proses pembelajaran menggambar motif batik objek …
TRANSCRIPT
1
PROSES PEMBELAJARAN MENGGAMBAR MOTIF BATIK
OBJEK BIOTA LAUT PADA SISWA KELAS VIII
MTs BONTOMARANNU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
SRI WAHYUNITASARI
1054 1085 815
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga. (Hr.Muslim)
Memulai dengan penuh keyakinan Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan Kemenangan yang seindah-indahnya
dan sesukar-sukarnya Yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri
sendiri. (Ibu Kartini)
Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk kedua orang tua bapak dan ibu
yang paling berharga dalam hidup saya. Hidup menjadi begitu mudah dan lancar
ketika kita memiliki orang tua yang lebih memahami kita daripada diri sendiri.
Terimah kasih kuucapkan telah menjadi orang tua yang sempurna.
vii
ABSTRAK
SRI WAHYUNITASARI. 10541085815. 2020. Proses pembelajaran
menggambar motif batik objek biota laut pada siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr.
Andi Baetal Mukaddas, M.Sn. dan Pembimbing II Makmun, S.Pd., M.Pd.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam
menggambar motif batik dengan objek biota laut serta pengembangan daya
imajinasi siswa untuk berfikir aktif dan kreatif, disisi lain juga dapat dibantu
dengan memanfaatkan objek biota laut yang ada di lingkungannya. Objek pada
penelitian ini yaitu semua peserta didik kelas VIII MTs Bontomarannu yang
berjumlah 14 orang. Teknik pengumpulan data adalah melalui observasi, tes
praktik, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik
kualitatif. Hasil penelitian yakni ada beberapa tahapan dalam proses
pembelajaran menggambar motif batik dengan objek biota laut yang dilakukan
pada siswa kelas VIII MTs Bontomarannu yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan, membuat gambar sketsa, mewarnai dengan menggunakan cat poster,
hasil karya dan finishing. Dalam proses menggambar motif batik pada siswa kelas
VIII MTs Bontomarannu sudah tergolong cukup baik mesti ada beberapa kendala
seperti ketersediaan media yang masih terbatas dan ada beberapa tahapan yang
dilakukan siswa tidak sesuai dengan langkah-langkah yang diterapkan. Selain
proses tersebut sudah ada beberapa siswa yang menggambar motif batik
menggunakan objek biota laut sudah cukup baik dimana karya yang dibuat sangat
kreatif dan tampak menarik. Aspek yang dijadikan indikator penilaian kualitas
yaitu dilihat dari aspek integritas, harmoni dan kecemerlangan.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum, Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan juga salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita
semua Nabi Muhammad SAW yang mengantarkan manusia dari kegelapan ke
zaman yang terang menderang. Penyususnan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi syarat-syarat untuk bisa mencapai gelar sarjana pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari mengenai penulisan ini tidak bisa terselesaikan tanpa
pihak yang mendukung. Maka, penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada :
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ayahanda Dr.Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Dr. A. Baetal Mukaddas, S.Pd, M. Sn. Ketua Program Studi
Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Makmun, S.Pd., M. Pd Sekertaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa
Universitas Muhammdiyah Makassar.
5. Ayahanda Dr. A. Baetal Mukaddas, S.Pd, M. Sn pembimbing I
ix
6. Ayahanda Makmun, S.Pd., M.Pd . Pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu dosen khususnya dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa
yang telah memberikan bantuan ilmu yang mereka miliki.
8. Ucapan terima kasih khususnya orang yang paling berharga dalam hidupku
yaitu ayahanda tercinta Saparuddin dengan ibunda Nurwati atas curahan kasih
sayang dan do‟a restunya kepada ananda sehingga dapat meyelesaikan studi
di program tinggi ini.
9. Kepada saudara-saudaraku tercinta, khususnya kakak-kakak yang selama ini
telah mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini. Disamping itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada teman-teman semua mahasiswa
jurusan Seni Rupa pada umumnya, yang turut memberikan dukugannya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Disadari bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempurna untuk itu dengan segala kekurangan yang ada, saya sangat
mengharap masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan tulisan ini.
Semoga segala bantuan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis
megharapkan agar kiranya skripsi ini dapat diterima khalayak pembaca dan
menjadi pedoman bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, karena
sempurna hanya milik sang pencipta
Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat
Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, Juli 2020
Peneliti
Sri Wahyunitasari
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. v
SURAT PERJANJIAN .................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ............................ 6
A. Kajian Pustaka ................................................................................. 6
B. Kurikulum ....................................................................................... 23
xi
C. Kerangka Pikir.................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 35
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 35
C. Popolasi dan Sampel ........................................................................ 36
D. Variabel dan Desain Penelitian ........................................................ 37
E. Defenisi Operasional Variabel ......................................................... 38
F. Subjek Penelitian .............................................................................. 39
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39
H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 44
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 44
B. Pembahasan ...................................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 69
A. Kesimpulan ....................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Ornamen utama ........................................................................................... 12
2. Batik Lasem ................................................................................................. 13
3. Ornamen Isian Batik .................................................................................... 14
4. Motif Geometris .......................................................................................... 15
5. Motif Non Geometris ................................................................................. 15
6. Biota Laut .................................................................................................... 16
7. Hewan Moluska ........................................................................................... 17
8. Motif Batik Dayak kalimantan Barat .......................................................... 18
9. Ikan Tongkol ............................................................................................... 18
10. Corak batik Cepethikan ............................................................................. 19
11. Kuda laut ................................................................................................... 19
12. Batik Soganan Motif kuda laut ................................................................. 20
13. Alga hijau .................................................................................................. 21
14. Batik tulis lasem ........................................................................................ 21
15. Alga Coklat ............................................................................................... 22
16. Motif Batik cilacap ................................................................................... 22
17. Alga merah ................................................................................................ 23
18. Motif batik tulis ......................................................................................... 23
19. Skema kerangka fikir ................................................................................ 34
20. Peta Lokasi ................................................................................................ 36
21. Skema Desain penelitian ........................................................................... 38
xiii
22. Komponen analisis .................................................................................... 43
23. Gambar pensil ........................................................................................... 46
24. Kertas gambar ........................................................................................... 47
25. Karet penghapus ........................................................................................ 47
26. Penggaris .................................................................................................. 48
27. Kuas .......................................................................................................... 49
28. Cat Poster .................................................................................................. 49
29. Palet ........................................................................................................... 50
30. Membuat desain sketsa ............................................................................. 50
31. Proses pewarnaan ...................................................................................... 51
32. Proses Phinising ........................................................................................ 51
33. Tabel nilai siswa ....................................................................................... 57
34. Tabel Presentase siswa .............................................................................. 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulyasa (2006:4) menarik kesimpulan sebagai berikut.
Berbicara tentang pendidikan pasti tidak ada habisnya. Mengingat
pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan
sesuai dengan perkembangan disegala bidang kehidupan. Perubahan dan
perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang
terlibat di dalamnya, baik itu pelaksana pendidikan di lapangan
(kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik). Mutu pendidikan, sarana
dan prasarana pendidikan mutu pembelajaran pendidikan termasuk
perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang innovatif.
Pendidikan tidak terlepas dari bidang kesenian dan keterampilan.
Seni adalah bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya
manusia. Dengan segala keindahan, dan kebebasan ekpresi dari manusia sendiri.
Seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia, kesenian sebagai produk
budaya juga terus berkembang sesuai dengan keadaan masanya. Dalam
perkembangan seni, seni muncul, seni kontemporer sebagai refleksi fenomena
sosial yang menunjukan kondisi kreatif pada masa terakhir.
Batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan
antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat
berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang tidak ada bandingannya
baik dalam desain/motif maupun prosesnya. Corak ragam batik yang mengandung
penuh makna dan filosofi akan terus digali dari berbagai adat istiadat maupun
budaya yang berkembang di Indonesia.
Motif batik adalah corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada
batik berupa perpaduan antara garis, bentuk, dan isen yang menjadi satu kesatuan
2
yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif-motif batik itu antara lain
adalah motif hewan manusia, geometris dan motif lain. Motif batik sering juga
dipakai untuk menunjukan status seseorang.
Menggambar motif batik merupakan langkah awal dalam membuat batik,
dan termasuk dalam kategori seni rupa dua dimensi yang tidak lepas dari
karakteristik bentuk, meliputi: Ornamen motif (ornamen utama dan ornamen dan
ornamen pengisi), isen motif (berupa titik, garis, gabungan titik dan garis), dan
warna. Dalam menggambar motif batik sebaiknya harus memperhatikan unsur-
unsur seni rupa tersebut harus disusun secara harmonis, agar menghasilkan
gambar motif batik yang indah dan kreatif. Susanto (1981: 4) berpendapat bahwa
“Sebagai ciri umum keindahan adalah jika suatu karya seni diamati secara utuh
terjadi kelancaran pandangan, tidak terdapat suatu ganjalan atau sesuatu yang ke
luar dari keseimbangan ataupun ritme”
Indonesia memiliki kekayaan motif yang beraneka ragam. Bentuk motif
dari masing-masing daerah memiliki ciri khas. Hal ini disebutkan karena
perkembangan masing-masing daerah dalam perjalanan sejarahnya berbeda. Seni
rupa di Indonesia terkenal dengan ragam motifnya, baik yang tradisional maupun
yang modern. Memiliki variasi akan motif-motif hias yang luas dan penggarapan
yang artistic.
Motif batik tidak hanya dimiliki sebagian besar orang Jawa, namun di
Sulawesi Selatan juga memiliki motif batik yang beranekaragam. Sebagai contoh
batik Sulawesi-Selatan memiliki motif-motif Toraja, Bugis, dan Makassar. Di
Toraja memiliki berbagai macam ukiran motif yang memiliki makna dari tiap
3
bentuk ukiran motif tersebut. Motif yang sering dibuat adalah motif garis-garis
vertical, burung, dan bunga. Sedangkan warna yang digunakan biasanya warna-
warna gelap seperti hitam, coklat, biru tua, dan merah. Begitupun Bugis/Makassar
yang juga memiliki motif khas dari daerah tersebut. Bugis lebih dikenal dengan
kain tradisionalnya yang berupa kain tenun Bugis. Dari dulu hingga sekarang
bahan tenun sutera Bugis masih digunakan untuk bahan batik. Selain itu banyak
motif-motif Batik Bugis yang mengadopsi dari motif tenun Bugis. Dan juga
terinspirasi dari kebudayaan lokal setempat.
