propinsi sumatera barat

21
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor : 13D./PIMP/II/2008-2009 tanggal 11 Desember 2008 tentang Penugasan Kepada Anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI dan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Untuk Melakukan Kunjungan Kerja Kelompok Dalam Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2008-2009. Dalam Reses Masa Persidanan II Tahun Sidang 2008 – 2009, Komisi I DPR RI telah melaksanakan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 5 – 8 Januari 2009 dengan komposisi keanggotaan terdiri dari 10 (sepuluh) orang Anggota Komisi I DPR RI yang dipimpin oleh Drs. Theo L. Sambuaga dan didukung oleh : 2 (dua) orang Staf Sekretariat Komisi I, 1 (satu) orang Tenaga Ahli Komisi I DPR RI , 1 (satu) orang Bagian Pemberitaan Sekretariat Jenderal DPR RI, 1 (satu) orang Penghubung Dephan, 2 (dua) orang Penghubung Depkominfo, 1 (satu) orang Penghubung Telkom dan 1 (satu) orang Penghubung PT. Pos. Adapun susunan keanggotaan sebagai berikut : 1. Drs. Theo L. Sambuaga F.PG Ketua Tim 2. Drs. Sidarto Danusubroto, SH F.PDIP Wakil Ketua Tim 3. Marzuki Darusman, SH F.PG Anggota Tim 4. Drs. Slamet Effendi Yusuf, Msi F.PG Anggota Tim 5. DR. Happy Bone Zulkarnain, MS F.PG Anggota Tim 6. H. Affifudin Thaib, SH F.PG Anggota Tim 7. RK. Sembiring Meliala F.PDIP Anggota Tim 8. DR. Pupung Suharis, SH. MH F.PDIP Anggota Tim 9. Drs. R. Bagus Suryama, S.Psi F.PKS Anggota Tim 1

Upload: dangtu

Post on 14-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Propinsi Sumatera Barat

BAB IPENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor : 13D./PIMP/II/2008-2009 tanggal 11 Desember 2008 tentang Penugasan Kepada Anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI dan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Untuk Melakukan Kunjungan Kerja Kelompok Dalam Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2008-2009. Dalam Reses Masa Persidanan II Tahun Sidang 2008 – 2009, Komisi I DPR RI telah melaksanakan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 5 – 8 Januari 2009 dengan komposisi keanggotaan terdiri dari 10 (sepuluh) orang Anggota Komisi I DPR RI yang dipimpin oleh Drs. Theo L. Sambuaga dan didukung oleh : 2 (dua) orang Staf Sekretariat Komisi I, 1 (satu) orang Tenaga Ahli Komisi I DPR RI , 1 (satu) orang Bagian Pemberitaan Sekretariat Jenderal DPR RI, 1 (satu) orang Penghubung Dephan, 2 (dua) orang Penghubung Depkominfo, 1 (satu) orang Penghubung Telkom dan 1 (satu) orang Penghubung PT. Pos.

Adapun susunan keanggotaan sebagai berikut :1. Drs. Theo L. Sambuaga F.PG Ketua Tim2. Drs. Sidarto Danusubroto, SH F.PDIP Wakil Ketua Tim3. Marzuki Darusman, SH F.PG Anggota Tim4. Drs. Slamet Effendi Yusuf, Msi F.PG Anggota Tim 5. DR. Happy Bone Zulkarnain, MS F.PG Anggota Tim6. H. Affifudin Thaib, SH F.PG Anggota Tim7. RK. Sembiring Meliala F.PDIP Anggota Tim8. DR. Pupung Suharis, SH. MH F.PDIP Anggota Tim9. Drs. R. Bagus Suryama, S.Psi F.PKS Anggota Tim10. Drs. Jansen Hutasoit, SE. MA F.PDS Anggota Tim11. Suprihartini, SIP - Sekretariat Tim12. Sugeng Riyadi - Sekretariat Tim13. Djismun Kasri - Staf Ahli Tim14. Eka Hindra - Staf Pemberitaan15. Drs. Zul Asril - Peng. Dephan16. Drs. Ferizal - Peng. Depkominfo17. Endang Kartiwa - Peng.Depkominfo18. Yuniswar - Peng. PT. Pos19. Ridwar Idrus - Peng. PT. Telkom

Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Sumatera Barat

dilaksanakan dalam rangka mengetahui secara langsung permasalahan-permasalahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat yang berkaitan dengan ruang lingkup dan tugas Komisi I DPR RI yaitu permasalahan di bidang pertahanan, intelijen, luar negeri dan komunikasi & informasi.

1

Page 2: Propinsi Sumatera Barat

II. ACARA KUNJUNGAN

Dalam acara kunjungan kerja ke Provinsi Sumatera Barat, Tim mengadakan pertemuan dengan :

I. Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat :

1. Gubernur Provinsi Sumatera Barat;2. Walikota Bukit Tinggi;3. Walikota Payakumbuh;4. Bupati Limapuluh Kota.

II. Bidang Pertahanan

1. Komandan Pangkalan Utama TNI AL II Padang;2. Komandan Korem 032/Wirabraja;3. Komandan Satuan Yonif 131/BRS;4. Komandan Zeni Tempur 2 /PS;5. Komandan Pangkalan TNI AU Padang.

