proses penyelesaian perkara desersi secara in …eprints.ums.ac.id/71869/9/naspub.pdfmemasuki dinas...

16
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: KRISNA SIDIQ HARU SUPRAPTO C100130195 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019 PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENTIA DI PENGADILAN MILITER (Studi Kasus di Pengadilan Militer III-13 Madiun)

Upload: haduong

Post on 18-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

1

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

KRISNA SIDIQ HARU SUPRAPTO

C100130195

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN

ABSENTIA DI PENGADILAN MILITER

(Studi Kasus di Pengadilan Militer III-13 Madiun)

Page 2: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian
Page 3: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENTIA DI PENGADILAN MILITER

(Studi Kasus di Pengadilan Militer III-13 Madiun)

Page 4: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian
Page 5: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

1

PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN

ABSENTIA DI PENGADILAN MILITER

Abstrak

Tindak pidana desersi memiliki ciri utama yaitu ketidakhadiran tanpa izin

yang dilakukan oleh seorang militer pada suatu tempat yang ditentukan

baginya, dimana militer tersebut seharusnya berada pada kesatuan untuk

melaksanakan kewajiban dinas. Ketidakhadiran tersebut dapat berupa

berpergian pada suatu tempat, menyembunyikan diri, menyebrang kemusuh,

memasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan

sengaja.proses penyelesaian perkara tindak pidana desersi seringkali

ditemukan beberapa kendala, yaitu salah satunya yang melakukan tindak

pidana desersi tidak dapat ditemukan yang menyebabkan proses

pemeriksaan dilakukan tanpa hadirnya (in absentia).in absentiayaitu

pemeriksaan yang dilakukan dilakukan supaya perkara tersebut segera

diselesaikan dengan cepat demi tegaknya disiplin prajurit dalam rangka

menjaga keutuhan pasukan. Termasuk dalam hal pelimpahan perkara yang

nya tidak diperiksa karena sejak awal melarikan diri dan tidak diketemukan

lagi dalam waktu 6 (enam) bulan berturut-turut terhitung sejak tanggal

pelimpahan berkas perkara ke pengadilan.

Kata kunci: desersi, in absentia, peradilanmiliter

Abstract The crime of desertion has the main characteristic of being absent without

permission from a military officer at a place determined for him, where the

military should be in a unit to carry out official duties. This absence can take

the form of traveling somewhere, hiding yourself, crossing an enemy,

entering another country's military service, or leaving him intentionally. the

process of settling desertion cases is often found to be several obstacles,

namely one of them who commits a crime of desertion cannot be found

which causes the inspection process to be carried out without being present

(in absentia). in absentia, namely the examination carried out so that the

case is immediately resolved quickly for the sake of the discipline of

soldiers in order to maintain the integrity of the troops. Including in the case

of delegation of cases which were not examined because they had fled from

the start and were not found again in 6 (six) consecutive months from the

date of delegation of case files to the court.

Keywords : desertation, in absentia, military justice

1. PENDAHULUAN

Istilah militer berasal dari kata “miles” yang dalam bahasa Yunani berarti

seseorang yang dipersenjatai dan disiapkan untuk melakukan pertempuran-

Page 6: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

2

pertempuran atau peperangan terutama dalam rangka pertahanan dan

keamanan negara.1 Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah ujung tombak

pertahanan negara Indonesia, yang bertugas untuk menghalau ancaman dari

luar maupun dalam negeri. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga

negara yang dipersiapkan dan dipersenjatai untuk tugas-tugas pertahanan

negara guna menghadapi ancaman militer maupun bersenjata.2

Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara

Nasional Indonesia yang menyebutkan bahwa tugas pokok prajurit TNI

adalah menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945, serta melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan

terhadap keutuhan bangsa dan negara Indonesia.3

Berdasarkan keterangan diatas sudah jelas bahwa kedudukan TNI

sangatlah diandalkan oleh masyarakat Indonesia di bidang pertahanan dan

keamanan. Namun pada kenyataannya banyak sekali prajurit TNI, baik dari

Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU)

yang melakukan tindak pidana yang merugikan bagi dirinya sendiri, orang

lain, dan tentu saja Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tindakan yang

dilakukan tidak mencerminkan kedisiplinan dari seorang prajurit TNI dalam

menjalankan tugas yang tentunya berdampak pada kepercayaan masyarakat

terhadap prajurit TNI itu sendiri.

