program studi ilmu administrasi negara fakultas …repository.fisip-untirta.ac.id/414/1/manajemen...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PADA
KOMUNITAS PENGRAJIN EMPING UNTUK PEMBERDAYAAN
USAHA BERBASIS MASYARAKAT
DI KECAMATAN MENES
KABUPATEN PANDEGLANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Erin Nurfajriah
NIM 6661111964
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Januari 2015
ABSTRAK
Erin Nurfajriah, NIM. 6661111964, Skripsi. Manajemen Pengembangan Ekonomi
Kreatif Pada Komunitas Pengrajin Emping Untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis
Masyarakat Di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Pembimbing I: Dr.
Suwaib Amiruddin., M.Si dan Pembimbing II: Titi Stiawati., M.Si
Ekonomi kreatif merupakan salah satu cara dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan menggunakan kreativitas dan ide yang dimiliki oleh
masyarakat. Namun, manajemen pengembangannya belum dilaksanakan dengan
efektif. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan tidak merata, terbatas, dan
tumpang tindih. Selain itu tidak adanya pengawasan untuk pengrajin emping.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen
pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk
pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes. Penelitian ini
bertitik tolak dari teori Fungsi Manajemen dari John F. Mee (2001) yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara semi
struktur, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan menurut
Miles & Huberman. Hasil dan kesimpulannya adalah proses perencanaan tidak
didukung dengan sosialisasi dan belum terciptanya proses kerjasama yang baik
antar dinas dengan pengrajin emping, sedangkan bentuk pengembangan yang
tidak diterapkan dengan syarat atau aturan untuk mendapatkannya. Selain itu,
manajemennya belum efektif karena selain dari proses sampai bentuk
pengembangannya pengawasannya tidak dilaksanakan dengan rutin. Sarannya
adalah harus adanya sosialisasi tentang pengembangan dalam pelaksanaan
perencanaan, ciptakan kerjasama yang baik antar pihak yang bersangkutan, dan
jumlah tenaga lapangan harus sesuai dengan jumlah kelompok pengrajin
Kata Kunci: Ekonomi Kreatif, Komunitas Pengrajin Emping, Manajemen.
ABSTRACT
Erin Nurfajriah, NIM. 6661111964, Skripsi. Development Management of
Economy Creative on Emping Industries Community for Establishing Business
Public in Menes, Pandeglang. Guidance I: Dr. Suwaib Amiruddin., M.Si and
Gudance II: Titi Stiawati., M.Si
Creative economy is one of the ways to enhance public economy by using
creativities and ideas of public. Howover, management of its development has not
been done effectively. Some of trainings given is limited and overlapped. Besides,
there is no control system for the whole home industries of emping. This research
aims to know about management system of creative economy development on
emping industries community for establishing their public busibess in Menes area.
This research uses The Management Functions theory by John F.Mee whice is
consisted of planning, organizing, actuating, and controlling. Descriptive method
and qualitative approach are used in this research. All data needed is collected by
semi-structure intervies, observation, and documentation study. Data analyzing
technique used in this research refers to Miles and Huberman. This research
result that planning process is not supported by socialization and there is no
cooperative proces between government and emping industries. Meanwhile, the
development system is done without regulation. Besides, management system of
emping industries does not work effectively. As an oponion, planning socialization
should be done, working cooperatively, and managing all human resources exist
in controlling system.
Keyword: Economy Creative, Emping Industries community, Management.
“Apapun yang kamu lakukan
percayalah, akan ada orang
yang tidak suka dengan apa
yang kamu lakukan”
Skripsi ini kupersembahkan:
Mamah dan Bapak dan Almarhum
Mbah dan orang-orang yang sudah
mendukung dan mensuport
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti untuk dapat
menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul “Manajemen
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang”.
Proposal skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi kebijakan publik program
studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
Terimakasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu secara
moril maupun materiil dalam melakukan penelitian untuk kelancaran proposal skripsi
ini, secara khusus untuk doa yang tiada terputus dari kedua orang tua atas jerih payah
yang tulus ikhlas dalam mendidik dan juga kepada keluargaku. Sehubungan dengan
hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S,sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S.sos., M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S,sos., M.Si., selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, S.sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
ii
7. Bapak Riswanda, S.Sos., M.PA., Ph.D., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Ima Maesaroh, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Bapak Dr.Suwaib Amiruddin., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang
selalu mengarahkan, membe
10. Ibu Titi Stiawati., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang mengarahkan,
memberikan masukan atau kritikan yang membangun, memberikan semangat
dan motivasi.
11. Ibu Rini Handayani., M.Si., selaku Dosen Penguji Proposal Skripsi dan selaku
Dosen Ketua Penguji Sidang Skripsi yang sudah memberikan saran dan ilmu.
12. Bapak Hasuri., M.Si., selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi yang sudah
memberikan saran dan ilmu.
13. Kepada rekan-rekan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang,
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang, Dinas
Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang, dan Pengrajin Pembuat Emping
Melinjo di Kecamatan Menes yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas bantuannya, motivasinya dan
pengalaman yang luar biasa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
ini.
14. Terima kasih kepada mamah, bapak, aa, dede, bi mpah, dan keluarga Hasan
Armani yang selalu memberikan semangat dan doa untuk teteh.
15. Terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta seperjuangan Uca, Kiki, Yenita,
Indri, Teh Ella, Teh Ririn, Olla, Tommy, Ubay, Novega, Nendi, Dodi, dan
yang lainnya yang selalu memberikan motivasi, berbagi pengalaman, selalu
menjadi pendengar yang baik, dan sudah menjadi sahabat yang baik.
iii
16. Terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta Syifa,, Dini, Devit, Putri, dan
Melinda selalu memberikan semangat, menjadi pendengar yang baik, menjadi
sahabat yang baik, dan menemani dalam penelitian ini.
17. Terima kasih kepada kawan-kawan ANE NR 2011 yang telah memberikan
ilmu dan pengalamannya.
18. Terima kasih untuk sahabat-sahabat dan teman-teman bermain yang selalu
mensupport dalam menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun proposal skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna sempurnanya proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga
proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk peneliti.
Serang, Desember 2015
Peneliti
Erin Nurfajriah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL.………………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………... 14
1.3 Batasan Masalah …………………………………………………………... 15
1.4 Rumusan Masalah………………………………………………………….. 15
1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 16
1.6 Manfaat Penelitian……………………………………………………….... 16
1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 17
v
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR
PENELITIAN…………………………………………………………..... 23
2.1 Landasan Teori………………………………………….................……….. 23
2.1.1 Manajemen……………………………………………..................... 23
2.1.2 Ekonomi Kreatif.........……………………………………………... 32
2.1.3 Pemberayaan...................…………………………………………... 37
2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………………………….. 44
2.3 Kerangka Berfikir………………………………………………………...... 46
2.4 Asumsi Dasar ...……………………………………………………............. 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…...…………………………………… 50
3.1 Metode Penelitian………………………………………………………...... 50
3.2 Fokus Penelitian………………………………………………………….... 51
3.3 Lokasi Penelitian…………………………………………………………... 52
3.4 Fenomena yang Diamati………………………………………………….... 52
3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………………...... 54
3.6 Penentuan Informan..........……………………………………………….... 55
3.7 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………........... 68
3.8 Pengujian Validitas Data………………………………………………….. 68
vi
3.9 Jadwal Penelian............................................................................................ 71
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………......................... 73
4.1 Deskripsi Objek Penelitian.......................................................................... 73
4.2 Deskripsi Data............................................................................................. 79
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian........................................................................... 82
4.4 Pembahasan.............................................................................................. 113
BAB V Penutup.........................…………………………………....................... 123
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 123
5.2 Saran......................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Luas Lahan Produksi Sayuran Di Kabupaten Pandeglang................. 6
Tabel 1.2 Daftar Kelompok Usaha Pengolahan Emping Melinjo di Kabupaten
Pandeglang Tahun 2015..................................................................... 7
Tabel 3.1 Informan Penelitian…………………………………….................... 56
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...……………………………….................... 63
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ………………………………………................... 74
Tabel 4.1 Jumlah Wisatawan Berkunjung Ke Obyek Wisata dan Akomodasi
yang ada di Kabupaten Pandeglang Tahun 2008-
2014..................................................................................................... 75
Tabel 4.2 Daftar Informan .................................................................................. 82
Tabel 4.3 Ringkasan Pembahasan..................................................................... 122
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ……………………………………….. 48
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles & Huberman ……………... 66
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Mencari Data
2. Tabel Inventarisir Kelompok Usaha Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2015
3. Tabel Data Kelompok Usaha Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2014-2015
4. Rencana Kerja dan Anggaran Perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Pemerintahan Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2014
5. Tabel Banyaknya Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Melinjo
dan Petai di Kabupaten Pandeglang
6. Data Pemetaan Produksi Sayuran di Kabupaten Pandeglang
7. Membercheck
8. Matriks Sebelum Reduksi Data
9. Matriks Setelah Reduksi Data
10. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah perekonomian dan pasar bebas menjadi tantangan terberat dalam
globalisasi. Globalisasi menyebabkan ketidakadilan ekonomi antara negara maju
dengan negara berkembang. Globalisasi menyuburkan negara maju dengan
kemampuan mereka mengambil hasil bumi dari negara berkembang dan kekuatan
mereka memberikan pengaruh ekonomi, sosial dan budaya ke negara-negara
berkembang, dalam rangka meningkatkan perekonomian Indonesia, Presiden RI
telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015.
Instruksi Presiden tersebut dikeluarkan untuk menciptakan lapangan kerja
dan mengentaskan kemiskinan. Pengembangan Ekonomi Kreatif diperlukan untuk
mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin meningkat. Pengembangan
Ekonomi Kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di
tanah air. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pengembangan Ekonomi Kreatif yang bertujuan untuk menciptakan daya kreasi
dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi yang
terlampirkan dalam naskah Instruksi Presiden tersebut.
2
Konsep Ekonomi Kreatif merupakan konsep di era ekonomi baru yang
menggunakan ide dan kreatifitas yang dimiliki sumber daya manusia dalam
kegiatan ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Konsep Ekonomi Kreatif semakin menjadi sorotan diberbagai negara
karena Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
perekonomian. Di Indonesia, Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah
mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi
pasar global.
Ekonomi Kreatif sangat tergantung kepada modal manusia (human
capital atau intellectual capital, ada juga yang menyebutnya creative capital).
Ekonomi Kreatif membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, yang mampu
melahirkan berbagai ide dan menterjemahkannya ke dalam bentuk barang dan jasa
yang bernilai ekonomi. Proses produksinya bisa saja mengikuti kaidah ekonomi
industri, tetapi proses ide awalnya adalah kreativitas.
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki aneka ragam budaya,
aneka ragam bahasa, memiliki sumber daya alam yang berlimpah, memiliki
banyak etnis, pulau, suku bangsa, agama, dan salah satu negara yang memiliki
penduduk dengan jumlah banyak.
Pemerintah melalui Departemen Perdagangan bekerja sama dengan
Departemen Perindustrian dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design
Power 2006-2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi
3
produk yang dapat diterima di Pasar Internasional namun tetap memiliki karakter
nasional. Setelah menyadari akan besarnya kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap
negara maka pemerintah selanjutnya melakukan studi yang lebih intensif dan
meluncurkan cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Dalam upaya merangsang pertumbuhan dan mempromosikan industri
kreatif, Pemerintah mengadakan program-program berskala besar seperti :
Peluncuran studi pemetaan kontribusi industri kreatif Indonesia pada ajang Trade
Expo Indonesia, Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif tahun 2009, Pekan Produk
Kreatif 2009, dan Pameran Ekonomi Kreatif.
Ekonomi Kreatif perlu dikembangkan karena Ekonomi Kreatif berpotensi
yang signifakan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun cita dan
identitas bangsa, mengembangkan ekonomi berbasis kepada sumber daya yang
terbarukan, menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan
kompetitif suatu bangsa, dan Memberikan dampak sosial yang positif.
Pengembangan Ekonomi Kreatif diawali dari kreatifitas yang sudah ada, sudah
berjalan, dan sudah tercipta. Pengembangan Ekonomi Kreatif dikelola oleh
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan hasil lebih dari sebelum adanya
pengelolaan pengembangan dari Pemerintah.
Industri kuliner memiliki peran penting dalam Ekonomi Kreatif. Bersama
dengan industri kerajinan dan wisata, kuliner menjadi bagian dalam
pengembangan pariwisata lokal. Gerakan Ekonomi Kreatif pun akan dimulai
dengan produk bermuatan lokal.
4
Banten memiliki beberapa macam wisata diantaranya adalah wisata alam
yang meliputi wisata pantai, wisata rekreasi, wisata cagar alam, dan wisata air
terjun. Selain itu, adapula wisata budaya yang meliputi wisata budaya kerajinan,
wisata budaya kesenian tradisional, dan wisata budaya masyarakat adat. Adapula
wisata rekreasi, wisata ziarah/religi, wisata situs bersejarah, dan wisata kuliner.
Wisata kuliner meliputi Sate Bandeng, Otak-otak, Nasi Sumsum, Kue Balok,
Emping, dan wisata-wisata kuliner lainnya yang terdapat di Provinsi Banten.
Kawasan wisata yang dimiliki suatu daerah dapat mendorong
pengembangan ekonomi kreatif suatu daerah, karena ketika wisatawan datang
berkunjung ke tempat objek wisata di suatu daerah maka wisatawan tersebut akan
mencari oleh-oleh ciri khas daerah tersebut. Banyak tempat wisata, hotel atau villa
atau cottages, dan restaurant atau rumah makan yang sudah memiliki ijin dan
terdaftar di Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Kabupaten Pandeglang merupakan kabupaten yang terdapat di Provinsi
Banten yang memiliki banyak kawasan-kawasan pariwisata yang sudah terkenal
dan selalu ramai dikunjungi para wisatawan khususnya setiap masa liburan. Mulai
dari kawasan wisata pantai, wisata religi, wisata kuliner, dan wisata alam. Jumlah
wisatawan yang berkunjung baik wisata nusantara maupun wisata manca negara
setiap tahunnya naik.
Wisata kuliner yang terdapat di Kabupaten Pandeglang meliputi Emping
Melinjo, Otak-otak, Angeun Lada, Kue Jojorong, Kue Pasung, Balok Menes,
Apem Putih, dan wisata-wisata kuliner lainnya.
5
Wilayah agropolitan yang terdapat di Kabupaten Pandeglang adalah
Kecamatan Carita, Banjar, Cimanggu, Cigeulis, Pagelaran, Cikedal, Jiput, Menes,
Cibaliung, Cisata, Mandalawangi, Cadasari, dan Kecamatan Koroncong. Jenis
ekonomi kreatif yang terdapat di Kabupaten Pandeglang meliputi Emping Melinjo
yang terbuat dari bahan dasar melinjo, otak-otak yang terbuat dari bahan dasar
ikan, opak yang terbuat dari beras ketan, balok yang terbuat dari singkong, dan
beberapa jenis ekonomi kreatif lainnya yang terdapat di Kabupaten Pandeglang.
Luas lahan pertanian melinjo merupakan lahan terluas dibandingkan
dengan luas lahan pertanian produksi sayuran-sayuran yang lain, hal ini dapat
dilihat dari data yang didapatkan pada tabel 1.1.
6
Tabel 1.1
Luas Lahan Produksi Sayuran di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2012
No. Komoditas Luas (Ha)
1. Bawang Merah 8
2. Bawang Daun 68
3. Sawi 126
4. Wortel 29
5. Kacang Panjang 445
6. Cabe Merah 329
7. Tomat 133
8. Terung 202
9. Ketimun 413
10. Melinjo 1.250
11. Petai 555
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2012.
Kelompok usaha pengolahan emping melinjo yang mendapatkan pelatihan
dan pembinaan dan bantuan-bantuan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015
terdapat 28 kelompok pengolahan emping sebagai berikut dalam tabel 1.2.
7
Tabel 1.2
Daftar Kelompok Usaha Pengolahan Emping Melinjo
Tahun 2015
No. Kecamatan Desa
1. Labuan Sukamaju
2. Koroncong Pasir Karag
3. Patia Idaman dan Idaman
4. Carita Tembong dan Sukarame
5. Cigeulis Taruma Negara, Ciseureuheun, Waringin
Jaya
6. Cikayung Angsana
7. Sumur Cigorondong
8. Cisata Kondang Jaya
9. Menes Menes dan Alas wangi
10. Saketi Ciandur
11. Pagelaran Bulagor, Tegal Papak, Bama Hilir, Maga
Giri, Sindang Jaya, dan Montor.
12. Jiput Banyu Resmi
13. Cikedal Karya Utama
14. Kaduhejo Mandalasari
15. Banjar Kadu Maneuh
16. Pandeglang Kadomas
17. Mandalawangi Giri Pawarna
18. Cipeucang Cikaduduen
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015.
Menes ditetapkan sebagai kawasan Agropolitan oleh pemerintah daerah
dengan penghasilan utama emping melinjo. Makanan Khas Menes yang terkenal
adalah emping dan balok. Emping adalah makanan sejenis kerupuk yang terbuat
8
dari melinjo. Hasil produksi melinjo di Kecamatan Menes dengan banyak pohong
8.501 pohong dengan hasil produksi 3.809 kwintal (Tahun 2014). Disini,
diproduksi beragam emping dengan rupa-rupa rasa secara tradisional oleh
penduduk setempat. Di kecamatan ini terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping).
Emping dikelola dan diproduksi ke berbagai daerah hingga manca negara. Di
Kecamatan Menes terdapat puluhan usaha skala rumah tangga yang memproduksi
emping melinjo. Hasil emping yang diproduksi 7 kwintal per bulan per rumah.
Setiap tahun produksi emping di Kecamatan Menes meningkat karena setiap
tahun memiliki peningkatan jumlah pelanggan. Untuk jumlah pengrajin emping
setiap produksi sampai 25 orang untuk pembuatana emping jenis keceprek dan 15
atau 20 orang untuk pembuatan emping yang dilakukan setiap seminggu sekali
pembuatannya. Sementara balok merupakan makanan yang terbuat dari singkong.
Singkong banyak ditanam di Menes dengan produksi 2.283 ton per tahun yang
ditanam di atas lahan 233 hektar. Selain itu, terdapat juga peternakan domba
dengan produksi rata-rata 5.743 ekor per tahun.
Besarnya potensi yang dimiliki dan peluang pengembangan yang masih
sangat terbuka lebar menyebabkan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang
memberikan prioritas pada pengembangan sistem agribisnis emping melinjo,
termasuk di dalamnya koperasi. Koperasi dalam bentuk koperasi produksi
didirikan oleh pengrajin emping melinjo yang ada di Kecamatan Menes (hasil
wawancara dengan staf di Kantor Kecamatan Menes).
Pelatihan dan pembinaan merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan pontesi yang terdapat di Kecamatan Menes. Pelatihan dan
9
pembinaan untuk pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang dilaksanakan dari
tahun 2012. Pembinaan dan pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pasar Kabupaten Pandeglang untuk mengembangkan usaha pembuatan emping
yang merupakan hasil pertanian di Kabupaten Pandeglang.
Emping melinjo merupakan makanan khas Kabupaten Pandeglang yang
sudah terkenal dan dibuat dari melinjo yang ditanam di wilayah Kabupaten
Pandeglang. Emping Melinjo merupakan salah satu wisata kuliner yang berada di
daerah Kecamatan Menes. Emping melinjo menjadi salah satu usaha yang
merupakan Ekonomi Kreatif. Pembuatan emping melinjo dilakukan di rumah-
rumah warga. Sehingga, dalam usaha pembuatan emping melinjo ini ibu-ibu
rumah tangga tidak akan terganggu dalam mengurus rumah, anak, dan suaminya.
Emping melinjo yang terkenal terdapat di Kecamatan Menes dan emping melinjo
merupakan salah satu produk unggulan Kecamatan Menes.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah ditemukan di
lapangan bahwa industri kreatif yang ada di Kecamatan Menes tumbuh dan
berproduksi selama ini adalah emping. Namun selama ini pengembangan
dilakukan oleh pengrajin itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kelompok pengrajin, Pemerintah tidak memberikan sosialisasi kepada masyarakat
tentang Ekonomi Kreatif itu sendiri. Hal ini berdasarkan hasil wawancara awal
dengan salah satu masyarakat Kecamatan Menes bahwa masyarakat masih awam
tentang Ekonomi Kreatif itu sendiri.
