program studi psikologi jurusan psikologi ...repository.usd.ac.id/32674/2/149114144_full.pdf17....
TRANSCRIPT
KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN PADA KARYAWAN
SWASTA YANG MEMILIKI ANAK USIA SEKOLAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Ardenta Monik Yustisia
149114144
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“AD MAIOREM DEI GLORIAM”
Kalau yang kamu lakukan adalah untuk Tuhan, maka berikanlah yang terbaik
dari dirimu.
“Be the BEST version of yourself”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus
Untuk Ayah, Ibu, Adek Kirana
Untuk semua orang yang ku sayangi dan menyayangi aku
Untuk para Ayah yang sedang berproses menghadapi masa pensiunnya
Semoga karya ini bisa bermanfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN PADA KARYAWAN SWASTA
YANG MEMILIKI ANAK USIA SEKOLAH
Studi Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Ardenta Monik Yutsisia
ABSTRAK
Setiap orang yang bekerja pada suatu instansi tentu akan memasuki masa pensiun ketika sudah
sampai pada batas usianya. Pensiun adalah masa dimana seseorang mampu memiliki lebih banyak
waktu luang untuk membangun relasi sosial ataupun melakukan kegiatan lain di luar rutinitasnya.
Walaupun demikian, masa pensiun seringkali dipandang sebagai masa yang mengancam karena
banyaknya perubahan yang akan terjadi, terutama dalam hal pendapatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan dinamika kecemasan dalam menghadapi masa pensiun yang dialami oleh
karyawan swasta yang memiliki anak usia sekolah. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara pada tiga informan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
Analisis Isi Kualitatif (AIK) induktif deskriptif. Uji kredibilitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah member checking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua informan mengalami
kecemasan, sedangkan satu informan lainnya tidak mengalami kecemasan. Gejala kecemasan
muncul pada gejala perilaku dan kognitif. Selain itu, munculnya kecemasan juga dipengaruhi oleh
kondisi keluarga, dukungan sosial, ataupun persiapan biaya yang sudah dilakukan.
Kata kunci: kecemasan, pensiun, karyawan swasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ANXIETY TOWARDS RETIREMENT ON MALE PRIVATE WORKERS
WHO HAVE A CHILD IN SCHOOL YEAR
A Study by A Psychology College Student
Sanata Dharma University
Ardenta Monik Yustisia
ABSTRACT
Every person who is working under an institution surely will face the retirement when they are
already on their age-limit. Retirement is time for people having more leisure time to build social
interaction or to do other activities beyond their routine before. Meanwhile, retirement is often
seen as a threatening moment because of changes in many things, mainly in change of income.
This study is aimed to describe the anxiety towards retirement on male private workers who have a
child in school year. Qualitative data collection was done with personal interview with three
participants. This study is using Content Analysis Qualitative inductive descriptive method. This
study used member checking for the credibility test. The results showed that two of three
participants feel anxious. Anxiety appears on behavioral and cognitive symptoms. Furthermore,
the anxiety comes because of the family conditions, social support, or expense preparation done
before.
Keywords: anxiety, retirement, private worker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat,
penyertaan, dan Roh Kudus yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kecemasan Menghadapi Pensiun pada
Karyawan Swasta yang Memiliki Anak Usia Sekolah. Penelitian ini penulis
ajukan pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi
sebagian dari syarat-syarat guna memperolah gelar Sarjana Psikologi.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah ikut membantu dan mendukung hingga selesainya skripsi
ini:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku dalam segala tugas
perutusan yang Ia berikan untukku agar aku jadi pribadi yang lebih
baik lagi.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi saya yang selalu siap sedia membantu saya dalam kesulitan
menuliskan ide. Terima kasih banyak Bu karena sudah mau sabar
menghadapi saya yang kadang rajin kadang malas, bahkan sampai
keasikan di panitia sampai lupa mengerjakkan skripsi selama kurang
lebih satu bulan. Terima kasih Bu atas waktu yang selalu disediakan
untuk kami mahasiswa bimbingan Ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.App., Ph. D., selaku Ketua Program
Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
5. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing saya selama menjalani perkuliahan ini.
6. Ibu Passchedona Henrietta PDADS, S.Psi., M.A., atau yang biasa saya
panggil Mba Etta, selaku Wakil Ketua Program Studi. Terima kasih
Mba atas sarannya dalam proses saya memilih dosen pembimbing
7. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. dan Bapak TM. Raditya
Hernawa, M.Psi., Psi., selaku dosen penguji dalam
mempertanggungjawabkan hasil penelitian saya, terima kasih Pak
8. Teruntuk semua dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma yang telah membantuku berproses menjadi individu
yang lebih baik lagi, ku ucapkan terima kasih banyak!
9. Ketiga informan saya. Terima kasih banyak karena sudah mau berbagi
pengalaman dengan saya, terima kasih atas kesabarannya dalam
menghadapi saya yang lama tidak menghubungi lalu tiba-tiba muncul.
Terima kasih atas semua wejangan yang sudah diberikan
10. Untuk Ayah dan Ibuk, dan bocah kecil yang sudah tidak kecil lagi!
Terima kasih karena selalu mengingatkan aku buat istirahat dan santai
ngerjain skripsinya tapi sekaligus terus tanya kapan kakak lulus.
Terima kasih untuk dukungan yang luar biasaaaaa!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
11. Devina Putri Mahadhika, Foury Deva Kurnia Sari, Dileona Hannah
Puteri, & Frederica Ayu Wulandari, as my 24/7! Terima kasih untuk
semua energi positifnya untuk mendukung aku menyelesaikan
skripsweet ini, dan terima kasih karena sudah selalu mau mendengar
sambatku. Zita Dhara Prasasta & Michael Adityo, temen
seperjapokkan yang tetap ku repotin sampai ngerjain skripsi, terima
kasih buat dukungan kalian!
12. Genk Njepat ku: Discha Amelia, Yuventa Indry Novitasari, Angela
Gita F. Pepantri, Ivena Karin, Deo Gracia Ukru, terima kasih sudah
mendukung. Clara Christania Agha Sariri, terima kasih udah mau ku
repotin dengan banyak pertanyaan. Maria Rias Kurniati, terima kasih
udah bantuin nyari informan, apalah skripsiku tanpa kamu. Erma
Nurani, terima kasih sudah mau berjuang nguali bareng, apalah aku
tanpa pendapat dan idemu. Terima kasih Genk buat dukungannya 4
tahun lebih bersama di kelas! Terima kasih karena udah mau jadi
tempat aku sambat, dan sudah mau berbagi ide!
13. Teruntuk Valentina Luckytaningsih, temen seperantauan dari mater
dei. Terima kasih karena sudah mengingatkan gue kalo skripsi itu
bukan lomba, jadi gak ada istilah siapa duluan siapa belakangan.
Semua lulus di waktu yang tepat.
14. Nak-anak kelas mandiri menghidupi, nak anak kelas E yang telah
menjadi semesta kecil selama empat tahun lebih berproses di Fakultas
Psikologi, Terima kasih!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
15. Dito’s Army, terima kasih semua teman seperbimbingan, Itak, Vanio,
terutama Sekar yang udah berjuang daftar bareng, dan yang lain-lain
yang udah mau brainstorming bareng. Terima kasih!
16. Tutor aksi 2018 yang udah memaklumi aku gak mau ikut main karena
mau nyekrip, MATUR NUWUN! Dan Anak Stenberg yang kalo di
kampus selalu nanya “kapan sidang?” ni aku lulus.
17. Untuk teman-teman DPMU 2016-2017 yang masih rajin kumpul buat
main 24 bikin panas otakku. Terima kasih sudah mau nurutin aku yang
sukanya ngajak kumpul karena aku penat sama skripsiku.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat membawa berkat dan
berkontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi. Penulis menyadari skripsi ini
memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran
yang dapat membuat skripsi ini menjadi karya yang lebih baik.
Yogyakarta, 8 Oktober 2018
Penulis
Ardenta Monik Yustisia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………............... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………. iii
HALAMAN MOTTO ……………………………………….................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………… vi
ABSTRAK ……………………………………………………………….. vii
ABSTRACT ……………………………………………………………… viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
…………………………...
ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. x
DAFTAR ISI …………………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………... xvi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xvii
BAB I—PENDAHULUAN
…………………………………………....
1
A. LATAR BELAKANG …………………………………………..... 1
B. PERTANYAAN PENELITIAN ……………………………….... 8
C. TUJUAN PENELITIAN ………………………………………… 8
D. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………. 9
BAB II—TINJAUAN PUSTAKA
………………………………….......
10
A. KECEMASAN ……………………………………………………. 10
1. Pengertian Kecemasan ………………………………………… 10
2. Karakteristik Kecemasan ……………………………………… 11
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan ……………...... 12
B. PENSIUN ………………………………………………………… 15
1. Pengertian Pensiun …………………………………………..... 15
2. Fase Menuju Masa Pensiun ……………………………………. 16
3. Penyesuaian Diri Menuju Masa Pensiun ……………………… 16
C. PENSIUN KARYAWAN SWASTA YANG
MEMILIKI ANAK USIA SEKOLAH
…………………...
18
1. Karyawan Swasta dengan Anak Usia Sekolah ……………....... 18
2. Dampak Pensiun pada Karyawan Swasta …………………...... 19
D. KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN …………………….. 20
E. KERANGKA BERPIKIR ………………………………………… 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB III—METODOLOGI PENELITIAN ………………………....... 25
A. FOKUS PENELITIAN ………………………………………....... 25
B. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN …………………………….. 25
C. INFORMAN PENELITIAN ……………………………………… 26
D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA …………………………. 27
E. ALAT PENGUMPULAN DATA ……………………………….. 27
F. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA …………………………. 30
G. METODE ANALISIS DATA …………………………………..... 30
H. KREDIBILITAS PENELITIAN …………………………………. 32
BAB IV—HASIL DAN PEMBAHASAN
………………………….....
33
A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN …………… 33
B. GAMBARAN INFORMAN ……………………………………… 35
1. Data Informan ………………………………………………… 35
2. Latar Belakang Informan ……………………………………… 36
C. HASIL PENELITIAN ……………………………………………. 40
1. Informan 1 ……………………………………………………... 41
2. Informan 2 ……………………………………………………... 46
3. Informan 3 ……………………………………………………... 52
D. PEMBAHASAN ………………………………………………….. 61
BAB V—KESIMPULAN DAN SARAN
………………………………
74
A. KESIMPULAN ………………………………………………….. 74
B. KONTRIBUSI PENELITIAN ……………………………………. 76
C. SARAN ………………………………………………………….. 78
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………….
79
LAMPIRAN
……………………………………………………………...
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara
Penggalian Informasi Gejala Kecemasan
………………………………..
28
Tabel 2. Pedoman Wawancara Penggalian Data Faktor-
faktor yang Memengaruhi Munculnya Kecemasan
……………….
29
Tabel 3. Pedoman Penilaian Jawaban …………………………………... 29
Tabel 4. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………….. 35
Tabel 5. Data Informan ………………………………………………… 35
Tabel 6. Ringkasan Hasil Kecenderungan Cemas ……………………… 59
Tabel 7. Ringkasan Hasil Kecenderungan Tidak Cemas ………………. 59
Tabel 8. Ringkasan Faktor-faktor yang Memengaruhi …………………. 60
Tabel Koding Informan 1 ……………………………………………….. xxii
Tabel Koding Informan 2 ……………………………………………….. xxiv
Tabel Koding Informan 3 ……………………………………………….. xxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Skema 1. Skema Kerangka Berpikir ……………………………………… 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan
bekerja. Bekerja tidak hanya membantu individu untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis, melainkan juga menjadi sarana bagi individu untuk mengaktualisasikan
dirinya. Dengan bekerja, individu bisa mendapat status dan identitas sosial.
Bekerja juga dapat membuat individu merasa bahwa dirinya berharga karena
mampu melakukan sesuatu. Pada usia produktif, individu dapat mencapai puncak
kariernya dalam bekerja (Hoyer & Roodin, 2003). Akan tetapi, tidak semua
pekerjaan memungkinkan individu untuk terus berada pada puncak kariernya.
Beberapa pekerjaan mengharuskan individu untuk berhenti bekerja pada batas
usia yang telah ditentukan. Masa di mana individu harus berhenti bekerja karena
keterbatasan usia disebut dengan masa pensiun (Mangkunegara, 2000).
Salah satu pekerjaan yang memiliki batas usia maksimal untuk seseorang
bekerja adalah karyawan pada suatu instansi, sehingga dalam hal ini wiraswasta
atau wirausaha tidak termasuk di dalamnya. Pada instansi negeri, batas usia
pensiun yaitu 60 tahun seperti pegawai negeri sipil. Di sisi lain, pada karyawan di
instansi swasta, batas usia untuk pensiun yaitu berada pada usia 55-56 tahun
(Mangkunegara, 2000). Pada instansi swasta, umumnya batas usia pensiun lebih
fleksibel dengan merujuk pada kondisi perusahaan atau Undang-undang (UU)
yang mengatur hak-hak pada masa pensiun (Praditya, 2015). Salah satu UU yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dirujuk untuk menentukan batas usia pensiun adalah UU No. 11 Tahun 1992
tentang Dana Pensiun. Dalam UU tersebut dikatakan bahwa hak atas manfaat
pensiun dengan catatan batas usia pensiun normal adalah 55 tahun dan batas usia
wajib maksimal 60 tahun. Rentang usia tersebut kemudian dianalogikan sebagai
batas usia pensiun bagi para karyawan dalam suatu instansi.
Salah satu peraturan yang dirujuk untuk menentukan batas usia pensiun
adalah Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Pensiun. Pada pasal 15 peraturan tersebut dikatakan bahwa
untuk pertama kali usia pensiun ditetapkan 56 tahun dan batas usia pensiun
maksimal 65 tahun (dalam hukumonline.com). Di samping itu, pada beberapa
instansi, karyawan juga dimungkinkan mengambil waktu pensiun lebih cepat atau
disebut dengan pensiun dini. Menurut survey LitBang Koran SINDO (2018),
alasan umum karyawan mengajukan pensiun dini karena kondisi kesehatan,
memiliki pekerjaan lain, stagnansi dalam pekerjaan, tidak cocok dengan
lingkungan kerja, dan pekerjaan terlalu berat. Selain itu, pensiun dini juga bisa
dikarenakan karyawan merasa kondisi keuangan keluarga sudah stabil, ingin lebih
banyak waktu dengan keluarga, dan menghindari stress.
Masa pensiun sebenarnya merupakan masa di mana individu memiliki
waktu senggang yang dapat digunakan untuk bersantai, serta membangun
kehidupan sosial. Pada masa pensiun, seseorang memiliki lebih banyak waktu
untuk membangun hubungan dengan keluarga besar, teman, ataupun mengasuh
cucu (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Sejalan dengan hal tersebut, Hornstein dan
Wapner (dalam Hoyer & Roodin, 2003) mengatakan bahwa terdapat penyesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menuju pensiun di mana individu memaknai pensiun sebagai awal yang baru.
Dengan model penyesuaian tersebut, individu menjadi lebih tertarik dengan
adanya kebebasan. Di sisi lain, masa pensiun seringkali dianggap sebagai masa
yang mengancam. Hal tersebut dikarenakan oleh masa pensiun yang dapat
menimbulkan perasaan tak berguna dan kehilangan identitas (Parkinson,
Rustomji, & Vieira, 1990). Selain itu, masa pensiun juga dimaknai sebagai
kehilangan aktivitas yang berharga, dimana bekerja merupakan sumber utama
identitas diri (Hoyer & Roodin, 2003). Hal tersebut kemudian dapat menimbulkan
perasaan khawatir dan takut akan menuju masa pensiun.
Perasaan khawatir menuju masa pensiun sering disebut sebagai kecemasan
menghadapi pensiun. Sebuah hasil survey yang telah dilakukan oleh Vanguard
Center di empat negara menunjukkan sebagian besar responden setuju bahwa
mereka akan merasa cemas ketika memikirkan keuangan setelah masa pensiun
nantinya (Madamba, Anna & Utkus, 2007). Dalam sebuah komunitas pensiunan
online (www.retirement-online.com), sebagian besar orang membagikan
pengalamannya merasa cemas dalam menuju masa pensiunnya. Beberapa orang di
antaranya merasa sangat takut dan merasakan keluhan fisik yang sebelumnya
tidak dirasakan.
Secara umum, kecemasan menghadapi pensiun diartikan sebagai keadaan
khawatir akan terjadinya masa kehilangan pekerjaan karena batas usia yang
ditentukan (Kartono, 2000; Mangkunegara, 2000; Nevid, 2003; Parkinson,
Rustomji, & Vieira, 1990). Munculnya kecemasan biasanya ditandai dengan
adanya perasaan takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mudah tersinggung, atau perilaku menghindar. Kecemasan sebenarnya merupakan
kondisi psikologis yang umum terjadi. Akan tetapi, dalam tingkat yang
berlebihan, maka kecemasan yang terjadi dianggap tidak wajar. Transisi menuju
masa pensiun juga dapat menimbulkan suatu gangguan pada dimensi sosial dan
psikologis, salah satunya yaitu kecemasan (Parkinson, Rustomji, Vieira, 1990).
Munculnya kecemasan dapat memengaruhi beberapa hal dalam kehidupan atau
bahkan mengganggu bagi seseorang. Kecemasan dalam menghadapi pensiun
dapat memengaruhi semangat kerja pada pekerja. Dengan adanya perasaan cemas,
semangat kerja pada pekerja dapat menurun (Yuliarti & Mulyana, 2014).
Semangat kerja ini pun dapat memengaruhi berbagai aspek, seperti performa kerja
dan kepuasan dalam bekerja.
Kecemasan dalam menghadapi pensiun juga dapat memengaruhi
pengambilan keputusan seseorang untuk pensiun (Macewen, Barling, Kelloway,
& Higginbottom, 1995). Tingkat kecemasan yang dialami dapat memengaruhi
cepat lambatnya seseorang untuk pensiun. Di Indonesia sendiri, berhenti bekerja
sebelum pada batas usianya disebut sebagai pensiun dini. Tingkat kecemasan
dalam menghadapi masa pensiun juga dapat memengaruhi pilihan pekerjaan yang
dilakukan ketika sudah memasuki masa pensiun (Marriapandar, 2013). Pekerja
dapat memilih akan bekerja penuh atau bekerja paruh waktu setelah memasuki
masa pensiun.
Kecemasan menghadapi pensiun dapat muncul karena adanya pengaruh
baik dari dalam diri sendiri ataupun dari luar diri. Salah satu faktor munculnya
kecemasan dari dalam diri sendiri yaitu self-efficacy (Christian & Moningka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2012). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang, maka kemungkinan terhadap
munculnya kecemasan menjelang masa pensiun akan berkurang. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Arogundade (2016), hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional dan self-efficacy dapat memengaruhi tingkat kecemasan
menghadapi pensiun secara signifikan. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
kecerdasan emosi dan kecemasan menuju masa pensiun memiliki korelasi yang
negatif (Nuraini, 2013). Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki
seseorang, maka kemampuan untuk mengendalikan emosi yang muncul pun akan
lebih baik. Pengendalian emosi yang baik kemudian dapat menurunkan tingkat
kecemasan yang muncul menjelang masa pensiun.
Munculnya kecemasan dalam menghadapi masa pensiun juga dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar individu, seperti ketidakpastian
pendapatan dan tuntutan sosial sebagai seorang individu. Pendapatan ketika
memasuki masa pensiun akan berkurang seiring dengan tidak lagi seseorang
melanjutkan pekerjaannya (Baba, Garba, & Zakariyah, 2015). Hal ini
dimungkinkan terjadi pada seorang karyawan yang memiliki anak usia sekolah
karena karyawan merasa cemas akan biaya pendidikan anak. Seorang karyawan
yang memiliki anak usia sekolah adalah seorang kepala keluarga dan seorang ayah
yang bertanggung jawab mencari nafkah untuk pemenuhan kebutuhan papan,
sandang, dan pangan. Hal ini dipengaruhi oleh cara pandang patriarki yang
beranggapan bahwa laki-laki adalah kepala rumah tangga, pencari nafkah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
terlihat dalam pekerjaan produktif di luar rumah, ataupun sebagai penerus
keturunan (Sihite, 2007).
Kecemasan menghadapi pensiun merupakan masalah yang sering
dijadikan sebagai suatu variabel penelitian, baik di Indonesia ataupun di negara
lain. Hal ini dikarenakan oleh anggapan bahwa kecemasan merupakan hal yang
sering terjadi, salah satunya ketika menghadapi pensiun. Penelitian-penelitian
sebelumnya lebih banyak melihat kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai
negeri sipil, pegawai perusahaan, dan pekerja sosial. Selain itu, banyak penelitian
yang dilakukan menggunakan alat ukur berupa skala adaptasi dari tahun yang
sudah cukup lama. Salah satu penelitian tentang kecemasan menghadapi pensiun
menggunakan skala yang diadaptasi dari skala yang dibuat tahun 1980 (Christian
& Moningka, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Marriapandar (2013),
peneliti tidak fokus pada melihat kecemasan menghadapi pensiun yang dialami
pegawai. Peneliti cenderung fokus pada variabel-variabel yang dapat menjadi
prediktor munculnya kecemasan dalam menghadapi pensiun.
Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti ingin melihat kecemasan
menghadapi pensiun pada karyawan swasta Peneliti melihat bahwa belum banyak
penelitian yang melihat dari sisi para karyawan swasta, padahal pada
kenyataannya para karyawan swasta juga memiliki batas usia maksimal untuk
kemudian memasuki masa pensiun. Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus
pada karyawan yang pensiun karena telah mencapai batas usia maksimal untuk
bekerja, bukan karena pensiun dini. Hasil survey pribadi yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa instansi swasta umumnya menetapkan usia pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang berada pada rentang 55-60 tahun. Selain itu, 9 dari 17 responden
mengatakan instansi swasta tidak memberikan tunjangan selama masa pensiun
(Yustisia, 2017).
Pada penelitian yang sudah dilakukan di negara lain, terdapat kecemasan
menghadapi pensiun pada guru sekolah menengah. Sejauh peneliti ketahui, belum
ditemukan adanya penelitian yang membahas tentang kecemasan menghadapi
pensiun pada karyawan swasta yang masih memiliki anak usia sekolah. Pada
kenyataannya, karyawan yang juga berperan sebagai ayah memiliki tuntutan
sosial untuk tetap membiayai pendidikan anak. Selain itu, tidak semua instansi
swasta di Indonesia memberikan uang pensiun secara rutin setelah karyawan
memasuki masa pensiunnya. Walaupun demikian, pemerintah merencanakan
bahwa karyawan swasta dapat menerima dana pensiun apabila sudah bekerja lebih
dari 15 tahun (Deil, 2015). Penelitian yang akan dilakukan ini, akan melihat
secara lebih spesifik kecemasan menghadapi pensiun pada karyawan swasta yang
tentu memiliki kondisi yang berbeda antara di Indonesia dengan negara lain.
Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana kecemasan yang muncul
pada karyawan akibat adanya tuntutan untuk dapat menafkahi keluarga dalam
perannya sebagai seorang ayah.
Fenomena kecemasan menghadapi masa pensiun tentu sangat berkaitan
erat dengan ilmu psikologi. Ilmu psikologi tentu dapat diaplikasikan untuk
menanggapi fenomena ini. Akan tetapi, sebelum mengaplikasikan ilmu psikologi,
tentulah harus diketahui terlebih dahulu bagaimana kecemasan seorang karyawan
yang akan memasuki masa pensiun. Selanjutnya, ilmu psikologi dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
untuk membantu para karyawan agar dapat menanggulangi kecemasannya
sehingga tidak menimbulkan perasaan tertekan yang berlebihan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi kecemasan kayawan swasta dalam menghadapi
masa pensiunnya, baik untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan gejala-gejala
kecemasan yang dialami. Dengan mengetahui dinamika psikologis para karyawan
yang akan memasuki masa pensiun, diharapkan diketahui tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk menanggapi fenomena ini, sehingga tepat guna dan tepat sasaran.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana gambaran kecemasan pada karyawan swasta yang memiliki
anak usia sekolah dalam menghadapi masa pensiun?
2. Apa saja yang memengaruhi munculnya kecemasan dalam menghadapi
masa pensiun pada karyawan swasta yang memiliki anak usia sekolah?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kecemasan pada
karyawan swasta yang memiliki anak usia sekolah dalam menghadapi masa
pensiunnya, serta faktor-faktor yang memengaruhi munculnya kecemasan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu psikologi di bidang klinis dan industri organisasi.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran fakta adanya
kecemasan pada karyawan dalam menghadapi masa pensiunnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para calon pensiunan untuk
menyadari kondisi kecemasan yang muncul ketika menghadapi masa
pensiun. Dengan demikian, karyawan dapat melakukan tindakan yang
tepat untuk menangani kecemasan tersebut sehingga tidak muncul
kecemasan yang berlebihan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memperluas pengetahuan tentang kecemasan bagi para keluarga karyawan
swasta sehingga keluarga dapat memberikan dukungan bagi karyawan
dalam menghadapi masa pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECEMASAN
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan yang wajar terjadi karena adanya sinyal
yang dianggap mengancam. Kecemasan adalah respon yang tepat bagi suatu
ancaman, namun menjadi tidak wajar ketika kecemasan muncul dalam tingkat
yang tidak sesuai dan muncul tanpa adanya alasan yang jelas. Salah satu tokoh
yang membahas tentang kecemasan adalah Freud dengan perspektif psikoanalitik.
Dalam teori psikoanalis, Freud mengemukakan bahwa kecemasan merupakan
suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan dimana kehadirannya disertai
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan datangnya bahaya (dalam
Semiun, 2010). Menurut Nevid (2003), kecemasan adalah keadaan khawatir akan
terjadinya sesuatu yang buruk. Sejalan dengan Nevid, menurut Kartono (2000)
kecemasan adalah gangguan perasaan seperti perasaan gelisah dan khawatir akan
suatu hal yang tidak menyenangkan dan tidak jelas. Gangguan tersebut dapat
menjadi suatu ancaman bagi seseorang terhadap gambaran masa depannya.
Dalam psikodinamika, kecemasan dilihat sebagai suatu sinyal bahaya karena
adanya impuls-impuls yang mengancam yang sifatnya seksual atau agresif akan
mendekat ke taraf kesadaran. Perspektif psikodinamika beranggapan bahwa ego
akan berusaha untuk menghalau impuls-impuls tersebut dengan memobilisasi
mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan sendiri memiliki banyak bentuk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
antara lain proyeksi, pengalihan, introyeksi, atau penolakan. Hipotesis yang
muncul tentang gangguan kecemasan melalui perspektif psikodinamika yaitu
bahwa konflik-konlifk yang tidak disadari akan tetap tersembunyi, sedangkan
kecemasan dapat sampai pada tingkat kesadaran. Hal tersebut membuat individu
seringkali tidak mampu mengungkapkan alasan di balik kecemasannya (Nevid,
2003).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
merupakan kondisi tidak menyenangkan yang timbul karena khawatir akan terjadi
sesuatu yang buruk. Kondisi tersebut dapat muncul dalam bentuk emosi, kognitif,
dan fisik, dimana alasan munculnya kondisi tersebut tidak memiliki sebab khusus
yang jelas.
2. Karakteristik Kecemasan
Kecemasan dicirikan dengan adanya keterangsangan fisiologis, perasaan
tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi. Munculnya suatu kecemasan umumnya ditandai dengan ciri-
ciri tertentu yang dialami oleh individu. Secara umum, gejala kecemasan dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu ciri fisik, ciri perilaku, dan ciri kognitif.
2.1 Gejala Fisik
Secara fisik, gejala kecemasan yang umum terjadi adalah kegelisahan,
kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang lain bergetar, sulit berbicara, sulit
bernafas, jantung berdetak kencang atau keras, dan jari-jari atau anggota tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang lain merasa dingin. Selain itu, gejala yang juga sering muncul adalah merasa
lemas dan mudah marah, merasa mual atau sakit perut, serta diare.
2.2 Gejala perilaku
Ciri-ciri perilaku yang muncul akibat kecemasan yaitu adanya perilaku
menghindar, bergantung pada orang lain, atau bahkan menjadi sensitif dan mudah
marah.
2.3 Gejala Kognitif
Kecemasan juga ditandai dengan adanya ciri-ciri kognitif, antara lain
khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan sesuatu yang akan terjadi di
masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, serta merasa akan
kehilangan kendali atas hidupnya. Selain itu, ciri-ciri lain yang juga muncul
adalah pikiran akan segera datangnya kematian, khawatir akan ditinggal sendiri,
khawatir tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah, serta sulit
untuk berkonsentrasi.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecemasan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal yang dapat menjadi sumber
kecemasan, antara lain keadaan kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, dan lain-lain.
Dalam Nevid (2003), salah satu faktor yang dapat memengaruhi munculnya
kecemasan adalah faktor kognitif, yang kemudian terdiri dari prediksi berlebihan
terhadap rasa takut, keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebihan terhadap
ancaman, sensitivitas kecemasan, salah dalam mengatribusikan sinyal-sinyal
tubuh, dan self-efficacy yang rendah. Faktor-faktor kognitif menitikberatkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
peran dari cara pikir yang terdistorsi dan disfungsional yang memegang peran
pada pengembangan munculnya kecemasan.
3.1 Prediksi Berlebihan terhadap Rasa Takut
Munculnya kecemasan seringkali dipengaruhi oleh adanya prediksi
ketakutan yang berlebihan terhadap suatu kejadian (Rachmat, dalam Nevid,
2003). Prediksi akan ketakutan yang berlebihan kemudian dapat memunculkan
perilaku menghindar dari kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan.
Akan tetapi, pemaparan berulang kejadian yang menimbulkan kecemasan juga
dapat mengurangi prediksi akan ketakutan tersebut. Oleh karena itu, prediksi yang
tadinya berlebihan menjadi lebih akurat, sehingga dapat mengurangi adanya
respon penghindaran.
3.2 Keyakinan yang Irasional
Kecemasan juga dapat meningkat karena keyakinan yang melemahkan diri
sendiri dan pikiran irasional. Pemikiran dan keyakinan tersebut kemudian dapat
memperbesar aversivitas stimuli, mendorong perilaku menghindar, dan
menurunnya keyakinan pada diri sendiri bahwa dirinya mampu mengatasi situasi
tersebut.
3.3 Sensitivitas terhadap Ancaman
Kecemasan juga dapat menjadi semakin besar ketika sensitivitas terhadap
ancaman terlalu besar. Sensitivitas yang berlebihan ini dapat memunculkan
ketakutan atau kekhawatiran pada situasi yang sebenarnya dianggap aman. Di
samping sensitivitas tehadap ancaman, sensitivitas terhadap kecemasan itu sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dapat berpengaruh pada munculnya kecemasan. Sensitivitas kecemasan
merupakan suatu ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkait
dengan kecemasan (Nevid, 2003). Orang-orang dengan taraf sensitivitas yang
tinggi memiliki ketakutan terhadap ketakutan mereka sendiri. Orang-orang
tersebut berpikir bahwa keterangsangan akibat situasi yang mengancam dapat
membuat kondisi tidak terkendali, serta memunculkan kondisi yang merugikan.
Ketika seseorang salah dalam mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh, munculnya
kecemasan juga dapat meningkat. Kesalahan tersebut dapat menyebabkan
munculnya simtom-simtom kecemasan yang lainnya.
3.4 Self-efficacy
Kecemasan juga dapat lebih mudah muncul karena dipengaruhi oleh self-
efficacy yang rendah. Individu dengan self-efficacy yang rendah akan cenderung
lebih mudah merasa cemas dibandingkan dengan individu yang merasa mampu
mengatasi suatu situasi yang menekan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Christian dan Moningka (2012), juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
self-efficacy seseorang, maka kemungkinan akan munculnya kecemasan
menghadapi masa pensiun akan berkurang.
3.5 Religiusitas
Usia menuju pensiun merupakan bagian dari masa dewasa akhir. Pada masa
dewasa akhir, agama memegang peranan penting dalam perkembangan diri
seseorang. Agama dapat membuat seseorang mencapai kesinambungan dan juga
stabilitas sebagai seorang individu yang akan terlepas dari peran keterlibatan
dalam institusi, seperti pensiun, penurunan kondisi kesehatan, dan alasan lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(Levin, Markides, & Ray, 1996; dalam Hoyer 2003). Ketaatan seseorang dalam
menjalankan keyakinan dan agamanya cenderung mengarah pada religiusitas.
Seseorang cenderung mulai mengembangkan sisi religiusitas dalam dirinya untuk
mengatasi berbagai kekhawatiran yang dihadapi menuju masa tuanya. Selain itu,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitorus & Ramdhani (2014) menunjukkan
bahwa religiusitas dapat menurunkan tingkat kecemasan yang muncul dalam
menghadapi masa pensiunnya.
B. PENSIUN
1. Pengertian Pensiun
Pensiun sendiri, menurut Parkinson, Rustomji, dan Vieira (1990),
merupakan masa dimana individu tidak lagi bekerja secara formal pada suatu
perusahaan badan komersial yang terorganisasi atau dalam pemerintahan karena
sudah mencapai batas usia maksimum yang ditetapkan. Mangkunegara (2000)
menyatakan bahwa pensiun adalah pemberhentian dengan hormat oleh pihak
perusahaan terhadap pegawai yang usianya telah lanjut atau dianggap sudah tidak
produktif atau telah berusia 56 tahun, kecuali tenaga pengajar dan instuktur yang
batas usia kerjanya mencapai 65 tahun.
Berdasarkan penjabaran definisi di atas, pensiun dapat diartikan sebagai
masa dimana individu sudah berhenti bekerja pada suatu instansi karena adanya
batas usia tertentu yang telah ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Fase Menuju Masa Pensiun
Atchley (dalam Hoyer & Roodin, 2003), mengatakan bahwa ada dua fase
yang dilewati oleh individu ketika akan memasuki masa pensiun. Fase yang
pertama adalah remote phase. Pada fase ini, individu tidak banyak melakukan
kegiatan untuk mempersiapkan diri memasuki masa pensiun. Di samping itu, pada
fase ini individu umumnya menolak bahwa mereka akan segera berhenti bekerja.
Fase yang kedua adalah near phase, dimana individu mulai mengikuti program
persiapan pensiun. Program pensiun yang ada umumnya adalah program dengan
tujuan menarik perhatian para calon pensiunan untuk memiliki tingkat pendapatan
yang tinggi ketika pensiun. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mengajak
para calon pensiunan agar terlibat dalam lebih banyak kegiatan ketika sudah
memasuki masa pensiun nantinya. Dengan mengikuti program persiapan pensiun,
individu dapat mendiskusikan bersama permasalahan-permasalahan yang
seringkali muncul ketika masa pensiun tiba. Menurut Tarigan (2009), masa kritis
terjadi pada 1 tahun sebelum memasuki masa pensiun.
3. Penyesuaian Diri Menuju Masa Pensiun
Datangnya masa pensiun dapat memengaruhi adanya perubahan pada citra
diri seseorang (Parkinson, Rustomji, Vieira, 1990). Pensiun dapat memunculkan
perasaan tidak berguna dan perasaan kehilangan identitas dirinya. Permasalahan
krisis identitas menjadi hal yang sering terjadi ketika menghadapi pensiun. Selain
itu, permasalahan krisis identitas yang terjadi pada pensiunan hanya dapat
diselesaikan oleh individu itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dalam mempersiapkan diri memasuki masa pensiun, setiap orang memiliki
cara penyesuaiannya masing-masing. Hornstein dan Wapner (dalam Hoyer, 2003),
memaparkan bahwa terdapat empat macam model penyesuaian memasuki masa
pensiun, yaitu:
3.1 Model yang pertama adalah transisi menuju masa tua.
Pada model ini, seseorang memaknai pensiun sebagai akhir dari masa kerja,
waktu untuk menjadi lebih tenang, dan awal menuju masa terakhir dalam hidup
yaitu masa tua. Dengan pemaknaan ini, maka emosi yang akan dominan muncul
dari emosi ini adalah introspeksi diri dan refleksi.
3.2 Model yang kedua adalah awal yang baru.
Pada model ini seseorang memaknai masa pensiun sebagai permulaan yang
baru dari sebuah fase hidup. Model penyesuaian ini juga memunculkan
pemaknaan bahwa seseorang akan memasuki masa dimana hidup untuk kebutuhan
diri sendiri bukan orang lain. Pada model ini, terdapat rasa ketertarikan dan
antusiasme akan kebebasan.
3.3 Model yang ketiga adalah keberlanjutan.
Pada model ini, pensiun dimaknai tanpa adanya signifikansi tertentu dan
kehidupan harus berlanjut dengan dasar masa lalu.
3.4 Model yang terakhir adalah model yang menimbulkan gangguan.
Dengan model penyesuaian ini, masa transisi menuju pensiun dapat
memunculkan beberapa gangguan antara lain depresi, kemarahan, dan merasa
tidak berdaya. Hal ini disebabkan oleh pensiun yang dimaknai sebagai adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kehilangan aktivitas yang berharga, periode frustasi, dan kurangnya fokus. Selain
itu, orang yang menyesuaikan diri dengan model ini beranggapan bahwa
pekerjaan adalah kegiatan yang menjadi sumber utama identitas diri.
C. PENSIUN KARYAWAN SWASTA YANG MEMILIKI ANAK USIA
SEKOLAH
1. Karyawan Swasta dengan Anak Usia Sekolah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karyawan dapat diartikan sebagai
seseorang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor atau perusahaan) dengan
mendapatkan gaji. Karyawan swasta merupakan karyawan yang bekerja di
instansi non milik pemerintah. Kata karyawan merujuk pada pekerja laki-laki. Di
Indonesia, usia pensiun yang ditetapkan untuk perusahaan swasta umumnya
berada pada rentang 55-60 tahun (Mangkunegara, 2000). Menurut Tarigan (2009),
masa kritis terjadi pada 1 tahun sebelum memasuki masa pensiun. Oleh karena itu,
karyawan swasta yang akan segera memasuki masa pensiun adalah karyawan
yang berusia 53-59 tahun.
Seorang karyawan yang telah memiliki anak merupakan seorang ayah dalam
keluarga. Dalam ideologi patriarki, laki-laki merupakan kepala rumah tangga
pencari nafkah yang terlihat dalam pekerjaan produktif di luar rumah maupun
sebagai penurus keturunan (Sihite, 2007). Hal tersebut menjadi sebuah tuntutan
bagi seorang laki-laki untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Salah
satu kebutuhan keluarga adalah biaya pendidikan anak. Anak dengan usia sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
adalah anak yang berada di tingkat SD, SMP, SMA, ataupun kuliah; dengan
rentang usia 6-22 tahun.
2. Dampak Pensiun pada Karyawan Swasta
Hasil survey menunjukkan bahwa karyawan swasta tidak mendapatkan
tunjangan selama masa pensiunnya (Yustisia, 2017). Hal tersebut menunjukkan
adanya ketidakpastian pendapatan pada karyawan setelah memasuki masa
pensiun. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ketidakpastian pendapatan
tersebut memunculkan adanya kecemasan menghadapi masa pensiun (Baba,
Garba, Zakariyah, 2015).
Kecemasan menghadapi pensiun dapat diartikan sebagai perasaan khawatir
akan datangnya suatu masa yang tidak menyenangkan yaitu masa pensiun
(Mangkunegara, 2000; Nevid, 2003; Parkinson, Rustomji, & Vieira 1990).
Pensiun dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan setelah akhir dari
masa bekerja. Oleh karena itu, pensiun dapat menjadi salah satu sumber
kecemasan bagi pekerja. Akan tetapi, reaksi cemas yang muncul pada setiap
individu pun berbeda-beda tergantung pada sensitivitas individu terhadap pensiun
sebagai stressor (Nevid, 2003). Pada karyawan swasta, kecemasan dapat semakin
mungkin untuk timbul karena tidak adanya tunjangan selama masa pensiun. Salah
satu faktor yang memunculkan perasaan cemas ketika memasuki masa pensiun
adalah ketidakpastian akan pendapatan selama masa pensiun (Baba, Garba, dan
Zakariyah, 2015). Di samping itu, karyawan laki-laki dianggap lebih sulit dalam
menyesuaikan diri menjelang masa pensiunnya. Karyawan laki-laki yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menikah dan memiliki anak, akan mengalami banyak perubahan peran ketika
masa pensiunnya tiba. Perkins (dalam Hoyer & Roodin, 2003) mengatakan bahwa
wanita memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih baik dalam memasuki
masa pensiun dibandingkan dengan laki-laki.
D. Kecemasan Menghadapi Pensiun
Berdasarkan pemaparan teori tentang kecemasan dan pensiun, peneliti
menyimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun sebagai perasaan
khawatir yang muncul menuju masa pensiun yang dikarenakan oleh pandangan
yang buruk tentang pensiun. Pandangan buruk tentang pensiun umumnya muncul
karena anggapan bahwa pensiun merupakan masa kehilangan kegiatan. Menurut
Parkinson, Rustomji, dan Vieira. (1990), pensiun dapat memunculkan perasaan
tidak berguna dan perasaan kehilangan identitas dirinya. Helmi (2000), kehilangan
kegiatan rutin setelah pensiun dapat membuat individu merasa bingung tentang
kegiatan yang harus mereka kerjakan selanjutnya. Perubahan tersebut dapat
memunculkan perasaan tidak nyaman menuju masa pensiun.
Munculnya kecemasan menghadapi pensiun dapat ditandai dengan adanya
gangguan fisik baik dalam melakukan pekerjaan atau melakukan kegiatan lain.
Selain itu, kecemasan menghadapi pensiun dapat ditandai dengan perilaku yang
mengganggu individu dalam beraktivitas, seperti mudah marah, menghindari
orang lain, atau cenderung bergantung pada orang lain. Kecemasan menghadapi
pensiun juga dapat ditandai dengan munculnya pemikiran bahwa pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
merupakan suatu stimulus yang mengancam dan munculnya perasaan khawatir
akan datangnya masa pensiun.
E. Kerangka Berpikir
Setiap individu yang bekerja tentu akan memasuki batas usia tertentu
untuk memasuki masa pensiun. Pada masa pensiun, seseorang akan berhenti
bekerja dari suatu instansi tertentu. Oleh karena itu, individu dapat memiliki lebih
banyak waktu luang dalam hidupnya. Waktu yang selama ini digunakan untuk
bekerja, dapat digunakan untuk beraktifitas dalam bidang yang lain. Walaupun
demikian, persepsi terhadap masa pensiun dimaknai berbeda-beda oleh setiap
individu.
Pemaknaan terhadap masa pensiun dapat memengaruhi kondisi psikologis
pada diri seseorang. Pada individu yang menganggap bahwa pensiun merupakan
masa peralihan menuju masa tua, individu akan melihat pensiun sebagai waktu
untuk menjadi lebih tenang karena berkurangnya beban kerja (Papalia, Old, &
Feldman, 2008; dan Hoyer & Roodin, 2003). Pada kenyataannya, transisi menuju
masa pensiun seringkali menimbulkan suatu gangguan dalam dimensi sosial dan
psikologis (Parkinson, Rustomji, Vieira, 1990).
Salah satu bentuk gangguan psikologis adalah kecemasan ketika
menghadapi masa pensiun. Kecemasan merupakan kondisi psikologis yang
seringkali muncul karena kekhawatiran akan terjadinya sesuatu yang buruk
(Nevid, 2003). Dalam menghadapi masa pensiun, individu seringkali tidak
mengetahui hidup yang akan dijalani ke depannya setelah tidak bekerja lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Adanya ketidaktahuan tersebut dapat memunculkan prediksi ataupun keyakinan
bahwa akan terjadi hal yang buruk di masa depan. Selain itu, munculnya
kecemasan tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat keyakinan diri yang dialami
oleh seseorang.
Kecerdasan emosional pun dapat berperan dalam memengaruhi munculnya
kondisi kecemasan (Arogundade, 2016). Kondisi fisik menjelang masa pensiun
pun ikut memengaruhi kondisi psikologis seseorang. Kondisi fisik akan mulai
menurun seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi fisik yang menurun
membuat individu mulai berpikir untuk menghindari pekerjaan-pekerjaan yang
menguras tenaga dan pikiran. Selain itu, menjelang masa pensiun, individu juga
merasa pencapaian dalam karier buka lagi menjadi hal utama. Hal itu dikarenakan
oleh adanya pemikiran bahwa dalam waktu dekat, individu jelas akan berhenti
bekerja. Pensiun juga dapat memengaruhi perubahan citra diri dan perubahan
identitas individu karena hilangnya aktivitas rutin. Selain itu, pada masa pensiun
individu juga mengalami adanya perubahan tingkat pendapatan yang kemudian
dapat memunculkan perasaan cemas.
Pada karyawan laki-laki, individu memiliki peran sebagai kepala keluarga
dan pencari nafkah bagi keluarganya. Datangnya masa pensiun membuat seorang
ayah mengalami beberapa perubahan dalam hidupnya, namun dirinya tetap
memiliki tanggung jawab untuk membiayai hidup keluarganya. Hal tersebut juga
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Lestari (2015),
bahwa sumber utama keuangan keluarga diperoleh dari suami. Artinya, seorang
suami memiliki tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sebagian besar karyawan swasta tidak menerima tunjangan selama masa pensiun
yang dapat membantu kebutuhan finansial keluarga (Yustisia, 2017). Perubahan-
perubahan tersebut kemudian dapat menimbulkan perasaan cemas pada seorang
ayah.
Adanya perubahan pada kondisi fisik dan pendapatan dalam bekerja dapat
memengaruhi kondisi psikologis individu. Kondisi fisik yang menurun membuat
individu tidak dapat beraktifitas selayaknya pada usia-usia produktif. Selain itu,
pendapatan yang menurun juga dapat memunculkan pemikiran bahwa individu
tidak mampu lagi untuk memenuhi tuntutan sosial untuk mencari nafkah.
Pemikiran tersebut dapat berdampak pada munculnya kekhawatiran akan hidup
keluarganya kelak. Di samping itu, kekhawatiran akan masa depan juga dapat
membuat individu menjadi lebih sensitif akan adanya perubahan-perubahan dalam
hidupnya saat ini. Jika keadaan-keadaan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang
tidak menyenangkan, maka individu akan merasa cemas menjelang terjadinya
keadaan tersebut. Selain itu, ketika individu merasa tidak mampu mengatasi hal
tersebut maka individu dapat merasa cemas.
Mengacu pada hasil penelitian dan teori yang telah dikemukakan, peneliti
ingin melihat bagaimana dinamika kecemasan seorang karyawan swasta yang
memiliki anak dengan usia sekolah mengalami beban yang lebih berat menjelang
masa pensiun. Hal tersebut dikarenakan oleh ketakutan akan adanya penurunan
pendapatan, yang mengakibatkan individu tidak mampu memenuhi kewajibannya
untuk membiayai pendidikan anak. Dalam hal ini, perasaan takut akan sesuatu hal
yang belum terjadi, penurunan pendapatan, diasumsikan sebagai kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Timbulnya perasaan cemas tersebut juga dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, salah satunya penyesuaian diri individu menjelang masa pensiun.
Skema 1.
Skema Kerangka Berpikir.
KEHIDUPAN BEKERJA
(mampu memenuhi kebutuhan dengan pendapatan yang ada)
PENSIUN
(Perubahan peran namun tetap dengan
tanggung jawab yang sama)
Faktor dari dalam diri:
Self-efficacy
Kecerdasan Emosional
Faktor dari luar diri:
Ketidakpastian pendapatan
Tuntutan sosial
Pensiun dianggap sebagai masa yang tidak menyenangkan
Mengalami kecemasan.
Gejala fisik
Gejala perilaku
Gejala Kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada eksplorasi dinamika kecemasan yang muncul
pada karyawan swasta menjelang masa pensiun. Kecemasan yang muncul akan
ditinjau dari faktor-faktor yang memengaruhi dan gejala kecemasan yang muncul
menuju masa pensiun.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika kecemasan
menghadapi pensiun yang dialami oleh karyawan swasta yang memiliki anak usia
sekolah. Penggalian data yang mendalam diperlukan untuk mendapatkan
informasi terkait pengalaman karyawan swasta secara lengkap dan menyeluruh.
Oleh karena itu, jenis penelitian yang paling tepat untuk digunakan adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menggali data dari
sebuah fenomena yang dialami langsung oleh informan (Creswell, 2014).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial
(Gunawan, 2013). Dengan menggunakan penelitian kualitatif, diharapkan peneliti
mampu memperoleh informasi terkait faktor-faktor yang menyebabkan muncul
atau tidaknya kecemasan dan dinamika kecemasan itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain analisis isi kualitatif,
yang selanjutnya disebut AIK. AIK adalah metode penelitian untuk menafsirkan
secara subjektif isi data berupa teks melalui proses klasifikasi sistematis berupa
pengodean dan pengidentifikasian berbagai macam tema atau pola (Hsieh &
Shannon, dalam Supratiknya, 2014). Dengan menggunakan AIK, data yang
terkumpul akan diklasifikan dalam beberapa kategori yang memiliki keserupaan
makna (Elo & Kyngas, dalam Supratiknya, 2014). Pengklasifikasian dilakukan
untuk mendapatkan deskripsi yang padat dan kaya dari sebuah fenomena yang
diteliti.
C. Informan Penelitian
Informan dari penelitian ini adalah karyawan swasta dengan rentang usia
53-58 tahun. Karyawan swasta yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
laki-laki yang bekerja pada suatu instansi swasta. Peneliti menetapkan batasan
usia tersebut sesuai dengan masa yang dianggap kritis menjelang masa pensiun.
Menurut Tarigan (2009), masa kritis terjadi pada 1 tahun sebelum memasuki masa
pensiun. Selain itu, peneliti juga membutuhkan informan dengan usia tersebut,
memiliki anak usia sekolah, dan sedang menghadapi masa pensiun. Peneliti juga
dapat menggali informasi dari informan yang telah mengikuti program persiapan
pensiun. Dalam Hoyer dan Roodin (2003) dikatakan bahwa salah satu fase
menuju masa pensiun adalah near phase, dimana individu mulai mengikuti
program persiapan pensiun. Artinya, individu yang telah mengikuti program
persiapan pensiun adalah individu yang telah mendekati masa pensiun. Peneliti
mencari informan dengan menyebarkan pengumuman melalui social media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Peneliti menyebarkan pengumuman yang berisi informasi bahwa peneliti
membutuhkan informan dengan kriteria tertentu. Peneliti meminta bantuan kepada
teman yang memiliki kenalan atau kerabat yang sesuai dengan kriteria tersebut
dan bersedia untuk berbagi pengalamannya bersama peneliti. Peneliti pun
mendapatkan informan yang merupakan saudara dari teman peneliti. Selain itu,
peneliti juga mendapatkan informan yang merupakan teman dari ayah peneliti.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengumpulkan data
langsung dari informan. Dalam Moleong (2009), terdapat beberapa jenis
wawancara, antara lain wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Teknik
wawancara terstruktur menekankan pada penggunaan protokol wawancara yang
disusun sebelumnya berdasarkan masalah dalam rancangan penelitian. Di samping
itu, teknik wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang dilakukan
tanpa penyusunan pertanyaan terlebih dahulu. Pada penelitian ini, peneliti
memilih menggunakan teknik yang merupakan gabungan dari keduanya, yaitu
teknik wawancara semi terstruktur. Peneliti akan menyiapkan sejumlah
pertanyaan, namun dapat dilakukan berbagai modifikasi dalam pelaksanaan
penggalian data di lapangan.
E. Alat Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data, peneliti akan menggunakan pedoman
wawancara untuk mengarahkan peneliti dalam mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun merupakan suatu pedoman wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
secara umum yang kemudian dapat diubah untuk pengembangan pengumpulan
informasi tertentu. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori kecemasan
yang diungkapkan oleh Nevid (2003) yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Pedoman Wawancara Penggalian Informasi Gejala Kecemasan.
Aspek/Indikator Pertanyaan
Gejala Fisik
Mual, pusing, tangan bergetar, dll.
Dari skala 1-10, berapa Anda menilai
kondisi kesehatan Anda? Mengapa
anda menilai di angka tersebut?
Gejala Perilaku
Menghindari pekerjaan,
bergantung pada orang lain,
mudah marah, dll.
Ceritakanlah pengalaman ketika
bekerja yang menurut Anda paling
berkesan, dan kapan pengalaman itu
terjadi?
Apakah pengalaman tersebut kembali
terulang dalam satu tahun terakhir ini?
Ceritakanlah pengalaman yang
menurut Anda tidak menyenangkan
ketika Anda bekerja.
Gejala Kognitif
Khawatir tentang masa depan, sulit
berkonsentrasi
Bagaimana perasaan Anda saat
menyadari bahwa Anda akan segera
memasuki masa pensiun?
Apa pikiran yang muncul ketika Anda
mendengar kata pensiun?
Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang
memengaruhi munculnya kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Oleh
karena itu, peneliti menyusun pedoman wawancara untuk menggali data tersebut
seperti pada tabel 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 2.
Pedoman Wawancara Penggalian Data Faktor-faktor yang Memengaruhi
Munculnya Kecemasan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Munculnya Kecemasan
Apa yang akan Anda lakukan selama satu tahun ini sebelum masa pensiun
tiba?
Apa arti pensiun menurut Anda?
Apa yang kira-kira akan Anda lakukan setelah memasuki masa pensiun?
Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika menyadari bahwa anak Anda masih
sekolah?
Apakah Anda memiliki sumber pendapatan lain selain dari pekerjaan Anda
sekarang?
Dalam menentukan kecenderungan yang muncul pada informan, peneliti
juga menyusun pedoman penilaian jawaban yang ada pada tabel 3.
Tabel 3.
Pedoman Penilaian Jawaban.
Tujuan Definisi Aspek Penilaian
Cemas Tidak Cemas
Mengetahui
gambaran
kecemasan
dalam
menghadapi
masa
pensiun.
Kecemasan
adalah kondisi
yang tidak
menyenangkan
yang timbul
karena
kekhawatiran
akan terjadinya
sesuatu yang
buruk.
Gejala
Fisik
Ada gangguan
fisiologis.
Tidak ada
gangguan
fisiologis.
Gejala
Perilaku
Ada gangguan
dalam aktivitas
rutin.
Tidak ada
perubahan
dalam menjalani
aktivitas rutin.
Gejala
Kognitif
Memandang
pensiun sebagai
sesuatu yang
buruk dan
menakutkan.
Memandang
pensiun sebagai
masa yang
menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
F. Prosedur Pengambilan Data
Berikut merupakan prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini:
1. Peneliti menyusun pedoman wawancara.
2. Peneliti mencari informan yang sesuai dengan kriteria.
3. Setelah ditemukan informan yang sesuai, peneliti menjelaskan hal yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, melakukan rapport, serta
meminta persetujuan informan yang dibuktikan dalam pengisian informed
consent.
4. Peneliti mengambil data dengan bantuan alat perekam dan pedoman
wawancara.
5. Peneliti melakukan verbatim dari rekaman wawancara dengan informan.
6. Peneliti melakukan koding dan interpretasi data terhadap hasil wawancara
yang ada untuk mendapatkan hasil dari penelitian.
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan induktif
dengan Analisis Data Konvensional. Dalam analisis data konvensional, fenomena
dideskripsikan berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam data (Supratiknya, 2014).
Menurut Hsiesh dan Shannon (Supratiknya, 2014), dengan menggunakan metode
analisis isi induktif konvensional, peneliti akan mengamati fakta-fakta khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang spesifik menuju pada hal yang sifatnya umum, yang kemudian akan
digabungkan, serta disusun dalam suatu satuan berupa rumusan umum.
Langkah-langkah metode analisis data induktif konvensional ini adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti menentukan satuan analisis yang paling sesuai dengan keseluruhan
hasil wawancara.
2. Peneliti membaca kembali seluruh data yang ada untuk kemudian
dikumpulkan agar diperoleh kesan secara keseluruhan.
3. Peneliti menciptakan aneka macam kode secara terbuka berdasarkan data yang
muncul dalam wawancara.
4. Kode-kode yang telah didapatkan akan dipilah-pilah dan diklasifikasikan pada
sejumlah kategori berdasarkan kesamaan isi atau makna dari masing-masing
kode. Elo dan Kyngas (dalam Supratiknya, 2014) mengatakan bahwa
pengelompokan ini dilakukan dengan tujuan mereduksi jumlah kode, sehingga
diperoleh kode-kode yang bermakna.
5. Peneliti akan mengidentifikasi hubungan antar kategori. Identifikasi tersebut
akan menghasilkan tingkatan yang lebih tinggi yaitu tema.
6. Pada langkah ini, peneliti akan membuat interpretasi makna dari keseluruhan
temuan yang sudah diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
H. Kredibilitas Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas perlu dilakukan untuk menilai
kebenaran dari suatu temuan (Moleong, 2005). Kebenaran suatu temuan kualitatif
perlu diawali dengan membangun kepercayaan informan pada peneliti, sehingga
informan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Dalam penelitian ini,
peneliti membangun kepercayaan dengan cara melakukan rapport terlebih dahulu
dengan informan. Selain itu, untuk menghindari adanya bias, peneliti juga tidak
memilih informan yang sudah dikenal sebelumnya oleh peneliti. Peneliti menguji
kebenaran informasi yang diberikan informan dengan metode member checking.
Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat mengkonfirmasi sejauh mana
informasi yang peneliti dapatkan sesuai dengan informasi yang diberikan
informan. Jika data yang ada dapat disepakati oleh informan, maka data tersebut
dapat dianggap valid, kredibel, dan dapat dipercaya (Prastowo, 2014). Uji
kredibilitas akan dilakukan setelah peneliti selesai menyusun transkrip wawancara
dan setelah pengkodean selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dimulai sejak bulan Mei hingga Agustus 2018. Sebelum
penelitian dilaksanakan, peneliti telah membuat proposal penelitian serta
menyusun panduan wawancara. Pencarian informan dilakukan sembari panduan
wawancara disusun. Peneliti menyebarkan informasi pencarian informan melalui
pengumuman di media sosial. Peneliti dibantu oleh teman dan orangtua dalam
penyebaran informasi tersebut. Peneliti pun berhasil mendapatkan informan yang
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan. Setelah
berkonsultasi dengan dosen pembimbing, peneliti mulai membuat janji untuk
bertemu dengan informan pertama.
Waktu pelaksanaan pengambilan data merupakan kesepakatan bersama
antara informan dengan peneliti. Pengambilan data dilakukan dengan proses
wawancara. Peneliti berusaha untuk melakukan rapport terlebih dahulu dengan
para informan. Hal tersebut dilakukan untuk membangun kepercayaan informan
pada peneliti karena peneliti dan informan belum saling mengenal sebelumnya.
Pada informan 1 (AT), peneliti melakukan pertemuan perkenalan sebelum
melakukan proses wawancara. Awalnya, informan 1 mendapatkan informasi
tentang penelitian ini dari keponakannya yang merupakan teman peneliti. Oleh
karena itu, peneliti membuat janji untuk bertemu bersama dengan teman peneliti.
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 3 Mei 2018 di tempat informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
bekerja. Pada pertemuan ini, peneliti menjelaskan gambaran proses wawancara
yang akan dilakukan. Informan 1 juga bersedia membantu peneliti untuk
mencarikan teman yang sekiranya juga bersedia untuk menjadi informan dalam
penelitian ini. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2018. Peneliti
mengawali proses penelitian dengan meminta informan mengisi bukti kesediaan
mengikuti penelitian ini melalui pengisian informed consent. Kegiatan dilanjutkan
dengan proses wawancara yang dimulai pukul 08.30 sampai dengan 09.40
bertempat di tempat informan bekerja. Pertemuan selanjutnya dengan informan 1
merupakan pertemuan untuk proses member checking. Proses member checking
tersebut dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2018.
Peneliti melanjutkan proses wawancara dengan informan 2 (FI) pada
keesokan harinya. Dengan informan 2, peneliti tidak melakukan pertemuan
perkenalan terlebih dahulu, sehingga pertama merupakan pertemuan perkenalan
sekaligus proses pengambilan data. Informan 2 merupakan rekan kerja informan
1. Beliau bersedia untuk menjadi informan penelitian setelah informan 1
menawarkan ajakan tersebut. Pertemuan dengan informan dua dilakukan pada
tanggal 10 Mei 2018 bertempat di tempat informan bekerja. Pertemuan
selanjutnya dengan informan 2 dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2018.
Pertemuan ini dilakukan untuk proses member checking pada informan.
Peneliti kemudian melanjutkan proses wawancara dengan informan 3
(TS). Peneliti mendapatkan informasi tentang informan 3 dari ayah peneliti,
dimana informan merupakan teman dari ayah peneliti. Pada pertemuan pertama
dengan informan 3, peneliti melakukan perkenalan sekaligus wawancara di hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang sama. Pertemuan dilakukan pada tanggal 19 Juni 2018 bertempat di tempat
informan bekerja. Setelah pertemuan untuk proses pengambilan data, peneliti
melakukan pertemuan berikutnya dengan informan 3 untuk proses member
checking pada tanggal 22 Juni 2018.
Adapun proses pelaksanaan penelitian terangkum pada tabel 4.
Tabel 4.
Pelaksanaan Penelitian.
Kegiatan Informan 1 Informan 2 Informan 3
Rapport,
pengisian
Informed Consent,
dan Wawancara.
Kamis, 3 Mei
2018 di
Muntilan
Rabu, 10 Mei
2018 di
Muntilan
Selasa, 19 Juni
2018 di Jakarta
Barat
Selasa, 9 Mei
2018 di
Muntilan
Member checking Selasa, 21
Agustus 2018 di
Muntilan
Jumat, 24
Agustus 2018 di
Muntilan
Jumat, 22 Juni
2018 di Jakarta
Barat
B. Gambaran Informan
1. Data Informan
Berikut merupakan gambaran data umum ketiga informan:
Tabel 5.
Data Informan.
Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3
Nama Inisial AT FI TS
Usia 57 tahun 57 tahun 56 tahun
Pendidikan S1 S1 S1
Pekerjaan Guru Swasta Guru Swasta Karyawan Swasta
Agama Katolik Katolik Katolik
Jumlah Anak 2 2 3
Pendidikan
Anak
S1 dan SMA SMA dan SMP S1, S1, dan SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Latar Belakang Informan
2.1 Informan 1 (AT)
AT merupakan seorang kepala sekolah di salah satu sekolah
menengah pertama swasta di Muntilan. AT berusia 57 tahun, tinggal bersama
istri dan dua anaknya di Muntilan. Istri AT merupakan seorang pegawai di
instansi swasta. Anak AT baru saja menyelesaikan studi sarjananya di salah
satu universitas swasta di Yogyakarta. Anak kedua AT duduk di bangku kelas
dua sekolah menengah atas. Pada awalnya, AT pernah mendapatkan tugas
untuk menjadi kepala sekolah di dua tempat yang berbeda di bawah naungan
yayasan yang sama. Akan tetapi, AT merasa pekerjaan tersebut terlalu berat.
AT kemudian memutuskan untuk fokus pada salah satu sekolah saja.
AT telah bekerja di SMP ini selama kurang lebih 38 tahun. AT
mengawali kariernya di sekolah sebagai seorang guru muda yang mengajar
dua mata pelajaran. Pada tahun 2012, AT mendapatkan mandat untuk
menjadi kepala sekolah sampai saat ini. Mengacu pada peraturan yayasan, AT
sebenarnya akan memasuki masa pensiun di usia 56. Akan tetapi, yayasan
mengeluarkan peraturan baru yang sejalan dengan peraturan pemerintah,
dimana batas usia pensiun karyawan BUMN yaitu 58 tahun. Oleh karena itu,
AT diperpanjang masa kerjanya hingga tahun 2019. Yayasan tempat AT pun
tidak menutup adanya kemungkinan perpanjangan masa kerja setelah AT
memasuki masa pensiun dengan status guru honorer. Hal tersebut melihat dari
tenaga pengajar yang dibutuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Saat ini AT merasa sedikit lega karena anak pertamanya berhasil
menyelesaikan studi sarjananya. AT berharap anaknya mampu bekerja
terlebih dahulu apabila ingin melanjutkan pendidikan tingkat lanjut. Menurut
AT, biaya pendidikan untuk pendidikan lanjutan tidaklah murah dan AT ingin
mengutamakan pendidikan anak kedua saat ini. AT pun telah memikirkan
biaya pendidikan anak keduanya kelak. Keluarga telah memiliki tabungan
dan asuransi yang dapat digunakan untuk membiayai pendidikan anak
keduanya. Selain itu, AT juga masih memiliki warisan keluarga yang dapat
dikembangkan. Setelah memasuki masa pensiun, AT akan menerima uang
pensiun setiap bulannya. AT merasa dana tersebut dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya apabila dapat dikelola dengan baik.
Di sekolah tempat AT bekerja, sebagian besar muridnya berasal dari
kalangan menengah ke bawah. Melihat banyaknya murid yang tidak memiliki
cukup biaya untuk pendidikan, AT giat mencarikan beasiswa untuk murid-
murid tersebut. AT menjalin relasi yang baik dengan murid-muridnya bahkan
dengan keluarganya. Di samping sekolah, AT pun aktif dalam kegiatan di
gereja ataupun lingkungan pemerintah di tingkat kecamatan.
2.2 Informan 2 (FI)
FI merupakan seorang ayah yang tinggal bersama istri dan kedua
anaknya di Muntilan. Saat ini FI berusia 57 tahun. Istri FI merupakan seorang
ibu rumah tangga. Anak pertama FI duduk di bangku kelas 2 SMA dan anak
keduanya di bangku kelas 2 SMP. Anak kedua FI pernah tidak naik kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
ketika di bangku SD. Hal tersebut menyebabkan jarak pendidikan anaknya
terpaut tiga tahun. Ketika anak pertama FI harus memasuki bangku kuliah,
anak kedua FI juga akan memasuki bangku SMA.
FI sudah mengajar di salah satu sekolah menengah pertama swasta di
Muntilan selama kurang lebih 28 tahun. Sebelum menjadi guru di Muntilan,
FI pernah mengajar di salah satu yayasan swasta di Klaten. FI bukanlah orang
asli Muntilan. FI mulai berdomisili di Muntilan sejak tahun 1990. Pada masa
awal bekerja, FI selalu berangkat bekerja dari Yogyakata menuju Muntilan.
Mengikuti peraturan baru yang ditetapkan oleh yayasan, FI pun akan pensiun
pada tahun 2019. Walaupun demikian, FI telah menerima kabar informal
bahwa tenaganya masih dibutuhkan untuk mengajar di sekolah saat ini. FI
pun memiliki niat untuk kembali mengajar apabila instansinya saat ini
membutuhkan bantuannya. FI akan mempertimbangkan pendapat keluarga
untuk kemudian memilih akan melanjutkan pekerjaannya atau tidak.
Saat ini FI tidak hanya aktif di sekolah, melainkan juga aktif di
kegiatan gereja. FI merupakan seorang prodiakon dan juga pelatih lektor di
gerejanya. Setelah pensiun, FI berharap dapat mengabdikan dirinya dalam
kegiatan gereja. FI pun ingin dapat lebih meluangkan waktu untuk
keluarganya ketika nantinya sudah memasuki masa pensiun. Setelah pensiun,
FI ingin membuka usaha warung bersama istrinya. Keinginan tersebut pun
masih berupa angan-angan dan belum dipersiapkan secara matang. Saat ini,
keluarga FI memiliki satu rumah yang dikontrakan sehingga ada sumber
pendapatan lain selain dari pekerjaannya sebagai guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.3 Informan 3 (TS)
TS merupakan seorang karyawan yang bekerja di salah satu
perusahaan swasta nasional di daerah Jakarta Barat. Saat ini TS berusia 56
tahun. TS tinggal bersama dengan istri dan ketiga anaknya di daerah Depok,
Jawa Barat. Istri TS merupakan seorang ibu rumah tangga. Anak pertama dari
informan 3 telah menyelesaikan studi S1 pada tahun 2014 dan saat ini telah
bekerja. Anak kedua TS baru saja menyelesaikan kuliah di tingkat strata 1 di
tahun 2018 ini. TS memiliki anak ketiga yang rentang usianya cukup jauh
dari kakak-kakaknya. Anak ketiga TS saat ini baru saja memasuki bangku
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
TS telah bekerja selama kurang lebih 25 tahun di perusahaannya saat
ini. Perusahaan tempat TS bekerja merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang surat kabar, penerbit, percetakan, dan pertelevisian. Dalam
pekerjaannya, TS memiliki peran dalam bidang training and development.
Beliau memiliki tugas untuk melakukan program-program pelatihan untuk
karyawan baru serta pengembangan potensi karyawan-karyawan lama. Selain
itu, TS juga memiliki peran untuk menyelenggarakan program persiapan
pensiun bagi karyawan yang sudah mendekati masa pensiunnya.
TS tidak hanya aktif dalam pekerjaannya di perusahaan. Di samping
bekerja, TS juga aktif dalam kegiatan gereja. TS memiliki tanggung jawab
sebagai editor majalah keuskupan. Selain itu, TS juga dipercaya untuk
melatih paduan suara gereja. Pada bulan Juni 2018, TS dipercaya untuk
melatih kelompok paduan suara yang akan mengikuti lomba paduan suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
gerejani tingkat nasional. TS merasa bahwa dirinya memang memiliki
kemampuan dalam hal menulis, mengajar, dan menyanyi. Oleh karena itu, TS
mengekspresikan kemampuannya dalam mengajar karyawan, menulis untuk
majalah keuskupan, dan melatih paduan suara gereja.
C. Hasil Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan, peneliti mencoba mengetahui pengalaman
informan dalam menghadapi masa pensiunnya, yang mana pengalaman tersebut
merujuk pada kecenderungan kecemasan. Dua informan memiliki karakteristik
yang sama sebagai guru pada sebuah sekolah swasta katholik. Selain itu, ketiga
informan juga aktif dalam kegaiatan di gerejanya masing-masing. Hal ini menjadi
batasan konteks hasil penelitian pada ketiga informan ini. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa 2 dari 3 orang informan menunjukkan adanya
kecenderungan cemas. Kecemasan muncul karena adanya kekhawatiran tentang
biaya pendidikan anak dan pemenuhan kebutuhan keluarga setelah pensiun. Hal
tersebut menunjukkan bahwa informan mengalami kecemasan yang realistis
karena kekhawatiran akan sesuatu yang nyata mungkin akan terjadi. Akan tetapi,
ketiga informan menunjukkan pola yang sama, di mana dua dari tiga informan
yakin bahwa Tuhan akan menyediakan jalan bagi mereka. Berikut merupakan
pemaparan hasil wawancara setiap informan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Informan 1 (AT)
a. Kecenderungan Kecemasan
Informan 1 tidak menunjukkan adanya kecenderungan kecemasan.
Hal tersebut ditunjukkan dengan pemikiran positif AT tentang masa
pensiunnya kelak. AT memaknai pensiun sebagai masa selesainya tugas.
Ketika membayangkan tentang pensiun, AT merasa bersyukur karena ia akan
memasuki masa pensiun. Menurut AT, dengan ia pensiun berarti tugasnya
sudah selesai dan akan dilanjutkan oleh teman-teman yang lain.
“Yaa menurut saya kalo pensiun itu merupakan eee selesainya
tugas” (I1/AT/GK/54-55)
“Ya menurut saya itu merupakan bersyukur” (I1/AT/GK/78)
“Kalo saya pensiun itu saya malah senang jadi tugas saya sudah
selesai dan nanti akan dilanjutkan oleh teman-teman yang lain”
(I1/AT/GK/226-228)
AT merasa bersyukur menjelang masa pensiun ini. AT merasa selama
dirinya bekerja, ia mendapatkan kelancaran dan kesehatan. AT bersyukur
karena ia sudah dapat mengabdikan diri sebagai guru selam 38 tahun. AT pun
bersyukur karena sudah mampu menjalankan tugasnya sebgai guru sampai
pada batas usia purna tugas yang ditentukan oleh yayasan.
“Karna sudah bisa mengabdikan diri melaksanakan tugas dari
awal ee sebagai guru sampai pada batas umur yang ditentukan
sebagai aturan purna tugas, kami bisa melaksanakan dengan
baik” (I1/AT/GK/78-8)
Saat ini, AT pun menikmati masa-masa menjelang dirinya akan
pensiun. AT merasa bahwa dirinya tidak akan bingung dalam memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kegiatan yang akan dilakukan setelah memasuki masa pensiun. Menurut AT,
hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya kegiatan yang sudah ia tekuni
sembari bekerja. Oleh karena itu, ketika nantinya masa pensiun tiba, AT
merasa bahwa dirinya masih memiliki banyak kegiatan yang dapat dilakukan.
“nek saya kok ee, tetep kami, kami anggap, apa ya namanya itu
senang saja, enjoy. Jadi kami tidak punya pikiran wah besok
nek sudah pensiun mau apa, terus susah, mau bingung mau
melakukan apa itu menurut saya ndak” (I1/AT//GK/87-90)
“Toh misalnya nanti setelah pensiun itu sebetulnya masih
banyak yang bisa dikerjakan” (I1/AT/GK/90-91)
Ketika memasuki masa pensiun, yayasan tempat AT bekerja akan
menyediakan dana pensiun bagi para karyawannya. AT pun yakin bahwa
dana pensiun yang nantinya akan dirinya terima setelah pensiun dapat
memenuhi kebutuhan keluarga untuk hidup sederhana. Di samping itu, AT
meyakini bahwa tabungan dan asuransi pendidikan yang telah disiapkan
untuk anaknya akan cukup untuk membiayai kuliah anak keduanya.
“dimungkinkan kalo misalnya pensiun itu kalo hanya untuk
hidup sederhana itu saya kira masih bisa tergantung dari eee
caranya cara pengelolaan” (I1/AT/GK/173-175)
“di samping kami tadi ee sudah mengikut asuransi pendidikan
paling tidak kami juga sudah punya tabungan gitu, biarpun
tidak banyak tapi paling tidak masih bisa untuk apa namanyaa,
masih bisa untuk membiaya anak gitu” (I1/AT//GK/165-168)
Menjelang masa pensiun, AT tetap giat dalam melakukan tugasnya.
Salah satu peran yang AT jalankan dalam tugasnya adalah mencarikan
beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
memasuki masa pensiun, AT tetap melakukan perannya dengan maksimal,
dengan terus berusaha mencarikan beasiswa bagi murid-muridnya. AT pun
ingin tetap menjalankan peran tersebut ketika nantinya dirinya sudah
memasuki masa pensiun. AT merasa bahwa dirinya bisa tetap berkontribusi
walaupun dengan status yang bukan kepala sekolah lagi.
“Kalo tahun-tahun ini sebelum kami purna, kami masih
berusaha mencari masih berusaha maksimal untuk mencarikan”
(I1/AT/GP/367-369) “Selama ini kami masih berusaha sendiri karena kami masih
mampu dan kebetulan temen-temen juga kerjaannya juga
banyak” (I1/AT/GP/386-388)
AT merasa bahwa saat ini kondisi kesehatannya dalam keadaan yang
baik. Keluhan-keluhan beberapa macam penyakit muncul karena adanya
penurunan fungsi organ-organ tubuh seiring dengan bertambahnya usia.
Menurut AT, menjelang masa pensiun, setiap orang pasti akan mengalami
berbagai penurunan kondisi beberapa organ-organ tubuh. Selain faktor usia,
faktor makanan juga menjadi salah satu faktor munculnya beberapa keluhan
kondisi fisiologis. AT merasa bahwa dirinya saat ini berada dalam taraf sakit
ringan.
“Karna yang namanya umur tertentu setelah pensiun itu
kadang-kadang sudah punya organ-organ yang sudah mulai
melemah utamanya misalnya, seperti contohnya saja tensi, tapi
sok kadang-kadang lebih tinggi.” (I1/AT/GF/193-196)
“Kemudian ada unsur kolesterol kadang kadang juga sering
tinggi, kemudian juga tlegisirit, kemudian asam urat.”
(I1/AT/GF/196-197)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
“nah kalo kami selama ini boleh dikatakan masih sakit ringan,
ya pernah periksa berobat jalan gitu ya sering juga”
(I1/AT/GF/221-223)
b. Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakcemasan
Salah satu faktor yang membuat AT merasa tenang dalam menghadapi
masa pensiun adalah adanya dana pensiun yang akan ia dapatkan setelah
memasuki masa pensiun. Menurut AT, dana pensiun tersebut dapat
memenuhi kebutuhan keluarga selama dana tersebut dapat dikelola dengan
baik.
“dimungkinkan kalo misalnya pensiun itu kalo hanya untuk
hidup sederhana itu saya kira masih bisa tergantung dari eee
caranya cara pengelolaan” (I1/AT/DP/173-175)
Di samping dana pensiun, AT juga merasa tenang karena dirinya telah
menyiapkan tabungan untuk anak keduanya dan mengikutkannya ke asuransi
pendidikan. Sejak awal, AT menyadari bahwa ketika dirinya pensiun, anak
keduanya masih berada di bangku sekolah. Oleh karena itu, sejak anak
keduanya lahir, AT langsung mengikutkan anaknya tersebut ke asuransi
pendidikan.
“di samping kami tadi ee sudah mengikut asuransi pendidikan
paling tidak kami juga sudah punya tabungan gitu, biarpun
tidak banyak tapi paling tidak masih bisa untuk apa namanyaa,
masih bisa untuk membiaya anak gitu” (I1/AT/AST/165-168)
AT merasa tenang karena target untuk anak pertamanya telah tercapai.
AT memiliki target, yang mana sebelum dirinya memasuki masa pensiun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
anak pertamanya telah menyelesaikan studi strata satu. Menurut AT,
selesainya studi anak pertamanya telah membantunya karena mengurangi satu
biaya pendidikan anak yang dibutuhkan. Saat ini, AT lebih memprioritaskan
biaya pendidikan untuk anak keduanya. AT menyadari bahwa dirinya merasa
berat jika anak pertama ingin langsung melanjutkan studinya.
“target saya untuk yang pertama pas sudah harus selesai dan
tepat sekali itu pas saya tahun depan selesai, anak saya tahun
inisudah selesai, paling tidak sudah mengurangi biaya satu”
(I1/AT/BPA/142-145)
“kalo mau melanjutkan ke tingkat s2 itu terus terang ya butuh
biaya banyak.” (I1/AT/BPA/153-154)
“biarpun orangtua masih mendukung dalam arti membantu
masih dibutuhkan untuk yang kecil yang kecil kan masih perlu
biaya banyak paling tidak bisa menyelesaikan S1 nya gitu.”
(I1/AT/BPA/156-159)
AT mengungkapkan pula bahwa dirinya memiliki warisan dari
orangtuanya yang dapat dikembangkan baik untuk untuk digunakan sebagai
lahan pertanian atau perkebunan.
“masih ada lagi karena kami masih punya istilahnya warisan,
warisan di orangtua ya dari orangtua yaitu kan berupa tanah
baik itu untuk pertanian maupun kebun” (I1/AT/W/125-127)
AT telah mendapatkan penawaran untuk menjadi pengurus dalam
salah satu bidang di gereja. AT belum mengambil tawaran tersebut. AT ingin
dirinya tetap fokus pada pekerjaan yang ada saat ini. Oleh karena itu, AT
merasa bahwa dirinya memiliki banyak pilihan kegiatan yang dapat ia
lakukan setelah memasuki masa pensin nantinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
“Toh misalnya nanti setelah pensiun itu sebetulnya masih
banyak yang bisa dikerjakan” (I1/AT/KSP/90-91)
“kemudian ini dalam waktu dekat, kalo saya pensiun, ini
kelihatannya saya sudah ditunggu oleh tim namanya
tim…istilahnya itu kalo dalam bahasa jawanya pangrup tiloyo”
(I1/AT/KSP/98-100)
2. Informan 2 (FI)
a. Kecenderungan Kecemasan
Dalam menuju masa pensiunnya, FI cenderung memikirkan banyak
hal. FI pun menunjukkan bahwa dirinya cenderung merasa cemas
menghadapi masa pensiunnya. Walaupun demikian, gejala kecemasan
tersebut tidak tampak secara fisik. FI menilai dirinya masih kuat dalam
bekerja. Ketika sakit, FI tidak akan ijin tidak masuk bekerja. FI merasa bahwa
dirinya memiliki kondisi tubuh yang cukup baik karena kebiasaannya untuk
rutin berolahraga. Walaupun demikian, FI menyadari bahwa kondisi fisiknya
tidak sangat sehat.
“karna saya merasa masih kuat gitu mba” (I2/FI/GF/241-242)
“Nah saya olahraga hampir tiap hari mba. Kalo disini saya gak
olahraga, di rumah mesti. Tiap hari mesti kok.” (I2/FI/GF/452-
454)
FI akan memasuki masa pensiunnya dalam waktu kurang dari satu
tahun. Ketika ditawarkan untuk mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi
guru, FI menolak untuk ikut. FI merasa sudah malas untuk memikirkan
pekerjaan-pekerjaan berat. FI akan tetap menjalankan tugasnya sebagai guru.
Akan tetapi, menurut FI, dirinya sudah tidak memerlukan pelatihan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dirinya akan segera pensiun. Di sisi lain, FI merasa masih semangat dalam
bekerja. FI merasa bahwa dirinya masih kuat untuk melanjutkan pekerjaan.
“wes males gitu, kalo mikir yang berat-berat. Apalagi seperti
kami, saya tu tinggal satu tahun lagi gitu” (I2/FI/GP/499-500)
“.. penataran-penataran, yang dulu kan dua tahun yang lalu kan
saya hasil UKG nya baik, nah lalu saya pernah dikirim ke
instruktur guru nasional itu. tapi saya, saya ya mbaa.. haaa
tinggal dua tahun untuk apa? Apalagi status saya sebagai guru
yayasan, lain kalo PNS. Itu kadang kadang yang menjadi
pikiran saya. Ngopo kok ndadak, ah nek mikir abot-abot aku
saiki rodo males gitu lho.” (I2/FI/GP/501-506)
“semangat... karna saya merasa masih kuat gitu mbaa”
(I2/FI/GP/241-242)
Dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, FI tidak hanya berperan
mengajar di kelas. FI menyediakan dirinya untuk menjadi pengganti orangtua
siswa di sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh FI, karena ia sadar mayoritas
siswa yang ada di sekolahnya memiliki latar belakang keluarga yang kurang
baik. FI sangat terbuka pada siswa yang mau bercerita kepadanya.
“Kalo kamu menganggap pak ibnu sebagai ganti orangtuamu di
sekolah kalo kamu…apa ya, tidak malu-malu ya silakan
dikonsultasikan dengan saya. Saya sering mengatakan seperti
itu.. anggaplah pak ibnu sebagai orangtuamu, ganti orangtuamu
di rumah.” (I2/FI/GP/182-186)
FI merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat jarang marah. FI
akan marah pada siswanya ketika siswa memang melakukan hal yang
keterlaluan. Ketika marah, siswa-siswa akan sangat takut kepadanya. Oleh
karena itu, FI pun selalu berinisiatif untuk kembali mencairkan suasana
selepas ia marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
“saya kalo di smp kanisius muntilan terkenal ini lho eeee saya
tu jarang marah mba.. jaraaaang.. jarang sekali marah, tapi
murid-murid saya tau kalo Pak Ibnu udah marah, takutnya luar
biasa.” (I2/FI/GP/135-138)
“saya yang berinsiatif untuk mencairkan kembali hubungan
saya dengan murid-murid saya. Karna kalo itu saya diamkan
nanti situasi KBM nya gak enak.. bener..” (I2/FI/GP/142-145)
FI memaknai pensiun sebagai rasa syukur karena dirinya bisa
mengabdi pada pekerjaannya hingga purna. FI pun merasa bersyukur karena
ia dapat bekerja dan masih sehat sampai pada batas purna. Di samping itu, FI
juga menyadari bahwa ada kemungkinan muncul perasaan kaget karena sudah
terbiasa bekerja lalu menjadi berhenti bekerja.
“walaupun eee ini lho secara manusiawi kaget mungkin ya
karna biasanya bekerja terus mandek gitu, tapi setelah saya
sadari itu saya merasa apa yaa, merasa bersyukurlah, saya bisa
mengabdi di kanisisius sampe purna, masih sehat, dan bagi
saya pensiun itu malah rasane itu seneng gitu lho mbaa.”
(I2/FI/GK/258-262)
FI juga merasa senang membayangkan dirinya akan pensiun. Menurut
FI, pensiun akan menyenangkan karena dirinya akan tetap dibayar walaupun
sudah tidak bekerja. Akan tetapi, FI pun menyadari bahwa hal tersebut masih
hanya berada dalam pikirannya dan dirinya sendiri tidak tahu bagaimana
ketika ia sudah benar-benar memasuki masa pensiun.
“bagi saya pensiun itu malah rasane itu seneng gitu lho mbaa.
Istilahe, kasarane, wong wis ra nyambut gawe, gitu ya mbaa”
(I2/FI/GK/261-263)
“ya rapopolah, wong ra nyambut gawe tapi dibayar”
(I2/FI/GK/266)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
“walaupun sampe hari ini, sampe ini baru sekedar kata-kata
saya, tapi entah besok kalo pas pensiun sesungguhnya”
(I2/FI/GK/263-264)
Bagi FI, pensiun merupakan masa selesainya bekerja. Di sisi lain, FI
merasa bahwa secara informal, pensiun merupakan waktu untuk berkarya di
bidang yang lain.
“kalo pensiun itu ya menurut saya, selesai bekerja”
(I2/FI/GK/390)
“tapi mungkin secara informal yoo, yoo kalau sudah tidak di
lembaga resmi, ya mungkin seperti, seperti tadi, saya bisa
berkiprah di gereja, atau di masyarakat” (I2/FI/GK/391-393)
FI memiliki cita-cita untuk bisa mencurahkan waktunya untuk
berkarya di gereja setelah pensiun. Saat ini, FI memang sudah memiliki
kegiatan di gereja. Setelah pensiun, FI berharap dirinya dapat mencurahkan
waktu untuk gereja bersama dengan istrinya.
“Justru saya cita-cita ini kok minta sama Tuhan, kalo sudah
pensiun, justru waktu akan curahkan untuk kegiatan gereja”
(I2/FI/GK/527-529)
b. Faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan
Sejak awal FI menyadari bahwa ketika dirinya pensiun, kedua
anaknya masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan studinya. Selain itu,
FI juga menyadari kondisi bahwa istrinya tidak memiliki penghasilan. Oleh
karena itu, FI telah mempersiapkan tabungan sejak jauh hari. FI merasa tidak
perlu banyak berpikir tentang biaya yang dibutuhkan untuk pendidikan anak
ketika nanti dirinya sudah pensiun. FI telah mengikutkan kedua anaknya ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
asuransi pendidikan. Selain itu, FI juga memiliki tabungan dari dana
sertifikasi yang ia dapatkan. Di samping itu, FI juga sudah mengikuti tiga
koperasi. Menurut FI, walaupun sedikit, tetapi koperasi dapat memberi sedikit
pemasukan.
“sudah saya perhitungkan, saya pensiun anak saya masih
seperti ini posisinya gitu, karna juga saya tau istri saya kan gak
punya penghasilan kalo tidak dipersiapkan dari awal nanti ya
darimana yang akan terjadi begitu” (I2/FI/PMP/313-316)
“Tetapi gini, untuk persiapan biaya, saya tidak terlalu berpikir
banyak gitu mba, karna ya itu dari tabungan sertifikasi yang
lumayanlah bisa untuk nguliahkan dua anak saya kira kok
cukup gitu lho” (I2/FI/AST/384-387)
“Lewat asuransi.. itu kami tabung asuransi, lalu ikut koperasi.
koperasi disini ada 3, itu ada yayasan, lalu ada kpri, dan
koperasi sekolah. Itu sedikit-sedikit ya ada uangnya gitu lho”
(I2/FI/AST/301-304)
Asuransi pendidikan yang diikuti oleh FI ternyata mengalami
masalah. Asuransi tersebut tidak dapat menjamin dapat mengembalikan dana
pendidikan yang seharusnya diterima FI ketika anak FI memasuki jenjang
pendidikan berikutnya. Hal tersebut membuat FI merasa sedikit khawatir.
“Lalu memberi kabar bahwa asuransi bumiputera itu dalam
keadaan collapse gitu” (I2/FI/AST/321-322)
“Ya itu selama ini jadi pemikiran saya juga itu. Apakah nanti
bisa istilahnya bisa menjadi kenyataan atau tidak gitu.”
(I2/FI/AST/344-346)
FI memiliki penghasilan lain selain dari gajinya bekerja. FI
mengontrakkan satu rumahnya kepada orang lain. Rumah tersebut
dikontrakkan sehingga bisa memberi tambahan pemasukan bagi FI setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tahunnya. Akan tetapi, untuk pengontrak pertama kali, FI tidak mendapatkan
cukup banyak dari hasil mengontrakkan rumah. FI harus menggunakkan hasil
uang kontrakkan untuk memperbaiki beberapa bagian dalam rumah tersebut.
Di samping itu, setelah memasuki masa pensiun, FI akan tetap mendapatkan
dana pensiun. FI pun menyadari bahwa dana pensiun yang akan diterima
tentu jauh berkurang dari gajinya selama bekerja.
“kalo pemasukan kan kami apa yaa.. ada dua rumah. Kemudian
yang satu itu dikontrakkan” (I2/FI/SPL/409-410)
“Apa yaa misalnya dikontrak satu tahun ya dapetnya sekali gitu
lho mbaa, sekali di depan” (I2/FI/SPL/411-412)
“Tapi untuk yang pertama itu mereka minta sesuatu, minta ada
lahan parkirnya, lalu minta wastafel itu, lalu minta bak
penampungan itu. Lalu ya untuk memenuhi itu hamper habis
sekitar 5 jutaa. Jadi kami kemaren hanya nerima 2 juta.”
(I2/FI/SPL/415-418)
“dari sisi gaji kan berkurang banyak itu. paling pensiunan guru
kanisius itu kecil, nah tambah honorer ya paling tambah
sedikit.” (I2/FI/DP/382-384)
Setiap FI merasa khawatir, FI selalu ingat bahwa Tuhan pasti akan
memberikan jalan apabila ia mau berusaha. Selain itu, motivasi utama FI
untuk bekerja bukan untuk mencari uang, melainkan untuk mewartakan
kerajaan Allah. FI merasa diberikan talenta dalam bidang bahasa Indonesia,
maka ia akan menyalurkan talenta dengan menjadi guru bahasa Indonesia.
“sebagai orang katolik ya bekerja ya, satu, yang pertama bukan
karena masalah uang, uang itu yo tetep penting tapi bukan
masalah yg utama, nek saya yo sesuai sama apa yang dikatakan
dalam kitab suci saya kepengen , pertama mewartakan kerajaan
Allah melalui murid-murid. Lalu kemudian yang kedua,
kebetulan juga kan saya, maap yaa, yo bisa bahasa indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
maka apa yang kemampuan yang saya miliki, pengen saya
berikan pada anak-anak saya. Jadi motivasi saya bekerja,
nyuwun sewu sekali lagi bukan masalah uang” (I2/FI/S/206-
213)
“Kalo saya begini mba.. dari.. nyuwun sewu ya karna saya
seorang prodiakon yaa.. pokoknya saya prinsipnya kalo kita
berusaha Tuhan pasti memberi jalan” (I2/FI/S/292-294)
Sampai pada saat ini, FI memang belum memiliki rencana pasti usaha
yang akan dilakukan setelah pensiun. Akan tetapi, FI telah memiliki cita-cita
sejak awal bekerja yaitu untuk mencurahkan waktunya pada gereja setelah ia
pensiun nantinya.
“kebetulan dari saya mau pensiun sampai hari ini saya belum
punya rencana mau apa gitu lho. Sampe hari ini mau apa”
(I2/FI/KSP/230-232)
“Justru saya cita-cita ini kok minta sama Tuhan, kalo sudah
pensiun, justru waktu akan curahkan untuk kegiatan gereja”
(I2/FI/KSP/527-529)
3. Informan 3 (TS)
a. Kecenderungan Kecemasan
Dalam menghadapi masa pensiunnya, TS menunjukkan adanya
kecenderungan kecemasan. Kecenderungan tersebut ditunjukkan oleh adanya
beberapa gejala yang muncul, baik gejala secara fisik, perilaku, ataupun
kognitif. TS melihat kondisi fisiknya sudah jauh menurun dibandingkan
dengan sebelumnya. TS merasa dirinya saat ini sudah lebih mudah merasa
lelah. Selain itu TS juga merasa bahwa penglihatannya sudah tidak setajam
dahulu. TS mengakui bahwa dirinya memiliki riwayat penyakit vertigo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sehingga ia sering merasa pusing. Di samping pekerjaan utama, kegiatan lain
yang dilakukan oleh TS juga seringkali menjadi beban yang membuatnya
merasa berat.
“berani menilai 5 ahahah, artinya karna tidak setajam dulu, jadi
mata udah gak setajam dulu, dulu kan bisa lihat dari jauh,
sekarang udah pusing liat baca buku, baca buku dulu satu bisa
sehari sekarang sehari cuma 10 halaman udah capek”
(I3/TS/GF/301-304)
“vertigo, pusing..” (I3/TS/GF/317)
“kalo pas lagi banyak kerjaan atau.. bisa jadi itu yaa karna
disini tambah berat..” (I3/TS/GF/320-321)
Pada masa menjelang pensiun ini, TS merasa dirinya memiliki lebih
banyak waktu luang dalam bekerja. TS sering merasa lelah menghadapi ritme
kerja rekan-rekan kerja muda yang berbeda dengan ritme kerjanya. Selain itu,
TS juga merasa kesal dengan rekan kerja muda yang seringkali tidak mau
mendengar nasihatnya. TS sebenarnya ingin membantu rekannya dalam
melakukan suatu pekerjaan, namun seringkali rekan kerja muda tidak lagi
membutuhkan bantuannya. Hal tersebut membuat TS merasa sudah tidak
terpakai dalam pekerjaaannya.
“Kita ingin bantu eee selalu menawarkan apa yang kami bisa..
ohh udah cukup kok.. oh yaudah, makanya saya lebih banyak
waktu luang untuk kerja ini udah cukup ya sering jalan-jalan
ahaha” (I3/TS/GP/156-159)
“sekarang ini merasa capek karena banyak anak-anak muda
yang bekerja disini kemudian apa punya ritme, apa cara kerja
sendiri yang tidak butuh nasihat orang-orang lama, sehingga
merasa kita gak dipake lagi disini.” (I3/TS/GP/143-146)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Ritme kerja yang berbeda dengan rekan-rekan muda juga membuat TS
merasa bahwa dirinya tidak lagi memiliki pekerjaan yang dapat dilakukan di
kantor. TS juga melihat beberapa rekan kerja seusianya telah mengambil
pensiun dini. TS pun ingin mengajukan pensiun dini, namun ia tidak berani
mengingat kondisi anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk
melanjutkan pendidikannya. Oleh karena itu, TS bertahan dengan
pekerjaannya hingga saat ini karena anaknya.
“itu membuat halah nanti saya di kantor ngapain lagi. itu kan
juga jadi kayaknya udah gak kepake lagi. tapi kan mau pensiun
kok belum berani gitu kan seringnya.” (I3/TS/GK/159-161)
TS sudah pernah beberapa kali mendapatkan promosi jabatan. Di
samping itu, TS juga pernah mengalami demosi jabatan. Hal tersebut sempat
membuat TS merasa down. Ketika merasa down, TS merefleksikan
pengalaman tersebut sehingga ia melihat hal tersebut sebagai hal yang wajar
terjadi. Pengalaman tersebut membuat TS merasa lebih kuat. Selain itu,
melalui pengalaman tersebut, TS juga menyadari bahwa dengan atau tanpa
jabatan, dirinya harus tetap dapat memberikan kontribusi pada perusahaan.
“jadi sebetulnya eee ini memerkuat saya meskipun tidak punya
jabatan apa-apa gitu. tetep kita bisa memberikan kontribusi.”
(I3/TS/GK/184-186)
TS memandang masa pensiun sebagai awal mula bagi dirinya
memulai kontrak baru. Secara formal, ketika memasuki masa pensiun, TS
akan mengakhiri kontrak kerja dengan perusahaan saat ini. Akan tetapi, TS
merasa bahwa setelah pensiun nantinya, ia dapat menemukan kontrak-kontrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kerja baru. Selain itu, TS juga berharap bahwa dirinya dapat tetap
melanjutkan kegiatannya dan tetap mengembangkan potensinya. TS pun ingin
setelah ia pensiun, ia tetap mencari cara untuk mendapatkan uang demi
menutupi kekurangan biaya yang mungkin terjadi. Menurut TS, selama ia
masih hidup di dunia ini, tidak ada kata pensiun. Pensiun yang sesungguhnya
adalah ketika ia sudah dipanggil oleh Tuhan.
“pensiun itu tadi berhentinya kontrak kerja, berarti memulai
kehidupan yang baru tanpa kontrak.” (I3/TS/GK/276-278)
“seumur saya masih hidup, gak ada pensiun. pensiun itu kalo
sudah dipanggil Tuhan tu baru pensiun.” (I3/TS/GK/68-69)
“nanti saya ngambil pensiun, itu nanti saya akan tetep mengajar
sejauh dibutuhkan” (I3/TS/GK/17-18)
“memenuhi kebutuhan keluarga supaya tidak kelaparan
gimana. gitu kan, tetep akan mencari uang.” (I3/TS/GK/33-34)
“kalo kemudian saya bisa menulis, saya akan menulis terus
untuk majalah internal, majalah lokal, majalah atau koran-
koran saya bisa nulis.” (I3/TS/GK/20-22)
“trus yang kedua supaya bisa mengekspresikan diri,
ketrampilan, talenta yang sudah saya miliki, seperti ngajar tadi,
nulis, terus bisa menyanyi, bisa musik, itu akan tetep saya
ungkapkan. itu kan aktualisasi diri kan disitu.” (I3/TS/GK/34-
37)
Menjelang masa pensiun, TS merasa khawatir tentang pemenuhan
kebutuhan keluarganya ketika ia sudah pensiun nantinya. TS memiliki
kekhawatiran tersebut karena ia merasa bahwa ia tidak bisa berbisnis. TS
takut anaknya tidak dapat melanjutkan studinya. TS juga takut keluarganya
akan kelaparan. Akan tetapi, TS pun selalu meyakini bahwa Tuhan akan
membantu dengan memberinya jalan. TS meyakini hal tersebut karena ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
merasa selama ini Tuhan pun selalu membantu sehingga ia dan keluarga tidak
kelaparan. Dalam mengatasi kekhawatirannya, TS pun sudah mulai
menghitung pemasukan dan pengeluaran keluarga ketika ia pensiun nantinya.
“ada ketakutan karna saya tidak bisa bisnis. ada ketakutan nanti
anak saya kelaparan, atau tidak bisa melanjutkan sekolah kan
itu butuh uang. jadi ada ketakutan cari uang.” (I3/TS/GK/73-75)
b. Faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan
TS memiliki kekhawatiran tentang biaya pendidikan anaknya kelak.
Kekhawatiran tersebut muncul karena TS merasa ia tidak bisa berbisinis.
Selain itu, TS juga pernah mencoba membuat usaha restoran namun gagal.
Usaha tersebut sebetulnya dilakukan TS untuk mendapatkan penghasilan lain
di luar dari pekerjaan utamanya. Saat ini TS memang memiliki banyak
kegiatan lain di luar pekerjaan utamanya, namun kegiatan-kegiatan tersebut
bukanlah kegiatan yang dapat memberi penghasilan tetap.
“belum pernah berhasil, haha.. dulu pernah, seringkali bikin
bisnis ini itu, tapi gagal-gagal terus.” (I3/TS/PMP/118-120)
“pernah nyoba bikin restoran ayam goreng hahhaha tapi gagal.”
(I3/TS/PMP/121)
TS masih merasa dirinya bertanggungjawab atas biaya pendidikan
anak ketiganya. TS merasa khawatir anak ketiganya tidak dapat melanjutkan
studinya. Hal tersebut juga dikarenakan oleh kondisi anak pertama TS yang
sampai pada hari ini belum memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, TS merasa
bahwa kondisi anak pertamanya belum cukup stabil untuk ikut membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
biaya pendidikan adiknya. Di samping kondisi anak pertama, anak kedua TS
juga baru saja menyelesaikan studi S1-nya dan belum mendapatkan
pekerjaan.
“cerita-ceritanya mau ngelamar, ngelamar kerjaan gatau di
kementrian luar negeri atau ke hotel-hotel, atau kemana belum
tau. besok, bulan depan katanya mau magang dulu di hotel di
jogja.” (I3/TS/KK/108-110)
“tapi belum mandiri, belum bisa menghidupi adek-adeknya
kan, paling dia sendiri hanya nabung untuk jajan sendiri atau
apalah” (I3/TS/KK/97-98)
TS memang memiliki kekhawatiran akan hidup keluarganya setelah ia
memasuki masa pensiun. Akan tetapi, TS pun sudah mempersiapkan biaya
pendidikan anak ketiganya dengan mengikuti asuransi pendidikan. TS merasa
bahwa asuransi pendidikan dapat memberikan bantuan walaupun hanya
membantu dalam biaya uang gedung ketika nanti anaknya memasuki jenjang-
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, TS juga akan mendapatkan dana
pensiun dari perusahaannya saat ini. TS pun mengakui bahwa dana pensiun
yang akan ia terima tentu akan jauh berbeda dengan jumlah penghasilannya
saat ini.
“kebetulan saya masuk dana pensiun kompas gramedia. ada
nanti setiap bulan juga dapet, tapi gak sebesar gaji to..
setengahnya sepertiganya gitu..” (I3/TS/DP/289-291)
“iyaa sudah sejak lahir saya ikutkan asuransi pendidikan jadi
masih jadi sampe dia nanti perguruan tinggi ada bantuan dari
bumiputera.” (I3/TS/AST/285-287)
“tapi kan hanya untuk pendaftaran uang gedung kan..”
(I3/TS/AST/288)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Selama ini TS merasa bahwa Tuhan selalu memberikannya jalan. TS
tidak pernah merasa kelaparan. TS yakin bahwa Tuhan akan memberikannya
jalan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya ketika ia sudah pensiun. Di
samping itu, TS juga merasa bahwa kegiatan yang ia ikuti saat ini dapat
memberi sedikit pemasukan ketika dirinya sudah memasuki masa pensiun.
“Jugaa yaaa anuu berdasarkan keyakinan aja. Gusti ora sare,
gitu kan. Pasti ada jalan. Selama ini saya juga gak kelaparan.”
(I3/TS/S/92-93)
“tapi itu saya cuman mengembangkan talenta yang saya punya
gitu aja, dengan nyanyi, menulis, mengajar, eemm dengan
aapaa, dengan komunitas-komunitas, dari situ siapa tau nanti
ada masukan-masukan..” (I3/TS/DS/49-52)
Dalam pekerjaannya, TS pun tidak hanya melakukan pekerjaan sesuai
dengan tuntutan dari perusahaan, TS memiliki komunitas-komunitas dengan
rekan kerja yang memiliki hobi yang sama ataupun seusia. TS merasa senang
dapat memiliki rekan komunitas dengan hobi yang sama. Selain itu, TS juga
merasa senang dengan adanya rekan komunitas yang seusia dengannya.
Bersama dengan komunitasnya, TS seringkali berbagi pengalaman persiapan
menuju masa pensiun. TS merasa komunitas tersebut menambah keberanian
dan keyakinannya dalam menghadapi masa pensiun.
“menambah keberanian, menambah keyakinan, menambah
kemantapan. ternyata dia juga halah nanti nunggu 60 tahun aja,
bisa gitu” (I3/TS/DS/340-342)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Informan 2 dan informan 3 menunjukkan adanya kecenderungan cemas
yang hasilnya terangkum dalam tabel 6.
Tabel 6.
Ringkasan Hasil Kecenderungan Kecemasan Menghadapi Pensiun.
(pada Informan 2 dan Informan 3)
Gejala Kecemasan Kata Kunci
Gejala Fisik Merasa tidak sangat sehat
Gejala Perilaku Merasa tidak terpakai
Malas menerima pekerjaan berat
Merasa tidak terpakai dalam pekerjaannya
Inisiatif dalam pekerjaan
Gejala Kognitif Khawatir akan biaya pendidikan anak
Yakin Tuhan akan membantu
Pensiun adalah masa selesainya tugas
Pensiun merupakan masa untuk berkarya di
bidang lain
Bersyukur
Pada informan 1, hasil wawancara menunjukkan tidak adanya
kecenderungan cemas, seperti terangkum dalam tabel 7.
Tabel 7.
Ringkasan Hasil Kecenderungan Ketidakcemasan Menghadapi Pensiun.
(pada Informan 1)
Gejala Kecemasan Kata Kunci
Gejala Fisik -
Gejala Perilaku Berusaha maksimal dalam pekerjaan
Aktif dalam melakukan tugas
Gejala Kognitif Bersyukur akan pensiun
Senang menuju masa pensiun
Pensiun adalah selesainya tugas
Ingin berkarya di bidang lain
Yakin pada dana yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dari hasil wawancara dengan ketiga informan ditemukan bahwa ada
kesamaan faktor-faktor yang memengaruhi munculnya kecemasan, seperti
terangkum pada tabel 8.
Tabel 8.
Ringkasan Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecemasan Menghadapi Pensiun.
Faktor yang Memengaruhi Kata Kunci
Dana pensiun Mendapatkan dana pensiun
Asuransi & Tabungan Mengikuti asuransi pendidikan untuk anak
Kondisi Keluarga Istri tidak bekerja
Anak masih butuh biaya pendidikan
Kegiatan di luar bekerja Aktif dalam kegiatan gereja dan masyarakat
Keyakinan Diri Yakin pada dana yang ada
Yakin Tuhan akan memberikan jalan
Dukungan Sosial Mendapatkan dukungan baik dari keluarga
ataupun rekan kerja
Sumber Penghasilan Lain Memiliki sumber penghasilan di luar
pekerjaan utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
D. PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti memilih informan dengan rentang usia 56
sampai dengan 58 tahun. Peneliti menetapkan kriteria tersebut berdasarkan teori
yang mengatakan bahwa masa satu sampai dua tahun menuju masa pensiun
merupakan masa kritis (Tarigan, 2002). Selain itu, peneliti juga mencari informasi
dari informasi yang telah mengikuti program persiapan pensiun. Hal tersebut
disesuaikan dengan teori yang mengatakan bahwa salah satu fase menuju masa
pensiun adalah near phase (Atchley, dalam Hoyer, 2003). Fase dekat tersebut
ditandai dengan individu yang mulai mengikuti program persiapan pensiun.
Dengan mengikuti program persiapan pensiun tersebut, individu dapat
mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang seringkali muncul ketika masa
pensiun tiba.
1. Gejala Kecemasan
Kecemasan yang realistis muncul ketika ada kekhawatiran akan stimulus
yang realistis akan terjadi. Kecemasan muncul karena stimulus dianggap sebagai
sesuatu yang mengancam. Pada penelitian ini, dua dari tiga informan mengalami
kecemasan yang realistis akan kehidupan masa depannya. Walaupun merasa
cemas, kedua informan dapat mengatasi rasa cemas yang muncul. Sedangkan
pada informan AT, tidak muncul adanya gejala kecemasan baik secara fisik,
perilaku, ataupun kognitif. Secara garis besar, kecemasan dapat terlihat dari tiga
kelompok gejala, yaitu gejala kognitif, gejala perilaku, dan gejala fisik.
Berikut merupakan pemaparan gejala-gejala kecemasan yang muncul pada
ketiga informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
a. Gejala Kognitif
Ketiga informan merupakan karyawan yang telah bekerja pada
instansinya selama puluhan tahun. AT adalah informan yang telah
mengabdikan dirinya paling lama yaitu 38 tahun. FI telah bekerja pada
instansinya saat ini selama 28 tahun. TS telah bekerja pada perusahaannya saat
ini selama 25 tahun. Selama masa bekerja, ketiga informan telah mengalami
banyak pengalaman, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
TS memaknai kerja sebagai bagian dari aktualisasi diri. Bagi TS bekerja sama
dengan mengungkapkan dan mengembangkan talenta yang diberikan oleh
Tuhan. TS merasa perlu bekerja untuk menafkahi keluarganya.
Bekerja juga dimaknai sama oleh FI. FI memaknai bekerja sebagai
pewartaan kerajaan Allah di dunia. Ia merasa memiliki kemampuan dalam
bidang bahasa Indonesia sehingga FI memilih untuk mengajar bahasa
Indonesia. Di sisi lain, mencari uang bukanlah motivasi utamanya untuk
bekerja. Dalam pekerjaannya, FI pun menyediakan dirinya untuk melakukan
peran di luar sebagai guru. FI sangat terbuka pada murid-muridnya untuk
bercerita padanya. Hal tersebut dikarenakan FI menyadari bahwa beberapa
murid di sekolahnya tidak mendapatkan figur orangtuanya di rumah. Hal
tersebut juga dilakukan oleh AT. Ketika memiliki waktu luang, AT
menyempatkan diri untuk menyapa murid-muridnya. Selain itu, AT juga aktif
untuk mencarikan beasiswa bagi murid yang tidak mampu secara ekonomi.
Dalam hal pekerjaan utama, TS merasa malas dalam menghadapi
rekan-rekan kerja muda yang ada di perusahaannya. Menurutnya, rekan kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
muda memiliki ritme kerja yang berbeda dengan dirinya. Rekan-rekan kerja
muda tersebut seringkali tidak mendengarkan nasihat TS dalam melakukan
suatu pekerjaan. Hal tersebut membuat TS merasa sudah tidak terpakai lagi di
perusahaannya. TS memiliki lebih banyak waktu luang menjelang masa
pensiunnya. Dibandingkan dengan AT dan FI, TS lebih memiliki keinginan
untuk mundur dari pekerjaannya saat ini karena ia merasa sudah tidak terpakai
di perusahaan. TS tetap memilih bertahan pada pekerjaannya karena ingat
dirinya memiliki anak yang masih sekolah.
Menurut Parkinson (1990), datangnya masa pensiun dapat
memunculkan perasaan tidak berguna pada seorang individu. Selain itu,
Tarigan (2009) menyebutkan bahwa 1 tahun menuju masa pensiun merupakan
masa yang kritis. Pada TS, perasaan tidak berfungsi lagi dalam pekerjaan
bahkan sudah muncul empat tahun sebelum masa pensiun tiba. Walaupun
demikian, TS memiliki pemikiran bahwa dirinya memiliki talenta-talenta yang
masih dapat dikembangkan untuk mengisi kegiatannya setelah pensiun.
Keyakinan diri yang dimiliki TS menunjukkan bahwa dirinya tidak terlalu
khawatir akan datangnya masa pensiun. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Christian & Moningka (2012), yang menunjukkan bahwa
keyakinan diri berkorelasi negatif dengan kecemasan menghadapi masa
pensiun.
Hornstein dan Wapner (dalam Hoyer, 2003) menjelaskan bahwa salah
satu model penyesuaian diri menuju pensiun adalah model yang menimbulkan
gangguan. Pada model ini, pensiun dimaknai sebagai masa kehilangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
identitas. Pemaknaan ini pula yang selanjutnya dapat memengaruhi kondisi
psikis individu. AT memaknai pensiun sebagai masa yang patut diyukuri.
Menyadari bahwa dirinya akan segera pensiun membuat AT merasa bersyukur
karena ia telah dapat mengabdikan diri pada yayasan sampai pada batas
purnanya dengan lancar dan baik. FI pun merasakan hal yang sama dengan
AT. FI merasa bersyukur bahwa dirinya dapat menyelesaikan pekerjaan
sampai pada batas purna.
Bagi AT dan FI, pensiun bukanlah hal yang perlu dianggap sebagai
beban. Di sisi lain, TS memandang masa menuju masa pensiun sebagai masa
yang agak sulit. Menuju masa pensiunnya, TS merasa dirinya sudah tidak
terpakai dalam pekerjaan karena adanya rekan-rekan kerja yang masih muda.
Akan tetapi, TS memiliki anggapan bahwa selama ia masih hidup di dunia,
maka ia belum dapat dikatakan pensiun. Menurut TS, pensiun yang
sesungguhnya adalah ketika ia sudah dipanggil oleh Tuhan. Walaupun
demikian, ketiga informan memiliki pandangan yang sama terhadap masa
pensiun. Menurut ketiga informan, pensiun merupakan masa dimana individu
dapat berkarya dalam pekerjaan baru setelah selesai bekerja secara formal.
Ketiga informan tidak secara spesifik masuk dalam kategori model
penyesuaian diri tertentu menuju masa pensiun. Masa menuju pensiun
cenderung didominasi oleh pemikiran untuk tetap melanjutkan kegiatan
setelah pensiun dan memulai suatu kehidupan yang baru tanpa kontrak kerja
secara formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pandangan ketiga informan terhadap masa pensiun membuat para
informan merasa dirinya tetap dapat melakukan suatu kegiatan setelah
pensiun. Setiap informan telah memiliki rencana kegiatannya masing-masing
setelah pensiun. AT ingin berkarya di kegiatan gereja sebagai pengurus dalam
seksi kematian gereja. FI ingin mengabdikan dirinya pada gereja melalui
perannya sebagai prodiakon dan pelatih lektor. TS pun akan melanjutkan
kegiatannya untuk melatih paduan suara, mengajar, dan mengabdi pada
kegiatan gereja. Oleh karena itu, pensiun tidaklah dianggap sebagai suatu
masa kehilangan kegiatan.
b. Gejala Perilaku Kecemasan menjelang Pensiun
Pada penelitian yang dilakukan, AT dan FI akan memasuki masa
pensiun dalam waktu satu tahun ke depan. Di sisi lain, TS akan memasuki
masa pensiun dalam empat tahun ke depan. Dalam melakukan pekerjaannya,
AT menunjukkan semangat yang tinggi dibandingkan dengan FI dan TS.
Menjelang masa purna tugasnya, AT tetap berusaha maksimal dalam
melakukan pekerjaannya. Peran AT sebagai pencari beasiswa yang telah ia
lakukan sejak dulu, tetap ia lanjutkan sampai saat ini. AT merasa bahwa
dirinya masih dapat menangani pekerjaan tersebut. AT tetap memilih untuk
memegang peran tersebut karena ia pernah kecewa dengan rekan kerjanya
terkait tugas tersebut. AT pun mengatakan bahwa setelah memasuki masa
pensiun, ia ingin tetap dapat ikut membantu dalam mencarikan beasiswa bagi
siswa-siswa yang kurang mampu. Walaupun ingin tetap membantu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sekolahnya saat ini, TS telah memiliki rencana kegiatan ke depan yang akan
dilakukan setelah ia memasuki masa pensiunnya.
Berbeda dengan AT, FI merasa sudah malas untuk menerima
pekerjaan yang berat dalam pekerjaannya. FI merasa pelatihan-pelatihan yang
ditawarkan padanya tidak akan berguna karena dirinya sudah akan memasuki
masa pensiun. FI tetap melakukan tugasnya sebagai guru, namun ia merasa
malas untuk menerima pekerjaan yang harus berpikir berat. Di sisi lain, FI
merasa senang apabila sekolah tempatnya bekerja saat ini masih
membutuhkan tenaganya ketika ia sudah pensiun. FI masih ingin melanjutkan
pekerjaannya walaupun sebagai guru honorer. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Marriapanadar (2013) yang menunjukkan
bahwa kecemasan menghadapi pensiun dapat diprediksi oleh pemilihan
pekerjaan setelah pensiun, apakah ingin bekerja penuh atau bekerja paruh
waktu. Selain itu, pengambilan keputusan untuk melanjutkan pekerjaan
setelah pensiun juga dapat dipengaruhi oleh dukungan organisasi yang
diterima oleh individu selama bekerja (Bal & Visser, 2011). Semakin tinggi
dukungan organisasi yang didapatkan oleh individu, maka semakin tinggi pula
motivasi untuk tetap melanjutkan pekerjaannya setelah pensiun.
c. Kondisi Fisik menuju Masa Pensiun
Dalam hal kondisi fisik, menjelang masa tua, kondisi kesehatan
individu akan mengalami beberapa penurunan. Sejalan dengan hal tersebut,
AT mengatakan bahwa dirinya menyadari adanya beberapa penurunan fungsi
organ-organ tubuh pada dirinya. AT mengakui bahwa ia memiliki riwayat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
asam urat dan tensi yang tinggi. Menurut AT, beberapa keluhan penyakit
tersebut disebabkan oleh faktor makanan dan faktor bertambahnya usia. TS
pun mengalami hal yang sama. TS merasa penglihatannya saat ini sudah tidak
setajam dulu. Di sisi lain, FI merasa dirinya masih sehat. Hal tersebut
dikarenakan oleh kebiasaan berolahraga yang rutin ia lakukan setiap sore
setelah bekerja. Menurut FI, olahraga sangat diperlukan untuk teteap menjaga
kondisi kesehatan tubuh. Pada ketiga informan tidak ditemukan adanya gejala
fisiologis yang mengarah pada kecemasan. Informan TS hanya menunjukkan
bahwa keluhan fisik muncul karena adanya tuntutan pekerjaan. TS mengakui
bahwa dirinya memiliki riwayat penyakit vertigo dan sering pusing. Menurut
TS, keluhan tersebut muncul karena adanya tuntutan dari pekerjaannya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dave, Rashad,
Spasojevic (2008), hasil penelitian menunjukkan bahwa pensiun penuh
memiliki dampak negatif pada kesehatan baik fisik maupun psikis. Adanya
kegiatan yang akan dilakukan setelah pensiun memiliki dampak negatif yang
cenderung lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak memiliki rencana
kegiatan setelah pensiun. Walaupun demikian, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rencana kegiatan tidak terlalu berpengaruh pada kondisi
kesehatan karena adanya faktor-faktor lain yang ikut memengaruhi kondisi
kesehatan. Dibandingkan dengan TS dan AT, FI merupakan informan yang
belum memiliki rencana kegiatan apapun selain mengabdi di gereja. Akan
tetapi, kondisi kesehatan FI lebih baik dibandingkan TS dan AT, karena
kebiasaannya untuk berolahraga secara rutin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecemasan
Ketiga informan menunjukkan adanya kesamaan faktor-faktor yang
memengaruhi munculnya kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Faktor-
faktor yang muncul ternyata tidak hanya meningkatkan tingkat kecemasan yang
muncul, melainkan juga dapat meminimalisir munculnya kecemasan pada
informan. Faktor-faktor yang memengaruhi munculnya kecemasan yaitu
dukungan sosial, rencana kegiatan setelah pensiun, kondisi keluarga, asuransi dan
tabungan, sumber penghasilan lain, serta religiusitas.
a. Dukungan Sosial menjelang Masa Pensiun
Dalam menjelang masa pensiun, individu pun perlu mendapatkan
dukungan sosial baik dari keluarga ataupun rekan kerjanya. Kecemasan dalam
menghadapi masa pensiun dapat berkurang dengan adanya dukungan sosial
yang diterima oleh individu. Dukungan sosial yang diterima oleh individu
dapat berupa informasi, nasihat verbal atau non-verbal, atau tindakan bantuan
nyata yang diterima melalui adanya kedekatan sosial (Gottlieb, dalam Smet,
1994). Pada TS, dukungan sosial yang ia terima adalah dukungan dari teman-
teman komunitasnya.
TS mengikuti kegiatan komunitas dengan anggota yang memiliki hobi
yang sama ataupun seusia dengannya. Menurut TS, ia dan anggota lainnya
tidak hanya melakukan hobi yang sama, melainkan juga saling berbagi
pengalaman menuju pensiun. Hal tersebut membuat TS menjadi lebih berani
dalam menghadapi masa pensiun. TS merasa bahwa dirinya tidak sendiri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
memiliki teman senasib. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Efendi (2008) juga menunjukkan bahwa peer group support dapat
memengaruhi kesiapan pegawai dalam menghadapi masa pensiunnya. Di
samping itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kembu, Amuhaya, dan
Guyo (2017), menunjukkan bahwa adanya kecemasan menghadapi pensiun
meningkatkan intensi kelompok untuk saling berbagi pengetahuan tentang
pensiun nantinya.
Selain dengan kelompok kerjanya, TS pun akan memilih untuk
bercerita pada istrinya ketika ia merasa terpuruk. Istri TS pun akan
memberikan dukungan agar TS tetap melanjutkan pekerjaanya mengingat
anak ketiga TS masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Di samping itu, istri
TS pun telah memiliki rencana untuk berbisnis ketika nantinya TS telah
pensiun. Sama halnya dengan TS, FI pun mendapatkan dukungan sosial dari
istrinya. FI dan istri seringkali mengobrol tentang rencana ke depan setelah FI
memasuki masa pensiun. FI dan istri memiliki rencana untuk membangun
usaha warung di rumah. Akan tetapi, rencana tersebut masih sekadar
pembicaraan yang belum benar-benar dipersiapkan.
b. Rencana Kegiatan setelah Pensiun
Dibandingkan dengan AT dan FI, TS adalah informan yang telah
memiliki beberapa rencana kegiatan setelah masa pensiunnya. Hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh adanya program persiapan pensiun yang diikuti oleh
TS dan istrinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2007),
program persiapan pensiun dapat memperluas wawasan individu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
kegiatan yang dapat dilakukan setelah pensiun. Di samping itu, program
persiapan pensiun juga memiliki pengaruh yang signifikan pada kesiapan
individu untuk memasuki masa pensiunnya (Saputra & Sagala, 2016).
FI masih memiliki keinginan untuk melanjutkan pekerjaannya karena
dirinya sendiri belum memiliki rencana kegiatan yang bisa mendapatkan
penghasilan setelah pensiun. Hal tersebut juga dapat menunjukkan bahwa ada
kebingungan yang dialami FI, di mana kebingungan tersebut menjadi salah
satu gejala kecemasan yang muncul pada dirinya. Di sisi lain, TS dan AT telah
memiliki rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah memasuki masa
pensiun. AT telah menerima tawaran kegiatan bahkan sebelum saat ia belum
memasuki masa pensiunnya. TS masih memiliki tanggung jawab pada
kegiatannya di gereja.
c. Kondisi Keluarga
Kondisi keluarga turut berperan dalam kondisi psikis menjelang masa
pensiun. Ketiga informan pun telah menyadari bahwa ketika memasuki masa
pensiun, mereka masih memiliki tanggung jawab dalam hal biaya pendidikan
anak. AT merasa lebih tenang ketika anak pertamanya sudah menyelesaikan
studi strata satunya. Menurut AT, hal tersebut setidaknya sudah mengurangi
kebutuhan biaya pendidikan anak. AT pun merasa berat apabila anaknya ingin
langsung melanjutkan studinya ke jenjang S2. Oleh karena itu, AT
menyarankan anaknya untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu.
TS pun mengalami kelegaan yang sama. Anak keduanya telah berhasil
menyelesaikan studi strata satunya. Walaupun demikian, anak pertamanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
yang sudah mulai bekerja sejak empat tahun lalu, belum memiliki pekerjaan
tetap. Anak pertama TS sudah memiliki niat akan membantu biaya pendidikan
adiknya yang terakhir apabila kondisinya sudah lebih stabil. Saat ini, TS
hanya berfokus pada biaya pendidikan anak ketiganya yang baru saja
memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi FI cukup
berbeda dibandingkan dengan TS dan AT. FI masih memiliki tanggungan dua
anak yang masih sekolah. Selain itu, kedua anaknya sama-sama akan
memasuki jenjang pendidikan baru ketika FI memasuki masa pensiun. FI
selalu berusaha terbuka tentang kondisi keuangannya pada anak-anaknya.
d. Religiusitas menuju Masa Pensiun
Salah satu indikasi adanya kecemasan yang ditunjukkan oleh gejala
kognitif adalah adanya perasaan khawatir. TS mengakui bahwa dirinya merasa
khawatir akan datangnya masa pensiun. TS memiliki ketakutan akan
kelangsungan hidup keluarganya setelah pensiun. Ketakutan akan tidak
adanya penghasilan juga dirasakan oleh TS. Di sisi lain, TS memiliki
keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan jalan bagi dirinya setelah masa
pensiun tiba. Hal tersebut juga dirasakan oleh FI. FI percaya bahwa Tuhan
pasti akan memberikan jalan untuknya. Keyakinan akan jalan Tuhan yang
dialami oleh TS dan FI merupakan salah satu bentuk religiusitas. Penelitian
yang dilakukan oleh Sitorus dan Ramdhani (2014), menunjukkan bahwa
religiusitas dapat memengaruhi munculnya kecemasan dalam menghadapi
masa pensiun. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
religiusitas seseorang, maka semakin rendah tingkat kecemasannya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
muncul. Informan AT tidak menunjukkan adanya religiusitas yang
memengaruhi ketenangannya dalam menjelang masa pensiun.
e. Sumber Penghasilan Lain setelah Pensiun
AT merasa yakin pada tabungan dan warisan yang ia miliki. AT telah
menyadari sejak jauh hari bahwa ketika dirinya pensiun, ia masih memiliki
satu anak yang masih sekolah. Oleh karena itu, AT telah menyiapkan sejumlah
tabungan dan mengikuti asuransi pendidikan. AT yakin apa yang telah
dipersiapkan dapat terlaksana dengan baik ketika nantinya ia telah pensiun.
Selain itu, AT juga yakin bahwa dana pensiun yang ia dapatkan dari yayasan
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya untuk hidup sederhana. Selain itu,
AT memiliki istri yang bekerja. Istri AT belum akan memasuki masa pensiun
dalam waktu dekat. Oleh karena itu, AT masih memiliki sumber penghasilan
lain yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Kondisi berbeda dialami
oleh FI, dimana istri FI merupakan ibu rumah tangga. Sumber penghasilan
lain yang ia miliki adalah hasil dari mengontrakkan rumah. Menurut FI, hasil
dari mengontrakkan rumah pun hanya akan ia dapatkan di muka.
f. Asuransi, Tabungan, dan Dana Asuransi
FI merasa khawatir walaupun sudah mengikuti asuransi pendidikan
untuk kedua anaknya. Kekhawatiran tersebut muncul karena asuransi yang FI
ikuti bermasalah. FI tidak memiliki kepastian apakah ia akan mendapatkan
bantuan ketika anaknya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Kekhawatiran yang dirasakan oleh FI tidak terlalu dominan karena ia telah
memiliki sejumlah tabungan dari dana sertifikasi yang jarang ia ambil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
TS pun mengalami kekhawatiran akan biaya pendidikan anaknya
kelak. TS telah menyiapkan pendidikan anaknya melalui asuransi pendidikan.
Walaupun demikian, TS merasa bahwa dana bantuan yang akan didapatkan
dari asuransi hanya bisa untuk membayar uang gedung. Di luar biaya uang
gedung, TS tetap perlu mendapatkan sejumlah biaya tambahan lainnya. TS
pun mengalami kondisi yang sama dengan FI, dimana istrinya merupakan ibu
rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Terkait dana pensiun yang
akan diterima, FI dan TS menyadari bahwa dana pensiun tentu akan jauh
berkurang dibandingkan dengan gaji saat ini. Oleh karena itu, kedua informan
tersebut tetap berpikir untuk tetap mencari penghasilan lain setelah memasuki
masa pensiun. Di sisi lain, AT merasa yakin bahwa dana pensiun yang akan
diterimanya dapat mencukupi kehidupan keluarganya kelak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tampak bahwa kecemasan
dapat dilihat melalui tiga kelompok gejala, yaitu gejala fisik, perilaku, dan
kognitif. Selain itu, muncul atau tidaknya kecemasan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu ataupun dari luar diri
individu. Kecemasan dapat sangat tampak melalui perasaan individu dalam
menghadapi masa pensiun. Kecemasan dapat tampak dengan adanya perasaan
khawatir akan kehidupan masa depan keluarga. Dua dari tiga informan
mencemaskan biaya pendidikan yang masih dibutuhkan untuk anak. Kedua
informan telah mengikuti asuransi pendidikan untuk anaknya dan juga memiliki
tabungan untuk keluarganya. Akan tetapi, kedua informan tersebut masih
memiliki perasaan khawatir akan masa depan. Di sisi lain, satu informan merasa
tenang karena keyakinan bahwa tabungan, asuransi, dana pensiun, dan warisan
akan dapat menghidupinya. Dana pensiun pun menjadi salah satu penghasilan
yang akan tetap didapatkan oleh ketiga informan setelah memasuki masa pensiun.
Gejala kecemasan yang juga muncul adalah bingung untuk melakukan
kegiatan apa setelah pensiun. Ketiga informan memiliki pendapat yang sama
bahwa pensiun merupakan masa untuk berkarya pada pekerjaan yang baru. Dua
dari tiga informan telah memiliki rencana pasti untuk berkegiatan setelah pensiun.
Walaupun demikian, satu informan yang lain pun tetap memiliki rencana kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
namun bukan kegiatan yang bisa menghasilkan pendapatan tambahan. Ketiga
informan memiliki rencana yang sama untuk berkegiatan dalam kegiatan
keagamaan.
Tingkat kecemasan dapat berkurang dengan adanya keyakinan pada Tuhan
dan pada diri sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas dapat
menurunkan tingkat kecemasan yang muncul. Informan percaya bahwa Tuhan
akan memberikan jalan untuk tetap memenuhi kebutuhan keluarga walaupun
sudah memasuki masa pensiun. Selain itu, informan juga menunjukkan bahwa
keyakinan diri dapat mengurangi tingkat kecemasan. Informan menyadari bahwa
dirinya memiliki talenta yang dapat dikembangkan untuk berkarya di pekerjaan
baru setelah pensiun. Di samping itu, rasa syukur karena telah dapat mengabdikan
diri hingga purna tugas juga mematahkan rasa cemas menuju pensiun. Masa
pensiun bukan dianggap sebagai beban, melainkan momen untuk bersyukur.
Masa pensiun yang sedang dihadapi cenderung mengurangi semangat
dalam bekerja. Informan merasa sudah tidak terpakai lagi dalam pekerjaannya
karena sudah ada karyawan-karyawan baru yang masih muda. Selain itu, informan
juga menunjukkan bahwa menuju masa pensiun, pekerjaan-pekerjaan yang berat
cenderung dihindari. Walaupun demikian, informan tetap menunjukkan bahwa
tetap ada upaya maksimal untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
B. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kontribusi sebagai berikut;
1. Penelitian ini memberi gambaran kecemasan yang dialami oleh karyawan
swasta menjelang masa pensiunnya. Kecemasan cenderung muncul
ditandai dengan khawatir akan biaya pendidikan anak. Walaupun sudah
mempersiapkan tabungan dan mengikuti asuransi pendidikan, rasa
khawatir tersebut dapat tetap ada.
2. Penelitian ini memberi gambaran bagi keluarga untuk mendukung proses
seorang ayah menuju masa pensiunnya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa suami dengan istri yang bekerja cenderung merasa lebih tenang
menuju masa pensiunnya. Walaupun demikian, seorang istri juga dapat
memberikan dukungan dalam bentuk dukungan moral dan bantuan untuk
memikirkan rencana usaha setelah suami memasuki masa pensiun. Selain
itu, penelitian ini juga mengajak anak untuk peka pada kondisi psikis
seorang ayah menuju masa pensiunnya.
3. Hasil penelitian ini memberi gambaran pada perusahaan bahwa program
persiapan pensiun memang dibutuhkan untuk menyiapkan mental
karyawan. Persiapan finansial yang dilakukan oleh karyawan perlu
diimbangi dengan persiapan mental menuju masa pensiun.
4. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bagaimana religiusitas
memengaruhi tingkat kecemasan yang muncul. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan gambaran tentang pentingnya percaya bahwa Tuhan akan
memberikan jalan untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
C. Saran
1. Bagi seorang ayah yang bekerja dan memiliki anak usia sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengingatkan pentingnya
mempersiapkan tabungan untuk keluarga dan biaya pendidikan anak sejak
dini. Dalam penelitian ini, ketiga informan telah mengikutkan anak ke
asuransi pendidikan, memiliki tabungan, dan mendapatkan dana pensiun;
namun tetap terdapat informan yang merasa cemas akan kehidupan masa
depannya. Peneliti juga berharap seorang ayah yang akan memasuki masa
pensiun telah mempersiapkan diri dengan mencari kegiatan yang dapat
dikerjakan setelah pensiun, baik kegiatan yang menghasilkan ataupun
tidak menghasilkan.
2. Bagi keluarga dengan ayah yang sedang menuju pensiun
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengajak anggota keluarga untuk
peka terhadap kondisi ayah yang sedang menuju masa pensiunnya. Selain
itu, diharapkan keluarga juga dapat memberikan dukungan sosial sehingga
ayah dapat menghadapi masa pensiun dengan tenang.
3. Bagi perusahaan
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan untuk mengadakan program persiapan
pensiun bagi para karyawan menjelang masa pensiunnya. Program
persiapan pensiun penting untuk meningkatkan kesadaran karyawan akan
pentingnya persiapan finansial dan persiapan mental menuju masa
pensiun. Program persiapan pensiun dapat dilakukan dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sosialisasi permasalahan-permasalahan yang umumnya muncul ketika
pensiun dan bagaimana cara mengatasinya. Selain itu, program ini juga
dapat dilakukan dengan berbagi pengalaman dari karyawan yang sudah
pensiun dan tetap menikmati hidupnya.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Peneliti berharap penelitian selanjutnya dapat lebih mengeskplorasi
kecemasan yang muncul, tidak hanya melalui penggalian data dari
informan, melainkan juga melalui wawancara dengan orang-orang terdekat
informan. Selain itu, peneliti dalam penelitian ini juga belum dapat
mengungkap dan menyadari adanya gejala fisik kecemasan yang mungkin
dialami oleh informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Daftar Pustaka:
Arogunadade, O. T. 2016. A psychological appraisal of pre-retirement anxiety
among some selected workers in lagos metropolis. Studies in Sociology of
Science Vol. 7, No. 5, pp 1-5 DOI:10.3968/8956
Baba, M.M., Garba, H.K., Zakariyah, A.A. 2015. Pre-retirement anxiety among
nigerian public servants: counseling intervention strategies for mitigating
effects for self-reliance and national development. Journal of Sociology,
Psychology and Anthropology in Practice, Vol. 7, No. 2, August 2015, ISSN:
2141-274X
Bal, M., & Visser, M.S. 2011. When are teachers motivated to work beyond
retirement age? The importance of support, change of work role and money.
Educational Management Administration & Leadership, 39 (5) 590-602 DOI:
10.1177/1741143211408448
Bart, Smet, 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedua Widiasarana
Indonesia.
Christian & Moningka, C. 2012. Self-efficacy dan kecemasan pegawai negeri sipil
menghadapi pensiun. Jurnal Psikologi Ulayat, Ed.I/Desember 2012, hlm. 45-
46 DOI: 10.24854/jpul2012-9
Creswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. United States of America: Sage Publications, Inc.
Deil, Siska A.F. 2015. “Ini bedanya uang pensiun pns dan pegawai swasta”
Diakses dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/2247340/ini-bedanya-
uang-pensiun-pns-dan-pegawai-swasta pada 2 Oktober 01.19 WIB
Dave, D., Rashad, I., & Spasojevic. 2008. The effects of retirement on physical
and mental health outcomes. Southern Economic Journal, Vol.75, No.2, pp.
497-523. Diakses dari www.jstor.org
Efendi, F. N., & Fata, U.H. 2008. Peer group support meningkatkan respon
penerimaan psikologis pegawai menghadapi masa persiapan pensiun (MPP).
Jurnal Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya
DOI: 10.20473/jn.v3i2.5002. Diakses dari www.researchgate.net/publication
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Hakim, S. N. 2007. Perencanaan dan persiapan menghadapi masa pensiun. Warta,
Vol.10, No.1, 96-109
Helmi, A. F. 2000. Pengolahan stress pra purna bakti. Jurnal Psikologika Vol.5
No.9 Hal 42-55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Humaira & Rachmatan, R. 2017. Perbedaan penyesuaian diri pensiunan yang
mendapatkan training pra-pensiun dengan yang tidak mendapatkan training
pra-pensiun. Jurnal Ecopsy, Vol.4, No.1, April 2017
Hoyer, William J., & Roodin, Paul A. 2003. Adult Development and Aging 5th
Ed.
New York: McGraw-Hill.
Ilona, K. H. 2017. Regulasi Emosi dalam Menghadapi Masa Pensiun pada
Karyawan Pria Pekerja Tunggal dengan Anak yang Masih Sekolah. Skripsi
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental, Cetakan Ketujuh. Bandung: Mandar
Maju.
Kembu, A. S., Amuhaya, I. M., Guyo, W. 2017. Relationship between pre-
retirement anxiety and knowledge sharing intentions in state corporation in
kenya. International Journal of Academic Reseacrh in Business and Social
Science, Vol. 7, No. 1. DOI: 10.6007/IJARBSS/v7-i1/2563
Koran SINDO. 2018. “Simak Alasan Utama Karyawan Mengajukan Pensiun
Dini” Diakses dari
https://economy.okezone.com/read/2018/01/04/320/1839894/simak-
alasan-utama-karyawan-mengajukan-pensiun-dini pada 7 Desember 2018
01.19 WIB
Lesmana, Danar. 2014. Kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadapi masa
pensiun. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol.02, No.01.
MaCewen, K. E., Barling, J., Kelloway, E. K., & Higginbottom, S. F. 1995.
Predicting retirement anxiety: The roles of parental socialization and personal
planning. The Journal of Social Psychology Vol. 135 No. 2, 203-213 DOI:
10.1080/00224545.1995.9711424
Madamba, Anna & Utkus, Stephen P. 2017. Retirement trasitions in four
countries. Vanguard Research Dipublikasikan oleh Vanguard Center for
Retirement Research.
Malito, Alessandra. 2017. “People all around the world have retirement anxiety –
here’s how to fix it” Diakses dari
https://www.marketwatch.com/story/retirement-anxiety-is-universal-as-is-
the-antidote-2017-02-28 pada 2 Oktober 2018 01.18 WIB
Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Manullang & Manullang. 2004. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Mariappanadar, S. 2013. Do retirement anxieties determine bridge employment
preference?, Personnel Review, Vol. 42 Iss 2 pp. 176 – 204
Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT.
Rosdakarya.
Nevid, J.R. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ni Ketut M. P. S. 2012. Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kecemasan
pada Karyawan Laki-laki Pra-Pensiun. Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
nn. 2016. “Aturan tentang Batas Usia Pensiun Pekerja” Diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt576b5bea8bb19/aturan-tentang-
batas-usia-pensiun-pekerja pada 6 Oktober 2018 pukul 02.02 WIB
Noor, Abidin. 2015. “Pensiun Bukan Akhir dari Segalanya” diakses dari
https://www.kompasiana.com/abidinnoor/54ffc9cea33311726350fd35/pensiu
n-bukan-akhir-dari-segalanya pada 8 Oktober 2018 pukul 04.15 WIB
Nuraini, D. E. 2013. Kecerdasan emosi dan kecemasan menghadapi pensiun pada
PNS. eJournal Psikologi, Vol. 1, No. 3: 324-331
Oluseyi, A. E. & Olufemi, O. O. 2015. Development and validation of retirement
anxiety scale for secondary school teachers in osun state, nigeria.
International Journal of Psychological Studies; Vol. 7, No. 2; 2015 ISSN
1918-7211 E-ISSN 1918-722X, Published by Canadian Center of Science and
Education.
Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. 2008. Human Development
(Psikologi Perkembangan). Jakarta: 2008.
Parkinson, C. N, Rustomji, M.K. & Viera, E. 1990. Masa Pensiun yang Bahagia
(alih bahasa: Budi). Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Praditya, I. I. 2015. “Batas Usia Pensiun Bakal Dinaikkan?” Diakses dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2258095/batas-usia-pensiun-pegawai-
swasta-bakal-dinaikkan pada 6 Oktober 2018 pukul 01.59 WIB
Prasojo, B. D. 2011. Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Pegawai Kementrian
Agama yang Istrinya Bekerja dan Tidak Bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan).
Semarang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang
Prastowo, A. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Putri & Lestari. 2015. Pembagian peran dalam rumah tangga pada pasangan suami
istri jawa. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No. 1, Februari 2015: 72-
85
Retirement Online-Community. nd. “Before Retirement, Anxiety, and
Depression” diakses dari https://www.retirement-online.com/before-
retirement-anxiety-and-depression.html pada 14 Maret 2018 pukul 12.34
WIB
Salami, Samuel O. 2010. Retirement context and psychological factors as
predictors of well-being among retired teachers. Europe’s Journal of
Psychology, Col.2, No. 10, pp. 47-64
Saputra, H. R. & Sagala, E. J. 2016. Pengaruh program persiapan pensiun
terhadap kesiapan pensiun karyawan di PT Krakatau Steel (PERSERO) TBK.
e-Proceeding of Management, Vol. 3, No. 3
Semiun, Yustinus. 2010. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta: Kanisius.
Sentika, A. Karma. 2010. “Masa Pensiun adalah Masa yang Indah” diakses dari
http://artikelpensiun.blogspot.com/2011/03/masa-pensiun-adalah-masa-yang-
indah.html pada 8 Oktober 2018 pukul 04.14 WIB
Sihite, R. (2007). Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan “Suatu Tinjauan
Berwawasan Gender”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sitorus, T. I. J. Y. K. & Ramdhani, N. 2014. Peran perencanaan pensiun,
religiusitas, afek positif, dan afek negatif terhadap kecemasan pensiun. Jurnal
Psikologi Tabularasa Vol.9, No. 2, 122-136
Suhariadi, F & Isnawati, D. 2012. Hubungan antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT Pupuk Kaltim.
Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol.1, No.3.
Supratiknya. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sutrisno, Edy. 2013. Kematangan emosional, percaya diri, dan kecemasan
menghadapi masa pensiun. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 2, No.
1: 1-11
Tarigan, Nabari. 2009. Happy and Healthy Retiree: Cara Pensiun Sehat dan
Bahagia. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Yulianti, V. A. 2010. Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Karyawan Pabrik
Laki-laki yang Telah Mengikuti Masa Persiapan Pensiun (MPP) di PT ISM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Bogasari Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Yuliarti, V. & Mulyana, O. P. 2014. Hubungan antara kecemasan menghadapi
pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT Pos Indonesia (PERSERO)
Kantor Pusat Surabaya. Character: Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol.03, No.
02, Tahun 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INFORMED CONSENT
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap :
Tempat, tanggal
lahir
:
Pekerjaan :
Saya yang tersebut di atas menyatakan SETUJU dan BERSEDIA untuk terlibat
sebagai INFORMAN dalam proses wawancara untuk penelitian tugas akhir yang
akan dilakukan oleh:
Nama : Ardenta Monik Yustisia
Asal Institusi : Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Dalam kegiatan ini, saya telah menyadari, memahami, dan menerima bahwa:
1. Informan bersedia terlibat penuh dan aktif selama proses wawancara dan
pengecekan informasi berlangsung.
2. Informan bersedia untuk memberikan informasi yang sejujur-jujurnya
berkaitan dalam proses yang berlangsung.
3. Identitas dan informasi yang informan berikan akan DIRAHASIAKAN dan
tidak akan disampaikan secara terbuka kepada umum.
Dalam mengisi lembar ini, informan TIDAK MENERIMA PAKSAAN dari pihak
manapun sehingga informan bersedia untuk mengikuti proses wawancara ini dari
awal hingga selesai.
Jakarta, ...........................................
(…………………………………………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Survey Pendahuluan
“Dinamika Psikologis menjelang Masa Pensiun”
Ardenta Monik Yustisia
2017
Pada bulan November 2017, telah dilakukan survey mengenai dinamika
psikologis individu yang sudah bekerja menjelang masa pensiunnya. Survey ini
dilakukan guna mendapatkan data yang dapat digunakan dalam penelitian tentang
“Kecemasan Menghadapi Pensiun”. Peneliti menyebarkan survey ini secara
online. Survey ini berisi pertanyaan-pertanyaan umum seperti usia pensiun pada
sebuah instansi dan tunjangan yang diberikan oleh instansi. Peneliti berhasil
mendapat 17 responden yang bersedia untuk mengikuti survey ini. Semua
responden merupakan karyawan pada sebuah instansi swasta yang ada di
Tangerang dan juga di Yogyakarta.
Berikut merupakan hasil dari survey yang telah dilakukan:
1. Usia pensiun pada instansi swasta yaitu berada pada rentang 55 tahun
sampai dengan 65 tahun.
2. 8 dari 9 responden yang mengikuti survey ini tidak mendapatkan
tunjangan selama masa pensiunnya.
3. 10 orang responden menganggap masa pensiun merupakan masa
bertambahnya waktu luang untuk membangun relasi sosial. Walaupun
demikian, terdapat tiga responden yang menganggap bahwa pensiun
merupakan masa hilangnya kegiatan ruytin dan hilangnya pendapatan
tetap. Empat orang responden lainnya melihat masa pensiun sebagai masa
dimana individu dapat tetap berkarya melalui pekerjaan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
4. Tiga orang responden memiliki pandangan cukup negatif terhadap
pekerjaannya selama dua bulan terakhir, seperti jenuh, merasa tertekan,
dan bingung.
5. 14 orang responden merasa tetap bersemangat dalam pekerjaannya karena
dalam bekerja responden dapat tetap bertemu dengan orang lain. Selain
itu, pekerjaan juga dipandang sebagai pilihan hidup yang telah menjadi
tanggung jawab dalam hidupnya.
Dari data yang berhasil didapatkan, peneliti dapat menggunakan data bahwa
tidak semua karyawan swasta mendapatkan tunjangan setelah memasuki masa
pensiunnya. Hal ini dapat mendukung asumsi peneliti tentang kecemasan
dalam menghadapi masa pensiun. Tidak ada tunjangan selama masa pensiun
dapat berdampak pada ketidakpastian pendapatan. Hal tersebut menjadi salah
satu faktor munculnya kecemasan menghadapi pensiun. Di samping itu,
peneliti juga mendapatkan data bahwa terdapat beberapa responden yang
mengalami salah satu gejala kognitif kecemasan, antara lain bingung, merasa
tertekan, dan merasa jenuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
TABEL KODING
Informan 1, AT, 57 tahun
Kode Sub-Kategori Kategori Tema
Merasa berada di taraf sakit
ringan (38)
Sakit ringan
Gejala Fisik
Kecenderungan
Kecemasan
Kadar kolesterol sering
meningkat (33)
Kolesterol
naik
Penyakit muncul karena umur,
dan bisa karena pikiran (34)
Pengaruh
umur pada
kesehatan
Dulu giat mencarikan beasiswa
(47)
Giat dalam
tugas
Gejala
Perilaku Sampai sekarang tetap giat
mencarikan beasiswa untuk
membantu anak yang tidak
mampu (48)
Tetap giat
Masih berusaha maksimal
untuk mencarikan beasiswa
(55)
Berusaha
maksimal
Pensiun merupakan selesainya
tugas di umur tertentu setelah
mengabdikan diri untuk sekian
lama (9)
Selesainya
tugas
Gejala
Kognitif Pensiun itu bersyukur karena
sampai pada purna tugas diberi
kelancaran dan kesehatan (13)
Bersyukur
Senang ketika akan pensiun
(14)
Senang
Adanya kegiatan yang dapat
menutupi pemikiran stress dan
bingung akan melakukan
kegiatan apa setelah pensiun
(36)
Tidak bingung
karena ada
kegiatan
Yakin dana pensiun dapat
digunakan untuk hidup
sederhana (29)
Keyakinan
diri
Setelah pensiun masih bisa
berkarya di bidang lain (15)
Berkarya di
bidang lain
Adanya kegiatan yang dapat
menutupi pemikiran stress dan
bingung akan melakukan
kegiatan apa setelah pensiun
(36)
Dana pensiun
Faktor
Eksternal
Faktor-faktor
yang
memengaruhi Sudah mempersiapkan biaya Asuransi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
pendidikan anak dengan
mengikuti asuransi pendidikan
(23)
pendidikan
anak
Punya tabungan untuk
membiayai anak (27)
Tabungan
Istri bekerja sebagai karyawan
swasta (79)
Istri bekerja
Paling tidak anak pertama
sudah berhasil menyelesaikan
studi dan mengurangi biaya
pendidikan satu anak (83)
Biaya
pendidikan
anak
Sudah ditawari untuk menjadi
pengurus di gereja (16)
Kegiatan
setelah
pensiun
Tidak menerima tawaran
karena masih bekerja (17)
Kegiatan
setelah
pensiun
Aktif di kegiatan lain selain di
sekolah (18)
Kegiatan
selain bekerja
Aktif di kegiatan lain selain di
sekolah
Kegiatan
selain bekerja
Masih memiliki warisan yang
dapat dikembangkan (19)
Warisan
Yakin dana pensiun dapat
digunakan untuk hidup
sederhana (29)
Keyakinan
diri
Faktor
Internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
TABEL KODING
Informan 2, FI, 57 tahun
Kode Sub-Kategori Kategori Tema
Merasa tidak sangat sehat
(65)
Tidak sangat
sehat
Gejala Fisik
Kecenderungan
Kecemasan
Setiap hari selalu rutin
olahraga (67)
Rutin olahraga
Olahraga membuat tidur enak
dan makan enak (68)
Olahraga pada
kessehatan
Merasa masih kuat untuk
melanjutkan tugas (36)
Masih kuat
Ijin tidak masuk kerja tidak
pernah dikarenakan alasan
fisik (66)
Tidak pernah
ijin kerja
Gejala
Perilaku
Tetap berprinsip akan
melayani anak sebagai tugas
seorang guru walaupun ada
pengalaman yang tidak
menyenangkan (17)
Melayani murid
Melihat dirinya sebagai guru
yang jarang marah pada
murid (18)
Jarang marah
Bercanda dengan murid-
murid di kelas (21)
Bercanda
Berinisiatif untuk mencairkan
suasana kembali bersama
dengan murid-murid agar
situasi KBM menjadi nyaman
kembali (20)
Inisiatif
Tidak akan marah apabila
tidak keterlaluan (22)
Tidak marah
Sudah malas untuk
memikirkan pekerjaan yang
berat (72)
Malas
Selalu berusaha untuk tetap
menjaga komunikasi dengan
rekan kerja (73)
Menjaga
komunikasi
Terbuka untuk mendengar
cerita murid-murid dengan
lata belakang keluarga yang
bermasalah (27)
Terbuka
Tetap ingin mengajar apabila
dimintai bantuan, karena
belum memiliki rencana
Ingin tetap
mengajar
Gejala
Kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
kegiatan ketika pensiun (34)
Senang dengan adanya
peraturan baru batas usia
purna tugas (33)
Senang bekerja
lebih lama
Pensiun adalah berhenti dari
bekerja (38)
Berhenti bekerja
Pensiun bukan suatu beban
(39)
Bukan beban
Merasa bersyukur karena bisa
mengabdikan diri sampai
purna, dengan kondisi
kesehatan yang baik (40)
Bersyukur
Pensiun itu menyenangkan
karena sudah tidak bekerja,
tetapi tetap dibayar (41)
Pensiun
menyenangkan
Jaminan asuransi menjadi
pikiran apakah dapat
dibayarkan atau tidak (52)
Khawatir pada
asuransi
Mencari alternatif usaha
untuk setelah pensiun (45)
Mencari
alternatif usaha
Yakin bahwa Tuhan akan
memberikan jalan asal kita
mau berusaha (46)
Yakin pada
Tuhan
Masih memiliki tabungan
untuk biaya pendidikan anak
dari sertifikasi yang tidak
pernah diambil penuh (47)
Tabungan
Faktor
Eksternal
Faktor-faktor
yang
memengaruhi
Mengikuti asuransi dan
koperasi agar ada tambahan
penghasilan walaupun sedikit
(48)
Asuransi dan
koperasi
Sudah memperhitungkan
bahwa ketika pensiun, dua
anak masih sekolah,
sedangkan istri tidak
memiliki penghasilan (51)
Persiapan
sebelum pensiun
Faktor
Internal
Anak lebih peka terhadap
kondisi keuangan keluarga
(56)
Kondisi
keluarga
Faktor
Eksternal
Istri merupakan ibu rumah
tangga (6)
Kondisi
keluarga
Yakin bahwa Tuhan akan
memberikan jalan asal kita
mau berusaha (46)
Spiritualitas Faktor
Internal
Memiliki sumber pendapatan
lain dari mengontrakkan
Sumber
penghasilan lain
Faktor
Eksternal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvi
rumah (63)
Memiliki cita-cita ingin
mencurahkan waktu untuk
Tuhan setelah masa pensiun
(75)
Kegiatan setelah
pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvii
TABEL KODING
Informan 3, TS, 56 tahun
Kode Sub-Kategori Kategori Tema
Kondisi fisik sudah menurun
(55)
Penurunan
kondisi fisik
Gejala Fisik
Kecenderungann
Kecemasan
Lebih mudah merasa lelah
(56)
Mudah lelah
Memiliki vertigo (58) Vertigo
Merasa semakin berat ketika
memiliki banyak pekerjaan
(59)
Merasa berat
Khawatir tidak bisa mencari
uang untuk memenuhi
kebutuhan keluarga setelah
pensiun (17)
Khawatir tidak
bisa mencari
uang
Gejala
Kognitif
Tidak berani pensiun dini
karena khawatir anak masih
sekolah (18)
Khawatir
Merasa lelah dengan rekan
kerja muda yang memiliki
ritme kerja berbeda (31)
Merasa lelah
dengan rekan
kerja
Merasa sudah tidak terpakai
di kantor tetapi belum berani
untuk pensiun (34)
Merasa tidak
terpakai
Sempat merasa down karena
demosi jabatan (35)
Merasa down
Merasa masa menjelang masa
pensiun ternyata sulit (53)
Merasa sulit
menjelang
masa pensiun
Tanggung jawab di kegiatan
selain bekerja juga menjadi
beban pikiran (60)
Tanggung
jawab lain
menjadi beban
pikiran
Tetap berkontribusi walaupun
tidak memiliki jabatan (37)
Tetap
berkontribusi
Gejala
Perilaku
Saling melengkapi
kekurangan dalam pekerjaan
(38)
Saling
melengkapi
Ketika memiliki jabatan
menjadi lebih mudah marah
karena adanya tuntutan
jabatan (40)
Lebih mudah
marah ketika
punya jabatan
Senang karena bisa
membawa perubahan suasana
Membawa
suasana baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxviii
di kantor (44)
Pernah mengeluh pada istri
karena sudah tidak betah
bekerja (45)
Mengeluh pada
istri
Mendapatkan dana pensiun
yang jumlahnya sepertiga gaji
dari perusahaan (52)
Dana pensiun
Faktor
Eksternal
Faktor-faktor
yang
memengaruhi
kecemasan
Mengikuti asuransi untuk
anak pertama hingga anak
ketiga (53)
Asuransi
Sehingga ada bantuan biaya
untuk anak ketika masuk
perguruan tinggi (51)
Asuransi
membantu
Kegiatan di luar pekerjaan
bisa menjadi sumber
penghasilan tambahan (12)
Kegiatan selain
bekerja
Setelah pensiun akan tetap
mencari uang dan
mengekspresikan
kemampuan (8)
Rencana
kegiatan
setelah pensiun
Faktor
Internal
Yakin bahwa Tuhan akan
memberikan jalan (21)
Spiritualitas
Anak pertama sudah bekerja
namun belum bisa membantu
menghidupi adik-adikya (22)
Kondisi
keluarga
Faktor
Eksternal
Anak pertama sudah lulus
sejak 2014 tetapi belum
memiliki pekerjaan tetap (23)
Kondisi
keluarga
Istri mengingatkan bahwa
masih ada anak ketiga yang
masih kecil (46)
Dukungan
sosial
Senang memiliki komunitas
yang seusia, seprofesi, dan
memiliki hobi yang sama
(49)
Dukungan
sosial
Teman-teman dalam
komunitas berperan untuk
saling mendukung (50)
Dukungan
sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI