proses pelayanan kesehatan ojek makanan balita...

137
PROSES PELAYANAN KESEHATAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) SEBAGAI BENTUK UPAYA PENGENTASAN GIZI BURUK BALITA (Studi Kasus UPT Puskesmas Riung Cisaranten Kidul Kota Bandung) SKRIPSI Diajukan untuk Ujian Skripsi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya SUKMA DWI AMALLIA NIM. 135030107111060 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PROSES PELAYANAN KESEHATAN OJEK MAKANAN

    BALITA (OMABA) SEBAGAI BENTUK UPAYA

    PENGENTASAN GIZI BURUK BALITA

    (Studi Kasus UPT Puskesmas Riung Cisaranten Kidul Kota Bandung)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Ujian Skripsi Administrasi Publik

    Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    SUKMA DWI AMALLIA

    NIM. 135030107111060

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

    JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

    MALANG

    2017

  • MOTTO

    “Perempuan yang cantik adalah yang berwawasan dan mampu nyaman dengan

    dirinya sendiri, tanpa perlu megikuti kehausan zaman yang semakin lama

    semakin narsis selama kita bisa menjadi diri sendiri dan tidak mudah goyah

    dalam menghadapi berbagai cobaan”. – Sukma Dwi Amallia

  • Halaman Persembahan

    Bismillahirrahmanirrahim, ku mengucapkan rasa syukur dan terima kasih tak

    terhingga kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat yang telah diberikan.

    Shalawat serta salam selalu tercurah pada Nabi ku tercinta, Nabi Muhammad

    SAW atas seluruh teladannya.

    Karya ini kupersembahkan kepada:

    Ayah & bunda ku tersayang, Erwin Djama’an dan Sri Farida Janis. Abang &

    adikku, Reza Ilham Pratama dan Trinov Nazfa Abdillah yang selalu memberi

    support, do’a dan canda tawa.

    Ega Rahma Putri dan Atika Ismiantary, yang selalu memberikan semangat ketika

    sedih, ketika suntuk mengerjakan skripsi ini, dan selalu mendengarkan celoteh

    bawelku.

    Clara Shinta Bonivia, teman seperantauan yang menjadi sahabatku, like sister from

    another mother.

    Teman-teman dekat seperjuangan publik angkatan 2013 yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu, Rani, Aqil, Desy, Veronica, Amel, Ronny, Fahmi, dan

    lainnya.

    Teman dari SMA dan satu kampus yang selalu menjadi teman siap sedia, menemani

    ketika mengalami kesuntukan (partner in ‘gabut’), mendengarkan keluh kesah,

    teman berdiskusi, teman kebaperan.

    Dan terakhir untuk Rifqi Putra Semendo yang pernah menemaniku selama 4 tahun

    lalu memberikan dukungan terus menerus, menyemangati serta mendoakan ku.

  • viii

    RINGKASAN

    Sukma Dwi Amallia, 2017, Proses Inovasi Pelayanan Kesehatan Ojek Makanan

    Balita (OMABA) Sebagai Bentuk Upaya Pengentasan Gizi Buruk Balita (Studi

    Kasus pada UPT Puskesmas Riung Bandung Kelurahan Cisaranten Kidul

    Kota Bandung), Dr. Sujarwoto, S.IP., M.Si., 128 Hal + xiiii.

    Inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) adalah inovasi di bidang

    pelayanan kesehatan bertujuan untuk menghilangkan gizi buruk khususnya yang

    terjadi pada balita di Kelurahan Cisaranten Kidul Kota Bandung dengan cara

    memberikan makanan olahan bergizi menggunakan mekanisme pengantaran door

    to door. Inovasi ini dalam jangka pendek diharapkan membantu masyarakat

    penderita gizi buruk, sedangkan dalam jangka panjang inovasi Ojek Makanan

    Balita (OMABA) diharapkan dapat menjadi investasi sumber daya manusia agar

    generasi berikutnya dapat tumbuh dengan sehat dan terlepas dari permasalahan gizi.

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Proses pelaksanaan OMABA dan untuk

    menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan OMABA sebagai

    bentuk upaya pengentasan gizi buruk balita di Kelurahan Cisaranten Kidul Kota

    Bandung.

    Penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal yang digunakan untuk

    menjelaskan dan menganalisis proses OMABA di Kelurahan Cisaranten Kidul.

    Wawancara dilakukan dengan Kepala UPT Puskesmas Riung sekaligus Inovator

    dari OMABA, Ketua Komite Kesehatan Cisaranten Kidul, Tim Dapur OMABA,

    dan sasaran inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA). Teknik analisis eksplanasi dari Yin (2009) untuk analisis kasus proses inovasi OMABA di Kelurahan

    Cisaranten Kidul.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses inovasi ojek makanan balita

    dimulai dari mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar, latar

    belakang pembentukan inovasi, mengembangkan ide inovasi menjadi inovasi yang

    sukses dalam pengentasan permasalahan gizi buruk, penerapan inovasi di

    Kelurahan Cisaranten Kidul, proses evaluasi dan monitoring, dan proses

    penyebarluasan (difusi) sudah terlaksana dengan baik. Seluruh proses inovasi

    OMABA telah berjalan dengan efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi

    OMABA terdiri dari faktor keberhasilan inovasi yakni; Komitmen politik,

    Dorongan peningkatan efisiensi, Dorongan peningkatan kualitas layanan, dan

    faktor penghambat; Keberlanjutan dukungan anggaran, Tidak adanya kemauan

    wilayah lain untuk mengadopsi inovasi OMABA, Wilayah jangkauan, serta

    Komunikasi antar top-down kurang sinergis. Penelitian ini menyarankan perlunya

    komitmen yang kuat diperlukan untuk terus menjalankan inovasi OMABA baik itu

    dari pihak Pemerintah maupun elemen yang berkaitan langsung dengan OMABA.

    Kata Kunci : Proses inovasi, Pelayanan Kesehatan, Ojek Makanan Balita

    (OMABA)

  • viii

    SUMMARY

    Sukma Dwi Amallia, 2017, The Process of Health Care Innovation Through

    Motorcyle Taxi Toddler Food (OMABA) to Alleviate Children with

    Malnutrition (Case Study on UPT Puskesmas Riung Bandung Cisaranten

    Kidul Village Bandung), Dr. Sujarwoto, S.IP., M.Si., 128 Hal + xiiii.

    Motorcyle Taxi Toddler Food Innovation (OMABA) is an innovation in

    the field of health services aims to eliminate malnutrition, especially occurring in

    toddlers in Cisaranten Kidul village Bandung by providing nutritious processed

    foods using door to door delivery mechanism. This innovation in the short term is

    expected to help people with malnutrition, while in the long term Motorcyle Taxi

    Toddler Food innovation (OMABA) is expected to become investment of human

    resources so the next generation can grow healthy and regardless of nutritional

    problems. This study aims to analyze the implementation process of OMABA and

    to analyze the factors that influence the implementation of OMABA as a form of

    efforts to alleviate malnutrition of toddlers in Cisaranten Kidul Village, Bandung.

    This study used a single case study used to explain and analyze the OMABA

    process in Kelurahan Cisaranten Kidul. The interview was conducted with the Head

    of UPT Puskesmas Riung as well as the innovator from OMABA, Chairman of the

    Health Committee of Cisaranten Kidul, OMABA Kitchen Team, and target

    innovations of Motorcyle TaxiToddler Food (OMABA). Empirical analysis

    technique from Yin (2009) for case analysis of process innovation OMABA in

    Kelurahan Cisaranten Kidul.

    The results of this study showed that the innovation process of motorcycle

    taxi toddler food starts from identifying the problems that occur in the environment,

    the background of the formation of innovation, developing the innovation idea into

    successful innovation in alleviating the malnutrition problems, the application of

    innovation in Kelurahan Cisaranten Kidul, evaluation and monitoring process, and

    the process of dissemination (diffusion) has been done well. The whole process of

    OMABA innovation has worked effectively. Factors that affecting innovation of

    OMABA consists of the success factors innovation namely; Political commitment,

    encouragement of increased efficiency, Improvement of quality service, and

    inhibiting factors; Sustainability of budget support, the lack of willingness of other

    regions to adopt OMABA innovation, Territory range, as well as communication

    between top-down less synergistic.This research suggests a strong commitment

    required to continue implementing OMABA innovation whether it is from the

    government or elements directly relating to OMABA.

    Keywords: Process of Innovation, Health Care Service, Motorcyle Taxi

    Toddler Food (OMABA)

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT dengan seluruh karunia, rahmat, serta

    hidayahNya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    yang berjudul “Proses Inovasi Pelayanan Kesehatan Ojek Makanan Balita

    (OMABA) Sebagai Bentuk Upaya Pengentasan Gizi Buruk Balita (Studi

    Kasus UPT Puskesmas Riung Cisaranten Kidul Bandung)”.

    Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

    ujian komprehensif dalam memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Administrasi

    Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

    Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyajikan tulisan

    sebaik mungkin, namun penulis tidak luput dari berbagai kekurangan dan

    kekeliruian yang ada. Karena itulah penulis bersedia menerima kritikan, saran, dan

    masukan yang bersifat membangun.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya telah banyak pihak yang

    terlibat dan dengan ikhlas membantu penulis memberikan berbagai arahan,

    bimbingan, dorongan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu,

    penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Administrasi Universitas Brawijaya Malang

    2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

    Universitas Brawijaya Malang

    3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi

    Publik Universitas Brawijaya Malang

  • x

    4. Bapak Dr. Sujarwoto, S.IP., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

    berkenan membimbing dan memberikan arahan terhadap penyusunan skripsi

    ini.

    5. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh Staff Bagian Jurusan, Bagian Akademik,

    Bagian Tata Usaha, dan Staff Keuangan yang telah membantu

    melancarkankan penyusunan skripsi.

    6. Ibu dr. Hj. Sonny Sondari, M.Kes selaku Kepala UPT Puskesmas Riung

    Bandung dan penggagas dari Inovasi Ojek Makanan Balita (OMB) atas

    bantuan yang diberikan kepada penulis dalam pengumpulan data.

    7. Bapak Iwa Kartiwa selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Puskesmas

    Riung Bandung atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

    8. Ibu Hj. Vita Vatimah selaku Ketua PKK Baitunnisa dan Ketua Komite

    Kesehatan Kelurahan Cisaranten Kidul atas bantuan yang diberikan kepada

    penulis dalam pengumpulan data.

