaim

ditambah dengan pendapatan dari penyertaan modal usaha

serta pendapatan lainnya. Output dari kegiatan-kegiatan

lainnya pada umumnya merupakan nilai dari jasa yang

diberikan pada pihak lain.

3.8.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data perbankan diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan

data asuransi diperoleh dari Laporan Keuangan Perasuransian,

Direktorat Keuangan Departemen Keuangan. Data untuk

persewaan bangunan tempat tinggal diduga berdasarkan hasil

SUSENAS 2009, sedangkan struktur inputnya dari SKIO. Data

jasa perusahaan diperoleh dari direktori perusahaan untuk

jumlah perusahaan serta SKIO 2009 untuk struktur inputnya.

Output kegiatan lainnya di luar perbankan bersumber dari;

a. Pegadaian diperoleh dari Laporan Tahunan Perum Pegadaian

tahun 2009 (Dirjen Moneter Dalam Negeri, Departemen

Keuangan);

b. Lembaga Keuangan bukan Bank dari direktorat Lembaga

Keuangan, Departemen Keuangan;

Page 52: Publikasi Input Output Buku 2

c. Output koperasi simpan pinjam didapat dengan mengalikan

jumlah koperasi simpan pinjam dengan rata-rata output per

koperasi ,

d. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari

asuransi jiwa, asuransi sosial, dan reasuransi. Output

persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian

antara pengeluaran rumahtangga untuk sewa rumah, pajak dan

biaya pemeliharaan rumah perkapita dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun. Output jasa perusahaan lainnya secara

keseluruhan diperoleh dari perkalian antara jumlah perusahaan

dengan rata-rata output perperusahaan.

Struktur input untuk perbankan dan asuransi diperoleh dari

pengolahan terhadap data yang berasal dari sumber masing-

masing, sedangkan struktur input untuk kegiatan-kegiatan

lainnya umumnya diperoleh dari SKIO 2009.

3.9 Jasa-jasa

Kegiatan yang termasuk jasa-jasa meliputi sektor 30

sampai dengan sektor 40. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut;

3.9.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Jasa-jasa tersebut meliputi kegiatan-kegiatan seperti di

bawah ini:

1. Jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah;

Page 53: Publikasi Input Output Buku 2

2. Jasa kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan,

palang merah, panti asuhan, panti wreda, rumah ibadat dan

sebagainya;

3. Jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan

distribusi film, baik film komersial dan reproduksi film video,

maupun film dokumenter untuk kepentingan pemerintah; jasa

bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan,

musium, kebun binatang, gedung olahraga, kolam renang, klab

malam, taman hiburan, dan sebagainya. Studio televisi dan

stasiun pemancar yang dikelola oleh TVRI dimasukkan ke dalam

jasa pemerintahan umum dan pertahanan.

4. Jasa perbengkelan, yang meliputi bengkel kendaraan baik

bermotor maupun tidak bermotor, reparasi TV, radio, lemari es,

kamera, alat musik, barang-barang dari kulit dan sebagainya.

5. Jasa perorangan dan rumahtangga adalah jasa yang berkaitan

erat dengan kepentingan perorangan dan rumahtangga seperti

tukang cukur, tukang jahit, binatu, salon kecantikan, pembantu

rumahtangga, pengasuh bayi dan sebagainya.

3.9.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data yang digunakan untuk penyusunan output dan

struktur input kegiatan jasa, diperoleh dari beberapa sumber.

Kegiatan pemerintahan dan pertahanan dari Direktorat

Anggaran, Departemen Keuangan untuk pemerintah pusat

serta daftar K I, K II dan K III yang disajikan oleh BPS untuk

pemerintah daerah. Indikator produksi jasa kemasyarakatan,

bersumber dari Susenas 2009, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan,

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta beberapa sumber

Page 54: Publikasi Input Output Buku 2

lainnya. Struktur input, sebagian besar didasarkan pada hasil

SKIO 2009. Indikator produksi untuk jasa hiburan dan rekreasi

dari statistik bioskop, Dinas Pariwisata, dan sumber lainnya,

sedangkan struktur inputnya dari SKIO 2009. Indikator jasa

produksi jasa perbengkelan, jasa perorangan dan rumahtangga

didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja

dihitung berdasarkan pertumbuhan tenaga kerja Sensus

Penduduk 1990 - SUPAS 1995. Struktur input sektor jasa

perbengkelan, jasa perorangan dan rumahtangga disusun

berdasarkan hasil SKIO 2009.

Output kegiatan pemerintahan adalah semua belanja pusat

dan daerah, baik berasal dari belanja rutin maupun dari

belanja pembangunan serta penyusutan barang modal. Output

jasa kemasyarakatan diperoleh dari perkalian antara masing-

masing indikator produksinya seperti jumlah murid menurut

tingkatan, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia

yang dirawat dengan masing-masing rata-rata outputnya.

Output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah tempat

duduk dengan rata-rata output per tempat duduk. Output

panggung kesenian didasarkan atas pembagian antara pajak

tontonan yang diterima pemerintah dengan rasio pajak

tontonan, kemudian dikurangi dengan output bioskop. Output

jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya di dasarkan

atas perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga

kerja masing-masing dengan rata-rata outputnya. Output untuk

jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumahtangga

diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga

kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Output jasa

pembantu rumahtangga, pengasuh bayi dan sejenisnya

Page 55: Publikasi Input Output Buku 2

diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk

pembantu rumahtangga dengan jumlah penduduk.

Struktur input untuk kegiatan jasa-jasa pada umumnya

didasarkan atas SKIO 2000 yang dilengkapi dengan beberapa

data tambahan yang berasal dari sumber lainnya.

3.10 Tenaga Kerja

3.10.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Tenaga kerja yang dimaksudkan dalam Tabel I-O 2000

adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja selama satu tahun

(man-year) di masing-masing sektor, baik sebagai pekerja

penuh (full-time) maupun pekerja sampingan. Jumlah tenaga

kerja untuk seluruh kegiatan produksi mulai dari sektor 01

sampai dengan 40 sama dengan jumlah tenaga kerja, yaitu

orang yang bekerja minimal satu jam selama seminggu yang

lalu, termasuk juga pencari kerja yang sudah pernah bekerja.

3.10.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data yang digunakan dalam estimasi tenaga kerja pada

dasarnya terdiri dari data tenaga kerja menurut sektor dan

lapangan usaha. Tenaga kerja menurut sektor diperoleh dari

masing-masing sektor seperti yang telah dijelaskan pada uraian

sektoral, sedangkan data jumlah tenaga kerja menurut

lapangan usaha diperoleh dari Susenas 2009.

