psi.pndidikn gender

Upload: fikri-siregargarmarbugarbugargaar

Post on 17-Jul-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GENDER

Definisi:

: merujuk pada konsep laki-laki atau perempuan berdasarkan dimensi sosial budaya dan psikologi.

Peran

: harapan sosial yang menentukan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir, bertindak dan merasakan

Terdapat beberapa pandangan tentang perkembangan gender, yaitu pandangan biologis, sosialisasi, dan kognitif.

A. MACAM-MACAM PANDANGAN

Pandangan Biologis Dalam pasangan kromosom yang ke-23 pada manusia (kromosom jenis kelamin) menentukan apakah janin tersebut perempuan (XX) atau laki-laki (XY). Ahli gender pun mengakui bahwa perempuan dan laki-laki diperlakukan secara berbeda karena perbedaan fisik dan peran mereka yang berbeda dalam reproduksi. Yang menjadi masalah adalah tepat atau tidaknya pengaruh biologis dan lingkungan. Beberapa pendekatan biologis menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam otak perempuan dan laki-laki (Lippa, 2005). Satu pendekatan berfokus pada perbedaan antara corpus collosum (sekumpulan serat saraf yang menggabungkan 2 belahan otak) laki-laki dan perempuan. Corpus collosum pada perempuan lebih besar daripada laki-laki, sehingga ini dapat menjelaskan mengapa perempuan lebih dapat menyadari emosi mereka dari para pria. Selain itu, bagian lobus parietal (salah satu cuping otak di bagian ujung kepala) yang berfungsi dalam

keterampilan visual dan ruang pada laki-laki, dan lebih besar daripada perempuan (Frederikse, dkk., 2000)

Pandangan Sosialisasi a. Teori Psikoanalitik Gender Mengatakan bahwa anak prasekolah mengembangkan daya tarik seksual kepada orangtua yang jenis kelaminnya berlawanan dengan dirinya. Pada usia 5/6 tahun, daya tarik tersebut akan menghilang dari anak karena perasaan gelisah dan setelahnya anak tersebut akan cenderung mengadopsi karakteristik dengan orangtua yang berjenis kelamin sama. b. Teori Kognitif Sosial Gender Menekankan bahwa perkembangan gender anak-anak terjadi melalui observasi dan imitasi perilaku gender, serta melalui penghargaan & hukuman untuk perilaku yang sesuai atau tidak sesuai menurut gender.

Pandangan Kognitif Gender berkembang melalui mekanisme yang terdiri atas observasi, imitasi, penghargaan, dan hukuman. Menurut pandangan ini, interaksi antara anak dan lingkungan sosial merupakan penentu perkembangan gender. Adapun dalam pandangan ini terdapat pula teori skema gender. a. Teori Skema Gender Menyatakan bahwa pengelompokan gender muncul ketika anak-anak mulai memikirkan apa yang pantas dan tidak untuk dilakukan laki-laki dan perempuan, sesuai dengan gender yang berlaku di budaya mereka.

B. STEREOTIP GENDER

Merupakan suatu kategori luas yang mencerminkan kesan dan keyakinan tentang perilaku yang pantas dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Pemberian stereotip gender berubah sesuai tingkat perkembangannya (Ruble, Martin, & Berenbaum, 2006). Ketika anak-anak memasuki usia sekolah dasar, mereka mempunyai banyak informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Selama tahuntahun ini, anak-anak menjadi lebih fleksibel tentang sikap gender mereka. Seiring bertambahnya tahun, terutama setelah berlalunya masa pubertas yang membuat pemberian stereotip gender kembali meningkat, fleksibilitas dalam sikap gender pun ikut meningkat. Stereotip seringkali negatif dan bisa dikemas dalam prasangka dan diskriminasi, misalnya seksisme. Yang dimaksud dengan seksisme adalah prasangka dan diskriminasi terhadap satu individu karena jenis kelamin yang dimilikinya.

C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GENDER DALAM BIDANG AKADEMIS

Penampilan Fisik Pada umumnya, anak laki-laki lebih unggul daripada anak perempuan dalam

keterampilan atletik seperti melempar, berlari dan sebagainya. Perubahan hormon semasa pubertas menghasilkan penambahan massa otot pada laki-laki dan peningkatan lemak tubuh pada perempuan. Tingkat aktivitas adalah bidang penampilan fisik yang lain, dimana perbedaan gender juga muncul. Misalnya, dari awal anak laki-laki tergolong lebih aktif daripada perempuan dalam hal gerakan motorik kasar. Dari kelas pendidikan fisik pun, anak laki-laki mengeluarkan lebih banyak energi yang dikeluarkan dalam bentuk gerakan daripada anak perempuan.

Keterampilan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dalam beberapa analisis, anak laki-laki diteliti lebih berprestasi dalam matematika.

Walaupun tidak semua studi mengindikasikan bahwa MIPA lebih dikuasai oleh laki-laki, namun ketika perbedaan itu ada, perbedaan gender dalam keterampilan matematika lebih cenderung kecil.

Keterampilan Verbal Tinjauan utama tentang persamaan dan perbedaan gender menyimpulkan bahwa

perempuan memiliki keterampilan verbal yang lebih baik daripada laki-laki (Maccoby & Jacklin, 1974).

