proses pengolhan sawit rambutan
DESCRIPTION
LPP medanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Perkebunan
I.1.1. Sejarah
Pabrik Kelapa Sawit Rambutan didirikan pada tahun 1983 dengan
kapasitas 30 Ton/jam. Pabrik ini merupakan salah satu pabrik dari 11 PKS
yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara III yang terletak di desa Paya Bagas
Kecamatan Rambutan, Kota Madya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara,
sekitar 85 km kearah Tenggara Kota Medan.
Sebelumnya PKS Rambutan merupakan PNP V yang berubah menjadi
PTP V sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah dan Surat Keputusan
Mentri Keuangan dan pada tahun 1992 diadakan Konsilidasi bersama PTP
disekitarnya. Konsilidasi ini menghasilkan penggabungan perusahaan.
Penggabungan ini menggabungkan PTP III PTP IV dan PTP V. Dengan
seorang kuasa direksi yang berkedudukan di PTP III Sei Sikambing Medan.
I.1.2. Letak Geografis
PKS Rambutan terletak didesa Paya Bagas, Kecamatan Rambutan, Kota
Madya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatra Utara. PKS Rambutan berada pada
3033’ Lintang Utara dan 98041’ Bujur Timur atau berada pada + 85 km arah
Tenggara Kota Medan.
Keadaan topografis PKS Rambutan datar, bergelombang, jenis tanah
berupa Posolid merah kuning yang sangat cocok untuk budidaya tanaman
Kelapa Sawit. Elevasi pabrik berada 18 m diatas permukaan laut. Dengan
elevasi seperti ini, suhu minimum dan maksimum berkisar antara 22 0C – 32 0C dengan suhu rata-rata mencapai 27 0C.
Untuk kebun Rambutan mempunyai luas area tanaman tahun 1995
seluas 6458,53 Ha, dari luas areal tersebut dibagi menjadi dua budidaya
perkebunan yaitu Komoditi Kelapa Sawit dan Komoditi Karet. Luas areal
1
budidaya Karet seluas 1830,53 Ha sedangkan sisanya seluas 4627,92 Ha
merupakan budidaya tanaman Kelapa Sawit. Unit PKS Rambutan mempunyai
luas areal + 5,46 Ha, dengan luas bangunan pabrik 3,764 m2.
I.1.3. Kebun Pendukung
Kebun Kelapa Sawit yang menyuplai bahan baku TBS yng masuk ke
PKS Rambutan untuk diolah berasal dari kebun seinduk yang berasal dari:
a. Kebun Rambutan
b. Kebun Tanah Raja
c. Kebun Gunung Pamela
d. Kebun Gunung Manako
e. Kebun Gunung Para
f. Kebun Sarang Giting
g. Kebun Silo Dunia
h. Kebun Sei Putih
I.2. Botani
I.2.1. Sistematika
Sistematika Tanaman Kelapa Sawit:
Devisi : Spermatophyta
Sub devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Eleaeis
Species : Elaeis Guinensis
2
I.2.2. Elaeis Guinensis.
Tanaman Kelapa Sawit yang berasal dari Afrika Selatan yang
ditemukan Jack, sehingga nama latin Kelapa Sawit sering disebut Elaeis
Guinensis Jack.
Ada 3 varietas tanaman Kelapa Sawit yaitu :
1. Dura
2. Pesifera
3. Tenera
I.3. Struktur Organisasi PKS Rambutan
Pimpinan tertinggi pabrik berada ditangan seorang Manager, dibantu
oleh seorang Masinis Kepala dan dua orang Asisten Teknik, seorang Asisten
Laboratorium, seorang Asisten TU / Personalia, beberapa Mandor serta Krani.
Asisten Laboratorium sejak bulan juli 2005 berada dibawah komando Distrik
Manager, Struktur Organisasi secara lengkap dapat dilihat pada gambar 1.1
Untuk mendukung kelancaran pengoperasian pabrik PKS Rambutan
mempunyai tenaga kerja/karyawan sebanyak 227 orang dengan perincian
sebagai berikut:
1. Karyawan Pimpinan : 7 Orang
2. Karyawan Pelaksana Pengolahan : 83 Orang (Shift)
3. Karyawan Pelaksana Laboratorium/Sortasi : 33 Orang
4. Karyawan Pelaksana Teknik : 38 Orang
5. Karyawan Pelaksana Dinas Sipil : 15 Orang
6. Karyawan Pelaksana Administrasi : 20 Orang
7. Karyawan Pelaksana Bagian Umum/Hansip : 21 Orang
8. Karyawan Pelaksana Bagian Produksi : 8 Orang
Jumlah : 227 Orang
3
BAB II
TINJAUAN PROSES
II.1 Proses Penerimaan Buah
Proses penerimaan buah dipabrik terlebih dahulu ditimbang dijembatan
timbang, kemudian dibongkar di Loading Ramp dan setelah itu dilakukan sortasi.
Proses disetiap stasiun diatas secara detail adalah sebagai berikut :
II.1.1. Proses Penimbangan
Proses penimbangan TBS dilakukan untuk mengetahui berat bruto, tarra
dan netto dari TBS yang diterima untuk diolah di PKS. PKS Rambutan
menggunakan 2 buah timbangan analog, 1 dibagin penerimaan TBS dan 1 lagi
dibagian pengiriman Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (Palm Kernel). Setiap
truk buah yang masuk ke PKS mengalami 2 kali penimbangan, yaitu ketika truk
masuk (berisi TBS) serta ketika truk keluar (truk dalam keadaan kosong).
Sebelum melakukan penimbangan Krani timbang harus mengecek jarum
penunjuk. Posisi jarum harus benar-benar berada pada angka nol. Cara melakukan
penimbangan setiap truk pengangkut TBS yang masuk maupun yang keluar,
terlebih dahulu ditimbang. Pada saat truk tersebut akan ditimbang maka harus
mengambil posisi yang tepat ditengah-tengah plat jembatan timbang, mesin truk
dimatikan kemudian setelah ditimbang menuju ke stasiun Loading Ramp.
II.1.2. Proses Pemeriksaan Kualitas (Sortasi)
Proses ini dilakukan untuk mengetahui kualitas buah yang diterima di PKS
Rambutan yang berasal dari kebun sendiri yaitu Kebun Rambutan, Kebun Tanah
Raja, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Monako, Kebun Sarang Giting,
Kebun Silo Dunia, Kebun Sei Putih, dan Kebun Gunung Para serta pihak ketiga.
4
Jenis buah pada umumnya adalah jenis Tenera dan Dura. Kualitas TBS
yang diterima di PKS Rambutan ditentukan berdasarkan fraksi-fraksi yang
digolongkan sebagai berikut :
a. Fraksi 00
b. Fraksi 0
c. Fraksi 1
d. Fraksi 2,3
e. Fraksi 4,5
f. Brondolan
g. Tangkai panjang
h. Sampah
Kriteria kematangan TBS, persyaratan mutu dan komposisi yang ideal
dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 2.1 Komposisi Matang Panen
FRAKSI KEMATAGAN BUAH LUAR KOMPOSISI
Fraksi 00 Sangat mentah Tidak ada Tidak boleh ada
Fraksi 0 Mentah 1-12.50 % Tidak boleh ada
Fraksi 1 Kurang matang 13%-25% Maks. 20%
Fraksi 2,3 Matang 26%-75% Min. 68%
Fraksi 4,5 Lewat matang 76%-100% Maks. 12%
Brondolan - -
Selain itu ada beberapa kriteria mutu didalam sortasi yang dikenakan
pinalti apabila dijumpai dalam proses ini, yaitu :
a. Kotoran, yang berupa sampah, tanah, pasir, dll
b. TBS tangtkai panjang, yaitu tangkai tandannya yang memiliki panjang lebih
dari 2,5 cm
c. Buah busuk
d. Buah sakit
5
Proses sortasi TBS dilakukan dengan cara mengambil sampel 5% - 10%
dari produksi atau minimal 1 truk dari setiap afdeling dan untuk pihak ketiga
( plasma, pembelian dan titip olah ) disortasi seluruhnya.
Kriteria matang panen sangat menentukan didalam pencapaian rendemen
minyak dan rendemen inti.
II.2. Proses di Loading Ramp
Setelah melalui proses sortasi, TBS dikumpulkan di loading ramp,
kemudian dimasukkan kedalam lori untuk dilakukan proses selanjutnya. Proses di
Loading Ramp sangat bergantung pada jumlah dan kapasitas lori.
Jumlah loading ramp yang ada di PKS Rambutan 2 unit dengan jumlah
pintu sebanyak 24 pintu, dan kapasitas masing – masing pintu adalah 12,5 ton.
Sistem pemasukan buah kedalam lori dengan menggunakan hidrolik press melalui
pintu Loading Ramp, yang masing-masing pintu digerakkan dengan menggunakan
electromotor serta gear box.
Kapasitas lori yang di gunakan adalah 2,5 ton/lori dengan jumlah lori yang
tersedia di PKS Rambutan sebanyak 51 unit. Sebelum pengisian dilakukan,
pastikan letak posisi lori tepat pada pintu dan lakukan pengisian TBS kedalam lori
dengan sistem FIFO, ini dilakukan untuk mencegah terjadinya buah yang
menginap terlalu lama dan pengisian TBS kedalam lori harus benar-benar 2,5
ton/lori. Sistem transportasi dari Loading Ramp kerebusan dan sebaliknya
menggunakan alat bantu Capstand. Kelancaran proses di stasiun Loading Ramp
tergantung pada maintenance, yang berupa pemeliharaan roda-roda lori, rail
track, pemeliharaan elektromotor dan gear box. Selain itu hal yang perlu
diperhatikan adalah sambungan antar lori.
6
Gambar 2.1. Lori
II.3. Proses Perebusan ( Sterilizer )
Lori-lori yang telah di isi, kemudian di tarik dengan menggunakan
Capstand yang berfungsi menarik dan mendorong lori ke Loading Ramp dan
kedalam rebusan dan menempatkan lori di bawah Housting Crane.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Capstand :
a. Tali manila putus
b. Lori anjlok
c. Rail track putus.
Adapun tujuan dari proses perebusan ( Sterilizer ) yaitu :
a. Memudahkan brondolan lepas dari tandan
b. Meluankkan buah sehingga mudah di aduk
c. Menonaktifkan enzim-enzim yang merusak mutu minyak
d. Mengumpulkan zat putih telur ( protein ) dalam buah agar pemurnian minyak
mudah dilakukan
e. Melengkangkan inti dari cangkang/
Jumlah rebusan yang ada di PKS Rambutan ada 3 unit, dengan kapasitas
masing-masing 20 ton TBS (1 rebusan terdapat 8 lori, yang masing-masing lori
berkapasitas 2,5 ton TBS).
7
70 cm
250 cm
170 cm
177 cm
37 cm
Perebusan yang baik dilaksanakan dengan kondisi operasi sebagai berikut :
1. Tekanan uap 2,8 s/d 3,0 kg/cm2 dan temperatur 1350C - 1400C.
2. Waktu merebus 80 – 90 menit
3. Kran axhaust dalam keadaan tertutup, kran kondensat di buka dan di buka
karan steam ( uap ) selama ± 3 menit, fungsinya untuk mengeluarkan uadara
yang berada dalam rebusan.
4. Tutup kembali kran kondensat dan naikkan tekanan mencapai 1,5 kg/cm2
selama ± 6 menit, setelah tekanan tercapai, tutup kran uap masuk, bukan karan
kondensat selama 1 menit baru buka kran exhaust selama 2menit hingga
tekanan nol,tutup kembali kran exhaust dan kondensat.
5. Buka kran uap masuk selama ± 8 menit sehingga tekanan 2 kg/cm2, baru tutup
kran uap masuk, buka kran kondensat selama ± 1 menit, kemudian buka kran
exhaust ± 2 menit sehingga tekanan benar-benar nol. Tutup kembali kran
exhaust dan kran kondensat.
6. Buka kran uap masuk selama ± 12 menit sehingga tekan mencapai 2,8 – 3
kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, tutup kran uap masuk dan aliran-aliran uap
masuk kerebusan berikutnya.
7. Dengan cara sama selama masa tahan (35 – 45 menit) perhatikan tekanan 3
kg/cm2 dan temperatur 1400C. Waktu masa tahan sudah tercapai maka lakukan
pembuangan air kondensat dengan membuka kran kondensat ± 3 menit, baru
buka kran exhaust ± 5 menit sehingga takanan yang ada dalam rebusan benar-
benar nol dan dilihat manometernya baru pintu dibuka, lalu keluarkan buah
yang telah masak dengan capstand.
8. Perebusan dilakukan dengan sistem tiga puncak dengan :
a. Puncak I : 1,5 kg/cm2
b. Puncak II : 2 kg/cm2
c. Puncak III : 2,8 – 3 kg/cm2
9. Pada puncak III Perebusan dilaksanakan selama 35 – 45 menit, tergantung
pada kondisi buah (buah segar 45 menit, buah menginap 35 menit).
8
Tujuan perebusan 3 puncak adalah :
1. Tahap I : Pembuangan udara dan penguapan air dari tandan buah (air
kondensat).
2. Tahap II : Pembuangan udara, penguapan air dari tandan buah.
3. Tahap III : Pematangan dan pelunakan daging dan membuat kejutan
terhadap biji agar terjadi kekoplakan.
Dengan perebusan 3 puncak, maka panas dapat masuk dengan baik, sehingga
perebusan dapat matang secara merata. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil rebusan buah yang sempurna, mengingat kerapatan brondolan dalam tandan
buah semakin padat atau solid.
Untuk mencapai kematangan perebusan brondolan bagian dalam diperlukan
panas yang cukup. Pembuangan air kondensat dan udara pada puncak I dan II
harus benar-benar sampai habis, karena air dan udara merupakan penghantar
panas yang buruk.
Perebusan yang kurang sempurna dapat menimbulkan :
1. Brondolan sukar lepas dari tandan, atau sering disebut sebagai sebagai
Unstripped Bunch (USB).
2. Kehilangan brondolan dijanjangan kosong naik
3. Buah yang kurang matang memerlukan perebusan ulang
4. Pengepaan lebih sulit
5. Inti kurang lekang dari cangkangnya
6. Kehilangan minyak dalam ampas press
7. Kehilangan minyak dalam janjangan kosong naik
Efektif perebusan dapat diketahui dari :
a. Unstripped bunch (USB)
b. Oil loss pada air kondensat
c. Oil loss pada tandan kosong dan ampas press
9
Gambar 2.2. Sistem perebusan dengan tiga puncak (Tripple Peak).
Gambar 2.3. Rebusan ( Sterilizer )
II.4. Proses Penebahan
Setelah derebus, TBS dimasukkan kedalam alat penebah ( Thresher )
dengan menggunakan Hoisting Crane. Adapun tahapan proses secara detail
adalah sebagaiberikut :
10
Grafik perebusan
00.3
10.8
0
21.8
0
2.8 2.82.5
00
0.5
1
1.5
2
2.5
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
steep
tekan
an
Series1
SAVETY VALVE
DEARERATOR
CONDENSATE
MECHANICAL INTERLOCK
BLEED VALVE
EXHAUST
MAIN INLET
AUX. INLET
ELECTRICAL INTERLOCK
SWITCH
II.4.1. Hoisting Crane
Fungsi hoisting crane untuk mengangkat lori yang berisi buah yang sudah
direbus dan menuangkannya kedalam bunch feeder dan menurunkan lori
kosong.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasiannya adalah :
a. Kontinuitas penampungan.
b. Ketebalan lapisan buah pada bunch feeder, ketebalan yang di izinkan
adalah 20 – 30 cm.
Jumlah hoisting crane yang di gunakan di PKS Rambutan ada 2 unit ( 1 unit
Running dan 1 unit Stand by ).
Gambar 2.4. Hoasting Crane
II.4.2. Bunch Feeder
Fungsi feeder bunch adalah mentransper buah kedalam thresher. Hal – hal
yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kecepatan pengumpanan,
b. Ketebalan lapisan buah pada bunch feeder.
Penumpukan atau ketebalan buah pada bunch feeder akan
mengakibatkan losses pada tandan kosong meningkat serta kesulitan
pengontrolan pengumpanan buah ke dalam Thresher.
11
II.4.3. Thresher
Fungsi thresher adalah untuk memisahkan brondolan dari janjangan dengan
cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjangan kosong ke
empty bunch conveyor dengan alat bantu blade pengarah spike. Proses
pelepasan/ perontokan berlangsung akibat terbantingnya tandan buah secara
berulang-ulang di dalam alat penebah yang berputar dengan kecepatan ±
23rpm.
Dalam pengoprasian alat penebah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Sewaktu diputar tandan buah dalam alat penebah harus mencapai
ketinggian maksimal sebelum jatuh.
b. Pengaturan buah yang masuk kedalam alat penebah disesuaikan dengan
kapasitas alat, sehingga tidak tidak terjadi kelebihan kapasitas ( kontiniu
dan merata melalui feeder ).