Dalam pertemuan dengan unsur pertahanan darat di wilayah Provinsi Sumatera Barat, juga dihadiri oleh Asren dan Aslog Kodam I / Bukit Barisan.

III. Bidang Intelijen

Kepala Pos Wilayah BIN Provinsi Sumatera Barat

IV. Bidang Komunikasi dan Informasi

1. Kepala Stasiun TVRI Padang;2. Kepala Stasiun RRI Padang;3. Ketua KPID Provinsi Sumatera Barat;4. Ketua PRSSNI Provinsi Sumatera Barat;5. Kepala Lokal Monitoring;6. Pimpinan PT. Telkom Provinsi Sumatera Barat;7. Pimpinan PT. Pos Provinsi Sumatera Barat;8. Pimpinan Operator Telekomunikasi di Provinsi Sumatera Barat.

2

Page 3: Propinsi Sumatera Barat

BAB IIPELAKSANAAN KUNJUNGAN

I. GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Secara umum situasi dan kondisi provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota, dengan jumlah penduduk 4,88 juta jiwa dan luas wilayah 42,2 ribu km2 berada dalam keadaan yang aman. Stabilitas terpelihara dengan baik dan tidak ada aktivitas yang mengganggu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

2. Sejauh ini masalah-masalah yang muncul hanya dalam bentuk konflik social, tetapi masih berada dalam batas-batas dinamika demokrasi dan belum menjurus kepada hal-hal yang bernuansa politis serta mengganggu kelancaran pelaksanaan pemilu.

3. Pada beberapa Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat masih terdapat kerawanan-kerawanan konflik sosial dalam bentuk perkelahian masal, demonstrasi untuk menyampaikan pendapat dan ketidak puasan terhadap masalah pertanahan, sengketa lahan, tenaga kerja, keberadaan aliran sesat dan aktifitas jemaah Ahmadiah. Potensi kerawanan juga muncul dalam bentuk penentuan batas-batas antar Nagari, Kabupaten dan Kota serta antar provinsi tetangga.

4. Dinamika kehidupan sosial politik masyarakat dalam menghadapi Pemilu 2009 berkembang cukup baik dan sangat kondusif. Tidak ada aktivitas yang diperkirakan dapat mengganggu proses penyelenggaraan Pemilu 2008. Beberapa permasalahan yang menyangkut persiapan pelaksanaan Pemilu 2009 di Provinsi Sumatera Barat, antara lain :a. Belum adanya payung hokum yang jelas tentang bantuan dan fasilitas

serta dukungan yang akan diberikan melalui dana APBD;b. Belum adanya petunjuk pelaksanaan pembentukan Desk Pemilu di

Provinsi Sumatera Barat;c. Masalah sarana komunikasi dan transportasi dalam pendistribusian

logistic pemilu oleh KPUD ke Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat;

d. isu Golput dan kurangnya sosialisasi penyelenggaraan Pemilu 2009 khususnya cara-cara pencoblosan, sehingga adanya kekhawatiran dari masyarakat tentang suara tidak sah.

5. Pada tahun 2008 terdapat delapan prioritas pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat yaitu: a. Peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan

pemberdayaan ekonomi mikro.b. Rehabilitasi dan pengurangan resiko bencana alam dan

pemberantasan penyakit menular.c. Peningkatan mutu, pemerataan dan relevansi pendidikan.d. Perluasan jangkauan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.e. Peningkatan pemahaman kualitas kehidupan beragama dan budaya.f. Peningkatan infrastruktur yang mendorong investasi dan eksporg. Peningkatan penataan birokrasi untuk pelayanan publich. Revitalisasi pertanian, perikanan, perkebunan rakyat.

3

Page 4: Propinsi Sumatera Barat

6. Di bidang ekonomi dan pembangunan , untuk tahun 2009, ada beberapa isu strategis yang menjadi perhatian Pemerintah Daerah yaitu dampak krisis keuangan global, masih tingginya angka kemiskinan, dan masih tingginya tingkat pengangguran. Mengingat tidak banyaknya industri di wilayah Sumatera Barat maka PHK sebagai dampak krisis keuangan global diperkirakan tidak akan terjadi. Dampak krisis keuangan global terhadap kehidupan bermasyarakat di Provinsi Sumatera Barat, antara lain :a. Inflasi mencapai 13,66 % jauh diatas nasional yang mencapai 6,2 %;b. Penurunan harga beberapa komoditi ekspor;c. Peningkatan suku bunga bank;d. Menurunnya daya beli masyarakate. Menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

