proposal aqil

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. 1,2,3 Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral 1

Upload: danda

Post on 28-Apr-2015

136 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Aqil

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan

kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan

oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,

penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-

gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan

bukan oleh yang lain dari itu.1,2,3

Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia

atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang

menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi.

Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran

darah otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia

sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke

hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan subrakhnoid. Sampai saat ini

stroke masih merupakan masalah kesehatan yang serius. Stroke dengan serangannya yang akut

dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Selain itu stroke juga sebagai penyebab

utama kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut.2,3

Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak

produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada

sebahagian besar negara di dunia, sedangkan di negara Barat yang telah maju, stroke menempati

urutan ketiga sebagai penyebab kematian sesudah penyakit jantung dan kanker. Stroke adalah

1

Page 2: Proposal Aqil

penyebab kedua kecacatan berat di seluruh dunia pada usia di atas 60 tahun dan biaya perawatan

stroke sangatlah besar, pada tahun 2004 diperkirakan 53,6 miliar dolar Amerika.4,5

Diperkirakan insidens stroke di Amerika Serikat kira-kira lebih 700.000 tiap tahun dan

meninggal lebih 160.000 per tahunnya dengan kira-kira 4,8 juta penderita stroke yang hidup saat

ini. Dikatakan bahwa setiap menit ada 1 orang menderita stroke dan hampir 20 orang akan

meninggal tiap jam.4

Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan

kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah

di seluruh penjuru Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2008)

memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang

dirawat di Rumah Sakit. Sedangkan permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di

Indonesia adalah: rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala

stroke, belum optimalnya pelayanan stroke, ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan

stroke ulang yang rendah. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian

stroke baru dan tingginya angka kematian akibat stroke di Indonesia serta tingginya kejadian

stroke ulang.5,6

Penelitian prospektif tahun 1996/1997 mendapatkan 2.065 pasien stroke dari 28 rumah

sakit di Indonesia. Kemudian pada Survei Departemen Kesehatan RI tahun 2007 pada 987.205

subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 propinsi didapatkan bahwa stroke merupakan penyebab

kematian utama pada usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi nasional Stroke

adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 11 provinsi

mempunyai prevalensi Stroke diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,

Sumatera Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. Tertinggi 1,66% di

Nangroe Aceh Darussalam dan terendah 0,38% di Papua. Di Sulawesi Selatan 67,6% telah

terdiagnosa oleh tenaga kesehatan, dimana prevalensi tertinggi di Wajo 13,6% dan prevalensi

terendah 2,9%.6

2

Page 3: Proposal Aqil

Pasien yang terkena stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami serangan stroke

ulang.Serangan stroke ulang berkisar antara 30%‐43% dalam waktu 5 tahun. Setelah serangan

otak sepintas, 20% pasien mengalami stroke dalam waktu 90 hari, dan 50% diantaranya

mengalami serangan stroke ulang dalam waktu 24‐72 jam. Selain itu tekanan darah yang tinggi

(tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) akan

meningkatkan risiko terjadinya stroke ulang.6

Tabel 1.1 Prevalensi Stroke Menurut Provinsi di Indonesia

(Riskesdas 2007)

Provinsi Prevalensi% provinsi Prevalensi%

NAD 16,6 NTB 12,5

Sumatera Utara 6,8 NTT 7,1

Sumatera Barat 10,6 Kalimantan Barat 5,5

Riau 5,0 Kalteng 6,8

Jambi 6,1 Kalsel 9,8

Sumatera Selatan 7,3 Kalimantan Timur 7,0

Bengkulu 6,5 Sulawesi Utara 10,4

Lampung 6,4 Sulawesi Tengah 10,0

Bangka Belitung 8,1 Sulawesi Selatan 7,4

Kepulauan Riau 14,9 Sultra 7,6

DKI Jakarta 12,5 Gorontalo 14,9

Jawa Barat 9,3 Sulawesi Barat 5,3

Jawa Tengah 7,6 Maluku 4,6

DI Yogyakarta 8,4 Maluku Utara 6,7

Jawa Timur 7,7 Papua Barat 9,5

Banten 7,2 Papua 3,8

Bali 6,8

Indonesia = 8,3%

Sumber : Sudarianto, dkk. 2010. Penyakit Tidak Menular. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan

2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

3

Page 4: Proposal Aqil

Berdasarkan data yang diperoleh daripada laman web rasmi dinkes sulsel, pada tahun

2008, 5 (lima) urutan Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dilaporkan di Sulawesi Selatan

berdasarkan tempat dan jenis pelayanan seperti berikut:-

Tabel 1.2 Urutan PTM di SulSel Yang Dirawat di Puskesmas Rawat Inap

Penyakit Kasus

kecelakaan lalu lintas 69 kasus

Hypertensi 25 kasus

Asma 15 kasus

Stroke 6 kasus

Obesitas 6 kasus

Sumber : Sudarianto, dkk. 2010. Penyakit Tidak Menular. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan

2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 1.3 Urutan PTM di SulSel Yang Dirawat di Puskesmas Rawat Jalan.

Penyakit Kasus

Hypertensi 55.922 kasus

kecelakaan lalu lintas 15.572 kasus

Asma 12.908 kasus

Osteoporosis 1.151 kasus

Struma 864 kasus

Sumber : Sudarianto, dkk. 2010. Penyakit Tidak Menular. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan

2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 1.4. Urutan PTM di SulSel Yang Dirawat di Rumah Sakit Rawat Inap

Penyakit Kasus

kecelakaan lalu lintas 3.842 kasus

Hypertensi 2.221 kasus

diabetes mellitus 1.495 kasus

Stroke 738 kasus

Osteoporosis 199 kasus

4

Page 5: Proposal Aqil

Sumber : Sudarianto, dkk. 2010. Penyakit Tidak Menular. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan

2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 1.5 Urutan PTM di SulSel Yang Dirawat di Rumah Sakit Rawat Jalan

Penyakit Kasus

diabetes mellitus 15.244 kasus

Hypertensi 9.779 kasus

kecelakaan lalu lintas 9.354 kasus

Asma 2.531 kasus

Stroke 398 kasus

Sumber : Sudarianto, dkk. 2010. Penyakit Tidak Menular. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan

2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tekanan darah tinggi disebut hipertensi. Meningkatnya resiko stroke dan penyakit

kardiovaskular lain berawal pada tekanan darah sistolik dan diastolik 115/75 mmHg dan

meningkatnya dua kali lipat setiap peningkatan sistolik 20 mmHg dan peningkatan diastolik 10

mmHg. Orang yang jelas menderita hipertensi (tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg) memiliki risiko stroke tujuh

kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tekanan darahnya normal atau rendah. Untuk

orang berusia di atas 50 tahun, tekanan darah sistolik yang tinggi (140 mmHg atau lebih besar)

dianggap sebagai faktor resiko stroke.1

Hipertensi dan stroke memiliki kaitan yang sangat erat, karena stroke disebabkan oleh

penyumbatan pembuluh darah sehingga otak tidak bisa menerima pasokan darah dan udara. Bila

pembuluh darah ini pecah maka akan terjadi stroke, baik itu stroke ringan maupun stroke yang

berbahaya. Penyakit stroke ini bisa menyebabkan kelumpuhan atau tidak berfungsinya anggota

tubuh dengan baik.2

Di Indonesia, hanya sebagian kecil rumah sakit yang mempunyai peralatan CT scan dan

masih terbatas di kota-kota besar. Pada rumah sakit yang mempunyai peralatan CT scan masih

banyak penderita stroke yang tidak dilakukan pemeriksaan CT scan dalam menentukan diagnosis

dan pengobatannya karena keterbatasan biaya. Keadaan tersebut tentu akan sangat merugikan

penderita stroke karena diagnosis jenis patologiknya tidak dapat ditegakkan dengan tepat dan

5

Page 6: Proposal Aqil

pengobatan dini tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, perlu tes diagnostik pengganti yang

akurasinya mendekati akurasi pemeriksaaan CT scan kepala. Tes diagnostik pengganti tersebut

harus lebih mudah, lebih cepat dilakukan dan lebih murah dibandingkan pemeriksaan CT scan

kepala.3

Menurut suatu penelitian pada zaman sebelum CT Scan, ketepatan diagnosis klinis

mengenai stroke hemoragik ternyata hanya berlaku untuk 65% . Sedangkan ketepatan diagnosis

klinis mengenai stroke non hemoragik, dapat dikonfirmasi hanya pada 57%. CT Scan kini

mengungkap banyak fakta, sehingga pegangan klinis perlu ditinjau kembali. Setelah CT Scan

digunakan, diketahui bahwa 19% kasus adalah stroke hemoragik dan 81% adalah non

hemoragik4,5

Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan di rumah sakit lainnya di Makassar

menggunakan sistem skor stroke Hasanuddin berdasarkan hasil penelitian Gunawan D (1998),

yang mempunyai sensitifitas 91.83%, spesitifitas 87%, dan akurasinya 88,65%. Jika nilai total

