prosiding seminar hasil pengabdian masyarakat
TRANSCRIPT
1
ii
iii
PROSIDING SEMINAR HASIL PENGABDIAN MASYARAKAT
SEMESTER GENAP 2018/2019
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Pelindung : Rektor Universitas Darma Persada
Penangung Jawab : Wakil Rektor I
Pimpinan Redaksi : Kepala Lembaga Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat
dan Kemitraan
Anggota Redaksi : Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah, IPU.
Dr. Gatot Dwi Adiatmojo
Dr. Ari Artadi
Dr. Aep Saepul Uyun, M.Eng.
Dra. Irna N. Djajadiningrat, M.Hum.
Drs. Rusydi M. Yusuf, M.Si.
Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian, Pemberdayaan
Masyarakat dan Kemitraan
Universitas Darma Persada
Jl. Radin Inten II (Terusan Casablanca)
Pondok Kelapa - Jakarta Timur (14350)
Telp. (021) 8649051, 8649053, 8649057
Fax.(021) 8649052
E-Mail : [email protected]
Home page : http://www.unsada.ac.id
iv
DAFTAR ISI
iv
vi
1 - 7
8 - 12
13 - 26
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PELATIHAN BAHASA INGGRIS TINGKAT DASAR UNTUK
ANAK USIA 6-12 TAHUN DI TPA DARUL FALAH ANNAFSIYAH
DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR (LANJUTAN)
Alia Afiyati, Albertine Minderop, Nurul Fitriani, Karina Adinda
PELATIHAN USAHA BOGA BAGI SANTRIWATI DI PESANTREN
YATIM DAN DHUAFA NURUL ULUM CIKARANG
Erni Puspitasari, Neylanur, Salma Syahida, Khosi Adam Darmawan
PENDAHULUAN PROGRAM PELATIHAN UJIAN KEMAMPUAN
BAHASA JEPANG (JLPT) LEVEL N1, N2, DAN N3 UNTUK UMUM
Hari Setiawan, Ari Artadi, Madihah Nururrahima, Khairunnisa, Arief Rahman Subagyo, Erdhiend Rizky Dhiyas, Febrian Pratama, Mohammad Ibnu Ardana
PELATIHAN BAHASA JEPANG BUKU MARUGOTO A1 DI SMKN
48 JAKARTA TIMUR
Indun Roosiani, Ari Artadi, Dila Rismayanti, Asri Novita Sari
27 - 32
PELATIHAN KETERAMPILAN DAN PENGEMBANGAN
KREATIVITAS DI YAYASAN MUFAKAT AL-BANNA INDONESIA,
CILINCING, JAKARTA UTARA
Ni Luh Suparwati, Herlina Sunarti, Hargo Saptaji, Andi Irma, Riri H.
33 - 39
PENGENALAN BAHASA DAN BUDAYA JEPANG DI KAMPUNG
SEPATAN RT 003 RW 002 DAN SEKITARNYA KOTA BEKASI
Robihim, Hermansyah, Nani Dewi S, Kun M.Permatasari, Juariah
40 - 49
v
PELATIHAN KETERAMPILAN KRISTIK DENGAN TEMA
BUDAYA JEPANG DI PAMULANG TANGERANG
Yessy Harun, Febi Nurbiduri, Sabarudin Nasir, Widiastuti, Eka Yuniar
50 - 54
PELATIHAN KETERAMPILAN BERBAHASA INGGRIS UNTUK
TUTOR ANAK YATIM KOMUNITAS BOJONG DI UNIVERSITAS
DARMA PERSADA
55 - 61
Yoga Pratama, Fridolini, Agustinus Hariyana
TATA RIAS WAJAH DAN HIJAB SEBAGAI ALTERNATIF
DALAM INDUSTRI JASA
62 - 68
Yulie Neila Chandra, C. Dewi Hartati, Gustini Wijayanti, Hin Goan G.
PELATIHAN PERSIAPAN JLPT N5 (MOJI-GOI-BUMPO)
LANJUTAN UNTUK MAHASISWA NON FAKULTAS SASTRA
PRODI BAHASA DAN KEBUDAYAAN JEPANG DI UNSADA
69 - 79
Zainur Fitri, Metty Suwandany, Tia Martia, Bertha Nursari
PELATIHAN IPTEK DAN PENGENALAN APLIKASI
E.COMMERCE KEPADA GURU MADRASAH AD-DINIYAH
KAMPUNG TIPAR
80 - 87
Eva Novianti, Eka Yuni Astuty, Endang Ayu Susilawati, Nursyamsiyah,
Mira Febriana, Wibby Aldryani, Timor Setiyaningsih, Aji Setiawan, Adam
Arif Budiman, Suzuki Syofyan, M. Darsono, Eri Suherman
vi
KATA PENGANTAR
Seminar hasil pengabdian pada masyarakat para dosen Unsada semester genap
tahun akademik 2017/2018 dengan tema “MENINGKATKAN KEPEDULIAN DOSEN
DALAM KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT YANG MENDORONG
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA
DAN ALAM SEKITAR” telah dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2019 di Universitas
Darma Persada. Seminar hasil pengabdian masyarakat para dosen tersebut diadakan
diharapkan untuk menghasilkan inovasi-inovasi teori maupun inovasi-inovasi teknologi
tepat guna dan juga menyampaikan hasil pengabdiannya kepada masyarakat luas terutama
masyarakat di sekitar kampus Unsada.
Prosiding ini disusun dengan menghimpun hasi-hasil kegiatan pengabdian yang
dilakukan oleh para dosen yang telah diseminarkan dan telah diperbaiki berdasarkan
masukan-masukan dari reviewer pada seminar tersebut. Tujuan disusunnya proseding
seminar ini adalah untuk mendokumentasikan dan mengkomunikasikan hasil-hasil
kegiatan pengabdian pada masyarakat para dosen yang telah diseminarkan.
Pada prosiding volume IV/No.2/Agustus 2019, semester genap tahun akademik
2018/2019 berisi 11 makalah, yang terdiri dari; 10 kegiatan bidang Humaniora, dan 1
kegiatan bidang Teknik.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada para dosen, penyaji
dan para penulis makalah, penyunting serta panitia yang telah bekerja sama, sehingga
prosiding ini dapat diterbitkan. Selanjutnya harapan kami semoga prosiding ini dapat
bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan.
Jakarta, Agustus 2019
Lembaga Penelitian, Pemberdayaan
Masyarakat dan Kemitraan
Kepala
1
PELATIHAN BAHASA INGGRIS TINGKAT DASAR
UNTUK ANAK USIA 6-12 TAHUN DI TPA DARUL FALAH ANNAFSIYAH
DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR (LANJUTAN)
Alia Afiyati, Albertine Minderop, Nurul Fitriani, Karina Adinda
Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra
alia,[email protected]
Abstrak
Sebagai salah satu tridarma perguruan tinggi, pengabdian pada masyarakat wajib
dilakukan oleh setiap dosen. Sebagai dosen di Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra
Inggris, salah satu kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat diberikan kepada
masyarakat adalah pemberian pelatihan kegiatan berbahasa Inggris tingkat dasar, dalam
konteks ini, pengabdian akan diberikan kepada Anak Usia 6-12 Tahun Di TPA Darul
Falah Annafsiyah Duren Sawit Jakarta Timur”
Adapun alasan di balik pemilihan sekolah sebagai media untuk melakukan kegiatan
pemberdayaan ini adalah karena di TPA tersebut belum ada pelajaran bahasa Inggris,dan
diharapkan dengan adanya pelajaran bahasa Inggris tersebut dapat memperkaya
pengetahuan anak-anak usia dini di lingkungan TPA tersebut. Meskipun tentu saja para
siswa telah mendapatkan pembelajaran Bahasa Inggris dalam kurikulum belajar mereka,
kegiatan pemberdayaan ini dilakukan untuk membantu siswa mendapatkan akses
pembelajaran lebih di luar jam sekolah. Materi ajar yang diberikan melalui kegiatan ini
bersinergi dengan materi pelajaran di kelas, namun dengan bentuk penyajian yang
berbeda. Kegiatan pemberdayaan ini juga menjadi wadah bagi para siswa untuk
berkonsultasi dengan tim pengajar mengenai tugas sekolah dan atau mengenai hal-hal
mengenai Bahasa Inggris yang ingin mereka ketahui lebih mendalam lagi. Adapun
pengajaran yang dilakukan oleh para mahasiswa UNSADA adalah sebagai wujud
pelatihan di Universitas Darma Persada di mana mereka akan memberikan pengajaran
dan pelatihan kemampuan bahasa Inggris secara umum.
Kata kunci: Bahasa Inggris, abdimas, pendidikan anak usia dini, pelatihan,,TPA Darul
Falah Annafsiyah,UNSADA.
A. PENDAHULUAN
Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang menghubungkan orang-orang
di seluruh dunia, terutama di dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Mampu
berbahasa Inggris adalah syarat mutlak yang harus dimiliki setiap orang dalam
berkomunikasi dan memudahkan mereka untuk mengembangkan wawasannya. Di
sekolah-sekolah di Indonesia, pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran
yang wajib diikuti oleh para pelajar, namun demikian, hal itu seringkali tidak
mencukupi kecakapan para siswa dalam mengembangkan kemampuannya
berkomunikasi karena keterbatasan waktu dan hal-hal lainnya. Salah satu yang
memungkinkan mereka untuk lebih intensif dalam kemampuan berkomunikasi adalah
dengan memberikan banyak pelatihan berbahsa Inggris.
2
Sebagai salah satu tridarma perguruan tinggi, pengabdian pada masyarakat
wajib dilakukan oleh setiap dosen. Sebagai dosen di Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa
dan Sastra Inggris, salah satu kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat diberikan
kepada masyarakat adalah pemberian pelatihan kegiatan berbahasa Inggris tingkat
dasar, dalam konteks ini, pengabdian akan diberikan kepada Anak Usia 6-12 Tahun
Di TPA Darul Falah Annafsiyah Duren Sawit Jakarta Timur”
Adapun alasan di balik pemilihan sekolah sebagai media untuk melakukan kegiatan
pemberdayaan ini adalah karena di TPA tersebut belum ada pelajaran bahasa
Inggris,dan diharapkan dengan adanya pelajaran bahasa Inggris tersebut dapat
memperkaya pengetahuan anak-anak usia dini di lingkungan TPA tersebut. Meskipun
tentu saja para siswa telah mendapatkan pembelajaran Bahasa Inggris dalam
kurikulum belajar mereka, kegiatan pemberdayaan ini dilakukan untuk membantu
siswa mendapatkan akses pembelajaran lebih di luar jam sekolah. Materi ajar yang
diberikan melalui kegiatan ini bersinergi dengan materi pelajaran di kelas, namun
dengan bentuk penyajian yang berbeda. Kegiatan pemberdayaan ini juga menjadi
wadah bagi para siswa untuk berkonsultasi dengan tim pengajar mengenai tugas
sekolah dan atau mengenai hal-hal mengenai Bahasa Inggris yang ingin mereka
ketahui lebih mendalam lagi.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini merupakan kegiatan yang akan
melibatkan mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, yang memiliki dasar kemampuan
Bahasa Inggris diatas rata-rata, kemampuan dasar mengajar Bahasa Inggris yang baik
serta pengalaman mengajar di luar kampus. Adapun para peserta yang akan mengikuti
pelatihan tersebut adalah para anak-anak usia 6-12 tahun. Kegiatan ini akan
berlangsung selama lima bulan yang terdiri atas 12 kali tatap muka di TPA Darul
Falah Annafsiyah Duren Sawit Jakarta Timur.
B. KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran dalam program pemberdayaan ini adalah masyarakat umum, dalam
hal ini adalah anak-anak usia 6-12 tahun di TPA Darul Falah Annafsiyah Duren Sawit
Jakarta Timur. Alasan pemilihan lokasi di TPA tersebut yang dekat dengan lokasi
kampus Universitas Darma Persada adalah sebagai cara mempermudah koordinasi
antara dosen, tenaga pengajar (mahasiswa) dan para peserta.
C. METODE PENERAPAN
Seperti kita ketahui bersama bahwa ada banyak cara untuk belajar bahasa Inggris
antara lain melalui pendidikan formal, belajar di luar negeri, media, dan internet.
Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang dimulai dari tingkat dasar, bahkan
sebagian sekolah mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris mulai tingkat taman
kanak-kanak. Oleh karena itu perlu adanya suatu metodologi pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan zaman, dan dalam hal ini metode yang digunakan adalah
metode pengajaran secara communicative approach atau communicative language
teaching yang mulai dikenal pada tahun 1970.
3
Metode ini berisi tentang tujuan mengajar bahasa, mengetahui bagaimana siswa
belajar bahasa, mengetahui kegiatan-kegiatan pembelajaran di kelas, serta mengetahui
peranan guru dan siswa di dalam kelas. Communicative approach adalah
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan penuh arti, mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan fungsi, mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa formal dan informal, mengetahui jenis-jenis teks yang
digunakan, mampu berkomunikasi meskipun siswa hanya memilki pengetahuan yang
tebatas.
D. RANCANGAN
Pemberian pelatihan diberikan oleh dosen dengan melibatkan mahasiswa Program
Studi Bahasa dan Sastra Inggris S-1. Untuk memperlancar kegiatan ini maka dibentuk
dua tim yang terdiri dari tim dosen dan tim dari mahasiswa Jurusan Sastra Inggris.
Tim dosen mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan materi/modul
pembelajaran dan kelengkapannya, sementara Tim Mahasiswa mempersiapkan
kegiatan di lokasi pemberdayaan sekaligus menjadi tenaga pengajar bagi mereka yang
belajar.
Pelatihan dilakukan setiap hari Senin setiap minggunya. dari pukul 16:00-18:00.
Peserta adalah anak-anak usia 6-12 thn yang berjumlah 40 orang, terbagi atas 2
kelompok, masing-masing kelompok dibimbing oleh tiga orang pengajar. Kegiatan
berlangsung sebanyak 12 kali di bawah pengawasan dan bimbingan tim dosen.
E. TUJUAN DAN MANFAAT
Kegiatan ini dikhususkan kepada anak-anak usia 6-12 tahun di TPA Darul Falah
Annafsiyah Duren Sawit Jakarta Timur, dan berharap agar mereka mendapatkan
manfaatnya dan setidaknya memiliki kemampuan berbahasa Inggris dasar untuk
tingkat anak usia 6-12 thn, dan mahasiswa pun mendapatkan manfaat dari program
ini. Di sisi lain, pelatihan ini sebagai ajang promosi bagi Universitas Darma Persada
dan mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk melatih kemampuan mengajar
mereka.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sasaran dan Lokasi
Khalayak sasaran dalam program pemberdayaan ini adalah masyarakat umum, dalam
hal ini adalah anak-anak usia 6-12 tahun di TPA Darul Falah Annafsiyah Duren Sawit
Jakarta Timur, Pemberian pelatihan diberikan oleh dosen dengan melibatkan
mahasiswa Program Studi S1 Jurusan Sastra Inggris. Pelatihan dilaksanakan di TPA
Darul Falah Annafsiyah Duren Sawit Jakarta Timur . Alasan pemilihan lokasi tersebut
dilakukan sebagai cara untuk mempermudah koordinasi antara dosen, tenaga pengajar
(mahasiswa) dan para peserta. Untuk memperlancar kegiatan ini maka dibentuk dua
4
Tim yang terdiri dari Tim dosen dan Tim dari mahasiswa S1. Tim dosen
mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan materi/modul pembelajaran
dan kelengkapannya, sementara Tim Mahasiswa mempersiapkan kegiatan di lokasi
pemberdayaan sekaligus menjadi tenaga pengajar bagi mereka yang belajar. Pelatihan
dilakukan setiap hari Kamis setiap minggunya. Peserta dibagi ke dalam dua kelas. dan
masing-masing kelas akan diajar oleh tiga orang tenaga pengajar. Kegiatan
berlangsung sebanyak 12 kali dibawah pengawasan dan bimbingan dosen.
Jadwal dan Macam Kegiatan
Jadwal Kegiatan
JADWAL PELAKSANAAN
Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan pemberdayaan adalah sebagai berikut:
NO KEGIATAN MARET
2019
APRIL
2019
MEI
2019
JUNI
2019
JULI
2019
1. Persiapan Kegiatan
2. Pelaksanaan
Kegiatan
3. Penyusunan Laporan
4. Penyebarluasan
NO
KEGIATAN
BULAN
Maret
19
April
19
Mei
19
Juni
19
Juli
19
1 PERSIAPAN
2 PELATIHAN
3 LAP KEMAJUAN
4 LAP AKHIR
5
KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT 2018/2019
No. Hari/Tanggal Materi Kegiatan di Kelas
1 Senin/04-03-19 Introduction 1. Perkenalan para siswa dan
pengajar
2. Memberikan pengarahn materi
apa yang akan dibahas
2 Senin/11-03-19 Vocabulary (class) 1. Menjelaskan materi tentang
benda-benda di kelas
2. Membuat latihan tentang
materi tersebut
3 Senin/18-03-19 Vocabulary (house) 1. Menjelaskan materi tentang
benda-benda di rumah
2. Membuat latihan tentang
materi tersebut
4 Senin/25-03-19 Family Tree 1. Menjelaskan materi tentang
vocabulary family
2. Menjelaskan apa itu family
3. Membuat latihan tentang
materi tersebut
5 Senin/01-04-19 Vocabulary
(Occupation)
1. Menjelaskan materi tentang
vocabulary occupation
2. Membuat latihan tentang
materi tersebut
6 Senin/8-04-19 Vocabulary (Hobbies) 1. Menjelaskan materi tentang
vocabulary hobbies
2. Menuliskan/ menggambar hobi
mereka
7 Senin/15-04-19 Vocabulary (future
goals)
1. Menjelaskan materi tentang
vocabulary hobbies
2. Menuliskan/ menggambar cita-
cita mereka
3. Menceritakan kembali apa cita-
cita mereka
8 Senin/22-04-19 5W1H 1. Menjelaskan materi tentang
5W1H
2. Menjelaskan fungsi dari
5W1H
3. Membuat latihan tentang
materi tersebut
9 Senin/29-04-19 Exercises 1. Mengerjakan soal-soal
2. Membahas soal-soal bersama
6
TM Hari/Tanggal Materi Kegiatan di Kelas
10 Senin/20-05-19 Daily Activities
1. Menjelaskan materi tentang daily activities.
2. Membuat latihan tentang materi tersebut.
11 Senin/24-06-19 Vocabulary (At
House)
1. Menjelaskan materi tentang vocabulary at
house.
2. Menerangkan fungsi dari materi.
3. Membuat latihan tentang materi yang
dibahas
12
Senin/22-07-19
Vocabulary (At
School)
1. Menjelaskan materi tentang vocabulary at
school
2. Menerangkan fungsi dari materi.
Membuat latihan tentang materi tersebut.
D. HASIL KEGIATAN
Evaluasi Hasil
a. Peran LP2MK dalam mendorong dan membantu terlaksananya kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini sangat besar bagi pengajar (dosen) selama
melaksanakan kegiatan tersebut, sebagai salah satu Tridarma Perguruan Tinggi.
Berbagai kemudahan dan bantuan dana dari UNSADA melalui LP2MK sangat
menunjang kegiatan Abdimas ini.
b. Kerjasama yang baik telah terjalin antara dosen dan mahasiswa dalam pembuatan
modul dan pelaksanaan kegiatan Abdimas. Para peserta Abdimas merupakan
anak-anak usia 6-12 tahun di TPA Darul Falah Annafsiyah Duren Sawit Jakarta
Timur
c. Kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa untuk turut serta mengambil
bagian dalam pelatihan dan pengajaran, memotivasi mereka untuk lebih
meningkatkan kemampuan mereka berinteraksi dan berkomunikasi di depan
7
masyarakat umum, sehingga mereka dapat lebih percaya diri dalam
mengaplikasikan bahasa Inggris yang telah mereka pelajari di perkuliahan.
d. Kegiatan Abdimas yang dilaksanakan di TPA Darul Falah Annafsiyah Duren
Sawit Jakarta Timur membuat pelaksanaan pelatihan dan pengajaran dapat
berjalan dengan lancar di bawah pengawasan dosen pendamping.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Adanya kegiatan pemberdayaan ini sangat bermanfaat baik bagi para dosen,
mahasiswa dan peserta. Para dosen dapat merealisasikan salah satu Tridarma
Perguruan Tinggi, dan mahasiswa memperoleh pengalaman belajar mengajar di
waktu luang serta menambah pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan
lingkungan, dan bagi para peserta, mereka mendapatkan pengetahuan lebih mengenai
bahasa Inggris, khususnya mengenai tata bahasa (gramatikal) dalam bahasa Inggris
baik secara lisan maupun tertulis. Selain itu, pemberdayaan ini dapat menjadi salah
satu cara memperkenalkan lingkungan universitas Darma Persada sebagai salah satu
sarana promosi.
2. Saran
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebaiknya dapat dilaksanakan
dalam waktu yang lebih lama lagi, mengingat waktu selama 5 bulan belum maksimal
dalam menerapkan pengabdian masyarakat tersebut.
8
PELATIHAN USAHA BOGA BAGI SANTRIWATI DI PESANTREN YATIM DAN
DHUAFA NURUL ULUM CIKARANG
Erni Puspitasari, Neylanur, Salma Syahida, Khosi Adam Darmawan
Abstrak
Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan ketrampilan membuat
kudapan yang dapat dijadikan usaha boga kepada para santriwati di pondok pesantren yatim dan
dhuafa Nurul Ulum Cikarang. Metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Setelah melalui
beberapa kali pelatihan, diperoleh hasil ternyata mereaka sangat antusias dan berbakat dalam
membuat berbagai kudapan. Makanan yang dibuat adalah cwie mie, es kpyor sintetis, fried chicken,
takoyaki, dan brownies aneka rasa . Makanaan yang dihasilkan enak dan sangat layak jual. Teknik
memasak yang diberikan dengan cepat dapat dipahami untuk kemudian dipraktekan. Semoga kegiatan
ini dapat terus berlanjut sehingga akan lebiih banyak lagi menu makanan yang dapat dipelajari
Kata kunci : Pelatihan, usaha boga, santriwati, pesantren
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Terdapat lebih dari 4000 industri di kawasan Cikarang, mulai dari industri
menengah dengan jumlah karyawan di bawah 500 orang hingga industri besar dengan
jumlah karyawan belasan ribu orang. Belum lagi ekspatriat yang diperkirakan
jumlahnya ribuan orang.Sebagai wilayah yang padat dengan industri, bisnis rumah
kos dan bisnis kuliner merupakan sesuatu yang menjanjikan. Para buruh pabrik
biasanya menyewa rumah kos untuk tempat tinggal, sedangkan untuk pemenuhan
kebutuhan makan, mereka biasanya membeli, hal ini tentu saja membuka peluang
untuk membuka bisnis kuliner. Para pekerja paabrik memiliki daya beli yang baik,
sehingga prospek bisnis kuliner sangaat bagus, ditambah lagi bahwa kebutuhan
makanan harus dipenuhi setiap hari.
Usaha boga atau bisnis kuliner adalah bisnis yang dapat dimulai dengan modal
yang tidak besar, tetapi perputaran uangnya cenderung cepat. Hal ini tentu saja cocok
dilakukan oleh para pemula yang belum memiliki modal besar. Usaha ini sangat
cocok dilakukan para santriwati di pondok pesantren yatim dan dhuafa, yang memiliki
keterbatasan finansial.
9
Para santriwati ini pada umumnya yatim dan berasal dari keluarga dhuafa. a
mereka biasanya tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan
keterbatasan pendidikan , maka akan sulit bersaing untuk mendapatkan pekerjaan
yang baik dengan imbalan yang memadai .Untuk itu perlu dilakukan pembekalan
ketrampilan, agar ketika mereka keluar dari pesantren, mereka memiliki ketrampilan
yang dapat menopang kehidupan mereka kelak. Agar mereka memiliki jiwa mandiri,
dan memiliki usaha yang kelak dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
Dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka kami
memutuskan untuk melakukan pelatihan usaha boga bagi santriwati yatim dhuafa,
dengan harapan agar dapat melakukan kegiatan usaha kuliner selama di pondok
pesantren, dan setelah keluar dari pesantren dengan tujuan menopang ekonomi
keluarga, serta menumbuhkan jiwa wira usaha di kalangan para santri
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pondok Pesantren
Pengertian pondok pesantren secara terminologi dapat diuraikan menjadi dua
kata yakni pondok yang berasal dari kata “funduk” dalam bahasa Arab yang
bermakana hotel atau asrama, sedangkan pesantrean sesuatu yang mendapakan konfik
pe-an memiliki makna tempat tinggal para santri. (Dhofier, 1994, dalam Muttaqien
nd)
2.2. Santri
Istilah Santri nenurut Gertz diduga berasal dari bahasa Sanksekerta yakni
“Shastri” yang bermkna ilmuwan Hindu yang pandai menulis. Yang kemudian dalam
pemakaian bahasa modern memiliki arti yang sempit dan luas, secara sempit kata
santri bermakna pelajar atau siswa yang bersekolah di pondok pesantren, sedangkan
yang bermakna luas adalah orang Jawa yang menganut Islam dengan sungguh
sungguh, sholat, puasa, dan pergi ke masjid pada hari Jumat ( Gertz1982 dalam
Muttaqien nd)
Dalam pengertian yang lebih umum dapat disimpulan bahwa pesantren adalah
tempat tinggal para santri yang belajar tentang Islam, sedangkan santri adalah orang
orang yang belajar tentang Islam baik secara praktik maupun teori.
10
2.3. Usaha Boga
Usaha Boga adalah kegiatan di bidang makanan dalam jumlah yang lebih
besar dari pada penyelenggaraan makanan untuk keluarga atau minimal 25 orang
yang dilakukan secara komersial (Setyawati, nd)
3. Rumusan Masalah
Mengolah makanan memiliki tingkat kesulitan yang beragam, yakni dimulai dari
teknik pemilihan bahan yang tepat, teknik pengolahan, dan teknik penyajian, selain itu
memasak atau mengolah makanan yang akan dijadikan sebagai usaha, harus memiliki
tampilan, cita rasa yang enak, dan harga yang sesuai. Sehingga orang yang akan
terjun dalam bidang usaha boga harus menguasai hal tersebut. Dengan demikian maka
pelatihan juga akan memuat materi mengenai teknik pemilihan bahan yang tepat,
teknik pengolahan, teknik penyajian, dan estimasi biaya, agar keuntungan yang
diperoleh dapat memadai.
Cikarang adalah kota industri yang besar, dan masih akan terus berkembang, sehingga
penduduknya masih akan terus bertambah, karena kebutuhan akan tenaga kerja yang
masih cukup tinggi. Pada umumnya para pekerja menyewa rumah kos dan mereka
tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak atau membuat makanan sendiri,
sehingga peluang dalam usaha boga masih terbuka lebar, dan pada umumnya para
pekerja ini memiliki daya beli yang baik
4. Tujuan Pengabdian Masyarakat
1) Melalui pelatihan ini peserta dapat memiliki ketrampilan dalam memilih bahan
makanan yang tepat, dapat menguasai teknik pembuatan atau pengolahan
makanan yang tepat, sesuai dengan jenis makanan yang akan dibuat, teknik
penyajian makanan yang baik dan indah
2) Para peserta memiliki ketrampilan estimasi biaya untuk menentukan harga jual.
5. Metode Penerapan
Dalam tahap persiapan, penyusun melakukan perencanaan, dan desain pelatihan. Di
dalamnya terdapat, proses pengumpulan berbagai sumber yang akan menjadi acuan
11
dalam penyusunan modul ini, sebagai contoh fried chicken, es kopyor, cwie mie, dan
takoyaki
Dalam pelaksanaan, Penyusun menginventarisir dan menjelaskan fungsi dari
berbagai alat dan bahan baku yang akan digunakan.Proses selanjutkanya adalah melakukan
tahapan tahapan pembuatan makanan tersebut mulai dari penggunaan bahan, pengolahan
hingga penyajian.
Sebagai tahap akhir dari proses pelaksanaan adalah menjelaskan tahapan-tahapan
penyajian pada wadah. Setelah proses selesai, juga disusun cara mengestimasi harga jual dan
cara mengemas produk atau makanan yang dibuat agar menarik dan layak jual.
6. Hasil Pengabdian Masyarakat
Setelah kegiatan ini dilaksanakan, para peserta pelatihan dapat membuat 5 jenis
makanan dalam bentuk yang berbeda, setelah menguasai teknik pemilihan bahan, teknik
pengolahan makanan, dan teknik penyajian
Untuk pelatihan pembuatan fried chicken ada peserta yang akan berjualan dengan
bantuan gerobak dari baznas cikarang. Untuk pelatihan pembuatanes kopyor sudah
dipraktekan dalam menyajikan dalam buka puasa bersama. Untuk cwie mie ada beberapa
yang mencoba membuatnya dengan bahan yang lebih murah, guna menekan harga jual agar
dapat kompettitif dengan harga jual mie ayam, sedangkan untuk takoyaki masih menjajal
pasar untuk makanan ini, karena belum begitu memasyarakat untuk kalangan tertentu.
7. Simpulan dan Saran
Setelah melakukan pelatihan, ternyata banyak peserta yang memiliki bakat dalam
memasak. Para peserta sangat antusias terhadap pelatihan ini, dan mereka ingin berinovasi
dengan membuat makanan yang lain dengan resep dasar yang diperoleh dari pelatihan,
misalkan cwie mie dengan menggunakan bahan toping daging sintetis, takoyaki dengan isian
bakso dan sosis. Fried Chicken dengan balutan tepung yang lebih pedas Pelatihan ini juga
menjadi wadah untuk menyalurkan hobby masak para santri.
Setelah pelatihan ini, para peserta merasa bangga, karena mampu membuat makanan
yang biasa dibeli, sekarang mampu membuat sendiri. Saya berharap pelatihan ini dapat terus
berlanjut, dengan menyajikan jenis makanan yang tahan lama seperti kue kering dan berbagai
jenis kue dan roti
8. DAFTAR PUSTAKA
12
1. Ambarini, 2016, Pastry Ekonomis, Jakarta : Gramedia
2. Rumah, Nyonya, 2015, Kue Kering Klasik. Jakarta : Gramedia
3. Sigar, Edi, Ermawati, 2012, Sate, Gulai, dan Soto, Jakarta : Delapatrasa
4. SY, Sufi, 2015, Kreasi Kue Kering, Jakarta : Gramedia
5. Seri UKM (tabloid Vol 18 Sept. 2016 ) Olahan Ayam Untung Jutaan , Surabaya :
Pertiwi Mediasindo
6. Sarapan Menu Nusantara ( Saji Tabloid edisi 366 September – Oktober 2016) Jakarta
: Gramedia
7. Publikasi elektronik
8. Ini Dia Kawasan Industri Terbesar di Asia http://mediatataruang.com/kawasan-industri-
terbesar-asia-tenggara/
9. Gandeng Asing Menjaring Ekspatriat 10. http://www.kemenperin.go.id/artikel/5972/Gandeng-Asing-Menjaring-Ekspatriat
11. Penyerapan Tenaga http://www.beritasatu.com/megapolitan/261254-kabupaten-bekasi-serap-
39810-tenaga-kerja.html
12. Muttaqien, Dadan, nd, Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Sebuah Alternatif Mengatasi
Kegagalan Sistem Pendidikan Barat) diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/60657-ID-sistem-pendidikan-pondok-
pesantren-sebua.pdf
13. Lampiran
13
PENDAHULUAN PROGRAM PELATIHAN UJIAN KEMAMPUAN BAHASA
JEPANG (JLPT) LEVEL N1, N2, DAN N3 UNTUK UMUM
Hari Setiawan, Ari Artadi, Madihah Nururrahima, Khairunnisa, Arief Rahman Subagyo, Erdhiend Rizky Dhiyas, Febrian Pratama, Mohammad Ibnu Ardana
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
I. PENDAHULUAN
Kegiatan ini merupakan kegiatan pelatihan bahasa Jepang sebagai persiapan
untuk menempuh ujian kemampuan bahasa Jepang yang akan diadakan di tanggal 7 Juli
2019. Kegiatan ini ditujukan untuk para praktisi yang berkecimpung dalam dunia bahasa
Jepang, baik di dunia pendidikan maupun industri. Dari beberapa penelitian yang menjadi
referensi tulisan ini, kami menyadari bahwa para praktisi bahasa Jepang mengalami
kesulitan dalam mengembangkan kemampuan bahasa Jepang mereka (Hari Setiawan, 2018).
Melihat kondisi tersebut, kami bermaksud menyediakan wadah kepada para praktisi
agar mereka dapat mengembangkan kemampuan bahasa Jepang dan diharapkan dapat
memberikan kontribusi ke dalam perkembangan hubungan antara Indonesia dan Jepang
setelah kemampuan bahasa Jepang mereka meningkat.
II. LATAR BELAKANG
Pendidikan bahasa Jepang di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat
sejak bertambahnya perusahaan Jepang yang masuk ke Indonesia di awal tahun
1970-an. Perkembangan ini tidak berhenti hingga sekarang dan menempatkan Indonesia di
urutan ke-2 di dunia sebagai negara dengan jumlah pembelajar bahasa Jepang tertinggi.
Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Hasil survey perkembangan pendidikan bahasa Jepang di dunia oleh Japan Foundation
Tabel di atas merupakan hasil survey yang dilakukan oleh Japan Foundation terhadap instansi
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang di seluruh dunia. Dari tabel di
atas kita bisa melihat Indonesia ada di urutan ke-2 sebagai negara dengan populasi
pembelajar bahasa Jepang terbanyak di dunia.
14
Pertumbuhan populasi ini terus berkembang mengimbangi pertumbuhan populasi
perusahaan Jepang yang masuk ke Indonesia. Perusahaan Jepang masuk ke Indonesia karena
melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat berpotensi. Wilayah Indonesia yang sangat luas
dan jumlah penduduk dalam usia produktif yang sangat banyak merupakan daya tarik
tersendiri untuk pelaku bisnis. Hal itu memunculkan kebutuhan sumber daya manusia yang
dapat berbahasa Jepang yang bertugas menjembatani kegiatan ekonomi 2 negara ini.
Jika kita melihat rasio jumlah pembelajar dengan pengajar bahasa Jepang di Indonesia,
kita bisa menilai bahwa kondisi tersebut bukan merupakan kondisi yang proporsional. Rasio
rasio jumlah pembelajar dengan pengajar bahasa Jepang di Indonesia adalah 1:164 orang.
Dari kondisi tersebut, kita bisa memprediksi bahwa lingkungan pendidikan bahasa Jepang di
Indonesia belum dapat membuahkan hasil yang maksimal. Kondisi ini juga diperburuk
dengan minimnya kemampuan bahasa Jepang rata-rata dari pengajar di Indonesia. Hal ini
disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh The Japan Foundation (Evi Lusiana, 2013).
Para pengajar bahasa Jepang di Indonesia berada di posisi yang sulit dalam mengembangkan
kemampuan mereka (Hari Setiawan, 2018).
Dari latar belakang tersebut, penulis merasakan kebutuhan pengadaan wadah atau sistem
yang bisa memberikan kesempatan kepada para praktisi bahasa Jepang di berbagai bidang
untuk mengembangkan kemampuan bahasa Jepangnya.
III. TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan khusus.
a. Tujuan umum
Menyediakan wadah kepada para praktisi pendidikan bahasa Jepang (guru,
karyawan perusahan Jepang, dsb) untuk mengembangkan kemampuan bahasa
Jepangnya
Memberikan pengetahuan mengenai proses pemerolehan bahasa
Menyediakan wadah bagi para dosen sastra Jepang untuk mengabdikan dirinya
kepada masyarakat
b. Tujuan khusus
Mengenalkan proses pemerolehan bahasa dan startegi-strategi belajar
Memberikan materi bahasa Jepang terkait ujian kemampuan bahasa Jepang
(JLPT) level N1, N2, dan N3
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
15
a. Meningkatkan kemampuan bahasa Jepang para praktisi bahasa Jepang
b. Memberikan motivasi kepada para praktisi bahasa Jepang untuk mengikuti ujian
kemampuan bahasa Jepang (JLPT) levelN1, N2, dan N3
c. Kegiatan ini juga diharapkan bisa mensosialisasikan Universitas Darma Persada
khususnya jurusan sastra Jepang kepada khalayak umum
d. Dengan kegiatan ini, para dosen memiliki kesempatan untuk mengabdikan dirinya
kepada masyarakat
e. Kegiatan ini juga diharapkan bisa menjadi tempat untuk mengembangkan
kemampuan diri baik dari sisi linguistik maupun pedagogik bagi para dosen
f. Memberikan kesempatan bagi para dosen untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan pembelajar bahasa Jepang tingkat menengah
IV. PERUMUSAN MASALAH
Untuk menopang kebutuhan dunia industri Jepang, institusi pendidikan bahasa Jepang di
Indonesia dituntut untuk menghasilkan SDM dengan tingkat kemahiran bahasa Jepang yang
tinggi, namun hal ini tidak bisa berjalan dengan baik karena dunia pendidikan bahasa Jepang
di Indonesia dinilai memiliki masalah yang sangat mendasar, yaitu terbatasnya jumlah
praktisi pendidikan bahasa Jepang yang memiliki kemampuan bahasa Jepang tinggi. SDM
yang memiliki kemampuan bahasa Jepang yang tinggi pada dasarnya benyak mengalir ke
dunia industri Jepang, karena dunia tersebut menjanjikan tingkat penghargaan yang lebih
tinggi dibanding dengan dunia pendidikan. SDM yang berkecimpung di dunia pendidikan
bahasa Jepang rata-rata melalui proses yang sama, yaitu lulus dari jurusan Sastra Jepang lalu
mengajar bahasa Jepang berdasarkan pengetahuan yang mereka dapat waktu belajar di
institusi pendidikan. Walaupun banyak diadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan mengajar, hasilnya masih belum bisa dirasakan. Para praktisi pendidikan bahasa
Jepang bukan berarti tidak mau meningkatkan kemampuan bahasa Jepangnya, namun ada
kondisi tertentu yang membatasi ruang gerak mereka. Sebagai contoh adalah program
beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang S2 di institusi pendidikan di Jepang yang diadakan
oleh pemerintah Jepang melalui Kedutaan Besarnya di Jakarta. Program ini merupakan
program yang sangat diminati oleh praktisi pendidkan bahasa Jepang di Indonesia karena
bukan hanya bisa belajar di lingkungan yang baik, namun semua biaya pendidikan termasuk
biaya hidup ditanggung oleh pemerintah Jepang, namun yang menjadi kendala adalah untuk
bisa mengikuti program tersebut, calon peserta harus memiliki tingkat kemampuan bahasa
Jepang yang tinggi. Selain itu, sebagian besar dari praktisi pendidikan bahasa Jepang di
16
Indonesia juga tidak memiliki keahlian khusus dalam hal pendidikan. Oleh karena itu,
penggunaan materi ajar, pemanfaatan lingkungan pendidikan di sekitarnya menjadi kurang
maksimal.
Minimnya infrastruktur atau lingkungan belajar bahasa Jepang ini juga dirasakan oleh
para pekerja di industri Jepang. Walaupun mereka memiliki lingkungan terkait bahasa Jepang
yang relatif lebih baik, dalam arti mereka banyak berkaitan dengan bahasa Jepang secara
langsung dari penutur asli di lingkungan kerja, mereka juga masih memiliki keterbatasan
dalam mengembangkan kemampuan bahasa Jepangnya.
Para praktisi ini adalah jembatan yang menghubungkan antara Indonesia dan Jepang,
jika mereka memiliki lingkungan yang lebih baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa
Jepangnya, hal ini pasti akan berpengaruh baik kepada hubungan kedua negara.
V. PERSONALIA
a) Ketua:
1. Nama lengkap dan gelar : Hari Setiawan, M.A.
2. Pangkat dan jabatan : IIIC/Asisten Ahli
3. Bidang keahlian : Linguistik Terapan
4. Tempat kegiatan/alamat : Universitas Darma Persada
5. Waktu yang disediakan untuk
kegiatan ini
: 4 jam/minggu
b) Wakil Ketua:
1. Nama lengkap dan gelar : Ari Artadi, Ph.D.
2. Pangkat dan jabatan : IVA/Lektor
3. Bidang keahlian : Linguistik Terapan
4. Tempat kegiatan/alamat : Universitas Darma Persada
5. Waktu yang disediakan untuk
kegiatan ini
: 2 jam/minggu
Kegiatan ini dibantu oleh mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unsada yang memiliki
kualifikasi bahasa Jepang level N2 sebagai instruktur dan mahasiswa dengan kualifikasi N3
sebagai asisten (CV masing-masing mahasiswa terlampir). Mahasiswa tersebut adalah:
a) Nama : Madihah Nururrahima (Instruktur)
NIM : 2018410109
b) Nama : Khairunnisa (Instruktur)
NIM : 2017410119
c) Nama : Arief Rahman Subagyo (Instruktur)
NIM : 2017110194
d) Nama : Erdhiend Rizky Dhiyas (Asisten)
NIM : 2016110084
e) Nama : Febrian Pratama (Instruktur)
NIM : 2015110191
17
f) Nama : Mohammad Ibnu Ardana (Instruktur)
NIM : 2014110169
VI. PELAKSANAAN KEGIATAN
6.1 REALISASI PENYELESAIAN MASALAH
Untuk menyelesaikan permasalah di atas, penulis dibantu oleh 6 orang mahasiswa
mengadakan pelatihan kemampuan bahasa Jepang yang ditujukan untuk praktisi bahasa
Jepang (untuk informasi rinci mengenai peserta pelatihan bisa membaca di bagian
selanjutnya). Kegiatan awal adalah menyusun konsep, materi, dan waktu pelatihan. Konsep
dari pelatihan ini merupakan kelompok belajar dengan 1 instruktur yang bertugas sebagai
pembimbing. Pembimbing bukan hanya bertugas membantu peserta pelatihan dalam usaha
mereka mengerti isi materi, tapi juga bertindak sebagai penasehat yang memberikan berbagai
cara dan metode dalam belajar serta memberikan gambaran hasil dari proses belajar mereka.
Pelatihan yang diadakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan untuk persiapan mengikuti
ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT) level N1, N2, dan N3. Materi yang diberikan dalam
masing-masing pelatihan ini terbagi menjadi 2, yaitu materi tata bahasa dan materi terkait
kosakata. Masing-masing materi diberikan dengan 2 metode, yaitu penjelasan dan latihan.
Selain itu, seperti yang dijelaskan di atas, instruktur juga melakukan pendekatan dengan para
peserta mengenai cara belajar mereka. Dalam kesempatan itu, para instruktur berbagi
pengetahuan mengenai cara belajar mereka sebagai referensi peserta. Instruktur juga
memberikan referensi pengelolaan informasi yang terkait proses belajar agar hasil belajar
bisa maksimal. Di bawah ini adalah pembagian kelas beserta instrukturnya.
N1 (40 orang)
Dibagi menjadi 2 kelas dengan instruktur, Hari Setiawan dan Arief Rahman Subagyo
N2 (40 orang)
Dibagi menjadi 2 kelas dengan instruktur, Madihah Nururrahima dan Mohammad Ibnu
Ardana
N3 (40 orang)
Dibagi menjadi 2 kelas dengan instruktur, Khairunnisa dan Febrian Pratama
Waktu pelatihan kali ini diatur menjadi 1 kali dalam 1 minggu, yaitu di hari Sabtu,
sementara untuk kelas N1 ada 1 kelas yang diadakan di hari Jumat pukul 16:00 s/d 18:00
WIB. Untuk lebih rinci, deskripsi mengenai ini bisa di bagian selanjutnya.
18
6.2 KHALAYAK SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah praktisi bahasa Jepang yang berkecimpung di dunia
pendidikan dan industri serta mahasiswa jurusan Sastra Jepang di wilayah Jabodetabek
sebanyak 120 orang. 120 orang peserta tersebut akan dibagi menjadi 6 kategori pelatihan,
yaitu:
N1 (40 orang)
N2 (40 orang)
N3 (40 orang)
Proses perekrutan peserta dilakukan melalui sosia media, yaitu Facebook dan Instagram
selama 10 hari dari tanggal 18 Maret 2018 sampai dengan 28 Maret 2018. Dari kegiatan
tersebut terkumpul 239 pendaftar yang berminat mengikuti program. Dari 239 pendaftar kami
seleksi hingga berjumlah 120 orang.
Adapun komposisi dari 120 orang peserta tersebut adalah 50 orang praktisi pendidikan,
40 orang praktisi industri, dan 30 orang pelajar. Pembagian kuota ini didasarkan pada tingkat
prioritas yang kami tentukan sendiri. Praktisi yang berkecimpung di dunia pendidikan kami
tempatkan di prioritas pertama karena para praktisi ini merupakan tulang punggung utama
dalam proses pengembangan SDM di tingkat dasar. Setelah itu ada praktisi di dunia industri
lalu terakhir adalah pelajar. Urutan skala prioritas yang ditentukan dalam proses seleksi
adalah sebagai berikut:
1. Konsistensi keikutsertaan
Kesediaan peserta untuk ikut serta dalam pelatihan dari awal hingga akhir
2. Profesi
Disesuaikan dengan alokasi peserta yang sudah ditentukan (50 orang praktisi
pendidikan, 40 orang praktisi industri, dan 30 orang pelajar)
3. Waktu pendaftaran
Diutamakan calon peserta yang mendaftar terlebih dahulu
4. Level pelatihan yang akan diikuti pendaftar
Jumlah peserta untuk pelatihan masing-masing level adalah 20 orang, total seluruh
peserta adalah 120 orang.
6.3 METODE PENERAPAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut para
peserta akan diberikan materi berupa:
Proses pemerolehan bahasa asing
19
Startegi belajar bahasa Jepang
Materi pembelajar untuk ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT) level N1, N2, dan N3
Metode pengajaran yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah SCL atau Student
Centered Learning yang lebih progresif. Progresif dalam hal ini adalah peserta akan
dibimbing bagaimana mengatur proses pembelajaran mereka bukan hanya secara fisik tapi
juga dari sisi mental. Buku acuan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:
1. 新完全マスター文法 日本語能力試験N1 (Shinkanzen Masuta Bunpo JLPT N1)
2. 新完全マスター文法 日本語能力試験N2 (Shinkanzen Masuta Bunpo JLPT N2)
3. 新完全マスター文法 日本語能力試験N3 (Shinkanzen Masuta Bunpo JLPT N3)
4. 新完全マスター語彙 日本語能力試験N1 (Shinkanzen Masuta Goi JLPT N1)
5. 新完全マスター語彙 日本語能力試験N2 (Shinkanzen Masuta Goi JLPT N2)
6. 新完全マスター語彙 日本語能力試験N3 (Shinkanzen Masuta Goi JLPT N3)
7. 日本語総まとめ N2 語彙 (Nihongo Soumatome N2 Goi)
8. 日本語総まとめ N3 語彙 (Nihongo Soumatome N3 Goi)
9. ドリル&ドリル日本語能力試験N1 文法 (Drill & Drill JLPT N1 Bunpo)
10. ドリル&ドリル日本語能力試験N1 文字・語彙 (Drill & Drill JLPT N1 Moji-Goi)
Pada pelatihan kali ini fokus pada pelatihan tata bahasa dan kosakata bahasa Jepang
yang termasuk ke dalam cakupan materi ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT) level N1,
N2, dan N3. Hal ini diputuskan oleh instruktur dan peserta di pertemuan pertama setelah
melalui proses diskusi. Dengan melibatkan peserta pada pengambilan keputusan terkait
proses belajar mereka, diharapkan rasa memiliki dan kesadaran peserta pada program ini
meningkat dan memberikan pengaruh positif pada proses pembelajaran.
6.4 LOKASI DAN JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 bulan sejak April sampai dengan Juni 2019.
Kegiatan ini dijadwalkan 1 kali dalam 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu, pada pukul 09:00 -
11:15 WIB. Namun, untuk pelaksanaan di kelas N1 berbeda karena menyesuaikan jadwal
instrukturnya, sehingga untuk kelas N1 dilaksanakan pada hari Jumat 16:00 s/d 18:00 WIB dan hari
Sabtu jam 08:00 s/d 10:00 WIB. Tempat untuk kegiatan ini adalah kelas (di lantai 4) di gedung Fakultas
Sastra Universitas Darma Persada, Jl. Taman Malaka Selatan, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
6.5 JENIS KEGIATAN
Seperti yang telah disinggung di bagian sebelumnya, kegiatan ini adalah kegiatan
kelompok belajar sebagai persiapan pesertanya mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang
20
level N1, N2, dan N3. Proses pelatihan dilaksanakan 1 kali dalam 1 minggu. Untuk hari
pertama dilakukan pelatihan dengan menitikberatkan pada materi terkait tata bahasa dan di
hari selanjutnya pada materi kosakata. Di setiap sesi pelatihan para instruktur selalu
mengalokasikan waktu untuk berlatih dan memperdalam pengertian yang mereka dapatan
di sesi penjelasan.
VII. HASIL KEGIATAN
Di tahap pendaftaran, jumlah pendaftaran untuk program ini mengalami peningkatan
sebanyak 44% dari pelaksanaan semester ganjil 2018/2019. Di pelaksanaan semester ganjil
2018/2019 tercatat ada 133 orang pendaftar dan di pelaksanaan semester genap 2018/2019
jumlah pendaftar mencapai 239 orang. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan ini memang
diminat oleh para praktisi dan pelajar bahasa Jepang. Komposisi 239 orang pendaftar
berdasarkan profesinya bisa dilihat dalam grafik berikut.
Dapat kita lihat, pendaftar didominasi oleh pelajar dengan presentasi 57%. Selebihnya ada
pengajar sebanyak 16% dan karyawan/penguasaha mandiri sebanyak 27%.
Dari kondisi tersebut, didapatkan hasil berupa hanya ada 1 orang yang lulus pada ujian
JLPT N1. Hasil kegiatan ini memang masih jauh dari harapan, hanya saja dari angket yang
penulis ambil di akhir pelaksanaan kegiatan, banyak peserta yang mendapatkan keuntungan
dari kegiatan ini. Di bawah ini adalah hasil anget akhir pelaksanaan kegiatan. Di bawah
adalah hasil angket hasil pelaksanaan di semester ganjil dan genap 2018/2019.
21
Ganjil 2018/2019 Genap 2018/2019
Jika dilihat dari waktu belajar, para peserta masih bisa dinilai merasa puas dengan kondisi
pelaksanaan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan kegiatan yang diatur pada hari Sabtu. Waktu
tersebut dinilai penulis dan semua instruktur yang terlibat merupakan waktu yang paling
sesuai. Adapun bagian peserta yang menyampaikan “kurang puas” dengan waktu belajarnya
adalah mereka kurang puas dengan waktu belajar yang mereka nilai sangat pendek (1 kali
pelaksanaan 2 jam), jadi pada dasarnya bagian 14,7% yang menunjukan kekurangpuasan
peserta merupakan hal yang positif.
Ganjil 2018/2019 Genap 2018/2019
Di pelaksanaan kali ini peserta yang merasa kurang puas terhadap materi belajar bertambah
lebih dari 2 kali lipat, dari 7,7% menjadi 14,7%. Hal ini dipredikasi muncul karena
pertambahan kuantitas peserta dari hanya 40 orang menjadi 120 orang yang mengakibatkan
kurangnya konsentrasi pihak penyelenggara dalam menyusun materi belajar yang baik.
22
Ganjil 2018/2019 Genap 2018/2019
Begitu juga dengan hasil angket terhadap cara/proses/metode pengajaran yang dilakukan oleh
pihak penyelenggara sama dengan hasil mengenai materi, yaitu mengalami pertambahan di
peserta yang merasa kurang puas. Di pelaksanaan semester ganjil ada sekitar 7,7% peserta
yang merasa kurang puas dengan cara/proses/metode pengajaran yang dilakukan oleh pihak
penyelenggara, lalu di pelaksanaan di semester genap meningkat sampai dengan 20,6%
seperti yang terlihat di diagram di atas. Hal ini juga dipredikasi muncul karena pertambahan
kuantitas peserta dari hanya 40 orang menjadi 120 orang yang mengakibatkan kurangnya
konsentrasi pihak penyelenggara dalam perencanaan kegiatan. Di bawah ini juga ada diagram
rekap hasil angket yang menunjukan kondisi yang sama.
Ganjil 2018/2019 Genap 2018/2019
Ganjil 2018/2019 Genap 2018/2019
Dengan cara seperti ini, apa anda memiliki keyakinan/percaya diri bisa mendekati kelulusan dalam ujian JLPT?
23
Dari hasil angket menunjukan bahwa kualitas pelaksanaan kegiatan menurun, hanya saja
masih bisa disimpulkan bahwa peserta masih membutuhkan kegiatan ini sebagai wadah untuk
belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT).
VIII. KENDALA
Sebelum menjabarkan kendala yang dihadapi pada pelaksanaan di semester genap
2018/2019, kami akan jabarkan kendala yang kami hadapi di pelaksanaan semester
sebelumnya. Di bawah ini adalah kendala yang kami hadapi di pelaksanaan semester ganjil
2018/2019.
a. Perubahan hari pelatihan dari hari Rabu & Kamis ke Kamis & Jumat menurunkan
konsistensi peserta
b. Kelas yang sulit didapat karena kesibukan perkuliahan di Fakultas Sastra
c. Pengembangan materi belum maksimal
d. Waktu yang terbatas sehingga tidak bisa banyak latihan
Dari kendala di atas, kami memutuskan hal di bawah ini sebagai solusinya.
a. Mengatur hari pelaksanaan menjadi hari Sabtu dan sebagian kecil di hari Jumat
b. Pengaturan kelas yang lebih terencana
c. Dengan mengembangkan cakupan pelatihan dengan menambah level pelatihan (N1) dan
menambah peserta (dari 40 orang menjadi 120 orang), kami menambahkan cakupan
materi belajar
d. Pelaksanaan di semester ganjil diatur selama 90 menit per pertemuan, sementara di
pelaksanaan semester genap diatur selama 2 jam per pertemuan
Dari perubahan di atas kami masih tetap mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut
adalah:
Waktu pelatihan dianggap masih minim. Peserta berharap bisa mengikuti pelatihan lebih
lama
Belum ada koordinasi antar instruktur sehinga menimbulkan ketidakseragaman
cara/metode/pendekatan dalam belajar
Sudah ada pengembangan materi hanya saja terhambat karena adanya penambahan
kuantitas peserta
Dana pelaksanaan kegiatan yang minim sehingga sulit mengembangkan kegiatan
24
Di bawah ini adalah gambaran kendala yang dihadapi oleh peserta pelatihan kali ini.
Para peserta mengalami kendala terbesar yaitu jarak antara tempat tinggal dengan tempat
pelatihan yang cukup jauh. Lalu dari kurang konsistennya metode/pendekatan para instruktur
dalam belajar mengakibatkan munculnya keraguan di kalangan peserta dalam mengikuti
pelatihan ini.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari kegiatan ini kami dapat menyimpulkan bahwa memang para praktisi bahasa Jepang
membutuhkan wadah dan kesempatan untuk belajar bahasa Jepang dan mendapatkan
bimbingan yang proporsional sebagai persiapan mereka dalam mengikuti ujian kemampuan
bahasa Jepang. Hal ini dapat dibuktikan dengan keinginan peserta yang berharap bisa
mengikuti pelatihan yang sama. Diagram di bawah menunjukan harapan para peserta untuk
mengikuti pelatihan yang sama. Walaupun masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan
pelatihan ini, tapi dari diagram di bawah, bisa dilihat bahwa kebutuhan akan wadah untuk
belajar dan mempersiapkan diri untuk JLPT ada dan bisa dikatakan sangat tinggi.
25
Ganjil 2018/2019 Genap 2018/2019
Dengan belajar bersama dalam kegiatan ini, muncul keterikatan antar peserta dan
meningkatkan motivasi mereka dalam mempelajari bahasa Jepang dan mempersiapkan diri
untuk mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang. Walaupun di akhir pelaksanaan kegiatan
tingkat kelulusan peserta dalam ujian kemampuan bahasa Jepang belum tinggi, namun
peserta merasakan manfaat dari kegiatan ini dan berharap dapat kembali berpartisipasi.
Berdasarkan pelaksanaan 1 tahun kegiatan ini, pihak penyelenggara akan merencanakan
hal di bawah ini untuk mewujudkan kegiatan yang lebih baik dan menghasilkan output yang
lebih progresif.
Pelaksanaan pelatihan fokus pada 1 level JLPT saja (misalnya pelatihan khusus untuk N2
saja)
Mengelola pelatihan hanya 1 kelas saja
Menambah jam pelatihan menjadi 3 sesi/jam pelajaran
1 instruktur hanya mengelola 1 bidang ilmu saja
Walaupun pelaksanaan pelatihan kali ini masih banyak kekurangan, tapi animo dari para
praktisi bahasa Jepang di tahap pendaftaran sangat besar dan berharap ke depannya pihak
penyelenggara bisa merencanakan kegiatan dengan rencana solusi di atas.
X. DAFTAR PUSTAKA
Hari Setiawan dan Ari Artadi. (2018). Peranan Pengetahuan Pemerolehan Bahasa dalam
Pengembangan Kompetensi Pengajar Bahasa Jepang, Seminar Nasional Peningkatan
Kemampuan Bahasa Jepang dalam Lingkungan Kerja, UNPAD
Huda, Miftahul. (2016). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2016). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
26
Evi
Lusiana、尾崎裕子、秋山佳世(2013)「インドネシアの中等教育における日本語教員研修インスト
ラクターの養成―教育文化省語学教員研修所と高校日本語教員の連携による研修の自立化を目指して
―」『国際交流基金日本語教育紀要』第9号、p. 43-58
藤長かおる、古川嘉子、エフィ・ルシアナ(2006)「インドネシアの高校日本語教員の成長を支援する教員研修プログラム」『国際交流基金日本語教育紀要』第2号、p. 81-96
古川和人(1999)「インドネシアにおける中等日本語科カリキュラムの策定・実施過程- 1994
年日本語学習指導要領についての現地調査より-」『国際協力研究』Vol. 15 No.
1(通巻29号)、p. 33-40
百瀬侑子(1998)「国際理解・国際協力を目指した日本語教育のあり方-インドネシアに対する支援・協力を例にして-」『国際協力研究』Vol. 14 No. 1(通巻27号)、p. 43-50
ワワンダナサスミタ(1996)「インドネシア普通高校における日本語教育」『世界の日本語教育<日本語教育事情報告編>』第4 号p. 1-11
佐々 木仁子、松本紀子(2010)『日本語総まとめ N3 語彙』、アスク
友松悦子、福島佐知、中村 かおり(2011)『新完全マスター文法
日本語能力試験N2』、スリーエーネットワーク
伊能裕晃、その他(2011)『新完全マスター語彙 日本語能力試験N2』、スリーエーネットワーク
友松悦子、福島佐知、中村 かおり(2012)『新完全マスター文法
日本語能力試験N3』、スリーエーネットワーク
伊能裕晃、その他(2011)『新完全マスター語彙 日本語能力試験N3』、スリーエーネットワーク
27
PELATIHAN BAHASA JEPANG BUKU MARUGOTO A1
DI SMKN 48 JAKARTA TIMUR
Indun Roosiani, Ari Artadi, Dila Rismayanti, Asri Novita Sari
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
Abstrak
Buku Marugoto A1 merupakan buku panduan belajar Bahasa Jepang bagi Tingkat
Pemula yang menitikberatkan pada segi percakapan dengan ungkapan-ungkapan yang mudah
dipahami oleh pembelajar pemula. Buku Teks Marugoto: Bahasa dan Kebudayaan Jepang
merupakan buku pelajaran Bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang dikembangkan bagi
pembelajar dewasa berdasarkan pemahaman lintas budaya. Buku tersebut dinamai Marugoto,
yang berarti utuh karena mempunyai pesan untuk menyampaikan pembelajaran bahasa dan
budaya “secara utuh”, komunikasi aktual “secara utuh” serta kehidupan dan kebudayaan
orang Jepang seperti apa adanya “secara utuh” (The Japan Foundation, 2016:3).
Dengan berpedoman pada hal di atas, maka kegiatan pengabdian masyarakat pada
semester ini diadakan program Pelatihan Bahasa Jepang Tingkat Pemula dengan
menggunakan buku Marugoto A1 di SMKN 48 Jakarta Timur. Kegiatan ini melibatkan 2
orang mahasiswa Unsada 3 orang dosen. Diharapkan dengan program ini siswa-siswa
SMKN 48 memiliki kemampuan yang lain di samping kemampuan akademis yang mereka
miliki dari sekolah.
Kata kunci: Buku Marugoto A1, pelatihan, pembelajar pemula
I. PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk berinteraksi dengan masyarakat suatu bangsa
adalah melalui budaya dan bahasa. Bahasa telah menjadi sarana untuk
menjembatani dalam pemahaman budaya suatu bangsa. Salah satu bahasa yang
cukup diminati dalam dunia pendidikan dewasa ini selain bahasa Inggris adalah
bahasa Jepang. Hal ini diperkuat dengan makin eratnya hubungan antara
Indonesia dan Jepang, terutama dalam bidang industri dan pendidikan. Oleh
karena itu, diperlukan kompetensi tertentu agar berbagai perbedaan budaya dan
adat istiadat dapat dipahami dengan baik.
Dalam tingkat pendididikan Perguruan Tinggi, masalah yang berkaitan
dengan hal di atas dapat dijembatani dengan penerapan salah satu komponen Tri
Darma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian Masyarakat. Pengabdian masyarakat
dilakukan oleh setiap dosen Perguruan Tinggi sebagai bentuk kepedulian dan
aplikasi ilmunya kepada masyarakat.
28
Universitas Darma Persada sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi
di Indonesia senantiasa berupaya untuk memajukan sumber daya manusianya
melalui kegiatan pengabdian masyarakat, baik dari pihak dosen maupun
mahasiswa. Oleh karena itu, kami dari tim pengajar jurusan bahasa Jepang
berupaya melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
pelatihan budaya dan bahasa Jepang tingkat dasar bagi siswa-siswa SMKN 48
Jakarta Timur. Dalam pelatihan bahasa Jepang tingkat dasar metode yang akan
digunakan adalah student center learning dan material center learning.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pemelajar disebut student
center strategies, bertitik tolak pada pandangan yang memberi arti bahwa
mengajar merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha untuk
menciptakan suasana belajar bagi pemelajar secara optimal. Pemelajar dibimbing
untuk menemukan, memahami, dan memproses informasi. Pemelajar dalam
proses pembelajaran berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di
bawah bimbingan pengajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran
pemelajar harus diperlakukan dan memperlakukan dirinya bukan sebagai objek,
tetapi sebagai subjek aktif.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran, atau yang
disebut dengan material center strategies bertitik tolak dari pendapat yang
mengemukakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai
informasi. Dalam hal ini, strategi pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran.
Dalam pelatihan ini materi pelajaran akan menggunakan buku Marugoto
A1, dimana buku ini dirasa lebih menarik minat siswa-siswa SMKN 48. Hal ini
terlihat pada program pelatihan tahap sebelumnya. Buku ini juga tidak berfokus
pada penghafalan huruf hiragana katakana, dan langsung aplikatif pada
percakapan tingkat dasar.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka rumusan masalah dalam kegiatan ini
adalah bagaimana penerapan buku Marugoto A1 terhadap siswa-siswa SMKN 48
JakartaTimur, serta sejauh mana pemerolehan terhadap hasil pembelajaran buku
Marugoto A1.
Metodologi kegiatan pelatihan ini akan diawali dengan rapat koordinasi
internal yang melibatkan dosen dan mahasiswa pendamping, untuk menentukan
29
strategi pelaksanaan kegiatan. Strategi ini meliputi penentuan materi dan
penyesuaian jadwal pelatihan. Tahapan selanjutnya adalah koordinasi ekternal
dengan pihak SMKN 48 untuk menentukan pelaksanaan kegiatan pelatihan ini.
Setelah semua koordinasi internal dan eksternal selesai dilakukan, maka kegiatan
pelatihan akan dilaksanakan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelatihan Bahasa Jepang dengan menggunakan buku Marugoto A1
dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai bulan Agustus 2019. Adapun tempat
kegiatan di SMKN 48 Jakarta Timur, dengan khalayak sasaran adalah seluruh
siswa-siswa SMKN 48 Jakarta Timur yang memiliki minat dan perhatian terhadap
bahasa Jepang. Kegiatan ini memiliki tujuan yakni agar siswa-siswa SMKN 48
memiliki kemampuan dalam bahasa Jepang tingkat dasar, sebagai wujud dari
pengejawantahan Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian Masyarakat,
serta sebagai sarana pengenalan kampus Universitas Darma Persada, khususnya
Jurusan Sastra Jepang.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini melibatkan 3 orang dosen bahasa
Jepang dan 2 orang mahasiswa Unsada jurusan bahasa Jepang. Dalam kegiatan
pelatihan ini siswa-siswa terlihat aktif dan antusias dalam belajar. Selain itu,
siswa-siswa juga tidak hanya diberikan materi mengenai bahasa Jepang, namun
mereka juga belajar kaligrafi Jepang (shodou). Dengan demikian muatan materi
dalam kegiatan ini meliputi bahasa dan budaya Jepang.
Setelah melakukan kegiatan pengabdian ini, ada beberapa hal yang
menjadi poin evaluasi, yang meliputi evaluasi terstruktur, evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi terstruktur meliputi:
Kehadiran siswa dalam kegiatan pelatihan
Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan
Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
Setting tempat sesuai dengan yang direncanakan
Sesuai dengan kategori evaluasi terstruktur di atas, maka secara
keseluruhan kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan rencana. Untuk
kehadiran siswa dalam pelatihan ini sekitar 80%-90%. Media dan alat yang
diperlukan dalam pelatihan ini cukup tersedia. Selain itu peran dan fungsi
masing-masing anggota, baik pengajar maupun siswa sudah berjalan
30
sebagaimana mestinya, serta setting tempat pelaksanaan kegiatan juga
sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Evaluasi proses meliputi:
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
Peserta dapat mengikuti kegiatan pelatihan hingga akhir program
Peserta tidak ada yang meninggalkan selama pelatihan
Persentasi kehadiran siswa aktif dan antusias selama pelatihan
Untuk evaluasi proses di atas, ada beberapa kendala dan
kekurangan. Pelaksanaan kegiatan belum sesuai yang diharapkan, hal ini
terutama berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan yang ada
kalanya bersamaan dengan kegiatan kalender sekolah. Selain itu peserta
yang hadir pun belum mencapai 100%, karena ada beberapa siswa yang
harus mengikuti kegiatan sekolah, namun mereka yang hadir pada saat
pelatihan terlihat aktif dan antusias.
Evaluasi hasil meliputi:
Dapat mempraktekkan keterampilan bahasa yang diajarkan.
Siswa dapat membaca dan melafalkan ungkapan bahasa Jepang yang
sederhana
Untuk evaluasi hasil, selama pelatihan siswa dapat mengikuti dan
mengulang ketrampilan bahasa yang diajarkan. Selain itu siswa juga dapat
membaca dan melafalkan ungkapan bahasa Jepang yang sederhana.
III. SIMPULAN
Berdasarkan evaluasi kegiatan pada program pengabdian masyarakat ini
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan proses kegiatan dapat berjalan
dengan lancar, walaupun ada beberapa tahapan kendala dan kekurangan. Dalam
proses pembelajaran, kemampuan siswa harus lebih ditingkatkan lagi.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. (2016). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
31
Iskandarwasid dan Dadang Sunendar. (2016). Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
V. LAMPIRAN
Foto 1: Pertemuan dengan Kepala Sekolah dan Guru SMKN 48 Jakarta Timur
Foto 2: Pelatihan Bahasa Jepang
Foto 3: Pelatihan Bahasa Jepang
32
Foto 4: Menulis Kaligrafi Jepang (Shodou)
33
PELATIHAN KETERAMPILAN DAN PENGEMBANGAN KREATIVITAS
DI YAYASAN MUFAKAT AL-BANNA INDONESIA,
CILINCING, JAKARTA UTARA
Ni Luh Suparwati, Herlina Sunarti, Hargo Saptaji, Andi Irma S, Riri H.
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
ABSTRAK
Pengabdian masyarakat kami di Yayasan Mufakat Al-Banna Indonesia, Cilincing,
Jakarta Utara ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan di semester sebelumnya.
Kami memilih tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat di Yayasan MABI
karena MABI merupakan yayasan yang sangat aktif dalam memberikan sumbangsih
tidak hanya kepada anak yatim binaan dan kaum dhuafa saja, melainkan juga kepada
lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan hasil wawancara analisis kebutuhan, kali ini kami
memberikan pelatihan pertama yaitu membuat kue-kue kering kepada 25 orang peserta
yaitu ibu-ibu di lingkungan yayasan MABI. Pada kegiatan berikutnya, kami memberikan
pelatihan bahasa dan pengetahuan budaya Jepang kepada 20 orang peserta lulusan
SMA/SMK binaan MABI. Bahan ajar yang digunakan modul yang telah kami buat
sendiri. Kami harap pelatihan yang diberikan dapat bermanfaat bagi remaja-remaja
binaan maupun ibu-ibu di lingkungan sekitar dari segi pengembangan kreativitas
sehingga mereka memiliki keterampilan menghasilkan produk berupa barang atau
makanan yang bernilai ekonomis.
Kata Kunci: kue kering, pelatihan bahasa, pengetahuan budaya, remaja binaan,
pengembangan kreativitas.
1. PENDAHULUAN
Cilincing merupakan salah satu kecamatan yang wilayahnya sebagian besar
merupakan komunitas tempat tinggal kaum nelayan. Di tengah kawasan tersebut, terdapat
sebuah yayasan yang didirikan untuk membina anak-anak yatim dan kaum duafa di
lingkungan Kali Baru Timur, Cilincing, Jakarta Utara yaitu Yayasan Mufakat Al-Banna
Indonesia (MABI).
Yayasan Mufakat Al-Banna Indonesia (MABI) sebagai mitra dalam kegiatan
pengabdian masyarakat kami dalam kurun waktu dua tahun ini merupakan yayasan yang
sangat aktif dalam memberikan sumbangsih tidak hanya kepada anak yatim binaan dan
kaum duafa saja di lingkungan Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara saja, melainkan turut
berperan serta melakukan kegiatan positif kepada lingkungan sekitarnya, seperti
34
mengadakan acara khitanan massal, pengobatan gratis, bekerja sama dengan PMI Jakarta
Utara melaksanakan kegiatan donor darah, penyelenggaraan qurban, senam pagi bersama
setiap hari Minggu dan berbagai program lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pada semester genap ini pun, kami memutuskan
untuk tetap melanjutkan melakukan kegiatan pengabdian masyarakat kami di yayasan ini.
Hal pertama yang kami lakukan adalah mengunjungi dan berdiskusi langsung dengan
Pembina yayasan MABI atau penanggung jawab kegiatan di yayasan untuk memahami
apa yang dibutuhkan oleh yayasan dan apa yang dapat kami berikan untuk masyarakat
dalam lingkup kecil yaitu lingkungan di sekitar yayasan. Adapun hasil diskusi kami
dengan pihak yayasan yang pertama adalah kebutuhan akan kegiatan memasak atau
membuat kue-kue kering untuk ibu-ibu di lingkungan yayasan MABI, dan yang kedua,
berhubung di wilayah sekitar Yayasan banyak terdapat anak-anak remaja binaan Yayasan
MABI yang sudah lulus SMA/ SMK namun belum dapat melanjutkan ke jenjang sarjana,
dan saat ini sedang mencari kerja, berdasarkan hal itu maka muncul kebutuhan akan
pelatihan bahasa Jepang dan pengenalan budaya Jepang bagi remaja binaan yayasan yang
sudah lulus SMA/SMK ini agar mempunyai nilai tambah berupa pengetahuan dasar,
ataupun keterampilan yang dapat diaplikasikan langsung.
2. PERUMUSAN MASALAH
Pelatihan keterampilan dan pengembangan kreativitas di lingkungan Yayasan MABI
ini merupakan kegiatan berkelanjutan yang dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat
Unsada, dan dengan kerjasama ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
peserta, tidak hanya peserta dari lingkungan Yayasan MABI, Cilincing, Jakarta Utara
tetapi juga bagi kami tim dosen dan mahasiswa Unsada.
Adapun yang menjadikan perumusan masalah dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut;
1. Apakah kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
keilmuan maupun kemampuan menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomis bagi ibu-ibu di lingkungan yayasan MABI?
2. Apakah kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi anak-anak lulusan SMA/
SMK binaan Yayasan MABI dari segi kemampuan berbahasa asing dan dapat
meningkatkan rasa percaya diri mereka?
35
3. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini diadakan di Ruang belajar TPQ Yayasan
Mufakat Al-Banna Indonesia (MABI), Jl. Kalibaru Timur I No.27 Rt.02 Rw.03, Kel.
Kalibaru, Kec. Cilincing, Jakut. Adapun waktu kegiatan;
1. Kegiatan Tahap 1 yaitu pelatihan membuat kue-kue kering telah dilaksanakan
pada tanggal 5 Mei 2019. Peserta kegiatan berjumlah 25 orang ibu-ibu dari
lingkungan sekitar Yayasan MABI.
2. Kegiatan Tahap 2 yaitu pelatihan bahasa Jepang dan pengenalan budaya Jepang,
serta pembuatan modul dan persiapannya dimulai pada bulan Juni-Agustus
2019.Peserta kegiatan berjumlah 20 orang lulusan SMA/SMK dari lingkungan
Yayasan MABI.
4. TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah:
a. Peserta ibu-ibu rumah tangga lingkungan MABI sekitar 25 orang, dapat
mengembangkan kreativitas membuat sesuatu kue-kue kering yang bernilai
ekonomis dan dapat dipasarkan.
b. Peserta anak-anak lulusan SMA/SMK binaan yayasan MABI, sekitar 20 orang
dapat berkomunikasi dengan bahasa Jepang sederhana atau bahasa Jepang dasar
sehingga dapat menambah pengetahuan dan rasa percaya diri mereka di dunia
kerja seperti pariwisata, perhotelan, dan restoran Jepang serta perusahan Jepang
lainnya.
5. KHALAYAK SASARAN
Sasaran peserta pelatihan ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang berdomisili di sekitar
lingkungan Yayasan MABI dan remaja lulusan SMA/ SMK binaan yayasan MABI Kali
Baru, Cilincing, Jakarta Utara.
6. METODE PENERAPAN
36
Metode pelaksanaan kegiatan pertama (membuat kue kering) adalah; peserta dibagi
menjadi 5 kelompok, bahan-bahan kue dan peralatan membuat kue disediakan di meja
tiap kelompok, peserta melihat dan mendengarkan penjelasan dari dosen dan mahasiswa
sebagai mentor, kemudian mecontoh praktek kegiatan membuat kue kering tersebut di
bawah bimbingan dosen pembina dengan dibantu oleh mahasiswa.
Sedangkan untuk metode pelatihan bahasa Jepang dan pengetahuan budaya Jepang
dilakukan dengan metode ceramah dan aktivitas siswa. Siswa mendengarkan penjelasan
dari pengajar, kemudian melakukan aktivitas sesuai tema dari hal yang dipelajari berupa
role-play, bercakap-cakap dengan rekan, maju ke depan mengikuti aba-aba pengajar,
mendengarkan lagu Jepang dan kegiatan lainnya.
7. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini merupakan pelatihan keterampilan dan pengembangan kreativitas yang
diberikan oleh tim dosen dan tim mahasiswa Universitas Darma Persada kepada anak-
anak binaan, ibu-ibu dan guru-guru di lingkungan Yayasan MABI.
Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal Isi Kegiatan
Sabtu,
27 April 2019
Meeting dengan ketua Yayasan MABI mengenai
isi kegiatan
Bertemu dengan ketua dan sekretaris Yayasan untuk
membicarakan isi dari kegiatan selama pengabdian
masyarakat.
Minggu,
5 Mei 2019
Kegiatan Pertama:
Pelatihan Membuat Kue Kering
Peserta : Ibu-ibu di sekitar lingkungan Yayasan
MABI
(25 orang)
Juni-Juli 2019
Kegiatan Kedua:
Pelatihan Bahasa dan Pengenalan Budaya
Jepang.
6 kali Pertemuan
37
Peserta : Remaja lulusan SAM/ SMK binaan yayasan
MABI
(20 orang)
Juni-Agustus 2019 Kegiatan Ketiga:
Pembuatan Modul Pelatihan Bahasa dan
Pengenalan Budaya Jepang
Sabtu,
27 Juli 2019
Kegiatan Evaluasi:
Bertemu dengan ketua dan sekretaris Yayasan untuk
membicarakan isi hasil dari kegiatan selama
pengabdian masyarakat dan rencana ke depan.
Pada tahap evaluasi ini, kami membuat laporan kepada pihak Universitas Darma
Persada sebagai bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat,
kami juga akan melaksanakan evaluasi akhir bersama mitra pengabdian yaitu yayasan
MABI dan tim mahasiswa Unsada guna memperoleh feedback dari kegiatan yang sudah
terselenggara, apakah kegiatan tersebut memberikan manfaat atau tidak.
8. HASIL KEGIATAN
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, hal yang dapat diperoleh dari
kegiatan ini ternyata sangat bermanfaat bagi seluruh peserta kegiatan yaitu remaja binaan,
dan ibu-ibu di lingkungan sekitar Yayasan MABI begitu juga bagi mahasiswa Unsada serta
kami sebagai mentor pelatihan ini. Evaluasi kami lakukan dengan perwakilan tim dosen
pengabdian masyarakat dan perwakilan dari Yayasan MABI.
Di balik dari semua kegiatan, tentunya ada faktor yang mendorong maupun faktor
yang menghambat kegiatan ini. Adapun faktor pendorong dalam kegiatan ini adalah baik para
remaja binaan, ibu-ibu maupun guru-guru dan staf MABI semuanya sangat antusias
mengikuti pelatihan, mereka senang mengeksplor lebih dalam lagi dari yang kami ajarkan.
Mereka sangat senang mendapatkan ilmu dari kami.
Pada pelaksanaan kegiatan ini tentu tidak semua hal berjalan lancar, ada beberapa
faktor yang menghambat salah satunya adalah kesulitan waktu kegiatan dan mengadakan
pelatihan karena kesibukan dan berbenturan dengan banyaknya hari libur.
38
9. KESIMPULAN DAN SARAN
Kami harap apa yang telah kami lakukan pada pengabdian masyarakat kali ini dapat
bermanfaat khususnya bagi warga yayasan Mufakat Al-Banna Indonesia, Kali Baru,
Cilincing, Jakarta Utara. Namun, kami merasa hal yang kami lakukan dalam rangka
pengabdian masyarakat di Yayasan MABI ini belumlah cukup, sehingga pada pengabdian di
semester berikutnya kami bermaksud terus melanjutkan memberikan beberapa kegiatan
bermanfaat lainnya kepada warga yayasan MABI.
10. PERSONALIA
Nama Asal Fakultas/
Kelembagaan
Tugas
Ni Luh Suparwati, SS, M.Hum FakultasSastra/
Sastra Jepang
Ketua pelaksana
Herlina Sunarti, SS., M.Si FakultasSastra/
SastraJepang
Anggota
Andi Irma Sajani, SS., M.A FakultasSastra/
SastraJepang
Anggota
Hargo Saptaji, SS., M.A FakultasSastra/
SastraJepang
Anggota
Riri Hendriati, SS., M.Si FakultasSastra/
SastraJepang
Anggota
11. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak LP2MK Universitas Darma Persada
yang telah mendukung kegiatan ini.
12. DAFTAR PUSTAKA
39
Japan Foundation.(2016). Marugoto: Bahasa dan Kebudayaan Jepang. Pemula
A1(かつどう Aktifitas). Kesaint Blanc Publising.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2016). Strategi pembelajaran bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
13. LAMPIRAN KEGIATAN
40
PENGENALAN BAHASA DAN BUDAYA JEPANG DI KAMPUNG SEPATAN RT
003 RW 002 DAN SEKITARNYA KOTA BEKASI
Ketua: Robihim
Aggota: 1) Hermansyah Djaya 2) Nanny Dewi Sunengsih
3) Kun Maksusy Permatasari, 4)Juariah (Dosen Sastra Jepang UNSADA)
5. Febriana Wijaya, 6. Farah Dinah Rusiadi, 7. Bagus Aris Munandar, 8. Hana Audiana
(Mahasiswa Sastra Jepang UNSADA)
ABSTRAK
Kampung Sepatan RT 002/003 terletak di kelurahan Sepanjang Jaya kecamatan Rawa Lumbu
Bekasi Barat, merupakan kampung yang termasuk katagori ekonomi menengah kebawah.
Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai buruh pabrik, dan pedagang keliling, dengan rata-
rata penghasilan mereka UMR dan di bawah UMR. Mayoritas keluarga yang tinggal di
kampung ini adalah keluarga muda dengan satu atau dua anak, dan bukan penghuni tetap.
Berdasarkan informasi dari pejabat setempat (Informasi diperoleh pada tgl 30 Nopember
2018), bahwa animo masyarakat setempat untuk belajar bahasa Jepang cukup tinggi. Hal ini
dikarenakan banyaknya masyarakat setempat yang menjadi buruh di Perusahaan Jepang dan
memberikan pengaruh bagi masyarakat lain di sekitarnya tentang manfaat bahasa Jepang jika
bekerja di perusahaan Jepang. Sehingga istilah bahasa Jepang atau Jepang sudah tidak asing
di telinga mereka. Selanjutnya saat disosialisaikan akan adanya program Pengabdian
Masyarakat tentang pegajaran bahasa dan budaya Jepang dari Unsada, respon dari aparat desa
setempat sangat positif. Baik dari golongan anak-anak sampe orang dewasa. Hal ini terbukti
dengan banyaknya masyarakat yang mendaftar, dan bertanya-tanya tentang peluang
masyarakat di sana jika ingin ke jepang. Oleh karena itu, dalam penentuan kelas, waktu dan
metode pengajaran perlu dipersiapkan secara teliti. Dikarenakan kondisi masyarakat dengan
waktu tidak pasti, maka kelas-kelas pada program Abdimas ini dibagi menjadi 4 waktu
belajar dengan hari yang bisa dipilih sesuai kesiapan warga. Pada pelaksanaannya
penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah, metode tanya jawab, metode sharing
pengalaman, dan praktek langsung budaya Jepang. Berkenaan dengan hal tersebut, team
ABDIMAS UNSADA, terlibat langsung dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat untuk
memberikan pelatihan bahasa dan budaya Jepang. Selanjutnya setelah kegiatan ini, tema
Abdimas Unsada, akan melakukan kajian dan membuat modul berupa bahan ajar, untuk
panduan peserta pada penelitian berikutnya.
Kata Kunci: Bahasa Jepang, Budaya Jepang, Kampung Sepatan Rt 003 Rw 002
1) PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa Jepang sebagai sebagai salah satu bahasa asing yang cukup populer di
Indonesia, menjadi salah satu bahasa asing yang diminati untuk dipelajari karena
keunikannya. Selain itu, banyaknya perusahaan Jepang yang mensyaratkan karyawannya
berbahasa Jepang, membuat bahasa Jepang menjadi bagian dari kebutuhan kerja dan bisnis.
Adapun warga Kampung Sepatan RT 002/003 terletak di kelurahan Sepanjang Jaya
41
kecamatan Rawa Lumbu Bekasi Barat, mayoritas bekerja di perusahaan Jepang sebagai buruh
pabrik. Warga ini sendiri sebagian besar termasuk katagori menengah kebawah, dengan rata-
rata penghasilan UMR atau di bawah UMR. Kebanyakan keluarga yang tinggal di kampung
ini adalah keluarga muda dengan satu atau dua anak, dan bukan penghuni tetap. Kebanyakan
penduduknya berstatus mengontrak rumah. Meskipun demikian, rata-rata penduduk muda
yang bersekolah cukup banyak, mulai dari pendidikan anak usia dini sampai tingkat SLTA.
Sangat jarang yang melajutkan ke pendidikan Tinggi. Berdasarkan informasi dari aparat
setempat seperti perangkat desa (Informasi diperoleh pada tgl 30 Nopember 2018), bahwa
animo masyarakat setempat untuk belajar bahasa Jepang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
banyak masyarakat buruh yang bekerja di Perusahaan Jepang dan memberikan pengaruh
bahwa bahasa Jepang itu menjadi nilai plus jika ingin bekerja di perusahaan Jepang, menurut
hasil wawancara dengan karyawan perusahaan Jepang yang indekos di daerah setempat,
dengan menguasai bahasa Jepang yang dibuktikan dengan sertifika bahasa Jepang, maka akan
menjadi nilai tambah tersendiri bagi karyawan tersebut (wawancara dengan Irwan warga
musiman kampung sepatan, karyawan perusahaan Jepang, tgl 25 Juni 2019, di kampung
Sepatan). Melihat hal demikian , banyak diantara anak-anak mereka yang sudah lulus
pendidikan ingin belajar bahasa Jepang dengan tujuan masuk ke perusahaan Jepang. Bertolak
dari hal tersebut, maka pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kemampuang bahasa
dan
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data-data dari hasil wawancara dan informasi yang diperoleh dari Ketua
RT 002/003 dan Aparat Kelurahan Kampung Sepatan, maka dapat diketahui bahwa animo
masyarakat Kampung Sepatan RT 002/003 Kelurahan Sepanjang Jaya Rawa Lumbu Bekasi
mulai anak-anak, remaja, sampai usia dewasa memiliki cukup besar keingintahuan terhadap
bahasa dan budaya Jepang dan ing mempelajari bahasa dan budaya Jepang. Oleh karena itu,
maka masalah dalam pemberdayaan ini, difokuskan pada:
a. Bagaimana pengenalan bahasa Jepang kepada usia anak-anak, usia remaja dan usia
dewasa?
b. Bagaimana pengenalan budaya Jepang kepada usia anak-anak, usia remaja dan usia
dewasa?
3. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari Pemberdayaan di Kampung Sepatan RT 002/003 Sepanjang Jaya
Rawa Lumbu Bekasi, adalah sebagai berikut:
42
a. Memberikan wawasan dasar-dasar bahasa Jepang kepada usia anak-anak, remaja dan
dewasa.
b. Memberikan wawasan dasar-dasar budaya Jepang kepada usia anak-anak, remaja dan
dewasa.
4. Kerangka Teori
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit menentukan
bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997: 52)
metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain
mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang
dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Adapun pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra
(2008) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.Oleh karena itu, suatu pembelajaran merupakan proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya
untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua
memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
5. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam
rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang
telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran rancangan penelitian
yang meliputi antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu
penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya
diolah dan dianalisis (Hidayat, 2007). Selanjutnya untuk validitas penelitian ini, maka
digunakan beberapa metode dalam penelitian ini, antara lain:
43
a. Metode Riset
Metode riset bertitik tolak dari melakukan suatu riset lalu menemukan suatu masalah,
kemudian masalah tersebut dibahas sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan
bermakna. Kelebihannya yaitu dapat memperluas pemikiran siswa; dapat membina siswa
dengan menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan kekurangannya
adalah kurikulum saat ini yang belum menunjang pelaksanaan metode ini; pemilihan
topic unit yang tepat, fasilitas cukup sesuai dengan kebutuhan siswa bukan pekerjaan
mudah.
b. Metode Resitasi/Penugasan
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan
tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar. Kelebihan metode ini adalah lebih
merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok;
dapat mengembangkan kemandiirian siswa; mengembangkan kreativitas siswa, serta
membina tanggung jawab dan disiplin siswa.Sedangkan kekurangannya adalah siswa
sulit dikontrol, apakah ia mengerjakan sendiri atau tidak; tidak mudah memberikan tugas
yang sesuai dengan perbedaan individual siswa; dan lain-lain.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu
masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan
bersama. Kelebihan metode ini adalah mengembangkan sikap menghargai orang lain;
memperluas wawasan; serta merangsang kreativitas anak didik. Sedang kekurangannya
adalah tidak dapat dipakai kelompok yang besar; peserta mendapat inbformasi yang
terbatas; serta dikuasai oleh orang yang pandai berbicara saja.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan kepada siswa
suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Kelebihan metode ini
adalah siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; proses pengajaran lebih
menarik. Kekurangannya adalah harus memerlukan ketrampilan khusus; fasilitas yang
memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
e. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, bias dari guru kepada siswa maupun siswa kepada guru. Kelebihan
44
metode ini adalah pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa;
merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya
ingatan; mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa. Sedangkan kelemahannya
adalah siswa merasa takut; tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir siswa; sering membuang-buang waktu.
f. Metode Latihan
Metode latihan (metod training), merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kelebihannya adalah untuk memperoleh
kecakapan motorik, mental, dan dalam bentuk asosiasi yang dibuat. Kelemahannya
adalah menghambat bakat dan inisiatif siswa; membentuk kebiasaan yang kaku; serta
dapat menimbulkan verbalisme.
g. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak
dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
siswa dalam proses mengajar. Kelebihan metode aini adalah guru mudah menguasai
kelas; mudah mengkoordinasikan tempat duduk; dapat diikuti oleh jumlah siswa yang
besar. Kelemahannya adalah mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata); sifatnya
membosankan; susah untuk dimengerti oleh siswa; siswa menjadi pasif.
2) PEMBAHASAN
Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan atau
mendapatkan suatu data untuk keperluan dan tujuan tertentu. Adapun penelitian di Kampung
Sepatan RT 003 RW 002 Kelurahan Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawa Lumbu Bekasi ini
dilakukan dengan tahapan-tahapan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan follow
up.
1. Persiapan membuat Rancangan Pengajaran.
Rancangan pengajaran perlu dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar
(KBM), hal ini dilakukan agar KBM dapat berjalan sistematis, sesuai dengan rancangan
dan mencapai target seperti yang direncanakan. Selanjutnya dalam rancangan pengajaran
sudah dimuat tahap-tahap pengajaran yang akan dimengerti siswa dan guru dengan
mudah mengajarkannya. Guruakan terencana dalam memberikan materi secara bertahap,
sedangkan siswa dapat terkontrol ketika mengikuti materi. Adapaun tahap-tahap dalam
rancangan pengajaran adalan sebagai berikut:
a. Pendahuluan
45
Guru memberikan pengenalan bentuk persalaman bahasa Jepang kepada peserta.
Seperti Selamat pagi (Ohayougozaimasu), dan lain-lain.
b. Aktifitas belajar,
Guru memberikan pengajaran sesuai dengan model pengajaran yang sudah
direncanakan, seperti:model ceramah, yaitu menjelaskan kepada siswa seperti apa
bahasa Jepang dan bagaimana bahasa Jepang itu. Model diskusi, yaitu
mengkondisikan agar siswa menjadi aktif, dan terjadilah aktifitas tanya jawab.
Model demonstrasi, yaitu guru mendemonstarikan cara menulis huruf Jepang
hiragana kepada siswa. Model penugasan, guru memberikan tugas dan latihan
kepada siswa. Kemudian siswa akan berlatih dengan dibimbing gurunya, dan
dikoreksi serta diberikan penjelasan. Selain itu guru selalu aktif memberikan
penjelasan jika ada hal-hal baru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
c. Review atau evaluasi. Disini guru sudah menyiapkan model-model latihan sesuai
dengan yang dijelaskan, dan siswa berlatih kembali. Setelah siswa mampu maka
diberikan tugas rumah (PR).
d. Persiapan absensi siswa. Guru wajib membawa absensi siswa, karena selain untuk
melihat kemajuan siswa, juga sebagai kontrol dan pengecekan kalau siswa
tersebut ada di kelas dan mengikuti pelajaran bahasa Jepang. Setiap siswa di cek
kemajuan belajarnya berdasarkan dari catatan absensi. Caranya siswa yang hadir
dan tidak hadir sebelumnya akan ditanyai tentang pelajaran sebelumnya.
Kemudian guru mebuat prediksi bahwa siswa yang hadir sudah dipastikan akan
dapat menjawab pertanyaan tersebut, sedangkan yang tidak hadir apabila dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan, maka siswa tersebut walaupun tidak hadir
tetap dapat meng-update dirinya dari informasi-informasi lewat rekannya atau
guru yang bersangkutan sebelum pelajaran.
e. Persiapan bahan ajar siswa, bahan ajar dapat berupa materi dari gurunya, berupa
beberapa materi yang diambil dari beberapa buku bahasa Jepang yang mudah.
Materi merupakan hasil diskusi bersama dengan rekan-rekan guru lainnya.
f. Mempersiapkan alat peraga belajar, seperti kartu bergambar, atau film. Alat
peraga berupa gambar dan tulisan kata bahasa Jepang dalam hruruf hiragana.
Kemudian mempertontonkan film pendek tentang kehidupan di Jepang.
g. Mempersiapkan lembar penilaian sebagai evaluasi untuk siswa.
Lembar penilaian dipersiapkan untuk memberikan penilaian terhadap siswa setiap
latihan berjalan. Lembar penialian ini sebagai evaluasi untuk kemajuan siswa.
46
h. Mempersiapkan forto polio sebagai bahan catatan perkembangan kemajuan siswa
dalam belajar bahasa Jepang.
Forto polio adalah catatan guru terhadap masing-masing siswa.Di dalam forto
polio mencakup daftar kemajuan siswa, latar belakang siswa, penguasaan siswa
pada materi pelajaran perminggu, catatan-catatan tugas siswa perminggu, point-
point yang dikuasai siswa dalam bahasa Jepang dan kelemahan-kelemahan siswa
saat belajar bahasa Jepang.
i. Mempersiapkan daftar kosa kata dalam bentuk huruf Hiragana
Hal ini penting dilakukan disetiap pertemuan minimal 5 buah kosa kata umum
dengan tulisan huruf hiragana. Tujuannya agar membiasakan membaca huruf
hiragana dan menambah perbendaharaan kosa kata pada siswa secara alamiah.
Menjadi suatu kebiasaan yang lama-lama akan mudah diingat oleh siswa.
j. Mempersiapkan kartu hiragana dan katakana sebagai latihan membaca huruf.
Kartu Hiragana dipersiapkan untuk melatih siswa agar terbiasa dan menjadi
lancar dalam membaca huruf hiragna dan katakana.
2. Pemilihan Bahan Ajar
Pemilihan bahan ajar untuk siswa yang sama sekali belum mengenal bahasa Jepang harus
benar-benar dispersiapkan secara sistematis. Karena kondisi siswa yang belajar dari dasar
dalam waktu yang sangat singkat sehingga diperlukan bahan ajar yang akan mengakomodir
kebutuhan siswa secara terarah. Oleh karena itu, setelah mendiskusikan dengan rekan satu
team untuk pengenalan bahasa Jepang, maka disusun modul pelajaran bahasa Jepang dasar.
Modul ini adalah hasil karya dari tim ABDIMAS UNSADA yang akan mengakomodir siswa
pemula dalam rangka mempelajari bahasa Jepang dasar. Modul sudah dibuat sebelum
pelaksanaan ABDIMAS, yang akan diujicobakan kepada warga Kampung Sepatan RT 003
RW 002 Sepanjang Jaya Rawa Lumbu Bekasi.. Bahan modul adalah kumpulan mater dan
soal-soal latihan yang sudah dipilih dan diurutkan berdasarkan kebutuhan siswa, dimulai dari
persalaman, latihan hiragana, urutan kosa kata, kemudian pola kalimat, dan cara baca kalimat
agak panjang, lalu di bagian terakhir adalah latihan mendengar, dan modul tentang
pengenalan budaya Jepang, seperti life style Jepang, masakan Jepang, seni melipat kertas,
ikebana, dan lain-lain.
3. Pembelajaran Bahasa dan Budaya Jepang
Pembelajaran Bahasa Jepang di RT 003 RW 002 Kampung Sepatan Rawa Lumbu Bekasi
dilaksanakan pada warga dengan rentang usia beragam, dengan usia paling muda 12 tahun
dan paling tua umur 50 tahun, yang dilaksanakan selama seminggu sekali selama 2 jam. Cara
47
pembelajaran dibagi menjadi 3 metode pengajaran yaitu, menjelaskan dan menuliskan huruf
hiragana, melatih, dan Tugas/Praktik. Untuk mendikte bacaan dan memerintahkan tugas dan
praktik guru menggunakan bahasa Jepang.
4. Model Latihan
Model latihan tidak seperti belajar pada umumnya, karena diberikan kepada siswa yang
dari dasar alias nol pengetahuan tentang bahasa Jepang, maka latihan dilakukan sedikit demi
sedikit. Latihan diberikan setiap minggu ketiga setiap bulannya, hal ini berkaitan dengan
penjelasan materi yang harus disampaikan terlebih dahulu dalam waktu belajar yang sangat
singkat. Latihan menggunakan 2 model, antara lain:
1. Model Kakite, yaitu model tulisan atau menulis, disini siswa ditekankan pada latihan
menulis hiragana. Model ini terdiri dari sub-sub model seperti berikut ini.
1) Model dikte lalu tulis, yaitu model dimana latihan kalimat didiktekan kemudian
ditulis ulang oleh siswa, Dikte dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan atau
dari audio.
2) Model menulis ulang, yaitu menuliskan ulang kalimat yang ada dalam latihan.
3) Model mengganti kosa kata, yaitu menuliskan kembali dan mengganti kosa kata
yang perlu diganti
4) Model mengganti kalimat, yaitu menuliskan kalimat menjadi kalimat yang benar.
5) Model mejawab pertanyaan, menjawab pertanyaan secara tertulis
6) Model menulis kana dan kanji, menuliskan kana dan kanji dengan urutan yang
benar.
7) Model menyambungkan kalimat, yaitu menyambungkan beberapa kalimat menjadi
satu kalimat.
8) Model mengurutkan kalimat, yaitu mengurutkan kalimat-kalimat yang acak
menjadi paragraf yang utuh dan tersusun kalimatnya.
2. Model Hanashite, yaitu model lisan atau berbicara, disini siswa ditekankan pada
latihan mengucapkan dan mendengar. Model ini dibagi-bagi lagi menjadi sub-sub
model berikut ini.
1) Model Iikae (ganti dan ucapkan), yaitu membaca tulisan lalu menggantinya dengan
cara mengucapkan kembali.
2) Model Dikte lalu ucapkan, yaitu mendengarkan kalimat lalu mengucapkan kembali
secara benar.
3) Model percakapan, yaitu model menghapalkan latihan percakapan yang ada dibuku
dan mempresentasikannya di depan kelas.
48
4) Model mendengarkan, yaitu model mendengarkan teks, lalu menyimaknya dan
menceritakan kembali isinya secara lisan.
5) Model dengar dan jawab lisan, yaitu model mendengarkan pertanyaan, lalu di
jawab secara lisan.
6) Model melanjutkan kalimat secara lisan, yaitu model latihan dengan mendengarkan
atau membaca suatu kalimat kemudian dilanjutkan secara lisan.
7) Model membaca kosa kata, yaitu model membacakan setiap kosa kata secara
benar, panjang pendek dan intonasinya.
8) Model membaca kalimat panjang, yaitu model membacakan ulang suatu kalimat
yang ada dalam teks perparagraf pendek.
5. Pengaturan Waktu
Waktu belajar dilakukan dalam seminggu 3 kali di kelas, yang dibagi 2 kali belajar
bahasa Jepang pada hari biasa yang dipilih siswa dan 1 kali belajar budaya Jepang di hari
minggu dengan waktu belajar dapat dipilih siswa.
6. Pencapaian Target
Setelah belajar selama 6 bulan, warga Kampung Sepatan RT 003 RW 002 menjadi
terbiasa dalam persalaman bahasa Jepang, dapat melakukan percakapan singkat antar sesama
dalam bahasa Jepang dan menguasai baca tulis huruf hiragana.
3) KESIMPULAN
Bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang cukup diminati untuk dipelajari oleh Warga
Kampung Sepatan RT 003 RW 002 Sepanjang Jaya Rawa Lumbu Bekasi, sebagai bahasa
yang unik, namun ketika mulai dipelajari, dalam pelaksanaannya banyak mengalami
kendala-kendala yang ditemui warga yang belajar, mulai dari waktu, kebiasaan, dan kesulitan
memahami pola kalimat bahasa Jepang, terlebih karena harus menguasai huruf hiragana.
Oleh karena itu, team ABDIMAS 2019 UNSADA masih memerlukan usaha dan kerja keras
untuk dapat mencapai target agar warga dapat lebih bersemangat untuk mempelajar bahasa
Jepang tersebut. Hal ini dikarenakan terdapatnya beberapa kendala baik internal maupun
eksternal. Adapun kendala internal antara lain: minat warga yang sangat tinggi terhadap
belajar bahasa jepang, tapi banyaknya kesibukan bekerja warga, khususnya warga yang
bekerja secara shift, membuat fokus belajar warga tidak hanya pada bahasa Jepang. Selain itu
kurangwaktu untuk pengenalan dan pengetahuan budaya dan bahasa Jepang, membuat
warga mudah lupa terhadap pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Hal-hal yang
49
terikait dengan kondisi ini disebabkan modul belajar dan model mengajar yang belum
rampung, sehingga perlu terus dilakukan inovasi, agar warga yang belajar bahasa Jepang
semakin fokus meskipun dalam keadaan kesibukan bekerja dan sekolah. Oleh karena itu,
strategi pengajar dengan menunjukkan hal-hal menarik tentang Jepang, dan memberikan
hadiah-hadian berupa kue-kue dan makanan Jepng yang umum diketahui wrga yang dapat
dibeli di Supermarket, seperti makanan ringan rumput laut Jepang siap makan, dan lain-lain.
4) DAFTAR PUSATAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Bernawi & M.Arifin. 2016. Micro Teaching (Praktik Pengajaran yang Efektif & Kreatif).
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta
Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nolker, Helmut. 1983. Pendidikan Kejuruan: Pengajaran, Kurikilum, Perencanaannya.
Jakarta: Gramedia
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
Ponto, Hantje. Dr. DEA, MAP. Evaluasi Pembalajaran Pendidikan Kejuruan. 2016.
Yogyakarta: Deepublish
Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo
Wina, Sanjaya H. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Jakarta
Kencana
50
Pelatihan Ketrampilan Kristik Dengan Tema Budaya Jepang
di Pamulang Tangerang
Yessy Harun, Febi Nur Biduri, Widiastuti,
M. Sabarudin Nasir, Eka Yuniar Ernawati
ABSTRAK
Kerajinan kristik sendiri memang sudah ada sejak lama, bahkan diduga kerajinan Kristik ini sebagai
awal munculnya kerajinan lain yaitu kerajinan bordir. Pelatihan ini diharapkan menambah
pengetahuan khususnya budaya jepang melalui ketrampilan kristik. Pelatihan dilakukan tidak hanya
menggunakan metode ceramah saja tetapi juga praktek langsung oleh para ibu-ibu dan remaja yang
didampingi oleh para dosen. Dalam pembuatan kristik dilakukan selangkah demi selangkah,
dipraktekkan dari menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan hingga cara menyulam dan mengikuti pola
gambar kedalam media kristik. Selain Praktek langsung para peserta pelatihan diberikan modal awal
dalam pembuatan kristik yaitu benang, jarum dan pola dengan tema budaya.
Kata Kunci : Pelatihan, Kreasi, Menjahit, Menyulam, Perekonomian meningkat.
PENDAHULUAN
Kristik atau dalam bahasa Belanda kruissteek adalah seni menyulam dengan teknik tusuk
silang. Kerajinan kristik sendiri memang sudah ada sejak lama, bahkan diduga kerajinan
Kristik ini sebagai awal munculnya kerajinan lain yaitu kerajinan bordir. Dalam
perkembangan kerajinan ini, mengalami fase timbul tenggelam, seiring pesatnya tehnologi
media social seperti facebook, whatapps, instagram dan media sosial lainnya. Kerajinan
kristik mulai muncul lagi ke permukaan kembali dan dimanati oleh kaum hawa, terutama
para ibu rumah tangga dan remaja putri.
Hal ini juga tidak luput menjadi perhatian warga di perumahan Pamulang Tangerang
khususnya ibu rumah tangga. Selain untuk mengisi waktu di rumah kegiatan ini mampu
menyalurkan bakat dan minat juga mampu menambah wawasan terhadap pengayaan karya
kerajinan kristik terutama dalam keragaman design. Dalam kerajinan kristik pembuatannya
sangat dipengaruhi oleh disain pola dan motif gambar.
Salah satu yang memperkaya desain pola dan motif gambar dapat diperoleh melalui
pengayaan budaya baik dari dalam maupun dari luar. Budaya Jepang memiliki corak budaya
yang beragam diantaranya seni gambar seperti anime. Anime adalah hasil gambar animasi
yang dapat dibuat melalui tangan atau komputer. gaya animasi Jepang pada umumnya
dicirikan dengan grafis yang warna-warni, karakter yang bersemangat .
51
Agar memunculkan ide-ide kreasi yang lebih beragam dalam kerajinan kristik, maka
pelaksanaan pengabdian masyarakat pada semester ganjil tahun akademik 2018/2019 akan
dilakukan kegiatan pelatihan kerajinan kristik dengan memadukan ide design gambar yang
berhubungan dengan budaya Jepang dengan sasaran kepada para ibu rumah tangga dan
remaja putri. Tujuan dari Pelatihan ini diharapkan menambah pengetahuan khususnya budaya
jepang melalui ketrampilan kristik.
Manfaat yang didapat dari pelatihan ini adalah Ibu rumah tangga dan remaja mampu
memiliki wawasan budaya jepang yang berhubungan dengan ketrampilan kristik dan Ibu
rumah tagga dan remaja mampu membuat sendiri hasil karya dari kerajinan kristik
LANDASAN TEORI
Menurut Gillow, John, and Bryan Sentence (1999) Kruistik adalah salah satu bentuk
tertua dari kerajinan sulam (kerajinan bordir), dan dapat ditemukan di seluruh dunia. Dalam
Bahasa sehari hari istilah Kruistik sering diucapkan dengan kristik, kadang dikatakan juga
dengan istilah asing yaitu Cross Stitch atau tusuk silang.
Kruistik sebagai salah satu jenis sulaman yang memakai jahitan benang yang bersilangan
(membentuk huruf “x”) di atas kain tenunan sejajar. Teknik jahitan membentuk huruf “x”
disebut tusuk silang, sehingga kruistik populer dengan sebutan “tusuk silang”.
Produk kruistik berupa sulaman gambar-gambar memiliki keunikan tersendiri
umumnya hasil kristik dimanfaatkan sebagai hiasan pakaian, perabot rumah tangga, hiasan
dinding, tas, atau aksesoris. Desain gambar kristik dapat dicontoh dari buku berisi pola-pola
motif atau hasil desain sendiri.
Perlengkapan dalam membuat kerajinan kristik memiliki kekhasannya seperti
benang, jarum dan kain khusus. Benang yang digunakan berupa benang sulam dari katun atau
rayon. Sedangkan jarum untuk kristik adalah jarum tapestri berujung tumpul dengan mata
jarum ukuran besar agar bisa dilewati beberapa helai benang sekaligus. Kain untuk kruistik
adalah kain yang memiliki kotak-kotak (lubang-lubang) dalam ukuran yang sama, horizontal
maupun vertikal. Oleh karena itu, hasil jahitan terlihat seperti pola-pola persegi dengan
ukuran yang sama. Adapun untuk kain kristik umumnya terdapat beberapa jenis kain yang
dapat digunakan seperti kain strimin, kain aida, dan kain linen.
52
Bangsa Jepang melestarikan dan mewariskan nilai-nilai luhur yang dimilikinya dari
generasi ke generasi. Salah satu alasan bangsa Jepang dapat mempertahankan keberadaan
tradisinya adalah karena masyarakat Jepang mempunyai kemampuan untuk mencampur dua
elemen yang berbeda, tradisional dengan modern, lokal dengan impor, barat dengan timur.
Bangsa ini berkembang berdasarkan dan bertolak dari nilainilai spiritual yang menjadi
inspirasi, cara berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Jepang
telah menuangkannya dengan jelas ke dalam kebudayaannya.
terutama dalam bidang seni budaya jepang kemampuan mengadopsi budaya luar
untuk memperkaya tradisinya dapat kita tiru, terutama dalam kerajinan kristik dengan
memadukan budaya jepang yang berasal dari ornament-ornamen seni yang terdapat
dimasyarakat jepang dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat seperti
ornament bunga sakura, pemandangan gunung fuji dan juga kebiasaan masyarakat dalam
minum teh hijau sehingga pada gambar yang diaplikasikan di kerajinan kristik terdapat motif
pukuk daun teh dan teko.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wilayah perumahan Pamulang tanggerang merupakan perumahan yang ditempati banyak
keluarga muda yang umumnya adalah ibu rumah tangga yang bekerja dirumah dengan
perekonomian menengah. Untuk menambah penghasilan keluarga diperlukan kegiatan yang
dapat dikerjakan dirumah dalam waktu senggang dan kegiatan yang tidak memerlukan
spesifik waktu untuk dikerjakan.
Mengatasi hal tersebut bekerjasama dengan pengurus PKK setempat, kami tim dosen
dari Fakultas Sastra melakukan pertemuan dengan para ibu dan remaja warga pamulang
tanggerang untuk melatih dan mengenalkan kegiatan pembuatan kristik dengan tema Jepang
yang bernilai jual tinggi dan modal yang tidak begitu besar.
Pelatihan dilakukan tidak hanya menggunakan metode ceramah saja tetapi juga praktek
langsung oleh para ibu-ibu dan remaja yang didampingi oleh para dosen. Dalam pembuatan
kristik dilakukan selangkah demi selangkah, dipraktekkan dari menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan hingga cara menyulam dan mengikuti pola gambar kedalam media kristik. Selain
Praktek langsung para peserta pelatihan diberikan modal awal dalam pembuatan kristik yaitu
53
benang, jarum dan pola dengan tema budaya. Sasaran belajar semula adalah Anggota dan
Pengurus PKK Pamulang Tangerang serta Anggota Karang taruna.
Pelaksanaan kegiatan dirancang dalam 3 (tiga) tahap yaitu mulai dari (a) Perencanaan
dengan kegiatan observasi, menentukan materi dan peserta pelatihan, menyusun proposal,
penyusunan materi pelatihan, (b) Pelaksaaan pelatihan dan (c) Laporan yang secara rinci
dijelaskan sebagai berikut :
No Waktu Uraian kegiatan
1
September
– Oktober
2018 PERSIAPAN :
• Observasi dan koordinasi Tim Dosen dengan ketua PKK Pamulang
Tangerang
• Menyusun Proposal
• Pengesahan Proposal oleh Ketua Prodi Sastra Jepang dan Dekan
Fakultas
Sastra
• Pengajuan Proposal kepada LP2MK
• Observasi ulang dan koordinasi Tim Dosen dengan Pengurus PKK Pamulang Tangerang
• Penyusunan Jadwal Pelatihan
• Penyusunan dan penggandaan Materi Pelatihan.
• Pengadaan bahan- bahan praktek pelatihan
2.
November -Desember
2018 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan berlangsung tanggal Jumat 30 November 2018 dari jam 11:00 – 16:00 bertempat di
3. Januari • Penyusunan Laporan
2019 • Pengandaan Laporan
• Pengiriman laporan ke LP2MK
54
Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa seluruh peserta bersemangat dan
mengetahuai kiat-kiat memperoleh materi pelatihan. Pelatihan pembuatan kristik ini para ibu
dan remaja tertarik mengembangkan kreasi sendiri untuk membuat kristik dengan berbagai
pola dan tema. Akhir pelatihan ini lainnya adalah sikap berjuang dari para ibu rumah tangga
yang ingin memperbaiki perekonomian keluarga, dan sikap pantang menyerah dari ketekunan
dalam membuat kerajinan kristik, terakhir adalah sikap berani berkreasi dalam membuat hal
baru.
KESIMPULAN
Hasil kegiatan pelatihan yang diterapkan kepada para ibu dan remaja warga pamulang
tangerang, munculnya wawasan dalam hal seni menjahit dan menyulam, munculnya ide baru
dalam penentuan tema dalam berkreasi yaitu menerapkan budaya dari negara lain khususnya
Jepang yang digabungkan dengan budaya Indonesia. Perlu dibuatkan program pelatihan
ketrampilan dalam bentuk lain dan pelatihan-pelatihan lain yang sangat dibutuhkan oleh
warga pamulang Tangerang.
H. DAFTAR PUSTAKA
Gillow, John, and Bryan Sentance: World Textiles, Bulfinch Press/Little, Brown,
1999, ISBN 0-8212-2621-5, p. 181
Shereen Hanggoro, 2013, Aplikasi Kombinasi Gaya Desain Kabuki dengan Konsep
Interior Jepang Modern Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen, PetraJURNAL
INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-6.
55
PELATIHAN KETERAMPILAN BERBAHASA INGGRIS
UNTUK TUTOR ANAK YATIM KOMUNITAS BOJONG
DI UNIVERSITAS DARMA PERSADA
1Yoga Pratama, MPd,
2Fridolini , M.Hum
3Agustinus Hariyana, MSi
ABSTRAK
Pengabdian masyarakat adalah suatu gerakan proses pemberdayaan diri untuk
kepentingan masyarakat. Pengabdian masyarakat seharusnya bersifat kontinual dan jangka
panjang karena dalam membangun sebuah masyarakat dibutuhkan proses yang panjang.
Banyak aspek yang harus disentuh untuk menjadikan suatu masyarakat itu baik, karakternya,
budayanya, sampai pola pikirnya juga harus kita sentuh untuk benar-benar menciptakan
sebuah masyarakat yang beradab.
Khalayak sasaran dalam program pemberdayaan ini adalah masyarakat umum, dalam
hal ini adalah anak yatim daerah Bojong Indah RT 03 / RW 06 Pondok Kelapa. Pelatihan
diberikan di Universitas Darma Persada dengan meminjam salah satu ruangan di Fakultas
Sastra. Alasan pemilihan lokasi adalah agar lebih mempermudah koordinasi antara dosen,
tenaga pengajar (mahasiswa) dan para peserta. Dengan kegiatan di atas diharapkan para tutor
atau kakak kelas dari anak Yatim daerah Bojong mendapatkan manfaatnya dan setidaknya
memiliki kemampuan mentransfer bahasa Inggris dasar untuk berkomunikasi dan diajarkan
kepada adik-adik kelasnya, dan mahasiswa pun mendapatkan manfaat dari program ini.
Mahasiswa mendapat kesempatan untuk melatih kemampuan mengajar.
Kata Kunci : Pengabdian masyarakat, Bahasa Inggris, Yatim Kampung bojong
A. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu Tridarma Perguruan Tinggi, pengabdian pada masyarakat
wajib dilakukan oleh setiap dosen, sebagai dosen di Fakultas Sastra Inggris, salah satu
kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah
pemberian pelatihan kegiatan berbahasa Inggris, dalam konteks ini pengabdian
diberikan kepada anak yatim daerah Bojong. Pelatihan diberikan di Universitas
Darma Persada
Pendidikan berkaitan langsung dengan masalah seperti kemiskinan.
Sedangkan secara sosial pendidikan menjadi jalan memperkuat kelompok masyarakat.
Pada dasarnya yang menjadi khalayak sasaran dalam program pemberdayaan ini dalah
masyarakat umum, dalam hal ini adalah anak yatim. Anak yatim memiliki
keterbatasan dalam biaya untuk mengikuti kursus bahasa Inggris. Oleh karena itu
pemberian pelatihan Bahasa Inggris kepada anak yatim akan sangat bermanfaat.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini melibatkan mahasiswa Program Studi
Diploma Tiga yang memiliki dasar kemampuan Bahasa Inggris diatas rata-rata,
kemampuan dasar mengajar Bahasa Inggris yang baik, dan pengalaman mengajar.
56
B. TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN
Dengan kegiatan abdimas ini diharapkan anak yatim dareah Bojong dapat
mendapatkan manfaatnya dan setidaknya memiliki kemampuan berbahaas Inggris
dasar untuk berkomunikasi.
C. KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran dalam Program pemberdayaan ini adalah masyarakat
Umum, dalam hal ini adalah anak Yatim daerah Bojong Indah RT.03/RW.06 Pondok
Kelapa.
D. LOKASI
Pelatihan diberikan di Universitas Darma Persada dengan meminjam salah
satu ruangan di Fakultas Sastra. Alasan pemilihan lokasi adalah agar lebih
mempermudah Koordinasi antara Dosen, tenaga pengajar (mahasiswa) dan para
peserta.
E. METODE PENERAPAN
Metode yang digunakan adalah metode pengajaran adalah CTL (Contextual
teaching and learning).
F. RANCANGAN
Pemberian pelatihan diberikan oleh dosen dengan melibatkan tiga orang
mahasiswa Program Studi Diploma D3 dan S1. Dosen mempersipakan segala sesuatu
yang berkenaan dengan materti/modul pembelajaran dan melakukan pengawasan dan
bimbingan, sementara Tim mahasiswa mempersipakan kegiatan di lokasi
pemberdayaan sekaligus menjadi tenaga pengajar bagi mereka yang belajar.
Persiapan yang dilakukan adalah Dosen membuat modul/bahan ajar,
memberikan briefing kepada mahasiswa yang akan dilibatkan dalam kegiatan
abdimas, “Pelatihan Keterampilan Berbahasa Inggris Untuk Anak Yatim Komunitas
Bojong Di Universitas Darma Persada.”
Pelatihan dilakukan setiap hari Jumat siang pukul 14.00-16.00 (selama dua
jam) setiap minggunya sebanyak 12 pertemuan. Peserta adalah anak yatim daerah
Bojong Indah Pondok Kelapa yang berjumlah 40 orang. Setiap Jumat siang pukul
57
14.00, peserta datang ke Universitas Darma Persada didampingi satu/dua orang
koordinator anak yatim komunitas Bojong. Peserta dibagi ke dalam dua
kelompok/kelas. Kelompok pertama terdiri dari perserta anak sekolah dasar (SD) dan
kelompok ini di ajar oleh dua orang tenaga pengajar. Kelompok kedua terdiri dari
peserta anak sekolah menengah pertama (SMP) dan kelompok ini diajar oleh satu
orang tenaga pengajar, Kegiatan berlangsung sebanyak 12 kali dibawah pengawasan
dan bimbingan Dosen.
Selama pelaksanaan dosen memberikan laporan kemajuan kepada LP2MK dan
setelah pelaksanaan selesai, dosen membuat laporan akhir dan menyerahkannya
kepada LP2MK Universitas Darma Persada.
G. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Lokasi
Pelatihan diberikan di Univeritas Darma Persada dengan meminjam salah satu
ruangan di Fakultas Sastra. Alasan pemilihan lokasi mengajar adalah agar lebih
mempermudah koordinasi anatar Dosen, tenaga pengajar (mahasiswa) dan para
peserta.
2. Jadwal dan Rangkaian Kegiatan
NO KEGIATAN BULAN
PERSIAPAN
BULAN PELAKSANAAN
MARET APRIL MEI JUNI JULI
1. PERSIAPAN MODUL,
ATK, DLL
3. LAP KEMAJUAN Pelaksanaan PELAKSANAAN+
Laporan Kemajuan
PELAKSANAAN
4. LAP AKHIR LAP
AKHIR
Kegiatan Pengabdian Masyarakat
SEMESTER GENAP 2018-2019
Hari/Tanggal Materi Kegiatan di Kelas
PERTEMUAN KE 1
JUMAT
Unit 1:
Greetings and
Introduction
1. Perkenalan siswa/I dan pengajar.
2. Pembahasan materi mengenai „salam‟ dan cara
berkenalan dengan orang yang baru pertama kali
berjumpa.
58
3. Praktik: Siswa/I dibagi menjadi 3 kelompok
kecil, kemudian saling berkenalan dengan
identitas baru yang diberikan oleh pengajardan
mereka harus mengingat identitas teman-
temannya. Setelah itu para siswa ditanyakan
tentang identitas teman-temannya.
4. Game: Bermain “Golden River” dan
menyanyikan lagu “How Are You?”
PERTEMUAN
KE 2
JUMAT
Unit 2: Parts of
Body
1. Pembahasan materi mengenai anggota tubuh
manusia, dari rambut sampai ke ujung kaki.
2. Praktik: Para siswa secara bergantian maju ke
depan kelas dan menyebutkan dan menunjukkan
anggota tubuh mereka.
3. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
4. Game: Para siswa menyanyikan sebuah lagu
dalam Bahasa Inggris mengenai anggota tubuh
kemudian secara berpasang-pasangan mereka
menunjuk anggtoa tubuh teman-temannya
sambil menyanyikan lagu tersebut.
5. Mengerjakan latihan yang ada di buku
6. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN KE 3
JUMAT
Unit 3: Colors 1. Pembahasan materi mengenai warna dan benda-
benda yang berwarna.
2. Video: Para siswa menonton sebuah video
menarik tentang warna.
3. Video : Para siswa menonton sebuah video
menarik tentang cara pengucapan warna dalam
bahasa Inggris oleh native speaker
4. Game: Para siswa bermain tebak warna sambil
mendengarkan lagu tentang warna.
5. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
6. Mengerjakan latihan yang ada di buku
7. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN
KE 4
JUMAT
Unit 4:
Things and
Activities at
School
1. Pembahasan materi tentang benda dan aktivitas
di sekolah.
2. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
3. Game: Tebak kosakata dan memperagakan
aktivitas di sekolah.
4. Coloring: Para siswa mewarnai benda-benda
disekolah sesuai dengan warna yang telah
ditentukan di lembar soal.
5. Mengerjakan latihan yang ada di buku
6. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN KE 5
JUMAT
Unit 5:
Occupation and
Public Places
1. Pembahasan materi mengenai pekerjaan dan
tempat-tempat umum. Juga mengenai aktivitas
pekerjaan di tempat-tempat tersebut.
2. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
59
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
3. Praktik: Para siswa memperagakan aktivitas
pekerjaan di depan kelas dan teman-teman
lainnya menebak aktivitas tersebut.
4. Mengerjakan latihan yang ada di buku
5. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN
KE 6
JUMAT
Unit 6: Sports
and Hobbies
1. Pembahasan materi mengenai olah raga, jenis
dan macamnya, dan hobi.
2. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
3. Praktik: Para siswa memperagakan aktivitas
olah raga dan hobi di depan kelas secara
bergantian.‟
8. Video: : Para siswa menonton sebuah video
menarik tentang hobi.
4. Mengerjakan latihan yang ada di buku
5. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN KE 7
JUMAT
Unit 7:
Greetings and
Introduction
5. Perkenalan siswa/I dan pengajar.
6. Pembahasan materi mengenai „salam‟ dan cara
berkenalan dengan orang yang baru pertama kali
berjumpa.
7. Praktik: Siswa/I dibagi menjadi 3 kelompok
kecil, kemudian saling berkenalan dengan
identitas baru yang diberikan oleh pengajardan
mereka harus mengingat identitas teman-
temannya. Setelah itu para siswa ditanyakan
tentang identitas teman-temannya.
8. Game: Bermain “Golden River” dan
menyanyikan lagu “How Are You?”
PERTEMUAN
KE 8
KAMIS
Unit 8: Parts of
Body
7. Pembahasan materi mengenai anggota tubuh
manusia, dari rambut sampai ke ujung kaki.
8. Praktik: Para siswa secara bergantian maju ke
depan kelas dan menyebutkan dan menunjukkan
anggota tubuh mereka.
9. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
10. Game: Para siswa menyanyikan sebuah lagu
dalam Bahasa Inggris mengenai anggota tubuh
kemudian secara berpasang-pasangan mereka
menunjuk anggtoa tubuh teman-temannya
sambil menyanyikan lagu tersebut.
11. Mengerjakan latihan yang ada di buku
12. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN KE 9
JUMAT
Unit 9: Colors 9. Pembahasan materi mengenai warna dan benda-
benda yang berwarna.
10. Video: Para siswa menonton sebuah video
menarik tentang warna.
11. Video : Para siswa menonton sebuah video
menarik tentang cara pengucapan warna dalam
bahasa Inggris oleh native speaker
60
12. Game: Para siswa bermain tebak warna sambil
mendengarkan lagu tentang warna.
13. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
14. Mengerjakan latihan yang ada di buku
15. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN
KE 10
KAMIS
Unit 10:
Things and
Activities at
School
7. Pembahasan materi tentang benda dan aktivitas
di sekolah.
8. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
9. Game: Tebak kosakata dan memperagakan
aktivitas di sekolah.
10. Coloring: Para siswa mewarnai benda-benda
disekolah sesuai dengan warna yang telah
ditentukan di lembar soal.
11. Mengerjakan latihan yang ada di buku
12. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN KE 11
JUMAT
Unit 11:
Occupation and
Public Places
6. Pembahasan materi mengenai pekerjaan dan
tempat-tempat umum. Juga mengenai aktivitas
pekerjaan di tempat-tempat tersebut.
7. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
8. Praktik: Para siswa memperagakan aktivitas
pekerjaan di depan kelas dan teman-teman
lainnya menebak aktivitas tersebut.
9. Mengerjakan latihan yang ada di buku
10. Membahas PR bersama-sama
PERTEMUAN
KE 12
JUMAT
Unit 12: Sports
and Hobbies
6. Pembahasan materi mengenai olah raga, jenis
dan macamnya, dan hobi.
7. Praktik: Para siswa diajarkan cara pengucapan
vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
8. Praktik: Para siswa memperagakan aktivitas
olah raga dan hobi di depan kelas secara
bergantian.‟
16. Video: : Para siswa menonton sebuah video
menarik tentang hobi.
9. Mengerjakan latihan yang ada di buku
10. Membahas PR bersama-sama
H. HASIL KEGIATAN
a. Evaluasi hasil :
1. LP2MK sangat berperan dalam terlaksananya kegiatan ini. Adanya dorongan
besar dari LP2MK sangat membantu pengajar (dosen) selama melaksanakan
salah satu tugas Tridarma Perguruan Tinggi ini. Surat rujukan dari dan
61
bantuan dana dari UNSADA melalui LP2MK untuk transportasi pengajar
(mahasiswa) sangat menunjang terlaksanaya kegiatan abdimas ini.
2. Kegiatan antara dosen dan mahasiwa yang baik dalam pebuatan modul /bahan
ajar.
3. Mahasiswa termotivasi untuk mengajar karena mendapat kesempatan melatih
kemampuan mengajar.
4. Lokasi kegiatan yang berada didalam kampus membuat kegiatan terlaksana
dengan lancar dibawah pengawasan dosen pendamping.
b. Faktor penghambat berhasilnya kegiatan ini adalah :
1. Para peseta abdimas merupakan anak-anak yatim usia sekolah sehingga
terkadang mereka terpaksa tidak datang apabila ada kegaitan di sekolah
masing-masing.
2. Kurangnya waktu pelaksanaan karena banyaknya libur besama, pelaksanaan
UN, libur lebaran, dan lain-lain mengakibatkan kegiatan belajar mengajar
sering terhalang sehingga harus diadakan beberapa kelas pengganti di hari
yang berbeda.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan :
Kegiatan abdimas ini sangat bermanfaat bagi pengajar (dosen), mahasiswa, dan peserta.
Dosen mampu nerealisasikan salah satu Tri darma Perguruan Tinggi, Sementara para
peserta mendapatkan manfaat dalam belajar bahasa inggris. Para mahasiswa mendapatkan
pengalaman belajar mengajar di luar waktu kuliah dan peserta anak-anak yatim usia
sekolah yang tadinya tidak terlalu berminat dalam belajar bahasa Inggris, merasa tertarik,
bersemangat dan disiplin dalam mengikuti proses belajar mengajar dari awal sampai
selesai.
b. Saran :
Sebaiknya kegiatan dilakukan dalam rentang waktu yang lebih lama agar kegiatan bisa
berlangsung dengan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dian , Nursalih,Basic English Practice, Andi Publisher, 2010
62
Modul mengajar Basic English 1
Modul ajar Basic English 2
TATA RIAS WAJAH DAN HIJAB
SEBAGAI ALTERNATIF DALAM INDUSTRI JASA
Yulie Neila Chandra, C. Dewi Hartati, Gustini Wijayanti, Hin Goan Gunawan
Program Studi Bahasa dan Budaya Tiongkok
ABSTRAK
Berbagai pengetahuan keterampilan menjadi modal dalam industri jasa dan kreatif,
begitu pula keterampilan tata rias wajah dan hijab bagi ibu-ibu PKK. Keterampilan tersebut
dapat diperoleh melalui kegiatan pelatihan. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan
pengetahuan dan pelatihan kepada ibu-ibu PKK dalam bidang tata rias wajah dan pemakaian
hijab sehingga ibu-ibu tersebut dapat mandiri baik dalam hal tata rias, maupun mandiri secara
ekonomi. Melalui metode pembelajaran yang sesuai, hasil kegiatan pelatihan ini antara lain:
keterampilan tata rias wajah dan hijab, serta kepercayaan diri para ibu meningkat; mereka
dapat menghemat pengeluaran untuk pergi ke salon kecantikan bila kerabat mereka
menyelenggarakan hajatan atau dalam kegiatan lainnya; atau memberikan jasanya
mendandani kerabat mereka; bahkan para ibu PKK yang telah mendapat pelatihan juga dapat
mengajarkan kepada ibu-ibu lainnya atau remaja putri (karang taruna) di lingkungan tempat
tinggal mereka. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat membangun industri jasa di lingkungan
mereka.
Kata Kunci: Tata Rias Wajah, Hijab, Keterampilan, Industri Jasa, Ibu-ibu PKK
PENDAHULUAN
Semua perempuan ingin terlihat cantik dan menarik. Berbagai cara dilakukan oleh
kaum perempuan untuk membuat dirinya terlihat demikian, dari yang biasa seperti
berdandan, pergi ke salon kecantikan, hingga yang ekstrim seperti operasi plastik. Dengan
kata lain, kaum perempuan tidak dapat terlepas dari urusan hias rias, mulai dari anak-anak,
gadis remaja hingga ibu-ibu. Bahkan, urusan hias rias ini juga merambah di kalangan
perempuan berhijab.
Kata tata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2011) berarti aturan, kaidah,
dan susunan, yang biasanya digunakan dalam kata majemuk. Sementara itu, kata rias dalam
bahasa Indonesia termasuk homonim. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
63
(2011), kata rias pertama berarti hati batang pisang yang berkategori nomina; sedangkan arti
rias kedua adalah hias yang berkategori verba, artinya tidak lain adalah merias, berdandan,
bersolek, dan sebagainya merujuk pada kegiatan mempercantik diri. Kata hias tersebut sering
disandingkan dengan rias sehingga menjadi hias rias. Maknanya sama, yakni berhias, merias,
berdandan, bersolek, dan juga memperelok diri. Tata rias wajah bertujuan membuat
penampilan wajah lebih cantik.
Tata rias wajah adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk asli sebenarnya
dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah dalam bahasa Inggris adalah make up. Istilah
tersebut merujuk pada pengubahan bentuk wajah (Wikipedia Bahasa Indonesia
http://id.wikipedia.org>wiki>tata_rias). Tata rias wajah berkaitan dengan anatomi wajah
(garis dan bentuk wajah) dan juga bentuk tubuh, sifat-sifat atau karateristik warna, gradasi
warna, dan komposisi warna. Tata rias juga dapat mengkoreksi kekurangan dan kelebihan
wajah. Oleh karena itu, tujuan umum tata rias wajah adalah mengubah penampilan fisik
khususnya wajah yang kurang sempurna.
Kata hijab berasal dari bahasa Arab, yang artinya adalah „penghalang‟. Pada beberapa
negara berbahasa Arab dan negra-negara Barat, kata hijab lebih sering merujuk kepada
„kerudung‟ yang digunakan oleh wanita muslim, yang biasa disebut jilbab. Dalam keilmuan
Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan
tuntutan agama (Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.m.wikipedia.org>wiki>Hijab).
Setakat ini, rias wajah sering dikaitkan dengan penggunaan hijab. Bagi perempuan
yang tidak berhijab, tata rias rambut menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dilepaskan
dalam tata rias wajah, begitu pula jilbab bagi para perempuan berhijab. Berbagai model hijab
menjadi daya tarik tambahan dalam tata rias wajah.
Mengenai tata rias wajah dan hijab juga menjadi perhatian para ibu PKK di
lingkungan RW 03 kelurahan Pisangan Timur kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.
Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan, ibu-ibu PKK berkeinginan mengasah
keterampilan mereka dalam bidang tata rias wajah dan hijab. Pada umumnya ibu-ibu PKK
RW 03 mengenakan hijab atau berbusana muslim. Namun, mereka merasa tidak bisa
memakai hijab dengan gaya dan model kekinian, terlebih untuk berbagai acara yang berbeda,
baik yang formal maupun informal; seperti acara pernikahan, sunatan, pengajian, dan lain-
lain. Hal itu juga menyangkut tata rias wajah. Ibu-ibu PKK RW 03 juga mengakui bahwa
mereka kurang terampil dalam merias wajah, khususnya untuk acara-acara yang telah
64
disebutkan itu, sehingga ibu-ibu yang cukup mapan akan pergi ke salon untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Namun sebaliknya, ibu-ibu yang ekonominya kurang mapan hanya dapat
mengandalkan apa yang mereka bisa. Kalaupun ke salon, mereka akan mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit untuk ukuran mereka. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang memiliki
keinginan menjadi ahli dalam merias, setidaknya merias diri sendiri; dan banyak pula yang
ingin menjadi perias di lingkungan mereka sendiri dulu, agar kelak dapat lebih terampil
sehingga dapat menjadi modal dalam industri jasa, yakni mendapatkan penghasilan sendiri.
Berdasarkan gambaran analisis situasi seperti yang dipaparkan di atas, permasalahan
mitra, yaitu kurangnya kegiatan menambah pengetahuan dan keterampilan di tempat mitra
yang dapat membangun industri jasa dan kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan dan membantu perekonomian setiap rumah tangga. Oleh karena itu, permasalahan
tersebut diatasi melalui sebuah pelatihan kemitraan mengenai tata rias wajah dan hijab agar
dapat menumbuhkan rasa percaya diri mitra, serta dapat membangun industri jasa bagi mitra.
METODE
Untuk mencapai tujuan, diperlukan serangkaian metode dan teori yang melandasi
kegiatan. Berikut adalah metode pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir yang disajikan
dalam bentuk tabel.
No. Tahapan Materi Kegiatan Metode Tempat
1 Persiapan:
a. Rapat koordinasi
b. Persiapan
administrasi/surat-
surat, dll
c. Penyusunan
jadwal, materi, dll
d. Persiapan petugas
e. Persiapan
alat/peralatan atau
bahan
Mempersiapkan
berbagai macam
surat seperti surat
izin
Membagi tugas dan
tanggung jawab
Menyusun jadwal,
materi, presensi, dll
Membuat
banner/spanduk
Diskusi
Studi
pustaka
a. Ruang
Jurusan
Cina
Unsada
b. Kantor
RW 03
Kelurahan
Pisangan
Timur
Kecamatan
Pulo
Gadung
65
2 Pelaksanaan:
a. Kegiatan
pelatihan tata rias
wajah
Teori
Praktik
Evaluasi
b. Kegiatan
pelatihan hijab
Teori
Praktik
Evaluasi
a. Menjelaskan
dasar-dasar tata
rias wajah dan
hijab
b. Mempraktikkan
rias wajah dan
hijab oleh
masing-masing
peserta
Ceramah
Tanya
jawab
Diskusi
Praktik
Kantor RW 03
Kelurahan
Pisangan
Timur
Kecamatan
Pulo Gadung
3 Evaluasi:
a. Evaluasi hasil
kegiatan
Evaluasi hasil
kegiatan pelatihan
tata rias wajah dan
hijab
Diskusi
Tanya
jawab
Kantor RW 03
Kelurahan
Pisangan
Timur
Kecamatan
Pulo Gadung
Kegiatan PkM ini berupa program pelatihan yang tidak terlepas dari proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, teori yang berkaitan dan melandasi kegiatan ini adalah teori
pembelajaran. Menurut Thorndike yang dikutip oleh Djiwandono (2002), belajar adalah
pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus, respon, dan penyelesaian masalah yang
dapat dilakukan dengan cara coba-coba. Teori ini memandang guru/pengajar harus tahu apa
yang hendak diajarkan, respon apa yang diharapkan, dan kapan harus memberikan hadiah
(reward) atau penguat (reinforcement). Guru/pengajar berperan penting di kelas, dengan
mengontrol langsung kegiatan belajar siswa. Mereka yang harus lebih dulu menentukan
logika yang penting untuk menyampaikan materi pelajaran. Setelah siswa memberi respon,
guru/ pengajar harus memberikan penguat tersebut.
Proses pembelajaran juga bertalian dengan kognisi. Teori kognitif berpandangan
bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Penguat
(reinforcement) merupakan sumber umpan balik. Umpan balik ini dapat memberi informasi
tentang apa yang akan terjadi bila ada pengulangan. Pendekatan ini melihat belajar sebagai
sesuatu yang aktif, berinisiatif mencari pengalaman belajar, mencari informasi untuk
menyelesaikan masalah, mengatur kembali, serta mengorganisasi apa yang telah diketahui
untuk mencapai pelajaran baru (Djiwandono, 2002).
66
Pembelajaran keterampilan sejatinya berpijak pada nilai humanistik. Dalam teori
humanistik dikemukakan bahwa tujuan pendidikan humanistik oleh Combs yang dikutip oleh
Djiwandono (2002) adalah (1) menerima kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan
pengalaman dan program untuk perkembangan keunikan potensi siswa; (2) memudahkan
aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu; (3) memperkuat perolehan keterampilan
dasar (akademik, pribadi, antarpribadi, komunikasi, dan ekonomi); (4) memutuskan
pendidikan secara pribadi dan penerapannya; (5) mengenal pentingnya perasaan manusia,
nilai, dan persepsi dalam proses pendidikan; (6) mengembangkan suasana belajar yang
menantang, bisa dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari ancaman; dan (7)
mengembangkan sikap siswa terhadap ketulusan, menghormati dan menghargai orang lain,
serta terampil dalam menyelesaikan masalah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mitra dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah ibu-ibu PKK yang
menginginkan banyak kegiatan keterampilan yang dapat menambah pengetahuan mereka,
dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah mencari kegiatan yang dapat membangun
industri jasa ataupun industri kreatif di lingkungan tempat tinggal mereka, bahkan untuk
keluarga mereka sendiri.
Pelatihan tata rias wajah dan hijab menjadi suatu kegiatan yang sangat bermanfaat
bagi mitra tersebut. Hal itu disebabkan tata rias wajah dan hijab merupakan keperluan sehari-
hari, yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai acara atau keadaan, sehingga keterampilan
tersebut menjadi salah satu alternatif untuk membangun industri jasa di lingkungan mitra.
Dengan demikian, ke depannya mitra dapat memiliki berbagai keterampilan yang dapat
dimanfaatkan untuk menambah ekonomi keluarga mereka masing-masing.
Kegiatan pelatihan ini berupa:
1. Penyampaian materi: (a) pengenalan berbagai jenis tata rias wajah (make up) yang
bergantung situasi tempat, yakni tata rias wajah sehari-hari hingga untuk pesta/hajatan;
(b) pengenalan jenis-jenis hijab; (c) pengenalan alat-alat tata rias wajah; (d) pengenalan
perlengkapan hijab; dan lain-lain.
67
2. Praktik langsung tata rias pada wajah masing-masing dan praktik langsung berbagai
model hijab dari yang sederhana hingga yang kompleks, dari yang hanya memerlukan
satu bahan hingga yang lebih dari satu bahan (kombinasi warna dan motif/corak).
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pelatihan ini, terdapat beberapat faktor
pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendorong atau pendukung terlaksananya kegiatan
ini, yaitu
1. Besarnya minat dan antusiasme para peserta pelatihan selama kegiatan sehingga kegiatan
ini berlangsung dengan gembira, lancar, tertib, dan efektif.
2. Tempat pelaksanaan kegiatan di Kantor RW 03 yang sangat memudahkan bagi para
peserta karena dekat dengan rumah mereka.
3. Kegiatan PkM ini dilaksanakan dengan santai dan riang gembira, tanpa ada tekanan apa
pun.
4. Para peserta mendapat kenang-kenangan berupa perlengkapan dan asesoris hijab, serta
goody bag (tas kantong belanja) UNSADA.
5. Pelatihan ini melibatkan mahasiswa yang ikutserta membantu pelaksanaan pelatihan
sehingga pelatihan dapat berjalan lancar.
Selain faktor pendukung, ditemukan juga faktor penghambat kegiatan pengabdian ini,
yaitu
1. Karena peserta pelatihan adalah ibu-ibu PKK RW 03 yang sebagian besar juga memiliki
kegiatan masing-masing terutama terkait dengan tugas mereka sebagai ibu rumah tangga,
maka waktu pelaksanaan pelatihan kadang-kadang berubah-ubah. Para peserta juga
kebanyakan merupakan jumantik yang waktunya kadang sering bersamaan sehingga
kegiatan sering tertunda. Seringkali jadwal yang sudah diatur mendadak harus ditunda
karena beberapa hal seperti bulan Ramadhan, Idul Fitri, kegiatan keagamaan, arisan,
jumantik, rapat RT, syukuran, dan sebagainya.
2. Peralatan tata rias (alat make up) yang bagus, harganya relatif lebih mahal sehingga ini
menjadi suatu kendala juga. Namun, dengan berbekal alat make up yang telah dimiliki
oleh masing-masing peserta, para peserta tetap dapat menggunakannya dengan baik
karena diajarkan cara-cara yang praktis.
SIMPULAN
68
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan berlangsung, serta wawancara (tanya
jawab) dengan ibu-ibu PKK RW 03 sebagai peserta kegiatan ini, diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Pengetahuan keterampilan dalam bidang tata rias dan hijab bertambah, sehingga
mengakibatkan kepercayaan diri para peserta juga meningkat;
2. Para ibu PKK RW 03 sebagai peserta dapat menularkan ilmunya kepada siapa pun yang
tertarik di bidang tata rias wajah dan hijab tersebut, seperti kepada putri mereka;
3. Kesadaran ibu-ibu PKK RW 03 dalam memelihara kecantikan dan menjaga penampilan
juga bertambah.
4. Para ibu PKK RW 03 antusias untuk mengikuti pelatihan-pelatihan lainnya yang dapat
meningkatkan pengetahuan mereka.
5. Ide untuk berwirausaha dalam bidang jasa kecantikan bertambah, sehingga kegiatan ini
dapat menjadi modal dalam industri jasa bagi peserta.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi. (2018). Buku Panduan Pengusulan Program Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat melalui SIMLITABMAS Tahun 2018. Jakarta:
Ristekdikti.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kemitraan (LP2MK), Universitas
Darma Persada. 2016. Rencana Strategis (Renstra) Pengabdian kepada Masyarakat
2016-2020. Jakarta: Universitas Darma Persada.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (edisi
keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.m.wikipedia.org>wiki>Hijab
Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org>wiki>tata_rias
69
PELATIHAN PERSIAPAN JLPT N5 (MOJI-GOI-BUMPO) LANJUTAN
UNTUK MAHASISWA NON FAKULTAS SASTRA PRODI BAHASA
DAN KEBUDAYAAN JEPANG DI UNSADA
Zainur Fitri, Metty Suwandany, Tia Martia, Bertha Nursari
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Fakultas Sastra
ABSTRAK
Pelatihan persiapan ujian JLPT N5 (moji-goi-bunpo) lanjutan untuk mahasiswa non Fakultas
Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang di Unsada merupakan program pelatihan
berkelanjutan yang ditujukan agar mahasiswa siap mengikuti dan bisa lulus JLPT N5.
Kegiatan pelatihan ini dianggap penting karena UNSADA sejak kurikulum tahun 2012 telah
mencanangkan matakuliah trilingual, berupa pengajaran matakuliah Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, dan Bahasa Jepang sebagai matakuliah wajib bagi seluruh mahasiswa
Unsada di semua fakultas. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menumbuhkan dan
merangsang motivasi kepada mahasiswa non Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan
Jepang agar mau mengikuti ujian JLPT, untuk melaksanakan metode pengajaran yang efektif
dalam mempersiapkan mahasiswa untuk mengikuti pelatihan JLPT N5 serta untuk
mempersiapkan mahasiswa non Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang agar
dapat memiliki nilai plus baik di perkuliahan maupun di lapangan pekerjaan kelak. Metode
yang digunakan pada kegiatan pelatihan ini dengan menggunakan metode Student Centered
Learning. Hasil dari pelatihan ini adalah menambah wawasan pengetahuan mahasiswa non
Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang tentang JLPT dan bentuk-bentuk soal
JLPT khususnya N5.
Kata Kunci: JLPT, N5, SCL, moji-goi, bumpo
1.1 Pendahuluan
Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu bentuk kegiatan institusi yang diadakan
oleh dosen (baik dengan atau tanpa mahasiswa), yang ditujukan untuk masyarakat sebagai
salah satu dharma atau tugas pokok perguruan tinggi, di samping dharma pendidikan dan
dharma penelitian, sebagaimana yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan
dilaksanakannya dharma pengabdian kepada masyarakat baik dalam bentuk
pelatihan/penataran, pendidikan kesehatan, penerapan hasil penelitian atau dalam bentuk
lainnya, diharapkan selalu ada keterkaitan bahkan kebersamaan antara perguruan tinggi dan
masyarakat. Hal ini dapat diartikan sebagai: pengamalan ipteks melalui metode ilmiah
langsung kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam upaya mensukseskan pembangunan,
mengembangkan manusia ke dalam sektor pembangunan dan meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat.
70
Kegiatan pengabdian masyarakat yang akan kami lakukan pada semester Genap
2018/2019 ini merupakan pelatihan persiapan ujian JLPT N5 (moji-goi-bunpo) lanjutan untuk
para mahasiswa non Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang di Unsada agar
siap mengikuti dan bisa lulus JLPT N5. Kegiatan pelatihan ini kami anggap penting karena
UNSADA sejak kurikulum tahun 2012 telah mencanangkan matakuliah trilingual, berupa
pengajaran matakuliah bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jepang sebagai
matakuliah wajib bagi seluruh mahasiswa Unsada di semua fakultas. Matakuliah Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris memang sudah menjadi matakuliah wajib di kampus-kampus
lain. Unsada menganggap penting para mahasiswanya juga harus mampu berbahasa Jepang
dengan level setara JLPT N5, karena melihat kedekatan hubungan antara pihak pemerintah
Jepang dengan Unsada melalui PERSADA. Selain itu, penguasaan bahasa Jepang memang
perlu karena banyaknya tawaran dari pihak Jepang untuk mengirimkan mahasiswa Unsada
dalam rangka pertukaran mahasiswa ataupun mengikuti program-program lainnya dari
pemerintah Jepang, seperti program PKL dan lain-lain.
Selama ini tawaran dari pihak Jepang baru dapat diambil manfaatnya oleh para
mahasiswa dari Fakultas Sastra Jepang. Para mahasiswa dari fakultas non Bahasa Jepang,
terutama Fakultas Teknik, Fakultas Teknologi Kelautan dan Fakultas Ekonomi belum dapat
memanfaatkan peluang dari pihak Jepang ini. Para mahasiswa dari fakultas tersebut merasa
kurang termotivasi untuk mempelajari Bahasa Jepang, dan menganggap matakuliah Bahasa
Jepang merupakan matakuliah yang kurang penting, sehingga mereka merasa malas belajar
dalam menghapal huruf-huruf Jepang (hiragana, katakana, kanji) juga tata bahasa Jepang.
Padahal dengan menguasai Bahasa Jepang dan dapat lulus ujian JLPT N5 sudah menjadikan
nilai tambah bagi mereka saat mereka nanti masuk ke dunia kerja ataupun dapat
menggunakan peluang dari tawaran pihak Jepang untuk PKL ke Jepang.
Setelah melakukan program pelatihan persiapan JLPT N5 kepada mahasiswa non
Fakultas Sastra di Unsada di semester sebelumnya, melakukan evaluasi program tersebut dan
dalam upaya untuk memenuhi permintaan akan keberlanjutan program ini, dalam kegiatan
pengabdian masyarakat semester genap 2018/2019 ini, kami bermaksud melebarkan sayap
dengan membantu para mahasiswa non Fakultas Sastra Prodi Sastra Jepang untuk dapat
meningkatkan kemampuan Bahasa Jepang mereka agar bisa memperoleh sertifikat JLPT N5
pada bulan Juli 2019. Kami bermaksud mengajarkan Bahasa Jepang persiapan JLPT N5
yang difokuskan pada tulisan kanji, kosakata dan tatabahasa (moji-goi-bunpo) kepada
mahasiswa perwakilan dari Fakultas Sastra Prodi Inggris, Fakultas Sastra Prodi Sastra Cina,
Fakultas Teknik, Fakultas Teknologi Kelautan, dan Fakultas Ekonomi yang telah lulus
71
matakuliah Bahasa Jepang I dan II , serta dengan melibatkan 2 orang mahasiswa Bahasa dan
Kebudayaan Jepang yang telah lulus ujian JLPT N3 atau N2 sebagai ajang bagi mereka untuk
berlatih mengajar atau mentransfer ilmu mereka. Alasan kami memfokuskan tulisan kanji dan
goi dalam program ini adalah karena dua poin tersebut merupakan landasan kuat yang harus
dimiliki oleh mahasiswa untuk mampu membaca, memahami serta dan menjawab soal-soal
JLPT yang akan dihadapinya nanti. Dengan memfokuskan program ini pada dua hal tersebut,
diharapkan kelak mahasiswa dapat memahami penggunaan kanji dan kosakata-kosakata
Bahasa Jepang dalam soal-soal JLPT N5 yang kelak dapat diaplikasikan dan diperluas ke
komponen sesi ujian JLPT yang lainnya yaitu pendengaran (choukai), dan bacaan (dokkai).
1.2 Tinjauan Pustaka (Literature Review)
1. Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa Latin yakni movere, yang berarti
„menggerakkan” (to move). Menurut McDonald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2011:
158) “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal
and anticipatory goal reaction”. “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Wina Sanjaya (2006: 29) yakni “Motivasi adalah suatu
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Jadi motivasi kerja merupakan suatu
dorongan yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kegiatan atau bekerja untuk
mencapai tujuan. Menurut Sardiman (2011: 73) “Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang
diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan”.
Marno (2008: 22) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang membuat
motif bergerak sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Hamzah B. Uno (2008: 1) mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan, baik dari dalam
maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, Malayu S.P Hasibuan (2003: 95) menyatakan bahwa
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang,
agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan.”
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah hal yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
72
Motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri manusia untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai dengan keinginan masing-masing (Afin Murtie,
2012: 63). Dalam bukunya Robbins (2008: 222) mengemukakan motivasi sebagai proses
yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai
tujuannya. Menurut Kadarisman (2012: 278), motivasi kerja adalah penggerak atau
pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat dan baik
sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan
dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) “motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang
mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil,
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan
dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.” Selain itu, Winkel (2011: 160),
menyebutkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Sejalan dengan pendapat di
atas, Sardiman A. M (2007: 75), menjelaskan motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat memberikan
dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Slameto (2010: 26), motivasi belajar dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu:
1. Dorongan kognitif, yaitu kebutuhan untuk mengetahui, mengerti, dan memecahkan
masalah. Dorongan ini timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/
masalah.
73
2. Harga diri, yaitu ada siswa tertentu yang tekun belajar dan melaksanakan tugas-tugas
bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, tetapi untuk
memperoleh status dan harga diri.
3. Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk menguasai bahan pelajaran/ belajar
dengan niat guna mendapatkan pembenaran dari orang lain/ teman-teman. Kebutuhan
ini sukar dipisahkan dengan harga diri.
Selain itu, Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata (2011: 236-237),
menyebutkan ada beberapa hal yang mendorong motivasi belajar, yaitu:
1) Adanya sifat ingin tahu untuk belajar dan menyelidiki dunia yang lebih luas.
2) Adanya sifat yang kreatif pada manusia dan berkeinginan untuk terus maju.
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baik
melalui kooperasi maupun dengan kompetisi.
5) Adanya keinginan untuk mendapatkan kenyamanan bila menguasai pelajaran.
6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir kegiatan pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas, Syamsu Yusuf (2009: 23), menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
1. Faktor Internal Faktor internal meliputi:
a) Faktor Fisik
Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera).
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat
aktivitas belajar pada siswa.
2. Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)
a) Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang,
malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau
fasilitas belajar.
b) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir secara
langsung maupun tidak langsung (foto atau suara).
Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara
menyenangkan, seprti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di rumah siswa tetap mendapat
74
perhatian orang tua, baik material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna
membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap hasil
usaha seseorang. Bila usaha yang dilakukan peserta didik itu adalah hal-hal yang positif dan
menunjang serta berorientasi pada kegiatan belajar IPS, maka motivasi belajar akan
mempengaruhi hasil belajar IPS.
Menurut Komang Ardana dkk (2008: 31), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
seseorang adalah sebagai berikut:
1) Karakteristik individu, antara lain: minat, sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan dan situasi
pekerjaan, kebutuhan individual kemampuan atau kompetensi, pengetahuan tentang
pekerjaan, emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai
2) Faktor-faktor pekerjaan, antara lain:
(a) Faktor lingkungan pekerjaan, yaitu: gaji yang diterima, kebijakan-kebijakan sekolah,
supervisi, hubungan antar manusia, kondisi pekerjaan, budaya organisasi
(b) Faktor dalam pekerjaan, yaitu: sifat pekerjaan, rancangan tugas atau pekerjaan, pemberian
pengakuan terhadap prestasi, tingkat atau besarnya tanggung jawab yang diberikan, adanya
perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, adanya kepuasan dari pekerjaan.
4. Model Pembelajaran Student Centered Learning (SCL)
Pembelajaran Student Centered Learning (selanjutnya disingkat SCL) menekankan
pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali
motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar
ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan
masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan,
kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis,
serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan
(2006). Paradigma pembelajaran SCL, dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan
menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen)
memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan
ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Pada SCL, ilmu pengetahuan tidak lagi
dianggap statik tetapi dinamis di mana peserta didik secara aktif mengembangkan
ketrampilan dan pengetahuannya artinya siswa secara aktif menerima pengetahuan tidak lagi
pasif. Dengan demikian sangat mungkin nantinya siswa didik menjadi lebih pintar dari
75
gurunya (tidak seperti film silat zaman dahulu di mana murid selalu kalah dari gurunya)
apabila sang guru tidak aktif mengembangkan pengetahuannya.
SCL tidak melupakan peran dosen. Dalam SCL dosen masih memiliki peran seperti
(1) bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran; (2) mengkaji
kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran; (3) merancang
strategi dan lingkungan pembelajaran dengan menyediakan berbagai pengalaman belajar
yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada
matakuliah yang diampu; (4) membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan
memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan nyata; (5)
mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan
dengan kompetensinya. Sementara itu, peran yang harus dilakukan mahasiswa dalam
pembelajaran SCL adalah (1) mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen; (2)
mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen; (3) membuat rencana pembelajaran
untuk matakuliah yang diikutinya; (4) belajar secara aktif (dengan cara mendengar,
membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi
terlibat dalam kegiatan berfikir; (5) tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik
secara individu maupun berkelompok; (6) mengoptimalkan kemampuan dirinya. Sedangkan
Pada TCL, peran mahasiswa untuk aktif dalam perkuliahan menjadi terbatas. Perbaikan dari
metode ini biasanya berupa diskusi tanya jawab tetapi dengan tetap mengedepankan peran
dosen dalam perkuliahan. Dalam bahasa lain, ilmu pengetahuan dianggap sudah jadi dan
dosen di sini dikatakan melakukan transfer of knowledge. Metode pembelajaran dengan
pendekatan SCL merupakan metode pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai
pusat dari proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran dengan student centered menjadikan peserta didik aktif dan
mandiri dalam proses belajarnya, mampu untuk menemukan sumber-sumber informasi untuk
dapat menjawab pertanyaannya dan memiiki kemampuan dalam membangun serta
mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhannya berdasarkan dengan sumber-
sumber belajar, dalam batas-batas tertentu peserta didik mampu untuk memilih sendiri apa
yang akan dipelajarinya (Pongtuluran dan Rahardjo, 1999).
1.3 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam pengabdian masyarakat ini adalah :
1. Bagaimana menumbuhkan dan merangsang motivasi kepada mahasiswa non Fakultas
Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang untuk mau mengikuti ujian JLPT ?
76
2. Metode pengajaran apakah yang efektif dalam mempersiapkan mahasiswa untuk
mengikuti pelatihan JLPT N5 khususnya dalam sesi ujian moji-goi-bunpo ?
1.4 Waktu dan Tempat Kegiatan
Pelatihan ini diadakan di Universitas Darma Persada dari 5 April s/d 5 Juli 2019.
Pelatihan diadakan di Gedung Fakultas Sastra lantai 3 S305.
1.5 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah :
1. Untuk menumbuhkan dan merangsang motivasi kepada mahasiswa non
Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang agar mau mengikuti
ujian JLPT.
2. Untuk memberikan pelatihan persiapan JLPT N5 kepada mahasiswa non
Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang
3. Untuk melaksanakan metode pengajaran yang efektif dalam mempersiapkan
mahasiswa untuk mengikuti pelatihan JLPT N5.
4. Untuk mempersiapkan mahasiswa non Fakultas Sastra Prodi Bahasa dan
Kebudayaan Jepang agar dapat memiliki nilai plus baik di perkuliahan maupun
di lapangan pekerjaan kelak
1.6 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dalam program ini adalah para mahasiswa non Fakultas Sastra
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang di lingkungan Unsada yang telah lulus matakuliah
Bahasa Jepang I dan II.
2. Hasil dan Pembahasan
2.1 Hasil
Hasil kegiatan ini adalah menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang JLPT
dan bentuk-bentuk soal JLPT khususnya N5.
2.2 Pembahasan
Sejak awal program pelatihan ini dilakukan, kami mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan waktu dengan jadwal kuliah mahasiswa yang berasal dari non Fakultas Sastra
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang. Para mahasiswa yang mengikuti program
77
pelatihan inipun memiliki latar belakang fakultas dan semester yang berbeda. Ditambah lagi
dengan adanya perbedaan buku ajar yang mereka pelajari saat mengikuti matakuliah Bahasa
Jepang I dan II membuat kami harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memberikan
metode pelatihan JLPT N5 yang menarik, efektif dan efisien.
Sebulan sebelum pelatihan dimulai, kami memilah-milah soal-soal yang akan
diberikan kepada para peserta pelatihan ujian JLPT N5. Kami juga mengatur jadwal dan
berbagi tugas antar anggota tim di dalam mengajarkan materi-materi yang berhubungan
dengan persiapan ujian JLPT N5. Kami mengadakan pelatihan persiapan ujian JLPT N5 ini
setiap hari Jum‟at dengan alasan pada umumnya mahasiswa banyak yang memiliki waktu
senggang pada waktu tersebut. Dua minggu sebelum pelatihan ini dimulai, kami mencoba
mengadakan ice breaking dan briefing tentang pengenalan persiapan ujian JLPT N5 kepada
para calon peserta serta manfaat dan nilai plus yang akan diperoleh jika mereka lulus dalam
ujian JLPT N5. Kami juga mengadakan tes membaca beberapa kosakata dan wacana pendek
kepada calon peserta dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan para calon
peserta terhadap Bahasa Jepang yang telah mereka miliki.
Setiap minggu para peserta diberikan materi-materi JLPT N5 yang berbeda sesuai
dengan komponen atau sesi ujian dalam JLPT N5. Adapun materi-materi yang diberikan
adalah soal-soal yang berkaitan dengan moji-goi (tulisan-kosakata), bunpou (tatabahasa),
choukai (pendengaran) dan dokkai (wacana). Setiap awal pertemuan para peserta diberikan
soal-soal untuk dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh para pengajar.
Setelah selesai waktu yang telah ditentukan untuk menjawab soal-soal JLPT N5, kami
membahas jawaban bersama-sama dan memberikan penjelasan terhadap jawaban yang benar
dari soal-soal tersebut. Kami juga memberikan beberapa tips, kiat-kiat serta kata kunci di
dalam menjawab berbagai bentuk soal-soal ujian JLPT.
Awalnya kami berusaha mengkondisikan waktu penyelesaian soal-soal sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan dalam pelaksanaan JLPT yang sebenarnya. Namun, rupanya hal
tersebut menjadi kendala bagi mahasiswa karena banyak mahasiswa yang sudah lupa ataupun
tidak tahu jawaban soal-soal tersebut. Hal ini dapat dimaklumi karena matakuliah tersebut
bukan merupakan bidang khusus yang ditekuninya dan banyak materi yang belum mereka
dapatkan saat mengikuti matakuliah Bahasa Jepang I dan II.
Seiring berjalannya waktu, kami melihat adanya perkembangan dan kemajuan sedikit
demi sedikit dari para peserta baik dalam pengelolaan waktu menjawab soal-soal maupun
dalam menjawab soal-soal JLPT. Hal ini terlihat dari berkurangnya jumlah kesalahan yang
mereka lakukan dalam menjawab soal-soal JLPT N5. Di setiap pertemuan kami selalu
78
berusaha memotivasi para peserta untuk tidak patah semangat dan merasa down ketika
melakukan kesalahan dalam menjawab soal-soal tersebut.
Di akhir pelatihan ini kami memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
memberikan kesan-kesan dan pesan-pesan selama mengikuti pelatihan. Pada umumnya para
peserta merasa sangat senang dengan diadakannya pelatihan ini. Mereka berpendapat bahwa
pelatihan ini sangat bermanfaat karena dapat membuat mahasiswa mengingat kembali Bahasa
Jepang yang pernah mereka dapatkan dan sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan
yang banyak tentang soal-soal JLPT khususnya JLPT N5. Pada umumnya mereka berharap
agar pelatihan ini dipertahankan dan dilanjutkan bila perlu tiap semester diadakan. Mereka
juga berharap sedapat mungkin jadwal pelatihan ini diadakan pada semester pertengahan
sekitar semester 3 atau empat dan waktunya tidak terpaut jauh dari program trilingual.
3. Kesimpulan
Untuk menumbuhkan dan merangsang motivasi mahasiswa non Fakultas Sastra Prodi
Bahasa dan Kebudayaan Jepang agar mau mengikuti JLPT, dalam pelatihan ini diberikan
berbagai informasi dan wawasan pengetahuan tentang manfaat dan keuntungan yang akan
didapatkan oleh peserta jika mereka mengikuti JLPT.
Metode pengajaran yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah dengan metode SCL di
mana dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi
belajar yang memungkinkan peserta didik bersama dosen memilih, menemukan dan
menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and
discovery). Dalam SCL, peserta didik secara aktif mengembangkan ketrampilan dan
pengetahuannya artinya siswa secara aktif menerima pengetahuan tidak lagi pasif.
DAFTAR PUSTAKA
Afin, Murtie, 2012. Menciptakan SDM Berkwalitas, . PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta
Ardana, Komang. dkk. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Graha
Halik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu S. 2003. Organisasi dan Motivasi : Dasar Penigkatan Produktivitas. Bumi
Aksara: Jakarta.
Kadarisman, 2012, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rajawali Pers,
Jakarta
79
Marno dan M. Idris, 2008, Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Ketrampilan
Mengajar
yang Efektif dan Edukatif, Yogyakarta, Ar Ruzz Media Group
Pongtuluran, A dan Rahardjo, A.I. 1999. Student-Centered Learning: The Urgency and
Possibilities. Seminar Sehari : Innovative Approaches in Higher Education,
Universitas Kristen Petra, Surabaya, 28 Agustus. 1999.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational
Behavior).
Jakarta: Salemba Empat.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta : IKIP SMG PRESS.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Suryabrata, Sumardi, Drs.2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Yusuf LN, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
80
PELATIHAN IPTEK DAN PENGENALAN APLIKASI E-
COMMERCE KEPADA GURU MADRASAH AD-DINIYYAH
KAMPUNG TIPAR
Eva Novianti
1, Eka Yuni Astuty
1, Endang Ayu Susilawati
1, Nur Syamsiyah
1, Mira
Febriana1, Wibby Aldryani
2, Herianto
2, Timor Setyaningsih
2, Aji Setiawan
2, Adam A Budiman
2,
Suzuki Sofyan2, M Darsono
3, Eri Suherman
3
1Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Darma Persada
2Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Darma Persada
3Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Darma Persada
ABSTRAK
Pengabdian Masyarakat merupakan pengalaman ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
budaya langsung pada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai
pelaksana tri dharma perguruan tinggi. Pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan
IPTEK dan Pengenalan Aplikasi E-Commerce Kepada Guru Madrasah Ad-diniyyah,
Kampung Tipar, Jakarta Timur”. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan para Guru Madrasah melalui pelatihan IPTEK serta
memperkenalkan E-Commerce sebagai media jual beli online yang dapat memudahkan
penyampaian produk kreasi dari Madrasah. Pelatihan IPTEK dilakukan menggunakan
aplikasi Word dan Excel yang dapat memudahkan peserta dalam kegiatan pendataan dan
meningkatkan kemampuannya (skill). Pengenalan e-Commerce menggunakan salah satu
marketplace Indonesia yaitu Lazada Indonesia, seperti membuka akun, membuat email,
membuat toko online, pemasaran produk dan transaksi yang dapat dilakukan. Metode
penyampaian materi pelatihan melalui cara demonstrasi yang dilakukan oleh instruktur serta
dilanjutkan dengan latihan yaitu untuk mempraktikkan materi yang telah didemonstrasikan
sebelumnya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat diselenggarakan dengan baik dan
berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun meskipun belum
semua peserta pelatihan menguasai dengan baik materi yang disampaikan karena
keterbatasan waktu.
Kata Kunci : Ad-diniyah, Madrasah, Masyarakat, Pengabdian, e-Commerce
1. PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi memiliki kewajiban dalam melakukan Tridharma Perguruan Tinggi adalah
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Pengabdian Masyarakat merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan per semester, hal ini dilaksanakan berkaitan dengan
kepedulian yang bergerak di bidang Pendidikan khususnya Pendidikan Tinggi dengan
mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi.
81
Maka dari itu, Perguruan Tinggi harus memiliki kepedulian atas dunia pendidikan di
masyarakat sekitarnya khususnya mengenai masalah bagaimana agar warga masyarakat
mampu menghadapi tantangan di era globalisasi.
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 4238 narasumber di Indonesia. Informasi yang
diidentifikasi mengenai penggunaan komputer dan internet secara individu; Hasil survei
menunjukkan bahwa 83.97% pengguna adalah individu S1/Diploma (berdasarkan
pendidikan). Kondisi ini mengindikasikan tingginya penggunaan komputer di sektor
pendidikan. Hasil survei memperlihatkan semakin tingginya penggunaan komputer, pola
interaksi dan komunikasi masyarakat akan ke arah digital. (Menkoinfo, 2017)
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) telah mengumumkan hasil
survei Data Statistik Pengguna Internet Indonesia tahun 2018. Berikut adalah rinciannya:
Gambar 1 Data Pengguna Internet Indonesia Tahun 2018
Berdasarkan Gambar 1 terlihat jumlah pengguna Internet di Indonesia tahun 2018 adalah
sekitar 55,7% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 264,16 juta berasal di Pulau
Jawa. Pengguna internet terbanyak ada di pulau Jawa dengan persentase terbesar di Jawa
Barat yaitu 16.7%. Jika dibandingkan penggunana Internet Indonesia pada tahun 2017
sebesar 143,27 juta user, maka terjadi kenaikkan sebesar 10,12% dalam waktu 1 tahun (2017
– 2018).
Melihat kenyataan di atas jurusan Sistem Informasi berencana mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan keterampilan komputer untuk masyarakat di
sekitar wilayah Universitas Darma persada.
82
Keterampilan komputer merupakan keterampilan yang sangat diperlukan dalam berbagai
pekerjaan sehingga siswa sekolah menengah atau pemuda masyarakat perlu dibekali dengan
keterampilan tersebut.
Tidak jarang pengangguran terjadi karena kurangnya keterampilan komputer dan pada bagian
lain untuk menambah keterampilan komputer di tempat kursus memerlukan biaya yang tidak
sedikit yang biasanya masyarakat dengan penghasilan rendah merasa kesulitan dalam
memgakses hal ini. Selain itu di lokasi desa ini belum ada lembaga swadaya yang
memberikan pelatihan komputer secara gratis atau dengan harga terjangkau.
Pelatihan ini merupakan latihan lanjutan dari pelatihan sebelumnya ditambahkan dengan
materi baru yang berhubungan dengan pengetahuan basis data sehingga kemampuan peserta
semakin mantap dan berkembang tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat peserta yang
baru.
1.1.TINJAUAN PUSTAKA
Menurut KBBI, 2016 bahwa Pelatihan atau Magang (Inggris:Training) adalah proses, cara,
perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan melatih.
Menurut Lyton dan Pareek, 1998 bahwa pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk
mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat
bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai
pengertian dan keterampilan.
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam
mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga
menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut (Suprihatiningsih, 2016).
Keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya
latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah
keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja
didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah
diberikan semenjak lahir.
Pelatihan Keterampilan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah upaya untuk
pengembangan sumberdaya manusia terutama untuk pengembangan aspek kemampuan
intelektual berbasis teknologi, informasi dan komunikasi dalam peningkatan keterampilan
bekerja sehingga produktivitas kerja juga meningkat (Haryanto, 2008).
83
Materi pelatihan yang disampaikan adalah berhubungan dengan pengembangan keterampilan
penggunaan aplikasi Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce yang dimulai
dari pengenalan membuat akun sebagai penjual dan pembeli di Lazada Indonesia.
1.2.TUJUAN DAN MANFAAT
Pelatihan ini diadakan untuk bertujuan memberikan keterampilan dan kemampuan dalam
menggunakan program Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce Lazada
Indonesia.
Pelatihan ini memberikan manfaat dari bagi peserta adalah mereka semakin terampil dan
mampu menggunakan program Microsoft Office dan pengenalan e-Commerce sebagai
komponen pendukung dalam meningkatkan pendapatan serta ketrampilan para guru
Madrasah Ad-diniyyah.
1.3.KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran kegiatan Pelatihan Peningkatan Keterampilan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) adalah orang yang bekerja di Universitas Darma Persada tetapi merupakan
Guru Madrasah Ad-diniyyah, Kampung Tipar. Kegiatan dilaksanakan bertempat di Ruang
Laboratorium Komputer Fakultas Teknik Universitas Darma Persada dengan jumlah
khalayak sasaran yaitu 10 orang guru. Adapun yang menjadi instruktur dan narasumber
dalam kegiatan ini adalah dosen Jurusan Sistem Informasi dan Dosen tetap jurusan lain di
fakultas teknik yang telah berpengalaman dalam menggunakan Word dan Excel M. Office
dan pengenalan e-Commerce.
1.4.METODE PENYAMPAIAN MATERI
Untuk memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi dan dirumuskan tersebut di atas, agar
Pelatihan dapat berjalan dengan lancar maka sebagai alternatif pemecahan masalah adalah
sebagai berikut: pelatihan dilakukan dengan pendekatan individual dan klasikal. Pendekatan
klasikal dilakukan pada saat pemberian pengetahuan tentang aplikasi Word dan Excel M.
Office dan pengenalan e-Commerce dan pendekatan individual dilakukan pada saat latihan
menggunakan Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce menggunakan
marketplace Lazada Indonesia. Adapun metode yang digunakan adalah:
84
1. Demonstrasi
Metode ini dipilih untuk menunjukkan suatu proses kerja dari penggunaan aplikasi yang
terdapat pada Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce. Demonstrasi
dilakukan oleh instruktur dihadapan peserta yang masing-masing mengoperasikan satu
komputer sehingga peserta dapat mengamati secara langsung dan mempraktikkannya.
2. Latihan
Metode ini digunakan untuk memberikan tugas kepada peserta pelatihan untuk
mempraktikkan materi yang telah didemonstrasikan sebelumnya.
2.HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan dengan acara tatap muka dan latihan
aplikasi Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce berjalan dengan baik dan
lancar.
Pertemuan tatap muka dengan metode demonstrasi terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini
yang disampaikan oleh instruktur dan dilanjutkan latihan Word dan Excel M. Office dan
pengenalan e-Commerce yang terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2. 1 Demonstrasi aplikasi IPTEK
85
Gambar 2. 2 Metode Latihan Penyampaian Materi Pelatihan
Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu pada hari senin tanggal 25 sampai dengan
26 Mei 2019 dari pukul 13:00-16:00 WIB. Peserta kegiatan berjumlah 10 orang dan lokasi
penyelenggaraan pelatihan di Ruang Laboratorium Komputer Fakultas Teknik Universitas
Darma Persada. Jadwal Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Pengabdian masyarakat dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2. 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Pengabdian Masyarakat
No. Pemateri Waktu Materi
1 Eva Novianti, S.Kom, M.MSI 25 Mei 2019 Pelatihan Word
2 Eka Yuni Astuty, MMSI
3 Nur Syamsiyah,M.TI
4 Endang Ayu Susilawati, MMSI 26 Mei 2019 Pelatihan Excel
5 Mira F. Sesunan, M.Cs Pengenalan E-Commerce
Pelaksanan kegiatan PKM ini dilakukan oleh 5 (lima) orang pemateri dan dibantu oleh
asisten pemateri sebanyak 8 (delapan) orang dengan pokok bahasan yang disampaikan
berdasarkan aplikasi Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce yang kemudian
diikuti Latihan dan Evaluasi pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan
perharinya.
Kegiatan yang diawali dengan demonstrasi ini kemudian dilanjutkan latihan. Dari kegiatan
latihan tampak bahwa beberapa peserta memang belum menguasai cara penggunaan
komputer atau Word dan Excel M. Office dan pengenalan e-Commerce. Acara kemudian
dilanjutkan sesi tanya jawab.
86
Adapun hasil kegiatan PKM secara garis besar mencakup beberapa komponen sebagai
berikut:
a). Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan
Peserta pelatihan keterampilan ini direncanakan sebelumnya adalah paling tidak sebanyak 10
peserta yang berasal dari Guru Madrasah Ad-diniyah, Kampung Tipar. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh 10 orang peserta. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa target peserta tercapai 100%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan
ini dilihat dari jumlah peserta yang mengikuti dapat dikatakan berhasil.
b). Ketercapaian tujuan pelatihan
Ketercapaian tujuan pelatihan keterampilan penggunaan aplikasi Word dan Excel M. Office
dan pengenalan e-Commerce secara umum sudah baik, namun keterbatasan waktu yang
disediakan mengakibatkan tidak semua materi pelatihan dapat disampaikan secara detail.
Namun dilihat dari hasil latihan para peserta yang telah dihasilkan, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan kegiatan ini dapat tercapai.
c). Ketercapaian target materi yang telah direncanakan.
Ketercapaian target materi pada pelatihan keterampilan penggunaan aplikasi Word dan Excel
M. Office dan pengenalan e-Commerce cukup baik, karena materi pelatihan telah dapat
disampaikan secara keseluruhan.
d). Kemampuan peserta dalam penguasaan materi Target peserta pelatihan
Kemampuan peserta dilihat dari penguasaan materi masih kurang dikarenakan waktu yang
singkat dalam penyampaian materi dan kemampuan para peserta yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan jumlah materi yang banyak hanya disampaikan dalam waktu singkat sehingga
tidak cukup waktu bagi para peserta untuk memahami dan mempraktekkan secara lengkap
semua materi yang diberikan.
Keberhasilan ini selain diukur dari keempat komponen di atas, juga dapat dilihat dari
kepuasan peserta setelah mengikuti kegiatan yang mengusulkan agar dibuat pelatihan serupa
dengan latihan yang tingkatannya lebih sulit dari sebelumnya.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan Pemberdayaan masyarakat berupa Pelatihan Peningkatan Keterampilan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat diselenggarakan dengan baik dan berjalan dengan
87
lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun meskipun belum semua peserta
pelatihan menguasai dengan baik materi yang disampaikan.
Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti
pelatihan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu pelatihan berakhir.
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran-saran sebagai
berikut:
1. Waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian perlu ditambah agar tujuan kegiatan dapat
tercapai sepenuhnya, tetapi dengan konsekuensi penambahan biaya pelaksanaan. Oleh
karena itu biaya Pemberdayaan Masyarakat tidak boleh mengalami keterlambatan
pencairan karena mempengaruhi pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat itu
sendiri.
2. Adanya kegiatan lanjutan yang berupa pelatihan sejenis selalu diselenggarakan secara
periodik sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta dalam penggunaan aplikasi
komputer dan membantu perekonomian melalui pelatihan e-Commerce.
4.UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada lembaga penelitian, pemberdayaan masyarakat dan
Kemitraan (LP2MK) berdasarkan kontrak 022/PEM/LP2MK/UNSADA/III/2019, 11 Maret
2019 dan Guru Madrasah Ad-diniyyah atas kerjasamanya sehingga kegiatan pelatihan ini bisa
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
APJII. 2018. Hasil survei Data Statistik Pengguna Internet Indonesia tahun 2018. Jakarta
Haryanto, Edy. 2008. Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan
Perkembangannya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media
Pembelajaran. Jakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2016 edisi V. Balai Pustaka, Jakarta
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. 2017. Indikator TIK Indonesia Tahun 2017.
Badan Penelitian dan Pengembangan SDM. Jakarta
Rolf P. Lynton dan Udai Pareek. 1998. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja. Pustaka
Binaman. Jakarta
Suprihatiningsih. 2016. Perspektif Manajemen Pembelajaran Program Keterampilan:
deepublish publisher. Yogyakarta
88
89