Pencapaian Pendidikan Pada umumnya, anak perempuan lebih unggul daripada anak laki-laki dalam prestasi

akademis. Mereka berkemungkinan besar untuk lebih terlibat dalam materi akademis, penuh perhatian dalam kelas dan lebih banyak berpartisipasi daripada laki-laki.

Keterampilan Hubungan Menekankan pendapat bahwa laki-laki dan perempuan berkembang dan tumbuh

dewasa dalam dunia percakapan yang berbeda. Tannen membedakan deskripsi pembicaraan menjadi 2: 1. Pembicaraan hubungan (rapport talk) Bahasa percakapan dan suatu cara mengadakan hubungan dan negosiasi hubungan. Pada umumnya, wanita cenderung menyukai topik pembicaraan yang mengarah pada hubungan dibanding laki-laki.

2. Pembicaraan laporan (report talk) Merupakan pembicaraan yang memberikan informasi. Laki-laki lebih mendominasi forum melalui tipe pembicaraan ini dengan penampilan verbal, seperti cerita, gurauan serta ceramah dan sebagainya.

Perilaku Prososial Suatu tinjauan penelitian menemukan bahwa selama masa kanak-kanak dan remaja,

wanita lebih cenderung terlibat dalam aktivitas yang bersifat prososial dibanding para pria, misalnya perilaku yang baik dan penuh perhatian.

Agresi Salah satu perbedaan gender yang paling konsisten adalah bahwa laki-laki hampir selalu

dinilai agresif secara fisik daripada perempuan (Dodge, Coie, & Lynan, 2006; Ruble, Martin, Berenbaum, 2006).

Emosi dan Pengaturannya Keterampilan yang penting adalah untuk mampu mengatur dan mengendalikan emosi

dan perilaku seseorang. Pengendalian diri yang rendah dapat berakibat timbulnya masalah pada perilaku individu, misalnya mengejek orang lain, bereaksi secara berlebihan terhadap frustasi, kerjasama yang buruk dan ketidakmampuan untuk menunda kegembiraan (Block & Block, 1980).

D. KONTROVERSI GENDER

Kontroversi berkisar pada perbedaan antara pria dan wanita dalam kemampuan fisik, keterampilan membaca dan menulis, agresi dan pengaturan diri. Pada dasarnya, perb edaan gender disebabkan oleh kondisi sosial yang misalnya mengakibatkan wanita hanya memiliki sedikit kekuatan dalam mengendalikan perasaan daripada pria. Namun, kontroversi mengenai perdebatan tentang gender masih tetap berlangsung sampai sekarang.

E. KLASIFIKASI PERAN GENDER

Androgini dan Pendidikan Yang dimaksud dengan androgini adalah adanya karakteristik maskulin dan feminin

pada individu yang sama. Sebagai contoh: Laki-laki yang androginis mungkin tegas (maskulin) dan memiliki sifat mengasuh (feminin), sedangkan perempuan yang androginis mungkin kuat (maskulin) dan peka terhadap perasaan orang lain (feminin).

Transenden Peran Gender Beberapa pengkritik androgini mengatakan bahwa sudah terlalu banyak pembicaraan

tentang gender. Androgini tidak memberikan efek sehebat yang diharapkan sebelumnya, sehingga alternatif lain yang dimunculkan adalah transeden peran gender pandangan bahwa kompetensi orang-orang harus dikonseptualisasaikan menurut diri mereka sebagai orang, bukan berdasarkan maskulinitas, femininitas ataupun androgini mereka. Ditakutkan bila anak-anak menggunakan klasifikasi peran gender yang seperti ini, akan mengakibatkan terlalu banyak munculnya pemberian stereotip.

F. GENDER DI DALAM KONTEKS

Evaluasi kategori peran gender, serta adanya persamaan dan perbedaan gender dalam bidang emosi serta perilaku membantu, menunjukkan bahwa gender bukanlah berada dalam cakupan sifat-sifat kepribadian, melainkan dalam hal interaksi individu.

G. MENIADAKAN BIAS GENDER

Terdapat bias gender yang diciptakan sekolah terhadap laki-laki dan perempuan. Satu strategi peniting yang bisa diusahakan adalah dengan meniadakan bisa gender. Diantaranya: 1. Interaksi Guru-Siswa, dan 2. Isi Kurikulum dan Isi Atletik

Selain metode yang bisa diusahakan untuk meniadakan bias gender seperti yang telah disebut di atas, terdapat pula beberapa penjelasan tentang pelecehan seksual yang sering terjadi di lingkungan sekolah. 1. Pelecehan Seksual quid pro quo Ancaman dari seorang karyawan sekolah (guru, dsb) untuk mendasarkan keputusan pendidikan (biasanya nilai) pada ketundukan seorang siswa terhadapa perlakuan seksual yang tidak dikehendaki.

2. Pelecehan Seksual di Lingkungan yang Tidak Dikehendaki Ketundukan para siswa terhadap perlakuan seksual yang tidak dikehendaki yang begitu keras an terus menerus sehingga membatasi kemampuan para siswa untuk mendapatkan manfaat dari pendidikan mereka.