psak 23, 25, 46

51
MAKALAH PENDAPATAN, KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN, PAJAK PENGHASILAN Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Pelaporan Korporat Oleh: Amelia Putri Nanna Annissa Sabrina Putri Ayuningsih Program Pendidikan Profesi Akuntansi

Upload: annisa

Post on 05-Nov-2015

129 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

PSAK 23, 25, 46

TRANSCRIPT

MAKALAHPENDAPATAN, KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN, PAJAK PENGHASILANDisusun Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Pelaporan Korporat

Oleh:Amelia Putri NannaAnnissa SabrinaPutri Ayuningsih

Program Pendidikan Profesi AkuntansiFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas BrawijayaMalang2014A. PENDAPATANDefinisi:Penghasilan didefinisikan oleh SAK (1995:24), kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan didefinisikan oleh SAK (1995:23.3), pendapatan adalah arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Sedangkan definisi pendapatan menurut Vernon Kam (1990:237) yang dikutip dari FSAB menyatakan bahwa revenues are inflows or other enhancements of assets an entity or seiler its liabilities (or combination of both) during the period from delivery producting goods, rendering services, or other activities that on going major or central operations, of products or services.Pengakuan penghasilan menurut SAK (1995:30), penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Penghasilan menurut PSAK menyebutkan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut telah dipenuhi :1. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.2. Perusahan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.3. Jumlah pendapatan tersebut dapat dihitung dengan andal.4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan akan mengalir kepada perusahaan tersebut.5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (PSAK No.23).Catatan :IAI/IASC tidak secara formal membedakan pendapatan (revenues) dan untung (gains). Pendapatan dan untung dicakupi dalam satu definisi yaitu penghasilan (income).Pendapatan adalah arus masuk atau kenaikan lain dari aset pada entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktifitas lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral yang terus menerus dari suatu entitas (SFAC No. 6).Catatan :FASB memisahkan pendapatan dan untung sebagai elemen yang berdiri sendiriPendapatan adalah peningkatan kotor dari asset atau pengurangan kotor dari kewajiban yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum yang merupakan hasil dari laba langsung aktifitas dari sebuah perusahaan yang bisa merubah ekuitas pemilik (APB Statement No. 4, prg. 134)Dari beberapa definisi diatas, dapat didaftar karakteristik-karakteristik atau kata kunci dari pendapatan:1. Aliran masuk atau kenaikan asset.2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban4. Suatu entitas5. Produk perusahaan (barang atau jasa)6. Pertukaran produk7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk (sales, fee, interest, dividen, royalties, and rents).8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas

Pajak Penghasilan Sebagai Pendapatan NegaraPenerimaan negara sebagian berasal dari pajak penghasilan (PPh) yang dipungut dari warga negara sebagai wajib pajak perorangan maupun badan. UU PPh nomor 36/2008 menetapkan subjek pajak adalah orang pribadi, badan, bentuk usaha tetap, dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Menetapkan pula objek pajak berupa penghasilan sesuai ketentuan UU PPh nomor 36/2008 pasal 4 (angka 1 dan 2) sebagai berikut:1. Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.2. Hadiah dan undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.3.Laba usaha.4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan,, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,pekerjaan, pemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya. 6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.8. Royalti.9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.10. Penerimaan atau pembayaran berkala.11.Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.12. Keuntungan dari selisih kurs mata uang asing.13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.14. Premi asuransi.15. Iuran yang diterima atau yang diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.16.Tambahan kekayaan neto yang berasal dan penghasilan yang belum dikenakan pajak.Sedangkan penghasilan yang dikecualikan sebagai obyek pajak sebagaimana dimuat dalam pasal 4 ayat 3 UU PPh adalah :1. a) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amal atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak. b) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan, sehubungan tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.2. Warisan.3. Harta temasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.6. Dividen atau bagian Iaba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :a) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.b) Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah yang menerima deviden paling rendah 25% (duapuluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.7. Iuran yang diterima atau yang diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang telah ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutun, perkumpulan, firma, kongsi.10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:a) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan. b) Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia.Aliran Yang Berkaitan Dengan Pendapatan:a. Aliran FisikMelibatkan kegiatan menghasilkan dan menjual output serta objek kegiatan yang berupa produk itu sendirib. Aliran Moneter Melibatkan peristiwa naiknya nilai perusahaan karena kegiatan produksi atau penjualan output dan objek peristiwa yang berupa jumlah rupiah asset yang dihasilkan atau dijual

Pengakuan PendapatanPendapatan diakui apabila memenuhi syarat-syarat berikut:1. Keterukuran (measurement) atau keandalan (reliability).2. Produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi atau jasa sudah direalisasi.Menurut FASB ada 2 kriteria pengakuan pendapatan yang harus dipenuhi:1. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi (realized or realizable).Pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi bilamana produk (barang atau jasa), barang dagangan atau asset lain telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan dikatakan cukup pasti direalisasi jika aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.2. Terbentuk/terhak (earned).Pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.

Pengukuran PendapatanPendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya, entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah ditentukan antara:a) tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit yang sama; ataub) tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai saat ini dari barang atau jasa.Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 30 dan 31, dan sesuai PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Pendapatan diukur dalam satuan tukar produk atau jasa (nilai wajar) dalam transaksi yang bebas (arms length transaction). Nilai tukar tersebut menunjukkan ekivalen kas atau nilai diskonto tunai dari uang yang diterima atau akan diterima dari transaksi penjualan Apabila periode pengumpulan kas relatif pendek maka potongan atas penjualan dapat dihiraukan dengan alasan sebagai berikut : ( Kam, 1992) Saat ada tingkat potongan yang rendah, jumlah yang relatif kecil tidak akan mempengaruhi pengukuran pendapatan Potongan dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari total pendapatan, pengaruh utamanya ada pada masalah pengakuan Penggolongan pendapatan yang timbul dari penjualan yang disertai potongan dapat diakui sebagai rugi dan akan mengurangi pendapatan

Pembentukan Pendapatan (Earnings Process) Earnings Process adalah proses terjadinya pendapatan dimana pendapatan terbentuk bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya kegiatan perusahaan. Earnings Process terdiri dari : Kegiatan produksi Penjualan Pengumpulan piutang Konsep earning process didukung konsep upaya dan hasil (effort and accomplishment) dimana upaya berupa cost (biaya) dan hasil berupa pendapatan Proses Pembentukan Pendapatan