    9. Ibu Marliyani Gunawan, Ibu Desy Anavianty, Ibu Nenny dan seluruh pihak

    lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan yang

    diberikan kepada penulis.

    Demi kesempurnaan skripsi ini saran dan kritik yang bersifat membangun

    sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak

    yang membutuhkan.

    Malang, 22 Mei 2017

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    Hal

    MOTTO ............................................................................................................. ii

    TANDA PENGESAHAN.......................................................................................... iii

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................ iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vi

    RINGKASAN ...................................................................................................vii

    SUMMARY ............................................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................... 11

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11

    D. Kontribusi Penelitian ............................................................................... 12

    E. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 12

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 15

    A. Pelayanan Publik ..................................................................................... 15

    a. Pengertian Pelayanan Publik ............................................................... 15

    b. Jenis-Jenis Pelayanan Publik .............................................................. 17

    B. Inovasi Pelayanan Publik ........................................................................ 19

    a. Pengertian Inovasi Pelayanan Publik................................................. 19

    b. Proses Inovasi Layanan Publik ......................................................... 25

    c. Faktor Keberhasilan Inovasi Pelayanan Publik .................................. 28

  • xii

    d. Faktor Penghambat Inovasi Pelayanan Publik ................................... 33

    C. Pelayanan Kesehatan ............................................................................... 34

    a. Pengertian Pelayanan Kesehatan ....................................................... 34

    b. Jenis Pelayanan Kesehatan ................................................................ 35

    D. Layanan Gizi Sebagai Layanan Publik ................................................... 36

    a. Isu Kurang Gizi di Indonesia ............................................................ 38

    b. Faktor Terjadinya Gizi Buruk di Indonesia ....................................... 40

    c. Kebijakan/Program Penanganan Gizi Buruk di Indonesia ................. 43

    d. Permasalahan Layanan Gizi di Indonesia .......................................... 44

    E. Model Inovasi Layanan Pengentasan Gizi Buruk.................................... 46

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 48

    A. Jenis Penelitian........................................................................................ 48

    B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 50

    C. Lokasi dan Situs Penelitian ...................................................................... 52

    D. Sumber Data ........................................................................................... 52

    E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 53

    F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 55

    G. Analisis Data ........................................................................................... 56

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 58

    A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58

    a. Gambaran Umum Kota Bandung ...................................................... 58

    b. Gambaran Umum UPT Puskesmas Riung ......................................... 67

    1. Proses Inovasi OMABA di Kelurahan Cisaranten Kidul ........................... 73

    a. Pengidentifikasian Masalah di Kelurahan Cisaranten Kidul .............. 73

    b. Penciptaan Ide Pembentukan Inovasi OMABA ................................. 81

    c. Pengembangan Inovasi OMABA Menjadi Inovasi Sukses ................ 85

    d. Penerapan Inovasi OMABA di Kelurahan Cisaranten Kidul ........... 93

    e. Proses Evaluasi dan Monitoring Inovasi OMABA. ......................... 98

    f. Proses Difusi Inovasi OMABA. ...................................................... 101

  • xiii

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Inovasi OMABA................... 102

    a. Faktor Pendukung Keberhasilan Inovasi OMABA .......................... 102

    b. Faktor Penghambat Inovasi OMABA.............................................. 105

    B. Pembahasan. .......................................................................................... 108

    a. Proses Inovasi OMABA di Kelurahan Cisaranten Kidul ................. 108

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Inovasi OMABA ............ 117

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 124

    A. Kesimpulan. .................................................................................... 124

    B. Saran. ............................................................................................. 127

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 129

    LAMPIRAN ................................................................................................... 132

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Hal

    1. Luas Wilayah Kota Bandung Per Kecamatan ............................................. 59

    2. Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2013 – 2015 ....................................... 64

    3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk ................................... 64

    4. Situasi Geografis Wilayah Kerja UPT Puskesmas Riung ............................ 70

    5. Distribusi Produktivitas Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................... 71

    6. Sarana Transportasi UPT Puskesmas Riung................................................ 73

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    1. Tipologi Inovasi Sektor Publik ................................................................. 22

    2. Proses Inovasi Layanan Publik .................................................................. 28

    3. Faktor Kritis Keberhasilan Inovasi........................................................................ 33

    4. Faktor Penyebab Gizi Kurang dan Gizi Buruk ................................................... 41

    5. Komponen Analisis Data......................................................................................... 57

    6. Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Riung ........................................................ 67

    7. UPT Puskesmas Riung Bandung ........................................................................... 68

    8. Lingkungan Tempat Tinggal Penderita Gizi Buruk........................................... 76

    9. Fasilitas Motor OMABA Oleh PT. Pertamina .................................................... 86

    10. Makanan Olahan Untuk Balita Gizi Buruk ......................................................... 88

    11. Time Schedule PMT “Dapur OMABA” ............................................................... 89

    12. Kegiatan Rapat dan Silaturahmi Tim OMABA .................................................. 90

    13. Batu Peresmian “Dapur OMABA” Oleh Walikota ............................................ 90

    14. Lokasi Cooking Center “Dapur OMABA”............................................................ 91

    15. Penderita Gizi Buruk .................................................................................. 96

    16. Siklus Proses Inovasi OMABA ................................................................ 110

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................................... 132

    SOP OMABA ......................................................................................... 133

    Piagam Penghargaan OMABA ............................................................... 134

    Surat Keterangan Penelitian Bakesbangpol Malang ................................ 135

    Surat Keterangan Penelitian Dinkes Kota Bandung ................................. 136

    Data Balita Gizi Buruk Penerima PMT dari Presiden…................................ 138

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bagi Indonesia saat ini, masalah pelayanan masih menjadi beban berat yang

    perlu dibenahi. Dengan jumlah penduduk terbanyak keempat dunia menjadikan

    Indonesia menanggung beban untuk memenuhi kesejahteraan penduduknya

    terutama dalam bidang peningkatan kesehatan masyarakat dan layanan kesehatan.

    Dalam rangka mewujudkan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat yang

    beragam, berbagai upaya dilakukan terutama dalam hal pelayanan publik di bidang

    kesehatan sebagai bentuk pengabdian pemerintah kepada rakyatnya. Sebagaimana

    yang dijelaskan oleh Kurniawan (2005) pelayanan publik adalah suatu proses

    melayani masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap suatu organisasi sesuai

    dengan ketentuan dan tata cara yang telah ditetapkan.

    Pelaksanaan pelayanan publik sendiri telah tertuang dalam Undang-Undang

    Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan dijelaskan bahwa pelayanan

    publik merupakan wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah, atau pun

    instansi pemerintahan terkait yang biasa disebut penyedia pelayanan publik.

    Masyarakat yang dari waktu ke waktu terus berkembang secara dinamis terkadang

    sulit untuk disesuaikan oleh penyedia pelayanan publik dalam pemenuhan

    kebutuhannya. Selain itu apabila dicermati, pelayanan publik di Indonesia ini masih

    jauh dari baik dan kurang memuaskan. Tidak hanya pelayanan di daerah yang

    notabene memang masih rendah tingkat layanan serta sumber dayanya, namun di

    1

  • 2

    pusat pun masih banyak pelayanan yang diberikan belum berjalan optimal. Untuk

    mewujudkan pelayanan publik yang dapat diterima oleh masyarakat, pemerintah

    pusat maupun daerah perlu melakukan perbaikan kualitas layanan baik itu dari segi

    struktur organisasinya, sarana prasarana, maupun segi sumber daya manusianya

    (SDM).

    Namun, dapat dilihat kenyataannya bahwa pelayanan publik terutama dalam

    hal layanan kesehatan masihlah belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Banyaknya layanan kesehatan yang seringkali gagal dalam melayani masyarakat

    itulah yang menjadi hal penting untuk melakukan sebuah inovasi yang efektif.

    Sebagai penyedia pelayanan publik, pemerintah harus mengutamakan hak-hak

    rakyat di atas segalanya dan harus fokus terhadap upaya pemenuhan kebutuhan

    rakyat. Khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan sangat diperlukan

    pembangunan kesehatan yang dimana merupakan salah satu tujuan pembangunan

    nasional untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

    Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung

    jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor

    pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup

    besar. Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara

    tersendiri atau bersama-sama di dalam sebuah organisasi bertujuan untuk

    memelihara serta meningkatkan kesehatan, mencegah serta menyembuhkan

    penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun

    masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2009).

  • 3

    Kesehatan merupakan hak semua penduduk, sehingga pemerintah perlu

    memfokuskan diri kepada kesehatan masyarakatnya yang selama ini kurang begitu

    diperhatikan. Salah satu penyebab permasalahan yang melatar belakangi buruknya

    kesehatan masyarakat ialah ketahanan pangan yang rendah sehingga berpengaruh

    terhadap konsumsi asupan gizi masyarakat, pendidikan yang belum merata

    penyebarannya, kondisi lingkungan yang tidak baik, dan lain sebagainya. Menurut

    data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, banyaknya

    permasalahan berkaitan dengan kesehatan masyarakat diantaranya kesehatan ibu

    (meningkatnya angka kematian ibu, masalah persalinan), penyakit menular

    (HIV/AIDS, cacingan, TBC, dsb), kesehatan anak (gizi kurang, gizi buruk, stunting,

    dsb), diabetes, dan lain-lain menjadi tantangan berat yang harus dihadapi dan

    dibenahi oleh pemerintah Indonesia.

    Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal

    5 ayat 2 Tentang Kesehatan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh

    pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, yang dimana

    menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat

    Indonesia. Namun sayangnya pelayanan kesehatan sekarang ini masih terbilang

    kurang memuaskan dan terkadang masih membedakan status sosial pasien.

    Berangkat dari masalah itulah berbagai daerah berlomba-lomba untuk memberikan

    pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakatnya untuk mencapai tujuan

    pembangunan kesehatan. Salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia di sektor

    kesehatan ialah gizi buruk yang banyak dialami oleh balita maupun anak-anak.