Berdasarkan data-data diatas maka tenaga kerja masing-

masing sektor disusun sebagai berikut.

Page 56: Publikasi Input Output Buku 2

1. Menghitung jumlah tenaga kerja pertengahan tahun 2009

berdasarkan Susenas 2009.

2. Mendistribusikan jumlah tenaga kerja ke masing-masing sektor

dengan menggunakan alokator ekuivalen tenaga kerja, kecuali

beberapa sektor yang mempunyai data jumlah tenaga kerja

yang lengkap. Alokator ekuivalen tenaga kerja itu diperoleh dari

nilai upah dan gaji dibagi dengan rata-rata upah dan gaji

masing-masing sektor.

3. Menyusun jumlah tenaga kerja menurut klasifikasi 9 sektor.

3.11 Permintaan Akhir

Permintaan akhir atau Final Demand terdiri dari komponen-

komponen pengeluaran konsumsi; rumahtangga, pemerintah,

lembaga sosial nonprofit, pembentukan modal tetap,

perubahan stok dan ekspor.

3.11.1 Pengeluaran Konsumsi Ru-mahtangga

3.11.2.1Ruang Lingkup dan Definisi

Yang dimaksud dengan konsumsi rumahtangga adalah

pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang

tidak mencari untung (private non profit institutions) selama

satu tahun. Pengeluaran tersebut meliputi konsumsi barang

dan jasa, baik yang diperoleh dari pihak lain maupun yang

dihasilkan sendiri, dikurangi nilai neto penjualan barang bekas

dan barang sisa. Di samping itu, konsumsi rumahtangga

Page 57: Publikasi Input Output Buku 2

tersebut bukan hanya konsumsi yang dilakukan di dalam region

Kota Bekasi, tetapi juga termasuk konsumsi yang dilakukan di

luar region Kota Bekasi. Untuk menjaga konsistensi data perlu

didefinisikan bahwa konsumsi yang dilakukan di luar region

Kota Bekasi oleh penduduk Jawa Barat, dianggap sebagai

konsumsi yang bersumber dari barang impor, sebaliknya

konsumsi oleh penduduk luar di dalam region Kota Bekasi

dianggap sebagai ekspor.

Di samping itu, pembelian atau pembuatan rumah tempat

tinggal yang baru, tidak dimasukkan sebagai konsumsi

rumahtangga melainkan dialokasikan ke pembentukan modal

sektor usaha bangunan tanah (real estate). Sebaliknya rumah

tinggal yang ditempati sendiri oleh pemiliknya, imputasi nilai

rumahnya dihitung sebagai imputasi dari output sektor usaha

bangunan dan tanah sedangkan nilai sewa rumah tersebut

dimasukkan kedalam pengeluaran konsumsi rumahtangga

untuk tempat tinggal. Bila rumahtangga melakukan perbaikan

maka diperlakukan sebagai input antara dari sektor perbaikan

sektor bangunan.

3.11.1.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data dasar yang dipakai untuk mengestimasi konsumsi

rumahtangga adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) 2009 berupa konsumsi perkapita terhadap berbagai

barang dan jasa. Untuk memperoleh total konsumsi digunakan

jumlah penduduk tahun 2009 sebagai pengali. Harga eceran

tersebut diperoleh dari BPS. Khusus untuk komoditi makanan,

data Susenas yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi

Page 58: Publikasi Input Output Buku 2

adalah jumlah kuantum sehingga untuk mendapatkan nilai

konsumsi digunakan harga eceran.

Penilaian barang dan jasa untuk konsumsi rumahtangga ini

adalah berdasarkan harga pembelian oleh rumahtangga dan

lembaga swasta yang tidak mencari untung, yang nilainya

sama dengan nilai harga eceran sektor perdagangan.

3.11.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3.11.2.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran

pemerintah pusat dan daerah, termasuk semua pengeluaran

untuk kepentingan angkatan bersenjata, kecuali yang sifatnya

pembentukan modal. Total pengeluaran pemerintah meliputi

belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas,

biaya pemeliharaan dan perbaikan serta belanja rutin lainnya.

Yang dimaksud dengan belanja pegawai disini meliputi

seluruh pengeluaran untuk upah dan gaji baik berbentuk uang

maupun barang. Termasuk juga disini belanja pensiun, uang

lembur, honorarium, lauk pauk dan belanja pegawai lainnya.

Yang dimaksud dengan belanja barang dan belanja rutin

lainnya adalah semua pengeluaran untuk biaya kantor seperti

pembelian alat-alat tulis, pembayaran listrik, telepon, air dan

gas, serta bahan-bahan, alat-alat dan barang-barang lainnya.

Termasuk juga disini biaya-biaya pemeliharaan gedung kantor,

kendaraan, barang inventarisasi dan lain-lain.

Page 59: Publikasi Input Output Buku 2

3.11.2.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Pengeluaran rutin pemerintah pusat datanya bersumber

dari Departemen Keuangan berupa realisasi belanja rutin

Pemerintah Pusat yang diperinci menurut mata anggaran.

Pengeluaran rutin Pemerintah Daerah dari pengolahan daftar

isian keuangan pemerintah daerah yang dikumpulkan oleh

BPS/KS setiap tahun.

3.11.3 Pembentukan Modal Tetap

3.11.3.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan

dan pembelian barang-barang modal baru, baik dari dalam

negeri maupun dari luar negeri dan barang modal bekas dari

luar negeri. Pembentukan modal tetap mencakup juga

perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang-barang

modal.

Pembentukan modal tetap dapat dibedakan menurut

bentuknya, yang terdiri dari:

1. Bangunan/konstruksi;

2. Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan :

- Yang bersumber dari impor;

- Produksi dalam negeri;

Page 60: Publikasi Input Output Buku 2

3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah,

pengembangan dan perluasan areal tanah, termasuk hutan dan

daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan pohon

tanaman keras;

4. Pembelian ternak yang khusus dipelihara untuk keperluan

pembiakan, untuk memperoleh susu, bulu, tenaga dan

sebagainya, tetapi tidak termasuk ternak yang akan dipotong.

5. Margin perdagangan dan biaya lain yang berkenaan dengan

pemindahan hak milik dalam transaksi jual beli tanah, sumber

mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan

barang-barang modal bekas.