AwalProduksiProduksiSelesaiKasPenjualanPengumpulanPiutangWaktuRp

Pendapatan

Biaya

Saat Pengakuan Pendapatan Berbagai gagasan saat pengakuan pendapatan:1. Saat kontrak penjualan disepakati2. Selama proses produksi secara bertahap3. Saat produksi selesai 4. Saat penjualan5. Saat kas terkumpulProsedur Pengakuan PendapatanKebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut.FASB meringkas pedoman umum pengakuan pandapatan dalam SFAC No.5 paragraf 84 sebagai berikut:1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagangan diserahkan atau jasa diberikan kepada konsumer. Oleh karena itu, pendapatan dari kegiatan produksi dan pemasaran.2. kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas (atau keduanya) mendahului produksi dan pengiriman (seperti dalam kaus berlangganan majalah dengan pembayaran dimuka), pendapatan diakui pada saat terhak (earned) dan pengiriman (delivery).3. kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan taksiran yang layak atas hasil pada saat penyelesaiaan dan taksiran kemajuan produksi dapat diukur dengan handal.4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan asset berlangsung secara terus menerus (kontinus) selama perioda (misalnya: bunga, atau sewa) dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui (menjadi terhak) bersamaan dengan berjalannya waktu.5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti (misalnya: produk pertanian tertentu, logam mulia, dan surat-surat berharga.6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang segera tidak dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan diakui pada saat mereka telah berhak atau pada saat transaksi telah selesai (tuntas) asalkan nilai wajar aset nonmoneter yang terlibat dapat ditentukan dengan kisaran yang layak.7. Kalau ketertagihan (kolektibility) aset yang diterima untuk produk, jasa atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

Pengungkapan PendapatanPerusahaan harus mengungkapkan:1. kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menenukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa.2. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:I. penjualan barang;II. penjualan jasa;III. bunga;IV. royalti;V. dividen.3. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan.4. pendapatan yang ditunda pengakuannya.

B. PEMILIHAN KEBIJAKAN AKUNTANSIKebijakan akuntansi adalah sejumlah prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan (paragraf 5).Dalam memilih kebijakan akuntansi, PSAK 25 mengatur bahwa:a) Apabila ada standar yang secara khusus mengatur tentang suatu transaksi, peristiwa, maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi harus ditentukan dengan menerapkan standar tersebut dan memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait (paragraf 7)b) manajemen harus menggunakan penilaiannya dalam membuat dan menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang: relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh pengguna, dan andal, yang artinya laporan keuangan : (i) menyajikan hasil dan posisi keuangan entitas itu secara tepat, (ii) mencerminkan substansi keekonomian dari peristiwa dan transaksi, bukan bentuk formalnya saja, (iii) bersifat netral atau tidak mengandung bias, (iv) terbuka, dan (v) lengkap secara material (paragraf 10).Dalam membuat penilaian diatas, PSAK 25 mengatur bahwa manajemen harus memperhatikan dan memperhitungkan keberterapan dari sumber-sumber berikut secara berurutan (paragraf 11):a) persyaratan dan petunjuk standar yang mengatur tentang masalah serupa dan terkaitb) definsi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang dijelaskan dalam Kerangkac) peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga standar akuntansi lainnya dan praktik-praktik yang berlaku di industri selama tidak bertentangan dengan butir (a) dan (b) di atas (paragraf 12)secara khusus, PSAK 25 mengatur bahwa suatu entitas harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansinya secara konsisten untuk semua transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya, kecuali jika suatu standar secara khusus mensyaratkan atu memperbolehkan pengelompokan pos-pos yang memerlukan kebijakan yang berbeda. Jika suatu standar mensyaratkan atau memperbolehkan pengelompokan semacam itu, kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok (paragraf 13) Ilustrasi 12.1PSAK 14 persediaan memperbolehkan berbagai rumus biaya (FIFO atau biaya rata-rata tertimbang) untuk persediaan yang lazimnya dapat digantikan atau tidak diproduksi dan dibedakan untuk proyek tertentu. PSAK 14 lebih lanjut mengatur bahwa suatu perusahaan harus menggunakan rumus biaya yang sama untuk persediaan dengan sifat dan kegunaan serupa bagi perusahaan, dan boleh menggunakan rumus biaya lain untuk persediaan yang sifat dan kegunaannya berbeda. PSAK 14 ini merupakan contoh standar akuntansi yang mensyaratkan pengelompokan pos-pos. Dengan demikian, perusahaan harus memilih rumus biaya yang paling sesuai dan menerapkannya secara konsisten.