  • 4

    Faktor yang menyebabkan gizi buruk diantaranya ekonomi yang rendah

    sehingga tidak dapat memenuhi asupan gizi anak, pola asuh ibu yang salah,

    lingkungan yang tidak sehat, ataupun adanya penyakit bawaan yang diderita anak

    sejak lahir. Terkadang karena faktor ekonomi itulah yang menyebabkan orangtua si

    penderita gizi buruk enggan untuk membawa anaknya berobat. Padahal seluruh

    anak di Indonesia memiliki hak dan kebutuhan yang harus dipenuhi seperti yang

    dikemukakan oleh Adriani & Wirjatmadi (2012) berikut ini:

    1. Kebutuhan Fisik

    1) Kebutuhan pangan dan gizi yang seimbang

    2) Imunisasi sebagai perawatan mendasar

    3) Tempat tinggal yang layak

    4) Kebersihan dan sanitasi lingkungan

    5) Terpenuhinya kebutuhan sandang

    2. Kebutuhan Psikis (emosi)

    Perlunya kehadiran orang tua dalam masa pertumbuhan seorang

    anak untuk memberikan seluruh kasih sayangnya hingga

    menimbulkan dampak positif bagi tumbuh kembang anak.

    3. Kebutuhan Stimulasi Mental

    Merupakan kebutuhan anak yang mencakup pembelajaran dan

    pelatihan terhadap agama, kreatifitas, moral & etika, kecerdasan, dan

    lain sebagainya.

  • 5

    Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, perlu dilakukannya sebuah

    inovasi layanan kesehatan.

    Inovasi diperlukan untuk membantu memecahkan masalah yang

    menghambat keberhasilan pelayanan publik di bidang kesehatan. Inovasi dalam

    sektor publik dibutuhkan untuk memodifikasi hal yang sudah ada terutama di dalam

    pelayanan agar menjadi lebih baik salah lagi. Inovasi merupakan kegiatan

    memperkenalkan metode, cara, produk serta pelayanan baru.Inovasi tersebut

    dilakukan agar tercapainya keberhasilan pemenuhan kebutuhan rakyat baik dengan

    cara pembaharuan barang ataupun jasa (Muluk, 2008:44). Inovasi yang dilakukan

    bisa dalam bentuk penetapan penerapan suatu program yang dimana merupakan

    bagian dari strategi pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

    Dalam pelaksanaannya inovasi sektor publik haruslah memiliki ciri khas

    tersendiri dan bukan semata untuk perubahan suatu produk saja melainkan dapat

    menciptakan perubahan hubungan antar pemerintah, swasta, masyarakat yang lebih

    baik. Berbagai inovasi dalam bidang pelayanan kesehatan telah banyak dilakukan

    oleh Negara-negara di dunia. Inovasi yang dilakukan sejumlah Negara tersebut

    setidaknya dapat menjadi inspirasi dan motivasi Indonesia untuk dapat

    memperbaiki sistem pelayanan dibidang pelayanan kesehatan. Berikut diantaranya

    penelitian-penelitian terdahulu mengenai inovasi pelayanan yang dilakukan oleh

    dunia internasional;

  • 6

    Inovasi pertama terdapat di Bangladesh, seperti yang ditulis dalam

    penelitian Rubaiyath Sarwar yang berjudul Bangladesh Health Service Delivery:

    Innovation NGO and Private Sector PartnerShips (Inovasi Pelayanan Kesehatan

    Berbasis Instant Message), inovasi pelayanan kesehatan ini dilakukan oleh

    pemerintah bekerjasama dengan perusahaan swasta untuk mengatasi permasalahan

    kesehatan di negaranya, termasuk permasalahan kesehatan ibu hamil dan gizi anak.

    Inovasi ini telah ada sejak 2011 lalu, dimana cara kerjanya masyarakat dapat

    melakukan pencegahan terhadap penyakit dikarenakan adanya informasi yang

    menjelaskan mengenai pelatihan prenatal, post-natal, cakupan gizi untuk bayi,

    balita sampai dengan anak-anak.

    Penelitian Sarwar tersebut menjelaskan bahwa inovasi yang dilakukan di

    Bangladesh membantu mengurangi jumlah angka kematian ibu serta membantu

    pencegahan gizi kurang yang biasa terjadi di masyarakat, khususnya pada bayi dan

    anak-anak.

    Penelitian kedua dilakukan oleh Macinko dkk di Brazil. Dalam

    penelitiannya yang berjudul Brazil’s Family Health Strategy – Delivering

    Community-Based Primary Care in a Universal Health System, dijelaskan bahwa

    Brazil telah memiliki progress peningkatan yang cukup baik dalam sistem

    pelayanan kesehatannya. Dijelaskan pula bahwa institusi kesehatan baik itu swasta

    ataupun negeri memberikan kontribusi dalam pelayanan yang diberikan, salah

    satunya adalah melalui Family Health Strategy (FHS).

  • 7

    FHS merupakan sebuah komunitas yang di dalamnya terdiri dari tim beranggotakan

    suster, psikiater, ahli gizi, dan empat sampai enam orang agen komunitas kesehatan.

    FHS tersebar diberbagai wilayah di Brazil yang dimana masing-masing tim FHS

    tersebut dengan sigap dan bertanggungjawab merespon permasalahan kesehatan

    yang sering terjadi.

    Inovasi ini berjalan efektif karena mereka mendatangi rumah-rumah

    penduduk (yang berada dalam cakupan wilayah mereka) sebulan sekali untuk

    memperoleh dan mengecek data kesehatan. Dijelaskan pula ketika ada seseorang

    yang baru pertama kali melahirkan ataupun memiliki balita, ia dapat langsung

    menghubungi agen komunitas FHS yang dekat dari rumahnya dan dibawa ke pos

    FHS untuk ibu hamil akan dicek tekanan darah, berat badan, serta diberikan kartu

    pasien. Untuk penanganan kesehatan anak, FHS memberikan informasi mengenai

    konsumsi makanan yang baik untuk anak, pencegahan penyakit pada anak, dan

    pengobatan.

    Selanjutnya penelitian ketiga dilakukan oleh Guimon dalam tulisannya yang

    berjudul The Case of Plumpy’nut and Health Extension Workers Program (Inovasi

    Kesehatan Untuk Mengentaskan Kelaparan dan Gizi Buruk di Ethiopia)

    menjelaskan bahwa pemerintah Ethiopia bekerja sama dengan UNICEF untuk

    menyediakan makanan yang bergizi. Dibawah naungan PBB, diciptakan inovasi

    makanan sehat bernama Plumpy’nut yang terdapat dalam program “Health

    Extension Workers”.

  • 8

    Plumpy’nut ini merupakan makanan yang diciptakan oleh ahli gizi dan institut

    pertanian PBB untuk mengatasi gizi buruk yang terjadi di Ethiopia. Sementara itu,

    Health Extention Workers merupakan kegiatan yang terdiri dari para perempuan

    muda yang diberikan pelatihan untuk mendatangi rumah-rumah warga untuk

    mengidentifikasi dan mendata anak-anak bergizi kurang dan memberikan

    pengetahuan kepada keluarganya.

    Setiap anggota dari Health Extension Workers menjelaskan kepada ibu dari

    para penderita gizi buruk mengenai keadaan anak mereka dan apabila anak mereka

    sudah mengalami kondisi yang parah memberikan surat pendaftaran untuk

    pengecekan medis di rumah sakit. Selain itu untuk anak-anak yang masih

    dikategorikan mengalami gizi kurang (underweight), pekerja sosial membawakan

    Plumpy’nut beserta beberapa obat-obatan sebagai pencegahan agar anak tidak

    sampai pada kategori gizi buruk.

    Kemudian penelitian terakhir berjudul e-Childcare: Innovative SMS and

    Web-based Alert System to Improve Children’s Healthdi India yang dilakukan oleh

    Mishra dkk. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa inovasi e-Childcare

    merupakan sebuah platform yang dibentuk oleh pemerintahan India untuk

    meningkatkan kesehatan anak dan balita. berbagai macam e-Childcare yang dibuat

    di India seperti RapidSMS, Celery, Python, Django, dan sebagainya. Cara kerja dari

    e-Childcare sendiri adalah dengan melalui fitur SMS serta berbasis web yang

    dimana berisikan mengenai obat-obatan untuk penyakit anak dan balita.

  • 9

    Pertama-tama pengguna mendaftar melalui SMS atau web sesuai dengan

    format yang telah ditentukan seperti nama, jenis kelamin, kota tempat tinggal, dan

    memasukkan PIN apabila mengakses via web, kemudian e-Childcare tersebut akan

    mengirimkan balasan. Inovasi ini berhasil dalam usaha pencegahan terhadap

    meningkatnya penyakit terhadap anak.

    Berdasar hal tersebut di atas, Bandung sebagai salah satu kota yang aktif dan

    peduli terhadap permasalahan sosial di sekitarnya berani melakukan perubahan yang

    bertujuan untuk mengoptimalkan kualitas layanan publiknya. Jumlah penduduk

    Kota Bandung yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik Bandung tahun 2014

    sebanyak 2 Juta Jiwa tentu menjadi tanggung jawab pemerintah Bandung untuk

    memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu cara yang

    dilakukan adalah dengan memperbanyak sarana prasarana kesehatan. Kota

    Bandung telah banyak melakukan inovasi dalam bidang kesehatan diantaranya

    inovasi penanganan ibu hamil, penanganan diabetes, serta penanganan gizi buruk

    pada anak dan balita.

    Salah satu inovasi di bidang layanan gizi yang mendapatkan penghargaan

    inovasi terbaik dari Kementrian PAN-RB adalah Inovasi Ojek Makanan Balita

    (OMABA) di Kecamatan Gedebage, Kelurahan Cisaranten Kidul, Bandung.

    Penduduk Kecamatan Gedebage menurut sensus kependudukan tercatat sebanyak

    37.082 jiwa pada tahun 2014, yang dimana jumlah tersebut meningkat dari tahun

    sebelumnya sebanyak 1,16 persen. Untuk Kelurahan Cisaranten Kidul sendiri

    jumlah penduduk laki-laki sebanyak 9.228 jiwa dan perempuan sebanyak 9.313

    jiwa.

  • 10

    Kelurahan Cisaranten Kidul sendiri masih terdapat balita dan anak-anak

    yang menderita gizi buruk. Rata-rata penderita gizi buruk tersebut berasal dari

    keluarga yang kurang mampu. Berlatar dari keprihatinan serta rasa peduli tinggi

    terhadap masalah kesehatan anak, seorang dokter dari Puskesmas Riung berinisiatif

    membuat inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) ini yang dimana di dukung oleh

    pihak Pemkot Bandung dan bekerja sama dengan CSR PT. Pertamina. Inovasi Ojek

    Makanan Balita (OMABA) ini dikelola oleh ibu-ibu PKK dari Kader (Komite

    Kesehatan) Kelurahan Cisaranten Kidul. Dengan adanya inovasi tersebut,

    pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui puskesmas menjadi semakin efektif

    didukung oleh adanya peran serta masyarakat.

