proses penyematan ulos (mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/skripsi - copy.pdf ·...

117
Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam Pernikahan Adat Suku Batak Toba” (Studi Kasus Mangulosi Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu Tua-Medan) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh Mutia Nurdalilah Simatupang 6662120521 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2016

Upload: dinhthuy

Post on 11-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

1

Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam

Pernikahan Adat Suku Batak Toba”

(Studi Kasus Mangulosi Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada

Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu Tua-Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh

Mutia Nurdalilah Simatupang

6662120521

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2016

Page 2: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

2

Page 3: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

3

Page 4: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

4

Page 5: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

5

GO BIG, OR GO HOME!

“....Allah Likes Those Who Are Thankful….”

(QS Az-Zumar: 7)

“...If You Are Grateful, I Will Give You More…”

(QS Ibrahim: 7)

Skripsi ini di persembahkan untuk

Mamah Tersayang & Papah, Serta Keluarga Besar

Sebagai Motivator Abadi dalam Hidup

Page 6: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

6

ABSTRAK

Mutia Nurdalilah Simatupang. NIM. 6662120521. Skripsi. Proses

Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam Pernikahan Adat Suku Batak Toba

(Studi Kasus Mangulosi Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada

Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu Tua-Medan). Pembimbing I:

Neka Fitriyah, S. Sos., M.Si. dan Pembimbing II: Teguh Iman Prasetya,

M.Si.

Batak Toba dikenal sebagai suku yang sangat setia melaksanakan upacara adat

dalam berbagai kegiatan sedari dulu. Bagi masyarakat Toba, adat adalah bagian

dari kebudayaan elemen masyarakat Batak untuk mempertinggi kualitas

kehidupan mereka dan merupakan identitas budayanya. Dalam masyarakat Batak

Toba, Ulos dianggap sebagai media solidaritas dalam kehidupan individu dan

bermasyarakat. Sehinga Ulos sendiri memiliki kedudukan penting yang berarti

dalam tatanan masyarakat Batak Toba. Dalam penelitian ini penulis membatasi

konsentrasi permasalahan kepada bagaimana posisi Ulos sebagai elemen tak

terpisahkan dari pernikahan adat Batak Toba sebagai media atau alat komunikasi

melalui simbol yang direpresentasikan melalui Ulos dalam upacara adat tersebut.

Penelitian ini menggunakan Teori Komunikasi Simbolik menurut George Herbert

Mead yang terfokus pada tiga konsep utama yaitu society (masyarakat), self (diri),

dan mind (pikiran). Metodologi penelitian yang digunakan adalah post-positivis

dengan metode studi kasus, jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian ini adalah: 1. Komunkasi yang dilakukan melalui ulos

adalah untuk menyampaikan doa dan harapan. 2. Adanya simbol dan makna yang

muncul dan tergambar oleh komunikasi verbal ataupun komunikasi non verbal.3.

Tradisi mangulosi yang murni kini mulai mengalami modifikasi dengan alasan

efisiensi, bahkan beberapa kalangan justru telah meningalkan adat ini dengan

berbagai macam sebab.

Kata kunci:Masyarakat Batak Toba, Mangulosi, Budaya, Pernikahan Adat,

Interaksi Simbolik.

Page 7: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

7

ABSTRACT

Mutia Nurdalilah Simatupang. NIM. 6662120521. Thesis. Embedding

process Ulos (Mangulosi) in Marriage Tribe Batak Toba (Mangulosi Case

Studies In Symbolic Interaction Perspective on Marriage Mangamputua

Gorga Batak Toba-Medan). Supervisor I: Neka Fitriyah, S. Sos., M.Sc. and

Supervisor II: True Faith Prasetya, M.Sc.

Toba Batak tribes known as a very faithfully carried out the ceremony in a variety

of activities all the time. For the people of Toba, rituals are part of the cultural

elements of Batak society to enhance their quality of life and a cultural identity. In

Batak Toba, Ulos regarded as a medium of solidarity in the life of individuals and

society. So that Ulos itself has a key position, which means in Batak Toba

community. In this study the authors limited the concentration of problems to how

Ulos position as an indispensable element of the wedding Batak Toba as media or

communication through symbols are represented through the Ulos in traditional

ceremonies. This study used Symbolic Interaction Theory by George Herbert

Mead focused on three main concepts that society (masyarakat), self (diri), and

mind (pikiran). The research methodology used is a post-positivist with the case

study method, descriptive research with a qualitative approach. The results of this

study are: 1. personal communication is done through Ulos is to deliver prayers

and hopes. 2. The existence of symbols and meanings emerge and illustrated by a

verbal communication or non verbal.3 communication. Mangulosi pure tradition

now beginning to experience modification for reasons of efficiency, even some

circles it has been customary leaving it with a variety of reasons.

Keywords: Community Batak Toba, Mangulosi, Culture, Traditional

Marriage, Symbolic Interaction.

Page 8: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

8

KATA PENGANTAR

AlhamdulillahiRobbil’Alamiin, segala puji dan syukur saya panjatkan

kepada Alloh SWT karena atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Proses Penyematan Ulos

(Mangulosi) dalam Pernikahan Adat Suku Batak Toba (Studi Kasus Mangulosi

Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga

Mangampu Tua - Medan).

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat untuk

meraih gelar sarjana di program studi Ilmu Komunikasi konsenterasi Jurnalistik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh

dari kata sempurna, oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi mewujudkan

kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis selalu mendapatkan bimbingan,

dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Penghargaan dan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Nurhayati, dan Ayahanda Ridwan

Hasudungan Simatupang yang kusayangi yang telah mencurahkan segenap cinta

dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga Alloh selalu

memberikan kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan akhirat atas budi

baik yang telah dilimpahkan kepada penulis. Tidak lupa juga, Peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat., M.Pd. selaku Rektor Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi.

4. Ibu Neka Fitriyah , S.Sos,. M.Si, selaku dosen pembimbing I yang

telah bersedia membimbing penulis hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

I

Page 9: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

9

5. Bapak Teguh Iman Prasetya, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang

juga telah bersedia membimbing penulis hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Ibu Mia Dwianna, S. Sos, M. Ikom, selaku dosen Ilmu Komunikasi

yang juga telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Husnan Nurjuman, S. Ag., M. Si, serta Ibu Puspita Asri

Praceka, S. Sos., M.Ikom selaku dosen Ilmu Komunikasi yang juga

telah memberikan banyak ilmu sekaligus sebagai sahabat yang

memberi banyak arahan.

8. Kepada seluruh dosen Ilmu Komunikasi Untirta yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, terima kasih

banyak.

9. Opung Michelle, Opung Boru Michelle, Bou Lena dan Amang Boru

Naingolan, Uda Rudi dan Inang Uda, Bou Leni dan Amang Boru

Nababan. Serta seluruh keluarga Siburian yang telah membantu dalam

penulisan skripsi ini hingga rampung. Mauliate Godang.

10. Keluarga Soemardi: Teh Leni, Kang Wawan, Teh Ade, Mamih, Papih,

Emih dan keponakan-keponakanku; Abay, Nindy, dan Kekey, yang

selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini.

11. Terkasih yang juga sebagai sahabat, Zulhilmi Hutagalung, SE, yang

selalu menamani dalam masa-masa sulit dan senantiasa memberi

dukungan dalam berbagai aktivitas yang positif. Juga mendorong

penulis untuk selalu sabar, dan tetap berjuang.

II

Page 10: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

10

12. Sahabat yang juga sebagai keluarga Imung, Hilda, Abdul, dan juga

Cita, Icha, dan Nilda. Terimakasih semangat dan dukungannya selama

ini.

13. Sahabat Seperjuangan Perbojakan United Eda Dian, Eda Yohana,

Eko, Jannah, Aci, Ardi, dan Nina. Juga Awwal, Fuji, dan Caca,

Diskusi harga mati!.

14. Sahabat JURNAL12TIK yang selalu menyemangati dengan angan-

angannya membentuk media yang bersih dan jujur. Terima kasih telah

menjadi teman berbagi selama ini.

15. Kawan-kawan di Lab Ilmu Komunikasi (UTV, Radio Tirta FM,

Multimedia dan Fotografi) yang telah berbagi suka dan duka selama

perkuliahan dan menjadi tempat pelepas penat: Teh Fingkan, Sarah,

Teh Syilvi, Bang Galuh, Deni, Hanum, Cindy, Fitra, Ena, Jalal, Arif,

Bang Anton, Bang Hegar, Bang Ibad, Bang Dhenim, Pipit, dan

seluruh keluarga Lab. Ilmu Komunikasi yang tidak bisa disebutkan

satu-persatu.

16. Para Orangers yang sudah seperti keluarga di LPM Orange FISIP

Untirta. Bang Ucup, Ka Reni, Teh Dede, Bang Ijung, Pewe, Rien,

Ratih, Jesica, Bang Ichsan, Bang Tomi, dan seluruh teman-teman

pejuang Orange.

17. Keluarga Earth Hour Serang, Riffa, Ka Sitjam, Bang Raffi, Ayu, Bang

Tian, Reza, Bang Santos, Emilia Johari, Mahar, Yudi, Arum, Mada,

Bang Mueriece, dan seluruh kawan-kawan EH Serang. Terima kasih

dukungan dan kebersamaanya

III

Page 11: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

11

18. Keluarga KKM 43, Terima Kasih atas kebersamaannya.

19. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu yang telah

mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang

memerlukan. Aamiin.

Serang, 21 Juli 2016

Penulis,

Mutia Nurdalilah S

IV

Page 12: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

12

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 6

1.3. Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 6

1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 7

1.5. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makna dan Simbol …………………………………………………… 9

2.1.1. Pengertian Ulos …….……………………………………...…. 9

V

Page 13: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

13

2.1.2. Manusia Batak dan Budaya Batak Toba……………….…….. 13

2.1.3. Interaksionisme Simbolik ....………… ………………………17

2.1.4 Komunikasi dan Simbol………………………………………. 22

2.2. Penelitian Terdahulu ………………………………………………… 26

2.3. Kerangka Berfikir ……………………………………………………. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ………………………………………………….. 34

3.2. Paradigma Penelitian ..........………………………………………… 36

3.3. Pengumpulan Data................. ...……………………………............... 37

3.3.1 Teknik Observasi ……………………………..........……...... 37

3.3.2 Teknik Wawancara Mendalam .......………………………... 38

3.4. Informan Penelitian ............... ………………………………………. 39

A. Raja Parhata …………………………………………………… 40

B. Pasangan Batak yang Menikah ………………………………… 41

C. Pemberi Ulos (Hula-hula)…………………………………………. 41

3.5. Teknik Analisis Data……................................................................... 42

3. 5. 1 Pengumpulan Analisis Data ................................................ 42

3. 5. 2 Reduksi Data .......................................................................... 42

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 43

3.7 Jadwal Penelitian .............................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian …………............................................ 45

4.1.1 Deskripsi Tempat Penelitian ……………………................ 45

A. Kota Medan ...................................................................... 45

VI

Page 14: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

14

B. Gorga Batak ..................................................................... 46

4.1.2. Identitas Informan ................................ ............................... 48

A. Raja Parhata …………………………………………… 48

B. Pengantin yang diadati..................................................... 50

C. Hula-hula na Parboru ..................................................... 52

4.2. Proses Pernikahan Adat Batak ……………...................................... 53

4.2.1 Proses Sebelum Pernikahan ……………................................ 53

4.2.2 Proses Pernikahan Adat ……………...................................... 55

4.3 Pembahasan …………….................................................................. 66

4.3.1 Mangulosi Dalam Interaksi Simbolik ...................................... 66

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 69

5.2. Saran ................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

VII

Page 15: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

15

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 29

TABEL 2 Jadwal Penelitian ....................................................................... 44

VIII

Page 16: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

16

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Gorga Batak .......................................................................... 46

GAMBAR 2 Panyambutan ………............................................................. 57

GAMBAR 3 Gambar Makan Bersama Seluruh Keluarga dan Kerabat ...... 59

GAMBAR 4 Pembagian Jambar…………………………………............... 60

GAMBAR 5 Ulos ………………………………………............................ 61

GAMBAR 6 Mangulosi................................................................................ 63

IX

Page 17: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

17

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Transkrip Wawancara Opung Michelle

LAMPIRAN 2 Transkrip Wawancara dr. Loybert Nainggolan

LAMPIRAN 3 Transkrip Wawancara Rudi Siburian

LAMPIRAN 4 Dokumentasi

LAMPIRAN 7 Riwayat Hidup Peneli

X

Page 18: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Batak Toba belakangan ini banyak sekali melangsungkan

pernikahan tanpa upacara adat, khususnya mereka yang merantau. Padahal

masyarakat Batak dikenal sebagai suku yang taat adat dan memiliki hubungan

erat yang tak dapat dipisahkan dengan budaya. Perubahan tersebut dipengaruhi

oleh berbagai hal diantaranya agama, pernikahan beda budaya dan lain

sebagainya.

Percampuran budaya merupakan pengaruh yang besar dalam perubahan

dan pergesaran nilai dalam konteks budaya. Banyaknya orang Batak yang

merantau dan tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia bahkan dibeberapa

belahan dunia, yang menyebabkan adat yang disakralkan turun temurun pada

masyarakat Batak lama kelamaan memudar.

Batak Toba merupakan suku yang berasal dari Tanah Toba yang meliputi

Pulau Samosir, Tapanuli Utara, Sibolga, dan sekitarnya. Medan tidak termasuk

dalam kawasan Batak Toba karena Kota Medan pada sejarahnya merupakan kota

milik suku Melayu sehingga dapat dikatakan bahwa Medan merupakan tempat

perantauan suku Batak.

Batak Toba dikenal sebagai suku yang sangat setia melaksanakan upacara

adat dalam berbagai kegiatan sedari dulu. Bagi masyarakat Toba, adat adalah

1 1

Page 19: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

2

bagian dari kebudayaan elemen masyarakat Batak untuk mempertinggi

kualitas kehidupan mereka dan merupakan identitas budayanya. Sehingga

masyarakat Batak yang mempertahankan adat diakui oleh manusia Batak lainnya

karena dianggap mempertahankan keteraturan leluhur sehingga tercipta

hubungan secara horizontal sesama warga dan hubungan vertikal kepada

leluhurnya.

Pernikahan adat merupakan warisan budaya yang seiring dengan

perkembangan zaman, pernikahan multikultur, dan atau karena masuknya

budaya lain menyebabkan dihapusnya adat dalam penyatuan dua manusia yang

disebut pernikahan. Perubahan zaman yang menyebabkan unsur budaya semakin

hari semakin menipis merupakan fenomena yang kini acap kali menjadi

penyebab pernikahan adat tidak dibudayakan lagi. Termasuk banyak fenomena

Batak perantau yang tidak mempertahankan kebudayaan pernikaan adat Batak

secara murni sehinga banyak orang Batak yang merantau tidak paham lagi

dengan budaya yang sebenarnya begitu popular dikalangan Batak ini. Adanya

perubahan adat yang disesuaikan dengan seiring berkembangnya zaman

menyebabkan sedikit banyak yang berubah dalam persoalan adat. Pernikahan

adat tidak diindahkan lagi, termasuk unsur didalamnya yang berhubungan

dengan pernikahan adat itu sendiri yaitu mangulosi.

Mangulosi memiliki keterikatan kuat dengan Ulos. Ulos merupakan selembar

kain tenun khas suku Batak yang diwariskan secara turun-temurun. Selain

sebagai warisan secara turun-temurun, Ulos menjadi salah satu wujud hubungan

kekerabatan yang ditujukan dalam setiap upacara Batak Toba, salah satunya

yaitu dalam pernikahan adat Batak Toba. Peristiwa pemberian Ulos

Page 20: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

3

direpresentasikan sebagai tindakan dalam wujud mangulosi. Pemberian

ulos tersebut sudah disediakan dan ditetapkan mengenai jenis dan siapa pemberi

untuk pengantin. Sehingga orang Batak yang melaksanakannya diakui oleh

Batak lainnya.

Dalam masyarakat Batak Toba, Ulos dianggap sebagai media solidaritas

dalam kehidupan individu dan bermasyarakat. Sehinga Ulos sendiri memiliki

kedudukan penting yang berarti dalam tatanan masyarakat Batak Toba.

Kehadirannya menjadi pelengkap wajib yang tidak dapat terpisahkan dalam

berbagai upacara adat, dalam hal ini termasuk pernikahan adat Batak Toba yang

menjadi pusat dalam penelitian ini. Pada realitanya, perkembangannya tidak serta

merta dalam posisi „aman‟ karena bergsernya zaman dan adanya pengaruh dari

masuknya unsur-unsur dari luar.

Menurut sejarahnya, Ulos adalah sebuah tanda yang bisa mengayomi dan

memberikan kehangatan bagi pemakainya. Tetapi dalam hal ini, Ulos diartikan

sebagai sebuah sarana pelindung yang mampu memberikan perlindungan dan

kasih sayang oleh sipemberi kepada sipenerima Ulos, sehingga pada saat

pemberian Ulos tersebut maksud dan tujuan sipemberi memberikan Ulos tersebut

terucapkan melalui proses mangulosi tersebut.

Pemberian Ulos pada upacara perkawinan masyarakat Batak Toba

memiliki ragam macam, seperti Ulos Pansamot, Ulos Holong, Mandar Hela,

Ulos Bere, Ulos kepada ale-ale dan lain sebagainya. Melihat dari banyaknya

Ulos yang diberikan sesuai dengan kondisinya secara umum mengandung arti

Page 21: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

4

yang hampir sama, akan tetapi yang menjadi perbedaan adalah ungkapan

dari sipemberi kepada sipenerima. Misalnya, pemberian Ulos Hela tidaklah sama

penyampaian dan pemberianya. Selain itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai

dengan ketentuan adat karena memliki makna sendiri, seperti kapan Ulos

tersebut digunakan, dalam upacara adat seperti apa, penyampaian Ulos atau siapa

subyek penerima Ulos dan bagaimana Ulos tersebut digunakan. Tindakan

pemberian Ulos ini pula merupakan wujud sakral yang memegang posisi penting

dalam riual adat Batak. Pada dasarnya mangulosi adalah tindakan memberi atau

menyelimutkan Ulos disertai dengan umpasa-umpasa (doa) dan dianggap

sebagai pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan, serta kebaikan-kebaikan

lainnya.

Umpasa-umpasa saat mangulosi diucapkan oleh Raja Parhata, yaitu juru

bicara adat yang membaca doa-doa dan cita-cita keluarga atas perkawinan dalam

pernikahan adat Batak Toba yang dikirim dari masing-masing kedua belah pihak

pengantin sebagai pemimpin dalam pernikahan Batak Toba. Raja Parhata

sendiri merupakan bukan sembarang orang yang dapat dipilih sebagai juru bicara

adat, namun mereka yang dipilih dari barisan semarga dan dianggap paling

paham mengenai hukum adat serta penerapannya dan paling paham mengenai

mangulosi dalam pernikahan adat. Raja Parhata memiliki posisi yang sangat

penting karena perannya bukan hanya saat pernikahan adat belangsung, namun

dari acara sebelum pernikahan, yaitu martupol. Martupol adalah acara dimana

persetujuan masing-masing keluarga. Dalam pandangan umum, martupol sama

dengan tunangan dimana adanya tawar-menawar perihal sinamot, atau harga

Page 22: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

5

pernikahan yang diminta oleh pihak mempelai wanita kepada pihak

mempelai laki-laki. Tentu saja Raja Parhata ini bukan lah orang yang

sembarang. Raja Parhata dipilih karena ia merupakan orang yang paling paham

dengan adat dan paling dituakan.

Dalam penelian ini, Batak adalah suku yang menjadi pusat penelitian.

Suku Batak memiliki enam sub bagian yaitu Batak Toba, Mandailing,

Simalungun, Karo, Pakpak dan Angkola. Penulis fokus pada sub-suku Batak

Toba sebagai titik permasalahan komunikasi dan menjadikan ulos sebagai alat

untuk menyampaikan pesan dalam ranah budayanya. Suku Batak merupakan

suku tertua di Sumatera Utara yang memiliki tradisi sistem kemasyarakatan,

sistem religi, hukum adat, sastra, dan musik.

Alasan penulis memilih Batak Toba sebagai sasaran studi penelitian,

karena Batak merupakan suku yang unik karena merupakan suku taat adat

dengan masih mempertahankan filosofi kehidupan manusia Batak yaitu Dalihan

na tolu, Selain itu masyarakat Batak menggunakan banyak simbol dalam

kehidupan adatnya sehingga sangat menarik untuk dikaji dan dijadikan

penelitian. Ulos yang menjadi sumber kehangatan utama selain api dan matahari

menjadi menarik pula untuk dibahas sehingga peneliti tertarik untuk

membahasnya lebih banyak mengenai adat mangulosi dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis membatasi konsentrasi permasalahan

kepada bagaimana posisi Ulos sebagai elemen tak terpisahkan dari pernikahan

adat Batak Toba sebagai media atau alat komunikasi melalui simbol yang

Page 23: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

6

direpresentasikan melalui Ulos dalam upacara adat tersebut. Dan peneliti

ingin merujuk pada permasalahan fungsi ulos sebagai wujud komunikasi dalam

pandangan interaksi simbolik sehingga pelaku mendapat pengakuan dan

bagaimana masyarakat Batak Toba yang tidak melaksanakan proses ini dalam

ritual pernikahannya karena dipengaruhi oleh hal-hal yang sebelumnya penulis

bahas diatas. Kemudian penulis memilik Kota Medan sebagai tempat penelitian

dikarenakan Medan adalah Kota yang memiliki ragam budaya dan etnis,

memiliki masyarakat yang heterogen sehingga memiliki kemungkinan yang

besar terhadap percampuran budaya, juga kota Medan merupakan salah satu kota

yang modern. Selain itu Medan kerap dianggap sebagai Kota milik orang Batak,

padahal secara histori jelas bukan. Dengan menggunakan teknik wawancara

mendalam dan pencarian informasi kepada tokoh-tokoh paham adat Batak Toba

atau kepala adat terkait wacana ulos dan komunikasi simbolik dalam upacara

adat.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah penelitian adalah merupakan substansi dari penelitian itu sendiri,

oleh karena itu masalah dan metode penelitian sangat ditentukan oleh objek

formal dan objek material penelitian tersebut. Maka, masalah yang hendak dikaji

adalah mengenai bagaimana proses penyematan Ulos (Mangulosi) dalam

pernikahan adat suku Batak Toba yang diteliti dengan mengunakan teknik studi

kasus dalam perspektif interaksi simbolik di Gorga Mangampu Tua, Medan?.

Page 24: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

7

1.3 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat diidentifikasian masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana simbol-simbol dan makna yang terdapat dalam tradisi

mangulosi (penyematan Ulos).

2. Bagaimana kaitan tradisi mangulosi (penyematan Ulos) dalam

upacara pernikahan adat suku Batak Toba terhadap teori interkasi

simbolik?

3. Bagaimana modifikasi yang terjadi pada tradisi mangulosi?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian tentang “Proses Penyematan Ulos

(Mangulosi) dalam Pernikahan Adat Suku Batak Toba”, maka dapat dirumuskan

bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui simbol-simbol dan makna yang terdapat dalam tradisi

mangulosi pernikahan adat Batak Toba.

2. Mengetahui hasil komunikasi dari interaksi simbolik dalam tradisi

mangulosi pernikahan adat Batak Toba

3. Mengetahui modifikasi yang terjadi pada pernikahan tradisi adat batak

Toba.

Page 25: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

8

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan

bermanfaat untuk:

1. Untuk mengetahui apa saja makna dari simbol yang terkandung

dalam tradisi mangulosi upacara pernikahan adat Batak Toba

2. Untuk mengetahui bagaimanakah hasil interaksi simbolik yang

dihasilkan dalam pernikahan adat Batak Toba.

3. Untuk mengetahui mengapa tradisi mangulosi memiliki pernanan

yang begitu penting sehingga tahu kenapa tradisi ini harus

dipertahankan keberadaanya.

Page 26: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makna dan Simbol

2.1.1 Pengertian Ulos

Seni tenun merupakan salah satu sumber kekayaan budaya yang

keberadaannya harus dijaga. Kekayaan akan hal ini beraneka ragam dan

berangkat dari berbagai macam suku di nusantara. Salah satu seni

kekayaan tersebut bernama Ulos. Ulos atau sering disebut juga kain Ulos

adalah satu busana khas Indonesia khususnya masyarakat Batak,

Sumatera Utara. Dari bahasa asalnya Ulos berarti kain. Pada mulanya

Ulos digunakan sebagai pembungkus atau penghangat badan. Dalam

perkembagannya, Ulos dipakai sebagai bagian dari tata laksana adat.

Namun ada pula beberapa yang menolak keberadaan Ulos karena

dianggap sebagai benda yang memiliki unsur magis. Sulit diterima oleh

akal bagaimana Ulos dicap sebagai benda yang mengandung kuasa gelap,

apalagi kini ulos dibuat dengan mesin yang seperti kebanyakan kain

dibuat oleh kebanyakan manusia. Berbicara mengenai ulos, ada pula

dalam tatanan prosesi adat yang dinamakan dengan Mangulosi, yaitu

suatu kegiatan adat yang merupakan proses menyematkan ulos atau

menyelimutkan ulos dalam rangkaian prosesi adat Batak salah satunya

dalam pernikahan suku Batak Toba.

9

Page 27: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

10

Dikatakan oleh Vergouwen (1986) ulos adalah sejenis pakaian

yang berbentuk selembar kain. Kain ini ditenun oleh perempuan Batak

dengan berbagai pola. Pada awalnya bagi orang Batak menenun ulos

adalah suatu tindakan yang mengandung nilai religious-magis (Niessn,

1985). Hal ini terlihat dari adanya banyak larangan yang tidak boleh

diabaikan selama proses penenunan sebuah Ulos.

Menurut leluhur batak, yang merupakan salah satu unsur yang

memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan”.

Mengingat orang batak dahulu memilih hidup di dataran tinggi sehingga

memiliki temperatur yang dingin.

Ada tiga hal yang diyakini oleh para leluhur Batak yang memberi

kehidupan bagi manusia yaitu: darah, nafas, dan Kehangatan. Sehingga

“rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan rakyat Batak. Sumber hangat itu

berasal dari tiga hal, yaitu: Api, matahari, dan Ulos. Dan dari ketiganya

Ulos-lah yang terpenting karena diyakini praktis dan dapat

menghangatkan kapan saja dan di mana saja. Sehingga jadilah Ulos

menjadi unsur yang penting dalam adat Batak. Salah satunya dalam

pernikahan adat Batak.

Pada dasarnya bahan utama yang digunakan dalam membuat Ulos

adalah benang yang berasal dari tanaman kapas. Kapas ini kemudian

diolah sedemikian rupa dengan bantuan alat-alat dan teknik yang

sederhana serta didukung oleh pengetahuan yang terbatas. Kemudian

Page 28: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

11

setelah itu ada proses perwarnaan benang. Pada masa lampau,

proses ini menggunakan bahan-bahan pewarna alami yang ada

disekitarnya. Seperti daun nila, dan rerumputan. Dan kini, proses tersebut

sudah langka dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi dan

pengetahuan yang lebih kaya menjadikan proses menenun dan pewarnaan

pada Ulos lebih variatif. Bahkan penggunaan Ulos kini bukan hanya

sebagai untuk kepentingan upacara adat saja, melainkan sudah banya

beralih fungsi menjadi bahan fashion dan kepentingan ekonomi.

Arti dan fungsi Ulos sejak dahulu sampai sekarang secara

essensial tidak mengalami perubahan, kecuali pada beberapa variasi yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bila pada awal pembuatannya,

ulos mengandung pengertian yaitu sebagai pakaian sehari-hari yang

digunakan untuk menggendong dan pelindung tubuh , maka hal ini tidak

berlaku lagi pada masa sekarang. Pada masa kini, nilai Ulos yang tadinya

hanya sebatas barang komoditi rumah tangga, kini telah menjadi nilai

sakral yang digunakan dalam upacara adat Batak Toba sehingga hal ini

menunjukan pentingnya arti dan fungsi Ulos dalam kehidupan

masyarakatnya.

Telah dikemukakan sebelumnya, pada awalnya Ulos hanya alat

pembungkus dan penghangat badan. Dalam perkembangannya, Ulos

digunakan dalam berbagai bagian dari pelaksanaan adat.

Page 29: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

12

Belakangan ini, banyak pemberian Ulos yang menyimpang dari

arti yang sebenarnya, sehingga tidak memiliki arti dan wujud pemberian

makna. Ulos na marhadohoan- adat, yang diterima seseorang hanya tiga.

Pertama, saat dia dikukuhkan menjadi keluarga pada saat unjuk. Pada saat

itu lah seseorang “resmi menjadi orang”. Pada saat unjuk sebenarnya

hanya satu ulos yang diterima oleh pengantin, yaitu ulos hela. Ulos

lainnya di sebut sebagai ulos holong, yaitu ulos sebagai pemberian tak

bermakna atu dalam arti lain sebagai hadiah,

Ulos kedua, apabila seseorang mengawinkan anak laki-laki (Ulos

passamot). Dan yang terakhir adalah ulos tajung atau ulos sampe tua

(bisa tak diterima langsung karena menerima ulos saput). Ulos lainnya

bukan dalam rangka paradaton (adat) hanya sebagai bunga-bunga atau

hiasan dari acara.

Akan tetapi kini, prosesi pemberian Ulos tidak serta merta

mengikuti aturan lama. Hal ini dapat dilihat pada praktik pemberian ulos

yang dilakukan oleh sejumlah pihak kepada para pejabat pemerintahan,

atau pun pihak luar masyarakat Batak itu sendiri, sehingga menimbulkan

kerancuan. Berikut jenis-jenis ulos dalam paradaton yaitu sebagai

berikut:

a. Ulos passamot, diberikan suhut parboru

b. Ulos hela diberikan suhut parboru

Page 30: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

13

c. Ulos tu pamarai diberikan pamarai dari parboru

d. Ulos tu si hutti ampang diberikan tulang

e. Ulos tu simolohon atau amanguda diberikan oleh amanguda

atau simandokkon .

Di luar yang telah disebutkan di atas, sebagaimana susuai adat

Ulos dari tulang sijalo tintin marangkup dan ulos dari tulang ni pangolin

diberikan terakhir, sekaligus pajabuhon bere-nya.

Pada hakekatnya di atas, ulos merupakan simbol-simbol, atau

lambang-lambang yang digunakan untuk menentukan kedudukan

seseorang atau kelompok, lambang kekerabatan dan juga sebagai simbol

komunikasi dalam proses penyampaian pesan, berita, atau keinginan. Hal

ini juga berlaku dalam upacara pernikahan adat Batak Toba.

2.1.2 Manusia Batak dan Budaya Batak Toba

Batak merupakan suku yang terkenal masih memegang erat

budayanya hingga saat ini. Terbukti dengan masih dipakainya adat-adat

yang merupakan hadiah turun-temurun dari leluhur walaupun globalisasi

sudah banyak mewabah di mana-mana. Tapi manusia Batak tetap setia

dengan aturan yang ada sebagai identitas mereka sebagai suatu suku.

Berbicara mengenai Batak Toba, dalam Buku Manusia Batak Toba (Pdt.

Saut HM Silitonga, STH. MPhil), dapat dikatakan sampai saat ini masih

belum bisa dipastikan mengenai asal-usulnya. Ini disebabkan karena

Page 31: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

14

ketidakadaan dokumen sejarah purba yang tertulis dan diyakini

dengan pasti. Adapun hasil penelitan lain menyebutkan bahwa asal mula

suku Batak Toba adalah dari keturunan imigran gelombang kedua yaitu

Proto Melayu, yang datang dari Cina Selatan. Dilihat dari sudut

perkembangan peradaban manusa, maka suku Batak sudah ada kira-kira

sejak tahun 3000 SM, demikianlah pendapat Paul Padersen (1975).

Tetapi secara genealogis-antropologis, St. E. Harahap mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan suku Batak adalah penduduk asli yang berdiam

dan bermukim di daerah yang benama Tapanuli, bagian utara dan barat-

laut pulau Sumatera. Suku Batak terdiri dari lima sub suku atau cabang

yaitu suku Toba, Karo, Pakpak atau Dairi, Simalungun, Angkola-

Mandailing dan dari sub suku tersebut memiliki ciri khas masing-masing,

antara lain dalam bahasa dan dialek, struktur kemasyarakatan, dan juga

adat-istiadat. Mereka juga memiliki ciri khas bersama yaitu memiliki

marga dan pola dasar kekerabatan yang disebut dengan Dalihan na tolu.

Dalihan na tolu adalah ungkapan flosofi hidup kekerabatan suku

Batak. Arti harfiah dari Dalihan na tolu adalah tungku masak yang

berkaki tiga. Hubungan kekerabatan dalam kehidupan sosial ditandai oleh

tiga unsur, yaitu dongan tubu, Boru, dan Hula-hula. Dalihan na tolu

sebagai unsur utama yang menjadi tiang dalam filosofi kekerabatan suku

Batak berhubungan dengan segala hal yang terdapat dalam unsur

kebatakan, terasuk dalam pernikahan dan mangulosi yang dibahas dalam

penelitian ini.

Page 32: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

15

Prinsip dasar hubungan ketiga unsur kekerabatan itu adalah

keseimbangan. Keseimbangan hubungan, sebagaimana tungku masak

membutuhkannya agar beban sama dan tidak berakibat runtuhnya tungku

dan menumpahkan bebannya. Harus ada kesadaran bahwa semua orang

Batak akan berada dalam semua unsur tatanan tersebut supaya

keseimbangan menjadi nyata.

Mengenai Penamaan Batak dan artinya, terdapat sejumlah tafsiran

dan pandangan. Salah satu di antaranya, kata Batak bermakna penunjukan

satu suku di Pulau Sumatera. Makna lain, berdasarkan kamus dewan

1998, adalah berarti “mengembara”, “merompak”, “menyamun”, dan

“merampas”. Dalam hal ini menurut agama Malim (suatu keyakinan

leluhur Batak) mempercayai semua manusia di dunia pada mulanya

berasal dari Sianjur Mulamula yang letaknya di kaki gunung Pusuk

Buhit, sebuah nama kampung (huta) yang berarti bukit tertinggi yang

berada di Tanah Batak (sebutan daerah asal suku Batak yaitu Tapanuli).

Menurut yang dituturkan oleh Deddy Mulyana dalam bukunya

yaitu Komunkasi Antara Budaya, Budaya berkenaan dengan cara

manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa mempercayai dan

mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, kebiasaan,

makan, peraktik komunikasi, tindakan-tindakan , kegiatan-kegiatan

ekonomi dan politik, dan teknologi itu berdasarkan pola budaya. Budaya

adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya

Page 33: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

16

didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

kepercayan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

hubungan, ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi yang

diperoleh sekelompok besar dari generasi ke generasi melalui usaha

individu atau usaha kelompok.

Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam

kandungan hingga mati, dan bahkan setelah mati pun kita dikuburkan

dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya dan

komunikasi tak dapat dipisahkan, oleh karena budaya tidak hanya

menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang

menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisinya untuk

mengirim, memperhatikan, dan mengartikan pesan.

Pada dasarnya adat Batak merupakan rangkaian peraturan yang

tidak tertulis yang mengatur segala ospek kehidupan orang perorangan,

keluarga atau rumah tangga dan masyarakat Batak secara keseluruhan

(Vergouwen, 1986). Rangkaian tersebut membentuk suatu siklus

kehidupan sehingga harus dilewati atau dilalui dalam upacara adat Batak

Toba.

Secara umum konsep adat diartikan sebagai kebiasaan atau tata

cara. Bertolak dari pengertian itu maka orang Batak Toba membagi atas

tiga tingkatan yaitu inti, adat na taradat, dan adat niadathon

(Schereiner,2003). Adat adalah inti seluruh kehidupan yang terjadi pada

Page 34: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

17

permulaan penciptaan dunia oleh Dewata Mulajadi Nabolon dan bersifat

konservatif serta tidak berubah.

Dalam peristiwa perkawinan, ada dua suhut, yaitu suhut dari

pihak hula-hula dan suhut dari pihak boru. Bagi upacara pernikahan adat

Batak Toba baik dari pihak laki-laki maupun perempuan merupakan

suhut. Hal ini karena masing-masing keduanya merupakan pihak yang

mengundang kerabat masing-masing.

Selama proses upacara pernikahan adat berlangsung, mempelai

akan menerima hadiah (tumpak) dari para tamu undangan dan kerabat

berupa Ulos, dekke (ikan), uang, dan beras. Dalam pernikahan Batak

Toba pemberian Ulos ataupun beras memiliki pesan simbolik. Mereka

yang memberikan uang berlaku sebagai pihak yang ikut dalam proses

“pembelian” mempelai perempuan. Sementara bagi yang memberikan

beras, dekke (ikan) dan ulos adalah mereka yang mendapat hak atas

penerimaan uang dari pihak yang menikahi anak perempuannya,

(Vergouwen, 2004).

2.1.3 Interaksionisme Simbolik

Sebagian pakar-pakar terkemuka berpendapat bahwa teori

interaksi simbolik khususnya teori dari George Harbert Mead, sebenarnya

berada di bawah bayang-bayang teori tindakan sosial yang dikemukakan

oleh filosof dan sekaligus sosiolog dari Jerman yaitu Max Weber (1864-

1920). Sebagaimana yang diakui oleh Paul Rock bahwa Interaksi

Page 35: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

18

Simbolik mewarisi tradisi dan posisi intelektual yang bekembang

di Eropa dan memiliki kemiripan dengan teori Weber sehingga hal

tersebut membuktikan bahwa Mead terilhami oleh Weber.

Dalam teori ini, Mead mengemukakan bahwa makna muncul

sebagai interaksi di antara manusia, baik secara verbal maupun

nonverbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, kita memberikan

makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat

memahami suatu peristiwa dengan cara tertentu Dalam deskripsi Mead,

proses “pengambilan peran” menduduki tempat penting. Interaksi berarti

bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara

mental kedalam posisi orang lain. Dengan berbuat demikian mereka

mencoba mencari maksud dari aksi yang diberikan oleh pihak lain,

sehingga komunikasi dan interaksi dimungkinkan. Jadi interaksi tidak

hanya berlangsung melalui gerak-gerak saja, melainkan terutama simbol-

simbol yang perlu dipahami dan dimengerti maknanya. Artinya, geraklah

yang menentukan. Dalam interaksi simbolik, orang mengartikan dan

menafsirkan gerak-gerak orang lain dan bertindak sesuai dengan arti itu.

Tiga konsep utama menurut Mead dalam teori ini adalah

Masyarakat (Society), diri sendri (self), dan pikiran (mind). Mead

mendefinisikan masyarakat (society) sebagai jaringan hubungan yang

diciptakan manusia. Individu-individu terlibat di dalam masyarakat

melalui prilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela. Jadi

masyarakat menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat perilaku

Page 36: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

19

yang terus disesuaikan oleh individu-individu. Masyarakat ada

sebelum individu tetapi juga diciptakan dan dibentuk oleh individu (self),

dengan melakukan tindakan sejalan dengan orang lain.

Mead mendefenisikan pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk

menggunakan simbol yang mempunyai makna yang sama. Mead percaya

bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan

orang lain.

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan

ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi

makna (Mulyana, 2001:68). Pertama, konsep diri. Menurut Blumer,

manusia bukan semata-mata organisme yang bergerak dibawah pengaruh

perangsang-perangsang dari luar maupun dalam, melainkan “organisme

yang sadar akan dirinya”. Dikarenakan ia seorang diri, ia mampu

memandang diri sebagai objek pikirannya dan bergaul atau berinteraksi

dengan diri sendiri.

Kedua, konsep perbuatan (action).Dalam pandangan Blumer,

karena perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi

dengan diri sendiri, maka perbuatan itu berlainan sekali dari gerak

mahluk yang bukan manusia. Manusia menghadapkan diri pada macam-

macam kebutuhan, perasaan, tujuan, perbuatan orang lain, pengharapan,

dan tuntunan orang lain, peraturan-peraturan masyarakatnya, situasinya,

self image-nya, ingatannya dan cita-citanya untuk masa depan.

Page 37: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

20

Ketiga, konsep objek. Menurut Blumer manusia hidup ditengah

objek-objek. Kata objek dimengerti dalam arti luas dan meliputi semua

yang menjadi sasaran perhatian aktif manusia. Kata Blumer, objek dapat

bersifat fisik seperti kursi, atau khayalan, kebendaan, ataupun hal yang

bersifat abstrak seperti konsep kebebasan.

Keempat, konsep interaksi sosial dalam pandangan Blumer aalah

bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara

mental kedalam posisi orang lain. Oleh penyesuaian timbal-balik, proses

interaksi dalam keseluruhannya menjadi suatu proses yang melebihi

jumlah total unsur-unsurya berupa maksud, tujuan, dan sikap masing-

masing individu.

Kelima, Keep Joint Action, pada konsep ini Blumer mengganti

istilah sosial art dari Mead dengan istilah Joint Action. Artinya aksi

kolektif yang mahir dimana perbuatan-perbuatan masing-masing peserta

dicocokan dan diserasikan satu sama lain. Sebagai contoh, Blumer

menyebutkan, transaksi dagang, makan bersama keluarga, upacara

perkawinan, dan sebagainya, realitas sosial dibentuk dari Joint Action dan

merupakan konsep sosiologi sebenarnya.

Blumer berhasil mengembangkan teori interaksionisme simbolik

pada tingkat metode yang cukup rinci. Teori interaksionisme simbolik

yang dimaksud adalah bertumpu pada tiga premis utama, yaitu:

Page 38: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

21

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang

ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan

orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi

sedang berlangsung.

Menurut Mead Interaksi Simbolik merupakan kesatuan dari Mind

(pikiran), Self (diri), dan Society (social). Di mana mind adalah sebagai

pikiran yang dibentuk dan terbentuk. Artinya pikiran yang terbentuk pada

masyarakat Batak adalah sebagai manusia yang ingin mempertahankan

eksistensi sebagai manusia Batak dengan mempertahankan adat leluhur

secara turun-temurun. Sehingga para calon penantin memiliki kenginan

untuk melaksanakan mangulosi pada pernikahan adatnya.

Selanjutnya self, adanya keinginan untuk melaksanakan serta

menjunjung Dalihan Na Tolu sebagai akar atau sumber terbentuknya adat

Batak yang direpresentasikan melalui beragam macam aturan yang ada

sebagai tradisi pada Budaya Batak, dalam hal ini termasuk juga

Mangulosi (penyematan ulos) dalam pernikahan adat Batak. Tahap ini

merupakan tahap role action, di mana manusia Batak mewujudkan

keinginannya untuk melaksanakan mangulosi dalam upacara

pernikahannya.

Page 39: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

22

Dalihan Na Tolu adalah sumber adat Batak yang merupakan

unsur mutlak yang mengatur antara hubungan diri sendiri, keluarga, dan

orang lain. Sehingga pada tahap selanjutnya yaitu Society, melaksanakan

adat sesuai aturan yang telah ditentukan dari masa ke masa ke setiap

generasi Batak, termasuk dalam wujud mangulosi dalam hal ini adalah

tidak lain untuk melahirkan pengakuan sosial sebagai manusia Batak

yang sejatinya taat adat.

2.1.4 Komunikasi dan Simbol

Simbol memiliki hubungan yang erat dengan teori Susanne

Langer yang menciptakan teori terkemuka bernama teori simbol. Menurut

Langer perasaan manusia dimediasikan oleh konsepsi, simbol dan

bahasa. Tanda (sign) adalah stimulus yang menandakan kehadiran dari

suatu hal. Dengan demikian, sebuah tanda memiliki kaitan erat dengan

makna dan kejadian.

Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan

menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola, atau bentuk. Menurut

Langer konsep adalah makna yang disepakati sama-sama di antara pelaku

komunikasi. Sebuah simbol adalah sebuah instrument pemikiran. Simbol

adalah konseptualisasi manusia tentang suatu hal, sebuah simbol ada

untuk untuk sesuatu.

Sehingga untuk itu simbol-simbol tersebut bersinggungan dengan

penelitian ini, dalam upacara adat Batak sangat lekat dengan beragam

Page 40: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

23

simbol yang tentu saja memiliki makna dan arti sehingga dalam

prosesinya dianalogikan dengan beragam benda, bentuk, dan gerakan

yang memiliki maksud. Seperti adanya pembagian jambar pada

pernikahan adat Batak, pemberian tupak sampai tradisi mangulosi dengan

meggunakan ulos tertentu oleh orang yang telah ditentang pula

merupakan hal yang tentu saja memiliki makna. Ulos sendiri memilki

artian penting pada masyarakat Batak, karena merupakan lambang

kehangatan. Sehingga tidak aneh jika setiap prosesi adat suku ini tidak

bisa melupakan ulos sebagai perangkat utama dalam adat.

Pada pembahasan yang tidak jauh dari simbol, Cooley dan Mead

berujar bahwa diri muncul karena komunkasi. Manusia ada karena

mereka memiliki kemampuan memanipulasi simbol-simbol berdasakan

kesadaran. Simbol merupakan rangsangan yang mengandung makna dan

nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap simbol

adalah dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya. Makna

suatu simbol bukanlah pertama-tama ciri-ciri fisiknya, namun apa yang

dapat orang lakukan mengenai simbol tersebut. Dengan kata lain seperti

yang dikatakan oleh Shibutani, “Makna perama-tama merupakan

property perilaku dan kedua merupakan property objek. Jadi semua objek

simbolik menyarankan suatu suatu rencana tindakan (plan of action) dan

bahwa alasan untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap suatu

objek antara lain diisyaratkan dengan objek tersebut. Dari pernyataan

tersebut berkenaan dengan wujud mangulosi yang menjadikan ulos

Page 41: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

24

sebagai bentuk dari objek simbolik yang telah direncanakan atau

terencana sesuai tradisi turun-temurun melalui budaya.

Secara etismologis, simbol berasal dari kata Yunani “Sym-

ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda atau perbuatan)

dikaitkan dengan satu ide, (Hartoko dan Rahmanto, 1998: 133). Ada juga

yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang

memberitahukan suatu sesuatu hal kepada seseorang (Herustato,

2000:10).

Dalam bahasa komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai

lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk

menujuk satu dan lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang.

(Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 2004: 157)

Semua pakaian yang dengan segala modelnya seperti yang

dikemukakan Thorsten Veblen dalam bukunya Theory of the Leisure

Class (1899), adalah simbolik: Bahan, potongan, dan hiasannya antara

lain ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan mengenai kehangatan

kenyamanan, dan kepraktisannya (Deddy Mulyana, Komunikasi Antar

Budaya, 2005: 97)

Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa

kata, frasa, kalimat, dan kata-kata. Melainkan ada campur tangan proses

nonverbal yang tidak dapat terpisahkan dan menjadikan proses

komunikasi tersebut semakin kuat. Proses nonverbal melputi isyarat,

Page 42: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

25

gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, sentuhan, pakaian, diam, dan

ciri paralingusitik. Walau kekuatannya tidak sebesar komunikasi verbal,

namun menurut Mead komunikasi nonverbal tidak bisa diremehkan. Ini

disebabkan karena jumlah tanda atau simbol yang berfungsi dalam

komunikasi memiliki jumlah yang tak terbatas.

Selaras dengan itu, Alfred Schutz yang sejajar dengan pemikiran

Mead ini menyatakan bahwa ada motif dalam komunikas simbolik

tergantung dari maksud rangsangan yang dicari dan ditafsirkan dari

pelaku komunikasi. Schutz menggolongkan motif ini sebagai tujuan,

harapan, rencana, minat dan sebagainya. Sedang motif lain adalah

merujuk pada pengalaman masa lalu. Dalam proses mangulosi seperti

yang telah ditulis pada pembahasan sebelumnya bahwa tradisi ini

memiliki motif yang berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh

Schutz yaitu adanya harapan dan tujuan serta pengalaman dari masa lalu

yang kemudian menjadikan kebiasaan yang dilakukan turun-temurun

sehingga oleh karena itu terbentuklah menjadi sebuah rangkaian dalam

prosesi adat.

Tidak jauh dari pembahasan sebelumnya di atas, bahwa simbol-

simbol yang telah disepakati sebagai bentuk menyampaikan proses

komunikasi melalui lambang-lambang. Ulos memiliki banyak ragam dan

masing-masing memiliki fungsi sebagai alat komunikasi simbolik yang

maksudnya telah disepakati dan dipahami oleh masyarakat Batak Toba

yang mempertahankan adat ini. Bukan hanya Ulos, namun siapa yang

Page 43: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

26

menjadi pemberi Ulos pun merupakan orang yang telah

ditentukan sehingga pesan dan tujuan dari penyematan ulos sampai pada

si pengantin sebagai si penerima Ulos.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Ulos sebelumnya pernah diteliti oleh beberapa

peneliti, dengan persfektif yang berbeda-beda. Dibawah ini merupakan penelitian

terdahulu yang pernah diajukan oleh peneliti sebelumnya :

Peneliti Eva Solina

Gultom

Sugiardi Evi Enitari

Napitupulu

Judul Wacana Ulos

Batak Toba

Dalam Studi

Kasus Tiga

mailing List

Batak Toba :

Silaban

BrotherHood,

Batak Cyber

Community dan

Batak Gaul

Community.

Studi Deskriptif Upacara

dan Musik pada

Perkawinan Adat Suku

Jawa di Medan Selayang.

Komunikasi

Simbolik

Ulos Pada

Pernikahan

Adat Batak

Toba (Studi

Interaksionis

me Simbolik

Ulos Pada

Penikahan

Adat Batak

Toba di

Sumatera

Utara)

Tahun 2012 2014 2015

Tujuan

Peelitian

Untuk

mengetahui

mengenai

Dalam penelitian tersebut

membahas mengenai

bagaimana prosesi

Untuk

mengetahui

fungsi Ulos

Page 44: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

27

keberadaan

Ulos dengan

agama Kristen,

membahas

mengenai nilai-

nilai adat yang

bertentangan

dengan Injil

upacara adat suku Jawa. dalam

pernikahan

adat,

mengamati

prosesi

mangulosi,

mengetahui

adat Batak

yang masih

dijaga dalam

perkahan adat

Batak Toba.

Teori Bourdieu Pendekatan Semiotika. Interaksi

Simbolik

Hasil

Penelitian

Pada akhirnya

Inl tiak dapat

mengubah

masyarakat

Batak Toba

melalui

permasalahan

yang timbl

mengenai adat

dan ulos. Hal

ini disebabkan

oleh pertahanan

identitas

kebatakan yang

kental dan

mendarah

daging disetiap

Mendeskripsikan

bagaimana proses

pernikahan adat Jawa dan

dituliskan dengan

sistematis. Proses

pertranskripsian musiknya

dilakukan dengan cara

sistem notasi kepahitan.

Mengetahui

bagaimana

proses adat

Batak Toba di

Balige

Sumatera

Utara yang

masih

melestaikan

budaya Batak

dan menjaga

keaslian

budaya Batak

hususnya

dalam

pernikahan

adat Batak.

Page 45: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

28

diri orang

Batak.

Dan

menemukan

adanya

keterkaitan

Interaksi

Simbolik

dalam

peyematan

Ulos Batak

Toba.

Persamaan Pada penelitian

ini memiliki

kesamaan

dalam meneliti

mengenai Ulos.

Dan adat-adat

yang

besinggngan

dengan ulos,

dan adat Batak

yang sampai

saat ini masih

dibudayaa oleh

masyarakat

Batak.

Kesamaan dengan

penelitian ini adalah

membahas mengenai

Pernikahan adat.

Membahas

mengenai

prosesi

pernikahan

adat Batak

Toba,

membahas

mengenai

mangulosi

dan fungsi

adat ini,

mebahas

pemaknaan

dalam prosesi

penyematan

ulos.

Perbedaan Menggunakan

metode

kuantitatif dan

membahas

mengenai

Pernikahan adat yang

dibahas adalah pernikahan

adat Jawa. Meneliti

bagaimana isntrumen

musik disetiap prosesi

Penelitian ini

di lakukan di

Balige, dan

suku asli

Batak Toba

Page 46: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

29

keberadaan

Ulos dengan

agama Kristen,

membahas

mengenai nilai-

nilai adat yang

bertentangan

dengan Injil.

Sedangkan

dalam

penelitian ini

menggunakan

metode

kualitatif dan

terfokus kepada

penyematan

Ulos dalam

upacara adat

yakni

pernikahan adat

Batak Toba.

adat yang berlangsung

dalam pernikahan

tersebut. Dan

memfokuskan diri pada

unsur musik serta

pertunjukan seni pada

pernikahan tersebut.

daerah Balige

Sumatera

Utara menjadi

varabel yang

diteliti.

Berbeda

dengan

penelitian

yang saya

teliti yaitu

masyarakat

Batak Toba

perantauan di

Medan yang

menjadi

variable yang

diteliti.

Sumber www.digilib.ui.

ac.id

www.etnomusikologiusu.c

om

www.digilib.

mercubuana.a

c.id

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Page 47: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

30

Ketiga penelitian tersebut hampir memiliki kasus yang serupa dengan

pembahasan mengenai Ulos dan fungsinya serta meneliti mengenai pernikahan

adat. Kedua penelitian di atas mengangkat tema mengenai Ulos dalam berbagai

perspektif. Seperti pada penelitian yang berjudul Wacana Ulos Batak Toba

Dalam Studi Kasus Tiga mailing List Batak Toba : Silaban BrotherHood, Batak

Cyber Community dan Batak Gaul Community. (Oleh: Eva Solina Gultom,

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Magister, Ilmu Susastra,

Universitas Indonesia, 2012). Pada penelitian ini memiliki kesamaan dalam

meneliti mengenai Ulos. Perbedaannya penelitian tersebut dengan penelitian ini

adalah menggunakan metode yang berbeda. Dalam Penelitian yang berjudul

“Wacana Ulos Batak Toba dalam studi Kasus Tiga Mailing List Batak Toba:

Silaban VrotherHood, Batak Cyber Community dan Batak Gaul Community”,

menggunakan metode kuantitatif dan membahas mengenai keberadaan Ulos

dengan agama Kristen, membahas mengenai nilai-nilai adat yang bertentangan

dengan Injil. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan

terfokus kepada penyematan Ulos dalam upacara adat yakni pernikahan adat

Batak Toba.

Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiardi, Jurusan

Musikologi, Universitas Sumatera Utara, 2014 mengenai penelitian tersebut

membahas mengenai musik dan makna yang terkandung dalam pernikahan adat

Jawa di Medan Selayang, serta membahas mengenai bagaimana proses adatnya.

Kesamaan dengan penelitian ini adalah membahas mengenai pernikahan ada

Page 48: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

31

suatu suku, namun dalam penelitian tersebut lebih membahas musik yang

dipakai dalam tiap langkahnya prosesi adat secara spesifik.

Ada pula penelitian di luar ketiga penelitian di atas yang pernah diteliti

sebelumnya yaitu berjudul Modifikasi Ulos Batak (Studi Etnografi Tentang

Perubahan Fungsi dan Ekonomi Kreatif) (Oleh:Nesya Presella Siburian, Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik, Departemen Antropologi Sosial, Universitas Sumatera

Utara, ).

Persamaan dengan skripsi ini adalah membahas mengenai kain Ulos.

Namun, skripsi tersebut membahas mengenai perubahan fungsi Ulos yang

dikenal sakral dalam berbagai upacara adat Batak menjadi kain yang memiliki

nilai jual tinggi setelah adanya modifikasi dan memiliki nilai ekonomi.

Modifikasi Ulos adalah fokus utama dalam penelitian tersebut.

Dari perbandingan penelitian-penelitian tersebut, penelitian yang

dilakukan oleh Evi Enitari Napitupulu, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas

Mercu Buana 2015. Dengan judul Komunikasi Simbolik Ulos Pada Pernikahan

Adat Batak Toba (Studi Interaksionisme Simbolik Ulos Pada Penikahan Adat

Batak Toba di Sumatera Utara) Penelitian tersebut memiliki banyak kesamaan

dengan penelitian ini. Sama-sama membahas menganai Ulos dalam pernikahan

adat, mengamati prosesi mangulosi, dan menggunakan teori interaksi simbolik

sebagai acuan penelitian. Namun ada yang berbeda dari keduanya, yaitu tempat

penelitian di mana penelitian tersebut di atas mempusatkan pada pernikahan adat

Batak yang terjadi di daerah asli suku Batak yaitu Balige Samosir-Sumatera utara

Page 49: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

32

sebagai tempat penelitian. Sedangkan penelitian ini meneliti pernikahan

adat Batak yang terjadi di daerah perantauan yaitu Medan yang tentu

keberadaanya tetap dipertahankan di tengah-tengah masyarakat yang hetero dan

modern , serta perubahan pola pikir karena bukan merupakan daerah asli di mana

Batak dan aturan adatnya lahir.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan penggambaran alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca guna

memperjelas maksud penelitian.

Proses mangulosi dilihat dari sisi interaksi simbolik menjadi teori yang

dijadikan sebagai landasan penelitian ini, bagaimana mangulosi memiliki kaitan

dengan komunikasi dan membuktikan teori tersebut tentang bagaimana

hubungan suatu budaya yang dilakukan secara turun-temurun dalam hal ini

proses penyematan ulos. Sehingga menciptakan hasil yang dibentuk dari mind,

self, and society sebagaimana yang diterangkan oleh Mead dalam teorinya

tersebut. Dalam prosesi adat ini terjadi beberapa tindakan komunikasi yang

didalamnya terdapat komunikasi nonverbal karena melakukan kegiatan

komunikasi non bahasa, yaitu menggunakan ulos sebagai cara berkomunikasi

dengan kegiatan penyematan ulos (mangulosi) dalam pernikahan adat suku

batak, sub suku Batak Toba tersebut.

Dalam bagan tersebut digambarkan bahwa ada beberapa teori yang

terlibat dalam kegiatan simbolik pada penyematan ulos (mangulosi tersebut)

Page 50: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

33

diantaranya, interaksionisme simbolik dimana dalam interaksionisme

simbolik tersebut bahwa adanya interaksi melalui simbol-simbol atau tanda-

tanda yang terdapat dalam proses tradisi penyematan ulos dalam pernikahan adat

batak toba.

Hal ini membuktikan bahwa komunikasi tidak hanya dapat dilakukan

secara bahasa, namun dengan non bahasa. Seperti dalam tradisi pernikahan adat

Batak Toba, kegiatan tersebut bukan hanya semata-mata tradisi melainkan ada

unsur sakral yang mengandung pesan dan dijaga dari generasi ke generasi.

Peneliti ingin menggambarkan bahwa ada hubungan yang diciptakan

Ulos sebagai media dalam kegiatan mangulosi pada pernikahan adat Batak Toba

yang merupakan budaya Batak yang telah dibangun sekian lama kemudian

menciptakan interaksi simbolik. Interaksi simbolik tersebut memiliki makna

khusus sebagai pesan dan saling berhubungan dengan yang dibentuk oeh mind,

self and society para pelaku proses tersebut. Sehingga dapat digambarkan dengan

sebuah bagan seperti pada bagan di bawah ini;

Page 51: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

34

Mangulosi dalam Interaksi Simbolik (Mead)

Dari bagan di atas digambarkan bahwa peneliti menemukan adanya

keterkaitan antara teori interaksi simbolik dalam proses adat pernikahan Batak

Toba di Gorga Mangampu Tua-Medan. Bahwa proses mangulosi dengan media

ulos sebagai simbol untuk menyampaikan pesan. Pesan tersebut digambarkan

dengan komunikasi bentuk verbal dan non verbal sebagaimana yang dituturkan

dalam teori interaksi simbolik yang mana dibentuk dengan komunikasi verbal

dan non verbal yang merupakan simbol-simbol yang sangat penting dan

dipahami bersama.

Interaksi simbolik memiliki tiga komponen utama, yaitu mind, self, dan

society. Sebagaimana yang digambarkan oleh Mead melalui teorinya bahwa

Pernikahan Adat Batak Toba

Ulos Proses

Mangulosi

Ma Penyampaian Pesan

Interaksi Simbolik

Mind Self Society

“Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam Pernikahan Adat Suku

Batak Toba”

(Studi Kasus Mangulosi Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada

Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu Tua-Medan)

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

Page 52: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

35

Mind (pikiran) yang menjadi bagian kemampuan untuk menggunakan

dan mengerti simbol yang memiliki makna sosial yang sama. Dalam adat

pernikahan adat ini maksudnya bahwa jika sudah melakukan proses mangulosi

telah mendapat makna sosial yang sama. Kemudian self (diri), adalah

kemampuan untuk merefleksikan diri dari tiap penilaian sudut pandang orang

lain. Sehingga melangsungkan proses mangulosi untuk mendapat pengakuan dari

orang lain. Dan terakhir adalah society (masyarakat), yaitu hubungan sosial yang

diciptakan dari proses mangulosi tersebut. Ada proses sukarela dari masyarakat

untuk mengantarkan manusia pada proses pengambilan peran ditengah

masyarakatnya. Sehingga dari dasar itulah terebntukalah penelitian ini untuk

melihat bagaimana keterkaitan interaksi simbolik dengan pernikahan adat Batak

toba, akan dikaji dalam penelitian ini.

Page 53: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara

ilmiah, tujuan, dan kegunaan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut

buku Penulisan Kualitatif yang ditulis Burhan Bungin (2007), Metode Penelitian

Kualitatif Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang ada

dalam individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-

hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah (Miles and Huberman, 1994:6-7).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan informasi mengenai

makna yang terdapat dalam prosesi adat mangulosi pada pernikahan adat Batak

Toba mengenai bagaimana proses komunikasi dan interaksi simbolik yang

terdapat dalam proses adat tersebut. Maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus.

Menurut Rachmat Kriyantono dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi

(2006), studi kasus adalah sebuah metode riset yang menggunakan berbagai

sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, menjelaskan,

36

Page 54: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

37

secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program,

organisasi atau peristiwa secara sistematis. Sehingga dengan metode ini peneliti

berharap dapat menguraikan dengan rinci bagaimana proses mangulosi

berlangsung.

Secara umum ada tiga sifat tujuan penelitian yaitu besifat penemuan

adalah penelitian yang tidak pernah ada sebelumnya dan data-data yang tidak

pernah ditemui sebelumnya. Kedua bersifat pembuktian adalah penelitian yang

bersifat membuktikan keragu-raguan dari penelitian yang pernah ada

sebelumnya. Dan ketiga adalah bersifat pengembangan yang bersifat

mengembangkan dan memperdalam mengenai hasil penelitian yang pernah

diteliti sebelumnya.

Menurut Sugiyono, bila dilihat dari level of expenation penelitian

kualitatif bisa menghasilkan informasi yang deskriptif yaitu memberikan

penggambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptis untuk

mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dan

perspektif partisipan.

Dengan metode studi kasus di mana dilakukan pemeriksaan yang

mendalam terhadap suatu keadaan dalam hal ini proses mangulosi, dengan

menggunakan cara-cara sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan

data, analisis informasi dan pelaporan hasil. Sehingga diperoleh pemahaman

Page 55: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

38

yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana sehingga

dapat memahami objek peneliti dan menjadi riset sebagai bukti baik.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berupaya untuk memperoleh informasi

secara mendalam mengenai bagaimana prosesi adat mangulosi dalam pernikahan

suku Batak Toba di Medan dalam rangkaian adat, bagaimana peranan interaksi

simbolik dan wujud komunikasi terlibat dalam prosesnya dan upaya bagaimana

mereka dalam menjaga dan melestarkan upacara adat ini sebagai masyarakat

perantauan. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui prosesi mangulosi dan ingin

menggambarkan proses adat ini secara terperinci dan mendalam.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma mengandung pandangan tentang dunia, cara pandang untuk

menyederhanakan kompleksitas dunia nyata dan karenanya dalam konteks

pelaksanaan penelitian, memberi gambaran pada kita mengenai apa yang

penting, apa yang dianggap sah untuk dilakukan, serta apa yang dapat diterima

akal sehat. Paradigma juga bisa diartikan sebagai kumpulan asumsi secara logis

mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian.

Paradigma penelitian ini adalah post-positivisme. Dengan menggunakan

paradigma post-positivis ini, peneliti berusaha untuk mengetahui lebih dalam

mengenai proses penyematan ulos dalam pernikahan adat Batak Toba dilihat dari

prespektif interaksi simbolik.

Page 56: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

39

Paradigma post-positivis beranggapan bahwa permasalahan harus

dipahami secara holistik dan kontekstual, artinya bahwa objek penelitian

merupakan sesuatu yang apabila diteliti dan dipahami bagian perbagian maka

akan berhubungan dengan bagian-bagian yang lain dan akan membentuk suatu

keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, objek dari suatu masalah juga

harus dipahami sesuai dengan konteksnya. Permasalahan dalam paradigma post-

positivis tidak akan ditemukan apabila peneliti hanya mengamati dan membuat

jarak dengan obyek penelitian. Hal tersebut karena dalam paradigma post-

positivis terdapat unsur emosi, perilaku, dan perasaan yang dapat dimengerti dan

dipahami apabila peneliti terlibat langsung dan merasakan sendiri kenyataan

yang terjadi sebenarnya. Peneliti harus mampu mengungkap data yang

sebenarnya melalui kegiatan observasi dengan memahami setiap bentuk kegiatan

mangulosi yang dilakukan oleh mempelai dan instrumen yang terlibat dalam

proses pernikahan adat Batak Toba di Kota tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data

dilapangan yaitu dilakukan teknik observasi, serta teknik wawancara mendalam

dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses mangulosi dan sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan. Selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:

3.3.1 Teknik Observasi

Dalam teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

tentang keadaan atau berbagai kegiatan yang dilakukan oleh subjek

Page 57: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

40

penelitian. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian

mempunyai alasan, antara lain:

a. Teknik ini digunkana untuk mengumpulkan data mengenai

kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian.

b. Data yang dikumpulkan dapat diamati dengan jelas dan rinci

mengenai penelitian tersebut.

Melalui teknik ini peneliti dapat mengamati agai mana proses

komunikasi dalam interaksi simbol pada kegiatan mangulosi.

Sebelumnya peneliti telah mengamati bagaimana adat yang sampai saat

ini masih dipertahankan oleh masyarakat Batak.

3.3.2 Teknik Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung atau bertatap muka dengan informan agar

bisa mendapatkan data lengkap dan mendalam sesuai dengan objek

penelitian. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tingi dan berulang-

ulang secara intensif. Dengan melakukan teknik wawancara, peneliti akan

melakukan interaksi dengan subjek penelitian agar peneliti dapat

menafsirkan berbagai jawaban yang telah dinyatakan melalui wawancara

tersebut.

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara

Page 58: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

41

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara

mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara,

yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau

responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).

Selanjutnya wawancara dapat dilakukan

secara terstruktur dan tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap

muka (face to face) maupun menggunakan telepon (Sugiyono, 2006; 138-

140).

3.3.2.1 Informan Penelitian

Dalam penentuan informan penelitian, informan penelitian

merupakan unsur penting yang kemudian akan memperkuat

penelitian ini. Informan penelitian dikatakan sebagai informan

apabila telah memenuhi segala pertimbanagn dan kelayakan

sebagai infoman. Yang dimaksud dengan pertimbangan tertentu

Page 59: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

42

yaitu orang yang dianggap mengetahui segala bentuk

informasi yang dibutuhkan sehingga akan memudahkan peneliti

dalam menjelajahi situasisosail yang diteliti.

Faisal S. dengan mengutip pendapat Spradley

mengemukakan bahwa: “situasi sosial untuk sampel awal sangat

disarankan suatu situasi sosial yang di dalamnya menjadi

semacam muara dan banyak domain lainnya”. Selanjutnya

menyatakan bahwa sampel sebagai wujud informan penelitian

sebagai sumber data sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu

melalui proses enkulturasi sehingga sesuatu itu bukan

hanya sekedar diketahui tapi juga dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih atau sedang terlibat pada

kegiatan tersebut.

3. Mereka yang punya waktu memadai untuk dimintai

informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan

informasi berdasarkan „kemasannya‟ sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong asing dengan

peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan

nara sumber.

Page 60: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

43

Dalam melakukan wawancara mendalam maka diperlukan

beberapa informan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

terkait dengan penelitian ini. Kriteria informan penelitian yang

akan menjadi subjek dalam penelitian ini terdiri dari dari:

A. Raja Parhata (Juru Bicara Adat)

Informan merupakan ketua adat yang mengetahui

adat batak toba secara menyeruluh, terutama mengenai

Budaya Batak, Pernikahan Adat Batak Toba, Mangulosi

dan Ulos serta mengetahui pemaknaan dalam mangulosi

pernikahan adat batak toba tersebut.

Kriteria yang tepat untuk dijadikan sebagai informan

penelitian dalam golongan Raja Parhata adalah sebagai

berikut:

a. Raja parhata yang terlibat dalam pernikahan yang telah

ditetapkan.

b. Mengerti adat secara keseluruhan, khususnya dalam

pernikahan adat.

c. Bersedia dilakukan wawancara secara intensif dan

bersedia menyediakan waktunya sebagai nara

sumber juga dapat menjelaskan secara rinci data-data

yang di butuhkan.

Page 61: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

44

B. Pasangan Batak yang menikah

Pasangan Batak yang menikah adalah informan

penelitian dimana yang terlibat langsung dalam proses

adat juga sebagai pasangan yang merasakan secara

langsung prosesi mangulosi. Adapun kriteria pasangan

Batak yang akan diwawancarai adalah:

1. Pasangan Batak yang melaksanakan pesta adat pada

Bulan Juni 2016.

2. Pasangan Batak yang paham dengan proses mangulosi.

C. Pemberi Ulos (hula-hula)

Informan peneliti selanjutnya adalah suku Batak

yang merupakan hula-hula dalam pernikahan Suku Batak

pada Bulan Juni 2016. Adapun kriterianya adalah sebagai

berikut:

a. Hula-hula pengantin yang memberi ulos kepada

pengantin.

b. Memahami simbol dalam proses mangulosi

c. Memahami adat khususnya makna yang terdapat pada

pemberian Ulos tersebut.

Page 62: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

45

3.3.3 Studi Pustaka

Buku, artikel, karya ilmiah, jurnal dan skripsi yang membahas

tentang permasalahan-permasalahan yang sama dengan penelitian

merupakan bahan sumber pustaka yang dipakai dalam penelitian ini.

Dengan metode ini diharapkan dapat membantu menjabarkan hasil

penelitian mengenai teori interaksi simbolik yang ada kaitannya dengan

tradisi mangulsoi pada pernikahan Batak Toba.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksud adalah untuk menganalisis data-data yang

telah diperoleh dari proses wawancara dan observasi. Teknik analisis data

menggunkanteknik analisis data kualitatif dengan melakukan analisis secara

deskriptif terhadap data yang telah diperoleh dilapangan berupa kata-kata.

Adapun langkah yang peneliti gunakan adalah menganalisis data sesuai dengan

pendapat yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang menganalisis

berdasarkan mengacu pada tahapan di bawah ini:

3. 4. 1 Pengumpulan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak

dari lapangan dalam upaya membangun teori dari data. Proses

pengumpulan data ini diawali dengan memasukan lokasi penelitian.

Sehingga karena itu peneliti mendatangi lokasi penelitian di Ruma Gorga

Mangampu Tua Jl. Sodara-Medan Lantai 1 sebagai tempat lokasi Pesta

Page 63: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

46

Adat dilaksanakan. Mengamati proses mangulosi dengan rinci dan

mengikuti proses egiatan tersebut dari awal hingga akhir dan kemudian

menemui informan penelitian yang telah disebutkan dipembahasan

sebelumnya.

3. 4. 2 Reduksi Data

Raduksi data merupakan proses pemilihan data dan pemusatan

perhatian kepada data-data yang dibutuhkan sebagai data utama. Laporan

lapangan direduksi kemudian dirangkum dan dipilih hal yang pokok

sehingga menjadi fokus pada hal-hal penting.

1. Klasifikasi Data

Data yang telah terkumpul kemudian dikelompokan sesuai dengan

tujuan penelitian yaitu proses mangulosi dalam pola interkasi

simbolik.

2. Penyajian Data

Maksud dari penyajian data tersebut agar memudahkan peneliti

untuk melihat gambaran secara menyeluruh terhadap penelitiannya.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan penyejian data barulah kesimpulan awal dapat

dilakukan. Sejak penelitian awal dan dalam proses pengumpulan data

peneliti harus berusaha melakukan analisis dan mencari makana dari

data-data yang telah terkumpul.

.

Page 64: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

47

3.4.3 Uji Keabsahan Data

Setelah tahapan analisis data dilakukan, perlu diperhatikan juga keabsahan

data yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini uji keabsahan data (validitas)

dengan menggunakan teknik Triangulasi. Dimana dalam pengertiannya triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng,

2004:330).

Moloeng membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan

memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini peneliti

hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber yang

artinya, peneliti hanya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dlam

penelitian kualitatif (Patton, 1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu

maka diempuh langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum, dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

Page 65: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

48

5. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang

berkaitan.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian akan disesuaikan dengan kondisi peneliti,

sehingga diharapkan pada kegiatan penelitian ini tidak akan menggangu kegiatan

utama peneliti maupun kegiatan informan,

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruma Gorga Mangampu Tua Jl.

Saudara No. 73E Simpang Limun, Kel. Harjosari II Medan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada Hari Jumat 10 Juni 2016 pukul 08:00

WIB-19.00 WIB.

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian adalah patokan peneliti agar waktu dapat terbagi dengan baik

sehingga waktu penelitian terjadwal dengan semestinya. Berikut jadwal

penelitian disusun dalam bentuk tabel:

No. Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst

1 Studi Pustaka

2 Observasi Awal

3 Revisi Bab I,II, III

4 Sidang Outline

5 Penyusunan

Laporan

6 Sidang Skripsi

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Page 66: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Tempat Penelitian

A. Kota Medan

Medan merupakan ibu kota Sumatera Utara yang memiliki

luas dan dipadati dengan 3.418.645 Jiwa dari hasil

sensus tahun 2012. Dengan kepadatan populasi demikian, Medan

didiami oleh suku yang beragam salah satunya Batak, kemudian

yang lainnya adalah suku Melayu, Jawa, Tionghoa, Mandailing,

Minangkabau, Karo, Aceh dan suku Tamil. Dengan demikian

terdapat agama yang beragam pula yaitu Islam, Protestan, Budha,

Katolik, Hindu dan agama lainnya. Sehingga dapat dipastikan

bahwa Medan merupakan Kota yang heterogen dan memiliki

ragam budaya yang dilahirkan dari keberagaman suku, oleh

karena itu percampuran budaya bisa dikatakan sangat besar dilihat

dari adanya etnis yang tidak sejenis terlebih lagi Medan

merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah

Jakarta dan Surabaya. Kota Medan juga merupakan pintu gerbang

bagi para wisatawan.

49

Page 67: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

50

Secara historis Medan merupakan nama yang diberikan

suku asli tempat ini yaitu Melayu dan berasal dari kata Madani

yang berarti Tanah lapang atau tempat yang luas. Kota Medan

sebelumnya juga adalah sebagai pusat kesultanan Melayu Deli,

yang sebelum itu adalah kerajaan Aru. Kemudian pada era

selanjutnya terjadilah migrasi besar-besaran dari suku Tionghoa

dan Jawa kemudian disusul oleh suku lain pada gelombang

selanjutnya termasuk suku Batak. Sehingga dari data tersebut bisa

dikatakan bahwa Batak adalah salah satu suku perantauan yang

menetap di kota Medan sebagai tempat suku Melayu yang pernah

jaya di masa kesulatanan Deli.

B. Deskripsi Tempat Pernikahan Adat Batak (Gorga Batak)

Gambar 4.1. Gorga Batak Mangampu Tua Tampak

Depan

(Sumber: Doc. Peneliti)

Page 68: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

51

Secara harfiah Gorga merupakan ukiran atau kesenian ukir

khas Batak yang dipahat di atas kayu dan terdapat pada bagian

luar rumah adat Batak. Namun Gorga juga dapat disebut sebagai

corak atau lukisan yang dibuat dengan tiga warna aitu hitam,

putih, dan merah yang mewakili warna khas suku Batak.

Tempat acara adat kemudian dinamakan Gorga karena

tempat tersebut dipenuhi oleh ragam corak khas Batak. Dan

dianggap seagai rumah atau tempat berlangsungnya para orang

Batak bertemu sebagai keluarga. Namun belakangan ini seiring

keterbatasannya Gorga di daerah-daerah tertentu dan juga telah

banyak pula yang meninggalkan adat kemudian Gorga di modern-

kan yaitu dengan menjalankan pernikahan adat di Gereja atau juga

gedung. Tapi biar begitu masih banyak juga yang

mempertahankan adat dengan menggelar acara adat di Gorga.

Sebelumnya pada masa gedung-gedung masih terbatas, adat

dilaksanakan di tanah terbuka atau di tempat terbuka.

Di Medan karena suku Batak memenuhi populasi urutan

kedua maka dari itu di Kota tersebut Gorga Batak masih mudah

ditemukan dengan harga sewa yang variatif. Gorga Batak di Kota

Tersebut merupakan gedung yang dimiliki oleh perorangan yang

bisa digunakan dalam segala bentuk pesta adat Batak.

Page 69: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

52

Dalam penelitian ini pesta adat digelar di Ruma Gorga

Mangampu Tua dikarenakan Gorga tersebut merupakan Gorga

yang ditunjuk sebagai tempat mangadati (acara adat) yang

menjadi sumber dalam penelitian ini. Selain itu Ruma Gorga

Mangampu Tua adalah gorga yang terdekat dari gereja yang

dijadikan sebagai tempat pemberkatan untuk acara adat tersebut

yang diadakan di HKBP Simpang Limun hal tersebut turut

menjadi alasan keduabelah mempelai mengadakan pesta adat di

tempat tersebut.

4.1.2 Identitas Informan

Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi dahulu pelaksanaan

pesta adat dan mencari tahu keterlibatan orang-orang yang merupakan

instrument penting dalam acara adat tersebut. Lalu kemudian didapatilah

beberapa informan dalam penelitian ini merupakan pihak-pihak yang

terlibat langsung dalam proses kegiatan acara pernikahan adat dan sesuai

dengan kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti yang telah dibahas

sebelumnya. Informan yang diwawancarai adalah sebagai berikut:

A. Raja Parhata (Informan Kunci)

Raja parhata adalah orang yang memimpin keberlangsungan

acara pernikahan adat yang diutus dari masing-masing keduabelah pihak

mempelai yaitu Raja Parhata dari paranak (dari mempelai laki-laki) dan

Raja Parhata dari parboru (dari pihak perempuan). Raja Parhata

Page 70: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

53

diharuskan dari kerabat mempelai atau setidaknya memiliki

kesamaan marga dengan masing-masing mempelai. Sesuai dengan

pembahasan sebelumnya Raja Parhata haruslah paham adat dan

dianggap paling mengerti adat sehingga bisa memimpin pesta dengan

baik dan sesuai. Mencari informasi mengenai ini tentu saja menarik bagi

peneliti, dikarenakan yang mengerti adat lama-kelamaan semakin

mengerucut sehingga selain untuk menggenapkan penelitian ini peneliti

juga mendapat pengetahuan lebih dalam mengenai adat Batak melalui

wawancara mendalam dengan informan. Sebelum melakukan penelitian

peneliti berusaha bersikap objektif sebagai bahan pertimbangan ketika

melakukan penelitian juga disesuaikan dengan kategori yang dibutuhkan

yakni Raja Parhata dari salah satu mempelai dalam pernikahan adat

tersebut.

Pada penelitian ini yang bertugas sebagai Raja Parhata dari pihak

Parboru adalah Manupan Siburian lalu kemudian akan dipanggil Opung

Michelle karena pada adat adalah tabu menyebut nama yang lebih tua.

Opung Michelle lahir di Dolok Sanggul pada 10 September 1943, dalam

usia 73 tahun ini Opung Michelle sering dipercaya sebagai Raja Parhata.

Beliau mengaku setidaknya dua kali dalam setiap bulan memenuhi

panggilan untuk menjadi Raja Parhata Siburian-Simatupang. Peneliti

memilih Opung Michelle yang merupakan Raja Parhata dari pihak

parboru dikarenakan Raja Parhata dari pihak Paranak yaitu R.

Nainggolan tidak dapat berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia

Page 71: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

54

sehingga pada akhirnya peneliti memilih Raja Parhata dari pihak

parboru sebagai informan pada kategori Raja Parhata.

Opung Michelle tinggal di Jl. Menteng VII Gang. Haji No 12

sejak tahun 1987. Dan merupakan perantau dari daerah kelahirannya

yaitu Dolok Sanggul. Merupakan Batak asli, ibunya adalah Boru Purba

dari daerah yang sama. Beliau sudah berkecimpung sebagai Raja Parhata

sejak 20 tahunan lalu. Menjadi Raja Parhata merupakan sebuah

kebanggaan untuk dirinya karena bisa menyalurkan kecintaannya

terhadap suku Batak dan juga berperan langsung dalam melestarikan adat

Batak yang sudah mulai terkikis di Era ini.

Opung Michelle menikah dengan Boru Sitompul dan dikaruniai

tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Pada umurnya sekarang

telah dikaruniai enam orang cucu, dan yang terbesar bernama Michelle

yang kemudian menjadi namanya karena dalam adat Batak jika seseorang

telah memiliki anak maka nama anak tertuanya menjadi panggilannya

dan setelah memiliki cucu maka cucu tertuanya menjadi namanya

menggantikan nama anak tertuanya.

B. Pengantin yang Diadati (Informan Kunci)

Dalam penelitian ini pengantin yang menjadi informan dan proses

adatnya dijadikan sebagai penelitian adalah pernikahan adat pasangan

Sariati Magdalena Siburian sebagai pengantin wanita (boru) dan Loybert

Nainggolan sebagai pengantin laki-laki (anak).

Page 72: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

55

Pernikahan ini dapat dikatakan sangat unik bagi kalangan yang

awam, karena sesunggungnya keduanya telah melangsungkan pernikahan

resmi terdaftar dicatatan sipil pada tahun 2000 lalu tepatnya tanggal 13

bulan Juni dan baru melangsungkan pernikahan adat kurang-lebih 16

tahun setelahnya yaitu jatuh pada tanggal 10 Juni 2016. Hal tersebut

mencerminkan bahwa dalam suku Batak adalah penting mengikuti dan

melaksanakan tatanan adat yang berlaku agar genap menjadi orang Batak

yang lengkap. Hal tersebut juga dikemukakan oleh pengantin pria yang

kerap disapa Loy bahwa: “Pernikahan yang belum diadati adalah tidak

sempurna dikalangan suku Batak sehingga pada lintas waktu yang cukup

lama pun keduanya haruslah melaksanakan adat sesuai dengan yang

dititipkan oleh para orang Batak terdahulu”. Walaupun tidak sedikit

pasangan Batak yang memilih hanya melaksanakan pernikahan dan

pemberkatan di Gereja saja bagi yang beragama Kristen dan menikah

KUA bagi yang beragama Islam. Tapi pasangan ini memilih untuk

mempertahankan adat leluhur agar dirinya merasa tergenapi dengan

harapan didoakan oleh seluruh keluarga agar kehidupan pernikahannya

diberkati dan dilindungi.

Lena merupakan seorang ibu rumah tangga, sedangkan suaminya

Loybert Nainggolan merupakan seorang dokter umum. Setelah

pernikahan mereka berumur 14 tahun akhirnya mereka dikaruniai seorang

anak yang mereka beri nama Samuel Nainggolan yang kini berusia dua

tahun. Lena lahir di Medan begitu pula anak mereka Samuel. Berbeda

Page 73: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

56

dengan suaminya dr.Loybert yang lahir di Sidoarjo. Kini mereka tinggal

di Jl. Menteng VII Gg. Sepakat No. 8

Orang tua dari Lena, keduanya telah meninggal dunia sehingga

pada pernikahan adat ini yang memberikan ulos bukan orang tua dari

Lena melainkan Hula-hula na sebagai pengganti orang tuanya yang telah

meninggal.

C. Hula-hula na Parboru

Hula-hula na parboru ialah kerabat laki-laki dari pihak wanita.

Seperti abang dari pihak parboru atau wanita yang menikah. Dalam adat

Batak Hula-hula ibarat raja yang disegani karena merupakan orang

pertama yang melindungi para boru ni raja (perempuan Batak). Dalam

adat ini Hula-hula na parboru adalah pihak yang memberi ulos

(mangulosi) kepada si pengantin. Hula-hula dalam adat Batak dianggap

sebagai tangan pertama dari Tuhan yang bertugas untuk melindungi dan

membahagiakan keluarganya. Maka yang disebut sebagai hula-hula na

Parboru dalam penelitian ini adalah mereka yang bermarga Siburian

yang terdiri dari Bapak Tua, Bapak Uda, dan Ito dari mempelai wanita

yang merupakan Siburian.

Dari sekian Hula-hula na mempelai wanita, peneliti memilih

abang dari Lena sebagai informan yaitu Rudi Parlindungan Siburian.

Rudi atau biasa disapa Amang Gilbert adalah saudara laki-laki kandung

Lena yang kedua. Dalam acara adat ini Rudi beserta isteri dan Ridwan

Page 74: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

57

beserta isteri selaku abang tertua dari Lena yang keduanya

merupakan Hula-hula berperan memeberikan ulos dan nasihat-nasihat

yang dilontarkan kepada pengantin.

Rudi beralamat di Jl. Menteng VII Gang Ikhlas No. 7 dan telah

menikah dengan Christin Sitompul dan telah dikaruniai dua orang anak

laki-laki, Gilbert dan Steven.

4.2 Proses Pernikahan Adat Batak

Pernikahan adat Batak merupakan Tona Ni Ompung Sijolojolo Tubu atau

merupakan pesan dari nenek moyang yang menjadi tradisi untuk dilakukan

secara turun-temurun dan orang-orang terdahulu menjaga terus-menerus hingga

sampailah pada generasi sekarang.

4.2.1. Proses Sebelum Pernikahan

Sebelum ke tahap pernikahan adat pasangan pengantin melalui

tahapan-tahapan adat dahulu yaitu:

1. Martupol

Sebelum pada proses pernikahan pengantin harus melalui

beberapa rangkaian adat salah satunya adalah martupol. Proses ini

sama halnya dengan pertunangan, namun berbeda dari

pertunangan pada umumnya yang merupakan proses pertukaran

cincin untuk menandakan calon pengantin mengikat satu sama

lain sebelum akhirnya menuju pernikahan.

Page 75: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

58

Dalam martupol terjadilah kesepakatan berapa jumlah

mahar yang disepakati yang disebut dengan Sinamot Ni Boru

yang diberikan oleh pihak pria kepada pihak perempuan yang

jumlahnya sesuai dengan yang diajukan pihak pria kepada pihak

perempuan dan disetujui oleh pihak perempuan. Jumlah Sinamot

yang telah disepakati tersebut ditujukan untuk biaya pernikahan

dan kehidupan setelahnya. Pada jumlah Sinamot Ni parboru

semakin besar biaya yang dikeluarkan keluarga pihak paranak

berarti semakin menunjukan bahwa paranak dapat menjamin

kebahagiaan parboru karena telah mengabulkan permintaan dari

keluarga parboru. Dalam proses ini selain menyepakati jumlah

mahar, kedua keluarga menyepakati pula tanggal pernikahan adat

yang disepakati yaitu tanggal 10 Juni 2016.

Pada pernikahan Lena dan Loybert, martupol

diselenggarakan seminggu sebelum pernikahan adat yaitu jatuh

pada tanggal 3 Juni 2016 dan diadakan dikediaman Bapak Uda

dari Lena di Jl. Menteng VII Gang. Haji No. 8 Medan.

2. Indahan Sibuhabuhai dan Pemberkatan di Gereja

Pada hari dan tanggal yang telah disepakati keduabelah

pihak keluarga mempelai (10 Juni 2016), Pengantin pria dan

wanita hadir di rumah orang tua pengantin perempuan bersama

keluarga keduabelah pihak mengadakan acara makan bersama

Page 76: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

59

yaitu Indahan Sibuhabuhai yang berarti doa kepada Tuhan

agar pelaksanaanan pemberkatan sampai dengan pelaksanaan adat

nagok atau adat pardongan saripeon (adat setelah acara

pemberkatan digereja) sukses adanya.

Setelah acara makan bersama, keduabelah pihak mempelai

dan keluarga beriringan menuju Gereja, dalam pernikahan ini

mereka melaksanakan pemberkatan di Gereja HKBP Simpang

Limun. Acara pemberkatan berlangsung dengan sakral dan

menggunakan bahasa Batak. Acara pemberkatan tersebut

dimaksudkan untuk memberikan doa dan berkat kepada pengantin

agar selalu dalam perlindungan Tuhan dan acara pernikahan ini

dilindungi pula sampai selesai juga diberkati kehidupan mempelai

setelah acara pernikahan.

4.2.2. Proses Pernikahan Adat

1. Panyambutan

Setelah proses pemberkatan di Gereja, pengantin dan

keluarga besar menuju Ruma Gorga Manampu Tua untuk

menjalankan adat selanjutnya. Pada pernikahan ini pengantin

hadir pada pukul 11.00 WIB pada umumnya pesta adat dimulai

pada pukul 13.00 WIB. Pernikahan adat kini dilakukan di Gorga

atau gedung, (Opung Michelle, Senin 13 Juni 2016)

Page 77: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

60

“Kalau sekarang sudah di gorga atau gedung atau ada juga yang

di gereja melaksanakan acara adat tersebut. Kalau dulu itu

dilaksanakan di lapang terbuka.”

Pesta adat dimulai dengan acara penyambutan, yaitu

keluarga pria menyambut kedatangan keluarga memepelai wanita.

Kedua Raja Parhata dari Nainggolan dan Siburian berdau sajak,

sajak tersebut merupakan sajak yang telah ditetapkan dari para

leluhur, hal ini menandakan acara pernikahan adat dimulai.

(Opung Michelle, Senin 13 Juni 2016)

Raja Pahata Ni Parboru:

“Dihamu tutur nami, tondong nami, amang boru nami, parjolo

tapasahat maliate tu: amanta Debata pardenggan basa, ala hipas

do hamu na ro, suang songoni do nang do ro tutur tu bagas ni

tondongna, alai huida hami, torop do hamu marnatampak rap

dohotambor/iboto nami. Mansai las roha nami manjalo haroro

muna, alai manungkun roha, barita aha do ulaning diharoro

muna on Amang boru, ai gok do tanan muna mamoan silua. Ima

jolo hata nami, asa maralus ma hamu amang boru” .

Hal tersebut dimaksudkan untuk menyambut yang hadir

dan meminta segenap keluarga meminta berkat dari Tuhan dan

berterima kasih karena telah menyambut keluarga parboru dan

menerima dengan baik.

Page 78: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

61

Kemudian, pihak Raja Parhata dari paranak menjawab:

“Ido tutu Rajanami, sungkun do mula ni hata, nuna manungkun

Rajai di haroro ami tu bagasta na marampang na majualon.

Rajanami/tulang, dipoda ni molo lao ho amang tu abu ni

Tulangmu, sotung mangembal ho amang, ingkon do boanonmu

sipalas roha ni Tulang dohot Nantulangmu. Ia hami Rajanami,

pamoruan muna do jala bere muna, sian marga Nainggolan.

Posma roha muna Rajanami barita na denggan jala las ni roha

do na. Huharohon hami ditingkion. Ido Rajanami”.

Maksudnya adalah kembali mengucapkan terima kasih,

bahwa dengan ini berarti kalau lah anak perempuannya sudah

menjadi bagian dari keluarga mempelai pria.

Gambar 4.2. Panyambutan

(Sumber: Doc Peneliti)

Page 79: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

62

Pada acara penyambutan atau dalam bahasa Batak disebut

panyambutan ini, dimulai dengan laki-laki tertua dari keluarga

mempelai wanita sambil menari tortor, kemudian diikuti oleh para

wanita dimulai dari tertua juga dari keluarga mempelai wanita

dengan membawa boras (beras) di dalam tando (tempat

menyimpan beras) yang diletakan di kepala mereka hal ini disebut

dengan marjunjung boras atau menjunjung beras. Acara

penyambutan ini diiringi oleh musik khas Batak yang disebut

dengan gondang panyambutan. Setelah proses penyambutan dari

keluarga pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Kemudian

keduanya menyambut para kerabat dan tamu undangan.

Proses panyembutan telah selesai pasangan pengantin,

keluarga dan para tamu undangan telah duduk ditempatnya

masing-masing. Pada acara pernikahan ini, keluarga dari parboru

dan paranak duduk di kubu terpisah. Mempelai wanita duduk

dengan kubu paranak menandakan mempelai wanita sudah

menjadi bagian dari mempelai laki-laki dan milik keluarga

paranak.

Kemudian setelah itu, mempelai dan keluarga serta para

kerabat dan tamu undangan memulai acara akan bersama dengan

syarat: pihak pengantin pria menyerahkan daging kerbau, atau

sapi, atau daging babi. Untuk pasangan pengantin yang beagama

muslim biasanya menggunakan kerbau, sapi, atau kambing.

Page 80: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

63

Daging itu kemudian diberikan kepada pihak perempuan,

dan pihak perempuan membalasnya dengan dekke atau

memberikan ikan mas kepada keluarga pihak laki-laki. Hal ini

dengan catatan, daging yang diserahkan itu disesuaikan dengan

kemampuan keluarga paranak. Adapun simbol yang tedapat

dalam pertukaran daging dan ikan ini adalah, daging sebagai

lambang kesenangan dan kemakmuran merupakan sebuah janji

dari pihak paranak untuk memberikan kebahagiaan dan

kemakmuran serta sebagai penanda bahwa disenangkanlah

pengantin perempuan dengan seluruh keluarganya agar tenang

hatinya bahwa anak perempuannya kini menjadi bagian dari

paranak. Hal ini nanti kemudian akan dijabarkan pada deskripsi

mengenai jambar. Sedangkan pemberian ikan mewujudkan

gotong royong dalam turut mensukseskan acara dan memiliki

makna saling memberi

atau adanya take and give.

4.3. Gambar Makan Bersama Seluruh Keluarga dan Kerabat

(Sumber: Doc. Peneliti)

Page 81: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

64

Selesai makan bersama, kemudian keluarga pengantin pria

memberikan uang kepada keluarga parboru yang disebut dengan

panadaion, yaitu semua keturunan pihak perempuan mulai dari

nenek moyangnya sampai generasi sekarang. Apalagi yang hadir

dalam pesta ini harus mendapatkan uang walaupun tidak dipatok

yaitu jumlah disesuaikan dengan kemampuan keluarga paranak.

Hal ini dimaksudkan untuk mengharapkan berkat dari

Tuhan. (Opung Michelle, 13 Juni 2016)

2. Pembagian Jambar

Seperti yang telah disinggung pada penjelasan sebelumnya

bahwa pihak paranak haruslah membawa daging yang telah

disepakati untuk kemudian dibagikan kepada keluarga parboru

Gambar 4.4 Pembagian Jambar

(Sumber: Doc. Peneliti)

Page 82: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

65

sebagai jambar. Dalam penyerahannya, Raja Parhata dari

keduanya kembali melemparkan sajak, dengan maksud agar

diberkatilah daging yang telah diberikan kepada parboru sebagai

wujud syukur dan semoga senanglah mereka. Setelah didoakan

dan selesaiah proses penyerahan daging tersebut. Kemudian pihak

parhobas atau suami dari para perempuan meliputi kakak/adik

perempuan dari pengantin perempuan yang selanjutnya bertugas

untuk memotong daging jambar dan membagikannya kepada

seluruh keluarga perempuan (tak terkecuali). Dengan bagian-

bagian yang telah ditentukan dan banyaknya yang telah

ditentukan pula sesuai adat. Tapi ada juga kata sepakat antara

keluarga pihak pria dan kelarga pihak perempuan bahwa sebagian

dari diserahkan kepada keluarga pihak laki-laki sebagai “Ulu ni

dengke mulak”, atau kembali kepada asalnya.

3. Mangulosi

Proses yang terpenting dan paling membutuhkan waktu

yang lama dikarenakan semuanya yang terlibat dalam pesta adat

ikut melaksanakan adat ini yang terdapat pada rangkaian

pernikahan adat Batak Toba adalah mangulosi. Mangulosi adalah

proses penyematan ulos yang dari keluarga perempuan untuk

kedua pengantin. Seperti yang dibahas pada pembahasan

Page 83: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

66

sebelumnya bahwa mangulosi merupakan simbol dari

wujud kasih sayang sipemberi ulos kepada sipenerima (yaitu

kedua pengantin). Dengan menyematkan ulos kepada si pengantin

dipercaya sebagai jalan menyampaikan doa yang bersih untuk

kedua mempelai. Ulos dijadikan sebagai “Selimut waktu dingin,

dan payung saat panas”, merupakan fungsi nyata ulos sebagai

kain namun dari hal tersebutlah diharapkan bahwa pemberian ulos

ini adalah sebagai bentuk pelindung dalam situasi apapun menjadi

awal dari proses sakral ini sebagai warisan leluhur sehingga hal

ini menjadi adat yang sangat melekat hingga saat ini. Pada proses

ini pemberi ulos bukan sekedar menyematkan ulos saja,

melainkan juga memberi nasihat kepada pengantin agar selalu

rukun, dan bahagia juga nasihat-nasihat pernikahan lainnya agar

menjadi sebaik-baiknya pasangan. Namun bukan hanya

pemberian nasihat, petuah dan doa saja tapi juga mangulosi ini

untuk menunjukan rasa suka cita yang tulus kepada pengantin atas

suksesnya pemberkatan di Gereja dan juga suksesnya adat yang

dilaksanakan kedua belah pihak.

Gambar 4.5. Kain Ulos

(Sumber: Doc. Peneliti)

Page 84: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

67

Mangulosi pada masa sekarang telah melalui modifikasi

atau telah dipersingkat tanpa mengurangi makna dari proses

mangulosi itu sendiri. Gunanya untuk mempersingkat waktu,

bahkan sebagiannya lagi sudah menggantinya dengan uang (bagi

para tamu undangan). Dahulu semua keluarga, kerabat dan tamu

undangan menggnakan ulos untuk dijadikan hadiah pengantin

sebagai wujud suka cita sehingga kemudian bisa menjadi beratus

lapis ulos, namun sekarang hal tersebut dibatasi dan diganti

dengan material lain seperti uang. Jadi yang memberikan ulos

hanyalah keluarga saja.

Proses adat mangulosi ini dimulai dengan pemberian ulos

oleh orang tua mempelai parboru kepada pengantin memberikan

nasihat-nasihat dan doa-doa pernikahan. Diiringi dengan gondang

Gambar 4.6. Proses Mangulosi

(Sumber: Doc. Peneliti)

Page 85: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

68

Batak dan mereka menari tor-tor sebelum pemberian ulos

ini, Hal tersebut memiliki makna bahwa memberikan doa dengan

penuh gembira.

Pada adat pernikahan adat Lena dan Loybert, pemberian

ulos ini dilakukan oleh kedua abang Lena beserta istri sebagai

hula-hula na mewakili orang tuanya yang telah meninggal.

Kemudian dilanjutkan dengan mangulosi orang tua dari

Nainggolan atau pihak paranak. Sebagai wujud dititipkannya lah

mempelai wanita kepada mereka, agar senentiasa diberikan kasih

sayang dan perlindungan juga sebagai wujud penghormatan.

Lalu setelah itu diikuti proses pemberian ulos kepada

pengantin dari Bapak Uda Na (pamannya) beserta isteri (inang

uda na) dengan umpasa-umpasa atau doa-doa yang sama baiknya.

Kedua proses ulos ini adalah pemeberian ulos yang sangat penting

karena pemberian ulos ini diberikan oleh keluarga yang terdekat

dengan pengantin perempuan.

Mangulosi dari keluarga inti telah disematkan, dengan

pada posisi duduk yang masih tetap sama Gondang Batak kembali

dimainkan, kemudian berlanjutlah dengan proses mangulosi

selanjutnya dari pihak marga yang berkaitan dengan keluarga inti.

Yaitu Keluarga dari istri abangnya, pada pernikahan ini yang

kemudian memberikan ulos adalah dari pihak Sitompul yaitu

Page 86: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

69

keluarga dari isterinya Rudi dan Juga Opung Michelle

Boru (isteri M. Siburian). Setelah proses adat ini, keluarga inti

dari pihak parboru yaitu yang memberikan ulos pertama dan

kedua diberikan uang oleh keluarga inti tesebut yang mana

merupakan uang sisa sinamot yang telah dibahas pada

pembahasan sebelumnya dan Semua keluarga inti memberi uang

sambil menari Tortor. Maknanya agar yang memeberi ulos

merasakan kebahagiaan yang sama dengan keluarga inti.

Selanjutnya ulos diberikan oleh marga-marga lain yang

berhubungan dengan keluarga. Yaitu keluarga dari marga yang

berkaitan dengan si parboru seperti marga opung boru na (opung

perempuannya), suami dari kakak atau adik perempuannya,

amang boru na (marga dari suami tantenya), dan proses tersebut

terus berlangsung berulang-ulang dengan cara yang sama.

Kemudian terakhir di tutup dengan keluarga Tulang Na (paman

dari keluarga ibu pengantin perempuan). Hal tersebut berbeda

karena dalam adat Batak Tulang adalah yang paling dihormati dan

disayangi sehingga jumlah uang dan diberkan haruslah lebih besar

jumlahnya dari yang jumlah yang lain sebagi wujud martabat

keluarga perempuan.

Setelah proses mangulosi tersebut, pengantin digiring

mengitari tempat pesta sebanyak tiga kali putaran dengan keadaan

ulos membelit tubuh keduanya dan ujung ulosnya ditarik oleh

Page 87: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

70

kelaurga pihak paranak dan kemudian pada putaran

terakhir pengantin diarak ke kursi pelaminan. Sambil menari

tortor dan diiringi Gondang Batak sebagai wujud kegembiraan

bahwa parboru telah menjadi milik paranak dan diterima dengan

senang hati. Dan jadilah pasangan pengantin menjadi pasangan

Batak yang lengkap dan diakui secara adat.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Mangulosi Dalam Interaksi Simbolik

Pada penelitian ini terfokus kepada suatu masalah yaitu

bagaimana simbol-simbol mangulosi dalam pernikahan adat Batak yang

digambarkan melalui pemberian ulos yang dilaksanakan di Gorga

Mangampu Tua, Medan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

penelitian dengan cara studi kasus yaitu observasi dengan hadir dan

menyaksikan acara pernikahan adat tersebut dan mengikuti prosesnya

dari awal-sampai akhir. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui

secara mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana

sehingga dapat memahami objek peneliti dan menjadi riset sebagai bukti

baik.

Dalam penelitian ini peneliti akan membahas mengenai fokus

penelitian, dimana berdasarkan identifikasi masalah yang akan dikaitkan

dengan Teori Interaksi Simbolik yang dirumuskan oleh George Harbert

Mead. Ada Tiga konsep utama dalam teori Mead ini, yaitu mengenai

Page 88: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

71

masyarakat (society) dimana bagaimana mangulosi sebagai simbol

dalam membangun hubungan dalam masyarakat. Diri (self) pribadi yang

merefleksikan komunikasi yang dibangun melalui mangulosi. Dan pikiran

(mind) pemahaman makna dari simbol-simbol yang telah disepakati secara

bersama oleh orang-orang Batak terdahulu sampai sekarang.

Pada point pertama yaitu konsep mengenai komunikasi non verbal

masyarakat mengenai simbol-simbol yang ada dalam pernikahan adat

Batak jika dilihat dari teori Mead pada konsep pertama yaitu mengenai

masyarakat (society). Bisa ditarik dari hal tersebut bahwa dalam

komunikasi tersebut masyarakat Batak yang hadir dalam pernikahan adat

yang di selenggarakan di Gorga Mangampu Tua itu saling mendukung

keberlangsungan acara adat, berbaur, dan mengikuti sebagaimana

mestinya sesuai adat dalam acara tersebut bahwa ada pengakuan bahwa

mempelai wanita telah diterima dan sudah menjadi bagian dari adat

paranak (keluarga pihak laki-laki).

Dari hasil penelitian dan wawancara maka komunikasi Komunikasi

dalam hal ini meliputi komunikasi verbal melalui lisan dan juga

komunikasi non verbal melalui simbol-simbol. Ulos menjadi alat

komunikasi tersebut, dan diakui oleh seluruh masyarakat Batak yang hadir

bahwa diberikanlah doa-doa kepada pengantin dengan komunikasi verbal

yaitu melalui lisan lalu sampailah doa-doa yang dipanjatkan tersebut

kepada pengantin saat pengantin diulosi.

Page 89: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

72

Selanjutnya pada point kedua adalah mengenai diri (self), yaitu

bagaimana pengantin dan pemberi ulos merefleksikan diri bahwa

komunikasi melalui proses mangulosi diberi dan diterima. Sehingga doa-

doa dan harapan-harapan sipemberi ulos sampai kepada pasangan

pengantin. Juga sekaligus sebagai simbol bahwa dirinya (simempelai)

telah diterima dalam adat dan telah mejadi Batak yang lengkap setelah

pemberian ulos tersebut.

Setelah melalui hasil observasi dan wawancara, sipemberi ulos

merasa bahwa doa dan harapanya telah sampai dan doa-doa itu biar

menjadi pelindung. Ulos merupakan simbolis bahwa doa yang dipanjatkan

telah sampai dan didengar Tuhan untuk dikabulkan kepada simempelai.

Begitu pula pengantin merasa bahwa setelah diberi ulos doa-doa yang

telah diutarakan akan dikabulkan oleh Tuhan bersamaan dengan Ulos yang

menepi kepada keduanya saat disematkan.

Kemudian pada point ketiga yaitu mangulosi dalam konsep pikiran

(mind) dimana hal ini bisa dilihat mengenai bagaimana pengantin

memahami makna yang telah disepakati melalui wujud mangulosi dan

rangkaian sebelum proses tersebut. Pada hal ini ada kesamaan makna yang

diciptakan oleh si pengantin dengan keluarga yang hadir. Bahwa setelah

diadati, sipengantin telah tergenapi sebagai orang Batak yang lengkap.

Page 90: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

73

4.3.2 Peranan Komunikasi Simbol dalam Mangulosi

Sesuai yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya bahwa

simbol-simbol sangat berpengaruh kuat dalam proses komunikasi.

Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan

menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola, atau bentuk. Telah

dituliskan sebelumnya, Menurut Langer konsep adalah makna yang

disepakati sama-sama di antara pelaku komunikasi. Sebuah simbol adalah

sebuah instrument pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia

tentang suatu hal, sebuah simbol ada untuk untuk sesuatu.

Setelah melakukan penelitian di pesta adat pernikahan Lena dan

Loybert yang dilaksanakan di Gorga Mangampu Tua-Medan, pada

tanggal 10 Juni 2016 dengan menggunakan metode studi kasus maka

peneliti dapat melihat bahwa pada proses mangulosi ini jelas banyak

melibatkan simbol. Simbol tersebut memiliki peranan penting karena

merupakan hal yang telah disepakati turun temurun sebagai pesan non

verbal yang kemudian didukung dengan umpasa-umpasa yang

dipaparkan oleh raja parhata juga doa yang disampaikan oleh sipemberi

Ulos kepada sipengantin sebagai pihak yang menerima. Simbol-simbol

pada proses ini telah ada jauh sebelum manusia modern lahir dan

disepakati oleh generasi ke generasi untuk tetap setia kepada aturan

leluhur. Sehingga teori simbol yang diujarkan oleh Langer terlibat dalam

proses sakral tersebut.

Page 91: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

74

Simbol membawa pengaruh yang besar dalam proses pernikahan

adat ini, hal demikian terbukti dengan adanya simbol-simbol dari proses

rangkaian adat pernikahan Batak ini berlangsung. Hanya untuk

mendaptkan doa dan pengakuan.

Page 92: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

75

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan diatas maka dapat mengambil kesimpulan

yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa simbol-simbol yang terdapat dalam pernikahan Batak Toba

merupakan simbol-simbol komukasi non verbal yang memiliki makna

yang telah disepakati para leluhur dan dipahami hingga generas saat

ini. Adapun simbolsimbol dan makna tersebut adalah:

a. Sinamot: Menunjukan kemampuan dan harga diri dari keluarga

pihak paranak kepaa keluarga pihak parboru.

b. Indahan Sibuaibuhai: Makan bersama untuk memohon agar acara

adat disukseskan.

c. Acara Panyambutan: Sebagai makna dari penerimaan dengan suka

cita pihak paranak kepada pihak parboru.

d. Pemberian Boras dan dekke: Wujud gotong royong untuk

mensukseskan acara dan makna bahwa setelah paranak dan

parboru bersatu makan kedua keluarga harus saling memberi dan

menerima.

e. Pemberian Daging Jambar: Memiliki makna memberikan

kebahagiaan dan kemakmuran (kemapanan) kepada pihak parboru

agar keluarganya tenang bahwa paranak akan memberikan

kebahagiaan kepada pihak parboru.

75

Page 93: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

76

f. Pembagian daging Jambar: Mewujudkan rasa syukur kepada

Tuhan dan makna berbagi kesenangan.

g. Manortor (Menari tortor): Wujud kegembiraan.

h. Mangulosi: Wujud pengharapan dan doa-doa, suka cita, cita-cita

dan kasih sayang yang disimbolkan dengan pemberian ulos yang

mana ulos merupakan kain pelindung agar kelak doa-doa dan

harapan-harapan yang dicita-citakan kemudian akan menjadi

pelindung pernikahan mereka sampai ajal menjemput.

2. Bahwa ada keterkaitan antara teori Interaksi Simbolik yang diujarkan

oleh Mead dengan proses pernikahan adat mangulosi yaitu dalam

interaksi simbolik akan ada makna yang muncul dan tergambar oleh

komunikasi verbal ataupun komunikasi non verbal. Hal ini ditandai

dengan adanya nasihat, doa, dan keinginan yang dilontarkan keluarga

dan kerabat dalam pernikahan adat dan diiringi dengan simbol-simbol

yang telah disepakati sebelumnya dan dipahami bersama.

Teori Interaksi Simbolik melibatkan simbol-simbol yang dimengerti

maknanya yang berarti bahwa gerakan adalah hal yang menentukan.

Sebagaimana dalam mangulosi yang merupakan simbol yang

diwujudkan melalui gerak dan benda.

Tiga konsep utama pada interaksi simbolik yaitu Mind, Self dan

Society terbukti dalam adanya kesepakatan masyarakat bahwa

Page 94: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

77

seseorang akan diakui sebagai bagian dari masyarakat Batak apabila

telah mengikuti adat dan melengkapinya. Sehingga diwujudkanlah

oleh diri sendiri dalam menggenapkan dirinya sebagai orang Batak

dengan mengikuti segala bentuk adat karena pikirannya sendiri

menyepakati simbol dan makna tersebut bahwa dirina akan lengkap

jika mengikuti adat. Dan wujd akhirnya sebagai hasil, pasangan akan

diterima dimasyarakat setelah mengikuti adat.

3. Tradisi mangulosi yang murni kini mulai mengalami modifikasi

untuk dengan alasan efisiensi seperti mengganti ulos dengan material

lain dan menggelar pesta di gedung, ruma gorga, atau di gereja.

Bahkan beberapa kalangan justru telah meningalkan adat ini dengan

berbagai macam sebab. Karena percampuran budaya, pernikahan

lintas etnis, dan juga sebagian masyarakat Batak Protestan

menganggap bahwa dalam proses adat tersebut mengandung unsur

magis dan melibakan hal gaib. Namun penulis menilai bahwa tidak

ada sedikitpun unsur magis didalam adat pernikahan Batak Toba dan

hal tersebut adalah murni sebagai budaya. Mungkin memang pada

mulanya leluhur melaksanakan adat seperti demikian, namun seiring

berkembangnya zaman adat kini dipakai hanya ntuk menghormati

leluhur yang membuat adat tersebut dan dilestarikan oleh generasi ke

generasi hingga kini.

Page 95: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

78

5.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan dan deskripsi hasil penelitian, penulis mencoba

untuk memberi saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan rekomendasi yang

positif bagi masyarakat khususnya kalangan Batak. Saran yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Saran Praktis

a. Adat merupakan budaya dari leluhur yang menjadi tugas generasi ke

generasi untuk tetap memeliharanya. Karena tidak ada yang bisa

mempertahankan warisan nenek moyang selain kalangan Batak itu

sendiri.

b. Adat dapat disesuaikan dengan kondisi zaman dan situasi yang

berlaku tanpa mengurangi pemaknaan dari makna itu adat itu sendiri

untuk memudahkan pelakonnya, jadi adat tidak perlu ditinggalkan

secara total.

c. Ada baiknya simbol-simbol dan komunikasi yang terdapat dalam

adat disampaikan kepada setiap orang Batak melalui komunikasi

yang dilakukan oleh setiap keluarga kepada anggoa keluarganya itu

sendiri. Sehingga pembeajaran mengenai budaya dan adat dipeajari

dari keluarga masing-masing orang Batak agar budaya tetap

terpelihara.

d. Batak terkenal dengan sikapnya yang menaati adat, sehingga

diharapkan oang-orang Batak tetap mempertahankan keterkenalan

Page 96: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

79

tersebut dengan tidak terhasut oleh provokasi yang bisa melunturkan

kecintaan dan ketaan terhadap budayanya.

2. Saran Akademis:

a. Simbol-simbol dan komunikasi yang terdapat dalam budaya harus

dipelajari sehingga dapat dipahami oleh orang-orang yang terlibat

didalamnya, agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan

baik. Sehingga penulis berharap akan ada banyak akademis yang

tertarik mempelajari komunikasi budaya secara lebih mendalam agar

menumbuhkan sikap cinta budaya agar warisan leluhur tetap

terlestarikan ditengah era modern ini.

b. Diharap generasi muda mempelajari simbol-simbol, komunikasi

verbal dan non verbal serta teori interaksi simbol dalam kehidupan

nyata sehingga dapat dipahami kegunaan dan maksud dari hal tersebut

agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.

c. Dikarenakan penelitian ini hanya berbatas pada penelitian lingkup

Kota Medan, maka penelitian selanjutnya diharap dapat meneliti di

tempat lain yang penduduk suku Batak adalah merupakan minoritas di

tempat tersebut. Sehingga bisa menghasilkan penelitian yang lebih

baik lagi.

Page 97: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

80

Daftar Pustaka

Mulyana , Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. 2005, Komunikasi Antar Budaya:

Panduang Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Remaja

Rosdakarya, Bandung

Sitanggang , JP. 2014, Batak Na Marserak, Maradat Adat Na Niadathon,

Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Silitonga , Pdt. Saut HM. 2010, Manusia Batak Toba (Analisis Filosofis

tentang Esensi dan Akulturasi Dirinya), MGU, Jakarta.

Mustopo, M. Habib. 1983, Ilmu Budya Dasar Kumpulan Essay-Manusia dan

BudayaUsaha Nasional, Surabaya.

Bungin, Burhan. 2007, Penulisan Kualitatif, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta.

Mulyana , Deddy. 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Sihombing, T.M. 1989, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat, C.V. Tulus

Jaya, Jakarta.

Sobur, Alex. 2004, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono,. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Alfabeta,

Bandung.

www.semedan.com

www.digilib.ui.ac.id

www.etnomusikologiusu.com

www.digilib.mercubuana.ac.id

Page 98: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

81

LAMPIRAN I

Transkrip Wawancara

Page 99: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

82

Transkrip Wawancara “Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam

Pernikahan Adat Suku Batak Toba”

Transkrip Wawancara Informan 1

Nama Informan : Manupan Siburian (Opung Michelle)

Hari/tanggal : Senin, 13 Juni 2015

Waktu : 09.00 WIB

Lokasi : Jl. Menteng VII Gang. Haji No. 12

Keterangan:

P: Peneliti

I1: Informan pertama

P: Horas opung, untuk keperluan penelitian maka saya membutuhkan

informasi terkait pernikahan adat dan proses-proses ddalamnya untuk

memperkuat penelitian dilapangan yang sudah saya lakukan dalam

upacara adat paa pernikahan Bou Lena tangal 10 kemarin. Berkenaah

opung untuk diwawancarai terkait itu?

I1: Horas pung, ya silakan dengan senang hati.

Page 100: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

83

P: Kita mulai wawancaranya ya pung, mohon izin untuk mencatat seluruh

isi dari wawancara ini.

I1: Iya pung, iya silakan.

P: Bagaimana proses sebelum mangadati atau pesta adat dalam

pernikahan batak toba?

I1: Pada hari atau tanggal yang telah disepakati keluarga kedua belah

pihak pengantin pria dan wanita hadir di rumah orang tua pengantin

perempuan bersama keluarga kedua belah pihak mengadakan acara

makan bersama Indahan sibuhaibuhai namanya. Sibuhaibuhai artinya doa

kepada tuhan agar pelaksanaannya pernikahan ini diberkati dan

disukseskan, begitu pung. Nah terus penantin itu pergilah sama seluaruh

keluarganya ke gereja kaya hari itu kita kesana kan ke HKBP Simpang

Limun untuk melakukan acara pemberkatan. Barulah ke wisma dan

melakukan acara adat itu. Sebelumnya ada itu namanya proses martupol,

atau pembeian sinamot atau harga untuk pengantin perempuan yang

dilakukan sebelum acara adat diberlangsungkan. Biasanya seminggu

sebelum pesta adat.

P: Bagaimana sejarah pernikahan itu sendiri pung?

I1: Jadi ini merupakan budaya yang diwariskan dari nenek moyang

terdahulu. Kalau sekarang sudah di gorga atau gedung atau ada juga yang

di gereja melaksanakan acara adat tersebut. Kalau dulu itu dilaksanakan

di lapang terbuka. Maksud nenek moyang menggunakan ulos sebagai

simbol adalah ulos merupakan kain khas batak dan sebagai perlindung

Page 101: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

84

sehingga adalah pesan yang disampaikan agar kemudian pernikahan itu

dilindungi dan diberkati oleh Tuhan. Lalu karena baguslah pesan yang

dimaksudkan oleh nenek moyang itu makanya dipakai lah sampai

sekarang dan seterusnya.

P: Bagaimanakah simbolsimbol yang terdapat dalam pernikahan adat

batak?

I1: Sinamot: Menunjukan kemampuan dan harga diri dari keluarga pihak

paranak kepada keluarga pihak parboru.

Indahan Sibuaibuhai: Makan bersama untuk memohon agar acara adat

disukseskan.

Acara Panyambutan: Sebagai makna dari penerimaan dengan suka cita

pihak paranak kepada pihak parboru.

Pemberian Boras dan dekke: Wujud gotong royong untuk mensukseskan

acara dan makna bahwa setelah paranak dan parboru bersatu makan

kedua keluarga harus saling memberi dan menerima.

Pemberian Daging Jambar: Memiliki makna memberikan kebahagiaan

dan kemakmuran (kemapanan) kepada pihak parboru agar keluarganya

tenang bahwa paranak akan memberikan kebahagiaan kepada pihak

parboru.

Pembagian daging Jambar: Mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan dan

makna berbagi kesenangan.

Manortor (Menari tortor): Wujud kegembiraan.

Page 102: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

85

Mangulosi: Wujud pengharapan dan doa-doa, suka cita, cita-cita dank ash

sayang yang disimbolkan dengan pemberian ulos yang mana ulos

merupakan kain pelindung agar kelak doa-doa dan harapan-harapan yang

dicita-ciakan kemudian akan menjadi pelindung pernikahan mereka

sampai ajal menjemput.

P: Seberapa pentingnyakah mangulosi dalam tradisi pernikahan adat?

I1: Dalam adat semua rangkaiannya adalah satu dan berhubungan satu

sama lain. Dengan melalui keseluruhan adat ini maka diakuilah dalam

adat dan jadilah mereka sebagai manusia batak yang lengkap. Jika tidak

melaksanakan adat batak maka dia diasingkan dan tidak diterima dalam

adat dan tidak bisa mnegikuti adat.

P: Adakah modifikasi dalam pernikahan adat batak?

I1: Ada misalnya itu tadi sekarang pesta dakukan di gedung, gorga, atau

gereja. Menyesuaikan karena gak ada lagi tempat tanah lapang yang kaya

dahulu kala. Susah kan? Apa lagi di kota, udah payah itu. Selain itu

sekarang itu proses pemberian ulos udah gak mesti berates-ratus elai kaa

dulu. sudah dibatasi keluarga saja yag memberikan ulos. Tamu itu sudah

di ganti dengan uang. Disesuaikan dengan kebutuan dan efesiensi.

P: Opung kan sebagai raja parhata ya, nah sebenrnya apa sih pung tugas

dari raja parhata?

I1: Tugasnya itu sebagai jubir dalam pernikahan adat batak, dia lah yang

paling paham proses berjalannya adat itu. Raja parhata haruslah semarga

Page 103: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

86

dari masing-masing mempelai pengantin dan merupakan kerabat masing-

masing mempelai.

P: Baik opung, terimakasih telah meluangkan waktu untuk diwawancara.

Mauliate godang da!

I1: Sama-sama nang.

Page 104: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

87

Transkrip Wawancara “Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam

Pernikahan Adat Suku Batak Toba”

Transkrip Wawancara Informan 2

Nama Informan : dr. Loybert Nainggolan (Amang Samuel)

Hari/tanggal : Selasa, 14 Juni 2015

Waktu : 16.00 WIB

Lokasi : Jl. Menteng VII Gang. Sepakat No. 10 Medan

Keterangan:

P: Peneliti

I2: Informan 2

P: Hallo Amang Boru, maaf mengganggu waktunya sebentar. Izin

wawancara untuk bahan penelitianku tentang pernikahan adat Batak.

I2: Iya silakan. Dengan senang hati.

P: Dari informasi yang aku tau, amang boru kan sama bou Lena sudah 16

tahun menikah. Nah, apa yang menjadi alasan amang boru mengadakan

pesta adatnya baru pada tangal 10 Juni kemarin?

Page 105: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

88

I2:Oh iya, benar. Itu karena memang pada saat itu kami belum ada biaya

untuk memenuhi adat pesta. Karena memang yang diinginkan pesta

adatnya baik. Jadi tunggulah ada uang dulu, baru kemudian nanti jika ada

baru diadati. Tuhan baru kasih rejeki tahun ini dan kami memutuskan

untuk diadati kemarin.

P: Lalu ditengah kemodernan sekarang apa yang menjadi alasan amang

boru untuk mengikuti adat?

I2: Kami sebagai orang Batak haruslah taat adat. Itu juga merupakan

wujud terima kasih kepada Tuhan karena kami sampai saat in masih

dipersatukan. Semoga seterusnya dan selamanya. Untuk itu mesti diadati,

agar diberkati. Apalagi dalam adat Batak pada saat dimangulosi maka

didoakanlah kami sebagai pasangan, itu yang kami harapkan. Agar

semuanya baik. Baik dimata adat, dan juga baik di mata keluarga. Dengan

begitu pastilah baik di hadapan Tuhan.

P: Apa hubungannya rasa syukur dengan pesta adat?

I2: Lho itu kan kita makan bersama, berkumpul bersama keluarga,

didoakan, mengharapkan berkat Tuhan. Itu semuakan dalam bentuk yang

positif tidak ada yang negative, kita berbuat yang baik-baik itu kan

artinya tanda syukur. Macam di Muslim juga kan, ada syukuran. Gak jauh

beda lah dengan itu. Ini juga syukurannya orang Batak kan gitu hehe.

Ditalnya dalam adat ini, bentuk syukurnya semuanya melalui simbol dari

makan bersama dalam Indahan Sibuhaibuhai, lalu acara pemberkatan di

gereja, makan bersama, pembagian jambar, sampai dengan mangulosi. Itu

Page 106: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

89

semuanya selain untk membahagiakan dan makna-makna lain yang

terdapat didalanya juga merupakan wuud syukur kami.

P: Sebagai pelaku dalam pernikahan adat, apakah harus mengetahui apa

makna-makna dari simbol-simbol yang terdapat dalam adat?

I2: Tentu harus tau, karena akan sia-sia nantinya kalau kita gak tau apa

dan bagaimana adat itu berlangsung. Arena tau bahwasanya maknanya

bagus makanya dibuat adat itu.

P: Bagaimana pengakuan masyarakat setelah melakukan adat?

I2: Dalam budayanya Batak itu kan memang semuanya serba adat ya, dari

kita lahir, meninggal, menikah, mempunyai anak itu semuanya ada

adatnya. Nah kalau lah kita lahir diadati, kalau punya hidup baru gak

diadati macam mana? Biar semuanya pakai adat biar kami merasa

tergenapi, biar gak malu kalau kita datang ke pesta adat. Biar dakui kita

dalam adat itu. Selain itu kita kan manusia, biar tinggi harkat kita kalau

kita jadi manusia yang menjunjung adat istiadat. pernikahan yang belum

diadati adalah tidak sempurna dikalangan suku Batak sehingga pada lintas

waktu yang cukup lama pun keduanya haruslah melaksanakan adat sesuai

dengan yang dititipkan oleh para orang Batak terdahulu.

P: Bagaimana perasaan amang boru dan bou setelah diadati?

I2: Lega, dan suka cita, akhirnya hutang selama 16 tahun dapat

direalisasikan. Kami bersyukur.

Page 107: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

90

P: Terima kasih amang boru atas waktunya, maaf nih baru pulang kerja

langsung ditodong wawancara. Makasih ya amang boru, semoga selalu

dalam lindungan Tuhan dan pernikahanya selalu diberkati.

I2: Begitu pula Mutia. Sama-sama.

Page 108: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

91

Transkrip Wawancara “Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalam

Pernikahan Adat Suku Batak Toba”

Transkrip Wawancara Informan 3 (Informan Pendukung)

Nama Informan : Rudi Parlindungan (Amang Gilbert)

Hari/tanggal : Rabu, 15 Juni 2015

Waktu : 10.00 WIB

Lokasi : Jl. Menteng VII Gang. Ikhlas No. 7 Medan

Keterangan:

P: Peneliti

I3: Informan 3

P: Horas Uda Rudi, aku boleh wawancara untuk keperluan penelitianku

da?

I3: Boleh Tia, silakan.

P: Uda kan dalam acaranya Bou Lena menyematkan ulos untuk

mempelai. Nah kenapa uda yang berperan?

Page 109: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

92

I3: Uda ini kan Hula-hula jadi memang begitulah tugas hula-hula ini

untuk menggantikan peran dari Orang Tua. Mamak Bapak kan udah

meninggal. Jadi kami lah yang harus mewakili doa dari mamak an bapak

kami. Dalam acara itu yang menguluskan itu Uda dan Inang Uda, terus

Abangku Si Ridwan dan Isterinya. Karena kami dual ah ganti Orang tua

kami.

P: Mangulosi kan sebagai simbol, sebenarnya apa kah yang menjadi

makna dari ulos yang diberikan oleh Hula-hula?

I3: Sebagai doa-dan pengharapan. Pas kami mangulosi kana da umpasa

yang kami sebutkan untuk si Lena, itu lah maksudnya doa. Itu lah maksud

dari mangulosi ini.

P: Apa yang menjadi doa Uda dalam mangulosi itu?

I3: Yang dikatakan Uda? Jadi sebelum uda memberi ulos ini lah yang uda

katakan: Lena, jangan kau berkecil hati gak ada Bapak sama Mamak

dipesta adat ini, tapi aku yakin mamak dan bapak hadir dalam acara pesta

ini. Kau baik-baik jadi isteri, semoga selalu diberkati kau dalam segala

hal. Semoga sukses bere kita Samuel. Sehat-sehat kau, bahagia. Tuhan

memberkati pesta mu. Buat kau juga Loybert, ku titip lah adik ku si

Lena, kasihi dia, cintai dia sebagaimana seharusnya suami mencintai dan

mengasihi isterinya. Semoga lancar kerjaanmu, semoga selalu bahagia

kalian dua. Tuhan memberkati. Baru lah uda ulosi mereka.

P: Apakah dengan memberi ulos doa dan harapan telah tersampaikan?

Page 110: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

93

I3: Ya, pemberian ulos itu adalah simbol bahwa doa itu tersampaikan.

P: Oh begitu. Terima kasih uda, semoga Tuhan mengabulkan segala doa

uda pada pernikahan.

I3: Ok Boru. Sama-sama.

Page 111: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

94

LAMPIRAN II

Dokumentasi

Page 112: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

95

Gbr. Perikahan adat Batak Toba Pada Proses Pemberian Sisa Sinamot Dari

PihakParanak Kepada Pihak Parboru (doc. Peneliti)

Gbr.Manortor dan pemberian uang pada keluarga yang telah memberi Ulos (Doc.

Peneliti)

Page 113: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

96

Gbr. Peneliti berpoto bersama Opng Michelle Usai Wawancara (doc.

Peneliti)

Gbr. Pemberian doa kepada Dekke (ikan) yang diberian oleh parboru untuk

keluarga parana (doc. Peneliti)

Page 114: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

97

Gbr. Bersama Lena, Loybert, dan Samuel. Seusai wawancara dengan

Lobert.

(doc. Peneliti)

Gbr. Bersama Rudi pada pernikahan adat Lena dan Loybert.

(doc. Peneliti

Page 115: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

98

Page 116: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

99

Page 117: Proses Penyematan Ulos (Mangulosi) dalamrepository.fisip-untirta.ac.id/785/1/SKRIPSI - Copy.pdf · Dalam Perspektif Interaksi Simbolik pada Pernikahan Batak Toba di Gorga Mangampu

100

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama Lengkap : Mutia Nurdalilah Simatupang

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 23 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Taman Lopang Indah Blok FU 4 No. 3

Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang

Serang, Banten

Nomor Telepon : 0813-1290-8767

Alamat Email : [email protected]

Twitter : @RahelMutia

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

2000 – 2003 : SD Negeri Lontar Baru Serang

2003 – 2006 : SD Negeri 1 Cibeber Tasikmalaya

2006 – 2009 : SMP Swasta Primbana, Medan

2010 – 2012 : SMA Swasta Wage Rudolf Supratman 2 Medan

2012 – 2016 : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa – Ilmu

Komunikasi (Konsentrasi Jurnalistik)

PENGALAMAN ORGANISASI

2012 – 2014 : LPM Orange FISIP-Untirta

2013 – 2015 : Crew UNTIRTA TV