psi laki-laki ,maskulinitas & aspek relasional (kuliah 6)

28
MASKULINITAS DAN MASALAH RELASIONAL (Levant dan Pollack, ch. 2)

Upload: meika-marlina-primaningrum

Post on 25-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

MASKULINITAS DAN MASALAH RELASIONAL(Levant dan Pollack, ch. 2)

Page 2: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

ANTARA OTONOMI DAN MEKANISME PERTAHANAN DIRI

Keluhan-keluhan:laki-laki menjaga jarak thd emosinya

sendiri, kurang peduli pad perasaan pasangan dlm hubungan intim membingungkan, menyakitkan dan mengganggu pasangan maupun diri sendiri.

Page 3: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Data penelitian dan pengalaman klinis memperlihatkan:

kesulitan pria untuk menampilkan komitmen dalam hubungan,

kesulitan untuk menampilkan afeksi secara terbuka

kecenderungan untuk menekan emosi dan menampilkan otonomi berlebihan

Page 4: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Laki-laki mencari kedekatan, cinta dan koneksi, tetapi ada kekuatan2 ketidaksadaran dalam bentuk dilema spesifik gender yang menyulitkan (Pollack).

konflik identitas dan connectedness (otonomi dan afiliasi) yang sudah berlangsung sejak masa sangat dini.

Page 5: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

untuk menjaga diri, laki-laki mungkin menampilkan defens/ mekanisme pertahanan diri dalam bentuk-bentuk tingkah laku atau karakteristik kepribadian, yang terkesan: dingin, narsistik, tidak berperasaan, nonrelational.

Page 6: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Mengapa?

Untuk memahami diperlukan kepedulian dan empati, kita perlu menelaah kesejarahan psikologis laki-laki.

Page 7: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Di masa dini anak laki mengalami trauma keterpisahan dan kehilangan (loss) dari figur ibu dan ayah (traumatic abrogation of their early holding environment).

Berdampak terhadap masa dewasa dalam defisit di area keintiman, empati, dan komitmen hubungan.

Page 8: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Pola sosialisasi peran gender di masa2 selanjutnya makin menguatkan tauma yang unconscious ini:– Laki-laki dituntut untuk tampil kuat,

mandiri, menjadi pemenang kompetisi– Akibatnya, laki-laki merasa malu dengan

kebutuhan akan afeksi, kedekatan dengan orang lain, dan emosi2 yg dianggap menunjukkan kelemahan diri (’takut’, ’sedih’, ’cemas’,dll)

Page 9: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Meski gambaran di atas, Pollack yakin bahwa kualitas peduli, memberi, berkorban dan empati sesungguhnya tetap ada, dan hal tersebutlah yang perlu diolah untuk membentuk jati diri laki-laki yang lebih utuh.

Page 10: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

PERKEMBANGAN MASA DINI DAN IMPLIKASI DI MASA DEWASA

(Chodorow, 1989)Perempuan (masih) secara umum

bertanggung jawab atas pengasuhan anak, laki-laki dan perempuan, utamanya dimasa dini.

Berdampak terhadap pembentukan identitas gender yg berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.

Page 11: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Perkembangan…

Pada perempuan, pembentukan identitas diri berlangsung melalui integrasi dan identifikasi yang kontinyu dalam attachment dengan ibu. Anak tak perlu menolak diri sendiri maupun ibu untuk dapat diterima dan menjadi dewasa.

Page 12: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Perkembangan…

Laki-laki, untuk dapat mendefinisikan diri sebagai ’maskulin’, hrs melalui jalan berbeda.

Menjadi maskulin = berbeda dari ibu yang feminin, menolak kualitas feminin, terpisah atau memisahkan diri dari ibu yang feminin. Sejak masa dini telah ada isu keterpisahan (separation) dan penolakan.

Page 13: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Perkembangan…

Sementara itu, figur parental laki-laki tidak selalu hadir, atau bila pun hadir, kadang juga menuatkan penolakan pada kualitas feminin dan trauma keterpisahan.

Karenanya, maskulinitas atau kelelakian (maleness) dalam artian tertentu menjadi lebih berkonflik dan problematis daripada femininitas.

Page 14: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Perkembangan…

Ada kemungkinan pengembangan mekanisme pertahanan diri terhadap dorongan2 dan kebutuhan afiliasi dan keintiman akibat trauma yg ditekan dalam alam tidak sadar (keterpisahan prematur dan rasa malu sebagai implikasinya).

Page 15: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Perkembangan…Mengingat relasi intim dengan

perempuan di masa dewasa merupakan relasi paling personal, subjektif, afektif, dan dalam pengertian tertentu merefleksikan hubungan dengan ibu dimasa dini, masalah dapat muncul paling signifikan dlam relasi intim dengan perempuan dan perkawinan.