Keterampilan menggambar motif adalah kemampuan khusus untuk
mewujudkan ide dan keinginan dalam melaksanakan suatu kegiatan yang berguna
bagi diri sendiri dan orang lain. Mata pelajaran seni budaya yang diajarkan
sejumlah mata pelajaran yang meliputi aspek pengetahuan untuk mencapai hasil
yang lebih baik, pembelajaran menggambar motif batik, bukan hal yang mudah,
dan apabila tidak mampu menguasainya, maka keterampilan merupakan
kemampuan khusus untuk mewujudkan ide dan keinginannya.
Pembelajaran pendidikan seni budaya khususnya menggambar motif
batik di MTs Bontomarrannu sudah berjalan dengan baik sesuai dengan
kurikulum yang digunakan, namun pada perkembangan Seni Budaya khususnya
menggambar Motif batik dengan objek biota laut belum pernah dilakukan. Pada
pembelajaran praktik di Sekolah ini menurut mereka lebih banyak menerapkan
motif batik tetapi dengan objek yang berbeda. Padahal sebenarnya di lingkungan
sekitarnya ada banyak objek yang biasa digunakan khususnya objek biota laut.
Objek biota laut ini memiliki banyak keanekaragaman dengan bentuk yang
4
berbeda- beda seperti ikan, gurita, cumi, dan tumbuhan laut lainnya. Hal ini dapat
diharapkan dapat menambah wawasan dan kreativitas siswa dalam berkarya.
Dari latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk meneliti
“Proses Pembelajaran Menggambar Motif Batik Objek Biota Laut pada
Siswa Kelas VIII MTs Bontomarrannu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembelajaran menggambar motif batik dengan
objek biota laut pada siswa kelas VIII MTs Bontomarrannu?
2. Bagaimanakah hasil pembelajaran siswa dalam menggambar motif batik
dengan objek biota laut pada siswa kelas VIII MTs Bontomarrannu?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam
menggambar motif batik serta pengembangan daya imajinasi siswa untuk berfikir
aktif dan kreatif, di sisi lain juga dapat dibantu dengan memanfaatkan objek biota
laut yang ada di lingkungannya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah wawasan tentang bagaimana cara proses menggambar
motif Batik dengan objek Biota laut
b. Menambah wawasan keilmuan tentang pembelajaran seni rupa, dan teori
tentang pemanfaatan media baru dalam proses menggambar motif batik
dengan objek biota laut
5
c. Menambah referensi tentang Biota Laut
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Proses menggambar batik dengan objek Biota laut dapat merangsang
siswa untuk berfikir kreatif sehingga siswa mampu menggambar motif batik
sesuai dengan ide penciptaan mereka.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru untuk
menerapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas sebagai upaya peningkatan
kreativitas menggambar motif batik dengan objek biota laut.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi pada guru-
guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan dalam
proses pembelajaran membatik.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKADAN KERANGKA FIKIR
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan landasan teoritis dan menggunakan
literatur yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Salah satu hasil
penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Suryani (2014) tentang kreativitas menggambar motif kreasi
batik pada gerabah melalui pendekatan konstruktivistik di kelas VIII SMP 1
Purwadadi Ciamis Jawa Barat tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan memakai pendekatan
konstruktivisme.
Konstruktivisme digunakan untuk memberikan efek pada lingkungan
belajar menjadi kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang paling benar. Hal
ini dasarkan pada pemikiran bahwa konsep konstruktivistik merupakan
pendekatan pengetahuan yang tidak di terima secara pasif tetapi secara aktif
dibangun dengan daya nalar yang subjektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kreativitas
menggambar motif kreasi batik pada gerabah melalui pendekatan konstruktivistik
di Kelas VIII D SMPN 1 Purwadadi Ciamis Jawa Barat Tahun ajaran 2013/2014.
Persamaan penelitian dengan peneliti lakukan adalah dengan menggambar motif
batik pada siswa kelas VIII.
7
Perbedaannya dalam penelitian ini dengan peneliti lakukan adalah
terletak pada pendekatan penelitian dan lokasi yang akan diteliti. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif di mana data tersebut menggunakan angka
sedangkan peneliti menggunakan data kualitatif dimana data tersebut hanya
berupa keterangan atau kata-kata biasa. Perbedaan lain dilihat dari lokasi
penelitian, penelitian ini berlokasi di Ciamis Jawa Barat, sedangkan penelitian
yang akan dilakukan yaitu di Kepulauan Pangkep.
Oleh karena itu beberapa hal yang merupakan data ilmiah yang
dijadikan sebagai bahan penunjang dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran
Sudirman, dkk. (1998:13) menarik kesimpulan sebagai berikut.
Kata pembelajaran dalam bahasa Inggris biasa disebut instruction. Kata
instruction mempunyai pengertian lebih luas dari pada pembelajaran.
Jika kata pembelajaran ada dalam konteks guru peserta didik di kelas
(ruang) formal, maka pembelajaran atau instruction mencakup pula
kegiatan belajar megajar yang tidak dihadiri pembelajaran secara fisik.
Oleh karena dalam instruction yang ditemukan adalah proses belajar,
maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar dalam diri pembelajaran.
Haling (2007:14) mengemukakan bahwa „‟pembelajaran adalah suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja di Sekolah mungkin
terjadinya belajar pada diri sendiri. Pembelajaran merupakan set-set khusus
pendidikan‟‟
2. Tujuan Pembelajaran
Pangewa (2010: 74) Jenjang tujuan pembelajaran dalam sistem pendidikan
di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut.
8
a. Tujuan pendidikan Nasional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin di capai pada
tingkat Nasional yang pencapaiannya berwujud sebagai warga Negara yang
berkepribadian Nasional yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
Masyarakat, bangsa, dan tanah air.
b. Tujuan Institusional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat
kelembagaan pendidikan yang pencapaiannya berwujud sebagai tamatan
Sekolah yang mampu melakukan bidang pekerjaan tertentu dan pada jenjang
tertentu.
c. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat
mata pelajaran atau bidang studi yang pencapaiannya berwujud sebagai siswa
yang menguasai disiplin mata pelajaran atau bidang studi yang dipelajari.
d. Tujuan Instruksional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat
pembelajaran yang pencapaiannya berwujud siswa yang secara bertahap
terbentuk wataknya, kemampuan berfikirnya dan keterampilan teknologi.
3. Menggambar
Menggambar merupakan induk dari segala ilmu seni rupa, baik seni rupa
murni maupun seni rupa terapan. Menggambar merupakan sebuah proses kreasi
yang harus dilakukan secara intensif dan terus menerus. Aprianto (2004 : 1)
berpendapat, „‟Menggambar merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya
penggalian gagasan dan kreativitas, bahkan bisa menjadi sebuah ekspresi dan
aktualisasi diri. Menggambar biasanya digunakan untuk mengungkapkan suatu
ide‟‟. Pada intinya, menggambar adalah perpaduan keterampilan, kepekaan rasa,
kreativitas, ide, pengetahuan, dan wawasan. Menggambar termasuk dalam cabang
seni rupa dua dimensional.
Garis sangat mempengaruhi bidang dan memiliki sifat keindahan sendiri.
Garis dapat berubah bersitam kecil tajam, berombak lemah gemulai, zig-zag yang
beringas, perspektif yang berkesan tidak kunjung habis, dan lengkung-lengkung
gotik yang anggun. Garis dapat mengungkapkan ekspresi tertentu termasuk
keindahan. Penggunaan garis secara proporsional akan menghasilkan sensasi yang
9
luar biasa, sehingga sangat menentukan karakter gambar. Warna merupakan unsur
atau elemen seni rupa yang sangat dominan, karena lebih cepat tertangkap oleh
mata. Warna mewakili keindahan dan dapat dijadikan sebagai simbol serta dapat
menampilkan ekspresi dan sifat-sifat seorang. Ada tiga dimensi warna yang perlu
diketahui yaitu hue (panas dinginnya warna), value (gelap-terang), dan intensiti
(cerah suramnya warna). Bidang dapat diartikan sebagai ruang yang sangat
diperlukan dalam mengatur komposisi dan keseimbangan untuk menghasilkan
gambar yang baik. Tekstur adalah nilai raba suatu permukaan, misalnya halus,
kasar, licin, dan dapat berupa semu.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
menggambar motif batik harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa yang
meliputi garis, warna, bidang dan tekstur untuk menghasilkan gambar motif batik
yang indah dan kreatif.
4. Batik
Batik adalah kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan
menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya
diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan kain batik. Berdasarkan
etimologi dan terminologinya, istilah Batik berasal dari bahasa jawa yang
merupakan rangkaian dari kata ‘’mbat’’ yang artinya ngembat atau melempar
berkali-kali dan ‘’tik’’ yang artinya titik. Jadi, membatik artinya melempar titik
berkali-kali pada kain. Ada pula yang mengatakan bahwa kata batik berasal dari
kata ‘’amba’’ yang berarti kain yang lebar dan kata titik artinya batik merupakan
10
titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian sehingga
menghasilkan pola-pola yang indah (Musman dan Arini, 2011).
