proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana...

25
1. JUDUL PERAN SERTA STAKEHOLDERS MEWUJUDKAN 30 % RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG EVAKUASI BENCANA MELALUI TEKNOLOGI GIS DAN GPS 2. PENDAHULUAN Konflik penggunaan lahan merupakan salah satu dari masalah perwilayahan. Konflik penggunaan lahan terjadi jika antara satu aktivitas memberikan dampak negatif terhadap aktivitas lain pada lahan yang sama. Sistem penataan ruang Bekasi hanya mengacu kepada aspek perekonomian saja tanpa memperhatikan aspek kemampuan dan kesesuaian lahan. Fenomena tersebut menimbulkan masalah penyimpangan penggunaan lahan di Tangerang. Dalam penataan ruang seharusnya pembangunan dan system penataan ruang di Bekasi harus mengacu kepada kemampuan dan kesesuaian lahan. Pemerintah daerah telah melihat masalah ini dan melakukan upaya pengendaliannya. Namun upaya yang dilakukan pemerintah ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan. Tata guna lahan menerangkan mengenai aktivitas yang ada di atas sebidang lahan dan intensitas penggunaan lahan. Suatu wilayah biasanya dibagi berdasarkan zona kawasan untuk mempermudah analisis. Intensitas tataguna lahan diukur sesuai dengan zona kawasan tersebut. Suatu zona kawasan dapat dikenali dengan jumlah populasi dan intensitas serta variasi lapangan pekerjaan. Tataguna lahan akan menghasilkan (generate) lalu lintas, yaitu orang–orang yang akan melakukan perjalanan dari dan ke zona kawasan tersebut. Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai bagian integral pembangunan nasional harus ditujukan untuk menjadi landasan kemajuan peradaban dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pembangunan iptek pun harus tetap tanggap dalam menghadapi perubahan global dan tatanan baru kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pembangunan iptek juga tidak terlepas dari tuntutan perubahan tersebut. Alam berkembang menjadi guru. Sebuah ungkapan bijak dalam menyikapi berbagai bencana beruntun yang melanda di berbagai belahan kota di Indonesia. Mulai dari ujung Aceh, Nias, Palembang, Bandung, Alor, hingga Nabire di Papua. Sementara kecemasan akan gempa

Upload: elisa-sutanudjaja

Post on 27-Jul-2015

1.061 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

1. JUDUL PERAN SERTA STAKEHOLDERS MEWUJUDKAN 30 % RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG EVAKUASI BENCANA MELALUI TEKNOLOGI GIS DAN GPS

2. PENDAHULUAN Konflik penggunaan lahan merupakan salah satu dari masalah perwilayahan. Konflik

penggunaan lahan terjadi jika antara satu aktivitas memberikan dampak negatif terhadap aktivitas lain pada lahan yang sama.

Sistem penataan ruang Bekasi hanya mengacu kepada aspek perekonomian saja tanpa memperhatikan aspek kemampuan dan kesesuaian lahan. Fenomena tersebut menimbulkan masalah penyimpangan penggunaan lahan di Tangerang. Dalam penataan ruang seharusnya pembangunan dan system penataan ruang di Bekasi harus mengacu kepada kemampuan dan kesesuaian lahan. Pemerintah daerah telah melihat masalah ini dan melakukan upaya pengendaliannya. Namun upaya yang dilakukan pemerintah ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan. Tata guna lahan menerangkan mengenai aktivitas yang ada di atas sebidang lahan dan intensitas penggunaan lahan. Suatu wilayah biasanya dibagi berdasarkan zona kawasan untuk mempermudah analisis. Intensitas tataguna lahan diukur sesuai dengan zona kawasan tersebut. Suatu zona kawasan dapat dikenali dengan jumlah populasi dan intensitas serta variasi lapangan pekerjaan. Tataguna lahan akan menghasilkan (generate) lalu lintas, yaitu orang–orang yang akan melakukan perjalanan dari dan ke zona kawasan tersebut.

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai bagian integral pembangunan nasional harus ditujukan untuk menjadi landasan kemajuan peradaban dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pembangunan iptek pun harus tetap tanggap dalam menghadapi perubahan global dan tatanan baru kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pembangunan iptek juga tidak terlepas dari tuntutan perubahan tersebut.

Alam berkembang menjadi guru. Sebuah ungkapan bijak dalam menyikapi berbagai bencana beruntun yang melanda di berbagai belahan kota di Indonesia. Mulai dari ujung Aceh, Nias, Palembang, Bandung, Alor, hingga Nabire di Papua. Sementara kecemasan akan gempa

Page 2: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

bumi yang terus menggoyang (dan ketakutan datangnya tsunami) terus membayangi warga kota Aceh, Nias, Padang, Bengkulu, Lampung, hingga Palu.

Sungguh naïf apabila kita selalu tergugah dan membangkitkan kesolidaritasan dalam berkota yang ramah lingkungan jika harus menunggu datangnya bencana secara berulang kali. Sikap solidaritas sering kali surut dan cepat terlupakan seiring dengan proses waktu tenggelam dalam banalitas keseharian kehidupan normal yang egosentris sehingga penanggulangan dan pencegahan bencana ikut pupus, tiba-tiba menjadi basi, dan tidak tuntas dikerjakan bersama.

Bencana yang terus terjadi berulang-ulang seharusnya menimbulkan niat serius melakukan tindakan antisipasi dan mitigasi bencana agar tahun ini, tahun depan, dan tahun-tahun seterusnya bencana tersebut tidak terulang kembali, atau setidaknya dampak korban dapat ditekan semakin kecil.

Perencanaan kota tanggap bencana mensyaratkan perencanaan yang rasional, aplikatif, dan berorientasi hasil (feasible, implementable, and achievable). Pemerintah (dan masyarakat) harus proaktif berinisiatif mereformasi perencanaan kota yang tanggap bencana. Kota yang terbangun kembali harus lebih baik dari sebelumnya. Salah satunya adalah dengan mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana.

