provinsi nusa tenggara timur - bi.go.id · diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder...
TRANSCRIPT
Triwulan I - 2010
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I - 2010 |
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Mei 2010 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT 2
Triwulan I - 2010 |
D DDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------- 1
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 3
RINGKASAN EKSEKUTIF -------------------------------------------------------------- 5
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 11
1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 16
BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 22
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 25
2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 26
2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 29
BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 31
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 35
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 36
3.3 KREDIT MKM----------------------------------------------------------------------- 40
3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 41
SISTEM PEMBAYARAN
4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 44
4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 45
4.3 TRANSAKSI KLIRING-------------------------------------------------------------- 46
4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 47
OUTLOOK PEREKONOMIAN
5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 50
5.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 50
| Kajian Ekonomi Regional NTT 3
Triwulan I - 2010 |
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT 4
Triwulan I - 2010 |
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I-2010
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Akselerasi pertumbuhan sektor-sektor penggerak utama mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan IV 2009 lalu. Secara sektoral kontribusi sektor pertanian, perdagangan dan jasa masih tetap dominan. Kinerja sektor pertanian, pada awal tahun umumnya cenderung mengalami tekanan, seiring dengan dimulainya masa tanam komoditi tanaman pangan. Demikian pula sisi penggunaan, meski tumbuh positif pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan diperkirakan juga akan cenderung melambat dibandingkan akhir tahun lalu. Masyarakat berpendapat bahwa pada awal tahun bukan merupakan waktu yang tepat untuk melakukan konsumsi, khususnya untuk barang tahan lama (durable goods). Melemahnya pertumbuhan kedua komponen diatas, ikut memberikan tekanan kepada kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Dari sisi investasi, meskipun berjalan relatif lambat, namun pada triwulan laporan diperkirakan tetap akan mengalami pertumbuhan positif. Sebagian besar kegiatan investasi, diperkirakan masih didominasi oleh investasi fisik. Hal tersebut didasari dengan peningkatan pengiriman barang-barang konstruksi menuju wilayah NTT. Kemudian, sejalan dengan menigkatnya jumlah pengiriman kontainer dari dan keluar Kupang, kinerja ekspor impor selama triwulan laporan diperkirakan tumbuh positif dibandingkan awal tahun lalu. Meningkatnya aktivitas penambangan mangan oleh masyarakat menjadi penggerak utama sumber pertumbuhan ekspor NTT. Sedangkan dari sisi impor, relatif masih didominasi oleh impor barang-barang konsumsi. Oleh karena itu, secara keseluruhan pada triwulan I – 2010, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan sebesar 4,02% (year on year). PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Pergerakan tekanan inflasi pada akhir triwulan I-2010 cenderung mengalami peningkatan. Kondisi akhir tahun, inflasi tahunan NTT tercatat sebesar 6,29% (yoy), sedangkan triwulan I-2010 mencapai 8,71%(yoy). Namun kondisi tersebut relatif dibawah inflasi periode yang sama tahun lalu, yaitu 8,90%. Bila melihat komponen pembentukannya, inflasi Kupang sebesar 9,03% dan Maumere 7,02%. Dengan kondisi geografis NTT yang merupakan provinsi kepulauan, kondisi jalur distribusi memberikan pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu, Maumere dan Kupang termasuk kota yang tingkat inflasinya persisten diatas inflasi nasional. Pergerakan inflasi tahun 2010 sampai dengan triwulan I relatif lebih cepat dibandingkan tahun 2009. Inflasi tahun berjalan NTT sampai dengan Maret tercatat sebesar 3,07% (ytd),
| Kajian Ekonomi Regional NTT 5
Triwulan I - 2010 |
kondisi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 lalu yang hanya sebesar 0,78%. Selama triwulan I, kendala distribusi cukup dominan mempengaruhi tekanan harga pangan. Terganggunya jalur pelayaran, dari dan menuju ke NTT, sejak akhir Desember hingga pertengahan Februari, menghambat pasokan barang untuk NTT. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikan harga pokok pembelian beras, cukup berpengaruh menaikan harga melebihi 15%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Selama triwulan I 2010, peformance perbankan NTT tetap mengalami pertumbuhan positif. Berkembangnya perekonomian NTT membawa pengaruh positif terhadap perkembangan kinerja perbankan. Perkembangan jumlah bank yang membuka kantor cabang di Provinsi NTT meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan hal tersebut, asset perbankan di NTT mengalami kenaikan hingga mencapai 23,25% (yoy). Demikian pula dengan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang menunjukkan perkembangan positif walaupun akselerasinya relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi penyaluran kredit, akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di NTT pada triwulan laporan meningkat hingga 25,89%. Salah satu faktor pendorongnya adalah pertumbuhan kredit investasi, meskipun proporsinya masih relatif kecil. Rasio Loan to Deposit perbankan NTT mencapai 75,34%, relatif cukup tinggi terutama jika melihat kualitas penyaluran kredit yang jauh dibawah batas ketentuan 5%, yaitu 1,96%. Tekanan aktivitas ekonomi selama triwulan I ikut mempengaruhi kinerja sistem pembayaran. Jadi penurunan volume transaksi yang terjadi selama triwulan I adalah dampak dari siklus ekonomi (economic cycle) yang memang cenderung terjadi setiap tahun. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan triwulan IV lalu, namun volume transaksi pembayaran secara tunai maupun non tunai masih relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Transaksi tunai di Kantor Bank Indonesia Kupang mengalami kontraksi, terjadi net inflow sebesar Rp 425,61 miliar. Hal ini menunjukan bahwa selama triwulan I, peredaran uang tunai di masyarakat mengalami penurunan. Jika dibandingkan triwulan IV 2009 lalu, yang terjadi adalah sebaliknya. Dengan nilai net inflow negative Rp 732,93 miliar manandakan bahwa selama triwulan IV uang beredar lebih tinggi. Kondisi serupa terjadi pada transaksi non tunai. Pada triwulan I juga terjadi penurunan, baik yang menggunakan system kliring, maupun dengan system BI – RTGS (Real Time Gross Settlement). Khusus untuk transaksi BI RTGS, penurunan yang terjadi sangat signifikan baik dari sisi volume, maupun nilai nominalnya.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 6
Triwulan I - 2010 |
OUTLOOK Triwulan II 2010
Pada triwulan mendatang, akselerasi pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan I. Pada triwulan II-2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada pada kisaran 4,34% – 4,74%. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dengan kecenderungan membaiknya kondisi ekonomi secara nasional. Kemampuan daya beli masyarakat akan sangat menentukan kinerja konsumsi triwulan mendatang. Indeks keyakinan dan ekspektasi konsumen cenderung optimisi, sehingga menjadi salah satu sentimen positif. Secara sektoral, triwulan II diperkirakan akan menjadi periode puncak masa panen untuk komoditi subsektor tanaman pangan.
Dari sisi inflasi, diperkirakan pada akhir triwulan II mendatang berada
pada kisaran 8,93% - 9,43% (yoy). Atau dengan kata lain bila sampai dengan triwulan I lalu inflasi year to date Kupang sebesar 3,25%, maka pada akhir triwulan II diproyeksikan akan mulai bergerak naik dikisaran 3,52% - 4,00% (ytd). Pada triwulan II mendatang, diperkirakan tekanan masih akan bersumber dari kelompok bahan makanan dan transportasi. Tekanan terhadap harga komoditi pangan diperkirakan masih mungkin berlanjut, sebagai dampak keputusan pemerintah untuk menaikan harga eceran tertinggi pembeliaan pupuk per bulan April. Kemudian, pertengahan tahun merupakan periode musim liburan sekolah. Kondisi tersebut diperkirakan dapat mendorong kenaikan volume penumpang angkutan udara. Meningkatnya permintaan akan menyebabkan harga bergerak naik. Yang terakhir, dimulainya tahun ajaran baru, biaya pendidikan diperkirakan akan ikut menjadi salah satu penyumbang inflasi selama triwulan II.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 7
Triwulan I - 2010 |
Laju Inflasi Tahunan (yoy)
- Kupang 3.64% 6.02% 6.49% 9.03%
- Maumere 5.61% 2.45% 5.22% 7.02%
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)** 2,899.97 3,019.37 3,147.72 2,958.24
- Pertanian 1,158.99 1,139.37 1,158.05 1,207.64
- Pertambangan dan Penggalian 37.92 39.15 40.55 37.53
- Industri Pengolahan 44.20 45.82 47.38 44.54
- Listrik, gas dan air bersih 11.15 11.96 12.47 11.15
- Bangunan 181.59 192.56 201.62 181.53
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 472.93 505.60 531.43 482.91
- Pengangkutan dan komunikasi 216.79 222.56 231.11 218.80
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 104.97 113.25 117.15 103.25
- Jasa 671.42 749.10 807.95 670.89
Pertumbuhan PDRB (yoy) 3.24% 2.64% 4.14% 4.02%
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 9.10 7.59 5.75 3.47
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 21.06 49.97 9.55 42.16
Nilai Impor Nonmigas (USD ratus ribu) 79.70 19.67 4.51 0.98
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.37 0.10 0.03 0.13
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 211.99 277.05 278.28 577.15
Outflow (miliar Rp) 523.52 408.91 1,011.20 151.53
Netflow (miliar Rp) -311.53 -131.85 -173.08 -425.61
MRUK (miliar Rp) 46.82 74.79 76.99 231.16
Uang Palsu (ribu Rp) 400 900 250 1,870
Nominal RTGS (miliar Rp) 105.73 16.81 134.05 2.70
Nominal Kliring (miliar Rp) 373.10 402.14 474.59 397.29
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3) Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Februari 2010 *
4) **) Angka Proyeksi BI
Tw.I-10
TABE L INDIKATOR E K ONOMI TE RP IL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR
Tw.IV-09Tw.III-09Tw.II-09INDIKATOR
INFLASI DAN PDRB
| Kajian Ekonomi Regional NTT 8
Triwulan I - 2010 |
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 10.32 10.99 11.74 11.85
DPK (Rp Triliun) 8.82 9.01 9.12 9.24
- Tabungan (Rp Triliun) 4.03 4.19 5.14 4.48
- Giro (Rp Triliun) 2.81 2.79 2.03 2.50
- Deposito (Rp Triliun) 1.99 2.09 1.95 2.25
Kredit (Rp Triliun) 6.06 6.46 6.66 6.95
- Modal Kerja 1.66 1.79 1.78 1.72
- Konsumsi 4.20 4.46 4.64 4.94
- Investasi 0.20 0.22 0.24 0.30
LDR 68.67% 71.71% 73.07% 75.34%
NPLs 1.73% 1.83% 2.10% 1.96%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 6.00 6.38 6.38 6.66
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 84.02 102.08 109.13 118.61
DPK (Rp Miliar) 52.08 67.66 71.48 81.94
- Tabungan (Rp Miliar) 23.15 29.38 31.76 35.99
- Deposito (Rp Miliar) 28.93 38.28 39.72 45.95
Kredit (Rp Miliar) 67.97 79.47 87.60 93.82
- Modal Kerja 37.12 42.52 43.30 41.56
- Konsumsi 26.86 31.88 37.99 42.72
- Investasi 3.99 5.07 6.31 9.55
Kredit UMKM (Rp Miliar) 67.97 79.47 87.60 93.82
Rasio NPL Gross 3.12% 3.63% 3.96% 4.98%
LDR 130.51% 117.46% 122.55% 114.51%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
Tw.I-10
TABE L INDIKATOR E K ONOMI TE RP IL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR
Tw.III-09INDIKATOR Tw.IV-09Tw.II-09
| Kajian Ekonomi Regional NTT 9
Triwulan I - 2010 |
BBB AAA BBB III
MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Laju pertumbuhan kinerja ekonomi triwulan I, diindikasikan
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada
triwulan laporan, perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 4,02% (year on year),
sementara pada triwulan sebelumnya sedikit lebih tinggi dengan 4,14% (year on
year). Perlambatan laju pertumbuhan pada triwulan I 2010, disebabkan oleh
melambatnya akselerasi pertumbuhan sektor-sektor penggerak utama. Demikian
pula dari sisi penggunaan, konsumsi sebagai penopang utama meski tumbuh
positif, namun relatif menurun. Secara sektoral kontribusi sektor pertanian,
perdagangan dan jasa masih tetap dominan.
