proposal nany la hasary akper pemkab muna
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHADIRAN IBU BALITA DI
POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LABASA KECAMATAN TONGKUNO SELATAN
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2012
OLEH:
HASNANI
11.11.862
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini tepat
pada waktunya. penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’
PENGANTAR RISET KEPERAWATAN‘’. Adapun penelitian ini membahas
mengenai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHADIRAN IBU
BALITA DI POSYANDU.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan Penelitian ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penelitian ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha, oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Posyandu ......................................................................................8
1. Pengertian Posyandu ......................................................................8
2. Tujuan Posyandu ...........................................................................9
3. Sasaran Penyelenggaraan posyandu ..............................................9
4. Kegiatan Posyandu .......................................................................9
5. Klasifikasi Posyandu .....................................................................11
B. Tingkat Kehadiran Balita Di Posyandu ...............................................12
C. Tingkat Pendidikan (Ibu Balita dan kader Posyandu) ........................13
D. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Posyandu ............................14
E. Pekerjaan Ibu 15
F. Jarak tempat Tinggal Ibu Ke Posyandu ...............................................16
G. Kerangka Teori ....................................................................................18
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................19
B. Variabel Penelitian ...............................................................................20
C. Definisi Operasional ............................................................................20
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................................24
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..............................................................24
C. Populasi dan Sampel ..........................................................................24
D. Jenis dan Cara Pengumpula Data .......................................................27
E. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ..........................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan keadaan gizi masyarakat, yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di
posyandu. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ini dititikberatkan pada kegiatan penyuluhan
gizi dengan menggunakan pesan – pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan
lahan pekarangan, yang secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh
masyarakat sendiri (Depkes RI, 2002).
Kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi antara lain dengan
penimbangan secara berkala anak-anak dibawah lima tahun (Balita ) yang pada
hakekatnya merupakan perpaduan dari kegiatan pendidikan gizi, monitoring gizi, dan
intervensi gizi melalui usaha – usaha Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan ini
bertolak dari usaha swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga
sukarela desa yang telah mendapat latihan dibawah pengawasan dari Puskesmas
(Depkes, RI, 2002).
Usaha – usaha tersebut tidak akan berdaya guna dan berhasil guna tanpa
didukung oleh usaha - usaha lain secara terpadu. Oleh karena itu usaha penanggulangan
masalah gizi memerlukan kerjasama dan koordinasi yang mantap antara berbagai sektor
pembangunan. Lebih dari itu, keberhasilan penanggulangan gizi sangat tergantung dari
partisipasi aktif masyarakat yang ditandai oleh tingkat kehadiran ibu – ibu balita di
posyandu. Salah satu indikator keberhasilan posyandu dalam usaha perbaikan gizi
adalah angka pencapaian program (N/S) yang tinggi. Pencapaian angka N/S ini perlu
didukung oleh pencapaian angka partisipasi masyarakat (D/S) yang tinggi pula. D/S
menunjukkan perbandingan jumlah anak balita yang hadir dan ditimbang di posyandu
dengan jumlah semua anak balita yang ada di suatu wilayah posyandu. D/S juga
merupakan suatu rasio tingkat kehadiran anak balita di posyandu (Depkes RI, 2001).
Untuk meningkatkan jumlah sasaran yang berkunjung/terlibat dalam kegiatan
posyandu serta kualitas pelayanan di posyandu itu sendiri sudah jelas dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain seperti perilaku, pendidikan, pengetahuan, soaial budaya,
jarak tempat tinggal, pekerjaan dan lain-lain.
Pendidikan dan pengetahuan merupakan hal yang penting bagi manusia, yang
dapat mengubah persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan, diartikan sebagai
pengalaman yang kita alami. Pengalaman - pengalaman itu harus disusun dan diatur
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berkaitan satu sama lain
sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan. Dengan pendidikan dan pengetahuan
yang dimilikinya diharapkan seorang ibu akan dapat meningkatkan dan berperan aktif
dalam kegiatan posyandu dan akan selalu berperilaku, bertindak dan bersikap untuk
mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Hanafiah (2004) membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara
pengetahuan, pendidikan, pekarjaan dan jarak posyandu terhadap frekuensi
pemanfaatan posyandu di Desa Malang Tepah Kecamatan Bandah Aceh Tamiang.
Dari hasil data Potensi Desa (Podes) di Indonesia. Tahun 2009 terlihat 60%
balita dilaporkan di bawa ke possyandu dalam satu bulan, 25% tidak teratur dibawa ke
posyandu dan 15% balita tidak pernah di bawah ke Posyandu. Menurut umur balita
menunjukkan bahwa bayi sampai 11 bulan yang dibawa ke posyandu 53,9%, kelompok
usia 12 sampai 23 bulan 32% dan umur 24 bulan sampai 59 bulan 14,1% (Profil
Kesehatan Indonesia, 2010).
Menurut Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memantau pertumbuhan
balita indicator yang digunakan adalah D/S dan N/D. Pada tahun 2009 cakupan
penimbangan balita (DS) pada bayi 50,75% dan balita 52,10%, tahun 2010 terjadi
peningkatan D/S 51,89% dan N/D 79,26%. Cakupan D/S dan N/D tahun 2009 samapai
2010 cenderung berfluktuatif naik turun, gerakan penimbangan balita harus terus
digalakkan melalui penyuuhan, penggerakkan masyarakat, revintalisasi posyandu dan
lain-lain (Profil Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara , 2010).
Data pertumbuhan pertumbuhan balita di Kabupaten Muna tahun 2010
cakupan penimbangan Balita (DS) usia 0-11 bulan sebesar 82%, usia12-59 bulan
sebesar 62%. Sedangkan tahun 2011, cakupan penimbangan Balita mengalami
peningkatan, dimana penimbangan Balita usia 0-11 bulan sebesar 85% dan
penimbangan Balita usia 12-59 bulan sebesar 87% (Profil Dinkes Kabupaten Muna,
2011).
Keberadaan posyandu dalam masyarakat memegang peranan yang cukup
penting, namun masih banyak anggota masyarakat yang belum memanfaatkannya
secara maksimal. Ada kecenderungan masyarakat (terutama ibu – ibu) masih terkesan
enggan untuk ikut secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Dan gejala ini
semakin nyata pada balita usia 12 bulan - 59 bulan karena usia tersebut telah lulus dari
pemberian program imunisasi dasar. Artinya tingkat partisipasi masyarakat dalam
posyandu belum menggembirakan, sebagaimana yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan.
Puskesmas Labasa terdiri 6 desa dengan memiliki 6 (enam) posyandu dan
masih dalam tingkatan posyandu pratama yaitu posyandu yang masih belum mantap.
Kegiatannya belum bisa rutin dan kader aktifnya terbatas. Hal ini dapat dilihat dari
indikator yang ada dalam posyandu yaitu rata – rata tingkat kehadiran balita (D/S)
kurang dari 50%, sedangkan kader yang aktif 2 – 3 orang dari 5 kader yang ada tiap
posyandu.
Berdasarkan data di 6 (enam) desa di wilayah kerja Puskesmas Labasa yang
memiliki Balita berjumlah 486 orang pada tahun 2011, cakupan D/S sebesar 42,6 %
yang terdiri dari 71,4% untuk usia 0 – 11 bulan, usia 12 – 59 bulan yaitu 33,3%. Angka
ini merupakan terendah dan dibawah angka rata – rata cakupan D/S wilayah kerja
Puskesmas Labasa tahun 2010 yaitu 65,12 % yang terdiri dari 84% usia 0 – 11 bulan
dan 53% untuk usia 12 – 59 bulan (Profil Puskesmas Labasa, 2011). Angka tersebut
juga masih di bawah target Kabupaten Muna yaitu sebesar 80 % (Dinkes Kab. Muna,
2011).
Rendahnya tingkat kehadiran balita di posyandu dapat disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu balita tentang
posyandu. (Depkes RI, 2000).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan kehadiran ibu di Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna?
2. Adakah hubungan antara Pengetahuan dengan kehadiran ibu di Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna?
3. Adakah hubungan antara Pekerjaan dengan kehadiran ibu di Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna?
4. Adakah hubungan antara Jarak Tempat Tinggal dengan kehadiran ibu di Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kehadiran ibu
balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Labasa Tongkuno Selatan Kabupaten
Muna.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan kehadiran ibu di
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan
Kabupaten Muna?
b. Untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dengan kehadiran ibu di
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan
Kabupaten Muna?
c. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kehadiran ibu di
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan
Kabupaten Muna
d. Untuk mengetahui hubungan antara Jarak Tempat Tinggal dengan kehadiran ibu
di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan
Kabupaten Muna?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan kajian informasi tentang kegiatan
keterpaduan yang dilaksanakan di posyandu.
2. Bagi penentu kebijakan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kebijakan program
peningkatan upaya – upaya kegiatan di bidang gizi dan administrasi kesehatan.
3. Bagi pengelola program dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk memotivasi
masyarakat demi tercapainya angka partisipasi masyarakat (D/S) atau tingkat
kehadiran anak balita yang lebih baik di posyandu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan – kegiatan yang dipadukan khususnya adalah
Program KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan diare (Anonim, 2007).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan
salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat
masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB, kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi,
Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama (Effendy,
2004).
Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan
untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar (Effendy,2004).
2. Tujuan Posyandu
Tujuan pembentukan posyandu adalah :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran dalam
rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga.
b. Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatan
masyarakat.
3. Sasaran Penyelenggaraan posyandu
Sasarannya meliputi :
a. Bayi usia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia 1 – 5 tahun
c. Ibu hamil, menyusui dan ibu nifas
d. Wanita Usia Subur
4. Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu menurut Panca Krida Posyandu (Effendy, 2004)
a. Kesehatan Ibu dan Anak
b. Keluarga Berencana
c. Imunisasi
d. Peningkatan Gizi
e. Penanggulangan Diare
Kegiatan gizi di posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah-langkah
kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang meliputi :
a. Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) melalui
penimbangan oleh kader.
b. Pemberian Makanan Tambahan
c. Penyuluhan Gizi.
Prosedur pelaksanaan posyandu mengikuti system lima meja atau lima
langkah dasar. Pola pelaksanaan posyandu sistem lima meja dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1.
Skema Pola Pelayanan Posyandu
Sumber : Poernomo, 1987
Meja 1
Meja 2
Meja 3
Meja 4
Meja 5
5. Klasifikasi Posyandu
Klasifikasi posyandu terdiri dari :
a. Posyandu pratama ( warna merah )
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
b. Posyandu Madya ( warna kuning )
Posyand pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
pertahun, dengan rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah yaitu
kurang dari 50%.
c. Posyandu purnama ( warna hijau )
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8
kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
Pendaftaran Balita dan Ibu Hamil
Penimbangan Balita dan Ibu Hamil
Pencatatan Hasil Penimbangan
Penyuluhan Ibu Balita dan Ibu Hamil
Pelayanan Kesehatan
program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih 50%. Sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat tetapi masih
sederhana.
d. Posyandu Mandiri ( warna biru )
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK (DepKes RI, 2001).
B. Tingkat Kehadiran Balita di Posyandu
Tingkat kehadiran balita di posyandu dapat dilihat dari hasil angka D/S. D/S
merupakan tingkat partisipasi masyarakat yang diperoleh melalui perbandingan jumlah
balita yang ditimbang dengan jumlah balita yang ada di suatu wilayah. Tingkat
kehadiran anak balita di posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Aktifitas Kader
Menurut Slamet Y ( 1980) menyatakan bahwa keaktifan kader sebagai
pelaksana kegiatan posyandu merupakan kunci keberhasilan posyandu karena kader
posyandu merupakan penghubung antara program dengan masyarakat serta
memerlukan berbagai persyaratan tertentu agar keberadaannya diakui dan diterima
masyarakat. Kader dalam posyandu adalah anggota masyarakat yang bekerja dengan
sukarela, mampu melaksanakan UPGK dan mampu menggerakkan masyarakat.
2. Kelengkapan Sarana
Sarana dalam kegiatan posyandu akan membantu kelancaran kegiatan
posyandu. Sarana yang lengkap, jelas akan membantu kelancaran kegiaatan
posyandu.
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita tentang Posyandu
Pengetahuan tentang posyandu yang baik pada ibu balita akan memberikan
respon yang positif yaitu hadir di posyandu untuk menimbangkan balitanya.
4. Keaktifan Petugas Pembina
Salah satu strategi perubahan perilaku menurut WHO adalah dengan
pemberian informasi. Dengan keaktifan petugas pembina memberikan informasi-
informasi tentang posyandu akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
posyandu dan hal ini menyebabkan masyarakat mau berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki, yaitu hadir menimbangkan anak balitanya ke posyandu
(Depkes RI, 2001).
C. Tingkat Pendidikan (Ibu Balita dan kader Posyandu)
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi partisipasi dan peran serta
masyarakat dalam penyelenggeraan posyandu.
1. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan merupakan usaha memindahkan ilmu pengetahuan kepada orang
lain. Seseorang yang menerima pendidikan yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan
lebih mampu berpikir secara obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional
maka seseorang akan lebih mudah menerima hal - hal baru yang dianggap
menguntungkan bagi dirinya. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang
berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang
kepada orang lain.
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal. Pendidikan
dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai
perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka
dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan
adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan
keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi
tertentu yang sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan.
( Notoatmodjo, 2000).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan ibu adalah
lamanya ibu menempuh pendidikan dalam lembaga pendidikan formal yang
dinyatakan dengan tahun sukses. (SD = 6 tahun, SMP = 9 tahun, SMA = 12 tahun
PT > 12 tahun ) (Depdiknas, 2002).
D. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita tentang Posyandu
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Notoatmodjo mengungkapkan
pendapat “Rogers” bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai terbentuk.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007) yaitu:
1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya.
4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalan suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis) merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada, yang menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Apabila penerimaan perilaku baru / adopsi perilaku melalui proses dimana disadari
oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat
langgeng, sebaliknya apabila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama (Mantra, 2004).
Pengetahuan merupakan tahap awal dimana subyek mulai mengenal ide baru serta
belajar memahami, yang pada akhirnya dapat merubah perilakunya. Dengan semakin
baik pengetahuan ibu balita tentang posyandu akan meningkatkan kehadiran balita di
posyandu.
E. Pekerjaan Ibu
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan waktu untuk mengasuh anak
akan berkurang, sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk
berpastisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu sama
sekali untuk ikut berpatisipasi di posyandu. Sedangkan pada ibu rumah tangga
memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangka waktu
untuk membawa anaknya ke posyandu.
Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap
perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh
dan membawa anakanya berkunjung ke psoyandu masih kurang karena waktunya akan
habis untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aspek lain yang berhubungan dengan lokasi
waktu adalah jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang
dipergunakan untuk keluarga di rumah (Husnaini, 1989).
F. Jarak Tempat Tinggal Ibu Ke Posyandu
Jarak antara tempat tinggal dan posyandu sangat mempengaruhi ibu untuk hadir atau
berpastisipasi dalam kegiatan posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan
Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor lingkungan fisik/letak
geografis berpengaruh terhadap perilaku seseorang/masyarakat terhadap kesehatan. Ibu
balita tidak dating ke posyandu disebabkan karena rumah balita tersebut jauh dengan
posyandu sehingga ibu balita tersebut dating untuk mengikuti kegiatan dalam posyandu.
Demikian juga sesuai yang dikemukakan oleh WHO dalam Notoatmodjo (2003)
yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung dari
situasi pada saat itu. Ibu balita mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh dan
situasi kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke posyandu.
Keterjangkauan posyandu oleh individu dalam masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya menurut Kasniyah (1983) salah satu pertimbangan yang
menentukan sikap individu memilih sumber perawatan adalah jarak yang ditempuh dari
tempat tinggal mereka sampai ketempat sumber psoyandu. Slack (1981) menyatakan
bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan mencerminkan kombinasi
kebutuhan normative (normative need) dan kebutuhan yang dirasakan (felt need).
Akibatnya keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (posyandu),
parakonsumen sering bergantung pada informasi yang disedikan oleh provider dengan
preferensinya dan keinginan individu yang dilaatarbelakangi dengan kemampuan
membayarnya. Djoko Wijono (1999) menyatakan akses berarti bahwa pelayanan
kesehatan (posyandu) tidak terhalang oleh keadaan georafis, social, ekonomi, budaya,
organisasi atau hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jenis transportasi,
jarak, waktu perjalanan dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk
memperoleh pelyanan kesehatan (posyandu).
Akses tempat pelayanan posyandu berkaitan dengan kekmampuan dalam
pembiayaannya yang terjangkau (Notoatmodjo, 2000) Modifikasi.
G. Kerangka Teori
Gambar. 2 Kerangka Teori
Kehadiran Balita di Posyandu
Faktor yang memudahkan ( Predispossing ) :1. Umur2. Pendidikan dan
pengetahuan3. Pendapatan4. Pekerjaan
Faktor yang memungkinkan :( Enabling factors )
1. Kelengkapan Sarana2. Jarak tempat tinggal
Faktor yang memperkuat :( Reinforcing factors )1.Sikap dan perilaku kader2. Keaktifan petugas Pembina3. Dukungan lembaga terkait
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu maupun kader posyadu dapat
mempengaruhi partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyelenggeraan posyandu.
Dan selain itu pekerjaan dan jarak tempat tinggal juga sangat mempengaruhi. Kurangnya
kehadiran para ibu membawa anaknya ke posyandu disebabkan kurangnya penegetahuan
ibu akan pentingnya memeriksakan kesehatan anak mereka ke posyandu. Berikut ini
adalah gambar kerangka konsep dari penelitian ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keterangan :: Variabel yang diteliti: Variabel yang tidak diteliti
Gambar. 3 Kerangka Konsep Penelitian
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Tingkat Pendidikan Ibu Balita
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita
Pekerjaan Ibu Balita
Jarak Tempat Tinggal
Tingkat Kehadiran Balita Di Posyandu
Kelengkapan Sarana
Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari pendidikan ibu, pengetahuan
ibu, pekerjaan ibu, dan jarak tempat tinggal ke posyandu.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kehadiran ibu balita ke posyandu.
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Tingkat Pendidikan Ibu Balita
Tahun pendidikan yang pernah ditempuh oleh ibu balita dalam lembaga
pendidikan, dihitung dalam lama tahun sukses. Skala pengukurannya adalah skala
interval.
Kriteria Obyektif :
a) Rendah : ≤ 9 tahun
b) Tinggi : > 9 tahun
(Depdiknas, 2002)
2. Pengetahuan Ibu balita tentang posyandu
Kemampuan menjawab pertanyaan pengetahuan ibu tentang posyandu yang
diukur berdasarkan jawaban benar dari serangkaian pertanyaan yang diajukan .Nilai
jawaban benar dipresentasikan dengan nilai total. Skala pengukurannya skala
interval.
Kriteria Obyektif :
a) Kurang apabila jawaban benar ≤ 60 %
b) Baik apabila jawaban benar > 60%
(Khomsan, 2000)
3. Pekerjaan
Merupakan kegiatan sehari-hari ibu dan dan menghasilkan pendapatan.
Kriteria Obyektif :
a) Bekerja apabila ibu mempunyai pekerjaan tetap seperti petani,
wiraswasta/pegawai swasta dan PNS.
b) Tidak bekerja apabila ibu hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) atau tidak
mempunyai pekerjaan tetap.
4. Jarak tempat tinggal
Adalah jarak antara lokasi posyandu dengan tempat tinggal ibu balita, dengan
melihat jawaban responden mengenai jarak antara tempat tinggal dengan posyandu
sesuai persepsi ibu jauh atau dekat. Jauh apabila persepsi ibu jaraknya lebih dari 1 km
dan dekat apabila persepsi kurang atau sama dengan 1 km
Kriteria Obyektif :
a) Dekat apabila ibu ke posyandu menempuh jarak ≤ 1 km.
b) Jauh apabila ibu ke posyandu menempuh jarak > 1 km.
5. Tingkat Kehadiran Balita di Posyandu
Tingkat kehadiran balita di posyandu dilihat dari frekuensi kehadiran balita
untuk mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan dalam satu tahun terakhir, yang
dinyatakan dalam jumlah hadir, dengan dicros check pada kartu KMS dan Buku
Bantu Penimbangan / SIP di posyandu. Skala pengukurannya adalah skala rasio.
Kriteria Obyektif :
a) Aktif apabila anak balita hadir dalam kegiatan penimbangan balita di posyandu
sebanyak 8 kali dalam 1 tahun.
b) Tidak aktif apabila 8 kali dalam satu tahun.
(Depkes RI, 2001)
D. Hipotesis Penelitian
1. Ho : Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu balita dengan tingkat
kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu
Ha : Ada hubungan tingkat pendidikan ibu balita dengan tingkat kehadiran
balita usia 12 – 59 bulan di posyandu.
2. Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu
dengan tingkat kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu
Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu dengan
tingkat kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu.
3. Ho : Tidak ada hubungan pekerjaan ibu balita tentang posyandu dengan
tingkat kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu
Ha : Ada hubungan tingkat pekerjaaan ibu balita tentang posyandu dengan
tingkat kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu.
4. Ho : Tidak ada hubungan jarak tempat tinggal ibu balita tentang posyandu
dengan tingkat kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu
Ha : Ada hubungan jarak tempat tinggal ibu balita tentang posyandu dengan
tingkat kehadiran balita usia 12 – 59 bulan di posyandu.
BAB III
METODE PENELITIAN
E. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan
Crossectional Study di mana variabel-variabel bebas dan variabel terikat diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).
F. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Labasa Kabupaten Muna
Provinsi Sulawesi Tenggara.
G. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei Tahun 2012.
H. Populasi, Sampel dan Responden
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua anak balita usia 12- 59 bulan yang
terdaftar sebagai peserta posyandu di wilayah kerja Puskesmas Labasa Kecamatan
Tongkuno Selatan (6 desa) yaitu sebanyak 486 anak balita.
2. Sampel
Sampel adalah anak balita yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi sebagai
berikut :
a. Usia anak balita 12 – 59 bulan
b. Memiliki Kartu Menuju Sehat ( KMS )
c. Apabila dalam satu keluarga memiliki dua balita atau lebih diambil balita yang
usianya termuda.
Sampel ditentukan dengan rumus : ( Notoadmodjo, 2002 )
Z ². N . p . q
n =
d². ( N – 1 ) + Z² . p . q
Keterangan :
N : Besar sampel
Z : Tingkat kemaknaan ( 95 % )
N : Besar populasi = 486
p : proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan pada populasi dalam hal ini
digunakan D/S Puskesmas Labasa (12-59 bulan) = 0,333
q : ( 1 –p ) = 0,667
d : presisi = 0,05
= ( 0,95 ) 2 x 486 x 0,333 x 0,667
( 0,05 )2 x ( 486 - 1 ) + ( 0,95 )2 x 0.333 x 0.667
= 97,42
1,125 + 0,200
= 97,42
1, 415
= 68,83 dibulatkan menjadi 69 sampel
Besar sampel hasil perhitungan dengan formulasi tersebut adalah sebanyak 69 anak
balita.
Penarikan sampel anak balita ditentukan menggunakan metode acak proporsional
berdasarkan banyaknya anak balita di tiap Desa yang ada di Puskesmas Labasa,
yaitu :
JS
JSP = x n
P
Keterangan :
JSP : Jumlah sampel di desa
JS : Jumlah balita usia 12 – 59 bulan di desa
P : Jumlah balita 12 – 59 bulan di pukesmas
n : Besar sampel (69)
Dari formulasi tersebut diperoleh jumlah sampel di tiap posyandu sebagai berikut :
Desa JS JSP
Kulidawa
Wale-ale
Labasa
Lawama
Watondo
Lianosa
31
124
95
76
44
116
4
18
14
11
6
16
486 ( P ) 69 ( n )
I. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara berdasarkan
kuesioner yang dilakukan dengan kunjungan langsung ke rumah responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan tujuan yang
diperoleh dari desa setempat dan dari catatan di posyandu yang meliputi gambaran
umum desa penelitian, jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dan partisipasi
masyarakat desa (D/S) di posyandu.
J. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari Kuesioner dan hasil pengamatan di
lapangan diolah menggunakan program komputer selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel untuk dianalisis dengan statistik. Langkah-langkah pengolahan data meliputi:
b. Editing
Kegiatan,ini dilakukan dengan dasar pertimbangan untuk mengkoreksi suatu data
yang telah terkumpul meliputi kebenaran / kesesuaian dan kelengkapan.
c. Coding
Pemberian kode pada sampel dan responden meliputi jenis kelamin, tingkat
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu, pekerjaan ibu, jerak
tempat tinggal dan tingkat kehadiran anak balita di posyandu.
d. Scoring
Penentuan nilai (skor) pada jawaban daftar pertanyaan pengetahuan ibu tentang
posyandu berdasarkan jawaban benar. Nilai yang diperoleh setiap jawaban benar
kemudian dijumlahkan menjadi total nilai. Nilai jawaban yang benar berjumlah
36. (Notoatmodjo, 2005).
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan diinterpretasikan dalam bentuk
narasi.
K. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-
masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat dan karakteristik responden.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing variabel
Independent dan variabel Dependent dengan menggunakan uji Chi-Square (X2)
(Sabri, 2006).
Rumus Chi-Square sebagai berikut:
X2 = N (ad – bc)2
(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)
Keterangan:
N : Jumlah sampel
a,b,c,dan d : Sel-sel
Interprestasi hasil uji, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α=0.05)
dengan tingkat kepercayaan 95%.
Kriteria penolakan:
1. Bila X2 hitung > X2 tabel, Maka Ho ditolak dan Ha diterima
2. Bila X2 hitung < X2 tabel, Maka Ho diterima dan Ha ditolak
Untuk mengetahui besar hubungan antar variabel digunakan koefisien Phi dengan rumus:
φ=√ X2
N
Keterangan
φ = Koefisien phi
X2 = Kai-kuadr-at hasil perhitungan
N = Besar sampel
Interpretasi nilai phi antara 0-1
0 – 0,25 : hubungan lemah
0,26 – 0,50 : hubungan sedang
0,51 – 0,75 : hubungan kuat
0,76 – 1 : hubungan sangat kuat (Sugyono, 2008)
L. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada
masing-masing Kepala desa di Wilayah Kerja Puskemsas Wangi-Wangi untuk
mendapatkan persetujuan kemudian kuesioner dijalankan ke subjek yang diteliti dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Informed Consent
Lembar perstujuan diberikan pada responden, tujuannya adalah supaya
mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama
pengumpulan data. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap akan menghormati haknya.
2. Anonymity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subjek. Lembar tersebut diberi kode tertentu.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Buku Pengelolaan Kegiatan Kegiatan UPGK . Jakarta: Dirjen DKA dan Direktorat Gizi Masyarakat.2007.
Departemen kesehatan RI, Pola Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Pembanguna Kesehatan, Jakata: Direktorat Bina Peran serta masyarakat,. 1990.
------------, ARRIF Pedoman Manajemen Peranserta Mayarakat, Jakarta. 2001.
------------, Buku Pedoman Petugas Lapangan UPGK, Jakarta. 2002.
Depdiknas, Penuntasaan Wajar Dikdas 9 Tahun. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Dinkes Kabupaten Muna. Profil Gizi DenKes Kabupaten Muna. Raha. 2011.
Effendy.N., Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. 2004.
Kardjati, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, Jakarta: Yayasan Obor,. 2003.
Khomsan,Ali, Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi, Bandung: ITB,. 2000.
Mantra,IB., Perencanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: DepkesRI, 2004.
Notoatmodjo,Soekidjo., Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
Notoatmodjo, Soekidjo dan Endah Wuryaningsih., Pendidikan- Promosi dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Universitas Indonesia. 2000.
Notoatmodjo,Sorkidjo., Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. 2005........................................, Ilmu Kesehatan Masyarakat “Ilmu dan Seni” Jakarta:
Rineka Cipta. 2005.
Poernomo,Sonja., Pedoman Kegiatan Kader di Luar Jadwal Posyandu, Jakarta. 1987.