proposal nindya'q
DESCRIPTION
Proposal kualitatifTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMMETODE PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK
ANE6123
Oleh :
NINDYA PRATIWI
NPM: 1116041067
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
BANDAR LAMPUNGTAHUN 2013
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT,
Pemelihara seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Laporan
Praktikum ini.
Laporan Praktikum ini dikerjakan demi memenuhi salah
satu syarat Pelaksaanaan Praktikum Mata Kuliah Metode
Penelitian Kualitatif Administrasi Publik. Laporan ini berkenaan
dengan perkembangan karir bagi tenaga kerja outsoucing yang
ada di Bandar Lampung.
Praktikum ini merupakan praktik akan materi pembelajaran
mulai dari pertemuan 1 – 7 yang dilakukan pada pertemuan ke-9,
dengan rincian waktu praktikum: 150 menit pelaksanaan
praktikum terstruktur dan 200 menit pelaksanaan praktikum
mandiri.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu penulis berharap
kepada Ibu Dr. Novita Tresiana, M.Si dan Ibu Devi Yulianty,
S.A.N., M.A untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun penulis. Kritik konstruktif dari Ibu sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan laporan praktikum selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................
A. Latarbelakang ...............................
1
1
B. Rumusan Masalah ......................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................... 5
A. Pengertian Karir ............................
B. Pengertian Pengembangan Karir ...
C. Pengertian Outsourcing .................
D. Pola Pengembangan Karir bagi
Tenaga Kerja Outsourcing di Kota
Bandarlampung .............................
E. Hipotesis .......................................
5
9
10
15
16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......
B. Tipe/Jenis Penelitian yang
digunakan .....................................
C. Prosedur Pengumpulan Data ........
1. Sumber Data ...........................
2. Tehnik Pengumpulan Data .....
D. Prosedur Analisis Data .................
E. Prosedur Pembuktian Data ...........
17
17
18
19
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah salah satu faktor yang paling penting sebagai sumber
daya yang ada baik dalam perusahaan maupun dalam seluruh proses administrasi
dan manajemen suatu organisasi. Sumber daya manusia yang ada akan mampu
bekerja secara optimal bila ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat
dan kemampuan yang dimiliki, dengan demikian dapat lebih mudah membantu
perusahaan untuk mencapai visi dan misi yang ada, dan akan membuka
kemungkinan menciptakan struktur maupun manajemen perusahan yang baru.
Berbagai jenis perusahaan dewasa ini semakin tumbuh dan berkembang.
Perusahaan lahir dan beramai-ramai menciptakan suatu inovasi baru, baik
dalam bidang jasa maupun non jasa. Hal ini juga tidak bisa lepas dari peran
manusia sebagai sumber daya yang inovatif dan mampu berkreasi.
Perusahaan yang saat ini sedang trend adalah perusahaan yang
menggunakan system franchise, waralaba dan perusahaan outsourching. Ketiga
jenis perusahaan ini hampir sama jenisnya, yaitu lebih menjalin kerjasama
dengan beberapa perusahaan maupun perorangan. Salah satu jenis perusahaan
yang saat ini mulai sering dijumpai adalah perusahaan outsourching.
Dewasa ini perusahaan-perusahaan besar dalam mencari pegawai atau
tenaga kerja untuk mengisi lowongan tertentu tidak mau repot-repot untuk
membuka lowongan dan mengadakan seleksi tenaga kerja. Hal itu dianggap
1
melakukan pemborosan dan membuang-buang waktu. Perusahaan-perusahaan
tersebut lebih memilih melakukan efisiensi dari segi dana dan waktu dengan
bekerjasama dengan perusahaan penyedia tenaga kerja siap pakai atau sering
disebut dengan perusahaan outsourching untuk mendapatkan tenaga kerja.
Adanya perusahaan outsourching memberi dampak yang positif bagi perusahaan
yang bersangkutan karena bisa melakukan efisiensi dalam masalah perekrutan
pegawai, namun sebaliknya memberikan dampak negatif terhadap pegawai.
Dampak perusahaan outsourcing bagi pegawai adalah : status pegawai bukan
pegawai tetap perusahaan yang bersangkutan namun disewa dari pihak ketiga,
pegawai akan bekerja berdasarkan kontrak saja, dengan demikian pegawai tidak
mendapat hak-hak sebagaimana pegawai tetap bahkan tak jarang pegawai
tersebut akan mendapat tingkat upah yang rendah.
Pegawai outsourcing merupakan sumber daya manusia yang karirnya
akan sulit berkembang. Hal ini disebabkan karena pegawai tersebut tidak
berstatus sebagai pegawai perusahaan tempat dia bekerja namun terdaftar sebagai
pegawai dari perusahaan outsourcing yang bekerjasama dengan perusahaan yang
bersangkutan. Perusahaan yang tidak puas dengan kinerja pegawai
outsourcing tersebut, akan mudah memberhentikan atau mengembalikan
tanpa memberikan kompensasi apapun. Seringkali perusahaan outsourcing hanya
mengirimkan pegawai sesuai permintaan posisi yang diminta tanpa melihat
kualitas sumber daya manusianya. Padahal dalam era globalisasi saat ini salah
satu elemen yang menjadi kunci keberhasilan dalam perusahaan adalah
faktor sumber daya manusia yang berfungsi sebagai pegawai.
2
Di Kota Bandarlampung sendiri masih banyak permasalahan yang dialami
pegawai outsourcing. Mulai masalah upah, hingga PHK (pemutusan hubungan
kerja) secara sepihak. Untuk kasus outsourcing, menurut Ketua DPC Kota
Bandarlampung Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 Deni Suryawan
(Radar Lampung, 2013), dalam Peraturan Menteri Tentang Tenaga Kerja Nomor
19 Tahun 2012 dijelaskan, yang berhak memakai tenaga outsourcing yakni untuk
posisi sekuriti, cleaning service, migas, transportasi, dan katering. Di luar kelima
itu tidak diperbolehkan perusahaan memakai tenaga kerja outsourcing. Namun
saat ini masih banyak yang menggunakannya. outsourcing ini baik bagi
perusahaan, tetapi buruk bagi buruh. Terkait permasalahan upah, sampai saat ini
masih ada perusahaan yang belum menerapkan Keputusan Gubernur Nomor
G/29.a/III.05/HK/2013 tentang Penetapan UMK Bandarlampung Tahun 2013
tertanggal 16 Januari 2013, yaitu upah minimum provinsi (UMP) Lampung yang
sebesar Rp1.150.000 dan upah minimum kota (UMK) Bandarlampung
Rp1.165.0000.
Atas uraian tersebut diatas, maka dalam penulisan penelitian ini penulis
mengambil judul: “Pola Pengembangan Karir bagi Tenaga Kerja Outsourcing di
Bandarlampung”.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat permasalahan yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pola pengembangan
karir bagi tenaga kerja outsourcing di Kota Bandar Lampung?”
3
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pola pengembangan karir bagi tenaga kerja
outsourcing di Kota Bandarlampung.
2. Untuk mengetahui apakah ada sistem pengembangan karir bagi tenaga
kerja outsourcing di Kota Bandarlampung.
3. Untuk melengkapi tugas akhir dari mata kuliah Metodologi Penelitian
Kualitatif.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Karir
Karir adalah semua pekerjaan yang dipegang seseorang selama kehidupan
dalam pekerjaannya (Keith Davis dan Werther W.B; 1996). Komponen utama
karir terdiri atas alur karir, tujuan karir, perencanaan karir dan pengembangan
karir. Alur karir adalah pola pekerjaan yang berurutan yang membentuk karir
seseorang. Tujuan karir merupakan pernyataan tentang posisi masa depan di mana
seseorang berupaya mencapainya sebagai bagian dari karir hidupnya. Tujuan ini
menunjukkan kedudukan seseorang sepanjang karir pekerjaannya. Perencanaan
karir merupakan proses di mana sesorang menyeleksi tujuan karir dan arus karir
untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan pengembangan karir seseorang
meliputi perbaikan-perbaikan personal yang dilakukan untuk mencapai rencana
dan tujuan karirnya.
Menurut Gibson dkk. (1995: 305) karir adalah rangkaian sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama
rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus
berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan
rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari
sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi
memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang
merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat
6
memuaskan seorang individu.
Menurut Greenhaus (1987: 5) yang dikutip oleh Irianto (2001:93)
terdapat dua pendekatan untuk memahami makna karir, yaitu: pendekatan
pertama memandang karir sebagai pemilikan (aproperty) dan/atau dari
occupation atau organisasi. Pendekatan ini memandang bahwa karir sebagai
jalur mobilitas di dalam organisasi yang tunggal seperti jalur karir di dalam
fungsi marketing, yaitu menjadi sales representative, manajer produk, manajer
marketing distrik, manajer marketing regional, dan wakil presiden divisional
marketing dengan berbagai macam tugas dan fungsi pada setiap jabatan.
Pendekatan kedua memandang karir sebagai suatu properti atau
kualitas individual dan bukan occupation atau organisasi. Pendekatan ini
memandang bahwa karir merupakan perubahan- perubahan nilai, sikap, dan
motivasi yang terjadi pada setiap individu/pegawai.
Berdasarkan kedua pendekatan tersebut definisi karir adalah sebagai
pola pengalaman berdasarkan pekerjaan (work-related experiences) yang
merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang dialami oleh setiap
individu/pegawai dan secara luas dapat dirinci ke dalam obyective events.
Salah satu contoh untuk menjelaskannya melalui serangkaian posisi
jabatan/pekerjaan, tugas atau kegiatan pekerjaan, dan keputusan yang berkaitan
dengan pekerjaan (work- related decisions).
Menurut Irianto (2001 : 94), pengertian karir meliputi elemen-
elemen obyektif dan subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-
kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan
elemen subyektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir
7
dengan mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah
pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi
(misalnya dengan mengubah harapan).
Simamora (2001 : 504) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang
dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang
obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir
merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama
hidupnya, sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir merupakan
perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang
menjadi semakin tua.
Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu dan menganggap
bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap
nasibnya sehingga individu tersebut dapat memanipulasi peluang untuk
memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitas-
aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-
nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang hidupnya.
Sedangkan menurut Soetjipto, dkk (2002 : 276) karir
merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian
orang merupakan suatu tujuan hidup. Setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban untuk sukses mencapai karir yang baik. Karir sebagai sarana untuk
membentuk seseorang menemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan
karir dan kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan tujuan karir, secara
kontinyu mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan rancangannya.
8
Menurut Daniel C. Feldam dan Hugh J. Arnold (dalam Moekijat, 1995: 4-
5) istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai
pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Istilah karir
sedikit-banyak telah “didemokratisasi: – sekarang karir menunjukkan rangkaian
atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh orang-orang selama riwayat
pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat organisasinya. Pejabat
pimpinan mempunyai karir, demikian pula sekretaris pimpinan.
Menurut Gibson dkk. (1995: 305) karir adalah rangkaian sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang
waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus
berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian
pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang
organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi memperbaharui dirinya
sendiri untuk menuju efektivitas karir yang merupakan batas dimana rangkaian
dari sikap karir dan perilaku dapat memuaskan seorang individu.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa karir
adalah merupakan suatu rangkaian perubahan nilai, sikap dan perilaku serta
motivasi yang terjadi pada setiap individu selama rentang waktu
kehidupannya untuk menemukan secara jelas keahlian, tujuan karir dan
kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan tujuan karir, dan secara
kontinyu mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan rancangannya. Karir juga
merupakan suatu proses kemitraan interaksi dalam tahapan dan kerja sama
antara organisasi/perusahaan atau manajemen, atasan langsung dan individu itu
sendiri.
9
B. Pengertian Pengembangan Karir
Ada beberapa pengertian pengembangan karir yang dikemukakan oleh para ahli
dibidang MSDM:
1. Menurut Vithzal Rivai (2009 : 274 ) :Pengembangan karir adalah
proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam
rangka mencapai karir yang di inginkan.
2. Menurut T. Hani Handoko ( 2000 : 123 ), karir adalah semua pekerjaan
atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja
seseorang, dengan demikian karir menunjukkan perkembangan para
pegawai secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan
yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi.
3. Menurut Wayne F. Casio yang di kutip oleh Bambang Wahyudi
(2002:162) menyatakan bahwa : Rangkaian promosi jabatan atau
mutasi ke jabatan yang lebih tinggi dalam jenjang hirarki yang dialami
oleh seorang tenaga kerja selama masa dinasnya.
4. Simamora (2001, hal. 504); Pengembangan karir menurut adalah
proses individu sebagai pegawai dalam mengidentifikasi dan
mengambil langkah-langkah dan menetapkan tujuan karirnya. Ada
tidaknya pengembangan karir akan dipersepsikan berbeda antara
pegawai yang satu dan pegawai yang lain.
Jadi secara umum dapat dikatakan pengembangan karir adalah perubahan
nilai-nilai, sikap dan motivasi yang terjadi pada seseorang, karena dengan
penambahan/ peningkatan usianya akan menjadi semakin matang. Dari pengertian
10
ini, fokus pengembangan karir adalah peningkatan kemampuan mental, yang
terjadi karena pertambahan usia. Perkembangan mental itu dapat juga berlangsung
selama seseorang menjadi pekerja pada sebuah organisasi, yang terwujud melalui
pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tugas pokoknya.
Pengembangan karir adalah suatu usaha dilakukan secara formal dan
berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan
seorang pekerja.
Pengembangan karir merupakan tanggung jawab suatu organisasi yang
menyiapkan karyawannya dengan kualifikasi dan pengalaman tertentu, agar pada
waktu yang dibutuhkan organisasi sudah memiliki karyawan dengan kualifikasi
tertentu. Jadi yang dilakukan karyawan adalah bekerja sebaik mungkin, mengikuti
semua pelatihan yang diberikan, menunggu kesempatan kenaikan jabatan dan
biasanya menurut saja menduduki jabatan yang ditawarkan oleh perusahaan.
Pengembangan karir pada umumnya berupa kenaikan karier secara vertikan dari
satu jenjang pekerjaan tertentu ke jenjang berikutnya. Jadi seseorang diharapkan
mendalami suatu bidang pekerjaan tertentu kemudian menduduki jabatan
manajerial.
Maka disini dapat kita simpulkan bahwa pengembangan karir sesorang di
dorong oleh keinginan yang kuat untuk dapat menempati kedudukan yang lebih
tinggi dalam suatu organisasi yang didukung dengan kemampuan individu dan
tingkat emosional yang di milikinya diatas rata-rata karyawan lainya.
C. Pengertian Outsourcing
Outsourcing secara harfiah berasal dari kata “out” yang berarti keluar dan
“source” yang berarti sumber. Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik suatu
11
definisi operasional mengenai outsourcing yaitu ; suatu bentuk perjanjian kerja
sama antara perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai
penyedia jasa, dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B untuk
menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan A dengan
membayar sejumlah uang, namun upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan
B kepada tenga kerja yang disuplay. Tenaga kerja inilah yang disebut dengan
pekerja outsourcing.
Dalam konteks hukum, pada pasal 1601 b KUH-Perdata, outsoucing
disamakan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan. Sehingga pengertian
outsourcing secara tersirat dapat diartikan sebagai sebuah perjanjian, dimana
pemborong mengikat diri untuk membuat suatu kerja tertentu bagi pihak lain yang
memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan pihak yang lain yang
memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak
pemborong dengan bayaran tertentu.
Bila merujuk pada Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, sebagai dasar hukum diberlakukannya outsourcing (Alih Daya)
di Indonesia, membagi outsourcing (Alih Daya) menjadi dua bagian, yaitu:
pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh. Pada
perkembangannya dalam draft revisi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan outsourcing (Alih Daya) mengenai pemborongan
pekerjaan dihapuskan, karena lebih condong ke arah sub contracting pekerjaan
dibandingkan dengan tenaga kerja. Outsourcing (Alih Daya) dikenal sebagai
penyediaan jasa tenaga kerja seperti yang diatur pada pasal 64, 65 dan 66.
12
Dalam UU No.13/2003, yang menyangkut outsourcing (Alih Daya) adalah
pasal 64, pasal 65 (terdiri dari 9 ayat), dan pasal 66 (terdiri dari 4 ayat).
Pasal 64 adalah dasar dibolehkannya outsourcing. Dalam pasal 64 dinyatakan
bahwa: Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan
jasa pekerja / buruh yang dibuat secara tertulis.”
Pasal 65 memuat beberapa ketentuan diantaranya adalah:
• penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara
tertulis (ayat 1);
• pekerjaan yang diserahkan pada pihak lain, seperti yang dimaksud dalam ayat
(1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
- dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan;
- merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan;
- tidak menghambat proses produksi secara langsung. (ayat 2)
• perusahaan lain (yang diserahkan pekerjaan) harus berbentuk badan hukum (ayat
3); perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan lain sama dengan
perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan
atau sesuai dengan peraturan perundangan (ayat 4);
• perubahan atau penambahan syarat-syarat tersebut diatas diatur lebih lanjut
dalam keputusan menteri (ayat 5);
13
• hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan diatur dalam perjanjian tertulis
antara perusahaan lain dan pekerja yang dipekerjakannya (ayat 6)
• hubungan kerja antara perusahaan lain dengan pekerja/buruh dapat didasarkan
pada perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu
(ayat 7);
• bila beberapa syarat tidak terpenuhi, antara lain, syarat-syarat mengenai
pekerjaan yang diserahkan pada pihak lain, dan syarat yang menentukan bahwa
perusahaan lain itu harus berbadan hukum, maka hubungan kerja antara
pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja beralih menjadi
hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan (ayat
8).
Pasal 66 UU Nomor 13 tahun 2003 mengatur bahwa pekerja/buruh dari
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja
untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung
dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi. Perusahaan penyedia jasa untuk
tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi juga harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
• adanya hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa tenaga
kerja;
• perjanjian kerja yang berlaku antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa
tenaga kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau tidak tertentu yang
dibuat secara tertulis dan ditandatangani kedua belah pihak;
• perlindungan upah, kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang
14
timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;
• perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis.
Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan
hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan. Dalam hal syarat-syarat diatas tidak terpenuhi (kecuali mengenai
ketentuan perlindungan kesejahteraan), maka demi hukum status hubungan kerja
antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi
hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.
Menurut definisi Maurice Greaver, Outsourcing (Alih Daya) dipandang
sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak
pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside provider), dimana tindakan
ini terikat dalam suatu kontrak kerjasama.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Muzni Tambusai, Direktur
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yang mendefinisikan pengertian outsourcing (Alih Daya) sebagai
memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang
tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai
penerima pekerjaan.
Dalam dunia Psikologi Industri, tercatat karyawan outsourcing adalah
karyawan kontrak yang dipasok dari sebuah perusahaan penyedia
jasa tenaga outsourcing.
15
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, terdapat persamaan
dalam memandang outsourcing (Alih Daya) yaitu terdapat penyerahan sebagian
kegiatan perusahaan pada pihak lain.
D. Pola Pengembangan Karir bagi Tenaga Kerja Outsourcing
Awalnya, perusahaan outsourcing menyediakan jenis pekerjaan yang tidak
berhubungan langsung dengan bisnis inti perusahaan dan tidak mempedulikan
jenjang karier. Seperti operator telepon, call centre, petugas satpam
dan tenaga pembersih atau cleaning service. Namun saat ini,
penggunaan outsourcing semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.
Dengan menggunakan tenaga kerja outsourcing, perusahaan tidak perlu repot
menyediakan fasilitas maupun tunjangan makan, hingga asuransi kesehatan.
Sebab, yang bertanggung jawab adalah perusahaan outsourcing itu sendiri.
Meski menguntungkan perusahaan, namun sistem ini merugikan untuk
karyawan outsourcing. Selain tak ada jenjang karier, terkadang gaji mereka
dipotong oleh perusahaan induk. Pekerja menjadi tidak jelas hak-haknya,
termasuk mengenai pengupahan, hak atas jaminan pekerjaan dan hak atas jaminan
sosial. Bayangkan, presentase potongan gaji ini bisa mencapai 30 persen, sebagai
jasa bagi perusahaan outsourcing. Celakanya, tidak semua
karyawan outsourcing mengetahui berapa besar potongan gaji yang diambil oleh
perusahaan outsourcing atas jasanya memberi pekerjaan di perusahaan lain itu.
Sistem Kerja Outsourcing, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sistem
perekrutan karyawan pada umumnya. Perbedaannya, karyawan ini direkrut oleh
perusahaan penyedia tenaga jasa, bukan oleh perusahaan yang membutuhkan
16
jasanya secara langsung. Nanti, oleh perusahaan penyedia tenaga jasa, karyawan
akan dikirimkan ke perusahaan lain (klien) yang membutuhkannya. Dalam
sistem kerja ini, perusahaan penyedia jasa outsource melakukan pembayaran
terlebih dahulu kepada karyawan. Selanjutnya mereka menagih ke perusahaan
pengguna jasa mereka. Karyawan outsourcing biasanya bekerja berdasarkan
kontrak, dengan perusahaan penyedia jasa outsourcing, bukan dengan perusahaan
pengguna jasa.
E. Hipotesis
Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa pegawai outsourcing
hanyalah merupakan tenaga kerja kontrak atau tidak permanen/tidak pasti bekerja
tetap dalam sebuah perusahaan, sehingga tidak ada pola atau sistem
pengembangan karir bagi tenaga kerja outsourcing di Kota Bandarlampung. Tidak
adanya jaminan bagi masa depan pegawai outsourcing, sewaktu-waktu
perusahaan dapat melakukan PHK terhadap mereka. Sedangkan karir adalah
rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas
kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja
yang terus berkelanjutan. Jadi adanya pengembangan karir jika seseorang bekerja
secara berkelanjutan, bukan hanya bersifat sementara.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu : Desember 2013 s/d Desember 2013
2. Tempat : Kota Bandar Lampung
B. Tipe/Jenis Penelitian yang digunakan
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,
melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang
menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita
empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu
penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan
mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya”.
18
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney
dalam Moh. Nazir; metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat,
serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.
C. Prosedur pengumpulan data
1. Sumber Data
1.1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung
dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan
tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati
atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi
lansung tentang pola pengembangan karir bagi tenaga kerja outsourcing di Kota
Bandarlampung.
1.2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi
pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari
berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
19
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan
sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan
dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung
dengan beberapa tenaga kerja outsourcing di Kota Bandarlampung.
2. Tehnik pengumpulan data
2.1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam
kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu.
Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara
sistematik tentang bagaimana sikap yang ditunjukkan para pegawai outsourcing
saat diwawancara.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku,
perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku atau tanggapan pegawai
outsourcing. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang
tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara
verbal.
2.2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si
penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).
20
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan
kongkret dari jawaban atau ulasan yang diberikan. Dalam penelitian ini, peneliti
akan mengadakan wawancara dengan beberapa pegawai outsourcing di beberapa
perusahaan di Kota Bandarlampung.
2.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,
pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga
masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret
tentang keadaan pegawai outsourcing di Kota Bandarlampung, khususnya yang
berkaitan dengan pengembangan karir mereka.
D. Prosedur Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa
menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang
diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
21
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.
E. Prosedur Pembuktian data
Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)
kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan
(dependibility), (4) kepastian (konfermability). Dalam penelitian kualitatif ini
memakai 3 macam antara lain :
a. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai
kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota,
perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan
pengecekan kecakupan refrensi.
b. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan
kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh
manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu,
pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat
dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh auditor independent oleh
dosen pembimbing.
c. Kepastian (konfermability)
22
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung
oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
23
DAFTAR PUSTAKA
Rosidah, Ambar Teguh Sulistiyani. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan
Lexy J Moleong, 1991, Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja Rosda Karya.
Moh. Nazir. Ph. D, 2003, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 2004, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.
Tambusai. Muzni, 2006, Pelaksanaan Outsourcing Ditinjau Dari Aspek Hukum
Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial.
Gomes, C. F. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Andi
Gunawan, J. 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta. Andi Offset
Hadi. 2001. Metodologi Research 2. Yogyakarta: Andi Offset
Handoko, T. H. 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakara. Liberty
Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Nina Aksara
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt510be64fa4f3f/hak-hak-pekerja-outsourcing-(alih-daya) diakses tgl 25/12/2013 at. 21: 34
http://www.pajak.go.id/content/article/dilema-karyawan-outsourcing-dan-kontrak
diakses tgl 25/12/2013 at. 21:49
24