    Cara kerja inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) adalah dengan

    menyediakan makanan bergizi dan mengantarkan makanan tersebut ke rumah-

    rumah penderita gizi buruk. Kegiatan inovasi kesehatan tersebut dilaksanakan

    dengan berlandaskan kepada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun

    2009 Tentang Sistem Kesehatan Kota Bandung yang di dalamnya tertulis bahwa

    perlunya Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang dilakukan oleh pemerintah

    ataupun masyarakat dan swasta untuk memelihara meningkatkan kesehatan,

    mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

    Dengan adanya inovasi yang melibatkan masyarakat ini, pelayanan kesehatan yang

    telah diupayakan oleh pemerintah dapat terbantu dan dapat berjalan sesuai dengan

    tujuan yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sepenuhnya serta dapat

    terjalin hubungan timbal balik antar pemerintah dan masyarakatnya sendiri.

  • 11

    Berdasarkan dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian mengenai “PROSES INOVASI PELAYANAN

    KESEHATAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) SEBAGAI BENTUK

    UPAYA PENGENTASAN GIZI BURUK BALITA”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

    dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimanakah proses Inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) sebagai

    bentuk upaya pengentasan gizi buruk balita di Cisaranten Kidul Kota

    Bandung?

    2. Apa sajakah faktor-faktor pendukung dan penghambat di dalam proses

    Inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) di Cisaranten Kidul Kota

    Bandung?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian imi adalah:

    1. Mengetahui, mendeskripsikan, serta menganalisis proses dari Inovasi Ojek

    Makanan Balita (OMABA) di Cisaranten Kidul Kota Bandung.

    2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan

    penghambat proses Inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) dalam

    mengentaskan gizi buruk balita.

  • 12

    D. Kontribusi Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan manfaat sebagai berikut:

    a. Kegunaan Teoritis

    a) Diharapkan penelitian ini mampu menjadi referensi mahasiswa Ilmu

    Administrasi publik, terutama berkaitan dengan inovasi pelayanan gizi

    dan berbagai upaya pengentasan gizi buruk.

    b) Diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan dan kajian baru

    khususnya dibidang kesehatan anak terutama mengenai upaya

    pengentasan gizi buruk melalui inovasi.

    b. Kegunaan Praktis

    a) Diharapkan mampu menjadi masukan bagi kader kesehatan UPT

    Puskesmas Riung Bandung selaku pelaksana dan penggagas Inovasi

    Ojek Makanan Balita (OMABA) untuk dapat meningkatkan kinerjanya

    dalam upaya pengentasan gizi buruk balita yang terjadi di Bandung.

    b) Dapat membantu memberikan wawasan tambahan bagi seluruh tenaga

    kesehatan serta Kader yang terlibat agar mampu melayani dengan lebih

    baik dan profesional dalam penanganan gizi buruk balita dan terus

    berupaya untuk membantu mengentaskan masalah gizi buruk.

    E. Sistematika Pembahasan

    Sistematika pembahasan merupakan isi dari penelitian yang dijelaskan secara

    singkat dimana setiap bab dalam pembahasan ini dibuat secara garis besar dan

  • 13

    disajikan secara tersendiri. Sistematika pembahasan dari masing-masing bab

    secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah mengenai

    gizi buruk yang diderita oleh anak dan balita serta upaya

    pemerintah daerah menciptakan inovasi untuk mengentaskan

    permasalahan gizi tersebut. perumusan masalah terkait dengan

    implementasi inovasi daerah Kelurahan Cisaranten Kidul,

    Bandung dengan memenuhi prinsip-prinsip pelayanan publik dan

    inovasi, kemudian tujuan penelitian, kontribusi penelitian, serta

    sistematika pembahasan.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan

    dengan judul penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah teori

    pelayanan publik, teori inovasi, dan teori mengenai pelayanan

    kesehatan.

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang

    digunakan oleh penulis dalam penelitian. Penelitian ini

    menggunakan jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan

    kualitatif dan metode studi kasus.

  • 14

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil dari penelitian

    dan penyajian data yang sesuai dengan fokus penelitian

    dimana menganalisis secara umum inovasi Ojek

    Makanan Balita (OMABA), kemudian terdapat

    pembahasan penelitian bersumber dari teori-teori yang

    berhubungan dan sesuai dengan apa yang telah di teliti di

    lapangan.

    BAB V : KESIMPULAN

    Pada bab ini berisi mengenai ringkasan dari hasil

    penelitian dan pembahasan proses inovasi Ojek

    Makanan Balita (OMABA) disertai dengan saran

    penting yang diperlukan serta berkaitan dengan hasil

    penelitian.

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pelayanan Publik

    a. Pengertian Pelayanan Publik

    Seluruh masyarakat berhak mendapatkan kesejahteraannya, baik itu dalam

    hal ekonomi, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan lainnya. Pemerintah memiliki

    kewajiban dan kewenangan atas pemenuhan kesejahteraan masyarakatnya yang

    dimana biasa disebut sebagai Civil Servant atau Pelayan masyarakat/publik.

    Menurut Setijaningrun (2009:1) pelayanan publik (public service) merupakan salah

    satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping

    sebagai abdi negara.

    Sedangkan pengertian berbeda mengenai Pelayanan Publik dikemukakan

    oleh Lewis dan Gilman (2005:22) sebagai berikut:

    “Pelayanan Publik merupakan kepercayaan publik. Setiap warga

    negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran

    dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat, dan dapat

    dipertanggung jawabkan kepada publik.”

    Hal tersebut di atas dimaksudkan bahwa masyarakat mengharapkan kualitas

    pelayanan publik dapat menjadi lebih baik yang dilandasi dengan kejujuran agar

    menghasilkan kepercayaan dari masyarakat. Selain kejujuran, dibutuhkan etika

    pelayanan publik yang dijadikan sebagai pilar untuk mencapai pelayanan publik

    yang jujur.

  • 16

    Thoha (2008:39) menjelaskan bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha

    yang dilakukan oleh tiap individu ataupun sekelompok orang maupun instansi

    tertentu bertujuan untuk memudahkan seluruh masyarakat dalam memperoleh dan

    memberi bantuan. Pada dasarnya, pelayanan publik diciptakan untuk memberikan

    bantuan kepada masyarakat oleh pemerintah guna mencapai tujuan tertentu.

    Selain itu menurut Suparto (2008:15) pelayanan publik adalah:

    “Pemberi layanan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai

    penyelenggara negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

    (publik) sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemerintah yang

    sering juga disebut birokrasi merupakan sebuah lembaga yang

    didirikan oleh masyarakat dengan fungsi sebagai alat untuk

    memenuhi segala kebutuhan masyarakat.”

    Dapat dilihat bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh

    para penyelenggara pelayanan publik sebagai usaha pemenuhan berbagai

    kebutuhan seluruh masyarakat. Pelaksanaan pelayanan publik ini telah ditentukan

    dalam UU No. 25 Tahun 2009 dan para penyelenggara pelayanan publik harus

    berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang telah ada. Penyelenggara pelayanan

    publik disini mengacu pada setiap Instansi pemerintah (penyelenggara Negara),

    korporasi, lembaga independen yang dibentuk sesuai dengan Undang-undang

    bergerak di berbagai kegiatan pelayanan publik, serta badan hukum lainnya yang

    dibentuk untuk melakukan kegiatan pelayanan publik.

  • 17

    Selanjutnya dijelaskan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik tersebut

    langsung memberikan pelayanan kepada si penerima layanan. Di dalam perundang-

    undangan ini pelayanan publik meliputi pelayanan di bidang pendidikan,

    pengajaran, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, pariwisata, energi,

    ekonomi dan lainnya.

    b. Jenis-jenis Pelayanan Publik

    Pelayanan publik sendiri dapat dibagi menjadi berbagai kriteria seperti yang

    tertuang dalam Kemenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003 mengenai Pedoman

    Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dalam surat tersebut dijelaskan

    bahwa pelayanan publik diklasifikasi menjadi tiga jenis kelompok, yaitu:

    a) Kelompok Pelayanan Administratif

    Merupakan pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen

    resmi yang dimana dibutuhkan oleh publik, misalnya berupa status

    kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan ataupun

    pengussaan terhadap suatu barang, dan sebagainya. (Contoh: KTP,

    Akta Kelahiran, Akta Kematian, STNK, SIM, IMB, Paspor, dan

    lainnya).

    b) Kelompok Pelayanan Barang

    Merupakan pelayanan yang menghasilkan berbagai jenis barang yang

    dimana biasanya digunakan untuk keperluan atau kepentingan publik.

    (Contoh: jaringan telepon, tenaga listrik, air bersih, dan lainnya).

  • 18

    c) Kelompok Pelayanan Jasa

    Merupakan pelayanan yang menghasilkan berbagai jenis atau bentuk

    jasa yang dibutuhkan oleh publik. Contohnya seperti berikut:

    - Pelayanan dalam bidang pendidikan

    Merupakan pelayanan untuk kebutuhan masyarakat dalam

    memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, baik itu berbentuk

    formal ataupun non formal, meliputi pendidikan dari jenjang

    terendah sampai jenjang tertinggi (contoh: tempat kursus, TK, SD,

    SMP, SMA, Perguruan Tinggi, perpustakaan umum, dan

    sebagainya).

    - Pelayanan dalam jasa transportasi

    Merupakan layanan untuk memudahkan masyarakat memperoleh

    akses berkendara. (contoh: Bandara, Stasiun Kereta Api, Terminal,

    Pelabuhan, serta akses jalan tol).

    - Pelayanan dalam jasa pos

    Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah yang berguna untuk

    memudahkan masyarakat dalam proses surat menyurat dan berkirim

    paket ataupun melakukan pembayaran taghan seperti tagihan listrik

    dan air.

    - Pelayanan sosial

    Merupakan layanan yang disediakan oleh pemerintah untuk

    membantu masyarakat menangani permasalahan-permasalahan

  • 19

    sosial yang ada. (contoh: Rumah pemberdayaan, panti jompo, panti

    asuhan, dan sebagainya.

    - Pelayanan jaminan pemeliharaan kesehatan

    Meliputi pelayanan yang menyediakan jasa di bidang kesehatan

    masyarakat, baik itu berupa pelayanan kedokteran, pelayanan

    puskesmas, ataupun pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh

    pihak-pihak yang melibatkan masyarakat. Seperti Inovasi Ojek

    Makanan Balita (OMABA) yang termasuk dalam pelayanan jaminan

    pemeliharaan kesehatan karena bergerak dalam bidang peningkatan

    kesehatan gizi balita dan dilakukan oleh pemerintah kota

    bekerjasama dengan pihak Puskesmas.

