program studi pendidikan biologi fakultas …eprints.ums.ac.id/28732/12/09_naskah_publikasi.pdf ·...

14
KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM YOGHURT BIJI KELUWIH DENGAN PENAMBAHAN JENIS PEMANIS DAN DAUN BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss) SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : NIKEN DWI HAPSARI A 420 102 018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: phunganh

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM YOGHURT BIJI KELUWIH

DENGAN PENAMBAHAN JENIS PEMANIS DAN DAUN

BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss)

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

NIKEN DWI HAPSARI

A 420 102 018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

1

KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM YOGHURT BIJI KELUWI DENGAN

PENAMBAHAN JENIS PEMANIS DAN DAUN BAYAM MERAH

(Alternanthera amoena Voss) SEBAGAI PEWARNA ALAMI

1) Niken Dwi Hapsari,

2) Titik Suryani,

1) Mahasiswa/Alumni,

2) Staff pengajar,

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan,Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014,

113 halaman.

ABSTRAK

Yoghurt adalah minuman fermentasi yang dibuat oleh bakteri Streptococcus

thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Penelitian ini menggunakan biji

keluwih sebagai bahan dasar yoghurt. Jenis pemanis gula pasir memiliki

kandungan sukrosa dan gula stevia memiliki kandungan maltodekstrin,

siklodekstrin dan gula stevia yang berasal dari ekstrak daun stevia serta

rebaudioside A dengan tingkat kemanisan antara 200-300 kali gula tebu . Bayam

merah memiliki pigmen antosianin dan berperan sebagai antioksidan. Tujuan

penelitian untuk mengetahui pengaruh antara jenis pemanis dan daun bayam

merah sebagai pewarna alami terhadap kadar glukosa dan kalsium serta kualitas

yoghurt biji keluwih. Metode penelitian dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

2 faktor, faktor 1: jenis pemanis yaitu gula pasir 20 g (K1), gula stevia (K2) dan

faktor 2 : konsentrasi daun bayam merah yaitu tanpa daun bayam merah (Q0), 5 g

(Q1), 10 g (Q2) dan 15 g (Q3), dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada interaksi antara jenis pemanis dan daun bayam merah

sebagai pewarna alami terhadap kadar glukosa dan kalsium yoghurt biji keluwih.

Kadar glukosa dan kalsium tertinggi yoghurt biji keluwih pada kombinasi gula

stevia 20 g dan daun bayam merah 15 g sebesar 36,43 g dan 121,93 mg. Kualitas

yoghurt terbaik pada kombinasi gula pasir 20 g dan daun bayam merah 15 g

dengan warna merah keunguan; aroma sedap; rasa asam dan kurang manis;

tekstur cukup kental; dan daya terima tinggi.

Kata kunci : yoghurt, biji keluwih, gula pasir + gula stevia, daun bayam merah

2

THE CONTENT OF GLUCOSE AND CALCIUM YOGHURT OF

BREADNUT SEED WITH THE ADDITION OF SWEETENERS

AND RED SPINACH LEAVES (Alternanthera amoena Voss)

AS A NATURAL COLOUR

1) Niken Dwi Hapsari,

2) Titik Suryani,

1) Student/Alumnus,

2) Lecturer,

Biology Education Program, Faculty of Teacher Training and Education,

Muhammadiyah University Of Surakarta, 2014, 113 pages.

ABSTRACT

Yoghurt is a fermented beverage made by the bacteria Streptococcus

thermophilus and Lactobacillus bulgaricus. This research used a breadnut seed

as the base material yoghurt. Type of sweetener is sugar cane contains sucrose

and stevia sugar contains maltodextrin, cyclodextrin and stevia sugar derived

from the stevia leaf extract and Rebaudioside A with levels between 200-300 times

the sweetness of sugar cane. Red spinach has anthocyanin pigments and acts as

an antioxidant. The purpose of research was to determine the effect of the type

sweetener and red spinach leaves as a natural colour on levels of glucose and

calcium as well as the quality yoghurt of breadnut seed. The methods research

used completely randomized design (CRD) 2 factors, the first factor was type of

sweetener is sugar cane 20 g (K1), stevia sugar (K2) and the second factor was the

concentration of red spinach leaves of without red spinach leaves (Q0), 5 g (Q1),

10 g (Q2), 15 g (Q3), with 3 replications. The results showed that there was

interaction between the type of sweetener and red spinach leaves as a natural

colour on the levels of glucose and calcium. The higest glucose and calcium of

yoghurt breadnut seed on the combination of stevia sugar 20 g and red spinach

leaves of 15 g was 36,43 g and 121,93 mg. The best quality of yoghurt on the

combination of 20 g sugar cane and red spinach leaves of 15 g with the

characteristic of purplish-red colour; savory aroma; taste sour and less sweet;

quite thick texture, and hight acceptable.

Key words: yoghurt, breadnut seed, sugar cane+stevia sugar, red spinach leaves

3

A. Pendahuluan

Yoghurt adalah suatu minuman yang terbuat dari susu dengan cara

fermentasi oleh bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus

bulgaricus. Bakteri tersebut akan mengubah laktosa menjadi asam laktat yang

berperan sebagai pembentuk rasa asam. Yoghurt merupakan minuman yang

baik untuk kesehatan pencernaan, meningkatkan kekebalan tubuh dan

menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta menghasilkan zat gizi yang

diperlukan oleh hati sehingga berguna untuk mencegah penyakit kanker.

Yoghurt tidak hanya dapat dibuat dari susu hewani, tetapi dapat dibuat

dari susu nabati salah satunya biji keluwih. Saat ini biji keluwih yang sudah

tua belum dikembangkan sebagai olahan makanan yang berpotensi sebagai

sumber protein dan karbohidrat. Hasil penelitian Sukatiningsih (2005),

menunjukkan bahwa biji keluwih mengandung air 0,050±10.835%, abu

0,061±1.499%, protein 0,371±8,843%, lemak 0,529±5,599%, serat

0,001±8.197%, karbohidrat 64,965%, pati, fenol 0,001±0,061% serta sifat

fisikokimia dan fungsional pati biji keluwih.

Faktor yang menentukan mutu bahan pangan adalah pemanis dan

pewarna. Dalam pembuatan yoghurt jenis pemanis yang popular di Indonesia

adalah gula pasir (sukrosa) yang memiliki kalori sangat tinggi. Hal tersebut

dapat menyebabkan penyakit diabetes dan obesitas. Menurut Suparmo dan

Sudarmanto (1991), gula pasir berbentuk kristal berwarna putih mempunyai

rasa manis, dan mengandung sukrosa 97,1%, gula reduksi 1,24%, kadar air

0,61%, dan senyawa organik bukan gula 0,7%.

Jenis pemanis gula stevia berasal dari daun stevia (Stevia rebaudiana)

yang telah mengalami proses ekstraksi dapat disubtitusikan sebagai pengganti

gula pasir. Gula stevia tidak menyebabkan carries gigi, rendah kalori

sehingga baik bagi penderita diabetes, dan tidak menyebabkan kanker pada

pemakaian jangka panjang (Buchori, 2007). Hasil penelitian Kusuma (2013),

menunjukkan bahwa dalam pembuatan susu organik dari biji keluwih dengan

penambahan gula pasir 25 g memiliki rasa sangat manis dan dengan

penambahan ekstrak daun stevia 25 g memiliki rasa manis.

4

Salah satu pewarna alami sayuran yang dapat dimanfaatkan dalam

pembuatan yoghurt adalah bayam merah karena kandungan antosianin yang

menghasilkan warna merah keunguan. Kandungan antosianin yang terdapat

pada bayam merah berperan utama sebagai antioksidan (Lingga, 2012). Hasil

penelitian Kusumawati (2013), menunjukkan bahwa es krim gembili dengan

penambahan konsentrasi daun bayam merah 15 g menghasilkan es krim yang

berkualitas dengan kadar overrum 46,5% dan hasil uji warna organoleptik

dengan penambahan konsentrasi daun bayam dapat meningkatkan warna

kemerahan pada es krim.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan

konsentrasi jenis pemanis dan daun bayam merah (Alternanthera

amoenaVoss) terhadap kadar glukosa dan kalsium serta kualitas pada yoghurt

biji keluwih.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian

dilakukan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi

dan Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta pada bulan Februari 2014.

Rancangan penelitian adalah percobaan faktorial yang disusun dalam

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor. Faktor 1: jenis

pemanis yaitu gula pasir 20 g (K1), gula stevia (K2) dan faktor 2 : konsentrasi

daun bayam merah yaitu tanpa daun bayam merah (Q0), 5 g (Q1), 10 g (Q2)

dan 15 g (Q3). Terdapat 8 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan.

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kompor gas, panci, kain

saringan, pengaduk, baskom, inkubator, termometer, gelas ukur, api bunsen,

botol jam, belender, pisau, timbangan elektrik, kertas label, tabung reaksi, rak

tabung reaksi, mikropipet, water bath, Fotometer-Boehringer. Bahan: biji

keluwih dari buah keluwih yang masak, gula stevia, gula pasir, daun bayam

merah, starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus,

serta reagent warna glukosa dan kalsium.

5

Tahap awal penelitian adalah persiapan yang terdiri atas penyortiran,

pencucian, penimbangan, perebusan bahan dasar, pengupasan kulit ari, dan

pemblenderan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan yoghurt biji keluwih

melalaui tahap pasteurisasi, inokulasi, inkubasi dan pendinginan untuk

menghentikan proses fermentasi. Setelah itu, dilakukan pengujian kadar

glukosa, kalsium, dan kualitas (dengan organoleptik dan daya terima) pada

yoghurt biji keluwih. Uji kadar glukosa dan kalsium dilakukan dengan

metode spektofotometri.

Data hasil hasil eksperimen penelitian kemudian diuji kandungannya

dengan uji laboratorium glukosa dan kalsium kemudian dianalisis secara

deskriptif kuantitatif dengan uji statistik two way anova, sedangkan uji

kulaitas (dengan organoleptik dan daya terima) dianalisis dengan deskriptif

kualitatif.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Analisis Kadar Glukosa dan Kalsium Yoghurt Biji Keluwih

Tabel 1. Rata-rata Kadar Glukosa dan Kalsium Yoghurt Biji Keluwih

Perlakuan Glukosa (g) Kalsium (mg) Keterangan

K1Q0 22 * 68,35

Gula pasir 20 g tanpa daun bayam

merah

K1Q1 26,46 86,36 Gula pasir 20 g dan daun bayam

merah 5 g.

K1Q2 33,80 97,66 Gula pasir 20 g dan daun bayam

merah 10 g.

K1Q3 35,83 110,66 Gula pasir 20 g dan daun bayam

merah 15 g.

K2Q0 23 65,70 #

Gula stevia 20 g tanpa daun bayam

merah

K2Q1 28,23 75,80 Gula stevia 20 g dan daun bayam

merah 5 g.

K2Q2 33,83 104,70 Gula stevia 20 g dan daun bayam

merah 10 g.

K2Q3 36,43 **

121,93 ##

Gula stevia 20 g dan daun bayam

merah 15 g.

Keterangan:

** = Glukosa tertinggi ## = Kalsium tertinggi

* = Glukosa terendah # = Kalsium terendah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data (Tabel 1), kadar

glukosa tertinggi dapat dilihat pada perlakuan K2Q3 (penambahan gula

6

stevia 20 gram dan daun bayam merah 15 gram) sebesar 36,43 gram dan

kadar glukosa terendah dapat dilihat pada perlakuan K1Q0 (penambahan

gula pasir 20 gram tanpa daun bayam merah) sebesar 22 gram. Menurut

Retno (2004), perbedaan kadar glukosa pada setiap sampel dapat

dikarenakan adanya perombakan glukosa oleh bakteri Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dalam memfermentasikan

biji keluwih menjadi yoghurt. Semakin tinggi kadar glukosa, maka

semakin baik kualitas yoghurt yang dihasilkan.

Hasil penelitian Maretta (2012), menunjukkan bahwa dalam

pembuatan bolu kukus kadar gula total tertinggi terdapat pada

penambahan gula pasir 100 gram dan kadar gula total terendah terdapat

pada penambahan ekstrak daun stevia 0,30 gram. Hasil penelitian yang

telah dilakukan tidak menunjukkan demikian karena penambahan jenis

pemanis memiliki konsentrasi yang sama yaitu 20 gram dengan jenis

pemanis gula pasir dan gula stevia yang berasal dari ekstrak daun stevia

yang telah dikristalkan.

Kandungan utama gula stevia yang berasal dari ekstrak daun stevia

adalah derivate steviol terutama steviosid (4-15%), rebausid A (2-4%),

dan C (1-2%) serta dulkosida. Selain itu, gula stevia rendah kalori dan

non-karsinogenik, sehingga aman digunakan bagi penderita diabetes

(Raini dan Isnawati, 2011). Gula pasir mengandung sukrosa yang

memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan rasanya manis serta

memiliki jumlah kalori yang tinggi, sehingga tidak baik dikonsumsi para

penderita diabetes (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Pada yoghurt biji keluwih kadar glukosa tidak hanya berasal dari

komponen gula, tetapi berasal dari komponen lain seperti biji keluwih

dan daun bayam merah yang mengandung pati (gula). Semakin banyak

konsentrasi daun bayam merah yang digunakan semakin tinggi kadar

glukosa yoghurt biji keluwih.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data (Tabel 1), kadar

kalsium tertinggi dapat dilihat pada perlakuan K2Q3 (penambahan gula

7

stevia 20 gram dan daun bayam merah 15 gram) sebesar 121,93 mg dan

kadar kalsium terendah dapat dilihat pada perlakuan K2Q0 (penambahan

gula stevia 20 gram tanpa daun bayam merah) sebesar 65,70 mg. Adanya

perbedaan kadar kalsium pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa ada

pengaruh penambahan jenis pemanis dan konsentrasi daun bayam merah

sebagai pewarna alami terhadap yoghurt biji keluwih. Semakin banyak

konsentrasi daun bayam merah yang digunakan memiliki kadar kalsium

yang tinggi, sebaliknya semakin sedikit konsentrasi daun bayam merah

yang digunakan maka kadar kalsiumnya semakin rendah. Hal tersebut

disebabkan oleh kandungan kalsium yang tinggi yang terdapat pada

bayam merah. Menurut Kusharto dan Suhardjo (1999), bahan makanan

yang kaya akan kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti yoghurt,

keju, dan es krim. Disamping itu sayuran tertentu seperti bayam

merupakan sumber kalsium.

Berdasarkan hasil analisis data dengan uji statistik, tidak ada

pengaruh antara jenis pemanis terhadap kadar glukosa dan kalsium

yoghurt biji keluwih. Ada pengaruh antara penambahan konsentrasi daun

bayam merah terhadap kadar glukosa dan kalsium yoghurt biji keluwih.

Ada interaksi antara penambahan jenis pemanis dan daun bayam merah

terhadap kadar glukosa dan kalsium yoghurt biji keluwih.

8

2. Kualitas Yoghurt dengan Organoleptik

Tabel 2. Rata-Rata Hasil Uji Organoleptik dan Daya Terima

Perlakuan Penilaian Kualitas Yoghurt Biji Keluwih dengan Organoleptik

Warna Aroma Rasa Tekstur Daya Terima

K1Q0 Putih

kekuningan Sedap

Asam dan

kurang

manis

Cukup

kental Suka

K1Q1 Merah muda Sedap

Asam dan

kurang

manis

Cukup

kental Kurang suka

K1Q2 Merah Sedap

Asam dan

kurang

manis

Cukup

kental Suka

K1Q3 Merah

keunguan Sedap

Asam dan

kurang

manis

Cukup

kental Suka

K2Q0 Putih

kekuningan

Kurang

sedap

Manis dan

asam

Cukup

kental Kurang suka

K2Q1 Merah

kekuningan

Kurang

sedap

Manis dan

asam

Cukup

kental Kurang suka

K2Q2 Merah muda Kurang

sedap

Manis dan

asam

Cukup

kental Kurang suka

K2Q3 Merah

keunguan Sedap

Manis dan

asam

Cukup

kental Kurang suka

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data (Table 2), organoleptik

yang dilakukan oleh 20 panelis menunjukkan adanya warna yang

bervariasi pada setiap sampel yoghurt biji keluwih. Perbedaan warna

pada setiap sampel yoghurt biji keluwih disebabkan oleh penambahan

konsentrasi daun bayam merah yang diberikan untuk setiap perlakuan.

Semakin banyak konsentrasi daun bayam merah yang diberikan maka

warna semakin cerah, sebaliknya semakin sedikit konsentrasi daun

bayam merah yang diberikan maka warna yang dihasilkan tidak begitu

cerah. Karena didalam daun bayam merah terdapat pigmen antosianin

yang memberikan warna ungu kemerahan. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Handayani (2013), bahwa penambahan daun bayam merah 5

ml, 10 ml, dan 15 ml sebagai pewarna alami es krim akan memberikan

9

warna putih kemerahan hingga ungu kemerahan. Semakin banyak

konsentrasi yang diberikan, maka warna es krim semakin cerah.

Dari hasil penelitian menunjukkan aroma yang berbeda pada setiap

sampel yoghurt biji keluwih, yaitu aroma sedap dan kurang sedap.

Yoghurt yang dihasilkan memiliki aroma sedap yang khas karena bahan

dasar yang digunakan yaitu biji keluwih. Aroma yang kurang sedap

dimungkinkan oleh proses fermentasi yang kurang sempurna yang

dilakukan oleh bakteri yang sedang bekerja untuk memecah dan

mengubah senyawa laktosa menjadi asam laktat. Pemecahan senyawa

laktosa yang dilakukan oleh bakteri Streptococcus thermophilus dan

Lactobacillus bulgaricus akan menghasilkan gas yang menguap yang

dikenal dengan sebutan aroma. Semakin sedap aroma yang dihasilkan

menunjukkan bahwa starter bakteri Streptococcus thermophilus dan

Lactobacillus bulgaricus bekerja secara optimal (Bahar, 2008).

Rasa yoghurt biji keluwih yang dihasilkan bervariasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa yoghurt biji keluwih memiliki rasa

manis-asam, dan rasa asam-kurang manis. Rasa asam yang dihasilkan

dapat disebabkan adanya degradasi laktosa pada saat pemanasan yang

dihasilkan oleh glukosa yang terkandung pada sari biji keluwih dan sari

daun bayam merah, sehingga dapat membentuk rasa asam dan secara

cepat dapat menurunkan pH. Selain itu, rasa asam yang dihasilkan

disebabkan oleh aktivitas penurunan pH pada saat proses inkubasi yang

memfermentasikan laktosa menjadi asam laktat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yoghurt biji

keluwih memiliki tekstur cukup kental. Tekstur yang dihasilakan

dipengaruhi oleh aktivitas bakteri Streptococcus thermophilus dan

Lactobacillus bulgaricus. Bakteri Lactobacillus bulgaricus berperan

dalam meberikan rasa, sedangkan bakteri Streptococcus thermophilus

memberikan sifat kekntalan pada yoghurt yang dihasilkan.

Hasil penelitian menunjukkan daya terima masyarakat terhadap

yoghurt biji keluwih yaitu suka dan kurang suka. Secara garis besar hasil

10

penelitian menunjukkan bahwa kualitas dan daya terima terbaik yoghurt

biji keluwih yaitu pada perlakuan gula pasir 20 gram dan daun bayam

merah 15 gram memiliki warna merah keunguan, aroma sedap, rasa asam

dan kurang manis, tekstur cukup kental dan daya terima tinggi.

Karakteristik yoghurt SNI 01-2981-2009 yaitu, memiliki standar warna

cerah, aroma normal/khas/sedap, rasa asam atau khas yoghurt, tekstur

yang cair sampai dengan semi padat atau lembut.

D. Simpulan

Dari penelitian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa ada interaksi antara penambahan jenis pemanis alami dan

daun bayam merah sebagai pewarna alami terhadap kadar glukosa dan

kalsium yoghurt biji keluwih. Kadar glukosa dan kalsium tertinggi yoghurt

biji keluwih pada perlakuan gula stevia 20 gram dan daun bayam merah 15

gram sebesar 36,43 gram dan 121,93 mg. Kualitas yoghurt terbaik pada

perlakuan gula pasir 20 gram dan daun bayam merah 15 gram dengan warna

merah keunguan; aroma sedap; rasa asam dan kurang manis; tekstur cukup

kental; dan daya terima tinggi.

E. Daftar Pustaka

Bahar, Burhan. 2008. Minuman Susu Fermentasi Dengan Segudang Khasiat

Untuk Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Buchori, Luqman. 2007. Pembuatan Gula Non Karsinogenik Non Kalori

Dari Daun Stevia. Jurnal UNDIP. Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember

2007.

Gunawan, Didik dan Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)

Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.

11

Handayani, Titik. 2013. Kualitas (Overrun, Kecepatan Meleleh Dan

Organoleptik) Es Krim Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst)

Dengan Penambahan Daun Bayam Merah (Alternanthera amoena

Voss) Sebagai Pewarna Alami. Skripsi. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Kusharto, Clara M dan Suhardjo. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakrta:

Kanisius.

Kusumawati, Aditya. 2013. Kualitas Es Krim Gembili (Dioscorea esculenta

Lour.) Dengan Penambahan Daun Bayam Merah (Alternanthera

amoena Voss). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusuma, Renny Widia. 2013. Pemanfaatan Biji Kluwih (Arthocarpus Altilis)

Dalam Pembuatan Susu Organik Dengan Penambahan Pewarna

Alami. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lingga, Lani. 2012. Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta: PT AgroMedia

Pustaka.

Maretta, Viska. 2012. Pemanfaatan Daun Stevia (Stevia Rebaudiana)

Sebagai Pemanis Alami Terhadap Kualitas Organoleptik Dan Kadar

Gula Total Bolu Kukus. Skripsi. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Raini, Mariana dan Ani Isnawati. 2011. Kajian: Khasiat dan Keamanan

Stevia Sebagai Pemanis Pengganti Gula. Jurnal Media Litbang

Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011.

Retno. 2004. Biokimia. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret.

SNI-2981. 2009. Yoghurt. Badan Standar Nasional Indonesia.

Sukartiningsih. 2005. Sifat Fisikokimia dan fungsional Pati Biji Kluwih

(Artocapus Communis G.Forst). Jurnal Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Suparmo dan Sudarmanto, 1991. Proses Pengolahan Tebu. Yogyakarta:

UGM.