proposal-teo.docx

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang – undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, pengertian hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Data dari buku statistik kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hamparan hutan yang luasnya sebesar 99, 6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia. Hutan di Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia yang berfungsi untuk menampung karbon dioksida dan menyimpan keanekaragaman hayati. Sebagai sumber daya alam yang harus dijaga kelestariannya, masyarakat dan dinas terkait berkontribusi penting dalam hal pengelolaan hutan. Semakin banyak jumlah penduduk serta produk teknologi, fungsi lindung pada hutan akan menjadi lebih penting dibanding dengan fungsi ekonomi dari hutan. Hutan di Gunung Lemongan, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang yang memiliki tinggi 1671 meter dpl ini adalah induk konservasi dari 13 ranu disekitarnya. Pada tahun 1998 – 2002, hutan di Gunung Lemongan kritis 1

Upload: denny-sugianto

Post on 17-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Proposal-teo.docx

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut undang undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, pengertian hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Data dari buku statistik kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hamparan hutan yang luasnya sebesar 99, 6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia. Hutan di Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia yang berfungsi untuk menampung karbon dioksida dan menyimpan keanekaragaman hayati. Sebagai sumber daya alam yang harus dijaga kelestariannya, masyarakat dan dinas terkait berkontribusi penting dalam hal pengelolaan hutan. Semakin banyak jumlah penduduk serta produk teknologi, fungsi lindung pada hutan akan menjadi lebih penting dibanding dengan fungsi ekonomi dari hutan. Hutan di Gunung Lemongan, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang yang memiliki tinggi 1671 meter dpl ini adalah induk konservasi dari 13 ranu disekitarnya. Pada tahun 1998 2002, hutan di Gunung Lemongan kritis akibat aksi illegal logging besar-besaran. Kala itu, 2000 hektar hutan habis dibabat, hal ini berakibat berkurangnya debit dan kualitas air pada setiap ranu. Berawal dari keprihatinan terhadap penebangan dan kebakaran hutan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Laskar Hijau, membentuk berbagai aksi untuk melakukan konservasi pada hutan di Gunung Lemongan yang kemudian didukung oleh berbagai Universitas dan komunitas-komunitas yang bergerak dibidang lingkungan hidup. Contoh bentuk aksinya adalah dengan menerapkan konsep hutan setaman, yaitu melakukan penanaman bibit dari berbagai jenis pohon, tanaman buah-buahan dan bambu petung, juga berdiskusi dengan masyarakat sekitar guna menjaga kelestarian alam di Gunung Lemongan. Kegiatan konservasi hutan yang dilakukan Laskar Hijau membutuhkan data mengenai informasi lahan-lahan yang direhabilitasi, pohon yang sudah ditanam, umur pohon dan siapa saja yang ikut menanam pada satu daerah petak hutan. Informasi kegiatan konservasi hutan ini juga berguna untuk mencari lahan yang kekurangan pohon dan menunjukkan kepada masyarakat dan instansi terkait mengenai kegiatan konservasi yang telah dilakukan. Namun data tersebut saat ini hanya dikelola dalam bentuk non spasial dan untuk lebih mempermudah melakukan pencarian dan pemberian informasi, maka data tersebut harus diolah dan direpresentasikan dalam bentuk Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dapat digunakan untuk membantu menganalisa kondisi suatu daerah dan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. LSM Laskar Hijau belum memiliki sistem informasi geografis untuk merepresentasikan data yang berkaitan dengan konservasi hutan.2. Data yang berkaitan dengan konservasi hutan gunung Lemongan berbentuk data non spasial.

1.3 Batasan MasalahAdapun batasan masalah dari penelitian ini adalah :1. Hanya membatasi pada permasalahan konservasi hutan di Gunung Lemongan, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang.2. Pembuatan peta hutan gunung Lemongan ini mengambil data peta dari google.3. Data ditampilkan berdasarkan petak hutan, jenis pohon, keadaan tanah, dan tegakan pohon.

1.4 Perumusan Masalah

1. Bagaimana membangun sebuah aplikasi sistem informasi geografis berbasis web untuk merepresentasikan data yang berkaitan dengan konservasi hutan gunung Lemongan?2. Bagaimana mengimplementasikan sistem informasi geografis berbasis web yang dapat menyajikan data spasial dalam bentuk peta dan data non spasial?

1.5 TujuanTujuan dari penelitian ini adalah :1. Membangun sebuah aplikasi sistem informasi geografis berbasis web untuk keperluan konservasi hutan gunung Lemongan.2. Mengimplementasikan sistem informasi geografis berbasis web yang dapat menyajikan data spasial dalam bentuk peta dan data non spasial berupa data pohon dan lahan.

1.6 ManfaatManfaat dari penelitian ini adalah :1. Mempermudah pemetaan setiap pohon pada setiap petak.2. Mengetahui jumlah pohon pada setiap petak.3. Membantu Laskar Hijau untuk mengamati dan mengelola hutan di Gunung Lemongan.4. Membantu merepresentasikan data menjadi lebih mudah dan menarik.

1.7 Sistematika PenulisanPenulisan terdiri dari lima bagian yang saling berhubungan dan memiliki keterkaitan yang erat. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :BAB 1 : PENDAHULUANBab ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah ,perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKABab ini menjelaskan teori teori yang mendukung tentang sistem informasi geografis dan teori yang berhubungan dengan topik yang digunakan sebagai dasar penulisan. BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEMBab ini menerangkan tahapan tahapan perancangan sistem yang akan dikembangkan.BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil implementasi sistem yang dibuat berdasarkan analisis dan perancangan sistem dan pembahasan terhadap sistem berupa penjabaran dari setiap tampilan sistem, kelebihan serta kekurangan sistem yang dirancang.BAB 5 : SIMPULAN DAN SARANBab ini menjelaskan hasil akhir dari penelitian yang dikerjakan yaitu kesimpulan dan saran untuk mendukung pengembangan penelitian ini.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Profil Gunung LemonganGunung Lemongan adalah sebuah gunung api di Jawa Timur, sebagian kawasan Gunung Lemongan masuk Kabupaten Lumajang, sedangkan lainnya masuk Kabupaten Probolinggo dengan koordinat 7,9755 LS 113,3465 BT . Gunung ini bagian dari Pegunungan Tengger dan kelompok Pegunungan Iyang-Argopuro. Tingginya adalah 1671 mdpl. Gunung Lemongan dikelilingi 27 maar yang garis tengahnya berkisar antara 150 dan 700 meter. Dari 27 maar ini, 13 diantaranya mempunyai danau. 2.2 PetaPeta adalah suatu peraga untuk merepresentasikan gambaran unsur-unsur dari topologi suatu daerah, jaringan jalan, letak tata kota , penyebaran penduduk dan hal lainnya yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , peta adalah gambar atau lukisan pada kertas yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung dan sebagainya; Representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat sifat seperti batas daerah dan sifat permukaan dari suatu daerah.2.2.1 Jenis PetaAda beberapa jenis peta dilihat dari berbagai aspek, yaitu berdasarkan sumber data , isi data dan skalanya.a. Berdasarkan sumber data1. Peta IndukPeta induk adalah peta yang dihasilkan melalui survey langsung di lapangan. Peta inilah yang kemudian menjadi dasar dari pembuatan peta topografi dan menjadi acuan dalam pembuatan petapeta lainnya.2. Peta TurunanPeta turunan adalah peta yang dibuat berdasarkan peta yang sudah ada dan tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.

b. Berdasarkan tujuan1. Peta UmumPeta yang melukiskan bentuk fisik permukaan bumi suatu wilayah, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia.Contoh : Peta Jalan dan gedung. 2. Peta Khusus / tematikPeta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi khusus suatu daerah tertentu.Contoh : Peta geologi, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk dan sebagainya. c. Berdasarkan skalanya1. Peta Kadaster / teknikPeta ini mempunyai skala antara 1 : 100 1 : 5.000. Peta ini sangat rinci dan dijadikan acuan untuk perencanaan jaringan jalan atau air.2. Peta skala besarPeta ini mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000.3. Peta skala sedangPeta ini mempunyai skala 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.4. Peta skala kecilPeta ini mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.5. Peta Geografi / DuniaPeta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.2.3 Sistem Informasi Geografis

2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis

SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi geografi (Paryono, 1994:1). Menurut Star (1990) dalam buku Prahasta (2009, p117), Sistem Informasi Geografi adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografis, atau dengan kata lain, sistem informasi geografis merupakan sistem basis data dengan kemampuan kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial; selain merupakan sekumpulan operasi operasi yang dikenalkan terhadap data tersebut.

2.3.2 Karakteristik SIGRahmad Husein menjelaskan karakteristik SIG, yaitu :1. Merupakan suatu sistem hasil pengembangan perangkat keras dan perangkat lunak untuk tujuan pemetaan, sehingga fakta wilayah dapat disajikan dalam satu sistem berbasis komputer.2. Melibatkan ahli geografi, informatika dan komputer, serta aplikasi terkait.3. Masalah dalam pengembangan meliputi : cakupan, kualitas dan standar data, struktur , model dan visualisasi data, koordinasi kelembagaan dan etika, pendidikan , expert system dan decision support system serta penerapannya.4. Perbedaannya dengan Sistem Informasi lainnya : data dikaitkan dengan letak geografis, dan terdiri dari data tekstual maupun grafik.5. Bukan hanya sekedar merupakan pengubahan peta konvensional (tradisional) ke bentuk peta dijital untuk kemudian disajikan (dicetak / diperbanyak) kembali.6. Mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan, memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari fenomena geografis suatu wilayah.7. Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu masalah. Contoh : penyelesaian masalah perubahan iklim memerlukan informasi dasar seperti curah hujan, suhu, angina, kondisi awan. Data dasar biasanya dikumpulkan secara berkala dalam jangka yang cukup panjang.

2.3.3 Subsistem SIGSIG merupakan sistem kompleks yang biasanya, terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :1. Perangkat keras Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang besar dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.2. Perangkat lunak SIG merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. 3. Data dan informasi geografisSIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimport-nya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan pemasukan datu atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard. 4. Data ManajemenSubsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah diolah. Suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

2.3.4 Model Data SIGModel data yang digunakan pada Sistem Informasi Geografis ada dua , yaitu :a. Model data VectorModel data vector adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, atau area (polygon) beserta atribut-atributnya. (Prahasta, 2005:158)

b. Model Data RasterModel data raster menampilkan , menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel piksel yang membentuk kotak segi empat (grid) / sel, sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. (Prahasta, 2005: 146)

2.3.5 SIG untuk Kehutanan TropisHutan tropis merupakan ekosistem dan juga sumber daya alam yang penting. Beberapa fungsi dari hutan tropis adalah :1. Produktif (Ekonomis)2. Perlindungan (Ekologis)3. Psikologis4. Wisata5. PendidikanLuas hutan tropis saat ini berkurang dan laju kerusakan hutan tropis adalah yang tertinggi di dunia. Faktor pendorong kerusakan hutan tropis adalah factor sosial-ekonomi, meliputi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, factor fisik dan lingkungan dan kebijakan pemerintah, meliputi kebijakan di bidang pertanian, kehutanan dan lain lain. Kelestarian hutan memerlukan perencanaan dan pengelolaan sumber daya hutan yang baik. Informasi diperlukan untuk mengambil keputusan, termasuk informasi spasial. Tiga teknologi spasial yang sangat berguna adalah Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ), Global Positioning System (GPS). Secara tradisional, kebanyakan tujuan perencanaan adalah untuk keperluan produksi, terutama kayu. Kemudian dengan semakin meningkatnya kesadaran akan nilai lingkungan hidup disamping keuntungan ekonomi, hutan semakin banyak dikelola sebagai suatu sistem ekologis.Beberapa hal yang semakin dipandang penting adalah :1. Kehutanan sosial / kehutanan berbasiskan kemasyarakatan, yang melibatkan masyarakat local dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan, dan mempromosikan kesetaraan sosial.2. Reforestasi dan rehabilitasi dari lahan lahan yang rusak atau terdeforestasi, terutama melalui pengembangan perkebunan tanaman industri.3. Penunjukkan dan pengelolaan area perlindungan dan suaka margasatwa.4. Penggunaan dan pelestarian hasil hutan bukan kayu.

Gambar 2.1 Skema SIG untuk Pengelolaan HutanInformasi bisa dilihat sebagai imput dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Karena kebanyakan data yang relevan untuk pengelolaan hutan merujuk pada penyebaran spasial, SIG merupakan alat yang sangat membantu. Hutan tropis mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan iklim global. SIG merupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian iklim, yaitu hal pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan kemampuan analisa spasial untuk permodelan.

2.3.6 SIG Berbasis WebSistem Informasi Geografis kini tidak hanya berbasis desktop, namun juga berbasis web. Hal ini disebabkan karena pengembangan aplikasi di lingkungan jaringan telah menunjukkan potensi yang besar dalam kaitannya dengan informasi geografis. Pada aplikasi SIG berbasis web, terdapat beberapa komponen yang saling berinteraksi.

Gambar 2.2 Skema sederhana komponen SIG berbasis Web

Gambar diatas menujukkan skema sederhana dari komponen SIG berbasis web. Pada sisi client, terdapat aplikasi browser (Opera, Chrome, Mozilla Firefox) yang berkomunikasi dengan server melalui protokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Sisi Server juga disebut server side GIS component. Pada sisi ini, tugas Web Server adalah merespon permintaan dari client. Respon ini dapat berupa meneruskan permintaan ke komponen GIS lainnya, lalu selanjutnya melakukan koneksi ke Spatial Database yang akan dikembalikan ke Server untuk diteruskan ke web browser pada sisi client.

2.3.7 Penelitian TerdahuluSistem informasi geografis untuk hutan sudah mulai dikembangkan. Penelitian yang berjudul Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Geografi untuk Penelusuran Persebaran Pohon Taman Hutan Pada Komplek Perkantoran Manggala anabakti, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (Ririn, dkk, 2011) yang manfaatnya adalah memudahkan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dalam menampilkan, mengamati dan pengambilan keputusan dalam satu aplikasi.

BAB IIIANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM3.1Waktu dan Tempat PenelitianBerikut ini adalah deskripsi waktu dan tempat penelitian :Lokasi Penelitian : Basecamp Laskar Hijau, Hutan Lereng Gunung LemonganWaktu Penelitian : 17 Agustus 2015 sampai 30 Agustus 2015Alamat : Desa Klakah Kabupaten Lumajang

3.2 Tahap tahap Pembuatan ProgramPenelitian yang dilakukan untuk merancang sistem diperoleh dari pengamatan data-data yang ada. Tahap-tahap yang dilakukan untuk penelitian secara terstruktur adalah :

3.2.1 Pengumpulan DataCara pengambilan data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:1) Studi PustakaPengumpulan data dengan cara studi pustaka adalah mencari referensi yang relevan dengan objek yang diteliti. Pencarian data ini dapat di toko buku, perpustakaan, atau internet.Adapun dokumen studi pustaka yang dilakukan :1. UU RI No. 41 tahun 1999, Tentang Kehutanan2) Studi LiteraturPengumpulan data dengan mencari jurnal atau karya ilmiah orang lain yang relevan dengan obyek penelitian.

3) ObservasiObservasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan dan pengamatan terhadap permasalahan yang diambil.4) WawancaraWawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara langsung dengan orang yang mengerti tentang permasalahan yang diambil.

3.2.2 Analisa DataTahap ini membuat analisis terhadap data yang sudah diperoleh dari hasil observasi di Laskar Hijau dan Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang. Proses analisis data ini diharapkan memperoleh tujuan yang jelas dari perancangan sistem. Data yang akan dianalisa adalah sata non spasial dan spasial.3.2.3 Analisa SistemTahap analisa sistem adalah suatu proses sistem yang umum dan digunakan sebagai landasan konseptual yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki berbagai fungsi tertentu.Tahap ini akan dilakukan :1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada sistem yang berjalan.2. Menetapkan alur proses bisnis dari sistem.3. Menentukan batasan masalah dari sistem yang akan berjalan.

3.2.4 Perancangan SistemTahap perancangan sistem bertujuan untuk membuat permodelan dari sistem yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang ada sesuai dengan yang telah ditetapkan pada analisa sistem. Ada 3 proses pada perancangan sistem , yaitu :1. Perancangan Aplikasi.2. Perancangan Basis Data.3. Perancangan Desain Interface.

