proposal skiripsi afrah
DESCRIPTION
dfTRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU BALITA DI DESA HUTARIMBARU KECAMATAN HUTABARGOT
KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2014
Proposal Skripsi
Disusun Oleh :
Afrah NIM. 13010003P
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes AUFA ROYHANPADANGSIDIMPUAN
2014
HALAMAN PENGESAHAN (Proposal)
Proposal penelitian ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim penguji Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan Padangsidimpuan
Padangsidimpuan, 30 Juni 2014
Pembimbing I Pembimbing II
(Rostina Afrida Pohan, SST.M.Si) (Ns.Masrina Munawaroh, S.Kep)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyusun proposal dengan judul “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemanfaatan Posyandu Balita di Desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014”,
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan di Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Royhan Padangsidimpuan.
Dalam proses penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
kepada yang terhormat :
1. Drs.H.Guntur Imsaruddin, M.Kes, selaku Ketua STIKes Aufa Soyhanj
Padangsidimpuan.
2. Rostina Afrida Pohan, SST.M.Si, selaku pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal
ini.
3. Ns.Loly Irma Soviyana, S.Kep, MSN, selaku Ka.Prodi Ilmu
Keperawatan STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan.
4. Ns.Masrina Munawaroh, S.Kep, selaku pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal
ini.
5. Ibu yang mempunyai bayi dan balita yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Imu Keperawatan STIKes Aufa Royhan
Padangsidimpuan.
Kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan guna perbaikan
di masa mendatang. Mudah – mudahan peneliti ini bermanfaat bagi peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan. Amin.
Padangsidimpuan, 30 Juni 2014
Peneliti
Afrah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2. Perumusan Masalah ........................................................................ 4
3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
1. Konsep Dasar Pengetahuan ............................................................. 6
2. Konsep Sikap .................................................................................. 10
3. Posyandu Balita ............................................................................... 17
4. Kerangka Konsep ............................................................................ 24
5. Hipotesis .......................................................................................... 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 25
1. Desain dan Metodologi Penelitian .................................................. 25
2. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 25
3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 26
4. Alat Pengumpulan Data .................................................................. 27
5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 27
6. Defenisi Operasional ....................................................................... 28
7. Pengolahan Data dan Analisa Data ................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan melibatkan
potensi masyarakat. Langkah tersebut dalam pengembangan sarana Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). UKBM diantaranya terdiri dari
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesde), Tanaman
Obat Keluarga (Toga), dan Pos Obat Desa (POD). Posyandu merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
member kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
(Kemenkes RI, 2011).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003,
kematian balita sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup selama periode 1998-2002
(Depkes RI, 2006). Sedangkan menurut SDKI 2007 Angka Kematian Balita di
Indonesia adalah 44 per 1000 kelahiran hidup dan menurut Profil Kesehatan
Indonesia 2010 AKB pada tahun 2009 adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Angka
ini merupakan peringkat ke-4 tertinggi di ASEAN. Sementara target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32/1.000 KH untuk Angka
Kematian Balita Kesehatan anak balita di Indonesia masih jauh dari keadaan
yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah balita yang meninggal.
Angka kematian balita meningkat disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap
ibu dalam pemanfaatannya posyandu, (Kemenkes RI, 2012).
Sementara itu menurut Profil Indonesia Kesehatan 2010, pada tahun 2009
terdapat 266.827 posyandu, dengan rasio posyandu terhadap desa/keluarahan
sebesar 3,55 posyandu per desa/kelurahan. Salah satu indikasi pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke
pusat pelayanan tersebut dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan
posyandu yaitu keaktifan anaknya dating ke posyandu atau keaktifan orang tua
membawa anaknya ke posyandu yang dapat dilihat dari angka cakupan
penimbangan balita ke posyandu (D/S). (Kemenkes RI, 2011).
Di Indonesia angka pemanfaatan posyandu oleh ibu balita masih rendah, ini
dibuktikan dengan angka kecukupan penimbangan balita ke Posyandu (D/S)
masih di bawah target, dimana target balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
adalah 85% (RAPGM, Ditjen Bina Gizi dan KIA, 2010). Hasil survey yang
dilakukan oleh Universitas Andalas (Sumatera Barat), Universitas Hasanuddin
(Sulawesi Selatan), dan Sekolah Tinggi Ilmu Gizi (Jawa Timur) pada tahun 1999
mencatat beberapa hal yang berkaitan dengan masalah posyandu diantaranya
masih rendahnya Cakupan Posyandu, untuk balita yang sebagian besar dalah anak
usia di bawah dua tahun, cakupannya masih di bawah 50%, sedangkan untuk ibu
hamil cakupannya hanya sekitar 20% dan hamper 100% ibu menyatakan pernah
mendengar posyandu, namun yang hadir pada sat kegiatan posyandu kurang dari
separuhny (Depkes RI, 2006).
Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar 2010), penimbangan atau
pemantauan pertumbuhan yang seharusnya dilakukan setiap bulan ini, ditemui
hanya 49,4% yang melakukan penimbangan 4 kali atau lebih dalam 6 bulan
terkahir. Masih ada 23,8% balita yang tidak pernah ditimbang pada kurun waktu 6
bulan terakhir. Di Puskesmas Hutabargot sendiri diperoleh angka D/S tahun 2013
hanya sebesar 60,6% dan ibu angka ini masih di bawah target nasional yaitu 85%
(Laporan Tahunan Gizi Puskesmas Hutabargot, 2013).
Angka pemanfaatan Posyandu di Puskesmas Hutabargot pada tahun 2013
hanya mencapai 62,3%, hal ini dapat dilhat dari jumlah balita di Kecamatan
Hutabargot pada tahun 2013 berjumlah 805 balita dan yang dibawa ke Posyandu
hanya 503 balita. Ini menunjukkan bahwa angka pemanfaatan posyandu di
Puskesmas Hutabargot masih jauh dari target, padahal posyandu merupakan
sarana pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang sangat penting.
Kurangnya pemanfaatan posyandu sebagai sarana pemantauan tumbuh kembang
balita oleh ibu balita akan berakibat tidak terdeteksinya masalah – masalah
kesehatan anak balita secara dini (Depkes RI, 2000).
Maka untuk mendapat gambaran nyata dari masalah tersebut di atas,
sehingga peneliti tertarik ingin meneliti Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Dengan Pemanfaatan Posyandu Balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan
Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah peneliti yaitu “Apa ada hubungan pengetahuan dan
dengan ibu dalam pemanfaatan Posyandu Balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan
Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014”?
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan
posyandu balita di desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2014.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dengan pemanfaatan posyandu balita di
desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2014.
2. Mengidentifikasi sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu balita di desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014.
3. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemanfaatan
posyandu balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2014.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Petugas
Kesehatan
Hasil penelitian bisa menjadi masuk untuk petugas kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas Hutabargot agar lebih meningkatkan pengetahuan ibu tentang
Posyandu balita sehingga pemanfaatan pelayanan Posyandu lebih meningkat.
4.2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya ibu – ibu yang memiliki
balita tentang pentingnya membawa balitanya ke posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
4.3. Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai masukan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta menambah informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
posyandu balita.
4.4. Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai masukan dan menambah wawasan terutama
bagaimana meningkatkan pemanfaatan posyandu balita.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Pengetahuan
1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2010). Pengetahuan
atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Over Behavior). Pengetahuan mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi
proses sebagai berikut :
a) Anwerenses, (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (Obyek).
b) Interest, (Merasa Tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap
obyek mulai timbul.
c) Evaluation, (Menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap meresponden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap di atas.
1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dsb terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambugnkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003). Penilaian itu
berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau yang telah adah.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
diantaranya :
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia maka pengalaman,
fsikis dan psikologis atau mental seseorang akan bertambah (Mubarok, 2007)
kategori Umur Ibu menurut WHO (World Health Organisation) :
- Usia 20 – 25 Tahun = Ibu Usia Muda
- Usia 26 – 35 Tahun = Ibu Usia Sedang
- Usia >36 Tahun = Ibu Usia Tua
b. Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah seseorang itu menerima informasi, yang akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebalinya, jika seseorang tingkat
pengetahuannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan
(Mubarok, 2007).
c. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang baik
secara langsung maupun secara tidak langsung (Nursalam, 2008). Pekerjaan
dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal
dari social ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif
memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu – ibu atau masyarakat
yang sosial ekonomi rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap
atau tindakan (Ari Kunto, 2003).
d. Suku
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai –
nilai social, dan keagamaan dalam memperkuat super egonya (Nursalam,
2008)
e. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman
dapat menuntut seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga
dari pengalaman yang benar diperlukan berpikir yang logis dan kritis
(Notoadmodjo, 2005).
f. Lingkungan
Lingkungan luas tingkat pengetahuannya lebih baik dari pada orang yang
tinggal di lingkungan yang berpikirnya sempit (Notoadmodjo, 2005).
3. Kriteria Pengetahuan
Penilain – penilaian didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan criteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut
Arikunto dalam Machfoedz (2009), kategori pengetahuan dapat ditentukan dengan
criteria :
a. Pengetahuan baik : jika jawban benar 76 – 100%
b. Pengetahuan cukup : jika jawaban benar 56 – 75%
c. Pengetahuan kurang : jika jawaban benar ≤ 55
2. Sikap
2.1. Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Iskanar
(2003) sikap adalah suatu trait yang selain aktif mempelajarinya, tetapi telah
ditambah dengan perubahan perilaku yang sesuai dengan sikapnya. Menurut
Walgito (2003) sikap terbentuk dalam perkembangan individu, karena faktor
pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pembentukan sikap individu yang bersangkutan.
2.2. Komponen Pokok Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting.
2.3. Struktur Sikap
Menurut Niven (2002) sikap mengandung tiga komponen yang
membentuk struktur sikap yaitu :
1) Komponen Afektif (Komponen Emosional)
Komponen ini berhubungan dengan perasaan dan emosi seseorang
tentang sesuatu. Rasa senang merupakan hal yang positif dan rasa tidak
senang merupakan hal yang negative.
2) Komponen Kognitif (Komponen Perseptual)
Komponen ini berhubungan dengan pikiran, pengetahuan, pandangan atau
kepercayaan tentang seseorang atau suatu objek.
3) Komponen Konatif (Komponen Perilaku)
Komponen ini berhubungan dengan kecenderungan bertindak dan
berperilaku terhadap suatu objek.
2.4. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1) Menerima
Menerima diarikan bahwa orang (subjek bersedia dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
3) Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.5. Determin Sikap
Menurut Walgito (2003) ada beberapa determinan sikap yang dianggap
penting yaitu :
1. Faktor Fisiologis
Faktor Fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap
seseorang. Berkaitan dengan ini ialah faktor umur dan kesehatan. Pada
umumnya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang
telah tua, sedangkan pada orang dewasa sikapnya lebih moderat. Dengan
demikian masalah umur akan berpengaruh pada sikap seseorang.
2. Faktor Pengalaman langsung Terhadap Objek Sikap
Bagimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh
pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap
tersebut.
3. Faktor Kerangka Acuan
Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap seseorang,
karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila
kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang akan
mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.
4. Faktor Komunikasi Sosial
Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi determin sikap seseorang
dan faktor ini yang banyak diteliti. Komunikasi sosial yang berwujud
informasi dari seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan
perubahan sikap yang ada pada diri orang yang bersangkutan.
2.6. Ciri – ciri sikap
Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Walaupun demikian
sikap mempunyai segi – segi perbedaan dengan pendorong lain yang ada
dalam diri menusia. Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan
pendorong – pendorong yang lain, ada beberapa ciri dari sikap menurut
Walgito (2003) yaitu :
1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Sikap tidak dibawa sejak lahir dan berarti sikap itu terbentuk dalam
perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap
dibentuk atau terbentu, maka sikap itu dapat dipelajari dan karenanya
sikap itu dapat berubah, walaupun demikian sikap itu mempunyai
kecenderungan adanya sifat yang agak tetap (mempunyai kecenderungan
stabil) sekalipun sikap itu dapa mengalami perubahan.
2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap itu selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan
objek – objek peneliti, yaitu melalui proses persepsi terhadp objek
tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek
tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap
objek tersebut. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dpaat
tertuju pada objek lain. Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif
pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk
menunjukkan sikap yang negative pula kepada kelompok dimana
seseorang tersebut tergabung di dalamnya.
3) Sikap itu berlangsung lama atau sebentar
Sikap itu telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan
seseorang, secara relative sikap itu akan lama bertahan pada diri orang
yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan jika dapat
berubah akan memakan waktu yang relative lama. Tapi sebaliknya bila
sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap
tersebut akan mudah berubah.
4) Sikap itu mengandung faktor dan motivasi
Sikap terhadap sesuatu faktor tertentu akan selau diikuti oleh persaan
tertentu yang dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif
terhadap objek tersebut. Disamping itu sikap juga mengandung motivasi
dan berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk
berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
2.7. Pernyataan Sikap
Menurut Azwar (1998) pernyataan sikap terdiri ata pernyataan positif dan
negative. Variable postif dan negative akan membuat responden memikirkan
lebih hati – hati isi pernyataan sebelum memberikan respon sehingga
sterotype responden dalam menjawab dapat dihindari.
1) Positif
Pernyatan sikap yang berisi atau menyatakan hal – hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap.
2) Negatif
Pernyataan sikap yang berisi atau menyatakan hal – hal negatif mengenai
objek sikap, yang tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap
yang hendak diungkap.
2.8. Faktor Yang
Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Menurut Walgito (2003) pembentukan sikap dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu :
1) Faktor individu sendiri atau faktor internal
Disebut juga pengalaman pribadi yaitu apa yang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi
sosial. Faktor internal akan dipengaruhi faktor pisiologis (dalam fisik) dan
psikologis (jiwa) dimana faktor individu merupakan faktor penentu yang
berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu dalam
menanggapi pengaruh dari luar. Apa yang dating dari luar tidak semuanya
diterima dan mana yang akan ditolaknya.
2) Faktor Luar atau Faktor Ekternal
Hal – hal atau keadaan yang di luar individu yang merupakan stimulus
untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktor ini terjadi secara langsung
artinya adanya hubungan secara langsung antara individu dengan indiviu
lain antara kelompok dengan kelompok lain. Faktor eksternal dapat
berwujud situasi yang dihadapi atau pengalaman, norma – norma yang
ada dalam masyarakat, hambatan – hambatan atau pendorng – pendorong
yang ada dalam masyarakat, yang semuanya akan berpengaruh pada sikap
yang ada pada diri seseorang.
2.9. Pengukuran Sikap
Menurut Walgito (2003) pengukuran sikap dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Secara Langsung
Yaitu secara langsung dimintai pendapat bagaiman sikapnya terhadap
suatu masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Melalui wawancara,
langsung dengan pengamatan atau surve, menggunakan pertanyaan yang
telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang udah ditentukan dan
langsung diberikan pada suatu objek yang sedang diteliti.
2. Secara Tidak Langsung
Yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan tes Skala Pengukuran
Sikap. Menurut Hidayat (2008) skala Likert dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang masalah atau gejala
yang ada dimasyarakat atau dialaminya, dikenal sebagai summated
ratings method. Yaitu alat ukur Likert yang menggunakan pernyataan –
pernyataan dengan menggunakan empat alternative jawaban atas
pernyataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari
empat alternative jawaban yang disediakan. Empat jawaban yang
dikemukakan Likert adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat
tidak setuju.
3. Konsep Posyandu Balita
3.1. Pengertian Posyandu Balita
Posyandu merupakan bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Melalui posyandu masyarakat
memperoleh pelayanan dasar paripurna dalam kesehatan dan KB (Keluarga
Berencana), serta perlayanan dari berbagai upaya pembangunan lainnya yang
berkaitan, sehingga mudah – mudahan dapat menekan tingkat angka kematian
bayi (Intanghina, 2008).
Posyandu Balita merupakan kegiatan perwujudan peran serta masyarakat
yang dikelola oleh masyarakat dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam
mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Anak – anak usia dibawah lima
tahun (Balita) merupakan usia yang masih rentan terkena berbagai penyakit
sehingga perlu adanya pemantauan kesehatan Balita secara rutin dan terus –
menerus. Jenis aktivitas posyandu dilakukan dengan system 5 (lima) meja yaitu :
- Meja I adalah pendaftaran : semua pengunjung posyandu (Balita, ibu hamil,
ibu menyusui, wanita usia subur (WUS) harus didaftarkan dahulu sebelum
pelayanan, dimana di meja 1 terdapat kartu menuju sehat (KMS) balita,
Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil, register balita, ibu hamil dan Wanita
Usia Subur (WUS). ‘
- Meja II adalah penimbangan : Di meja II dilakukan kegiatan penimbangan.
- Meja III adalah pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) kemudian
memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke
dalam KMS.
- Meja IV diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil
dengan risiko tinggi, dan PUS yang belum mengikuti KB. Penyuluhan
kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu
bayi/balita dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu
pada data KMS anaknya atau hasil pengamatan mengenai masalah yang
dialami. Pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ualgn dan
kondom. Memberikan rujukan ke puskesman. Apabila diberikan untuk
balita, ibu hamil dan menyusui berikut ini :
Rujukan Balita : apabila berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada
KMS, dua kali pemeriksaan berturut – turut berat badannya tidak naik,
terlihat sakit (lesu-kurus, busung lapar, diare, rabun mata). Rujukan ibu
hamil atau menyusui apabila keadaanya kurus, pucat, bengkak, atua
gondokan, rujukan orang sakit.
- Meja V merupakan pelayanan sector yang biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan. Pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut : Pemberian
imunisasi, pemberian pil tambah darah (pil besi), vit A, dan obat – obatan
lainnya. Pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
pelayanan kontrasepsi IUD dan suntikan.
3.2. manfaat Posyandu Balita
Posyandu memiliki banyak manfaat untuk balita diantaranya :
a. Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya.
b. Bayi 6-11 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna biru (100.000SI)
c. Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000SI)
setiap 6 bulannya (Februari dan Agustus).
d. Bayi umur 0-11 bulan memperoleh Imunisasi Hepatitis B 4 kali, polio 4 kali,
DPT 3 kali dan cmapak 1 kali.
e. Bayi di beri ASI sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif)
f. Bayi mulai umur 6 bulan di beri makanan pendamping ASI
g. Pemberian ASI dilanjutkan sampai umur 2 tahun atau lebih.
h. Bayi/anak yang diare segera berikan:
ASI lebih sering dari biasa
Makanan seperti biasa
Larutan oralit dan minuman air lebih banyak
Dengan melaksanakan perilaku di atas maka diharapkan balita :
a. Balita naik berat badannya setiap bulan
b. Balita tidak menderita kekurangan gizi
c. Bayi terlindung dari penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan
imunisasi
d. Balita tidak menderita kurang Vitamin A
e. Dapat mencegah penyakit Diare, ISPA, dan Malaria
f. Dapat mencegah penyakit Hepatitis, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan,
Tetanus dan Campak.
3.3. Tujuan Posyandu Balita
Tujuan penyelenggaraan Posyandu menurut Departemen Kesehatan :
1) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran.
2) Memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita.
3.4. Sasaran Posyandu Balita
Sasaran kegiatan posyandu balita adalah :
a. bayi (0-11 bulan)
b. Anak balita (12 bulan – 60 bulan)
3.5. Kegiatan Posyandu Balita
Kegiatan posyandu balita meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang
balita, pelayanan kesehatan anak seperti imunisasi untuk pencegahan
penyakit.
3.6. Pelaksanaan Posyandu Balita
1. Menyebarluaskan hari
buka posyandu melalui pertemuan warga setempat.
2. Mempersiapkan tempat
pelaksanaan posyandu balita
3. Mempersiapkan sarana
posyandu seperti KMS/Buku KIA, alat timbang (dacin dan sarung, pita lila),
obat gizi (kapsul Vitamin A, oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan
dan pelaporan lainnya.
4. Melakukan pembagian
tugas kader.
5. Sebelum pelaksanaan
posyandu kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan lainnya terkait
dengan sasaran, tindak lanjut dari kegiatan posyandu sebelumnya, dan
rencana kegiatan berikutnya.
6. Kader membuat PMT
penyuluhan dengan bahan makanan yang diperoleh dari daerah setempat,
beraneka ragam dan bergizi.
3.7. Pelaksanaan Posyandu Balita
1. Pendaftaran Balita
- Balita di daftarkan dalam pendaftaran balita
- Mintalah KMS/Buku KIA pada ibu. Untuk balita yang baru pertama kali di
timbang dan tidak punya KMS/Buku KIA, berikan KMS sesuai jenis
kelamin/Buku KIA. Isi kolom secara lengkap, nama blaita di catat pada
secarik kertas dan selipkan pada KMS/buku KIA karena hilang, pencatatan
sementara menggunakan SIP Posyandu.
- Ibu dipersilahkan membawa balita menuju ke tempat penimbangan.
2. Menimbang Balita
- Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.
- Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
- Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas / buku bantu dalam kg dan
ons.
- Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung atau
kotak timbang.
3. Pencatatan Balita
- Pada penimbangan pertama, isilah kolom identitas yang bersedia pada
KMS/Buku KIA.
- Cantumkan bulan lahir dan bulan penimbangan anak
- Pindahkan hasil penimbangan dari secarik kertas ke KMS.
- Letakkan titik berat badan dan buat garis pertumbuhan anak
- Catat setiap kejadian yang dialami anak.
- Isi kolom ASI, imunisasi, dan Vitamin A bila diperlukan.
- Salin semua data dari KMS/Buku KIA pada SIP.
4. Penyuluhan Untuk
Balita
- Perhatikan umur dan hasil penimbangan anak bulan ini
- Beri penyuluhan pada ibu balita sesuai hasil penimbangan dan kondisi
anak. Balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut (2T) atau BGM
segera dirujuk ke petugas kesehatan. Topic penyuluhan antara lain :
1) Pemberian ASI saja sampai anak berumur 6 bulan (ASI eksklusif)
2) Pemberian MP-ASI setelah anak berumur 6 bulan
3) Melanjutkan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun
4) Imunisasi dasar lengkap pada bayi kurang 1 tahun
5) Pemberian Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus pada bayi (6-
12 bulan) dan balita (1-5 tahun), untuk pencegahan kebutaan dan daya
tahan tubuh anak.
6) Bahaya diare bagi balita
7) Bahaya infeksi saluran pernapasan akut. Balita yang batuk pilek
dengan sesak nafas atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga
kesehatan.
8) Gejala demam pada balita dapat sebagai salah satu tanda awal penyakit
malaria, campak, atau demam berdarah. Segera rujuk ke petugas
kesehatan.
9) Perawatan gigi dan mulut
3.8. Penyuluhan Pada Balita
Penyuluhan adalah penyampaian informasi dari sumber informasi kepada
seseorang atau sekelompok orang mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
suatu program. Di posyandu, penyuluhan yang diberikan biasanya berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan untuk perorangan, kelompok antara
melalui diskusi kelompok terarah, simulasi, demontrasi/praktik yang melibatkan
perserta, dll.
4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan upaya menjelaskan hubungan antara variable
yang sudah diindentifikasi untuk diteliti (Setati, 2011). Kerangka konsep dalam
penelitian ini diuraikan dalam skema berikut ini :
Skema 1 : Kerangka Penelitian
5. Hipotesis
Variabel Independen
Tingkat Pengetahuan
- Baik - Cukup - Baik
Variabel Dependen
Sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu balita.
- Setuju - Tidak Setuju
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan di buktikan dalam penelitian tersebut
(Pratiknya, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu balita di Desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Tahun 2014.
Ha = Ada hubungannya yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dan sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu blaita di Desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Tahun 2014.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain dan Metode Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rancangan yang digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Desain penelitian dapat digunakan sebagai
petunjuk dalam perencanaan dalam pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan
atau menjawab satu pertanyaan penelitian yaitu Hubungan Pengetahuan dan
Perilaku Ibu Dalam Pemanfaatan Posyandu Balita, maka desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain korelatif yaitu desain yang mengungkapkan
hubungan antara variable dengan pendekatan Cross Secsional Study atau
penelitian yang dilakukan dalam satu waktu (Nursalam, 2011).
2. Tempat dan Waktu Penelitian
2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot
Kabupaten Mandailing Natal. Alasan dilakukan penelitian di Desa ini adalah
karena tempat ini terjangkau oleh peneliti.
2.2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan 21 September s/d 05 November 2014.
Tabel 1. Rencana Waktu Penelitian
No Proses Penelitian
Bulan
Me
iJuni Juli Agust Sept Okt Nov Des
1 Pengajuan judul
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Seminar Hasil
3. Populasi dan Sampel
3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita dengan
jumlah 62 orang di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargto Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2014.
3.2. Sampel
Sampel adalah seluruh atau sebagian dari populasi dengan karakteristik
yang sama dengan populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan Total Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan seluruh
populasi, yaitu seluruh ibu yang mempunyai balita di Desa Hutarimbaru
Kecamatan Hutabargot sebanyak 62 orang.
4. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan ata dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang
dilakukan sendiri oleh peneliti. Kuesioner terbari 3 yaitu data demografi, lembar
pengukuran tingkat pengetahuan terdapat 20 soal pernyataan dan lembar
pengukuran sikap terdapat 10 pernyataan. Kuesioner dalam penelitian ini
dilakukan dengan pengujian validalitas (kesahihan) dan reabilitas (keandalan)
dengan menggunakan person product moment, benar = 1 dan salah = 0 (Nursalam,
2011).
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur ataupun langkah – langkah dalam penelitian perlu disusun
sedemikian rupa agar dapat berjalan dengan dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam melakukan penelitian ini antara
lain:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menentukan
masalah penelitian, dilanjutkan dengan mencari studi kepustakaan dan
pendahuluan. Selanjutnya peneliti menyusun proposal untuk mendapatkan
persetujuan dari pembimbing dan izin penelitian dari pihak STIKes Aufa Royhan.
Peneliti juga menjalankan proses administrasi untuk mengurus permohonan
melakukan penelitian termasuk perihal pengambilan data dari Puskemas
Hutabargot.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah peneliti menyelesaikan urusan
administrative. Peneliti lalau mendatangi lokasi penelitian, yaitu Kecamatan
Hutabargot tepatnya di Desa Hutarimbaru yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Hutabargot. Setelah sampai ke lokasi penelitian, peneliti melakukan
pengecekan criteria inklusi pada ibu – ibu yang memiliki balita yang dengan
memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan criteria inklusi. Selain itu,
peneliti juga menjelaskan maskdu dari penelitian, tujuan dari penelitian dan
dampak yang akan diperoleh responden jika bersedia berpartisipasi dalam
penelitian. Setelah mendapatkan kesediaan dari responden menjadi subjek dalam
penelitian ini, peneliti meminta responden untuk mengisi data pada lembar
observasi atau kuesioner serta menandatangani informed consent lalu peneliti
melakukan pengumpulan data.
3. Tahap Akhir
Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan
menguji statistic yang sesuai dengan data. Selanjutnya diakhiri dengan
penyusunan laporan hasil penelitian dan penyajian hasil penelitian.
6. Defenisi Operasional
Defenisi oporasional adalah mendefenisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamante, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi maupun pengukuran secara cermat terhadap fenomena atau
objek. Defenisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
sebagai ukuran alam suatu penilaian (Nursalam, 2011).
Table 2.Defenisi Operasional
No Variable Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur1 Idevenden :Peng
etahuan Ibu dalam Pemanfaatan Posyandu Balita
Sejauh Mana Pengetahuan Ibu Dalam Pemfaatan Posyandu Balita
Kuesioner Ordinal Baik (16 -20 soal) Cukup (13 – 15 soal)Kurang (<12 soal)
2 Dependen :Sikap Ibu dengan pemanfaatan Posyandu Balita
Bagaimana persepsi dan pendapat ibu dengan pemanfaatan posyandu balita
Kuesioner Ordinal Setuju b.
postif nilainya 2c.
negatif nilainya 1
Tidak Setuju d.Jika Penyataan
negatif jilanya 2e.Jika pernyataan
positif nilainya 1
7. Pengolahan Data dan Analisa Data
7.1. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulua diolah menjadi informasi.
Pengolahan data menggunakan system komputerisasi dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Editing (Pemeriksaan)
Memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan,
dapat dilakukan saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti
memeriksa data responden mulai dari data usia, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Coding (Pengkodean)
Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan berupa karakteristik dan
hasil kuesioner ke dalam computer sesuai dengan kelompok responden.
c. Entry Data (Memasukkan Data)
Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan berupa karakteristik dan
hasil kuesioner ke dalam computer sesuai dengan kelompok responden.
d. Celanning Data (Merapikan Data)
Memeriksa kembali data responden dan hasil kuesioner yang didapat pada
lembar observasi agar tidak ada kesalahan yang ditemukan.
e. Analyzing (Penilaian)
Memeriksa kembali data responden dan hasil kuesioner yang didapat pada
lembar observasi agar tidak ada kesalahan yang ditemukan.
1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapat gambarana tentang distribusi
karakteristik responden untuk variable usia, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan. Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu balita.
2. Analisa Bivariat
Uji hipotesis Chi Square ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemanfaatan
posyandu balita.
8. Penyajian Data
Hasil pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini adalah dalam bentuk
angka (berupa table dan grafik) dan gambar berupa (berupa diagram).
BAB 4HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
kareksteristik responden dan variabel-variabel yang di teliti untuk mendapatkan
gambaran umum.
1.1 Karekteristik responden
Dari 62 orang responden diperoleh karekteristik ibu-ibu yang meliputi,
usia, pendidikan, dan pekerjaan di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot
Kabupaten Mandailing Natal sebagai berikut :
Tabel 3.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 20-25 Tahun 18 29,12 26-35 Tahun 25 40,33 <36 Tahun 19 30,6
Total 62 100
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berusia 26-35 tahun tahun dengan jumlah 25 orang (40,3%), responden
berusia <36 tahun sebanyak 19 orang (30,6) dan berusia 20-25 tahun
sebanyak 18 orang (29,1%).
Tabel 4.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 4 6,42 SD 15 24,23 SMP 17 27,44 SMA 20 32,35 Perguruan Tinggi 6 9,7
Total 62 100
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mempunyai pendidikan tamat SMA sebanyak 20 orang (32,3%), tamat SMP
sebanyak 17 orang (27,4%), tamat SD sebanyak 15 orang (24,2%), tamat
perguruan tinggi sebanyak 6 orang (9,7%), dan responden yang tidak sekolah
sebanyak 4 orang (6,4%).
Tabel 5.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 IRT 12 19,3
2 PNS 5 8,13 Petani 30 48,44 Wiraswasta 15 24,2
Total 62 100
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai petani sebanyak 30 orang (48,4%), wiraswata sebanyak 15
orang (24,2%), IRT sebanyak 12 orang (19,3%), dan PNS sebanyak 5 orang
(8,1).
1.2 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan tingkat pengetahuan meliputi pengetahuan baik,cukup dan
kurang di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6.Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Posyandu
Balita di desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 9 14,52 Cukup 33 53,23 Kurang 20 32,3
Total 62 100
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berpengetahuan cukup sebnayak 33 orang (53,2%), responden
berpengetahuan kurang sebanyak 20 orang (32,3%), dan berpengetahuan baik
sebanyak 9 orang (14,5%).
1.3 Sikap Ibu
Berdasarkan penelitian terhadap sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu
balita diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 7.Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Posyandu
Balita di desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Positif 34 54,82 Negatif 28 45,2
Total 62 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap
yang positif sebanyak 34 orang (54,8%), dan mempunyai sikap yang negatif
sebanyak 28 orang (45,2%).
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat ini menggunakan uji statistik Chi-Square Test untuk
melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam pemanfaatan
Posyandu Balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal yang Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 8.Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Posyandu
Balita di desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No PengetahuanSikap
Total P-ValuePositif Negatif
1 Baik 9 0 9 0,002 Cukup 23 10 333 Kurang 2 18 20
Total 34 28 62
Hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan
pemanfaatan posyandu balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot
Kabupaten Mandailing Natal pada 62 responden di peroleh hasil bahwa dari
jumlah responden yang berpengetahuan baik bejumlah 9 orang dan semuanya
besikap positif, responden yang tingkat pengetahuannya cukup berjumlah 33
orang, 23 orang besikap positif dan 10 orang bersikap negatif, untuk respoden
yang berpengetahuan kurang berjumlah berjumlah 20 orang, 2 orang bersikap
positif dan 18 orang yang besikap negatif. Besdasarkan hasil uji Chi-Square di
peroleh P-Value < a( ) sehingga Ho ditolak, Ha diterima, berarti ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan
pemanfaatan posyandu balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot
Kabupaten Mandailing Natal.
BAB VPEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah di uraikan pada BAB IV, maka pada BAB
ini akan di uraikan pembahasan dari analisa data Univariat dan Bivariat.
1. Pembahasan Penelitian
Analisa data Univariat digunkan untuk memberikan gambaran masing-
masing variabel yang terdiri dari karakteristik responden yaitu usia,
pendidikan, dan pekerjaan serta memperoleh gambaran dari variabel tingkat
pengetahuan ibu serta sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu balita. Analisa
Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan
sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu balita.
1.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Penelitian terhadap 62 orang ibu-ibu yang memiliki balita di
Desa Hutarimbaru menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden
berusia 26-35 tahun. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar
responden ibu berusia sedang,
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta Rineka Cipta
Budianingsih. (2008). Pengertian Pengetahuan.Diperoleh pada tanggal 5 Mei 2014 dari http://www.pengetahuanmenurut para ahili.
Kemenkes RI, (2003). Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta
Kemenkes RI, (2010). Informasi Dasar Imunisasi Rutin Serta Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Kader dan Petugas Lapang dan Organisasi Kemasyarkat. Jakarta.
Mubarok. (2007). Tingkat Pengetahuan. Diperoleh pada tanggal 04 Mei 2014 dari http://www.pengetahuanmurutparaahli.com
Notoadmodjo, (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmodjo, (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika.
Rist Kesehatan Dasar, Pokok – Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar, diperoleh pada tanggal 26 Mei 2014, http://labdata.litbang.depkes.go.id
Suryanto. Pentingnya Peran Posyandu Untuk Pertumbuhan Balita. Diperoleh pada tanggal 24 Maret 2014 http://helath.okezone.com
Syarifuddin, S., Theresia, S., Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
LEMBAR KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan teliti setiap item
2. Baca kembali setelah anda menjawab semua item agar tidak ada
pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.
3. Setelah diisi mohon dikembalikan kepada peneliti
4. Terima kasih dan selamat menjawab.
5. Jawablah setiap item berikut dengan memilih salah satu jawaban yang
tersedia dengan jujur dengan memberikan tanda chek list ().
a. Usia : 1. 21-25 tahun 3. 31-35 tahun
2. 26-30 tahun 4. > 35 Tahun
b. Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 3. SMP
2. SD 4. SMA
5. PT
c. Pekerjaan : 1. IRT 3. Petani
2. PNS 4. Wiraswasta
KUISIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU BALITA
DI DESA HUTARIMBARU KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2014
Ket : Jawablah pernyataan di bawah ini dengan member tanda (x) pada jawaban yang benar.
1. Kegaitan perwujudan peran serta masyarakat dikelola oleh mayarakat dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam mencapi pelayanan kesehatan terutama pada balita disebut……………a. Terutama ibu hambil b. Posyandu lansia c. Posyandu balta d. Posyandu mandiri
2. Balita adalah anak yang berusia………a. 1 tahun b. 3 tahun c. Lebih dari 5 tahun d. 1 sampai 5 tahun
3. AS yang diberikan sejak lahir sampai 6 bulan dan diberi maka berdapingan di sebut…….a. MP-ASI b. ASI Eklusip c. PASi d. ASI Ikusif
4. Makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI disebut…….
a. ASI b. ASI Ekslusifc. Kolostrom d. MP-ASI
5. Yang bukan merupakan tanda – tanda anak berbadan kurang adalah…….a. Berat badan turun atau tidak naik b. Garis di KMS turun, datar atau pindah ke pita warna dibawahnya. c. Garis di KMS
KUISIONER
SIKAP IBU TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU BALITA
DI DESA HUTARIMBARU KECAMATAN HUTABARGOT
KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2014
Ket : Pilihlah salah jawaban dari pernyataan di bawah ini sesuai dengan pendapat
anda, dan buat tanda ceklis () pada kolom yang menurut anda benar.
No PertanyaanJawaban
Ya Tidak1. Anda harus membawa balita anda ke posyandu balita. 2
2. Anda tidak perlu rutin membawa bayi/balita ke posyandu. 2
3. Sangat banyak manfaat posyandu bagi bayi dan baltia anda 2
4. Ada bahaya bagi balita jika anda tidak membawanya ke
posyandu
2
5. Imunisasi wajib di berikan pada bayi anda 2
6. Setelah diberikan imunisasi, bayi anda kebal terhadap
penyakit TBC, Hepatitis, Campak dan lain – lain
2
7. Dengan adanya posyandu pengetahuan anda bertambah 2
tentang kesehatan bayi dan balita
8. Tidak ada manfaat posyandu bagi balita dan balita anda
karena tidak keposyandu balita anda tetap sehat
2
9. Anda perlu mengikuti penyuluhan di posyandu balita 2
10. Dengan adanya posyandu, pertumbuhan berat badan
bayi/balita bertambah.
2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Desa Hutarimbaru Kec.Hutabargot
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa STIKes Aufa
Royan Padangsidimpuan Peminatan Management Keperawatan Program Studi
Ilmu Keperawatan.
Nama : Afrah
NIM : 1301003P
Dengan ini menytakan bahwa saya akan mengadakan penelitian dengan
judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan
Posyandu Balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2014”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan proses gambaran yang akan
dilakukan melalui kuesioner. Data yang diperoleh hanya digunakan untuk
keperluan peneliti. Kerahasiaan data dan identitas saudara/saudari tidak akan
disebarluaskan.
Saya sangat menghargai kesediaan saudari untuk meluangkan waktu
menandatangani lembaran persetujuan yang di sediakan ini. Atas kesediaan dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti Responden
(Afrah) ( )
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : AFRAH NIM : 1301003PNama Pembimbing : 1. Rostina Afrida Pohan, SST.M.Si
2. Masrina Munawaroh, S.Kep.Ns
No Tanggal Topik MasukanTandatangan Pembimbing