proses pembelajaran sanggar anak alam …eprints.uny.ac.id/29824/1/boy adisakti_10105244041.pdf ·...

301
i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Boy Adisakti NIM 10105244041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2015

Upload: doduong

Post on 06-Feb-2018

261 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

i

PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratanguna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OlehBoy Adisakti

NIM 10105244041

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DESEMBER 2015

Page 2: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

ii

Page 3: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

iii

Page 4: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

iv

Page 5: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

v

MOTTO

Pendidikan bukan sekedar proses dari tidak tahu menjadi tahu, didalamnya

terdapat sebuah proses panjang bagi kemanusiaan.

(Penulis)

Saya dengar, Saya lupa

Saya lihat, Saya ingat

Saya lakukan, Saya paham

Saya temukan, Saya kuasai

(Confusius)

Page 6: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan

untuk:

1. Ibu, Bapak, dan adik tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan

motivasi, perhatian serta semangat yang tiada hentinya.

2. Segenap keluarga besar saya yang senantiasa memberikan doa dan support

untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi

3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta

4. Nusa Bangsaku Indonesia

Page 7: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

vii

PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS

OlehBoy Adisakti

NIM. 10105244041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah proses pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta yang dikatakan berupaya mewujudkan kemanusiaan. Perspektif yang digunakan dalam menelaah proses pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta adalah pedagogi kritis.

Pedagogi kritis dipilih karena kemunculannya yang merupakan kritik dari praktik-praktik pendidikan formal yang dirasa kurang menghargai kemanusiaan.Lebih lanjut jika ternyata proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam Yogyakarta telah sesuai dengan perspektif pedagogi kritis, maka praktik-praktik pembelajaran tersebut dapat diketahui bersama dan dapat dijadikan sebagai alternatif dari praktik-praktik pembelajaran yang sudah ada. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pebelajar dan fasilitator di Sanggar Anak Alam yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles and Huberman, yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga data jenuh. Sumber data utama adalah kata-kata yang disampaikan informan dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pebelajar dan fasilitator. Instrumen penelitian dalam pendekatan kualitatif adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Uji keabsahan data yang digunakan adalah menggunakan triangulasi sumber dan member check.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Sanggar Anak Alam tergolong sebagai sekolah alam yang menyelenggarakan pendidikan alternatif. Proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam identik dengan proses pembelajaranPedagogi kritis. Hal tersebut tampak dari yang pertama yaitu Sanggar Anak Alam melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip proses pembelajaran pedagogi kritis. Kedua, konsep pedagogi kritis seperti pembelajaran berbasis realitas dengan mengajak pebelajar untuk berperan aktif juga peneliti temukan dalam pembelajaran di Sanggar Anak Alam. Selain itu pembelajaran di Sanggar Anak Alam menekankan penggunaan dialog dan menghargai perbedaan individu. Namun Sanggar Anak Alam masih terbelenggu ideologi dominan karena masih mengacu pada kurikulum nasional dan mengupayakan ijasah formal.

Kata kunci: pedagogi kritis, proses pembelajaran Sanggar Anak Alam

Page 8: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM

(SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS” dengan

baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis

menyampaikan banyak ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan

penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberi izin penelitian dalam proses menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Bapak Dr. Sugeng

Bayu Wahyono, M.Si yang telah memberi rekomendasi perizinan

pendidikan.

4. Bapak Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr.

Ch. Ismaniati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

6. Kepala sekolah Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu Mas Yudhis Aridayan

dan pendiri sekolah Ibu Sri Wahyaningsih yang telah memperbolehkan

penulis untuk melakukan penelitian di Sanggar Anak Alam Yogyakarta.

Page 9: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

ix

Page 10: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN............................................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9

C. Batasan Masalah.......................................................................................... 10

D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10

G. Definisi Operasional.................................................................................... 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pedagogi kritis .................................................................... 12

1. Kemunculan Pedagogi Kritis .................................................................. 12

2. Pengertian Pedagogi Kritis...................................................................... 13

3. Diskursus Pedagogi Kritis....................................................................... 15

4. Pembelajaran versi Pedagogi Kritis ........................................................ 21

Page 11: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

xi

B. Kajian tentang Sekolah Alam...................................................................... 26

1. Pengertian Sekolah Alam........................................................................ 26

2. Pembelajaran di Sekolah Alam ............................................................... 27

C. Kajian tentang Pembelajaran....................................................................... 28

1. Pengertian Pembelajaran......................................................................... 28

2. Pembelajaran sebagai sistem................................................................... 29

3. Teori belajar yang menjadi pijakan pedagogi kritis ............................... 33

4. Karakteristik pembelajaran dari perspektif pedagogi kritis.................... 37

5. Model-model pembelajaran berbasis konstruktivistik............................ 42

6. Tahap-tahap pembelajaran dalam pedagogi kritis .................................. 49

a. Tahap perencanaan pembelajaran.................................................... 49

b. Tahap pelaksanaan pembelajaran .................................................... 55

c. Penilaian hasil pembelajaran ........................................................... 59

D. Kedudukan Penelitian dalam perspektif Teknologi Pendidikan .............. 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................. 64

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 66

C. Sumber Data ................................................................................................ 66

D. Subjek Penelitian......................................................................................... 68

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 68

F. Teknik Analisis Data................................................................................... 71

G. Pemeriksaan Keabsahan data ...................................................................... 73

H. Instrumen Penelitian.................................................................................... 74

I. Tahapan-tahapan Penelitian........................................................................ 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian............................................................................................ 77

1. Deskripsi setting dan subjek penelitian .................................................. 77

2. Profil Sanggar Anak Alam Yogyakarta.................................................. 79

a. Latar belakang pendirian.................................................................... 79

b. Sejarah berdirinya Sanggar Anak Alam ........................................... 80

c. Visi dan misi Sanggar Anak Alam Yogyakarta................................. 82

Page 12: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

xii

d. Anggota komunitas belajar Sanggar Anak Alam Yogyakarta ........... 84

e. Jenjang-jenjang pendidikan Sanggar Anak Alam Yogyakarta .......... 88

3. Penyelenggaraan pembelajaran di Sanggar Anak Alam Yogyakarta ..... 89

a. Perencanaan pembelajaran................................................................. 89

b. Pelaksanaan pembelajaran ................................................................. 101

c. Penilaian hasil pembelajaran.............................................................. 127

B. Pembahasan ................................................................................................. 130

1. Pembahasan mengenai Sanggar Anak Alam Yogyakarta ...................... 130

2. Proses pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta dari perspektif Pedagogi Kritis ....................................................................................... 132

a. Perencanaan pembelajaran................................................................. 132

b. Pelaksanaan pembelajaran ................................................................. 136

c. Penilaian hasil pembelajaran.............................................................. 153

3. Konsep pembelajaran Pedagogi Kritis dan konsep pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta .......................................................................... 155

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan.................................................................................................. 162

B. Saran............................................................................................................ 164

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 165

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 166

LAMPIRAN..................................................................................................... 169

Page 13: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Hierarki tujuan pembelajaran ...................................................... 31

Gambar 2. Uji keabsahan data ...................................................................... 73

Gambar 3. Lingkungan Sanggar Anak Alam................................................ 78

Gambar 4. Salah satu ruang kelas di Sanggar Anak Alam ........................... 78

Gambar 5. Struktur kepengurusan Sanggar Anak Alam............................... 85

Gambar 6. Daur belajar Sanggar Anak Alam ............................................... 90

Gambar 7.1 Skema target dasar belajar kelas satu semester satu ................... 96

Gambar 7.2 Skema target dasar belajar kelas satu semester dua .................... 96

Gambar 8.1 Skema target dasar belajar kelas dua semester satu .................... 97

Gambar 8.2 Skema target dasar belajar kelas dua semester dua..................... 98

Gambar 9. Skema target dasar belajar smp semester dua ............................. 99

Gambar 10. Pebelajar kelas 3 sedang membuat kesepakatan kelas ................ 108

Gambar 11. Fasilitator dan pebelajar sedang melakukan wawancara............. 110

Gambar 12 . Pebelajar SMP melakukan wawancara ....................................... 110

Gambar 13. Pebelajar kelas 4 mencatat hasil riset .......................................... 110

Gambar 14. Pebelajar kelas 2 sedang riset pohon........................................... 111

Gambar 15. Pebelajar kelas 1 sedang riset energi........................................... 111

Gambar 16. Pebelajar SMP sedang riset ke vredeburg ................................... 112

Gambar 17. Fasilitator SMP membantu pebelajar membaca.......................... 114

Gambar 18 . Fasilitator dan pebelajar SMP di perpustakaan kota ................... 114

Gambar 19 . Pebelajar mengantre di bank Sanggar Anak Alam...................... 115

Gambar 20 . Pebelajar sedang melakukan transaksi jual beli .......................... 115

Gambar 21 . Berdoa di depan padi yang akan dipanen.................................... 116

Gambar 22 . Penanaman bibit pada rangkaian acara wiwitan ......................... 116

Gambar 23 . Data para pebelajar yang ditulis di papan tulis ........................... 119

Gambar 24 . Fasilitator mengajak pebelajar melakukan penjumlahan dan pengurangan berdasarkan data yang ditulis di papan tulis ......... 122

Page 14: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

xiv

Gambar 25 . Hasil karya pebelajar kelas 3 tentang langkah-langkahpembuatan batu-bata dan telur asin ............................................ 127

Gambar 26 . Telur asin yang dIbuat pebelajar kelas 3................................... 127

Gambar 27 . Pebelajar kelas 4 sedang membuat produk ............................... 127

Gambar 28.1 Contoh soal evaluasi ................................................................. 129

Gambar 28.2 Contoh soal evaluasi ................................................................. 129

Page 15: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

xv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif ...... 46

Tabel 2. Fasilitas belajar Sanggar Anak Alam................................................. 79

Tabel 3. Persamaan konsep Pedagogi Kritis dan Sanggar Anak Alam............ 158

Tabel 4. Perbedaan konsep Pedagogi Kritis dan Sanggar Anak Alam ............ 160

Page 16: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ..................................................................... 170

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ................................................................ 172

Lampiran 3. Pedoman Wawancara .................................................................. 173

Lampiran 4. Catatan Lapangan ........................................................................ 182

Lampiran 5. Catatan Wawancara ..................................................................... 230

Lampiran 6. Dokumentasi................................................................................ 261

Lampiran 7. Analisis data ................................................................................ 263

Lampiran 8. Surat izin penelitian ..................................................................... 281

Lampiran 9. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ......................... 284

Page 17: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Imam Barnadib, Pendidikan adalah usaha sadar dan

sistematis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Manusia memerlukan

usaha sadar agar mampu menyadari kondisi realitas secara objektif untuk

menjadi manusia yang utuh. Manusia yang utuh menurut Paulo Freire

(1984:4) adalah manusia sebagai subjek yang mampu berintegrasi dengan

lingkungan, integrasi muncul dari kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan realitas, ditambah kemampuan kritis untuk mengubah realitas. Realitas

yang sedemikian rumit menjadi tantangan manusia dalam menentukan arah

gerak laju dunia. Hal tersebut dapat dilakukan jika manusia mampu

memandang secara kritis realitas dunia. Pendidikan menjadi perangkat bagi

manusia untuk menumbuhkan kesadaran kritis.

Tilaar (2011:13) menyebutkan bahwa pendidikan mempunyai dua

dimensi yang saling bertautan, yang pertama adalah pendidikan merupakan

suatu hak asasi manusia, dan yang kedua adalah pendidikan merupakan suatu

proses. Menurut Tilaar (2011:13) sebagai suatu hak asasi manusia berarti

bahwa tanpa pendidikan tidak dapat mewujudkan kemanusian dalam diri,

sedangkan pendidikan sebagai suatu proses berarti bahwa menjadi manusia

tidak terjadi dengan serta merta, tetapi merupakan suatu proses kemanusiaan

dalam kebersamaan dengan sesama manusia. Pendidikan berarti merupakan

suatu keharusan bagi manusia. Tidak hanya untuk mewujudkan kesadaran

kritis, pendidikan bertujuan untuk mewujudkan kemanusiaan dalam diri

Page 18: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

2

manusia itu sendiri. Di dalam pendidikan terkandung suatu proses

kemanusiaan yang terjadi dalam interaksi antar sesama manusia.

Idealita pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan kemanusiaan

saat ini justru menjadi arus balik. Interaksi antar manusia dalam pendidikan

yang sejatinya bertujuan untuk mewujudkan kemanusiaan saat ini digunakan

untuk praktik penindasan. Praktik penindasan dalam pendidikan dapat dilihat

dalam pemerintahan Orde baru di Indonesia. Darmaningtyas (2004:7-9)

mengatakan bahwa pada masa orde lama atau pada masa pemerintahan

Presiden Soekarno pendidikan fokus pada mengajarkan baca, tulis, dan

berhitung, mengingat pada waktu itu sebagian besar masyarakat Indonesia

buta huruf Latin sehingga dicanangkan pemberantasan buta huruf, Lalu

setelah memasuki zaman orde baru, Presiden Soeharto menerapkan kebijakan

pendidikan yang dikenal dengan “inpres” atau instruksi presiden dan

pembangunan besar-besaran infrastruktur pendidikan, seiring diberlakukannya

kebijakan tersebut, intervensi pemerintah di dalam pendidikan Indonesia

semakin menajam, mulai dari pakaian sekolah yang diseragamkan hingga

materi-materi pelajaran yang direkayasa untuk menghilangkan sikap kritis

masyarakat.

Praktik-praktik penindasan ternyata tidak hanya berupa regulasi atau

kebijakan pemerintah terhadap sistem pendidikan. Praktik penindasan juga

terjadi dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan praktik dari

penyelenggaraan pendidikan. Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk

membelajarkan pebelajar (Degeng, 1989:90). Sedangkan Nasution dalam

Page 19: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

3

Sugihartono dkk (2007:80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu

aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan pebelajar sehingga terjadi proses belajar. Dalam

konteks tersebut dapat dilihat bahwa pebelajar sebagai orang yang belajar,

harus benar-benar diperlakukan sebagai manusia yang mampu mengem-

bangkan diri di dalam kegiatan pembelajaran. Pebelajar dibantu oleh guru

untuk bersama-sama mengatur lingkungan agar terjadi kondisi yang

memungkinkan pebelajar untuk belajar.

Namun hubungan antara guru dan pebelajar saat ini justru menjadi

pola hubungan penindas dan tertindas. Yang terjadi saat ini pebelajar

dikondisikan untuk patuh terhadap materi-materi yang diberikan guru. Para

guru memperlakukan pebelajar seolah-olah objek yang siap diberikan materi.

Yang dilakukan pebelajar adalah mendengarkan apa yang disampaikan oleh

guru, lalu dicatat dan dihafalkan sebagai bahan belajar. Pada tahap evaluasi

pun yang akan diujikan adalah seputar yang disampaikan oleh guru, sehingga

tampak sekali bahwa guru adalah sumber ilmu dan pebelajar tidak akan

mampu mengembangkan kreativitas, keterampilan, dan ilmu pengetahuan

secara optimal karena pebelajar hanya akan mendapatkan apa yang

disampaikan oleh guru. Pola hubungan yang dibangun antara guru dan

pebelajar adalah pola satu arah. Sejatinya seorang guru seperti yang dikutip

dalam H.A.R Tilaar (2002:88) adalah menjadi fasilitator untuk membantu

pebelajar mentransformasikan potensi yang dimiliki menjadi kemampuan

serta keterampilan yang berkembang dan bermanfaat bagi kemanusian.

Page 20: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

4

Guru-guru juga patuh untuk memberikan materi yang disiapkan oleh

pemerintah. Produk dari pendidikan semacam itu adalah sebuah masyarakat

yang mudah diombang-ambingkan dan digerakkan kesana-kemari bagaikan

sebuah robot. Hal tersebut menyebabkan pendidikan akan kehilangan fungsi

sebagai ruang pencerdasan bagi umat manusia. Seperti yang disebutkan

Darmaningtyas (2004:10) bahwa permasalahan pendidikan di Indonesia saat

ini bukan saja tentang rendahnya anggaran pemerintah atau kurangnya

infrastruktur, namun beban ideologis dan politik yang dipikul oleh pendidikan

nasional teramat berat dan semakin berkurangnya proses pencerdasan itu

sendiri .

Paulo Freire sebagai tokoh pendidikan kritis mengkritik penye-

lenggaraan pendidikan semacam itu, yaitu pendidikan yang tidak kritis,

menjauhkan manusia dari realitas, bahkan menerapkan situasi-situasi yang

menindas ke dalam proses pendidikan. Di dalam konsep pendidikan kritis

Paulo Freire, individu ditempa dengan situasi yang menuntut kesadaran kritis,

seperti konsep pendidikan “hadap-masalah” yang digagas oleh Paulo Freire.

Pemahaman ditemukan dan dibangun sendiri oleh para pelaku atau dalam hal

ini adalah pebelajar.

Gagasan Paulo Freire yang tidak kalah penting yaitu menolak secara

tegas pendidikan “gaya bank”. Pendidikan “gaya bank” merupakan

pengejawantahan praktik penindasan ke dalam pendidikan karena relasi antara

guru dan pebelajar yang menyalahi konsep humanisasi. Menurut Paulo Freire,

pendidikan gaya bank menempatkan seolah-olah pebelajar adalah suatu objek,

Page 21: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

5

yang siap diberi materi-materi oleh para guru. pebelajar mendapatkan peran

yang pasif dan tidak diberi kesempatan untuk menerima peran lebih aktif.

Guru menerapkan konsep bercerita kepada pebelajar, sehingga akan

mengarahkan pebelajar untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang

diceritakan. Sekalipun yang dipaparkan guru mengenai nilai-nilai dan segi-

segi empiris dari realitas, namun dengan konsep bercerita tersebut akan

menjadikan pebelajar menjadi pasif dan hal-hal yang disampaikan oleh guru

hanya menjadi sesuatu yang abstrak. Jika konteks ini dianalogikan, maka

pebelajar dapat disamakan dengan bejana-bejana kosong yang siap diisi oleh

guru. Guru merasa lebih baik jika mampu mengisi materi yang banyak

terhadap pebelajar. Pendidikan yang kritis atau yang membebaskan menurut

Paulo Freire adalah yang menghadirkan sikap partisipatif dan aktif.

Diwujudkan dengan terus menerus melakukan penggalian/pencarian ilmu

pengetahuan dan bersifat dialektis. Saat ini Pedagogi Kritis sebagai kritik

terhadap pembelajaran konvensional mulai berkembang dengan muncul

berbagai nama-nama besar seperti Henry Giroux, Ivan Illich, Ira Shor,

Michael W.Apple.

Berbagai kritik terhadap praktik pendidikan tidak hanya dilakukan oleh

para ahli Pedagogi Kritis di atas, namun juga terjadi di Indonesia. Saat ini di

Indonesia telah muncul berbagai kritik terhadap praktik-praktik pendidikan

yang menindas. Salah satu yang mengkritik pendidikan di Indonesia adalah

Ibu Sri Wahyaningsih yang merupakan aktivis pendidikan. Sebagai seorang

aktivis pendidikan yang pernah berjuang bersama salah satu tokoh

Page 22: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

6

kemanusiaan Romo Mangunwijaya, Sri Wahyaningsih mengkritik pendidikan

di Indonesia yang menjauhkan pebelajar dari realitas dan menciptakan

manusia-manusia robot. Berdasarkan keresahan itulah lalu Sri Wahyaningsih

bersama sang suami yang juga aktivis pendidikan yaitu Bapak Totok

Rahardjo, merespon dengan mendirikan sebuah sekolah Alam yang bernama

Sanggar Anak Alam atau akrab disebut SALAM.

SALAM menyelenggarakan kegiatan pendidikan di Ngestiharjo

Kasihan Bantul Yogyakarta. Tri Wahyu Utami dalam jogja.solopos.com

menyampaikan bahwa mula-mula Sri Wahyaningsih tinggal di daerah di suatu

desa di Lawen Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah. Saat tinggal di daerah

tersebut, Sri Wahyaningsih menemukan suatu realitas yang memilukan, yaitu

kemiskinan di kalangan masyarakat sekitar. Padahal daerah tersebut memiliki

sumber daya alam yang berupa ladang dan sawah dapat dijadikan sumber

pendapatan. Serta angka putus sekolah yang tergolong tinggi di daerah

tersebut semakin melengkapi keprihatinan Sri Wahyaningsih terhadap dunia

Pendidikan. Atas keprihatinan tersebut, Sri Wahyaningsih mendirikan Sanggar

Anak Alam di daerah Lawen Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah

Sri Wahyaningsih lalu pindah ke Yogyakarta dan kembali mendirikan

Sanggar Anak Alam di Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta. Sri

Wahyaningsih mulai konsen ke pendidikan non formal yang berbasis

Alam/lingkungan dan ingin mewujudkan pendidikan yang memanusiakan

pebelajar. Diharapkan dengan didirikan sekolah berbasis alam/lingkungan,

Page 23: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

7

pebelajar tidak hanya belajar angka-angka maupun abjad-abjad, namun juga

mampu membaca kondisi real lingkungan sekitar tempat mereka tinggal.

Setelah peneliti mendapatkan gambaran tentang Sanggar Anak Alam,

lalu dilakukan observasi awal untuk memperkuat asumsi peneliti tentang

Sanggar Anak Alam. Pada observasi awal tersebut, peneliti melakukan

wawancara terhadap pendiri Sanggar Anak Alam yaitu Sri Wahyaningsih.

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa tujuan utama dari Sanggar

Anak Alam adalah terciptanya benang merah antara pendidikan dengan

kehidupan sehari-hari pebelajar. Diketahui pula bahwa pembelajaran di

Sanggar Anak Alam berangkat dari hal-hal nyata dan berupaya untuk

mengintegrasikan pebelajar dengan lingkungan. Sanggar Anak Alam tidak

sepenuhnya berkiblat dari kurikulum yang dirancang dan ditetapkan oleh

pemerintah, oleh sebab itu perencanaan pembelajaran dibuat sendiri oleh

pihak Sanggar Anak Alam dengan menggunakan istilah skema target dasar

belajar yang disusun dua kali dalam satu tahun.

Keilmuan Teknologi Pendidikan adalah salah satu keilmuan yang

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran. Baik itu

sekolah Formal, Non Formal, maupun Informal. Pengembangan ilmu

Teknologi Pendidikan juga terus-menerus dikembangkan dalam bentuk

study/kajian sebagai bentuk komitmen terhadap penyelenggaraan pendidikan

maupun pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada definisi terkini dari

Teknologi Pendidikan tahun 2004 dalam Dewi Salma Prawiradigma (2012:5),

yaitu :

Page 24: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

8

“Study and ethical Practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropiate technological and recources”.

Terdapat kata study atau kajian yang salah satu bentuknya adalah

penelitian guna mengembangkan keilmuan Teknologi Pendidikan. Di dalam

definisi tersebut juga terdapat kata “learning” atau belajar. Belajar sebagai

kawasan Teknologi Pendidikan melingkupi kerja dan karya para teknolog

pendidikan dan pembelajaran (Dewi Salma Prawiradilaga, 2012:56)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap proses pembelajaran Sanggar Anak Alam atau “SALAM”

karena memiliki proses pembelajaran yang anti mainstream. Peneliti

menggunakan perspektif Pedagogi Kritis dalam menelaah proses

pembelajaran yang berlangsung di Sanggar Anak Alam. Pedagogi Kritis

merupakan konsep yang mengusung pendidikan sebagai upaya pembebasan

dengan menumbuhkan kesadaran kritis untuk mewujudkan kemanusiaan.

Sanggar Anak Alam sebagai penyedia proses pembelajaran juga menekankan

terhadap upaya mewujudkan kemanusiaan dalam diri pebelajar. Fokus dalam

penelitian ini adalah upaya Sanggar Anak Alam dalam mewujudkan

kemanusiaan melalui praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan. Hal

tersebut disadari oleh peneliti sebagai seorang calon Teknolog Pendidikan

guna mengimplementasikan dan mengembangkan keilmuan Teknologi

Pendidikan.

Page 25: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat identifikasi beberapa

masalah yang ada yaitu sebagai berikut :

1. Pendidikan di Indonesia yang menjauhkan pebelajar dari realitas dan

lingkungan, sehingga menciptakan manusia-manusia yang tidak peka dan

mudah diombang-ambingkan.

2. Pola hubungan satu arah antara guru dan pebelajar dalam proses

pembelajaran. Guru memperlakukan pebelajar sebagai objek kosong yang

siap diisi oleh guru. Pebelajar tidak mampu mengembangkan potensi diri

di dalam situasi yang demikian.

3. Jarang ditemukan praktik-praktik pembelajaran yang menumbuhkan

kesadaran kritis di Indonesia, sehingga masyarakat menjadi awam

terhadap bentuk-bentuk pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran

kritis.

4. Praktik pembelajaran yang berupaya mewujudkan kemanusiaan di Sanggar

Anak Alam perlu ditelaah dengan menggunakan perspektif Pedagogi Kritis

untuk mengetahui sejauh mana praktik-praktik tersebut telah berlangsung.

5. Penelitian terhadap bentuk-bentuk pembelajaran yang menumbuhkan

kesadaran kritis masih minim dilakukan dalam lingkup Teknologi

Pendidikan.

Page 26: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

10

C. Batasan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok masalah yang ada pada identifikasi

masalah, peneliti membatasi masalah penelitian dengan memfokuskan pada

proses pembelajaran yang diselenggarakan di Sanggar Anak Alam.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah:

Bagaimana proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam dilihat dari

pers-pektif Pedagogi Kritis?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui proses pembelajaran yang terdapat di Sanggar Anak Alam

Yogyakarta.

2. Mengetahui dan menganalisis proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam

dengan menggunakan perspektif Pedagogi Kritis.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Proses Pembelajaran yang

ada di Sanggar Anak Alam dengan menggunakan pendekatan Pedagogi Kritis

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam membangun

keilmuan Teknologi Pendidikan dengan perspektif kritis, karena kondisi

pendidikan di Indonesia saat ini membuat pebelajar menjadi tidak kritis,

Page 27: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

11

dan disiplin ilmu Teknologi Pendidikan merupakan salah satu yang

mampu memecahkan kondisi tersebut.

2. Manfaat Praktis

Secara umum diharapkan mampu memberikan gambaran tentang

bagaimana implementasi Pedagogi Kritis di Indonesia secara lebih jelas,

karena praktik-praktik Pedagogi Kritis di Indonesia yang jarang ditemui.

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran

Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar

(Degeng & Sudana, 1989:90)

2. Pedagogi Kritis

Teori pendidikan dan praktik pembelajaran yang didesain untuk

membangun kesadaran kritis mengenai kondisi sosial yang menindas.

Pedagogi Kritis merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya

menantang dominasi serta keyakinan dan praktik-praktik yang

mendominasi (Monchinski, 2011:10) dalam Rakhmat Hidayat (2013:6).

Page 28: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

12

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pedagogi Kritis

1. Kemunculan Pedagogi Kritis

Pedagogi Kritis diprakarsai oleh seorang warga negara Brazil

bernama Paulo Freire yang lahir pada 19 September 1921. Paulo Freire

tinggal di suatu perkampungan miskin dan kumuh di Recife Brazil. Ide

tentang Pedagogi Kritis muncul dari pengalaman Paulo Freire yang

bermula sejak kecil dari keadaan-keadaan di sekitar lingkungan tempat

tinggal. Beban berat yang dirasakan Freire kecil juga dimulai ketika terjadi

suatu peristiwa yang dinamakan “depresi besar” atau gejolak ekonomi

global pada tahun 1929 yang mengharuskan keluarga Freire untuk pindah

ke perkampungan yang lebih kumuh di Jaboatao dos Brazil. Dari

akumulasi pengamatan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar

lingkungan, Freire pernah mengeluarkan argumen cemerlang terkait

kemiskinan dan pendidikan, yaitu: “saya tidak mengerti apa-apa karena

lapar saya. Aku tidak bodoh. Ini bukan kurangnya minat. Kondisi sosial

yang tidak memungkinkan saya untuk memiliki pendidikan” (Rakhmat

Hidayat, 2013:2-3). Secara singkat, sejak kecil Freire mampu menangkap

fenomena-fenomena sosial yang janggal sehingga menimbulkan kepri-

hatinan sebagai seorang individu. Hingga akhirnya keprihatinan tersebut

mampu mengantarkan freire sebagai sosok yang memberikan pencerahan

terhadap dunia pendidikan.

Page 29: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

13

Semakin mengemukanya Paulo Freire sebagai tokoh Pedagogi

Kritis, diikuti pula dengan kemunculan gerakan-gerakan lain yang

berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan pada dunia pendidikan

untuk menuju ke arah yang humanis dan demokratis. Mula-mula tokoh

bernama Henry Giroux yang mengembangkan pemikiran Paulo Freire

dengan menerbitkan buku berjudul Theory and resistance in education:

Toward a pedagogy for the opposition yang terbit pada tahun 1983. Henry

Giruox merupakan seorang sosiolog yang mengembangkan Pedagogi

Kritis pasca Paulo Freire dan menjadi Freirian. Henry Giroux memiliki

peran yang cukup signifikan dalam mengembangkan pemikiran Pedagogi

Kritis sebagai suatu kajian yang independen. Henry Giroux sangat konsen

dan gigih dalam mengembangkan Pedagogi Kritis dari sebuah warisan

panjang tentang pemikiran sosial radikal dan gerakan progresif , sehingga

gerakan yang dimulai oleh Henry Giroux berkembang dan melahirkan

nama-nama lain seperti; Peter McLaren, Joe. I Kincheloe, Douglas

Kellner, Ira Shor, Stanley Aronowitz, Antonia Darder, Michael W. Apple,

Carlos Alberto Torres, Peter mayo, yang sekaligus menjadi kolega Henry

Giroux dalam berdiskusi untuk merevitalisasi pendidikan emansipatoris

selama kurun waktu 1980 Henry Giroux (Rakhmat Hidayat, 2013:5).

2. Pengertian Pedagogi Kritis

Secara etimologi kata Pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

Paida yang berarti anak-anak dan Agogos yang berarti memimpin, yaitu

Page 30: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

14

suatu ilmu dalam mengajar anak-anak. Pedagogi Kritis dapat dipahami

sebagai suatu ilmu mengajar anak-anak dengan memunculkan kesadaran

kritis terhadap kondisi sosial yang menindas. Anak-anak diajak untuk

menyadari realitas-realitas sosial yang terjadi di masyarakat untuk

selanjutnya dapat diketahui bentuk-bentuk ketidakadilan seperti apa yang

terjadi.

Beberapa pendapat dalam Rakhmat Hidayat (2013:64) yang

menegaskan posisi dan urgensi Pedagogi Kritis sebagai suatu ilmu adalah:

a. Pedagogi Kritis sebagai konsep pendidikan yang mengalami

transformasi di kalangan pendidik yang menjadi strategi baru untuk

menghadapai perubahan konteks sosial dan historis. Pedagogi Kritis

secara tradisional disebut teori pendidikan dan pengajaran serta praktik

belajar yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran kritis pebelajar

mengenai kondisi sosial yang menindas (Voke, 2007)

b. Sebuah proyek politik yang mencoba untuk mengubah struktur

kekuasaan dari kehidupan sehari-hari, di lembaga-lembaga budaya

seperti pendidikan dan media. Membangun kekuatan manusia untuk

menghindari manipulasi dan sekaligus memberdayakan mereka.

(Winter, 2004)

c. Cara untuk membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni,

resistensi, kekuasaan, konstruksi pengetahuan, kelas, politik, budaya,

tindakan emansipatoris ke dalam pembelajaran. (Vavrus, 2007)

Page 31: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

15

d. Respon terhadap pendidikan dalam relasi dengan kekuasaan yang

menindas dan terjadinya ketidaksetaraan dalam lembaga pendidikan.

(Keesing, 2003)

Melihat paparan di atas yang menyatakan bahwa Pedagogi Kritis

merupakan suatu upaya membawa ide-ide kunci untuk memahami realitas

serta gerakan politik yang berupaya untuk mengubah struktur masyarakat

yang dinilai tidak adil, maka Pedagogi Kritis memiliki dua makna, yaitu :

Pedagogi sebagai paradigma berpikir, yaitu dengan selalu

mempertanyakan dan mengkritisi pendidikan itu sendiri dalam hal-hal

fundamental tentang pendidikan baik tataran filosofis, teori, sistem,

kebijakan, dan implementasi. Pedagogi Kritis juga sebagai gerakan sosial.

Tujuan akhir Pedagogi Kritis adalah praksis pendidikan yang egaliter,

humanis, dan berbasiskan critical thinking di kalangan pebelajar.

3. Diskursus Pedagogi Kritis

Manusia merupakan makhluk yang berakal, bebas menentukan

pilihan, mengeluarkan gagasan dan ide, serta melakukan serangkaian

kegiatan-kegiatan produktif yang bersumber dari sikap otonom pada diri

manusia. Sikap otonom tersebut bersumber dari akal budi manusia yang

bebas dan bertanggung jawab. Perlu diingat pula bahwa manusia

merupakan makhluk sosial yang berinteraksi dengan sesama dan alam.

Menjadi manusia berarti menjalin hubungan dengan manusia dan dengan

dunia, menjadi manusia adalah mengalami dunia sebagai realitas objektif

Page 32: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

16

yang tidak tergantung kepada siapapun dan dapat mengerti (Paulo Freire,

1984:3).

Sebagai makhluk yang berakal dan menjalin hubungan dengan

sesama dan dunia, manusia juga merupakan makhluk yang rentan. Yang

dimaksud rentan dalam hal ini adalah pola hubungan yang

mengkhawatirkan antar manusia yang timbul karena superioritas yang

dimiliki oleh beberapa golongan. Superioritas tersebut akan dimanfaatkan

untuk melakukan ketidakadilan terhadap golongan manusia lain yang lebih

inferior. Praktik ketidakadilan tersebut dapat dikatakan sebagai praktik

penindasan. Pola hubungan antara kedua golongan tersebut didasari oleh

semangat penindasan yang mengedepankan prinsip ketidakadilan, dan

akan menimbulkan dikotomi penindas (superior) dan tertindas (inferior).

Di dalam Praktik penindasan tersebut, penindas akan melakukan

eksploitasi terhadap tertindas dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial,

politik, kebijakan, dan ideologi. Hal tersebut berujung pada tenggelamnya

kesadaran manusia yang tertindas.

Sebagai saluran yang mampu memberikan pencerahan kepada

manusia terhadap adanya penindasan, ternyata pendidikan sendiri tidak

luput dari praktik penindasan itu sendiri. Mula-mula praktik penindasan

yang terjadi adalah dengan mengaburkan realitas objektif. Pendidikan

seolah-olah terpisah dari realitas dan menjadi bagian yang independen dari

dunia. Pendidikan yang seperti ini tidak mengakomodir fenomena sosial

dan historitisas dari manusia sebagai suatu kajian untuk membangun

Page 33: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

17

keilmuan. Budaya pendidikan seperti ini biasa disebut dengan budaya

positivisme. Budaya positivisme merupakan penyerapan rasionalitas

teknokratik yang sudah menjadi bentuk dari hegemoni kultural, dan

merupakan bagian dari rasionalitas yang menjelaskan bahwa pengetahuan

berkembang dengan dominasi metodologi ilmiah yang sangat ketat, pun

mereduksi konstruksi pengetahuan menjadi sekedar ilmu yang dibangun

berdasarkan pada generalisasi, dekskripsi, klasifikasi berbagai fenomena

sosial (Rakhmat Hidayat, 2013:77).

Budaya Positivisme pada pendidikan mengklaim bahwa dirinya

merupakan sesuatu yang bebas nilai, yaitu independen, tidak memiliki

hubungan dengan aspek sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain. Maka sifat

dari budaya positivisme adalah anti historisitas. Anti historisitas budaya

positivisme diwujudkan dengan pemberian perlakuan yang sama terhadap

semua pebelajar pada proses pembelajaran. Aspek-aspek seperti

lingkungan sosial, budaya, ekonomi dari masing-masing pebelajar tidak

mendapat perhatian dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sehingga

yang terjadi adalah tidak ada kesinambungan antara realitas dalam

kehidupan pebelajar sehari-hari dengan apa yang ia pelajari di institusi

pendidikan. Sifat-sifat positivisme tersebut yang akhirnya dimanfaatkan

oleh kaum penindas untuk melanggengkan status quo dan bahkan saat ini

budaya positivisme sudah menjadi hegemoni. Hegemoni menurut Gramsci

dalam H.A.R Tilaar (2003:77) adalah kondisi sosial dalam semua aspek

kenyataan sosial yang didominasi dan disokong oleh kelas tertentu. Ketika

Page 34: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

18

budaya Positivisme telah menjadi hegemoni yang dilancarkan oleh kaum

penindas, maka manusia akan tenggelam dalam realitas, tidak mampu

menyadari atas kepentingan siapa dia bertindak, dan akan kehilangan daya

kritis. Menurut Gramsci, bahwa saat ini hegemoni tidak saja merupakan

ideologi hegemonik yang berupa wacana tetapi juga praktik materi yang

membentuk struktur pengalaman sehari-hari. Termasuk saat ini

pengalaman-pengalaman praktis yang ada di sekolah.

Praktik penindasan dalam institusi pendidikan juga dapat dilihat

dalam relasi yang dibangun di dalam kelas. Dalam konteks ini yang

dibicarakan adalah antara guru dan pebelajar. Relasi konvensional ini

menempatkan guru sebagai suatu otoritas yang memiliki kekuasaan penuh

terhadap pebelajar. Kekuasaan penuh tersebut diwujudkan dalam kontrol

terhadap kurikulum, aturan-aturan ketat, dan hal-hal lain yang

melemahkan dan mematikan daya kritis pebelajar. Pola-pola komu-nikasi

antara guru dan pebelajar di dalam kelas juga merupakan pengejawantahan

dari praktik penindasan yaitu dengan menempatkan pebelajar sebagai

pendengar sedangkan guru sebagai pembicara yang bertugas untuk

memberi ilmu pebelajar. Pola konvensional seperti ini diandaikan sebagai

“gaya bank” oleh Paulo Freire.

Gaya bank menurut paulo freire adalah pola komunikasi satu arah

yang dilakukan oleh guru dengan menyampaikan pernyataan-pernyataan

dan pebelajar diarahkan untuk menerima, mencatat, menghafal, dan

mengulangi sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh guru. Maka

Page 35: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

19

dari itu pola seperti ini persis dengan kegiatan menabung di bank.

Dominasi dengan pola berceramah seperti itu oleh Ira Shor juga disebut

dengan Teacher Talk. Pola komunikasi satu arah yang demikian akan

menimbulkan dampak yang akan melemahkan pebelajar, sehingga akan

tercipta suatu kebiasaan yang dinamakan culture of silence.

Adapun ciri-ciri pembelajaran gaya bank/teacher talk adalah

sebagai berikut: a) guru mengajar dan pebelajar diajar, b) guru mengetahui

segala sesuatu dan pebelajar tidak tahu apa-apa, c) guru berpikir dan

pebelajar dipikirkan, d) guru bercerita dan pebelajar patuh mendengarkan,

e) guru menentukan peraturan dan pebelajar diatur, f) guru memilih serta

memaksakan pilihan dan pebelajar menyetujui, g) guru berbuat dan

pebelajar membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan guru, h) guru

memilih bahan serta isi pelajaran dan pebelajar tanpa diminta pendapat

diminta menyesuaikan diri dengan pelajaran itu, i) guru

mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan

jabatan, yang guru lakukan untuk menghalangi kebebasan pebelajar, j)

guru adalah subjek dalam belajar dan pebelajar adalah objek belaka (Paulo

Freire, 1985:51-52). Kebiasaan tersebut memiliki be-berapa dimensi

berdasarkan temuan dan pengalaman lapangan Ira Shor dalam Rakhmat

Hidayat (2013:105) yaitu : pertama, berkembangnya peran yang pasif dari

pebelajar dalam kelas-kelas tradisional dipengaruhi oleh model mengajar

yang membosankan sehingga tidak menghasilkan daya tarik di kalangan

pembelajar; kedua, terjadi pembelajaran pasif dikarenakan otoritas guru

Page 36: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

20

yang dianggap sebagai kebenaran, sehingga pebelajar menjadi subordinasi

dari guru. salah satu hal yang signifikan yang disebabkan dari kondisi

seperti di atas adalah apa yang dinamakan oleh Ira Shor dengan sebutan

Siberian Syndrome, yaitu kondisi yang tidak demokratis di dalam kelas

sehingga menyebabkan pebelajar duduk menjauhi guru. Hal tersebut telah

menjadi pola psikologis yang berulang-ulang, yang diakibatkan dari

otoritas guru yang terlalu besar kepada pebelajar sehingga pebelajar

menganggap hal tersebut sebagai ancaman.

Praktik penindasan yang mengejawantah ke dalam praktik

pendidikan, akan menimbulkan kekhawatiran terhadap kemanusiaan.

Seharusnya lembaga pendidikan menjadi sarana dalam mengasah nilai-

nilai kemanusiaan yang di dalamnya terdapat semangat perjuangan untuk

melawan kebodohan, melawan penindasan, membela yang lemah, dan

memberantas ketidakadilan. Pendidikan bukan sesuatu yang bebas nilai

karena pendidikan mengandung kekuatan politis seperti disebutkan oleh

john Storey dalam what is cultural studies (H.A.R Tilaar, 2003:xxiii) :

”...pedagogy does not represent a neutral site, free from the operations of power and politcs. Far from being the simple transmissiion of ready-made information, pedagogy is for Giroux a site of struggle, a terrain where the complex relations between knowledge and power are worked over”.

Pedagogi Kritis adalah upaya untuk mengembalikan cita-cita pen-

didikan sebagai arena perjuangan dalam melawan penindasan. Melawan

penindasan dengan melakukan upaya-upaya penyadaran Pedagogi Kritis

mencoba memperjelas posisi pendidikan sebagai sebuah gerakan

Page 37: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

21

pendidikan yang konsen terhadap kemanusiaan. Pedagogi Kritis mengkaji

bagaimana pendidikan dapat menyediakan alat bagi individu untuk

mengembangkan potensi dan memperkuat demokrasi, serta

mengembangkan sebuah masyarakat yang egaliter (Rakhmat Hidayat,

2013:13).

4. Pembelajaran versi Pedagogi Kritis

Menurut Voke (2007) dalam Rakhmat Hidayat (2013:6) Pedagogi

Kritis merupakan konsep pedagogi yang telah mengalami transformasi di

kalangan pendidik dan menjadi strategi baru untuk mengahadapi

perubahan konteks sosial dan historis, Pedagogi Kritis secara tradisional

disebut teori pendidikan dan pengajaran serta praktik belajar yang

dirancang untuk meningkatkan kesadaran kritis pebelajar mengenai

kondisi sosial yang menindas. Dalam definisi yang dikemukakan oleh

Voke, jelas sekali bahwa Pedagogi Kritis menempatkan kesadaran yang

kritis menjadi tujuan utama dari praktik Pedagogi Kritis. Paulo Freire

(1984:16) menyebutkan bahwa manusia memiliki tiga (3) tingkat

kesadaran, yakni :

a. Kesadaran semiintransitif

Dalam tahap ini manusia tidak dapat memahami masalah-masalah

yang berada di luar lingkungan kebutuhan biologis. Minat mereka

semata-mata tertuju pada sekitar kelangsungan hidup dan mereka

tidak mempunyai pengertian tentang sisi kehidupan yang berada pada

dataran sejarah. Kesadaran semi intransitif lebih berarti bahwa

Page 38: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

22

lingkungan persepsi manusia terbatas, dan bahwa manusia tidak dapat

menembus tantangan-tantangan yang berada di luar lingkungan

kebutuhan biologis.

b. Kesadaran transitif-naif

Dalam tingkat kesadaran ini, manusia mulai sadar bahwa dirinya

tertindas serta cakrawala telah berkembang dan mereka menanggapi

rangsangan dengan lebih terbuka, tetapi tanggapan-tanggapan ini

masih juga masih juga mempunyai nilai magis. Kesadaran manusia

yang masih menjadi bagian dari massa, dimana perkembangan

kemampuan berdialog masih rapuh dan mudah diselewengkan.

Kesadaran dalam tahap ini mungkin akan dapat diselewengkan

menjadi fanatisme oleh golongan sektarian yang irasional.

c. Kesadaran transitif kritis

Ditandai oleh kematangan menafsirkan masalah; keterangan-

keterangan yang bersifat magis digantikan prinsip-prinsip sebab-

akibat; dengan menguji “penemuan” seseorang dengan keterbukaan

terhadap pembaharuan; dengan usaha-usaha menghindari

penyelewengan-penyelewengan sewaktu memahami masalah dan

menghindari prasangka-prasangka sewaktu menganalisis; dengan

menolak pemindahan tanggung jawab; dengan menolak peran-peran

pasif; dengan argumentasi yang kuat; dengan berdialog bukan dengan

berpolemik; dengan menerima yang baru bukan hanya karena baru

nya dan secara sehat tidak menolak yang lama hanya karena lamanya.

Page 39: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

23

Dalam (Rakhmat hidayat, 2013:28) juga disebutkan bahwa manusia

dalam tahap ini mampu memandang kritis lingkungannya, memi-

sahkan dirinya dengan keadaan sekitar yang menindas, kemudian

bertindak untuk membebaskan dirinya.

Paparan-paparan oleh para ahli Pedagogi Kritis di atas tentu

semakin mempertegas bahwa tujuan dari Pedagogi Kritis adalah

menumbuhkan kesadaran yang kritis bagi siapapun yang terlibat dalam

proses pendidikan, baik guru atau pun pebelajar. Sehingga untuk

mewujudkan kesadaran kritis, diperlukan formula-formula baru dalam

praktik pendidikan/pembelajaran.

Paulo Freire sebagai pencetus lahirnya Pedagogi Kritis telah

mengusulkan suatu bentuk pembelajaran baru, yang merupakan anti-thesis

dari pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran problem

posing/hadap masalah. Kritik utama dalam pembelajaran problem posing

adalah pola hubungan vertikal yang terjadi antara guru dan pebelajar.

Maka dari itu untuk memasuki pendidikan hadap masalah, prasyarat

utamanya ialah menciptakan hubungan yang egaliter antara guru dan

pebelajar, dengan mengedepankan hubungan dialogis diantara kedua

subjek tersebut. Melalui dialog, guru-nya-pebelajar serta pebelajar-nya-

guru tidak ada lagi dan muncul suasana baru: guru-yang-pebelajar dengan

pebelajar-yang-guru, sehingga guru tidak lagi menjadi orang-yang-

mengajar, tetapi orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para

pebelajar, yang pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar,

Page 40: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

24

dan mereka semua bertanggung jawab terhadap suatu proses dalam mana

mereka tumbuh dan berkembang (Paulo Freire, 1985:62).

Relasi yang egaliter antara guru dan pebelajar akan memberikan

pengaruh yang berbeda dalam proses pencarian pengetahuan. Tidak hanya

bentuk komunikasinya yang berubah, namun seperangkat metode serta

“aturan main” dalam proses pembelajaran pun ikut berubah, terutama

adalah keterlibatan aktif pebelajar dalam proses pembelajaran. Seperti

yang pernah dilakukan Ira Shor yang merupakan tokoh Pedagogi Kritis,

Ira Shor membantu kelas dengan mempersilahkan pebelajar untuk

menentukan kelas dengan aturan mereka, silabus, perencanaan, dan

bagaimana mereka akan di evaluasi, serta pebelajar wajib untuk

menandatangani kontrak untuk kelas yang mereka ingin terima tersebut

(Rakhmat Hidayat, 2013:101).

Pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing juga

memiliki karakteristik lain. Rakhmat Hidayat (2013:106) menyebutkan

bahwa selain hubungan guru dan pebelajar yang egaliter dan penggunaan

dialog, dalam metode posing juga menggunakan yaitu riset yang efektif

dan kolaboratif, pendekatan kritis terhadap standar pengetahuan barat,

dorongan untuk respons yang aktif terhadap pengetahuan dan wawasan

yang baru, kurikulum yang baru diambil dari budaya dan kehidupan

pebelajar, dan keingintahuan mereka yang alami dalam kehidupan sehari-

hari. Penggunaan riset yang efektif dan kolaboratif sebagai suatu

pendekatan dalam pencarian pengetahuan juga pernah diperkenalkan

Page 41: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

25

dengan nama yang berbeda oleh tokoh pendidikan progresif lainnya, yaitu

John Dewey. John Dewey menyebutkan bahwa proses belajar yang

dilakukan oleh anak, menggunakan cara yang sama dengan yang

dilakukan ilmuwan. Adapun model belajar dari John Dewey adalah

sebagai berikut : (1) Menyadari adanya masalah, (2) merumuskan

masalah, (3) mengajukan hipotesis pemecahannya, (4) mengevaluasi

konsekuensi hipotesis berdasarkan pengalaman masa lalunya, (5) menguji

solusi yang paling mungkin (Rakhmat Hidayat, 2013:44). Model belajar

gaya ilmuwan tersebut juga lazim disebut learning by doing (belajar

sambil melakukan).

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam

pembelajaran khas Pedagogi Kritis relasi guru/pendidik dan pebelajar

adalah egaliter. Pebelajar juga memiliki andil yang cukup besar dalam

proses pencarian pengetahuan. Namun bukan berarti bahwa guru tidak

memiliki peran penting dalam pembelajaran khas Pedagogi Kritis. Paulo

Freire (1985:63) mengemukakan peran guru dalam pembelajaran

sebaiknya tidak menganggap obyek-obyek yang dapat dipahami sebagai

milik pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi para pebelajar serta dirinya

sendiri, dan dengan cara ini pendidik hadap-masalah secara terus menerus

memperbaharui refleksinya di dalam refleksi para pebelajar, yang dimana

pebelajar telah menjadi rekan pengkaji yang kritis melalui dialog dengan

pendidik/guru, sehingga peran pendidik/guru dalam pendidikan hadap-

masalah adalah menciptakan bersama dengan pebelajar, suatu suasana di

Page 42: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

26

mana pengetahuan pada tahap doxa diganti dengan pengetahuan sejati

pada tahap ilmu/logos.

B. Kajian tentang Sekolah Alam

1. Pengertian Sekolah Alam

Sekolah alam menurut Efrita Djuwita (2010) adalah salah satu

bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media

utama sebagai pembelajaran bagi pebelajarnya, dalam hal ini penggunaan

alam sebagai media belajar ini diharapkan agar kelas pebelajar jadi lebih

perhatian dengan lingkungan dan mampu mengaplikasikan pengetahuan

yang dipelajari. Menurut Lendo Novo (2009), pendiri sekolah alam

ciganjur, sekolah alam terinspirasi oleh pemanfaatan alam, kehidupan, dan

lingkungan sebagai media pembelajaran. Kata alternatif menunjukkan

bahwa Sekolah alam memiliki penawaran yang berbeda dari sekolah-

sekolah yang formal pada umumnya. Sekolah formal pada umumnya

menggunakan metode konvensional yang mengedepankan guru sebagai

sumber ilmu utama dan media utama pembelajarannya adalah buku paket.

Sekolah Alam memanfaatkan alam sekitar sebagai media pembelajaran

utama. Dengan memanfaatkan alam sebagai sumber belajar sekaligus

media belajar, pebelajar diharapkan mampu meng-implementasikan ilmu

yang didapatkannya. Dengan begitu ilmu tidak menjadi suatu hal yang

abstrak dan tidak jelas penggunaannya. Seperti yang diungkapkan oleh

Ester Lince Napitupulu (2009) dalam sebuah liputan sekolah alam

Page 43: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

27

memiliki konsep untuk mengajak anak-anak berinteraksi langsung dengan

alam dan memanfaatkan alam sebagai sumber belajar setiap harinya.

Pembelajaran tak lagi abstrak bagi pebelajar karena mereka dapat langsung

menerapkannya dengan media belajar yang ada di alam. Pendapat tersebut

menegaskan bahwa sekolah alam ingin mengintegrasikan ilmu yang

didapat langsung dengan kehidupan nyata. Mengaplikasikan langsung di

kehidupan nyata berarti pebelajar akan bersentuhan langsung dengan

realitas. Ketika pebelajar bersentuhan langsung dengan realitas, maka

pebelajar akan memahami realitas. Pebelajar akan memiliki peran dan

campurtangan langsung terhadap realitas.

2. Pembelajaran di Sekolah Alam

Menurut Dian Purnama (2010 : 86), Sekolah alam tetap mengacu

pada kurikulum depdiknas tetapi sekolah alam juga tetap meramu sendiri

kurikulum sesuai dengan tujuan sekolah. Pembelajaran di Sekolah alam

tidak benar-benar terlepas dari kurikulum dekdiknas. Terdapat hal-hal dari

sekolah formal yang bisa diintegrasikan ke dalam sekolah alam, tentu saja

dengan diramu sesuai dengan tujuan-tujuan sekolah alam.

Menurut Agus Thohir (2010), konsep pembelajaran yang dipakai

dalam sekolah alam adalah dengan cara belajar sambil bermain dengan

harapan orientasi fokusnya mengembangkan kelebihan yang dimiliki anak

dengan metode pencarian yang tidak baku dan relatif menyenangkan

diterima anak dalam bentuk permainan tertentu. Pendapat di atas

menegaskan bahwa sekolah alam menempatkan belajar berpusat pada

Page 44: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

28

pebelajar, karena berfokus pada mengembangkan kelebihan yang dimiliki

oleh anak. Metode pencarian yang tidak baku memberikan keleluasan bagi

pebelajar untuk menentukan sendiri sesuatu yang akan mereka pilih dan

tidak terpaku dengan sesuatu yang kaku.

C. Kajian tentang Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Degeng & Sudana (1997:1) mengatakan bahwa pembelajaran

didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar, dalam

definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan

memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode/strategi yang optimal

untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan, bahkan kegiatan-

kegiatan inilah yang sebenarnya merupakan kegiatan inti pembelajaran.

Sedangkan Oemar Hamalik (2008:37) menyebutkan bahwa pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Manusia sebagai subjek pembelajaran melakukan serangkaian

strategi untuk menghasilkan kondisi yang mampu mendukung manusia

untuk belajar. Syaiful Sagala (2006:63) menyebutkan beberapa

karakteristik pembelajaran yang mendukung pebelajar untuk belajar, yaitu

:

a. Proses pembelajaran melibatkan proses mental pebelajar secara

maksimal dan bukan hanya menuntut pebelajar sekedar mendengar,

Page 45: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

29

mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas pebelajar dalam proses

berpikir.

b. Pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab

terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan berfikir pebelajar, yang pada gilirannya kemampuan

berfikir itu dapat membantu pebelajar untuk memperoleh pengetahuan

yang mereka konstruksi sendiri.

Dengan memperhatikan kedua hal tersebut, pembelajaran

diharapkan mampu benar-benar mendukung dan mengembangkan

kemampuan belajar anak. Selain itu, agar benar-benar berjalan sesuai

dengan harapan, maka pembelajaran harus tertata dengan baik menjadi

suatu sistem.

2. Pembelajaran sebagai Sistem

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan komponen-

komponen, dimana masing-masing komponen memiliki fungsi tertentu

yang saling berinteraksi/berhubungan antara satu dengan lainnya yang

secara keseluruhan memiliki tujuan tertentu (Zainal Arifin Ahmad,

2012:55) . Pernyataan di atas menunjukkan bahwa sistem merupakan suatu

kesatuan, yang terdiri dari bermacam-macam hal, yang memiliki suatu

tujuan seperti dalam pembelajaran.

Davis (1974:30) dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum &

Pembelajaran (2011:132) menyebutkan bahwa learning system me-

nyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman

Page 46: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

30

belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang

mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Deni

Darmawan & Permasih dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum &

Pembelajaran (2011:132) juga menambahkan bahwa konsep tersebut

dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat

komponen-komponen pebelajar atau pebelajar, tujuan, materi, fasilitas dan

prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Pernyataan para

ahli tersebut memperjelas bahwa pembelajaran terdiri dari berbagai

macam komponen. Komponen-komponen tersebut saling berintegrasi

untuk menciptakan suatu kondisi belajar.