skor penderita stroke <15, maka diagnosis klinik adalah stroke non hemoragik. Sedangkan, jika

nilai total skor penderita stroke > 15, maka diagnosis klinik adalah stroke hemoragik. Hal ini

mendorong saya melakukan penelitian mengenai hubungan antara gambaran klinis pasien

berdasarkan skor klinik dalam penentuan jenis stroke dengan hasil CT scan sebagai standar baku

emas. Penelitian ini akan di lakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo karena merupakan

pusat rujukan medis untuk kasus-kasus stroke dan pelayanan fasilitas CT scan yang tersedia bisa

menunjang kearah penyakit ini. 6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

belum diketahuinya karakteristik klinis penderita stroke di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari - Desember 2011.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik klinis penderita stroke di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Periode

Januari - Desember 2011?

6

Page 7: Proposal Aqil

2. Bagaimana distribusi pasien stroke berdasarkan tekanan darah saat masuk di RSUP dr.

Wahidin Sudirohusodo Periode Januari - Desember 2011??

3. Bagaimana distribusi pasien stroke berdasarkan tingkat kesadaran saat masuk di RSUP dr.

Wahidin Sudirohusodo Periode Januari - Desember 2011?

4. Bagaimana distribusi pasien stroke berdasarkan gejala nyeri kepala saat masuk di RSUP dr.

Wahidin Sudirohusodo Periode Januari - Desember 2011?

5. Bagaimana distribusi pasien stroke berdasarkan gejala lemah separuh badan saat masuk di

RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Januari - Desember 2011?

6. Bagaimana distribusi pasien stroke berdasarkan adanya gejala reflex patologis (refleks

Babinski) saat masuk di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Januari - Desember 2011?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita stroke

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember 2011.

I.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke berdasarkan jenis stroke penderita saat

masuk di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember

2011.

2. Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke berdasarkan jenis kelamin penderita saat

masuk di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember

2011.

3. Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke berdasarkan umur penderita saat masuk

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember 2011.

4. Untuk mengetahui distribusi pasien stroke berdasarkan tekanan darah saat masuk

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember 2011.

5. Untuk mengetahui distribusi pasien stroke berdasarkan kesadaran saat masuk di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember 2011.

7

Page 8: Proposal Aqil

6. Untuk mengetahui distribusi pasien stroke berdasarkan gejala nyeri kepala saat

masuk di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga Desember

2011.

7. Untuk mengetahui distribusi pasien stroke berdasarkan gejala lemah saparuh

badan saat masuk di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari sehingga

Desember 2011.

8. Untuk mengetahui distribusi pasien stroke berdasarkan adanya gejala refleks

patologis saat masuk di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari

sehingga Desember 2011.

1.5 Manfaat Penelitian

I.5.1 Manfaat Aplikatif

Manfaat aplikatif penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para praktisi

kesehatan mengenai kasus stroke, sehingga timbul kepedulian untuk bekerja sama dalam

mengurangi permasalahan kasus ini di masa yang akan datang.

1.5.2 Manfaat Metodologis

Sebagai bahan masukan bagi pihak instansi yang berwenang untuk digunakan sebagai

dasar pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan kebijakan-kebijakan kesehatan,

khususnya dalam mengurangi angka kejadian stroke.

1.5.3 Manfaat Teoritis

1. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan terkait tentang stroke dan gambaran

CT scan pada khususnya.

2. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian

mengenai kasus stroke.

8

Page 9: Proposal Aqil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum stroke

2.1.1 Definisi

Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi gangguan

fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena

sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak, sehingga menyebabkan sel-sel otak

kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel

tersebut dalam waktu relatif singkat.1,5,6

Stroke merupakan hasil penyumbatan yang tiba-tiba terjadi, yang disebabkan oleh

penggumpalan, perdarahan, atau penyempitan pada pembuluh darah arteri, sehingga menutup

aliran darah ke bagian-bagian otak, dimana darah merupakan pembawa oksigen dan zat-zat

makanan ke jaringan otak sehingga sel-sel otak mengalami kematian.7

2.1.2 Klasifikasi

Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kelainan patologis

a. Stroke hemoragik

1) Perdarahan intra serebral

2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

1) Stroke akibat trombosis serebri

2) Emboli serebri

3) Hipoperfusi sistemik

2. Berdasarkan waktu terjadinya

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke

d. Completed stroke

9

Page 10: Proposal Aqil

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler

a. Sistem karotis

1) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria

2) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia

3) Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks

4) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia

b. Sistem vertebrobasiler

1) Motorik : hemiparese alternans, disartria

2) Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia

3) Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia

2.1.3 Vaskularisasi otak

Fungsi normal dari pusat-pusat kontrol otak tergantung pada aliran oksigen yang cukup