Sedangkan menurut Endik (1986) menyimpulkan „‟ batik merupakan
suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak
hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan, sedang warna itu sendiri
dicelup dengan memakai zat warna biasa‟‟. Batik adalah karya seni rupa pada
kain, dengan pewarnaan rintang yang menggunakan lilin batik sebagai perintang
warna menurut konsesus tersebut dapat diartikan bahwa yang membedakan batik
dengan tekstil pada umumnya adalah upaya menampilkan motif pada suatu latar
belakang (back-ground) dengan sistem rintang atau tidak langsung. Lilin penutup
yang di gunakan pada proses pewarnaan berikutnya. Sedangkan motif dan isian
batik yang digambarkan dapat berupa apapun. Demikian pula penyusunan (pola)
motifnya dapat diatur secara bebas, dapat secara vertical, horizontal, diagonal,
radial, ataupun menyebur diseluruh permukaan (Riyanto, 1997: 4). Maka yang
dimaksud dengan batik adalah sebuah karya yang mengalami proses tutup celup
dengan malam sebagai perintang warna agar warna tidak dapat meresap masuk.
5. Motif Batik
Tim Politeknik Pusmanu (2006: 18) menjelaskan bahwa motif adalah
keutuhan subjek gambar yang menghiasi suatu kain batik. Nama sehelai batik
pada umumnya diambil dari motifnya. Motif ini berulang-ulang untuk memenuhi
keseluruhan kain.
Menurut Sunaryo (2009: 14)
Motif adalah unsur pokok dalam sebuah ornamen. Melalui motif, tema
atau ide dasar sebuah ornamen dapat dikenali sebab perwujudan motif
11
umumnya merupakan gubahan atas be ntuk- bentuk di alam atau sebagai
representasi alam yang kasat mata. Motif yang dibentuk secara berulang-
ulang dinamakan pola, artinya sejumlah motif yang diulang-ulang secara
struktural dipandang sebagai pola. Jika sebuah motif misalnya berupa
sebuah garis lengkung, kemudian diatur dalam ulangan tertentu, maka
susunannya akan menghasilkan suatu pola.
Wulandari (2011: 113) mengemukakan bahwa
motif batik adalah suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang
merupakan pangkal atau pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna
dari tanda, simbol, atau lambang di balik motif batik tersebut dapat
diungkap. Motif merupakan susunan terkecil dari gambar atau kerangka
gambar pada benda. Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau
proporsi, dan komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu
pola. Motif mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara
berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah pola.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motif batik
merupakan suatu unsur yang pokok dan mendasar dari suatu pola gambar yang
menghiasi kain batik serta memiliki ciri tersendiri dan menjadi pangkal dari
rancangan suatu gambar motif batik. Motif tersebut dijadikan nama kain batik
sehingga Masyarakat dapat mengenali kain bermotif batik tersebut.
6. Unsur-unsur motif batik
Kusrianto (2013: 5) menyimpulkan „‟ ada 3 macam unsur-unsur dalam motif
batik yaitu ornamen utama, ornamen pengisi dan ornamen isen-isen (isian)’’. Di
bawah ini akan dijelaskan tiap-tiap unsurnya.
12
a. Ornamen utama
Gambar 2.1. Sumber: docplayer.info
Ornamen utama atau pokok, dalam buku‟‟Seni kerajinan Batik Indonesia‟‟
oleh S.K. Sewan Susanto, Ornamen utama atau pokok merupakan suatu ragam
hias yang menentukan motif pada batik yang memiliki makna, sehingga dalam
pemberian nama motif batik sesuai dengan jiwa dan arti lambang yang ada pada
motif tersebut. Salahsatu contoh yang saya ambil adalah ornamen biota laut.
Menurut Sari (2013: 26) bahwa „‟motif pokok merupakan unsur pokok
dalam motif batik, yaitu berupa gambar dengan bentuk tertentu yang berukuran
cukup besar atau dominan dalam sebuah pola‟‟ .
Wulandari (2011: 105) menarik kesimpulan sebagai berikut.
motif utama adalah suatu corak yang menentukan makna motif tersebut.
Pemberian nama motif batik tersebut didasarkan pada perlambangan
yang ada pada motif utama ini. Jika corak utamanya adalah biota laut
maka kita bisa menggambarkan motif berupa hewan laut dan tumbuhan
laut. Motif pokok terdiri atas motif-motif inti hiasan batik.
b. Ornamen Pengisi
Ornamen Pengisi bidang merupakan pola-pola batik yang berfungsi
sebagai pengisi bidang kain di luar ornamen pokok. Biasanya pola-pola pengisi
13
bidang dibuat dengan ukuran yang kecil dan menyebar diseluruh dasar kain.
Ornamen pengisi ini dapat berbentuk motif tumbuhan dan hewan. Menurut
Kusrianto (2013:5) „‟ komponen pengisi merupakan gambar yang dibuat untuk
mengisi bidang di antara motif utama. Bentuknya lebih kecil dan tidak turut
membentuk arti dari pola batik itu. Motif pengisi juga disebut ornamen selingan‟‟.
c. Ornamenisian(isen-isen)
Isian adalah gambar-gambar yang berfungsi sebagai isian dan
pelengkap gambar ornamen pokok. Ornamen isian atau isen dalam batik terdiri
dari garis-garis disebut dengan sawut. Isian yang berbentuk titik-titik disebut
dengan cecek. Sehingga isen yang terdiri dari titik dan garis disebut dengan sawut
cecek. Selain sawut dan cecek, juga ada jenis isian batik yang lain di antaranya:
Gambar 2.2: Batik Lasem
Sumber : pinterest.com
14
Gambar 2.3: ornamen isian batik
Sumber: pusatgrosirsolo.com/artikel-batik/isen-pelengkap-batik-yang-membuat-
cantik/
d. Jenis-jenis Motif Batik
Wulandari (2011:106) menyatakan bahwa „‟secara garis besar, corak
batik berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua yaitu, golongan ragam hias
geometris dan non geometris‟‟.
Sunaryo (2009:15) bahwa
ragam ornamen Nusantara dapat di kelompokkan berdasarkan motif hias
atau bentuknya menjadi 2 jenis, yakni (1) ornamen geometris dan (2)
ornamen orgamis. Namun pembagian dua motif tersebut tidak berarti
bahwa ada pembagian yang tegas di antara keduanya. Banyak sekali
pola-pola geometris yang mengandung unsur nongeometris dan begitu
pula sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka di bawah ini akan diuaraikan jenis-
jenis motif batik, yaitu:
1) Motif geometris
Menurut Sunaryo (2009:15) bahwa
15
ornamen geometris bentuknya tersusun atas garis-garis dan raut atau
bangun yang dikenali pada bidang geometri. Dalam hal garis, misalnya,
terdapat garis-garis lurus, zigzag, atau lengkung Mekanis. Sedangkan
mengenai raut, terdapat bangun persegi, lingkaran, segitiga, dan lain-lain.
Dengan demikan ornamen geometris memiliki struktur yang terdiri atas
garis-garis lurus atau lengkung dan raut bersegi-segi atau lingkaran.
Gambar 2.4: https://tekoneko.net/
2) Motif non geometris
Menurut Sunaryo (2009: 15) bahwa
Motif non-geometris atau ornamen organis ialah yang motif hiasnya
melukiskan objek-objek dialam dan dapat dikenali kembali bentuk objek
asalnya. Selain bercorak kealaman, ornamen organis dibentuk oleh
unsur-unsur garis lengkung bebas atau oleh bentukan-bentukan yang
menyarankan kehidupan.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pernyataan Rasjoyo (2008: 2) bahwa
motif non-geometris adalah ragam hias yang tidak menggunakan unsur
garis dan bidang geometris sebagai bentuk dasarnya. Bentuk motif hias
non-geometris secara garis besar terdiri atas motif tumbuhan, motif
binatang, motif manusia dan motif benda alam.
Gambar 2.5 : Motif non geometris
Sumber :https://azzamaviero.com//
16
e. Biota laut
Indonesia tersimpan kekayaan laut yang luar biasa besarnya. Potensi
kekayaan laut tidak hanya berupa ikan, tetapi juga bahan tambang seperti minyak
bumi, emas, nikel, bauksit, pasir, dan lain-lain yang ada di bawah permukaan laut.
Kekayaan lain dari sumber daya laut adalah sumber daya alam berupa mangrove,
terumbu karang, dan lain-lain. Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan,
sehingga secara alamiah bangsa Indonesia merupakan merupakan bangsa bahari.
Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang strategis di wilayah
tropis. Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia
untuk mengembangkan sumber daya laut yang memiliki keragaman, baik
sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya.
Tuhan menciptakan makhluk dengan tujuan tertentu, baik yang hidup
maupun yang mati, yang besar maupun yang kecil semua mempunyai peranan
dalam kehidupan. Dalam kehidupan di laut ada banyak keanekaragaman
Bentuk dan kehidupan hayati yang didapat dan saling ketergantungan satu
dengan yang lain.
Gambar 2.6:Biota laut
Sumber :http://annisazainal.wordpress.com
17
Biota laut adalah seuah makhluk yang ada di laut baik hewan maupun
tumbuhan, dan karang yang hidup dan berkembang biak di dalam laut atau di
perairan laut. Jumlah dan keanekaragaman jenis biota laut sangat menakjubkan.
Biota laut dibedakan menjadi dua yaitu: kelompok hewan dan kelompok
tumbuhan. Adapun biota laut yang terdiri dari hewan-hewan laut di antaranya
yaitu:
a. Hewan laut
Hewan laut merupakan sekumpulan beberapa hewan yang habitatnya di laut luas.
1. Moluska
Moluska merupakan hewan yang bertubuh lunak, ada yang bercangkang
dan tidak bercangkang. Cangkangnya berfungsi untuk melindungi tubuhnya yang
lunak, seperti kerang-kerangan, cumi-cumi, tiram, dan gurita. Berikut contoh
gambar dan motifnya.
Gambar 2.7 : hewan moluska, Cumi-cumi
sumber : http://www.iwwakkuseafood.com
18
Gambar 2.8: Motif Batik Dayak Kalimantan Barat
Sumber : Id.wikipedia.org
1. Ikan
Tjakrawijaya (1999)
Dari semua vertebrata, ikan termasuk hewan yang memiliki tulang
belakang (vertebrata), berdarah dingin dan mempunyai insang. Jenis
hewan tersebut merupakan penghuni laut yang paling banyak yaitu
sekitar 42,6% atau 500 jenis yang telah diidentifikasi, mempunyai
keanekaragamn yang berbeda-beda baik dalam bentuk, warna, ukuran
dan sebagian besar hidup di daerah terumbu karang.
