provinsi jawa timur - sistem informasi dan manajemen...
TRANSCRIPT
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~i~
ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR
1. KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH 1
1.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA 1
1.2. KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 3
2. ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH 8
2.1. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA 8
2.1.1. Pendidikan 8
2.1.2. Kesehatan 10
2.1.3. Perumahan 13
2.1.4. Mental/Karakter 14
2.2. ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN 16
2.2.1. PengembanganSektorPangan 16
2.2.2. PengembanganSektorEnergi 20
2.2.3. PengembanganSektorKemaritimandanKelautan 22
2.2.4. PengembanganSektorPariwisatadanIndustri 23
2.3. ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN 26
2.3.1. PusatPertumbuhan Wilayah 26
2.3.1.1 KawasanEkonomiKhusus 26
2.3.2. Kesenjangan intra wilayah 27
3. ISU STRATEGIS WILAYAH 29
4. REKOMENDASI KEBIJAKAN 39
5. PROSPEK PEMBANGUNAN TAHUN 2016 39
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~1~
ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR
1. KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH
Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing wilayah,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan antarwilayah, serta
memajukan kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah yang strategis dan berkualitas
menjadi harapan setiap daerah di Indonesia.
1.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA
Pembangunan wilayah selain meningkatkan daya saing wilayah juga mengupayakan
keseimbangan pembangunan antardaerah sesuai dengan potensinya masing-masing.
Perkembangan indikator utama dalam pembangunan wilayah meliputi pertumbuhan ekonomi,
pengurangan pengangguran, dan pengurangan kemiskinan dapat menggambarkan capaian
kinerja pembangunan wilayah secara umum.
1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja perekonomian Provinsi Jawa Timur selama tahun 2012-2014 cenderung
mengalami penurunan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode tersebut sebesar 6,3
persen lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional sebesar 5,90 persen
(Gambar 1). Provinsi Jawa Timur memiliki posisi strategis di bidang industri karena terletak di
antara Jawa Tengah dan Bali sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri dan perdagangan.
Gambar 1
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010
Sumber: BPS, 2014
Kinerja pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur dari besarnya PDRB per kapita di
Jawa Timur selama kurun waktu 2010 – 2014 cenderung meningkat, yang menunjukkan
meningkatnya tingkat kesejahteraan di provinsi ini walaupun berada dari rata-rata nasional
pada periode tersebut. Jika pada tahun 2010 rasio antara PDRB perkapita Jawa Timur dan PDB
2011 2012 2013 2014
Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86
Nasional 6,16 6,16 5,74 5,21
0
1
2
3
4
5
6
7
Pe
rse
n /
Ta
hu
n
2015 Provinsi Jawa Timur
~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
nasional sebesar 91,64 persen, maka pada tahun 2014 rasionya meningkat menjadi 94,04
persen (Gambar 2). Hal ini menunjukkan kinerja rata-rata Jawa Timur berkembang lebih pesat
dari rata-rata provinsi lain. Tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan landasan ekonomi daerah yang memperluas
kesempatan kerja dan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Gambar 2
PDRB Per Kapita ADHB
Sumber: BPS, 2014
1.1.2. Pengurangan Pengangguran
Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran di Provinsi Jawa
Timur cenderung menurun. Tingkat pengangguran terbuka Jawa Timur berkurang sebesar 1,93
persen selama tahun 2008-2015, menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi belum
berhasil menekan tingkat pengangguran secara signifikan. Tingkat pengangguran Jawa Timur
berada di bawah nasional, menunjukkan perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi
dengan pertumbuhan rendah (Gambar 3).
Gambar 3
Tingkat Pengangguran Terbuka
Sumber: BPS, 2015
2010 2011 2012 2013 2014
Jawa Timur 26.371,10 29.613,05 32.770,38 36.035,45 39.903,87
Nasional 28.778,17 32.336,26 35.338,48 38.632,67 42.432,08
0,00
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
35.000,00
40.000,00
45.000,00
Rib
u R
up
iah
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jawa Timur 6,24 5,87 4,91 4,18 4,13 4 4,02 4,31
Nasional 8,46 8,14 7,41 6,8 6,32 5,92 5,7 5,81
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pe
rse
n
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~3~
1.1.3. Pengurangan Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi memberikan dampak positif terhadap penurunan tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Timur
cenderung menurun dari 19,98 persen pada tahun 2007 dan mencapai 12,4 persen pada tahun
2014 (Gambar 4). Dalam kurun waktu tersebut tingkat kemiskinan penduduk Jawa Timur lebih
rendah dibandingkan nasional terutama di perkotaan. Laju penurunan tingkat kemiskinan di
provinsi terutama di perdesaan berjalan lambat. Tingginya persentase penduduk miskin di
perdesaan menunjukkan kegiatan perekonomian yang stagnan, terutama sektor pertanian.
Gambar 4
Persentase Penduduk Miskin
Sumber: BPS, 2014
1.2. KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA
Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja.
1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskinan Gambar 5 menunjukkan persebaran kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur
menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan tahun 2008 sampai
dengan tahun 2013, dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, Kabupaten Bojonegoro,
Gresik, Tuban, Nganjuk, lamongan, Tulungagung, dan Pasuruan terletak di kuadran I,
merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di
atas rata-rata provinsi. Hal ini berarti petumbuhan ekonomi yang terjadi di kelima kabupaten
tersebut dapat mendorong pengurangan kemiskinan secara lebih cepat (pro-growth, pro-poor).
Pemerintah sebaiknya mempertahankan pertumbuhan ekonomi serta tetap meningkatkan
upaya pengurangan kemiskinan.
Kedua, Kabupaten Pamekasan, Sampang, Sumenep, Jombang, Trenggalek, Bondowoso,
Madiun, Ngawi, Bangkalan, Lumajang, Kota Probolinggo terletak di kuadran II, merupakan
daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pengurangan
kemiskinan di atas rata-rata provinsi Jawa Timur (low-growth, pro-poor). Tantangan yang harus
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Perkotaan 14,71 13,15 12,17 10,58 9,87 8,90 8,57 8,35
Perdesaan 25,02 23,64 21,00 19,74 18,19 16,88 16,1 16,1
Jawa Timur 19,98 18,51 16,68 15,26 14,23 13,08 12,5 12,4
Nasional 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 11,96 11,37 10,96
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Pe
rse
n
2015 Provinsi Jawa Timur
~4~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
dihadapi pemerintah daerah adalah menjaga efektivitas dan efisiensi kebijakan dan program
pengurangan kemiskinan, dan secara bersamaan mendorong percepatan pembangunan
ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang
seperti kelautan, perikanan, pertanian, serta perdagangan dan jasa.
Gambar 5
Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Ketiga, Kabupaten Pacitan, Probolinggo, Sidoarjo, Ponorogo, Kediri, Blitar, Magetan,
Situbondo, Kota Pasuruan, Kota Kediri, Kota Mojokerto terletak di kuadran III, merupakan
daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-
rata provinsi (low growth, less pro-poor). Pemerintah daerah harus bekerja keras untuk
mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas sektor dan
kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja besar terutama dari golongan miskin.
Pemerintah daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi berbagai
kebijakan dan program pengurangan kemiskinan.
Keempat, Kabupaten Jember, Banyuwangi, Malang, Mojokerto, Kota Batu, Kota Madiun,
Kota surabaya, dan Kota Malang terletak di kuadran IV, merupakan kota dengan rata-rata
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~5~
pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata, dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata
provinsi (high-growth, less pro-poor). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut
belum memberikan dampak penurunan angka kemiskinan secara nyata. Tantangan yang harus
dihadapi oleh pemerintah daerah adalah mendorong pengembangan kegiatan ekonomi di
sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu diperlukan juga program dan
kebijakan dalam hal penanggulangan kemiskinan.
1.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan IPM Gambar 6 menunjukkan distribusi kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur
berdasarkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun 2008-2013.
Gambar 6
Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Pertama, Kabupaten Pasuruan, Lamongan, Banyuwangi, Tuban, Kota Probolinggo
terletak di kuadran I, merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan IPM di atas rata-rata provinsi. Dalam kondisi ini tersirat bahwa pertumbuhan
ekonomi telah sejalan dengan peningkatan IPM (pro-growth, pro-human development).
Tantangan yang dihadapi pemerintah dalam kinerja yang baik ini adalah menjaga momentum
2015 Provinsi Jawa Timur
~6~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, sekaligus
mempertahankan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di bidang pendidikan dan
kesehatan.
Kedua, Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bondowoso, Probolinggo, Ponorogo terletak di
kuadran II, termasuk daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun
peningkatan IPM di atas rata-rata (low-growth, pro-human development). Hal ini
mengindikasikan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk meningkatkan
pelayanan publik dapat meningkatkan IPM. Tantangan yang harus diatasi adalah mendorong
percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah sektor
dan kegiatan ekonomi yang menggunakan sumber daya lokal seperti industri manufaktur,
perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, dan kelautan.
Ketiga, Kabupaten Kediri, Magetan, Bangkalan, Sumenep, Lumajang,Sidoarjo, Madiun,
Blitar, Trenggalek, Pacitan, Jombang, Malang, Nganjuk, Ngawi, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto,
dan Kota Kediri terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan IPM di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-human development). Kondisi
ini menegaskan perlunya pemerintah daerah membenahi pelayanan publik di bidang
pendidikan dan kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong
seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas dan
nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah.
Keempat, Kabupaten Mojokerto, Jember, Tulungagung, Bojonegoro, Kota Malang, Kota
Batu, Kota Madiun, Kota Blitar, Kota Surabaya berada di kuadran IV, termasuk kategori daerah
dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di atas rata-rata, tapi peningkatan IPM di bawah rata-rata
(high-growth, less-pro human development). Tantangan bagi pemerintah daerah adalah menjaga
keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan peningkatan mutu pelayanan publik terutama di
bidang pendidikan dan kesehatan.
1.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Pengangguran Gambar 7 menunjukkan persebaran kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menurut
rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran selama tahun 2008-2013.
Pertama, Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Nganjuk, Kota Madiun, kota Surabaya, Kota Malang
terletak di kuadran I merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan pengangguran di atas rata-rata provinsi. Dalam kondisi ini pertumbuhan ekonomi
mampu mendorong perluasan lapangan kerja (pro-growth, pro-job). Tantangan yang dihadapi
oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja seperti industri
manufaktur, perdagangan dan jasa.
Kedua, Kabupaten Sidoarjo, Madiun, Bangkalan, Ngawi, Kediri, Kota Pasuruan, Kota
Kediri, Kota Mojokerto, kota Probolinggo, dan Kota Pasuruan terletak di kuadran II, merupakan
daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pengurangan
pengangguran di atas rata-rata provinsi (low growth, pro-job). Kinerja ini menunjukkan
perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah.
Ketiga, Kabupaten Blitar, Jombang, Sumenep, Bondowoso, Magetan, Sampang, Ponorogo,
Lumajang, Pacitan, Trenggalek, Pamekasan, Situbondo terletak di kuadran III, termasuk daerah
dengan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi
(low growth, less-pro job). Pemerintah daerah harus bekerja keras untuk memacu
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~7~
pengembangan sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara lebih
besar
Gambar 7
Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Keempat, Kabupaten Mojokerto, Malang, lamongan, Tuban, Pasuruan, Banyuwangi,
Jember, Tulungangung, dan Kota Blitar terletak di kuadran IV, merupakan daerah dengan
pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata namun memiliki pengurangan pengangguran di bawah
rata-rata provinsi (high-growth, less-pro job). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran.
Tantangan yang harus dihadapi adalah mendorong pengembangan sektor dan kegiatan
ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti sektor industri manufaktur,
perdagangan dan jasa. Selain itu diperlukan upaya mengembangkan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi yang menyerap tenaga kerja di sektor informal.
2015 Provinsi Jawa Timur
~8~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
2. ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH
Pembangunan wilayah berkelanjutan bersifat multidimensi sehingga diperlukan analisis
pembangunan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai masalah publik. Analisis
pembangunan wilayah didasarkan pada dimensi pembangunan manusia, pembangunan sektor
unggulan, serta pemerataan pembangunan dan kewilayahan.
2.1. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA
2.1.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting terhadap kemajuan suatu
bangsa. Semakin bagus kualitas pendidikan akan semakin menentukan arah perbaikan kualitas
sumber daya manusianya. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat
mempengaruhi dinamika perubahan ataupun kualitas kehidupan sosial ekonomi penduduk
suatu daerah. Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk
pembangunan. Pendidikan berperan penting dalam pengentasan kemiskinan dan memberikan
ketrampilan kepada seluruh masyarakat untuk mencapai potensinya secara optimal. Adanya
pendidikan yang memadai diharapkan akan dapat merubah pola pikir masyarakat ke arah yang
lebih maju. Pembangunan pendidikan merupakan kegiatan investasi pada sumber daya manusia.
Semakin banyak terciptanya SDM yang berkualitas di suatu daerah, maka kedepannya akan
menguntungkan daerah yang memiliki aset pembangunan tersebut. Masalah pendidikan bagi
Provinsi Jawa Timur menjadi skala prioritas pembangunan.
Gambar 8
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Tahun 2013 (Persen)
Sumber: BPS, 2013
Berbagai kemajuan dalam bidang pendidikan telah dicapai oleh Provinsi Jawa Timur, hal
ini tampak dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang mengalami peningkatan secara signifikan.
Semakin tinggi jenjang pendidikan di Jawa Timur, semakin rendah angka partisipasi
99,06 92,87
0
20
40
60
80
100
120
Kab
. Pac
itan
Kab
. Po
no
rogo
Kab
. Tre
ngg
alek
Kab
. Tu
lun
gagu
ng
Kab
. Bli
tar
Kab
. Ked
iri
Kab
. Mal
ang
Kab
. Lu
maj
ang
Kab
. Jem
ber
Kab
. Ban
yu
vv
angi
Kab
. Bo
nd
ow
oso
Kab
. Sit
ub
on
do
Kab
. Pro
bo
lin
ggo
Kab
. Pas
uru
an
Kab
. Sid
oar
jo
Kab
. Mo
jok
erto
Kab
. Jo
mb
ang
Kab
. Nga
nju
k
Kab
. Mad
iun
Kab
. Mag
etan
Kab
. Nga
wi
Kab
. Bo
jon
ego
ro
Kab
. Tu
ban
Kab
. Lam
on
gan
Kab
. Gre
sik
Kab
. Ban
gkal
an
Kab
. Sam
pan
g
Kab
. Pam
ekas
an
Kab
. Su
men
ep
Ko
ta K
edir
i
Ko
ta B
lita
r
Ko
ta M
alan
g
Ko
ta P
rob
oli
ngg
o
Ko
ta P
asu
ruan
Ko
ta M
ojo
ker
to
Ko
ta M
adiu
n
Ko
ta S
ura
bay
a
Ko
ta B
atu
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun
APS 7-12 tahun Provinsi APS 13-15 tahun Provinsi
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~9~
sekolahnya. Hal ini menggambarkan masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Partisipasi sekolah untuk tingkat SD dan
SMP sudah cukup tinggi dan merata di setiap kabupaten dan kota (Gambar 8). Berdasarkan APS
di Jawa Timur tahun 2013, program pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun sudah tercapai di
Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Situbondo, Banyuwangi, Pasuruan,
Jombang, Nganjuk, Bojonegoro,Lamongan, Gresik, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kota
Mojokerto, Kota Madiun, kota Surabaya, dan Kota Batu. Rata-rata APS Provinsi Jawa Timur
tahun 2013 sebesar 99,06 persen untuk usia 7-12 tahun dan 92,87 persen untuk usia 13-15
tahun. Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memilki APS pendidikan dasar terendah adalah
Kota Malang, yaitu sebesar 77,73 persen, artinya masih ada 22,27 persen anak usia 7-13 tahun
yang tidak bersekolah.
APS mengindikasikan seberapa besar akses dari penduduk usia sekolah dapat
menikmati pendidikan formal di sekolah. Gambarannya menunjukkan pada kelompok umur
yang lebih tua, APS cenderung semakin menurun. Sedangkan APM mengindikasikan proporsi
anak usia sekolah yang dapat sekolah tepat waktu. Apm SD pada tahun 2014 sebesar 99,38
persen, menurun pada jenjang SMP sebesar 96,36 persen, dan semakin menurun pada jenjang
SMA sebesar 70,25 persen. Rendahnya APM pada jenjang SMA menjadi perhatian khusus
pemerintah dalam meningkatkan pendidikan meskipun sudah ada perbaikan setiap tahunnya.
Banyak lulusan SMP dan SMA di Jawa Timur yang langsung memilih bekerja dantidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Gambar 9
Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Tahun 2009-2013
Sumber: BPS, 2013
Pemerintah telah melakukan peningkatan layanan pendidikan melalui penambahan
gedung sekolah, perbaikan sarana dan prasarana serta bantuan program pendidikan. Walaupun
upaya perbaikan kinerja pembangunan pendidikan terus ditingkatkan namun beberapa
indikator pendidikan di Jawa Timur belum menunjukkan kinerja yang optimal. Pada tahun
2013 Rata-rata lama sekolah penduduk Jawa Timur adalah 7 (Gambar 9). Kondisi ini berarti
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
6,6
6,8
7
7,2
7,4
7,6
7,8
8
8,2
8,4
2009 2010 2011 2012 2013
RLS Provinsi (tahun) RLS Nasional (tahun)
AMH Provinsi (persen) AMH Nasional (persen)
2015 Provinsi Jawa Timur
~10~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
secara rata-rata siswa hanya tamat SD dan baru masuk jenjang pendidikan SLTP. Beberapa
program pendidikan yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu memperbaiki
angka rata-rata lama sekolah dalam lima tahun terakhir. Meskipun rata-rata lama sekolah ini
lambat namun upaya perbaikan pendidikan menunjukkan peningkatan.
2.1.2. Kesehatan
Penyediaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan
pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Dalam rangka mengembangkan kesehatan
bagi masyarakat pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya meningkatkan layanannya
baik berupa sarana maupun prasarana kesehatan. Tingkat kesehatan masyarakat Jawa Timur
menunjukkan hasil yang baik apabila dilihat dari indikator kesehatan, seperti angka kematian
ibu, angka kematian bayi dan balita, serta gizi buruk yang berada di bawah nasional. Angka
kematian bayi di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 30 kematian per 1000 kelahiran baru,
sedangkan angka nasional menunjukkan 34 kematian per 1000 kelahiran baru (Gambar 10).
Angka ini juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, angka
kematian bayi Jawa Timur sebanyak 35 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu,
angka kematian balita mencapai 34 kematian per 1000 kelahiran hidup atau menurun dari
kondisi tahun 2008 sebesar 45 kematian per 1000 kelahiran hidup.
Gambar 10
Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Timur
Sumber: BPS, 2012
Keselamatan ibu dan bayi dalam proses melahirkan menjadi perhatian khusus di negara
berkembang seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia persalinan yang ditangani oleh tenaga
medis dan terlatih berperan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan anak juga sebagai indikator
kemajuan suatu daerah. Pada tahun 2014 kelahiran bayi dengan penolong pertama dilakukan
oleh dikter, tenaga medis dan bidan sebanyak 93,33 persen, dan kelahiran bayi dengan
penolong pertama masih dilakukan pihak non medis sekitar 6,67 persen (BPS Provinsi Jawa
35
25
30
39
26
34
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2007 2010 2012
AKB Provinsi AKB Nasional
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~11~
Timur, 2015). Kesehatan masyarakat di Jawa Timur semakin meningkat, ditunjukkan dengan
semakin sadarnya masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan dalam keluarga.
Pemanfaatan jasa tenaga medis dan pelayanan kesehatan di Jawa Timur juga semakin
meningkat, didukung oleh Program kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur hingga
mencapai daerah pedalaman. Program kesehatan itu meliputi pelayanan jasa tenaga medis dan
penyediaan sarana kesehatan seperti poliklinik, puskesmas, dan rumah sakit. Untuk
mengurangi terjadinya kematian bayu yang dilahirkan, dilakukan penyuluhan dan pembinaan
kepada tenaga kesehatann tradisional sepeti dukun bayi dan dukun pijat. Di Jawa Timur
penolong kelahiran anak dengan bantuan dukun masih banyak terutama di daerah Tapal Kuda
(daerah dengan suku terbesar Madura) serta daerah pedalaman yang jauh dari sarana
kesehatan.
Pemerintah Jawa Timur terus berupaya memperbaiki pelayanan kesehatan dan
membangun fasilitas kesehatan untuk masyarakat. Sasaran pembangunan kesehatan di Provinsi
Jawa Timur antara lain program peningkatan sarana prasaran alat RS rujukan regional di RSUD
dr. Saiful Anwar Kota Malang, RSUD Ibnu Sina Kab. Gresik, RSUD Haji Surabaya, RSUD Soedono
Kota Madiun, RSUD Jombang, RSUD Dr. Soebandi Kab. Jember. Penyediaan fasilitas dan tenaga
kesehatan merupakan bagian dari program pembangunan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dan
tenaga kesehatan berhubungan kemudahan penduduk dalam mengakses layanan kesehatan.
Sebagai rujukan penduduk untuk berobat jalan di Provinsi Jawa Timur, jumlah fasilitas
kesehatan tertinggi adalah puskesmas. Sampai akhir tahun 2014 jumlah puskesmas di Provinsi
Jawa Timur terbanyak berada di Kota Surabaya sebanyak 62 puskesmas, sedangkan paling
sedikit terdapat di Kota Batu sebanyak 5 puskesmas (Tabel 1). Di setiap puskesmas ditugaskan
1-2 orang dokter jaga.
Tabel 1
Jumlah Puskesmas (Unit) Tahun 2014 Provinsi Jawa Timur
No. Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas Perawatan
Puskesmas Non Perawatan
1 Kab. Pacitan 24 11 13
2 Kab. Ponorogo 31 19 12
3 Kab. Trenggalek 22 18 4
4 Kab. Tulungagung 31 14 17
5 Kab. Blitar 24 14 10
6 Kab. Kediri 37 8 29
7 Kab. Malang 39 26 13
8 Kab. Lumajang 25 18 7
9 Kab. Jember 49 17 32
10 Kab. Banyuvvangi 45 16 29
11 Kab. Bondowoso 25 25 0
12 Kab. Situbondo 17 12 5
13 Kab. Probolinggo 33 19 14
14 Kab. Pasuruan 33 18 15
15 Kab. Sidoarjo 26 13 13
16 Kab. Mojokerto 27 16 11
17 Kab. Jombang 34 17 17
2015 Provinsi Jawa Timur
~12~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
No. Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas Perawatan
Puskesmas Non Perawatan
18 Kab. Nganjuk 20 9 11
19 Kab. Madiun 26 9 17
20 Kab. Magetan 22 17 5
21 Kab. Ngawi 24 8 16
22 Kab. Bojonegoro 36 24 12
23 Kab. Tuban 33 8 25
24 Kab. Lamongan 33 32 1
25 Kab. Gresik 32 14 18
26 Kab. Bangkalan 22 22 0
27 Kab. Sampang 21 15 6
28 Kab. Pamekasan 20 15 5
29 Kab. Sumenep 30 30 0
30 Kota Kediri 9 3 6
31 Kota Blitar 3 2 1
32 Kota Malang 15 4 11
33 Kota Probolinggo 6 2 4
34 Kota Pasuruan 8 0 8
35 Kota Mojokerto 5 2 3
36 Kota Madiun 6 2 4
37 Kota Surabaya 62 16 46
38 Kota Batu 5 3 2
Provinsi 960 518 442
Nasional 9.731 3.378 6.336
Sumber: Kementerian Kesehatan, 2014
Pemerintah telah menyusun beberapa program peningkatan kualitas pelayanan untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam bidang kesehatan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan status kesehatan penduduk khususnya pada kelompok rentan seperti bayi,balita,
ibu hamil, ibu bersalin dan menyusui. Pemerintah harus mengupayakan agar para ibu hamil
dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan dengan mendistribusikan ke berbagai
wilayah termasuk ke pelosok pedesaan dan menjangkau daerah sulit sehingga persalinan balita
banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Untuk masalah gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk di Jawa Timur adalah asupan
gizi pada balita yang kurang. Kecukupan gizi merupakan syarat mutlak bagi ibu hamil dan anak-
anak. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi gizi buruk adalah dengan
mengoptimalkan program BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), termasuk program melahirkan
gratis di puskesmas dan rumah sakit bagi keluarga miskin. Pemantauan kesehatan dan gizi
terutama pada balita dilakukan pemerintah Jawa Timur untuk menekan angka gizi buruk.
Sebaran jumlah penduduk yang cukup luas berpengaruh terhadap akses pelayanan kesehatan.
Peningkatan angka kecukupan gizi harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Program prioritas yang harus dilakukan terkait dengan pembangunan kesehatan harus
menyeluruh dari penurunan AKB, peningkatan gizi masyarakat,jaminan kesehatan ibu hamil,
serta pelatihan tenaga medis.
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~13~
2.1.3. Perumahan
Arah kebijakan pada sasaran pembangunan perumahan adalah meningkatkan akses
masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, terjangkau serta
didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai. Kualitas fisik dan
fasilitas rumah yang dimiliki dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.
Rumah tangga sejahtera menempati rumah dengan kualitas yang lebih baik. Bagi masyarakat
golongan ekonomi menengah bawah, menempati rumah kualitas layak huni baik segi kesehatan,
kenyamanan, maupun keamanan merupakan suatu impian yang sulit diwujudkan. Kebutuhan
rumah layak huni di Jawa Timur sangat besar dan terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pemenuhan hunian yang layak dengan didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas
yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Kegiatan pembinaan dan bantuan teknis
pembiayaan perumahan bagi masyarakat dapat meningkatkan dan mendorong pemberdayaan
masyarakat serta membina peran swasta juga para pemangku kepentingan dalam
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
Pembangunan perumahan yang layak huni juga harus memperhatikan akses air minum
dan sanitasi layak. Selama tahun 2010-2013 rumah tangga di Jawa Timur yang mendapatkan
kriteria kelayakan sanitasi dan kelayakan air minum cenderung meningkat, namun masih
berada di bawah nasional (Gambar 11). Jumlah rumah tangga dengan kelayakan sanitasi di
Provinsi Jawa Timur cenderung meningkat pada tahun 2010 ke tahun 2013, yaitu dari 52,96
persen menjadi 60,38 persen. Sementara itu jumlah rumah tangga dengan kriteria kelayakan air
minum di Jawa Timur selama 2010-2013 meningkat dari 52,94 persen menjadi 74,04 persen.
Kurangnya dukungan infrastruktur yang memadai serta masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih merupakan salah satu penyebab rendahnya
kualitas dan kuantitas sanitasi baik dalam hal pengelolaan air limbah, persampahan, maupun
drainase permukiman. Pembangunan sanitasi sangat penting karena berdampak pada
kesehatan, kebutuhan infrastruktur permukiman, degradasi lingkungan, estetika wilayah serta
kesejahteraan masyarakat umum.
Gambar 11
Persentase Rumah Tangga Kriteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum
Sanitasi
Air Minum
Sumber: BPS, 2013
Air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup, tidak terkecuali manusia
yang dalam kehidupan sehari-harinya banyak membutuhkan air mulai dari mandi, minum
52,96 54,21
56,92
60,38
55,53 55,6
57,35
60,91
45
50
55
60
65
2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Nasional
52,94
69,49 71,71 74,04
44,19
63,48
65,05 67,73
0
20
40
60
80
2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Nasional
2015 Provinsi Jawa Timur
~14~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
mencuci dan sebagainya. Sumber air masyarakat Jawa Timur sudah memanfaatkan air bersih
yang berasal dari ledeng, pompa, sumur terlindung, dan mata air. Sebagian besar masyarakat
Jawa Timur yang hidup di perkotaan dalam pemenuhan kebutuhan air minum banyak
menggunakan air minum dalam kemasan atau isi ulang serta air ledeng. Permasalahan sanitasi
di Jawa Timur terdiri dari kebutuhan air bersih, masalah air limbah, sampah, drainase dan pola
hidup bersih dan sehat. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Seringkali pengaruhnya justru berakibat buruk, misalnya mengganggu kesehatan,
menyebabkan penyakit, dan menjadi media transmisi penyakit, dan lain-lain.
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam
menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan pemukiman serta
kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari, namun sanitasi sering kali dianggap sebagai urusan
sekunder sehingga belum mendapatkan perhatian. Salah satu pendekatan kepada masyarakat
untuk dapat membantu usaha pemerintah dalam penanganan sanitasi permukiman adalah
dengan mengkondisikan masyarakat pada suatu kebiasaan atau perilaku laku tertentu.
Pendekatan tersebut dilakukan melalui sosialisasi dan pemahaman penanganan sanitasi
lingkungan menuju masyarakat bersih dan sehat.
2.1.4. Mental/Karakter
Untuk mencapai Indonesia yang maju, makmur dan mandiri diperlukan sumberdaya
manusia yang unggul dan memiliki pendidikan yang baik, keahlian dan keterampikan, pekerja
keras, memiliki etos kemajuan, bersikap optimis, serta memiliki nilai luhur budaya bangsa.
Nilai-nilai luhur yang penting ditanamkan untuk mencapai kemandirian tersebut antara lain
gotong royong, toleransi, solidaritas, saling menghargai dan menghormati. Negara Indonesia
merupakan negara majemuk dengan latar belakang budaya dan adat istiadat yang beragam.
Pembangunan mental dan budaya masyarakat penting dilakukan untuk mendukung
pembangunan fisik dan mengatasi permasalahan sosial.
Pembangunan karakter melalui pendidikan dalam masyarakat merupakan upaya
meningkatkan sikap mental untuk meningkatkan nilai etis diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, bersikap, berbuat dan memotivasi kehidupan
seseorang. Karakter erat kaitannya pola tingkah laku dan kecenderungan untuk berbuat baik.
Dalam hal ini perlu adanya usaha mengadakan pendidikan baik formal maupun informal di
lingkungan tempat tinggal untuk menggerakkan perubahan yang terjadi. Pembangunan wilayah
Jawa Timur menuntut perubahan sikap mental manusia yang selain merupakan sarana untuk
mencapai tujuan pembangunan juga merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu
sendiri. Semua elemen masyarakat berperan serta dalam membangun karakter bangsa, di
antaranya melalui media massa, pada akademisi, tokoh adat, dan melalui peran organisasi
kepemudaan. Proses penanaman karakter yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah
meliputi pengembangan bentuk pembelajaran substantif yang materinya terkait langsung
dengan nilai, serta melalui pendidikan keagamaan.
Salah satu upaya membentuk karakter masyakarat di Jawa Timur adalah melalui
pendidikan agama. Masyarakat Jawa Timur cukup majemuk sehingga upaya pembentukan
karakater bisa dimulai dari pendidikan dalam keluarga, kelompok kegamaan, serta organisasi
kepemudaan lain. Keberadaan tempat ibadah untuk pendidikan karakter masyarakat menjadi
penting untuk dikembangkan (Tabel 2). Media tempat ibadah dan pendidikan guru agama
adalah komponen masyarakat yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan.
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~15~
Tabel 2
Data Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu
Jumlah Pemeluk Agama 39.657.788 1.271.343 492.875 343.551 205.716 10.600
Tempat Ibadah 39.408 2.826 517 427 163 17
Sumber: Kementerian Agama Kanwil Jawa Timur, 2013
Pengembangan mental dan karakter bangsa membutuhkan peran serta masyarakat baik
melalui keluarga, organisasi profesi, pengusaha, serta organisasi kemasyarakatan. Adanya
keberagaman etnis dan agama dan berkembangnya lembaga sosial dalam kehidupan
masyarakat membutuhkan peran pemuda sebagai aset pembangunan sosial. Untuk menjamin
kesejahteraan sosial keterlibatan pemuda dipelukan untuk mendorong proses pembelajaran
serta membangun komitmen bersama dalam pembangunan. Pengembangan karakter pemuda
dapat dilakukan melalui lembaga sosial dan organisasi kemasyarakatan karena keterlibatan
pemuda dalam hal ini sangat tinggi. Jumlah organisasi kepemudaan yang terdaftar di
Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2014 sebanyak 38 organisasi, terdiri atas bidang
keagamaan, kebangsaan, dan kesiswaan, dan lain-lain. Organisasi kepemudaan yang terdaftar
tersebut merupakan wadah aspirasi generasi muda dalam menjalankan aktivitas kepemudaan
(Gambar 12). Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan organisasi kepemudaan adalah
adanya sifat dan karakter dari generasi muda yang tidak relevan dengan norma kehidupan
masyarakat. Melalui peran organisasi-organisai ini pengembangan karakter yang positif dapat
dilakukan untuk menghindari masalah negatif dalam internal maupun eksternal organisasi.
Pemuda memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun daerahnya untuk kepentingan
masyarakat.
Gambar 12
Bidang Organisasi
Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2014
keagamaan 31%
kebangsaan 24%
kesiswaan 29%
kepartaian 5%
kekeluargaan 3%
kekaryaan 5%
profesi 3%
2015 Provinsi Jawa Timur
~16~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
2.2. ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
2.2.1. Pengembangan Sektor Pangan
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu stabilitas ekonomi sehingga
upaya pemenuhan kecukupan pangan menjadi kerangka pembangunan yang mampu
mendorong pembangunan sektor lainnya. Ketahanan pangan dibangun atas tiga pilar utama,
yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Tersedianya pangan secara
fisik di daerah bisa diperoleh dari hasil produksi daerah sendiri, impor, maupun bantuan
pangan. Analisis mengenai ketersediaan pangan dan akses pangan menjadi tahapan
pembangunan yang strategis karena dibutuhkan untuk menelaah kinerja ketahanan pangan di
Jawa Timur. Kemandirian pangan akan mampu menjamin masyarakat memenuhi kebutuhan
pangan yang cukup, mutu yang layak, aman dan tanpa ketergantungan dari pihak luar.
Sumber pangan lokal di Provinsi Jawa Timur antara lain tanaman pangan dan
holtikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Tanaman pangan merupakan salah satu
subsektor pertanian yang dominan di Jawa Timur. Produksi padi dan jagung angkanya
berfluktuatif namun hasil produksinya lebih besar daripada komoditas lain. Produksi padi di
Provinsi Jawa Timur tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 657.462 ton dari tahun
sebelumnya yaitu mencapai hasil produksi 12.397.049 ton pada tahun 2014 menjadi
13.054.511 ton pada tahun 2015 (Gambar 13). Kenaikan produksi ini disebabkan oleh kenaikan
pada luas panen sebesar 64,24 ribu hektar (3,10 persen) dan tingkat produktivitas sebesar 1,28
kuintal/hektar (2,14 persen)
Gambar 13
Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Padi Provinsi Jawa Timur
Sumber: BPS, 2015
Kondisi ideal untuk menanam padi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi
komoditas yang lain. Pada saat lahan difungsikan untuk tanaman padi maka tanaman yang lain
mengalami penurunan baik luas panen maupun produksinya. Pengelolaan pertanian hingga saat
ini masih dikelola secara tradisional sehingga hasil produksinya sangat dipengaruhi oleh
kondisi iklim. Peningkatan produksi jagung dan kedelai juga menjadi prioritas pemerintah
10.576.543
12.198.707 12.049.342 12.397.049 13.054.511
59,04
61,74 59,28 59,86 61,32
0
10
20
30
40
50
60
70
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi Padi Produktivitas Padi Produktivitas Nasional
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~17~
Provinsi Jawa Timur. Produksi dan produkstivitas jagung di Provinsi Jawa Timur selama tahun
2011-2015 berfluktuatif namun memiliki kecenderunan meningkat dan mencapai hasil
produksi sebesar 6 juta ton pada tahun 2015 (Gambar 14). Dibandingkan dengan produksi
jagung tahun 2014 terjadi kenaikan produksi sebanyak 301,05 ribu ton (5,25 persen). Kenaikan
produksi ini disebabkan oleh kenaikan pada luas panen sebesar 13,05 ribu hektar (1,09 persen)
dan tingkat produktivitas sebesar 1,96 kuintal/hektar (4,11 persen)
Gambar 14
Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Jagung Provinsi Jawa Timur
Sumber: BPS, 2015
Gambar 15
Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Kedelai Provinsi Jawa Timur
Sumber: BPS, 2015
5.443.705
6.295.301
5.760.959 5.737.382
6.038.433
40
42
44
46
48
50
52
54
5.000.000
5.200.000
5.400.000
5.600.000
5.800.000
6.000.000
6.200.000
6.400.000
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi Jagung Produktivitas Jagung Produktivitas Nasional
366.999 361.986
329.461
355.464
350.066
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
310.000
320.000
330.000
340.000
350.000
360.000
370.000
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi Kedelai Produktivitas Kedelai
Produktivitas Nasional
2015 Provinsi Jawa Timur
~18~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Hasil produksi kedelai di Jawa Timur tidak sebesar hasil produksi jagung dan pagi. Pada
tahun 2015 angka produksi kedelai di Jawa Timur besarnya 350.066 ton, lebih rendah dari
pencapaian tahun 2014 sebesar 355.464 ton. Penurunan produksi ini disebabkan oleh
penurunan pada luas panen sebesar 4,12 ribu hektar (-1,92 persen) sedangkan tingkat
produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,07 kuintal/hektar (0,42 persen).
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Jawa Timur peningkatan luas lahan
pertanian diperlukan untuk menjamin stabilitas dan ketahanan pangan. Provinsi Jawa Timur
memiliki potensi lahan kering yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif lahan produksi
pangan. Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha pertanian di lahan kering antara
lain kesuburan tanah di lahan kering relatif rendah, akses irigasi terbatas, serta biaya
pengelolaan lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian konvensional. Upaya ketahanan
pangan yang didukung dengan dana APBN perlu disalurkan ke petani dalam bentuk bantuan
sosial untuk memilih bibit unggul, pupuk, perbaikan irigasi, serta pemberian alat mesin
pertanian sehingga petani mampu meningkatkan produktivitas dan memperluas areal
tanamnya.
Kebutuhan bahan pangan selain bersumber dari pertanian juga berasal dari peternakan.
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Kebutuhan konsumsi
penduduk akan semakin besar seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
pertumbuhan ekonominya. Dengan demikian produksi hasil ternak perlu terus dikembangkan,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Produksi daging di Provinsi Jawa Timur
cukup besar, dengan produksi tertinggi pada tahun 2014 adalah daging sapi (Gambar 16).
Pengembangan komoditas sapi juga membuka peluang bagi pelaku usaha dengan berbagai
alternatif investasi diantaranya usaha perbibitan sapi, usaha penggemukan sapi, usaha
campuran dan pembibitan, dan usaha peternakan hilir.
Gambar 16
Produksi Daging Provinsi Jawa Timur (Ton)
Sumber: BPS, 2014
109.016 112.447 110.762
100.707
119.463
501 410 111 120 120
17.386 16.923 16.884 15.499 15.654
299 2.283 2.399 3.136 3.230
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
2010 2011 2012 2013 2014
Daging Sapi Daging Kerbau Daging Kuda
Daging Kambing Daging Domba Daging Babi
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~19~
Peternakan unggas di Provinsi Jawa Timur juga banyak dibudidayakan dan jumlahnya
cenderung meningkat setiap tahun. Jumlah populasi ternak terbesar di Jawa Timur adalah
ayam pedaging yaitu sebanyak 104 juta ekor pada tahun 2014, mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya sebanyak 103 juta ekor (Gambar 17). Ayam jenis ini banyak diminati karena
lebih menguntungkan dan mudah pemeliharaannya. Sedangkan itik sangat sedikit peminatnya
di Jawa Timur sebanyak 5 juta ekor.
Gambar 17
Populasi Ternak Unggas Provinsi Jawa Timur (Ribu Ekor)
Sumber: BPS, 2014
Tercapainya kondisi ketahanan dan kemandirian pangan di Provinsi Jawa Timur juga
dipengaruhi adanya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan usaha tani tanaman
pangan, usaha tani hortikultura, usaha peternakan, dan usaha perkebunan yang mampu
memberikan dampak bagi peningkatan produksi dan produktivitas petani dan peternak.
Kebutuhan penyediaan pangan terus meningkat sementara peningkatan produksi pangan dan
produktivitas hasil pertanian juga terus diupayakan. Pemerintah daerah mendorong
peningkatan jumlah lahan pertanian dengan memfungsikan kembali lahan sawah untuk
ditanam padi, jagung, dan kedelai sesuai dengan musimnya. Ketersediaan lahan di Jawa Timur
cukup luas untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi tanaman pertanian dan
kebutuhan pangan lainnya. Pemerintah berupaya melakukan pembukaan lahan pertanian
dalam memenuhi target produksi tanaman pangan di tahun 2019 (Tabel 3).
Tabel 3
Sasaran Kedaulatan Pangan Provinsi Jawa Timur
Desa
Mandiri
Benih
Cetak
Sawah
(Ha)
Target Produksi 2019 (ribu ton)
Padi Jagung Kedelai Gula Daging Sapi
dan kerbau
40 - 13.654.262 6.767.324 1.085.897 1.370.252 157.101
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2015
24.006,80 29.310,30 32.143,70 33.807,00 34.314,10
21.959,50
37.035,30 40.268,60 43.066,40 43.927,70
56.993,60
149.552,70 155.945,90
162.296,20 163.919,10
3.688,30 3.884,30 4.728,30 5.159,70 5.683,40
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
140.000,00
160.000,00
180.000,00
2010 2011 2012 2013 2014
Ayam Kampung Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik
2015 Provinsi Jawa Timur
~20~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Dalam pemanfaatan dan pengolahan lahan sawah petani perlu mendapatkan pembinaan
dan didampingi secara intensif baik dalam pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen,
dan pasca panen oleh penyuluh pertanian dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik lokasi.
Dinas pertanian perlu memantau penyaluran benih dan pupuk agar lahan sawah bisa
diusahakan secara berkelanjutan sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman
pangan. Petani juga perlu mendapatkan fasilitas berupa kemudahan dalam mengakses sarana
produksi, sumber permodalan, pengolahan hasil serta pemasaran untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahterannya.
Salah satu upaya dalam mendorong produksi dan produktivitas pangan adalah
tersedianya infrastruktur pertanian yang memadai. Pembangunan infrastruktur yang saat ini
diperlukan antara lain berupa perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengairan, seperti
waduk dan saluran irigasi, serta pembangunan jalan yang menghubungkan sentra produksi
kepada konsumen akhir. Untuk mewujudkan ketersediaan infrastruktur tersebut, dukungan
dan koordinasi antara instansi yang membidangi pembangunan fisik serta pemerintah daerah
melalui dukungan kebijakan yang mempermudah implementasi pembangunan tersebut, mutlak
diperlukan. Selain pembangunan infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian juga memerlukan dukungan penyediaan teknologi dan sarana produksi, serta sumber
daya manusia yang baik.
2.2.2. Pengembangan Sektor Energi
Ketersediaan energi yang berkesinambungan, handal, terjangkau dan ramah lingkungan
merupakan hal yang fundamental dalam membangun industri energi yang bisa mendukung
perkembangan ekonomi dan sosial suatu negara. Berdasarkan hal tersebut beberapa negara
termasuk Indonesia telah mulai memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti
energi fosil yang cadangannya mulai menipis. Tidak seperti negara-negara maju, pengembangan
EBT di Indonesia hingga saat ini masih belum begitu menggembirakan. Potensi energi
terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, angin, surya, samudera, maupun biomasa jumlahnya
cukup memadai namun tersebar. Selain itu terdapat sumberdaya energi terbarukan yang belum
banyak diketahui masyarakat umum adalah energi laut dan samudra.
Sambil terus mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT), kebutuhan energi
listrik perlu dipenuhi dengan penyediaan batubara sebagai bahan baku dalam negeri. Batubara
melimpah di Indonesia, tetapi pemanfaatan dalam negeri masih belum maksimal. Untuk
menekan emisi gas rumah tangga pada batubara, perlu peningkatan efisiensi melalui intervensi
teknologi. Dalam rangka mempercepat diversifikasi energi khususnya dalam pembangkitan
tenaga listrik pemerintah melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan energi terbarukan seperti air dan panas bumi sebagai sumber energinya. Saat ini
umumnya tenaga listrik bahan bakunya disuplai dari bahan baku fosil yaitu minyak bumi dan
batubara.
Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki potensi energi air yang cukup besar. Potensi panas
bumi Jawa Timur diperkirakan memiliki cadangan sebesar 274 Mwe dan sumber daya sebesar
240 Mwe yang terdapat di Welirang Arjuno, Wilis Argopuro, dan Blawan Ijen. Kandungan panas
bumi di Kabupaten Bondowoso juga cukup besar. Kawasan eksplorasi dan eksploitasi panas
bumi ini seluas 62 ribu hektar yang meliputi kawasan hutan lindung dan cagar alam. Saar ini
kegiatan eksploitasi dilakukan oleh PT. Medco Energi. Selain itu terdapat potensi geothermal di
kabupaten Kediri, Ponorogo, dan Bondowoso. Potensi Geothermal di Ngebel Kabupaten
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~21~
Ponorogo diprediksi mampu menghasilkan daya listrik sekitar 165 MW atau mampu memenuhi
kebutuhan listrik sampai 330 ribu sambungan.
Penempatan pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan di
Provinsi Jawa Timur perlu diprioritaskan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus
diimbangi dengan ketersediaan tenaga listrik karena meningkatnya permintaan tenaga listrik.
Rasio elektrifikasi di Provinsi Jawa Timur tahun 2014 di bawah 100 persen, namun lebih tinggi
dari rata-rata nasional sebesar 81,70 persen (Gambar 18). Rasio elektrifikasi merupakan
perbandingan jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah keseluruhan rumah tangga
(RUPTL PLN 2015-2024). Rasio elektrifikasi ini menggambarkan tingkat ketersediaan energi
listrik untuk masyarakat. Selama kurun waktu 2009-2014 produksi listrik Jawa Timur
mengalami peningkatan sebesar 42,8 persen, yaitu dari 22.776.487.244 MWh tahun 2009
menjadi 32.525.099.582 MWh.
Gambar 18
Rasio Elektrifikasi (%) Tahun 2014
Tidak termasuk pelanggan non PLN
Sumber: Statistik PLN, 2014
Ketergantungan manusia akan listrik semakin besar yang berdampak pada
bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Jumlah pasokan listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan
sebesar 30.523.986 MWh dengan daya terpasang sebesar 15.501 kVA. Pelanggan yang
mengkonsumsi listrik berasal dari golongan tarif sosial, rumah tangga, usaha dan hotel, insutri,
gedung/kantir, jalan, dengan jumlah pelanggan sebanyak 9.642.010 pelanggan. Provinsi Jawa
Timur mampu mencukupi kebutuhan listrik sendiri sehingga sangat mungkin untuk
disitribusikan ke wilayah lain yang masih kurang produksinya. Golongan industri merupakan
pemakai listrik terbesar di Jaw a Timur, yaitu mencapai 13.277 MWh atau sekitar 43,33 persen
dari total pelanggan PT PLN. Kelompok rumah tangga mengkonsumsi listrik sebesar 11.5 85
MWh atau 37,95 persen. Komposisi pendistribusian aliran listrik dari tahun ke tahun
mengalami perubahan. Persentase aliran listrik yang disalurkan ke rumah tangga semakin
83,14
81,70
0
20
40
60
80
100
120
Ace
h
Sum
ater
a U
tara
Sum
ater
a B
arat
Ria
u
Jam
bi
Sum
ater
a Se
lata
n
Ben
gku
lu
Lam
pu
ng
Kep
Ban
gka
Bel
itu
ng
Kep
ula
uan
Ria
u
DK
I Ja
kar
ta T
ange
ran
g
Jaw
a B
arat
Jaw
a T
enga
h
D.I
Yo
gyak
arta
Jaw
a T
imu
r
Ban
ten
B A
L I
Nu
sa T
engg
ara
Bar
at
Nu
sa T
engg
ara
Tim
ur
Kal
iman
tan
Bar
at
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kal
iman
tan
Sel
atan
Kal
iman
tan
Tim
ur
dan
Uta
ra
Sula
wes
i Uta
ra
Sula
wes
i Ten
gah
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Ten
ggar
a
Go
ron
talo
Sula
wes
i Bar
at
Mal
uk
u
Mal
uk
u U
tara
Pap
ua
Bar
at
Pap
ua
Rasio Elektrifikasi Nasional
2015 Provinsi Jawa Timur
~22~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
menurun, sementara persentase aliran ke industri semakin meningkat, sedangkan lainnya
relatif stabil.
2.2.3. Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan
Pembangunan ekonomi bidang maritim merupakan salah satu prioritas program kerja
pembangunan. Sasaran pengembangan ekonomi maritim dan kelautan diantaranya
termanfaatkannya sumber daya kelautan, tersedianya data dan informasi sumber daya kelautan
terintegrasi untuk mendukung pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, terwujudnya tol laut
dan upaya meningkatkan pelayanan angkutan laut dan konektivitas laut. Untuk mewujudkan
sasaran tersebut, wilayah dengan potensi maritim besar perlu didorong untuk melakukan
percepatan pengembangan ekonomi kelautan. Provinsi Jawa Timur memegang peran strategis
dalam kebijakan poros maritim, yaitu sebagai rantai konektivitas serta jalur distribusi dan
logistik di kepulauan nusantara. Jawa Timur juga memiliki potensi perikanan yang besar dan
perlu dikembangkan. Keberadaan infrastruktur pelabuhan perlu dibangun dengan kualitas dan
jumlah yang memadai untuk menunjang berkembangnya sektor maritim dan kelautan.
Pada umumnya arus kunjungan kapal pelayaran luar negeri dan dalam negeri dilakukan
di empat pelabuhan utama yang ada di provinsi Jawa Timur, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak,
Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pelabuhan Probolinggo. Pelabuhan Gresik
secara administratif termasuk di dalamnya Pelabuhan Sumenep, sedangkan Pelabuhan
Probolinggo secara administratif termasuk di dalamnya Pelabuhan Pasuruan dan Situbondo.
Empat pelabuhan utama ini yang merupakan pusat keluar masuknya barang dan penumpang di
Jawa Timur. Jumlah kunjungan kapal akan berdampak terhadap volume bongkar muat barang
yang ada di pelabuhan (Tabel 4). Sementara itu, presentase penurunan kunjungan kapal terjadi
di Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pelabuhan Tanjung Perak, yaitu masing-masing sebesar 5,97
persen dan 0,83 persen, sedangkan Pelabuhan Gresik dan Probolinggo masing-masing naik
sebesar 11,54 persen dan 42,88 persen. Total barang yang dibongkar di seluruh pelabuhan
kenaikannya mencapai 6,90 persen, sedangkan barang yang dimuat mengalami kenaikan
sebesar 6,11 persen. Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan yang diusahakan
memiliki peran yang sangat penting di Jawa Timurkarena sebagian besar kegiatan yang
berhubungan dengan kepelabuhanan berada di Pelabuhan Tanjung Perak.
Tabel 4 Aktivitas di Pelabuhan Diusahakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Pelabuhan Kapal (unit) Bongkar (ton) Muat (ton) Tanjung Perak 14.080 11.042.921 2.371.098 Gresik 8.345 15.588.161 6.934.902 Tanjung Wangi 1.275 1.369.898 250.502 Purbolinggo 2.166 26.242 2.080 Total 25.866 28.27.222 9.558.581
Sumber: Statistik Transportasi Provinsi Jawa Timur, 2015
Jawa Timur juga memiliki potensi sumber daya besar pada wilayah pesisir dan laut.
Sebagian besar produksi ikan terbanyak berasal dari budidaya laut serta perikanan tangkap
laut, meliputi ikan cakalang, tongkol, layang dan ikan tuna dengan hasil produksi yang
melimpah. Hasil produksi ikan terbanyak tahun 2013 di Jawa Timur adalah perikanan budidaya
laut sebesar 580.683 ton, serta perikanan tangkap laut sebesar 378.329 ton (Gambar 19).
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~23~
Sumber daya ikan yang melimpah di laut juga pembudidayaan ikan di darat seharusnya
dapat menopang ketahanan pangan masyarakat Jawa Timur. Wilayah pesisir dan lautan di
Provinsi Jawa Timur juga berpotensi pada sektor wisata bahari. Sektor perikanan dan kelautan
di Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber ekonomi yang berkontribusi tinggi
sehingga harus dikelola dengan baik agar menjadi sumber kehidupan masyarakat yang
berkelanjutan.
Gambar 19
Produksi Perikanan (ton) Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Sumber: BPS, 2013
2.2.4. Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri
Pembangunan pariwisata dan industri harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga
memberikan manfaat langsung untuk kesejahteraan masyarakat karena sektor pariwisata dan
industri merupakan salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi. Arah kebijakan dalam
pengembangan sektor pariwisata meliputi: pemasaran pariwisata nasional dengan
mendatangkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara; pembangunan destinasi
pariwisata dengan meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di
dalam dan luar negeri; pembangunan industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi
usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing
produk dan jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus
pemasaran; dan pembangunan kelembagaan pariwisata dengan membangun sumberdaya
manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan keragaman budaya,
wisata sejarah dan wisata alam yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Jumlah
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di Jawa Timur meningkat setiap tahunnya,
terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi Jawa Timur
dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010-2014 (Gambar 20). Jumlah tamu asing
dan domestik pada hotel dan akomodasi lain di Jawa Timur sebesar 8,7 juta orang pengunjung
27%
1%
42%
13%
16%
1%
Tangkap Laut Perairan Umum Budidaya Laut Tambak
Kolam Keramba Jaring Apung Sawah
2015 Provinsi Jawa Timur
~24~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
pada tahun 2014. Apabila dibandingkan dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2010-2014),
jumlah wisatawan di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 23 persen.
Gambar 20
Jumlah Tamu yang Menginap Tahun 2010-2014
Sumber: BPS, 2014
Peningkatan wisatawan terhadap hotel dan akomodasi lainnya ternyata tidak diikuti
dengan peningkatan wisatawan terhadap objek wisata. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
dari pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mempromosikan tempat wisata di Jawa Timur.
Akses menjangkau tempat-tempat wisata di Jawa Timur juga telah didukung dengan beragam
moda transportasi serta infrastruktur yang baik. Potensi wisata Jawa Timur cukup lengkap, dari
wisata alam, budaya, sejarah, dan lain-lain. Jawa Beberapa wisata alam di Jawa Timur meliputi
Gunung Bromo di Probolinggo, Kawah Ijen Banyuwangi, Goa Tabuhan di Pacitan, Pantai
Plengkung Banyuwangi, Pantai Papuma dan Pantai Watu Ulo di Jember, Pantai Bale Kambang
dan Pulau Sempu di Malang, Kawasan Pantai Slopeng dan Lombang di Madura, dan lain-lain.
Selain itu juga terdapat Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan, dan Taman Nasional Baluran di
Banyuwangi sebagai savana terluas di Pulau Jawa. Untuk menarik minat wisatawan baik
wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, pemerintah daerah harus terus menjaga
kelestarian tempat-tempat wisata budaya dan terus mengembangkan sumberdaya
budaya, sumberdaya alam yang akan membuat satu daya tarik kepariwisataan. Faktor yang
harus diperhatikan selain infrastruktur adalah kesehatan, kebersihan, keamanan dan
keselamatan bagi para wisatawan.
Untuk sektor industri, pembangunan sektor industri bukan hanya mambangun pabrik
dan memasarkan hasil produksinya namun membangun sistem untuk berkembang secara
mandiri pada struktur ekonomi masyarakat setempat. Salah satu tantangan yang dihadapi
industri nasional saat ini adalah daya saing yang rendah di pasar internasional. Faktor yang
menyebabkan rendahnya daya saing tersebut antara lain adanya peningkatan biaya energi,
tingginya biaya ekonomi, serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan lain yang
dihadapi adalah masih lemahnya keterkaitan antar industri (industri hulu dan hilir maupun
476.236 545.177 312.796 291.964 333.682
6.560.668 6.185.289
6.981.664
8.407.884 8.341.417
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
90.000.000
100.000.000
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Tamu Asing (Provinsi) Jumlah Tamu Indonesia (Provinsi)
Jumlah Tamu Asing (Nasional) Jumlah Tamu Indonesia (Nasional)
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~25~
antara industri besar dengan industri kecil dan menengah), adanya keterbatasan berproduksi
barang setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi,
kesenjangan kemampuan ekonomi antardaerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa
komoditas tertentu.
Sektor industri merupakan sektor yang mendominasi perekonomian di Jawa Timur.
Kinerja sektor industri pengolahan tumbuh positif beberapa tahun terakihr. Membaiknya
kinerja industri Jawa Timur didukung jumlah industri yang semakin meningkat. Baik Industri
Besar Sedang (IBS) maupun Industri Mikro Kecil (IMK) pertumbuhan jumlah industrinya di atas
4 persen. Pada IBS jumlah industri percetakan dan reproduksi rekaman memiliki pertumbuhan
tertinggi, diikuti industri barang logam bukan mesin dan peralatannya, serta industri makanan
dan minuman. Pada IMK jumlah industri yang meningkat tajam adalah industri kimia dan bahan
kimia, diikuti industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan. Menurut kelompok
industri, nilai investasi industri Di Jawa Timur sebesar 67 T rupiah, dengan jumlah unit usaha
sebanyak 807.478 unit (Tabel 5).
Tabel 5
Keadaan Industri Menurut Kelompok Industri Tahun 2014
Kelompok Industri Unit Usaha
(unit)
Tenaga Kerja
(orang)
Nilai Investasi
(Milyar Rp)
Nilai Produksi
(Milyar Rp)
Industri logam, Mesin,
Tekstil dan Aneka
119.469 486.143 9.436 20.753
Industri Agro Kimia 669.759 2.572.954 56.076 187.832
Industri Alat Transportasi,
Elektronika, dan
telematika
18.250 73.952 1.759 4.047
Total 807.478 3.133.049 67.271 212.632
Catatan BPS : Sejak Tahun 2009 Pengklasifikasian Jenis Industri Sesuai tabel di atas
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, 2015
Suatu daerah dianggap maju jika kelompok sektor sekunder menjadi penopang bingkai
perekonomiannya. Industri manufaktur merupakan salah satu penopang perekonomian yang
dianggap tangguh. Keberadaan dan keberlanjutan industri manufaktur memegang peranan yang
kuat karena mengakar di masyarakat. Sektor industri manufaktur, baik Industri Besar Sedang
(IBS) maupun Industri Mikro Kecil (IMK) perannya tidak begitu besar dalam pembentukan
ekonomi daerah, namun berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan pemerataan
pendapatan. Jumlah unit usaha di sektor industri besar dan menengah Jawa Timur tahun 2013
terbanyak adalah di Kota Sidoarjo yaitu 300 perusahaan, dan Kota Surabaya sebanyak 882
perusahaan, sementara jumlah paling sedikit di Kota Blitar dan Kabupaten Pacitan masing-
masing 14 perusahaan (Gambar 21).
2015 Provinsi Jawa Timur
~26~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Gambar 21
Jumlah Industri (IBS) Tahun 2013
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, 2015
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui usaha kecil
dan mikro, antara lain kualitas SDM bidang udaha kecil dan mikro yang masih rendah, tingkat
kesejahteran masyarakat lokal yang rendah, modal usaha yang belum tersedia, kurangnya
kebijakan pemerintah terhadap pengembangan UKM, serta strategi pemasaran terhadap jenis
usaha belum tersedia. Peran pemerintah terhadap industri kecil dan mikro adalah bagaimana
menumbuhkan iklim usaha dengan menerapkan peraturan perundangan dan kebijakan yang
meliputi aspek pendanaan, sarana prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha,
kesempatan berusaha, promosi dagang, serta dukungan kelembagaan.
2.3. ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN
2.3.1. Pusat Pertumbuhan Wilayah
Pusat pertumbuhan wilayah banyak ditentukan berdasarkan potensi yang dimilikinya.
Peningkatan infrastruktur dan ketersediaan sarana mampu mendukung percepatan
pembangunan. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap di suatu wilayah juga bisa digunakan
sebagai dasar dalam penetapan pusat pertumbuhan, karena hierarki suatu kota yang besar
akan mempercepat wilayah lain untuk berkembang. Hierarki kota dapat menentukan jenjang
pelayanan terkait dengan pusat pelayanan di kota.
2.3.1.1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas
investasi, ekspor, dan perdagangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Salah satu syarat pengembangan KEK adalah ketersediaan investor yang akan menggerakkan
investasi di wilayah tersebut. KEK bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan
mengurangi kesenjangan dalam masyarakat melalui hadirnya aktivitas ekonomi yang
14 28 45
190
65 109
232
80
170
278
73 84 63
770
946
213
145
43 19 28 31
78
205
142
562
19 21 67 55 38
14
258
45 62 61 54
882
37
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000 P
acit
an
Po
no
rogo
T
ren
ggal
ek
Tu
lun
gagu
ng
Bli
tar
Ked
iri
Mal
ang
Lu
maj
ang
Jem
ber
B
any
uw
angi
B
on
do
wo
so
Situ
bo
nd
o
Pro
bo
lin
ggo
P
asu
ruan
Si
do
arjo
M
ojo
ker
to
Jom
ban
g N
gan
juk
M
adiu
n
Mag
etan
N
gaw
i B
ojo
neg
oro
T
ub
an
Lam
on
gan
G
resi
k
Ban
gkal
an
Sam
pan
g P
amek
asan
Su
men
ep
Ko
ta K
edir
i K
ota
Bli
tar
Ko
ta M
alan
g K
ota
Pro
bo
lin
ggo
K
ota
Pas
uru
an
Ko
ta M
ojo
ker
to
Ko
ta M
adiu
n
Ko
ta S
ura
bay
a
Ko
ta B
atu
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~27~
memberikan nilai tambah. Terbentuknya KEK diharapkan semakin membangun daya saing
wilayah dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sesuai RKP 2016 tidak ada penetapan KEK di Jawa Timur. Kebijakan
pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali diarahkan menjadi
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing
nasional dan internasional berbasis sektor industri dan jasa nasional, pusat pengembangan
ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia,
diarahkan untuk pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi,
telematika, kimia, alumina dan besi baja.
2.3.1.2. Kawasan Industri
Kawasan Industri (KI) bertujuan untuk mengendalikan tata ruang, meningkatkan upaya
industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah,
meningkatkan daya saing industri, meningkatkan daya saing investasi, serta memberikan
kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang terkoordinasi antar
sektor terkait. Kawasan Industri di Jawa Timur terdapat di Surabaya Industrial Estate (SIER),
PIER Pasuruan, Kawasan Industri Gresik (KIG), Ngoro Industrial Park (NIP) Mojokerto, Maspion
Gresik, dan Lamongan Industrial S (LIS), namun bukan menjadi prioritas nasional untuk
dikembangkan (Pengembangan Reguler). Potensi tersebut didukung oleh infrastruktur
pendukung yang memadai mulai dari jalan hingga ketersediaan pelabuhan Terminal Teluk
Lamong dan Pelabuhan Perak. Permintaan lahan kawasan industri terus meningkat seiring
dengan program hilirisasi industri dan meningkatnya kinerja perekonomian Indonesia.
Faktor pendukung untuk pengembangan kawasan industri meliputi pelabuhan niaga,
infrastruktur pendukung, dan akses kawasan industri. Infrastruktur dan fasilitas pendukung
yang akan dibangun mencakup jalan kawasan sesuai standar internasional, saluran drainase
untuk menjamin kawasan bebas banjir, pembangkit listrik, pusat pengolahan air bersih, pusat
pengolahan air limbah, sarana olah raga dan hiburan, kompleks pendidikan, dan lain-lain.
2.3.2. Kesenjangan intra wilayah
Pembangunan diarahkan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah dan
antargolongan pendapatan. Tingkat kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi
Jawa Timur yang ditunjukan dengan nilai indeks wiliamson dari tahun 2009-2013 memiliki
kecenderungan meningkat dan berada di atas rata-rata nasional. Kesenjangan di Jawa Timur
tergolong kesenjangan ekonomi yang berkategori tinggi (Gambar 22). Penyebab kesenjangan
ekonomi dan sosial di Jawa Timur adalah struktur perekonomian di kabupaten dan kota di Jawa
Timur yang berbeda. Beberapa daerah merupakan daerah industri dan perkotaan yang cukup
maju sedangkan daerah lain merupakan perdesaan yang kegiatan perekonomiannya hanya
didominasi oleh pertanian.
2015 Provinsi Jawa Timur
~28~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Gambar 22
Perkembangan Kesenjangan Ekonomi (Indeks Williamson) 2009-2013
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur cukup tinggi,
terlihat dari besarnya gap antara kabupaten dan kota dengan PDRB perkapita tertinggi dan
PDRB perkapita terendah (Tabel6). Kesenjangan yang ditimbulkan juga relatif besar
antarwilayah yang memiliki sumber daya alam melimpah, yang didukung oleh pengolahan
industri dari hulu ke hilir. Kabupaten dan kota di Jawa Timur yang memiliki pendapatan per
kapita tinggi antara lain Sidoarjo, Gresik, Kota Madiun, dan Kota Surabaya yang menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi serta didukung oleh aktivitas industri di daerah ini. Keberadaan industri
pengolahan turut meningkatkan pendapatan per kapita bagi masyarakat di daerah ini. Kota
Kediri memiliki PDRB tertinggi diantara kabupaten dan kota di Jawa Timur karena didukung
industri besar skala internasional.
Tabel 6
Perkembangan Nilai PDRB Perkapita ADHB dengan Migas Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013 (000/jiwa)
Kab/ Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pacitan 4.976 5.527 6.189 6.879 7.717 8.809
Ponorogo 6.656 7.523 8.696 9.781 11.007 12.377
Trenggalek 6.903 7.721 8.689 9.792 11.044 12.481
Tulungagung 13.257 14.755 16.424 18.361 20.538 23.109
Blitar 8.970 9.882 11.001 12.256 13.594 15.235
Kediri 8.435 9.294 10.408 11.556 12.906 14.566
Malang 10.391 11.400 12.802 14.432 16.365 18.667
Lumajang 11.139 12.312 13.770 15.377 17.154 19.269
Jember 8.784 9.723 10.815 12.065 13.587 15.485
Banyuwangi 11.899 13.350 14.927 17.099 19.804 22.412
Bondowoso 7.762 8.519 9.468 10.533 11.801 13.272
Situbondo 10.344 11.421 12.747 14.203 15.956 17.783
Probolinggo 10.966 12.093 13.554 15.129 16.898 19.025
0,78
0,80 0,81
0,81
0,82
0,77 0,76 0,76 0,76 0,76
0,72
0,74
0,76
0,78
0,80
0,82
0,84
2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Nasional
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~29~
Kab/ Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pasuruan 8.305 9.123 10.273 11.538 12.970 14.646
Sidoarjo 24.113 26.138 28.984 32.510 36.655 41.094
Mojokerto 14.413 15.735 17.746 19.979 22.516 25.460
Jombang 9.508 10.445 11.668 13.147 14.803 16.685
Nganjuk 8.776 9.688 10.797 12.016 13.499 15.304
Madiun 8.440 9.246 10.398 11.672 13.122 14.815
Magetan 9.589 10.597 11.883 13.290 14.891 16.938
Ngawi 7.056 7.879 8.847 9.887 11.137 12.529
Bojonegoro 11.397 13.922 18.317 22.677 24.564 26.705
Tuban 13.655 15.225 16.987 18.961 21.226 24.192
Lamongan 7.726 8.779 9.972 11.381 12.949 14.844
Gresik 24.805 28.347 32.822 36.842 41.418 46.666
Bangkalan 6.850 7.432 8.210 9.108 10.240 11.420
Sampang 5.589 6.046 6.496 7.215 7.965 8.799
Pamekasan 5.117 5.552 6.157 6.949 7.776 8.675
Sumenep 8.686 9.584 10.721 12.008 13.408 15.174
Kota Kediri 167.653 188.705 212.662 240.587 273.327 306.546
Kota Blitar 12.343 13.697 15.339 17.030 19.026 21.375
Kota Malang 30.388 33.258 37.464 41.312 46.162 52.093
Kota Probolinggo 17.881 19.632 21.904 23.928 26.511 29.814
Kota Pasuruan 11.528 12.636 14.162 15.769 17.399 19.369
Kota Mojokerto 18.639 20.450 23.205 25.818 28.859 32.158
Kota Madiun 23.113 25.659 29.166 33.063 37.133 42.085
Kota Surabaya 59.520 64.760 74.022 84.274 94.213 108.326
Kota Batu 13.578 15.088 17.063 19.178 21.500 24.638
Jawa Timur 16.807 18.399 20.725 23.374 26.274 29.620
Sumber: BPS, 2013
3. ISU STRATEGIS WILAYAH
Isu strategis merupakan permasalahan pembangunan yang memiliki kriteria yaitu: (i)
berdampak besar bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional; (ii) merupakan akar
permasalahan pembangunan di daerah; dan (iii) mengakibatkan dampak buruk berantai pada
pencapaian sasaran pembangunan yang lain jika tidak segera diperbaiki. Berdasarkan
gambaran kinerja pembangunan wilayah, analisis pembangunan, serta identifikasi
permasalahan yang telah dilakukan, maka isu-isu strategis Provinsi Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
1. Tingginya Ketergantungan pada Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan total PDRB
Jawa Timur, sementara itu peranan sektor-sektor yang mendukung industrialisasi sangat
rendah. Struktur perekonomian Jawa Timur tahun 2014 didominasi sektor industri pengolahan;
pertanian, kehutanan, dan perikanan; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor (Tabel 7). Sektor pendukung industrialisasi meliputi pengadaan listrik dan gas, serta
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah perannya juga kecil dalam perekonomian.
2015 Provinsi Jawa Timur
~30~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Tabel 7
Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014
No. Lapangan Usaha
Distribusi Persentase (%)
PDRB ADHB PDRB ADHK
2010
1. Pertanian , Kehutanan, dan Perikanan 13,73 12,35
2. Pertambangan dan Penggalian 5,19 4,85
3. Industri Pengolahan 28,90 29,48
4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,36 0,36
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,09 0,10
6. Konstruksi 9,47 9,23
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
17,24 18,16
8. Transportasi dan Pergudangan 3,20 2,89
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,19 4,97
10. Informasi dan Komunikasi 4,54 5,50
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,69 2,58
12. Real Estate 1,57 1,74
13. Jasa Perusahaan 0,79 0,78
14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan, Jaminan
Sosial Wajib
2,31 2,28
15. Jasa Pendidikan 2,72 2,64
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,63 0,65
17. Jasa Lainnya 1,38 1,46
100.00 100.00
Sumber: BPS, 2014
Apabila ditelusuri lebih lanjut berdasarkan analisis sektor basis, industri pengolahan;
pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah; perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; penyediaan akomodasi dan makan minum;
informasi dan komunikasi merupakan sektor-sektor tradable (dapat diperdagangkan
antardaerah), dengan nilai location quotient lebih besar dari satu (LQ>1). Hal ini menunjukkan
Provinsi Jawa Timur memiliki proportional share lebih besar dari rata-rata daerah lain untuk
sektor-sektor tersebut (Tabel 8). Sebaliknya, kelompok sektor yang memiliki nilai LQ kurang
dari satu (LQ<1) menunjukkan peluang dan potensi Provinsi Jawa Timur untuk
mengembangkan kegiatan pertanian dan jasa-jasa tersebut.
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~31~
Tabel 8
Nilai LQ Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Timur
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,96 0,96 0,96 0,95 0,94
2. Pertambangan dan Penggalian 0,52 0,54 0,52 0,51 0,53
3. Industri Pengolahan 1,23 1,22 1,24 1,24 1,25
4. Pengadaan Listrik dan Gas 1,56 1,51 1,40 1,39 1,35
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1,22 1,26 1,23 1,22 1,17
6. Konstruksi 0,98 0,97 0,95 0,96 0,95 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 1,32 1,33 1,32 1,32 1,31
8. Transportasi dan Pergudangan 0,77 0,76 0,76 0,78 0,76
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,64 1,66 1,64 1,63 1,64
10. Informasi dan Komunikasi 1,27 1,24 1,24 1,25 1,20
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,65 0,66 0,66 0,69 0,70
12. Real Estat 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58
13. Jasa Perusahaan 0,52 0,50 0,48 0,48 0,47 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 0,72 0,71 0,69 0,69 0,66
15. Jasa Pendidikan 0,86 0,83 0,83 0,85 0,83
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,57 0,61 0,62 0,62 0,61
17. Jasa lainnya 0,58 0,55 0,53 0,53 0,52 Nilai LQ dihitung menggunakan PDRB ADHK Tahun 2010
Sumber: BPS, 2014(diolah)
Beberapa indikator di atas menekankan pentingnya pengembangan sektor industri
pengolahan di Jawa Timur. Ada dua alasan yang mendukung hal tersebut. Pertama, sektor
pertanian primer memiliki elastisitas permintaan yang rendah terhadap pendapatan. Hal ini
ditunjukkan dengan relatif bertahannya kinerja pertumbuhan sektor pertanian di masa krisis,
namun ketika situasi ekonomi membaik dan pendapatan masyarakat meningkat permintaan
terhadap komoditas pertanian tidak meningkat dengan proporsi yang sama. Berbeda halnya
dengan permintaan terhadap produk manufaktur, yang sangat elastis terhadap peningkatan
pendapatan. Kedua, sektor industri pengolahan non migas sangat potensial dalam menciptakan
nilai tambah, mendorong perkembangan sektor-sektor lain (multiplier effect), dan menciptakan
lapangan kerja. Keberadaan operasi pertambangan konsentrat tembaga diharapkan bukan
untuk keperluan ekspor saja namun bisa dilakukan pengolahan lebih lanjut di daerah tersebut.
Selama periode 2011-2015, sektor perekonomian yang menyerap tenaga kerja secara
signifikan adalah sektor industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, dan
jasa jasa. Sementara jumlah orang bekerja pada sektor angkutan dan telekomunikasi menurun
(Tabel 9). Sektor industri pengolahan menyerap tenaga kerja paling besar dibandingkan sektor
lainnya. Ke depan, sektor industri pengolahan masih perlu berkembang lagi sehingga mampu
menyerap angkatan kerja baru dan menyerap tenaga kerja yang menumpuk di sektor bangunan,
perdagangan, dan jasa-jasa yang kurang produktif.
2015 Provinsi Jawa Timur
~32~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Tabel 9
Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan 2011-2015
No. Lapangan Pekerjaan 2011 2015 (Feb) Perubahan
1 Pertanian 7.520.067 7.212.123 -307.944
2 Pertambangan 132.599 137.117 4.518
3 Industri Pengolahan 2.665.473 2.780.678 115.205
4 Listrik, Gas, Air 24.399 28.376 3.977
5 Bangunan 1.159.525 1.440.048 280.523
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 4.026.671 4.148.730 122.059
7 Angkutan & Telekomunikasi 709.944 605.670 -104.274
8 Keuangan 362.314 496.797 134.483
9 Jasa-Jasa 2.459.936 2.950.855 490.919
Total 19.060.928 19.800.394 739.466 Sumber: BPS, 2015
2. Kurangnya Sumber Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Dari sisi pengeluaran (penggunaan) pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur tahun 2014 adalah pada konsumsi rumah tangga, dengan kontribusi lebih besar dari 50
persen (Tabel 10). Sektor investasi (PMTB) sebagai sektor yang penting bagi pertumbuhan
daerah berkontribusi tinggi sebesar 27,92 persen pada PDRB ADHB, dan 5,62 persen pada
PDRB ADHK 2010 sehingga perlu lebih ditingkatkan. Investasi berperan meningkatkan stok
kapital di daerah yang digunakan untuk berproduksi. Tingkat investasi yang rendah akan diikuti
oleh terbatasnya kemampuan daerah untuk memacu peningkatan produksi. Jawa Timur
memiliki nilai strategis dan potensi unggulan untuk mengembangkan investasi, terlebih di Jawa
Timur banyak dilakukan pengembangan kawasan industri. Keberagaman potensi dan
komoditas Jawa Timur memerlukan sinergi antara dunia usaha, pemerintah, dan para
stakeholder lainnya untuk mengembangkan perekonomian Provinsi Jawa Timur. Hal ini akan
menjamin berkembangnya arus perdagangan dan investasi di Provinsi Jawa Timur yang dapat
memperkuat daya saing daerah.
Tabel 10 PDRB Menurut Penggunaan 2014
No. Lapangan Usaha Distribusi Persentase (%)
PDRB ADHB PDRB ADHK 2010
1. Konsumsi Rumah Tangga 61,29 62,03
2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 1,21 27,30
3. Konsumsi Pemerintah 6,34 1,08
4. PMTB 27,29 5,62
5. Perubahan Stok 3,56 2,87
6. Ekspor 15,84 15,41
7. Impor 21,99 20,25
8. Net Ekspor Antar Daerah 6,46 5,94
Total 100,00 100,00
Sumber : BPS, 2014
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~33~
3. Rendahnya Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Wilayah Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas
daerah. Pembangunan ekonomi membutuhkan dukungan sarana transportasi dan ketersediaan
jaringan listrik yang memadai. Jawa Timur dilayani oleh jaringan jalan sepanjang 42.555 km.
Jika dilihat dari sisi kuantitas, ketersediaan jaringan jalan di Jawa Timur untuk mendukung
transportasi darat cukup memadai. Hal ini terlihat dari indikator kerapatan jalan, yang
menunjukkan rasio panjang jalan dalam kilometer terhadap luas wilayah dalam kilometer
persegi, dan dinyatakan dalam persen (Tabel 11).
Tabel 11
Kerapatan Jalan dan PDRB Per Kapita Provinsi Tahun 2014
No. Provinsi PDRB Per Kapita
( Ribu Rp)
Kerapatan
Jalan
1 DKI Jakarta 136.407,58 1068,36
2 D.I Yogyakarta 21.873,72 136,19
3 Bali 29.666,48 133,20
4 Jawa Tengah 22.858,32 90,56
5 Jawa Timur 32.703,80 89,03
6 Banten 29.961,85 70,84
7 Sulawesi Selatan 27.760,65 69,98
8 Jawa Barat 24.961,05 69,55
9 Kepulauan Riau 76.753,11 60,40
10 Lampung 23.648,76 56,85
11 Sumatera Barat 25.963,24 54,57
12 Sumatera Utara 30.482,59 50,41
13 Sulawesi Utara 27.804,68 49,14
14 Nusa Tenggara Barat 15.351,54 43,52
15 Bengkulu 19.631,40 43,06
16 Gorontalo 18.627,37 42,76
17 Nusa Tenggara Timur 10.742,42 42,10
18 Sulawesi Barat 19.211,14 41,93
19 Aceh 23.199,49 39,86
20 Sulawesi Tenggara 27.898,88 31,32
21 Sulawesi Tengah 25.316,32 30,38
22 Kalimantan Selatan 27.230,80 30,16
23 Kep Bangka Belitung 32.868,70 29,62
24 Riau 72.331,01 28,27
25 Jambi 36.088,33 26,65
26 Maluku Utara 16.872,31 19,39
27 Sumatera Selatan 30.627,55 18,71
28 Maluku 14.230,08 16,61
29 Kalimantan Timur 123.985,45 12,13
30 Kalimantan Barat 22.707,79 10,42
31 Kalimantan Tengah 30.220,97 9,93
32 Papua Barat 59.156,84 8,40
33 Papua 38.891,99 5,26
Sumber: BPS (2014)
2015 Provinsi Jawa Timur
~34~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
Berdasarkan asumsi terdapat korelasi antara tingkat kerapatan jalan dan tingkat
pendapatan perkapita dalam suatu perekonomian, dengan menggunakan data 33 provinsi
terlihat hubungan positif antara PDRB per kapita dan tingkat kerapatan jalan (Gambar 23).
Semakin tinggi pendapatan per kapita wilayah kerapatan jalannya cenderung tinggi pula.
Provinsi-provinsi yang posisinya di bawah kurva linier tersebut berarti mengalami defisiensi
infrastruktur jalan. Dengan menggunakan ukuran ini terlihat bahwa posisi Jawa Timur relatif
baik dibandingkan provinsi lain di Indonesia karena Jawa Timur tidak mengalami defisiensi
infrastruktur jalan. Ketersediaan jaringan jalan bukan menjadi permasalahan utama bagi Jawa
Timur, namun ke depannya pembangunan infrastruktur perlu ditingkatkan lagi.
Gambar 23
Hubungan antara Kerapatan Jalan dan PDRB Per Kapita Tahun 2014
Sumber: BPS (2014) – diolah
Secara kualitas, kondisi fisik jalan di Provinsi Jawa Timur perlu upaya perbaikan karena
jalan dengan kondisi baik hanya mencapai 61,51 persen. Jenis permukaan jalan akan sangat
mempengaruhi kinerja sektor angkutan. Perbaikan dan pelebaran jalan terus dilakukan oleh
pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dari bertambahnya panjang jalan yang beraspal serta
berkurangnya jalan tanah dan kerikil. Dengan pertumbuhan kendaraan pribadi yang semakin
meningkat diperlukan usaha untuk memperbaiki infrastruktur pendukung transportasi ini.
Transportasi khususnya jalan raya memegang peran penting dalam mmemberikan kemudahan
lalu lintas penumpang dan barang.
Infrastruktur lain yang mendorong produktivitas daerah adalah jaringan listrik.
Konsumsi listrik di Jawa Timur besarnya 790,60 kWh, lebih tinggi dari tingkat konsumsi listrik
nasional sebesar 787,6 kWh (Gambar 24). Untuk mengukur defisiensi terhadap infrastruktur
kelistrikan digunakan cara yang sama, yaitu dengan melihat korelasi antara pendapatan
perkapita dan konsumsi listrik perkapita terlihat hubungan yang positif antara PDB per kapita
dengan tingkat konsumsi listrik (Gambar 25). Wilayah yang memiliki posisi di bawah kurva
linier mengalami defisiensi infrastruktur listrik. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu
perekonomian, konsumsi listriknya cenderung semakin tinggi pula. Posisi Jawa Timur berada di
y = 0,2139x - 0,008 R² = 0,0149
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
6,80 7,00 7,20 7,40 7,60 7,80 8,00 8,20
Lo
g K
era
pa
tan
Ja
lan
Log PDRB per kapita
Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~35~
atas kurva linier, menunjukkan Jawa Timur tidak mengalami defisiensi infrastruktur listrik.
Data energi listrik selama tahun 2014 menunjukkan peningkatan baik jumlah pelanggan, daya
tersambung, maupun energi yang terjual. Hal ini sebagai respon dari kebutuhan energi listrik
yang semakin meningkat, baik pelanggan rumah tangga, pabrik, ataupun usaha lainnya.
Ketersediaan energi listrik yang memadai dan berkesinambungan menjadi hal yang penting
untuk menggerakkan roda perekonomian terutama sektor industri
Gambar 24
Konsumsi Listrik per Kapita (KWh) Tahun 2014
Sumber: Statistik PLN, 2014
Gambar 25
Hubungan Konsumsi Listrik dan Pendapatan Tahun 2014
Sumber: BPS (2014), Statistik PLN (2014) – diolah
4. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting dalam mendukung percepatan
pertumbuhan dan perluasan pembangunan ekonomi daerah. Semakin tinggi kualitas sumber
790,60 787,60
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Ace
h
Sum
ater
a U
tara
Su
mat
era
Bar
at
Ria
u
Jam
bi
Sum
ater
a Se
lata
n
Ben
gku
lu
Lam
pu
ng
Kep
Ban
gka
Bel
itu
ng
K
epu
lau
an R
iau
D
KI
Jak
arta
…
Jaw
a B
arat
Ja
wa
Ten
gah
D
.I Y
ogy
akar
ta
Jaw
a T
imu
r B
ante
n
B A
L I
N
usa
Ten
ggar
a B
arat
N
usa
Ten
ggar
a T
imu
r K
alim
anta
n B
arat
K
alim
anta
n T
enga
h
Kal
iman
tan
Sel
atan
K
alim
anta
n T
imu
r …
Sula
wes
i Uta
ra
Sula
wes
i Ten
gah
Su
law
esi S
elat
an
Sula
wes
i Ten
ggar
a G
oro
nta
lo
Sula
wes
i Bar
at
Mal
uk
u
Mal
uk
u U
tara
P
apu
a B
arat
P
apu
a
Konsumsi Listrik Rata-Rata Nasional
y = 0,648x - 2,1557 R² = 0,3755
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
6,80 7,00 7,20 7,40 7,60 7,80 8,00 8,20
Jawa Timur
2015 Provinsi Jawa Timur
~36~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
daya manusia di suatu daerah, semakin produktif angkatan kerja, dan semakin tinggi peluang
melahirkan inovasi yang menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan. Kualitas sumber
daya manusia di Jawa Timur yang ditunjukkan melalui nilai IPM relatif meningkat yaitu sebesar
68,14 tahun 2014 dibandingkan tahun 2010 sebesar 65,36 namun masih berada di bawah IPM
nasional sebesar 68,9 (Gambar 26). Nilai IPM ini sudah menerapkan metode baru yang lebih
merepresentasikan kondisi saat ini. IPM Jawa Timur pada tahu 2010 dan 2014 termasuk
kategori IPM sedang, yaitu antara 66 – 70. Pengukuran keberhasilan pembangunan bukan
hanya ditandai oleh tingginya pertumbuhan ekonomi tetapi juga mencakup kualitas
manusianya. Konsep pengukuran keberhasilan pembangunan harus berorientasi pada manusia
dan masyarakat, yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu dirasakan seluruh lapisan
masyarakat dan meningkatkan kualitas manusia.
Gambar 26
Nilai IPM Provinsi di Indonesia Tahun 2010 dan 2014
Nilai IPM menggunakan metode baru
Sumber: BPS, 2014
Apabila dilihat dari struktur angkatan kerja berdasarkan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan, proporsi angkatan kerja di Jawa Timur dengan ijasah minimal SMA meningkat dari
28,621 persen pada tahun 2012 menjadi 33,21 persen pada tahun 2015 (Tabel 12). Perbaikan
kualitas angkatan kerja merupakan modal berharga untuk mendukung industrialiasi berbasis
sumberdaya alam setempat. Kualitas angkatan kerja di Jawa Timur tergolong baik apabila
didasarkan pada tingkat pendidikan yang ditamatkan
65,36
68,14 68,9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ace
h
Sum
ater
a U
tara
Sum
ater
a B
arat
Ria
u
Jam
bi
Sum
ater
a Se
lata
n
Ben
gku
lu
Lam
pu
ng
Kep
Ban
gka
Bel
itu
ng
Kep
ula
uan
Ria
u
DK
I Ja
kar
ta
Jaw
a B
arat
Jaw
a T
enga
h
D.I
Yo
gyak
arta
Jaw
a T
imu
r
Ban
ten
B A
L I
Nu
sa T
engg
ara
Bar
at
Nu
sa T
engg
ara
Tim
ur
Kal
iman
tan
Bar
at
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kal
iman
tan
Sel
atan
Kal
iman
tan
Tim
ur
Kal
iman
tan
Uta
ra
Sula
wes
i Uta
ra
Sula
wes
i Ten
gah
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Ten
ggar
a
Go
ron
talo
Sula
wes
i Bar
at
Mal
uk
u
Mal
uk
u U
tara
Pap
ua
Bar
at
Pap
ua
2010 2014 Nasional
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~37~
Tabel 12
Angkatan Kerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan
No. Pendidikan yang
Ditamatkan 2012 2015 Perubahan
1 ≤ SD 10.606.099 10.187.503 -418.596
2 SMP 3.549.859 3.633.251 83.392
3 SMA (Umum dan Kejuruan) 4.147.588 5.045.622 898.034
5 Diploma I/II/III/Akademi 339.617 328.575 -11.042
6 Universitas 1.188.522 1.497.458 308.936
Total 19.831.685 20.692.409 860.724 Sumber: BPS, 2015
5. Terbatasnya Mobilitas Tabungan Masyarakat
Salah satu sumber pendanaan investasi dan usaha ekonomi masyarakat adalah tabungan masyarakat. Melalui fungsi intermediasi perbankan, tabungan masyarakat akan berkembang apabila dikonversi menjadi investasi di sektor-sektor produktif. Imbal hasil dari investasi ini sebagian akan dikonsumsi dan sebagian akan ditabung oleh masyarakat. Demikian seterusnya sehingga terjadi perputaran dan pertumbuhan ekonomi.
Rasio pinjaman terhadap simpanan di Jawa Timur nilainya lebih besar dari satu,
menunjukkan rendahnya tabungan yang dihimpun bank dibandingkan pinjaman yang
disalurkan. Hal ini menunjukkan juga terbatasnya dana perbankan di daerah yang bisa
dikonversi menjadi investasi bagi kegiatan yang produktif. Rasio tersebut berada di atas rata-
rata nasional sebesar 0,92 (Tabel 13).
Tabel 13
Rasio Simpanan dan Pinjaman di Bank Umum dan BPR Tahun 2014
Wilayah Posisi Pinjaman di Bank Umum dan BPR (Milyar Rp)
Posisi Simpanan di bank Umum dan BPR (Milyar Rp)
Rasio Pinjaman terhadap Simpanan
Rasio PMTB
terhadap Simpanan
Jawa Timur 402.216,71 385.902,29 1,04 1,09 Nasional 3.707.916,34 4.013.816,57 0,92 0,85
Sumber: Bank Indonesia, 2014
Dalam jangka panjang terbatasnya sumber dana pinjaman ini akan berisiko
meningkatkan harga modal (cost of fund) di daerah. Dengan kondisi tingginya permintaan
kredit, bank-bank umum mungkin menerapkan tingkat bunga kredit yang sama antardaerah,
namun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan lembaga-lembaga keuangan non bank lainnya tentu
akan meningkatkan imbal hasil (bunga) pinjaman. Kenaikan bunga pinjaman akan
memberatkan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Tantangan yang harus dihadapi
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur adalah mengembangkan kerjasama dengan perbankan
dalam penjaminan kredit dan mobilisasi tabungan masyarakat.
Rasio PMTB terhadap simpanan di Jawa Timur nilainya lebih dari satu, menunjukkan
investasi fisik di daerah mulai banyak dikembangkan. Percepatan pembangunan di Jawa Timur
didukung oleh banyaknya infrastruktur fisik dibangun pemerintah maupun sektor swasta.
PMTB biasa disebut investasi fisik karena dihitung dari penanaman modal yang benar-benar
2015 Provinsi Jawa Timur
~38~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
menghasilkan nilai tambah dan bukan dihitung dari realisasi penanaman modal yang tercatat
pada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
6. Rendahnya Kualitas Belanja Daerah
Investasi pemerintah yang umumnya merupakan pembangunan dan pemeliharaan
prasarana publik yang bersifat non excludable dan atau non rivalry memiliki peran yang tidak
tergantikan dibandingkan dengan peran swasta. Peran pemerintah semakin penting di daerah-
daerah relatif tertinggal, di mana tingkat investasi swasta masih rendah. Pada daerah-daerah ini
investasi pemerintah diharapkan dapat meningkatkan daya tarik daerah melalui pembangunan
infrastruktur wilayah seperti jalan, listrik, irigasi, dan prasarana transportasi lainnya, serta
peningkatan sumberdaya manusia (SDM). Tanpa itu, sulit diharapkan dunia usaha daerah dapat
berkembang.
Gambar 27
Komposisi Belanja Pemerintah Daerah 2014
Sumber: BPS, 2014
Komitmen pemerintah daerah dalam memprioritaskan investasi publik dapat
ditunjukkan melalui rasio belanja modal pemerintah daerah terhadap total belanja pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi di Jawa Timur. Rasio belanja modal di Jawa Timur pada tahun
2014 sebesar 6,49 persen, dan rasio belanja pegawai sebesar 14,01 (Gambar 27). Penyerapan
belanja daerah dipengaruhi oleh kinerja SKPD sehingga peningkatan kinerja SKPD diharapkan
dapat optimal. Apabila anggaran pada belanja publik lebih diorientasikan pada belanja modal
akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Belanja modal di Jawa Timur tergolong rendah
seiring dengan pembangunan proyek infrastruktur, proyek pengadaan bergbagai macam sektor,
jamkesmas, PNPM, dan program sosial lainnya. Efektivitas dari belanja pembangunan tersebut
perlu lebih ditingkatkan, sehingga dapat berdampak nyata terhadap kebutuhan pembangunan
di wilayah Jawa Timur.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
100%
Ace
h
Sum
ater
a U
tara
Sum
ater
a B
arat
Ria
u
Jam
bi
Sum
ater
a Se
lata
n
Ben
gku
lu
Lam
pu
ng
Kep
Ban
gka
Bel
itu
ng
Kep
ula
uan
Ria
u
DK
I Ja
kar
ta
Jaw
a B
arat
Jaw
a T
enga
h
D.I
Yo
gyak
arta
Jaw
a T
imu
r
Ban
ten
Bal
i
Nu
sa T
engg
ara
Bar
at
Nu
sa T
engg
ara
Tim
ur
Kal
iman
tan
Bar
at
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kal
iman
tan
Sel
atan
Kal
iman
tan
Tim
ur
Sula
wes
i Uta
ra
Sula
wes
i Ten
gah
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Ten
ggar
a
Go
ron
talo
Sula
wes
i Bar
at
Mal
uk
u
Mal
uk
u U
tara
Pap
ua
Bar
at
Pap
ua
Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Pegawai Belanja Lain-lain
Provinsi Jawa Timur 2015
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015 ~39~
4. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Penanganan isu-isu di atas diperkirakan dapat meningkatkan kinerja perekonomian
daerah secara keseluruhan. Salah satu agenda prioritas pembangunan adalah mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik. Oleh karena
itu disarankan beberapa kebijakan operasional sebagai berikut:
a. Pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi khususnya dalam hal akses
permodalan dan penguasaan teknologi tepat guna;
b. Pengendalian konversi lahan pertanian;
c. Pemberdayaan petani dan nelayan khususnya dalam hal perbaikan akses faktor
produksi (pupuk, benih, pestisida) termasuk peningkatan jaringan irigasi, penyuluhan
dan promosi brand/citra komoditas unggulan daerah;
d. Peningkatan jumlah produk industri pengolahan berkualitas ekspor;
e. Peningkatan kemudahan perijinan usaha;
f. Perbaikan kualitas jaringan jalan;
g. Peningkatan akses pendidikan khususnya pendidikan menengah (umum dan kejuruan)
dan kesehatan;
h. Peningkatan porsi belanja modal APBD yang diprioritaskan pada sektor infrastruktur
yang menjadi kewenangan daerah;
i. Peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah dan otoritas moneter di tingkat
wilayah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif: peningkatan fungsi intermediasi
perbankan di daerah, penjaminan kredit dan pengendalian inflasi daerah.
5. PROSPEK PEMBANGUNAN TAHUN 2016
Perkembangan perekonomian di Jawa Timur secara makro relatif baik didukung
membaiknya kinerja beberapa sektor perekonomian. Percepatan pengembangan ekonomi Jawa
Timur melalui aktivitas beberapa kawasan industri akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
wilayah secara keseluruhan. Manfaat dari proyek-proyek infrastruktur utama di kota-kota pusat
pertumbuhan diperkirakan tak hanya memberi manfaat kota bersangkutan tetapi juga wilayah
sekitarnya. Dari sektor pertanian, sebagai lumbung pangan dengan sebaran sentra produksi,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur menyumbang 60 persen produksi nasional
hingga kinerja pertanian Jawa semakin meningkat. Hal ini turut mendorong perekonomian di
tahun – tahun berikutnya. Indeks Gini, yang mengukur tingkat kesenjangan konsumsi
masyarakat di Provinsi Jawa Timur, selama periode 2008-2013 mengalami peningkatan dari
angka 0,31 menjadi 0,39, lebih rendah dari angka nasional dari 0,35 menjadi 0,40. Tingkat
kesenjangan yang rendah akan menciptakan suasana yang kondusif bagi upaya penurunan
kemiskinan, peningkatan kerukunan sosial, dan penciptaan stabilitas politik dan kemanan.
Berdasarkan modal pembangunan yang dimiliki dan semakin meningkatnya kinerja
pembangunan, prospek pembangunan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 dalam mendukung
pencapaian target RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Sasaran pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 6,2 – 7,9
persen dimungkinkan dapat tercapai sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi yang
semakin membaik di tahun 2015. Membaiknya ekspor Jawa didorong oleh ekspor antar
daerah yang tercermin dari peningkatan transaksi perdagangan antar pulau. Investasi
di Jawa Timur berpotensi semakin membaik karena ditopang realisasi proyek
2015 Provinsi Jawa Timur
~40~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015
infrastruktur yang berskala besar. Kegiatan investasi juga akan meningkat didorong
meningkatnya investasi pembangunan pabrik smelter di Gresik, Tuban, dan Lumajang.
2. Upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Jawa Timur harus dilakukan dengan optimal
agar sesuai dengan Buku III RPJMN 2015-2019. Sasaran pengurangan tingkat
kemiskinan dalam Buku III RPJMN 2015-2019 adalah 12,0 – 8,7 persen, sedangkan
pada tahun 2014 tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur sebesar 12,42 persen,
untuk itu diperlukan upaya konsisten untuk menurunkan tingkat kemiskinan di
provinsi ini. Selama kurun waktu 2015-2019 Provinsi Jawa Timur harus menurunkan
persentase penduduk miskin sebesar 3,72 poin persentase atau 0,74 poin persentase
per tahun.
3. Prospek pencapaian sasaran-sarasan utama pembangunan Provinsi Jawa Timur akan
sangat dipengaruhi oleh dinamika lingkungan baik internal daerah Jawa Timur maupun
lingkungan eksternal. Dampak pelambatan arus perdagangan global merupakan
ancaman eksternal yang bisa mengganggu kinerja perekonomian daerah.