program studi kimia fakultas sains dan teknologi...

128
IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI KURMA (Phoenix dactylifera) CITRA HESTI WIDYOWATI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1437 H

Upload: dangminh

Post on 05-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI

KURMA (Phoenix dactylifera)

CITRA HESTI WIDYOWATI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1437 H

Page 2: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

ii

IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI

KURMA (Phoenix dactylifera)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Citra Hesti Widyowati

1111096000069

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1437 H

Page 3: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I
Page 4: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I
Page 5: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

v

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN

Ciputat, 29 September 2015

Citra Hesti Widyowati

NIM. 1111096000069

Page 6: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

vi

ABSTRAK

Citra Hesti Widyowati. Identifikasi Senyawa Aktif Antioksidan Ekstrak Biji Kurma

(Phoenix dactylifera). Dibawah bimbingan Yusraini Dian Inayati Siregar dan Adi

Riyadhi.

Biji kurma (Phoenix dactylifera) merupakan komponen dari buah kurma yang

besarnya sekitar 10-15%. Biji kurma di beberapa negara menjadi masalah besar pada

industri pengolahan buah kurma karena sampai saat ini biji kurma hanya menjadi

limbah dan sebagian kecil digunakan sebagai pakan hewan ternak. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui metode ekstraksi yang menghasilkan aktivitas

antioksidasi tertinggi dan mengidentifikasi senyawa aktif antioksidan ekstrak biji

kurma. Isolasi senyawa aktif antioksidan dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi,

sokletasi dan sonikasi. Penelitian yang dilakukan meliputi penapisan fitokimia, kadar

total fenolik, kadar total flavonoid, aktivitas antioksidasi dengan metode TBA dan

DPPH serta analisis senyawa aktif antioksidan menggunakan GC-MS. Berdasarkan

hasil penelitian ditunjukkan bahwa aktivitas antioksidasi tertinggi terdapat pada ekstrak

etanol biji kurma hasil sokletasi melalui metode DPPH dengan IC50 sebesar

4.307±0.368 dan pada ekstrak n-heksana biji kurma hasil maserasi melalui metode

TBA dengan nilai % daya hambat sebesar 82.265%. Berdasarkan hasil analisis

menggunakan GCMS ditunjukkan bahwa di dalam ekstrak etanol biji kurma terdapat

senyawa phenol,2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methyl, 1,2-benzenedicarboxyl acid,

dihydro methyl jasmonate dan di dalam ekstrak n-heksana biji kurma terdapat senyawa

9-octadecenoic acid (Z)-methyl ester.

Kata Kunci : Antioksidan, Biji Kurma (Phoenix dactylifera), DPPH, GC-MS, TBA.

Page 7: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

vii

ABSTRACT

Citra Hesti Widyowati. Identification of Antioxidant Active Compounds from Dates

Pits Extract (Phoenix dactylifera) under the guidance of Yusraini Dian Inayati

Siregar and Adi Riyadhi.

Date pits (Phoenix dactylifera) are component of palm fruit which have 10 –

15% amount. In some countries, date pits become a major problem on palm fruit

processing industry due to the current date pits just be a waste and a small part is used

as animal feed. This study was conducted to determine the extraction method that

produces the highest antioxidant activity and for identify the antioxidant active

compounds of extract date pits. Isolation of antioxidant active compounds made by the

maceration, soxhletation and sonication method. The research was conducted on the

phytochemical screening, total phenolic content, total flavonoid content, antioxidant

activity with TBA and DPPH method, also analyze the antioxidant active compound

by GC-MS. The results had showed that the highest antioxidative activity contained in

the ethanol extract of date pits by soxhletation through DPPH method with IC50 of

4.307±0.368 and the n-hexane extract of date pits through the maceration with TBA

method by value % inhibition of 82.265%. Results of analysis using GCMS had

showed that the ethanol extract of the date pits contained phenol,2,6-bis(1,1-

dimethylethyl)-4-methyl compound, 1,2-benzenedicarboxyl acid, dihydro methyl

jasmonate and the n-hexane extract of the date pits contained 9-octadecenoic acid (Z)-

methyl ester compound.

Keywords : Antioxidant, Date Pits (Phoenix dactylifera), DPPH, GC-MS, TBA.

Page 8: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

viii

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, karena atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, beserta keluarganya dan para sahabatnya

yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi’ar Islam yang

pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.

Skripsi yang berjudul “ Identifikasi Senyawa Aktif Antioksidan Ekstrak Biji

Kurma (Phoenix dactylifera)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kimia di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus memberikan

bimbingan dan dukungannya sehingga ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Yusraini D.I.S, M.Si., selaku pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi.

2. Adi Riyadhi, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi.

3. Dede Sukandar, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

ix

5. Nurhasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I dan Penguji II

yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik.

6. Seluruh dosen program studi kimia yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis selama menempuh pendidikan.

7. Ibu, bapa, kakak dan adik tercinta atas segala doa, motivasi dan dukungan yang

diberikan kepada penulis.

8. Fitriah Hatiningsih, S.Si, Nur Ernita, S.Si dan Nita Rosita, S.Si sebagai laboran

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan

penelitian di laboratorium.

9. Rani, Mei, Husna, Heni, Dilah, Annisa, Indi, Eva, Suci, Maya, Alfindah, Rifqi,

Ika, Esti, seluruh teman-teman kimia angkatan 2011 (ELIXIR) yang selalu

memberikan semangat, saran, mendukung, dan memotivasi penulis.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis

harapkan.

Ciputat, 29 September 2015

Citra Hesti Widyowati

Page 10: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 3

1.3 Hipotesis ...................................................................................................... 3

1.4 Tujuan penelitian ......................................................................................... 3

1.5 Manfaat penelitian ....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurma .......................................................................................................... 5

2.2 Biji Kurma ................................................................................................... 6

2.3 Ekstraksi ....................................................................................................... 7

2.3.1 Maserasi .............................................................................................. 8

2.3.2 Sokletasi ............................................................................................. 10

2.3.3 Sonikasi .............................................................................................. 11

2.4 Fitokimia ...................................................................................................... 12

2.5 Antioksidan .................................................................................................. 15

Page 11: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xi

2.6 Spektrofotometri UV-VIS ............................................................................ 22

2.7 GC-MS ......................................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 27

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 27

3.2.1 Alat ..................................................................................................... 27

3.2.2 Bahan .................................................................................................. 27

3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 28

3.3.1 Pembuatan Serbuk Simplisia .............................................................. 28

3.3.2 Pembuatan Ekstrak ............................................................................. 28

3.3.3 Uji Fitokimia ...................................................................................... 30

3.3.4 Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak n-Heksana Biji Kurma

Menggunakan Metode TBA ............................................................... 32

3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak Etanol Biji Kurma

Menggunakan Metode

DPPH

................................................................................................

35

3.3.6 Penentuan Kandungan Total Fenolik ................................................. 37

3.3.7 Penentuan Kandungan Total Flavonoid ............................................. 38

3.3.8 Analisis Menggunakan GC-MS ......................................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Sampel .......................................................................................... 41

4.2 Ekstraksi Biji Kurma .................................................................................... 42

4.3 Hasil Uji Fitokimia ...................................................................................... 46

Page 12: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xii

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak n-Heksana ................................... 53

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak Etanol.......................................... 60

4.6 Hasil Uji Total Fenolik dan Total Flavonoid ............................................... 64

4.7 Hasil Analisis GC-MS ................................................................................. 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 78

5.2 Saran ............................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79

LAMPIRAN ....................................................................................................... 89

Page 13: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Buah kurma .................................................................................... 6

Gambar 2. Biji kurma ...................................................................................... 6

Gambar 3. Maserasi ......................................................................................... 8

Gambar 4. Sokletasi ......................................................................................... 11

Gambar 5. Sonikator ........................................................................................ 11

Gambar 6. Struktur senyawa antioksidan alami .............................................. 17

Gambar 7. Struktur senyawa antioksidan sintetik ........................................... 17

Gambar 8. Reaksi resonansi molekul DPPH ................................................... 18

Gambar 9. Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH ..................................... 19

Gambar 10. Senyawa malondialdehid ............................................................... 19

Gambar 11. Reaksi pembentukan kompleks senyawa MDA-TBA ................... 20

Gambar 12. Mekanisme senyawa polifenol ....................................................... 21

Gambar 13. Reaksi folin ciocalteu dengan senyawa fenol ................................ 22

Gambar 14. Komponen spektofotometer UV-VIS ............................................ 24

Gambar 15. Bagian-bagian instrumentasi GC-MS ............................................ 26

Gambar 16. Reaksi uji alkaloid pereaksi Wagner ............................................. 48

Gambar 17. Reaksi uji alkaloid pereaksi Dragendorf ........................................ 49

Gambar 18. Reaksi uji flavonoid ....................................................................... 50

Page 14: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xiv

Gambar 19. Reaksi uji terpenoid/steroid ........................................................... 51

Gambar 20. Reaksi uji tanin/fenolik .................................................................. 51

Gambar 21. Reaksi uji kuinon ........................................................................... 52

Gambar 22. Reaksi uji saponin .......................................................................... 52

Gambar 23. Peroksidasi lipid ............................................................................. 54

Gambar 24. Nilai serapan ikatan diena terkonjugasi asam linoleat ................... 54

Gambar 25. Pembentukan MDA ekstrak n-heksana biji kurma ........................ 57

Gambar 26. Persentase daya hambat ekstrak n-heksana biji kurma .................. 58

Gambar 27. Mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas DPPH ................... 61

Gambar 28. Spektrum analisis GC-MS ekstrak etanol biji kurma .................... 71

Gambar 29. Spektrum analisis GC-MS ekstrak n-heksana biji kurma .............. 71

Gambar 30. Struktur senyawa phenol,2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methyl ...... 73

Gambar 31. Mekanisme reaksi BHT sebagai senyawa antioksidan .................. 73

Gambar 32. Struktur senyawa 1,2-Benzenedicarboxyl acid .............................. 74

Gambar 33. Struktur senyawa dihydro methyl jasmonate ................................. 74

Gambar 34. Struktur senyawa 9-Octadecenoic acid (Z)-methyl ester ............... 75

Gambar 35. Mekanisme senyawa 9-Octadecenoic acid (Z)-methyl ester

sebagai senyawa antioksidan ......................................................... 76

Gambar 36. Struktur senyawa phenol,2,4-bis(1,1-dimethylethyl) ..................... 76

Gambar 37. Buah kurma jenis Al-Saad ............................................................. 91

Gambar 38. Hasil uji alkaloid pereaksi Wagner ................................................ 94

Gambar 39. Hasil uji alkaloid pereaksi Dragendorf .......................................... 95

Gambar 40. Hasil uji flavonoid ......................................................................... 95

Page 15: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xv

Gambar 41. Hasil uji triterpenoi/steroid ............................................................ 95

Gambar 42. Hasil uji tanin ................................................................................. 96

Gambar 43. Hasil uji kuinon .............................................................................. 96

Gambar 44. Hasil uji saponin ............................................................................ 96

Gambar 45. Kurva penentuan absorbansi maksimum ....................................... 97

Gambar 46. Penentuan panjang gelombang maksimum TEP ........................... 97

Gambar 47. Kurva standar TEP ......................................................................... 98

Gambar 48. Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH ........................ 102

Gambar 49. Kurva ekstrak etanol hasil maserasi ulangan 1 .............................. 102

Gambar 50. Kurva ekstrak etanol hasil maserasi ulangan 2 .............................. 102

Gambar 51. Kurva ekstrak etanol hasil sokletasi ulangan 1 .............................. 103

Gambar 52. Kurva ekstrak etanol hasil sokletasi ulangan 2 .............................. 103

Gambar 53. Kurva ekstrak etanol hasil sonikasi ulangan 1 ............................... 103

Gambar 54. Kurva ekstrak etanol hasil sonikasi ulangan 2 ............................... 104

Gambar 55. Kurva asam askorbat ulangan 1 ..................................................... 104

Gambar 56. Kurva asam askorbat ulangan 2 ..................................................... 104

Gambar 57. Penentuan panjang gelombang maksimum asam galat .................. 105

Gambar 58. Kurva standar asam galat ............................................................... 106

Gambar 59. Penentuan panjang gelmbang maksimum kuersetin ...................... 107

Gambar 60. Kurva standar kuersetin ................................................................. 107

Page 16: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia biji kurma ............................................................ 7

Tabel 2. Hasil rendemen ekstrak etanol dan n-heksana biji kurma ............... 45

Tabel 3. Hasil uji fitokimia ekstrak biji kurma .............................................. 46

Tabel 4. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol .................................. 62

Tabel 5. Hasil uji kadar total fenolik ............................................................. 65

Tabel 6. Hasil uji kadar total flavonoid ......................................................... 68

Tabel 7. Komponen kmia ekstrak etanol biji kurma ...................................... 72

Tabel 8. Spesifikasi bahan utama .................................................................. 91

Tabel 9. Hasil ekstraksi.................................................................................. 92

Tabel 10. Hasil penapisan kimia golongan alkaloid ekstrak biji kurma .......... 93

Tabel 11. Hasil penapisan kimia golongan flavonoid ekstrak biji kurma ....... 93

Tabel 12. Hasil penapisan kimia golongan terpenoid ekstrak biji kurma........ 93

Tabel 13. Hasil penapisan kimia golongan tanin ekstrak biji kurma ............... 94

Tabel 14. Hasil penapisan kimia golongan kuinon ekstrak biji kurma ............ 94

Tabel 15. Hasil penapisan kimia golongan saponin ekstrak biji kurma .......... 94

Tabel 16. Penentuan absorbansi waktu inkubasi ............................................. 97

Tabel 17. Penentuan absorbansi TEP .............................................................. 98

Tabel 18. Penentuan kandungan antioksidan dengan metode TBA ................ 99

Page 17: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xvii

Tabel 19. Penentukan kandungan antioksidan dengan metode DPPH ............ 100

Tabel 20. Pengukuran absorbansi asam galat .................................................. 105

Tabel 21. Penentuan kandungan total fenolik .................................................. 106

Tabel 22. Pengukuran absorbansi kuersetin .................................................... 107

Tabel 23. Penentuan kandungan total flavonoid .............................................. 108

Tabel 24. Korelasi total fenolik dengan aktivitas antioksidasi (IC50) .............. 110

Tabel 25. Korelasi total flavonoid dengan aktivitas antioksidasi (IC50) .......... 110

Tabel 26. Korelasi total fenolik dengan total flavonoid .................................. 110

Tabel 27. Korelasi total fenolik dengan aktivitas antioksidasi ........................ 111

Tabel 28. Korelasi total flavonoid dengan aktivitas antioksidasi .................... 111

Page 18: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan penelitian................................................................ 90

Lampiran 2. Spesifikasi bahan ...................................................................... 91

Lampiran 3. Hasil ekstraksi .......................................................................... 92

Lampiran 4. Hasil uji fitokimia ..................................................................... 93

Lampiran 5. Hasil uji antioksidan (TBA) ekstrak n-heksana biji kurma ...... 97

Lampiran 6. Hasil uji antioksidan (DPPH) ekstrak etanol biji kurma .......... 100

Lampiran 7. Hasil uji total fenolik ................................................................ 105

Lampiran 8. Hasil uji total flavonoid ............................................................ 107

Lampiran 9. Optimasi GC-MS ...................................................................... 109

Lampiran 10. Korelasi kadar total fenolik dan flavonoid ekstrak etanol biji

kurma dengan aktivitas

antioksidan

..................................................................................................

110

Lampiran 11. Korelasi kadar total fenolik dan flavonoid ekstrak n-

heksana biji kurma dengan aktivitas

antioksidan

.............................................................................................

111

Page 19: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurma (Phoenix dactylifera) merupakan tanaman tertua yang dibudidayakan

oleh manusia. Tanaman ini banyak tersebar di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Buah kurma ini digemari oleh banyak orang mulai dari anak-anak hingga orang lanjut

usia. Hal ini disebabkan buah kurma memiliki rasa manis yang khas, selain itu buah

kurma memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan seperti mencegah pembekuan

darah, antiinflamasi, mencegah penyakit stroke, membantu pertumbuhan tulang,

membantu menguatkan saraf dan lain-lain (Setiyono, 2011).

Sebagian dari komoditi buah kurma impor di Indonesia digunakan sebagai

bahan baku pada industri pengolahan buah kurma, seperti industri sari kurma, selai

kurma, kurma dalam kemasan dan lain-lain. Kegiatan produksi industri ini

menghasilkan hasil samping yang berupa biji kurma. Banyak sekali industri

pengolahan buah kurma di beberapa negara termasuk Indonesia yang tidak mengolah

hasil samping berupa biji kurma tersebut sehingga menjadi suatu masalah bagi industri

pengolahan buah kurma karena sampai saat ini biji kurma hanya menjadi limbah.

Pengolahan limbah biji kurma ini merupakan hal yang sangat penting untuk

mengurangi limbah lingkungan, memberikan nilai tambah dari biji kurma dan

meningkatkan pendapatan pada sektor industri kurma.

Almana and Mahmoud (1994) menyatakan bahwa biji kurma dapat digunakan

sebagai sumber alternatif serat yang lebih baik dibandingkan dengan dedak gandum

Page 20: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

2

karena biji kurma mengandung serat makanan (dietary fibre) dengan persentase yang

cukup tinggi yaitu sebesar 6.4-11.5%. Oleh sebab itu, dibeberapa negara wilayah Timur

Tengah biji kurma dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Hamada et al., (2002)

menyatakan bahwa biji kurma dari 3 varietas yaitu Fard, Khalas dan Lulu mengandung

karbohidrat (71.9-73.4%), lemak (9.9-13.5%), moisture (7 -10.3%), protein (5.0-6.3%)

dan kadar abu (1.0-1.8%). Penelitian Al-Farsi and Lee (2007) melaporkan bahwa

optimasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan cara maserasi dengan pelarut etanol

pada perbandingan antara massa sampel dengan volume pelarut sebesar 1: 40 (b/v).

Metode ekstraksi menggunakan metode maserasi dinilai kurang efisien apabila

ditinjau dari segi waktu, hal ini disebabkan karena maserasi membutuhkan waktu

ekstraksi lebih lama dibandingkan dengan metode sokletasi dan sonikasi. Zhang et al.,

(2011) menyatakan bahwa ekstraksi dengan metode sonikasi menghasilkan rendemen

yang lebih besar dan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan metode

konvensional seperti metode maserasi dan sokletasi.

Metode ekstraksi berpengaruh terhadap aktivitas antioksidasi suatu sampel

(Tania, 2009). Ekstrak kulit durian petruk hasil sokletasi memiliki aktivitas

antioksidasi yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak kulit durian petruk hasil

maserasi (Widiastuti and Dhika, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

dilakukan metode ekstraksi menggunakan sokletasi dan sonikasi yang diharapkan

metode tersebut lebih efektif dan efisien. Selain itu uji aktivitas antioksidan di dalam

ekstrak biji kurma menggunakan metode TBA dan metode DPPH serta dilakukan

analisis senyawa aktif antioksidan dalam ekstrak biji kurma (Phoenix dactylifera)

menggunakan GC-MS.

Page 21: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Metode ekstraksi manakah yang sesuai untuk mendapatkan senyawa yang

memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan tertinggi ?

2. Senyawa kimia apakah yang memiliki bioaktivitas antioksidan di dalam

ekstrak biji kurma berdasarkan hasil analisis menggunakan GC-MS ?

1.3 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

1. Terdapat metode ekstraksi yang sesuai untuk mendapatkan senyawa yang

memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan tertinggi.

2. Senyawa golongan fenolik dan senyawa golongan flavonoid memiliki

bioaktivitas antioksidan di dalam ekstrak biji kurma berdasarkan hasil

analisis menggunakan GC-MS.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi aktivitas antioksidan ekstrak biji

kurma (Phoenic dactylifera). Secara khusus tujuan peneitian ini adalah :

1. Menentukan metode ekstraksi yang sesuai untuk mendapatkan senyawa

yang memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan tertinggi.

Page 22: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

4

2. Menentukan senyawa kimia yang memiliki bioaktivitas antioksidan di dalam

ekstrak biji kurma berdasarkan hasil analisis menggunakan GC-MS.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah biji kurma dan

pemanfaatan biji kurma sebagai ekstrak yang mempunyai bioaktivitas antioksidan serta

dapat diaplikasikan nantinya sebagai obat ataupun bahan pangan fungsional.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 23: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

5

2.1 Kurma

Kurma adalah sejenis tumbuhan palem yang buahnya dapat dimakan karena

memiliki rasa manis yang khas (Satuhu, 2010). Buah kurma menjadi kebutuhan utama

dan sektor ekonomi penting di daerah Timur Tengah. United States Departement of

Agriculture (USDA) menyatakan bahwa klasifikasi botani dari tanaman kurma

(Phoenix dactylifera) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub-kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Phoenix

Species : Phoenix dactylifera.

Buah kurma yang masih muda umumnya berwarna merah cerah hingga kuning

terang, namun apabila dilakukan proses pengeringan buah kurma mengalami

perubahan warna menjadi coklat kegelapan. Hal ini disebabkan selama proses

pengeringan umumnya buah mengalami proses oksidasi. Satu diantara pigmen yang

menghasilkan warna gelap dalam buah yaitu pigmen oenosianin (Apriadji, 2007).

Buah kurma mengandung karbohidrat (44-88% total gula), 0.2-0.5% lemak,

6.4-11.5% serat pangan (dietary fibre), 2.3-5.6% protein dan beberapa vitamin antara

Page 24: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

6

lain vitamin A, tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin dan vitamin E (Satuhu, 2010). Buah

kurma juga mengandung mineral seperti selenium, kalium, magnesium, flourin dan

seng (Frederickson, 2000). Berikut ini merupakan gambar dari buah kurma seperti

ditunjukkan pada Gambar1.

Gambar 1. Buah kurma

2.2 Biji Kurma

Kurma merupakan tumbuhan biji yang berkeping tunggal (monokotil). Ciri-ciri

tumbuhan biji yang berkeping tunggal adalah memiliki biji tunggal karena hanya

memiliki satu daun lembaga, berakar serabut, tulang daun sejajar dan berbentuk pita.

Biji kurma (Gambar 2) tidak memiliki aroma atau tidak berbau dan memiliki rasa

hambar yang sedikit pahit. Umumnya biji kurma memiliki warna coklat terang dan

coklat gelap (Hamada et al., 2002).

Gambar 2. Biji kurma

Penelitian Al-Farsi and Lee (2008) melaporkan bahwa biji kurma mengandung

total fenolik dan antioksidan berturut-turut sebesar 3942 µg/100 g dan 80400 µmol/100

g. Almana and Mahmoud (1994) menyatakan bahwa komponen biji kurma kira-kira

10% dari buah kurma. Biji kurma berpotensi digunakan sebagai bahan pangan bagi

Page 25: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

7

manusia (Hamada et al., 2002). Hal ini dapat ditinjau dari komposisi kimia yang

terkandung pada biji kurma seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia biji kurma (Hamada, 2002)

Komponen Persentase (%)

Kadar air 7.1 – 10.3

Karbohidrat 71.9 – 73.4

Protein 5 – 6.3

Lemak 9.9 – 13.5

Abu 1 – 1.8

Serat 6.4 – 11.5

2.3 Ekstraksi

Komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti yang

terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia

baik digunakan untuk keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen

kimia dapat diperoleh dengan metode ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pelarutan

komponen kimia dalam bahan organik menggunakan suatu pelarut. Tujuan ekstraksi

adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini

didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut,

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam

pelarut.

2.3.1 Maserasi

Page 26: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

8

Maserasi (Gambar 3) istilah aslinya adalah macerace (bahasa Latin artinya

merendam). Maserasi adalah satu diantara jenis metode ekstraksi dengan sistem

tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin. Maserasi merupakan

teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun

tahan panas. Darwis (2000) menyatakan bahwa maserasi merupakan proses

perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur ruangan.

Gambar 3. Maserasi

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat

kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Ketika simplisia yang akan di

maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih maka ketika direndam cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan

karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat

aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut

akhirnya akan mengandung zat aktif, sementara penyari yang berada di luar sel belum

terisi zat aktif akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini

akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan di desak menuju keluar berusaha

mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses

keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi. Proses

Page 27: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

9

ekstraksi dinyatakan selesai pada kondisi ini, maka zat aktif di dalam dan di luar sel

akan memiliki konsentrasi yang sama. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi

senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi

pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan

diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam

pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempuma karena dapat diatur lama

perendaman yang dilakukan. Hargono et al., (1986) menyatakan bahwa terdapat

beberapa variasi metode maserasi diantaranya :

a. Maserasi digesti

Maserasi digesti merupakan maserasi menggunakan pemanasan lemah dengan

temperatur 40-50 oC. Teknik maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang

tahan terhadap pemanasan (Depkes RI, 1986).

b. Remaserasi

Remaserasi merupakan maserasi yang dilakukan beberapa kali. Teknik

maserasi ini terjadi pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama dan seterusnya. Pelarut kedua biasanya ditambahkan sebanyak

penambahan pelarut pertama (Depkes RI, 2000). Remaserasi dinilai lebih efisien

dibandingkan maserasi tunggal, hal ini terjadi karena ada kemungkinan sejumlah besar

senyawa aktif masih tertinggal dalam sampel pada proses maserasi yang pertama

(Handa et al., 2008).

c. Maserasi dengan mesin pengaduk

Page 28: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

10

Maserasi dengan mesin pengaduk menggunakan mesin pengaduk yang berputar

terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 8 hingga 24 jam

(Depkes RI, 1986).

d. Maserasi melingkar

Maserasi melingkar merupakan maserasi yang cairan pengekstrak selalu

bergerak dan menyebar, dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali

berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya (Depkes RI,

1986).

2.3.2 Sokletasi

Sokletasi (Gambar 4) adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

secara terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik. Ekstraksi soklet hanya diperlukan bila senyawa yang diinginkan memiliki

kemampuan terbatas dalam suatu pelarut. Keuntungan dari metode ini adalah

banyaknya bagian tanaman akan terlarut dengan kondisi pemanasan. Kelemahannya

adalah tidak dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan

yang berkepanjangan dapat menyebabkan degradasi senyawa aktif (Nikhal et al.,

2010).

Page 29: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

11

Gambar 4. Sokletasi

2.3.3 Sonikasi

Ekstraksi sonikasi (ultrasonik) dapat dijadikan metode alternatif. Reaktor

ultrasonik/sonikator (Gambar 5) mengandung gelombang ultrasonik yang digunakan

untuk membuat gelembung kavitasi (cavitation bubbles) pada material larutan. Ketika

gelembung pecah dekat dengan dinding sel maka akan terbentuk gelombang dan

pancaran cairan (liquid jets) yang akan membuat dinding sel pecah. Pecahnya dinding

sel akan membuat komponen di dalam sel keluar bercampur dengan larutan. Cara

ekstraksi ini biasanya lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan cara-cara ekstraksi

yang terdahulu (Cintas and Cravotto, 2005).

Gambar 5. Sonikator

Page 30: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

12

2.4 Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian

fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai golongan senyawa

yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia

dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna menggunakan suatu pereaksi. Hal-

hal yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan

metode ekstraksi (Kristianti et al., 2008).

Tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit

sekunder seperti flavonoid, tanin, alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin dan lain-lain.

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai

kemampuan bioaktivitas (Lenny, 2006). Berikut ini merupakan golongan senyawa

fitokimia :

a. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengadung paling sedikit satu

atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini

merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Lenny, 2006).

Pengujian fitokimia senyawa alkaloid menunjukkan hasil yang positif dengan

terbentuknya endapan berwarna coklat ketika direaksikan dengan pereaksi Wagner dan

terbentuk endapan berwarna jingga kemerahan ketika direaksikan dengan pereaksi

Dragendorf (Harborne, 1996). Prinsip dari metode analisis ini adalah reaksi

pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang

mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam

pereaksi Wagner dan Dragendorf. Amoniak digunakan untuk melarutkan alkaloid

Page 31: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

13

dalam sampel. Selain itu amoniak juga berfungsi untuk memutus ikatan glikosida pada

alkaloid. Ikatan glikosida adalah ikatan karbon dioksida yaitu 1 karbon dalam atom

terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan glikosida adalah dengan

penambahan amoniak, atom H dari NH3 akan masuk menggantikan R pada OR

(Fessenden and Fessenden, 1999). Perlakuan ekstrak sebelum diberi penambahan

pereaksi yaitu dengan penambahan H2SO4 yang bertujuan karena alkaloid bersifat basa

sehingga biasanya diekstrak dengan pelarut yang bersifat asam (Harborne, 1996).

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas di alam. Golongan

flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6 yang artinya kerangka

karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambungkan oleh

rantai alifatik tiga-karbon (Robinson, 1995). Flavonoid termasuk dalam golongan

senyawa fenol yang memiliki banyak gugus -OH dengan adanya perbedaan

keelektronegatifan yang tinggi sehingga bersifat polar. Golongan senyawa ini mudah

terekstrak dalam pelarut etanol yang memiliki sifat polar karena adanya gugus

hidroksil.

Flavonoid dapat diuji keberadaannya menggunakan Mg dan HCl pekat. Hasil

positif uji flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna jingga, kuning ataupun merah

(Harborne, 1996). Beragam warna yang dihasilkan ketika pengujian dipengaruhi oleh

pelarut dan prosedur yang digunakan (Sangi et al., 2008).

c. Terpenoid dan Steroid

Page 32: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

14

Terpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan

isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena.

Senyawa ini berstruktur siklik yang kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam

karboksilat (Harborne, 1996).

Steroid tersusun dari isoprena-isoprena dari rantai panjang hidrokarbon yang

menyebabkan sifatnya non-polar. Beberapa senyawaan steroid mengandung gugus -

OH yang sering disebut dengan sterol, sehingga sifatnya yang cenderung lebih polar.

Pengujian steroid dan terpenoid dalam CH3COOH dengan H2SO4 pekat

didasarkan pada kemampuan senyawa steroid dan terpenoid dalam membentuk warna

biru atau hijau untuk steroid dan merah atau ungu untuk terpenoid (Harborne, 1996).

d. Tanin

Secara kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau

tanin katekin dan tanin terhidrolisis atau tanin galat (Robinson, 1995). Identifikasi

terhadap senyawa fenolik/tanin dilakukan melalui penambahan FeCl3. Ketika larutan

sampel ditambahkan larutan FeCl3 1% maka akan terjadi perubahan warna seperti biru

kehitaman atau hijau kehitaman yang menandakan adanya senyawa fenolik/tanin

(Harborne, 1996).

e. Kuinon

Senyawa dalam jaringan yang mengalami oksidasi dari bentuk kuinol menjadi

kuinon. Identifikasi senyawa kuinon dilakukan melalui penambahan NaOH 10% dan

etanol 95%. Hasil positif uji kuinon ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna

kuning, jingga, coklat ataupun merah (Harborne, 1996).

f. Saponin

Page 33: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

15

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat, menimbulkan busa

jika dikocok dengan air. Sifatnya sebagai senyawa aktif permukaan disebabkan karena

adanya kombinasi antara aglikon yang bersifat lipofilik dengan gula yang bersifat

hidrofilik (Houghton and Raman, 1998). Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin

karena ikatan glikosidanya (Harborne, 1987). Identifikasi senyawa saponin dilakukan

melalui penambahan akuades. Hasil positif uji saponin ditandai dengan terbentuknya

busa yang tahan selama 15 menit (Harborne, 1996).

2.5 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini

memiliki berat molekul yang kecil, tetapi mampu menghambat reaksi oksidasi dengan

mengikat radikal bebas dan molekul yang reaktif. Radikal bebas adalah atom atau

molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam

orbital luarnya sehingga sangat reaktif untuk mendapatkan pasangan elektron dengan

mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal tersebut terjadi secara terus menerus dapat

menyebabkan kerusakan dan kematian sel (Lautan, 1997). Antioksidan ditujukan untuk

mencegah dan mengobati penyakit seperti aterosklerosis, stroke, diabetes, alzheimer

dan kanker (Aqil et al., 2006).

Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi dua (Winarsi, 2007) yaitu :

1. Antioksidan enzimatis (misalnya: enzim superoksida dismutase, katalase dan

glutation peroksidase) merupakan sistem pertahanan utama (primer) terhadap

kondisi stress oksidatif. Enzim-enzim tersebut merupakan metaloenzim yang

aktivitasnya sangat tergantung pada adanya ion logam.

Page 34: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

16

2. Antioksidan non-enzimatis dapat berupa senyawa nutrisi maupun non-nutrisi.

Antioksidan ini disebut juga antioksidan sekunder karena dapat diperoleh dari

asupan bahan makanan, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, kuinon,

bilirubin, asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam dan protein

pengikat heme. Senyawa-senyawa ini berfungsi menangkap senyawa oksidan

dan mencegah terjadinya reaksi berantai.

Berdasarkan sumbernya terdapat dua jenis antioksidan (Pratt, 1992) yaitu:

1. Antioksidan alami

Senyawa antioksidan alami diisolasi dari sumber alami yang berasal dari

tumbuhan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu,

kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt, 1992). Senyawa

antioksidan alami umumnya adalah vitamin A, vitamin C, vitamin E, β-karoten,

senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam

sinamat dan asam-asam organik polifungsional (Pratt and Hudson, 1990). Struktur

senyawa-senyawa antioksidan alami ditunjukkan pada Gambar 6:

O

OH OH

O

OH

OH

CH3

CH3

CH3

CH3

CH3

CH3 CH3 CH3

CH3 CH3

(a) (b)

O

O

O

OH

CH3

CH3

CH3

CH3

CH3

CH3CH3

CH3

(c) (d)

OH

O

OH

CH3

CH3CH3CH3 CH3

Page 35: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

17

(e) (f)

Gambar 6. Struktur senyawa antioksidan alami: Vitamin C (a), β-karoten (b),

Flavonoid (c), Vitamin E (d), Asam Sinamat (e) dan Vitamin A (f).

2. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang ditambahkan pada makanan,

seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil Galat (PG)

dan Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ). Antioksidan ini merupakan antioksidan alami

yang telah diproduksi secara sintetik untuk tujuan komersial (Buck, 1991). Struktur

senyawa-senyawa antioksidan sintetik dapat ditunjukkan pada Gambar 7.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 7. Struktur senyawa antioksidan sintetik: Butil Hidroksi Anisol (BHA) (a),

Butil Hidroksi Toluen (BHT) (b), Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) (c)

dan Propil Galat (d)

Satu diantara metode uji untuk menentukan aktivitas antioksidan adalah uji

DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Metode DPPH merupakan suatu metode yang

cepat, sederhana dan murah untuk mengukur aktivitas antioksidasi. DPPH merupakan

radikal sintetik stabil yang ditandai oleh delokalisasi cadangan elektron disekeliling

molekulnya secara keseluruhan dengan baik sehingga tidak akan membentuk dimer

seperti yang terjadi pada kebanyakan radikal bebas lainnya (Pisoschi et al., 2009).

Metode DPPH banyak digunakan untuk menguji kemampuan dan untuk mengevaluasi

aktivitas antioksidasi suatu senyawa dalam mendonorkan atom hidrogennya kepada

senyawa radikal bebas. Pratimasari (2009) menyatakan bahwa senyawa DPPH

berwarna ungu karena adanya delokalisasi elektron pada atom nitrogen yang semula

Page 36: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

18

(N-N) menjadi (N=N). Hal ini mengakibatkan ikatan rangkap terkonjugasi menjadi

lebih panjang sehingga panjang gelombang DPPH bergeser ke panjang gelombang

yang lebih panjang dengan absorbansi yang kuat pada λ max 516 nm (Gambar 8).

Gambar 8. Reaksi resonansi molekul DPPH (Pratimasari, 2009)

Larutan DPPH yang berisi ekstrak sampel diukur serapan cahayanya dan

dihitung aktivitas antioksidasinya dengan persen inhibisi, yaitu banyaknya aktivitas

senyawa antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas DPPH. Parameter yang

umum digunakan untuk mengetahui besarnya aktivitas antioksidasi pada suatu ekstrak

bahan adalah dengan menentukan nilai inhibitor concentration 50% (IC50) bahan

antioksidan tersebut. IC50 didefinisikan sebagai konsentrasi zat uji yang dapat

menyebabkan kehilangan 50% aktivitas dari DPPH (berkaitan dengan berkurangnya

intensitas warna dari DPPH). Zat uji yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

adalah zat yang memiliki nilai IC50 yang paling rendah. Waktu reaksi yang dibutuhkan

dengan menggunakan metode ini adalah 30 menit (Molyneux, 2004). Berikut ini

merupakan reaksi kimia antara antioksidan dengan radikal DPPH seperti ditunjukkan

pada Gambar 9.

Page 37: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

19

Gambar 9. Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH (Molyeux, 2004)

Selain metode DPPH, terdapat metode lain untuk uji aktivitas antioksidasi

dalam suatu bahan yaitu metode Thio Barbituric Acid (TBA) yang pengukurannya

berdasarkan terbentuknya senyawa TBA-reacting substance (TBArs) seperti

malondialdehid (MDA) melalui proses autooksidasi (Kikuzaki and Nakatani, 1993).

MDA (Gambar10) merupakan senyawa dialdehida yang tersusun atas 3 karbon yang

gugus karbonil terletak pada posisi C1 dan C3 yang reaktif sehingga menjadi penanda

toksisitas sel, mutagenesis dan penguraian lipid pada membran sel (Tukozkan et al.,

2006). Pengukuran MDA dilakukan sebagai indeks tidak langsung dari kerusakan

oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid.

Gambar 10. Senyawa malondialdehid

Senyawa MDA yang terbentuk dari hasil autooksidasi akan lebih sedikit apabila

diberi penambahan senyawa antioksidan. Nilai serapan yang diperoleh akan sebaing

dengan konsentrasi MDA yang terbentuk dan berbanding terbalik dengan aktivitas

antioksidasinya. MDA hasil terminasi diukur sebagai TBArs karena terjadi reaksi

antara gugus karbonil MDA dengan asam 2- tiobarbiturat (TBA) membentuk kompleks

senyawa MDA-TBA (Gambar 11) yang berwarna merah muda dan serapannya diukur

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm (Tokur et al., 2006).

Page 38: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

20

Intensitas warna merah yang terukur sebanding dengan tingkat peroksidasi lipid oleh

radikal lipid, radikal lipid peroksil dan radikal peroksil (Tukozkan et al., 2006).

Gambar 11. Reaksi pembentukan kompleks senyawa MDA-TBA

Aktivitas antioksidasi suatu sampel merupakan kontribusi dari senyawa

golongan flavonoid terutama dari senyawa flavon dan flavonol karena penentuan kadar

total flavonoid menggunakan metode penambahan alumunium klorida (AlCl3)

(Alvarez et al., 2009). Prinsip penetapan kadar flavonoid adalah adanya reaksi antara

flavonoid dengan AlCl3 membentuk kompleks berwarna kuning dan dengan

penambahan NaOH akan membentuk senyawa kompleks berwarna merah muda yang

diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm (Rohman, 2009). Mekanisme

senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan ditunjukkan oleh posisi gugus

hidroksilnya yang mampu menangkap langsung radikal bebas. Aktivitas antioksidan

flavonoid ditunjukkan melalui potensinya sebagai agen pereduksi, donor hidrogen dan

pengkelat metal (Winarsi, 2007).

Salah (1995) dan Rice (1996) menyatakan bahwa berbagai karakteristik

struktur senyawa fenolik bertanggung jawab untuk menentukan tingkat aktivitas

antioksidan, seperti jumlah dan susunan gugus hidroksil. Mekanisme senyawa

polifenol sebagai free radical scavenger (Gambar 12) berdasarkan reaksi senyawa

polifenol yang teroksidasi oleh radikal bebas, sehingga spesies radikal menjadi lebih

stabil dan kurang reaktif. Reaktivitas yang tinggi dari gugus hidroksil yang terdapat

pada senyawa polifenol menyebabkan radikal bebas menjadi inaktif. Reaksi tersebut

Page 39: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

21

juga mengakibatkan terbentuknya senyawa polifenol radikal yang dapat distabilkan

oleh resonansi (Porskjaer et al., 2014 and Nijveldt et al., 2001).

Gambar 12. Mekanisme antioksidan polifenol (Porskjaer et al., 2014)

Metode Folin Ciocalteu sering digunakan untuk mengevaluasi kandungan total

fenolik pada bahan alam, meskipun terdapat gangguan dari pengujian ini yang

disebabkan karena reagen Folin Ciocalteu yang terdiri dari asam fosfotungstat dan

asam fosfomolibdat mampu bereaksi dengan senyawa pereduksi non-fenolik lainnya

seperti asam askorbat (Ferreira et al., 2009) yang menyebabkan peningkatan nilai

absorbansi dalam penentuan fenolik.

Penentuan kandungan total fenol dengan metode Folin-Ciocalteu dilakukan

berdasarkan kemampuan reagen Folin-Ciocalteu mengoksidasi gugus hidroksil (OH-)

dari senyawa golongan fenol. Senyawa fenolik mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat

dalam Folin-Ciocalteu membentuk kompleks molybdenum yang berwarna biru

(Gambar 13). Intensitas warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenol

dalam larutan sampel. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik dalam sampel maka

semakin pekat warna biru yang terlihat.

Page 40: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

22

Gambar 13. Reaksi folin ciocalteu dengan senyawa fenol

2.6 Spektrofotometri UV-VIS

Spektofotometri uv-vis adalah teknik analisa spektroskopi yang memakai

sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-

780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja and Suharman, 1995).

Prinsip spektrofotometri uv-vis yakni radiasi pada rentang panjang gelombang 200-

800 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di

dalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih

tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Dua

hukum empiris telah diformulasikan tentang intensitas serapan. Hukum Lambert’s

menyatakan bahwa fraksi sinar yang diserap tidak tergantung terhadap intensitas

sumber sinar. Hukum Beer’s menyatakan bahwa serapan tergantung jumlah molekul

yang terserap. Kedua hukum tersebut dapat disajikan ke dalam persamaan berikut :

𝐴 = 𝑙𝑜𝑔𝐼𝑜

𝐼= 𝑘𝑐𝑏

Keterangan :

A = absorbansi Io = intensitas sinar awal

I = intensitas sinar yang diteruskan c = konsentrasi sampel

b = tebal sel yang dilalui sampel k = koefisien ekstingsi

Page 41: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

23

Spektrofotometer uv-vis adalah alat yang digunakan untuk menghitung

banyaknya sinar yang diserap oleh berbagai senyawa yang dilewati spektrum uv dan

visible atau tampak. Bagian-bagian dari instrumen spektrofotometer uv-vis adalah :

a. Sumber sinar

Sumber sinar yang digunakan adalah lampu deuteurium untuk mendapatkan

spektrum uv dan lampu tungsten atau halogen untuk mendapatkan spektrum tampak.

b. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-

komponen panjang gelombangnya. Kisi difraksi terletak di dalam monokromator yang

berfungsi untuk memisahkan sinar menjadi komponen-komponen warnanya. Tanda

panah berwarna biru menunjukkan jalur berbagai panjang gelombang sinar diteruskan

dengan arah yang berbeda. Celah (slit) hanya menerima sinar pada daerah panjang

gelombang yang sangat sempit untuk diteruskan ke spektrofotometer.

c. Sel sampel dan reference cell

Sel sampel maupun reference cell merupakan wadah berbahan gelas atau

kuarsa kecil yang disebut kuvet. Kuvet dibuat sedemikian rupa sehingga jarak yang

dilalui berkas sinar adalah 1 cm. Sel sampel berisi larutan materi yang akan diuji

sedangkan sel reference cell berisi pelarut murni. Pelarut yang dipilih tidak menyerap

sinar secara signifikan pada daerah panjang gelombang yang digunakan (200-800 nm).

d. Detektor

Detektor mengubah sinar yang masuk menjadi arus listrik. Arus lebih tinggi

jikaintensitas sinarnya lebih tinggi. Absorbansi yang didapatkan berkisar 0 hingga 1.

Page 42: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

24

Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang menyatakan bahwa tidak terdapat sinar

yang diserap pada panjang gelombang tersebut.

Berikut ini merupakan bagian-bagian dari spektrofotometer UV-VIS seperti

ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Komponen spektrofotometer UV-VIS

Penelitian dengan metode spektrofotometri UV-VIS telah dilakukan oleh

Ahmad et al., (2014) mengenai penentuan kandungan total fenolik dan aktivitas

antioksidan dari ekstrak rambut jagung serta penentuan kandungan total flavonoid pada

beberapa tanaman tradisional di desa Waitina (Lumbessy et al., 2013).

2.7 Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GC-MS)

GCMS adalah teknik analisis yang menggabungkan dua metode yaitu

kromatografi gas dan spektroskopi massa. Kromatografi gas adalah metode analisis

sample yang terpisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil

(hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram) sedangkan spektroskopi massa

adalah metode analisis sample yang dianalisis akan diubah menjadi ion-ion gas-nya

Page 43: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

25

dan berdasarkan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi

berupa spektrum massa.

Pemisahan komponen senyawa dalam GCMS terjadi di dalam kolom (kapiler)

GC dengan melibatkan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam adalah zat

yang ada di dalam kolom, sedangkan fase gerak adalah gas pembawa (Helium ataupun

Hidrogen dengan kemurnian tinggi, yaitu ± 99,995%). Proses pemisahan dapat terjadi

karena terdapat perbedaan kecepatan alir dari tiap molekul di dalam kolom, perbedaan

tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan afinitas antar molekul dengan fase diam yang

ada di dalam kolom. Selanjutnya komponen-komponen yang telah dipisahkan tersebut

masuk ke dalam ruang MS yang berfungsi sebagai detektor. Silverstein et al., (1991)

menyatakan bahwa konsep dari spektrometri massa yaitu suatu senyawa akan

diionisasi, ion akan dipisahkan berdasarkan massa/rasio muatan dan beberapa ion akan

menunjukkan masing-masing unit massa/muatan yang terekam sebagai spektrum

massa.

Bagian-bagian dari instrumen GC adalah sebagai berikut:

1. Pengatur aliran gas (Gas Flow Controller)

2. Tempat injeksi sample (Injector)

3. Kolom (tempat terjadinya pemisahan)

4. Lalu dihubungkan pada interface (fungsi interface adalah sebagai penghubung

antara GC dan MS).

Sedangkan bagian-bagian dari MS adalah sebagai berikut:

1. Tempat masuk sample (melalui interface)

Page 44: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

26

2. Sumber ion (Ion Source)

3. Pompa vakum (Vacuum Pump)

4. Penganalisis Massa (Mass Analyzer)

5. Detektor (Electron Multiplier Detector)

6. Sistem Pengolah Data (Personal Computer)

Berikut ini merupakan bagian-bagian instrument GC-MS seperti ditunjukkan pada

Gambar 15.

Gambar 15. Bagian-bagian instrumentasi GC-MS

Metode kromatografi gas-spektrometri massa telah dilakukan oleh Agustal et

al., (1997) mengenai analisis kandungan kimia ekstrak daun katuk dan analisis

kandungan minyak atsiri dalam ekstrak rimpang kencur (Hasanah et al., 2011).

BAB III

Page 45: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

27

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Organik, Pusat Laboratorium

Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini

dimulai dari bulan Januari 2015 hingga Juni 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain alat-alat gelas seperlunya,

oven (Memmert), grinder (Fritsch), shaker incubator (Heidolph Unimax 1010), vortex

(Thermolyne Maxi Mix Plus), penanggas air (Heidolph MR 3001 K), pompa vakum,

rotary evaporator (Heidolph Laborota 4000), sonikator (Branson 3800), timbangan

analitik (Dhaus), perangkat sokletasi, spektrofotometer UV-VIS (Perkin Elmer

Lambda 25), incubator (Memmert) dan GC-MS (Agilent Technologies 7890A).

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian antara lain biji kurma yang

diperoleh dari buah kurma jenis Al-Saad yang berasal dari United Arab Emirates

(Gambar 37). Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain kertas saring

Whatman no 41, etanol teknis, n-heksana teknis, metanol teknis, akuades, pereaksi

Mayer (Merck), pereaksi Wagner (Merck), pereaksi Dragendorf (Merck), natrium

hidroksida (Merck), asam klorida (Merck), serbuk magnesium (Merck), kloroform

Page 46: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

28

(Merck), asam sulfat pekat (Merck), asam asetat anhidrat (Merck), asam asetat glasial

(Merck) pereaksi Liebermen Bunchard (Merck), asam galat (Sigma), Folin-Ciocalteu

(Merck), natrium karbonat (Merck), serbuk 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (Sigma),

asam askorbat (Sigma), etanol pekat (Smart Lab), buffer fosfat (Merck), virgin coconut

oil, larutan 1,1,3,3-tetraetoksipropana (Sigma), betakaroten (Sigma), thio barbituric

acid (Merck), tri chloro acetic acid (Merck), kuersetin (Sigma), alumunium klorida

(Merck) dan besi (III) klorida (Merck).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Serbuk Simplisia

Serbuk simplisia biji kurma dibuat dari simplisia utuh yang terlebih dahulu

dicuci menggunakan air bersih. Lalu dikeringkan menggunakan oven pada temperatur

50 oC selama 48 jam. Selanjutnya simplisia dihancurkan dengan cara digrinder dan

disaring dengan saringan yang berukuran Ø : 18 Mesh.

3.3.2 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dari biji kurma dibuat dengan 3 metode ekstraksi yaitu

maserasi, sonikasi dan sokletasi.

A. Metode Ekstraksi Maserasi

Percobaan dengan metode maserasi dilakukan dengan cara sejumlah

erlenmeyer disiapkan dan dimasukkan serbuk simplisia biji kurma sebanyak ±25 g ke

dalam erlenmeyer. Setelah itu, pelarut sebanyak 1000 mL dimasukkan ke dalam

masing-masing erlenmeyer. Pelarut yang digunakan adalah etanol dan n-heksana.

Page 47: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

29

Kemudian ekstrak distirer selama 1 jam dengan kecepatan 300 rpm. Ekstraksi

dilakukan pada temperatur ruang selama 24 jam. Selanjutnya campuran disaring

menggunakan kertas saring Whatman no 41 dengan bantuan pompa vakum. Setelah itu

filtrat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada

temperatur 60 oC dengan kecepatan 90 rpm sehingga diperoleh ekstrak kental. Masing-

masing ekstrak yang diperoleh, ditimbang beratnya untuk mengetahui persentase

rendemen ekstrak (Al-Farsi and Lee, 2007).

B. Metode Ekstraksi Sokletasi

Percobaan dengan metode sokletasi dilakukan dengan cara terlebih dahulu alat

sokletasi disiapkan kemudian sampel sebanyak ±10 g dibungkus dengan kertas saring,

diikat dengan benang dan dimasukkan kedalam alat soklet. Setelah itu pelarut sebanyak

400 mL dimasukkan kedalam labu alas bulat. Pelarut yang digunakan adalah pelarut

etanol dan n-heksana. Sokletasi dilakukan pada temperatur 80-85 oC sampai tetesan

siklus tidak berwarna lagi atau kurang lebih selama 5 jam. Ekstrak yang diperoleh

selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur 60 oC dengan

kecepatan 90 rpm. Masing-masing ekstrak yang diperoleh ditimbang beratnya untuk

mengetahui persentase rendemen ekstrak (Tuty, 2008).

C. Metode Ekstraksi Sonikasi

Percobaan dengan metode ekstraksi sonikasi dilakukan dengan cara sejumlah

erlenmeyer disiapkan dan dimasukkan sebanyak ±25 g serbuk simplisia biji kurma ke

dalam erlenmeyer. Setelah itu masing-masing pelarut sebanyak 1000 mL dimasukkan

ke dalam erlenmeyer. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi adalah etanol dan n-

heksana. Ekstraksi dilakukan menggunakan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 50

Page 48: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

30

khz pada temperatur 40 oC selama 50 menit (Tania, 2009). Setelah itu campuran

disaring menggunakan kertas saring Whatman no 41 dengan bantuan pompa vakum.

Kemudian filtrat yang diperoleh, dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada

temperatur 60 oC dengan kecepatan 90 rpm sehingga diperoleh ekstrak kental. Masing-

masing ekstrak yang diperoleh ditimbang beratnya untuk mengetahui persentase

rendemen ekstrak.

Hasil rendemen ekstrak etanol dan n-heksana dari masing-masing metode

ekstraksi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 ∶𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 100%

3.3.3 Uji Fitokimia

A. Uji Alkaloid (Harborne, 1996)

Uji alkaloid dilakukan dengan metode Mayer, Wagner, dan Dragendorff.

Ekstrak pekat sebanyak 0.5 g ditambahkan dengan 10 mL kloroform-amoniak

kemudian campuran disaring dalam tabung reaksi tertutup. Filtrat ditambahkan 3-5

tetes H2SO4 2M dan dikocok menggunakan vortex. Selanjutnya didiamkan hingga

terjadi pemisahan. Lapisan asamnya (terdapat pada bagian atas) dipindahkan ke tabung

reaksi yang lain. Setelah itu masing-masing tabung reaksi ditambahkan pereaksi Mayer

(0.5 g KI dilarutkan dalam 10 mL akuades, ditambahkan dengan 1.36g MgCl2 dalam

60 mL akuades kemudian ditera hingga 100 mL), Dragendorf (8g Bi(NO3)3.5H2O

dalam 30% HNO3, ditambahkan dengan 27.2 g KI dalam 50 mL akuades kemudian

ditera hingga 100 mL), dan Wagner (4 g KI dilarutkan dalam 20mL akuades,

Page 49: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

31

ditambahkan dengan 2 g I2 ditera hingga 100 mL) yang akan menimbulkan endapan

berturut-turut putih, jingga kemerahan dan coklat apabila positif mengandung alkaloid.

B. Uji Flavonoid ( Harborne, 1996)

Uji flavonoid dilakukan dengan cara sebanyak 0.5 g ekstrak pekat dimasukkan

ke dalam tabung reaksi dan 7 mL ditambahkan akuades panas. Setelah itu campuran

dididihkan di atas penanggas air selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan

HCl pekat dan 0.05 mg serbuk Mg. Selanjutnya dikocok menggunakan vortex. Apabila

terjadi perubahan warna jingga, kuning atau merah maka hal ini menunjukkan positif

mengandung flavonoid.

C. Uji Terpenoid dan Steroid (Harborne, 1996)

Uji terpenoid dan steroid dilakukan dengan metode Lieberman Burchard.

Ekstrak pekat sebanyak 0.5 g ditambahkan dengan 20 mL n-heksana dan didiamkan

selama 2 jam. Kemudian campuran disaring, ditambahkan asam asetat anhidrat dan

H2SO4 pekat sebanyak 2 tetes. Warna merah atau ungu yang terbentuk menunjukkan

adanya triterpenoid dan warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid.

D. Uji Tanin (Harborne, 1996)

Uji tanin dilakukan dengan cara ekstrak pekat sebanyak 0.5 g dimasukkan

kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes FeCl3 1%. Sampel positif

mengandung tanin apabila menghasilkan warna biru atau hijau kehitaman.

E. Uji Kuinon (Harborne, 1996)

Page 50: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

32

Uji kuinon dilakukan dengan cara ekstrak pekat sebanyak 0.5 g dimasukkan

kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 mL etanol 95% dan 1 mL NaOH

10%. Sampel positif mengandung kuinon apabila menghasilkan warna kuning, jingga,

coklat atau merah.

F. Uji Saponin (Harborne, 1996)

Uji saponin dilakukan dengan metode Forth. Ekstrak pekat sebanyak 0.5 g

dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 mL akuades panas.

Setelah itu, campuran dikocok. Sampel dinyatakan positif mengandung saponin apabila

terdapat busa yang bertahan selama 15 menit.

3.3.4 Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak n-Heksana Biji Kurma Menggunakan

Metode TBA (Kikuzaki and Nakatani, 1993)

A. Penentuan Waktu Inkubasi dengan Metode Diena Terkonjugasi

(Esterbaur et al., 1991)

Sebanyak 2 mL buffer fosfat 0.1 M pH 7, 2 mL virgin coconut oil 50 mM dalam

etanol 99.8% dan 1 mL akuades dicampurkan, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan

diinkubasi pada temperatur 40 oC selama beberapa hari. Pengukuran intensitas

serapannya dilakukan dengan cara sebanyak 50 µl campuran asam linoleat yang telah

diinkubasi ditambahkan ke dalam 6 mL etanol 75%. Selanjutnya campuran dibaca

serapannya pada panjang gelombang 234 nm. Larutan etanol 75% digunakan sebagai

blanko. Pengukuran dilakukan setiap hari sampai tercapai serapan maksimum dan

memberikan hasil pengukuran yang cenderung turun.

B. Pengukuran Larutan Standar

Page 51: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

33

Pembuatan kurva standar dilakukan dengan menggunakan larutan 1,1,3,3-

tetraetoksipropana (TEP) dengan konsentrasi 1.5, 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 µM. Masing-

masing larutan dipipet sebanyak 1 mL, ditambahkan 2 mL larutan tri chloro acetic acid

(TCA) 20% dan 2 mL larutan TBA 1% dalam asam asetat 50%. Campuran reaksi

diletakkan dalam penangas air selama 10 menit pada temperatur 100 oC. Setelah itu,

campuran di vortex dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.

Blanko yang digunakan adalah akuades dengan perlakuan yang sama (Yagi, 1994).

C. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan standar TEP konsentrasi 9 µM diukur serapannya menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 kisaran panjang gelombang 400-

700 nm dengan interval tertentu. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva,

sumbu y sebagai absorbansi dan sumbu x sebagai panjang gelombang cahaya.

Kemudian ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum.

D. Pembuatan Larutan Ekstrak

Sejumlah 10 mg ekstrak n-heksana biji kurma dilarutkan dalam etanol 99.8%

dengan konsentrasi 1000 μg/mL sebagai larutan induk. Kemudian dibuat dalam

berbagai konsentrasi (50, 100, 200 dan 500 μg/mL).

E. Pengukuran Larutan Uji

Sampel sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 mL larutan buffer fosfat 0.1 M

pH 7.0 dan 2 mL virgin coconut oil 50 mM dalam etanol 99.8%. Larutan kontrol positif

digunakan 1 mL betakaroten ditambahkan dengan 2 mL larutan buffer fosfat 0.1 M pH

7.0 dan 2 mL virgin coconut oil 50 mM dalam etanol 99.8% sedangkan kontrol negatif

digunakan 1 mL akuades ditambahkan dengan 2 mL larutan buffer fosfat 0.1 M pH 7.0

Page 52: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

34

dan 2 mL virgin coconut oil 50 mM dalam etanol 99.8%. Setelah itu semua larutan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diinkubasi di dalam oven yang temperaturnya

diatur tetap pada 40 oC selama waktu inkubasi optimum dari metode diena

terkonjugasi. Dua hari setelah waktu inkubasi maksimum, dilakukan pengukuran

malondialdehid melalui metode TBA dengan mengambil 1 mL dari setiap larutan

kemudian ditambahkan 2 mL larutan TCA 20% dan 2 mL larutan TBA 1% dalam asam

asetat 50%. Blanko yang digunakan adalah akuades dengan perlakuan yang sama.

Selanjutnya campuran reaksi diletakkan dalam penangas air selama 10 menit pada suhu

100 oC. Setelah itu campuran di vortex dan diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum.

F. Perhitungan % Daya Hambat

Setelah didapatkan nilai absorbansi dari masing-masing konsentrasi TEP, lalu

ditentukan persamaan y = a + bx dengan perhitungan secara regresi linear. Sumbu x

adalah konsentrasi (µM) dan y adalah absorbansi (A). Selanjutnya didapatkan kadar

MDA dari kontrol positif, kontrol negatif dan masing-masing sampel dari nilai x

setelah mensubsitusi nilai y dengan nilai absorbansi yang didapatkan. Kemudian

ditentukan nilai % daya hambat oksidasi dari masing-masing konsentrasi larutan

sampel dan kontrol positif dengan rumus :

% 𝐷𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 =[𝑀𝐷𝐴]𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 − [𝑀𝐷𝐴]𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

[𝑀𝐷𝐴]𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%

3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak Etanol Biji Kurma Menggunakan

Metode DPPH (Blois, 1958)

A. Pembuatan Larutan DPPH

Page 53: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

35

Larutan DPPH yang digunakan dibuat dengan cara menimbang ±2 mg serbuk

DPPH kemudian dilarutkan dengan metanol ke dalam labu ukur 100 mL hingga tanda

batas sehingga didapat larutan DPPH dengan konsentrasi 0.002% (Molyneux, 2004).

B. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan blanko dibuat dengan cara sebanyak 2 mL metanol dipipet kemudian

dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH 0.002%.

Setelah itu campuran dikocok hingga homogen dan diinkubasi pada temperatur ruang

selama 30 menit. Selanjutnya serapan larutan diukur menggunakan Spektrofotometer

UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 kisaran panjang gelombang 400-700 nm dengan

interval tertentu.

C. Pembuatan Larutan Asam Askorbat Sebagai Pembanding

1. Pembuatan larutan induk asam askorbat konsentrasi 50 ppm

Asam askorbat sebanyak 2.5 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 50 mL

metanol. Kemudian dikocok hingga homogen.

2. Pembuatan larutan asam askorbat konsentrasi 0.25, 0.5, 1, 2 dan 4 ppm

Larutan induk asam askorbat sebanyak 0.05, 0.1, 0.2, 0.4 dan 0.8 mL masing-

masing dipipet kedalam labu ukur 10 mL. Setelah itu ditambahkan metanol hingga

tanda batas. Kemudian dipipet 2 mL masing-masing ke dalam tabung reaksi. Masing-

masing tabung ditambah 2 mL DPPH 0.002%. Selanjutnya campuran dikocok hingga

homogen lalu diinkubasi pada temperatur ruang selama 30 menit. Kemudian serapan

dari larutan tersebut diukur pada panjang gelombang maksimum.

D. Pembuatan Larutan Sampel Ekstrak Etanol

1. Pembuatan larutan sampel konsentrasi 500 ppm

Page 54: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

36

Sampel sebanyak 25 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 50 mL metanol.

Kemudian dikocok hingga homogen.

2. Pembuatan larutan sampel konsentrasi 0.3125, 0.625, 1.25, 2.5, 5, 10 dan

20 ppm

Larutan induk sampel sebanyak 0.00625, 0.0125, 0.25, 0.05, 0.1, 0.2 dan 0,4mL

dipipet dan masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. Setelah itu

ditambahkan metanol hingga tanda batas. Kemudian dipipet 2 mL masing-masing ke

dalam tabung reaksi. Masing-masing tabung ditambahkan 2 mL DPPH 0.002%.

Selanjutnya campuran dikocok hingga homogen lalu diinkubasi pada temperatur ruang

selama 30 menit. Kemudian serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang

gelombang maksimum.

E. Perhitungan Nilai IC50

Nilai IC50 dihitung berdasarkan persentase inhibisi terhadap radikal DPPH dari

masing-masing konsentrasi larutan sampel dengan rumus :

% 𝑖𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 =𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

Setelah didapatkan persentase inhibisi dari masing-masing konsentrasi,

kemudian ditentukan persamaan y = a + bx dengan perhitungan secara regresi linear.

Sumbu x adalah konsentrasi (ppm) dan y adalah persentase inhibisi (%). Aktivitas

antioksidasi dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% (IC50) yaitu konsentrasi

sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50%. Nilai IC50 didapatkan dari

nilai x setelah mengganti y = 50.

Page 55: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

37

3.3.6 Penentuan Kandungan Total Fenolik (Socha et al., 2009)

A. Pembuatan Larutan Standar Asam Galat 250 ppm

Asam galat ditimbang sebanyak 6.25 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu

ukur 25 mL dan dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas. Selanjutnya dibuat

serangkaian larutan standar dengan konsentrasi 0, 10, 20, 40, 60, 80 dan 100ppm.

B. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

Larutan asam galat konsentrasi 100 ppm diukur serapannya menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 kisaran panjang gelombang 600-

800 nm. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva, sumbu y sebagai absorbansi

sedangkan sumbu x sebagai panjang gelombang. Blanko yang digunakan adalah

standar 0 ppm.

C. Pembuatan Kurva Standar Asam Galat

Larutan asam galat dengan variasi konsentrasi (0, 10, 20, 40, 60, 80 dan

100ppm) diambil masing-masing sebanyak 0.5 mL dan ditambahkan dengan 0.3 mL

Folin Ciocalteu, 2 mL Na2CO3 15%, dan 2.2 mL akuades. Campuran kemudian

diinkubasi selama 120 menit diruangan yang gelap. Setelah itu, campuran diukur

serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 pada

panjang gelombang maksimum.

D. Penentuan Total Senyawa Fenolik

Ekstrak etanol dan n-heksana hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi masing-

masing sebanyak 10 g dilarutkan dalam 10 mL akuades. Selanjutnya masing-masing

sampel diambil sebanyak 0.5 mL dan ditambahkan dengan 0.3 mL Folin Ciocalteu,

2mL Na2CO3 15% dan 2.2 mL akuades. Larutan dikocok menggunakan vortex dan

Page 56: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

38

diinkubasi selama 120 menit di dalam ruangan gelap. Setelah itu, sampel diukur

serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 pada

panjang gelombang maksimum. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali. Kandungan

total fenolik dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen mg asam galat (GAE) per 1 g sampel.

3.3.7 Penentuan Kandungan Total Flavonoid (Meda et al., 2005)

A. Pembuatan Larutan Standar Kuersetin 100 ppm

Kuersetin ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu

ukur 100 mL dan dilarutkan dengan metanol hingga tanda batas. Selanjutnya dibuat

serangkaian larutan standar dengan konsentrasi 0, 10, 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm.

B. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin

Larutan standar kuersetin konsentrasi 40 ppm diukur serapannya menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 kisaran panjang gelombang 400-

700 nm dengan interval tertentu. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva,

sumbu y sebagai absorbansi dan sumbu x sebagai panjang gelombang cahaya.

Kemudian ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum.

C. Pembuatan Kurva Standar Kuersetin

Larutan stok kuersetin dibuat dengan variasi konsentrasi (0, 10, 20, 40, 60, 80

dan 100 ppm) dalam labu ukur 20 mL. Masing-masing konsentrasi diambil sebanyak

5mL dan ditambahkan dengan 5 mL AlCl3 2% dalam metanol. Campuran kemudian

diinkubasi selama 10 menit. Setelah itu, campuran diukur serapannya menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 25 pada panjang gelombang

maksimum. Blanko yang digunakan adalah larutan standar 0 ppm.

Page 57: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

39

D. Penentuan Total Senyawa Flavonoid

Ekstrak etanol dan n-heksana hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi masing-

masing sebanyak 20 g dilarutkan dalam 20 mL metanol. Selanjutnya masing-masing

sampel diambil sebanyak 5 mL dan ditambahkan dengan 5 mL pereaksi AlCl3 2% (b/v).

Larutan dikocok menggunakan vortex dan diinkubasi selama 10 menit. Setelah itu,

sampel diukur serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer

Lambda 25 pada panjang gelombang maksimum. Pengukuran dilakukan sebanyak 2

kali. Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen mg quersetin

(QE) per 1 g sampel.

3.3.8 Analisis menggunakan GC-MS

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui komponen ekstrak sampel dalam

penelitian ini adalah analisis GCMS. Kandungan masing-masing senyawa dalam

sampel mempunyai retention time dan luas peak area yang berbeda-beda pada

kromatogram sesuai dengan jenis senyawa. GCMS yang digunakan adalah Agilent

Technologies 7890A GC system dan Agilent Technologies 5975C MS system .

Sebanyak ±0.1 µl sampel dimasukkan dalam kolom tipe HP –5MS (60 m * 0.25 mm

* 0.25 mm) menggunakan helium sebagai gas pembawa dan split rasio 1 : 100 dan

sampel diinjeksi pada temperatur 100 °C.

Page 58: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Sampel

Pembuatan serbuk simplisia mula-mula diawali dengan mengeringkan biji

kurma yang telah bersih, hal ini bertujuan untuk menurunkan kandungan air agar

mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur pada tahap penyimpanan (Katno, 2008).

Page 59: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

41

Pengeringan dilakukan dengan cara simplisia dioven pada temperatur 50 oC. Hayati

(2010) melaporkan bahwa pengeringan menggunakan oven pada temperatur 60 oC

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pengeringan menggunakan

temperatur 40 dan 50 oC dalam menurunkan kadar air pada biji kakao. Sirait (1985)

menyatakan bahwa temperatur pengeringan bergantung pada simplisia dan cara

pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada temperatur 30-90 oC, tetapi

suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60 oC. Temperatur yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan rusaknya senyawa aktif yang tidak tahan panas serta Face hardening

yaitu bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah yang

dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan.

Proses selanjutnya yaitu penghancuran simplisia yang membuat ukuran

partikel semakin kecil sehingga dapat memperluas kontak sampel dengan pelarutnya

dan memungkinkan semakin banyak senyawa aktif yang dapat terekstrak.

Penghancuran sampel bertujuan untuk memecah sel-sel yang terdapat dalam jaringan

sehingga senyawa aktif yang akan diekstrak mampu keluar dengan cepat. Hasil

penelitian Giao et al., (2009) menunjukkan bahwa pada ekstraksi daun Agrimonia

eupatoria daya antioksidan ekstrak meningkat dengan semakin kecilnya ukuran

partikel, hal ini disebabkan karena luas permukaan akan menyebabkan pemindahan

molekul lebih ekstensif dari padatan ke larutan.

4.2 Ekstraksi Biji Kurma

Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan senyawa organik atau senyawa

metabolit sekunder dari biomassa menggunakan pelarut tertentu. Kontak antara pelarut

Page 60: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

42

dengan biomassa terjadi pada proses ekstraksi sehingga menyebabkan perpindahan

massa dari padatan ke pelarut (Utami et al., 2009). Ekstraksi dilakukan menggunakan

pelarut etanol dan n-heksana. Jenis pelarut mempengaruhi proses interaksi dengan

senyawa metabolit sekunder yang berada di dalam simplisia, hingga dapat terekstrak

atau terlarut dengan baik. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol karena

pelarut ini memiliki toksisitas yang rendah, tidak berbahaya dan mampu mengekstrak

senyawa antioksidan yang bersifat polar seperti senyawa fenolik. Robinson (1995)

menyatakan bahwa suatu senyawa fenol dengan gugus hidroksil yang bersifat polar

mampu untuk diekstrak dengan pelarut polar seperti pelarut etanol.

Pelarut n-heksana dipilih sebagai pengekstrak didasarkan pada polaritas,

polaritas bergantung kepada konstanta dielektrik. Konstanta dielektrik dinyatakan

sebagai gaya tolak menolak antara dua partikel yang bermuatan listrik dalam suatu

molekul. Semakin tinggi konstanta dielektriknya maka pelarut bersifat semakin polar.

Sudarmadji (1989) menyatakan bahwa konstanta dielektrik pelarut n-heksana sebesar

2.0 sehingga senyawa antioksidan yang bersifat non polar di dalam biji kurma dapat

terekstrak dalam pelarut n-heksana.

Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi, sokletasi dan sonikasi. Maserasi

digunakan karena ekonomis serta dapat mengekstrak komponen yang bersifat volatil

dan tidak tahan terhadap panas (Wang and Weller, 2006). Proses maserasi terjadi ketika

pelarut menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang terdapat zat aktif,

kemudian zat aktif terlarut ke dalam pelarut. Perbedaan konsentrasi antara zat aktif di

dalam sel dengan pelarut menyebabkan lisis sel, sehingga zat aktif akan terdesak ke

Page 61: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

43

luar sel. Peristiwa tersebut terjadi secara berulang hingga mencapai keseimbangan

konsentrasi di dalam dan di luar sel.

Prinsip ekstraksi dengan metode sokletasi terjadi sebagai siklus yang berulang

dengan penguapan pelarut sehingga pelarut yang digunakan untuk sokletasi selalu baru

dengan proses kondensasi akibat pemanasan kontinu. Pelarut tersebut berinteraksi

dengan sampel pada bagian thimble holder. Panas menyebabkan lisisnya dinding sel

dan membuat pelarut mudah berinteraksi untuk melarutkan senyawa-senyawa

metabolit pada sampel (Wang and Weller, 2006).

Sonikasi digunakan dalam proses ekstraksi karena teknik ekstraksi tersebut

dapat berlangsung dalam waktu yang lebih singkat. Teknik sonikasi mampu

mempercepat ekstraksi bahan aktif dengan cara memecah dinding sel sehingga dapat

meningkatkan perpindahan massa (Cintas and Cravotto, 2005). Teknik sonikasi

menggunakan energi akustik (energi mekanik tidak diserap oleh molekul melainkan

ditransmisikan ke medium dan pelarut) untuk mengekstrak komponen dari bahan alam

(Shirsath et al., 2012). Ultrasound ditransmisikan ke medium melalui gelombang.

Gelombang suara yang merambat ke media cair menghasilkan siklus tekanan tinggi

(compression) dan tekanan rendah (rarefraction) yang tergantung pada frekuensi

getaran gelombang suara. Siklus compression mendorong molekul, sedangkan siklus

rarefraction menarik molekul. Siklus rarefraction dalam cairan menyebabkan

renggangnya suatu molekul dengan molekul yang lain. Apabila intensitas ultrasound

cukup tinggi, siklus rarefraction akan membentuk gelembung di dalam cairan.

Gelembung akan membesar ketika tekanan rendah dan akan mengerut ketika tekanan

tinggi (Mandal et al., 2015). Fluktuasi tekanan yang dihasilkan oleh gelombang

Page 62: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

44

ultrasound dalam medium cair menyebabkan gelembung tidak stabil dan pecah,

peristiwa ini dinamakan kavitasi (Shirsath et al., 2012). Pecahnya gelembung

menghasilkan peningkatan energi kinetik dari cairan atau pelarut hingga mencapai 280

m/s sehingga menyebabkan terganggunya dinding sel, pengurangan ukuran partikel

dan meningkatkan perpindahan massa melintasi membran sel (Mandal et al., 2015).

Berdasarkan hasil ekstraksi akan diperoleh % rendemen ekstrak (Tabel 2).

Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat bagian bahan yang dapat

dimanfaatkan dengan berat total bahan (Lampiran 3). Nilai rendemen digunakan untuk

mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Semakin tinggi nilai rendemennya

maka semakin tinggi pula nilai ekonomisnya sehingga pemanfaatannya menjadi lebih

efektif. Hernani et al., (2009) melaporkan bahwa produk ekstrak mempunyai banyak

keuntungan antara lain semua kandungan bioaktif tanaman terdapat dalam bentuk

konsentrat dan masih dalam bentuk matrik alami.

Tabel 2. Hasil rendemen ekstrak etanol dan n-heksana biji kurma

Sampel % Rendemen

Ekstrak etanol hasil maserasi 12.315

Ekstrak etanol hasil sokletasi 5.920

Ekstrak etanol hasil sonikasi 9.786

Ekstrak n-heksana hasil maserasi 5.740

Ekstrak n-heksana hasil sokletasi 6.483

Ekstrak n-heksana hasil sonikasi 4.600

Rendemen ekstrak yang diperoleh dari penelitian ini bervariasi yaitu berkisar

antara 4.6 hingga 12.315%. Hal ini dipengaruhi oleh jenis pelarut dan metode ekstraksi

yang digunakan. Persentase rendemen ekstrak etanol biji kurma tertinggi diperoleh dari

hasil maserasi, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lamanya waktu

Page 63: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

45

ekstraksi dan pengadukan. Budhikarjono (1996) menyatakan bahwa waktu ekstraksi

dan pengadukan dapat mempengaruhi proses ekstraksi. Pengadukan berperan dalam

mempercepat perpindahan massa dari permukaan partikel ke dalam larutan dan

mencegah terjadinya pengendapan. Harlina et al., (2010) menyatakan bahwa

pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak antara bahan dengan pelarut dan

mendapatkan derajat homogenitas yang tinggi. Semakin cepat putaran pengaduk maka

semakin besar perpindahan panas yang terjadi pada waktu tertentu dan semakin besar

kontak bahan dengan pelarut sehingga rendemen yang diperoleh akan semakin

meningkat. Waktu mempengaruhi proses ekstraksi karena semakin lama waktu

ekstraksi maka semakin banyak pula ekstrak yang dihasilkan, Namun jumlah ekstrak

akan menjadi konstan apabila tercapai kondisi seimbang atau ketika semua ekstrak biji

kurma telah terekstrak.

Persentase rendemen ekstrak n-heksana biji kurma tertinggi diperoleh dari hasil

sokletasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor temperatur. Temperatur yang tinggi selama

ekstraksi dapat meningkatkan persentase rendemen karena dapat mempercepat difusi

pelarut kedalam jaringan tumbuhan. Panas menyebabkan viskositas minyak dalam biji

kurma menjadi lebih rendah sehingga menyebabkan minyak lebih banyak yang

terekstrak. Metode sonikasi dan maserasi menggunakan temperatur ekstraksi yang

lebih rendah dibandingkan dengan sokletasi, hal ini diduga masih terdapat banyak

minyak yang terperangkap dalam jaringan sel sehingga minyak yang terekstrak lebih

sedikit.

4.3 Hasil Uji Fitokimia

Page 64: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

46

Skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai golongan

senyawa aktif di dalam ekstrak biji kurma secara kualitatif dalam bentuk metabolit

sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, tanin, kuinon dan lain-

lain (Kristianti et al., 2008). Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak

biji kurma positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, kuinon, tanin

dan saponin (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji fitokimia ekstrak biji kurma

No Golongan

Senyawa

Ekstrak Etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1 Alkaloid + + + - -

2 Flavonoid + + + - - -

3 Terpenoid + + + - - -

4 Kuinon + + + - - -

5 Tanin/Fenolik + + + - - -

6 Saponin - - - + + +

7 Steroid - - - - - -

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Hasil ini sesuai dengan penelitian Delphin et al., (2014), skrining fitokimia pada

ekstrak etanol biji kurma (Phoenix dactylifera) menunjukkan adanya senyawa fenolik,

saponin dan terpenoid. Hal ini menjadi acuan untuk diidentifikasi lebih lanjut terutama

untuk aktivitas antioksidasi, karena seperti diungkapkan oleh Gordon (1990)

antioksidan primer adalah suatu zat atau senyawa yang menghentikan reaksi berantai

pembentukan radikal bebas melalui proses reaksi pemutusan rantai radikal bebas yang

sangat reaktif dan diubah menjadi senyawa yang stabil atau tidak reaktif seperti

senyawa Butylated Hidroxy Toluene (BHT), flavonoid, tokoferol dan senyawa-

senyawa thiol.

Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak etanol positif mengandung alkaloid,

flavonoid, terpenoid, kuinon dan tanin/fenolik sedangkan hasil uji fitokimia terhadap

Page 65: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

47

ekstrak n-heksana positif mengandung saponin. Pemilihan pelarut dalam ekstraksi

dapat mempengaruhi hasil kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat

terekstraksi. Pemilihan pelarut ekstraksi umumnya mengunakan prinsip like dissolves

like yaitu senyawa yang non polar akan larut dalam pelarut non polar sedangkan

senyawa yang polar akan larut dalam pelarut polar (Seidel, 2008).

Alkaloid mengandung gugus nitrogen sebagai bagian dari sistem sikliknya serta

mengandung substituen yang bervariasi seperti gugus amina, amida, fenol dan metoksi

sehingga alkaloid bersifat semipolar (Purba, 2001). Senyawa flavonoid dan tanin

memilliki gugus hidroksi (-OH) sehingga menyebabkan senyawa tersebut cenderung

bersifat polar (Harborne, 1996). Senyawa terpenoid tersusun dari rantai panjang

hidrokarbon C30 yang menyebabkan sifatnya nonpolar sehingga mudah terekstrak

dalam pelarut yang bersifat non polar, namun terdapat beberapa senyawa terpenoid

berstruktur siklik berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat (Harborne, 1996).

Senyawa berstruktur alkohol yang memiliki gugus -OH menyebabkan sifatnya

menjadi semipolar. Seluruh golongan senyawa ini terdapat dalam ekstrak etanol biji

kurma (Phoenix dactylifera) dikarenakan pelarut etanol memiliki indeks polaritas

sebesar 5.2 dan pelarut etanol dalam ekstraksi mampu meningkatkan permeabilitas

dinding sel simplisia sehingga proses ekstraksi menjadi lebih efisien dalam komponen

polar hingga semipolar (Seidel, 2008).

Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan

coklat seperti terlihat pada Gambar 38 (Lampiran 4). Endapan tersebut diperkirakan

adalah kalium-alkaloid. Pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari

kalium iodida sehingga menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat sedangkan dalam

Page 66: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

48

uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen

pada alkaloid sehingga membentuk kalium-alkaloid yang mengendap (Svehla,1990).

Reaksi yang terjadi pada uji Wagner ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16. Reaksi uji alkaloid pereaksi Wagner (Svehla, 1990)

Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorf ditandai dengan terbentuknya

endapan jingga kemerahan seperti terlihat pada Gambar 39 (Lampiran 4). Endapan

tersebut adalah kalium-alkaloid. Pembuatan pereaksi Dragendorf, bismuth nitrat

dilarutkan dalam HNO3 agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam

bismuth mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+), yang reaksinya sebagai

berikut :

Bi3+ + H2O BiO+ + 2H+

Larutan diberi penambahan asam agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan,

sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi

dengan kalium iodida membentuk endapan hitam Bismut (III) iodida yang kemudian

melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat (Svehla,

1990). Uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorf, nitrogen digunakan untuk membentuk

ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji

Dragendorf ditunjukkan pada Gambar 17.

Page 67: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

49

Gambar 17. Reaksi uji alkaloid pereaksi Dragendorf (Svehla, 1990)

Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etanol biji kurma berwarna

jingga dan positif mengandung flavonoid seperti terlihat pada Gambar 40 (Lampiran4).

Penambahan asam klorida pekat menyebabkan terjadinya protonasi flavonoid (Gambar

18), namun asam klorida kurang reaktif jika dibandingkan dengan asam bromida bila

direaksikan dengan alkohol primer pada flavonoid. Oleh sebab itu, diperlukan katalis

berupa serbuk Mg untuk mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi

sehingga terbentuknya garam flavilium hasil reduksi yang berwarna merah, kuning

atau jingga (Robinson, 1995).

Gambar 18. Reaksi uji flavonoid (Robinson,1995).

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji kurma

membentuk endapan berwarna merah tua dan positif mengandung terpenoid seperti

terlihat pada Gambar 41 (Lampiran 4). Siadi (2012) menyatakan bahwa mekanisme

Page 68: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

50

reaksi yang terjadi pada uji steroid atau terpenoid adalah kondensasi atau pelepasan

H2O dan penggabungan dengan karbokation. Penambahan asam sulfat pekat berfungsi

untuk mendestruksi kompleks asetil terpenoid. Reaksi ini diawali dengan proses

asetilasi gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrat. Gugus asetil akan terlepas

sehingga terbentuk ikatan rangkap. Pelepasan gugus hidrogen beserta elektronnya yang

mengakibatkan ikatan rangkap berpindah. Senyawa ini mengalami resonansi yang

bertindak sebagai elektrofil atau karbokation. Serangan karbokation menyebabkan

adisi elektrofilik dan diikuti dengan pelepasan hidrogen. Gugus hidrogen beserta

elektronnya dilepas dan senyawa mengalami perpanjangan konjugasi yang

memperlihatkan munculnya warna hijau atau biru untuk steroid dan warna merah atau

ungu untuk terpenoid (Gambar 19).

Gambar 19. Reaksi uji terpenoid/steroid (Siadi, 2012)

Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etanol biji kurma berwarna hijau

kehitaman yang menandakan positif mengandung tanin terkondensasi seperti terlihat

pada Gambar 41 (Lampiran 4). Sangi et al., (2008) menyatakan bahwa FeCl3 akan

Page 69: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

51

bereaksi dengan satu diantara gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa fenol dan

menghasilkan fenol terhidrolisis yang ditunjukkan dengan terbentuk larutan berwarna

biru kehitaman sedangkan fenol terkondensasi membentuk larutan berwarna hijau

kehitaman (Gambar 20).

Gambar 20. Reaksi uji tanin/fenolik (Sangi et al., 2008)

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji kurma

berwarna coklat kemerahan dan positif mengandung kuinon seperti terlihat pada

Gambar 43 (Lampiran 4). Winarno (2008) menyatakan bahwa perubahan warna yang

terjadi disebabkan oleh perubahan senyawa yang semula berbentuk kuinol menjadi

kuinon melalui proses oksidasi (Gambar 21).

Gambar 21. Reaksi uji kuinon (Winarno, 2008).

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana biji kurma

membentuk buih dan positif mengandung saponin seperti terlihat pada Gambar 44

(Lampiran 4). Rusdi (1990) menyatakan bahwa timbulnya busa pada uji Forth

menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam

air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan aglikon (Gambar 22). Saponin mempunyai

kombinasi struktur senyawa penyusunnya yaitu senyawa aglikon yang bersifat

nonpolar dan rantai glikon yang bersifat polar . Widyasari (2008) menyatakan bahwa

Page 70: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

52

busa yang timbul disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam

air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik) sebagai

surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan.

Gambar 22. Reaksi uji saponin (Rusdi, 1990)

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak n-Heksana

Aktivitas antioksidasi ekstrak n-heksana biji kurma diukur menggunakan

metode Thio Barbituric Acid (TBA). Sebelum dilakukan analisis potensi aktivitas

antioksidasi ekstrak n-heksana biji kurma mula-mula dilakukan penentuan waktu

inkubasi asam linoleat menggunakan metode diena terkonjugasi berdasarkan

pengukuran serapan diena terkonjugasi yang terbentuk. Penentuan waktu inkubasi

asam linoleat ini bertujuan untuk menentukan waktu inkubasi asam linoleat pada uji

analisis aktivitas antioksidasi sampel. Asam linoleat yang digunakan berasal dari virgin

coconut oil (VCO) komersil. Wardani (2007) menyatakan bahwa vco tersusun dari

sekitar 90% asam lemak jenuh dan sekitar 10% asam lemak tidak jenuh. Berdasarkan

data Standar Nasional Indonesia (2008) bahwa syarat mutu VCO harus mengandung

asam linoleat berkisar 1.0% hingga 2.5%.

Page 71: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

53

Selama masa inkubasi, asam linoleat akan dioksidasi oleh oksigen. Murray

(2003) menyatakan bahwa sebelum membentuk produk akhir peroksida lipid, mula-

mula asam linoleat akan kehilangan pasangan elektron pada ikatan rangkap. Reaksi ini

terjadi secara bertahap sehingga asam linoleat berubah menjadi radikal bebas dan akan

menstabilkan diri dengan cara menata ulang ikatan rangkapnya sehingga terbentuk

diena terkonjugasi, selanjutnya asam linoleat terdekomposisi menjadi senyawa yang

lebih sederhana dan relatif stabil yaitu malondialdehida (MDA) (Gambar 23). Tensiska

(2001) menyatakan bahwa ikatan diena terkonjugasi akan memberikan serapan spesifik

pada panjang gelombang 234 nm. Semakin banyak ikatan diena terkonjugasi yang

terbentuk, maka semakin besar pula nilai serapan yang dihasilkan.

Gambar 23. Peroksidasi lipid (Murray, 2003)

Analisis diena terkonjugasi memberikan hasil pengukuran yang meningkat dari

hari ke -1 dan menghasilkan absorbansi maksimum pada hari ke-2 (Gambar 24).

Pembentukan diena terkonjugasi pada hari ke-2 telah mencapai hasil yang maksimum

dan selanjutnya akan menurun pada hari berikutnya.

Page 72: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

54

Gambar 24. Nilai serapan ikatan diena terkonjugasi asam linoleat.

Penurunan diena terkonjugasi terjadi karena mengalami dekomposisi secara

bertahap membentuk hidroperoksida dan berlanjut membentuk hasil akhir dari oksidasi

lipid berupa MDA. Proses penataan ulang pada asam linoleat yang terkena radikal

bebas dipengaruhi oleh temperatur inkubasi yang tidak stabil dan adanya oksigen

dalam campuran asam linoleat. Tensiska (2001) menyatakan bahwa pembentukan

diena terkonjugasi proporsional dengan konsumsi oksigen dan pembentukan peroksida

lipid selama tahap awal oksidasi.

Hasil penentuan waktu inkubasi asam linoleat dengan metode diena

terkonjugasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memberikan nilai absorbansi

maksimum pada hari yang berbeda-beda. Adikusuma (2007) menyatakan bahwa hasil

absorbansi maksimum pada asam linoleat diperoleh pada hari ke-6. Hasil yang berbeda

ditunjukkan Martolisch and Ekawati (2007) yang menyatakan bahwa absorbansi

maksimum dicapai pada hari ke-3. Syahrul (2008) menyatakan bahwa absorbansi

maksimum asam linoleat didapatkan pada hari ke-8. Faktor-faktor yang mempengaruhi

proses oksidasi asam linoleat adalah temperatur, cahaya, kualitas sumber asam linoleat,

oksigen dan ion logam (Schultz, 1963). Penelitian ini mengondisikan campuran asam

linoleat, larutan buffer fosfat dan akuades diinkubasi pada temperatur 40 oC, oleh sebab

itu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil tersebut adalah kualitas sumber asam

0

0.005

0.01

0 2 4

Ab

sorb

ansi

Hari ke -

Page 73: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

55

linoleat, temperatur inkubasi yang tidak konstan serta keberadaan oksigen. Jumlah hari

yang diperlukan pada inkubasi asam linoleat agar mencapai absorbansi maksimum

akan menentukan lamanya waktu inkubasi pada penentuan aktivitas antioksidasi

ekstrak n-heksana biji kurma.

Kikuzaki and Nakatani (1993) menyatakan bahwa untuk uji TBA yang

menggambarkan pengukuran malondialdehid dilakukan setelah satu atau beberapa hari

dari puncak absorbansi maksimum asam linoleat, oleh sebab itu pengukuran MDA

dilakukan setelah 2 hari dari waktu inkubasi maksimum yaitu pada hari ke-4. Hal ini

dilakukan dengan harapan asam linoleat yang diinkubasi telah mengalami dekomposisi

sempurna membentuk MDA sebagai produk akhir dari peroksidasi lipid.

Kurva standar yang digunakan adalah larutan 1,1,3,3-tetraetoksipropana (TEP)

dengan berbagai konsentrasi. TEP digunakan sebagai standar karena memiliki struktur

yang mirip dan lebih stabil dibandingkan MDA murni sebagai hasil akhir dari

peroksidasi lipid. Kurva standar TEP menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

kompleks TEP-(TBA)2 maka semakin tinggi jumlah lipid yang teroksidasi yaitu

senyawa TEP seperti terlihat pada Gambar 47 (Lampiran 5). Persamaan garis linier

yang didapat adalah y = 0.041x – 0.0069 dengan nilai R2 = 0.9986. Persamaan regresi

linier yang diperoleh digunakan untuk menentukan konsentrasi MDA dalam ekstrak n-

heksana biji kurma.

Hasil uji TBA pada campuran asam linoleat dan buffer fosfat terlihat bahwa

secara keseluruhan ekstrak n-heksana biji kurma yang diekstrak melalui proses

maserasi, sokletasi dan sonikasi mampu menghambat terjadinya proses oksidasi asam

linoleat yang ditandai dengan semakin kecilnya konsentrasi MDA yang terukur

Page 74: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

56

dibandingkan dengan kontrol negatif (akuades). Konsentrasi MDA dari setiap

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18 (Lampiran 5). Kontrol negatif menghasilkan

konsentrasi MDA yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu 4.3755 µM.

Tidak adanya senyawa yang berperan sebagai antioksidan mengakibatkan asam

linoleat akan terus mengalami oksidasi membentuk MDA dalam jumlah yang cukup

banyak. Kontrol positif (beta karoten 100 ppm) memiliki konsentrasi MDA sebesar

3.6075 µM. Hal ini menunjukkan beta karoten sebagai antioksidan mampu

menghambat pembentukan MDA. Beta karoten bertindak sebagai donor ion hidrogen

dan dapat mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid) menjadi radikal karoten

yang kurang reaktif sehingga tidak mampu merusak rantai asam linoleat. Pemilihan

beta karoten sebagai kontrol positif atau pembanding disebabkan karena beta karoten

merupakan senyawa yang besifat non polar sehingga dapat larut dalam pelarut non

polar seperti n-heksana. Chen et al., 1994 menyatakan bahwa beta karoten

mengandung banyak karbon yang berikatan rangkap sehingga memungkinkan

mempunyai banyak isomer geometris, isomerisasi beta karoten ditemukan lebih besar

pada pelarut non polar dibandingkan dengan pelarut polar. Selain itu senyawa

karotenoid dapat berfungsi sebagai pemadam oksigen singlet dan pendeaktifasi radikal

bebas (Krinsky, 1992). Fungsi karotenoid sebagai pendeaktivasi radikal bebas terjadi

melalui proses transfer elektron (Dutta et al., 2004).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa secara keseluruhan perlakuan

penambahan ekstrak n-heksana biji kurma yang melalui proses ekstraksi maserasi,

sokletasi dan sonikasi menunjukkan konsentrasi MDA lebih rendah dibandingkan

dengan kontrol positif (Gambar 25).

Page 75: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

57

Gambar 25. Pembentukan MDA ekstrak n-heksana biji kurma

Konsentrasi MDA yang lebih rendah mengindikasikan bahwa ekstrak n-

heksana biji kurma memiliki kemampuan antioksidasi yang lebih baik dibandingkan

beta karoten. Hasil konsentrasi MDA pada ekstrak maserasi n-heksana biji kurma

konsentrasi 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm berturut-turut sebesar 0.77, 1.30, 1.47,

0.99 dan 1.81 µM. Hasil konsentrasi MDA pada ekstrak sokletasi n-heksana biji kurma

konsentrasi 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm berturut-turut sebesar 2.22, 2.34, 1.93,

2.12 dan 2.5 µM. Hasil konsentrasi MDA pada ekstrak sonikasi n-heksana biji kurma

konsentrasi 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm berturut-turut sebesar 1.51, 1.61, 1.83,

1.54 dan 2.22 µM.

Gambar 26. Persentase daya hambat ekstrak n-heksana biji kurma

0

1

2

3

4

5

K + K - 50 100 200 500 1000

Ko

nse

ntr

asi M

DA

M)

Perlakuan (ppm)

Maserasi

Sokletasi

Sonikasi

0

20

40

60

80

100

K + K - 50 100 200 500 1000

% d

aya

ham

bat

Perlakuan (ppm)

Maserasi

Sokletasi

Sonikasi

Page 76: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

58

Aktivitas penghambatan (% daya hambat) terhadap pembentukan MDA dari

tiap perlakuan dapat dihitung berdasarkan kadar MDA yang diperoleh (Gambar 26).

Persentase daya hambat menggambarkan besarnya potensi dari masing-masing ekstrak

dengan berbagai konsentrasi dalam berperan sebagai antioksidan. Kontrol negatif

digunakan sebagai acuan untuk menentukan persentase daya hambat karena dalam

proses inkubasinya tidak diberikan perlakuan sehingga proses oksidasi berjalan normal

tanpa adanya hambatan dari ekstrak yang ditambahkan.

Kontrol positif beta karoten 100 ppm memiliki aktivitas penghambatan sebesar

17.552%. Aktivitas penghambatan ekstrak maserasi n-heksana biji kurma pada

konsentrasi 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm masing-masing sebesar 82.27%, 70.23%,

66.34%, 77.19% dan 58.53%. Aktivitas penghambatan ekstrak sokletasi n-heksana biji

kurma pada konsentrasi 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm masing-masing sebesar

49.33%, 46.54%, 55.74%, 51.56% dan 42.64%. Aktivitas penghambatan ekstrak

sonikasi n-heksana biji kurma pada konsentrasi 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm

masing-masing sebesar 65.49%, 63.27%, 58.26%, 64.94% dan 49.32%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh secara umum ekstrak maserasi, sokletasi

maupun sonikasi biji kurma memiliki aktivitas penghambatan yang lebih baik

dibandingkan dengan beta karoten karena memiliki % daya hambat yang lebih tinggi.

Ekstrak n-heksana biji kurma hasil maserasi pada konsentrasi 50 ppm menunjukkan %

daya hambat tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh temperatur pada saat ekstraksi. Vatai

et al., (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa senyawa kimia yang sangat sensitif,

tidak stabil dan sangat rentan terhadap degradasi. Degradator paling utama adalah

temperatur, kandungan oksigen dan cahaya. Meningkatnya temperatur pada saat

Page 77: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

59

ekstraksi akan menyebabkan kerusakan sebagian besar senyawa kimia satu diantaranya

senyawa fenolik.

Coopen (1983) menyatakan bahwa antioksidan yang ideal memiliki aktivitas

yang baik pada konsentrasi yang rendah. Berdasarkan data yang didapatkan dapat

dinyatakan bahwa ekstrak n-heksana biji kurma baik diekstrak melalui proses maserasi,

sokletasi maupun sonikasi mampu menjadi sumber antioksidan alternatif karena

memiliki keuntungan diantaranya hanya dibutuhkan sedikit ekstrak dengan konsentrasi

berkisar 50 ppm namun mampu menghambat pembentukan MDA dengan persen daya

hambat yang lebih tinggi dibandingkan dengan beta karoten.

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidasi Ekstrak Etanol

Aktivitas aktioksidasi ekstrak etanol biji kurma hasil maserasi, sokletasi dan

sonikasi dievaluasi menggunakan metode DPPH, metode ini dipilih berdasarkan

kemampuan ekstrak etanol biji kurma dalam mereduksi atau menangkap radikal DPPH.

Metode DPPH sangat tepat digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidasi dari

komponen yang larut dalam pelarut organik terutama alkohol (Patil,2011). Berdasarkan

pada penelitian terdahulu metode ini paling umum digunakan untuk menguji aktivitas

antioksidasi sampel secara in vitro dan juga merupakan metode yang sederhana, mudah

dan cepat serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidasi

dari senyawa bahan alam sehingga digunakan secara luas untuk menguji kemampuan

senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron. Aktivitas antioksidasi dari ekstrak

Page 78: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

60

ditandai dengan terjadinya perubahan warna ungu larutan DPPH menjadi warna kuning

setelah dilakukan inkubasi selama 30 menit disertai dengan penurunan nilai absorbansi

pada panjang gelombang maksimum (Kaisoon et al., 2011). Perubahan warna ini

terjadi akibat DPPH tereduksi menjadi DPPH-H karena adanya donor atom hidrogen

(hydrogen atom transfer) dari senyawa hidroksil (Marxen et al., 2007) yang diduga

terdapat dalam ekstrak etanol biji kurma kepada DPPH. Mekanisme reaksi antara

senyawa antioksidan dan DPPH dapat dilihat pada Gambar 27. Tujuan dilakukannya

inkubasi adalah mempercepat reaksi antara radikal DPPH dengan sampel yang

bertindak sebagai antioksidan.

Gambar 27. Mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas DPPH

Sebelum dilakukan analisis potensi aktivitas antioksidasi ekstrak etanol biji

kurma, mula-mula dilakukan pengukuran absorbansi dan panjang gelombang

maksimum (λmaks) larutan DPPH 0.002% menggunakan spektrofotometer UV VIS

Perkin Elmer Lambda 25. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan DPPH ini

merupakan acuan dalam menentukan panjang gelombang untuk analisis kuantitatif

larutan sampel dan kontrol positif (asam askorbat) agar mendapatkan nilai serapan

maksimal. Nilai absorbansi dan λmaks yang diperoleh pada penelitian ini adalah 0.24 A

dan 515.33 nm. Marxen et al., (2007) menyatakan bahwa DPPH dapat memberikan

serapan maksimum pada kisaran panjang gelombang 515-520 nm.

Page 79: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

61

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin rendah absorbansi yang

dihasilkan seperti terlihat pada Tabel 19 (Lampiran 6). Absorbansi yang diukur adalah

absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi dengan senyawa antioksidan

(Josephy, 1997). Amrun and Umiyah, (2007) menyatakan bahwa adanya penurunan

absorbansi menunjukkan peningkatan kemampuan peredaman radikal bebas DPPH

yang artinya bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar aktivitas

antioksidasinya. Berdasarkan data kandungan antioksidan sampel (Lampiran 6) bahwa

konsentrasi ekstrak mempengaruhi % inhibisi radikal bebas DPPH, semakin tinggi

konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula % inhibisi radikal bebas bebas DPPH

yang dihasilkan. Hanani (2005) menyatakan bahwa aktivitas antioksidasi dari suatu

ekstrak dinyatakan dalam persentase inhibisi terhadap radikal bebas DPPH. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar aktivitas antioksidasi maka semakin besar pula %

inhibisi.

Tabel 4. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol

Penentuan nilai IC50 bertujuan untuk mengetahui berapa besar konsentrasi

ekstrak yang dapat memberikan peredaman DPPH sebesar 50%. Nilai IC50 dihitung

berdasarkan persamaan regresi linear yang didapatkan dengan cara memplotkan

konsentrasi larutan uji dengan % inhibisi (Lampiran 6). Hasil analisis diperlihatkan

pada Tabel 4, Aktivitas antioksidasi tertinggi terdapat pada ekstrak etanol biji kurma

hasil sokletasi dengan nilai IC50 sebesar 4.7307 ppm. Ekstrak etanol biji kurma hasil

Sampel IC50 (ppm)

Standar Vitamin C 2.072 ± 0.092

Ekstrak Etanol Hasil Maserasi 6.119 ± 0.597

Ekstrak Etanol Hasil Sokletasi 4.731 ± 0.368

Ekstrak Etanol Hasil Sonikasi 10.557 ± 0.36

Page 80: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

62

sokletasi mempunyai aktivitas antioksidasi yang lebih kuat dibandingkan dengan hasil

maserasi dan sonikasi, hasil ini sesuai dengan penelitian Kadji et al., (2013) yang

menunjukkan bahwa % inhibisi daun soyogik dari ekstrak hasil sokletasi mengalami

peningkatan aktivitas antioksidasi dibandingkan dengan ekstrak hasil maserasi.

Widiastuti and Dhika (2012) menyatakan bahwa ekstrak hasil sokletasi mempunyai

aktivitas antioksidasi yang lebih kuat dibandingkan ekstrak hasil maserasi, hal ini

terjadi karena adanya pengaruh suhu ekstraksi. Suhu ekstraksi pada metode sokletasi

dapat diatur agar tidak merusak komponen antioksidan yang dibutuhkan. Penambahan

suhu ekstraksi menyebabkan komponen antioksidan yang dibutuhkan dapat terekstrak

sempurna sehingga semakin banyak komponen yang terlarut maka semakin besar

aktivitas antioksidannya. Murugan (2013) menyatakan bahwa komponen senyawa

termolabil yang diekstrak menggunakan metode sokletasi menunjukkan aktivitas

antioksidasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lain seperti maserasi dan

fraksinasi.

Penggunaan kontrol positif pada pengujian aktivitas antioksidasi adalah untuk

mengetahui seberapa kuat potensi antioksidan yang terdapat pada ekstrak etanol biji

kurma jika dibandingkan dengan vitamin C. Kontrol positif yang digunakan dalam

penelitian adalah vitamin C (asam askorbat). Hal ini disebabkan karena asam askorbat

mempunyai aktivitas antioksidasi yang tinggi (Prakash, 2001). Yanishlieva (2001)

menyatakan bahwa vitamin C termasuk golongan antioksidan sekunder yang mampu

menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular dan mencegah terjadinya reaksi

berantai. Hal ini dikarenakan vitamin C mempunyai gugus hidroksi bebas yang

bertindak sebagai penangkap radikal bebas dan jika mempunyai gugus polihidroksi

Page 81: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

63

akan meningkatkan aktivitas antioksidasinya (Isnindar et al., 2011). Hasil analisis

memperlihatkan bahwa nilai IC50 asam askorbat sebesar 2.0716 ppm. Nilai IC50 asam

askorbat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memberikan nilai IC50 yang

berbeda-beda. Purwaningsih (2012) menyatakan bahwa nilai IC50 asam askorbat

sebesar 3.55 ppm. Selain itu menurut Ridho (2013), nilai IC50 asam askorbat

didapatkan sebesar 2.97125 ppm.

Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil tersebut diantaranya kualitas

asam askorbat. Penurunan aktivitas antioksidasi asam askorbat disebabkan karena

asam askorbat mudah mengalami kerusakan akibat oksidasi, panas dan alkali (Novita,

2014). Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat.

Asam askorbat dan asam L-dehidroaskorbat masih mempunyai keaktifan sebagai

vitamin C. Namun asam L-dehidroaskorbat bersifat sangat labil dan dapat mengalami

perubahan menjadi L-diketogulonat. L-diketogulonat yang terbentuk sudah tidak

memiliki keaktifan vitamin C kembali (George, 2009).

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai IC50 ekstrak etanol biji

kurma hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi mendekati nilai IC50 asam askorbat maka

dapat dikatakan bahwa sampel berpotensi sebagai salah satu alternatif antioksidan yang

sangat kuat (Ridho, 2013). Aktivitas antioksidasi ekstrak etanol biji kurma hasil

maserasi, sokletasi dan sonikasi termasuk ke dalam kategori antioksidan sangat kuat

karena memiliki nilai IC50 < 50ppm. Molyneux (2004) menyatakan bahwa suatu

senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50

ppm, kuat apabila nilai IC50 berkisar antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50

berkisar antara 100-150 ppm dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 150-200 ppm.

Page 82: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

64

4.6 Hasil Uji Total Fenolik dan Total Flavonoid

Pengujian aktivitas total fenolik merupakan uji dasar dilakukan pengujian

aktivitas antioksidasi karena diketahui bahwa senyawa fenolik berperan dalam

mencegah terjadinya peristiwa oksidasi. Analisis kandungan total fenolik pada ekstrak

etanol dan n-heksana biji kurma hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi dievaluasi

menggunakan metode spektrofotometri. Perubahan warna larutan terjadi setelah

sampel direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteu dan Natrium Karbonat, semakin

pekat warna yang dihasilkan maka nilai absorbansinya semakin tinggi. Hal ini

mengindikasikan bahwa kandungan total fenolik dari sampel juga semakin tinggi.

Singleton and Rossi (1965) menyatakan bahwa warna biru yang teramati berbanding

lurus dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, semakin besar konsentrasi

senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang terbentuk sehingga warna biru

yang dihasilkan semakin pekat. Ion fenolat hanya terdapat pada larutan basa, oleh sebab

itu diberi penambahan Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk suasana basa agar

terjadi reaksi reduksi Folin-Ciocalteu oleh gugus hidroksil dari fenolik di dalam

sampel.

Tabel 5. Hasil uji kadar total fenolik

Sampel Kadar Total Fenolik

(mg GAE/g sampel)

Ekstrak etanol hasil maserasi 933.325 ± 78.566

Ekstrak etanol hasil sokletasi 970.365 ± 26.184

Ekstrak etanol hasil sonikasi 840.735 ± 52.375

Ekstrak n-heksana hasil maserasi 12.666 ± 0.262

Ekstrak n-heksana hasil sokletasi 16.555 ± 3.143

Ekstrak n-heksana hasil sonikasi 14.333 ± 3.048

Page 83: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

65

Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam galat. Hal ini

disebabkan asam galat merupakan senyawa polifenol yang terdapat di hampir semua

tanaman. Kandungan fenol asam organik ini bersifat murni dan stabil (Kusumaningati,

2009). Asam galat sangat efektif mendonorkan atom hidrogen kepada ion molibdat dan

membentuk kompleks yang berwarna biru. Persamaan garis lurus standar asam galat

yang diperoleh adalah y = 0.0027x – 0.0077 dengan nilai R2= 0.9977.

Kandungan total fenolik pada masing-masing ekstrak dinyatakan sebagai

ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). GAE merupakan acuan

umum untuk mengukur sejumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan

(Mongkolsilp et al., 2004). Berdasarkan hasil penelitian, kadar total fenolik dari ekstrak

etanol dan n-heksana biji kurma hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi berkisar antara

12.6665 mg GAE/g sampel hingga 970.365 mg GAE/g sampel (Tabel5). Kadar total

fenol tertinggi terdapat pada ekstrak etanol biji kurma hasil sokletasi yaitu sebesar

970.365 mg GAE/g sampel yang artinya setiap gram ekstrak setara dengan 970.365 mg

asam galat. Tingginya kandungan fenol yang terekstraksi dikarenakan pengaruh pelarut

yang digunakan, etanol merupakan pelarut yang sangat luas digunakan dan efektif

untuk ekstraksi komponen-komponen fenolik dari bahan alam (Katja et al., 2009).

Harborne (1996) menyatakan bahwa senyawa fenol cenderung lebih larut pada pelarut

polar. Perbedaan tingkat kepolaran pelarut menentukan struktur kimia senyawa fenol

yang terekstrak. Deore (2009) menyatakan bahwa pengujian total fenol sangat

tergantung pada struktur kimianya. Senyawa fenol yang mempunyai gugus fungsi

hidroksil yang banyak atau dalam kondisi bebas (aglikon) akan menghasilkan kadar

total fenol yang tinggi, hal ini membuktikan bahwa ekstrak etanol memiliki gugus

Page 84: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

66

fungsi hidroksil atau aglikon lebih banyak dbandingkan ekstrak n-heksana. Harborne

(1996) menyatakan bahwa etanol merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan

senyawa polar pada dinding sel seperti flavonoid glikon. Flavonoid glikon adalah

senyawa fenolik yang cenderung lebih mudah larut dalam pelarut polar. Senyawa fenol

ini diduga berpengaruh terhadap kandungan senyawa antioksidan dalam ekstrak etanol

biji kurma.

Pengujian kandungan total flavonoid pada ekstrak dilakukan sebagai indikator

keefektifannya sebagai penangkal radikal bebas. Analisis kandungan total flavonoid

pada ekstrak etanol dan n-heksana biji kurma hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi

dievaluasi menggunakan metode kolorimetri alumunium klorida (Chang et al., 2002).

Prinsip penetapan total flavonoid adalah pembentukan kompleks AlCl3 dengan gugus

keto pada atom C4 dan dengan gugus hidroksil pada atom C3 atau C4 yang bertetangga

dari senyawa flavon dan flavonol, sehingga metode ini dapat digunakan untuk

menentukan jumlah flavonoid golongan flavon dan flavonol. Pembentukan kompleks

inilah yang menyebabkan flavonoid mempunyai serapan yang kuat pada panjang

gelombang 350-450 nm.

Penentuan kurva baku kuersetin digunakan sebagai standar pada penentuan

total flavonoid, hal ini disebabkan karena kuersetin merupakan flavonoid golongan

flavonol yang memiliki gugus keto pada C4 dan memiliki gugus hidroksi pada atom C3

atau C5 yang bertetangga dari flavon dan flavonol. Panjang gelombang maksimum

yang dihasilkan dari pengukuran kuersetin adalah 435.27 nm. Setelah ditentukan

panjang gelombang maksimum maka selanjutnya dapat ditentukan kurva standar

kuersetin. Kenaikan nilai absorbansi seiring dengan semakin tingginya konsentrasi

Page 85: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

67

standar (Lampiran 8). Persamaan regresi linier standar kuersetin yang diperoleh adalah

y = 0.0303x – 0.0327 dan harga koefisien korelasi (R2) = 0.9985. Persamaan regresi

linier menyatakan hubungan antara konsentrasi kuersetin dan absorbansi pada

pengukuran menggunakan spektrofotometer uv-vis.

Tabel 6. Hasil uji kadar total flavonoid

Sampel Kadar Total Flavonoid

(mgQE/g sampel)

Ekstrak etanol hasil maserasi 14.942 ± 0.424

Ekstrak etanol hasil sokletasi 16.157 ± 0.203

Ekstrak etanol hasil sonikasi 11.566 ± 0.203

Ekstrak n-heksana hasil maserasi 8.327 ± 0.000

Ekstrak n-heksana hasil sokletasi 8.327 ± 0.000

Ekstrak n-heksana hasil sonikasi 8.327 ± 0.000

Kandungan total flavonoid pada masing-masing ekstrak dinyatakan sebagai

ekuivalen kuersetin atau Quercetin Equivalent (QE). QE merupakan acuan umum

untuk mengukur sejumlah senyawa flavonoid yang terdapat dalam suatu bahan

(Mongkolsilp et al., 2004). Berdasarkan hasil penelitian, kadar total flavonoid dari

ekstrak etanol dan n-heksana biji kurma hasil maserasi, sokletasi dan sonikasi berkisar

antara 8.327 mg QE/g sampel hingga 16 mg QE/g sampel (Tabel 6). Kadar total

flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak etanol biji kurma hasil sokletasi yaitu sebesar

16.157 mg QE/g sampel yang artinya setiap gram ekstrak setara dengan 16.157 mg

kuersetin. Secara keseluruhan ekstrak etanol memiliki kandungan total flavonoid yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak n-heksana, hal ini disebabkan karena

senyawa flavonoid memiliki sejumlah gugus hidroksi atau suatu gula sehingga

Page 86: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

68

menyebabkan senyawa flavonoid bersifat polar yang cenderung larut dalam pelarut

polar yaitu etanol.

Penelitian mengenai kadar total flavonoid dan total fenolik ekstrak biji kurma

telah dilakukan sebelumnya namun mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Mistrello

et al., (2004) meneliti kadar total senyawa flavonoid pada biji kurma jenis Zahidi,

Deglet Nour dan Khouat allig berturut-turut sebesar 14.25, 19.32 dan 12.71 mg QE/g

sampel. Reza et al ., (2009) meneliti kadar total senyawa fenolik ekstrak etanol pada

biji kurma jenis Shahani, Shekar, Shahabi, Khenizi, Maktub dan Lasht berturut-turut

sebesar 968, 817, 873, 954, 961 dan 971 mg GAE/g sampel. Hal ini menunjukkan

bahwa biji kurma yang berasal dari beragam jenis buah kurma mengandung kadar total

flavonoid dan total fenolik yang berbeda-beda karena dipengaruhi perbedaan faktor

geografis, faktor genetik, sumber tanaman, kondisi iklim dan kondisi penyimpanan

bahan (Gorinstein et al., 2009). Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan seperti

cahaya, temperatur, kelembaban, jenis tanah, penggunaan pupuk, kerusakan yang

disebabkan oleh mikroorganisme dan serangga, stres yang disebabkan oleh radiasi UV,

paparan logam berat dan penggunaan pestisida juga dapat mengubah komposisi

senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan (Wang et al., 2009).

Analisis korelasi antara kadar total flavonoid dan kadar total fenolik ekstrak

etanol biji kurma dengan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dilakukan

dengan interpretasi nilai r berdasarkan korelasi Pearson. Korelasi dengan nilai r = -

0.972 (Lampiran 10) ditemukan antara nilai IC50 ekstrak etanol biji kurma hasil

maserasi, sokletasi dan sonikasi dengan kadar total flavonoid. Korelasi dengan nilai r

= - 0.990 (Lampiran 10) ditemukan antara nilai IC50 ekstrak etanol biji kurma hasil

Page 87: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

69

maserasi, sokletasi dan sonikasi dengan kadar total fenolik. Tanda korelasi negatif

menyatakan bahwa semakin tinggi kadar total flavonoid dan kadar total fenolik yang

terkandung dalam sampel maka semakin kecil nilai IC50 yang mengindikasikan

semakin kuatnya aktivitas antioksidasi. Hubungan cukup kuat terlihat antara total

flavonoid dan total fenolik dengan aktivitas antioksidasi dari ekstrak etanol biji kurma.

Selain itu, juga terlihat adanya korelasi positif antara kadar total flavonoid dan

kadar total fenolik dari ekstrak etanol biji kurma dalam penelitian ini (r = 0,994)

(Lampiran 10). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa flavonoid

merupakan penyumbang dominan dari senyawa fenolik. Tingginya kadar fenolik linear

terhadap kadar flavonoid dikarenakan flavonoid merupakan komponen terbesar dari

senyawa fenolik (Lugasi et al., 2003). Maisuthisakul et al., (2008) menyatakan bahwa

semakin tinggi kandungan fenolik dalam suatu bahan mengindikasikan semakin tinggi

kandungan flavonoidnya.

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada ekstrak n-heksana biji kurma.

Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson terlihat korelasi yang sangat rendah (r =

0.064) antara kadar total flavonoid dengan aktivitas antioksidasi ekstrak n-heksana biji

kurma sedangkan antara kadar total fenolik dengan aktivitas antioksidasi ekstrak n-

heksana biji kurma terlihat korelasi yang agak rendah (r = 0.476) (Lampiran 11). Hal

ini diduga bahwa senyawa yang memiliki aktivitas antioksidasi di dalam ekstrak n-

heksana biji kurma bukan berasal dari golongan senyawa fenolik maupun flavonoid.

4.7 Hasil Analisis GC-MS

Page 88: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

70

Ekstrak etanol dan n-heksana biji kurma dianalisis menggunakan GCMS (Gas

Chromatography Mass Spectrometry) dengan kolom HP-5MS yang bersifat non polar.

Optimasi pada kolom terlampir pada lampiran 9. Identifikasi spektrum GCMS

dilakukan dengan membandingkan spektra massa dari senyawa target dengan standar

yang terdapat pada library yaitu Willey 11. Spektrum hasil analisis GC-MS ekstrak

etanol dan n-heksana biji kurma berturut-turut ditunjukkan pada Gambar 28 dan

Gambar 29.

Gambar 28. Spektrum analisis GC-MS ekstrak etanol biji kurma

Page 89: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

71

Gambar 29. Spektrum analisis GC-MS eksreak n-heksana biji kurma

Hasil analisis GC-MS ekstrak etanol dan n-heksana biji kurma sedikitnya

masing-masing ekstrak terdapat 12 komponen senyawa yang terkandung di dalamnya

seperti ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Komponen kimia ekstrak etanol biji kurma

Sampel No RT Senyawa yang Teridentifikasi BM % Luas Area Similaritas

Ekstrak

etanol

biji

kurma

1 6.292 1-Propanol 134 3.68 64

2 6.463 2-(2-hydroxypropoxy) 134 0.09 59

3 9.549 Phenol, 2,6-bis(1,1-

dimethylethyl)-4-methyl

220 2.28 91

4 10.336 1,2-Benzenedcarboxylic acid 330 22.88 97

5 10.763 Dihydro methyl jasmonate 226 32.11 98

6 10.968 Cyclopentanetic acid 226 16.68 96

7 11.704 9-Ethyl-9-methylfluorene 208 4.37 43

8 12.618 7-Acetyl-6-ethyl-1,1,4,4-

tetramethyltetralin

258 5.72 92

9 13.157 Methyl-3-(3,5-ditertbutyl-4-

hydrxyphenyl)propionate

292 5.56 93

10 13.681 Eicosane 282 2.00 25

11 16.175 2,2-Dimethyl-3-(1-

octylamino)-4-nonanol

281 1.81 43

12 20.210 3,4-Dihydro-6,7-

dimethoxyisoquinoline 2-

oxide

207 2.84 52

Page 90: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

72

Ekstrak

n-

heksan

a biji

kurma

1 9.498 Phenol,2,4-bis(1,1-

dimethylethyl)

206 4.37 95

2 11.643 Octadecane 254 3.22 95

3 12.524 Nonadecane 268 3.04 98

4 13.516 Eicosane 282 10.44 98

5 14.678 Heneicosane 296 6.16 98

6 14.789 9-octadecenoic acid (Z)-

methylester

296 4.45 99

7 16.106 Docosane 310 13.15 97

8 17.884 Tricosane 324 9.86 97

9 20.141 Tetracosane 338 12.82 98

10 23.039 Pentacosane 352 9.78 91

11 26.800 Tetratriacontane 479 12.76 87

12 31.681 Icosane 282 9.97 95

Berdasarkan hasil analisis GC-MS terdapat 3 senyawa yang diduga memiliki

aktivitas antioksidasi di dalam ekstrak etanol biji kurma diantaranya senyawa

phenol,2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methy, senyawa 1,2-Benzenedicarboxyl acid dan

senyawa dihydro methyl jasmonate.

Senyawa phenol,2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methyl (Gambar 30) atau BHT

dengan rumus kimia C15H24O diduga memiliki aktivitas antioksidasi. BHT banyak

digunakan dalam bidang industri sebagai zat aditif antioksidan pada makanan,

kosmetik, farmasi, produk karet dan sebagainya.

Gambar 30. Struktur senyawa phenol,2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methyl

BHT memiliki fungsi sebagai zat yang mencegah reaksi autooksidasi atau

oksidasi yang disebabkan oleh O2 dari udara. Miryanti et al., (2011) menyatakan bahwa

senyawa BHT termasuk kedalam antioksidan primer yaitu senyawa-senyawa fenol

Page 91: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

73

yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak melalui

pemberian atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga

terbentuk senyawa yang stabil. Berikut ini merupakan mekanisme reaksi BHT sebagai

senyawa antioksidan (Gambar 31):

Gambar 31. Mekanisme reaksi BHT sebagai senyawa antioksidan

Senyawa 1,2-Benzenedicarboxyl acid (Gambar 32) atau sesuai dengan IUPAC

name sering disebut dengan Phtalic Acid merupakan golongan senyawa terpenoid dan

jenis asam dikarboksilat aromatik yang diduga memiliki aktivitas antioksidasi.

Senyawa dengan rumus kimia C16H22O4 ini memiliki luas area sebesar 22.88% dan

muncul pada retention time 10.336. Khotimah et al., (2013) menyatakan bahwa

terdapat senyawa 1,2-Benzenedicarboxyl acid di dalam ekstrak alga coklat yang

berpotensi sebagai antioksidan. Perumal and Ramasamy (2012) melaporkan bahwa

ditemukan senyawa 1,2-Benzenedicarboxyl acid dalam jumlah cukup banyak dalam

ekstrak etanol tanaman Polygonum chinense L. yang berpotensi sebagai antioksidan,

antimikroba dan antiperadangan.

Gambar 32. Struktur senyawa 1,2-Benzenedicarboxyl acid

Senyawa dihydro methyl jasmonate (Gambar 33) dengan rumus kimia

C13H22O3 ini memiliki luas area 32.11% dengan similaritas 98% diduga memiliki

+ R.

+ RH

Page 92: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

74

aktivitas antioksidasi. Wang et al., (2008) melaporkan bahwa terdapat senyawa dihydro

methyl jasmonate di dalam Rubus sp yang mampu meningkatkan aktivitas antioksidasi

dan kandungan flavonoid.

Gambar 33. Struktur senyawa dihydro methyl jasmonate

Berdasarkan hasil analisis GCMS terdapat satu senyawa yang diduga memiliki

aktivitas antioksidasi di dalam ekstrak n-heksana biji kurma yaitu senyawa 9-

Octadecenoic acid (Z) -methyl ester. Senyawa 9-Octadecenoic acid (Z) -methyl ester

(Gambar 34) dengan rumus kimia C19H36O2 ini muncul pada retention time 14.789

dengan luas area 4.45%. Senyawa ini diduga memiliki aktivitas antioksidasi. Akpuaka

et al., (2013) menyatakan bahwa terdapat senyawa 9-Octadecenoic acid (Z) -methyl

ester di dalam ekstrak n-heksana Azadirachta indica yang merupakan satu diantara

senyawa kimia yang memiliki aktivitas antioksidasi.

Gambar 34. Struktur senyawa 9-Octadecenoic acid (Z) -methyl ester

Senyawa 9-Octadecenoic acid (Z) -methyl ester termasuk kedalam asam lemak

tak jenuh tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA). Senyawa ini diduga

berperan sebagai senyawa antioksidan yang mampu untuk memperlambat maupun

mencegah proses oksidasi lipid (Shui et al., 2004). Tahap inisiasi, asam lemak tidak

jenuh mendonorkan atom hidrogennya kepada radikal bebas (R. ) sehingga terbentuk

RH non radikal dan radikal lipid. Tahap propagasi terjadi oksogenasi radikal lipid

Page 93: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

75

membentuk radikal peroksida lipid. Radikal peroksida yang terbentuk akan bereaksi

dengan asam lemak lain membentuk hidroperoksida dan radikal lipid baru. Tahap

terminasi, radikal bebas bereaksi satu sama lain membentuk spesies non radikal

sedangkan hidroperoksida akan terdekomposisi menjadi produk alkohol, asam, keton

dan substrat lain yang lebih stabil (Gordon, 1990). Berikut ini merupakan mekanisme

reaksi senyawa 9-Octadecenoic acid (Z) -methyl ester sebagai senyawa antioksidan

(Gambar 35) :

Gambar 35. Mekanisme senyawa 9-Octadecenoic acid (Z) -methyl ester sebagai

senyawa antioksidan

Hasil analisis GCMS ekstrak n-heksana biji kurma diketahui bahwa terdapat

senyawa kimia golongan fenolik yaitu senyawa phenol,2,4-bis(1,1-dimethylethyl)

(Gambar 36). Senyawa golongan fenolik ini diduga tidak memiliki aktivitas

antioksidasi melainkan antibakteri. Hal ini didukung oleh penelitian Seow et al., (2012)

yang melaporkan bahwa pada fraksi etil asetat daun dewa Gymura segetum diketahui

adanya senyawa phenol,2,4-bis(1,1-dimethylethyl) yang diduga berkontribusi pada

Page 94: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

76

aktivitas antimikroba. Abdullah et al., (2011) menyatakan bahwa terdapat senyawa

phenol,2,4-bis(1,1-dimethylethyl) di dalam ekstrak memiliki aktivitas antibakteri.

Gambar 36. Struktur senyawa phenol,2,4-bis(1,1-dimethylethyl)

Guenther (1987) menyatakan bahwa mekanisme senyawa fenol sebagai

antibakteri melalui mekanisme pembentukan kompleks antara senyawa fenol dengan

protein sel yang dapat menghambat kerja enzim pada sel bakteri sehingga

menyebabkan kerusakan pada dinding sel. Kerusakan dinding sel akan mengakibatkan

terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel karena dinding sel

berfungsi sebagai pengatur pertukaran zat-zat dari luar dan kedalam sel (Pelczar and

Chan, 1998).

Page 95: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Metode sokletasi menghasilkan aktivitas antioksidasi tertinggi pada ekstrak

etanol biji kurma dengan nilai IC50 sebesar 4.7307 ± 0.368 ppm dan metode

maserasi menghasilkan aktivitas antioksidasi tertinggi pada ekstrak n-

heksana biji kurma dengan nilai % daya hambat oksidasi pada konsentrasi

50 ppm sebesar 82.265%.

2. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa di dalam ekstrak etanol biji

kurma terdapat senyawa phenol,2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methyl, 1,2-

benzenedicarboxyl acid, dihydro methyl jasmonate dan senyawa 9-

octadecenoic acid (Z)-methyl ester di dalam ekstrak n-heksana biji kurma

yang memiliki aktivitas antioksidasi.

Page 96: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

78

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan lebih lanjut

mengenai isolasi dan karakterisasi senyawa dari biji kurma (Phoenix dactylifera)

sehingga dapat meningkatkan aktivitas antioksidasinya serta perlu dilakukan pengujian

aktivitas biologis lainnya terutama aktivitas antibakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H., Mirghani, S., and Jamal, P. 2011. Antibacterial Activity of Malaysian

Mango Kernel. Journal of Biotechnology. 10 (81) : 18739-18748.

Adikusuma, F. 2007. Daya Antioksidasi Ekstrak Isoflavon Whey Tahu Terstandar

pada Proses Produksi Tahu yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Agustal, A., Harapini, M., and Chairul, Analisis Kandungan Kimia Ekstrak Daun

Katuk (Sauropus Androgynus) dengan GCMS. Jurnal Tumbuhan Obat

Indonesia. 3 (3) : 1-6.

Ahmad, A., Bialangi, N., and Salimi, Y.K. 2014. Penentuan Kandungan Fenolik Total

dan Aktivitas Antioksidan dari Rambut Jagung (Zea Mays) yang Tumbuh di

Daerah Gorontalo. Jurnal Kimia Bahan Alam. 1 (1) : 1-7.

Akpuaka, A., Dashak, D., and Ekwenchi, M. 2013. Biological Activities of

Characterized Isolates of n-Hexane Extract of Azadirachta Indica a.Juss (Neem)

Leaves. Journal of Nature and Science. 11 (5) : 1-7.

Al-Farsi, M.A., and Lee, C.Y. 2007. Optimization of Phenolics and Dietary Fibre

Extraction From Date Seeds. Journal of Food Chemistry. 108 : 977-985.

Al-Farsi, M.A., and Lee, C.Y. 2008. Nutritional and Functional Properties of Dates : a

Review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 48 (10) : 877-887.

Almana, H.A., and Mahmoud, R.M. 1994. Palm Date Seeds as an Alternative Source

of Dietary Fibre in Saudi Bread. Journal Ecology of Food and Nutrition. 32 :

261-270.

Alvarez, A.P., Maya, E.R., and Suarez, L.A. 2009. Analysis of Capsaicin and

Dihydrocapsaicin in Peppers and Sauce Pepper by Solid Phase Microextraction

Page 97: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

79

Gas Chromatography-Mass Spectrometry. Journal of Chromatography. 18 :

2843-2847.

Amrun, .M., and Umiyah. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak

Metanol Beberapa Variasi Buah Kenitu (Chrysophyllumcainito L.) dari Daerah

Jember. Journal of Chemistry. 13 : 45-50.

Apriadji, W. 2007. Cake dan Kue Manis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Aqil, F., Ahmad, I., and Mehmood, Z. 2006. Antioxidant and Free Radical Scavenging

Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal Plants. Turk Journal

Biology. 17 : 177-183.

Blois, M.S. 1958. Antioxidant Determinations by The Use of a Stable Free Radical.

Journal of Nature. 181 : 1199-1200.

Buck, D.F. 1991. Antioxidants. UK : Blackie Academic & Profesional Glasgow.

Budhikarjono, K. 1996. Alat Industri Kimia. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh

November.

Chang, C.C., Yang, M.H., and Wen, H.M. 2002. Estimation of Total Flavonoids

Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods. Journal of

Food Drug Analysis. 10 : 178-182.

Cintas, P., and Cravotto, G. 2005. Power Ultrasound in Organic Synthesis: Moving

Cavitational Chemistry from Academia to Innovative and Large-Scale

Applications. The Royal Society Journal of Chemistry. 35 : 180-196.

Coppen, P. 1983. The Use of Antioxidant Rancidity in Foods. London : Apllied Science

Publishers.

Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam

Hayati Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang Kimia

Organik Bahan Alam Hayati. Skripsi. Universitas Andalas.

Delphin, D.V., Haripriya, R., Jothi, D., and Thirumalai, V. 2014. Phytochemical

Screening of Various Ethanolic Seed Extracts. World Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences. 7 (3) : 1041-1048.

Deore, S.L. 2009. In Vitro Antioxidant Activity and Phenolic Content of Croton

caudatum. International Journal of Chemical Technology Research. 1(2) : 174-

176.

Depkes RI. 1986. Sedian Galenik. Jakarta : Direktorat Jenderal Pangan Obat dan

Makanan.

Page 98: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

80

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dutta, D., Raychaudhuri, U., and Chakraborty, R. 2004. Retention of β-Carotene in

Frozen Carrots Under Frying Condition of Temperature and Time of Storage.

African Journal of Biotechnology. 4 (1) : 102-103.

Ekawati, R.A. 2007. Potensi Antioksidasi Daun Salam (Eugina polyantha) pada

Lingkungan Agrofisik yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Esterbauer, H., Schaur, R.J., and Zollner, H. 1991. Chemistry and Biochemistry of 4-

Hydroxynonenal, Malonaldehyde and Related Aldehydes. Journal of Radical

Biology. 11(1) : 81-128.

Febriani, K. 2012. Uji Aktivitas Antiioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Cocculus

orbiculatus dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

dari Fraksi yang Aktif. Skripsi. Universitas Indonesia.

Ferreira, C.F., Aires, E., and Barreira, C.M. 2009. Antioxidant Activity of Potuguese

Honey Samples: Different Contributions of The Entire Honey and Phenolic

Extract. Journal of Food Chemistry. 114 : 1438-1443.

Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1999. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Frederickson, C.J. 2000. Importance of Zinc in The Central Nervous System : The Zinc

Containing Neuron. Journal of Nutrition. 130 : 1471-1483.

George, F.M. 2009. Vitamins in Foods : Analysis, Bioavailability and Stability. New

York : CRC Press Taylor and Francis.

Giao, M.S., Claudia, I., and Foncesa, S.C. 2009. Effect of Particle Size Upon The

Extent of Extraction of Antioxidant Power from The Plants Agrimonia eupatoria,

Salvia sp. and Satureja montana. Journal of Food Chemistry. 117 : 412-416.

Gordon, M. 1990. The Mechanism of Antioxidant Action in Vitro. Journal of Food

Antioxidant. 1 (3) : 1-18.

Gorinstein, S., Haruenkit, R., and Poovarodom, S. 2009. The Comparative

Characteristics of Snake and Kiwi Fruits. Journal of Food and Chemical

Toxicology. 47 : 1884-1891.

Gross, J. 1991. Pigments in Vegetable, Chlorophylls and Carotenoids. New York : Van

Nostrand Reinhold.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hamada, J.S., Hashim, I.B., and Sharif, F.A. 2002. Preliminary Analysis and Potential

Uses of Date Pits in Foods. Journal of Food Chemistry. 76 : 135-137.

Page 99: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

81

Hanani, E., Mun’im, A., and Sekarini, R. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan

dalam Spons Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu

Kefarmasian. 2 (3) : 127-133.

Handa, S.S., Khanuja, S.P., and Longo, G. 2008. Extraction Technologies for

Medicinal and Aromatic Plant. Trieste : International Centre for Science and

High Technology.

Harborne, J. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Harlina, K., Devi, S., and Laili, S. 2010. Ekstraksi Teripang Pasir (Holothuria scabra)

Sebagai Sumber Testosteron pada Berbagai Kecepatan dan Lama Pengadukan.

Jurnal ISSN 1693-4393. 7 : 1-7.

Hasanah, A.N., Nazaruddin, F., and Febrina, E. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.).

Jurnal Matematika dan Sains. 3 (16) : 1-6.

Hayati, R. 2010. Pengaruh Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Biji Kakao

(Theobroma Cacao L.). Jurnal Kimia Bahan Alam. 1 (3) : 1-6.

Hernani, Winarti, C., and Marwati, T. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun 59

Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hewan Uji. Jurnal

Pascapanen. 6 (1) : 54-61.

Houghton, P., and Raman, A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of

Natural Extracts. London : Thomson Science.

Isnindar, Wahyuono, S., and Setyowati, E.P. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Antioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki Thunb) dengan Metode DPPH.

Majalah Obat Tradisional. 16 (3) : 157-164.

Josephy, P.D. 1997. Molecular Toxicology. New York : Oxford University Press.

Kadji, H.K., Runtuwene, R.J., and Citraningtyas, G. 2013. Uji Fitokimia dan Aktivitas

Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Soyogik (Saurauia bracteosa). Jurnal

Kimia Bahan Alam. 1 (7) : 1-8.

Kaisoon, O., Sirithon, S., and Meeso., N. 2011. Phenolic Compounds and Antioxidant

Activities of Edible Flowers from Thailand. Journal of Functional Food. 3 : 88-

99.

Katja, D.G., Suryanto, E., and Wehantouw, F. 2009. Potensi Daun Alpukat (Persea

americana) Sebagai Sumber Antioksidan Alami. Chemistry Prog. 2 (1) : 58-64.

Page 100: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

82

Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat

Tradisional. Karanganyar : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI.

Khotimah, K., Darius, and Bambang, B.S. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Aktif Alga

Coklat (Sargassum fillipendulla) Sebagai Antioksidan pada Minyak Ikan

Lemuru (Sardinella longiceps). THPi Student Journal. 1(1) : 10-20.

Kikuzaki, H., and Nakatani, N. 1993. Antioxidant Effects of Some Ginger

Constituents. Journal of Food Science. 58 (6) : 1407-1410.

Krinsky, I. 1992. Mechanism of Action of Biological Antioxidants. Boston : The

Society for Experimental Biology an Medicine.

Kristianingsih. 2005. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Akar

Tanaman Kedondong Laut (Polyscias fruticosa). Skripsi. Universitas Brawijaya.

Kristianti, A.F., Aminah, N.S., and Tanjung, M. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya

: Universitas Airlangga.

Kusumaningati, R.W. 2009. Analisa Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber officinale)

Secara in Vitro. Jakarta : UI Press.

Lautan. 1997. Radikal Bebas pada Eritrosit dan Leukosit. Jurnal Kesehatan. 116 : 49-

52

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan :

Universitas Sumatera Utara.

Lumbessy, M., Abidjulu, J., and Paendong, J. 2013. Uji Total Flavonoid pada Beberapa

Tanaman Obat Tradisional di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur

Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Jurnal Matematika dan

Sains. 1 (2) : 1-7.

Lugasi, A., Hovari, J., and Sagi, K. 2003. The Role of Antioxidant Phytonutrients in

The Prevention of Diseases. Acta Biologica Szegediensis. 47(1-4) : 119-125.

Maisuthisakul, P., Pasuk, S., and Ritthiruangdej, P. 2008. Relationship Between

Antioxidant Properties and Chemical Composition of Some Thai Plants. Journal

of Food Composition and Analysis. 21: 229-240.

Mandal, S.C., Vivelananda, M., and Anup, D. 2015. Essentials of Botanical Extraction

Principles and Applications. New York : Academic Press.

Martsolich, K.A. 2007. Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun

Jati Belanda (Guazuma ulmifolia). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Page 101: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

83

Marxen, K., Vanselow, K.H., and Lippemeier, S. 2007. Determination of DPPH

Radical Oxidation Caused by Methanolic Extract of Some Microalgal Species by

Linier Regression Analysis of Spectrophotometric Measurements. Journal of

Sensors. 7 : 2080-2095.

Miryanti, A., Sapei, L., and Budiono, K. 2011. Ekstraksi Antioksidan dari Kulit Buah

Manggis (Garcinia mangostana). Skripsi. Universitas Katolik Parahyangan.

Mistrello, J., Sameera, D.S., Abdollah, G., and Marshall, R.J. 2014. Determination of

The Antioxidant Capacity, Total Phenolic and Flavonoid Contents of Seeds From

Three Commercial Varieties of Culinary Dates. International Journal of Food

Studies. 4 : 34-44.

Meda, A., Lamien, C.E., and Romito, M. 2005. Determination of The Total Phenolic,

Flavonoid and Proline Contents in Burkina Fasan Honey As Well As Their

Radical Scavenging Activity. Journal of Food Chemistry. 91: 571-577.

Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhidrazyl

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Journal of Science Technology. 26

(2) : 211-219.

Mongkolsilp, S., Pongbupakit, I., and Sea-Lee, N. 2004. Radical Scavenging Activity

and Total Phenolic Content of Medical Plant Use in Primary Health Care.

Journal of Pharmacy Science. 9 : 32-35.

Mulja, M., and Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga

University Press.

Murray, R.K. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC.

Murugan, R. 2013. Comparative Evaluation of Different Extraction Methods for

Antioxidant and Anti-Inflammatory Properties from Osbeckia parvifolia.

Journal of King Saud University Science. 11 (1) : 6-8.

Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik dengan

Metode Polifenol dan Uji AOM (Active Oxygen Method). Skripsi. Institut

Pertanian Bogor.

Nijveldt, R.J., Van, N.E., and Van Hoorn. 2001. Flavonoids : a Review of Probable

Mechanisms of Action and Potential Applications. Am Journal Clin Nutr. 74 (4)

: 418-25.

Nikhal, S.B., Dambe, P.A., and Ghongade, D.B. 2010. Hidroalcoholic Extraction of

Mangifera indica Leaves by Soxhletion. International Journal of

Pharmaceutical Science. 2 (1) : 30-32.

Novita, K. 2014. Kandungan Serat, Vitamin C, Aktivitas Antioksidan dan Organoleptik

Keripik Ampas Brokoli Panggang. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Page 102: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

84

Patil, A.P. 2011. Evaluation of In Vitro Antioxidant Activity of Seeds of Blue and

White Flowered Varieties of Clitoria ternatea Linn. Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences. 4 : 3.

Pelczar, M.J., and Chan, E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.

Perumal, B., and Ramasamy, N. 2012. GC-MS Analysis of Phytocomponents in The

Ethanol Extract of Polygonum chinense L. Pharmacognosy Research. 4 (1) : 11-

14.

Pisoschi, A.M., Cheregi, M.C., and Danen, A.F. 2009. Total Antioxidant Capacity of

Some Commercial Fruit Juices Electrochemical and Spectrophotometrical

Approaches. Journal of Molecules. 14 : 480-493.

Purwaningsih, S. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komposisi Kimia Keong Matah

Merah (Cerithidea obtusa). Jurnal Ilmu Kelautan. 17 (1) : 39-48.

Porskjaer, L., Kathrine, C., and Christensen, B. 2014. The Role of Direct and Indirect

Polyphenolic Antioxidants in Protection Against Oxidative Stress. Journal of

Polyphenol in Human Helath and Disease.12 : 289-309.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity Medallion Laboratories-Analytical Progress.

Journal of Analytics. 19 : 1-4.

Praptiwi, Dewi, P., and Harapini, M. 2006. Nilai Peroksida dan Aktivitas AntiRadikal

Bebas DPPH Ekstrak Metanol Knema laurina. Majalah Farmasi Indonesia. 17

(1) : 32-36.

Pratimasari, D. 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica Papaya dengan

Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik serta Flavonoid Totalnya. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pratt, D.E., and Hudson, B.J.F. 1990. Natural Antioxidants not Exploited

Commercially. Journal Applied Food Science Series. 1 (5) : 171-191.

Pratt, D.E. 1992. Natural Antioxidants From Plant Material. Washington D.C :

American Society.

Purba, R.D. 2001. Analisis Komposisi Alkaloid Daun Handeuleum (Graptophyllum

pictum Linn) yang Dibudidayakan dengan Taraf Nitrogen yang Berbeda. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor.

Reza, M., Khanavi, M., Mannan, H., and Maryam, J. 2010. Comparison of Antioxidant

Activity and Total Phenol Contents of some Date Seed Varieties from Iran. Iran

Journal of Pharmacy. 9 (2) : 141-146.

Rice, E.C. 1996. Structure Antioxidant Activity Relationship of Flavonoids and

Phenolic Acids. Journal of Free Radic BioMed. 20 (7) : 933-56.

Page 103: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

85

Ridho, E. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia

trifolia) dengan Metode DPPH. Skripsi. Universitas Tanjung Pura.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : Institut

Teknologi Bandung.

Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta : Penerbit Graha

Ilmu.

Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang : Pusat Penelitian

Universitas Andalas.

Salah, N. 1995. Polyphenolic Flavanols as Scavengers of Aqueous Phase Radicals and

as Chain-Breaking Antioxidants. Journal of Arch Biochem Biophys. 322 (2) :

339-46.

Sangi, M., Runtuwene1, M.R.J., and Simbala, H.E.I. 2008. Analisis Fitokimia

Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Skripsi. Institut Teknologi

Bandung.

Satuhu, S. 2010. Kurma Kasiat dan Olahannya Edisi I. Jakarta : Penebar Swadaya.

Schultz, H.W. 1963. Symposium on Food : Lipid and Their Oxidation. Connecticut:

The Avi Publishing.

Seidel, V. 2008. Initial and Bulk Extraction Natural Products Isolation 2nd Edition.

New Jersey : Humana Press.

Seow, L.J., Beh, H.K., and Ibrahim, P. 2012. Antimicrobial Activity of Gynura

segetum’s Leaf Extracts and Its Active Fractions. Journal of Genuine Traditional

Medicine. 2 : 2

Setiyono, L. 2011. Pemanfaatan Biji Kurma Sebagai Tepung dan Analisis Perubahan

Mutunya Selama Penyimpanan. Skripsi. Instutut Pertanian Bogor.

Shirsath, S.R., Sonowane, S.H., and Gogate, P.R. 2012. Intensification of Extraction

of Natural Products Using Ultrasonic Irradiations-a Review of Current Status.

Journal of Chemical Engineering and Processing. 53 : 10-23.

Shui, G., Wong, S.P., and Leong, L.P. 2004. Characterization of Antioxidants and

Change of Antioxidant Levels During Storage of Manilkara zapota L. Journal of

Agricultural and Food Chemistry. 52 : 7834-7841

Siadi, K. 2012. Ekstrak Bungkil Buji Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai

Biopestisida yang Efektif dengan Penambahan NaCl. Jurnal MIPA. 35 (1) : 1-5.

Page 104: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

86

Silverstein, R.M., Sonowane, S.H., and Gogate, P.R. 1991. Spectrometric

Identification of Organic Compounds (5th edition). New York : John Wiley and

Sons.

Singleton, V.L., and Rossi, J.A. 1965. Colorimetry of Total Phenolic with

Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent. Journal of Chemistry. 16 : 2-

5.

Sirait, M. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan.

SNI. 2008. Minyak Kelapa Virgin (VCO). Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Socha, R., Juszczak, L., and Pietrzyk, S. 2009. Antioxidant Activity and Phenolic

Composition of Herbhoneys. Journal of Food Chemistry. 113 : 568-574.

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit

Liberty.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.

Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.

Syahrul, F. 2008. Aktivitas Antioksidasi Ekstrak Jamur Kuping Hitam (Auricularia

polytricha). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Tania, S.U. 2009. Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Simpur

(Dillenia indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi dengan Uji ANOVA. Jurnal

Kimia Bahan Alam. 12 : 5-6.

Tensiska. 2001. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum

acanthopodium) dalam Beberapa Sistem Pangan dan Kestabilan Aktivitasnya

Terhadap Suhu dan pH. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Tukozkan, N., Erdamar, H., and Seven, I. 2006. Measurement of Total

Malondialdehyde in Plasma and Tissue by High-Performance Liquid

Chromatrography and Thiobarbituric Acid Assay. Journal of Firat tip Dergisi.

11 : 88-92.

Tuty, E.A. 2008. Pengaruh Variabel Operasi Terhadap Ekstraksi Minyak dari Biji

Karet dengan Pelarut Heksana dan Etanol. Jurnal Kimia Bahan Alam. 9 : 21-25.

Tokur, B., Korkmaz, K., and Ayas, D. 2006. Comparison of Two Thiobarbituric Acid

(TBA) Method for Monitoring Lipid Oxidation in Fish. EU Journal of Fisheries

& Aquatic Sciences. 23 (3-4) : 331-334.

Utami, T.S., Arbianti, R., and Reza, A. 2009. Perbandingan Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Etanol Daun Simpur (Dillenia indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi

dengan Uji Anova. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Page 105: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

87

Vatai, T., Skerget, M., and Knez, Z. 2009. Extraction of Phenolic Compounds from

Elder Berry and Different Grape Marc Varieties Using Organic Solvents and/or

Supercritical Carbondioxide. Journal of Food Eng. 12 (2) : 1-7.

Wang, L., and Weller, C.L. 2006. Recent Advances in Extraction of Nutraceuticals from

Plants. Journal of Trends in Food Science & Technology. 1 (17) : 300-312.

Wang, S.Y., Chen, C., and Wang, C.Y. 2009. The Influence of Light and Maturity on

Fruits Quality and Flavonoid Content of Red Raspberries. Journal of Food

Chemistry. 112 : 76-84.

Wang, S.V., Linda, B., and Ding, M. 2008. Methyl Jasmonate Enhances Antioxidant

Activity and Flavonoid Content in Blackberries (Rubus sp.) and Promotes

Antiproliferation of Human Cancer Cells. Journal of Food Chemistry. 107 :

1261-1269.

Wardani, E. 2007. Uji Kualitas VCO Berdasarkan Cara Pembuatan dari Proses

Pengadukan Tanpa Pemancingan dan Proses Pengadukan dengan

Pemancingan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Widiastuti, A.E., and Dhika, R.D. 2012. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap

Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Durian (Durio zibethinus) Varietas Petruk.

Jurnal Kimia Bahan Alam. 1 (7) : 1-8.

Widyasari, A.R. 2008. Karakterisasi dan Uji Antibakteri Senyawa Kimia Fraksi n-

Heksana dari Kulit Batang Pohon Angsret (Spathoda campanulata). Skripsi.

Universitas Brawijaya.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-Brio Press.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya

dalam Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Yagi, K. 1994. Lipid Peroxides in Hepatic, Gastrointestinal and Pancreatic Diseases.

New York : Plenum Press.

Yanishlieva, M. 2001. Antioxidant in Food Practical Apllication. California :

Publishing Ltd and CRC Press LLC.

Zhang, L.J., Liu, J.F., and Zhang, P.P. 2011. Ionic Liquid- Based Ultrasound-Assisted

Extraction of Chlorogenic Acid from Lonicera japonica Thunb. Journal of

Chemistry. 1 (3) : 1-5.

Page 106: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

88

LAMPIRAN

Page 107: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

89

Lampiran 1. Rancangan penelitian

Pembuatan Serbuk

Biji Kurma

Ekstraksi

Maserasi Sokletasi Sonikasi

Ekstrak Dipekatkan dengan

Rotary Evaporator

Analisis % Rendemen

Uji Fitokimia Uji Total

Fenolik

Uji Total

Flavonoid

Uji Aktivitas

Antioksidasi

Analisis dengan

Instrumen

Metode DPPH Metode TBA GC-MS Alkaloid

Flavonoid

Steroid

Triterpenoid

Tanin

Kuinon

Saponin

Page 108: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

90

Lampiran 2. Spesifikasi bahan

Gambar 37. Buah kurma jenis Al-Saad

Tabel 8. Spesifikasi bahan utama

Spesifikasi Keterangan

Nama jenis Kurma

Nama dagang Al-Saad

Produksi Al-Foah company, United arab emirates

Perusahaan impor PT Exindokarsa Agung Jakarta

Kode produksi Agustus 2014

Expired time Februari 2016

Page 109: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

91

Lampiran 3. Hasil ekstraksi

Tabel 9. Hasil ekstraksi

Sampel Ulangan Berat awal

(g)

Berat akhir

(g) % Rendemen

% Rendemen

rata-rata

Ekstrak

etanol hasil

maserasi

I 25 3.057 12.228

12.315 II 25 3.100 12.400

III 25 3.079 12.316

Ekstrak

etanol hasil

sokletasi

I 10 0.590 5.900

5.920 II 10 0.600 6.000

III 10 0.586 5.860

Ekstrak

etanol hasil

sonikasi

I 25 2.380 9.520

9.786 II 25 2.420 9.680

III 25 2.540 10.160

Eksrak n-

heksana hasil

maserasi

I 25 1.407 5.628

5.740 II 25 1.382 5.528

III 25 1.516 6.064

Ekstrak n-

heksana hasil

sokletasi

I 10 0.635 6.35

6.483 II 10 0.664 6.64

III 10 0.646 6.46

Ekstrak n-

heksana hasil

sonikasi

I 25 1.120 4.48

4.600 II 25 1.170 4.68

III 25 1.160 4.64

Contoh perhitungan:

Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100%

Hasil maserasi ekstrak etanol % Rendemen = 12.228

25 × 100% = 12.315%

Page 110: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

92

Lampiran 4. Hasil uji fitokimia

Tabel 10. Hasil penapisan kimia golongan alkaloid ekstrak biji kurma

No Pereaksi Ekstrak etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1 Mayer (-)

Endapan

jingga

(-)

Endapan

jingga

(-)

Endapan

jingga

(-)

Larutan

Bening

(-)

Larutan

Bening

(-)

Larutan

Bening

2 Wagner (+)

Endapan

coklat

(+)

Endapan

coklat

(+)

Endapan

coklat

(-)

Larutan

berwarna

ungu pada

bagian atas

dan hijau

pada bagian

bawah

(-)

Larutan

berwarna

ungu pada

bagian atas

dan hijau

pada bagian

bawah

(-)

Larutan

berwarna

ungu pada

bagian atas

dan hijau

pada bagian

bawah

3 Dragendorf (+)

Endapan

jingga

kemerahan

(+)

Endapan

jingga

kemerahan

(+)

Endapan

jingga

kemerahan

(-)

Larutan

berwarna

ungu pada

bagian atas

dan jingga

pada bagian

bawah

(-)

Larutan

berwarna

ungu pada

bagian atas

dan jingga

pada bagian

bawah

(-)

Larutan

berwarna

ungu pada

bagian atas

dan jingga

pada bagian

bawah

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Tabel 11. Hasil penapisan kimia golongan flavonoid ekstrak biji kurma

No Pereaksi Ekstrak etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1 Serbuk

Mg

(+)

Endapan

jingga

(+)

Endapan

jingga

(+)

Endapan

jingga

(-)

Larutan

Bening

(-)

Larutan

Bening

(-)

Larutan

Bening

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Tabel 12. Hasil penapisan kimia golongan terpenoid ekstrak biji kurma

No Pereaksi Ekstrak etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1 Lieberman-

Burchard

(+)

Endapan

merah tua

(+)

Endapan

merah tua

(+)

Endapan

merah tua

(-)

Endapan

coklat

(-)

Endapan

coklat

(-)

Endapan

coklat

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Page 111: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

93

Tabel 13. Hasil penapisan kimia golongan tanin ekstrak biji kurma

No Pereaksi Ekstrak etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1 FeCl3

1%

(+)

Endapan

hijau

kehitaman

(+)

Endapan

hijau

kehitaman

(+)

Endapan

hijau

kehitaman

(-)

Larutan

kuning

(-)

Larutan

kuning

(-)

Larutan

kuning

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Tabel 14. Hasil penapisan kimia golongan kuinon ekstrak biji kurma

No Pereaksi Ekstrak etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1

Etanol

95%-

NaOH

10%

(+)

Endapan

coklat

kemerahan

(+)

Endapan

coklat

kemerahan

(+)

Endapan

coklat

kemerahan

(-)

Larutan

kuning

muda

(-)

Larutan

kuning

muda

(-)

Larutan

kuning

muda

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Tabel 15. Hasil penapisan kimia golongan saponin ekstrak biji kurma

No Pereaksi Ekstrak etanol Ekstrak n-heksana

Maserasi Sokletasi Sonikasi Maserasi Sokletasi Sonikasi

1 Aquades

(-)

Tidak

terbentuk

busa

(-)

Tidak

terbentuk

busa

(-)

Tidak

terbentuk

busa

(+)

Terbentuk

busa

(+)

Terbentuk

busa

(+)

Terbentuk

busa

Keterangan : + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Dokumentasi hasil uji fitokimia

Keterangan : a) hasil maserasi; b) hasil sokletasi; c) hasil sonikasi

a) b) c)

Gambar 38. Hasil uji alkaloid pereaksi Wagner

Page 112: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

94

a) b) c)

Gambar 39. Hasil uji alkaloid pereaksi Dragendorf

a) b) c)

Gambar 40. Hasil uji flavonoid

a) b) c)

Gambar 41. Hasil uji triterpenoid/steroid

Page 113: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

95

a) b) c)

Gambar 42. Hasil uji tanin

a) b) c)

Gambar 43. Hasil uji kuinon

a) b) c)

Gambar 44. Hasil uji saponin

Page 114: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

96

Lampiran 5. Hasil uji antioksidasi (TBA) ekstrak n-heksana biji kurma

Tabel 16. Penentuan absorbansi waktu inkubasi

Hari ke - Absorbansi (A)

1 0.00585

2 0.009

3 0.004

Gambar 45. Kurva penentuan absorbansi maksimum

Gambar 46. Penentuan panjang gelombang maksimum TEP

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0 1 2 3 4

Ab

sorb

ansi

Hari ke -

sampel 18.Sample

Name Description

400 650450 500 550 600

0.66

-0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

0.55

0.60

nm

A

531.71nm, 0.65A

Page 115: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

97

Tabel 17. Penentuan absorbansi TEP

Konsentrasi TEP

(µM)

Absorbansi

(A)

0 0

1.5 0.058

3 0.109

6 0.035

9 0.066

12 0.465

15 0.622

18 0.733

Gambar 47. Kurva standar TEP

Contoh perhitungan kandungan antioksidan ekstrak n-heksana biji kurma

Konsentrasi MDA dalam sampel (µM)

Misal Absorbansi maserasi ekstrak n-heksana (ulangan 1) = 0.025

Substitusi absorbansi ke persamaan garis regresi y = ax + b

y = 0.041x – 0.0069

𝑥 =0.025 + 0.0069

0.041= 0.778 µ𝑀

Contoh perhitungan % daya hambat ekstrak maserasi n-heksana (ulangan 1).

% 𝐷𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 =[𝑀𝐷𝐴]𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 − [𝑀𝐷𝐴]𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

[𝑀𝐷𝐴]𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%

=4.3755−0.776

4.3755 𝑥 100% = 82.265%

y = 0.041x - 0.0069R² = 0.9986

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

0 10 20

Ab

sorb

ansi

(A

)

Konsentrasi (µM)

Series1

Linear(Series1)

Page 116: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

98

Tabel 18. Penentuan kandungan antioksidan dengan metode TBA

Sampel Absorban

hari ke-2

[MDA] hari

ke-2 (µM)

Rerata [MDA]

(µM) SD

Daya hambat

oksidasi (%)

Kontrol positif- a 0.142 3.632 3.6075 0.03465 17.552%

Kontrol positif- b 0.140 3.583

Kontrol negatif-a 0.172 4.363 4.3755 0.01768 0%

Kontrol negatif- b 0.173 4.388

Maserasi 50 ppm-a 0.025 0.778 0.776 0.01697 82.265%

Maserasi 50 ppm-b 0.024 0.754

Maserasi 100 ppm-a 0.046 1.290 1.3025 0.01768 70.232%

Maserasi 100 ppm-b 0.047 1.315

Maserasi 200 ppm-a 0.056 1.534 1.473 0.08627 66.335%

Maserasi 200 ppm-b 0.051 1.412

Maserasi 500 ppm-a 0.034 0.998 0.998 0.000 77.191%

Maserasi 500 ppm-b 0.034 0.998

Maserasi 1000 ppm-a 0.072 1.924 1.8145 0.15486 58.530%

Maserasi 1000 ppm-b 0.063 1.705

Sokletasi 50 ppm-a 0.082 2.168 2.217 0.0693 49.331%

Sokletasi 50 ppm-b 0.086 2.266

Sokletasi 100 ppm-a 0.089 2.339 2.339 0.000 46.543%

Sokletasi 100 ppm-b 0.089 2.339

Sokletasi 200 ppm-a 0.069 1.851 1.9365 0.12092 55.742%

Sokletasi 200 ppm-b 0.076 2.022

Sokletasi 500 ppm-a 0.079 2.095 2.1195 0.03465 51.560%

Sokletasi 500 ppm-b 0.081 2.144

Sokletasi 1000 ppm-a 0.096 2.510 2.510 0.000 42.635%

Sokletasi 1000 ppm-b 0.096 2.510

Sonikasi 50 ppm-a 0.052 1.437 1.51 0.10324 65.490%

Sonikasi 50 ppm-b 0.058 1.583

Sonikasi 100 ppm-a 0.059 1.607 1.607 0.000 63.272%

Sonikasi 100 ppm-b 0.059 1.607

Sonikasi 200 ppm-a 0.064 1.729 1.8265 0.13789 58.256%

Sonikasi 200 ppm-b 0.072 1.924

Sonikasi 500 ppm-a 0.051 1.412 1.534 0.17253 64.941%

Sonikasi 500 ppm-b 0.061 1.656

Sonikasi 1000 ppm-a 0.080 2.120 2.2175 0.13789 49.320%

Sonikasi 1000 ppm-b 0.088 2.315

Page 117: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

99

Lampiran 6. Hasil uji antioksidan (DPPH) ekstrak etanol biji kurma.

Tabel 19. Penentukan kandungan antioksidan dengan metode DPPH

Contoh perhitungan IC50 sampel maserasi ekstrak etanol (ulangan 1)

Sampel Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi % Inhibisi IC50 (ppm) IC50(ppm)

(Mean±SD) I II I II I II

Maserasi

Blanko 0.221 0.216 - -

6.541

5.696

6.119 ± 0.597

0.25 0.212 0.213 4.072 1.388

0.5 0.213 0.215 3.620 0.463

1 0.199 0.199 9.955 7.870

2 0.187 0.183 15.385 15.278

4 0.148 0.14 33.032 35.185

8 0.099 0.063 60.181 70.833

16 0.028 0.03 87.330 86.111

Sokletasi

Blanko 0.17 0.167 - -

4.470

4.991

4.731 ± 0.368

0.125 0.153 0.15 10 10.179

0.25 0.135 0.145 20.588 13.174

0.5 0.14 0.143 17.047 14.371

1 0.138 0.136 18.824 18.563

2 0.121 0.128 28.824 23.353

4 0.101 0.096 40.588 42.515

8 0.026 0.044 84.706 73.653

Sonikasi

Blanko 0.279 0.276 - -

10.811

10.302

10.557 ± 0.36

0.5 0.265 0.267 5.018 3.261

1 0.261 0.257 6.452 6.884

2 0.243 0.248 12.903 10.145

4 0.218 0.217 21.864 21.377

8 0.16 0.165 42.652 40.217

16 0.072 0.079 74.194 71.377

Asam

askorbat

Blanko 0.245 0.264 - -

2.137

2.006

2.072 ± 0.092

0.25 0.229 0.245 6.530 7.197

0.5 0.226 0.231 7.755 12.5

1 0.191 0.198 22.041 25

2 0.132 0.121 46.122 54.166

4 0.01 0.01 95.918 96.212

Page 118: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

100

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 =𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 0.25 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.212

0.221 𝑥 100% = 4.072398%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 0.5 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.213

0.221 𝑥 100% = 3.61991%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 1 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.199

0.221 𝑥 100% = 9.954751%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 2 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.187

0.221 𝑥 100% = 15.38462%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 4 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.148

0.221 𝑥 100% = 33.03167%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 8 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.099

0.221 𝑥 100% = 60.181%

% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 16 𝑝𝑝𝑚 =0.221 − 0.028

0.221 𝑥 100% = 87.33032%

Diperoleh regresi linier : y = 7.2973 x + 2.268 dengan nilai R2 = 0.9976

IC50 = 7.2973 x + 2.268

50 = 7.2973 x + 2.268

𝑥 =50 − 2.268

7.2973= 6.54105 𝑝𝑝𝑚

IC50 sampel maserasi ekstrak etanol (ulangan 1)sebesar 6,54105 ppm.

Perhitungan standar deviasi

Rata –rata : 𝑥 =∑𝑥𝑖

𝑛 =

6.54105 𝑝𝑝𝑚+5.6964 𝑝𝑝𝑚

2= 6.1187 𝑝𝑝𝑚

Standar deviasi : 𝑆𝐷 = √∑(𝑥𝑖−𝑥)2

𝑛−1= √

(6.54105−6.1187)2 +(5.6964−6.1187)2

2−1 = 0.597

Page 119: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

101

Gambar 48. Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH

Gambar 49. Kurva ekstrak etanol hasil maserasi ulangan 1

Gambar 50. Kurva ekstrak etanol hasil maserasi ulangan 2

blanko dpph.Sample

Name Description

450 700500 550 600 650

0.40

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

nm

A515.33nm, 0.24A

y = 7.2973x + 2.268R² = 0.9976

0

20

40

60

80

0 5 10

% in

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

y = 9.0269x - 1.4209R² = 0.9992

0

20

40

60

80

0 5 10

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

Linear (%inhibisi)

Page 120: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

102

Gambar 51. Kurva ekstrak etanol hasil sokletasi ulangan 1

Gambar 52. Kurva ekstrak etanol hasil sokletasi ulangan 2

Gambar 53. Kurva ekstrak etanol hasil sonikasi ulangan 1

y = 9.2792x + 8.5187R² = 0.9902

0

20

40

60

80

100

0 5 10

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

y = 7.9362x + 10.39R² = 0.9992

0

20

40

60

80

0 5 10

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

y = 4.3978x + 2.4551R² = 0.996

0

20

40

60

80

0 5 10 15 20

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

Linear (%inhibisi)

Page 121: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

103

Gambar 54. Kurva ekstrak etanol hasil sonikasi ulangan 2

Gambar 55. Kurva asam askorbat ulangan 1

Gambar 56. Kurva asam askorbat ulangan 2

y = 4.5166x + 3.4683R² = 0.9959

0

20

40

60

80

0 5 10 15 20%

Inh

ibis

i

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

Linear (%inhibisi)

y = 24.409x - 2.1599R² = 0.9978

0

20

40

60

80

100

120

0 2 4 6

% In

hib

iai

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

Linear (% inhibisi)

y = 24.071x + 1.7045R² = 0.9955

0

20

40

60

80

100

120

0 2 4 6

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

% inhibisi

Linear (% inhibisi)

Page 122: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

104

Lampiran 7. Hasil uji total fenolik

Gambar 57. Penentuan panjang gelombang maksimum asam galat

Tabel 20. Pengukuran absorbansi asam galat

Gambar 58. Kurva standar asam galat

standar 100 ppm.Sample

Name

asam galat

Description

500 900600 700 800

0.30

0.14

0.16

0.18

0.20

0.22

0.24

0.26

0.28

nm

A

750.95nm, 0.25A

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)

0 0.000

10 0.017

20 0.044

40 0.096

60 0.120

80 0.217

100 0.266

y = 0.0027x - 0.0077R² = 0.9977

-0.1

0

0.1

0.2

0.3

0 50 100 150

Ab

sorb

ansi

(A

)

Konsentrasi (ppm)

Series1

Linear (Series1)

Page 123: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

105

Tabel 21. Penentuan kandungan total fenolik

Sampel

Absorbansi Pengen

ceran

Konsentrasi Kadar total fenolik

(Mg GAE/g sampel) Kadar total fenolik

(Mg GAE/g sampel)

(Mean ± SD) 1 2 1 2 1 2

Maserasi

ekstrak

etanol

0.016

0.019

100

8.7777

9.8888

877.77

988.88

933.325 ± 78.566

Sokletasi

ekstrak

etanol

0.018

0.019

100

9.5185

9.8888

951.85

988.88

970.365 ± 26.184

Sonikasi

ekstrak

etanol

0.014

0.016

100

8.0370

8.7777

803.70

877.77

840.735 ± 52.375

Maserasi

ekstrak n-

heksana

0.027

0.026

-

12.8518

12.4815

12.8518

12.4815

12.666 ± 0.262

Sokletasi

ekstrak n-

heksana

0.043

0.031

-

18.7777

14.3333

18.7777

14.3333

16.555 ± 3.143

Sonikasi

ekstrak n-

heksana

0.033

0.029

-

15.0740

13.5926

15.0740

13.5926

14.333 ±3.048

Contoh perhitungan kadar total fenolik

Konsentrasi sampel (ppm)

Misal Absorbansi maserasi ekstrak etanol (ulangan 1) = 0.016

Subsitusi absorbansi ke persamaan garis regresi y = a x + b

y = 0.0027 x – 0.0077

𝑥 =0.016+0.0077

0.0027 = 8.777 𝑝𝑝𝑚

Total fenolik sampel (mg GAE/g sampel )

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙𝑖𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (

𝑚𝑔𝐿 )

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 𝑉𝑜𝑙. 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝐿) 𝑥 𝐹𝑝

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙𝑖𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =8.7777 (

𝑚𝑔𝐿 )

0.01 𝑔 𝑥 0.01𝐿 𝑥 100 = 877.77 𝑚𝑔𝐺𝐴𝐸/𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Page 124: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

106

Lampiran 8. Hasil uji total flavonoid

Gambar 59. Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin

Tabel 22. Pengukuran absorbansi kuersetin

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)

0 0.000

10 0.229

20 0.558

30 0.884

40 1.188

50 1.501

60 1.767

Gambar 60. Kurva standar kuersetin

y = 0.0303x - 0.0327R² = 0.9985

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

0 20 40 60 80

Ab

sorb

ansi

(A

)

Konsentrasi (ppm)

Series1

Page 125: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

107

Tabel 23. Penentuan kandungan total flavonoid

Contoh perhitungan kadar total flavonoid

Konsentrasi sampel (ppm)

Misal Absorbansi maserasi ekstrak etanol (ulangan 1) = 0.018

Subsitusi absorbansi ke persamaan garis regresi y = a x + b

y = 0.0303x – 0.0328

𝑥 =0.018+0.0328

0.0303 = 1.677 𝑝𝑝𝑚

Total flavonoid sampel (mg QE/g sampel )

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑎𝑣𝑜𝑛𝑜𝑖𝑑 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (

𝑚𝑔𝐿 )

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 𝑉𝑜𝑙. 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝐿) 𝑥 𝐹𝑝

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑎𝑣𝑜𝑛𝑜𝑖𝑑 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =1.677 (

𝑚𝑔𝐿 )

0.0022 𝑔 𝑥 0.02𝐿 = 15.242 𝑚𝑔

𝑄𝐸

𝑔𝑟𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Lampiran 9. Optimasi GC-MS

Sampel

Absorbansi Konsentrasi Kadar total flavonoid

(Mg QE/g sampel) Kadar total flavonoid

(Mg QE/g sampel)

(Mean ± SD) 1 2 1 2 1 2

Maserasi ekstrak

etanol

0.018

0.016

1.677

1.611

15.242

14.642

14.942 ± 0.424

Sokletasi ekstrak

etanol

0.023

0.024

1.842

1.875

16.014

16.300

16.157 ± 0.203

Sonikasi ekstrak

etanol

0.008

0.007

1.347

1.314

11.709

11.422

11.566 ± 0.203

Maserasi ekstrak

n-heksana

0.000

0.000

1.083

1.083

8.327

8.327

8.327 ± 0

Sokletasi ekstrak

n-heksana

0.000

0.000

1.083

1.083

8.327

8.327

8.327 ± 0

Sonikasi ekstrak

n-heksana

0.000

0.000

1.083

1.083

8.327

8.327

8.327 ± 0

Page 126: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

108

COLUMN

Capillary Column

Model number : AGILENT

Column type : HP- 5 MS 60 m x 0.25 µm x 0.25 µm

Component Colomn : 5% phenyl – 95% methylpolyxiloxane

Max. temperature : 325 oC

Nominal length : 59.0 m

Nominal diameter : 250.00 µm

Nominal film thickness : 0.25 µm

Mode : Constant flow

Initial flow : 1 mL/min

Nominal init pressure : 20.369 psi

Average velocity : 26.821 cm/sec

Inlet : Front inlet

Outlet : MSD

Outlet pressure : Vacuum

FRONT INLET

EKSTRAK N-HEKSANA

Mode : Split

Initial temperature : 290 oC

Pressure : 20.369 psi

Splir ratio : 100 : 1

Split flow : 100 mL/min

Total flow : 104 mL/min

Gas saver : ON

Saver flow : 20.0 mL/min

Saver time : 2.00 min

Gas type : Helium

EKSTRAK ETANOL

Mode : Split

Initial temperature : 290 oC

Pressure : 20.369 psi

Split ratio : 300 : 1

Split flow : 300 mL/min

Total flow : 304 mL/min

Gas saver : ON

Saver flow : 20.0 mL/min

Saver time : 2.00 min

Gas type : Helium

Lampiran 10. Korelasi kadar total fenolik dan flavonoid ekstrak etanol biji kurma

dengan aktivitas antioksidasi

Page 127: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

109

Tabel 24. Korelasi total fenolik dengan aktivitas antioksidasi (IC50) Correlations

IC_50 Total_Fenolik

IC_50

Pearson Correlation 1 -.990**

Sig. (2-tailed) .000

6 N 6

Total_Fenolik

Pearson Correlation -.990** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 6 6

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 25. Korelasi total flavonoid dengan aktivitas antioksidasi (IC50) Correlations

IC_50 Total_flavonoid

IC_50

Pearson Correlation 1 -.972**

Sig. (2-tailed) .001

N 6 6

Total_flavonoid

Pearson Correlation -.972** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 6 6

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 26. Korelasi total fenolik dengan total flavonoid Correlations

Total_fenolik Total_flavonoid

Total_fenolik

Pearson Correlation 1 .994**

Sig. (2-tailed) .000

N 6 6

Total_flavonoid

Pearson Correlation .994** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 6 6

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 11. Korelasi kadar total fenolik dan flavonoid ekstrak n-heksana biji

kurma dengan aktivitas antioksidasi

Tabel 27. Korelasi total fenolik dengan aktivitas antioksidasi (% daya hambat) Correlations

Page 128: PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43429/1/CITRA... · 5.hasni, M.Si dan Anna Muawanah, M.Si., selaku Penguji I

110

daya_hambat total_fenolik

daya_hambat

Pearson Correlation 1 .467

Sig. (2-tailed) .351

N 6 6

total_fenolik

Pearson Correlation .467 1

Sig. (2-tailed) .351

N 6 6

Tabel 28. Korelasi total flavonoid dengan aktivitas antioksidasi (% daya hambat) Correlations

daya_hambat total_flavonoid

daya_hambat

Pearson Correlation 1 .064

Sig. (2-tailed) .904

N 6 6

total_flavonoid

Pearson Correlation .064 1

Sig. (2-tailed) .904

N 6 6