Setiap anggota TNI harus tunduk dan taat terhadap ketentuan-

ketentuan hukum yang berlaku bagi Militer yaitu Kitab Undang-undang

Hukum Pidana Militer yang selanjutnya disebut KUHPM, Kitab Undang-

Undang Hukum Disiplin Militer yang selanjutnya disebut KUHDM, dan

Peraturan Disiplin Militer yang selanjutnya disebut PDM dan peraturan

peraturan lainnya. Peraturan hukum militer inilah yang diterapkan kepada

1S.R. Sianturi,. 2010, Hukum Pidana Militer Di Indonesia, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum

Tentara Nasional Indonesia, Hal.28. 2Lihat pasal 1 ayat ( 21) Ketentuan Umum UU Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional

Indonesia. 3Lihat pasal 7 ayat ( 1) UU Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.

Page 7: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

3

semua prajurit TNI, baik Tamtama, Bintara, maupun Perwira yang

melakukan tindakan yang merugikan kesatuan masyarakat umum, dan

negara yang tidak terlepas dari peraturan lainnya yang berlaku juga bagi

masyarakat umum.

Apabila ada prajurit yang tidak memenuhi peraturan-peraturan yang

ada maka prajurit tersebut disebut melakukan tindak pidana. Salah satu tidak

pidana yang dikategorikan tindak pidana murni adalah tindakan desersi.

Macam-macam tindak pidana murni prajurit dalam Pasal 87 KUHPM yaitu

(1) meninggalkan dinas dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, (2) meninggalkan

tugas-tugas yang diperintahkan, (3) melarikan diri dari kesatuan tugasnya

selama pertempuran baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak

sengaja tanpa seizin komandannya. Mengenai proses pemidanaannya

berdasarkan Pasal 85 KUHPM, seorang prajuritdapat dijatuhi hukuman

kedisiplinan, kurungan hingga pemecatan dari dinas militer.4

Untuk melaksanakan proses hukuman bagi anggota TNI yang telah

melakukan desersi diperlukan sebuah lembaga hukum militer yang khusus

menangani anggota TNI yang terlibat hukum yaitu melalui hukum militer.

Hukum militer yang dimaksudtersebut diatas yaitu Peradilan Militer yang

meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer

Utama, dan Pengadilan Militer Pertempuran.5

Saat ini tindak pidana desersi merupakan salah satu tindak pidana

yang seringkali dilakukan dalam kesatuan militer, dimana seorang prajurit

seringkali meninggalkan kesatuan tanpa alasan yang sah dan tanpa izin dari

atasan.

2. METODE

Menurut Tyrus Hillway, penelitian adalah suatu metode ilmiah yang

dilakukan melalui penyelidikan yang seksama dan lengkap, terhadap semua

bukti-bukti yang dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan tertentu,

4Anisa Nurchassana Utomo, Idha Sri Suryani, dkk, 2016, “Jurnal Hukum Verstex dengan judul

Pembuktian Dakwaan oditur Militer Dalam Pemeriksaan Secara In Absensia Pada persidangan

Perkara Desersi Di Masa Damai (PUTUSAN P.M II-09 Bandung Nomor : 105-K/PM.II-

09/AU/VI/2014)” 5Moch. Faisal Salam, 2002, Hukum Acara Pidana Militer di Indonesia, Bandung, Mandar Maju,

Hal.223.

Page 8: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

4

sehingga dapat diperoleh suatu pemecahan bagi permasalahan itu.6 Adapun

mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan yang bersifat normatif empiris, karena penelitian

ini mengkaji aturan-aturan penegakan hukum terhadap tindak pidana desersi

dengan melakukan inventarisasi dan sinkronisasi baik vertikal maupun

horizontal. Namun demikian untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan

dapat dipertanggungjawabkan secara empiris, dilakukan dengan mengkaji

pandangan masyarakat dalam memberikan opini atau pendapat mengenai

tindak pidana desersi.Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitis7 yakni

dalam penelitian ini penulis bermaksud mendeskripsikan dan menganalisis

regulasi tentang Proses Penyelesaian Perkara Desersi secara In absentia di

Pengadilan Militer, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas

mengenai permasalahan tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaturan Hukum Tehadap Proses Penyelesaian Tindak

PidanaDesersi Secara In Absentia

Tindak pidana desersi merupakan tindakan yang dilakukan oleh prajurit TNI

dimana meninggalkan kesatuan tanpa izin yang sah dari atasan yang

berwenang. Tindak pidana desersi juga merupakan tindak pidana murni,

dimana tindak pidana militer murni adalah tindak pidana yang hanya

dilakukan seorang militer, karena sifatnya secara khusus militer.8Hukum

pidana militer disebut khusus dengan pengertian untuk membedakan

denganhukum acara pidana pidana umum yang berlaku bagi setiap orang.

Hukum pidana militer juga memuat peraturan-peraturan yang

menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah diatur di dalam hukum

acara pidana umum dan hanya berlaku bagi golongan khusus (militer) atau

orang-orang karena peraturan perundang-undangan ditujukan padanya.9

6Khuzaifah Dimyati & Kelik Wardiyono, 2008, Metode Penelitian Hukum, Surakarta : Fakultas

Hukum universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal. 1. 7Husaini Usman dan Purnomo Setiadyakbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, Hal. 130. 8Amirodin sjarif, Op Cit, Hal. 3 9Moch Faisal Salam (II), Op Cit, Hal. 27

Page 9: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

5

Lebih lanjut tindak pidana desersi sendiri diatur dalam Kitap

Undang-undang Hukum Pidana Militer yang terdapat pada Pasal 87 dan

Pasal 89 KUHPM, berikut kutipan dari pasal tersebut :

Pasal 87

(1) Diancam Karena desersi, militer :

Ke-1 yang pergi dengan maksud menarik diri untuk selamanya dari

kewajiban-kewajiban dinasnya, menghindari bahaya perang,

menyebrang ke musuh, atau memasuki dinas militer pada

suatu negara atau kekuasaan lain tanpa dibenarkan untuk

itu;

Ke-2 Yang karena salahnya atau dengan sengaja melakukan

ketidakhadiran tanpa izin dalam waktu damai lebih dari tiga

puluh hari, dalam waktu perang lebih lama empat hari;

Ke-3 Yang dengan sengaja melakukan ketidakhadiran tanpa izin

dan karena tidak ikut melaksanakan sebagian atau

seluruhnya dari suatu perjalanan yang diperintahkan, seperti

yang diuraikan pada Pasal 85 ke-2.

(2) Desersi yang dilakukan dalam waktu damai, diancam dengan

pidana penjara maksimum dua tahun delapan bulan.

(3) Desersi yang dilakukan dalam waktu perang, diancam dengan

pidana penjara maksimum delapan tahun enam bulan.

Pasal 89

Diancam pidana mati, penjara seumur hidup atau sementara

maksimum dua puluh tahun;

Ke-1 Desersi ke musuh;

Ke-2 (diubah dengan undang No. 39 Tahun 1947) desersi dalam waktu

perang, dari satuan pasukan, perahu laut atau pesawat

terbangyang ditugaskan untuk dianas pengamanan, ataupun dari

suatu tempat atau pos yang diserang atau terancam serangan

oleh musuh.

Page 10: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

6

Tindak pidana desersi memiliki ciri utama yaitu ketidakhadiran

tanpa izin yang dilakukan oleh seorang militer pada suatu tempat yang

ditentukan baginya, dimana militer tersebut seharusnya berada pada

kesatuan untuk melaksanakan kewajiban dinas.

3.2 Proses Penyelesaian Perkara Desersi secara In Absentia di

Pengadilan Militer

Berdasarkan hasil wawancara penulis yang dengan Letnan Kolonel Chk

Moch. Suyanto, S.H,.M.H selaku Kepala Pengadilan Militer III-13

Madiun, bahwa yang menjadi alasan dilanjutkannya suatu pemeriksaan

perkara in absentia adalah untuk memberikan putusan yang

berkekuatan hukum tetap terhadap perkara tersebut yang nantinya

memiliki kepastian hukum bagi. Berikutproses penyelesian tindak

pidana desersi secara in absentia di Pengadilan Militer sebagai berikut:

3.2.1 Tahap penyidikan

a) Adanya suatu penyelidikan dan penyidikan dapat diproses jika

adanya pengaduan dari atasan atau laporan dari ankum. Dari

adanya laporan itu dapat diajukan langsung kepada Polisi

Militer.

b) Hasil penyidikan kemudian dituangkan ke dalam berita acara

pemeriksaan

c) Berita acara pemeriksaan tersebut kemudian dilimpahkan

kepada Oditur Militer untuk diperiksa apakah hasil penyidikan

sudah lengkap atau belum. Apabila berkas sudah lengkap,

penyidik wajib segera menyerahkan kepada Perwira Penyerah

Perkara (Papera).

3.2.2 Tahap penyerahan perkara

a) Tahap penyerahan perkara diserahkan kepada papera, setah itu

papera akan menentukan apakah perkara tersebut diajukan ke

Pengadilan Militer atau cukup dengan sidang disiplin militer

saja.

Page 11: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

7

b) Papera yang sudah menentukan untuk diajukan di pengadilan

militer kemudian membuat surat keputusan penyerahan

perkara yang dikirimkan ke Oditur Militer, tetapi apabila

papera tidak setuju untuk diajukan ke Pengadilan Militer maka

Oditur Militer dapat membuat surat keberatan yang ditujukan

kepada Pengadilan Militer Utama, setelah itu Pengadilan

Militer Utama menentukan berkas tersebut dilimpahkan atau

tidak ke Pengadilan Militer.

c) Perkara yang sudah memenuhi persyaratan dapat diajukan ke

Pengadilan Militer beserta BAP dan surat keputusan

penyerahan perkara dari papera.

3.2.3 Tahap Pemeriksaan sidang di Pengadilan Militer III-13 Madiun.

Proses pemeriksaan perkara desersi pada umumnya sama

dengan proses pemeriksaan perkara pidana lainnya. Pada sidang

pertama, dibuka oleh hakim ketua diikuti dengan ketukan palu 3

(tiga) kali. Prosses pemeriksaan perkara desersi secara in absentia

dalam persidangan, Oditur Militer harus terlebih dahulu melakukan

pemanggilan terhadap terdakwa 3 (tiga) kali berturut-turut secra

sah untuk hadir di dalam persidangan.

Persidangan pertama dan kedua masih belum dapat

dinyatakan sebagai persidangan perkara desersi secara in absentia.

Persidangan perkara desersi dapat dinyatakan in absentia, apabila

pada saat pemanggilan ketiga, terdakwa tatap tidak hadir dalam

persidanngan. Maka dari itu hakim ketua menyatakan persidangan

dilakukan secara in absentia diikuti dengan ketukan palu 1 (satu)

kali. Selanjutnya pemeriksaan terhadap saksi harus dihadiri dan

didengarkan oleh terdakwa, karena terdakwa mempunyai hak untuk

menyangkal terhadap keterangan saksi tersebut.

Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang

Peradilan Militer Pasal 182 ayat (5) maka sesudah pemeriksaan

dinyatakan ditutup, hakim mengadakan musyawarah secara

tertutup dan rahasia. Pelaksanaan musyawarah didasarkan pada

Page 12: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

8

surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan

persidangan.

3.3 Kendala yang Dihadapi Pengadilan Militer III-13 Madiun

dalam Menyelasaikan Perkara Tindak Pidana Desersi

Secara In Absentia

Berdasarkan diatas, peradilan in absentiayang dalam proses

persidangan tidak dapat dihadirkan dalam persidangan, maka dari

ketidakhadiran proses pemeriksaan dapat berjalan dengan lebih

baik atau sebaliknya proses pemeriksaan atau proses persidangan

akan menemui beberapa kendala. Berdasarkan hasil penelitian

penulis yang dilakukan di Pengadilan Militer III-13 Madiun

diperoleh kendala-kendala dalam penyelesaian perkara desersi

secara in absentiayaitu sebagai berikut:10

(1) Proses persidangan yang dilaksanakan tanpa dihadiri terdakwa

menjadikan dalam memutus perkara tersebut hanya berdasarkan

keyakinan dan didukung dengan beberapa alat bukti yang sah

tanpa dapat mendengarkan keterangan yang langsung dari si

pelaku/terpidana sehingga putusan yang dijatuhkan oleh

Pengadilan Militer tentu saja kurang sempurna atau dapat

dikatakan tidak adil bagi terpidana yang akan menyulitkan dalam

pelaksanaan hukuman.

(2) Pelaksanaan putusan dalam perkara desersi secara in absentia

sulit untuk segera dilaksanakan, dimana terpidana yang dalam

status desersi melalui pihak Polisi Militer melaksanakan

pencarian guna kemudian ditangkap dan ditahan untuk kemudian

melaksanakan hukumannya sesuai dengan putusan , akan tetapi

karena terpidana belum dapat ditangkap maka pelaksanaan

hukumannyapun akan terbengkalai.

(3) Keterlambatan surat jawaban pemanggilan dari kesatuan oleh

pengadilan.

10Mayor Sus Wing EkoJoedhaHarijanto, S.H, MiliterPengadilanMiliter III-13 Madiun,

WawancaraPribadi, Madiun 23 Oktober 2018 Pukul 10.30 WIB

Page 13: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

9

(4) yang disidik secara in absentia hadir dalam persidangan dengan

alasan surat pemanggilan sidang tidak sampai atau salah alamat

karena yang bersangkutan sudah pindah kesatuan dengan

demikian proses pemeriksaan harus ditunda dan berkas perkara

hasil penyidikan yang dilakukan secara in absentia tersebut

dikembalikan kepada Penyidik untuk diperiksa ulang secara

biasa.

3.4 Tindak Pidana Dersesi Menurut Perpekstif Syariah

Pada dasarnya hukum islam tidak begitu mengatur tindak pidana

desersi, namun hukum islam mengatur kaum muslimin yang

meninggalkan atau lari dari peperangan. Perbuatan tersebut

berkaitan dengan Pasal 87 Kitap Undang-undang Hukum Pidana

Militer. Jika kaum muslimin ditakdirkan bertemumusuh, makaia

wajib bersabar dan tidak boleh lari dari medan perang. Rasûlullâh

Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda:

Wahai manusia, janganlah kamu mengharapkan

bertemumusuh, tetapi mohonlah keselamatan kepada Allâh. Jika

kamu bertemumusuh, maka bersabarlah dan ketahuilah bahwa

surge itu di bawah naungan pedang. (HR. Bukhari, No. 3024;

Muslim, No. 1742)

Dan lari dari medan perang termasuk tujuh dosa yang

membinasakan. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits :

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu‘alaihiwasallam

,Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!”

Mereka (parasahabat) bertanya: “Wahai Rasûlullâh, apakah itu?”

Beliau Shallallahu‘alaihiwasallam menjawab, “Syirik kepada

Allâh; sihir; membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan

haq; memakan riba; memakan harta anak yatim; berpaling dari

perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita

merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang

Page 14: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

10

bersih dar izina”. [Hadits Shahih Riwayat Al-Bukhâri, No: 3456;

Muslim, No: 2669]

Karena begitu besar akibat yang akan ditimbulkan oleh

sikap lari dari medan perang, maka Allâh Azza wa Jalla

memberikan ancaman berat terhadap pelakunya. Allâh Azza wa

Jalla berfirman Ancaman tersebut adalah mendapatkan murka

Allâh Azza wa Jalla dan tempatnya adalah neraka.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pertama, tindak pidana desersi termuat dalam Pasal 87 dan 89 Kitap

Undang-undang Hukum Pidana Militer, sedangkan mengenai tindak

pidana desersi yang dalam proses pemeriksaannya secara in absentia

diatur dalam Pasal 141 ayat (10) dan Pasal 143 Undang-undang Nomor

31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.

Kedua, proses pemeriksaan perkara desersi pada umumnya sama

dengan proses pemeriksaan perkara pidana lainnya. Pada sidang pertama,

dibuka oleh hakim ketua diikuti dengan ketukan palu 3 (tiga) kali..

Persidangan pertama dan kedua masih belum dapat dinyatakan sebagai

persidangan perkara desersi secara in absentia. Persidangan perkara

desersi dapat dinyatakan in absentia, apabila pada saat pemanggilan

ketiga, terdakwa tatap tidak hadir dalam persidanngan. Maka dari itu

hakim ketua menyatakan persidangan dilakukan secara in absentia

diikuti dengan ketukan palu 1 (satu) kali.

Ketiga, proses persidangan yang dilaksanakan tanpa dihadiri

terdakwa menjadikan hakim dalam memutus perkara tersebut hanya

berdasarkan keyakinan dan didukung dengan beberapa alat bukti yang

sah tanpa dapat mendengarkan keterangan yang langsung dari si

pelaku/terpidana sehingga putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan

Militer tentu saja kurang sempurna atau dapat dikatakan tidak adil bagi

terpidana yang akan menyulitkan dalam pelaksanaan hukuman.

Page 15: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

11

4.2 Saran

Pertama, Kepala Pengadilan Militer III-13 Madiun dan jajarannya dalam

hal pembuktian di persidangan, akan lebih baik apabila para saksi tetap

dihadirkan di dalam persidangan. Dengan mendengarkan keterangan para

saksi, majelis hakim akan lebih optimal dalam mempertimbangkan

hukuman apa yang paling tepat untuk terdakwa.

Kedua, Seluruh anggota TNI dalam hal ini masih banyaknya

tindak pidana desersi di kalangan TNI, membuktikan bahwa bukan hanya

pelatihan akademik, fisik, dan kedisiplinan semata yang penting untuk

menunjang kemampuan TNI, akan tetapi sebaiknya pelatihan mental dan

agama juga harus ditingkatkan. Dengan peningkatan pelatihan mental

dan agama diharapkan anggota TNI selalu siap siaga baik lahir maupun

batin dalam menghadapi situasi apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Sianturi, S.R, 2010, Hukum Pidana Militer Di Indonesia, Jakarta: Badan

Pembinaan Hukum Tentara Nasional Indonesia.

Salam, Moch Faisal, 2002, Hukum Acara Pidana Militer di indonesia,

Bandung: Mandar Maju.

Dimyati, Khuzaifah & Kelik Wardiyono. 2008, Metode Penelitian

Hukum, Surakarta : Fakultas Hukum universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Usman, Husnaini dan Purnomo Setiadyakbar, 2008, Metodologi

Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sjarip, Amiroeddin, 1996, Hukum Disiplin Militer Indonesia, Jakarta:

Rineka Cipta

Prinst, Darwan, 2003, Peradilan Militer, Bandung: Citra aditya Bakti

Utomo, Anisa Nurchassana, Idha Sri Suryani, dkk, 2016, “Jurnal Hukum

Verstex dengan judul Pembuktian Dakwaan oditur Militer Dalam

Pemeriksaan Secara In Absensia Pada persidangan Perkara

Page 16: PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI SECARA IN …eprints.ums.ac.id/71869/9/NASPUB.pdfmemasuki dinas militer negara lain, atau membuat dirinya tetinggal dengan sengaja.proses penyelesaian

12

Desersi Di Masa Damai (PUTUSAN P.M II-09 Bandung Nomor :

105-K/PM.II-09/AU/VI/2014)”

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hasil

Amandemen

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1947 Kitap Undang-undang Hukum

Pidana Militer

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer

Undang-undangNomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional

Indonesia