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Struktur Sisi Penawaran
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan Tabel 1.1 Perkembangan PDRB NTT
II III IV I*PDRB (miliar) 2,899.97 3,019.37 3,147.72 2,958.24
y-o-y 3.24% 2.64% 4.14% 4.02%
q-t-q 1.97% 4.12% 4.25% -6.02%
NTT2009 2010
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber : Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT 10
Triwulan I - 2010 |
1.1 Sisi Permintaan
Grafik 1.4 Sumbangan PenggunaanTabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan
Konsumsi menjadi penopang kegiatan ekonomi. Selain
kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam mendukung laju
pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth). Dari sisi investasi,
walaupun belum signifikan namun tetap menunjukan perkembangan positif.
Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor), pertumbuhan ekspor diperkirakan
relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan pertumbuhan
impor diperkirakan akan mengalami penurunan sejalan dengan melambatnya
kegiatan konsumsi domestik.
1. Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi cenderung
melambat, meskipun tetap positif.
Selama triwulan I 2010, konsumsi secara
keseluruhan, baik rumah tangga swasta, dan
pemerintah diperkirakan tumbuh 3,71%
(yoy). Kondisi tersebut relatif lebih rendah
jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 3,96% (yoy). Kinerja konsumsi
sangat dipengaruhi aktivitas konsumsi rumah tangga. Dari 4,02% pertumbuhan
triwulan I, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 0,86%.
Selama triwulan I 2010, masyarakat diperkirakan masih cenderung
menahan aktivitas konsumsi. Hal tersebut tercermin dari persepsi masyarakat
yang cenderung pesimis di awal tahun 2010, sehingga berdampak terhadap
indeks keyakinan konsumen yang sempat terkoreksi dari 113,58 pada Januari
menjadi 108,92 di bulan Februari lalu. Masyarakat berpendapat bahwa pada
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI Sumber : Proyeksi BI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; *) Proyeksi BI
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
Permintaan(miliar) II III IV I*
Konsumsi 3,254 3,387 3,530 3,166
Investasi 400 424 444 397
Ekspor 880.13 980.93 1,002.35 855.46
Impor 1,735 1,930 1,940 1,538
Perubahan stok 101 157 111 78
PDRB 2,900 3,019 3,148 2,958
2009 2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
Triwulan I - 2010 |
awal tahun bukan merupakan waktu yang tepat untuk melakukan konsumsi,
khususnya untuk barang tahan lama (durable goods). Selain itu, sebagian besar
tenaga kerja di NTT, bergerak pada sektor pertanian. Selama triwulan I,
merupakan periode masa tanam, khususnya untuk subsektor tabama. Akibatnya
sebagian besar petani masih belum memperoleh penghasilan. Hal tersebut
secara otomatis ikut berpengaruh terhadap kinerja konsumsi, khususnya rumah
tangga.
Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan NTP
Sumber : Sumber : www.bps.go.id KBI Kupang
Pembiayaan perbankan menjadi salah satu pendukung kegiatan
konsumsi. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT sampai
dengan akhir triwulan laporan mencapai Rp 4,94 triliun, tumbuh 27,21% dan
masih menjadi porsi terbesar dalam pembiayaan perbankan, yaitu 71,05%.
meski akselerasinya cenderung melambat. Selain itu, kegiatan konsumsi juga
didukung oleh tren membaiknya sebagian besar pendapatan masyarakat NTT,
yang sebagian besar bekerja pada
sektor pertanian, tercermin dari indeks
Nilai Tukar Petani yang terus
mengindikasikan perkembangan
positif. Meningkatnya kinerja konsumsi
sebesar 3,71% (yoy), juga
diindikasikan dari meningkatnya
penggunaan listrik rumah tangga jika
dibandingkan tahun 2009 lalu.
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Sumber : PLN wil NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
Triwulan I - 2010 |
2. Investasi
Kegiatan investasi diperkirakan juga mengalami perlambatan
akselerasi. Pada triwulan I-2010, diproyeksikan akan terjadi pertumbuhan
investasi sebesar 1,90% (year on year), relatif lebih lambat dibandingkan
triwulan lalu yang mencapai 3,55%. Ekspektasi positif pelaku dunia usaha
terhadap situasi bisnis menjadi salah satu pendukung utama peningkatan
kegiatan investasi pada awal tahun 2010. Perkembangan positif kegiatan
usaha/bisnis di NTT juga tercermin dari perkembangan jumlah pelanggan listrik
sektor bisnis yang terus mengalami peningkatan.
Grafik 1.12 Pegiriman Barang Konstruksi
Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.10 Konsumsi Semen NTT
Sumber : ASI Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.11 Kredit Investasi
Grafik 1.9 Perkembangan Investasi
Sumber : KBI Kupang
Kegiatan investasi fisik diperkirakan masih mendominasi. Secara
khusus, investasi bangunan yang tercermin dari tingkat konsumsi semen selama
triwulan I 2010 yang tumbuh signifikan. Demikian halnya dengan tren impor
bahan konstruksi yang dilakukan lewat Pelabuhan Tenau Kupang, dimana
terjadi peningkatan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2009 lalu. Dari
sisi pembiayaan, perkembangan kredit investasi setiap tahun tetap mengalami
ekspansi. Meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan total kredit
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
Triwulan I - 2010 |
yang disalurkan. Pada akhir triwulan I 2010, outstanding kredit investasi tumbuh
80,46% (yoy), atau menjadi Rp 295,67 miliar dari Rp 163,84 miliar. Faktor
keterbatasan infrastruktur maupun aspek kepastian hukum diperkirakan menjadi
penghambat laju investasi, khususnya investasi swasta. Pasokan listrik untuk
beberapa wilayah relatif masih belum memadai. Sampai saat ini sedang
dilaksanakan pengembangan jaringan, dan diperkirakan baru akan selesai
antara 2010 – 2011 (proyek 10 ribu MW). Terkait masalah kepastian hukum,
pemerintah daerah telah melakukan langkah positif dengan membentuk Kantor
Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu Pintu (KP2TSP) yang mulai disosialisasikan
pada akhir 2009 (semacam one stop service).
3. Net Ekspor
Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan aktivitas
konsumsi, diperkirakan kegiatan impor juga mengalami kondisi yang
sama. Pada triwulan laporan diperkirakan impor tumbuh 4,88% (yoy). Hal
tersebut tercermin dari meningkatnya volume bongkar peti kemas di Pelabuhan
Tenau Kupang jika dibandingkan tahun lalu. Melambatnya aktivitas impor,
khususnya impor antarpulau diperkirakan para importir telah melakukan
antisipasi peningkatan persediaan barang (stok) pada triwulan sebelumnya,
mengingat pada awal tahun kondisi cuaca dan gelombang laut yang besar
sehingga mengganggu aktivitas pelayaran laut.
.
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.14 Bongkar Muat Kargo Grafik 1.13 PDRB Ekspor Impor
Sumber : Pelindo Tenau
Kegiatan ekspor NTT, diperkirakan selama triwulan I akan tumbuh
sebesar 5,60% (yoy). Aktivitas ekspor selama triwulan I diperkirakan didukung
oleh pengiriman hasil tambang batu-batuan (marmer, mangan) ke negara Asia,
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
Triwulan I - 2010 |
khususnya Cina dan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang umumnya
dikirim ke Timor Leste. Dalam konsep PDRB, ekspor dan impor merupakan
transaksi barang dan jasa antar daerah maupun luar negeri (internasional).
Tingkat ketergantungan yang sangat tinggi pada pasokan barang dari
perdagangan antarpulau, mengakibatkan struktur impor didominasi oleh impor
antar daerah. Kendala operasional khususnya alat transportasi laut yang belum
memadai menjadi salah satu penyebab kegiatan ekspor luar negeri barang-
barang asal NTT, sebagian besar tidak
dilakukan melalui pelabuhan di NTT.
Minimnya produksi sumber daya alam asal
NTT yang dijual ke luar daerah tercermin
dari kondisi bongkar muat di Pelabuahan
Tenau yang sebagian besar didominasi
oleh aktivitas bongkar (unloading). Bahkan
sebagian besar kontainer yang digunakan
untuk mengirim barang ke NTT, dikirim
kembali dalam kondisi kosong. Dalam beberapa tahun terakhir, sejalan dengan
tumbuhnya aktivitas penambangan mangan, volume ekspor NTT sudah relatif
mengalami perkembangan positif.
Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan I sebesar 42,16 ribu
ton (sampai Februari). Sebagian besar ditujukan ke negara di kawasan Asia.
Dari 42,16 ribu ton total volume ekspor tersebut, 22,85 ribu ton ditujukan ke
Cina. Jenis komoditi yang paling dominan adalah bahan-bahan hasil galian
(batu-batuan, mangan), sedangkan 18,87 ribu ton di kirim menuju Timor Leste,
yang umumnya merupakan bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari.
Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.17 Tujuan Ekspor NTT Grafik 1.16 Tujuan Ekspor NTT
Grafik 1.15 Arus Peti Kemas NTT
Sumber : EDW DSM BI Sumber : EDW DSM BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Triwulan I - 2010 |
1.2 Sisi Penawaran
Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran Grafik 1.18 Sumbangan Pertumbuhan
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih
dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu
: sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran
pada triwulan laporan. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang
79,83% angka PDRB pada triwulan I-2010. Pertumbuhan ekonomi triwulan
laporan sebesar 4,02% dipengaruhi oleh kontribusi ketiga sektor tersebut
masing-masing sebesar 1,45% untuk sektor pertanian, 0,68% sektor jasa, dan
0,78% sektor perdagangan, hotel dan restoran.
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan I diperkirakan melambat.
Pada triwulan laporan, pertumbuhan sektor pertanian diproyeksikan sebesar
3,52% (year on year), relatif menurun dibandingkan dengan akselerasi pada
triwulan sebelumnya sebesar 3,81% (year on year). Bahkan jika dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,04%,
terjadi perlambatan yang cukup signifikan. Penyebab utama melambatnya laju
Sumber : BPS Provinsi NTT diolahKet ; **) Proyeksi BI Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.19 Perkembangan Pertanian Grafik 1.20 Perkiraan Produksi Padi
Penawaran
miliar II III IV I*Pertanian 1,159 1,139 1,158 1,208
Pertambangan 38 39 41 38
Industri Pengolahan 44 46 47 45
Listrik,Gas dan Air 11 12 12 11
Bangunan (konstruksi) 182 193 202 182
Perdagangan & Hotel 473 506 531 483
Transportasi & Komunikasi 217 223 231 219
Keuangan dan Persewaan 105 113 117 103
Jasa-jasa 671 749 808 671
PDRB 2,900 3,019 3,148 2,958
2009 2010
Sumber : BPS Provinsi NTT diolahKet ; **) Proyeksi BI
Sumber : BPS NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Triwulan I - 2010 |
pertumbuhan sektor pertanian selama triwulan I, dikarenakan kontraksi pada
subsektor tanaman pangan. Melambatnya subsektor tanaman pangan, semata-
mata disebabkan karena faktor musiman, dimana pada periode triwulan I
merupakan masa tanam untuk komoditi
tabama. Menurut angka ramalan
(ARAM) BPS NTT, produksi padi tahun
2010 diperkirakan relatif sedikit lebih
tinggi dari realisasi tahun 2009 (ASEM),
dari 193.861 ha menjadi 194.036 ha.
Menurunnya laju pertumbuhan subsektor
tanaman pangan di NTT, diindikasikan
sebagai salah satu pengaruh cuaca yang
relatif kurang mendukung (badai elnino). Bahkan di beberapa kabupaten,
potensi gagal panen akibat kurangnya pasokan air sudah mulai dirasakan
(BOKS).
Grafik 1.21 Kredit Sektor Pertanian
Sumber : BI Kupang
Selain itu faktor keterbatasan modal juga relatif menjadi kendala
berkembangnya sektor pertanian di NTT. Hal ini sejalan dengan kondisi
penyaluran pembiayaan perbankan NTT pada sektor pertanian yang relatif kecil.
Outstanding kredit sektor pertanian hanya 1,38 % dari Rp 6,95 triliun, atau
setara dengan Rp 23,96 miliar.
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat. Namun demikian
pertumbuhan sektor PHR pada awal tahun 2010 diperkirakan cenderung
melambat, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ataupun kondisi
tahun lalu. Sub sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 90%
terhadap kinerja sektor PHR. Hubungan antar provinsi NTT dengan provinsi
lainnya yang relatif erat (IRIO 2000), dalam rangka pemenuhan kebutuhan
sehari-hari menjadi insentif bagi sektor ini. Pada triwulan laporan, sektor PHR
diperkirakan tumbuh 4,81% (year on year), sedangkan triwulan IV 2009 lalu
tumbuh hingga 5,05%. Dengan struktur tenaga kerja NTT yang didominasi pada
sektor pertanian, maka menurunnya kinerja sektor pertanian akan berimbas
kepada sektor lainnya, termasuk sektor PHR. Meskipun indeks NTP menunjukan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Triwulan I - 2010 |
tren positif, pada triwulan I petani NTT umumnya belum memperoleh hasil
panen, sehingga aktivitas konsumsi belum terlalu optimal. Dampaknya kinerja
sektor PHR juga ikut mengalami perlambatan. Selain itu pada triwulan I, realisasi
proyek pemerintah sebagai salah satu stimulan perekonomian, relatif belum
terealisasi.
Secara umum, situasi bisnis di Kota Kupang relatif masih
mendukung. Perkembangan tersebut, tercermin dari pertumbuhan jumlah
pelanggan listrik untuk kategori sektor bisnis yang terus mengalami
peningkatan. Hal ini sejalan dengan
semakin bertambahnya jumlah ruko
sebagai tempat usaha yang beroperasi.
Pertumbuhan sektor PHR juga tidak
terlepas dari dukungan pembiayaan
perbankan. Kredit perbankan untuk
sektor PHR sebesar 24,32% dari total
outstanding secara keseluruhan, atau
setara dengan Rp 1,19 triliun pada akhir Maret 2010. Pada umumnya
pemanfaatan kredit di sektor PHR adalah untuk keperluan modal kerja.
Grafik 1.22 Perkembangan PHR
Sumber : BI Kupang Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; *) Proyeksi BI
Grafik 1.24 Konsumsi Listrik Bisnis
Grafik 1.23 Kredit Sektor PHR
Sumber : PLN Wilayah NTT
3. Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa diperkirakan masih ditopang oleh jasa
pemerintahan. Pertumbuhan selama triwulan I-2010 diperkirakan mencapai
2,97%(yoy), relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan triwulan IV lalu.
Kontribusi sektor jasa terhadap pembentukan PDRB triwulan I-2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
Triwulan I - 2010 |
diproyeksikan mencapai 22,68%. Pada triwulan I, umumnya aktivitas pada jasa
pemerintahan belum begitu optimal. Pada awal tahun, sebagian besar proyek
pemerintah cenderung masih dalam
proses tender, baru mulai meningkat
pada triwulan II. Aktivitas sektor jasa
pemerintahan, juga tercermin dari
perkembangan kondisi arus dana milik
pemerintah yang ada di perbankan NTT,
dimana pada triwulan IV umumnya baru
mulai terjadi penurunan, yang berarti
realisasi pembayaran sebagian besar
dilakukan pada akhir tahun.
4. Sektor lainnya
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.30 PDRB Bangunan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolahKet ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.29 PDRB Transportasi & Komunikasi
Grafik 1.25 PDRB Sektor Jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Dari 6 sektor ekonomi lainnya, sektor transportasi dan
komunikasi, serta sektor bangunan relatif memberikan kontribusi yang
dominan. Pada triwulan I 2010, diperkirakan kontribusi kedua sektor tersebut
masing-masing sebesar 7,40% dan 6,14%. Sebagai provinsi kepulauan, peran
transportasi baik laut maupun udara menjadi sangat vital. Pada triwulan I 2010,
sektor transportasi diperkirakan tumbuh 6,89% (yoy), mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009. Bertambahnya frekuensi
penerbangan di wilayah NTT menjadi faktor pendukung utama. Dari sektor
bangunan, jumlah konsumsi semen selama triwulan I 2010, meningkat cukup
signifikan dibandingkan sepanjang tahun 2009 lalu. Hal tersebut menjadi salah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
Triwulan I - 2010 |
satu indikator peningkatan kinerja sektor bangunan. Sementara itu, volume
pengiriman barang konstruksi, seperti besi beton dan kayu potongan juga relatif
lebih tinggi jika dibandingkan triwulan I 2009. Oleh karena itu, selama triwulan
laporan diperkirakan sektor bangunan tumbuh 3,65% (yoy).
Grafik 1.31 Konsumsi Semen NTT Grafik 1.32 Impor Barang Konstruksi
Sumber : Pelindo Kupang
Sumber : ASI
Dukungan pembiayaan perbankan pada sektor bangunan juga
masih positif. Pertumbuhan outstanding kredit pada akhir triwulan laporan
mencapai 72,98%, atau dari Rp 69,35 miliar menjadi Rp 119,95 miliar. Kinerja
sektor bangunan juga relatif dipengaruhi oleh kinerja keuangan pemerintah
daerah. Proyek pembangunan fisik yang dibiayai perbankan sebagian
merupakan proyek pemerintah.
Sektor Listrik dan Air Bersih sebagai supporting ikut terdongkrak
seiring meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan
I-2010, kinerja sektor ini diindikasikan
mengalami ekspansi sebesar 6,47%
(yoy). Hal ini sejalan dengan tingkat
konsumsi (kwh) seluruh pelanggan PLN
maupun jumlah pelanggan yang
cenderung mengalami peningkatan.
Peningkatan kapasitas daya yang terus
diupayakan oleh pihak PLN, lewat
berbagai investasi infrastruktur, diperkirakan akan mulai selesai pada
pertengahan tahun ini, atau awal 2011 mendatang. Hal tersebut memberikan
sentimen positif bagi sektor industri yang memerlukan pasokan energi listrik
Grafik 1.33 Konsumsi Listrik NTT
Sumber : PLN wilayah NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Triwulan I - 2010 |
yang memadai, sehingga pada triwulan I disinyalir mampu tumbuh 7,55% (yoy),
meskipun masih didominasi industri skala menengah ke bawah. Kemudian,
maraknya aktivitas penambangan tradisional bahan galian jenis batu-batuan
sebagai bahan pendukung kegiatan konstruksi, berdampak terhadap
peningkatan kinerja sektor pertambangan. Ditambah dengan kegiatan
penambangan tradisional logam mangan sejak beberapa tahun terakhir,
menjadi penggerak utama sektor pertambangan yang pada triwulan laporan
diindikasikan tumbuh 4,49% (yoy).
Peran sektor keuangan, khususnya perbankan dalam mendukung
perekonomian juga relatif menunjukan peningkatan. Sebagai penggerak
utama sektor keuangan, persewaan, dan jasa, sampai dengan akhir triwulan I-
2010 menunjukan perkembangan positif. Bahkan potensi NTT memberikan daya
tarik tersendiri bagi lembaga perbankan. Salah satu bukti nyata adalah jumlah
bank yang beroperasi terus mengalami pertumbuhan. Sampai dengan bulan
Maret 2010, asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 23,25%;y-o-y.
Sejalan dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga
mengalami perkembangan yang positif dengan 11,63%;y-o-y. Sementara dari
segi pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT tumbuh
25,89%;y-o-y. Bahkan, tingkat penyaluran kredit yang diberikan dibandingkan
dengan dana pihak ketiga yang dihimpun (rasio LDR) telah menembus level
75,34%. Didukung dengan kualitas kredit yang masih dibawah batas
rekomendasi yaitu 1,96%.
Tabel 1.4 Perkembangan Indikator Perbankan
indikator
utama I II III IV I
Aset (miliar) 9,610.96 10,321.05 10,994.03 11,741.12 11,845.82
y-o-y aset 15.53% 20.77% 15.33% 18.10% 23.25%
Kredit (miliar) 5,524.35 6,059.12 6,463.72 6,663.13 6,954.66
y-o-y kredit 28.67% 25.84% 23.39% 23.29% 25.89%
DPK (miliar) 8,268.80 8,823.98 9,013.42 9,119.13 9,230.52
y-o-y DPK 15.45% 18.64% 14.28% 13.92% 11.63%
LDR 66.81% 68.67% 71.71% 73.07% 75.34%
NPL 1.61% 1.73% 1.83% 2.10% 1.96%
2009 2010
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
Triwulan I - 2010 |
DAMPAK KEKERINGAN DAN ANCAMAN RAWAN PANGAN
DI PROVINSI NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah kepulauan dengan
luas perairan mencapai 200.000 km2 dan luas daratan seluruhnya 47.347,9
km2 yang sebagian besar atau 96,5% berupa lahan kering dan lahan basah
sekitar 3,5%. Secara klimatologis, NTT tergolong ke dalam daerah semi-
arid dengan curah hujan yang rendah. Musim hujan dan bulan basah
umumnya berlangsung pendek, yaitu sekitar 3 (tiga) sampai 4 (empat)
bulan dan bulan kering berlangsung antara 6 (enam) sampai 9 (sembilan)
bulan.
Lahan pertanian terdiri dari lahan basah/sawah dan lahan kering.
Potensi lahan sawah seluas 262.407 ha dan yang difungsikan seluas
127.208 ha atau 48,48%, sementara potensi lahan kering seluas
1.528.258 ha dan yang difungsikan seluas 689.112 ha atau 45,09%
(sumber : Distanbun NTT). Sentra produksi padi NTT terdapat di Kabupaten
Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Rote Ndao,
Kupang, Sumba Timur, Sumba Barat Daya dan Nagekeo dengan
produktivitas hasil padi sawah rata-rata sebanyak 3,6 ton/ha dan padi
ladang sebanyak 2,1 ton/ha. Sedangkan sentra produksi jagung terdapat di
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Belu, Kupang, Timor Tengah Utara,
Sumba Barat Daya dan Sumba Timur dengan produktivitas rata-rata 2,5
ton/ha.
Tahun 2009, jumlah produksi padi di NTT mencapai 610.970 ton
(angka sementara) yang menghasilkan sekitar 343.850 ton beras. Dengan
konsumsi pangan perkapita perbulan penduduk NTT sebesar 8,54 kg
(sumber : Susenas 2008) maka kebutuhan beras masyarakat NTT
diperkirakan sebesar 467.460 ton. Oleh karena itu, pada tahun 2009
terdapat kekurangan pasokan beras sebanyak 123.610 ton.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
BOKS
Triwulan I - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
2008 2009* 2008 2009* 2008 2009*
Padi 189.217 195.815 590.052 610.970 3,12 3,12
Jagung 269.215 250.282 676.044 637.393 2,51 2,55
Ubi Kayu 78.957 90.481 928.974 956.195 11,77 10,57
Ubi Jalar 12.543 12.426 107.316 99.974 8,56 8,05
Kedelai 2.330 2.055 2.304 2.138 0,99 1,04
Kacang Tanah 21.865 18.288 25.678 22.291 1,17 1,22
Kacang Hijau 23.576 21.675 23.392 18.356 0,99 0,85
KomoditiLuas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah produksi beberapa komoditi
pokok mengalami penurunan. Fenomena iklim El-nino membawa dampak
terjadinya kekeringan di beberapa wilayah NTT yang disebabkan oleh
rendahnya intensitas dan frekuensi curah hujan serta pendeknya rentang
waktu musim hujan. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya gagal
panen di beberapa Kabupaten. Hasil sementara data luas kerusakan atau
gagal panen ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Kec Desa Padi Jagung Kacang Ubi
TTS 9 46 417 5.075
Flores Timur 7 46 306 836 8
Ende 6 10 108 99 2 53
Nagekeo 4 4 189 573
Sumba Timur 22 156 3.387 19.712
Sikka 12 1.249 4.153 261 112
Manggarai Timur 1 323 364
Jumlah 61 262 5.979 30.812 263 173
Luas Kerusakan (ha)Kabupaten/Kota
Jumlah
Wilayah yang menderita gagal panen terparah adalah Kabupaten
Sumba Timur dengan tingkat kerusakan lahan pertanian mencapai 23.099
ha. Hal ini sejalan dengan hasil pendataan kerawanan pangan yang
menggunakan instrumen analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SPKG) oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Provinsi NTT,
dimana Sumba Timur dan Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan daerah
yang masuk dalam kategori resiko tinggi.
Sumber : Distanbun NTT
Sumber : BKPP NTT
Triwulan I - 2010 |
Data sementara kondisi
gagal panen di beberapa
wilayah mengakibatkan
terjadinya penurunan
produksi, khususnya untuk
padi sebesar 18.654 ton atau
3,05% dari jumlah produksi
tahun 2009 dan untuk
komoditi jagung sebesar
78.571 ton atau 12,33%. Menurunnya jumlah produksi tersebut
berimplikasi pada ketersediaan pangan khususnya beras dan jagung untuk
wilayah NTT yang semakin menurun masing-masing sebesar 10.499 ton
dan 66.068 ton. Secara detail, penurunan produksi beras dan jagung di
beberapa wilayah NTT akibat gagal panen dapat dilihat pada grafik.
Dengan menggunakan asumsi luas lahan pertanian dan kebutuhan
konsumsi masyarakat tahun 2009, maka pada tahun 2010 NTT
diperkirakan mengalami kekurangan pasokan beras minimal sebesar
134.109 ton atau meningkat sebesar 8,49% dibandingkan tahun 2009
sebesar 123.610 ton. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, pengusaha
sebagian besar mendatangkan dari Surabaya, Makassar dan NTB. Kondisi
ini akan berdampak pada semakin tingginya tingkat ketergantungan NTT
terhadap wilayah lain serta dapat dimanfaatkan oleh pengusaha untuk
mengambil keuntungan (profit taking) dengan menahan harga beras tetap
pada level yang tinggi.
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi
ancaman rawan pangan antara lain dengan membentuk tim untuk
melakukan pemantauan dan pendataan terhadap ketahanan pangan dan
resiko ketahanan pangan. Selain itu, Menko Kesra dan Bulog telah
meninjau langsung kondisi kekeringan dan rawan pangan di Sumba Timur
pada tanggal 17 April 2010. Dari kunjungan tersebut Menko Kesra
menginstruksikan untuk menambah alokasi beras cadangan pangan
masing-masing 100 ton khusus untuk semua kabupaten di wilayah Sumba.
Sedangkan dari BULOG telah menyiapkan stok sebanyak 48.860 ton yang
diperkirakan cukup untuk kebutuhan 3 (tiga) bulan kedepan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
Sumber : BKPP NTT diolah
Grafik 1. Penurunan Ketersediaan Komoditi
Triwulan I - 2010 |
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
2.1 Kondisi Umum
Pergerakan tekanan inflasi pada triwulan I-2010 cenderung
mengalami peningkatan. Apabila dibandingkan dengan kondisi akhir tahun
2009, inflasi tahunan NTT tercatat sebesar 6,29% (yoy), sedangkan triwulan I-
2010 mencapai 8,71%(yoy). Namun kondisi tersebut relatif dibawah inflasi
periode yang sama tahun lalu, yaitu 8,90%. Pada triwulan I inflasi Kupang
sebesar 9,03% dan Maumere 7,02%. Sedangkan inflasi tahun berjalan NTT
sampai dengan Maret tercatat sebesar 3,07% (ytd), kondisi tersebut jauh lebih
tinggi dibandingkan tahun 2009 lalu yang hanya sebesar 0,78%. Hal ini
menunjukan bahwa akselerasi tekanan inflasi pada awal tahun 2010 relatif lebih
tinggi dibandingkan tahun 2009 lalu.
Selama triwulan I, tekanan paling dominan berasal dari kelompok
bahan makanan. Inflasi tahunan untuk kelompok bahan makanan pada akhir
triwulan I tercatat sebesar 19,73%, diikuti dengan kelompok makanan jadi dan
kelompok transportasi, masing-masing sebesar 9,94% dan 7,86%. Selama
triwulan I, tekanan paling besar terjadi pada bulan Januari. Kondisi cuaca yang
kurang mendukung, ditambah lagi dengan penyesuaian harga, khususnya harga
pangan berdampak terhadap pergerakan inflasi selama triwulan I. Menurut hasil
survei Bank Indonesia Kupang, umumnya kenaikan harga terjadi apabila terjadi
kenaikan harga pokok pembelian, biaya overhead, biaya tenaga kerja serta biaya
distribusi. Sebagian besar komponen tersebut, umumnya meningkat di awal
tahun (BOKS).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25
Triwulan I - 2010 |
Dibandingkan dengan nasional, inflasi di NTT relatif masih lebih
tinggi. Inflasi nasional pada triwulan I-10 hanya berada pada level 3,43%.
Dengan kondisi geografis NTT yang merupakan provinsi kepulauan, kondisi jalur
distribusi memberikan pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu, Maumere dan
Kupang termasuk kota yang tingkat inflasinya persisten diatas inflasi nasional.
Dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pasokan barang dari luar
daerah, maka pergerakan harga di luar wilayah NTT akan ikut menaikan harga
di NTT.
Tabel 2.2 Inflasi NTT yoy
2.2 Inflasi Kota Kupang
Inflasi Kupang pada triwulan I mengalami peningkatan. Pada
triwulan I tercatat sebesar 9,03%, sedangkan triwulan IV-2009 lalu hanya
sebesar 6,49%. Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan I tahun
2009 lalu, tahun 2010, relatif masih lebih tinggi. Inflasi Kupang selama triwulan
I, paling dominan terjadi pada bulan Januari. Hal tersebut tercermin dari inflasi
bulanan (mtm) yang terjadi. Sedangkan di bulan Februari dan Maret inflasi
terkoreksi cukup dalam dari 3,08% menjadi 0,32% dan deflasi 0,16%.
Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
I II III IV IUMUM 8.90% 3.95% 5.47% 6.29% 8.71%BAHAN MAKANAN 10.79% 8.26% 13.86% 17.21% 19.73%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 14.20% 12.14% 13.69% 10.56% 9.94%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 12.52% 2.95% 1.25% -0.65% -0.92%SANDANG 6.51% 3.28% 4.57% 8.13% 6.36%KESEHATAN 5.80% 5.11% 2.20% 1.58% 3.18%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.62% 2.84% 2.11% 5.74% 5.53%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -1.15% -7.64% -4.92% -2.67% 7.86%
KOMODITI 2009 2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Triwulan I - 2010 |
Selama triwulan I, inflasi bulanan yang terjadi dipengaruhi oleh
kelompok makanan dan transportasi. Pada bulan Januari, kendala distribusi
praktis berdampak terhadap seluruh harga komoditi pangan. Terganggunya
jalur pelayaran, dari dan menuju ke NTT, sejak akhir Desember hingga
pertengahan Februari, menghambat pasokan untuk NTT. Hal tersebut praktis
mengakibatkan kenaikan harga komoditi pangan.
Komoditi yang paling berperan dalam menyumbang
pembentukan inflasi selama triwulan I, adalah beras. Pergerakan harga
beras sejak bulan Desember lalu memang terus menunjukan peningkatan, dan
baru berangsur-angsur stabil pada bulan Maret. Harga beras melonjak sekitar
24%, dari Rp 5.000/kg menjadi lebih dari Rp 6.500/kg. Selain permasalahan dari
sisi suplai, kenaikan harga beras tersebut juga tidak terlepas dari efek psikologis
pasar akibat keputusan pemerintah untuk menaikan harga pokok pembelian
gabah kering petani dari Rp 2.800/kg menjadi Rp 3.080/kg. Selain beras,
kenaikan cukup signifikan juga terjadi pada gula pasir. Pada bulan Januari harga
gula sudah mengalami kenaikan sekitar 10%, menjadi Rp 11.000/kg. Kemudian
posisi akhir Maret sudah mencapai kisaran Rp 12.000 – Rp 13.000. Kenaikan
harga gula sejak akhir tahun lalu, merupakan permasalahan yang dihadapi
secara nasional. Khusus untuk NTT pasokan gula berasal dari Jawa Timur. Pada
triwulan I, Pemerintah Provinsi Jatim pernah menghimbau kepada PTPN dan
pengusaha gula agar menahan pengiriman gula ke luar Provinsi Jatim hingga
gula impor tiba. Keputusan tersebut tentu berdampak terhadap pergerakan
harga di Kupang. Pasokan gula yang minim, ditambah dengan tingginya harga
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Triwulan I - 2010 |
dasar pembelian yang relatif meningkat, memberikan efek lanjutan terhadap
pembentukan harga di Kupang.
Selain bahan makanan, tarif angkutan udara memberikan
kontribusi yang cukup signifikan. Bahkan pada bulan Januari memberikan
sumbangan paling tinggi, yaitu 1,12%. Penurunan tekanan inflasi bulanan pada
bulan Februari juga tidak lepas dari pengaruh fluktuatifnya tarif transportasi
udara. Pada bulan Februari beras masih memberikan sumbangan inflasi yg relatif
besar, namun pada periode yang sama tarif angkutan udara justru menjadi
penyumbang deflasi paling tinggi. Demikian hal nya yang terjadi pada bulan
Maret, tarif angkutan udara masih mengalami deflasi yang tinggi, sedangkan
beras sudah mulai cenderung stabil. Akibatnya pada bulan Maret terkoreksi
cukup dalam menjadi deflasi 0,16%.
Tabel 2.3 Komodi Penyumbang Inflasi
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang ytd
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2010 |
Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang ytd
2.3 Inflasi Maumere
Kecenderungan peningkatan inflasi juga terjadi di Maumere. Meski
inflasi tahunan (yoy) masih relatif lebih rendah dibandingkan yang terjadi di
Kupang. Pada akhir triwulan I, inflasi di Maumere tercatat sebesar 7,02%,
dengan tekanan paling tinggi dialami oleh kelompok bahan makanan dengan
14,15%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan
signifikan, dari level 5,22%. Sedangkan bila melihat kondisi yang sama tahun
2009 lalu, triwulan I 2010 masih relatif lebih rendah.
Sama halnya dengan Kupang, selama triwulan I, tekanan paling
dominan terjadi pada bulan Januari. Pada bulan Januari, inflasi bulanan
Maumere mencapai 3,56%. Kemudian pada bulan Februari turun menjadi
0,07% dan di bulan Maret mengalami deflasi sebesar 0,15%. Tren penurunan
inflasi bulanan selama triwulan I, juga tidak terlepas dari pengaruh penurunan
tarif angkutan udara, seperti yang terjadi di Kupang. Secara umum kondisi di
Maumere relatif hampir sama dengan Kupang. Sehingga karakteristik inflasi
yang terjadi juga tidak jauh berbeda.
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.6 Inflasi Maumere
Des Jan Feb MarUMUM 6.49% 3.08% 3.42% 3.25%BAHAN MAKANAN 18.56% 5.63% 7.34% 7.05%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 11.46% 1.01% 1.58% 3.21%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -1.46% 0.38% 0.10% -0.01%SANDANG 9.03% 0.23% 0.18% 0.91%KESEHATAN 1.77% 0.25% 0.43% 1.09%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.50% -0.39% -0.22% 0.13%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.33% 7.72% 6.38% 4.07%
KOMODITI 2009 2010
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
Triwulan I - 2010 |
Tabel 2.5 Inflasi Maumere yoy
I II III IV IUMUM 11.73% 5.61% 2.45% 5.22% 7.02%BAHAN MAKANAN 10.78% 8.73% 4.53% 9.87% 14.15%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 11.44% 3.86% 3.50% 5.65% 9.24%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 18.14% 7.32% 2.37% 3.73% 1.84%SANDANG 10.24% 3.44% 3.67% 3.28% 1.16%KESEHATAN 8.94% 5.57% 2.00% 0.54% 1.17%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.86% 2.65% 0.91% 1.63% 1.80%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 5.62% -4.16% -6.66% -4.49% -2.64%
KOMODITI 2009 2010
Tabel 2.6 Inflasi Maumere ytd
Des Jan Feb MarUMUM 5.22% 3.56% 2.21% 2.11%BAHAN MAKANAN 9.87% 8.27% 4.74% 4.45%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 5.65% 2.72% 2.73% 3.37%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 3.73% 0.88% 0.91% 0.44%SANDANG 3.28% 0.47% 0.40% 0.57%KESEHATAN 0.54% 0.71% 0.72% 1.04%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.63% 0.19% 0.19% 0.26%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -4.49% -3.10% -3.40% -3.33%
KOMODITI2009 2010
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
Triwulan I - 2010 |
Perilaku Pembentukan Harga Produk Manufaktur
Latar Belakang
Struktur perekonomian Provinsi NTT, khususnya Kota Kupang
didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan sementara untuk sektor
industri sangat minim. Hal ini membuat tingkat ketergantungan Kupang
terhadap daerah lain sangat tinggi terutama untuk produk-produk
manufaktur. Oleh karena itu dilakukan kajian mengenai perilaku
pembentukan harga produk manufaktur yang bertujuan untuk
mengidentifikasi perilaku pedagang dalam penentuan harga komoditas serta
menganalisa faktor-faktor penyebab perubahan harga di tingkat pedagang
besar dan pedagang retail.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara secara langsung terhadap pelaku usaha dalam perdagangan
komoditas manufaktur dengan komposisi 112 pedagang eceran dan 28
pedagang besar.
Hasil Analisa
Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa metode yang paling
banyak digunakan pada level pedagang besar adalah penentuan harga
berdasarkan biaya langsung plus margin keuntungan yang besarnya
bervariasi dengan responden sebesar 46,43%. Metode lain yang sering
digunakan adalah penentuan harga berdasarkan harga pesaing (price leader).
Kondisi tersebut mencerminkan faktor harga beli menjadi pertimbangan
utama dalam penentuan harga produk. Namun, terdapat sedikit perbedaan,
dimana pada pedagang retail, selain metode tersebut, penentuan harga juga
mempertimbangkan oleh tingkatan harga tertinggi yang dapat diterima oleh
pasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pedagang berupaya untuk
memperoleh margin maksimal, walaupun tetap memperhitungkan tingkat
harga pesaingnya.
BOKS
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
Triwulan I - 2010 |
Seperti terlihat pada gambar 2, tidak terdapat perbedaan yang
struktural pada komposisi pembentukan biaya untuk masing-masing
komponen pengeluaran antara kelompok pedagang besar dan pedagang
retail. Komponen biaya yang mempunyai peran utama dalam pembentukan
harga produk manufaktur di Kota Kupang adalah harga pokok pembelian
(HPP), dilanjutkan dengan margin dan biaya distribusi barang. Namun bila
dibandingkan, level pedagang besar komposisi biaya pembelian dan margin
lebih kecil dibandingkan pada level pedagang kecil sedangkan pada
komponen biaya distribusi, komposisinya lebih tinggi dibandingkan pada
level pedagang kecil.
Dengan komponen-komponen biaya tersebut diatas, perubahan harga
yang paling sering dilakukan oleh pedagang di Kota Kupang adalah
menaikkan harga dengan prosentase kenaikan rata-rata sebesar 6,74%.
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kenaikan harga di
level pedagang besar adalah
kenaikan komponen biaya
pengadaan yaitu kenaikan
harga produsen, kenaikan biaya
overhead, kenaikan biaya
tenaga kerja serta kenaikan
biaya distribusi, sementara
untuk pedagang retail, selain
harga produsen dan biaya overhead, faktor yang membedakan adalah
kenaikan permintaan serta gangguan distribusi. Sementara faktor yang
Gambar 3. Faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan harga
Gambar 1. Metode Penentuan Harga Gambar 2. Komponen Biaya Pembentuk Harga
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
Triwulan I - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
berpengaruh terhadap penurunan harga di level pedagang besar dan
pedagang kecil adalah penurunan harga produsen, penurunan permintaan,
penurunan biaya overhead dan penurunan harga pesaing.
Pada kondisi tertentu, beberapa pedagang tidak melakukan perubahan
harga meskipun terjadi perubahan komponen-komponen biaya pembentuk
harga. Alasan utama yang membuat pedagang enggan untuk melakukan
perubahan harga adalah biaya
pengadaan tidak mengalami
perubahan. Pada level pedagang
retail, kekuatiran terjadinya
penurunan permintaan yang
tidak proporsional apabila
terjadi kenaikan harga. Tingkat
kesejahteraan masyarakat yang
masih rendah menyebabkan
tingkat daya beli masyarakat di
Kota Kupang lebih rendah
daripada daerah lain sehingga adanya kenaikan harga akan berdampak
langsung pada penurunan daya beli masyarakat. Alasan lain keengganan
pedagang untuk merubah harga adalah non pricing element atau pedagang
lebih baik merubah kualitas barang atau kualitas layanan daripada
mengubah harga. Berbeda dengan daerah lain dimana kualitas menjadi daya
saing nomor satu untuk menarik minat pembeli, namun di Kota Kupang
harga merupakan faktor paling penting dalam menarik konsumen sedangkan
kualitas barang dan kualitas layanan tidak begitu diperhitungkan oleh
konsumen.
Hal tersebut merupakan perbedaan yang sangat mendasar antara
perilaku konsumen di Kota Kupang dengan daerah lain, dimana Kota
Kupang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
pendapatan perkapita paling rendah dan tingkat kesejateraan masyarakat
terendah nomor dua di Indonesia. Sehingga yang menjadi tujuan utama bagi
konsumen adalah mendapatkan barang dengan jumlah banyak dan harga
murah.
Gambar 4. Alasan Pedagang Enggan Merubah Harga
Triwulan I - 2010 |
Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Melakukan koordinasi dan mendorong dinas-dinas terkait yang
tergabung dalam TPID untuk dapat berperan aktif dalam
mengendalikan komoditas penyumbang inflasi di Kota Kupang.
2. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah agar melakukan
pengawasan secara ketat terhadap pelaku pasar dalam menetapkan
kenaikan atau penurunan harga komoditas.
3. Menjaga kelancaran distribusi barang dari daerah pemasok dengan
melakukan himbauan kepada para pedagang untuk menggunakan peti
kemas dalam pengangkutan barang, terutama pada saat akhir tahun
sehingga ketersediaan (supply) barang dapat terjamin walaupun kondisi
perairan NTT tidak mendukung bagi pelayaran.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
Triwulan I - 2010 |
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
3.1 Kondisi Umum
Perekonomian NTT yang terus menunjukkan tren
pertumbuhan, membawa pengaruh positif terhadap perkembangan
kinerja perbankan triwulan I-2010. Perkembangan jumlah bank yang
membuka kantor cabang di Provinsi NTT meningkat dari tahun ke tahun. Hal
tersebut mendorong peningkatan aset perbankan NTT yang mengalami
kenaikan signifikan sebesar 23,25% (yoy). Demikian pula dengan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang menunjukkan perkembangan
positif walaupun akselerasinya relatif melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
indikator 2010utama I II III IV I
Aset 9.610,96 10.321,05 10.994,03 11.741,12 11.845,82
y-o-y 15,53% 20,77% 15,33% 18,10% 23,25%
Kredit 5.524,35 6.059,12 6.463,72 6.663,13 6.954,66
y-o-y 28,67% 25,84% 23,39% 23,29% 25,89%
DPK 8.268,80 8.823,98 9.013,42 9.119,13 9.230,52
y-o-y 15,45% 18,64% 14,28% 13,92% 11,63%
LDR 66,81% 68,67% 71,71% 73,07% 75,34%
NPL 1,61% 1,73% 1,83% 2,10% 1,96%
2009
(miliar)
(miliar)
(miliar)
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Akselerasi penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
kembali meningkat mencapai 25,89%. Salah satu faktor pendorong adalah
meningkatnya kredit berjenis investasi sebesar 80,46% (yoy). Hal ini
merupakan salah satu wujud partisipasi dan komitmen perbankan dalam
mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi NTT.
Terkait dengan hal tersebut, Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTT
ikut berupaya mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi NTT yang
diwujudkan melalui pembiayaan infrastruktur pelayanan publik dan
industrialisasi komoditi unggulan daerah. BPD NTT bekerjasama dengan
Indonesia Eximbank (IEB) dengan dua skema pembiayaan yaitu co-financing
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
Triwulan I - 2010 |
(pembiayaan bersama antara IEB dan Bank NTT kepada debitur untuk sektor
agrobisnis, infrastruktur transportasi dan sektor lainnya) dan re-financing
(pembiayaan kembali atas portfolio kredit yang telah atau akan diberikan
Bank NTT kepada debitur IEB).
3.2 Intermediasi Perbankan
Kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi mengalami
perkembangan yang positif. Penghimpunan Dana Ketiga (DPK) pada
triwulan I-2010 mencapai Rp 9.231 miliar atau meningkat sebesar 11,63%
(yoy). Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menempatkan dananya di
perbankan khususnya pada rekening deposito dan tabungan merupakan
faktor utama yang mendorong peningkatan DPK pada triwulan laporan.
Selain itu, upaya perbankan untuk menghimpun dana masyarakat dengan
mengeluarkan produk-produk baru seperti “TabunganKu” menjadi salah
satu upaya menarik minat masyarakat untuk menempatkan dananya di
perbankan.
2009 2010
I II III IV I
DPK 8.268,80 8.823,98 9.013,42 9.119,13 9.230,52
y-o-y 15,45% 18,64% 14,28% 13,92% 11,63%
Giro 2.540,89 2.807,69 2.739,86 2.028,37 2.499,54
y-o-y 11,48% 15,65% 7,26% 6,78% -1,63%
Deposito 1.912,63 1.989,79 2.087,35 1.952,96 2.251,19
y-o-y 19,59% 21,03% 20,04% 9,35% 17,70%
Tabungan 3.815,29 4.026,50 4.186,21 5.137,81 4.479,78
y-o-y 16,18% 19,63% 16,48% 18,95% 17,42%
DPK (miliar)
Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara tahunan, penempatan dana pada rekening tabungan
mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 17,42% namun secara
triwulanan (qtq) terjadi penurunan 12,81%. Hal tersebut merupakan pola
cyclical dimana pada aktivitas konsumsi masyarakat NTT cenderung
meningkat pada akhir tahun untuk memperingati perayaan Natal dan Tahun
Baru yang berdampak pada menurunnya alokasi dana untuk saving pada
triwulan I-2010. Hal tersebut berdampak pada menurunnya komposisi
rekening tabungan terhadap total DPK yang mencapai 48,53% atau
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
Triwulan I - 2010 |
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dimana komposisi tabungan
mencapai 56,34% dari total DPK.
Di sisi lain, komposisi rekening deposito dan giro terhadap total DPK
mengalami kenaikan menjadi 24,39% dan 27,08%. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan penyerapan dana pada kedua jenis rekening tersebut.
Secara tahunan, peningkatan dana pada rekening deposito mencapai
17,70% (yoy) sementara secara triwulanan, terjadi peningkatan sebesar
15,27%. Preferensi masyarakat untuk menempatkan dananya pada rekening
deposito disebabkan suku bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan tabungan serta faktor keamanan untuk penempatan dana jangka
panjang. Sementara itu penyerapan dana pada rekening giro secara
triwulanan (qtq) mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 23,23%
namun secara tahunan (yoy) terjadi penurunan dibandingkan triwulan
I-2009. Peningkatan dana pada rekening giro merupakan dampak dari
penempatan dana APBD tahun anggaran 2010.
Grafik 3.1 Komposisi DPK Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Dominasi struktur kepemilikan DPK masih bersumber pada
kepemilikan perseorangan dimana sebagian besar dananya dialokasikan
dalam bentuk tabungan dan deposito. Berbeda dengan dana milik
pemerintah yang sebagian besar dananya ditempatkan dalam rekening giro.
Outstanding kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
meningkat dibandingkan triwulan I-2009 (yoy). Komposisi kredit masih
didominasi oleh penyaluran kredit konsumsi dengan share sebesar 71,05%.
Meningkatnya share kredit konsumsi terhadap total kredit merupakan
implikasi dari peningkatan penyaluran kredit konsumsi yang mencapai
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
Triwulan I - 2010 |
27,21%. Peningkatan komposisi kredit juga terjadi pada kredit berjenis
investasi dimana pada triwulan laporan terjadi peningkatan kredit signifikan
yang mencapai 80,46%. Dibandingkan dua jenis kredit yang lain, akselerasi
peningkatan kredit berjenis modal kerja relatif lebih lambat. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh perbankan NTT untuk mendorong peningkatan kredit
berjenis modal kerja dan investasi adalah dengan menurunkan tingkat suku
bunga untuk kedua jenis kredit tersebut menjadi sebesar 14,52% dan
14,37%. Di sisi lain, tingkat suku bunga kredit konsumsi terus dinaikkan
hingga menjadi 18,77% pada triwulan laporan.
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Grafik 3.4 Komposisi Kredit
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara sektoral, komposisi penyaluran kredit pada sektor-sektor
produktif masih relatif kecil bahkan mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan I-2009. Komposisi kredit sektor pertanian yang merupakan
sektor unggulan di Provinsi NTT hanya sebesar 0,34%. Demikian pula kredit
pada sektor perdagangan yang mengalami penurunan mencapai 11,72%
(yoy) sehingga komposisi terhadap total kredit menjadi 17,05%. Sementara
itu, sektor lain-lain yang identik dengan kredit konsumsi mengalami
peningkatan signifikan sebesar 39,53% sehingga share terhadap total kredit
sebesar 78,30%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
Triwulan I - 2010 |
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral
Kredit per 2009 2010sektor (miliar) I II III IV I
Pertanian 76,06 83,35 86,10 83,70 23,96
Pertambangan 3,06 4,07 3,94 3,33 2,40
Industri 20,18 21,16 22,63 19,65 19,65
Listrik, air 2,27 2,23 2,19 5,70 7,21
Konstruksi 69,35 112,32 198,00 132,04 119,95
Perdagangan 1.343,51 1.497,45 1.544,43 1.636,91 1.186,02
Transportasi 29,82 32,85 32,08 29,60 24,28
Jasa Dunia Usah 64,98 74,72 77,63 79,66 46,98
Jasa Sosial 12,53 15,34 21,38 14,70 78,95
Lain-lain 3.902,60 4.215,64 4.475,35 4.657,83 5.445,26
Total 5.524,35 6.059,12 6.463,72 6.663,13 6.954,66
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan NTT menunjukkan tren
perkembangan positif. Pada triwulan laporan, LDR perbankan NTT
mencapai 75,34%, hal tersebut mengindikasikan fungsi intermediasi
perbankan mengalami peningkatan. Perbankan NTT berupaya terus
meningkatkan penyaluran kredit, walaupun sebagian besar masih didominasi
penyaluran kredit konsumsi. Hal ini tercermin dari perkembangan
undisbursed loan pada triwulan laporan yang mengalami penurunan sebesar
4,90% (yoy) sehingga ratio terhadap total kredit sebesar 5,55%.
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan
Resiko penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
relatif terkendali. Rasio NPLs (Non Performing Loan Gross) perbankan NTT
masih berada di bawah batas yang dipersyaratkan yaitu 5,00%. Pada
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
Triwulan I - 2010 |
triwulan I-2010, rasio NPLs berada pada level 1,96% atau senilai Rp 136,22
miliar. Hal ini terkait dengan dominasi kredit konsumsi dalam total kredit
dimana sebagian besar kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di
NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem angsuran melalui
pemotongan langsung dari gaji yang diterima masing-masing pegawai.
Sehingga tingkat risiko (default) akan lebih kecil.
Grafik 3.7 Perkembangan NPL Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Di sisi lain, meningkatnya penyaluran kredit modal kerja berimplikasi
pada meningkatnya rasio NPLs kredit modal kerja yang mencapai 1,11%
sementara rasio NPLs kredit investasi sebesar 0,29%. Tingginya tingkat resiko
penyaluran kredit modal kerja dan investasi harus diimbangi dengan
peningkatan kinerja perbankan dalam penyaluran kredit dengan lebih
berhati-hati sesuai dengan prinsip prundential banking.
3.3 Kredit MKM (Menengah Kecil Mikro)
Penyaluran kredit berjenis MKM masih mengalami
peningkatan yang signifikan walaupun akselerasinya melambat.
Penyaluran kredit MKM pada triwulan laporan mencapai Rp 6.662 miliar atau
meningkat sebesar 21,79% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh
peningkatan penyaluran kredit jenis mikro yang mencapai 51,62% (yoy).
Meningkatnya kredit mikro didorong oleh upaya perbankan mendukung
pengembangan sektor MKM, khususnya berskala mikro. Salah satu caranya
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40
Triwulan I - 2010 |
dengan membentuk kelompok-kelompok binaan dan menyalurkan kredit
pada kelompok tersebut.
I II III IV I II III IV IKREDIT UMKM 4.268 4.777 5.202 5.339 5.470 5.999 6.377 6.581 6.662 y-o-y 30,29% 30,29% 30,59% 28,11% 28,15% 25,60% 22,59% 23,28% 21,79%MIKRO 2.411 2.500 2.636 2.647 2.603 2.723 2.746 2.810 3.947 y-o-y 9,29% 9,89% 11,49% 9,67% 7,97% 8,93% 4,19% 6,16% 51,62%KECIL 1.244 1.535 1.742 1.894 2.026 2.327 2.605 2.701 2.004 y-o-y 86,17% 67,09% 60,96% 62,98% 62,90% 51,59% 49,51% 42,63% -1,10%MENENGAH 613 742 824 798 813 949 1.027 1.070 711 y-o-y 52,62% 56,95% 53,44% 34,86% 32,60% 27,99% 24,57% 34,13% -12,57%
20102008 KREDIT(Rp miliar)
2009Tabel 3.4 Perkembangan Komponen Kredit MKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Akselerasi peningkatan
kredit berjenis mikro, merubah
struktur kredit perbankan NTT,
dimana pada tahun 2009
proporsi penyaluran kredit
jenis mikro dan kecil hampir
berimbang. Pada triwulan
laporan, komposisi kredit
MKM kembali didominasi oleh
kredit mikro dengan proporsi
sebesar 59,24% sementara
proporsi kredit jenis kecil dan
menengah masing-masing sebesar 30,08% dan 10,67%.
Grafik 3.9 Komposisi Kredit MKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
3.4 Perkembangan BPR
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih menunjukkan tren
pergerakan yang positif. Tren peningkatan aktivitas perekonomian
provinsi NTT menjadi pendorong utama pertumbuhan kinerja BPR. Terlihat
dari peningkatan aset, penyerapan DPK dan penyaluran kredit yang
menunjukkan laju peningkatan yang signifikan walaupun mulai
menunjukkan tren perlambatan. Pertumbuhan aset, DPK dan kredit BPR
yang jauh diatas rata-rata pertumbuhan Bank Umum mengindikasikan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 41
Triwulan I - 2010 |
bahwa masih besar peluang pengembangan BPR, baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas BPR di wilayah NTT.
Tabel 3.5 Perkembangan Usaha BPR
Indikator 2010(juta) I II III IV I II III IV I
Aset 40.722 48.494 58.285 68.323 75.097 84.022 102.075 109.133 118.608 y-o-y aset 61,17% 66,77% 79,18% 96,09% 84,41% 73,26% 75,13% 59,73% 57,94%DPK 20.838 27.794 35.399 38.893 44.438 52.076 67.662 71.477 81.937 y-o-y DPK 100,37% 109,09% 120,56% 126,59% 113,26% 87,36% 91,14% 83,78% 84,38%Kredit 26.963 36.627 47.704 51.479 59.111 67.971 79.474 87.598 93.822 y-o-y kredit 39,33% 70,12% 102,54% 108,80% 119,23% 85,57% 66,60% 70,16% 58,72%LDR 129,40% 131,78% 134,76% 132,36% 133,02% 130,52% 117,46% 122,55% 114,51%NPLs (nominal) 1.431 1.297 1.604 1.345 2.572 2.118 2.889 3.472 4.668 NPLs 5,31% 3,54% 3,36% 2,61% 4,35% 3,12% 3,63% 3,96% 4,98%
2008 2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Kinerja intermediasi BPR secara perlahan menuju ke level yang
disyaratkan. Peningkatan penyaluran kredit yang masih dibawah
peningkatan penyerapan DPK menyebabkan LDR BPR pada triwulan laporan
menurun mencapai level 114,51%. LDR BPR Provinsi NTT yang masih berada
diatas level 100% mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit
tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal BPR. Di
sisi lain, LDR BPR yang mencapai level diatas 100% disebabkan oleh kredit-
kredit jangka pendek (kurang dari 1 tahun).
Di sisi lain peningkatan kredit BPR membawa dampak pada
menurunnya performance kredit BPR yang tercermin dari ratio NPLs yang
meningkat mendekati level yang disyaratkan oleh BI yaitu mencapai 4,98%.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam melakukan assesment
terhadap pengajuan kredit masih perlu ditingkatkan.
Komposisi penyaluran kredit BPR masih didominasi sektor
produktif. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit BPR masih didominasi
oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Besarnya share kredit modal
kerja dan modal kerja dalam pembentukan kredit BPR disebabkan sebagian
besar pelaku usaha dalam skala kecil umumnya lebih memilih bank yang
dapat memberikan kemudahan birokrasi atau administrasi dalam pengajuan
kredit. Namun bila dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi pergeseran
komposisi kredit modal kerja dan konsumsi. Pada triwulan laporan komposisi
kredit konsumsi lebih besar dibandingkan kredit modal kerja.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
Triwulan I - 2010 |
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit BPR
Indikator 2010(juta) I II III IV I II III IV I
PENGGUNAANMODAL KERJA 12.899 18.551 27.451 27.799 32.238 37.122 42.522 43.299 41.555 INVESTASI 470 503 1.188 1.339 2.861 3.985 5.068 6.314 9.551 KONSUMSI 13.594 17.574 19.066 22.341 24.012 26.864 31.884 37.986 42.716
SEKTORALPertanian 2.128 2.219 2.122 2.614 2.428 3.677 4.761 4.830 4.760 Industri 35 66 179 191 161 151 48 98 82 Perdagangan 7.531 8.557 9.732 9.919 11.624 14.169 16.547 17.109 18.142 Jasa Sosial 3.319 7.220 12.891 14.041 16.962 17.160 20.131 18.998 19.190 Lainnya 13.950 18.565 22.780 24.715 27.936 32.814 37.988 46.563 51.648
2008 2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara sektoral, komposisi kredit BPR masih didominasi oleh
sektor lain-lain. Penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) dan sektor pertanian sebagai sektor utama penyumbang
PDRB NTT mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Terlihat dari
meningkatnya share kedua sektor tersebut terhadap total kredit yang
disalurkan oleh BPR.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43
Triwulan I - 2010 |
BBB AAA BBB III VVV
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
4.1 Kondisi Umum
Kontraksi aktivitas ekonomi selama triwulan I berdampak
terhadap penurunan kinerja system pembayaran. Jika dibandingkan
dengan triwulan IV lalu, tentu hampir di seluruh sektor ekonomi yang
mengalami penurunan kinerja. Hal tersebut pada dasarnya bukanlah sebuah
fenomena yang aneh, mengingat hampir terjadi setiap awal tahun. Jadi
penurunan volume transaksi yang terjadi selama triwulan I adalah dampak
dari siklus ekonomi (economic cycle) yang memang merupakan perilaku
ekonomi NTT semata.
Kinerja ekonomi awal tahun 2010 masih lebih baik
dibandingkan tahun lalu. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan
triwulan IV lalu, namun volume transaksi pembayaran secara tunai maupun
non tunai masih relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2009. Pada
triwulan I tahun 2010, transaksi tunai di Kantor Bank Indonesia Kupang
mengalami kontraksi, terjadi net inflow sebesar Rp 425,61 miliar, sedangkan
tahun 2009 lalu untuk periode yang sama tercatat sebesar Rp 432,15 miliar.
Hal ini menunjukan bahwa selama triwulan I, peredaran uang tunai di
masyarakat mengalami penurunan. Jika dibandingkan triwulan IV lalu, yang
terjadi adalah sebaliknya. Dengan nilai net inflow negative Rp 732,93 miliar
manandakan bahwa selama triwulan IV uang beredar lebih tinggi.
Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai
Pembayaran
Tunai (miliar) I II III IV I II III IV Isetoran 527,55 175,25 247,34 273,20 596,39 211,99 277,05 278,28 577,15
y-o-y -25,53% -44,84% -9,20% 17,90% 13,05% 20,97% 12,01% 1,86% -3,23%
bayaran 359,75 562,25 683,34 919,40 164,24 523,52 408,91 1011,20 151,53
y-o-y 58,11% -7,01% 43,06% -4,87% -54,35% -6,89% -40,16% 9,98% -7,74%
net 167,80 -387,00 -436,00 -646,20 432,15 -311,53 -131,85 -732,93 425,61
y-o-y -65,10% 34,89% 112,39% -12,05% 157,54% -19,50% -69,76% 13,42% -1,51%
2009 20102008
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 44
Triwulan I - 2010 |
Kondisi serupa terjadi pada transaksi non tunai. Pada triwulan I
juga terjadi penurunan, baik yang menggunakan system kliring, maupun
dengan system BI – RTGS (Real Time Gross Settlement). Khusus untuk
transaksi BI RTGS, penurunan yang terjadi sangat signifikan baik dari sisi
volume, maupun nilai nominalnya. Bila melihat kondisi transaksi non tunai
selama triwulan I, dapat disimpulkan bahwa transaksi yang berjalan
didominasi oleh transaksi bernominal kecil (dibawah Rp 100 juta). Hal
tersebut semakin menunjukan bahwa pada triwulan I kegiatan ekonomi
relati
4.2
merintah yang bersumber dari APBN
f masih belum dimulai.
lembar nominal lembar nominal volume nominal
I 11.974 418.765 63 2.089 24 1.744II 11.915 441.091 66 1.215 85 10.523III 12.758 373.837 71 1.727 57 21301IV 13.390 420.699 136 4.953 221 69.264I 12.517 398.095 85 3.621 74 13.707II 12.745 373.201 134 4.362 131 105.731
362 402.144 169 4.905 63 16.81322 474.591 157 4.825 364 134.045
I 13.004 397.290 99 3.096 22 2.704
2008
10
PERIODE
(juta)
2009
TRANSAKSINON TUNAI
perputaran
TRANSAKSI KLIRING
RTGS cek/BG kosong
III 13.IV 14.2
20
Transaksi RTGS
Volume transaksi dengan system BI RTGS turun 93,96% (qtq)
jika dibandingkan triwulan IV lalu. Pada triwulan I 2010, terjadi 22
transaksi dengan nilai Rp 2,70 miliar, sedangkan di triwulan sebelumnya
terjadi 364 transasksi dengan nilai nominal mencapai Rp 134,05 miliar. Jika
melihat tahun 2009 lalu, untu periode yang sama, pada tahun 2010 relatif
terjadi penurunan. Transaksi RTGS yang tercatat di Kantor Bank Indonesia
Kupang umumnya terkait dengan kinerja keuangan pemerintah. Seiring
dengan dimulainya realisasi proyek pemerintah atau periode menjelang akhir
tahun karena periode penyelesaian termin pembayaran, transaksi dengan
RTGS umumnya terjadi lonjakan yang cukup signifikan. Oleh karena itu,
pada triwulan I baik untuk program pe
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 45
Triwulan I - 2010 |
ataupun APBD umumnya masih dalam tahapan lelang. Belum ada aktivitas
pembayaran yang berarti.
4.3
t dilihat bahwa penurunan tidak hanya terjadi secara
olume transaksi yang memang melemah
Grafik 4.2 Perkembangan Nominal RTGS Grafik 4.1 Perkembangan Volume RTGS
Transaksi Kliring
Perkembangan transaksi dengan system kliring juga terkoreksi,
namun relatif tidak signifikan. Berbeda dengan yang terjadi pada
transasksi system BI RTGS, penurunan transaksi kliring pada triwulan I jika
dibandingkan triwulan IV lalu sebesar 16,29% (qtq). Pada triwulan I, tercatat
13.004 transaksi dengan total nilai nominal Rp 397,29 miliar, sedangkan
triwulan IV lalu mencapai 14.222 transaksi dengan total nominal Rp 474,59
miliar. Maka dapa
nominal namun juga dari sisi v
selama triwulan I.
Grafik 4.3 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.4 Perkembangan Cek/BG Kosong
Sumber : KBI Kupang
Sumb KBI er : Kupang
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010(Rp
juta
) -200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
nominal (juta)
y-o-y
0I II III IV
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I
2008 2009 2010(Rp
j
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
volume
y-o-y
uta)
| Kajian Ekonomi Regional NTT 46
Triwulan I - 2010 |
Penurunan aktivitas transaksi kliring mempengaruhi jumlah cek
dan atau bilyet giro (BG) kosong yang ditemukan. Selain dari segi
jumlah warkat dan nominalnya, secara proporsional jika dibandingkan
dengan total transaksi selama triwulan yang bersangkutan, maka untuk
triwulan I relatif terjadi penurunan. Pada triwulan I 2010 tercatat 99 lembar
cek dan atau BG kosong yang terjaring dengan nilai nominal Rp 3,09 miliar.
Sedangkan pada triwulan IV tercatat sebanyak 157 lembar dengan nilai Rp
4,83 miliar, sehingga secara nominal turun 35,85% (qtq). Secara
proporsional juga terjadi perbaikan, dimana pada triwulan I 0,78% dari total
nominal transaksi merupakan cek dan atau BG kosong, sedangkan triwulan
IV lalu relatif lebih tinggi dengan 1,02%. Hal ini menunjukan terjadi
perbaikan kualitas transaksi system kliring pada triwulan I jika dibandingkan
a.
4.4 Transaksi Tunai
periode sebelumny
Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Tunai
Kontraksi kegiatan ekonomi pada triwulan I jika dibandingkan
triwulan IV lalu, sangat tercermin dari transaksi tunai di Bank
Indonesia. Dari bulan Januari sampai dengan Maret, jumlah uang kartal
yang keluar dari Bank Indonesia Kupang sebesar Rp 151,53 miliar. Jumlah
tersebut jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2009 lalu yang
menembus angka satu triliun (Rp 1,01 triliun). Hal tersebut sejalan dengan
transaksi setoran yang terjadi selama triwulan I, dimana terjadi lonjakan yang
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 47
Triwulan I - 2010 |
cukup besar jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari
Rp 278,28 miliar menjadi Rp 577,15 miliar. De
ngan gambaran kondisi diatas,
maka k
rakat yang dilakukan
ontraksi ekonomi yang terjadi, direfleksikan juga oleh kinerja system
pembayaran tunai di Bank Indonesia Kupang.
Bank Indonesia Kupang terus berusaha mendukung
implementasi kebijakan clean money policy. Hal tersebut diwujudkan
lewat pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE), yang dilakukan secara
berkala. Selama triwulan I, Bank Indonesia Kupang telah melakukan
pemusnahan UTLE (MRUK) dengan jumlah nominal Rp 231,16 miliar. Jumlah
tersebut meningkat jika dibandingkan triwulan IV 2009 yang hanya sebesar
Rp 76,99 miliar. Peningkatan volume aktivitas MRUK yang signifikan tidak
terlepas dari kenaikan jumlah setoran uang kartal yang masuk di Bank
Indonesia. Selain melalui kegiatan tersebut, Bank Indonesia Kupang secara
rutin melakukan kegiatan kas keliling ke kabupaten-kabupaten di Provinsi
NTT. Volume kegiatan kas keliling selama triwulan I 2010 sebesar Rp 9,50
miliar, sedangkan triwulan lalu tercatat Rp 12,85 miliar. Hal ini dikarenakan
pada triwulan I tren kebutuhan uang kartal biasanya cenderung menurun,
yang tercermin dari volume outflow (bayaran). Puncak kebutuhan uang
kartal di NTT biasanya terjadi di triwulan IV. Bank Indonesia memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara langsung lewat kegiatan penukaran
uang di loket kantor. Tren penukaran uang masya
secara langsung di Bank Indonesia Kupang, cenderung meningkat. Pada
triwulan I, tumbuh 42,15% menjadi Rp 13,84 miliar.
Tabel 4.3 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang
mengalami peningkatan. Pada triwulan I tercatat sebesar Rp 1.870.000,
sedangkan triwulan IV lalu Rp 250.000. Jumlah nominal yang paling banyak
I II III IV I II III IV IMRUK (miliar) 111,93 78,20 88,67 42,75 29,97 46,82 74,79 76,99 231,16
y-o-y -56,94% -64,64% -41,83% -61,01% -73,22% -40,13% -15,66% 80,10% 671,23%
penukaran loket (miliar) 7,63 9,41 10,52 9,97 9,73 10,88 18,40 15,34 13,84
y-o-y -48,65% -37,58% -60,57% -8,93% 27,56% 15,63% 74,92% 53,89% 42,15%
0,00 2,50 5,75 16,50 5,65 6,25 11,40 12,85 9,50
Uang Palsu (Rp) 60.000 500.000 100.000 50.000 100.000 400.000 900.000 250.000 1.870.000
Ratio thd uang ,00123%
2009 2010Indikator
2008
kas keliling (miliar)
beredar 0,00002% 0,00009% 0,00001% 0,00001% 0,00006% 0,00008% 0,00022% 0,00002% 0
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 48
Triwulan I - 2010 |
adalah pecahan Rp 100.000 sejumlah 12 lembar. Atau dengan kata lain
sekitar 0,00123% dari jumlah uang yang diedarkan selama triwulan I 2010.
Oleh karena itu, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi, baik
kepada aparat penegak hukum, maupun kepada masyarakat agar semakin
memahami bagaimana ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui kegiatan
sosialisasi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 49
Triwulan I - 2010 |
BBB AAA BBB VVV
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
5.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan mendatang, pertumbuhan ekonomi NTT
diperkirakan akan tumbuh lebih baik. Pada triwulan II-2010, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan akan berada pada kisaran 4,34% – 4,74%. Kondisi
tersebut juga sejalan dengan kecenderungan membaiknya kondisi ekonomi
secara nasional. Secara sektoral relatif masih akan tetap bergantung kepada tiga
sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan dan jasa. Sedangkan dari sisi
penggunaan, peningkatan aktivitas ekonomi tentu akan mendorong
pertumbuhan permintaan domestik. Sehingga konsumsi juga relatif masih akan
menjadi tulang punggung roda ekonomi NTT, hal tersebut akan sangat
bergantung kepada kemampuan daya beli masyarakat. Indeks keyakinan dan
ekspektasi konsumen yang cenderung optimisi menjadi salah satu sentimen
positif. Secara sektoral, triwulan II diperkirakan akan menjadi periode puncak
masa panen untuk komoditi subsektor tanaman pangan. Kemudian dari sektor
jasa pemerintah, memasuki triwulan II realisasi proyek pemerintah diperkirakan
akan dimulai. Hal tersebut secara simultan akan mendorong aktivitas konsumsi
pemerintah yang pada akhirnya akan memberikan stimulus bagi ekonomi secara
keseluruhan.
5.2. Inflasi
Pada triwulan II mendatang,
diperkirakan tekanan masih akan bersumber
dari kelompok bahan makanan dan
transportasi. Tekanan terhadap harga
komoditi pangan diperkirakan masih
mungkin berlanjut, sebagai dampak
keputusan pemerintah untuk menaikan
harga eceran tertinggi pembeliaan pupuk per bulan April. Hal ini tentu akan
menaikan biaya produksi. Secara umum rata-rata kenaikan harga berbagai jenis
Tabel 7.1 Kenaikan HET Pupuk
| Kajian Ekonomi Regional NTT 50
Triwulan I - 2010 |
pupuk sebesar 32,14% (Sumber : Distanbun NTT). Selain itu, pemerintah juga
berencana untuk menaikan tarif dasar listrik. Direncanakan untuk kapasitas
450VA dan 900VA akan mengalami kenaikan 10%, apabila pemakaiannya lebih
dari 30 Kwh/bulan, sedangkan untuk kapasitas lebih dari 900 VA atau mulai
1300 VA diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 14% – 18% (Sumber :
Direktur Keuangan PLN - www.gatra.com). Kemudian, pertengahan tahun
merupakan periode musim liburan sekolah. Kondisi tersebut diperkirakan dapat
mendorong kenaikan volume penumpang angkutan udara. Meningkatnya
permintaan akan menyebabkan harga bergerak naik. Yang terakhir, masih
terkait dengan poin yang ketiga, setiap tahun biaya pendidikan tentu
mengalami peningkatan. Dimulainya tahun ajaran baru, biaya pendidikan
diperkirakan akan ikut menjadi salah
satu penyumbang inflasi selama
triwulan II. Dengan berbagai kondisi
diatas, inflasi diperkirakan pada akhir
triwulan II mendatang berada pada
kisaran 8,93% - 9,43% (yoy). Atau dengan kata lain bila sampai dengan
triwulan I lalu inflasi year to date Kupang sebesar 3,25%, maka pada akhir
triwulan II diproyeksikan akan mulai bergerak naik dikisaran 3,52% - 4,00%
(ytd).
Tabel 7.2 Rencana Kenaikan TDL
| Kajian Ekonomi Regional NTT 51