proposal skripsi untuk midtem tentang studi tokoh

51
A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhuk Tuhan yang memiliki akal, pikiran, memiliki tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi ini. Tanggung jawab tersebut meliputi perihal kemampuan manusia untuk mengatur dan memelihara dengan baik kelestarian alam beserta isinya, termasuk di dalamnya tanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka penciptaan atau pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, peran seorang pendidik sangat diperlukan, karena dari jasa seorang pendidiklah terbentuk para generasi terdidik yang mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka Bumi ini. Ta’lim al-Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji adalam sebuah kitab yang membahas tentang konsep-konsep belajar-mengajar. Kitab ini benar-benar telah populer di kalangan masyarakat pesantren terutama pesantren tradisional, sebab kitab ini berisikan tentang petunjuk bagi para penuntut ilmu, sejak lahirnya sampai dalam 1

Upload: fonnamikamahuly

Post on 22-Jan-2016

269 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

ini adalah sebuah contoh proposal skripsi dengan pendekatan studi tokoh. dengan judul konsep pendidikan islam menurut syeikh az zarnuji dalam kitab ta;lim mutaallim

TRANSCRIPT

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhuk Tuhan yang memiliki akal, pikiran, memiliki

tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi ini. Tanggung jawab tersebut

meliputi perihal kemampuan manusia untuk mengatur dan memelihara dengan

baik kelestarian alam beserta isinya, termasuk di dalamnya tanggung jawab untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam rangka penciptaan atau pembentukan sumber daya manusia yang

berkualitas, peran seorang pendidik sangat diperlukan, karena dari jasa seorang

pendidiklah terbentuk para generasi terdidik yang mampu melaksanakan tugasnya

sebagai khalifah di muka Bumi ini.

Ta’lim al-Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji adalam sebuah kitab yang

membahas tentang konsep-konsep belajar-mengajar. Kitab ini benar-benar telah

populer di kalangan masyarakat pesantren terutama pesantren tradisional, sebab

kitab ini berisikan tentang petunjuk bagi para penuntut ilmu, sejak lahirnya

sampai dalam masa belajar berlangsung, seperti sebagaimana ia bersikap terhadap

ilmu, harus bersikap dengan guru, dan cara menggunakan ilmu.1

Dikemukakan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, latar belakang Az-

Zarnuji menyusun kitab tersebut, yaitu pada masa itu banyak sekali penuntut ilmu

yang tekun, tetapi tidak dapat memetik manfaat dan buah ilmu, yaitu

mengamalkan dan menyiarkannya, sebab mereka salah jalan dan meninggalkan

persyaratan- persyaratannya, padahal setiap yang salah jalan itu akan tersesat dan

gagal tujuannya baik besar maupun kecil.

1 M Samsul Hadi, Mengamalkan Ta’lim Muta’allim Untuk Kemajuan Pendidikan, dalam http :// retakankata . com . Diakses pada tanggal 07 Mei 2015.

1

Konsep pendidikan Az-Zarnuji dalam karya monumentalnya kitab Ta’lim

Muta’allim banyak dikaji dan dijadikan tuntunan dan panduan belajar bagi peserta

didik sekaligus panduan bagi pendidik yang sangat populer di hampir seluruh

pesantren yang ada di Indonesia. Begitu populernya hingga kitab Ta’lim al-

Muta’allim telah dicetak di berbagai negara baik di Barat maupun di Timur,

misalnya di Jerman, Libzig, Tunisia, Mesir dan lainnya.2

Kitab tersebut oleh kebanyakan ahli dinilai sebagai kitab yang cukup

memadai untuk dijadikan tuntunan peserta didik agar dapat mencapai sukses

dalam belajar serta menjadi insan yang utuh dan berkepribadian. Menyadari akan

pentingnya makna pendidikan bagi terbentuknya generasi yang memilliki

kepribadian, di tengah hiruk pikuk kehidupan yang serba materialistik dan

rasionalistik, maka konsep pendidikan yang dituangkan Az- Zarnuji dalam kitab

Ta’lim al-Muta’allim yang diasumsikan sebagai karya kependidikan klasik yang

didasarkan pada nilai-nilai islami sangat sesuai untuk diterapkan pada peserta

didik dan masyarakat dalam rangka memperoleh wawasan kependidikan yang

utuh dan menyelaraskan pengembangan potensi akal, etik, zikir, dan pikir.

Akan tetapi, fenomena yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang

dengan konsep yang terkandung dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim itu sendiri. Di

antaranya mereka tidak mempunyai kitab Ta’lim al-Muta’allim untuk dijadikan

sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan.

Selain itu banyak di kalangan peserta didik tidak mengenal siapa yang

merumuskan salah satu konsep pendidikan Islam yaitu Syeikh Az- Zarnuji itu

2 Jhoni Samual, Konsep Pendidikan Islam Menurut Az Zarnuji, dalam http//jhonisamual.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 April 2015.

2

sendiri. Kemudian dengan berbagai masalah di atas, yang sangat disayangkan

sekali mereka tidak memahami isi kandungan yang terdapat dalam kitab karangan

Syeikh Az-Zarnuji yaitu kitab Ta’lim al- Muta’allim.

Melihat berbagai masalah yang sedemikian rupa, penulis tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian dengan judul “ Konsep Pendidikan Islam Menurut

Syeikh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim”

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, adapun yang menjadi pertanyaan

penelitan adalah:

Bagaimanakah konsep pendidikan Islam menurut Syeikh Az-Zarnuji

dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim ?

C. Tujuan Penelitian

Merelevansikan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian yang

hendak dicapai adalah untuk menjelaskan Konsep Pendidikan Islam menurut

Syeikh Az- Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi

2, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Adapun yang menjadi manfaat teoritis adalah :

3

a. Untuk menambah pengetahuan tentang Konsep Pendidikan Islam

menurut Syeikh Az- Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim.

b. Untuk menjadikan Konsep Pendidikan Islam menurut Syeikh Az-

Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim sebagai pedoman dalam

proses pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Adapun yang menjadi manfaat praktis setelah melakukan penelitian

manfaatnya adalah :

a. Sebagai syarat untuk menyelesaikan strata 1 di STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe.

b. Dapat menerapkan isi kandungan kitab Ta’lim al-Muta’allim dalam

proses pendidikan.

c. Dapat diterapkan oleh peserta didik dalam pelaksanaan proses

pendidikan mengenai isi kandugan kitab Ta’lim Muta’allim.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kebingungan dalam memahami judul penelitian ini,

berikut peneliti menjelaskan definisi opersional sesuai dengan variabel penelitian.

Pendidikan Islam adalah upaya yang dilakukan untuk membentuk

individu yang mempunyai akhlak mulia. Adapun yang dimaksud dengan

pengertian pendidikan Islam dalam penelitian ini adalah pendidikan yang

diutarakan oleh Syeikh Az- Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim.

4

F. Kajian Terdahulu

Setelah dilakukan pencarian di beberapa perpustakaan baik manual

maupun digital berikut beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya.

1. Nama : Hambali

Judul : Konsep - Konsep Pendidikan Akhlak dalam

Meningkatkan Kecerdasan Spritual Menurut

Kajian Kitab Taisir Al- Khallaq.

Hasilnya :

Skripsi ini berjudul, “Konsep - Konsep Pendidikan Akhlak

dalam Meningkatkan Kecerdasan Spritual Menurut Kajian Kitab

Taisir Al-Khallaq.” Adapun yang menjadi latar belakang masalah

dalam penelitian ini adalah banyak konsep - konsep pendidikan

akhlak dapat meningkatkan kecerdasan spritual yang telah

ditawarkan oleh ulama- ulama terdahulu dalam kajian klasiknya, di

antaranya yang terdapat dalam kitab Taisir Al - Khallaq yang

dikarang oleh Syekh Hafidz Hasan Mas’ud. Namun hal ini telah

luput dari perhatian semua orang khususnya para muda-mudi Islam

sekarang. Maka, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini

adalah. “Apa saja konsep - konsep pendidikan akhlak yang dapat

meningkatkan kecerdasan spritual menurut kajian kitab Taisir Al-

Khallaq?”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apa saja konsep - konsep pendidikan akhlak yang dapat

5

meningkatkan kecerdasan spiritual serta sejauh mana penting

mempelajari konsep - konsep menurut kajian kitab Taisir Al-

Khallaq.

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang merupakan

sebuah penelitian pendidikan dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan teknik Library Research yaitu dengan

melakukan studi kajian kepustakaan dan mengikuti langkah -

langkah prosedur penelitan sebagai berikut:

a. Melakukan metode penggumpulan data

b. Melakukan subjek penelitian

c. Melaksanakan teknik pengolahan dan analisis data.

Sehingga akhir penelitan ini dapat diketahui kesimpulannya

bahwa, konsep-konsep pendidikan akhlak yang dapat meningkatkan

kecerdasan. spritual menurut kajian Kitab Taisir Al-Khallaq di

antaranya adalah siddiq, amanah, iffah, muruuah, hilmun, sakha’ ,

tawadhu’, dan an - nafsu.3

2. Nama : Mahfuddah

Judul : Konsep Pendidikan Islam Terhadap Pendidikan

Wanita Menurut Muhammad ‘Athiyah Al-

Abrasyi

3 Hambali, “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual Dalam Kajian Kitab Taisir Al Khallaq” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, 2010, H. Iv

6

Hasilnya :

Pemikiran Muhammad ‘Athiyah Al- Abrasyi yang

menyeluruh akan tetapi masih kurang populer di kalangan pelajar

dan masyarakat,Muhammad ‘Athiyah Al - Abrasyi mengenai

pendidikan Islam, yang diharapkan juga berguna bagi perkembangan

dunia pendidikan Islam di Indonesia umumnya, dan Aceh

khususnya. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana karakteristik

pemikiran Muhammad ‘Athiyah Al - Abrasyi tentang konsep

pendidikan Islam terhadap wanita dan apa saja yang

melatarbelakangi pemikiran Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi

tentang konsep pendidikan Islam terhadap pendidikan wanita.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode kepustakaan, yaitu mengkaji buku-buku dan

bahan-bahan tentang Muhammad ‘Athiyah Al- Abrasyi dan yang

berhubungan dengan penelitian ini. Dari hasil penelitian bahwa

Muhammad ‘Athiyah Al - Abrasyi dengan tegas berpendapat bahwa

kecerdasan bukan monopoli pria atau khusus bagi wanita, melainkan

merupakan milik bersama. Karenanya, perilaku pendidikan yang

bijaksana adalah memanfaatkan potensinya di bidang tertentu pula.

Perbedaan yang berkaitan dengan jenis kelamin tampaknya terletak

pada tiga bidang yaitu fisik, emosi dan kemampuan pikiran.

Berkaitan dengan pikiran, tidak seorang pun yang mengatakan

bahwa pria lebih cerdas dari pada wanita. Sudah terbukti bahwa pria

7

dan wanita masing- masing mempunyai bakat- bakat khusus yang

dimiliki jenis kelamin itu saja.

Bahkan terkadang ada wanita yang otaknya lebih besar

dari pada pria. Walaupun kelebihan itu tidak otomatis menunjukkan

ketelitian pemahaman dan kecerdasan, ’Athiyah dengan tegas

berpendapat bahwa kecerdasan bukan monopoli pria atau khusus

bagi wanita, melainkan milik bersama. Karena perilaku pendidikan

yang bijaksana adalah memanfaatkan potensinya di bidang tertentu

pula. ‘Athiyah juga menambahkan sebuah contoh ada seorang budak

yang belajar pada tuanya tentang kesenian. 4

3. Nama : Juliana Yusuf

Judul : Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Qayyim Al-

Jarziyah serta Merelevansikannya dengan

Pendidikan Modern

Hasilnya :

Pendidikan Islam merupakan usaha dan asuhan terhadap

anak didik agar kelak esok pribadinya bisa ditekankan pada peserta

didik yang berlaku tidak etis dan mengabaikan etika moral yang

selama ini kita hargai dan junjung tinggi. Yang menjadi

permasalahannya adalah bagaimana pendidikan Islam merespon dan

menyikapi hal seperti ini. Dalam penelitian ini, konsep pendidikan

4 Mahfuddah, “Konsep Pendidikan Islam Terhadap Pendidikan Wanita Menurut ‘Athiah Al Abrasyi.” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe 2009, h. vii

8

Islam menurut Ibnu Qayyim adalah mencakup tarbiyah badan secara

sekaligus. Jadi, bagaimanakah konsep pendidikan Islam menurut

Ibnu Qayyim Al-Jauziah serta merelevansikanya dengan pendidikan

modern. Tujuan penulisan penelitian ini untuk mengetahui konsep

pendidikan Islam menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah serta

merelevansikan pendidikan modern. Jenis penelitian yang penulis

gunakan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif. Kemudian data-data yang dikumpulkan

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode dokumenter,

dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

catatan agenda, dan sebagainya. Adapun konsep pendidikan Islam

menurut Ibnu Qayyim Al- Jauziah adalah tujuan pendidikan yang

diarahkan pada empat aspek tujuan, yaitu tujuan fisik, akal, akhlak

dan skill. Selain itu Ibnu Qayyim menawarkan lembaga pendidikan

yang dilakukan di rumah, keluarga, masjid, majelis, dan madrasah

sebagai tempat yang kondusif (cocok) untuk amalan tarbiyah.

Konsep pendidikan Islam menurut Ibnu Qayyim sangat

relevan sekali diaplikasikan dalam pendidikan Islam yang ada di

Indonesia ini, masih sesuai dengan tuntunan zaman saat ini. Hal ini

sebagaimana upaya untuk meningkatkan pendidikan Islam yang saat

ini mengalami penurunan. Adapun yang membedakan penelitian

sebelumnya dengan penelitian ini adalah:

9

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hambali dengan

judul “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Meningkatkan Kecerdasan

Spritual Menurut Kajian Kitab Taisir Al-Khallaq” dengan penelitian

yang dilakukan oleh Juliana Yusuf dengan judul “Konsep

Pendidikan Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzuri serta

Merelevansikannya dengan Pendidikan Modern”. Terletak

perbedaan pada metode pembelajaran yaitu Metode Library

Research dan metode pembelajaran deskriptif.5

G. Landasan Teori

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni

kepribadian muslim. Kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam

memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan

bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam

merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi

makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah SWT.

Adapun pengertian lain dari pendidikan Islam adalah upaya untuk

mengaktualkan sifat - sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh

Allah SWT kepada manusia, upaya tersebut tanpa pamrih kecuali

semata karena Allah. Para ahli juga menyebutkan bahwa pendidikan Islam

adalah sebagai proses penyampaian informasi dalam rangka memperbaiki

5 Juliana Yusuf, “Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Qayyim Al Jarziyah Dan Merelevansikannya Dengan Pendidikan Modern”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe 2011, h. vi

10

insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukannya,

tugas dengan Allah, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar, serta

tanggung jawab kepada Allah Yang Maha Esa termasuk dirinya sendiri dan

lingkungan hidupnya.6

Al - Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah

proses mengubah tingkah laku peserta didik pada kehidupan pribadi,

masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara

pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas dan profesi di antara

sekian yang ada di dalam masyarakat. 7

Pendidikan Islam secara alamiah adalah manusia yang tumbuh dan

berkembang semenjak dalam kandungan sampai meninggal,mengalami

proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini

diciptakan Allah melalui setingkat demi setingkat, pola perkembangan

manusia dan kejadian alam yang berproses demikian adalah berlangsung di

atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah SWT “Sunnatullah”.

2. Dasar Pendidikan Islam

Setiap usaha, kegiatan, dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

tujuan haruslah mempunyai dasar atau landasan sebagai tempat berpijak

yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu

usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan bagi semua kegiatan

6 Fitriana Hadi, Pendidikan Jasmani Dan Rohani Sebagai Tujuan Pendidikan Islam, dalam http://fitrianahadi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 07 Mei 2015.

7 Sanjaya Yasin, Pendidikan Agama Islam : Pengertian, Tujuan, Dan Ruang Lingkup,

dalam http://www.sarjanaku.com. Diakses pada tanggal 07 Mei 2015

11

di dalamya. Dasar Pendidikan Agama Islam secara umum ada tiga yaitu Al-

Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad.

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang terang dan jelas guna

menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia

dan akhirat. Dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang berkenaan

dengan pendidikan. Sebagai contoh dalam Surat Luqman ayat 12-15

tentang kisah Luqman ketika mendidik anak-anaknya untuk tidak

menyekutukan Allah. Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar

materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial,

dan ilmu pengetahuan.

Dalam kaitan Al-Qur’an sebagai salah satu landasan pendidikan

Islam, Ahmad Ibrahim Muhanna sebagaimana dikutip oleh Hery Noer

Aly dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan sebagai

berikut.:

Al-Qur’an membahas berbagai berbagai aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya merupakan bahan baku bangunan pendidikan yang dibutuhkan semua manusia. Hal itu tidak aneh mengingat Al-Qur’an merupakan kitab hidayah, dan seseorang memperoleh hidayah tidak lain karena pendidikan yang benar serta ketaatannya. 8

Dengan demikian, Al Quran merupakan sumber pendidikan

yang utama, yang eksistensinya tidak mengalami perubahan walaupun

8 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,), H. 38.

12

mengalami perubahan zaman, keadaan, dan tempat. Al Quran dapat

menjadi sumber pendidikan Islam karena di dalamnya dimuat berbagai

pedoman normatif dan teoritis dalam pelaksanaan pendidikan Islam.

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui oleh Rasulullah SAW

dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

Dalam ruang lingkup pendidikan, sebagaimana dikemukakan

oleh Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya “Prinsip-Prinsip dan

Metode Pendidikan Islam”, Sunnah mempunyai dua faedah, yaitu:

1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di

dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal yang rinci yang tidak

terdapat di dalamnya.

2) Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat

dipraktikkan.9

Adapun alasan Sunnah dapat dijadikan landasan dasar dalam

pendidikan Islam adalah Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar

mentaati kepada Rasulullah dan wajib berpegang teguh atau menerima

segala yang datang dari rasul Allah. Kemudian pribadi Rasulullah

adalah teladan bagi umat Islam. Oleh karena itu, banyak tindakan

9 Zakiah Daradjat, M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 19.

13

mendidik yang telah dicontohkan Rasulullah dalam pergaulan bersama

para sahabatnya. Pribadi Rasulullah SAW sendiri  merupakan contoh

hidup serta bukti kongkrit sistem dan hasil pendidikan Islam.

c. Ijtihad

Di samping kedua landasan di atas tersebut, ijtihad (ra’yu) juga

dijadikan landasan dalam pendidikan Islam. Soerjono Soekanto

menegaskan bahwa masyarakat selalu mengalami perubahan, baik

mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola tingkah

laku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, kekuasaan

dan wewenang, maupun interaksi sosial dan lain sebagainya.10

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam

untuk menetapkan / menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan

Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek

kehidupan, termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-

Qur’an dan Sunnah.

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan

langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan

10 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1988), h. 87

14

situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru dari hasil ijtihad harus

dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.11

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan agama Islam, karena

tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat

dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola

kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan.

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah suatu harapan yang

diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri.

Zakiah Daradjad dalam bukunya “Metodik Khusus Pengajaran

Agama Islam” mendefinisikan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut :

Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.12

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia.

Dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia atau

mengembalikan manusia kepada fitrahnya.

11 Doni Asykna, Ijtihad Sebagai Sumber Dan Metode Study Islam,. dalam http://al-jadiyd.blogspot.com Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.

12 Zakiah Daradjad,  Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 172

15

Selain itu penulis juga mendapatkan di sebuah situs internet, bahwa

ada beberapa hal yang menjadi tujuan pendidikan Islam, yaitu mencetak

peserta didik yang :

a. Berjiwa Tauhid

Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan

pada peserta didik,sesuai dengan firman Allah:

"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar. (QS.Luqman :13)

Manusia yang mengenyam pendidikan seperti ini sangat yakin

bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah, dengan

demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.

b. Taqwa kepada Allah SWT

Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan

tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar

akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah

maka ia dianggap belum atau tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan

kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan

dalam hidup ini. Allah berfirman:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang paling Taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi  Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat : 13)

16

c. Rajin Beribadah dan Beramal Saleh

Tujuan pendidikan Islam lainnya adalah agar peserta didik lebih

rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup

ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah

tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah :

"Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya

beribadah kepada-Ku” (QS.Adz-Dzariyaat : 56)

Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal

shalih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua mahkluk yang

ada di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan

dan kesempurnaan hidup.

d. Ulil Albab

Tujuan pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan Ulil

Albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti

keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam

kitab suci Al-Qur'an dan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan

Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual,

tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT.

Firman Allah:

17

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.Ali Imran :190-191)

e. Berakhlakul Karimah

Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak

manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak

manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau

bersifat arrogant (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia

sangat menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong

bila dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki

pun serta yang membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah.

Apabila Allah berkehendak, bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang

dimiliki makhluknya (termasuk manusia) dalam waktu seketika. Allah

mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia.

Allah berfirman :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS.Luqman :18) 13

13 Muhammad Furqan Abdullah, Tujuan Pendidikan Islam, dalam http://pai-umy.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015

18

4. Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat

memudahkan tugas- tugas pendidikan Islam tersebut agar berjalan dengan

baik. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat

struktural dan instusional, arti dan tujuan sruktual organisasi yang mengatur

jalannya proses pendidikan, baik dilihat dari segi vertikal dan horizontal.

Faktor-faktor pendidikan Islam berfungsi secara interaksional (saling

mempengaruhi) yang bermuara pada pendidikan yang diinginkan.

Sebaliknya, arti tujuan intitusional mengandung implikasi bahwa proses

pendidikan yang terjadi dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk

menjamin proses pendidikan yang konsisten dan berkesinambungan yang

mengikuti perkembangan dan kebutuhan manusia dan cenderung ke arah

tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai

jenis dan jalur pendidikan formal, informal dan non formal dalam

masyarakat. 14

Menurut Ibnu Khursyid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalah

sebagai berikut:

a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan

tingkat kebudayaan dan nilai-nilai tradisi dan sosial, srta ide- ide

masyarakat dan bangsa.

b. Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan

yang secara garis besar melalui pengetahuan dan skill yang baru

14 Abdul Mujib Yusuf, Mudzzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2006) h. 69

19

di temukan, dan melatih tenaga- tenaga manusia untuk produktif

dalam menentukan perimbangan perubahan sosial dan

ekonomi.15

5. Manfaat Pendidikan Islam

Adapun manfaat pendidikan Islam adalah agar terbentuknya

perkembangan jasmani, rohani, dan akal manusia, sehingga terbentuknya

pribadi muslim yang baik. Dengan pendidikan berupa pengisian jiwa,

pembinaan akhlak, ketauhidan, serta kepatuhan dalam mejalankan ibadah.

Oleh karena itu manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan

hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT. 16

6. Pendidik dan Peserta Didik

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

kemajuan suatu bangsa. Dalam pendidikan tidak dapat dipungkiri adanya

faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan, salah satunya

adalah adanya pendidik dan peserta didik.

a. Pendidik

15 Anas Muhammad, Fungsi Pendidikan Islam, dalam http://anasbgl2.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.16 Bagus Sukma, Manfaat Pendidikan Islam Untuk Masa Depan, dalam http://bagussukmapribadi .blogspot.com. Diakses Pada tanggal 26 April 2015.

20

Dalam Islam, pendidik memiliki beberapa istilah seperti

muallim, muaddib, murabbi dan ustadz.

Muallim : Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik

sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu.

Muaddib : istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai

pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan

keteladanan.

Murabbi : istilah ini lebih menekankan pengembangan dan

pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah.

Ustadz : istilah ini merupakan istilah umum yang sering

dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas yang sering

disebut sebagai guru.17

Jadi guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak

ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadi-

kan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Pendidik juga

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Dengan demikian pendidik adalah orang yang memikul

tanggungjawab untuk mendidik.

b. Peserta Didik

17 Munggis Ahmad, Pendidik Dalam Pendidikan Islam, dalam http://munggis pendidikanislamblogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.

21

Ada banyak istilah untuk menyebut peserta didik, di antaranya

murid, siswa, santri, anak didik, mahasiswa dan lain-lain. Peserta didik

secara formal adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan

tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran

dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.

Sedangkan dalam pendidikan Islam peserta didik adalah

individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik,

psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan

akhirat berlandaskan tuntunan Allah dan tuntunan Rasulullah SAW.

Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu

yang belum dewasa yang karenanya memerlukan orang lain untuk

menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam

keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk

adalah peserta didik masyarakat sekitarnya dan umat beragama menjadi

peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.18

7. Sarana Dan Prasarana Dalam Pendidikan Islam

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud atau tujuan. Menurut E. Mulyasa, sarana pendidikan

adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan

18 Wahyu Tri Wibowo, Hakikat Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, dalam http://tockici.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.

22

menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti

gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.19

Dalam sebuah situs internet penulis mendapatkan bahwa “Sarana

pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-

mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar

pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,

efektif dan efisien”.20

Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata)

prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam

pendidikan misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga,

uang dan sebagainya. Sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai

tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan

sebagainya.21

Penulis menemukan sebuah pendapat menurut Ibrahim Bafadal

dalam sebuah situs bahwa “prasarana pendidikan adalah semua perangkat

kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan

proses pendidikan di sekolah.”22

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan

adalah semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses

pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun

19 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. VII (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 49

20 M. Nasrudin Rosid, Konsep Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Konteks Pendidikan Islam, dalam http://edukasindone.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Maret 2015.

21 Ibid.22 Sugiharti, Manajemen Sarana Prasarana, dalam http://sugihartihasan.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.

23

yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan

dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. Sedangkan yang dimaksud

dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung

menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,

kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan

secaralangsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk

pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga,

komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

8. Metode Pendidikan Islam

Metode adalah cara yang digunakan untuk memperoleh tujuan yang

diinginkan. Jika metode dapat dikuasai dengan baik, maka akan memudah-

kan jalan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan Islam. Ada beberapa

metode pendidikan Islam yang penulis dapatkan di sebuah situs internet,

yaitu sebagai berikut :

a. Metode Teladan

Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang

kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang

berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah

yang berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang

sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW. Firman

Allah SWT :

24

..... Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al – Ahzab : 21)

Metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang

terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang

terwujud dalam tingkah laku (behavioral).

b. Metode Kisah-Kisah (Qashash)

Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata

mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan

adanya sifat alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari

pengaruh besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi

cerita itu untuk dijadikan salah satu metode pendidikan. Islam

menggunakan berbagai jenis cerita sejarah faktual yang menampilkan

suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan

manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut (jika kisah

itu baik). Cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya, tetapi

bisa diterapkan kapan dan di saat apapun.

c. Metode Nasihat

Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh

hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah

yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang

disampaikannya ini selalu disertai dengan teladan dari si pemberi atau

25

penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni

nasihat dengan metode lain seperti keteladanan bersifat melengkapi.

d. Metode Ceramah

Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam

menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah

ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah.

Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada

yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tabligh, yaitu

menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut

memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.

e. Metode Tanya Jawab

Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan

basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif

sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang

bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab

pertanyaan dari gurunya.

Di dalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar

manusia berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus

yang ada. Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan tanya

jawab yaitu terdapat dalam Surat Ar Rahman :

Artinya : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah

yang kamu dustakan?” (QS: Ar Rahman ayat 13).

26

Di sini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat dan

bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam

mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan,

buah-buahan, langit dan bumi. dengan kalimat bertanya itu, manusia

berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Manusia

tidak akan dapat mengingkari apa yang diinderanya dan diterima oleh

akal serta hatinya. Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali di dalam

surat Ar Rahman ini. Setiap diulang, pertanyaan itu merangsang kesan

yang berlainan sesuai dengan konteksnya dengan ayat sebelumnya.

f. Metode Diskusi

Metode diskusi diperhatikan dalam al-Qur’an dalam mendidik

dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan

sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Diskusi juga

merupakan metode yang langsung melibatkan anak didik untuk aktif dan

kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika anak

didik yang mendiskusikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai

sebagian dari inti materi tersebut. Akan tetapi jika peserta diskusi tidak

paham akan hal tersebut maka bisa dipastikan diskusi tersebut tidak

sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.

g. Metode Lemah Lembut / Kasih Sayang

Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena

materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk

kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan

27

pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik

dalam upaya pembentukan kepribadian.

h. Metode Perumpamaan

Perumpamaan dilakukan oleh Rasulullah sebagai salah satu

metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat,

sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Metode ini

dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,

mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit atau

menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu

yang sangat jelas.

i. Metode Pengulangan.

Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah

pengulangan, latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan

mental di mana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan

tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata

merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. 23

9. Evaluasi Pendidikan Islam

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu  evaluation  yang

berarti tindakan atau proses untuk menemukan nilai sesuatu atau dapat

23 Jailanai Putra, Metode-Metode Pendidikan Islam Dalam Al Qur'an Dan Hadits, dalam http://jailani-putra.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015.

28

diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala

sesuatu yang ada hubungannya dengan. 24

Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat

diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria

tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.

Untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil

belajar siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode,

sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya. 25

Senada dengan demikian, ada beberapa hal perlunya evaluasi dalam

pendidikan Islam, yaitu :

a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap

berbagai macam problem kehidupan yang dialaminya.

b. Untuk mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang

telah ditetapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.

c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat keislaman

atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling

mulia di sisi Allah SWT.26

Evaluasi pendidikan yang merupakan proses belajar mengajar untuk

menilai dari segala sesuatu yang terdapat pada diri seseorang baik berupa

ucapan perbuatan dan hati sanubari, dalam hal ini memberikan umpan balik

terhadap program secara keseluruhan. Tolak ukur keberhasilan pengevalua-

24 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 13125 Ibid., H. 13126 Susi Handayani, Evaluasi Pendidikan Islam, dalam http://susihandayaniiii.blog

spot.com . Diakses pada tanggal 10 Mei 2015.

29

sian tidak hanya tergantung pada tingkat keberhasilan tujuan dan pendidikan

yang dapat dicapai, melainkan berkenaan dengan penilaian terhadap

berbagai aspek yang dapat mempengaruhi proses belajar tersebut.

Akhirnya, evaluasi Tuhan di dalam al-Qur’an bersifat makro dan

universal dengan teknik psikotes, sedang sunnah Nabi bersifat mikro untuk

mengetahui kemajuan manusia termasuk Nabi sendiri.27

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun yang menjadi jenis penelitian dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang

ditujukan unutk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap kepercayaan, dan persepsi pemikiran orang, baik

individual ataupun kelompok.28

Senada dengan yang di atas, penulis juga mendapatkan pengertian

lain dari pengertian metode penelitian kualitatif yaitu :

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlan-daskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti”29

27 Stit At-Taqwa, Evaluasi Pendidikan, dalam http://stitattaqwa.blogspot.com . Diakses pada tanggal 10 Mei 2015

28 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 60

29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dalam R Dan D, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 9

30

2. Pendekatan Penelitian

Adapun yang menjadi pendekatan dalam penelitian ini adalah

pendekatan studi tokoh. Pendekatan studi tokoh adalah usaha untuk

menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi

tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau

menghasilkan informasi dan pengetahuan.30

3. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini dibagi 2

yaitu sumber primer dan sumber sekunder :

a. Sumber Primer

Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah :

- Kitab Ta’lim al Muta’allim

b. Sumber Sekunder

Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah :

- Kitab Ihya Ulumuddin

- Kitab Taisirul Khallaq

- Akhlak Lilbanin

4. Teknik Pengumpulan Data

30 Muhtar Syafa’at, Penelitian Tokoh, dalam http://pengembara9ilmu. blogspot. com / 2012/09/penelitian-tokoh.html . Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

31

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah dengan memiliki terlebih dahulu Kitab Ta’lim Al

Mutaallim, membaca, menterjemahkan perteks atau kumpulan teks-teksnya,

menganalisis, menguraikan, menyimpulkan pemaha-man, yang telah dicari

oleh peneliti dari isi kitab tersebut, sehingga mendapatkan hasil yang lebih

rinci dan jelas serta dapat dipahami secara mudah oleh setiap pembaca.

5. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data terdapat 3 langkah analisis data,

yaitu :

a. Reduksi

Reduksi adalah suatu bentuk analisis yang mengarahkan,

menggolongkan dan mengorganisasikan data yang perlu, misalnya

mengarahkan kajian mengenai tentang pendidikan Islam, menggolongkan

dan mengorganisasikan konsep-konsep dalam Kitab Ta’lim Al

Muta’allim, sehingga objek yang dikaji jelas dalam penelitian ini.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu pernyataan yang diambil dari hasil

pertanyaan peneliti. Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam

pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat

dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

c. Penarikan Kesimpulan

32

Penarikan kesimpulan adalah suatu hasil yang disampaikan

dengan teliti oleh si peneliti dari pembahasan seingga peneliti dapat

mengambil kesimpulan dari gambaran umum penelitian dan pembahasan

hingga menjadi suatu kesimpulan. Dalam sebuah situs internet juga

disebutkan bahwa penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan inti

dari keseluruhan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti setalah

membahas secara detail atau prose pemikiran yang valid dilakukan

menurut cara tertentu (penalaran).31

6. Teknik Penulisan

Adapun yang menjadi teknik penulisan proposal skripsi ini,

peneliti menggunakan buku pedoman penulisan skripsi STAIN

MALIKUSSALEH Lhokseumawe 2012-2013.

31 Penalaran Deduktif Dan Induktif, dalam http//www.irareibei.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 18 Juni 2015.

33