7. Untuk mengurangi dampak krisis keuangan global tersebut,

Pemerintah Daerah mengambil langkah-langkah antara lain : a. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan usaha, mengembangkan

terus rasa optimisme;b. Mengembangkan pertumbuhan ekonomi , dengan mendorong

investasi dan produk yang berbasis sumber daya lokal seperti: coklat, jagung, sayuran, ikan, ternak, bordir, sulaman dan berbagai produk industri kerajinan;

c. Mempercepat pelaksanaan proyek-proyek APBN dan APBD sehingga tercipta lapangan kerja dan mendorong kegiatan ekonomi.

d. Menggerakan sector riil, dengan meningkatkan pelayanan, memberikan kemudahan yang intensif, dan fasilitasi permodalan;

II. BIDANG PERTAHANAN

A. KOREM 032/WIRABRAJA

1. Kondisi Umuma. Korem 032/Wirabraja merupakan pelaksana sub kotama Kodam

I/BB dengan wilayah tanggungjawabnya meliputi seluruh Provinsi Sumatera Barat.

b. Korem 032/Wirabraja melaksanakan tugas, antara lain dibidang pengembangan dan gelar satuan, bidang pembinaan doktrin, bidang pembinaan latihan, bidang siaga, bidang operasi, bidang personil, bidang territorial dan bidang intelijen.

c. Personil intelijen dan satuan tempur yang berkualifikasi intelijen baru mencapai 56,54 %. Dukungan sarana dan prasarana (transport, almatsus dan alkomsus) intelijen baru mencapai 62,11 %.

d. Kekuatan personil militer berjumlah 3588 orang (perwira 226 orang, bintara 1512 orang dan tamtama 1850 orang).

4

Page 5: Propinsi Sumatera Barat

e. Aset tanah di wilayah Korem 032/Wirabraja sebanyak 358 bidang dengan luas 4.565.893,90 M2, terdiri dari : tanah milik 215 bidang/3.803.081,40 M2 dan tanah okupasi 143 bidang/762.812,50 M2. Dari data tersebut :

- yang sudah mempunyai sertifikat sebanyak 35 bidang/100.446 M2 (39 buah sertifikat);

- tanah yang bermasalah sebanyak 9 bidang dengan luas 475.500 M2 (tanah milik 457.945 M2 dan tanah okupasi 17.555 M2)

f. Aset bangunan sebanyak 1917 buah dengan luas 335.126 M2, terdiri dari bangunan milik 1794 buah/312.046 M2 dan bangunan okupasi 123 buah/23.080 M2.

2. Permasalahan a. kurangnya personil intelijen, dukungan sarana dan

prasarana intelijen (transportasi, almatsus dan alkomsus);b. Kurangnya jumlah personil bila dibandingkan dengan

jumlah personil berdasarkan standar DOP;c. Amunisi dan persenjataan yang tidak mencukupi dan

terbatas sehingga latihan dilaksanakan tidak maksimal;d. Uang saku yang sangat minim dan kesejahteraan yang

tidak memadai;e. Banyak asset tanah di wilayah Korem 032/WBR yang

tidak memiliki Sertifikat;f. Kurangnya sarana perumahan dinas, sehingga sebagian

personil terpaksa tinggal diluar pangkalan. Disisi lain banyak perumahan dinas yang kondisinya sudah tidak layak huni;

g. Terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh oknum personil sepert desersi, terlibat narkoba dan kawin ganda

B. YONIF 131/BRAJA SAKTI 1. Kondisi Umum a. Batalyon Infanteri 131/Brs selaku satuan pelaksana Korem

032/Wrb dalam tugas operasionalnya membawahi 5 kompi dan 2 kesatrian yang bermarkas di Payakumbuh dan Tanjung Pati.

b. Dibidang intelijen, Bataloyon 131/Brs didukung oleh 17 orang personil. Personel staf intelijen secara kuantitas terpenuhi, tetapi secara kualitas belum seluruhnya memiliki kualifikasi intelijen.

c. Kekuatan personil nyata 673 orang (90,1 %), masih terdapat kekurangan personil 74 orang.

d. Kaporlap anggota pada umumnya sesuai dengan normat, PDL 4 stel ( 2 stel kondisi 85 % dan 2 stel kondisi 75 %), PDH baru 2 stel dengan kondisi 85 %. Sepatu PDL sesuai dengan normat yaitu 3 pasang (1 pasang kondisi 90 % dan 2 pasang kondisi 70 %). Baret Hijau masing-masing 2 buah (1 buah kondisi 70 % dan 1 buah kondisi 100 %/swadaya satuan).

e. Alsatri dan Alsintor yang ada di satuan kondisinya rata-rata 50 %. Alat perhubungan rata-rata kondisinya 40 – 50 %. Sarana angkutan belum dapat memenuh kebutuhan dan kondisinya 80 %. Kondisi alat kesehatan 70 %.

5

Page 6: Propinsi Sumatera Barat

2. Permasalahan a. Minimnya tenaga pelatih yang memiliki pendidikan spesialisasi

tentang Senbat, SBI dan Garlat dan fasilitas serta perlengkapan latihan yang kurang memadai.

b. Dukungan munisi dan dana latihan masih terlambat c. Kekurangan senjata, antara lain : MO 81 USA 2 pucuk + 2 alat

bidik, MO 60 comando 6 pucuk, SMS Madsen 2 pucuk, SPR 1 pucuk,

d. kurangnya sarana komunikasi untuk operasional satuan. e. Belum adanya pagar yang yang mengelilingi wilayah batalyon

sehingga pengamanan tidak dapat dilakukan secara maksimal f. Kurangnya kendaraan dinas untuk pelaksanaan tugas dan

kendaraan dinas yang ada pada umumnya sudah tua, bahkan wakil komandan tidak memperoleh kendaraan dinas

g. Pembagian Kaporlap yang selalu terlambat dengan anggaran tahun sebelumnya dan jumlah item yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kaporlap T.A. 2008 belum terdukung.

h. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan anggota pada umumnya meliputi pengedaran narkoba dan curanmor

C. DETASEMEN ZENI TEMPUR 2/PS

1. Kondisi Umum a. Satuan Denzipur 2/PS berada di wilayah binaan Korem 032/WBR

khususnya di Kodim 0306/50 Kota b. Jumlah personil adalah 231 personil, masih terjadi kekurangan

sebanyak 24 personil. c. Luas pangkalan Denzipur 2/PS adalah 16,8 Ha, dengan didukung

oleh 142 unit perumahan dan 3 unit barak. d. Detasemen Zeni Tempur 2/PS hanya didukung oleh anggaran

sebesar Rp.19.500.000,-/tahun dan dirasakan tidak mencukupi untuk pelaksanaan latihan. Diusulkan untuk diberikan anggaran sebesar Rp.100.000.000,-/tahun.

2. Permasalahan a. Terbatasnya jumlah persenjataan dan perlengkapan pendukung

seperti jembatan bailley, kendaraan angkutan yang sudah tua dan jumlah yang tidak memadai menyebabkan kegiatan-kegiatan operasional maupun kegiatan latihan tidak dapat dilakukan secara maksimal

b. Tanah yang dipergunakan oleh Denzipur belum memiliki sertifikat, dan hanya berstatus hak pakai dari masyarakat kanagarian Mungo

c. Sarana perkantoran dan perumahan yang belum memadai dan sebagian besar pagar kawat duri banyak yang rapuh dan putus

d. Kesejahteraan prajurit yang masih kurang memadai dengan gaji dan uang saku yang sangat minim.

e. Instalasi listrik masih mempergunakan kabel terbuka, sehingga rawan terjadinya konsleting (kebakaran).

f. Sumber air masih berasal dari gunung, belum terdukung oleh air bersih dari PDAM.

6

Page 7: Propinsi Sumatera Barat

D. PANGKALAN UTAMA TNI AL II TELUK BAYUR

1. Kondisi Umuma. Lantamal II Teluk Bayur merupakan komando pelaksana dukungan

komando Armabar yang bertuga menyelenggarakan dukungan logistic dan administrasi dengan wilayah kerja meliputi Provinsi NAD, Sumut, Sumbar dan Bengkulu dengan jumlah 19 Kab/Kota di pantai Barat Sumatera dan Kep. Mentawai.

b. Lantamal II membawahi 2 Lanal type C, 11 Pos AL dan 13 Pos Mat.

c. Lantamal II memiliki sarana patroli laut berupa 1 KRI, 4 KAL dan 8 Patkamla dengan kondisi yang relative sudah tua dan memiliki sarana dan prasarana eks Lanal Teluk Bayur dan bangunan gedung baru Mako Lantamal II di Bukit Peti-Peti.

d. Personil yang ada berjumlah 793 personile. Sebagian besar rumah dinas dan mess yang dihuni anggota adalah

milik PT. Pelindo. Kebutuhan fasilitas untuk hadirnya kRI seperti dermaga, bengkel kapal dan tangki timbun belum ada.

f. Dengan kehadiran KRI di wilayah perairan Lantamal II, menimbulkan dampak penurunan terhadap kegiatan illegal Logging dan Illegal Fishing, sehingga potensi keuangan Negara yang dapat diselamatkan kurang lebih sebesar Rp.3 trilyun.

2. Permasalahan a. Beberapa satuan kerja belum memiliki fasilitas yang memadai

untuk melakukan kegiatan seperti dinas kesehatan, dinas angkutan dan dinas perbekalan.

b. Kapal patroli keamanan laut yang sudah tua dan rusak, sangat rentan dan tidak optimal digunakan untuk operasi keamanan laut mengingat medan tugas yang sangat luas dan berombak besar.

c. Rumah dan mess milik PT. Pelindo yang ditempati saat ini secara hukum belum merupakan rumah dinas TNI AL, sedangkan lahan untuk menambah fasilitas rumah dinas, mess anggota belum tersedia meskipun sudah diupayakan,

d. Belum ada lahan untuk membangun fasilitas dermaga, bengkel dinas pemeliharaan dan perbaikan, tangki timbun dan SPBT.

e. Keterbatasan jumlah unsur patroli mengakibatkan tidak optimalnya hasil yang dicapai, keberadaan unsur patroli yang sandar didermaga muara PT. Pelindo mengurangi kerahasiaan operasional.

7

Page 8: Propinsi Sumatera Barat

E. PANGKALAN TNI AU PADANG

1. Kondisi Umum a. Tugas Pokok Lanud Padang adalah menyiapkan dan melaksanakan

pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, menyelenggarakan dukungan operasi udara serta pembinaan potensi dirgantara. Saat ini Lanud Padang masih merupakan Lanud type “C”.

b. Dukungan personil saat ini berjumlah 141 orang, masih terjadi kekurangan 38 orang personil.

c. Perumahan dinas yang ada berjumlah 79 unit dan jumlah mess yang ada adalah 19 kamar.

2. PermasalahanDengan kepindahan Bandara Tabing ke Bandara Internasional Minangkabau, maka Bandara Tabing dijadikan sebagai pangkalan operasional militer penuh, namun dalam pelaksanaannya terdapat kendala-kendala yaitu:a. Mengingat luasnya bidang tugas Lanud Padang, maka diusulkan

agar Lanud Padang dapat meningkat typenya menjadi type “B” b. Dibidang operasi, belum optimalnya operasi penerbangan di

lapangan udara karena belum didukung sarana prasarana seperti VOR/DME dan Radio VHF tower.

c. Dibidang personil masih terdapatnya 15 jabatan kosong dalam organisasi dan terbatasnya personil yang mengawaki bidang-bidang tertentu.

d. Dibidang logistik masih terbatasnya kendaraan bermotor untuk mendukung kegiatan operasional , belum adanya kejelasan serah terima asset bandara kepada Lanud (TNI AU) sehingga bangunan bekas bandara menjadi rusak dan tidak terpelihara, belum adanya tangki pendam, serta adanya tanah TNI AU yang dikuasai masyarakat sehingga menimbulkan sengketa.

III. BIDANG INTELIJEN Di bidang intelijen dilaporkan hal-hal sebagai berikut :

1. Secara umum situasi dan kondisi Prov. Sumatera Barat aman dan terkendali. Stabilitas terpelihara dengan baik dan tidak ada aktivitas yang mengganggu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Adanya kelompok Majelis Mujahidin Indonesia yang telah beranggotakan 10.000 orang dan mempunyai lascar yang beranggotakan 65 orang. MMI telah menggalang para pedagang yang mapan untuk masuk sebagai anggota MMI. MMI mendapatkan dukungan anggaran selain dari anggota, juga mendapat dukungan anggaran dari Malaysia.

3. Adanya pernyataan Anggota DPRD Prov. Sumbar yang menyatakan bahwa Prov. Sumbar agar mendapatkan otonomi khusus untuk melaksanakan pembangunan secara merata.

4. Dalam rangka persiapan pelaksanaan Pemilu 2009, KPU Prov. Sumbar melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat.

5. Dalam rangka meminimalisasi adanya gerakan terorisme di Prov. Sumbar, Poswil BIN telah melaksanakan koordinasi dengan Polda dan unsur Kominda Prov. Sumbar.

IV. BIDANG KOMUNIKASI DAN MEDIA

8

Page 9: Propinsi Sumatera Barat

A. LPP TVRI SUMATERA BARAT

1. Kondisi umum a. LPP TVRI Sumatera Barat merupakan stasiun produksi dan

penyiaran standard broadcast. Terletak diatas lahan tanah lk. 5 ha, status hak pakai. Kategori stasiun produksi dan penyiaran kelas “B”.

b. Jangkauannya meliputi : nasional 13 satuan transmisi dan local 5 satuan transmisi dengan katergori acara : informasi 18,45 %, pendidikan dan agama 63 % , hiburan dan agama 18,55 %.

c. Strategi program dan informasi, antara lain : pelayanan masyarakat, melestarikan budaya dan kearifan local dalam rangka NKRI, program pencerdasan dan sosialisasi program pemerintah.

d. Sumber anggaran terdiri dari APBN dan bantuan APBD Prov. Sumbar

e. TVRI Sumbar memproduksi dan menyiarkan acara local 4 jam/hari selama satu tahun, sehingga jumlah yang diproduksi dan disiarkan mencapai 1,434 paket acara/tahun.

f. Kegiatan produksi dan penyiaran tersebut didukung oleh 164 orang SDM sebagai profesi.

2. Permasalahan a. Daerah blank spot area masih 52 %, dimana kabupaten kepulauan

mentawai dan kab. Dharmasraya belum memiliki stasiun pemancar (TX) TVRI.

b. Peralatan stasiun pemancar rata-rata usia pakai diatas 20 tahun. 5 stasiun pemancar yang mendukung daya pancar program TVRI Sumbar, maksimum daya pancarnya hanya 500 watt dari yang seharusnya 5000 watt/setiap pemancar. Demikian juga 8 stasiun pemancar TVRI yang ada di Sumbar.

c. TVRI Sumbar juga dilengkapi dengan mobil produksi OB Van yang kondisi peralatannya tidak dapat difungsikan. Meskipun demikian, peralatan teknik studio produksi dan penyiaran relative masih berfungsi dengan baik, meskipun beberapa kali diguncang gempa. Peralatan teknik studio produksi dan penyiaran rata-rata diatas 10 tahun.

B. LPP RRI PADANG

1. Kondisi umuma. Perangkat pemancar/transmitter terdiri dari : pemancar AM 10 Kw

dengan kondisi 60 %, pemancar FM 5 Kw (programa 2) dengan kondisi 80 persen dan pemancar FM 5 Kw(programa 3) saat ini sedang rusak, sementara menggunakan pemancar cadangan FM 300 watts.

b. Daerah yang belum terjangkau siaran RRI Padang, yaitu : sebagian Kab. Agam, sebagian Kab. 50 kota, sebagian Kab. Sawah Lunto, dan sebagian Kep. Mentawai.

c. Jumlah karyawan terdiri dari 109 orang

2. Permasalahan

9

Page 10: Propinsi Sumatera Barat

a. Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk melaksanakan program siaran.

b. RRI Padang hingga saat ini belum memiliki pemancar cadangan yang dayanya memadai, dikarenakan kondisi pemancar yang ada saat ini kondisinya rata-rata mencapai 50 %.

c. Masih belum teralokasinya anggaran pemeliharaan untuk pemancar-pemancar relay yang lokasinya tersebar diseluruh daerah di Prov. Sumbar.

d. RRI Padang belum memiliki fasilitas transportasi yang memadai untuk melaksanakan kegiatannya.

C. KPID PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Kondisi Umuma. KPID Prov. Sumbar beranggotakan 7 orang. b. Lembaga penyiaran yang telah mendaftar ke KPID Sumbar terdiri

dari : Radio 66 dan televise 9. c. Lembaga penyiaran yang evaluasi dengar pendapat terdiri dari :

radio swasta 32, radio public 2, radio komunitas 1, televise swasta 7.

d. Lembaga penyiaran yang sudah diberikan ijin penyelenggaraan penyiaran terdiri dari : radio swasta 20, radio public -, radio komunitas 1 dan televise swasta 3.

2. Permasalahan a. Kurangnya tenaga sekretariat b. Bantuan APBD Prov. Sumbar belum memadai c. Kurangnya sarana dan prasarana.

D. PRSSNI PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Kondisi umum a. Anggota PRSSNI Sumbar terdiri dari 18 radio siaran, terdiri dari :

kota padang 7, kota padang panjang 2, kota bukittinggi 2, kota payakumbuh 1, kota solok 1, kab. Tanah Datar 1, Kab. Agam 1, Kab. 50 Kota 1, Kab. Solok 1 dan Kab. Padang Pariaman 1.

b. Tujuan penyiaran yang dilakukan anggota PRSSNI Sumbar yaitu memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

2. Permasalahan a. Proses perijinan (masih ada 9 anggota ijinnya belum keluar). b. Persaingan usaha dengan non PRSSNI c. Kurang dilibatkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah d. Sosialisasi program dari departemen dan DPR tidak melibatkan

media radio e. Sosialisasi program/kegiatan ditingkat kota dan kabupaten jarang

melibatkan media radio.

E. LOKA MONITORING PADANG

10

Page 11: Propinsi Sumatera Barat

1. Kondisi umum a. Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Padang

adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitor, penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi radio, penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

b. Secara Administratif Loka Monitor Padang dibina Oleh Setditjen Postel dan secara Teknis Operasional dibina oleh Direktur Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

c. Flatform Loka Monitoring, yaitu : Identifikasi pengguna frekuensi radio dan stasiun radio illegal, pelayanan/pengaduan masyarakat, melaksanakan analisis dan evaluasi hasil monitoring frekuensi radio dan penyelesaian gangguan frekuensi radio dan melaksanakan monitoring/observasi berdasarkan permintaan.

d. Program rutin, antara lain :- Melaksanakan pemeliharaaan dan perbaikan perangkat

monitoring frekuensi radio.- Penertiban dan Penyidikan.- Observasi kepadatan Pengguna Spektrum Frekuensi Radio- Verifikasi dan Validasi Data- Pengukuran Parameter Teknis Stasiun Radio- Penertiban Pengguna Spektrum Frekuensi- Penanganan Gangguan pengguna spektrum frekuensi- Monitoring atas Peristiwa Tertentu (Event Penting)- Monitoring atas permintaan.

e. Sarana dan prasarana terdiri dari Stasiun Monitor bergerak yang terdiri dari 3 unit kendaraan monitoring yaitu L-HF MON/ DF, RME V-UHF MON dan RME V-UHF DF

f. Pengguna spectrum frekuensi di Prov. Sumbar adalah Radio Siaran AM dan FM, Komunikasi penerbangan dan maritime, radio konsesi, amatir dan KRAP, televise siaran dan seluler (CDMA, GSM dan 3G)

2. Permasalahan Perangkat pengawasan dan pengendalian frekuensi yang dimiliki

belum dapat mengimbangi pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi sehingga perangkat monitor yang ada saat ini memiliki banyak keterbatasan.

E. PT. POS INDONESIA PROV. SUMATERA BARAT.

11

Page 12: Propinsi Sumatera Barat

1. Kondisi umuma. Jangkauan layanan meliputi 19 kab/kota, 155 kecamatan. Jumlah

kantor pos yang ada sebanyak 118 ktr pos dengan kondisi 66 online, 39 outlet pihak ke-3 dan didukung personil berjumlah 603 pegawai.

b. Jenis layanan antara lain mail, small parcel dan logistic, financial dan tugas khusus.

2. Permasalahana. Potensi pasar Pemda Baru belum memenuhi syarat minimal

pendirian sebuah kantor cabangb. Teknologi yang mahal dan cepat usangc. Implementasi UU No. 6/1984 tidak efektif disisi lain RUU perposan

belum disahkan.

F. PT. TELKOM DIVRE I SUMATERA

1. Kondisi umum a. Telkom Divre I Sumatera terdiri dari 8 kandatel, 25 kakandatel,

213 plasa telkom, dan 15.000 AD + outlet. Untuk Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 1 kandatel dan 6 kandatel area.

b. Pembangunan dan penambahan kapasitas di Sumatera terdiri dari total telepon kabel s/d 2008 adalah 79 ribu SST dan 2009 adalah 101 ribu. Jumlah BTS Wireless (flexy) s/d 2008 sebesar 725 BTS. Diperkirakan pada akhir 2009 mencapai 873 BTS. Kapasitas Broadband internet (speedy) s/d 2008 sebesar 233 ribu SSL dan diakhir 2009 direncanakan menjadi 254 ribu SSL.

c. Untuk tingkat provinsi dan ibukota kabupaten dan kotamadya di Prov. Sumbar, infrastruktur dan layanan telekomunikasi Telkom telah tergelar dengan baik, sedangkan untuk tingkat kecamatan masih hanya mencapai 75 % dan kelurahan/desa hanya mencapai 40 % dari jumlah yang ada.

d. Kawasan perbatasan telah disepakati bukan lagi sebagai daerah belakang atau pinggiran, tetapi merupakan halaman terdepan nusantara, sehingga pemberdayaannya menjadi hal yang semakin penting demi menegakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Papua hingga Aceh.

Dalam rangka menjaga keutuhan wilayah NKRI tersebut, PT. Telkom berkomitmen untuk membangun fasilitas telekomunikasi di pulau-pulau terdepan, dalam hal ini PT. Telkom Divre I Sumatera melalui program “ Ekspedisi Fastel Merah Putih Telkom di pulau terluar NKRI” dengan layanan Voice, Fax dan Data (internet) di Pulau Terdepan di wilayah Sumatera, yaitu Pulau Rondo dan Pulau Berhala. Dalam waktu dekat juga akan dibangun fasilitas telekomunikasi di Pulau Nipa dan Pulau Sekatung.

e. Dalam pertemuan Tim Kunker Komisi I DPR RI dengan PT. Telkom Divre I Sumatera di Padang, Ketua Tim bersama dengan

12

Page 13: Propinsi Sumatera Barat

Anggota berkesempatan melakukan komunikasi via telpon dengan Komandan Satuan Jaga Marinir di Pulau Rondo dan Pulau Berhala. Dalam percakapan tersebut, Tim mengharapkan agar fasilitas telekomunikasi yang telah dibangun di P. Rondo dan P. Berhala dapat memberikan kontribusi bagi TNI dalam melaksanakan tugas pengamanan pulau-pulau terdepan di Wilayah Sumatera.

2. Permasalahan a. Terjadinya pencurian kabel telekomunikasi (vandalisme). b. Tingkat teledensitas di Indonesia sebesar 71 % yang merupakan

peringkat ke-7 tertinggi di dunia. c. Perkiraan beban puncak di Prov. Sumbar adalah 330 MW, masih

terjadi deficit 50 – 60 MW. Ketersediaan catuan PLN yang masih kurang menyebabkan sering terjadi pemadaman listrik terutama dilokasi ritual, karena durasi PLN off lama, standby battery tidak cukup kuat, sehingga battery cepat rusak.

d. Sering terjadi tegangan tidak stabil untuk daerah pedesaan, seperti pesisir selatan dan Pasaman Barat.

e. Masih ada 3 lokasi repeater GMD yang belum memiliki catuan listrik di lokasi site Ampelu, site Tambulun dan site Bukit Kambut.

f. Untuk kedepan, pembangunan fasilitas telekomunikasi diharapkan diarahkan ke desa-desa terpencil dengan mekanisme investasi USO dengan melibatkan seluruh operator telekomunikasi yang ada.

G. OPERATOR TELEKOMUNIKASI DI PROV. SUMATERA BARAT

1. Kondisi umuma. Secara umum operator telekomunikasi di Prov. Sumbar telah

memberikan kontribusi terhadap kegiatan pembangunan di Prov. Sumbar dengan melalui kegiatan CSR, para operator memberikan dukungan terhadap pengembangan potensi bisnis di Prov. Sumbar.

b. Krisis globasisasi keuangan memberikan dampak terhadap industry telekomunikasi di Prov. Sumbar, antara lain menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya jumlah pelanggan dan menjamurnya usaha kecil sector telekomunikasi.

2. Permasalahana. Terjadinya pencurian terhadap kabel telekomunikasi

(vandalisme)b. Kasus masyarakat disekitar lokasi BTSc. Status kepemilikan tanah ulayatd. Minimnya power supply dari PLNe. Pemadaman bergilir PLNf. Faktor geografis pulau sumatera

BAB III

13

Page 14: Propinsi Sumatera Barat

PENUTUP

Dari hasi kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Sumatera Barat, Tim memberikan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Secara umum kondisi stabilitas keamanan di wilayah Provinsi Sumatera Barat dalam keadaan aman dan terkendali. Dinamika kehidupan sosial politik masyarakat dalam menghadapi Pemilu 2009 berkembang cukup baik dan sangat kondusif. Tidak ada aktivitas yang diperkirakan dapat mengganggu proses penyelenggaraan Pemilu 2008.

2. Dari kesatuan TNI di Provinsi Sumbar, masih terjadi kelambatan dalam penerimaan dukungan Kaporlap. Untuk itu dalam rangka peningkatan profesionalisme dan kesiapan operasional prajurit TNI, maka perlu dilakukan peningkatan antara lain : intensitas latihan yang dilengkapi sarana latihan yang memadai serta ketersediaan amunisi, perlengkapan dan bekal pokok sesuai dengan standar yang berlaku.

3. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan prajurit, maka perlu adanya

peningkatan tunjangan kemahalan, sarana dan prasana pendukung, seperti air bersih, fasilitas kesehatan, dan sarana perumahan.

4. Khusus mengenai aset –aset tanah TNI yang belum memiliki sertifikat, maka perlu segera diselesaikan secepatnya untuk menghindari sengketa dan gejolak sosial dengan warga/masyarakat dikemudian hari.

5. Bandara Udara Tabing yang saat ini sudah tidak dipergunakan untuk kegiatan penerbangan sipil, sampai sekarang belum diserahkan kepada Lanud Padang. Hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan dan tidak terpeliharanya bangunan tersebut. Disamping itu agar Lanud Tabing dapat ditingkatkan typenya menjadi type “B”

6. Dibidang penyiaran, perlu terus dilakukan peningkatan sarana dan prasarana serta dukungan anggaran yang memadai, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dalam memberikan informasi. Frekuensi Radio dan TV merupakan ranah publik yang harus ditata dengan baik agar memberikan aksesibilitas bagi peningkatan PAD Prov. Sumbar dibidang jasa penyiaran dan penyelenggaraan penyiaran sebagaimana yang telah diatur dalam UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, khususnya pasal 33 ayat (7) tentang perizinan.

7. Dibidang telekomunikasi perlu terus diupayakan peningkatan sarana bagi daerah-daerah yang belum dapat terjangkau oleh fasilitas telekomunikasi, sedangkan untuk kegiatan pelayanan pos, dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, daerah layanan terpencil, pedalaman, terisolasi, dan perbatasan, maka perlu dilakukan peningkatan Insfrastructure dan sumber daya manusia serta sedapat mungkin mengurangi beban kerugian.

8. Khusus untuk pulau-pulau terdepan di wilayah Indonesia yang belum terdukung oleh sarana telekomunikasi, Komisi I DPR RI minta agar

14

Page 15: Propinsi Sumatera Barat

Pemerintah bersama-sama dengan industri telekomunikasi di Indonesia segera membangun fasilitas telekomunikasi di pulau-pulau terdepan, agar dapat memberikan kontribusi bagi pengamanan dan pengembangan pulau-pulau terdepan tersebut.

Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Sumatera Barat dalam Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2008 – 2009. Kami harapkan hasil kunjungan kerja tersebut dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan di wilayah Indonesia.

Jakarta, 29 Januari 2009

K E T U A, SEKRETARIS,

Ttd Ttd

THEO L. SAMBUAGA RK. SEMBIRING MELIALAA-525 A-407

.

15