Hubungan intim dapat menghidupkan kembali kebutuhan-kebutuhan besar yang terrepresi (repressed yearnings) pada ibu di masa kanak.

Page 16: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Perkembangan…Menanggapinya, dapat muncul:Bentuk transisional atau hubungan

diri-obyek dengan ibu pengganti untuk memperbaiki luka yang tidak terucap akibat trauma keterpisahan premature (to repair and assuage the unspeakable hurt of premature traumatic separation and simultaneously to deny the loss of relational bond).

Page 17: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Sosialisasi peran gender juga dapat dijelaskan melalui konsep psikologi belajar (pembiasaan perilaku).

Ada pandangan2 mengenai kekuatan dan keterbatasan laki2 dan perempuan, yg mempengaruhi bidang yg kemudian dianggap cocok.

Page 18: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Misalnya:Anak perempuan main boneka. Anak laki2 lebih digembleng untuk

matematika.Anak laki diajar untuk menekuni

bidang-bidang keras, menyukai kekerasan dan kompetisi, diajar u/ tidak mengungkapkan rasa sakit dan duka secara terbuka.

Page 19: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Laki2 dituntut u/ mencapai keberhasilan dan kekuasaan ’at any cost’.

Yang mungkin paling traumatis: hukuman bila anak laki-laki mengekspresikan perasaan tergantung atau kebutuhan afeksi karena ini dinilai feminin, sehingga tak dapat diterima bahkan tabu.

Page 20: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Secara umum dapat berdampak pada ketidakmampuan pria untuk mengidentifikasi, mengekspresikan dan mendeskripsikan perasaan sendiri – terutama yang dinilai ’tidak masklin’. Defisit yang dapat mengarah pada masalah serius, alexithymia, inability to connect words with feelings.

Page 21: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Kohut: manusia memiliki dua garis perkembangan, yakni

(1) self; dan

(2) self with others.

Keduanya ada terus menerus dan seharusnya dapat berkembang menjadi lebih matang di masa dewasa.

Page 22: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

KESEIMBANGAN ANTARA ’I’ DAN ’WE’

Penelitian longitudinal pd 90 pasangan yang menghadapi kehamilan dan kelahiran bayi memperlihatkan bahwa keseimbangan antara fungsi otonomus dan fungsi afiliatif bersifat prediktif:

terhadap kepuasan perkawinan, kemampuan umum menjadi orangtua,

penyesuaian keluarga mood positif bayi

Page 23: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

MENJADI AYAH…

Jadi otonomi (I) dan relasi (we) tidak diperlawankan, melainkan dlihat sebagai sama-sama diperlukan

Yang umum terjadi dalam keluarga ’sehat’ adalah ibu memegang peran utama dalam pengasuhan anak, dan ayah memberikan bantuan saat diperlukan komplementaritas yang dapat dinegosiasikan kembali

Page 24: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Menjadi Ayah…

Dalam kasus2 tertentu, terlihat kecenderungan dimana ibu menjadi sangat khawatir, sehingga entah disadari atau tidak menjauhkan ayah dari anak

Suami sedari awal sudah merasa canggung karena tidak terbiasa

Page 25: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Menjadi Ayah…

Dengan komentar dan kritikan istri, suami menjadi makin tidak percaya diri untuk menangani anak, sehingga mungkin menjauh dari peran tersebut.

Sebagian pria kemudian bernalar bahwa yang terpenting dilakukan adalah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anak dan istri

Page 26: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Pollack: ayah harus menyisihkan waktu jauh lebih besar untuk pengasuhan anak.

Dapat belajar dari pengalaman masa lalu sebagai anak, juga dari mengobservasi cara istri mengasuh.

Fathering is one of men’s greatest opportunity for personal transformation.

Page 27: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Good-enough fathering

Melampaui ‘dunia tertutup’ dengan kepedulian hanya pada anak sendiri, yg menyulitkan pengembangan kepedulian yang sungguh2 otentik; juga menyulitkan melampaui trauma keterpisahan prematur yang dialami sendiri.

Kapasitas atau kemampuan dapat pula ditampilkan pria yang tidak memiliki anak biologis

Page 28: Psi Laki-laki ,Maskulinitas & Aspek Relasional (Kuliah 6)

Good enough…Pandangan umum bahwa kesehatan

psikologis pria dipengaruhi secara primer oleh pekerjaannya adalah pandangan kurang tepat.

Kualitas peran pria dalam keluarga juga berperan penting dalam kesehatan mental laki2