Lebih lanjut jika komponen-komponen pembelajaran tersebut

dijabarkan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan

Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai

oleh kegiatan pembelajaran, dimulai dari tujuan pembelajaran (umum

dan khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi

untuk menuju tujuan yang lebih tinggi tingkatannya, seperti

membangun manusia yang sesuai dengan yang dicita-citakan (Tim

Pengembang MKDP Kurikulum & Pembe-lajaran, 2011:148). Tujuan

pembelajaran merupakan hal utama yang diusahakan dari terintegrasi

nya berbagai komponen yang ada di dalam pembelajaran.

Page 47: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

31

Menurut Toto Fathoni dan Cepi Riyana dalam Tim Pengembang

MKDP Kurikulum & Pembelajaran (2011:149) hierarki tujuan

pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut :

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

MEMBENTUK MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA

TUJUAN INSTITUSIONAL

JENJANG DAN JENIS PERSEKOLAHAN

TUJUAN KURIKULER

MATA PELAJARAN/BIDANG STUDI

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

MATA PELAJARAN/BIDANG STUDI

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

PERSATUAN KBM/BAHASAN

Gambar 1. Hierarki Tujuan Pembelajaran

b. Pebelajar

Page 48: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

32

Pebelajar sebagai pihak yang berkepentingan di dalam proses

belajar mengajar, sebab tujuan yang harus dicapai semata-mata untuk

pebelajar, sehingga lebih bijaksana jika dalam faktor belajar mengajar

didasarkan atas faktor pebelajar (Tim Pengembang MKDP Kurikulum

& Pembelajaran, 2011:156). Faktor pebelajar adalah hal yang penting

untuk diperhatikan. Dengan tidak mengindahkan pebelajar dalam

merencanakan pembelajaran, maka pembelajaran tidak akan menjadi

suatu hal yang berarti bagi pebelajar.

c. Guru atau pendidik

Guru adalah salah satu faktor yang penting, pertimbangan faktor-

faktor lain dalam pembelajaran juga bergantung atas kreativitas guru,

kemampuan guru mempengaruhi proses pembelajaran (Tim

Pengembang MKDP Kurikulum & Pem-belajaran, 2011:157).

Pernyataan di atas juga menunjukkan bahwa guru adalah salah satu

penentu kesuksesan dalam proses pembelajaran.

d. Materi

Materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yang

berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik atau sub topik

rinciannya, dan secara umum dapat dipilah menjadi tiga unsur, yaitu

logika (pengetahuan tentang salah-benar), etika (pengetahuan tentang

baik-buruk), Estetika (pengetahuan tentang indah-jelek) berupa

muatan nilai seni (Tim Pengembang MKDP Kurikulum &

Page 49: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

33

Pembelajaran, 2011:152). Materi merupakan sesuatu yang di produksi

dan diolah di dalam proses pembelajaran.

e. Media

Yusuf Hadi Miarso (2009:458) mengatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Dapat dikatakan bahwa media adalah hal yang mendukung terjadinya

proses pembelajaran yang lebih kreatif dan menyenangkan, serta dapat

memberikan rangsangan-rangsangan untuk berpikir lebih aktif.

f. Lingkungan

Adalah tempat di mana proses belajar mengajar berlangsung, yaitu

meliputi keadaan, kondisi, dan berbagai macam perlengkapan yang

tersedia (Yusuf Hadi Miarso, 2009:534). Lingkungan yang mampu

menunjang proses pembelajaran dengan baik, akan menghasilkan hasil

yang baik pula.

3. Teori belajar yang menjadi pijakan Pedagogi Kritis

Seperti telah diketahui bahwa Pedagogi Kritis adalah sebuah

konsep pedagogi yang bertransformasi untuk menghadapi tantangan sosial,

politik, dan historis. Tujuan utama Pedagogi Kritis adalah menumbuhkan

kesadaran kritis pebelajar terhadap kondisi sosial yang menindas. Untuk

Page 50: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

34

mewujudkan kesadaran kritis tersebut, Pedagogi Kritis mengubah

pandangan tentang kegiatan pembelajaran yang konvensional.

Pedagogi Kritis menolak pembelajaran konvensional yang

mengedepankan guru sebagai sumber ilmu utama. Dalam pembelajaran

konvensional, guru melakukan transfer ilmu kepada pebelajar dan

menganggap pebelajar adalah objek-objek yang tidak mengerti apa-apa

sehingga perlu diberi materi-materi pelajaran. Dalam istilah Pedagogi

Kritis, pembelajaran yang menempatkan guru sebagai sumber ilmu utama

disebut dengan pembelajaran gaya bank/teacher talk. Paulo Freire

(1985:51-52) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran gaya bank/teacher talk

adalah sebagai berikut: a) guru mengajar dan pebelajar diajar, b) guru

mengetahui segala sesuatu dan pebelajar tidak tahu apa-apa, c) guru

berfikir dan pebelajar difikirkan, d) guru bercerita dan pebelajar

mendengarkan, e) guru menentukan peraturan dan pebelajar diatur, f) guru

memilih serta memaksakan pilihan dan pebelajar menyetujui, g) guru

berbuat dan pebelajar membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan

guru, h) guru memilih bahan serta isi pelajaran dan pebelajar tanpa diminta

pendapat diminta untuk menyesuaikan diri dengan pelajaran itu, i) guru

mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan

jabatan, yang guru lakukan untuk menghalangi kebebasan pebelajar, j)

guru adalah subjek dalam belajar dan pebelajar adalah objek belaka.

Pembelajaran gaya bank membuat pebelajar tidak mampu

mengembangkan kesadaran kritis, menghilangkan daya kreatif pebelajar,

Page 51: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

35

dan menimbulkan kemandegan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain,

pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran konvensional adalah

pendekatan teacher centered.

Pembelajaran gaya bank merupakan salah satu perwujudan dari

teori belajar pembelajaran behavioristik. Behavioristik menekankan

pemberian stimulus yang diberikan oleh guru dan respon yang dihasilkan

oleh pebelajar. Dalam pandangan ini, belajar merupakan perubahan

tingkah laku yang disebabkan interaksi antara stimulus dan respon.

Walaupun dari para ahli koneksionis terdapat beberapa perbedaan, namun

mereka bersepakat untuk memandang persoalan pembelajaran sebagai

persoalan hubungan antara stimuli dan respon (Hill Winfred, 2012:32).

Stimulus merupakan masukan atau input, sedangkan respon merupakan

keluaran atau output. Teori behavioristik cenderung mengarahkan

pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif,

pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan yaitu

membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga

menjadikan pebelajar untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi (Asri

Budiningsih, 2008:25-26). Behavioristik cenderung mementingkan hasil

daripada proses. Hasil yang didapatkan pebelajar harus sesuai dengan apa

yang diberikan oleh guru.

Pandangan pembelajaran Pedagogi Kritis memiliki bentuk-bentuk

yang sama seperti teori belajar pembelajaran konstruktivistik. Kedua

pandangan tersebut sama-sama menolak pembelajaran behavioristik yang

Page 52: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

36

mengedepankan hubungan searah dari guru kepada pebelajar, menolak

belajar berdasarkan pada fakta/konsep/kaidah yang kaku untuk dihafalkan,

dan menolak belajar yang berisi materi-materi dari guru berupa fakta-fakta

yang lepas dari pengalaman pebelajar. Pembelajaran Pedagogi Kritis dan

konstruktivistik sama-sama menekankan pada keaktifan pebelajar.

Konstruktivistik menawarkan kegiatan yang bermakna bagi

pebelajar. Adapun ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik yang

dikemukakan oleh Baharuddin & Wahyuni (2009:109) adalah sebagai

berikut: (a) memberi peluang kepada pebelajar untuk membina

pengetahuan baru melalui keterlibatan dalam dunia yang sebenarnya, (b)

mendorong ide-ide pebelajar sebagai panduan merancang pengetahuan, (c)

mendukung pembelajaran secara kooperatif, (d) mendorong dan menerima

usaha dan hasil yang diperoleh pebelajar, (e) mendorong pebelajar untuk

mau bertanya dan berdialog dengan guru, (f) menganggap pembelajaran

sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran, (g)

mendorong proses inkuiri pebelajar melalui kajian dan eksperimen.

Disebutkan pula oleh Asri budiningsih (2008:65) bahwa pembelajaran

konstruktivistik memiliki karakteristik yang membebaskan pebelajar dari

belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan,

menempatkan pebelajar sebagai kekuatan timbulnya interes untuk

membuat hubungan diantara ide dan gagasan pebelajar itu sendiri lalu

memformulasikan kembali ide-ide tersebut dan membuat kesimpulan, dan

memahami bersama-sama bahwa proses belajar serta penilaian merupakan

Page 53: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

37

suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak

mudah dikelola. Pembelajaran Pedagogi Kritis dan konstruktivistik

menggunakan pendekatan student centered.

4. Karakteristik pembelajaran dari perspektif Pedagogi Kritis

Dalam sub bab sebelumnya telah diketahui bahwa di dalam

pembelajaran terdapat komponen-komponen yang bekerja sebagai suatu

sistem yang saling terintegrasi satu dengan yang lain. Setiap pembelajaran

yang dilakukan memiliki karakteristik komponen pembelajaran yang

berbeda.

Pedagogi Kritis sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan

pendekatan student centered memiliki karakteristik komponen

pembelajaran yang berbeda dari karakteristik pembelajaran konvensional.

Adapun karakteristik komponen pada pembelajaran Pedagogi Kritis adalah

sebagai berikut :

a. Tujuan Pembelajaran

Pedagogi Kritis memiliki tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Adapun tujuan pembelajaran Pedagogi Kritis adalah :

1) Meningkatkan partisipasi dan keaktifan pebelajar dalam

pembelajaran sehingga terwujud manusia yang aktif dan mampu

menemukan sendiri pengetahuannya.

2) Pedagogi Kritis dibangun atas dasar critical thinking untuk selalu

mempertanyakan dan mengkritisi (Rakhmat hidayat, 2013:7).

Page 54: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

38

3) Membawa pebelajar beralih dari kesadaran semi-intransitif

menjadi transitif-kritis berdasarkan tipologi kesadaran Paulo

Freire.

4) Winter dalam Rakhmat Hidayat (2013:7) menyebutkan bahwa

Pedagogi Kritis merupakan proyek politik yang mencoba

mengubah struktur kekuasaan dari kehidupan sehari-hari , di

lembaga-lembaga budaya seperti pendidikan dan media.

5) Tujuan akhir Pedagogi Kritis adalah melahirkan praksis

pendidikan yang egaliter, humanis, demokratis berbasiskan

critical thinking di kalangan pebelajar. Pedagogi Kritis juga

merupakan gerakan sosial yang ingin membongkar praktik

pendidikan yang membelenggu dan dilakukan di kalangan status

quo (Rakhmat Hidayat, 2013:8).

Tujuan pembelajaran merupakan hal mendasar yang di dalamnya

dapat diketahui sebab-sebab diselenggarakan kegiatan pembelajaran.

Dari kelima tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa Pedagogi Kritis

memiliki tujuan untuk memberdayakan pebelajar agar terlibat aktif

dan partisipatif dengan praktik pendidikan yang egaliter, humanis,

demokratis dan membawa pebelajar memperoleh kesadaran kritis.

b. Pebelajar

Pebelajar merupakan alasan utama kegiatan pembelajaran

diselenggarakan. Pebelajar sebagai pihak yang berkepentingan di

dalam proses belajar mengajar, sebab tujuan yang harus dicapai

Page 55: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

39

semata-mata untuk pebelajar, sehingga lebih bijaksana jika dalam

faktor belajar mengajar didasarkan atas faktor pebelajar (Tim

Pengembang MKDP Kurikulum & Pembelajaran, 2011:156).

Pada Sub bab mengenai teori belajar yang menjadi pijakan

Pedagogi Kritis telah disebutkan bahwa Pedagogi Kritis memiliki

tipikal pembelajaran yang sama dengan konstruktivistik, yaitu

menolak peran pasif dari pebelajar dan dominasi guru dalam

pembelajaran. Pembelajaran Pedagogi Kritis mengajak pebelajar

untuk berperan aktif dalam pencarian ilmu pengetahuan.

Dalam sub bab mengenai pembelajaran versi Pedagogi Kritis telah

disebutkan beberapa peran aktif pebelajar dalam pembelajaran

Pedagogi Kritis. Bentuk peran aktif pebelajar misalnya tampak pada

aktivitas yang pernah dilakukan Ira Shor yang merupakan tokoh

Pedagogi Kritis. Ira Shor membantu kelas dengan mempersilahkan

pebelajar untuk menentukan kelas dengan aturan mereka, silabus,

perencanaan, dan bagaimana mereka akan di evaluasi, serta pebelajar

wajib untuk menandatangani kontrak untuk kelas yang mereka ingin

terima tersebut (Rakhmat Hidayat, 2013:101). Dalam contoh

pembelajaran Pedagogi Kritis seperti yang dilakukan Ira Shor tersebut

menjelaskan bahwa Pedagogi Kritis memberikan wewenang kepada

pebelajar untuk mengatur sendiri pembelajaran yang akan dilakukan

karena pebelajar adalah pusat pembelajaran.

Page 56: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

40

c. Guru

Telah disebutkan sebelumnya pada sub bab mengenai teori belajar

yang menjadi pijakan Pedagogi Kritis bahwa Pedagogi Kritis menolak

dominasi guru di dalam kelas seperti dalam pembelajaran

konvensional. Keesing dalam Rakhmat Hidayat (2013:7)

menyebutkan bahwa Pedagogi Kritis merupakan respons pendidikan

untuk relasi kekuasaan yang menindas dan terjadinya ketidaksetaraan

dalam lembaga pendidikan, sehingga posisi guru yang mendominasi

tidak boleh terjadi karena hal tersebut merupakan bentuk

pengejawantahan dari penindasan

John Dewey mengemukakan bahwa dalam pendidikan progresif

guru harus menempatkan diri sebagai fasilitator yang mendorong

pebelajar untuk melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang

diminati (Rakhmat Hidayat, 2013:46). Guru tidak lagi sebagai

pendominasi kelas yang membuat posisi pebelajar sebagai objek yang

harus diisi dengan pengetahuan. Guru dalam Pedagogi Kritis harus

percaya bahwa pebelajar mampu untuk menemukan pengetahuan

sendiri dan perlu untuk diberikan motivasi dan dorongan agar

pebelajar benar-benar berada di jalur penemuan pengetahuan. Henry

Giroux dalam Rakhmat Hidayat (2013,91) menyebutkan bahwa guru

adalah intelektual transformatif yang dapat mendidik pebelajar untuk

aktif, kritis dan berbicara menentang ketidakadilan ekonomi, politik,

dan sosial baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan kata lain,

Page 57: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

41

guru harus mampu menjadi fasilitator bagi pebelajar untuk

berhubungan dengan dunia nyata dan merasakan kondisi realitas agar

pebelajar mampu menemukan sendiri pengetahuannya.

d. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dalam Pedagogi Kritis bukan merupakan

sesuatu yang baku yang sudah ditentukan sebelumnya seperti dalam

pembelajaran konvensional, akan tetapi sepenuhnya materi

pembelajaran didasarkan atas diri pebelajar terutama pengalaman-

pengalaman pebelajar. Sebagai tokoh Pedagogi Kritis Paulo Freire

mempromosikan kegiatan pendidikan yang didasarkan atas

pengalaman hidup peserta, karena sesungguhnya hal tersebut

merupakan upaya pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri

(Rakhmat Hidayat, 2010:28). Pengalaman pebelajar dijadikan sebagai

bahan untuk materi agar tercipta hubungan antara ilmu pengetahuan

dan realitas pengalaman pebelajar sehari-hari.

e. Lingkungan

Pedagogi Kritis sesungguhnya menekankan penggunaan ruang

yang fleksibel dan tidak terbatas di dalam ruang kelas. Paulo Freire

justru menyarankan penggunaan alam sebagai lingkungan natural

dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah pendidikan populer.

Pendidikan populer adalah berbasis di alam dan menolak gagasan

pendidikan satu arah (Rakhmat Hidayat, 2010:30).

Page 58: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

42

5. Model-model pembelajaran berbasis konstruktivistik

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran Pedagogi Kritis

berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Karakteristik pembelajaran

yang ada dalam Pedagogi Kritis juga tidak berbeda dari konstruktivistik

yang menekankan pada keaktifan pebelajar dan memandang pembelajaran

sebagai suatu hal yang tidak kaku.

Beberapa model pembelajaran berbasis konstruktivistik yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran Pedagogi Kritis antara lain:

a. Model pembelajaran kontekstual

Nurhadi dalam (Rusman, 2011:189) mengungkapkan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata

pebelajar dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model

pembelajaran kontekstual menekankan terciptanya hubungan antara

hal-hal yang dipelajari pebelajar bersama guru dengan kehidupan

pebelajar sehari-hari agar tercipta makna dan kesadaran kritis dari

pebelajar terhadap kondisi realitas.

Teori belajar konstruktivistik tampak sangat mempengaruhi model

pembelajaran kontekstual, karena dalam model ini hubungan antara

guru dan pebelajar tidak lagi sebagai transformasi pengetahuan,

namun sebagai kegiatan fasilitasi belajar oleh guru terhadap pebelajar.

Page 59: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

43

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model yang memberikan

fasilitas kegiatan belajar pebelajar untuk mencari, mengolah, dan

menemukan pengalaman belajar yang bersifat lebih konkret (terkait

dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas pebelajar

dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri, sehingga

pembelajaran tidak sekedar berorientasi pada produk atau hasil namun

sebagai sebuah proses (Rusman, 2011:190).

Adapun skenario pembelajaran kontekstual yang disebutkan oleh

Rusman (2011:199) adalah sebagai berikut :

1) Mengembangkan pemikiran pebelajar untuk melakukan kegiatan

belajar lebih bermakna apakah dengan cara sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

baru yang harus dimiliki. Guru harus membimbing pebelajar untuk

menempuh hal-hal yang disebutkan di atas.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik

yang diajarkan.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu pebelajar dengan memunculkan

pertanyaan-pertanyaan.

4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan

kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui

ilustrasi, model, bahkan media sebenarnya.

Page 60: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

44

6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan

yang sebenarnya pada setiap pebelajar.

b. Model pembelajaran berbasis masalah/problem based instruction.

Dalam sub bab mengenai pembelajaran versi Pedagogi Kritis telah

dijelaskan bahwa Paulo Freire yang merupakan tokoh Pedagogi Kritis

telah mempromosikan bentuk pembelajaran yang lebih demokratis

dan dilandasi atas realitas, yaitu problem posing atau yang lebih

familiar disebut dengan problem based instruction.

Bern dan Erickson dalam Kokom Komalasari (2010:59)

menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah

pembelajaran yang melibatkan pebelajar dalam memecahkan masalah

dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari

berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran berbasis masalah mengajak

pebelajar untuk aktif berhadapan dengan masalah dan menggunakan

berbagai disiplin ilmu dalam melihat masalah yang ada.

Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat langkah-langkah

pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dan pebelajar.

Menurut Kokom Komalasari (2010:59) langkah-langkah pembelajaran

berbasis masalah adalah sebagai berikut:

Page 61: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

45

1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan

sarana atau alat pendukung yang dIbutuhkan. Guru memotivasi

pebelajar untuk terlibat akivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2) Guru membantu pebelajar mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)

3) Guru mendorong pebelajar untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4) Guru membantu pebelajar dalam merencanakan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas

dengan temannya.

5) Guru membantu pebelajar untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka

gunakan.

c. Model pembelajaran kooperatif

Tom V. Savage dalam Rusman (2011:203) menyebutkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan

oleh pebelajar dengan menekankan kerjasama dalam kelompok.

Kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif membagi pebelajar

ke dalam beberapa kelompok dan menuntut tanggung jawab pebelajar

sebagai pribadi dan sebagai anggota kelompok. Hal tersebut didukung

oleh Slavin dalam Kokom Komalasari (2010:62) yang menyebutkan

Page 62: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

46

bahwa keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada

kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu

maupun secara kelompok.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang

dikemukakan oleh Rusman (2011:211) adalah sebagai berikut :

Tabel. 1 langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah laku guru

Tahap 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi pembelajar

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan elajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi pebelajar belajar

Tahap 2Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada pebelajar dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Tahap 3Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien

Tahap 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar ada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Tahap 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

d. Model pembelajaran Inquiry

Pembelajaran Pedagogi Kritis sangat menekankan pada proses

penemuan pengetahuan sendiri oleh pebelajar. Telah disebutkan dalam

sub bab mengenai pembelajaran versi Pedagogi Kritis bahwa belajar

yang baik menurut salah satu tokoh pendidikan progresif John Dewey

adalah dengan menggunakan cara-cara seperti ilmuan atau

eksperimen. Cara-cara seperti ilmuwan yang dimaksud adalah dengan

Page 63: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

47

learning by doing atau belajar sambil melakukan. Model pembelajaran

yang menggunakan konsep learning by doing adalah model

pembelajaran inquiry.

Menurut piaget (mulyasa, 2008:108) bahwa model pembelajaran

inquiry adalah model pembelajaran yang mem-persiapkan pebelajar

pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar

melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta

menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan

pebelajar lain. Dengan kata lain, pebelajar akan diajak melakukan

pengalaman nyata untuk berhadapan dengan masalah agar mampu

menemukan solusi dari proses yang telah dijalani sebagai seorang

subjek yang mencari ilmu pengetahuan. Alam adalah sumber belajar

dari model pembelajaran inquiry, karena aktivitas yang dijalani

berpusat pada pencarian pengetehuan atau eksperimen.

Manfaat dari model pembelajaran inquiry adalah pebelajar mampu

kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis, sehingga

pebelajar akan terbiasa melihat realitas sebagai suatu hal yang utuh

dan saling berhubungan. Dengan demikian, dalam pembelajaran

inquiry pebelajar tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran,

akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di

milikinya secara optimal (Sanjaya, 2006:195).

Page 64: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

48

Menurut Sanjaya (2006:202) langkah-langkah model

pembelajaran inquiry ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsive. Langkah ini guru

mengondisikan pebelajar siap melaksanakan proses pembelajaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap ini

adalah:

a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh pebelajar,

b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh pebelajar untuk mencapai tujuan.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah adalah langkah membawa pebelajar

kepada persoalan yang mengadung teka teki. Persoalan yang

disajikan adalah persoalan yang menantang pebelajar untuk

berpikir memecahkan teka teki itu.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu

diuji kebenarannya.

Page 65: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

49

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dIbutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temu-

an yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

6. Tahap-tahap pembelajaran dalam Pedagogi Kritis

Sub bab ini memaparkan tentang pembelajaran sebagai suatu

proses kegiatan yang terdiri dari tiga fase atau tahapan, yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi. Tahap-tahap tersebut

didasarkan atas karakteristik pembelajaran Pedagogi Kritis dan model

pembelajaran konstruktivistik. Adapun ketiga tahap tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan pembelajaran

Tahap perencanaan pembelajaran merupakan tahap

penyusunan sesuatu untuk dilaksanakan agar mendapatkan tujuan

tertentu yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini terdapat hal-hal yang

harus dipersiapkan agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan

Page 66: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

50

efisien. Perencanaan proses pembelajaran biasanya meliputi dua hal,

yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Silabus sebagai acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran,

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi

waktu, dan sumber belajar (Rusman, 2011:5). Silabus akan menjadi

panduan bagi guru untuk membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan kurikulum yang berlaku.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan jabaran

dari silabus. RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Abdul Majid,

2013:38). RPP akan memandu guru dan pebelajar dalam menjalankan

kegiatan pembelajaran.

Adapun komponen-komponen RPP menurut Rusman (2011:5)

adalah sebagai berikut:

1) Identitas mata pelajaran

Terdiri dari satuan pendidikan, kelas, semester, program, mata

pelajaran/tema pelajaran, dan jumlah pertemuan.

2) Standar kompetensi

Adalah kualifikasi kemampuan minimal pebelajar yang

menggambarkan penguasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

Page 67: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

51

yang diharapkan dicapai pada kelas dan atau semester pada suatu

mata pelajaran.

3) Kompetensi dasar

Sejumlah kemampuan yang harus dikuasai pebelajar dalam

mata pelajaran tertentu sebagai tujuan penyusunan indikator

dalam suatu mata pelajaran.

4) Indikator pencapaian kompetensi

Perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk

menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang

menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

5) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh pebelajar sesuai dengan kompetensi

dasar.

6) Materi ajar

Memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

pencapaian kompetensi.

7) Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar.

Page 68: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

52

8) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

pebelajar mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator

yang telah ditetapkan.

9) Kegiatan pembelajaran

Perencanaan kegiatan pembelajaran biasanya dibagi menjadi

tiga, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan adalah

kegiatan awal pada pertemuan pembelajaran untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian pebelajar.

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar. Sedangkan penutup adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat

dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, refleksi,

dan umpan balik.

10) Penilaian hasil belajar

Merupakan prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil

belajar. Biasanya disesuaikan dengan indikator pen-capaian

kompetensi dan mengacu pada standar penilaian

11) Sumber belajar

Biasanya ditentukan berdasarkan standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi.

Page 69: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

53

Perlu diperhatikan bahwa dalam konteks pembelajaran

Pedagogi Kritis, tahap perencanaan yang dilakukan tidak terlalu kaku

seperti dalam pembelajaran konvensional. Dalam tahap perencaan

pembelajaran Pedagogi Kritis, guru dan pebelajar melakukan

bersama-sama dengan cara berdialog. Seperti yang dilakukan Ira Shor

yang merupakan salah satu tokoh Pedagogi Kritis. Ira shor mengajak

pebelajar untuk menentukan kelas, aturan, silabus, perencanaan

pembelajaran, dan bagaimana mereka akan dievaluasi (Rakhmat

Hidayat: 2013,101). Ruang demokratisasi dalam pembelajaran

Pedagogi Kritis dimulai dari tahap perencanaan, sehingga tercipta

perencanaan yang mengakomodir ide dari semua yang

berkepentingan, baik guru maupun pebelajar.

Dari beberapa komponen RPP yang telah disampaikan di atas,

terdapat beberapa komponen yang memiliki sifat khas dalam

pembelajaran Pedagogi Kritis. Yang pertama adalah tujuan

pembelajaran. Pedagogi Kritis berangkat dengan tujuan untuk

menumbuhkan kesadaran transitif kritis. kesadaran transitif kritis

adalah pebelajar mampu memandang kritis lingkungannya,

memisahkan dirinya dengan keadaan sekitar yang menindas,

kemudian bertindak untuk membebaskan dirinya (Rakhmat Hidayat,

2013:28). Apapun mata pelajaran yang akan dibahas bersama antara

guru dan pebelajar, tujuan dari hal tersebut haruslah menumbuhkan

Page 70: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

54

kesadaran transitif kritis walaupun pada akhirnya pebelajar juga

menguasai indikator-indikator tertentu pada mata pelajaran.

Hal yang kedua adalah komponen materi ajar. Materi ajar

memang berisi fakta dan konsep yang sebelumnya telah diketahui

kebenarannya. Kebenaran tersebut dalam pembelajaran konvensional

disampaikan secara verbalistik oleh guru kepada pebelajar. Tugas

guru dalam pendidikan adalah menceritakan realitas-realitas, seolah-

olah sesuatu yang tidak bergerak, statis, terpisah satu sama lain, dan

dapat diramalkan (Rakhmat Hidayat,2013:28). Seakan-seakan ilmu

pengetahuan yang ada dalam materi ajar bersifat mutlak dan pasti,

sehingga akan mematikan daya kritis pebelajar untuk melakukan

penggalian ilmu pengetahuan.

Pedagogi Kritis menolak penyampaian materi ajar yang

bersifat kaku seperti yang disampaikan di atas. Pedagogi Kritis

mendorong penggalian ilmu pengetahuan dalam materi ajar dengan

model-model pembelajaran yang lebih demokratis, seperti model

pembelajaran kontekstual, model pembelajaran berbasis

masalah/problem posing, model pembelajaran kooperatif, dan model

pembelajaran inquiry/penemuan. Metode pembelajaran yang dipilih

dalam pembelajaran Pedagogi Kritis adalah yang bersifat dua arah,

seperti dialog. Dialog adalah bentuk perjumpaan di antara sesama

manusia dengan perantara dunia dalam rangka menamai dunia (Freire,

Page 71: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

55

1985:73). Pedagogi Kritis mendorong bentuk-bentuk pembelajaran

yang humanis.

b. Tahap pelaksanaan pembelajaran

Tahap pelaksanaan adalah implementasi dari perencaaan yang

telah dibuat. Tahap pelaksanaan meliputi tiga bagian, yaitu

pendahuluan, inti, dan penutup. Adapun uraian dari ketiga bagian

tersebut menurut Abdul Majid (2013:43) adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pendahuluan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan

pendahuluan adalah:

a) Guru menyiapkan pebelajar secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran.

b) Guru berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan

akan dipelajari.

c) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan

silabus yang disepakati.

Kegiatan pendahuluan seperti yang telah disampaikan di

atas sejalan konsep Pedagogi Kritis yang menempatkan guru

sebagai fasilitator yang mengajak pebelajar untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

kepada pebelajar. Guru juga perlu mempersiapkan pebelajar untuk

Page 72: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

56

siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan motivasi-motivasi

yang diberikan.

2) Kegiatan inti

Pelaksanaan inti dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang memotivasi pebelajar untuk ber-

partisipasi aktif, serta memberikan cukup ruang bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis pebelajar. Rusman (2011:11)

menyebutkan bahwa dalam kegiatan inti terdapat 3 hal yang

dilakukan, yaitu:

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan adalah dengan

senantiasa melibatkan pebelajar mencari informasi yang luas

dalam menentukan topik/tema materi yang akan dipelajari

dengan prinsip “alam takambang” jadi guru dan pebelajar

belajar dari aneka sumber; guru memfasilitasi interaksi yang

akan terjadi antara sesama pebelajar, pebelajar dengan-

lingkungan, dan dengan sumber belajar lainnya; melibatkan

pebelajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;

guru memfasilitasi pebelajar melakukan percobaan di

laboratorium, studio, atau lapangan.

Page 73: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

57

b) Elaborasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam elaborasi adalah

membiasakan pebelajar membaca dan menulis yang beragam

melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; memfasilitasi

pebelajar melalui tugas, diskusi dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

memberi kesempatan pebelajar untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi pebelajar dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif; memfasilitasi pebelajar untuk membuat laporan

eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara

individual maupun kelompok; memfasilitasi pebelajar untuk

menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

memfasilitasi pebelajar melakukan pameran dari produk yang

dihasilkan; memfasilitasi pebelajar melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggan dan rasa percaya diri.

c) Konfirmasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konfirmasi yaitu

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan

pembelajar; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi

dan elaborasi pebelajar melalui berbagai sumber; memfasilitasi

pebelajar melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman

Page 74: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

58

belajar yang telah dilakukan; memfasilitasi pebelajar untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai

kompetensi dasar; guru memfasilitasi dengan membantu

menyelesaikan masalah; guru memberi acuan pebelajar dalam

pengecekan hasil eksplorasi; membantu pebelajar untuk

mendapatkan informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; guru

memberikan motivasi kepada pebelajar yang kurang

berpartisipasi secara aktif.

Poin-poin di atas menunjukkan bahwa guru mengajak

pebelajar untuk melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi dalam kegiatan inti pembelajaran. Ketiga kegiatan

tersebut sangat memberi ruang bagi pebelajar untuk

mendapatkan pengetahuan sendiri dan menemukan makna

dalam pembelajaran. Dalam proses tersebut, guru bertindak

sebagai fasilitator yang senantiasa membantu pebelajar dengan

berproses bersama.

3) Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup hal-hal yang harus diperhatikan

adalah guru bersama-sama dengan pebelajar untuk membuat

rangkuman atau kesimpulan; melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang telah dilaksanakan; guru memberikan umpan balik terhadap

proses yang telah dilakukan.

Page 75: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

59

c. Penilaian hasil pembelajaran

Penilaian pembelajaran dilakukan untuk mengukur kompetensi

yang telah didapatkan oleh pebelajar. Penilaian dilakukan secara

konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan

non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja,

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau

produk, portofolio, serta penilaian diri. (Rusman, 2011:13). Apapun

bentuk penilaian yang akan digunakan, dalam pandangan Pedagogi

Kritis hal tersebut harus berdasarkan kesepakatan antara guru dan

pebelajar. Dengan terjadinya sebuah kesepakatan, maka pebelajar

dapat bertanggungjawab terhadap bentuk penilaian yang dipilih.

D. Kedudukan penelitian dalam perspektif Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan merupakan keilmuan yang senantiasa

berkembang mengikuti perubahan zaman dan meliputi berbagai permasalahan-

permasalahan pendidikan yang ada di dalamnya. Perkembangan keilmuan

Teknologi Pendidikan tidak terlepas dari upaya-upaya perbaikan yang

dilakukan melalui kajian-kajian teori dan kegiatan penelitian. Pengembangan

bidang garapan dilakukan melalui kajian teori serta penelitian, teori yang ada

digunakan untuk memandu para praktisi apa yang harus mereka lakukan untuk

memenuhi kebutuhan klien, selanjutnya hasil dari lapangan diuji

keilmiahannya agar menjadi masukan bagi perkembangan keilmuan Teknologi

Pendidikan (Dewi Salma Prawiradilaga, 2012:30). Upaya tersebut tidak lain

Page 76: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

60

adalah agar keilmuan Teknologi Pendidikan menjadi lebih kukuh dan dinamis

sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dari pendidikan itu sendiri.

Berkembangnya keilmuan Teknologi Pendidikan, baik itu secara teori

maupun praktik, tidak terlepas dari perkembangan keilmuan-keilmuan yang

lain. Seperti disebutkan dalam (Yusuf Hadi Miarso, 2009:121) bahwa

Teknologi Pendidikan merupakan bidang garapan yang tidak digarap oleh

bidang atau disiplin ilmu lain, Penggarapannya ditopang oleh sejumlah teori,

model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin ilmu lain seperti ilmu

perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep sistem, dan lain-

lain yang tidak dapat diperinci satu per satu, penggarapan itu dilakukan dengan

sistematik dan sistemik. Hal tersebut justru merupakan keunikan dari keilmuan

Teknologi Pendidikan. Teknologi Pendidikan berusaha untuk mensinergiskan

berbagai hal-hal terkait, yang sebelumnya merupakan bagian-bagian yang

terpisah/parsial, untuk digunakan dalam kepentingan pendidikan. Termasuk

dalam hal ini adalah konsep Pedagogi Kritis yang merupakan pendekatan

mengajar yang berupaya untuk menumbuhkan kesadaran kritis.

Kedudukan penelitian yang dilakukan dalam bidang keilmuan

Teknologi Pendidikan, perlu disesuaikan dengan definisi Teknologi Pendidikan

itu sendiri. Definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT (Association for

Educational Communication and technology) tahun 2004 yaitu:

“Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managin appropriate technological processes and recourcess” (Januszewski & Molenda, 2008:1).

Page 77: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

61

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu yang

membuat keilmuan Teknologi Pendidikan exist dan berkembang adalah aktif

dalam melakukan penelitian-penelitian yang dimaksudkan untuk memperkaya

dan mengkukuhkan Teknologi Pendidikan sebagai keilmuan. Kata Study atau

kajian dalam definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT tahun 2004

merupakan representasi atas komitmen Teknologi Pendidikan dalam

menempatkan penelitian sebagai upaya mengembangkan keilmuan Teknologi

Pendidikan. Istilah study atau kajian dimunculkan sebenarnya melanjutkan

tugas dan fungsi seorang Teknologi Pendidikan/pembelajaran untuk

melanjutkan apa yang sudah dilakukan dalam kerangka definisi tahun 1994,

yaitu pelaksanaan penelitian dalam Teknologi Pendidikan/pembelajaran (Dewi

Salma Prawiradilaga, 2012:57). Adapun kegiatan kajian/penelitian merupakan

sesuatu yang lingkupnya luas dan tidak terbatas oleh hal-hal yang bersifat

teknis. Kajian, seperti yang diuraikan oleh Molenda, dipersepsikan sebagai

sesuatu yang lebih dari penelitian yang biasa dilakukan, yang tidak terbatas

dari metode, hipotesis, atau pengolahan data, bagi Molenda, kajian,

“...is intended to include quantitativee and qualitative research as well as others forms of discipline inquiry, theorizing, philosophical analysis, historical investigations, development projects, fault analysis, system analysis, and evaluation” (Dewi Salma Prawiradilaga, 2010:57).

Dari argumen yang dikemukakan di atas oleh Molenda tentang

kajian/penelitian dalam ranah Teknologi Pendidikan, maka dapat diketahui

bahwa banyak aspek yang ingin disentuh Teknologi Pendidikan melalui

kegiatan penelitian. Aspek-aspek yang disebutkan Molenda seperti; theorizing,

philosophical analysis, historical investigations, development projects, fault

Page 78: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

62

analysis, system analysis, and evaluation- adalah sesuatu yang konstruktif bagi

keilmuan Teknologi Pendidikan.

Selain makna study dalam definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004,

terdapat kata learning dalam definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004. Jika

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kata Learning berarti Belajar. Dalam

kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, “proses pembelajaran”

merupakan aspek yang menjadi titik perhatian. Kata “pembelajaran” memiliki

kata dasar “belajar” yang diterjemahkan dalam (Dewi Salma Prawiradilaga,

2012:58) dari definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004 adalah bukan hanya

menghafal, mengingat, tetapi belajar yang dimaksud adalah bagaimana

seseorang mampu mengembangkan diri berdasarkan persepsinya terhadap yang

dipelajari, lingkungan dan masyarakat di mana seseorang berada, mewujudkan

impiannya, dan sebagainya. Dengan terteranya kata “Learning” dalam definisi

Teknologi Pendidikan tahun 2004, maka semakin jelas bahwa “Belajar”

merupakan diskursus utama dari keilmuan Teknologi Pendidikan. Oleh sebab

itu, peneliti yang merupakan teknolog pendidikan, akan melakukan penelitian

terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam dengan

menggunakan perspektif Pedagogi Kritis.

Pedagogi Kritis sendiri bukan merupakan hal yang asing bagi keilmuan

Teknologi Pendidikan. Beberapa ahli Teknologi Pendidikan juga menulis karya

nya dengan menggunakan pendekatan kritis, salah satu nya adalah Hlyna dan

Belland (1991) berjudul Paradigm Regained: The Uses of Illuminate, semiotic,

and post-modern Criticism as Modes of Inquiry in Educational Technology.

Page 79: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

63

Pedagogi Kritis merupakan pendekatan yang melihat kondisi sosio kultur dan

realitas kontekstual sebagai faktor utama yang berpengaruh terhadap

pendidikan. Sebagai suatu keilmuan yang dinamis dan berkembang secara terus

menerus, Teknologi Pendidikan akan memerlukan Pedagogi Kritis sebagai

teori yang menyokongnya dalam melihat kondisi sosio kultur dan realitas

kontekstual. Seperti yang disebutkan oleh Subkhan dalam Tilaar (2011:137)

dalam esai yang berjudul “Pedagogik Kritis dalam Teknologi Pendidikan”

menyebutkan bahwa sebuah kajian Teknologi Pendidikan tidak dapat

melepaskan dirinya dari konteks sosiokultural dan implementasi Teknologi

Pendidikan juga harus berangkat dari realitas kontekstual tersebut.

Page 80: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

64

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:3).

pendekatan penelitian secara umum juga dibedakan menjadi dua, yaitu

pendekatan penelitian kuantitatif dan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun

pengertian dari masing-masing metode penelitian tersebut seperti yang

dinyatakan oleh Soedarsono dalam Sutrisno Hadi (1988:4) yaitu: metode

penelitian kualitatif adalah informasi atau data yang dikumpulkan tidak

berwujud angka dan analisisnya berdasarkan prinsip logika, sedangkan metode

penelitian kuantitatif adalah semua informasi atau data yang diwujudkan dalam

bentuk kuantitatif atau angka dan analisisnya berdasarkan angka tersebut

dengan menggunakan analisis statistik. Tatang M Amirin (1986 :108-119) juga

menggolongkan penelitian menurut taraf pemberian Informasi, yaitu: penelitian

deskriptif, penelitian asosiasi, dan penelitian kausal.

Dalam penelitian ini, penulis berupaya untuk mendeskripsikan proses

pembelajaran yang dilangsungkan oleh Sanggar Anak Alam dengan

menggunakan perspektif Pedagogi Kritis. Penulis menggunakan pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, karena data-data yang akan

diperoleh penulis tidak berwujud angka dan mengamati gejala dengan apa

adanya. Lalu jika dilihat dari jenis menurut tahap pemberian informasi seperti

yang digolongkan oleh Tatang M Amirin (1986:108-119), maka penelitian ini

Page 81: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

65

tergolong penelitian deskriptif, karena penelitian ini menggambarkan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam dari kacamata

Pedagogi Kritis.

Nasution (2003:12) menyebutkan bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif

yang bersifat naturalistik adalah :

1. Sumber data adalah situasi yang wajar

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian

3. Sangat deskriptif

4. Mementingkan proses maupun produk

5. Mencari makna

6. Mengutamakan data langsung

7. Melakukan triangulasi

8. Partisipasi tanpa menganggu

9. Mengadakan analisis sesjak awal penelitian

10. Menonjolkan rincian kontekstual

11. Melakukan verifikasi

12. Desain penelitian sampel dalam proses penelitian

Pendapat di atas menjadi landasan bagi penulis untuk melakukan

penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena penulis tidak

mengubah situasi, lokasi, kondisi, dan semua tidak mengubah hal-hal alami

yang semestinya terjadi pada subjek penelitian.

Page 82: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

66

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sanggar Anak Alam yang beralamatkan

di Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Waktu penelitian direncanakan

dan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2015.

C. Sumber Data (Jenis-jenis Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian)

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) dalam Moleong (1989:122)

bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-

lainya. Moleong (1989:122) juga menambahkan bahwa kata-kata dan tindakan

orang yang diamati maupun diwawancarai merupakan sumber data utama dan

sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman

video/audio tapes, pengambilan foto atau film.

Dalam penelitian ini, sumber data utama adalah kata-kata yang

disampaikan oleh informan dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pebelajar dan fasilitator. Dalam mendapatkan kata-kata dari informan sebagai

sumber data, penulis memilih Ibu Sri Wahyaningsih sebagai key informan. Key

Informan Menurut Moleong (2009:9) adalah orang yang tidak hanya

memberikan keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tapi juga memberikan

saran tentang sumber bukti yang mendukung serta menciptakan sesuatu

terhadap sumber yang bersangkutan. Pemilihan Ibu Sri Wahyaningsih sebagai

Key Informan dilakukan atas dasar beliau adalah orang yang mendirikan

Sanggar Anak Alam, selain suami beliau yang bernama Bapak Toto Rahardjo.

Page 83: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

67

Sebagai pendiri Sanggar Anak Alam, beliau tentu saja menentukan arah

berjalannya institusi tersebut, Baik dari tataran filosofis, administratif, maupun

teknis.

Sumber data yang lain adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pebelajar dan fasilitator pada tingkat Sekolah Menengah Pertama khususnya

pada proses pembelajaran yang dilakukan. Pencatatan sumber data tersebut

dilakukan melalui dengan menggunakan gabungan dari kegiatan melihat,

mendengar, dan bertanya. Ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa

dilakukan oleh semua orang, namun pada penelitian kualitatif kegiatan-

kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan

memperoleh suatu informasi yang diperlukan (Moleong: 1989,23)

Peneliti juga menambah sumber-sumber lain yang terkait seperti

dokumen-dokumen yang ada di Sanggar Anak Alam, baik itu foto,

artikel/tulisan dan hasil rekaman baik video/audio dari rekaman narasumber.

Peneliti juga menggunakan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri, di

samping foto yang diambil dari dokumen Sanggar Anak Alam. Kedua kategori

foto tersebut dapat digunakan sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif.

Seperti yang disebutkan oleh Bogdan dan Biklen dalam (Moleong: 1989,125)

yaitu, ada dua kategori foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan

oleh peneliti sendiri.

Page 84: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

68

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh pebelajar dan

fasilitator di Sanggar Anak Alam Yogyakarta. Peneliti akan melihat aktivitas

yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pebelajar dan

fasilitator di Sanggar Anak Alam Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Februari sampai Maret 2015.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah penting yang harus dikuasai

dan dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut menjadi mutlak karena tujuan dari

dilakukannya penelitian adalah untuk didapatkannya data. Data tersebut nanti

yang akah diolah hingga muncul suatu kesimpulan dari si peneliti.

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian kualitatif. Seperti yang disebutkan oleh Catherine Marshall,

Gretchen B. Rossman dalam (Sugiyono, 2013:309) yaitu

“the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”.

Berdasarkan pernyataan ahli di atas, maka peneliti akan menggunakan

tiga metode untuk mendapatkan data, yaitu : metode observasi, metode

wawancara, dan metode dokumentasi.

1. Metode Observasi

Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2013:310) menyatakan bahwa

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, Para ilmuwan hanya

Page 85: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

69

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi. Marshal (1995) dalam (Sugiyono: 2013,

310) juga menyatakan bahwa:

“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those bevavior”.

Metode observasi akan memberikan fakta-fakta berupa perilaku-

perilaku yang dilakukan oleh subjek penelitian. Peneliti akan mencoba

memaknai setiap perilaku yang dilakukan oleh subjek penelitian.

Peneliti akan menggunakan metode observasi, khususnya observasi

partisipatif/berperan serta. Bogdan (1972:3) dalam Moleong (1989:128)

mendefinisikan secara tepat pengamatan berperanserta sebagai penelitian

yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara

peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data

dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku

tanpa gangguan. Dikatakan pula oleh Sugiyono (2013:310) bahwa dalam

observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian,

sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang

dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.

2. Metode Wawancara

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2013:317) mendefinisikan

wawancara sebagai berikut :

“a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Page 86: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

70

Dijelaskan pula oleh Lincoln dan Guba (1985:266) dalam Moleong

(1989:148) bahwa maksud dari diadakannya wawancara antara lain:

mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekontruksi

kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada

masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas

informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan

manusia; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Metode

wawancara dapat dilakukan sebagai studi pendahuluan terhadap penemuan

masalah-masalah yang akan diteliti atau dapat digunakan sebagai teknik

untuk mengumpulkan data.

Peneliti akan menggunakan wawancara terstuktur dengan

mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada

narasumber di Sanggar Anak Alam Yogyakarta. Selain itu, peneliti juga

akan menggunakan beberapa alat bantu. Sugiyono (2013:319)

menyatakan bahwa untuk melakukan wawancara selain harus membawa

instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga

dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan

material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi

lancar.

Page 87: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

71

3. Dokumentasi

Guba dan Lincoln (1981:228) dalam Moleong (1989:176)

mendefinisikan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, yang

tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Adapun

bentuk-bentuk dokumen seperti yang disebutkan oleh Sugiyono

(2013:329) antara lain berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Data dokumentasi dapat digunakan untuk

melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.

Peneliti bisa mendapatkan dokumentasi-dokumentasi tentang sejarah

hingga pelaksanaan pembelajaran sanggar anak alam dari waktu ke waktu,

sehingga penelitian yang dilakukan lebih kredibel.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Moleong (1989:112) adalah proses mengor-

ganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Proses analisis data tersebut tentu

membutuhkan data-data yang telah dikumpulkan yang berupa catatan

lapangan, gambar, foto, artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.

Setelah data yang begitu banyak tersebut terkumpul, maka selanjutnya

diorganisasikan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari data-data tersebut.

Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa model analisis data

selama di lapangan. peneliti memilih untuk menggunakan model Miles and

Huberman dalam melakukan analisis. Miles dan Huberman dalam Sugiyono

Page 88: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

72

(2013:337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga data nya sudah jenuh. Ditambahkan pula bahwa, aktivitas data

terbagi menjadi tiga, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

Aktivitas data yang pertama adalah data reduction yang dilakukan

dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu, dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan dara

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2013:338).

Setelah data-data tersebut direduksi, maka yang selanjutnya dilakukan

adalah melakukan penyajian data/data display. Penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang dilakukan dengan teks

yang bersifat narasi memang lazim dilakukan, namun disarankan pula untuk

menggunakan grafik, matrik, ataupun chart yang dapat mendukung data naratif

tersebut.

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan memerlukan bukti-bukti yang kuat dan kredibel. Namun dalam

kesimpulan awal, hal-hal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat pada pengumpulan data

berikutnya. Kesimpulan yang kredibel dapat dihasilkan dari bukti-bukti

Page 89: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

73

lapangan yang valid dan konsisten saat peneliti berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan tersebut dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013:345).

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi, uji credibility

(validitas interbal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2013:366). Hal

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

(Sumber : Sugiyono, 2013:367)

Gambar 2. Uji Keabsahan Data

Kredibilitas data adalah hal yang perlu diusahakan oleh peneliti. Jika

data yang didapatkan oleh peneliti kredibel, maka hasil penelitian pun juga

kredibel. Sehingga kredibilitas merupakan hal yang penting. Uji kredibilitas

UjiKeabsahan

Uji Confirmability

Uji Kredibilitas Data

Uji Transferability

Uji Dependability

Page 90: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

74

data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain

dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, dan

member check (Sugiyono, 2013:368). Dari teknik yang ada peneliti

menggunakan dua teknik pencapaian kredibilitas data, di antaranya adalah :

1. Triangulasi, Triangulasi yang digunakan adalah Triangulasi sumber

.Triangulasi sumber dilakukan untuk mengecek data yang telah diperoleh

dari berbagai sumber. Pada penelitian ini yang diamati adalah proses

pembelajaran, sehingga untuk menguji kredibilitas data, maka

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke

pebelajar, fasilitator, pendiri, dan kepala Sekolah Sanggar Anak Alam

Yogyakarta.

2. Member check, melakukan pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data, tujuan membercheck untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data. member check dilakukan setelah peneliti mendapatkan data untuk

mendapatkan kesepakatan.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kesiapan

sebelum terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Peneliti harus

mempersiapkan beberapa langkah yang akan dilakukan dalam penelitian.

Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian,

Page 91: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

75

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiyono, 2013:306). Peneliti berinteraksi langsung dengan subjek

yang ada di Sanggar Anak Alam Yogyakarta.

I. Tahapan-tahapan Penelitian

Ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan

kegiatan penelitian. Tahapan tersebut yaitu:

1. Tahap Persiapan/pra lapangan.

Tahap persiapan merupakan langkah awal dalam pelaksanaan

penelitian. Pada tahap ini, ada beberapa hal pokok yang perlu dilakukan

oleh peneliti (Moleong, 1989:93-101) yaitu menyusun rancangan

penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki

dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,

menyiapkan perlengkapan penelitian, persolan etika penelitian. Peneliti

juga rutin berkonsultasi dengan dosen agar kesalahan-kesalahan dalam

penelitian bisa terminimalisir.

2. Tahap Pelaksanaan/pekerjaan lapangan

Tahap pelaksanaan/pekerjaan lapangan merupakan tahap penelitian

yang dilakukan di Sanggar Anak Alam Yogyakarta dengan fokus

penelitian pada pelaksanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam dengan

menggunakan perspektif pedagogis kritis. Dimulai dengan menyerahkan

surat observasi, lalu peneliti meminta waktu untuk melakukan wawancara

awal sebagai modal untuk memasuki lapangan. Peneliti lalu memasuki

Page 92: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

76

lapangan dengan terlibat aktif sebagai fasilitator di tingkat Sekolah

Menengah Pertama Sanggar Anak Alam. Dalam tahap ini Moleong

(1989:102) membagi tahap pekerjaan lapangan atas tiga bagian, yaitu

memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan

berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan adalah tahap yang terakhir, dimana hasil hasil

penelitian yang berupa observasi, wawancara dan dokumentasi dirapikan

dan disusun dengan memperhatikan format-format yang berlaku. Tahap

pelaporan ini akan menjadi modal selanjutnya bagi penulis untuk

menganalisis data-data yang ada.

Page 93: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

77

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Anak Alam Yogyakarta

yang berlokasi di JL. Nitiprayan, RT 04, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Sanggar Anak Alam didirikan oleh aktivis pendidikan pak Toto Rahardjo

dan Ibu Sri Wahyaningsih. Saat ini kepemimpinan Sanggar Anak Alam

diampu oleh mas Yudhis yang mulai menjabat pada tahun 2009. Ibu Sri

Wahyaningsih selaku pendiri Sanggar Anak Alam dan mas Yudhis selaku

pimpinan Sanggar Anak Alam merupakan key informan dari penelitian ini.

Kedua orang tersebut dipilih oleh peneliti sebagai key informan karena

dianggap paling paham dan mengerti tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan aktivitas Sanggar Anak Alam.

Bangunan Sanggar Anak Alam dikelilingi oleh persawahan

penduduk. Berbeda dari sekolah-sekolah pada umumnya, bangunan

Sanggar Anak Alam tidak dikelilingi oleh pagar-pagar pembatas dan

bersinggungan langsung dengan persawahan milik penduduk. Interaksi

antara pebelajar Sanggar Anak Alam dengan para petani menjadi sesuatu

yang tidak asing yang dapat dijumpai di Sanggar Anak Alam. Bahan

bangunan Sanggar Anak Alam terdiri dari unsur-unsur yang ramah

lingkungan seperti bambu, yang dipadukan dengan beton dan semen.

Bangunan Sanggar Anak Alam terdiri dari beberapa bagian, yaitu : satu

Page 94: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

78

ruang kantor administrasi, satu ruang tamu, sembilan ruang belajar/ruang

kelas, satu ruang komputer yang berisi 8 unit komputer, satu ruang

perpustakaan, satu ruang siaran radio, dua dapur, satu gudang, empat

kamar mandi/WC, tempat mencuci alat makan, halaman yang cukup luas,

tempat parkir sepeda, dan tempat parkir motor/mobil.

Gambar-3. Lingkungan Sanggar Anak Alam

g

GGambar -4. Salah satu ruang kelas Sanggar Anak Alam

Page 95: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

79

Adapun data fasilitas-fasilitas yang terdapat di Sanggar Anak

Alam adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Fasilitas Sanggar Anak Alam

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1 Bangunan 5 Baik

2 Ruang Kelas 9 Baik

3 Ruang kantor administrasi 1 Baik

4 Ruang tamu 1 Baik

5 Ruang Komputer 1 Kurang baik

6 Ruang Perpustakaan 1 Baik

7 Ruang siaran radio 1 Baik

8 Ruang Dapur 2 Baik dan kurang baik

9 Gudang 1 Baik

10 Kamar mandi dan wc 4 Baik

11 Tempat parkir 2 Baik

12 Tempat mencuci alat makan 3 Baik

13 Unit Komputer 8 Kurang baik

2. Profil Sanggar Anak Alam Yogyakarta

a. Latar Belakang Pendirian

Berbagai masalah sosial di masyakarat Indonesia muncul

disebabkan oleh faktor ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat

yang rendah. Salah satu masalah sosial yang ditimbulkan adalah

urbanisasi yang berlebihan, sehingga memunculkan angka

pengangguran yang tinggi di kota. Pengangguran-pengangguran

tersebut akhirnya berpotensi memunculkan masalah sosial baru di kota

dengan menjadi gelandangan, pengemis, dan pengamen.

Page 96: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

80

Desa sebagai tempat berlangsungnya kegiatan sosial

masyarakat seharusnya mampu menjadi sumber kehidupan dengan

berbagai sumber daya alam yang dimiliki. Masyarakat tidak perlu

melakukan urbanisasi untuk meningkatkan kesejahteraan melainkan

dengan melakukan pengolahan sumber daya alam secara baik untuk

menguntungkan pendudukan desa. Hal tersebut yang ingin digiatkan

kembali oleh Ibu Sri Wahyaningsih selaku penggagas Sanggar Anak

Alam. Setelah sekian lama melakukan aktivitas sosial di Yogyakarta,

Ibu Sri Wahyaningsih merasa terpanggil untuk pulang ke desa yaitu

Lawen Banjarnegara untuk membenahi masalah sosial dari akar. Di

desa Lawen tempat Ibu Sri Wahyaningsih berasal, terdapat berbagai

tantangan dari masalah sosial yang ada di masyarakat. Di desa

tersebut memiliki angka putus sekolah dan pernikahan dini yang

tinggi. Atas keprihatinan terhadap berbagai masalah sosial tersebut,

lalu dibentuklah Sanggar Anak Alam di desa Lawen Banjarnegara.

b. Sejarah berdirinya Sanggar Anak Alam

Sanggar Anak Alam memulai aktivitas pendidikan pada

tanggal 17 Oktober 1988 di Lawen Banjarnegara. Didirikan oleh Ibu

Sri Wahyaningsih semata-mata karena keresahan terhadap kondisi

sosial yang memprihatinkan. Pada tahun 2000, Ibu Sri Wahyaningsih

dan pak Toto Rahardjo memutuskan untuk kembali lagi ke kota

Yogyakarta dan mendirikan Sanggar Anak Alam. Aktivitas Sanggar

Page 97: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

81

Anak Alam di Yogyakarta dimulai pada tanggal 20 Juni 2000. Konsep

awal dari Sanggar Anak Alam Yogyakarta adalah pendampingan

remaja. Hingga pada akhirnya tahun 2004 mengalami perkembangan

dengan membuka kelompok bermain dan taman anak. Dua tahun

kemudian menyusul dIbuka sekolah dasar dan pada tahun 2010

dilanjutkan membuka sekolah menengah pertama. Perkembangan

Sanggar Anak Alam Yogyakarta tidak terlepas dari support anggota

komunitas belajar yang dalam hal ini adalah orang tua pebelajar dan

masyarakat sekitar. Anggota komunitas belajar menginginkan agar

Sanggar Anak Alam berkembang dengan melanjutkan jenjang-jenjang

yang dibutuhkan komunitas belajar. Atas kerjasama dari pihak-pihak

yang berkepentingan, akhirnya Sanggar Anak Alam mampu tumbuh

dan berkembang hingga saat ini.

Sanggar Anak Alam Yogyakarta menyandang predikat

laboratorium pendidikan dasar yang dikategorikan sebagai lembaga

pendidikan non formal. Ide untuk mendirikan laboratorium pendidikan

dasar diperoleh Ibu Sri Wahyaningsih dari ucapan Romo Y.B

Mangunwijaya sewaktu masih aktif bersama-sama dalam kegiatan-

kegiatan sosial. Romo Y.B Mangunwijaya yang merupakan aktivis

kegiatan-kegiatan sosial terutama pemberdayaan masyarakat, pernah

berkata bahwa “perguruan tinggi itu penting, tapi pendidikan dasar

lebih penting”.

Page 98: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

82

Sanggar Anak Alam sebagai lembaga pendidikan non formal

pada akhirnya disebut sebagai lembaga pendidikan alternatif, karena

memiliki bentuk pembelajaran yang dapat dikatakan berbeda dari

sekolah formal. Hal tersebut seperti yang diucapkan Ibu Sri

Wahyaningsih :

“Sanggar Anak Alam berangkat dari mengkritisi pendidikan formal yang ada, semestinya pendidikan itu belajar hal-hal yang mendasar dari kehidupan, semestinya sekolah dekat dengan kehidupan, sedangkan sekolah formal yang ada itu mengedepankan sisi kognitif dan tidak mengakar pada kehidupan masyarakat, seperti lembaga yang berdiri sendiri.”1

Wujud nyata dari mengkritisi pendidikan formal bagi Ibu Sri

Wahyaningsih sebagai salah satu penggagas Sanggar Anak Alam

adalah dengan menciptakan komunitas belajar yang menyenangkan

dan bermakna bagi anak-anak sekaligus menumbuhkan kepribadian

diri/karakter yang positif pada diri anak.

c. Visi , Misi dan slogan Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Sanggar Anak Alam sebagai lembaga pendidikan non formal

yang menyediakan ruang belajar bagi siapa saja yang ingin belajar,

memiliki visi, misi, dan slogan yang memandu seluruh anggotanya

dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Slogan Sanggar Anak Alam

diambil dari salah satu quote terkenal tokoh Konfusius, yaitu

:”mendengar saya lupa, mengingat saya ingat, melakukan sendiri saya

paham”. Lalu oleh Sanggar Anak Alam ditambah dengan

1 wawancara dengan Ibu Sri Wahyaningsih, 20 Maret 2015, transkrip wawancara

Page 99: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

83

“menemukan sendiri saya kuasai”. Sanggar Anak Alam

mengingingkan pembelajaran yang tidak hanya sekedar menerima

pengetahuan dari orang lain, namun pembelajaran sebagai sebuah

proses hingga pebelajar mampu menemukan sendiri pengetahuan atau

dengan kata lain produksi pengetahuan.

Penggunaan Slogan tersebut oleh Sanggar Anak Alam juga

bukan tanpa maksud. Sanggar Alam Alam ingin menyelenggarakan

pendidikan yang tidak hanya menekankan pada indera pendengaran

seperti yang banyak dilakukan pendidikan formal saat ini. Sanggar

Anak Alam mencoba mengoptimalkan seluruh indera yang ada pada

pebelajar dalam aktivitas pembelajaran sesuai dengan usia pebelajar.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sri Wahyaningsih:

“nah bagaimana mengoptimalkan panca indera/tubuh, sebagai alat untuk mencari data. Nah dari data lalu diolah, dianalisa, direfleksikan, dan sampai pada kesimpulan. Nah seperti itu, tubuh dan panca indera ya sesuai dengan tingkat usia nya, tentu berbeda antara KB dan SMP, namun apa yang ada di diri kita ini perlu kita optimalkan.”2

Lebih lanjut slogan tersebut dijabarkan dalam sebuah kerangka

visi dan misi yang memandu jalannya Sanggar Anak Alam. Adapun

visi dan misi Sanggar Anak Alam adalah sebagai berikut :

Visi

Terwujudnya sebuah komunitas sebagai wadah pemberdayaan

masyarakat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan

pendekatan alam lingkungan serta sosial budaya setempat.

2 Wawancara dengan Ibu Sri Wahyaningsih,

Page 100: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

84

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan alternatif yang berbasis alam,

lingkungan, sosial, budaya setempat.

2. Menyelenggarakan pendidikan keterampilan yang berbasis pada

kehidupan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat

d. Anggota Komunitas Belajar Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Sanggar Anak Alam sebagai lembaga pendidikan non formal

memiliki anggota-anggota yang menjalankan aktivitas pembelajaran,

baik secara kelembagaan (yang terstruktur) maupun tidak terstruktur.

Seperti dalam hasil Triangulasi data yang didapat oleh peneliti bahwa

Penyelenggaraan pembelajaran di Sanggar Anak Alam melibatkan

berbagai, antara lain: pebelajar, fasilitator, orang tua, dan masyarakat.

Kesemua pihak tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pihak-pihak tersebut kemudian tersusun dalam sebuah struktur

kepengurusan yang dimiliki Sanggar Anak Alam sebagai salah satu

fungsi administratif. Adapun struktur kepengurusan Sanggar Anak

Alam adalah sebagai berikut:

Page 101: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

85

1) Pengurus PKBM

Pengurus PKBM adalah yang mengkoordinir seluruh

aktivitas pembelajaran yang ada di Sanggar Anak Alam. Pengurus

PKBM terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Ketua PKBM

yaitu mas Yudhis merupakan salah satu key informan dalam

penelitian ini. Pengurus PKBM membawahi kepala sekolah

masing-masing jenjang dan para fasilitator yang terdaftar di

Sanggar Anak Alam dan menjadi penghubung utama an-tara

forum orang tua, pengawas sekolah, kerabat SALAM dan

fasilitator.

2) Pengawas Sekolah

Merupakan pengamat yang mengawasi segala aktivitas

pembelajaran di Sanggar Anak Alam agar sesuai dengan

paradigma yang digunakan dan dikembangkan di Sanggar Anak

Gambar 5. Struktur kepengurusan Sanggar Anak Alam

Page 102: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

86

Alam. Salah satu pengawas sekolah adalah Ibu Sri Wahyaningsih

yang juga merupakan penggagas Sanggar Anak Alam dan salah

satu key informan dalam penelitian ini.

3) Kepala Sekolah setiap jenjang

Disetiap jenjang yang ada pada Sanggar Anak Alam

dipimpin seorang kepala sekolah yang bertanggung jawab atas

aktivitas pembelajaran pada setiap jenjang tersebut. Kepala

sekolah wajib melakukan koordinasi dengan fasilitator masing-

masing jenjang.

4) Fasilitator

Fasilitator Sanggar Anak Alam memiliki tugas untuk

mendampingi dan memfasilitasi segala keperluan belajar pebelajar

agar pebelajar tersebut mampu menemukan pengetahuannya

sendiri. Fasilitator berkoordinasi dengan kepala sekolah dari setiap

masing-masing jenjang.

5) Orang tua

Sanggar Anak Alam memiliki prinsip bahwa yang

melakukan aktivitas belajar tidak hanya pebelajar. Orang tua juga

dituntut aktif dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran yang

dilakukan di Sanggar Anak Alam. Bentuk keterlibatan aktif orang

tua adalah dengan adanya forum orang tua. Forum tersebut

dilakukan pada hari jumat bersama fasilitator dan pengawas

Sanggar Anak Alam. Tujuan dari dibentuknya forum orang tua

Page 103: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

87

adalah untuk memberikan kontrIbusi dalam pembelajaran yang

diadakan Sanggar Anak Alam.

6) Kerabat SALAM

Adalah siapa saja yang ingin terlibat di dalam aktivitas

Sanggar Anak Alam. Dikutip dari (salam.wordpress.com pada 25

April 2015 pukul 13.35) bahwa kerabat SALAM adalah:

a) Volunteer (relawan): menjadi fasilitator anak-anak maupun

masyarakat di sekitar SALAM.

b) Menjadi donatur untuk :

i. beapebelajar anak-anak yang tidak mampu

ii. pengembangan sarana belajar

iii. kesejahteraan guru

c) Mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif sebagai

alternatif sumber pendanaan SALAM.

d) Menyelenggarakan workshop serta proses-proses pendidikan

untuk internal maupun umum, terkait dengan pilihan isu SALAM:

pangan, kesehatan, energi dan seni budaya.

e) Membangun jaringan (networking) untuk distrIbusi produk-

produk organik Kerabat Salam.

7) Pebelajar

Di dalam suatu lembaga pendidikan yang menjalankan

aktivitas pembelajaran, pasti terdapat pebelajar. Sebutan untuk

orang yang belajar di Sanggar Anak Alam tidak jauh beda dari

Page 104: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

88

sekolah formal yaitu disebut pebelajar. Sanggar Anak Alam juga

membuka kesempatan bagi anak-anak ABK untuk belajar dan

membaur bersama anak-anak normal dalam satu kelas.

8) Masyarakat

Masyarakat sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari

Sanggar Anak Alam, karena aktivitas pembelajaran yang dilakukan

juga melibatkan masyarakat setempat.

e. Jenjang-jenjang pendidikan Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Sanggar Anak Alam sebagai penyedia ruang belajar bagi

masyarakat, mengadopsi jenjang-jenjang yang ada pada sekolah

formal. Adapun jenjang jenjang tersebut dimulai dari kelompok usia

4-6 adalah kelompok bermain dan taman anak, kelompok usia 6-13

adalah sekolah dasar 1-6, kelompok usia 13 keatas adalah SMP.

Sekalipun Sanggar Anak Alam memiliki jenjang-jenjang yang

sama seperti sekolah-sekolah formal, pada praktiknya Sanggar Anak

Alam tidak terlalu kaku dalam mengkategorisasikan pebelajar. Salah

satu contoh adalah anak ABK yang berumur 18 tahun yang ingin

belajar bersama-sama dalam aktivitas normal maka diikutkan jenjang

SMP.

Page 105: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

89

3. Penyelenggaraan pembelajaran di Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Sanggar Anak Alam adalah sekolah yang berbasis pada

penggunaan alam sebagai sumber belajar utama, maka dari itu Sanggar

Anak Alam disebut pendidikan alternatif karena pembelajarannya yang

berbeda dengan sekolah formal. Seperti diketahui bahwa pembelajaran

sekolah formal bertumpu pada keahlian guru dalam memberikan materi

pelajaran. Sumber belajar pada sekolah formal adalah buku paket yang

telah terstandarisasi oleh kurikulum nasional.

Perbedaan antara sekolah formal dan pendidikan alternatif seperti

Sanggar Anak Alam tidak sepenuhnya bertolak belakang. Ada prinsip-

prinsip pada sekolah formal yang digunakan dalam proses pembelajaran di

Sanggar Anak Alam, yaitu terdapatnya perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan pembelajaran

Sanggar Anak Alam mengadakan kegiatan perencanaan

pembelajaran setiap akan memasuki semester baru. Perencanaan

pembelajaran yang dilakukan Sanggar Anak Alam berbentuk workshop

yang diikuti oleh seluruh pengurus sekolah dan fasilitator. Workshop

tersebut dipimpin oleh mas Yudhis selaku ketua PKBM dan Ibu Sri

Wahyaningsih selaku pendiri Sanggar Anak Alam. Workshop Sanggar

Anak Alam dilakukan selama 3 hari.

Agenda pada hari pertama workshop diisi dengan pemantapan

konsep pembelajaran khas Sanggar Anak Alam. Hal tersebut dipandang

Page 106: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

90

perlu dilakukan oleh Sanggar Anak Alam karena belum sepenuhnya

fasilitator memahami konsep pembelajaran Sanggar Anak Alam. Di

forum tersebut diketahui pula bahwa Sanggar Anak Alam memiliki

model pembelajaran sendiri yang dinamakan “daur belajar”. Dalam

workshop tersebut Ibu Sri Wahyaningsih menjelaskan bahwa proses

pembelajaran yang dilakukan di Sanggar Anak Alam dilakukan dengan

mengikuti serangkaian proses dalam “daur belajar”. Dalam model daur

belajar khas Sanggar Anak Alam terdapat serangkaian tahap yang akan

dijalani oleh pebelajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Model

pembelajaran daur belajar tersebut menggunakan aktivitas riset sebagai

aktivitas dasar. Daur belajar merupakan pengejawantahan dari slogan

Sanggar Anak Alam yaitu “mendengar saya lupa, melihat saya ingat,

melakukan saya paham, menemukan sendiri saya kuasai.”

Gambar 6. Daur Belajar Sanggar Anak Alam

Page 107: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

91

Lebih lanjut mengenai daur belajar dijelaskan oleh pak Toto

Rahardjo yang merupakan salah satu penggagas Sanggar Anak Alam

dalam buku yang berjudul “Sekolah Biasa Saja” (2014:27), adalah

sebagai berikut :

1. Lakukan/rangkai ulang (rekonstruksi)

Yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur,

urutan, kejadian, dll) dari realitas tersebut. Pada tahap ini seseorang

juga bisa disebut berada dalam proses mengalami, karena proses ini

selalu dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara

melakukan kegiatan langsung. Melakukan kegiatan langsung yang

dimaksud adalah dengan riset. Riset dimaksudkan untuk mencari

dan mengumpulkan data terkait tujuan dan konteks yang telah

disepakati.

2. Ungkapkan

Setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting

adalah proses mengungkapkan dengan cara menyatakan apa yang

sudah dialami.

3. Kaji-urai (Analisis)

Yakni mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-

kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut, yakni

tatanan, aturan, sistem yang menjadi akar persoalan.

Page 108: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

92

4. Kesimpulan

Yakni merumuskan makna atau hakikat dari realitas

tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian

baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip, kesimpulan umum

dari hasil pengkajian atas pengalaman yang telah dilalui.

5. Terapkan/Tindakan

Tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan

melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan

hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas tersebut,

sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan realitas-

realitas baru yang juga lebih baik.

Pembelajaran yang akan dilakukan setiap semester pada masing-

masing jenjang yang ada di Sanggar Anak Alam harus mengacu pada

daur belajar. Proses yang ada di daur belajar tersebut yang akan

dilakukan oleh pebelajar untuk sampai pada menemukan sendiri

pengetahuannya, seperti yang disampaikan oleh mas Yudhis :

“Pembelajaran yang dilakukan di SALAM itu prinsipnya anak menemukan sendiri, artinya ia mengalami proses belajar, jika distrukturkan maka akan seperti sebuah daur. Dari dia mengalami, melakukan sesuatu, mengungkap data informasi yang diperlukan lalu data itu diolah, distrukturkan, di sistemasikan sehingga ia memahami alur dan kerangka nya, lalu bisa menyimpulkan”. 3

Dalam hal ini Sanggar Anak Alam telah melakukan usaha yang

serius dalam menciptakan dan mengembangkan suatu model

pembelajaran yang khas Sanggar Anak Alam. Hal tersebut sesuai

3 wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015,trankrip wawancara

Page 109: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

93

dengan definisi pembelajaran menurut Degeng & Sudana (1997:1) yang

mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan

pebelajar, dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam

pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan

metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang

diinginkan, bahkan kegiatan-kegiatan inilah yang sebenarnya

merupakan kegiatan inti pembelajaran.

Dalam pemantapan kali ini Ibu Sri Wahyaningsih juga

menekankan tentang 4 perspektif kehidupan yang harus diterapkan

dalam segala aktivitas Sanggar Anak Alam. keempat perspektif itu

adalah pangan, lingkungan, kesehatan, dan sosial budaya. Diingatkan

pula oleh Ibu Sri Wahyaningsih tentang slogan Sanggar Anak alam

yang berbunyi “mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan

saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”.

Setelah pemantapan konsep pembelajaran khas Sanggar Anak

Alam selesai disampaikan oleh Ibu Sri Wahyaningsih, workshop

dilanjutkan dengan melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran yang

telah dilalui pada semester sebelumnya. Pada sesi kali ini dipimpin oleh

mas Yudhis selaku ketua PKBM dengan format sharing and discussion.

Mereka mulai dengan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan fasilitator

yang ada pada semester sebelumnya. Setelah kesulitan-kesulitas yang

ada teridentifikasi, para fasilitator saling memberi masukan. Selama

peneliti mengikuti sharing and discussion tersebut, masalah yang utama

Page 110: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

94

adalah belum semua fasilitator memahami konsep pembelajaran yang

ada di Sanggar Anak Alam, khususnya penerapan daur belajar. Hal itu

merupakan alasan utama diadakan sesi pemantapan konsep

pembelajaran untuk mengawali workshop.

Agenda pada hari kedua workshop adalah merencanakan

pembelajaran selama satu semester kedepan. Dalam kegiatan

perencanaan pembelajaran tersebut, Sanggar Anak Alam menyiapkan

rencana pembelajaran yang mirip dengan silabus yang ada pada sekolah

formal. Hal tersebut peneliti lihat dalam kegiatan workshop dan

disampaikan langsung oleh mas Yudhis selaku ketua PKBM :

“Secara bersama-sama, di setiap mulai semester sebelumnya ada workshop jadi kita menyiapkan rencana belajar semacam silabus, di silabus kan ada materi-materi yang akan diajarkan. Tapi rencana belajar yang kami buat tidak sedetail silabus, rencana yang kami lakukan biasanya memilih tema riset, baru menyusun apa yang bisa dipelajari dari tema riset. Misal transportasi, yang bisa dipelajari misal profesi pak supir, atau biologi tentang kuda, tentang kehidupan sosial atau pengetahuan sosial kita belajar tentang fungsi transportasi sebagai alat transportasi zaman dulu, sekarang, dan kedepan nya. tentu saja kami juga mengacu pada kurikulum nasional, hanya kami mengambil indikator-indikator yang berkaitan dengan tema saja, yang penting dengan kehidupan anak-anak.”4

Dari pernyataan tersebut pula dapat diketahui bahwa dalam

perencanaan pembelajaran, Sanggar Anak Alam tidak menerapkan

standar yang kaku atau sedetail seperti sekolah formal, namun tetap

mengacu pada Sekolah formal dengan mengambil indikator-indikator

yang ada.

4 Wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015,trankrip wawancara

Page 111: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

95

Dalam merencanakan pembelajaran selama satu semester

kedepan, mula-mula yang dilakukan oleh fasilitator adalah melihat

cakupan/tujuan belajar yang harus dikuasai pebelajar. Cakupan

belajar/tujuan belajar tersebut diambil dari standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) silabus turunan kurikulum nasional. Dalam

kurikulum nasional, SK KD dijadikan indikator penguasaan kompetensi

pebelajar. Namun dalam pembelajaran Sanggar Anak Alam, SK KD

dinamakan cakupan/tujuan belajar yang memiliki fungsi dokumentasi

dari konteks yang akan dijalani dan dipahami oleh pebelajar. Hal

tersebut diungkapkan oleh mas Yudhis selaku penanggungjawab KBM

Sanggar Anak Alam :

“...Misalnya ada cakupan belajar jika kita menyebutnya, nah itu seperti yang ada pada SKKD pada KTSP. Tetapi yang membedakan nya, KTSP berdiri sendiri-sendiri, sementara kita menjadi satu kesatuan. Kita meletakkannya pada fungsi-fungsi yang berbeda. Fungsi yang paling penting disini adalah fungsi pada pendokumentasian pengetahuan. Yang bisa kita pakai dalam pendokumentasian pengetahuan adalah teks/simbol, kita bisa pakai dengan bahasa/matematika. Maka itu ditempatkan pada posisi yang dimunculkan. Fungsi untuk menulis/teks/pendokumentasian. Teks tersebut berasal dari peristiwa/konteks.” 5

Sedangkan konteks adalah peristiwa-peristiwa yang akan

dipahami oleh pebelajar dengan menggunakan riset yang spesifik.

Sanggar Anak Alam sebenarnya telah membuat skema yang dinamakan

target dasar belajar yang di dalamnya terdapat identitas kelas dan

semester, tujuan membaca dan menghitung sebagai fungsi dokumentasi

yang diambil dari SK KD silabus turunan kurikulum nasional, dan

5 wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015,trankrip wawancara

Page 112: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

96

konteks. Adapun beberapa contoh skema target belajar adalah sebagai

berikut:

Gambar 7.1 Skema target dasar belajar kelas satu semester satu

Gambar 7.2 Skema target dasar belajar kelas satu semester dua

Page 113: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

97

Konteks kelas 1, Semester 2:

a. Tubuhku (bagaimana merawat dan menjaga kesehatannya, bisa kaitkan juga

untuk pengukuran satuan tak baku).

b. Makhluk hidup (kaitannya dengan bunyi huruf misal suara binatang)

c. Kebiasaan sehari-hari di rumah dan sekolah (kaitannya dengan membangun

tanggung jawab pribadi & kelompok).

d. Mengenal energi di sekitar rumah dan sekolah.

e. Mengenal benda-benda di sekitar rumah & sekolah (manfaat dan bagaimana

cara memperlakukannya/ merawatnya) pengantar masuk ke kebiasaan/

kesadaran menjaga lingkungan terdekat (sekolah, rumah).

Gambar 8.1 Skema target dasar belajar kelas dua semester satu

Page 114: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

98

Konteks kelas 2, semester 2:

a. Kebiasaan sehari-hari di rumah & sekolah (kaitannya dengan membangun

tanggung jawab pribadi & kelompok) membangun. kesadaran/ kebiasaan

menjaga lingkungan sekitarnya.

b. Peristiwa penting dalam keluarga.

c. Peran anggota dalam keluarga masing-masing.

d. Pengenalan sumber energi dalam kehidupan.

e. Pengenalan benda2 alam, peristiwa alam dan pengaruhnya (kaitannya

matahari, bulan, bintang, berputar, siang, malam).

Gambar 8.2 Skema target dasar belajar kelas dua semester dua

Page 115: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

99

Setelah mengetahui skema target dasar belajar seperti yang telah

dipaparkan di atas, fasilitator akan menentukan riset yang cocok dengan

konteks dan tujuan. Contohnya saja riset pasar yang dipilih oleh

fasilitator SMP atau riset pabrik gula oleh kelas 4. Fasilitator melakukan

pendataan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam riset,

seperti pihak-pihak mana saja yang akan dilibatkan, fasilitas apa saja

yang perlu dipersiapkan, dan perkiraan waktu selesai riset. Fasilitator

pula yang akan memastikan bahwa pebelajar menemukan data-data

yang diperlukan melalui riset yang telah dilakukan. Namun yang perlu

ditekankan adalah pilihan riset oleh fasilitator pada saat workshop

bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Pilihan riset tersebut masih

merupakan opsi bagi pebelajar dan akan didiskusikan kembali dengan

Gambar 9. Skema target dasar belajar SMP semester dua

Page 116: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

100

para pebelajar. Pebelajar berhak mengganti atau melaksanakan riset

pilihan dari fasilitator. Pada dasarnya di Sanggar Anak, pebelajar bebas

menentukan pilihannya sendiri.

“Iya lebih diberi kebebasan memilih, mencari, ya belajar untuk konsekuen dan akan apa yang ia pilih dan ia putuskan.”6

Namun kebebasan yang ada di Sanggar Anak Alam tidak pada

taraf yang benar-benar bebas sepenuhnya, kebebasan yang dilakukan

adalah upaya agar pebelajar menjadi lebih bertanggungjawab terhadap

pilihannya, seperti yang dikatakan oleh bu Avin :

“Kita memang membebaskan anak, tetapi kita ke kehidupan nyata aja lah. Kita kan mengajak anak-anak untuk melihat kehidupan nyata, di kehidupan nyata ini kan sebebas-bebasnya kita tidak bisa bebas banget kan, pasti ada kesepakatan-kesepakatan. Tidak bisa bebas banget, tetep ada lingkup nya.”7

Kegiatan workshop berlanjut pada hari ketiga dengan agenda

pemaparan hasil perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh

fasilitator ke forum workshop tersebut. Setelah pemaparan tersebut,

pengurus PKBM melakukan pendataan kebutuhan agar tugas fasilitator

dalam menjalankan kegiatan pembelajaran dapat terbantu.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, dalam

merencanakan pembelajaran, Sanggar Anak Alam telah sesuai dengan

prinsip learning system seperti yang disebutkan oleh Davis (1974:30)

dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum & Pembelajaran

(2011:132), yang menyebutkan bahwa learning system menyangkut

6 wawancara dengan bu Erna, 1 April 2015,trankrip wawancara

7 wawancara dengan bu Avin, 25 Maret 2015,trankrip wawancara

Page 117: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

101

pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar,

fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur

interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

1) Waktu dan tempat pelaksanaan pembelajaran

Sanggar Anak Alam sebagai penyedia ruang belajar

memiliki waktu-waktu khusus yang sama seperti pada sekolah-

sekolah formal. Aktivitas pembelajaran Sanggar Anak Alam

berlangsung dari hari senin hingga kamis dengan pembagian waktu

sebagai berikut:

08.30-09.00 : Berdoa dan pemanasan kecil bersama di lapangan

09.00-10.00 : Belajar di ruang kelas atau tempat yang disepakati.

10.00-10.30 : Istirahat/snack time

10.30-12.00 : Belajar di ruang kelas atau tempat yang disepakati.

12.00-12.30 : Makan siang

12.30-13.00 : Refleksi pembelajaran dan membersihkan kelas

13.00- : Pulang

Setiap hari sebelum memulai aktivitas pembelajaran,

seluruh elemen Sanggar Anak Alam selalu berdoa dan melakukan

pemanasan kecil bersama-sama di lapangan. Aktivitas tersebut

menjadi pemicu semangat fasilitator dan pebelajar sebelum

memulai pembelajaran. Snack time atau istirahat dan makan siang

Page 118: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

102

menjadi cara Sanggar Anak Alam untuk melatih kemandirian

pebelajar karena pebelajar harus mengambil snack dan makan

siang, serta mencuci piringnya masing-masing.

Pada hari Jumat seluruh pebelajar Sanggar Anak Alam

melakukan aktivitas olah tubuh yang sesuai dengan kesepakatan

mereka. Beberapa aktivitas olah tubuh yang peneliti temukan

adalah berenang, bulutangkis, jalan santai, membuat kue, dan lain

lain. Pada jadwal di atas dijelaskan pula bahwa belajar dapat

dilaksanakan di ruang kelas atau di tempat yang telah disepakati.

Misalnya pada saat pebelajar sedang melakukan riset atau

melakukan home visit, tentu mereka belajar di luar ruang kelas atau

di lokasi yang telah disepakati.

Sanggar Anak Alam seringkali memiliki agenda

pembelajaran yang sifatnya insidental. Beberapa agenda insidental

yang peneliti temukan di Sanggar Anak Alam adalah belajar

bersama komunitas pecinta hewan sugar glider, belajar musik

bersama Dian HP, dan kegiatan pesta panen atau wiwitan yang

diselenggarakan dalam rangka menyambut masa panen padi.

Seluruh elemen Sanggar Anak Alam termasuk para pebelajar

dianjurkan untuk mengikuti agenda insidental tersebut. Agenda

insidental tersebut bagi Sanggar Anak Alam termasuk upaya

mensinergikan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dalam

Page 119: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

103

sebuah wawancara mengenai agenda insidental wiwitan , Ibu Sri

Wahyaningsih menjelaskan betapa pentingnya kegiatan tersebut:

“Iya bentuk pensinergian dan juga kita mengembalikan kalau kita itu punya kearifan lokal, nenek moyang kita dulu menciptakan itu bukan tidak alasan, agar supaya orang menjaga keseimbangan alam, tidak mengeksploitir bumi, harus dipelihara, agar dapat diwariskan ke anak cucu, memayu hayuning bawana, itu sungguh terjadi, mengapa dulu waktu panen di share, anak-anak diutamakan, itu semua ada alasannya. Dari dulu nenek moyang sudah belajar simbol-simbol, walaupun bukan dalam bentuk tulisan, seperti dalam bentuk ubo rampe wiwitan kemarin. Jadi nenek moyang itu dulu memberi pelajaran, dan ini juga pembelajaran. Jadi membaca, itu tidak hanya sekedar membaca ba bi bu be bo, namun juga membaca suasana, membaca situasi, harus terus menerus dilakukan, itu kenapa kami disini melarang belajar membaca hanya ba bi bu be bo yang tidak bermakna, tapi kita membaca dari sesuatu yang nyata atau yang riil. Itu juga tantangan bagi fasilitator. Membaca dalam arti yang sesungguhnya. Kata orang timur yaitu pendidikan hati, setiap manusia adalah memiliki kehendak bebas.” 8

Argumen Ibu Sri Wahyaningsih di atas menggambarkan

bahwa kegiatan pembelajaran yang ada di Sanggar Anak Alam

senantiasa terintegrasi dengan kehidupan agar pebelajar mampu

menemukan kearifan di dalamnya. Dengan begitu aktivitas

pembelajaran akan lebih bermakna bagi pebelajar.

2) Kegiatan pembelajaran

Pada hari pertama Peneliti masuk ke Sanggar Anak Alam,

peneliti langsung mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi

tersebut. Peneliti melihat bahwa sebelum memulai kegiatan

pembelajaran setiap harinya, Sanggar Anak Alam melakukan

aktivitas bersama yang diikuti oleh seluruh elemen Sanggar Anak

8 Wawancara dengan Ibu Sri Wahyaningsih, 5 Mei 2015

Page 120: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

104

Alam, yaitu doa bersama dan pemanasan kecil yang dilakukan di

lapangan. aktivitas tersebut dilaksanakan setiap hari pada pukul

08.00-08.30. Peneliti melihat aktivitas tersebut sebagai salah satu

bentuk untuk memotivasi seluruh elemen yang ada di Sanggar

Anak Alam sebelum memulai kegiatan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Sanggar Anak Alam

terdapat target dasar belajar yang harus dipenuhi. Untuk

memenuhi target dasar belajar tersebut, Sanggar Anak Alam

menggunakan sebuah model pembelajaran yang dinamakan dengan

“daur belajar”. Daur belajar inilah yang akan dilalui bersama-sama

oleh fasilitator dan pebelajar.

Pada saat awal masuk untuk memulai semester baru

fasilitator, menjelaskan ke pebelajar mengenai skema target dasar

belajar yang harus dipenuhi, menawarkan pemilihan lokasi riset

untuk mendapatkan data, dan menyampaikan waktu yang harus

ditempuh dalam memenuhi target dasar belajar. Aktivitas Riset

dalam Sanggar Anak Alam merupakan tahap awal dimulainya

model pembelajaran daur belajar khas Sanggar Anak Alam. Riset

adalah pebelajar terjun langsung ke dalam suatu peristiwa untuk

melakukan, mengamati dan menga-mbil data sesuai dengan

kebutuhan pembelajaran dengan didampingi oleh fasilitator.

Biasanya dalam melakukan pemilihan riset, per-timbangan

utamanya adalah konteks dan tujuan yang akan dicapai sesuai

Page 121: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

105

dengan masing-masing jenjang (lihat gambar). Sehubungan de-

ngan hal tersebut, terdapat pernyataan dari fasilitator bernama

Timo:

“Jadi untuk belajar disini kita melakukan sesuatu dulu, biasa nya kita namakan riset, misalnya kita menanam cabe atau naik bis dulu, setelah itu baru kita belajar dari apa yang telah kita lakukan tersebut, jadi melakukan dulu baru belajar di kelas.”9

Seperti yang peneliti lihat dalam proses pemilihan riset

yang dilakukan oleh jenjang SMP Sanggar Anak Alam, bahwa pada

mulanya fasilitator menawarkan riset yang telah dibahas di

workshop fasilitator yaitu riset dengan tema pasar. Riset dengan

tema pasar dipilih karena dapat mencakup konteks dan tujuan yang

sesuai dengan jenjang SMP (lihat gambar) .Setelah hasil tersebut

ditawarkan kepada pebelajar, fasilitator mempersilahkan para

pebelajar untuk menanggapi dengan pertanyaan atau pendapat.

Salah satu pebelajar bernama Tanya berinisiatif untuk menawarkan

riset di pasar yang berada di dekat rumahnya, sekaligus

menawarkan rumahnya sebagai tempat transit. Pada akhirnya

seluruh anggota SMP setuju untuk melakukan riset di pasar

sambilegi yang tidak jauh dari rumah Tanya, sekaligus melakukan

home visit ke rumah Tanya.

Dalam kegiatan pemilihan riset di Sanggar Anak Alam

seperti yang telah dipaparkan di atas, sekali lagi peneliti melihat

bahwa pebelajar ditempatkan sebagai subjek pebelajar yang

9 Wawancara dengan timo, 13 Maret 2015, transkrip wawancara

Page 122: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

106

merdeka dan bebas memilih. Sedangkan peran fasilitator dalam hal

tersebut adalah memancing pebelajar untuk menyampaikan

pendapat. Adapun pendapat yang berhubungan tentang kegiatan

riset di Sanggar Anak Alam dikemukakan oleh salah satu pebelajar

bernama Nanda yang menyebutkan bahwa:

“Waktu riset itu kita dikasih tanggung jawab, kita milih sendiri apa yang mau kita gali lagi dan yang mau kita bikin riset. Banyak tanggung jawab waktu riset, dan tanggung jawab waktu riset itu susah.”10

Argumen di atas menunjukkan bahwa Sanggar Anak Alam

menempatkan pebelajar untuk bebas memilih sesuai dengan pilihan

pebelajar namun dengan batas-batas tanggung jawab yang juga

harus dimiliki oleh pebelajar. Seperti yang dikemukakan pula oleh

salah satu fasilitator:

“Iya lebih diberi kebebasan memilih, mencari, ya belajar untuk konsekuen dan akan apa yang ia pilih dan ia putuskan.”11

Bebas memilih yang diberikan Sanggar Anak Alam kepada

para pembelajarnya adalah upaya untuk menumbuhkan sikap

tanggung jawab dan konsekuen terhadap pilihan-pilihan yang

diambil. Setelah pemilihan riset dan lokasi riset ditentukan,

Fasilitator mengajak para pebelajar untuk menyusun rencana

kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan riset berlangsung.

Adapun kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan adalah

melakukan wawancara dengan narasumber yang diperlukan, 10 Wawancara dengan Nanda, 23 Maret 2015, transkrip wawancara11 wawancara dengan bu Erna, 1 April 2015,trankrip wawancara

Page 123: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

107

mencatat, dan melakukan dokumentasi. Dalam perencanaan

kegiatan riset tersebut, fasilitator dan pebelajar membuat daftar

pertanyaan untuk ditanyakan kepada narasumber dan

mempersiapkan alat-alat yang dIbutuhkan seperti kamera untuk

keperluan dokumentasi.

Pada saat akan memulai semester baru, fasilitator juga

mengajak para pebelajar untuk membuat kesepakatan-kesepakatan

seputar kegiatan pembelajaran. Kesepakatan tersebut dimaksudkan

agar terciptanya situasi yang kondusif untuk belajar. Di Sanggar

Anak Alam sendiri terdapat kesepakatan umum atau slogan yang

menjadi landasan untuk dibuatnya kesepakatan-kesepakatan

dikelas. Adapun slogan tersebut adalah “menjaga diri, menjaga

teman, menjaga lingkungan”. Lebih lanjut mengenai penggunaan

slogan tersebut dalam pembuatan kesepakatan dijelaskan oleh bu

Wiwin:

“Kalau kesepakatan di SALAM sendiri sudah ada “menjaga diri, menjaga teman, menjaga lingkungan”, kalau kesepakatan di kelas misalnya bagaimana di kelas kita buka forum bareng-bareng, kalau di kelas ada orang bicara sebaiknya gimana, mendengarkan atau bagaimana, kesepakatannya kalau ada orang bicara didengarkan dulu. Terus ada teman jatuh, lalu gimana yang harus dilakukan. Jadi kesepakatan-kesepakatan timbul dari konsolidasi.”12

12 wawancara dengan bu Wiwin, 30 Maret 2015,trankrip wawancara

Page 124: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

108

Dari argumen di atas dapat dimengerti bahwa Sanggar

Anak Alam mengedepankan kesepakatan bersama yang dibangun

antara sesama warga Sanggar Anak Alam, sehingga tidak terjadi

keterpaksaan dan aturan-aturan ketat yang memberatkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat argumen dari mas

Yudhis yang merupakan ketua PKBM :

“Kita tidak membuat aturan, yang kita bangun adalah kesepakatan. Kesepakatan yang muncul dari pengalaman. Ketika hanya satu orang, maka keputusan ada pada diri sendiri, jika ada/melibatkan orang lain maka ada harus ada kesepakatan-kesepakatan karena disitu ada dua kepentingan karena itu lebih dari satu kepentingan agar semua terfasilitasi.”13

Dari argumen di atas juga dapat dimengerti bahwa tujuan

dibuatnya kesepakatan adalah agar semua kepentingan-

kepentingan dapat terfasilitasi sesuai dengan hasil kesepakatan.

Dengan dibuatnya keputusan bersama, para pebelajar akan terlatih

untuk dapat menerima perbedaan kepentingan diluar individu

dirinya dan belajar untuk bertoleransi.

13 Wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015, transkrip wawancara

Gambar 10. Pebelajar kelas 3 sedang membuat kesepakatan kelas

Page 125: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

109

Kegiatan riset Sanggar Anak Alam dilakukan pada jam

aktif sekolah yang dimulai pada pukul 08.00 dan selesai sesuai

keperluan. Sebelum kegiatan riset dilaksanakan, fasilitator

mempersiapkan pebelajar dengan melakukan briefing untuk

melakukan re-check perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan

oleh pebelajar untuk kegiatan riset. Hal tersebut peneliti lihat pada

kegiatan riset yang diikuti peneliti, yaitu di kelas 4 dan jenjang

SMP.

Dalam aktivitas riset yang dilakukan tersebut, pebelajar dan

fasilitator memiliki peran yang penting. Para pebelajar melakukan

kegiatan yang telah direncanakan seperti melakukan wawancara

dengan narasumber, mencatat hal-hal penting yang diperlukan, dan

melakukan dokumentasi. Peran fasilitator juga tidak kalah penting

dalam kegiatan riset. Fasilitator senantiasa mengawasi aktivitas

pebelajar selama kegiatan riset berlangsung. Fasilitator

memastikan pebelajar melakukan kegiatan yang telah

direncanakan. Fasilitator berkewajiban mendampingi pebelajar

dengan membuat kondisi dimana pebelajar dapat belajar. Hal

tersebut seperti yang diucapkan oleh Timo:

“...kita hanya mendampingi dan membuat kondisi dimana anak bisa belajar bisa. Istilah nya seperti memancing, kita hanya menyediakan pancing lalu mengajak ke sungai, nah bagaimana memancing nya itu anak sendiri yang melakukan kita hanya mendampingi, anak yang belajar sendiri.”14

14 Wawancara dengan mas Timo, 13 Maret 2015, transkrip wawancara

Page 126: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

110

Aktivitas riset Sanggar Anak Alam tidak hanya dilakukan

diluar lingkungan Sanggar Anak Alam. Riset juga dapat dilakukan

di dalam lingkungan Sanggar Anak Alam atau dari peristiwa

sehari-hari yang dialami pebelajar. Misalnya saja peneliti melihat

riset yang dilakukan oleh pebelajar kelas 1 dan kelas 2. Pada kedua

jenjang tersebut peneliti melihat bahwa pebelajar memanfaatkan

tanaman yang mereka tanam dalam acara wiwitan untuk diamati

Gambar 11. Fasilitator dan pebelajar sedang melakukan wawancara

Gambar 12. Pebelajar SMP melakukan wawancara Gambar 13. Pebelajar kelas 4 mencatat hasil

riset

Page 127: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

111

perkembangannya. Riset dengan melihat perkembangan tanaman

tersebut sehubungan dengan konteks yang akan dicapai yaitu

pengenalan sumber energi dalam kehidupan.

Di Sanggar Anak juga dimungkinkan penggunaan riset

yang lebih dari satu. Seperti yang peneliti temui pada jenjang SMP.

Selain melakukan riset di pasar, jenjang SMP juga melakukan riset

ke benteng vredeburg. Riset dilakukan sesuai kebutuhan. Seperti

yang dikatakan oleh bu Wahyaningsih dalam workshop Sanggar

Anak Alam yang mengatakan :

“riset bisa lebih dari satu, jika memang dirasa kurang”15

Diadakannya riset lebih dari satu juga berdasarkan

kesepakatan warga kelas. Peneliti melihat alasan diadakannya riset

lebih dari satu di jenjang SMP karena terdapat pebelajar yang tidak

mengikuti riset yang sebelumnya sekaligus mengatasi kejenuhan

pebelajar. Fasilitator SMP pada saat itu menawarkan hal tersebut

ke forum kelas dan disetujui oleh seluruh warga kelas. Fasilitator

15 Argumen dari Bu Sri Wahyaningsih pada saat workshop Sanggar Anak Alam

Gambar 14. Pebelajar kelas 1 sedang riset tanaman Gambar 15. Pebelajar kelas 2 sedang riset energi

Page 128: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

112

juga langsung mengajak pebelajar untuk memilih museum yang

akan dikunjungi. Para pebelajar dipersilahkan oleh fasilitator untuk

mencari museum yang cocok dengan melihat internet. Akhirnya

tercapai kesepakatan diantara mereka untuk mengunjungi museum

benteng vredeburg dengan menggunakan bis Trans Jogja. Peneliti

melihat yang terpenting dari hal tersebut adalah terciptanya

kesepakatan diantara warga kelas. Peran fasilitator dalam

memfasilitasi para pebelajar hingga muncul kesepakatan

merupakan hal yang penting.

Dalam pembelajaran Sanggar Anak Alam yang

menggunakan model pembelajaran Daur Belajar, pengalaman

memang merupakan aspek yang paling penting. Pengalaman-

pengalaman tersebut dapat berupa sesuatu kegiatan yang

direncanakan dan dilakukan bersama-sama, maupun pengalaman

pribadi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-

pengalaman tersebut akan menjadi data bagi pebelajar untuk

Gambar 16. Pebelajar smp sedang riset ke vredeburg

Page 129: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

113

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Sehubungan dengan hal

tersebut, mas Yudhis selaku ketua PKBM Sanggar Anak Alam

menyampaikan argumennya :

“Kalau kita bicara daur belajar itu proses sebenarnya di dalamnya ada proses pengalaman, pengalaman itu misalnya pengalaman sendiri, masing-masing anak memiliki sendiri walaupun dilakukan secara bersama-sama. Anak-anak juga punya data masing-masing, data itu kemudian di compare dengan data teman-teman lain. akhirnya menjadi data bersama, data milik kelas.”16

Pengalaman-pengalaman akan menjadi data bagi pebelajar

Sanggar Anak Alam untuk melakukan kegiatan pembelajaran,

data-data tersebut dapat berupa data pribadi maupun data bersama.

Data bersama didapatkan dari compare data diantara para

pebelajar. Namun tidak semua pengalaman dapat diangkat menjadi

data. Pengalaman yang diangkat menjadi data dan diolah menjadi

daur hanya yang sesuai dengan capaian atau tujuan belajar tertentu

yang telah ditetapkan dalam menjadi target dasar belajar yang

dibuat pada saat workshop setiap awal semester. Hal tersebut

seperti yang diungkapkan oleh mas Yudhis :

“Misalnya di dalam kelas memiliki capaian tertentu, untuk sampai kesana dia melakukan riset, dan riset itu yang disebut pengalaman. Pengalaman menjadi daur ketika kemudian data-data nya diungkap, dan data-data yang diungkap itu diolah sampai pada dia punya kesimpulan.”17

Peneliti juga melihat bahwa Sanggar Anak Alam juga

memfasilitasi pebelajar untuk menggali bakat minat serta

16 Wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015, transkrip wawancara17 Wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015, transkrip wawancara

Page 130: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

114

membantu pebelajar mengalami peristiwa yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari dengan membawa peristiwa tersebut ke

lingkungan sekolah. Dalam penggalian minat dan bakat, peneliti

mengikuti kegiatan jenjang SMP yang mengunjungi perpustakaan

kota. Fasilitator jenjang SMP mengajak anak-anak ke perpustakaan

kota dalam rangka untuk mengetahui minat anak dari buku yang

pebelajar baca

Upaya Sanggar Anak Alam untuk menghadirkan peristiwa

yang dekat dengan kehidupan sehari-hari untuk dibawa ke

lingkungan sekolah adalah dengan diadakannya pasaran dan

wiwitan. Pasaran adalah miniatur dari praktik jual beli di pasar

pada umumnya. Kegiatan tersebut biasa dilakukan sebulan sekali.

Kegiatan pasaran tersebut diikuti oleh seluruh elemen

Sanggar Anak Alam, baik fasilitator, pebelajar, maupun pengurus

sekolah. Peran-peran yang terdapat dalam kegiatan pasaran antara

Gambar 17. Fasilitator SMP membantu pebelajar membaca Gambar 18. Fasilitator dan pebelajar smp di perpustakaan kota Yogyakarta

Page 131: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

115

lain penjual, pembeli, petugas keamanan, petugas

kebersihan, dan petugas bank. Alat transaksi yang digunakan

dalam kegiatan tersebut adalah mata uang Sanggar Anak Alam

atau dengan barter jika tercapai kesepakatan antar penjual. Sebagai

modal awal dalam kegiatan tersebut, bank Sanggar Anak Alam

memberikan modal ke masing-masing pebelajar atau fasilitator

yang terlibat. Setelah kegiatan pasaran selesai, uang akan kembali

disimpan di bank Sanggar Anak Alam sesuai dengan atas nama

pemilik uang tersebut dan dapat dipergunakan lagi dalam kegiatan

pasaran selanjutnya.

Sedangkan wiwitan adalah kegiatan syukuran yang

dilakukan sebelum melakukan panen padi. Kegiatan wiwitan saat

ini sudah jarang ditemui di masyarakat modern, hal tersebut yang

ingin digiatkan kembali oleh Sanggar Anak Alam agar tradisi

tersebut tidak hilang. Selain itu dalam acara wiwitan tersebut,

Sanggar Anak Alam juga menyelenggarakan serangkaian acara

Gambar 19. Pebelajar mengantri di bank Sanggar Anak Alam

Gambar 20. Pebelajar sedang melakukan transaksi jual beli

Page 132: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

116

yang mengajak pebelajar untuk aktif, seperti penanaman bibit

bersama dinas pertanian Yogya dan pentas seni. Sehubungan

dengan kegiatan wiwitan bu Sri Wahyaningsih selaku pendiri

Sanggar Anak Alam mengemukakan pendapatnya:

“Iya bentuk pensinergian dan juga kita mengembalikan kalau kita itu punya kearifan lokal, nenek moyang kita dulu menciptakan itu bukan tidak alasan, agar supaya orang menjaga keseimbangan alam, tidak mengeksploitir bumi, harus dipelihara, agar dapat diwariskan ke anak cucu, memayu hayuning bawana, itu sungguh terjadi, mengapa dulu waktu panen di share, anak-anak diutamakan, itu semua ada alasannya. Dari dulu nenek moyang sudah belajar simbol-simbol, walaupun bukan dalam bentuk tulisan, seperti dalam bentuk ubo rampe wiwitan kemarin. Jadi nenek moyang itu dulu memberi pelajaran, dan ini juga pembelajaran. Jadi membaca, itu tidak hanya sekedar membaca ba bi bu be bo, namun juga membaca suasana, membaca situasi, harus terus menerus dilakukan, itu kenapa kami disini melarang belajar membaca hanya ba bi bu be bo yang tidak bermakna, tapi kita membaca dari sesuatu yang nyata atau yang riil.”18

Dari pernyataan di atas peneliti melihat bahwa Sanggar

Anak Alam dalam mengembangkan pembelajaran, dimulai dari

sesuatu yang nyata atau riil dan mensinergikan kegiatan

18 Wawancara dengan Ibu Sri Wahyaningsih, 5 Mei 2015, transkrip wawancara

Gambar 21. Berdoa di depan padi yang akan dipanen Gambar 22. Penanaman bibit pada rangkaian acara wiwitan

Page 133: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

117

pembelajaran dengan kearifan lokal atau budaya agar pembelajaran

menjadi kegiatan yang bermakna. Dari upaya pensinergian

tersebut, Sanggar Anak Alam mengharapkan pebelajar untuk

mampu membaca situasi dan suasana.

Berkaitan dengan peristiwa dan riset yang terdapat dalam

pembelajaran di Sanggar Anak Alam, peneliti melihat bahwa

semua jenjang yang ada di Sanggar Anak Alam selalu mengawali

proses pembelajaran dengan melakukan riset atau berangkat dari

peristiwa. Peneliti menyimpulkan bahwa riset adalah kegiatan

untuk mendapatkan pengalaman dari suatu peristiwa. Kegiatan

riset tersebut merupakan fase pertama dari model daur belajar yaitu

fase “melakukan”. Riset dapat berupa pengalaman dari peristiwa

yang direncanakan maupun tidak direncanakan. hasil riset yang

berupa pengalaman dari suatu peristiwa yang ada pada kehidupan

sehari-hari pebelajar tersebut tersebut dihubungkan dengan suatu

capaian atau tujuan tertentu yang ada pada target dasar belajar

Sanggar Anak Alam yang dibuat pada saat workshop untuk

memulai awal semester. Dari informasi yang peneliti dapatkan

dalam kegiatan workshop Sanggar Anak Alam pada awal semester,

Kegiatan riset yang dilakukan pebelajar dan fasilitator dapat lebih

dari satu atau disesuaikan dengan keperluan untuk mendapatkan

data guna kepentingan memenuhi capaian atau tujuan yang ada

pada target dasar belajar. Data-data yang ada pada riset akan diolah

Page 134: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

118

dan diungkap melalui proses selanjutnya yang ada pada model daur

belajar, yaitu : Ungkapkan, analisis, kesimpulan, tindakan. Adapun

riset-riset yang terencana yang peneliti temui di Sanggar Anak

Alam antara lain: Kelas 1 SD yang melakukan riset dengan

mengamati pertumbuhan tanaman, kelas 2 juga mengamati

pertumbuhan tanaman, kelas 3 yang riset mengenai batu-bata dan

telur asin, kelas 4 yang melakukan riset di pabrik tahu, jenjang

SMP yang melakukan riset ke pasar dan benteng vredeburg.

Data-data yang didapatkan melalui kegiatan riset lalu

diungkapkan dan diolah dalam fase selanjutnya dari daur belajar,

yaitu fase ungkapkan. Dalam fase “ungkapkan”, data-data tersebut

dirapikan dengan melihat tujuan belajar yang ada pada skema

target dasar belajar pada masing-masing jenjang. Untuk

mempersiapkan pebelajar melakukan fase “ungkapkan”, fasilitator

mengajak pebelajar untuk melihat kembali hasil temuan dalam

kegiatan riset yang telah dilakukan. Fasilitator memancing

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan riset yang telah

dilakukan, misalnya : “hal-hal apa sajakah yang kalian temukan di

pasar?”, “pedagang apa saja yang kalian kunjungi?” atau dengan

menanyakan kesan mereka terkait riset yang telah dilakukan.

Peneliti melihat hal tersebut merupakan upaya bagi fasilitator

untuk mereview kegiatan riset. Usaha lain yang dilakukan oleh

fasilitator untuk melakukan review adalah dengan juga mengajak

Page 135: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

119

pebelajar untuk menuliskan temuan-temuan menarik mereka di

papan tulis agar temuan dari masing-masing individu dapat

diketahui oleh sesama pebelajar maupun fasilitator. Misalnya saja

seperti yang telah dilakukan oleh jenjang SMP dan kelas 4 yang

menemukan hal-hal menarik dan dituliskan di papan tulis atau

kelas 1 yang menuliskan pertumbuhan tanaman yang mereka amati

dari hari ke hari di papan tulis.

Dengan dituliskannya hasil-hasil temuan pada kegiatan riset

di papan tulis, maka data pribadi yang dimiliki perseorangan akan

menjadi milik bersama. Sehingga data-data yang dimiliki masing-

masing individu dapat dibandingkan atau dilengkapi dari data milik

teman-teman sekelasnya. Hal tersebut sesuai dengan yang

disampaikan oleh mas Yudhis selaku ketua PKBM:

“Anak-anak juga punya data masing-masing, data itu kemudian di compare dengan data teman-teman lain. akhirnya menjadi data bersama, data milik kelas.”19

19 Wawancara dengan mas Yudhis, 13 Maret 2015

Gambar 23. Data para pebelajar yang ditulis di papan tulis

Page 136: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

120

Jika dilihat dari argumen dan temuan peneliti tersebut,

dapat diketahui bahwa pebelajar Sanggar Anak Alam

mengedepankan sikap kolaboratif sesama pebelajar. Hal tersebut

juga tidak terlepas dari peran fasilitator yang memfasilitasi

terjadinya kolaborasi antar sesama pebelajar dengan mengajak

pebelajar untuk menuliskan hasil temuannya di papan tulis.

Fase ungkapkan adalah mengungkapkan kembali data-data

dari peristiwa yang dialaminya. Setelah data-data tersebut di-

kumpulkan dari masing-masing individu dan menjadi milik

bersama, dalam fase ungkapkan selanjutnya adalah melihat tujuan

belajar yang ada pada skema target dasar belajar pada masing-

masing jenjang. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa tujuan

belajar yang ada pada target dasar belajar memiliki fungsi

dokumentasi pengetahuan dari riset yang telah mereka lakukan.