Hal – hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna :
1. Pengatur kecepatan dari auto feeder
2. Kemiringan sudut pengarah dan spike
3. Kebersihan kisi-kisi
Efektifitas thresher dapat diketahui dari prosentase Unstripped Fruit ( USF )
yang merupakan salah satu sumber losses di PKS. Adapun thresher yang
digunakan di PKS Rambutan ada 2 unit, 1 unit runnung dan 1 unit stand by.
Gambar 2.5. Thresher
12
5900
65
Main Shaft
Spider Arm
Lifting Bar
65 65
150
126
6,5
6,5
2700
2000
II.4.4. Empty Bunch Conveyor dan Empty Bunch Hopper
Fungsi dari Empty Bunch Conveyor adalah untuk mentransfer janjangan
kosong dari Thresher ke Empty Bunch Hopper sebelum dibawa ke lapangan.
II.5. Proses Pengadukan dan Pengempaan.
II.5.1. Pengadukan (Digester).
Tujuan pengadukan adalah melumatkan daging buah dan memisahkan
daging buah dengan biji serta meniriskan minyak, agar mudah diproses
dalam pengempaan.
Brondoloan yang telah rontok pada proses Thresser, selanjutnya
dimasukkan kedalam alat pengaduk (Digester). Di dalam alat pengaduk
brondolan diremas/dilumat dengan pisau pengaduk yang berputar sambil
dipanaskan. Proses pengadukan berlangsung akibat adanya gesekan antara
pisau dengan brondolan dan adanya tekanan gaya berat dari brondolan yang
terisi penuh dalam alat pengaduk.
Pisau Digester terbagi 3 fungsi, 3 bentuk, dan 6 tingkat.
1) Pisau yang panjang fungsinya mencincang sambil menekan.
2) Pisau yang pendek fungsinya mencincang sambil mengangkat.
3) Pisau yang paling bawah fungsinya untuk mengeluarkan lumatan daging
buah ke chute untuk umpan Screw Press.
Pengaduakan yang baik dilaksanakan pada kondisi :
a.Ketel adukan selalu dalam keadaan penuh.
b. Suhu 900-950C.
c.Waktu pengadukan ± ½ jam.
Jika kondisi tidak terpenuhi, masa adukan akan sulit dikempa atau di press
dan akibatnya kehilangan minyak dalam ampas kempa (Press) semakin
tinggi.
13
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Digester adalah sebagai berikut:
1) Kondisi pisau pengaduk Digester.
2) Level volume buah dalam Digester
3) Temperatur/steam
4) Kebersihan Buttom Plate
5) Kondisi Digester
6) Kematangan buah yang sudah direbus
7) Kondisi plat siku penahan pada dinding Digester.
Jumlah Digester yang digunakan di PKS Rambutan ada 4 unit, 2 unit
beroperasi, 2 unit stand by.
Gambar 2.6. Digester
II.5.2. Pengepaan ( Screw Press )
Fungsi screw press adalah sebagai alat untuk mengeluarkan minyak
dari mesokrapnya dengan cara di kempa. Yang perlu diperhatikan dalam
pengoprasiannya adalah tekanan cone sebaiknya 35 – 40 A.
14
chute
Expeller
siku
Long Arm
Short Arm
Gearbox
Strainer
Tekanan cone yang terlalu tinggi ( lebih dari 40 amper )
mengakibatkan persentase biji pecah tinggi, losses minyak di fibre rendah
( ampas kering ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja adalah :
a.Kondisi worm screw press
b. Tekanan dan kualitas mutu buah ( Perbusan )
c.Sampah
d. Kebersihan press
e.Penambahan air panas atau dilusi pada suhu 950C
Minyak kasar yang diperoleh di alirkan ke Station Clarifikasi untuk di
jernihkan atau di murnikan, sedangkan ampas press di teruskan ke Cake
Breaker Conveyor untuk di proses selanjutnya. Operasional screw press
menyesuaikan digerter.
Mesin screw press yang di gunakan di PKS Rambutan ada 4 unit terdiri dari:
a.1 unit merek MJS kapasitas 15-17 ton TBS /jam
b. 2 unit merek Strork kapasitas 10 – 15 ton TBS/jam
c.1 unit merek Universal Stell kapasitasa 14 -16 ton TBS/jam.
Gambar 2.7. Screw Press
15
Hidraulic Cones
Presscake
Worm Screw
Gear
Gearbox Electromotor
V-Belt
II.6. Proses Pemurnian Minyak ( Klarifikasi )
Minyak kasar yang keluar dari presan masih mengandung kotoran-
kotoran, pasir, cairan dan benda kasar lainnya, oleh karena itu perlu dilakukan
pemurnian untuk mengurangi atau jika memungkinkan menghilangkan kandungan
yang tidak di harapkan sesuai dengan norma yang di tetapkan. Tahapan-tahapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
II.6.1. Sand Trap Tank
Fungsi dari sand trap tank adalah sebagai pengendap pasir minyak
kasar yang keluar dari pressan dialirkan ke sand trap tank minyak kasar
tersebut akan mengalir melalui baffle-baffle yang berfungsi untuk
menangkap pasir. Temperatur pada sand trap tank harus mencapai 950, jika
temperatur tidak tercapai, maka pada saat blow down, Non Oily Solid (NOS)
yang di blow down akan mengandung minyak. Blow down dilakukan setiap
4 jam sekali
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas sand trap tank adalah:
a.temperatur
b. Kondisi baffle
c.Kondisi Umpan
Jumlah Sand Trap Tank yang ada di PKS Rambutan ada 3 unit.
Gambar 2.8. Sand Trap Tank
16
Dari crude oil gutter
Vibrating screen
drain
II.6.2. Vibro Separator
Fungsi Vibro Separator adalah untuk menyaring minyak mentah
(Crude Oil )dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan
minyak. Jenis – jenis Vibro Separator ada 3 yaitu : Single deck, Double
Deck, dan Triple Deck. Saat ini PKS Rambutan menggunakan Vibro
Separator jenis Double Deck, ukurang yang digunakan ukuran mesh 20/30,
sedangkan setelah Verticak Clariffier Tank (VCT) menggunakan double deck
ukuran 30/40 mesh. Getaran Vibro Separator dikontrolmelalui penyetelan
bandul yang diikat pada electromotor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Vibro Separator adalah
getaran dan kebersihan mesh. Jumlah Viro Separaor di PKS Rambutan ada 3
unit, 2 beroperasi, 1 stand by.
Gambar 2.9. Vibro Separator
II.6.3. Crude Oil Tank (COT)
Fungsi dari Crude Oil Tank adalah:
a.Menurunkan NOS
b. Menambah panas ( temperatur )
c.Transit tank
Bagian dalam dari Crude Oil Tank harus dilengkapi dengan baffle, dan
sistem pemanas sebaiknya menggunakan steam coil sedangkan start awal
menggunakan steam injection. Suhu COT sebaiknya 950C. Faktor-faktor
yang mempengaruhu kinerja Crude Oil Tank (COT) adalah kondisi umpan,
17
Ke cross bottom conveyor
Dari crude oil gutter
Crude oil tank
temperatur dan kondisi baffle. Pembersihannya dilakukan dengan cara blow
down 6 jam sekali (2 kali/shift). Jumlah Crude Oil Tank yang ada di PKS
Rambutan ada 1 unit.
II.6.4. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Fungsi VCT adalah memisahkan minyak, sludge dan NOS secara
grafitasi. Crude Oil yang masuk ke VCT akan dipisahkan antara minyak dari
sludge dan air dengan perbedaan berat jenis pada suhu 90 – 950C, dimana
minyak yang berat jenisnya lebih kecil dari 1 (satu) berada pada lapisan atas,
air yang berat jenisnya 1 (satu) akan berada pada lapisan tengah dan NOS
yang berta jenisnya lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
Untukmengetahui kinerja VCT, maka indikator yang digunakan adalah
kandungan minyak pada sludge underflow harus lebih kecil dari 10 %.
Ketebalan minyak minyak pada VCT sebaiknya 30 – 50 cm, baru dilakukan
pengutipan minyak melalui skimmer.
Gambar 2.10. Vertical Clarifier Tank
18
To oil tank
Skimer
Steam coilSteam injection
To sludge tank
From dist. tank
Stirrer
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja VCT adalah :
a.Temperatur
b. Air dilusi
c.Stirer (pengaduk)
d. Kualitas Feeding
e.Drain (blow down)
f. Desain untuk menentukan retention time.
II.6.5. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah sebagai tempat sementara minyak sebelum
diolah di Oil Furifier. Pada Oil Tank, suhu minyak harus tetap dijaga pada
suhu 950C, agar kotoran yang dapat mempengaruhi kemurnian minyak, tidak
menumpuk, maka dilakukan Blow Down secara rutin. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Oil Tank adalah :
a.Temperatur
b. Kebersihan tangki
c.Kondisi steam koil
d. Blow Down
PKS Rambutan menggunakan oil tank sebanyak 2 unit, beroperasi
semuanya.