1. Perubahan Kebijakan AkuntansiPerubahan kebijakan akuntansi mencakup pergantiaan dari satu prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) ke prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) lainnya. Hal-hal yang tidak dianggap sebagai perubahan kebijakan akuntansi adalah sebagai berikut:1. penerapan suatu kebijakan akuntansi atas suatu transaksi, peristiwa, atau kondisi lain yang secara substantif berbeda dari sebelumnya2. penerapan kebijakan baru terhadap transaksi atau peristiwa baru (paragraf 16)3. pergantian dari satu kebijakan akuntansi ke kebijakan lainnya akibat perubahan estimasi (ini harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi)PSAK 25 mengatur bahwa perubahan kebijakan akuntansi seharusnya dilakukan hanya jika perubahan tersebut (paragraf 14):1. disyaratkan oleh PSAK atau interpretasi tertentu, atau2. memungkinkan laporan keuangan untuk memberikan informasi yang andal dan lebih relevanPSAK 25 mengatur bahwa perubahan kebijakan akuntansui harus diperhitungkan:1. untuk perubahan kebijakan akuntansi yang mengharuskan penerapan standar akuntansi baru, PSAK 25 mengatur bahwa perubahan tersebut diperhitungkan sesuai dengan ketentuan masa transisi, jika ada, dari standar akuntansi tersebut (paragraf 19(a));2. untuk perubahan kebijakan akuntansi dalam kondisi lainnya (sdan apabila standar akuntansi baru tidak memuat ketentuan masa transisi), PSAK 25 mensyaratkan bahwa perubahan tersebut diperhitungka secara retrospektif (paragraf 19 (b)); dan3. untuk perubahan kebijakan akuntansi yang dianggap tidak praktis dalam menentukan dampak kumulatif, PSAK 25 memperbolehkan perubahan tersebut untuk diperhitungkan secara prospektif (paragraf 24 dan 25) sejak menjadi praktis.Berdasarkan PSAK` 25,penentuan dampak kumulatif dianggap tidak praktis jika dampak penerapan secara retrospektif tidak dapat ditentukan sekalipun telah melakukan segala usaha rasional (paragraf 5).PSAK 25 menyatakan bahwa jika kebijakan akuntansi mengalami perubahan, sifat, alasan, dan dampak perubahan tersebut harus diungkapkan (paragraf 28 dan 29).Secara khusus, untuk perubahan kebijakan akuntansi yang diwajibkan oleh PSAK atau interpretasi tertentu (yang memuat ketentuan masa transisis), PSAK 25 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut, jika ada dan dapat dilakukan (paragraf 28):1. judul PSAK atau interpretasi,2. fakta bahwa perubahan kebijakan akuntansi tersebut dibuat sesuai dengan ketentuan masa transisi,3. Sifat perubahan kebijakan akuntansi tersebut,4. Penjelasan tentang ketentuan masa transisi,5. Ketentuan masa transisi yang dapat berdmpak di masa depan,6. Jumlah penyesuaian untuk masing-masing pos yang terpengaruh pada tahun berjalan dan tahun laporan keuangan sebelumnya,7. Jumlah penyesuaian terhadap laba per saham dasar dan laba per saham dilusian tahun berjalan dan tahun laporan keuangan sebelumnya,8. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode penyajian,9. Jika penerapan secara retrospektif dianggap tidak praktis, alasannya serta penjelasan tentang bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan. `Untuk perubahan kebijakan akuntansi yang bersifat sukarela, PSAK 25 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut, jika ada dan dapat dilakukan (paragraf 29):1. Sifat perubahan kebijakan akuntansi tersebut,2. Alasan mengapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal dan lebih relevan3. Jumlah penyesuaian untuk masing-masing pos yang terpengaruh pada tahun berjalan dan tahun laporan keuangan sebelumnya,4. Jumlah penyesuaian terhadap laba per saham dasar dan laba per saham dilusian tahun berjalan dan tahun laporan keuangan sebelumnya,5. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode penyajian,6. Jika penerapan secara retrospektif dianggap tidak praktis, alasannya serta penjelasan tentang bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan. `

Metode RetrospektifDalam metode akuntansi retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi, dampak kumulatif dari perubahan tersebut dihitung dan dilaporkan sebagai penyesuaian terhadap saldo laba awal. Selain itu, informasi komparatif periode-periode sebelumnya, yang disertakan dalam laporan keuangan, harus disesuaikan pula. Penyesuaian saldo laba awal dan perbaikan angka komparatif dilakukan atas dasar bahwa kebijakan akuntansi diasumsikan telah diterapkan sejak hari pertama transaksi terkait tersebut. Ilustrasi 12.2Pada tahun 20X5 PT ABC menunjuk seorang kepala akuntan baru. Dalam rapat dewan direksi, kepala akuntan tersebut menyarankan agar biaya pinjaman yang dibebankan terkait dengan pembuatan helikopter harus dimodalkan sebagai bagian dari biaya helikopter. ia juga berpendapat bahwa kebijakan akuntansi sebelumnya maupun kebijakan akuntansi yang ia tawarkan diperbolehkan oleh PSAK 26 Biaya Pinjaman. dewan direksi menyetujui saran tersebut dan memutuskan untuk menerapkan kebijakan baru yang berlaku 1 Januari 20X5 dan menerapkan kebijakn baru itu secara retrospektif berdasarkan ketentuan PSAK 25. Dari catatan akuntansi, ditentukan bahwa jumlah biaya pinjaman yang dibebankan untuk pembuatan helikopter yang masih dimiliki adalah sebagai berikut:20X2:Rp 10.000.00020X3:Rp 30.000.00020X4:Rp 30.000.00020X5:Rp 40.000.000Tidak ada helikopter yang dijual pada tahun 20X4 dan 20X5Dinas pajak memperbolehkan potongan biaya pinjaman pada periode ketika biaya tersebut dibebankan. Diasumsikan bahwa tarif pajak sebesar 30%.Pada awal bulan Maret 20X6, asisten akuntansi perusahaan, yang belum mengetahui perubahan kebijakan akuntansi tersebut, menyusus laporan keuangan tahun 20X5 sebagai berikut (dengan data yang dikeluarkan pada tahun 20X4 sebagai angka-angka komparatif).

Laporan Laba Rugi Komprehensif: (Rp 000)20X520X4Pendapatan 800.000 500.000Dikurangi pengeluaran 500.000 270.000Dikurangi biaya pendanaan 150.000 130.000Laba sebelum pajak 150.000 100.000Dikurangi pajak 45.000 30.000Laba setelah pajak 105.000 70.000

Saldo Laba: (Rp 000)20X520X4Saldo awal 470.000 400.000Laba tahun berjalan 105.000 70.000Saldo akhir 575.000 470.000

Laporan Posisi keuangan: (Rp 000)20X520X4Aset tetap 1.000.000 1.000.000Persediaan helikopter 3.800.000 2.600.000aset lancar neto lainnya 200.000 400.000 5.000.000 4.000.000

Modal saham 2.000.000 2.000.000Saldo laba 575.000 470.000Pinjaman bank 1.925.000 1.030.000Liabilitas pajak tangguhan 500.000 500.000Saldo akhir 5.000.000 4.000.000

Laporan keuangan perusahaan tahun 20X5 diperkirakan dapat keluar pada tanggal 30 Maret 20X6. Jawab: 1. Menghitung dampak kumulatif Dampak kumulatif pada tanggal 1/1/X4Sebelum pajak :Rp 40.000.000 (Rp 10.000.000 + Rp 30.000.000)Setelah pajak :Rp 28.000.000 ( Rp 40.000.000 X (100% - 30%)Pajak tangguhan:Rp 12.000.000 ( Rp 40.000.000 X 30%) Dampak kumulatif pada tanggal 1/1/X5Sebelum pajak :Rp 70.000.000 (Rp 10.000.000 + Rp 30.000.000 + Rp 30.000.000)Setelah pajak :Rp 49.000.000 ( Rp 70.000.000 X (100% - 30%)Pajak tangguhan:Rp 21.000.000 ( Rp 70.000.000 X 30%)2. Ayat jurnal untuk mencatat perubahan kebijakan akuntansi pada tahun 20X5Dr. Persediaan Helikopter70.000.000Cr. Perubahan kebijakan akuntansi49.000.000Cr. Liabilitas pajak tangguhan21.000.0003. Laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X5 (dengan laporan tahun 20X4 sebagai informasi komparatif)