Pada jenjang SMP misalnya, peneliti melihat bahwa

terdapat tujuan belajar pada skema target dasar belajar yang

menyebutkan bahwa “pebelajar mampu mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks

pidato, surat pembaca”. Dari tujuan belajar tersebut, fasilitator

mengajak pebelajar untuk menuliskan karya ilmiah yang berbentuk

deskriptif mengenai pasar dan museum benteng vredeburg. Untuk

tujuan belajar yang berkaitan dengan menghitung peneliti melihat

jenjang SMP melakukan pengukuran benda-benda yang ada di

Page 137: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

121

sekitar kelas, misalnya saja mengukur buku, meja, dan tempat

pensil. Fasilitator juga menggunakan data mengenai pengeluaran

biaya sewaktu melakukan riset di benteng vredeburg, yaitu harga

parkir, tiket masuk, dan sebagainya. Melalui riset Benteng

vredeburg pula para pebelajar SMP belajar tentang nasionalisme.

Pada jenjang sekolah dasar kelas 1, peneliti melihat

terdapat target dasar belajar yang menyebutkan bahwa “pebelajar

mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan 1-20”. Dari

tujuan tersebut, fasilitator kelas 1 yaitu bu Wiwin, mengajak

pebelajar untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan dari

pertumbuhan tanaman yang mereka amati setiap harinya. Pada

jenjang sekolah dasar kelas 4 terdapat target dasar belajar yang

menyebutkan “mampu menulis jurnal harian, surat, puisi dan

naskah”. Dalam memenuhi tujuan tersebut, maka digunakanlah

data terkait riset ke pabrik tahu yang telah dilakukan oleh pebelajar

kelas 4 untuk membuat sebuah puisi. Untuk memperkuat

pemahaman pebelajar tentang puisi, mbak Vian selaku fasilitator

meminta pebelajar untuk mencari contoh puisi di internet.

Begitupula yang dilakukan oleh jenjang sekolah dasar kelas 3.

Mereka menggunakan rak-rak yang ada untuk meletakkan telur

asing untuk belajar perkalian. Jenjang kelas 3 juga belajar

bagaimana peristiwa dibuatnya telur bebek menjadi telur asin.

Page 138: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

122

Peneliti melihat bahwa dalam fase ungkapkan tersebut,

pebelajar dan fasilitator menghubungkan antara pengalaman-

pengalaman yang didapat melalui riset dengan tujuan-tujuan

belajar yang ada dalam target dasar belajar. Pengalaman-

pengalaman yang ada pada riset akan membantu pebelajar

mencapai tujuan-tujuan belajar yang ada pada target dasar belajar.

Peneliti melihat peran fasilitator tidak kalah penting dalam fase

ungkapkan. Beberapa kelas yang peneliti amati, terdapat pebelajar

yang kurang begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Misalnya saja pada jenjang SMP yang seharusnya menuliskan

cerita pendek mengenai pengalaman riset ke benteng vredeburg

dan jenjang kelas 4 yang membuat puisi dari data hasil riset. Pada

mulanya beberapa pebelajar di kedua jenjang tersebut malas

mengerjakan tugas yang telah disepakati yaitu menulis cerita

pendek dan membuat puisi. Pada akhirnya fasilitator memberikan

motivasi kepada kepada pebelajar agar mau mengerjakan tugas.

Cara fasilitator memberikan motivasi yaitu dengan membujuk

Gambar 24. Fasilitator mengajak pebelajar kelas 1 melakukan penjumlahan dan pengurangan berdasarkan data yang ditulis di

papan tulis

Page 139: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

123

secara personal ataupun melakukan kegiatan ice breaking seperti

bernyanyi.

Fase daur belajar selanjutnya adalah analisis. Fase analisis

adalah kegiatan mengkaji ungkapan pengalaman, baik pengalaman

sendiri maupun pengalaman orang lain, kemudian mengkaitkannya

dengan pengalaman-pengalaman yang mengandung ajaran, nilai-

nilai atau makna yang serupa. Peneliti kurang mendapatkan secara

jelas gambaran mengenai fase analisis. Namun peneliti melihat

bahwa praktik dalam fase analisis adalah dengan mendiskusikan

kembali hasil riset yang telah diungkapkan menggunakan tujuan

belajar yang ada pada target dasar belajar. Misalnya saja peneliti

pernah mengikuti diskusi yang dilakukan oleh jenjang SMP

mengenai tulisan ilmiah mereka tentang pasar. Berdasarkan tulisan

para pebelajar tersebut, fasilitator memancing diskusi menjadi

lebih luas, yang semula membahas isi pasar menjadi membahas

tentang perbedaan pasar modern dan pasar tradisional, hingga

perkembangan tren masa kini yaitu online shop. Peneliti

menangkap salah satu hasil identifikasi pebelajar mengenai online

shop yang mengatakan “online shop memang lebih praktis, namun

sesama manusia tidak terjadi interaksi”.

Dari hasil riset di benteng vredeburg pebelajar SMP ,

fasilitator juga mengembangkan diskusi terkait nasionalisme.

Pebelajar dan fasilitator secara bersama-sama menguraikan tentang

Page 140: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

124

nasionalisme dalam suatu forum diskusi. Masing-masing fasilitator

menyebutkan peristiwa-peristiwa sejarah yang menurut mereka

dapat menjadi contoh nasionalisme. Dari peristiwa-peristiwa yang

dipaparkan oleh fasilitator tersebut, lalu pebelajar dapat

menganalisis dan mencapai kesimpulan tentang nasionalisme.

Untuk memperkuat pandangan para pebelajar tentang sejarah

bangsa, fasilitator juga meminta pebelajar untuk mencari artikel-

artikel terkait di internet. Begitupula yang peneliti amati pada kelas

2. Setelah pebelajar kelas 2 mengukur perkembangan tumbuhan

yang mereka tanam, bu Avin fasilitator kelas 2 memancing dengan

pertanyaan-pertanyaan seputar energi matahari, seperti “kenapa

kok tumbuhan kalian bisa bertambah tinggi?”, “kira-kira kalau

tidak ada matahari tumbuhan kalian bisa tambah tinggi nggak?”.

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul jawaban yang

berbeda-beda dari setiap pebelajar, lalu bu Avin sebagai fasilitator

membantu pebelajar untuk mengerucutkan kesimpulan.

Pada jenjang kelas 3 peneliti melihat mereka me-

ngidentifikasi tentang bagaimana proses telur bebek bisa menjadi

telur asin. Hingga mereka menyimpulkan langkah-langkah

membuat telur asin. Kelas 3 yang juga melakukan riset tentang

batu-bata mengidentifikasi pula bagaimana terbentuknya batu-bata.

Mereka juga berhasil menganalisis dan menyimpulkan bagaimana

batu-bata bisa terbentuk. Kesimpulan-kesimpulan dari hasil

Page 141: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

125

analisis tersebut berada dalam fase keempat daur belajar yaitu

kesimpulan. Fase kesimpulan yaitu keharusan untuk me-

ngembangkan atau merumuskan prinsip-prinsip berupa kesimpulan

umum dari pengalaman tersebut. Menyatakan apa yang telah

dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini akan membantu

masyarakat untuk merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal

yang telah dipelajari. Dalam fase analisis dan fase kesimpulan

tersebut peneliti melihat peran fasilitator juga sangat berpengaruh.

Peneliti melihat bahwa pada tahap analisis, peran fasilitator adalah

memancing terjadinya diskusi. Sedangkan pada fase kesimpulan,

fasilitator membantu pebelajar untuk mengerucutkan pembahasan

dalam diskusi sehingga pebelajar mampu menghasilkan

kesimpulan.

Fase daur belajar yang terakhir yaitu melakukan atau

menerapkan. Tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan

dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik

berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas

tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan

realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Peneliti melihat bahwa

pada fase melakukan, pebelajar identik dengan membuat suatu

produk berdasarkan dari proses daur belajar yang dialaminya.

Produk-produk yang dihasilkan pebelajar berdasarkan dari

pemahaman baru yang didapatkan melalui proses daur belajar.

Page 142: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

126

Adapun contoh-contoh produk pebelajar Sanggar Anak

Alam yang peneliti temukan antara lain : jenjang sekolah dasar

kelas 3 yang membuat telur asin dan membuat mading tentang

proses pembuatan batu bata, jenjang sekolah dasar kelas 4 yang

membuat kliping tentang proses pembuatan tahu, dan jenjang SMP

yang membuat mading yang berkaitan dengan minat para

pebelajar. Berdasarkan pengamatan peneliti, produk-produk

tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan antara fasilitator dan

pebelajar. Fasilitator memfasilitasi ide-ide pebelajar untuk

membuat produk akhir. Hal tersebut berdasarkan wawancara

dengan salah satu fasilitator bernama bu Erna :

“...memfasilitasi saja, memfasilitasi ide, keinginan, solusi-solusi mereka.”20

Produk akhir tersebut akan dipamerkan kepada orang tua

dalam acara pameran. Informasi tersebut peneliti peroleh dari Ibu

Sri Wahyaningsih:

“Jadi orang bisa mengapresiasi anak-anak dalam bentuk drama, pameran. Ini kan yang dipamerkan adalah hasil kristalisasi dari apa yang mereka dapatkan. Setiap akhir semester kan gelar bersama. Ada drama, musik, lukis, mading. Itu kan lebih asik, mereka benar-benar menguasai.”21

Dari pernyataan berikut peneliti dapat melihat bahwa

Sanggar Anak Alam berupaya untuk mengapresiasi pebelajar

20 Wawancara dengan bu Erna, Rabu 1 April 2015, transkrip wawancara21 Wawancara dengan Ibu Sri Wahyaningsih, 5 Mei 2015, transkrip wawancara

Page 143: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

127

dengan sebaik mungkin. Orang tua akan dapat melihat secara jelas

hasil belajar pebelajar selama satu semester.

c. Penilaian hasil pembelajaran

Peneliti melihat bahwa sebagai penyedia aktivitas

pembelajaran, Sanggar Anak Alam juga mengadakan kegiatan

penilaian hasil pembelajaran atau evaluasi pembelajaran. Namun

penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam

berbeda dari sekolah-sekolah formal. Pada umumnya kegiatan tersebut

di sekolah formal dilakukan dengan mengerjakan soal-soal yang telah

Gambar 25. Hasil karya pebelajar kelas 3 tentang langkah-langkah pembuatan batu-

bata dan telur asin

Gambar 26. Telur asin yang dibuat pebelajar kelas 3

Gambar 27. Pebelajar kelas 4 sedang membuat produk

Page 144: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

128

dibuat oleh guru. Sedangkan Sanggar Anak Alam melakukan

berdasarkan kesepakatan antara pebelajar dan fasilitator. Hal tersebut

seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sri Wahyaningsih :

“Kalau bentuk evaluasi itu kesepakatan, yang jelas setiap fasilitator harus mengawal proses agar tau sejauh mana anak itu sudah berproses. Nah ini kan dari pengamatan fasilitator dan pemahaman, tapi kita setiap akhir semester kan juga ada review, itu kan mulai mengulang kembali apa yang sudah didapatkan, ini penting saya pikir. Jadi fasilitator bisa memahami tentang pemahaman anak. Anak-anak juga bisa memilih review sendiri, misalnya ada yang mau berhitung saja, atau bahasa saja, lalu anak saling menukar hasil review nya. Jadi review itu kesepakatan bentuknya, ada juga yang kelas 3 smp atau kelas 6 itu juga menyesuaikan karena mereka akan ikut UN maka resume nya formal, bikin-bikin soal.”22

Dari pernyataan di atas juga dapat diketahui bahwa selain

review berdasarkan kesepakatan antara fasilitator dan pebelajar, peran

fasilitator dalam mengamati dan memahami pebelajar juga penting.

Hal tersebut dikatakan penting karena fasilitator akan membuat review

seusai dengan yang pebelajar minati dan pahami.

Pada beberapa jenjang peneliti juga mengamati bahwa

pembuatan produk dalam fase daur belajar yang terakhir yaitu

melakukan, sering dijadikan alternatif evaluasi oleh fasilitator. Pada

fase melakukan pebelajar membuat produk berdasarkan proses yang

telah dilalui sebelumnya, sehingga fasilitator dapat melihat pebelajar

menguasai pembelajaran selama satu semester atau tidak berdasarkan

pembuatan produk pebelajar.

22 Wawancara dengan bu Sri Wahyaningsih selasa 5 Mei 2015

Page 145: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

129

Setelah kegiatan evaluasi pembelajaran selesai, para fasilitator

membuat rapot yang berisi pencapaian pebelajar selama satu semester.

Rapot tersebut akan diserahkan kepada orang tua pebelajar setiap

akhir semester, sekaligus fasilitator berbincang-bincang dengan para

wali pebelajar tentang kondisi para pebelajar selama kegiatan

pembelajaran.

Sehubungan dengan penilaian hasil pembelajaran, pada

sekolah formal pada umumnya hasil dari penilaian pembelajaran

dijadikan acuan bagi kenaikat tingkat ke jenjang kelas yang lebih

tinggi. Namun di Sanggar Anak Alam, penilaian hasil pembelajaran

tidak memiliki fungsi yang demikian, karena semua pebelajar selalu

naik ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan kata lain, di Sanggar Anak

Alam tidak ada istilah tinggal kelas.

Gambar 28.1 Contoh soal evaluasi Gambar 28.2 Contoh soal evaluasi

Page 146: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

130

Sanggar Anak Alam yang merupakan lembaga non formal

tidak mengeluarkan ijasah formal bagi pebelajar yang ingin

melanjutkan jenjang di sekolah formal. Untuk itu Sanggar Anak Alam

memfasilitasi pebelajar yang menginginkan ijasah formal dengan

mendaftarkan pada ujian persamaan seperti ujian paket C. Hal tersebut

dilakukan Sanggar Anak Alam karena terdapat tuntutan dari orang tua

yang menginginkan anaknya yang belajar di Sanggar Anak Alam

untuk mendapatkan ijasah formal. Penilaian hasil pembelajaran oleh

Sanggar Anak Alam memang bukan dirancang sebagai acuan

kenaikan jenjang atau untuk mendapatkan ijasah, namun sebagai cara

merefleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan selama satu

semester.

B. PEMBAHASAN

1. Pembahasan mengenai Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Ditinjau dari kajian teori mengenai sekolah alam, Sanggar Anak

Alam memang dapat diklasifikasikan sebagai sekolah alam. Menurut

Efrita Djuwita (2010) Suatu lembaga penyedia kegiatan pembelajaran

yang dapat dikatakan sebagai sekolah alam adalah yang menyediakan

pembelajaran alternatif dengan menggunakan alam sebagai sumber belajar

utamanya, dalam hal ini penggunaan alam sebagai media belajar

diharapkan pebelajar menjadi lebih perhatian dengan lingkungan dan

mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dipelajari. Sekolah alam

Page 147: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

131

memberikan suasana yang berbeda dalam aktivitas pembelajaran karena

mendekatkan pebelajar dengan lingkungan dan kehidupan nyata sehingga

terjadi interaksi langsung antara pebelajar dengan realitas. Peneliti melihat

aspek tersebut telah dilakukan oleh Sanggar Anak Alam dengan

mendirikan bangunan sekolah yang dekat dengan lingkungan pertanian

khususnya sawah. Dengan cara itu Sanggar Anak Alam menginginkan

terjadinya interaksi antara pembelajarnya dengan komunitas pertanian

yang ada di sekitar Sanggar Anak Alam. Menurut Lendo Novo (2009),

pendiri sekolah alam ciganjur, sekolah alam terinspirasi oleh pemanfaatan

alam, kehidupan, dan lingkungan sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan Lendo Novo tersebut, peneliti melihat Sanggar

Anak Alam telah melakukan hal yang serupa dengan melaksanakan

pembelajaran dengan berlandaskan pada alam, kehidupan, dan lingkungan.

Sanggar Anak Alam yang dekat dengan lingkungan tani dan pembelajaran

berbasis riset dari kehidupan sehari-hari membuktikan bahwa Sanggar

Anak Alam masuk dalam kategori sekolah alam.

Menurut Dian Purnama (2010 : 86), Sekolah alam tetap mengacu

pada kurikulum depdiknas tetapi sekolah alam juga tetap meramu sendiri

kurikulum sesuai dengan tujuan sekolah. Pembelajaran di Sekolah alam

tidak benar-benar terlepas dari kurikulum dekdiknas. Terdapat hal-hal dari

sekolah formal yang bisa diintegrasikan ke dalam sekolah alam, tentu saja

dengan diramu sesuai dengan tujuan-tujuan sekolah alam. Peneliti melihat

hal tersebut dalam perencanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam yang

Page 148: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

132

meninjau kurikulum nasional. Dalam perencanaan pembelajaran Sanggar

Anak Alam, dibuat sebuah skema target dasar belajar yang mengambil

standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk dijadikan tujuan belajar.

2. Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta dari Perspektif Pedagogi Kritis

Pada Bab II mengenai kajian teori telah disebutkan tahap-tahap

pembelajaran Pedagogi Kritis. Tahap-tahap tersebut merupakan

serangkaian proses yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pemaparan kajian teori di dalam Bab II mengenai tahap-tahap

pembelajaran telah disesuaikan dengan perspektif Pedagogi Kritis,

sehingga dari kajian teori tersebut dapat dilihat tentang proses

pembelajaran di Sanggar Anak Alam dari perspektif Pedagogi Kritis.

a. Perencanaan pembelajaran

Pada bab II mengenai kajian teori telah dijelaskan mengenai

perencanaan pembelajaran dalam perspektif Pedagogi Kritis. Dalam

perencanaan pembelajaran tersebut dijelaskan bahwa perlunya

penggunaan silabus dan RPP untuk memandu kegiatan pembelajaran.

Di dalam RPP dan silabus terdapat identitas mata pelajaran, standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Perencanaan pembelajaran dalam Pedagogi Kritis memang perlu

memperhatikan hal-hal di atas, namun perlu diperhatikan bahwa

Page 149: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

133

perencanaan yang dibuat tidak terlalu kaku seperti dalam pembelajaran

konvensional dan dilakukan bersama-sama antara guru dan pebelajar

dengan dialog. Hal tersebut perlu dilakukan karena Pedagogi Kritis

menjunjung terciptanya ruang demokratis.

Peneliti melihat perencanaan pembelajaran di Sanggar Anak

Alam dilakukan setiap akan memasuki semester baru dalam acara

workshop fasilitator. Yang dihasilkan dari workshop fasilitator Sanggar

Anak Alam adalah sebuah skema yang dinamakan skema target dasar

belajar. Skema target dasar belajar adalah sebuah panduan bagi

fasilitator dan pebelajar dalam melaksanakan pembelajaran. Peneliti

melihat skema target dasar belajar memiliki fungsi yang sama seperti

RPP pada sekolah formal.

Dalam skema target belajar tersebut terdapat beberapa

komponen yang ada dalam RPP, yaitu: identitas kelas, tujuan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi yang ditulis

sebagai konteks yang akan dicapai. Tidak seluruh aspek dalam RPP ada

dalam skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam, karena peneliti

melihat bahwa Sanggar Anak Alam tidak mengklasifikasikan

pembelajaran ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran tertentu seperti

pada sekolah formal. Perbedaan tersebut bukan berarti Sanggar Anak

Alam sepenuhnya berbeda dengan sekolah formal. Tujuan pembelajaran

yang ada pada skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam diambil

dari standar kompetensi yang ada pada kurikulum nasional sesuai

Page 150: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

134

dengan jenjang masing-masing. Standar kompetensi yang diambil

sebagai tujuan pembelajaran berasal dari pelajaran matematika dan

bahasa Indonesia. Sanggar Anak Alam menempatkan matematika

sebagai tujuan berhitung dan bahasa Indonesia sebagai tujuan

membaca. Tujuan berhitung dan tujuan membaca tersebut ditempatkan

sebagai fungsi dokumentasi bagi pengalaman-pengalaman yang dialami

oleh pebelajar.

Sanggar Anak Alam mengedepankan pengalaman atau realitas

kehidupan sebagai unsur pokok dalam pembelajaran, sehingga yang

tercantum dalam skema target dasar belajar adalah hal yang berkaitan

dengan pengalaman yang dialami pebelajar. Dalam skema target dasar

belajar ditekankan mengenai empat perspektif kehidupan yaitu pangan,

kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. Keempat perspektif tersebut

menjadi dasar bagi Sanggar Anak Alam untuk menetapkan konteks.

Konteks yang dimaksud dalam hal ini memiliki kesamaan dengan

indikator pencapaian kompetensi yang terdapat pada RPP kurikulum

nasional, karena terdapat perilaku yang dapat diukur dan di observasi.

Konteks yang ada pada target dasar belajar akan menjadi bahan

pertimbangan dalam pemilihan tema riset.

Skema target dasar belajar yang telah selesai dibuat dalam

workshop fasilitator Sanggar Anak Alam akan dipaparkan ke pebelajar

sebagai bahan diskusi antara fasilitator dan pebelajar. Diskusi antara

fasilitator dan pebelajar tersebut dilaksanakan pada hari-hari pertama

Page 151: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

135

persekolahan. Dalam diskusi tersebut fasilitator mula-mula

menyampaikan tentang tujuan dan konteks yang ada dalam skema

target dasar belajar dan dilanjutkan dengan menentukan riset yang akan

dilakukan oleh pebelajar dan fasilitator guna mencapai tujuan dan

konteks yang ada di skema target dasar belajar. Peneliti juga melihat

bahwa pebelajar diperbolehkan untuk memberi masukan terkait konteks

dan tujuan yang ada pada skema target dasar belajar, bahkan pebelajar

dipersilahkan untuk memilih tema dan lokasi riset yang sesuai dengan

konteks dan tujuan yang akan dicapai. Fasilitator bertugas untuk

memfasilitasi para pebelajar untuk menyampaikan gagasan dan

berdiskusi hingga tercapai kesepakatan yang diterima semua pihak.

Peneliti juga menemukan fakta mengenai dibuatnya kesepakatan kelas

berisi aturan-aturan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dibuat pada

awal semester. Pembuatan kesepakatan kelas tersebut dilakukan

bersama-sama dengan menampung ide para pebelajar untuk

menentukan hal yang diperbolehkan dan dilarang dilakukan selama

pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti melihat dalam

perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam

telah sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam perspektif

Pedagogi Kritis. Hal tersebut dikarenakan Sanggar Anak Alam

memiliki skema target dasar belajar yang memiliki fungsi yang sama

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Walaupun tidak

Page 152: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

136

semua unsur yang ada dalam RPP terdapat dalam skema target dasar

belajar Sanggar Anak Alam, namun keduanya berfungsi untuk

memandu kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran dalam

perspektif Pedagogi Kritis juga tampak dari keterlibatan pebelajar

dalam perencanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam dengan

mengajak pebelajar untuk aktif dalam menyumbangkan ide tentang

perencanaan pembelajaran dan pembuatan kesepakatan kelas. Pebelajar

ditempatkan sebagai pribadi aktif yang mampu menentukan dan

bertanggung jawab atas pilihannnya. Hal tersebut juga tidak terlepas

dari peran fasilitator Sanggar Anak Alam yang mengedepankan

kesepakatan bersama dengan pebelajar, sehingga komunikasi yang

terbangun adalah komunikasi dua arah. Sanggar Anak Alam yang

dalam perencanaan pembelajaran menekanan mengenai empat

perspektif kehidupan menunjukkan bahwa terdapat upaya-upaya

pengenalan realitas di dalam pembelajaran yang dilakukan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran perspektif Pedagogi Kritis

terdapat 3 kegiatan pokok yang dilakukan, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Penjelasan lebih lanjut terkait

kegiatan-kegiatan tersebut telah dibahas pada bab II mengenai kajian

teori. Namun dapat dikatakan bahwa 3 kegiatan pokok tersebut telah

sesuai dengan pandangan Pedagogi Kritis. Pada sub bab ini peneliti

Page 153: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

137

akan menelaah pelaksanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam

dengan pandangan Pedagogi Kritis.

1) Kegiatan Pendahuluan

Pelaksanaan aktivitas pembelajaran Sanggar Anak Alam

dilakukan setiap hari senin hingga hari Jumat. Di Sanggar Anak

Alam terdapat pembagian jenjang kelas seperti pada sekolah

formal, namun yang membedakan adalah Sanggar Anak Alam

mengedepankan penggunaan pengalaman sebagai bahan belajar

dan tidak mengklasifikasian belajar ke dalam mata pelajaran

tertentu. Sanggar Anak Alam menggunakan model pembelajaran

yang dinamakan daur belajar. Model daur belajar adalah

serangkaian proses yang akan dilalui oleh pebelajar dengan

memanfaatkan pengalaman atau realitas yang ada pada kehidupan

sehari-hari. Perbedaan dengan sekolah formal juga tampak dari

kegiatan pembuka pembelajaran sehari-hari Sanggar Anak Alam,

yaitu berdoa dan melakukan pemanasan kecil di lapangan secara

bersama-sama oleh seluruh elemen Sanggar Anak Alam. Kegiatan

pemanasan kecil yang dimaksud oleh peneliti adalah melakukan

kegiatan gerak tubuh ringan, ice breaking, atau bernyanyi. Peneliti

melihat bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk memotivasi

seluruh elemen Sanggar Anak Alam sebelum melakukan aktivitas.

Sanggar Anak Alam memulai pelaksanaan pembelajaran

dengan melakukan fase daur belajar yang pertama, yaitu fase

Page 154: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

138

melakukan. Berdasarkan hasil penelitian, fase melakukan

merupakan kegiatan riset langsung ke kehidupan nyata atau dengan

kata lain pebelajar diajak untuk mengalami suatu realitas. Riset

adalah salah satu bukti bahwa Sanggar Anak Alam

mengedepankan penggunaan pengalaman pada peristiwa sehari-

hari dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pembahasan mengenai tahap perencanaan

pembelajaran disebutkan bahwa pada setiap awal semester

fasilitator selalu menyampaikan skema target dasar belajar yang

akan dicapai pebelajar, lalu berdasarkan skema target dasar belajar

fasilitator dan pebelajar secara bersama-sama membuat

kesepakatan tentang tema dan lokasi riset. Ketika tema riset dan

lokasi riset telah ditentukan, fasilitator mengajak pebelajar untuk

melakukan persiapan-persiapan yang dIbutuhkan dalam kegiatan

tersebut. Persiapan-persiapan tersebut antara lain melakukan list

kebutuhan barang yang akan dibawa ke lokasi riset, menentukan

subjek yang akan dijadikan narasumber, dan membuat pertanyaan-

pertanyaan untuk ditanyakan kepada narasumber. Dalam

menentukan subjek dan membuat pertanyaan-pertanyaan,

fasilitator mengingatkan pebelajar tentang tujuan mereka

melakukan riset serta data-data seperti apa yang dIbutuhkan

pebelajar agar sesuai dengan konteks dan tujuan yang ingin dicapai

dalam skema target dasar belajar.

Page 155: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

139

Peneliti melihat hingga tahap ini Sanggar Anak Alam telah

melakukan kegiatan yang memiliki kesamaan dengan kegiatan

pendahuluan yang ada pada tahap pelaksanaan pembelajaran

perspektif Pedagogi Kritis. Disebutkan dalam bab II mengenai

kegiatan pendahuluan bahwa guru menyiapkan pebelajar secara

psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini

peneliti lihat dari kegiatan sehari-hari Sanggar Anak Alam sebelum

memulai aktivitas, yaitu berdoa dan melakukan pemanasan kecil

bersama di lapangan. Aktivitas tersebut tidak hanya berpengaruh

pada pebelajar namun pada seluruh anggota Sanggar Anak Alam.

Peneliti yang mengikuti aktivitas tersebut melihat bahwa seluruh

anggota Sanggar Anak Alam lebih siap secara psikis karena setelah

aktivitas tersebut semua tampak ceria dan secara fisik karena

melakukan gerak tubuh ringan. Salah satu poin dari kegiatan

pendahuluan pada tahap pelaksanaan pembelajaran Pedagogi Kritis

juga menyebutkan bahwa guru menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan sesuai dengan silabus yang telah disepakati. Hal tersebut

peneliti temukan pada diri fasilitator yang dalam pertemuan awal

selalu menyampaikan tentang tujuan riset agar mendapatkan data

yang sesuai dengan konteks dan tujuan skema target dasar belajar.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa skema target dasar belajar

memiliki fungsi yang sama seperti silabus dan isinya telah

disepakati oleh pebelajar. Fasilitator yang mengajak pebelajar

Page 156: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

140

untuk melakukan persiapan-persiapan yang dIbutuhkan dalam

kegiatan riset juga dapat digolongkan sebagai kegiatan yang

dilakukan untuk mempersiapkan pebelajar dalam mengikuti proses

pembelajaran. Hal tersebut termasuk sesuatu yang dilakukan dalam

kegiatan pendahuluan dalam tahap pelaksanaan pembelajaran

Pedagogi Kritis.

2) Kegiatan Inti

Bagian selanjutnya dalam tahap pelaksanaan pembelajaran

Pedagogi Kritis adalah kegiatan inti. Kegiatan inti dibagi menjadi 3

hal yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan adalah

dengan senantiasa melibatkan pebelajar mencari informasi yang

luas dalam menentukan topik/tema materi yang akan dipelajari

dengan prinsip “alam takambang” jadi guru dan pebelajar

belajar dari aneka sumber; guru memfasilitasi interaksi yang

akan terjadi antara sesama pebelajar, pebelajar dengan-

lingkungan, dan dengan sumber belajar lainnya; melibatkan

pebelajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; guru

memfasilitasi pebelajar melakukan percobaan di laboratorium,

studio, atau lapangan. Peneliti melihat bahwa dalam fase

pertama daur belajar yaitu fase melakukan memiliki kegiatan

Page 157: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

141

yang serupa dengan eksplorasi pada kegiatan inti pelaksanaan

pembelajaran Pedagogi Kritis.

Sebelum fase melakukan dimulai, pebelajar terlebih

dahulu diajak untuk menentukan tema dan lokasi riset. Setelah

tercapai kesepakatan mengenai tema dan lokasi riset, maka

fasilitator dan pebelajar bersama-sama datang ke lokasi riset

untuk mendapatkan data guna kepentingan pembelajaran.

Fasilitator memastikan pebelajar melakukan kegiatan yang telah

direncanakan di lokasi riset, yaitu melakukan wawancara

dengan responden, melakukan dokumentasi, dan mencatat hal-

hal yang penting. Dapat dikatakan bahwa fasilitator

memfasilitasi pebelajar untuk berinteraksi dengan lingkungan

dan melibatkan pebelajar secara aktif. Dalam pengamatan yang

dilakukan peneliti, fasilitator selalu mendampingi pebelajar

dalam pelaksanaan riset, pebelajar tidak dilepas begitu saja

untuk melakukan riset. Bahkan terdapat fasilitator yang

membuka percakapan dengan responden karena pebelajar

merasa tidak percaya diri untuk memulai percakapan. Fasilitator

juga membagi pebelajar ke dalam beberapa kelompok dalam

melakukan riset. Pebelajar memiliki peran masing-masing dalam

kelompok tersebut. Hal tersebut adalah bentuk fasilitasi yang

dilakukan oleh fasilitator dalam rangka membangun interaksi

yang terjadi sesama pebelajar. Dalam jenjang SMP peneliti

Page 158: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

142

bahkan melihat fasilitator memfasilitasi pebelajar untuk

mengunjungi perpustakaan kota guna menggali minat pebelajar.

Dalam skala yang lebih luas, Sanggar Anak Alam sendiri

juga memfasilitasi pebelajar untuk berinteraksi dengan realitas.

Cara yang ditempuh Sanggar Anak Alam adalah dengan

membuat kegiatan pasaran dan wiwitan. Seperti yang telah

dijelaskan pada bab mengenai hasil penelitian, pasaran adalah

miniatur dari kegiatan jual beli di pasar dan diadakan sebulan

sekali. Sedangkan wiwitan adalah sebuah tradisi yang berupa

kegiatan syukuran untuk menyambut musim panen padi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kegiatan tersebut

diadakan oleh Sanggar Anak Alam untuk mendekatkan

pebelajar dengan realitas kehidupan dan melestarikan tradisi

yang ada di masyarakat. Dari hal tersebut peneliti melihat bahwa

Sanggar Anak Alam telah memfasilitasi pebelajar untuk

melakukan kegiatan eksplorasi yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran Pedagogi Kritis yakni meningkatkan partisipasi

dan keaktifan pebelajar dalam pembelajaran sehingga terwujud

manusia yang aktif dan mampu menemukan sendiri

pengetahuannya.

b) Elaborasi

Seperti yang dijelaskan pada bab 2 mengenai kajian

teori, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam elaborasi adalah

Page 159: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

143

membiasakan pebelajar membaca dan menulis yang beragam

melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; memfasilitasi

pebelajar melalui tugas, diskusi dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

memberi kesempatan pebelajar untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi pebelajar dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif; memfasilitasi pebelajar untuk membuat laporan

eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara

individual maupun kelompok; memfasilitasi pebelajar untuk

menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

memfasilitasi pebelajar melakukan pameran dari produk yang

dihasilkan; memfasilitasi pebelajar melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri.

Peneliti melihat aktivitas elaborasi ada di fase

selanjutnya dari model daur belajar, yaitu fase ungkapkan dan

analisis. Kedua fase tersebut dilakukan setelah pebelajar

mendapatkan data dari fase melakukan. Berdasarkan hasil

penelitian, data-data pribadi yang dimiliki oleh individu

dituliskan di papan tulis untuk dijadikan data bersama yang

dimiliki satu kelas. Dari hal tersebut peneliti melihat bahwa

fasilitator berupaya menciptakan kolaborasi antara sesama

Page 160: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

144

pebelajar dengan berbagi data di papan tulis, sehingga data yang

dimiliki pebelajar akan semakin lebih lengkap.

Setelah data-data terkumpul di papan tulis, fasilitator

memberikan tugas-tugas kepada pebelajar berdasarkan tujuan

pembelajaran yang ada pada skema target dasar belajar. Peneliti

melihat dari hasil penelitian pada jenjang SMP misalnya,

terdapat tujuan belajar pada skema target dasar belajar yang

menyebutkan bahwa “pebelajar mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah

sederhana, teks pidato, surat pembaca”. Dari tujuan belajar

tersebut, fasilitator mengajak pebelajar untuk menuliskan karya

ilmiah yang berbentuk deskriptif mengenai pasar dan museum

benteng vredeburg. Pada jenjang sekolah dasar kelas 4 terdapat

target dasar belajar yang menyebutkan “mampu menulis jurnal

harian, surat, puisi dan naskah”. Dalam memenuhi tujuan

tersebut, maka digunakanlah data terkait riset ke pabrik tahu

yang telah dilakukan oleh pebelajar kelas 4 untuk membuat

sebuah puisi. Jenjang kelas 3 yang menggunakan rak-rak telur

pada riset telur asin mereka yang digunakan sebagai media

untuk belajar perkalian. Hal tersebut merupakan salah satu

bentuk kegiatan elaborasi yaitu memfasilitasi pebelajar dengan

memberikan tugas serta membiasakan pebelajar membaca dan

Page 161: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

145

menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang

bermakna.

Mengenai tujuan belajar yang terdapat dalam skema

target dasar belajar Sanggar Anak Alam, peneliti melihat bahwa

hal tersebut ditempatkan sebagai fungsi pendokumentasian pe-

ngetahuan karena Sanggar Anak Alam percaya bahwa meng-

kaitkan pengalaman dengan tujuan belajar akan menjadikan

pembelajaran lebih bermakna.

Peneliti juga melihat kegiatan elaborasi terdapat dalam

fase ketiga dari daur belajar Sanggar Anak Alam yaitu fase

analisis. Sanggar Anak Alam mendefinisikan fase analisis

adalah kegiatan mengkaji ungkapan pengalaman, baik

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, kemudian

mengkaitkannya dengan pengalaman-pengalaman yang me-

ngandung ajaran, nilai-nilai atau makna yang serupa. Dalam

praktik fase analisis, peneliti seringkali melihat kegiatan yang

dilakukan adalah mendiskusikan kembali hasil riset. Fasilitator

selalu mengarahkan pebelajar untuk melakukan kegiatan

diskusi. Pada jenjang SMP misalnya, Riset mengenai pasar

dibahas kembali. Semula yang dibahas adalah komponen-

komponen pasar, lalu meluas mengenai perbedaan pasar

tradisional dan pasar modern hingga dampak berkembangnya

pasar modern di masyarakat.

Page 162: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

146

Begitupula yang peneliti amati pada jenjang sekolah

dasar kelas 2. Setelah pebelajar mengukur perkembangan

tumbuhan yang mereka tanam, bu Avin fasilitator kelas 2

memancing dengan pertanyaan-pertanyaan seputar energi

matahari, seperti “kenapa kok tumbuhan kalian bisa bertambah

tinggi?”, “kira-kira kalau tidak ada matahari tumbuhan kalian

bisa tambah tinggi nggak?”. Dari pertanyaan-pertanyaan

tersebut muncul jawaban yang berbeda-beda dari setiap

pebelajar, lalu bu Avin sebagai fasilitator membantu pebelajar

untuk mengerucutkan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa fase analisis memang identik dengan

kegiatan diskusi. Timbulnya diskusi di kelas merupakan tugas

fasilitator. Hal tersebut sesuai dengan kegiatan elaborasi pada

kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran Pedagogi Kritis.

Kegiatan diskusi akan memberi kesempatan pebelajar untuk

berpikir dan menganalisis.

Fase keempat dari daur belajar adalah kesimpulan. fase

kesimpulan memiliki kemiripan dengan kegiatan konfirmasi,

sehingga peneliti terlebih dahulu peneliti akan membahas

mengenai fase daur belajar yang terakhir yaitu fase tindakan.

Sanggar Anak Alam mendefinisikan fase tindakan adalah

memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang

Page 163: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

147

lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru

atas realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk

menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik.

Peneliti melihat bahwa pada fase tindakan, pebelajar

identik dengan membuat suatu produk berdasarkan dari proses

daur belajar yang dialaminya. Pada setiap akhir semester,

Sanggar Anak Alam mengadakan pameran produk yang dibuat

oleh para pebelajar dan dihadiri oleh orang tua pebelajar.

Dengan diadakannya pameran produk pada setiap akhir

semester, peneliti melihat Sanggar Anak Alam mencoba

memfasilitasi pebelajar untuk menampilkan produk yang

dimiliki, sekaligus mengapresiasi hasil kerja para pebelajar. Para

orang tua yang menghadiri acara pameran akan menyaksikan

hasil belajar para pebelajar di Sanggar Anak Alam. Hal tersebut

sesuai dengan prinsip kegiatan elaborasi yaitu memfasilitasi

pebelajar untuk melakukan pameran dari produk yang

dihasilkan, sekaligus menumbuhkan kebanggaan bagi para

pebelajar karena hasil kerja para pebelajar yang diapresiasi.

c) Konfirmasi

Pada kegiatan konfirmasi, hal-hal yang perlu

diperhatikan yaitu memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah

terhadap keberhasilan pembelajar; memberikan konfirmasi

Page 164: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

148

terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi pebelajar melalui

berbagai sumber; memfasilitasi pebelajar melakukan refleksi

untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar; guru memfasilitasi

dengan membantu menyelesaikan masalah; guru memberi acuan

pebelajar dalam pengecekan hasil eksplorasi; membantu

pebelajar untuk mendapatkan informasi untuk bereksplorasi

lebih jauh; guru memberikan motivasi kepada pebelajar yang

kurang berpartisipasi secara aktif.

Hal pertama yang peneliti temukan dalam pembelajaran

Sanggar Anak Alam yang sesuai dengan prinsip konfirmasi

adalah prinsip mengenai memfasilitasi pebelajar untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai

kompetensi dasar. Hal tersebut sudah dapat dilihat sejak awal

pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam.

Kegiatan pembelajaran Sanggar Anak Alam selalu dimulai

dengan melakukan sesuatu untuk memperoleh pengalaman.

Seperti yang telah diketahui pula bahwa pengalaman tersebut

dlakukan untuk mencapai kompetensi yang ada pada skema

target dasar belajar Sanggar Anak Alam.

Prinsip kegiatan konfirmasi yang lain peneliti temukan

dalam fase kesimpulan. Fase kesimpulan dilakukan setelah fase

Page 165: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

149

analisis selesai dilakukan. Pada fase kesimpulan fasilitator

membantu pebelajar untuk mengerucutkan hasil diskusi.

Sesekali untuk mengerucutkan hasil diskusi, fasilitator

menyampaikan pandangan-pandangan mengenai tema yang

sedang dibahas. Misalnya saja pada jenjang SMP yang

berdiskusi tentang nasionalisme. Pada mula diskusi pebelajar

mengungkapkan gagasan mengenai nasionalisme, lalu ketika

mereka berdiskusi dan belum menemukan kesimpulan,

fasilitator memberikan pandangan sendiri tentang nasionalisme.

Dari pandangan fasilitator tersebut, akhirnya para pebelajar bisa

menghasilkan kesimpulan. Pada jenjang kelas 4 peneliti juga

melihat peran fasilitator dalam mengonfirmasi tugas-tugas yang

dikerjakan pebelajar. Fasilitator yang bernama mbak Vian

melakukan koreksi kesalahan pada puisi yang dibuat oleh

pebelajar dan dilakukan pembenaran bersama-sama sehingga

pebelajar mengetahui letak-letak kesalahannya. Hal tersebut

sesuai dengan prinsip konfirmasi yang menyebutkan bahwa guru

memfasilitasi dengan membantu menyelesaikan masalah dan

guru memberi acuan pebelajar dalam pengecekan hasil

eksplorasi.

Peneliti juga menemukan bahwa fasilitator mencoba

mengajak pebelajar untuk melakukan pengecekan dengan

menggunakan sumber lain atas hasil belajar yang didapat.

Page 166: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

150

Seperti yang peneliti temukan pada jenjang kelas 4 dan jenjang

SMP. Fasilitator mengarahkan para pebelajar untuk mencari

informasi lain di internet tentang hal-hal yang telah mereka

pelajari. Peneliti melihat hal tersebut sebagai upaya untuk

menambah khasanah pebelajar melalui berbagai sumber. Hal

tersebut sesuai dengan prinsip kegiatan konfirmasi yang

menyebutkan bahwa guru membantu pebelajar untuk

mendapatkan informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

Prinsip kegiatan konfirmasi yang terakhir yaitu guru

memberikan motivasi kepada pebelajar yang kurang

berpartisipasi secara aktif juga peneliti temukan dalam kegiatan-

kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam, yaitu pada

jenjang kelas 1, kelas 4 dan SMP. Pada jenjang kelas 1,

fasilitator bernama bu Wiwin memberikan motivasi kepada para

pebelajar yang tampak kurang berpartisipasi aktif dengan

mengajak seluruh pebelajar melakukan ice breaking. Fasilitator

mbak Vian juga melakukan hal yang serupa ketika melihat

beberapa pebelajar kelas 4 tampak kurang antusias dalam

belajar. Cara lain dilakukan oleh fasilitator jenjang SMP untuk

memotivasi pebelajar dalam belajar. Peneliti melihat pada suatu

waktu terdapat salah satu pebelajar jenjang SMP yang bernama

tanya dan vena kehilangan semangat dalam kegiatan menulis

cerita mengenai kunjungan museum yang telah dilakukan.

Page 167: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

151

Fasilitator bernama mbak Indah memotivasi Tanya dan vena

dengan membujuk dan memberi semangat. Akhirnya kedua

pebelajar tersebut mau untuk menuliskan cerita.

3) Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup hal-hal yang harus diperhatikan

adalah guru bersama-sama dengan pebelajar untuk membuat

rangkuman atau kesimpulan; melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang telah dilaksanakan; guru memberikan umpan balik terhadap

proses yang telah dilakukan.

Peneliti melihat kegiatan penutup memiliki ciri-ciri yang

sama dengan kegiatan konfirmasi karena keduanya menekankan

pada kesimpulan dan refleksi yang dilakukan bersama-sama oleh

guru dan pebelajar. Seperti yang telah peneliti paparkan pada

pembahasan mengenai konfirmasi, bahwa setelah fase analisis

dilakukan, fasilitator dan pebelajar masuk ke fase kesimpulan.

Pada fase kesimpulan fasilitator dan pebelajar bersama-sama

mengerucutkan analisis mereka menjadi suatu kesimpulan. Namun

setelah fase kesimpulan dilakukan, fasilitator dan pebelajar masuk

ke fase daur belajar yang terakhir yaitu fase tindakan yang identik

dengan pembuatan produk. Sehingga peneliti melihat bahwa

kesimpulan yang dimaksud dalam kegiatan konfirmasi dengan

kesimpulan pada kegiatan penutup merupakan sesuatu yang

Page 168: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

152

berbeda. Peneliti melihat bahwa kesimpulan pada kegiatan

konfirmasi adalah kesimpulan untuk yang dilakukan pada topik

atau tema tertentu. Sedangkan kesimpulan dan refleksi pada

kegiatan penutup adalah kesimpulan dan refleksi yang dilakukan

untuk menutup kegiatan pembelajaran.

Kegiatan kesimpulan dan refleksi sebagai kegiatan penutup

peneliti temukan pada kegiatan pembelajaran Sanggar Anak Alam.

Kegiatan kesimpulan dan refleksi dilakukan menjelang waktu

pulang sekolah. Pada kegiatan tersebut, fasilitator mengajak

pebelajar untuk mengungkapkan kembali hal-hal apa saja yang

dipelajari pada hari itu. Masing-masing pebelajar mengungkapkan

tentang pelajaran yang mereka dapatkan hari itu, sedangkan

fasilitator berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

menjadi refleksi untuk hari itu.

Pemaparan mengenai kegiatan inti pembelajaran di Sanggar

Anak Alam memperlihatkan bahwa selama kegiatan tersebut unsur

yang paling utama adalah pemanfaatan alam atau realitas sebagai

sumber belajar utama. Upaya Sanggar Anak Alam dalam

memanfaatkan alam atau realitas sebagai sumber belajar senada

dengan pemikiran tokoh Pedagogi Kritis Paulo Freire. Freire

menyebutkan bahwa menjadi manusia berarti menjalin hubungan

dengan manusia dan dengan dunia, menjadi manusia adalah

mengalami dunia sebagai realitas objektif yang tidak tergantung

Page 169: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

153

kepada siapapun dan dapat dimengerti (Paulo Freire, 1984:3).

Dalam kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam yang

menghadapkan pebelajar dengan realitas sesungguhnya telah

membantu pebelajar untuk berproses menjadi manusia.

c. Penilaian hasil pembelajaran

Pada kajian teori telah dijelaskan bahwa penilaian hasil

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur

kompetensi yang telah didapatkan oleh pebelajar. Penilaian dilakukan

secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes

dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja,

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau

produk, portofolio, serta penilaian diri. (Rusman, 2011:13). Pada

penilaian hasil pembelajaran perpspektif Pedagogi Kritis, bentuk

penilaian yang akan digunakan berdasarkan atas kesepakatan antara

guru dan pebelajar.

Peneliti melihat pada penilaian hasil pembelajaran Sanggar

Anak Alam ditekankan mengenai kesepakatan yang dibuat antara

fasilitator dan pebelajar. Dalam pembahasan telah dijelaskan mengenai

beberapa bentuk evaluasi yang ada di Sanggar Anak Alam, misalnya

fasilitator dan pebelajar melakukan review tentang hal-hal yang telah

didapatkan selama satu semester. Fasilitator dan pebelajar mengingat

dan mengulang kembali apa yang telah dilakukan selama satu semester.

Page 170: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

154

Dalam hal ini fasilitator berperan untuk mengamati dan memahami

masing-masing pebelajar karena tidak semua pebelajar mendapatkan

hal yang sama selama satu semester. Bentuk-bentuk evaluasi lain yang

ada di Sanggar Anak Alam yaitu, melalui pembuatan produk oleh

pebelajar berdasarkan hasil belajar selama satu semester dan evaluasi

dalam bentuk soal-soal tertulis yang dibuat oleh fasilitator. Setelah

fasilitator menilai pebelajar dengan bentuk-bentuk evaluasi seperti yang

telah disebutkan di atas, fasilitator menuliskan ke dalam rapot yang

akan diserahkan kepada orang tua atau wali pebelajar.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti melihat bahwa Sanggar

Anak Alam memiliki variasi cara menilai pebelajar dikarenakan

fasilitator dan pebelajar dari setiap kelas memiliki kesepakatan yang

berbeda mengenai cara melakukan penilaian hasil pembelajaran. Hal

tersebut membuktikan bahwa prinsip penilaian hasil pembelajaran di

Sanggar Anak Alam telah sesuai dengan prinsip penilaian pembelajaran

dalam perspektif Pedagogi Kritis.

Secara keseluruhan dari perencanaan pembelajaran hingga

penilaian hasil pembelajaran, Sanggar Anak Alam telah melakukan

sesuai dengan perspektif Pedagogi Kritis. Semangat Sanggar Anak

Alam dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sama dengan

semangat Pedagogi Kritis, yaitu pendidikan yang mendekatkan

pebelajar dengan realitas kehidupan dan pendidikan yang terhindar dari

praktik penindasan.

Page 171: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

155

Pendidikan yang mendekatkan pebelajar dengan realitas

kehidupan diwujudkan dengan memanfaatkan alam dan realitas sebagai

sumber belajar utama. Hal tersebut tampak dalam pembahasan

mengenai kegiatan inti pembelajaran di Sanggar Anak Alam.

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan yang terhindar dari

praktik penindasan adalah menempatkan pebelajar sebagai subjek aktif

yang mampu mencari pengetahuan sendiri. Hal tersebut nampak dari

peran pebelajar di Sanggar Anak Alam yang selalu diberi kesempatan

untuk menentukan pilihan sendiri. Pembelajaran yang dilakukan

Sanggar Anak Alam menggunakan konsep learning by doing seperti

dalam Pedagogi Kritis. Terdapat fasilitator yang membantu pebelajar

dalam kegiatan pembelajaran. Tugas fasilitator adalah mengakomodir

ide dan gagasan pebelajar, serta mengkondisikan agar pebelajar selalu

aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat menemukan

pengetahuan sendiri.

3. Konsep pembelajaran Pedagogi Kritis dan konsep pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Pendidikan dalam perspektif Pedagogi Kritis merupakan sebuah

arena perjuangan untuk melawan ideologi dominan yang menindas

sehingga memungkinkan terjadinya transformasi sosial. Agar terwujud

suatu transformasi sosial, pendidikan perlu menciptakan ruang untuk

menumbuhkan sikap kritis masyarakat terhadap ketidakadilan sistem dan

struktur yang diciptakan oleh ideologi dominan. Pendidikan dalam

perspektif Pedagogi Kritis berusaha memberdayakan masyarakat yang

Page 172: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

156

tertindas oleh sistem dan struktur yang menindas untuk melakukan

transformasi sosial ke arah sistem dan struktur yang lebih adil. Dengan

begitu pendidikan dapat dikatakan memiliki sifat liberatif/pembebasan dan

emansipatoris bagi manusia agar terlepas dari belenggu ketidakadilan yang

membuat manusia mengalami dehumanisasi. Manusia Yang mengalami

dehumanisasi tidak mampu berperan aktif pada perubahan dunia karena

berada dalam kesadaran magis, bukan kesadaran kritis.

Pendidikan yang memiliki sifat membebaskan dan emansipatoris

akan membawa manusia melawan praktik-praktik ketidakadilan seperti

pembodohan, penindasan, dan kesewenang-wenangan. Pendidikan akan

membawa manusia kearah yang lebih kritis, bebas berpikir, bebas

berpendapat, egaliter, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat,

sehingga manusia akan menemukan kebermaknaan dalam hidup. Untuk

mewujudkan hal tersebut, Pedagogi Kritis mendorong dengan praktik-

praktik pendidikan yang menempatkan manusia sebagai subjek aktif dalam

mencari pengetahuan. Praktik pendidikan yang dimaksud di atas yaitu

pembelajaran.

Pembelajaran dari perspektif Pedagogi Kritis mengedepankan

peran manusia sebagai subjek aktif yang mampu menemukan pengetahuan

sendiri, karena pembelajaran Pedagogi Kritis menolak doxa yang

diberikan begitu saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pedagogi Kritis

menolak pola pembelajaran konvensional yang mengedepankan hubungan

searah oleh guru kepada pebelajar. Pedagogi Kritis menawarkan

Page 173: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

157

pembelajaran alternatif yang mengedepankan dialog antar manusia sebagai

subjek aktif dan pembelajaran yang menghadapkan pebelajar dengan

realitas.

Sanggar Anak Alam berangkat dari mengkritik pendidikan formal

yang dianggap tidak memberdayakan dan justru menjauhkan manusia dari

kehidupan. Sanggar Anak Alam menganggap sekolah formal hanya

mengedepankan sisi kognitif dan melupakan integrasi yang seharusnya

dibangun antara sekolah, pebelajar, dan lingkungan. Berangkat dari hal

tersebut Sanggar Anak Alam menyelenggarakan pendidikan yang berbasis

pada kehidupan dengan mengangkat empat perspektif yaitu pangan,

lingkungan, kesehatan, dan sosial budaya. Dengan mengangkat empat

perspektif kehidupan, Sanggar Anak Alam telah berusaha

mengintegrasikan pendidikan dengan aspek-aspek yang ada dalam

kehidupan. Sanggar Anak Alam yang mengkritik pendidikan formal

dengan menyelenggarakan pendidikan alternatif memiliki kesamaan

dengan Pedagogi Kritis yang menentang ideologi dominan yang dianggap

menindas dan diwujudkan dengan suatu praksis pendidikan yang baru

Menurut tokoh Pedagogi Kritis Paulo Freire (1984:3) menjadi manusia

berarti menjalin hubungan dengan manusia dan dengan dunia, menjadi

manusia adalah mengalami dunia sebagai realitas objektif yang tidak

tergantung kepada siapapun dan dapat mengerti. Usaha Sanggar Anak

Alam yang mendekatkan pebelajar dengan realitas kehidupan dalam

Page 174: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

158

pandangan Pedagogi Kritis merupakan usaha manusia untuk mengalami

dunia sebagai realitas objektif.

Dalam hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses

pembelajaran Sanggar Anak Alam dari perspektif Pedagogi Kritis, dapat

diketahui bahwa Sanggar Anak Alam melakukan proses pembelajaran

yang dimulai dari perencanaan hingga penilaian hasil pembelajaran yang

sebagian besar sesuai dengan perspektif Pedagogi Kritis. Namun terdapat

beberapa hal dalam pembelajaran di Sanggar Anak Alam yang tidak sesuai

dengan konsep pembelajaran Pedagogi Kritis. Sehubungan dengan hal

tersebut, peneliti akan menjabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Persamaan konsep Pedagogi Kritis dan Sanggar Anak Alam

NO

PERSAMAAN KONSEP

Pedagogi Kritis Sanggar Anak Alam

1 Mengedepankan peran manusia sebagai subjek aktif dalam mencari pengetahuan sendiri.

Pebelajar diberi peran aktif seperti menentukan apa yang akan ia pelajari dan bagaimana ia belajar. Pebelajar me-mutuskan dan bertanggungjawab un-tuk dirinya sendiri.

2 Manusia belajar dari pengalaman terhadap realitas kehidupan yang kontekstual.

Pebelajar selalu belajar dari pengalaman yang nyata. Hal tersebut tampak dalam skema target dasar belajar yang memandu pebelajar untuk mendapatkan pengalaman. Aktivitas untuk mendapatkan pengalaman dinamakan riset. Setelah riset dilakukan maka pebelajar akan mendapatkan data. Sanggar Anak Alam selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kearifan lokal, seperti kegiatan pasaran

Page 175: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

159

dan wiwitan.

3 Mendapatkan tugas-tugas dari pengalaman yang bermakna, contoh: Paulo Freire melakukan program pemberantasan buta huruf bagi petani, yang digunakan untuk mengenalkan huruf adalah benda-benda yang memiliki mak-na seperti cangkul, dsb.