II.6.6. Oil Purifier
Fungsi dari oil purifier adalah untuk mengurangi NOS dan kadar air
dengan cara sentrifugal. Efektifitas pemisahan dalam oil purifier
dikendalikan oleh seal water dan gravity disc (alva laval) atau regulating
ring (westfalia). Pembukaan seal water dilakukan pada awal proses dan
pada saat beroperasi kran seal water harus ditutup, karena jika kran terbuka
akan mengakibatkan kadar air dalam minyak meningkat. Gravity disc
disesuaikan dengan mutu minyak yang akan dihasilkan. Pemilihan Gravity
disc yang terlalu kecil akan mengakibatkan CPO yang dihasilkan tidak
19
terlalu bersih. Sedangkan jika diameter Gravity disc terlalu besar
mengakibatkan minyak banyak terikut ke drain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja oil purifier adalah:
a.Kontrol valve feeding.
b. Kondisi gear pump
c.Strainer
d. Kebersihan disc
e.RPM
Oil purifier yang digunakan di PKS Rambutan sebanyak 3 unit, 2 unit
beroperasi, 1 unit stand by.
II.6.7. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam
minyak hasil produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja vacuum Dryer :
a.Tekanan steam
b. Kebocoran-kebocoran
c.Kuantitas dan kualitas Feeding
d. Kondisi Nozzle
e.Volume air pendingin
f. Tekanan Vacuum 760mmHg
II.6.8. Oil Transfer Tank
Berfungsi untuk mentransper minyak yang sudah di murnikan dari
vacuum dryer ke Storage Tank.
20
II.6.9. Vibro Separator
Fungsi dari Vibro Separator adalah menyaring sludge yang berasal
dari VCT untuk memisahkan serabut-serabut yang dapat mengganggu proses
selanjutnya. Jumlah vibro sefarator di stasiun clarifikasi ada 1 unit.
II.6.10. Sludge Tank
Berfungsi untuk tempat penampungan sludge sementara sebelum di
olah di Sludge Separator. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja
Sludge Separator adalah :
a.Kebersihan tangki
b. Blowdown
c.Temperatur
d. Kondisi umpan
Jumlah Sludge Tank yang ada di statiun clarifikasi ada 2 unit dan beroprasi
semuanya.
II.6.11. Sand Cyclone
Gambar 2.11. Sand Clylone
21
Water Inlet Pipe
Cone
Sludge Outlet Pipe
Pneumatic Valve
Cyclone
Sludge Buffer Tank
o
Sludge Inlet Pipe
Sight Glass
Sand Stone Tank
Fungsi dari sand cyclone adalah untuk menangkap pasir yang masih
terkandung di dalam sludge, sehingga mempermudah proses selanjutnya.
Kinerja sand cyclone dapat diketahui dari selisih antara tekanan masuk dan
tekanan keluar pada pressure gaugenya. Endapan pasir di dalam sand
cyclone akan di blowdown secara otomatis melalui sistem pneumatic dengan
stting intrval tertentu. Sand cylone yang di gunakan ada 1 unit.
II.6.12. Buffer Tank
Berfungsi untuk tempat penampungan sludge sebelum didistribusikan
ke sludge separator. Jumlah buffer tank ada 1 unit.
II.6.13. Sludge Separator
Berfungsi untuk mengutip minyak yang masih terkandung didalam
sludge dengan cara sentrifugal, dimana air dan NOS dengan berat jenis yang
besar akan terlempar keluar dan minyak yang berat jenisnya kecil akan
masuk kebagian dalam. Kapasitas sludge separator ditentukan oleh ukuran
nozzle yang digunakan ( 1.45 , 1.6 , 1.8 , dan 2,0 mm ). Ukuran nozzle
dipakai sekecil mungkin untuk meminimumkan kehilangan minyak pada
drab buang sludge separator.
Faktor yang mempengaruhi kinerja sludge separator adalah :
a.Kualitas Feeding
b. Ukuran Nozzle
c.Blance water
d. Temperatur umpan
e.Kondisi alat
II.6.14. Reclaimed Tank
Berfungsi menampung minyak hasil dari sludge separator dan di
alirkan kembali ke VCT.
22
II.6.15. Sludge Drain Tank
Berfungsi sebagai tempat penampung spui dari oil tank, sludge tank
dan pengutipan minyak dari Fat Pit, minyak telah dipisah dengan NOS
dikutip dan dialirkan ke recleimed, sementara sisanya dikirim ke bak sludge
fit dan di pompakan ke Fat Pit.
II.6.16. Fat Pit
Berfungsi sebagai tempat penampung hasil spui dari stasiun press,
stasiun klarifikasi dan air kondensat dari stasiun rebusan. Fat Pit terdiri dari
6 bak dan di lengkapi dengan sekat-sekat, gunanya sekat untuk mengutip
sisa-sisa minyak yang lepas, hasil minyaknya dipompakan ke Sludge Drain
Tank, sementara air dan lumpur dialirkan ke Cooling Tower dan mengalir ke
Effluent Treatment.
II.6.17. Storage Tank
Berfungsi untuk tempat penimpan sementara minyak produksi yang di
hasilkan sebelum dikirim.
Faktor yang harus diperhatikan pada steroge tank adalah :
a.Kebersihan tangki
b. Kondisi steam coil, harus di periksa secarta rutin, karena kebocoran
steam coil dapat menyebabkan naiknya kadar air pada CPO.
c.Temperatur ( 40 – 600C ).
PKS Rambutan memiliki 2 Steroge Tank dengan kapasitas 2000 ton, 1 unit
beroprasi, 1 unit stand by.
23
II.7. Proses Pengolahan Biji
Proses pengolahan biji adalah proses pemisahan antara inti sawit dengan
cangkangnya. Adapun tahapan-tahapan pengolahn biji adalah melalui proses-
proses berikut :
a.Cace Bereaker Conveyor
b. Depericarper
c.Nut Polishing Drum
d. Nut Silo
e.Ripple Mill
f. Kernel Grading Drum
g. Light Tenera Dust Separation ( LTDS )
h. Hidrocylone
i. Kernel Silo
j. Kernel Dryer
k. Kernel Storage
II.7.1. Cake Breaker Conveyor
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor (CBC) adalah untuk membawah
dan memecahkan gumpalan cake dari stasiun press ke depericarper. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja CBC adalah :
a.Kualitas dan kuantitas umpan
b. Panjang CBC
c.Putaran CBC
d. Diameter CBC
e.Jumlah pedal
Jumlah CBC yang ada di PKS Rambutan sebanyak 2 unit.
24
II.7.2. Depericarper
Fungsi dari depericarper adalah untuk memisahkan fibre dengan nut
dan membawa fibre untuk menjadi bahan bakar boiler. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja depericarper adalah :
a.Kualitas umpan
b. Kondisi ducting
c.Adjustment dumper pada fan column
d. RPM fan
e.Airlock pada fibre cyclone
f. Kondisi fan
g. Kebersihan fan
h. Jarak antara CBC dengan polishing Drum
Jumlah depericarper yang ada di PKS Rambutan sebanyak 1 unit.
II.7.3. Nut Polising Drum
Berfungsi untuk :
a.Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat
b. Membawa nut dari depericarper ke nut transpor
c.Memisahkan nut dari sampah
d. Memisahkan gradasi nut
Faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas nut polishing drum adalah :
1) Kondisi plat pengarah / pengangkat
2) RPM, diameter dan panjang
3) Diameter dan jumlah penyaring
4) Kualitas dan kuantitas feeding
5) Aliran undara ( airflow )
6) Kebersihan alat.
Nut yang keluar dari Nut Polishing Drum dibawa Kenut Silo melalui Nut
Elevator. Jumlah Nut Polishing Drum yang ada sebanyak 1 unit.
25
II.7.4. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut
sebelum diolah pada proses berikutnya. Kebersiahan shaking grade pada nut
silo harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap troughput nut silo, agar
nut yang terolah sesuai dengan aturan First In First out (FIFO). Jumlah nut
silo ada 2 unit.
II.7.5. Ripple Mill
Fungsi dari ripple mil adalah memecah nut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah:
a.Kualitas dan kuantitas umpan
b. Kondisi ripple plate dan rotor bar
c.Jarak atau clearance antara cover dengan rotor
d. RPM
e.Jumlah bar
Kualitas umpan dipengaruhi oleh :
1) Kekoplakan nut, kalu nut tidak koplak, maka banyak inti yang lekat pada
cangkang
2) Jenis buah ( dura atau tenera )
3) Ukuran nut
4) Kadar air yang terkandung pada nut
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inti pecah yang keluar dari
ripple mill adalah :
a. Clearance antara ripple plate dengan rotor bar terlalu kecil
b. Umpan yang terlalu banyak (Berlebihan)
c. Nut terlalu kering
d. Presentasi nut pecah pada umpan terlalu besar
Jumlah ripple mill yang ada sebanyak 2 unit, 1 unit beroperasi dan 1 unit
stand by.