3.11.3.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Metode yang dipakai dalam perkiraan pembentukan modal

tetap, adalah pendekatan arus barang, yaitu melalui

penyediaan barang-barang modal, baik yang berasal dari

produksi dalam negeri maupun impor.

Nilai pembentukan modal berupa bangunan, diperoleh dari

output sektor bangunan yang telah dihitung sebagai output

sektor bangunan yang akan menjadi pembentukan modal.

Datanya ini diperoleh dari sumber yang sama dengan yang

digunakan sektor bangunan. Data pembentukan modal berupa

mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan bersumber pada

Statistik Impor yang disajikan BPS, dan Statistik Industri Besar

dan Sedang hasil dan Survei Tahunan Industri.

Page 61: Publikasi Input Output Buku 2

3.11.4 Perubahan Stok

3.11.4.1 Ruang Lingkup dan Definisi

Yang dimaksud dengan peru-bahan stok adalah selisih

antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok

pada awal tahun, yang dapat dirinci sebagai berikut :

1. Perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan

oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas,

dan barang-barang strategis yang disimpan pemerintah;

2. Perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum

digunakan oleh produsen;

3. Perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-

barang dagangan yang belum terjual oleh pedagang besar dan

pengecer.

3.11.4.2 Sumber Data dan Metode Estimasi

Data perubahan stok bersumber dari proses rekonsiliasi,

yaitu suatu nilai selisih antara alokasi penggunaan (Demand)

output dengan jumlah penyediaannya (Supply) oleh masing-

masing sektor.

3.12 Ekspor dan Impor

Dalam Tabel I-O Kota Bekasi 2009, transaksi ekspor dan

impor meliputi barang dan jasa termasuk juga barang-barang

yang diperdagangkan antar propinsi. Transaksi ekspor (freight

Page 62: Publikasi Input Output Buku 2

on board /fob) dinyatakan dalam sektor ekspor barang dan

dengan kode sektor 305, dan transaksi impor (cif) dengan

kode sektor 409. Secara rinci sumber data metode estimasi

diuraikan sebagai berikut;

3.12.1 Sumber Data dan Metode Estimasi

Untuk memperkirakan nilai ekspor dan impor barang dan

jasa digunakan beberapa jenis data yang diperoleh dari buku

Statistik Perdagangan Luar Negeri terbitan BPS, Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia publikasi BI, Buku Tahunan

Statistik Pertambangan Indonesia publikasi Departemen

pertambangan dan Energi, Statistik Bongkar Muat dan dari

sumber data lainnya. Metode estimasinya akan dijelaskan

seperti dibawah ini.

3.12.2 Ekspor Barang

Perkiraan nilai ekspor barang menggunakan data statistik

perdagangan luar negeri BPS. Nilai ekspor barang yang tersedia

adalah nilai nilai ekspor barang yang diolah dengan metode

“carry over”.

Untuk kebutuhan penyusunan Tabel I-O Kota Bekasi 2009,

nilai ekspor barang yang diolah dengan metode carry over

perlu disesuaikan (adjust) untuk memperoleh nilai ekspor

barang yang aktual, yaitu nilai ekspor barang yang terjadi pada

tahun 2009. Nilai ekspor barang dengan menurut kode HS

(Harmonise System) direklasifikasi sesuai dengan klasifikasi

Tabel I-O Kota Bekasi 2009. Data pendukung juga digunakan

dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bekasi.

Page 63: Publikasi Input Output Buku 2

3.12.3 Ekspor Jasa

Nilai ekspor jasa diperkirakan dengan menggunakan data

dari buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia publikasi

BI. Nilai ekspor jasa tidak tersedia secara terpisah, tetapi masih

tergabung dengan nilai impor jasa. Untuk memperkirakan nilai

ekspor jasa, berbagai keterangan dikumpulkan dari BI,

diantaranya bahwa komponen ekspor jasa meliputi

penggunaan fasilitas jasa yang disediakan oleh penduduk

Indonesia yaitu jasa perjalanan dan periwisata, jasa asuransi

pada komunikasi, jasa perusahaan, serta jasa-jasa lainnya.

3.12.4 Impor Barang

Perkiraan nilai impor barang menggunakan data Statistik

Perdagangan Luar Negeri yang diolah oleh BPS dengan metode

carry over seperti halnya ekspor barang. Penyesuaian dari hasil

pengolahan carry over perlu disesuaikan untuk memperoleh

nilai impor barang aktual, yaitu nilai impor barang yang terjadi

selama tahun 2009. Nilai impor barang direklasifikasikan dari

Harmonise System (HS) ke klasifikasi I-O tahun 2009.

3.12.5 Impor Jasa

Nilai impor jasa diperkirakan dengan menggunakan dari

data dengan ekspor jasa, yaitu Statistik Ekonomi dan Keuangan

Indonesia. Pendekatan dan metode penghitungan, sama

seperti yang dipakai pada ekspor jasa.

Page 64: Publikasi Input Output Buku 2

3.13. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi

Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih

antara nilai transaksi pada tingkat harga konsumen atau

pembeli dengan tingkat harga produsen. Oleh kerena itu,

selisih nilai transaksi tersebut mencakup:

1. Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang

eceran;

2. Biaya tranportasi dalam menyalurkan barang dari produsen ke

tangan pembeli akhir.

Pengertian dan perlakuan margin perdagangan dan biaya

transportasi akan lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan

ilustrasi sebagai berikut:

a. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli

1 2 3 4 5 F T X

1 10 80 5 5 0 145 45 200

2 20 50 10 5 15 275 75 300

3 5 35 5 10 5 40 0 100

4 0 0 0 0 0 0 -100 100

5 5 15 5 5 5 15 -20 70

B 40 180 25 25 25 475 0 770

V 160 120 75 75 45

X 200 300 100 100 70

1 =

sektor pertanian

B =

Total input antara

2 = sektor industry V = Nilai tambah

3 = sektor jasa X = Output 4 = sektor perdagangan F = permintaan akhir 5 = sektor angkutan T = margin

perdagangan dan biaya tranportasi

Page 65: Publikasi Input Output Buku 2

b. Matriks Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi

1 2 3 4 5 F T

1 2 14 1 2 0 26 45

2 3 8 2 1 3 58 75

3 0 0 0 0 0 0 0

4 -14 -17 -2 -2 -2 -73 -100

5 -1 -5 -1 -1 -1 -11 -20

0 0 0 0 0 0 0

c. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen

1 2 3 4 5 F T X

1 8 66 4 3 0 119 0 200

2 17 42 8 4 15 217 0 300

3 5 35 5 10 5 40 0 100

4 4 17 2 2 0 73 0 100

5 6 20 6 6 5 26 0 70

B 40 180 25 25 25 475 0 770

V 160 120 75 75 45

X 200 300 100 100 70

Pada tabel transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi

yang terjadi pada permintaan antara maupun permintaan akhir,

dinilai atas dasar harga pembeli yang berarti di dalamnya

sudah termasuk margin perdagangan dan biaya tranportasi.

