proposal - web viewpendahuluan. latar belakang masalah . keberhasilan dalam pembelajaran...

159
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa, guru, kebiajakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta dalam proses belajar seperti metoda, sarana dan prasarana (media pembelajaran), model, dan pendekatan belajar yang digunakan. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan 1

Upload: ngominh

Post on 30-Jan-2018

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut

adalah siswa, guru, kebiajakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta

dalam proses belajar seperti metoda, sarana dan prasarana (media pembelajaran),

model, dan pendekatan belajar yang digunakan. Kondisi riil dalam

pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Rendahnya mutu pembelajaran

dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat

berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan

motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana

yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif.

Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang

menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan). Jadi

pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan

psikomotorik.

Permasalahan yang dialami dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

meliputi faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang dialamai oleh

siswa meliputi hal-hal seperti; sikap terhadap belajar, motivasi belajar,

konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan

1

Page 2: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang

tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri

siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa.

Faktor-faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat

menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik. (Dimyati

& Mudjiono, 2002).

Faktor eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut; guru sebagai

pembimbing belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian,

lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai

pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah eksternal

belajar merupakan prasyarat terlaksanannya siswa dapat belajar.(Dimyati &

Mudjiono, 2002)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum

pembelajaran di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan penuh

makna dengan memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara efektif.

Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap

dinamika perkembangan masyarakat. Dalam praktek pembelajarannya harus

senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang. Pendekatan-pendekatan

pembelajaran efektif yang diambil dari teori pendidikan modern menjadi salah

satu intrumen penting untuk diperhatikan agar pembelajaran tetap menarik bagi

peserta didik serta senantiasa relevan dengan konteks yang berkembang.

Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental

2

Page 3: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya

sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum.

Untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan strategi yang memadukan setiap

komponen pembelajaran secara integrated dan koheren. Penentuan materi yang

tepat, metode yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang relevan serta

proses evaluasi yang dapat mengukur tingkat pencapaian proses dan hasil

terhadap tujuan pembelajaran menjadi pekerjaan utama para aktor pembelajaran

agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Peran pendidik yang kini mengalami pergeseran dari teacher centered menuju

student centered merupakan suatu fenomena yang memiliki makna filosofis

terhadap praktek pembelajaran di persekolahan. Oleh karenanya, guru abad

sekarang harus mampu meningkatkan profesionalismenya serta senantiasa

beradaptasi dengan dinamika perkembangan dunia pendidikan pada khususnya

dan dinamika global pada umumnya.

Hasil belajar yang merupakan daya serap siswa yang berupa kemampuan

kognitif atau kemampuan mengerjakan tes samapi sekarang masih menjadi

pedoman untuk menaikan siswa ke kelas yang lebih tinggi dan menerima siswa

atau mahasiswa baru. Oleh karena itu, mutu pendidikan yang digambarkan dalam

hasil belajar bidang studi IPS masih sangat perlu segera ditingkatkan, terutama

karena memasuki tantangan baru era globalisasi.

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru

memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media

3

Page 4: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi

anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya

secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya

seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai

sumber belajar.

Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya

sumber belajar bagi anak didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih

tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya masih sangat terbatas dan belum

memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat teknologi

sudah ada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir

terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di

sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai

bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata

teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu,

tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Media sebagai

sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual.

Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus

disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan

kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya.

Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar

dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari akan

hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi

cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya

4

Page 5: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan

media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai untuk

tercapainya tujuan. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar mengajar terjadi.

Pembelajaran dengan menggunakan media Audio-visual adalah sebuah

cara pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur suara

dan gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra

penglihatan dan indra pendengaran. Umar Hamalik (1986) dan Sudirman, dkk

menyatakan media pembelajaran berfungsi sebagai :

(1) menyiarkan informasi penting; (2) memotivasi siswa dalam pembelajaran; (3) menambah pengayaan dalam belajar; (4) menunjukkan hubungan-hubungan antar konsep; (5) menyajikan pengalaman-pengalaman yang tidak ditujukan guru; (6) membantu belajar perorangan; (7) mendekatkan hal-hal yang ada diluar kelas ke dalam kelas.

Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran yang bisa melibatkan lebih

dari satu indra akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang diterima, dan

semakin efektifnya dalam proses mengingat terhadap informasi yang sudah

diterima.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mencoba melakukan

penelitisan dengan judul : Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan

Menggunakan Media Audio-Visual Pada Pelajaran IPS Di Kelas VII-A SMP

Muhammadiyah 2 Kadungora Kabutapen Garut.

5

Page 6: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan Media Audio Visual di

kelas VII-A SMP Muhammadiyah 2 Kadungora?

2. Bagaimanakah hasil belajar  siswa dengan menggunakan Media Audio

Visual di kelas VII, SMP Muhammadiyah 2 Kadungora?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan

berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan Media Audio

Visual di kelas VII, SMP Muhammadiyah 2 Kadungora.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan Media Audio

Visual di kelas VII, SMP Muhammadiyah 2 Kadungora.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut penulis kemukakan manfaat

dari penelitian ini, yaitu:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembuktian bahwa

penggunaan media merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan

6

Page 7: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

hasil belajar siswa. Terlebih lagi penggunaan media audio visual yang

memadukan antara indera pendengar dan indera penglihat

2. Secara Praktis

a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas

dan efisiensi pembelajaran

b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi

siswa dan kinerja guru

c. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.

d. Memperbaiki kinerja guru

e. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah

f. Meningkatkan kualitas pembelajaran

g. Meningkatkan minat siswa dalam memahami Materi pelajaran.

h. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap perolehan ilmu.

i. Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar.

j. Meningkatkan prestasi siswa.

k. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyeraf informasi yang ada.

1.5 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahtafsiran terhadap pokok-pokok masalah yang

diteliti, di bawah ini akan diterangkan secara operasional beberapa istilah teknis

yang dipandang penting untuk diketahui kejelasannya.

1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Peningkatan berarti mempertinggi (Purwadarman:1984). Sedangkan

kinerja adalah suatu proses yang disusun untuk meningkatkan hasil-hasil

7

Page 8: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

produk (Soetisna, 2000:47). Guru merupakan pekerjaan atau jabatan

profesional, artinya tidak semua orang mampu melakukan pekerjaan tersebut

dengan baik.

Hasil belajar siswa yaitu adanya perubahan tingkah laku pada aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam

penellitian ini adalah sebagai akibat dari penggunaan media Audio Visual

pada proses pembelajaran.

2. Media Pembelajaran Audio Visual

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar mengajar terjadi.

Pembelajaran dengan menggunakan media Audio-Visual adalah sebuah

cara pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur

suara dan gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra

penglihatan dan indra pendengaran.

3. Pembelajaran IPS

Setiap mata pelajaran tentu memiliki karakteristik yang membedakan

dari mata pelajaran yang lain, demikian juga mata pelajaran Pengetahuan

Sosial untuk SMP. Beberapa karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial,

antara lain :

a. Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi,

ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan.

8

Page 9: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

b. Materi kajian Pengetahuan Sosial berarti dari struktur keilmuan sosiologi,

geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur

keilmuan itu kemudian dirumuskan materi kajian untuk Pengetahuan

Sosial.

c. Materi Pengetahuan Sosial juga menyangkut masalah sosial dan tema-

tema yang dikembangkan dengan pendekatan indispliner dan

multidispliner. Yang dimaksud indispliner yaitu melibatkan disiplin ilmu

ekonomi, ekonomi, geografi dan sejarah. Sedangkan multidispliner yaitu

materi kajian itu mencakup aspek kehidupan masyarakat.

4. Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), disebutkan

bahwa : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas

dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari

aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Geografi, sejarah, dan antropologi

merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran

geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-

wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan

peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi

komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial,

aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual,

9

Page 10: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik

dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-

aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan

psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran,

kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.

5. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan utama

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap

mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan

terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa

dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat

dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan

secara baik. Menurut Awan Mutakin (1998), berdasarkan rumusan tujuan

umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

10

Page 11: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik

secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana,2005). Kegiatan

belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain

itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati

oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran,

yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh

pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi

lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga

didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar

ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar

yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental,

akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak

pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai

perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan

belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran.

Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki,

suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002).

11

Page 12: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari

oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang

suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

Tabel 2.1 : Ciri-ciri Umum Pendidikan, Belajar, dan perkembangan.

Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan1. Pelaku Guru sebagai

pelaku mendidik dan siswa yang terdidik

Siswa yang bertindak belajar atau pembelajar

Siswa yang mengalami perubahan

2. Tujuan Membantu iswa untuk menjadi pribadi mandiri yang utuh

Memperolah hasil belajar dan pengalaman hidup

Memperoleh perubahan mental

3. Proses Proses interaksi sebagai faktor eksternal belajar

Internal pada diri pembelajar

Internal pada diri pembelajar

4. Tempat Lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah

Sembarang tempat

Sembarang tempat

5. Lama waktu

Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga

Sepanjang hayat

Sepanjang hayat

6. Syarat terjadi

Guru memiliki kewibawaan pendidikan

Motivasi belajar kuat

Kemauan mengubah diri

7.Ukuran Keberhasilan

Terbentuk pribadi terpelajar

Dapat memecahkan masalah

Terjadinya perubahan positif

12

Page 13: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

8. Faedah Bagi masyarakat mencerdaskan kehidupan bangsa

Bagi pembelajar mempertingi martabat pribadi

Bagi pembelajar memperbaiki kemajuan mental

9. Hasil Pribadi sebagai pembangun yang produktif dan kreatif

Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring

Kemajuan ranah kognitif, akfektif, dan psikomotorik

Adaptasi dari Monks, Knoers, (Siti Rahayu, 1989)

Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar ditentukan?

Oleh karena itu, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang

belajar.

a. Belajar Menurut pandangan Skinner

Skinner berpadangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal

berikut :

(i) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulakan respons pembelajar,

(ii) respons si pembelajar, dan

(iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat

terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai

ilustrasi, perilaku respons yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku

respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

13

Page 14: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan

Skinner. Pandangan Skinner ini terkenal dengan nama teori Skinner.

Dalam menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang

penting, yaitu (i) pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan (ii)

penggunaan penguatan. Sebagai ilustrasi, apakah guru akan meminta

respons ranah kognitif atau afektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar

“menyebut ibu kota negara Republik Indonesia adalah Jakarta,” tentu saja

siswa hanya dilatih menghafal.

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning

operan sebagai berikut :

(1) Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan

perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan

diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.

(2) Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang

lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan

luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.

(3) Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari

serta jenis penguatnya.

(4) Keempat, membuat program pembelajaran program pembelajaran ini

berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu

mempelajari perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program

pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan

14

Page 15: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting

bagi modifikasi perilaku selanjutnya. (Sumadi Suryabrata, 1991).

b. Belajar Menurut Gagne

Menurut Gagne, “belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil

belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i)

stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan

oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,

menjadi kapabilitas baru. Sebagai ilustrasi, siswa kelas dua SMP mempelajari

nilai luhur Pancasila. Mereka membaca berita di surat kabar tentang bencana

alam gempa bumi di Flores dan banjir di beberapa provinsi di jawa. Mereka

bersama-sama mengumpulkan bantuan bencana alam dari orang tua siswa

SMP. Mereka mampu mengumpulkan 4 kuintal beras, 100 potong pakaian,

dan uang sebesar Rp 5.000.000,00. Hasil bantuan tersebut kemudian mereka

serahkan ke Palang Merah Indonesia yang mengkoordinasi bantuan di kota

setempat. Perilaku siswa mengumpulkan sumbangan tersebut merupakan hasil

belajar nilai luhur Pancasila. Hal ini merupakan dampak pengiring.

Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi

eksternal, kondisi inernal, dan hasil belajar.

Komponen tersebut dilukiskan dalam bagan 2.1 sebagai berikut.

15

Page 16: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Kondisi internal belajar

Kondisi eksternal belajar

Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran(Adaptasi dari Bell Gredler, 1991:188).

Bagan 2.1 melukiskan hal-hal berikut :

(1) Belajar merupakan interaksi antara “keadaan inernal dan proses

kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.

(2) Proses kognitif tersebut menghasilakn suatu hasil belajar. Hasil

belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan

intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.

Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas

siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa :

(1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperanan

dalam kehidupan.

16

Keadaan internal dan proses kognitif siswa

Berinteraksi dengan

Stimulus dari lingkungan

Informasi verbalKeterampilan intelekKeterampilan motorikSikapSiasat kognitif

Acara Pembelajaran

Hasil Belajar

Page 17: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

(2) Keterampilan intelekutal adalah kecakapan yang berfungsi

untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta

mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek

ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan

terdefinisi, dan prinsip.

(3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan

mengarahakn aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

(4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,

sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Gagne berpendapat bahwa, dalam belajar terdiri dari tiga

tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut : (i)

persiapan untuk belajar, (ii) pemerolehan dan unjuk perbuatan

(performansi), dan (iii) alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan

tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapat

kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan perfomansi

digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, pembangkitan

kembali dan respons, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi

pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakukan secara

17

Page 18: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru

untuk melakukan pembelajaran.

Dalam rangka pembelajaran, maka guru dapat menyusun

acara pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar.

Pola hubungan antara fase belajar dengan acara-acara pembelajaran

tersebut dapat digunakan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan

belajar di kelas. Sudah barang tentu guru masih harus menyesuaikan

dengan bidang studi dan kondisi kelas yang sebenarnya. Guru dapat

memodifikasi seperlunya.

Tabel 2.2 : Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran

Persiapan Fase belajar KeteranganPersiapan untuk belajar

1.Mengarahkan perhatian

Acara pembelajaran Menarik perhatian siswa dengan kejadian yang tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimulus.

2. Ekspektansi Memberitahu siswa mengenai tujuan belajar

3.Retrival (infromasi dan keterampilan yang relevan untuk memori kerja)

Merangsang siswa agar mengingat siswa agar mengingat kembali hasil belajar (apa yang telah dipelajari) sebelumnya.

Pemerolehan dan unjuk perbuatan

4.Persepsi selektif atas sifat stimulus

Menyajikan stimulus yang jelas sifatnya

5.Sandi semantik Memberikan bimbingan belajar

6.Retrival dan respons

Memunculkan perbuatan

Retrival dan alih 7. Penguatan Siswa8.Pengisyaratan Memberikan balikan

informatif9.Pemberlakuan

secara umumMeningkatkan retensi dan alih belajar

18

Page 19: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

(Belajar Menurut Pandangan Gagne)

c. Belajar Menurut Pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab

individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan

tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan

maka fungsi intelek semakin berkembang.

Selanjutnya menurut Piaget (Dahar, 1996) “perkembangan intelektual

melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0: 0-2; 0 tahun), (ii) pra-

opterasional (2: 0-7; 0 tahun), (iii) operasional konkret (7: 0-11: 0 tahun), dan

(iv) operasi format (11: 0-ke atas)”.

Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan

kemampuan sonsorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan

penglihatan, penciuman, pengengaran, perabaan dan menggerak-gerakannya.

Pada tahap pra-operasional. Anak mengembalikan diri pada persepsi tentang

realitas. Ia telah mampu menggunakn simbol, bahasa, konsep sederhana,

berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan. Pada tahap

operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti

penalaran logis. Walau kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial

and error”. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti

pada orang dewasa.

Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun

sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk,

19

Page 20: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan

sosial.

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase

eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase pengenalan

konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala.

Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gelaja

lain lebih lanjut.

Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut :

(1) Langkah satu : Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak

sendiri. Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa

pertanyaan, seperti berikut :

(a) Pokok bahasana manakah yang cocok untuk eksperimentasi?

(b) Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi

kelompok?

(c) Topik manakah yan dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara

fisik sebelum secara verbal?

(2) Langkah dua : Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan

topik tersebut. Hal ii dibimbing dengan pertanyaan seperti :

(a) Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan

nictode eksperimen?

(b) Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?

(c) Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam

mengikuti kegiatan di kelas?

20

Page 21: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

(d) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat

dipecahkan atas dasar pengisyaratan perseptual?

(e) Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?

(f) Dapatkah aktivitas itu dapat memperkaya konstruk yang sudah

dipelajari?

(3) Langkah tiga : Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk

mengemukakan pertanyaan, yang menunjang proses pemecahan masalah.

Bimbingan pertanyaan berupa:

(a) Pertanyaan lanjut yang memancing berpikir seperti “bagaimana

jika”?

(b)Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan

pertanyaan spontan?

(4) Langkah empat : Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan

keberhasilan, dan melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan berupa:

(a) Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan

siswa yang besar?

(b) Segi kegiatan manakah yang tidak menarik, dan apakah alternatifnya?

(c) Apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat

baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah

dipelajari?

(d) Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih

lanjut?

21

Page 22: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru

memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, ekperimental, dan

eksplanasi (Bell Bredler, 1991 : 3001-357).

d. Belajar Menurut Rogers

Rogers menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an.

Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi

pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh

peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip

pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut :

(1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa

tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

(2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

(3) Pengorganisasisan bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan

dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

(4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang

proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja

sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.

(5) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara

bertanggung jawab dalam proses belajar.

(6) Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa

mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang

22

Page 23: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa

evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.

(7) Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan

sungguh-sungguh.

Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran

yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :

(1) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar

secara terstruktur,

(2) Guru menggunakan metode simulasi,

(3) Guru menggunakan metode inquiri, atau belajar menemukan (discovery

learning).

(4) Guru menggunakan metode simulasi,

(5) Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati

perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.

(6) Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

(7) Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta

peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas (Snelbecker, 1974: 483-

494; Skager, 1984: 33”; Bergan dan Dunn, 1976: 122-128).

Keempat pandangan tentang belajar tersebut merupakan bagian kecil dari

pandangan yang ada. Untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon

guru masih harus mempelajari sendiri dari psikologi belajar. Di samping itu,

para guru masih perlu memilih teori yang relevan bagi bidang studi

asuhannya. Guru juga perlu memodifikasi secara praktis sesuai dengan

kondisi perilaku siswa belajar.

23

Page 24: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung terhadap kualitas

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pemahaman seorang guru terhadap

pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara atau metode guru itu

mengajar.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh pakar-pakar, secara

umum dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap,

Surya, (2003 : 7) menjelaskan pengertian pembelajaran dapat dirumuskan

sebagai berikut: “pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

2. Masalah-masalah dalam Belajar

Suryabrata (1984) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :

a.   Faktor-faktor non-sosial

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang

jumlahnya, seperti misalnya : keadaan suhu, suhu udara, cuaca, waktu

24

Page 25: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

(pagi, siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat

yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya

yang dapat kita sebut sebagai alat pelajaran).

b.   Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor manusia

(semua manusia), baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat

disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang

lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu

belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang melaksanakan ujian,

lalu banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau

seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar

masuk kamar belajar itu dan sebagainya.

Selain kehadiran yang langsung seperti yang dikemukakan di atas,

mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara langsung atau dapat

disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan

representasi dari seseorang, suara nyanyian yang dihidangkan lewat radio

maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran

seseorang.

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat lagi

digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a.   Faktor-faktor fisiologi

Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam,

yaitu :

25

Page 26: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

1)   Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan

melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan

lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan

jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah.

Dalam hubungannya dengan hal ini ada dua hal yang perlu

dikemukakan yaitu :

(a)  Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan

mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat

berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya.

(b) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.

2)  Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama fungsi-fungsi alat

indra.

b.    Faktor-faktor psikologi

Arden N. Frandsen (dalam S. Suryabrata, 1984) mengatakan bahwa

hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:

1)  Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas2)  Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,

dan teman-teman.3)  Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi 4)  Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran5)  Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

26

Page 27: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

2.2 Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Media pengajaran atau alat peraga lebih dikenal sebagai salah satu alat

bantu pengajaran. Dikatakan sebagai alat karena fungsinya sebagai alat untuk

membantu guru dalam memperlancar jalannya pengajaran, sehingga dapat

memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Alat

bantu tersebut merupakan cara untuk menyajikan suatu materi pelajaran melalui

peragaan. Hidayat (1991:107), menyatakan bahwa ”yang dimaksud dengan media

pengajaran ialah suatu alat yuang dipergunakan dalam proses penyampaian

pengajaran kepada siswa untuk membantu mempermudah, memperlancar

jalannya pengajaran sehingga materi dapat dipahami oleh siswa”.

Sadiman (1984 : 7) mengatakan bahwa, ”Media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima,

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi dengan efektif

dan efisien.

Sehubungan dengan itu, Hastuti (1986 : 177) berpendapat bahwa ”Media

berasal dari bahasa Latin dengan bentuk jamak medium yang berarti perantara,

maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk

disampaikan kepada penerima pesan”. Hamalik (1994:12) memberikan

pengertian bahwa ”media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam

rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.

27

Page 28: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Menurut Subiakto (1993 : 206), yang dimaksud dengan alat atau media

dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah segala alat yang dapat

digunakan oleh guru atau pengajar serta pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditentukan.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan media dalam pengajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah suatu alat atau perantara yang dipergunakan oleh guru

untuk menyampaikan materi pelajaran atau menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang minat dan perhatian siswa dalam kegiatan

proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Kedudukan media pengajaran dalam proses belajar mengajar itu memegang

peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar

ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain: tujuan, bahan, metode, dan

alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat atau media merupakan unsur yang tidak

bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk

mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pengajaran,

tujuan, media atau alat memegang peranan yang sangat penting, sebab dengan

adanya media tersebut bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

Sejalan dengan fungsi media pembelajaran, Sudhana (1987 :100)

berpendapat:

Ada enam fungsi pokok dari media pengajaran, yaitu :1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang

efektif.2) Salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.3) Penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.4) Sebagai alat hiburan untuk menarik minat siswa.5) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam

menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.6) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

28

Page 29: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Namun hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media dalam

pengajaran adalah prinsip tidak ada satu media pun yang paling baik untuk

keseluruhan masalah atau tujuan pengajaran. Sebab setiap media memiliki

karakteristik yang berbeda, yang masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangannya. Oleh karena itu, dalam pemilihan media harus disesuaikan

dengan tujuan, kemampuan siswa, sifat materi, dan kemampuan guru dalam

menjalankan media tersebut. Jadi, sebenarnya tidak ada suatu media pun yang

dapat dipergunakan oleh segala macam situasi dan kondisi.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa media merupakan suatu alat yang

menjadi pengantar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian,

yang dimaksud dengan media pengajaran bahasa Indonesia adalah alat yang dapat

dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai

tujuan pengajaran yang diharapkan.

2. Media Audio Visual

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar

mengajar terjadi.

Pembelajaran dengan menggunakan media Audio-visual adalah sebuah

cara pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur suara dan

gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra penglihatan dan

indra pendengaran. Dalam proses belajar mengajar media pembelajaran berfungsi

sebagai:1) menyiarkan informasi penting ; 2) memotivasi siswa dalam

29

Page 30: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

pembelajaran; 3) menambah pengayaan dalam belajar; 4) menunjuka hubungan –

hubungan antar konsep; 5) menyajikan pengalaman-pengalamn yang tidak

ditunjukan guru; 6) membantu belajar perorangan; 7) mendekatkan hal-hal yang

ada diluar kelas kedalam kelas.

O. Hamalik (1982) dan Sudirman, dkk mengelompokan media berdasarkan

jenisnya dalam beberapa kelompok :

1. Media auditif yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti tepe recorder.

2. Media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan dalam

wujud visual.

3. Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan gambar.

Dalam sebuah penelitian bahwa penerimaan informasi sebelum menjadi

ilmu pengetahuan dalam diri kita itu diawali melalui proses indra. Menyadur

pendapat Vernon A. Magnesen bahwa dalam kegiatan belajar, sebuah ilmu

pengetahuan bisa di terima oleh indra kita ternyata memiliki tingkatan prosentase

yang berbeda, dengan pengklasifikasian sebagia berikut:

10% dari apa yang kita baca

20% dari apa yang kita dengar

30% dari apa yang kita lihat

50% dari apa yang kita lihat dan dengar

70% dari apa yang kita katakan

90% dari apa yang kita katakan dan lakukan

30

Page 31: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Aristoteles mengusulkan bahwa model pendidikan awal berasal dari

serapan indra. Dan masing-masing indra mempunyai kontribusi yang berbeda.

Penggabungan indra-indra dalam proses belajar akan menambah daya serap siswa.

Dengan demikian penggunaan media belajar audio-visual akan merangsang

keterlibatan indra penglihatan dan pendengaran dan juga suasana diri (mood)

sehingga akan memudahkan dalam penyerapan informasi yang pada akhirnya akan

di simpan di otak dalam memori.

2.3 Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pendidikan IPS

Istilah IPS merupakan sub program pendidikan pada tingkat pendidikan

dasar dan menengah, oleh karena itu lahirlah Pendidikan IPS (dan Pendidikan

IPA). Istilah ini adalah penegasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar bisa

dibedakan dengan pendidikan tinggi di Universitas. Namun, menurut Al Mukhtar

(1991: 47), ”mata pelajaran ilmu-ilmu sosial sendiri, sudah ada jauh sebelum

digunakan istilah IPS seperti yang terdapat dalam kurikulum 1962 dan 1968”.

Istilah lain yang muncul selain dari nama Pendidikan IPS ini adalah Studi

Sosial. Istilah ini diperkenalkan di Indonesia pada Tahun 1971, pada ‘Seminar

Nasional Civics Education di Tawangmangu - Solo, sebagai terjemahan dari

istilah “Social Studies” yang telah digunakan di Amerika untuk mata pelajaran ini

dalam kurikulum Sekolahnya” (Al Mukhtar, 1991: 48). Kendatipun istilah ini

tidak dijadikan nama bagi Pendidikan IPS, namun menurut Al Mukhtar, istilah ini

terus berkembang sebagai sebutan konseptual dalam pembaharuan pendidikan

IPS yang secara operasional lebih berperan sebagai pendekatan dalam

pengembangan kurikulum Pendidikan IPS.

31

Page 32: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Nama-nama lainnya yang identik dengan penamaan Pendidikan IPS

(PIPS) dan Studi Sosial ini masih menurut Al Mukhtar (2001; 24-49), adalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Ilmu Sosial (PIS), dan Ilmu Sosial

Dasar (ISD). Setiap istilah yang digunakan, merupakan cerminan dari dasar

pemikiran serta visi, misi dan arah pengembangannya, terutama tujuan dari setiap

program. Namun, secara umum orang mengidentikkan IPS dan PIPS adalah

sebutan untuk program pendidikan IPS di tingkat dasar dan menengah, sedangkan

Studi Sosial, Pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Sosial Dasar, adalah nama-nama

untuk program pendidikan yang biasa dilaksanakan di tingkat Perguruan Tinggi.

Sekalipun diajarkan di tingkatan yang berbeda, namun dua-duanya tetap

mempunyai kesamaan, yakni sama-sama berbasiskan ilmu sosial, sedangkan

perbedaannya terdapat dalam segi kedalaman dan keluasan isi materi, serta tujuan

akhir dilaksanakannya program tersebut.

Perbandingan pendidikan IPS untuk tingkat Dasar dan Menengah dan di Perguruan

Tinggi, digambarkan oleh Somantri (2001:103) sebagai berikut:

Pendidikan IPS untuk tingkat Dasar dan Menengah

Pendidikan IPS untuk FPIPS dan jurusan IPS FKIP

Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah, dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.

Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah (dan psikologis) untuk mewujudkan tujuan pendidikan FPIPS, dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.

Perbandingan Pend. IPS untuk tingkat Dasar & Menengah dengan di Perguruan Tinggi.

32

Page 33: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Di sekolah-sekolah Amerika sendiri yang sampai saat ini dianggap

sebagai salah satu sumber utama dalam pendidikan IPS (studi sosial) di Indonesia

ternyata mempunyai tiga tradisi dalam memandang (pendekatan) pendidikan IPS

untuk proses pembelajaran di tingkat persekolahannya R.D. Barr et al. dalam

David T. Nayloretal. (1987:35-37).

Pertama, ada yang memandang IPS sebagai Pendidikan Kewarganegaraan

yang bertujuan membentuk warga negara yang baik melalui penanaman nilai-

nilai yang baik sebagai kerangka dasar pengambilan keputusan. Kedua,

memandang IPS sebagai Ilmu Sosial yang bertujuan untuk membentuk warga

negara yang baik melalui pengambilan keputusan yang mendasar, dengan

penguasaan konsep ilmu sosial, proses dan problem sosial. Ketiga memandang

IPS sebagai Reflektif Inkuiri yang bertujuan untuk membentuk warga negara

yang baik melalui kesiapan dalam proses penelitian yang mana pengetahuan itu

didapatkan dengan cara mengetahui/memahami kebutuhan-kebutuhan warga

negara untuk membuat keputusan dan memecahkan permasalahannya.

Penggunaan metode pada ketiga pendekatan IPS ini pun sangat berbeda

antara satu dengan yang lainnya. Pada pendekatan IPS sebagai pendidikan

kewarganegaraan, metode yang digunakannya adalah penanaman nilai dan

konsep dengan teknik membaca, ceramah dan membahas tanya jawab dan

contoh-contoh pemecahan masalah. Pada pendekatan IPS sebagai ilmu sosial,

diserahkan pada tiap ilmu itu sendiri, karena tiap-tiap ilmu sosial tersebut

mempunyai metodenya sendiri-sendiri dalam menguji pengetahuannya.

Sedangkan pada pendekatan IPS sebagai Reflektif Inkuiri, metode yang

digunakannya adalah memberikan kesiapan pada siswa untuk mengambil

33

Page 34: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

keputusan secara terstruktur dan disiplin, yang bertujuan untuk mengidentifikasi

masalah dan merespon konflik melalui alat tes kognitif.

