proposal penelitian r&d raini

35
I. PENDAHULUAN Uraian dalam pendahuluan meliputi: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan, (4) manfaat penelitian, dan (5) luaran penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah Sains merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan dasar termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Anggapan ini telah ter Pembelajaran pada abad ke-21 sebagai abad belajar menuntut perubahan paradigma belajar. Perubahan paradigma tersebut tercermin dalam perubahan pandangan terhadap belajar dan mengajar yang lebih menekankan pada dimensi sosial dan konstruktivistik. Gu & Wang (2006: 59) mengemukakan: “A changing view of learning and teaching has been prevalent around the world, with a greater emphasis on social and constructivist dimensions .” Konsep-konsep belajar saat ini yang diperoleh berdasarkan penelitian- penelitian sebelumnya diperlukan untuk membelajarkan pebelajar menghadapi abad belajar. Shambaugh & Magliaro (2006) menuliskan lima tema utama belajar yang telah muncul dari penelitian-penelitian sejak tiga puluh tahun yang lalu sebagai konsep belajar saat 1

Upload: sujan-ngurah

Post on 10-Dec-2015

2.435 views

Category:

Documents


545 download

DESCRIPTION

Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah Sains merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan dasar termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Anggapan ini telah terPembelajaran pada abad ke-21 sebagai abad belajar menuntut perubahan paradigma belajar. Perubahan paradigma tersebut tercermin dalam perubahan pandangan terhadap belajar dan mengajar yang lebih menekankan pada dimensi sosial dan konstruktivistik. Gu & Wang (2006: 59) mengemukakan: “A changing view of learning and teaching has been prevalent around the world, with a greater emphasis on social and constructivist dimensions.” Konsep-konsep belajar saat ini yang diperoleh berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya diperlukan untuk membelajarkan pebelajar menghadapi abad belajar. Shambaugh & Magliaro (2006) menuliskan lima tema utama belajar yang telah muncul dari penelitian-penelitian sejak tiga puluh tahun yang lalu sebagai konsep belajar saat ini, yakni (1) organizing knowledge in memory, (2) solving problems, (3) developing learners, (4) learning how to learn, dan (5) living and learning in the world. Kesuksesan individu dalam dunia kerja pada abad ke-21 tidak cukup hanya berpengetahuan luas saja, tetapi juga bagaimana menyimpan pengetahuan saat ini, mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah baru, dan berfungsi sebagai anggota tim. Hal ini dikemukakan oleh Artinio (2008) sebagai berikut. ”To be successful in the workplace of the 21th century, individuals must not only have an extensive store of knowledge, but also must know how to keep that knowledge current, apply it to solve novel problems, and function as a member of team” (Artinio, 2008: 2). Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka setiap dosen di perguruan tinggi dalam mengampu mata kuliah, termasuk mata kuliah metodologi penelitian, sebaiknya memilih strategi pembelajaran yang tepat dan menggunakan media serta sumber belajar yang memudahkan mahasiswa belajar. Tegeh (2013:129) mengemukakan bahwa ”salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung perubahan paradigma pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai sumber belajar”. Pembelajaran diarahkan kepada pemberdayaan mahasiswa untuk memenuhi tuntutan yang semakin kompleks. Segala permasalahan yang dihadapi oleh dosen dalam mengampu mata kuliah hendaknya ditemukenali, untuk selanjutnya dicarikan solusi pemecahannya melalui kegiatan penelitian.Salah satu mata kuliah penting yang mengalami beberapa pemasalahan adalah mata kuliah Metodologi Penelitian. Mata kuliah ini dikatakan penting karena merupakan mata kuliah yang memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan penelitian. Mata kuliah ini diberikan kepada seluruh mahasiswa strata 1 (S1) dan strata 2 (S2) di lingkungan Undiksha. Pada akhir program seluruh mahasiswa diwajibkan menulis karya ilmiah berupa skripsi bagi mahasiswa S1 dan tesis bagi mahasiswa S2. Hasil observasi terhadap hasil karya skripsi dan tesis mahasiswa serta penelitian dosen tahun 2006-2009 Universitas Pendidikan Ganesha menunjukkan bahwa karya-karya tersebut masih berkutat hanya pada pengembangan teori atau pembuktian teori. Mahasiswa dan dosen Undiksha belum banyak yang secara khusus meneliti untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Produk dalam kaitannya dengan pendidikan dan pembelajaran dapat berupa kurikulum, model pembelajaran, sistem managemen, lembar kerja mahasiswa, bahan/media pembelajaran dan lain-lain. Padahal dengan mampu menghasilkan produk pendidikan/pembelajaran yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, secara tidak langsung Undiksha sebenarnya sudah dapat menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Untuk dapat mengembangkan produk-produk pendidikan/pembelajaran yang layak untuk dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan, maka perlu kiranya dosen dan mahasiswa Undiksha melakukan penelitian

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

Uraian dalam pendahuluan meliputi: (1) latar belakang masalah, (2)

rumusan masalah, (3) tujuan, (4) manfaat penelitian, dan (5) luaran penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah Sains

merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan dasar

termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu

mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Anggapan ini telah

ter

Pembelajaran pada abad ke-21 sebagai abad belajar menuntut perubahan

paradigma belajar. Perubahan paradigma tersebut tercermin dalam perubahan

pandangan terhadap belajar dan mengajar yang lebih menekankan pada dimensi

sosial dan konstruktivistik. Gu & Wang (2006: 59) mengemukakan: “A changing

view of learning and teaching has been prevalent around the world, with a

greater emphasis on social and constructivist dimensions.” Konsep-konsep

belajar saat ini yang diperoleh berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya

diperlukan untuk membelajarkan pebelajar menghadapi abad belajar. Shambaugh

& Magliaro (2006) menuliskan lima tema utama belajar yang telah muncul dari

penelitian-penelitian sejak tiga puluh tahun yang lalu sebagai konsep belajar saat

ini, yakni (1) organizing knowledge in memory, (2) solving problems, (3)

developing learners, (4) learning how to learn, dan (5) living and learning in the

world. Kesuksesan individu dalam dunia kerja pada abad ke-21 tidak cukup hanya

berpengetahuan luas saja, tetapi juga bagaimana menyimpan pengetahuan saat ini,

mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah baru, dan berfungsi sebagai

anggota tim. Hal ini dikemukakan oleh Artinio (2008) sebagai berikut. ”To be

successful in the workplace of the 21th century, individuals must not only have an

extensive store of knowledge, but also must know how to keep that knowledge

current, apply it to solve novel problems, and function as a member of team”

(Artinio, 2008: 2).

1

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka setiap dosen di perguruan tinggi

dalam mengampu mata kuliah, termasuk mata kuliah metodologi penelitian,

sebaiknya memilih strategi pembelajaran yang tepat dan menggunakan media

serta sumber belajar yang memudahkan mahasiswa belajar. Tegeh (2013:129)

mengemukakan bahwa ”salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung

perubahan paradigma pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai sumber belajar”.

Pembelajaran diarahkan kepada pemberdayaan mahasiswa untuk memenuhi

tuntutan yang semakin kompleks. Segala permasalahan yang dihadapi oleh dosen

dalam mengampu mata kuliah hendaknya ditemukenali, untuk selanjutnya

dicarikan solusi pemecahannya melalui kegiatan penelitian.

Salah satu mata kuliah penting yang mengalami beberapa pemasalahan

adalah mata kuliah Metodologi Penelitian. Mata kuliah ini dikatakan penting

karena merupakan mata kuliah yang memberikan pengetahuan dan keterampilan

kepada mahasiswa bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan

penelitian. Mata kuliah ini diberikan kepada seluruh mahasiswa strata 1 (S1) dan

strata 2 (S2) di lingkungan Undiksha. Pada akhir program seluruh mahasiswa

diwajibkan menulis karya ilmiah berupa skripsi bagi mahasiswa S1 dan tesis bagi

mahasiswa S2.

Hasil observasi terhadap hasil karya skripsi dan tesis mahasiswa serta

penelitian dosen tahun 2006-2009 Universitas Pendidikan Ganesha menunjukkan

bahwa karya-karya tersebut masih berkutat hanya pada pengembangan teori atau

pembuktian teori. Mahasiswa dan dosen Undiksha belum banyak yang secara

khusus meneliti untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Produk

dalam kaitannya dengan pendidikan dan pembelajaran dapat berupa kurikulum,

model pembelajaran, sistem managemen, lembar kerja mahasiswa, bahan/media

pembelajaran dan lain-lain. Padahal dengan mampu menghasilkan produk

pendidikan/pembelajaran yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, secara tidak langsung Undiksha sebenarnya sudah dapat

menunjukkan eksistensinya di masyarakat.

Untuk dapat mengembangkan produk-produk pendidikan/pembelajaran

yang layak untuk dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan, maka perlu kiranya

dosen dan mahasiswa Undiksha melakukan penelitian pengembangan (research

2

and development). Penelitian seperti ini akan lebih memfokuskan tujuan untuk

menghasilkan dan mengembangkan produk yang layak digunakan dan sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Sejak tahun 2010 para mahasiswa jurusan

Teknologi Pendidikan mulai mencoba melakukan penelitian pengembangan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa

belum menguasai metode penelitian pengembangan. Berdasarkan pengalaman

mengampu mata kuliah metodologi penelitian pendidikan, membimbing skripsi,

dan membimbing ekstrakurikuler karya ilmiah diketahui bahwa kemampuan

mahasiswa dalam melakukan penelitian pengembangan masih rendah. Hal

tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor. Pertama, materi perkuliahan pada mata

kuliah Metodologi Penelitian kurang menyentuh metode penelitian

pengembangan dan lebih banyak membahas metode penelitian kuantitatif dan

kualitatif. Kedua, buku-buku tentang metode penelitian yang beredar selama ini

lebih banyak mengupas tentang metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Ketiga, buku ajar yang mengupas tentang model-model penelitian pengembangan

langka dan konteksnya berbeda, padahal untuk dapat merancang dan

melaksanakan penelitian pengembangan diperlukan pengetahuan dan pemahaman

tentang model-model penelitian pengembangan.

Berdasarkan kenyataan tersebut, dikhawatirkan penelitian pengembangan

akan mengalami perkembangan yang lambat, sehingga akan berimplikasi terhadap

rendahnya kemampuan mahasiswa melakukan penelitian pengembangan. Padahal,

selain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan eksperimen semu, upaya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui penelitian

pengembangan. Menghadapi kenyataan demikian, maka penting dan mendesak

dilakukan suatu penelitian pengembangan yang dapat menghasilkan buku ajar

model penelitian pengembangan, yang dapat digunakan baik oleh dosen maupun

mahasiswa serta masyarakat yang membutuhkannya. Penelitian yang berjudul

”Pengembangan Buku Ajar Model Penelitian Pengembangan dengan Model

ADDIE” merupakan langkah penting yang perlu ditindaklanjuti dan

diimplementasikan di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

3

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan dua

rumusan masalah sebagai berikut. (1) Bagaimana proses rancang bangun

pengembangan buku ajar model penelitian pengembangan dengan model ADDIE?

(2) Bagaimana hasil validasi buku ajar model penelitian pengembangan yang

menggunakan model ADDIE?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian pengembangan

ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) proses rancang bangun pengembangan

buku ajar model penelitian pengembangan dengan model ADDIE dan (2) hasil

validasi buku ajar model penelitian pengembangan yang menggunakan model

ADDIE.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis

dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan sumbangan bagi

dunia pendidikan dalam hal peningkatan kualitas penelitian pengembangan

melalui pengenalan berbagai model penelitian pengembangan. Manfaat praktis

penelitian ini dapat dilihat dari sasarannya, yakni bagi mahasiswa, bagi dosen, dan

bagi peneliti lain. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

yang penting dalam hal penyediaan bahan ajar perkuliahan metodologi penelitian

pendidikan dalam bentuk buku ajar, sehingga memudahkan untuk memahami

model-model penelitian pengembangan. Bagi dosen, hasil penelitian ini sangat

bermanfaat untuk memudahkan mengajarkan materi penelitian pengembangan

kepada mahasiswa, sehingga diharapkan berimplikasi pada peningkatan proses

dan hasil pembelajaran. Bagi mahasiswa dan dosen, buku ajar ini dapat dijadikan

salah satu referensi dalam mempelajari penelitian pengembangan. Bagi peneliti

lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk merancang dan

melaksanakan penelitian pengembangan.

1.4 Luaran Penelitian

4

Kegiatan penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran berupa (1) bahan

ajar model penelitian pengembangan dalam bentuk buku ajar dan (2) artikel yang

siap dipublikasikan di jurnal nasional setidak-tidaknya yang telah memiliki ISSN.

Luaran yang pertama diharapkan dapat dijadikan salah sumber belajar dalam

pembelajaran metodoogi penelitian. Luaran kedua dapat dijadikan sarana

diseminasi hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

II. KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian kajian pustaka dipaparkan tiga hal pokok, yaitu (1) hakikat

penelitian pengembangan, (2) bahan ajar, dan (3) model ADDIE.

2.1 Hakikat Penelitian Pengembangan

Dalam upaya mencari strategi pemecahan masalah yang berbasiskan fakta-

fakta empirik, banyak pendidik kadang-kadang tidak bisa membedakan apakah

kegiatan yang sedang dilakukan merupakan suatu penelitian atau bukan. Untuk

mengatasi masalah di atas, Gephart (dalam Ardhana, 1998) mengusulkan

taksonomi (klasifikasi) strategi pemecahan masalah yang memiliki bentuk sama,

tetapi memiliki tujuan yang berbeda. Ketiga strategi tersebut adalah: penelitian,

evaluasi, dan pengembangan. Ketiganya memiliki banyak persamaan, di samping

tentu saja perbedaan, terutama dilihat dari segi tujuan yang ingin dicapai. Setidak-

tidaknya ada empat persamaan yang dapat diidentifikasikan.

1. Ketiganya merupakan suatu strategi yang bertujuan. Artinya, setiap strategi

merupakan alat untuk mencapai tujuan. Hanya saja masing-masing memiliki

tujuan yang berbeda. Tujuan utama penelitian adalah menciptakan

pengetahuan yang dapat diterapkan secara umum. Tujuan utama evaluasi

adalah memberikan informasi dalam upaya pengambilan keputusan,

sedangkan tujuan utama pengembangan adalah menghasilkan piranti (tools)

dan prosedur yang diperlukan dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

2. Ketiga strategi ini memiliki landasan empirik, artinya setiap strategi

melibatkan pengumpulan dan mencatatkan hasil-hasil observasi langsung

dalam upaya mendapatkan data atau bukti-bukti empirik.

5

3. Ketiga strategi ini saling berhubungan dan saling berinteraksi (interaktif)

dalam upaya untuk mengatasi masalah-masalah nyata di lapangan. Memenuhi

kebutuhan pendidikan memerlukan penciptaan pengetahuan yang dapat

digeneralisasikan (penelitian), memilih alternatif-alternatif (evaluasi), dan

penciptaan piranti atau prosedur (pengembangan).

4. Ketiga strategi tersebut dapat diuraikan dalam empat tingkatan wacana atau

pembahasan yang berbeda. Artinya, ketiganya dapat dilukiskan secara abstrak

dan umum (tingkat filsafat ilmu dan metodologi umum) atau dari segi yang

bersifat spesifik dan khusus.

Untuk lebih mudah memahami ciri-ciri penelitian, evaluasi, dan

pengembangan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Ciri-ciri Penelitian, Evaluasi, dan Pengembangan

Dimensi Penelitian Evaluasi Pengembangan

Tujuan Membangun basis pengetahuan masyarakat

Memudahkan pengambilan keputusan dalam program-program pendidikan

Memberikan piranti bagi praktik pendidikan

Proses Identifikasi masalah; Rancangan penelitian; Pengumpulan data; Analisis data; Laporan

Identifikasi keputusan; Spesifikasi parameter keputusan; Rancangan evaluasi; Pengumpulan data; dan Pelaporan

Penetapan fungsi; Rancangan sistem ideal; Pengumpulan informasi; Saran-saran mengenai sistem alternatif; Pemilihan keputusan yang mungkin dilaksanakan; Pengujian rancangan; Pelaksanaan keputusan; Membangun standar unjuk kerja

Produk Pengetahuan yang dapat digeneralisasikan

Informasi untuk suatu keputusan tertentu

Prosedur atau produk yang dapat dilaksanakan

Kriteria Standar Relevansi Standar unjuk

6

kecermelangan ilmiah

keputusan, kekomprehensifan, kredibilitas, kehematan waktu, keefisienan, standar objektivitas ilmiah

kerja, perbedaan fungsi biaya, banyaknya hasil yang tidak diinginkan pada produk

Sumber: Ardhana (1998)

Setelah diperoleh gambaran tentang perbedaan ketiga hal tersebut,

selanjutnya dipaparkan apa yang dimaksud dengan penelitian pengembangan.

Soenarto (2005) memberikan batasan tentang penelitan pengembangan sebagai

suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan

digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah

upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi,

media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi

pembelajaran di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori. Pengertian

yang hampir sama juga dikemukakan oleh Borg & Gall (1983) bahwa penelitian

pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-

produk yang akan digunakan dalam pendidikan. Seel & Richey (1994) juga

memberikan pengertian pengembangan sebagai proses penerjemahan spesifikasi

desain ke dalam bentuk fisik. Pengembangan atau sering disebut juga sebagai

penelitian pengembangan, dilakukan untuk menjembatani antara penelitian dan

praktik pendidikan (Ardhana, 2002).

Penelitian Pengembangan Inovasi Pembelajaran dapat dilakukan melalui

beberapa cara yaitu: 1) Penelitian Tindakan Kelas, 2) Penelitian Eksperimen

Semu, dan 3) Penelitian Pengembangan (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi

Pendidikan, 2008). Penelitian dan pengembangan atau Research and Development

(R&D) atau sering disebut „pengembangan“ adalah strategi atau metode

penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Yang

dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan adalah rangkaian proses atau

langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau

memperbaiki produk-produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan

(Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 2008). Santyasa (2009) mengemukakan

7

bahwa penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran

memiliki karakteristik sebagai berikut.

(1) Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan

upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai

pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan

kualitas pembelajaran.

(2) Pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media

belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.

(3) Proses pengembangan produk validasi yang dilakukan melalui uji ahli dan uji

lapangan secara terbatas perlu dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan

bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan,

validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara

jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

(4) Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media

pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara

sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

2.2 Bahan Ajar

Pembelajaran di perguruan tinggi mempunyai nuansa yang berbeda

dengan pembelajaran pada jenjang sebelumnya. Sastrawijaya (1988)

mengemukakan pandangan tentang proses belajar-mengajar di perguruan tinggi.

Menurutnya, pengajaran di perguruan tinggi adalah profesi yang penting, untuk

itu harus dipikirkan secara sungguh-sungguh apa yang mungkin dilakukan untuk

hari depan. Pembelajaran di perguruan tinggi adalah pembelajaran andragogis

karena pebelajar (mahasiswa) adalah orang-orang dewasa yang mempunyai

pengalaman-pengalaman sebagai bahan diskusi dan memiliki kemampuan dan

kemandirian untuk belajar. Dalam menyikapi hal ini peran dosen sebagai

fasilitator dalam pembelajaran sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan dosen sebagai fasilitator adalah menyusun bahan ajar sebagai salah satu

sumber belajar bagi mahasiswa, di samping sumber belajar lainnya.

Bahan ajar digunakan untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam

pembelajaran, sehingga dosen tidak perlu terlalu banyak menyajikan materi di

8

kelas. Hal ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dosen dan mahasiswa.

Bagi dosen, kesempatan untuk membimbing mahasiswa menjadi lebih banyak.

Bagi mahasiswa, bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat

memudahkan dirinya belajar.

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi perkuliahan yang disusun

secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan

(Pannen dan Purwanto, 2001). Bahan ajar dapat berwujud modul, lembar kerja

mahasiswa, buku ajar, handout, dan lain sebagainya. Bahan ajar mempunyai

struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan

dicapai, memotivasi mahasiswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar

mahasiswa dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi mahasiswa untuk

mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak bagi mahasiswa,

menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi kepada mahasiswa secara

individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat „mandiri“, artinya

dapat dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri karena sistematis dan lengkap.

Bahan ajar berbeda dengan buku teks. Perbedaan antara bahan ajar dan

buku teks tidak hanya terletak pada format, tata letak dan perwajahannya, tetapi

juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya. Buku

teks biasanya ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan berdasarkan bidang

ilmu (content oriented) untuk dipergunakan oleh dosen dalam mengajar (teaching

oriented). Sangat jarang buku teks dipegunakan untuk belajar mandiri, karena

memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian, penggunaan buku teks

memerlukan dosen yang berfungsi sebagai penerjemah yang menyampaikan isi

buku tersebut kepada mahasiswa.

Penyusunan bahan ajar adalah karakteristik dari sistem instruksional,

dimana pun proses instruksional terjadi, baik dalam sistem belajar jarak jauh

maupun dalam sistem perkuliahan tatap muka. Bahan ajar disusun berdasarkan

pada tujuan instruksional yang hendak dicapai, kebutuhan mahasiswa, Garis Besar

Program Perkuliahan, dan kontrak perkuliahan.

Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dosen melalui beragam cara, dari

yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang

tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh oleh dosen dalam

9

menyusun bahan ajar, yaitu: (1) menulis sendiri (starting from scratch), (2)

pengemasan kembali informasi (information repackaging atau text

transformation), dan (3) penataan informasi (compilation atau wrap around text)

(Panen dan Purwanto, 2001).

2.3 Model ADDIE

Dalam pengembangan desain pembelajaran terdapat beberapa model yang

dapat digunakan, misalnya model Degeng (1990), Instructional System (Banathy,

1968), Instructional Design Process (Kemp, 1985), Instructional Develompment

Model (AECT, 1985), Rancangan Pembelajaran (Dick & Carey, 1990), ADDIE

Model (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation Model)

(Anglada, 2007), dan lain-lain. Model-model pengembangan desain pembelajaran

tersebut pada intinya menggunakan pendekatan sistem dan memiliki tujuan yang

sama, yaitu untuk menghasilkan produk pembelajaran yang efektif dan efisien.

Andrews & Goodson (dalam Ardhana & Willis, 1989 ) mengemukakan empat

tujuan Model Desain Pembelajaran Sistematik sebagai berikut.

(1) Meningkatkan belajar dan pembelajaran dengan jalan pemecahan masalah

dan umpan balik karakteristik dan pendekatan sistematik.

(2) Meningkatkan manajemen desain dan pengembangan pembelajaran

dengan jalan memonitor dan mengontrol fungsi pendekatan sistem.

(3) Meningkatkan proses evaluasi dengan jalan mendesain komponen dan

rangkaian kejadian, memasukkan umpan balik dan merevisi kejadian, yang

melekat dalam model desain pembelajaran sistematik.

(4) Mengetes dan membangun teori belajar dan pembelajaran dengan jalan

desain berdasarkan teori dalam model desain pembelajaran sistematik.

Setiap model pengembangan desain pembelajaran mempunyai kelebihan

dan kekurangan, sehingga tidak ada model yang tepat atau sesuai untuk semua

keperluan. Gustafson (1981:29) mengemukakan:

Instructional system models are characterized by four key feature: large scale team development, linear development, wide distribution of the results of the development, and a problem solving orientation. The models usually begin with a data collection phase to determine the feasibility and desirability of developing an instructional solution to a “problem.”

10

Kang (2004) mengemukakan bahwa desain dan pengembangan

pembelajaran adalah sebuah kawasan bebas yang mengalami sejarah relatif

singkat. Para pendidik dan pendesain pembelajaran telah membuat usaha-usaha

untuk mengembangkan pendekatan dan model desain pembelajaran dengan teori

sistem umum dan konsep dasar pendirian, sebagaimana telah dikenal sebagai

desain sistem pembelajaran (instructional system design). Apa yang diungkapkan

oleh Kang (2004) secara inflisif termasuk di dalamnya adalah rancangan desain

pembelajaran ADDIE Model yang menggunakan pendekatan sistem.

Banathy (1968) mengemukakan bahwa pengembangan sistem

pembelajaran adalah operasi pembuatan keputusan (a decision making operation).

Keputusan harus membuat tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana, oleh

siapa, kapan, dan dimana. Banathy menggambarkan ikhtisar struktur

pengembangan sistem pembelajaran sebagai berikut.

Gambar 1 Ikhtisar Struktur Pengembangan Sistem Pembelajaran (Diadaptasi dari Banathy, 1968: 27)

Operasi pembuatan keputusan sebagaimana dimaksud oleh Banathy

(1968), juga dilakukan dalam langkah-langkah ADDIE Model. Ada pun langkah-

langkah model rancangan pembelajaran menurut ADDIE Model adalah tahap: (1)

analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development),(4)

implementasi (implementation), dan (5) evaluasi (evaluation).

SystemObjectives

Designthe System

Implement, Test, and Change to

Improve

11

Berkaitan dengan rencana desain pembelajaran, Kemp (1977)

mengemukakan bahwa rencana desain pembelajaran didesain untuk memenuhi

jawaban tiga pertanyaan, dimana mungkin meliputi elemen penting teknologi

pembelajaran. Ketiga pertanyaan tersebuat adalah sebagai berikut.

(1) What must be learned? (objectives)

(2) What procedures and resources will work best to reach the desired learning

level? (activities and resources)

(3) How will we know when the required learning has taken place? (evaluation)

Untuk memilih model mana yang akan digunakan dalam mengembangkan

desain pembelajaran, maka para pengembang desain pembelajaran memiliki

pertimbangan-pertimbangan atau alasan-alasan tertentu. Suparman (1997)

mengemukakan bahwa pemilihan model tergantung pada kondisi atau

karakteristik bidang studi.

Penggunaan ADDIE Model dalam pengembangan media pembelajaran ini

didasarkan pada beberapa alasan.

(1) Teori pembelajaran yang mendasari ADDIE Model adalah teori pembelajaran

preskriptif. Degeng (2001) mengemukakan bahwa teori pembelajaran

preskriptif berupaya menpreskripsikan metode pembelajaran yang optimal

untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Teori ini berurusan

dengan penetapan metode pembelajaran setelah dua variabel lainnya: kondisi

dan hasil pembelajaran diketahui. Metode pembelajaran apa pun yang

ditetapkan haruslah yang paling baik (optimal) untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

(2) Model ini telah memenuhi empat karakteristik yang harus dimiliki dalam

pengembangan pembelajaran, yaitu: (a) mengacu pada tujuan, (b) terdapat

keserasian dengan tujuan, (c) sistematik, dan (d) berpedoman pada evaluasi

(Miarso, 1987).

(3) Model ini menggunakan pendekatan sistem dengan langkah-langkah

pengembangan yang teratur dan sistematis serta dapat digunakan untuk

merancang pembelajaran secara klasikal maupun individual.

(4) Model ini dapat digunakan untuk pengembangan bahan pembelajaran pada

ranah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan psikomotor,

12

dan sikap, sehingga dipandang sangat sesuai untuk pengembangan buku ajar

model penelitian pengembangan.

III. METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian ini akan dipaparkan secara berturut-turut tentang

model pengembangan, prosedur pengembangan, dan uji coba produk.

3.1 Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan ini adalah

Model ADDIE yang merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik.

Romiszowski (1996) mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi

pembelajaran dan pengembangan, sistematik sebagai aspek prosedural pendekatan

sistem telah diwujudkan dalam banyak praktik metodologi untuk desain dan

pengembangan teks, materi audiovisual, dan materi pembelajaran berbasis

komputer. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini

dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain

pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan

yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan

sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Model

ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2) perancangan

(design), (3) pengembangan (development),(4) implementasi (implementation),

dan (5) evaluasi (evaluation). Secara visual tahapan ADDIE Model dapat dilihat

pada Gambar 2 berikut ini.

13

Gambar 2. Tahapan Model ADDIE (Sumber: Anglada, 2007)

3.2 Prosedur Pengembangan

Dalam pengembangan buku ajar ini, prosedur pengembangan yang

dilakukan terdiri atas beberapa tahap. Tahap-tahap pengembangan dipaparkan

dalam uraian berikut ini.

1. Tahap I Analisis (Analyze)

Tahap analisis (anayize) meliputi kegiatan sebagai berikut: (a) melakukan

analisis kompetensi yang dituntut kepada peserta didik; (b) melakukan analisis

karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan,

keterampilan, sikap yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait;

(c) melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2. Tahap II Perancangan (Design)

Tahap perancangan (design) dilakukan dengan kerangka acuan sebagai

berikut. (a) Untuk siapa pembelajaran dirancang? (peserta didik); (b) Kemampuan

apa yang Anda inginkan untuk dipelajari? (kompetensi); (c) Bagaimana materi

pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari dengan baik? (strategi pembelajaran);

(d) Bagaimana Anda menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang sudah

dicapai? (asesmen dan evaluasi). Pertanyaan tersebut mengacu pada 4 unsur

penting dalam perancangan pembelajaran, yaitu peserta didik, tujuan, metode, dan

14

Analyze

Evaluate DesignImplement

Develop

evaluasi (Kemp, et al., 1994). Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka dalam

merancang pembelajaran difokuskan pada 3 kegiatan, yaitu pemilihan materi

sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi

pembelajaran, bentuk dan metode asesmen dan evaluasi.

3. Tahap III Pengembangan (Development)

Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan (development) yang meliputi

kegiatan penyusunan buku ajar model penelitian pengembangan. Kegiatan

pengumpulan bahan materi, pembuatan gambar-gambar ilustrasi, pengetikan, dan

lain-lain mewarnai kegiatan pada tahap pengembangan ini.

4. Tahap IV Implementasi (Implementation)

Kegiatan tahap keempat adalah implementasi (implementation). Hasil

pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan, dan

efisiensi pembelajaran.

5. Tahap V Evaluasi (Evaluation)

Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi (evaluation) yang meliputi

evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk

mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan

dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran secara

luas. Dalam penelitian ini hanya dilakukan evaluasi formatif, karena jenis evaluasi

ini berhubungan dengan tahapan penelitian pengembangan untuk memperbaiki

produk pengembangan yang dihasilkan. Sesuai dengan Gambar 2, maka evaluasi

dalam model ADDIE telah dilakukan tahap demi tahap. Pada tahap

pengembangan misalnya, dilakukan validasi buku ajar oleh ahli isi, ahli media,

dan ahli desain pembelajaran. Pada tahap implementasi produk buku ajar diberi

masukan oleh para mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah metodologi

penelitian.

15

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk dalam penelitian pengembangan ini terdiri atas: (1)

rancangan uji coba, (2) subyek coba, (3) jenis data, (4) instrumen pengumpulan

data, dan (5) teknik analisis data.

1. Rancangan Uji Coba

Produk berupa buku ajar model penelitian pengembangan sebagai hasil

dari pengembangan ini diuji tingkat validitasnya. Tingkat validitas produk

pengembangan diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang

dilaksanakan melalui beberapa tahap, yakni: (1) review oleh ahli isi bidang studi,

(2) review oleh ahli desain dan, (3) review oleh ahli media pembelajaran. Kegiatan

uji coba produk dilakukan dengan rancangan uji coba sebagai berikut.

16

LANGKAH UJI COBA INSTRUMEN SUBYEK COBA

Draf I Pengembangan Angket tanggapan (Format A) Ahli isi

Revisi Draf I

Draf II Pengembangan

Revisi Draf II

Draf III Pengembangan

Revisi Draf III

Gambar 5 Rancang

Gambar 3. Rancangan Uji Coba

2. Subyek Coba

Subyek coba pada tahap ini adalah satu orang ahli isi mata kuliah, satu

orang ahli desain pembelajaran, dan satu orang ahli media pembelajaran. Ahli isi

mata kuliah dalam penelitian pengembangan ini adalah Dr. Nyoman Parwati,

M.Pd. Ahli desain pembelajaran yang diminta kesediannya untuk me-review draf

17

Ahli desain

Masukan ahli desain

Masukan ahli media

Masukanpara ahli

Angket tanggapan (Format B)

Angket tanggapan (Format C)

Ahli media

Draf IV Produk Pengembangan Angket tanggapan(Format D), Lembar observasi, pedoman wawancara

Dosen dan Mahasiswa

Masukan Dosen dan MahasiswaRevisi Draft

IV

Draft V Produk Pengembangan

buku ajar model penelitian pengembangan adalah Dr. I Wayan Sukra Warpala,

M.Sc. dan ahli media pembelajaran Dr. I Made Kirna, M.Si. Beliau adalah

teknolog pembelajaran di Undiksha Singaraja. Subjek coba terakhir adalah dosen

pengampu mata kuliah metodologi penelitian, yakni Prof. Dr. Anak Agung Gede

Agung, M.Pd. dan mahasiswa semester VI yang mengambil mata kuliah

metodologi penelitian.

3. Jenis Data

Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif

dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) data evaluasi tahap pertama

berupa data hasil uji ahli isi mata pelajaran, (2) data evaluasi tahap kedua berupa

data hasil uji ahli desain pembelajaran, (3) data evaluasi tahap ketiga berupa data

hasil uji ahli media pembelajaran, dan (4) data evaluasi tahap keempat berupa data

hasil uji coba lapangan.

Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan menurut sifatnya menjadi

dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil

review ahli isi bidang studi melalui angket tanggapan (format A), hasil review ahli

desain pembelajaran (format B) hasil review ahli media pembelajaran melalui

angket tanggapan (format C), dan hasil review dosen dan mahasiswa (format D)

yang diperoleh melalui angket terbuka. Data kuantitatif diperoleh melalui angket

tertutup.

18

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

pengembangan ini adalah lembar kuesioner atau angket. Lembar kuesioner

digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi, ahli

desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, mahasiswa, dan dosen.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data,

yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

a. Analisis Deskriptif Kualitatif

Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data

hasil review ahli isi mata kuliah, ahli desain pembelajaran, dan ahli media

pembelajaran, dosen, dan mahasiswa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan

mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan,

tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis

data ini kemudian digunakan untuk merevisi produk pengembangan.

b. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui

angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk

menghitung persentase dari masing-masing subyek adalah sebagai berikut.

∑ (Jawaban x bobot tiap pilihan)Persentase = x 100% n x bobot tertinggi

Keterangan:

19

∑ = jumlah n = jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:

Persentase = F : N

Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek N = banyak subyek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan

sebagai berikut.

Tabel 2. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 4

Tingkat Pencapaian

Kualifikasi Keterangan

90% - 100% Sangat baik Tidak Perlu Direvisi75% - 89% Baik Direvisi Seperlunya65% - 74% Cukup Cukup Banyak Direvisi55% - 64% Kurang Banyak Direvisi0 - 54% Sangat Kurang Banyak Sekali yang Direvisi

20

Daftar Pustaka

Anglada, D. 2007. ”An Introduction to Instructional Design: Utilizing a Basic Design Model”. Tersedia pada http://www.pace.edu/ctlt/newsletter (diakses tanggal 17 Sepember 2007).

Artinio, A. R. Jr. 2008. A brief analysis of research on problem-based learning. (Online), (http://eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019b/80/3d/e9/db.pdf, diakses 25 April 2009).

Ardhana, I W. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Angkatan II Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran, Malang, 22-24 Maret.

Ardhana, I W. 1998. Metodologi Penelitian dan Pengembangan. Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar III-IV, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

Ardhana, I W., Willis, V. 1989. Reading in Instructional Development; Volume One. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, P2LPTK.

Banathy, B. H. 1968. Instructional Systems. California: Fearon Publishers.

Borg & Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. London: Longman Inc.

Degeng, I. N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang: LP3 Universitas Negeri Malang.

Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jenderal Penigkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 2008. ”Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan”.Tersedia pada http://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-Pembekalan-Pengawas/25%20--%20KODE%20--%2005%20-%20B1%20Pendekatan,%20Jenis,%20Metode%20Penelitian%20Pendidikan.pdf (diakses tanggal 25 Maret 2010).

Gu, L. & Wang, J. 2006. School-Based Research and Professional Learning: An Innovative Model to Promote Teacher Professional Development in China. Teaching Education, 17(1): 59-73.

21

Gustafson, K. L. 1981. Survey of Instructional Development Model. USA: ERIC

Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development. California: David S. Lake Publishers.

Kang, S. 2004. Instructional design and development: A brief historical overview. Educational Technology, 44(6): 39-45.

Miarso, Y. 1987. Penelitian Instruksional, Survey Pengembangan Instruksional. Jakarta: Depdikbud, Dikti.

Pannen, P. dan Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas, Pusat Pengembangan Aktivitas Akademik Universitas Terbuka.

Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan. 2008. ”Metode Penelitian Pengembangan”. Tersedia pada http://www.infokursus.net/download/0604091354Metode_Penel_Pengemb_Pembelajaran.pdf (diakses tanggal 25 Maret 2010).

Romiszowski, A.J. 1996. System approach to design and development. Dalam Plomp, T. & Ely, D.P. (editor in chiefs). International Encyclopedia of Educational Technology. Oxford: Pergamon Press, halm. 37-43.

Santyasa, I W. 2009. ”Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pembuatan Modul”. Tersedia pada http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/METODE_PENELITIAN.pdf, (diakses tanggal 25 Maret 2010).

Sastrawijaya, T. 1988. Proses Balajar-Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Seels, B. B. & Richey, R. C. 1994. Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field. Washington: AECT.

Setyosari, P. 2009. Pembelajaran Kolaborasi: Landasan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Malang, 14 Mei 2009.

Shambaugh, N. & Magliaro, S. G. 2006. Instructional Design. Boston: Pearson Education, Inc.

22

Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research Metodology to the Improvement of Instruction). Makalah disajikan pada Pelatihan Nasional Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas (PPKP dan PTK), bagi Dosen LPTK, Batam, 8-11 Agustus.

Sudarman. 2007. Problem-Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif, 2(2):68-73.

Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tegeh, I Made. 2013. Strategi Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Implementasi Kurikulum 2013. Proceeding dalam Seminar Internasional Forum FIP-JIP se-Indonesia di Medan, 29-31 Oktober 2013.

23