26
II.7.6. Kernel Grading Drum
Fungsi dari kernel grading drum adalah :
1) Untuk menyaring nut utuh dan pecah yang berukuran besar yang dapat
terikut ke produksi untuk diolah ulang
2) Mengurangi beban peralatan pada proses selanjutnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kernel grading drum adalah :
a. Lubang (kisi-kisi) pada drum baik ukuran lubang maupun jumlahnya.
b. Kualitas dan kuantitas umpan.
c. Tuas pembersih.
d. RPM,diametr dan panjang drum.
Kernel grading drum dapat ditempatkan setelah ripple mill atau setelah
LTDS tergantung tujuannya. Jumlah kernel grading drum yang ada sebanyak
1 unit.
II.7.7. Light Tenera Dust Separator (LTDS)
Fungsi dari LTDS adalah :
1) Memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah
2) Membawa cangkang untuk bahan bakar Boiler
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS adalah :
4) Hisapan (dumper airlock dan fan)
5) Kebocoran ducting
6) Kualitas dan kuantitas umpan
7) Desain
8) Adjustment dumper column
Jumlah LTDS yang ada di PKS rambutan sebanyak 2 unit.
27
II.7.8. Hidrocyclone
Fungsinya adalah alat untuk mengutip kembali inti yang terikut dengan
cangkang, mengurangi loses inti pada cangkang dan kotoran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja hidrocyclone adalah :
a. Kondisi cone
b. Kulitas dan kuantitas umpan
c. Penyetelan vortex finder
d. Kondisi baffle
Sistem kerja hidrocyclone untuk memisahkan cangkang dengan inti
secara basah berdasarkan berat jenis dengan gaya sentrifugal, berat jenis
yang lebih ringan akan naik keatas melalui vortex finder dengan masuk
kedalam dewatering drum, sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih
berat akan turun kebawah melaui conus dan masuk kedalam kompartment II.
Cangkang yang masih bercampur inti dihisap oleh pompa dan ditekan
kedalam tabung pemisah II mengakibatkan inti naik keatas melaui vortex
finder dan dikembalikan kedalam kompartmen I. perlu diperhatikan jika
persentase inti dalam cangkang terlalu tinggi maka vortex finder diturunkan,
sebaliknya jika persentase cangkang dalam inti tinggi maka vortex finder
dinaikkan. Hasil inti yang telah bersih keluar dan masuk ke Wet Kernel
Transport Fan menuju kernel silo sedangkan cangkangnya masuk ke Wet
Shell Transport Fan menuju Shell Hopper.
II.7.9. Kernel Silo
Fungsinya adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam
inti produksi. Penurunan kadar air pada inti bertujuan untuk menghindari
penjamuran pada saat penyimpanan. Yang perlu diperhatikan adalah suhu
temperatur dan kebersihannya.
Temperatur bagian Atas : 500C
Tengah : 600C
Bawah : 700C
28
Penurunan inti harus benar-benar diawasi dengan cermat dan jangan sampai
lengah yang mengakibatkan kadar air pada inti produksi tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya adalah :
a. Kebersihan Blower.
b. Kebocoran heater fan.
c. Kebersihan Shaking grate.
d. Steam
II.7.10. Kernel Dryer
Fungsi dari kernel dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang
terkandung didalam inti produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
dari kernel dryer adalah :
a. Temperatur.
b. Waktu.
c. Kualitas dan kuantitas umpan
d. Kondisi dan kebersihan heater
e. Steam supply, steam trap, strainer
f. Kondisi blower/ fan
g. Kebersihan kisi-kisi dalam silo
h. FIFO
Pada kernel dryer ada tiga tingkat temperatur yaitu
a.Bagian atas : 500C
b. Bagian tengah : 600C
c.Bagian bawah : 700C
Kernel dryer yang digunakan di PKS Rambutan sebanyak 1 unit.
29
II.7.11. Kernel Storage
Fungsi dari kernel storage adalah untuk menyimpan inti produksi
sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel storage pada umumnya berupa
bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih
terkandung didalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi
didalam storage lembab. Kernel storage yang ada di PKS Rambutan ada 1
unit.
30
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS ALAT DAN MESIN
III.1. Stasiun Penerimaan Buah
a. Jembatan Timbang
Merk : Avery
Type : 5100 DGR
Kapasitas : 50 ton
Tebal plat : 1.5’
Jumlah : 1 unit
b. Loading ramp
Kapasitas : 150 ton x 2 sisi = 300 ton
Jumlah pintu : 24 unit
Kapasitas pintu : 12.5 ton
Pompa Hidrolic : 2 unit
c. Lori
Jumlah : 51 unit
Kapasitas : 2.5 ton
Tebal plat : 0.5 “
Panjang : 5 meter
Tinggi : 1.2 Meter.
d. Capstand
Kecepatan : 35 meter/menit
Motor : 50 hz, 10 kw, 1440 rpm
Jumlah : 4 unit
31
III.2. Stasiun Perebusan
Sterilizer :
Jumlah : 3 unit
Model : One dood
Panjang : 25.6 meter
Lebar : 2.1 meter
Sistem kerja : triple pick
Tabal plat roussel : 15 meter
Tekanan : 3 kg/cm2
Temperatur : 110-130 oC
Kapasitas : 20 ton
III.3. Stasiun Penebah
a.Hoisting Crane
Merk : Demag
Kapasitas max : 20 ton
Jumlah : 2 unit
Tinggi : 12.8 m
b. Threser
Panjang : 4.5 m
Diameter dalam : 2 m
Putaran : 23 rpm
Kapasitas : 10 ton
Jumlah : 2 unit
32
III.4. Stasiun Kempa
a.Digester
Tinggi : 3 meter
Diameter : 1 m
Jumlah pisau : 5 tingkat
Volume : penuh
Jumlah : 4 unit
b. Screw Press
Kapasitas : 10 dan 15 ton
Putaran : 14.4 rpm
Jumlah : 4 unit
III.5. Stasiun Klarifikasi
a. Sand Trap Tank
Merk : Era Husada, PT
Ukuran : 210 x 210 cm (no.1 dan 2)
100 x 185 cm (no.3)
b. Vibro Separator
Merk : Malaysia_merk : Jinsheng
Model : SS60
Cap : 4 KW, 1440 rpm, 380 volt
c.Crude Oil Tank
Merk : Teknik PRBTN
Ukuran : 305 x 155 x 142 cm
33
d. Vertical Clarifier Tank
Merk : QUARTA PERKASA, CV
Kapasitas : 90 TON
Elektromotor : Taiwan_TECO
Daya : 7,5 KW, 955 rpm, 380 volt
e.Oil Tank
Merk : Tunas Harapan Mandiri, CV
Ukuran : o/= 275 x 230 cm
f. Oil Purifier
Merk : Malaysia_Alva Laval
Electromotor : Sweden ASEA
Daya : 7,5 KW, 1440 rpm, 380 volt
Pump : Torisma Guna Indonesia
g. Storage Tank
Merk : Sumatera Raya, CV
Kapasitas : 2000 ton
h. Sludge Tank
Merk : Anugerah Perkasa Agung, CV
Ukuran : o/= 275 x 230 cm
i. Sludge Separator
Merk : Malaysia_Alva Laval
Model : SS 410 T
Elmot : Taiwan_TECO
Daya : 18 KW, 1440 rpm, 380 volt
34
j. Low Speed
Merk : BHD
Model : SC 8000
k. Sand cyclone
Merk : Malaysia_ALVA LAVAL
Model : SCC 601-150
III.6. Stasiun Pengolahan Biji
a. Cake Breaker Conveyor
Type : MBL 132 SB
Kapasitas : 30 ton/jam
Putaran : 1430 rpm
b. Depericarper
Type : MAN 250 MA
c. Nut Silo
Kapasitas : 57 ton
Temperatur : atas 50oC, tengah 60oC dan bawah 70oC
d. Nut Grading Drum
Type : Horizontal
e. Ripple Mill
Type : Power pada 68R
Jumlah : 2 unit
Putaran : 3000 rpm
Kapasitas : 8 ton/jam
35
f. LTDS
Jumlah: 2 unit
LTDS 1 untuk membawa cangkang ke umpan bahan bakar boiler
LTDS 2 meringankan kerja Hydrocyclone
g. Kernel grading Drum
Fungsi: untuk alat pemisah kernel yang kecil, sedang dan besar
Jumlah: 1 unit
h. Hydrocyclone
Fungsi: untuk memisahkan inti dan cangkang berdasarkan berat jenis
Jumlah: 1 unit dan 2 cone dan 2 drum.
i. Kernel Silo
Fungsi: untuk mengeringkan inti yang berasal dari hydrocyclone dan
LTDS 2 sampai kadar air 7%
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 25 ton/unit
Suhu : tingkat I 60 oC, tingkat II 50 oC, tingkat III 40oC
j. Kernel Storage
Fungsi: untuk menimbun inti produksi
Data Teknis
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 38 ton/jam
36
BAB IV
UTILITAS
IV.1. Proses Pengolahan Air (Water Treatment)
Kebanyakan suppli air pabrik berasal dari sungai dan ini biasanya
mengandung zat padat yang harus dibersihkan sebelum digunakan lebih lanjut
dengan cara :
a. Sedimentasi
b. Flokulasi
c. Koagulasi
d. Filtrasi
Sedimentasi dilakukan dengan cara mengendapkan air di suatu bak yang
diberi suatu sekat/baffle dengan aliran overflow dan underflow dengan tujuan
menjerat zat padatan yang terikut air sungai.
Flokulasi dan Koagulasi dilakukan di water clarifier tank dimana zat
kimia/soda dan tawas diinjeksikan ke dalam air agar zat padat yang melayang
tertangkap dan menjadi flock dan mengkoagulasi (menggumpal) sehingga
cukup berat dan mudah dipisahkan. Banyaknya dosis bahan kimia (alumunium
sulfat dan soda ash) ditentukan oleh konsultan water treatment dan tergantung
dengan kualitas air. Karena kualitas air berubah-ubah, maka perlu digunakan
jar test secara periodik, sehingga penggunaan bahan kimia bisa optimum.
Filtrasi dilakukan pada Sand Filter dengan tujuan menghilangkan
berbagai zat/mineral yang terbawa dari flokulasi dan koagulasi dengan cara
menyaring melalui lapisan pasir.
Jika tekanan air di inlet sand filter 1,5 bar dibawah tekanan outlet sand
filter maka perlu dilakukan backwash.
Backwash dilakukan dengan cara aliran air dari bawah menuju ke atas
dengan tujuan untuk memecah kepadatan pasir dan membuang padatan yang
menyumbat lapisan pasir.
37
IV.1.1. Demineralisasi
Fungsinya adalah untuk memurnikan air umpan Boiler dengan alat bantu
Anion dan kation.
a. Cation berfungsi untuk menukar mineral – mineral terhadap asam
b. Anion berfungsi untuk menukar garam terdapat hydrlisis dan menahan
silica.
Proses Regenerasi terdiri dari
a. Back Wash
b. Injeksi Bahan Kimia
c. Fast Rince
Back Wash pada dasarnya adalah mengalirkan air dari bawah ke atas
untuk memecah bed resin yang telah padat dan menghilangkan kotoran,
sebelum dilakukan regenerasi.
Proses regenerasi dilakukan bersama dengan injeksi bahan kimia, untuk
regenerasi kation biasanya Sulfurie Acid (H2SO4) asam, sedangkan anion
biasanya Caustic Soda (NaOH) basa.
Hal yang perlu diperhatikan agar proses Regenerasi efektif dan efisien adalah :
a. Konsentrasi bahan kimia yang diinjeksi
b. Flow rate injeksi bahan kimia
Setelah regenerasi chemical bed perlu dibilas untuk membersihkan sisa-
sisa bahan kimia regenerasi dengan aliran seperti operasi normal.
Masalah yang sering terjadi di stasiun Demineralisasi adalah :
a. Resin loss: akibat nozzle longgar, patah dan pecah sehingga saat back
wash resin keluar
b. Umur mesin: biasanya umur resin 3 tahun tetapi tergantung pada kondisi
penggunaannya dan kualitas sumber air.
IV.1.2. Deaerator
Fungsinya untuk air umpan dan mengurangi gas yang terlarut dalam air
(O2 dan CO2) dengan cara pemanasan menggunakan steam yang berada di
38
dalam pressure Deaerator. Panas temperatur suhu air dalam deaerator
mencapai 95 – 100 0C.
Sistem kerja Deaerator adalah suatu pressure vessel di mana
dipompakan ke dalam Vessel melalui suatu sistem penyemprotan, membuat air
menjadi partikel-partikel kecil sehingga sewaktu bercampur dengan uap dan
dipanaskan.
Proses ini membuat gas dan cairan membesar dan lepas dan dikeluarkan
dengan sistem injeksi/alat pelepas gas pada bagian atas deaerator. Sebaliknya
pemasukan air dan steam dikendalikan secara otomatis.
Tujuan dari kualitas air umpan Boiler adalah agar operasional bisa efektif dan
efisien dimana pada pipa-pipa atau drum tidak terjadi :
a. Korosi
b. Kerak (Scale)
c. Cary over (Priming)
d. Foaming
IV.2. Stasiun Boiler dan Kamar Mesin
IV.2.1. Stasiun Boiler
PKS Rambutan menggunakan Boiler merek TAKUMA 2 Unit dengan
kapasitas masing-masing 20 Ton/Jam.
Boiler berfungsi untuk menghasilkan Steam dari pipa-pipa air yang
berada dalam ruang bakar Boiler. Pipa-pipa air tersebut dipanasi dengan
sistem mengalirkan udara panas dari hasil pembakaran di ruang bakar. Dalam
Boiler terbagi dua ruangan, yaitu : Ruang pertama berfungsi sebagai ruang
pembakaran dan yang Kedua sebagai aliran (ruangan) gas panas yang diterima
dari hasil pembakaran dari ruang pertama.
Pengoperasian Boiler
39
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan Boiler adalah
sebagai berikut :
a. Cek level air dalam drum dengan melihat Gelas penduga dalam keadaan
normal.
b. Cek stock air dalam feed tank.
c. Cek stock bahan bakar fibre dan cangkang.
d. Cek peralatan, kran air, pompa elektrik, safety valve dan pressure gauge.
Bila hal tersebut diatas telah tersedia dengan cukup, maka Operator
boiler mengisi bahan bakar ke dalam ruang bakar secukupnya, kemudian
siram dengan minyak solar dan dibakar sampai merata. Buka kran ventilasi
super heater dan kran ventilasi drum. Tujuannya untuk mengeluarkan udara
yang terkandung dalam air (dalam drum). Naikkan tekanan perlahan-lahan
secara manual sampai tekanan mencapai ± 5 Kg/Cm2, kemudian Operator
boiler melapor kepada Operator kamar mesin bahwa boiler akan start dengan
mempergunakan Fan.
Start awal Boiler/menaikkan tekanan :
1. Hidupkan Elektromotor Dust Collector Air Lock
2. Hidupkan Elektromotor Secondary F.D. Fan
3. Hidupkan Elektromotor Draft Control
4. Hidupkan Elektromotor Induced Draft Fan
5. Hidupkan Elektromotor Forced Draft Fan
6. Hidupkan Elektromotor Rotary Feeder
7. Hidupkan Elektromotor Fuel Distributor Conveyor dan Fibre Shell
Conveyor
Untuk penambaha bahan bakar ke dalam ruang bakar boiler :
Penambahan bahan bakar boiler, untuk menaikkan tekanan steam yang
diharapkan, apabila tekanan steam sudah mencapai 15 Kg/Cm2, Operator
boiler melaporkan kembali kepada Operator kamar mesin bahwa kran induk
akan dibuka, setelah melapor Operator boiler membuka kran induk dengan
alat bantu kunci F dengan cara perlahan-lahan sampai terbuka lebar.
Kemudian kran ventilasi super heater dan drum di tutup kembali.
Hidupkan elektromotor feed tank, injeksi bahan kimia dan pompa elektrik.
40
Setelah semuanya berjalan lancar perhatikan tekanan dan permukaan air pada
gelas penduga.
Boiler terdiri dari beberapa bahagian antara lain :
a. Ruang bakar berfungsi sebagai ruang pembakaran.
b. Upper Drum berfungsi sebagai tempat pengumpulan uap basah dan
tempat air masuk di batasi dengan Baffle (sekat).
c. Lower drum berfungsi tempat penampungan air yang akan di alirkan ke
seluruh pipa dalam boiler yang akan dipanasi dengan suhu mencapai
2150C.
d. Pipa header berfungsi sebagai tempat pemanasan air sehingga menjadi
uap.
e. Kran berfungsi untuk memasukkan dan mengeluarkan air maupun uap.
f. Pipa super heater berfungsi sebagai alat untuk memproses uap basah
menjadi uap kering dengan temperatur 265 0C.
g. Ash Hopper berfungsi untuk menampung kelingker (abu yang
berbentuk) hasil pembakaran pada ruang bakar.
h. Soot Blower alat untuk membersihkan abu yang melekat pada pipa
dalam ruang bakar.
i. Chimney berfungsi sebagai aliran gas buang hasil pembakaran pada
ruang bakar.