Gambar 2.9: Ikan Tongkol.
Sumber : Igo (2006: 73)
19
Gambar 2.10: Corak Batik Cepethikan
Sumber : infobatik.id
Ikan parung atau yang disebut ikan terumbu koral adalah ikan pasang
yang hidup di antara tanaman yang beraneka ragam warna serta di dalam alga-
alga koral, cenderung berwarna cemerlang dan beraneka ragam, ikan mempunyai
warna yang kerap kali mengimbangi alga-alga, batu karang ataupun sifat
lingkungan yang mencolok seperti gurita, ikan bunga waru, dan kuda laut.
Gambar 2.11 : kuda laut.Sumber : id.wikipedia.org
20
Gambar 2.12: Batik Soganan Kompeni Tulis Motif Kuda Laut
Sumber: http://batik-cirebon.web.id
f. Tumbuhan laut
a. Alga (kemumu)
Tanaman laut dibagi menjadi dua kelompok tanaman utama, alga
laut/kemumu atau ganggang laut dan angiospermae laut atau rumput laut. Alga
laut/kemumu dibagi menjadi tiga kelas alga hijau (khlorafita), alga coklat
(feofita), alga merah (rodofita). Kebanyakan alga melekat pada subtrat-subtrat
yang kokoh, seperti batu karang, tiang-tiang pancang, dan kulit kerang.
1. Alga Hijau (Khlorafita)
Warna dari khlorofita hijau cerah, khlorofita tidak ditutupi oleh
pikmen lain. Talusnya bersel banyak dengan benang-benang yang sederhana atau
bercabang, berkembang biak dengan zoospore atau dengan ganet-ganet yang
bergerak. Tumbuhnya ditempat terlindung seperti zona antar pasang dan zona
bawah pasang. Spesies ini dapat dijual dan dimakan dengan nama laver hijau atau
rumput laut Islandia.
21
Gambar 2.13: Alga Hijau.(Iyam, 2006: 81)
Gambar 2.14 : Batik tulis Lasem
Sumber : stalktr.Net
2. Alga coklat ((feofita)
Kebanyakan kemumu besar yang dikenal adalah kelas feofita, yang
mempunyai warna coklat tau kuning kehijauan. Cadangan makanan yang utama
adalah zat arang hidrat atau laminaring yang larut dalam getah bening. Sel-sel
pembiakan baik zoospore at
Au ganet dapat bergerak dan mempunyai dua helai bulu canduk yang
tidak sama. Alga coklat ini mempunyai talus terbesar di antara semua alga, tidak
memiliki bagian akar, batang dan daun, ukuran tulusnya,mulai dari mikroskopik
sampai makroskopik. Alga coklat berada disemua samudera, terutama perairan
22
iklim sedang dan dingin, banyak terdapat didekat pantai dengan kedalaman
kurang dari 20 meter.
Gambar 2.15:Alga Coklat (Iyam, 2006: 82)
Gambar 2.16 : Motif batik cilacap
Sumber : subama-batik.business.site
3. Alga merah (rodofita)
Alga merah mengandung pikmen merah dalam satu organel pada
sel-sel yang disebut fikoeritim. Mempunyai satu sel inti dengan satu atau lebih
khoroplas berbentuk cakram atau bintang. Simpanan makanan cadangannya
berupa zat arang hidrat dan minyak-minyakan. Gamet jantan yang tidak
bercambuk, diangkat secara pasif ke kelamin betina. Kebanyakan alga merah
daunnya lebih rumit,zigotnya tidak melalui miosis, melainkan membentuk pipa
yang halus yang disebut oblas, yang tumbuh dari karpogonilum menjadi sel batu.
23
Gambar 2.17:Alga Merah. (Iyam, 2006:89)
Gambar 2.18 : Motif batik tulis
Sumber : www.facebook.com
B. Kurikulum Seni Budaya
a. Pengetian Struktur Kurikulum SMP/MTs
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk
mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam
sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum
yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
24
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip
kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di
suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan
ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus
menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah
kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai
pilihan.
b. Struktur Kurikulum SMP/MTS
Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing
38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP/MTs adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
BELAJAR PER MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal)* 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan(termasuk muatan lokal)
3 3 3
3. Prakarya(termasuk muatan lokal) 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Per
Minggu
3
8
3
8
3
8
25
Keterangan:
*Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
Ekstra Kurikuler SMP/MTs antara lain:
- Pramuka (Wajib)
- OSIS
- UKS
- PMR
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi
kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah
mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Seni
Budaya dan Prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni
budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan
kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan
integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya
sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.Disamping itu, tujuan
pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat
kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam
ruang atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan
26
biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah
nusantara.
c. Beban Belajar
Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per
minggu dari semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing
kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di
SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah
Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan
proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran
siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran
penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan
pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang
dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta
didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
27
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu
mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang
berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi
proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan
harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan
secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar
tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan
(kompetensi Inti kelompok 4).
28
Kompetensi Inti SMP/MTs adalah sebagai berikut:
KELAS
VII VIII IX
1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
tampak mata.
3. Memahami dan
menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
3. Memahami dan
menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
tampak mata.
29
tampak mata.
4. Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori.
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran
sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan
tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi
hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan
organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non
30
disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif
atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah
eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata
pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak
perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin
ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme.
Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi
rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut
dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi
maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan
dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan
perenialisme.
Kompetensi Dasar SMP/MTs untuk setiap mata pelajaran tercantum pada
Lampiran 1A s.d. Lampiran 10 yang mencakup: Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, PPKn,Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta Prakarya.
31
e. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Seni Budaya Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kelas VIII
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama
yang dianutnya
1.1 Mengapresiasi keragaman dan keunikan
karya seni daerah-daerah di Indonesia
sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan dan memiliki rasa bangga
terhadap bangsa dan tanah air
2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya
2.1 Menampilkan sikap apresiatif (menyukai,
menghargai, memuji, dan membanggakan)
terhadap keunikan (ciri-ciri yang menjadi
daya tarik) gagasan, bentuk, teknik dan
fungsi dalam karya seni rupa seni kriya
dua dan tiga dimensi
2.2 Menerapkan prinsip kerjasama dalam
berteater, menari, penampilan musik
ansambel dan vokal group
3. Memahami dan
menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami konseptual, operasional dan
sintesis seni rupa
3.2 Memahami teknik menggubah lagu
secara sederhana
3.3 Mengidentifikasi keunikan gerak tari
kreasi tradisi dan tari kreasi non tradisi
berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
3.4 Memahami teknik pemeranan
3.5 Memahami pertunjukkan teater
32
tradisional
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
4.1 Membuat gambar model dengan
beragam bahan dan teknik
4.2 Membuat gambar illustrasi dengan
teknik manual maupun digital
4.3 Membuat karya kriya logam dengan
memanfaatkan berbagai teknik dan corak
4.4 Membuat karya tapistri dengan
memanfaatkan berbagai teknik dan corak
4.5 Menggubah musik modern Indonesia
untuk disajikan secara unisono atau
perseorangan (menggubah dengan
membuat notasi dan iringan
menggunakan akor pokok)
4.6 Menggubah musik modern Indonesia
untuk disajikan dalam bentuk vokal grup
atau kelompok (menggubah dengan
membuat notasi dan iringan
menggunakan akor pokok)
4.7 Menampilkan musik modern Indonesia
untuk disajikan secara perseorangan
(menggubah dengan membuat notasi dan
iringan menggunakan akor pokok
4.8 Menampilkan hasil gubahan musik
modern Indonesia untuk disajikan secara
kelompok (menggubah dengan membuat
notasi dan iringan menggunakan akor
pokok
33
4.9 Merangkai gerak tari kreasi tradisi
berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
4.10 Memperagakan gerak tari kreasi tradisi
berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
4.11 Merangkai gerak tari kreasi non tradisi
berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
4.12 Memperagakan gerak tari kreasi non
tradisi berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
4.13 Menerapkan teknik olah tubuh, olah
suara, dan olah rasa yang mengacu pada
sumber budaya tradisi
4.14 Mengembangkan cerita teater dari
sumber budaya tradisi
4.15 Merancang dan Mempertunjukan teater
gaya teater tradisional
34
C. Kerangka Pikir
Pada dasarnya siswa merupakan subjek yang menjadi tujuan dari
pendidikan. Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk memunculkan dan
mengembangkan potensi serta bakat yang dimiliki oleh siswa. Adapun skema
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 19: Skema kerangka pikir
MTs Bontomarrannu
Guru Seni Budaya Kelas VIII MTs
Bontomarrannu
Siswa Kelas VIII MTs Bontomarrannu
Praktik pembelajaran menggambar
motif batik dengan objek biota laut.
Hasil karya siswa dalam menggambar
motif batik dengan objek biota laut
Hasil Penelitian
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif,
yang artinya metode penelitian ini berlandaskan pada filsafat positifisme yang
biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana
peneliti berperan sebagai instrument kunci. (Sugiyono, 2014:15)
Arti lain yang dimaksud dengan penelitian deskriptif kualitatif adalah
jenis penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya mengenai proses
pembelajaran menggambar motif batik objek biota laut pada siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu.
B. Lokasi dan sasaran penelitian
Penelitian ini dimulai pada tanggal 02 November 2019 sampai dengan
07 November 2019 disalah satu Sekolah menengah pertama yaitu MTs
Bontomarannu di Jalan Nurung Dg. Tombong, Desa Popo, Kecamatan Galesong
Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dapat ditempuh
dengan kendaraan umum dan terletak ditengah-tengah pekampungan di Desa
Popo.