Oleh karena itu dalam struktur input masing-masing sektor,

tidak ada yang berasal dari sektor perdagangan dan sektor

pengangkutan. Kalau ada hanya mencakup biaya angkutan

Page 66: Publikasi Input Output Buku 2

penumpang dan barang-barang pindahan (bukan barang

dagangan).

Selanjutnya, karena nilai transaksi sudah termasuk margin,

maka total margin harus diletakkan pada kolom khusus (kolom

T) dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama

dengan output, agar tetap terjadi keseimbangan pada masing-

masing baris. Sebaliknya pada tabel transaksi atas dasar harga

produsen semua nilai transaksi tidak termasuk lagi margin

perdagangan dan biaya transportasi. Tetapi karena total input

antara masing-masing kolom harus tetap sama, maka nilai

margin ini diperlukan sebagian sebagai input yang berasal dari

sektor angkutan. Karena nilai transaksi tidak lagi termasuk

margin, maka total margin di sepanjang kolom T

penimbangnya juga harus nol.

Dalam pengumpulan data harga maupun penyusunan

struktur input sektor-sektor produksi, transaksi harga pembeli

umumnya lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan

transaksi pada harga produsen. Oleh karena itu dalam praktek

penyusunan Tabel I-O, tabel transaksi atas dasar harga

pembeli disusun lebih awal, sedangkan tabel transaksi atas

dasar harga produsen justru diturunkan dari tabel transaksi

atas dasar harga pembeli dengan menggunakan matriks margin

per-dagangan dan biaya transportasi. Perkiraan terhadap

margin ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan

arus barang (comodity flow approach), yaitu untuk setiap

komoditi yang diperdagangkan diteliti besarnya rasio margin

perdagangan besar, margin perdagangan eceran dan biaya

transportasi terhadap harga produsennya.

Page 67: Publikasi Input Output Buku 2

Data harga yang digunakan untuk menyusun ketiga rasio

ini adalah:

a. Harga Produsen, Harga Perdagangan Besar dan Harga

Konsumen. Data ini dikumpulkan BPS bertujuan untuk

penyusunan indeks harga;

b. Satuan nilai barang (unit value), khususnya untuk barang-

barang ekspor, impor dan produksi industri dalam negeri.

Page 68: Publikasi Input Output Buku 2
Page 69: Publikasi Input Output Buku 2

Bab IV.

Analisis Tabel I-O Kota Bekasi

Ada dua analisis yang dapat diterapkan pada Tabel Input

Output Kota Bekasi 2009, yaitu analisis deskriptif dan analisis

dampak yang digunakan untuk melihat dampak kebutuhan dan

penciptaan tenaga kerja. Analisis deskriptif sendiri terdiri dari

analisis struktur penawaran dan permintaan, struktur output,

struktur nilai tambah, dan struktur permintaan akhir.

4.1. Analisis Deskriptif

4.1.1. Struktur Penawaran dan Permintaan

Pada periode tertentu, jumlah seluruh permintaan terhadap

barang dan jasa di Kota Bekasi akan mencapai jumlah tertentu.

Jumlah permintaan tersebut akan digunakan oleh sektor produksi

dalam rangka kegiatan produksinya, yang disebut permintaan

antara. Permintaan tersebut juga digunakan untuk memenuhi

konsumsi akhir domestic (konsumsi yang dilakukan rumah tangga

dalam region Kota Bekasi, konsumsi pemerintah, pembentukan

modal tetap bruto dan perubahan stok). Selebihnya, digunakan

untuk ekspor (baik luar negeri maupun antar Kota/Kab).

Perekonomian bisa dilihat dari sisi penawaran dan

permintaan (demand and supply). Bila dilihat dari sisi penawaran,

Page 70: Publikasi Input Output Buku 2

barang dan jasa yang ditawarkan di suatu daerah bias berasala dari

produksi domestik (produksi daerah tersebut), bias juga berasal

dari produksi luar daerah tersebut atau bahkan dari luar negeri

(impor).

Berdasarkan pengamatan terhadap struktur pemintaan dan

penawaran pada setiap sektor, dapat dilihat sektor yang

merupakan produsen utama untuk suatu produk tertentu.

Tabel 4.1 menggambarkan struktur permintaan dan

permintaan menurut sektor ekonomi di Kota Bekasi Tahun 2009.

Terlihat bahwa secara total, dari sisi penawaran, perekonomian

Kota Bekasi hanya mampu menyediakan 16,41 persen

kebutuhannya sedangkan sisanya sebesar 83,59 persen harus

diimpor dari daerah atau negara lain.

Sektor yang memiliki ketergantungan impor yang terbesar

adalah sektor industri serta sektor listrik. Permintaan yang tinggi

terjadi di sektor angkutan dan komunikasi, kemudian tertinggi

kedua adalah sektor listrik, gas dan air. Sedangkan output terbesar

tercipta di sektor angkutan dan komunikasi, diikuti oleh sektor

industry.