DAFTAR PUSTAKA

Aryawan, I. M. S., Zain, A. & Arianingsih, I., 2014. Analisis Penyebaran Pohon Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kelompok Hutan Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Warta Rimba, Juni, 2(1), pp. 62-72.Blackman, A., 2013. Evaluating Forest Conservation Policies in Developing Countries using Remote Sensing Data: An Introduction and Practical Guide. Forest Policy and Economics, Volume 34, pp. 1-16.Dailey, D. et al., 2015. Geophysical remote sensing, GIS, and Isotopic Applicationsfor a Better Understanding of the Structural Controls on Groundwater Flow in the Mojave Desert, California. Journal of Hydrology: Regional Studies, Volume 3, pp. 211-232.Fauzi, Y., Susilo, B. & Mayasari, Z. M., 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu Melalui Perancangan Model Spasial dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Forum Geografi, Desember, 23(2), pp. 101-111.Foster, A. & Dunham, I. M., 2014. Volunteered Geographic Information, Urban Forests, & Environmental Justice. Computers, Environment and Urban Systems.Gonzalez, M. P., Bonaccorso, E. & Papes, M., 2015. Applications of Geographic Information System and Remote Sensing Techniques to Conservation of Amphibians in Northwestern Ecuador. Global Ecology and Conservation, Volume 3, pp. 562-574.Ilham, W. & Isra, 2009. Presicion Foresty Sebagai Basis Pendekatan Komprehensif Sistem Informasi Kehutanan Terpadu di Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis Borneo, Volume 25, pp. 35-47.Irwansyah, E., B, S. T., Piu, L. & Krisna, W., 2012. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Monitoring Gempa Bumi. Jurnal Informatika, Mei, 11(1), pp. 49-54.Jatmoko, C. & Sugiarto, E., 2014. Sistem Pemantau Pertumbuhan Pohon di Area Hutan Penampung Air Tanah Menggunakan Metode Penginderaan Jauh (INDERAJA) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Semarang, Universitas Dian Nuswantoro.Lara, A. et al., 2009. Assessment of Ecosystem Services as an Opportunity for the Conservation and Management of Native Forests in Chile. Forest Ecology and Management, Volume 258, pp. 415-424.Mohammadi, J. & Shataee, S., 2010. Possibility Investigation of Tree Diversity Mapping Using Landsat ETM+ Data in the Hyrcanian Forests of Iran. Remote Sensing of Environment, Volume 114, pp. 1504-1512.Mustofa, K. & Nugroho, A., 2012. Integrasi Data Spasial Menggunakan Teknologi Java Restfull Web Services (JAX-RS) untuk Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dengan Sistem Basis Data Relasional Majemuk. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Maret, 8(2), pp. 111-117.Nugroho, S. P. & Prayogo, T., 2008. Penerapan SIG untuk Penyusunan dan Analisis Lahan Kritis pada Satuan Wilayah Pengelolaan DAS AGam Kuantan Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Teknik Lingkungan, Mei, 9(2), pp. 130-140.Phua, M.-H. & Minowa, M., 2005. A GIS-based Multi-criteria Decision Making Approach to Forest Conservation Planning at a Landscape Scale: a Case Study in the Kinabalu Area, Sabah, Malaysia. Landscape and Urban Planning, Volume 71, pp. 207-222.Pratiwi, D., Karmilasari, Madenda, S. & ETP, L., 2012. Segmentasi Citra Hutan Berbasis Warna. Surabaya, Universitas Surabaya.Purwaamijaya, I. M., 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Zonasi Kawasan Hutan Berdasarkan Kementrian Kehutanan dan Kemampuan Lahan di Kabupaten Bandung. Forum Geografi, Juli, 26(1), pp. 87-100.Raharjo, P. D., 2010. Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Potensi Kekeringan. Makara Seri Teknologi, November, 14(2), pp. 97-105.Rahmawaty, Sari, E. K., Syofyan, A. & Rauf, A., 2015. Integrated Geographic Information System and Global Positioning System for Mapping of Forest Plants in Supporting Natural Resources Protection. Procedia Chemistry, Volume 14, pp. 334-342.Samsuri, Jaya, I. N. S. & Syaufina, L., 2012. Model Spasial Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan (Studi Kasus Propinsi Kalimantan Tengah). Indonesian Journal of Forestry , 1(1), pp. 12-18.Santoso, R. S., Soekmadi, R. & Prasetyo, L. B., 2011. Analisis Penataan Ruang Kawasan Lindung Kabupaten Pandeglang dengan Aplikasi GIS dan Remote Sensing. Media Konservasi, April, 16(1), pp. 24-31.Sari, P. M. & Sudaryatno, 2013. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Indentifikasi Mata Air di Kabupaten Sleman. Jurnal Bumi Indonesia, 2(3).Setiawan, H., Sudarsono, B. & Awaluddin, M., 2013. Identifikasi Prioritas Rehabilitasi Lahan Kritis Kawasan Hutan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, Agustus, 2(3), pp. 31-41.Sigit, A. A., 2011. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jarah Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pendugaan Potensi Peresapan Air DAS Wedi Kabupaten Klaten-Boyolali. Forum Geografi, Juli, 25(1), pp. 27-40.Sunandar, A. D., 2012. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Penyusunan Peta Kesesuaian Jenis Kemenyan (Styrax spp.) di Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Juni, 9(2), pp. 63-73.Tanaamah, A. R. & Wardoyo, R., 2008. Perancangan dan Implementasi WebGIS Pariwisata Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Informatika, November, 9(2), pp. 150-158.Zakiyah, Indriyani, S. & Hakim, L., 2013. Pemetaan Sebaran dan Karakter Populasi Tanaman Buah di Sepanjang Koridor Jalur Wisata Desa Kemiren, Tamansuruh dan Kampunganyar, Kabupaten Banyuwangi. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, April, 1(2), pp. 46-51.

3