proposal skripsi ilmu pemerintahan

66
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut paham demokrasi. Dalam paham ini rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Menurut Abraham Lincoln ( dalam Ngabiyanto 2003: 42) suatu negara demokratis adalah negara yang memiliki bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagai konsekuensi negara demokrasi, Indonesia telah menyelenggarakan sembilan kali pemilihan umum (Pemilu) secara reguler, yaitu Tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004 untuk pemilihan calon legislatif (Pileg) dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden (Pilpres). Pemilu ( pemilihan umum ) menurut Pasal 1 UU RI No12 Tahun 2003 adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang xiv

Upload: arny-aby

Post on 11-Dec-2014

942 views

Category:

Documents


129 download

DESCRIPTION

pemilukada pemalang

TRANSCRIPT

Page 1: proposal skripsi ilmu pemerintahan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut paham

demokrasi. Dalam paham ini rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting,

sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Menurut Abraham Lincoln ( dalam

Ngabiyanto 2003: 42) suatu negara demokratis adalah negara yang memiliki

bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagai

konsekuensi negara demokrasi, Indonesia telah menyelenggarakan sembilan

kali pemilihan umum (Pemilu) secara reguler, yaitu Tahun 1955, 1971, 1977,

1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004 untuk pemilihan calon legislatif

(Pileg) dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden (Pilpres).

Pemilu ( pemilihan umum ) menurut Pasal 1 UU RI No12 Tahun 2003

adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilihan umum menjadi salah satu indikator stabil dan dinamisnya

demokratisasi suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, penyelenggaraan

pemilu memang secara periodik sudah berlangsung sejak awal-awal

kemerdekaan bangsa ini, akan tetapi proses demokratisasi lewat pemilu-

pemilu yang terdahulu belum mampu menyemai nilai-nilai demokrasi yang

matang akibat sistem politik yang otoriter. Harapan untuk menemukan format

demokrasi yang ideal mulai nampak setelah penyelenggaraan 2 pemilu

xiv

Page 2: proposal skripsi ilmu pemerintahan

langsung terakhir di tahun 2004 dan 2009 yang berjalan relatif cukup lancar

dan aman. Untuk ukuran bangsa yang baru beberapa tahun lepas dari sistem

otoritarian, penyelenggaraan pemilu yang terdiri dari pemilu legislatif dan

pemilu presiden secara langsung yang berjalan tanpa tindakan kekerasan dan

konflik menjadi prestasi bersejarah bagi bangsa ini. Terlebih dengan diadakan

pemilihan Kepala Daerah yang juga dilaksanakan secara langsung.

Dalam tahapan demokrasi ini, bangsa Indonesia kembali diuji dengan

momentum pemilihan kepala daerah langsung yang telah berlangsung sejak

2005. Meskipun sebagian masyarakat masih skeptis dengan Pilkada langsung

ini terutama ketidaksiapan materi dan infrastruktur, namun demikian

momentum pilkada idealnya dijadikan sebagai proses penguatan

demokratisasi. Di tengah masih lemahnya kesadaran politik di level grass

root, maka momentum Pilkada menjadi ajang pertarungan politik yang selalu

membuka ruang potensi konflik, manipulasi, money politics, dan intimidasi.

Semua itu jika tidak disikapi dengan bijak dengan tingginya kesadaran politik

masyarakat untuk berpartisipasi politik ikutserta dalam menciptakan jalannya

pemilihan umum langsung, maka akan dapat menimbulkan perpecahan

didalam intern suatu wilayah yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan

NKRI. Untuk itulah dibutuhkan peraturan perundang-undangan yang jelas dan

sesuai untuk diterapkan guna memandu jalannya pelaksanaan pemilu.

Berbicara pilkada langsung kita tidak lepas dari Undang undang No. 32

Tahun 2004. Tidaklah kalah penting dari Undang-undang tersebut adalah

aspek demokratisasi. Aspek demokratisasi dalam Undang-undang ini diukur

xv

Page 3: proposal skripsi ilmu pemerintahan

dari dua faktor penting, yaitu unsur keterlibatan masyarakat dalam

menentukan pejabat publik di daerah (kepala daerah) dan keterlibatan

masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik yang terkait dengan

kepentingan masyarakat secara luas. Salah satu aspek efektifitas demokrasi

adalah adanya kesempatan bagi masyarakat atau publik untuk menentukan

pejabat publik tersebut pada tingkat lokal melalui pemilihan umum yang

dilaksanakan langsung secara periodik. Karena demokrasi dan partisipasi

politik rakyat menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Adalah tidak

realistis jika kita ingin menegakkan demokrasi sementara itu rakyat tidak bisa

berperan secara aktif.

Berdasarkan konsep tersebut dapat diambil pengertian bahwa sebuah

pemerintahan dapat dikatakan demokratis apabila para pejabat yang

memimpin pemerintahan itu dipilih secara langsung dan bebas oleh publik

dengan cara terbuka dan jujur. Dalam konteks penguatan demokratisasi,

pilkada langsung sebenarnya menjadi peluang untuk melakukan pematangan

dan penyadaran berdemokrasi. Rakyat yang memiliki kesadaran berdemokrasi

untuk berpartisipasi aktif mensukseskan jalannya pilkada langsung sampai

kepada tingkatan masyarakat yang paling bawah terutama dalam masyarakat

pedesaan. Sebagaimana diatur dalam pasal 24 ayat (5) UU No. 32 Tahun

2004 yang menyatakan bahwa, “Kepala daerah dan wakil kepala daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat dipilih dalam satu pasangan secara langsung

oleh rakyat di daerah yang bersangkutan”. Disini jelas dikatakan bahwa

pemilihan kepala daerah harus dilakukan secara langsung oleh rakyat di

xvi

Page 4: proposal skripsi ilmu pemerintahan

daerah bersangkutan. Masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk

menentukan figur kepala daerah masing-masing.

Pengaturan dari pasal tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan PP No. 6

Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilihan Kepala

Daerah secara langsung merupakan wujud dari model pengisian pejabat publik

oleh masyarakat, sehingga akuntabilitasnya kepada pemilik kedaulatan

menjadi lebih konkrit. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan

upaya membuat sistem pengisian pejabat politik menjadi konsisten, mulai

dari presiden kepala daerah (propinsi, kabupaten/kota) sampai kepala desa.

Meski pada dasarnya pemilihan secara langsung ini sebenarnya bukan

kemajuan, namun hanya kembali pada kebiasaan yang sudah ada dari dahulu

yang telah mendarah daging, seperti dalam pemilihan kepala desa. Namun

dalam cakupan wilayah yang lebih besar dan kesuksesan pelaksanaan

PEMILU dipengaruhi oleh banyak faktor dan sampai sejauh mana partisipasi

politik masyarakat.

Aspek penting lainnya yang menjadi fenomena demokrasi lokal yang

terjadi dalam pilkada secara umum di Indonesia seperti yang diberitakan

Harian Kompas, Rabu 9 Agustus 2006, ”Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada

adalah banyaknya kepala daerah terpilih yang hanya meraup suara di bawah

70% dari total keseluruhan DPT yang mengikuti Pilkada. Dimana masih

banyaknya Golput (orang yang tidak mencoblos) dalam pelaksanaan Pilkada

Fenomena tersebut, tidak dapat dibaca sekedar hitam diatas putih. Kasus

xvii

Page 5: proposal skripsi ilmu pemerintahan

pilkada Kabupaten Pati misalnya membuktikan telah terjadi "tsunami" politik

yang menyebabkan pemilih banyak yang tidak datang ke TPS dan sengaja

menghindar. Bahkan dari penelitian Achmad (2006) terbukti ada salah satu

TPS di Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati dengan jumlah

pemilih sebesar 502, tetapi yang datang ke TPS tersebut dan mencoblos surat

suara hanya 1 orang saja. Diperlukan usaha keras untuk mensosialisasikan

pentingnya partisipasi politik masyarakat didalam pelaksanaan Pilkada agar

dapat dihasilkan seorang pimpinan kepala daerah yang mumpuni dan sesuai

dengan keinginan rakyat demi peningkatan kemandirian di daerahnya. Jika

dilihat dari pelaksanaan pilkada di Provinsi dari tahun 2005 -2008

Tabel iPartisipasi Pemilih dalam Pilkada Di 35 Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Tengah

No Kab/KotaPartisipasi Pemilih

DalamPemilu/Pilkada2005 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Kab Cilacap 67,842 Kab. Banyumas 72,963 Kab. Purbalingga 73,124 Kab. Banjarnegara 72,975 Kab. Kebumen 71,816 Kab. Purworejo 74,967 Kab. Wonosobo 79,208 Kab. Magelang 72,489 Kab. Boyolali 76,6810 Kab. Klaten 74,5311 Kab. Sukoharjo 72,4512 Kab. Wonogiri 68,9613 Kab. Karanganyar 68,9414 Kab. Sragen 71,6315 Kab. Grobogan 69,9216 Kab. Blora 74,2517 Kab. Rembang 82,4218 Kab. Pati 51,78

xviii

Page 6: proposal skripsi ilmu pemerintahan

19 Kab. Kudus 56,4420 Kab. Jepara 55,0721 Kab. Demak 77,6422 Kab. Semarang 66,9923 Kab. Temanggung 81,0324 Kab. Kendal 73,3525 Kab. Batang 77,6626 Kab. Pekalongan 74,0227 Kab. Pemalang 64,9428 Kab. Tegal 57,2029 Kab. Brebes 55,0730 Kota Magelang 77,2031 Kota Surakarta 74,9132 Kota Salatiga 76,5833 Kota Semarang 66,5134 Kota Pekalongan 67,9535 Kota Tegal 65,81

Sumber data : Diolah dari KPU Jateng

Dikabupaten Pemalang sendiri jika dibandingkan hasil Pilkada

sebelumnya di tahun 2005 juga mengalami penurunan. Dimana dalam Pilkada

2005 tingkat partisipasinya mencapa 64, 94 %, sedangkan dalam Pilkada

tahun 2010 tingkat partisipasi itu menurun menjadi 54%. Banyak faktor yang

menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat pemalang menurun, salah satunya

adalah topografi pemalang dan persebaran penduduk Pemalang yang sebagian

besar merupakan wilayah pedesaan di pegunungan dan lingkungan desa

pesisir.

Untuk itu sangat diperlukan langkah yang tepat dan sesuai untuk

menanamkan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam mensukseskan

Pilkada terutama ditingkat lokal yaitu di wilayah Pedesaan. Hasil suara dari

desa memiliki pengaruh besar dalam Pilkada karena hampir disetiap daerah

sebagian besar masyarakatnya yang berdomisili di Pedesaan dengan segala

xix

Page 7: proposal skripsi ilmu pemerintahan

keterbatasannya. Disamping minimnya akses sumber informasi, rendahnya

tingkat pendidikan masyarakat desa juga berpengaruh terhadap partisipasi

politik masyarakat desa terhadap Pilkada. Disinilah sosialisasi politik berperan

dalam hubungannya dengan partisipasi politik masyakat.

. Mengingat pentingnya pelaksanaan Pilkada secara langsung sebagai

wujud pelaksanaan demokrasi yang sebenar-benarnya. Tingkat partisipasi

politik adalah faktor yang menentukan apakah Pemilu ataupun Pilkada yang

berlangsung berhasil atau tidak, semakin tinggi tingkat partisipasi pemilih,

maka tingkat keberhasilan Pemilu ataupun Pilkada semakin tinggi. Untuk

mengetahui apakah ada pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik

di tingkat masyarakat yang paling bawah yaitu di tingkat desa, maka penulis

tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Sosialisasi Politik Terhadap

Partisipasi Politik Masyarakat Desa Dalam Pilkada Kabupaten Pemalang

Tahun 2010”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat desa pada

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pemalang Periode

2010-2015.

b. Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan sosialisasi politik dalam

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pemalang Periode

2010-2015.

xx

Page 8: proposal skripsi ilmu pemerintahan

c. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh sosialisasi politik terhadap

partisipasi politik masyarakat desa dalam Pemilihan Kepala Daerah

Kabupaten Pemalang Periode 2010-2015.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa: untuk menerangkan sekaligus menerapkan teori

teori yang di peroleh di bangku kuliah.

b. Bagi pembuat kebijakan: Kontribusi penelitian ini tidak hanya dalam

memperkaya khasanah teori, tetapi hasil temuan yang diolah secara

proporsional dan profesional, diharapkan menjadi sumbangan sebagai

masukan pemikiran bagi pemerintah dalam merancang level kebijakan

mengenai proses pemilihan kepala daerah.

c. Bagi ilmu pengetahuan: Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini

diharapkan memberikan kontribusi (kegunaan) dalam pengembangan

keilmuan terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan sosial

politik masyarakat atau kajian sosiologi politik.

C. Ruang Lingkup Permasalahan

1. Pokok Permasalahan

Pada hakekatnya masalah dalam suatu penelitian merupakan segala

bentuk pernyataan yang perlu ditimbul dari ketidak sesuaian antara

kenyataan dengan harapan. Ketidaksesuaian itulah yang harus dicari

penyebabnya, atau segala bentuk kesulitan yang dapat menyebabkan

terjadinya ketidak sesuaian, sehingga dapat ditentukan cara yang tepat dan

xxi

Page 9: proposal skripsi ilmu pemerintahan

efektif untuk diwujudkan kedalam kegiatan yang terstruktur sebagai

langkah konkret untuk memecahkan permasalahan sehingga tujuan yang

diharapkan dapat tercapai. Adapun yang menjadi pokok permasalahan

yang penulis ajukan adalah: Bagaimana Pengaruh Sosialisasi Politik

Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Desa dalam pelaksanaan

Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Pemalang periode

2010-2015 ?

2. Obyek Permasalahan

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah :

2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah 3 Desa di Kecamatan Warungpring,

Kabupaten Pemalang yang memiliki tingkat partisipasi politik paling

rendah (46%) se-Kabupaten Pemalang dengan kriteria : 1). Desa

dengan tingkat partisipasi politik tertinggi, 2). Desa dengan tingkat

partisipasi politik sedang dan 3). Desa dengan tingkat partisipasi

politik rendah.

2.2 Responden

Responden yang menjadi obyek penelitian yang dilakukan oleh penulis

adalah Masyarakat Desa sebagai pelaku pemilihan (Voters) , Pegawai

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pemalang dan anggota KPPS

selaku petugas pelaksana Pilkada, perangkat desa dan pengurus partai

di tingkat ranting.

xxii

Page 10: proposal skripsi ilmu pemerintahan

D. Kerangka Dasar Teori

1. Pengertian dan arti pentingnya Pilkada langsung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Kepala Daerah

adalah orang yang memimipin Pemerintahan Daerah misalnya Gubernur

untuk Daerah Tingkat I dan Bupati untuk Daerah Tingkat II, sedangkan

langsung menurut Moh. Mahfud. M.D: 21: 2008 artinya di lakukan sendiri

secara langsung oleh yang berhak tidak diwakilkan kepada pihak lain.

Adapun persoalan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) diatur

dalam Undang-undangNo. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(PEMDA). Undang-undang ini sesuai dengan UUD 1945 yang ada pada

UUD 1945 perubahan pertama yaitu Pasal 22E UUD 1945. Disana

dituliskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah baik untuk tingkatan

Gubernur, Bupati, Walikota serta para wakilnya di tentukan oleh adanya

pemilihan secara langsung oleh rakyat yang berasaskan pada langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut

paham demokrasi. Dalam paham ini rakyat memiliki kedudukan yang

sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Menurut

Abraham Lincoln (dalam Ngabiyanto 2003: 42) suatu negara demokratis

adalah negara yang memiliki bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat

dan untuk rakyat. Namun dalam praktek ketatanegaraan negara – negara

di dunia, bentuk pemerintahan demokratis yang diselenggarakan belum

sesuai dengan bentuk demokrasi yang ideal, bahkan terdapat

xxiii

Page 11: proposal skripsi ilmu pemerintahan

kecenderungan bahwa pelaksanaanya disesuaikan dengan kondisi negara

masing-masing sehingga muncullah variasi dari demokrasi sebagai

tuntutan untuk memenuhi kebutuhan negara yang menganutnya. Upaya

untuk mewujudkan demokratisasi di Indonesia ditempuh melalui berbagai

cara, salah satunya adalah dengan menjalankan desentralisasi, termasuk di

dalamnya Pilkada langsung.

Desentralisasi merupakan bagian dari proses demokratisasi. Dengan

desentralisasi maka kepada daerah, baik pemerintahannya, rakyatnya,

maupun wakil-wakil rakyat, diberi kemungkinan dan kesempatan untuk

memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang sesuai

dengan kepentingan masyarakat setempat (Nadapdap, 2005).

Pilkada langsung merupakan salah satu bentuk implementasi

desentralisasi dalam perspektif politik, dimana terjadi proses transfer lokus

kekuasaan dari pusat ke daerah (Romli, 2005). Pemilihan kepala daerah

secara langsung di Indonesia dimulai pada tahun 2005, tepatnya pada

bulan Juni 2005. Pilkada langsung di Indonesia sering dikatakan sebagai

suatu lompatan demokrasi yang dapat berkono tasi positif maupun negatif

(Kristiadi, 2006). Dalam arti positif, Pilkada langsung memberikan

kesempatan kepada rakyat di daerah sebagai salah satu infrastruktur politik

untuk memilih kepala daerahnya secara langsung melalui mekanisme

pemungutan suara. Hal ini akan mendorong terjadinya keseimbangan

antara infrastruktur politik dengan suprastruktur politik, karena melalui

xxiv

Page 12: proposal skripsi ilmu pemerintahan

pilkada langsung maka rakyat dapat menentukan jalannya pemerintahan

dengan memilih pemimpin yang dikehendaki secara bebas dan rahasia.

Pengertian PILKADA sendiri ialah pemilihan kepala daerah secara

langsung oleh masyarakat daerah tersebut untuk memilih kepala daerahnya

yang baru atau Pemilihan Kepala Daerah baik untuk tingkatan Gubernur,

Bupati, Walikota serta para wakilnya di tentukan oleh adanya pemilihan

secara langsung oleh rakyat yang berasaskan pada langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil. Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung) sudah terjadi di ratusan tempat di seluruh Indonesia. Namun,

ada gejala mencolok yang cukup mengkhawatirkan yang terjadi dalam

masyarakat. Antusiasime publik dan tingkat partsipasi masyarakat luas

dalam pilkada itu cukup rendah. Ukuran paling mencolok dari rendahnya

keterlibatan publik itu adalah rendahnya tingkat Voter Turnout (partisipasi

pemilih yang mencoblos di TPS pada hari pemilihan).

Di banyak daerah di Indonesia, hanya 70 persen pemilih yang

terdaftar yang datang ke tempat pemungutan suara. Di beberapa tempat,

bahkan hanya sekitar 50 persen dari pemilih yang ikut mencoblos.

Persentase Voter Turnout (50 %) itu jelas sekali di bawah rata-rata

standard Pemilu Nasional di Indonesia. Sejak Orde Baru sampai dengan

Orde Reformasi, rata-rata Voter Turnout itu sekitar 90 persen. (Denny JA,

01/05/2006).

Secara hukum, rendahnya tingkat partisipasi publik itu tidak

membatalkan pemilu. Sejak awal negara kita menganut asas suka-rela

xxv

Page 13: proposal skripsi ilmu pemerintahan

dalam partisipasi politik di dalam pelaksanaan pemilu. Para pemilih boleh

mendaftarkan diri sebagai pemilih, boleh juga tidak. Bahkan pemilih yang

sudah memiliki kartu pemilih boleh datang ke tempat pemilihan, boleh

juga tidak. Partisipasi politik itu dianggap menjadi hak warga negara

bukan kewajiban dari warga negara.

Ada lima pertimbangan penting penyelenggaraan pilkada langsung

bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Yaitu:

a. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat

karena pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan

kepala desa selama ini telah dilakukan secara langsung.

b. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945.

Seperti telah diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur,

Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan

daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini

telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah.

c. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi

rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik

berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran

kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin

yang benar sesuai nuraninya.

xxvi

Page 14: proposal skripsi ilmu pemerintahan

d. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah.

Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh

pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan dalam

pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam

mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan kepentingan dan

aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.

e. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi

kepemimpinan nasional. Disadari atau tidak, stock kepemimpinan

nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari

200 juta, jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa.

Mereka sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang

memenangi Pemilu 2004. Karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin

nasional justru dari pilkada langsung ini.

2. Tahapan Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pilkada berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004 dikatakan memenuhi

syarat sebagai pilkada langsung karena adanya kegiatan-kegiatan yang

melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pemilih dan memberikan

peluang kepada masyarakat melalui partai politik untuk menjadi calon,

menjadi penyelenggara, dan mengawasi jalannya pelaksanaan kegiatan.

Adapun kegiatan pilkada langsung dilaksanakaan dalam 2 (dua) tahap,

yakni masa persiapan dan masa pelaksanaan, sebagaimana dinyatakan

xxvii

Page 15: proposal skripsi ilmu pemerintahan

dalam pasal 65 ayat (1)10. Pada ayat (2) disebutkan bahwa kegiatan-

kegiatan yang tercakup dalam masa persiapan adalah:

a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya

masa jabatan Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai

berakhirnya masa jabatan kepala daerah.

b. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal

tahapan pelaksanaan pilkada

c. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS.

d. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.

Dalam kegiatan masa persiapan, partisipasi masyarakat sangat menonjol

dalam pembentukan Panitia Pengawas (Panwas), PPK, PPS, dan KPPS.

Tahapan pelaksanaan terdiri dari 6 (enam) kegiatan sesuai pasal 65 ayat

(3)11, yaitu:”

1) Penetapan daftar pemilih

2) Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah

3) Kampanye

4) Pemungutan suara

5) Penghitungan suara

6) Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih,

pengesahan, dan pelantikan.

xxviii

Page 16: proposal skripsi ilmu pemerintahan

3. Pengertian Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola

sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan seperti yang

diketengahkan melalui bermacam-macam badan masyarakat. Sosialisasi

politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistim politik

pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta

reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik (Rush & Althof : 2008: 27 )

Lebih lanjut Greenstein dalam karyanya “International Encyolopedia of The

Social Sciences” 2 mendefinisikan sosialisasi politik :

a. Definisi sempit, sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik

yang disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan

instruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini.

b. Definisi luas, sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari

politik baik formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada

setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara

eksplisit masalah belajar politik tetapi juga secara nominal belajar bersikap

non politik mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang

bersangkutan.

Berbeda dengan pendapat lainnya menurut Easton dan Denuis

mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses perkembangan

seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola

tingkah lakunya. Devinisi ini memberikan penekanan pada pentingnya

sosialisasi politik untuk membentuk orientasi politik masyarakat. Sedangkan

xxix

Page 17: proposal skripsi ilmu pemerintahan

menurut Almond mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses-proses

pembentukan sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku. (Dikutip Dari :

http://zanas.wordpress.com/pentingnya-sosialisasi-politik-dalam-

pengembangan-budaya-politik/)

Jadi secara garis besar pengertian sosialisasi politik dapat diartikan

sebagai suatu proses penyampaian informasi politik kepada individu untuk

mendapatkan orientasi-orientasi politik yang baik untuk membentuk sikap-

sikap politik dan pola-pola tingkah laku publik yang diarahkan pada

pencapaian tujuan politik yang telah ditentukan.

Proses sosialisasi dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa

kanak-kanak sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa.

Sosialisasi beroperasi pada dua tingkat:

a. Tingkat Komunitas Sosialisasi dipahami sebagai proses pewarisan

kebudayaan, yaitu suatu sarana bagi suatu generasi untuk mewariskan

nilai-nilai, sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi

berikutnya.

b. Tingkat Individual Proses sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses

warga suatu Negara membentuk pandangan-pandangan politik mereka.

Proses sosialisasi bukan hanya merupakan proses penekanann tetapi

sosialisasi dilakukan uantuk memberikan pencerahan kepada obyek

sosialisasi melalui pendekatan yang persuasif sehingga kesadaran dapat

tumbuh dan terbentuk. Dengan adanya sosialisasi pengertian dan pemahaman

atas sesuatu hal yang belum jelas dapat dijelaskan secara rinci untuk

xxx

Page 18: proposal skripsi ilmu pemerintahan

kemudian diarahkan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hubungannya

dengan politik sosialisasi lebih mengarah pada tingkat individual proses

dimana sosialisasi itu dilakukan untuk membentuk pandangan-pandangan

politik warga Negara. Dimana peran-peran agen sosialisasi sangat diperlukan

untuk melaksanakan hal tersebut dengan pemahaman atas isi materi dan

mekanisme yang tepat.

Agar sosialisasi dapat berjalan lancar, tertib dan berlangsung terus

menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu formal dan informasi. 

a. Formal, sosialisasi ini terbentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh

pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam

mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari

oleh masyarakat. 

b. Informal, sosialisasi ini terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat

kekeluargaan

Dalam konteks ini sosialisasi politik mengarah pada tipe sosialisasi politik

formal yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku lembaga yang dibentuk

Pemerintah yang memiliki tugas melaksanakan Pemilihan Umum secara

langsung. Sosialisasi politik juga dikategorikan menjadi dua jenis yaitu

sosialisasi politik langsung (face to face) dan sosialisasi politik tidak langsung

dengan menggunakan media sosialisasi. Kedua jenis sosialisasi politik dapat

digunakan oleh KPU dalam mensosialisasikan agenda tahapan pelaksanaan

Pilkada dan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

xxxi

Page 19: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU untuk mensosialisasikan Pemilihan

Kepala Daerah dapat dilaksanakan melalui bentuk-bentuk sebagai berikut ;

- Ceramah dan diskusi

- Penerangan melalui berbagai forum seperti pengajian, paguyuban, arisan

- Pengumuman melalui mobil keliling, Media Massa, Radio dan Televisi

- Penyebaran poster, spanduk, baliho , kalender, pamphlet atau media lainnya.

- Pendekatan dari rumah-rumah langsung pada masyarakat oleh para petugas.

- Pengumuman lewat masjid, kerjasama dengan Ormas/LSM dan Kantor

/instansi pemerintah dan lain-lain

Bentuk-bentuk sosialisasi diatas dapat digunakan petugas lapangan untuk

memberikan informasi kepada masyarakat dan mengingatkan tentang

pentingnya pelaksanaan Pilkada untuk menentukan sosok Kepala Daerah yang

sesuai dengan harapan masyarakat untuk memimpin daerahnya. Tahapan-

tahapan pelaksanaan Pilkada juga menjadi materi dari sosialisasi. Dengan

mengetahui hal tersebut Diharapkan peningkatan partisipasi politik

masyarakat mensukseskan jalannya Pilkada dapat dicapai sebagai tujuan akhir

dilakukannya sosialisasi dalam Pilkada

4. Pengertian Partisipasi Politik.

Secara etimologis, partisipasi berasal dari bahasa latin “pars” yang artinya

bagian dan “capere”, yang artinya mengambil, sehingga diartikan

“mengambil bagian”. Dalam bahasa Inggris, participate atau participation

berarti mengambil bagian atau mengambil peranan. Sehingga partisipasi

xxxii

Page 20: proposal skripsi ilmu pemerintahan

berarti mengambil bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau

kegiatan politik suatu negara.

Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi.

Pada hakekatnya asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) adalah orang

yang paling tahu tentang apa yang terbaik bagi dirinya adalah orang itu

sendiri, karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah

menyangkut dan berpengaruh besar terhadap kehidupan warga Negara. Maka

dari itu warga Negara berhak ikutserta menentukan isi keputusan yang

mempengaruhi hidupnya. Jadi partisipasi politik diartikan sebagai keikut

sertaan warga Negara dalam mempengaruhi proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan politik. Kegiatan partisipasi politik warga Negara

biasa dibagi menjadi dua yaitu : mempengaruhi isi kebijakan umum dan ikut

untuk menentukan pembuat dan pelaksana keputusan politik.

Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa criteria pengertian dari

partisipasi politik yaitu :

a. Menyangkut kegiatan yang dapat diamati (obyektif)

b. Merupakan kegiatan politik warga Negara biasa yang dilaksanakan

secara langsung maupun tidak langsung (perantara)

c. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan

keputusan pemerintah baik berupa bujukan atau dalam bentuk tekanan

bahkan penolakan terhadap keberadaan figur para pelaku politik dan

pemerintah.

xxxiii

Page 21: proposal skripsi ilmu pemerintahan

d. Kegiatan tersebut diarahkan kepada upaya mempengaruhi pemerintah

tanpa peduli efek yang dapat timbul jika gagal maupun berhasil.

e. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar tanpa

kekerasan (konvensional) maupun diluar prosedur yang wajar (non

konvensional) atau dengan kekerasan (violence)

Sedangkan batasan partisipasi politik berdasarkan pengertian Huntington dan

Nelson (1994:16-17)adalah:

a. Partisipasi politik menyangkut kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap.

b. Subyek partisipasi politik adalah warga negara preman (private citizen) atau orang per orang dalam peranannya sebagai warga negara biasa, bukan orang-orang profesional di bidang politik.

c. Kegiatan dalam partisipasi politik adalah kegiatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dan ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang politik.

d. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan mempengaruhi pemerintah, terlepas apakah tindakan itu memunyai efek atau tidak.

Lebih lanjut Huntinton dan Nelson menjelaskan tentang bentuk partisipasi

politik yang meliputi :

1) Kegiatan pemilihan; memberikan suara, memberikan sumbangan untuk kampanye, mencari dukungan bagi seorang calon dll.

2) Lobbying; upaya-upaya untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah atau pimpinan-pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil.

3) Kegiatan organisasi; kegiatan sebagai anggota atau pejabat organisasi yang tujuannya mempengaruhi pengambilan keputusan politik.

4) Mencari koneksi, (contacting); tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya seorang atau beberapa orang.

xxxiv

Page 22: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Bentuk partisipasi politik itu sendiri secara hierarkis dijelaskan oleh oleh

Rush dan Althoff (2008:124) meliputi :

Menduduki jabatan politik atau administrasi Mencari jabatan politik atau administrasi Keanggotaan aktif suatu organisasi politik Keanggotaan pasif suatu organisasi politik Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb Partisipasi dalam diskusi politik informasi, minat umum dalam politik Voting (pemberian suara) Apathis total

Secara garis besar bentuk kegiatan politik dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu: kegiatan politik konvensional dalam bentuk partisipasi politik yang

normal dalam demokrasi modern seperti kampanye, diskusi politik,

pemberian suara dalam pemilihan dan sebagainya. Adapun bentuk non-

konvensional kegiatan politik seperti : Petisi, kekerasan, revolusioner,

demonsrasi, konfontrasi, pengrusakan (anarkis) dan lain-lain

Maka dari itu dibutuhkan kesadaran politik warga Negara dalam

partisipasi politik masyarakat agar tidak terjadi perpecahan dan konflik.

Artinya berbagai hal yang berhubungan denga pengetahuan dan kesadaran

akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan

kegiatan politik menjadi ukuran dan kadar seseorang terlibat dalam proses

politik.

xxxv

Page 23: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Sementara itu menurut Milbarth dan Goel (dikutip dari artikel Wa Ode

Asmawati : 2008) membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori yaitu :

1) apatis : orang yang menarik diri dari proses politik;2) spectator : orang yang setidak-tidaknya pernah ikut dalam

pemilu;3) gladiator : orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses

politik, yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus, aktivis partai dan pekerja kampanye serta aktivis masyarakat;

4) pengkritik : orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional.

Disamping itu beberapa julukan juga diberikan kepada orang-orang yang

tidak berpartisipasi dalam politik seperti apatis, sinis, alienasi dan anomie

(terpisah). (Sastroatmodjo, 1995 : 74).

Partisipasi menurut sifatnya dibagi menjadi dua yaitu sukarela

(otonom) dan desakan orang lain (mobilisiasi). Nelsom (Dalam

(Sastroatmodjo,1995¨: 77) membagi dua untuk mobilisasi yang dinamakan

autonomous participation (partisipasi otonom) dan mobilized participation

(partisipasi yang dimobilisasi). Pemberian suara dalam pemilu merupakan

salah satu wujud partisipasi dalam politik yang terbiasa. Kegiatan ini,

meskipun cuma pemberian suara, namun juga menyangkut semboyan yang

diberikan dalam kampanye, bekerja dalam membantu pemilihan,

membantu tempat pemungutan suara, dan lain-lain

5. Masyarakat Desa

Soetardjo Kartohadikusumo (2004 : 9) dalam bukunya “Desa”

mengatakan bahwa Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat

tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan

xxxvi

Page 24: proposal skripsi ilmu pemerintahan

sendiri. Jadi desa merupakan tempat tinggal suatu masyarakat. Masyarakat

terbentuk karena tiga alasan pokok yaitu:

a. Untuk hidup mencari makan, pakaian dan perumahan.

b. Untuk mempertahankan hidup dari ancaman.

c. Mencapai kemajuan/kemakmuran dalam hidup.

Jadi masyarakat desa adalah sekelompok orang yang tinggal dalam suatu

wilayah yang memiliki suatu pemerintahan dan bertujuan untuk mencapai

kemakmuran dan desa merupakan bagian dari suatu daerah/negara. Atau

dapat dikatakan bahwa desa merupakan daerah otonom terkecil dalam

suatu Negara.

Seperti dijelaskan dalam UU nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 12

yang menyatakan bahwa :

“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi jelas dikatakan bahwa desa berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat yang langsung bersingungan langsung dengan

masyarakat dengan segala perbedaan adat istiadatnya. Desa memiliki

peranan penting dalam suatu wilayah, dimana berbagai sektor kehidupan

berada di desa.

Disisi lain dalam kehidupan demokrasi Indonesia, keberadaan

masyarakat desa cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan demokrasi

ditingkat lokal terutama dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

xxxvii

Page 25: proposal skripsi ilmu pemerintahan

secara langsung. Karena sebagian besar daerah di Indonesia terdiri atas

desa-desa dengan masyarakatnya yang masih tradisional.

6. Pengaruh Sosialisasi Politik terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Desa

Dalam Pilkada.

Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan

sistim politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan

tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi

politik dilakukan untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang gejala-

gejala politik yang terjadi dan diarahkan agar dapat memberikan

tanggapan reaksi-reaksi positif terhadap gejala tersebut.

Tanggapan dan reaksi ini merupakan wujud partisipasi politik

masyarakat. Pada masyarakat pedesaan sosialisasi politik diperlukan,

mengingat tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat desa relatif

rendah. Ketersediaan tentang informasi politik pun kurang, sehingga

masyarakat desa cenderung bersikap pasif menanggapi gejala-gejala

politik yang terjadi. Seperti halnya dengan adanya pelaksanaan Pilkada,

masyarakat desa cenderung jenuh dan lebih mementingkan mata

pencahariannya untuk menopang hidupnya daripada mengikuti proses

pelaksanaan Pilkada.

Untuk itulah diperlukan sosialisasi politik yang tepat untuk

mensosialisasikan kepada masyarakat tentang arti pentingnya pelaksanaan

Pilkada sebagai sarana pemilihan Kepala Daerahnya sendiri yang memiliki

dedikasi tinggi membangun daerahnya dan memperbaiki taraf hidup

xxxviii

Page 26: proposal skripsi ilmu pemerintahan

masyarakat. Dari uraian diatas diketahui bahwa proses sosialisasi politik

memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat desa

dalam menanggapi gejala politik yaitu pelaksanaan Pemilihan Kepala

Desa.

E. Definisi Konseptual

Menurut Kerlinger (Jalalludin Rachmat: 1995:12), konsep adalah:

“abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi hal-hal yang khusus”.

Kerangka konsep ini berguna untuk menggambarkan konsep-konsep yang

khusus, yang berbeda dari variabelvariabel penelitian yang akan diteliti. Untuk

memperjelas penguraian lebih lanjut dalam penulisan, maka perlu dilakukan

penjelasan mengenai beberapa pengertian atau istilah yang berkaitan terhadap

pokok pembahasan. Dan dimaksud untuk menciptakan keseragaman atau

kesamaan pemahaman terhadap pengertian masingmasing konsep yang

terkandung dalam pengertian tersebut.

Melalui konsep peneliti diharapkan dapat menyederhanakan

pemikirannya atau mengunakan satu istilah dengan beberapa kejadian yang

berkaitan antara satu dengan yang lainya. jadi denifisi konsep merupakan

tahap pemberian penjelasan mengenai pembatasan pengertian dari hal-hal

yang diamati.

Agar tidak menimbulkan kekaburan pengertian, kiranya diperlukan

penjelasan mengenai batasan konsep-konsep yang digunakan dalam

penelitian, adapun konsep-konsep ini meliputi :

xxxix

Page 27: proposal skripsi ilmu pemerintahan

1. Pilkada.

Pengertian PILKADA langsung ialah pemilihan kepala daerah

secara langsung oleh masyarakat daerah tersebut untuk memilih

kepala daerahnya yang baru atau Pemilihan Kepala Daerah baik

untuk tingkatan Gubernur, Bupati, Walikota serta para wakilnya di

tentukan oleh adanya pemilihan secara langsung oleh rakyat yang

berasaskan pada langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

2. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses

penyampaian informasi politik kepada individu untuk mendapatkan

orientasi-orientasi politik yang baik untuk membentuk sikap-sikap

politik dan pola-pola tingkah laku publik yang diarahkan pada

pencapaian tujuan politik yang telah ditentukan. Dalam penelitian

ini proses sosialisasi politik lebih mengarah pada efektifitas fungsi

agen-agen sosialisasi politik, isi materi sosialisasi politik yang

disampaikan, media yang digunakan dan mekanisme pelaksanaan

sosialisasi politik dalam meningkatkan partisipasi politik

masyarakat desa untuk mensukseskaan jalannya pelaksanan

Pemilihan Kepala Daerah.

3. Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah keterlibatan mental dan emosional yang

mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan atau cita-

cita kelompok dan turut bertanggung jawab dalm dunia politik.

xl

Page 28: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Jadi Dalam konteks politik partisipasi dapat dimaknai sebagai

bentuk keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik sebagai

bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam berbagai proses

politik. Keikutsertaan warga masyarakat yang dimaksud adalah

kemauan warga masyarakat untuk melihat, mengkritisi serta ikut

terlibat secara aktif dalam setiap proses politik. Partisipasi dalam

penelitian ini adalah partisipasi politik pada tataran demokrasi

tingkat lokal yaitu di masyarakat desa. Dalam berpartisipasi

memberikan hak suara yang dimilikinya dan mengikuti proses

Pilkada Kabupaten Pemalang 2010.

F. Denifisi Operasional

Definisi operasional adalah merupakan terjemahan secara terinci tentang

konsep-konsep yang ada dalam suatu penelitian. Menurut Masri Singarimbun

dan Sofyan Effendi (1995 : 5), mengemukakan definisi operasional adalah

”Suatu unsur yang sangat membantu komunikasi antara peneliti dan juga

merupakan petunjuk bagaimana variabel-variabel itu diukur”. Adapun salah

satu fungsinya adalah untuk memberi petunjuk bagaimana suatu variabel yang

diteliti itu dapat diukur dengan indikator-indikatornya. Namun apabila suatu

variabel yang menurut pengertian konsep sulit diukur, maka pengukurannya

dilakukan dengan mengoperasionalisasikan pengertian konsep tersebut.

Dari definisi operasional tersebut akan melahirkan indikator-indikator,

dan dari indikator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-deskriptor,

xli

Page 29: proposal skripsi ilmu pemerintahan

sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau pernyataan

yang dipakai sebagai alat pengumpul data.

Adapun dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu :

Pengaruh Sosialisasi Politik terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Desa,

dengan indikator sebagai berikut :

a. Efektifitas peran agen-agen dan media sosialisasi politik.

b. Frekuensi kegiatan sosialisasi pilkada.

c. Jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan sosialisasi politik.

d. Jangkauan sosialisasi politik.

e. Keikutsertaaan masyarakat dalam mengikuti proses tahapan Pilkada

f. Jumlah suara sah, prosentase golput dan surat suara yang rusak.

G. Hepotesa penelitian

Bertitik tolak dari uraian-uraian dan teori-teori yang telah diketengahkan

di bagian depan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis ada

pengaruh sosialisasi politik dan tingkat partisipasi politik masyarakat desa

dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Pemalang tahun

2010. Yang dapat digambarkan sebagai berikut :

X Y

xlii

SOSIALISASI POLITIK TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA

Hubungan kausal/ sebab akibat,

X mempengaruhi Y

Page 30: proposal skripsi ilmu pemerintahan

H. Metodologi Penelitian

1.Tipe Penelitian

Menurut David Kline dalam buku Metode Penelitian Administrasi Prof.

Dr. Sugiyono menjelaskan bahwa tingkat ekplanasi adalah tingkat penjelasan,

penelitian menurut tingkat ekplanasi adalah penelitian yang bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara

variabel satu dengan variabel lain . berdasarkan hal ini penelitian

dikelompokkan menjadi :

a. Deskriptif menurut bukunya Prof. Dr. Sugiono adalah Penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel

atau lebih (Independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

b. Komparatif adalah Suatu penelitian yang bersifat membandingkan.

c. Asosiatif atau Hubungan adalah merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini menggunakan metode asosiatif yaitu untuk menguji

pengaruh antar variabel, dan tingkat signifikan pengaruh tersebut dengan

analisa statistik.

2. Macam dan jenis data

Penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid. Untuk itu peneliti harus mengetahui macam-macam data. Menurut

Sugiyono (2006:14-15) dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi

membagi macam data menjadi dua yaitu:

xliii

Page 31: proposal skripsi ilmu pemerintahan

a. Data Kualitatif

Data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar

b. Data Kuantitatif

Data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan

(skoring: baik sekali=4, baik=3, kurang baik=2 dan tidak baik=1)

Data kuantitatif dibedakan menjadi dua jenis data meliputi data

diskrit/nominal yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah, secara

diskrit atau menurut kategori tertentu dan data kontinum. Data kontonum

adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil

pengukuran. Data kontinum terdiri dari tiga jenis data yaitu:

1) Kontinum ordinal : data yang berbentuk ranking atau peringkat

2) Kontinum interval : data yang jaraknya sama tapi tidak mempunyai

nilai nol (0) absolute/mutlak

3) Data ratio : data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol

(0) absolute/mutlak. Misalnya : berat, panjang,

volume dal lain-lain

Dalam penelitian ini banyak menggunakan data-data kontinum ordinal

yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi politik masyarakat desa

dalam mengikuti proses pilkada dan sejauh mana efektifitas sosialisasi politik

yang telah dilakukan oleh para petugas dalam Pilkada Pemalang tahun 2010.

xliv

Page 32: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Selain itu jika dilihat dari sumber datanya, dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan

(sumber utama). Dalam penelitian ini data primer bersumber dari

warga/penduduk yang terdaftar sebagai pemilih dalam Pilkada

Kabupaten Pemalang 2010 yang dipilih dan ditentukan dalam

penelitian ini, para petugas pemilihan/KPUD dan pengurus partai

politik setempat serta pihak-piha terkait.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber utama. Data ini diperoleh dari instansi terkait, arsip, bahan

dokumentasi pustaka terkait, buku, jurnal, koran, monografi, sumber

data internet dan lain-lain

3. Tehnik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan penulis dalam

penelitian ini adalah :

a. Metode Observasi

Sutrisnohadi (1986 ) dalam buku Metode Penilitian Administrasi

(Sugiyono, 2006:166) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang disusun dari pelbagai proses

biologis dan psikologis dengan aspek terpenting antaranya proses

pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan bila penelitian berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.

xlv

Page 33: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Dari segi pelaksanaan observasi dapat dibedakan menjadi :

1). Observasi berperan serta (participant observation)

Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari obyek yang

diamati dan mengikuti aktivitas obyek penelitian.

2). Observasi nonpartisipan (participant observation)

Peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat

independen

Dalam penelitian ini digunakan metode observasi nonpartisipan

dimana peneliti hanya sebagai pengamat. Peneliti mengamati perilaku

masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dan sejauh mana sosialisasi

politik dilaksanakan dan diikuti oleh masyarakat dalam Pilkada Kabupaten

Pemalang 2010.

b. Metode interview (wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud dan tujuan

tertentu. Tehnisnya adalah dengan memberikan pertanyaaan langsung

kepada responden, dengan mengunakan metode wawancara langsung

dimaksudkan untuk mempertegas hal-hal yang mungkin tidak diketahui

responden. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan topik penelitian

untuk memperoleh data primer dari obyek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif wawancara bertujuan untuk

memperoleh informasi suatu peristiwa, situasi dan keadaan tertentu yang

dialami masyarakat desa hubungannya dengan partisipasi politik dan

kegiatan politik dalam pelaksanaan Pilkada Kab Pemalang 2010.

xlvi

Page 34: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Wawancara juga dilakukan untuk memperoleh data tertentu sebagai

pelengkap data kuesioner.

c. Metode angket ( Kuesioner)

Kuesioner adalah Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto 2002: 128). Kuesioner

yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup, yakni kuesioner

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

dan jawab secara langsung oleh responden. Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data dari responden mengenai Pengaruh Sosialisasi

Politik Terhadap Partsipasi Politik Mayarakat Desa dalam Pelaksanaan

Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Pemalang tahun 2010.

Selain itu item pertanyaan yang diajukan dan disediakan pula

alternative jawaban. Oleh karena itu data angket berupa data kualitatif

maka perlu diubah menjadi data kuantitatif dengan mengunakan simbul

berupa angka. Sehingga semakin sesuai antara jawaban yang

diberikan responden dengan jawaban yang diharapkan, maka

semakin tinggi skor atau bobot yang diperoleh jawaban setiap

item instrument tersebut mengunakan bentuk pilihan ganda.

(Sugiyono 2006: 73).

d. Metode Dokumenter

yaitu mempelajari buku-buku dan bahan-bahan yang berhubungan dengan

masalah yang menjadi pokok bahasan guna mendapatkan informasi

xlvii

Page 35: proposal skripsi ilmu pemerintahan

teoritis. Data diperoleh secara tidak langsung melalui data perpustakaan

dengan membaca dan mencari literatur yang berhubungan dengan masalah

yang dibahas. Studi ini dilaksanakan untuk menganalisis dokumen, catatan

dan arsip mengenai pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik

masyarakat desa dalam Pilkada.

4. Populasi dan Tehnik Sampling

a. Populasi

Pelaksanaan penelitian senantiasa akan selalu berhadapan dengan

masalah populasi, sebab suatu pengujian masalah selalu berhubungan

dengan sekelompok subjek baik manusia, gejala ataupun peristiwa

sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:115)

mengatakan definisi populasi sebagai berikut: “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian.”

Berangkat dari pendapat ahli diatas maka dalam penelitian ini

populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat

Kecamatan Warungpring, Kabupaten Pemalang yang terdaftar dalam

Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 32,622 orang yang terbagi dalam

enam desa. Kecamatan Warungpring merupakan kecamatan yang memiliki

tingkat partisipasi politik paling rendah (46%) karena dari 32.662 jiwa

yang terdaftar dalam DPT hanya 15,155 jiwa suara sah.

b. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:91). Sampel yang diambil dalam

xlviii

Page 36: proposal skripsi ilmu pemerintahan

penelitian harus dapat dianggap mewakili dalam suatu penelitian. Karena

tidak memungkinkan setiap peneliti menyelidiki populasi secara

keseluruhan, sedangkan penelitian bertujuan untuk menemukan

generalisasi yang berlaku secara umum, maka seringkali peneliti

mengambil sebagian dari populasi penelitian yaitu sebuah sampel.

Untukitu dibutuhkan tehnik sampel yang tepat dan efektif untuk

mendapatkan sampel yang proporsional dapat mewakili populasi

penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

Proportionate Statified Random Sampling yaitu tehnik yang digunakan

bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata

secara proporsional. Masyarakat Desa merupakan suatu organisasi yang

mempunyai latar belakang pendidikan yang berstrata. Data diambil dengan

menggali pendapat sebanyak-banyaknya dari masyarakat desa dan para

petugas serta pelaku yang berkepentingan dalam Pilkada berkaitan dengan

pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik, selain itu tehnik

area random juga digunakan dengan mengambil obyek penelitian di

Kecamatan Warungpring yang memiliki tingkat partisipasi politik paling

rendah dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pemalang. Yaitu hanya

mencapai 46% suara sah dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dalam

penelitian ini direncanakan akan mengambil sampel 60 orang di 3 desa di

Kecamatan Warungpring ditambah pengurus/kader partai setempat dan

para petugas serta dinas yang terkait dalam pelaksanaan Pilkada, sehingga

total responden mencapai 100 orang.

xlix

Page 37: proposal skripsi ilmu pemerintahan

5. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di 3 desa pada kecamatan Warungpring,

Kabupaten Pemalang yang memiliki tingkat partisipasi politik paling

rendah (46%) dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Pemalang tahun

2010. Dalam pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Januari

2010.

6. Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan di interpresetasikan. Proses analisa data yang

dilaksanakan dalam penelitianadalah dengan :

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber antara lain

dari wawancara, dokumen/arsip, data statistik, laporan rekapitulasi

hasil pilkada, dan sebagainya.

b. Mengadakan reduksi data dengan membuat rangkuman inti atas

generalisasi dari data primer yang diperoleh dan dipadukan dengan

data sekunder.

c. Analisis deskriptif kuantitatif, untuk mengukur tingkat partisipasi

politik masyarakat desa dalam pilkada , keikutsertaan dalam kegiatan

politik dan faktor sosial politik yang mempengaruhi dengan

menggunakan tabel-tabel frekuensi dan persentase. Hal ini dilakukan

oleh peneliti dengan membandingkan hasil analisanya dengan

l

Page 38: proposal skripsi ilmu pemerintahan

kesimpulan peneliti lain dan menghubungkan kembali

interprestasinya dengan teori yang ada.

d. Analisis hubungan variabel penelitian ini digunakan analisa korelasi

Rank Sperman karena data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data – data ordinal yang menggunakan skala Likert. Teknik

analisa Korelasi Rank Spearman digunakan untuk pengujian

hipotesis untuk mengetahui kuat tidaknya serta arah hubungan antara

variabel independen (X) yaitu sosialisasi politik variabel dependen

(Y) yaitu partisipasi politik masyarakat desa dengan menggunakan

uji statistik Koefesien Rank Spearman yang bersimbol rs dengan

rumus menurut Nasir (2006 : 453) sebagai berikut :

6∑di2

rs = 1 – N(n2-1)

Dimana : rs = koefisien korelasin = total pengamatandi

2 = beda antara 2 pengamatan

Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikasi hubungan antara

variabel X dan karena n lebih dari 100 maka pengujian signifikasi

menggunakan rumus t (Sugiyono, 2006: 314) , yaitu :

n - 2t = r

√ 1 - r2

e. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel sosialisasi politik

(x) terhadap variabel partisipasi politik (y) digunaka analisa

koefisien determinasi dengan rumus :

kd = 1 – (rs 2 x 100%)Keterangan:

li

Page 39: proposal skripsi ilmu pemerintahan

kd = Koefisien determinasirs2 = Koefisien korelasi.

I. Sistematika Pembahasan

Tujuan adanya sistematika pembahasan adalah untuk mengetahui secara rinci

tentang urutan proposal.

Adapun sistematika proposal ini adalah :

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C. Ruang Lingkup Permasalahan

D. Kerangka Dasar teori

E. Denifisi Konseptual

F. Denifisi Operasional

G. Hipotesis Penelitian

H. Metodologi Penelitian

I. Sistematika Pembahasan

BAB I DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Tinjauan Umum Kabupaten Pemalang

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Khusus Proses Pelaksanaan Pilkada

Kabupaten Pemalang 2010

B. Sosialisasi Politik

C. Partisipasi Politik Masyarakat Desa

lii

Page 40: proposal skripsi ilmu pemerintahan

D. Pengaruh Sosialisasi Politik Terhadap Partisipasi Politik

Masyarakat Desa dalam Pilkada Kabupaten Pemalang

2010.

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Laporan Hasil Penelitian

B. Analisa Data

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

liii

Page 41: proposal skripsi ilmu pemerintahan

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, dan Bisri A. Zaini., 2006. Pilkada Langsung Problem dan Prospek.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nadapdap, Binoto. 2005. ‘Pasang Surut Otonomi Daerahdan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung.’ Sociae Polites Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. V, No. 22.

Nasir, Muhamad. 2005 Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bandung.

Suparyo, Yossy. 2005, Undang-Undang Otonomi Daerah. Media Abadi, Jogjakarta

Jalalludin, Rachmat. 1995, Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Poerwodarminta, W.J.S . 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta

Pradhanawati, Ari., 2005. Pilkada Langsung Tradisi Baru Demokrasi Lokal. ,Surakarta

Soetardjo Kartohadikusumo, 2004. Desa, Balai Pustaka, Jakarta.

Parwitaningsih Dkk.2007, Pengantar Sosiologi, Universitas Terbuka Jakarta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta,

Bandung

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. PT. Grasindo , Jakarta

Syamsudin Haris (Ed). 2005, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, LIPI Press, Jakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum. Jakarta:

liv

Page 42: proposal skripsi ilmu pemerintahan

Sekretariat Negara.

Raga Maram, Rafael, 2007, Pengantar Sosiologi Politik, PT Rineka Cipta, JakartaSurbakti, Ramlan, 2005, e Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta

Keputusan Komisi Pemilihan Umun Dan Peraturan Komusi Pemilihan Umum Online http://www.kpu.go.id (20 Desember)

Prasetya, Teguh, 2005, Pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik mahasiswa, , http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp.id=74308 Online (23 Desember 2010)

Irfan Zanas, 2007, Pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik, http://zanas.wordpress.com, Online: 23 Desember 2010)

lv