Page 71: Publikasi Input Output Buku 2

Tabel 4.1

Struktur Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor

Ekonomi Kota Bekasi 2009

Sektor Jumlah

Permintaan Antara

Permintaan akhir

Jumlah Permintaan

Impor Jumlah Output

Jumlah Penyediaan

180 309 310 409 600 700

1

1,130,442.99

5,852,415.80

6,982,858.78

6,392,859.59

412,193.37

6,805,052.96

2.79% 1.47% 1.59% 1.74% 0.57% 1.55%

2

685,721.05

46.48

685,767.54

667,210.29

-

667,210.29

1.69% 0.00% 0.16% 0.18% 0.00% 0.15%

3

12,839,041.59

333,028,030.51

345,867,072.10

314,991,535.06

22,114,617.27

337,106,152.33

31.70% 83.66% 78.86% 85.92% 30.72% 76.86%

4

12,127,926.63

5,567,896.93

17,695,823.56

15,242,080.81

2,029,811.85

17,271,892.66

29.94% 1.40% 4.03% 4.16% 2.82% 3.94%

5

360,179.34

1,023,959.18

1,384,138.51

437,206.04

1,833,504.64

2,270,710.68

0.89% 0.26% 0.32% 0.12% 2.55% 0.52%

6

1,381,868.18

27,527,649.78

28,909,517.96

3,260,532.15

25,899,373.94

29,159,906.10

3.41% 6.92% 6.59% 0.89% 35.98% 6.65%

7

1,022,487.08

11,212,490.23

12,234,977.31

6,948,518.01

5,093,198.84

12,041,716.85

2.52% 2.82% 2.79% 1.90% 7.08% 2.75%

8

7,226,962.44

2,828,775.48

10,055,737.91

6,382,748.03

5,239,950.84

11,622,698.86

17.84% 0.71% 2.29% 1.74% 7.28% 2.65%

9

3,731,257.10

11,023,596.94

14,754,854.04

12,266,783.50

9,358,623.50

21,625,407.00

9.21% 2.77% 3.36% 3.35% 13.00% 4.93%

JML

40,505,886.40

398,064,861.32

438,570,747.72

366,589,473.46

71,981,274.26

438,570,747.72

Selanjutnya permintaan akhir yang terjadi adalah 90,67

persen dari total permintaan dan sektor yang memiliki permintaan

akhir terbesar adalah sektor industri (78,86%) dan sektor angkutan

dan komunikasi.

Deskripsi selanjutnya adalah deskripsi struktur nilai tambah

dan permintaan akhir. Tabel menyajikan nilai struktur nilai tambah

dan permintaan akhir menurut komponen pembentuknya.

Page 72: Publikasi Input Output Buku 2

Seperti yang tertera pada Tabel 4.2 , ternyata porsi yang

diterima untuk upah dan gaji relatif rendah yaitu sebesar 26,76

persen dibandingkan surplus usaha yang 67,43 persen. Padahal

upah dan gaji merupakan satu-satunya komponen nilai tambah

yang bisa langsung diterima oleh pekerja sedangkan surplus usaha

belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat khususnya

pekerja karena surplus usaha tersebut sebagian ada yang

tersimpan atau ditanam di perusahaan dalam bentuk laba yang

ditahan.

Tabel 4.2

Struktur Nilai Tambah dan Permintaan Akhir

Struktur Nilai Distribusi

Nilai Tambah

201 Upah dan Gaji 8,421,531.84 26.76%

202 Surplus Usaha 21,225,292.87 67.43%

203 Penyusutan 1,134,023.03 3.60%

204 Pajak Tak Langsung 694,541.90 2.21%

Jumlah

31,475,389.65 100.00%

Permintaan Akhir

301 Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga 23,753,802.08 5.97%

302 Pengeluaran

Pemerintah 1,600,704.33 0.40%

303 Pembentukan Modal

Tetap Bruto 3,667,983.41 0.92%

304 Perubahan Stok 1,900,659.79 0.48%

305 Ekspor 367,141,711.71 92.23%

Jumlah

398,064,861.32 100.00%

Berdasarkan struktur permintaan akhir, dapat disimpulkan

bahwa Kota Bekasi merupakan Kota Pengekspor, karena 92,23

persen dari permintaan akhir berasal dari ekspor. Namun nilai

Page 73: Publikasi Input Output Buku 2

impor terhadap permintaan akhir juga sangat tinggi, yaitu sebesar

92,09 persen.

4.1.2. Struktur Output

Output merupakan nilai produksi (baik barang ataupun jasa)

yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu daerah. Oleh

karena itu, dengan menelaah besarnya output yang diciptakan oleh

masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor

mana yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam

membentuk output secara keseluruhan di daerah tersebut. Tabel

4.3 berikut menunjukkan sektor-sektor ekonomi yang memiliki

output terbesar di Kota Bekasi tahun 2009.

Tabel 4.3

Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Di Kota

Bekasi Tahun 2009

Urutan Kode Sektor

Sektor Output Distribusi

(1) (2) (3) (4) (5)

1 18 Perdagangan 23,901,068.86 33.20

2 7 Ind. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 8,578,230.48 11.92

3 31 Jasa Pendidikan Pemerintah 6,001,204.66 8.34

4 22 Angkutan Jalan Raya 4,325,087.18 6.01

5 6 Ind. Makanan dan Minuman 3,628,556.41 5.04

6 27 Jasa Perusahaan 3,307,109.10 4.59

7 13 Ind. Alat Angk. Mesin & Peralatannya 2,233,404.45 3.10

8 8 Ind. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 2,102,461.57 2.92

9 15 Listrik 1,985,528.34 2.76

10 9 Ind. Kertas dan Barang Cetakan 1,984,258.43 2.76

Lainnya 13,934,366.56 19.36

JUMLAH 71,981,276.05 100.00

Page 74: Publikasi Input Output Buku 2

Berdasarkan klasifikasi 40 sektor ekonomi di Kota Bekasi,

terlihat bahwa lima sektor terbesar menurut peringkat outputnya

berturut-turut adalah sebagaik berikut, sektor perdagangan

mempunyai output sebesar 23.901.058,85 juta rupiah atau

memberikan andil sebesar 33,20 persen dari seluruh output yang

diciptakan di Kota Bekasi. Sektor industry tekstil barang kulit dan

alas kaki memberikan output sebesar 8.578.230,48 juta atau

memberikan kontribusi sebesar 11,92 persen terhadap seluruh

output yang tercipta di Kota Bekasi. Sektor berikutnya adalah jasa

pendidikan pemerintah, angkutan jalan raya dan industry makanan

dan minuman.

Sektor-sektor tersebut, bila dilihat dari segi outputnya bisa

merupakan leading sektor di Kota Bekasi.

4.1.3. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap factor

produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam

Tabel I-O, nilai tambah ini dirinci menurut upah dan gaji, surplus

usaha (sewa, bunga dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak

langsung neto. Besarnya nilai tambah di tiap-tiap sektor ditentukan

oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan dan jumlah

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu,

suatu sektor yang memiliki output yang besar belum tentu memiliki

nilai tambah yang juga besar, karena masih tergantung pula pada

seberapa besar biaya produksinya..

Tabel 4.4 memperlihatkan sepuluh sektor terbesar di Kota

Bekasi menurut peringkat nilai tambah. Sektor perdagangan

Page 75: Publikasi Input Output Buku 2

merupakan sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah yaitu

mencapai 8.387.342,39 juta rupiah atau mempunyai kontribusi

sebesar 26,55 persen. Berikutnya adalah industry tekstil barang

kulit dan alas kaki sebesar 14,54 persen, industry makanan dan

minuman sebesar 6,89 persen, angkutan jalan raya (6,81%),

industry alat angkutan mesin dan peralatannya (6,08&). Selebihnya

memiliki kontribusi dibawah 5 persen.