Pebelajar mendapatkan tugas-tugas dari data mereka yang didapatkan melalui riset. Menghubungkan tujuan dan konteks yang ada pada skema target dasar belajar.

4 Meniadakan hubungan searah antara guru dan pebelajar dan diganti dengan dialog dalam proses pembelajaran.

Di Sanggar Anak Alam tidak terdapat istilah guru atau pendidik, dan digantikan dengan peran fasilitator. Fasilitator memfasilitasi pebelajar dalam belajar. Fasilitator juga mengajak pebelajar untuk melakukan diskusi antar pebelajar dan menggunakan komunikasi dua arah, pebelajar bebas mengemukakan gagasan. Dengan memanfaatkan dialog antara guru dan pebelajar, Sanggar Anak Alam bahkan membuat kesepakatan berisi peraturan yang dipatuhi bersama, tanpa adanya pihak yang merasa ditindas terhadap peraturan tersebut.

5 Mengedepankan sikap kooperatif dan kolaboratif dalam pem-belajaran.

Pebelajar di Sanggar Anak Alam belajar dibiasakan untuk belajar secara kooperatif. Misalnya riset yang dilakukan secara bersama-sama dan data dari riset yang dimiliki individu akan dijadikan data bersama miliki satu kelas.

6 Menghargai perbedaan-perbedaan individu khususnya dalam bidang yang diminati

Sanggar Anak Alam tidak menuntut pebelajar untuk memiliki pengetahuan yang sama, Sanggar Anak Alam meghormati kecenderungan minat dari masing-masing pebelajar. Misalnya

Page 176: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

160

dalam hal evaluasi pembelajaran, pebelajar bebas menentukan dengan cara seperti apa akan dievaluasi.

7 Melawan ideologi dominan yang dianggap tidak adil.

Sanggar Anak Alam menye-lenggarakan pendidikan alternatif di-karenakan mengkritik pendidikan formal saat ini yang menjauhkan pebelajar dari realitas. Sanggar Anak Alam menawarkan sebuah model belajar yang baru dan dinamakan Daur Belajar

Tabel 4. Perbedaan konsep Pedagogi Kritis dan Sanggar Anak Alam

NO

PERBEDAAN KONSEP

Pedagogi Kritis Sanggar Anak Alam

1 Menolak secara tegas konsep-konsep dari ideologi yang mendominasi yang dianggap tidak adil.

Sekalipun Sanggar Anak Alam mengkritik pendidikan formal saat ini dengan menyelenggarakan pendidikan alternatif, namun Sanggar Anak Alam masih mengadopsi indikator kompe-tensi dari kurikulum nasional, sehingga konsep “alternatif” di Sanggar Anak Alam dapat dikatakan ambivalen.

Beberapa pebelajar di Sanggar Anak Alam berorientasi untuk mendapatkan ijasah formal. Sanggar Anak Alam belum mampu mengatasi pebelajar yang masih bergantung pada ijasah formal yang dikeluarkan pemerintah sebagai representasi ideologi dominan.

Page 177: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

161

Melalui kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa pendirian

Sanggar Anak Alam merupakan pengejawantahan dari semangat Pedagogi

Kritis yang menolak ideologi dominan, sehingga dibentuklah suatu

lembaga alternatif yang menawarkan praksis pendidikan yang baru.

Praksis pendidikan atau dalam hal ini adalah pembelajaran pada Sanggar

Anak Alam, memiliki bentuk yang berbeda dari pembelajaran

konvensional. Bentuk yang berbeda tersebut antara lain diwujudkan

dengan penggunaan model pembelajaran khas Sanggar Anak Alam yang

disebut Daur Belajar.

Konsep model daur belajar Sanggar Anak Alam memiliki

kesamaan dengan konsep pembelajaran dalam perspektif Pedagogi Kritis,

karena pebelajar langsung belajar dari realitas. Dalam proses pembelajaran

Sanggar Anak Alam didorong pula penggunaan dialog dua arah baik

antara fasilitator-pebelajar, maupun pebelajar-pebelajar. Dari penggunaan

dialog tersebut, maka pebelajar akan dilatih untuk mengungkapkan ide dan

gagasan. Melalui kedua hal tersebut, yaitu belajar dari realitas dan dialog

dua arah, maka terdapat proses “memanusiakan manusia” dalam

pendidikan. Akan tetapi Sanggar Anak Alam belum sepenuhnya terlepas

dari sistem yang saat ini mendominasi. Hal tersebut tampak dari indikator

kompetensi kurikulum nasional yang diadopsi Sanggar Anak Alam se-

bagai tujuan dalam skema target dasar belajar dan orientasi pebelajar yang

menginginkan pengakuan dalam bentuk ijasah formal dari pemerintah.

Page 178: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

162

BAB VKESIMPULAN, SARAN,

DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan serangkaian proses penelitian dan pembahasan yang

dilakukan oleh peneliti di Sanggar Anak Alam Yogyakarta, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan bahwa Sanggar Anak Alam adalah suatu

lembaga penyedia kegiatan pembelajaran yang bersifat non formal atau

alternatif dengan memanfaatkan alam atau realitas sebagai sumber belajar

utama. Sanggar Anak Alam didirikan atas keprihatinan terhadap kondisi

sosial yang menindas dan terhadap penyelenggarapan pembelajaran

sekolah formal yang menjauhkan pebelajar dari realitas. Sanggar Anak

Alam berusaha membuka ruang bagi seluruh masyarakat yang ingin

belajar untuk terlibat di dalam komunitas belajar Sanggar Anak Alam yang

berbasis pada alam, lingkungan, kesehatan, dan sosial budaya.

Prinsip-prinsip pada proses Pembelajaran di Sanggar Anak Alam

identik dengan pembelajaran berbasis Pedagogi Kritis. Dalam proses

pembelajaran Pedagogi Kritis terdapat tahap-tahap yang harus dipenuhi,

yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian

hasil pembelajaran. Dari setiap tahap tersebut terdapat poin-poin yang

harus dipenuhi agar suatu proses pembelajaran dapat dikatakan sesuai

dengan perspektif Pedagogi Kritis. Sanggar Anak Alam menerapkan poin-

poin tersebut pada proses pembelajaran yang dilakukan.

Page 179: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

163

Prinsip-prinsip yang penting dari pedagogi kritis peneliti temukan

di Sanggar Anak Alam. Di sini tampak peran manusia sebagai subjek aktif

dalam mencari pengetahuan sendiri. Sanggar Anak Alam memberikan

peran aktif bagi pebelajar seperti menentukan apa yang akan ia pelajari

dan bagaimana ia belajar. Pebelajar memutuskan dan bertanggungjawab

untuk dirinya sendiri. Pebelajar belajar dari pengalaman terhadap realitas

kehidupan yang kontekstual. Pebelajar mengawali pembelajaran dengan

melakukan aktivitas riset dengan turun langsung ke kehidupan nyata untuk

mendapatkan data. Sanggar Anak Alam juga mengadakan kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan kearifan lokal, seperti kegiatan pasaran

dan wiwitan. Dengan menggunakan data-data tersebut, pebelajar

mendapatkan tugas-tugas yang sesuai dengan tujuan pada skema target

dasar belajar. Tugas yang dikerjakan lebih bermakna karena didasarkan

pada pengalaman nyata.

Sanggar Anak Alam tidak menggunakan istilah guru untuk orang

yang mendampingi pebelajar. Istilah yang digunakan adalah fasilitator,

karena Sanggar Anak Alam tidak menerapkan hubungan searah guru-

pebelajar seperti dalam pembelajar konvensional. Fasilitator mendampingi

dan membantu pebelajar untuk belajar secara kooperatif dengan fasilitator

maupun sesama pebelajar. Fasilitator menggunakan metode dialog dalam

berkomunikasi. Perbedaan individu dihormati di Sanggar Anak Alam.

Seperti dengan tidak menuntut pebelajar memiliki pengetahuan yang

sama. Hal-hal tersebut merupakan prinsip pada pedagogi kritis.

Page 180: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

164

Namun dalam proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam,

terdapat prinsip pedagogi kritis yang tampak ambigu. Prinsip tersebut

yaitu penolakan terhadap ideologi dominan yang menindas. Di satu sisi

Sanggar Anak Alam menolak praktik pendidikan formal yang menjauhkan

pebelajar dari realitas, namun di sisi lain Sanggar Anak Alam

menggunakan indikator kompetensi pada kurikulum nasional yang dibuat

pemerintah untuk dijadikan acuan dalam menentukan tujuan pembelajaran

pada skema target dasar belajar. Masih terdapat pula pebelajar yang

menginginkan ijasah formal sebagai bentuk pengakuan terhadap

pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut jelas bertentangan dengan

prinsip pedagogi kritis. Pada pedagogi kritis, penolakan dilakukan pada

seluruh konsep yang diciptakan oleh ideologi dominan yang menindas.

B. Saran

Apresiasi dari peneliti bagi Sanggar Anak Alam yang telah

mencoba menyelenggarakan pendidikan alternatif dengan paradigma

pembelajaran yang berbeda dari sekolah formal. Bagi peneliti, proses

pembelajaran di Sanggar Anak Alam dapat menjadi tawaran baru di

tengah masyarakat modern yang telah terbiasa dengan sistem sekolah

formal. Termasuk adaptasi yang dilakukan oleh sejumlah elemen yang ada

di Sanggar Anak Alam.

Sanggar Anak Alam perlu lebih mempertegas posisinya terhadap

pendidikan formal. Pertama, mengenai penggunakan indikator kompetensi

pada kurikulum nasional. Peneliti memberikan saran bahwa sekiranya

Page 181: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

165

Sanggar Anak Alam dapat menciptakan indikator pencapaian sendiri yang

berbeda dari kurikulum nasional. Kedua, perlu menekankan pada orang

tua pebelajar maupun pebelajar itu sendiri bahwa orientasi di Sanggar

Anak Alam berbeda dari sekolah formal. Terutama pada bentuk

pengakuan berupa ijasah. Bagi penyelenggara pendidikan alternatif, ijasah

justru akan mengurangi esensi dari kata “alternatif” itu sendiri. Sanggar

Anak Alam telah berusaha menyelenggarakan pendidikan alternatif yang

mengusung pendidikan yang humanis dan demokratis. Akan tetapi

diperlukan langkah yang lebih berani agar gerakan tersebut tidak

tercederai.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai proses pembelajaran Sanggar Anak

Alam dari perspektif pedagogi kritis, peneliti telah berusaha semaksimal

mungkin untuk menghindari kemungkinan terdapatnya kekurangan-

kekurangan. Akan tetapi hal tersebut ternyata sulit dihindari.

Peneliti menemui hal yang menyebabkan penelitian ini memiliki

kekurangan. Pada latar belakang, peneliti menyebutkan bahwa pola

hubungan yang dibangun antara guru dan pebelajar saat ini adalah

hubungan satu arah. Pernyataan berikut tidak dapat peneliti dukung

dengan data yang valid. Pernyataan tersebut hanya didasarkan pada

pengalaman peneliti pada saat mengikuti program pendidikan formal.

Peneliti berharap keterbatasan tersebut dapat dimaklumi dan dapat

dijadikan pelajaran bagi peneliti maupun pembaca.

Page 182: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

166

Page 183: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

166

DAFTAR PUSTAKA

Agus Thohir. (2010). Sekolah Alam Sebuah Alternatif Pendidikan. Diakses darihttp://tpaudcahayailmu.blogspot.com pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 15.30.

Asri Budiningsih. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin & Wahyuni. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.

Darmaningtyas. (2004). Pendidikan yang Memiskinkan. Yogyakarta: GalangPress.

Degeng & I Nyoman Sudana. (1989). Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud.

Degeng & I Nyoman Sudana. (1997). Strategi Pembelajaran: mengorganisasi isi dengan model elaborasi. Malang: IKIP Malang.

Deni Darmawan & Permasih. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dewi Salma Prawiradilaga. (2012). Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Efrita Djuwita (2010) Kelebihan Sekolah Alam. Diakses dari http://www.slideshare.net/firdausibnu/metode-pembelajaran-efektif-psekola. Pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 15.45.

Ester Lince Napitupulu. (2009). Sekolah Alam Ajarkan Belajar Nyata di Alam.Diakses dari http://edukasi.kompas.com. Pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 16.15.

Hill Winfred. (2012). Theories of Learning. Bandung: Nusa Media.

Januszewski & Molenda. (2008). Educational Technology: A Definition with Commentary. New York: Lawrence Erlbaum Associates.

Lexy J. Moleong. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya.

Lexy J. Moleong. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Page 184: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

167

Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Paulo Freire. (1984). Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan. Jakarta: PT Gramedia.

Paulo Freire. (1985). Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES: Jakarta.

Purnama Dian. (2010). Cermat Memilih Sekolah yang Tepat Jakarta : Penerbit Gaga Media.

Rakhmat Hidayat. (2013). Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan, dan Pemikiran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugihartono dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno Hadi. (1989). Metodologi Research: Untuk penulisan Paper, Skripsi, Thesis, dan Disertasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Syaiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran : untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.

Tatang M Amirin. (1986). Menyusun Rencana Penelitian. Rajawali: Jakarta.

Tilaar, H.A.R. (2002). Perubahan sosial dan pendidikan: pengantar pedagogik transformasi untuk Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Tilaar, H.A.R. (2003). Kekuasaan dan pendidikan : suatu tinjuan dari perspektif studi kultural. Magelang: Indonesia Tera.

Tilaar, H.A.R. (2011). Pedagogik Kritis: Perkembangan, Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tri Wahyu Utami. (2011). Sri Wahyaningsih, perintis Sanggar Anak Alam. Diakses dari jogja.solopos.com pada tanggal 25 Oktober 2014, pukul 10.14 WIB.

Page 185: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

168

Yusuf Hadi Miarso. (2009). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zainal Arifin Ahmad. (2012). Perencanaan Pembelajaran dari Desain Sampai Implementasi. Pustaka Insan Madani: Yogyakarta.

Page 186: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

169

LAMPIRAN

Page 187: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

170

Lampiran 1. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

HAL DESKRIPSI

1. Lokasi dan keadaan tempat

penelitian

a. Alamat

b. Status bangunan

c. Kondisi bangunan dan

fasilitas

2. Visi dan Misi

3. Struktur Kepengurusan

(formalitas)

4. Keadaan Pengurus (formalitas)

a. Jumlah

b. Lulusan Pengurus

5. Data Fasilitator

a. Jumlah

b. Status

c. Lulusan Fasilitator

6. Data Pebelajar

a. Jumlah

b. Asal

7. Pendanaan (formalitas)

8. Pelaksanaan Pembelajaran di

Sanggar Anak Alam

Page 188: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

171

a. Jenjang kelas yang ada

b. Program pembelajaran yang

ada

c. Hasil dari pembelajaran

Page 189: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

172

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Dokumen arsip tertulis

a. Sejarah berdirinya Sanggar Anak Alam

b. Visi dan misi berdirinya Sanggar Anak Alam

c. Arsip atau dokumen lain yang berkaitan dengan Sanggar Anak Alam

2. Foto dan video

a. Gedung atau bangunan Fisik Sanggar Anak Alam

b. Fasilitas yang dimiliki Sanggar Anak Alam

c. Pelaksanaan Pembelajaran

d. Kegiatan penelitian

Page 190: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

173

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk ibu Sri Wahyaningsih selaku pencetus Sanggar Anak Alam

I. Identitas Diri

Nama :

Jenis Kelamin : (Pria/Wanita)

Jabatan :

Agama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

II. Identitas Lembaga

1. Lembaga apakah sesungguhnya Sanggar Anak Alam itu?

2. Kapankah Sanggar Anak Alam mulai melakukan aktifitas pembelajaran?

3. Hal-hal apa sajakah yang mendasari terbentuknya Sanggar Anak Alam?

4. Mengapa memilih aktifitas pembelajaran sebagai kegiatan utama Sanggar Anak Alam?

5. Apakah Di Sanggar Anak Alam terdapat jenjang-jenjang kelas?

6. Siapa sajakah yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran di Sanggar Anak Alam? Adakah instansi atau lembaga lain yang terlibat dalam aktifitas Sanggar Anak Alam?

7. Bagaimana posisi Sanggar Anak Alam terhadap aturan-aturan terkait pendidikan yang dikeluarkan pemerintah selaku penyelenggara utama pendidikan?

Page 191: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

174

8. Sebagai sebuah lembaga penyedia aktifitas pembelajaran, adakah kendala-kendala yang selama ini menganggu aktifitas Sanggar Anak Alam

III. Tentang Fasilitator

1. Apakah perbedaan antara fasilitator Sanggar Anak Alam dengan Guru sekolah formal?

2. Apa Sajakah Tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam?

3. Adakah kualifikasi khusus untuk menjadi fasilitator Sanggar Anak Alam?

IV. Tentang Pebelajar

1. Berapa jumlah pebelajar Sanggar Anak Alam saat ini?

2. Dengan format yang berbeda dari sekolah formal, adakah alasan khusus orang tua pebelajar menitipkan anak nya untuk belajar di Sanggar Anak Alam?

V. Tentang Pembelajaran

1. Bagaimana kah proses pembelajaran yang dilakukan Sanggar Anak Alam secara umum?

2. Sanggar Anak Alam memiliki slogan “mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”, bagaimana implementasi slogan tersebut dalam proses pembelajaran? Dan apakah seluruh anggota belajar di Sanggar Anak Alam sudah mengimplementasikan dengan baik?

3. Di Sanggar Anak Alam juga memiliki daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pembelajaran, seperti apa implementasi dari daur belajar tersebut?

4. Apakah Sanggar Anak Alam mengikuti kurikulum yang dibuat oleh pemerintah? Jika tidak, pedoman apakah yang dianut Sanggar Anak Alam dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran?

5. Bagaimanakah kedudukan antara fasilitator dengan pebelajar di dalam proses pembelajaran? Apakah sama dengan hubungan guru dan pebelajar di sekolah formal?

6. Karena pembelajaran Sanggar Anak Alam yang berbeda, apakah terdapat kesulitan yang dialami baik dari fasilitator maupun pebelajar di dalam proses pembelajaran nya?

Page 192: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

175

7. Bagaimana bentuk evaluasi dari pembelajaran Sanggar Anak Alam?

8. Apakah tujuan utama Sanggar Anak Alam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran?

Page 193: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

176

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Kepala Sekolah Sanggar Anak Alam

I. Identitas Diri

Nama :

Jenis Kelamin : (Pria/Wanita)

Jabatan :

Agama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

II. Identitas Lembaga

1. Apakah perbedaan Sanggar Anak Alam dengan sekolah-sekolah formal?

2. Apakah terdapat jenjang-jenjang kelas di Sanggar Anak Alam?

3. Siapa sajakah yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran di Sanggar Anak Alam? Adakah instansi atau lembaga lain yang terlibat dalam aktifitas Sanggar Anak Alam?

4. Bagaimana posisi Sanggar Anak Alam terhadap aturan-aturan terkait pendidikan yang dikeluarkan pemerintah selaku penyelenggara utama pendidikan?

5. Apakah secara administratif Sanggar Anak Alam diakui oleh pemerintah?

6. Kendala-kendala seperti apa sajakah yang dirasa menghambat pengelolaan aktivitas Sanggar Anak Alam?

III. Tentang Fasilitator

1. Apakah perbedaan antara fasilitator Sanggar Anak Alam dengan Guru sekolah formal?

2. Apakah tugas fasilitator Sanggar Anak Alam?

3. Seberapa jauh keterlibatan fasilitator dalam proses pembelajaran?

Page 194: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

177

4. Adakah kualifikasi khusus untuk menjadi fasilitator di Sanggar Anak Alam?

5. Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada calon fasilitator?

IV. Tentang Pebelajar

1. Berapa jumlah pebelajar Sanggar Anak Alam saat ini?

2. Apakah ada motivasi khusus baik dari pebelajar maupun orang tua pebelajar untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran di Sanggar Anak Alam?

3. Terdapat anak ABK di Sanggar Anak Alam, bagaimana perlakuan yang didapat? Apakah setara dengan anak normal?

V. Tentang Pembelajaran

1. Bagaimana kah proses pembelajaran yang dilakukan Sanggar Anak Alam secara umum?

2. Sanggar Anak Alam memiliki slogan “mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”, bagaimana implementasi slogan tersebut dalam proses pembelajaran? Dan apakah seluruh anggota belajar di Sanggar Anak Alam sudah mengimplementasikan dengan baik?

3. Apakah Sanggar Anak Alam mengikuti kurikulum yang dibuat oleh pemerintah? Jika tidak, pedoman apakah yang dianut Sanggar Anak Alam dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran?

4. Bagaimanakah kedudukan antara fasilitator dengan pebelajar di dalam proses pembelajaran? Apakah sama dengan hubungan guru dan pebelajar di sekolah formal?

5. Pernah saya melihat bahwa Sanggar Anak Alam memiliki daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pembelajaran, bagaimana contoh implmentasi daur belajar tersebut?

6. Karena pembelajaran Sanggar Anak Alam yang berbeda, apakah terdapat kesulitan yang dialami baik dari fasilitator maupun pebelajar di dalam proses pembelajaran nya?

7. Apakah ada aturan-aturan khusus yang diberlakukan bagi pebelajardalam selama proses pembelajaran? Siapa yang membuat aturan tersebut?

8. Apakah tujuan utama Sanggar Anak Alam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran?

Page 195: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

178

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Fasilitator

I. Identitas Diri

Nama :

Jenis Kelamin : (Pria/Wanita)

Jabatan :

Agama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

II. Pertanyaan

1. Sejak kapan menjadi fasilitator di Sanggar Anak Alam?

2. Apakah motivasi khusus untuk menjadi salah satu fasilitator di Sanggar Anak Alam?

3. Apakah sebelumnya anda mengerti hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran seperti, metode, kurikulum, dsb?

4. Apakah anda mengerti tentang tugas-tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam?

5. Apakah selama ini anda merasa sudah menjalani tugas tersebut dengan baik?

6. Menurut anda, apa perbedaan fasilitator dengan guru?

7. Apakah anda memandang pebelajar yang belajar di Sanggar Anak Alam bersama anda adalah objek yang harus diberi materi agar menjadi pintar? (jika tidak), bagaimana anda memandang pebelajar sebagai orang yang belajar?

8. Bagaimana menurut anda pembelajaran yang dilakukan di Sanggar Anak Alam?

9. Selama anda menjadi fasilitator, pembelajaran seperti apa yang telah anda lakukan bersama pebelajar?

Page 196: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

179

10. Di Sanggar Anak Alam terdapat daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pembelajaran, bagaimana implementasinya di dalam proses pembelajaran anda dan pebelajar?

11. Kendala-kendala seperti apakah yang selama ini anda alami saat menjadi fasilitator?

Page 197: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

180

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Pebelajar Sanggar Anak Alam

I. Identitas Diri

Nama :

Jenis Kelamin : (Pria/Wanita)

Jabatan :

Agama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

II. Pertanyaan

1. Adik tau Sanggar Anak Alam dari siapa?

2. Siapa yang meminta adik untuk belajar di Sanggar Anak Alam?

3. Apakah adik pernah bertanya kepada yang meminta adik masuk Sanggar Anak Alam, alasan kenapa meminta adik belajar di Sanggar Anak Alam?

4. Setelah adik masuk Sanggar Anak Alam, bagaimana menurut adik belajar di Sanggar Anak Alam?

5. Apakah belajar di Sanggar Anak Alam membuat adik lebih bebas dalam menentukan apa yang akan dipelajari?

6. Di Sanggar Anak Alam kan ada daur belajar yang harus diikuti oleh adik, tahu atau tidak? Kalau tahu, seperti apa sih contoh dari daur belajar menurut adik-adik?

7. Menurut adik, perbedaan belajar di Sanggar Anak Alam dan di sekolah lain nya itu apa?

8. Adik tahu atau tidak tugas-tugas dari kakak fasilitator? Tahu beda nya antara guru dan fasilitator?

Page 198: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

181

9. Adakah aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi tapi menurut adik itu mengekang? Siapa yang buat aturan-aturan itu? dibuat bersama atau bagaimana?

10. Menurut adik, manfaat belajar di Sanggar Anak Alam itu apa?

Page 199: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

182

Lampiran 4. Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN #1

Hari, Tanggal : 21/10/2014

Waktu : 10.00-11.00

Lokasi : Rumah bu Sri Wahyaningsih yang terletak di dekat Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Permohonan Ijin Penelitian dan diskusi

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 10.00 untuk melakukan ijin penelitian dan diskusi terkait Sanggar Anak Alam dengan bu Sri Wahyaningsih selaku perintis Sanggar Anak Alam. Begitu datang ke lokasi, peneliti langsung bertemu dengan bu Sri Wahyaningsih. Bu Sri Wahyaningsih adalah orang yang terbuka terhadap siapapun yang ingin berpartisipasi di Sanggar Anak Alam, baik sebagai fasilitator, kegiatan penelitian, atau hanya sekedar melihat-lihat saja. Kesempatan berdiskusi dengan bu Sri Wahyaningsih pun tidak disia-siakan peneliti untuk setidaknya mendapatkan gambaran awal tentang Sanggar Anak Alam. Peneliti juga menyampaikan maksud dan tujuan untuk melakukan penelitian di Sanggar Anak Alam. Peneliti pun mendapat masukan dari bu Sri Wahyaningsih tentang penelitian yang akan dilakukan, antara lain adalah: ikut bergabung menjadi fasilitator Sanggar Anak Alam sembari melakukan pencarian data, mengikuti workshop Sanggar Anak Alam pada akhir tahun untuk mengetahui seluk beluk pembelajaran di Sanggar Anak Alam, dan berdiskusi dengan mas Yudhis selaku kepala sekolah Sanggar Anak Alam.

Saran-saran beliau seperti yang dikemukakan diatas sangat membantu peneliti dalam menyusun alur penelitian yang harus dilakukan peneliti. Dalam diskusi awal tersebut peneliti juga mendapatkan gambaran-gambaran awal tentang pembelajaran yang dilaksanakan Sanggar Anak Alam.

Peneliti juga menyempatkan melihat-lihat lingkungan Sanggar Anak Alam. Lingkungan Sanggar Anak Alam sangat dekat dengan masyarakat dan kehidupan, terutama masyarakat tani karena berada di antara sawah-sawah. Bangunan nya juga tidak dibatasi oleh pembatas, sehingga memungkinkan para pebelajar untuk bersinggungan langsung dengan masyarakat. Bangunan Sanggar

Page 200: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

183

Anak Alam didominasi dengan bambu. Beton dan semen hanya sebagai pelengkap bangunan. Peneliti izin untuk melihat-lihat seluruh ruangan yang ada. Terdapat ruang administrasi, ruang tamu, sembilan ruang belajar/kelas, ruang komputer yang berisi 8 unit komputer, ruangan perpustakaan, ruang siaran radio, dua ruang dapur, gudang, empat kamar mandi/wc, tempat mencuci alat makan, halaman yang cukup luas, tempat parkir sepeda, dan tempat parkir motor/mobil.

Page 201: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

184

CATATAN LAPANGAN #2

Hari, Tanggal : 08/12/2014

Waktu : 10.00-11.30

Lokasi : Ruang Kepala Sekolah Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Permohonan Ijin Penelitian

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 10.00 untuk melakukan ijin penelitian. Sebelumnya peneliti telah mendapatkan kabar bahwa tanggal 09/12/2014 Sanggar Anak Alam akan mengadakan workshop. Peneliti bertemu dengan mas Yudhis selaku ketua PKBM Sanggar Anak Alam. Peneliti menyampaikan kepada mas Yudhis bahwa dulu pernah berkunjung ke Sanggar Anak Alam pada september tahun 2014 dan bertemu bu Sri Wahyaningsih. Peneliti menyampaikan saran-saran yang diberikan oleh bu Sri Wahyaningsih tentang kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Mas Yudhis selaku kepala sekolah mempersilahkan kepada peneliti untuk berpartisipasi menjadi salah satu fasilitator di Sanggar Anak Alam dan mengikutiacara workshop Sanggar Anak Alam yang akan digelar pada tgl 09/12/2014 agarpeneliti mendapatkan gambaran yang jelas mengenai konsep pembelajaran yang diusung Sanggar Anak Alam. Peneliti menerima tawaran dari mas Yudhis untuk menjadi fasilitator dan ditempatkan di SMP Sanggar Anak Alam. Peneliti menyampaikan pula kepada mas Yudhis bahwa partisipasi peneliti sebagai fasilitator adalah untuk keperluan penelitian dan jika diperkenankan dapat mengakses kelas-kelas lain untuk pencarian data. Akhirnya peneliti dan mas Yudhis pun mencapai kesepakatan.

Page 202: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

185

CATATAN LAPANGAN #3

Hari, Tanggal : 09/12/2014

Waktu : 09.00-15.00

Lokasi : Kedai Merdesa (selatan Plengkung Gading)

Kegiatan : Mengikuti kegiatan Workshop Sanggar Anak Alam Hari I

Deskripsi :

Hari ini peneliti mulai mengikuti kegiatan workshop yang digelar selama 3 hari kedepan oleh Sanggar Anak Alam. Agenda workshop adalah kegiatan merencankan pembelajaran selama satu semester kedepan. Agenda Workshop ini selalu diadakan setiap akan memulai semester yang baru. Agenda workshop tersebut diikuti oleh bu Sri Wahyaningsih selaku perintis Sanggar Anak Alam, mas Yudhis selaku ketua PKBM Sanggar Anak Alam, dan seluruh fasilitator Sanggar Anak Alam dari semua jenjang. Workshop dimulai pukul 09.00 dengan agenda hari pertama adalah pemantapan konsep pembelajaran di Sanggar Anak Alam.

Pada pukul 09.00 bu Sri Wahyaningsih menyampaikan konsep pembelajaran Sanggar Anak Alam untuk memperkuat pemahaman fasilitator tentang konsep tersebut. bu Sri Wahyaningsih mengatakan “Segala yang dilakukan di SALAM harus berperspektif pada slogan mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan sendiri saya paham, dan menemukan sendiri saya kuasai”. Bu Sri Wahyaningsih juga menekankan bahwa semester ini pembelajaran yang ada di Sanggar Anak Alam harus mengedepankan kesadaran pangan, kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. Lalu bu Sri Wahyaningsihmenggambarkan skema proses manusia berpikir hingga menjadi karakter (lihat gambar 1). Jam telah menunjukkan pukul 12.00 dan forum tersebut ditunda untuk istirahat makan siang hingga pukul 13.00.

Istirahat pun berakhir pada pukul 13.00. Bu Sri Wahyaningsih melanjutkan kembali penjelasannya tentang konsep pembelajaran di Sanggar Anak Alam. Beliau mulai menjelaskan tentang model pembelajaran daur belajar yang khas Sanggar Anak Belajar. Daur belajar adalah serangkaian proses yang akan ditempuh pebelajar untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Adapun bentuk daur belajar adalah sebagai berikut (lihat gambar 2). Di dalam daur belajar tersebut, anak-anak memerlukan data-data yang perlu diolah untuk mereka menemukan pengetahuannya sendiri. data-data tersebut berasal dari riset yang disepakati antara fasilitator dan para pebelajar. Biasanya riset yang akan dijalani

Page 203: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

186

pebelajar dan fasilitator berhubungan erat dengan tema pokok Sanggar Anak Alam (pangan, kesehatan, lingkungan, sosial budaya) dan cakupan-cakupan belajar yang perlu dikuasai anak. Diketahui pula bahwa Sanggar Anak Alam mengadopsi cakupan-cakupan belajar yang dimiliki silabus kurikulum nasional. namun untuk mencapai cakupan belajar tersebut Sanggar Anak Alam menerapkan model pembelajaran daur belajar.

Setelah bu Sri Wahyaningsih memaparkan seluruh konsep pembelajaran Sanggar Anak Alam kepada fasilitator, lalu terjadi diskusi. Salah satu pertanyaan dilontarkan oleh fasilitator kelas VI bernama mbak Happy. Mbak Happy bertanya “bagaimana jika di dalam satu riset tidak mencukupi untuk menyelesaikan cakupan-cakupan belajar yang ditargetkan?” . Bu Sri Wahyaningsih menjawab “riset bisa lebih dari satu, jika memang dirasa kurang” . Diskusi dilanjutkan dengan sharing and discussion seputar masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi pada semester sebelumnya. Diskusi tersebut dipimpin oleh ketua PKBM. Dari diskusi tersebut dapat diketahui masalah utama bagi para fasilitator adalah belum sepenuhnya fasilitator memahami tentang model daul belajar. Diskusi tersebut selesai pada pukul 15.00 lalu pulang.

(GAMBAR 1)

PANCA INDERA AKAL BUDI/HATI NURANI

INPUT DATA KEHENDAK BEBAS

DATA PROSES MANUSIA YANG BERKARAKTER

(GAMBAR 2)

MELAKUKAN

UNGKAP DATA

OLAH DATAKESIMPULAN

TERAPKAN

Page 204: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

187

CATATAN LAPANGAN #4

Hari, Tanggal : 10/12/2014

Waktu : 09.00 -15.00

Lokasi : Kedai Merdesa (selatan Plengkung Gading)

Kegiatan : Mengikuti kegiatan Workshop Sanggar Anak Alam Hari II

Deskripsi :

Peneliti kembali menghadiri workshop Sanggar Anak Alam hari ke II. Agenda kali ini adalah merencanakan pembelajaran selama satu semester kedepan. dalam merencanakan pembelajaran, mas Yudhis selaku ketua PKBM memandu para fasilitator untuk melihat cakupan/tujuan belajar yang harus dikuaai pebelajar. Cakupan/tujuan belajar tersebut dilihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar silabus turunan kurikulum nasional, untuk selanjutnya dijadikan indikator penguasaan kompetensi pebelajar sesuai dengan usia dan jenjang. Dari forum workshop dan dari keterangan mas Yudhis, peneliti mengetahui bahwa Cakupan/tujuan belajar yang diambil dari SK KD kurikulum nasional tersebut memiliki fungsi dokumentasi. Setelah Fasilitator mengetahui Cakupan/tujuan belajar, selanjutnya setiap fasilitator dari masing-masing jenjang berkumpul untuk membuat sebuah skema yang dinamakan target dasar belajar. Di dalam skema tersebut terdapat cakupan/tujuan belajar dan konteks yang harus dikuasai pebelajar. Sebenarnya Sanggar Anak Alam telah memiliki skema membuat skema tersebut, sehingga pada workshop selanjutnya para fasilitator tidak perlu membuat dari nol, namun hanya merevisi jika ada yang perlu direvisi. Pukul 12.00 mereka beristirahat makan siang.

Setelah istirahat makan siang yaitu pada pukul 13.00 agenda merencanakan pembelajaran dilanjutkan. Setelah para fasilitator melihat dan melakukan revisi terhadap skema target dasar belajar, fasilitator memikirkan riset yang akan ditawarkan kepada para pebelajar. Riset tersebut harus dapat menampung seluruh konteks dan tujuan/cakupan belajar yang ada pada skema target dasar belajar. kebetulan pada saat itu peneliti diminta untuk ikut sebagai fasilitator pada jenjang SMP. Para fasilitator cukup laman memikirkan riset apa yang akan ditawarkan kepada pebelajar smp. Dalam pemilihan riset, ada beberapa hal yang dipertimbangkan antara lain tempat riset yang akan dituju, hal-hal yang perlu dipersiapkan, waktu pelaksanaan riset, dan kesulitan-kesulitan yang

Page 205: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

188

kemungkinan akan muncul. Akhirnya setelah berdiskusi cukup lama, fasilitator jenjang smp memutuskan untuk menawarkan pasar sebagai lokasi riset. Diskusi hari itu berakhir pada pukul 15.00 lalu pulang.

Page 206: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

189

CATATAN LAPANGAN #5

Hari, Tanggal : 10/12/2014

Waktu : 10.00 -15.30

Lokasi : Kedai Merdesa (selatan Plengkung Gading)

Kegiatan : Mengikuti kegiatan Workshop Sanggar Anak Alam Hari III

Deskripsi :

Kegiatan pada workshop hari ketiga adalah pemaparan hasil perencanaan pembelajaran pada hari kedua. Pemaparan ini dilakukan di forum besar yang terdapat seluruh fasilitator Sanggar Anak Alam. dari pemaparan tersebut timbul tanya jawab dari para fasilitator. Pemaparan tersebut dimulai dari jenjang yang paling rendah yaitu Kelompok bermain hingga ke jenjang yang paling tinggi yaitu SMP. Dalam pemaparan tersebut juga terjadi diskusi antara sesama fasilitator dan dengan pengurus Sanggar Anak Alam. mereka saling memberi saran dan kritik. Setelah memasuki pukul 12.00 mereka beristirahat makan siang. Di sela-sela makan siang, bu SW mempromosikan buku ciptaan pak Totok Rahardjo yang merupakan suami bu Sri Wahyaningsih sekaligus salah satu penggagas Sanggar Anak Alam. Buku Tersebut berjudul “sekolah biasa saja”. Di Buku tersebut dibahas tentang cita-cita Sanggar Anak Alam untuk mengadakan proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan Sanggar Anak Alam yang pernah dilakukan.

Pukul 13.00 dilanjutkan kembali dengan melanjutkan pemaparan perencanaan pembelajaran. Pemaparan perencanaan pembelajaran tersebut selesai sekitar pukul 14.00 dan mas Yudhis selaku ketua PKBM meminta untuk seluruh fasilitator menyerahkan draft perencanaan pembelajaran tersebut guna kepentingan dokumentasi. Setelah draft diserahkan, mas Yudhis mengakhiri kegiatan workshop yang telah berjalan 3 hari tersebut.

Page 207: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

190

CATATAN LAPANGAN #6

Hari, Tanggal : 19/01/2015

Waktu : 09.00-13.00

Lokasi : Ruang kelas SMP Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Merencanakan riset dan pembelajaran

Deskripsi :

Pada hari Senin 19/01/2015 peneliti masuk pertama kali ke dalam kelas SMP karena mendapat rekomendasi dari ketua PKBM untuk menilik kegiatan pembelajaran yang ada di jenjang tersebut. sebelum memasuki kelas untuk belajar, seluruh fasilitator elemen Sanggar Anak Alam berkumpul di halaman untuk berdoa dan melakukan pemanasan kecil sekaligus memotivasi pebelajaruntuk belajar. kegiatan tersebut berlangsung pada pukul 08.30-09.00.

Pukul 09.00 peneliti masuk ke kelas smp dan langsung diperkenalkan kepada para pebelajar. Para pebelajar menyambut peneliti dengan ramah dan hangat. Hari ini merupakan hari pertama kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Anak dimulai. Telah diketahui sebelumnya bahwa fasilitator telah membuatperencanaan pembelajaran pada acara workshop. Dari perencanaan pembelajarantersebut telah dihasilkan sebuah skema pembelajaran yang akan menjadi panduan kegiatan pembelajaran selama satu semester kedepan.

Pada hari pertama masuk ini, fasilitator memberitahukan skema target dasar belajar yang telah dibuat kepada para pebelajar. Fasilitator menjelaskan konteks dan tujuan yang akan dicapai, serta pemilihan riset yang akan dilakukan guna mencapai konteks, tujuan yang diharapkan dan waktu yang harus ditempuh.Penjelasan fasilitator tersebut selesai pada pukul 10.00 dan dilanjutkan istirahat.

Setelah selesai istirahat pada pukul 10.30, mereka kembali membahas tentang target dasar belajar. para pebelajar dipersilahkan untuk bertanya dan memberikan pendapat. Dari pengamatan peneliti, para pebelajar aktif untuk bertanya kepada para fasilitator terutama dalam hal pemilihan tempat riset. Kebetulan yang dipilih oleh fasilitator SMP adalah riset ke pasar. Salah satu pebelajar menawarkan untuk melakukan riset di pasar sambilegi yang kebetulan dekat dengan rumahnya. Tawaran tersebut disampaikan ke forum kelas dan akhirnya pemilihan tempat di pasar sambilegi disepakati. Tanya juga menawarkan untuk singgah ke rumahnya sebelum dan setelah kegiatan riset. Hal tersebut juga

Page 208: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

191

disetujui oleh forum kelas. Setelah pemilihan riset tersebut disetujui, selanjutnya mereka melakukan pendataan hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan. Mereka membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada para penjual dan pembeli. Mereka juga mendata kebutuhan pribadi yang diperlukan seperti bekal dan obat-obatan pribadi. Aktivitas hari ini selesai pada pukul 12.00 lalu dilanjutkan makan siang dan membersihkan kelas hingga pukul 13.00 lalu pulang.

Page 209: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

192

CATATAN LAPANGAN #7

Hari, Tanggal : 20/01/2015

Waktu : 09.00-13.00

Lokasi : pasar sambilegi dan rumah Tanya

Kegiatan : Riset dan home visit

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti mengikuti jenjang SMP Sanggar Anak Alam yang akan mengadakan riset dengan tema pasar. peneliti ingin mengetahui bentuk nyata dari riset yang dilakukan pebelajar Sanggar Anak Alam.

Kegiatan riset dimulai pukul 09.00. para pebelajar diberikan waktu berkeliling mencari data di pasar +/- 1 jam. Pencarian data dilakukan dengan mengamati dan mencatat berbagai hal yang ada di pasar. Untuk mendapatkan data, mereka menggunakan cara wawancara dan pengamatan. Dalam riset kali ini, anggota SMP SALAM dibagi menjadi 3 kelompok. Yang datang pada riset kali ini ada 3 pebelajar dan 6 fasilitator.

Tim 1 ada pebelajar bernama Tanya yang didampingi oleh mas Haidar, mas Byan, dan peneliti sendiri. Mereka memasuki bagian pasar yang menjual biji-bijian. Tanya lalu melakukan wawancara kepada salah satu pedagang biji-bijian . pertanyaan yang diajukan Tanya yaitu seputar harga biji-bijian, omset/pemasukan sehari-hari, cara melayani pembeli, dan kendala-kendala yang dihadapi. Tim 1 juga berkunjung ke penjual ayam. Di tempat penjual ayam, Tanya praktek langsung cara menggunakan timbangan yang dipandu oleh sang penjual langsung.

Tim 2, ada pebelajar bernama Sekar dan fasilitator bernama mbak Nurul. Tim ini condong untuk mengamati bagian-bagian dan komponen-komponen dari pasar. Sekar mencatat infrastruktur apa saja yang ada di pasar, organisasi pasar, dan pembagian bilik-bilik pasar. Di samping itu, dia juga menyempatkan untuk mengobrol dengan beberapa pedagang.

Tim 3, ada pebelajar bernama Vena dan 2 fasilitator yaitu mbak Indah dan bu Rika. Tim ini juga mengamati komponen-komponen pasar.

Dalam kegiatan ini tampak peran fasilitator yang selalu mendampingi pebelajar dalam kegiatan pembelajaran. Fasilitator memotivasi pebelajar untuk aktif dalam kegiatan riset kali ini. Ketika anak sudah mulai malas, fasilitator

Page 210: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

193

mengajak pebelajar untuk kembali aktif. Lalu riset berakhir pukul 10.00 dan dilanjutkan ke rumah Tanya untuk mengulas atau mereview tentang kegiatan riset dan makan siang hingga pukul 13.00 lalu pulang.

Page 211: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

194

CATATAN LAPANGAN #8

Hari, Tanggal : 21/01/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Ruang kelas SMP Sanggar Anak Alam

Kegiatan : mengolah data hasil riset pasar

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti kembali mengikuti pembelajaran di SMP SALAM. Peneliti datang pukul 08.30. Setelah kemarin mereka melakukan riset di pasar sambilegi, kali ini mereka menguraikan poin-poin yang mereka dapatkan. Peneliti mulai mengetahui bahwa pebelajar SMP Sanggar Anak Alam tidaklah banyak. Hanya berjumlah 10 orang. Dalam jenjang SMP memang tidak diklasifikasikan per kelas. karena dari orang tersebut, 4 orang merupakan pebelajar yang baru masuk SMP, 3 orang adalah difabel, 3 orang sisanya adalah kelas 3 yang telah mengikuti ujian persamaan untuk masuk ke jenjang SMA dan sudah jarang datang untuk ikut kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam. Sehingga jika dihitung, pebelajar SMP yang benar-benar aktif hanya 4 orang. 3 orang yang difabel tetap ikut dalam pembelajaran namun dengan mendapatkan perlakukan dan bimbingan khusus. Sanggar Anak Alam memang tidak membedakan pebelajar normal ataupun berkebutuhan khusus, karena seperti yang telah dijelaskan bu Wahya dalam wawancara yang dilakukan peneliti bahwa Sanggar Anak tidak membeda-bedakan, dan mencoba memberi ruang bagi semua yang ingin bergabung dalam pendidikan alternatif.

Hari ini pebelajar diminta untuk membuat cerita deskriptif mengenai pasar. Membuat cerita deskriptif adalah salah satu indikator dari tujuan belajar yang diambil dari SKKD kurikulum nasional. lebih tepatnya tujuan membaca dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato dan surat pembaca. Namun sebelum mereka membuat cerita deksriptif, fasilitator memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka mengingat pengalaman riset di pasar, seperti ; “hal-hal apa sajakah yang kalian temukan di pasar?”, “pedagang apa saja yang kalian kunjungi?”. Para pebelajar lalu menuliskan hasil temuan mereka di papan tulis untuk dapat dilihat oleh semua pebelajar di kelas. Waktu telah menunjukkan pukul 10.00 dan waktunya untuk beristirahat.

Page 212: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

195

Pada pukul 10.30 mereka mulai belajar kembali. Pada kesempatan ini para pebelajar mulai diberi kesempatan bertanya oleh fasilitator seputar pasar, hingga terjadilah diskusi dn diskusi tersebut berakhir pada pukul 12.00 lalu mereka makan siang. Pada saat makan siang, terdapat pebelajar yang bertugas mengambil makan siang dan ada juga yang bertugas untuk mencuci piring. Setelah makan siang, fasilitator memipin pebelajar untuk melakukan review sejenak mengenai pembelajaran hari itu. kira-kira 15 menit review, mereka berdoa pulang. Setelah berdoa, bagi yang bertugas piket membersihkan kelas melakukan tugasnya. Hingga kurang lebih pukul 13.15 mereka pulang.

Page 213: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

196

CATATAN LAPANGAN #9

Hari, Tanggal : 22/01/2015

Waktu : 08.30-13.00

Lokasi : Ruang kelas SMP Sanggar Anak Alam

Kegiatan : melanjutkan menulis deskripsi tentang pasar.

Deskripsi :

Peneliti kembali masuk ke dalam kegiatan belajar SMP SALAM. Seperti biasa kegiatan belajar dimulai pukul 08.30. sebelum kegiatan belajar dimulai, para anggota smp salam baik fasilitator maupun pebelajar, melakukan doa bersama-sama dan pemanasan kecil sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Pemanasan yang mereka lakukan adalah dengan bernyanyi.

Pada pukul 09.00 mereka mulai masuk ke dalam kelas. peneliti melihatmereka mulai melanjutkan kegiatan menulis deskriptif mereka tentang pasar. Hasil identifikasi para pebelajar tentang pasar masih belum dihapus di papan tulis, sehingga memudahkan mereka untuk memulai membuat cerita deskriptif. Sebelum memulai membuat cerita, ternyata masih ada pebelajar yang belum mengerti apa itu yang dimaksud deskriptif. Bu Rika sebagai salah satu fasilitator pun menjelaskan tentang yang dimaksud dengan deskriptif. “deskriptif itu seperti yang pernah kalian lihat sewaktu dulu riset di museum kereta andong, kan terdapat penjelasan tentang kereta andong, dekskripsi itu menjelaskan sesuatu. Mbak Nurul akhirnya juga ikut menambahkan penjelasan dari bu Rika, “semisal gini, bu rika itu orangnya kayak apa, tingginya berapa, rambutnya gimana, beratnya berapa”. Akhirnya mereka mulai memahami tentang teks deskriptif. Hari itu ada 2 anak difabel yang datang, yaitu tanah dan henry. Tanah dibimbing oleh mbak zita yang telah mempersiapkan bahan untuk dikerjakan tanah, sedangkan henry selalu menuju ruang komputer untuk mengerjaka “proyek” nya Waktu menunjukkan pukul 10.00, mereka beristirahat. Yang bertugas piket mengambil snack melakukan tugasnya mengambil snack. yang mendapatkan jadwal piket tidak hanya pebelajar namun juga fasilitator. Biasanya setiap satu jenis piket tertentu dikawal oleh satu fasilitator. Semisal piket mengambil snack didapatkan oleh pebelajar bernama Vena dan fasilitator Mbak Indah misalnya. Setelah mengambil snack, mereka berdoa dan makan bersama-sama.

Kesempatan istirahat digunakan peneliti untuk berkeliling Sanggar Anak Alam. peneliti melihat Anak-anak bermain di halaman. Mereka bermain

Page 214: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

197

permainan tradisional seperti gobak sodor dan bentengan. Keunikan dari Sanggar Anak Alam lainnya adalah tidak dipergunakannya pakaian seragam. Anak-anak bebas menggunakan pakaian. Peneliti juga menyempatkan datang ke ruang siaran radio. Beberapa anak dipandu oleh mas Banu selaku operator mengadakan siaran radio.

Waktu menunjukkan pukul 10.30 dan kembali masuk. Agenda selanjutnya yang dilakukan pebelajar SMP adalah kembali melanjutkan pekerjaan sebelumnya hingga pukul 12.00 lalu petugas piket makan siang mengambil makanan dan makan bersama. Setelah makan bersama dilakukan sedikit review seperti biasanya, lalu petugas piket membersikan kelas dan pulang.

Page 215: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

198

CATATAN LAPANGAN #10

Hari, Tanggal : 23/01/2015

Waktu : 08.30-12.00

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Olah tubuh

Deskripsi :

Pada hari Jumat, anak-anak melakukan kegiatan olah tubuh. Kegiatan belajar di kelas memang hanya sampai hari kamis, sedangkan hari jumat dilakukan olah tubuh. Anak-Anak SALAM ada yang melakukan renang, membuat kue, bulutangkis, berlatih upacara, dll, tergantung kesepatakan dari setiap kelas.

Pebelajar Smp dan fasilitator menggunakan kesempatan ini untuk mengatur jadwal piket kembali yang masih berantakan. Jadwal piket tetap terdiri dari : piket membersihkan kelas, piket mengambil snack istirahat, piket mengambil makan siang, dan piket mencuci piring. Pengaturan piket sebelumnya masih belum tertata rapi dan hari ini mereka menata dengan membuat semacam sistem pengacakan setiap harinya. Hari itu selesai pukul 12.00.

Page 216: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

199

CATATAN LAPANGAN #11

Hari, Tanggal : 26/01/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Masuk ke jenjang SMP

Deskripsi :

Peneliti kembali datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 08.30 dan langsung mengikuti doa bersama dan senam kecil di lapangan Sanggar Anak Alam. setelah itu para pebelajar dan fasilitator masuk ke kelas pada pukul 09.00. Peneliti kembali masuk ke dalam jenjang SMP.

Pada hari ini mereka belajar mengenai bangun datar. Pada waktu riset di pasar kemarin mereka kekurangan data untuk dapat dijadikan pembelajaran mengenai bangun datar. Akhirnya fasilitator mengajak para pebelajar untuk pengukuran langsung benda-benda yang ada di sekitar kelas. Vena mengukur buku, Tanya mengukur meja, Sekar mengukur tempat pensil, Zufa mengukur papan kursi. Setelah mereka melakukan pengukuran, mbak Indah selaku fasilitator mengajak para pebelajar untuk mencatat hasil pengukuran mereka di papan tulis. Mbak Nurul telah membuat tabel tentang panjang, tinggi, lebar, dsb yang berkaitan dengan bangun datar. Satu persatu pebelajar akhirnya mengisi kolom tersebut.

Setelah mereka mengisi tabel tersebut, mereka beristirahat karena waktu telah menunjukkan pukul 10.00. pada pukul 10.30 mereka kembali masuk ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran. Setelah tadi para pebelajar mengukur benda-benda yang ada di sekitar mereka, mbak Nurul mempersilahkan para pebelajar untuk bertanya. Karena tidak ada pertanyaan, mbak Nurul menjelaskan tentang apa itu tinggi, panjang, lebar, dsb. Lalu mbak Nurul menjelaskan tentang bagaimana mengukur luas bangun datar. Kembali mbak Nurul mempersilahkan para pebelajar untuk bertanya. Karena tidak ada pertanyaan, makan mbak nurul memberi contoh soal untuk dikerjakan. Dari situ terlihat memang belum sepenuhnya para pebelajar paham. Vena, Tanya, Zufa masih kebingungan untuk menghitung. Vena dan Tanya didampingi mbak Nurul untuk memahami, sedankan Zufa dibantu bu Rika, sedangkan para pebelajar difabel seperti Tanah dipegang oleh mbak Zita dengan memberikan perlakukan khusus. Akhirnya kegiatan pada hari itu selesai pada pukul 12.00 dilanjutkan dengan makan siang.

Page 217: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

200

Setelah makan siang, Akhirnya dilakukan review. Pada review kali ini mbak Nurul memberikan tugas untuk menyelesaikan soal dirumah dari soal yang diberikan mbak Nurul. Pada pukul 13.00 mereka pulang.

Page 218: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

201

CATATAN LAPANGAN #12

Hari, Tanggal : 01/02/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : mengikuti Riset kelas 4

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti mengikuti pembelajaran di kelas 4. Kali ini mereka kembali mendatangi pabrik tahu yang sebelumnya telah mereka kunjungi pada tanggal 20 Januari. Setelah pada kunjungan sebelumnya mereka survey di pabrik tahu, saat ini mereka datang kembali untuk menyaksikan proses pembuatan tahu dan melakukan wawancara dengan pemilik dan pekerja di pabrik tahu tersebut.

Fasilitator kelas 4 berjumlah 2 orang dan para pebelajar kelas 4 yang berjumlah 7 orang berkumpul pada pukul 08.30 di samping Sanggar Anak Alam. setelah mereka berkumpul, mbak Vian selaku fasilitator menanyakan kepada para pebelajar perlengkapan yang mereka butuhkan apakah sudah dibawa dan dipersiapkan. Para pebelajar melakukan pengecekan. Setelah pebelajar melakukan pengecekan akhirnya mereka berangkat ke lokasi pabrik tahu.

Lokasi pabrik tahu ditempuh kurang lebih selama 15 menit. Sesampainya di pabrik tahu fasilitator masuk terlebih dahulu untuk meminta izin. Setelah fasilitator meminta izin, akhirnya para pebelajar masuk ke lokasi pembuatan tahu. disana mereka melakukan wawancara dengan pemilik dan pembuat tahu. ada juga yang melakukan dokumentasi dengan memotret. Aktivitas tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data agar dapat dibawa ke pembelajaran di kelas. aktivitas pada hari itu diakhiri dengan review mengenai riset yang telah dilakukan dan selesai pada pukul 12.00 dilanjutkan makan siang lalu pulang.

Page 219: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

202

CATATAN LAPANGAN #13

Hari, Tanggal : 02/02/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : mengikuti pembelajaran di kelas 4

Deskripsi :

Peneliti kembali datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 08.30 lalu berdoa bersama dan melakukan pemanasan kecil bersama-sama. Setelah selesai peneliti kembali masuk ke kelas 4 yang pada hari sebelumnya melakukan riset di pabrik tahu. peneliti masuk pada pukul 09.00.

Mbak Vian selaku fasilitator kelas 4 meminta para pebelajar untuk mereview tentang hasil riset di pabrik tahu kemarin. Mbak Vian menanyakan satu persatu kesan mereka setelah riset di pabrik tahu. lalu masing-masing dari pebelajar menyampaikan argumennya. Masing-masing dari pebelajar diminta untuk menuliskan temuannya yang menarik di papan tulis untuk dapat dilihat oleh teman-teman satu kelasnya. Mbak Vian meminta para pebelajar untuk menuliskan pengalaman mereka tersebut dalam sebuah cerita pendek. Para pebelajarmelakukan apa yang diminta oleh mbak Vian. Peneliti pada hari itu pulang lebih awal yaitu pada pukul 10.30.

