proposal seminar

14
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT SEMINAR DISUSUN OLEH : WAHYUDI PRASETYO NIM : 2010-21-024 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA STRATA SATU TEKNIK SIPIL

Upload: reksi-rinofaldi

Post on 03-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

proposal seminar

TRANSCRIPT

SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLNPERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON

BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARATSEMINAR

DISUSUN OLEH :

WAHYUDI PRASETYONIM : 2010-21-024PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA STRATA SATU

TEKNIK SIPILJAKARTA, 2013

PENGESAHANSeminar dengan judulPERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRONBANDARA INTERNASIONAL

JAWA BARATDisusun oleh :

WAHYUDI PRASETYONIM : 2010-21-024SEKOLAH TINGGI TEKNIK PLN

Pendidikan Sarjana Strata Satu Teknik SipilJURUSAN TEKNIK SIPILSEKOLAH TINGGI TEKNIK PLN

Jakarta, 8 Oktober 2013

Disetujui

Abdul Rokhman, ST., M.Eng.

Ketua Jurusan Teknik SipilABSTRAKProvinsi Jawa Barat (Jabar) adalah salah satu tujuan bagi investor, migran, serta wisatawan untuk beraktivitas. Hal ini mengakibatkan tingkat interaksi yang tinggi antara Jabar dengan wilayah domestik maupun mancanegara. Interaksi yang tinggi harus didukung dengan sarana transportasi yang memadai. Karena interaksi yang terjadi bersifat domestik dan internasional, maka transportasi udara adalah sarana transportasi yang paling efektif. SoekarnoHatta, bandara internasional Jabar saat ini, memiliki kelemahan yang cukup signifikan sehingga diperlukan adanya bandara internasional baru, yaitu Bandara Internasioanal Jawa Barat (BIJB), untuk menjawab kebutuhan transportasi wilayah Jabar di masa yang akan datang.Runway, taxiway, serta apron (RTA) adalah komponen utama sisi udara bandara. Perencanaan RTA meliputi perencanaan geometrik, perkerasan, geoteknik, dan biaya. Perencanaan geometrik mengacu pada peraturan dari ICAO. Perencanaan perkerasan lentur menggunakan metode CBR, sedangkan perencanaan perkerasan kaku menggunakan metode FAA. Perencanaan drainase diawali dengan penentuan curah hujan regional. Setelah debit didapatkan, dilakukan perhitungan dimensi saluran drainase yang dibutuhkan.

Perencanaan geoteknis berdasarkan studi literatur terkait pekerjaan kompaksi dan analisis stabilitas lereng. Perhitungan stabilitas menggunakan software Plaxis. Hasil desain geometrik dan perkerasan digambarkan dalam layout desain. Perencanaan cost menghasilkan Rancangan Anggaran Biaya (RAB).

Dari perencanaan geometrik, didapatkan konfigurasi single runway pada orientasi arah 140 320. Lebar runway, lebar shoulder di setiap sisi, dan lebar runway strip berturutturut 45 m, 7.50 m, dan 300 m. Panjang runway yang dibutuhkan 3750 m. Taxiway terdiri dari dua paralel taxiway sejajar runway dan dua rapid exit taxiway. Lebar taxiway, lebar shoulder di setiap sisi, dan lebar taxiway strip berturutturut 23 m, 10.5 m, dan 95 m. Dari perencanaan perkerasan, didapatkan perkerasan pada runway dan taxiway menggunakan perkerasan lentur dengan ketebalan total 80 cm dan 43 cm pada bagian shoulder, sedangkan perkerasan pada apron menggunakan perkerasan kaku dengan ketebalan total 58 cm. Dari perencanaan drainase, didapatkan penampang saluran drainase berbentuk segi empat dengan jenis material beton. Lebar, tinggi, dan tinggi jagaan saluran berturutturut 1.20 m, 0.78 m, dan 0.18 m. Dari perencanaan geoteknik, diketahui bahwa elevasi rencana RTA berada di atas elevasi tanah asli sehingga dilakukan penimbunan dengan ketinggian timbunan bervariasi antara 1.804.20 m. Perencanaan timbunan dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung tanah, penurunan konsolidasi, dan stabilitas lereng terhadap pembebanan statis dan pembebanan gempa. Perhitungan stabilitas lereng menggunakan Plaxis memberikan nilai stabilitas statis dan dinamis yang memenuhi syarat keamanan. Dari perhitungan biaya, didapatkan total biaya untuk konstruksi RTA lebih dari 1.5 trilyun rupiah. Overhead dan contingency diasumsikan dengan besaran masingmasing 10% dan 5%.Keywords: single runway, CBR flexible pavement method, FAA rigid pavement method, rational formula, Plaxis.

BAB I

PENDAHULAN1.1. Latar Belakang Masalah

Provinsi Jawa Barat (Jabar), dengan wilayah daratan seluas 3,709,528.44 Ha dan jumlah penduduk 35.72 juta jiwa (Sensus Penduduk 2000) memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang tinggi, kualitas sumber daya manusia yang maju, serta posisi gografis yang strategis. Kondisi tersebut memposisikan Jabar selangkah lebih maju dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini tercermin dari tingginya jumlah investasi yang mencapai angka hingga 61.44 trilyun rupiah (60% investasi nasional), tingginya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5.31% (www.bps.go.id, 2007), dan tingginya kontribusi terhadap perekonomian nasional (14.58%) (www.depkominfo.go.id, 2007).

Dengan berbagai fakta yang telah disebutkan di atas, Jabar menjadi salah satu tempat tujuan bagi para investor, migran, serta wisatawan untuk beraktivitas. Oleh karena itu, Jabar memiliki interaksi yang tinggi dengan wilayah domestik maupun mancanegara. Tingkat interaksi yang tinggi yang diiringi dengan semakin berkembangnya aspek perekonomian, sosial, dan budaya belakangan ini, menjadikan sarana transportasi sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus dan menyeluruh. Sarana transportasi ini berfungsi sebagai penghubung antara Jabar dengan wilayah lain. Karena interaksi yang terjadi tidak hanya bersifat domestik tetapi juga internasional, maka sarana transportasi yang paling efektif adalah melalui transportasi (perhubungan) udara. Perhubungan udara dapat digunakan untuk jarak menengah maupun jauh dengan waktu yang relatif singkat dibandingkan moda transportasi lain. Maka dari itu, bandara sebagai tempat pergantian moda transportasi (darat menjadi udara dan sebaliknya) harus memiliki kapasitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan saat ini dan di masa yang akan datang. Selama ini, kebutuhan terhadap penerbangan domestik dan internasional di wilayah Jabar sebagian besar dilayani oleh Bandara Internasional Soekarno Hatta (CGK), Jakarta dan Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Bandara Husein Sastranegara merupakan bandara terbesar di Jabar dan telah ditetapkan sebagai Bandara Internasional oleh Menteri Perhubungan dan diharapkan dapat berfungsi sebagai bandara internasional di Jabar. Namun terdapat beberapa kelemahan pada bandara ini, di antaranya kondisi topografi daerah di sekitar bandara kurang baik yang seringkali menyebabkan delay, lokasi bandara di tengah kota yang tidak memungkinkan untuk perluasan lahan dan penuh dengan obstacle, serta banyaknya lampu kota di malam hari yang tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan di malam hari.Sementara itu, CGK mengalami kesulitan dalam pengembangan lebih lanjut karena ada masalah pembebasan lahan untuk pembangunan tambahan dua landasan paralel baru. Sehubungan dengan halhal tersebut maka diperlukan keberadaan bandara internasional baru untuk menjawab kebutuhan transportasi udara di masa yang akan datang.Rencana pembangunan bandara internasional di Jabar telah diwacanakan sejak tahun 2002 yang diimplementasikan melalui suatu proses diskusi dengan Inkindo (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) dan Kadin Jabar. Pada tahun 2003, pihak Inkindo memaparkan konsep awal pembangunan BIJB kepada DPRD Provinsi Jabar yang dilanjutkan dengan pelaksanaan MOU antara Pemerintah Provinsi Jabar dengan pihak Inkindo tentang Perencanaan Pembangunan BIJB.BIJB diharapkan dapat menciptakan percepatan pertumbuhan investasi yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, respon yang baik terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia usaha dalam pemanfaatan outlet udara, peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) Jabar, dan peningkatan pelayanan jemaah haji asal Jawa Barat dan sekitarnya dan pariwisata Jawa Barat (www. jabar.go.id., 2007).Studi kelayakan terhadap rencana pembangunan BIJB dilakukan pada tahun 2003 oleh PT Multi Assens Konsorsium Sembilan. Studi kelayakan dilakukan di 421 titik, dan sembilan bandara eksisting. Studi ini menghasilkan tiga alternatif lokasi calon bandara internasional. Berdasarkan hasil pengkajian teknis dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jabar 2010 dalam Perda Jawa Barat No.2 Tahun 2003, lokasi bandara ditetapkan di Desa Palasah, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Penetapan lokasi tersebut dikukuhkan melalui Keputusan Menteri perhubungan No. KM 34/2005 tanggal 17 Mei 2005 (www.jabar.go.id., 2007).Pada tahun 2005, pihak Dinas Perhubungan Provinsi Jabar menginstruksikan penyusunan master plan BIJB. Pengadaan jasa konsultasi master plan BIJB dilaksanakan oleh konsorsium konsultan; Wiratman & Associates, PT Tridaya Pamurtya, PT Dacrea Avia, dan PT Nincec Multi Dimensi.Melalui analisis terhadap survey OD pada tahun 2004 yang dilaksanakan oleh Ditjen Perhubungan Darat di CGK diketahui bahwa 13% penumpang CGK berasal tujuan wilayah Kota/Kabupaten Bandung dan sekitarnya dan 3% berasal tujuan wilayah Kota/Kabupaten Cirebon dan sekitarnya (Laporan Masterplan BIJB, 2005).

Sementara itu, melalui analisis lebih lanjut dari forecasting yang dilakukan SAP Group terhadap traffic CGK(30Year Forecast of Aviation Activity for CY 2002 to CY 2032 at Soekarno Hatta International Airport Jakarta, Indonesia, The SAP Group, San Fransisco, California, USA) didapat prakiraan total peralihan pesawat dan prakiraan total peralihan penumpang pada tahun 2040 sebesar 600.928 pesawat dan 88.336.416 penumpang. Besar peralihan di atas total untuk Bandara Halim Perdanakusuma dan BIJB. (LaporanMasterplan BIJB, 2005).1.2. TujuanPenulisanSecara garis besar tujuan seminar ini adalah untuk merencanakan desain runway, taxiway, dan apron yang dibutuhkan di BIJB. Desain tersebut dilakukan melalui analisis terhadap proyeksi jumlah penumpang dan kargo yang akan menggunakan bandara ini.

Tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan geometrik

b. Perencanaan perkerasan

c. Perencanaan drainase

d. Perencanaan geoteknise. Layout desain

f. Perencanaan biaya

1.3. Manfaat PenelitianPenulisan seminar ini bermanfaat untuk mengetahui perencanaan desain taxiway pada perencanaan perkerasan dan perencanaan drainase yang dibutuhkan di BIJB.1.4. Rumusan MasalahRuang lingkup penelitian yang dilakukan untuk merencanakan desain runway, taxiway, dan apron di BIJB adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan geometrik runway, taxiway, dan apron.b. Perencanaan perkerasan runway, taxiway, dan apron.c. Perencanaan saluran drainase runway.

d. Perencanaan geoteknis runway, taxiway, dan apron.e. Layout desain runway, taxiway, dan apron.f. Perencanaan biaya untuk pekerjaan runway, taxiway, dan apron.1.5. Sistematika PenulisanSistematika penulisan seminar ini dibagi menjadi lima bab, dimana setiap babdiuraikan sebagai berikut :

Bab 1 PendahuluanBerisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, rumusan masalah, sistematika penulisan yang akan dilakukan selama pengerjaan tugas

akhir ini.Bab 2 Studi PustakaBerisi penjabaran dasar teori yang digunakan sebagai pendekatan untuk membahas dan menganalisis masalah.Bab 3 MetodologiBerisi tahapantahapan studi yang dilakukan dan pelaksanaan pengumpulan data sekunder serta caracara pengolahannya.Bab 4 Pengolahan Data, Analisis dan DesainBerisi datadata yang diperoleh dari proses pengumpulan, yang selanjutnya dilakukan pengolahan untuk kepentingan analisis yang menghasilkan desain.

Bab 5 Kesimpulan dan SaranBerisi kesimpulan hasil penelitian dan saransaran berdasarkan kajian yang telah dilakukan dalam tugas seminar ini.DAFTAR PUSTAKA1. Basuki, Heru. 1986. Merancang, Merencana Lapangan Terbang. Penerbit Alumni. Bandung.

2. Das, B.M. 1985. Principles of Geotechnical Engineering. PWS Kent. Boston.3. Das, B.M. 1993. Mekanika Tanah (Prinsipprinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.4. Horonjeff, Robert & McKelvey F.X. 1975. Planning and Design of Airports. McGrawHill. USA.5. ICAO. 1983. Aerodromes; Annex 14 to The Convention on International Civil Aviation, Eighth Edition.6. ICAO. 1983. Aerodrome Design Manual, Part 3: Pavement, Second Edition.7. ICAO. 1984. Aerodrome Design Manual, Part 1: Runways, Second Edition.8. Irsyam, Masyhur. 2003. Catatan Kuliah: Rekayasa Pondasi. Penerbit ITB. Bandung9. Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan, Konstruksi & Interior. Edisi XXV Tahun XIII 2006.10. Khanna, S.K. & Arora, M.G. 1979. Airport Planning and Design, Nem Chand & Bros. Roorkee. India.11. Kosasih, Djunaedi. 2003. Catatan Kuliah: Rekayasa Struktur dan Bahan Perkerasan, Modul I. Penerbit ITB. Bandung.12. Kosasih, Djuanaedi. 2005. Jurnal: Perbandingan antara Pendekatan Desain Struktur Perkerasan Kaku berdasarkan Lalu Lintas Pesawat Udara Campuran dan Pesawat Udara Desain Kritis. Bandung13. Laporan Akhir Master Plan Bandara Internasional Jawa Barat (Volume I). Dinas Perhubungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat. 2005.14. Laporan Akhir FeasibilityStudy Bandara Jambi. Dinas Perhubungan Pemerintah Propinsi Jambi. Januari 2007.15. Laporan Penyelidikan Tanah Bandara Internasional Jawa Barat. Dinas Perhubungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat. 2005.

16. Peurifoy, R. L. & Schexnayder. 2002. Construction Planning, Equipment, and Methods, Sixth Edition. McGraw Hill. USA.17. Peurifoy, R. L. & Oberlender, G. D. 2002. Estimating Construction Costs, Fifth Edition. McGraw Hill. USA.18. Pradityo, Wahyu dan Rudi Wahyu Setiaji. 2006. Tugas Akhir: Kajian Pengembangan Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Bandung.19. PT. Hutama Karya. 2007. Slide: Metode Khusus Jalan. Jakarta.LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SEMINAR

JudulSeminar : PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON

BANDARA INTERNASIONAL

JAWA BARAT

IdentitasMahasiswa

a. Nama Mahasiswa: Wahyudi Prasetyob. NIM

: 2010-21-024c. Jurusan

: S1 Teknik Sipild. No. HP

: 085710291010e. Email

: [email protected] Waktu Penenlitian

a. Mulai Tanggal: 8 Oktober 2013b. Selesai Tanggal: 18 Januari 2013c. Lokasi Penelitian: Dosen Pembimbing

: Mengetahui,

Jakarta, 8 Oktober 2013 Dosen PA

Mahasiswa

Ir. Gunadi

Wahyudi PrasetyoDisetujuioleh,

Ketua Jurusan

Abdul Rokhman, ST., M.Eng.Ruang lingkup penelitian yang dilakukan untuk merencanakan desain runway, taxiway,

dan apron di BIJB adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan geometrik:

1. Perencanaan geometrik runway meliputi:

a) Arah orientasi runway

b) Ukuran runway

c) Longitudinal slope

d) Transversal slope

e) Ukuran runway shoulder

f) Ukuran runway strip

g) Ukuran Runway End Safety Area (RESA)

h) Ukuran clearway

i) Ukuran stopway

j) Declared distance

2. Perencanaan geometrik taxiway meliputi:

a) Ukuran taxiway

b) Taxiway slope

Pendahuluan

14

c) Ukuran taxiway shoulder

d) Ukuran taxiway strip

e) Taxiway curve

f) Separation distance taxiway

Perencanaan perkerasan meliputi:

1. Perkerasan runway strip

2. Perkerasan taxiway strip

3. Perkerasan apron