Tabel 4.4.

Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah

Bruto Di Kota Bekasi Tahun 2009

Urutan Kode Sektor

Sektor NTB Distribusi

(1) (2) (3) (4) (5)

1 18 Perdagangan 8,387,342.39 26.65

2 7 Ind. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

4,575,352.03 14.54

3 6 Ind. Makanan dan Minuman 2,168,347.87 6.89

4 22 Angkutan Jalan Raya 2,143,294.93 6.81

5 13 Ind. Alat Angk. Mesin & Peralatannya

1,915,273.23 6.08

6 8 Ind. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

1,310,411.24 4.16

7 20 Restoran 1,215,493.13 3.86

8 12 Ind. Logam Dasar Besi & Baja 1,200,365.99 3.81

9 17 Bangunan 1,146,303.07 3.64

10 9 Ind. Kertas dan Barang Cetakan

1,066,838.45 3.39

Lainnya 6,346,367.32 20.16

JUMLAH 31,475,389.65 100.00

4.1.4. Struktur Permintaan Akhir

Barang dan jasa selain digunakan oleh sektor produksi

dalam rangka proses produksi (memenuhi permintaan antara) juga

digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen akhir,

seperti untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan

Page 76: Publikasi Input Output Buku 2

pembentukan modal, ekspor serta perubahan stok. Dalam

terminology I-O, penggunaan barang dan jasa untuk konsumen

akhir seperti disebutkan di atas, biasa dikatakan sebagai

permintaan akhir.

Dalam tabel I-O suatu daerah, permntaan akhir dirinci

menurut komponennya, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan

ekspor. Dengan demikian, apabila jumlah masing-masing

komponen permintaan akhir tersebut dikurangi dengan jumlah

impornya, maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir

barang dan jasa yang berasal dari factor produksi domestic atau

dalam statistic pendapatan regional biasa disebut PDRB menurut

penggunaannya.

Tabel 4.5.

Komposisi Permintaan Akhir Menurut Komponennya di

Kota Bekasi Tahun 2009

Kode Nama Sektor Nilai Distribusi terhadap

Permintaan Akhir

Distribusi Terhadap PDRB*)

301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

23,753,802.08 5.97% 75.47%

302 Pengeluaran Pemerintah 1,600,704.33 0.40% 5.09%

303 Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,667,983.41 0.92% 11.65%

304 Perubahan Stok 1,900,659.79 0.48% 6.04%

305 Ekspor 367,141,711.71 92.23% 1.75%

309 Jumlah Permintaan Akhir 398,064,861.32 100.00% (net ekspor)

409 Impor (366,589,473.46) -92.09%

PDRB 31,475,387.86

Pada Tabel 4.5 disajikan struktur permintaan akhir menurut

komponennya. Berdasarkan struktur permintaan akhirnya terhadap

PDRB, terlihat bahwa konsumsi rumah tangga menghabiskan 75,47

Page 77: Publikasi Input Output Buku 2

persen dari seluruh nilai tambah yang diciptakan di Kota Bekasi.

Hal ini sering disebut consumption driven, atau perekonomian yang

dipicu dari konsumsi.

Selanjutnya adalah pembentukan modal tetap bruto yang

sering disamakan dengan investasi, menyumbang 11,65 persen

dari pembentukan nilai tambah di Kota Bekasi. Berikutnya adalah

perubahan stok (6,04%), pengeluaran pemerintah (5,09%) dan net

ekspor (1,75%)

4.2. Analisis Dampak

4.2.1. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan

Untuk melihat seberapa jauh tingat keterkaitan antar sektor,

dari table input output dapat diturunkan besaran forward linkage

(hubungan ke depan) dan backward linkage (hubungan ke

belakang). Forward linkage atau biasa juga disebut derajat

kepekaan adalah hubungan dengan penjualan barang jadi,

sedangkan backward linkage atau biasa juga disebut daya

penyebaran adalah hubungan dengan bahan mentah atau bahan

baku. Dari daya penyebaran dan derajat kepekaan ini diturunkan

indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Sektor yang

mempunyai indeks daya penyebaran yang lebih besar dari 1 berarti

daya penyebarannya berada di atas rata-rata daya penyebaran

keseluruhan, demikian pula dengan sektor yang mempunyai indeks

derajat kepekaan yang lebih besar dari 1.

Dari hasil perhitungan indeks daya penyebaran dan indeks

derajat kepekaan atas dasar harga produsen pada perekonomian

Kota Bekasi terlihat pada table berikut bahwa sektor listrik

Page 78: Publikasi Input Output Buku 2

mempunyai indeks derajat kepekaan tertinggi, ini berarti sektor

listrik mempunyai indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai

keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat

dibandingkan sektor lainnya. Sementara itu, Indeks Derajat

Penyebaran tertinggi adalah jasa pendidikan pemerintah. Sektor

jasa pendidikan pemerintah memiliki keterkaitan ke belakang yang

cukup kuat dibanding sektor lainya, walaupu nilainya tidak

mencapai 1.

Tabel 4.6 Sepuluh Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat

Kepekaan Kota Bekasi 2009 Atas Dasar Harga Produsen

Urutan Kode

Sektor Sektor

Indeks Derajat

Kepekaan (Forward Linkage)

Kode Sektor

Sektor

Indeks Daya

Penyebaran (Backward Linkage)

1 15 Listrik 6.1129 31 Jasa Pendidikan Pemerintah

0.0010

2 8 Ind. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

3.0098 27 Jasa Perusahaan 0.0010

3 5 Pertambangan dan penggalian

1.9529 35 Hiburan dan Rekreasi

0.0010

4 29 Jasa Perusahaan 1.5736 33 Jasa Pendidikan Swasta

0.0010

5 36 Jasa Reparasi Kendaraan

1.5450 39 Perorangan dan Rumah Tangga

0.0009

6 10 Ind. Kimia, Karet, Plastik

1.4042 34 Jasa Kesehatan Swasta

0.0009

7 39 Perorangan dan Rumah Tangga

1.0634 37 Salon 0.0008

8 6 Ind. Makanan dan Minuman

1.0011 21 Angkutan Rel 0.0008

9 14 Ind. Barang lainnya 0.9275 18 Perdagangan 0.0008

10 28 Sewa Bangunan 0.9198 15 Listrik 0.0008

Bila dihitung atas dasar harga produsen, sektor listrik

merupakan sektor dengan Indeks derajat kepekaan tertinggi,

sedangkan sektor jasa perusahaan memiliki indeks derajat

penyebaran tertinggi.

Page 79: Publikasi Input Output Buku 2

Tabel 4.7 Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

Kota Bekasi 2009 Atas Dasar Harga Pembeli

Urutan Kode Sektor

Sektor

Indeks Derajat

Kepekaan (Forward Linkage)

Kode Sektor

Sektor

Indeks Daya

Penyebaran (Backward Linkage)

1 15 Listrik 7.11201 27 Jasa Perusahaan 0.001034

2 8 Ind. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

3.41341 35 Hiburan dan Rekreasi

0.001021

3 10 Ind. Kimia, Karet, Plastik

1.73701 31 Jasa Pendidikan Pemerintah

0.001002

4 5 Pertambangan 1.63231 39 Perorangan dan Rumah Tangga

0.000991

5 29 Jasa Perusahaan 1.33319 33 Jasa Pendidikan Swasta

0.000970

6 6 Ind. Makanan dan Minuman

1.12055 34 Jasa Kesehatan Swasta

0.000859

7 39 Perorangan dan Rumah Tangga

1.07747 37 Salon 0.000837

8 14 Ind. Barang lainnya 1.00305 21 Angkutan Rel 0.000810

9 9 Ind. Kertas dan Barang Cetakan

0.96297 18 Perdagangan 0.000775

10 37 Salon 0.91376 15 Listrik 0.000770

Baik dihitung atas dasar harga pembeli maupun atas dasar

harga produsen, sektor listrik memiliki indeks daya kepekaan

tertinggi. Hubungan derajat kepekaan sektor listrik dengan sektor

lainnya tergambar pada tabel 4.7

Sektor listrik, berhubungan langsung dengan sektor listrik itu

sendiri, kemudian sektor hiburan dan rekreasi, jasa pendidikan

swasta, jasa pendidikan pemerintah dan jasa perusahaan. Bila

dilihat hubungan tersebut, terlihat bahwa sektor listrik sangat

berpengaruh terhadap sektor jasa.

Page 80: Publikasi Input Output Buku 2

Tabel 4.8

Sepuluh Sektor Terbesar Yang Dipengaruhi Oleh Sektor

Listrik Berdasarkan Tabel I-O Kota Bekasi 2009

Urutan Kode

Sektor Sektor Koefisien

(1) (2) (3) (4)

1 15 Listrik 1.32

2 35 Hiburan dan Rekreasi 0.90

3 33 Jasa Pendidikan Swasta 0.84

4 31 Jasa Pendidikan Pemerintah 0.78

5 27 Jasa Perusahaan 0.75

6 34 Jasa Kesehatan Swasta 0.74

7 21 Angkutan Rel 0.67

8 19 Hotel 0.44

9 14 Ind. Barang lainnya 0.37

10 20 Restoran 0.34

4.2.2. Dampak Output Terhadap Permintaan Akhir

Analisis dampak output memperlihatkan pembentukan

output sektoral yang dipengaruhi oleh permintaan akhir. Analisis ini

memberikan gambaran perubahan tentang perubahan output yang

akan terjadi pada setiap sektor.

Dasar penghitungan yang digunakan untuk melihat dampak

permintaan akhir adalah invers matriks Leontief (I-A)-1. Dengan

mengalikan invers matriks leotief dengan matriks koefisien output

diperoleh tabel 4.9.

Tabel 4.9 memperlihatkan pembentukan output sektoral

yang dipengaruhi oleh permintaan akhir. Misalnya, konsumsi rumah

Page 81: Publikasi Input Output Buku 2

tangga (301) yang mempengaruhi pembentukan total output

sektoral adalah sebesar 47.965.685 juta rupiah. Konsumsi

pemerintah (302) yang mempengaruhi pembentukan total output

sektoral adalah 3.958.048 juta rupiah. Pembentukan Modal Tetap

(303) yang mempengaruhi pembentukan total output sektoral

adalah 7.800.492 juta rupiah. Sedangkan ekspor (304) yang

mempengaruhi pembentukan total output sektoral adalah sebesar

3.819.385 juta rupiah dan impor (409) yang dipengaruhi oleh total

output sektoral adalah sebesar 662.541.210 juta rupiah.

Tabel 4.9

Dampak Output Terhadap Permintaan Akhir

(Tabel I-O, 9x9)

301 302 303 304 305 409 Jumlah

1 3,251,565 38,790 150,009 82,202 26,607,999 29,156,717 30,130,566

2 1,552,828 196,844 344,679 245,111 13,487,057 16,487,041 15,826,519

3 21,385,737 746,820 2,850,492 1,595,763 460,228,361 456,754,732 486,807,174

4 8,691,542 1,129,285 1,858,611 1,545,723 62,715,729 77,995,848 75,940,891

5 673,458 209,958 480,991 7,007 1,607,670 2,215,590 2,979,083

6 2,900,022 49,899 172,881 109,299 39,245,592 16,787,057 42,477,693

7 1,033,340 18,435 39,991 20,426 14,672,476 10,531,765 15,784,667

8 4,372,344 527,851 279,673 103,562 23,340,531 25,843,818 28,623,961

9 4,104,850 1,040,165 1,623,165 110,292 21,491,186 26,768,643 28,369,659

47,965,685 3,958,048 7,800,492 3,819,385 663,396,601 662,541,210 726,940,211

4.2.3. Dampak Nilai Tambah Terhadap Permintaan Akhir

Analisis dampak nilai tambah bruto (NTB) memberikan

petunjuk mengenai pembentukan nilai tambah bruto yang

dipengaruhi oleh perubahan permintaan akhir.

Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang

merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan

asumsi dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB

dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan dan penurunan

Page 82: Publikasi Input Output Buku 2

output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan

penurunan NTB.

Dasar penghitungan yang digunakan untuk melihat dampak

permintaan akhir adalah invers matriks Leontief (I-A)-1. Dengan

mengalikan invers matriks leotief dengan matriks koefisien nilai

tambah diperoleh tabel 4.10.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa penciptaan NTB

di sektor 1 yang dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga (301)

adalah sebesar 2.143.925 juta, konsumsi pemerintah (302) 25.576

juta rupiah, dan seterusnya.

Jumlah pada setiap kolom menunjukkan pengaruh dari

masing-masing komponen permintaan akhir terhadap proses

penciptaan NTB di masing-masing sektor perekonomian.

Tabel 4.10.

Nilai Tambah Bruto Yang Dipengaruhi Oleh Masing-masing

Komponen Permintaan Akhir (Tabel I-O, 9x9)

Sektor 301 302 303 304 305 409 Jumlah

1 2,143,925 25,576 98,909 54,200 17,544,030 19,224,531 19,866,640

2 - - - - - - -

3 13,054,132 455,869 1,739,977 974,075 280,929,378 278,809,029 297,153,430

4 2,923,756 379,881 625,220 519,967 21,097,000 26,237,093 25,545,824

5 421,044 131,265 300,714 4,380 1,005,112 1,385,182 1,862,516

6 1,079,496 18,574 64,353 40,685 14,608,672 6,248,768 15,811,780

7 542,997 9,687 21,014 10,733 7,710,062 5,534,210 8,294,493

8 1,001,085 120,856 64,034 23,711 5,344,013 5,917,162 6,553,699

9 1,034,539 262,151 409,084 27,797 5,416,389 6,746,458 7,149,959

JML 22,200,974 1,403,860 3,323,305 1,655,549 353,654,655 350,102,433 382,238,343

Page 83: Publikasi Input Output Buku 2

4.2.4. Dampak Tenaga Kerja Terhadap Permintaan Akhir

Seperti halnya dengan tabel-tabel analisis yang telah

dibahas, dasar penghitungan yang digunakan untuk melihat

dampak permintaan akhir adalah invers matriks Leontief (I-A)-1.

Tabel 4.11.

Kebutuhan Tenaga Kerja Yang Dipengaruhi Masing-masing

Komponen Permintaan Akhir (Tabel I-O, 9x9)

Sektor 301 302 303 304 305 409

1 249,943 2,982 11,531 6,319 2,045,317 2,241,233

2 159,757 20,252 35,461 25,217 1,387,567 1,696,210

3 486,999 17,007 64,912 36,339 10,480,378 10,401,276

4 31,468 4,089 6,729 5,596 227,066 282,388

5 6,645 2,072 4,746 69 15,863 21,861

6 90,382 1,555 5,388 3,406 1,223,125 523,184

7 38,561 688 1,492 762 547,536 393,016

8 56,929 6,873 3,641 1,348 303,900 336,493

9 112,167 28,423 44,354 3,014 587,259 731,469

JML 1,232,852 83,939 178,255 82,071 16,818,010 16,627,130

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja

yang dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga (301) adalah

sebesar 1.232.852 orang yang terdiri dari tenaga kerja di sektor 1

(pertanian) adalah 249.943 orang, sektor 2 (pertambangan dan

penggalian) adalah 159.757 orang, sektor 3 (industry) adalah

486.999 orang, sektor 4 (listrik gas dan air minum) adalah 31.468

orang, sektor 5 (bangunan) adalah 6.645 orang, sektor 6

Page 84: Publikasi Input Output Buku 2

(angkutan dan komunikasi) 90.382 orang, sektor 7 (perdagangan,

hotel dan restoran) 38,561 orang, sektor 8 (bank, sewa bangunan,

jasa perusahaan) 56.929 orang dan sektor 9 (jasa) 112.167 orang.

Secara total, penyerapan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh

konsumsi rumah tangga adalah sebesar 1.232.852 orang.

Page 85: Publikasi Input Output Buku 2

Bab V.

P e n u t u p

Berdasarkan pengamatan terhadap struktur pemintaan dan

penawaran pada setiap sektor, dapat dilihat sektor yang

merupakan produsen utama untuk suatu produk tertentu.

Secara total, dari sisi penawaran, perekonomian Kota Bekasi

hanya mampu menyediakan 16,41 persen kebutuhannya

sedangkan sisanya sebesar 83,59 persen harus diimpor dari

daerah atau negara lain.

Sektor yang memiliki ketergantungan impor yang terbesar

adalah sektor industri serta sektor listrik. Permintaan yang tinggi

terjadi di sektor angkutan dan komunikasi, kemudian tertinggi

kedua adalah sektor listrik, gas dan air. Sedangkan output terbesar

tercipta di sektor angkutan dan komunikasi, diikuti oleh sektor

industry.

Sementara itu, porsi yang diterima untuk upah dan gaji

relatif rendah yaitu sebesar 26,76 persen dibandingkan surplus

usaha yang 67,43 persen.

Berdasarkan klasifikasi 40 sektor ekonomi di Kota Bekasi,

terlihat bahwa lima sektor terbesar menurut peringkat outputnya

berturut-turut adalah sebagai berikut, sektor perdagangan, sektor

industry tekstil barang kulit dan alas kaki sektor jasa pendidikan

pemerintah, sektor angkutan jalan raya dan sektor industry

makanan dan minuman.

Page 86: Publikasi Input Output Buku 2

Sektor perdagangan merupakan sektor terbesar dalam

penciptaan nilai tambah yaitu mencapai 8.387.342,39 juta rupiah

atau mempunyai kontribusi sebesar 26,55 persen.

Berdasarkan struktur permintaan akhirnya terhadap PDRB,

terlihat bahwa konsumsi rumah tangga menghabiskan 75,47

persen dari seluruh nilai tambah yang diciptakan di Kota Bekasi.

Hal ini sering disebut consumption driven, atau perekonomian yang

dipicu dari konsumsi.

Selanjutnya, baik dihitung atas dasar harga pembeli maupun

atas dasar harga produsen, sektor listrik memiliki indeks daya

kepekaan tertinggi. Hubungan derajat kepekaan sektor listrik

dengan sektor lainnya tergambar pada tabel 4.7

Sektor listrik, berhubungan langsung dengan sektor listrik itu

sendiri, kemudian sektor hiburan dan rekreasi, jasa pendidikan

swasta, jasa pendidikan pemerintah dan jasa perusahaan. Bila

dilihat hubungan tersebut, terlihat bahwa sektor listrik sangat

berpengaruh terhadap sektor jasa.

Sementara itu, untuk menentukan leading sektor di Kota

Bekasi agak menyulitkan, mengingat nilai derajat kepekaan setiap

sektor tidak ada yang lebih dari 1. Namun dapat diindikasikan

bahwa sektor listrik bisa menjadi leading sektor mengingat

perekonomian Kota Bekasi yang bersifat driven consumption.