Page 220: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

203

CATATAN LAPANGAN #14

Hari, Tanggal : 23/02/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Kegiatan pasaran Sanggar Anak Alam

Deskripsi :

Pada hari senin tanggal 23 februari 2015, Sanggar Anak Alam melakukan acara yang bersifat insidental dan diadakan pada tanggal-tanggal tertentu yaitu kegiatan pasaran. Pasaran adalah miniatur dari praktek jual-beli seperti di pasar pada umumnya. kegiatan ini biasanya dilakukan sebulan sekali. Di pasaran ini anak-anak berperan sebagai pelaku-pelaku yang ada di pasar. Ada yang berlaku sebagai penjual yang menjual barang dagangannya, ada yang berlaku sebagai pembeli, ada yang berlaku sebagai petugas kebersihan, ada yang bertugas sebagai petugas keamanan, ada pula yang bertugas sebagai petugas bank. Di pasar salam ini, uang yang digunakan adalah mata uang salam sendiri. sehingga mereka tidak hanya berlatih transaksi yang baik dan benar, namun juga belajar mengelola uang. Dalam pasar SALAM ini, tidak hanya pebelajar saja yang aktif terlibat, namun fasilitator juga aktif dalam pasar SALAM, baik sebagai penjual/pembeli. Yang dijual di pasar SALAM tidak hanya barang, namun juga jasa. Seperti layaknya jual beli di pasar, di pasar SALAM juga terjadi proses tawar-menawar. Fasilitator juga turut membantu menawarkan barang-barang milik penjual kepada pembeli.Pasar SALAM sengaja dibuat untuk menghadirkan kegiatan pasar di lingkungan SALAM dengan keterlibatan seluruh elemen, baik pebelajar maupun fasilitator. Dalam pasar SALAM ini tidak dibedakan dalam klasifikasi kelas. seluruh kelas bercampur dalam kegiatan ini, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih daripada di dalam kelas.

Setelah Pasaran selesai kira-kira pukul 11.00, anak-anak kembali ke dalam ruangan kelas untuk melanjutkan kegiatan makan siang hingga pukul 12.00 lalu pulang. Kali ini dua pebelajar smp kelas 3 yang telah mengikuti ujian persamaan mulai datang kembali ke Sanggar Anak Alam. walaupun mereka tidak memerlukan lagi datang ke Sanggar Anak Alam, namun peneliti melihat antusias mereka terhadap aktivitas di Sanggar Anak Alam masih baik. Dua anak tersebut bernama Iris dan Nanda.

Page 221: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

204

CATATAN LAPANGAN #15

Hari, Tanggal : 24/02/2015

Waktu : 09.00-13.00

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : kegiatan pembelajaran

Peneliti datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 08.30 dan langsung mengikuti kegiatan rutin sebelum masuk kelas yaitu berdoa bersama di lapangan dan pemanasan kecil tubuh. Setelah kira-kira 15 menit, ketua PKBM mempersilahkan untuk kembali ke kelas masing-masing.

Kira-kira pukul 09.00 fasilitator dan pebelajar SMP Sanggar Anak Alam memulai kegiatan pembelajaran. Hari ini mereka merencanakan untuk melakukan trip museum. Usul tersebut disampaikan oleh salah satu pebelajar kelas 3 SMPyang telah selesai mengikuti ujian persamaan yaitu Nanda yang pada waktu kunjungan ke pasar tidak ikut. Setelah usul tersebut disampaikan ke forum ternyata disetujui seluruh pebelajar. Bu Rika selaku kepala fasilitator SMP menjelaskan kepada para pebelajar bahwa tidak apa-apa melakukan kunjungan lagi, namun data-data yang telah didapatkan di pasar jangan sampai hilang. Peneliti mengingat pada waktu di forum workshop pernah ada fasilitator yang bertanya kepada bu Sri Wahyaningsih tentang penggunaan riset yang lebih dari satu tidak menjadi masalah jika diperlukan dan sesuai kesepakatan. Akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan trip ke museum. Mereka mulai mencari-cari museum yang cocok. Mereka melakukan searching di google untuk mendapatkan informasi seputar museum. Akhirnya setelah itu mereka sepakat untuk mengunjungi museum benteng vredeburg.waktu menunjukkan pukul 10.00 dan yang piket untuk mengambil snack melakukan tugasnya. Mereka istirahat makan snack hingga pukul 10.30.

Pukul 10.30 mereka melanjutkan kembali kegiatan pembelajaran mereka. Mereka mulai mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan ketika akan berkunjung ke museum. Tidak semua pebelajar merencanakan hal yang sama yang akan dilakukan di museum. Ada yang ingin melakukan wawancara dengan petugas di benteng vredeburg, ada yang ingin menggambar suasana sekitar benteng, ada yang ingin mencatat hal-hal menarik. Mereka juga bersepakat untuk berangkat bersama-sama menggunakan bus transjogja dari Sanggar Anak Alam. fasilitator mengingatkan mereka tentang tujuan mereka datang ke museum yaitu untuk

Page 222: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

205

mengambil data. Fasilitator mempersilahkan mereka melakukan kegiatan yang mereka sukai asalkan bisa mendapatkan data. Kegiatan selesai pada pukul 12.00 lalu dilanjutkan makan siang, review pembelajaran pada hari itu, dan lalu pulang pada pukul 13.15.

Page 223: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

206

CATATAN LAPANGAN #16

Hari, Tanggal : 25/02/2015

Waktu : 09.00-12.00

Lokasi : Benteng Vredeburg

Kegiatan : Visit Museum Benteng Vredeburg bersama pebelajarSMP

Deskripsi :

Pada hari rabu pukul 09.00 peneliti langsung datang ke museum benteng vredeburg dan tidak membersamai anggota SMP untuk menggunakan bus transjogja. Sesampainya di museum, peneliti bertemu dengan salah satu pebelajarbernama vena yang juga tidak ikut menggunakan bis karena arah rumahnya yang lebih dekat ke museum daripada ke Sanggar Anak Alam. setelah menunggu -/+ 30 menit, para anggota SMP akhirnya datang. Para anggota SMP yang ikut terdiri dari 4 orang fasilitator dan 6 orang pebelajar.

Pada pukul 09.30 mereka langsung memasuki museum dan menyempatkan diri untuk berfoto bersama didepan museum. Setelah mereka memasuki benteng , fasilitator melakukan briefing dengan anak-anak. Fasilitator mengingatkan tujuan mereka datang ke museum dan mengecek perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah itu mereka melakukan doa bersama. Setelah berdoa selesai, kegiatan mencari data dimulai. Pertama kali yang mereka kunjungi adalah ruangan diorama yang berisi miniatur peristiwa-peristiwa bersejarah. Para pebelajar mulai mencatat hal-hal penting yang ada di diorama, sedangkan fasilitator mengawasi kegiatan para pebelajar. Di tengah-tengah pencarian data, para pebelajar juga terlihat bertanya kepada fasilitator tentang hal yang tidak mereka ketahui, terutama seputar peristiwa sejarah. Fasilitator juga memberikan jawaban sesuai dengan pemahaman mereka.

Mereka akhirnya keluar dari ruangan diorama pada pukul 10.30. setelah mereka keluar, beberapa pebelajar melakukan wawancara dengan petugas museum dan ada pula yang menggambar suasana sekitar museum. Fasilitator juga dibagi ke beberapa bagian untuk mengawasi masing-masing aktivitas pebelajar.

Setelah kurang lebih pukul 12.00 mereka selesai melakukan aktivitas dan melakukan makan bersama di halaman benteng vredeburg. setelah makan siang, fasilitator kembali menanyakan kepada para pebelajar tentang kunjungan hari itu.

Page 224: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

207

para pebelajar mengungkapkan apa yang mereka dapatkan dari pencarian data di museum tersebut. dapat diketahui selanjutnya bahwa data dari benteng vredeburg tersebut akan dibawa ke kelas untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam skema target dasar belajar. pada pukul 13.00 mereka pulang dengan menggunakan bus trans Jogja.

Page 225: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

208

CATATAN LAPANGAN #17

Hari, Tanggal : 26/02/2015

Waktu : 08.30-12.00

Lokasi : Ruang kelas SMP Sanggar Anak Alam

Kegiatan : belajar sejarah perjuangan Indonesia dari hasil kunjungan museum

Deskripsi :

Pada hari peneliti masih masuk ke dalam kegiatan belajar anak-anak SMP SALAM. Setelah kemarin mereka mengambil data di benteng vredeburg tentang zaman pra kemerdekaan, sekarang para fasilitator mengajak anak-anak untuk mengolah data tersebut.

Pada pukul 09.00 setelah berdoa dan pemanasan, bu Rika selaku fasilitator kembali me-review aktivitas mereka di museum benteng vredeburg kemarin. Bu Rika meminta para pebelajar untuk menuliskan hal-hal menarin yang mereka temui di benteng vredeburg. satu persatu pebelajar menuliskan di papan tulis. Setelah seluruh pebelajar menulis di papan tulis, bu Rika meminta para pebelajaruntuk menuliskan cerita kunjungan mereka dari data-data yang ada di papan tulis tersebut. Tidak semua pebelajar menyepakati untuk menulis cerita tentang kunjungan mereka, yaitu Tanya dan vena. Namun mbak Indah selaku fasilitator membujuk dan ditanya mengapa tidak mau menulis. Ternyata mereka malas untuk menulis cerita, namun karena bujukan dari mbak Indah, akhirnya mereka mau menulis. mereka agar mau membuat cerita dari data yang telah mereka tulis di papan tulis. Akhirnya mereka mau melaksanakannya. Ketika waktu menunjukkan pukul 10.00 mereka beristirahat dan petugas piket mengambil snack.

Mereka beristirahat hingga pukul 10.30. setelah istirahat para pebelajarkembali melanjutkan membuat cerita. Akhirnya pada pukul 11.30 para pebelajarmenyelesaikan pekerjaan mereka. Setelah itu pekerjaan mereka dibacakan di forum kelas agar dapat dipedengarkan oleh seluruh warga kelas. Hingga pukul 12.00 mereka akhirnya selesai dan dilanjutkan makan siang. Setelah makan siang fasilitator dan para pebelajar melakukan review seperti biasa. Bu Rika meminta kepada para pebelajar untuk mencari artikel dari sumber apapun seputar perjuangan Indonesia dan dibawa pada hari selasa minggu depan. aktivitas pada hari itu selesai pada pukul 13.00.

Page 226: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

209

CATATAN LAPANGAN #18

Hari, Tanggal : 27/02/2015

Waktu : 08.30-11.00

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Olah tubuh

Deskripsi :

Pada hari Jumat pukul 08.30 peneliti datang ke Sanggar Anak Alam untuk mengikuti kegiatan olah tubuh. Para pebelajar SMP terlihat sedang akan berlatih untuk upacara hari senin. Sedangkan kelas 4 sedang terlihat bermain bulutangkis. Kelas 1 sedang jalan-jalan di sektiaran Sanggar Anak Alam. sedangkan kelas lainnya ada yang berenang dan ada pula yang sepedaan.

Setelah selesai upacara para pebelajar smp bersama fasilitator membuat rujak dan dimakan bersama-sama dengan warga Salam yang sedang berada di SALAM. Peneliti pulang lebih awal pada pukul 11.00.

Page 227: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

210

CATATAN LAPANGAN #19

Hari, Tanggal : 02/03/2015

Waktu : 08.30-13.00

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Belajar ekonomi dari data hasil riset

Deskripsi :

Pada hari ini kembali peneliti mengikuti proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam dengan masuk ke dalam kelas SMP. Hari senin ini, para anggota Salam melakukan kegiatan upacara bendera untuk mengawali aktifitas. Kali iniyang bertugas adalah elemen dari SMP SALAM, baik fasilitator maupun pebelajar. Fasilitator SMP menjadi pemimpin dan pembina upacara , sedangkan para pebelajar sebagai pengibar bendera, pembaca teks undang-undang, dan dirijen .

Setelah melakukan upacara bendera, pada pukul 08.30 seluruh pebelajarsalam kembali masuk ke dalam kelas masing-masing. Fasilitator dan Pebelajar-pebelajar SMP kembali melanjutkan pengolahan data dengan topik pasar.kali ini pembelajaran masuk ke dalam bahasan ekonomi. Yang diangkat adalah tentang pasar online. Bu Rika selaku koordinator fasilitator SMP memulai dengan melontarkan pertanyaan tentang gaya transaksi model baru dengan berbasis pada online shop. Dari situ anak-anak mulai menanggapi tentang model belanja baru online shop. Mereka mulai mengidentifikasi perbedaan pasar tradisional dengan online shop. Mula-mula Sekar mengemukakan pendapatnya. ia berpendapat bahwa online shop akan mengurangi esensi transaksi jual beli, karena antara si penjual dan pembeli tidak bertemu, dan tidak ada nya proses tawar menawar. Argumen Sekar tersebut ditambahkan oleh Nanda. Nanda mengatakan bahwa “online shop memang lebih praktis, namun sesama manusia tidak terjadi interaksi”. Lalu mbak Zita selaku fasilitator juga membenarkan argumen mereka tentang kemudahan online shop dan dampaknya terhadap kehidupan sosial. Mereka saling berdiskusi tentang online shop hingga makan siang pukul 12.00. setelah makan siang mereka pulang ke rumah masing-masing.

Page 228: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

211

CATATAN LAPANGAN #20

Hari, Tanggal : 03/03/2015

Waktu : 08.30-12.00

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Belajar nasionalisme dari hasil kunjungan museum

Deskripsi :

Peneliti kembali memasuki kelas SMP. Seperti biasa kegiatan dimulai dengan berdoa di lapangan dan pemanasan kecil. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai pukul 09.00. Kali ini mereka membahas tentang artikel yang bertema perjuangan bangsa Indonesia. Mencari arrtikel tersebut merupakan tugas pada minggu yang lalu. kembali membuat cerita tentang hasil pengambilan data nya di benteng vredeburg. masing-masing pebelajar membacakan artikel tersebut di forum kelas. kebanyakan artikel yang mereka bawa diambil dari internet. Setiap anak selesai membacakan, fasilitator mempersilahkan pebelajar untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti. Aktivitas tersebut berhenti pada pukul 10.00 untuk beristirahat dan makan snack.

Pada pukul 10.30 mereka melanjutkan kembali aktivitas belajar mereka. Setelah semua pebelajar membacakan artikel mereka, sekarang bu Rika memancing pertanyaan tentang nasionalisme. para pebelajar terlihat tidak mengerti tentang arti nasionalisme dan maknanya. Akhirnya bu Rika melemparkan pertanyaan tersebut kepada fasilitator lain. Masing-masing fasilitator mengemukakan pendapatnya disertai contoh-contoh sejarah yang menurut mereka menggambarkan nasionalisme. mbak Zita mengemukakan pendapatnya tentang nasionalisme seorang Soekarno yang rela berjuang demi bangsa Indonesia. Mas Haidar berpendapat tentang nasionalisme anak muda saat ini yang mengembangkan industri kreatif untuk menyebarkan semangat nasionalisme. Setelah dari beberapa penjelasan tersebut, bu Rika meminta para pebelajar menarik kesimpulan tentang nasionalisme. Sekar yang merupakan pebelajar yang aktif mencoba memberi kesimpulan. Bu Rika tidak menyalahkan jawab Sekar namun menambahi sedikit kekurangan pada kesimpulannya. Akhirnya diskusi tentang nasionalisme tersebut selesai pada pukul 12.00 dan dilanjutkan makan siang, membersihkan kelas, lalu pulang.

Page 229: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

212

CATATAN LAPANGAN #21

Hari, Tanggal : 10/03/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Perpustakaan Kota Yogyakarta

Kegiatan : Penggalian minat anak melalui buku favorit

Deskripsi :

Peneliti masih ikut ke dalam kegiatan belajar fasilitator dan pebelajar SMP SALAM. Hari ini mereka melakukan kunjungan ke perpustakaan kota yogyakarta. Bersama fasilitator, masing-masing dari mereka mencari buku-buku yang mereka senangi untuk mereka baca. Hari itu fasilitator yang berangkat adalah mas Timo, mbak Zita, mbak Nurul, mbak Indah, bu Rika, dan fasilitator sendiri. Sedangkan pebelajar yang berangkat ada Tanya, Zufa, Tanah, Vena, Nanda,Iris, dan Sekar. Aktifitas di perpustakaan ini dilakukan untuk menelusuri minat masing-masing anak. Misalnya seperti Vena, yang ia tertarik dengan buku Totto-Chan dan buku-buku seputar kerajinan tangan. Vena dipandu oleh bu Rika dalam mencari buku tersebut. vena condong menyakai novel yang berkaitan dengan anak-anak dan kerajinan tangan. Sedangkan Zufa mencari majalah fashion dan dipandu oleh mbak Nurul. Mbak Zita membantu Tanya dalam mencari buku-buku dan mengeja kata. Karena Tanah adalah ABK, maka mbak Zita memandu secara khusus tanah dalam mengeja kata. Peneliti mendampingi Sekar, Nanda, dan Iris mencari sendiri buku yang mereka sukai. Aktifitas di perpustakaan dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.00. Dilanjutkan makan siang hingga pukul 12.30 lalu pulang.

Page 230: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

213

CATATAN LAPANGAN #22

Hari, Tanggal : 11/03/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Rumah Zufa

Kegiatan : Home Visit

Deskripsi :

Pada hari ini Rabu 11 Maret 2015 fasilitator dan pebelajar smp SALAM mengadakan home trip ke rumah salah satu pebelajar smp, yaitu Zufa. Anak-anak berangkat ke rumah Zufa pukul 08.30, dan aktifitas di rumah Zufa dimulai pukul 09.30.

Kegiatan di rumah Sufa memiliki tujuan untuk mengenal lebih dekat dengan keluarga Sufa. Aktifitas dimulai dengan melakukan pemanasan tubuh melalui gerakan-gerakan ice breaking yang dipimpin oleh peneliti dan mas Timo. Setelah melakukan aktifitas pemanasan tersebut, mereka kembali masuk ke dalam ruangan dan memainkan game-game kecil hingga pukul 10.00. pukul 10.00 mereka beristirahat.

Setelah beristirahat, para fasilitator kembali memancing anak-anak untuk melakukan/memainkan game-game kecil hingga jam makan siang. Pukul 12.00mereka dipersilahkan ibu nya Zufa untuk makan siang. Kegiatan hari itu selesai pukul 12.30 setelah makan siang.

Page 231: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

214

CATATAN LAPANGAN #23

Hari, Tanggal : 12/03/2015

Waktu : 08.30-12.30

Lokasi : Ruang kelas SMP Sanggar Anak Alam

Kegiatan : belajar berhitung dan persiapan kegiatan wiwitan

Deskripsi :

Peneliti masih masuk ke smp untuk meneliti lebih jauh aktifitas pembelajaran yang identik dengan Sanggar Anak Alam. Hari kamis ini anak-anak smp seperti biasa masuk kelas pukul 08.30 setelah berdoa bersama di dan melakukan pemanasan kecil. Hari ini mbak Nurul mengajak para pebelajar untuk belajar berhitung. Kali berhitung yang dilakukan mbak Nurul adalah dengan menggunakan data di museum benteng vredeburg. Data yang dipakai adalah harga tiket benteng, harga parkir, dan sebagainya yang berupa angka.

Data-data terebut oleh mbak Nurul dibuat menjadi soal cerita yang akan dikerjakan oleh para pebelajar. Penggunaan cerita pada soal juga dengan menggunakan peristiwa yang mereka lakukan di benteng vredeburg. mereka mengerjakan soal tersebut hingga pukul 10.00. Pada pukul 10.00 anak-anak istirahat. Setelah istirahat pada pukul 10.30 mereka membicarakan persiapan kegiatan pesta panen “wiwitan” yang akan diselenggarakan di Sanggar Anak Alam. persiapan yang mereka lakukan adalah dengan mendata barang-barang apa yang diperlukan di acara wiwitan. karena setiap kelas wajib mempersiapkan alat-alat kebutuhan sendiri dalam acara wiwitan, seperti cethok, ember, dan pot untuk menanam. Aktivitas pada hari itu selesai pada pukul 12.00 dilanjutkan makan siang dan pulang.

Page 232: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

215

CATATAN LAPANGAN #24

Hari, Tanggal : 13/03/2015

Waktu : 10.00 – 11.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan :Wawancara dengan narasumber Yudhis dan Timo

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti sengaja tidak masuk ke dalam kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti mencoba melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah SALAM, yang bernama mas Yudhis. Dalam wawancara ini peneliti menanyakan seputar pembelajaran di SALAM. Mula-mula adalah seperti apa SALAM memandang sebuah kegiatan pembelajaran, Bagaimana Posisi SALAM terhadap pembelajaran yang diselenggarakan pemerintah, hingga bagaimana SALAM memandang pebelajar sebagai subjek pebelajar. Mas Yudhis selaku kepala sekolah SALAM menjelaskan semua nya secara detail (dapat didengarkan di hasil wawancara). Kesimpulan yang didapat peneliti adalah Sanggar Anak Alam menerapkan model pembelajaran yang menempatkan anak sebagai subjek yang aktif mencari pengetahuannya sendiri dengan berbasis pada pengalaman nyata.

Setelah wawancara dengan mas Yudhis selaku kepala sekolah SALAM, peneliti lanjut melakukan wawancara kepada salah satu fasilitator SMP SALAM, yaitu mas Timo. Peneliti menanyakan seputar peran fasilitator di SALAM. Garis besar dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa fasilitator adalah orang yang membantu pebelajar dalam meraih pengetahuan nya sendiri. berbeda dengan guru yang selalu memberikan materi, fasilitator hanya membantu pebelajar untuk mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan guna meraih pengetahuan. Wawancara dengan mas Yudhis dan mas Timo dimulai pukul 10.00 dan berakhir pukul 11.30.

Page 233: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

216

CATATAN LAPANGAN #25

Hari, Tanggal : 17/03/2015

Waktu : 08.30 – 16.30

Lokasi :Sanggar Anak Alam

Kegiatan :Mengikuti Serangkaian acara pesta panen “wiwitan”

Deskripsi :

Pada hari selasa ini, Sanggar Anak Alam mulai melaksanakan serangkaian kegiatan “wiwitan” menyambut pesta panen padi. Serangkaian acara “wiwitan” dimulai dengan diadakannya penyuluhan pertanian oleh PPL. Dalam penyuluhan pertanian/workshop ini, diikuti oleh anak-anak Sanggar Anak Alam dan perhimpunan petani wanita Nitiprayan. Anak-Anak Sanggar Anak Alam terlihat antusias mengikuti penyuluhan dan workshop tersebut. PPL mengadakan penyuluhan tentang bagaimana cara menanam bibit yang baik dan pemanfaatan barang-barang bekas untuk menanam tanaman. Penyuluhan tersebut dimulai pukul 09.30 dan berakhir pukul 10.15 lalu dilanjutkan dengan praktek penanaman bibit dengan menggunakan polybag.

Praktek penanaman bibit ini dimulai pukul 10.30 dengan dibimbing oleh salah satu orang dari PPL. Anak-anak Sanggar Anak Alam terlihat antusias dalam mengikuti praktek tersebut. antusias anak-anak terlihat dari keaktifan mereka dalam menanam. Mereka diajak mengenal langsung bagaimana cara menanam dan memanfaatkan polybag sebagai media menanam. Kegiatan menanam bibit tersebut juga diikuti oleh kelompok wanita tani desa Nitiprayan. Anak-anak Sanggar Anak Alam juga diajak mengenal kelompok wanita tani desa Nitiprayan tersebut. kegiatan workshop tersebut selesai pada pukul 12.00 dan dilanjutkan makan siang bersama.

Setelah jeda 3 jam, tepatnya pada pukul 15.00 acara dilanjutkan dengan sarasehan budaya bagi orang tua pebelajar, fasilitator SALAM, dan kelompok wanita tani. Sedangkan anak-anak mengikuti workshop lukis kaos yang dipandu oleh salah satu orang tua pebelajar SALAM yaitu pak Kido. Sarasehan budaya ini bertemakan “menggali filosofi dan tradisi wiwit”. Pembicara dalam sarasehan budaya ini bernama pak HY dan pak PJ. Dalam acara sarasehan budaya tersebut disinggung bahwa tradisi wiwit saat ini mulai ditinggalkan di zaman modern, padahal filosofi yang terkandung di dalam budaya wiwitan itu baik. Pak PJ mengatakan, bahwa setiap bagian-bagian yang terdapat dalam upacara wiwitan,

Page 234: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

217

memiliki makna masing-masing yang ingin disampaikan orang-orang dulu kepada Sang Maha Pencipta sebagai tanda syukur. Dalam sambutan acara sarasehan tersebut, Bu Sri Wahyaningsih selaku perintis Sanggar Anak Alam mengatakan bahwa Sanggar Anak Alam ingin mencoba menggiatkan tradisi tersebut dan dihadirkan langsung kepada anak-anak agar tetap terjaga kelestariannya. Acara tersebut selesai pukul 16.30.

Page 235: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

218

CATATAN LAPANGAN #26

Hari, Tanggal : 18/03/2015

Waktu : 09.00 – 17.00

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Mengikuti serangkaian acara pesta panen “wiwitan”

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti kembali mengikuti serangkaian acara wiwitan di Sanggar Anak Alam. Hari ini merupakan acara puncak dari prosesi wiwitan. Kegiatan hari ini dimulai pukul 09.00. pada pukul 09.00 acara puncak wiwitan dibuka dengan tari-tarian dan musik gejug lesung. Pembukaan tersebut berlangsung +/- 15 menit dan dilanjutkan dengan membawa ubo rampe (nasi dan lauk pauk yang telah di hias) ke tepi sawah. Untuk mengiringi ubo rampe ke tengah sawah, ada beberapa penari yang ikut mengiringi. Anak-anak Sanggar Anak Alam pun ikut mengiringi di belakang para penari. Ubo rampe dibawa ke tepi sawah untuk didoakan agar menjadi berkah bagi semua nya. acara pembawaan ubo rampe tersebut selesai pada pukul 10.30. dan dilanjutkan dengan menyantap makanan yang telah tersedia.

Acara dimulai lagi pada pukul 11.00. acara kali ini diisi oleh pentas seni anak-anak. Peneliti diminta mengisi sebagai MC pada acara pentas seni tersebut Pentas seni nya meliputi menari, menyanyi, memainkan instrumen alat musik dan berpantomim. Orang tua pebelajar juga tampil sebagai pengisi acara pentas seni tersebut. Acara hari itu tidak hanya dihadiri oleh kalangan internal Sanggar Anak Alam, namun juga dari pihak lain yang mendukung, seperti peliputan oleh media, Sanggar Tari Anak, dan juga sponsor acara. Acara selesai pukul 15.00 dan dilanjutkan dengan bersih-bersih bersama.

Page 236: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

219

CATATAN LAPANGAN #27

Hari, Tanggal : 20/03/2015

Waktu : 09.00 – 12.30

Lokasi : Rumah bu Sri Wahyaningsih di sekitaran lingkungan Sanggar Anak Alam

Kegiatan : wawancara dengan bu Sri Wahyaningsih

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti kembali datang ke Sanggar Anak Alam guna melakukan wawancara kepada Bu Sri Wahyaningsih selaku perintis Sanggar Anak Alam. Peneliti ingin mengetahui bagaimana awal mula terbentuknya Sanggar Anak Alam dan apa yang menjadi cita-cita dari Sanggar Anak Alam. Peneliti datang pada pukul 09.00 dan langsung menemui bu SW.

Dalam wawancara yang dilakukan kepada Bu Sri Wahyaningsih, peneliti menggunakan recorder dan video, karena beliau sendiri sangat terbuka jika ada orang yang bermaksud untuk mewawancarai beliau terkait Sanggar Anak Alam.

Dalam wawancara ini peneliti langsung to the point menanyakan hal-hal esensial seputar Sanggar Anak Alam, seperti apa cita-cita Sanggar Anak Alam, bagaimana posisi Sanggar Anak Alam terhadap pendidikan formal dari pemerintah, bagaimana Sanggar Anak Alam memperlakukan Pebelajar sebagai subjek pebelajar, bagaimana proses pembelajaran Sanggar Anak Alam.

Page 237: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

220

CATATAN LAPANGAN #28

Hari, Tanggal : 23/03/2015

Waktu : 09.00-12.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : Wawancara dengan narasumber Nanda dan Iris

Deskripsi :

Hari ini peneliti kembali datang ke Sanggar Anak Alam guna melakukan wawancara kepada dua pebelajar SALAM. Peneliti datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 09.00. kebetulan sekali pada hari ini Sanggar Anak Alam sedang mengadakan pasaran rutin. Pasaran adalah miniatur dari aktifitas pasar tradisional. Di pasaran tersebut, seluruh elemen SALAM terlibat didalam nya. ada yang berlaku sebagai penjual, pembeli, petugas bank, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. Sanggar Anak Alam juga memiliki mata uang sendiri yang khusus digunakan sebagai alat bertransaksi di pasaran Sanggar Anak Alam. Peneliti menyempatkan diri untuk bergabung di dalam pasaran tersebut. peneliti bertanya beberapa hal kepada pebelajar yang berlaku sebagai penjual. Dari hasil bertanya tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya kegiatan pasaran, pebelajar dapat mengetahui dan mengalami secara langsung cara melakukan nego dan melakukan transaksi. Kegiatan tersebut dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 11.00.

Setelah peneliti mengikuti kegiatan pasaran tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada dua pebelajar SALAM, yaitu Iris dan Nanda. Peneliti bertanya seputar kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SALAM.

Page 238: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

221

CATATAN LAPANGAN #29

Hari, Tanggal : 25/03/2015

Waktu : 08.30-13.00

Lokasi : Ruang belajar kelas 2 SD Sanggar Anak Alam

Kegiatan :

Deskripsi :

Hari ini peneliti kembali datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 08.30. kali ini peneliti mencoba masuk ke kelas 2 untuk melakukan pengamatan. Kelas 2 juga memulai kegiatan pembelajaran dengan mengikuti doa bersama dan pemanasan tubuh di lapangan Sanggar Anak Alam yang dipimpin oleh ketua PKBM. Setelah kira-kira 15 menit, mereka masuk ke kelas masing-masing.

Kelas 2 saat ini sedang melakukan riset tentang energi. Bu Avin bercerita bahwa baru-baru ini mereka (kelas 2) baru saja membuat kompor sendiri untuk mengetahui cara kerja energi. Peneliti juga mengamati anak-anak kelas 2 yang sedang mengukur tinggi tanaman mereka yang sewaktu itu mereka tanam bibitnya di acara wiwitan. Mereka membuktikan bagaimana energi matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman mereka. Peneliti menyempatkan untuk melihat catatan salah satu anak bernama Oi. Ternyata mereka mencatat perkembangan tanaman seperti, tinggi tanaman, banyak daun, berapa tunas yang tumbuh, dari hari ke hari.

Setelah mereka mengukur tanaman milik mereka, bu Avin mengajak anak-anak untuk masuk ke dalam kelas. pukul 09.30 anak-anak masuk ke dalam kelas. Setelah masuk ke dalam kelas, bu AV mulai mengingatkan tentang kesepakatan Sanggar Anak Alam (menjaga diri, menjaga teman, dan menjaga lingkungan) dan kesepakatan kelas. Anak-anak selalu diingatkan tentang kesepakatan-kesepakatan yang ada oleh bu Avin. Setelah pembacaan kesepakatan, bu AV lalu menanyakan “siapa yang dapat jatah untuk membaca cerita pagi ya?”. Cerita pagi adalah cerita dari buku yang sebelumnya dibaca dirumah bersama orang tua sebelum berangkat ke Sanggar Anak Alam. Diketahui dari bu Avin bahwa cerita pagi bermaksud agar orang tua juga ikut membantu anak nya dalam belajar membaca. Sekarang adalah jatah pebelajar Sinta yang melakukan cerita pagi. Dengan terbata-bata Sintamembacakan sebuah cerita kepada teman-teman nya. Waktu yang diperlukan untuk membaca cukup lama, sekitar 15 menit untuk beberapa paragraf. Terdapat beberapa pebelajar yang tidak kondusif, sehingga bu Avin perlu mengingatkan

Page 239: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

222

kembali tentang kesepakatan kelas agar menghargai orang yang sedang berbicara. Akhirnya kawan-kawan Sinta sesama kelas 2 mendengarkan dengan seksama apa yang dibacakan oleh Sinta. Membaca cerita pagi adalah hasil kesepakatan antara fasilitator dan pebelajar. Bu Avin mencoba mengusulkan penggunaan cerita pagi untuk mengawali kegiatan belajar mereka agar lebih termotivasi.

Cerita pagi pun berakhir. Pada pukul 10.00 anak-anak beristirahat karena telah masuk waktu snack time. Setelah snack time berakhir, bu Avin melanjutkandengan belajar bahasa. “teman-teman masih ingat tentang pelajaran bahasa yang kemarin telah kita lakukan?” tanya bu AV kepada anak-anak. “iya bu ingat, belajar tanda baca”, kata anak-anak. Bu Avin mencoba me-recall kembali ingatan mereka tentang pelajaran tanda baca yang pernah mereka lakukan. Hari itu mereka kembali belajar tanda baca dengan menggunakan buku-buku yang mereka sukai. Anak-anak dipersilahkan untuk mencari buku yang mereka sukai di perpustakaan, dan mencari kalimat-kalimat yang memiliki tanda baca. Kegiatan tersebut dimulai pukul 11.00 dan berakhir pukul 12.00, lalu dilanjutkan makan siang dan pulang.

Sebelum bu Avin pulang, peneliti melakukan wawancara dengan bu Avin terkait pembelajaran yang ada di Sanggar Anak Alam. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran di Sanggar Anak Alam bermula dari suatu riset yang disepakati bersama dengan anak-anak. Riset tersebut akan berkembang menjadi cakupan-cakupan belajar yang nanti nya akan dikuasai oleh anak. Ditambahkan oleh bu Avin bahwa dengan menggunakan riset, anak-anak dapat mengerti secara langsung suatu realitas dan dapat melakukan praktek secara langsung, tidak hanya teori-teori saja. Bu Avin juga mengatakan bahwa tugas fasilitator disini adalah mendampingi pebelajar untuk memperoleh pengetahuannya.

Page 240: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

223

CATATAN LAPANGAN #30

Hari, Tanggal : 26/03/2015

Waktu : 08.30-13.00

Lokasi : Ruang belajar kelas 4 SD Sanggar Anak Alam

Kegiatan :mengikuti kegiatan pembelajaran pebelajar kelas 4 dan melakukan wawancara dengan mbak Vian

Deskripsi :

Hari ini peneliti kembali datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 08.30 untuk melakukan pengamatan dan melakukan wawancara. Peneliti datang ke Sanggar Anak Alam pukul 08.30 dan langsung menemui mbak Vian selaku fasilitator kelas 4 Sanggar Anak Alam. Mbak Vian mempersilahkan saya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas 4 terlebih dahulu. Saya pun akhirnya masuk ke kelas 4 untuk mengamati pembelajaran yang mereka lakukan.

Tak jauh beda dari kelas-kelas lain nya, mereka memulai kegiatan dengan berdoa bersama dan melakukan pemanasan kecil di lapangan bersama elemen Sanggar Anak Alam lainnya. Setelah mereka selesai mengikuti doa bersama dan pemanasan kecil, mereka kembali masuk ke kelas masing-masing. Seperti telah diketahui bahwa kelas 4 telah menyelesaikan riset di pabrik tahu. Hari ini cakupan belajar yang direncanakan oleh mbak vian dan pebelajar-pebelajar kelas IV adalah agar anak-anak mengungkapkan ekspresi tentang risetnya di pabrik tahu dengan menggunakan puisi. Didalam target dasar belajar kelas 4 disebutkan bahwa salah satu tujuan belajar adalah mampu mengungkapkan ekspresi dengan puisi. pebelajar-pebelajar kelas 4 membuat puisi berdasarkan data riset mereka di pabrik tahu. Sebelum membuat puisi dari hasil riset, mbak vian mencoba mengingatkan kembali tentang riset yang dulu pernah dilakukan. Mereka kembali membuka catatan riset mereka. Mbak vian yang sebelumnya telah menjelaskan tentang puisi juga meminta para pebelajar untuk mengungkapkan kembali apa yang dimaksud dengan puisi. Beberapa pebelajar tampak tidak bersemangat untuk membuat puisi, namun mbak vian mencoba membangkitkan semangat pebelajar dengan bernyanyi bersama. Mbak Vian juga meminta pebelajar untuk mencari contoh puisi di internet untuk memperkuat pemahaman pebelajar tentang puisi. Review tersebut selesai pukul 10.00 dan dilanjutkan istirahat.

Setelah istirahat selesai, para pebelajar kembali melanjutkan untuk membuat puisi dari hasil risetnya. Mereka membuat puisi dengan diberi waktu 30 menit. Setelah puisi mereka selesai, mbak vian meminta para pebelajar untuk

Page 241: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

224

membaca didepan kelas dan diberi koreksi jika ada yang kesalahan. Mbak vian yang menyuruh pebelajar untuk maju membacakan didepan kelas masih menunjukkan bahwa beberapa fasilitator masih terbawa dengan kebiasaan guru untuk menyuruh pebelajarnya, sehingga hal tersebut yang masih menjadi koreksi bagi tugas seorang fasilitator. Disisi lain, mbak vian sebagai seorang fasilitator telah memberi konfirmasi bahwa terdapat beberapa kesalahan dari puisi yang dibuat oleh para pebelajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran untuk mengkonfirmasi telah dilakukan dengan baik oleh mbak vian. Kegiatan hari itu selesai pada pukul 12.00 dan dilanjutkan makan siang. Setelah makan siang peneliti meminta waktu untuk melakukan wawancara dengan mbak Vian.

Page 242: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

225

CATATAN LAPANGAN #31

Hari, Tanggal : 27/03/2015

Waktu : 08.30-13.00

Lokasi : Ruang belajar kelas I SD Sanggar Anak Alam

Kegiatan : mengikuti kegiatan pembelajaran pebelajar kelas 1 dan melakukan wawancara dengan bu Wiwin

Deskripsi :

Peneliti hari ini kembali datang ke Sanggar Anak Alam pada pukul 08.30.Peneliti peneliti mengikuti kegiatan berdoa bersama dan pemanasan kecil seperti biasa. Lalu kali ini peneliti masuk ke kelas 1 untuk melakukan pengamatan.

Di Kelas I ini dipimpin oleh fasilitator yang bernama bu Wiwin. Bu Wiwin merupakan fasilitator yang telah cukup lama berada di Sanggar Anak Alam. Bu Wiwin mempersilahkan peneliti untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas 1. Saat ini kelas 1 juga sedang mengolah data dari hasil riset mereka. Kebetulan mereka sedang riset tentang tanaman. Hari ini merupakan jadwal mereka untuk belajar berhitung dari hasil riset mereka. Riset mereka tentang tanaman adalah menanam bibit untuk diperhatikan pertumbuhannya. Saat peneliti masuk ke dalam kelas, anak-anak sedang mengukur pertumbuhan tanaman nya dengan penggaris. Setelah anak-anak mengukur, bu Wiwin mengajak mereka untuk melakukan gerak-gerak kecil agar mereka termotivasi. Bu Wiwin mengungkapkan bahwa anak kelas 1 cepat bosan, jadi harus ada pengalih kegiatan jika sudah mulai bosan.

Mereka menulis pertumbuhan nya dari hari ke hari. Bu Wiwin memandu anak-anak untuk mencatat di papan tulis perkembangan tumbuhan mereka selama seminggu terakhir. Bu Wiwin juga memancing anak-anak dengan pertanyaan “kalau hari ini tanaman si A tinggi nya 10 cm, dan seminggu yang lalu tinggi nya 5 cm, berarti tumbuhnya jadi berapa cm ya?”. Dan dari data mereka masing-masing, bu Wiwin selalu memandu anak-anak untuk menghitung. Kegiatan pembelajara kelas 1 dimulai pukul 08.30 dan istirahat pukul 10.00. lalu dilanjutkan kembali pukul 10.30 hingga 12.00 dan dilanjutkan makan siang lalu pulang.

Setelah memasuki jam pulang, peneliti meminta waktu kepada bu Wiwinuntuk melakukan wawancara seputar pembelajaran yang ada di Sanggar Anak Alam.

Page 243: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

226

CATATAN LAPANGAN #32

Hari, Tanggal : 01/04/2015

Waktu : 08.30-13.30

Lokasi : Ruang belajar kelas I SD Sanggar Anak Alam, ruang TA Sanggar Anak Alam.

Kegiatan : menggantikan bu Wiwin sebagai fasilitator kelas I SD Sanggar Anak Alam, mengikuti kegiatan komunitas sugar glider.

Deskripsi :

Pada hari itu peneliti peneliti seperti biasa datan ke Sanggar Anak Alam pukul 08.30. sebelum mulai kegiatan pembelajaran, seperti biasa seluruh anggota sanggar anak alam melakukan doa bersama di halaman Sanggar Anak Alam. Berdoa dipimpin oleh mas Yudhis. Setelah berdoa bersama, para fasilitator kumpul sebentar untuk memberikan informasi-informasi terbaru. Diketahui bahwa kelas I ada saat ini mengalami kekosongan fasilitator karena bu Wiwin sedang mengantarkan anaknya. Diketahui pula bahwa pukul 10.00 Sanggar Anak Alam akan kedatangan tamu dari komunitas pecinta hewan Sugar Glider. Kedatangan tamu tersebut dijelaskan oleh mas Yudhis bahwa diperlukan guna memperkuat isu Sanggar Anak Alam yang diangkat di semester ini, yaitu lingkungan. Sedangkan untuk mengisi kekosongan fasilitator kelas I pada hari ini, peneliti menawarkan diri untuk menjadi fasilitator di kelas I.

Peneliti masuk ke kelas I pada pukul 08.45. ketika fasilitator masuk, anak-anak sudah menyambut peneliti yang datang sebagai fasilitator. Peneliti mengisi kelas dengan melakukan game-game ringan karena waktu hanya singkat hingga jam 10 sebelum komunitas pecinta sugar glider datang. Game-game kecil dilakukan hingga pukul 09.30 lalu dilanjutkan dengan menggambar hingga pukul 10.00.

Pukul 10.00 komunitas pecinta sugar glider akhirnya datang. Ternyata komunitas pecinta hewan sugar glider mengajak serta komunitas pecinta hewan iguana. Seluruh pebelajar Sanggar Anak Alam berkumpul di ruang belajar TA yang cukup luas. Pukul 10.15 komunitas pecinta sugar glider dan komunitas pecinta hewan iguana memberikan penyuluhan seputar hewan-hewan tersebut, seperti asal hewan, cara merawat, dsb. Penyuluhan tersebut berakhir pukul 10.45. setelah penyuluhan selesai, mereka mempersilahkan anak-anak untuk memegang hewan-hewan tersebut dan memberikan makan. Anak-anak terlihat antusias pada

Page 244: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

227

kegiatan tersebut. mereka saling berebut untuk memegang dan memberi makan. Anak-anak juga menanyakan hal-hal yang tidak ia mengerti tentang hewan-hewan tersebut. Dari situ terjadi diskusi kecil antara anak dengan pemilik hewan. Aktifitas tersebut selesai pukul 11.30 dan dilanjutkan makan siang lalu pulang.

Page 245: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

228

CATATAN LAPANGAN #33

Hari, Tanggal : 01/04/2015

Waktu : 08.30-13.30

Lokasi : Ruang belajar kelas III Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Kegiatan : pengamatan di kelas III Sanggar Anak Alam

Pada hari ini peneliti merencanakan untuk melakukan pengamatan di kelas III Sanggar Anak Alam Yogyakarta. Seperti biasa peneliti datang pada pukul 08.30 dan mengikuti kegiatan doa bersama. Lalu peneliti masuk ke kelas III.

Hari ini kelas III telah selesai melakukan riset dan sedang melakukan pengolahan data. Data tersebut diolah dan dibawa ke dalam perhitungan perkalian. Pertama kali bu Erna memulai kegiatan pembelajaran dengan mengulas kembali riset yang pernah dilakukan. Riset yang pernah dilakukan adalah riset tentang batu bata dan telur asin. Bu Erna langsung mempersilahkan para pebelajar untuk membuka data tentang jumlah telur asin yang masing-masing para pebelajar buat. Dari jumlah tersebut, lalu bu Erna membawanya ke tujuan belajar perkalian. Hingga pukul 10.00 mereka lalu beristirahat.

Pukul 10.30 mereka melanjutkan kembali tentang perkalian. Kali ini bu Erna meminta pebelajar untuk menyelesaikan soal-soal perkalian yang telah dibuat di papan tulis. Para pebelajar pun melanjutkan dengan mengerjakan soal. Setelah mengerjakan soal, bu Erna lalu membahas jawabannya bersama para pebelajar. Waktu telah menunjukkan pukul 12.00 lalu piket memgambil makan siang dan para pebelajar pun makan bersama. Setelah pulang pada pukul 13.00, peneliti melakukan wawancara dengan bu Erna seputar proses pembelajaran yang dilakukan bersama para pebelajar.

Page 246: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

229

CATATAN LAPANGAN #34

Hari, Tanggal : 08/06/2015

Waktu : 08.30-13.30

Lokasi : Sanggar Anak Alam

Kegiatan : melihat kegiatan evaluasi

Deskripsi :

Peneliti datang ke Sanggar Anak Alam setelah sekian lama tidak datang. Peneliti sengaja datang di akhir semester karena ingin melihat evaluasi yang dilakukan Sanggar Anak Alam. sebelumnya peneliti telah mengetahui dari wawancara yang dilakukan terhadap bu Sri Wahyaningsih bahwa evaluasi pembelajaran di Sanggar Anak Alam tidak kaku dan tergantung kesepakatan bersama.

Pada hari itu peneliti kelas 4 yang sedang melakukan evaluasi dengan membuat kliping yang berisi kegiatan selama satu semester. Para pebelajar kelas 4 mengumpulkan menempel foto-foto mereka pada saat riset dan memberinya keterangan. Hal yang sama juga dilakukan jenjang SMP yang membuat mading yang berisi kegiatan mereka selama satu semester, ada juga yang berisi tentang informasi-informasi yang berkaitan dengan minat mereka. Misalnya di salah satu kolom mading terdapat cara menjahit menggunakan kain perca. Diketahui bahwa menjahit adalah minat dari Vena salah satu pebelajar SMP. Jenjang kelas 3 telah membuat mading mengenai langkah-langkah membuat telur asin dan batu bata. Diketahui pula bahwa kelas 3 telah melakukan praktek membuat telur asin. Hasil penilaian berupa rapot diserahkan ke orang tua pada tanggal 20 Juni 2015.

Page 247: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

230

Lampiran 5. Catatan Wawancara

Responden : Mas Yudhis

Kedudukan : Kepala Sekolah Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin : Pria

Hari/Tanggal : Jumat, 13 Maret 2015

Waktu : 11.00

Lokasi : Ruang administrasi Sanggar Anak Alam

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Apa perbedaan Sanggar Anak

Alam dengan sekolah-sekolah formal?

Sanggar Anak Alam berangkat dari mengkritisi pendidikan formal yang ada, semestinya pendidikan itu belajar hal-hal yang mendasar dari kehidupan, semestinya sekolah dekat dengan kehidupan, sedangkan sekolah formal yang ada itu mengedepankan sisi kognitif dan tidak mengakar pada kehidupan masyarakat, seperti lembaga yang berdiri sendiri. tapi sebenarnya kami tidak ingin membeda-bedakan juga.

2. Apakah di Sanggar Anak Alamterdapat jenjang-jenjang seperti dalam sekolah formal juga? Apa yang membedakan?

Anak-anak belajar sesuai dengan tahap perkembangan, kami membagi hampir sama dengan sekolah formal. Ada KB, TA, SD 1-6, dan SMP.Seperti yang telah dijelaskan tadi, dilihat dari prinsipnya, kami ingin belajar dari yang mendasar, dari kehidupan, belajar itu sederhana, orang memproduksi pengetahuan dari apa yang ia alami, dari situ muncul teks, sedangkan formal muncul dari teks dulu. Kalau kita berangkat dari konteks baru menuju teks.

3. Siapa saja yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran Sanggar Anak Alam?

Yang jelas siapapun yang belajar disini, baik anak, orang tua, fasilitator, penyelenggara sekolah, maupun masyarakat. nah ini juga yang membedakan, sekolah pada umum nya adalah indikator yang ingin menjadikan pebelajar yang bla bla bla, kalau kita ingin membangun sebuah komunitas belajar yang melibatkan semua pihak. Itu yang menjadi perhatian kami.

4. Posisi Sanggar Anak Alamdengan aturan-aturan pemerintah itu bagaimana?

Yang jelas kalau berbicara pendidikan adalah hak dari warga negara, dan negara memiliki kewajiban untuk memberikan itu ke anak-anak. Salam sebagai warga negara juga mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan yang sesuai dengan esensi dari pendidikan itu sendiri. sebenarnya kalau ngomong aturan itu sudah ada di Undang-undang dasar tentang itu. Cuma kemudian yang menjadi multi tafsir itu turunan dari UUD kemudia pemangku kebijakan memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Lalu dari UUD menjadi teknik yang menyebabkan berbeda dari esensi. Misalnya di dinas ada yang namanya standarisasi, itu semestinya menjadi alat untuk memperkuat yang prinsipil, sementara standarisasi itu bisa menjadi penghambat. Kami berjalan juga mengkaitkan dengan Dinas Pendidikan terutama non formal karena lebih luwes dalam beberapa hal, seperti administrasi dan standarisasi.

5. Secara administrasi berarti diakui oleh pemerintah?

Kita di pemerintah masuk di dinas pendidikan non formal, dengan izin operasional berupa PKBM/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

6. Adakah kendala-kendala yang menghambat pengelolaan

Kalau bicara hambatan, sebenarnya hambatan itu tergantung bagaimana kita menyikapi, jika dianggap hambatan maka akan

Page 248: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

231

SALAM? menjadi hambatan, jika hal yang harus disikapi maka perlu strategi untuk menyelesaikan. Tergantung bagaimana kita mensiasati. Misalnya terkait dengan fasilitator, ketika membutuhkan 6 fasilitator ternyata hanya ada 2, bagaimana kita mensiasati nya.

7. Apakah perbedaan fasilitator SALAM dengan Sekolah formal?

Kalau bicara beda sebenarnya tidak ingin membedakan, namun prinsipnya tugas fasilitator disini adalah memfasilitasi, akrena yang kita upayakan adalah anak bisa menemukan sendiri. kecenderungan guru di sekolah formal adalah memberitahu, sehingga proses nya adalah transfer ilmu, sementara kita tidak mentrasfer ilmu tapi bagaimana kita memfasilitasi agar anak dapat menemukan ilmu nya sendiri, oke kita sudah tau, tapi jangan kita kemudian memberitahu. Fasilitator tidak mengajar tetapi memfasilitasi, misal nya kita mengajak atau menggerakkan anak untuk bertanya-tanya agar anak mencari tau.

8. Adakah kualifikasi khusus jika ingin menjadi fasilitator?

Yang penting, orang itu mau belajar, kalau kita mau belajar maka akan mudah ketika menemani anak-anak mencari tau, lalu yang kedua dia harus punya keasikan dengan anak-anak, seperti berkomunikasi, pendekatan untuk menjadi teman bisa mudah jika punya keasikan, lalu yang ketiga dia punya keterbukaan untuk kerja tim, baik dengan anak-anak, orang tua, maupun fasilitator yang lain, yang keempat adalah komitmen waktu.

9. Adakah pelatihan-pelatihan khusus untuk menjadi fasilitator?

Kita tidak memakai model yang konvensional, tetapi ya sama, fasilitator itu seperti anak-anak agar dapat menemukan agar bisa menguasai begitu. Kita punya ruang belajar, ketika kita bersama dengan anak-anak dan kumpul setiap jumat untuk sharing dengan sesama fasilitator, nah disitu ruang belajarnya. Bisa juga diskusi intensif dengan koordinator unit.

10. Untuk jumlah pebelajar di Sanggar Anak Alam sendiri ada berapa ?

Sekitar 140 orang.

11. Apa sebenarnya motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di Sanggar Anak Alam?

Motivasi nya beragam, yang jelas mereka kesini karena mencari sekolah yang bisa memberi ruang anak nya untuk ber eskplorasi, ada juga yang kesini karena anak nya mendapatkan penolakan dimana-mana.

12. Bagaimanakah proses pembelajaran yang dilakukan Sanggar Anak Alam secara umum?

Pembelajaran yang dilakukan di SALAM itu prinsipnya anak menemukan sendiri,artinya ia mengalami proses belajar, jika di struktur kan maka akan seperti sebuah daur. Dari dia mengalami, melakukan sesuatu, mengungkap data informasi yang diperlukan lalu data itu diolah, distrukturkan, di sistemasikan sehingga ia memahami alur dan kerangka nya, lalu bisa menyimpulkan. Jika sudah menyimpulkan dapat diterapkan ke hal-hal yang lain. Daur itu ada daur kecil dan besar. Misalnya daur kecil itu sebagai contoh anak dalam proses harian sedang bermain, tiba-tiba ia menangis. Kita harus cari data kenapa dia menangis, misal nya kesenggol teman lalu jatuh, apakah sengaja atau tidak, lalu informasi tersebut dikumpulkan dan maka anak akan tau penyebabnya.

13. Secara lingkup yang lebih luas/besar, daur belajar itu seperti apa?

Daur belajar diterapkan di kelas dan memang di fasilitasi oleh anak sendiri secara langsung. Sebenarnya daur itu tidak terpisah, namun kita tidak perhatikan. Misal nya di dalam kelas memiliki capaian tertentu, untuk sampai kesana dia melakukan riset, dan riset itu yang disebut pengalaman. Pengalaman menjadi daur ketika kemudian data-data nya diungkap, dan data-data yang diungkap itu diolah sampai pada dia punya kesimpulan.

14. Sedangkan slogan-slogan SALAM “mendengar saya lupa,

Kan kalau dilihat itu yang paling pokok itu “menemukan sendiri saya kuasai”, nah itu yang saya ceritakan tadi, bahwa anak mengalami

Page 249: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

232

melihat saya ingat, melakukan saya paham dan menemukan sendiri saya kuasai” dan daur belajar itu implementasi nya seperti apa?

sebuah peristiwa, dan jika peristiwa itu dibongkar dan di strukturkan akan menjadi daur belajar. jadi daur belajar dan peristiwa itu tidak terpisah.

15. Berarti bisa disebut Sanggar Anak Alam belajar nya berbasis pada pengalaman?

Iya..

16. Apakah dengan belajar dari pengalaman ini tampak sesuatu yang berbeda dari anak-anak?

Jika anak-anak memutuskan sesuatu pasti berdasarkan data, artinya ketika misalnya anak akan membeli sesuatu, pasti dia akan mengecek dulu makanan ini sehat atau tidak. Namun kita tidak bisa memukul rata pada setiap anak mampu seperti itu, karena untuk sampai disitu, kecepatan anak berbeda-beda.

17. Untuk metode-metode pembelajaran yang digunakan SALAM sebenarnya ada pakem nya tidak ?

Kalau kita bicara daur belajar itu proses sebenarnya didalamnya ada proses pengalaman, pengalaman itu misalnya pengalaman sendiri, masing-masing anak memiliki sendiri walaupun dilakukan secara bersama-sama. Anak-anak juga punya data masing-masing, data itu kemudian di compare dengan data teman-teman lain.akhirnya menjadi data bersama, data milik kelas. nah data milik kelas akan ditarik lagi ke sendiri-sendiri. nah lalu dari situ diolah, lalu sampai pada kesimpulan, itu ada kesimpulan umum/bersama dan ada kesimpulan masing-masing.

18. Jadi metode nya lebih pada pengalaman dengan menggunakan pencarian dan pengolahan data?

Iya, sehingga, dia menjadi tau, karena dia memproses data yang dimiliki. Oh ada yang seperti ini, seperti ini, dan seperti ini. Lalu mereka melihat pola dan sampai kesimpulan.

19. Untuk Sanggar Anak Alam apakah mengacu pada kurikulum pemerintah?

Kita sebenarnya membuat kurikulum sendiri tetapi kita tetap memperhatikan kurikulum yang dibuat dinas. Misalnya ada cakupan belajar jika kita menyebutnya, nah itu seperti yang ada pada SKKD pada KTSP. Tetapi yang membedakan nya, KTSP berdiri sendiri-sendiri, sementara kita menjadi satu kesatuan. Kita meletakkannya pada fungsi-fungsi yang berbeda. Fungsi yang paling penting disini adalah fungsi pada pendokumentasian pengetahuan. Yang bisa kita pakai dalam pendokumentasian pengetahuan adalah teks/simbol, kita bisa pakai dengan bahasa/matematika. Maka itu ditempatkan pada posisi yang dimunculkan. Fungsi untuk menulis/teks/pendokumentasian. Teks tersebut berasal dar peristiwa/konteks. Kalau konteks di mata pelajaran itu bisa mengambil dari IPA/IPS, seperti alam,kemanusiaan, atau sosial. Kalau di SALAM, itu menjadi media riset nya. lalu yang menilai-nilai itu ada di sikap ketika ia berinteraksi dengan pekerjaan, teman, lingkungan. Nilai-nilai muncul disitu. Lalu kaitannya dengan muatan sosial/budaya, seni itu ada di proses. Ketika dia menulis, menuangkan gagasan, berkomunikasi dsb, yang kesemuanya melibatkan rasa.

20. Lalu, Apakah fungsi/peran fasilitator dalam proses pembelajaran di SALAM? Jika dilihat dari pernyataan sebelum-sebelumnya, berarti metode yang digunakan antara fasilitator dan pebelajar bukan metode satu arah dan lebih condong ke diskusi?

Sebenarnya yang punya peran penting itu individu-individu anak sendiri. mereka yang akan menjadi penemu-penemu. Jika anak tidak punya data maka tidak bisa berdiskusi. Maka dalam model ini, anak harus punya data dulu. Jika tidak punya, dia hanya akan dapat cerita.

21. Adakah hal-hal yang perlu disikapi dari perbedaan antara

Yang penting bagaimana kita punya kesepakatan dengan orang tua, diskusi diawal dengan orang tua menjadi penting, dengan memberitahu

Page 250: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

233

SALAM dan sekolah formal, contohnya dari lingkungan sekitar yang memandang pakem sekolah itu adalah sekolah formal, sedangkan SALAM tidak sesuai dengan pakem sekolah pada umum nya?

prinsip-prinsip belajar yang ada di Sanggar Anak Alam. Jika sepakat maka terus, jiak tidak maka mundur, mesti tegas di awal.

22. Adakan aturan-aturan khusus yang dimiliki Sanggar Anak Alam?

Kita tidak membuat aturan, yang kita bangun adalah kesepakatan. Kesepakatan yang muncul dari pengalaman. Ketika hanya satu orang, maka keputusan ada pada diri sendiri, jika ada/melibatkan orang lain maka ada harus ada kesepakatan-kesepakatan karena disitu ada dua kepentingan karena itu lebih dari satu kepentingan agar semua terfasilitasi.

23. Peneliti juga pernah dengar tentang forum orang tua SALAM pada hari jumat, apa saja yang dibahas?

Forum orang tua pada prinsip nya adalah forum belajar atau forum yang membicarakan tentang proses pembelajaran yang ada di kelas. forum kecil adalah forum kelas, itu untuk membicarakan bagaimana mendukung proses-proses pembelajaran di kelas, sedangkan forum besar untuk memfasilitasi yang lebih besar.

24. Peneliti juga pernah mendengar bahwa SALAM sengaja memilih posisi bangunan dekat dengan sawah agar bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitar khususnya masyarakat tani, apakah benar begitu dan apa maksud yang sebenarnya dari hal itu?

Pertama, SALAM memang berada disini karena bu Sri Wahyaningsihsebagai pendiri itu tinggal disini. Kedua, kita memanfaatkan apa yang ada. Lalu kembali pada prinsip tadi, kita ingin belajar dari kehidupan, kehidupan bermasyarakat. Masyarakat itu hidup berdampingan, maka kita tidak merubah apapun yang ada disini, kita memanfaatkan yang ada untuk belajar.

25. Tujuan Sanggar Anak Alam itu sebenarnya apa?

Tujuan utama nya adalah memberikan ruang bagi anak atau pendidikan dasar untuk berada pada esensi, mengembalikan esensi pendidikan dasar, itu yang ingin kita upayakan. Esensi nya pendidikan dasar berarti hal-hal yang mendasar yang kita pelajari, kemanusiaan, kehidupan manusia sendiri, maka itu perlu mendapat perhatian, maka ada 4 perspektif yang kami giatkan yaitu pangan, kesehatan, lingkungan dan sosial budaya. Belajar nya alamiah seperti yang ada dalam daur belajar itu.

26. Berarti harapannya anak-anak juga bisa melek terhadap realitas kehidupan?

Iya, ketika dia punya kesadaran dan kekritisan maka ia dapat mengetahui apa yang harus dia lakukan, sebagai diri, sebagai warga komunitas, dan sebagai warga negara.

Page 251: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

234

Responden : Mas Timo

Kedudukan : Fasilitator Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin : Pria

Hari/Tanggal : Jumat, 13 Maret 2015

Waktu : 13.00

Lokasi : Ruang Belajar SMP Sanggar Anak Alam

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Sejak kapan menjadi fasilitator

Sanggar Anak Alam?Bergabung di Salam ikut workshop nya desember 2013, sekitar 1 tahun 3 bulan sudah.

2. Apakah ada motivasi khusus untuk menjadi fasilitator Sanggar Anak Alam?

Kebetulan saya sudah sarjana, waktu itu tertarik dengan SALAM karena metode belajar yang unik dan suasana disini, ingin ikut belajar saja, karena membuka kesempatan untuk itu

3. Tadi mas katakan bahwa ada metode belajar yang unik di Sanggar Anak Alam? Itu seperti apa ya?

Jadi untuk belajar disini kita melakukan sesuatu dulu, biasa nya kita namakan riset, misalnya kita menanam cabe atau naik bis dulu, setelah itu baru kita belajar dari apa yang telah kita lakukan tersebut, jadi melakukan dulu baru belajar di kelas.

4. Apakah sebelumnya pernah belajar atau tau tentang metode pembelajaran, kurikulum , dsb, yang berkaitan dengan pembelajaran?

Saya tidak tau, saya lulusan psikologi, sebenarnya pernah ada mata kuliah psikologi pendidikan, tapi saya tidak tertarik, namun setelah di SALAM saya menjadi tertarik, walaupun tidak tau istilah-istilah pendidikan seperti pedagogi, dsb.

5. Apakah tugas-tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam?

Ini yang unik , daripada sekolah yang saya ketahui. Kalau disini kan guru disebut fasilitator. Sesuai istilah tersebut, jadi kita disini hanya menfasilitasi anak-anak, kita hanya mendapingi dan membuat kondisi dimana anak bisa belajar bisa. Istilah nya seperti memancing, kita hanya menyediakan pancing lalu mengajak ke sungai, nah bagaimana memancing nya itu anak sendiri yang melakukan kita hanya mendampingi, anak yang belajar sendiri. jika seperti itu.

6. Secara spesifik perbedaan guru dan fasilitator?

Secara spesifik di pendampingan. Kalau di guru umum nya, guru lebih sering menyampaikan materi, terus kita ikuti, lalu ada pertanyaan kita tanyakan lalu guru menjawab. Kalau disini fasilitator hampir sama, hanya proses nya berbeda, di awalnya kita melakukan dahulu kalau ada anak yang ingin bertanya baru kita jawab. Bukan kita menjelaskan dahulu, anak-anak melakukan dulu baru bertanya jika ada pertanyaan.

7. Selama ini apakah sudah menjalankan tugas fasilitator secara baik?

Secara bersama-sama, di setiap mulai semester sebelumnya ada workshop jadi kita menyiapkan rencana belajar semacam silabus, di silabus kan ada materi-materi yang akan diajarkan. Tapi rencana belajar yang kami buat tidak sedetail silabus, rencana yang kami lakukan biasanya memilih tema riset, baru menyusun apa yang bisa dipelajari dari tema riset. Misal transportasi, yang bisa dipelajari misal profesi pak supir, atau biologi tentang kuda, tentang kehidupan sosial atau pengetahuan sosial kita belajar tentang fungsi transportasi sebagai alat transportasi zaman dulu, sekarang, dan kedepan nya. tentu saja kami juga mengacu pada kurikulum nasional,

Page 252: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

235

hanya kami mengambil indikator-indikator yang berkaitan dengan tema saja, yang penting dengan kehidupan anak-anak. Setelah rencana itu, kami juga melakukan evaluasi berdasarkan hasil pekerjaan-pekerjaan anak, mana yang sudah berhasil dilakukan dan mana yang belum, selama ini sih kami rasa sudah bisa melakukan tugas dengan baik.

8. Berarti untuk indikator mengambil dari kurikulum nasional namun proses nya disesuaikan dengan cara Sanggar Anak Alam?

Iya begitu.

9. Apakah anda memandang pebelajaryang belajar di Sanggar Anak Alam bersama anda adalah objek yang harus diberi materi agar menjadi pintar ? bagaimana anda memandang pebelajar?

Kalau anak-anak dalam proses pembelajaran, saya mencari istilah namun tidak ketemu mas, tapi bisa dibilang teman belajar. jadi, anak–anak itu sebagai teman belajar, mereka belajar sesuatu juga kita untuk belajar sesuatu juga mas. tentang bagaimana biar mereka motivasi belajar nya ada, kita bagaimana membantu mereka menciptakan kondisi belajar yang mereka sukai dan antusias. Jadi anak-anak ini sebagai subjek, jadi kita memanusiakan dia. selama ini pengalaman saya dari SD-SMA itu merasa belajar itu nggak ada gregetnya, dan belajar hanya saat ujian saja, karena tidak menantang dan tidak perlu. Kalau disini dengan memperlakukan anak-anak sebagai teman belajar, menganggap mereka bisa belajar sendiri, nah itu mereka akan belajar akhirnya akan menjadi sesuatu yang mereka butuhkan dan menyenangkan, dan bukan membosankan dan tidak penting.

10. Selama menjadi fasilitator pembelajaran seperti apa yang pernah dilakukan? Contoh riset mungkin?

Dulu kami pernah melakukan, setau saya dulu riset profesi yang ada di Indonesia. Tapi sekitar sini mas, tidak perlu jauh-jauh, di lingkungan sekitar sini saja sudah cukup, anak-anak mewawancarai ada yang profesi nya sebagai pekerja salon, penjual angkringan, petani, pokoknya di sekitar lingkungan sini. Selain itu juga dulu kita belajar transportasi, dulu sepeda, belajar sampai dulu kita merakit sepeda, lalu transportasi kereta api, dan terakhir kemarin andong.

11. Apa saja metode-metode yang digunakan di SALAM? Tadi kan disebutkan bahwa anak tidak diberi materi? Lalu seperti apa?

Lebih banyak memang diskusi akhirnya, juga memberikan tugas-tugas, tapi tugas-tugas tidak seperti yang ada di sekolah-sekolah, namun justru disini tugas kadang-kadang menjadi awal mula kita membuat sesuatu, menjawab tugas-tugas tersebut dari berbagai referensi, setelah dikerjakan lalu kita bahas bersama-sama.

12. Implementasi daur belajar dengan pebelajar seperti apa ?

Daur belajar itu kan dari lakukan, lalu analisis, dan seterusnya, saya agak lupa. Implementasi nya kami lakukan. Kami lakukan dengan misalnya tadi profesi, kami melakukan wawancara dengan petani, mbak salon, penjual soto. Kita wawancara dulu, lalu kita dapat data, olah data, lalu kita analisis, lalu dibuat kategorisasi profesi itu ada apa saja. Kurang lebih seperti itu.

13. Apa kendala menjadi fasilitator? Kalau boleh jujur, lebih pada semangat. Menjaga semangat untuk datang kesini, menunjukkan semangat ke anak-anak agar semangat belajar, kadang-kadang kan situasi di sekolah kan tidak semangat. Jadi kalau fasilitator nggak semangat, maka itu jadi dampak. Nah itu menjadi tantangan. Menjaga semangat itu kadang kurang konsisten saya lakukan, kadang semangat kadang tidak. Begitu.

Page 253: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

236

Responden : Ibu Sri Wahyaningsih

Kedudukan : Pendiri Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin : Wanita

Hari/Tanggal : Jumat, 20 Maret 2015

Waktu : 10.00

Lokasi : Teras Rumah Bu SW

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Lembaga apakah sesungguhnya

Sanggar Anak Alam?Kalau kami sebetulnya komunitas yang menitiberatkan pada pendidikan.

2. Kapankah Sanggar Anak Alam memulai aktifitas pembelajaran?

Kami memulai sejak tahun 1983, dulu di Lawen Banjarnegara, di Yogyakarta tahun 2000.

3. Hal-hal apa yang mendasari terbentuknya Sanggar Anak Alam?

Sebetulnya sangat panjang, jadi kami melihat ada kesenjangan dan ada juga masalah-masalah terkait dengan anak-anak. Awalnya di lawen banyak anak putus sekolah dan pernikahan dini, kemudian kami merasa perlu dan terpanggil apa yang dapat saya lakukan dari situasi itu, dari pernikahan usia dini akan menimbulkan rantai anak momong anak, dan akan menjadi masalah besar karena secara psikis mereka belum siap, dan ini akan menjadi rantai yang tidak terputus. Nah bagaimana memutus mata rantai tersebut agar menjadi perbaikan.

4. Berarti Sanggar Anak Alam bermula dari adanya kesenjangan sosial di masyarakat?

Iya, dan juga sebelum ke lawen saya tahun 1983 bergabung dengan Romo Mangunwijaya di lembah code, dan itu juga banyak menghadapi gelandangan-gelandangan, pengemis, dan banyak masalah sosial yang banyak di kota, dan ternyata orang tersebut banyak dari desa. Dulu transmigrasi lalu gagal, mau pulang ke desa mereka sudah tidak punya akses, dan terdampar di kota jadi gelandangan. Sehingga saya terpanggil kalau hanya melayani mereka itu ibarat mengobati luka tidak dari akar nya, sehingga saya terpanggil untuk pulang ke desa, dan ternyata demikian yang ada di desa bahwa banyak anak putus sekolah dan pernikahan dini.

5. Siapa sajakah yang terlibat dalam pembelajaran yang ada di Sanggar Anak Alam?

Kalau disini yang belajar tidak hanya anak, karena ini komunitas, maka yang harus belajar juga fasilitator, orang tua dan masyarakat. jadi kita menjadi satu kesatuan, menciptakan ruang belajar bagi siapapun.

6. Posisi Salam terkait dengan aturan pemerintah?

Kalau kami tidak masalah, ada tiga pilar pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebenarnya kami ingin menjalankan itu, nah kalau perkembangan sekarang, sekolah menjadi institusi tersendiri yang mengurangi keterlibatan orang tua dan masyarakat, itu menurut saya justru kekeliruan besar. Karena pendidikan harus berlangsung di dalamnya, kalau bermasyarakat manusia adalah makhluk sosial, jadi tidak mungkin sendiri. kelaurga harus menjadi proses pembelajaran yang utama dan pertama, itu yang harus dilakukan.

7. Apakah sebenarnya peran fasilitator di Sanggar Anak Alam?

Sebenarnya kami memakai nama fasilitator itu juga bukan tanpa alasan, kami sangat banyak alasan, karena kami percaya bahwa anak adalah maha guru bagi dirinya, sehingga yang

Page 254: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

237

dibutuhkan adalah fasilitator itu tadi, pendamping , jadi bagaimana kita mendampingi, juga sama seperti yang Ki Hajar Dewantara katakan bahwa Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangunkarso, Ing Ngarso sung Tuladha. Itu sebenarnya pembelajaran yang aktif. Jadi kita sejajar dengan anak-anak. Pada dasarnya anak adalah maha guru, kita harus memberi keleluasaan supaya mereka mampu menemukan ilmu pengetahuannya sendiri, kita mem back up, nah itu makanya kita katakan fasilitator atau pamong jadi bukan guru, kalau guru kan cenderung menggurui. Kata fasilitator itu lebih setara dengan anak-anak.

8. Apakah perbedaan antara fasilitator Sanggar Anak Alam dengan Guru sekolah formal? Apakah metode yang digunakan atau hal yang lain?

Tidak hanya sekedar metode, ini adalah paradigma. Kalau metode bermacam-macam, kalau ini adalah yang mendasari yaitu pola pikir seperti itu, kita benar-benar mendudukan anak sebagai subjek, belajar itu produktif harus menghasilkan ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar transfer, kalau guru lebih tau dulu lalu mentransfer ilmu nya kepada anak-anak. Ini perbedaan yang mendasar. Jadi bagaimana kita menghantar anak, mendapimngi anak agar anak mampu menemukan ilmu pengetahuannya sendiri, ia menjadi subjek yang aktif, dia menjadi pembelajar, sama fasiliatator juga harus menjadi pembelajar. Sesungguhnya mengajar itu orang yang tidak bisa belajar tidak mungkin bisa mengajar.

9. Ada berapa Jumlah pebelajarSanggar Anak Alam saat ini/

Kalau pertahun nya kurang lebih 140. Rata-rata setiap tahun nya 140.

10. Adakah Jenjang-jenjang di Sanggar Anak Alam?

Mulai dari TA, KB, SD, SMP. Sekalipun kita tidak terlalu ketat dalam hal itu. ada juga anak Autis disini, kalau secara akademis kan mereka tidak bisa ikut kelas, tapi ini angkatan saja agar mereka punya teman yang sama, karena bagaimanapun anak-anak seperti itu perlu pengakuan dan dihargai, jadi mereka tetap naik kelas.

11. Berarti juga anak-anak akan naik kelas setiap tahun nya?

Memang kita tidak mengenal tinggal kelas, namun kita mendampingi, jadi kalau mereka ada yang belum mampu dari target yang ditentukan, misalnya pada target kelas 1,2,3 yaitu calistung, kemudian kelas 4 keatas yaitu mengaplikasian calistung untuk mempelajari sesuatu yang lebih luas lagi.

12. Dengan format yang berbeda dari sekolah formal, adakah alasan khusus orang tua pebelajar menitipkan anak nya untuk belajar di Sanggar Anak Alam?

Ada, jadi yang disini kan yang di tes orang tua nya, anak-anak tidak kami permasalahkan, orang tua yang harus diyakinkan, agar tidak terjadi bahwa Salam bohong, karena tidak seperti sekolah lain. Ini di depan harus clear agar orang tua paham tentang proses pembelajaran di SALAM, orang tua juga harus terlibat, keterlibatan sejauh apa, bagaimana, dan agar sinergi antara sekolah dengan rumah. dan orang-orang yang sudah memantapkan diri, itu adalah orang yang siap untuk bersama-sama. Karena menurut saya, pendidikan adalah gerakan. Bukan hanya output akademis, namun juga proses hidup, yang berkaitan dengan kehidupan nyata, kita bersama memperjuangkan agar anak Indonesia punya karakter Indonesia dan karakter kuat. Dan ini bukan hanya tugas sekolah saja, namun juga tugas orang tua dan keluarga.

13. Bagaimanakah proses pembelajaran Sanggar Anak Alam secara umum? Apakah sama dengan sekolah formal yang mengikuti kurikulum atau

Kurikulum sebanarnya kan pedoman, output atau capaiannya mau apa, pedoman mestinya mengarahkan kita mau kemana. Sudah saya katakan tadi, untuk kelas 1 2 3 bagaimana menghantarkan anak agar bisa calistung. Kemudian membaca apa, menulis apa, nah itu yang harus dibicarakan bersama. Nah

Page 255: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

238

seperti apa? kita punya cakupan-cakupan belajar, misal untuk kelas 1 menguasai berapa suku kata, dsb. nah capaian-capaian ini yang telah kita sepakati di awal, kita mengambil dari kurikulum nasional lebih pada cakupan. Nah isi atau proses nya kita sesuaikan karena disini adalah belajar melalui pengalaman. Semua harus melalui riset, harus mengalami sendiri. jadi bukan buku paket, tapi dari alam semesta ini. Dari peristiwa yang dihadapi setiap hari, melalui penelitian atau riset kecil-kecilan. Bagaimana mereka tau tentang simbol-simbol seperti angka dengan menggunakan benda yang ada di sekitarnya. Kemudian huruf juga berawal dari bunyi, mereka mulai mengenal bunyi-bunyian, mendengarkan, nah bagaimana mengoptimalkan panca indera/tubuh, sebagai alat untuk mencari data. Nah dari data lalu diolah, dianalisa, direfleksikan, dan sampai pada kesimpulan. Nah seperti itu, tubuh dan panca indera ya sesuai dengan tingkat usia nya, tentu berbeda antara KB dan SMP, namun apa yang ada di diri kita ini perlu kita optimalkan.

14. Di Sanggar Anak Alam juga memiliki daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pembelajaran, seperti apa implementasi dari daur belajar tersebut?

Nah itu tadi memang daur belajar. mulai dari merencanakan, melakukan, menganalisa, mengambil kesimpulan, nah jadi kita belajar yang terstruktur sebetulnya. Jadi tidak kemudian sudah menentukan materi, menentukan tema, namun bagaimana anak menemukan tadi kan harus ada strukturnya, jadi menggunakan struktur itu, sebenarnya untuk belajar orang dewasa, namun ternyata anak lebih mudah dengan model seperti itu.

15. Slogan mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan sendiri saya pahami, menemukan sendiri saya kuasai., itu apa yang dimaksud?

Itu tadi, mereka diberi kesempatan, kalau misal mendengar kan itu sekedar diceritain tadi, kalau melihat itu anak hanya melihat gambar-gambar, tapi disini justru mereka melakukan sendiri. mulai dari perencanaan, riset akan apa, melakukan dan sampai mereka menemukan. Jadi itu mereka lakukan, tidak hanya slogan, nah anak-anak beraktifitas yang riil dan juga fasilitator juga harus mengamati dan bersama-sama dalam riset, baik pebelajar maupun fasilitator. Supaya bisa kroscek apakah yang ditemukan anak-anak itu benar nggak. Misal nya kemarin anak kelas 1, mereka kan belum bisa menulis lancar, kebetulan kemarin kan riset nya pasar ikan, mereka bisa bertanya atau mengingat, namun kan daya ingat terbatas, harus dicatat, dan mereka kan mencatat masih ada salah, nah kalaun fasil tidak menyertai nya dari mana bisa membetulkan jika ada yang keliru, sehingga harus dilakukan bersama. Kemudian nanti di kroscek apa yang ditemukan fasilitator dan anak lalu timbul diskusi. Nah itu lalu fungsi nya analisa tadi. Nah itulah fungsi nya belajar tidak hanya sendiri, namun bersama dengan teman-teman nya, dengan fasilitator itu bisa terjadi.

16. Dengan perbedaan pembelajaran yang ada pada Sanggar Anak Alam, Selama ini adakah kendala-kendala yang dirasakan? Misalnya hubungan antara fasilitator dan anak atau kendala yang lainnya?

Ya banyak, dulu fasilitator kan mendapatkan pelajaran bukan seperti yang ada disini, jadi keinginan untuk mengajar itu kuat. Dan ada rasa tidak percaya terhadap anak-anak untuk belajar, inti nya kepercayaan fasilitator terhadap anak-anak. Itu kadang-kadang ragu-ragu. Saya menyadari bahwa fasilitator juga perlu berproses, maka dari itu yang berproses bukan hanya anak namun fasilitator, dia harus menemukan juga. Yang riset bukan hanya anak namun fasilitator, kan selama ini belajar dari buku, hanya transfer pengetahuan, namun belum tentu bahwa itu benar. Misal nya seperti kemarin itu seperti mencangkok tanaman, ternyata mereka nggak yakin yang dicangkok ranting nya sebesar apa, nah karena belajar dari buku. Dari situ timbul

Page 256: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

239

keragu-raguan. Maka perlu bertanya kepada yang lebih tau. Kadang-kadang fasilitator tidak yakin karena belajar nya tidak dari pengalaman dan hanya dari buku, dan menerjemahkan yang dari buku ke kenyataan itu berbeda. Seperti juga kemarin SMP belajar transportasi. Ternyata alat transportasi dari awal nya hanya sebagai alat untuk memindahkan barang/orang, tetepi sudah bergeser menjadi alat gengsi, ada nilai yang kesana. Nah ini juga pengalaman, ternyata orang punya mobil dengan merk tertentu ternyata bukan hanya alat transportasi, tetapi juga alat untuk menaikan harga diri yang semu sebetulnya, nah ini pengalaman-pengalaman yang ada. Juga seperti dalam hitung-hitungan, lima kurang satu, nah kurang itu apa artinya, bisa mati bisa dicuri, dulu waktu mereka memelihara ikan, ternyata tidak ada bangkai nya, nah ini bisa saja dicuri. Nah jadi kita belajar hitung pun bisa menjadi masalah sosial. Nah ini yang kadang-kadang fasilitator tidak sampai kesana, karena dulu belajar nya sendiri-sendiri, matematika sendiri, sosial sendiri, bahasa sendiri, sementara dengan praktek langsung dengan riset, bisa mempelajari banyak hal. Ini yang menjadi kendala, sejauh mana fasilitator memiliki paradigma.

17. Sebenarnya apa Tujuan utama atau tujuan pokok dari Sanggar Anak Alam?

Ya kami sebetulnya menciptakan ruang, karena pendidikan itu sepanjang masa, hiduplah, itu bagaimana proses ini benar-benar dilalui, kami tidak mengerdilkan arti pendidikan hanya sekolah, nah ini pelajaran hidup, sehingga yang dipelajari adalah hal-hal yang kita berkaitan dengan kehidupan. Kenapa kita kemarin melakukan pesta panen, nah itu juga dalam rangka itu. menjadi wujud nyata bahwa kita menciptakan ruang belajar bagi semua.

18. Berarti pesta panen dan ada pasar SALAM itu bentuk pen-sinergian antara

Iya bentuk pensinergian dan juga kita mengembalikan kalau kita itu punya kearifan lokal, nenek moyang kita dulu menciptakan itu bukan tidak alasan, agar supaya orang menjaga keseimbangan alam, tidak mengeksploitir bumi, harus dipelihara, agar dapat diwariskan ke anak cucu, memayu hayuning bawana, itu sungguh terjadi, mengapa dulu waktu panen di share, anak-anak diutamakan, itu semua ada alasannya. Dari dulu nenek moyang sudah belajar simbol-simbol, walaupun bukan dalam bentuk tulisan, seperti dalam bentuk ubo rampe wiwitan kemarin. Jadi nenek moyang itu dulu memberi pelajaran, dan ini juga pembelajaran. Jadi membaca, itu tidak hanya sekedar membaca ba bi bu be bo, namun juga membaca suasana, membaca situasi, harus terus menerus dilakukan, itu kenapa kami disini melarang belajar membaca hanya ba bi bu be bo yang tidak bermakna, tapi kita membaca dari sesuatu yang nyata atau yang riil. Itu juga tantangan bagi fasilitator. Membaca dalam arti yang sesungguhnya. Kata orang timur yaitu pendidikan hati, setiap manusia adalah memiliki kehendak bebas.

Page 257: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

240

Responden : Bu Avin

Kedudukan : Fasilitator

Jenis kelamin :Wanita

Hari/Tanggal : Rabu, 25 Maret 2015

Waktu : 10.30 & 12.30

Lokasi : Ruang belajar Kelas II SD Sanggar Anak Alam

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Sejak kapan menjadi fasilitator di

Sanggar Anak Alam?Sudah sejak 2010, namun sempat off hampir 2 tahun.

2. Adakah motivasi khusus menjadi fasilitator Sanggar Anak Alam?

Tidak ada, simple aja. awalnya sih ingin jadi full time mother, Cuma karena keadaan ekonomi belum menunjang. Ya sudah saya cari yang bisa tetap dengan anak-anak dan mendapat pendapatan. (kedua anak bu AV semua nya pebelajarSALAM). Ternyata disini saya enjoy, selain bisa ngawasin anak, saya juga enjoy disini. 2 tahun disini saya pikir bukan mengajar, tapi belajar dari mereka.

3. Sebelumnya apakah mengerti tentang pembelajaran seperti metode, kurikulum ,dsb?

Saya nggak mengerti sama sekali, Cuma dulu itu waktu cari sekolah untuk anak, saya sudah tidak suka dengan pendidikan sekarang ini, jadi saya survey beberapa sekolah yang seperti SALAM ini. Saya kemari hanya modal hati aja. Dengan niatan nanti belajar aja lah. Lalu kan di dalam nya nanti ada dinamika dan ada workshop

4. Apakah anda mengerti tentang tugas-tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam?

Tugas fasilitator sebenarnya, kita Cuma mendampingi anak-anak untuk mencoba mengerti akan kebutuhan mereka.

5. Menurut anda, apa perbedaan fasilitator dengan guru?

Mereka hanya memberi, jadi memang benar-benar, seperti lagu dulu itu kalau guru Cuma memberi, kalau ada buku ya berarti memberi dari buku itu. kalau disini kan menurut saya pribadi, kami (fasilitator) mengajak anak-anak mengerti akan kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan akademik, disitu yang kita akan masuk di bagian akademik, sebenarnya ya tugas fasilitator ya itu tadi.

6. Apakah anda memandang pebelajaryang belajar di Sanggar Anak Alam bersama anda adalah objek yang harus diberi materi agar menjadi pintar? (jika tidak), bagaimana anda memandang pebelajar sebagai orang yang belajar?

Tidak sih, semua orang bisa pintar, saya lebih suka dengan anak cerdas, dari persepsi saya pintar itu bisa dilihat dari nilai, sementara nilai itu orang nyontek aja bisa, saya lebih suka cerdas, sementara jika kita lihat anak sebenarnya semua cerdas, Cuma bagaimana persepsi kita melihat dari mana, bagaimanapun setiap anak itu berbeda, mereka punya kecerdasan masing-masing. Ingin nya dari kecerdasan masing-masing, mereka sadar akan kebutuhan mereka.

7. Bagaimana menurut anda pembelajaran yang dilakukan di Sanggar Anak Alam?

Kita memang membebaskan anak, tetapi kita ke kehidupan nyata aja lah. Kita kan mengajak anak-anak untuk melihat kehidupan nyata, di kehidupan nyata ini kan sebebas-bebasnya kita tidak bisa bebas banget kan, pasti ada kesepakatan-kesepakatan. Tidak bisa bebas banget, tetep ada lingkup nya, dan ada kesepakatan-kesepakatan bersama, seperti menjaga diri, menjaga teman, menjaga lingkungan. Sebenarnya itu sudah mencakup semuanya kan. Jadi tinggal bagaimana kita

Page 258: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

241

menjabarkan itu ke anak-anak untuk mengaplikasikannya itu. 8. Tadi dijelaskan bahwa ada

kesepakatan-kesepakatan di Sanggar Anak Alam, siapa yang membuat kesepakatan-kesepakatan tersebut?

Kalau kesepakatan yang menjaga diri, menjaga teman, menjaga lingkungan, saya tidak tau, Cuma sebenarnya penjabaran dari ketiga nya itu dijabarkan di kelas masing-masing, biasanya dilakukan di awal tahun dengan dibuat bersama pebelajar. Kesepakatan itu enak, sangat membantu fasilitator, jadi saat anak agak rewel lalu tinggal diminta melihat lagi kesepakatan yang telah kita buat bersama.

9. Jadi kesepakatan itu yang membuat fasilitator dan pebelajar?

Iya, malah kalau bisa dari mereka, dari benar-benar mereka yang buat, itu juga jadi senjata fasilitator.

10. Di Sanggar Anak Alam terdapat daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pem-belajaran dan ada riset, ba-gaimana implementasi nya di dalam proses pembelajaran anda dan pebelajar?

Ya sebenarnya contoh aja seperti yang tadi, kalau dalam daur belajar nya salam kan biar mereka mencari sendiri kan, lalu menganalisis kemudian nanti kita lihat-lihat lalu aplikasi. Nah seperti tadi kan kita mau masuk ke tanda baca, sebenarnya kalau umpamanya kita susah kan mengajarkan tanda baca secara teoritis, kalau seperti tadi yang saya bikin, dengan memberikan misi berburu tanda baca yang ada di bacaan, kemudian tadi ada muncul tanda-tanda yang belum mereka mengerti, tapi ditulis aja. Setelah di dapat dalam kalimat, lalu dibaca. Setelah ketemu, lalu kita cari referensi, apa itu benar tanda nya, jadi referensi untuk memperkuat.

11. Kalau pengaplikasian riset itu? Sebenarnya media kita kan riset, tapi tidak semua hal bisa dikaitkan dengan riset. Seperti di kelas 2 ini riset nya tentang sumber energi, tapi dari situ nanti bisa diambil berhitung nya, kemarin saya mulai dari apa itu sumber energi, lalu ke makan dan tidur, jam makan dan jam tidur, lalu belajar jam. Kemudian kalau bahasa , setiap pagi saya buka dengan kelas bercerita. Sebenarnya agak meleset dari tujuan. rencana nya sih mereka membaca di rumah bersama orang tua, di sekolah tinggal menceritakan. Tapi yang terjadi hanya satu dua orang tua aja yang melakukan itu, selebihnya anaknya hanya dibawakan buku, disuruh membaca sendiri di sekolah. Maksudnya kan ketika pada saat membaca bersama orang tua di rumah kan orang tua bisa tau kemampuan membaca anak. Kalau kita bilang SALAM kan yang belajar bukan Cuma PKBM, namun juga orang tua.

12. Apakah daur belajar akan tetap berjalan terus?

Ya lumayan, walaupun sering tidak, seperti di SALAM kita punya tujuan kan, tapi bukan menjadi suatu target, yang penting proses nya, seperti tadi kita bilang kumpul jam 11.00 tapi ternyata yang kumpul hanya satu orang, yang penting mereka paham akan yang mereka lakukan.

13. Kendala-kendala seperti apa-kah yang selama ini anda alami saat menjadi fasilitator?

Kalau boleh bilang, yang paling sulit adalah orang tua yang masih sulit bekerja sama. Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa mereka menyerahkan anak ke sekolah dan silahkan anak diolah. Sementara kita selalu berkoar-koar bahwa SALAM bukan Cuma fasilitator dan anak. Namun juga kita bertiga, yaitu orang tua, PKBM, dan anak. Jadi tidak bisa hanya anak dan fasilitator yang berproses. Bagaimanapun kan mereka lebih lama berproses dengan anak.

14. Jadi di SALAM pun perlu koneksi antara orang tua dan masyarakat?

Jadi dari dulu trik saya, saya mendekatkan diri orang tua, komunikasi sudah enak, saya bisa kadang-kadang saya meledek mereka, “itu lho anak kae lho itu lho, moco belum lancar, pasti nggak diopeni”, jadi lebih enak, karena bagaimanapun memang yang terpenting kan orang tua.

Page 259: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

242

Istilahnya kita disini sudah membikin kesepakatan, kesepakatan ini tidak hanya berlaku di sekolah, tapi dimana-mana. Saya tularkan kepada orang tua, apa artinya kalau kesepakatan hanya berlaku di sekolah, sementara di rumah mereka sesuakanya. Ya jadi mentah lagi.

Page 260: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

243

Responden : mbak Vian

Kedudukan : Fasilitator

Jenis kelamin/usia :wanita/23 tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Maret 2015

Waktu : 12.45

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Sejak kapan menjadi fasilitator di

Sanggar Anak Alam?Awalnya saya jadi volunteer mulai agustus 2014. Menjadi fasilitator januari 2015. Sebelum bergabung, kalau dulu setiap liburan kuliah sering jadi volunteer disini.

2. Apakah motivasi khusus untuk menjadi salah satu fa-silitator di Sanggar Anak Alam?

Secara pribadi, pembelajaran di SALAM ini unik, berbeda dari sekolah formal, dimana anak mencari data sendiri, diolah, baru dijadikan pembelajaran, kalau di sekolah formal kan belajar sangat terpaku buku, kalau disini anak aktif untuk mencari data dan mencari tau sendiri apa yang ingin dipelajari, jadi saya tertarik pembelajaran di SALAM.

3. Apakah sebelumnya anda mengerti hal-hal yang ber-kaitan dengan pembelajaran seperti, metode, kurikulum, dsb?

Kalau selama saya kuliah sih sedikit banyak tau tentang kurikulum, media, cara mengajar.

4. Kalau dari cara mengajar yang mbak ikuti dan dapati dibangku kuliah dan di SALAM itu berbeda tidak?

Sebenarnya metode kan banyak ya, mungkin di salam ini lebih pada metode menemukan sendiri, tidak jauh beda dari yang saya pelajari dulu.

5. Selama anda menjadi fasilitator, pembelajaran se-perti apa yang telah anda lakukan bersama pebelajar?

Kalau dengan kelas IV itu ya inquiry, menemukan sendiri, terus mencari data lalu mengolah. Dan diolah dalam pengolahannya saya menggunakan metode lain, seperti snow ball throwing, untuk pemantapan hal yang telah dipelajari, lalu juga menempel soal dan jawaban di lingkungan sekolah. Mereka sambil jalan-jalan mencari soal, ketika mendapati ada soal, mereka berhenti dan menjawab pertanyaan.

6. Di Sanggar Anak Alam terdapat daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pem-belajaran, bagaimana im-plementasi nya di dalam proses pembelajaran anda dan pebelajar?

Ya itu tadi, mencari data, lalu kita mengolah data itu.

7. Jadi kalau belajar di kelas berdasarkan dari data yang ada?

Dari riset, riset itu kan dalam rangka mencari data itu.

8 Sudah berapa riset yang pernah dilakukan?

Kelas IV baru 2 riset.

9. Biasa dikembangkan ke pelajaran apa?

Membaca dan berhitung, juga menulis. Mereka menulis laporan dari riset, seperti waktu ke pabrik tahu, setelah riset dilakukan, lalu menulis laporan, menulis jurnal harian secara sederhana, hingga sampai sekarang masih menulis

Page 261: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

244

apa yang dilakukan di sekolah. Kalau berhitung sudah masuk satuan dan pecahan.

10. Kendala-kendala seperti apa-kah yang selama ini anda alami saat menjadi fasilitator?

Kalau kendala mungkin karena saya relatif baru, metode-metode unik untuk menghadapi anak yang berbagai macam, memotivasi anak, mungkin juga kendala di awal saat akan membangun motivasi anak.

11. Apakah anda memandang pebelajaryang belajar di Sanggar Anak Alam bersama anda adalah objek yang harus diberi materi agar menjadi pintar? (jika tidak), bagaimana anda memandang pebelajar sebagai orang yang belajar?

Tidak, kalau saya menyebut mereka itu teman-teman, kita saling sharing saja, saya belajar dan mereka juga belajar, mereka tidak diberi materi pun juga mereka bisa belajar, kita belajar dari apa yang mereka tanyakan.

12. Sekarang untuk SD kelas IV sedang belajar tentang apa?

Kita dari baru masuk capaian puisi.

13. Bahan untuk puisi diambil dari mana?

Kita mau banyak referensi dulu tentang puisi, mereka dikenalkan dengan puisi bebas dari manapun sumber nya, setelah banyak referensi, baru akan diabwa ke riset. Ending nya akan membuat puisi tentang riset nya, baik itu berkaitan tahu, pangan sehat, atau pemilik produk tahu. sekarang sih masih pengenalan puisi.

14. Hanya tentang puisi atau ada arah lain?

Iya ada, kemarin sudah berhitung campuran selama 2 minggu, namun agar tidak bosan masuk ke puisi dulu. Namun tetap dengan menggunakan riset nya sebagai sumber nya.

15. Contoh berhitung pakai riset seperti apa?

Kan kmrn sudah melihat sendiri proses membuat tahu,dengan memakai cetakan kayu, dan bentuknya besar, biar jadi kecil kan dipotong kecil-kecil. Nah kan kita masuk dari situ, satu cetakan ada 169, dari situ kita masuk. Kita masuk dari peristiwa, misal bapak nya dapet pesenan berapa ratus, nah harus berapa kali dia membuat tahu. begitu.

16 Kenapa memilih riset tahu? Disini kan mengacu pangan, kesehatan, lingkungan, sosbud. Agar semua kecakup itu, maka kita memilih tahu. kan tahu makanan sehat, nanti sosbud nya dengan adanya pabrik tahu bisa membantu masyarakat sekitar, kalau lingkungan bisa dengan apakah limbahnya mencemari lingkungan nya. Jadi kita tidak hanya memikirkan capaiannya tapi juga empat pokok itu tadi.

17 Awal riset apakah ada kesepakatan dengan anak-anak?

Awalnya saya yang menentukan riset kemana dan dibantu bu DN yang merupakan salah satu wali pebelajar kelas 4 yang juga fasilitator.

18 Di Salam ada kesepakatan, termasuk kesepakatan di kelas, bagaimana membuat kesepakatan?

Mengacu pada kesepakatan SALAM, menjaga diri, menjaga teman, menjaga lingkungan. Itu kan yang pokok, nah kalau di kelas itu membuat kesepakatannya dengan diskusi. Fasilitator juga terlibat diskusi. Semua yan terlibat dalam diskusi itu terlibat dalam kesepakatan. Mereka dilatih untuk berpendapat, berdiskusi, mendengarkan pendapat, konsekuensi juga mereka yang memilih.

Page 262: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

245

Responden : Bu Wiwin

Kedudukan : Fasilitator

Jenis kelamin : Wanita

Hari/Tanggal : Senin, 30 Maret 2015

Waktu : 13.10

Lokasi : Ruang komputer Sanggar Anak Alam

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Sejak kapan menjadi fa-silitator di

Sanggar Anak Alam?Sejak tahun 2007 atau 2008, tapi sewaktu itu belum di SD masih di KB

2. Apakah motivasi khusus un-tuk menjadi salah satu fasilitator di Sanggar Anak Alam?

Sebenarnya awalnya kan saya wali pebelajar, dan waktu itu masih berkarir di tempat berbeda, sering kesini dan akhirnya ikut, saya melihat ada sesuatu yang berbeda, itu yang saya cari, kebetulan anak saya juga keberatan di tempat lain karena waktu lebih pendek dengan dia, kebetulan dia sekolah disini. Dan kebetulan bu Sri Wahyaningsih sering ngobrol dengan saya dan pengen mengajak saya berkarya disini. Saya ada ketertarikan dan bu SW juga mengajak, begitu.

3. Bagaimana menurut anda pembelajaran yang dilakukan di Sanggar Anak Alam?

Saya melihat disini, sederhana sekali, belajar itu, saya dulu kan mengalami belajar yang sekolah formal, disini belajar sangat menyenangkan, belajar dari peristiwa dari apa yang mereka alami lalu mereka ungkapkan, kalau di sekolah formal dulu yang terlalu banyak dipelajari adalah teori, saya pikir bagi anak usia dasar, sangat tidak cocok hanya dengan teori, mereka harus mengalami sendiri, mereka harus melakukan, nah dari pengalaman itu lah rasa ingin tahu nya akan muncul.

4. Apakah anda memandang pebelajaryang belajar di Sanggar Anak Alam bersama anda adalah objek yang harus diberi materi agar menjadi pintar? bagaimana anda memandang pebelajar sebagai orang yang belajar?

Saya pribadi dan konsep SALAM ternyata memang nyambung ya, jadi kita menganggap pebelajar itu ya mereka juga ribadi yang utuh yang sudah punya bekal, punya motivasi, punya pengetahuannya sendiri, dan saya bertugas tidak untuk memberi pengetahuan, tapi mendampingi mereka untuk menemukan pengetahuan mereka, belajar sendiri, tidak usah memberi tahu banyak tentang teori, mereka mengalami sendiri, kita hanya mendorong untuk anak agar ingin tahu lebih banyak.

5. Apakah anda mengerti tentang tugas-tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam? Apakah tugas-tugas fasilitator Sanggar Anak Alam?

Maksudnya tanggung jawab fasilitator disini adalah mendampingi mereka, mendorong mereka,dan kalau ada hal-hal, kalau disini kan tidak hanya belajar secara akademis, namun perilaku, kebiasaaan, dari itu kan juga belajar bareng-bareng, jadi tanggung jawab fasilitator disitu, megajak anak-anak untuk menghargai kesepakatan bersama, karena disini ada kesepakatan yang telah kita sepakati bersama. Jadi disini tidak ada aturan yang misalnya yang dipaksakan fasilitator, ketika mengingatkan mereka ya dikembalikan ke kesepakatan. Jadi sama-sama tidak merasai di gurui, namun sama-sama menang karena kan kembali kepada kesepakatan bersama.

6. Siapa yang membuat kesepakatan-kesepakatan tersebut?

Kalau kesepakatan di SALAM sendiri sudah ada “menjaga diri, menjaga teman, menjaga lingkungan”, kalau kesepakatan di kelas misalnya bagaimana di kelas kita buka forum bareng-

Page 263: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

246

bareng, kalau di kelas ada orang bicara sebaiknya gimana, mendengarkan atau bagaimana, kesepakatannya kalau ada orang bicara didengarkan dulu. Terus ada teman jatuh, lalu gimana yang harus dilakukan. Jadi kesepakatan-kesepakatan timbul dari konsolidasi.

7. Jadi kesepakatan tersebut dibuat bersama dengan diskusi?

Iya, buka forum bareng-bareng yang secara sederhana.

8. Apakah sebelumnya anda mengerti hal-hal yang berkaitan dengan pembe-lajaran seperti, metode, kurikulum, dsb? adakah metode khusus yang diterapkan di Sanggar Anak Alam?

Pernah tau, sebenarnya kan kita perlu tau kurikulum diluar, pokoknya seperti apa, kalau ada hal-hal yang tidak perlu dalam kurikulum tidak kita sampaikan ke anak, kalau ada garis besar seperti alam sekitar, anggota tubuh, kita ambil,jadi kita memang biar anak bisa juga mengikuti perkembangan kurikulum sekolah formal, namun strategi nya berbeda. Jadi kurikulum kita ambil yang kira-kira kami anggap benar, sistem yang digunakan untuk menyampaikan ke anak-anak yang berbeda.

9. Berarti antara kurikulum SALAM dan kurikulum formal berbeda?

Sebenarnya kita juga menyesuaikan, kurikulum nasional pun juga sistem nya dengan tema-tema, ada pokok-pokok lah, kita ambil pokok-pokok namun dengan pembelajaran yang berbeda. Cara kita yang berbeda.

10. Di Sanggar Anak Alam terdapat daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pem-belajaran, bagaimana im-plementasi nya di dalam proses pembelajaran anda dan pebelajar?

Kalau daur belajar sebanarnya kita lebih luwes, saya kurang hafal juga. Itu kan sebenarnya hubungannya dengan riset , karena sistem belajar kita kan akai riset, dari situ memang ada yang menerapkan, dsb , itu ada disitu. Awalnya anak melihat, lalu mengungkapkan, anak membuat sesuatu, lalu kesimpulan. Nah sebenarnya yang dilakukan itu seperti itulah, alur nya begitu. Kalau kelas 1 ya lebih sederhana.

11. Apakah riset akan berhenti pada riset itu saja atau ada pengolahan lebih lanjut?

Kalau selama ini kita lakukan, kemarin riset tentang alam sekitar, kalau kelas 1 kan pendek-pendek, seperti keluarga, anggota tubuh, dan tanaman. Dari riset kan kita hanya belajar calistung. Riset itu hanya metode untuk belajar calistung dan membaca, itu strategi yang digunakan saja.

12. Konkret nya bentuk riset seperti apa?

Seperti tadi tentang tanaman, tadi anak-anak melakukan sendiri, melakukan pengamatan, terus pengembanganya kita lihat perkembangannya tumbuh berapa pada hari kesekian, lalu muncul angka, baru lah mereka membuat tabel, mereka menghitung hari kesekian tumbuh berapa, tinggi nya berapa, akan muncul angka. Jadi disitulah implementasi nya. jadi saaat mereka menuliskan hasil yang mereka lihat, secara tidak sadar mereka belajar menulis, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka belajar menulis, belajar menulis tidak melulu ayo belajar menulis. Dari situ mereka dibiasakan berpikir secara logika, dsb. riset itu ya kita hanya mengabdi pada anak-anak dan belajar membaca dan berhitung, tapi bagaimana membuat belajarmembaca dan berhitung itu menjadi sesuaut yang disitu banyak hal yang dipelajari juga, norma, cara berpikir, dsb, dan bukan hanya belajar membaca yang tidak ada apa-apa, tapi belajar membaca menulis yang disitu mereka terbiasa untuk berfikir secara logika, melihat sendiri, pengamatan, anak-anak kan menarik sekali kalau melakukan pengamatan.

13. Selama anda menjadi fa-silitator, pembelajaran se-perti apa yang telah anda lakukan bersama pebelajar? Dan sedang melakukan riset apa untuk saat ini?

Sedang tanaman, dulu riset lingkungan sekitar bisa berkembang banyak. Memang banyak improvisasi untuk kelas 1, rencana kita hari ini riset apa, tapi saat kita jalan-jalan lalu mereka menemukan sesuatu yang menarik buat mereka, ya kita akan ikuti alur yang anak-anak temukan. Seperti kemarin saat jalan-jalan anak-anak menemukan sebuah teratai, lalu suatu saat

Page 264: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

247

mereka jalan-jalan teratai nya hilang, disana ternyata menjadi sebuah cerita yang judul nya “teratai yang hilang”, lalu mereka membuat tokoh-tokoh dan menjadi sebuah cerita, lalu mereka pentaskan di workshop kelas, ada sesuatu yang tidak terencana tapi jadi sesuatu yang menarik untuk anak-anak.

Page 265: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

248

Responden : Bu Erna

Kedudukan : Fasilitator

Jenis kelamin : wanita

Hari/Tanggal : Rabu, 1 April 2015

Waktu : 12.13

Lokasi : Ruang belajar kelas III SD Sanggar Anak Alam.

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Sejak kapan menjadi fasilitator di

Sanggar Anak Alam?Sebelumnya 2009 masuk lalu off sekitar sebelum anak saya masuk, kurang lebih 2 tahunan off. Lalu sekarang baru 6 bulan ini.

2. Apakah motivasi khusus untuk menjadi salah satu fasilitator di Sanggar Anak Alam?

Pengen belajar, ingin mencoba mengembalikan semangat, disini kan dinamika lebih banyak, disini kadang mendidik anak itu lepas, saya mencoba disini karena lingkungan disini sangat mendidik dan beranekaragam.

3 Apakah sebelumnya anda mengerti hal-hal yang ber-kaitan dengan pembelajaran seperti, metode, kurikulum, dsb?

Pernah belajar.

4 Kalau di SALAM, metode apa yang biasa dipakai?

Semuanya, karena nggak jauh dari kehidupan sehari-hari,ya ngomongin gaul sama flo, sena, mau nggak mau dia memberi income buatku. Seperti tadi flo belum nggarap kenapa belum ngerjain sendiri, dia punya semangat turun, dan bagaimana kita mengapresiasi dia. Ternyata flo ada perubahan sedikit merasa malu karena belum nggarap, itu buat income aku, ketika ada seperti itu saya harus bagaimana.

5 Bagaimana menurut anda pembelajaran yang dilakukan di Sanggar Anak Alam?

Seperti kehidupan sehari-hari.

6 Konkret nya seperti apa? Ya kaya makan atau mengambil keputusan anak-anak. Toh kalau ngomong satu kelas pikiran anak-anak kan banyak, kalau kita memasukkan pikiran kita itu sulit, makanya masuk ke dunia anak-anak, menyatukan ide mereka, mencari solusi dari mereka, keinginan mereka, itu asik.

7. Berarti anak lebih diberi kebebasan?

Iya lebih diberi kebebasan memilih, mencari, ya belajar untuk konsekuen dan akan apa yang ia pilih dan ia putuskan.

8. Di SALAM ada belajar calistung juga tidak bu? Dan dasar belajar nya itu apa? Apakah sama dengan sekolah formal lainnya atau bagaimana?

Dasar calistung dari mereka sendiri, dari yang mereka lakukan, sebenarnya fasilitator juga sudah punya rencana namun itu ada di tingkat kita, namun anak-anak ada perencanaan sendiri, bisa sama bisa berlainan, tergantung bagaimana fasilitator menggiringnya. Misalnya kita mencoba mengambil peristiwa, kalau seperti kelas 1 menanam lalu menghitung tinggi, banyak daun, dan di kelas 2 juga begitu. Ketika mereka menghitungkan belajar tinggi nya berapa, kita sebagai fasilitator tidak harus ngomong “tingginya begini pakai garisan”, tapi itu melalui proses yang sangat panjang untuk belajar mengukur

Page 266: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

249

tinggi. Sebenarnya pakai apa bisa mengukur, kita mengenal ada ukuran baku dan tidak, apa saja baku dan apa saja tidak, oh kalau baku ada garisan, garisan seperti apa, bentuknya bagaimana, ada apa di garisan, itu proses panjang, lalu buat garisan, dan kita belum mengenalkan garisan sesungguhnya. Setelah kita buat terus akhirnya ditunjukkan asli nya yang baku. Jadi tidak serta merta “ini garisan” walaupun baku tapi secara proses nya tidak begitu. Seperti belajar jam pada waktu itu.

9. Jadi belajar nya dari peristiwan dan baru dibawa ke calistung?

Iya begitu.

10. Apakah anda mengerti tentang tugas-tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam? Apa tugas fasilitator? Apakah sama dengan guru.

Beda sekali, sebagai memfasilitasi saja, memfasilitasi ide, keinginan, solusi-solusi mereka.

11. Di Sanggar Anak Alam terdapat daur belajar sebagai langkah-langkah dalam pem-belajaran, bagaimana im-plementasi nya di dalam proses pembelajaran anda dan pebelajar?

Bagus baik, dipakai terus, itu sebagai sudut pandang atau cara berfikir, kalau lepas ya sudah. Kadang memang kita berangkat dari formal, tapi mencoba untuk itu menjadi patokan. Ya sambil belajar.

12. Apakah di SALAM ada kesepakatan-kesepakatan? Jika ada siapa yang membuat kesepakatan?

Ada kesepakatan. Yang membuat ya kita bersama, ya anak-anak dan kita. Jadi diskusi gitu. Kalaupun ada kesepakatan yang dilanggar itu konsekuensi nya sesuai dengan kesepakatan.

13. Pembelajaran seperti daur belajar dsb itu murni dibuat salam atau ada hubungannya dengan kurikulum formal?

Kupikir murni, tapi tidak menutup kemungkinan itu sebagaibahan acuan. Bukan sebagai hal yang patok atau paten, sebagai pengetahuan kita.

14. Disini tujuan belajar nya apa sih sebenarnya? Adakah tujuan nasional yang seperti kurikulum?

Tidak ada tujuan baku, karena setiap orang berbeda berfikir nya, sudut pandang berbeda, dan mencoba untuk menjadi baik, sebenarnya agak bingung dengan tujuan, tapi yang jelas menjadi lebih baik dengan cara yang kita sepakati bersama

15. Apakah anda memandang pebelajaryang belajar di Sanggar Anak Alam bersama anda adalah objek yang harus di-beri materi agar menjadi pintar?, bagaimana anda me-mandang pebelajar sebagai orang yang belajar?

Saya juga belajar kok dari mereka. Sama –sama belajar.

16. Kendala-kendala seperti apa-kah yang selama ini anda alami saat menjadi fasilitator?

Sebenarnya bukan bentuk kendala, tergantung bagaimana kita menyikapi. Kalau bilang kendala yang maka akan kendala. Kalaupun ada yang berbeda, itu bagaimana kita menyikapi nya

17. Sulit tidak awalnya menjadi fasilitator?

Enggak kaget sih, Cuma kayak begini.aku Menempatkan anak-anak juga belajar. nggak begitu sulit. Ya aku ingin belajar aja. Ya gampang lah walaupun awalnya agak kaget, karena basic ku disni bukan pada umum nya, aku mencari sekolah yang model lain, aku agar trauma dengan sekolah formal, ternyata disini menjadi ruang yang sesuai dengan keinginan ku, sesulit apapun kalau aku sudah suka maka tidak sulit.

Page 267: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

250

Responden : Iris

Kedudukan : Pebelajar Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin/usia : wanita/16 tahun

Hari/Tanggal : Senin, 23 Maret 2015

Waktu : 13.30

Lokasi : Ruang belajar SMP Sanggar Anak Alam.

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Adik tau Sanggar Anak Alam dari

siapa?Dari papa dan mama, dulu adik udah sekolah disini duluan.

2. Siapa yang meminta adik untuk belajar di Sanggar Anak Alam?

Aku sendiri sebenarnya, nggak ada paksaan.

3. Apakah adik pernah bertanya kepada yang meminta adik masuk Sanggar Anak Alam, alasan kenapa meminta adik belajar di Sanggar Anak Alam?

Ingin mencoba berbeda dari SD dulu, dulu kan SD ngeeri, ada sedikit kekapokan disana, terus jadi nya ingin pindah ke yang non formal

4. Apa beda nya waktu dulu sekolah di sekolah formal dan di SALAM?

Yang terlihat yang mesti di negeri kan pakai seragam semua, cara belajar berbeda, cara menghargai pebelajar berbeda.

5. Memang seperti apa pembelajaran nya?

Kita nggak terpaku buku, lebih ke praktek nya

6. Setelah adik masuk Sanggar Anak Alam, bagaimana menurut adik belajar di Sanggar Anak Alam?

Menyenangkan.

7. Disebutkan lebih banyak praktek daripada teori, misal nya seperti apa?

Jadi waktu itu kita pernah ke ternak lele, langsung ke ternak, memelihara lele sampai besar, lalu balik modal.

8. Apakah belajar di Sanggar Anak Alam membuat adik lebih bebas dalam me-nentukan apa yang akan dipelajari?

Kadang iya kadang tidak

9. Bagaimana peran fasilitator bersama pebelajar?

Ya mereka belajar bareng, kita saling belajar dan bekerja sama.

10. Tahu atau tidak tugas-tugas dari kakak fasilitator? Tahu beda nya antara guru dan fasilitator?

Beda, kalau guru nggak terlalu dekat dengan pebelajar, kalau fasilitator dekat. Kalau guru mereka ngomongin teori dan pendampingan kurang, kalau fasilitator itu mereka mendampingi kita dan memfasilitasi

11. Maksudnya fasilitator tidak mengajar seperti guru?

Iya tidak mengajarkan, tetapi menemani dan membimbing

12. Di Sanggar Anak Alam kan ada daur belajar yang harus diikuti oleh adik, tahu atau tidak? Kalau tahu, seperti apa sih contoh dari daur

Pernah dengar, tapi kurang tau.

Page 268: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

251

belajar menurut adik-adik?

13. Adakah aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi tapi menurut adik itu mengekang? Siapa yang buat aturan-aturan itu? dibuat bersama atau bagaimana?

Tidak ada, tapi mungkin sering punya kesepakatan bersama. Ada menjaga diri, teman, lingkungan. Yang membuat ya kita sepakati bersama, misal ada masalah apa, terus penyelesaiannya gimana.

14. Berarti untuk membuat kesepakatan itu dengan diskusi?

Iya diskusi

15. Menurut adik, manfaat belajar di Sanggar Anak Alam itu apa?

Banyak, kalau aku belajar di SALAM selama 4 tahun aku bisa membatik, banyak lebih bisa nya dari pada tidak, karena kita lebih praktek.

Page 269: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

252

Responden : Nanda

Kedudukan : Pebelajar Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin/usia : wanita/15 tahun

Hari/Tanggal : Senin, 23 Maret 2015

Waktu : 14.00

Lokasi : Ruang belajar SMP Sanggar Anak Alam.

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Adik tau Sanggar Anak Alam dari

siapa?Adikku tadi nya sekolah disini, waktu itu baru ada playgroup,

padahal aku udah TK, jadi nya baru bisa masuk waktu SMP.

2. Siapa yang meminta adik untuk belajar di Sanggar Anak Alam? Kenapa ingin masuk Sanggar Anak Alam?

Karena keinginan sendiri. Nggak suka sama sistem sekolah formal

3. Bagian mana nggak suka sistem sekolah formal nya?

Pebelajar nya nggak dibebasin, wadah berekspresi itu sedikit, nggak di fasilitasi dengan baik, kalau di SALAM itu fasilitator mengusahakan supaya kita itu punya wadah buat berekspresi itu.

4 Apakah belajar di Sanggar Anak Alam membuat adik lebih bebas dalam me-nentukan apa yang akan dipelajari?

Di bebasin, tidak terpaku sama buku, nggak kayak sekolah formal baca buku terus ngerjakan soal, nggak gitu. Kita bisa belajar dari mana saja, misal dari ngelakuin sesuatu atau hal-hal lain

5. Contoh belajar dari mana saja itu seperti apa?

Kan ada fasilitator, fasilitator tidak seperti guru yang ngasih pelajaran. Fasilitator itu mendapingi dan menfasilitasi, misal kita mau belajar sesuatu, fasilitator itu pasti mengusahakan.

6. Berarti di SALAM lebih bebas? Iya.7. Di Sanggar Anak Alam kan ada

daur belajar yang harus diikuti oleh adik, tahu atau tidak? Kalau tahu, seperti apa sih contoh dari daur belajar menurut adik-adik?

Tau dikit, tau prakteknya. Prakteknya nggak tau persis nya sih.

8. Pernah dengar kalau di Salam itu belajar memakai riset ya?

Riset kadang menyenangkan kadang tidak. Waktu riset itu kita dikasih tanggung jawab, kita milih sendiri apa yang mau kita gali lagi dan yang mau kita bikin riset. Banyak tanggung jawab waktu riset, dan tanggung jawab waktu riset itu susah.

9. Riset apa saja yang pernah dilakukan?

Riset tentang pekerjaan di sekitar sini, terus tentang transportasi

10. Lalu setelah riset apa yang dilakukan?

Bisa jadi artikel, bisa jadi produk

11. Adik tahu atau tidak tugas-tugas dari kakak fasilitator? Tahu beda nya antara guru dan fasilitator?

Fasilitator ya mendampingi terus, memfasilitasi terus, bukan kayak guru yang terus membentuk pebelajar-pebelajar nya.

12. Adakah aturan-aturan khusus yang Nggak ada, paling kita bikin kesepakatan bareng-bareng,

Page 270: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

253

harus dipatuhi tapi menurut adik itu mengekang? Siapa yang buat aturan-aturan itu? dibuat bersama atau bagaimana?

supaya ya gitu deh, biar semua nya nyaman.

13. Menurut adik, manfaat be-lajar di Sanggar Anak Alam itu apa?

Jadi ngerti banyak hal, nggak cuman kita mengerjakan soal terus dapet nilai bagus, nggak gitu. Lebih ke prakteknya.

14. Lebih suka belajar di Sanggar Anak Alam atau di sekolah formal?

Yang ada enak nya dan ada enggak enak nya.

Page 271: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

254

Responden : Nane

Kedudukan : Pebelajar Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin/usia : wanita/10 tahun

Hari/Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Waktu : 13.20

Lokasi : Ruang tamu Sanggar Anak Alam.

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Kenapa adik ingin sekolah di

Sanggar Anak Alam?Nggak tau

2. Siapa yang menyuruh adik sekolah di Sanggar Anak Alam?

Aku masuk sini dari playgroup.

3. Setelah adik masuk Sanggar Anak Alam, bagaimana me-nurut adik belajar di Sanggar Anak Alam?

Senang aja, banyak temen, bisa main di sawah.

4. Punya temen dari sd negeri lain? Menurut adik, per-bedaan belajar di Sanggar Anak Alam dan di sekolah lain nya itu apa?

Apa ya, nggak tau juga sih. Hmm, nggak pakai seragam dan sepatu.

5. Belajar di Sanggar Anak Alam sama siapa?

Disini belajar sama mbak VN, sebagai fasilitator.

6. Yang dirasain tentang fasilitator itu kyk apa? Nga-jarin nya kayak apa?

Nggak galak, nggak ngajarin, belajar nya bareng-bareng.

7. Adik tahu atau tidak tugas-tugas dari kakak fasilitator? Tahu beda nya antara guru dan fasilitator?

Mendampingi aku dan teman-teman untuk belajar dan bermain

8. Belajar di Sanggar Anak Alam itu seperti apa?

Kadang-kadang petualangan, kadang-kadang di kelas.

9. Kemarin katanya habis riset ke pabrik tahu? di pabrik tahu ngapain aja?

Disana tanya-tanya, wawancara sama pemilik pabrik, terus lihat bikin nya.

10. Setelah belajar ke pabrik tahu terus apa yang dilakukan?

Di bahas, diinget-inget.

11. Berarti belajar nya dari riset? Karena riset nya tahu ya belajar nya ke pabrik tahu

12. Adakah aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi tapi menurut adik itu mengekang? Siapa yang buat aturan-aturan itu? dibuat bersama atau bagaimana?

Kalau di SALAM nggak tau siapa yang buat, kalau di kelas ya bareng sama temen-temen, yang melanggar kesepakatan nyuci piring.

Page 272: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

255

Responden : Satiti

Kedudukan : Pebelajar Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin/usia : wanita/11 tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 1 April 2015

Waktu : 12.55

Lokasi : Ruang tamu Sanggar Anak Alam.

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Sejak kapan sekolah di Sanggar

Anak Alam?Sejak KB.

2. Siapa yang meminta adik untuk belajar di Sanggar Anak Alam?

Itu temen ku, ngasih tau sekolah ini, terus bagus, terus masuk, aku yang pengen.

3. Setelah adik masuk Sanggar Anak Alam, bagaimana menurut adik belajar di Sanggar Anak Alam?Me-nurut adik, perbedaan belajar di Sanggar Anak Alam dan di sekolah lain nya itu apa?

Ya beda lah, kalau di formal itu pakai buku-buku, kalau ipa ada buku dan gambar, kalau disini nanam ya nanam beneran, nyoba nyangkok beneran.

4. Apakah belajar di SALAM ada calistung juga?

Ada, dulu kalau kakak ku nggak bisa baca sama bapak dimarahin, kalau aku dah bisa baca sendiri, itu nggak dimarahin terus bilang nya sekolah nya bagus

5. Katanya belajar di SALAM itu menggunakan riset, misalnya seperti apa?

Misal nya riset kayak tanaman, dibagi kelompok, lalu meneliti tanaman apa gitu.

6. Dari riset nya tersebut, lalu data nya untuk apa?

Peresentasi terus dikasih ke orang tua

7. Apakah diiolah juga ke suatu pelajaran?

Iya, misalnya tanaman jagung nya, kalau matematika ya diitung taneman nya ada berapa gitu.

8. Apakah sulit berjalan menggunakan riset? Enak atau tidak?

Nggak sih, kadang nggak enak kalau temennya nggak bisa diajak kerjasama.

9. Berarti Belajar nya dengan menggunakan diskusi?

Iya diskusi, tapi kalau ada yang nggak setuju kadang marah, sampai setuju, terus ditanya maunya gimana, terus dipertimbangkan, terus iya.

10 Sama tidak guru dengan fasilitator? Tahu beda nya antara guru dan fasilitator?

Nggak tau sama nggak, belum pernah ke sekolah formal. Setauku guru itu galak, fasilitator tidak.

11. Fasilitator ngasih materi seperti guru tidak?

Ya gimana ya, beda lah intinya. Kan kakak ku formal, aku sering tanya, terus kakak ku bilang guru galak.

12. Adik tahu atau tidak tugas-tugas dari kakak fasilitator?

Ngajar tho.

13. Mengajar nya seperti apa? Ya dijelasin dulu terus ada yang kurang jelas boleh tanya lagi, nggak Cuma tulisan aja, cerita ke temannya biar tambah tau. Nggak Cuma dari cerita terus gambar.

14. Adakah aturan-aturan khusus yang Nggak sih, kalau kesepakatan sekolah dari sekolah, kalau

Page 273: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

256

harus dipatuhi tapi menurut adik itu mengekang? Siapa yang buat aturan-aturan itu? dibuat bersama atau bagaimana?

kesepakatan di kelas ya anak-anak, misalnya konsekuensi nya apa terus ngapain, sekarang udah gak buat kesepakatan karena mesti berangkat pagi sekarang.

15. Jadi dibuat satu kelas dan disetujui semua? Konse-kuensi nya?

Iya, konsekuensi nya terserah mereka sih, kalau nggak setuju ya sendiri-sendiri, aku ingin apa mereka ingin apa.

16. Menurut adik, manfaat belajar di Sanggar Anak Alam itu apa?

Ya gimana ya, asik aja, beda gitu, asiknya ya asik, pokoknya asik.

Page 274: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

257

Responden : Ibu Sri Wahyaningsih

Kedudukan : Pendiri Sanggar Anak Alam

Jenis kelamin : Wanita

Hari/Tanggal : Selasa, 5 Mei 2015

Waktu : 10.30

Lokasi : Teras Rumah Bu Sri Wahyaningsih

No Pertanyaan Pernyataan/jawaban1. Kapan mulai beroperasional

Sanggar Anak Alam di Lawen dan di Yogyakarta?

Lawen itu tanggal 17 oktober 1988 kalau Yogyakarta 20 Juni 2000

2. Apakah dulu Sanggar Anak Alam langsung membuka dengan format sekolah?

Dulu kalau di Yogya mulai nya dari pendampingan anak remaja, mulai 2004 baru dibuka taman bermain, lalu ada kelompok bermain. Lalu 2 tahun kemudian baru dibuka pendidikan dasar. Untuk smp tahun 2012. Kalau di lawen itu kelompok belajar, karena mereka pada umum nya putus sekolah atau pagi sekolah di formal lalu sore nya di SALAM. Ini perkembangan nya kebutuhan komunitas. Kami berinteraksi, lalu orang tua meminta melanjutkan jenjang lainnya. Bahkan sekarang ada yang minta untuk SMA, tapi kan kita belum siap.

3. Apakah benar cakupan belajar menyadur dari kurikulum nasional?

Sebenarnya kurikulum nasional itu kristalisasi dari, misalnya dulu ki hadjar dewantara , sebetulnya sudah menanamkan tri nga, ngerti ngroso ngelakoni. Ngerti itu yang supaya peserta didik itu bisa mengerti memahami dan juga merasa-rasakan apakah ada faedah nya dengan kehidupan, tahap berikutnya nglakoni itu mengaplikasikan. Itu sebenarnya di teori modern kan ada kognitif afektif konatif. Sebenarnya sama, karena Ki Hadjar Dewantara itu belajar juga dari montessori, froebel, rabindranath tagore dan dipadukan lalu disesuaikan untuk Indonesia. Apalagi jawa pada umumnya itu juga di aplikasikan. Bagaimana alau ki hadjarr pendidikan harus sesuai dengan budaya setempat. Kemudian secara kognitif, kenapa kita capek2, karena pemerintah punya patron, misalnya cakupan kelas 1 sekian, kelas 2 sekian. Namun itu hanya tuntunan atau indikator saja, bisa dikembangkan atau dikurang. Setidaknya kita punya pedoman, ini lho yang dijalankan pemerintah. Jangan sampai yang sekolah di SALAM tiba2 nggak bisa ngikutin yang lain juga,dan buktinya lulusan sini yang ke negeri juga tidak masalah, malah ada yang berprestasi cukup baik.

4. Berarti cakupan belajar itu tidak saklek/pakem?

Iya.

5. Apa benar cakupan belajar itu untuk upaya pendokumentasian pengetahuan?

Iya sebenarnya kan di dunia ini tidak ada yang berdiri sendiri, jadi pasti ada kaitannya, jadi berhitung pun juga berkaitan dengan hal-hal lain. Jadi bagaimana belajar itu jadi sesuatu yang holistik, yang satu kesatuan, bukan berdiri sendiri. saya kira kalau otak anak dikotak-kotakan dengan jam, bagaimana kita dalam waktu singkat untuk switch itu kayaknya agak susah, kalau kita lebih belajar yang holistik menyatu, dan kemudian kita bisa memberi titik berat misalnya pada berhitung ya

Page 275: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

258

diarahkan sana, misal pengembangan bahasa, ya seperti itu. jadi ada fleksibilitas dan ada kenyamanan. Makanya fasilitator harus lebih terbuka dan harus membekali diri. Kadang-kadang terjebak, misalnya sekarang ada kurikulum, pada kurikulum kan tujuannya untuk memudahkan, sebuah tujuan kan capaiannya apa kan ada di kurikulum. Tetapi ketika ada kurikulum dan buku paket, itu kdang membuat guru menjadi ketergantungan, meniadi kemandegan. Ini yang membuat guru tidak berkembang. Sedangkan ilmu pengetahuan itu berkembang terus.jadi mungkin anak lebih enjoy kalau itu dikaitkan hal-hal yang sedang hangat. Mungkin sedang musim sepakbola , bisa lewat itu. melalui isu yang hangat dan anak sedang memperbincangkan, itu akan mudah sekali masuk. Karenamereka ngerti, karena yang mereka hadapi itu bukan sesuatu yang ada di alam sana yang mereka nggak ngerti, tapi riil, nyata.

6. Cakupan belajar berarti benar hanya untuk pendokumentasian pengalaman?

Iya, misal dalam satu grup itu ada berapa orang, terus ada cadangan, dll. Nah dari situ bisa, terus ada ketentuan seperti apa. Nah bisa dari situ. Misal nya dengan tiket juga butuh berapa. Terus pertandingan di jakarta perlu naik bis, itu bagaimana caranya kesana. Kita bisa kok menghadirkan peristiwa dari sesuatu hal yang sedang hangat dibicarakan, sedang ada peristiwa nya.

7. Apakah pendokumentasian menggunakan cakupan belajar itu ada di fase ungkapkan?

Sebenarnya keseluruhan ya. Ungkapkan itu kan data dari lakukan. Nah data itu bisa dipakai misalnya kalau kurang ditambah, lebih bisa disimpan dulu. Dari data itu lalu di analisa. Nah dari analisa kalau seperti ki hadjar dewantara itu dipahami dimengerti dirasa-rasakan, rasa-rasakan itu kan sebenarnya analisa mana yang ada faedah nya mana tidak. Karen ilmu pengetehuan tanpa didasari pertimbangan moral dan nilai luhur, itu bisa menjadi bumerang. Ilmu pengetahuan yang lebih didasari oleh kerakusan, keingingan untuk pengembangan ekonomi setinggi-tinggi nya, ini bisa menjadi bumerang dan menghancurkan manusia sendiri. ada istilahnya maka pendidikan itu harus memanusiakan manusia. ilmu pengetahuan itu harus terus-menerus tidak boleh kehilangan nilai luhur. Maka daur belajar itu supaya kita terus menerus mengawal itu. jadi ilmu pengetahuan itu seperti pedang bermata dua, bisa mensejahterakan dan bisa menghancurkan. Paradigma guru atau fasilitator ya disitu, bagaimana mengawal sampai anak-anak paham.

8. Kalau dikembalikan ke daur belajar berarti memang ungkapkan menggunakan dokumentasi cakupan belajar hingga di analisis?

Iya, Lakukan itu juga pengembangan dari fungsi-fungsi panca indera, kseluruhan tubuh, kalau diibaratkan itu komputer punya perangkat keras dan lunak, nah ini perangkat keras yaitu untuk mencari data dengan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan ini butuh latihan, dan latihan juga pada akhirnya sampai hati, kan kemudian dianalisa dirasakan. Ini nanti nya kalau jadi pemimpin, itu tidak mudah mengambil kebijakan dan selalu harus didukung data. Ini permulaan melatih orang untuk peduli sekitarnya. Oleh karena itu tuhan memberikan kita alat-alat untuk menangkap data itu dari pancaindera dan dari seluruh badan. Tidak sekedar berhenti pada cakupan tadi tapi juga latihan mulai dari misalnya belajar kata, belajar kalimat kan belajar dari bunyi, dari pendengaran. Agar kelak kemudian, kita bisa mendengar aspirasi masyarakat. pendidikan ini masalah budaya karena memerlukan pembiasaan terus menerus, bukan

Page 276: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

259

yang didoktrinkan. Itu membutuhkan kemampuan dan kenapa kita harus memiliki paradigma yang luas.

9. Fase terapkan apakah itu hasil kesimpulan dan bentuk nya apakah produk?

Produk itu sebenarnya bukan saja dalam arti fisik. Bisa juga dalam fisik. Tapi juga bisa pemikiran baru. Bisa berbentuk tindakan.

10. Apakah konteks itu berisi pengalaman yang berasal dari kesepakatan?

Bisa jadi seperti itu, bisa jadi juga apa yang terjadi. Kita mengapresiasi apa yang terjadi. Misalnya ketika kita punya konsensus berhitung melalui melihat bagian rumah, lalu muncul ada perselsihan karena satu nya rumah ada dapur yang satu enggak, nah disitu kan ada peristiwa. Sebenarnya itu yang tadinya tidak kita konteks kan, tapi itu kita mengapresiasi peristiwa yang ada, jadi kita harus siap untuk yang seperti itu. kalau tidak ada ya kita hadirkan. Kalau peristiwa yang kita hadirkan tadi kan misalnya melihat bagian-bagian rumah, di dalam peristiwa yang kita hadirkan tersebut lalu muncul peristiwa baru, ada konteks baru. Dari situ ya harus kita amati dan kita analisa. Penelitian itu mau sampai kapan saja sebenarnya nggak masalah, yang penting anak dekat dengan peristiwa nyata. Sebenarnya harus ada tabungan pengalaman dan dicatat fasilitator. Buku pelajaran disini kan bukan teks tapi alam semesta.

11. Bagaimana benetuk evaluasi di Sanggar Anak Alam?

Kalau bentuk evaluasi itu kesepakatan, yang jelas setiap fasilitator harus mengawal proses agar tau sejauh mana anak itu sudah berproses. Nah ini kan dari pengamatan fasilitator dan pemahaman, tapi kita setiap akhir semester kan juga ada review, itu kan mulai mengulang kembali apa yang sudah didapatkan, ini penting saya pikir. Jadi fasilitator bisa memahami tentang pemahaman anak. Anak-anak juga bisa memilih review sendiri, misalnya ada yang mau berhitung saja, atau bahasa saja, lalu anak saling menukar hasil review nya. Jadi review itu kesepakatan bentuknya, ada juga yang kelas 3 smp atau kelas 6 itu juga menyesuaikan karena mereka akan ikut UN maka resume nya formal, bikin-bikin soal. Penelitian mereka tentang soal-soal. Jadi dikaji soalnya, diulang sampai dipahami, jadi tidak hanya hafalan, kalau kita ngikutin itu kan itu hanya multiple choice, kita beri kesempatan anak untuk memahami, untuk bisa menceritakan kenapa kamu memilih itu.

12. Produk nya bebas atau bagaimana? Bagaimana pameran akhir yang dibuat Sanggar Anak Alam pada kahir semester?

Jadi orang bisa mengapresiasi anak-anak dalam bentuk drama, pameran. Ini kan yang dipamerkan adalah hasil kristalisasi dari apa yang mereka dapatkan. Setiap akhir semester kan gelar bersama. Ada drama, musik, lukis, mading. Itu kan lebih asik, mereka benar-benar menguasai. Jadi sekolah itu sangat menyenangkan seharusnya. Sebenarnya kan pendidikan di desain untuk memanusiakan manusia kok. Kadang kan kita salah kaprah, kita bilang kurikulum nasional atau pendidikan nasional, tapi tolak ukurnya itu amerika atau eropa, ngapain kita mesti ngukur kesana. Itu bukan ukuran untuk menyepadankan. Karena ukuran nya sejauh mana pendidikan membawa manfaat untuk Indonesia, sejauh mana sudah memberi kesejahteraan untuk masyarakat Indonesia. Mestinya itu jadi tolak ukur, bukan disejajarkan berbasis internasional. Itu bukan pendidikan nasional. kalau toh nanti kita menjadi orang dengan taraf internasional itu dampak dari pendidikan yang serius yang meningkatkan derajat kehidupan manusia.

Page 277: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

260

13. Dari mana sumber pendanaan Sanggar Anak Alam?

Kita memang saat ini masih bertumpu pada orang tua pebelajar, tapi bukan satu-satu nya ya. Karena kita juga ada orang tua asuh, kita juga ada usaha. kadang-kadang ada donasi-donasi. Sebenarnya kita pengen ada usaha mandiri. Kita sedang mencari bentuk yang pas.usaha juga kalau bisa memberi dampak yang baik bagi lingkungan sekitar. Saya juga membuktikan kok bahwa tanpa intervensi dari pemerintah , Salam juga masih bisa eksis sampai sekarang.

Page 278: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

261

Lampiran 6 . Dokumentasi

Gambar 3. Visi dan Misi Sanggar Anak Alam

Gambar 2. Bangunan kelas Sanggar Anak Alam Gambar 3. Bangunan kelas Sanggar Anak Alam

Gambar 1. Pebelajar kelas 4 riset di pabrik tahu Gambar 5. Pebalajar kelas 1 sedang riset tanaman

Page 279: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

262

Gambar 6. Pebelajar kelas 2 sedang membacakan cerita pagi di kelas

Gambar 7. Pebelajar SMP riset di museum kereta

Gambar 8. Bel listrik produk dari PebelajarSanggar Anak Alam

Gambar 9. Pentas seni pada acara wiwitan Gambar 10. Suasana jual beli pada kegiatan pasaran

Page 280: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

263

Lampiran 7 . Analisis data

UJI KEABSAHAN DATA (TRIANGULASI)

Analisa data : reduksi, penyajian, dan interpretasi

Apakah perbedaan Sanggar Anak Alam dengan sekolah-sekolah formal?

Mas Yudhis : Sanggar Anak Alam berangkat dari mengkritisi

pendidikan formal yang ada, semestinya pendidikan itu

belajar hal-hal yang mendasar dari kehidupan, semestinya

sekolah dekat dengan kehidupan, sedangkan sekolah formal

yang ada itu mengedepankan sisi kognitif dan tidak

mengakar pada kehidupan masyarakat, seperti lembaga

yang berdiri sendiri.

Bu Sri Wahyaningsih : Saya melihat disini, sederhana sekali, belajar itu, saya

dulu kan mengalami belajar yang sekolah formal, disini

belajar sangat menyenangkan, belajar dari peristiwa dari

apa yang mereka alami lalu mereka ungkapkan, kalau di

sekolah formal dulu yang terlalu banyak dipelajari adalah

teori, saya pikir bagi anak usia dasar, sangat tidak cocok

hanya dengan teori, mereka harus mengalami sendiri,

mereka harus melakukan, nah dari pengalaman itu lah rasa

ingin tahu nya akan muncul.

Hasil Pengamatan : Lingkungan Sanggar Anak Alam sangat dekat dengan

masyarakat dan kehidupan, terutama masyarakat tani.

Bangunan nya juga tidak dibatasi oleh pembatas, sehingga

memungkinkan anak untuk bersinggungan langsung dengan

masyarakat. Biasanya riset yang akan dijalani pebelajar dan

fasilitator berhubungan erat dengan tema pokok Sanggar

Anak Alam (pangan, kesehatan, lingkungan, sosial budaya)

Page 281: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

264

Kesimpulan : Sanggar Anak Alam berangkat dari mengkritisi

pendidikan formal yang ada. Sederhana sekali, Sanggar

Anak Alam belajar dari apa yang anak alami, dari hal-hal

yang mendasar dari kehidupan seperti pangan, kesehatan,

lingkungan, dan sosial budaya. Selain itu letak nya juga

berada di tengah-tengah masyarakat tani, tanpa ada jarak

seperti pagar yang membatasi.

Bagaimanakah proses pembelajaran yang dilakukan Sanggar Anak Alam?

Mas Yudhis : Pembelajaran yang dilakukan di SALAM itu prinsipnya

anak menemukan sendiri,artinya ia mengalami proses

belajar, jika di struktur kan maka akan seperti sebuah daur.

Bu Sri Wahyaningsih : ....karena disini adalah belajar melalui pengalaman. Semua

harus melalui riset, harus mengalami sendiri. jadi bukan

buku paket, tapi dari alam semesta ini. Dari peristiwa yang

dihadapi setiap hari, melalui penelitian atau riset kecil-

kecilan. Bagaimana mereka tau tentang simbol-simbol

seperti angka dengan menggunakan benda yang ada di

sekitarnya. Kemudian huruf juga berawal dari bunyi,

mereka mulai mengenal bunyi-bunyian, mendengarkan, nah

bagaimana mengoptimalkan panca indera/tubuh, sebagai

alat untuk mencari data. Nah dari data lalu diolah, dianalisa,

direfleksikan, dan sampai pada kesimpulan.

Mas Timo : Jadi untuk belajar disini kita melakukan sesuatu dulu,

biasa nya kita namakan riset, misalnya kita menanam cabe

atau naik bis dulu, setelah itu baru kita belajar dari apa yang

telah kita lakukan tersebut, jadi melakukan dulu baru

belajar di kelas.

Page 282: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

265

Hasil Pengamatan : Sanggar Anak Alam selalu membuat perencanaan

pembelajaran setiap awal semester. Perencanaan

pembelajaran menghasilkan skema pembelajaran yang

terdiri dari tujuan dan konteks yang akan dikuasai anak.

Untuk mencapai tujuan dan konteks tersebut Sanggar Anak

Alam menggunakan aktivitas riset dalam kegiatan

pembelajarannya. Riset dipakai untuk mendapatkan data-

data yang akan diolah dalam sebuah proses daur belajar

hingga anak mampu menemukan sendiri pengetahuannya.

Riset tersebut dilakukan di semua jenjang yang ada di

Sanggar Anak Alam. Riset yang akan dijalani pebelajar dan

fasilitator berhubungan erat dengan tema pokok Sanggar

Anak Alam (pangan, kesehatan, lingkungan, sosial budaya).

Misal nya anak-anak kelas 4 yang melakukan riset ke

pabrik tahu, anak-anak kelas 1 yang melakukan riset

tentang tanaman, anak-anak kelas 2 yang melakukan riset

dengan energi, anak-anak SMP yang melakukan riset

tentang pasar. evaluasi pembelajaran Sanggar Anak Alam

berdasarkan kesepakatan antara fasilitator dan pebelajar.

Selain berbentuk ujian tertulis, evaluasi juga bisa berbentuk

produk akhir yang dihasilkan.

Kesimpulan : Proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam direncanakan

setiap awal semester dengan membuat skema pembelajaran

yang berisi tujuan dan konteks yang akan dikuasai

pebelajar. Untuk menguasai kedua hal tersebut, Sanggar

Anak Alam menggunakan aktivitas riset. Riset dipakai

untuk mendapatkan data-data yang akan diolah dengan

menggunakan daur belajar khas Sanggar Anak Alam.

Setiap masing-masing jenjang yang ada di Sanggar Anak

Alam mengawali proses pembelajaran menggunakan riset.

Page 283: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

266

Riset diperlukan untuk mengambil data-data yang

diperlukan dalam pembelajaran dengan mengoptimalkan

panca indera yang dimiliki anak.

Di Sanggar Anak Alam juga memiliki daur belajar sebagai langkah-langkah

dalam pembelajaran, Apakah daur belajar itu? dan seperti apa impelementasi nya?

Mas Yudhis : Kalau kita bicara daur belajar itu proses sebenarnya

didalamnya ada proses pengalaman, pengalaman itu

misalnya pengalaman sendiri, masing-masing anak

memiliki sendiri walaupun dilakukan secara bersama-sama.

Dari dia mengalami, melakukan sesuatu, mengungkap data

informasi yang diperlukan lalu data itu diolah,

distrukturkan, di sistemasikan sehingga ia memahami alur

dan kerangka nya, lalu bisa menyimpulkan.

Bu Sri Wahyaningsih : mulai dari merencanakan, melakukan, menganalisa,

mengambil kesimpulan, nah jadi kita belajar yang

terstruktur sebetulnya. Jadi tidak kemudian sudah

menentukan materi, menentukan tema, namun bagaimana

anak menemukan tadi kan harus ada strukturnya, jadi

menggunakan struktur itu.

Bu Avin : kalau dalam daur belajar nya salam kan biar mereka

mencari sendiri kan, lalu menganalisis kemudian nanti kita

lihat-lihat lalu aplikasi.

Bu Wiwin : Awalnya anak melihat, lalu mengungkapkan, anak

membuat sesuatu, lalu kesimpulan. Nah sebenarnya yang

dilakukan itu seperti itulah, alur nya begitu.

Hasil Pengamatan : Peneliti mendapatkan penjelasan tentang daur belajar saat

mengikuti workshop yang digelar Sanggar Anak Alam di

Page 284: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

267

Merdesa cafe, yaitu Daur belajar adalah sebuah serangkaian

proses yang akan ditempuh pebelajar untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. untuk melakukan serangkai proses

dalam daur belajar, anak-anak memerlukan data yang

diambil melalui riset. Daur belajar merupakan model

pembelajaran khas Sanggar Anak Alam

Dokumentasi :

Kesimpulan : Daur belajar merupakan model pembelajaran khas

Sanggar Anak Alam. Daur belajar adalah suatu rangkaian

proses yang meliputi “melakukan-mengungkap data-

mengolah data-mem-buat kesimpulan-menerapkan” dengan

menggunakan riset yang berbasis pada pengalaman untuk

mendapatkan data, dengan tujuan agar pebelajar dapat

menemukan pengetahuannya sendiri.

Sanggar Anak Alam memiliki slogan “mendengar saya lupa, melihat saya ingat,

melakukan saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”, bagaimana

implementasi slogan tersebut dalam proses pembelajaran? Dan apakah seluruh

anggota belajar di Sanggar Anak Alam sudah mengimplementasikan dengan baik?

MELAKUKAN

UNGKAP DATA

OLAH DATAKESIMPULAN

TERAPKAN

Page 285: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

268

Bu Sri Wahyaningsih:mereka diberi kesempatan, kalau misal mendengar kan itu

sekedar diceritain tadi, kalau melihat itu anak hanya

melihat gambar-gambar, tapi disini justru mereka

melakukan sendiri.

Mas Yudhis : Kan kalau dilihat itu yang paling pokok itu “menemukan

sendiri saya kuasai”, nah itu yang saya ceritakan tadi,

bahwa anak mengalami sebuah peristiwa, dan jika peristiwa

itu dibongkar dan di strukturkan akan menjadi daur belajar.

Hasil pengamatan : peneliti mengamati bahwa dalam kegiatan pembelajaran

Sanggar Anak Alam tidak didominasi dengan hubungan

searah yang menuntut pebelajar untuk mendengar. aktivitas

pembelajaran di Sanggar Anak Alam berpusat pada

pebelajar. Menuntut pebelajar untuk aktif dalam setiap

aktivitas pembelajaran.

Kesimpulan : Di Sanggar Anak Alam, pembelajaran berpusat pada

pebelajar. Para pebelajar belajar dengan melakukan sendiri

dan menemukan sendiri pengetahuannya dari peristiwa-

peristiwa yang mereka alami dan temui. Pembelajaran tidak

didominasi dengan hubungan searah yang menuntut anak

untuk mendengar.

Apakah Sanggar Anak Alam mengikuti kurikulum yang dibuat oleh pemerintah?

Jika tidak, pedoman apakah yang dianut Sanggar Anak Alam dalam

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran?

Mas Yudhis : Kita sebenarnya membuat kurikulum sendiri tetapi kita

tetap memperhatikan kurikulum yang dibuat dinas.

Misalnya ada cakupan belajar jika kita menyebutnya, nah

itu seperti yang ada pada SKKD pada KTSP.

Page 286: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

269

Bu Sri Wahyaningsih : Kurikulum sebanarnya kan pedoman, output atau

capaiannya mau apa, pedoman mestinya mengarahkan kita

mau kemana. Sudah saya katakan tadi, untuk kelas 1 2 3

bagaimana menghantarkan anak agar bisa calistung.

Kemudian membaca apa, menulis apa, nah itu yang harus

dibicarakan bersama. Nah kita punya cakupan-cakupan

belajar, misal untuk kelas 1 menguasai berapa suku kata,

dsb. nah capaian-capaian ini yang telah kita sepakati di

awal, kita mengambil dari kurikulum nasional lebih pada

cakupan. Nah isi atau proses nya kita sesuaikan karena

disini adalah belajar melalui pengalaman.

Mas Timo : tentu saja kami juga mengacu pada kurikulum nasional,

hanya kami mengambil indikator-indikator yang berkaitan

dengan tema saja

Hasil Pengamatan : Dalam workshop Sanggar Anak Alam yang diikuti

peneliti, mas Yudhis menunjukkan kurikulum nasional

KTSP untuk melihat indikator-indikator umum. Sanggar

Anak Alam mengambil beberapa cakupan/capaian belajar

yang ada di KTSP. Dari indikator tersebut, Sanggar Anak

Alam membuat sebuah skema target dasar belajar yang

berisi tujuan dan konteks.

Kesimpulan : Sanggar Anak Alam tetap memperhatikan kurikulum

nasional yang dibuat pemerintah dengan memakai beberapa

cakupan/capaian belajar yang ada pada kurikulum nasional.

namun capaian tersebut diolah dengan menggunakan

pembelajaran khas Sanggar Anak Alam, yaitu dengan riset

dan daur belajar. Sanggar Anak Alam tetap membuat

perencanaan dengan mengambil capaian atau indikator

Page 287: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

270

yang ada pada kurikulun nasional dan membuat skema

target dasar belajar yang berisi tujuan dan konteks.

Siapa saja yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran Sanggar Anak Alam?

Bu Sri Wahyaningsih : Kalau disini yang belajar tidak hanya anak, karena ini

komunitas, maka yang harus belajar juga fasilitator, orang

tua dan masyarakat. jadi kita menjadi satu kesatuan,

menciptakan ruang belajar bagi siapapun.

Mas Yudhis : Yang jelas siapapun yang belajar disini, baik anak, orang

tua, fasilitator, penyelenggara sekolah, maupun masyarakat.

nah ini juga yang membedakan, sekolah pada umum nya

adalah indikator yang ingin menjadikan pebelajar yang bla

bla bla, kalau kita ingin membangun sebuah komunitas

belajar yang melibatkan semua pihak. Itu yang menjadi

perhatian kami.

Hasil Pengamatan : Ada pihak-pihak yang terlibat aktif dalam pembelajaran di

Sanggar Anak Alam, yaitu: fasilitator, pebelajar, dan orang

tua. Masyarakat sekitar juga terkadang terlibat di kegiatan

Sanggar Anak Alam, seperti dalam pesta panen.

Kesimpulan : Penyelenggaraan pembelajaran di Sanggar Anak Alam

melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut antara

lain: pebelajar, fasilitator, orang tua, dan masyarakat.

Kesemuanya menjadi satu kesatuan yang utuh.

Bagaimana posisi Sanggar Anak Alam terhadap aturan-aturan terkait pendidikan

yang dikeluarkan pemerintah selaku penyelenggara utama pendidikan?

Page 288: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

271

Bu Sri Wahyaningsih : Kalau kami tidak masalah, ada tiga pilar pendidikan

menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Sebenarnya kami ingin menjalankan itu, nah

kalau perkembangan sekarang, sekolah menjadi institusi

tersendiri yang mengurangi keterlibatan orang tua dan

masyarakat, itu menurut saya justru kekeliruan besar.

Karena pendidikan harus berlangsung di dalamnya, kalau

bermasyarakat manusia adalah makhluk sosial, jadi tidak

mungkin sendiri. keluarga harus menjadi proses

pembelajaran yang utama dan pertama, itu yang harus

dilakukan.

Mas Yudhis : Yang jelas kalau berbicara pendidikan adalah hak dari

warga negara, dan negara memiliki kewajiban untuk

memberikan itu ke anak-anak. Salam sebagai warga negara

juga mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan

yang sesuai dengan esensi dari pendidikan itu sendiri.

Kesimpulan : Sanggar Anak Alam tidak mempermasalahkan aturan-

aturan yang dibuat pemerintah. Sanggar Anak Alam hanya

ingin menciptakan ruang untuk membuka jalan pendidikan

yang esensial dan juga sesuai dengan tiga pilar Ki Hadjar

Dewantara, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. .

Apakah sebenarnya tujuan utama Sanggar Anak Alam menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran?

Bu Sri Wahyaningsih : Ya kami sebetulnya menciptakan ruang, karena

pendidikan itu sepanjang masa, hiduplah, itu bagaimana

proses ini benar-benar dilalui, kami tidak mengerdilkan arti

pendidikan hanya sekolah, nah ini pelajaran hidup,

sehingga yang dipelajari adalah hal-hal yang kita berkaitan

Page 289: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

272

dengan kehidupan. Kenapa kita kemarin melakukan pesta

panen, nah itu juga dalam rangka itu. menjadi wujud nyata

bahwa kita menciptakan ruang belajar bagi semua.

Mas Yudhis : Tujuan utama nya adalah memberikan ruang bagi anak

atau pendidikan dasar untuk berada pada esensi,

mengembalikan esensi pendidikan dasar, itu yang ingin kita

upayakan. Esensi nya pendidikan dasar berarti hal-hal yang

mendasar yang kita pelajari, kemanusiaan, kehidupan

manusia sendiri, maka itu perlu mendapat perhatian, maka

ada 4 perspektif yang kami giatkan yaitu pangan,

kesehatan, lingkungan dan sosial budaya. Belajar nya

alamiah seperti yang ada dalam daur belajar itu.

Kesimpulan : Sanggar Anak Alam bertujuan untuk menciptakan ruang

bagi pendidikan dasar terutama, dengan mengedepankan

hal-hal mendasar dari kehidupan manusia seperti pangan,

kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya.

Apakah perbedaan antara fasilitator Sanggar Anak Alam dengan Guru sekolah

formal?

Bu Sri Wahyaningsih : Tidak hanya sekedar metode, ini adalah paradigma. Kalau

metode bermacam-macam, kalau ini adalah yang mendasari

yaitu pola pikir seperti itu, kita benar-benar mendudukan

anak sebagai subjek, belajar itu produktif harus

menghasilkan ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar

transfer, kalau guru lebih tau dulu lalu mentransfer ilmu

nya kepada anak-anak. Ini perbedaan yang mendasar. Jadi

Page 290: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

273

bagaimana kita menghantar anak, mendampingi anak agar

anak mampu menemukan ilmu pengetahuannya sendiri, ia

menjadi subjek yang aktif, dia menjadi pembelajar, sama

fasiliatator juga harus menjadi pembelajar.

Bu Erna : Beda sekali, sebagai memfasilitasi saja, memfasilitasi ide,

keinginan, solusi-solusi mereka.

Iris : Beda, kalau guru nggak terlalu dekat dengan pebelajar,

kalau fasilitator dekat. Kalau guru mereka ngomongin teori

dan pendampingan kurang, kalau fasilitator itu mereka

mendampingi kita dan memfasilitasi.

Hasil pengamatan : Peneliti melihat peran fasilitator memiliki perbedaan

dengan guru sekolah formal. Fasilitator berusaha lebih

banyak memfasilitasi pebelajar dan bukan memberi

pengetahuan kepada pebelajar. Fasilitator membetulkan apa

yang salah dari yang diungkapkan pebelajar. Fasilitator

memberi motivasi agar pebelajar selalu antusias untuk

belajar. Fasilitator juga belajar dari pebelajar.

Kesimpulan : Sanggar Anak Alam tidak hanya mengganti istilah guru

menjadi fasilitator. Namun didasarkan atas paradigma yang

ingin menempatkan pebelajar sebagai subjek aktif sebagai

pebelajar. Kebanyakan guru menempatkan posisi sebagai

orang yang lebih tau dulu lalu mentransfer ilmu nya kepada

anak-anak, sedangkan Fasilitator bertugas untuk

mendampingi. Memotivasi dan memfasilitasi apa yang

pebelajar perlukan untuk menemukan pengetahuannya.

Apa peran dan tugas Tugas fasilitator di Sanggar Anak Alam? Dan Seberapa jauh

keterlibatan fasilitator dalam proses pembelajaran?

Page 291: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

274

Bu Sri Wahyaningsih : Sebenarnya kami memakai nama fasilitator itu juga bukan

tanpa alasan, kami sangat banyak alasan, karena kami

percaya bahwa anak adalah maha guru bagi dirinya,

sehingga yang dibutuhkan adalah fasilitator itu tadi,

pendamping , jadi bagaimana kita mendampingi, juga sama

seperti yang Ki Hajar Dewantara katakan bahwa Tut Wuri

Handayani, Ing Madya Mangunkarso, Ing Ngarso sung

Tuladha. Itu sebenarnya pembelajaran yang aktif. Jadi kita

sejajar dengan anak-anak. Jadi kita sejajar dengan anak-

anak. Kata fasilitator itu lebih setara dengan anak-anak.

Mas Timo : Sesuai istilah tersebut, jadi kita disini hanya menfasilitasi

anak-anak, kita hanya mendapingi dan membuat kondisi

dimana anak bisa belajar.

Nanda : Fasilitator ya mendampingi terus, memfasilitasi terus.

Hasil Pengamatan : Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti, fasilitator

memang bertugas mendampingi dan memfasilitasi

keperluan belajar mereka. Seperti yang peneliti pernah

rasakan menjadi fasilitator di SMP Sanggar Anak Alam,

fasilitator mendampingi riset-riset yang dilakukan

pebelajar, lalu membantu pebelajar untuk membawa data-

data riset ke dalam kelas.

Kesimpulan : Fasilitator Sanggar Anak Alam memiliki tugas untuk

mendampingi dan memfasilitasi segala keperluan belajar

pebelajar agar mampu menemukan pengetahuannya sendiri.

kedudukan antara fasilitator dan pebelajar setara.

Apakah fasilitator memandang pebelajar yang belajar di Sanggar Anak Alam

bersama anda adalah objek yang harus diberi materi agar menjadi pintar?

bagaimana anda memandang pebelajar sebagai orang yang belajar?

Page 292: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

275

Mas Timo : bisa dibilang teman belajar. jadi, anak–anak itu sebagai

teman belajar, mereka belajar sesuatu juga kita untuk

belajar sesuatu juga mas.

Mbak Vian : Tidak, kalau saya menyebut mereka itu teman-teman, kita

saling sharing saja, saya belajar dan mereka juga belajar,

mereka tidak diberi materi pun juga mereka bisa belajar,

kita belajar dari apa yang mereka tanyakan.

Bu Wiwin : jadi kita menganggap pebelajar itu ya mereka juga ribadi

yang utuh yang sudah punya bekal, punya motivasi, punya

pengetahuannya sendiri, dan saya bertugas tidak untuk

memberi pengetahuan, tapi mendampingi mereka untuk

menemukan pengetahuan mereka.

Hasil pengamatan : Peneliti melihat fasilitator sangat akrab dengan pebelajar.

Komunikasi yang terbangun antara pebelajar dengan

fasilitator baik seperti antara sesama teman. Namun peneliti

masih menemukan fasilitator yang berlaku layaknya

seorang guru yang memberi instruksi kepada pebelajarnya.

Kesimpulan : Fasilitator di Sanggar Anak Alam memandang pebelajar

sebagai teman belajar yang memiliki pengetahuannya

sendiri, kedua nya sama-sama berkepentingan untuk belajar

bersama. Namun masih ada beberapa fasilitator yang

berlaku seperti guru yang memberi instruksi.

Selama anda menjadi fasilitator, pembelajaran seperti apa yang telah anda lakukan

bersama pebelajar?

Mas Timo : ....riset profesi yang ada di Indonesia. Tapi sekitar sini

mas, tidak di lingkungan sekitar sini saja sudah cukup,

anak-anak mewawancarai ada yang profesi nya sebagai

Page 293: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

276

pekerja salon, penjual angkringan, petani, pokoknya di

sekitar lingkungan sini. Selain itu juga dulu kita belajar

transportasi, dulu sepeda, belajar sampai dulu kita merakit

sepeda, lalu transportasi kereta api, dan terakhir kemarin

andong.

Mbak Vian : Sedang tanaman, dulu riset lingkungan sekitar bisa

berkembang banyak. Memang banyak improvisasi untuk

kelas 1, rencana kita hari ini riset apa, tapi saat kita jalan-

jalan lalu mereka menemukan sesuatu yang menarik buat

mereka, ya kita akan ikuti alur yang anak-anak temukan.

Hasil Pengamatan : Peneliti melihat fasilitator Sanggar Anak Alam membantu

anak-anak dalam menjalankan riset. Mulai dari

perencanaan hingga kesimpulan.

Kesimpulan : Fasilitator Sanggar Anak Alam memahami bahwa riset

adalah bagian yang penting dari pembelajaran di Sanggar

Anak Alam. Fasilitator membantu pebelajar mulai dari

perencanaan hingga kesimpulan. Fasilitator memahami

konsep pembelajaran yang digunakan di Sanggar Anak

Alam.

Apakah sebelumnya anda (fasilitator) mengerti hal-hal yang berkaitan dengan

pembelajaran seperti, metode, kurikulum, dsb?

Mas Timo : Saya tidak tau, saya lulusan psikologi, sebenarnya pernah ada mata kuliah psikologi pendidikan, tapi saya tidak tertarik, namun setelah di SALAM saya menjadi tertarik, walaupun tidak tau istilah-istilah pendidikan seperti pedagogi, dsb.

Mbak Vian : Kalau selama saya kuliah sih sedikit banyak tau tentang kurikulum, media, cara mengajar.

Page 294: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

277

Bu Erna : Pernah belajar.

Kesimpulan : Tidak semua fasilitator di Sanggar Anak Alam mengerti tentang hal-hal seputar pembelajaran, seperti kurikulum, metode, dll.

Apakah ada kualifikasi khusus untuk menjadi fasilitator Sanggar Anak Alam?

Mas Yudhis : Yang penting, orang itu mau belajar, kalau kita mau

belajar maka akan mudah ketika menemani anak-anak

mencari tau, lalu yang kedua dia harus punya keasikan

dengan anak-anak, seperti berkomunikasi, pendekatan

untuk menjadi teman bisa mudah jika punya keasikan, lalu

yang ketiga dia punya keterbukaan untuk kerja tim, baik

dengan anak-anak, orang tua, maupun fasilitator yang lain,

yang keempat adalah komitmen waktu.

Hasil Pengamatan : Dari beberapa tanya jawab peneliti dengan narasumber-

narasumber, terutama fasilitator, ternyata banyak fasilitator

Sanggar Anak Alam yang bukan berasal dari background

pendidikan, namun dari beragam latar belakang.

Kesimpulan : Tidak ada kualifikasi khusus untuk menjadi fasilitator

Sanggar Anak Alam. Tidak harus dari latar belakang

pendidikan. yang penting orang yang menjadi fasilitator

harus mau belajar, menemani dan berkomunikasi dengan

anak-anak, dan keterbukaan untuk bekerja secara tim.

Apakah ada aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi bagi pebelajar selama

proses pembelajaran? Siapa yang membuat aturan tersebut? Bagaimana

membuatnya (bersama atau seperti apa) ?

Mas Yudhis : Kita tidak membuat aturan, yang kita bangun adalah

kesepakatan. Kesepakatan yang muncul dari pengalaman

Page 295: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

278

Bu Wiwin : Kalau kesepakatan di SALAM sendiri sudah ada

“menjaga diri, menjaga teman, menjaga lingkungan”, kalau

kesepakatan di kelas misalnya bagaiamana di kelas kita

buka forum bareng-bareng, kalau di kelas ada orang bicara

sebaiknya gimana, mendengarkan atau bagaimana,

kesepaktannya kalau ada orang bicara didengarkan dulu.

Terus ada teman jatuh, lalu gimana yang harus dilakukan.

Jadi kesepakatan-kesepakatan timbul dari konsolidasi.

Bu Erna : Ada kesepakatan. Yang membuat ya kita bersama, ya

anak-anak dan kita. Jadi diskusi gitu. Kalaupun ada

kesepakatan yang dilanggar itu konsekuensi nya sesuai

dengan kesepakatan.

Satiti : Nggak sih, kalau kesepakatan sekolah dari sekolah, kalau

kesepakatan di kelas ya anak-anak, misalnya konsekuensi

nya apa terus ngapain.

Hasil Pengamatan : Di Sanggar Anak Alam terdapat kesepakatan “menjaga

diri, menjaga teman, menjaga lingkungan”. Di setiap

masing-masing kelas terdapat kesepakatan yang dibuat

Pebelajar dan fasilitator.

Kesimpulan : Tidak ada peraturan-peraturan yang ketat di Sanggar Anak

Alam. Yang ada adalah kesepakatan. Kesepakatan umum

Sanggar Anak Alam yaitu “menjaga diri, menjaga teman,

menjaga lingkungan”. lalu antara fasilitator dan pebelajar,

membuat kesepakatan di kelas masing-masing dengan cara

berdiskusi berdasarkan kesepakatan umum Sanggar Anak

Alam. Semua kesepakatan berdarasarkan atas keputusan

bersama antara fasilitator dan pebelajar.

Page 296: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

279

Apakah belajar di Sanggar Anak Alam membuat adik lebih bebas dalam

menentukan apa yang akan dipelajari?

Nanda : Di bebasin, tidak terpaku sama buku, nggak kayak sekolah

formal baca buku terus ngerjakan soal, nggak gitu. Kita

bisa belajar dari mana saja, misal dari ngelakuin sesuatu

atau hal-hal lain.

Iris : Kadang iya kadang tidak

Hasil Pengamatan : Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti, tidak semua

yang dipelajari ditentukan oleh anak-anak. Ada materi-materi yang ditentukan

juga oleh fasilitator.

Kesimpulan : Pebelajar di Sanggar Anak Alam belum sepenuhnya bebas

menentukan apa yang akan mereka pelajari. Beberapa

materi masih ditentukan oleh fasilitator.

Karena pembelajaran Sanggar Anak Alam yang berbeda, apakah terdapat

kesulitan yang dialami baik dari fasilitator maupun pebelajar di dalam proses

pembelajaran nya?

Bu Sri Wahyaningsih : .....dulu fasilitator kan mendapatkan pelajaran bukan

seperti yang ada disini, jadi keinginan untuk mengajar itu

kuat. Dan ada rasa tidak percaya terhadap anak-anak untuk

belajar, inti nya kepercayaan fasilitator terhadap anak-anak.

Itu kadang-kadang ragu-ragu. Saya menyadari bahwa

fasilitator juga perlu berproses, maka dari itu yang

berproses bukan hanya anak namun fasilitator, dia harus

menemukan juga.

Bu Avin : Kalau boleh bilang, yang paling sulit adalah orang tua

yang masih sulit bekerja sama. Sementara kita selalu

Page 297: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

280

berkoar-koar bahwa SALAM bukan Cuma fasilitator dan

anak. Namun juga kita bertiga, yaitu orang tua, PKBM, dan

anak.

Mbak Vian : mungkin karena saya relatif baru, metode-metode unik

untuk menghadapi anak yang berbagai macam, memotivasi

anak, mungkin juga kendala di awal saat akan membangun

motivasi anak.

Kesimpulan : Masih ada kendala-kendala yang dihadapi oleh Sanggar

Anak Alam dengan model pembelajaran nya yang berbeda

dari sekolah formal.

Page 298: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

281

Lampiran 8. Surat izin penelitian

Page 299: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

282

Page 300: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

283

Page 301: PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM …eprints.uny.ac.id/29824/1/Boy Adisakti_10105244041.pdf · i PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI

284

Lampiran 9. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian