psikologi komunitas

25
PSIKOLOGI KOMUNITAS Kebanyakan pekerjaan intervensi terkait prevensi di paruh kedua abad 20 berutang desain, kesuksesan, dan penerimaan yang diperolehnya pada psikologi komunitas. Psikologi komunitas sendiri menggeluti aspek-aspek psikologi dari berbagai system sosial. Prevensi sudah lama menjadi jantung psikologi komunitas. Prevensi dimaksudkan untuk mengeliminasi kebutuhan akan pelayanan klinis dan bukan hanya menangani masalah setelah masalah itu berkembang. Tiga prinsip umum yang saling melengkapi berkonvergensi dan menentukan pengaruh psikologi komunitas pada psikologi klinis (Nietzel, Speltz, Mc Cauley, dan Bernstein, 1998). Psikologi klinis yang pertama kali diprakarsai sangat jauh dari pandangan bahwa perilaku semata-mata disebabkan oleh faktor- faktor biologis dan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sebaliknya, psikologi komunitas menggunakan pendektan ekologis untuk memahami perkembangan dan pencegahan berbagai kesulitan psikologis. Pendekatan ini berarti mencari interaksi di antara berbagai karakteristik individual dan aspek-aspek ekonomi, kultural, sosial, dan fisik di lingkungan ketika berusaha memahami peran relatif dari berbagai faktor risiko dan protektif. Pendekatan ini memungkinkan adanya penelaahan tentang kecocokan antara orang itu dan lingkungannya, dan memungkinkan dilakukannya 1

Upload: lailapurnamasari

Post on 26-Dec-2015

201 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikologi konsumen

TRANSCRIPT

Page 1: PSIKOLOGI KOMUNITAS

PSIKOLOGI KOMUNITAS

Kebanyakan pekerjaan intervensi terkait prevensi di paruh kedua abad 20 berutang desain,

kesuksesan, dan penerimaan yang diperolehnya pada psikologi komunitas. Psikologi komunitas

sendiri menggeluti aspek-aspek psikologi dari berbagai system sosial. Prevensi sudah lama

menjadi jantung psikologi komunitas. Prevensi dimaksudkan untuk mengeliminasi kebutuhan

akan pelayanan klinis dan bukan hanya menangani masalah setelah masalah itu berkembang.

Tiga prinsip umum yang saling melengkapi berkonvergensi dan menentukan pengaruh psikologi

komunitas pada psikologi klinis (Nietzel, Speltz, Mc Cauley, dan Bernstein, 1998).

Psikologi klinis yang pertama kali diprakarsai sangat jauh dari pandangan bahwa perilaku

semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor biologis dan faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu. Sebaliknya, psikologi komunitas menggunakan pendektan ekologis untuk

memahami perkembangan dan pencegahan berbagai kesulitan psikologis. Pendekatan ini berarti

mencari interaksi di antara berbagai karakteristik individual dan aspek-aspek ekonomi, kultural,

sosial, dan fisik di lingkungan ketika berusaha memahami peran relatif dari berbagai faktor risiko

dan protektif. Pendekatan ini memungkinkan adanya penelaahan tentang kecocokan antara orang

itu dan lingkungannya, dan memungkinkan dilakukannya perluasan ke variable-variabel selain

variable-variabel psikologis dalam merancang program prevensi dan intervensi.

Prinsip umum yang kedua dari psikologi komunitas adalah ide bahwa kegiatan intervensi dan

prevensi mestinya berlangsung di lingkungan tempat orang-orang tinggal, bekerja, dan

bersekolah di masyarakat. Konsekuensinya, kegiata prevensi dan terapeutik sebaiknya diberikan

di rumah, di sekolah, di tempat kerja, atau bahkan di media massa. Aspek psikologi komunitas

membentuk fondasi untuk banyak upaya pencegahan di masa awal erkembangannya dulu. Tetapi

seiring dengan perjalanan waktu, dalam perkembangan teknologi-teknologi prevensi baru, aspek

ini telah ditinggalkan.

Terakhir, prinsip pokok psikologi komunitas lain yang terkait adalah pendapat bahwa kegiatan

intervensi dan prevensi kesehatan mental mestinya bukan hanya diarahkan pada perubahan

berorietasi orang per orang. Sebaliknya, kegiatan itu mestinya bertujuan menciptakan perubahan

sistem sosial. Pendekatan untuk menciptakan perubahan dan membebaskan penderitaan manusia

1

Page 2: PSIKOLOGI KOMUNITAS

ini tidak mengabaikan kebutuhkan-kebutuhan individual dan tidak mengelakkan tugas

memberikan pelayanan pada individu-individu. Sebaliknya, pendekatan pemberian bantuan ini

melihat perubahan sistemis sebagai cara yang paling efisien dan paling lestari untuk

membebaskan manusia dar berbagai macam kesulitan dan meningkatkan kemungkinan mereka

untuk meraih sukses.