Kota yang terkonsep seharusnya berdasarkan pada pengalaman/kejadian bencana yang terus terjadi. Kejadian di titik- titik rawan bencana dianalisis dan dijadikan bahan penyusunan rencana strategis dan program kegiatan pembangunan yang terarah tepat sasaran untuk rencana mitigasi bencana.

Bencana tidak bisa diperkirakan dengan tepat, tetapi upaya mitigasi bencana tetap perlu disiapkan untuk meminimalkan korban (nyawa dan harta). Lebih baik mencegah daripada memperbaiki berulang kali kerusakan yang sama dan boros dana.

Sistem peringatan dini bencana harus dibangun secara menyeluruh, baik di bidang fisik kota (pembangunan peralatan mutakhir pendeteksi dini dalam sistem kota taman waspada bencana), dan psikis kota (pendidikan dan pelatihan tanggap dan evakuasi bencana). Hidup di kota rawan bencana harus mulai dibudayakan kepada seluruh warga kota bahwa bencana bisa terjadi setiap saat. Untuk itu perlu dipersiapkan bagaimana cara terbaik mengakrabi, waspada, evakuasi, dan bertahan hidup di daerah rawan bencana. Warga ditumbuhkan budaya sikap hidup ramah lingkungan dan bencana alam sebagai bagian dari fenomena alam kehidupan sehari-hari.

Page 3: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

Kesadaran masyarakat, terutama di titik-titik rawan bencana, untuk sukarela tinggal di rumah susun sedang (berlantai empat) yang layak huni akan menyisakan ruang-ruang terbuka sebagai taman kota multifungsi yang signifikan. Taman dapat menjadi ruang evakuasi bencana, tempat bermain dan belajar alam bagi anak-anak, dan tempat berolahraga (nilai sosial, budaya, edukatif), taman konservasi kota-paru-paru kota dan daerah resapan air (nilai ekologis dan estetis), serta tempat tujuan wisata kota (nilai ekonomi).

Sementara itu, sikap hidup tanggap bencana juga harus mulai disosialisasikan dalam kurikulum pelajaran wajib segala tingkatan, disertai penyusunan panduan dan pelatihan evakuasi bencana (banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami) di seluruh pelosok perkampungan dan permukiman kota. Kelak warga tahu persis apa, ke mana, dan bagaimana proses evakuasi harus dilakukan saat bencana tiba. Selama ini, latihan evakuasi bencana (kebakaran) dan ancaman bom hanya dilakukan di gedung-gedung perkantoran. Lalu bagaimana dengan evakuasi bencana banjir dan kebakaran yang sering terjadi di perkampungan padat penduduk, yang notabene belum memiliki budaya tanggap dan evakuasi bencana.

Pengoptimalan RTH dalam kota taman waspada bencana adalah RTH dirancang sebagai ruang-ruang evakuasi bencana dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik untuk memitigasi bencana. Taman-taman dihubungkan jalur pedestrian lebar dan kuat untuk dilalui kendaraan logistik. Lapangan olahraga (lapangan bola) menjadi tempat ideal penampungan darurat dan posko penanggulangan bencana yang aman. Bencana yang sering kali menimbulkan korban massal membutuhkan taman makam yang terencana baik, luas memadai, teknik penguburan canggih, dan dikelola secara profesional. Prinsipnya efisien, higienis, dan ramah lingkungan.

3. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Dengan berpedoman pada latar belakang, masalah tersebut coba diidentifikasi sebagai berikut:

a. Masih kurangnya peran serta stakeholders dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana di Tangerang.

b. Peraturan pemanfaatan ruang di Tangerang masih menggunakan Undang-undang No. 24 tahun 1992 padahal dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana

Page 4: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

sudah diterbitkan undang-undang baru yaitu Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.

c. Penggunaan Geografical Information System (GIS) dan Geografical Positioning System (GPS) masih digunakan dalam pembangunan proyek saja.

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di lapangan tersebut peneliti mempunyai gagasan untuk memberikan masukan terhadap pemerintah tentang ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS. Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan konsisten pada masalah yang diteliti, serta terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka permasalahan penelitian difokuskan pada peran stakeholders dalam mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS.

Rumusan masalah tersebut dapat dirinci menjadi beberapa sub pertanyaan, yaitu: a. Bagaimana peran serta stakeholders dalam mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan

ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS ? b. Bagaimana merealisasikan undang-undang No.26 tahun 2007 dalam mewujudkan ruang

terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS sebagai pengganti undang-undang No. 24 tahun 1992?

c. Bagaimana bentuk teknologi GIS dan GPS dapat mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana di kota Bekasi? Bencana gempa akhir-akhir ini telah mengajarkan kepada semua pihak, betapa rendahnya

pemahaman masyarakat terhadap upaya darurat menghadapi ancaman bencana dan tidak siapnya pemerintah dengan infrastruktur pertahanan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana. Tidak mengherankan, apabila terjadi akumulasi jumlah korban melewati angka 10 ribu jiwa. Sungguh sebuah bencana yang sangat memilukan.

Sebagai bahan pelajaran dan agar peristiwa ini tidak terulang lagi di masa mendatang, pemerintah perlu membuat 4 langkah strategis. Langkah pertama fokus pada program darurat untuk evakuasi dan rehabilitasi prasarana dan sarana umum. Fokus kedua pada upaya rekonstruksi infrastruktur. Kegiatan pembangunan pada fokus kedua sebaiknya diarahkan untuk memperkuat infrastruktur pertahanan, misalnya dengan memberi prioritas pembangunan rumah dengan model konstruksi tahan gempa dan pemilihan ruang terbuka hijau. Fokus ketiga adalah membangun sistem peringatan dini dan mitigasi bencana handal dalam skala nasional. Banyak

Page 5: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

alternatif teknologi yang bisa diterapkan, namun yang paling ideal adalah memberikan kesempatan sumber daya manusia (SDM) dalam negeri mengembangkan sistem tersebut berdasarkan kemampuan dan penguasaan teknologi yang dimiliki dengan memperhitungkan faktor biaya dan geografi Indonesia. Fokus keempat adalah pendidikan sosial untuk pembangunan budaya masyarakat agar peka terhadap ancaman bencana. Semua pihak hendaknya menyadari pentingnya proses pendidikan masyarakat ini. Pemerintah memasukkannya pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah dengan memberikan penjelasan detil potensi bencana gempa dan tsunami di wilayah Indonesia. Pemerintah daerah yang berada pada wilayah rawan gempa dan tsunami intensif melakukan simulasi upaya evakuasi dan penyelamatan terhadap bencana. Demikian juga mass media membantu dengan menayangkan program yang memberi informasi upaya penyelamatan terhadap berbagai bencana, dan sebagainya.

Hal utama dari semua upaya proses pendidikan itu adalah menanamkan pengetahuan penting tersebut pada bawah sadar masyarakat Indonesia, sehingga ketika terjadi bencana yang sesungguhnya mereka sudah siap dan tahu bagaimana cara efektif menghadapinya. Khusus untuk bencana gempa dan tsunami misalnya, dalam benak mereka sudah terpola langkah-langkah penyelamatan.

Terkadang, kita baru sadar kehilangan sesuatu, manakala sesuatu itu kita perlukan namun tak ada lagi di tempatnya. Di tempat itu ternyata telah ada sesuatu yang baru, diinginkan atau tidak, sebagai pengganti sesuatu yang hilang. Di saat itulah kita merasa sangat membutuhkan sesuatu yang hilang itu, meskipun sesuatu yang baru juga sedikit bermanfaat.

4. TINJAUAN PUSTAKA

Ruang publik terbuka khususnya ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan saat ini dan itu menjadi paru-paru kota. Di ruang publik terbuka itu, warga dapat bersosialisasi melalu berbagai kegiatan seperti olahraga, bercengkerama, rekreasi, diskusi, pameran/bazar, dan lainnya.Anak-anak mungkin bisa bermain dengan leluasa di bawah teduhnya pohon-pohon yang rimbun. Singkatnya,ini menjadi tempat rekreasi dan olahraga yang menyenangkan tanpa harus mengeluarkan biaya.

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau

Page 6: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran. Pemasukan data ke dalam sistem informasi geografis dilakukan dengan cara digitasi dan tabulasi. Manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali, dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan analisa data dilakukan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data spasial, mengkaitkan data tabuler ke data raster, tumpang susun peta yang meliputi map crossing, tumpang susun dengan bantuan matriks atau tabel dua dimensi, dan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem informasi geografis adalah informasi spasial baru yang dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu tersimpan dalam format raster dan tercetak ke hardcopy, sehingga dapat dimanfaatkan secara operasional (Anonim, 2002).

Struktur data spasial dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur data vektor dan raster. Struktur data vektor kenampakan keruangan akan dihasilkan dalam bentuk titik dan garis yang membentuk kenampakan tertentu, sedangkan struktur data raster kenampakan keruangan akan disajikan dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk gambar (Anonim, 2002).

Menurut Davis (1996) Sistem Informasi Geografi (SIG) terdiri dari tiga bagian yang terintegrasi, yaitu : (a) Geografi; dunia nyata, atau realita spasial, atau ilmu bumi (geografi). (b) Informasi; data dan informasi, meliputi arti dan kegunaanya, dan (c) Sistem; teknologi komputer dan fasilitas pendukung. Dengan kata lain SIG merupakan kumpulan dari tiga aspek dalam kehidupan dunia modern kita, dan menawarkan metode baru untuk memahaminya. Selanjutnya

Page 7: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

Barus dan Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Burrough dan McDonnel (1986) memberikan definisi Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam konteks alat (toolbox based), sebagai seperangkat alat yang digunakan untuk mengoreksi, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari dunia nyata untuk tujuan tertentu. Dalam konteks basisdata (database based), Aronoff (1989) menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran (output). Sedangkan dalam konteks organisasi (organization based), Ozemoy et al. dalam Burrough dan McDonnel (1986) mendefinisikan Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai seperangkat fungsi-fungsi otomatis yang professional dengan kemampuan lebih baik dalam hal penyimpanan, pemanggilan kembali, manipulasi, dan tampilan lokasi data secara geografis. Informasi penutupan lahan dapat diekstrak langsung melalui proses interpretasi citra atau foto udara yang kualitasnya baik. Namun demikian, informasi tentang penggunaan lahannya tidak dapat diketahui secara langsung, oleh karena itu diperlukan pengecekan lapang untuk mengetahui penggunaan lahan di suatu daerah. Menurut Murai (1996) pengecekan lapang atau disebut juga ground “truth” didefinisikan sebagai observasi, pengukuran, dan pengumpulan informasi tentang kondisi aktual di lapangan dalam rangka menentukan hubungan antara data penginderaan jauh dan obyek yang diobservasi. Dengan demikian, apabila ditemukan perbedaan pola atau kecenderungan yang tidak dimengerti pada data penginderaan jauh, bisa dilakukan verifikasi dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) telah banyak digunakan untuk perencanaan pertanian, industri, dan penggunaan lahan. Analisis terpadu terhadap penggunaan lahan, debit air, data kependudukan dan pengaruh dari masing-masing data dapat dilakukan. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) maka keterkaitan antara faktor yang mempengaruhi sistem dapat dianalisis (Aronoff, 1989).

Page 8: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

5. TUJUAN Secara khusus tujuan pengajuan proposal disesuaikan dengan tahap pelaksanaan

penelitian, yaitu : a. Memperoleh pola kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di kota Tangerang b. Memperoleh pola fisik lingkungan yang sesuai untuk penataan ruang di Tangerang c. Memperoleh model konseptual dan fungsional zonasi kawasan yang sesuai untuk

penataan ruang dan pembangunan berkelanjutan di kabupaten Tangerang; d. Memperoleh luasan dan lokasi berdasarkan batas administrasi, kawasan–kawasan yang

sesuai untuk penataan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS

e. Memperoleh besar volume lahan yang sesuai untuk pengembangan penataan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana di Tangerang dengan peran serta stakeholers

6. MANFAAT

Manfaat pengajuan proposal yang dapat diharapkan dari keberhasilan penelitian ini adalah : a. Mengoptimalkan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan penataan

ruang di Tangerang. b. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang berazazkan lestari,

optimal, serasi dan seimbang demi terjaminnya pembangunan yang berkesinambungan di Tangerang.

c. Meningkatkan sinergi sektor-sektor dalam pengembangan wilayah Tangerang d. Menghindarkan pemanfaatan dan penataan ruang yang tidak sebagaimana mestinya; e. Mencegah terjadinya penipisan sumber daya yang ada di Bekasi secara cepat sehingga

dapat menyebabkan bencana dan kemiskinan bagi generasi yang akan datang; f. Memberikan perluasan wawasan dan pengetahuan khususunya yang berkaitan dengan

ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana untuk penataan ruang dan pembangunan berkelanjutan di Tangerang.

g. Dapat dijadikan rujukan studi lebih lanjut bagi studi pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana di daerah-daerah lainnya yang ada di Indonesia.

Page 9: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

7. SASARAN Sasaran pelaksanaan peran serta stakeholders dalam mewujudkan ruang terbuka hijau

(RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS adalah pemerintah Tangerang yang turut serta dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dalam penataan ruang kota Tangerang.

8. METODE PELAKSANAAN Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan, tentunya diperlukan segera penanganan yang

serius, yang terintgerasi dan komprehensip. Hal yang penting dilakukan dalam mewujudkan ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana adalah memetakan daerah-daerah yang memiliki potensi ancaman dari berbagai aspek. Peneliti menekankan agar UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang dapat dilaksanakan di Bekasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perwujudan dan kualitas ruang karena perencanaan tata ruang merupakan kunci yang menentukan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dari penataan ruang itu sendiri. Dalam program penerapan Ipteks bagi masyarakat dengan mengikutsertakan pemerintah mensosialisasi UU No. 26/2007 tentang penataan ruang diharapkan segenap masyarakat Bekasi diharapkan mampu melaksanakan penataan ruang dengan semangat untuk meningkatkan kepedulian terhadap perwujudan dan kualitas ruang di sekitar kita, meningkatkan peran masing-masing pemangku kepentingan dengan menumbuhkembangkan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia yang peduli penataan ruang, menyelesaikan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota sesuai jadwal yang terkandung di dalam UU No. 26/2007, menyelesaikan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota secara simultan dengan penyusunan pedoman pelaksanaan dan peraturan yang konsisten, serta menata ruang secara bersama untuk kita semua tanpa kecuali bencana banjir dan tanah longsor, krisis pangan akibat berkurangnya lahan pertanian, serta menurunnya kinerja infrastruktur akibat pertambahan penduduk di daerah perkotaan. Untuk mengantisipasi isu tersebut, bahwa pelaksanaan UU No. 26/2007 sebaiknya didasarkan pada spirit yang terkandung di dalam pasal-pasalnya, berupa keterpaduan, keserasian, keselerasan, keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan, kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum, keadilan, akuntabilitas.

Page 10: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

Ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kota memiliki tiga fungsi penting yaitu fungsi ekologis, sosial, ekonomi dan evakuasi. Dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30% dari luas kota tersebut. RTH perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi. Fungsi ekologis RTH yaitu untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Selain itu RTH memiliki fungsi sosial-ekonomi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota. Sementara fungsi evakuasi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi bencana alam. RTH juga dapat mengurangi kadar polutan seperti timah hitam dan timbal yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk merealisasikan keberadaan RTH diperlukan komitmen kuat dari semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Upaya tersebut antara lain mendorong pengembangan permukiman vertikal. Dengan tinggal di permukiman yang vertikal, maka akan menggunakan lahan yang lebih sedikit, sehingga lahan lainnya dapat dimanfaatkan untuk RTH. Terdapat tiga strategi yang dibangun terkait dengan penataan ruang, yaitu pertama, dibidang pendidikan dengan kurikulum berbasis kawasan, kedua, menjaga stabilitas ekonomi jangan sampai ada monopoli, ketiga, menerapkan pemerintahan yang transparan dan selalu interaktif dengan masyarakat. Apresiasi dan sosialisasi NSPM ini merupakan arahan dalam melakukan rumusan penyusunan rencana tata ruang yang optimal, serasi, dan selaras serta harmonis dengan lingkungannya, serta memberikan pemahaman yang sinergis dalam merumuskan kegiatan rencana tata ruang dan sistem pengendalian pemanfaatan ruang kepada para stakeholder terkait. Adapun metode yang akan dikeluarkan dalam mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakusi bencana evakuasi bencana di Bekasi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Pengumpulan referensi yang berhubungan dengan wilayah Tangerang b. Pengumpulan data sekunder dari Badan Perencanaan Daerah dan Pembangunan

(BAPPEDA) di Tangerang,

Page 11: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

c. Pembuatan model konseptual masukan, proses dan keluaran untuk sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

d. Pembuatan model fungsional masukan, proses dan keluaran untuk sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang,

e. Implementasi model fungsional Penataan Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana Tangerang,

f. Verifikasi hasil analisis sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

g. Pelatihan sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

h. Pembuatan model konseptual dan fungsional instrumen sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Bekasi yang disebarkan kepada masyarakat yang berada di Tangerang,

i. Identifikasi jumlah masyarakat yang akan diberikan sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

j. Kunjungan lapangan untuk menyebarkan angket melalui pertemuan yang dikoordinir oleh fasilitator lapangan yang juga penanggung jawab kemitraan antara pihak masyarakat dan aparatur pemerintah di daerah,

k. Pertemuan antara para peneliti, fasilitator lapangan, masyakarat, aparatur pemerintah dan pihak swasta melalui forum diskusi kelompok untuk lebih mengenali dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman bagi kegiatan sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

l. Catatan hasil pertemuan disepakati oleh para peserta yang hadir sebagai dasar rekomendasi kepada para pengambil kebijakan terkait dengan Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

m. Simulasi kelayakan Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang. n. Pengambilan kesimpulan dan pemberian rekomendasi wilayah untuk penataan Ruang

terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.

Page 12: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

o. Pembuatan, penyerahan dan publikasi kegiatan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders).

p. Seminar hasil.

9. OUTPUT/PRODUK AKHIR YANG DIHARAPKAN Dengan adanya peran serta stakeholders dalam mewujudkan ruang terbuka hijau dan

evakuasi bencana di Tangerang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai ruang terbuka hijau. Dengan adanya peran serta stakeholders dalam mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS dapat merealisasikan undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang mengatur bahwa ruang terbuka hijau untuk daerah perkotaan adalah sebesar 30 %.

10. JADWAL PELAKSANAAN Penelitian akan dilaksanakan selama 8 bulan (efektif 4 bulan) dan dimulai oleh kegiatan

pembuatan proposal penelitian. Jadwal pelaksanan disajikan dalam tabel di bawah ini.

NO Kegiatan Okt Nov Des Jan Febr Mar Apr Mei

1 Pembuatan proposal

2 Penelitian Instrumen

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5 Pembuatan Laporan

6 Seminar Hasil Penelitian

7 Revisi Hasil Penelitian

8 Laporan Akhir

9 Penyerahan Hasil Penelitian

Page 13: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

11. PERSONALIA PELAKSANA Ketua Peneliti : Nama : Devita Nurfijriasri, SPd. Bidang Keakhlian : Struktur dan bangunan, Analisis Spasial (arcView) Anggota Penelitian I : Nama : Dr Dra Rina Marina Masri, MP NIP : 19650530 199101 2 001 Jabatan fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata Muda Tingkat I / III – d Bidang Keakhlian : Analisis Sistem dan Permodelan Pengampu Kuliah : Teknik Penyehatan Ilmu Ukur Tanah Praktikum Ilmu Ukur Tanah Anggota Penelitian II Nama : Dr Ir Drs H Iskandar Muda Purwaamijaya, MT NIP : 19641018 199101 1 001 Jabatan fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina / IV- a Bidang Keakhlian : Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pengampu Kuliah : Ilmu Ukur Tanah Praktikum Ilmu Ukur Tanah Pengukuran dan Pemetaan I Pengukuran dan Pemetaan II

Page 14: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

12. PERKIRAAN BIAYA No Uraian Unit Cost/Unit Cost 1. Bahan Habis

a. Bahan Peta 10 Rp. 1.000.000,00 Rp. 10.000.000,00

b.Instrumen penelitian 20 Rp. 500.000,00 Rp. 10.000.000,00

c. Model DTM 20 Rp. 500.000,00 Rp. 10.000.000,00

d.Laporan penelitian 10 Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00

e. Artikel penelitian 10 Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00

f. Tinta printer A4 40 cartridge Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00

g. Tinta plotter A1 40 cartridge Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00

h. Flash disk 512 MB 40 buah Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00

i. Kertas HVS A4 200 rim Rp. 50.000,00 Rp. 10.000.000,00

j. Poster & Setting Lumpsum Rp. 500.000,00 Rp. 500.000,00

k. Kertas HVS A1 40 rol Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00

l. Sofrware DTM Lumpsum Rp. 7.500.000,00 Rp. 7.500.000,00

m. Software CAD Lumpsum Rp. 10.000.000,00 Rp. 10.000.000,00

Sub-Total Rp. 99.000.000,00

2. Manajemen :

a. Penelitian 4 bulan Rp. 1.750.000,00 Rp. 7.000.000,00

b. Keuangan 4 bulan Rp. 1.750.000,00 Rp. 7.000.000,00

c. Administrasi 4 bulan Rp. 1.750.000,00 Rp. 7.000.000,00

Sub-Total Rp. 2 1.000.000,00

3. Honorarium :

a. Ketua Peneliti 4 bulan Rp. 4.000.000,00 Rp. 16.000.000,00

b. Anggota Peneliti I 4 bulan Rp. 3.500.000,00 Rp. 14.000.000,00

Anggota Peneliti II 4 bulan Rp. 3.500.000,00 Rp. 14.000.000,00

Anggota Peneliti III 4 bulan Rp. 3.500.000,00 Rp. 14.000.000,00

Sub-Total Rp. 58.000.000,00

4. Lain-lain :

Sewa LCD 2 unit 15 hr Rp. 100.000,00 Rp. 3.000.000,00

Page 15: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

Sewa digitizer A3 2 unit 5 hr Rp. 300.000,00 Rp. 3.000.000,00

Sewa notebook 2 unit 5 hr Rp. 400.000,00 Rp. 4.000.000,00

Sewa plotter A1 1 unit 10 hr Rp. 200.000,00 Rp. 2.000.000,00

Sewa GPS navigasi 1 unit 40 hr Rp. 50.000,00 Rp. 2.000.000,00

Sewa Waterpass 2 unit 20 hr Rp. 100.000,00 Rp. 4.000.000,00

Sewa Theodolite 2 unit 20 hr Rp. 100.000,00 Rp. 4.000.000,00

Sub-Total Rp. 22.000.000,00

Total Rp. 200.000.000,00

Terhitung senilai dua ratus juta rupiah.

Page 16: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

LAMPIRAN 1 CURRICULUM VITAE

Nama : Devita Nurfijriasri, SPd. Alamat Rumah : Jl. Bahagia 1 Blok D3/No.6

Priuk Jaya – Gebang Raya Tangerang 15132 Telephone : 08812206550

PENDIDIKAN 2009 : Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan UPI Bandung PELATIHAN

2009 : Mengikuti Pelatihan Software Analisis Struktur dengan Menggunakan SAP (Struktur Analisis Program di Laboratorium Survei dan Pemetaan JPTS FPTK UPI) Bandung.

2009 : Mengikuti Pelatihan Mengurai Kemacetan Lalulintas di Kota Bandung dengan Teknik Virtual Reality (VR) di JPTS FPTK UPI Bandung.

2009 : Mengikuti Diklat dan pengenalan tool GPS

2008 : Mengikuti Pelatihan GIS Innovation Challenge “GIS for Our Lifestyle” di ITB Bandung. BIDANG KEAHLIAN

Teknik Sipil (Konsentrasi Struktur dan Konstruksi)

PENGALAMAN KERJA

2009 : Melakukan pengukuran lapangan menggunakan GPS navigasi pada penelitian “Eksplorasi Instrumen GPS sebagai Metode Kontrol Lapangan dalam Penataan Ruang”

2009 : Menganalisis pada penelitian ”Analisis Spasial Untuk Kesesuian Lahan Perumahan Menggunakan Perangkat Lunak ArcView Kabupaten Bandung” (menggunakan Arcview 3.3)

2009 : Melakukan pengukuran lapangan menggunakan GPS navigasi pada penelitian “Eksplorasi Instrumen GPS Pada Pengukuran dan Pemetaan sebagai Metode Kontrol Lapangan Bangunan Teknik Sipil”

2009 : Program Latihan Profesi Guru di SMKN 5 Bandung. 2008 : Praktik Kerja di PT. Purna Dharma., sebagai pelaksana proyek pada Proyek

Pembangunan Hotel

2008 : Tim Peyusun Buku Teknik Survei dan Pemetaan untuk SMK di

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah JPTS FPTK UPI Bandung

Page 17: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

2008 : Digitasi 9 Tema Peta Kabupaten Bandung dengan AutoCAD Pada Penelitian Kajian Perubahan Lingkungan di Zona Buruk untuk Perumahan (Studi Kasus : Kawasan Bandung Utara)

2007 : Surveyor Lalulintas dan Perumahan pada Penelitian Kajian Perubahan Lingkungan di Zona Buruk untuk Perumahan (Studi Kasus : Kawasan Bandung Utara)

Tanda Tangan :

Tanggal Penandatanganan : 29/10/2009

Page 18: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

LAMPIRAN 1 CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. Dra. Rina Marina Masri, MP NIP/Pangkat/Golongan : 196505301991012001/Penata Tingkat I/ III d Jabatan Akademik : Lektor Jabatan Struktural : - Alamat Kantor : Jalan Dr.Setiabudhi No 207 Bandung 40154 Telephone : 62-22-2013163 Pesawat 3409 Alamat Rumah : Jalan Soka No. 3 Kampus Darmaga Bogor. Telephone 081315177863 PENDIDIKAN 2009 : Memperoleh gelar Doktor dari Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2002 : Memperoleh gelar Magister Pertanian dari Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran

Bandung. 1989 : Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

IKIP Bandung. PELATIHAN 2004 : Memperoleh sertifikat pelatihan AMDAL B Plus dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (setara 70 jam pelatihan). 2003 : Memperoleh sertifikat pelatihan AMDAL A Plus dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (setara 70 jam pelatihan). 2001 : Memperoleh sertifikat pelatihan GIS (Geographical Information Sistem) di Badan Koordinasi Survei

dan Pemetaan Nasional, Cibinong Bogor. 1998 : Mengikuti pelatihan TOEFL di Balai Bahasa IKIP Bandung. 1996 : Memperoleh sertifikat pelatihan GIS (Geographical Information Sistem) di Dellasonta Computer

Center di Bandung. BIDANG KEAKHLIAN Analisis Sistem dan Permodelan, Teknik Sipil, Evaluasi Lahan, Lingkungan (Konstruksi Bangunan, Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Manajemen Konstruksi, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan / AMDAL). PENGALAMAN PROFESIONAL 2008 : Konsultan perencana untuk Kajian Implikasi Undang-Undang No 26 Tahun 2007 terhadap Sistem

Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman (Kota Padang, Palembang, Banjarmasin dan Makasar) di Deputi Pengembangan Kawasan Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat Jakarta.

Page 19: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

2005 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertambangan Batu Bara di Mamuju.

2005 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertambangan Batu Bara di Bayah.

2004 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertambangan Batu Bara di Bojongmanik.

2004 : Konsultan lingkungan untuk Pengembangan Model dan Tipologi Agropolitan di Tujuh Kabupaten di Pulau Jawa.

2004 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bogor Agribisnis Center di Kota Bogor.

2003 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) di Anyer Kabupaten Serang.

2003 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pangrango Internusa Plaza (PIP) di Kota Bogor.

2002 : Konsultan perencana pada penelitian Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kabupaten Sumedang.

2002 : Konsultan perencana pada penelitian Zonasi Kawasan Perumahan Berwawasan Lingkungan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Bandung.

2002 : Ketua Tim Evaluasi Lahan Pasca Industri Genteng di Kabupaten Majalengka. 1998 : Civil Engineer pada Konstruksi Pembangunan Klinik Rancaekek di Kabupaten Bandung. PENELITIAN (5 TAHUN TERAKHIR) 2008 : Implementasi Perancangan Berbantuan Komputer pada Tugas Terstruktur Jalan Rel untuk

Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Teknik Sipil (Penelitian Hibah Kompetitif Internal Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2007 : Aplikasi Model Eksplanatoris pada Mata Kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tanah untuk Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa D3 Teknik Sipil FPTK UPI (Penelitian Hibah Kompetitif Internal Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2007 : Analisis Sosial Ekonomi Pembibitan dan Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas

Linnaeus) untuk Menghasilkan Bahan Bakar Nabati yang Ramah Lingkungan (Penelitian Fundamental DP3M Dikti Depdiknas Jakarta).

Page 20: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

2007 : Perbandingan Alokasi Hutan Hasil Analisis Spasial Kepmenhut SK-79/2001 dengan Kemampuan Lahan BPDAS di Kabupaten Bandung

2007 : Model Dinamis Alokasi Lahan Kawasan Perumahan dan Konservasi Kawasan Lindung di Kawasan Bandung Utara.

2003 : Model Dinamis Pendidikan dan Kesempatan Kerja di Kota Bandung Jawa Barat (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2002 : Zonasi Kawasan Perumahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Bandung (Penelitian Hibah Pembinaan Univeristas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2001 : Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh bagi Evaluasi Kemampuan Lahan di Kabupaten Sumedang (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

PRESENTASI MAKALAH (5 TAHUN TERAKHIR) 2008 : Tinjauan Hukum terhadap Polusi Kebisingan : Sumber, Baku Mutu, Pemantauan dan

Pengelolaannya (Pembicara pada Seminar Hukum Lingkungan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum UNIKOM Bandung).

2003 : Aplikasi GIS untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Bandung. 2001 : Hubungan Luas Lahan Sawah Beririgasi dengan Produktivitas Gabah Kering Giling di Kabupaten

Subang. Tanda Tangan :

Tanggal Penandatanganan : 29/10/2009

Page 21: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

LAMPIRAN 3 CURRICULUM VITAE

Nama : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT NIP/Pangkat/Golongan : 196410181991011001/Pembina/IV a Jabatan Akademik : Lektor Kepala Jabatan Struktural : - Alamat Kantor : Jalan Dr.Setiabudhi No 207 Bandung 40154 Telephone : 62-22-2013163 Pesawat 3409 Alamat Rumah : Jalan Soka No. 3 Kampus Darmaga Bogor

Telephone : 022-4241525 ; 022-7200761 ; 08174843722 ; 0818224581;081221591924

PENDIDIKAN 2005 : Memperoleh gelar Doktor dari Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 1999 : Memperoleh gelar Magister Teknik dari Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung. 1992 : Memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Bandung. 1977 : Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

IKIP Bandung. PELATIHAN 2007 : Mengikuti pelatihan Pembuatan Buku Kejuruan di Jakarta yang diselenggarakan oleh Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dikmenjur Depdiknas Jakarta. 2006 : Mengikuti pelatihan Penelitian Pengembangan Kegiatan Pembelajaran (PPKP) di Jakarta yang

diselenggarakan oleh Direktorat Ketenagaan Dikdasmen Depdiknas Jakarta. 2005 : Mengikuti pelatihan Penelitian Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID) di Bandung

yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (DP3M) Dikti Depdiknas Jakarta.

2003 : Mengikuti pelatihan Model Sistem Dinamis menggunakan perangkat lunak Powersim 2.5 c di Bogor yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (FATETA IPB).

1998 : Mengikuti pelatihan TOEFL di Balai Bahasa IKIP Bandung. 1992 : Mengikuti pelatihan Sistem Informasi Geografis menggunakan perangkat lunak Mapinfo, Arcinfo,

Arcview, AutoCAD di Dellasonta Computer Center Bandung.

Page 22: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

BIDANG KEAKHLIAN Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Pendidikan Teknik Sipil, Teknik Geodesi, Perencanaan Wilayah dan Kota, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PENGALAMAN PROFESIONAL 2009 : Ketua tim Penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Batu Bara Propinsi

Sumatra Utara. 2008 : Ketua tim merangkap konsultan perencana untuk Kajian Implikasi Undang-Undang No 26 Tahun

2007 terhadap Sistem Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman (Kota Padang, Palembang, Banjarmasin dan Makasar) di Deputi Pengembangan Kawasan Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat Jakarta.

2007 : Konsultan teknik sipil untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Proyek Pembangunan Teknik Sipil Busway Koridor VIII dari Pusat Grosir Cililitan sampai dengan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dari Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

2006 : Konsultan perencana untuk Natural Resources Management in decentralized framework (NRMdf) di Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Teknik Sipil Daerah dan Badan Perencanaan Pembangunan Teknik Sipil Nasional yang didanai oleh Asian Development Bank.

2005 : Konsultan teknik geodesi untuk Pekerjaan Rehabilitasi Mangrove di Jalan Tol Sedyatmo Tangerang dari PT Jasa Marga BUMN Jakarta.

2005 : Konsultan perencana untuk Analisis Studi Kelayakan Pembangunan Teknik Sipil Infrastruktur di Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang.

2004 : Konsultan teknik sipil untuk Analisis Studi Kelayakan Pembangunan Teknik Sipil Pusat Agribisnis Institut Pertanian Bogor di Kota Bogor.

2003 : Konsultan perencana untuk Perancangan Masterplan Kota Agropolitan di Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bekasi.

2003 : Konsultan perencana untuk Perancangan Model Dinamis Pendidikan dan Kesempatan Kerja di Kota Bandung.

2003 : Konsultan perencana untuk Studi Kelayakan Finansial Usaha Padi Sawah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Model Dinamis.

2003 : Konsultan lingkungan untuk Pembangunan Teknik Sipil Kapasitas Lembaga Lingkungan di Tingkat Kabupaten/Kota dari Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta.

Page 23: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

2002 : Konsultan perencana untuk Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh bagi Evaluasi Kemampuan Lahan di Kabupaten Sumedang.

2002 : Konsultan perencana untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Bandung.

2002 : Konsultan teknik geodesi untuk Pemetaan Situasi dengan Survei Terestris. 2002 : Konsultan teknik geodesi untuk Pemrosesan Citra Satelit di Propinsi Banten. 2001 : Konsultan perencana untuk Perencanaan dan Pengembangan Kota Bandung. 2000 : Konsultan teknik sipil untuk Studi Kelayakan Pembangunan Teknik Sipil Laboratorium Uji Mutu

Buah-Buahan dari Dinas Pertanian DKI Jakarta. 2000 : Konsultan teknik geodesi untuk Proyek Pengembangan Kampus UPI Bandung. 1999 : Konsultan manajemen untuk Proyek Pemberdayaan Daerah dan Masyarakat karena Dampak

Krisis Ekonomi dari Badan Perencanaan Daerah Kota Bandung. 1998 : Konsultan teknik sipil untuk Pembangunan Teknik Sipil Konstruksi Klinik Pengobatan di

Perumahan Rancaekek Kencana dari Yayasan Ar-Rahman di Kabupaten Bandung. 1997 : Konsultan teknik geodesi untuk Pelatihan Sistem Informasi Geografis di Departemen

Pertambangan dan Eksplorasi Jakarta. 1996 : Konsultan perencana Pembangunan Teknik Sipil Jaringan Komputer Lokal di Bank Tabungan

Pensiunan Nasional (BTPN) Kantor Cabang Kota Bogor dan Banda Aceh. 1996 : Konsultan teknik geodesi untuk Pengukuran dan Pemetaan Lahan dari Yayasan Endjar di

Kabupaten Bandung. 1995 : Konsultan teknik geodesi untuk Pembangunan Teknik Sipil Data Pokok Pembangunan Teknik Sipil

dan Pemetaan Digital dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Sumedang. 1995 : Konsultan perencana Pembangunan Teknik Sipil Jaringan Lokal di Badan Perencanaan Daerah

Kabupaten Subang. 1994 : Konsultan teknik geodesi untuk Aplikasi Sistem Informasi Geografis bagi Pengembangan Data

Pokok Pembangunan Teknik Sipil Daerah dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Subang. 1994 : Konsultan teknik geodesi untuk Aplikasi Sistem Informasi Geografis bagi Program Pengembangan

Prasarana Kota Terpadu di Kabupaten Subang. 1993 : Konsultan teknik geodesi untuk Pemetaan Digital Data Pokok Pembangunan Teknik Sipil dari

Badan Perencanaan Daerah di Kabupaten Subang.

Page 24: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

1992 : Konsultan teknik geodesi untuk Pelatihan Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Digital bagi Dellasonta Computer Center Kota Bandung, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bandung, Dinas Survei Perusahaan Listrik Negara DKI Jakarta, Pusat Penelitian Tambang dan Mineral Kota Bandung.

1992 : Konsultan teknik geodesi untuk Pengukuran dan Pemetaan Lahan dari Jurusan Teknik Industri IPB Bogor.

1991 : Konsultan teknik sipil untuk Perancangan Pembangunan Teknik Sipil Konstruksi Sipil Pengolah Limbah Tahu dan Tempe di Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Jakarta Selatan.

PENELITIAN (5 TAHUN TERAKHIR) 2008 : Implementasi Perancangan Berbantuan Komputer pada Tugas Terstruktur Jalan Rel untuk

Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Teknik Sipil (Penelitian Hibah Kompetitif Internal Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2008 : Konversi Peta Analog Menjadi Digital pada Pembelajaran Praktikum Ilmu Ukur Tanah untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Teknik Sipil (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2008 : Perancangan Model Dinamis Kependudukan yang Memenuhi Syarat Validitas di Kecamatan Lembang, Cimenyan dan Cilengkrang (Penelitian Hibah Pembinaan Pusat Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup).

2007 : Pengembangan Model Diagram Alir pada Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI (Penelitian Pengembangan Kegiatan Pembelajaran – Direktorat Ketenagaan Dikdasmen Depdiknas Jakarta).

2007 : Aplikasi Model Eksplanatoris pada Mata Kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tanah untuk Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa D3 Teknik Sipil FPTK UPI (Penelitian Hibah Kompetitif Internal Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2007 : Analisis Sosial Ekonomi Pembibitan dan Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas

Linnaeus) untuk Menghasilkan Bahan Bakar Nabati yang Ramah Lingkungan (Penelitian Fundamental DP3M Dikti Depdiknas Jakarta).

2006 : Evaluasi Perubahan Lingkungan di Koridor Jalan Soekarno Hatta di Kota Bandung Jawa Barat (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2005 : Pola Perubahan Lingkungan yang Disebabkan oleh Prasarana dan Sarana Jalan (Studi Kasus : Jalan Soekarno Hatta di Kota Bandung Jawa Barat) (Disertasi untuk Doktor di Program Studi Ilmu

Page 25: proposal 16 peran serta stakeholders mewujudkan 30 % ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi gis dan gps tangerang

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor).

2003 : Model Dinamis Pendidikan dan Kesempatan Kerja di Kota Bandung Jawa Barat (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2002 : Zonasi Kawasan Perumahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Bandung (Penelitian Hibah Pembinaan Univeristas Pendidikan Indonesia di Bandung).

2001 : Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh bagi Evaluasi Kemampuan Lahan di Kabupaten Sumedang (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).

1999 : Kelayakan Relokasi Industri Genteng dan Implikasinya terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Majalengka (Tesis untuk Magister Teknik di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung).

PRESENTASI MAKALAH (5 TAHUN TERAKHIR) 2006 : Perubahan Lingkungan di Koridor Jalan Soekarno Hatta di Kota Bandung Jawa Barat (Pembicara

pada Seminar Mansoer Wiraatmadja yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Teknologi Nasional Bandung dan Pemerintah Kota Bandung serta Asian Development Bank).

2006 : Perencanaan Spasial Partisipatif pada Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Kerangka Kerja Desentralisasi di Kabupaten Cianjur, Lombok Barat, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Kutai Barat (Pembicara pada Lokakarya Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Kerangka Kerja Desentralisasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Bangda Depdagri, Bappenas, BPPT dan Asian

Development Bank). 2005 : Studi Kelayakan Pembangunan Teknik Sipil Infrastruktur di Badan Perencanaan Daerah

Kabupaten Tangerang Provinsi Banten (Pembicara pada Rapat Teknis Perencanaan dan Pembangunan Teknik Sipil Daerah yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang

Tanda Tangan

Tanggal Penandatanganan : 29/10/2009