Laporan Laba Rugi Komprehensif: (Rp 000)20X520X4Pendapatan 800.000 500.000Dikurangi beban 500.000 270.000Dikurangi biaya pendanaan 100.000 100.000Laba sebelum pajak 200.000 130.000Dikurangi pajak 60.000 39.000Laba setelah pajak 140.000 91.000

Saldo Laba: (Rp 000)20X520X4Saldo awal Disajikan sebelumnya 470.000 400.000Perubahan kebijakan akuntansi49.00028.000Disajikan ulang 519.000 428.000Laba tahun berjalan 140.000 91.000Saldo akhir 659.000 519.000

4. Laporan posisi keuangan per 31 Desember 20X5 (dengan laporan posisi keuangan tahun 20X4 sebagai angka-angka komparatif)

Laporan Posisi keuangan: (Rp 000)20X520X4Aset tetap 1.000.000 1.000.000Persediaan helikopter 3.920.000 2.670.000aset lancar neto lainnya 200.000 400.000 5.120.000 4.070.000

Modal saham 2.000.000 2.000.000Saldo laba 659.000 519.000Pinjaman bank 1.925.000 1.030.000Liabilitas pajak tangguhan 536.000 521.000Saldo akhir 5.120.000 4.070.000

5. Mengungkapkan sifat, alasan, dan dampak perubahan kebijkan akuntansi dalam catatan atas laporan keuanganSelama tahun berjalan, kebijakan akuntansi untuk biaya pinjaman yang dibebankan atas pembuatan helikopter, yang dihapusbukukan ketika dibebankan pada periode sebelumnya, dimodalkan sebagai bagian dari biaya helikopter. perubahan tersebut dilakukan karena menurut pendapat para direktur, kebijakan baru itu memperlakukan biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya produk yang akan menghasilkan penyajian hasil operasi secara lebih wajar. Dampak perubahan tersebut dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:20X5 20X4 Rp 000 Rp 000Penurunan biaya pendanaan 50.000 30.000Kenaikan beban pajak 15.000 9.000Kenaikan laba setelah pajak 35.000 21.000Kenaikan saldo laba awal 49.000 28.000Kenaikan persediaan helikopter 120.000 70.000Kenaikan liabilitas pajak tangguhan 36.000 21.000Kenaikan saldo laba akhir 84.000 49.000

Metode ProspektifSebagaimana diatur dalam PSAK 25, perubahan kebijakan akuntansi diperhitungkan menggunakan metode prospektif, jika penentuan dampak kumulatif perubahan tersbeut dianggap tidak praktis.Berdasarkan PSAK 25, penentuan kumulatif dianggap tidak praktis jiak dampak penerapan secara retrospektif tidak dapat ditentukan sekalipun telah melakukan segala usaha rasional (paragraf 5).Dalam metode prospektif, dampak perubahan akuntansi dipertimbangkan pada tahun berjalan. Dampak kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi tidak diperhitungkan dan laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan sebagai informasi komparatif tidak disajikan ulang. Ilustrasi 12.3 PT ETW membeli sebuah bangunan pada awal tahun 20X3 seharga Rp 100 Miliar dan menyusutkan bangunan tersebut dengan menggunakan metode garis lurus selama 50 tahun, yang dimulai dari tahun 20X1. Pada tahun 20X8, PT ETW mengubah kebijakan penyusutannya guna menerapkan pendekatan komponen yang disyaratkan oleh PSAK 16 Aset Tetap. Dalam pendekatan komponen, PT ETW harus menyusutkan bangunan, eskalator, dan perlengkapan tetap lainnya secara terpisah. Pada 1 Januari 20X8, bangunan tersebut beserta komponen lainnya memiliki nilai pasar yang setara dengan nilai tercatatnya sebesar Rp 92 miliar. Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa bangunan itu memiliki nilai pasar sebesar Rp 69 miliar dengan sisa manfaat selama 46 tahun, eskalator memiliki nilai pasar sebesar Rp 13 miliar dengan sisa manfaat selama 10 tahun, dan perlengkapan lainnya memiliki nilai pasar sebesar Rp 10 miliar dengan sisa manfaat selama 5 tahun. PT ETW tidak memiliki catatan terperinci tentang aset tetapnya, sehingga tidak praktis bagi PT ETW untuk menentukan biaya masing-masing dan jumlah akumulasi penyusutan untuk bangunan, eskalator, dan perlengkapan lainnya, jika pendekatan komponen tidak diterapkan sejak tahun 20X3. Maka, PT ETW harus memperhitungkan perubahan kebijakan akuntansi ini secara prospektif. Jawab Dalam metode prespektif, angka-angka periode-periode sebe;umnya tidak diubah. Dampak perubahan kebijakan akuntansi diperhitungkan hanya dari tahun 20X8 dan seterusnya.1. Menghitung penyusutan untuk tahun 20X8Beban penyusutan 20X8 = (Rp 69 miliar / 46 tahun) + (Rp 13 miliar / 10 tahun) + (Rp 10 miliar / 5 tahun) = Rp 1,5 miliar + Rp 1,3 miliar + Rp 2 Miliar = Rp 4,8 miliar2. Mengungkapkan sifat, alasan, dan dampak perubahan kebijkan akuntansi dalam catatan atas laporan keuanganPada periode sebelumnya, biaya keseluruhan bangunan disusutkan sebagai satu pos menggunakan metode garis lurus selama 50 tahun. Pada tahun 20X8, PSAK 16 berlaku dan mensyaratkan pendekatan komponen. Dengan demikian, kebijakan penyusutan untuk bangunan diubah supaya menggunakan pendekatan komponen. Perubahan kebijakan akuntansi ini diperhitungkan secara prospektif, karena dianggap tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif dari perubahan tersebut. dampak perubahan kebijakan akuntansi terhadap laporan keuangan tahun 20X8 adalah sebagai berikut:Rp miliarKenaikan beban penyusutan 2,5Penurunan laba sebelum pajak 2,5Penurunan beban pajak 0,5Penurunan laba setelah pajak 2,0Penurunan nilai buku bangunan 2,5Penurunan saldo laba 2,0Penurunan liabilitas pajak tangguhan 0,5

