proposal seminar danu

Upload: galuh-darmawan-putra

Post on 05-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proposal seminar geologi

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang

    mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemberian nama

    (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah

    mempelajari batuan dengan menggunakan mata telanjang, optik/ mikroskopis, kimia dan

    radio isotop.

    Aspek pemberian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi,

    berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi

    atau penamaan batuan. Aspek genesa interpretasi mencakup tentang sumber asal

    (source) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai

    semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat

    (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur (mengkristal). Dalam arti sempit,

    yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil

    pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam

    arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.

    Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat

    dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu :

    1 Batuan beku (igneous rocks), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil

    pembekuan daripada magma yang mendingin (Huang, 1962).

    2 Batuan sedimen (sedimentary rocks), adalah batuan hasil litifikasi bahan

    rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia maupun

    hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).

    3 Batuan metamorf atau batuan malihan (metamorphic rocks), adalah batuan yang

    berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami perubahan tekstur dan

    komposisi mineral pada fasa padat sebagai perubahan kondisi fisika (tekanan dan

    temperatur) (Winkler, 1967).

  • Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat mengalami jentera (siklus)

    batuan seperti pada Gambar 1.1.1

    Gambar 1.1 Jentera batuan (Gillen, 1982).

    Dengan ini peneliti melakukan penelitian untuk memecahkan masalah yang terdapat pada

    daerah Pilang dan sekitarnya yang di duga sebagai Gunung Api purba di daerah penelitian

    dengan menggunakan analisis Petrologi yang menjadi dasar Analisisnya di ikuti dengan

    Analisis Petrografi dan Geokimia.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Penyusunan makalah seminar ini dimaksudkan untuk melengkapi Kurikulum

    Tingkat Sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional

    Yogyakarta. Sedangkan Tujuan untuk mengidentifikasi adanya Batuan gunung api bawah

    permukaan menggunakan analisis petrologi(Petrografi & Geokimia) di daerah Pilang

    Eko,Nglipar gunung Kidul Yogyakarta.

  • 1.3 Perumusan Masalah

    Permasalahan umum dari seminar ini yaitu mengenai identifikasi batuan gunung api

    berdasarkan data geologi permukaan yang meliputi penelitian langsung dilapangan dan

    pengolahan data yang di peroleh dari sayatan petrografi dan analisis geokimia di daerah

    Pilang Eko,Nglipar gunung Kidul Yogyakarta.

    1.4 Lokasi Daerah Penelitian

    Lokasi penelitian berada di Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,

    dan Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Lokasi penelitian berada di sebelah tenggara kampus STTNAS Yogyakarta

    yang berjarak 6-8 km (Gambar 1.1).

    Gambar 1.2 Lokasi penelitian

  • 1.5 Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengkaji data sekunder

    (literatur), pengambilan atau pengukuran data langsung di lapangan menggunakan Alat-

    alat perlengkapan Geologi seperti Palu geologi,Kompas geologi,GPS dan Alat Coring

    yang kemudian data diolah menjadi sayatan petrografi dan di bantu analisis mengunaakan

    Geokimia

    1.6 Personalia Penelitian

    a. Nama Lengkap : Danu Wahyu Dalio

    b. Jenis Kelamin : Laki-laki

    c. NIM : 410011075

    d. Perguruan Tinggi : STTNAS Yogyakarta

    e. Program Studi : Teknik Geologi

    f. Dosen Pembimbing :

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.2 Batuan Gunung api

    Gunung api adalah tempat atau lubang tempat batuan pijar dan atau gas, biasanya kedua-

    duanya, keluar ke permukaan bumi, dan bahan padat yang terakumulasi di sekeliling lubang

    membentuk bukit atau gunung (MacDonald, 1972). Batuan pijar (dan gas) disini adalah

    magma, sedangkan lubang tempat keluarnya magma itu disebut kawah ( < 2 km) atau kaldera

    gunung api ( 2 km). Dengan demikian, titik berat pengertian gunung api adalah pada adanya

    lubang dan keluarnya magma, sedangkan bentuk bentang alam berupa bukit atau gunung bukan

    merupakan keharusan, karena banyak gunung api yang tidak membentuk gunung.

    Batuan gunung api adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil aktivitas gunung api, baik

    langsung maupun tidak langsung (Gambar 2.6). Aktivitas gunung api diartikan sebagai proses

    erupsi atau keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan, melalui lubang kawah/kaldera

    dalam berbagai bentuk dan kegiatannya. Pengertian langsung disini dimaksudkan bahwa

    bahan erupsi gunung api itu setelah mendingin/mengendap kemudian membatu di tempat itu

    juga (in situ). Sementara pengertian tidak langsung menunjukkan bahwa endapan/batuan

    gunung api tersebut sudah mengalami perombakan atau deformasi, baik oleh aktivitas

    vulkanisme yang lebih baru, proses-proses sedimentasi ulang, maupun aktivitas tektonika.

    Gambar 2.6 Satu kesatuan proses magmatisme-volkanisme-sedimentasi di suatu tubuh

    gunung api (Hartono, 2009)

  • Batuan gunung api dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lava koheren (coherent lavas)

    dan batuan klastika gunung api (Volcaniclastic rocks). Lava koheren pada hakekatnya adalah

    batuan beku (masif), yaitu magma yang membeku di dekat permukaan (batuan beku intrusi

    dangkal) dan magma yang membeku di permukaan (batuan beku luar). Batuan klastika gunung

    api adalah seluruh batuan gunung api yang mempunyai tekstur klastika atau yang tersusun oleh

    bahan butiran asal kegiatan gunung api.

    2.2.1 Lava Koheren

    Lava koheren terdiri atas batuan beku intrusi dangkal dan batuan beku luar. Batuan beku

    intrusi dangkal dapat berbentuk retas, sill, leher gunung api, dan kubah lava bawah permukaan.

    Sedangkan batuan beku luar dapat berbentuk aliran lava, sumbat lava dan kubah lava.

    Tabel 2.2 memberikan pemerian dan penamaan lava koheren secara megaskopis.

    Sedangkan berdasarkan komposisi kimia, dalam hal ini persentase berat oksida silika (SiO2)

    lava koheren dapat diklasifikasikan menjadi basal, andesit basal, andesit, dasit, dan riolit (Tabel

    2.3).

    Tabel 2.2 Klasifikasi Penamaan Lava Koheren Secara Deskriptif

    Megaskopis (Bronto, 2013)

    Tabel 2.3 Klasifikasi Penamaan Lava Koheren Berdasarkan Persentase Berat

    SiO2 (Bronto, 2013)

  • 2.2.2. Batuan Klastika Gunung Api

    Batuan klastika gunung api adalah batuan gunung api yang bertekstur klastika. Secara

    deskriptif, terutama tekstur (bentuk dan ukuran butir), batuan klastika gunung api dapat berupa

    breksi gunung api (volcanic breccias), konglomerat gunung api (volcanic conglomerate),

    batupasir gunung api (volcanic sandstones), batulanau gunung api (volcanic siltstones), dan

    batulempung gunung api (volcanic claystones). Perlu ditegaskan disini bahwa penggunaan kata

    pasir, lanau, dan lempung hanyalah menunjukkan ukuran butir, tidak secara langsung

    mencerminkan sebagai batuan sedimen epiklastika. Nama-nama tersebut dapat ditambah

    dengan parameter kemas (fabrik), sortasi (pemilahan), sebagai bagian dari pemerian tekstur,

    warna, struktur, dan atau komposisi tergantung aspek mana yang menonjol dan mudah dikenali.

    Sebagai contoh, apabila fragmen di dalam breksi gunung api mempunyai kemas terbuka dapat

    dinamakan breksi gunung api kemas terbuka, kalau fragmennya didominasi oleh andesit dan

    tidak berstruktur (masif), batuan itu dapat saja dinamakan breksi andesit masif. Jika di dalam

    betupasir gunung api yang sangat menonjol adalah struktur berlapis, batuan itu dapat

    dinamakan batupasir gunung api berlapis (bedded volcanic sandstones).

    Berdasarkan asal-usul proses fragmentasinya, genesis batuan klastika gunung api dibagi

    menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku autoklastika, batuan piroklastika, batuan

    kataklastika, dan batuan epiklastika.

    2.2.2.1. Batuan Beku Autoklastika

    Batuan beku autoklastika yaitu lava koheren yang karena pendinginan sangat cepat dan

    bersentuhan dengan batuan dasar, air, es atau batuan samping yang dingin terjadi fragmentasi

    secara otomatis di bagian tepi atau luar dari tubuh magma/lava tersebut, baik sebagai intrusi

  • dangkal maupun batuan beku luar. Berhubung yang sering dijumpai adalah fragmentasi

    berukuran kasar dan berbentuk meruncing, maka batuannya disebut breksi autoklastika

    (autoclastic breccias). Ciri-ciri batuan ini bertekstur klastika tetapi komposisi fragmen dan

    matriks relatif homogen, berupa batuan beku berasal dari magma yang sama.

    2.2.2.2. Batuan Piroklastika

    Batuan piroklastika adalah batuan gunung api bertekstur klastika sebagai hasil letusan

    gunung api dan langsung dari magma pijar. Batuan piroklastika terdiri atas piroklastika jatuhan

    (pyroclastic falls), piroklastika aliran (pyroclastic flows), dan piroklastika seruakan

    (pyroclastic surges) (Fisher dan Schmincke, 1984). Berdasarkan bentuk dan ukuran butir

    batuan piroklastika terdiri atas breksi piroklastik, aglomerat, batulapili, dan tuf (Tabel 2.4).

    Termasuk breksi piroklastika adalah breksi pumis, breksi skoria, ignimbrit, dan breksi gunung

    api yang mengandung bom dan blok gunung api.

    Tabel 2.4 Klasifikasi Batuan Piroklastika (Schmid, 1981)

    Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan

    64 mm

    Bom gunung api Aglomerat

    Blok/bongkah gunung api Breksi piroklastika

    2 - 64 mm Lapili Batulapili

    1 - 2 mm Abu gunung api kasar Tuf kasar

    < 1 mm Abu gunung api halus Tuf halus

    2.2.2.3. Batuan Kataklastika

    Batuan kataklastika yaitu batuan gunung api bertekstur klastika sebagai akibat terkena

    proses deformasi karena tersesarkan atau terlongsorkan. Batuan kataklastika sebagai akibat

    sesar sering disebut breksi sesar (untuk fraksi kasar) atau milonit (untuk fraksi halus/lempung).

  • 2.2.2.4. Batuan Epiklastika

    Batuan epiklastika adalah batuan gunung api bertekstur klastika sebagai hasil pengerjaan

    kembali endapan/batuan gunung api yang sudah ada sebelumnya. Proses pengerjaan itu dapat

    mulai dari pelapukan, erosi, trasnportasi dan redeposisi, atau mulai dari erosi dan transportasi

    jika endapannya masih lepas-lepas. Pada hakekatnya batuan gunung api epiklastika yang

    terbentuk mulai dari proses pelapukan sudah termasuk batuan sedimen silisiklastika.

    Sedangkan pengerjaan kembali yang tidak melalui proses pelapukan terlebih dahulu biasanya

    terjadi pada saat atau segera setelah letusan gunung api berlangsung. Endapan piroklastika di

    lereng gunung api karena masih lepas-lepas, maka pada saat hujan endapan tersebut langsung

    tererosi, contohnya endapan lahar. McPhie dkk. (1993) menyebut jenis endapan ini dengan

    nama resedimented syn-eruptive volcaniclastics. Sekalipun sudah mengalami pengerjaan ulang

    namun endapan ini masih berhubungan erat dengan proses erupsi gunung api yang

    mendahuluinya dan secara geologi keduanya terbentuk pada umur yang bersamaan.

    2.3. Batuan Gunung Api di Daerah Penelitian

    Berdasarkan tampilan google earth (Gambar 2.7), daerah penelitian merupakan bukit-bukit

    yang berada di antara endapan aluvium. Sedangkan berdasarkan studi literatur (Bronto, 2013)

    dan data permukaan, daerah penelitian tersusun oleh litologi lava, tuf, breksi pumis dan breksi

    piroklastik (Gambar 2.8). Litologi tersebut merupakan kelompok batuan gunung api yang

    membentuk morfologi bukit di daerah penelitian. Sehingga penelitian yang dimaksudkan untuk

    mengidentifikasi batuan gunung api permukaan berdasarkan analisa Petrologi ( Petrografi &

    Geokimia ) dapat dilaksanakan. Karena sebelum mengidentifikasi bawah permukaan, kita

    harus mengetahui dahulu kondisi geologi di permukaan.

  • Gambar 2.7 Daerah Penelitian dilihat dari tampilan google earth

    Gambar 2.8 Lava basal (kanan) dan tuf (kiri) di daerah penelitian

  • (lensa menghadap ke selatan).