Adapun mengenai isi materinya, untuk pendekatan IPS sebagai

pendidikan kewarganegaraan, materinya merupakan hasil seleksi yang telah

ditafsirkan oleh guru dengan keahliannya yang berfungsi memaparkan nilai-nilai,

sikap dan kepercayaan. Pada pendekatan IPS sebagai pendidikan ilmu sosial,

materinya yang tepat adalah mengajarkan struktur, konsep, problem dan proses-

proses ilmu sosial. Sedangkan pada pendekatan IPS sebagai reflektif inkuiri

materinya adalah menganalisis nilai-nilai individual warga negara serta masalah-

masalah sosial yang timbul.

Somantri dalam bukunya Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS

(2001: 73, 92 dan 103), juga mencatat beberapa definisi dari Social Study

(Pendidikan IPS) ini, termasuk menurut Somantri sendiri adalah sebagai berikut:

1. Menurut National Commission on Social Studies (NCSS) :The term social studies is used to include history, economics, anthropology, sociology, civics, geography and all modifications of subjects whose content as well as aim is social. In all content definitions, the social studies is conceived as the subject matter of the academic disciplines somehow simplified, adapted, modified, or selected for school instruction.

2. Menurut Somantri :a. Suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan

disiplin ilmu lainnya serta masnlah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis, untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

b. Penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis, untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah, dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila

3. Menurut Rumusan Forum Komunikasi II HISPIPSI Tahun 1991 versi pendidikan dasar dan menengah : Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorga-

34

Page 35: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

nisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

4. Menurut versi IPS jurusan Pendidikan IPS :Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin-disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Sedangkan Djahiri dalam bukunya Pengajaran Studi Sosial / IPS (1983: 2)

mengartikan Pendidikan IPS sebagai:

Ilmu Pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik, untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Jadi, IPS atau Studi Sosial konsep-konsepnya merupakan konsep pilihan berdasarkan kriteria tertentu dari berbagai ilmu, lalu dipadu dan diolah secara didaktis pedagogis kearah kecocokannya dengan siswa, baik aspek pribadi maupun aspek sosial serta ekologisnya.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan.

bahwa betapapun secara redaksional pengertian Pendidikan IPS itu berbeda

antara satu dengan yang lainnya, namun dilihat dari substansinya, tampak jelas

bahwa pengertian-pengertian itu mempunyai substansi yang sama. Namun

demikian, untuk ditingkat pendidikan dasar dan menengah Indonesia, rumusan

Forum Komunikasi II HISPIPSI Tahun 1991 versi pendidikan dasar dan

menengah tampaknya lebih cocok dianut di Indonesia.

2. Karakteristik Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Karakteristik IPS

Setiap mata pelajaran tentu memiliki karakteristik yang membedakan

dari mata pelajaran yang lain, demikian juga mata pelajaran Pengetahuan

Sosial untuk SMP.

35

Page 36: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Beberapa karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial antara lain:

a. Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi,

ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan.

b. Materi kajian Pengetahuan sosial berasal dari struktur keilmuan sosiologi,

geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur

keilmuan itu kemudian dirumuskan materi kajian untuk Pengetahuan Sosial.

c. Materi Pengetahuan Sosial juga menyangkut masalah sosial dan tema-tema

yang dikembangkan dengan pendekatan indisipliner dan multidisipliner.

Yang dimaksud indisipliner yaitu melibatkan disiplin ilmu ekonomi,

ekonomi, geografi, dan sejarah. Sedangkan yang dimaksud dengan

multidisipliner yaitu materi kajian itu mencakup aspek kehidupan

masyarakat.

d. Materi Pengetahuan Sosial menyangkut peristiwa dan perubahan

masyarakat masa lalu dengan sebab akibat dan kronologis, masalah-

masalah sosial dan isu-isu global yang terjadi di masyarakat.

2. Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran

Pengetahuan Sosial Geografi adalah salah satu program untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan siswa dalam menggunakan dan

memanfaatkan peta dalam kehidupan sehari-hari.

Standar kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan

kedudukan dan fungsi Pengetahuan Sosial Geografi, sebagai hasil cipta

36

Page 37: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

intelektual dalam pemanfaatan peta yang berkonsekuensi pada fungsi dan

tujuan mata pelajaran Pengetahuan Sosial Geografi sebagai :

a. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan

mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan sosial.

b. Sarana penyebarluasan informasi geografis Indonesia untuk berbagai

keperluan.

c. Sarana pengembangan penalaran

d. Sarana pemahaman letak suatu daerah, negara sampai dunia.

3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi

sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Menurut Awan Mutakin

(1998), berdasarkan rumusan tujuan umum tersebut dapat dirinci sebagai

berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

37

Page 38: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab

membangun masyarakat.

4. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Nilai Ketuhanan

Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajib

berlandaskan kepada nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan nilai

transendental yang menjadi core value dari sistem nilai yang ada.

b. Nilai Edukatif

Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS

adalah adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang

lebih baik. Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dan

sekolah pada umumnya melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan dalam

kekhidupan sehari-hari.

38

Page 39: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

c. Nilai Praktis

Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai

praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan

digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.

d. Nilai Teoritis

Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas dari

kerangka teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan kemampuan nalar

kearah sense of rality, sense of discovery, sense of inquiry, serta

kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu masalah.

e. Nilai Filsafat

Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan pernannya di

tengah masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota

masyarakat dan sebagai makhluk sosial

f. Nilai Kemanusiaan.

Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran,

kedamaian, tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu disaampaikan secara

terpadu dalam pembelajaran IPS, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang

unggul (human excellence) atau manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-

cita pendidikan nasional.

5. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan

pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya

merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik

39

Page 40: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan

konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3).

Selah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar.

Dengan pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,

menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang

dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat

menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

Dalam pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran

disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan

pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu

cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan

diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat

dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa

membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai

disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi

pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari

berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

3. Sumber Pembelajaran IPS

Menurt association for Educational Communications and Technology

(AECT, 1977), sumber pembelajaran (learning resources) adalah segala sesuatu

atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam

40

Page 41: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan

meningkatkan ekektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Sumber pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan ( learning resources by

design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai

komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang

terarah dan bersifat formal, serta dirancang untuk kepentingan pembelajaran

yang akan diselenggarakan, seperti buiku teks,buku bacaan, media elektronik,

serta multimedia; dan

2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by

utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk

keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan

dimanfaatkan untuk keperluan belajar, serta mempuanyai keterkaitan dengan

bahan belajar yang akan dipelajari siswa.

Baik sumber pembelajaran yang direncanakan (by design) maupun

yang karena dimanfaatkan (by utilization), paling tidak mempunyai enam

komponen sebagai berikut:

1) Pesan, yaitu informasi yang terdapat di dalam bahan ajar yang sudah

mengandung makna, misalnya materi pelajaran yang siap untuk

disampaikan oleh guru kepada siswanya.

2) Orang, iaitu semua yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses

pembelajaran, misalnya : guru, siswa, kepala sekolah, tutor, instruktur,

pustakawan, sejarawan, pengrajin, petani, pedagang, dokter dan

sebagainya.

41

Page 42: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

3) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan yang memerlukan alat

penampil, seperti program transparansi, program audio, program film

bingkai, program video, buku, spanduk, atlas, globe, dan sebagainya.

4) Peralatan, yaitu semua peralatan yang digunakan untuk menampilkan

perangkat lunak, seperti proyektor OHP, proyektor slide suara, tape

recorder, proyektor video, VCD player, komputer dan sebagainya.

5) Teknik, yaitu semua cara, metode dan strategi yang digunakan untuk

menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh khalayak dengan efektif dan

efisien, seperti pemanfaatan metode ceramah, diskusi, tanya jawab,

bermain peran, simulasi, inqiri, portofolio dan sebagainya.

6) Lingkungan, yaitu tempat dimana siswa belajar, misalnya kelas,

perpustakaan, laboratorium, mesjid, rumah ibadah, lapangan olah raga, dan

alam sekitarnya. Secara garis besar, lingkungan dapat terdiri atas

lingkungan fisik (hutan, sungai, gunung, dll), sosial (organisasi pemuda,

ormas, LSM, kelompok pencapir, dll), dan budaya (adat istiadat, seni

tradisional, situs sejarah, mitodologi, dll).

Uraian tentang enam komponen sumber pembelajaran di atas dapat

ditampilkan dalam matriks di bawah ini:

42

Page 43: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Tabel 2.3. Komponen Sumber Pembelajaran

No.Komponen

Sumber Pembelajaran

Yang Direncanakan(by design)

Yang Dimanfaatkan (by utilization)

1. Pesan KurikulumMatei pelajaran, dll.

Cerita RakyatNasihatDongeng, dll.

2. Orang Guru Kepala Sekolah

SejarawanPetaniPengrajinPengusaha, dll.

3. Bahan

Buku Teks/BahanAjarProgram : OHP Audio Video Komputer, dll

Candi ArcaMuseumInternet

4. Peralatan

ProyektorOHP/Slide/Tape Recorder VCD playerKameraFilmRadio, Televisi, dll.

Mesin jahit\MobilTraktor, dll.

5. Teknik

Metode : Ceramah Diskusi Tanya Jawab Simulasi Inquiri, dll.

Dialog interaktifDialog spontanDiskusi spontanPertanyaan spontan, dll.

6. LingkunganRuang kelasPerpustakaanLaboratorium, dll.

Hutan,Orsospol, Ormas, LSM, Kesenian, dll.

Sumber : diolah dari AECT (1977) ; Plomp dan Ely (1996); Rumampuk (1988).

Dengan melihat uraian mengenai sumber belajar di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa sumber pembelajaran adalah media yang dijadikan

rujukan dalam menopang kemudahan belajar.

4. Pemilihan Sumber Pembelajaran IPS

43

Page 44: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk

membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multimedia, sangat direkomendasikan

dalam proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di

lingkungan masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi

dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi

pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin,

folder, pamflet, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-

27; Mulyono, 1980 : 10-12).

Media pendididkan dapat dijadikan sumber pembelajaran IPS, baik sebagai

hardware maupun software. Sebagai hardware IPS, media pendidikan merupakan

educational tools, berarti media itu dipergunakan untuk menunjang kemudahan

dalam suatu proses pembelajaran IPS. Sedangkan software IPS, isi atau pesan

yang terdaspat dalam media dapat dijadikan content atau materi dalam suatu

proses pembelajaran IPS. Dalam pemanfaatan media sebagai software, guru IPS

tentu saja harus dapat memilah dan memilih isi atau pesan media mana saja yang

relevan atau cocok untuk diadopsi menjadi content atau dalam suatu proses

pembelajaran IPS.

Adapun pemilihan media pendidikan, baik sebagai hardware maupun

software IPS dapat melalui proses berikut ini :

a. Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.b. Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas

kesenangan guru, sekedar selingan, atau hiburan. Hendaknya pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk peningkatan efektivitas belajar siswa.

44

Page 45: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

c. Tidak ada satu pun media yang dipakai untuk semua tujuan. Tiap-tiap media mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

d. Pemilihan media hendaknya disesuaikan, baik dengan metode mengajar yang digunakan maupun materi pelajaran, mengingat media adalah bagian integral dalam porses pembelajaran.

e. Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri media itu.

f. Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.g. Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan, gaya/pola belajar

siswa. (Gerlach and Ely, 1980; Sleelam and Cobun, 1978 dalam Rumampuk, 1988 : 19).

Dari uraian diatas, pemilihan media pembelajaran selain terkait dengan

pencapaian kurikulum pembelajaran, juga harus memperhatikan kebutuhan

belajar siswa dan karakteristik media itu sendiri yang mampu menunjang

keberhasilan proses pembelajaran.

Selanjutnya, dalam hal pengadaan dan pemanfaatan media massa sebagai

sumber pembelajaran IPS, maka langkah-langkahnya ialah sebagai berikut :

1. Membut daftar kebutuhan media melalui identifikasi sumber dan sarana pembelajaran yang diperlukan untuk proses pembelajaran IPS.

2. Menggolongkan ketersediaan alat, bahan atau sumber pembelajaran tersebut; dan

3. Bila sumber pembelajaran tersebut tersedia, pikirkan kesesuaian penggunaannya, bila belum, lakukan modifikasi bila diperlukan (Depdiknas, 2002 : 9).

2.4 Pola Pembelajaran Berbasis Media

Ditinjau dari prosesnya, pendididkan adalah komunikasi, karena dalam

proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (message), yakni

sebagai komponen-komponen komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa

Inggris Communiation berasal dari kata Latin communicatio, yang berarti

pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si

pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut

45

Page 46: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

mengambil bagian. Kata kerjanya communicare, artinya berdialog, berunding

atau bermusyawarah (Onong Uchjana Effendy, 1994:9 dan Anwar Arifin,

1992:19-20). Jadi, secara konseptual arti komunikasi itu sendiri sudah

mengandung pengertian memberitahukan (dan menyebarkan) berita,

pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah

partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama.

Ditinjau dari efek yang diharapkan, tujuan komunikasi bersifat umum.

Dalam hal inilah maka dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti

penerangan, propaganda, indoktrinasi, pendidikan dan lain-lain. Inti dari itu

semua adalah untuk mencapai persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun

masalah yang merupakan kepentingan bersama.

Dengan demikian, pendidikan adalah bagian khususnya komunikasi, karena

ia memiliki tujuan yang bersifat khusus. Memang dalam berbagai komunikasi

yang sekedarnya mungkin tidak direncana, karenanya tidak dikatakan sebagai

komunkasi pendidikan (educative communication), sementara komunikasi dalam

proses pendidikan terjadi karena ada rencana dan ada tujuan yang diinginkan.

Pendidikan itu sendiri dpat dirumuskan dari sudut normatif, karena

pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki

norma. Artinya, bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik dan anak didik

berpegang pada ukuran, norma hidup, pandangan terhadap individu dan

masyarakat, nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber

norma di dalam pendidikan. Aspek itu sangat dominan dalam merumuskan

tujuan secara umum. Oleh karena itu, persoalan ini akan merupakan bidang

46

Page 47: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

pembahasan teori dan filsafat ilmu pendidikan. Tetapi disamping perumusan

secara normatif pendidikan dapat pula dirumuskan dari sudut secara teknis, yakni

terutama dilihat dari segi peritiwanya. Peristiwa dalam hal ini merupakan suatu

kegiatan prkatis yang berlangsung dalam satu masa dan terikat dalam satu situasi

serta terarah pada satu tujuan. Pertistiwa tersebut adalah satu rangkaian kegiatan

komunikasi antar manusia, yaitu rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi.

Satu rangkaian proses perubahan dan penumbuhan-kembangan fungsi jasmaniah,

penumbuh-kembangan watak, intelek dan sosial. Semua ini tercakup dalam

peristiwa pendidikan. Degan demikian, pendidikan itu merupakan himpunan

kultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan

kehidupan manusia. Sedangkan peristiwa atau proses interaksi pendidikannya

adalah suatu proses teknis.

Di dalam proses teknis inilah secara spesifik disebut proses pembelajaran.

Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata instruction

(bahasa Inggris). Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas

daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-siswa di kelas

(ruang) formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang

tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang

ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam

memenipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa

kita sebut pembelajaran.