2. Perbaikan KesalahanPerbaikan kesalahan yang dimaksud dalam PPAK 25 adalah kesalahan materialyang ditemukan pada tahun berjalan yang sedemikan signifikan sehingga laporan keuangan untuk satu atau lebih periode sebelumnya tidak lagi dapat dianggap andal pada tanggal keluarnya. Kesalahan tersebut mencakup dampak kesalahan matematis, penerapan kebijakan akuntansi yang keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan, dan penipuan (paragraf 5).PSAK 25 mengatur bahwa perbaikan kesalahan harus diperhitungkan secara retrospektif (paragraf 42). Namun, jika dalam perbaikan kesalahan penentuan dampak kumulatif dianggap tidak praktis, PSAK 25 memperbolehkan perbaikan tersebut secara prospektif (paragraf 44 dan 45).PSAK 25 juga mensyaratkan bahwa apabila terdapat perbaikan kesalahan, sifat, alasan, dan dampak perbaikan tersebut diungkapkan.

Metode RetrospektifDalam metode retrospektif, dampak kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan dilaporkan sebagai penyesuaian terhadap saldo laba awal. Di samping itu, informasi komparatif tahun-tahun sebelumnya, yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan, harus diubah pula. Penyesuaian terhadap saldo laba awal dan perubahan angka-angka komparatif dilakukan seolah-olah kesalahan belum timbul sejak hari pertama transaksi terkait. Ilustrasi 12.4 Pada bulan januari 20X5, PT LMN menemukan bahwa sebagian dari persediaannya yang dijual pada tahun 20X3 secara keliru dimasukkan ke dalam stock count pada tanggal 31 Desember 20X3. Akibatnya, persediaan akhir untuk tahun 20X3 lebih saji sebesar Rp 100.000.000. tarif pajak penghasilan berlaku sebsar 20%. Pada awal bulan Februari 20X5, asisten akuntan perusahaan, yang belum mengetahui perubahan kesalahan tersebut, menyusun laporan keuangan tahun 20X4 (menggunakan angka persediaan awal tahun 20X4 yang keliru) sebagai berikut (dengan data yang dikeluarkan pada tahun 20X3 sebagai angka-angka komparatif).

Laporan Laba Rugi Komprehensif: 20X4 20X3Pendapatan 900.000.000 700.000.000Dikurangi harga pokok penjualan 600.000.000 300.000.000Laba bruto 300.000.000 400.000.000Dikurangi beban lainnya 200.000.000 150.000.000Laba sebelum pajak 100.000.000 250.000.000Dikurangi pajak 20.000.000 50.000.000Laba setelah pajak 80.000.000 200.000.000

Saldo Laba: 20X4 20X3Saldo awal 700.000.000 500.000.000Laba tahun berjalan 80.000.000 200.000.000Saldo akhir 780.000.000 700.000.000

Laporan Posisi keuangan: 20X4 20X3Aset tetap 3.000.000.000 2.000.000.000Persediaan 600.000.000 500.000.000aset lancar neto lainnya 300.000.000 350.000.000 3.900.000.000 2.850.000.000

Modal saham 2.000.000.000 2.000.000.000Saldo laba 780.000.000 700.000.000Pinjaman bank 1.000.000.000 -Liabilitas pajak tangguhan 100.000.000 100.000.000Utang pajak 20.000.000 50.000.000Saldo akhir 3.900.000.000 2.850.000.000

Laporan keuangan perusahaan tahun 20X4 diperkirakan keluar pada tanggal 30 Maret 20X5 Jawab1. Menghitung dampak kumulatif perbaikan kesalahan Dampak kumulatif pada tanggal 1/1/X3Sebelum pajak :Rp nolSetelah pajak :Rp nolPajak tangguhan:Rp nol Dampak kumulatif pada tanggal 1/1/X4Sebelum pajak :Rp 100.000.000Setelah pajak : Rp 80.000.000Pajak tangguhan: Rp 20.000.0002. Ayat jurnal mencatat perbaikan kesalahan pada tahun 20X4Dr Perbaikan kesalahan80.000.000Dr Utang pajak20.000.000Cr Persediaan awal100.000.0003. Laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X4 (dengan laporan tahun 20X3 sebagai informasi komparatif)

Laporan Laba Rugi Komprehensif: 20X4 20X3Pendapatan 900.000.000 700.000.000Dikurangi harga pokok penjualan 500.000.000 400.000.000Laba bruto 400.000.000 300.000.000Dikurangi beban lainnya 200.000.000 150.000.000Laba sebelum pajak 200.000.000 150.000.000Dikurangi pajak 40.000.000 30.000.000Laba setelah pajak 160.000.000 120.000.000

Saldo Laba: 20X4 20X3Saldo awal Disajikan sebelumnya 700.000.000 500.000.000Perbaikan kesalahan80.000.000 -Disajikan ulang 620.000.000 500.000.000Laba tahun berjalan 160.000.000 120.000.000Saldo akhir 780.000.000 620.000.000

4. Laporan posisi keuangan per 31 Desember 20X5 (dengan laporan posisi keuangan tahun 20X4 sebagai angka-angka komparatif)

Laporan Posisi keuangan: (Rp miliar) 20X4 20X3Aset tetap 3.000.000.000 2.000.000.000Persediaan 600.000.000 400.000.000aset lancar neto lainnya 300.000.000 350.000.000 3.900.000.000 2.850.000.000

Modal saham 2.000.000.000 2.000.000.000Saldo laba 780.000.000 620.000.000Pinjaman bank 1.000.000.000 -Liabilitas pajak tangguhan 100.000.000 100.000.000Utang pajak 20.000.000 30.000.000Saldo akhir 3.900.000.000 2.750.000.000