    A. Inovasi Pelayanan Publik

    a. Pengertian Inovasi Layanan Publik

    Inovasi sangat dibutuhkan oleh suatu negara demi mewujudkan dan

    menciptakan sebuah pemerintahan yang baik dan ideal. Inovasi merupakan sebuah

    ide atau gagasan baru yang dimana bertujuan untuk menciptakan suatu produk

    barang dan jasa menjadi lebih baik. Dalam bahasa latin kata Inovasi disebut

    Innovare yang berarti terdapat perubahan sesuatu menjadi baru. Inovasi dalam

    bahasa inggris disebut Innovation dan Innovate yang baru diperkenalkan pada abad

    ke 16.

  • 20

    Muluk (2008:44) menjelaskan bahwa inovasi merupakan suatu proses

    penyempurnaan dari produk-produk inovasi baik itu barang ataupun jasa. Menurut

    Wijayanti (2008:42) inovasi pada sektor publik lebih ditekankan pada aspek

    perbaikan yang dihasilkan kegiatan inovasi tersebut, yang dimana pemerintah

    mampu memberikan pelayanan publik secara lebih efektif, efisien dan berkualitas,

    murah dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan menurut

    Suwarno (2008), secara umum inovasi dipahami dalam konteks perubahan perilaku

    yang erat kaitannya dengan lingkungan berkarakteristik dinamis dan berkembang.

    Dimana maksudnya ialah inovasi yang akan diciptakan perlu disesuaikan dengan

    keadaan lingkungan yang selalu berubah-ubah.

    Osborne dan Brown (2005:116) mengungkapkan bahwa

    “Innovation is a introduction of newness into a system usually, but

    not always, in relative terms and by the application (and

    occasionally invention) of a new idea. This produces a process of

    transformation that brings about a discontinuity in terms of the

    subject itself (such as a product or service) and/or its environment

    (such as an organization, market or a community)”

    Dimaksudkan bahwa inovasi merupakan pengenalanan suatu hal yang baru ke

    dalam sebuah sistem, akan tetapi tidak selalu seperti itu, dalam keadaan tertentu dan

    dengan aplikasi dari sebuah ide baru. Inovasi tersebut menghasilkan sebuah proses

    transformasi yang membawa sesuatu yang terputus dari subjeknya (seperti produk

    atau layanan) dan atau lingkungannya (seperti organisasi, pasar atau komunitas).

    Inovasi adalah perubahan yang direncanakan, yang bertujuan untuk memperbaiki

    praktik menuju keadaan yang lebih baik.

  • 21

    Tegasnya inovasi adalah sesuatu yang baru, yang membuat terciptanya

    suasana baru karena adanya cara baru untuk memenuhi kebutuhan manusia.

    Sedangkan West and Far (dalam Ancok, 2012) menyebutkan bahwa:

    “The intentional introduction and application within a role, group

    or organization of ideas, processes, product or procedurs, new to

    the relevant unit of doption, designed to significantly benefit the

    individual, the group, organization or wider society”.

    Sebagaimana arti dari pendapat di atas bahwa inovasi merupakan sebuah

    pengenalan dan penerapan dengan menyertakan baik itu suatu gagasan, proses,

    produk serta prosedur yang baru kepada unit yang akan menerapkannya yang

    dimana dirancang untuk memberikan keuntungan bagi setiap individu, kelompok,

    organisasi serta bagi masyarakat luas.

    Ancok (2012:35) menyebutkan Inovasi adalah suatu proses memikirkan dan

    mengimplementasikan pemikiran tersebut, sehingga menghasilkan hal baru

    berbentuk produk, jasa, proses bisnis, cara baru, kebijakan, dan lain sebagainya.

    Berikut Tipologi atau jenis-jenis inovasi dalam sektor publik seperti yang

    dijelaskan oleh Baker dalam Muluk (2008:45):

  • 22

    Gambar 2.1 Tipologi Inovasi Sektor Publik

    Sumber: Muluk (2008).

    Inovasi pada sektor publik terdiri dari inovasi produk/layanan, inovasi

    proses pelayanan, inovasi metode pelayanan, inovasi kebijakan, dan inovasi sistem.

    Inovasi produk/layanan merupakan suatu inovasi yang berasal dari perubahan dan

    pembaharuan bentuk produk/layanan. Sedangkan inovasi proses pelayanan

    merupakan kegiatan pembaharuan kualitas yang berkelanjutan dimana mengacu

    pada perubahan suatu organisasi, prosedur, serta kebijakan-kebijakan yang

    dibutuhkan untuk berinovasi. Inovasi metode pelayanan merupakan sebuah

    perubahan baru dalam berkomunikasi dengan pelanggan di dalam memberikan

    pelayanan.

    Inovasi Sektor Publik

    Inovasi Produk/ Layanan

    Inovasi Proses

    Pelayanan

    Inovasi Metode

    Pelayanan

    Inovasi Kebijakan

    Inovasi Sistem

  • 23

    Sementara itu inovasi kebijakan merupakan pembaharuan atau perubahan

    yang mengacu pada sebuah visi, misi, tujuan dan strategi yang berdasarkan pada

    realita yang ada. Lalu yang terakhir adalah inovasi sistem yang merupakan inovasi

    yang mencakup pembaharuan dalam tata pemerintahan.

    Pengertian inovasi di bidang pelayanan publik merupakan suatu ide kreatif

    atau cara baru dalam sebuah pelayanan maupun suatu terobosan baru di bidang

    aturan, pendekatan, prosedur, metode, maupun struktur organisasi pelayanan yang

    dimana memiliki manfaat dan nilai tambah dari segi kuantitas serta kualitas

    pelayanan. Inovasi yang berhasil merupakan sebuah implementasi proses, produk

    layanan dan metode layanan baru, serta hasil dari pengembangan dari efisiensi,

    efektifitas maupun kualitas hasil kreasi yang dilakukan. Hal ini membuktikan

    bahwa inovasi telah berkembang dari pemahaman awal yang dimana mengatakan

    bahwa sebuah inovasi hanya mencakup hal-hal produk dan proses.

    Inovasi dalam metode pelayanan adalah perubahan baru dalam hal

    berinteraksi dengan pelanggan atau merupakan cara baru dalam memberikan

    pelayanan. Inovasi dalam strategi atau kebijakan mengacu pada visi, misi, tujuan,

    dan strategi baru dimana terdapat alasan yang berangkat dari kenyataan/realita yang

    ada. Jenis lain yang juga berkembang ialah inovasi dalam interaksi yang dimana

    mencakup sebuah perubahan di dalam tata pemerintahan (Muluk, 2008:44).

    Inovasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, inovasi sebagai objek dan

    sebagai aktivitas. Setijaningrum (2009:81) mengatakan bahwa inovasi sebagai

    suatu objek memiliki arti sebagai suatu produk atau praktik baru yang tersedia bagi

    aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat

  • 24

    kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya: suatu inovasi dapat

    bersifat baru bagi suatu perusahaan, pasar, atau daerah, Negara atau secara global.

    Dengan demikian sebuah inovasi pelayanan publik tidak harus melakukan

    atau menciptakan penemuan baru, tetapi dapat mengembangkan dan memperluas

    sebuah tatanan inovasi yang telah ada sebelumnya. Selain itu dalam penerapannya,

    sebuah inovasi memiliki atribut yang terdapat pada inovasi itu sendiri. Seperti yang

    dijelaskan Rogers (Suwarno, 2008:16-18) atribut-atribut inovasi tersebut ialah:

    a) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)

    Merupakan sebuah inovasi yang dimana harus memiliki sebuah

    keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya

    dalam artian harus memiliki ciri khusus yang melekat pada inovasi

    dan membedakan dengan inovasi lainnya.

    b) Compability (Kesesuaian)

    Inovasi yang telah digagas haruslah menyesuaikan dengan kondisi

    yang ada dimana dapat mengambil pelajaran pada inovasi lama yang

    belum berhasil. Dengan digagasnya sebuah inovasi baru, bukan

    berarti inovasi yang lama dibuang begitu saja melainkan dapat

    menjadi sebuah proses transisi menuju inovasi yang lebih baru.

    c) Complexity (Kerumitan)

    Dengan digagasnya sebuah inovasi baru maka bisa saja tingkat

    kesulitan yang dihadapi inovasi tersebut makin tinggi dibandingkan

    inovasi sebelumnya. Biasanya inovasi memiliki cara-cara baru untuk

    mengatasi masalah yang ada.

  • 25

    d) Triability (Dapat diuji Kemampuannya)

    Sebuah inovasi sebelum diterapkan di lapangan dan dapat diterima

    harus teruji terlebih dahulu dan terbukti memiliki nilai lebih

    dibandingkan dengan inovasi sebelumnya.

    e) Observability (Kemudahan untuk Diamati)

    Sebuah inovasi harus mudah di amati bagaimana proses inovasi

    tersebut berjalan dan bagaimana hasil dari inovasi tersebut.