36
U
B T
S
Lokasi penelitian MTs Bontomarannu
Puskesmas Desa Popo
jalan Nurung Dg. Tombong
keterangan:
Puskesmas Desa Popo
MTs Bontomarannu
Gambar 3.1 Peta lokasi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah MTs Bontomarannu. Terdiri dari 6 kelas
untuk kelas VII yaitu 2 kelas , kelas VII A dan VII B dengan jumlah masing
masing siswa kelas VII A sebanyak 20 orang dan VII B sebanyak 15 orang dan
kelas VIII terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIII A sebanyak 14 orang dan kelas VIII
B terdiri dari 15 orang, Sedangkan untuk kelas X terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X
A dan kelas X B dengan jumlah masing-masing siswa kelas X A sebanyak
Jala
n P
oro
s G
ales
on
g-T
akal
ar
37
15orang dan X B sebanyak 15 orang Untuk guru, ada 1 guru seni budaya MTs
Bontomarannu.
2. Sampel
Dari populasi, kelas VIII A dipilih sebagai sampel penelitian dengan
jumlah 14 siswa.
D. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel Penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi suatu
titik perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian ini adalah. Sebagai berikut:
1) Praktik pembelajaran menggambar motif batik dengan objek biota laut pada
siswa kelas VIII MTs Bontomarannu
2) Hasil karya siswa dalam menggambar motif batik dengan objek biota laut di
MTs Bontomarannu
2. Desain penelitian
Adapun bentuk Desain penelitian ini digambarkan dalam skema seperti di
bawah ini :
38
Gambar 3.2 : Skema Desain Penelitian
E. Definisi operasional variabel
Berdasarkan gambar 3.2 maka perlu dilakukan pendefinisian operasional
variabel guna memperjelas dan menghindari terjadinya suatu kesalahan. Serta
memudahkan sasaran penelitian hingga berjalan dengan baik. Adapun definisi
operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. proses menggambar motif batik yang dimaksudkan adalah sebagai kegiatan
pembelajaran mulai dari awal sampai selesai.
2. hasil karya siswa dalam menggambar motif batik di MTs Bontomarannu
Pengumpulan data
(observasi, wawancara, tes praktik,
dokumentasi)
Praktik pembelajaran
menggambar motif batik
dengan objek biota laut
Hasil karya siswa dalam
menggambar motif batik
dengan objek biota laut
Pengelolahan Data
Deskripsi Data
Kesimpulan
39
F. Subjek penelitian
Adapun subjek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu.
G. Teknik pengumpulan data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
lebih banyak menampilkan uraian kata-kata, tingkah laku, proses, serta hasil
karya siswa saat menggambar motif batik dengan objek biota laut. Oleh karena
itu teknik yang digunakan dalam usaha memperoleh data di lapangan sebagai
berikut:
1. Observasi
Menurut Margono (2000:158)
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi adalah
pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti secara cermat.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistemis gejala-gejala yang diselidiki secara langsung. Observasi
digunakan untuk mengetahui lingkup Sekolah seperti bangunan fisik,
luas bangunan, sarana dan prasarana, lokasi sekitar Sekolah. Selain itu
juga untuk mengetahui proses pembelajaran, yakni kesiapan siswa,
keseriusan saat menyimak materi dan mendengarkan penjelasan,
ketertarikan pada materi dan metode pembelajaran, partisipasi siswa
selama proses pembelajaran, ketertarikan dalam menggambar dan
keseriusan dalam berkarya batik.
Hal tersebut dapat juga dilakukan dengan bantuan kamera untuk
mengambil gambar-gambar atau foto pada saat kegiatan penelitian berlangsung.
Dengan demikian dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian secara
jelas sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
40
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan
untuk diminta keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Teknik
wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara secara langsung.
Menurut Sukardi (2003: 79)
Teknik wawancara yaitu peneliti datang berhadapan muka secara
langsung dengan responden atau subjek yang diteliti. Peneliti
menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada responden atau
subjek yang diteliti. Hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam
penelitian.
Berkaitan dengan penelitian ini wawancara dilakukan oleh peneliti
dengan beberapa informan yaitu sebagai berikut:
a) Kepala Sekolah MTs Bontomarannu untuk mengetahui sejarah Sekolah,
bangunan serta perkembangan sekolah, dan juga tentang pembelajaran seni
rupa di Sekolah, serta visi misi Sekolah.
b) Guru pengampuh mata pelajaran seni budaya, untuk mengetahui pembelajaran
siswa dalam pelajaran seni budaya khususnya tentang pelajaran batik pada
siswa kelas VIII MTs Bontomarannu, serta mengetahui karakteristik dan latar
belakang siswa.
c) Siswa kelas VIII MTs Bontomarannu, untuk mengetahui cara belajar pada
saat praktik menggambar motif batik serta ketertarikan siswa dalam
menggambar motif batik berbasis potensi laut.
41
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data penelitian melalui atau
menggunakan dokumen-dokumen atau peninggalan yang relevan dengan masalah
penelitian. Adapun yang disajikan oleh dokumen sehubungan dengan metode
dokumentasi adalah catatan yang berisikan lokasi Sekolah MTs Bontomarannu,
keadaan Sekolah MTs Bontomarannu, keadaan siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu, serta keadaan guru MTs Bontomarannu.
H. Teknik analisis data
Menurut Sugiyono (2009: 246 )
Proses analisa data diawali dari pengumpulan data yang tersebar di
lapangan yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Langkah selanjutnya adalah menganalisis
data melalui tiga langkah yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data
Menurut Sugiyono (2009: 339)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Proses reduksi data meliputi pemilihan,
penyederhanaan data-data yang diperoleh di lapangan, kemudian
diseleksi, dan dikelompok-kelompokkan dalam satuan pokok pikiran.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 341) penyajian data
dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan
42
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Suatu penyajian
sekumpulan informasi yang tersusun akan memberikan kemungkinan adanya
penarikan sebuah kesimpulan.
3. Penarikan simpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif
menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:345) adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
tahap atau langkah paling akhir dalam proses analisis data. Mulai awal sampai
akhir pengumpulan data yang direduksi dan disajikan kemudian ditinjau kembali
melalui pengujian kebenaran, kecocokan, kekokohan sehingga sampai pada
tingkat validitas yang diharapkan.
Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa antara reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan
tahapan yang saling berhubungan dan saling menjalin antara satu dengan yang
lain baik pada saat sebelum, selama dan setelah pengumpulan data. Berikut
skematik model analisis digambarkan sebagai berikut:
43
Gambar 3.3: Komponen Analisis Data Model Interaktif
(Sumber: Miles and Huberman dalam Sugiyono 2009: 33)
4. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian proses menggambar motif batik dengan objek biota
laut
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian
Sumber: Thomas Aquinas
No Indikator
Kemampuan
Hasil Penelitian
Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang
1 Integritas
2 Harmoni
3 Kecemerlangan
Rata –rata
Pengumpulan data Hasil Pengumpulan data
Reduksi data Kesimpulan : penarikan
kembali /verifikasi
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang
telah diperoleh dari berbagai sumber data melalui proses observasi, wawancara,
tes praktik, dan dokumentasi.
1. Proses Pembelajaran Menggambar Motif Batik dengan Objek Biota
Laut pada Siswa kelas VIII MTs Bontomarrannu
Adapun langkah-langkah pelaksanaan Proses Pembelajaran Menggambar
Motif Batik dengan Objek Biota Laut adalah :
1. Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama (02 November 2019) berupa pengenalan dan
guru memberikan pelajaran materi yang bersifat teori serta berhubungan dengan
peralatan yang diperlukam selama menggambar motif batik, pelaksanaan
pembelajaran disajikan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah
pelajaran teori, yaitu :
a. Menjelaskan pengertian menggambar
b. Menjelaskan pengertian batik
c. Memperlihatkan contoh motif batik dengan objek biota laut
d. Menjelaskan tentang alat dan bahan serta bagaimana cara menggambar motif
batik dengan objek biota laut.
e. Memberi tugas kepada siswa
45
2. Pertemuan II
Pertemuan kedua pada tanggal (04 November 2019) melakukan praktik
berkarya yaitu masing-masing siswa membuat sketsa dengan objek biota laut
kemudian melanjutkan dengan melakukan pewarnaan pada karya masing-masing
setelah melakukan pewarnaan siswa diharapkan untuk menjaga kebersihan agar
karya tersebut tetap terjaga.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran menggambar motif batik dengan objek biota laut pada siswa kelas
VIII MTs Bontomarrannu merupakan suatu bentuk kegiatan praktik pada proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa kelas VIII MTs Bontomarrannu dengan
memanfaatkan biota laut sebagai objek dalam penelitian tersebut.
Adapun Berikut ini disajikan data mengenai proses pembelajaran menggambar
motif batik dengan objek biota laut yang berlandaskan pada tahapan-tahapan
dalam berkarya sebagai berikut:
a. Gagasan atau Ide
Tahap ini merupakan langkah awal yang mana siswa melakukan
aktivitas penjelajahan atau mencari ide atau gagasan dalam proses berkarya . dan
hasil dari gagasan ini siswa akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam
menentukan tema atau konsep, alat dan bahan, dan teknik yang digunakan.
Adapun langkah-langkah ide atau gagasan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Konsep atau tema
Menentukan konsep atau tema merupakan tahap awal sebelum
berkarya. Dengan adanya konsep atau tema ini akan diharapkan dapat
mempermudah siswa dalam proses pembuatan rancangan atau desain.
46
2. Menyiapkan Alat dan Bahan
Setelah adanya tema atau konsep siswa menyiapkan alat dan bahan
yang akan dibutuhkan pada proses penciptaan karya. Penyediaan alat dan bahan
merupakan bagian yang paling penting dilakukan sebelum berkarya, sehingga
persediaan alat dan bahan tersebut dapat mempermudah dan mempercepat laju
proses berkarya. Namun demikian setiap masing-masing alat dan bahan memiliki
fungsi yang berbeda, untuk itu siswa diharapkan memahami dan mengerti fungsi
alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam menggambar motif
batik dengan objek biota laut adalah sebagai berikut:
a. Pensil
Pensil adalah alat tulis dan lukis yang awalnya terbuat dari grafik
murni. Penulisan dilakukan dengan menggoreskan grafit tersebut ke atas media.
Namun grafit murni cenderung mudah patah terlalu lembut, memberikan efek
kotor saat media bergesekan dengan tangan, adapun pensil yang digunakan dalam
pembuatan karya tesebut adalah pensil 2b.
Gambar.4.1. Pensil
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
47
b. Kertas gambar
Kertas gambar adalah Kertas khusus dan tidak bergaris untuk
membuat gambar atau untuk di gambari.
Gambar. 4.2. Kertas gambar
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
c. Karet penghapus
Salah satu perlengkapan alat tulis yang merupakan karet lembut
yang mampu menghilangkan tanda yang dihasilkan dengan pensil.
Gambar. 4.3. Karet penghapus
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
48
d. Penggaris
Sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk menggambar
garis lurus.
Gambar. 4.4. Penggaris
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
e. Kuas
Kuas adalah alat yang digunakan untuk melukis beragam
macamnya. Kegunaan masing-masing kuas tidak sama, misalnya yang
bulat lancip, untuk mengerjakan yang rumit,sedang yang pesegi rata untuk
menangani bidang yang lebih lebar,cocok untuk mengeblok bidang
lukisan. Untuk melukis diatas kertas sebaiknya memilih kuas yang berbulu
halus dan terasa lembut jika dipegang dengan jari, kuas ini cocok
digunakan untuk cat air dan cat poster.
49
Gambar. 4.5. Kuas
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
f. Cat Poster
Cat poster merupakan salah satu pewarna dengan campuran air.
Karakter gambar cat poster adalah blok atau merata pada bidang gambar.
Untuk menimbulkan efek kedalaman dapat dilakukan dengan
mencampurkan warna yang lebih muda.
Gambar. 4.6. Cat Poster
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
50
g. Palet
Palet adalah tempat menampung dan meyampur cat sebaiknya
menggunakan palet. Palet yang digunakan adalah palet cat air yang terbuat
dari plsatik
Gambar. 4.7. Palet
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari)
b. Membuat desain atau sketsa
Setelah tahap gagasan atau eksplorasi siswa diberi tugas membuat
desain atau sketsa dengan menggunakan pensil. Proses pembuatan desain atau
sketsa motif batik dengan objek biota laut adalah sebagai berikut:
Gambar.4.8. Membuat Desain Sketsa
(Dokumentasi Sri Wahyunitasari)
51
c. Proses Pewarnaan
Setelah proses membuat sketsa motif batik dengan objek biota laut,
selanjutnya mewarnai desain tersebut, proses mewarnai motif hias batik dapat
dilihat pada gambar tersebut:
Gambar: 4.8. Proses Pewarnaan
(Dokumentasi Sri Wahyunitasari)
d. Proses Phinising
Proses Phinising dilakukan untuk merapikan gambar motif batik
dengan objek biota laut, sebaikya di press, agar karya tersebut terlihat rapi dan
bersih.
Gambar: 4.9. Proses Phinising
(Dokumentasi Sri Wahyunitasari)
52
2.Hasil menggambar motif batik dengan objek biota laut pada siswa kelas
VIII Mts Bontomarannu
Hasil akhir adalah wujud atau produk yang berupa karya yang telah
dibuat oleh siswa yang telah selseai. Pada bagian ini akan diuraikan tentang
hasil karya menggambar motif batik dengan objek biota laut pada siswa kelas
VIII Mts Bontomarrannu Galesong. Adapun hasil karya dari siswa tersebut
adalah sebagai berikut:
No Nama Siswa Hasil Karya Penilaian Karya Nilai
1 Dewi Kartika
Putri
Pada hasil karya Dewi
Kartika Putri dilihat dari
gambar tersebut terlihat
rapih serta mempunyai
konsep yang cukup bagus,
hanya saja proses
pewarnaan yang terlihat
belum selesai .
81.3
2 Fitri Anti
Pada hasil karya Fitri Anti
dapat dilihat dari
keindahannya, perpaduan
warna serta kerapian hasil
karyanya sudah cukup baik
karna terlihat begitu hati-
80
53
hati dari segi pembuatan
dan garis pewarnaan .
3 Ikram - - -
4 Muh. Marwan
Pada hasil karya Muh.
Marwan dapat dilihat pada
karyanya sudah menjaga
kerapian dan sangat baik,
warna padat dan tetap
bersih serta rapih sehingga
dilihat dari karya tersebut
mendapatkan nilai yang
sudah cukup baik.
85
5 Muh. Resky
Pada hasil karya Muh.
Resky dilihat dari segi
keindahan belum terlalu
bagus dan tidak terlalu
memperhatikankeindahan
pada karyanya. Terlihat
pada gambar disamping
dari segi pewarnaan yang
tidak terlalu rapih sehingga
keindahan bentuk pada
76.6
54
gambar tidak terlalu bagus
dan mendapatkan nilai
yang cukup.
6 Mirna
Pada hasil karya Mirna
dilihat dari segi konsep
sudah bagus serta dari segi
keindahan bentuk dan
motif dibuat seindah
mungkin, komposisi, dan
proporsinya pun cukup di
perhatikan dan siswa ini
juga mampu membuat
hasil karya lebih indah
bukan hanya dari segi
keindahan motif tetapi
juga dari segi pewarnaan
karya tersebut.
90
7 Nurmala
Pada hasil karya Nurmala
dapat dilihat dari tehnik
pewarnaanya belum cukup
baik serta kurang berkreasi
dalam membuat gambar.
Tingkat kerapian juga
75
55
belum terlalu bagus.
8
Nurfidah Dewi
Pada hasil karya Nurfidah
Dewi dilihat dari aspek
keindahan pada karya
tersebut sudah baik namun
masih ada bentuk-bentuk
kreativitas, keindahan
dalam pewarnaan yang
perlu diperhatikan
sehingga nilai yang
diperoleh dari segi aspek
keindahan, cukup baik.
83.3
9 Riswan - - -
10 Ridwan
Pada hasil karya Ridwan
dapat dilihat dari segi
konsep serta kreativitas
dalam menggambar
termasuk baik, serta dalam
proses pewarnaan terlihat
cukup rapih .
82
56
11 Risma - - -
12 Kaswandi
Pada hasil karya Kaswandi
dapat dilihat konsep,
tingkat kreativitas belum
cukup serta proses
pewarnaan pada karya
tersebut terlihat jelas tidak
cukup rapih dan tingkat
keindahannya yang kurang
75
13 Ramdana
Pada hasil karya ramdana
dapat dilihat dari segi
konsep dan kreativitas
sudah cukup bagus hanya
saja dalam proses
pewarnaannya yang tidak
rapih terlihat sehingga
karya tersebut tidak
terlihat begitu indah.
76
57
3. Hasil karya menggambar motif batik dengan objek biota laut bagi
siswa kelas VIII Mts Bontomarannu
Manusia telah diciptakan dengan kelengkapan lima panca indera
yang membuat manusia mampu menelaah dan menerjemahkan nilai-nilai yang
ada. Salah satu nilai dan bahasa yang mampu diterjemahkan oleh lima panca
indera kita adalah keindahan (estetika), jadi secara tidak langsung ketika kita ingin
menciptakan suatu karya seni, nilai keindahan estetika menjadi salah-satu patokan
dari pertimbangan utama. Berdasarkan hal lahirlah kata apresiasi. Apresiasi
sendiri dapat disumpulkan sebagai unsur penilaian utamanya. Namun sebuah
penilaian tidak hanya dapat diukur dari sisi kualitas keindahanya saja tapi juga
dapat dilihat dari beberapa aspek penunjang lainnya. Kualitas sendiri merupakan
sebuah ukuran akan tingkat baik buruknya sesuatu atau dengan kata lain dapat
diartikan sebagai taraf atau kadar dalam sebuah penilaian.
14 Suandi
Pada hasil karya Suandi
dilihat dari segi konsep
dan kreasi sebenarnya
sudah cukup baik hanya
saja dapat dilihat dari
proses pewarnaan yg tidak
begitu rapih sehingga nilai
keindahannya berkurang.
76.6
58
Di dalam pembuatan karya seni lukis pada media kertas menggunakan
motif batik dengan objek biota laut, cat poster dan memiliki tingkat kualitas yang
baik debandingkan dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses
menggambar pada umumnya, karena hasil karya menggambar pada media kertas
menggunakan dekorasi motif batik menggunakan cat poster yang memiliki tingkat
ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan bahan-bahan pada
umumnya. Selain itu menggambar dengan menggunakan bahan tersebut diatas
media kertas menggunakan motif batik dengan objek biota laut. Peneliti sendiri
tertarik untuk mengaplikasikan proses pembuatan karya menggambar dengan
menggunakan media kertas dengan motif batik pada siswa kelas VIII Mts
Bontomarannu, dengan bahan dasar cat poster dan akan menghasilkan tampilan
yang lebih menarik. Penilaian akan dipaparkan dalam bentuk penjabaran angka-
angka yang berpatokan pada penilaian yang telah mereka dapatkan berdasarkan
indikator pencapaian kompetensi yang terdiri atas penilaian integritas atau
kelengkapan (integrity), harmoni (harmony), kecemerlangan (clarity). Untuk
mengetahui proses menggambar dengan motif batik menggunakan cat poster.
Adapun aspek-aspek penilaian karya dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Integritas
Berdasarkan hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan
pada siswa kelas VIII Mts Bontomarannu dapat dinyatakan tingkat integritas
yang dimiliki siswa dalam berkarya sudah dapat dinyatakan berhasil, hal ini dapat
terlihat dari apa yang dituangkang ke dalam karya. Dimana siswa mampu
membuat karya yang unik berdasarkan ide dan gagasan yang dikembangkan dari
59
beberapa objek yang dipilih berlandaskan referensi yang diperoleh begitu pun
warna-warna yang dituankan berdasarkan tema yang ditentukan, kemudian
dipadukan dengan objek biota laut sehingga masing-masing siswa memiliki karya
yang berbeda satu sama lain.
b. Harmoni
Dengan melihat dan mengamati hasil karya siswa kelas VIII Mts
Bontomarannu secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sudah memiliki
kemampuan untuk menghasilkan karya yang harmoni dengan cukup baik, dimana
76% siswa kelas VIII Mts Bontomarannu sudah mampu menghasilkan karya yang
selaras dengan proporsional karya yang dihasilkan, dan 24% diantaranya masih
ada siswa yang mengalami sedikit kesulitan untuk menetukan bentuk yang
proporsional dan keselarasan baik itu dari segi keselarasan warna yang dituangkan
pada objek manapun pada keselarasan bentuk sehingga penilaian hasil karya dari
aspek harmoni masih dikategorikan cukup atau berada pada kisaran nilai standar.
c. Kecemerlangan
Berdasarkan pengamatan pada karya siswa dengan mengukur tingkat
keberhasilan aspek kecemerlangan, karya yang dihasilkan oleh siswa kelas VIII
Mts Bontomarannu menghasilkan persentase yang sangat baik yaitu 95% siswa
sudah memiliki tingkat kaulitas yang baik dari aspek ini, dan 5% diantaranya
masih berada pada kisaran nilai dibawah rata-rata indicator pencapaian nilai pada
aspek kecemerlangan suatu karya
Selain hasil aspek penilaian hasil karya yang lebih dilaksanakan oleh
siswa kelas VIII Mts Bontomarannu, hasil penilaian akan karya siswa
60
menggambar dengan menggunakan objek biota laut dengan menggunakan cat
poster dengan berpatokan pada indicator pencapaian kompetensi dapat dipaparkan
dalam tabel sebagai berikut:
No
Nama
Indikator Penilaian Hasil Karya Siswa Rata-
Rata
Kategori
Integritas Harmoni Kecemerlangan
1 Dewi
kartika putri 82 82 80 81.3 Baik
2 Fitri anti 80 80 80 80 Baik
3 Ikram - - - - -
4 Muh.
Marwan
85 85 85 85 Baik
5 Muh. Resky 80 75 75 76.6 Cukup
6 Mirna 90 90 90 90 Sangat Baik
7 Nurmala 75 75 75 75 Cukup
8 Nurfidah
Dewi
85 85 80 83.3 Baik
9 Riswan - - - - -
10 Ridwan 80 81 85 82 Baik
11 Risma - - - - -
12 Kaswandi 75 75 75 75 Cukup
61
13 Ramdana 78 75 75 76 Cukup
14 Suandi 80 75 75 76.6 Cukup
Gambar4.10. Tabel nilai siswa
Berdasarkan klasifikasi nilai belajar siswa MTs Bontomarannu di atas
diperoleh dari 14 siswa dan di kategorikan baik.
Gambar: 4.11 Tabel persentase siswa
Sumber : Sdujana:2001
Berdasarkan klasifikasi nilai di atas maka dapat dideskripsikan
bahwa setiap siswa yang mendapat nilai 30 - 49 dikategorikan sangat kurang,
nilai 50 - 69 dikategorikan kurang, nilai 70 - 79 dikategorikan cukup, nilai 80 -
89 dikategorikan baik, dan yang mendapat, nilai 90 - 100 dikategorikan sangat
baik.
No Nilai Kategori
1 30 – 49 Sangat Kurang
2 50 – 69 Kurang
3 70 – 79 Cukup
4 80 – 89 Baik
5 90 – 100 Sangat Baik
62
B. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah
dilakukan di lapangan dengan mengaitkan teori-teori yang telah dikemukakan
terlebih dahulu berdasarkan kenyataan yang dihadapi atau ditemukan peneliti.
Ada tiga hal pokok yang akan dibahas, yaitu proses pembelajaran menggambar
motif batik dengan menggunakan objek biota laut dan hasil pembelajaran siswa
dalam menggambar motif batik dengan objek biota laut serta kendala yang
dihadapi saat melakukan pembelajaran pada siswa kelas VIII MTs
bontomarannu.
1. Proses pembelajaran menggambar motif batik dengan objek biota laut
pada siswa kelas VIII MTs Bontomarannu
Proses pemanfaatan cat poster dalam pembelajaran menggambar motif
batik dengan objek biota laut di kelas VIII MTs Bontomarannu, selain
ditekankan pada penguasaan teknik, hal yang paling diutamakan yaitu
penggunaan alat dan bahan khususnya dalam menerapkan cat poster dalam
menggambar motif batik dengan objek biota laut dengan menggunakan media
kertas. Dalam proses berkarya diperlukan kesabaran dan keuletan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan mengurangi tingkat kesalahan yang
terjadi. Proses menggambar motif batik dengan objek biota laut dengan
menggunakan bahan utama cat poster sesuai dengan ketentuan dan tahapan yang
tepat. Ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu dalam berkarya menggambar motif batik dengan objek biota laut
menggunakan bahan cat poster antara lain:
63
1. Pertemuan 1 (02 November 2019)
Pertemuan pertama adalah proses pengenalan serta proses pemberian materi
mengenai cara menggambar batik menggunakan objek biota laut serta
menjelaskan penggunaan alat dan bahan dalam proses menggambar batik. Teori
pada pertemuan pertama berupa :
a. Menjelaskan pengertian menggambar kepada siswa agar siswa mampu
mengetahui tehnik dan cara menggambar.
b. Menjelaskan pengertian batik kepada siswa.
c. Memperlihatkan contoh gambar motif batik menggunakan objek biota laut
sebagai media belajar siswa
d. Menjelaskan tentang alat dan bahan kepada siswa dalam proses
menggambar batik dengan objek biota laut, seperti penggunaan cat poster
dan tehnikmya.
e. Memberi tugas kepada siswa, masing-masing siswa bebas berkreasi sesuai
dengan keinginan mereka.
2. Pertemuan II ( 04 November 2019)
Pada pertemuan kedua siswa melakukan praktik berkarya,siswa membuat
sketsa pada kertas A4 yang telah disediakan kemudian siswa melanjutkan dengan
mewarnai karya mereka menggunakan cat poster kemudian siswa dituntut
berkreasi sesuai kemampuan yang mereka inginkan.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yaitu proses menggambar motif
batik menggunakan objek biota laut , maka dapat di sajikan pembahasan sebagai
berikut :
64
a. Menyiapkan alat dan bahan
Pada proses ini, siswa telah menyiapkan alat dan bahan yang telah
digunakan dalam proses menggambar motif batik pada media kertas dengan objek
biota laut menggunakan bahan cat poster. Baik itu cat poster sebagai bahan dasar
maupun bahan penunjang lainnya. Pada proses ini siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu telah melakukan cukup baik, meskipun masih ada beberapa siswa
yang tidak menyiapkan secara keseluruhan alat dan bahan yang diperlukan dengan
benar.
b. Membuat sketsa
Dalam membuat sketsa menggambar motif batik dengan objek biota laut
pada siswa kelas VIII MTs Bontomarannu ada beberapa siswa yang menggalami
kesulitan dalam menerapkan objek yang sesuai berdasarkan gagasan tersendiri.
Sehingga siswa diberikan arahan untuk melihat beberapa referensi baik itu
referensi objek secara langsung, foto objek yang diinginkan maupun foto gambar
berdasarkan objek yang telah ditentukan masing-masing oleh siswa dari beberapa
objek yang dijadikan referensi. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pengalaman
menggambar yang telah dilakukan pada lingkungan sekolah, siswa kemudian
memadukan beberapa objek tersebut sehingga menghasilkan objek baru yang unik
dan indah. Walaupun pada dasarnya jika melihat dan memperhatikan karya siswa-
siwa yang dihasilkan masih ada beberapa kelompok siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu yang masih kebingungan dan masih sulit untuk memadukan
beberapa objek yang telah ditentukan tersebut. Sehingga dari beberapa siswa
tersebut masih mengikuti pola-pola gambar yang telah ada secara keseluruhan
65
c. Menyempurnakan gambar
Menyempurnakan gambar merupakan tahap menggambar pada media
kertas menggunakan cat poster pada objek biota laut, tahap ini dilakukan dengan
menyelesaikan sketsa yang telah dibuat dengan proses pewarnaan dan
penyempurnaan warna. Hal ini sangat ditekankan kepada siswa pada tahap ini
yaitu mengenai tahap pewarnaan. Pemilihan warna yang baik dengan
menyesuaikan pada objek yang ada sangat mempengaruhi tingkat integritas
sebuah karya. Pada tahap pwarnaan siswa kelas VIII MTs Bontomarannu lebih
memilih melakukan pewarnaan begraound dengan menggunakan warna yang
cenderung gelap dari sketsa yang telah dibuat terlebih dahulu, hal ini dilakukan
agar pada saat menuangkan warna-warna cerah pada objek gambar, bentuk dari
objek tersebut akan lebih tampak jelas dan warna tidak terlihat menyatu.
2.Hasil karya menggambar motif batik dengan objek biota laut bagi siswa
kelas VIII A Mts Marrannu
Hasil karya menggambar motif batik dengan objek biota laut dengan
memanfaatkan cat poster dengan pigmen warna dapat di ukur dan di
klasifikasikan dalam beberapa aspek penilaian hasil karya, yaitu terdiri atas
penilaian aspek integritas, aspek harmoni, serta aspek kecemerlangan.
Berdasarkan kriteria penilaian hasil karya dapat diuraikan ketercapaian
kompetensi selama dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung serta akan
didaptkan kesimpulan tentang tingkat baik buruknya hasil dari proses
pembelajaran seni rupa yang dihasilkan oleh siswa kelas VIII Mts Bontomarannu
dengan hasil pemaparan sebagai berikut:
66
a. Integritas
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi pada aspek integritas siswa
memiliki tingkat pencapaian yang berbeda-beda dimana siswa yang memiliki
tingkatan nilai sangat baik dipengaruhi karena aspek penguasaan bahan dan
penguasaan teknik yang baik. Dimana, dalam proses menerapkan atau pemilihan
warna dapat disesuaikan berdasrkan objek yang telah dibuat serta mampu
memadukan beberapa objek serta warna-warna tertentu sehingga terlihat lebih
baik, itu dalam memadukan warna dan objek-objek yang telah ditentukan
berdasarkan ide dan gagasannya masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari hasil
karya yang telah diciptakan
b. Harmony (Harmoni)
Pada indikator pencapaian tingkat harmoni suatu karya, selain dari aspek
penguasaan bahan dan penggunaan teknik, yang juga menjadi hal utama yang
perlu diperhatikan yaitu pada aspek penentuan gagasan. Dalam proses
menciptakan suatu karya aspek penentuan gagasan akan memmpengaruhi tingkat
harmoni suatu karya, karena baik buruknya suatu gagasan yang telah ditentukan
akan berpengaruh besar pada objek yang dituangkan kedalam karya. Sama halnya
dalam penerapan bahan, ketika dalam proses berkarya seorang pekerja seni
menerapkan bahan dengan perhitungan yang baik dan matang maka akan
menghasilkan karya yang lebih berkualitas, baik dari segi kerapian maupun dari
segi lainnya sehingga dapat menghasilkan karya yang lebih harmoni.
Berdasarkan penilaian dari segi tingkat harmoninya suatu karya, hasil
karya yang dihasilkan oleh siswa kelas VIII MTs Bontomarannu tergolong sangat
67
baik,dari 14 siswa yang rata-rata nilainya sangat baik dengan perolehan nilai
persentase 95% dan 5% diantaranya masih berada pada kisaran nilai dibawah rata-
rata. Hal ini membuktikan bahwa untuk menghasilkan lukisan yang baik dan
berkualitas, terutama dari seni harmoni suatu karya misalnya menggambar motif
batik, tidak harus menggunakan bahan-bahan lain seperti cat poster dan pigmen
warna.
c. Kecemerlangan (clarity)
Dalam mengukur tingkat keberhasilan suatu karya dalam aspek
kecemerlangan, yang paling ditekankan yaitu pada proses penguasaan bahan,
terutama dalam proses pemilihan dan penerapan warna pada objek lukisan yang
telah dibuat dalam bentuk sketsa. Selain dalam penggunaan warna, penggunaan
teknik juga sangat berpengaruh untuk memperoleh tingkat kecemerlangan suatu
karya, dengan menggunakan teknik yang baik juga akan menghasilkan karya
yang baik begitupun sebaliknya. Keberhasilan pada aspek kecemerlangan disini
turut mempengaruhi dua aspek penilaian kualitas sebelumnya karna ketika tingkat
kecemerlangan suatu karya berhasil, tingkat harmoni dan integritas karya juga
akan berpengaruh dengan melihat serta mengamati hasil karya yang diciptakan
oleh siswa kelas VIII MTs Bontomarannu secara keseluruhan sudah dapat
dikatakan berhasil dalam aspek ini karena dari 95% hanya ada 5% yang
mempunyai nilai dibawah rata-rata.
3. Kendala yang dihadapi saat melakukan pembelajaran pada siswa kelas
VIII MTs Bonomarannu.
Kesulitan yang dialami guru yaitu pengelolaan kelas, pemberian
penguatan dan motivasi, penerapan media dan metode pembelajaran.
68
Dalam mengelola kelas guru mengalami kesulitan dalam mengatur siswa, guru
juga mengalami kesulitan dalam pengelolaan waktu, terutama pada saat praktik
menggambar siswa cenderung menggunakan waktu lebih banyak dari waktu yang
disediakan. Memotivasi siswa merupakan cara untuk mengatasi masalah atau
kesulitan, kemudian guru juga terpacu membimbing siswa agar lebih giat dalam
belajar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan
penguatan kepada siswa. Guru memberikan penguatan secara objektif berdasarkan
keaktifan hasil karya siswa.
Kesulitan lainnya ada pada penerapan media, yaitu dengan ketersediaan
media yang terbatas, ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran juga tidak
terlalu tinggi. Sehingga guru mengalami kesulitan dalam mendorong dan
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Proses menggambar motif batik dengan objek biota laut bagi siswa kelas VIII
MTs Bontomarannu terdiri dari beberapa tahapan penting yaitu menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan, membuat sketsa, mencampurkan cat poster,
memasukkan hasil pencampuran ke dalam wadah plastik dan
menyempurnakan atau menyelesaikan gambar pada media kertas
menggunakan motif batik dengan pewarnaan yang ada. Dimana proses
menggambar dengan menggunakan cat poster ini memerlukan kecakapan,
kesabaran, ketekunan serta kreatifitas yang baik.
2. Hasil karya menggambar pada media kertas menggunakan motif batik dengan
objek biota laut dengan menggunakan cat poster yang dihasilkan oleh siswa
kelas VIII Mts Bontomarannu dapat dinyatakan memiliki tingkat kualitas
yang baik, ini dapat dilihat dari hasil karya yang mereka ciptakan, dimana
karya yang dihasilkan tergolong unik dan 95% siswa mampu mencapai rata-
rata nilai standar. Dimana penilaiannya dapat diukur berdasarkan indikator
penilain kualitas yang meliputi penilaian aspek integritas (integrity), Harmoni
(harmony) dan kecemerlangan (clarity). Berdasarkan pembahasan indikator
penilaian hasil karya tersebut dapat disimpulkan dan diuraikan bahwa hasil
70
karya menggambar motif batik dengan objek biota laut bagi siswa kelas VIII
MTs Bontomarannu memiliki kualitas yang baik dari semua aspek.
B. Saran
Setelah menguraikan tentang menggambar motif batik dengan objek
biota laut maka penulis menyarankan beberapa hal:
1. Perlu penggunaan media berkarya yang sesuai dengan keadaan siswa,
yang mudah diperoleh siswa dan ekonomis.
2. Kurangnya kemampuan siswa dalam menentukan ide dan mengembangkan
kreativitas, hendaknya guru lebih memotivasi baik itu secara visual maupun
verbal, dan memberikan penjelasan tentang kreativitas sehingga ide siswa
mampu berkembang dengan baik.
3. Diharapkan kepada pemerintah maupun pihak sekolah untuk lebih
memberikan perhatian terkhusus pada mata pelajaran seni budaya dimana
mata pelajaran seni budaya memadukan antara teori dan praktek yang
memerlukan beberapa fasilitas pendukung di dalam proses pembelajarannya
agar siswa dapat merasa aman dan lebih nyaman dalam mengespresikan
kreatifitas-kreatifitas mereka.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haling, 2007, Belajar dan Pembelajaran Badan Penerbit Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Arini, Musman. 2011. Batik Warisan Adiluhung Nusantara. Yokyakarta:G-
Media.
Endik S. 1986. Seni Membatik. Jakarta: PT Safir Alam.
Margono . 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.
Nana Syahodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Pangewa Maharuddin, 1996. Strategi Belajar Mengajar: bidang Studi
Administrasi Perkantoran (Komponen Mata Kuliah Proses Belajar Guru.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rasjoyo. (1996) Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Erlangga.
Riyanto, Dkk. 1997. Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan industry Kerajinan dan Batik.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize.
Susanto, Sewan S.K. (1980), Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian
Batik dan Kerajinan , Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri,
Departemen Perindustrian R.I., Jakarta.
Syamsuri Syukri.dkk. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar. FKIP
Unismuh Makassar
Tim Politeknik Pusmanu, 2006. Buku Pintar Membatik. Pekalongan: Politeknik
Pusmanu Pekalongan.
Ukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Penelitian. Jogjakarta:
Usaha Keluarga.
Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara. Yogyakarta. Andi Yogyakarta.
72
LAMPIRAN
73
FORMAT WAWANCARA
Pertanyaan
1. Kesulitan apa saja biasa ibu alami dalam mengajarkan seni budaya pada sub
pokok
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………..
2. Kesulitan apa pula yang biasa dialami siswa dalam belajar seni rupa
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………..
3. Bagaimanakah latar belakang pendidikan ibu, apakah ibu memang alumni
jurusan seni. Atau jurusan lain
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………..
74
4. Metode apakah yang ibu terapkan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………..
5. Media apa yang digunakan dalam pembelajaran praktek
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………..
6. Alat dan bahan apa yang digunakan dalam praktek
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
75
FOTO HASIL PENELITIAN
Gambar 1. Melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah dan Guru seni
Budaya MTs Bontomarannu
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari 02 November 2019)
Gambar 2. Proses pemberian materi sebelum memasuki tahap praktek
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari 02 November 2019)
76
Gambar 3. Proses Belajar Mengajar
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari 04 November 2019)
Gambar 4. Proses Belajar Mengajar
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari 04 November 2019)
77
Gambar 5. Proses Fhinising
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari 04 November 2019)
Gambar 6. Proses Fhinising
(Dokumentasi: Sri Wahyunitasari 04 November 2019)
78
RIWAYAT HIDUP
Sri Wahyunitasari, disapa Sri lahir di Buttakeke pada
tanggal, 03 Juni 1996. Penulis merupakan anak sulung dari
tiga bersaudara dari pasangan Saparuddin Dan Nurwati
Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 2005 di
SDN No.87 Buttakeke, selesai pada tahun 2009, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 02 Bulukumba
yang sekarang berubah nama menjadi SMP Negeri 39 Bulukumba dan ditahun 2012
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 10 Bulukumba, tamat pada tahun
2015. Pada tahun 2015 penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni
Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah
Makassar. Atas dasar keyakinan yang kuat kepada sang pencipta serta do‟a dan restu
ayah dan ibu yang tercinta dan saudara, keluarga, teman-teman, penulis dapat
berkarya dalam bentuk tulisan yakni: menyusun skripsi yang berjudul “ Proses
pembelajaran menggambar motif batik objek biota laut pada siswa kelas VIII MTs
Bontomarannu”.