KOMUNITAS

Kepedulian terhadap isu-isu komunitas telah ada sejak awal kemunculan psikologi. John Dewey

berbicara tentang “Psychology and Social Practice” dalam pidato kepresidenan untuk APA pada

1899. Tetapi, baru pada akhir 1960-an psikologi mengembangkan interes yang jelas, dan

speciality di bidang psikologi komunitas dan divisi khusus dibentuk di APA, dan jurnal-jurnal

baru pun bermunculan.

Apa yang Dimaksud Komunitas?

Ada banyak cara untuk mengkonseptualkan komunitas. Salah satunya adalah menekankan pada

kepentingan dan perjuangan yang sama dan keamanan serta dukungan yang saling diberikan oleh

anggota-anggotanya satu sama lain. Cara lainnya adaah dengan menekankan pada faktor-faktor

sosial demografis, tempat yang sama dari sekelompok orang yang tinggal dan saling berinteraksi

satu sama lain. Cara pengonseptualisasikan yang ketiga adalah dengan mengkaitkannya pada

jaringan komunikasi di antara orang-orang, dimanapun mereka tinggal. Konseptualisasi yang

keempat adalah menekankan pada struktur dan interaksi organisasional. Disini kami

mendefinisikan komunitas sebagai tempat yang diakui memiliki identitas terpisah oleh orang-

orang yang ada di dalamnya dan yang ada di dekatnya, yang memiliki berbagai pelayanan dan

persediaan yag komperhensif untuk melayani sebagian besar kebutuhan dasar manusia, dan

terdiri atas kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi yang terorganisasi secara longgar.

Bagaimana seorang psikolog mempelajari sebuah komunitas? Psikologi mempunyai cara-cara

untuk mengobservasi, mengases, dan mengevaluasi berbagai kebutuhan dan masalah manusia di

wilayah tertentu. Sebagai contoh, salah seorang penulis buku ini dan beberapa rekan sejawatnya

mengembangkan pendekatan awal ke pemahaman tentang komunitas pedesaan, termasuk

menggunakan checklist dan rating scales (Nettekoven dan Sundberg, 1985).

2

Page 3: PSIKOLOGI KOMUNITAS

Pendekatan ini didasarkan pada sebuah “windshield survey” yang dilaksanakan dengan

menjelajahi berbagai wilayah komunitas itu, melihat karakteristik fisik yang merefleksikan atau

mempengaruhi perilaku, dan kemudian melakukan observasi di berbagai setting interaksi

komunitas, wawancara dengan para informan, dan mencari informasi dari visitor centers, surat

kabar, dan catatan perpustakaan. Melalui tinjauan yang luas terhadap komunitas itu, psikolog

selanjutnya bisa bekerja dengan lembaga-lembaga atau program-program terkait.

Berbagai Subsistem Komunitas

Di komunitas-komunitas Amerika, ada banyak jenis organisasi (atau subsistem, kalau kita

melihat komunitas sebagai sebuah sistem) human care. Apa sajakah itu?, misalnya Community

Clock, yang menunjukkan banyaknya lembaga dan pelayanan yang sesuai dengan tahap-tahap

kehidupan. Ketika orang-orang melalui periode-periode perkembangan atau krisis-krisis

kehidupan yang dapat diprediksi, maka hubungan-hubungan baru dengan berbagai komponen

komunitas terbangun dan hubungan-hubungan lama ditinggalkan. Kiasifikasi lain dari lembaga-

lembaga pemberi bantuan komunitas adalah official services (pelayanan resmi, misalnya:

pelayanan perlindungan anak rumah sakit mental pemerintah), nongovernmental organizations

(NGO) (organisasi nonpemerintah, yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan lembaga

swadaya masyara-kat [LSM], misalnya: lembaga-lembaga swasta, sesbagian berupa lembaga

berorientasi laba dan sebagian lainnya lembaga nirlaba), dan pelayanan-pelayanan alternatif yang

lebih informal atau alamiah. Gottlieb dan Schroter (1978) mengklasifikasikan yang terakhir ini

menjadi self-help-group (kelompok-kelompok swadaya masyarakat), seperti Alcoholics

Anonymous, community caregivers seperti para profesional kesehatan nonmental (misalnya, guru

dan pendeta), dan social intimates (seperti sahabat atau anggota keluarga).

Menertibkan komunitas pemberi-bantuan dan praktisi pribadi yang begitu kompleks telah

menjadi tugas utama para pekerja kesehatan dan kesehatan mental. Psikolog yang menangani

sistem-sistem komunitas, khususnya entitas-entitas resmi, memiliki masalah yang sama. Ada

beberapa level pemerintahan yang terlibat, masing-masing dengan mandat, tujuan, dan insentif

yang berbeda. Entitas-entitas administratif dan mandat-mandat legal saling bersilangan dan

saling tumpang tindih. Berbagai subsistem pemberi bantuan sering kali dirancang tanpa tujuan

yang jelas atau tidak jarang dirancang atas perintah federal yang nun jauh di sana, karena

terdapat peluang pendanaan yang penting. Program-program sering bersaing satu sama lain atau

3

Page 4: PSIKOLOGI KOMUNITAS

bersaing demi mendapatkan klien-klien yang diinginkan dan mencari-cari alasan untuk

menghindari orang-orang yang tidak diinginkan karena ciri-ciri perilakunya atau karena

kemiskinannya. Biasanya, proses-proses komunitas mencocokkan orang yang membutuhkan

bantuan dengan sub-sistem pemberi bantuan yang tepat. Orang-orang dengan perilaku psikotik

akut pada umumnya menjadi pasien-pasien psikiatrik. Mereka yang melakukan tindak kejahatan

berat pada umumnya menjadi narapidana. Tetapi, di sejumlah kasus terjadi ambiguitas ketika

perubahan demografik yang cepat melampaui kecepatan perubahan pola pelayanan. Sebagai

contoh, remaja yang bermasalah atau menimbulkan masalah semakin banyak menjadi perhatian.

Orang-orang muda ini menunjukkan elemen-elemen dari banyak klasifikasi, sehingga segala

yang terjadi mungkin lebih bergantung pada subsistem di mana ia berada daripada kasusnya

secara individual. Contoh Amos di Boks 15-5 memberikan sebagian gambaran tentang begitu

kompleksnya interaksi antara isu-isu perilaku, mandat hukum, dan kejadian-kejadian yang terjadi

secara kebetulan. Simak bagaimana perbedaan di antara desain-desain intervensi tersebut. Dalam

kehidupan nyata di AS dan beberapa negara lainnya, sikap rasial dan status sosial-ekonomi dapat

membatasi tindakan yang akan terjadi. Psikoterapi, atau bentuk penanganan lainnya, akan jauh

lebih mungkin terjadi bila Amos adalah orangkulit putih, dari kelas menengah. Penahanan,

probation, atau pengurungan, menjadi skenario yang lebih mungkin baginya bila ia orang

Afri'ka-Amerika atau orang Latin, dan miskin. Bagian buruk dari rangkaian cerita ini adalah

banyak di antaranya yang sesuai dengan kenyataannya. Bagian yang masih memberikan ruang

adalah beberapa sistem sekarang menjadi lebih sensitif terhadap masalah-masalah semacam itu.

Mereka juga semakin terfokus untuk lebih banyak saling bekerja sama. Mereka menyadari

bahwa hasil yang positif, dan bukan proses yang lebih disukai, adalah yang harus menjadi

tujuannya. Semakin banyak penggunaan data dan penekanan pada praktik-praktik terbaikakan

menjanjikan hasil akhir yang lebih baik.

Fungsi

Psikologi Komunitas dibahas sebagai “Kesehatan Masyarakat” dalam disiplin ilmu kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Psikologi Komunitas juga merupakan subbagian dalam

Psikologi Sosial, Sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.Tapi dalam hal ini Psikologi Komunitas

akan diuraikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan memberi bantuan kepada orang

lain dalam hal gangguan emosional, penysuaian diri dan masalah-masalah psikologis lainnya.

4

Page 5: PSIKOLOGI KOMUNITAS

Dalam pendekatan psikologi klinis, treatment diberikan kepada seseorang atau kelompok yang

mengalami gangguan atau yang memiliki masalah dan klien menerima treatment tersebut.

Kenyataannya seringkali sulit untuk memastikan siapa yang memerlukan terapi atau bantuan

psikologis. Dilihat dari pandanan sosiokultual, lingkungan sosio kltural dan interaksinya dengan

subjek atau sekelompok subjeklah penyebab munculnya gangguan jiwa, hal ini dikarenakan

tuntutan sosial kepada subjek untuk mengikuti kondisi yang berlaku misalnya norma sosial, dan

lainnya.

Banyak perubahan-perubahan dalam tatanan masyarakat sekarang ini yang menyebabkan

banyaknya muncul gejala-gejala sosial seperti kemiskinan, kekumuhan, polusi udara,

pengungsian penduduk bahkan bencana alam sangat memungkinkan munculnya ancaman

gangguan-gangguan psikologis terutama dalam hal gangguan emosional. Kondisi ini

membutuhkan suatu pendekatan yang tidak menggunakan cara tradisional dari psikologi klinis,

tetapi membutuhkan sutau pendekatan menyeluruh yakni pendekatan komunitas.

Psikologi komunitas pada dasarnya terkait dengan hubungan antar sistem sosial, kesejahteraan

dan kesehatan individu dalam kaitan dengan masyarakat. Psikologi komunitas didefinisikan

sebagai sutau pendekatan kepada kesehatan mental yang menekankan pada peran daya lingkunan

dalam menciptakan masalah atau mengurangi masalah. Psikologi komunitas berfokus pada arah

permasalahan kesehatan mental dan sosial yang dikembangkan melalui intervensi juga riset

dengan seting mencakup masyarakat dan komunitas pribadi.

Tujuan

Area psikologi komunitas terbentuk pada membantu atau meningkatkan kemampuan individu

yang powerless terhadap komunitas sosialnya misalnya kalangan minoritas, dan kemampuan

individu untuk dapat mengambil kendali atas lingkungan dan kehidupan mereka.Hal ini sangat

diperlukan karena pada gilirannya, akan membantu perkembangan individu dalam

mengembangkan psychological sense of community.

Psikologi komunitas memiliki berbagai pendekatan kearah perubahan sistem sosial :

1. Mengenalkan pertumbuhan dan pengembangan individu dan mencegah munculnya suatu

permasalahan kesehatan mental dan sosial.

5

Page 6: PSIKOLOGI KOMUNITAS

2. Membuat suatu format intervensi yang sesuai dan cepat pada saat mana intervensi

tersebut sangat diperlukan.

3. Memungkinkan mereka yang telah bermasalah untuk hidup dengan baik dan mendapat

sokongan dar komnitasnya dan lebih baik lagi tingal pada tempat yang dapat menerima

kondisinya dan dia akan mendapatkan dukungan

Sebagai contoh, psikologi komunitas mungkin dapat memberi intervensi terhadap individu

dengan cara :

1. Menciptakan dan mengevaluasi arah kebijakan dan program yang membantu masyarakat

mengontrol tekanan ayang muncul dari aspek dan lingkungan organisatoris yang

memunculkan permasalahan.

2. Menilai kebutuhan suatu masyarakat dan memberi arahan anggotanya bagaimana cara

mengenali suatu masalah yang masih permulaan dan menghadapi permasalahan yang

sudah muncul dan besar.

3. Belajar dan menerapkan jalan yang lebih efektif dan menyesuaikan dengan populasi

untuk hidup secara lebih produktif dalam tedensi masyarakat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pendekatan komunitas :

1. Pendekatan Komunitas menekankan kepada efek dari dukungan sosial dan tekanan sosial

masyarakat serta tindakan preventif dan self-help.

2. Pemberdayaan lokal dan pentingnya keanekaragaman dan relatifitas budaya.

3. Menekankan kepada masyarakat, kekmampuan dan kekuatan pribadi sebagai counter

terhadap penyakit dan kelemahan.

4. Perspektif komunitas menekankan pada fungsi riset tidak hanya sebagai pengembangan

teori tetapi juga untuk kebijakan dan evaluasi program analisis, dan kehadirannya secara

impliait dan berharga bagi pengembangan kesejahteraan masyarakat dan juga ilmu

pengetahuan.

6

Page 7: PSIKOLOGI KOMUNITAS

Hasil Karya Para Psikolog Komunitas

Psikologi komunitas sebagai sebuah kekuatan yang terorganisasi di bentuk sebagai hasil

konferensi 1965 di Swampscott, di dekat Boston (Bennet, dkk, 1966). Menurut Zax dan Specter

(1974), psikologi adalah “sebuah pendekatan ke masalah-masalah perilaku manusia yang

menekankan pada kontribusi kekuatan-kekuatan lingkungan terhadap perkembangan masalah-

masalah itu maupun potensi kontribusi yang mungkin diberikan untuk mengurangi penggunaan

kekuatan-kekuatan ini “. Pendekatan ini membutuhkan sebuah visi yang luas. Orang-orang yang

berusaha mempengaruhi promosi kesehatan mental dan prevensi psikopatologi di berbagai

komunitas harus memiliki interes pada masa depan yang senantiasa berubah. Tren-tren dalam

populasi, kesehatan public, perawatan medis, dan teknologi secara material sangat memengaruhi

kualitas hidup dan pola-pola stressor sehingga program-program kesehatan mental berjangka

panjang harus direncanakan dengan mempertimbangkan kekuatan-kekuatan yang senantiasa

berubah ini (Sundberg, 1985).

Sejak Swampscott, jurnal-jurnal dan program-program pelatihan telah mengelaborasi berbagai

metode dan konsep khusus, dan psikologi komunitas sekara telah menjadi sebuah bidang

keahlian khusus yang terpisah. Psikologi komunitas sering menemukan perkara yang sama

dengan para pekerja sosial, perawat kesehatan publik, dan dokter. Psikolog komunitas

menekankan bahwa mereka tidak hanya peduli terhadap kesehatan mental komunitas, meskipun

memang benar bahwa ada banyak tumpang tindih antara psikologi komunitas dan kesehatan

mental komunitas.

Ciri untama psikolog komunitas adalah penggunaan pengeahuanpsikologis dan dedikasi mereka

pada metode-metode empiris untuk mengukur efektivitas hasil. Dalam hal ini mereka mirip

dengan psikologi klinis. Kadang-kadang psikolog yang berpraktik pribadi dikatakan berada “di

tengah masyarakat”. Mereka pada umumnya berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari rujukan

medis dan jaringan pembayaran asuransi sehingga memiliki fungsi dan filosofi yang cukup

berbeda dengan psikolog komunitas, yang pada umumnya lebih tertarik pada program-program

daripada penanganan dan pembayaran individual.

7

Page 8: PSIKOLOGI KOMUNITAS

Konsultasi dan Prevensi. Selain penelitian, konsultasi dan prevensi merupakan kegiatan psikolog

komunitas. Konsultasi sering melibatkan tindakan mengorganisasikan dan menawarkan

lokakarya-lokakarya pelatihan bagi kelompok-kelompok masyarakat.

Bencana di masyarakat. Tiap tahun, beberapa bencana alam seperti angina topan, banjir, dan

gempa bumi, menewaskan atau mencederai orang-orang dan menyebabkan dirupsi yang sangat

besar dalam kehiduan mereka. Organisasi-organisasi seperti Red Cross memberi bantuan segera.

Selain kerusakan fisik, selalu ada efek-efek psikologis.

Psikolog komunitas telah meneliti bagaimana cara masyarakat yang sedang tertimpa bencana

berskala besar. Setelah tertimpa bencana, orang-orang tampaknya melewati beberapa fase yang

dapat diprediksi. Selama minggu pertama atau kedua pasca bencana, orang-orang tampaknya

berada pada fase heroik. Mereka terlibat tindakan-tindakan impresif untuk menyelamatkan

nyawa dan meminimalkan kehilangan. Ada perasaan alturisme dan perasaan sebagai anggota

masyarakat yang sama.

Setelah satu atau dua minggu pascabencana sampai 3 bulan sampai 6 bulan kemudian, fase bulan

madu melibatkan atensi dari media, kunjungan dari para politisi, dan para perasaan memiliki

pengalaman yang sama diantara korban, terutama di tengah pekerjaan rekonstruksi seperti

membersihkan reruntuhan atau membangun kembali rumah-rumah. Sebuah iklim yang

mengantisipasi kedatangan bantuan dari pejabat-pejabat di uar sana pun terbangun. Selanjutnya

masuk fase kekecewaan, mulai beberapa bulan sampai satu tahun.

Keterpecahan semangat yang semula berkobar-kobar terasa menyakitkan. Penundaan, kegagalan,

dan kekecewaan terhadap bantuan resmi menjadi fokus kemarahan, kebencian, dan kepahitan. Di

fase trakhir, rekonstruksi, orang berhenti menengok ke belakang dan orang-orang berniat

melanjutkan hidupnya secara bebas dan mandiri. Masalah-masalah dan urutan yang serupa juga

terjadi pada bencana yang diakibatkan oleh manusia., seperti akibat perang, penembakan masal,

kecelakaan yang mengakibatkan polusi lingkungan berat.

Masalah-masalh terkait bencana yang penting bagi psikologi komunitas dapat dibagi menjadi

beberapa kategori. Kategori pertama, ada beberapa masalah dasar dalam kehidupan sehari-hari,

termasuk interfensi pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder. Kategori kedua, reaksi-reaksi

penyesuaian yang dapat dibagi menjadi reaksi awal (seperti shock, panic, dan bingung) dan

8

Page 9: PSIKOLOGI KOMUNITAS

beraneka raga sindroma afektif (seperti pengingkaran yang maladaptive, kecemasan, depresi,

survivor guilt). Kategori ketiga dan yang paling serius yaitu berbagai masalah kesehatan mental

dan penyakit, juga dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Semakin memburuk konflik-konflik

rumah tangga mungkin melibatkan penganiayaan terhadap asangan atau anak, dan semakin

memburuk kondisi-kondisi kronis yang sudah ada sebelumnya dapat memunculkan kembali,

misalnya, skizofenia, manik-depresi, atau alkoholisme.

Individu yang mengalami kejadian tragis dapat mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD)

(gangguan stress pasca trauma) yang mungkin tidak terlihat untuk jangka waktu yang lama.

Beberapa psikolog dan pekerja kesehatan mental lainnya mengembangkan berbagai program

untuk dilembagakan segera setelah bencana untuk orang-orang yang berkemungkinan

mengembangkan PTSD. Mitchell dan rekan-rekan sejawatnya mengembangkan dan

mengevaluasi metode intervensi Critical Incident Stress Debriefing (CISD) untuk menghadapi

bencana segera setelah bencana tersebut terjadi. Mungkin inilah intervensi kelompok yang paling

luas digunakan. Debriefing itu mencakup diskusi tentang kejadian traumatic itu dengan orang-

orang yang pernah mengalaminya dan berbagai metode coping. Metode ini juga sangat

membantu para relawan.

Dampak Bencana terhadap Aspek Kesehatan Mental

Bencana atau disaster dapat berpengaruh terhadap aspek psikologis. Banyak korban bencana

yang kehilangan harta benda, tempat tinggal, bahkan sanak saudara. Tentunya tidak mudah untuk

menerima semua kerugian yang ada akibat bencana dengan lapang dada dan perasaan ikhlas.

Beban berat yang harus ditanggung oleh para korban bencana dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap kesehatan mental, terutama bagi orang-orang dengan kemampuan manajemen

stress yang kurang baik. Penting bagi kita, terutama calon tenaga kesehatan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh bencana terhadap aspek kesehatan mental.

Berikut mengenai dampak bencana terhadap aspek kesehatan mental dan penanganannya.

Respon terhadap bencana meliputi :

-Respon emosi dan kognitif

-Respon fisiologis

9

Page 10: PSIKOLOGI KOMUNITAS

-Respon tingkah laku

Orang dengan kemampuan manajemen stress yang buruk nantinya dapat berlanjut menjadi

gangguan mental, sedangkan kemampuan manajemen stress yang baik serta adanya dukungan

sosial dari orang sekitar dapat membuat orang tersebut mampu melewati situasi berat pasca

bencana dengan baik.

Fase-fase Respon Komunitas terkait Bencana

Predisaster => normal, dengan atau tanpa warning, bisa ada persiapan.

Impact / inventory => perhatian muncul, ada semangat menata kembali=> sementara merasa

tertekan atau bingung atas kejadian bencana ini, tapi kemudian dengan cepat akan pulih dan

fokus pada perlindungan untuk dirinya dan orang-orang terdekatnya. Emosi yang muncul berupa

ketakutan, tidak berdaya, kehilangan, dislokasi dan kemudian merasa bertanggung jawab untuk

melakukan sesuatu yang lebih (fase inventory) kemudian terjadi setelah bencana, dimana muncul

gambaran awal kondisi individu dan masyarakat.

Heroik => pada fase pertama dan berikutnya, orang merasa terpanggil untuk melakukan aksi

heroik seperti menyelamatkan nyawa dan harta orang lain. Altruism (perhatian terhadap

kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri) menonjol. Bersedia membantu orang

lain untuk bertahan dan pulih.

Honeymoon => biasanya 1 mingggu – 6 bln setelah bencana. Untuk yang terkena langsung

biasanya ada strong sense akan bahaya lain, situasi katastropik. Komunitas biasanya ada kohesi

dan kerjasama untuk pulih. Bantuan biasanya sudah berjalan lancar, ada harapan yang tinggi

untuk cepat pulih. Emosi yang muncul biasanya rasa syukur dan harapan-harapan.

Disillusionment => biasanya 2 bulan – 2 tahun. Realita pemulihan sudah ditetapkan. Orang-

orang akan merasa kecewa, frustasi, marah, benci dan kesal jika terjadi kemunduran dan janji

bantuan tidak terpenuhi, terlalu sedikit atau terlambat. Lembaga bantuan dan relawan mulai

hilang, kelompok masyarakat lokal mulai melemah. Mereka yang paling terkena dampaknya

akan sadar bahwa banyak hal yang harus dilakukan sendiri dan kehidupan mereka tidak selalu

sama. Perasaan kebersamaan akan mulai hilang karena mulai fokus pada membangun kembali

10

Page 11: PSIKOLOGI KOMUNITAS

kehidupannya sendiri dan mengatasi masalah individual. Emosi berupa keraguan, kehilangan,

kesedihan dan isolasi.

Reconstruction => biasanya berlangsung selama bertahun-tahun. Mereka yg bertahan fokus pada

membangun kembali rumahnya, bisnis, ladang dan kehidupannya. Muncul bangunan-bangunan

baru, perkembangan program-program baru, dan rencana meningkatkan kepercayaan dan

kebanggan masyarakat dan kemampuan individu untuk membangun kembali. Namun proses ini

ada pasang surutnya, misal ada peristiwa-peristiwa lain yang memicu reaksi emosional atau

kemajuan yg tertunda.

Dampak Psikologis akibat bencana dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1. Distres psikologis ringan

Cemas, panik, terlalu waspada ; terjadi natural recovery dalam hitungan hari/minggu, tidak butuh

intervensi spesifik ; tampak pada sebagian besar survivor

2. Distres psikologis sedang

Cemas menyeluruh, menarik diri, gangguan emosi ; natural recovery dalam waktu yg relatif

lebih lama ; dapat berkembang menjadi gangguan mental dan tingkah laku yang berat ; butuh

dukungan psikososial untuk natural recovery

3. Gangguan tingkah laku dan mental yang berat

Gangguan mental karena trauma atau stress seperti PTSD, depresi, cemas menyeluruh, fobia, dan

gangguan disosiasi ; jika tidak dilakukan intervensi sistemik akan mudah menyebar ; butuh

dukungan mental dan penanganan oleh mental health professional

Dalam menangani dampak bencana terhadap aspek kesehatan mental diperlukan dua intervensi

utama, yaitu :

• Intervensi Sosial

Tersedianya akses terhadap informasi yang bisa dipercaya dan terus menerus mengenai bencana

dan upaya-upaya yang berkaitan, memelihara budaya dan acara-acara keagamaan seperti upacara

pemakaman, tersedianya akses sekolah dan aktivitas rekreasi normal untuk anak-anak dan

11

Page 12: PSIKOLOGI KOMUNITAS

remaja, partisipasi dalam komunitas untuk orang dewasa dan remaja, keterlibatan jaringan sosial

untuk orang yg terisolasi seperti anak yatim piatu, bersatunya kembali keluarga yang terpisah,

shelter dan organisasi komunitas untuk yang tidak punya tempat tinggal, keterlibatan komunitas

dalam kegiatan keagamaan dan fasilitas masyarakat lainnya.

• Intervensi Psikologis dan Psikiatrik

Terpenuhinya akses untuk pertolongan pertama psikologis pada pelayanan kesehatan dan di

komunitas untuk orang-orang yang mengalami distress mental akut, tersedianya pelayanan untuk

keluhan psikiatrik di sistem pelayanan kesehatan primer, penanganan yang berkelanjutan untuk

individu dengan gangguan psikiatrik yang sudah ada sebelumnya, pemberhentian medikasi tiba-

tiba harus dihindari, perlu dibuat perencanaan untuk intervensi psikologis berbasis komunitas

pasca bencana.

12

Page 13: PSIKOLOGI KOMUNITAS

Analisis Jurnal

Dalam suatu keadaan yang tidak diinginkan, maka perlu adanya penyesuaian yang sangat

tepat untuk mengatasi ketidaknyamanan yang akan ditimbulkan oleh keadaan tersebut. Terlebih,

hal ini melibatkan banyak orang yang mengalami kejadian yang sama dan dalam satu wilayah

yang luas. Hal yang sering terjadi, namun tidak diingini. Bencana alam gempa.

Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar

atau bawah permukaan bumi yang menyebabkan guncangan. Tak jarang, gempa bumi ini

mengakibatkan banyaknya kerugian yang dialami oleh manusia, baik itu secara fisik (sandang,

pangan, papan), terlebih secara psikis (trauma, fobia).

Pada saat terjadi gempa bumi maupun pada pasca kejadian, tak jarang pihak terkait hanya

memberikan bantuan pada individu-individu yang menjadi korban. Tentu hal tersebut tidak bisa

dikatakan salah. Namun, lebih dari itu, terkadang bantuan dalam jangka panjang sering

terlupakan. Hal ini bisa jadi disebabkan karena kekurang pahaman akan hal tersebut. Padahal,

bantuan atau tindakan dalam jangka panjanglah yang akan sangat membantu korban, baik itu

secara individu, maupun kelompok yang berada di wilayah atau daerah yang terkena gempa.

Dengan demikian, perlu adanya pencerdasan terhadap pihak terkait dalam menanggulangi

bencana gempa, terutama untuk pertolongan atau bantuan dalam jangka panjang. Salah satu cara

yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan kelompok atau komunitas yang terdapat pada daerah

yang terkena gempa. Mengapa harus komunitas ?, karena pada dasarnya, komunitas yaang

terdapat pada suatu daerah memiliki ”frame” yang sema, sehingga akan lebih mudah untuk

membangun kembali keadaan setelah terjadinya atau pasca gempa.

Hal-hal seperti demikian dibahas dalam psikologi komunitas. Psikologi komunitas terkait

dengan hubungan antar sistem sosial, kesejahteraan dan kesehatan individu dalam kaitan dengan

masyarakat. Karena itulah juga, diharapkan seseorang harus mempunyai komunitasnya yaitu

untuk saling berinteraksi satu sama lain. Ketika bencana alam datang, hal yang harus

diperhatikan tidak hanya sandang, pangan, dan papan saja tetapi perhatikan psikologis dari para

korban juga, karena yang lebih penting adalah keadaan mereka saat itu. Fungsi komunitas sendiri

bagi mereka seharusnya adalah memperkuat interaksi sosial. Selain itu, bahwa sebenarnya

komunitas itu sendiri bisa jadi pelindung bagi seseorang untuk menghadapi situasi apapun

13

Page 14: PSIKOLOGI KOMUNITAS

dengan pemikiran positif. Ini ditentukan oleh seberapa mampukah suatu sistem sosial tersebut

mengatur dirinya untuk meningkatkan kapasitas untuk belajar dari bencana yang lalu dan

mengurangi faktor-faktor risiko. Maka dari itu mengapa perlu adanya suatu komunitas untuk

bangkit dari situasi yang menekan atau traumatis dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia dan daya adaptasi untuk mengoptimalisasikan fungsi dan keberlanjutan suatu komunitas

(Paton, Millar, & Johnston, 2001; Vale & Campanella, 2005; ESCAP, 2008).

Dikatakan pula dalam buku Sunberg yaitu salah satu prinsip yang mendasari psikologi

komunitas adalah bahwa individu dan masyarakat saling bergantung. Untuk memahami dan

untuk meningkatkan kehidupan orang lain itu adalah Essential, bahwa kita mempertimbangkan

berbagai system atau tingkat analisis (Bronfen-Brenner, 1979;. Daltonetal, 2001).

Adapun, psikologi komunitas memiliki tiga prinsip umum (Sundberg, ). Prinsip yang pertama

adalah psikologi komunitas menggunakan pendekatan ekologis untuk memahami perkembangan

dan pencegahan berbagai gangguan psikologis. Pendekatan ini berarti mencari interaksi di

antara berbagai aspek-aspek ekonomi, cultural, social, dan fisik lingkungan. Prinsip umum yang

kedua yaitu gagasan bahwa kegiatan intervensi dan prevensi berlangsung di lingkungan tempat

individu tinggal, bekerja atau bersekolah. Prinsip yang terakhir adalah pendapat bahwa kegiatan

intervensi dan prevensi kessehatan mental seharusnya bukan hanya diarahkan pada perubahan

berorientasi orang per orang namun berfokus pada level komunitas. Karena, ketika bencana

terjadi maupun pasca bencana yang mengalami kehancuran adalah komunitas. Sebagaimana

Economic and Social Commision for Asia and Pasific (2008) menganggap penting untuk fokus

pada komunitas dibandingkan kemampuan individu dalam kondisi bencana tak terduga seperti

misalnya dalam bencana gempa bumi ini. Karena, komunitas memiliki kamampuan lebih baik

dibandingkan individu untuk membuat keputusan dalam kondisi tertekan.

Dikatakan dalam jurnal yang kami temuka bahwa jika suatu komunitas dapat bertahan dari

gangguan atau tekanan, maka kualitas dan sumber daya yang ada di dalam komunitas tersebut

dapat mencegah penurunan fungsi komunitas tersebut. Bahwa ternyata komunitas itu penting

bagi kesejahteraan sosial mereka untuk mencegah adanya permasalahan kesehatan mental. Untuk

itu dalam buku sunberg, ada beberapa rekomendasi untuk komunitas supaya dapat mencegah

gangguan mental:

14

Page 15: PSIKOLOGI KOMUNITAS

1. Lebih baik adanya penelitian fenomena kesehatan mental

2. Definisi diperluas dari yang mungkin menyediakan layanan kesehatan mental

3. Pelayanan kesehatan mental harus tersedia di masyarakat

4. Kesadaran harus dipupuk sejak awal bahwa penyakit mental dapat berasal dari faktor-

faktor sosial

5. Pemerintah federal harus mendukung rekomendasi ini secara finansial

Selain itu, Cowen mengusulkan praktik-praktik studi lapangan dari psikologi komunitas,

yaitu: (a) kompetensi yang melibatkan keterampilan praktis, komunikasi, dan keterampilan-

keterampilan sosial; (b) resiliensi, kemampuan suatu komunitas untuk bangkit dari situasi yang

menekan; (c) modifikasi sistem sosial: dan (d) pemberdayaan individu.

Terkait gempa yang terjadi di DIY dan Jawa Tengah, dapat dibagi menjadi beberapa kategori.

Pertama, timbulnya beberapa masalah dasar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pemenuhan

kebutuhan primer berupa sandang (pakaian), pangan (makanan), fasilitas kesehatan, dan

kebutuhan-kebutuhan sekunder seperti transportasi, dan mata pencaharian atau pekerjaan

(Sundberg, ). Pasalnya, pasca terjadinya gempa sendi-sendi perekonomian rakyat menjadi

lumpuh dan banyak juga korban yang kehilangan tempat tinggal mereka. Kategori yang kedua

yaitu reaksi-reaksi penyesuaian yang dapat dibagi menjadi reaksi awal seperti shock, panik, dan

bingung serta beberapa jenis sindroma afektif seperti kecemasan, dan depresi. Kategori yang

ketiga, sekaligus permasalahan yang paling serius, yaitu berbagai masalah kesehatan mental.

Kehilangan orang-orang yang dicintai dan kehilangan tempat tinggal menimbulkan tekanan

psikologis pada korban yang dapat menyebabkan munculnya post traumatic stress disorder

(PTSD) pasca gempa.

Disini, peneliti sendiri lebih menekankan pada resiliensi atau sejauh mana kemampuan

komunitas pada daerah tersebut bisa bangkit dari situasi yang menekan (gempa). Bahwa adanya

suatu komunitas diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih terhadap para korban gempa

yang tidak hanya kehilangan harta, namun tergoncangnya jiwa mereka. Pada akhirnya, resilensi

komunitas ini akan menentukan, sejauh mana masyarakat akan kembali bangkit dari

keterpurukan yang diakibatkan oleh gempa. Sederhananya, bahwa penyesuaian masyarakat pasca

gempa erat kaitannya dengan resilensi komunitas yang terdapat pada daerah tersebut. Dikatakan

semakin tinggi resiliensi komunitas di suatu wilayah, maka semakin tinggi pula penyesuaian

15

Page 16: PSIKOLOGI KOMUNITAS

wilayah tersebut secara jangka panjang, yang ditandai dari kedamaian, optimisme masa depan,

juga dukungan dan partisipasi sosial masyarakat pasca gempa. Meskipun demikian, adanya

dukungan pemerintah ataupun pihak terkait mengenai permasalahan gempa ini adalah sangat

penting, mengingat tidak akan terjadi suatu resilensi pada suatu komunitas, tanpa adanya

dukungan dari pihak terkait.

16