proteksi radiasi dalam kedokteran gigi.docx

15
PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI – APAKAH KITA MELAKUKAN APA YANG KITA PELAJARI? Sumona Pal, Preeti Tomar Bhattacharya, Rupam Sinha Journal of Avanced Clinical & Research Insights Vol.2:4, 2015 Abstrak Tujuan: Ketersediaan yang mudah diperoleh, penggunaan yang berlebihan, dan kurangnya penguatan mengenai bahaya radiasi yang tidak disadari sesuaidengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable) pada banyak dokter gigi. Penelitian saat ini didesain untuk menilai kesadaran, kepedulian, dan praktek proteksi radiasi dalam praktek dental secara umum. Bahan dan metode: Penelitian mencakup 156 dokter gigi di West Bengal, India. Sebuah penelitian cross-sectional menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri yang terdiri dari 28 item. Data yang diperoleh disusun secara sistematik dan perbedaan yang signifikan dikalkulasikan menggunakan uji Chi-square oleh Statistical Package for Social Science 17. Hasil: Teknik bisecting angledan penggunaan film E-speed yang diproses secara manual merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Sebagian besar peserta penelitian tidak mengetahui mengenai tipe cone yang digunakan (37,2%), arus tabung (37,8%), kVp 56,4% (88). Waktu paparan bervariasi dengan variabilitas yang maksimal dalam radiografi digital. Penggunaan penghalang dari timah dan apron tergolong sedikit.

Upload: nia-lieanto

Post on 17-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI –

APAKAH KITA MELAKUKAN APA YANG KITA PELAJARI?

Sumona Pal, Preeti Tomar Bhattacharya, Rupam Sinha

Journal of Avanced Clinical & Research Insights Vol.2:4, 2015

Abstrak

Tujuan: Ketersediaan yang mudah diperoleh, penggunaan yang berlebihan, dan kurangnya

penguatan mengenai bahaya radiasi yang tidak disadari sesuaidengan prinsip ALARA (as low

as reasonably achievable) pada banyak dokter gigi. Penelitian saat ini didesain untuk menilai

kesadaran, kepedulian, dan praktek proteksi radiasi dalam praktek dental secara umum.

Bahan dan metode: Penelitian mencakup 156 dokter gigi di West Bengal, India. Sebuah

penelitian cross-sectional menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri yang terdiri dari 28

item. Data yang diperoleh disusun secara sistematik dan perbedaan yang signifikan

dikalkulasikan menggunakan uji Chi-square oleh Statistical Package for Social Science 17.

Hasil: Teknik bisecting angledan penggunaan film E-speed yang diproses secara manual

merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Sebagian besar peserta penelitian tidak

mengetahui mengenai tipe cone yang digunakan (37,2%), arus tabung (37,8%), kVp 56,4%

(88). Waktu paparan bervariasi dengan variabilitas yang maksimal dalam radiografi digital.

Penggunaan penghalang dari timah dan apron tergolong sedikit.

Kesimpulan: Pengetahuan dan praktek proteksi radiasi tidak memuaskan. Sehingga

dibutuhkan penguatan dan latihan kembali, dan yang terpenting adalah perubahan perilaku

untuk mengikuti ALARA.

Pendahuluan

X-ray tidak dapat dilihat tetapi efeknya tidak demikian. Pemeriksaan radiologi

merupakan modal utama dalam mendiagnosis gangguan rongga mulut dan maksilofasial,

namun efeknya yang merusak tidak dapat diabaikan. Ketersediaan yang mudah diperoleh,

penggunaan yang berlebihan tanpa pengetahuan yang tepat, dan kurangnya penguatan

Page 2: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

mengenai bahaya radiasi yang tidak disadarisesuai prinsip ALARA (as low as reasonably

achievable) pada banyak kasus.

Penelitian didesain untuk menilai kesadaran, kepedulian, praktek proteksi radiasi

dalam praktek dental secara umum diWest Bengal, India.

Bahan dan Metode

Populasi penelitian yaitu praktek dokter gigi di West Bengal, India.The instutional

Review Board, Haldia College of Dental Science, Haldia memberikan surat izin etik untuk

penelitian. Para peneliti mengunjungi 250 praktek dokter gigi di Bengal, India, tetapi hanya

156 dokter gigi yang memiliki fasilitas pemeriksaan radiografi dental di kliniknya yang

dipilih sebagai sampel penelitian. Surat persetujuan tertulis diterima dari seluruh peserta

penelitian. Kuesioner yang terdiri dari 28 item diberikan kepada peserta penelitian. Data

demografi seperti umur, jenis kelamin, kualifikasi pendidikan, serta tipe dan lamanya praktek

juga dikumpulkan.

Data disusun secara sistematik dan dianalisis menggunakan Statistical Package for

Social Sciences Chicago III software version 17. Dihitung rata-rata untuk variabel demografi.

Semua variabel, frekuensi, dan persentasi dihitung. Perbedaan yang signifikan antara dua

kelompok independen (kelompok sebab) ditentukan menggunakan uji Chi-square. Level

signifikansi 0,05.

Hasil

Kuesioner dibagikan kepada 250 dokter gigi, tetapi hanya 156 (62,4%) yang

dimasukkan sebagai subjek penelitian karena memiliki unit radiografi. 156 dokter gigi terdiri

atas 134 dokter gigi laki-laki dan 22 dokter gigi perempuan. 75,6% (118) merupakan lulusan

universitas (BDS) dan 24,4% merupakan mahasiswa pascasarjana (MDS) yang termasuk ke

dalam praktek umum. 34,6% (54) memiliki pengalaman praktek <5 tahun, 28,8% (45)

memiliki pengalaman praktek 5-10 tahun,23,7% (37) memiliki pengalaman praktek 11-25

tahun, dan 12,8% (20) memiliki pengalaman praktek >25 tahun (grafik 1).

Page 3: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

Grafik 1: Distribusi dokter gigi berdasarkan pengalaman praktek dalam tahun

Sekitar 61,5% (96) memiliki unit X-ray intraoral atau unit ekstraoral ataupun

keduanya. Sebagian besar dokter gigi 85,3% menyarankan untuk melakukan pemeriksaan

radiografi hanya setelah pemeriksaan klinis. Radiografi periapikal intraoral (IOPAR)

merupakan radiografi yang umum diajukan (44,2% diajukan paling sedikit 30-49

IOPAR/minggu), kemudian orthopantomogram (OPG) (39,7% diajukan paling sedikit 1

OPG/minggu). teknik bitewing / oklusal merupakan teknik yang sangat jarang diajukan.

Sebagian besar peserta penelitian tidak mengetahui tipe dari coneyang digunakan

(37,2% yaitu 58), arus tabung 37,8% (59). 56,4% (88) dokter gigi mengatakan bahwa kVp

dari mesin X-ray dental seharusnya antara 60-80 kVp dan 50% menggunakan kolimasi

silindris. Setengah dari yang disebutkan di atas memiliki waktu paparan 0,5-0,8 detik, sekitar

20% menggunakan paparan yang lebih lama 1,2 detik 62,2% (97) dari responden yang

menggunakan film, paling banyak film E-speed. Diantara 8,9% (14) yang menggunakan

sensor digital, 50% tidak mengetahui tipe yang digunakan. Pada kasus radiografi ekstraoral,

60,3% tidak mengetahui tipe reseptor yang digunakan. 49,4% (77) memilih teknik bisecting

angle, hanya 3,2% menggunakan holder film, 55% (86) menggunakan jari pasien, 7,8%

asisten yang memegang film, dan sisanya 34% dokter gigi memegang sendiri film. 87,3%

menggunakan prosesing film secara manual, hanya 3,8% menggunakan prosesing film

otomatis dengan menggunakan foto digital. 35,9% mengganti cairan prosesing film setiap

minggu. Fakta yang mengejutkan yaitu 83,3% mereka yang menggunakan prosesing film

secara manual membuang cairan prosesing film ke saluran air limbah dan foil timbal ke

tempat sampah.

Page 4: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

Sekitar 40,3% (63) responden tidak berdiri dibalik penghalangapapun selama paparan.

Banyak dokter gigi tidak menyadari jarak posisi yang seharusnya pada kasus tidak adanya

penghalang. Hanya 59% responden mengetahui dengan tepat dimana seharusnya berdiri

selama paparan (>6 kaki), 10,9% tidak mengetahui, sedangkan 30,1% memberi jawaban yang

salah. Pada umumnya, 45,7% tidak mengetahui sudut yang tepat untuk berdiri. 46,2% (72)

dokter gigi tidak pernah memakaikan pasiennya apron timah, 60,9% (95) tidak memakai

pelindung tiroid, dan 42,3% (66) dokter gigi tidak pernah memakai apron timah selama

paparan. Lebih dari setengah 51,3% (80) tidak mengetahui ketebalan apron timah dengan

benar. 93,6% (146) tidak memiliki monitoring dosis dalam bentuk apapun dan 45,5% (71)

tidak mengetahui cara kalibrasi periodik pada mesin radiografi. Kesadaran terhadap proteksi

radiasi dan kehamilan tergolong baik. 51,3% (80) mengatakan X-ray seharusnya hanya

dilakukan pada saat yang penting, 57% (89) mengatakan pada trimester kedua aman untuk

melakukan pemeriksaan radiografi, tetapi 16,7% (26) mengatakan pemeriksaan radiografi

dapat dilakukan pada trimester manapun.

PEMBAHASAN

Kebanyakan dokter gigi tidak familiar dengan spesifikasi teknis dari peralatan

mereka. 82,3% tidak mengetahui mengenai kilovoltage maksimum dari mesin mereka. Demi

keamanan radiasi untuk pasien, sumber radiografi yang digunakan antara 60kVp dan 70kVp.

10,8% dokter gigi tidak mengerti “speed” dari film. 94,1% dokter gigi memilih teknik

bisecting angle untuk radiografi periapikal, sejalan dengan penelitian oleh Sheikh dkk.

Kualifikasi lebih tinggi (MDS) menunjukkan perbedaan yang signifikan hanya pada

tipe mesin radiografi (P = 0,026), jumlah pengambilan radiografi (P= 0,049), dan lebih

memilih teknik periapikal (P = 0,037). Hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil dari

penelitian yang lain dimana MDS memiliki skor perilaku yang lebih baik yang mungkin

karena paparan yang lebih baik dari referensi sains yang serupa dan program pendidikan

dental yang lebih lanjut. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku yang umum berlaku

mengenai proteksi radiasi sangat dianggap biasa oleh dokter gigi di West Bengal.

Dengan menggunakan kolimator segiempat dapat mengurangi dosis berkisar 5 kali

dibandingkan dengan cone sirkular. Pada penelitian kami, hanya 27% dokter gigi

Page 5: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

menggunakan kolimator segiempat, hasilnya sedikit lebih tinggi daripada penelitian lain yaitu

Math dkk (7%), Belgium (6%), Turkey 5,5%.

Sekitar 50% dari populasi penelitian berpendapat 0,5-0,8 detik sebagai waktu paparan

yang ideal. Akan tetapi, dengan meningkatnya penggunaan handheld portable X-ray devices

dengan kVp yang kurang (sebagian besar menggunakan 60 kVp), penggunaan waktu paparan

seringkali lebih lama. Kesepakatan yang benar dari penelitian lain, 62,2% dokter gigi

menggunakan film E-speed. Menariknya, penelitian menunjukkan 5,1% menggunakan

prosesing film secara mandiri. Sejak prosesing film yang mandiri tidak umum tersedia di

West Bengal, apakah hal tersebut mencerminkan kemungkinan yang diinginkan oleh sosial?

Hanya 8,9% (14) menggunakan radiografi digital yang lebih rendah daripada hasil

penelitian Ilguy dkk, Kaviani dkk. Dokter gigi seharusnya terdorong untuk menggunakan

film yang lebih cepat dan radiografi digital yang memerlukan hanya setengah paparan dari

film E-speed. Tidak lebih dari 3,2% yang menggunakan holder film, sedangkan lainnya

pasien, dokter gigi, atau asisten yang memegang film. Penggunaan teknik bisecting

anglelebih umum digunakan daripada teknik paraleling yang sesuai dengan hasil penelitian

yang lain. Penemuan menarik lainnya yaitu mereka yang menggunakan sensor digital jarang

menggunakan sebuah holder film. Hal tersebut merupakan praktek yang benar-benar

bertentangan. Penggunaan teknikcone paraleling dengan holder film mengurangi papara

nyang tidak perlu - mengikutii prinsip ALARA.

Sekitar 87,3% menggunakan prosesing manual, hanya 3,8% prosesing otomatis

menggunakan foto digital. Hasilnya disepakati oleh Math dkk (92%), Ilguy dkk (85%).

Sekitar 83,3% yang menggunakan prosesing manual membuangcairan prosesing film ke

saluran air limbah dan foil timbal ke tempat sampah mengindikasikan bahwa aturan

pengelolaan limbah biomedis tidak ditaati sama sekali.

Penggunaan unit X-ray portable meningkat dalam kedokteran gigi. Unit tersebut tidak

memiliki aturan untuk waktu paparan, aturan jarak posisi, keamanan radiasi bagi operator

masih dalam pertanyaan karena unit digenggam, dan pengaturan sudut untuk paparan pada

radiografi periapikal intraoral tidak ditemukan terutama untuk menurunkan unit X-ray

terhambat oleh thorax atas dan bahu pasien. Penulis sepakat dengan Berkhout dkk mengenai

aturan internasional untuk mengendalikan X-ray digital.

Page 6: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

Cukup berkebalikan dengan penelitian Binnal dkk, kami menemui dokter gigi yang

lebih muda memiliki praktek proteksi radiasi yang lebih baik yang dapat dikaitkan dengan

pelatihan saat pendidikan sarjana.

Sebagian besar dokter gigi tidak melakukan pemeriksaan radiografi terlepas dari

keperluan bagi pasien yang hamil karena takut terkena paparan radiasi pada janin. Namun,

hasil penelitian oleh Kusama dan Ota menunjukkan tidak adanya radiasi langsung pada janin

saat paparan diagnostik kepala dan dada serta dosis yang diserap yaitu <0,01 mGy.

Ambang dosis radiasi untuk terminasi kehamilan hanya diatas 25 rads. Dosis di atas

0,2 Gy dapat menyebabkan dampak pada perkembangan kongenital, keterlambatan

pertumbuhan, dan aborsi.

Trimester pertama kehamilan merupakan periode yang rentan terhadap dampak dari

radiasi. Prosedur pemeriksaan radiografi dapat dilakukan pada kehamilan yang hanya dalam

keperluan latihan menyuarakan dengan kehati-hatian untuk mengurangi dosis radiasi.

Pengetahuan mengenai kehamilan dan paparan radiasi yaitu 51,3%. Hanya 16,7% (27)

beranggapan bahwa radiasi diagnostik dapat dilakukan dalam trimester manapun (dengan

kehati-hatian), 57% beranggapan bahwa trimester kedua yang paling aman.

Praktek yang memegang film dengan jari dan menggunakan unit dental portabel

tinggi yaitu berkisar 40,3% (63) dari dokter gigi yang tidak berdiri di balik penghalang

apapun selama paparan begitu juga yang berdiri disamping pasien. Banyak dokter gigi tidak

mengetahui aturan jarak posisi pada kasus tidak adanya penghalang. Hanya 59% peserta

penelitian mengetahui dengan tepat jarak berdiri selama paparan (>6 kaki), demikian pula

hanya 55,8% mengetahuai sudut saat berdiri untuk menghindari arah radiasi primer dan

sekunder.

Sekitar 93,6% tidak memiliki monitoring dosis apapun dan 45,5% tidak mengetahui

kalibrasi periodik mesin radiografi. Respon negatif dalam penelitian ini pada dosimetri jauh

lebih tinggi daripada yang dilaporkan oleh Math dkk yaitu hanya 40%. Banyak kelompok

dokter gigi tidak pernah menggunakan apron timah dan pelindung tiroid. Hal ini terlepas dari

pengalaman atau kualifikasi dan jenis kelamin yang tidak sesuai pada penilitian yang lain.

Hal tersebut membuat perbedaan yang besar dalam praktek klinis dan pengetahuan teoritis

yang diserap saat pendidikan sarjana. Mungkin faktanya tidak ada pengakuan dari radiologi

dentomaksilofasial sebagai sebuah pengkhususan di West Bengal hingga tahun 2009

Page 7: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

menunjukkan tingkat respon yang rendah. Hasil penelitian seharusnya mengingatkan para

dokter gigi untuk lebih memperhatikan perilaku yang lalai mengenai praktek radiologi dental.

Terdapat beberapa keterbatasan dari penelitian ini. Sampel penelitian terlokalisasi pada

daerah tertentu yang tidak memiliki pendidikan pelatihan proteksi radiasi. Kuesioner

penelitian seperti ini cenderung terjadi sedikit bias seperti bias persetujuan (berkata Yah),

bias deviasi (berpura-pura buruk), dan bias keinginan sosial (berpura-pura baik).

Kesimpulan

Sejak cone beam computed tomography (CBCT) ada, kita masih berusaha untuk

meminimalkan langkah-langkah proteksi radiasi. Pemerintah dan penulis dental seharusnya

memerintahkan kepada semua dokter gigi untuk menghadiri program pendidikan dental

berkelanjutan yang teratur mengenai dasar memfoto dalam bidang kedokteran gigi dan

proteksi radiasi. Aturan yang wajib dalam mengendalikan mesin X-ray. Penguatan kembali

dan latihan, serta faktor yang paling penting yaitu perilaku disetiap dental profesional untuk

mengikuti prinsip ALARA akan membuat perbedaan yang besar dalam proteksi radiasi untuk

individu dan masyarakat.

Page 8: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

KUESIONER PENELITIAN

Nama :

No. Registrasi :

Umur & Jenis kelamin :

Pengalaman praktek dental : < 5 tahun 5-10 tahun

11-25 tahun > 25 tahun

Kualifikasi :

Spesialisasi :

Kamu bekerja sebagai : Dokter umum Spesialis

Jika anda memiliki mesin radiografi dental, mohon mengisi di bawah ini. Jika tidak ada,

mohon diisi sesuai pengetahun dan persepsi anda.

1. Ketika anda menyarankan pemeriksaan radiografi ke pasien:

Berdasarkan riwayat Setelah pemeriksaan Secara rutin

2. Mesin radografi dental apa yang anda miliki:

Intraoral Ekstraoral Keduanya Tidak satupun

3. Jumlah rata-rata pengambilan radiografi intraoral / minggu:

<10 10-29 30-49 50-99 ≥100

4. Jumlah radiografi bitewing / radiografi oklusal yang disarankan / minggu: _____

5. Jumlah radiografi ekstraoral (OPG, PNS, LAT CEPH, dll) yang disarankan / minggu: ___

6. Mesin radiografi intraoral yang digunakan: Short cone Long cone Tidak tahu

7. Kilovoltage mesin radiografi intraoral:

8. <60 kVp 60-80 kVp >80 kVp Tidak tahu

8. Arus tube pada mesin radiografi intraoral:

9. 8 mA 10 mA 12 mA Tidak tahu

9. Bentuk kolimator (tube head) mesin radiografi intraoral:

10. Silindris Titik Segiempat Tidak tahu

10. Berapa rata-rata waktu paparan dari IOPAR?

11. <0,5 detik 0,5-0,8 detik 0,9-1,2 detik >1,2 detik

11. Bagaimana film/ sensor radiografi biasanya diletakkan di mulut pasien selama paparan?

12. Jari pasien Jari dokter gigi Jari asisten Holder film

K

K

K

K

K

K

K

Page 9: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

12. Apa tipe reseptor radiografi intraoral yang anda gunakan?

Film Radigrafi

Speed of film used D-speed E-speed F-speed Tidak tahu

Sensor digital

PSP OCD CMOS Tidak tahu

Tidak tahu

13. Apa tipe reseptor radiografi ekstraoral yang anda gunakan?

Film radiografi dengan layar intensifikasi

Film radiografi tanpa layar intensifikasi

Sensor digital

PSP CCD CMOS Tidak tahu

Tidak tahu

14. Teknik apa yang anda gunakan dalam pengambilan IOPAR

Pareleling Bisecting angle Keduanya Tidak tahu

15. Pada jarak berapa dari tabung X-ray operator harus berdiri selama paparan?

<4 ft 4-6 ft >6 ft Berapapun

16. Pada sudut berapa dari tabung X-ray operator harus berdiri selama paparan pada kasus tidak

ada penghalang proteksi?

<90° 90°-135° 135° Berapapun

17. Apakah anda berdiri dibalik dinding proteksi selama paparan? Tidak Ya

Jika Ya, terdiri dari bahan apa dinding tersebut?

Timah Beton Kayu Bukan sesuatu yang khusus

18. Apa tipe prosesing film yang anda gunakan?

Otomatis Manual Prosesing mandiri

19. Berapa kali anda mengganti cairan prosesing film anda?

Setiap hari 1minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu Tidak tahu

20. Apakah semua pasien anda memakai apron timah saat terpaparX-ray?

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

21. Ketebalan apron timah: 0,25 mm 0,5 mm 0,75 mm Tidak tahu

22. Apakah pasien anda memakai pelindung tiroid saat terpapar X-ray?

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

23. Dapatkah anda menyarankan radiografi dental jika hamil?

Ya Tidak Jika darurat

K

K

K

K

K

K

K

K

K K

K

K

K

K

Page 10: PROTEKSI RADIASI DALAM KEDOKTERAN GIGI.docx

24. Trimester keberapa yang paling aman?

Pertama Kedua Ketiga Radiografi tidak dapat dilakukan kapanpun

25. Apakah anda / teknisis / asisten memakai apron timah saat film terpapar X-ray?

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

26. Apakah anda menggunakan dosimeter untuk mengukur dosis radiasi? Jika Ya, tulis tipenya.

Ya (_____________) Tidak

27. Kapan peralatan X-ray anda dikalibrasi?

Secara Periodik Hanyapada kasus yang dibutuhkan Tidak pernah

28. Metode untuk pembuangan limbah radiasi:

Cairan prosesing film dibuang ke saliran air limbah dan foil timbal ke tempat sampah

Cairan prosesing film dilakukan separasi elektrolit dan daur ulang foil timbal

K

K

K