pteridophyta

16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Pteridophyta No Gambar Keterangan Klasifikasi 1 2 1. Daun Tropofil 2. Akar 1.Daun tropofil Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Class : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Family : Polypodiaceae Genus : Asplenium Spesies : Asplenium sp. (Nasution. 1986). Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiaceae Famili : Genus : Athyrium Spesies : Athyrium sp. (Tjitrosoepomo,1989). 1 2 1

Upload: sumibacen

Post on 29-Jan-2016

79 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

JENIS JENIS PTERYDOPHYTA (paku-pakuan)

TRANSCRIPT

Page 1: Pteridophyta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pteridophyta

No Gambar Keterangan Klasifikasi

1

2

1. DaunTropofil

2. Akar

1.Daun tropofil

Kingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaClass : PteridopsidaOrdo : PolypodialesFamily : PolypodiaceaeGenus : AspleniumSpesies : Asplenium sp.(Nasution. 1986).

Kingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsidaOrdo : PolypodiaceaeFamili :Genus : AthyriumSpesies : Athyrium sp.(Tjitrosoepomo,1989).

1

2

1

Page 2: Pteridophyta

3

4

5

1.Daunsporofil

1.DaunTrofofil2 Stem

1. Daun trofofil2. Akar

Kingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaClass : FilicopsidaOrdo : OphioglossalesFamily :OphioglossaceaeGenus : BotrychiumSpesies : Botrychium sp.(Hartini,2006).

Kingdom:PlantaeDivisi:PteridophytaKelas:GleicheniopsidaOrdo:GleichenialesFamili:GleicheniaceaeGenus:DicranopterisSpesies:Dicranopterislinearis(Nasution,1986).

Kingdom: PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsidaOrdo : PolypodialesFamily : polypodiaceaeGenus : DrynariaSpesies:Drynariaquercifolia(Hartini, 2006).

1

12

1 2

Page 3: Pteridophyta

6

7

8

1 Akar2 Daun trofofil

1. Daun trofofil

1.DaunTrofofil

Kingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsidaOrdo : PolypodialesFamily : PolypodiaceaeGenus: DrymoglossumSpesies:Drymoglossumsp.(Tjitrosoepomo, 1989).

Kingdom: PlantaeDivisi : PteridophytaKelas: PteridopsidaOrdo: GleichenialesFamili : GleicheniaceaeGenus : GleicheniaSpesies : Gleichenialinearis(Nasution, 1986).

Kingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsidaOrdo : SchizealesFamily : SchizaeaceaeGenus: LygodiumSpesies : Lygodium sp.(Hartini,2006).

21

1

1

Page 4: Pteridophyta

9

10

11

1.DaunTrofofil2.Stem

1. daun sporofil2 Sorus3. Stem

1.DaunTrofofil2. Stem

Kindom: PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsidaOrdo : PolypodialesFamily : LomariopsideGenus : NephrolepisSpesies : Nephrolepis sp.(Hartini,2006).

Kingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsidaOrdo : PolypodialesFamily : PolypodiaceaeGenus : PhymatodesSpesies : Phymatodes sp.(Arini,2012).

Kingdom: PlantaeDivisi : PteridophytaOrdo : PteridopsidaFamili : PolypodiaceaeGenus : PyrrosiaSpesies : Pyrrosia sp.(Hartini,2006).

12

1 2

21

3

Page 5: Pteridophyta

12 1.Daunsporofil2, Stem

Kindom: PlantaeDivisi: PteridophytaKelas: FilicopsidaOrdo: PolypodialesFamili: ThelypteridaceaeGenus: ThelypterisSpesies:Thelypteris sp.(Tjitrosoepomo,1989).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Asplenium tenerum

Spesies ini tumbuh ditanah yang agak lembab, terdapat dilereng-lereng bukit.

Banyak terdapat dihutan subtropis maupun tropis. Paku ini termasuk semak, karena

memiliki kayu tetaoi tingginya dibawah 2 meter. Paku ini memiliki daun-daun yang

yang lebih besar dibandingkan dengan paku jenis lain. Berdasarkan tulang daunnya

termasuk daun makrofil, daunnya memiliki tulang daun dengan sistem percabangan

baik berupa terbuka dan tertutup. Berdasarkan fungsinya, merupakan daun sporofil

(daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Daun ini juga

dapat melakukan fotosintesis sehingga disebut pula dengan daun troposporofil.

Daun pada spesies ini termasuk daun majemuk menyirip dengan anak daun

yang menyirip disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip disebut rakis (rachis).

Bentuk atau bangun daunnya delta, bentuk ujung daunnya meruncing dan tepi

daunnya bergerigi. Warna daun hijau tua, tekstur daunnya seperti selaput atau

helaian dan memiliki permukaan yang halus.

Spesies ini bentuk batangnya berupa rimpang, batang yang panjang dan

ramping. Permukaan batangnya tidak halus, melainkan memiliki ramenta atau

bentukan seperti rambut yang bewarna cokelat kehitaman. Ukuran diameter

batangnya 1-2 cm dan tingginya kurang lebih 60-100 cm. Warna batang cokelat

21

Page 6: Pteridophyta

kehitaman dan tidak memiliki percabangan. Akar pada spesies ini termasuk akar

serabut dikotom. Letak akarnya ada disepanjang bagian bawah rimpang, berbentuk

tipis keras dan agak kasar berwarna cokelat tua.

4.2.2 Asplenium nidus

A. nidus termasuk suku Aspleniaceae. Biasanya dikenal dengan nama bird’s

nest fern, pakis sarang burung, atau lokot. Mempunyai sinonim Neottopteris nidus

(L.) J. Smith, Thamnopteris nidus (L.) Presl., dan Asplenium musifolium J. Smith

ex Mett. Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung mendukung

daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang

besar dan rambut berwarna coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang

sampai 2 cm, berwarna coklat hitam. Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar

5 cm. Daun tunggal, panjang sampai 150 cm, lebar sampai 20 cm, perlahan-lahan

menyempit sampai bagian ujung, ujung dan dasar meruncing atau runcing. Tulang

daun menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah, berwarna

coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal, kadang bercabang dua,

cabang pertama dekat bagian tengah sampai ±0,5 mm dari tepi daun. Tekstur

daun seperti kertas. Sori sempit, terdapat di atas tiap urat daun dan cabang-

cabangnya mulai dari dekat bagian tengah daun sampai bagian tepi, hanya

sampai bagian tengah lebar daun (Hartini, 2006).

Di CA Sago Malintang jenis ini merupakan tumbuhan paku yang paling banyak

ditemukan. Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240

m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon

besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah

maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang

di batang pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan

terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.

Jenis ini sudah umum untuk tanaman hias, selain itu juga dapat digunakan sebagai

obat tradisional seperti sebagai penyubur rambut, obat demam, obat kontrasepsi,

depuratif, dan sedatif (de Winter dan Amorosa, 1992).

Page 7: Pteridophyta

4.2.3 Athyrium sp.

Spesies ini dapat ditemukan ditanah, tempat yang lembab, tanah yang berbatu.

Paku ini mempunyai daun yang berupa daun majemuk. Tersusun atas sekitar 10

pasang daun. Panjang tangkai daun sekitar 20 cm lebar 6 cm, bentuk daunnya

berupa lencet memanjang, meruncing atau perisai dengan pertulangan daun yang

bercabang-cabang. Daun tersebut ujungnya meruncing, banyaknya daun tergantung

daripada besarnya batang, daunnya bewarna hijau tua, peruratan yang menyirip dan

terdapat percabangan pada daunnya, sedangkan permukaan dari daunnya adalah

kasar dan terdapat ental pada daunnya, sedangkan tepi daunnya bergerigi besar dan

tidak beraturan.

Menurut Sastrapraja dalam Darma, dkk, 2007 bahwa A. ascendens memiliki

tekstur dari daun agak kaku, tepi daun bergerigi, ujung daun meruncing, pangkal

daun berlekuk, permukaan daun halus, pertulangan daun menyirip yang ujungnya

sampai pada tepi anak daun dan berwarna hijau gelap. A. ascendens memiliki ental

yang cukup banyak yang panjangnya mencapai 1,2 m lebih. Ental yang muda

ditutupi oleh sisik berwarna coklat muda.

Batang paku ini tegak dan berkayu, berbentuk bulat, panjang, permukaan kasar,

terdapat rambut-rambut yang bewarna cokelat muda agak kehitaman dan mudah

lepas jika disentuh yang melekat pada batangnya. Memiliki akar serabut

(Tjitrosoepomo, 1989).

4.2.4 Botrychium sp.

Anggota dari suku Ophioglossaceae ini dikenal dengan nama daerah paku

rancung. Jenis tumbuhan paku terestrial dengan akar rimpang berdaging, memiliki

1-3 daun pada setiap batangnya. Mempunyai 2 macam daun yaitu daun steril dan

daun fertil. Panjang tangkai daun sampai 25 cm, berdaging. Daun steril tersusun

menyirip ganda, secara keseluruhan membentuk segitiga lebar, tekstur lembut dan

berdaging. Daun fertil merupakan cabang dari daun steril, percabangan terdapat

pada sekitar 2/3 bagian ujung tangkai daun. Kantong spora tersusun dalam 2

baris, berwarna kuning kecoklatan.

Page 8: Pteridophyta

Di CA Sago Malintang jenis ini tumbuh di dekat aliran air, di tempat ternaung

dan sangat lembab pada ketinggian 1.120 m dpl., dan tumbuh secara berkelompok

dalam cakupan kawasan terbatas. Di alam biasanya tumbuh dihutan-hutan

pegunungan yang sejuk dan menyukai tempat yang ternaung. DiIndonesia

tersebar di Sumatera, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara dan Jawa. Jenis ini

berpotensi sebagai tanaman hias(Hartini,2006)

4.2.5 Dicranopteris linearis

Habitusnya sebagai semak, menahun tinggi 40-100 cm, terdapat diatas

permukaan tanah, namun ada juga yang tumbuh menempel dipermukaan bebatuan.

Batangnya bulat, melata dibawah permukaan tanah, berbulu kasar, werna hijau

dengan bulu bewarna cokelat kehitaman. Daunnya majemuk, menjari, anak daun

menyirip gasal, bentuk garis ujung tumpul., tepi rata, panjang 3-8 cm, lebar 2-4 cm,

permukaan licin bewarna hijau. Termasuk kedalam paku homospora, sporangium

tersusun dalam garis, disepanjang sisi bawah daun yang fertile, bentuknya bulat

bewarna cokelat. Akarnya serabut, bewarna putih kekuningan.

4.2.6 Drynaria quercifolia

Tumbuhan ini memiliki nama lokal oak-leaf fern atau daun kepala tupai

dan termasuk dalam suku Polypodiaceae. Jenis ini mempunyai sinonim

Polypodium quercifolium L. dan Phymatodes quercifolia C. Presl. Jenis ini

dicirikan dengan akar rimpang setebal 2-3 cm atau lebih, menjalar pendek, panjang

ruas sampai 10 cm, sisik coklat kehitaman, panjang 6-20 mm, lebat tersebar,

seperti bulu tupai. Daun dimorfik. Daun basal (daun steril) duduk, bercuping

dangkal, panjang 10-50 cm, lebar 10-40 cm. Daun fertil bertangkai 15-35 cm,

helaian daun menjari, panjang 40-150 cm, lebar 15-50 cm. Anak daun tanpa

penyempitan di bagian basal. Sori dalam 2 barisan paralel yang teratur atau kadang

tidak teratur, dekat dengan tulang daun, bundar, diameter 1-2 mm (Hartini, 2006).

Paku ini digolongkan kedalam paku terestrial dan epipit. Daun tunggal yang

dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 150 cm atau lebih. Permukaan daun bewarna

hijau kusam dan kaku. Jenis tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun memenuhi

seluruh tulang daun utama. Kedudukan anak daun berselang seling. Kedudukan

Page 9: Pteridophyta

spora menyebar diseluruh bawah permukaan daun, dengan bentuk bulat. Pada saat

masih muda spora memiliki warna hijau sedangkan jika sudah matang bewarna

cokelat. Berdasarkan penelitian Kandhasamy et al (2008) paku ini berpotensi

sebagai obat anti bakteri dan obat penyakit kulit (Anti Dermatophytic) (Nejad &

Deokule, 2009).

4.2.7 Drymoglossum sp.

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai didaerah yang

beriklim tropis. Biasanya tumbuh di area bebas seperti hutan, ladang dan temoat-

tempat yang lembab dan mudah dijumpai diatas pohon-pohon yang besar dan tua.

Batangnya mempunyai rhizom yang halus menjalar dan ditutupi oleh sisik-sisik

kecil. Sporangiumnya terkumpul dalam sorus yang mengelilingi hampir

keseluruhan daun fertil.

Tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan yang memiliki sifat epifit. Memiliki

daun yang tumbuh dengan jarak yang pendek satu sama lain. Selain itu daun

bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong memanjang, ujung tumpul,

pangkal runcing, tepi rata, berambut jarang pada permukaan bawah, bewarna hijau

sampai hijau kecokelatan. Memiliki akar rimpang kecil, merayap, bersisik, dan akar

melekat kuat pada inangnya. Bersifat homospora/isospora (hanya menghasilkan

satu macam spora), terletak pada sorus dibawah daun.

4.2.8 Gleichenia linearis

Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak beruas, bercabang menggarpu

dua kal sampai banyak kali. Tajuk daun berbentuk pita memanjang, licin, tepinya

rata, ujungnya tumpul dan sedikit menggulung, tiap taju daun umumnya terdapat

sori lebih dari satu (Nasution,1986).

Percabangannya sangat khusus sehingga jenis ini mudah dikenal. Bial

diperhatikan dengan seksama tiap-tiap cabang bercabang dua lagi. Begitu

seterusnya sehingga seluruh tumbuhan menutupi tanah tempat tumbuhnya. Akar

pada jenis paku ini membantu dalam kegiatan mengembangkan diri. Akar

merupakan rimpang yang disebut dengan nama rhizoma. Tunas tumbuh dari akar

Page 10: Pteridophyta

rimpang ini bewarna hijau pucat yang ditutup oleh bulu-bulu bewarna hitam (Tim

LIPI,1980;100).

4.2.9 Lygodium circinatum

Paku ini sering ditemukan didaerah tropis yang banyak terdapat cahaya

dihutan yang hijau sepanjang tahun pada ketinggian rendah atau sedang. Didaerah

pasudan paku ini dikenal dengan nama paku hatta. Habitat daerah terbuka, rhizom

menjalar dibawah permukaan tanah, rachis memanjat, rachis steril, percabangan

dikotom, warna rachis hijau kecokelatan. Panjang ruas rachis primer 24 cm,

panjang ruas rachis sekunder 6,5 cm. Rachis fertil, percabangan dikotom, warna

rachis hijau kecoklatan, cara tumbuh melilit, arah putaran kanan, panjang ruas

rachis primer 13,4 cm, panjang ruas rachis sekunder 3 cm. Pinna steril, susunan

pinna pada rachis oppositus jumlah pinna 1 dengan 4-5 lobus, bentuk pinna

palmatus, basis attenuatus, vena bebas,apex pinna acutus, margo integer, panjang

pinna 18 cm, panjang bagian basis pinna 1 cm,panjang bagian tengah pinna 15,2

cm, rasio panjang dan lebar pinna 1,18 cm.Pinna fertil; susunan pinna pada rachis

oppositus, jumlah pinna 2 dengan 2 lobus, bentuk pinna palmatus, basis attenuatus,

vena bebas,apex pinna acutus, panjang pinna 17 cm, panjang tangkai pinna 1 cm,

panjang bagian basis 1 cm,panjang bagian tengah pinna 6 cm, rasio panjang dan

lebar pinna 2,83. Spora, marginal berada di ujung pertulangan pinna (Kramer,

1990).

Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,topi, sebagai

obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba yaitu

dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat luka

dari sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya ( Holtum,

1963).

4.2.10 Nephrolepis sp.

Nephrolepis pada umumnya hidup ditanah tapi ada juga yang hidup secara

epifit. Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti

padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe

habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan

Page 11: Pteridophyta

berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa

dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epipit pada pohon-pohon tropik.

Batang Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti

lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman

kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang

kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang sangat

halus pada batangnya. Nephrolepis memiliki akar serabut yang tumbuh dibawah

permukaan tanah bersifat nonfotosintesis, yang berfungsi menyerap air dan nutrsi

dari tanah. Akar ini berukuran kecil.

Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat

daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung

urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun.

Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk

fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang

kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil. Pada spesiens ini

daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali bebas, ada yang tidak mencapai

tepi, sampai atau sangat dekat dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun.

Tumbuhan ini memiliki permukaan daun yang halus dan besisik. Ukuran pada

umumnya panjang mencapai 2cm dengan lebar 1cm. Bentuk daun menjorong dan

ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya bergerigi.selain itu spesies ini juga

mempunyai ental yang bertumpuk di atas permukaan, yaitu adanya daun muda yang

mengulung. Pada umumnya neprhrolepis memiliki daun berwarna hijau sebagai

organ fotosintesis.

4.2.11 Phymatodes sp.

Phymatodes, termasuk paku teristerial dan epipit. Terkadang dijumpai

menempel pada batu-batu, pohon mati atau pada pohon yang masih hidup. Hidup

pada kondisi habitat terbuka dan banyak mendapat sinar matahari. Tinggi tumbuhan

dapat mencapai 64 cm atau lebih. Batang bewarna hijau kecokelatan, daun bewarna

hijau sampai hijau terang dengan tangkai daun keunguan, lebar daun dapat

mencapai 20cm. Helaian daun berbagi menyirip, permukaan atas daun berbenjol-

Page 12: Pteridophyta

benjol dengan letak sorusnya. Spora terdapat dibawah permukaan daun dan tersebar

tidak tidak beraturan . panjang sorus bisa mencapai ukuran 1-2 mm. Berbentuk

bulatan. Spesies ini banyak dimanfaatkan dalam pengobatan (Arini, 2012).

4.2.12 Pyrrosia adnacens

Jenis ini termasuk suku Polypodiaceae. Mempunyai sinonim Pyrrosia varia

(Kaulfuss) Farwell, Acrostichum lanceolatum L., Candollea lanceolata Mirb. ex

Desv. dan Cyclophorus lanceolatus Alston. Tumbuhan ini mempunyai akar

rimpang setebal 1,2-2,1 mm, menjalar panjang, ditutupi oleh sisik-sisik yang

tersebar. Daun dimorfik, tidak jelas sampai jelas bertangkai.Daun fertil

tangkainya sampai 9 cm, helaian 3,5-31 cm x0,3-3,5 cm, bagian pangkal

perlahan menyempit, paling lebar di bagian tengah atau di bawahnya, ujung

tumpul. Daun steril bertangkai sampai 5 cm, helaian 2-24 cm x 0,3-4,3 cm, paling

lebar di bagian tengah atau di atasnya, ujung membundar atau tumpul. Sori

berderet di sepanjang tepi daun atau menyebar di seluruh permukaan

daun(Hovenkamp et al., 1998).

Paku jenis ini pada umumnya tumbuh secara epifit, kadang epilitik, dan jarang

yang terestrial, umumnya ditemukan di berbagai situasi, kebanyakan di dataran

rendah, kadang sampai 1.000-1.500 m dpl. Jenis ini tersebar di Afrika, Asia

Tenggara sampai Pasifik dan di seluruh kawasan Malesia. Di Malaya tumbuhan

ini digunakan untuk obat sakit kepala dengan menempelkan tumbukan daunnya

dengan jintan hitam dan bawang merah ke kening, dan juga untuk obat desentri.

Di CA Sago Malintang, jenis ini tidak banyak ditemukan, hanya tumbuh di batang

pohon yang telah lapuk pada sekitar 6 m dari atas tanah, di tempat yang sangat

terbuka pada ketinggian 1.080 m dpl, tumbuh bersama Bulbophyllum odoratum,

Asplenium nidus, dan Agrostophyllum majus (Hartini, 2006).

4.2.13 Thelypteris sp.

Thelypteris merupakan tumbuhan paku yang habitatnya hidup pada tumbuhan

lain (paku epifit). Tumbuhan ini terdapat pada tempat yang terkena sinar matahari

langsung atau agak teduh dan tahan terhadap angin. Habitusnya atau perawakannya

Page 13: Pteridophyta

berupa herba. Disebut herba karena pada tumbuhan ini tangkai daun maupun

batangnya berair.

Akar tebal, tegak, bersisik, setiap 3 mm memiliki sisik kurang lebih 50,

berwarna coklat, herba, bergerigi pada batas di bagian atas. Stipe sampai 50 cm,

bersisik padat di dasar, ke atas dibawah umur, stramineous, sisik menyempit.

Lamina panjangnya sekitar 1m, tripinnatifid, lanset pinnae, sekitar 70 sampai 20

cm, bertangkai, malai dan malai pinna, beralur pada sorface atas, padat pada saat

muda, lanset pinnules, berekor di pucuk, bertangkai atau sesil, pangkal sedikit atau

tidak penyempitan , 10 kali 2 cm lebih besar, costa berlekuk atau kadang-kadang

menyirip, setiap segmen lonjong, bulat atau sedang tajam pada sebagian pucuk atau

bergigi pada tepi, 7-13 hingga 4 mm, yg mirip kertas, bagian dalam hijau

kecokelatan (Tagawa, 1979 : 386).

Page 14: Pteridophyta

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

a) paku yang terdapat di kawasan bukit pantai batu burung, Sedau diantaranya

adalah Asplenium sp. Athyrium sp. Nephrolepis sp., Drymoglossum sp.

Thelypteris sp., Gleichenia linearis. Botrychium sp, Drynaria quercifolia,.

Dicranoteris linearis, Phymatodes sp., Pyrosia adnacens, Lygodium

circinatum.

b) Paku yang ditemukan dikawasan bukit pantai batu burung, Sedau ini memiliki

karakteristik yang hampir sama setiap spesiesnya, walaupum ada beberapa

karakter yang menjadi pembedanya, karena paku yang dijumpai dikawasan ini

kebanyakan dari kelas Pteridopsida dan ordo Polypodiales

5.2 Saran

Saran untuk Praktikum Lapangan Sistematika Tumbuhan 1 berikutnya.

Diharapkan praktikan mampu menguasai materi guna untuk memudahkan

pengidentifikasian dilapangan, dan lebih aktif supaya dilapangan guna

mendapatkan preparat yang lebih banyak dan tentunya berkualitas baik.

Page 15: Pteridophyta

DAFTAR PUSTAKA

Adi Yudianto, Suroso. 1992. Pengantar Botany Cryptogamae. Bandung: Tarsito

Arini, Dwi I.D. Julianus, Kinho .2012.Keragaman Jenis Paku (Pteridophyta) di

Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan

Manado.Info BPK Manado. 2:1

Asbar. 2004. Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) di Sekitar Air Terjun Tirta Rimba

Hutan Wana Osena Desa Sumber Sari Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Haluoleo.Kendari

Darma, Putu. 2007. Inventarisasi Tumbuhan Paku diKawasan Taman Nasional

Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur. Waingapu

De Winter, W.P. and V.B. Amorosa (eds.). 1992. Plant Resources of South

East Asia No.15 (2). Ferns and Fern Allies. Bogor: Prosea

Hartini, S. 2006. Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatra Barat

dan Aklimatisasinys di Kebun Raya Bogor. Jurnal Biodiversitas . Pusat

Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Bogor. Volume 7:3. 230:236.

Holttum, R. E. 1963. Fern and Fern Allies in Flora Malesiana. Vol .1 Serie II.:

N.V. Erven Noordhoff. Groningen.

Hovenkamp, P.H., M.T.M. Bosman, E. Hennipman, H.P. Nootebom, G. Rodl-

Linder, and M.C. Roos. 1998. Polypodiaceae in Flora Malesiana Vol. 3

Series II - Ferns and Fern Allies. Leiden: Rijksherbarium.

Kramer K. U. 1990. Schizaeaceae, in Kubitzki K. (2nd ed.), The Families and

Genera of Vascular Plants, Vol. 1: Pteridophytes and Gymnosperms.

Springer, Berlin: 258-261.

Nasution, Ahmad. 1986, Morfologi Tumbuhan Paku Secara Umum, Yogyakarta,.

Nejad, B.S and Deokule, S.S. 2009. Anti-dermatophytic activity of Drynaria

quercifolia (L.) J. Smith. Jundishapur Journal of Microbiology. 2(1) : 25-30.

Polunin, Nicholas.1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu

Serumpun. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 16: Pteridophyta

Tagawa M dan Iwatsuki K.1985.Flora Of Thailand vol.3 part 2.Tem Semitinad :

Bangkok

Tim LIPI, 198., Jenis Paku Indonesia. Jakarta . Balai Pustaka.

Tjitrosoepomo, G., 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha, Thallophytha,

Bryophytha, Pteridophyta). Gadja Mada University Press. Yogyakarta.