Alat pengaman pada boiler adalah :
a. Safety Valve berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan/membuang
tekanan yang melebihi tekanan kerja.
b. Gelas penduga berfungsi untuk mengontrol level air dalam drum.
c. Manometer berfungsi untuk mengontrol tekanan steam yang diizinkan.
d. Termometer berfungsi untuk mengontrol temperatur.
e. Check Valve berfungsi untuk terjadinya tekanan balik pada boiler.
f. Kontreol Level Feed Water berfungsi untuk mengontrol masuknya air.
41
IV.2.2. Stasiun Kamar Mesin
IV.2.2.1. Turbin Uap
PKS Rambutan memiliki 2 unit turbin uap dengan kapasitas : 976 HP,
4962 RPM. Turbin merupakan alat untuk mengkorversikan energi dari steam
menjadi energi mekanis (putaran) untuk membangkitkan energi listrik melalui
alternator. Kelancaran operasi turbin sangat tergantung dari suplai uap yang
dihasilkan boiler. Apabila uap yang digunakan uap basah maka akan
mengakibatkan turbin menjadi trip.
Pengoprasian Turbin adalah sebagai berikut :
a. Cek ketinggian permukaan dan kondisi minyak pelumas.
b. Cek kran air pendingin minyak pelumas turbin.
c. Cek kran uap bekas dalam keadaan terbuka.
d. Cek kran kondensat untuk membuang uap basah.
e. Meletakkan posisi law oil pressure switch pada posisi On dan emergency
switch pada posisi Off.
f. Memeriksa posisi load limit pointer yaitu pada posisi 0 – 2.
g. Menutup pipa valve dan menunggu sampai quick action valve membuka,
kemudian bantu governor secara manual dan hidupkan turbin dengan
putaran rendah (600 – 800) selama 5 menit. Selanjutya tekanan knop
load limit sampai garis penunjuk pada angka 10.
h. Menambah knop speed setting perlahan-lahan sampai mencapai putaran
5000 Rpm.
i. Memeriksa tekanan miyak pelumas 3 – 6 bar sedang suhu dijaga berkisar
antara 40 – 75 0C.
j. Menghentikan turbo oil pump atau electrick oil pump yang dilengkapi
dengan quick action valve yang dapat berhenti secara otomatis
k. Set/atur frekuensi alternator pada posisi 50 Hz, sedangkan set voltage
pada 380 volt
l. Setelah langkah-langkah diatas dikerjakan, maka turbin sudah siap
dioperasikan baik pararel maupun single run.
42
IV.2.2.2. Genset
Fungsinya adalah alat untuk pembangkit tenaga listrik/menghasilkan
listrik. Persiapan untuk menjalankan genset sebagai berikut :
a. Periksa oli pelumas
b. Periksa bahan bakar solar di tangki solar
c. Periksa air radiator sebagai air pendingin oli
d. Periksa air baterai dengan fan belt kipas
Genset menghidupkan menggunakan kunci kontak, kemudian di start.
Setelah hidup periksa frekuensi dan diset sehingga mencapai 50 Hz. Pada
bahagian ini genset siap dibebani. Suhu minyak pelumas dalam beroprasi 60 0C dan suhu air 40 0C.
IV.3. Pengolahan Limbah (Effluent Treatment)
Fungsinya adalah untuk menetralisir parameter limbah yag masih
terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum (sungai)
atau didistribusikan dengan sistem land apllication. Tujuan pengolahan
limbah adalah:
a. Menghilangkan bahan terapung dan tersuspensi
b. Mengolah bahan organik yang majemuk yang dapat mengalami
biodegradasi
c. Menghilangkan mikroba patogen dan mengurangi kandungan minyak
d. Meningkatkan pengertian mengenai dampak yang ditimbulkan oleh
limbah terhadap lingkungan
e. Melestarikan sumber daya alam dan mengembangkan berbagai metoda
yang sesuai
f. Meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh jangka panjang
limbah
43
Sumber-sumber limbah yang ada di PKS adalah:
a.Stasiun Sterilizer, sekitar 10% dari TBS diolah
b. Stasiun Klarifikasi, sekitar 40% dari TBS diolah
c.Stasiun Kernel, sekitar 10% dari TBS diolah
d. Lain-lain sekitar 10%
Total seluruhnya sekitar 70% dari TBS olah.
IV.3.1. Persyaratan Limbah
Limbah yang dihasilkan di PKS berupa limbah padat dan limbah cair.
Limbah padat berupa cangkang dan fibre yang digunakan sebagai bahan bakar
boiler, tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai pupuk untuk tanaman.
Limbah cair yang dihasilkan harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan
dan tidak dapat dibuang secara langsung ke sungai karena dapat mencemari
sungai. Parameter yang menjadi indikator kontrol untuk membuang limbah
cair adalah angka Biological Oxygen Demand (BOD). Angka BOD adalah
angka yang menunjukkan kebutuhan oksigen yang biasanya diukur dalam
periode 5 hari, sedangkan angka Chemical Oxygen Demand (COD) adalah
angka yang menunjukkan suatu ukuran apakah oksidasi secara kimia dapat
tejadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja effluent treatment adalah :
a. Temperatur, untuk mengendalikan suhu dilakukan dengan menggunkan
cooling tower dan resirkulasi.
b. PH
c. Kedalaman kolam
d. Sistem distribusi
e. Kondisi pompa
f. Kualitas dan kuantitas umpan
g. Jumlah dan kondisi bakteri
44
IV.3.2. Tahapan-tahapan Pengolahan dan Pengendalian Limbah
Tahapan pengolahan limbah yang umumnya di PKS adalah sebagai berikut :
a.Pendinginan
Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada oil trap (fat pit)
mempunyai karakteristik pH : 4 – 4,5 ; suhu 70 – 80 0C, sebelum limbah
dialirkan ke kolam pengasaman suhunya diturunkan menjadi 40 – 45 0C
agar bakteri mesophilic dapat berkembang dengan baik.
b. Pengasaman
Setelah dari menara atau kolam pendingin, limbah akan mengalir ke
kolam pengasaman yang berfungsi sebagai proses prakondisi bagi
limbah sebelum masuk ke kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah akan
dirombak menjadi Volatile Fatty Acid (VFA).
c.Resirkulasi
Ini dilakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobik yang
berakhir ke saluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk
menaikkan pH dan membantu pendinginan.
Pembiakan bakteri yang akan digunakan dalam proses anaaerobik pada
awalnya dipelihara dalam suatu tempat yang bertujuan memulai
pembiakan bakteri. Dalam pembiakan awal perlu ditambahkan nutrisi
yang merupakan sumber energi dalam metabolisme bakteri seperti urea
phosphat dan limbah yang telah diencerkan. Setelah bakteri
menunjukkan perkembangan dengan indikasi tibulnya gelembung-
gelembung gas (biasanya 2 4 hari), bakteri tersebut dimasukkan ke
dalam kolam pembiakan yang sebelumnya telah diisi dengan limbah
matang (telah mengalami proses pengasaman dan netralisasi dengan pH
> 7) dan selanjutnya dialirkan ke dalam kolam anaerobik.
d. Proses Anaerobik
Dari kolam pengasaman limbah akan mengalir ke kolam anaerobik
primer. Karena pH dari kolam pengasaman masih rendah, maka limbah
harus dinetralkan dengan cara mencampurnya dengan limbah keluaran
(pipa outlet) dari kolam anaerobik dengan cara resirkulasi pada hari
45
masukan (inlet) kolam anaerobik. Bersamaan dengan ini bakteri dari
kolam pembiakan dialirkan ke kolam anaerobik. Bakteri anaerobik yang
aktif akan membentuk asam organik dan CO2. selanjutnya bakteri
methane (Methanogenic Bacteria) akan merubah asam organik menjadi
methane dan CO2. BOD limbah pada kolam anaerobik primer masih
cukup tinggi, maka limbah diproses lebih lanjut pada kolam anaerobik
sekunder. Kolam anaerobik sekunder dikatakan beroperasi dengan baik
jika setiap saat nilai parameter utamanya berada pada tetapan dibawah
ini :
a. pH : 6 – 8
b. VFA : <300 mg/l
c. Alkalinitas : > 2000 mg/l
BOD limbah setelah keluar dari kolam anaerobik sekunder maksimum
3500 mg/l dari minimal pH 6.
e.Proses Fakultatif
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri
anaerobik dan prakondisi proses aerobik. Aktivitas ini dapat diketahui
dengan indikasi pada permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan
tampak kehijau-hijauan.
f. Proses Aerobik
Proses yang terjadi pada kolam aerobik adalah proses aerobik. Pada
kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikro heterotrop, yang
membentuk flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba, dalam kolam metode pengadaan oksigen dapat
dilakukan secara alami dan atau menggunakan aerator.
g. Masa Tinggal
Dari seluruh rangkaian proses tersebut di atas, masa tinggal limbah
selama proses berlangsung mulai dari kolam pendinginan sampai air
limbah dibuang ke badan penerima kebutuhan waktu masa kurang lebih
minimal 100 hari.
46
Proses pengolahan dan pengendalian limbah di PKS Rambutan
menggunakan sistem land application dan dalam pendistribusiannya bekerja
sama dengan pihak Kebun Rambutan.
IV.3.3. Bahan Mutu Limbah
Table 4.1 Spesipikasi Limbah Cair Mentah PKS
No Parameter Satuan Kisaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
BOD
COD
Suspended Solid
Total Solid
Minyak dan Lemak
N-NH3
Total N
pH
Suhu
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0C
20.000 – 30.000
40.000 – 60.000
15.000 – 40.000
30.000 – 40.000
5.000 – 12.000
30 – 40
500 – 800
4 – 5
70 - 80
Table 4.2. Spekulasi Limbah Cair untuk Land Application
No Parameter Satuan Kisaran
1
2
3
BOD
Minyak dan Lemak
PH
mg/l
mg/l
3.500 – 5.000
< 600
> 6
47
Table 4.3. Baku Mutu Limbah Cair PKS
No Parameter Kadar maks. (mg/l) Kisaran
1
2
3
4
5
6
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
Amoniak total
sebagai (NH3-N)
100
350
250
25
Total 50
0,25
0,88
0,63
0,063
0.125
PH 6,0 – 9,0
Debit limbah Maksimum 2,5 m3/Ton produksi minyak sawit (CPO)
48
BAB V
ANALISA LABORATORIUM
V. Laboratorium
Laboratorium berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan
kualitas yang dihasilkan selama dan setelah proses produksi berlangsung. Hasil
analisa laboratorium digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan dan
peningkatan proses produksi.
V.1. Proses Pengambilan Contoh Tandan Kosong
Tandan kosong hasil dari proses thresshing.
V.1.1. Peralatan dan Bahan
Alat : a. Gancu
b. Sarung tangan
Bahan : tandan kosong
V.1.2. Intruksi
1. Ambil contoh setelah 1 jam pabrik beroperasi sesuai SD-10-03/01
(Jadwal Pemeriksaan dan Pengujian dalan Proses PKS) dengan
menggunakan gancu dan sarung tangan.
2. Di bawa ke lab untuk dianalisa sesuai dengan
a. WL-09-02/78 : Proses pemeriksaan dan Pengujian Komposisi
minyak sawit
b. WL-09-02/79 : Proses Pengujian dalam pemeriksaan USB
c. WL-09-02/80 : Proses Pengujian dan Pemeriksaan USF.
49
V.2. Proses Pengambilan Contoh Ampas Screw Press
V.2.1. Peralatan dan bahan
Alat : a. Keranjang/ ember tempat contoh
b. Penjepit terbuat dari besi
Bahan : Fibre
V.2.2. Instruksi Kerja
1. Ambil contoh 1 jam setelah pabrik beroperasi sesuai dengan SD-10-03/
01 dengan menggunakan penjepit dan masukkan ke dalam keranjang.
2. Dibawa ke lab untuk dianalisis sesuai dengan
a. WL-09-02/78 : Pemeriksaan komposisi dan lossis minyak sawit
b. WL-09-02/81 :Proses pemeriksaan dan pengujian komposisi dan
lossis kelapa sawit.
V.3. Proses Pengambilan Contoh Crude Oil Tank
V.3.1. Peralatan dan Bahan
Alat : a. Botol contoh
b. Gayung terbuat dari kaleng
Bahan : Crude oil
V.3.2. Intruksi Kerja
1. Ambil contoh 1 jam setelah beroperasi sesuai dengan SD-10-03/01
dengan menggunakan gayung dan masukkan ke dalam botol contoh
dan dibawa ke lab.
2. Lakukan analisa dengan : WL-09-02/78: Proses pemeriksaan dan
pengujian komposisi dan lossis minyak sawit.
50
V.4. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Air Minyak Kelapa Sawit
Definisi :
a. Petridish : cawan yang terbuat dari kaca
b. Oven : alat untuk mengeringkan sampel
c. Desikator : alat untuk menetralkan suhu/ udara
d. Timbangan digital : naraca dengan ketelitian 0,19 gr
e. Beaker gelas : gelas ukur
V.4.1. Peralatan dan Bahan
Alat : a. Petridish
b. Desikator
c. Timbangan analitik
d. Oven
e. Tang jepit
f. Beaker gelas
Bahan : minyak sawit
V.4.2. Instruksi Kerja
Contoh yang sudah tersedia diaduk dengan menggunakan sendok Stainless
Steel hingga merata dalam beaker gelas.
V.4.3. Formulir-formulir
a. FM-10-03/05 : laporan harian mutu produksi
b. FM-10-03/06 : laporan mengukur penilikan pabrik sortasi dan hasil
analisa pabrik
c. FM-10-04/06 : laporan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu minyak
sawit dan inti.
51
V.5. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Air Inti Sawit
V.5.1. Peralatan dan bahan :
Alat : a. Gilingan inti
b. Sendok Stainless Stell
c. Piring alluminium
d. Moisture analizer
Bahan : Inti sawit
V.5.2. Instruksi kerja :
1. Haluskan contoh 100 gr dengan memakai gilingan inti.
2. Hidupkan sistem Moisture Analizer dengan menekan tombol on/
off.
3. Tekan CF, kemudian F untuk menentukan suhu yang diinginkan.
4. Suhu yang diinginkan, misalnya 110 0C. Kemudian tekian tombol
ENTER untuk mengkonfirmasikan suhu tersebut.
5. Pastikan display tertera auto dan VD min. Tekan CF, masukkan
piring aluminium. Tekan ENTER, masukkan contoh di atas piring/
aluminium disk. (Inti halus) sebanyak 10-15 gram hocknya bila ada
bunyi “tit” sekali dan tombol sss berarti system sudah berjalan.
6. Biarkan system berjalan dengan sendirinya. Bila contoh sudah
kering secara otomatis system berhenti dan keluar “tit-tit-tit”.
Setelah itu, angkat hocknya tekan CF dan keluarkan contoh
demikian seterusnya.
7. Contoh hasil yang tertera di layar monitor ke dalam FM 10-03/02
dan log book 05.
8. Bila suhu yang diinginkan tidak berubah, misalnya 110 0C, maka
hanya mengikuti prosedur kerja.
52
V.5.2. Formulir-Formulir
a. FM-10-03/02 : Data Analisa Mutu Produksi, Lossis Inti dan Penilikan
Pabrik
b. FM-10-03/05 : Laporan Harian Mutu Produksi
c. FM-10-03/06 : Laporan Mingguan Penilikan Pabrik, Sortasi, dan Hasil
Analisa Air.
53
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan I di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan dapat
di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit merupakan mata rantai ataupun proses
yang berkelanjutan (cotinous process) antara satu stasiun dengan stasiun
lainnya, dan apabila salah satu rusak (kurang baik prosesnya) akan
menghambat proses di stasiun yang lain, dan untuk peralatan
tunggal/hanya satu jalur,antara lain: Cake Breaker Conveyor (CBC), Nut
Polishing Drum (NPD), Depericarper, bila mengalami kerusakan maka
pengolahan akan berhenti.(stagnasi).
2. Kerusakan alat sebagai kendala utama akan mempertinggi jam stagnas,i
sehingga akan mengakibatkan kapasitas olah turun/kecil dan menyebabkan
penumpukan buah.
3. PKS Rambutan mempunyai kapasitas olah 30 TBS/Jam, namun pada
kenyataanya kapasitas olahnya lebih besar dari yang terpasang.
4. Mutu kadar air dan kadar kotoran Inti Sawit tidak sesuai norma,
dikarenakan ada beberapa mesin tidak bekerja secara optimal pada stasiun
kernel yaitu : Kernel Silo, Ripple Mill, Hydrocyclone ,dan LTDS.
5. Alur proses pengolahan Kelapa Sawit Rambutan telah mengalami inovasi
untuk mendapatkan hasil dengan kualitas kuantitas yang lebih baik.
54