    Pada intinya, pengertian dari inovasi tidak hanya mencakup barang ataupun

    jasa, namun juga mencakup suatu ide, informasi, maupun segala hal yang berkaitan

    dengan pergerakan menuju perubahan di dalam masyarakat.

    b. Proses Inovasi Layanan Publik

    Suatu inovasi baru tidaklah terjadi secara instan, melainkan membutuhkan

    proses yang lama agar bisa menyesuaikan dengan keadaan dan diterima oleh

    berbagai kalangan termasuk diterima dalam masyarakat. Berikut dijelaskan tahap-

    tahap bagaimana sebuah inovasi berproses:

    a) Identifiyng Problems

    Mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada. Sebelum diterapkanya

    inovasi dalam sebuah lingkungan perlu dilakukannya pengamatan

    terhadap situasi dan kondisi terkini masyarakat, baik itu dari segi

    lingkungan maupun individu nya. Permasalahan yang kerap kali terjadi

    dan sulit untuk diatasi menjadi peluang pembuat kebijakan menciptakan

    inovasi. Perlunya proses mempelajari dimana dan bagaimana inovasi

    tersebut dibutuhkan oleh masyarakat memiliki dampak yang cukup baik

  • 26

    terhadap berhasilnya suatu inovasi. Penggagas inovasi perlu mengenali

    berbagai masalah, terutama berkenaan dengan masalah-masalah sosial.

    b) Generating Ideas

    Inovasi merupakan suatu hal unik dan memiliki ciri khasnya tersendiri,

    untuk itu pada tahapan proses ini dilakukan pencarian sumber ide-ide yang

    digunakan sebagai respon berbagai masalah yang akan dihadapi

    dikemudian harinya di dalam penerapan sebuah inovasi. Ide-ide ataupun

    gagasan yang dicari melibatkan lebih dari satu individu untuk kemudian

    mengemukakan pikiran mereka dan menyelaraskannya secara bersama-

    sama agar tercipta gagasan baru yang inovatif.

    c) Developing Proposals

    Mengubah seluruh ide ataupun gagasan menjadi sesuatu yang dapat dinilai

    dan diterapkan. Dalam tahapan ini, dilakukan riset dasar untuk kemudian

    dikaji dan diteliti apakah inovasi tersebut dapat mengatasi permasalahan

    yang ada.

    d) Implementing Projects

    Proses dimana inovasi di uji coba dengan cara menerapkannya di

    lingkungan masyarakat. Tahap ini dilakukan oleh penggagas inovasi

    bermula dari proses mengubah suatu ide kreatif dan inovatif mereka

    untuk kemudian langsung diaplikasikan. Selain diterapkan, inovasi ini

    juga dikembangkan dan disebarluaskan kepada publik. Hal-hal yang

    dipromosikan atau disebarluaskan oleh penggagas inovasi dapat meliputi

    program inovasi tersebut, visi dan misi, produk yang dimiliki (dalam

  • 27

    bentuk barang atau jasa), dan lainnya. Dalam tahap proses inilah inovasi

    dapat dikenal luas di masyarakat.

    e) Evaluating Projects

    Mengevaluasi/mengkoreksi inovasi yang telah diterapkan.

    Proses mengevaluasi ini dilakukan setelah inovasi berjalan untuk melihat

    apakah berhasil atau tidak inovasi yang telah diciptakan tersebut serta

    melihat adakah manfaat yang dihasilkan olehnya. Evaluasi ini tidak

    berlangsung dengan cepat dikarenakan prosesnya yang panjang. Apabila

    dipertengahan jalan inovasi yang telah diciptakan tidak sesuai ataupun

    tidak mampu memecahkan permasalahan yang ada, maka perlu dikaji

    kembali serta dapat pula ditarik kembali untuk dikoreksi.

    f) Diffusing Lessons

    Pada tahap ini inovasi yang sebelumnya telah dievaluasi dan diperbaiki

    kembali diterapkan. Penggagas kebijakan telah belajar dari kegagalan

    sebelumnya dan kemudian kembali disebarluaskan ke masyarakat.

    Perlunya strategi yang baik untuk dapat meyakinkan kembali agar

    masyarakat mengerti bahwa inovasi diperlukan di lingkungan mereka

    terutama untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang

    ada. Tahap difusi ini merupakan tahap terakhir yang dimana

    dikembalikan lagi kepada masyarakat apakah mereka mau menggunakan

    atau tidak mau menggunakan produk yang dihasilkan dari inovasi

    tersebut.

  • 28

    Gambar 2.2

    Proses Inovasi Layanan Publik

    Sumber: Observatory of Public Sector Innovation (OECD)

    c. Faktor-Faktor Pendorong Keberhasilan Inovasi Pelayanan Publik

    Menurut Clark (2008), faktor-faktor pendorong keberhasilan sebuah inovasi

    antara lain:

    a) Political Push

    Strategic change in the Public Sector frequently requires a strong, top-

    down, political will coupled with the political recognition that change

    requires the allocation of substantial resources.

    Dimaksudkan bahwa perlunya dorongan dan dukungan dari Negara yaitu

    instansi-instansi pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga terkait untuk

    keberhasilan inovasi di sektor publik. Perlunya komunikasi Top-down yang

    jelas agar inovasi bisa mudah diterima di lingkungan masyarakat. Perubahan

    yang dihasilkan oleh inovasi tentunya membutuhkan sumber daya

  • 29

    substansial yang tidak sedikit, untuk itu Negara perlu mengalokasikan

    sumber daya untuk penerapan sebuah inovasi yang dimana bertujuan untuk

    menciptakan kesejahteraan dan pembaharuan pembangunan nasional.

    b) Pressures for Improved Efficiency

    Such pressures are always present at both central and local levels of

    administration. Indeed,improving efficiency, under internal and external

    pressure driver of Innovation.

    Sebuah inovasi diciptakan untuk mengatasi permasalahan yang ada dan

    memiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik. Berbagai

    tekanan pun selalu mengiringi suatu inovasi baik itu di tingkat Pemerintah

    Pusat ataupun Daerah. Oleh karena itu, diperlukannya peningkatan efisiensi

    kinerja walaupun sedang berada dibawah tekanan internal ataupun eksternal

    yang berkaitan dengan inovasi.

    c) Pressures for Improved Service Quality

    Every central government department and local authority is seeking to

    improve quality of service delivery, often under the pressure of externally-

    applied performance targets. Quality improvements may be pursued

    particularly in areas where performance is considered to be relatively weak,

    for example innovations hve been introduced to address declining service

    usage or delays in processing information. Equally innovation can be driven

    by the evolution in a public agency’s understanding of the dynamic within

    the communities and populations it serves.

  • 30

    Setiap departemen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berusaha untuk

    meningkatkan kualitas layanannya walaupun sedang berada di bawah

    tekanan. Selain itu, perbaikan kualitas pelayanan perlu dicapai terutama di

    daerah yang dimana kinerja pelayanannya masih terbilang rendah.

    Contohnya seperti inovasi yang telah diperkenalkan untuk mengatasi

    menurunnya tingkat penggunaan layanan atau keterlambatan dalam

    memproses informasi. Inovasi dapat didorong oleh sebuah evolusi dari

    dinamika dalam masyarakat yang dilayaninya.

    Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor utama yang diperlukan sebagai

    penunjang keberhasilan suatu inovasi. Menurut Ancok (2012:59) ada tiga modal

    utama yang menjadi faktor pendorong keberhasilan inovasi, yaitu:

    a) Modal Manusia (Human Capital)

    Merupakan modal utama yang perlu dimiliki untuk menciptakan suatu

    inovasi yang sukses. Perlunya manusia yang berkualitas untuk

    menggerakan inovasi dan diselaraskan dengan teknologi sebagai

    penunjangnya. Tanpa manusia berkualitas sebagai penggeraknya,

    teknologi sekalipun tidak akan berarti apa-apa. Selain itu, perlunya

    kreatifitas dalam menciptakan ide-ide yang mendasari pembentukan

    inovasi serta kesabaran dan pikiran terbuka terhadap sebuah gagasan

    baru. Di dalam modal manusia ini terdapat berbagai modal yang

    diperlukan seperti modal emosional (yang dimana kemampuan untuk

    mengontrol emosi yang berdampak pada kenyamanan lingkungan

    kerja), modal intelektual (mencakup pengetahuan dan keterampilan

  • 31

    yang diperoleh dari belajar terus menerus), modal adversity (yakni

    keuletan atau kegigihan individu dalam menghadapi berbagai tantangan

    pekerjaan), kemudian modal moral (perlunya kejujuran individu dalam

    melakukan sebuah inovasi, karena inovasi menuntut seseorang untuk

    memiliki orisinalitas sendiri), dan yang terakhir adalah modal

    kesehatan (merupakan modal terpenting yang menunjang keberhasilan

    suatu inovasi).

    b) Modal Kepemimpinan (Leadership Capital)

    Selain berkualitas, faktor kepemimpinan juga mempengaruhi

    keberhasilan suatu inovasi. Pemimpin yang memiliki sikap disiplin,

    tegas, berpikiran terbuka, kreatif serta memiliki hubungan

    interaksi/relasi dengan dunia luar menjadi pemacu tumbuhnya

    semangat dalam diri bawahannya untuk menjadikan inovasi yang

    digagas lebih baik. Selain itu perlunya pemimpin yang berpandangan

    jauh kedepan (Visioner), serta yang mampu menggerakkan semua

    orang untuk mencapai tujuan. Pola kepemipinan yang sesuai adalah

    pola kepemimpinan Transformasional. Pemimpin transformasional

    mampu menginspirasi serta memotivasi bawahannya untuk bekerja

    dengan bersungguh-sungguh karena mereka mampu memberikan

    gagasan yang inovatif terhadap permasalahan yang ada.

  • 32

    c) Modal Struktural (Structural Capital)

    Organisasi berfungsi sebagai tempat yang dapat menumbuhkan inovasi,

    selain itu struktur organisasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan

    dari jalannya sebuah inovasi. Struktur organisasi yang terlalu hirarkis,

    kaku, serta terkotak-kotak dapat menghambat keberhasilan suatu

    inovasi. Struktur organisasi yang fleksibel dan tidak terlalu kaku

    mampu menciptakan atmosfer/suasana yang harmonis dan menjadi

    penunjang keberhasilan inovasi tersebut.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa interaksi dan hubungan antara ketiga modal

    tersebut yaitu modal manusia, modal kepemimpinan serta modal struktural haruslah

    berjalan seimbang agar dapat menciptakan pelayanan serta produk-produk yang

    inovatif. Selain faktor-faktor pendorong di atas, terdapat enam faktor kritis dalam

    pengembangan inovasi yaitu: kepemimpinan yang mendukung inovasi, pegawai

    yang terdidik dan terlatih, budaya organisasi, pengembangan tim dan kemitraan,

    serta orientasi pada kinerja yang terukur. Dimana Muluk (2008) mengemukakan

    bahwa “Tanpa kehadiran faktor-faktor ini maka terjadinya inovasi pemerintahan

    akan sulit terealisasi”.

  • 33

    Gambar 2.3 Faktor Kritis Keberhasilan Inovasi

    Sumber: Muluk (2008:49)

    d. Faktor Penghambat Sebuah Inovasi Pelayanan Publik

    Di dalam penerapan sebuah inovasi, selain adanya faktor-faktor pendukung

    keberhasilan sebuah inovasi terdapat pula berbagai faktor yang menghambat

    jalannya inovasi itu sendiri. Seperti yang dikatakan Albury dan dikutip oleh

    Suwarno (2008:54), terdapat faktor-faktor yang menjadi penghambat sebuah

    inovasi di sektor publik, diantaranya ialah:

    a. Keengganan menutup atau menyudahi program yang telah gagal

    b. Ketergantungan yang berlebihan kepada High Performance

    c. Adanya teknologi, namun terhambat oleh penataan organisasi dan

    budaya

    d. Tidak adanya penghargaan

    e. Ketidakmampuan menghadapi resiko dan perubahan yang selalu

    bergerak dinamis

    f. Anggaran jangka pendek dan perencanaan

  • 34

    g. Tekanan dan hambatan administratif

    h. Budaya Risk Aversion

    B. Pelayanan Kesehatan

    a. Pengertian Pelayanan Kesehatan

    Levey dan Loomba dalam Eryando (2007:30) yang dimaksud dengan

    pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan atau secara

    bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

    kesehatan perseorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat.

    Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), Pelayanan Kesehatan

    merupakan suatu upaya yang dilakukan secara tersendiri atau bersama-sama di

    dalam sebuah organisasi bertujuan untuk memelihara serta meningkatkan

    kesehatan, mencegah serta menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

    perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

    Sedangkan menurut Soekidjo Notoadmojo (2003:13) pelayanan kesehatan

    merupakan sub sistem pelayanan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif

    (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

    Sementara menurut Azwar (1996) pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat

    kesempurnaan pelayanan yang pada suatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada

    setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain

    tata cara penyelenggarannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang

    ditetapkan yang berarti pelayanan kesehatan dapat dikatakan berkualitas adalah

  • 35

    pelayanan yang mampu memuaskan pengguna jasa (pasien) sesuai dengan standar

    yang telah ditetapkan.

    Pada hakekatnya pelayanan kesehatan memiliki tujuan agar seluruh

    masyarakat dapat mencapai status kesehatan yang optimal melalui pendekatan

    layanan menyeluruh yang dimana meliputi aspek biologis, psikologis, sosial,

    spiritiual, dan intelektual. Di dalam pelayanan kesehatan ini terdapat berbagai

    permasalahan yang ditangani, termasuk salah satunya adalah pelayanan dalam

    pemenuhan gizi.

    b. Jenis Pelayanan Kesehatan

    Dalam pelayanan kesehatan, menurut Hodgetts dan Casio terdapat dua

    jenis pelayanan kesehatan yaitu:

    a) Pelayanan Kedokteran

    Medical Services merupakan kelompok pelayanan kesehatan yang

    sistemnya secara organisasi atau individu dan bertujuan untuk

    menyembuhkan penyakit serta meningkatkan kesehatan. Sasaran dari

    pelayanan kedokteran ini adalah perorangan ataupun keluarga.

    b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat

    Public Health Services ini cara pengorganisasiannya dilakukan secara

    bersama-sama di dalam sebuah organisasi. Pelayanan kesehatan

    masyarakat ini bertujuan untuk memelihara serta meningkatkan

    kesehatan dalam masyarakat serta melakukan pencegahan penyakit,

    dan sasarannya adalah kelompok masyarakat.

  • 36

    Dalam pelayanan kesehatan terdapat sarana penunjang kesehatan

    diantaranya ialah Rumah sakit, Puskesmas, dan Farmasi (apotek).

    C. Layanan Gizi Sebagai Layanan Publik

    Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Pasal 5 ayat (2) tentang Ruang

    Lingkup Pelayanan Publik dijelaskan bahwa,

    “Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

    pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,

    komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan

    sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,

    pariwisata, dan sektor strategis lainnya.”

    Dari tahun ke tahun, populasi penduduk di seluruh daerah Indonesia mengalami

    peningkatan dan seiring dengan perubahan lingkungan di sekitar. Lapangan

    pekerjaan tidak mampu mengimbangi banyaknya jumlah penduduk yang semakin

    bertambah. Ekonomi yang semakin sulit menyebabkan sebagian masyarakat di

    beberapa daerah menganggur dan mengalami kesulitan finansial. Akibatnya,

    masyarakat tidak bisa hidup dengan layak dan sejahtera. Bahkan kondisi kesehatan

    mereka menurun. Berbagai masalah kemudian timbul dan mengancam kesehatan

    mereka. Sulitnya untuk mengakses air bersih di daerah pedalaman, kebutuhan

    pangan yang tidak tercukupi, terjangkit penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

    kurangnya asupan nutrisi. Dikarenakan oleh faktor tersebut, pelayanan publik di

    bidang kesehatan perlu ditingkatkan dan harus bergerak cepat dalam memenuhi

    kebutuhan masyarakat.

  • 37

    Kesehatan merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan masyarakat yang

    perlu dipenuhi oleh para Public Servant. Masalah kesehatan di berbagai wilayah

    Indonesia sudah sepatutnya untuk diutamakan dan diberikan perhatian lebih.

    Pelayanan gizi adalah pelayanan yang diberikan kepada penderita atau

    pasien yang mengalami gangguan gizi berupa pemberian asupan makanan

    pendamping ASI dan telah disesuaikan kandungan gizinya dengan keadaan

    metabolisme tubuh anak ataupun balita. Tujuan dari pelayanan gizi ini adalah untuk

    memperbaiki pola asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak dan balita sesuai dengan

    perkembangan tubuh mereka. Sementara itu kebutuhan gizi yang diperlukan anak

    dan balita menurut Widjaja (2002) adalah sebagai berikut:

    a) Karbohidrat

    Karbohidrat merupakan gizi yang dibutuhkan anak untuk meningkatkan

    energi dalam tubuh. Pada bayi ASI merupakan sumber karbohidrat utama

    dan paling baik. Asupan karbohidrat perlu diberikan sesuai dengan

    jumlah yang cukup agar tidak terjadi kelaparan ataupun kelebihan berat

    badan pada anak (obesitas).

    b) Kalori

    Anak maupun balita memerlukan kalori untuk menunjang aktifitas

    pergerakan mereka serta untuk membantu metabolisme tubuh.

    c) Air

    Tidak ada makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Air merupakan

    hal yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembangnya anak, karena

    merupakan media yang membantu penyerapan nutrisi-nutris lainnya.

  • 38

    d) Protein

    Protein diperlukan untuk pertumbuhan anak namun perlu diperhatikan

    kadar asupan yang dikonsumsi. Jika kekurangan protein, anak dapat

    menjadi lemah dan rawan terjangkit penyakit.

    e) Lemak

    Lemak merupakan zat gizi yang berisikan energi serta berfunsi sebagai

    penjaga kestabilan dan suhu tubuh. Lemak yang dibutuhkan oleh tubuh

    harus seimbang, tidak boleh kurang ataupun terlalu banyak dikonsumsi

    oleh anak.

    a. Isu Kurang Gizi di Indonesia

    Saat ini Indonesia sedang menghadapi masalah gizi pada anak, obesitas dan

    kegemukan, serta masalah pangan. Dari tahun 2010-2013 masalah gizi anak terjadi

    di semua kelompok penduduk, baik miskin maupun penduduk kaya. Masalah gizi

    anak ini mencakup Underweight, Stunting, dan Wasting. Menurut Data Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tercatat angka kejadian penderita Stunting

    Nasional(tubuh pendek) dikarenakan kekurangan gizi sebanyak 37,2 persen yang

    dimana persentase tersebut meningkat dibandingkan tahun 2010 lalu.

    Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dari 496 Kabupaten/Kota

    yang telah dianalisis terdapat 404 Kabupaten/Kota yang memiliki permasalahan

    gizi akut-kronis. Lalu terdapat 20 Kabupaten/Kota yang dimana memiliki

    permasalahan gizi kronis, 63 Kabupaten/Kota yang memiliki permasalahan gizi

    akut, dan 9 Kabupaten/Kota tidak ditemukannya memiliki permasalahan gizi. 9

    Kabupaten/Kota tersebut ialah Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan;

  • 39

    Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan; Kabupaten Mukomuko, Bengkulu; Kota

    Bengkulu, Bengkulu; Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung; Kota

    Semarang, Jawa Tengah; Kota Tabanan, Bali; Kota Tomohon, Sulawesi Utara; dan

    Kota Depok Jawa Barat.

    Gizi buruk merupakan keadaan yang terjadi ketika seseorang (anak maupun

    balita) mengalami berat badan yang jauh dibawah rata-rata berat badan normal.

    Biasanya gizi buruk dialami oleh anak dan balita yang kurang asupan nutrisi, dan

    telah dialami sejak lama. Gizi buruk adalah kondisi kurang gizi dalam tingkat berat

    badan disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan

    sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang waktu cukup lama (Persatuan Ahli Gizi

    Indonesia, 2009).

    Berikut beberapa contoh kasus gizi buruk yang dialami anak-anak dan balita di

    beberapa daerah:

    a) Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Jawa Barat,

    terdapat 90 dari 320 ribu balita di Kabupaten Bandung menderita kurang

    gizi. Rata-rata penderita kurang gizi ini disebabkan oleh penyakit bawaan

    dan tertular penyakit Tubbercolosis (TBC).

    b) Terdapat ratusan balita penderita gizi buruk di Bondowoso, Jawa Timur

    yang diakibatkan oleh faktor kemiskinan. Kadinkes Bondowoso M. Imron

    menyatakan bahwa sesuai dengan data dari Dinas Kesehatan Bondowoso,

    sejak Agustus 2015 hingga awal Februari 2016 lalu terdapat 113 anak yang

    menderita gizi buruk dan sebanyak 626 anak menderita kurang gizi. Selain

  • 40

    faktor ekonomi yang memicu tingginya angka gizi buruk di Bondowoso,

    minimnya pengetahuan ibu dalam memberikan asupan gizi pun menjadi

    faktor yang harus diperhatikan.

    Masalah-masalah tersebut di atas menjadi tantangan sendiri bagi Indonesia dimana

    tantangan yang ada akan menjadi lebih berat dengan meningkatnya jumlah

    penderita gizi kurang (Underweight), namun belum ada solusi terbaik untuk

    mengentaskan masalah tersebut oleh pemerintah dan pihak swasta.

    b. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gizi Buruk di Indonesia

    Gizi merupakan salah satu peranan penting dalam mempertahankan keadaan

    tubuh dan kesehatan seseorang, baik itu orang tua, dewasa, remaja, maupun anak-

    anak. Pemenuhan gizi wajib dilakukan seluruh masyarakat untuk menjaga dan

    memelihara kesehatan. Namun di Indonesia dewasa ini masih terdapat empat

    permasalahan gizi yang harus ditangani secara serius dengan melakukan sebuah

    program-program berkaitan dengan gizi. Masalah-masalah tersebut terkadang tidak

    disadari oleh sebagian masyarakat, terutama masyarakat dengan tingkat

    pengetahuan yang rendah.