10
Pada observasi awal peneliti banyak menemukan beberapa masalah dalam
manajemen pemberdayaan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang. Dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan ekonomi
kreatif emping melinjo di Kecamatan Menes. Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandeglang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Pandeglang tidak memiliki kerjasama yang baik dalam mengembangkan ekonomi
kreatif emping melinjo. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
memiliki tugas dalam penegmbangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes
karena emping melinjo merupakan salah satu jenis hasil pertanian di Kecamatan
Menes. Untuk Dinas Prindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang
memiliki tugas dalam pengembangan jenis ekonomi kreatif untuk proses
perdagangan dan pemasarannya. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal dengan
salah satu staf di bidang usaha Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten
Pandeglang.
Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan pada pasal 26h yang menjelaskan bahwa setiap pengusaha
pariwisata berkewajiban meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan
dan pendidikan. Pelatihan dan Pembinaan Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang telah berjalan setiap
tahun. Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan setiap setahun sekali, namun
sesuai dengan wawancara awal yang telah dilakukan kepada salah satu pengrajin
Emping Melinjo di daerah Desa Alaswangi Kecamatan Menes bahwa pelatihan
dan pembinaan pada tahun 2015 tidak akan dilaksanakan lagi. Hal ini diperkuat
11
dengan tidak adanya lagi pengawasan yang dilakukan dari Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang baik dalam pengawasan keuangan maupun
pengawasan teknis. Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan kurang optimal
karena dalam pelaksanaan lapangannya masyarakat belum mengembangkan
pelatihan yang didapat, hal ini dibuktikan dengan adanya proses pemasaran yang
masih dilakukan di daerah itu sendiri.
Pengembangan ekonomi kreatif Kabupaten Pandeglang yang dilaksanakan
dengan cara menampilkan dalam pameran yang rutin dilaksanakan setiap tahun
hanya dua merek emping melinjo yang di tampilkan dalam pameran. Emping
melinjo yang ditampilkan hanya emping melinjo yang berasal dari Desa
Alaswangi Kecamatan Menes dan dari Kecamatan Carita. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara awal dengan Sekertaris Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandeglang.
Tidak semua jenis emping yang dihasilkan oleh masyarakat ditampilkan
dalam pameran. Pameran merupakan salah satu cara untuk mengembangan,
memperkenalkan, dan mempromosikan hasil masyarakat daerah sendiri. Pameran
yang diselenggarakan pemerintahan Kabupaten Pandeglang setiap setahun sekali
hanya menampilkan satu jenis emping hasil buatan salah satu masyarakat
pengrajin emping melinjo di Kecamatan Menes sedangkan untuk jenis emping
melinjo hasil masyarakat yang lain tidak diminta untuk ditampilkan. Hal ini
berdasarkan hasil observasi awal dengan salah satu masyarakat pengrajin emping
yang terdapat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
12
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan setiap tahun oleh Dinas
Pertanian, Dinas Perindustrian, dan Dinas Ketahanan dan Pangan hanya
melibatkan beberapa pembuat emping saja sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pembuat emping melinjo di
Kecamatan Menes.
Proses pemasaran yang dilakukan oleh para pengrajin emping melinjo
hanya diedarkan di daerah itu sendiri. Proses pemasaran yang dilakukan belum
diedarkan keluar daerah-daerah. Tidak ada kemajuan dari sebelum mendapatkan
pelatihan sampai dengan setelah mendapatkan pelatihan proses pemasaran hanya
dilakukan di tempat mereka sendiri. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal
dengan salah satu masyarakat pengrajin emping melinjo di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang.
Kurangnya pengawasan terhadap keuangan yang telah diberikan kepada
pengrajin emping sebagai bantuan modal. Pengrajin emping melinjo yang
diberikan bantuan modal tidak diberikan tanggung jawab untuk melaporkan
bagaimana kondisi modal yang dimiliki setelah mendapatkan bantuan modal.
Modal yang diberikan berupa uang sebesar Rp.5.000.000 dan bantuan pembuatan
bangunan dan mesin-mesin yang dibutuhkan oleh pengrajin emping dalam
menunjang kemajuan usaha. Tetapi tidak pernah dilaksakan pengawasan atau
pengontrolan terhadap bantuan yang diberikan pemerintah. Hal ini berdasarkan
hasil observasi awal yang saya lakukan ke Desa Alaswangi tempat pembuatan
emping milik Ibu Miyah.
13
Selain itu, tidak ada pula pengawasan terhadap proses pengembangan
pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin emping melinjo oleh pemerintah setelah
mendapatkan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk masyarakat
pengrajin emping melinjo. Hal ini berdasrakan hasil observasi awal kepada salah
satu masyarakat pengrajin emping di Kecamatan Menes.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di atas, kondisi
lapangan koordinasi pemberdayaan sudah ada tetapi terjadinya tumpang tindih
dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan bagi pengrajin
emping oleh setiap dinas terkait tidak di dasarkan kerjasama sehingga tidak jelas
apa saja tugas masing-masing dinas dalam pelatihan yang dilaksanakan.
Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009
tentang pengembangan ekonomi kreatif terdapat 6 sasaran pengembangan
ekonomi kreatif berdasarkan hasil observasi awal peneliti, sasaran poin 1 yaitu
insan kreatif dengan pola pikir dan moodset kreatif dibutuhkan untuk
pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes. Hal tersebut karena dalam
pengolahan emping melinjo di Kecamatan Menes masih banyak masyarakat yang
menggunakan teknik tradisional contohnya dalam rasa emping yang hanya rasa
original. Hal tersebut mencirikan belum terciptanya insan yang kreatif dengan
pola pikir dan moodset kreatif.
Alasan saya sebagai peneliti memilih jenis ekonomi kreatif emping
melinjo di Kecamatan Menes karena berdasarkan masalah-masalah yang saya
temukan selama observasi awal, Kecamatan Menes yang merupakan daerah
14
agropolitan tetapi masyarakat masih lemah dalam memanfaatkannya untuk
pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Pertanian melinjo di Kecamatan
Menes sangat baik karena jenis tanah yang dimiliki oleh Menes sangat baik untuk
pertanian melinjo. Selain itu, Menes dikenal sebagai daerah yang pertama kali
memproduksi emping melinjo di Kabupaten Pandeglang dan terkenal sebagai
daerah penghasil emping melinjo dengan kualitas sangat baik. Emping melinjo
merupakan potensi yang sangat bagus untuk membantu pengembangan ekonomi
kreatif di Kecamatan Menes karena emping melinjo mempunyai daya tarik untuk
wisatawan yang datang ke daerah-daerah wisata yang terdapat di Kabupaten
Pandeglang ketika berkunjung.
Maka saya sebagai peneliti mengambil judul penelitian dengan judul
"Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin
Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan
Menes".
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi dalam penelitian saya adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya koordinasi antar dinas-dinas terkait yaitu Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang dalam proses
pengembangan ekonomi kreatif.
2. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan kurang optimal dan sangat
terbatas. Dari pelatihan dan pembinaan di lapangan dalam proses
15
pemasaran hanya di daerah itu sendiri yaitu hanya di Kecamatan
Menes itu sendiri. Kemudian terbatasnya jumlah pengrajin emping
melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk
mengembangkan usahanya yang merupakan ekonomi kreatif.
3. Tidak adanya pengawasan dalam proses pemasaran setelah
diselenggarakan pelatihan.
4. Tidak adanya pengawasan terhadap kondisi keuangan yang
merupakan bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping.
5. Terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan pelatihan dan
pembinaan.
1.3 Batasan Masalah
Batasan Masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas adalah Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif
pada Komunitas Pengrajin Emping di Kecamatan Menes dengan jenis ekonomi
kreatif tanaman melinjo dalam bentuk emping melinjo.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan
Menes?
2. Bagaimana bentuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan
Menes?
16
3. Bagaimana manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komuntas
pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di
Kecamatan Menes?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana manajemen
pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk
pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat dirasakan oleh semua pihak,
terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan langsung terhadap
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian
adalah sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat teoritis
1. Pendalaman pemahaman tentang Manajemen Pengembangan
Ekonomi Kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk
pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes.
2. Sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
terutama tentang bidang studi ilmu sosial dan ilmu politik.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi mahasiswa dapat menggunakan sebagai observasi awal
mencari data dan lokasi untuk mempersiapkan Mata Kuliah Skripsi
sehingga akan mempercepat kelulusan mahasiswa.
17
2. Bagi pihak lain diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna
sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian lebih
lanjut dalam bidang pemerintahan daerah serta sebagai sumber atau
referensi terkait organisasi pemerintahan.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil
judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan
dengan judul yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat bersumber
dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar
ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik.
Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas,
faktual dan logik.
1.2 Identifikasi Masalah
Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari
judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan
diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi
pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke
18
berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat
diidentifikasi.
1.3 Batasan Masalah
Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan
judul penelitian. Kalimat yang biasa dipakai dalam pembatasan
masalah ini adalah kalimat pernyataan.
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang
telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi
operasional.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin
dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang
telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan
isi dan rumusan masalah.
1.6 Manfaat Penelitian
Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis
maupun teoritis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS/ASUMSI DASAR PENELITIAN.
19
2.1 Tinjauan Pustaka
Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan
variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi
yang digunakan untuk merumuskan masalah.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari
berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Jurnal
Penelitian.
2.3 Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai
kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca.
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai
hipotesa kerja yang mendasari penulisan sebagai landasan awal
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
2.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian,
yaitu: survei (deskriptif analistis, eksplanatori, eksperimental, atau
teknik kuantitatif dan kualitatif lainnya).
20
2.1.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Sub bab ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian
penelitian yang akan dilakukan.
2.1.3 Lokasi Penelitian
Tempat atau lokus yang dijadikan penelitian.
2.1.4 Instrumen Penelitian
Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
2.1.5 Penentuan Informan
Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber
untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam
penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang
dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat
snowball sampling.
2.1.6 Teknik Pengumpulan Data
Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara
menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik
pengolahan data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui
pengamatan, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.
21
2.1.7 Keabsahan Data
Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari
objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang
objektif berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu
bagaimana menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomena-
fenomena yang ada.
3.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau
sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan
dengan objek penelitian.
4.2 Hasil Penelitian
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.
4.3 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat,
jelas, sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis
penelitian.
5.2 Saran
Berisi rekomendasi dari peneliti terhadap tindak lanjut dari
sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara
teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam
penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang
mutakhir.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang
penyusunan skripsi, seperti lampiran table-tabel, lampiran grafik,
instrumen penelitian, riwayat hidup peneliti, dll.
23
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam
penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin di
temui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang
mendukungnya. Dalam skripsi landasan teori layaknya fondasi pada sebuah
bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat, begitu pula dengan
penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian dan metode yang digunakan
tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak
memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori.
Adapun landasan teori yang peneliti gunakan dalam peneltitian ini adalah
sebagai berikut:
2.1.1 Manajemen
2.1.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Pengertian manajemen menurut beberapa
para ahli diantaranya adlah sebagai berikut:
24
Menurut Drs. H. Malayu Hasibuan (2001: 2) ,“Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur peoses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”.
Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2001: 2)
"Management in general refers to planning, organizing, controlling,
staffing, leading, motivating, communicating, and decision making
activities performed by any organizing in order to coordinate the
varied resoyrces of the entrprise so as to bring an efficient ceration
of some product or service”.
Artinya: “Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-
aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien”.
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2001: 2) , “Management is a
distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and
controlling performed to determine and accomplish stated objectives
by the use of human being and other resources”.
Artinya: “Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya”.
Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan
(2001: 3) , “Management is getting things done through people. In
bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a
manager plans, organizes, stafs, direct, and control the activities
other people”.
Artinya: “Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
25
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
penegndalian”.
Menurut James A.F. Stoner dalam Handoko (1984: 8) “Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan”.
Dari beberapan pengertian para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses dalam mengatur
untuk mencapai suatu tujuan dengan tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
2.1.1.2 Asas-Asas Manajemen
Asas-asas umum manajemen menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
A. Henry Fayol dalam Hasibuan (2001: 10) , asas-asas
menejemen adalah meliputi sebagai berikut:
a) Division of Work (Asas Pembagian Kerja)
Asas ini sangat penting, karena adanya limit factors, artinya
ada keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua
pekerjaan, yaitu:
1. Keterbatasan waktu
2. Keterbatasan pengetahuan
3. Keterbatasan kemampuan
4. Keterbatasan perhatian
Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya
pembagian pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi
organisasi dan pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat
26
diperlukan, baik pada bidang teknis maupun pada bidang
kepemimpinan.
Asas pembagian kerja ini mutlak harus diadakan pada setiap
organisasi tanpa pembagian kerja berarti tidak organisasi dan kerja
sama di antara anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya
guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapainya
tujuan.
b) Authority and Responsibility (Asas Wewenang dan Tanggung
Tawab)
Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan
tanggung jawab antara atasan dan bawahan. Wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab. Misalnya, wewenang sebesar X
maka tanggung jawab pun sebesar X. Wewenang menimbulkan hak,
sedangkan tanggung jawab menimbulkan kewajiban. Hak dan
kewajiban menyebabkan adanya imteraksi atau komunikasi antara
atasan dengan bawahan.
c) Discipline (Asas Disiplin)
Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang
telah ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta
dilaksanakan sepenuhnya.
d) Unity of Command (Asas Kesatuan Perintah)
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima
perintah dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada
seorang atasan pula. Tetapi sorang atasan dapat memberi perintah
kepada beberapa orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu,
karena jika seorang bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan
maka ia akan bingung.
e) Unity of Direction (Asas Kesatuan Jurusan atau Arah)
Setiap orang bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu
tujuan, satu perintah, dan satu alasan, supaya terwujud kesatuan arah,
kesatuan gerak, dan kestuan tindakan menuju sasaran yang sama.
Unity of Command berhubungan dengan karyawan, sedangkan Unity
of Direction bersangkutan dengan sluruh perusahaan.
f) Subordination of Individual Interest Into General Interest (Asas
Kepentingan Umum di atas Kepentingan Pribadi)
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan
kepentiangan bersama (organisasi) di atas kepentingan pribadi.
27
Misalnya pekerjaan kantor sehari-hari harus diutamakan dari pada
pekerjaan sendiri.
g) Renumeration of Personnel (Asas Pembagian Gaji yang wajar)
Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial
harus adil, wajar, dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga
memberikan keputusan yang maksimal baik bagi karyawan maupun
atasan.
h) Centralization (Asas Pemutusan Wewenang)
Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang, artinya
wewenang itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan
situasi-situasi khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan yang
memuaskan. Centralization bersifat relatif.
i) Scalar of Chain (Asas Pemusatan Wewenang)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke
bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak
terputus, dan dengan jarak terpendek. Maksudnya perintah harus
berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah dengan cara
yang berurutan.
j) Order (Asas Keteraturan)
Asas ini dibagi atas material order dan sosial order, artinya
keteraturan dan ketertiban dalam penempatan barang-barang dan
karyawan. Material order artinya barang-barang atau alat-alat
organisasi perusahaan harus ditempatkan pada tempat yang
sebenarnya, jangan disimpan di rumah. Sosial order artinya
penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau bidang
spesialisasinya.
k) Equity (Asas Keadilan)
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam
pemberian gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman.
Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi perintah-
perintah atasan dan gairah kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas
dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan perintah-perintah
atasan.
l) Initiative (Asas Inisiatif)
Menurut asas ini, seorang pimpinan harus memberikan
dorongan dan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif,
28
dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif
memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
m) Esprit de Corps (Asas Kesatuan)
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan
dibina melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujud
kekompakan kerja dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang
baik. Pimpinan perusahaan harus membina para bawahannya
sedemikian rupa, supaya karyawan merasa ikut memiliki perusahaan
itu.
n) Stability of Turn-Over of Personnel (Asas Kestabilan Jabatan
Karyawan)
Menurut asas ini, pimpinan perusahaan harus berusaha agar
mutasi dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering, karena
akan mengakibatkan ketidak stabilan organisasi, biaya-biaya
semakin besar, dan perusahaan tidak mendapat karyawan yang
berpengalaman. Pimpinan perusahaan harus berusaha agar setiap
karyawan betah bekerja sampai masa pensiunnya.
B. F.W. Taylor dalam Hasibuan (2001: 14) , mengemukakan asas-
asam umum manajemen adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik.
b) Pemilihan serta pengembangan para pekerja.
c) Usaha untuk menghubungkandan mempersatukan metode kerja
yang terbaik dengan para pekerja yang terpilih dan terlatih.
d) Kerja sama yang harmonis antara manajer dan nonmanajer,
meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk
merencanakan pekerjaan.
C. Harrington Emerson dalam Hasibuan (2001: 14) ,
mengemukakan asas umum manajemen sebagai berikut:
a) Memberi batasan tujuan dengan tegas .
b) Pikiran yang sehat.
c) Nasihat (komsultasi) yang konsekuen.
d) Tata tertib.
e) Penjelasan yang jujur.
f) Laporan yang dapat dipercaya, segera, dan memadai.
29
g) Pengiriman (penyaluran).
h) Standarisasi dan penjadwalan.
i) Keadaan yang distandarkan.
j) Standardisasi operasi.
k) Pengubahan instruksi praktis yang standar.
l) Penghargaan keefektifan.
Dari asas-asas umum manajemen yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa dengan asas-asas manajemen, dapat
mengurangi dan menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam
menjalankan pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan
semakin besar. Asas adalah kebenaran umum yang memberikan dasar
pemikiran, keyakinan, dan pedoman pemecahan problem, pelaksanaannya
fleksibel serta disesuaikan dengan situasi, kebutuhan, dan keadaan-
keadaan khusus, dan tidak semua asas itu harus dilakukan.
2.1.1.3 Unsur-unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen menurut Hasibuan (2001: 20) adalah
sebagai berikut:
1. Men, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun
tenaga kerja operasional/pelaksana.
2. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Methods, yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai
tujuan.
4. Materials, yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Machines, yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
6. Market, yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.
30
2.1.1.4 Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen menurut Hasibuan (2001: 38) menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
No. G.R. Terry John F. Mee Louis A.
Allen
MC Namara
1.
2.
3.
4.
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Planning
Organizing
Motivating
Controlling
Leading
Planning
Organizing
Controlling
Planning
Programming
Budgeting
System
No. Henry Fayol Harold Koontz
& cyril
O’Donnel
Dr. S. P.
Siagian
Prof. Drs. Oey
Liang Lee
1.
2.
3.
4.
5.
Planning
Organizing
Commanding
Coordinating
Controlling
Planning
Organizing
Staffing
Directing
Controlling
Planning
Organizing
Motivating
Controlling
Evaluating
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengkoordinasian
Pengontrolan
No. W. H.
Newman
Luther Gullick Lyndall F.
Urwick
John D. Millet
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Planning
Organizing
Assembling
Resources
Directing
Controlling
-
-
Planning
Organizing
Staffing
-
Directing
Coordinating
Reporting
Budgeting
Forecasting
Planning
Organizing
-
Commanding
Coordinating
Controlling
-
Directing
-
Facilitating
-
-
-
-
-
Keterangan:
1. Planning (Perencanaan) adalah menurut Harold Koontz and Cyril
O’Donnel dalam Hasibuan (2001: 40) “Planning is the function of
amanager which involves the selection from alternatives of objectives,
policies, procedures, and programs. Artinya perencanaan adalah fungsi
seorang manager yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program
dari alternatif-alternatif yang ada”. Sedangkan menurut Hasibuan
(2001:40) “Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang
ada”.
31
2. Organizing (Pengorganisasian) adalah menurut G.R. Terry dalam
Hasibuan (2001: 40) “Organizing is the establishing of effective
behavioral relationships among persons so that they may work together
efficiently and again personal satisfactions for the purpose of achieving
some goal or objective. Artinya pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-
orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan
demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-
tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan
atau sasaran tertentu”.
3. Actuating (Pengarahan) adalah menurut Hasibuan (2001: 41)
“Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama
dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut G.R.
Terry dalam Hasibuan (2001: 41) “Actuating is setting all members of
the group to want to achieve and to strike to achieve the objective
willingly and keeping with the managerial planning and organizing
efforts. Argtinya pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok
agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian”.
4. Controlling (Pengendalian) adalah menurut Harold Koontz dalam
Hasibuan (2001: 41) “Control is the measurement and correction of the
performance of subordinates in order to make sure that enterprise
objectives and the plans devised to attain then are accomplished. Artinya
pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan
kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan-tujuan dapat terselenggara”.
5. Staffing adalah menurut G.R. Terry and Leslie W. Rue “Staffing adalah
menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan,
penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Sedangkan menurut
T.Hani Handoko (1984: 24) "Staffing (penyusunan personalia) adalah
penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan
pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif."
6. Motivating adalah menurut G.R. Terry and Leslie W. Rue “Motivating
adalah mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuan-
tujuan.
John F. Mee dalam Handayaningrat (1994:26) mengemukakan
dalam bukunya Management Thought in a Dynamic Economy menyebut
fungi manajemen yang biasa dikenal dengan akronomi (POMCO) yang
terdiri atas:
32
1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran yang matang
untuk dilakukan di masa yang akan datang dengan menentukan
kegiatan-kegiatannya.
2. Pengorganisasian (Organizing) adala seluruh proses
pengelompokan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas,
wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi
yang tepatdigerakan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya
tujuan yang telah ditentukan.
3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah sesluruh proses
pemberian motif (dorongan) kepada para karywan untuk bekerja
lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi
tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya
guna.
4. Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
semua pekerjaab dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
2.1.2 Ekonomi Kreatif
2.1.2.1 Pengertian
Howkins (2001) dalam bukunya The Creative Economy menemukan
kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali
pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai
penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor
lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat.
Menurut definisi Howkins, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan
ekonomi dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Gagasan atau ide
menurut ahli ekonomi Paul Romer (1993), ide adalah barang ekonomi
yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di
kebanyakan model-model ekonomi. Ide adalah instruksi yang membuat
33
kita mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas
menjadi lebih bernilai.
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreatifitas dengan mengandalkan ide dan
keluasan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor
produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi akan didukung oleh
jalannya industri kreatif. Sedangkan menurut Kementrian Perdagangan
Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal
dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan
dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang
bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat
atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di
era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi
seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan
penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju.
Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya
mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing
berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen
Perdagangan (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif
34
ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri
berbasis:
1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry)
2) 4 lapangan usaha kreatif (creative industry)
3) Hak Kekayaan Intelektual seperti hak cipta (copyright industry).
Berikut telah dikemukakan oleh UNCTAD dalam Creative Economy
Report, (2008:3). “Creativity in this context refers to the formulation
of new ideas and to the application of these ideas to produce original
works of art and cultural products, functional creation, observable
in the way it contributes to entreupreneurship, fosters innovation,
enchaces productivity and promotes economic growth”.
Dalam Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14 mendefinisikan ekonomi
kreatif “Ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan
keterampilan, kreativitas, dan bakat individu untuk menciptakan daya
kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga
menitikberatkan pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai
tambahnya”.
Adapun yang dimaksud dengan ekonomi kreatif menurut Diktum
Pertama Instruksi Presiden No.6 Tahun 2009 tentang Pengembangan
Ekonomi Kreatif adalah “...kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas,
keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya
cipta individu bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan
masyarakat Indonesia”.
35
2.1.2.2 Jenis-Jenis Ekonomi Kreatif
Kreatif seringkali identik dengan seni, makanya wajar saja
kebanyakan dari Industri kreatif berhubungan dengan kesenian. Saat ini
pemerintah telah membagi ekonomi kreatif menjadi 14 sub bagian yang
diantaranya :
1. Periklanan (advertising): Produk yang dihasilkan berupa bentuk audio
ataupun visual. Jasa iklan ini bisa digunakan untuk kepentingan
ekonomi ataupun nirlaba. Perusahaan membutuh brosur sampai baliho
untuk promosi. Sedangkan untuk keperluan pribadi, misalnya dalam
acara pernikahan kita membutuhkan cetakan undangan. Para caleg juga
butuh ini supaya dipilih rakyat. Tak hanya itu, bentuk iklan di Media
seperti di televisi dan radio juga membutuhkan jasa ini.
2. Arsitektur: kegiatan yang pada dasarnya membutuhkan jiwa seni dalam
menggambar. Selain itu juga dibutuhkan pendidikan suapaya lebih
elegan dipandang. Seorang arsitek hanya bertanggung jawab dalam
membuat desain, tanpa harus tahu teknisnya. Desain ini bisa berupa
rumah, gedung, taman, ataupun tata kota. Arsitek saat ini dibayar sangat
tinggi mengingat pembangunan yang lagi marak-maraknya dilakukan.
3. Pasar Barang Seni: Meski agak mirip dengan seni rupa, namun kegiatan
ini bisa tak hanya berupa barang seni rupa, namun juga bisa barang-
barang seni lainnya seperti instrumen musik dan barang seni bersejarah.
Museum adalah tempat kita bisa menemukan tapi tak bisa dibeli. Pasar
barang seni menciptakan peluang untuk berdagang barang-barang ini,
karena pecinta seni biasanya akan rela membeli walaupun dengan harga
tinggi.
4. Kerajinan (craft): Indonesia merupakan negara dengan kerajinan yang
beraneka ragam karena banyaknya sumber daya alam yang bisa
dijadikan bahan. Bisa dari kayu, rotan, ijuk, ataupun batu. Pekerjaan ini
sangat membutuhkan jiwa artistik yang tinggi untuk menghasilkan
kerajinan yang indah sekaligus bermanfaat. Saat ini kerajinan Indonesia
sangat diminati orang luar sehingga banyak sekali diekspor, namun
sangat kurang sekali sumber daya yang bergerak di bidang ini.
5. Desain: Kegiatan ini sangat membutuhkan skill dalam bidang grafis dan
komputer. Tak hanya itu ide visual sangat dibutuhkan juga untuk
membentuk tampilan menarik dari suatu produk termasuk juga
kemasan.
6. Fesyen (fashion):Bidang ini menyangkut segala hal yang kita pakai dari
ujung kepala sampai ujung kaki, baik yang bersifat pokok ataupun
aksesoris. Dari kepala bisa berbagai jenis penutup kepala, jilbab,anting,
36
selendang, kacamata dan lain-lain. Untuk bisa bersaing di bidang ini
membutuhkan kreatifitas dalam membuat desain yang disukai
masyarakat. Contohnya, dalam bidang clothing, selain bahan yang
bagus, pembeli juga mempertimbangkan bentuk visualnya.
7. Video, Film dan Fotografi: Kegiatan ini tentu saja sudah sangat dikenal
masyarakat. Prosesnya bisa melibatkan banyak orang mulai dari kru,
aktor, penulis naskah, make up. Nilai jualnyapun bisa membuat
seseorang bergelimang harta dan memiliki popularitas tinggi. Film bisa
diputar di bioskop, televisi, hasil foto bisa terlihat di majalah-majalah.
8. Permainan Interaktif (game): Proses kreasi yang masih jarang dibuat
oleh orang Indonesia, padahal orang Indonesia termasuk yang paling
banyak menghabiskan waktu main game. Ini suatu peluang besar untuk
memanfaatkan pasar daripada kita terus dijajah memainkan game
buatan luar.
9. Musik: Harus diakui semua orang suka musik. Apabila anda punya
daya seni mencipta lagu, coba tekunilah siapa tahu lagu anda disuka
orang. Sekarang tak perlu repot lagi ke perusahaan rekaman, cukup
sewa studio saja untuk rekaman, lalu sebarkan lagu anda dan cari juga
job manggung.
10. Seni Pertunjukan (showbiz): Saat ini banyak event-event yang digelar.
Kesempatan bagi anda dalam mengisi acara tersebut, baik itu
pertunjukan musik, tari, teater, drama, ataupun video visual. Dari event
tersebut bisa didapatkan honor. Kalau tidak ada event anda juga bisa
buat event sendiri dengan pertunjukan anda sendiri dengan sistem bayar
tiket masuk.
11. Penerbitan dan Percetakan: Kegiatan ini bisa dalam hal yang bersifat
jangka panjang ataupun pendek. Untuk yang jangka panjang, kegiatan
ini seperti penulisan dan penerbitan buku. Sedangkan yang jangka
pendek adalah media cetak berupa koran atau majalah.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): Pada umumnya saat
ini semua orang menggunakan komputer. peluang bisa diambil dari
rutinitas ini apakah itu service ataupun pembuatan software untuk
kepentingan tertentu. Tentunya usaha ini membutuhkan skill di atas
rata-rata para pengguna komputer.
13. Televisi & Radio (broadcasting): Kegiatan ekonomi disini adalah suatu
kegiatan merancang dan menampilkan suatu program acara. kalau
dalam perusahaan pertelevisian biasanya yang di bidang ini disebut Tim
Kreatif. Mereka harus membuat program dengan rating tinggi.
14. Riset dan Pengembangan (R&D): Bidang ini bisa dikatakan bidangnya
para pemikir. Disini anda dituntut untuk menemukan sesuatu yang baru
kemudian diaplikasikan untuk menjadi produk. hasil dari riset dan
pengembangan anda akan dihargai oleh pihak yang tertarik.
37
2.1.2.3 Perkembangan Ekonomi kreatif di Indonesia
Seperti tertuang pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif
Departemen Perdagangan pada 2004-2009 bahwa pengembangan ekonomi
kreatif tahap pertama di Indonesia (periode 2004-2009), sebenarnya
diharapkan menghasilkan kreativitas modal sosial (social capital
creation), yang meliputi empat unsur, sebagai berikut:
1. Pembentukan komunitas kreatif (creative community formation)
2. Kesadaran berkreasi (awareness creation)
3. Perluasan jejaring (networking expansion)
4. Kolaborasi orang kreatif (creative people collaboration)
2.1.3 Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan sebagai
suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui
pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat,
dan pengorganisasian masyarakat.
Pengertian pemberdayaan dalam bidang pembangunan sosial,
banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh, ahli-ahli maupun teoritisi. Pada
dasarnya secara umum pengertian pemberdayaan memiliki fokus yang
sama yaitu mengupayakan adanya proses dalam memberikan daya kepada
kelompok lemah dengan tujuan untuk mensejahterakannya sehingga dapat
mandiri dalam menjalankan kehidupannya.
Pemberdayaan menurut Edi suharto (2009:59-60), dalam buku
Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, adalah:
“Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
38
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk kepada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, bepartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya”.
Sedangkan Suhendra (2006:75) mengemukakan bahwa:
“Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi
kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, melalui
pemberdayaan masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau
berkuasa atas kehidupannya untuk semua aspek kehidupan politik,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan
sebagainya”.
Owin Jamasy (2004:38) dalam buku Keadilan, Pemberdayaan dan
Penanggulangan Kemiskinan mengemukakan bahwa:
“Kerangka pikir dalam pemberdayaan setidaknya mengandung tiga
tujuan penting yakni: pertama, Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang misalnya
mengadakan pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat atau kelompok yang akan diberdayakan, misalnya
melalui peningkatan taraf pendidikan (membekali masyarakat ke
arah berfikir rasional dan prestatif), peningkatan derajat kesehatan,
serta peningkatan akses sumber kemajuan. Ketiga, berupaya
mecegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, menciptakan
keadilan dan kebersamaan antara yang sudah maju dan yang belum
berkembang”.
Pemberdayaan menekankan pada tiga ketentuan tersebut jelas akan
menjadi strategi unggulan dan akan berdampak positif terhadap
menurunnya angka kemiskinan. Namun perlu diketahui terlebih dahulu
potensi atau kekuatan yang dapat membantu proses perubahan agar dapat
39
lebih cepat dan terarah, sebab tanpa adanya potensi atau kekuatan yang
berasal dari masyarakat itu sendiri maka seseorang, kelompo, organisasi
atau masyarakat akan sulit bergerak melakukan perubahan. Kekuatan
pendorong ini didalam masyarakat harus ada atau bahkan diciptakan lebih
dulu pada awal proses perubahan tersebut berlangsung.
Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah
dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, dalam
mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat dilakukan melalui
berbagai macam strategi, diantara strategi tersebut adalah pendidikan
penyuluhan. Pendidikan penyuluhan berusaha untuk meningkatkan harkat
dan martabat masyarakat serta menanamkan jiwa kemandirian. Oleh
karenanya konsep penyuluhan tidak berbeda jauh dari konsep
pemberdayaan. Menurut Suriatna (1987:44) Peran pendidikan penyuluhan
sangat penting sebagai bagian dari intevensi pihak luar komunitas kedalam
komunitas tertentu.
“Penyuluhan merupakan suatu proses perubahan prilaku. Peran
pendidikan penyuluhan sangat penting untuk membantu masyarakat
di pedesaan yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti
pendidikan formal, sehingga sebagai permasalahan usaha misalnya
usaha tani di pedesaan yang tidak mampu dihadapi oleh masyarakt
desa dapat dibantu pemecahannya dengan baik”.
Pendidikan penyuluhan dalam kerangka pemberdayaan masyarakat
berimplikasi sanagt luas terhadap kondisi masyarakat sasaran, tidak
terbatas pada aspek pengetahuan semata, namun juga menjurus pada
40
adanya perubahan yang sifatnya menyeluruh, meliputi perubahan sikap
mental yang mengarah pada tindakan atau perilaku yang menunjukan
produktivitas yang tinggi. Pendidikan dalam penyuluhan mengarahkan
agar individu atau kelompok masyarakat sasaran dapat berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan produktif, terutama yang berkaitan dengan
penyuluhan kesehatan yang dijalankan. Dengan demikian implikasinya
adalah program pendidikan penyuluhan harus terus menerus
berkesinambungan.
Pemberdayaan masyarakat haruslah memberikan dampak yang
positif bagi masyarakat yang diberdayakan.
Menurut Suharto (2010:58) Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khusunya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan.
2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keptusan yang mempengaruhi mereka.
Suhendra (2006:88-96) dalam bukunya Peranan Birokrasi dalam
Pemberdayaan Masyarakat membahas mengenai banyak pemikir dan ahli-
ahli terutama dari disiplin sosial yang menyampaikan prisip
pemberdayaan. Suhendra mengacu pada 22 prinsip pemberdayaan yang
dikutip dari Jim Ife, yaitu:
41
1. Integrated Development
Masalah sosial adalah manusia dan lingkungan dalam arti luas.
Oleh karenannya pengembangan masyarakat mencakup berbagai
aspek yaitu social, politik, ekonomi, budaya dan lingkungan,
spiritual, semua hal ini mencerminkan aspek-aspek kehidupan
masyarakat.
2. Confronting Structural Disadvantage
Struktur yang bertentangan akan melemahkan pengembangan
masyarakat. Perbedaan-perbedaan kelas sosial, ras, suku, gender
yang mengarah hambatan struktural hendaknya dapat
dimasimalkan. Jika hal ini tidak dapat dihindari maka akan
merupakan maslaah bagi pekerja masyarakat. Bahkan konflik-
konflik sosial yang berkala relatif besar akan membawa
kemunduran bukan kemajuan.
3. Human Rights
Dalam pengertian positif bahwa pengembangan masyarakat
dapat menggunakan prinsip-prinsip HAM (Hak Asasi Manusia).
Dengan hak asasi manusia, maka secara asasi hal-hal perorangan
dilindungi, apalagi kelompok minoritas sekalipun. Dalam
prinsip hak asasi manusia tidak dikenal penonjolan kelompok
minpritas maupun mayoritas.
4. Sustainability
Dengan prinsip kesinambungan penggunaan sumber-sumber
harus sehati-hati mungkin. Pengembangan masyarakat
ditunjukan untuk mengurangi ketergantungan kepada sumber-
sumber yang dapat diperbaharui agar keseimbangan ekologi
dapat terus dipelihara.
5. Empowerment
Penguasa atau pemberdayaan dilakukan dengan cara memberi
sumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada
masyarakat untuk menentukan hari depannya sendiri.
6. The Personal and Political
Kepentingan individu secara aspiratif harus dapat sejalan dan
mengkait dengan masalah umum dan politik. Masalah politik
hendaknya menjadi bagian dari masalah individu dan
sebaliknya. Awal dari kebijakan pemerintah adalah kemauan
politik, oleh karenanya pemberdayaan masyarakat pendidikan
politik masyarakat adalah penting sehingga terbentuk political
minded maka masyarakat ikut berpartisipasi sejak tahap awal
proses pembangunan.
7. Community Ownership
Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan masyarakat
mengkait dengan kepemilikan material maupun non material
seperti struktur dan proses. Kepemilikan material agar
masyarakat bertanggung jawab memanfaatkannya secara efektif
dan efisien, sedangkan kepemilikan non material agar masyarakt
42
dapat mengawasi pelaksanaan pelayanan, ikut membuat
keputusan-keputusan aktivitas-aktivitas setempat.
8. Self Reliance
Bahwa dengan menambahkan percaya diri dalam
pengembangan masyarakat, diupayakan penggunaan sumber-
sumber setempat: keuangan, teknik, sumber alam maupun
sumber daya manusia.
9. Independence from The State
Prinsip ini menekankan pada kemampuan otonomi dan
kepercayaan diri pada masyarakat dan meminimalkan bantuan
dana dari pemerintah. Dana dari pemerintah jika diperlukan
merupakan alternatif terakhir dan hal itu akan memberikan
keleluasaan dalam masyarakat.
10. Immediate Goals and Ultimate Visions
Prinsip ke- 10 menyatakan bahwa selalu ada hubungan dan
saling ketergantungan antara tujuan segera dan tujuan visioner.
Tujuan jangka pendek dan jangka panjang ini merupakan hal
penting dan esensial yang sejalan, bukan pertentangan.
11. Organic Development
Suatu cara untuk memudahkan penghayatan pada prisip ini
adalah membedakan antara konsep organis dan mekanis seperti
membedakan antara tanaman dan mesin, antara masyarakat dan
lingkungan. Pengembangan masyarakat adalah suatu yang
kompleks dan dinamis, oleh karena memerlukan seni disamping
ilmu semata. Dalam pemberdayaan masyarakat intinya akan
tertuju kepada masyarakat walaupun demikian tidak boleh
mengabaikan unsur-unsur lain yang pasti ikut mempengaruhi.
12. The Pace of Development
Prinsip ini menekankan agar langkah-langkah pengembangan
masyarakat, dinamika percepatan serta irama pengembangan
disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di dalam
masyarakat, agar masyarakat ikut memiliki dan bertanggung
jawab. Pengembangan masyarakat merupakan proses belajar
bagi masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat sepenuhnya
harus diperankan sebagai subyek disamping sebagai obyek. Hal
ini sangat diperlukan agar masyarakat tidak merasa asing di
tengah-tengah masyarakatnya.
13. External Expertise
Keahlian dari luar yang mendesign dan membantu
pengembangan masyarakat disertai sumber-sumber akan
memberikan dampak yang kurang baik bagi pengembangan
masyarakat setempat. Hal ini tidak berarti bahwa keberhasilan
pengembangan masyarakat di tempat lain tidak perlu
diperhatikan. Ahli pengembangan dari luar dapat saja
dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan karakteristik
setempat dan menyesuaikan.
43
14. Community Building
Bahwa semua pengembangan masyarakat adalah bertujuan
untuk membangun masyarakat. Satu hal penting dalam
membangun masyarakat adalah terciptanya interaksi sosial,
kerja sama antar mereka, saling terbuka melalui komunikasi
sosial.
15. Proses and Outcome
Kadang kala ada keinginan yang merupakan bias pembangunan
untuk mencapai hasil yang sesegera mungkin melupakan proses
yang melibatkan semua komponen masyarakat. Kegiatan seperti
kit and run hanya sekali pukul mendapatkan hasil. Kelanjutan
keberhasilan berikutnya sangat diragukan. Dengan hanya
menekankan pada hasil maka kita melupakan pemberdayaan
masyarakat, kita tidak memposisikan masyarakat sebagai subyek
akan tetapi sebagai obyek pembangunan,
16. The Integruty of Process
Pengembangan masyarakat melalui suatu proses pertemuan-
pertemuan, masyarakat didorong untuk menyampaikan dan
mengambil keputusan. Adalah sesuatu yang baik apabila proses
yang ternyata berhasil dalam pengembangan masyarakat dalam
mempertahankan dan dipelihara. Melalui pertemuan-pertemuan
dapat diidentifikasi kebutuhan masyarakat, cara mencapai tujuan
yang diinginkan hingga didapaykan suatu konsensus.
17. Non Violence
Prinsip ini untuk menjamin bahwa didalam proses
pengembangan masyarakat tidak terjadi kekerasan fisik diantara
anggota masyarakat.
18. Inclusiveness
Pengembangan masyarakat harus menyertakan seluruh anggota
masyarakat. Kadang-kadang pertentangan tidak dapat dihindari,
akan tetapi upaya-upaya saling menghormati, saling menghargai
yang merupakan nilai yang dimiliki masyarakat kiranya masih
dapat dipertahankan.
19. Konsensus
Pengembangan masyarakat yang baik adalah apabila keputusan
yang diambil untuk rencana-rencana kegiatan melalui suatu
kesepakatan bersama “konsensus”.
20. Co-operation
Prinsip kerjasama adalah sangat baik, dan kalau diperlukan
untuk melakukan kerjasama dengan masyarakat lain guna
peningkatan ekonomi dan pemberian manfaat lainnya dalam
jangka waktu yang lama. Bahkan kerjasama perlu diperluas
sampai ketingkat nasional.
21. Participation
Didalam pengembangan masyarakat harus selalu diupayakan
optimalisasi partisipasi. Setiap anggota masyarakat secara aktif
44
ikut dalam proses-proses kegiatan pengembangan. Akan tetapi
partisipasi setiap individu berbeda-beda secara fungsi, kapasitas
sesuai potensi dan kondisi masing-masing.
22. Definning Need
Prinsip pendefinisian kebutuhan adalah sangat penting dalam
pengembangan masyarakat. Kebutuhan meliputi dua prinsip
penting, yaitu:
a. Pengertian kebutuhan masyarakat seutuhnya, konsumen,
sumber daya.
b. Kebutuhan yang bersifat progresif maupun regresif.
Edi Suharto (2009:66-67) dalam bukunya membangun masyarakat,
Memberdayakan Masyarakat menjelaskan strategi pemberdayaan dapat
dilakukan melalui tiga Pendekatan atau mantra pemberdayaan
(empowerment setting), yaitu: mikro, mezzo dan makro.
1. Pendekatan Mikro. Pemberdayaan dilakukan secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini
sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task
centered approach)
2. Pendekatan mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
media sebagai intervensi. Pendidikam dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap
klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapi
3. Pendekatan makro. Pendekatan ini sering disebut dengan Strategi
Sistem Besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan soosial,
kampanye, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi
sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan
untuk memilih serta menentukan strategi yang tepay untuk
bertindak.
2.2 Penelitian Terdahulu
45
Dasar acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
disajikan sebagai data pendukung. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam
mengelola atau memecahkan masalah yang timbul dalam Manajemen
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
Hasil penelitian yang peneliti baca adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. Suryana, M. Si., Ayu
Krishna Yuliawati, S. Sos., MM, Rofi Rofaida, S.P., M.Si., yang berjudul
pengembangan model ekonomi kreatif pedesaan melalui value chain strategy
untuk kelompok usaha kecil (studi pada industri kerajinan di Jawa Barat). Hasil
penelitian ini adalah analisa value chain industri kerajinan di pedesaan,
menunjukkan bahwa pelaku dalam berkreasi sebagian besar belum berorientasi
pada nilai tambah yang bersifat merujuk pada budaya setempat dan tidak mencari
inovasi baik dalam produk maupun proses produksi, distribusi dan pemasaran.
Model yang dikembangkan dalam melengkapi penelitian ini diaplikasikan dalam
bentuk up-grading value chain yang dilakukan berupa pelatihan peningkatan
kapasitas kepada pelaku usaha kecil dan kerajinan ekonomi kreatif . Persamaan
penelitian dengan peneliti yaitu menggunakan metode kualitatif serta fokus
penelitian yang sama yaitu pengembangan ekonomi kreatif. Tetapi perbedaannya
adalah dalam penelitian ini lebih terfokus pada jenis ekonomi kreatif pada bidang
kerajinan sedangkan dalam penelitian saya lebih fokus pada bidang makanan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Guzty Muhammad Hermawan, yang
berjudul Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif. Hasil penelitian ini
46
adalah sinergi antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata merupakan sebuah
model pengembangan ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan di
Indonesia. Kita dapat memciptakan outlet produk-produk kreatif di lokasi yang
strategis dan dekat dengan lokasi wisata. Untuk menggerakkan industri kreatif
dalam perekonomian dan kepariwisataan perlu kerjasama dengan instansi terkait
dan bisa berkreatifitas untuk bisa meningkatkan perekonomian di suatu daerah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti adalah fokusnya
pada pengembangan ekonomi kreatif. Sedangkan untuk perbedaannya adalah
dalam penelitian yang dilakukan pleh Guzty Muhammad Hermawan lebih fokus
pada jenis ekonomi kreatif di bidang pariwisata sedangkan dalam penelitian saya
adalah di bidang makanan. Selain itu, perbedaannya adalah metode penelitian
yang digunakan oleh Guzty Muhammad Hermawan adalah metode penelitian
kuantitatif sedangkan metode yang saya gunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kualitatif.
2.3 Kerangka Berfikir
Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2012: 60) kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir dalam penelitian saya adalah saya sebagai peneliti yang
mengambil judul Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk
Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes karena
munculnya masalah yang telah dipaparkan diidentifikasi masalah yang jika dalam
pelaksanaannya manajemen yang digunakan dalam pengembangan ekonomi
47
kreatif dengan baik maka akan tercipta penyelenggaraan pengembangan ekonomi
kreatif sesuai dengan tujuan adanya pengembangan ekonomi kreatif suatu daerah.
Peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F.Mee yang
terdiri dari Planning, Organizing, Motivating, dan Controlling tersebut
diharapkan dapat memecahkan masalah yang telah dipaparkan di atas.
Alasan saya sebagai peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen
menurut John F. Mee karena menurut saya teori beliau dapat menjawab masalah-
masalah yang timbul yang telah dipaparkan di atas. Teori fungsi-fungsi
manajemen menurut John F. Mee adalah terdiri dari Planning atau perencanaan
bagaimana perencanaan yang dibuat untuk penyelenggaraan pengembangan
ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Organizing atau
pengorganisasian dengan siapa saja bekerjasama untuk menyelenggarakan
pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang,
Motivating atau pengarahan apa saja yang diberikan kepada masyarakat untuk
memotivasi atau mendorong masyarakat untuk pegembangan ekonomi kreatif di
Kecamatan Menes kabupaten Pandeglang yang sangat berpotensi, dan yang
terakhir adalah Controlling atau pengendalian atau pengawasan siapa saja yang
mengawasi penyelenggaraan pengembanagan ekonomi kreatif di Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang.
48
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Masalah:
1. Tidak adanya koordinasi antar dinas-
dinas terkait yaitu Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten
Pandeglang dan Dinas Perdagangan
dan Perindustrian Kabupaten
Pandeglang dalam proses
pengembangan ekonomi kreatif.
2. Pelatihan dan pembinaan yang
diberikan kurang optimal dan sangat
terbatas. Dari pelatihan dan
pembinaan di lapangan dalam proses
pemasaran hanya di daerah itu sendiri
yaitu hanya di Kecamatan Menes itu
sendiri. Kemudian terbatasnya jumlah
pengrajin emping melinjo
mendapatkan pelatihan dan
pembinaan untuk mengembangkan
usahanya yang merupakan ekonomi
kreatif.
3. Tidak adanya pengawasan dalam
proses pemasaran setelah
diselenggarakan pelatihan.
4. Tidak adanya pengawasan terhadap
kondisi keuangan yang merupakan
bantuan modal yang diberikan kepada
pengrajin emping.
5. Terjadinya tumpang tindih dalam
pelaksanaan pelatihan dan
pembinaan.
Teori Fungsi Manajemen
menurut John F. Mee
(2001) adalah sebagai
berikut:
1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing
(Pengorganisasian)
3. Motivating
(Pengarahan)
4. Controlling
(Pengendalian/Pengawa
san)
Manajemen yang efektif
dapat membantu dalam
penyelenggaraan
pengembangan ekonomi
kreatif pada komunitas
pengrajin emping untuk
pemberdayaan usaha
berbasis masyarakat di
Kecamatan Menes sehingga
dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin
Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakatdi Kecamatan
Menes
49
2.1.1 Asumsi Dasar
Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan manajemen
pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang
belum diselenggarakan secara efektif. Hal ini terlihat adanya masalah-masalah
yang timbul yang telah dipaparkan di latar belakang. Selain itu, sosialisasi
pemerintah daerah juga belum begitu baik untuk memotivasi pelaku ekonomi
kreatif agar usahanya dapat dikembangkan.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Mukhtar (2013: 9) metode penelitian ilmiah adalah suatu cara
yang logis, sistematis, objektif, untuk menemukan kebenaran secara keilmuan.
Beragam cara berpikir yang digunakan dalam penelitian ilmiah, seperti cara
berpikir deduktif, induktif hingga cara berpikir reflektif (reflective thinking),
sebagai sintesis dari berpikir deduktif dan induktif. Ketiga cara berpikir ini adalah
sebagai usaha manusia dalam menemukan kebenaran ilmu atau ilmiah. Beragam
cara berpikir ini lahir dari ketidakpuasan manusia dalam mencari jawab tentang
kebenaran melalui cara-cara yang tidak ilmiah sebelumnya, sebagai mana kata
Bungin (2004), yakni seperti cara kebetulan, pengalaman atau kebiasaan, trial and
error atau melalui otoritas seseorang.
Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 2) pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu,
cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk
akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang
51
dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.
Menurut Sugiyono (2012: 9) metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan
makna dari pada generalisasi.
Dalam penelitian mengenai manajemen pengembangan ekonomi kreatif
untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian menggunakan metode kualitatif, peneliti tidak akan
menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku
(actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
52
Menurut Sugiyono (2012: 207) dalam penelitian kualitatif ada yang disebut
batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan
fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.
Dengan demikian, dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan
Ekonomi kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang adalah dengan jenis ekonomi kreatif hasil tanaman
melinjo dalam bentuk emping melinjo.
3.3 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif
untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang yang menjadi lokus penelitian adalah Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang.
3.4 Fenomena yang Diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah Manajemen
Pengembangan Ekonomi Kreatid untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis
Masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Konsep
manajemen dalam proses pengembangan ekonomi kreatif sangatlah
penting. Manajemen pengembangan ekonomi kreatif dilakukan mulai dari
perencanaan sampai dengan pengawasan. Dalam pemberdayaan usaha
berbasis masyarakat di Kecamatan Menes diperlukan adanya manajemen
53
yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan dalam
pelaksanaannya sehingga ekonomi kreatif yang ada di Kecamatan Menes
dapat berkembang untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat.
3.4.2 Definisi Operasional
Beberapa hal penting mengenai fenomena uang akan diamati dalam
penelitian ini akan peneliti nilai dengan menggunakan teori fungsi-fungsi
manajemen menurut John F. Mee.
Menurut John F. Mee ada 4 point fungsi-fungsi manajemen yaitu
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran yang matang untuk
dilakukan di masa yang akan datang dengan menentukan kegiatan-
kegiatannya.
2. Pengorganisasian (Organizing) adala seluruh proses pengelompokan
orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sehingga merupakan organisasi yang tepatdigerakan secara
keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah sesluruh proses pemberian
motif (dorongan) kepada para karywan untuk bekerja lebih bergairah,
sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan
organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna.
4. Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
54
pekerja dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut Irawan (2006: 17), dalam sebuah penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut
Sugiyono (2012: 222) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai
instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan
penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.validasi terhadap peneliti sebagai
instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder.
Data atau bahan keterangan ialah fakta yang dapat ditarik menjadi suatu
kesimpulan dalam kerangka persoalan yang digarap. Fakta merupakan kenyataan
yang mencakup segala sesuatu yang teramati, tersidik atau terukur, pengalaman
dan pendapat yang diakui sebagai suatu kebenaran umum dan bersifat mantab.
Teori, hukum dan kaedah termasuk fakta. Sebagaimana persoalan yang menjadi
kerangkanya, fakta juga bersifat subyektif, sedangkan kenyataan bersifat netral
dan obyektif.
Menurut Soekamto (1983: 24) sebagai data primer dalam penelitian ini
berupa kata-kata dan tindakan pihak-pihak yang teramati dari hasil wawancara
55
yang dinilai berkaitan langsung dengan beberapa konsep yang ada di data
sekunder, sejumlah dalam batas-batas penelitian normatif dan juga terdapat sedikit
pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh penulis. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti tanpa perlu mengadakan
penelitian sendiri dan secara langsung terhadap faktor-faktor yang menjadi latar
belakang penelitiannya.
Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi kreatif
untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang yang menjadi instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri karena
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini.
3.6 Penentuan Informan
Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2012: 219) bahwa penentuan
sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam
penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Menurut
S.Nasution dalam Sugiyono (2012: 220) bahwa penentuan unit sampel
(responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf
“redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan
informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
56
Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif
untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang, penentuan informannya menggunakan teknik Purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel sumber daya yang sudah diketahui siapa saja
yang akan menjadi informan dalam penelitian ini untuk pengambilan data dan
informasi.
Melihat pada kepentingan data yang dibutuhkan peneliti maka informan
dibagi menurut kelompok dan tidak dibatasi pada jumlah tertentu. Ada pun yang
menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No. Informan Penelitian Keterangan
1. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pandeglang Key Informan
2. Dinas Koperasi, Perdagangan, dan
Perindustrian Kabupaten Pandeglang Key Informan
3. Pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan
Menes Key Informan
4. Pedagang Emping Key Informan
5. Masyarakat yang menjadi konsumen
emping Key Informan
6. Buruh Emping Key Informan
7. Petani Melinjo Key Informan
57
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari
beberapa teknik yaitu:
1. Wawancara
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal.
Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari
informal ke formal. Walaupun semua percakapan mempunyai aturan
peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan
pada wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada percakapan
biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari
satu sisi saja, oleh karena itu, hubungan asimetris harus tampak. Peneliti
cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi
dan pemikiran pertisipan. Uraian berikut ini akan menggambarkan jenis
wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu wawancara dan prosedur
melakukan wawancara pada penelitian kualitatif.
Esterberg dalam Sugiyono (2010: 73) mengemukakan beberapa
macam wawancara, yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
58
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.
b. Wawancara Semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
59
Wawancara yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur yang dimulai dari menyiapkan pertanyaan
untuk melakukan wawancara kemudian saat wawancara berlangsung,
peneliti boleh mengajukan pertanyaan lain di luar pertanyaan yang telah
disusun namun tidak keluar dari konteks penelitian si penelti. Sehingga,
hasil yang didapatkan tidak bias dan kaya akan informasi.
Pertanyaan dalam penelitian kualitatif sedapat mungkin tidak bersifat
mengarahkan tetapi masih berpedoman pada area yang diteliti. Peneliti
mengutarakan pertanyaan sejelasnya dan menyesuaikan pada tingkat
pemahaman partisipan. Pertanyaan yang ambigu menghasilkan jawaban
yang juga ambigu.
Adapun prosedur wawancara seperti tahapan berikut ini:
a. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling
yang dipilih sebelumnya.
b. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi
bermanfaat apa yang relevan dalam menjawab pertanyaan
peneliti.
c. Apakah wawancara individual atau kelompok terfokus, perlu
dipersiapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike hharus
cukup sensitive merekam pembicaraan terutama bila ruangan
60
tidak memiliki struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak
yang harus direkam.
d. Alat perekam perlu dicek kondisinya, misalnya baterainya.
Kaset perekam harus benar-benar kosong dan tepat pada pita
hitam bila mulai merekam. Jika perekaman sudah dimulai,
yakinkan tombol perekam sudah ditekan dengan benar.
e. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat
sampai lima halaman dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka
dan sediakan ruang yang cukup diantara pertanyaan untuk
mencatat respon terhadap komentar partisipan.
f. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin
ruangan cukup tenang, tidak ada distraksi dan nyaman bagi
partisipan. Dealnya peneliti dan partisipan duduk berhadapan
dengan perekam berada diantaranya, sehingga suara-suara
keduanya dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti
mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan, seperti
tertawa, menepuk kening dsb.
g. Ketika tiba di tempat wawancara, tetapkan inform consent pada
calon partisipan.
h. Selama wawancara, cocokkan dengan pertanyaan, lengkapi
pada waktu tersebut (jika memungkinkan), hargai partisipan
61
dan selalu bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik
adalah yang lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara
ketika wawancara sedang berlangsung.
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh
terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,
pendapat, perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
selama proses penelitian.
Informasi ini meliputi beberapa macam, seperti:
1) Informan kunci (key informan) yaitu mereka yang
mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang
diperlukan dalam penelitian.
2) Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti.
3) Informasi tambahan (secondary informan) yaitu mereka
yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung
terlibat dalam interaksi sosial.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria
informan dan pedoman wawancara disusun dengan rapi dan terlebih
62
dahulu dipahami peneliti sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih
dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serat tujuan dari penelitian.
b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
c. Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan.
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan
serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dnegan jujur,
selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh
dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam
bentuk kalimat.
Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi
Kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara semiterstruktur dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini
memiliki pedoman wawancara yang mengacu kepada teori yang digunakan
oleh peneliti yaitu teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F.Mee
yaitu sebagai berikut:
63
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No. Indikator Kisi-kisi Pertanyaan Informan
1. Planniang
(Perencanaan)
Perencanaan dalam
pengembangan ekonomi
kreatif dengan jenis hasil
tanam melinjo di
Kecamatan Menes.
Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandgelang dan Dinas
Koperasi, Perdagangan, dan
Perindustrian Kabupaten
Pandeglang.
2. Organizing
(Pengorganisasian)
Jumlah staff setiap
organisasi yang
bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan
pengembangan ekonomi
kreatif jenis emping
melinjo di Kecamatan
Menes.
Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandgelang dan Dinas
Koperasi,Perdagangan, dan
Perindustrian Kabupaten
Pandeglang.
3. Motivating
(Pengarahan)
Pengarahan yang
diberikan dalam proses
pengembangan ekonomi
kreatif emping melinjo.
Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandgelang, Dinas
Koperasi, Perdagangan, dan
Perindustrian Kabupaten
Pandeglang, dan pengrajin
pembuat emping melinjo.
4. Controlling
(Pengawasan)
Pengawasan yang
dilakukan oleh
pemerintahan setelah
diselenggarakan pelatihan
atau pengarahan kepada
pengrajin pembuat
emping melinjo.
Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandgelang, Dinas
Perdagangan dan Perindustrian
Kabupaten Pandeglang, pengrajin
pembuat emping melinjo,
pedagang emping, konsumen,
buruh emping, dan petani melinjo
di Kecamatan Menes.
64
2. Observasi
Dalam penelitian ini, teknik observasi/ pengamatan yang
digunakan adalah observasi berperanserta (observastion participant).
Menurut Guba & Lincoln dalam Moleong (2011: 175) ada beberapa
alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan teknik observasi/
pengamatan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.
b. Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya.
c. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data.
d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data
yang didapatnya ada yang bias.
e. Memungkinkan peneliti mampu memmahami situasi-situasi yang
rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang
kompleks sekaligus.
f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya
tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.
65
Observasi dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang.
3. Studi Dokumentasi
Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik
pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh
lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur,
peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto atau
pun dokumen elektronik (rekaman).
Namun, persoalan tidak akan terpecahkan hanya dengan
mengumpulkan data perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Semua data harus dapat di dudukkan selaku pengungkap watak,
sifat dan/atau perangai obyek penelitia.
b. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif satu dengan
yang lainnya.
c. Semua data harus didudukkan secara korelatif dengan satu atau
lebih unsur lingkungan yang patut diduga berpengaruh atas obyek
penelitian.
Jadi, alas data digunakan mengatur data untuk menyajikan obyek
penelitian sebagai suatu sistem, untuk mengemukakan mekanisme dakhil
yang memelihara eksistensi obyek sebagai sistem dan untuk
mengemukakan iteraksi obyek dengan lingkungannya sebagai selanjutnya
66
dapat memberikan kejelasan tentang peran lingkungan dalam perilaku
obyek menghadapi pengaruh lingkungan.
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis
data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat
jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles &Huberman, yaitu selama proses
pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles & Huberman
Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan
melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu
tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saar sebelum, selama dan
sesudah pengumpulan data. Ketiga di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
Data
Collecting Data
Display
Data
Reduction Verification
67
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Sugiyono (2012: 247) mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti
komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
2. Penyajian Data (Data Display)
Menurut Sugiyono (2012: 249) dalam sebuah penelitian kualitatif,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles
and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent from of display
data for qualitative research data in the past has been narrative text”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi.
3. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan (Verification)
Menurut Sugiyono (2012: 252) bahwa langkah ketiga dalam tahapan
analisis interaktif menurut Miles & Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi/. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-
68
pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang
dikemukakan dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah
seelama proses penumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi,
apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid
dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Pengujian Validitas Data
Menurut Sugiyono (2012: 267) validitas adalah derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang
berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan
validitas eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Sedangkan reabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan yang
terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif reabilitas
berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang melakukan
penelitian pada objek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Maka
dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation) bersifat
majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan
69
berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada
penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck.
1. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibillitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu.
Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik, dan triangulasi waktu.
a. Triangulasi Sumber
Jenis ini untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Selanjutnya, data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau
kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
70
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.
Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
71
2. Mengadakan Membercheck
Menurut Sugiyono (2010: 129) membercheck adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleeh sumber data juga menjaga keaslian data yang
dicantumkan dalam penelitian. Setelah membercheck dilakukan, maka
pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti
telah melakukan membercheck.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk
pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang, penelitian dan wawancara dilakukan di Kantor Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang, Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kabupaten Pandeglang, dan tempat pengrajin pembuat emping melinjo di
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Desember 2015.
72
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Nama
Kegiatan
Waktu Penelitian
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli August Sept Okt Nov Des Jan
2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2016
Pen
gaj
uan
Judu
l
Acc
Jud
ul
Pen
elit
ian
Ob
serv
asi
Aw
al
Bim
bin
gan
Bab
I s
/d B
ab
III
Sem
inar
Pro
posa
l
Rev
isi
Pro
posa
l
Sk
ripsi
Bim
bin
gan
Bab
IV
s/d
Bab
V
Sid
ang
Sk
ripsi
Rev
isi
Sk
ripsi
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian merupakan penjelasan tentang objek penelitian
yang meliputi penjelasan tentang lokasi penelitian yang diteliti dengan
memberikan gambaran umum tentang lokasi penelitian, meliputi gambaran umum
Kabupaten Pandeglang dan gambaran umum Kecamatan Menes. Hal tersebut
dipaparkan di bawah ini:
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 6 Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa. Secara geografis
terletak antara 6º21’-7º10’ Lintang Selatan dan 104º48’- 106º11’ Bujur Timur,
memiliki luas wilayah 2.747 Km2 (274.689,91 ha), atau sebesar 29,98% dari
luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km.
Secara administratif dibagi menjadi 322 Desa, 13 Kelurahan
dan 35 Kecamatan, dengan batas-batas administrasi:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
74
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan
Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1.149.610 orang dengan
komposisi penduduk laki-laki sebanyak 589.056 orang dan perempuan
sebanyak 560.554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio jenis kelamin pada
tahun 2010 sebesar 105,08. Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak
merata. Kecamatan dengan penduduk terjarang yaitu Kecamatan Sumur
dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat
adalah Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-
rata kepadatan penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 419 jiwa/Km2. Laju
pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan data hasil
Sensus Penduduk periode 1961 – 1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971 –
1980 sebesar 2,15 persen, periode 1980 – 1990 sebesar 2,14 persen, periode
1990 – 2000 sebesar 1,64 persen dan 2000 – 2010 sebesar 1,30 persen.
Menurunnya angka laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu wujud
keberhasilan pembangunan bidang kependudukan yang salah satunya antara
lain adalah program Keluarga Berencana (KB).
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15
tahun ke atas yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan pekerjaan
utama penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan; industri; perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; dan jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Secara umum, pekerja di Kabupaten
75
Pandeglang bekerja di sektor informal (83,67%) dan sisanya bekerja di
bidang formal (16,33%) dari jumlah pekerja di atas 15 tahun berjumlah
434.746 jiwa(Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari jumlah pekerja
434.746 jiwa, pekerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri memiliki
proporsi yang terbesar yaitu 23,67%, sedangkan pekerja dengan status
pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar memiliki
proporsi terkecil (2,32%).
Jumlah wisatawan yang berkunjung baik wisatawan nusantara maupun
wisatawan manca negara setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini dapat
dilihat dari Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata dan Akomodasi
yang ada di Kabupaten Pandeglang Tahun 2008-2014.
No. Tahun Jumlah Ket
1. 2008 804.776 Naik
2. 2009 1.493.201 Naik
3. 2010 1.755.795 Naik
4. 2011 2.030.660 Naik
5. 2012 2.422.421 Naik
6. 2013 3.003.802 Naik
7. 2014 3.150.900 Naik
Sumber: Bidang Pengembangan Destinasi dan Ekonomi Kreatif Dinas
Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Pandeglang, 2014.
76
Wisata kuliner yang terdapat di Kabupaten Pandeglang meliputi sebagai
berikut:
1. Emping dan Keceprek Melinjo
2. Otak-otak
3. Angeun Lada
4. Kue Jojorong
5. Kue Pasung
6. Balok Menes
7. Apem putih
8. Dan wisata-wisata kuliner lainnya.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Menes
Kecamatan Menes merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 25,362 km², dengan jumlah
penduduk 37.652 jiwa.
Masyarakat menes merupakan masyarakat yang heterogen, berbagai
kultur telah bercampur menjadi satu. Menjadikan keunikan tersendiri.
Sebagian besar Penduduk Menes memiliki mata pencaharian sebagai Petani,
pegawai negeri sipil struktural dan fungsional yang mencapai ribuan,
Pedagang, Peternak dan wiraswasta. Menurut data statistik pandeglang di
Pandeglang terdapat ratusan LSM, sebagian besarnya berasal dari Menes.
Bahkan DPC Parpol pun terbanyak di Menes.
77
Produk unggulan yang dimiliki Kecamatn Menes adalah sebagai
berikut:
Desa di Kecamatan Menes terpecah menjadi beberapa desa, ketika
pemekaran kecamatan beberapa desa telah terambil oleh kecamatan lain,
seperti kecamatan Pulosari terdiri dari desa Banjarwangi, desa Koranji, desa
Karyasari. Kecamatan Cikedal terdiri dari desa Tegal, desa Karyautama,
Kecamatan Cisata.
Desa Yang ada di Menes terdiri dari 12 desa yaitu sebagai berikut:
1. Desa Menes
2. Desa Purwaraja
3. Desa Alaswangi
4. Desa Tegalwangi
5. Desa Kananga
6. Desa Cilabanbulan
7. Desa Sindangkarya
8. Desa Cigandeng
9. Desa Sukamanah
10. Desa Kadu Payung
11. Desa Muruy
12. Desa Ramaya
78
Jenis mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Menes adalah
pengrajin emping, pembuat tempe, pembuat kue balok, pegawai negeri sipil
(PNS), dan jenis-jenis mata pencaharian lainnya.
Produk unggulan Kecamatan Menes (sumber: Wikipedia) adalah
sebagai berikut:
1. Emping, produk unggulan Kecamatan Menes yang bahan dasarnya
adalah melinjo yang digoreng tanpa menggunakan minyak tetapi
dengan menggunakan pasir lalu ditubruksampai membentuk lebar
setelah itu dijemur.
2. Keceprek, produk unggulan Kecamatan Menes sama seperti emping
tetapi bedanya keceprek ditubruk tidak sampai melebar.
3. Balok, produk unggulan Kecamatan Menes yang bahan dasarnya
adalah dari singkong yang di kukus lalu ditubruk yang dicampur
dengan bahan lainnya.
4. Singkong, produk unggulan Kecamatan Menes yang banyak
ditanam di Kecamatan Menes dan merupakan bahan dasar
pembuatan balok.
5. Ubi-umbian, produk unggulan Kecamatan Menes yang banyak
ditanam di Kecamatan Menes.
6. Ketela, produk unggulan Kecamatan Menes yang banyak ditanam di
Kecamatan Menes yang merupakan bahan dasar dari pembuatan
tahu dan tempe.
79
4.2 Deskripsi Data
Data yang disajikan dibawah ini merupakan data yang sudah melalui proses
reduksi. Deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data
mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan teori Fungsi Manajemen menurut John F.Mee.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk
kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan dokumentasi.
Berdasarkan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep Milesdan
Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan
penting, diantaranya: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan verifikasi (conclusion drawung/verifying).
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mereduksi data yaitu merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data,
peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:
a. Kode Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan.
b. Kode I1 menunjukkan informan dari Kasi Bina Usaha dan
Pembiayaan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pandeglang.
80
c. Kode I2 menunjukkan informan dari Kasi Fasilitas Pembiayaan
Industri Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian
Kabupaten Pandeglang.
d. Kode I3 menunjukkan informan dari pengrajin emping di
Kecamatan Menes.
e. Kode P1 menunjukkan informan dari Buruh Emping.
f. Kode P2 menunjukkan informan dari Penjual emping di Kecamatan
Menes.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display).
Dalam penelitian kualitatif penyajian data biasanya dilakukan dalma bentuk
uraian singkat atau teks naratif, bagan, matrik, hubungan antara katagori, network,
flowchart, dan sejenisnya. Namun pada penelitian ini, peneliti menyajikan data
dalam bentuk teks narasi.
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan (verification) setelah data
bersifat jenuh, artinya telah ada pengulangan informasi, makakesimpulan tersebut
data dijadikan jawaban atas masalah penelitian.
Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis pada manajemen
pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk
pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang. Dan analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
81
teori yang dianggap sesuai dengan permasalahan dan kerangka berfikir yang telah
diuraikan sebelumnya.
4.2.1 Data Informan Penelitian
Data informan penelitian menjelaskan deskripsi informan yang menjadi
sumber data utama dalam penelitian mengenai manajemen pengembangan
ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha
berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Deskripsi
informan penelitian meliputi nama informan dan pekerjaan atau jabatan dari
informan penelitian tersebut. Sesuai dengan pemilihan informan penelitian ini
menggunakan teknik purposive, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informan
penelitian yang tepat dan kredibel. Berikut ini daftar deskriptif informan yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
82
Tabel 4.2
Daftar Informan
No. Kode
Informan
Nama Informan Keterangan Jenis
Kelamin
1. I1 Onah, S.T.P Kasi Bina Usaha dan
Pembiayaan Dinas
Pertanian dan
Peternakan Kabupaten
Pandeglang.
Perempuan
2. I2 Ineu Herlina, ST Kasi Fasilitasi
Pembiyaan Industri
Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan
Perdagangan
Kabupaten Pandeglang.
Perempuan
3. I3 Sarmiah Pengrajin Emping Perempuan
4. P1 Enung Buruh Emping Perempuan
5. P2 Uum Amiyah Penjual Emping Perempuan
Sumber: Peneliti, 2015.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
4.3.1 Proses Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes
Proses merupakan urutan dalam melaksanakan sesuatu. Dalam
pengembangan ekonomi kreatif ini, proses dimulai dari perencanaan.
Perencanaan merupakan awal mula untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan.
83
Dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang, perencanaan dibagi menjadi dua yaitu
perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1:
“Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang
yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai
bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi
pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong
dalam pengembangan ekonomi kreatif.” (wawancara dengan I1, 11
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang).
Hal tersebut dipertegas pula oleh I2:
“Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang,
sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian
mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan
merupakan perencanaan jangka pendek.” (wawancara dengan I2, 21
September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai informan
terungkap bahwa perencanaan dilaksanakan dengan dua jenis yaitu
perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang terdiri dari pelatihan dan pembinaan
sedangkan pelatihan jangka pendek terdiri dari pemberian bantuan
modal, pemberian bantuan mesin, bantuan pembangunan tempat, dan
bantuan pemberian kemasan.
Perencanaan baik jangka panjang dan jangka pendek, dalam
pelaksanaannya akan didapatkan oleh pengrajin ekonomi kreatif jika
memenuhi syarat yaitu mengajukan proposal. Proposal tersebut
84
diajukan untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan pemberian
bantuan-bantuan.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh I1:
“Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal
untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain
proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti
lamanya usaha, bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap
tahun, dan beberapa syarat lainnya.”(wawancara dengan I1, 11
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal itu dipertegas pula oleh I2:
“Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping
untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan
memberikan proposal. ”(wawancara dengan I2, 21 September 2015,
pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, para pengrajin harus mengajukan proposal terlebih dahulu
dalam pelaksanaan perencanaan baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
perencanaan karena dengan adanya sosialisasi masyarakat dapat
mengetahui adanya perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.
Tetapi pada kenyataannya, sosialisasi tidak dilaksanakan dalam proses
perencanaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh I3 sebagai berikut:
85
“Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan
untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I3,
28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes).
Setelah proses perencanaan, pengorganisasian merupakan tahapan
dalam proses pengembangan ekonomi kreatif. Pengorganisasian
merupakan hubungan kerjasama yang baik antar pihak terkait. Tetapi,
pada kenyataannya hubungan yang baik antar dinas terkait tidak
terjalin.
Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1:
“Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas
seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk
dari Dinas Pertanian dan Peternakan.” (wawancara dengan I1, 11
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2:
“Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai
kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.” (wawancara
dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas
Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan
Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang
tidak memiliki hubungan yang baik dalam kerjasama dalam proses
pengembangan ekonomi keratif emping melinjo.
Hal itu berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas
mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak
dengan kerjasama dengan dinas lain.” (wawancara dengan I1, 11
86
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Central emping melinjo Kabupaten Pandeglang yang merupakan
tempat penjualan emping khas Kabupaten Pandeglang yang dibuat oleh
masyarakat Kecamatan Menes untuk oleh-oleh para wisatawan yang
berkunjung berpariwisata ke Kabupaten Pandeglang.
Tetapi central emping ini mengalami kemunduran setelah APE
tidak aktif karena banyak pengrajin emping yang memutuskan untuk
menjadi usaha mandiri di rumahnya masing-masing.
Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1:
“Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan
untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk ke dalam
central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat
sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah.”
(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya
pada hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual
langsung sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping
jika dijual ke central emping keuntungan yang didapat sedikit
karena para pengrajin emping menjualnya lebih murah jika dijual
ke central emping.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015,
pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengrajin emping tidak menjual emping melinjo kepada central
emping karena nilai jual dari pengrajin emping kepada central emping
tidak setinggi menjual sendiri sehingga keuntungan yang didapat lebih
besar jika menjual sendiri.
87
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa proses pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di
Kecamatan Menes yang dimulai dari proses perencanaan sampai
dengan proses pengorganisasian dalam proses perencanaan terdapat dua
perencanaan yaitu perencanaan jangka penjang yang merupakan
palatihan dan pembinaan, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek
meliputi pemberian bantuan-bantuan. Proses perencanaan tersebut tidak
diseimbangkan dengan adanya sosialisasi. Sedangkan untuk
pengorganisasian tidak adanya hubungan yang baik antara Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Pandeglang
dalam pelaksanaan proses pelatihan dan pengembangan dan pemberian
bantuan-bantuan, sedangkan untuk organisasi terkait seperti Central
Emping dengan pengrajin emping tidak terjalin pula hubungan
kerjasama yang baik.
4.3.2 Bentuk Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes
Bentuk dalam pengembangan ekonomi kreatif yaitu dengan
adanya pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan yang
merupakan proses dari pengembangan ekonomi kreatif baik bersifat
panjang maupun pendek.
Pelatihan dan pembianaan merupakan motivasi atau pengarahan
immateril sedangkan untuk pemberian bantuan-bantuan merupakan
pengarahan atau motivasi materi.
88
Hal tersebut berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai
berikut:
“Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin
diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum
begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin
emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat
untuk lebih berinovasi.” (wawancara dengan I1, 11 September
2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 yaitu sebagai berikut:
“Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada
pengrajin emping yang masih di bawah yang memiliki potensi
untuk maju dan berkembang.”(wawancara dengan I2, 21 September
2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pelatihan dan pembinaan, dan pemberian bantuan-bantuan yang
dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo
merupakan bentuk motivasi. Pelatihan dan pembinaan merupakan
motivasi berbentuk immateril sedangkan untuk pemberian bantuan-
bantuan merupakan motivasi berbentuk materil.
Pelatihan yang dilaksanakan rutin setiap setahun sekali.
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan untuk setiap pengrajin
emping yang ada di Kabupaten Pandeglang. Setiap pengrajin emping
biasanya melaksanakan seleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan.
Hal ini berdasarkan dengan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu
sebagai berikut:
89
“Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan
pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan
syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul
15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
Pandeglang).
Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut:
“Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan
proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan
pembinaan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul
12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengajuan proposal merupakan syarat untuk mendapatkan
motivasi baik berbentuk materil maupun immateril.
Tetapi dalam lapangannya, syarat pengajuan proposal dan syarat
pendukung lainnya tidak berlaku. Karena dalam lapangannya pengrajin
emping langsung didatangi oleh petugas dari dinas untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan.
Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai
berikut:
“Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang
menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas
tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya
ataupun di hotel.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul
10:45, di Desa Alaswangi Menes).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengajuan proposal yang merupakan syarat mendapatkan
motivasi baik materil maupun immateril tidak ada implementasinya
90
dalam lapangan, karena petugas dari dinas langsung mendatangi
pengrajin emping untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan tanpa
mengajukan proposal tetapi hanya menandatangani proposal yang
sudah disediakan oleh dinas.
Bantuan modal merupakan salah satu bentuk pengembangan
ekonomi kreatif. Melalui bantuan modal pengrajin emping diharapkan
bisa lebih termotivasi untuk berusaha lebih agar berkembang. Karena
modal merupakan hal yang penting bagi wirausaha untuk melanjutkan
usaha mandirinya.
Hal ini berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai
berikut:
“Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah
pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan
terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan
pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan
usahanya.“(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36,
di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut:
“Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah
modal secara cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal
maka pengrajin emping tersebut diharapkan mengalami
perkembangan dalam usahanya yang merupakan ekonomi kreatif.”
(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten
Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa bentuk dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang yaitu pelatihan dan
91
pembinaan, pemberian bantuan modal, pemberian bantuan mesin,
pemberian bantuan pembangunan, dan pemberian bantuan kemasan.
4.3.3 Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas
Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Menes.
Ekonomi Kreatif merupakan kegiatan yang memanfaatkan
kreatifitas dan ide masyarakat dengan sumber daya yang terdapat di
daerah agar menimbulkan nilai ekonomi. Ekonomi kreatif yang terdapat
di Kabupaten Pandeglang salah satunya adalah emping melinjo yang
terkenal dengan emping menes. Emping melinjo merupakan makanan
khas Kabupaten Pandeglang yang terdapat di Kecamatan Menes
berbahan dasar dari melinjo yang banyak di tanam di daerah Menes.
Ekonomi Kreatif emping melinjo yang terdapat di Kecamatan Menes
berpotensi sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Menes.
Untuk mengetahui bagaimana Manajemen Pengembangan
Ekonomi Kreatif pada komunitas emping di Kecamatan Menes,
mengikuti klasifikasi fungsi manajemen yang dikemukakan oleh John
F.Mee dalam Hasibuan (2001: 38), yaitu Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Motivating), dan
Pengendalian atau Pengawasan (Controlling).
92
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan awal mula strategi untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dibagi ke dalam dua jenis
yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang dalam pengembangan ekonomi kreatif
jenis emping melinjo di Kabupaten Pandeglang yaitu pelatihan dan
pembinaan (Bintek). Sedangkan untuk perencanaan jangka pendek
yaitu pemberian bantuan-bantuan yang meliputi bantuan pembangunan
tempat, bantuan modal, bantuan kemasan, dan bantuan pemberian
mesin.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1
“Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang
yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai
bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi
pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong
dalam pengembangan ekonomi kreatif.” (wawancara dengan I1, 11
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang).
Hal tersebut juga disampaikan oleh I2 sebagai berikut:
“Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang,
sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian
mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan
merupakan perencanaan jangka pendek.” (wawancara dengan I2, 21
September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, perencanaan dalam
pengembangan ekonomi kreatif jenis emping melinjo di Kabupaten
Pandeglang dibagi menjadi dua yaitu pelatihan dan pembinaan atau
93
bintek merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan untuk
pemberian bantuan-bantuan yang dapat mendorong pengembangan
ekonomi kreatif merupakan perencanaan jangka pendek.
Pelatihan dan pembinaan merupakan salah satu macam dari
pengembangan ekonomi kreatif. Pelatihan dan pembinaan yang
dilaksanakan harus direncakan terlebih dahulu oleh pemerintah daerah
agar pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1:
“Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk
meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat
memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dapat
memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai
ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di daerah
Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu
rumah tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat
emping yang berbahan dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang
dikreatifkan menjadi balok.” (wawancara dengan I1, 11 September
2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandeglang).
Hal tersebut serupa dengan apa yang diungkapkan oleh I2, yaitu sebagai
berikut:
“Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan
kreatifitas setiap pengrajin emping sehingga mereka memiliki
kemajuan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul
12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pelatihan dan pembinaan merupakan salah satu perencanaan
94
bentuk jangka panjang dalam pengembangan ekonomi kreatif yang
berupa bintek. Dengan adanya bintek diharapkan pengrajin emping
dapat lebih memperluas kreatifitas dalam pengembangan usahanya.
Perencanaan pelatihan dan pembinaan akan mulai dilaksanakan
ketika sudah didapatkan beberapa pengrajin emping yang lolos untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1:
“Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal
untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain
proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti
lamanya usaha, bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap
tahun, dan beberapa syarat lainnya.”(wawancara dengan I1, 11
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal itu dipertegas pula oleh I2:
“Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping
untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan
memberikan proposal. ”(wawancara dengan I2, 21 September 2015,
pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, perencanaan
pelaksanaannya pelatihan dan pembinaan setahun sebelumnya
pelaksanaannya. Para pengrajin emping yang ingin mendapatkan
pelatihan dan pembinaan harus melengkapi persyaratan terlebih dahulu
yaitu mengajukan proposal.
Dengan adanya perencanaan jangka panjang dan jangka pendek,
sosialisasi tentang pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-
95
bantuan harus dilaksanakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak ada
sosialisasi.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai berikut:
“Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan
untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I3,
28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes).
Berdasarkan kutipan di atas, sosialisasi untuk pelatihan dan
pembinaan, dan juga pemberian bantuan-bantuan tidak ada, sedangkan
untuk dapat mengikuti pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan
bantuan-bantuan yang dapat mendorong pengembangan ekonomi
kreatif memiliki syarat untuk mengajuakan proposal.
Dalam perencanaan pengembangan ekonomi kreatif di
Kabupaten Pandeglang, selain pelatihan dan pembinaan terdapat pula
pemberian bantuan modal, bantuan mesin, dan bantuan kemasan.
Hal tersebut berdasarkan yang diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah
satu cara pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan
pemberian bantuan sama dengan proses pemberian pelatihan dan
pembinaan yaitu dengan mengumpulkan proposal dan setelah
didapatkan pengrajin emping yang proposalnya lolos untuk
mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat pembuatan
emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam pengembangan usahanya.”(wawancara dengan I1,
11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh I
2:
96
“Tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan tetapi juga
memberikan beberapa bantuan seperti bantuan pemberian modal,
bantuan pemberian mesin, dan bantuan kemasan. Bantuan yang
diberikan akan disesuaikan setelah dari pihak dinas melakukan
servei menyesuaikan proposal yang diajukan dengan keadaan
tempat pembuatan emping tersebut.” (wawancara dengan I2, 21
September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, selain pelatihan dan pembinaan pemberian bantuan-bantuan
yang dapat membantu mendorong pengembangan ekonomi kreatif jenis
emping menlinjo merupakan perencanaan jangka pendek. Pemberian
bantuan-bantuan meliputi bantuan pembangunan tempat, bantuan
kemasan, bantuan modal dan bantuan pemberian mesin.
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, perencanaan sudah dilakukan tetapi tidak ada sosialisasi untuk
perencanaan tersebut baik perencanaan jangka panjang maupun
perencanaan jangka pendek.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi adalah wadah untuk mengelola untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dengan adanya pengorganisasian
harusnya ada kerjasama dan hubungan setiap orang yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan pengembangan ekonomi kreatif jenis emping
di Kecamatan Menes.
97
Tetapi pada kenyataannya, kerjasama dan hubungan antar
organisasi atau dinas dalam melaksanakan kegiatan pelatihan untuk
pengembangan tidak terjalin.
Hal ini berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh I1:
“Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas
seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk
dari Dinas Pertanian dan Peternakan.” (wawancara dengan I1, 11
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2:
“Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai
kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.” (wawancara
dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas
Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan
Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang
belum memiliki hubungan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan
pelatihan dan pembinaan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping
melinjo.
Tidak adanya hubungan atau kerjasama antar dua dinas yang
bertanggung jawab dalam pengembangan ekonomi kreatif emping
melinjo.
Hal itu berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas
mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak
dengan kerjasama dengan dinas lain.” (wawancara dengan I1, 11
98
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Sedangkan untuk di Kecamatan Menes terdapat APE (Asosiasi
Pengrajin Emping) merupakan organisasi atau wadah untuk pengrajin
emping di Kecamatan Menes. Tetapi pada kenyataannya asosiasi ini
sudah tidak aktif untuk sekarang.
Hal ini berdasarkan apa yang diungkapkan oleh I1 sebagai beikut:
“Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk
sekarang sudah tidak aktif.” (wawancara dengan I1, 11 September
2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Menes tetapi
sekarang sudah tidak aktif sudah tidak pernah ada laporan untuk
kegiatan organisasinya.”(wawancara dengan I2, 21 September
2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Kecamatan
Menes, APE dapat mengkoordinasi pengrajin emping di Kecamatan
Menes tetapi APE sudah tidak aktif hal ini berdasarkan tidak adanya
laporan kegiatan organisasi yang biasanya diberikan oleh pengurus
APE kepada dinas.
Di Kecamatan Menes terdapat central emping melinjo
Kabupaten Pandeglang yang merupakan tempat penjualan emping khas
Kabupaten Pandeglang yang dibuat oleh masyarakat Kecamatan Menes
99
untuk oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung berpariwisata ke
Kabupaten Pandeglang.
Tetapi central emping ini mengalami kemunduran setelah APE
tidak aktif karena banyak pengrajin emping yang memutuskan untuk
menjadi usaha mandiri di rumahnya masing-masing.
Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1:
“Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan
untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk ke dalam
central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat
sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah.”
(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya
pada hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual
langsung sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping
jika dijual ke central emping keuntungan yang didapat sedikit
karena para pengrajin emping menjualnya lebih murah jika dijual
ke central emping.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015,
pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengrajin emping tidak menjual emping melinjo kepada central
emping karena nilai jual dari pengrajin emping kepada central emping
tidak setinggi menjual sendiri sehingga keuntungan yang didapat lebih
besar jika menjual sendiri.
Setiap pengrajin emping yang mendapatkan bantuan baik berupa
pelatihan dan pembinaan, bantuan mesin ataupun kemasan, ataupun
bantuan modal berbeda-beda antara Dinas Pertanian dan Peternakan
100
Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa mengenai pengorganisasian, hubungan kerjasama baik antar
dinas yang bertanggung jawab maupun antara asosiasi dengan pengrajin
emping tidak ada.
3. Pengarahan (Motivating)
Pengarahan atau motivating merupakan salah satu cara untuk
mengarahkan bagaimana tujuan dapat tercapai yaitu untuk kemajuan.
Motivasi dapat diberikan ketika pelaksanaan pelatihan dan pembinaan,
bisa juga berupa peminjaman modal, atau bisa juga pemberian bantuan
mesin, dan lain sebagainya. Pelatihan dan pembianaan merupakan
motivasi atau pengarahan immateril sedangkan untuk pemberian
bantuan-bantuan merupakan pengarahan atau motivasi materi.
Hal tersebut berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai
berikut:
“Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin
diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum
begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin
emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat
untuk lebih berinovasi.” (wawancara dengan I1, 11 September
2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 yaitu sebagai berikut:
“Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada
pengrajin emping yang masih di bawah yang memiliki potensi
untuk maju dan berkembang.”(wawancara dengan I2, 21 September
101
2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pelatihan dan pembinaan, dan pemberian bantuan-bantuan yang
dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo
merupakan bentuk motivasi. Pelatihan dan pembinaan merupakan
mitivasi berbentuk immateril sedangkan untuk pemberian bantuan-
bantuan merupakan motivasi berbentuk materil.
Pelatihan yang dilaksanakan rutin setiap setahun sekali.
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan untuk setiap pengrajin
emping yang ada di Kabupaten Pandeglang. Setiap pengrajin emping
biasanya melaksanakan seleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan.
Hal ini berdasarkan dengan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu
sebagai berikut:
“Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan
pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan
syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul
15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
Pandeglang).
Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut:
“Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan
proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan
pembinaan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul
12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Pandeglang).
102
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengajuan proposal merupakan syarat untuk mendapatkan
motivasi baik berbentuk materil maupun immateril.
Tetapi dalam lapangannya, syarat pengajuan proposal dan syarat
pendukung lainnya tidak berlaku. Karena dalam lapangannya pengrajin
emping langsung didatangi oleh petugas dari dinas untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan.
Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai
berikut:
“Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang
menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas
tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya
ataupun di hotel.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul
10:45, di Desa Alaswangi Menes).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengajuan proposal yang merupakan syarat mendapatkan
motivasi baik materil maupun immateril tidak ada implementasinya
dalam lapangan, karena petugas dari dinas langsung mendatangi
pengrajin emping untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan tanpa
mengajukan proposal tetapi hanya menandatangani proposal yang
sudah disediakan oleh dinas.
Jumlah buruh emping setiap kelompok usaha sebanyak 35 orang
tetapi pelatihan dan pembinaan hanya diberikan kepada pengrajin
emping atau pemiliki kelompok usaha pengolahan emping melinjo. Hal
ini tidak sesuai karena jika hanya pengrajin emping yang mendapatkan
103
pelatihan dan pembinaan sehingga hasil pelatihan dan pembinaan
diajarkan kepada para buruh emping mereka itu tidak sesuai.
Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai
berikut:
“Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang
terdiri dari 20 orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk
buruh emping.” (wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul
10:45, di Desa Alaswangi Menes).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan tidak efektif. Hal
tersebut karena buruh emping yang merupakan sumber daya manusia
dalam proses pembuatan emping tidak mendapatkan pelatihan.
Dengan jumlah buruh emping setiap satu usaha tersebut sangat
tidak sesuai jika harus diberikan pelatihan hanya oleh pengrajin
empingnya saja yang hanya merupakan 1 orang.
Pelatihan dan pembinaan hanya diberikan kepada pengrajin
emping saja sedangkan buruh emping dan penjual emping tidak
diberikan pelatihan. Padahal buruh dan penjual emping harus
mendapatkan pelatihan dan pembinaan juga karena untuk buruh agar
lebih bisa bekerja secara efektif sedangkan untuk penjual emping agar
lebih bisa berjualan dengan menarik sehingga wisatawan tertarik untuk
membeli.
Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai
berikut:
104
“Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan
pembinaan sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak
mendapatkan.” (wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul
10:45, di Desa Alaswangi Menes).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 yaitu sebagai berikut:
“Hanya pengrajin emping saja yang mendapatkan karena dari
pengrajin emping bisa disalurkan hasil pelatihannya kepada buruh
empingnya.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul
12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Pandeglang).
Memotivasi atau mengarahkan dalam manajemen
pengembangan ekonomi kreatif tidak hanya berupa pelatihan dan
pembinaan saja tetapi seperti bantuan modal, bantuan mesin, maupun
bantuan kemasana ataupun bantuan bangunan juga merupakan bentuk
pengarahan agar pengrajin emping dapat memiliki usaha yang lebih
inovatif dan menarik pelanggan khususnya para wisatawan.
Bantuan modal merupakan salah satu bentuk pengarahan yang
diberikan oleh pemerintah setelah mendapat pengarahan melalui
pelatihan dan pembinaan. Melalui bantuan modal pengrajin emping
diharapkan bisa lebih termotivasi untuk berusaha lebih agar
berkembang. Karena modal merupakan hal yang penting bagi
wirausaha untuk melanjutkan usaha mandirinya.
Hal ini berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai
berikut:
“Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setlah
pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan
terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan
pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan
105
usahanya.“(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36,
di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut:
“Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah
modal secara cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal
maka pengrajin emping tersebut diharapkan mengalami
perkembangan dalam usahanya yang merupakan ekonomi kreatif.”
(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten
Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengarahan atau motivasi materil yaitu berbentuk pemberian
bantuan modal.
Bantuan modal yang biasanya diberikan sekitar Rp.2.000.000,00
sampai dengan Rp.5.000.000,00 untuk setiap pengrajin emping.
Hal ini sesuai beradasarkan yang telah diungkapkan oleh I1 yaitu
sebagai berikut:
“Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh
pengrajin emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan
biasanya sekitar Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.”
(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Sedangkan I3 mengungkapkan sebagai berikut:
“Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak
cukup modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas.”(wawancara
dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi
Menes).
Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal ataupun bantuan
mesin, akan sia-sia jika tidak dilengkapi dengan pengarahan atau
106
motivasi dalam pendistribusian, hal ini karena untuk pendistribusian hal
yang snagat penting dalam pengembangan usaha ekonomi kreatif.
Sedangkan yang terjadi dilapangan pengrajin emping yang
mendapatkan bantuan modal tidak mendapatkan pelatihan untuk
pengembangan pendistribusiannya.
Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh I3 sebagai berikut:
“Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu
mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk
pendistribusiannya tidak diarahkan untuk pendistribusian atau
penjualan yang menarik sehingga bisa sampai luar daerah.”
(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa
Alaswangi Menes).
Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan
mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah
pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin
emping yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya
salah satupengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput
yang memang sudah luas pendistribusiannya.”(wawancara dengan
I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Sedangkan menurut I2 adalah sebagai berikut:
“Untuk pengarahan penjualan atau pendistribusian akan diberikan
apabila pengrajin emping tersebut meminta saat mendapatkan
bnatuan. Tetapi biasanya dinas memberikan pengarahan
penjualan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki banyak
pelanggan diluar.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015,
pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, dinas hanya mau memberikan pengarahan pendistribusian
kepada pengrajin emping yang memang sudah meluas penjualannya
107
dan memiliki banyak pelanggan di luar sampai mencapai di luar negeri.
Padahal pada kenyataannya Kecamatan Menes merupakan daerah yang
memiliki pertanian melinjo yang luas, banyak masyarakat Menes yang
memiliki pertanian melinjo tetapi banyak yang memutuskan hanya
menjual melinjo kepada pengrajin di luar daerah Kecamatan Menes
karena masyarakat tidak memiliki kepercayaan diri untuk kemampuan
ekonomi kreatif yang dimiliki masyarakat. Padahal jika hanya dijual
kepada pengrajin emping lain keuntungan yang didapatkan sangat kecil.
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa mengenai motivasi, motivasi atau pengarahan dalam
pengembangan ekonomi kreatif jenis emping melinjo sudah terlaksana
tetapi belum secara efektif karena syarat dalam mendapatkan
pengarahan baik materil maupun immateril tidak terimplementasi atau
terlaksana.
4. Pengendalian atau Pengawasan (Controlling)
Pengendalian atau pengawasan merupakan pengukuran atau
perbaikan untuk mecapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan agar dapat
terlaksana. Pegawasan sangat penting karena untuk menilai bagaimana
kinerja yang telah dicapai.
Pengendalian atau pengawasan dalam pelaksanaan
pengembnagan ekonomi kreatif sangat penting karena untuk menilai
bagaimana hasil pelatihan dan pembinaan yang sudah dilaksanakan,
108
bagaimana hasil dari bantuan-bantuan yang diberikan kepada pengrajin
emping, dan sampai mana pengembangan yang berhasil dilaksanakan.
Pelatihan dan pembinaan yang sudah diberikan kepada pengrajin
emping hasilnya harus ada pengawasan kepada pengrajin emping
tersebut, karena dengan pengawasan akan terlihat sudah berhasilkan
pelatihan dan pembinaan yang diberikan. Untuk pengawasan pelatihan
dan pembinaan tidak terlaksana karena sumber daya yang dimiliki
Dinas Pertanian dan Petrenakan Kabupaten Pandeglang yang terbatas.
Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga
pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil
pelatihan dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Untuk pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan
kembali pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya.”(wawancara
dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas
Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pengawasan atau pengendalian yang baik biasanya dilakukan
selama sebualn sekali. Tetapi karena sumber daya manusia yang
dimiliki sehingga pengawasan dan pengendalian dilaksanakan
hanya setiap setahun sekali sebelum awal tahun.”(wawancara
dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas
Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, kurangnya sumber daya manusia merupakan penghambat
keefektifan pengawasan yang seharusnya pelaksanaan pengawasan
sebulan sekali tetapi hanya dilaksanakan setahun sekali.
Sedangkan untuk pengawasan dan pengendalian mengenai
bantuan-bantuan yang diberikan kepada pengrajin emping serupa
109
dengan pengawasan pelatihan dan pembinaan dilaksanakan hanya
setahun sekali. Sedangkan seharusnya pengawasan terhadap bantuan-
bnatuan yang diberikan khususnya bantuan mesin dan bantuan kemasan
harus lebih rutin dilakukan pengawasan.
Hal ini berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I2 sebagai berikut:
“Seharusnya bantuan mesin dan kemasan itu sangat penting
dilaksankaan pengawasan karena biasanya pengrajin emping ketika
mendapatkan bantuan mesin dan kemasan tidak pernah awet, tetapi
karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki sehinga
pengawasan terhadap bantuan-bantuan tidak dapat
dilaksanakan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul
12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Pandeglang).
Hal ini juga serupa diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Bantuan yang duberikan baik bantuan mesin maupun bantuan
kemasan pengawasannya tidak seintens atau serutin yang
seharusnya karena terbatasnya sumber daya manusia yang
dimiliki.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36,
di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, untuk bantuan mesin seharusnya pengawasannya dilaksankan
rutin karena pengawasan terhadap kondisi mesin merupakan sangat
penting. Karena mesin merupakan alat untuk membantu buruh dalam
proses produksi pembuatan emping ataupun mesin pengepres kemasan.
Sedangkan pengawasan bantuan kemasan seharusnya ada karena
biasanya apabila kemasan yang merupakan bantuan dari dinas habis
makan pengrajin emping tersebut memakai kemasan yang biasa seperti
sebelum mendapatkan bantuan.
110
Sedangkan untuk bantuan modal yang diberikan kepada
pengrajin emping pengawasannya dilakukan sebulan sekali dengan
pengrajin emping yang wajib memberikan laporan mengenai
pemasukan, modal kembali, dan keuntungan.
Hal ini bersadarkan apa yang telah diungkapkan I2 sebagai berikut:
“Pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal wajib
menyerahkan laporan setiap sebulan sekali mengenai kondisi
keuangan bagaimana keuntungan yang diperolah setelah
mendapatkan pelatihan dan bantuan modal yang diberikan.”
(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten
Pandeglang).
Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh I1 sebagai berikut:
“Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus
diimbangi dengan adanya laporan mengenai pengembangan
pendapatan dan keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin
emping kepada dinas. Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas
pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk pengembangan.”
(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, laporan yang dibuat oleh pengrajin emping lalu diberikan
kepada dinas sebagai gambaran bagaimana kejelasan bantuan modal
tersebut. Laporan tersebut juga digunakan oleh dinas sebagai bahan
apakan pengrajin emping tersebut akan mendapatkan bantuan modal
kembali untuk tahun berikutnya atau tidak. Selain itu juga laporan
tersebut sebagai bahan penilaian keberhasilan dinas dalam memberikan
pengarahan pengembangan ekonomi kreatif.
111
Sedangkan yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan apa
yang diungkapkan di atas. Pengawasan pelatihan dan pembinaan di
awal tidak pernah ada sampai di lapangan di tempat pengrajin emping
yang sudah mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Apabila pengrajin
sudah mendapatkan pelatihan dan pembinaan tidak pernah
mendapatkan pengawasan baik pengawasan secara setahun sekali
maupun sebulan sekali.
Hal ini beradasarkan yang diungkapkan oleh I3 sebagai berikut:
“Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan
dalam proses pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana
proses pendistribusian. Dinas mendatangi hanya jika akan ada
pameran maka dinas meminta emping baik keceprek maupun
emping biasa untuk dipamerkan di pameran di stand dinas.”
(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa
Alaswangi Menes).
Hal serupa juga sama terjadi pada pengawasan tentang bantuan
mesin maupun bantuan kemasan. Mesin yang merupakan bantuan dari
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang hanya kuat
tidak sampai 1 tahun. Setelah itu mesin tersebut tidak dapat digunakan
lagi. Sedangkan untuk bantuan kemasan hanya tersedia untuk sekitar 1
bulan selebihnya karena para pengrajin emping tidak mendapatkan
pelatihan dan pembinaan tentang kemasan yang menarik dan baik
sehingga setelah kehabisan kemasan dari bantuan tersebut para
pengrajin emping menggunakan kemasan biasa lagi untuk penjualan.
112
Pengawasan pelatihan dan pembinaan kepada buruh emping dan
penjual emping juga tidak ada. Tidak ada pengawasan apakan pengrajin
emping menyampaikan hasil dari pelatihan dan pembinaan.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh P1 sebagai berikut:
“Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana
proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping
mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan P1, 28
September 2015, pukul 12:30, di Desa Alaswangi Menes).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, hasil dari pelatihan dan pembinaan untuk proses produksi tidak
ada pengawasan.
Sedangkan untuk pengawasan penjualan atau pendistribusian
tidak ada. Tidak ada pengawasan baik secara langsung ke pedagang
maupun ke pengrajin emping mengenai pendistribusian dan
penjualannya bagaimana, apakagh dijual langsung atau didistribusikan
melalui agen penjualan atau penjualannya dijual ke sental emping.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh P2 sebagai berikut:
“Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi
sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung
ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak
selaku seperti dulu.”(wawancara dengan P dibeli langsung dari
pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen rata-rata ingin
membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping
di pasaran tidak selaku seperti dulu.”(wawancara dengan P2, 28
September 2015, pukul 15:05, di Cimanying Menes).
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa, pengrajin emping di Menes rata-rata tidak mau menitipkan
emping dan keceprek hasil buatannya kepada penjual di pasaran atau di
113
sentral emping karena harganya yang mengambil keuntungan sedikit
dan sekarang para konsumen lebih banyak yang ingin membeli
langsung ke tempat pengrajin emping tempat pembuatannya langsung.
Sehingga sekarang penjualan emping dan keceprek tidak banyak di
pasaran sedangkan di sentral emping tidak seramai dulu hanya ada
emping dan keceprek saat liburan.
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap
bahwa mengenai pengawasan, pengawasan tidak dilaksankan sesuai
dengan ketentuan karena kurangnya sumber daya manusia yang
menghambat. Dalam proses pengawasan, tenaga kerja yang dimiliki
dinas hanya 1 orang setiap Kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Pandeglang. Sehingga pengawasan terhadap hasil dari diberikannya
pelatihan dan pembinaan tidak terlaksana. Selain itu bantuan yang
diberikan yang meliputi bantuan pemberian modal, bantuan kemasan,
bantuan pembangunan mesin tidak mendapatkan pengawasan.
4.4 Pembahasan
Pembahasan yakni mencakup lebih lanjut dari hasil analisis data yang
ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing indikator
fungsi-fungsi manajemen dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data hasil
penelitian, peneliti menggunakan teori dari John F.Mee dalam Hasibuan
(2012:60) untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen dalam pengembangan
ekonomi kreatif dapat diketahui dengan 4 fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan atau motivasi, dan pengendalian atau pengawasan.
114
Berikut adalah pembahasan dari masing-masing fungsi manajemen dalam
penelitian mengenai “Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada
Komunitas Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang”.
4.4.1 Perencanaan (Planning)
Perencaan merupakan pondasi awal dalam sebuah kegiatan sehingga
dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan dalam
pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang di
rencanakan setiap setahuan sekali. Perencanaan untuk kegiatan 2015 dilakukan
perencanaanya tahun 2014. Begitu pula dengan perencanaan kegiatan
pengembangan ekonomi kreatif.
Perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di
Kabupaten Pandeglang terdapat dua jenis yaitu perencanaan jangka panjang
dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang meliputi
pelatihan dan pembinaan sedangkan untuk untuk perencanaan jangka pendek
meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong
pengembangan ekonomi kreatif.
Untuk kegiatan pengembangan ekononi kreatif dimulai dengan para
pengrajin emping yang mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan, atau mendapatkan bantuan mesin, kemasan, ataupula bangunan,
dan atau mendapatkan bantuan modal. Selanjutkan proposal tersebut akan
dilihat apakah sesuai dengan kebutuhan yang menunjang pengembangan atau
115
tidak. Setelah didapatkan pengrajin emping mana saja yang akan mendapatkan
pelatihan dan bantuan-bantuan barulah disusun rencana untuk pelaksanaan
pelatihan waktu, tempat, dan pelatihan apa saja. Selain rencana pelatihan juga
rencana bantuan seperti bantuan mesin, pembangunan tempat, dan bantuan
kemasan juga bantuan modal. Tetapi karena sosialisasi mengenai pelatihan dan
pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan tidak ada sehingga banyak
pengrajin emping yang tidak mengajukan proposal untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan maupun mendapatkan bantuan-bantuan.
4.4.2 Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah hubungan bekerjasama dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Pengorganisasian dalam pengembangan ekonomi kreatif
tidak adanya kerjasama antara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian
Kabupaten Pandeglang yang bertanggung jawab dalam pengembangan
ekonomi kreatif. Kerjasama antara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian
Kabupaten Pandeglang seharusnya terjalin dengan baik karena dengan adanya
kerjasama yang baik antar petanggung jawab maka kegiatan yang dilaksanakan
akan mencapai maksimal sesuai tujuan. Dengan kerjasama seharusnya
pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan akan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan. Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan dengan tujuan agar
ada pengembangan di bidang ekonomi kreatif dan untuk mencapai adanya
pengembangan tersebut dibutuhkan kerjasama yang baik antara dinas-dinas
116
yang bertanggung jawab juga hubungan yang baik antara dinas dengan
pengrajin emping sehingga ada keinginan untuk saling memuaskan dalam
memberikan hasil.
Sedangkan untuk di Kecamatan Menes terdapat organisasi yang
merupakan wadah untuk para pengrajin emping di Kecamatan Menes yang
diberi nama Asosiasi Pengrajin Emping (APE). Tetapi sekarang APE tidak lagi
aktif. Selain APE terdapat juga Sentral Emping di Kecamatan Menes yaitu
wadah yang merupakan tempat penjualan emping dan keceprek melinjo yang
merupakan makanan khas Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Tetapi
sekarang karena penjualan dari pengrajin emping ke sentral emping sangat
murah, banyak pengrajin emping tidak mau menjual emping buatannya di
sentral emping.
4.4.3 Pengarahan (Motivasi)
Pengarahan merupakan kegiatan yang dilaksanakan agar tujuan
pengembangan dapat tercapai. Pengarahan diharapkan dapat memudahkan dan
membantu pengrajin emping sehingga mengalami pengembangan dalam usaha
ekonomi kreatifnya.
Pelatihan dan pembinaan, pemberian bantuan baik bantuan mesin,
tempat, kemasana, maupun modal merupakan cara dalam pengarahan untuk
tercapainya pengembangan ekonomi kreatif. Pelatihan dan pembinaan yang
dilaksankan untuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes hanya
untuk pengrajin emping sedangkan buruh emping dan keceprek dan juga
117
penjual emping tidak mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Dinas yang
bertanggung jawab dalam pelatihan dan pembinaan mengharapkan pengrajin
emping yang mendapatkan pelatihan dan pembinaan dapat membagikan hasil
dari pelatihan dan pembinaan yang didapatkan kepada buruh emping.
Sedangkan untuk bantuan-bantuan yang diberikan yaitu bantuan
pembangunan tempat, pemberian mesin seperti mesin pres kemasan, adapula
bantuan modal yaitu pengrajin emping diberi bantuan tambahan modal untuk
mengembangkan usaha ekonomi kreatifnya. Sedangkan untuk bantuan
kemasan yaitu diberi kemasan yang dengan desain yang menarik agar dapat
menarik konsumen.
4.4.4 Pengendalian atau Pengawasan (Controlling)
Pengendalian atau pengawasan merupakan penilaian hasil kegiatan
yang dilaksanakan untuk pengembangan ekonomi kreatif. Pengawasan yang
dilaksanakan belum efektif dan belum rutin. Hal ini dikarenakan keterbatasan
sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandeglang dan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian
Kabupaten Pandeglang.
Pengawasan yang seharusnya dilaksankan secara rutin seperti dalam
pelatihan dan pembinaan tidak ada pengawasan untuk buruh dan pengrajin
emping apakah setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan proses
pembuatan emping ada perubahan dalam pelaksanaan pembuatannya.
118
Sedangkan untuk bantuan-bantuan seperti bantuan kemasan dan mesin
yang harusnya rutin diawasi tetapi tidak karena keterbatasan sumber daya
manusia sehingga tidak semua pengrajin emping mendapat pengawasan dan
waktunya hanya pada akhir tahun. Sedangkan untuk bantuan modal seharusnya
pengrajin emping melaporkan setiap bulan tentang kondisi keuangannya tetapi
pada kenyataannya tidak, setelah diberi bantuan pengrajin emping dilepas
untuk mengembangkan usahanya.
Proses pengembangan ekonomi kreatif dalam komunitas pengrajin emping
di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang dimulai dengan adanya perencanaan
yang dibagi kedalam 2 perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang yang
meliputi pelatihan dan pembinaan, dan yang kedua adalah perencanaan jangka
pendek yang meliputi pemberian bantuan-bantuan. Dalam proses perencanaan
sosialisasi seharusnya diberikan oleh pihak dinas dalam pengenalan perencanaan
baik jangka panjang maupun jangka pendek sehingga masyarakat dan komunitas
pengrajin emping mengetahui bahwa terdapat perencanaan dalam pengembangan
ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping. Tetapi dalam pelaksanaan
pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang tidak ada sosialisasi
yang diberikan oleh dinas-dinas terkait sehingga banyak masyarakat dan pengrajin
emping yang tidak mengetahui adanya pelatihan dan pembinaan dan juga
bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam upaya pengembangan
ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping.
Pelaksanaan proses perencanaan pengembangan ekonomi kreatif ini
dilaksanakan setahun sebelum pelaksanaan pelatihan dan pembinaan dan
119
pemberian bantuan-bantuan. Selanjutnya adalah proses pengorganisasian dimana
adanya hubungan yang baik antara dinas dengan pengrajin emping dan antara
pengrajin dengan oragnisasi terkait dan juga antara dinas dengan dinas terkait.
Tetapi dalam pelaksanaan proses pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang belum adanya hubungan yang baik antara dinas
dengan dinas lain dan antara pengrajin dengan organisasi terkait.
Hubungan antara dinas dengan dinas terkait belum adanya kerjasama
sehingga pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan dilaksanakan
masing-masing dinas tidak dengan kerjasama. Selain itu, hubungan antara
pengrajin emping dengan organisasi terkait juga belum ada yang terlihat dari
pendistribusian atau penjualan terdapat sentral emping di Kecamatan Menes tetapi
pengrajin emping menolak untuk menjual hasil emping melinjonya di sentral
emping dengan alasan bahwa keuntugan yang diterima dengan menjual sendiri
lebih besar dari pada menjual di sentral emping.
Bentuk dari pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang yaitu adanya pelatihan dan pembinaan dan juga pemberian
bantuan-bantuan yang meliputi pemberian bantuan pembangunan tempat,
pemberian bantuan tambahan modal, pemberian bantuan kemasan, dan pemberian
bantuan mesin. Bnetuk pengembangan tersebut akan diperoleh oleh pengrajin
emping dengan syarat pengrajin emping harus mengajukan proposal terlebih
dahulu dalam proses perencanaan yang dilaksanakan setahun sebelum pelatihan
dan pembionaan dan pemberian bantuan-bantuan tersebut. Tetapi dalam
120
pelaksanaannya karena sosialisasi dalam proses perencanaan. Sehingga syarat
tersebut tidak terlaksana.
Manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin
emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes
sudah dilaksanakan tetapi belum optimal. Perencanaan pengembangan ekonomi
kreatif ada tetapi untuk pelaksanaannya tidak ada sosialisasi kepada pengrajin
emping, untuk pengorganisasiannya belum optimal karena belum adanya
kerjasama antara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan
Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang selaku
dinas yang bertanggung jawab dalam mengelola ekonomi kreatif emping melinjo,
selain itu hubungan antara pengrajin emping dengan asosiasi atau organisasi
seperti APE atau central emping tidak ada. Pengarahan yang diberikan kepada
pengrajin emping belum optimal karena ada beberapa bentuk pengarahan
diberikan belum merata. Selain itu pengawasan akan dari pengarahan yang
diberikan kepada pengrajin emping juga belum dilaksanakan secara rutin dan
sesuai karena kurangnya sumber daya manusia sehingga dalam pelaksanaan
pengawasan sumber daya manusia yang melaksanakan sedikit tidak sesuai dengan
pengrajin emping yang mendapatkan pelatihan dan pembinaan maupun pengrajin
emping yang mendapatkan bantuan-bantuan yang dapat mendorong
pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo.
4.4.5 Emping Melinjo sebagai Ekonomi Kreatif
121
Emping melinjo merupakan produk dari ekonomi kreatif yang salah
satu daerah yang memiliki ciri khas makanan emping melinjo adalah
Kecamatan Menes. Emping melinjo terbuat dari bahan dasar melinjo yang
dibuat dengan cara tradisional dengan melinjo di goreng dengan menggunakan
pasir setelah itu ditumbuk. Cara penumbukan melinjo berbeda-beda sesuai
kualitas yang ingin dihasilkan. Setelah ditumbuk di jemur selama 2 atau 3 hari
jika musim panas. Rasa dari emping sekarang sudah bermacam-macam, yaitu
rasa original, rasa gurih, rasa pedas, rasa balado, dan rasa keju. Ketika ekonomi
kreatif belum berkembang rasa dari emping melinjo hanya ada rasa original
dan rasa gurih.
122
Tabel 4.3
Ringkasan Pembahasan
No. Instrumen Pembahasan
1. Perencanaan Perencanaan dalam pengembangan Ekonomi Kreatif di
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang terdapat 2
perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang yang
meliputi perencanaan pelatihan dan pembinaan, sedangkan
perencanaan jangka pendek meliputi pemberian bantuan-
bantuan. Pelaksanaan perencanaan tersebut tidak didukung
dengan adanya sosialisasi mengenai perencanaan baik
jangka panjang maupun jangka pendek untuk masyarakat
sehingga masyarakat tidak mengetahui perencanaan-
perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif
emping melinjo.
2. Pengorganisa
sian
Hubungan kerjasama antar dinas tidak berjalan sehingga
pelatihan dan pembinaannya dilaksanakan masing-masing
tidak saling berhubungan. Sedangkan untuk hubungan
antar pengrajin emping dengan Central Emping di
Kecamatan Menes tidak terjalin karena tidak adanya
kesepakatan yang baik dalam penjualan emping dari
pengrajin emping ke pihak Central Emping sehingga tidak
merasa saling dirugikan.
3. Pengarahan/
Motivasi
Pengarahan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping
melinjo di Kecamatan Menes berupa pemberian pelatihan
dan pembinaan, dan pemberian bnatuan-bantuan seperti
bantuan pemberian modal, pemberian mesin, pemberian
desain kemasan, dan bantuan pembangunan tempat.
4. Pengawasan Pengwasan dalam pengembangan ekonomi kreatif di
Kecamatan Menes tidak dilaksanakan dengan rutin, hal
tersebut disebabkan karena sumber daya manusia yang
dimiliki oleh dinas tidak sesuai dengan jumlah kelompok
yang terdapat di Kecamatan Menes. Jumlah tenaga
lapangan untuk pengawasan satu Kecamatan hanya
terdapat 1 orang pengawas dan itu tidak sesuai dengan
jumlah kelompok yang harus mendapatkan pengawasan.
123
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa sebagai berikut:
1. Proses pengembangan yang meliputi perencanaan yang sudah terlaksana
tetapi tidak diimbangi dengan adanya sosialisasi. Selanjutnya
pengorganisasian, belum ada hubungan kerjasama yang baik antara dinas
dengan dinas terkait, antara dinas dengan pengrajin emping, dan antara
pengrajin emping dengan organisasi yang terkait.
2. Bentuk dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes yaitu
adanya pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif
emping melinjo, dan pemberian bantuan-bantuan meliputi bantuan pemberian
mesin, pemberian modal, pembangunan tempat, dan pemberian desain
kemasan dengan syarat proposal yang diajukan oleh pengrajin emping.
Tetapi syarat tersebut tidak diterapkan dalam pelaksanaannya. Tidak ada
pengajuan proposal oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan dan mendapatkan bantuan-bantuan.
124
3. Manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin
emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang pelaksanaannya belum efektif. Perencanaan yang
sudah ada tetapi tidak ada sosialisasinya, pengorganisasian yang belum ada
sehingga kerjasama antar dinas terkait dan antara pengrajin emping dengan
dinas dana atau organisasi terkait, pengarahan diberikan dengan syarat yang
sudah ditetapkan tetapi syarat tersebut tidak diterapkan dalam
pelaksanaannya. Dari proses yang meliputi perencanaan dan
pengorganisasian dan juga bentuk pengembangan yang meliputi pengarahan,
pengawasan harus dilaksankan dalam menilai hasil kegiatan dan dalam
pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes ini, pengawasan belum
dilaksanakan dengan efektif dan dengan rutin yaitu setiap sebulan sekali
untuk pengawasan karena kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki
oleh dinas terkait sebnayak satu orang setiap Kecamatan dan itu tidak sesuai
dengan jumlah kelompok pengrajin emping yang harus mendapatkan
pengawasan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan dari apa yang peneliti temukan
dilapangan mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada
Komunitas Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, maka saran yang peneliti ajukan
sebagai berikut:
125
1. Dalam proses pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang harus adanya sosialisasi tentang perencanaan
untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo sebagai
pengenalan mengenai pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-
bnatuan sehingga pengrajin emping dapat mengetahui adanya kegitan
pengembangan tersebut dan harus adanya kerjasama yang baik antar
dinas terkait dalam proses pengembangan dan juga antara pengrajin
emping dengan dinas terkait ataupun oragniasasi terkait.
2. Dalam bentuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang syarat yang sudah ada dalam aturan harus
diterapkan dengan baik.
3. Jumlah tenaga lapangan dalam melaksanakan pengawasan setiap
Kecamatan harus disesuaikan sengan jumlah kelompok pengrajin
emping yang harus mendapatkan pengawasan tidak hanya 1 tenaga
lapangan satu Kecamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Furchan, Arif, Agus Maimun. 2005. Syudi Tokoh: Metode Penelitian mengenai
Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial .
Jakarta: DIA FISIP UI.
Jamasy, Owin. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan .
Jakarta: Mizan Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi
(GP Press Group).
Siswanto. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekamto, Soerjono, Sri Mamuji. 1983. Penelitian Hukum Normatif, suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Reflika Aditama.
Suhendar, K. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Alfabeta.
Suriatna. 1987. Metode Penyuluhan Pendidikan. Jakarta: Mediatama Sarana.
Suryanto, Bagong, Sutinah. 2004. METODE PENELITIAN SOSIAL: BERBAGAI
ALTERNATIF PENDEKATAN. Jakarta: Prenada Media Group.
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2007. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumber Peraturan:
Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif
tahun 2009-2015.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14.
Skripsi:
Dani Danuar Tri U., Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang, Universitas Diponegoro: 2013.
Fentri Dahlia, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Kreatif di Kampung
Wisata Pasir Kunci Kota Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia: 2013.
Guzty Muhammad Hermawan, Skripsi Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi
Kreatif, Tahun: 2011.
Siti Nurasiah, Analisis Pemasaran Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian
Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan MenesKabupaten Pandeglang,
Banten. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2006.
Jurnal:
Puspa Rini dan Siti Czafrani, Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan
Lokal oleh Pemuda Dalam Rangka Menjawa Tantangan Ekonomi Global,
Universitas Indonesi:2010.
Suryana, Ayu Krishna Yuliawati, dan Rofi Rofaida, Pengembangan Model Ekonomi
Kreatif Pedesaan Melalui Value Chain Strategy untuk Kelompok Usaha Kecil
(studi pada industri kerajinan di Jawa Barat), Tahun: 2009.
Sumber Internet:
http://contohpengertian.com/ekonomi-kreatif/, diunduh pada 11 November 2014.
https://succesed.wordpress.com/ekonomi-kreatif/, diunduh pada 11 November 2014.
http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/, diunduh pada 11 November 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_kreatif/, diunduh pada 11 November 2014.
MEMBERCHECK
Biodata Informan
Nama : Onah, STP
Pekerjaan/Jabatan : Kasi Binus dan Pembiayaan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang
Jenis Kelamin : Perempuan
Kode Informan : I1
Catatan Wawancara sebagai berikut:
1. Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping
melinjo di Kabupaten Pandeglang?
Jawaban : Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu
meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek,
sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian
bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong dalam
pengembangan ekonomi kreatif.
2. Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk
meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan
sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai
ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya
melinjo yang banyak ditanam di daerah Menes dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah tangga dalam mengisi
kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan dasar melinjo.
Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.
3. Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Jawaban : Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk
mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada
beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya
usaha,bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan
beberapa syarat lainnya.
4. Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan
ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ?
Jawaban : Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara
pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan
sama dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan
mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang
proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke
tempat pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan usahanya.
5. Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan pengembangan
ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti
apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas
Pertanian dan Peternakan.
6. Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif
digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas saja ?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari
perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama
dengan dinas lain.
7. Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di
Kecamatan Menes ?
Jawaban : Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang
sudah tidak aktif.
8. Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut berjalan ?
apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke central emping ?
Jawaban : Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk
mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping
untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke
central emping sangat murah.
9. Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin
emping di Kabupaten Pandeglang ?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin
diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum
begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping
tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih
berinovasi.
10. Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa
mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan
pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat
mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
11. Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ?
Jawaban : Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin
emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu.
Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih
semangat untuk mengembangkan usahanya.
12. Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping ?
Jawaban : Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin
emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar
Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.
13. Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja
atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
Jawaban : Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan
mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah
pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin emping
yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya salah satu
pengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput yang
memang sudah luas pendistribusiannya.
14. Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan terhadap
pengrajin emping atau tidak ?
Jawaban : Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga
pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan
dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk
pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali
pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya.
15. Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ?
Jawaban : Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan
pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.
16. Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal
wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
Jawaban : Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi
dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan
keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas.
Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai
dengan tujuan untuk pengembangan.
Pandeglang, September 2015
(Onah, STP)
MEMBERCHECK
Biodata Informan
Nama : Ineu Herlina, ST
Pekerjaan/Jabatan : Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri Dinas Koperasi, Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang
Jenis Kelamin : Perempuan
Kode Informan : I2
Catatan Wawancara sebagai berikut:
1. Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping
melinjo di Kabupaten Pandeglang?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang,
sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian mesin,
bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan merupakan
perencanaan jangka pendek
2. Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Pelatiahan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kreatifitas
setiap pengrajin emping sehingga mereka memiliki kemajuan.
3. Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Jawaban : Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan memberikan
proposal.
4. Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan
ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ?
Jawaban : Tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan tetapi juga
memberikan beberapa bantuan seperti bantuan pemberian modal,
bantuan pemberian mesin, dan bantuan kemasan. Bantuan yang
diberikan akan disesuaikan setelah dari pihak dinas melakukan servei
menyesuaikan proposal yang diajukan dengan keadaan tempat
pembuatan emping tersebut.
5. Pelatihan dan pembinaan mengenai apa yang diberikan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang ?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai
kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.
6. Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di
Kecamatan Menes ?
Jawaban : APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Menes tetapi
sekarang sudah tidak aktif sudah tidak pernah ada laporan untuk
kegiatan organisasinya.
7. Bagaimana dengan keaktifan central emping ?
Jawaban : Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya pada
hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual langsung
sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping jika dijual ke
central emping keuntungan yang didapat sedikit karena para pengrajin
emping menjualnya lebih murah jika dijual ke central emping.
8. Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin
emping di Kabupaten Pandeglang ?
Jawaban : Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada pengrajin
emping yang masih di bawah yang memiliki potensi untuk maju dan
berkembang.
9. Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa
mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan
proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
10. Apakah buruh emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Hanya pengrajin emping saja yang mendapatkan karena dari pengrajin
emping bisa disalurkan hasil pelatihannya kepada buruh empingnya.
11. Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ?
Jawaban : Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah modal secara
cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal maka pengrajin
emping tersebut diharapkan mengalami perkembangan dalam usahanya
yang merupakan ekonomi kreatif.
12. Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja
atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
Jawaban : Untuk pengarahan penjualan atau pendistribusian akan diberikan apabila
pengrajin emping tersebut meminta saat mendapatkan bnatuan. Tetapi
biasanya dinas memberikan pengarahan penjualan kepada pengrajin
emping yang sudah memiliki banyak pelanggan diluar.
13. Bagaimana proses pemgawasan terhadap pengrajin emping yang sudah mendapatkan
pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan bantuan-bantuan ?
Jawaban : Pengawasan atau pengendalian yang baik biasanya dilakukan selama
sebulan sekali. Tetapi karena sumber daya manusia yang dimiliki
sehingga pengawasan dan pengendalian dilaksanakan hanya setiap
setahun sekali sebelum awal tahun.
14. Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ?
Jawaban : Seharusnya bantuan mesin dan kemasan itu sangat penting dilaksankaan
pengawasan karena biasanya pengrajin emping ketika mendapatkan
bantuan mesin dan kemasan tidak pernah awet, tetapi karena terbatasnya
sumber daya manusia yang dimiliki sehinga pengawasan terhadap
bantuan-bantuan tidak dapat dilaksanakan.
15. Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal
wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
Jawaban : Pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal wajib menyerahkan
laporan setiap sebulan sekali mengenai kondisi keuangan bagaimana
keuntungan yang diperolah setelah mendapatkan pelatihan dan bantuan
modal yang diberikan.
Pandeglang, September 2015
(Ineu Herlina, ST)
MEMBERCHECK
Biodata Informan
Nama : Sarmiah
Pekerjaan/Jabatan : Pengrajin Emping
Jenis Kelamin : Perempuan
Kode Informan : I3
Catatan Wawancara sebagai berikut:
1. Apakah ada sosialisasi sebelumnya tentang pengenalan bantuan dan pelatihan untuk
pengrajin emping ?
Jawaban : Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk
mengikuti pelatihan dan pembinaan.
2. Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan
?
Jawaban : Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri
pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang
biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel.
3. Berapa jumlah buruh yang bekerja untuk proses pengelolaan emping melinjo dan
keceprek melinjo ?
Jawaban : Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari
20 orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping.
4. Apakah buruh emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan
sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan.
5. Untuk bantuan modal, nomilan jumlahnya apakah diajukan oleh pengrajin emping
atau sudah diatur oleh dinas ?
Jawaban : Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup
modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas.
6. Apakah bantuan modal yang diberikan oleh dinas tersebut cukup untuk menambah
modal ?
Jawaban: Sebenarnya tidak, karena bantaun modal yang diberikan pun itu hanya
sekali.
7. Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan, apakah ada
pengarahan dalam pendistribusiannya dari dinas ?
Jawaban : Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan
bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak
diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga
bisa sampai luar daerah.
8. Dalam pendistribusiannya, apakah ada pengawasan dari dinas ?
Jawaban : Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses
pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana proses
pendistribusian. Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka
dinas meminta emping baik keceprek maupun emping biasa untuk
dipamerkan di pameran di stand dinas.
9. Untuk pemberian bantuan kemasan, apakah pemberiannya diberikan secara rutin ?
Jawaban: Pemberian kemasan hanya diberikan sekali, kira-kira hanya untuk sebulan
setelah habis tidak akan diberikan lagi.
Pandeglang, September 2015
(Sarmiah)
MEMBERCHECK
Biodata Informan
Nama : Enung
Pekerjaan/Jabatan : Buruh Emping
Jenis Kelamin : Perempuan
Kode Informan : P1
Catatan Wawancara sebagai berikut:
1. Apakah pernah mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk produksi emping
melinjo?
Jawaban: Belum pernah mendapatkan, yang mendapatkan hanya pengrajin emping
sedangkan pekerja pembuatnya tidak mendapatkan pelatihan.
2. Apakah dengan bekerja sebagai pembuat emping tidak mengganggu kegiatan rumah
tangga?
Jawaban: Tidak, karena kegiatan membuat emping dilakukan hanya 3 hari dalam
seminggu dan kegiatan pembuatannya pun dimulai setelah pekerjaan di
rumah selesai.
3. Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi pembuatan emping setelah
pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban : Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses
produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan
pelatihan dan pembinaan.
Pandeglang, September 2015
(Enung)
MEMBERCHECK
Biodata Informan
Nama : Uun Amiyah
Pekerjaan/Jabatan : Penjual Emping Emping
Jenis Kelamin : Perempuan
Kode Informan : P2
Catatan Wawancara sebagai berikut:
1. Apakah ada pengawasan penjualan dari dinas dalam penjualan emping dan keceprek
melinjo ?
Jawaban : Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi
sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat
pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti
dulu.
Pandeglang, September 2015
(Uun Amiyah)
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1
Kasi Binus dan Pembiayaan Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Pandeglang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 11 September 2015
di kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
Q I I1
Q1
Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi
kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang?
“Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi
pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk
perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang
dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.”
Q2
Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ?
“Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan
ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam
yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya
tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di
daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah
tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan
dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.”
Q3
Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ?
“Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk
mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada
beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha,bagaimana
perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.”
Q4
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk
pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang
?
“Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara
pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama
dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan
mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang
proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat
pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam pengembangan usahanya.”
Q5
Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan
pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ?
“Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila
pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan
Peternakan.”
Q6
Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan
ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas
saja ?
“Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari
perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan
dinas lain.”
Q7
Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani
melinjo di Kecamatan Menes ?
“Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah
tidak aktif.”
Q8
Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut
berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke
central emping ?
“Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk
mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping
untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke
central emping sangat murah.”
Q9
Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada
pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ?
“Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan
kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi
ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa
untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.”
Q10
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa
mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ?
“Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan
harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan
proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”
Q11
Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ?
“Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping
tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan
bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat
untuk mengembangkan usahanya.”
Q12
Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada
pengrajin emping ?
“Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin
emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar
Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.”
Q13
Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan
begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
“Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan
arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal
ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di
luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah
Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.”
Q14
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan
terhadap pengrajin emping atau tidak ?
“Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga
pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan
pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan
biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan
pembinaan tahun berikutnya.”
Q15
Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang
diberikan ?
“Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan
pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.”
Q16
Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan
bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
“Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi
dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan
yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan
modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk
pengembangan.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I2
Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 21 September 2015
di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten
Pandeglang
Q I I2
Q1
Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi
kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang?
Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi
pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk
perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang
dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Q2
Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ?
Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan
ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam
yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya
tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di
daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah
tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan
dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.
Q3
Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk
mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada
beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha,bagaimana
perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.
Q4
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk
pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang
?
Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara
pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama
dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan
mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang
proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat
pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam pengembangan usahanya.
Q5
Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan
pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ?
Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila
pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan
Peternakan.
Q6
Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan
ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas
saja ?
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari
perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan
dinas lain.
Q7
Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani
melinjo di Kecamatan Menes ?
Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah
tidak aktif.
Q8
Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut
berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke
central emping ?
Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk
mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping
untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke
central emping sangat murah.
Q9
Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada
pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ?
Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan
kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi
ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa
untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.
Q10
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa
mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ?
Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan
harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan
proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Q11
Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ?
Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping
tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan
bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat
untuk mengembangkan usahanya.
Q12
Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada
pengrajin emping ?
Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin
emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar
Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.
Q13
Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan
begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan
arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal
ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di
luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah
Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.
Q14
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan
terhadap pengrajin emping atau tidak ?
Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga
pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan
pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan
biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan
pembinaan tahun berikutnya.
Q15
Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang
diberikan ?
Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan
pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.
Q16
Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan
bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi
dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan
yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan
modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk
pengembangan.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I3
Pengrajin Emping di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015
di Desa Alaswangi Kecamatan Menes.
Q I I3
Q1
Apakah ada sosialisasi sebelumnya tentang pengenalan bantuan dan
pelatihan untuk pengrajin emping ?
Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk
mengikuti pelatihan dan pembinaan.
Q2
Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelatihan
dan pembinaan ?
Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri
pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang
biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel.
Q3
Berapa jumlah buruh yang bekerja untuk proses pengelolaan emping
melinjo dan keceprek melinjo ?
Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari 20
orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping.
Q4
Apakah buruh emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan
?
Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan
sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan.
Q5
Untuk bantuan modal, nomilan jumlahnya apakah diajukan oleh
pengrajin emping atau sudah diatur oleh dinas ?
Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup
modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas.
Q6
Apakah bantuan modal yang diberikan oleh dinas tersebut cukup untuk
menambah modal ?
Sebenarnya tidak, karena bantaun modal yang diberikan pun itu hanya
sekali.
Q7
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan,
apakah ada pengarahan dalam pendistribusiannya dari dinas ?
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan
bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak
diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga bisa
sampai luar daerah.
Q8
Dalam pendistribusiannya, apakah ada pengawasan dari dinas ?
Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses
pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana proses pendistribusian.
Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka dinas meminta
emping baik keceprek maupun emping biasa untuk dipamerkan di pameran
di stand dinas.
Q9
Untuk pemberian bantuan kemasan, apakah pemberiannya diberikan
secara rutin ?
Pemberian kemasan hanya diberikan sekali, kira-kira hanya untuk sebulan
setelah habis tidak akan diberikan lagi.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : P1
Buruh Emping di Kecamatan Menes
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015
di Desa Alaswangi Kecamatan Menes.
Q I P1
Q1
Apakah pernah mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk
produksi emping melinjo?
Belum pernah mendapatkan, yang mendapatkan hanya pengrajin emping
sedangkan pekerja pembuatnya tidak mendapatkan pelatihan.
Q2
Apakah dengan bekerja sebagai pembuat emping tidak mengganggu
kegiatan rumah tangga?
Tidak, karena kegiatan membuat emping dilakukan hanya 3 hari dalam
seminggu dan kegiatan pembuatannya pun dimulai setelah pekerjaan di
rumah selesai.
Q3
Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi pembuatan emping
setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses
produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan
pelatihan dan pembinaan.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : P2
Penjual Emping di Kecamatan Menes
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015
di Desa Cimanying Kecamatan Menes.
Q I P2
Q1
Apakah ada pengawasan penjualan dari dinas dalam penjualan
emping dan keceprek melinjo ?
Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi
sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat
pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA
1. Perencanaan
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi
kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang?
Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi
pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk
perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang
dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ?
Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan
ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam
yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya
tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di
daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah
tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan
dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.
Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk
mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada
beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha,bagaimana
perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk
pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang
?
Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara
pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama
dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan
mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang
proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat
pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam pengembangan usahanya.
I2
Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi
kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang?
Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan
untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian mesin, bantuan
pembangunan tempat, dan bantuan kemasan merupakan perencanaan jangka
pendek
Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ?
Pelatiahan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kreatifitas setiap
pengrajin emping sehingga mereka memiliki kemajuan.
Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan
pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan memberikan proposal.
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk
pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang
?
Tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan tetapi juga memberikan
beberapa bantuan seperti bantuan pemberian modal, bantuan pemberian
mesin, dan bantuan kemasan. Bantuan yang diberikan akan disesuaikan
setelah dari pihak dinas melakukan servei menyesuaikan proposal yang
diajukan dengan keadaan tempat pembuatan emping tersebut.
I3
Apakah ada sosialisasi sebelumnya tentang pengenalan bantuan dan
pelatihan untuk pengrajin emping ?
Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk
mengikuti pelatihan dan pembinaan.
2. Pengorganisasian
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan
pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ?
Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila
pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan
Peternakan.
Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan
ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas
saja ?
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari
perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan
dinas lain.
Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani
melinjo di Kecamatan Menes ?
Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah
tidak aktif.
I2
Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut
berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke
central emping ?
Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk
mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping
untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke
central emping sangat murah.
Pelatihan dan pembinaan mengenai apa yang diberikan oleh Dinas
Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang ?
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai kemasan
atau cara distribusi dan atau pemasaran.
Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani
melinjo di Kecamatan Menes ?
APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Menes tetapi sekarang
sudah tidak aktif sudah tidak pernah ada laporan untuk kegiatan
organisasinya.
Bagaimana dengan keaktifan central emping ?
Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya pada hari
libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual langsung sendiri. Hal
ini karena menurut para pengrajin emping jika dijual ke central emping
keuntungan yang didapat sedikit karena para pengrajin emping menjualnya
lebih murah jika dijual ke central emping.
3. Pengarahan
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada
pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ?
Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan
kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi
ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa
untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa
mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ?
Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan
harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan
proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ?
Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping
tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan
bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat
untuk mengembangkan usahanya.
Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada
pengrajin emping ?
Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin
emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar
Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.
Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan
begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan
arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal
ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di
luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah
Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.
I2
Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada
pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ?
Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada pengrajin emping
yang masih di bawah yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang.
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa
mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ?
Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk
mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan proposal
dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin
emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Apakah buruh emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Hanya pengrajin emping saja yang mendapatkan karena dari pengrajin
emping bisa disalurkan hasil pelatihannya kepada buruh empingnya.
Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ?
Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah modal secara
cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal maka pengrajin emping
tersebut diharapkan mengalami perkembangan dalam usahanya yang
merupakan ekonomi kreatif.
Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan
begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
Untuk pengarahan penjualan atau pendistribusian akan diberikan apabila
pengrajin emping tersebut meminta saat mendapatkan bnatuan. Tetapi
biasanya dinas memberikan pengarahan penjualan kepada pengrajin emping
yang sudah memiliki banyak pelanggan diluar.
I3
Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelatihan
dan pembinaan ?
Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri
pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang biasanya
tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel.
Berapa jumlah buruh yang bekerja untuk proses pengelolaan emping
melinjo dan keceprek melinjo ?
Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari 20
orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping.
Apakah buruh emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan
sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan.
Untuk bantuan modal, nomilan jumlahnya apakah diajukan oleh
pengrajin emping atau sudah diatur oleh dinas ?
Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup
modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas.
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan,
apakah ada pengarahan dalam pendistribusiannya dari dinas ?
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan
bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak
diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga bisa
sampai luar daerah.
4. Pengawasan
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan
terhadap pengrajin emping atau tidak ?
Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga
pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan
pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan
biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan
pembinaan tahun berikutnya.
Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang
diberikan ?
Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan
pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.
Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan
bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi
dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan
yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan
modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk
pengembangan.
I2
Bagaimana proses pengawasan terhadap pengrajin emping yang sudah
mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan bantuan-
bantuan ?
Pengawasan atau pengendalian yang baik biasanya dilakukan selama sebulan
sekali. Tetapi karena sumber daya manusia yang dimiliki sehingga
pengawasan dan pengendalian dilaksanakan hanya setiap setahun sekali
sebelum awal tahun.
Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang
diberikan ?
Seharusnya bantuan mesin dan kemasan itu sangat penting dilaksankaan
pengawasan karena biasanya pengrajin emping ketika mendapatkan bantuan
mesin dan kemasan tidak pernah awet, tetapi karena terbatasnya sumber daya
manusia yang dimiliki sehinga pengawasan terhadap bantuan-bantuan tidak
dapat dilaksanakan.
Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan
bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
Pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal wajib menyerahkan
laporan setiap sebulan sekali mengenai kondisi keuangan bagaimana
keuntungan yang diperolah setelah mendapatkan pelatihan dan bantuan modal
yang diberikan.
I3
Dalam pendistribusiannya, apakah ada pengawasan dari dinas ?
Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses
pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana proses pendistribusian.
Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka dinas meminta emping
baik keceprek maupun emping biasa untuk dipamerkan di pameran di stand
dinas.
P1
Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi pembuatan emping
setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses produksi
pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan
pembinaan.
P2
Apakah ada pengawasan penjualan dari dinas dalam penjualan emping
dan keceprek melinjo ?
Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang
para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi
penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.”(wawancara dengan P
dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen rata-
rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di
pasaran tidak selaku seperti dulu.
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Ibu Onah (Kasi Binus dan Pembiayaan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang)
Struktur Organisasi dan Visi Misi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Ibu Ineu (Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang)
Struktur Organisasi dan Surat Disposisi Penelitian Dinas Dinas Koperasi, Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Ibu Sarmiah (Pengrajin Emping) dan Ibu Enung (Buruh Emping) di Desa
Alaswangi Kecamatan Menes.
Gambar Depan Tempat Pembuatan Emping di Alaswangi Menes
Berbagai Macam Rasa Emping yang dijual di Sukses Mulya milik Ibu Sarmiah
Alat-alat Pembuatan Emping
Proses Penjemuran Emping
Setelah Emping dijemur
Curriculum Vitae
Data Diri
Nama : Erin Nurfajriah
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang. 07 November 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Panguseupan RT. 03/14 No.100
Labuan Pandeglang Banten
Telephone : 081284447507
Riwayat Pendidikan
1999-2005 SD Negeri 01 Labuan
2005-2008 MTs MII Cidangiang
2008-2011 SMK Negeri 1 Pandeglang Jurusan Administrasi Perkantoran
2011-2016 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Administrasi Negara
Pengalaman Bekerja
Praktek Kerja lapangan
Tempat praktek : PT KIEC Cilegon
Periode : Juli 2010-September 2010
Posisi : Administrasi di Bagian Logistik
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Serang, Januari 2016
Erin Nurfajriah