proposal rev3maret10

45
A. LATAR BELAKANG MASALAH Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara. Penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan kewajiban negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara baik keuangan negara maupun keuangan daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara professional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Bastian, 2006) Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong adanya desentralisasi

Upload: charlton

Post on 18-Jun-2015

295 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Rev3maret10

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

pengelolaan pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara.

Penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi

pelaksanaan hak dan kewajiban negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan

negara. Pengelolaan keuangan negara baik keuangan negara maupun keuangan

daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 perlu

dilaksanakan secara professional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat (Bastian, 2006)

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong adanya

desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Desentralisasi ini

menunjukkan adanya pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah untuk mengatur dirinya sendiri secara otonom, daerah

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan

masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan,

partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat dalam rangka

menciptakan pemerintahan yang baik.

Pertanggungjawaban atau akuntabilitas pegelolaan pemerintah daerah pada

pihak yang berkepentingan dilakukan dengan media laporan keuangan pemerintah

Page 2: Proposal Rev3maret10

daerah. Salah satu unsur penting yang terdapat dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah adalah kas daerah. Kas daerah yang tersaji dalam neraca

merupakan jumlah kas yang tersedia dan siap untuk dibelanjakan oleh pemerintah

daerah. Dalam suatu pemerintah daerah terdiri beberapa Satuan Kerja Perangkat

Dareah (SKPD), yang dapat berperan sebagai bendahara penerimaan dan

bendahara pengeluaran yang melakukan peengelolaan kas pada masing-masing

SKPD bersangkutan. Oleh karena dalam suatu pemerintah daerah terbagi dalam

berbagai SKPD yang mengelola kas, maka kas daerah merupakan hasil

konsolidasian kas dari jumlah saldo kas dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang terdapat dalam pemerintah daerah bersangkutan..

Sedangkan dalam penelitian ini akan menguji mengenai cash holdings

daerah (municipal cash holding) dan efisiensi biaya administratif pemerintah

daerah. Cash holdings daerah (municipal cash holdings) merupakan rasio antara

kas dan setara kas dengan pengeluaran bulanan dari pemerintah daerah yang

bersangkutan. Sedangkan efisiensi belanja administratif pemerintah daerah

merupakan rasio antara total belanja administratif dibagi dengan total belanja

operasi (Gore, 2006).

Menurut Gore (2009) Cash holdings pemerintah daerah merupakan rasio

antara antara kas dan setara kas dengan pengeluaran per bulan. Cash holdings

pemerintah daerah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain coefficient

variation of revenue (CV Revenue), debt per capita, limited revenue, size, growth,

state revenue, quarter, state, year. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa

coefficient of variation in revenue, growth dan Limited revenue sources

Page 3: Proposal Rev3maret10

berpengaruh positif terhadap kas daerah. Sedangkan debt per capita, size

berpengaruh berkebalikan dengan kas daerah. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa pemerintah dengan variasi pendapatan yang lebih tinggi,

lebih sedikit sumber pendapatannya dan pertumbuhan yang lebih tinggi

mengakumulasi kas lebih banyak. Pemerintahan yang lebih besar dan penerimaan

dari pendapatan negaranya relatif lebih banyak, maka akan mengakumulasi kas

lebih sedikit. Selanjutnya analisis menerangkan bagaimana tingkatan kas yang

lebih tinggi mengidentifikasikan masalah agensi. Dan menemukan pemerintah

daerah dengan cash holdings daerah yang tinggi menghabiskan lebih banyak

biaya administrasi, gaji manajer kota dan bonus. Penelitian ini tidak berhasil

membuktikan bukti bahwa pemerintah daerah dengan kas yang berlebih (excess

cash) akan mengurangi pajak.

Menurut Hardford et al. (2005) cash holdings perusahaan merupakan rasio

antara kas terhadap penjualan. Kemudian menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi cash holdings dengan menggunakan variable-variabel firm size,

leverage, market to book ratio, ratio of firm cash flow to total assets, standard

deviation of cash flow for the past ten years, ratio of the network capital to total

assets, ratio of research and development to sales, ratio of capital expenditures to

assets, ratio of acquisition spending to assets. Hasilnya menunjukkan bahwa

semua variabel tersebut berpengaruh terhadap cash holdings perusahaan dan

mempunyai pengaruh negatif. Selanjutnya penelitian ini menguji hubungan antara

manajemen cash holdings dengan indeks corporate governance. Hasilnya

Page 4: Proposal Rev3maret10

menunjukkan bahwa perusahaan yang hak-hak pemegang sahamnya lemah akan

lebih banyak utangnya dan lebih sedikit ekuitasnya.

Menurut Core et al. (2006) cash holdings pada perusahaan nirlaba dengan

menggunakan rasio antara jumlah kas, simpanan dan investasi surat-surat

berharga dibagi dengan total biaya. Kemudian menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi cash holdings pada perusahaan nirlaba dengan menggunakan

variable-variabel CV Rev (coefficient of variation of total revenue), log revenue,

acces to debt dan labor. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap cash holdings pada perusahaan nirlaba.

Dengan membandingkan dengan perusahaan yang mengharapkan laba, maka cash

holdings pada perusahaan nirlaba lebih besar jumlahnya. Kemudian menguji

hubungan cash holdings dengan tiga alternatif penjelasan yaitu (1) kesempatan

pertumbuhan (growth opportunities), (2) monitoring, (3) masalah agensi (agency

problems). Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash holdings yang

besar menunjukkan pertumbuhan yang tinggi dalam pengeluaran program atau

investasi. Monitoring pengeluaran program yang bagus lebih sedikit untuk

perusahaan yang punya kelebihan cash holdings. Dan cash holdings berhubungan

dengan masalah agensi.

Menurut Opler et al. (1999) cash holdings ditentukan beberapa faktor

antaralain firm size, bond rating dummy, cash flow/assets, market-to-book ratio,

R&D/sales, regulated industry dummy, business segment count, expense of

hedging, (current assets-current liabilities-cash)/assets, corporate

investment/assets, takeover defense dummies, fraction of inside share ownership,

Page 5: Proposal Rev3maret10

slop of the term structure. Sedangkan cash holdings merupakan rasio antara kas

dan surat berharga (cash and marketable securities) terhadap total assets.

Hasilnya mengindikasikan bahwa semua variabel tersebut berpengaruh terhadap

cash holdings perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang kuat dan

perusahaan dengan aktivitas yang kecil risikonya menahan lebih banyak kas

daripada perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai akses ke pasar modal

terbesar lebih sedikit menahan kas. Setelah menentukan cash holdings kemudian

menguji implikasi corporate cash holdings. Hasilnya menunjukkan bahwa

perusahaan yang mempunyai cash holdings dapat digunakan untuk berinvestasi

ketika cash flow relatif rendah dan ketika dana yang dikeluarkan sangat mahal,

untuk mengurangi akuisisi dan pembayaran terhadap pemegang saham. Tidak ada

bukti yang menunjukkan bahwa risiko manajemen dan cash holdings saling

menggantikan.

Motivasi penelitian ini adalah menguji apakah cash holdings daerah

(municipal cash holdings) berpengaruh terhadap efisiensi belanja administratif

pemerintah daerah di Indonesia. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memperoleh bukti empiris bahwa cash holdings daerah (municipal cash holdings)

berpengaruh terhadap efisiensi belanja administratif pemerintah daerah di

Indonesia, dimana pemerintah daerah yang mempunyai lebih banyak cash

holdings daerah dan belanja administratifnya lebih kecil maka menunjukkan

bahwa pemerintah daerah tersebut telah melakukan efisiensi dalam menjalankan

pemerintahannya.

Page 6: Proposal Rev3maret10

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini berfokus pada

penentuan cash holdings daerah dan implikasinya terhadap efisiensi belanja

administratif pemerintah daerah. Gore (2006) mengemukakan bahwa excess cash

yang merupakan residual dari penentuan cash holdings berhubungan positif

dengan belanja administratif yang mana hal tersebut menunjukkan bahwa

pemerintah daerah tidak efisien dalam menjalankan pemerintahannya. Sementara

itu, menurut Opler et. al (1999) yang melakukan pengujian mengenai cash

holdings dalam perusahaan mengemukakan bahwa corporate cash holdings

berhubungan positif dengan pengeluaran modal (capital expenditure) yang mana

hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sudah efisien.

Berbagai hasil penelitian yang diuraikan di atas merupakan penelitian

yang dilakukan di luar negeri. Hasil riviu yang telah dilakukan penulis

menunjukkan bahwa belum ada penelitian yang dilakukan berfokus pada cash

holdings daerah di Indonesia dan implikasinya terhadap efisiensi belanja

administratif pemerintah daerah di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan pengujian empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

cash holdings daerah di Indonesia dan implikasinya terhadap efisiensi belanja

administratif pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi

dari penelitian Gore (2009) dengan beberapa perbedaan seperti berikut ini.

1. Periode Penelitian

Gore (2009) menggunakan periode penelitian antara tahun 1997 sampai

dengan tahun 2004, sementara penelitian ini menggunakan periode

penelitian 2005 sampai dengan 2007. Penulis memilih periode penelitian

Page 7: Proposal Rev3maret10

tersebut karena Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia baru

mulai dipublikasikan pada tahun 2005.

2. Sampel Penelitian

Gore (2009) menggunakan sampel penelitian pemerintah negara bagian di

Amerika Serikat, sementara penelitian ini menggunakan sampel penelitian

pemerintah daerah daerah di Indonesia yaitu Kota/Kabupaten

se-Jawa/Bali.

Atas dasar uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil

fokus faktor-faktor yang mempengaruhi cash holdings daerah dan implikasinya

terhadap efisiensi belanja administratif pemerintah daerah di Indonesia dengan

judul penelitian “PENGARUH CASH HOLDINGS DAERAH TERHADAP

EFISIENSI BELANJA ADMINISTRATIF PEMERINTAH DAERAH DI

INDONESIA (Studi Empiris Pada Kota/Kabupaten se-Jawa Bali Tahun 2005

s/d 2007)

B. RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini menggunakan fokus cash holdings daerah (municipal cash

holdings) dan efisiensi belanja administratif pemerintah daerah di Indonesia.

Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa cash holdings daerah (municipal

cash holdings) berpengaruh terhadap efisiensi belanja administratif pemerintah

daerah, dimana pemerintah daerah yang mempunyai lebih banyak cash holdings

daerah dan belanja administratifnya lebih kecil maka menunjukkan bahwa

Page 8: Proposal Rev3maret10

pemerintah daerah tersebut telah melakukan efisiensi dalam menjalankan

pemerintahannya.

Atas dasar uraian tersebut diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan seperti berikut ini :

Apakah terdapat pengaruh antara cash holdings daerah (municipal cash

holdings) terhadap efisiensi belanja administratif pemerintah daerah di

Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti

berikut ini.

Untuk memperoleh bukti empiris terkait Pengaruh Cash Holdings daerah

terhadap efisiensi belanja administratif pemerintah daerah di Indonesia.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat pada

pihak-pihak berikut ini.

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pemerintah

dalam menentukan cash holdings daerah dan implikasinya pada

pemerintah daerah di Indonesia.

Page 9: Proposal Rev3maret10

2. Bagi Legislator

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris pengaruh cash

holdings daerah terhadap efisiensi belanja administratif Pemerintah

Daerah di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan pengawasan terhadap eksekutif dalam menjalankan

pemerintahan terutama terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.

3. Bagi Standart Setter

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada standart setter

dalam penyusunan standar akuntansi pemerintah terutama terkait dengan

penentuan kas pemerintah daerah sehingga tujuan penyusunan laporan

keuangan pemerintah dapat mencapai tujuannya yaitu menyediakan

informasi yang relevan bagi para pengguna laporan dalam pengambilan

keputusan ekonomis. .

E. TINJAUAN PUSTAKA DAN REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

E.1. Pengertian Cash Holdings Pemerintah Daerah

Cash holdings daerah (municipal cash holdings) merupakan rasio antara

kas dan setara kas dengan pengeluaran bulanan (Gore, 2009). Kas (cash)

merupakan aktiva yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito, dana, money

orders, dan cek. Setara kas (cash equivalent) juga tergolong sangat lancar,

investasi jangka pendek yang (1) siap dikonversi menjadi kas dan (2) hampir jatuh

tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat

bunga hanya minimal. Investasi ini biasanya jatuh tempo dalam waktu tiga bulan

Page 10: Proposal Rev3maret10

atau kurang (Subramanyam, 2005). Pengeluaran (expenditure) disini dapat berupa

biaya maupun beban. Beban (expense) merupakan arus kas keluar yang terjadi

atau arus kas keluar yang akan terjadi, atau arus kas keluar masa lampau yang

berasal dari aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung (subramanyam,

2005). Biaya (expense) adalah pengurangan manfaat ekonomi masa depan selama

periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi aktiva atau

kewajiban yang mengurangi distribusi ke pemilik. Definisi biaya mencakup

kerugian maupun biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang

biasa. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa, meliputi

misalnya jasa publik umum, pertahanan, keteraturan dan keamanan publik. Biaya

tersebut biasanya berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas

(dan setara kas), persediaan dan aktiva tetap (Indra Bastian, 2006). Biaya

(expense) menurut Committee on Terminology adalah semua biaya yang telah

dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan. Sedangkan APB

mendefinisikan sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikan gross dalam

kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang

berasal dari kegiatan mencari laba yang dilakukan perusahaan. FASB

mendefinisikan expense sebagai arus kas keluar aktiva, penggunaan aktiva atau

munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang

diesbabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau

pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.

Menurut teori matching concept maka biaya harus dibebankan sesuai dengan

pembebanan harus dilakukan secara rasional dan sistematis. Dalam hal biaya yang

Page 11: Proposal Rev3maret10

dikeluarkan masih memiliki potensi menghasilkan di masa yang akan datang,

maka dapat ditunda pembebanannya, sebaliknya jika tidak ada kemungkinannya

lagi maka langsung dibebankan (Harahap, 1994).

Menurut Hardford et al. (2005) cash holdings perusahaan merupakan rasio

antara kas terhadap penjualan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cash

holdings perusahaan antaralain adalah firm size, leverage, market to book ratio,

ratio of firm cash flow to total assets, standard deviation of cash flow for the past

ten years, ratio of the network capital to total assets, ratio of research and

development to sales, ratio of capital expenditures to assets, ratio of acquisition

spending to assets.

Menurut Core et al. (2006) cash holdings pada perusahaan nirlaba dengan

menggunakan rasio antara jumlah kas, simpanan dan investasi surat-surat

berharga dibagi dengan total biaya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

cash holdings pada perusahaan nirlaba adalah CV Rev (coefficient of variation of

total revenue), log revenue, acces to debt dan labor.

Menurut Opler et al. (1999) cash holdings ditentukan beberapa faktor

antaralain firm size, bond rating dummy, cash flow/assets, market-to-book ratio,

R&D/sales, regulated industry dummy, business segment count, expense of

hedging, (current assets-current liabilities-cash)/assets, corporate

investment/assets, takeover defense dummies, fraction of inside share ownership,

slop of the term structure. Sedangkan cash holdings merupakan rasio antara kas

dan surat berharga (cash and marketable securities) terhadap total assets.

Page 12: Proposal Rev3maret10

E.2. Pengertian Belanja Administratif Pemerintah Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang

diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah meliputi semua

pengeluaran dari Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang

merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Menurut Pasal 26 ayat 1 Belanja

Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib

dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

Menurut Permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, Belanja Daerah kewajiban pemerintah daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Dalam pasal 4 ayat 1 tentang asas umum

pengelolaan keuang daerah, berbunyi keuangan daerah dikelola secara tertib, taat

pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat

untuk masyarakat. Efisien sebagaimana dimaksud merupakan pencapaian

keluaran yang maksimumdengan masukan tertentu atau penggunaan masukan

terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

Menurut Gore (2009) Belanja Administratif merupakan rasio antara total

belanja administratif dibagi dengan total belanja operasi. Untuk mengetahui

efisiensi belanja administratif pemerintah daerah adalah jika cash holdings daerah

berhubungan positif dengan belanja administratif maka pemerintah daerah

Page 13: Proposal Rev3maret10

mengalami ketidakefisiensian. Sebaliknya jika cash holdings daerah berhubungan

negative dengan belanja administratif maka pemerintah daerah sudah efisien

dalam mengelola keuangan daerah.

E.3. Review Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Gore (2009) menguji determinan dan implikasi kas daerah (cash holdings)

tingkat tinggi. Cash holdings pemerintah daerah merupakan rasio antara antara

kas dengan pengeluaran per bulan. Cash holdings pemerintah daerah dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain coefficient variation of revenue (CV Revenue),

debt per capita, limited revenue, size, growth, state revenue, quarter, state, year.

Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa coefficient of variation in revenue,

growth dan Limited revenue sources berpengaruh positif terhadap kas daerah.

Sedangkan debt per capita, size berpengaruh berkebalikan dengan kas daerah.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pemerintah dengan variasi

pendapatan yang lebih tinggi, lebih sedikit sumber pendapatannya dan

pertumbuhan yang lebih tinggi mengakumulasi kas lebih banyak. Pemerintahan

yang lebih besar dan penerimaan dari pendapatan negaranya relatif lebih banyak,

maka akan mengakumulasi kas lebih sedikit. Selanjutnya analisis menerangkan

bagaimana tingkatan kas yang lebih tinggi mengidentifikasikan masalah agensi.

Dan menemukan pemerintah daerah dengan kas daerah (cash holdings) yang

tinggi menghabiskan lebih banyak biaya administrasi, gaji manajer kota dan

bonus. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bukti bahwa pemerintah daerah

dengan kas yang berlebih (excess cash) akan mengurangi pajak.

Page 14: Proposal Rev3maret10

Core et al. (2006) memprediksi cash holdings pada perusahaan nirlaba

dengan menggunakan rasio antara jumlah kas, simpanan dan investasi surat-surat

berharga dibagi dengan total biaya. Kemudian menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi cash holdings pada perusahaan nirlaba dengan menggunakan

variable-variabel CV Rev (coefficient of variation of total revenue), log revenue,

acces to debt dan labor. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap cash holdings pada perusahaan nirlaba.

Dengan membandingkan dengan perusahaan yang mengharapkan laba, maka cash

holdings pada perusahaan nirlaba lebih besar jumlahnya. Kemudian menguji

hubungan cash holdings dengan tiga alternatif penjelasan yaitu (1) kesempatan

pertumbuhan (growth opportunities), (2) monitoring, (3) masalah agensi (agency

problems). Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash holdings yang

besar menunjukkan pertumbuhan yang tinggi dalam pengeluaran program atau

investasi. Monitoring pengeluaran program yang bagus lebih sedikit untuk

perusahaan yang punya kelebihan cash holdings. Dan cash holdings berhubungan

dengan masalah agensi.

Baber and Gore (2008) membandingkan karakteristik masalah utang

pemerintah daerah dalam suatu Negara yang menggunakan GAAP pada

pemerintahannya dengan masalah dalam Negara yang tidak menyajikan

pernyataan laporan keuangan tahunan. Perbandingan Cross-section

mengindikasikan bahwa penggunaan utang publik (vs privat) lebih besar, dan

biaya utang pemerintah daerah lebih rendah yaitu berbasis point antara 14 sampai

dengan 25, dalam Negara yang menggunakan GAAP. Hasil penelitian mendukung

Page 15: Proposal Rev3maret10

pernyataan bahwa pernyataan GAAP mengurangi biaya pinjaman pemerintah

daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa peraturan pelaporan keuangan

mengurangi biaya kontrak antara peminjam dan meminjami.

Hardford et al. (2005) memprediksi cash holdings perusahaan dengan

menggunakan rasio antara kas terhadap penjualan. Kemudian menguji faktor-

faktor yang mempengaruhi cash holdings dengan menggunakan variable-variabel

firm size, leverage, market to book ratio, ratio of firm cash flow to total assets,

standard deviation of cash flow for the past ten years, ratio of the network capital

to total assets, ratio of research and development to sales, ratio of capital

expenditures to assets, ratio of acquisition spending to assets. Hasilnya

menunjukkan bahwa semua variabel tersebut berpengaruh terhadap cash holdings

perusahaan dan mempunyai pengaruh negatif. Selanjutnya penelitian ini menguji

hubungan antara manajemen cash holdings dengan indeks corporate governance.

Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan yang hak-hak pemegang sahamnya

lemah akan lebih banyak utangnya dan lebih sedikit ekuitasnya.

Opler et al. (1999) menguji determinan dan implikasi penahanan

(holdings) kas dan surat berharga yang dipublikasikan perusahaan-perusahaan

perdagangan di Amerika Serikat pada tahun 1971-1994. Untuk memprediksi cash

holdings ditentukan beberapa faktor antaralain firm size, bond rating dummy, cash

flow/assets, market-to-book ratio, R&D/sales, regulated industry dummy, business

segment count, expense of hedging, (current assets-current liabilities-cash)/assets,

corporate investment/assets, takeover defense dummies, fraction of inside share

ownership, slop of the term structure. Sedangkan cash holdings merupakan rasio

Page 16: Proposal Rev3maret10

antara kas dan surat berharga (cash and marketable securities) terhadap total

assets. Hasilnya mengindikasikan bahwa semua variabel tersebut berpengaruh

terhadap cash holdings perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang kuat

dan perusahaan dengan aktivitas yang kecil risikonya menahan lebih banyak kas

daripada perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai akses ke pasar modal

terbesar lebih sedikit menahan kas. Setelah menentukan cash holdings kemudian

menguji implikasi corporate cash holdings. Hasilnya menunjukkan bahwa

perusahaan yang mempunyai cash holdings dapat digunakan untuk berinvestasi

ketika cash flow relatif rendah dan ketika dana yang dikeluarkan sangat mahal,

untuk mengurangi akuisisi dan pembayaran terhadap pemegang saham. Tidak ada

bukti yang menunjukkan bahwa risiko manajemen dan cash holdings saling

menggantikan.

Atas dasar paparan tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

dapat dirumuskan seperti berikut ini.

H1: Cash holdings daerah berpengaruh terhadap Efisiensi belanja

administratif Pemerintah Daerah di Indonesia.

F. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan menguji penentuan dan implikasi cash

holdings daerah di Indonesia. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini

dapat dijelaskan dengan gambar seperti berikut ini :

Page 17: Proposal Rev3maret10

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

G. METODOLOGI PENELITIAN

G.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan statistik deskriptif dan regresi linier berganda. Penelitian ini

merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder. Penelitian ini merupakan

pengujian hipotesis (hypotyhesis testing) yang menguji hipotesis yang telah

dirumuskan di awal. Menurut dimensi waktunya, penelitian ini merupakan

penelitian poleed yang merupakan gabungan dari times series yaitu penelitian

yang menggunakan dimensi satu waktu dengan menggunakan beberapa objek

penelitian (cross section).

G.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadian-

kejadian yang menarik perhatian peneliti untuk diteliti atau diselidiki (Sekaran,

2000: 266). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan daerah

(LKPD) yang disusun oleh pemerintah daerah seluruh Indonesia dan dipublikasi

melalui website www.bpk.go.id .

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan diselidiki

dan dianggap dapat mewakili populasi (sekaran, 2000). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan

Administrative Cash Holdings

Page 18: Proposal Rev3maret10

sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria yang ditentukan berdasarkan kebijakan dari

peneliti. Penelitian ini menggunakan kriteria pengambilan sampel Laporan keuangan

pemerintah daerah se-Jawa/Bali yang diterbitkan pada tahun 2005, 2006 dan 2007 dan

dipublikasikan dalam situs resmi bpk, yaitu www.bpk.go.id

G.3. Data Dan Sumber Data

Strategi pengumpulan data dan sumber data adalah strategi arsip yaitu data

yang dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Sumber data dari

strategi ini adalah data sekunder (secondary data) yaitu teknik pengumpulan data

yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data (Hartono,

2004: 81). Data sekunder tersebut terdiri dari data berikut ini.

a. Laporan keuangan pemerintah daerah se-Jawa/Bali tahun 2005, 2006,

2007 yang disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah (PSAP).

b. Data Populasi Jumlah penduduk dari Biro Pusat Statistik (BPS)

Data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut dikumpulkan dari catatan

atau basis data baik berupa hardcopy maupun softcopy yang diperoleh dari hasil

download pada website resmi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

yaitu www.bpk.go.id dan media lain yang menyediakan data terkait dan

dibutuhkan dalam penelitian ini.

G.4. Definisi dan Pengukuran Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan variable dependen dan variable independen

yang dapat dijelaskan seperti berikut ini :

Page 19: Proposal Rev3maret10

i. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama

dalam sebuah pengamatan. Variabel dependen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Belanja Administratif (administrative). Gore (2009)

mendefinisikan belanja administratif (administrative) sebagai rasio dari

total belanja administratif dibagi dengan total belanja operasi.

Administrative = Total administrative expense

Total Operating expense ii. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi

perubahan variabel dependen dan mempunyai hubungan positif atau

negatif bagi variabel dependen nantinya. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah excess cash yang merupakan residual dari perkiraan

cash holdings sebagaimana digunakan dalam penelitian Gore (2009).

Cash holdings

Selanjutnya dlam penelitian ini menggunakan variabel kontrol debt per

capita dan size, serat menggunakan variabel indikator state dan year.

G.5. Analisis Data

1. Multiple Regressikon Analysis

Model regresi berganda adalah teknik analisis yang menjelaskan hubungan

antara variabel dependen dengan beberapa variasi independen

Page 20: Proposal Rev3maret10

(Sumodiningrat, 1993). Dalam penelitian ini digunakan model regresi

berganda.

Dimana,

Administrative = Belanja Administratif (administrative expense)

Excess cash = residual cash holdings

Total utang dibagi dengan populasi penduduk

Logaritma Populasi

State = variabel dummy

Year = variabel dummy

2. Pengujian Normalitas Data

Normalitas data merupakan penyebaran nilai data yang merata.

Menurut Ghozali (2007) uji normalitas data dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria

sebaran atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat

berdistribusi normal adalah dengan menggunakan lewat pengamatan nilai

residual. pendekatan grafik Normal P-P of regression standardized

residual untuk menguji noarmalitas data. Jika data menyebar disekitar

garis diagonal pada grafik Normal P-P of regression standardized residual

dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

Cara lain dengan melihat distribusi dan variable-variabel yang akan

diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam

Page 21: Proposal Rev3maret10

analisis akan tetapi hasil uji satatistik akan lebih baik jika semua variabel

berdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga

menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui

apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi normal.

Kriteria pengujian dengan dua arah (two-tailed test) yaitu dengan

membandingkan probabilitas dengan tarif signifikan 0,05. jika p > 0,05

maka data terdistribusi normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka data

tidak terdistribusi normal

3. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel

independen yang satu dengan variabel independen yang lainnya

Ghozali (2001), . Gejala multikolinearitas dapat diuji dengan

meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel

independen dengan menggunakan Tolerance Value dan Varian

Inflating Factor (VIF). Tolerance mengukur veriabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF

dibawah 10, maka menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas.

Model regresi yang baik adalah apabila dalam model tersebut

tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Menurut Ghozali

(2001), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan

gejala multikolinearitas pada model regresi yaitu sebagai berikut ini.

Page 22: Proposal Rev3maret10

(a) Transformasi variabel, yaitu salah satu cara mengurangi

hubungan linear diantara variabel bebas, dapat dilakukan dalam

bentuk logaritma natural dan bentuk first difference atau delta.

(b) Dengan mengeluarkan satu atau lebih variabel independent yang

mempunyai korelasi yang tinggi dari model regresi dan

identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu

prediksi.

(c) Gunakan model dengan variabel bebas yang mempunyai variabel

korelasi tinggi hanya semata-mata untuk memprediksi.

(d) Gunakan korelasi sederhana antar setiap variabel bebas dan

variabel terikatnya untuk memahami hubungan variabel bebas

dan variabel terikat.

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi (varians) variabel

tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas,

kesalahan yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan

hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih

variabel. Gejala heterokedastisitas terjadi pada model yang

menggunakan data sample secara cross section.

Heterokedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan

menggunakan uji Scatterplot. Ada atau tidaknya heterokestasitas dapat

dilihat dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y

Page 23: Proposal Rev3maret10

yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola pola

tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola

yang terjadi dan titik menyebar diatas dan dibawah angka nol maka

tidak terjadi heteroskastisitas. Cara lain dalam pengujian

heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Glejser. Apabila

nilai sig > 0,05 maka terjadi homoskedastisitas dan ini yang

seharusnya terjadi, namun jika sebaliknya nilai sig < 0,05 maka

terdapat heteroskedasitas

c. Uji Autokorelasi

Menurut Santoso (2000), autokorelasi merupakan korelasi antara

anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti

dalam data SPSS dalam data time series) atau ruang (seperti data cross

section). Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model

mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu hubungan yang erat

diantara varibel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Model regresi yang baik apabila model tersebut tidak terjadi

autokorelasi.

Untuk mengidentifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dalam

model analisis regresi pada penelitian ini, maka digunakan secara

statistik dari Durbin-Watson (DW). Untuk pengujian autokorelasi

Page 24: Proposal Rev3maret10

maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan

sebagai berikut ini.

1). Angka D-W di bawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif.

2). Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi

autokorelasi.

3). Angka D-W di atas +2 berarti terjadi autokorelasi.

d) Pengujian Ketepatan Perkiraan (goodness of fit test)

Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan sumbangan

variabel independen terhadap perubahan yang terjadi pada variabel

dependen. Dalam perhitungan statistik ini, nilai R2 yang digunakan

adalah adjusted R2 karena ini merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam

suatu persamaan regresi. Nilai dari adjusted R2 benar-benar telah bebas

dari pengaruh derajat bebas, yang berarti nilai tersebut benar-benar

menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Koefisien determinasi atau kuadrat dari koefisien kolerasi

memiliki nilai antara 0 < R2 < 1, koefisien determinasi sama dengan 1

berarti variabel independen berpengaruh secara sempurna terhadap

variabel dependen dan jika koefisien determinasi = 0 berarti variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

G.6. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen berupa pendapatan, utang per kapita, ukuran daerah dan pertumbuhan

Page 25: Proposal Rev3maret10

terhadap kas pemerintah daerah dengan tingkat signifikansi yang masih bisa

ditoleransi ditetapkan 0,05 (α = 5%).

1). Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-T)

Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang

dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen. Uji-T

dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.

Ho diterima Ha ditolak; thitung < ttabel

variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel

terikat.

Ho ditolak Ha diterima; thitung > ttabel

variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel

terikat.

2). Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai

koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi

berganda untuk variabel independen berupa pendapatan, utang per

kapita, ukuran daerah dan pertumbuhan dengan variabel dependen

berupa kas pemerintah daerah dengan bantuan program SPSS versi

11.00. Karena penelitan ini menggunakan lebih dari satu variabel

Page 26: Proposal Rev3maret10

independen maka penulis menggunakan Adjusted R Square (Adj R2)

seperti yang dinyatakan oleh Ghozali (2001)

H. SISTEMATIKA PENULISAN

I. Penelitian ini dipaparkan dengan sistematika sebagai berikut ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang dijawab

dalam penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan hasil

penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini akan memaparkan tinjauan pustaka dan review

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian terutama

terkait pengaruh cash holdings daerah terhadap efisiensi

belanja administratif pemerintah daerah di Indonesia serta

dilanjutkan dengan kerangka pikir penelitian dan

pengembangan hipotesis penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian, populasi dan

sampel serta teknik pengambilan sampel penelitian. variabel

dan pengukuran variabel penelitian, data dan sumber data

Page 27: Proposal Rev3maret10

serta teknik pengambilan data penelitian dan model

penelitian serta analisis data penelitian data yang digunakan

dalam penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data dan analisis

data penelitian dengan melakukan pengujian hipotesis dan

interpretasi hasil pengujian untuk membuktikan secara

empiris hipotesis yang telah dinyatatakan dalam penelitian.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan yang diambil dari seluruh

pembahasan sebelumnya, keterbatasan, saran dan implikasi

penelitian yang dapat diajukan.

PENGARUH CASH HOLDINGS DAERAH TERHADAP EFISIENSI

BELANJA ADMINISTRATIF PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

(Studi Empiris Pada Kabupaten/kota se-Jawa Bali Tahun 2005 s/d 2007)

Page 28: Proposal Rev3maret10

Usulan Penelitian Tesis

Program Studi Magister Akuntansi

Minat Utama :

Akuntansi Sektor Publik

Diajukan Oleh :

Anim Rahmayati

NIM : S4307045

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

HALAMAN PENGESAHAN

Page 29: Proposal Rev3maret10

PENGARUH CASH HOLDINGS DAERAH TERHADAP EFISIENSI

BELANJA ADMINISTRATIF PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

(Studi Empiris Pada Kabupaten/kota se-Jawa Bali Tahun 2005 s/d 2007)

Disusun oleh :

Anim Rahmayati

NIM : S4307045

Telah disetujui Pembimbing

Pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak Sri Murni, S.E., M. Si., Ak

NIP. 191206101988031002 NIP. 197103301995122001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Dr. Bandi, M.Si., Ak.

NIP. 196411201991031002