    Empat masalah utama berkaitan dengan gizi yang dihadapi Indonsesia saat ini

    ialah: (1) masalah kurang energi protein (KEP); (2) masalah kurang vitamin A; (3)

    masalah anemia zat gizi; (4) dan masalah gangguan akibat kekurangan yodium.

    Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama yang

    sedang dihadapi Indonesia. KEP ini dibagi menjadi dua kriteria, yaitu gizi kurang

    dan gizi buruk.

  • 41

    Umumnya gangguan gizi pada anak dan balita disebabkan oleh banyak faktor,

    namun gangguan gizi kurang/buruk tersebut disebabkan oleh dua faktor utama yaitu

    penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

    Gambar 2.4

    Faktor Penyebab Gizi Kurang dan Gizi Buruk

    a) Penyebab langsung ialah dimana makanan yang dikonsumsi oleh balita

    bukan makanan yang baik dan bersih sehingga dapat menimbulkan

    gangguan pada tubuh. Selain asupan makanan yang dikonsumsi, penyakit

    yang diderita anak dan balita menyebabkan timbulnya gizi kurang ataupun

    buruk. Anak yang makan makanan tidak baik dan bersih akan

    menyebabkan daya tahan tubuh melemah sehingga rawan terkena

    penyakit-penyakit lainnya serta beresiko menderita gizi yang tidak stabil.

  • 42

    b) Penyebab tidak langsung merupakan penyebab yang ditimbulkan dari

    makanan yang dikonsumsi oleh keluarga, pola asuh anak yang kurang

    benar, pelayanan kesehatan yang belum optimal, serta kesehatan dan

    kebersihan lingkungan sekitar. Ketahanan pangan keluarga yang dimana

    mereka belum mampu mencukupi kebutuhan pangan keluarganya.

    Sementara itu pola asuh keluarga terhadap anak yang kurang dapat

    menyebabkan anak kurang diperhatikan. Perlunya bagi orang tua agar

    tetap meluangkan waktunya agar dapat memperhatikan, mendukung, dan

    mengawasi pertumbuhan anak. Pelayanan kesehatan yang belum optimal

    meliputi kurangnya perhatian terhadap kondisi lingkungan sekitar, seperti

    perlunya pemantauan terhadap akses air bersih, lingkungan yang bebas

    dari sampah serta perlu menyediakan pelayanan kesehatan yang

    terjangkau oleh semua masyarakat. Dengan keselarasan hal tersebut, dapat

    mewujudkan pencegahan terjangkit gizi buruk. Semakin baik dan

    optimalnya pelayanan kesehatan di tiap-tiap daerah, tingginya tingkat

    pengetahuan dan pendidikan mengenai permasalahan kesehatan keluarga

    maka permasalahan gizi daat diatasi dengan baik.

  • 43

    c. Kebijakan/Program Penanganan Gizi Buruk di Indonesia

    Berbagai kebijakan dan jenis-jenis program diciptakan oleh pemerintah baik di

    pusat maupun di pemerintahan daerah bertujuan untuk mengurangi penderita gizi

    kurang maupun gizi buruk. Beberapa contoh program penanganan gizi buruk di

    Indonesia ialah:

    a. Program Raskin (beras miskin)

    Program pro rakyat ini dilaksanakan sejak masa pemerintahan Presiden

    Susilo Bambang Yudhoyono merupakan program yang membantu

    keluarga miskin dengan cara memberikan beras untuk memenuhi

    kebutuhan pangan mereka sehari-hari.

    b. Program Keluarga Harapan (PKH)

    Program yang dimana membantu penyediaan bantuan berupa uang

    tunai kepada para keluarga miskin.

    c. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

    Merupakan program penyuluhan pangan dan gizi yang diberikan untuk

    mengedukasi masyarakat mengenai gizi seimbang. Dalam Pedoman

    Umum Gizi Seimbang ini, dijelaskan susunan makanan apa saja yang

    dapat menciptakan gizi seimbang seperti makanan yang mengandung

    zat karbohidrat, protein, dan sebagainya.

  • 44

    d. Keluarga Sadar Gizi

    Upaya program Keluarga Sadar Gizi ini memberikan penyuluhan dan

    pengetahuan tentang gizi kepada keluarga, karena untuk meningkatkan

    gizi masyarakat hal pertama yang harus dilakukan adalah berasal dari

    lingkungan keluarga. Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan

    gizi dan kesehatan di lingkungan keluarga, dapat menciptakan keluarga

    yang mandiri akan kesadaran asupan gizi untuk anggota keluarganya.

    e. Program ASI Ekslusif

    Memberikan ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,

    anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping

    ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2

    tahun.

    d. Permasalahan Layanan Gizi di Indonesia

    Banyaknya pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan gizi yang belum

    optimal menjadikan masyarakat enggan mengobati anak mereka. Kesenjangan yang

    cukup jauh antara ekonomi penduduk pedesaan dan perkotaan menjadi salah satu

    penyebab status kesehatan penduduk di perkotaan lebih baik dibandingkan

    penduduk yang tinggal di pedesaan. Selain itu, masalah tidak meratanya pelayanan

    kesehatan yang ada di Indonesia masih rendah. Banyak masyarakat yang belum bisa

    menjangkau pelayanan kesehatan dikarenakan ekonomi yang tidak mendukung.

  • 45

    Berikut beberapa permasalahan yang menyebabkan pelayanan kesehatan gizi masih

    belum optimal:

    a) Banyaknya pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas,

    maupun posyandu yang belum sepenuhnya mempromosikan gerakan

    hidup sehat seperti permasalahan mengenai gizi, sanitasi, kebersihan

    dan pemeliharaan lingkungan.

    b) Tidak meratanya ketersediaan jumlah obat-obatan dan vaksin

    menyebabkan tidak optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan.

    c) Rendahnya pengawasan terhadap produksi obat-obatan tanpa label

    resmi dari Kementerian Kesehatan sehingga masih banyak obat yang

    tidak higienis maupun palsu.

    d) Tingginya biaya pengobatan baik itu di rumah sakit ataupun puskesmas.

    Masyarakat yang tidak mampu menjangkau pengobatan dari tempat-

    tempat pelayanan kesehatan besar lebih memilih pengobatan tradisional

    yang terkadang pengobatan tersebut diragukan penyembuhannya.

    e) Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai obat-obatan medis yang

    diberikan, baik itu obat generik ataupun obat rasional.

    f) Masih maraknya kebijakan yang ada baik itu di pusat ataupun di daerah

    belum mempertimbangkan kesehatan.

    g) Kondisi geografis yang menyebabkan sulitnya akses untuk menjangkau

    tempat-tempat pengobatan baik itu puskesmas atau rumah sakit.

    h) Sarana dan prasarana rumah sakit ataupun puskesmas terutama di

    daerah belum begitu memadai.

  • 46

    i) Sedikitnya tenaga medis yang ada di daerah-daerah terutama di wilayah

    pedesaan. Tercatat dari 9.550 Puskesmas terdapat 9,8% Puskesmas

    tanpa dokter, 2.194 Puskesmas tanpa ahli gizi.

    j) Akreditasi pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas, dan

    klinik belum dibenahi.

    k) Kurangnya pelatihan bagi tenaga medis yang ada sehingga

    menyebabkan kualitas keterampilan dan kompetensi mereka lemah.

    D. Model Inovasi Layanan Publik untuk Pengentasan Gizi Buruk

    Banyaknya inovasi dibidang kesehatan membantu pemerintah pusat maupun

    daerah dalam menangani berbagai masalah terutama gizi buruk yang terjadi di

    masyarakat. Inovasi yang digagas beragam mekanisme dan bentuknya. Berikut

    merupakan dua contoh model inovasi pengentasan gizi buruk di berbagai daerah:

    a) Inovasi Program Gerakan Tuntas Gizi Buruk (RESTU IBU) di

    Kabupaten Ngawi

    Merupakan inovasi yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi

    untuk menuntaskan masalah gizi buruk melalui gerakan orang tua asuh

    balita kurang gizi. Bertujuan untuk membantu memantau status gizi

    balita agar dapat mencapai status gizi yang diinginkan. Dapat pula

    dengan memberikan dukungan secara moril ataupun materil.

  • 47

    b) Inovasi Ojek Makanan Balita (OMABA) di Kelurahan Cisaranten

    Kidul, Bandung

    Merupakan sebuah inovasi yang digagas oleh kader UPT Puskesmas

    Riung Kelurahan Cisaranten Kidul dan dibentuk oleh pada tahun 2012.

    Pemkot Bandung bekerjasama dengan PT. Pertamina dalam penyediaan

    fasilitas berupa motor untuk menunjang berjalannya inovasi ini. Selain

    OMABA ini, Pemkot Bandung juga membentuk dapur OMABA.

    OMABA bersifat door to door karena prosesnya yang berkeliling dari

    satu rumah ke rumah lainnya.

  • 58

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    1. GAMBARAN UMUM

    a. Kota Bandung

    1) Aspek Geografis dan Iklim

    Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh

    seorang walikota. Dilihat dari aspek geografisnya Kota Bandung berbentuk suatu

    cekungan atau biasa disebut Bandung Basin dan dikelilingi oleh pegunungan. Kota

    Bandung terletak di antara 107o 36’ Bujur Timur dan 6o 55’ Lintang Selatan. Kota

    Bandung merupakan kota yang strategis dari segi perekonomian dan

    komunikasinya, dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan

    Barat – Timur dimana terhubung dengan Ibukota Negara dan Utara – Selatan

    dimana mempermudah akses menuju ke daerah perkebunan yaitu Subang dan

    Pandeglang.

    Wilayah Kota Bandung terletak pada ketinggian 700 Meter di atas permukaan

    laut (dpl) dengan titik tertinggi 892 Meter terdapat di Kelurahan Ledeng Kecamatan

    Cidadap dan titik terendah 666 Meter di Kelurahan Rancanumpang Kecamatan

    Gedebage. Permukaan tanah Kota Bandung bagian selatan relatif datar sementara

    di bagian Utara berbukit. Tanah yang terdapat di Kota Bandung dan sekitarnya

    merupakan lapisan alluvial hasil dari letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis

    material di bagian utara pada umumnya berjenis andosol begitu pula dengan bagian

  • 59

    tengah serta wilayah barat. Sementara itu pada bagian selatan dan timur terdiri dari

    sebaran jenis alluvial kelabu dengan endapan tanah l