dan nutrisi melalui jaringan padat pembuluh darah. Darah dialirkan ke otak, wajah, dan kulit

kepala melalui dua pembuluh darah utama yaitu arteri karotis komunis kanan dan kiri dan arteri

vertebralis kanan dan kiri. 1

Arteri karotid komunis memiliki dua divisi. 1) Arteri karotis eksternal mengalirkan darah

ke wajah dan kulit kepala. 2) Arteri karotis interna mengalirkan arah ke tiga-perlima anterior dari

otak, kecuali untuk bagian dari lobus temporal dan oksipital. Arteri vertebrobasilar mengalirkan

darah ke dua-perlima posterior dari otak, bagian dari otak kecil, dan batang otak. 1

Setiap penurunan aliran darah melalui salah satu arteri karotid internal menyebabkan

beberapa gangguan dalam fungsi dari lobus frontal. Gangguan ini dapat menyebabkan mati rasa,

kelemahan, atau kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan dengan obstruksi arteri. Oklusi

dari salah satu arteri vertebralis dapat menyebabkan konsekuensi yang serius, mulai dari

kebutaan sampai kelumpuhan.1

10

Page 11: Proposal Aqil

Gambar 2.1 Vaskulaisasi otak

Sumber : Feigin,V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan

Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer,Jakarta.

Sirkulus Willisi

Pada dasar otak, arteri karotis dan vertebrobasilar membentuk lingkaran arteri

berkomunikasi dikenal sebagai sirkulus Willis. Dari lingkaran ini, arteri-arteri serebral yang lain

anterior (ACA), arteri serebral media (MCA), arteri serebral posterior (PCA) muncul dan

berjalan ke seluruh bagian otak. Posterior inferior serebelum arteri (Pica), cabang dari arteri

vertebralis, tidak ditampilkan.

Oleh karena arteri karotis dan vertebrobasilar membentuk sebuah sirkulus, jika salah satu dari

arteri utama mengalami penyumbatan, arteri kecil distal dapat menerima aliran darah dari arteri

lain (sirkulasi kolateral). 1

Gambar 2.2 Sirkulus Willisi

Sumber : Feigin,V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan

Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer,Jakarta.

11

Page 12: Proposal Aqil

Arteri serebral anterior

Arteri serebral anterior memanjang ke atas dan ke depan dari arteri karotid internal. arteri

ini mengalirkan darah ke lobus frontal, bagian otak yang mengontrol logika berpikir,

kepribadian, dan gerakan tidak terkontrol, terutama kaki. Stroke yang berakibat dari gangguan

arteri serebral anterior mengalami gejala kelemahan kaki pada sisi yang berlawanan dari lesi di

otak. Jika kedua wilayah serebral anterior yang terkena, gejala mental yang mendalam dapat

terjadi (bisu akinetic).1

Gambar 2.3 Arteri serebral anterior

Sumber : Feigin,V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan

Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer,Jakarta.

Arteri serebral Media

Arteri serebral media adalah cabang terbesar dari karotid internal. Arteri ini mengalirkan

darah ke sebagian dari lobus frontal dan area lateral lobus temporal dan parietal, termasuk fungsi

motorik dan daerah sensorik pada wajah, tenggorokan, tangan dan lengan, serta area untuk

berbicara. Arteri serebral tengah adalah arteri paling sering mengalami penyumbatan pada

stroke.1

Gambar 2.4. Arteri serebral media

Sumber : Feigin,V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan

Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer,Jakarta.

12

Page 13: Proposal Aqil

Arteri serebral posterior

Arteri serebral posterior merupakan cabang dari arteri basilar tapi kadang-kadang berasal

dari arteri karotis internal yang ipsilateral. Arteri posterior mengalirkan darah ke lobus temporal

dan oksipital pada kedua belah otak kiri dan kanan. Ketika infark terjadi di wilayah arteri

serebral posterior, biasanya akibat emboli dari segmen yang lebih rendah dari sistem basilar

vertebral atau jantung.1

Gambar 2.5 Arteri serebral posterior

Sumber : Feigin,V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan

Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer,Jakarta.

2.1.4 Stroke hemoragik

Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak,

ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut

menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh

hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intracranial

pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.1

Etiologi dari stroke hemoragik.

1) Perdarahan intraserebral

Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di

hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.1

Gejala klinis :

13

Page 14: Proposal Aqil

· Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat

didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual,

muntah, gangguan memori, bingung, perdarahan retina, dan epistaksis.

· Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat

disertai kejang fokal / umum.

· Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata

menghilang dan deserebrasi

· Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papil edema dan

perdarahan subhialoid.

2) Perdarahan subarakhnoid

Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid

yang timbul secara primer.

Gejala klinis :

· Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1

– 2 detik sampai 1 menit.

· Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.

· Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai

beberapa jam.

· Dijumpai gejala-gejala rangsang meninges.

· Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan

subarakhnoid.

· Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak

keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.

2.1.5 Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan).

Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau

hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau

ketidakstabilan hemodinamik.

Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga

mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat

14

Page 15: Proposal Aqil

penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada

bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi

pembuluh darah otak yang terkena.1

2.1.6 Faktor resiko stroke

Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi

(modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko stroke yang dapat

dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus,

merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko

yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.

Menurut The seventh report of the Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa

terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2. 1

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7

Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 Atau >100

Sumber : Nasution D. 2010. Strategi Pencegahan Stroke Primer. Universitas Sumatera Utara. Medan. p:

1 – 27

Diabetes mellitus juga merupakan faktor yang signifikan dan terjadi pada 10% pasien

stroke. Keadaan ini dihubungkan dengan terjadinya atherosklerosis intrakranial.

2.1.7 Patofisiologi

Pada stroke iskemik berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah

regional otak dan menimbulkan reaksi-reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel

otak dan unsure-unsur pendukungnya. Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri

dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemik terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini

menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada perfusi. Diluar daerah core iskemik terdapat

15

Page 16: Proposal Aqil

daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi

sangat berkurang fungsi-fungsinya dan menyebabkan juga defisit neurologik. Tingkat

iskemiknya makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, diluarnya dapat

dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral (luxury perfusion

area). 1

Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya

dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu

dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur-angsur mengalami kematian.1

Lain halnya pada stroke hemoragik dimana gejala-gejala klinik yang timbul semata-mata

karena kerusakan sel otak akibat proses hemolisis/proteolisis darah yang keluar dari pembuluh

darah otak yang pecah merembes ke massa otak lainnya.1

Gambar 2.6 Gambaran Perbedaan Patofisiologi Stroke

Sumber: Anonyma. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. [online]. 2007 [cited 2011 Des 18]. Available

from URL : http://www.medicastore.com.

2.1.8 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yaitu keadaan

umum, tanda vital, status generalis, dan status neurologis. Selanjutnya digunakan alat bantu

skoring (skala) stroke dan pemeriksaan CT scan kepala sebagai standar baku emas untuk

menunjang diagnosis.1

16

Page 17: Proposal Aqil

Penentuan diagnosa stroke untuk menentukan jenis stroke apakah Non Haemoragik atau

Haemoragik sejatinya adalah dengan menggunakan CT scan ataupun MRI, sayangnya peralatan

CT scan apalagi MRI masih sangat kurang tersedia di Rumah Sakit di daerah bahkan di kota

sekalipun. Untuk menentukan diagnosa stroke bisa menggunakan skor klinik. Dibawah ini

adalah skor klinik yang dikenal dengan nama skor Hasanuddin yang merupakan modifikasi

sistim skor Widjaya dari 12 Variabel (transient ischemik attack, permulaan serangan, waktu

serangan, sakit kepala, muntah, kesadaran, tekanan darah, tanda rangsang selaput otak, fundus

okuli, pupil, pemeriksaan darah, febris) yang kemudian diteliti oleh Gunawan D (1998) di

Makassar menjadi 5 variabel (sakit kepala, tekanan darah, muntah, waktu serangan, dan

kesadaran) yang kemudian dikenal dengan sebagai Hasanuddin Skor Stroke.

Tabel 2.2 Sistem Skor Hasanuddin

Variabel Skor

Tekanan Darah saat serangan/ MRS: 

Tensi lebih atau sama dgn 200/110 mmHg  7,5 

Tensi kurang atau sama dgn 200/110 mmHg 1

Waktu serangan

Aktif/bergiat 6,5 

Tidak aktif/ istirahat 1

Sakit Kepala

Sangat hebat  10 

Hebat  7,5 

Ringan  1 

Tidak ada 0

Muntah

saat serangan 10

Kurang atau sama dgn 24 jam saat serangan  7,5 

Lebih atau sama dgn 24 jam saat serangan  1 

Tidak ada 0

Kesadaran

Kehilangan kesadaran krg 24 jam saat serangan  10 

17

Page 18: Proposal Aqil

Kehilangan kesadaran lebih 24 jam saat serangan  1 

Kehilangan keasadaran sementara lalu pulih  1 

Tidak ada 0

Sumber: Aliah A, Widjaja D. Faktor Risiko Stroke Pada Beberapa Rumah Sakit di Makassar. .

[online]. 2006 [cited 2011 Des 21]. Available from URL : http://med.unhas.ac.id.

Jika nilai total skor penderita stroke kurang 15, maka diagnosa klinik adalahStroke non

Hemoragik.

Jika nilai total skor penderita stroke lebih 15, maka diagnosa klinik adalahStroke Hemoragik.

Gambar 2.7 Algoritme Stroke Gajah Mada

Sumber: Anonyma. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. [online]. 2007 [cited 2011 Des 18].

Available from URL : http://www.medicastore.com.

Tabel 2.3 Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik

18

Page 19: Proposal Aqil

Gejala klinis PIS PSA Non Hemoragik

Defisit local Berat Ringan Berat ringan

Onset Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)

Nyeri kepala Hebat Sanga hebat Ringan

Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kec lesi di batang

otak

Hipertensi Ada Ada Tidak ada

Penurunan kesadaran Ada Ada Tidak ada

Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada

Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada Sering dari awal

Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering

Likuor Berdarah Berdarah Jernih

Paresis/ gangguan N III Tidak ada Bisa ada Tidak ada

Sumber: Anonyma. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. [online]. 2007 [cited 2011 Des 18].

Available from URL : http://www.medicastore.com.

Tekanan darah.

Sebagian terbesar penderita stroke adalah penderita hipertensi. Hipertensi adalah faktor risiko

yang paling kuat bagi terjadinya stroke.1

Aktivitas saat serangan.

Sebagian besar penderita stroke mengalami serangan saat aktif beraktivitas atau saat istirahat.

Hal ini dapat membedakan apakah stroke disebabkan oleh emboli pada pembuluh darah yang

terjadi secara tiba-tiba atau thrombus pada pembuluh darah yang sudah lama terjadi.1

Kesadaran menurun.

Isi kesadaran disimpan di area korteks asosiasi yang khusus berfungsi pada rangsangan tertentu.

Mekanisme kesadaran tidak hanya membutuhkan aferen spesifik yang ditransmisikan ke korteks

serebri, tetapi juga membutuhkan pengaktifan yang tidak spesifik dari ARAS. Di ARAS ini,

neuron dari formasio retikularis akan mengaktifkan sebagian besar area korteks serebri melalui

neuron intraluminar talamus. Sebagian besar penderita stroke masuk ke rumah sakit dalam

19

Page 20: Proposal Aqil

keadaan kesadaran menurun. Mereka berada dalam keadaan somnolen, sopor atau koma pada

fase akut.1

Nyeri kepala.

Merupakan keluhan utama pada beberapa kasus. Timbulnya gejala ini disebabkan oleh terjadinya

peningkatan tekanan intrakranial akibat pecahnya pembuluh darah di otak yang akhirnya

mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik.1

Lemah separuh badan.

Kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) umumnya melanda sebelah tubuh. Disebut juga

hemiparesis yang terjadi akibat penurunan kontraktilitas otot anggota gerak. Umunya kelemahan

yang terjadi dialami pada satu sisi tangan dan kaki yang berlawanan dengan arah lesi di otak.1

Refleks Babinski.

Rafleks Babinski merupakan salah satu reflex patologis yang timbul akibat adanya kerusakan

pada susunan saraf. Tanda ini biasa ditemukan pada stroke kerana rusaknya saraf dari kesan

stroke. Refleks Babinski klasik dilakukan dengan menggores telapak kaki mulai dari bawah ke

atas. Bisa dilakukan dengan menggunakan alat yang tumpul dan sebelumnya pasien diberitahu

supaya berusaha jangan bergerak. Bila timbul dorsofleksi/ektensi dari ibu jari kaki, maka

dikatakan refleks Babinski ada.1

2.2 Pemeriksaan CT scan kepala pada penderita stroke

CAT scan juga disebut dengan CT scan. CT scan biasanya salah satu tes pertama yang

dilakukan dalam evaluasi stroke, terutama selama stroke akut di ruang gawat darurat. Tes ini

dapat menunjukkan kelainan pada area otak, dan dapat membantu untuk menentukan apakah

daerah ini disebabkan oleh aliran darah cukup (stroke iskemik), pembuluh darah pecah

(perdarahan), atau berbagai jenis masalah. CT scan dapat diperoleh pada setiap bagian tubuh,

tetapi informasi di sini hanya berlaku untuk CT scan kepala.1,2

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan

kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah

20

Page 21: Proposal Aqil

buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati

(stroke in evolution).2

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil,

dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala

stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.1

2.2.1 Gambaran CT scan kepala pada penderita stroke hemoragik.

1. Terlihat gambaran lesi hiperdens warna putih dengan batas tegas.

2. Pada stadium lanjut akan terlihat edema disekitar perdarahan (edem perifokal) yang akan

menyebabkan pendesakan. Jika terjadi absorbsi lengkap, gambarannya akan menjadi

hipodens.1

Gambar 2.8. Gambaran CT scan kepala pada penderita Stroke Hemoragik.

Sumber: Anonyma. Stroke [online]. 2012 [cited 2012 April 4]. Available from URL :

http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke

21

Page 22: Proposal Aqil

2.2.2 Gambaran CT scan kepala pada penderita stroke non hemoragik

1. Pada stadium awal sampai 6 jam pertama, tidak tampak kelainan pada CT-Scan.

Kadang kadang sampai 3 hari belum tampak gambaran yang jelas. Sesudah 4 hari

tampak gambaran lesi hipodens ( warna hitam), batas tidak tegas.

2. Fase lanjut, densitas akan semakin turun, batas juga akan semakin tegas, dan

bentuk semakin sesuai dengan area arteri yang tersumbat.

3. Fase akhir, terlihat sebagai daerah hipodens dengan densitas sesuai dengan

densitas liquordan berbatas tegas.1

Gambar 2.9 Gambaran CT scan kepala pada penderita Stroke Non Hemoragik

Sumber: Anonyma. Stroke [online]. 2012 [cited 2012 April 4]. Available from URL :

http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke

BAB III

22

Page 23: Proposal Aqil

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Pada setiap populasi, tiap individu anggota tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-

beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat berbagai macam

gambaran klinis pasien stroke diantaranya yaitu tekanan darah, kesadaran menurun, nyeri kepala,

muntah proyektil, lemah separuh badan dan adanya refleks patologis. Penentuan variabel ini

didasarkan pada ketersediaan data dari rekam medik pasien, dengan tetap mengingat kepentingan

keterkaitan variabel tersebut dengan kasus stroke

3.1 Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka Teori

3.2 Kerangka konsep

23

stroke

faktor risiko

umur

jenis kelamin

riwayat hipertensi

riwayat DM

Page 24: Proposal Aqil

Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan, maka disusunlah pola variable sebagai

berikut

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.3.1 Tekanan darah

a. Definisi : daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada

dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dicatat pengukuran tekanan darah pasien saat masuk rumah sakit dari

rekam medik.

d. Skala Ukur : Nominal

e. Hasil ukur adalah

I. Tensi > 200/ >110 mmHg skor 7,5

II. Tensi < 200/ <100 mmHg skor 1

3.3.2 Aktivitas saat serangan

24

HS / NHS

nyeri kepala

lemah separuh badan

refleks patologiskesadarantekanan darah

aktifitas saat serangan

umur

jenis kelamin

Page 25: Proposal Aqil

a. Definisi : aktivitas yang sedang dilakukan oleh pasien sesaat sebelum mengalami

serangan.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dicatat aktivitas yang dilakukan pasien sesaat sebelum mengalami

serangan dari rekam medik.

d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur adalah:

I. Aktif / bergiat skor 6,5

II. Tidak aktif / istirhat skor 1

3.3.3 Kesadaran menurun

a. Definisi : penurunan sensibilitas dan penurunan respon terhadap stimulus sensoris dari

luar.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dicatat keadaan umum pasien saat masuk rumah sakit dari rekam medik.

d. Skala ukur : Nominal

e. hasil ukur adalah:

I. kehilangan kesadaran < 24 jam saat serangan skor 10

II. kehilangan kesadaran > 24 jam saat serangan skor 7,5

III. kehilangan kesadaran sementara lalu pulih kembali skor 1

IV. tidak ada skor 0

3.3.4 Nyeri kepala

a. Definisi : nyeri yang timbul akibat dari fungsi pembuluh darah otak yang abnormal.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dicatat keluhan nyeri kepala yang dialami pasien dari rekam medik.

d. Skala ukur : nominal

e. Hasil ukur adalah:

I. sangat hebat skor 10

II. hebat skor 7,5

III. ringan skor 1

25

Page 26: Proposal Aqil

IV. tidak ada skor 0

3.4.5 Lemah separuh badan

a. Definisi : kelemahan kontraktilitias dari otot anggota gerak kaki dan tangan pada satu

sisi yang berlawanan dengan area lesi di otak. Diukur berdasarkan pergerakan

anggota gerak, kekuatan menahan tahanan dan tonus otot.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dicatat keluhan lemah separuh badan yang dialami pasien dari rekam

medik.

d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur adalah

I. ada

II. tidak ada

3.3.6 Refleks Babinski

a. Definisi : dorsofleksi pada ibu jari kaki akibat dari stimulasi pada telapak kaki

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dicatat hasil pemeriksaan refleks yang dilakukan dari rekam medik.

d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur adalah:

I. ada

II. tidak ada

3.3.7 CT scan

a. Gambaran radiologis yang digunakan untuk mendiagnosa suatu stroke

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dengan mencatat variabel hasil CT scan sesuai dengan yang tercantum

pada rekam medik.

d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur :

26

Page 27: Proposal Aqil

I. HS (Hemoragik Stroke)

II. NHS (Non Hemoragik Stroke)

3.3.8 Umur

a. Alat ukur : Tabel pengisian data

b. Cara ukur : dengan mencatat variabel umur sesuai dengan tercantum pada rakam

medic

c. Skala ukur : Nominal

d. Hasil ukur

I. 10-20 tahun

II. 20-30 tahun

III. 30-40 tahun

IV. 40-50 tahun

V. 50-60 tahun

VI. >60 tahun

3.3.9 Jenis Kelamin

a. Alat ukur : table pengisian data

b. Cara ukur : dengan mencatat variabel sesuai yang tercantum pada rakam medis

c. Skala ukur : Nominal

d. Hasil ukur

I. Laki-laki

II. Perempuan

27

Page 28: Proposal Aqil

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain penelitian

deskriptif cross-sectional, yang mana pengukuran variabel dilakukan untuk mengetahui

karakteristik gambaran klinis pada pasien stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusoso, melalui

penggunaan rekam medik sebagai data penelitian.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan diadakan pada tanggal 25 Maret sampai dengan 7 April 2012.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan diadakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pendetita stroke yang pernah dirawat atau berobat di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo terhitung sejak bulan Januari sehingga Desember 2011

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria penelitian.

Besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut :-

Sumber dari kepustakaan no. 15

Petunjuk Zα = derivate baku alfa Q = 1-P

P = Proporsi kategori variable yang diteliti d = presisi

28

N = Zα 2 x P x Q

d2

Page 29: Proposal Aqil

N = (1,96) 2 x 0,07 x 0,93

(0,05)2

= 99.99

Jadi, dengan pembulatan, besar sampel yang akan diteliti minimal 100 sampel.

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode simple random sampling yaitu

semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang

diperlukan terpenuhi.

4.3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Penderita stroke akut yang dirawat di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

4.3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Penderita stroke serangan berulang.

2. Data berkaitan variable tidak lengkap.

4.4 Jenis Data dan Instrumen penelitian

4.4.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui rekam medik

subjek penelitian.

4.4.2 Instrumen penelitian

Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini

terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel-tabel tertentu untuk mencatat data yang

dibutuhkan dari rekam medik.

29

Page 30: Proposal Aqil

4.5 Manajemen Penelitian

4.5.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah dan RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo. Kemudian nomor rekam medik pasien stroke dalam periode yang

telah ditentukan dikumpulkan di bagian Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Setelah itu dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam tabel check list yang telah

disediakan.

4.5.2 Pengolahan dan Analisa data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data dari rekam medik yang dibutuhkan ke

dalam tabel check list dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel

untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.

4.5.3 Penyajian data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk

menggambarkan karakteristik pasien stroke di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Januari -

Desember 2011.

4.6 Etika penelitian

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah setempat

sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Menjaga kerahasiaan data pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga

diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

4.7 Batasan Masalah

Banyaknya variabel yang dapat dijadikan penilaian bagi gambaran klinis pasien stroke

saat serangan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Keterbatasan data yang ada dalam rekam

medik pasien dan juga keterbatasan waktu, biaya, serta kemampuan, maka dalam penelitian ini

saya hanya akan meneliti bagaimana distribusi pasien stroke berdasarkan gejala klinis seperti

30

Page 31: Proposal Aqil

tekanan darah, kesadaran, nyeri kepala, lemah separuh badan, dan refleks patologis yang

didapatkan saat pasien masuk di rumah sakit.

31