5. Mengungkapkan sifat, alasan, dan dampak perubahan kebijkan akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan

Metode ProspektifDalam metode prospektif, perbaikan kesalahan diperhitungkan pada tahun berjalan. Dampak kumulatif dari perbaikan kesalahan tidak diperhitungkan dan laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan sebgai informasi komparatif tidak disajikan ulang. Ilustrasi 12.5 PT ABC membeli sebuah bangunan pada awal tahun 2008 seharga Rp 100 Miliar dan menyusutkan bangunan tersebut dengan menggunakan metode garis lurus selama 50 tahun, yang dimulai dari tahun 20X1. Pada tahun 2008, PSAK 16 aset tetap mensyaratkan penetapan metode komponen . namun, PT ABC secara keliru telah menyusutkan keseluruhan bangunan itu dengan menggunakan metode garis lurus selama 50 tahun, yang dimulai dari tahun 2008. Kesalahan tersebut ditemukan pada tahun 2012. Namun PT ABC tidak memiliki catatan terperinci tentang aset tetapnya, sehingga tidak praktis bagi PT ABC untuk menentukan biaya masing-masing dan jumlah akumulasi penyusutan untuk bangunan, eskalator, dan perlengkapan lainnya, jika pendekatan komponen tidak diterapkan sejak tahun 20X1. Maka, PT ABC harus memperhitungkan perubahan kebijakan akuntansi ini secara prospektif. Pada 1 Januari 2012, bangunan tersebut beserta komponen lainnya memiliki nilai pasar yang setara dengan nilai tercatatnya sebesar Rp 92 miliar. Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa bangunan itu memiliki nilai pasar sebesar Rp 69 miliar dengan sisa manfaat selama 46 tahun, eskalator memiliki nilai pasar sebesar Rp 13 miliar dengan sisa manfaat selama 10 tahun, dan perlengkapan lainnya memiliki nilai pasar sebesar Rp 10 miliar dengan sisa manfaat selama 5 tahun. Jawab Dalam metode prespektif, angka-angka periode-periode sebelumnya tidak diubah. Dampak perbaikan kesalahan diperhitungkan hanya dari tahun 2012 dan tahun-tahun setelahnya.3. Menghitung penyusutan untuk tahun 2009Beban penyusutan 2009 = (Rp 69 miliar / 46 tahun) + (Rp 13 miliar / 10 tahun) + (Rp 10 miliar / 5 tahun) = Rp 1,5 miliar + Rp 1,3 miliar + Rp 2 Miliar = Rp 4,8 miliar4. Mengungkapkan sifat, alasan, dan dampak perubahan kebijkan akuntansi dalam catatan atas laporan keuanganPada periode sebelumnya, biaya keseluruhan bangunan disusutkan sebagai satu pos menggunakan metode garis lurus selama 50 tahun, meski PSAK 16 mensyaratkan pendekatan komponen. Perbaikan kesalahan ini diperhitungkan secara prospektif, karena dianggap tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif dari perbaikan tersebut. Dampak perbaikan kesalahan terhadap laporan keuangan tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Rp miliarKenaikan beban penyusutan 2,5Penurunan laba sebelum pajak 2,5Penurunan beban pajak 0,5Penurunan laba setelah pajak 2,0Penurunan nilai buku bangunan 2,5Penurunan saldo laba 2,0Penurunan liabilitas pajak tangguhan 0,5

3. Perubahan Estimasi AkuntansiEstimasi akuntansi merupakan estimasi-estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen dalam laporan keuangan. Akuntansi untuk estimasi mensyaratkan digunakannya penilaian terhadap kondisi dan peristiwa di masa depan. Bebrapa contoh perubahan estimasi akuntansi adalah perubahan estimasi masa manfaat aset yang dapat disusutkan, perubahan estimasi ketertagihan utang, dan perubahan estimasi jumlah beban garansi.PSAK 25 mensyaratkan bahwa perubahan estimasi akuntansi diperhitungkan secara prospektif (paragraf 36 dan 37). Dalam metode prospektif, dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam penentuan laba atu rugi neto tahun berjalan (dan periode-periode mendatang, jika ada), dan harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa (paragraf 38). Dampak perubahan metode prospektif diperhitungkan dalam periode terjadinya perubahan jika perubahan tersebut hanya mempengaruhi periode berjalan, atau periode terjadinya perubahan di periode setelahnya jika perubahan tersebut mempengaruhi keduanya. Dampak kumulatif perubahan tidak diperhitungkan dan laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan sebagai informasi komparatif tidak disajikan ulang. PSAK 25 juga mengatur bahwa jika perubahan estimasi akuntansi berdampak material dalam periode berjalan, atau dapat berdampak material pada periode setelahnya, sifat dan dampak perubahan tersebut harus diungkapkan (paragraf 39). Jika dampak itu dianggap tidak praktis untuk dikuantifikasi, maka fakta ini harus diungkapkan pula (paragraf 40). Ilustrasi 12.6 PT B membeli sebuah perlengkapan mesin pada tanggal 1 Januari 20X1 seharga Rp 100.000.000. Mesin tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun dan tidak memiliki nilai sisa. Perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus terhadap mesin tersebut. Pada bulan Januari 20X5, sisa manfaat mesin tersebut diestimasi tinggal 4 tahun. Dengan demikian, estimasi masa manfaat mesin itu berubah dari 10 tahun menjadi 8 tahun. Jawab1. Menghitung perubahan perhitungan beban penyusutan Beban penyusutan setiap tahun dari 20X1 hingga 20X4:Rp 100.000.000 / 10 tahun = Rp 10.000.000 Beban penyusutan setiap tahun dari 20X5 hingga 20X8( Rp 100.000.000 - Rp 40.000.000 ) / 4 tahun = Rp 15.000.0002. Pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan Terjadi perubahan estimasi masa manfaat mesin. Dampak perubahan tersebut adalah diturunkannya laba sebelum pajak tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya dari 20X6 hingga 20X8 sebesar Rp 5.000.000

C. PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46)PSAK 46 mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam PSAK 46 menerapkan dua prinsip, yaitu:1. Mengatur keberadaan liabilitas/aset pajak tangguhan.Apabila besar kemungkinan bahwa pemulihan aset atau pelunasan liabilitas tersebut akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang, yang lebih besar atau yang lebih kecil dibandingkan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aset atau pelunasan liabilitas yang tidak memiliki konsekuensi pajak, maka liabilitas pajak tangguhan wajib diakui, dengan beberapa pengecualian.2. Mengatur perlakuan akuntansi untuk konsekuensi liabilitas/aset pajak tangguhan.Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan kejadian lain sama dengan cara perusahaan memperlakukan transaksi dan kejadian tersebut.Untuk menerapkan prinsip pertama, PSAK 46 mengadopsi konsep perbedaan temporer dan mensyaratkan penggunaan metode pendekatan laporan posisi keuangan. Sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46, perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas dalam laporan posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajak (DPP)-nya.Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aset tersebut.

PengakuanPSAK 46 mengatur bahwa:a) Semua perbedaan temporer kena pajak wajib diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan (paragraf 15)b) Semua perbedaan temporer yang boleh dikurangkan wajib diakui sebagai aset pajak tangguhan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal di masa mendatangNamun, terdapat tiga pengecualian untuk ketentuan di atas, yaitu:a) Liabilitas/aset pajak tangguhan yang timbul dari goodwill (goodwill negatif)b) Liabilitas/aset pajak tangguhan yang timbul dari pengakuan awal aset atau liabilitas yang bukan merupakan transaksi kombinasi bisnis dan tidak memengaruhi laba akuntansi dan laba fiskalc) Liabilitas/aset pajak tangguhan yang timbul dari investasi dalam anak perusahaan, cabang perusahaan, dan perusahaan asosiasi serta kepemilikan dalam ventura (joint venture) dalam kondisi tertentu.Pada paragraf 31, PSAK menyebutkan bahwa apabila perbedaan temporer kena pajak tidak memadai yang berhubungan dengan dinas perpajakan yang sama dan perusahaan, maka aset pajak tangguhan diakui sepanjang besar kemungkinan perusahaan memiliki laba fiskal memadai yang berhubungan dengan dinas perpajakan dan perusahaan yang sama pada periode yang sama sebagai balikan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, atau terdapat peluang perencanaan pajak bagi perusahaan yang dapat menimbulkan laba fiskal di periode yang sesuai.PSAK 46 lebih lanjut mengatur bahwa pada setiap tanggal pelaporan, perusahaan wajib menilai kembali aset pajak tangguhan yang tidak diakui (paragraf 39). Sebagai contoh, membaiknya kondisi perekonomian dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode mendatang aset pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan.Untuk aset dan liabilitas pajak ini, PSAK 46 mengatur bahwa:a) Jumlah pajak kini di periode berjalan dan periode sebelumnya wajib diakui sebagai liabilitas, jika belum dibayarkan (paragraf 12)b) Jika jumlah pajak yang telah dibayarkan di periode berjalan dan periode sebelumnya melebihi jumlah pajak terutang, maka selisihnya wajib diakui sebagai aset (paragraf 12)c) Manfaat ekonomi rugi fiskal yang dapat diakui untuk memulihkan jumlah pajak kini di periode sebelumnya wajib diakui sebagai aset (paragraf 13).Perbedaan Temporer yang timbul dari Pos-Pos Laporan Posisi KeuanganSebagian besar perbedaan temporer kena pajak dan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan timbul dari perbedaan antara nilai tercatat dan dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan.Contoh:PT. A (dengan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember) membeli mesin dengan biaya perolehan Rp300 juta pada tanggal 1 Januari 2011. Untuk tujuan akuntansi, biaya perolehan mesin disusutkan menggunakan metode garis lurus mulai dari tahun 2011.Nilai tercatat mesin tersebut adalah sebagai berikut:Tanggal 31 Desember 2011: Rp240 jutaTanggal 31 Desember 2012: Rp180 jutaTanggal 31 Desember 2013: Rp120 jutaTanggal 31 Desember 2014: Rp60 jutaTanggal 31 Desember 2015: Rp nolNamun, DPP mesin tersebut adalah sebagai berikut:Tanggal 31 Desember 2011: Rp200 jutaTanggal 31 Desember 2012: Rp100 jutaTanggal 31 Desember 2013: Rp nolPerbandingan antara nilai tercatat dan DPP mesin menghasilkan perbedaan temporer kena pajak berikut:Tanggal 31 Desember 2011: Rp40 juta (Rp240 juta Rp200 juta)Tanggal 31 Desember 2012: Rp80 juta (Rp180 juta Rp100 juta)Tanggal 31 Desember 2013: Rp120 juta (Rp120 juta Rp nol)Tanggal 31 Desember 2014: Rp60 juta (Rp60 juta Rp nol)Tanggal 31 Desember 2015: Rp nol (Rp nol Rp nol)Dengan asumsi tarif pajak sebesar 25%, perbedaan temporer di atas menimbulkan liabilitas pajak tangguhan sebagai berikut:Tanggal 31 Desember 2011: Rp 10 juta (Rp40 juta x 25%)Tanggal 31 Desember 2012: Rp20 juta (Rp80 juta x 25%)Tanggal 31 Desember 2013: Rp30 juta (Rp120 juta x 25%)Tanggal 31 Desember 2014: Rp15 juta (Rp60 juta x 25%)Tanggal 31 Desember 2015: Rp nol (Rp nol x 25%)Perbedaan Temporer yang timbul dari Penyesuaian Nilai WajarPerbedaan temporer yang timbul pada saat DPP aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasikan tidak terpengaruh oleh kombinasi bisnis atau terpengaruh secara terpisah. PSAK 46 mensyaratkan bahwa konsekuensi pajak perbedaan temporer seperti itu wajib diperhitungkan sebagai liabilitas pajak tangguhan atau aset pajak tangguhan. Ini kemudian akan memengaruhi jumlah goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis tersebut (paragraf 19 dan 28c).Perbedaan Temporer yang timbul dari Penilaian KembaliMenurut peraturan perpajakan Indonesia, revaluasi aset tetap dikenai pajak final 10%. Namun, saat ini DJP masih melakukan kajian apakah revaluasi dalam peraturan perpajakan sama dengan model revaluasi dalam PSAK 16 aset tetap. Revaluasi aset tetap dalam perpajakan hanya dapat dilakukan lima tahun sekali dan tidak pernah ada revaluasi menurun. Sedangkan dalam PSAK 16, bila perusahaan menggunakan metode revaluasi maka bisa saja nilai aset bisa naik atau turun setiap kali dilakukan penyesuaian.PSAK 46 mensyaratkan bahwa perbedaan temporer seperti itu diakui sebagai liabilitas atau aset pajak tangguhan. Sebagai contoh, apabila suatu aset dinilai kembali sehingga nilainya lebih besar dan kemudian dijual dengan nilai lebih besar tersebut, timbul penghasilan yang akan dikenakan pajak dan pajak tambahan yang harus dibayar. Di sisi lain, apabila suatu aset dinilai kembali sehingga nilainya lebih kecil dan dipulihkan dengan nilai kecil tersebut, maka pengurangan pajak timbul dan jumlah pajak yang harus dibayarkan berkurang. Dengan demikian, apabila suatu aset dinilai kembali (menjadi lebih besar atau lebih kecil), aset itu memengaruhi tagihan pajak perusahaan di masa depan, dan sesuai dengan prinsip yang pertama, liabilitas/aset pajak tangguhan harus diperhitungkan.

PengukuranPSAK 46 mengatur bahwa liabilitas (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya diukur sebesar jumlah pajak terutang (restitusi pajak) yang dihitung menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal pelaporan (paragraf 48). PSAK 46 lebih lanjut mengatur bahwa liabilitas (aset) pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal pelaporan (paragraf 49).Contoh:Pada bulan November 2012, pemerintah mengumumkan bahwa tarif pajak yang sebelumnya sebesar 28% akan diturunkan menjadi 25%, yang berlaku dari tanggal 1 Januari 2013.PT. A memiliki penghasilan kena pajak sebesar Rp100 juta pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2012. Perbedaan temporer kena pajaknya lebih besar dari Rp50 juta pada tanggal 31 Desember 2011 menjadi Rp60 juta pada tanggal 31 Desember 2012.Dalam contoh ini, utang pajak tahun berjalan adalah sebesar Rp28 juta, yang diukur dengan tarif 28%. Liabilitas pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp15 juta, yang diukur dengan tarif 25%. (liabilitas pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp14 juta (Rp50 juta x 28%).

Ayat jurnal untuk mencatat beban pajak adalah sebagai berikut:Beban PajakRp29 jutaUtang PajakRp28 jutaLiabilitas Pajak TangguhanRp1 jutaBeban pajak yang dikreditkan dalam lapran laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 pun menjadi sebesar Rp29 juta.Dalam laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember 2012, utang pajak tahun berjalan akan dicatat sebesar Rp28 juta (dengan asumsi tidak ada aset atau liabilitas pajak kini yang dikompensasi dari periode sebelumnya) dan liabilitas pajak tangguhan akan dicatat sebesar Rp15 juta.

PenyajianTerdapat dua aspek dalam penyajian, yaitu:1. Penyajian aset (liabilitas) pajak kini dan aset (liabilitas) pajak tangguhan dalam laporan posisi keuangan.Aset pajak dan liabilitas pajak harus disajikan secara terpisah dari aset dan liabilitas lainnya. Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus dibedakaan dari aset dan liabilitas pajak kini. Selain itu, aset dan liabiltas pajak tangguhan harus diklasifikasikan di bagian aset tidak lancar dan liabiltas tidak lancar dalam laporan posisi keuangan. PSAK 46 juga mengatur bahwa aset pajak harus dikompensasi dengan liabilitas pajak. Secara khusus, PSAK 46 mengatur bahwa aset pajak kini saling hapus dengan liabilitas pajak kini jika, dan hanya jika, PT. A memiliki hak formal untuk mengompensasi jumlah yang diakui dan PT. B berniiat melunasi dengan metode neto atau merealisasi aset dan melunasi liabilitas secara bersamaan (paragraf 77). Untuk aset dan liabilitas pajak tangguhan, PSAK 46 mengatur aset pajak tangguhan saling hapus dengan liabilitas pajak tangguhan jika, dan hanya jika, (a) perusahaan memiliki hak formal untuk mengompensasi aset pajak kini dengan liabilitas pajak kini, dan (b) aset dan liabilitas pajak tangguhan berhubungan dengan pajak penghasilan yang dipungut oleh dinas pajak yang sama atau perusahaan kena pajak yang berbeda atau perusahaan kena pajak berbeda yang berniat melunasi dengan metode neto, atau merealisasi aset dan melunasi liabilitas secara bersamaan di setiap periode masa depan ketika jumlah signifikan aset dan liabilitas pajak tangguhan diperkirakan dapat dipulihkan atau dilunasi (paragraf 80).2. Konsekuensi pajak terkait, yang perhitungan transaksi atau kejadiaannya.Sesuai dengan prinsip PSAK 46, perhitungan konsekuensi pajak terkait sama dengan perhitungan transaksi/kejadiannya. Dengan demikian, konsekuensi pajak terkait harus:a) Diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, jika transaksi/kejadianny tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensifb) Diakui secara langsung di luar laba rugi (misalnya, di dalam pendapatan komprehensif lain atau langsung ke ekuitas), jika transaksi/kejadian tersebut diakui di luar laba rugic) Diakui sebagai penyesuaian terhadap goodwill (atau goodwill negatif), jika transaksi/kejadian tersebut timbul akibat kombinasi bisnis.Secara khusus, PSAK 46 mengatur bahwa beban (penghasilan ) pajak yang berhubngan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif (paragraf 83).

PengungkapanUntuk beban penghasilan pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari kegiatan aktivitas normal, PSAK 46 mensyaratkan:a) Pengungkapan beban (penghasilan) pajak dalam laporan laba rugi komprehensif (paragraf 83)b) Pengungkapan unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak secara terpisah, yang mencakup beban (penghasian) pajak kini, beban (penghasilan) pajak tangguhan, over/under provision pada periode sebelumnya, manfaat pajak atau saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan (paragraf 87, 88)c) Pengungkapan penjelasan tentang hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dalam sala satu atau kedua bentuk berikut: (a) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, atau (b) rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dengan tarif pajak yang berlaku, atau keduanya (paragraf 88c)d) Pengungkapan dasar tarif pajak yang berlaku yang digunakan dalam menghitung paragraf 81(c) serta penjelasan tentang perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya (paragraf 88d).Untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan aset pajak tangguhan, PSAK 46 mensyaratkan pengungkapan berikut:a) Jumlah (dan tanggal kadaluwarsa, jika ada) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (termasuk saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi dan penyisihan modal tidak terserap) yang menyebabkan tidak diakuinya aset pajak tangguhan dalam laporan posisi keuangan.b) Jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya, jika (i) penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah ada dan (ii) perusahaan telah mengalami kerugian pada periode berjalan atau periode sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Juan, Ng Eng, Wahyuni, Ersa Tri. 2014. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

PSAK No. 25 Revisi Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK No. 23 Revisi Tahun 2009 tentang Pendapatan

PSAK No. 46 Revisi Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan