protein ii
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin/7 Oktober 2013
Biokimia Waktu : 11.00 – 12.40 WIB
PJP : Inda Setyawati, S.TP, M.Si
Asisten : Sari Yuniarini, S.Si
Lusianawati, S.Si
PROTEIN II
Kelompok 8
Anggita Septi Wulandari J3L112028
Lia Haslihati J3L112175
Karinna J3L112108
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Protein ialah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan yang lainya lewat ikatan amida (peptida). Protein
memainkan berbagai peran dalam sistem biologis. Beberapa protein merupakan
komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain
mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup. Masih
ada lagi yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup (Hart 2003).
Klasifikasi protein dapat menurut srtukturnya dibedakan menjadi struktur
primer, struktur sekunder dan struktur tersier protein. Struktur primer
menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh
karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptida maka struktur primer protein
juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui (Poedjiaji 2006).
Struktur primer protein disusun oleh asam amino yang terhubung dengan asam
amino lainnya dalam ikatan peptida yang terbentuk karena adanya reaksi
kondensasi gugus karboksil pada setiap masing masing asam amino. Struktur
primer protein dapat dilihat di gambar 1.
Gambar 1. Struktur primer protein
Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki konformasi yang
berbeda. Bersifat reguler dan memiliki pola lipatan berulang dari rangka protein.
Dua tipe umum struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet. Keduanya
terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi antara asam amino yang berbeda
polipeptida. Bentuk (seperti suatu spiral) yang padanya suatu molekul protein
menata kerangkanya disebut struktur sekunder (Fessenden & Fessenden 1986).
Dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Struktur sekunder protein.
Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen struktur sekunder
polipeptida membentuk konfigurasi tiga dimensi. Bermacam macam gaya ikatan
hidrogen antar asam amino yang terjadi pada rangkaian polipetida inilah yang
disebut struktur tersier. Struktur tersier membentuk suatu bulatan (Hawab 2007).
Gambar 3. Struktur tersier protein.
Albumin adalah protein yang dapat arut dalam air serta dapat terkoagulasi
oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi 2006).
Struktur albumin meliputi struktur yang sama dengan protein, yaitu tersusun atas
rantai polipeptida yang berasal dari polymerase asam-asam amino. Asam-asam
amino tertentu seperti triptofan, arginin, trisin, fenilalanin, glutamin, alanin,
treonin dan prolin dapat merangsang proses sintesa albumin. Albumin pada
manusia terutama banyak mengandung asam aspartat dan glutamat dan sangat
sedikit triptofan (Sulistiyati 2008).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini mempelajari reaksi uji protein denngan
menggunakan uji pengendapan oleh logam, pengendapan oleh garam, uji
koagulasi, pengendapan oleh alkohol, dan denaturasi protein.
Metode
Alat alat yangdigunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet mohr, pipet tetes, bulp, gelas piala, kertas saring, batang
pengaduk, bunsen, dan kaki tiga. Bahan bahan yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah Albumin 2%, HgCl2 2%, Pb-asetat 5%, AgNO3 5%, (NH4)2SO4,
pereaksi Millon, pereaksi Biuret, CH3COOH, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, Buffer
asetat pH 4.7, Etanol 95% dan aquades.
Pengendapan oleh Logam. Prosedur dalam analisis dengan pengendapan
oleh logam ditambahkan 3mL albumin ke dalam HgCl2 2%. Kemudian diulangi
percobaan dengan menggunakan Pb-asetat 5% dan AgNO3 5%. Prosedur diakhiri
dengan pengamatan endapan yang terbentuk.
Pengendapan oleh Garam. Pengujian sampel dengan pengendapan oleh
garam dengan menjenuhkan 10mL larutan protein dengan (NH4)2SO4 dengan
menambahkan sedikit demi sedikit garam tersebut, diaduk hingga mencapai titik
jenuh kemudian disaring. Lalu di uji kelarutannya dengan air. Endapan diuji
dengan pereaksi Millon dan titrat diuji dengan pereaksi Biuret.
Uji Koagulasi. Prosedur dalam analisis menggunakan uji belerang dimulai
dengan menambahkan 5mL larutan protein ditambahkan 2 tetes CH3COOH 1 M.
Lalu tabung didihkan selama 5 menit. Kemudian endapan diambil dengan batang
pengaduk. Kelarutan endapan tersebut diuji didalam air dan endapan diuji dengan
pereaksi Millon sebanyak 3 tetes.
Pengendapan oleh Alkohol. Pengujian sampel menggunakan uji
pengendapan oleh Alkohol dengan menggunakan 4 tabung reaksi dan dibuat
campuran larutan sesuai dengan tabel dibawah ini.
Tabung 1 2 3 4Larutan Albumin 2.5 mL 2.5 mL 2.5 mL 2.5 mLHCl 0.1 M 0.5 mL - - -NaOH 0.1 M - 0.5 mL - -Buffer asetat pH 4.7 - - 0.5 mL -Etanol 3 mL 3 mL 3 mL 3.5 mL
Dilihat perubahan dari campuran yanng dibuat, kelarutan dan endapannya.
Denaturasi Protein. Prosedur untuk denaturasi protein dengan membuat
campuran sesuai dengan tabel dibawah ini.
Tabung 1 2 3Larutan Albumin 2.5 mL 2.5 mL 2.5 mLHCl 0.1 M 0.5 mL - -NaOH 0.1 M - 0.5 mL -Buffer asetat pH 4.7 - - 0.5 mL
Ketiga tabung tersebut ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit
dan didinginkan pada temperatur kamar. Diperhatikan apa yang terjadi.
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengendapan oleh Logam
Logam berat Hasil Pengamatan Perubahan warna larutan
HgCl2 ++ Putih keruhPb-asetat +++ Putih sangat keruhAgNO3 + Putih agak keruh
Keterangan : + Ada endapan++ Banyak endapan+++ Sangat banyak endapan
(a (b) (c)
Gambar 1. Hasil uji Pengendapan oleh logam pada albumin dengan larutan (a) HgCl2, (b) Pb-asetat , (c) AgNO3.
Tabel 2. Hasil uji Pengendapan oleh garamUji Hasil Pengamatan Perubahan warna larutan
Uji kelarutan + LarutUji Millon + KuningUji Biuret - Putih
Keterangan : + Larut dan ada tirosin- Tidak larut dan tidak ada tirosin
(a) (b)
Gambar 2. Hasil uji pengendapan albumin oleh garam dengan (a) Uji Milllon dan (b)Uji Biuret.
Tabel 3. Hasil Uji Koagulasi
Uji Hasil Pengamatan Perubahan warna larutan
Uji kelarutan - Tidak larutUji Millon - Tidak berwarna
Keterangan : + Larut dan ada tirosin - Tidak larut dan tidak ada tirosin
Gambar 3. Hasil uji koagulasi pada albumin
Tabel 4. Hasil Uji Pengendapan oleh alkohol
Tabung Hasil Pengamatan Perubahan warna larutan
1 ++ Putih keruh2 + Putih agak keruh3 +++ Putih sangat keruh4 + Putih agak keruh
Keterangan : + Agak keruh++ Keruh+++ Sangat keruh
(a) (b)(c) (a) (b) (c) (d)
Gambar 4. Hasil uji pengendapan albumin oleh alkohol pada campuran larutan (a) tabung 3, (b) tabung 2, (c) tabung 1, (d) tabung 4.
Tabel 5. Hasil Denaturasi Protein
Tabung Hasil Pengamatan
Perubahan warna larutan
1. NaOH - Tidak berwarna2. HCl ++ Putih sangat keruh3. Buffer asetat pH 4.7 + -
Keterangan : - Tidak berwarna + Keruh ++ Sangat keruh
(a) (b) (c)
Gambar 5. Hasil uji denaturasi protein albumin dengan larutan (a)NaOH, (b) HCl, dan (c) Buffer asetat pH 4.7
PembahasanSalah satu identifikasi protein adalah dengan cara denaturasi protein
(perubahan struktur protein). Denaturasi ini dapat dilakukan dengan penambahan
asam atau ion logam berat (Poedjiaji 2006). Pada dasarnya semua ion logam ini
akan menghasilkan gumpalan (endapan) pada larutan protein karena ion logam ini
akan membentuk kompleks dengan protein dengan adanya gaya tarik antar gugus
-NH- dengan ion logam yang bermuatan positif. Secara bersama gugus -COOH
dan gugus –NH2 yang terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam
berat dan membentuk senyawa kelat.
Jumlah endapan yang dihasilkan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat
yang ditambahkan. Dari hasil percobaan yang dilakukanendapan yang dihasilkan
paling banyak yaitu oleh Pb-asetat diikuti oleh HgCl2 dan AgNO3. Ini
berkebalikan dengan literatur, sesuai dengan kereaktifaan dari suatu unsur dapat
dilihat bahwa Ag+ dan Hg2+ merupakan logam transisi pada sistem periodik unsur
yang sangat reaktif dibandingkan dengan Pb2+. Ini dapat terjadi karena konsetrasi
dari logam berat yang digunakan pada percobaan ini tidak menggunakan larutan
dengan konsentrasi yang sama. Pb-asetat dan AgNO3 yang digunakan adalah
dengan konsentrasi 5% sedangkan larutan HgCl2 hanya 2%. Untuk pengukuran
perbandingan kekuatan logam berat dalam mendenaturasi protein yang akurat
sebaiknya dengan menggunakan larutan dengan konsentrasi yang sama.
Identifikasi protein selanjutnya dengan pengendapan oleh garam yaitu
dengan pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan ammonium sulfat.
Apabila terdapat garam garam anorganik dalam konsentrasi tinggi dalam larutan
protein, maka kelarutan protein akan berkurang sehingga terjadi pengendapan
protein. Teori menyebutkan bahwa sifat tersebut terjadi karena ion garam mampu
mengikat air (terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan molekul protein dalam
mengikat air. Pemisahan protein ini disebut salting out (Winarno 2002).
Sebaliknya salting in melarutnya protein dalam suatu zat dengan penambahan
garam. Ketika penambahan ammonium sulfat, ammonium sulfat akan melarut ke
dalam air atau pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk
solidnya, sehingga terbentuklah protein yang terendapkan.
Setelah larutan albumin dijenuhkan dengan (NH4)2SO4, uji kelarutan
endapan yang terbentuk dengan air menunjukkan kelarutannya terhadap air.
Kemudian direaksikan dengan pereaksi Millon dan bereaksi positif dengan
terbentuknya warna kuning dan kemudian diuji juga dengan pereaksi Biuret tetapi
tidak menghasilkan hasil positif. Pengujian endapan dengan pereaksi Millon
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan tirosin, sedangkan pengujian
filtrat dengan pereaksi biuret bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gugus
amida pada filtrat yang dihasilkan.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena
penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan
membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi. Albumin adalah protein yang
dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. (Poedjiadi 1994).
Koagulasi dapat ditimbulkan dengan pemanasan, penambahan asam dan
perlakuan alkali.
Dalam uji koagulasi digunakan panas dan asam asetat. Panas yang
digunakan pada percobaan ini untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar . Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan
energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar
sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Pemanasan akan
membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya
menurun karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-
kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan
kovalennya yang berupa ikatan peptida. Sedangkan penambahan asam asetat
bertujuan agar larutan albumin mencapai pH isoelektriknya sehingga bisa
terkoagulasi (Bintang 2010).
Uji kelarutan pada endapan tersebut digunakan air dan pereaksi Mollin.
Endapan yang dilarutkan dalam air tidak dapat larut dan endapan yang dilarutkan
ke dalam pereaksi Millon tidak terjadi perubahan warna. Seharusnya di dalam
albumin terdapat tirosin yang ketika direaksikan dengan pereaksi Mollin akan
bereaksi positif. Uji biuret tidak perlu dilakukan karena pada filtrat tidak ada lagi
protein sehingga pasti akan menghasilkan reaksi yang negatif.
Uji selanjutnya adalah dengan pengendapan oleh alkohol. Apabila protein
dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi
molekul-molekul protein Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta
dapat terkoagulasi oleh panas. Kelarutan protein di dalam suatu cairan,
sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu,
kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya. Protein seperti asam amino
bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah
daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah
muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan
dalam medan listrik (Hawab 2007). Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat
mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.
Albumin mempunyai titik isolistrk pada pH 4.7 daripada itu maka ketiak
ditambahkan buffer pH 4.7 membentuk larutan yang sangat keruh. Pada protein,
ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana
asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh
adanya endapan yang terbentuk.
Pengujian protein yang terakhir yaitu denaturasi protein. Denaturasi
protein dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur
sekunder, tertier dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan
ikatan-ikatan kovalen. Karena itu, denaturasi dapat diartikan suatu proses
terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbukanya
lipatan atau wiru molekul protein (Winarno 2002). Protein yang terdenaturasi
akan berkurang kelarutannya. Sesuai dengan percobaan yang dilakukan Albumin
terdenaturasi pada saat di titik isolistriknya yaitu pH 4.7 sedangkan saat
penambahan NaOH tidak terjadi perubahan apapun karena tidak berada pada titik
isolistriknya.
Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk uji pengendapan oleh
logam untuk albumin, Pb-asetat mengendapkan protein terbanyak. Selanjutnya
untuk pengendapn oleh garam albumin dapat diendapkan oleh garam kemudian
endapan yang terbentuk dapat larut di dalam air dan albumin mengandung residu
asam amino tirosin. Dalam uji koagulasi, kelarutan endapan rendah di dalam air
dan bereaksi negatif dengan pereaksi Millon. Uji pengendapan oleh alkohol
membuktikan bahwa dengan buffer pH 4.7 menunjukkan endapan terbanyak di
titik iolistriknya. Albumin akan terdenaturasi ketika menggunakan asam kuat.
Daftar Pustaka
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga.
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1986. Kimia Organik Jilid II. Ed. ke-3 . Penerjemah Aloysius Hadyana Pudjaatmaka,Ph.D . Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari buku Organic Chemistry Third Edition.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Penerjemah Suminar Setiadi Achmadi. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari buku Organic Chemistry.
Hawab, MS. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Diadit Media.
Sulistiyati. 2008. Pengaruh suhu dan lama pemanasan dengan menggunakan ekstraktor vakum terhadap crude albumin ikan gabus (ophiocephalus striatus). Jurnal Protein. Vol. 15. No. 2.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.