Masalah pembelajaran itu sendiri merupakan masalah yang cukup kompleks

dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak denfinisi

47

Page 48: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

pembelajaran, di sini dikutip dua definisi yang dianut A. Cheadar Alwasilah

(dalam pengantarnya untuk versi terjemahan buku Elaine B. Johnson, Contextual

Teaching and Learning) sebagai berikut:

(1) “A relatively permanent change in response potentiality which occurs as a result of reinforced practice” dan (2) “a change in human disposition or capability which can be retained, and which is not simply ascribable to the process of growth.” (1)”Pilihan potensinya relative tetap yang sama sebagai hasil dari kekuatan yang praktis. Dan (2) perubahan dalam diri manusia atau kemampuan pada mulanya dapat ditahan dan berasal dari proses perubahan yang tidak sederhana”.

Dari dua definisi ini ada tiga prinsip yang layak diperhatikan. Pertama,

proses pembelajaran menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif

permanen. Tentunya, dlam proses ini terdapat peran penggiat pembelajaran,

yakni guru atau dosen sebagai pelaku perubahan (agent of change).

Anak didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan

benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Oleh karena itu, proses

pembelajaran seyoginya menyirami benih kodrati ini hingga tumbuh subur dan

berbuah. Proses belajar mengajar, dengan demikian, adalah optimalisasi potensi

diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal.

Ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh linear

sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar mengajar memang merupakan

bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia didesain secara khusus, dan diniati

demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal seperti di atas. Ketiga hal ini

menegaskasn definisi pembelajaran.

Dari ketiga hal tersebut diatas, tampak bahwa guru berposisi sebagai peran

pengingat dalam proses optimalisasi diri siswa untuk menghasilkan perubahan

48

Page 49: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

perilaku yang relatif permanent (kualitas ideal). Guru disebut sebagai peran

pengingat, karena dengan pertimbangan bahwa siswa adalah orang yang memiliki

benih kodrati yang tidak terpisahkan dari lingkungan khidupannya, maka dalam

melaksanakan tugasnya sebagai peran pengingat, guru hendaknya memiliki

kemampuan dalam merencanakan dan menciptakan lingkungan belajar secara

kondusif bagi siswa-siswinya.

Berdasarkan pemahaman tersebut, guru tidaklah dipahami sebagai satu-

satunya sumber belajar, tetapi dengan posisinya sebagai peran pengingat tadi-ia

pun harus mampu merencanakan dan mencipatakan sumber-sumber belajar

lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber

belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan

ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau

pedidik, biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran”. Dengan demikian,

komponen-komponen komunikasi pembelajaran menjadi komunikator,

komunikan, pesan dan media.

Kata media sebenarnya bukanlah kata asing bagi kita, tetapi pemahaman

banyak orang terhadap kata tersebut berbeda-beda. Saat mengajar, saya sering

bertanya kepada mahasiswa tentang “apa arti media”, jawaban meraeka vriatif,

ada yang mengartikan sebagai alat informasi dan komukasi, sarana prasarana,

fasilitas, penunjang, penghubung, penyalur dan lain-lain. Dalam kehidupan

sehari-hari, kata itu sendiri sering digunakan orang untuk beberapa hal yang

berbeda-beda pula, misalnya sebagai ukuran (size) pakaian dan tanda pengaturan

mesin pendingin (air conditioner) yang biasa disingkat menjadi “M” sebagai

49

Page 50: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

kepanjangan dan “medium”, ada juga yang memakainya dalam menjelaskan kata

“pertengahan” seperti dlam kalimat”medio abad 19” (atau pertengahan abad 19);

ada yang memakai kata media dalam istilah “mediasi”, yakni sebagai kata yang

biasa dipakai dalam proses perdamaian dua belah pihak yang sedang bertikai dan

lain-lain.

Sumber pembelajaran adalah media yang dijadikan rujukkan dalam

menopang kemudahan belajar. Hal ini selaras dengan temuan Worth (1999),

bahwa kemampuan rata-rata manusia dalam mengingat lebih kuat secara verbal

dan visual daripada verbal saja atau visual saja. Untuk lebih jelasnya disajikan di

bawah ini.

Tabel 2.4. Kemampuan Rata-rata usia dalam Mengingat

Mengingat Sesudah 3 jam Sesudah 3 hari

Verbal saja 70% 10% Visual saja 72% 20%Verbal dan Visual 85% 65%

Sumber : The Psychology of Audiences by H.L. Holing Worth

Kemudian dari Dale`s Cone Experience (1946 : 39) atau kerucut

pengalaman Dale memperlihatkan, bahwa pengalaman belajar seseorang 75%

diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar dan selebihnya melalui

indera lainnya. Semakin menuju ke kerucut, pengalaman makin bersifat abstrak

dan makin menuju ke dasar, pengalaman itu semakin konkrit.

Selanjutnya, Sheal (dalam Depdiknas, 2002) lewat “kerucut pengalaman

belajar”nya juga mengungkapkan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca,

20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang

50

Page 51: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita

katakan dan lakukan. Secara visual, dapat digambarkan di bawah ini.

baca lihat

Lihat dan dengar katakan katakan

katakan dan lakukan

Berdasarkan kerucut pengalam belajar di atas, jika guru mengajar dengan

banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa Cuma

mendengarkan, sebaliknya, jika guru mengajar siswa untuk melakukan sesuatu

dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.

51

Modus:Verbal

Visual

Berbuat

10%

20%

30%

50%

70%90%

Yang kita ingat :

Sumber : Depdiknas, 2002

Gambar 2.3.Kerucut Pengalaman Belajar

Page 52: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai pelaksanaan penelitian dalam rangka

penulisan skripsi, yakni : Pendekatan Penelitian, Prinsip-prinsip PTK, Prosedur

PTK, Proses Pelaksanaan Tindakan, Latar Situasi Sosial, Subjek, dan Data

Penilitian, dan Instrumen Penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma naturalistik-

kualitatif yang mengacu pada kondisi lingkungan alamiah (natural), sebab

mengkaji fenomena yang lebih banyak berasal dari setting/contexts alamiah yang

berpengaruh dalam memberikan arti/pengertian.

Pendekatan kualitatif berpijak pada suatu asumsi, bahwa dunia, realitas,

situasi, dan peristiwa yang terjadi sebagai objek suatu studi tentang perilaku

manusia dan fenomena sosial seharusnya dipandang dengan cara yang bermacam-

macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan

humanistik (Nasution, 1997); maka penelitian yang dikategorikan studi kasus

kualitatif ini mempunyai karakteristik, antara lain: (1) latar belakang alamiah atau

natural setting; (2) manusia sebagai alat atau instrumen penelitian dapat lebih

adaptabel;(3) menggunakan metode kualitatif; (4) analisis data secara induktif;

(5) teori dari dasar (grounded theory) melalui analisis secara induktif; (6)

laporannya bersifat deskriptif;

52

Page 53: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

(7) lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) adanya “batas” yang ditentukan

oleh fokus penelitian; (9) adanya kriteria khusu untuk keabsahan data; (1) desain

penelitian bersifat sementara; (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati

bersama antara peneliti dengan responden dan narasumber.

Dilihat dari aspek metodologis, penelitian ini menggunakan metode

penelitian tindakan (action research), yang pada hakekatnya merupakan sebuah

siklus dari sejak perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi, sebagaimana digagas pertama kali oleh

kurt Lewin, seperti dibawah ini;

Gambar 3.1. Desain Action Reseach Model Kurt Lewin

Pemilihan metode ini dilatarbelakangi atas dasar analisis masalah dan tujuan

penelitian yang memerlukan sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di

lapangan berdasarkan “daur ulang” yang menuntut kajian dan tindakan secara

reflektif, kolaboratif, dan partisipatif. Oleh karena itu, maka penelitian ini

merupakan penelitian tindakan yang dipusatkan pada situasi sosial kelas yang

membutuhkan sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung berdasarkan

situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pertimbangan

lainnya, bahwa perumusan rencana tindakan berdasarkan situasi sosial yang ada

53

planning

reflecting

acting

observing

planning

reflecting

acting

observing

Siklus I Siklus II

Page 54: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

dan berkembang dalam pembelajaran di dalam kelas mengingatkan serangkaian

tindak lanjut dari situasi empirik yang mendukung bagi pelaksanaan program

tindakan.

Penelitian tindakan adalah suatu pendekatan khusus dalam penelitian kelas,

sehingga merupakan akumulasi antara prosedur penelitian dan tindakan

substantif. Sebagai prosedur penelitian, penelitian tindakan ditandi oleh adanya

suatu kajian reflektif-diri secara inquiri, partisipasi, dan kolaborasi terhadap latar

alamiah dan atau implikasi dari suatu tindakan. Sedangkan sebagai tindakan

substantif, penelitian tindakan ditandai oleh adanya intervensi skala kecil berupa

pengembangan program pembelajaran dengan memfungsikan latar

kealamiahannya sebagai upaya melakukan reformasi diri atau peningkatan

kualitas pembelajaran IPS, melalui pemanfaatan media sebagai sumber

pembelajaran, sehingga menjadikan pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna.

Penelitian terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas, pada dasarnya

dimaksudkan untuk mengkaji dan memberikan solusi terhadap berbgai

permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru dalam hubungannya dengan

situasi kelas (Dunkin and Biddle, 1974; Hopkins, 1993), yang dalam

pelaksanaannya bersifat kontekstual dan sangat tergantung pada realitas sosial

kelas. Atas dasar ini, maka penelitian tindakan kelas ini menempatkan sentralitas

dan otonomi profesional guru dalam proses refleksi terhadap kinerja dan aktivitas

mengajarnya.

54

Page 55: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

3.2 Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Esensi penelitian tindakan kelas merupakan kajian terhadap konteks

situasi sosial yang dicirikan adanya unsur tempat, pelaku dan kegiatan dalam

waktu tertentu untuk maksud meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya.

Dalam memaknai situasi sosial kelas yang berlangsung di dalam situasi alamiah

yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung, maka

penelitian tindakan kelas merupakan intervensi dalam skala kecil terhadap situasi

sosial kelas, dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran (Hopkins dalam

Wiriaatmadja, 2005:12).

Penelitian Tindakan Kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan

perilaku empirik. PTK menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu kegiatan

proses pembelajaran tetap berjalan. Informasi-informasi dikumpulkan, diolah

didiskusikan, dan dinilai. Perubahan kemajuan dicermati dari waktu ke waktu

atau dari peristiwa ke peristiwa. Tujuannya adalah memberi masukan bagi

pengembalian keputusan praktis dalam situasi kongkrit, dan validasi teori atau

hipotesis yang dihasilkan tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah

semata, namun lebih-lebih dari manfaatnya dalam membantu orang untuk

bertindak lebih terampil dan lebih intelejen dalam menghadapi berbagai

permasalahan dalam penelitian.

Kemmis & McTaggart (1982) telah mengembangkan model Kurt Lewin

menjadi perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri

dari empat komponen sama dengan desain Lewin, di mana satu untaian

dipandang sebagai satu siklus, dan siklus pertama dapat disusul dengan siklus

55

Page 56: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

berikutnya. Oleh karena itu, pengertian siklus di sini adalah suatu putaran

kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Gambaran awalnya seperti tampak berikut ini:

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN

PENYUSUNAN RENCANA TINDAKAN

Pelaksanaan Tindakan

Revisi Observasi

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

Revisi Observasi

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

observasi Revisirefleksi

PelaksanaanTindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

Refleksi

Gambar 3.2. Desain PTK Model Kemmis dan McTaggart

56

SIKLUS II

SIKLUS IV

SIKLUS I

RENCANA

RENCANA

RENCANA

RENCANA

RENCANA

SIKLUS III

observasirevisi

refleksi

Page 57: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Gambar tersebut mengilustrasikan, bahwa dalam PTK (Penelitian Tindakan

Kelas; Classroom Action Reserc), daur refleksi merupakan syarat utama yang

harus dilakukan oleh peneliti agar mencapai hasil seusuai dengan apa yang

diaharapkan. Untuk itu, maka prosedur pelaksanaan PTK, terdiri dari : (1)

mengidentifikasi masalah ; (2) merumuskan gagasan pemecahan masalah; (3)

menyusun rencana tindakan dalam mengatasi masalah; (4) melaksanakan

tindakan yang direncanakan; (5) melakukan observasi atas tindakan yang

dilakukan; dan (6) melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan dan

dilanjutkan dengan perumusan rencana tindakan berikutnya hingga tercapai

tujuan yang diharapkan. Langkah-langkah kegiatan tersebut dilakukan secara

terus menerus selama penelitian, sesuai dengan karakteristik penelitian daur ulang

(Elliot, 1991; Kemmis, 1982; Stenhouse, 1984).

3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur PTK berbentuk “daur ulang” atau siklus (cicle) yang mengacu

pada model Kemmis and McTaggart (Hopkins, 1993 : 48). Siklus ini tidak hanya

berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali hingga tujuan pembelajaran

melalui pemanfataan media massa sebagai sumber pembelajaran menjadikan

pembelajaran IPS lebih bermakna.

Secara operasional, tahap-tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus, adalah

sebagai berikut :

57

Page 58: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian

(termasuk revisi dan perubahan rencana) yang akan dilaksanakan di dalam

pembelajaran IPS. Perencanaan ini dibuat sesudah peneliti menyikapi kondisi

siswa, fakta yang terjadi, melalui proses inkuiri. Hal ini dimaksudkan untuk

menggalai keadaan yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa yang

akan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Di sini, rencana disusun

secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif.

3. Tindakan

Pelaksanaan tindakan (acting) yaitu praktik pembelajaran nyata

berdasarkan rencana yang telah disusun bersama sebelumnya. Terkadang

perubahan harus dilaksanakan, tatkala kondisi kelas memerlukannya.

Tindakan ini diarahkan guna memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas,

atau mencari solusi permasalahan.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan pelaksanaan tindakan di kelas harus

dilakukan dengan cermat oleh peneliti dan mitranya, dengan membuat catatan

lapangan. Catatan ini akan sangat berguna pada saat peneliti mengawali

kegiatan analisis terhadap apa yang sedang terjadi di kelas.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti dan guru mitra secara kolaboratif

merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah

dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses, dan hasil

58

Page 59: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

pelaksanaan tindakan yang telah dikerjakan. Dilihat dari proses dan waktu

pelaksanaannya, refleksi dalam penelitian ini mencakup :

a. Refleksi Awal, yakni refleksi yang dilakukan pada saat dilakukan masa

orientasi terahadap berbagai permasalahan serta faktor-faktor pendukung

dan penghambat rencana pengembangan model dalam pembelajaran

pendidikan IPS. Refleksi di sini, bertujuan untuk merumuskan proposal

awal terhadap situasi social dalam pengembangan model yang akan

dilakukan, selanjutnya dituang kan ke dalam suatu rancangan awal rencana

program tindakan yang akan dilakukan;

b. Refleksi Proses, yakni refleksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan

program tidakan yang bertujuan untuk mengkaji proses, dan implikasi dari

program tindakan yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar siswa,

unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran IPS, serta implikasi-

implikasi lain dimaksudkan untuk melakuakn revisi terhadap rencana yang

telah disusun, serta sebagai dasar dalam merancang rencana program

tindakan selanjutnya dalam hubungannya dengan pengembangan model

pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS dalam

meningkatan hasil belajar siswa.

c. Refleksi Hasil, yakni refleksi yang dilakukan pada akhir pelaksanaan

program sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah ditetapkan

dan focus permasalahan serta tujuan pelaksanaan program tindakan.

Artinya, program pelaksanaan telah dipandang berhasil dan mendukung

ketercapaian tujuan dari program tindakan, yaitu setelah terjadinya

59

Page 60: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

peningkatan perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dair pengusaan

materi, sikap, serta keterampilan-keterampilan social, unjuk kerja guru, dan

proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS. Refleksi disini, pada

dasarnya dimaksudkan untuk melakukan rekonstruksi dan revisi terhadap

model pemanfaatan media sebagai sumber pembelajaran IPS dalam

meningkatkan hasil belajar siswa, yang dikembangkan dalam program

tindakan ini sesuai dengan tujuan pokok dari pelaksaan tindakan.

5. Revisi

Pada tahap ini, berdasarkan hasil kajian dan refleksi terhadap

pelaksanaan program tindakan, sesuai dengan rancangan rencana program

tindakan yang telah ditetapkan, peneliti dan guru mitra secara kolaboratif dan

partisipatif melakukan revisi terhadap rencana program tindakan yang telah

disusun dan ditetapkan sebelumnya. Revisi ini dimaksudkan untuk melihat

kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah

dilakukan serta sebagai dasar penyusunan rancangan rencana program tindakan

selanjutnya.

3.4 Proses Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan temuan dan refleksi awal pada saat orientasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran IPS, maka pelaksanaan program tindakan dalam upaya

peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan menggunakan Media Audio Visual

pada Pelajaran IPS di Kelas VII-A SMP Muhammadiyah 2 Kadungora Kabupaten

Garut yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

60

Page 61: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

1. Perencanaan Bersama (joint planning)

Perencanaan bersama ini dilakukan antara peneliti dan guru mitra tentang

topic kajian, berdasarkan criteria-kriteria yang telah sama-sama disepakati,

waktu, dan tempat observasi yang akan dilakukan.

2. Pelaksanaan Program Tindakan (program action)

Mempertimbangakan situasi social kelas, yakni sesuai dengan

karakteristik penelitian tindakan, bahwa rencana program tindakan

berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan situasi lapangan (McNiff,

1992; Hopskins, 1993). Untuk itu, rencana yang telah ditetapkan tidak bersifat

absolute melainkan berkembang sejalan dengan perkembangan situasi social di

lapangan di mana program tersebut dilaksanakan (Hopskins, 1993; Suwarsih,

1994). Pelaksanaan program tindakan dilakukan dengan

3. Observasi Kelas (classroom observation)

Pendekatan observasi yang dipakai adalah kemitraan (Partnership

observation) atau observasi kolaboratif (collaborative observation) (Hopskins,

1993), yakni peneliti dan guru mitra mengamati proses pelaksanaan tindakan,

pengaruh, kendala, dan atau permasalahn yang timbul salama pembelajaran

IPS berlangsung. Observasi dilaksanakan terhadap fokus-fokus pengamatan

yang telah disepakati bersama oleh peneliti dan dua orang mitra peneliti.

4. Diskusi Balikan (feedback discution)

Diskusi balikan atau refleksi kolaboratif antara peneliti dan dua orang

mitra terhadap hasil observasi dilaksanakan berdasarkan hasil pencatatan

selama observasi berlangsung secara cermat dan sistematis di dalam catatan

61

Page 62: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

lapangan (field notes) terhadap pelaksanaan tindakan. Hasilnya, selanjutnya

didiskusikan bersama untuk direfleksi, recheck, dan atau reinterprestasi.

Temuan yang dperoleh dan disepakati, kemudian dijadikan acuan bagi

perumusan rencana pengembangan pembelajaran (action) berikutnya.

3.5 Latar Situasi Sosial dan Subyek Penelitian

1. Latar Situasi Sosial Penelitian

Menurut Nasution (1992), latar situasi social penelitian merujuk pada

lokasi situasi social yang ditandai oleh adanya tiga unsure yaitu : tempat,

pelaku, dan kegiatan. Atas dasar ini, maka dalam penelitian ini termasuk

dalam ketiga unsure tersebut ialah :

a. Tempat, yaitu SMP Muhammadiyah 2 Kadungora, Jalan Raya Kadungora

nomor 39, Kabupaten Garut :

b. Subyek penelitian, yaitu siswa di kelas VII-A berjumlah 39 orang yang

terlibat dalam proses pembelajaran IPS, dengan siswa yang terdiri dari

beragam karakter, serta kondisi social ekonomi yang heterogen; dan

c. Pemilihan kelas VII-A, sebab dalam stuktur kurikulum sekolah mata

pelajaran IPS baru diberikan di kelas tersebut. Adapun pengambilan kelas

VII A sebagai proyek penelitian, oleh karena itu karakterisktik kelas

tersebut sesuai dengan focus kajian penelitian ini yang dapat memberikan

informasi setuntas mungkin (redundant). Hal ini sejalan dengan prinsip

purposive sample (Nasution, 1997; Moleong, 1994).

d. SMP Muhammadiyah 2 Kadungora yang sedang mengembangkan diri

kearah peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai segi. Hal ini, antara

62

Page 63: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

lain, ditandai dengan penataan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di

sekolah itu sehingga dapat menjelma menjadi sebuah sekolah yang ideal

(sesuai konsepsi wawasan Wiyata Mandala). Hal ini terbukti, Kepala

Sekolah beserta para guru, dengan didukung oleh tenaga administrative

bekerja keras untuk meningkatan kinerjanya di dalam peningkatan kualitas

pendidikan, melalui berbagai kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Para

siswa pun sangat antusias untuk mengikuti berbagai aktivitas pendidikan di

sekolah ini, sebab mereka dijadikan sentral atau subjek utama di dalam

keselurahan proses pendidikan.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas VII-A sebanyak 39

orang, terdiri dari putra sebanyak 23 orang dan putri sebanyak 16 orang.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian tindakan kelas adalah peneliti sendiri, sebagai

sole instrument (HopsKins, 1993), sedangkan teknik pengumpulan datanya ialah

tes hasil belajar siswa, khususnya mengenai penguasaan terhadap materi atau

pokok bahasan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pemanfaatan

media audio visual sebagai sumber pembelajaran IPS.

Untuk menjaring data lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan,

dan sebagai bahan pertimbangan untuk validasi data, peneliti juga

mempergunakan catatan lapangan ( field note).

63

Page 64: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

3.7 Pengolahan Data

Dalam penelitian tindakan, pada dasarnya proses analisis data sudah

dilakukan sebelum program tindakan tersebut dilaksanakan, sehingga analisis

data berlangsung dari awal sampai akhir pelaksanaan program tindakan itu

(Suwarsih, 1994; McNiff, 1992). Dalam penelitian ini, data penelitian program

tindakan sesuai dengan karakteristik focus permasalahan dan tujuan penelitian

(Hopskins, 1993; Kemmis, 1983). Data penelitian akan dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dipergunakan untuk menganalisis

data yang memperlibatkan dinamika proses, dengan memberikan pemaknaan

secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu

data tentang unjuk kerja guru, aktivitas belajar siswa, pola pembelajaran,

pendapat siswa dan guru tentang upaya peningkatan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan Media Audio Visual pada pelajaran IPS, serta kemungkinan

aplikasi model ini bagi pembelajaran materi atau mata pelajaran lainnya. Adapun

analisis kuantitatif mencakup deskripsi berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil

belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan konsep/materi pokok

bahasan yang diajarkan oleh guru. Untuk itu dipergunakan analisis statistic

deskriptif.

Di bawah ini akan dijelaskan prosedur dan pengolahan data dalam

penelitian ini.

a. Pengumpulan, Kodifikasi, dan Kategorisasi Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang telah

diperoleh berdasarkan instrument penelitian, kemudian data tersebut

64

Page 65: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

diberikan kode-kode tertentu menurut jenis dan sumbernya. Selanjutnya,

peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data untuk

memudahkan penyusunan kategorisasi data, sehingga dapat memberik

penjelasan dan makna terhadap isi temuan penelitian. Kategorisasi data

didasarkan pada tiga aspek, yakni :

(1) Latar atau Konteks Kelas, yaitu berupa informasi umum dan khusus

tentang latar fisik kelas dan latar para pelaku (guru dan siswa);

(2) Proses Pembelajaran, yaitu berupa informasi tentang interaksi social

guru dengan siswa, interaksi siswa dengan kelompoknya, interkasi antar

kelompok di dalam kelas, dan suasana kelas selama pembelajaran IPS

berlangsung;

(3) Aktivitas, yaitu berupa informasi tentang tindakan para pelaku, yaitu

tindakan guru dan tindakan siswa.

b. Validasi Data

Hasil interprestasi dan kategorisasi data, sehubungan dengan hasil

pelaksanaan program tindakan yang telah dirumuskan, divalidasi dengan

menggunakan beberapa teknik validasi data untuk memperoleh data yang

benar-benar mendukung serta sesuai dengan karakterisktik focus

permasalahan dan tujuan penelitian (Rochiati, W: 2005). Teknik validasi

data yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

(1) Triangulasi Data, yakni untuk memeriksa kebenaran data dengan

menggunakan sumber lain, misalnya membandingkan kebenaran data

dengan data yang diperoleh dari sumber lain (guru, guru lain, siswa),

65

Page 66: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

atau membandingkan data yang dikumpulkan melalui wawancara

dengan data yang diperoleh melalui observasi, dan seterusnya, sehingga

diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Kegiatan triangulasi

dalam penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan reflektif-kolaboratif

antara guru, siswa, peneliti, dan mitra peneliti. Dari guru, dilakukan

pada saat pelaksanaan diskusi balikan setelah pelaksanaan tindakan dan

dengan data yang dijaring melalui lembar observasi yang dilakukan oleh

guru itu sendiri. Sedangkan dari siswa, setelah pelaksanaan

pembelajaran, dilakukan wawancara dengan beberapa orang

diantaranya, penyebaran angket, dan tes formatif. Hasil triangulasi ini

kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan lapangan yang diberi kode.

(2) Member Check, yakni untuk meninjau kembali kebenaran dan

kesasihan data penelitian dengan mengkonfirmasikan kepada sumber

data, yaitu guru dan siswa (Miles & Huberman, 1984; Nasution, 1997).

Proses ini dilakukan secara reflektif-reflektif pada saat akhir

pelaksanaan program tindakan dan pada waktu berakhirnya keseluruhan

program tindakan yang direncakan sesuai dengan tujuan penelitian;

(3) Audit Trai, yaitu mengecek keabsahan temuan penelitian beserta

prosedur dan metode pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan

bukit-bukti temuan (evidences) yang telah diperiksa dan di cek

kesasihannya kepada sumber data pertama-guru dan siswa (Nasution,

1996). Selain itu, peneliti juga mengkonfirmasikan dan mendiskusikan

temuan penelitian tersebut dengan beberapa narasumber seperti guru-

66

Page 67: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

guru IPS yang tergabung dalam MGMP, guru-guru mata pelajaran lain,

kepala sekolah, dan rekan-rekan sesame mahasiswa yang dipandang

mempunyai wawasan yang memadai tentang permasalahan dan

pelaksanaan pembelajaran IPS.

(4) Expert Opinion, yaitu dilakukan dengan cara mngkonsultasikan hasil

temuan penelitian kepada para ahli (Nasution, 1992). Dalam penelitian

ini, peneliti mengkonsultaskannya kepada para pembimbing untuk

memperoleh arahan dan masukan, sehingga validasi temuan penelitian

ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah/akademis;

(5) Interprestasi, yaitu dilakukan untuk mentafsirkan terhadap keseluruhan

temuan penelitian berdasarkan acuan teoritik dan norma-norma praktis

yang telah disepakati mengenai proses pembelajaran. Peneliti berupaya

memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh disamping

menggambarkan perolehan data secara deskriptif analitik, sehingga

akhirnya diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan

penelitian. Dari gambaran tersebut akan dipergunakan untuk melakukan

tindakan selanjutnya, untuk melahirkan peruhana, baik kinerja guru dan

siswa, serta suasana social kelas, maupun sekolah secara keseluruhan.

67

Page 68: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Awal Penelitian

1. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran IPS

Untuk mengetahui kondisi awal proses pembelajaran IPS di kelas VII, maka

peneliti melakukan pengamatan ke kelas. Adapun pengamatan difokuskan pada

kegiatan guru dalam membuka pelajaran, penyampaian materi, metode yang

digunakan. media dan sumber belajar, aktivitas siswa, serta kegiatan menutup

pelajaran dan evaluasi.

Observasi pertama dilakukan pada hari Kamis, tanggal 7 Februari 2011,

dengan pokok bahasan ”Perkembangan masyarakat kebudayaan dan pemerintahan

pada masa Islam di Indonesia”, sub pokok bahasan ”masuk dan berkembangnya

agama Islam di Indonesia”.

Pada kegiatan awal pembelajaran, setelah guru mengabsen siswa langsung

menjelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam di Indonesia melalui para

pedagang dari Gujarat, dilanjutkan dengan proses perkembangan agama Islam di

Indonesia. Metode pembelajaran yang dipergunakan adalah metode ceramah, dengan

sekali-kali bertanya kepada siswa, dan dijawab oleh siswa secara serempak. Guru

tidak menggunakan media pembelajaran lain selain kapur dan papan tulis, sedangkan

sumber pembelajaran yang dipergunakan guru yaitu buku IPS terbitan Tiga Serangkai.

Aktivitas siswa sangat kurang, mereka hanya mendengarkan ceramah dari guru dan

sekali-kali menjawab pertanyaan guru secara serempak. Selanjutnya dalam

68

Page 69: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

mengakhiri pelajaran guru hanya menyampaikan salam, tanpa memberikan

kesimpulan ataupun penguatan-penguatan.

Observasi kedua dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2011. Dengan pokok

bahasan ”Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan

pada masa kolonial Eropa”, sub pokok bahasan ”Proses masuknya bangsa-bangsa

Eropa ke Indonesia”.

Pada observasi kedua kegiatan pembelajaran hampir sama dengan kegiatan

pertama. Dalam membuka pelajaran setelah mengucapkan salam guru langsung

menanyakan apakah ada siswa yang tidak masuk. Kemudian guru menjelaskan materi

lanjutan minggu sebelumnya. Dimulai dengan perkembangan agama Islam di

Indonesia dilanjutkan dengan proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. Metode

yang digunakan adalah metode ceramah dengan sekali-kali bertanya pada siswa secara

klasikal. Guru juga tidak memanfaatkan media pembelajaran. Sumber belajar juga

sama yaitu buku IPS terbitan Tiga Serangkai. Setelah selesai menjelaskan, guru

kemudian bertanya kepada siswa apakah ada yang ditanyakan. Namun tidak mendapat

respon dari siswa, karena aktivitas siswa juga tidak jauh berbeda seperti aktivitas pada

pembelajaran sebelumnya. Karena tidak ada yang bertanya kemudian guru menyuruh

siswa mengerjalan soal dalam LKS dari penerbit. Siswa baru terlihat aktif

mengerjakan soal di LKS dari penerbit. Bagi yang telah selesai mengerjakan soal-soal,

kemudian hasil kerjanya dikumpulkan ke depan, kemudian guru langsung memeriksa

dan segera dikembalikan kepada siswa. Selanjutnya guru mengakhiri kegiatan

pembelajaran dengan mengingatkan supaya belajar dengan baik karena tinggal

beberapa hari lagi akan ujian semester.

69

Page 70: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Observasi ke tiga dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2011 dengan pokok

bahasan ”Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan

pada masa kolonial Eropa”, sub pokok bahasan ”Reaksi bangsa Indonesia terhadap

bangsa Eropa; Perlawanan terhadap Portugis”.

Pada observasi ke tiga proses pembelajaran juga masih didominasi oleh guru.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucap salam dan dilanjutkan dengan

menanyakan siswa yang tidak masuk. Selanjutnya guru memberi penjelasan tentang

topik pada hari itu dan sekali-kali mengajukan pertanyaan kepada siswa secara

klasikal. Selesai memberikan penjelasan guru kemudian meminta siswa untuk

mengerjakan soal latihan yang ada di LKS dari penerbit. Bagi yang telah selesai

kemudian dikumpulkan dan langsung diperiksa oleh guru. Selesai diperiksa buku LKS

dari penerbit kemudian dibagikan kepada siswa. Kemudian guru mengakhiri dengan

mengucap salam tanpa memberikan penguatan, kesimpulan atau menjelaskan

kesalahan yang dibuat siswa dalam latihan mereka.

2. Analisis, Refleksi dan Rencana Pembelajaran dengan Menggunakan Media

Audio Visual

Berdasarkan hasil temuan awal pada pembelajaran IPS di kelas, menunjukkan

bahwa pembelajaran IPS belum terlaksana dengan baik. Hal ini nampak dari kegiatan

pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Guru terpaku pada materi yang

disajikan yaitu yang ada pada buku pegangan sementara siswa hanya memiliki LKS

dari penerbit sebagai buku pegangan, tidak ditunjang oleh media pembelajaran, gaya

mengajar sangat monoton, guru menggunakan metode ceramah dan sekali-kali

bertanya kepada seluruh siswa dan siswa menjawab dengan serempak. Di samping itu

kondisi siswa cenderung pasif, bahkan terlihat ada beberapa siswa yang terus menerus

70

Page 71: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

menguap dan menampakkan kejenuhan dalam belajar. Sering pula terlihat siswa yang

duduk di belakang malah asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Secara umum

siswa menunjukkan kurang bergairah dan kurang motivasi belajar.

Kegiatan pembelajaran setiap pertemuan berlangsung selama 80 menit.

Kegiatan inti berlangsung selama kurang lebih 60 menit, dilanjutkan dengan tes di

mana guru mendiktekan soal yang kemudian dikerjakan oleh para siswa selama

kurang lebih 15 menit (untuk pertemuan ke dua dan ke tiga). Hasil dari evaluasi siswa

dikumpulkan kepada guru. Pada orientasi kedua hasil pekerjaan siswa hanya

dikumpulkan sedangkan pada orientasi ketiga hasil kerja siswa langsung diperiksa dan

dibagikan.

Berdasarkan hasil temuan lapangan, maka pada analisis dan refleksi awal

menunjukkan bahwa kondisi yang demikian menuntut guru agar meningkatkan

kinerjanya dan melatih keterampilannya supaya ia mampu menyampaikan pelajaran

IPS dengan baik, mampu membangkitkan semangat dan kegairahan dalam belajar,

serta tertuntut untuk kreatif dan inovatif dalam belajar. Siswa diharapkan tidak hanya

menunggu materi yang disampaikan guru, melainkan pula aktif dalam membaca dan

menemukan materi yang dipelajarinya. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan

media audio visual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif perbaikan proses

pembelajaran pendidikan IPS. Terlebih lagi dalam upaya membangkitkan semangat

belajar siswa.

Beberapa hal yang dapat memberikan peluang dan dimungkinkannya untuk

pengembangan pembelajaran dengan menerapkan media audio visual, yaitu : adanya

dukungan dari kepala sekolah dari hasil wawancara, potensi dan keinginan siswa dari

71

Page 72: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

hasil wawancara dan pengamatan di kelas, serta dukungan dari guru IPS yang ingin

belajar menerapkan pembelajaran dalam bentuk permainan.

Untuk itu selanjutnya peneliti melakukan sosialisasi tentang penerapan

pembelajaran dengan menerapkan media audio visual.

3. Sosialisasi Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual

Sebelum pelaksanaan tindakan kelas dimulai terlebih dahulu peneliti

memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru tentang pembelajaran dengan

menerapkan media audio visual. Adapun materi yang dibahas, meliputi :

a. Pengertian media audio visual.

b. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

c. Keunggulan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

d. Langkah-langkan penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio

visual dalam pembelajaran IPS, yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi.

Setelah dilakukan sosialisasi tentang pembelajaran dengan menggunakan

media audio visual, tiga pertanyaan diajukan oleh guru :

a. Apakah penerapan model pembelajaran ini nantinya tidak mengganggu proses

pembelajaran ?

b. Apakah nantinya target materi IPS bisa tercapai sesuai dengan waktu yang ada ?

c. Apakah dalam merancang maupun dalam menerapkan model ini guru akan bekerja

bersama-sama dengan peneliti?

72

Page 73: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Setelah dilakukan analisis dan refleksi terhadap gambaran awal pembelajaran

IPS di kelas, serta hasil diskusi dengan guru, maka diperoleh suatu kesepakatan

sebagai berikut:

a. Pelaksanaan tindakan mengikuti jadwal pelajaran IPS.

b. Pelaksanaan tindakan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

IPS, melalui pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

c. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan

tercapai.

d. Adanya kerjasama antara peneliti dan guru yang berperan sebagai mitra di dalam

penelitian tindakan kelas dalam membuat rancangan pembelajaran serta untuk

mencapai keberhasilan pelaksanaan tindakan.

e. Guru juga tidak keberatan bahwa peneliti menggunakan alat bantu yang berupa

media audio visual maupun kamera foto.

f. Peneliti bersama guru membuat perencanaan pembelajaran. Untuk kegiatan

pelaksanaan pembelajaran tindakan pertama akan dilaksanakan pada tanggal 21

Februari 2011. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan adalah standar

kompetensi ’Memahami kegiatan ekonomi masyarakat’.

g. Proses pembelajaran difokuskan kepada pemberdayaan siswa agar tercipta suasana

kelas yang aktif dan kreatif.

73

Page 74: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

4.2 Pelaksanaan Penelitian

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Pembelajaran pertama direncanakan menyampaikan standar

kompetensi “Memahami kegiatan ekonomi masyarakat” dan yang menjadi

materi pokoknya adalah ‘pengertian konsumsi dan jenis-jenis barang yang

dikonsumsi siswa serta keluarganya’ dan skala prioritas dalam memenuhi

kebutuhan sebagai siswa’. Pembelajaran ini akan dilaksanakan dengan

menggunakan media audio visual. Penyampaian pelajaran tersebut

direncanakan diawali dengan mengingatkan siswa terhadap berbagai hal yang

terkait dengan berbagai kegiatan ekonomi yang biasa dialami oleh siswa.

Upaya untuk lebih fokus dalam mengamati setiap aktivitas siswa,

pembelajaran akan dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil

yang akan diamati oleh beberapa orang observer. Satu orang observer hanya

mengamati secara seksama dua atai tiga kelompok. Sementara itu media

audio visual yang akan digunakan telah disiapkan oleh guru yang dibuat

dalam bentuk tayangan power point.

Proses pembelajaran di rencanakan untuk kurang lebih 20 menit siswa

menyimak materi yang ditayangkan melalui tayangan power point.

Selanjutnya siswa berdiskusi mengenai materi yang dipelajarinya dan

selanjutnya akan dikomunikasikan dan ditarik kesimpulan dari materi yang

telah dipelajarinya.

74

Page 75: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

b. Tahap Pelaksanaan

Proses pembelajaran pada siklus pertama, dilakukan pada hari Senin

tanggal 21 Februari 2011. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam, dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Kemudian memberitahukan

siswa bahwa kegiatan pembelajaran IPS pada hari ini akan membahas standar

kompetensi “Memahami kegiatan ekonomi masyarakat” dan yang menjadi

materi pokoknya adalah ‘pengertian konsumsi dan jenis-jenis barang yang

dikonsumsi siswa serta keluarganya’ dan skala prioritas dalam memenuhi

kebutuhan sebagai siswa’. Di samping itu guru menginformasikan pula

bahwa materi tersebut akan disampaikan dengan menggunakan media audio

visual.

Kemudian guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan arti dan

makna ’konsumsi’ dengan melontarkan beberapa pertanyaan:

Guru : Anak-anak pada acara perpisahan, semua siswa menyantap makanan kecil atau snack, kalian tahu nggak apa istilahnya kegiatan siswa tersebut

Siswa 1 : Makan, bu . . .!Guru : Iya bisa, .... tapi istilahnya apa itu . . . Siswa 2 : Mengonsumsi, bu . . . salah seorang menjawab Guru : Iya betul . . , Tapi yang lebih tepat adalah konsumsi.Siswa 3 : Bu, bukankah yang dimaksud konsumsi itu adalah kuenya?

(Salah seorang siswa bertanya) Guru : Bagus pertanyaanmu Hana, selama ini kita menganggap

bahwa konsumsi itu kuenya, tapi maksud yang sebenarnya dari konsumsi itu adalah kegiatannya, bukan barangnya.Jadi ketika kalian makan nasi berarti kalian mengkonsumsi nasi.

Anak-anak, kalian pernah dengar tidak pernyataan presiden yang mengatakan bahwa ”konsumsi BBM di negara kita cukup tinggi”, nah kata ’konsumsi’ dalam pernyataan tersebut menurut kalian berarti apa ?

Siswa 4 : Menggunakan bu,Guru : Bisa, apa lagi

75

Page 76: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Siswa 5 : Memakai, buGuru : Itu juga bisa, yang lain coba . . . yang lebih tepatnya apa ? Siswa 6 : Menghabiskan, buGuru : Benar sekali, . . . jadi yang dimaksud konsumsi itu adalah

kegiatan memakai atau menghabiskan barang atau jasa.

Kegiatan selanjutnya guru menginstruksikan siswa untuk

berkelompok. Sementara itu jumlah dan nama-nama angggota kelompok

sudah ditentukan, dengan tujuan agar setiap kelompok seimbang. siswa

berkelompok dengan cara membalikkan meja berhadap-hadapan. Dalam

proses pembentukan kelompok ini masih ada siswa yang kurang mengikuti

atau tidak sesegera mungkin bergabung dengan kelompoknya. Akibatnya

proses penyusunan kelompok memerlukan waktu yang cukup lama.

Selanjutnya, guru menginstruksikan siswa untuk menyimak tayangan

power point yang telah dipersiapkan. Guru menginstruksikan pula pada siswa

untuk menyediakan alat tulis agar siswa mampu menuliskan berbagai

informasi yang disimaknya. Setelah seluruh peralatan siap, guru memulai

menayangkan power point sementara siswa mulai melakukan kegiatan

menyimak informasi yang disampaikan. Siswa nampak menyimak isi atau

pesan yang disampaikan dari slide-slide power point yang disampaikan.

Setelah selesai siswa menyimak, langkah selanjutnya guru menginstruksikan

siswa untuk mengingat-ingat kembali seluruh materi yang ditayangkan dalam

power point.

Setelah selesai proses menyimak, selanjutnya guru mempersilakan

siswa untuk berdiskusi sebentar terkait dengan penyampaian materi melalui

tayangan slide-slide power point. Selanjutnya guru memberikan aeberapa

76

Page 77: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan melalu

penayangan power point tadi.

Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan tes untuk diisi oleh

siswa. Setelah diisi, guru menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan

kembali tes tersebut. Tes ini berisi beberapa pertanyaan tentang materi yang

telah disampaikan. Hal ini dimaksudkan untuk mngukur sampai seberapa

besar kemampuan siswa menangkap materi yang dipelajari melalui tayangan

power point.

c. Hasil Pembelajaran

Setelah semua hasil jawaban siswa dianalisis dengan merujuk pada

kriteria penilaian yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa rata-rata

siswa telah dapat menuliskan hal-hal esensial dari materi yang disimaknya.

Hasil penilaian terhadap kemampuan siswa dalam memahami materi setelah

tayangan media power point pada siklus I ini dapat deskripsikan pada tabulasi

berikut ini.

Tabel 4.1KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Abdillah Saputra 50 Tdk Tuntas

2 Agust Anas 60 Tuntas

3 Ahmad Apriadi 65 Tuntas

4 Ahmad Shobirin 65 Tuntas

5 Aldi Cristianto 50 Tdk Tuntas

6 Astri Nadia Sari 70 Tuntas

77

Page 78: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

7 Candra Eka Rahayu 75 Tuntas

8 Chania Dian A. 70 Tuntas

9 Danang Asmara 55 Tdk Tuntas

10 David Saputra 50 Tdk Tuntas

11 Dea Nabilla 65 Tuntas

12 Dealfy Rangga 45 Tdk Tuntas

13 Deni Ramadhani 70 Tuntas

14 Desnanda Prayogi 45 Tdk Tuntas

15 Dimas Imam Fauzi 50 Tdk Tuntas

16 Dina Inayati 60 Tuntas

17 Esti Madiyaningsih 70 Tuntas

18 Gusti Fauzan 40 Tdk Tuntas

19 Hartono Yupi Putra 70 Tuntas

20 Hari Priantoro 50 Tdk Tuntas

21 Ilham Setiawan 50 Tdk Tuntas

22 Karina melati 75 Tuntas

23 M. Fajar 65 Tuntas

24 M. Tedi 70 Tuntas

25 M . Fiki 70 Tuntas

26 M. rizki 60 Tuntas

27 Mutiara Lutfi 65 Tuntas

28 Nagoti Putu 65 Tuntas

29 Puri Tiara 65 Tuntas

30 Raihana riska 60 Tuntas

31 Rendi Wijaya 50 Tdk Tuntas

32 Rezanof Azahri 40 Tdk Tuntas

33 Riri Alfiani 40 Tdk Tuntas

78

Page 79: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

34 Rizki Amalia 70 Tuntas

35 Sinta Marliana 70 Tuntas

36 Triana Kusuma 50 Tdk Tuntas

37 Ulvi Febriyanti 65 Tuntas

38 Vibby Yuliana 65 Tuntas

39 Yuliana Erna 40 Tdk Tuntas

Jumlah 2310

Rata-rata 59,23

Nilai Tertinggi 75

Nilai Tterendah 40

Siswa Tuntas 24

Siswa Tidak Tuntas 15

% Ketuntasan 61,54

Hasil kemampuan penguasaan materi siswa yang ditunjukkan dengan

kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

telah diinformasikan seperti pada tabulasi di atas, tampak bahwa secara

umum kemampuan siswa dalam penguasaan materi baru berada pada kondisi

yang cukup baik dengan pencapaian rata-rata 59,23. Nilai tertinggi yang

dicapai siswa pada siklus I ini adalah 75 dan nilai terendah yang diperoleh

siswa hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada

siklus I ini baru mencapai ketuntasan belajar sebesar 61,54%. Ketuntasan

tersebut menunjukkan pembelajaran belum tuntas.

79

Page 80: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

d. Hasil Observasi Siswa

Berdasarkan data observasi, guru telah menyampaikan penjelasan

materi dengan jelas dan relevan dengan fokus pembelajaran siklus I. Guru

juga sudah berhasil mengarahkan dan membimbing siswa untuk menuangkan

hal-hal penting yang terdapat dalam materi yang disimaknya.

Berdasarkan data observasi terhadap aktivitas siswa dalam

pembelajaran diperoleh persentase aktivitas siswa, seperti tampak pada tabel

berikut ini.

TABEL 4.2PERSENTASE AKTIVITAS SISWA PADA

PEMBELAJARAN SIKLUS I

Aktivitas Siswa Persentase Rata-rata (%)

1. Menjawab pertanyaan guru 4 orang (10,26)

2. Mengajukan pendapat atau bertanya 3 orang (7,69)

3. Tampil di depan kelas 2 orang (5,13)

4. Serius menyimak 31 orang (79,49)

5. Serius mengerjakan tugas 30 orang (76,92)

6. Perilaku yang tidak sesuai dengan KBM 8 orang (20,51)

Berdasarkan tabel di atas, proses pembelajaran pada siklus I

umumnya cukup baik, pada umumnya siswa memperhatikan isi materi dan

serius dalam mengerjakan tugas, serta sebagian kecil siswa yang melakukan

kegiatan yang tidak sesuai dengan KBM, seperti mengobrol, tidak

memperhatikan atau main-main dalam belajar. Segi keaktifan yang

diharapkan dari siswa belum dapat terealisasi dengan baik. Dapat dilihatnya

80

Page 81: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

dari hanya dua orang siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya ataupun

mengemukakan pendapat Hal itu, disebabkan pertemuan ini adalah

pertemuan pertama yang menyebabkan siswa terlihat malu dan ragu untuk

aktif di kelas.

Hasil catatan lapangan pembelajaran tindakan pertama dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.3CATATAN LAPANGAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus I

1) Siswa masih merasa malu untuk menjawab atau memberikan pertanyaan.

1) Masih sedikitnya siswa yang mau tampil di depan kelas untuk membacakan hasil pekerjaannya.

2) Suasana hening saat menyimak materi yang dilakukan oleh temannya sebagai stimulus motivasi keaktifan siswa.

3) Siswa terlihat antusias saat guru menginstruksikan untuk belajar dengan menggunakan media audio visual power point.

4) Siswa dengan saksama memperhatikan segala sesuatu yang dikemukakan dalam power point.

5) Pujian yang diberikan guru dapat memotivasi siswa untuk lebih baik dalam belajar.

6) Guru sudah berhasil dalam mengarahkan dan membimbing siswa ketika menyimak.

7) Beberapa siswa ada yang mengobrol ketika mengerjakan tugasnya saatmenjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disimaknya.

8) Guru belum dapat mengelola waktu dengan baik.

Data observasi lainnya menyimpulkan bahwa penggunaan media

audio visual dalam bentuk power point dalam pembelajaran IPS pada siklus I

sudah berhasil menciptakan suasana dan situasi pembelajaran menjadi lebih

menarik sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi dalam menyimak

materi yang disampaikan guru melalui media audio visual.

81

Page 82: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Pembelajaran IPS dengan menggunakan media audio visual dalam

bentuk power point ini merupakan pengalaman pertama bagi siswa. Oleh

karena itu, siswa merasa antusias dan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran tersebut Siswa mengakui media audio viisual dalam bentuk

power point sangat membantu mereka untuk mendapatkan inspirasi dalam

menyimak materi pembelajaran.

e. Refleksi Siklus I

Setelah pelaksanaan siklus I selesai, peneliti bersama observer

melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus I. Berdasarkan data yang

diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, dan hasil tes

kemampuan penguasaan materi siswa selama tindakan pembelajaran siklus I,

peneliti bersama observer mengadakan diskusi untuk mengetahui hal-hal

yang harus dipertahankan, ditingkatkan, atau ditinggalkan. Kegiatan refleksi

ini sebagai bahan perbaikan pada tindakan pembelajaran selanjutnya.

Dari identifikasi masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

tindakan siklus I masih harus ditingkatkan dalam hal keaktifan siswa di kelas.

Terbukti selama pembelajaran siklus I dihadapkan dengan permasalahan

keadaan kelas yang pasif. Belum banyaknya siswa yang berani untuk

menjawab pertanyaan dari guru, mengemukakan pendapat atau pertanyaan,

dan berani tampil di depan kelas untuk membacakan jawaban atas pertanyaan

yang diberikan. Hal tersebut, diasumsikan karena pertemuan ini adalah

pertemuan pertama yang menyebabkan siswa masih terlihat malu dan ragu

untuk aktif di kelas. Dalam hal penugasan yang diberikan oleh guru, masih

82

Page 83: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

ada siswa yang melakukan kegiatan di luar KBM, seperti mengobrol pada

saat proses penyampaian materi dengan menggunakan media audio visual

melalui power point dilaksanakan.

Sementara itu penggunaan power point yang sederhana serta kurang

memiliki variasi dalam hal tampilannya cenderung menunjukkan kebosanan

dari siswa. Dengan demikian tampaknya perlu dilakukan perubahan dan

penggunaan media audio visual dalam bentuk lain yang lebih menarik bagi

siswa.

Adapun hasil pembelajaran siswa yang ditunjukkan dengan

kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubngan dengan materi yang

telah disampaikan selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, secara umum

baru mencapai hasil yang cukup baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-

rata 6,84. Meskipun sudah mencapai batas ketuntasan yang telah ditentukan

yaitu 6,5, namun apabila diamati dari ketuntasan klasikal atau ketuntasan

belajar siswa, masih belum tuntas. Ketuntasan belajar siswa baru mencapai

68,4%, hal ini ditunjukkan dari 32 siswa hanya 23 orang siswa yang sudah

mencapai atau melebihi batas ketuntasan yang ditetapkan, sementara 9 orang

siswa masih belum mencapai batas ketuntasan yang diharapkan. Dengan

demikian secara umum pembelajaran belum tuntas.

2. Siklus 2

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap kedua, perencanaan dilakukan sebagai upaya memperbaiki

pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Ada beberapa hal yang

83

Page 84: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

dilakukan dalam upaya melakukan penyempurnaan pada pembelajaran siklus

pertama. Beberapa hal yang direncanakan pada siklus kedua antara lain:

1) Mengganti media audio visual yang lebih menarik, yaitu dengan

meggunakan CD interaktif.

2) Mengatur waktu proses pembelajaran dengan lebih menekankan pada

proses penggunaan CD Interaktif serta proses diskusi antar siswa.

3) Memotivasi siswa untuk senantiasa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Proses pembelajaran pada siklus kedua dilakukan pada tanggal 7 Maret

2011. Proses pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam serta

mengabsen siswa, selanjutnya guru memotivasi siswa untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, guru

menjanjikan adanya penilaian bagi siswa yang mau menjawab pertanyaan,

maupun yang mengajukan pertanyaan serta menanggapi suatu permasalahan.

Kemudian guru menyampaikan informasi terkait dengan perilaku konsumtif

yang biasa dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai tindak lanjut

hasil temuan jurnal harian siswa pada pembelajaran siklus I, bahwa tingkat

motivasi siswa yang masih kurang, guru menggambarkan bahwa belajar IPS

tidak hanya bersifat teoritis saja, namun seringkali dapat diamati dan

dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, di samping itu IPS sangat

bermanfaat dalam membantu menyelesaikan masalah sehari-hari dan IPS

berperan penting dalam perkembangan komunikasi sosial di antara sesama.

84

Page 85: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Menindaklanjuti hasil tes formatif I, bahwa masih ada siswa yang salah

dalam memberikan pengertian dan pemahamannya terhadap konsep konsumsi

serta bagaimana menentukan skala prioritas, guru mengulang kembali

pengertian dan konsep konsumsi serta bagaimana langkah-langkah dalam

menentukan skala prioritas dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Tujuannya

adalah agar siswa dapat menumbuhkan kembali pengetahuan dan pengalaman

tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya dimana konsep ini diperlukan

dalam membahas materi yang akan dipelajari yaitu ‘dampak positif dan negatif

dari perilaku konsumtif dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi

seseorang’.

Sebelum melakukan apersepsi untuk materi yang akan disampaikan,

terlebih dahulu guru mengulas kembali bagaimana proses pembelajaran

dengan menggunakan media audio visual. Guru menjelaskan bahwa

pembelajaran yang akan dilaksanakan akan menggunakan media audio visual

dalam bentuk CD interaktif.

Apersepsi untuk materi pada tindakan kedua dilakukan dengan tanya jawab antara

guru dan siswa.

Guru : Anak-anak, pernahkah kalian pergi berbelanja dengan ibumu?Siswa : Beberapa anak menjawab pernahGuru : Apakah kamu melihat ibumu membawa catatan daftar belanjaanTedi : Tidak pernah bu, karena belanjanya hanya ke warung saja (siswa

bernama Tedi menjawab)Karina : Saya pernah bu, pada waktu ke toko swalayan (Karina

menjawab)Guru : Bagus, Karina, apakah pada saat itu ibumu berbelanja sesuai

dengan daftar belanjaan tersebut, atau lebih banyak. Karina : Lebih banyak bu, karena saya juga banyak membeli mainan yang

tidak ada di catatan ibuGuru : Nah menurut kalian, bagus atau tidak apa yang dilakukan ibunya

Karina tersebut?

85

Page 86: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Siswa : Bagus . . . (sebagian siswa menjawab) Tidakkk . . . (sebagian besar)

Guru : Itulah yang dimaksud dengan perilaku kosumtif yang tentu saja ada aspek positif (kebaikan) dan aspek negatif (keburukannya)Agar kalian dapat lebih memahami aspek positif dan negatif dari perilaku konsumtif, sekarang coba kalian pelajari dan diskusikan bersama teman-temanmu.

Apersepsi tersebut tampaknya cukup berhasil membawa siswa ke arah

kesiapan mengikuti pembelajaran. Di samping itu pertanyaan-pertanyaan yang

dilontarkan guru mampu dijawab siswa, tidak hanya secara serempak namun

secara perorangan juga seperti yang dijawab ’Tedi’ dan ’Karina’. Kondisi ini

merupakan hal positif dalam mewujudkan keberanian siswa dalam

mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan.

Tahap selanjutnya, guru menginstruksikan siswa untuk memulai

memperhatikan tayangan CD interaktif yang telah disediakan. Guru mencoba

menjadi operator pada setiap langkah CD Interaktif tersebut. Pada setiap

langkah materi, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa apakah materi

yang telah ditayangakan dapat siswa pahami atau belum, jika belum guru

mencoba mengulanginya kembali. Langkah selanjutnya guru mencoba

memandu seluruh materi yang telah disiapkan dalam CD Interaktif tersebut.

Setelah selesai ssiwa memperhatikan CD Interaktif tersebut, seperti

biasanya siswa mendiskusikan hasil simakan yang selanjutnya akan dijadikan

sebagai bahan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disimaknya. Di

samping itu, guru menginstruksikan seluruh siswa untuk menuliskan kembali

isi materi yang telah disimaknya.

86

Page 87: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan evaluasi dengan

memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah

disampaikan melalui media CD Interaktif. Setelah diisi, guru

menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan kembali hasil jawaban siswa.

Untuk mematangkan pemahaman ssiwa terhadap materi yang telah

disampaikan, guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk

dikerjakan di rumah.

c. Hasil Pembelajaran

Setelah semua hasil pekerjaan siswa dianalisis dengan merujuk pada

jawaban yang sebenarnya, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa telah

memiliki kemampuan menjawab pertanyaan dengan baik, meskipun dalam

soal-soal yang bersifat pemahaman siswa masih terbatas pada tataran teoretis

saja. Hasil penilaian terhadap pekerjaan siswa pada siklus II ini dapat diamati

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA SIKLUS 2

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Abdillah Saputra 60 Tuntas

2 Agust Anas 60 Tuntas

3 Ahmad Apriadi 75 Tuntas

4 Ahmad Shobirin 75 Tuntas

5 Aldi Cristianto 50 Tdk Tuntas

6 Astri Nadia Sari 80 Tuntas

7 Candra Eka Rahayu 90 Tuntas

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

87

Page 88: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

8 Chania Dian A. 70 Tuntas

9 Danang Asmara 70 Tuntas

10 David Saputra 70 Tuntas

11 Dea Nabilla 80 Tuntas

12 Dealfy Rangga 60 Tuntas

13 Deni Ramadhani 70 Tuntas

14 Desnanda Prayogi 65 Tuntas

15 Dimas Imam Fauzi 65 Tuntas

16 Dina Inayati 60 Tuntas

17 Esti Madiyaningsih 80 Tuntas

18 Gusti Fauzan 60 Tuntas

19 Hartono Yupi Putra 80 Tuntas

20 Hari Priantoro 50 Tdk Tuntas

21 Ilham Setiawan 65 Tuntas

22 Karina melati 90 Tuntas

23 M. Fajar 65 Tuntas

24 M. Tedi 80 Tuntas

25 M . Fiki 70 Tuntas

26 M. rizki 70 Tuntas

27 Mutiara Lutfi 70 Tuntas

28 Nagoti Putu 75 Tuntas

29 Puri Tiara 65 Tuntas

30 Raihana riska 80 Tuntas

31 Rendi Wijaya 80 Tuntas

32 Rezanof Azahri 40 Tdk Tuntas

33 Riri Alfiani 70 Tuntas

34 Rizki Amalia 80 Tuntas

88

Page 89: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

35 Sinta Marliana 90 Tuntas

36 Triana Kusuma 60 Tuntas

37 Ulvi Febriyanti 70 Tuntas

38 Vibby Yuliana 75 Tuntas

39 Yuliana Erna 50 Tdk Tuntas

Jumlah 2715

Rata-rata 69,61

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 40

Siswa Tuntas 35

Siswa Tidak Tuntas 4

% Ketuntasan 89,74

Hasil kemampuan menyimak siswa yang ditunjukkan dengan

kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

telah diinformasikan yang disimaknya seperti pada tabulasi di atas, tampak

bahwa secara umum kemampuan siswa dalam menyimak berada pada kondisi

yang baik dengan pencapaian rata-rata 69,61. Nilai tertinggi yang dicapai

siswa pada siklus II ini adalah 90 dan nilai terendah yang diperoleh siswa

hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada siklus II

ini mencapai ketuntasan belajar sebesar 89,74%. Ketuntasan tersebut

menunjukkan bahwa pembelajaran sudah tuntas.

89

Page 90: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

d. Hasil Observasi

Berdasarkan data observasi, guru telah menyampaikan penjelasan

materi dengan jelas dan relevan dengan fokus pembelajaran siklus II. Guru

juga sudah berhasil mengarahkan dan membimbing siswa untuk menuangkan

hal-hal yang berkesan menurut apa yang dipikrkan dan dirasakan siswa dalam

menyimak.

Berdasarkan data observasi terhadap aktivitas siswa dalam

pembelajaran diperoleh persentase aktivitas siswa, seperti tampak pada tabel

di bawah ini.

TABEL 4.5 PERSENTASE AKTIVITAS SISWA PADA

PEMBELAJARAN SIKLUS II

Aktivitas Siswa Persentase Rata-rata (%)

1. Menjawab pertanyaan guru 10 orang (25,64)

2. Mengajukan pendapat atau bertanya 9 orang (23,08)

3. Tampil di depan kelas 5 orang (12,82)

4. Serius menyimak penjelasan guru 38 orang (97,44)

5. Serius mengerjakan tugas 37 orang (94,87)

6. Perilaku yang tidak sesuai dengan KBM 1 orang (2,56)

Berdasarkan tabel di atas, proses pembelajaran pada siklus II ini

terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus sebelumnya. Hampir

seluruhnya siswa memperhatikan penjelasan guru dan serius dalam

mengerjakan tugas. Siswa telah aktif dalam pembelajaran. Dapat dilihatnya

90

Page 91: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

dengan banyaknya siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya ataupun

mengemukakan pendapat

Hasil catatan lapangan pembelajaran tindakan kedua dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.6CATATAN LAPANGAN PEMBELAJARAN SIKLUS II

Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus II

1) Siswa antusias untuk mendiskusikan hasil pekerjaan yang telah

dikerjakan dengan siswa lainnya di tempatnya masing-masing

menjadikan suasana gaduh dalam pembelajaran.

2) Media Cd Interaktif sebagai media audio visual pembelajaran IPS

menjadikan suasana pembelajaran lebih menyegarkan dan

menyenangkan.

3) Seluruh siswa serius saat mengerjakan tugasnya untuk menyimak.

4) Sebagian siswa telah berani untuk mengajukan pertanyaan, terutama

dalam menanyakan yang berkaitan dengan materi.

Data observasi lainnya menyimpulkan penggunaan media CD

Interaktif dalam pembelajaran IPS sudah berhasil menciptakan suasana dan

situasi pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa merasa rileks dan

termotivasi dalam belajar.

e. Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai, peneliti bersama observer

melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus II. Berdasarkan data yang

diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil tes kemampuan

pemahaman siswa selama tindakan pembelajaran siklus II, peneliti bersama

91

Page 92: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

observer mengadakan diskusi untuk mengetahui hal-hal yang harus

dipertahankan, ditingkatkan, atau ditinggalkan.

Dari diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses tindakan siklus

II mengalami peningkatan yang signifikan, artinya segi proses tindakan siklus

II berhasil. Terbukti bahwa penggunaan media CD Interaktif sudah mampu

memancing motivasi siswa dalam pembelajaran IPS. Siswa merespon positif

untuk menjawab pertanyaan dari guru, mengemukakan pendapat atau

pertanyaan, berani tampil di depan untuk membacakan hasil jawabannya, dan

penugasan dari guru.

Adapun hasil kemampuan hasil belajar siswa yang ditunjukkan

dengan kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi

yang telah disampaikan melalui media CD Interaktif, secara umum mencapai

hasil yang baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-rata 69,61, yang sudah

mencapai batas ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 60. Ketuntasan belajar

siswa sudah mencapai 89,74%, hal ini ditunjukkan dari 39 siswa, 35 siswa

sudah mencapai atau melebihi batas ketntasan yang ditetapkan. Dengan

demikian secara umum pembelajaran sudah tuntas.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tahap pelaksanaan tindakan, pada umumnya

model pembelajaran yang dikembangkan cukup efektif, efisien, dan relevan untuk

mengembangkan kemampuan menyimak siswa.

Melihat uraian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang telah dilakukan

cukup efektif, efisien, dan relevan antara komponen-komponen pembelajaran yang

92

Page 93: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

dikembangkan, tujuan yang ingin dicapai, dan waktu yang telah direncanakan.

Diawali dengan identifikasi permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi awal,

dilanjutkan dengan implementasinya di lapangan beserta hasil refleksinya pada setiap

siklus sudah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS.

Perbaikan terhadap model pembelajaran perlu terus dilakukan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa hal yang harus segera dibenahi pada saat

penelitian, yaitu pemilihan media audio visual yang lebih menarik sehingga mampu

memotivasi siswa dalma belajar.

Agar penggunaan media audio visual sebagai media dan sumber belajar

berhasil baik, hendaknya dipersiapkan secara saksama, mulai dari alokasi waktu yang

digunakan sampai strategi pelaksanaannya. Persiapan ini bertujuan agar penggunaan

media audio visual sebagai media dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa merasa

fun, santai, dan jauh dari kebosanan, yang pada akhirnya menimbulkan motivasi siswa

untuk menyimak sehingga terhindar dari perilaku siswa yang menyimpang dari KBM.

1. Analisis Data Hasil Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan menganalisis seluruh hasil penelitian selama dua

siklus. Adapun pembahasannya mengacu pada data instrumen, meliputi tingkat

keberhasilan belajar siswa yang diwujudkan dengan kemampuan menjawab

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajarinya.

2. Tingkat Keberhasilan Siswa Menyimak

Pembelajaran IPS dalam penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi

siswa, walaupun demikian pada pertemuan pertama pada umumnya siswa telah dapat

memahami materi dengan cukup baik. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya, siswa

93

Page 94: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam memahami materi yang

dipelajarinya.

Untuk mengetahui perkembangan keberhasilan menyimak siswa, peneliti

memberikan penilaian tiap siklusnya dengan berpatokan pada kriteria penilaian yang

telah ditetapkan. Berikut ini merupakan nilai kemampuan menyimak siswa pada tiap

siklusnya.

TABEL 4.7PEROLEHAN NILAI HASIL BELAJAR SETELAH SISWA MELAKUKAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA TIAP SIKLUS

No Nama NilaiSiklus I Siklus II

1 Abdillah Saputra 50 60

2 Agust Anas 60 60

3 Ahmad Apriadi 65 75

4 Ahmad Shobirin 65 75

5 Aldi Cristianto 50 50

6 Astri Nadia Sari 70 80

7 Candra Eka Rahayu 75 90

8 Chania Dian A. 70 70

9 Danang Asmara 55 70

10 David Saputra 50 70

11 Dea Nabilla 65 80

12 Dealfy Rangga 45 60

13 Deni Ramadhani 70 70

14 Desnanda Prayogi 45 65

15 Dimas Imam Fauzi 50 6516 Dina Inayati 60 6017 Esti Madiyaningsih 70 8018 Gusti Fauzan 40 6019 Hartono Yupi Putra 70 80

94

Page 95: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

No Nama NilaiSiklus I Siklus II

20 Hari Priantoro 50 5021 Ilham Setiawan 50 6522 Karina melati 75 9023 M. Fajar 65 6524 M. Tedi 70 8025 M . Fiki 70 7026 M. rizki 60 7027 Mutiara Lutfi 65 7028 Nagoti Putu 65 7529 Puri Tiara 65 65

30 Raihana riska 60 80

31 Rendi Wijaya 50 80

32 Rezanof Azahri 40 40

33 Riri Alfiani 40 70

34 Rizki Amalia 70 80

35 Sinta Marliana 70 90

36 Triana Kusuma 50 60

37 Ulvi Febriyanti 65 70

38 Vibby Yuliana 65 75

39 Yuliana Erna 40 50

Jumlah 2310 2715

Rata-rata 59,23 69,61

Nilai Tertinggi 75 90

Nilai Terendah 40 40

Siswa Tuntas 24 35

Siswa Tidak Tuntas 15 4

% Ketuntasan 61,54 89,74

Hasil pembelajaran pada kedua siklus dapat digambarkan pada grafik berikut.

95

Page 96: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

010

203040

506070

8090

Rata-rata Tertinggi Terendah Tuntas Tdk Tuntas %Ketuntasan

Hasil Belajar Tiap Siklus

Siklus 1

Siklus 2

Berdasarkan tabel di atas, pada umumnya nilai kemampuan pemahaman siswa

dalam setiap pembelajaran mengalami peningkatan, hanya ada beberapa orang siswa

yang kemampuannya tetap namun tidak ada yang menurun. Peningkatan terjadi karena

tumbuhnya motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar yang berdampak tumbuhnya

keseriusan siswa dalam menyimak materi yang disajikan.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa tingkat pemahaman siswa mengalami

peningkatan. Diamati dari pencapaian rata-rata tampak jelas adanya peningkatan dari

59,23 pada siklus I menjadi 69,61 pada siklus kedua. Sementara itu dari pencapaian

ketuntasan belajar siswa tampak juga terjadi peningkatan dari 61,54% pada siklus

pertama dan menunjukkan pembelajaran belum tuntas menjadi 89,74% siswa telah

tuntas pada siklus kedua dan menunjukkan pembelajaran telah tuntas.

Terjadinya peningkatan hasil pembelajaran pada pelaksanaan penelitian ini

salah staunya disebabkan penggunaan media pembelajaran. Pola pemanfaatan media

di luar kelas menurut Arief S. Sadiman (1990:190-197) dapat dibedakan dalam tiga

kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol (bebas), dan jumlah

sasarannya.

96

Page 97: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Pertama, pemanfaatan media secara terkontrol, yakni media itu digunakan

dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan

tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program pendidikan jarak

jauh. Hasil belajar melalui pemanfaatan media secara terkontrol ini biasanya

dievaluasi secara teratur dengan alat evaluasi yang terukur.

Kedua, Pemanfaatan media secara bebas (tidak terkontrol), yakni pemanfaatan

tanpa ada kontrol atau pengawasan, seperti media-media yang dimanfaatkan

masyarakat secara luas dengan cara membeli. Masyarakat itu sendirilah yang

menentukan tujuan pemanfaatannya, yakni dengan menyesuaikan dengan

kebutuhannya masing-masing, seperti pemanfaatan kaset pelajaran bahasa Inggris,

video interaktif tentang Belajar Membaca Al-Qur’an dan lain-lain.

Ketiga, pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaannya, yakni secara

perorangan, kelompok, dan massal. Pemanfaatan media secara perorangan biasanya

dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya, sehingga pengguna dapat

memanfaatkannya secara mandiri, seperti modul. Pemanfaatan media secara

kelompok, baik kelompok kecil (2 s.d 8 orang) maupun kelompok besar (9 s.d 40

orang). Media untuk kelompok ini biasanya dilengkapi buku petunjuk bagi pemimpin

kelompoknya. Setelah atau sebelum memanfaatkan media, kelompok dapat

melakukan diskusi. Terakhir, media yang dimanfaatkan secara masal (mulai puluhan,

ratusan, hingga ribuan orang). Media untuk massal ini biasanya disalurkan melalui

pemancar, seperti radio dan televisi. Sebelum memanfaatkan media ini, peserta diberi

bahan tercetak yang memuat tujuan pembelajaran, garis besar isi, petunjuk tindak

lanjut, dan bahan dari sumber lain untuk pendalaman pemahaman.

97

Page 98: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya

berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menyimak

dengan menggunakan media audio visual, diambil simpulan sebagai berikut ini.

1. Proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media audio

visual dilakukan dalam dua bentuk media yaitu pada siklus 1 menggunakan

power point dan pada siklus 2 menggunakan CD interaktif. Penggunaan

media audio visual ini telah memunculkan beberapa perilaku belajar siswa

yang lebih baik. Perilaku tersebut berupa aktivitas siswa yang aktif dalam

belajar, seperti siswa yang aktif bertanya, mengemukakan pendapat, dan

berani tampil di depan. Siswa juga merasa senang dan berkesan positif

dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran IPS

dengan menggunakan media audio visual sebagai media pembelajaran

dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a) Guru tyerlebih dahulu menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran dan

strategi pembelajaran yang akan dilakukan.

b) Melakukan apersepsi untuk menghimpun perhatian dan mempersiapkan

siswa dalam belajar

c) Siswa memperhatikan penyampaian materi melalui tayangan media audio

visual baiak dalam bentuk power point, maupun dalam bentuk CD

98

Page 99: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

Interaktif.

d) Siswa mendiskusikan materi yang telah dipelajarinya.

e) Evaluasi

2. Hasil kemampuan pemahaman siswa dalam belajar IPS yang diukur dengan

hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan materi

yang telah disampaikan dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini

dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai siswa. Pada siklus I rata-rata

siswa mencapai 59,23; pada siklus II mencapai 69,61. Di samping itu dilihat

dari ketuntasan belajar siswa juga terjadi peningkatan dari 61,54% pada siklus

1 meningkat jadi 89,74% pada siklus ke 2 yang sekaligus menunjukkan bahwa

pembelajaran telah tuntas.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan

saran yang bermanfaat bagi peneliti, selanjutnya guru dan sekolah sebagai

berikut :

1. Agar penggunaan media Audio visual baik dalam bentuk power point

maupun CD Interaktif sebagai media dan sumber belajar berhasil baik,

hendaknya dipersiapkan secara saksama, mulai dari mendesain tampilan

power point yang selektif, bervariasi, dan menarik, alokasi waktu yang

digunakan, sampai strategi pelaksanaannya. Persiapan ini bertujuan agar

penggunaan power point sebagai media dalam pembelajaran dapat

menjadikan siswa merasa fun, santai, dan jauh dari kebosanan, yang pada

99

Page 100: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

akhirnya menimbulkan motivasi siswa untuk menyimak sehingga terhindar

dari perilaku siswa yang menyimpang dari KBM.

2. Sesuai dengan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para pengajar

pelajaran IPS khususnya untuk memanfaatkan berbagai media, model, dan

teknik pembelajaran. Dalam hal ini menggunakan media audio visual

khusunya CD Interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

100

Page 101: PROPOSAL -    Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (1991). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Disertasi. Bandung : PPS IKIP Bandung.

Al Muchtar, S. (2002). "Analisis Pembaharuan Kurikulum Pendidikan IPS". Makalah pada Seminar Nasional dan Musda I HISPISI Jawa Barat, UPI Bandung, 31 Oktober 2002.

Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Association for Educational Communication ant Technology (1977) The Definition of Educational Technology. Washington, DC: AECT.

Awan Mutakin (1998) Model Pembelajaran IPS. Jakarta: P3MTK-Ditjen Dikti

Dahar, Ratna Wilis (2002) Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati & Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O., (1989). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Nasution (1997). Metode Penelitian Naturalistik0Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Purwadarminta (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Rumampuk (1988) Media Instruksional IPS. Jakarta: P2LPTK-Ditjen Dikti

Sadiman (1984) Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: Rajawali Pers

Somantri, (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Rosda, Bandung.

Suryabrata (1984) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Wiriatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakarya

101